pengaruh indoor air health and comfort terhadap …
TRANSCRIPT
PENGARUH INDOOR AIR HEALTH AND COMFORT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN
CONVENTIONAL BUILDING
Oghie M. Purnomo, Yusuf Latief, Suratman Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
ABSTRAK Dunia gencar membangun bangunan hijau termasuk Indonesia. Konsep green bukan sekedar penggunaan material dan penghematan energi, namun mengenai kualitas udara dalam ruangan (indoor air health and comfort/IHC). Aspek ini berkolerasi dengan kesehatan dan kenyamanan dari penghuni gedung. Pemenuhan konsep hijau akan mempengaruhi biaya konstruksi. Skripsi ini bertujuan mengidentifikasi aspek apa yang mempengaruhi biaya konstruksi dan besar pengaruhnya terhadap biaya konstruksi dengan melakukan survey dan studi kasus di proyek kantor pusat Jasa Marga. Penelitian ini mendapatkan faktor yang paling dominan adalah instalasi sensor gas karbon dioksida dan penambahan biaya untuk memenuhi aspek IHC secara keseluruhan adalah sebesar 0,01%. Kata kunci: bangunan hijau; kualitas udara dalam ruang; biaya konstruksi
ABSTRACT More nations including Indonesia tend to develop the green building. The green concept is not only using of materials and energy consumption saving, but also concerning to indoor air health and comfort (IHC). This aspect has correlation to the health and the comfort of the building occupants. The Application of green building concept will have significant effect on construction cost. This thesis is aimed to identify the aspect which influences on construction cost and how much it affects the construction cost with survey method and case study on Jasa Marga Main Office project. This research found that the most dominant factor of this aspect is carbon dioxide gas censor installation and the additional costs to fulfill the whole aspects of IHC is 0.01 percents. Keywords: green building; indoor air quality; construction cost
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
PENDAHULUAN
Perkembangan konstruksi di Indonesia berkembang sangat pesat. Namun perkembangan
konstruksi ini tidak sebanding dengan pengaruh baiknya terhadap lingkungan. Atas dasar itu,
dunia semakin gencar membangun green building atau bangunan hijau termasuk Indonesia.
Menurut Rana Y. Nasir [1], aspek indoor air health and comfort, salah satu aspek penting
dalam konsep green building bukan sekedar kualitas udara dalam ruangan, namun juga
mempunyai kolerasi dengan kesehatan dan kenyamanan dari penghuni gedung. Kualitas udara
di dalam ruangan sangat mempengaruhi kesehatan manusia karena 80-90% kegiatan manusia
berada dalam ruangan [2]. Laporan dari WHO yang dikemukakan oleh Dr. Faisal Yatim,
peneliti Litbang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada acara GBCI menyatakan
bahwa 30% dari seluruh bangunan komersial di dunia mempunyai masalah kualitas udara
dalam ruang [3].
Pengendalian kualitas udara dalam ruang mempengaruhi biaya konstruksi. Pelaku industri
konstruksi perlu melakukan penambahan untuk dari segi teknis dibanding dengan proses
konstruksi biasa. Perbedaan biaya konstruksi antara green building dengan conventional
building terdapat pada biaya investasi green building yang mencapai 5-10%, namun apabila
tidak ada perencanaan yang matang oeh pengembang diperkirakan kenaikan harga
pembangunan green building dapat bertambah hingga 20% [4]. Dari laporan akhir proyek
Kantor Pusat PT Dahana di Subang tahun 2011 disebutkan bahwa penerapan green building
menambah biaya pembangunan sebesar 13,4%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor dalam aspek Indoor Air
Health and Comfort yang mempengaruhi biaya konstruksi proyek serta menganalisis besar
pengaruh dari penerapan aspek indoor air health and comfort terhadap biaya proyek dalam
proyek konstruksi green building dibandingkan dengan bangunan konvensional.
TINJAUAN TEORITIS
Menurut Chen [5], green building merupakan suatu konsep untuk meningkatkan efisiensi
sumber daya yang dibutuhkan untuk sebuah gedung, rumah atau fasilitas lainnya dan dalam
pemanfaatannya menggunakan sumber daya alam dan sumber energi rendah limbah dan
ramah lingkungan, limbah diusahakan tidak bersifat radioaktif dan dapat didaur ulang oleh
alam dalam waktu yang relatif singkat. Green Building didefinisikan sebagai sebuah
perencanaan dan perancangan bangunan melalui sebuah proses yang memeperhatikan
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
lingkungan dan menggunakan sumber daya secara efisien pada seluruh siklus hidup bangunan
dari menggunakan sumber daya secara efisien pada seluruh siklus hidup bangunan dari mulai
pengolahan tapak, perancangan, pembangunan, penghunian, pemeliharaan, renovasi dan
perubahan bangunan [6] .
