pengaruh inflasi, perolehan dana pihak...

138
PENGARUH INFLASI, PEROLEHAN DANA PIHAK KETIGA, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PROFITABILITAS PADA BPRS DI INDONESIA JANUARI 2013- JULI 2016 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh: Fitri Listianingrum NIM: 1113046000120 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M

Upload: tranhuong

Post on 02-Mar-2018

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PENGARUH INFLASI, PEROLEHAN DANA PIHAK KETIGA, DAN

TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH

SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PROFITABILITAS PADA BPRS DI

INDONESIA JANUARI 2013- JULI 2016

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Ekonomi (S.E)

Oleh:

Fitri Listianingrum

NIM: 1113046000120

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H/ 2017 M

i

438 H/ 2017 M

ii

iii

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI

Nama : Fitri Listianingrum

Alamat : Jl. H. Pi’ih No. 11 Parung Tengah RT 004/003

Kel. Duren Mekar, Kec. Bojongsari, Depok, Jawa Barat

Telepon : 0896 5353 2237

Email : [email protected]

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Agustus 1994

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

B. PENDIDIKAN FORMAL

Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun

TK TK Kartika XI-5 Jakarta Timur 2000

SD SDN Sudimara 6 Tangerang 2000-2006

SMP SMP Islam Al-

Hasanah

Tangerang 2006-2009

SMA SMAN 12 Tangerang Tangerang 2009-2012

Perguruan Tinggi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Tangerang

Selatan

2013-2017

v

C. PENGALAMAN ORGANISASI

Lembaga/ Institusi Tahun

Anggota ROHIS SMAN 12 Tangerang

2011

Anggota Paskibra SMAN 12 Tangerang 2012

Staf Divisi Minat dan Bakat HMPS Muamat Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013

Staf Divisi Pengembangan Ekonomi Komda Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2014-2015

Staf Divisi Keilmuan LiSEnSi (Lingkar Studi Ekonomi

Syariah) KSEI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2015-2016

D. PENGALAMAN KERJA

Staf Administrasi di PT. Kelana Tour & Travel Cabang Fatmawati

Mengajar les matematika paruh waktu di Bimbel SINAU Pamulang

E. LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : Adi Suseno

Tempat, Tanggal Lahir : Tuban, 12 Juli 1965

Pendidikan Terakhir : Diploma

Ibu : Yuliati

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 5 Juli 1969

Pendidikan Terakhir : SLTA

vi

ABSTRACT

Fitri Listianingrum, 1113046000120, Inflation Influence, Third Party Fund

Acquisition, and Interest Rate on Troubled Financing and Its Implication on

Profitability at BPRS in Indonesia Period from January 2013 to July 2016.

Syariah Syariah Economics Faculty of Economics and Business Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1438 H / 2017 M.

This study aims to analyze the effect of inflation, the acquisition of third party

funds and interest rate on Non Performing Financing (NPF) in BPRS in

Indonesia directly and to analyze the effect of inflation, interest rate, and Non

Performing Financing (NPF) on Return On Asset (ROA) to BPRS in Indonesia

directly and indirectly. Endogenous variables in this study is Return On Assets

(ROA) which is a proxy of profitability and Non Performing Financing (NPF).

Exogenous variables include inflation, interest rates, and third party funds. The

analytical method used is path analysis or path analysis with the help of Microsoft

Excel 2010 and SPSS version 20.0. The data used in this study data series (time

series) monthly from January 2013 - July 2016.

The results suggest that direct inflation has a significant negative effect and

third party funds interest rates have a positive effect on Non Performing

Financing (NPF). While directly to the Return On Assets (ROA) inflation has a

significant positive effect and interest rates and Non Performing Financing (NPF)

has a significant negative effect. Indirectly inflation has a negative effect and

interest rates have a positive effect on Return On Assets (ROA).

Keywords: inflation, third party funds, interest rate, Non Performing Financing

(NPF), Return On Assets (ROA), path analysis.

Advisor: Ir. RR. Tini Anggraini, ST., M. Si

References: 1992-2014

vii

ABSTRAK

Fitri Listianingrum, 1113046000120, Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak

Ketiga, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta

Implikasinya terhadap Profitabilitas pada BPRS di Indonesia Periode Januari

2013- Juli 2016. Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/ 2017 M.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, perolehan dana

pihak ketiga dan tingkat suku bunga terhadap Non Performing Financing (NPF)

pada BPRS di Indonesia secara langsung dan untuk menganalisis pengaruh inflasi,

tingkat suku bunga, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On

Asset (ROA) pada BPRS di Indonesia secara langsung dan tidak langsung.

Variabel endogen dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA) yang

merupakan proksi dari profitabilitas dan Non Performing Financing (NPF).

Sedangkan variabel eksogen adalah inflasi, tingkat suku bunga, dan dana pihak

ketiga. Metode analisis yang digunakan adalah path analysis atau analisis jalur

dengan bantuan software Microsoft Excel 2010 dan SPSS version 20.0. Data yang

digunakan dalam penelitian ini data runtun (time series) bulanan dari Januari 2013

– Juli 2016.

Hasil penelitian menyatakan bahwa secara langsung inflasi memiliki pengaruh

negatif yang signifikan dan dana pihak ketiga tingkat suku bunga memiliki

pengaruh positif terhadap Non Performing Financing (NPF). Sedangkan secara

langsung terhadap Return On Asset (ROA) inflasi memiliki pengaruh yang positif

yang signifikan dan tingkat suku bunga serta Non Performing Financing (NPF)

memiliki pengaruh negatif yang signifikan. Secara tidak langsung inflasi

berpengaruh negatif dan tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap Return

On Asset (ROA).

Kata Kunci: inflasi, dana pihak ketiga, tingkat suku bunga, Non Performing

Financing (NPF), Return On Asset (ROA), path analysis.

Pembimbing: Ir. RR. Tini Anggraini, ST., M. Si

Daftar Pustaka: 1992-2014

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan

juga sahabat-sahabatnya.

Atas kehendak dan rahmat Allah SWT penulus dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga, dan Tingkat

Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap

Profitabilitas pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013 – Juli 2016” ditujukan

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi starata 1 (S-1) dan

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada

orang-orang atau pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis tujukan kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Bapak Adi Suseno dan Ibu Yuliati

serta kakak dan adik tercinta, Mba Fina, Mas Avic, dan Ninis yang selalu

mendo’akan dan mendukung dalam kondisi apapun baik moril maupun

materil serta telah menjadi motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan

penelitian ini.

2. Keluarga besar penulis yang terus mendukung penulis dalam menyelesaikan

studi ini.

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M. Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Syariah dan Ibu Endra Kasni Laila, M.Si selaku Sekretaris Program Studi

Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

ix

5. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A selaku Tim

Task Force Passing Out Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Ir. RR. Tini Anggraini, ST., M.Si., selaku dosen pembimbing penulis yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada

penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Atep Abdurofiq, M.Si., selaku penasehat akademik penulis yang telah

membimbing selama perkuliahan.

8. Seluruh dosen yang selama ini telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini

dengan baik, dan tak lupa kepada para staf akademik, karyawan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Kepada Naya sahabat tercinta pertama kali penulis kenal dari OPAK sampai

sekarang dan sahabat tercinta yang lain Nisa, Ica, dan Dea yang selalu

menemani baik suka maupun duka selama kuliah, selalu memberikan

motivasi, dan memberikan suasana kekeluargaan bagi penulis. Semoga

silaturahim kita tetap terjaga sampai seterusnya.

10. Teman-teman Muamalat C terimakasih atas waktu dan kebersamaannya yang

telah kita mulai sejak awal perkuliahan.

11. Teman-teman Muamalat 2013 dan Keluarga Besar Muamalat terimakasih

untuk segala pengalaman yang telah dilalui bersama, kerjasama dan ilmu yang

telah diberikan. Semoga semua yang sudah dilakukan dapat bermanfaat saat

ini dan seterusnya.

12. Kepada Ka Rahmi kakak kelimuan LiSEnSI 2015 terimakasih untuk diskusi

dan memberikan semangat, motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini

13. Teman-teman Keilmuan Squad LiSEnSI 2016 Naya, Erna, Idil, Elgi, Sela, dan

Ilham terimakasih untuk motivasi, cerita, diskusi, canda tawa dan nasihat

untuk terus selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT.

14. Teman-teman seperjuangan di Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI)

Lingkar Studi Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016/2017

x

dan terutama keluarga Keilmuan. MPL LiSEnSI 2015/2016. KBL (1 dan 2)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terimakasih atas dukungan, diskusi, ilmu dan

nasihat untuk selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT.

15. Teman-teman KKN PEMANAH terimakasih atas kerjasama dan saling

pengertian dalam menjalankan kegiatan KKN dan buku laporan KKN serta

penalaman berharga penuh dengan cerita yang belum didapatkan sebelumnya.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hal itu tidak akan

mengurangi rasa terimakasih atas do’a dan dukungannya. Semoga semua

kebaikan yang diberikan Allah SWT dibalas dengan berlipat ganda.

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... iv

ABSTRACT ........................................................................................................... vi

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah .......................................................... 10

C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 11

E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................... 14

A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ............................................................... 14

B. Profitabilitas ................................................................................................. 17

C. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing/NPF) ....................... 20

D. Inflasi............................................................................................................ 24

E. Dana Pihak Ketiga (DPK) ............................................................................ 29

F. Tingkat Suku Bunga (BI Rate) ..................................................................... 39

G. Hubungan antara Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Suku

Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah .................................................... 43

H. Hubungan Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Pembiayaan Bermasalah

terhadap Profitabilitas .................................................................................. 46

I. Review Studi Terdahulu ............................................................................... 49

J. Kerangka Penelitian ..................................................................................... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 58

xii

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 58

B. Jenis Penelitian ............................................................................................. 58

C. Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 59

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 59

E. Teknik Analisis Data .................................................................................... 60

1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 61

2. Analisis Jalur (Path Analysis) .................................................................. 64

3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 65

F. Operasional Variabel Penelitian ................................................................... 68

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ......................................................... 71

A. Gambaran Umum ......................................................................................... 71

B. Asumsi Klasik .............................................................................................. 76

1. Uji Normalitas ......................................................................................... 76

2. Uji Autokorelasi ...................................................................................... 77

3. Uji Multikolinearitas................................................................................ 78

4. Uji Heteroskedastisitas ............................................................................ 79

C. Analisis Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga, dan Tingkat Suku

Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap

Profitabilitas Pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013-Juli 2016 ...... 80

1. Uji Statistik Struktural I ........................................................................... 80

2. Uji Statistik Struktural II ......................................................................... 86

3. Analisis Korelasi...................................................................................... 91

4. Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung ........................... 94

D. Interpretasi Hasil .......................................................................................... 96

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 101

A. Kesimpulan ................................................................................................ 101

B. Saran .......................................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 104

LAMPIRAN ........................................................................................................ 111

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Tabungan Mudharabah dan Wadiah .................................. 36

Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu ....................................................................... 49

Tabel 4.1 Uji Normalitas ....................................................................................... 76

Tabel 4.2 Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi .............................................. 77

Tabel 4.3 Uji Autokorelasi Setelah Transformasi ................................................ 77

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ............................................................................ 78

Tabel 4.5 Uji F (Struktural I) ............................................................................... 81

Tabel 4.6 Uji t (Struktural I) ................................................................................ 82

Tabel 4.7 Uji Koefisien Determinasi (Struktural I) ............................................. 84

Tabel 4.8 Koefisien Jalur Persamaan Struktur I ................................................... 85

Tabel 4.9 Uji F (Struktural II) .............................................................................. 86

Tabel 4.10 Uji t (Struktural II) ............................................................................. 87

Tabel 4.11 Korelasi Antar Variabel ..................................................................... 89

Tabel 4.12 Koefisien Jalur Persamaan Struktur II ............................................... 90

Tabel 4.13 Korelasi Antar Variabel ..................................................................... 91

Tabel 4.14 Koefisien Korelasi .............................................................................. 93

Tabel 4.15 Perhitungan Perngaruh Langsung, Tidak Langsung, danTotal .......... 94

xiv

DAFTAR GAMBAR

Grafik 1.1 Jumlah Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia

Januari 2013-Juli 2016 ............................................................................................ 5

Grafik 1.2 Pertumbuhan Inflasi, BI Rate, DPK,NPF, dan ROA ........................ 7

Grafik 4.1 Perkembangan Inflasi di Indonesia Januari 2013-Juli 2016 ............ 71

Grafik 4.2 Perkembangan DPK pada BPRS di Indonesia Januari 2013-Juli 2016

............................................................................................................................... 72

Grafik 4.3 Perkembangan BI Rate di Indonesia Januari 2013-Juli 2016 .......... 73

Grafik 4.4 Perkembangan Non Performing Financing (NPF) BPRS di Indonesia

Januari 2013-Juli 2016 ......................................................................................... 74

Grafik 4.5 Perkembangan Return On Asset (ROA) BPRS di Indonesia Januari

2013-Juli 2016 ....................................................................................................... 75

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 57

Gambar 4.1 Uji Heterokedastisitas ...................................................................... 79

Gambar 4.2 Stuktural I ........................................................................................ 80

Gambar 4.3 Struktural II ..................................................................................... 86

Gambar 4.4 Skema Struktural I dan II ................................................................. 94

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan perekonomian di dunia sampai saat ini tidak dapat dipisahkan

dari dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian di dunia maupun

di Indonesia menggunakan perbankan sebagai lembaga keuangan yang dapat

membantu berjalannya usaha tersebut. Bank dapat berperan sebagai penyedia

dana dengan memberi pinjaman berupa alternatif yang banyak dipilih untuk

memenuhi kebutuhan dunia termasuk perekonomian.

Di Indonesia aset perbankan syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah

(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) tercatat sebesar Rp248,1 triliun pada tahun 2013 atau tumbuh 24,2%

(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya (34,0%,

yoy). Pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan tercatat menurun dari 15,8%

(yoy) tahun 2012 menjadi 13,6% (yoy) pada tahun 2013. Dana pihak ketiga

(DPK) yang dihimpun BUS dan UUS sepanjang tahun 2013 tercatat tumbuh

sebesar 24,4% (yoy), sedangkan pada BPRS mencapai 24,8% dan melambat

dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 27,8% (yoy), walaupun masih lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK perbankan nasional.1

1 Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2013, diakses pada 27 September 2016

pukul 10.12 WIB, http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/info-

terkini/Pages/laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013-lpks.aspx.

2

Dalam Islam, manusia diwajibkan untuk berusaha agar ia mendapatkan

rezeki guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memulai usaha diperlukan

modal, seberapapun kecilnya. Ada saatnya orang mendapatkan modal dari

simpanannya atau dari keluarganya dan ada pula yang meminjam kepada

rekannya. Jika tidak tersedia, peran institusi keuangan menjadi sangat penting

karena dapat menyediakan modal bagi orang yang ingin membuka usaha.2

Institusi keuangan khususnya dalam sektor perbankan, baik bank

konvensional maupun bank syariah, dalam melakukan kegiatan usahanya

memerlukan dana dari masyarakat, dan kemudian dana tersebut dioperasikan

kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan yang pada akhirnya

akan menghasilkan pendapatan.3

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan,

disebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak. Dengan kata lain, bank dalam menjalankan

aktivitasnya berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan atau financial

intermediary antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang

kekurangan dana.4 Terdapat dua jenis bank yang ada di Indonesia, di

2Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani,

2001), hal. 169. 3Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Ed.IV (Jakarta: FE UI, 1995), hal. 88.

4Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi, Ed. 1 Cet. 2 (Jakarta: Kencana,

2011), hal. 3-11.

3

antaranya bank konvensional dan bank syari’ah.5 Lahirnya Undang-Undang

Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, telah menyadarkan semua pihak

bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya

sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang jauh

lebih unggul karena menawarkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu

perbankan syariah.

Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah

menjelaskan bahwa bank syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan

usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank

Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah

adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran6. Sedangkan, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Syariah

adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam

lalu lintas pembayaran.7

Banyaknya lembaga keuangan yang terus berkembang di Indonesia, Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan salah satu lembaga keuangan

yang masih diminati oleh masyarakat di Indonesia, khususnya di pedesaan.

Berdirinya BPRS di Indonesia selain didasari oleh tuntutan bermuamalah

dalam Islam, juga sebagai langkah aktif dalam rangka rekstukturisasi

perkenomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan

keuangan, moneter, dan perbankan. Secara khusus adalah mengisi peluang

5Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 21.

6Pasal 1 angka 8, UU Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

7Pasal 1 angka 9, UU Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

4

terhadap kebijaksanaan yang membebaskan bank dalam penetapan tingkat

suku bunga (Rate Interest), yang kemudian dikenal dengan bank tanpa bunga.8

BPR Syariah telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia 6/17/PBI/2004

tanggal 1 Juli 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip

Syariah. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan dari ketentuan lama yang

telah dicabut, yaitu meliputi Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 32/4/UPPB

tanggal 12 Mei 1999 dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor

32/36/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999.9

Pertumbuhan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dari tahun 2013

sampai Juli 2016 terus mengalami peningkatan yang cukup pesat, ini

dikarenakan persyaratan pendirian yang relatif lebih ringan, dan dengan

melayani operasi perbankan lokal, jumlah BPRS meningkat relatif cepat

dibandingkan dengan bank syariah maupun unit usaha syariah. Dapat dilihat

perkembangan dari jumlah kantor BPRS di Indonesia pada tahun 2010 sampai

Juli 2016 di bawah ini:

8Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI &

Takaful) di Indonesia, Cet. 1(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 111. 9Wiroso, Perbankan Syariah Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah

(Jakarta: PT Grasindo, 2005), hal. 1.

5

Grafik 1. 1 : Jumlah Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di

Indonesia tahun 2010-Juli 2016

Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan)

Dari grafik 1. 1 diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dari tahun 2010 sampai dengan Juli 2016

mengalami peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun mulai tahun

2010 berjumlah 286 kantor dan 150 bank, sampai dengan bulan Juli 2016

berjumlah 435 kantor dan 165 bank. Hal tersebut menunjukkan bahwa Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) terus mengalami pertumbuhan yang baik

di masyarakat dilihat dari jumlah kantor yang terus meningkat, meskipun di

tahun 2015 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah mengalami penurunan jumlah

kantor yaitu menjadi 428 kantor yang dari tahun sebelumnya berjumlah 439

kantor.

