pengaruh good corporate governance dan...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2013-2017)
Oleh:
ATIKA INDAH FITRIYANI
NIM: 1114081000087
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H / 2019
ii
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
ATIKA INDAH FITRIYANI
NIM: 11140810000087
Dibawah Bimbingan,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA Deni Pandu Nugraha, S.E., M.Sc
NIDN. 2004107002 NIDN. 2012108503
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Pada hari Kamis, 12 April 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
Nama : Atika Indah Fitriyani
NIM : 11140810000087
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Pengaruh Good Corporate Governance, Leverage Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer
Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2013-2017)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 April 2018
1. Amalia, M.S.M ( )
NIP. 19740821 200901 2 005 Penguji I
2. Faizul Mubarok, MM ( )
NIDN. 2014058801 Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu 23 Januari 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Atika Indah Fitriyani
2. NIM : 11140810000087
3. Jurusan : Manajemen Keuangan
4. Judul Skripsi : Pengaruh Good Corporate Governance, Leverage Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi
Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2013-2017)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan Lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 23 Januari 2019
1. Dr. Titi Dewi Warninda, S.E., M.Si ( )
NIP. 19731221 2005012 002 Ketua
2. Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA ( )
NIDN. 2004107002 Sekretaris
3. Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA ( )
NIDN. 2004107002 Pembimbing I
4. Deni Pandu Nugraha, S.E., M.Sc ( )
NIDN. 2012108503 Pembimbing II
5. Dr. Indoyama Nasarudin, S.E., MAB ( )
NIP. 19741127 200112 1 002 Penguji Ahli
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Atika Indah Fitriyani
NIM : 11140810000087
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Konsentrasi : Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu mempertanggung jawab
atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pertnyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakutas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Januari 2019
Yang Menyatakan
(Materai Rp6.000,-)
(Atika Indah Fitriyani)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Atika Indah Fitriyani
Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 6 Maret 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Alamat : Jl. Kabel Atas no. 25 RT 004/05 Pd Karya Pd Aren
No. HP : 0813-1092-6541
E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
2001-2002 : TK Wijaya Mekar
2002-2008 : SDN Bintaro 04 Pagi
2008-2010 : SMPN 31 Jakarta Selatan
2010-2014 : SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan
2014-2019 : S1 Ekonomi - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : M. Santoso
2. Ibu : Maimunah
3. Alamat : Jl. Kabel Atas no. 25 RT 004/05 Pd. Karya Pd. Aren
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
- OSIS - Wakil Kord. Bidang Pembinaan Teknologi dan Informasi dan
Kominikasi 2011/2012
- OSIS - Koord. Sekbid VIII Persepsi, Apresiasi dan Karya Seni 2012/2013
vii
- Pengurus Galeri Investasi Syariah BEI Fakultas Ekonomi dan Bisnis
periode 2016-2017 sebagai anggota divisi Pengembangan Sumber Daya
Manusia.
- Pengurus Galeri Investasi Syariah BEI Fakultas Ekonomi dan Bisnis
periode 2017-2018 sebagai Sekretaris
- Pengurus Galeri Investasi Syariah BEI Fakultas Ekonomi dan Bisnis
periode 2018-2019 sebagai Pengawas II
- Pengurus KSPM GI BEI Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode
2016-2018
V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
1. 28 s/d 30 Agustus 2014 : Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK)
2. 15 September 2014 : Company Visit PT. Yakult Indonesia
Persada yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan
Manajemen (HMJ)
3. 24 November 2015 : Seminar Studentpreneur “Mencetak
Generasi Berwawasan Kebangsaan Melalui Studentpreneur”
4. 23 Februari 2016 : Mata Kuliah Praktek Qira’at
5. 25 Juli s/d 25 Agustus 2017 : Kuliah Kerja Nyata (KKN)
6. 26 September 2017 : Seminar “Yuk Mengenal Saham Syariah”
7. 18-19 Mei 2018 : Capital Market Internship Fair (CMIF),
Bursa Efek Indonesia
8. 10 Jan s/d 04 Nov 2018 : Pelatihan Pencak Silat, Padepokan Bina
Insan Mulia
viii
THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE AND
LEVERAGE TO FIRM VALUE WITH PROFITABILITY AS MODERATING
EFFECT
(Study on Consumer Goods companies listed in the Indonesian Stock
Exchange During Years 2013-2017)
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of good corporate governance
and leverage on firm value with profitability as moderating variable. The sample
in this study is the company of the Consumer Goods sector that is listed on the
Indonesia Stock Exchange. The company samples that were successfully obtained
and fulfilled the criteria were as many as 28 companies, where the research was
carried out for 5 years since 2013-2017. The analysis technique used Moderated
Regression Analysis (MRA). The results showed that, (1) Good corporate
governance represented by audit committees and independent comissioner, had a
positive effect on firm value, (2) Leverage represented by DAR, negatively not
affected firm value, (3) Profitability represented by ROA, had a positive effect on
firm value, (4) Good corporate governance represented by audit committees and
moderated by profitability proves that profitability is able to moderate GCG and
has a positive effect on company value, (5) leverage represented by DAR and
moderated by profitability proves that profitability is not able to moderate leverage
and negative effect on company value.
Keywords: Good Corporate Governance, Leverage, Profitability and Firm Value.
ix
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2013-2017)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh good corporate
governance dan leverage terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai
variabel pemoderasi. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaaan sektor
Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel perusahaan yang
berhasil diperoleh dan memenuhi kriteria adalah sebanyak 28 perusahaan, dimana
penelitian dilakukan selama 5 tahun yaitu tahun 2013 sampai dengan tahun 2017.
Teknik analisis menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, (1) Good corporate governance yang
direpresentasikan dengan komite audit dan komisaris independen berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan, (2) Leverage yang direpresentasikan dengan DAR
tidak berpengaruh dan negatif terhadap nilai perusahaan, (3) Profitabilitas yang
direpresentasikan dengan ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (4)
Good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit yang
dimoderasi dengan profitabilitas membuktikan bahwa profitabilitas mampu
memoderasi GCG dan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (5) leverage
yang direpresentasikan dengan DAR dan dimoderasi dengan profitabilitas
membuktikan bahwa profitabilitas tidak mampu memoderasi leverage dan
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Kata Kunci: Good Corporate Governance, Leverage, Profitabilitas dan Nilai
Perusahaan.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, nikmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance Dan
Leverage Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan perusahaan Sektor Consumer Goods
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017)”. Shalawat dan
salam selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga
terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini,
secara khusus penulis ingin menyampaikan hormat dan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya kepada penulis
2. Kedua orang tua, Ayahanda M. Santosa dan Ibunda Maimunah.
Terimakasih Alhamdulillahi jaza kumullahu khoiro atas segala curahan
cinta, doa, nasihat, kasih sayang, bantuan moril maupun materil dan sudah
mendidik penulis dari kecil sampai sekarang ini. Semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan, umur yang barokah, rezeki yang lancar. Aamiin.
3. Untuk kakakku M. Zainal Rifai. Terimakasih Alhamdulillahi jaza kallahu
khoiro atas semua support yang telah diberikan kepada penulis.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
5. Ibu Dr. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen
dan Ibu Ella Patriana, MM, selaku Wakil Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mengesahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan skripsi dan telah
membantu memberikan izin kepada penulis sehingga penulisan skripsi
dapat berjalan dengan lancar.
6. Bapak Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA selaku dosen pembimbing I yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar bagi
penulis. Semoga beliau diberikan kesehatan, dilancarkan segala urusannya
dan setiap ilmu yang Bapak berikan kepada penulis bisa bermanfaat untuk
seterusnya. Aamiin.
7. Bapak Deni Pandu Nugraha, S.E., M.Sc selaku dosen pembimbing II yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar bagi
penulis. Semoga beliau diberikan kesehatan, dilancarkan segala urusannya
dan setiap ilmu yang Bapak berikan kepada penulis bisa bermanfaat untuk
seterusnya. Aamiin.
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmunya yang bermanfaat buat penulis. Serta para staff dan karyawan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pelayanan yang
terbaik bagi mahasiswa.
9. Ranger Sarjana Ekonomi Ratna Fitria, Winarni, Zahara Husna, Devi
Dayanti, Puji, Ernawati yang tidak berhenti untuk menyemangati penulis
dalam pembuatan skripsi.
10. Wanita Sholihah Qisti Amalia, Ayudhita, Isti Farah, dan Suci Fatikah
Hapsari atas segala pembelajaran tentang kehidupan dan rasa bersyukur.
11. Teman seperjuanganku Zulfa Adilla Mafadatin yang telah memberi
pencerahan terhadap penulis, juga pada Gialin, Mela semoga kita bisa
memberikan yang terbaik untuk bangsa ini dengan hati, pikiran dan tenaga
yang kita miliki.
xii
12. Sahabat-sahabat Idaman Kaum Adam Lia, Putri, Mba Miftah, Meril, Delia,
Ningrum, Dewi sahabat sejak kecil hingga sekarang yang masih memberi
support moril.
13. Teman-teman JUINC Alvi, Mas Anas, Irma Fajar Hadi Suryaningrum, Egi,
Ido, Chilman, Salmah, Tyas, Rendi, Bella, Arin dan yang lainnya yang
selalu berbagi canda dan tawa, teman-teman seperjuangan yang berjuang
mencari ilmu agama dan ilmu dunia.
14. Rekan-rekan Galeri Investasi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai keluarga kedua dikampus, sebagai salah
satu wadah mendapatkan ilmu selain dalam perkuliahan.
15. Teman-teman PPM Bina Insan Mulia, sebagai sumber motivasi dan
inspirasi, teman-teman santri yang saling berjuang dan menyemangati.
16. Teman-teman KKN 003 ASTEROID 2017 yang telah bersama-sama
mengabdikan diri kepada masyarakat di Desa Telagasari, Tangerang.
17. Seluruh teman-teman Manajemen Keuangan 2016 yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan bisa bersama kalian.
18. Seluruh teman-teman dari Manajemen angkatan 2014 yang menjadi salah
satu motivasi penulis. Terimakasih untuk kebersamaannya selama ini sejak
memulai menimba ilmu di UIN.
“Tiada gading yang tak retak”, penulis menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan terbatasnya kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
segala bentuk saran, masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak serta menambah wawasan bagi kita semua.
Jakarta, Januari 2019
Penulis
Atika Indah Fitriyani
NIM. 11140810000087
xiv
DAFTAR ISI
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI
VARIABEL PEMODERASI ................................................................................... i
PENGARUH ........................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
C. Tujuan .......................................................................................................... 9
D. Manfaat ...................................................................................................... 10
BAB II ................................................................................................................... 11
A. Landasan Teori ........................................................................................... 11
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ........................................................... 11
2. Nilai Perusahaan ..................................................................................... 13
3. Good Corporate Governance ................................................................. 17
4. Leverage ................................................................................................. 26
5. Profitabilitas ........................................................................................... 28
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 29
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 37
D. Keterkaitan antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ................................ 38
E. Hipotesis ..................................................................................................... 42
xv
BAB III.................................................................................................................. 43
Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 43
Populasi Dan Sampel ................................................................................. 43
Metode Pengumpulan................................................................................. 45
Metode Analisis Data ................................................................................. 46
1. Uji Statistik Deskriptif ............................................................................ 46
2. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 47
3. Teknik Analisis ....................................................................................... 49
F. Pengujian Hipotesis .................................................................................... 51
1. Koefisien Determinasi ............................................................................ 52
2. Uji F ........................................................................................................ 52
3. Uji t ......................................................................................................... 53
G. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 53
BAB IV ................................................................................................................. 62
A. Gambaran Umum Objek Penelitian : ......................................................... 62
B. Statistik Deskriptif ..................................................................................... 78
C. Hasil Uji Asumsi Klasik........................................................................... 116
1. Normalitas ............................................................................................ 116
2. Multikolonieritas .................................................................................. 118
3. Autokorelasi ......................................................................................... 120
4. Heteroskedastisitas ............................................................................... 121
D. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................................ 123
1. Hasil Koefisien Determinasi................................................................. 123
2. Hasil Uji F ............................................................................................ 124
3. Hasil Uji t ............................................................................................. 126
E. Pembahasan .............................................................................................. 132
BAB V ................................................................................................................. 140
A. Kesimpulan .............................................................................................. 140
B. Saran ......................................................................................................... 142
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 143
LAMPIRAN ........................................................................................................ 147
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 30
Tabel 3. 1 Nama-nama Perusahaan ....................................................................... 44
Tabel 3. 2 Durbin Watson ..................................................................................... 48
Tabel 3. 3 Operasional Variabel............................................................................ 60
Tabel 4. 1 Kepemilikan Institusional .................................................................... 78
Tabel 4. 2 Deskriptif Statistik Kepemilikan Publik .............................................. 83
Tabel 4. 3 Deskriptif Statistik Komite Audit ........................................................ 87
Tabel 4. 4 Deskriptif Statistik Direksi................................................................... 92
Tabel 4. 5 Deskriptif Statistik Komisaris Independen .......................................... 96
Tabel 4. 6 Deskriptif Statistik Leverage ............................................................. 102
Tabel 4. 7 Deskriptif Statistik Profitabilitas ........................................................ 107
Tabel 4. 8 Deskriptif Statistik Nilai Perusahaan ................................................. 111
Tabel 4. 9 Output One-Sample K-S ..................................................................... 117
Tabel 4. 10 Output Multikolinearitas .................................................................. 119
Tabel 4. 11 Output Durbin-Watson ..................................................................... 120
Tabel 4. 12 Output Uji Glejser ............................................................................ 121
Tabel 4. 13 Koefisien Determinasi Regresi Model I........................................... 123
Tabel 4. 14 Koefisien Determinasi Regresi Model II ......................................... 124
Tabel 4. 15 Uji F Regresi Model I ...................................................................... 125
Tabel 4. 16 Uji F Regresi Model II ..................................................................... 125
Tabel 4. 17 Hasil Uji t Sebelum Moderasi .......................................................... 126
Tabel 4. 18 Hasil Uji t Setelah Moderasi ........................................................... 127
Tabel 4. 19 Uji t Variabel GCG terhadap Nilai Perusahaan ............................... 128
Tabel 4. 20 Uji t Variabel Leverage terhadap Nilai Perusahaan ......................... 129
Tabel 4. 21Uji t Variabel Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan .................... 129
Tabel 4. 22 Uji t Moderasi GCG dengan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
............................................................................................................................. 130
Tabel 4. 23 UJI t Moderasi Leverage, Nilai Perusahaan, X6_Z ......................... 131
Tabel 4. 24 Perhitungan Regresi ......................................................................... 131
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Pengeluaran .............................................................................. 1
Gambar 1. 2 Indeks Industri Barang Konsumsi ...................................................... 2
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 37
Gambar 4. 1 P-Plot .............................................................................................. 118
Gambar 4. 2 Output Scatterplot .......................................................................... 122
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Statistik Deskriptif ........................................................................... 147
Lampiran 2 Uji Normalitas ................................................................................. 147
Lampiran 3 Uji Multikolinieritas ........................................................................ 148
Lampiran 4 Uji Autokorelasi .............................................................................. 148
Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 149
Lampiran 6 Model Regresi I ............................................................................... 150
Lampiran 7 Model Regresi II (Moderated Regression Analysis (MRA))........... 151
Lampiran 8 Data Kepemilikan Institusional ....................................................... 153
Lampiran 9 Data Kepemilikan Publik................................................................. 154
Lampiran 10 Data Komite Audit......................................................................... 155
Lampiran 11 Data Dewan Direksi....................................................................... 156
Lampiran 12 Data Komisaris Independen........................................................... 157
Lampiran 13 Data Leverage ................................................................................ 158
Lampiran 14 Data PBV ....................................................................................... 159
Lampiran 15 Profitabilitas................................................................................... 160
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil di kisaran angka 5
persen dalam 3 tahun terakhir, dan memiliki tren meningkat. Membaiknya
kondisi perekonomian Indonesia kemudian memicu meningkatnya
kesejahteraan dan daya beli masyarakat. Berdasarkan gambar 1.1 diketahui
bahwa jumlah yang dikeluarkan masyarakat untuk keperluan konsumsi terus
meningkat seiring dengan pergerakan harga dan waktu. Menurut Monoarfa
(2011) kondisi ini membuka peluang untuk peningkatan produksi barang
konsumsi yang pada akhirnya memajukan pertumbuhan industri barang
konsumsi. Pertumbuhan berkelanjutan dalam industri barang konsumsi akan
membantu meningkatkan nilai investasi di bidang ini.
Gambar 1.1
Grafik Pengeluaran
Sumber: www.id.tradingeconomics.com
Selain pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia yang terus meningkat,
berdasarkan gambar 1.2 bentuk grafik indeks industri barang konsumsi di
2
bawah ini menunjukkan keadaan pasar dalam kondisi yang stabil atau dalam
kondisi sideways dimana kondisi pasar sedang datar atau pergerakan harga
hanya terjadi selisih kecil. Kondisi pasar sideways disebabkan karena antara
bullish (pembeli) dan bearish (penjual) sama kuat.
Gambar 1. 2
Indeks Industri Barang Konsumsi
Sumber: www.indonesia-investments.com
Objek penelitian diambil dari perusahaan Industri barang konsumsi karena
industri ini memiliki pangsa pasar yang sangat luas mencakup seluruh kalangan
di dalam mayarakat. Industri barang konsumsi memiliki prospek yang baik
karena produknya mencakup berbagai kebutuhan hidup antara lain terdiri dari
sandang, pangan, teknologi dan lain sebagainya.
Dimisyqiyani (2013) menjelaskan bahwa perusahaan Consumer Goods
Industry merupakan perusahaan yang menghasilkan barang, sehingga
perusahaan harus memiliki dana yang cukup untuk beroperasi dengan lancar.
Salah satu sumber dana yang biasa digunakan oleh perusahaan berasal dari
sumber pendanaan eksternal. Artinya, dana yang didapatkan bukan berasal dari
perusahaan itu sendiri akan tetapi didapatkan dari pihak lain di luar perusahaan
yaitu dari para investor dan pemegang saham atau biasa disebut shareholder.
3
Sehingga perusahaan-perusahaan ini juga harus memperhitungkan nilai
perusahaannya di kacamata para investor dan shareholder.
Nilai perusahaan merupakan nilai yang harus dijaga dan dipertahankan
oleh suatu perusahaan. Harmono (2014: 50) menjelaskan, nilai perusahaan
dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar, berdasarkan terbentuknya
harga saham perusahaan dipasar, yang merupakan refleksi penilaian oleh
publik terhadap kinerja perusahaan secara riil. Dikatakan secara riil karena
terbentuknya harga di pasar merupakan bertemunya titik-titik kestabilan
kekuatan permintaan dan titik-titik kestabilan kekuatan penawaran harga yang
secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga di pasar modal antara para
penjual (emiten) dan para investor, atau yang disebut ekuilibrium pasar.
Nilai perusahaan tersebut tidak terlepas dari keinginan para investor dan
pemegang saham yang sangat memperhatikan prospek dari profit dan
keuntungan suatu perusahaan. Apabila prospek keuntungan suatu perusahaan
itu baik maka para investor akan berbondong-bondong dalam
menginvestasikan uang mereka ke perusahaan tersebut. Weston dan Brigham
(1990: 15) mengungkapkan, tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan
kekayaan pemegang saham, dengan mempertimbangkan risiko dan waktu
dalam kaitannya dengan laba per saham yang diharapkan guna
memaksimumkan harga saham perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa salah satu fokus nilai perusahaan yaitu mencari keuntungan atau dalam
penelitian ini dikaitkan dengan profitabilitas, suatu ukuran yang menjadi
indikator evaluasi kinerja perusahaan.
4
Hasil penelitian Denziana (2016) menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas
diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA) dan
Return on Equity (ROE) ini merupakan pengukuran penting bagi calon investor
karena dapat mengetahui seberapa efisien sebuah perusahaan akan
menggunakan uang yang mereka investasikan tersebut untuk menghasilkan
laba bersih.
Jensen dan Meckling (2010: 1) menjelaskan, seiring dalam proses
memaksimalkan nilai perusahaan (profit) akan muncul konflik kepentingan
antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang biasa disebut
agency problem. Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer perusahaan
mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan
utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham.
Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini
mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict, hal
tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya
pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa
yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan
sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan berpengaruh
terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan. Dalam
penelitian Kaihatu (2006) menjelaskan, bahwa perkembangan terbaru
membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses
pengelolaan perusahaan berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru
5
yakni, Good Corporate Governance (GCG) untuk memastikan bahwa
manajemen berjalan dengan baik, ada dua hal yang ditekankan dalam konsep
ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi
dengan benar dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu dan
transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan
stakeholder. Dari berbagai hasil pengkajian yang dilakukan oleh berbagai
lembaga riset independen nasional dan internasional, menunjukkan rendahnya
pemahaman terhadap arti penting dan strategisnya penerapan prinsip-prinsip
GCG oleh pelaku bisnis di Indonesia. Selain itu, budaya organisasi turut
mempengaruhi penerapan GCG di Indonesia.
Untuk mengurangi konflik maka perusahan juga perlu untuk menerapkan
nilai-nilai prusahaan ke dalam perusahaan itu sendiri. Dalam Buku Pedoman
Umum GCG oleh Komite Nasional Kebijakan Governance atau KNKG (2006:
8) menyebutkan untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang,
pelaksanaan GCG perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu,
diperlukan pedoman perilaku yang dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan
dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis
sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip-prinsip dasar yang
harus dimiliki oleh perusahaan adalah: (1) Setiap perusahaan harus memiliki
nilai-nilai perusahaan yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam
pelaksanaan usahanya, (2) Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam
pelaksanaan usahanya, perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang
6
disepakati oleh organ perusahaan dan semua karyawan, (3) Nilai-nilai dan
rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan lebih lanjut
dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan.
Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan
kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka
investasikan. Herawaty (2008) menjelaskan, Corporate governance berkaitan
dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan
keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan
mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang
tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang telah
ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana pada investor
mengendalikan para manajer. Arifin (2005: 13) memaparkan, tujuan GCG pada
intinya adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi
dewan komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang meliputi
investor, kreditur, pemerintah, masyarakat dan pihak–pihak lain yang
berkepentingan. Hasil penelitian Permatasari (2016) bahwa profitabilitas
mampu memoderasi pengaruh GCG pada nilai perusahaan. Sehingga peneliti
akan menguji pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan dan apakah dengan
adanya profitabilitas dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara
leverage dan nilai perusahaan.
7
Investor dalam kaitannya dengan investasi, investor juga memperhatikan
leverege dari sebuah perusahaan. Leverage adalah penggunaan aset dan sumber
dana (source of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap)
dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.
Dalam Sartono (2008: 257), leverage adalah suatu tingkat kemampuan
perusahaan dalam menggunakan aktiva dan atau dana yang mempunyai beban
tetap (hutang dan atau saham istimewa) dalam rangka mewujudkan tujuan
perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik perusahaan.
Pada saat sebuah perusahaan meminjam uang, perusahaan berjanji
melakukan sederet pembayaran bunga dan kemudian mengembalikan jumlah
uang yang dipinjam. Jika laba naik, pemegang utang terus menerima
pembayaran bunga tetap saja, jadi semua keuntungan menjadi milik pemegang
saham. Sebaliknya, jika laba turun dalam hal ini pemegang saham lah yang
menanggung kerugian. Jika masa cukup sulit, perusahaan yang meminjam
dalam jumlah besar mungkin tidak dapat membayar utangnya, perusahaan itu
lalu bangkrut, dan pemegang saham kehilangan seluruh investasi mereka.
Menurut Braely (2010), karena utang meningkatkan pengembalian bagi
pemegang saham dalam masa-masa baik dan menguranginya pada masa-masa
buruk, utang tersebut dikatakan menciptakan leverage keuangan.
Menurut Fahmi (2013: 72), rasio leverage mengukur seberapa besar
perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan
membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori
extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat
8
utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu
sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak
diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar
utang. Hal ini didukung oleh penelitian Rahmadani dan Rahayu (2017) yang
mana variabel leverage berpengaruh negatif terhadap variabel nilai perusahaan,
hubungan yang negatif dikarenakan banyak perusahaan sampel yang modalnya
menggunakan utang lebih besar dari pada modal sendiri. Namun dalam
penelitian Farooq (2016) yaitu leverage berpengaruh positif dan signifikan
mempengaruhi nilai perusahaan. Sehingga peneliti juga akan menguji
pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan dan apakah dengan adanya
profitabilitas dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara leverage
dan nilai perusahaan.
Berdasarkan penjelasan yang diuraikan diatas, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana profitabilitas dapat memoderasi pengaruh antara
Good Corporate Goverance dan Leverage terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan sektor Consumer Goods di Indonesia. Maka penelitian ini
mengambil judul “Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Pemoderasi
(Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017)”.
9
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka berikut dapat disimpulkan
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh good corporate governance terhadap nilai
perusahaan?
2. Bagaimana pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan?
3. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan?