Terdapat sistem rating dalam penetapan green building yang merupakan suatu standar terukur
yang berguna dan dapat dipahami untuk pelaku konstruksi. Sistem rating di Indonesia
dikeluarkan oleh GBCI, Green Building Council Indonesia, suatu LSM yang berafliasi
dengan konsil-konsil green building di dunia. Kriteria penilaiannya dikelompokkan menjadi
enam kategori aspek dalam suatu sistem rating yang bernama GREENSHIP [7]. Aspeknya
yakni
1. appropriate site development / ASD (tepat guna lahan)
2. energy efficiency and conservation / EEC (efisiensi dan konservasi energy)
3. water conservation / WC (konservasi air)
4. material resources and cycle / MRC (sumber dan siklus material)
5. indoor air health and comfort / IHC (kualitas udara dan kenyamanan ruangan)
6. building and environment management / BEM (manajemen lingkungan bangunan)
Pencapaian aspek ini menuju pada pencapaian nilai hasil rating yang memberikan predikat
pada bangunan tersebut dengan predikat penilaian terendah perunggu untuk pencapaian nilai
minimal 35, perak dengan pencapaian nilai 47, emas untuk pencapaian nilai 58 dan tertinggi
platinum untuk pencapaian nilai minimal 74.
Menurut buku Panduan Penerapan GREENSHIP versi 1.0 yang diterbitkan Green Building
Council Indonesia, aspek IHC sendiri memiliki satu pra-syarat dan tujuh variabel, yaitu
1. Outdoor Air Introduction
Suatu kantor membutuhkan kebutuhan udara luar sebesar 0,15 m3/menit/orang sampai 0,6
m3/menit/orang. Menurut ASHRAE std. 62.1 – 2007 kebutuhan udara luar di kantor
sebesar 5 cfm/orang. Untuk mencapai kebutuhan yang ditetapkan, diharuskan ada bukaan
atau sistem ventilasi yang baik. Ventilasi, terutama ventilasi alami merupakan berupa
jendela, kisi-kisi, atau bukaan lain yang dapat mengalirkan udara.
2. CO2 monitoring
Sumber utama karbon dioksida (CO2) di gedung perkantoran berasal dari respirasi
penghuni bangunan. Konsentrasi CO2 yang tinggi dapat membuat konsentrasi O2
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
berkurang sehingga menyebabkan kesulitan bernapas hingga keracunan pada
penggunanya. Peningkatan kadar CO2 dalam ruangan juga berdampak terhadap
peningkatan prevalensi dari satu atau lebih gejala sick building syndrome (SBS), berupa
sakit kepala, iritasi mata, iritasi hidung dan gangguan saluran pernapasan (Seppanen et, al,
1999) [8].
3. environmental tobacco smoke control
Menurut First [9], lingkungan berasap rokok atau Environmental Tobacco Smokes (ETS)
adalah campuran asap side stream dan asap mainstream. Berdasarkan perkiraan sekitar
50% asap mainstream perokok dikeluarkan. Lingkungan berasap rokok ini telah diketahui
menimbulkan pengaruh terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia yang berada di
dalamnya.
4. chemical pollutant
Penggunaan material-material seperti cat, coating, olahan kayu, styrofoam, mercury dan
asbes mempunyai dampak terhadap kesehatan penghuni bangunan tersebut.Sebagian besar
material-material yang digunakan dalam suatu bangunan mempunyai zat-zat kimia yang
berbahaya bagi manusia. Sebagian besar mempunyai VOCs (volatile Organic
Compounds) yang berbahaya bagi kesehatan. Sejumlah penelitian menunjukkan kadar
VOCs di dalam ruang lebih tinggi 40% dibanding VOCs diluar ruangan [10].
5. outside view
Kontinuitas visual antara ruang dalam dan ruang luar sangat dibutuhkan oleh penghuni
gedung. Secara psikologis, penghuni gedung memerlukan rasa aman dengan sesekali
melihat cuaca, kondisi lalu lintas dan akitivitas lain yang ada di luar gedung tersebut.
Secara fisiologis, pemandangan luar gedung dapat memberikan relaksasi mata yang
kelelahan akibat aktivitas di dalam ruangan.Selain itu, terdapat hubungan antara
kurangnya jendela di tempat kerja dengan penghuni yang mengalami ketidakpuasan,
perasaan isolasi, depresi, klaustrofobia, pembatasan, dan ketegangan [11].
6. visual comfort
Menurut Suma’mur dan Manuaba [12], penerangan merupakan faktor lingkungan yang
sangat perlu diperhatikan karena banyak pengaruhnya terhadap kelelahan mata dalam
bekerja. Kelelahan otot dan saraf mata sebagai akibat dari tegangan yang terus-menerus
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
pada mata memang tidak menyebabkan kerusakan permanen pada mata, namun
menambah beban kerja dan mempercepat kelelahan. Kondisi tersebut mengakibatkan
produktivitas penghuni gedung terganggu, ditunjukkan oleh meningkatnya frekuensi
kesalahan dan gangguan konsentrasi. Oleh karena itu, penerangan yang baik sangat
penting agar pekerjaan dapat dilakukan dengan benar dan dalam situasi yang nyaman.