Pertumbuhan pembiayaan Non Performing Financing BPRS pada

periode laporan mencapai 32,0% (yoy), atau melebihi pertumbuhan

pembiayaan BPRS dalam periode yang sama. Dengan demikian, sebagaimana

pada BUS dan UUS, rasio NPF (gross) BPRS juga mengalami peningkatan

150 155 158 163 163 165 165

286

364 401 402

439 428 435

0

100

200

300

400

500

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Juli2016

Jumlah Bank

Jumlah Kantor

6

dari 6.1% pada tahun 2012 menjadi 6.5% pada tahun 2013. Rasio NPF BPRS

tersebut lebih tinggi dibandingkan rasio NPL industry BPR secara nasional

pada posisi yang sama (4,4%), akan tetapi masih berada pada posisi yang

relatif baik bila dibandingkan kriteria kualitas aset maksimal 7%10

pada

penilaian tingkat kesehatan BPRS yang tergolong sehat. 11

Faktor penyebab tingginya Non Performing Financing atau pembiayaan

bermasalah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari internal bank

maupun eksternal bank. Pada faktor internal Ernawati Puspitasari12

mengatakan bahwa dana pihak ketiga mempunyai pengaruh positif yang

signifikan terhadap pembiayaan bermasalah.

Jika dilihat, perbankan syariah bukan tidak memiliki permasalahan

dengan kondisi makroekonomi. Perbankan syariah juga memiliki pola-pola

terhadap variabel makroekonomi terutama inflasi dan BI Rate. Hal ini dapat

dilihat pada grafik berikut:

10

Pasal 47 ayat 2, Salinan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK. 03/2016 tentang

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

11Laporan Perkembangan Keuangan Syariah tahun 2013, diakses pada

27 September 2016

pukul 10.12 WIB dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/info-

terkini/Pages/laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013-lpks.aspx.

12Ernawati Puspitasari, Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Bank Terhadap Risiko

Pembiayaan Bermasalah pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2006-2009, (Skripsi S1

UIN Sunan Kalijaga, 2012), hal. ii.

7

Grafik 1.2: Pertumbuhan Inflasi, BI Rate, DPK, NPF, dan ROA

Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otorittas Jasa Keuangan)

Pergerakan tingkat inflasi dari tahun 2010 hingga Juli 2016 bergerak

fluktuatif. Inflasi tertinggi terjadi di tahun 2013 sebesar 8.38% disebabkan

oleh naiknya harga BBM dan rokok sehingga diikuti pula dengan kenaikan

harga komoditas lainnya.13

Dalam kondisi perekonomian yang demikian,

peran Bank Indonesia sebagai bank sentral sangatlah dibutuhkan.14

Bank

Indonesia mengartikan inflasi sebagai kondisi meningkatnya harga-harga

secara umum dan terus-menerus.15

Kenaikan harga-harga ini memberikan tekanan pada ekonomi

masyarakat terutama bagi mereka yang menjadi debitur (mudharib) perbankan

syariah. Jika inflasi terjadi pada saat pendapatan masyarakat tetap atau

13

http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2456664/ini-penyebab-meroketnya-inflasi-

2013-dari-bbm-hingga-rokok-kretek diakses pada 8 Maret 2017 pukul 22.05 WIB.

14Frida Dwi Rustika, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Acuan (BI Rate), Nilai Tukar Rupiah dan

Gross Domestic Product(GDP) Terhadap Non Performing Financing perbankan Syariah” (Skripsi

S1 FE UNY,2016), hal.5.

15http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx diakses pada 8

Maret 2017pukul 22.07 WIB.

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

16.00%

18.00%

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Juli 2016

Inflasi

BI Rate

ROA

NPF

DPK

8

menurun, maka hal ini dapat memperparah risiko pembiayaan yang dihadapi

perbankan syariah, sebab kemampuan pengembalian pembiayaan oleh debitur

akan menurun sehingga terjadi pembiayaan bermasalah.16

Irman Firmansyah17

Ach Yasin18

mengungkapkan bahwa inflasi mempunyai pengaruh positif yang

signifikan terhadap NPF Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.

Sebaliknya, Daisy Firmansari19

dan Ahmad Tabrizi20

mengatakan inflasi

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPF baik pada BUS maupun

UUS di Indonesia.

Meningkatnya pembiayaan bermasalah akan berdampak juga pada

tingkat profitabilitas bank syariah yaitu Return On Asset (ROA) akan

mengalami penurunan.21

Begitupun sebaliknya, ini dibuktikan dengan

16

Frida Dwi Rustika, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Acuan (BI Rate), Nilai Tukar Rupiah dan

Gross Domestic Product (GDP) Terhadap Non Performing Financing perbankan Syariah” (Skripsi

S1 FE UNY,2016), hal.5.

17Irman Firmansyah, “Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank in

Indonesia” Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 17 No. 2, Oktober 2014, hal. 247.

18Ach Yasin, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing (NPF)

di Industri Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Syariah di Indonesia”. Jurnal Akuntansi, e-ISSN:

2502-6380, 2014, hal. 193.

19Daisy Firmansari dan Noven Suprayogi. “ Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Variabel

Spesifik Bank terhadap Non Performing Financing pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah di Indonesia Periode 2003-2014”. JESTT, Vol. 2 No. 6, Juni 2015, hal. 517.

20Ahmad Tabrizi, “Analisis Pengaruh Variabel Makro terhadap Non Performing Financing

Bank Umum Syariah di Indonesia Perode Tahun 2005-2013”.(Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), hal. 96.

21Imam Rifky Saputra, “Pengaruh DPK dan NPF terhadap Pembiayaan yang Disalurkan

(PYD) serta Implikasinya pada ROA (Studi pada 3 BUS di Indonesia Periode 2010-2013)”,

(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), hal. 87-88.

9

penelitian Fitri Zulifiah bahwa Non Performing Financing (NPF) mempunyai

pengaruh yang positif terhadap Return On Asset (ROA).22

Selain inflasi, BI Rate turut memberikan pengaruh terhadap Non

Performing Financing (NPF). Pergerakan BI Rate ini umumnya diikuti oleh

peningkatan suku bunga deposito dan pada gilirannya suku bunga kredit

perbankan ikut meninggi. Suku bunga yang tinggi justru membahayakan

kegiatan perbankan karena pembiayaan bermasalah juga akan membesar. 23

Secara teoritis bank sentral akan menggunakan BI rate untuk menstabilkan

(menahan) laju inflasi.24

Bank syariah merupakan bank yang sangat mengedepankan prinsip

Islam tanpa adanya bunga. Namun, dalam penetapan dan penyesuaian margin

keuntungannya, selama ini bank syariah di Indonesia masih menggunakan

acuan tingkat suku bunga BI Rate yang juga digunakan oleh bank

konvensional.25

Dengan demikian, besarnya tingkat suku bunga (BI Rate)

akan mempengaruhi masyarakat untuk menyimpan dananya di bank sehingga

22

Fitri Zulifiah dan Joni Susilowibowo, “Pengaruh Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio

(CAR), Non Performing Finance (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012” (Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 2

No. 3 Juli 2014), hal. 766.

23Trinandari PN, “Penurunan BI Rate dan Suku Bnga Perbankan” dari

https://dosen.perbanas.id/penurunan-bi-rate-dan-suku-bunga-perbankan/ diakses pada 8 Maret

2017 pukul 22.15 WIB.

24Sony Hendra Permana, ”Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan (BI Rate)”, (Vol. VI, No.

22/II/P3DI/November/2014), hal. 15, diakses dari

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-22-II-P3DI-November-2014-

59.pdf pada 9 Maret 2017 pukul 10.39 WIB.

25Rudi Bambang Trisilo, “Spread Margin Keuntungan Bank Syariah di Indonesia Periode

2005-2011”, (Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 2 No. 1, 2012, ISSN: 2088-6365), hal. 1.

11

dana yang dihimpun akan meningkat, pembiayaan yang disalurkan juga

meningkat dan angka profutabilitas otomatis juga akan meningkat. Tetapi

dengan meningkatnya pembiayaan yang disalurkan juga akan menimbulkan

risiko pembiayaan bermasalah dan profitabilitas bank juga ikut menurun.26

Ani Nurmuliyani27

dan Rika Lidyah28

menunjukkan bahwa BI Rate

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan bermasalah.

Memperhatikan hal-hal yang telah diidentifikasi atas, mendorong minat

penulis untuk mengangkatnya menjadi bahan dan judul skripsi. Atas dasar

itulah penulis memilih judul “Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak

Ketiga dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta

Implikasinya terhadap Profitabilitas pada BPRS di Indonesia Periode

Januari 2013- Juli 2016”

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-

masalah sebagai berikut:

1. Terjadi fluktuasi tingkat profitabilitas yang dilihat dari rasio Return On

Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.

26

Febrina Dwijayanthy dan Prima Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai

Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”, (Jurnal Karisma, Vol. 3 (2):

87-89, 2009), hal.88.

27Ani Nurmuliyani, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing

pada BPRS di Indonesia Periode Tahun 2010-2015”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), hal. 67.

28Rika Lidyah. “ Dampak Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional

Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing Financing (NPF) pada Bank Umum

Syariah di Indonesia”. I-Finance Vol. 2, No.1 Juli 2016, hal.7.

11

2. Peningkatan rasio Non Performing Financing (NPF) pada tahun 2013 dari

tahun-tahun sebelumnya.

3. Inflasi pada tahun 2013 meningkat dari tahun-tahun sebelumnya

4. BI Rate pada tahun 2013 meningkat dari tahun-tahun sebelumnya

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis membatasi

masalah yang akan diteliti yaitu penulis hanya fokus untuk meneliti

profitabilitas dilihat dari rasio Return On Asset (ROA) yang

mengimplikasikan terhadap pembiayaan bermasalah dilihat dari rasio Non

Performing Financing (NPF) serta pengaruhnya dari Inflasi, Perolehan Dana

Pihak Ketiga (DPK), dan Tingkat Suku Bunga (BI Rate).

C. Rumusan Masalah

Melalui pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah penulis

skirpsi ini, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Bagaimana pengaruh inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga, dan Tingkat

Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap

Profitabilitas pada BPRS di Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis pengaruh inflasi, DPK, dan BI rate terhadap Non

Performing Financing (NPF) pada BPRS di Indonesia periode Januari

2013-Juli 2016 secara langsung.

b. Untuk menganalisis pengaruh inflasi, BI Rate, dan Non Performing

Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) pada BPRS di

12

Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016 secara langsung dan tidak

langsung.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis, dapat meningkatkan pengetahuan serta pemahaman

penulis yang didapatkan saat perkuliahan sehingga dapat

menginterpretasikan teori ke dalam kasus-kasus yang ada dalam bank

syariah.

b. Bagi Akademis, sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya

dan sebagai bahan masukan dalam pengembangan penelitian

selanjutnya.

c. Bagi pihak praktisi, dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat

bagi pengembangan dan peningkatan penyaluran dana dalam bentuk

pembiayaan.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi dan pembatasan

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini akan dijelaskan teori terkait pengertian Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS), Profitabilitas, Pembiayaan Bermasalah, Inflasi,

Dana Pihak Ketiga (DPK), Tingkat Suku Bunga (BI Rate), Hubungan antar

13

Variabel, dan Review Penelitian Terdahulu serta kerangka konsep.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Teori dari penjelasan mengenai ruang lingkup penelitian, jenis penelitian, jenis

dan sumber data, teknik pengumpulan dan analisis data, serta operasional

variabel penelitian.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dikemukakan tentang analisis data dan pembahasan yang

menjelaskan analisis pengaruh inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), Tingkat

Suku Bunga (BI Rate) terhadap Pembiayaan Bermasalah serta

implikasinya terhadap Profitabilitas pada Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) di Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016 melalui

metode analisis jalur yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan

penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan

permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.

14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 BPR adalah

lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara

konvensioanal atau bedasarkan prinsip syariah.29

Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) mulai dikenal istilahnya dalam UU Nomor 21 Tahun 2008

tentang perbankan syariah. Sebelumnya, BPRS lebih dikenal sebagai Bank

Pengkreditan Rakyat Syariah. Oleh karena istilah “kredit” tidak dikenal dalam

kegiatan perbankan syariah, maka istilah ini diganti menjadi istilah

“pembiayaan”.30

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang

perbankan syariah Nomor 21 tahun 2008 menyebutkan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

29

Lukman Hakim dan Muhammad Solahuddin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah

Kontemporer (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2008), hal. 109.

30Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK Syariah

(Yogyakarta: P3EI Press, 2008), hal. 49.

15

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai salah satu lembaga

keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-

prinsip syariah maupun muamalah. BPR Syariah merupakan langkah aktif

dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam

berbagai paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum,

dan secara khusus mengisu peluang terhadap bank konvensional dalam

penetapan tingkat suku bunga.31

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tidak dapat dikonversi menjadi

Bank Pengkreditan Rakyat. Berbeda dengan Bank Umum Syariah, Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tidak diizinkan untuk membuka kantor

cabang, kantor perwakilan, dan jenis kantor lainnya di luar negeri.32

Adapun tujuan didirikannya BPRS dalah sebagai berikut:33

a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat

golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di pedesaan.

b. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat Kecamatan, sehingga

mengurangi arus urbanisasi.

31

Revalia Ayunda, “Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Mudharabah, Pembiyaan Musyarakah,

Pembiayaan Murabahah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Kinerja Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), hal. 16.

32Burhanuddin S., Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2010), hal. 45.

33Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK Syariah

(Yogyakarta: P3EI Press, 2008), hal. 49.

16

c. Membina semangat Ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam

rangka meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang

memadai.

Berkaitan dengan BPRS, sebagaimana terlihat dalam Pasal 21 UU

Perbankan Syariah, kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh lembaga ini

adalah:34

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

tabungan berdasarkan akad wadi’ah dan investasi berupa deposito atau

tabungan berdasarkan akad mudharabah

b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan bagi

hasil berdasarkan akad mudharabah, musyarakah; pembiayaan jual-beli

berdasarkan akad murabahah, salam, istishna’, akad qardh, ijarah atau

ijarah muntahiya bittamlik, hiwalah.

c. Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan

berdasarkan akad wadiah atau investasi berdasarkan akad mudharabah

d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah melalui rekening BPRS yang ada di BUS, BUK

dan UUS.

e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah

lainnya.

34

Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), hal. 86-87.

17

Di sisi lain BPRS juga dapat melakukan penghimpunan dana dengan

mengumpulkan dan menerima dana zakat, infaq, dan shodaqoh sebagai

implementasi Baitul Mal. Dana lain yang dapat dihimpun sebagai bentuk

kreativitas BPRS dalam upaya penghimpunan dana adalah dengan tabungan

haji, kurban, aqiqah, kepemilikan kendaraan dan rumah, bahkan dapat

digunakan sarana penitipan dana-dana masjid, dan bentuk-bentuk tabungan

lain yang pada prinsipnya dapat menarik dana dari masyarakat.35

B. Profitabilitas

Pada umumnya bank syariah dalam mencapai tingkat profitabilitas yang

optimal, pasti akan dihadapkan oleh berbagai macam risiko yaitu salah

satunya adalah risiko pembiayaan.36

Risiko pembiayaan merupakan risiko

utama dari perbankan karena sebagian besar kegiatan utamanya adalah

melakukan penyaluran pembiayaan di berbagai macam sektor. Setiap

pembiayaan yang disalurkan memiliki risiko terjadinya pembiayaan

bermasalah, jika terjadi pembiayaan bermasalah yang melampaui batas maka

akan menjadi masalah serius yang akan mengganggu tingkat profitabilitas

bank itu.37

35

Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK

Syariah,(Yogyakarta: P3EI Press, 2008), hal. 50.

36Fernando Africano, “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap Profitabilitas

Bank Umum Syariah di Indonesia” (Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 6 No.1 September 2016), hal.

62.

37Irman Firmansyah, “Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank in

Indonesia” (Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol. 17 No.2 Oktober 2014), hal. 242.

18

Profitabilitas memiliki tujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam

memperoleh laba yang berhubungan dengan aset maupun modal. Tingkat

profiitabilitas biasanya dinyatakan dalam persentase menggunakan rasio, rasio

profitabilitas merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan

bank berdasarkan perhitungan rasio berdasarkan analisis kuantitatif yang

menunjukkan hubungan antar unsur dalam laporan laba rugi dan neraca. Salah

satu rasio profitabilitas yang digunakan bank adalah Return On Asset

(ROA).38

Semakin besar Return On Asset (ROA) suatu bank maka semakin besar

keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan

asset. ROA adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa apabila rasio ini

meningkat, maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk

memperoleh pendapatan.

Dalam perhitungan Return On Asset (ROA) menunjukkan perbandingan

antara laba sebelum pajak dengan total asset bank/ total aktiva. Laba sebelum

pajak adalah laba rugi bank yang diperoleh dalam periode berjalan sebelum

dikurangi pajak. Sedangkan total aktiva merupakan komponen yang terdiri

dari kas, giro pada BI, penempatan pada bank lain, piutang, pembiayaan

38

Rahmi Rahmawati, “Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan

Syariah di Indonesia” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2016), hal. 32.