4. Bagaimana pengaruh profitabilitas dalam memoderasi hubungan good
corporate governance terhadap nilai perusahaan?
5. Bagaimana pengaruh profitabilitas dalam memoderasi hubungan leverage
terhadap Nilai Perusahaan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh good corporate governance terhadap nilai
perusahaan.
2. Mengetahui pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan.
3. Mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
4. Mengetahui pengaruh profitabilitas dalam memoderasi good
corporate governance terhadap nilai perusahaan.
5. Mengetahui pengaruh profitabilitas dalam memoderasi leverage
terhadap nilai perusahaan.
10
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna sebagai referensi
bagi beberapa pihak, yaitu:
1. Bagi kalangan investor dan masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi
para investor untuk mempertimbangkan beberapa hal seperti good
corporate governance, leverage dan bagaimana variabel moderasi yaitu
profitabilitas mampu mempengaruhi nilai perusahaan terhadap keputusan
berinvestasi.
2. Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada perusahaan, khususnya mengenai pengaruh good corporate
governance, leverage terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas
sebagai variabel pemoderasi dan menjadi bahan tambahan informasi bagi
perusahaan dalam pengambilan keputusan.
3. Bagi kalangan akademis
Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana pengembangan keilmuan
khususnya mengenai nilai perusahaan serta menjadi referensi bagi
penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi
nilai perusahaan.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Para manajer diberi kekuasaaan oleh pemilik perusahaan, yaitu
pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan
potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency
theory). Brigham dan Houston (2006: 26) menjelaskan, hubungan
keagenan (agency relationship) dalam konteks perusahaan terjadi ketika
satu atau lebih individu, yang disebut sebagai principal yaitu pemilik
perusahaan menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai
agen atau manajemen, untuk melakukan sejumlah jasa dan
mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen
tersebut.
Arifin (2005: 8) menjelaskan, bahwa hubungan keagenan merupakan
kontrak, baik bersifat eksplisit maupun implisit, dimana satu atau lebih
orang (prinsipal) meminta orang lain (agen) untuk mengambil tindakan
atas nama prinsipal. Dalam kontrak tersebut terdapat pendelegasian
beberapa kewenangan pengambilan keputusan kepada agen. Pihak
manajemen diberi wewenang untuk mengambil keputusan yang terkait
dengan operasi dan strategi perusahaan dengan harapan keputusan-
keputusan yang diambil akan memaksimumkan nilai perusahaan. Namun
dalam praktiknya masih banyak keputusan-keputusan yang diambil oleh
12
pihak manajemen yang lebih menguntungkan pihak manajemen daripada
pihak pemilik perusahaan.
Menurut Kodrat dan Herdinata (2009: 13) masalah keagenan antara
pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi
bila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang
saham tentu menginginkan manajer berkerja dengan tujuan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, manajer
perusahaan bisa saja bertindak tidak untuk memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham, tetapi memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri.
Sehingga terjadilah conflict of interest, untuk meyakinkan bahwa manajer
berkerja sungguh-sungguh untuk kepentingan pemegang saham,
pemegang saham harus mengeluarkan biaya yang disebut agency cost
yang meliputi antara lain: pengeluaran untuk memonitor kegiatan manajer,
pengeluaran untuk membuat suatu struktur orginasasi yang meminimalkan
tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta opportunity cost
yang timbul akibat kondisi dimana manajer tidak dapat segera mengambil
keputusan tanpa persetujuan pemegang saham.
Dalam Weston dan Brigham (1990: 21) untuk menjamin agar para
manajer melakukan hal yang terbaik bagi pemegang saham secara
maksimal, perusahaan harus menanggung biaya keagenan (Agency Cost),
yang bisa berupa: (1) pengeluaran untuk memantau tindakan manajemen,
(2) pengeluaran untuk menata struktur organisasi sehingga kemungkinan
timbulnya perilaku manajer yang tidak dikehendaki semakin kecil, dan (3)
13
biaya kesempatan karena hilangnya kesempatan memperoleh laba sebagai
akibat dibatasinya kewenangan manajemen sehingga tidak bisa
mengambil keputusan secara tepat waktu, padahal seharusnya hal itu bisa
dilakukan jika manajer tersebut juga menjadi pemilik perusahaan.
2. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan menggambarkan pengelolaan perusahaan yang
dilakukan oleh manajemen. Baik atau buruknya pengelolaan yang
dilakukan oleh manajeman akan berdampak pada nilai perusahaan.
Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga
saham di pasar. Naiknya harga saham dikarenakan adanya peluang
investasi. Peluang investasi terjadi karena investor percaya manajemen
mengelola aset, modal dan hutang dengan baik sehingga keuntungan yang
diharapkan akan terjadi. Keuntungan inilah yang menjadi daya tarik
investor dalam menginvestasikan dananya kepada perusahaan. Rachman,
dkk (2015) menjelaskan, adanya peluang investasi dapat memberikan
sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang,
sehingga akan meningkatkan harga saham, dengan meningkatnya harga
saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, yaitu: keputusan
pendanaan, kebijakan deviden, keputusan investasi, struktur modal,
pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan. Beberapa faktor tersebut
memiliki hubungan dan pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tidak
konsisten. Dalam beberapa literatur juga menjelaskan bahwa nilai
14
perusahaan dapat dihitung dari harga pasar dan nilai bukunya. Dalam
Rodoni (2005: 75), hubungan antara harga pasar dan nilai buku per lembar
saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan alternative untuk menentukan
nilai suatu saham, karena secara teoritis nilai pasar suatu saham haruslah
mencerminkan nilai bukunya. Adapun beberapa rasio yang dapat
digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Price Earning Ratio (PER)
Brigham dan Houston (2006: 110) menjelaskan, price earning
ratio (PER) menunjukkan berapa banyak jumlah uang yang rela
dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang
dilaporkan. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan
yang diperoleh oleh para pemegang saham.
Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana
pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning
per share nya. Price earning ratio (PER) berfungsi untuk mengukur
perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan
datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan
perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Price
earning ratio (PER) adalah sebagai berikut:
15
b. Price to Book Value (PBV)
Fakhruddin dan Hadianto (2001) menjelaskan, price to book
value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan apakah harga saham
yang diperdagangkan overvalued (di atas) atau undervalued (di
bawah) nilai buku saham tersebut.
Price to book value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar
menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio
ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV juga
menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan
nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal yang
diinvestasikan untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan
baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan
bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar
rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Price to Book Value
(PBV) adalah sebagai berikut:
16
c. Tobin’s Q
Alternatif lain yang digunakan dalam mengukur nilai perusahaan
adalah dengan menggunakan metode Tobin’s Q yang dikembangkan
oleh James Tobin. Dalam Weston dan Copeland (2001), Tobin’s Q
dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan
dengan nilai buku ekuitas perusahaan.
Rasio Tobin’s Q lebih unggul daripada rasio nilai pasar terhadap
nilai buku karena rasio ini fokus pada berapa nilai perusahaan saat ini
secara relatif terhadap berapa biaya yang dibutuhkan untuk
menggantinya saat ini. Adapaun rumus Tobin’s Q adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
Q = nilai perusahaan
EMV= nilai pasar ekuitas
EBV = nilai buku dari total aktiva
D = nilai buku dari total hutang
EMV diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan pada
akhir tahun (PBV) dengan jumlah saham yang beredar pada akhir
tahun sedangkan EBV diperoleh dari selisih total asset perusahaan
dengan total kewajibannya.
17
3. Good Corporate Governance
Good corporate governance sangat dibutuhkan eksistensinya
diberbagai perusahaan. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik akan
meningkatkan kinerja keuangan. Tingginya kinerja keuangan memberikan
efek kepada nilai perusahaan. Good corporate governance diartikan
sebagai suatu sistem untuk mengendalikan dan mengatur perusahaan
dengan tujuan mendapatkan nilai tambah. GCG dapat mendorong pola
kerja manajemen yang transparan, bersih dan professional. Pengertian
good corporate governance menurut Price Waterhouse Coopers yaitu tata
kelola perusahaan terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif,
yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang efisien dalam mengelola risiko
yang bertanggung jawab pada kepentingan stakeholders. Tujuan GCG
pada intinya adalah menciptakaan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi
dewan komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang meliputi
investor, kreditur, pemerintah, masyarakat dan pihak–pihak lain yang
berkepentingan (stakeholders). Iba dan Bariah (2013) menjelaskan,
praktik GCG berbeda di setiap negara dan perusahaan karena berkaitan
dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya.
Perbedaan praktik ini menimbulkan beberapa versi yang menyangkut
prinsip-prinsip GCG, namun pada dasarnya mempunyai banyak
kesamaan.
18
Melihat dari sisi kepengelolaan perusahaan, naik turunnya nilai
perusahaan juga dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya, struktur
kepemilikan saham peusahaan yaitu kepemilikan saham oleh manajemen,
institusional atau umum (masyarakat). Dalam penelitian Ningtyas (2014)
menunjukkan bahwa kepemilikan institusi berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Kepemilikian merupakan variabel GCG untuk mengontrol
keuangan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Selanjutnya
dapat dipengaruhi komite audit, dewan komisaris dan sebagainya. Hasil
penelitian Ferial (2016) Hasil penelitian menunjukan bahwa indikator
komite audit dan indikator dewan komisaris independen berpengaruh
signifikan dikarenakan hampir semua perusahaan yang menjadi sampel
penelitian telah menerapkan jumlah komite audit dan dewan komisaris
yang telah sesuai dengan peraturan perusahaan. Karena banyak dijumpai
dalam laporan keuangan perusahaan yang menerapkan GCG dalam
perusahaannya.
Dalam pedoman buku KNKG (2006: 5) dijelaskan beberapa Asas
good corporate governance bahwa setiap perusahaan harus memastikan
bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran
perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai
kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan
pemangku kepentingan (stakeholders).
19
a. Transparansi (Transparency)
Prinsip Dasar: Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis,
perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan
dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan
lainnya. Pedoman Pokok Pelaksanaan:
1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah
diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak
terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,
kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus,
pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh
anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta
anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan
lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta
tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat
mempengaruhi kondisi perusahaan.
20
3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak
mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan
kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional
dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip Dasar: Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus
dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan. Pedoman Pokok Pelaksanaan:
1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung
jawab masing-masing organ perusahaan dan semua
karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-
nilai perusahaan (corporate values), dan strategi perusahaan.
2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan
dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan
tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan
GCG.
21
3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian
internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.
4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua
jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha
perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi
(reward and punishment system).
5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap
organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada
etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang
telah disepakati.
c. Responsibilitas (Responsibility)
Prinsip Dasar: Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-
undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat
dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good
corporate citizen. Pedoman Pokok Pelaksanaan:
1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian
dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-
laws).
2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial
dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian
22
lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat
perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
d. Independensi (Independency)
Prinsip Dasar: Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-
masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain. Pedoman Pokok Pelaksanaan:
1) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari
terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh
oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan
(conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan,
sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara
obyektif.
2) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi
dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau
melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.
e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Prinsip Dasar: Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan. Pedoman Pokok Pelaksanaan:
23
1) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku
kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan
pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses
terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam
lingkup kedudukan masing-masing.
2) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan
wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat
dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
3) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam
penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya
secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, gender, dan kondisi fisik.
Setiap perusahaan pasti memiliki struktur organ perusahaan, yang
terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan
Direksi yang mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara
efektif. Organ perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ
mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung
jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan. Dalam KNKG
(2006) menjelaskan, adapun peran organ perusahaan tersebut, antara lain:
a) Rapat Umum Pemegang Saham
Dalam KNKG (2006: 11), RUPS sebagai organ perusahaan
merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan
24
penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam
perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan
peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam
RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha perusahaan dalam
jangka panjang. RUPS dan atau pemegang saham tidak dapat
melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan
Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS
untuk menjalankan haknya sesuai dengan anggaran dasar dan
peraturan perundang- undangan, termasuk untuk melakukan
penggantian atau pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan atau
Direksi.
b) Dewan Komisaris dan Direksi
Dalam KNKG (2006: 12), kepengurusan perseroan terbatas di
Indonesia menganut sistem dua badan (two-board system) yaitu
Dewan Komisaris dan Direksi yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing
sebagaimana diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan. Namun demikian, keduanya mempunyai
tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha perusahaan
dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Dewan Komisaris dan Direksi
harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai
perusahaan.
25
c) Dewan Komisaris
Dalam KNKG (2006: 13), Dewan Komisaris sebagai organ
perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta
memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun
demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil
keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan
Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris
Utama sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan
Dewan Komisaris. Agar pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat
berjalan secara efektif.
d) Direksi
Dalam KNKG (2006: 17), Direksi sebagai organ perusahaan
bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola
perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan
tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan
wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing
anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama.
Kedudukan masing-masing anggota Direksi termasuk Direktur Utama
adalah setara. Tugas Direktur Utama sebagai primus inter pares adalah
mengkoordinasikan kegiatan Direksi.
26
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini GCG
direpresentasikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan publik,
komite audit, direksi dan komisaris independen.
4. Leverage
Tampubolon (2013: 41) menjelaskan, bahwa leverage digunakan utuk
menjelaskan penggunaan hutang unuk membiayai sebagian dari pada
aktiva korporasi. Pembiayaan hutang mempunya pengaruh bagi korporasi
karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan korporasi
dalam membayar bunga atas hutang dapat menyebabkan kesulitan
keuangan yang dapat berakhir dengan kebangkrutan korporasi. Tetapi
penggunaan hutang juga memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat
menguntungkan pemegang saham, oleh karena itu penggunaan hutang
harus menyeimbangkan antara keuntungan dan kerugiannya.
Menurut Fahmi (2013: 72), rasio leverage mengukur seberapa besar
perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi
akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam
kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam
tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut.
Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang
yang layak diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai
untuk membayar utang.
Dalam Walsh (2004: 125), keputusan tentang hutang atau leverage
merupakan salah satu tanggug jawab yang besar dari manajemen. Selalu
27
ada trade off antara risiko dan pengembalian. Keinginan unutuk mencapai
tingkat pengembalian yang tinggi bagi pemegang saham harus
dikendalikan oleh profil risiko perusahaan. Bahkan perusahaan yang
dikelola baik dapat mengalami kemerosotan posisi keuangan yang tidak
diharapkan baik akibat kegagalan atau default kepada sebagian debitor
utama maupun memburuknya kondisi bisnis secara umum. Kemerosotan
seperti itu sangat sulit diperbaiki. Manajemen harus berhati-hati dalam
mempertahankan sebagian likuiditas cadangannya untuk berjaga-jaga
menghadapi situasi semacam itu.
Menurut Weston dan Brigham (1990: 301), leverage keuangan
menaikkan tingkat pengembalian yang diharapkan bagi para pemegang
saham karena dua sebab:
a. Karena bunga dapat dikurangkan dlam menghitung laba kena
pajak, penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan akan
memperkecil pajak dan memperbesar laba operasi yang diterima
oleh investor.
b. Jika tingkat pengembalian atas aktiva (EBIT / Total Aktiva)
melebihi tingkat bunga atas utang, sebagaimana lazimnya, maka
perusahaan bersangkutan dapat menggunakan utang untuk
membiayai aktivanya, membayar bunga atas utang dengan
menyisakan bonus bagi pemegang sahamya.
Setelah diuraikan diatas maka proksi dari variabel leverage yang
digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total assets atau debt ratio
28
(DAR). Dalam Fahmi (2013: 72), rasio ini disebut juga sebagai rasio yang
melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan
total utang dibagi dengan total asset.
5. Profitabilitas
Puspitaningtyas (2017) menjelaskan, bahwa tingkat profitabilitas
menjadi penting bagi upaya pencapaian tujuan perusahaan. Suatu
perusahaan harus berada dalam kondisi yang menguntungkan (profitable),
sebab tanpa keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan menarik
minat investor untuk menginvestasikan dananya dalam saham perusahaan.
Oleh karenanya, upaya peningkatan profitabilitas penting artinya bagi
kelangsungan dan masa depan perusahaan. Terdapat beberapa indicator
pengukuran profitabilitas, diantaranya: net profit margin, return on assets,
dan return on equity.
Menurut Denziana (2016), perusahaan yang memiliki profitabilitas
(profitability) besar setiap tahunnya, cenderung diminati oleh banyak
investor. Para investor beranggapan bahwa perusahaan yang mempunyai
profit besar akan menghasilkan return yang besar pula.
Dalam Sabrin (2016) menjelaskan, bahwa profitabilitas dapat diukur
dari dua pendekatan yaitu pendekatan penjualan dan pendekatan investasi.
Ukuran yang banyak digunakan adalah return on asset (ROA) dan return
on equity (ROE), rasio profitabilitas diukur dengan ROA dan ROE
mencerminkan daya tarik bisnis (business attractive). Return on assets
(ROA) adalah ukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam
29
menghasilkan laba dengan jumlah keseluruhan aset yang tersedia di dalam
perusahaan. ROA digunakan untuk melihat tingkat efisiensi operasional
perusahaan secara keseluruhan. Salah satu ukuran rasio profitabilitas yang
sering digunakan adalah return on equity (ROE), yang merupakan ukuran
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan modal sendiri
yang digunakan. Rasio ini menunjukkan efisiensi investasi dilihat dalam
efektivitas manajemen modal mereka sendiri.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu sumber yang dijadikan acuan
dalam penelitian. Penelitian terdahulu dalam penelitian ini terdiri dari 4 jurnal
Internasional dan 6 jurnal asal Indonesia. Berisikan nama peneliti, tahun
penelitian, judul penelitian, metodologi penelitian beserta persamaan dan
perbedaan penelitian antara peneliti terdahulu dengan penelitian ini, dan
kesimpulan penelitian terdahulu. Ringkasan penelitian terdahulu diringkas
dalam tabel 2.1 dibawah ini:
30
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1
Muhamm
ad Azhar
Farooq
(2016)
Impact of
Financial
Leverage on
Value of
Firms:
Evidence
from Cement
Sector of
Pakistan
Variabel:
Financial
Leverage,
Metode
Analisis :
Regresi
Variabel:
Ukuran
Perusahaan,
Asset
Tangibility,
Liquidity,
Tobin’s Q
Objek
Penelitian:
Cement
Sector Of
Pakistan
Hasil empiris
menggambarkan bahwa
leverage keuangan
memiliki hubungan positif
dan signifikan secara
statistik dengan nilai
perusahaan yang diwakili
oleh Tobin's Q. Di antara
variabel kontrol, ukuran
perusahaan berpengaruh
negatif dan tidak signifikan
terkait dengan Tobin’s Q.
Likuiditas ditemukan
memiliki hubungan positif
dan signifikan dengan nilai
perusahaan semen yang
menunjukkan bahwa
manajemen modal kerja
yang efisien menyebabkan
peningkatan nilai
perusahaan.
31
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2 Sabrin, et,
al (2016)
The Effect of
Profitability
on Firm
Value in
Manufacturin
g Company
at Indonesia
Stock
Exchange
Variabel:
Profitabilitas
direpresentas
ikan dengan
ROA, Nilai
Peusahaan
direpresentas
ikan dengan
PBV,
Variabel:
Profitabilitas
(ROE),
Tobin’s Q,
dan Market
Book Ratio
Metode
Analisis :
Partial
Least
Square
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Manufaktur
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
profitabilitas memiliki
hubungan terhadap nilai
perusahaan karena
nilainya positif pada
pencapaian laba untuk
membenarkan pembayaran
dividen, sehingga harga
saham akan meningkat
karena perusahaan
menunjukkan sinyal positif
untuk membayar dividen.
3 Nosakhare
Peter
Osazuwa
Ayoib
Che-
Ahmad
(2015)
The
moderating
effect of
profitability
and
leverage on
the
relationship
between
eco-efficiency
and firm
value in
publicly
traded
Malaysian
firms
Variabel:
Profitabilita
s
direpresenta
sikan ROA
Metode
Analisis :
Multiple
regression
analysis
Variabel:
DER, EPS,
Book Value,
eco-
efficiency
Objek
Penelitian:
Bursa
Malaysia
Studi ini menunjukkan
hubungan positif antara
efisiensi lingkungan dan
nilai perusahaan dan
memberikan dukungan
untuk hubungan moderat
yang positif untuk
profitabilitas dalam
hubungan antara efi siensi
lingkungan dan nilai
perusahaan,
Sedangkan tidak ada
pengaruh yang signifikan
untuk leverage.
32
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4 Ming-
Chang
Cheng and
Zuwei-
Ching
Tzeng
(2011)
The Effect Of
Leverage On
Firm Value
And How The
Firm
Financial
Quality
Influence On
This Effect
Variabel:
Leverage
direpresenta
sikan
dengan
DER, Nilai
Perusahaan
Variabel:
Nilai
Perusahaan
direpresenta
sikan EPS,
bankruptcy
probability,
Altman‘s Z-
Score,
freecash
flow of per
share
Metode
Analisis :
Generalized
method of
moment(G
MM)
Objek
Penelitian:
Taiwan
Securities
Exchange
(TSE)
Hasil empiris
menunjukkan sebagai
berikut:
Pertama, nilai-nilai
perusahaan yang leverage
lebih besar daripada
perusahaan yang tidak
leverage jika kita tidak
mempertimbangkan
probabilitas kebangkrutan.
Kedua, Jika kita
mempertimbangkan
manfaat dan biaya utang
secara bersamaan,
leverage secara signifikan
berhubungan positif
dengan nilai perusahaan
sebelum mencapai struktur
modal optimal perusahaan.
Ketiga, pengaruh positif
dari leverage terhadap nilai
perusahaan cenderung
lebih kuat ketika kualitas
keuangan perusahaan lebih
baik (i e., Z-score yang
lebih besar).
5 Tri
Kartika
Pertiwi
dan Ferry
Madi Ika
Pratama
(2012)
Pengaruh
Kinerja
Keuangan,
Good
Corporate
Governance
Terhadap
Nilai
Perusahaan
Food And
Beverage
Variabel:
Kinerja
Keungan
direpresenta
sikan
dengan
ROA
Metode
Analisis :
Regresi
Linear
Variabel:
Nilai
Perusahaan
direpresenta
sikan dengan
Tobin’s Q,
GCG
direpresenta
sikan dengan
kepemilikan
manajerial
Objek
Penelitian:
Food And
Beverage
Hasil penelitian
menunjukkan kinerja
keuangan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan,
sedangkan Good
Corporate Governance
bukanlah variabel yang
memoderasi hubungan
kinerja keuangan dengan
nilai perusahaan.
33
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
6 I Gusti
Bagus
Angga
Pratama
dan
I Gusti
Bagus
Wiksuana
(2016)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan
Dan
Leverage
Terhadap
Nilai
Perusahaan
Dengan
Profitabilitas
Sebagai
Variabel
Mediasi
Variabel:
Profitabilita
s
direpresenta
sikan
dengan
ROA, Nilai
Perusahaan
direpresenta
sikan
dengan
PBV
Variabel:
Leverage
direpresenta
sikan
dengan
DER dan
Ukuran
Perusahaan.
Metode
Analisis :
Path
Analysis
Objek
Penelitian:
Perusahaan
Telekomuni
kasi
Hasil analisis yang telah
dilakukan diperoleh bahwa
Ukuran Perusahaan,
Leverage dan Profitabilitas
berpengaruh positif
signifikan terhadap Nilai
Perusahaan. Ukuran
Perusahaan dan Leverage
berpengaruh positif
signifikan terhadap
Profitabilitas. Namun
profitabilitas tidak mampu
memediasi pengaruh
Ukuran Perusahaan
terhadap Nilai Perusahaan
serta Profitabilitas tidak
mampu memediasi
pengaruh Leverage
terhadap Nilai Perusahaan.
34
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7 Kilat
Liliani
Ningtyas,
dkk (2014)
Pengaruh
Good
Corporate
Governance
Terhadap
Nilai
Perusahaan
(Studi Pada
Perusahaan
Yang
Terdaftar Di
Jakarta
Islamic Index
Tahun 2010-
2013)
Variabel:
GCG
direpresenta
sikan
dengan
kepemilikan
institusional
ukuran
direksi,
proporsi
komisaris
independen,
dan komite
audit. Nilai
Perusahaan
direpresenta
sikan
dengan
closing
price
Metode
Analisis :
Regresi
Linear
Berganda
Variabel:
Nilai
Perusahaan
direpresenta
sikan dengan
Tobin’s Q
Objek
Penelitian:
Jakarta
Islamic
Index (JII)
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa
kepemilikan
institusional, ukuran
direksi, dan proporsi
komisaris independen
berpengaruh secara
signifikan
terhadap nilai perusahaan
yang diproksikan dengan
closing price; komite audit
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap nilai perusahaan
yang dengan indikator
closing price; kepemilikan
institusional dan ukuran
direksi tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan yang dengan
indikator Tobin’s Q.
proporsi
komisaris independen dan
komite audit berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan yang
diproksikan
dengan Tobin’s Q.
