pengaruh gaya pengasuhan orang tua, konsep ......pengaruh gaya pengasuhan orang tua, konsep diri,dan...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH GAYA PENGASUHAN ORANG TUA, KONSEP DIRI,
DAN REGULASI DIRI TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI
SISWA KELAS VIII MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Sains Psikologi (M.Si)
Disusun oleh:
EHA SORIHA
NIM : 2110070000007
PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434 H/ 2013
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Eha Soriha
NIM :2110070000007
Dengan ini menyatakan bahwa, tesis yang berjudul "Pengaruh Gaya
Pengasuhan Orang Tua, Konsep Diri, Dan Regulasi Diri Terhadap
Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII MTs Pembangunan UIN
Jakarta" adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing, dan
semua sumber informasi yang dirujuk dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah dinyatakan dengan sesuai dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
Demikian pemyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta,4 Juni 2013
NIM : 2110070000007
PENGARUH GAYA PENGASUHAN ORANG TUA, KONSEP DIRI,
DAN REGULASI DIRI TER}IADAP MOTIVASI BERPRESTASI
SISWA KELAS VIII MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Sains Psikologi (M.Si)
Oleh:
EHA SORIHA
NIM : 2110070000007
Di bawah bimbingan
Pembimbing
PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
FAKIILTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434Iil/2013 M
lll
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis yang berjudul "Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua, Konsep
Diri, Dan Regulasi Diri Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII
MTs Pembangunan UIN Jakarta" telah diujikan dalam Sidang
Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada hari Selasa, tanggal 4 Juni 2013. Tesis ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Psikologi (M.SD
Jakarta, Juni 2013
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua Wakil DekanB idang Akademik/Sekretaris
Jahja Umar" Ph.DNrP. 19470521 198003 1001
Tnu//-Prof. Dr. Fawzia Aswin Hadis. Sp. Psi. A
Anggota
Herwindo Haribowo. Ph.D
Dra. Fadhilah Surala&aNrP. 19s61223 t98303
19700529
lv
v
MOTTO
“Setiap anak yang baru dilahirkan itu dalam keadaan fitrah,
Orang tuanyalah yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani atau Majusi”
(HR: Syaikhani, Abu Daud & Tirmidhi)
“Kerja keras, kerja tepat waktu, dan kerja berkualitas
merupakan gambaran regulasi diri yang tinggi”
(Habibie)
“You can motivate by fear, and you can motivate by reward.
But both those methods are only temporary.
The only lasting thing is self motivation”
(Homer Rice)
vi
Dengan penuh cinta
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk
kedua orang tua, suami dan anak-anakku, serta
para pendidik dan pemerhati pendidikan
vii
ABSTRAK
(A) Magister Sains Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) Juni 2013
(C) Eha Soriha
(D) Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua, Konsep Diri, dan Regulasi
Diri terhadap Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta
(E) xvii + 161 halaman + Lampiran
(F) Motivasi berprestasi merupakan faktor yang penting dalam proses dan
hasil belajar. Setiap individu mempunyai motivasi berprestasi yang
berbeda-beda. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
menganggap kegagalan disebabkan oleh kurangnya usaha maka
mereka akan berusaha lebih keras lagi untuk meraih keberhasilan, hal
ini tidak dimiliki oleh individu yang memiliki motivasi berprestasi
rendah. Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi motivasi
berprestasi siswa, baik yang bersifat internal (dari dalam diri) maupun
yang bersifat eksternal (dari luar individu). Diantara faktor internal
adalah konsep diri dan regulasi diri, sedangkan faktor eksternal salah
satunya adalah gaya pengasuhan orang tua.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya pengasuhan
orang tua, konsep diri, dan regulasi diri terhadap motivasi berprestasi
siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN Jakarta. Populasi penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN Jakarta
yang berjumlah 254 siswa. Dari jumlah tersebut yang menjadi sampel
penelitian sebanyak 236 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan skala: (1) motivasi berprestasi yang dikembangkan oleh
Djaali & Muljono (2008), (2) Parental Authority Questionnaire (PAQ)
yang dikembangkan oleh Buri (1991), (3) Self-Perception Profile for
Adolescents (SPPA) yang diadaptasi oleh Hadley et.al (2008), dan (4)
Self-Regulation Questionnaire (SRQ) yang dikembangkan oleh Miller
& Brown (1991). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
analisis regresi berganda (multiple regression analysis) dengan
bantuan software SPSS versi 17.0, sedangkan untuk pengujian
validitas konstruk menggunakan software LISREL versi 8.7.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) gaya pengasuhan, konsep
diri, dan regulasi diri berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi
berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN Jakarta; (2)
proporsi varians dari motivasi berprestasi yang dijelaskan oleh seluruh
independent variable (IV) sebesar 31.9 %, dan sisanya sebesar 68.1 %
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini; dan (3) ada satu
dimensi dari gaya pengasuhan orang tua dan satu dimensi dari konsep
diri yang berpengaruh signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa
yaitu gaya pengasuhan authoritative dan scholastic competence. Saran
viii
diberikan kepada para orang tua untuk lebih dominan menerapkan
gaya pengasuhan authoritative, kepada para pendidik dan orang tua
hendaknya saling bekerja sama untuk menumbuhkan konsep diri dan
regulasi diri yang positif pada siswa, sehingga siswa dapat
meningkatkan motivasi berprestasinya.
(G) Daftar pustaka: meliputi buku, jurnal, tesis, disertasi, makalah dan
artikel
Kata kunci : motivasi berprestasi, gaya pengasuhan, konsep diri, dan
regulasi diri.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Psikologi Pendidikan
Magister Sains Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tesis yang
berjudul “Pengaruh Gaya Pengasuhan Orangtua, Konsep Diri dan
Regulasi Diri terhadap Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta”. Tesis ini disusun oleh penulis sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Dengan segenap ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung telah mendukung, memotivasi dan
memberikan doa serta semangat, sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
khususnya kepada :
1. Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta beserta segenap jajaran pimpinan yang telah membimbing dan
berbagi pengetahuan selama penulis menempuh masa studi.
2. Bambang Suryadi, Ph.D, dosen pembimbing tesis yang telah memberikan
arahan, motivasi, perhatian, sumbangan pikiran, kerjasama dan doa dalam
penulisan tesis ini.
x
3. Seluruh dosen Program Magister Sains Psikologi yang telah mendidik dan
memberikan ilmunya kepada penulis, dan karyawan Fakultas Psikologi
UIN Jakarta atas bantuan dan kerjasama yang baik.
4. Suami tercinta Ruly Tisna Yuliansa yang selalu menemani hari-hariku
penuh cinta dan kasih sayang, yang telah menginspirasi, memotivasi dan
mendoakan dengan tulus, atas hubungan yang indah dan saling berbagi.
5. Anak-anakku tercinta Fikri Ibrahim Ramadhan, Ahmad Muthi Abdillah,
Salman Hafidz, Alifah Iffatunnisa, Hatif Adlirrahman, dan Muhammad
Ihkamuddin atas pengertian dan doa. Semoga Allah menjadikan anak-
anak yang shaleh dan shalehah serta berguna bagi agama dan bangsa.
6. Orang tua tercinta: ayahanda Harun Al Rasyid, mama Rufi’ah (alm), dan
umi Inong, bapak Bunyamin (alm) dan mami Kaswiyah (alm), kakanda
penulis: kang Lukman dan teh Oha, kang Hasan dan teh Dewi, adinda
penulis: Ulfah & Heri, Elvy & Didi, Ade (alm), dan Umam, serta
keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan motivasi.
7. Kepala MTs Pembangunan UIN Jakarta beserta stafnya atas bantuan,
kemudahan dan kerjasama yang diberikan dalam proses pengambilan data,
juga seluruh siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN Jakarta yang telah
bersedia mengisi kuesioner dengan keikhlasan.
8. Teman-teman guru: pak Ali, Poerwaningsih, Hikmah, Sari, Wiwin,
Fitriyanti, Ratih, Vivi, Desi, Lisa, Elfa, Dwi, Tajul, dan pak Hary yang
telah membantu penulis dalam penerjemahan bahasa Inggris, dan
xi
penyebaran kuesioner, serta teman-teman lain yang tidak penulis sebutkan
namanya satu persatu yang memberikan semangat dan doanya.
9. Teman-teman : Maria Z. dan Yulistin yang banyak membantu proses
pemahaman penulis tentang pengolahan dan analisis data, juga untuk
Zikri, Ade P, Ika, Puti, Ade dan teman-teman S2 yang tidak penulis
sebutkan namanya satu persatu atas kebersamaan yang indah selama masa
kuliah, serta teman-teman satu bimbingan: Siska, bu Riza dan bu Nur
yang saling memberikan semangat dan doa selama penyusunan tesis.
10. Kepada seluruh pihak yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan
doa selama penyusunan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Semoga Allah membalas semua kebaikan, dengan kebaikan yang lebih
baik dan berlipat ganda. Akhir kata, semoga tesis ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan segala informasi yang terdapat di dalamnya.