19

dengan prinsip bagi hasil, pembiayaan dengan prinsip jual-beli, sewa,

pinjaman qardh, aktiva tetap, dan lain-lain.39

Pada profitabilitas bank, bidang moneterpun turut serta memengaruhi

aktivitas bank dalam menghasilkan profitabilitas. Diantaranya laju inflasi yang

tinggi akan menimbulkan ketidakpastian dalam berusaha sehingga akan

mengganggu kegiatan operasional perbankan seperti pembuatan anggaran

belanja dan perencanaan kredit yang akan memengaruhi keadaan keuangan

termasuk kinerja keuangannya akan menurun.40

Selain itu, dana pihak ketigapun ikut turut serta dalam menghasilkan

profitabilitas di perbankan. Seperti kita ketahui, sebagai lembaga intermediasi

perbankan selama ini menyalurkan kredit dengan sumber dana antara lain

dana yang dihimpun dari masyarakat. Di saat masyarakat menyimpan

sebagian pendapatannya di lembaga keuangan khususnya perbankan, maka

pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari dana masyarakat atau dana

pihak ketiga (DPK) akan mengalami peningkatan yang akhirnya menaikkan

tingkat profitabilitas bank.41

Dengan berkembangnya tingkat suku bunga yang tidak wajar secara

langsung dapat mengganggu perkembangan perbankan. Di satu sisi, ketika

39

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005),

hal. 22.

40Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter ndonesia (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Ed. 1,

2008) hal. 52

41Ibid, hal. 52.

20

suku bunga tinggi akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk

menginvestasikan dananya sehingga profitabilitas perbankan akan meningkat.

Di sisi lain suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang

dikeluarkan oleh dunia usaha, sehingga beban bunga yang mereka tanggung

lebih tinggi dan dunia usaha cenderung mencari alternatif pendanaan yang

lebih murah yang akhirnya peluang bank untuk mendapatkan profitabilitas

akan menurun.42

C. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing/NPF)

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu dari risiko dalam suatu

pelaksanaan pembiayaan. Risiko pembiayaan merupakan risiko yang

disebabkan oleh adanya counterparty dalam memenuhi kewajbannya.

Dalam bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk

dan risiko terkait dengan pembiayaan korporasi.43

Pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam

pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan

pihak bank seperti pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah;

pembiayaan yang temasuk golongan perhatian khusus, diragukan, dan

42

Ibid, hal. 54.

43Adiwarman A. Karim, Bank Islam Anlisis Fikih dan keuangan (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2010), hal. 260.

21

macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakkan dalam

pengembalian.44

Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu risiko yang pasti

dihadapi oleh setiap bank karena risiko ini sering juga disebut dengan

resiko kredit. Risiko kredit adalah eksposur yang timbul sebagai akibat

kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Disatu

sisi risiko ini dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank

seperti penyaluran pinjaman, kegiatan tresuri dan investasi, dan kegiatan

jasa pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam buku bank. Disisi lain

risiko ini timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk. Kinerja

debitur yang buruk ini dapat berupa ketidakmampuan atau ketidakmauan

debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh perjanjian kredit yang telah

disepakati bersama sebelumnya. Dalam hal ini yang menjadi perhatian

bank bukan hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari jaminan kredit

termasuk collateral tetapi juga karakter dari debitur.45

2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Pada umumnya pembiayaan bermasalah selalu disebabkan oleh

kesalahan debitur, dari kondisi eksternal, bahkan dari bank yang

memberikan pembiayaannya tersebut.

44

Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit management handbook: teori, konsep,

prosedur, dan aplikasi: panduan praktis mahasiswa, bankir, dan nasabah (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2006), hal. 457.

45Robert Tampubolon, Risk Management: Pendekatakan Kualitatif Untuk Bank Komersial

(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), hlm. 24.

22

Kesalahan bank yang dapat mengakibatkan pembiayaan bermasalah

berawal dari tahap perencanaan, analisis, dan pengawasan. Berikut

penyebab pembiayaan bermasalah baik dari faktor internal maupun faktor

eksternal, yaitu:46

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam bank itu sendiri,

dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial.

Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan bank yang disebabkan oleh

faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan

dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan

biaya dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat,

penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, dan permodalan yang

tidak cukup. Faktor internal bank yang menyebabkan terjadinya

pembiayaan bermasalah:47

1) Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang

akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu pembiayaan.

Misalnya, pembiayaan yang diberikan tidak sesuai dengan

kebutuhan, sehingga nasabah tidak mampu membayar angsuran

yang melebihi kemampuan.

46

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Cet.4 (Jakarta: Pustaka Alvabet,

2006), hal. 222.

47Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplkasi, Ed.1, Cet. 2 (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2010), hal. 124.

23

2) Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha

debitur, sehingga tidak dapat melakukan analisis dengan tepat dan

akurat.

3) Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, misalnya komisaris,

direktur bank sehingga petugas tidak independen dalam

memutuskan kredit.

4) Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit

debitur.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar kekuasaan

manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan

dalam kondisi perekonomian dan perdagangan, perubahan teknologi,

dan lain-lain. Selain itu, faktor eksternal juga sangat terkait dengan

kegiatan usaha debitur yang menyebabkan terjadinya pembiayaan

bermasalah antara lain terdiri dari:

1) Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit

Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan oleh adanya

kebijakan penyejukan ekonomi atau akibat kebijakan pengetatan

uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang menyebabkan

tingkat bunga naik dan pada gilirannya debitur tidak lagi mampu

membayar cicilan pokok dan bunga kredit.

24

2) Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh

debitur

Dalam kondisi persaingan yang tajam, sering bank menjadi

tidak rasional dalam pemberian kredit dan akan diperburuk dengan

keterbatasan kemampuan teknis dan pengalaman petugas bank

dalam pengelolaan kredit.

3) Kegagalan usaha debitur

Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat usaha debitur

yang sensitif terhadap pengaruh eksternal, misalnya kegagalan

dalam pemasaran produk karena perubahan harga di pasar, adanya

perubahan pola konsumen, dan pengaruh perekonomian nasional.

4) Debitur mengalami musibah

Musibah bisa saja terjadi pada debitur, misalnya meninggal

dunia, lokasi usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan

sementara usaha debitur tidak dilindungi dengan asuransi

D. Inflasi

”Inflation is always and everywhere a monetary phenomenon”. So wrote

Milton Friedmen, the great economist who won the Nobel Prize for economics

in 1976.48

Inflasi merupakan fenomena kenaikan tingkat harga secara umum

dari barang/komoditas dan jasa dalam waktu periode tertentu yang disebabkan

48

N. Gregory Mankiw, Macroeconomics,Sixth edition, hal. 92.

25

karena terjadiya penurunan nilai unit peghitungan moneter terhadap suatu

komoditas.49

Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit

perhitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa didefinisikan

sebagai deflasi.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah

Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu

menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi

masyarakat. 50

Rumus perhitungan inflasi:

Inflasi =

Inflasi dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya:

1. Natural Inflation dan Human Eror Inflation, yang artinya terjadi karena

sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam

mencegahnya. Sedangkan human eror inflation adalah inflasi yang terjadi

karena kesalahan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.

2. Actual/ Anticipated/ Expected Inflation dan Unanticipated/Unexpected

Inflation. Expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama

dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi, sedangkan

unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman belum atau tidak

merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.

49

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, Ed.2 (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO

PERSADA, 2006), hal. 135.

50http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx diakses pada

tanggal27 Februari 2017 pukul 09.39 WIB.

26

3. Demand pull dan cost push inflation. Demand pull inflation diakibatkan

oleh perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregat dari barang dan

jasa suatu perekonomian. Sedangkan cost push inflation terjadi karena

adanya perubahan pada sisi penawaran agregat dari barang dan jasa pada

suatu perekonomian.

4. Spiralling inflation. Inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi

sebelumnya yang mana inflasi sebelumnya terjadi sebagai akibat dari

inflasi yang terjadi sebelumnya lagi.

5. Imported inflation dan domestic inflation. Imported inflation adalah inflasi

yang terjadi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu Negara karena

harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional.

Sedangkan domestic inflation yaitu inflasi yang terjadi di dalam negeri

pada suatu Negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara

lainnya.

Jika diprediksikan inflasi tidak terlalu berbahaya karena setiap orang akan

mempertimbangkan prospek harga yang lebih tinggi di masa yang akan datang

dalam pengambilan keputusan. Di dalam kenyataannya, inflasi tidak bisa

diprediksikan, berarti orang-orang seringkali dikagetkan dengan kenaikan

harga. Hal ini mengurangi efisiensi ekonomi karena orang akan mengambil

risiko yang lebih sedikit untuk meminimalkan peluang kerugian akibat kejutan

harga. Semakin cepat kenaikan inflasi semakin sulit untuk memprediksikan

27

inflasi di masa yang akan datang. Kebanyakan ekonomi berpendapat bahwa

perekonomian berjalan efisien apabila inflasi rendah.51

Inflasi atau kenaikan harga yang tinggi dan terus menerus menimbulkan

beberapa dampak buruk kepada individu dan masyarakat, nasabah,

kreditur/debitur, ataupun pada perekonomian secara keseluruhan. Dampak

inflasi terhadap individu dan masyarakat:52

1. Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Inflasi menyebabkan daya

beli masyarakat berkurang, apalagi untuk masyarakat yang mempunyai

pendapatan tetap, kenaikan upah tidak secepat kenaikan harga maka inflasi

akan menurunkan nilai upah riil setiap individu yang berpendapat tetap.

2. Memperburuk distribusi pendapatan. Bagi masyarakat yang memiliki

pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan nilai riil dari

pendapatannya dan pemilik kekayaan dalam bentuk uang akan mengalami

penurunan juga akan tetapi, bagi masyarakat yang memiliki kekayaan nilai

tetap seperti tanah maka dapat mempertahankan atau menambah nilai riil.

Dampak lainnya dirasakan juga oleh nasabah yaitu nasabah enggan untuk

menabung karena nilai mata uang semakin menurun, bagi debitur justru ini

akan menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur nilai

uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam sebaliknya bagi kreditur

51

Nurul Huda, Ekonoi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: KENCANA PRENADA

MEDIA GROUP, 2008), hal.176.

52Pratahama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikroekonomi&Makroekonomi), (Jakarta: LP FE Universitas Indonesia, 2008), hal. 371-372.

28

mengalami kerugian uang yang dikembalikan memiliki nilai lebih rendah

dibandingkan saat peminjaman. Sedangkan bagi perekonomian secara

keseluruhan, misalnya prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan

semakin memburuk, inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak

rencana jangka panjang para pelaku ekonomi.

Dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang dipakai

adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan

dibenarkan dalam Islam. Penurunan nilai dinar dan dirham memang masih

mungkin terjadi, ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu

mengalami penurunan. Kondisi defisit pernah terjadi di masa Rasulullah

sebelum Perang Hunain terjadi. Walaupun demikian, AlMaqrizi membagi

inflasi menjadi 2 macam, yaitu inflasi akibat berkurangnya persediaan barang.

Inflasi tersebut terjadi pada zaman Rasulullah dan masa khulafaur Rasyidin,

yaitu karena kekeringan dan peperangan. Kedua akibat kesalahan manusia,

seperti korupsi, admisnistrasi yang buruk, pajak yang memberatkan, dan

jumlah uang yang berlebihan.53

Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi

perekonomian karena:54

53

Ibid, hal. 189-190.

54Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, Cet.5 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2012), hal. 139.

29

1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi

tabungan, fungsi dari pembayaran di muka dan fungsi dari unit

penghitungan.

2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari

masyarakat

3. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja teruatama untuk non

primer dan barang-barang mewah

4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif yaitu

penumpukkan kekayaan.

E. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam

bentuk tunai atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai.

Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai bank tidak hanya berasal dari pemilik

bank itu sendiri, tetapi berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau

pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada saat tertentu akan ditarik kembali,

baik sekaligus atau secara berangsur-angsur.

Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari

masyarakat. Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari

simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya.55

Secara garis besar sumber

dana bank dapat diperoleh dari:56

55

Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2007). Hal.

45.

56Ibid, hal. 46.

30

1. Sumber dana dari bank itu sendiri

2. Sumber dana dari masyarakat luas (dana pihak ketiga)

3. Sumber dana dari lembaga lainnya

Sumber dana dari masyarakat luas atau dana pihak ketiga merupakan

sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan

ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber

dana ini.57

Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat

menggunakan tiga macam jenis simpanan. Masing-masing jenis simpanan

memiliki keunggulan tersendiri, sehingga bank harus pandai dalam menyiasati

pemilihan sumber dana. Sumber dana yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Simpanan Giro.

Giro dalam Fatwa DSN No. 01/DSN-MUI/IV/2000 adalah simpanan

dana yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan penggunaan

cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan

pemindahbukuan. Dalam pelaksanaan tata usaha giro dilakukan melalui

suatu rekening yang disebut rekening koran. Rekening ini digunakan untuk

menatausahakan kredit yang juga diberikan melalui rekening koran.

Perkembangan rekening giro pada bank tidak hanya semata-mata

untuk kepentingan bank juga kepentingan masyarakat modern, karena giro

adalah uang giral yang dipergunakan sebagai alat pembayaran,yaitu

57

Ibid, hal. 48.

31

melalui penggunaan cek.58

Dalam dunia bisnis rekening giro merupakan

hal yang mutlak untuk dimiliki demi lancarnya urusan pembayaran bisnis.

59 Giro yang dibenarkan dalam syariah menggunakan prinsip wadiah dan

mudharabah.60

Giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah,

yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya

menghendaki. Dalam konsep wadiah yad dhamanah, pihak yang

menerima titipan boleh menggunakan/ memanfaatkan uang atau barang

yang dititipkan. Sedangkan wadiah yad amananah pihak yang menerima

titipan tidak boleh menggunakan/ memanfaatkan uang atau barang yang

dititipkan.

Bank syariah pada dasarnya menerapkan prinsip wadiah yad

dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak

kepada bank syariah untuk menggunakan uang atau barang titipannya,

sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi untuk

mengelola dana titipan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi

hasil dari keuntungan pengelolaan dana tersebut. Namun, bank syariah

58

Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Ed. 2 (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),

hal.88.

59Ibid, hal. 89.

60Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Cet.1 (Jakarta: KENCANA

PRENAMEDIA GROUP, 2009), hal. 75.

32

diperkenankan memberikan bonus dengan tidak dijanjikan di awal akad.61

Karakteristik dari giro wadiah antara lain, sebagai berikut:62

a. Harus dikembalikan utuh seperti semula sejumlah barang yang

dititipkan sehingga tidak boleh overdraft

b. Dapat dikenakan biaya titipan

c. Dapat diberikan syarat tertentu untuk keselamatan barang titipan

misalnya dengan cara menetapkan saldo minimum

d. Penarikan giro wadiah dilakukan dengan cek dan bilyet giro sesuai

ketentuan yang berlaku

e. Jenis dan kelompok rekening sesuai ketentuan yang berlaku dalam

kegiatan usaha bank sepanjang tidak bertentangan dengan syariah

f. Dana wadiah hanya dapat digunakan seijin nasabah.

Giro mudharabah merupakan giro yang dijalankan berdasarkan prinsip

mudharabah. Akad mudharabah dalam bank syariah terdiri dari mudharib

dan sahibul maal.

2. Simpanan Tabungan.

Sesuai dengan perkembangan zaman, dewasa ini kegiatan menabung

sudah beralih dari rumah ke lembaga keuangan seperti bank. Menabung di

bank bukan saja menghindarkan dari risiko kehilangan atau kerusakan,

61

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Ed.3 (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 291-292.

62Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, Cet.1 (Jakarta: KENCANA

PRENADA MEDIA GROUP, 2010), hal.24.

33

akan tetapi juga memperoleh penghasilan dari bunga. Dengan demikian

jumlah uang akan bertambah dari waktu ke waktu meskipun uang tidak

ditambah.63

Namun, dalam bank syariah bunga tidak diperbolehkan karena

memiliki unsur riba, tabungan yang diperbolehkan dalam bank syariah

menggunakan prinsip bagi hasil.

Tabungan merupakan jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak ketiga

yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu sesuai

perjanjian antara bank dan pihak nasabah. Dalam perkembangannya

penarikan tabungan dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan

sarana penarikan berupa slip penarikan, ATM, surat kuasa, dan sarana

lainnya yang dipersamakan dengan itu.64

Menurut Fatwa DSN No.

02/DSN-MUI/IV/2000, tabungan adalah simpanan dana yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang

telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau

alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan dalam bank syariah

dibagi menjadi 2 kelompok akad yaitu akad wadiah dan mudharabah.

Tabungan dengan prinsip wadiah merupakan simpanan sementara

untuk menentukan pilihan apakah untuk investasi atau untuk konsumsi

63

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Cet. I ( Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 83.

64Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, Cet.1 (Jakarta: KENCANA

PRENADA MEDIA GROUP, 2010), hal. 44.

34

yang dapat ditarik setiap saat. Dalam Fatwa DSN-MUI mengenai tabungan

wadiah ditetapkan beberapa ketentuan, diantaranya:65

a. Bersifat sementara

b. Simpanan dapat diambil kapan saja atau berdasarkan kesepakatan

c. Tidak ada imbalan yang dipersyaratkan kecuali dalam bentuk

pemberian yang bersifat sukarela.

Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 2 tentang tabungan mudharabah

terdapat beberapa ketentuan, diantaranya sebagai berikut:

a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai sahibul maal,

sedangkan bank sebagai mudharib atau pengelola dana

b. Mudharib dapat melakukan berbagai macam usaha selama tidak

bertentangan dengan syariah

c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan

piutang.

d. Pembagian keuntungan dalam bentuk nisbah bagi hasil dan dituangkan

dalam akad pembukaan rekening.

e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan

menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah nasabah tanpa ada

kesepakatan

65

Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah (Jakarta: PT.

Grasindo, 2005), hal. 27.

35

Tabungan yang disebutkan diatas merupakan ketentuan dari

mudharabah mutlaqah dimana pengelolaan dana investasi diserahkan

sepenuhnya kepada mudharib. Tabungan mudharabah merupakan

tabungan dengan akad mudharabah dimana pemilik dana (sahibul maal)

mempercayakan dananya untuk dikelola bank (mudharib) dengan nisbah

bagi hasil yang disepakati di awal. Tabungan ini tidak dapat diambil

sewaktu-waktu sesuai dengan prinsip yang digunakan yaitu investasi yang

diharapkan akan menghasilkan keuntungan, oleh karena itu modal yang

diserahkan kepada mudharib tidak boleh ditarik sebelum akad tersebut

berakhir. Di lain pihak, tabungan yang dapat ditarik setiap saat akan

mengakibatkan risiko likuiditas yang cukup tinggi bagi bank syariah,

karena jika jangka waktu setoran dan penarikan sangat pendek sehingga

bank syariah tidak dapat menginvestasikan dana tersebut yang pada

akhirnya tidak dapat memperoleh pendapatan atau hasil usaha.66

Pembagian keuntungan didasarkan pada nisbah yang disepakati di

awal kontrak antara mudharib dan sahibul maal dan harus dituangkan

pada perjanjian tertulis. Berikut perbedaan tabungan mudharabah dan

wadiah:67

66

Ibid, hal. 49-50.