8 Luh
Wulan
Permatasa
ri dan
Gayatri
(2016)
Profitabilitas
Sebagai
Pemoderasi
Pengaruh
Good
Corporate
Governance
Pada Nilai
Perusahaan
Variabel:
Profitabilita
s
direpresenta
sikan
dengan
ROA,
Metode
Analisis :
Moderated
Regression
Analysis.
Variabel: Nilai
Perusahaan
direpresenta
sikan
dengan
Tobin’s Q
Objek
Penelitian:
Perusahaan
yang masuk
dalam
pemeringkat
an CGPI
tahun 2009-
2013
Berdasarkan hasil
penelitian ditemukan
bahwa profitabilitas
mampu memoderasi
pengaruh GCG pada nilai
perusahaan. Keberadaan
profitabilitas akan
memperkuat pengaruh
positif antara GCG dan
nilai perusahaan.
35
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
9 Arief Nour
Rachman,
dkk
(2015)
Pengaruh
Good
Corporate
Governance
Dan
Financial
Leverage
Terhadap
Kinerja
Keuangan
Dan Nilai
Perusahaan
(Studi Pada
Perusahaan
Yang
Terdaftar Di
Indeks Sri
Kehati
Selama
Periode
2011-2014)
Variabel:
GCG
direpresenta
sikan
dengan
kepemilikan
institusi,
Kepemilika
n Publik,
direksi,
Proporsi
Komisaris
Independen,
Komite
Audit.
Leverage
direpresenta
sikan
dengan
DAR, Nilai
Perusahaan
direpresenta
sikan
Dengan
PBV,
Kinerja
Keuangan
Variabel:
DER,
Kinerja
Keuangan
direpresenta
sikan
dengan
current ratio
dan ROE,
Nilai
Perusahaan
direpresenta
sikan
Dengan
Tobin’s Q
Metode
Analisis :
Partial
Least
Square
Objek
Penelitian:
Indeks Sri
Kehati
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa Good
Corporate Governance
(GCG) berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
keuangan, Good
Corporate Governance
(GCG) berpengaruh tidak
signifikan terhadap nilai
perusahaan, financial
leverage berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
keuangan, financial
leverage berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan, dan kinerja
keuangan berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
36
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
10 Fitra Dwi
Rahmadan
i dan Sri
Mangesti
Rahayu
(2017)
Pengaruh
Good
Corporate
Governance
(GCG),
Profitabilitas
Dan
Leverage
Terhadap
Nilai
Perusahaan
(Studi Kasus
Pada
Perusahan
Perbankan
Yang
Terdaftar
Pada Bei
Periode
2013-2015)
Variabel:
GCG
direpresenta
sikan:
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan
manajerial,
Komisaris
independen.
Profitabilitas
direpresenta
sikan ROA,
leverage
direpresenta
sikan
dengan
DAR
Metode
Analisis :
Regresi
Linear Berganda
Variabel:
Profitabilita
s
direpresenta
sikan ROE,
Leverage
direpresenta
sikan
dengan
DER
Objek
Penelitian:
Sektor
Perbankan
Hasil uji secara simultan
atau uji F yaitu F hitung >
F tabel ketiga variabel
bebas (GCG, Profitabilitas
dan Leverage) secara
bersama-sama
mempengaruhi nilai
perusahaan. Hasil Uji
tmenyatakan variabel
Good Corporate
Governance (GCG) tidak
mempengaruhi variabel
nilai perusahaan. Variabel
Profitabilitas
mempengaruhi variabel
nilai perusahaan secara
positif signifikan. Variabel
leverage berpengaruh
negatif terhadap variabel
nilai perusahaan secara
signifikan.
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh suatu variabel terhadap nilai perusahan
sudah banyak dilakukan sehingga dari penjabaran hasil penelitian terdahulu
pada tabel 2.1 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan pada penelitian ini terletak pada objek
penelitian yaitu pada sektor barang konsumsi pada tahun 2013-2017. Serta
penggunaan pada variabel yang dijadikan penelitian yakni, good corporate
governance direpresentasikan dengan kepemilikan publik, kepemilikan
institusional, komite audit, direksi, komisaris independen, leverage
direpresentasikan dengan DAR dan ditambah variabel pemoderasi yaitu
profitabilitas direpresentasikan dengan ROA.
37
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. 1
Kerangka Pemikiran
38
D. Keterkaitan antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan gambaran dari kepercayaan masyarakat
terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama
beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan
saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, karena
dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik
juga akan meningkat. Dalam penelitian Rahmadani dan Rahayu (2017),
GCG dapat berpengaruh meningkatkan nilai perusahaan karena semakin
baik tata kelola perusahaan maka akan menjadikan perusahaan tersebut
lebih efisien sehingga akan meningkatkan profit dan juga nilai perusahaan
akan meningkat. Maka dari itu penelitian ini memprediksikan bahwa Good
Corporate Governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
H1: Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
2. Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan
Leverage atau yang biasa disebut juga sebagai pengungkit ini sering
kali dianggap sebagai satu-satunya jalan bagi sebuah perusahaan untuk
mendapatkan dan dapat terus mengoperasionalkan aktivitas
perusahaannya. Menurut Fahmi (2013: 175), bahwa hutang yang terus
tumbuh tanpa pengendalian hanya akan menurunkan nilai perusahaan.
Artinya publik akan ragu ketika perusahaan memiliki kondisi utang yang
extreme leverage, apakah utang itu bisa dilunaskan atau tidak. Disaat
39
keyakinan publik menurun maka reaksi negatif dari para pemegang saham
akan terlihat yaitu dalam bentuk “pelepasan saham”. Maka dari itu
penelitian ini memprediksikan bahwa leverage berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
H2: Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap nilai perusahaan
Puspaningtyas (2017) menjelaskan, kemampuan suatu perusahaan
untuk menghasilkan laba atau keuntungan dalam suatu periode
mencerminkan kemampuan perusahaan meningkatkan nilai perusahaan
yang tercermin pada harga saham. Perhitungan laba tersebut dihitung
melalui rasio profitabilitas yang tergantung dari informasi akuntansi yang
diambil dari laporan keuangan. Oleh karena itu profitabilitas dalam
konteks analisis rasio, untuk mengukur pendapatan menurut laporan laba
rugi dengan nilai buku investasi.
Berdasarkan penelitian Monoarfa (2018), ditemukan bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh positif yang signifikan nilai perusahaan.
Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas, semakin tinggi nilai
perusahaan. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba, akan menaikkan nilai perusahaan sebagaimana diindikasikan oleh
kenaikan harga saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki
profitabilitas besar setiap tahun, cenderung diminati oleh banyak investor.
Para investor berpikir bahwa perusahaan itu memiliki keuntungan besar
akan menghasilkan laba yang besar pula. Ini ditangkap oleh investor
40
sebagai sinyal positif dari perusahaan, yang akan meningkatkan
kepercayaan investor dan akan memfasilitasi manajemen perusahaan
untuk menarik modal dalam saham. Sehingga, dapat dijelaskan bahwa
nilai perusahaan dapat tercermin dari kemampuannya untuk menghasilkan
laba. Semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin tinggi nilai perusahaan
dan semakin rendah tingkat profitabilitas, semakin rendah juga nilai
perusahaan. Penelitian ini memprediksikan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
H3: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
4. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai
Variabel Pemoderasi
Perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan cenderung
mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan sumber-sumber dari
investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi
yang lebih menguntungkan. Permasalahan agensi akan mengindikasikan
bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa
mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan sumber
perusahaan, baik dalam bentuk investasi yang tidak layak maupun dalam
bentuk shirking. Corporate governance merupakan suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat
memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang
saham. Dengan demikian, penerapan good corporate governance
dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan dan juga laba yang akan
41
di dapatkan para pemegang saham. Penelitian ini memprediksikan bahwa
Profitabilitas memperkuat hubungan antara Good Corporate Governance
terhadap Nilai Perusahaan.
H4: Profitabilitas memperkuat hubungan antara Good Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan.
5. Pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas
sebagai Variabel Pemoderasi
Leverage digunakan utuk menjelaskan penggunaan hutang unuk
membiayai sebagian dari pada aktiva korporasi. Pembiayaan hutang
mempunya pengaruh bagi korporasi karena hutang mempunyai beban
yang bersifat tetap. Dalam hal ini profitabilitas diharapkan dapat
memperkuat atau memperlemah hubungan antara kebijakan hutang
dengan nilai perusahaan. Profitabilitas memiliki peran penting dalam
kebijakan hutang, dimana kebijakan ini pada akhirnya dapat
memaksimalkan nilai perusahaan. Perusahaan yang profitnya tinggi akan
lebih menggunakan dana internal, karena sumber dana internalnya
melimpah. Keputusan perusahaan dalam mendanai perusahaan akan dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian ini memprediksikan bahwa
Profitabilitas memperkuat hubungan antara leverage terhadap nilai
perusahaan.
H5: Profitabilitas memperkuat hubungan antara leverage pada nilai
perusahaan.
42
E. Hipotesis
1. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan
Ho1: β = 0, Good Corporate Governance tidak berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan.
Ha1: β ≠ 0, Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
2. Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Ho2: β = 0, Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Ha2: β ≠ 0, Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
3. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Ho3: β = 0Profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Ha3: β ≠ 0, Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
4. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai
Variabel Pemoderasi
Ho4: β = 0, Profitabilitas memperlemah hubungan antara Good Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan.
Ha4: β ≠ 0, Profitabilitas memperkuat hubungan antara Good Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan.
5. Pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai
Variabel Pemoderasi
Ho5: β = 0, Profitabilitas memperlemah hubungan antara leverage pada nilai
perusahaan.
H5: β ≠ 0, Profitabilitas memperkuat hubungan antara leverage pada nilai
perusahaan.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu, data berbentuk angka dan analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik. Penelitian ini akan menguji dan
memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel independen yaitu Good
Corporate Governance dan Leverage terhadap variabel dependen, yaitu Nilai
Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai variabel pemoderasi. Sampel yang
digunakan diperoleh dari web Bursa Efek Indonesia (www.web.idx.com) yaitu
perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di BEI selama periode 2013-
2017
Populasi Dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari benda
yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan
memiliki karakter tertentu dan sama. Adapun populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di BEI
selama periode 2013-2017.
Dalam Sukandarrumidi (2012: 50), sampel adalah bagian dari populasi
yang memiliki sifat-sifat yang sama dari obyek yang merupakan sumber data.
Sehingga penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan
Purposive (Judgement) Sampling. Menurut Supranto (2013: 43), Purposive
(Judgement) Sampling adalah teknik penentuan sampel yang digunakan atas
44
pertimbangan peneliti bahwa elemen sampel yang dipilih memang orang yang
menguasai bidangnya. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel sebagai
berikut:
1. Perusahaan sektor konsumsi yang terdaftar dalam BEI periode 2013-
2017
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya yang
berakhir per 31 Desember pada periode tahun 2013-2017
3. Mempunyai data yang dibutuhkan dalam penelitian selama periode
2013-2017.
Berdasarkan jumlah perusahaan yang dijadikan sampel dan memenuhi
kriteria dalam pengambilan sampel yaitu sebanyak 28 perusahaan dengan
kriteria yang telah ditentukan dalam Bursa Efek Indonesia. Berikut beberapa
nama perusahaan yang diteliti:
Tabel 3. 1
Nama-nama Perusahaan
No Kode Nama
1 ADES Akasha Wira International Tbk.
2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
3 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk
4 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk.
5 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
6 DLTA Delta Djakarta Tbk.
7 HMSP H.M. Sampoerna Tbk.
8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
9 IIKP Inti Agri Resources Tbk
10 INAF Indofarma Tbk.
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
12 KAEF Kimia Farma Tbk.
13 KICI Kedaung Indah Can Tbk
14 KLBF Kalbe Farma Tbk.
45
No Kode Nama
15 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk.
16 MBTO Martina Berto Tbk.
17 MERK Merck Tbk.
18 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.
19 MYOR Mayora Indah Tbk.
20 PYFA Pyridam Farma Tbk
21 RMBA Bentoel Internasional Investam
22 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk.
23 SKBM Sekar Bumi Tbk.
24 TCID Mandom Indonesia Tbk.
25 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk.
26 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Tra
27 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
28 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk.
Sumber: Hasil Penyisihan Berdasarkan Kriteria
Metode Pengumpulan
Metode pengumpulan data dilakukan dengan melalui penelitian
kepustakaan (library research) dan data-data sekunder (internet research).
Sebagai berikut:
1. Penelitian Kepustakaan
Melalui studi kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan
berbagai literatur seperti buku-buku, jurnal-jurnal dalam negeri, jurnal
asing dan website resmi yang berkaitan dengan pembahasan yang
diteliti.
2. Data sekunder
Dalam Tim Lembaga Penelitian UIN Jakarta (2009: 76) data
sekunder merupakan data primer yang diperoleh melalui hasil dari
pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan
46
oleh pengumpul data primer oleh pihak lain-umumnya disajikan
dalam bentuk tabel atau grafik. Data yang diperoleh dalam penelitian
ini didapatkan melalui website Bursa Efek Indonesia
(www.web.idx.co.id), dengan mengambil data financial report
perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia.
Metode Analisis Data
Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh good corporate governance,
leverage, profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Serta untuk menguji
bagaimana pengaruh interaksi antara good corporate governance dan leverage
terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel pemoderasi.
Variabel pemoderasi adalah variabel independen yang akan memperkuat atau
memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap variabel
dependen. Dalam penelitian ini dilakukan dua tahap pengujian dengan
menggunakan tools IBM SPSS Statistics 22.0.
1. Uji Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan deskripsi atau gambaran tentang
ringkasan data atas variabel-variabel penelitian secara statistik. Statistik
deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari jumlah data (N),
nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan Standar
penyimpangan data (standar deviasi).
47
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Nugroho (2005: 23) menjelaskan, uji normalitas dilakukan untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan
dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal. Normalitas data dapat dideteksi dengan melihat bentuk kurva
histogram dengan kemiringan seimbang ke kiri dan ke kanan dan
berbentuk seperti lonceng atau dengan melihat titik-titik data yang
menyebar di sekitar garis diagonal dan searah mengikuti garis diagonal
dari gambar Normal P-Plot.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah
multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antar variabel independen.
Pengujian Multikoliniearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF), kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Tolerance digunakan untuk mengukur variabilitas variabel independen
lainnya. Pengukuran dapat dilihat jika nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1/Tolerance).
48
Nilai pengukuran yang umum digunakan untuk menunjukkan
adanya multikolinieritas adalah jika Nilai Tolerance < 0.10 atau sama
dengan nilai VIF > 10.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu yang saling berkaitan. Dalam penelitian ini uji autokorelasi
digunakan untuk menguji adakah korelasi antara kesalahan pengganggu
dalam pengujian model regresi linear, jika terjadi korelasi maka dalam
pengujian ditemukan problem autokorelasi. Suatu model regresi
dikatakan baik ketika suatu regresi terbebas dari autokorelasi atau
korelasi antara kesalahan pengganggu. Dalam penelitian ini, uji
autokorelasi dilakukan dengan cara Uji Durbin-Watson (DW).
Tabel 3. 2
Durbin Watson
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tdk ada autokorelasi positif
Tdk ada autokorelasi positif
Tdk ada korelasi negatif
Tdk ada korelasi negatif
Tdk ada autokorelasi, positif
atau negatif
Tolak
No decision
Tolak
No decision
Tdk ditolak
0 < d < dl
dl < d < du
4 – dl < d < 4
4 – du < d < 4 – dl
du < d < 4 – du
Sumber: buku referensi, Ghozali (2006)
d. Uji Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas adalah variabel pengganggu dimana memiliki
varian yang berbeda dari satu observasi ke observasi lainnya atau varian
antar variabel independen tidak sama, hal ini melanggar asumsi
homokedastisitas yaitu setiap variabel penjelas memiliki varian yang
49
sama (konstan). Dalam Ghozali (2006: 125-129), Uji
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Uji Park, yaitu dengan
melihat nilai signifikansi di atas tingkat α= 5%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya
Heteroskedastisitas.
3. Teknik Analisis
Sugiyono (2007) menjelaskan, analisis regresi digunakan untuk
meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen apabila
dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi.
Berdasarkan kegunaannya regresi berganda dilakukan untuk mengetahui
arah dan besarnya pengaruh dari variabel bebas yang jumlahya lebih dari
satu terhadap variabel terikatnya. Dalam Nurhasanah (2016: 104) analisis
regresi berganda didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Ada hubungan yang bersifat linier antara variabel terikat dengan
variabel bebasnya.
b. Variabel terikat bersifat kontinu atau berskala rasio atau nisbah.
c. Keragaman atau residu untuk semua nilai y bersifat konstan dan
menyebar secara normal.
d. Pengamatan yang bersifat berurutan terhadap variabel bebas tidak
berkolerasi.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh interaksi variabel
dependen terhadap independen pada hipotesis 1, 2 dan 3, dan pengaruh
interaksi variabel moderasi pada hipotesis 4 dan hipotesis 5 dengan
50
menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Moderated
Regression Analysis merupakan alat analisis yang menggunakan
pendekatan analitik yang mempertahankan integritas sampel dan
memberikan dasar untuk mengontrol pengaruh variabel moderator. Dimana
dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua
atau lebih variabel independen). Model atas pengujian analisi regresi adalah
sebagai berikut:
Model Regresi I
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + ε
Model Regresi II
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8Z +
β9X1*Z + β10X2*Z + β11X3*Z + β12X4*Z + β13X5*Z + β14X6*Z + ε
Keterangan:
Y : Nilai Perusahaan
α : konstanta
β1-β14 : koefisien regresi
XI : kepemilikan institusi
X2 : kepemilikan publik
X3 : komite audit
X4 : direksi
X5 : komisaris independen
X6 : DAR
X7 : SIZE
Z : Profitabilitas (ROA)
X1*Z : Interaksi perkalian kepemilikan institusi dengan
profitabilitas
51
X2*Z : Interaksi perkalian kepemilikan publik dengan
profitabilitas
X3*Z : Interaksi perkalian komite audit dengan profitabilitas
X4*Z : Interaksi perkalian direksi dengan profitabilitas
X5*Z : Interaksi perkalian komisaris independen dengan
profitabilitas
X6*Z : Interaksi perkalian DAR dengan profitabilitas
X7*Z : Interaksi perkalian SIZE dengan profitabilitas
ε : error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam
penelitian
Persamaan pertama menunjukkan hubungan GCG terhadap nilai
perusahaan. Persamaan kedua menunjukkan keterkaitan hubungan antara
GCG terhadap Profitabilitas sebagai variabel moderasi terhadap nilai
perusahaan.
F. Pengujian Hipotesis
Hipotesis apabila ditinjau secara etimologi adalah perpaduan dua kata,
hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dari; thesis adalah pendapat atau tesis.
Secara harfiah hipotesis dapat diartikan sebagai sesuatu pertanyaan yang belum
merupakan suatu tesis; suatu kesimpulan sementara; suatu pendapat yang
belum final, karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Yusuf (2014: 130)
menjelaskan, bahwa apa yang dikemukakan dalam hipotesis adalah dugaan
sementara yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang
benar. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis ditentukan dengan melihat
sebagai berikut:
52
1. Koefisien Determinasi
Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independent atau
bebas dalam menerangkan secara keseluruhan terhadap variabel dependen
atau terikat serta pengaruhnya secara potensial dapat diketahui dari
besarnya nilai koefisien determinasi (R Square) yang dirumuskan dengan:
Nilai R Square digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan
variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Jika R Square
semakin besar (mendekati satu), maka sumbangan variabel bebas terhadap
variabel terikat semakin besar. Sebaliknya apabila R Square semakin kecil
(mendekati nol), maka besarnya sumbangan variabel bebas terhadap
variabel terikat semakin kecil. Jadi besarnya R Square berada diantara 0 –
1 atau 0 < R Square < 1.
2. Uji F
Menguji keberartian regresi ganda dengan uji F. Uji F-statistik
digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel
independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output
hasil regresi menggunakan SPSS dengan signifikansi level 0,05 (α= 5%).
Jika nilai siginifikansi lebih besar dari α maka koefisien ditolak dan jika
lebih kecil dari α maka hipotesis diterima.
53
3. Uji t
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh
suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Uji t juga dapat dilakukan dengan melihat nilai
signifikansi t masing-masing variabel pada output hasil regresi
menggunakan SPSS dengan siginifikansi 0,05 (α= 5%). Jika nilai
signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis ditolak, dan jika lebih kecil
dari α maka hipotesis diterima.
G. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Sugiyono (2003: 33) menjelaskan, variabel dependen atau variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Dalam Penelitian ini variabel terikatnya
adalah sebagai berikut:
a. Nilai Perusahaan
Investor menilai perusahaan dengan melihat nilai pasar
perusahaan. Harga saham merupakan persepsi investor terhadap nilai
perusahaan. Indikator nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah
PBV.
1) Price Book Value (PBV)
Fakhruddin dan Hadianto (2001) menjelaskan, price to book
value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan apakah harga saham
yang diperdagangkan overvalued (di atas) atau undervalued (di
54
bawah) nilai buku saham tersebut. Price to book value (PBV)
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar
percaya akan prospek perusahaan tersebut. Adapun rumus yang
digunakan untuk mengukur Price to Book Value (PBV) adalah
sebagai berikut:
2. Variabel Independen
Menurut Sugiono (2009: 59), variabel independen atau variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel independen.
a. Good Corporate Governance
Variabel good corporate governance direpresentasikan dengan
sebagai berikut:
1) Kepemilikan institusional
Ningtiyas (2014) menjelaskan, bahwa kepemilikan
institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi dan pemerintah. Institusi ataupun
pemerintah yang memiliki saham dalam suatu perusahaan
dapat menjadi salah satu upaya dalam mengawasi
perusahaan. Semakin banyak jumlah saham yang dimiliki
55
pemerintah dalam suatu perusahaan maka memungkikan
pengawasan terhadap perusahaanpun semakin baik. Oleh
karena itu institusi menjadi sebuah lembaga yang memiliki
kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan
termasuk investasi saham.
Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar
(lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk
memonitor manajemen. Adapun proporsi kepemilikan
institusional dihitung dari jumlah kepemilikan institusional
dibagi dengan jumlah total kepemilikan saham dikali 100%.
2) Kepemilikan Publik
Merupakan kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh masyarakat. Adapun proporsi kepemilikan
publik dalam Lastanti dalam Rachman, dkk (2015), dihitung
dari jumlah kepemilikan publik dibagi dengan jumlah total
kepemilikan saham dikali 100%.
3) Direksi
Direksi adalah organ Emiten atau Perusahaan Publik
yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
Kepemilikan Institusional= Saham Institusi x 100%
Saham Beredar
Kepemilikan Publik= Saham Publik x 100%
Saham Beredar
56
pengurusan emiten atau perusahaan publik untuk
kepentingan emiten atau perusahaan publik, sesuai dengan
maksud dan tujuan emiten atau perusahaan publik serta
mewakili emiten atau perusahaan publik, baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar, sebagaimana disebutkan dalam Peraturan otoritas jasa
Keuangan Nomor 33/PojK.04/2014. Adapun proporsi direksi
diukur dengan jumlah direksi selama periode n.
4) Komite Audit
Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan
bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam
membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan
Komisaris, hal-hal yang terkait dengan informasi keuangan,
pengendalian internal, pengelolaan risiko serta kepatuhan
terhadap peraturan perundangan yang berlaku sebagaimana
disebutkan dalam Peraturan otoritas jasa Keuangan
NOMOR 55 /POJK.04/2015 Pasal 1 ayat 1. Adapun
proporsi komite audit dalam Ningtiyas (2014: 4), diukur
dengan jumlah anggota komite audit yang ada didalam
perusahaan.
Jumlah Direksi= Jumlah direksi selama periode n
Komite Audit= Jumlah anggota komite audit selama periode n
57
5) Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris yang berasal dari luar emiten atau Perusahaan
Publik dan memenuhi persyaratan sebagai Komisaris,
sebagaimana disebutkan dalam Peraturan otoritas jasa
Keuangan Nomor 33/PojK.04/2014. Tugas utama
Komisaris independen adalah melakukan pengawasan serta
menjaga terpenuhinya hak serta kewajiban pemegang
saham minoritas. Adapun proporsi komisaris independen
dalam Ningtiyas (2014: 4), diukur dengan jumlah komisaris
yang berasal dari luar perusahaan dibagi jumlah komisaris
dikalikan 100%.
b. Leverage
Leverage merupakan penggunaan asset dan sumber dana oleh
perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Dengan
tujuan mendapatkan keuntungan yang diperoleh lebih besar
daripada biaya aset dan sumber dananya, dengan demikian akan
meningkatkan keuntungan pemegang saham. Variabel Leverage
yang direpresentasikan dengan Debt to Total Assets atau Debt
Ratio (DAR).