Jakarta, 4 Juni 2013
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
1.2 Pembatasan Masalah ................................................................... 9
1.3 Perumusan Masalah ................................................................... 10
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 13
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 13
1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................. 13
1.5.2 Manfaat Praktis .............................................................. 13
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................ 14
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Motivasi Berprestasi ................................................................... 16
2.1.1 Definisi Motivasi Berprestasi ......................................... 16
2.1.2 Teori-Teori Motivasi ....................................................... 19
2.1.3 Jenis-jenis Motivasi ....................................................... 22
2.1.4 Faktor-faktor Penyebab Motivasi Berprestasi ................. 23
2.1.5 Dimensi Motivasi Berprestasi ......................................... 25
2.1.6 Pengukuran Motivasi berprestasi .................................... 27
2.2 Gaya Pengasuhan Orangtua ....................................................... 29
2.1.1 Definisi gaya Pengasuhan Orangtua ................................ 29
2.1.2 Jenis-jenis Gaya pengasuhan Orangtua ........................... 30
2.1.3 Dimensi gaya Pengasuhan Orangtua .............................. 34
2.1.4 Pengukuran Gaya Pengasuhan Orangtua ........................ 35
2.3 Konsep Diri ............................................................................... 37
2.3.1 Definisi Konsep Diri ....................................................... 37
2.3.2 Jenis-jenis Konsep Diri ................................................... 40
2.3.3 Dimensi Konsep Diri ...................................................... 41
2.3.4 Pengukuran Konsep Diri ................................................. 45
2.4 Regulasi Diri .............................................................................. 46
2.4.1 Definisi regulasi diri ........................................................ 46
2.4.2 Jenis-jenis Regulasi Diri .................................................. 48
xiii
2.4.3 Dimensi Regulasi Diri ..................................................... 50
2.4.4 Pengukuran Regulasi Diri ............................................... 50
2.5 Kerangka Berfikir ...................................................................... 52
2.6 Hipotesis Penelitian ................................................................... 57
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel ................................................................. 60
3.2 Variabel Penelitian .................................................................... 60
3.2.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................ 61
3.3 Instrumen Penelitian .................................................................. 64
3.3.1 Instrumen Motivasi Berprestasi ...................................... 65
3.3.2 Instrumen Gaya Pengasuhan Orangtua ........................... 67
3.3.3 Instrumen Konsep Diri .................................................... 68
3.3.4 Instrumen Regulasi Diri .................................................. 70
3.4 Uji Validitas Instrumen ............................................................ 72
3.4.1 Uji Validitas Motivasi Berprestasi .................................. 73
3.4.2 Uji Validitas Gaya Pengasuhan Orangtua ....................... 85
3.4.3 Uji Validitas Konsep Diri ............................................... 93
3.4.4 Uji Validitas Regulasi Diri ............................................. 103
3.5 Prosedur Penelitian .................................................................. 119
3.5.1 Tahap Persiapan Penelitian ........................................... 119
3.5.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ....................................... 120
3.6 Teknik Pengolahan dan Metode Analisis Data ....................... 121
3.6.1 Teknik pengolahan Data ............................................... 121
3.6.2 Metode Analisis Data .................................................... 121
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Deskriptif ................................................................... 124
4.1.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian ............................ 124
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian ............................................. 125
4.1.3 Kategorisasi Hasil Penelitian ......................................... 127
4.2 Uji Hipotesis ............................................................................ 129
4.2.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ............................. 129
4.2.2 Uji Proporsi Varians masing-masing IV ......................... 138
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 143
5.2 Diskusi ..................................................................................... 144
5.3 Saran ........................................................................................ 151
5.3.1 Saran Metodologis .......................................................... 151
5.3.2 Saran Praktis ................................................................... 152
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Teori-teori Motivasi .................................................. 21
Tabel 3.1 Bobot Nilai untuk Setiap Item Skala Likert ..................................... 64
Tabel 3.2 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi .......................................... 66
Tabel 3.3 Blue Print Skala Gaya Pengasuhan Orang Tua ............................. 68
Tabel 3.4 Blue Print Skala Konsep Diri ......................................................... 70
Tabel 3.5 Blue Print Skala Regulasi Diri ...................................................... 72
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Berusaha Unggul ........................................... 74
Tabel 3.7 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Berusaha Unggul ............................................................................ 75
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Menyelesaikan Tugas .................................... 76
Tabel 3.9 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Menyelesaikan Tugas.............................................................. 77
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Rasional ........................................................... 78
Tabel 3.11 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Rasional ................................................................................... 79
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Suka Tantangan ............................................... 80
Tabel 3.13 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Suka Tantangan ........................................................................ 81
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Tanggung Jawab.............................................. 82
Tabel 3.15 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Tanggung Jawab ...................................................................... 83
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Suka Situasi Pekerjaan .................................... 84
Tabel 3.17 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Suka Situasi Pekerjaan ............................................................. 85
Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Gaya Pengasuhan Authoritarian ..................... 87
Tabel 3.19 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Authoritarian ........................................................................ 88
Tabel 3.20 Muatan Faktor Item Gaya Pengasuhan Authoritative ...................... 89
Tabel 3.21 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Authoritative ............................................................................ 90
Tabel 3.22 Muatan Faktor Item Gaya Pengasuhan Permissive .......................... 91
Tabel 3.23 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Permissive ............................................................................... 92
Tabel 3.24 Muatan Faktor Item Athletic Competence ....................................... 94
Tabel 3.25 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Athletic Competence ................................................................ 95
Tabel 3.26 Muatan Faktor Item Conduct/Morality ............................................ 96
Tabel 3.27 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item Conduct . 97
Tabel 3.28 Muatan Faktor Item Peer Acceptance .............................................. 98
Tabel 3.29 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Peer Acceptance ...................................................................... 99
Tabel 3.30 Muatan Faktor Item Physical Appearance ....................................... 100
Tabel 3.31 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Physical Appearan ................................................................... 101
xv
Tabel 3.32 Muatan Faktor Item Scholastic Competence................................... 102
Tabel 3.33 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Scholastic Competence ............................................................ 103
Tabel 3.34 Muatan Faktor Item Receiving ........................................................ 104
Tabel 3.35 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Receiving ................................................................................... 105
Tabel 3.36 Muatan Faktor Item Evaluating ...................................................... 106
Tabel 3.37 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Evaluating ................................................................................. 107
Tabel 3.38 Muatan Faktor Item Triggering ....................................................... 109
Tabel 3.39 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Triggering ................................................................................ 110
Tabel 3.40 Muatan Faktor Item Searching ........................................................ 111
Tabel 3.41 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Searching ................................................................................. 112
Tabel 3.42 Muatan Faktor Item Formulating .................................................... 113
Tabel 3.43 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Formulating ............................................................................ 114
Tabel 3.44 Muatan Faktor Item Implementing ................................................... 116
Tabel 3.45 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Implementing ............................................................................ 117
Tabel 3.46 Muatan Faktor Item Assessing ......................................................... 118
Tabel 3.47 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada
Item Assessing .................................................................................. 119
Tabel 4.1 Distribusi Subyek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin ............... 124
Tabel 4.2 Distribusi Subyek Penelitian berdasarkan Usia .............................. 125
Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ............................................. 126
Tabel 4.4 Statistic Deskriptif Gaya Pengasuhan Orang Tua ............................. 127
Tabel 4.5 Norma Skor ....................................................................................... 128
Tabel 4.6 Kategorisasi Per Variabelq ............................................................... 128
Tabel 4.7 R Square ............................................................................................ 129
Tabel 4.8 Anova ................................................................................................ 130
Tabel 4.9 Koefisien Regresi .............................................................................. 131
Tabel 4.10 Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable ................ 138
Tabel 4.11 Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable ................. 140
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir .......................................................................... 56
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Surat Penelitian
1. Surat Permohonan Izin Penelitian ........................................................... 163
2. Surat Keterangan Penelitian .................................................................... 164
Lampiran B. Surat Kesediaan mengisi Kuesioner ........................................ 165
Lampiran C. Instrumen Penelitian
1. Skala Motivasi Berprestasi ..................................................................... 167
2. Skala Gaya Pengasuhan Orang Tua ........................................................ 170
3. Skala Konsep Diri ................................................................................... 173
4. Skala Regulasi Diri ................................................................................. 175
Lampiran D. Hasil Pengolahan Data
1. Model pengukuran Variabel Motivasi Berprestasi ................................. 178
2. Model Pengukuran Variabel Gaya Pengasuhan ...................................... 180
3. Model Pengukuran Variabel Konsep Diri ............................................... 182
4. Model Pengukuran Variabel Regulasi Diri ............................................. 184
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta
sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Prestasi akademik siswa di Indonesia terus menurun seiring dengan
berjalannya waktu. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir prestasi
akademik siswa di Indonesia masih rendah. Pencapaian prestasi siswa
Indonesia di dunia internasional bahkan sangat rendah. Beberapa penelitian
telah memperkuat pernyataan ini.
Berdasarkan laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA
(International Association for the Evaluation of Educational Achievement) di
Asia Timur menunjukkan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD
berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD
adalah 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina),
dan 51,7 (Indonesia). Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai
30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal
berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka
sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda. Selain itu, IEA
(1999) melaporkan hasil studi Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara
2
peserta, prestasi siswa SLTP kelas 8 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk
IPA, ke-34 untuk Matematika (Kasmo, 2011).
Menurut Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) tahun 2003 , siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44
negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara
dalam hal prestasi sains (Wardani & Rumiati, 2011). Dalam hal ini prestasi
siswa Indonesia jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara
tetangga yang terdekat.
Pada tahun yang sama data dari Program for International Student
Assessment (PISA) tahun 2003, tatkala jumlah pesertanya 41 negara, rerata
skor siswa Indonesia usia 15 tahun untuk bidang sains, membaca, dan
matematika berada di urutan 38, 39, dan 35, artinya Indonesia berada di
papan bawah. Pada tes PISA tahun 2009, dengan peserta 65 negara, Indonesia
tetap jadi “juara bertahan” di papan bawah: peringkat ke-60 untuk sains, 57
untuk membaca, dan 61 untuk matematika. Artinya, kualitas para pelajar
Indonesia, kini berada di posisi terendah bersama Argentina, Tunisia, Albania,
Panama, Peru, Qatar, Kazakstan, Azerbaijan, Kyrgysztan. Sebelum itu, tiga
hasil studi internasional (PIRLS 2006, PISA 2006 dan TIMSS 2007)
menyimpulkan: (1) Kemampuan siswa Indonesia untuk semua bidang: di
bawah rata-rata skor internasional (500), (2) Siswa Indonesia hanya mampu
menjawab soal-soal dalam kategori rendah, dan hampir tidak ada yang dapat
menjawab soal-soal yang menuntut pemikiran tingkat tinggi (Tandrio, 2012).