7. thermal comfort
Penelitian Karyono [13] mengatakan bahwa, Indonesia, terutama Jakarta, mempunyai
suhu rata-rata minimum sebesar 23°C dan maksimum sebesar 33°C serta kelembaban
rata-rata relatif sekitar 69 sampai 90%. Berdasarkan penelitian oleh Ellis tahun 1953 di
Singapura, suhu yang efektif dan nyaman bagi orang-orang yang tinggal di Asia Tenggara
adalah tak lebih dari 78°F (25,53°C) dan tak kurang dari 73°F (22,76°C) dan kelembaban
menurut penelitian Webb tahun 1950 di Singapura adalah 70% [14]. Oleh karena itu
diambil rat-rata bahwa suhu yang nyaman adalah 25°C dan kelembaban 60% [15].
8. acoustic level
Menurut Hodgson [16] tingkat kebisingan yang tinggi dapat menyebabkan kekesalan,
kelelahan, stress dan mengganggu efisiensi dan produktivitas kerja. Tingkat kebisingan
yang pas dapat membuat penghuni banguan nyaman, bebas dari gangguan dan bagus
dalam berkomunikasi.
METODE PENELITIAN
Untuk identifikasi faktor IHC yang berpotensi menaikkan biaya konstruksi dilakukan survey
pada beberapa proyek bangunan gedung dengan mengunakan metode Delphi untuk
melakukan analisis. Sedangkan untuk menganalisis besar pengaruh dari penerapan aspek
indoor air health and comfort terhadap biaya proyek dalam proyek konstruksi green building
digunakan metode statistik menggunakan AHP (Analytical Hierarcy Process) dan software
SPSS dengan obyek yang digunakan adalah gedung kantor pusat PT Jasa Marga yang
dikonstruksi oleh kontraktor PT X.
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Variabel-variabel dan indikator-indikator yang mempengaruhi biaya proyek dalam penelitian
ini diidentifikasi berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan.
Tabel 1. Variabel dan Sub-variabel
Variabel Sub-Variabel Referensi
PraSyarat Outdoor Air Introduction
desain ruangan menunjukkan potensi introduksi udara luar minimal sesuai SNI 03-6572-2001 tabel 4.4.2
GBCI, ASHRAE
std 62
IHC 1 (CO2
Monitoring)
instalasi sensor gas karbon dioksida di ruangan dengan kepadatan tinggi tidak lebih dari 1000 ppm dan diletakkan 1.5 m di atas lantai dekat return air grill
GBCI, Indoor Air
Quality Handbook
TIDAK
YA
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
Tabel 1. (sambungan)
Variabel Sub-Variabel Referensi
IHC 2 (Environmental Tobacco Smoke Control)
pemasangan tanda "Dilarang Merokok di Seluruh Area Gedung" dan tidak menyediakan area khusus merokok
GBCI, Pergub DKI
No. 88 Tahun 2010,
Peraturan Pemerintah RI No. 19
Tahun 2003
Atau
area khusus merokok berada 5 m dari pintu masuk, outdoor air intake dan bukaan jendela bila disediakan
IHC 3 (Chemical Pollutants)
penggunaan cat dan coating rendah VOCs dan dilabel/disertifikat yang diakui GBCI
GBCI, Indoor Air
Quality Handbook
penggunaan kayu komposit dan agrifiber tanpa atau rendah urea formaldehid dan dilabel/disertifikat yang diakui GBCI
GBCI
tidak menggunakan material yang mengandung asbes,merkuri dan Styrofoam
GBCI
IHC 4 (outside view)
75% dari NLA menghadap langsung ke pemandangan luar
GBCI
IHC 5 (visual comfort)
Penggunaan lampu dengan iluminasi sesuai SNI 03-6197-2000 tabel 1
GBCI, majalah techno
konstruksi
IHC 6 (thermal comfort)
perencanaan kondisi termal ruangan secara umum pada suhu 25°C dan kelembaban 60%
GBCI
IHC 7 (accoustic level)
tingkat kebisingan pada 90% NLA tidak lebih atau sama dengan SNI 03-6386-2000 tabel 1
GBCI
Sumber: data olahan
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
Identifikasi akan menghasilkan beberapa calon variabel dan indikator yang kemudian
divalidasi ke pakar-pakar di bidang green building. Validasi dilakukan dengan survey yang
disebar ke 5 pakar untuk menentukan variabel dan indikator mana yang akan digunakan dari
identifikasi. Setelah data dianilisis kesahihannya, serta hasil validasi variabel telah didapat,
variabel dan indikator ditentukan dengan melihat pengaruhnya terhadap biaya konstruksi.