Komisaris Independen= Jumlah Komisaris Independen x 100%
Jumlah Seluruh Komisaris
58
1) Debt to Total Assets atau Debt Ratio (DAR)
Dalam Fahmi (2013: 72) rasio ini disebut juga sebagai
rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu
diperoleh dari perbandingan total utang dibagi dengan total
asset. Adapun rumus debt to total assets atau debt ratio
adalah sebagai berikut:
3. Variabel Moderasi
Dalam Supranto (2013: 47), variabel moderasi adalah variabel yang
mempengaruhi kuatnya hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen atau besarnya pengaruh dari variabel dependen
terhadap variabel independen. Adapun variabel moderasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Profitabilitas
Menurut Harahap (2010: 304), Rasio Profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya. Dalam Fahmi (2013: 80), rasio ini mengukur
efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh
besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik
DAR= Total Liabilities x 100%
Total Asset
59
rasio maka semakin baik rasio maka semakin baik menggambarkan
kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Variabel
profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
direpresentasikan dengan:
1) Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio keuangan
perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, asset dan
modal saham tertentu. Dalam Harahap (2010: 304), rasio
ini menunjukkan berapa laba bersih yang diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Adapun rumus
Return On Asset adalah sebagai berikut:
ROA= Profit for the period x 100%
Total Assets
60
Tabel 3. 3
Operasional Variabel
No Variabel Definisi Skala Pengukuran
1 Price Book
Value (PBV)
Seberapa besar
pasar menghargai
nilai buku saham
suatu perusahaan
Rasio PBV= Market Price per Share
Book Value per Share
2 Kepemilikan
Institusional
Kepemilikan
saham perusahaan
yang dimiliki oleh
institusi dan
pemerintah
Rasio Kepemilikan Institusional=
Saham Institusi x 100%
Saham Beredar
3 Kepemilikan
Publik
Kepemilikan
saham perusahaan
yang dimiliki oleh
masyarakat.
Rasio Kepemilikan Publik=
Saham Publik x 100%
Saham Beredar
4 Komite Audit Komite Audit
adalah komite
yang dibentuk
oleh dan
bertanggung
jawab kepada
Dewan Komisaris
dalam membantu
melaksanakan
tugas dan fungsi
Dewan Komisaris
Nominal Komite Audit= Jumlah anggota
komite audit selama periode n
5 Direksi Direksi adalah
organ Emiten atau
Perusahaan
Publik yang
berwenang dan
bertanggung
jawab penuh atas
pengurusan
Emiten atau
Perusahaan
Publik untuk
kepentingan
Emiten atau
Perusahaan
Publik
Nominal Direksi= LN jumlah direksi selama
periode n
61
No Variabel Definisi Skala Pengukuran
6 Komisaris
Independen
Komisaris
independen
adalah anggota
dewan Komisaris
yang berasal dari
luar emiten atau
Perusahaan
Publik
Rasio Komisaris Independen=
Jml Komisaris Independen x 100%
Jml Seluruh Komisaris
7 Debt To Total
Assets atau
Debt Ratio
(DAR)
Rasio yang
melihat
perbandingan
utang perusahaan
Rasio DAR= Total Liabilities x 100%
Total Asset
8 Return On
Asset (ROA)
Mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
keuntungan atau
laba pada tingkat
pendapatan, asset
dan modal saham
tertentu
Rasio ROA= Profit for the period x 100%
Total Assets
62
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian :
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaaan sektor Consumer Goods
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia atau perusahaan yang telah go public
selama periode 2013-2017. Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dan
memenuhi kriteria adalah sebanyak 28 perusahaan, dimana penelitian
dilakukan selama 5 tahun yaitu tahun 2013 sampai dengan tahun 2017,
sehingga terkumpul sebanyak 140 sampel. Data penelitian ini diperoleh dari
laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang terdapat di situs resmi
Bursa Efek Indonesia www.web.idx.com dan web perusahaan terkait.
Fokus penelitian ini untuk mengetahui pengaruh nilai perusahaan yang
direpresentasikan dengan PBV, Good Corporate Governance (GCG) yang
direpresentasikan dengan kepemilikan institusi, kepemilikan publik, komite
audit, direksi, komisaris independen dan Leverage yang direpresentasikan
dengan debt to assets ratio (DAR) yang di moderasi dengan Profitabilitas yang
direpresentasikan dengan Return on assets (ROA). Sektor Consumer Goods
atau Barang Konsumsi mencakup perusahaan makanan dan minuman,
tembakau, farmasi, kosmetik dan produk rumah tangga, dan peralatan rumah
tangga.
63
Berikut ini adalah profil 28 perusahaan yang menjadi sampel penelitian yang
berhasil diperoleh:
1. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. (TPSF) dengan kode perusahaan
AISA, merupakan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2003 yang pada awalnya hanya bergerak di bisnis
makanan (TPS Food). Sejalan dengan proses transformasi bisnis yang
dimulai pada 2009, TPSF telah menjadi salah satu perusahaan yang
termasuk dalam Indeks Kompas 100. Pada 2011, TPSF menjadi salah satu
perusahaan yang termasuk dalam daftar “A List of the Top 40 Best
Performing Listed Company” dari Majalah Forbes Indonesia dan pada
2012, TPSF mendapatkan penghargaan Indonesia Best Corporate
Transformation dari Majalah SWA. Selain itu, TPSF juga dianugerahi
penghargaan Asia’s Best Companies 2014 kategori Best Small Cap dari
Finance Asia dan termasuk dalam daftar 20 Rising Global Stars dari
Forbes Indonesia pada 2014.
2. Bumi Teknokultura Unggul Tbk.
Bumi Teknokultura Unggul Tbk. dengan kode perusahaan BTEK,
merupakan perusahaan yang awalnya bergerak dalam bidang bio teknologi
pertanian, namun dewasa ini fokus kegiatan utama Perseroan adalah
pembibitan baik untuk tanaman kehutanan, tanaman pangan, tanaman
obat-obatan, tanaman hias tropis, pembalakan kayu (HPH), serta
perdagangan kayu bulat (log). Ruang lingkup kegiatan Perusahaan
64
berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan adalah mencakup
bioteknologi pertanian, Hak Perusahaan Hutan (HPH), Hutan Tanaman
Industri (HTI) dan Perdagangan. Kantor pusat Perusahaan beralamat di
Rukan Komplek Permata Senayan, Blok E No. 38 Jl. Tentara Pelajar
Jakarta Selatan 12210, sedangkan lokasi kegiatan usaha berada di Jl. Raya
Otonom, Pasar Kemis, Cikupa, Tangerang. Perusahaan mulai melakukan
kegiatan komersialnya pada bulan Juni 2001.
3. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan CEKA,
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi minyak
nabati dan khusus yang digunakan dalam industri makanan dan
perdagangan umum, termasuk ekspor dan impor. Perusahaan memulai
operasinya pada tahun 1971. PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. adalah
perusahaan di bawah Wilmar International Limited ("WIL") Group yang
merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura.
4. Delta Djakarta Tbk.
PT. Delta Djakarta Tbk. dengan kode perusahaan DLTA, merupakan
perusahaan bir terbesar di Indonesia. PT Delta Djakarta Tbk. adalah
produsen dan distributor beberapa merek bir terbaik di dunia di bawah
merek dagang Anker, Carlsberg, San Miguel, dan Kuda Putih. Perusahaan
ini juga merupakan figur kunci dalam pasar minuman non-alkohol di
Indonesia dengan mereknya Sodaku dan Soda Ice.
65
5. Darya-Varia Laboratoria Tbk.
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. ("Darya-Varia atau Perseroan")
dengan kode perusahaan DVLA, merupakan perusahaan farmasi yang
telah lama berdiri di Indonesia, beroperasi sejak tahun 1976. Setelah
menjadi perusahaan terbuka pada tahun 1994, Perseroan mengakuisisi PT
Pradja Pharin (Prafa) di tahun 1995, dan terus mengembangkan berbagai
produk Obat Resep dan Consumer Health. Pada Juli 2014, Darya-Varia
bergabung (merger) dengan Prafa.
6. Gudang Garam Tbk.
Gudang Garam Tbk. dengan kode perusahaan GGRM, merupakan
salah satu industri rokok terkemuka di tanah air yang telah berdiri sejak
tahun 1958 di kota Kediri, Jawa Timur. Hingga kini, Gudang Garam sudah
terkenal luas baik di dalam negeri maupun mancanegara sebagai penghasil
rokok kretek berkualitas tinggi. Produk Gudang Garam bisa ditemukan
dalam berbagai variasi, mulai sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek
linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting-mesin (SKM).
7. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. dengan kode perusahaan
ICBP, merupakan salah satu produsen produk konsumen bermerek yang
mapan dan terkemuka, dengan kegiatan usaha yang terdiversifikasi antara
lain mi instan, dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan
makanan khusus serta minuman. Selain itu, ICBP juga menjalankan
66
kegiatan usaha kemasan yang memproduksi baik kemasan fleksibel
maupun karton untuk mendukung kegiatan usaha intinya.
8. Indofarma Tbk.
PT Indofarma (Persero) Tbk. dengan kode perusahaan INAF,
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang
usaha industri farmasi. Sesuai ketentuan dalam Anggaran Dasar, maksud
dan tujuan didirikannya adalah menyediakan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan berdaya saing kuat di bidang farmasi, diagnostik, alat
kesehatan serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi,
berdaya saing kuat, dan mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai
Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas.
Berawal dari tahun 1918 di sebuah pabrik skala kecil di lingkungan
Rumah Sakit Pusat Pemerintah Kolonial Belanda yang pada saat itu hanya
memproduksi beberapa jenis salep dan kasa pembalut. Seiring dengan
berjalannya waktu, usaha Perseroan berkembang menambah tablet dan
injeksi dalam rangkaian lini produksinya. Sempat dikuasai oleh
Pemerintah Jepang pada tahun 1942 di bawah manajemen Takeda
Pharmaceutical, Perseroan kembali diambil alih oleh Pemerintah
Indonesia pada tahun 1950 melalui Departemen Kesehatan.
67
9. Indofood Sukses Makmur Tbk.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. dengan kode perusahaan INDF,
merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman yang
bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14
Agustus 1990 oleh Sudono Salim dengan nama PT. Panganjaya
Intikusuma yang pada tanggal 5 Februari 1994 menjadi Indofood Sukses
Makmur. Perusahaan ini mengekspor bahan makanannya hingga
Australia, Asia, dan Eropa.
10. Kimia Farma Tbk.
Kimia Farma Tbk. dengan kode perusahaan KAEF, merupakan
perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh
Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada
awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal
kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia
melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF
(Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada
tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi
Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia
Farma (Persero).
68
11. Kedaung Indah Can Tbk.
PT. Kedaung Indah Can Tbk. Dengan kode perusahaan KICI,
merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi alat rumah
tangga yang bermarkas di Surabaya, Indonesia. Perusahaan ini didirikan
pada tahun 1992, dan menghasilkan berbagai macam alat rumah tangga.
12. Kalbe Farma Tbk.
Kalbe Farma Tbk. dengan kode perusahaan KLBF, merupakan
perusahaan internasional yang memproduksi farmasi, suplemen, nutrisi
dan layanan kesehatan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Kalbe Farma
didirikan pada 10 September 1966, oleh 6 bersaudara, yaitu Khouw Lip
Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw Lip Swan, Boenjamin Setiawan, Maria
Karmila, F. Bing Aryanto. Kalbe Farma telah jauh berkembang dari awal
mulanya sebagai usaha farmasi yang dikelola di garasi rumah pendirinya
di wilayah Jakarta Utara. Kalbe Farma memiliki motto Innovation for a
Better Life.
13. Martina Berto Tbk.
Martina Berto Tbk. dengan kode perusahaan MBTO,
merupakan perusahaan yang memproduksi berbagai macam-macam
bahan kosmetik dan telah diekspor ke berbagai negara seperti Malaysia,
Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Jepang, Hong Kong dan Taiwan
di Asia, Yunani, dan Timur Tengah. Bermarkas di Jakarta, Indonesia
perusahaan ini didirikan pada tahun 1977.
69
14. Merck Tbk.
PT. Merck Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan MERK,
merupakan perusahaan yang beroperasi pada bisnis farmasi dan kimia di
Indonesia. Di bidang farmasi, perusahaan memproduksi produk sebagai
berikut: Neurobion®, Sangobion® and Glucophage®. Sedangkan di
bidang kimia, MERK memasarkan berbagai jenis bahan kimia, zat warna,
serta berbagai spesialisasi kimia lainnya. MERK tercatat pada Bursa Efek
Indonesia di tahun 1981 pada Papan Pengembangan. Perusahaan didirikan
pada tahun 1970 dan berpusat di Jakarta, Indonesia. MERK beroperasi
sebagai anak usaha dari Merck KgaA, Perusahaan farmasi yang berpusat
di Darmstadt, Jerman.
15. Multi Bintang Indonesia Tbk.
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan MLBI,
merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri
minuman bir di Indonesia. Perusahaan ini pertama kali didirikan dengan
nama NV Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen pada tanggal 3 Juni
1929 di Medan, Sumatera Utara. Produsen bir ini awalnya memulai
operasionalnya di sebuah pabrik yang terletak di Surabaya, Jawa Timur.
Pada tahun 1936, saham mayoritas perusahaan ini dipegang oleh salah
satu perusahaan pembuat bir terkemuka bernama Heineken NV. Pada
tahun yang sama perusahaan juga memindahkan kantor pusat di Surabaya.
Perusahaan mulai berganti nama menjadi Heineken's Nederlandsch-
Indische Bierbrouwerijen Maatschappij NV sejak tahun 1951. Nama PT.
70
Multi Bintang Indonesia Tbk mulai dipakai secara resmi oleh perusahaan
sejak tahun 1982. Pada tahun yang sama perusahaan juga mulai merubah
status perusahaan menjadi perusahaan terbuka dengan berhasil
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
16. Mustika Ratu Tbk.
PT. Mustika Ratu Tbk. dengan kode perusahaan MRAT, merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, perdagangan dan
distribusi kosmetik herbal dan tradisional, minuman kesehatan. Seperti
Minyak Zaitun Mustika Ratu, Minyak Cendana Mustika Ratu, Lulur
Kocok Ratu Mas, Slimming Gel, Slimming Tea, Lokol Tea, Tox Tea, dan
sebagainya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1978 dan bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada
tahun 1975. Perusahaan ini mengirim barang ke lebih dari satu negara di
dunia.
17. Mayora Indah Tbk.
PT. Mayora Indah Tbk. dengan kode perusahaan MYOR, merupakan
kelompok bisnis yang memproduksi makanan terkemuka di Indonesia.
Mayora Indah telah berkembang menjadi salah satu perusahaan Fast
Moving Consumer Goods Industry yang telah diakui keberadaan-nya
secara global. Perusahaan ini pertama kali didirikan sejak 17 Februari 1977
sebagai sebuah industri biskuit rumah sederhana yang hingga sekarang
mampu berkembang dengan pesat menjadi salah satu kelompok usaha
yang ter-integrasi di Indonesia. Perkembangan perusahaan juga ditorehkan
71
dengan merubah status perusahaan menjadi perusahaan terbuka seiring
dengan pencatatan saham perusahaan untuk pertama kali di Bursa Efek
Jakarta sejak 4 Juli 1990.
18. Prasidha Aneka Niaga Tbk.
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk. dengan kode perusahaan PSDN,
merupakan perusahaan yang bisnis utamanya adalah pengolahan dan
ekspor komoditas pertanian yang ditangani terutama oleh perusahaan
anggota operasinya PT. Prasidha Aneka Niaga & anak perusahaannya.
Perusahaan ini juga memiliki diversifikasi dalam makanan, manufaktur,
dan perkebunan didirikan pada tahun 1984 oleh Bapak Oesman Soedargo,
Bapak Mansjur Tandiono, almarhum Bapak Haji Mahmud Uding dan
almarhum Bapak I Gede Subratha.
19. Pyridam Farma Tbk.
Pyridam Farma Tbk. dengan kode perusahaan PYFA, merupakan
perusahaan multinasional yang memproduksi farmasi yang bermarkas di
Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1972. Perusahaan
ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan farmasi dan juga
memiliki lebih dari 100 produk dalam bentuk tablet, kaplet, kapsul, sirup
krim, dan salep. Selain itu, Pyridam juga memproduksi produk resep
seperti penisilin dan non-penisilin antibiotik, anti-TBC, dan obat
penghilang rasa sakit, serta produk non-resep produk vitamin, pencegah
flu dan batuk, dan antipiretik.
72
Didirikan pada tahun 1976 oleh Bapak Sarkri Kosasih. Pyridam
dianugerahi gelar “Mitra dengan Baik Kinerja” pada tahun 1994 oleh
Departemen Pertanian. Pada tahun 1985, Pyridam mendirikan Divisi
Farmasi, yang berkembang cepat. Peningkatan yang dipercepat
memungkinkan Pyridam membangun sebuah pabrik produksi baru di atas
lahan seluas 35.000m2 di Cianjur, Jawa Barat, dengan desain canggih,
mesin dan manajemen lingkungan. Pabrik mulai beroperasi di Indonesia
April 2001.
20. PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk.
PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk. dengan kode perusahaan
RMBA, merupakan anggota dari British American Tobacco Group,
kelompok perusahaan tembakau kedua terbesar di dunia menurut pangsa
pasar global dengan brand yang diperjualbelikan di lebih dari 200 negara.
Bentoel adalah produsen rokok terbesar keempat di Indonesia dengan
pangsa pasar sebesar 7%. Bentoel memproduksi dan memasarkan berbagai
jenis produk tembakau seperti rokok kretek mesin, rokok kretek tangan
dan rokok putih. Bentoel mempekerjakan lebih dari 6.000 orang karyawan,
dari mulai membangun kemitraan dengan petani-petani tembakau,
pembelian dan pemrosesan daun tembakau dan cengkeh, hingga produksi,
pemasaran dan distribusi rokok.
73
21. Nippon Indosari Corpindo Tbk.
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. dengan kode perusahaan ROTI,
merupakan perusahaan roti terbesar di Indonesia dengan merek dagang
Sari Roti. Nippon Indosari Corpindo Tbk merupakan salah satu
perusahaan roti dengan merek dagang “Sari Roti” terbesar di Indonesia.
Perusahaan ini berdiri pada tahun 1995 sebagai sebuah perusahaan
penanaman modal asing dengan nama PT Nippon Indosari Corporation.
Perkembangan perusahaan ini semakin meningkat dengan semakin
meningkatnya permintaan konsumen. Sehingga perseroan mulai
meningkatkan kapasitas produk dengan menambahkan dua lini produksi,
yakni roti tawar dan roti manis sejak tahun 2001.
22. Sekar Bumi Tbk.
Sekar Bumi Tbk. dengan kode perusahan SKBM, merupakan
perusahaan bidang usaha pengolahan hasil perikanan laut dan darat, hasil
bumi dan peternakan. Sekar Bumi memiliki 2 divisi usaha, yaitu hasil laut
beku nilai tambah (udang, ikan, cumi-cumi, dan banyak lainnya) dan
makanan olahan beku (dim sum, udang berlapis tepung roti, bakso
seafood, sosis, dan banyak lainnya). Selain itu, melalui anak usahanya,
Sekar Bumi memproduksi pakan ikan, pakan udang, mete dan produk
kacang lainnya. Produk-produk Sekar Bumi dipasarkan dengan berbagai
merek, diantaranya SKB, Bumifood dan Mitraku. Tanggal 18 September
1995, SKBM memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SKBM (IPO) kepada
74
masyarakat. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 05 Januari 1993.
23. Sekar Laut Tbk.
PT. Sekar Laut, Tbk. dengan kode perusahaan SKLT, merupakan
perusahaan produsen makanan terkemuka di Indonesia produk yang
dihasilkan antara lain krupuk, bumbu masakan instant, kacang mente,
melinjo, beras dan biji-bijian lain, saus, sarden, kacang gulung, dan
sambal. Berawal dari sebuah usaha dibidang perdagangan produk kelautan
di kota Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun 1966. Kemudian berkembang
menjadi usaha krupuk udang tradisional. Dengan kegigihan usaha yang
dirintis berkembang pesat dari industry rumah tangga menjadi perusahaan
penghasil kerupuk. PT. Sekar Laut, Tbk. didirikan pada 19 juli 1976 dalam
bentuk perseroan terbatas dan kemudian terdaftar resmi sebagai badan
perusahaan di departemen kehakiman pada 1 maret 1978.
24. Mandom Indonesia Tbk.
PT Mandom Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan TCID,
merupakan perusahaan yang bemula sebagai perusahaan joint venture
antara Mandom Corporation, Jepang dan PT The City Factory. Perseroan
berdiri dengan nama PT Tancho Indonesia dan pada tahun 2001 berganti
menjadi PT Mandom Indonesia Tbk. Pada tahun 1993, Perseroan menjadi
perusahaan ke-167 dan perusahaan joint venture Jepang ke-11 yang
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Saat ini jumlah saham
75
Perseroan adalah 201.066.667 lembar saham dengan nilai nominal Rp
500/saham. Kegiatan produksi komersial Perseroan dimulai pada tahun
1971 dimana pada awalnya Perseroan menghasilkan produk perawatan
rambut, kemudian berkembang dengan memproduksi produk wangi-
wangian dan kosmetik. Perseroan mempunyai dua lokasi pabrik yaitu
pabrik Sunter yang khusus memproduksi seluruh produk kosmetik
Perseroan sementara pabrik Cibitung berfungsi untuk memproduksi
kemasan plastik dan juga sebagai pusat logistik. Kemasan plastik dikirim
dari Cibitung ke Sunter untuk diisi kemudian barang jadi dikirim kembali
ke Cibitung dan didistribusikan melalui pusat logistic.
25. Tempo Scan Pacific Tbk.
PT Tempo Scan Pacific Tbk. dengan kode perusahaan TSPC,
merupakan bagian dari Tempo Grup yang memulai kegiatan usahanya
melalui pendirian PT PD Tempo pada tanggal 3 Nopember 1953 yang
bergerak di bidang perdagangan produk farmasi. Perseroan dibentuk
melalui proses restrukturisasi pada tahun 1991 dan semula Perseroan
bernama PT Scanchemie yang pada tahun 1970 memulai kegiatan
produksi komersial produk farmasi dalam skala besar. Seiring dengan
perjalanan waktu, Perseroan melalui entitas anaknya juga telah
memproduksi produk kosmetik dan produk konsumen sejak tahun 1977.
Pada tahun 1994 Perseroan menjadi perusahaan publik dan mencatatkan
saham-sahamnya sejumlah 75.000.000 lembar saham di Bursa Efek
Indonesia/BEI.
76
26. Ultra Jaya Milk Industry Tbk.
Ultra Jaya Milk Industry Tbk. dengan kode perusahaan ULTJ,
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri makanan dan
minuman, dan bidang perdagangan. Bermula dari usaha keluarga yang
dirintis sejak tahun 1960an oleh Bapak Achmad Prawirawidjaja (alm), PT
Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. dari tahun ke tahun
terus berkembang, dan saat ini telah menjadi salah satu perusahaan yang
terkemuka di bidang industri makanan & minuman di Indonesia. Di
bidang minuman Ultrajaya memproduksi berbagai minuman seperti susu
cair, sari buah, teh, minuman tradisional dan minuman kesehatan, yang
diolah dengan teknologi UHT (Ultra High Temperature) dan dikemas
dalam kemasan karton aseptik. Di bidang makanan Ultrajaya
memproduksi susu kental manis, susu bubuk, dan konsentrat buah-buahan
tropis.
27. Unilever Indonesia Tbk.
Unilever Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan UNVR, merupakan
salah satu perseroan terdepan untuk kategori Fast Moving Consumer
Goods di Indonesia. Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933
sebagai Lever Zeepfabrieken N.V. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan
diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan pada 30 Juni 1997, nama
perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Unilever
Indonesia melepas 15% sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya pada tahun 1981. Unilever Indonesia mempunyai lebih dari
77
1.000 distributor di seluruh Indonesia. Rangkaian produk Unilever
Indonesia mencakup brand-brand ternama dunia seperti Pepsodent, Lux,
Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight,
Wall’s, Royco, Bango dan lainnya.
28. Wismilak Inti Makmur Tbk.
Wismilak Inti Makmur Tbk. dengan kode perusahaan WIIM,
merupakan perusahaan rokok Indonesia yang didirikan pada tahun 1962 di
Surabaya. Pada tahun 2012, Wismilak sukses melakukan penawaran
umum perdana saham Perseroan kepada masyarakat dan menjadi
Perusahaan Publik, PT Wismilak Inti Makmur Tbk. PT Wismilak Inti
Makmur Tbk merupakan perusahaan induk dari PT Gelora Djaja
(produsen) dan PT Gawih Jaya (distributor) yang pada akhir tahun 2017
memiliki 5 Fasilitas Produksi, 4 Sentra Logistik Regional, 19 Area
Distribusi, 2 Stock Point dan 30 Agen yang tersebar di seluruh pulau besar
di Indonesia.