3
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan United Nations for
Development Programme (UNDP) tentang kualitas manusia di seluruh dunia
tahun 2004, Indonesia hanya menduduki posisi ke -111 dari 177 negara. Posisi
ini berada jauh di bawah negara-negara tetangga. Apabila dibanding dengan
negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya
(Kasmo, 2011).
Pencapaian siswa kelas 8 di Indonesia terhadap tiga kali keikutsertaan
dalam TIMSS (1999, 2003 dan 2007) di bidang matematika dan sains berada
di peringkat bawah dibandingkan dengan pencapaian siswa setingkat di
beberapa Negara di Asia. Rata-rata skor siswa Indonesia pada TIMSS 2007
berada di bawah skor internasional dan hanya mencapai Low International
Benchmark. Dengan capaian tersebut, rata-rata siswa Indonesia hanya mampu
mengenali sejumlah fakta dasar tetapi belum mampu mengkomunikasikan dan
mengaitkan berbagai topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep yang
kompleks dan abstrak (Efendi, 2010)
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring
Report tahun 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang
dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO, 2011), Indeks Pembangunan
Pendidikan atau Education Development Index (EDI) menempatkan Indonesia
di peringkat ke-69 dari 127 negara di dunia, menurun dari tahun sebelumnya
dimana Indonesia menempati peringkat ke-65 (Napitupulu, 2011). Keadaan
tersebut menunjukkan rendahnya prestasi siswa di Indonesia.
4
Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan di atas, dapat dipahami
bahwa prestasi akademik murid-murid sekolah di Indonesia masih rendah.
Akibatnya daya saing lulusan sekolah di Indonesia juga rendah sehingga tidak
mampu bersaing dengan lulusan sekolah di negara lain. Oleh sebab itu perlu
dilakukan kajian lebih jauh untuk mengetahui variabel-varibel yang menjadi
penyebab rendahnya prestasi akademik tersebut, selanjutnya untuk dicarikan
solusinya.
Pada dasarnya dalam diri setiap individu mempunyai keinginan
melakukan sesuatu untuk memperoleh hasil yang baik. Setiap individu tidak
ada yang sama, hal inilah yang menyebabkan perbedaan perilaku dalam
belajar dikalangan siswa sehingga menyebabkan perbedaan dalam prestasi
belajar yang diperoleh. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses,
dimana dalam proses tersebut terdapat sejumlah faktor yang saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya, dan tinggi rendahnya prestasi
belajar pada siswa tergantung pada faktor-faktor tersebut.
Banyak faktor yang menyebabkan individu mempunyai dorongan
untuk berprestasi, salah satunya adalah motivasi. Menurut Ninawati (2002),
keberhasilan mendapatkan prestasi sangat dipengaruhi oleh motivasi. Motivasi
merupakan faktor yang penting dalam proses dan hasil belajar. Hal senada
diungkapkan oleh Sardiman (dalam Sugiyanto, 2007), bahwa prestasi
seseorang dalam belajar sangat dipengaruhi oleh motivasi, dan belajar akan
menjadi optimal kalau ada motivasi. Siswa akan belajar dengan baik bila ada
motivasi yang tinggi dalam belajarnya (Wahyudi, 2007). Individu yang
5
termotivasi untuk mencapai prestasi, ingin dan mengharapkan sukses (Weiner
dalam Biehler & Snowman, 1993). Hal senada diungkapkan oleh Grolnick,
Ryan & Deci dalam Hoang (2007) bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi
dapat mencapai keberhasilan akademis yang lebih baik. Menurut McClelland
dan Atkinson (dalam Biehler & Snowman, 1993), motivasi yang paling
penting untuk pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang
cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang
berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Faktor motivasi berprestasi
mempunyai kontribusi lebih besar dari faktor-faktor lainnya (Wahyudi, 2007).
Jadi faktor yang amat penting dalam mendorong terciptanya prestasi adalah
adanya motivasi berprestasi dalam diri setiap individu.
Menurut Weiner (dalam Biehler & Snowman, 1993), motivasi untuk
berprestasi juga didorong oleh pengalaman sukses, dimana seseorang yang
termotivasi untuk mencapai prestasi dan berharap sukses meskipun hasilnya
gagal akan selalu berusaha keras lagi sampai mencapai kesuksesan yang
diinginkan. Dan sebaliknya seseorang yang mengalami kegagalan akan
cenderung kehilangan motivasi untuk berprestasi.
Fernald & Fernald (1999) dalam berpandangan bahwa motivasi
berprestasi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: keluarga dan
kebudayaan (family and cultural), konsep diri (self concept), jenis kelamin
(sex roles), pengakuan dan prestasi (recognition and achievement). Bagaimana
cara orang tua mengasuh anak mempunyai pengaruh terhadap motivasi
berprestasi. Dengan kata lain bahwa latar belakang keluarga mempengaruhi
6
pembentukan motivasi berprestasi anak (McClelland dalam Irmawati, 2004).
Lebih lanjut McClelland mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi
berkembang terus setelah individu berinteraksi dan mendapat pengalaman dari
lingkungan yang lebih luas dan akan berkembang dengan cepat setelah
seseorang merasa harus berkompetensi dengan orang lain. Menurut Cumming,
Davies, dan Campbell dalam Cramer (2002) mengungkapkan bahwa gaya
pengasuhan merupakan salah satu aspek dari proses keluarga yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak. Gaya pengasuhan tertentu, dapat
mempengaruhi perkembangan anak (Deci & Ryan dalam Cramer, 2002).
Menurut Papalia, Old, dan Feldman (2008), orang tua dapat mempengaruhi
prestasi anak dengan melibatkan diri dalam pendidikan anak. Selanjutnya
dikatakan bahwa siswa dengan orang tua yang memonitor perkembangan anak
biasanya menjadi siswa yang terbaik di sekolah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Garliah & Nasution (2005),
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
pola asuh dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa dan mahasiswi
Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya dikatakan bahwa ada perbedaan
motivasi berprestasi mahasiswa pada berbagai bentuk gaya pengasuhan orang
tua. Setiap gaya pengasuhan akan berpengaruh terhadap anak yang diasuhnya
dalam menimbulkan motivasi dan pembentukan konsep diri seorang individu.
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku
seseorang. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan terlihat dari
7
keseluruhan perilakunya, yang juga akan mencerminkan konsep diri yang
dimilikinya (Desmita, 2009).
Selain faktor keluarga, konsep diri merupakan faktor yang juga dapat
mempengaruhi motivasi berprestasi (Fernald & Fernald, 1999). Motivasi
berprestasi merupakan masalah penting bagi para psikolog dan para ahli
dalam bidang pendidikan karena berhubungan dengan konsep diri akademik
(Marsh & Ayotte 2003 dalam Shekhar, & Devi, 2012). Motivasi berprestasi
dianggap sebagai prasyarat untuk sukses dalam pengaturan akademik, dan
konsep diri akademik memiliki hubungan dengan motivasi berprestasi
(Shekhar & Devi 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Rola (2006)
menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara konsep diri dan motivasi
berprestasi pada anak usia remaja yang ada di lingkungan pesantren, yaitu
semakin positif konsep diri seorang remaja, maka semakin tinggi pula
motivasi berprestasi akademiknya. Dari hasil penelitian tersebut dapat
dikatakan bahwa konsep diri memegang peranan penting dalam membentuk
motivasi berprestasi anak.
Selain faktor-faktor di atas, motivasi berprestasi juga dapat
dipengaruhi oleh adanya kemampuan individu untuk mengontrol perilaku
sendiri yang disebut dengan regulasi diri. Menurut Zimmerman dalam Blood
(2012) kemampuan regulasi diri tidak berkembang dengan sendirinya,
dibutuhkan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat mengembangkan
kemampuan regulasi diri. Regulasi diri juga digambarkan sebagai pikiran
yang dihasilkan diri, perasaan, dan tindakan yang direncanakan disesuaikan
8
dengan pencapaian tujuan pribadi. Hal senada diungkapkan oleh Susanto
(2006), regulasi diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam menjalani proses pendidikannya, dan
keberhasilan ini biasanya dilihat dari prestasi yang dicapai. Selanjutnya
dikatakan bahwa, keberhasilan seseorang dalam menjalankan sesuatu
termasuk pencapaian prestasi baik dalam pendidikan maupun bidang lain tidak
ditentukan oleh IQ semata, tetapi juga oleh faktor lain, salah satunya adalah
kemampuan regulasi diri.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebagaimana
dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa motivasi berprestasi disatu sisi
dipengaruhi oleh gaya pengasuhan orang tua, konsep diri, pengakuan dan
prestasi. Sementara disisi lain motivasi berprestasi juga dipengaruhi oleh
faktor lain seperti regulasi diri. Sehingga hasil penelitian tersebut memberi
gambaran kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan menjadikan gaya
pengasuhan orang tua, konsep diri, dan regulasi diri sebagai variabel dalam
penelitian ini. Selain alasan tersebut, dari banyak penelitian yang mengkaji
tentang motivasi berprestasi siswa, belum ada penelitian yang secara spesifik
mengkaji motivasi berprestasi sebagai dependent variable (DV) yang
dihubungkan dengan gaya pengasuhan orang tua, konsep diri, dan regulasi diri
sebagai independent variable (IV). Berdasarkan pemikiran inilah, penulis
merasa tertarik untuk membahas masalah tersebut khususnya yang
berhubungan dengan motivasi berprestasi, gaya pengasuhan orang tua, konsep
diri dan regulasi diri, dan mencoba menuangkannya dalam tesis ini dengan
9
judul ”Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua, Konsep Diri dan Regulasi
Diri Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta”
1.2 Pembatasan Masalah
Fokus utama penelitian ini adalah motivasi berprestasi siswa. Mengingat
banyak faktor atau variabel yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa,
maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini peneliti
membatasi faktor atau variabel yang mempengaruhi motivasi berprestasi
dengan tiga variabel, yaitu gaya pengasuhan orang tua, konsep diri dan
regulasi diri. Untuk menghindari kerancuan dan ketidakjelasan tentang ketiga
variabel tersebut dan subyek yang menjadi responden penelitian ini, maka
peneliti memberikan batasan sebagai berikut :
1. Motivasi berprestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
keinginan (dorongan) dalam diri siswa untuk mengarahkan dan mencapai
tujuan tertentu yang diinginkan dalam belajar, yaitu prestasi yang lebih
baik dari orang lain.