67Ibid, hal. 52.

36

Tabel 2.1 Perbedaan Tabungan Mudharabah dan Wadiah

No

Tabungan

Mudharabah

Tabungan Wadiah

1. Sifat dana Investasi Titipan

2. Penarikan Dapat dilakukan pada

periode tertentu

Dapat dilakukan

sewaktu-waktu

3. Intensif Bagi Hasil Bonus

4. Pengambilan

dana

Tidak dijamin

dikembalikan semua

Dijamin dikembalikan

semua

3. Simpanan Deposito.

Deposito merupakan simpanan dana berjangka yang penarikannya

hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah

penyimpan dengan bank berdasarkan prinsip mudharabah. Pemilik

deposito disebut deposan. Keuntungan bagi bank dengan menghimpun

dana lewat deposito adalah uang yang tersimpan relatif lebih lama,

mengingat deposito memiliki jangka waktu yang relatif panjang dan

frekuensi penarikan juga jarang. Dengan demikian bank dapat dengan

leluasa untuk menggunakan dananya kembali untuk penyaluran

pembiayaan.68

Menurut Undang-undang No. 21 tahun 2008, deposito adalah investasi

dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak

68

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Cet. I ( Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 93.

37

bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat

dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah

penyimpan dan Bank Syariah dan/atau UUS. Penarikan hanya dapat

dilakukan pada waktu tertentu maksudnya adalah jika nasabah deposan

menyimpan uangnya untuk jangka waktu 3 bulan, maka uang tersebut

dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir dan sering disebut

tanggal jatuh tempo.

Sarana/ alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito sangat

tergantung dari jenis depositonya. Artinya setiap jenis deposito

mengandung beberapa perbedaan sehingga diperlukan yang berbeda pula.

Contohnya deposito berjangka penarikannya menggunakan bilyet

deposito, sedangkan untuk sertifikat deposito menggunakan sertifikat

deposito.

Mudrajat Kuncoro dan Suharjono, Deposito adalah simpanan

berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya hanya dapat

dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu yang

telah diperjuangkan sebelumnya. Deposito dibedakan menjadi 3 jenis

yaitu:69

a. Deposito Berjangka. Deposito berjangka merupakan simpanan

berjangka yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang

disepakati. Pemegang deposito berjangka akan mendapatkan bilyet

69

Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, Cet.1 (Jakarta: KENCANA

PRENADA MEDIA GROUP, 2010), hal. 45-46.

38

deposito sebagai bukti hak kepemilikkannya. Deposito berjangka tidak

dapat diperjualbelikan dan pembayaran bagi hasil dilakukan setiap

tanggal valuta, tanggal dimana deposito tersebut dibuka.

b. Sertifikat deposito. Sertifikat deposito merupakan simpanan berjangka

yang diterbitkan dengan menggunakan sertifikat sebagai bukti

kepemilikkan oleh pemegang haknya. Sertifikat deposito dapat

dicairkan oleh siapapun yang membawa dan menunjukkan kepada

bank yang menerbitkan dan dapat diperjualbelikan. Pembayaran bagi

hasil dilakukan pada saat pembelian atau dibayar dimuka.

c. Deposit On Call. Deposit on call adalah jenis simpanan berjangka

yang penarikannya perlu memberitahukannya terlebih dahulu kepada

bank penerbit deposit on call. Deposit ini tidak dapat diperjualbelikan

dan diterbitkan atas nama serta bagi hasil dibayarkan pada saat

pencairan.

Deposito mudharabah merupakan simpanan dana dengan akad

mudharabah dimana pemilik dana mempercayakan dananya untuk

dikelola dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati sejak

awal. Semua permintaan pembukaan deposito mudharabah harus

dilengkapi dengan akad/perjanjian yang berisi, antara lain nama dan

alamat sahibul maal, jumlah deposito, jangka waktu, nisbah pembagian

keuntungan, cara pembayaran bagi hasil dan pokok pada saat jatuh tempo

serta syarat-syarat lain yang deposito mudharabah butuhkan.

39

Setiap tanggal jatuh tempo deposito, pemilik dana akan mendapatkan

bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. Dalam syariat Islam

jika bagi hasil ditambahkan ke pokoknya untuk diinvestasikan kembali

diperbolehkan. Periode penyimpanan dana ditentukan berdasarkan periode

bulanan. Bank dapat memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan

deposito kepada pemilik dana. Deposito mudharabah hanya dapat ditarik

sesuai dengan jangka waktu yang disepakati.70

F. Tingkat Suku Bunga (BI Rate)

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau

stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan

diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank

Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada

operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan

likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran

operasional kebijakan moneter.71

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian,

Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke

depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank

Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan

berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

70

Ibid, hal. 57.

71http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx diakses pada

tanggal 27 Februari 2017 pukul 11.12 WIB.

40

Suku bunga (BI Rate) merupakan faktor yang utama dalam aktifitas bank,

baik suku bunga kredit maupun suku bunga simpanan. Apabila suku bunga

simpanan naik maka kemungkinan besar suku bunga kredit juga ikut akan

naik, begitupun sebaliknya. Adanya keterkaitan antara suku bunga simpanan

dan kredit, terdapat beberapa faktor yang mempengaruh besar kecilnya suku

bunga, antara lain:72

1. Kebutuhan dana. Apabila pihak yang membutuhkan dana pada kondisi

sangat memerlukan maka akan berpengaruh pada tingkat bunga, dan pihak

kreditur dapat meminjamkan dananya dengan bunga yang lebih tinggi.

2. Persaingan antarbank. Bank tidak dapat menentukan suku bunga sesuai

dengan keinginannya tetapi harus sesuai dengan suku bunga di pasar.

3. Kebijakan pemerintah. Bank harus mengikuti kebijakan pemerintah dalam

menentukan tingkat suku bunga.

4. Jangka Waktu. Semakin lama jangka waktu yang dijanjikan akan semakin

besar kemungkinan adanya fluktuasi bunga dalam market share, sehingga

semakin lama jangka waktunya akan semakin besar tingkat bunganya.

5. Kualitas jaminan. Dalam menentukannya besar suku bunga kredit, bank

melihat agunan/ jaminan. Apabila jaminan tersebut marketable mudah

diperjualbelikan, nilainya stabil dan meningkat, maka bank dapat

memberikan bunga kredit yang lebih rendah.

6. Reputasi nasabah. Bank akan lebih aman dalam memberikan kredit kepada

debitur yang memiliki reputasi usaha yang baik, Karena jaminan

72Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, Ed.1 Cet.2 (Jakarta: Kencana

Media Group, 2011), hal. 133-135.

41

pembayaran atas kredit yang diberikan akan lebih besar. Oleh karena itu,

bank sebgai kreditur tidak dapat memeberikan bunga sesuai dengan pasar,

akan tetapi lebih rendah dengan bunga di pasar.

7. Produk. Produk yang ditawarkan bank bervariasi, sehingga bunga yang

akan diberikan kepada nasabah tergantung jenis produknya. Semakin

banyak fasilitas yang diberikan dalam produk tertentu akan semakin

menarik bunga yang ditawarkan.

8. Hubungan bank. Hubungan antara bank dengan nasabah juga

mempengaruhi tingkat suku bunga, apabila nasabah yang telah memiliki

hubungan baik dengan bank bertahun tahun tidak pernah melakukan wan

prestasi, maka bank akan memberikan bunga lebih rendah.

9. Risiko. Risiko merupakan faktor penting yang digunakan oleh bank untuk

menentukan besar kecilnya suku bunga.

Dalam menentukan besarnya suku bunga kredit, bank akan

memeperhatikan beberapa unsur bunga kredit antara lain:73

1. Cost of loanable fund (COLF)

Cost of loanable fund adalah biaya yang akan dikeluarkan bank dalam

rangka menghimpun dana pihak ketiga. Sumber dana yang dimiliki oleh

setiap bank berasal dari giro, deposito, dan tabungan. Bagi bank yang

memiliki kontribusi dana giro terbesar maka biaya dana bank akan

rendah, sehingga bank dapat menentukan besarnya bunga kredit lebih

rendah dari bank lain. Sebaliknya, apabila bank memiliki dana deposito

73

Ibid, hal. 136-139.

42

yang paling banyak, dan bunga deposito merupakan bunga yang paling

tinggi dibanding bunga giro dan tabungan, maka bank juga akan

menetapkan bunga lebih besar.

2. Biaya Overhead

Biaya overhead merupakan komponen biaya yang berasal dari seluruh

biaya yang dikeluarkan oleh bank selain biaya dana. Biaya ini terdiri dari

biaya pegawai, administrasi & umum, penyusutan, dan lain-lain yang

digunakan untuk mendukung kelancaran aktivitas operasional bank.

3. Biaya Risiko

Biaya risiko merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka

antisipasi adanya kemungkinan biaya yang ditimbulkan karena terjadinya

kredit bermasalah. Setiap bank, diwajibkan untuk membentuk cadangan

terhadap kredit yang telah disalurkan sesuai dengan kualitas kredit

masing-masing. Biaya cadangan ini akan dibebankan terhadap besarnya

bunga kredit.

4. Laba yang diinginkan

Laba yang diinginkan atau spread merupakan keuntungan yang

diharapkan dari kredit yang disalurkan bank. Oleh karena itu, dalam

menetapkan besarnya suku bunga kredit bank akan menghitung berapa

keuntungan yang diharapkan.

43

5. Pajak

Pajak merupakan unsur penting dalam menetapkan suku bunga kredit.

Pajak dapat dibebankan secara keseluruhan, maupun sebagian karena pada

umumnya bank mengharapkan keuntungan bersih setelah dikurangi

perkiraan pajak.

G. Hubungan antara Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga dan Tingkat

Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah

1. Inflasi

Ketika terjadi inflasi dimana kenaikan harga terjadi secara terus-

menerus, daya beli masyarakat akan menurun karena nilai uang terus

tergerus inflasi. Hal ini menyebabkan turunnya penjualan dan kondisi

dunia usaha atau bisnispun melemah. Kondisi tersebut menyebabkan

nasabah mengalami kesulitan untuk mengembangkan pembiayaannya,

sehingga pembiayaan bermasalah akan meningkat.74

Hal ini sesuai dengan

teori yang berlaku umum bahwa inflasi menyebabkan naiknya biaya

produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen

enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan

produksinya untuk sementara waktu. Bahan bila tidak sanggup mengikuti

laju inflasi, usaha produsen akan bangkrut.

74

Agus, Arijanto, Dosa-dosa Orang Tua terhadap Anak dalam Hal Finansial (Jakrta: PT. Elex

Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2010), hal. 82.

44

Hal ini dibuktikan oleh penelitian Ach. Yasin75

bahwa semakin tinggi

nilai inflasi maka akan semakin meningkat pembiayaan bermasalah yang

terjadi di bank syariah.

2. Perolehan Dana Pihak Ketiga

Bank syariah merupakan lembaga intermediasi dimana tugas utamanya

adalah menghimpun dana dari masyarakat yang disebut dana pihak ketiga.

Ketika dana pihak ketiga yang diperoleh bank syariah meningkat maka

bank syariah akan meningkatkan penyaluran pembiayaannya pula dan

risikoakan terjadinya pembiayaan bermasalah pada bank tersebut juga

akan terjadi.76

Begitupun sebaliknya, ketika keadaan dimana kemampuan

bank dalam menghimpun dananya sangat rendah juga akan mengurangi

kemampuan perbankan untuk mengurangi kredit/ pembiayaan yang diikuti

juga dengan menurunnya kredit macet.77

Hal tersebut didukung oleh penelitian Ayu Yunita Sahara78

bahwa

semakin besar dana pihak ketiga yang dihimpun bank syariah maka

75

Ach Yasin, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing (NPF)

di Industri Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Syariah di Indonesia”. Jurnal Akuntansi, e-ISSN:

2502-6380, 2014, hal. 193

76Hery Hardjanto, Analisis Pengaruh DPK dan NPF terhadap Pembiayaan yang Disalurkan

serta Implikasinya pada Retun On Asset di Bank Muamalat Indonesia (Skripsi S1 Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, 2010), hal. 66

77Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Ed.

1, 2008), hal. 52.

78Ayu Yanita Sahara, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto

terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1

No.1, Januari 2013. hal. 154.

45

pembiayaan yang disalurkan juga akan meningkat sehingga pembiayaan

bermasalah yang dialami bank tersebut akan meningkat.

3. Tingkat Suku Bunga

Saat BI Rate naik, terjadi peningkatan daya saing bank syariah dimana

nisbah bagi hasil bank syariah mampu bersaing dari tingkat bunga

pinjaman bank konvensional yang meningkat. Dengan adanya peningkatan

BI Rate, produk pembiayaan oleh bank syariah akan semakin kompetitif.

Margin/ nisbah bagi hasil bank syariah yang ditentukan oleh kaasitas

usaha atau laba/ rugi debitur tidak dapat naik begitu saja, maka margin

tersebut akan lebih bersaing terhadap suku bung kredit bank konvensional.

Debitur akan cenderung mencari bunga yang lebih rendah saat melakukan

pinjaman, maka saat suku bnga kredit bank konvensioanl naik akibat

naiknya BI Rate makan debitur akan memilih opsi lain yakni melakukan

pinjaman pada bank syariah yang biaya dananya dianggap lebih rendah

dari bunga bank konvensional. Pada kondisi yang demikian pembiayaan

yang disalurkan bank syariah akan meningkat dan risiko akan terjadinya

pembiayaan bermasalah akan meningkat juga (Febrianti, 2015).

Teori diatas didukung oleh penelitian Lidyah79

dan Ani Nurmuliyani80

yang mengatakan bahwa semakin tinggi nilai BI Rate maka akan semakin

79

Rika Lidyah, “Dampak Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional

Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing Financing (NPF) pada Bank Umum

Syariah di Indonesia”. I-Finance Vol. 2, No.1 Juli 2016, hal. 7. 80

Ani Nurmuliyani, “Analisis Fktor-faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing

pada BPRS di Indonesia Periode Tahun 2010-2015”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), hal. 67.

46

besar juga risiko pembiayaan bermasalah terjadi di bank syariah,

begitupun sebaliknya semakin menurun BI Rate maka risiko pembiayaan

bermasalah akan menurun juga.

H. Hubungan Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Pembiayaan Bermasalah

terhadap Profitabilitas

1. Inflasi

Sebagai lembaga intermediasi bank sangat rentan dengan risiko terkait

dengan mobilitas dananya. Apabila dalam suatu Negara mengalami inflasi

yang tinggi akan menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai

mata uang yang ditabung semakin menurun. Penabung akan mampu

menghasilkan bunga atau bagi hasil, tetapi jika tingkat inflasi terjadi mash

di atas tingkat bunga yang diterima oleh penabung, tetap saja nilai mata

uang yang diterima penabung akan menurun.81

Sehingga jumlah dana yang

dikumpulkan berkurang, sehingga nantinya akan mempengaruhi kinerja

bank syariah dalam menghasilkan profitabilitasnya yang diproksikan pada

return on asset.82

81

M. Nur Rianto Al Arif. Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis. (Bandung:

Alfabeta, 2010), hal. 93.

82Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Ed. 1 Cet. 14 (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2002), hal. 308.

47

Teori tesebut dibuktikan dengan penelitian Febrina Dwijayanthy dan

Prima Naomi83

yang mengatakan bahwa semakin tinggi nilai inflasi maka

akan semakin menurun nilai return on asset dari bank syariah.

2. Tingkat Suku Bunga

BI Rete juga mempengaruhi tingkat profitabilitas suatu bank, ketika BI

Rate naik maka akan diikuti oleh naiknya suku bunga deposito yang

berakibat langsung pada penurunan sumber dana pihak ketiga. Penurunan

dana pihak ketiga sebagai akibat dari pemindahan dana masyarakat ke

bank konvensional untuk mendapatkan imbalan bunga yang lebih tinggi.

Apabila dana pihak ketiga turun maka profitabilitas bank syariah yang

salah satunya diproksikan pada return on asset akan mengalami penurunan

juga.84

Hal ini didukung oleh penelitian dari Ayu Yanita Sahara85

Syahirul

Alim86

yang mengatakan bahwa semakin besar nilai BI Rate maka akan

semakin menurun profitabilitas yang diperoleh suatu bank syariah.

83

Febrina Dwijayanthi dan Prima Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar

Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”. Jurnal Karisma, Vol. 3 (2), 2009,

hal. 89

84Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, Ed. 1 Cet. 5 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2012), hal. 55.

85 Ayu Yanita Sahara, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik

Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol.

1 No.1, Januari 2013. h. 154.

86Syahirul Alim, “Analisis Pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap Return On Asset (ROA)

Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Modernisasi Vol. 10 No. 3, OKtober 2014, hal. 209-210.

48

3. Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah terjadi akibat adanya kredit macet di suatu

bank yang dikategorikan kurang lancar, diragukan, dan macet dimana

nasabah tidak sanggup untuk melunasi pembiayaaannya dan berakibat

pada profitabilitas bank syariah yang menurun.87

Teori tesebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Imam Rifky

Saputra88

, Amrina Rosyada89

, dan Fernando Africano90

bahwa semakin

besar pembiayaan bermasalah terjadi di suatu bank syariah maka kinerja

bank tersebut akan menurun pada tingkat profitabilitasnya, begitupun

sebalinya jika pembiayaan bermasalah menurun maka profitabilitas bank

akan meningkat.

87

Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), hal. 137.