Apabila pengaruhnya tidak terlalu signifikan maka variabel dan indikator tersebut tidak akan
digunakan.Setelah validasi dengan pakar, tahap selanjutnya adalah penyebaran variabel dan
indikator melalui kuisioner yang disebar ke responden yang merupakan pelaku konstruksi di
beberapa proyek bangunan gedung konvensional. Hasil dari penyebaran kuisioner ini
dianalisis menggunakan AHP dan software SPSS. Dari analisis tersebut didapatkan faktor-
faktor dominan yang mempengaruhi biaya konstruksi.
Kemudian data selanjutnya diambil dari studi kasus di gedung kantor pusat PT Jasamarga
dengan melihat aspek GREENSHIP mana saja yang digunakan di proyek tersebut. Data-data
dari proyek tersebut diambil dari BoQ, shop drawing, serta data-data teknis lainnya.
HASIL PENELITIAN
Dari validasi yang dilakukan oleh pakar didapatkan beberapa variabel dan indikator yang
akan dipakai untuk kuisioner tahap 2.
Tabel 2. Variabel yang Telah Valid Hasil Validasi Pakar
NO Variabel Sub- No
Sub Variabel Cost Komponen Apa Saja yang Mempengaruhi Biaya
dalam Green Building
X1 Pra Syarat Outdoor Air Introduction
X.1.1 Introduksi udara luar minimal sesuai
SNI 03-6572-2001 tabel 4.4.2
Ruangan mampu memenuhi kebutuhan udara luar dengan menggunakan
ventilasi alami atau buatan
X2 IHC 1 (Co2 monitoring)
X.2.1 Ruangan dengan kepadatan tinggi
kadar CO2 tidak lebih dari 1000 ppm
Melengkapi ruangan dengan instalasi sensor gas karbon
dioksida diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air
grill
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
Tabel 2 (Sambungan)
X3 IHC 2 (environmental tobacco smoke control)
X.3.1
Memasang tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area
Bangunan” dan tidak menyediakan area khusus merokok
Pemasangan tanda “Dilarang Merokok di
Seluruh Area Bangunan”
Atau
X.3.2 Menyediakan area khusus merokok 5 m dari dari pintu masuk, outdoor
air intake dan bukaan jendela
Pembangunan area khusus merokok
NO Variabel Sub- No
Sub Variabel Cost Komponen Apa Saja yang Mempengaruhi Biaya
dalam Green Building
X4 IHC 3 (chemical pollutant)
X.4.1 Penggunaan cat dan coating dengan kadar VOCs rendah dan diakui oleh
GBCI
Menggunakan cat dan coating dengan kadar VOCs
rendah dan diakui oleh GBCI
X.4.2
Penggunaan kayu komposit dan produk agrifiber tanpa urea
formaldehid atau kadar formaldehid rendah
Menggunakan kayu komposit dan produk agrifiber tanpa urea
formaldehid atau kadar formaldehid rendah
X.5 IHC 4 (outside view)
X.5.1 75% dari Nett Lettable Area
menghadap langsung ke pemandangan luar
Desain bangunan memastikan 75% NLA menghadap langsung ke
pemandangan luar
X.6 IHC 5 (Visual Comfort)
X.6.1 Penggunaan lampu dengan tingkat
pencahayaan sesuai dengan SNI 03-6197-2001 tabel 1
Menggunakan lampu dengan jumlah lux yang
sesuai
X.7 IHC 6 (Thermal Comfort)
X.7.1 Penetapan kondisi termal ruangan
pada suhu 25˚ dan kelembaban relatif 60%
Menggunakan pengatur udara sehingga suhu dan
kelembaban sesuai
X.8 IHC 7 (Acoustic Level)
X.8.1 Tingkat kebisingan 90% NLA tidak lebih dari SNI 03-6386-2000 tabel 1
Melaporkan pengukuran tingkat kebisingan
Sumber: data olahan
Setelah kuisioner disebar kepada 32 responden di beberapa proyek bangunan gedung,
dilakukan uji validitas. Uji validitas ini dilakukan guna mengetahui ketepatan alat ukur
penelitian. Dalam pengujian ini yang menjadi alat ukurnya adalah angka hasil dari korelasi
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi pada
kuisioner. Dengan menggunakan bantuan software SPSS-20 berikut adalah tabel hasil
pengolahan data :
Tabel 3. Item-Total Statistics
variabel
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
x.1.1 23.59 31.604 .820 .813
x.2.1 23.22 36.757 .417 .851 x.3.1 24.34 40.362 .169 .868
x.3.2 24.03 38.418 .234 .870 x.4.1 23.59 33.862 .689 .827
x.4.2 23.34 35.136 .600 .835 x.5.1 23.75 33.742 .649 .831
x.6.1 23.75 35.484 .724 .829 x.7.1 23.88 33.726 .694 .827
x.8.1 23.88 34.500 .648 .831 Sumber: data olahan SPSS
Untuk mengukur tingkat valid dan tidaknya dari variabel yang ada, nilai r (Corrected Item-
Total Correlation) harus minimal sama dengan atau lebih dari nilai r tabel. Berdasrkan nilai
responden yang berjumlah 32 (nilai N-2) responden didatakan nilai r tabel yaitu r=0,349.