2. Gaya pengasuhan orang tua dalam penelitian ini dibatasi pada gaya
pengasuhan authoritarian, gaya pengasuhan authoritative, dan gaya
pengasuhan permissive yang ditunjukkan orang tua dalam berinteraksi
dengan anak dalam hal mendidik, membimbing, dan mendisplinkan serta
melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma
yang ada dalam masyarakat.
10
3. Konsep diri dalam penelitian ini dibatasi pada cara individu memandang
dirinya secara utuh, baik positif maupun negatif, yang diukur berdasarkan
lima aspek yaitu: athletic competence, conduct/morality, peer acceptance,
physical appearance, dan scholastic competence.
4. Regulasi diri dalam penelitian ini dibatasi pada usaha yang dilakukan
seseorang untuk mengatur fikiran, perasaan dan prilakunya untuk
kemudian dievaluasi sehingga terarah sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai dalam hidupnya melalui proses receiving, evaluating, triggering,
searching, formulating, implementing, dan assessing.
5. Subyek yang menjadi sampel dalam penelitian ini dibatasi pada siswa
MTs Pembangunan UIN Jakarta kelas VIII tahun pelajaran 2012/2013.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada pengaruh yang
signifikan dari gaya pengasuhan orang tua, konsep diri dan regulasi diri
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN
Jakarta?”
Dari rumusan tersebut di atas dapat dirinci sebagai berikut:
1. Apakah gaya pengasuhan authoritarian dapat menimbulkan pengaruh
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta?
11
2. Apakah gaya pengasuhan authoritative dapat menimbulkan pengaruh
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta?
3. Apakah gaya pengasuhan permissive dapat menimbulkan pengaruh
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta?
4. Apakah ada pengaruh athletic competence pada variabel konsep diri
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta?
5. Apakah ada pengaruh conduct/morality pada variabel konsep diri
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta?
6. Apakah ada pengaruh physical appearance pada variabel konsep diri
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta?
7. Apakah ada pengaruh peer acceptance pada variabel konsep diri
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta?
8. Apakah ada pengaruh kompetensi scholastic competence pada variabel
konsep diri terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta?
12
9. Apakah ada pengaruh receiving pada variabel regulasi diri terhadap
motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN
Jakarta?
10. Apakah ada pengaruh evaluating pada variabel regulasi diri terhadap
motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN
Jakarta?
11. Apakah ada pengaruh triggering pada variabel regulasi diri terhadap
motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN
Jakarta?
12. Apakah ada pengaruh searching pada variabel regulasi diri terhadap
motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN
Jakarta?
13. Apakah ada pengaruh formulating/planning pada variabel regulasi diri
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta?
14. Apakah ada pengaruh implementing pada variabel regulasi diri
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta?
15. Apakah ada pengaruh assessing pada variabel regulasi diri terhadap
motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN
Jakarta?
13
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya pengasuhan
orang tua (authoritarian, authoritative, dan permissive), konsep diri (athletic
competence, conduct/morality, peer acceptance, physical appearance, dan
scholastic competence) dan regulasi diri (reaciving, evaluating, triggering,
searching, formulating, implementing , dan assessing) terhadap motivasi
berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN Jakarta dan bagaimana
sumbangan masing-masing independent variable (IV) terhadap dependent
variable (DV).
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah yang
bermanfaat bagi lembaga pendidikan dan diharapkan ada kajian lebih lanjut
sebagai media pengembangan teori yang akan memperkaya wacana dalam
dunia pendidikan khususnya di bidang psikologi pendidikan.
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan baik bagi lembaga
pendidikan, orang tua dan pendidik, serta bagi penelitian selanjutnya, sebagai
bahan pertimbangan untuk meningkatkan motivasi berprestasi pada siswa di
sekolah. Khususnya bagi orang tua diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai gaya pengasuhan dalam keluarga sehingga dapat membantu anak
untuk dapat mengembangkan konsep diri dan regulasi diri serta meningkatkan
motivasi berprestasi agar mampu mencapai prestaasi terbaik di sekolahnya.
14
1.6 Sistematika penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, dengan
struktur penulisan sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang latar belakang
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab 2 Landasan Teori
Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil kajian pustaka yang
berhubungan dengan teori-teori tentang motivasi berprestasi, gaya
pengasuhan, konsep diri, dan regulasi diri, yang dijadikan landasan
teoritis penelitian ini. Bab ini juga dilengkapi dengan kerangka
berpikir dan hipotesis penelitian.
Bab 3 Metode Penelitian
Pada bab tiga dipaparkan mengenai populasi dan sampel, variabel
penelitian, definisi operasional variabel, instrumen (alat ukur),
pengujian validitas instrumen, prosedur penelitian, teknik pengolahan
dan metode analisis data.
Bab 4 Hasil Penelitian
Pada bab empat peneliti akan menguraikan mengenai analisa hasil
penelitian yang telah dilakukan yang meliputi analisis deskriptif, dan
uji hipotesis penelitian.
15
Bab 5 Kesimpulan, diskusi dan Saran
Pada bab lima ini, peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan,
diskusi hasil penelitian, dan saran teoritis serta saran praktis.
Daftar Pustaka
Lampiran
16
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil kajian pustaka yang berhubungan
dengan teori-teori tentang motivasi berprestasi, gaya pengasuhan, konsep diri,
dan regulasi diri, yang dijadikan landasan teoritis penelitian ini. Bab ini juga
dilengkapi dengan kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
2.1. Motivasi Berprestasi
2.1.1 Definisi Motivasi Berprestasi
Istilah motivasi berprestasi terdiri atas dua kata, yaitu motivasi dan prestasi.
Oleh karena itu sebelum memberikan definisi motivasi berprestasi, peneliti
merasa perlu memberikan pengertian motivasi. Secara etimologis, istilah
motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan
(to move). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), motivasi berasal
dari kata “motif” yang diartikan sebagai alasan atau sebab seseorang
melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi diartikan sebagai: (1) dorongan yang
timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) usaha yang dapat menyebabkan
seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena
ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya. Motivasi berprestasi dapat dipahami dengan mempelajari arti
dari "prestasi" dan "motivasi" secara terpisah. Prestasi biasanya menekankan
pentingnya prestasi dan motivasi merupakan pencapaian dengan usaha yang
dilakukan (Mandel & Marcus dalam Shekhar & Devi, 2012).
17
Lefton dan Valvatne (1992) mendefinisikan motivasi sebagai berikut:
“An internal condition that appears by inference to initiate, activate, or
maintain goal-directed behavior”. Artinya, motivasi adalah kondisi internal
yang muncul karena adanya inferensi untuk memprakarsai, mengaktifkan, atau
menjaga perilaku yang mengarah kepada sebuah tujuan. Menurut Santrock
(2003), motivasi adalah “the desire to accomplish something, to reach
standard of excellence and to expert effort to excel” (keinginan untuk
menyelesaikan sesuatu untuk mencapai standar keberhasilan dan untuk
melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan).
Dalam konteks proses belajar, motivasi berprestasi menjadi sangat
penting bagi siswa untuk mencapai kesuksesan, meskipun tidak dinafikan ada
faktor atau variabel lain yang mempengaruhi prestasi belajar. Istilah motivasi
berprestasi berasal dari teori kepribadian Henry Murray yang dikembangkan
oleh McClelland dan Atkinson (dalam Biehler & Snowman, 1993) yang
mengemukakan bahwa motivasi yang terpenting dalam psikologi pendidikan
adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk
mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan
sukses atau gagal. Individu yang memiliki motivasi berprestasi menginginkan
sukses atas apa yang telah diusahakan, dan memiliki sikap yang tinggi
terhadap kesuksesan, dan bekerja keras untuk mencapai kesuksesan (Atkinson
dalam Zenzen, 2002). Motivasi berprestasi merupakan salah satu aspek yang
paling penting dalam psikologi motivasi karena kebutuhan motivasi
berprestasi adalah salah satu kriteria yang berkaitan dengan kemajuan
18
masyarakat (Butler dalam Mahmoud, 2011). Rabideau dalam Mahmoud
(2011) mendefinisikan motivasi berprestasi “as the need for success or the
attainment of excellence” (sebagai kebutuhan untuk sukses atau pencapaian
keunggulan). Menurut Atkinson & McClelland dalam Krause, Bochner,
Duchesne & McMaugh (2003) menjelaskan “the need for achievement, or
achievement motivation, as a stable personality characteristic that drive some
individuals to strive for success”. (kebutuhan untuk berprestasi atau motivasi
berprestasi, sebagai karakteristik kepribadian yang stabil yang mendorong
individu untuk berjuang untuk sukses).