88 Imam Rifky Saputra, “Pengaruh DPK dan NPF terhdapPembiayaan yang Disalurkan (PYD)

serta Implikasinya pada ROA (Studi pada 3 BUS di Indonesia Periode 2010-2013)”, (Skripsi S1

Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), hal. 74.

89Amrina Rosyada, “Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif dan Non Performing Financing

terhadap Return On Asset Perbankan Syariah”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), hal. 40.

90Fernando Africano, “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap Profitabilitas

Bank Umum Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 6 No.1 September 2016), hal.

62

49

I. Review Studi Terdahulu

Tabel 2.2 Review Studi Tedahulu

No. Substansi

1. Identitas Jurnal Muthia Roza Linda, Megawati, dan Deflinawati.

Journal of Economic Education Vo. 3 No. 2,

ISSN 2302-1590 yang berjudul “Pengaruh

Inflasi, Kurs, dan Tingkat Suku Bunga terhadap

Non Performing Loan pada PT. BANK

TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk Cabang

Padang”.

Hasil Penelitian Pada penelitian tersebut secara simultan variabel

inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga

berpengaruh signifikan terhadap Non

Performing Loan yang dimiliki oleh PT. Bank

Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Padang.

Sedangkan, secara parsial inflasi berpengaruh

signifikan terhadap Non Performing Loan yang

dimiliki oleh PT. Bank Tabungan Negara

(Persero) Tbk Cabang Padang, pada kurs tidak

berpengaruh signifikan Terhadap Non

Performing Loan yang dimiliki oleh PT. Bank

50

Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Padang,

dan variabel suku bunga berpengaruh signifikan

terhadap Non Performing Loan yang dimiliki

oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Cabang Padang.

Perbedaan 1. Variabel independen yang digunakan pada

penelitian tersebut yaitu inflasi, kurs, dan

tingkat suku bunga serta variabel

dependennya non peforming loan.

Sedangkan penulis menggunakan variabel

independen (eksogenus) berupa inflasi,

DPK, dan BI Rate serta variabel endogenus

perantaranya yaitu non performing

financing, variabel dependen (eksogenus

tergantung) yaitu ROA.

2. Objek yang dgunakan pada penelitian

tersebut adalah PT. Bank Tabungan Negara

(Persero) Tbk Cabang Padang periode 2008-

2013. Sedangkan penulis menggunakan

objek Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di

Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016.

3. Metode analisis yang digunakan pada

51

penelitian terdahulu adalah regresi linear

berganda, sedangkan penulis menggunakan

analisis jalur.

2. Identitas Jurnal Ayu Yanita Sahara. Jurnal Ilmu Manajemen

Volume 1 Nomor 1 Januari 2013 yang berjudul

“Anlisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan

Produk Domestik Bruto terhadap Return On

Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”

Hasil Penelitian Pada penelitian tersebut secara simultan inflasi,

suku bunga BI, dan Produk Domestik Bruto

berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.

Sedangkan, secara parsial inflasi dan Produk

Domestik Bruto memiliki pengaruh positif

terhadap ROA dan suku bunga BI berpengaruh

negarif terhadap ROA.

Perbedaan 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah inflasi, suku bunga BI, PDB

sebagai variabel independen serta ROA

sebagai variabel dependen. Penulis juga

menggunakan variabel eksogenus yang

52

sama yaitu inflasi dan BI Rate yang berbeda

hanya satu variabel yaitu DPK dan variabel

endogenus perantaranya NPF serta variabel

eksogenus tergantungnya adalah ROA.

2. Objek yang dilakukan peneliti terdahulu

adalah Bank Syariah di Indonesia dalam

kurun waktu 3 tahun dari 2008-2010,

sedangkan peneliti sekarang adalah Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di

Indonesia kurun waktu 3 tahun 7 bulan yaitu

Januari 2013- Juli 2016.

3. Identitas Jurnal Syahirul Alim. Jurnal Modernisasi Volume 10

Nomor 3, Oktober 2014 yang berjudul

“Analisis Pengaruh Indflasi dan BI Rate

terhadap return On Asset (ROA) Bank Syariah

di Indonesia”

Hasil Penelitian Secara bersama-sama inflasi dan BI Rate tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap Return

On Asset (ROA), tetapi secara parsial inflasi

memiki pengaruh positif yang tidak signifikan

terhadap terhadap Return On Asset (ROA) dan

53

BI Rate memiliki pengaruh negatif yang tidak

signifikan pula terhadap terhadap Return On

Asset (ROA).

Perbedaan Variabel independen yang digunakan dalam

penelitian diatas terdiri dari 2, yaitu inflasi dan

BI Rate serta variabel dependennya adalah

Return On Asset (ROA). Sedangkan penulis

variabeksogennya yang membedakan hanya 1

yaitu DPK, dan salah satu variabel endogennya

yang berbeda adalah Non Performing Financing.

Objek yang dilakukan pada penelitian diatas

pada Bank Syariah di Indonesia periode Oktober

2008-Oktober 2013, sedangkan penulis pada

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia

periode Januari 2013-Juli 2016.

4. Identitas Jurnal Fawad Ahmad dan Taqadus Bashir. World

Applied Science Journal 22 (2):243-255, 2013.

ISSN1818-4952, “Explanatory Power of

Macroeconomics Variables as Determinants of

Non-Performing Loans: Evidence from

Pakistan”

54

Hasil Penelitian Pertumbuhan GDP, tingkat suku bunga, tingkat

inflasi,indeks harga konsumen, ekspor dan

produksi industry mempunyai pengaruh positif

yang signifikan terhadap NPL. Sedangkan untuk

variabel tingkat pengangguran dan nilai tukar

efektif mempunyai pengaruh yang negative

terhadap NPL.

Perbedaan 1. Penelitian tersebut menggunakan 9 variabel

independen yaitu pertumbuhan GDP,

tingkat pengangguran, tingkat suku bunga,

tingkat inflasi, nilai tukar efektif, indeks

harga konsumen,ekspor, nilai investasi dan

produksi industry, serta variabel

dependennya NPL. Sedangkan penulis

menggunakan variabel eksogenus yang

sama yaitu inflasi, yang berbeda terdapat 2

variabel yaitu BI Rate dan DPK, serta

variabel endogenus perantaranya NPF,

variabel eksogenus tergantungnya adalah

ROA.

2. Penelitian sebelumnya menggunakan

metode regresi OLS, sedangkan penulis

55

menggunakan metode analisis jalur.

5. Identitas Skripsi Novi Lailatul Khoirunnisa Skripsi S1

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul

“Determinan Non Performing Financing

(NPF) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) di Indonesia Tahun 2011-2015”

Hasil Penelitian Secara parsial GDP berpengaruh positif

secara signifikan terhadap NPF, Inflasi

berpengaruh positif secara tidak signifikan

terhadap NPF, FDR berpengaruh positif

secara signifikan terhadap NPF dan CAR

juga berpengaruh secara positif signifikan

terhadap NPF BPRS di Indonesia.

Perbedaan 1. Variabel independen yang digunakan dalam

penelitian diatas, yaitu GDP, inflasi, FDR,

dan CAR serta variabel dependennya adalah

Non Performing Financing (NPF).

Sedangkan penulis menggunakan variabel

eksogenus yang sama yaitu inflasi, yang

56

berbeda terdapat 2 variabel yaitu BI Rate

dan DPK, serta variabel endogenus

perantaranya NPF, variabel eksogenus

tergantungnya adalah ROA.

2. Objek yang dilakukan pada penelitian diatas

periode Januari 2011-Desember 2015,

sedangkan penulis periode Januari 2013-Juli

2016.

3. Pada penelitian sebelumnya menggunakan

analisis regresi linear berganda metode OLS,

sedangkan penulis menggunakan metode

analisis jalur.

57

J. Kerangka Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Inflasi

DPK

BI Rate

NPF ROA

Bank

Pembiayaan

Rakyat Syariah

(BPRS) di

Uji Asumsi Klasik:

1. Uji Normalitas

2. Uji Utokorelasi

3. Uji Multikolinearitas

4. Uji Heterkedastisitas

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Interpretasi Hasil

PATH ANALYSIS

58

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada Return On Asset (ROA)

dan Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel endogen, sedangkan

Inflsi, DPK, dan BI Rate sebagai variabel eksogen. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan secara langsung ataupun tidak langsung antara

variabel Inflasi, Perolehan DPK, dan Tingkat Suku Bunga (BI Rate) terhadap

Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap profitabilitas.

Penelitian ini dilakukan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

di seluruh Indonesia. Adapun periode yang diambil dalam penelitian ini

adalah bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Juli 2016. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data statistik perbankan syariah yang

diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI).

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu merupakan

salah satu jenis kegiatan penelitian yang menggunakan rancangan terstruktur,

formal, dan spesifik, serta mempunyai rancangan operasional yang

59

mendetail.91

Metode ini disebut metode penelitian kuantitatif karena data

penelitian berupa angka-angka dan analisis mengguanakan statistik.92

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,

yaitu data yang bersifat numerik dimana skala pengukuran variabelnya dapat

berupa interval dan rasio.93

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder. Data sekunder yang bersifat time series, yakni data yang

diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain. Data sekunder yang diambil umumnya berupa bukti,

catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data dokumenter

yang dipublikasikan.94

Data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

dari laporan statistik perbankan syariah bulanan yang dipublikasikan oleh

Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia dari Januari 2013-Juli 2016.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam

penelitian, karena metode ini merupakan strategi untuk mendapatkan data

yang diperlukan. Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada

91

A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Pnelitian Gabungan (Jakarta:

KENCANA, 2014), hal. 58.

92Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet. III (Bandung:

ALFABETA, 2007), hal. 7

93Heryanto dan Lukman, Statistik Ekonomi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 8.

94Nur Indrianto dan Bambang Supomo, Metode Penelitian Bisnis (Yogyakarta: BPFE, 2002),

hal. 147.

60

teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam

penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan,

kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya.95

Pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini melalui berbagai cara, diantaranya

sebagai berikut:

1. Studi Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap dan asli. Metode

ini hanya mengambil data yang sudah tersedia dan terpublikasi. Misalnya:

Inflasi, BI Rate, jumlah penghimpunan dana pihak ketiga, NPF dan ROA

pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Data tersebut didapatkan dari

website Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI).

2. Studi Kepustakaan

Metode ini merupakan pengumpulan data mengenai hal-hal yang

diperoleh dengan cara membuka buku-buku, skripsi, tesis, jurnal, maupun

surat kabar yang berhubungan dengan tema penelitian yang penulis

angkat. Metode ini digunakan untuk dapat memperoleh landasan dan

konsep penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis

regresi linear berganda dengan metode path analysis. Metode analisis tersebut

95

Ibid, hal. 143.

61

sesuai untuk menggambarkan atau mendeskripsikan keterkaitan antara

beberapa variabel baik secara ;angsung maupun tidak langsung. Untuk

membantu penelitian ini, penulis akan menggunakan software pengolah

data statistik, Microsoft Excel 2010 dan IBM SPSS Statistic version 20.0.

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji nomalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah

nilai-nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara

normal atau tidak.96

Model regresi yang baik adalah memiliki nilai

residual yang terdistribusi secara normal.

Metode uji normalitas, yaitu dengan melihat penyebaran data pada

sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of regression

standarized residual yaitu dengan cara melihat grafik data dapat

dikatakan berdistribusi normal jika titik pada grafik menyebar di garis

diagonal. Sebaliknya data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal

apabila titik-titik yang berada dalam garis diagonal pada grafik tidak

menyebar.

Cara lain untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak dengan

uji One Sample Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan melihat nilai

Asymp. Sig. Jika nilai Asymp. Sig > 0.05 data dapat dikatakan

96

Duwi Priyatno, SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2014),

hal. 90.

62

berdistribusi dengan normal, sebaliknya jika data tidak berdistribusi

normal nilai Asymp. Sig < 0.05.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di anatara

variabel independen.97

Cara untuk menentukan apakah model memiliki

gejala multikolinearitas atau tidak, salah satunya dengan melihat nilai

VIF dan Tolerance pada tabel coefficients.

(1) Jika nilai VIF < 10.00 dan nilai Tolerance > 0.1, maka tidak terjadi

multikolinearitas.

(2) Jika nilai VIF > 10.00 dan nilai Tolerance < 0.1, maka terjadi

multikolinearitas

c. Uji Heterokesdastisitas

Uji heterokesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu penelitian ke

penelitian yang lain. 98

Berikut beberapa cara dalam mendeteksi adanya heterokedastisitas:

(1) Metode Grafik Scatterplot

97

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet.4 (Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), hal. 95.

98Ibid, hal. 125.

63

Jika terdapat pola tertentu pada grafik scatterplot, seperti titik-titik

yang membentuk pola teratur (bergelombang) maka terjadi

heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik

menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak

terjadi heterokedastisitas.

(2) Uji Glejser

Pada uji Glejser ini suatu variabel mengalami heterokedastisitas

jika nilai signifikansinya < 0.05 dan jika variabel itu tidak

mengalami heterokedastisitas nilai signifikansinya > 0.05.

d. Uji Autokorelasi

Autokoelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari

residual untuk pengamatan satu dengan yang lain disusun menurut

runtun waktu. Model regresi yang baik mengisyartkan tidak adanya

masalah autokorelasi. Dampak yang diakibatkan dengan adanya

autokorelasi yaitu dengan adanya varian sampel tidak menggambarkan

varian populasinya. Dalam mendeteksi autokorelasi pada sebuah data

kita dapat mengetahuinya melalui uji Durbin Watson yaitu apabila: 99

(1) Jika 0 < dw < dl maka terjadi autokorelai positif

(2) Jika 4-dl < dw < 4 maka terjadi autokorelasi negatif

(3) Jika du < dw < 4-du, maka tidak terjadi autokorelasi positif dan

negatif

99

Damodar N. Gujarat dan Dawn C.Porter, Dasar-dasar Ekonometrika (Jakarta: Salemba

Empat, 2012), hal. 37.

64

(4) Jika dl ≤ dw ≤ du atau 4-du ≤ dw ≤ 4-dl, maka tidak dapat

didefinisikan.

2. Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis jalur atau

path analysis. Analisis jalur merupakan pengembangan dari regresi linear

berganda itu sendiri100

atau dapat disebut juga sebagai model sebab-

akibat.101

Analisis jalur adalah suatu teknik untuk mengukur sebab akibat

dari regresi linear berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel

tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung.

Path analysis ini digunakan untuk menguji pengaruh Inflasi, DPK, dan

BI Rate terhadap NPF serta pengaruhnya secara langsung ataupun tidak

langsung terhadap ROA dengan persamaan sebagai berikut:

Y = b1YX1 + b2YX2 + b3YX3 + e

Z = b1ZX1 + b2ZX2 + b3ZX3 + e

Dimana:

X1 = Inflasi di Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016

X2 = Dana Pihak Ketiga (DPK) BPRS di Indonesia Januari 2013-Juli 2016

X3 = Tingkat Suku Bunga (BI Rate) di Indonesia periode Januari 2013-Juli

2016

100

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Cet. 14 (Bandung: ALFABETA, 2009), hal. 297.

101Jonathan Sarwono, Analisis Jalur untuk Riset Binis dengan SPSS (Yogyakarta: Andi, Ed.1,

2007), hal. 1.

65

Y = Non Performing Financing (NPF) BPRS di Indonesia Januari 2013-

Juli 2016

Z = Return On Asset (ROA) BPRS di Indonesia Januari 2013-Juli 2016

e = standard error

3. Uji Hipotesis

a. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel

independennya yang dimaksudkan dalam regresi secara simultan

terhadap variabel dependen yang diuji. Pengujian ini menggunakan uji

F yaitu dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Uji ini

dilakukan dengan cara:

(1) Jika F hitung < F tabel, maka variabel-variabel independen secara

simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

(2) Jika F hitung > F tabel, maka variabel-variabel independen secara

simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Pengujian juga dapat dilakukan melalui pengamatan nilai

signifikansi F pada tingkat α yang digunakan (penelitian ini

menggunakan tingkat α sebesar 5%). Analisis didasarkan pada

pembandingan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi

0.05, dimana syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :

(1) Jika signifikansi F < 0.05, maka variabel-variabel independen

secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

66

(2) Jika signifikansi F > 0.05, maka variabel-variabel independen

secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

masing-masing variabel independen secara individual terhadap

variabel dependen yang diuji. Pengujian dilakukan dengan uji t atau t-

test, yaitu membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel. Uji ini

dilakukan dengan cara :

(1) Jika t tabel > t hitung, maka variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

(2) Jika t tabel < t hitung, maka variabel independen berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

Pengujian juga dapat dilakukan melalui pengamatan nilai

signifikansi t pada tingkat α yang digunakan (penelitian ini

menggunakan tingkat α sebesar 5%). Analisis didasarkan pada

perbandingan antara nilai signifikansi t dengan nilai signifikansi 0.05,

dimana syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :

(1) Jika signifikansi t < 0.05 maka variabel independen berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

(2) Jika signifikansi t > 0.05 maka variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

67

c. Uji Koefisien Determinasi (R Square)

Uji koefisen determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar

kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen yang

dilihat melalui Adjusted R Square. Adjusted R Square ini digunakan

karena variabel independen dalam penelitian ini lebih dari dua. Nilai

dari Adjusted R Square terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang

diperoleh > 0.5, maka model yang digunakan dianggap cukup kuat

dalam membuat estimasi.

d. Uji Korelasi

Pada metode analisis jalur (path analysis) untuk mengukur

kekuatan (hubungan) linear antara 2 variabel yaitu variabel bebas

dengan variabel terikat102

diperlukan kriteria khusus dalam

pengukurannya, berikut kriterianya:103

(1) Jika 0.9 < r < 1.00 atau -1.00 < r < -0.9; artinya memiliki hubungan

yang sangat kuat.

(2) Jika 0.7 < r < 0.9 atau -0.9 < r < -0.7; artinya memiliki hubungan

yang kuat.

(3) Jika 0.5 < r < 0.7 atau -0.7 < r < -0.5; artinya memiliki hubungan

yang moderat.