78
B. Statistik Deskriptif
1. Kepemilikam Institusional
Ningtiyas (2014) menjelaskan, bahwa kepemilikan institusional
merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi dan
pemerintah. Institusi ataupun pemerintah yang memiliki saham dalam
suatu perusahaan dapat menjadi salah satu upaya dalam mengawasi
perusahaan. Semakin banyak jumlah saham yang dimiliki pemerintah
dalam suatu perusahaan maka memungkikan pengawasan terhadap
perusahaan semakin baik.
Tabel 4. 1
Kepemilikan Institusional
NO Nama Perusahaan Kepemilikan institusional
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92
2 AISA 0,56 0,62 0,62 0,63 0,62
3 BTEK 0,50 0,37 0,24 0,73 0,73
4 BUDI 0,53 0,53 0,50 0,53 0,53
5 CEKA 0,46 0,92 0,92 0,92 0,09
6 DLTA 0,82 0,85 0,82 0,82 0,82
7 HMSP 0,98 0,98 0,92 0,92 0,92
8 ICBP 0,81 0,81 0,81 0,81 0,81
9 IIKP 0,57 0,55 0,52 0,13 0,13
10 INAF 0,81 0,81 0,81 0,87 0,87
11 INDF 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
12 KAEF 0,90 0,90 0,08 0,90 0,90
13 KICI 0,83 0,83 0,83 0,83 0,83
14 KLBF 0,57 0,57 0,57 0,57 0,57
15 LMPI 0,83 0,83 0,83 0,83 0,24
16 MBTO 0,68 0,68 0,68 0,68 0,68
17 MERK 0,94 0,87 0,87 0,87 0,87
18 MLBI 0,75 0,84 0,82 0,82 0,82
19 MYOR 0,33 0,33 0,33 0,33 0,84
20 PYFA 0,54 0,54 0,54 0,54 0,54
21 RMBA 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99
79
NO
Nama Perusahaan
Kepemilikan institusional
2013 2014 2015 2016 2017
22 ROTI 0,71 0,71 0,07 0,07 0,07
23 SKBM 0,81 0,81 0,81 0,80 0,80
24 TCID 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72
25 TSPC 0,77 0,78 0,78 0,78 0,79
26 ULTJ 0,47 0,47 0,45 0,37 0,37
27 UNVR 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85
28 WIIM 0,22 0,28 0,22 0,28 0,05
MINIMUM 0,22 0,28 0,07 0,07 0,05
MAKSIMUM 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99
RATA-RATA 0,69 0,71 0,64 0,68 0,64
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat besarnya Kepemilikan
Institusional perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel
penelitian periode 2013-2017.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan institusional
sebesar 0,69 dengan nilai kepemilikan institusional tertinggi sebesar 0,99
dimiliki oleh RMBA dan terendah sebesar 0,22 oleh WIIM . Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional
diatas rata-rata diantaranya ADES, DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KAEF,
KICI, LMPI, MERK, ROTI, SKBM, TCID, TSPC dan UNVR. Sedangkan
nilai kepemilikan institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA,
BTEK, BUDI, CEKA, IIKP, INDF, KLBF, MBTO, MYOR, PYFA, ULTJ
dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 15 perusahaan
yang menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan
kemampuan untuk memonitor manajemen adalah baik karena makin tinggi
kepemilikan institusional maka pengawasan pada perusahaan tersebut
makin baik. Sedangkan 14 perusahaan lainnya memiliki kepemilikan
80
institusional dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurangnya dari segi
pengawasan oleh pihak luar untuk perusahaan tersebut.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan institusional
meningkat menjadi 0,71 dengan nilai kepemilikan institusional tertinggi
sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah sebesar 0,22 oleh WIIM.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan
institusional diatas rata-rata diantaranya ADES, CEKA, DLTA, HMSP,
ICBP, INAF, KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, ROTI, SKBM, TCID,
TSPC dan UNVR. Sedangkan nilai kepemilikan institusional dibawah
rata-rata dimiliki oleh AISA, BTEK, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO,
MYOR, PYFA, ULTJ dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2014
terdapat 17 perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata yang
mengindikasikan kemampuan untuk memonitor manajemen adalah baik
karena makin tinggi kepemilikan institusional maka pengawasan pada
perusahaan tersebut makin baik. Sedangkan 14 perusahaan lainnya
memiliki kepemilikan institusional dibawah rata-rata mengindikasikan
kurangnya dari segi pengawasan oleh pihak luar untuk perusahaan
tersebut.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan institusional
menurun menjadi sebesar 0,64 dengan nilai kepemilikan institusional
tertinggi sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah sebesar 0,07 oleh
ROTI. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai
kepemilikan institusional diatas rata-rata diantaranya ADES, CEKA,
81
DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KICI, LMPI,MBTO, MERK, MLBI,
RMBA, SKBM, TCID, TSPC dan UNVR. Sedangkan nilai kepemilikan
institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA, BTEK, BUDI, IIKP,
INDF, KAEF, KLBF, MBTO, MYOR, PYFA, ROTI dan ULTJ. Dapat
disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 16 perusahaan yang menggunakan
hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan kemampuan untuk
memonitor manajemen adalah baik karena makin tinggi kepemilikan
institusional maka pengawasan pada perusahaan tersebut makin baik.
Sedangkan 12 perusahaan lainnya memiliki kepemilikan institusional
dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurangnya dari segi pengawasan
oleh pihak luar untuk perusahaan tersebut.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan institusional
kembali meningkat sebesar 0,68 dengan nilai kepemilikan institusional
tertinggi sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah sebesar 0,07 oleh
ROTI. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai
kepemilikan institusional diatas rata-rata diantaranya ADES, BTEK,
CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO,
MERK, MLBI, SKBM, TCID, TSPC dan UNVR. Sedangkan nilai
kepemilikan institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA, BUDI,
IIKP, INDF, KLBF, MYOR, PYFA, ULTJ dan WIIM. Dapat disimpulkan
pada tahun 2016 terdapat 18 perusahaan yang menggunakan hutang diatas
rata-rata mengindikasikan kemampuan untuk memonitor manajemen
adalah baik karena makin tinggi kepemilikan institusional maka
82
pengawasan pada perusahaan tersebut makin baik. Sedangkan 10
perusahaan lainnya memiliki kepemilikan institusional dibawah rata-rata
mengindikasikan kurangnya dari segi pengawasan oleh pihak luar untuk
perusahaan tersebut.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan institusional
menurun sebesar 0,64 dengan nilai kepemilikan institusional tertinggi
sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah sebesar 0,05 oleh WIIM.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan
institusional diatas rata-rata diantaranya ADES, BTEK, DLTA, HMSP,
ICBP, INAF, KAEF, KICI, MBTO, MERK, MLBI, MYOR, SKBM,
TCID, TSPC dan UNVR. Sedangkan nilai kepemilikan institusional
dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA, BUDI, CEKA, IIKP, INDF, KLBF,
LMPI, PYFA, ROTI dan ULTJ. Dapat disimpulkan pada tahun 2017
terdapat 17 perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata yang
mengindikasikan kemampuan untuk memonitor manajemen adalah baik
karena makin tinggi kepemilikan institusional maka pengawasan pada
perusahaan tersebut makin baik. Sedangkan 11 perusahaan lainnya
memiliki kepemilikan institusional dibawah rata-rata mengindikasikan
kurangnya dari segi pengawasan oleh pihak luar untuk perusahaan
tersebut.
83
2. Kepemilikan Publik
Merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh
masyarakat. Adapun proporsi kepemilikan publik dalam Lastanti dalam
Rachman, dkk (2015).
Tabel 4. 2
Deskriptif Statistik Kepemilikan Publik
NO Nama Perusahaan Kepemilikan Publik
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08
2 AISA 0,44 0,38 0,38 0,38 0,38
3 BTEK 0,46 0,58 0,76 0,27 0,27
4 BUDI 0,47 0,44 0,47 0,47 0,47
5 CEKA 0,04 0,07 0,08 0,07 0,07
6 DLTA 0,18 0,15 0,18 0,18 0,18
7 HMSP 0,02 0,02 0,08 0,08 0,08
8 ICBP 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19
9 IIKP 0,43 0,42 0,48 0,87 0,87
10 INAF 0,19 0,19 0,19 0,13 0,13
11 INDF 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
12 KAEF 0,10 0,10 0,02 0,10 0,10
13 KICI 0,17 0,17 0,17 0,17 0,16
14 KLBF 0,43 0,43 0,43 0,43 0,43
15 LMPI 0,17 0,17 0,17 0,17 0,08
16 MBTO 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32
17 MERK 0,06 0,13 0,13 0,13 0,13
18 MLBI 0,17 0,16 0,18 0,18 0,18
19 MYOR 0,67 0,67 0,67 0,67 0,16
20 PYFA 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23
21 RMBA 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
22 ROTI 0,29 0,29 0,03 0,03 0,03
23 SKBM 0,17 0,15 0,15 0,16 0,16
24 TCID 0,23 0,23 0,28 0,28 0,28
25 TSPC 0,23 0,22 0,22 0,22 0,21
26 ULTJ 0,36 0,36 0,38 0,51 0,51
27 UNVR 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
28 WIIM 0,34 0,29 0,29 0,28 0,33
MINIMUM 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
MAKSIMUM 0,67 0,67 0,76 0,87 0,87
RATA-RATA 0,25 0,25 0,26 0,26 0,24
Sumber: Data Penelitian 2019
84
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat besarnya Kepemilikan Publik
perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian
periode 2013-2017.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik
sebesar 0,25 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,67
dimiliki oleh MYOR dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas
rata-rata diantaranya AISA, BTEK, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO,
ROTI, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik tere dibawah
rata-rata ndah dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF,
KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, SKBM, TCID, TSPC dan
UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 11 perusahaan yang
menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan semakin
banyak atau besar informasi yang diketahui oleh public tentang perusahaan
tersebut. Sedangkan 17 perusahaan lainnya memiliki kepemilikan
institusional dibawah rata-rata mengindikasikan semakin kecil
kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik
sebesar 0,25 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,67
dimiliki oleh MYOR dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas
rata-rata diantaranya AISA, BTEK, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO,
ROTI, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik dibawah
85
rata-rata dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF,
KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, SKBM, TCID, TSPC dan
UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 11 perusahaan yang
menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan semakin
banyak atau besar informasi yang diketahui oleh publik tentang
perusahaan tersebut. Sedangkan 17 perusahaan lainnya memiliki
kepemilikan institusional dibawah rata-rata mengindikasikan semakin
kecil kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik
sebesar 0,26 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,76
dimiliki oleh MYOR dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas
rata-rata diantaranya AISA, BTEK, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO,
TCID, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik dibawah
rata-rata dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF,
KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC
dan UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 11 perusahaan
yang menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan semakin
banyak atau besar informasi yang diketahui oleh public tentang perusahaan
tersebut. Sedangkan 17 perusahaan lainnya memiliki kepemilikan
institusional dibawah rata-rata mengindikasikan semakin kecil
kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.
86
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik
sebesar 0,24 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,87
dimiliki oleh BTEK dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas
rata-rata diantaranya AISA, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO, MYOR,
TCID, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik dibawah
rata-rata dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF,
KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, ROTI, SKBM, TSPC dan
UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 11 perusahaan yang
menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan semakin
banyak atau besar informasi yang diketahui oleh public tentang perusahaan
tersebut. Sedangkan 17 perusahaan lainnya memiliki kepemilikan
institusional dibawah rata-rata mengindikasikan semakin kecil
kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik
sebesar 0,24 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,87
dimiliki oleh BTEK dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas
rata-rata diantaranya AISA, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO, MYOR,
TCID, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik dibawah
rata-rata dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF,
KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, ROTI, SKBM, TSPC dan
UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 11 perusahaan yang
87
menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan semakin
banyak atau besar informasi yang diketahui oleh public tentang perusahaan
tersebut. Sedangkan 17 perusahaan lainnya memiliki kepemilikan
institusional dibawah rata-rata mengindikasikan semakin kecil
kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.
3. Komite Audit
Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung
jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas
dan fungsi Dewan Komisaris, sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
otoritas jasa Keuangan NOMOR 55 /POJK.04/2015 Pasal 1 ayat 1. Komite
audit dibentuk dengan tujuan membantu dewan Komisaris dalam
pelaksanaan fungsi pengawasan atas hal-hal yang terkait dengan informasi
keuangan, pengendalian internal, pengelolaan risiko serta kepatuhan
terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
Tabel 4. 3
Deskriptif Statistik Komite Audit
NO Nama Perusahaan Komite Audit
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 3 3 3 3 3
2 AISA 3 4 4 4 4
3 BTEK 3 3 3 3 3
4 BUDI 3 3 3 3 3
5 CEKA 3 3 3 3 3
6 DLTA 3 3 3 3 3
7 HMSP 3 3 3 3 3
8 ICBP 3 3 3 3 3
9 IIKP 3 3 3 3 3
10 INAF 3 3 3 3 3
11 INDF 3 3 3 3 3
12 KAEF 3 3 4 4 4
13 KICI 3 3 3 3 3
88
NO
Nama Perusahaan
Komite Audit
2013 2014 2015 2016 2017
15 LMPI 3 3 3 3 3
16 MBTO 2 2 2 2 2
17 MERK 3 3 3 3 3
18 MLBI 3 3 3 3 3
19 MYOR 3 3 3 3 3
20 PYFA 3 3 3 3 3
21 RMBA 3 3 3 3 3
22 ROTI 3 3 3 3 3
23 SKBM 3 3 3 3 3
24 TCID 4 4 4 4 3
25 TSPC 3 3 3 3 3
26 ULTJ 3 3 3 3 3
27 UNVR 3 3 3 3 3
28 WIIM 3 3 3 3 3
MINIMUM 2 2 2 2 2
MAKSIMUM 4 4 4 4 4
RATA-RATA 3 3 3 3 3
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat besarnya Komite Audit
perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian
periode 2013-2017.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3
dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh TCID dan
terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas rata-rata
diantaranya ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP,
IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI KLBF, LMPI, MBTO, MERK
MLBI,MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ UNVR dan
WIIM. Sedangkan nilai komite audit dibawah rata-rata dimiliki oleh
MBTO. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 27 perusahaan yang
89
memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit atas hal-
hal yang terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal
pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap perundangan yang berlaku..
Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki komite audit dibawah rata-rata
mengindikasikan kurang maksimanya segi pengawasan oleh komite audit
untuk perusahaan tersebut.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3
dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh AISA dan TCID
dan terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas rata-rata
diantaranya ADES, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, IIKP,
INAF, INDF, KAEF, KICI KLBF, LMPI, MBTO, MERK MLBI,MYOR,
PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ, UNVR dan WIIM.
Sedangkan nilai komite audit dibawah rata-rata dimiliki oleh MBTO.
Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 27 perusahaan yang
memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit atas hal-
hal yang terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal
pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap perundangan yang berlaku..
Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki komite audit dibawah rata-rata
mengindikasikan kurang maksimanya segi pengawasan oleh komite audit
untuk perusahaan tersebut.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3
dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh AISA, KAEF
90
dan TCID dan terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas
rata-rata diantaranya ADES, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP,
IIKP, INAF, INDF, KICI, KLBF, LMPI, MBTO, MERK MLBI, MYOR,
PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ, UNVR dan WIIM.
Sedangkan nilai komite audit teren dibawah rata-rata dah dimiliki oleh
MBTO. Dapat disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 27 perusahaan yang
memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit atas hal-
hal yang terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal
pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap perundangan yang berlaku.
Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki komite audit dibawah rata-rata
mengindikasikan kurang maksimanya segi pengawasan oleh komite audit
untuk perusahaan tersebut.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3
dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh AISA, KAEF
dan TCID dan terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas
rata-rata diantaranya ADES, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP,
IIKP, INAF, INDF, KICI, KLBF, LMPI, MBTO, MERK, MLBI, MYOR,
PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ, UNVR dan WIIM.
Sedangkan nilai komite audit dibawah rata-rata dimiliki oleh MBTO.
Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 27 perusahaan yang
memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit atas hal-
91
hal yang terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal
pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap perundangan yang berlaku..
Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki komite audit dibawah rata-rata
mengindikasikan kurang maksimanya segi pengawasan oleh komite audit
untuk perusahaan tersebut.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3
dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh AISA dan
KAEF dan terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas rata-rata
diantaranya ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP,
IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI KLBF, LMPI, MBTO, MERK
MLBI,MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ, UNVR dan
WIIM. Sedangkan nilai komite audit dibawah rata-rata dimiliki oleh
MBTO. Dapat disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 27 perusahaan yang
memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit atas hal-
hal yang terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal
pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap perundangan yang berlaku..
Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki komite audit dibawah rata-rata
yang mengindikasikan kurang maksimanya segi pengawasan oleh komite
audit untuk perusahaan tersebut.
4. Direksi
Direksi bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam
mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi melaksanakan
92
tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan
wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota
Direksi merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing
anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara.
Tabel 4. 4
Deskriptif Statistik Direksi
NO Nama Perusahaan Dewan Direksi
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 4 4 4 3 3
2 AISA 4 3 3 3 4
3 BTEK 4 4 4 4 4
4 BUDI 7 7 7 7 7
5 CEKA 4 4 4 4 4
6 DLTA 5 5 5 5 5
7 HMSP 7 7 7 8 8
8 ICBP 7 9 9 9 9
9 IIKP 2 2 2 2 2
10 INAF 4 3 3 3 3
11 INDF 9 9 10 10 10
12 KAEF 5 5 5 5 5
13 KICI 3 3 3 3 3
14 KLBF 5 5 5 5 6
15 LMPI 5 5 5 5 4
16 MBTO 4 4 4 4 4
17 MERK 7 5 5 5 5
18 MLBI 4 4 4 4 4
19 MYOR 5 5 5 5 5
20 PYFA 3 3 3 3 2
21 RMBA 4 4 4 4 4
22 ROTI 6 6 6 5 5
23 SKBM 6 6 6 6 8
24 TCID 13 15 16 16 16
25 TSPC 12 11 11 10 10
26 ULTJ 3 3 3 3 3
27 UNVR 10 8 9 10 10
28 WIIM 6 6 6 6 6
MINIMUM 2 2 2 2 2
MAKSIMUM 13 15 16 16 16
RATA-RATA 6 6 6 6 6
Sumber: Data Penelitian 2019
93
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat besarnya Direksi perusahaan
sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian periode
2013-2017.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6
dengan nilai direksi tertinggi sebesar 13 dimiliki oleh TCID dan
terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya
BUDI, HMSP, ICBP, INDF, MERK, ROTI, SKBM, TSPC, UNVR
dan WIIM. Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh
ADES, AISA, BTEK, CEKA, DLTA, INAF, KAEF, KICI, KLBF,
LMPI, MBTO, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA dan ULTJ. Dapat
disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 11 perusahaan yang memiliki
direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan memungkinkan
ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan memiliki pengendalian
manajemn yang lebih efektif sesuai dengan kemampuan mereka
dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 17 perusahaan lainnya
memiliki direksi dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurang
efektif dalam pengendalian manajemen.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6
dengan nilai direksi tertinggi sebesar 15 dimiliki oleh TCID dan
terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya
BUDI, HMSP, ICBP, INDF, ROTI, SKBM, TSPC, UNVR dan WIIM.
94
Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES,AISA,
BTEK, CEKA,DLTA, IIKP, INAF, KAEF, KICI, KLBF, LMPI,
MBTO, MERK, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA dan ULTJ. Dapat
disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 9 perusahaan yang memiliki
direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan memungkinkan
ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan memiliki pengendalian
manajemn yang lebih efektif sesuai dengan kemampuan mereka
dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 19 perusahaan lainnya
memiliki direksi dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurang
efektif dalam pengendalian manajemen.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6
dengan nilai direksi tertinggi sebesar 16 dimiliki oleh TCID dan
terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya
BUDI, HMSP, ICBP, INDF, MERK, ROTI, SKBM, TSPC, UNVR
dan WIIM. Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh
ADES, AISA, BTEK, CEKA, DLTA, INAF, KAEF, KICI, KLBF,
LMPI, MBTO, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA dan ULTJ. Dapat
disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 11 perusahaan yang memiliki
direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan memungkinkan
ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan memiliki pengendalian
manajemn yang lebih efektif sesuai dengan kemampuan mereka
dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 17 perusahaan lainnya
95
memiliki direksi dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurang
efektif dalam pengendalian manajemen.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6
dengan nilai direksi tertinggi sebesar 16 dimiliki oleh TCID dan
terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya
BUDI, HMSP, ICBP, INDF, SKBM, TSPC, UNVR dan WIIM.
Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA,
BTEK, CEKA, DLTA, INAF, KAEF, KICI, KLBF, LMPI, MBTO,
MERK, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI dan ULTJ. Dapat
disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 9 perusahaan yang memiliki
direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan memungkinkan
ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan memiliki pengendalian
manajemn yang lebih efektif sesuai dengan kemampuan mereka
dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 19 perusahaan lainnya
memiliki direksi dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurang
efektif dalam pengendalian manajemen.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6
dengan nilai direksi tertinggi sebesar 16 dimiliki oleh TCID dan
terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya
BUDI, HMSP, ICBP, KLBF, SKBM, TSPC, UNVR dan WIIM.
Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA,
96
BTEK, CEKA, DLTA, IIKP, INAF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO,
MERK, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI dan ULTJ. Dapat
disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 9 perusahaan yang memiliki
direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan memungkinkan
ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan memiliki pengendalian
manajemn yang lebih efektif sesuai dengan kemampuan mereka
dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 19 perusahaan lainnya
memiliki direksi dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurang
efektif dalam pengendalian manajemen.
5. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang
berasal dari luar emiten atau Perusahaan Publik dan memenuhi
persyaratan sebagai Komisaris, sebagaimana disebutkan dalam
Peraturan otoritas jasa Keuangan Nomor 33/PojK.04/2014. Tugas
utama Komisaris independen adalah melakukan pengawasan serta
menjaga terpenuhinya hak serta kewajiban pemegang saham minoritas.
Tabel 4. 5
Deskriptif Statistik Komisaris Independen
NO Nama Perusahaan Komisaris Independen
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
2 AISA 0,33 0,40 0,40 0,40 0,40
3 BTEK 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
4 BUDI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
5 CEKA 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
6 DLTA 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40
7 HMSP 0,50 0,50 0,50 0,40 0,40
8 ICBP 0,43 0,43 0,33 0,50 0,50
9 IIKP 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
97
NO Nama Perusahaan Komisaris Independen
2013 2014 2015 2016 2017
10 INAF 0,50 0,33 0,33 0,33 0,33
11 INDF 0,38 0,38 0,38 0,38 0,38
12 KAEF 0,40 0,40 0,33 0,20 0,20
13 KICI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
14 KLBF 0,33 0,33 0,43 0,43 0,43
15 LMPI 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
16 MBTO 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
17 MERK 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
18 MLBI 0,43 0,50 0,50 0,57 0,50
19 MYOR 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40
20 PYFA 0,33 0,25 0,20 0,50 0,50
21 RMBA 0,40 0,33 0,60 0,50 0,50
22 ROTI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
23 SKBM 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
24 TCID 0,40 0,40 0,40 0,40 0,50
25 TSPC 0,50 0,75 0,50 0,50 0,60
26 ULTJ 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
27 UNVR 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80
28 WIIM 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
MINIMUM 0,33 0,25 0,20 0,20 0,20
MAKSIMUM 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80
RATA-RATA 0,40 0,40 0,40 0,41 0,41
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat besarnya Komisaris Independen
perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian
periode 2013-2017.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen
sebesar 0,40 dengan nilai komisaris independen tertinggi sebesar 0,80
dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,33 oleh ADES, AISA,
BTEK, BUDI, IIKP, KICI, KLBF, MBTO, MERK, PYFA, ROTI,
SKBM, ULTJ dan WIIM. Disamping itu, beberapa perusahaan juga
memiliki nilai komisaris independen diatas rata-rata diantaranya
98
CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KAEF, LMPI, MLBI, MYOR,
RMBA, TCID dan TSPC. Sedangkan nilai komisaris independen
dibawah rata-rata dimiliki oleh INDF. Dapat disimpulkan pada tahun
2013 terdapat 13 perusahaan yang memiliki komisaris independen
diatas rata-rata yang mengindikasikan kemampuan meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan tersebut makin baik, karena komisaris
independen merupakan sentral mekanisme kontrol internal perusahaan
dalam melakukan pengawasan terhadap manajer. Sedangkan 15
perusahaan lainnya memiliki komisaris independen dibawah rata-rata
yang mengindikasikan kurangnya pengawasan pada para manajer pada
perusahaan tersebut.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen
sebesar 0,40 dengan nilai komisaris independen tertinggi sebesar 0,80
dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,25 oleh PYFA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai komisaris independen
diatas rata-rata diantaranya CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, KAEF,
LMPI, MLBI, MYOR, RMBA, TCID dan TSPC. Sedangkan nilai
komisaris independen dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, BTEK,
BUDI, IIKP, INAF, INDF, KICI, KLBF, MBTO, MERK, ROTI,
SKBM, ULTJ dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat
13 perusahaan yang memiliki komisaris independen diatas rata-rata
yang mengindikasikan kemampuan meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan tersebut makin baik, karena komisaris independen
99
merupakan sentral mekanisme kontrol internal perusahaan dalam
melakukan pengawasan terhadap manajer. Sedangkan 15 perusahaan
lainnya memiliki komisaris independen dibawah rata-rata yang
mengindikasikan kurangnya pengawasan pada para manajer pada
perusahaan tersebut.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen
sebesar 0,40 dengan nilai kepemilikan institusional tertinggi sebesar
0,80 dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,20 oleh PYFA.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai komisaris
independen diatas rata-rata diantaranya CEKA, DLTA, HMSP, ICBP,
INAF, KAEF, LMPI, MLBI, MYOR, RMBA, TCID, TSPC dan
UNVR. Sedangkan nilai komisaris independen dibawah rata-rata
dimiliki oleh INDF, ADES, AISA, BTEK, BUDI, IIKP, KICI, KLBF,
MBTO, MERK, PYFA, ROTI, SKBM, ULTJ dan WIIM. Dapat
disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 13 perusahaan yang memiliki
komisaris independen diatas rata-rata yang mengindikasikan
kemampuan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan tersebut
makin baik, karena komisaris independen merupakan sentral
mekanisme kontrol internal perusahaan dalam melakukan pengawasan
terhadap manajer. Sedangkan 15 perusahaan lainnya memiliki
komisaris independen dibawah rata-rata yang mengindikasikan
kurangnya pengawasan pada para manajer pada perusahaan tersebut.