McChelland dalam Lefton dan Valvatne (1992) menyebut motivasi
berprestasi dengan istilah social need for achievement yang dalam
penjelasannya diartikan sebagai berikut:
a. “A social need that directs a person to strive constantly for excellence
and success”. Artinya, kebutuhan sosial yang mengarahkan seseorang
untuk terus berjuang untuk keunggulan dan keberhasilan.
b. “Achievment motivation is the desire to do well not so much for the
sake of social recognition or prestige”. Atau “doing something well or
doing something better than it had been done before, more efficiently,
more quickly with labour with a better result”, yaitu bahwa seseorang
yang memiliki motivasi berprestasi mempunyai keinginan untuk
berbuat yang lebih baik dari pada orang lain dan mengerjakan sesuatu
lebih baik dari pekerjaan sebelumnya. Motivasi berprestasi ini
mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam
19
melaksanakan tugasnya dimana individu bekerja sebaik mungkin
dengan usaha yang sungguh-sungguh.
McClelland (dalam Mischel et al, 2003) secara singkat mengartikan
motivasi berprestasi sebagai competition with a standard of excellence
(kompetisi dengan standar keunggulan). Motivasi berprestasi terjadi ketika
individu tahu bahwa terdapat penilaian baik dari diri sendiri ataupun dari
orang lain.
Heckhausen dalam Djaali (2009) mengartikan motivasi berprestasi
sebagai suatu dorongan yang terdapat dalam diri seseorang yang selalu
berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya
setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar
keunggulan.
Dari beberapa definisi motivasi berprestasi di atas, peneliti dapat
mengidentifikasi beberapa kata kunci, yaitu (1) dorongan, (2) perjuangan, (3)
dan keunggulan atau kesuksesan. Dengan tiga kata kunci ini, peneliti
mencoba untuk mendefinisikan kembali motivasi berprestasi sebagai berikut:
Dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk terus berjuang dalam
melakukan tugas yang diemban untuk mencapai keunggulan atau kesuksesan
yang diharapkan.
2.1.2 Teori-Teori Motivasi (Berprestasi)
Berbicara masalah teori motivasi berprestasi pada prinsipnya tidak bisa
dilepaskan dari teori motivasi itu sendiri. Sebab motivasi berprestasi ini
merupakan sub-bagian dari teori yang besar yaitu teori motivasi. Oleh karena
20
itu, pada subbab ini, peneliti akan memaparkan teori-teori motivasi, kemudian
memetakan, dimana posisi teori motivasi berprestasi dalam kaitannya dengan
teori motivasi tersebut.
Menurut Lefton dan Valvatne (1992), ada empat teori motivasi, yaitu
drive theory, expectancy theory, cognitive theory, dan humanistic theory. Pada
bagian berikut ini, penulis akan menjelaskan masing-masing teori secara
singkat.
1. Drive theory.
Teori ini menjelaskan tentang perilaku yang menekankan faktor-faktor
internal yang memberi energy kepada organisme untuk mencari,
mencapai, atau mempertahankan tujuan tertentu. Seringkali, tujuannya
adalah untuk membangun kembali keadaan keseimbangan fisiologis.
2. Expectancy theory.
Teori ini menjelaskan tentang perilaku yang menekankan harapan
seseorang tentang keberhasilan dan kebutuhan untuk berprestasi
sebagai faktor energi.
3. Cognitive theory.
Teori ini menjelaskan tentang perilaku yang menekankan peranan
pikiran dan pilihan individu mengenai tujuan hidup dan cara
mencapainya.
4. Humanistic theory.
Teori ini menjelaskan tentang perilaku yang menekankan peran
kualitas manusia seperti martabat, pilihan individu, dan konsep diri.
21
Pandangan di atas secara singkat dapat dilihat dalam matrik
perbandingan berikut ini.
Tabel 1 Perbandingan Teori-teori Motivasi
Teori Tokoh Prinsip-Prinsip
Utama
Ide Kunci Pandangan tentang
Perilaku
Drive a. Nisbett
b. Schachter
c. Hebb
a. Obesitas
b. Lapar dan
obesitas
c. Gairah/
rangsangan
optimal
a. Jumlah sel-sel
lemak
menentukan
obesitas
b. Isyarat
eksternal
energi perilaku
makan
c. Kinerja
tergantung
pada tingkat
rangsangan
a. Mechanism: obesitas
adalah ditentukan secara
biologis
b. Sebagian kecil
mekanistik tetapi
mengakui peran
pembelajaran.
c. Sebagian besar
mekanistik: Efisiensi
perilaku ditentukan oleh
tingkat gairah fisiologis.
Expectancy a. McClelland
b. Friedmand
&
Rosenman
a. Achievement
motivation
b. Orang-orang
yang rentan
terhadap
perilaku tipe A
yang terkait
dengan
serangan
jantung koroner
a. Manusia
mempelajari
kebutuhan
untuk
berprestasi
b. Urgensi waktu
mengarah ke
pencarian yang
kompetitif dan
tak berujung
untuk
penguasaan
dan sukses
a. Sebagian kecil
mekanistik dan sebagian
kecil kognitif: prestasi
adalah perilaku yang
dipelajari.
b. Sebagain kecil kognitif
dan sebagian kecil
mekanistik: Perilaku jenis
A terjadi lebihawal dalam
kehidupan melalui
reinforcement dan
punishment.
Cognitive Deci Intrinsic
motivation
Motivasi
instinsik yaitu
dengan
menghargai diri
sendiri akan
membuat orang
tersebut merasa
kompeten
Cognitive: Motivasi
adalah bawaan, namun
penghargaan ekstrinsik
sering menurunkannya,
pengambilan keputusan
sangat penting
Humanistic Maslow Belajar untuk
pemenuhan
kebutuhan dan
perasaan
aktualisasi diri
self –
actualization
Cognitive: manusia
berusaha untuk
mengaktualisasikan diri
setelah mereka
memenuhi kebutuhan
dasar pangan dan
keamanan, keputusan
sadar menentukan
semua tujuan yang lebih
tinggi.
Sumber: Lefton dan Valvatne (1992)
22
Berdasarkan pandangan dari empat teori di atas, dapat dikatakan
bahwa teori motivasi berprestasi berada di dalam wilayah teori expectancy.
Dari beberapa teori motivasi berprestasi tersebut, peneliti sependapat dengan
Elliot dan Sheldon (1997) yang mengatakan bahwa inti dari teori-teori
tersebut adalah “the desire to approach success (e.g., need for achievement)
and the desire to avoid failure (e.g., fear of failure), artinya suatu keinginan
untuk meraih sukses (kebutuhan untuk berprestasi) dan keinginan untuk
menghindari kegagalan (takut gagal).
2.1.3 Jenis-jenis Motivasi
Dari kajian literatur yang peneliti lakukan, peneliti tidak menemukan secara
spesifik jenis-jenis motivasi berprestasi.Namun demikian, peneliti menemukan
jenis-jenis kebutuhan individu dalam perspektif trait theory of motivation.
Menurut trait theory of motivation, sebagaimana ditulis oleh (McDevitt &
Ormrod, 2002) ada tiga jenis kebutuhan individu, yaitu need for affiliation
(kebutuhan berafiliasi), need for approval (kebutuhan untuk mendapatkan
pengakuan), dan need for achievement atau achievement need (kebutuhan
berprestasi).
Merujuk kepada McDevitt & Ormrod (2002), peneliti akan
memberikan uraian singkat dari masing-masing jenis kebutuhan tersebut
sebagai berikut.
1. Need for affiliation disebut juga dengan a need for relatedness.
Connel; Connel & Wellborn (dalam McDevitt & Ormrod, 2002)
mengartikan need for affiliation sebagai “consistent tendency in some
23
individuals to seek out friendly relationship with other”. Maksudnya
adalah kecenderungan yang konsisten dari individu untuk
mendapatkan hubungan yang akrab dengan orang lain.
2. Need for Approval.
Secara sederhana dapat diartikan sebagai “ a strong desire to gain the
acceptance and positive judgment of other people” (Egoe & Sullivan;
Juvonen & Weiner; Urdun & Maehr dalam McDevitt & Ormrod,
2002). Artinya keinginan yang kuat untuk mendapatkan penerimaan
dan penilaian yang positif dari orang lain.
3. Achievement motivation.
McDevitt & Ormrod (2002) mengartikan achievement motivation
sebagai berikut: “the need for excellence for its own sake, without
regard for any external rewards that accomplishments might bring.
Artinya kebutuhan untuk mencapai keunggulan tanpa memperhatikan
banyak imbalan eksternal yang mungkin membawa prestasi.
Dari tiga jenis motivasi sebagaimana yang peneliti uraikan di atas,
yang menjadi fokus penelitian ini adalah motivasi berprestasi. Sebab dengan
motivasi berprestasi ini sangat erat dengan dorongan anak untuk menjalankan
tugas yang diberikan, yaitu tugas dalam belajar.
2.1.4 Faktor-faktor Penyebab Motivasi Berprestasi
Dari kajian literatur yang peneliti lakukan, peneliti dapat mengatakan bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi. Leary (2007) dalam
kajiannya menemukan bahwa konsep diri mempengaruhi motivasi berprestasi.
24
Marsh & Hau (2003) menyebutkan selain konsep diri, latar belakang keluarga
dan latar belakang pendidikan juga mempengaruhi motivasi berprestasi.
Fernald & Fernald (1999) menyebutkan beberapa hal yang dapat
mempengaruhi motivasi seseorang yaitu:
1. Keluarga dan Kebudayaan (family and cultural)
Motivasi berprestasi seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan
sosial seperti orang tua dan teman, dan kebudayaan.
2. Konsep diri (self concept)
Konsep diri merupakan bagaimana seseorang berfikir mengenai
dirinya sendiri. Apabila individu percaya mampu melakukan sesuatu
maka individu tersebut akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut
sehingga berpengaruh dalam bertingkah laku.