Tabel 4. Hasil Validitas
Variabel Corrected Item-Total
Correlation Keterangan
x.1.1 .820 VALID x.2.1 .417 VALID x.3.1 .169 TIDAK VALID x.3.2 .234 TIDAK VALID x.4.1 .689 VALID x.4.2 .600 VALID x.5.1 .649 VALID x.6.1 .724 VALID x.7.1 .694 VALID x.8.1 .648 VALID
Sumber: data olahan SPSS
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
Dari hasil validitas, terdapat 2 variabel yang tidak valid, karena berada di bawah r=0,349. Hal
ini terjadi karena memang tidak terlalu berpengaruh variabel tersebut terhadap biaya
konstruksi.
Tabel 5. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.853 10 Sumber: data olahan SPSS
Berdasarkan tabel tingkat realible, nilai Alpha Cronbach = 0.853 sehingga tingkat
reliabilitasnya tinggi (dapat dipercaya).
Perhitungan untuk pengaruh variabel terhadap perubahan biaya konstruksi dilakukan dengan
memasukkan bobot elemen masing-masing sesuai dengan hasil. Tabel berikut merupakan
perhitungan nilai pengaruh terhadap biaya yang digunakan untuk menentukan rangking atau
peringkat dalam analisa AHP.
Tabel 6. Hasil Perhitungan AHP
Var 1 2 3 4 5 TOT 1 2 3 4 5 NILAI
(%) Rank
0.07 0.13 0.27 0.52 1.00
x.1.1 2 14 8 5 3 32 6.25 43.75 25.00 15.63 9.38 30.47 3
x.2.1 0 10 11 7 4 32 0.00 31.25 34.38 21.88 12.50 37.22 1
x.4.1 1 15 8 6 2 32 3.13 46.88 25.00 18.75 6.25 29.17 4
x.4.2 1 9 12 8 2 32 3.13 28.13 37.50 25.00 6.25 33.22 2
x.5.1 3 14 10 2 3 32 9.38 43.75 31.25 6.25 9.38 27.51 5
x.6.1 1 15 11 5 0 32 3.13 46.88 34.38 15.63 0.00 23.81 8
x.7.1 4 15 7 5 1 32 12.50 46.88 21.88 15.63 3.13 24.24 6
x.8.1 4 14 9 4 1 32 12.50 43.75 28.13 12.50 3.13 23.87 7 Sumber: data olahan
Angka 1 merupakan “tidak berpengaruh”, 2 merupakan “kurang berpengaruh”, 3 merupakan
“cukup berpengaruh”, 4 merupakan “berpengaruh” dan 5 adalah “sangat berpengaruh”.
Dari tabel di atas, diperoleh nilai proxy utama indikator yang sangat berpengaruh terhadap
perubahan biaya konstruksi yang mewakili variabel tersebut. Indikator tersebut merupakan
indikator yang paling berpengaruh terhadap perubahan biaya konstruksi.
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
Tabel 7. Faktor Pengaruh yang Dominan Terhadap Biaya
Variabel Indikator Nilai (%)
X.1
Ruangan mampu memenuhi kebutuhan udara luar dengan menggunakan ventilasi alami atau buatan 30.47
X.2
Melengkapi ruangan dengan instalasi sensor gas karbon dioksida diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grill 37.22
X.4
Menggunakan kayu komposit dan produk agrifiber tanpa urea formaldehid atau kadar formaldehid rendah 33.22
X.5
Desain bangunan memastikan 75% NLA menghadap langsung ke pemandangan luar 27.51
X.6
Menggunakan lampu dengan jumlah lux yang sesuai 23.81
X.7
Menggunakan pengatur udara sehingga suhu dan kelembaban sesuai 24.24
X.8
Melaporkan pengukuran tingkat kebisingan 23.87
Sumber: data olahan
Setelah mendapatkan proxy variabel, penelitian dilanjutkan dengan studi kasus. Hasil
penelitian studi kasus dapat disimpulkan sebagai berikut. Pembangunan gedung kantor ini
ditargetkan memperoleh 65 poin sistem rating GREENSHIP untuk mendapatkan predikat
gold. Desain awal (pada saat tender) merupakan desain gedung konvensional yang
selanjutnya diubah menjadi desain green building. Meskipun desain awalnya adalah
konvensional tetapi telah memiliki baseline poin green building yaitu sebesar 21 poin.