102

Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet.I (Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2001), hal. 86.

103Boediono dan Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statistik dan Probabilitas Sederhana,

Lugas, dan Mudah Dimengerti, Cet. I (Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2001), 184-185.

68

(4) Jika 0.3 < r < 0.5 atau -0.5 < r < -0.3; artinya memiliki hubungan

yang lemah.

(5) Jika 0.0 < r < 0.3 atau -0.3 < r < 0.0; artinya memiliki hubungan

yang sangat lemah.

F. Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel merupakan suatu aspek dalam penelitian yang

memberikan informasi cara pengukuran mengenai variabel yang akan

digunakan dalam penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Endogen

a. Return On Asset / ROA

Return On Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampan bank di dalam memperoleh laba dan efisiensi

secara keseluruhan. Semakin besar ROA maka semakin besar

keuntungan yang dihasilkan suatu bank dan semakin baik pula

posisi bank dalam penggunaan asetnya. Rasio Return On Asset

dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA =

x 100%

b. Non Performing Financing / NPF

Pembiayaan bermasalah atau biasa disebut dengan NPF adalah

pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dimana nasabah

dalam pembayarannya mengalami kredit macet. Pembiayaan yang

dikategorikan sebagai pembiayaan bermasalah berdasarkan

69

ketentuan Bank Indonesia adalah kurang lancar, diragukan, dan

macet. Non Performing Financing (NPF) dapat diperoleh dari:

NPF =

x 100%

2. Variabel Eksogen

a. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik

secara umum dan terus menerus. Inflasi yang tinggi akan

mengakibatkan daya beli masyarakat menurun dan kenaikan

tingkat bunga. Besar kecilnya laju inflasi akan mempengaruhi suku

bunga dan kinerja keuangan perusahaan khususnya dari sisi

profitabilitas.

Inflasi =

b. Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang yang dihimpun

oleh bank syariah yang berasal dari masyarakat dalam bentuk

tabungan, giro, dan deposito. Dana pihak ketiga merupakan dana

yang memiliki kontribusi terbesar untuk penyaluran pembiayaan.

Sehingga semakin besardana yang dihimpun semakin besar pula

pembiayaan yang disalurkan.

c. Tingkat Suku Bunga (BI Rate)

BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang

diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI

70

Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk

mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil operasi pasar

terbuka berada disekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga BI

diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku

bunga lainya dalam jangka panjang. Perubahan BI Rate

dilaksanakan secara konsisten dan bertahap dengan kelipatan 25

basis points.

71

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum

Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang sudah terkumpul. Data

yang terkumpul diantaranya terdapat variabel eksogen atau independen yaitu

inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Tingkat Suku Bunga (BI Rate),

variabel endogen perantara yaitu Non performing Financing (NPF),

sedangkan variabel endogen tergantung atau independen yaitu Return On

Asset (ROA). Berikut ini akan dijelaskan mengenai perkembangan dari

variabel-variabel yang sudah disebutkan diatas yaitu:

Grafik 4.1: Perkembangan Inflasi di Indonesia Januari 2013-Juli 2016

Sumber: Data diolah (Bank Indonesia)

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

Jan

-13

Ap

r-1

3

Jul-

13

Oct

-13

Jan

-14

Ap

r-1

4

Jul-

14

Oct

-14

Jan

-15

Ap

r-1

5

Jul-

15

Oct

-15

Jan

-16

Ap

r-1

6

Jul-

16

Inflasi

Inflasi

72

Pada grafik diatas dapat dijelaskan bahwa inflasi yang terjadi di Indonesia

dari tahun 2013 sampai dengan Juli 2016 mengalami fluktuatif. Pada dasarnya

inflasi terjadi tidak jauh dari kenaikan harga-harga baik harga BBM,

hargapangan, harga tembakau dan harga komoditas lainnya. Inflasi tertinggi

dialami Indonesia pada bulan Agustus 2013 dengan angka 8.79% yang

disebabkan oleh naiknya harga BBM 104

dan Juli 2016 inflasi berada di titik

paling terendah selama 5 tahun terakhir ini105

yaitu 3.21%.

Grafik 4.2: Perkembangan DPK pada BPRS di Indonesia Januari 2013 -

Juli 2016

Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan)

104

http://www.analisaforex.com/22/12/2013/berita-ekonomi-terpenting-tahun-2013/4078.html

diakses pada 26 Maret 2017 pukul 09.13 WIB.

105http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3265802/bps-inflasi-juli-2016-terendah-

dalam-5-tahun-terakhir diakses pada 26 Maret 2017 pukul 09.21 WIB.

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

Jan

-13

Ap

r-1

3

Jul-

13

Oct

-13

Jan

-14

Ap

r-1

4

Jul-

14

Oct

-14

Jan

-15

Ap

r-1

5

Jul-

15

Oct

-15

Jan

-16

Ap

r-1

6

Jul-

16

Dana Pihak Ketiga (dalam jutaan rupiah)

DanaPihakKetiga

73

Berdasarkan grafik yang ditunjukkan diatas bahwa dana yang dihimpun

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia mengalami

peningkatan terus-menerus. Meskipun di bulan Juli 2014 dana yang dihimpun

mengalami penurunan yaitu sebesar Rp 3.591.644 juta dari bulan sebelumnya

tetapi beberapa bulan kemudian mengalami peningkatan kembali. Hal ini

menunjukkan dana yang dihimpun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di

Indonesia sepanjang tahun 2013 hingga Juli 2016 semakin baik meskipun

fluktuatif.

Grafik 4.3: Perkembangan BI Rate di Indonesia Januari 2013 – Juli 2016

Sumber: data diolah (Bank Indonesia)

Pada grafik perkembangan BI Rate di Indonesia dapat dijelaskan bahwa

tiap tahunnya BI Rate hampir mengalami kestabilan. Hanya saja di bulan Juni

2013 sampai November 2013 BI Rate meningkat, dan Desember 2014 Rate

mencapai titik tertinggi yaitu 7.75%, angka tersebut merupakan angka

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

Jan

-13

Ap

r-1

3

Jul-

13

Oct

-13

Jan

-14

Ap

r-1

4

Jul-

14

Oct

-14

Jan

-15

Ap

r-1

5

Jul-

15

Oct

-15

Jan

-16

Ap

r-1

6

Jul-

16

BI Rate

BI Rate

74

tertinggi selama lima tahun terakhir. Dengan angka 7.75% ini masih dianggap

dapat mengatasi tekanan inflasi yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar

minyak (BBM) bersubsidi.106

Grafik 4.4: Perkembangan Non Performing Financing (NPF) BPRS di

Indonesia Januari 2013 – Juli 2016

Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan)

Dari grafik rasio Non Performing Financing (NPF) Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah di Indonesia sepanjang tahun 2013 sampai dengan Juli 2016

mengalami fluktuatif. Rasio pembiayaan bermasalah mencapai titik tertinggi

pada bulan Maret 2016 dengan angka 10.36% dan angka terendah pada bulan

Desember 2013 sebesar 6.5%. Jika rasio pembiayaan bermasalah tinggi akan

mengakibatkan tingkat profitabilitas dari bank syariah mengalami penurunan.

106

Paul Sutaryono, “Arah Suku Bunga Kredit” dari

http://koran.bisnis.com/read/20141215/251/382544/arah-suku-bunga-kredit diakses pada 26 Maret

2017 pukul 09.40 WIB.

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

Jan

-13

Ap

r-1

3

Jul-

13

Oct

-13

Jan

-14

Ap

r-1

4

Jul-

14

Oct

-14

Jan

-15

Ap

r-1

5

Jul-

15

Oct

-15

Jan

-16

Ap

r-1

6

Jul-

16

NPF

NPF

75

Grafik 4.5: Perkembangan Return On Asset (ROA) BPRS di Indonesia

Januari 2013 – Juli 2016

Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan)

Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa tingkat profitabilitas

yang diukur melalui pengembalian laba terhadap aset dari Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia sepanjang Januari 2013-Juli 2016

mengalami fluktuatif. Semakin besar tingkat pengembalian laba terhadap aset

atau biasa disebut dengan ROA semakin besar keuntungan yang didapatkan,

begitupun sebaliknya. Di tahun 2013 ROA tertinggi terjadi pada bulan April,

tahun 2014 di bulan Juni sedangkan 2015 pada bulan Agustus dan yang

terakhir di bulan Januari 2016.

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

Jan

-13

Ap

r-1

3

Jul-

13

Oct

-13

Jan

-14

Ap

r-1

4

Jul-

14

Oct

-14

Jan

-15

Ap

r-1

5

Jul-

15

Oct

-15

Jan

-16

Ap

r-1

6

Jul-

16

ROA

ROA

76

B. Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Tabel 4.1 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 43

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std.

Deviation .58381174

Most Extreme

Differences

Absolute .096

Positive .076

Negative -.096

Kolmogorov-Smirnov Z .627

Asymp. Sig. (2-tailed) .826

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Jika dapat dilihat dari tabel diatas nilai signifikansi pada Kolmogorov

Smirnov yaitu 0.826 > 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa data tersebut

berdisribusi dengan normal.

77

2. Uji Autokorelasi

Tabel 4.2 Uji Autokorelasi Sebelum Tranformasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .816a .666 .641 .60585 1.001

a. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK

b. Dependent Variable: NPF

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar

1.001 dimana n= 43 dan k=5 didapatkan nilai du 1.2660 dan nilai dl

1.7794. Maka dapat dikatakan data tersebut mengalami autokorelasi positif

dikarenakan 0 < dw < dl yaitu 0 < 1.001 < 1.7794.

Untuk mengatasi gejala autokorelasi pada data diatas maka data akan

di transformasi terlebih dahulu menggunakan uji cochrane orcutt. Berikut

hasil data durbin watson setelah ditransformasi.

Tabel 4.3 Uji Autokorelasi Setelah Transformasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .587a .344 .293 .52869 2.082

a. Predictors: (Constant), Lag_BIRATE, Lag_DPK, Lag_INFLASI

b. Dependent Variable: Lag_NPF

Setelah data ditranformasi didapatkan nilai durbin watson yang baru

yaitu 2.082 dengan n= 43 dan k=5 sehingga nilai du 1.2660 dan nilai dl

78

1.7794. Maka dapat dikatakan bahwa data diatas sudah tidak mengalami

autokorelasi karena du < dw < 4-du yaitu 1.2660 < 2.082 < 2.734.

3. Uji Multikolinearitas

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Stand

ardize

d

Coeff

icient

s

t Sig. Collinearity

Statistics

B Std.

Error

Beta Tolerance VIF

1

(Constant

) -61.560 12.913

-4.767 .000

Inflasi -.077 .079 -.128 -.965 .001 .483 2.070

Ln_DPK 4.516 .885 .683 5.104 .000 .477 2.094

BIRate .281 .202 .175 1.390 .023 .542 1.844

a. Dependent Variable: NPF

Berdasarkan variabel diatas dapat diketahui bahwa:

a. Variabel inflasi memiliki nilai tolerance 0.483 > 0.1 dan nilai VIF

2.070 < 10.00, menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak mengalami

gejala multikolinearitas.

79

b. Variabel Ln_DPK memiliki nilai tolerance 0.477 > 0.1 dan nilai VIF

2.094 < 10.00, menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak mengalami

gejala multikolinearitas.

c. Variabel BI Rate memiliki nilai tolerance 0.542 > 0.1 dan nilai VIF

1.844 < 10.00, menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak mengalami

gejala multikolinearitas.

4. Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.1 Uji Heterokedastisitas

Pada scatterplot diatas kita dapat melihat bahwa titik-titik menyebar diatas

maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan

bawa data tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

81

C. Analisis Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga, dan Tingkat

Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya

terhadap Profitabilitas Pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013-

Juli 2016

Analisis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua substruktural.

Substrutural pertama menganalisis pengaruh Inflasi, Dana Pihak Ketiga

(DPK), dan Tingkat Suku Bunga (BI Rate) sebagai variabel eksogen terhadap

Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel endogen. Sedangkan

substruktural kedua menganalisis pengaruh Inflasi, tingkat suku bunga (BI

Rate), dan Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel eksogen

terhadap Return On Asset (ROA) sebagai variabel endogen.

1. Uji Statistik Struktural I

Persamaan struktur I

Gambar 4.2 Struktural I

Y = b𝒙𝟏𝒚 X1 + b𝒙𝟐𝒚 X2 + b𝒙𝟑𝒚 X3 + b𝒚 e1

Inflasi

DPK

BI Rate

NPF

81

a. Uji F (Uji Simultan)

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 (Inflasi, DPK, dan BI Rate tidak berpengaruh terhadap Non

Performing Financing (NPF))

Ha : β1 ≠ 0 (Inflasi, DPK, dan BI Rate berpengaruh terhadap Non

Performing Financing (NPF))

Tabel 4.5 Uji F (Struktural I)

ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 28.569 3 9.523 25.944 .000b

Residual 14.315 39 .367

Total 42.884 42

a. Dependent Variable: NPF

b. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil bahwa df1 adalah 5 dan

df2 adalah 43-5= 38, maka Ftabel sebesar 2.46. dengan demikian Fhitung

25.944 > Ftabel 2.36 dengan taraf signifikan 0.000 < 0.05. maka dapat

dikatakan bahwa variabel Inflasi, DPK, dan BI Rate secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Financing (NPF).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

82

b. Uji t (Uji Parsial)

Tabel 4.6 Uji t (Struktural I)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std.

Error

Beta

1

(Constant) -61.560 12.913 -4.767 .000

Inflasi -.077 .079 -.128 -.965 .001

Ln_DPK 4.516 .885 .683 5.104 .000

BIRate .281 .202 .175 1.390 .023

a. Dependent Variable: NPF

Hipotesis:

(1) H0 : β2 = 0 (Inflasi tidak berpengaruh terhadap Non Performing

Financing (NPF))

Ha : β2 ≠ 0 (Inflasi berpengaruh terhadap Non Performing

Financing (NPF))

(2) H0 : β3 = 0 (DPK tidak berpengaruh terhadap Non Performing

Financing (NPF))

Ha : β3 ≠ 0 (DPK berpengaruh terhadap Non Performing

Financing (NPF))

(3) H0 : β4 = 0 (BI Rate tidak berpengaruh terhadap Non Performing

Financing (NPF))

83

Ha : β4 ≠ 0 (BI Rate berpengaruh terhadap Non Performing

Financing (NPF))

Pengolahan uji t dilakukan pengujian secara parsial masing-masing

variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Pengaruh

secara parsial dapat dlihat dari perbandingan nilai probabilitas t hitung

terhadap taraf signifikan yang telah ditentukan yaitu 0.05.

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan, bahwa:

(1) Pengaruh Inflasi terhadap Non Performing Financing (NPF)

Dari hasil uji t diatas untuk variabel inflasi dengan menggunakan

uji dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38,

sehingga didapatkan nilai thitung 0.965 < ttabel 2.024. Secara statistik

variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

Non Performing Financing (NPF) dengan nilai signifikansi (<

0.05) yaitu 0.01. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima.

(2) Pengaruh DPK terhadap Non Performing Financing (NPF)

Dari hasil uji t untuk variabel DPK dengan menggunakan uji dua

arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38, sehingga

didapatkan nilat thitung 5.104 > ttabel 2.024. Secara statistik variabel

ini berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Non

Performing Financing (NPF) dengan nilai signifikansi (< 0.05)

yaitu 0.000. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima.

84

(3) Pengaruh BI Rate terhadap Non Performing Financing (NPF)

Dari hasil uji t untuk variabel BI Rrate dengan menggunakan uji

dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38,

sehingga didapatkan nilat thitung 1.394 < ttabel 2.024. Secara statistik

variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

Non Performing Financing (NPF) dengan nilai signifikansi (<

0.05) yaitu 0.023. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Inflasi, DPK, dan BI

Rate terhadap Non Performing Financing (NPF), dapat dilihat hasil

perhitungannya dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.7 Uji Koefisien Determinasi (Struktural I)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .816a .666 .641 .60585

a. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK

b. Dependent Variable: NPF

Berdasarkan tabel di atas, besarnya angka Adjusted R Square

adalah 0.641, angka ini digunakan untuk mlihat besarnya pengaruh

yang dimiliki Inflasi, DPK, dan BI Rate terhadap Non Performing

Financing (NPF). Angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh

Inflasi, DPK, dan BI Rate terhadap Non Performing Financing (NPF)

85

sebesar 64.1%, sedangkan sisanya 25.9% dipengaruhi oleh variabel

lain di luar model ini.

d. Koefisien Jalur Persamaan Struktur I

Dalam menentukan pengaruh variabel penelitian secara

keseluruhan didapat nilai koefisien jalur dari penjumlahan seluruh

variabel eksogen terhadap variabel endogen. Berikut merupakan nilai

koefisien jalur variabel Inflasi, DPK, dan BI Rate terhadap Non

Performing Financing (NPF) dengan menggunakan SPSS 20.0:

Tabel 4.8 Koefisien Jalur Persamaan Struktur I

Coefficientsa

Model Standardized

Coefficients

Beta

1

(Constant)

Inflasi -.128

Ln_DPK .683

BIRate .175

a. Dependent Variable: NPF

Koefisien Jalur b X1 = -0.128

Koefisien Jalur b X2 = 0.683

Koefisien Jalur b X3 = 0.175

Jadi Persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Y = b𝒙𝟏𝒚 X1 + b𝒙𝟐𝒚 X2 + b𝒙𝟑𝒚 X3 + b𝒚 e1

Y = – 0.128 X1 + 0.683 X2 + 0.175 X3 + 0.334 e1

86

Angka koefisien residu sebesar 0.334 didapat dari √1-R2 = √1-0.666 =

0.334

2. Uji Statistik Struktural II

Persamaan struktur II

Gambar 4.3 Struktural II

a. Uji F (Uji Simultan)

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 (Inflasi, BI Rate dan NPF tidak berpengaruh terhadap

Return On Asset (ROA))

Ha : β1 ≠ 0 (Inflasi, BI Rate dan NPF berpengaruh terhadap Return On

Asset (ROA))

Tabel 4.9 Uji F (Struktural II)

ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 4.100 3 1.367 88.887 .000b

Residual .600 39 .015

Total 4.699 42

a. Dependent Variable: ROA

Z = b𝒙𝟏𝒛 X1 + b𝒙𝟑𝒛 X3 + b𝒚𝒛 Y + b𝒚 e2

Inflasi

BI Rate

NPF

ROA

87

b. Predictors: (Constant), NPF, BIRate, Inflasi

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil bahwa df1 adalah 5 dan

df2 adalah 43-5= 38, maka Ftabel sebesar 2.46. dengan demikian Fhitung

88.887 > Ftabel 2.36 dengan taraf signifikan 0.000 < 0.05. maka dapat

dikatakan bahwa variabel Inflasi, BI Rate, dan NPF secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

b. Uji t (Uji Parsial)

Tabel 4.10 Uji t (Struktural II)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 5.604 .241 23.208 .000

Inflasi .047 .015 .236 3.126 .003

BIRate -.230 .040 -.431 -5.740 .000

NPF -.206 .025 -.621 -8.101 .000

a. Dependent Variable: ROA

Hipotesis:

(1) H0 : β2 = 0 (Inflasi tidak berpengaruh terhadap Return On Asset

(ROA))

Ha : β2 ≠ 0 (Inflasi berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA))

(2) H0 : β3 = 0 (BI Rate tidak berpengaruh terhadap Return On Asset

(ROA))

88

Ha : β3 ≠ 0 (BI Rate berpengaruh terhadap Return On Asset

(ROA))

(3) H0 : β4 = 0 (NPF tidak berpengaruh terhadap Return On Asset

(ROA))

Ha : β4 ≠ 0 (NPF berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA))

Pengolahan uji t dilakukan pengujian secara parsial masing-masing

variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Pengaruh

secara parsial dapat dlihat dari perbandingan nilai probabilitas t hitung

terhadap taraf signifikan yang telah ditentukan yaitu 0.05.