3. Jenis kelamin (sex roles)
Prestasi yang tinggi biasanya diidentikkan dengan maskulinitas,
sehingga banyak para wanita belajar tidak maksimal khususnya wanita
tersebut berada diantara para pria.
4. Pengakuan dan Prestasi (recognition and achievement)
Individu akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras apabila diri
merasa dipedulikan atau diperhatikan oleh orang lain.
Motivasi berprestasi juga dipengaruhi oleh faktor baik internal maupun
ekternal, seperti yang diungkapkan oleh Klose (dalam Kuntjojo & Matulessy,
2012) : “Several internal and external factors contribute to a student‟s
motivational in the classroom, these include recognizing the relationship
25
between effort and ability, understanding the classroom reward structures,
balancing academic mastery and social competence, and choosing tasks of
appropriate difficulty”. Artinya "beberapa faktor internal dan eksternal
berkontribusi terhadap motivasi siswa dalam kelas termasuk mengenali
hubungan antara usaha dan kemampuan, memahami struktur penghargaan
kelas, menyeimbangkan kemahiran akademik dan kompetensi sosial, serta
memilih tugas dengan tingkat kesulitan yang tepat".
McClelland (1987), mengatakan bahwa motivasi berprestasi
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik meliputi self-efficasi (keyakinan individu pada dirinya untuk mampu
mencapai sukses), value (nilai), ketakutan terhadap kegagalan, perbedaan jenis
kelamin, usia, kepribadian, dan lain-lain. Sedangkan faktor ekstrinsik
merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi sesorang yang
bersumber dari luar diri individu tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
berprestasi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat
internal (berasal dari dalam diri individu itu sendiri) maupun yang bersifat
eksternal (dari luar individu).
2.1.5 Dimensi motivasi berprestasi
Dari kajian literatur yang peneliti lakukan, peneliti menemukan beberapa
istilah untuk menyebutkan motivasi berprestasi, yaitu need for achievement (n
Ach), achievement motivation, motivation to learn, dan mastery orientation
(McDevitt & Ormrod, 2002). Keempat istilah ini masuk dalam istilah umum
26
yang disebut dengan instrinsic motivation. Lebih lanjut McDevitt & Ormrod
(2002) menyebutkan, instrinsic motivation memiliki beberapa aspek atau
dimensi sebagai berikut:
1. Curiusity (rasa ingin tahu), bahwa anak secara alami mempunyai rasa
ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif mencari informasi
untuk membantu mereka memahami dan lebih masuk akal.
2. Need for cognitive consistency, bahwa manusia memiliki kebutuhan
terhadap konsistensi dan keterpaduan antara hal-hal yang mereka
pelajari.
3. Interest, dimana seseorang dapat membedakan dua macam
kepentingan, yaitu kepentingan situasional yang tergantung pada
keadaan lingkungan dan kepentingan pribadi yang relatif bersifat
stabil.
4. Value (nilai), dimana anak-anak harus percaya bahwa ada manfaat
langsung atau tidak langsung dalam melaksanakan tugasnya.
5. Competence (kompetensi), bahwa sumber penting motivasi intrinsik
merupakan kebutuhan untuk merasa kompeten, dan percaya bahwa
seseorang dapat menangani lingkungan seseorang secara efektif.
6. Self determination, bahwa anak-anak memiliki rasa penentuan nasib
sendiri, percaya bahwa mereka memiliki beberapa pilihan dan
melakukan kontrol terhadap hal-hal yang mereka lakukan dan
keputusan yang mereka ambil.
27
2.1.6 Pengukuran Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi merupakan variabel psikologi yang tidak dapat diamati
secara langsung. Dengan pengertian lain motivasi beprestasi termasuk variabel
latent atau unobservable variable. Karena sifatnya tidak dapat diamati
langsung maka untuk mengukurnya diperlukan alat ukur atau instrumen.
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan alat ukur berupa kuesioner
(pencil and paper questionnaire). Kuesioner merupakan alat ukur yang umum
digunakan karena beberapa kelebihan yang dimilikinya dibandingkan dengan
alat ukur yang lain. Adapun kelebihannya yaitu dapat diberikan kepada
sejumlah besar individu dalam waktu yang bersamaan, relatif terkontrol
karena pertanyaannya tertulis. Model kuesioner yang digunakan yaitu
berbentuk skala Likert.
Ada beberapa jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur
motivasi berprestasi, diantaranya yaitu:
1. Mehrabian Achievement Risk Preverence Scale (MARPS) yang
dikembangkan oleh Mehrabian dalam Rozhkova (2011). Skala ini
terdiri dari 26 item yang mengukur perilaku yang berbeda,
karakteristik dari orang yang berorientasi pada prestasi ((high value of
success, realistic goal setting, preference for ability dependent task
and performance based payment).
2. The Achievement Motivational Scale (AMS) yang dikembangkan oleh
Gjesme & Nygard dalam Lang & Fries (2006). Skala ini disusun
berdasarkan dua dimensi yaitu hope of success (harapan untuk sukses)
28
and fear of failure (ketakutan akan kegagalan). Skala ini berisi 30 item
yang terdiri dari 15 item untuk mengukur hope of success dan 15 item
untuk mengukur fear of failure.
3. Achievement Motivation Inventory (AMI) dikembangkan oleh Schuler,
Heinz; Thornton, George C. III; Frintrup, Andreas & Mueller-Hanson,
Rose (2002). Skala ini terdiri 170 item yang mengukur 17 dimensi
yaitu Compensatory Effort, Competitiveness, Confidence in Success,
Dominance, Eagerness to Learn, Engagement, Fearlessness,
Flexibility, Flow, Goal Setting, Independence, Internality, Persistence,
Preference for Difficult Tasks, Pride in Productivity, Self-Control, and
Status Orientation.
4. The Questionnaire on Current Motivation (QCM) dikembangkan oleh
Rheinberg, Vollmeyer, & Burns dalam Freund, Kuhn, & Holling
(2011). Skala ini mengukur empat faktor motivasi berprestasi yaitu
anxiety (kecemasan), challenge (tantangan), interest (minat), and
probability of success (peluang untuk sukses). Skala ini terdiri dari 18
item yang mengukur faktor tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen motivasi
berprestasi yang dibuat oleh Djaali & Muljono (2008), sebab instrumen ini
lebih sesuai digunakan untuk responden di Indonesia yang memiliki
karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan responden instrumen
lainnya.
29
2.2 Gaya Pengasuhan
2.2.1 Definisi Gaya Pengasuhan
Gaya pengasuhan dalam bahasa Inggris disebut dengan parenting style.
Parenting sendiri berasal dari bahasa Latin “parere” yang berarti “to bring
forth, develop atau educate” (Hoffman, 2002). Jadi dari segi bahasa
parenting berarti mengembangkan atau mendidik.
Ada beberapa definisi parenting yang diberikan para ahli. Diantaranya
adalah Martin dan Colbert (1997) parenting merupakan sebuah proses yang
dilakukan orang tua mulai dari merencanakan kelahiran, melindungi,
mengasuh, membimbing, dan mengarahkan anak-anaknya. Definisi yang
serupa juga diberikan oleh Brooks (1991) yang mengartikan bahwa parenting
adalah sebuah proses untuk membesarkan, menjaga, merawat, dan
mengarahkan anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Gaya pengasuhan
(parenting style) digambarkan sebagai kombinasi dari sikap orang tua
terhadap anak yang dikomunikasikan kepada anak dan menciptakan iklim
emosi dimana perilaku orang tua dapat mempengaruhi perilaku anak (Darling
& Steinberg dalam Starr, 2011). Selanjutnya dikatakan bahwa iklim emosi ini
diciptakan melalui praktik pengasuhan dan perilaku tidak langsung seperti
gerak tubuh, nada suara ketika menangani anak, dan ekspresi emosi terhadap
anak.
Parenting memiliki tujuan tersendiri dalam konteks pendidikan Anak.
Menurut Martin dan Colbert (1997) tujuan umum dari parenting adalah:
30
a. Untuk membantu anak agar bisa bertahan (survive) dan sehat secara
fisik
b. Untuk memenuhi kebutuhan anak yang bersifat khusus sesuai dengan
budaya yang dimiliki.
c. Untuk membantu anak agar memiliki berbagai kemampuan sehingga
bisa hidup mandiri secara ekonomi.
Dari arti dan tujuan parenting sebagaimana peneliti paparkan di atas,
dapat dimengerti bahwa parenting merupakan kegiatan yang bersifat edukasi
bagi anak-anak dan merupakan proses yang kompleks serta memerlukan
keterampilan tersendiri dari orang tua. Keberhasilan orang tua dalam
melakukan parenting akan menentukan keberhasilan seorang anak di masa
depan. Demikian juga sebaliknya, jika orang tua gagal melakukan parenting,
maka anak akan menghadapi kegagalan dalam hidupnya.
2.2.2 Jenis-jenis Gaya Pengasuhan
Jenis gaya pengasuhan telah dibuat berdasarkan klasifikasi dari Baumrind
(1971). Baumrind telah membuat klasifikasi gaya pengasuhan berdasarkan
gaya kepemimpinan dengan penekanan pada beberapa aspek, seperti control,
penjelasan, kematangan, perintah, dan bimbingan. Berdasarkan aspek-aspek
ini, Baumrind (1971) mengklasifikasikan gaya pengasuhan menjadi tiga,
yaitu authoritative, authoritarian, dan permissive. Pada perkembangan
berikutnya, Baumrind (dalam Santrock, 2002) mengklasifikasikan gaya
pengasuhan permissive menjadi dua jenis, yaitu Neglectful parenting-
31
parenting dan Permissive Indulging parenting. Masing-masing jenis akan
peneliti uraikan secara singkat sebagai berikut.