100
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen
sebesar 0,41 dengan nilai komisaris independen tertinggi sebesar 0,80
dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,20 oleh KAEF. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai komisaris independen
diatas rata-rata diantaranya CEKA, ICBP, KLBF, LMPI, MLBI, PYFA,
TSPC dan UNVR. Sedangkan nilai komisaris independen dibawah rata-
rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK, BUDI, DLTA, HMSP, IIKP,
INAF, INDF, KICI, MBTO, MERK, MYOR, ROTI, SKBM, TCID,
ULTJ dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 9
perusahaan yang memiliki komisaris independen diatas rata-rata yang
mengindikasikan kemampuan meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan tersebut makin baik, karena komisaris independen
merupakan sentral mekanisme kontrol internal perusahaan dalam
melakukan pengawasan terhadap manajer. Sedangkan 19 perusahaan
lainnya memiliki komisaris independen dibawah rata-rata yang
mengindikasikan kurangnya pengawasan pada para manajer pada
perusahaan tersebut.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen
sebesar 0,41 dengan nilai kepemilikan institusional tertinggi sebesar
0,80 dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,20 oleh KAEF.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai komisaris
independen diatas rata-rata diantaranya CEKA, ICBP, KLBF, LMPI,
MLBI, PYFA, RMBA dan TSPC. Sedangkan nilai komisaris
101
independen dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,
BUDI, DLTA, HMSP, IIKP, INAF, INDF, KICI, MBTO, MERK,
MYOR, ROTI, SKBM, TCID, ULTJ, WIIM. Dapat disimpulkan pada
tahun 2017 terdapat 9 perusahaan yang memiliki komisaris independen
diatas rata-rata yang mengindikasikan kemampuan meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan tersebut makin baik, karena komisaris
independen merupakan sentral mekanisme kontrol internal perusahaan
dalam melakukan pengawasan terhadap manajer. Sedangkan 19
perusahaan lainnya memiliki komisaris independen dibawah rata-rata
mengindikasikan kurangnya pengawasan pada para manajer pada
perusahaan tersebut.
6. Leverage
Leverage merupakan penggunaan asset dan sumber dana oleh
perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Dengan tujuan
mendapatkan keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset
dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan
pemegang saham.
102
Tabel 4. 6
Deskriptif Statistik Leverage
NO Nama Perusahaan DAR
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,40 0,41 0,50 0,50 0,50
2 AISA 0,53 0,51 0,56 0,54 0,61
3 BTEK 0,78 0,82 0,84 0,71 0,63
4 BUDI 0,63 0,63 0,66 0,60 0,58
5 CEKA 0,51 0,58 0,57 0,38 0,33
6 DLTA 0,22 0,23 0,18 0,15 0,16
7 HMSP 0,48 0,52 0,16 0,20 0,21
8 ICBP 0,59 0,54 0,46 0,36 0,36
9 IIKP 0,05 0,04 0,04 0,17 0,17
10 INAF 0,54 0,53 0,61 0,58 0,66
11 INDF 0,53 0,53 0,53 0,47 0,47
12 KAEF 0,41 0,43 0,42 0,51 0,58
13 KICI 0,31 0,32 0,30 0,36 0,39
14 KLBF 0,25 0,22 0,20 0,18 0,16
15 LMPI 0,52 0,51 0,49 0,50 0,55
16 MBTO 0,19 0,18 0,23 0,38 0,47
17 MERK 0,28 0,23 0,26 0,22 0,27
18 MLBI 0,45 0,75 0,64 0,64 0,58
19 MYOR 0,59 0,60 0,58 0,54 0,51
20 PYFA 0,46 0,44 0,37 0,37 0,32
21 RMBA 0,90 0,88 0,75 0,30 0,37
22 ROTI 0,57 0,55 0,56 0,51 0,28
23 SKBM 0,61 0,53 0,55 0,63 0,37
24 TCID 0,21 0,33 0,18 0,18 0,21
25 TSPC 0,29 0,27 0,31 0,30 0,31
26 ULTJ 0,28 0,22 0,21 0,18 0,19
27 UNVR 0,73 0,72 0,69 0,72 0,73
28 WIIM 0,36 0,36 0,30 0,27 0,21
MINIMUM 0,05 0,04 0,04 0,15 0,16
MAKSIMUM 0,90 0,88 0,84 0,72 0,73
RATA-RATA 0,45 0,46 0,43 0,41 0,40
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat besarnya Leverage perusahaan
sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian periode
2013-2017.
103
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar 0,45
dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,90 dimiliki oleh RMBA dan
nilai terendah sebesar 0,05 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya
AISA, BTEK, BUDI, CEKA, HMSP, ICBP, INAF, INDF, LMPI,
MLBI, MYOR, PYFA, ROTI, SKBM dan UNVR. Sedangkan nilai
leverage dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, DLTA, KAEF, KICI,
KLBF, MBTO, MERK, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat
disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 16 perusahaan yang
menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan
memiliki utang yang besar. Sedangkan 12 perusahaan lainnya yang
memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan
perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang kecil
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil sehingga
dapat menghindari perusahaan dari resiko kebangkrutan.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar 0,46
dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,88 dimiliki oleh RMBA dan
nilai terendah sebesar 0,04 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya
AISA, BTEK, BUDI, CEKA, HMSP, ICBP, INAF, INDF, LMPI,
MLBI, MYOR, ROTI, SKBM dan UNVR. Sedangkan nilai leverage
dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, DLTA, KAEF, KICI, KLBF,
MBTO, MERK, PYFA, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat
104
disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 15 perusahaan yang
menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan
memiliki utang yang besar. Sedangkan 13 perusahaan lainnya yang
memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan
perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang kecil
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil sehingga
dapat menghindari perusahaan dari resiko kebangkrutan.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar 0,43
dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,84 dimiliki oleh RMBA dan
nilai terendah sebesar 0,04 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya
ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA, ICBP, INAF, INDF, LMPI,
MLBI, MYOR, ROTI, SKBM dan UNVR. Sedangkan nilai leverage
dibawah rata-rata dimiliki oleh DLTA, HMSP, KAEF, KICI, KLBF,
MBTO, MERK, PYFA, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat
disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 15 perusahaan yang
menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan
memiliki utang yang besar. Sedangkan 13 perusahaan lainnya yang
memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan
perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang kecil
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil sehingga
dapat menghindari perusahaan dari resiko kebangkrutan.
105
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar 0,41
dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,72 dimiliki oleh RMBA dan
nilai terendah sebesar 0,15 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya
ADES, AISA, BTEK, BUDI, INAF, INDF, KAEF, LMPI, MLBI,
MYOR, ROTI, SKBM dan UNVR. Sedangkan nilai leverage dibawah
rata-rata dimiliki oleh CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, KICI, KLBF,
MBTO, MERK, PYFA, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat
disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 14 perusahaan yang
menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan
memiliki utang yang besar. Sedangkan 14 perusahaan lainnya yang
memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan
perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang kecil
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil sehingga
dapat menghindari perusahaan dari resiko kebangkrutan.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar 0,40
dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,73 dimiliki oleh RMBA dan
nilai terendah sebesar 0,16 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya
ADES, AISA, BTEK, BUDI, INAF, INDF, KAEF, LMPI, MBTO,
MLBI, MYOR dan UNVR. Sedangkan nilai leverage dibawah rata-rata
dimiliki oleh CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, KICI, KLBF, MERK,
PYFA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat
106
disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 13 perusahaan yang
menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan
memiliki utang yang besar. Sedangkan 15 perusahaan lainnya yang
memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan
perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang kecil
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil sehingga
dapat menghindari perusahaan dari risiko kebangkrutan.
7. Profitabilitas
Menurut Harahap (2010: 304), Rasio Profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,
dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Dalam Fahmi (2013: 80),
rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang
ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio
maka semakin baik rasio maka semakin baik menggambarkan
kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan
107
Tabel 4. 7
Deskriptif Statistik Profitabilitas
NO Nama Perusahaan ROA
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,07 0,04 0,05 0,11 0,09
2 AISA 0,07 0,05 0,04 0,08 0,10
3 BTEK 0,01 -0,01 0,01 0,01 -0,01
4 BUDI 0,02 0,01 0,01 0,01 0,02
5 CEKA 0,06 0,03 0,07 0,18 0,08
6 DLTA 0,31 0,29 0,18 0,21 0,21
7 HMSP 0,39 0,35 0,27 0,30 0,29
8 ICBP 0,10 0,10 0,11 0,13 0,11
9 IIKP -0,05 -0,03 -0,05 -0,04 -0,04
10 INAF -0,04 0,01 0,01 0,01 -0,03
11 INDF 0,04 0,06 0,04 0,06 0,06
12 KAEF 0,09 0,08 0,08 0,06 0,05
13 KICI 0,08 0,01 -0,10 0,01 0,05
14 KLBF 0,17 0,17 0,15 0,15 0,15
15 LMPI -0,01 0,01 0,01 0,01 -0,04
16 MBTO 0,03 0,01 -0,02 0,01 -0,03
17 MERK 0,25 0,26 0,22 0,21 0,17
18 MLBI 0,49 0,36 0,24 0,43 0,53
19 MYOR 0,11 0,04 0,11 0,11 0,07
20 PYFA 0,04 0,02 0,02 0,03 0,04
21 RMBA -0,10 -0,21 -0,13 -0,15 -0,04
22 ROTI 0,09 0,09 0,10 0,10 0,03
23 SKBM 0,12 0,14 0,05 0,02 0,02
24 TCID 0,10 0,09 0,26 0,07 0,08
25 TSPC 0,12 0,10 0,08 0,08 0,07
26 ULTJ 0,12 0,10 0,15 0,17 0,14
27 UNVR 0,42 0,42 0,37 0,38 0,37
28 WIIM 0,11 0,08 0,10 0,08 0,03
MINIMUM -0,10 -0,21 -0,13 -0,15 -0,04
MAKSIMUM 0,49 0,42 0,37 0,43 0,53
RATA-RATA 0,11 0,10 0,09 0,10 0,09
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat besarnya Profitabilitas
perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian
periode 2013-2017.
108
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar
0,11 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,49 dimiliki oleh
MLBI dan nilai terendah sebesar -0,10 oleh RMBA. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata
diantaranya DLTA, HMSP, KLBF, MERK, MYOR, SKBM, TSPC,
ULTJ, UNVR dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan institusional
dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA,
ICBP, IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO, PYFA, ROTI
dan TCID. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 11 perusahaan
yang menghasilkan untung diatas rata-rata yang mengindikasikan
perusahaan mampu memperoleh keuntungan dalam penjualan maupun
investasi. Sedangkan 17 perusahaan lainnya memiliki keuntungan
dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurangnya perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, asset dan
modal tertentu.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar
0,10 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,42 dimiliki oleh
UNVR dan nilai terendah sebesar -0,21 oleh RMBA. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata
diantaranya DLTA, HMSP, ICBP, KLBF, MERK, SKBM, TSPC,
ULTJ dan MLBI. Sedangkan nilai kepemilikan institusional dibawah
rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA, IIKP,
INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO, MYOR, PYFA, ROTI,
109
TCID dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 10
perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-rata yang
mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh keuntungan dalam
penjualan maupun investasi. Sedangkan 18 perusahaan lainnya
memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang mengindikasikan
kurangnya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba pada
tingkat pendapatan, asset dan modal tertentu.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar
0,09 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,37 dimiliki oleh
UNVR dan nilai terendah sebesar -0,13 oleh RMBA. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata
diantaranya DLTA, HMSP, ICBP, KLBF, MERK, MLBI, MYOR,
ROTI, TCID, ULTJ, UNVR dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan
institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,
BUDI, CEKA, IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO,
PYFA, RMBA, SKBM dan TSPC. Dapat disimpulkan pada tahun 2015
terdapat 12 perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-rata yang
mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh keuntungan dalam
penjualan maupun investasi. Sedangkan 16 perusahaan lainnya
memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang mengindikasikan
kurangnya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba pada
tingkat pendapatan, asset dan modal tertentu.
110
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar
0,10 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,43 dimiliki oleh
MLBI dan nilai terendah sebesar -0,15 oleh RMBA. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata
diantaranya ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, KLBF, MERK,
MLBI, MYOR, ROTI dan ULTJ. Sedangkan nilai kepemilikan
institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA, BTEK, BUDI, IIKP,
INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO, PYFA, SKBM ,TCID,
TSPC dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 12
perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-rata yang
mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh keuntungan dalam
penjualan maupun investasi. Sedangkan 16 perusahaan lainnya
memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang mengindikasikan
kurangnya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba pada
tingkat pendapatan, asset dan modal tertentu.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar
0,09 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,53 dimiliki oleh
MLBI dan nilai terendah sebesar -0,04 oleh RMBA. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata
diantaranya ADES, AISA, DLTA, HMSP, ICBP, KLBF, MERK,
MLBI, ULTJ dan UNVR. Sedangkan nilai kepemilikan institusional
dibawah rata-rata dimiliki oleh TEK, BUDI, CEKA, IIKP, INAF,
INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI,
111
SKBM, TCID, TSPC dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2017
terdapat 10 perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-rata yang
mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh keuntungan dalam
penjualan maupun investasi. Sedangkan 18 perusahaan lainnya
memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang mengindikasikan
kurangnya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba pada
tingkat pendapatan, asset dan modal tertentu.
8. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan menggambarkan pengelolaan perusahaan yang
dilakukan oleh manajemen. Baik atau buruknya pengelolaan yang
dilakukan oleh manajeman akan berdampak pada nilai perusahaan.
Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga
saham di pasar. Dalam penelitian ini nilai perusahaan di intreperaikan
dengan Price to book value (PBV) yang menggambarkan seberapa besar
pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan.
Tabel 4. 8
Deskriptif Statistik Nilai Perusahaan
No Nama Perusahaan PBV
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 4,46 2,74 1,82 1,53 1,28
2 AISA 1,95 2,05 0,98 1,58 0,35
3 BTEK 20,16 16,36 24,85 1,49 3,17
4 BUDI 0,50 0,48 0,26 0,34 0,36
5 CEKA 1,31 0,87 0,63 0,90 0,85
6 DLTA 0,21 9,33 4,90 4,37 3,48
7 HMSP 15,12 27,35 13,66 14,51 16,13
8 ICBP 2,21 5,26 4,79 5,61 5,11
112
No Nama Perusahaan PBV
2013 2014 2015 2016 2017
9 IIKP 21,29 33,35 38,69 29,30 42,80
10 INAF 0,80 1,98 0,88 25,80 35,74
11 INDF 0,15 1,45 1,05 1,55 1,43
12 KAEF 2,04 4,75 2,59 6,84 5,83
13 KICI 0,72 0,46 0,37 0,36 0,52
14 KLBF 5,97 9,30 5,66 6,01 5,97
15 LMPI 0,55 0,44 0,20 0,34 0,41
16 MBTO 0,72 0,47 0,34 0,45 0,35
17 MERK 0,04 6,97 6,41 7,44 6,24
18 MLBI 0,26 48,67 22,54 47,54 27,06
19 MYOR 0,24 4,74 5,25 6,38 6,71
20 PYFA 0,08 0,77 0,59 1,03 0,90
21 RMBA 4,68 -17,41 -1,17 1,79 1,60
22 ROTI 6,56 7,76 5,39 5,97 5,39
23 SKBM 0,17 3,08 2,57 1,65 1,23
24 TCID 2,02 2,80 1,93 1,44 1,94
25 TSPC 3,79 3,15 1,82 1,94 1,66
26 ULTJ 6,45 4,91 4,07 3,95 3,59
27 UNVR 46,63 45,03 54,48 46,67 82,44
28 WIIM 1,80 1,60 0,96 0,62 0,53
MINIMUM 0,04 -17,41 -1,17 0,34 0,35
MAKSIMUM 46,63 48,67 54,48 47,54 82,44
RATA-RATA 5,39 8,17 7,38 8,12 9,40
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat besarnya nilai perusahaan sub
sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian periode 2013-
2017.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan
sebesar 5,39 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 46,63 dimiliki
oleh UNVR dan nilai terendah sebesar 0,04 oleh MERK. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-rata
diantaranya BTEK, HMSP, IIKP, KLBF, ROTI dan ULTJ. Sedangkan
113
nilai perusahaan dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BUDI,
CEKA, DLTA,ICBP, INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO,
MLBI, MYOR, PYFA, RMBA, SKBM, TCID, TSPC dan WIIM. Dapat
disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 7 perusahaan yang nilai pasar
saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV
semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan
mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk
pemegang saham. Sedangkan 21 perusahaan lainnya memiliki nilai
perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham
dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai
buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan
sebesar 8,17 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 48,67 dimiliki
oleh MLBI dan nilai terendah sebesar -17,41 oleh RMBA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-rata
diantaranya BTEK, DLTA, HMSP, IIKP, KLBF dan UNVR.
Sedangkan nilai perusahaan dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES,
AISA, BUDI, CEKA, ICBP, INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI,
MBTO, MERK, MYOR, PYFA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ
dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 7 perusahaan
yang nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar
rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif
114
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan
mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk
pemegang saham. Sedangkan 21 perusahaan lainnya memiliki nilai
perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham
dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai
buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan
sebesar 7,38 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 54,48 dimiliki
oleh UNVR dan nilai terendah sebesar -1,17 oleh RMBA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-rata
diantaranya BTEK, IIKP dan MLBI. Sedangkan nilai perusahaan
dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BUDI, CEKA, DLTA,
ICBP, INAF, INDF, KAEF, KICI, KLBF, LMPI, MBTO, MERK,
MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ dan
WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 4 perusahaan yang
nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio
PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan
mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk
pemegang saham. Sedangkan 24 perusahaan lainnya memiliki nilai
perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham
dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai
buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.
115
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan
sebesar 8,12 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 47,54 dimiliki
oleh MLBI dan nilai terendah sebesar 0,34 oleh BUDI. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-rata
diantaranya HMSP, IIKP, INAF dan UNVR. Sedangkan nilai
perusahaan dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,
CEKA,DLTA, ICBP, INDF, KAEF, KICI, KLBF, LMPI, MBTO,
MERK, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ
dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 5 perusahaan
yang nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar
rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan
mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk
pemegang saham. Sedangkan 23 perusahaan lainnya memiliki nilai
perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham
dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai
buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan
sebesar 9,40 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 82,44 dimiliki
oleh UNVR dan nilai terendah sebesar 0,35 oleh MBTO. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-rata
diantaranya HMSP, IIKP, INAF dan MLBI. Sedangkan nilai
perusahaan dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,
116
BUDI, CEKA, DLTA, ICBP, INDF, KAEF, KICI, KLBF, LMPI,
MERK, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ
dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 5 perusahaan
yang nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar
rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan
mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk
pemegang saham. Sedangkan 23 perusahaan lainnya memiliki nilai
perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham
dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai
buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.
C. Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik pada penelitian ini dilakukan untuk memberikan
kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam
estimasi, tidak bias dan konsisten.
1. Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Suatu model regresi yang baik adalah yang memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal.
117
Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa residual data yang diperoleh dari
variabel tabel berdistribusi normal. Engan demikian, residual data
berdistribusi normal dna model regresi memenuhi asumsi normalitas
Tabel 4. 9
Output One-Sample K-S
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 114
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,38329298
Most Extreme Differences Absolute ,082
Positive ,082
Negative -,059
Test Statistic ,082
Asymp. Sig. (2-tailed) ,057c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Hasil output dari analisis statistik uji normalitas dengan One-Sample
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data pada model regresi
terdistribusi normal. Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan nilai signifikansi
variabel independen nilai perusahaan sebesar 0,057 yang berarti nilai ini
lebih besar dari 0,05 (sig. > 0,05). Dengan demikian model regresi layak
untuk digunakan karena memenuhi asumsi normalitas.
118
Gambar 4. 1
P-Plot
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Untuk melihat pola distribusi uji normalitas dapat dilihat pada gambar
4.1 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual disimpulkan bahwa
pada grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal.
Grafik ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi
normalitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini
memenuhi syarat untuk menjadi model regresi yang baik karena merupakan
model regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
2. Multikolonieritas
Tujuan digunakannya uji ini adalah untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terdapat
119
atau terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat masalah multikolinieritas
(multikol). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kerelasi di
antara variabel independen.
Tabel 4. 10
Output Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
LN_DAR ,670 1,491
Kepemilikan Institusional ,919 1,088
Kepemilikan Publik ,796 1,256
Komite Audit ,845 1,184
Direksi ,717 1,395
Komisaris Independen ,853 1,173
ROA ,690 1,449
SIZE ,745 1,343
a. Dependent Variable: LN_Y
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk
variabel kepemilikan institusi sebesar 0,919, kepemilikan publik sebesar
0,769, komite audit sebesar 0,919, direksi sebesar 0,717, komisaris
independen sebesar 0,853, LN_DAR (leverage) sebesar 0,570, size sebesar
0,745 dan ROA (profitabilitas) sebesar 0,690. Nilai tolerance dari masing-
masing variabel ini lebih besar dari 0,1. Kemudian nilai VIF untuk variabel
kepemilikan institusi sebesar 1,088, kepemilikan publik sebesar 1,256,
komite audit sebesar 1,184, direksi sebesar 1,395, komisaris independen
sebesar 1,174, LN_DAR (leverage) sebesar 1,491 dan ROA (profitabilitas)
sebesar 1,452. Nilai VIF dari masing-masing variabel ini kurang dari 10
120
yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini memenuhi
syarat untuk menjadi model regresi yang baik karena tidak terjadi korelasi
antar variabel independen.
3. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.
Tabel 4. 11
Output Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,704a ,496 ,457 ,39763 2,207
a. Predictors: (Constant), SIZE, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, LN_DAR,
Komisaris Independen, Kepemilikan Publik, Direksi, ROA
b. Dependent Variable: LN_Y
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.11 Nilai Durbin-Watson sebesar 2,207, nilai ini
dibandingkan dengan nilai tabel dengan signifikansi 5%, jumlah sampel 126
dan jumlah variabel independen 8, sehingga didapat nilai tabel Durbin-
Watson sebesar dl=1.59383 dan du=1.82768. Oleh karena nilai Durbin-
Watson 2, 207lebih besar dari batas atas (du) 1.59383 dan kurang dari 8-
1.59383 ( 8 - du ) sehingga Ho dalam tabel keputusan diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa antara variabel tidk terjadi autokorelasi
positif atau negatif atau tidak terdapat autokorelasi.
121
4. Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi atau
terdapat ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain.