Tabel 8. Target dan Baseline Proyek
NO ITEM Baseline Target
ELIGIBILITY
1 ASD Appropriate Site Development 4 11
2 EEC Energy Efficiency & Conservation 2 16
3 WAC Water Conservation 4 14
4 MRC Material Resources & Cycle 4 4
5 IHC Indoor Health & Comfort 6 9
6 BEM Building Enviroment Management 1 11
TOTAL 21 65 Sumber: data olahan
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
Aspek indoor air health and comfort (IHC) memiliki target sebanyak 9 poin dari sebelumnya
telah memiliki 6 poin baseline. Target poin IHC berasal dari subaspek Prasyarat 1 (outdoor
air introduction), IHC 2 (environmental tobacco smoke control), IHC 3 (chemical pollutant),
IHC 4 (outside view), IHC 5 (visual comfort), IHC 6 (thermal comfort) dan IHC 7 (acoustic
level). Dalam analisis studi kasus, didapat aspek-aspek yang diterapkan di proyek gedung
kantor pusat PT Jasamarga, yaitu:
a. Prasyarat 1 (outdoor air introduction)
Outside air introduction merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh suatu gedung yang
akan disertifikasi sebagai green building. Prasyarat ini mewajibkan ruangan dalam gedung
mampu memenuhi kebutuhan udara luar dengan menggunakan ventilasi alami atau buatan
sesuai dengan SNI 03-6572-2001 tabel 4.4.2. Dalam proyek PT Jasa Marga ini penggunaan
ventilasi buatan berupa Exhaust Fan. Penggunaan Exhaust Fan sudah lazim dalam bangunan
tinggi, terlebih adanya SNI membuat ventilasi tersebut diharuskan dilakukan.
b. IHC 2 (Environmental Tobacco Smoke Control)
Indikator yang dipakai untuk memenuhi IHC 2 adalah pemasangan tanda “Dilarang Merokok”
di Seluruh Area Bangunan.
c. IHC 3 (chemical pollutant)
Penggunaan cat yang rendah VOCs yang telah bersertifikat green sudah merupakan kebijakan
dari kontraktor itu sendiri. Cat yang dipakai adalah ICI paint yang telah meraih ISO 14001.
Produk kayu komposit dan agrifiber yang rendah kandungan urea formaldehid juga terbilang
mudah dan murah, karena sebagian besar produk tersebut telah rendah urea formaldehid.
Kontraktor juga telah mempunyai kebijakan tersebut sehingga tidak ada tambahan apapun.
Proyek ini sudah mempunyai kebijakan tidak menggunakan merkuri, Styrofoam dan asbes
sehingga dengan mudah mendapatkan poin dari indikator ini.
d. IHC 4 (outside view)
75% nett letable area menghadap langsung ke pemandangan luar juga telah dilakukan di
proyek ini. Menggunakan cubicle yang tidak full membuat pengguna gedung dapat melihat ke
pemandangan luar. Dan membuat banyak bukaan kaca di gedung juga membuat 75% NLA
tercukupi untuk menghadap langsung ke pemandangan luar. Membuat bukaan jendela dan
penggunaan cubicle tidak menambah biaya pembangunan karena telah lazim digunakan
dalam bangunan tinggi.
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
e. IHC 5 (visual comfort)
Variabel ini tidak menambah biaya konstruksi proyek karena hanya memastikan lampu telah
sesuai dengan SNI 03-6197-2001 tabel 1. Pemenuhan variabel ini hanya berupa hitungan lux
dan tidak akan menambah biaya apapun karena hanya berupa desain, dan telah diwajibkan
SNI sehingga tidak akan menambah biaya apapun.
f. IHC 6 (thermal comfort)
Variabel ini merupakan yang paling mudah dan murah bahkan tidak mengeluarkan biaya
apapun. Hal ini terjadi karena hanya penyetelan suhu pada 25˚ dan kelembaban 60% pada
AC. Tidak terjadi penambahan biaya apapun.
g. IHC 7 (acoustic level)
Untuk memenuhi variabel ini, kontraktor melakukan penambahan berupa penanaman pohon
yang mampu meredam suara dari luar. Pohon-pohon tersebut adalah pohon bambu dan pohon
kenari. Pohon tersebut mampu meredam suara, selain itu pohon-pohon tersebut memenuhi
aspek ASD 5 yang mengharuskan penggunaan 60% tanaman lokal. Penambahan biaya tidak
masuk dalam aspek ini karena persentasenya lebih berat kepada aspek ASD 5.