1. Authoritarian parenting style (gaya pengasuhan otoriter). Gaya
pengasuhan ini, orang tua cenderung bersikap keras (restrictive) dan
menghukum (punitive). Orang tua dengan gaya ini juga menetapkan
batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar kepada
anak-anak untuk berbicara (bermusyawarah). Sebagai contoh orang tua
akan mengatakan kepada anaknya “Kerjakan apa yang saya minta dan
tidak akan ada diskusi tentang itu”. Gaya pengasuhan seperti ini
membuat anak cenderung berperilaku kurang sosial, cemas dengan
lingkungan sosial, gagal untuk memulai aktifitas, dan memiliki
komunikasi sosial yang rendah.
2. Authoritative parenting style (gaya pengasuhan autoritatif), gaya
pengasuhan ini mendorong anak-anak untuk menjadi mandiri tapi
masih memberi batasan dan kontrol pada tindakan mereka. Adanya
sikap orangtua yang hangat dan bersifat membesarkan hati anak, dan
komunikasi dua arah yang bebas membuat anak semakin sadar dan
bertanggung jawab secara sosial. Contoh: ”Kamu tahu bahwa kamu
seharusnya tidak melakukan hal itu, tetapi mari kita diskusikan
bersama bagaimana kamu dapat menangani situasi yang berbeda
dengan lebih baik”. Anak cenderung memiliki kompetensi sosial,
mandiri, dapat bergaul dengan rekan sebaya mereka, dan menunjukkan
harga diri yang tinggi. Ini yang direkomendasikan oleh Baumrind.
32
3. Permissive parenting style (gaya pengasuhan permisif).
Menurut Maccoby & Martin dalam Santrock (2002), gaya pengasuhan
ini dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Permissive Neglectful parenting (Pengasuhan permisif tidak
peduli). Gaya pengasuhan dimana orang tua sangat tidak ikut
campur dalam kehidupan anak. Dengan gaya pengasuhan ini, anak
cenderung memiliki pengendalian diri yang rendah, tidak mampu
menangani kebebasan dengan baik, dan tidak termotivasi untuk
berprestasi.
b. Permissive Indulging parenting (Pengasuhan Permisif
memanjakan). Gaya pengasuhan ini orang tua sangat terlibat
dengan anak tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan
mereka. Orang tua yang permisif cenderung memanjakan
mengizinkan anak melakukan apa yang mereka inginkan, dan
akibatnya adalah anak tidak pernah belajar bagaimana
mengendalikan perilaku mereka sendiri, dan selalu berharap
mereka bisa mendapat semua keinginannya. Akibatnya anak tidak
mengontrol perilaku mereka, orang tua tidak bertanggungjawab
terhadap perkembangan anak secara keseluruhan.
Gaya pengasuhan yang berbeda dikemukakan oleh Hersey dan
Blanchard dalam Garliah & Nasution (2005), terdiri dari empat gaya yang
merupakan kombinasi dari dua dimensi (directive behavior dan supportive
behavior), yaitu pengasuhan telling, selling, participating, dan delegating.
33
1. Telling
Perilaku orang tua yang directive-nya tinggi dan supportive rendah
disebut dengan telling, karena dikarakteristikkan dengan komunikasi
satu arah antara orang tua dengan anak. Pada gaya pengasuhan ini,
orang tua menentukan peran anak dan mengatakan apa, bagaimana,
kapan, dan dimana anak harus melakukan berbagai tugas.
2. Selling
Perilaku orang tua yang directive dan supportive tinggi disebut dengan
selling, karena sebahagian besar arahan yang ada diberikan oleh orang
tua. Orang tua juga berusaha melalui komunikasi dua arah yang
membolehkan anak untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan
dukungan serta dorongan.
3. Participating
Perilaku orangtua yang directive-nya rendah dan supportive tinggi
disebut participating, karena orangtua dan anak saling berbagi dalam
membuat keputusan melalui komunikasi dua arah. Anak memiliki
kemampuan dan pengetahuan untuk berbagi ide tentang bagaimana
suatu masalah itu dipecahkan dan membuat kesepakatan dengan
orangtua apa yang harus dilakukan.
4. Delegating
Perilaku orangtua yang directive dan supportive rendah disebut dengan
delegating, karena meskipun orang tua tetap menetapkan apa yang
harus dilakukan dalam menghadapi suatu masalah, namun anak
34
diperbolehkan untuk menjalankan apa yang diinginkannya dan
memutuskan kapan, di mana dan bagaimana mereka melakukan satu
hal.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan gaya pengasuhan orang
tua adalah ketiga gaya pengasuhan yang dikembangkan oleh Baumrind (1991)
yang meliputi gaya pengasuhan authoritarian, gaya pengasuhan authoritative,
dan gaya pengasuhan permissive sebagaimana peneliti uraikan di atas.
2.2.3 Dimensi Gaya Pengasuhan
Baumrind (1991) mengemukakan dua dimensi gaya pengasuhan yaitu :
1. Demandingness (Control)
Dimensi ini menggambarkan bagaimana standar yang ditetapkan oleh
orang tua bagi anak, sejauh mana orang tua berusaha untuk
mengintegrasikan anak ke dalam sistem sosial keluarga dengan
menegakkan aturan keluarga dan standar perilaku, menetapkan
harapan yang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Masing-
masing orang tua memiliki kadar demandingness yang berbeda satu
sama lain.
2. Responsiveness (Warmth)
Dimensi ini menggambarkan bagaimana orang tua berespon kepada
anaknya, dimana orang tua berupaya untuk mendukung perkembangan
individualitas anak-anaknya dan kecenderungan menonjolkan diri
dengan memperhatikan kesejahteraan emosional, kebutuhan khusus
anak, dan kepentingan. Rentang perhatian yang diberikan orang tua
35
berkisar antara orang tua yang sangat tanggap dengan kebutuhan anak,
hingga orang tua tidak tahu menahu mengenai kebutuhan anaknya.
Dimensi gaya pengasuhan menurut Hersey & Blanchard (dalam
Garliah & Nasution, 2005), terdiri dari dua yaitu:
1. Directive Behavior
Dimensi ini melibatkan komunikasi searah dimana orang tua
menguraikan peran anak dan memberitahu anak apa yang harus
mereka lakukan, dimana, kapan dan bagaimana melakukan suatu
tugas.
2. Supportive Behavior
Dimensi ini melibatkan komunikasi dua arah, dimana orang tua
mendengarkan anak, memberikan dorongan, membesarkan hati,
memberikan teguran positif dan membantu mengarahkan perilaku
anak.
Dimensi-dimensi tersebut di atas tidak terlepas dari bagaimana gaya
pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua kepada anaknya.
2.2.4 Pengukuran Gaya Pengasuhan
Ada beberapa jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur gaya
pengasuhan orang tua, diantaranya yaitu:
1. Parental Bonding Instrumen (PBI) yang dikembangkan oleh Parker,
Tupling, & Brown (1979). Skala ini disusun berdasarkan dua bentuk
pengasuhan yaitu „care‟, dan „overprotection‟ atau „control‟, dimana
masing-masing menggambarkan sikap orang tua yang dirasakan oleh
36
anak-anak. Skala ini berisi 25 item pernyataan, yang terdiri dari 12
item untuk „care‟, dan 13 item untuk „control‟.
2. The Parental Authority Questionnaire (PAQ) yang dikembangkan oleh
Buri (1991). Skala ini disusun berdasarkan tiga tipe gaya pengasuhan
yaitu authoritarian, authoritative, dan permissive. Skala ini berisi 30
item yang mewakili ketiga gaya pengasuhan tersebut, dimana masing-
masing gaya pengasuhan terdiri dari 10 item.
3. The Parenting Style Questionnaire yang dikembangkan oleh Lamborn,
Mounts, Steinberg, & Dornbusch (1991). Skala pengukuran ini disusun
berdasarkan dua dimensi gaya pengasuhan yaitu:
Acceptance/Involvement, dan Strictness/Supervision. Skala ini berisi
24 item, dimana 15 item mewakili dimensi acceptance, dan 9 item
mewakili strictness.
4. The Parenting Style Questionnaire (Parenting Practices
Questionnaire) yang dikembangkan oleh Robinson, Mandleco, Olsen,
& Hart dalam Ellis (2007). Kuesioner ini berisi 62 item yang
mengukur karakteristik authoritative, authoritarian dan permissive
parenting styles. Dari 62 item tersebut, 27 item mengukur
authoritative, 26 item mengukur authoritarian, dan 15 item mengukur
permissive.
5. The Parenting Style Inventory II (PSI-II) yang dikembangkan oleh
Darling & Toyokawa (1997). Skala pengukuran ini disusun
berdasarkan tiga dimensi gaya pengasuhan yaitu: Responsiveness,
37
Autonomy-granting, dan Demandingness. Skala ini berisi 15 item
yang mewakili ketiga dimensi tersebut.
6. Parent as Social Context Questionnaire-Adolescent Report yang
dikembangkan oleh Skinner, Johnson & Snyder (2005). Skala
pengukuran ini disusun berdasarkan enam dimensi dari gaya
pengasuhan yaitu: Warmth, Rejection, Structure, Chaos, Autonomy
support, dan Coercion. Skala ini berisi 48 item yang mewakili
dimensi-dimensi tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Parental Authority
Questionnaire (PAQ) yang dikembangkan oleh Buri (1991) untuk mengukur
gaya pengasuhan orang tua, karena skala ini disusun berdasarkan ketiga gaya
pengasuhan yang akan diteliti.
2.3 Konsep Diri
2.3.1 Definisi Konsep Diri
Konsep diri dikembangkan oleh Carl Rogers. Diri atau self dapat dilihat
sebagai „me‟ (saya-objek) atau „I‟ (aku-subjek) yang akan membentuk diri.