Tabel 4. 12
Output Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,237 ,227 1,044 ,299
LN_DAR ,105 ,061 ,195 1,713 ,090
Kepemilikan Institusional -,034 ,029 -,113 -1,163 ,247
Kepemilikan Publik -,014 ,151 -,010 -,093 ,926
Komite Audit ,073 ,064 ,117 1,151 ,253
Direksi -,011 ,009 -,138 -1,254 ,213
Komisaris Independen ,071 ,230 ,031 ,311 ,757
ROA -,019 ,308 -,007 -,060 ,952
SIZE 1,007E-9 ,000 ,079 ,730 ,467
a. Dependent Variable: ABS_Y
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Penilaian pada Uji Glejser dapat dilihat berdasarkan nilai P value yaitu
pada kolom Sig., apabila nilai Sig. > 0,05 maka tidak ada gejala
Heteroskedastistias. Berdasarkan tabel 4.12 diatas nilai sig. yang didapat
adalah sebagai berikut, kepemilikan institusi memiliki nilai 0, 247,
kepemilikan publik memiliki nilai 0, 926, komite audit memiliki nilai 0, 253,
direksi memiliki nilai 0, 213, komisaris independen memiliki nilai 0, 757,
leverage memiliki nilai 0, 090, profitabilitas memiliki nilai 0, 952. Nilai sig.
yang didapat pad setiap variabel lebih dari 0,05 atau Sig. 0,299, 0,090,
0,247, 0,926, 0,253, 0,213, 0,757, 0,952, 0,467> 0,05. Dengan demikian
122
dapat disimpulkan bahwa data pada model regresi adalah homokedastisitas
atau tidak mengalami heteroskedastisitas.
Gambar 4. 2
Output Scatterplot
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Dari grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Jadi
dapat disimpulkan bahwa model pada penelitian ini memenuhi syarat untuk
menjadi model yang baik karena merupakan model yang homoskedastisitas
atau varians dari nilai residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain
tetap. Sehingga model regresi ini layak untuk digunakan untuk memprediksi
nilai perusahaan dengan variabel yang mempengaruhinya yaitu kepemilikan
institusi, kepemilikan publik, komite audit, direksi, komisaris independen,
leverage dan profitabilitas.
123
D. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Hasil Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya
sumbangan variabel dependen yang diteliti terhadap variabel independen.
Jika R Square semakin besar (mendekati satu), maka sumbangan variabel
dependen terhadap variabel independen semakin besar. Sebaliknya apabila
R Square semakin kecil (mendekati nol), maka besarnya sumbangan
variabel dependen terhadap variabel independen semakin kecil. Jadi
besarnya R Square berada diantara 0 - 1 atau 0 < R Square < 1.
Tabel 4. 13
Koefisien Determinasi Regresi Model I
Model R R Square
1 ,704a ,496
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan pada Tabel 4.13, nilai koefisien determinasi (R Square)
model regresi I adalah sebesar 0, 496 atau 50%. Hal ini berarti variasi
variabel GCG (komisaris independen, komite audit, kepemilikan
institusi, kepemilikan publik dan direksi), leverage dan profitabilitas
mampu menjelaskan sebesar 50% variasi variabel nilai perusahaan dan
50% (100% - 50%= 50%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model
regresi.
124
Tabel 4. 14
Koefisien Determinasi Regresi Model II
Model R R Square
1 ,755a ,570
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan pada tabel 4.14, nilai koefisien determinasi (Adjusted R2)
model regresi II adalah sebesar 0, 570 atau 57%. Hal ini berarti variasi
variabel GCG (komisaris independen, komi te audit, kepemilikan institusi,
kepemilikan publik dan direksi), leverage, profitabilitas dan perkalian
antara variabel komisaris independen dengan profitabilitas, komite audit
dengan profitabilitas, kepemilikan institusi dengan profitabilitas,
kepemilikan publik dengan profitabilitas, direksi dengan profitabilitas dan
leverage dengan profitabilitas mampu menjelaskan sebesar 57% variasi
variabel nilai perusahaan dan 43% (100% - 57%= 43%) dijelaskan oleh
sebab-sebab lain di luar model regresi.
2. Hasil Uji F
Uji F digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh
variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
dependen. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F
pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan signifikansi level
0,05 (α=5%). Jika nilai siginifikansi lebih besar dari α maka koefisien
ditolak dan jika lebih kecil dari α maka hipotesis diterima. Jika F hitung >
F tabel, maka H0 ditolak, artinya variabel independen secara simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
125
Tabel 4. 15
Uji F Regresi Model I
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 16,328 8 2,041 12,909 ,000b
Residual 16,601 105 ,158
Total 32,929 113
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Pada tabel 4.15 dapat dilihat hasil uji ANOVA atau uji F pada regresi
I menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini
dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 12,909 lebih besar dari F tabel
sebesar 2,02 (F hitung 12,909> F tabel 2,43) dengan signifikansi sebesar
0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05 (0,000 < 0,05). Oleh karena itu
variabel GCG (komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusi,
kepemilikan publik, direksi), leverage (DAR) dan profitabilitas (ROA)
dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan.
Tabel 4. 16
Uji F Regresi Model II
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18,766 14 1,340 9,369 ,000b
Residual 14,163 99 ,143
Total 32,929 113
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Pada tabel 4.16 dapat dilihat hasil uji ANOVA atau uji F pada regresi
I menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dibuktikan
dari nilai F hitung sebesar 9,369 lebih besar dari F tabel sebesar 2,02 (F
126
hitung 9,369 > F tabel 2,43) dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil
dari signifikansi 0,05 (0,000 < 0,05). Oleh karena itu variabel GCG
(komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusi, kepemilikan
publik, direksi), leverage (DAR), profitabilitas (ROA) dan perkalian
antara GCG dengan profitabilitas (Interaksi_1, Interaksi_2, Interaksi_3,
Interaksi_4, Interaksi_5) dan perkalian leverage dengan profitabilitas
(Interaksi_6) dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan.
3. Hasil Uji t
Berdasarkan output olah data uji t sebelum moderasi ditunjukkan pada
tabel 4.17 sebagai berikut:
Tabel 4. 17
Hasil Uji t Sebelum Moderasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 1,252 ,391 3,200 ,002
Kepemilikan Institusional -,058 ,050 -,084 -1,159 ,249
Kepemilikan Publik -,522 ,260 -,156 -2,008 ,047
Komite Audit ,057 ,109 ,039 ,523 ,602
Direksi -,014 ,015 -,077 -,947 ,346
Komisaris Independen -,322 ,396 -,061 -,814 ,417
LN_DAR -,050 ,105 -,040 -,476 ,635
ROA 4,214 ,531 ,663 7,943 ,000
SIZE ,000000003505 ,000 ,119 1,478 ,142
a. Dependent Variable: LN_Y
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
127
Dari tabel 4.17 diatas dapat dirumuskan persamaan model regresi I
sebagai berikut:
Y= 1,252 + -0,058 X1 + -0,522 X2 + 0,057 X3 + -0,014X4 +-0,561X5 +
-0,322X6 + 4,214X7+ 0,000000003505X8 + ε
Selanjutnya Berdasarkan output olah data uji t sesudah moderasi
ditunjukkan pada tabel 4.18 sebagai berikut:
Tabel 4. 18
Hasil Uji t Setelah Moderasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) ,677 ,637 1,062 ,291
Kepemilikan Institusional ,107 ,296 ,155 ,361 ,719
Kepemilikan Publik -1,034 ,531 -,309 -1,947 ,054
Komite Audit ,346 ,166 ,239 2,084 ,040
Direksi -,022 ,026 -,121 -,864 ,390
Komisaris Independen -,909 ,431 -,172 -2,108 ,038
LN_DAR -,003 ,137 -,002 -,019 ,985
ROA 21,947 8,214 3,451 2,672 ,009
SIZE ,000000002323 ,000 ,079 ,996 ,322
Interaksi_1 -2,000 3,725 -,353 -,537 ,593
Interaksi_2 7,588 5,548 ,304 1,368 ,175
Interaksi_3 -6,974 2,430 -3,375 -2,870 ,005
Interaksi_4 ,361 ,268 ,422 1,345 ,182
Interaksi_5 3,921 5,397 ,269 ,726 ,469
Interaksi_6 -,115 ,972 -,026 -,118 ,906
a. Dependent Variable: LN_Y
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
128
Dari tabel 4.18 dapat dirumuskan persamaan model regresi II sebagai
berikut:
Y= 0,677 + 0,107X1 + -1,034X2 + 0,346X3 + -0,022X4 + -0,909X5 + -
0,003X6 + 21,947X7 + 0,00000002323X8 + -2,000X9 + 7,588X10 + -
6,974X11 + 0,361X12 + 3,921X13+ -0,115 X14 + ε
Tabel 4. 19
Uji t Variabel GCG terhadap Nilai Perusahaan
Model
Unstandardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error
Komite Audit ,346 ,166 2,084 ,040
Komisaris Independen -,909 ,431 -2,108 ,038
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.19 hasil uji t variabel good corporate governance
terhadap nilai perusahaan menunjukkan terdapat dua variabel good
corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit dan
komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Variabel pertama yaitu, variabel komite audit berpengaruh terhadap
nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized coefficients B
sebesar 0,346 yang berarti memiliki arah positif. Nilai t hitung sebesar -
2,084 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0, 040 < 0,05 yang
berarti variabel komite audit berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sehingga Ho1 ditolak dan Ha1 diterima.
Variabel kedua adalah variabel komisaris independen berpengaruh
terhadap nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized
coefficients B sebesar -0,909 yang berarti memiliki arah negatif. Nilai t
129
hitung sebesar -2,108 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,038
< 0,05 yang berarti variabel komisaris independen berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho1 ditolak dan Ha1 diterima.
Artinya, good corporate governance berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Tabel 4. 20
Uji t Variabel Leverage terhadap Nilai Perusahaan
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig. B Std. Error
LN_DAR -,003 ,137 -,019 ,985
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.20 hasil uji t variabel leverage terhadap nilai
perusahaan menunjukkan bahwa variabel independen leverage yang
direpresentasikan dengan DAR berpengaruh terhadap nilai perusahaan
secara parsial, di mana unstandardized coefficients B sebesar -0,003 yang
berarti memiliki arah negatif. Nilai t hitung sebesar -0,019 > t tabel 1,98
dengan nilai signifikansi sebesar 0,985 > 0,05 yang berarti leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho2 ditolak
dan Ha2 diterima. Artinya, leverage tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Tabel 4. 21
Uji t Variabel Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig. B Std. Error
ROA 21,947 8,214 2,672 ,009
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
130
Berdasarkan tabel 4.21 hasil uji t variabel profitabilitas terhadap nilai
perusahaan menunjukkan bahwa variabel independen profitabilitas yang
direpresentasikan dengan ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan
secara parsial, di mana unstandardized coefficients B sebesar 21,947 yang
berarti memiliki arah positif. Nilai t hitung sebesar 2,672 > t tabel 1,98
dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 < 0,05 yang berarti profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho3 ditolak
dan Ha3 diterima. Artinya, profitabilitas berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Tabel 4. 22
Uji t Moderasi GCG dengan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig. B Std. Error
Interaksi_3 -6,974 2,430 -2,870 ,005
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.22 hasil uji t diatas, terdapat satu variabel
moderasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan,
yaitu Interaksi_3 yang merupakan perkalian antara komite audit dengan
profitabilitas. Komite audit yang dimoderasi dengan profitabilitas
berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara parsial, di mana
unstandardized coefficients B sebesar -6,974 yang berarti memiliki arah
negatif. Nilai t hitung sebesar -2,870 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,005 < 0,05 yang berarti variabel Interaksi_3 berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho4 ditolak dan Ha4
131
diterima. Artinya, profitabilitas memperkuat hubungan good corporate
governance terhadap nilai perusahaan.
Tabel 4. 23
UJI t Moderasi Leverage, Nilai Perusahaan, X6_Z
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig. B Std. Error
Interaksi_6 -,115 ,972 -,118 ,906
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.23 hasil uji t diatas, variabel Interaksi_6 yaitu
perkalian antara leverage dengan profitabilitas, berpengaruh terhadap nilai
perusahaan secara parsial, di mana unstandardized coefficients B sebesar -
0,115 yang berarti memiliki arah negatif. Nilai t hitung sebesar -0,118 >
t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,906 > 0,05 yang berarti
variabel Interaksi_6 tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sehingga Ho5 diterima dan Ha5 ditolak. Artinya,
profitabilitas memperlemah hubungan leverage terhadap nilai perusahaan.
Tabel 4. 24
Perhitungan Regresi
Hipotesis R
Square F Hitung Sig.
t
Hitung Sig. Keputusan
HaI 0,50 12,909 0,000 2,084 0,040
Diterima 0,50 12,909 0,000 -2,108 0,038
Ha2 0,50 12,909 0,000 -0,019 0,985 Ditolak
Ha3 0,50 12,909 0,000 2,672 0,009 Diterima
Ha4 0,57 9,369 0,000 -2,870 0,005 Diterima
Ha5 0,57 9,369 0,000 -,118 0,906 Ditolak
Sumber: Ringkasan Hasil Output SPSS 22.00
132
E. Pembahasan
1. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari lima variabel yang
digunakan untuk mempresentasikan variabel good corporate governance
yaitu komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusi,
kepemilikan publik, direksi yang dimasukkan dalam model regresi, ada
dua variabel moderasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel independen
good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit
dan komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan baik secara simultan, Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung
sebesar 15,370 lebih besar dari F tabel sebesar 12,909 dengan signifikansi
sebesar 0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05.
Variabel pertama yaitu, variabel komite audit berpengaruh terhadap
nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized coefficients B
sebesar 0,346 yang berarti memiliki arah positif. Nilai t hitung sebesar -
2,084 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0, 040 < 0,05 yang
berarti variabel komite audit berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sehingga Ho1 ditolak dan Ha1 diterima.
Variabel kedua adalah variabel komisaris independen berpengaruh
terhadap nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized
coefficients B sebesar -0,909 yang berarti memiliki arah negatif. Nilai t
hitung sebesar -2,108 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,038
133
< 0,05 yang berarti variabel komisaris independen berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho1 ditolak dan Ha1 diterima.
Artinya, good corporate governance berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.Ningtiyas (2014: 4) menjelaskan, bahwa komite audit
dibentuk oleh perusahaan dengan tujuan untuk membantu dewan
komisaris dalam pelaksanaan fungsi pengawasan atas hal-hal yang terkait
dengan informasi keuangan, pengendalian internal, pengelolaan risiko
serta kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
Hasil ini didukung oleh penelitian Ferial (2016) Hasil penelitian
menunjukan bahwa indikator komite audit dan indikator dewan komisaris
independen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Arah yang
positif menunjukkan bahwa perusahaan telah mengoptimalkan peran
komite audit sebagai pengawas kinerja manajemen dalam mengelola
perusahaan bersama dewan komisaris. Berbeda dengan penelitian
Ningtyas (2014) bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan dengan indikator PBV.
2. Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan
Hasil pengujian variabel independen leverage yang direpresentasikan
dengan DAR berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan baik
secara simultan, hal ini dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 12,909 lebih
besar dari F tabel sebesar 2,02 dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih
kecil dari signifikansi 0,05.
134
Nilai t hitung sebesar -0,019 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,985 > 0,05 yang berarti leverage tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho2 ditolak dan Ha2 diterima.
Artinya, leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Sartono (2008: 257) menjelaskan, leverage merupakan suatu tingkat
kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva dan atau dana yang
mempunyai beban tetap (hutang dan atau saham istimewa) dalam rangka
mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik
perusahaan dalam. Walaupun hasil penelitian menunjukkan arah yang
negatif namun hubungan leverage terhadap nilai perusahaan signifikan.
Artinya banyaknya hutang yang dimiliki oleh perusahaan akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Sehingga hasil yang signifikan
menandakan bahwa kebijakan hutang yang telah ditetapkan perusahaan
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terdapat di sektor goods
consumer mampu mengelola hutang dengan baik. Hubungannya dengan
memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan. Hasil ini didukung oleh
penelitian Tah dan Susilo (2017) bahwa leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadp nilai perusahaandan memiliki arah yang negative. Dan
bertentangan dengan penelitian Rahmadani dan Rahayu (2017) yaitu
variabel leverage berpengaruh negatif terhadap variabel nilai perusahaan
secara signifikan. Dalam penelitiannya Rahmadani dan Rahayu
135
menjelaskan, hasil pengujian yang bernilai negatif menandakan terjadi
hubungan yang terbalik antara leverage dan nilai perusahaan. Semakin
rendah leverage suatu perusahaan maka nilai perusahaan akan semakin
tinggi. Hubungan yang negatif juga dapat dikarenakan banyak perusahaan
sampel yang modalnya menggunakan utang lebih besar dari pada modal
sendiri.
3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Hasil pengujian variabel independen profitabilitas berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan baik secara simultan dan secara
parsial. Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 12,909 lebih besar
dari F tabel sebesar 2,02 dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari
signifikansi 0,05.
Nilai t berdasarkan unstandardized coefficients B sebesar 6,359
mempunyai arti bahwa setiap profitabilitas naik sebesar 1% akan
menyebabkan nilai perusahaan naik sebesar 6,36%. Nilai t hitung sebesar
2,672 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 < 0,05 yang
berarti profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sehingga Ho3 ditolak dan Ha3 diterima. Artinya, profitabilitas
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan arah yang positif dan signifikan
sehingga menandakan satu arah. Artinya ketika profitabilitas mengalami
kenaikan maka otomatis nilai perusahaan juga mengalami kenaikan dan
sebaliknya, jika profitabilitas menurun maka nilai perusahaan juga ikut
136
menurun. Sehingga suatu perusahaan harus berada dalam kondisi yang
menguntungkan (profitable), sebab tanpa keuntungan (profit), maka akan
sulit bagi perusahaan menarik minat investor untuk menginvestasikan
dananya dalam saham perusahaan. Oleh karenanya, upaya peningkatan
profitabilitas penting artinya bagi kelangsungan dan masa depan
perusahaan.
Hasil penelitian didukung oleh penelitian Denziana (2016)
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan. Dan penelitian Sabrin, et, al (2016) yang
menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki hubungan terhadap nilai
perusahaan karena nilainya positif pada pencapaian laba untuk
membenarkan pembayaran dividen, sehingga harga saham akan
meningkat karena perusahaan menunjukkan sinyal positif untuk
membayar dividen.
4. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai perusahaan
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Pemoderasi
Hasil pengujian variabel independen dari lima variabel GCG yang
dimasukkan dalam model regresi, hanya satu variabel moderasi yang
berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. hasil uji t diatas,
terdapat satu variabel moderasi yang berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai perusahaan, yaitu Interaksi_3 yang merupakan perkalian
antara komite audit dengan profitabilitas. Komite audit yang dimoderasi
dengan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
137
perusahaan secara simultan. Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung sebesar
9,369 lebih besar dari F tabel sebesar 2,02 (F hitung 9,369 > F tabel 2,43)
dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05 (0,000
< 0,05).
Nilai unstandardized coefficients B sebesar -6,974 yang berarti
memiliki arah negatif, mempunyai arti bahwa setiap pertambahan sebesar
1 porsi komite audit yang dimoderasi oleh profitabilitas pada perusahaan
akan menyebabkan nilai perusahaan turun sebesar 16%, sebaliknya
pengurangan sebesar 1 porsi komite audit pada perusahaan akan
menyebabkan nilai perusahaan naik sebesar 16%. Dan nilai t hitung
sebesar -2,870 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,005 < 0,05
yang berarti variabel Interaksi_3 berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan secara parsial, di mana Sehingga variabel Interaksi_3
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho4 ditolak
dan Ha4 diterima. Artinya, profitabilitas memperkuat hubungan good
corporate governance terhadap nilai perusahaan.
Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan
akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku
manajemen agar tidak menghamburkan sumber dana perusahaan, baik
dalam bentuk investasi yang tidak layak maupun dalam bentuk shirking.
Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan
meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan
138
demikian, penerapan good corporate governance dipercaya dapat
meningkatkan nilai perusahaan dan juga laba yang akan di dapatkan para
pemegang saham.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit dan direksi
memiliki hubungan terhadap nilai perusahaan karena nilainya positif.
Artinya semakin banyak jumlah komite audit dan jumlah direksi yang
berada disuatu perusahaan maka pengawasan manajemen pada perusahaan
tersebut tinggi dan dapat mempengaruhi atau meningkatkan nilai
perusahaan dengan adanya profitabilitas. Sesuai dengan hasil penelitian
Permatasari (2016) bahwa profitabilitas mampu memoderasi pengaruh
GCG pada nilai perusahaan. Keberadaan profitabilitas akan memperkuat
pengaruh positif antara GCG dan nilai perusahaan.
5. Pengaruh Leverage terhadap nilai perusahaan dengan Profitabilitas
sebagai variabel pemoderasi
Hasil pengujian variabel independen perkalian antara leverage dan
profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan secara parsial namun berpengaruh secara simultan. Hal ini
dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 9,369 lebih besar dari F tabel sebesar
2,02 (F hitung 9,369 > F tabel 2,43) dengan signifikansi sebesar 0,000
lebih kecil dari signifikansi 0,05 (0,000 < 0,05).
Nilai unstandardized coefficients B sebesar -0,115 mempunyai arti
bahwa setiap leverage naik sebesar 1% akan menyebabkan nilai
perusahaan turun sebesar 13%. Dan nilai t hitung sebesar -0,118 > t tabel
139
1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,906 > 0,05 yang berarti variabel
Interaksi_6 tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sehingga Ho1 diterima dan Ha5 ditolak. Artinya, profitabilitas
memperlemah hubungan leverage terhadap nilai perusahaan.
Leverage digunakan utuk menjelaskan penggunaan hutang unuk
membiayai sebagian dari pada aktiva korporasi. Pembiayaan hutang
mempunyai pengaruh bagi korporasi karena hutang mempunyai beban
yang bersifat tetap. Perusahaan yang profitnya tinggi akan lebih
menggunakan dana internal, karena sumber dana internalnya melimpah.
Sehingga ketika leverage atau penggunaan hutang tinggi profitabilitas
tidak mampu memperkuat hubungan terhadap nilai perusahaan akibat
penggunaan hutang yang tinggi sehingga hhubungan yang terjadi dengan
nilai perusahaan yaitu melemah. Maka hal ini membuktikan bahwa adanya
tambahan variabel profitabilitas atau kemampuan perusahaan memperoleh
laba tidak mempengaruhi leverage dalam meningkatkan Nilai Perusahaan.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian I Gusti Bagus Angga Pratama dan
I Gusti Bagus Wiksuana (2016) bahwa Profitabilitas tidak mampu
memediasi pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan.
140
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil intrepetasi dan pembahasan pada bab sebelumnya
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit
dan komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Arah yang positif menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang
terdapat dalam sektor consumer goods selama 5 tahun telah
mengoptimalkan peran komite audit dan komisaris independen sebagai
pengawas kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan.
2. Leverage yang direpresentasikan dengan DAR tidak berpengaruh dan
memiliki arah negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian yang
bernilai negatif menandakan terjadi hubungan yang terbalik antara
leverage dan nilai perusahaan. Semakin rendah leverage suatu perusahaan
maka nilai perusahaan akan semakin tinggi. Hubungan yang negatif juga
dapat dikarenakan banyak perusahaan sampel yang modalnya
menggunakan utang lebih besar dari pada modal sendiri.
3. Profitabilitas yang direpresentasikan dengan ROA berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan arah yang positif
dan signifikan sehingga menandakan satu arah. Artinya, ketika
profitabilitas mengalami kenaikan maka otomatis nilai perusahaan juga
141
mengalami kenaikan dan sebaliknya, jika profitabilitas menurun maka
nilai perusahaan juga ikut menurun.
4. Good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit
dan dimoderasi dengan profitabilitas membuktikan bahwa profitabilitas
mampu memoderasi GCG dan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit memiliki
hubungan terhadap nilai perusahaan karena nilainya positif. Artinya
semakin banyak jumlah komite audit dan jumlah direksi yang berada
disuatu perusahaan maka pengawasan manajemen pada perusahaan
tersebut tinggi dan dapat mempengaruhi atau meningkatkan nilai
perusahaan dengan adanya profitabilitas.
5. Leverage yang direpresentasikan dengan DAR dan dimoderasi dengan
profitabilitas membuktikan bahwa profitabilitas tidak mampu memoderasi
leverage dan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil
pengujian yang bernilai negatif menandakan terjadi hubungan yang
terbalik antara leverage dan nilai perusahaan yang dimoderasi oleh
profitabilitas. Sehingga ketika leverage atau penggunaan hutang tinggi
profitabilitas tidak mampu memperkuat hubungan terhadap nilai
perusahaan akibat penggunaan hutang yang tinggi sehingga hhubungan
yang terjadi dengan nilai perusahaan yaitu melemah. Maka hal ini
membuktikan bahwa adanya tambahan variabel profitabilitas atau
kemampuan perusahaan memperoleh laba tidak mempengaruhi leverage
dalam meningkatkan Nilai Perusahaan.
142
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian diatas, saran
unutk penelitian selanjutnya yaitu:
1. Bagi investor, sebaiknya memperhatikan porsi komite audit dan porsi
direksi pada suatu perusahaan yang hendak diberikan investasi sebagai
salah satu bentuk pengawasan tidak langsung pada perusahaan yang dituju.