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan, bahwa:

(1) Pengaruh Inflasi terhadap Return On Asset (ROA)

Dari hasil uji t diatas untuk variabel inflasi dengan menggunakan

uji dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38,

sehingga didapatkan nilai thitung 3.126 > ttabel 2.024. Secara statistik

variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Return

On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi (< 0.05) yaitu 0.03. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

(2) Pengaruh BI Rate terhadap Return On Asset (ROA)

Dari hasil uji t untuk variabel BI Rate dengan menggunakan uji

dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38,

sehingga didapatkan nilat thitung 5.740 > ttabel 2.024. Secara statistik

variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Return

89

On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi (< 0.05) yaitu 0.000.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

(3) Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On

Asset (ROA)

Dari hasil uji t untuk variabel BI Rrate dengan menggunakan uji

dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38,

sehingga didapatkan nilat thitung 8.101 > ttabel 2.024. Secara statistik

variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Return

On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi (< 0.05) yaitu 0.000.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Inflasi, DPK, dan BI

Rate terhadap Non Performing Financing (NPF), dapat dilihat hasil

perhitungannya dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi (Struktural II)

Model Summaryb

Mode

l

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .934a .872 .863 .12399

a. Predictors: (Constant), NPF, BIRate, Inflasi

b. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan tabel di atas, besarnya angka Adjusted R Square

adalah 0.863, angka ini digunakan untuk mlihat besarnya pengaruh

91

yang dimiliki Inflasi, BI Rate dan NPF terhadap Return On Asset

(ROA). Angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh Inflasi, DPK,

BI Rate, dan NPF terhadap Return On Asset (ROA) sebesar 86.3%,

sedangkan sisanya 3.7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model

ini.

d. Koefisien Jalur Persamaan Struktur II

Dalam menentukan pengaruh variabel penelitian secara

keseluruhan didapat nilai koefisien jalur dari penjumlahan seluruh

variabel eksogen terhadap variabel endogen. Berikut merupakan nilai

koefisien jalur variabel Inflasi, BI Rate, dan NPF terhadap Return On

Asset (ROA) dengan menggunakan SPSS 20.0:

Tabel 4.12 Koefisien Jalur Persamaan Struktur II

Coefficientsa

Model Standardized

Coefficients

Beta

1

(Constant)

Inflasi .236

BIRate -.431

NPF -.621

a. Dependent Variable: ROA

91

Koefisien Jalur b X1 = 0.236

Koefisien Jalur b X3 = -0.431

Koefisien Jalur b Y = -0.621

Jadi Persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Angka koefisien residu sebesar 0.128 didapat dari √1-R2 = √1-0.872 =

0.128

3. Analisis Korelasi

Tabel 4.13 Korelasi Antar Variabel

Correlations

Ln_DPK Inflasi BIRate ROA NPF

Ln_DP

K

Pearson

Correlation 1 -.471

** .355

* -.841

** .806

**

Sig. (2-tailed) .001 .019 .000 .000

N 43 43 43 43 43

Inflasi

Pearson

Correlation -.471

** 1 .340

* .332

* -.391

**

Sig. (2-tailed) .001 .026 .029 .010

N 43 43 43 43 43

BIRate

Pearson

Correlation .355

* .340

* 1 -.582

** .374

*

Sig. (2-tailed) .019 .026 .000 .014

N 43 43 43 43 43

Z = b𝒙𝟏𝒛 X1 + b𝒙𝟑𝒛 X3 + b𝒚𝒛 Y + b𝒛 e2

Z = 0.236 X1 -0.431 X3 -0.621 Y + 0.128 e2

92

ROA

Pearson

Correlation

-.841**

.332* -.582

** 1 -.874

**

Sig. (2-tailed) .000 .029 .000 .000

N 43 43 43 43 43

NPF

Pearson

Correlation .806

** -.391

** .374

* -.874

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .010 .014 .000

N 43 43 43 43 43

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai korelasi yang

positif (+) menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel bersifat

positif terbalik yang memiliki arti peningkatan suatu variabel diikuti oleh

peningkatan variabel lain. Artinya, jika nilai variabel X tinggi, maka nilai

variabel Y juga akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasinya

negative (-), maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya

jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan

berlaku sebaliknya.

Berikut merupakan arti dari nilai koefisien r

a. Jika 0.9 < r < 1.00 atau -1.00 < r < -0.9; artinya sangat kuat.

b. Jika 0.7 < r < 0.9 atau -0.9 < r < -0.7; artinya kuat.

c. Jika 0.5 < r < 0.7 atau -0.7 < r < -0.5; artinya moderat.

d. Jika 0.3 < r < 0.5 atau -0.5 < r < -0.3; artinya lemah.

e. Jika 0.0 < r < 0.3 atau -0.3 < r < 0.0; artinya sangat lemah.

93

Untuk pengujian lebih lanjut, maka dapat diajukan hipotesisnya sebagai

berikut:

H0 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel

Ha : terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel

Pengujian berdasarkan uji probabilitas dapat diterima apabila nilai

probabilitas > 0.05 maka H0 diterima dan jika nilai , 0.05 maka H0 ditolak.

Tabel 4.14 Koefisien Korelasi

Hubungan

Koefisien

korelasi

Kategori

Nilai

Sig.

Kesimpulan

Inflasi dengan NPF 0.391 Lemah 0.010 Signifikan

DPK dengan NPF 0.806 Kuat 0.000 Signifikan

BI Rate dengan NPF 0.374 Lemah 0.014 Signifikan

Inflasi dengan ROA 0.332 Lemah 0.029 Signifikan

BI Rate dengan

ROA

0.582 Moderat 0.000 Signifikan

NPF dengan ROA 0.874 Kuat 0.000 Signifikan

94

4. Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Gambar 4.4 Skema Struktural I dan II

Tabel 4.15 Perhitungan Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan

Total

Pengaruh

Variabel

Koesisen

korelasi

Pengaruh

Total

Langsung

Tidak langsung

melalui Y

Inflasi (X1)

ke NPF (Y)

-0.128 -0.128 - -0.128

DPK (X2) ke

NPF (Y)

0.683 0.683 - 0.683

BI Rate (X3)

ke NPF (Y)

0.175 0.175 - 0.175

Inflasi (X1) 0.236 0.236 -0.147 0.089

inflasi

DPK

BI Rate

NPF ROA

-0.471

0.3

40

0.355

0.683 -0.621

0.128e2 0.334e1

95

ke ROA (Z)

BI Rate (X3)

ke ROA (Z)

-0.431 -0.431 0.268 -0.163

NPF (Y) Ke

ROA (Z)

-0.621 -0.621 - -

e1 0.334

0.3342 =

0.11156

e2 0.128

0.1282 =

0.016384

a) Pengaruh Langsung

Inflasi terhadap NPF

X1 → Y = -0.1282 = 1.64%

DPK terhadap NPF

X2 → Y = 0.6832 = 46.65%

BI Rate terhadap NPF

X3 → Y = 0.1752 = 3.06%

Inflasi terhadap ROA

X1 → Z =0.2362 = 5.57%

Bi Rate terhadap ROA

X3 → Z = -0.4312 = 18.58%

NPF terhadap ROA

Y → Z = -0.6212 = 38.56%

96

Y = – 0.128 Inflasi + 0.683 DPK + 0.175 BI Rate + 0.334 e1

b) Pengaruh Tidak Langsung

Inflasi terhadap ROA

X1 → Y → Z = (0.236) x (-0.621) = -0.147

BI Rate terhadap ROA

X3 → Y → Z = (-0.431) x (-0.621) = 0.268

D. Interpretasi Hasil

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat, berikut penjelasan mengenai

persamaan substruktural I yaitu:

1. Persamaan Substruktural I

Berdasarkan hasil analisis di atas menerangkan bahwa secara simultan

atau bersama-sama variabel inflasi, DPK, dan BI Rate memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap NonPerforming Financing (NPF) dengan nilai

signifikansi 0.000.

Berdasarkan pengujian statistik parsial, variabel inflasi memiliki

pengaruh negatif yang signifikan sebesar 0.128 terhadap Non Performing

Financing (NPF). Jadi, apabila terjadi kenaikan harga barang-barang

secara terus menerus yang dinamakan inflasi maka pembiayaan

97

bermasalah yang dialami bank syariah akan mengalami penurunan Daisy

Firmansari.107

Berdasarkan uji statistic parsial pada variabel Dana Pihak Ketiga

(DPK) memiliki pengaruh positif yang signifikan sebesar 0.683 terhadap

Non Performing Financing (NPF). Jadi, dana pihak ketiga (DPK)

merupakan sumber dana masyarakat yang dihimpun oleh bank dan

disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Hal ini

dibuktikan dalam penelitian Ermawati Puspitasari108

dan Ayu Yunita

Sahara109

semakin besar dana yang dihimpun, semakin besar pembiayaan

yang disalurkan bank kepada masyarakat dan semakin besar pula risiko

bank mengalami pembiayaan bermasalah atau dinamakan Non Performing

Financng (NPF).

Selain dana pihak ketiga (DPK), terdapat variabel lain yaitu BI Rate

memiliki pengaruh positif yang signifikan sebesar 0.175 terhadap Non

Performing Financing (NPF). Jadi, dengan adanya peningkatan BI Rate,

produk pembiayaan oleh bank syariah akan semakin kompetitif. Margin

107

Daisy Firmansari dan Noven Suprayogi. “ Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Variabel

Spesifik Bank terhadap Non Performing Financing pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah di Indonesia Periode 2003-2014”. JESTT, Vol. 2 No. 6, Juni 2015, hal.517.

108Ernawati Puspitasari, Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Bank Terhadap Risiko

Pembiayaan Bermasalah pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2006-2009, (Skripsi S1

UIN Sunan Kalijaga, 2012), hal. ii.

109Ayu Yanita Sahara, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik

Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol.

1 No.1, Januari 2013. hal. 154.

98

ROA = 0.236 Inflasi -0.431 BI Rate -0.621 NPF + 0.128 e2

atau nisbah bagi hasil bank syariah yang ditentukan oleh kapasitas usaha

atau laba/rugi debitur tidak dapat naik begitu saja, maka margin

pembiayaan harus lebih bersaing terhadap suku bunga kredit bank

konvensional. Debitur akan cenderung mencari bunga yang lebih rendah

saat melakukan pinjaman, maka saat suku bunga kredit bank konvensional

naik akibat kenaikan BI Rate maka debitur akan memilih opsi lain yakni

melakukan pinjaman atau pembiayaan pada bank syariah yang biaya

dananya dianggap lebih rendah dibandingkan bunga bank konvensional

yang sedang meningkat. Pada kondisi yang demikian, jumlah pembiayaan

yang diberikan bank syariah mengalami peningkatan sehingga risiko

pembiayaan yang dihadapi perbankan syariah juga mengalami

peningkatan Rika Lidyah.110

2. Persamaan Struktural II

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dijelaskan bahwa secara

simultan atau bersamaan variabel inflasi, BI Rate, dan NPF memiliki

pengaruh terhadap Return On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi

0.000.

Berdasarkan hasil uji statistic parsial variabel Inflasi memiliki

pengaruh positif yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) sebesar

110

Rika Lidyah, “Dampak Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional

Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing Financing (NPF) pada Bank Umum

Syariah di Indonesia”. I-Finance Vol. 2, No.1 Juli 2016, hal. 7.

99

0.236. Artinya semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin tinggi pula

Return On Assset (ROA) pada suatu bank.111

Sebab kenaikan inflasi akan

diikuti dengan kenaikan asset dari dana pihak ketiga suatu bank syariah

yang akan meningkatkan profitabilitas bank dari segi ROA nya.

Berdasarkan hasil uji statistic parsial variabel BI Rate bahwa variabel

tersebut berpengaruh negatif secara signifikan terhadap Return On Asset

(ROA) sebesar 0.431 dengan nilai signifikansi 0.000. Artinya,

meningkatnya suku bunga BI akan diikuti dengan naiknya suku bunga

tabungan konvensional yang menyebabkan nasabah memindahkan

dananya dari bank syariah ke bank konvensional. Selain itu, naiknya suku

bunga bank konvensional akan memengaruhi kegiatan operasional bank

syariah dalam hal pembiayaan dan penyaluran dana, sehingga pendapatan

dan profit bank syariah akan menurun.112

Berdasarkan hasil uji statistic parsial Non Performing Financing (NPF)

memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap Return On Asset

(ROA) sebesar 0.621 dengan nilai signifikansi 0.000. Jadi, semakin besar

Non Performing Financing (NPF), akan mengakibatkan Return On Asset

(ROA) mengalami penurunan, yang juga berarti kinerja keuangan bank

yang menurun karena resiko kredit semakin besar. Begitu pula sebaliknya,

111

Edhi Satriyo Wibowo, Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF terhadap

Profitabilitas Bank Syariah,(Skripsi S1 Universitas Diponegoro, 2012), hal. 35.

112Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, Ed. 1 Cet. 5 (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2012), hal.55.

111

jika Non Performing Financing (NPF) turun, maka Return On Asset

(ROA) akan semakin meningkat, sehingga kinerja keuangan bank dapat

dikatakan semakin baik Fernando Africano.113

113

Fernando Africano, “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap Profitabilitas

Bank Umum Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 6 No.1 September 2016), hal.

62.

111

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan di atas dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pengaruh Langsung

a. Terhadap Non Performing Financing (NPF)

Variabel inflasi mempunyai pengaruh secara langsung sebesar -

0.128 dengan nilai signifikansi 0.001 terhadap Non Performing

Financing (NPF). Variabel DPK mempunyai pengaruh secara

langsung sebesar 0.683 dengan nilai signifikansi 0.000 dan variabel BI

Rate juga mempunyai pengaruh secara langsung 0.175 dengan nilai

signifikansi 0.023 terhadap Non Performing Financing (NPF).

b. Terhadap Return On Asset (ROA)

Variabel inflasi mempunyai pengaruh secara langsung sebesar

0.236 terhadap variabel Return On Asset (ROA) dengan nilai

signifikansi 0.03. Sedangkan variabel BI Rate juga mempunyai

pengaruh sebesar -0.431 terhadap Return On Asset (ROA) dengan nilai

signifikansi 0.000 dan variabel Non Performing Financing (NPF)

mempunyai pengaruh sebesar -0.621 terhadap Return On Asset (ROA)

dengan nilai signifikansi 0.000.

102

2. Pengaruh Tidak Langsung terhadap Return On Asset (ROA)

Variabel inflasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap Return On

Asset (ROA) sebesar -0.147 dan variabel BI Rate berpengaruh secara tidak

langsung sebesar 0.268 terhadap variabel Return On Asset (ROA).

B. Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambahkan jumlah variabel

ataupun jumlah data runtun waktu yang akan diteliti sehingga akan

mendapatkan hasil yang lebih terpercaya atau akurat. Serta diharapkan

dalam pengambilan data lebih baik menggunakan data tiap BPRS yang ada

di Indonesia barulah data tersebut digabungkan menjadi satu.

2. Bagi pemerintah diharapkan turut berkontribusi dalam pembangunan

ekonomi syariah jangka panjang melalui Bank Syariah yang ada di

Indonesia. Hal ini penting karena dengan adanya pembangunan ekonomi

syariah insha Allah ekonomi di Indonesia akan tetap stabil terutama dalam

hal inflasi.

3. Bagi Praktisi Bank Syariah dalam hal penghimpunan dana diharapkan

untuk lebih meningkatkan strategi marketing misalnya pada produk

tabungan, dengan cara kerjasama antara pihak bank dengan lembaga

pendidikan baik dari sekolah umum maupun lingkungan pesantren. Jika

dari produk giro itu sendiri bank syariah dapat melakukannya dengan

sosialisasi ke perusahaan-perusahaan dan UMKM untuk dapat

menghimpun dananya sebab giro merupakan sebagai lalu lintas

103

pembayaran operasional bagi perusahaan. Sedangkan, dalam hal

menyalurkan pembiayaan diharapkan untuk lebih mengedepankan prinsip

kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah agar kredit

macet tidak lebih dari 5%. Diantaranya dengan cara harus meningkatkan

kompetensi SDM terutama harus memiliki pengetahuan early warning

system tentang pembiayaan syariah dan memonitoring nasabah dalam

sektor industri yang terkena dampak perlambatan ekonomi secara umum.