PEMBAHASAN
Setelah melakukan validasi pakar, pengumpulan data kuisioner, dan melakukan analisa
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), didapatkan proxy variabel dari
indikator-indikator yang ada. Variabel yang paling berpengaruh adalah Melengkapi ruangan
dengan instalasi sensor gas karbon dioksida diletakkan 1,5 m dengan 30.47% dan menjadi
peringkat teratas variabel yang paling berpengaruh ke biaya konstruksi. Hal itu memang
sesuai karena harga sensor gas tersebut yang sangat mahal dipasaran. Hasil penyeberan
kuisioner ke responden dan pendapat para pakar, instalasi sensor gas karbon dioksida adalah
barang yang mahal. Data proyek Dahana, instalasi sensor gas karbon dioksida seharga Rp.
184 juta. Jadi memang instalasi sensor gas karbon dioksida, yang hanya bernilai 1 poin dalam
pencapaian GREENSHIP, bisa diindahkan dan tidak diterapkan dalam proyek ini.
Pemasangan tanda “Dilarang Merokok di Seluruh Area Bangunan” dipilih sebagai pilihan
pemenuhan aspek IHC 2 dikarenakan lebih murah dibandingkan membangun area khusus
merokok. Walaupun tidak valid menurut hasil uji validitas dan reabilitas dikarenakan banyak
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
dari responden beranggapan membangun area khusus merokok atau memasang tanda dilarang
merokok tidak terlalu signifikan berpengaruh terhadap biaya konstruksi proyek, kontraktor
tetap menerapkan aspek ini demi mendapatkan 2 poin dengan biaya yang tidak terlalu
signifikan berpengaruh terhadap biaya konstruksi proyek.
Dalam proyek ini, terdapat beberapa aspek yang telah menjadi baseline. Maksudnya adalah
ada 5 aspek yang memang telah diterapkan oleh kontraktor baik saat mereka mengerjakan
proyek gedung konvensional, maupun saat mereka mengerjakan proyek gedung ramah
lingkungan, sehingga tidak menambah biaya apapun. Hal itu seperti Pra syarat IHC, IHC 3
Chemical Pollutant, IHC 4 Outside View, IHC 5 Visual Comfort, IHC 6 Thermal Comfort.
Hal-hal tersebut tidak menambah biaya apapun karena tidak berubah dengan desain yang
tidak green.
Tabel 9. Poin IHC di GREENSHIP v1.0 Beserta Project Baseline dan Target
ITEM Poin baseline target
P outdoor air introduction - - -
IHC 1 CO2 monitoring 1 - -
IHC 2 environmental tobacco smoke control 2 - 2
IHC 3 chemical pollutant 3 3 3
IHC 4 outside view 1 1 1
IHC 5 visual comfort 1 1 1
IHC 6 thermal comfort 1 1 1
IHC 7 accoustic level 1 - 1
TOTAL 10 6 9 Sumber: data olahan
Sedangkan untuk aspek IHC 7, digunakan metode penanaman tanaman yang dapat meredam
suara seperti bambu, kenari dan tumbuhan perdu. Lalu tidak adanya bukaan yang menghadap
ke jalan tol diharapkan mampu meredam suara dari luar terutama dari jalan tol. Metode
penanaman tanaman tidak menambah biaya apapun karena lingkupnya yang masuk ke dalam
lingkup lansekap sehingga dihitung dalam aspek ASD 5.
Terdapat kontrakdiksi antara hasil dari survey dengan studi kasus yang telah dilakukan.hal itu
tentu sangat wajar mengingat hal yang menjadi tujuan dalam survey adalah untuk mencari
faktor dominan yang mempengaruhi biaya konstruksi, jadi indikator-indikator yang menjadi
hasil dari survey merupakan kegiatan-kegiatan yang sebagian besar akan menambah biaya.
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
Sedangkan yang dilakukan pihak kontraktor dalam proyek yang distudikasuskan adalah
melakukan kegiatan-kegiatan yang mempunyai bobot poin dalam penilaian GREENSHIP itu
besar namun memiliki penambahan biaya yang kecil, bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini
dapat dilihat pada pemilihan aspek IHC 2 yang memiliki 2 poin, namun minim penambahan
biayanya. IHC 2 dalam hasil survey dianggap tidak valid karena penambahan biayanya tidak
seginifikan mempengaruhi biaya proyek.
Tabel 10. Perhitungan Biaya Green Building
variabel indikator item
Green volume
Satuan
harga satuan total biaya
X.1
Ruangan mampu memenuhi kebutuhan udara luar dengan menggunakan ventilasi alami atau buatan
ventilasi buatan
80,830,425
X.2
instalasi sensor gas karbon dioksida
sensor gas karbon dioksida
-
-
-
X.3 pemasangan tanda dilarang merokok
tanda dilarang merokok
100
buah
40,000
4,000,000
X.4 cat rendah VOCs dulux ICI paint
246,428,625.25
X.5 75% NLA menghadap keluar
-
-
-
X.6
penggunaan lampu dengan lux yang sesuai
-
-
-
X.7 -
X.8 90% NLA tidak bising
penanaman tanaman sebagai sound barier
497.03 m2
55,324
27,497,416.63
total 358,756,466.88
total biaya konstruksi
38,859,884,343.