2. Bagi penelitian selanjutnya:
a. Disarankan untuk memperluas sampel penelitian dan menggunakan jenis
perusahaan yang berbeda sebagai pembanding.
b. Penggunaan variabel lain yang memungkinkan bisa menjadi faktor yang
berpengaruh terhadap nilai perusahaan seperti kebijakan dividen dan
variabel lain yang dapat mempresentasikan Good Corporate Governance.
c. Menambah variabel independen atau variabel moderasi guna mengetahui
variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dan memperkuat atau
memperlemah variabel dependen.
143
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. “Peran akuntan dalam menegakkan prinsip good corporate governance
pada perusahaan di indonesia (tinjauan perspektif teori keagenan)”,
disampaikan pada sidang senat guru besar Universitas Diponegoro dalam
rangka pengusulan jabatan guru besar, FE Undip, Semarang, 2005.
Brealey, Myres Dan Marcus. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan”,
Alih Bahasa Oleh Bob Sabran MM, Jakarta: PT Gelora, 2008.
Brigham, E.F. dan Houston Joel. “Manajemen Keuangan”, Jakarta: Erlangga, 2001.
Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan“,
Edisi 10 buku 1, Jakarta: Salemba Empat penerjemah Ali Akbar Yulianto,
2009.
Brigham, Eugene F dan Weston J. Fred. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan“,
jilid 1, Jakarta: Erlangga alih Bahasa alfonsus Sirait, S.E., M.Bus, 1990.
Dimisyqiyani, Erindah, Suhadak dan Kertahadi. “The Effect Of Financial Leverage
On Firm Value And Market Risk (Research On Consumer Goods Industries
Listed In Indonesian Stock Exchange In The Year Of 2010-2012)”, Profit
(Jurnal Administrasi Bisnis) Vol 9, No 1, 2015.
Denziana, Angrita dan Winda Monica. “Analisis Ukuran Perusahaan Dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan
Yang Tergolong LQ45 di BEI Periode 20112014)”, Jurnal Akuntansi &
Keuangan, Vol. 7, No. 2, September 2016.
Fahmi, Irham. “Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab”,
Bandung: Alfabeta, 2013.
Fakhruddin dan Sopian Hadianto. “Perangkat dan Model Analisis Investasi di
Pasar Modal”, Buku satu, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001.
Farooq, Muhammad Azhar and Ahsan Masood. “Impact of Financial Leverage on
Value of Firms: Evidence from Cement Sector of Pakistan”, Research Journal
of Finance and Accounting, Vol.7, No.9, 2016
Ferial, Fery, Suhadak dan Handayani, Siti Ragil. “Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dan Efeknya Terhadap Nilai
Perusahaan”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 33, No. 1 April 2016
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”,
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011.
144
Harmono. “Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan
Teori, Kasus, dan Riset Bisnis”, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009
Harahap, Sofyan Syafri. “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan”, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2010.
Herawaty, Vinola. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating
Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”,
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, November 2008.
Iba, Zainuddin dan Bariah, Chairul. “Mengenal Prinsip Dan Penerapan Corporate
Governance Dalam Mendukung Pengungkapan Informasi”, Vol. 2, No. 3,
Jurnal Kebangsaan, 2013.
Jensen, M. and Meckling, W. “Theory of the firm: managerial behavior, agency
costs and ownership structure”, Journal of Financial Economics, Vol. 3, P.
305-60, 1976.
Kaihatu, Thomas S. “Good Corporate Governance dan Penerapannya di
Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.8, No. 1, Maret 2006.
KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance). “Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia”, 2006.
Kodrat, David Sukardi dan Herdinata, Christian. “Manajemen Keuangan Based On
Empirical Research”, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Ningtiyas, Kilat. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan (Studi kasus pada perusahaan yang terdaftar di Islamic Jakarta
Indexs)”, Jurnal Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya, Vol 17, 2014.
Monoarfa, Rio. "The Role of Profitability in Mediating the Effect of Dividend Policy
and Company Size on Company Value", Vol. 4, No. 2, Redfame Publishing,
Gorontalo, 2018.
Martalena dan Maya Malinda. “Pengantar Pasar Modal”, Jogjakarta: ANDI, 2011.
Puspitaningtyas, Zarah. “Efek Moderasi Kebijakan Dividen Dalam Pengaruh
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur”, Jurnal Akuntansi,
Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 5, No. 2, December 2017.
Permatasari, Luh Wulan dan Gayatri. “Profitabilitas Sebagai Pemoderasi
Pengaruh Good Corporate Governance Pada Nilai Perusahaan”, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 2016.
Pratama, I Gusti Bagus Angga dan Wiksuana, I Gusti Bagus. “Pengaruh Ukuran
Perusahaan Dan Lhanaeverage Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
145
Profitabilitas Sebagai Variabel Mediasi”, E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5,
No. 2, 2016.
Rachman, Arif Noer, Rahayu, Sri Mangesti dan Topowijono. “Pengaruh Good
Corporate Governance Dan Financial Leverage Terhadap Kinerja Keuangan
Dan Nilai Perusahaan”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 27, No. 1,
Oktober 2015.
Rahmadani, Fitra Dwi dan Rahayu, Sri Mangesti. “Pengaruh Good Corporate
Governance (GCG), Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Nilai
Perusahaan”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 52, No. 1, November
2017.
Sabrin, Sarita, Buyung, S. Takdir, Dedy dan Sujono.“The Effect of Profitability on
Firm Value in Manufacturing Company at Indonesia Stock Exchange”, The
International Journal Of Engineering And Science (IJES), Vol. 5, 2016
Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, Edisi Empat,
Yogyakarta: BPFE, 2008.
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, Bandung:
Alfabeta, 2012.
Sudana, I Made. “Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan praktik”, Jakarta:
Erlangga, 2011.
Sukandarrumidi. “Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula”, Cetakan Keempat, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2012.
Supranto dan Nandan Limakrisna. “Petunjuk Praktis Penelitian Ilmiah Untuk
Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi”, Jilid 1, Jakarta: Mitra Wacana Media,
2013.
Tahu, Gregorius Paulus dan Susilo, Dominicius Djoko Budi, "Effect of Liquidity,
Leverage and profitability to The Firm Value (Dividend Policy as Moderating
Variable) in Manufacturing Company of Indonesia Stock Exchange", Research
Journal of Finance and Accounting, Mahasaraswati University, Denpasar,
Vol.8, No.18, 2017.
Tim Lembaga Penelitian UIN Jakarta. “Pedoman Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta”, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2009.
Tampubolon, Manahan P. “Manajemen Keuangan (Finance Management)”,
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.
146
Walsh, Ciaran. “Key Management Ratios: rasio-rasio Manajemen Penting
Penggerak dan Pengendali Bisnis”, Jakarta: Erlangga, 2003.
Weston, J. F dan T. E. Copeland. “Manajemen Keuangan”, edisi 9, Alih Bahasa
Oleh Robinson Tarigan, Jakarta: Erlangga, 2001.
www.id.tradingeconomics.com
www.indonesia-investments.com
147
LAMPIRAN
Lampiran 1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepemilikan Institusional 114 ,05 8,65 ,7408 ,78264
Kepemilikan Publik 114 ,01 ,67 ,2460 ,16127
Komite Audit 114 2 4 3,05 ,373
Direksi 114 2 16 5,77 2,939
Komisaris Independen 114 ,20 1,00 ,3925 ,10239
ROA 114 -,15 ,39 ,0780 ,08488
LN_DAR 114 -1,90 -,11 -,9730 ,43393
LN_Y 114 -,19 2,84 1,4560 ,53982
SIZE 114 96746 91831526 9096437,62 18275562,182
Valid N (listwise) 114
Lampiran 2 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 114
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,38329298
Most Extreme Differences Absolute ,082
Positive ,082
Negative -,059
Test Statistic ,082
Asymp. Sig. (2-tailed) ,057c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
148
Lampiran 3 Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1,252 ,391 3,200 ,002
LN_DAR -,050 ,105 -,040 -,476 ,635 ,670 1,491
Kepemilikan
Institusional -,058 ,050 -,084
-
1,159 ,249 ,919 1,088
Kepemilikan
Publik -,522 ,260 -,156
-
2,008 ,047 ,796 1,256
Komite Audit ,057 ,109 ,039 ,523 ,602 ,845 1,184
Direksi -,014 ,015 -,077 -,947 ,346 ,717 1,395
Komisaris
Independen -,322 ,396 -,061 -,814 ,417 ,853 1,173
ROA 4,214 ,531 ,663 7,943 ,000 ,690 1,449
SIZE 3,505E-9 ,000 ,119 1,478 ,142 ,745 1,343
a. Dependent Variable: LN_Y
Lampiran 4 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,704a ,496 ,457 ,39763 2,207
a. Predictors: (Constant), PROFITABILITAS, KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE
AUDIT, SIZE, KEPEMILIKAN institusi, LEVERAGE, DIREKSI, KEPEMILIKAN PUBLIK
b. Dependent Variable: LN_Y
149
Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3,073 2,214 1,388 ,168
KEPEMILIKAN institusi -,744 1,052 -,081 -,707 ,481
KEPEMILIKAN PUBLIK -1,645 1,391 -,137 -1,183 ,239
KOMITE AUDIT -,829 ,606 -,129 -1,367 ,174
DIREKSI -,053 ,090 -,064 -,590 ,556
KOMISARIS INDEPENDEN -,329 2,155 -,015 -,153 ,879
LEVERAGE -,529 1,232 -,044 -,430 ,668
SIZE -1,450E-8 ,000 -,116 -1,127 ,262
PROFITABILITAS -1,854 2,649 -,075 -,700 ,485
a. Dependent Variable: UI_NILAIPERUSAHAAN
150
Lampiran 6 Model Regresi I
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,704a ,496 ,457 ,39763
a. Predictors: (Constant), SIZE, Komite Audit, Kepemilikan Institusional,
LN_DAR, Komisaris Independen, Kepemilikan Publik, Direksi, ROA
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 16,328 8 2,041 12,909 ,000b
Residual 16,601 105 ,158
Total 32,929 113
a. Dependent Variable: LN_Y
b. Predictors: (Constant), SIZE, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, LN_DAR, Komisaris
Independen, Kepemilikan Publik, Direksi, ROA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,252 ,391 3,200 ,002
Kepemilikan Institusional -,058 ,050 -,084 -1,159 ,249
Kepemilikan Publik -,522 ,260 -,156 -2,008 ,047
Komite Audit ,057 ,109 ,039 ,523 ,602
Direksi -,014 ,015 -,077 -,947 ,346
Komisaris Independen -,322 ,396 -,061 -,814 ,417
LN_DAR -,050 ,105 -,040 -,476 ,635
ROA 4,214 ,531 ,663 7,943 ,000
SIZE 3,505E-9 ,000 ,119 1,478 ,142
a. Dependent Variable: LN_Y
151
Lampiran 7 Model Regresi II (Moderated Regression Analysis (MRA))
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,755a ,570 ,509 ,37824
a. Predictors: (Constant), Interaksi_6, Kepemilikan Publik, Komite Audit,
Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, SIZE, Direksi,
LN_DAR, Interaksi_2, Interaksi_5, Interaksi_4, Interaksi_1, Interaksi_3,
ROA
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18,766 14 1,340 9,369 ,000b
Residual 14,163 99 ,143
Total 32,929 113
a. Dependent Variable: LN_Y
b. Predictors: (Constant), Interaksi_6, Kepemilikan Publik, Komite Audit, Komisaris Independen,
Kepemilikan Institusional, SIZE, Direksi, LN_DAR, Interaksi_2, Interaksi_5, Interaksi_4,
Interaksi_1, Interaksi_3, ROA
152
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,677 ,637 1,062 ,291
Kepemilikan
Institusional ,107 ,296 ,155 ,361 ,719
Kepemilikan Publik -1,034 ,531 -,309 -1,947 ,054
Komite Audit ,346 ,166 ,239 2,084 ,040
Direksi -,022 ,026 -,121 -,864 ,390
Komisaris Independen -,909 ,431 -,172 -2,108 ,038
LN_DAR -,003 ,137 -,002 -,019 ,985
ROA 21,947 8,214 3,451 2,672 ,009
SIZE 2,323E-9 ,000 ,079 ,996 ,322
Interaksi_1 -2,000 3,725 -,353 -,537 ,593
Interaksi_2 7,588 5,548 ,304 1,368 ,175
Interaksi_3 -6,974 2,430 -3,375 -2,870 ,005
Interaksi_4 ,361 ,268 ,422 1,345 ,182
Interaksi_5 3,921 5,397 ,269 ,726 ,469
Interaksi_6 -,115 ,972 -,026 -,118 ,906
a. Dependent Variable: LN_Y
153
Lampiran 8 Data Kepemilikan Institusional
NO Nama Perusahaan Kepemilikan institusional
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92
2 AISA 0,56 0,62 0,62 0,63 0,62
3 BTEK 0,50 0,37 0,24 0,73 0,73
4 BUDI 0,53 0,53 0,50 0,53 0,53
5 CEKA 0,46 0,92 0,92 0,92 0,09
6 DLTA 0,82 0,85 0,82 0,82 0,82
7 HMSP 0,98 0,98 0,92 0,92 0,92
8 ICBP 0,81 0,81 0,81 0,81 0,81
9 IIKP 0,57 0,55 0,52 0,13 0,13
10 INAF 0,81 0,81 0,81 0,87 0,87
11 INDF 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
12 KAEF 0,90 0,90 0,08 0,90 0,90
13 KICI 0,83 0,83 0,83 0,83 0,83
14 KLBF 0,57 0,57 0,57 0,57 0,57
15 LMPI 0,83 0,83 0,83 0,83 0,24
16 MBTO 0,68 0,68 0,68 0,68 0,68
17 MERK 0,94 0,87 0,87 0,87 0,87
18 MLBI 0,75 0,84 0,82 0,82 0,82
19 MYOR 0,33 0,33 0,33 0,33 0,84
20 PYFA 0,54 0,54 0,54 0,54 0,54
21 RMBA 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99
22 ROTI 0,71 0,71 0,07 0,07 0,07
23 SKBM 0,81 0,81 0,81 0,80 0,80
24 TCID 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72
25 TSPC 0,77 0,78 0,78 0,78 0,79
26 ULTJ 0,47 0,47 0,45 0,37 0,37
27 UNVR 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85
28 WIIM 0,22 0,28 0,22 0,28 0,05
154
Lampiran 9 Data Kepemilikan Publik
NO Nama Perusahaan Kepemilikan Publik
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08
2 AISA 0,44 0,38 0,38 0,38 0,38
3 BTEK 0,46 0,58 0,76 0,27 0,27
4 BUDI 0,47 0,44 0,47 0,47 0,47
5 CEKA 0,04 0,07 0,08 0,07 0,07
6 DLTA 0,18 0,15 0,18 0,18 0,18
7 HMSP 0,02 0,02 0,08 0,08 0,08
8 ICBP 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19
9 IIKP 0,43 0,42 0,48 0,87 0,87
10 INAF 0,19 0,19 0,19 0,13 0,13
11 INDF 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
12 KAEF 0,10 0,10 0,02 0,10 0,10
13 KICI 0,17 0,17 0,17 0,17 0,16
14 KLBF 0,43 0,43 0,43 0,43 0,43
15 LMPI 0,17 0,17 0,17 0,17 0,08
16 MBTO 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32
17 MERK 0,06 0,13 0,13 0,13 0,13
18 MLBI 0,17 0,16 0,18 0,18 0,18
19 MYOR 0,67 0,67 0,67 0,67 0,16
20 PYFA 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23
21 RMBA 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
22 ROTI 0,29 0,29 0,03 0,03 0,03
23 SKBM 0,17 0,15 0,15 0,16 0,16
24 TCID 0,23 0,23 0,28 0,28 0,28
25 TSPC 0,23 0,22 0,22 0,22 0,21
26 ULTJ 0,36 0,36 0,38 0,51 0,51
27 UNVR 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
28 WIIM 0,34 0,29 0,29 0,28 0,33
155
Lampiran 10 Data Komite Audit
NO Nama Perusahaan Komite Audit
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 3 3 3 3 3
2 AISA 3 4 4 4 4
3 BTEK 3 3 3 3 3
4 BUDI 3 3 3 3 3
5 CEKA 3 3 3 3 3
6 DLTA 3 3 3 3 3
7 HMSP 3 3 3 3 3
8 ICBP 3 3 3 3 3
9 IIKP 3 3 3 3 3
10 INAF 3 3 3 3 3
11 INDF 3 3 3 3 3
12 KAEF 3 3 4 4 4
13 KICI 3 3 3 3 3
14 KLBF 3 3 3 3 3
15 LMPI 3 3 3 3 3
16 MBTO 2 2 2 2 2
17 MERK 3 3 3 3 3
18 MLBI 3 3 3 3 3
19 MYOR 3 3 3 3 3
20 PYFA 3 3 3 3 3
21 RMBA 3 3 3 3 3
22 ROTI 3 3 3 3 3
23 SKBM 3 3 3 3 3
24 TCID 4 4 4 4 3
25 TSPC 3 3 3 3 3
26 ULTJ 3 3 3 3 3
27 UNVR 3 3 3 3 3
28 WIIM 3 3 3 3 3
156
Lampiran 11 Data Dewan Direksi
NO Nama Perusahaan Dewan Direksi
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 4 4 4 3 3
2 AISA 4 3 3 3 4
3 BTEK 4 4 4 4 4
4 BUDI 7 7 7 7 7
5 CEKA 4 4 4 4 4
6 DLTA 5 5 5 5 5
7 HMSP 7 7 7 8 8
8 ICBP 7 9 9 9 9
9 IIKP 2 2 2 2 2
10 INAF 4 3 3 3 3
11 INDF 9 9 10 10 10
12 KAEF 5 5 5 5 5
13 KICI 3 3 3 3 3
14 KLBF 5 5 5 5 6
15 LMPI 5 5 5 5 4
16 MBTO 4 4 4 4 4
17 MERK 7 5 5 5 5
18 MLBI 4 4 4 4 4
19 MYOR 5 5 5 5 5
20 PYFA 3 3 3 3 2
21 RMBA 4 4 4 4 4
22 ROTI 6 6 6 5 5
23 SKBM 6 6 6 6 8
24 TCID 13 15 16 16 16
25 TSPC 12 11 11 10 10
26 ULTJ 3 3 3 3 3
27 UNVR 10 8 9 10 10
28 WIIM 6 6 6 6 6
157
Lampiran 12 Data Komisaris Independen
NO Nama Perusahaan Komisaris Independen
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
2 AISA 0,33 0,40 0,40 0,40 0,40
3 BTEK 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
4 BUDI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
5 CEKA 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
6 DLTA 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40
7 HMSP 0,50 0,50 0,50 0,40 0,40
8 ICBP 0,43 0,43 0,33 0,50 0,50
9 IIKP 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
10 INAF 0,50 0,33 0,33 0,33 0,33
11 INDF 0,38 0,38 0,38 0,38 0,38
12 KAEF 0,40 0,40 0,33 0,20 0,20
13 KICI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
14 KLBF 0,33 0,33 0,43 0,43 0,43
15 LMPI 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
16 MBTO 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
17 MERK 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
18 MLBI 0,43 0,50 0,50 0,57 0,50
19 MYOR 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40
20 PYFA 0,33 0,25 0,20 0,50 0,50
21 RMBA 0,40 0,33 0,60 0,50 1,00
22 ROTI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
23 SKBM 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
24 TCID 0,40 0,40 0,40 0,40 0,50
25 TSPC 0,50 0,75 0,50 0,50 0,60
26 ULTJ 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
27 UNVR 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80
28 WIIM 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
158
Lampiran 13 Data Leverage
NO Nama Perusahaan DAR
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,40 0,41 0,50 0,50 0,50
2 AISA 0,53 0,51 0,56 0,54 0,61
3 BTEK 0,78 0,82 0,84 0,71 0,63
4 BUDI 0,63 0,63 0,66 0,60 0,58
5 CEKA 0,51 0,58 0,57 0,38 0,33
6 DLTA 0,22 0,23 0,18 0,15 0,16
7 HMSP 0,48 0,52 0,16 0,20 0,21
8 ICBP 0,59 0,54 0,46 0,36 0,36
9 IIKP 0,05 0,04 0,04 0,17 0,17
10 INAF 0,54 0,53 0,61 0,58 0,66
11 INDF 0,53 0,53 0,53 0,47 0,47
12 KAEF 0,41 0,43 0,42 0,51 0,58
13 KICI 0,31 0,32 0,30 0,36 0,39
14 KLBF 0,25 0,22 0,20 0,18 0,16
15 LMPI 0,52 0,51 0,49 0,50 0,55
16 MBTO 0,19 0,18 0,23 0,38 0,47
17 MERK 0,28 0,23 0,26 0,22 0,27
18 MLBI 0,45 0,75 0,64 0,64 0,58
19 MYOR 0,59 0,60 0,58 0,54 0,51
20 PYFA 0,46 0,44 0,37 0,37 0,32
21 RMBA 0,90 0,88 0,75 0,30 0,37
22 ROTI 0,57 0,55 0,56 0,51 0,28
23 SKBM 0,61 0,53 0,55 0,63 0,37
24 TCID 0,21 0,33 0,18 0,18 0,21
25 TSPC 0,29 0,27 0,31 0,30 0,31
26 ULTJ 0,28 0,22 0,21 0,18 0,19
27 UNVR 0,73 0,72 0,69 0,72 0,73
28 WIIM 0,36 0,36 0,30 0,27 0,21
159
Lampiran 14 Data PBV
NO Nama Perusahaan PBV
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 4,46 2,74 1,82 1,53 1,28
2 AISA 1,95 2,05 0,98 1,58 0,35
3 BTEK 20,16 16,36 24,85 1,49 3,17
4 BUDI 0,50 0,48 0,26 0,34 0,36
5 CEKA 1,31 0,87 0,63 0,90 0,85
6 DLTA 0,21 9,33 4,90 4,37 3,48
7 HMSP 15,12 27,35 13,66 14,51 16,13
8 ICBP 2,21 5,26 4,79 5,61 5,11
9 IIKP 21,29 33,35 38,69 29,30 42,80
10 INAF 0,80 1,98 0,88 25,80 35,74
11 INDF 0,15 1,45 1,05 1,55 1,43
12 KAEF 2,04 4,75 2,59 6,84 5,83
13 KICI 0,72 0,46 0,37 0,36 0,52
14 KLBF 5,97 9,30 5,66 6,01 5,97
15 LMPI 0,55 0,44 0,20 0,34 0,41
16 MBTO 0,72 0,47 0,34 0,45 0,35
17 MERK 0,04 6,97 6,41 7,44 6,24
18 MLBI 0,26 48,67 22,54 47,54 27,06
19 MYOR 0,24 4,74 5,25 6,38 6,71
20 PYFA 0,08 0,77 0,59 1,03 0,90
21 RMBA 4,68 -17,41 -1,17 1,79 1,60
22 ROTI 6,56 7,76 5,39 5,97 5,39
23 SKBM 0,17 3,08 2,57 1,65 1,23
24 TCID 2,02 2,80 1,93 1,44 1,94
25 TSPC 3,79 3,15 1,82 1,94 1,66
26 ULTJ 6,45 4,91 4,07 3,95 3,59
27 UNVR 46,63 45,03 54,48 46,67 82,44
28 WIIM 1,80 1,60 0,96 0,62 0,53
160
Lampiran 15 Profitabilitas
NO Nama Perusahaan ROA
2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,07 0,04 0,05 0,11 0,09
2 AISA 0,07 0,05 0,04 0,08 0,10
3 BTEK 0,01 -0,01 0,01 0,01 -0,01
4 BUDI 0,02 0,01 0,01 0,01 0,02
5 CEKA 0,06 0,03 0,07 0,18 0,08
6 DLTA 0,31 0,29 0,18 0,21 0,21
7 HMSP 0,39 0,35 0,27 0,30 0,29
8 ICBP 0,10 0,10 0,11 0,13 0,11
9 IIKP -0,05 -0,03 -0,05 -0,04 -0,04
10 INAF -0,04 0,010 0,01 0,01 -0,03
11 INDF 0,04 0,06 0,04 0,06 0,06
12 KAEF 0,09 0,08 0,08 0,06 0,05
13 KICI 0,08 0,01 -0,10 0,010 0,05
14 KLBF 0,17 0,17 0,15 0,15 0,15
15 LMPI -0,01 0,01 0,01 0,01 -0,04
16 MBTO 0,03 0,01 -0,02 0,01 -0,03
17 MERK 0,25 0,26 0,22 0,21 0,17
18 MLBI 0,49 0,36 0,24 0,43 0,53
19 MYOR 0,11 0,04 0,11 0,11 0,07
20 PYFA 0,04 0,02 0,02 0,03 0,04
21 RMBA -0,10 -0,21 -0,13 -0,15 -0,04
22 ROTI 0,09 0,09 0,10 0,10 0,03
23 SKBM 0,12 0,14 0,05 0,02 0,02
24 TCID 0,10 0,09 0,26 0,07 0,08
25 TSPC 0,12 0,10 0,08 0,08 0,07
26 ULTJ 0,12 0,10 0,15 0,17 0,14
27 UNVR 0,42 0,42 0,37 0,38 0,37
28 WIIM 0,11 0,08 0,10 0,08 0,03