114

DAFTAR PUSTAKA

Al Arif M. Nur Rianto. Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis.

Bandung: Alfabeta. 2010.

Africano, Fernando. “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap

Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmiah STIE MDP

Vol. 6 No.1 September 2016), h. 62.

Alim, Syahirul. “Analisis Pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap Return On Asset

(ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Modernisasi, Vol. 10 No. 3

Oktober 2014, h. 208.

Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema

Insani. 2001.

Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet.

2006.

Arijanto, Agus. Dosa-dosa Orang Tua terhadap Anak dalam Hal Finansial.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. 2010.

Ayunda, Revalia. “Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Mudharabah, Pembiyaan

Musyarakah, Pembiayaan Murabahah, dan Non Performing Financing

(NPF) terhadap Kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia”.

Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2015.

Basir, Cik. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan

Mahkamah Syariah. Edisi Pertama.Jakarta: KENCANA PRENADA

MEDIA GROUP. 2009.

Boediono dan Wayan Koster. Teori dan Aplikasi Statistik dan Probabilitas

Sederhana, Lugas, dan Mudah Dimengerti, Cet. I. Bandung: PT.

REMAJA ROSDAKARYA. 2001.

105

Dwijayanthy, Febrina dan Prima Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan

Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”.

Jurnal Karisma, Vol. 3 (2), 2009.

Firmansari, Daisy dan Noven Suprayogi. “ Pengaruh Variabel Makroekonomi dan

Variabel Spesifik Bank terhadap Non Performing Financing pada Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2003-2014”.

JESTT, Vol. 2 No. 6, Juni 2015, h.517.

Firmansyah, Irman. Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic

Bank in Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 17 No.

2, Oktober 2014, h. 247.

Ghazali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet.I.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2001.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet.4.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2006.

Gujarat, Damodar N dan Dawn C.Porter. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta:

Salemba Empat. 2012.

Hakim, Lukman dan Muhammad Solahuddin. Lembaga Ekonomi dan Keuangan

Syariah Kontemporer. Surakarta: Muhammadiyah University Press. 2008.

Hardjanto, Hery. “Analisis Pengaruh DPK dan NPF terhadap Pembiayaan yang

Disalurkan serta Implikasinya pada Retun On Asset di Bank Muamalat

Indonesia”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Hasan, Zubairi. Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam.

Jakarta: Rajawali Pers. 2009.

Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2008.

106

http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2456664/ini-penyebab-

meroketnya-inflasi-2013-dari-bbm-hingga-rokok-kretek diakses pada 8

Maret 2017 pukul 22.05 WIB.

Huda, Nurul. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta: KENCANA

PRENADA MEDIA GROUP. 2008.

Idrianto, Nur dan Bambang Supomo. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta:

BPFE. 2002.

Ismail. Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: KENCANA

PRENADA MEDIA GROUP. 2010.

. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Edisi Kesatu.

Jakarta: Kencana. 2011.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam Anlisis Fikih dan keuangan. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada. 2010.

. Ekonomi Makro Islami, Ed. 1 Cet. 5. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada. 2012.

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada. 2008.

Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada. 2002.

Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2007.

Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.

Laporan Perkembangan Keuangan Syariah tahun 2013, diakses pada 27

September 2016 pukul 10.12 WIB dari

http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/info-

terkini/Pages/laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013-lpks.aspx.

107

Lidyah, Rika. “ Dampak Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya

Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing

Financing (NPF) pada Bank Umum Syariah di Indonesia”. I-Finance Vol.

2, No.1 Juli 2016, h.7.

Mankiw, N. Gregory. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. 2007.

Muhammad, Rifqi. Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi

PSAK Syariah. Yogyakarta: P3EI Press. 2008.

Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: Akademi

Manajemen Perusahaan YKPN. 2005.

Nurmuliyani, Ani. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Non Performing

Financing pada BPRS di Indonesia Periode Tahun 2010-2015”. Skripsi S1

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2016.

Permana, Sony Hendra. Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan (BI Rate). Diakses:

9 Maret 2017 pada pukul 10.39 WIB.

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-22-II-

P3DI-November-2014-59.pdf

Pohan, Aulia. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada. 2008

Priyatno, Duwi. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: CV. Andi

Offset. 2014.

Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal. Credit management handbook:

teori, konsep, prosedur, dan aplikasi: panduan praktis mahasiswa, bankir,

dan nasabah. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2006.

Rosyada, Amrina. “Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif dan Non Performing

Financing terhadap Return On Asset Perbankan Syariah”. S1 Fakultas

108

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2015.

Rustika , Frida Dwi. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Acuan (BI Rate), Nilai Tukar

Rupiah dan Gross Domestic Product (GDP) terhadap Non Performing

Financing perbankan Syariah”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Uiversitas

Negeri Yogyakarta, 2016.

S, Burhanuddin. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Graha

Ilmu. 2010.

Sahara, Ayu Yanita. “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk

Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di

Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1 No.1, Januari 2013. h. 154.

Saputra, Imam Rifky. “Pengaruh DPK dan NPF terhdapPembiayaan yang

Disalurkan (PYD) serta Implikasinya pada ROA (Studi pada 3 BUS di

Indonesia Periode 2010-2013)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Sarwono, Jonathan. Analisis Jalur untuk Riset Binis dengan SPSS, Edisi Kesatu.

Yogyakarta: Andi. 2007.

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Kelima. Jakarta: FE UI.

1995.

Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

2000.

Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: KENCANA

PRENAMEDIA GROUP. 2009.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet. III. Bandung:

ALFABETA. 2007.

109

Statistika Untuk Penelitian, Cet. 14. Bandung: ALFABETA. 2009.

Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi 1 Cet. 14. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada. 2002.

Sumitro, Warkum. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait

(BMUI & Takaful) di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1996.

Tabrizi, Ahmad. “Analisis Pengaruh Variabel Makro terhadap Non Performing

Financing Bank Umum Syariah di Indonesia Perode Tahun 2005-2013”.

Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2014.

Tampubolon, Robert. Risk Management: Pendekatan Kualitatif Untuk Bank

Komersial. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2004.

Trinandari PN, Penurunan BI Rate dan Suku Bunga Perbankan. Diakses: 8 Maret

2017 pada pukul 22.15 WIB. https://dosen.perbanas.id/penurunan-bi-rate-

dan-suku-bunga-perbankan/

Trisilo , Rudi Bambang. “Spread Margin Keuntungan Bank Syariah di Indonesia

Periode 2005-2011”. Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Volume 2 Nomor

1, 2012, ISSN: 2088-6365, h. 1.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah.

Wiroso. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta:

PT. Grasindo. 2005.

www.bi.go.id

www.ojk.go.id

110

Yasin, Ach. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non Performing

Financing (NPF) di Industri Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Syariah di

Indonesia”. Jurnal Akuntansi, e-ISSN: 2502-6380, 2014, h. 193.

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Pnelitian

Gabungan. Jakarta: KENCANA. 2014.

Zulifiah, Fitri dan Joni Susilowibowo, “Pengaruh Inflasi, BI Rate, Capital

Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Finance (NPF), Biaya

Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas

Bank Umum Syariah Periode 2008-2012” Jurnal Ilmu Manajemen

Volume 2, Nomor 3, (Juli, 2014), h. 766.

s

111

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: DATA PENELITIAN INFLASI DAN BI RATE DI INDONESA

Tahun Bulan Inflasi (%) BI Rate (%)

2013

Januari 4.57 5.75

Februari 5.31 5.75

Maret 5.9 5.75

April 5.57 5.75

Mei 5.47 5.75

Juni 5.9 6

Juli 8.61 6.5

Agustus 8.79 7

September 8.4 7.25

Oktober 8.32 7.25

November 8.37 7.5

Desember 8.38 7.5

2014

Januari 8.22 7.5

Februari 7.75 7.5

Maret 7.32 7.5

April 7.25 7.5

Mei 7.32 7.5

Juni 6.7 7.5

Juli 4.53 7.5

Agustus 3.99 7.5

September 4.53 7.5

Oktober 4.83 7.5

November 6.23 7.5

Desember 8.36 7.75

112

2015

Januari 6.96 7.75

Februari 6.29 7.5

Maret 6.38 7.5

April 6.79 7.5

Mei 7.15 7.5

Juni 7.26 7.5

Juli 7.26 7.5

Agustus 7.18 7.5

September 6.83 7.5

Oktober 6.25 7.5

November 4.89 7.5

Desember 3.35 7.5

2016

Januari 4.14 7.25

Februari 4.42 7

Maret 4.45 6.75

April 3.6 6.75

Mei 3.33 6.75

Juni 3.45 6.5

Juli 3.21 6.5

LAMPIRAN 2: DATA PENELITIAN DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON

PERFORMING FINANCING (NPF), DAN RETURN ON ASSET (ROA) BPRS DI

INDONESIA

Tahun Bulan DPK (jutaan

rupiah)

Ln_DPK

(%) NPF (%)

ROA

(%)

2013

Januari 2984272 14.91 6.91 3.07

Februari 3061863 14.93 7.33 3.05

Maret 3132989 14.96 7.21 3.06

April 3176886 14.97 7.32 3.14

113

Mei 3215790 14.98 7.69 3.10

Juni 3209453 14.98 7.25 2.98

Juli 3240056 14.99 7.35 2.87

Agustus 3340032 15.02 7.89 2.63

September 3411188 15.04 7.58 2.85

Oktober 3457890 15.06 7.48 2.90

November 3538801 15.08 7.34 2.89

Desember 3666174 15.11 6.5 2.79

2014

Januari 3669308 15.12 7.77 2.78

Februari 3710588 15.13 7.71 2.81

Maret 3765463 15.14 7.74 2.71

April 3734325 15.13 8 2.56

Mei 3681411 15.12 8.23 2.47

Juni 3598842 15.10 8.18 2.77

Juli 3591644 15.09 8.62 2.45

Agustus 3728581 15.13 8.83 2.49

September 3752963 15.14 8.68 2.26

Oktober 3801904 15.15 8.94 2.18

November 3852613 15.16 8.81 2.21

Desember 4028415 15.21 7.89 2.26

2015

Januari 4052117 15.21 8.97 2.31

Februari 4082765 15.22 9.11 2.23

Maret 4152997 15.24 10.36 2.07

April 4204807 15.25 9.33 2.19

Mei 4193194 15.25 9.38 2.17

Juni 4099039 15.23 9.25 2.30

Juli 4192498 15.25 9.8 2.28

Agustus 4309645 15.28 9.74 2.34

September 4380037 15.29 9.87 2.22

Oktober 4467490 15.31 10.01 2.20

114

November 4569375 15.33 9.69 2.15

Desember 4801888 15.38 8.2 2.20

2016

Januari 4485309 15.32 9.08 2.32

Februari 4884414 15.40 9.41 2.32

Maret 4965547 15.42 9.44 2.25

April 5045786 15.43 9.51 2.25

Mei 5059287 15.44 9.6 2.16

Juni 4997238 15.42 9.18 2.18

Juli 5281377 15.48 9.97 2.21

LAMPIRAN 3: GRAFIK PERKEMBANGAN INFLASI DI INDONESIA

JANUARI 2013-JULI 2016

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

Jan

-13

Ap

r-1

3

Jul-

13

Oct

-13

Jan

-14

Ap

r-1

4

Jul-

14

Oct

-14

Jan

-15

Ap

r-1

5

Jul-

15

Oct

-15

Jan

-16

Ap

r-1

6

Jul-

16

Inflasi

Inflasi

115

LAMPIRAN 4: GRAFIK PERKEMBANGAN DANA PIHAK KETIGA (DPK)

BPRS DI INDONESIA JANUARI 2013-JULI 2016

LAMPIRAN 5: GRAFIK PERKEMBANGAN BI RATE DI INDONESIA

JANUARI 2013-JULI 2016

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

Jan

-13

Ap

r-1

3

Jul-

13

Oct

-13

Jan

-14

Ap

r-1

4

Jul-

14

Oct

-14

Jan

-15

Ap

r-1

5

Jul-

15

Oct

-15

Jan

-16

Ap

r-1

6

Jul-

16

Dana Pihak Ketiga (dalam jutaan rupiah)

Dana Pihak Ketiga

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

Jan

-13

Ap

r-1

3

Jul-

13

Oct

-13

Jan

-14

Ap

r-1

4

Jul-

14

Oct

-14

Jan

-15

Ap

r-1

5

Jul-

15

Oct

-15

Jan

-16

Ap

r-1

6

Jul-

16

BI Rate

BI Rate

116

LAMPIRAN 6: GRAFIK PERKEMBANGAN NON PERFORMING

FINANCING (NPF) BPRS DI INDONESIA JANUARI 2013-JULI 2016

LAMPIRAN 7: GRAFIK PERKEMBANGAN RETURN ON ASSET (ROA)

BPRS DI INDONESIA JANUARI 2013-JULU 2016

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

Jan

-13

Ap

r-1

3

Jul-

13

Oct

-13

Jan

-14

Ap

r-1

4

Jul-

14

Oct

-14

Jan

-15

Ap

r-1

5

Jul-

15

Oct

-15

Jan

-16

Ap

r-1

6

Jul-

16

NPF

NPF

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

Jan

-13

Ap

r-1

3

Jul-

13

Oct

-13

Jan

-14

Ap

r-1

4

Jul-

14

Oct

-14

Jan

-15

Ap

r-1

5

Jul-

15

Oct

-15

Jan

-16

Ap

r-1

6

Jul-

16

ROA

ROA

117

LAMPIRAN 8: HASIL UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz

ed Residual

N 43

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std.

Deviation .58381174

Most Extreme

Differences

Absolute .096

Positive .076

Negative -.096

Kolmogorov-Smirnov Z .627

Asymp. Sig. (2-tailed) .826

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

LAMIRAN 9: HASIL UJI AUTOKORELASI SEBELUM TRANSFORMASI

Model Summaryb

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .816a .666 .641 .60585 1.001

a. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK

b. Dependent Variable: NPF

LAMPIRAN 10: HASIL UJI AUTOKORELASI SETELAH TRANSFORMASI

Model Summaryb

Mode

l

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .587a .344 .293 .52869 2.082

a. Predictors: (Constant), Lag_BIRATE, Lag_DPK, Lag_INFLASI

b. Dependent Variable: Lag_NPF

118

LAMPIRAN 11: HASIL UJI MULIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standard

ized

Coefficie

nts

t Sig. Collinearity

Statistics

B Std.

Error

Beta Toler

ance

VIF

1

(Constant) -61.560 12.913 -

4.767 .000

Inflasi -.077 .079 -.128 -.965 .001 .483 2.070

Ln_DPK 4.516 .885 .683 5.104 .000 .477 2.094

BIRate .281 .202 .175 1.390 .023 .542 1.844

a. Dependent Variable: NPF

LAMPIRAN 12: HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS

119

LAMPIRAN 13: HASIL UJI F STRUKTURAL I

ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean

Square

F Sig.

1

Regressi

on 28.569 3 9.523 25.944 .000

b

Residual 14.315 39 .367

Total 42.884 42

a. Dependent Variable: NPF

b. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK

LAMPIRAN 14: HASIL UJI T STRUKTURAL I

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std.

Error

Beta

1

(Consta

nt) -61.560 12.913

-4.767 .000

Inflasi -.077 .079 -.128 -.965 .001

Ln_DP

K 4.516 .885 .683 5.104 .000

BIRate .281 .202 .175 1.390 .023

a. Dependent Variable: NPF

120

LAMPIRAN 15: HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI STUKTURAL I

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .816a .666 .641 .60585

a. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK

b. Dependent Variable: NPF

LAMPIRAN 16: KOEFISIEN JALUR PERSAMAAN STRUKTURAL I

Coefficientsa

Model Standardized

Coefficients

Beta

1

(Constant)

Inflasi -.128

Ln_DPK .683

BIRate .175

a. Dependent Variable: NPF

LAMPIRAN 17: HASIL UJI F STRUKTURAL II

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 4.100 3 1.367 88.887 .000b

Residual .600 39 .015

Total 4.699 42

a. Dependent Variable: ROA

b. Predictors: (Constant), NPF, BIRate, Inflasi

121

LAMPIRAN 18: HASIL UJI T STRUKTURAL II

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Consta

nt) 5.604 .241

23.208 .000

Inflasi .047 .015 .236 3.126 .003

BIRate -.230 .040 -.431 -5.740 .000

NPF -.206 .025 -.621 -8.101 .000

a. Dependent Variable: ROA

LAMPIRAN 19: HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI STUKTURAL II

Model Summaryb

Mod

el

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .934a .872 .863 .12399

a. Predictors: (Constant), NPF, BIRate, Inflasi

b. Dependent Variable: ROA

LAMPIRAN 20: KOEFISIEN JALUR PERSAMAAN STRUKTURAL II

Coefficientsa

Model Standardized

Coefficients

Beta

1

(Constant)

Inflasi .236

BIRate -.431

122

NPF -.621

a. Dependent Variable: ROA

LAMPIRAN 21: HASIL KORELASI ANTAR VARIABEL

Correlations

Ln_DP

K

Inflasi BIRate ROA NPF

Ln_DP

K

Pearson

Correlation 1 -.471

** .355

* -.841

** .806

**

Sig. (2-tailed) .001 .019 .000 .000

N 43 43 43 43 43

Inflasi

Pearson

Correlation -.471

** 1 .340

* .332

* -.391

**

Sig. (2-tailed) .001 .026 .029 .010

N 43 43 43 43 43

BIRate

Pearson

Correlation .355

* .340

* 1 -.582

** .374

*

Sig. (2-tailed) .019 .026 .000 .014

N 43 43 43 43 43

ROA

Pearson

Correlation -.841

** .332

* -.582

** 1 -.874

**

Sig. (2-tailed) .000 .029 .000 .000

N 43 43 43 43 43

NPF

Pearson

Correlation .806

** -.391

** .374

* -.874

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .010 .014 .000

N 43 43 43 43 43

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).