Sumber: data olahan
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
Tabel 11. Perhitungan Biaya Conventional Building
variabel indikator Item
Conventional
volume satuan harga satuan total biaya
X.1
Ruangan mampu memenuhi kebutuhan udara luar dengan menggunakan ventilasi alami atau buatan
ventilasi buatan
80,830,425.00
X.2
instalasi sensor gas karbon dioksida
sensor gas karbon dioksida
-
-
-
X.3
pemasangan tanda dilarang merokok
tanda dilarang merokok
-
-
-
X.4 cat rendah VOCs
dulux ICI paint
246,428,625.25
X.5
75% NLA menghadap keluar
-
-
-
X.6
penggunaan lampu dengan lux yang sesuai
-
-
-
X.7 -
X.8 90% NLA tidak bising
penanaman tanaman sebagai sound barier
497.03 m2 55,324
27,497,416.63
Total
354,756,466.88
Deviasi 4,000,000.00
deviasi (%) 0.01% Sumber: data olahan
Dengan total biaya proyek mencapai Rp 38.859.884.343,-. total penambahan biaya IHC hanya
0,01% dari total biaya proyek. Itu didapat dari pemasangan tanda dilarang merokok sebesar p
4.000.000,-.
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
KESIMPULAN
Dari hasil analisa data, maka dapat disimpulkan hasil penelitian adalah sebagai berikut,
a. Faktor yang mempengerahui biaya konstruksi green building dibandingkan dengan
conventional building adalah sebagai berikut.
Peringkat variabel sub
variabel Indikator
1 X.2 X.2.1 Melengkapi ruangan dengan instalasi sensor gas karbon dioksida diletakkan 1,5 m di atas lantai dekat return air grill
2 X.4 X.4.2 Menggunakan kayu komposit dan produk agrifiber tanpa urea formaldehid atau kadar formaldehid rendah
3 X.1 X.1.1 Ruangan mampu memenuhi kebutuhan udara luar dengan menggunakan ventilasi alami atau buatan
4 X.5 X.5.1 Desain bangunan memastikan 75% NLA menghadap langsung ke pemandangan luar
5 X.7 X.7.1 Menggunakan pengatur udara sehingga suhu dan kelembaban sesuai
6 X.8 X.8.1 Melaporkan pengukuran tingkat kebisingan
7 X.6 X.6.1 Menggunakan lampu dengan jumlah lux yang sesuai
b. Penambahan biaya dalam proyek ini untuk memenuhi target dari IHC sebesar 0.01%
SARAN
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah studi kasus beberapa proyek
dengan target peringkat yang sama akan lebih baik karena akan mudah membandingkannya.
Dengan adanya beberapa proyek yang dibandingkan diharapkan hasilnya akan menjadi lebih
akurat. Kemudian penelitian tidak hanya pada biaya konstruksi, karena poin utama dari green
building adalah biaya pemeliharaan dan waktu pengembalian investasi.
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
KEPUSTAKAAN [1] R.Y., Nasir. The Definition in Creating Green Office. Green Building Council Indonesia.
2010
[2] US Environmental Protection Agency. Healthy Buildings, Healthy People: A Vision for the 21st Century. US EPA. 2010 Dipetik Desember 7, 2011 dari: http://www.epa.gov/iaq/pubs/hbhp.html
[3] WHO: Sekitar 30 persen Gedung di Dunia Memiliki Masalah Kualitas Udara dalam Ruangan. Diakses Desember 6, 2011 dari: mediaprofesi.com
[4] Bisnis Indonesia, Oktober 2011
[5] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia.
[6] US Environmental Protection Agency. www.epa.gov
[7] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia.
[8] Wisconsin Department of Health Service. 2011
[9] Pudjiastuti. Kualitas Udara Dalam Ruang. Dirjen PT Depdikbud. 1998
[10] Minnesota Department of Health. 2010
[11] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 56). Jakarta: Green Building Council Indonesia.
[12] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 57). Jakarta: Green Building Council Indonesia.
[13] Karyono, Tri Harso. 1998. Report on Thermal Comfort and Building Energy Studies in Jakarta-Indonesia. Journal of Elsevier Science, Building Environment.
[14] Feriadi, Henry & Nyuk Hien Wong. Thermal Comfort for Naturally Ventilated Houses in Indonesia. Journal of Elsevier Science, Building Environment.
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
[15] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia.
[16] Hodgson, Murray. Acoustical Evaluation of Six ‘Green’ Office Buildings.
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.
Pengaruh indoor..., Oghie M. Purnomo, FT UI, 2013.