Dalam konteks ini, Rogers sebagaimana dikutip oleh Pervin, Cervone, dan
John (2010) mengatakan konsep diri merupakan representasi dari pola
persepsi yang terorganisasi dan konsisten. Walaupun diri selalu berubah,
akan tetapi diri selalu mempertahankan kuliatas yang telah terpola,
terintegrasi, dan terorganisasi. Dengan demikian, menurut Rogers konsep diri
adalah struktur psikologis yang dengannya orang-orang menginterpretasikan
dunia mereka. Lebih lanjut Rogers mengatakan bahwa diri bersifat konstan
38
sepanjang waktu dan situasi. Dengan demikian, cara orang memandang diri
mereka sendiri pada satu waktu dan pada satu situasi adalah berkaitan dengan
pandangan mereka tentang diri mereka sendiri pada waktu dan situasi yang
berbeda. Konsep diri Rogerians mengasumsikan keseluruhan, bukan susunan
dari bagian-bagian yang tidak berhubungan.
Menurut Chaplin (2005) konsep diri artinya evaluasi individu
mengenai diri sendiri, penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh
individu yang bersangkutan. Pengertian ini menggambarkan bahwa melalui
konsep diri, seorang individu mampu untuk melihat dan menilai dirinya
sendiri dari sudut pandang positif dan negatif. Berger dalam Viktor (2011)
menggambarkan konsep diri sebagai pemahaman masyarakat terhadap siapa
mereka. Himpunan perasaan dan kognisi tentang diri sendiri dapat disebut
sebagai diri sendiri atau konsep diri. Hal ini temasuk persepsi individu akan
sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-
nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Sedangkan menurut Viktor (2011) konsep diri adalah keseluruhan evaluasi
atau asumsi seseorang pada dirinya sendiri.
Menurut Turner (dalam Djudiyah & Yuniardi, 2011), konsep diri
didefinisikan sebagai “one self-conception is the more overriding view of
oneself, a sense of self through time “The real me”, or I my self as I really
am”, artinya konsep diri sebagai pandangan seseorang atas dirinya sendiri
secara riil yang relatif stabil dari waktu ke waktu.
39
Hadley, Hair, & Moore (2008) mengemukakan bahwa konsep diri
mengacu pada self-evaluation atau self-perception. Setiap individu memiliki
self-concept global yang mencerminkan bagaimana individu mengevaluasi
dirinya sendiri secara keseluruhan. Selanjutnya dikatakan bahwa konsep diri
remaja adalah konsep diri yang bersifat dinamis, kausal, dan rumit. Artinya,
masalah dan kesulitan dapat menurunkan konsep diri, namun konsep diri yang
rendah juga dapat menimbulkan masalah.
Secord dan Backman dalam Dwija (2008) mengemukakan bahwa
konsep diri adalah suatu rangkaian pemikiran dan perasaan terhadap diri
sendiri yang meliputi: tubuh, penampilan, dan perilaku. Menurut Desmita
(2009) bahwa konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup
keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri.
Selanjutnya dikatakan bahwa, konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak
lahir melainkan terbentuk melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa
pertumbuhan hingga dewasa karena pengaruh lingkungan, pengalaman, dan
pola asuh orangtua.
Dengan merujuk kepada beberapa pengertian tentang konsep diri di
atas, peneliti mencoba menformulasikan kembali makna dari konsep diri
sebagai berikut: cara pandang atau persepsi seseorang terhadap dirinya
sendiri aku (sebagai objek) dan saya ( sebagai subjek), dari dua perspektif,
yaitu kekuatan dan kelemahan, positif dan negatif, kelebihan dan kekurangan.
40
2.3.2 Jenis-jenis Konsep Diri
Konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap
orang lain terhadap dirinya (Gunarsa & Gunarsa, 2006). Pandangan seseorang
terhadap dirinya yang diperoleh dari persepsi tersebut bisa bersifat positif atau
negatif. Jadi dalam menilai seseorang, ada yang menilai diri secara positif dan
ada yang menilai diri secara negatif. Menurut Calhoun dan Acocella dalam
Rola (2006) konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri
negatif.
1. Konsep Diri Positif
Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana
individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan sangat
baik Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan
menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang
dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi
positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. Individu yang
memiliki konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya diri, dan
selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, mampu menghargai diri
sendiri.
2. Konsep diri negatif
Seseorang dengan konsep diri negatif, memandang bahwa dirinya
lemah, tidak kompeten, merasa diri tidak menarik, tidak disukai, dan
cenderung bersikap pesimis terhadap kehidupan, karena segala
sesuatunya dipandang secara negatif dan mudah menyerah.
41
Konsep diri negatif dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak
teratur, tidak memiliki perasaan, kestabilan dan keutuhan diri.
Individu tersebut benar benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan
dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya.
b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini
bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras,
sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya
penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya
merupakan cara hidup yang tepat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri
terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep
diri seseorang mengenai dirinya dapat bersifat positif atau negatif tergantung
pada bagaimana seseorang mempersepsikan dirinya. Individu yang memiliki
konsep diri positif akan memiliki kepribadian yang stabil karena dapat
menerima apa yang ada pada dirinya dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri yang negatif,
dapat dikatakan bahwa individu tersebut belum mengenal dirinya.
2.3.3 Dimensi Konsep Diri
Para ahli psikologi berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi
konsep diri. Namun, secara umum sejumlah ahli menyebutkan 3 dimensi
konsep diri, meskipun dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda.
Calhoun dan Acocella (1990) misalnya, menyebutkan dimensi utama dari
42
konsep diri, yaitu: dimensi knowledge (pengetahuan), dimensi expectation
(pengharapan), dan dimensi evaluation (penilaian). Knowledge adalah
pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri, yakni sejumlah label yang
melekat pada diri seseorang yang menggambarkan orang tersebut seperti: usia,
jenis kelamin, baik hati, mandiri, cerdik, dan lain-lain. Expectations (harapan)
ini mengacu pada ideal self, yaitu harapan terhadap diri sendiri tentang
bagaimana diri seharusnya yang diidealkan (I should-be). Evaluation yaitu
penilaian seseorang atas dirinya sendiri, yakni menilai antara “I-could-be”
dan “I-Should-be” atau dengan kata lain yaitu pengukuran antara “saya yang
seharusnya” dan “saya yang kenyataannya”.
Woolfolk dalam Viktor (2011) menyebutkan bahwa konsep diri terdiri
atas konsep diri Akademik (Academic self concept), konsep diri bahasa
Inggris (English language self concep), dan konsep diri Matematika
(Mathematic self concept).
Centi (1993) menyebutkan tiga dimensi konsep diri dengan istilah:
gambaran diri (self-image), cita-cita diri (self-ideal), dan penilaian diri (self-
evaluation). Pengetahuan tentang gambaran diri (self-image), yaitu apa yang
kita ketahui tentang diri sendiri. Self-ideal yaitu harapan terhadap diri yang
dicita-citakan di masa depan. Cita-cita diri seseorang akan menentukan konsep
diri dan perilakunya. Penilaian seseorang terhadap dirinya (self-evaluation).
Sebagian ahli lain menyebutnya dengan istilah: citra diri, harga diri dan diri
ideal.
43
Robinson ( dalam Djudiyah & Yuniardi, 2011) menjabarkan konsep
diri ke dalam lima kategori yaitu:
1. Diri fisik, pandangan seseorang terhadap fisik, kesehatan, penampilan
diri dan gerak motoriknya.
2. Diri keluarga, pandangan dan penilaian seseorang sebagai anggota
keluarga serta harga dirinya sebagai anggota keluarga.
3. Diri pribadi, bagaimana seseorang menggambarkan identitas dirinya
dan bagaimana ia menilai dirinya sendiri.
4. Diri moral etik, bagimana pandangan dan penilaian seseorang terhadap
hubungan pribadi dengan Tuhan YME.
5. Diri sosial, bagaimana nilai diri seseorang dalam melakukan interaksi
sosial.
Atwater (dalam Desmita 2009) mengidentifikasikan konsep diri atas
tiga bentuk. Pertama, body image yang mengacu pada kesadaran tentang
tubuhnya dan bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self
yaitu bagaimana cita-cita dan harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga,
social self yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya. Sementara menurut
Eggen & Kauchak dalam Yahaya & Nordin (2012) konsep diri terdiri atas
konsep diri akademik, konsep diri sosial, dan konsep diri fisik. Konsep diri
juga terdiri dari akademik, dimensi sosial, emosional, dan fisik (Lewis &
Knight, Mui, et al, dalam Matovu, 2012). Konsep diri akademik memiliki
hubungan dengan prestasi akademik.
44
Menurut Harter (2012) konsep diri akademik terdiri atas delapan
dimensi atau aspek sebagai berikut:
1. Scholastic competence/kompetensi skolastik, yaitu bagaimana
seseorang memandang kemampuan dirinya dalam bidang skolastik;
2. Athletic competence/kompetensi atletik, yaitu bagaimana seseorang
memandang kemampuan dirinya dalam bidang olahraga;
3. Psysical appearance/penampilan fisik, yaitu bagaimana pandangan
seseorang terhadap penampilan fisik yang dimilikinya;
4. Peer acceptance/penerimaan rekan sebaya, yaitu bagaimana seseorang
memandang penerimaan dan hubungan dengan rekan sebayanya;
5. Close friendships/persahabatan yang akrab, yaitu bagaimana
pandangan seseorang terhadap persahabatan yang akrab;
6. Romantic relationships/hubungan yang romantis, yaitu bagaimana
pandangan seseorang tentang hubungan yang romantis;
7. Job competence/kompetensi kerja, yaitu bagaimana seseorang
memandang kemampuan dirinya dalam bidang pekerjaan (akademik)
di sekolahnya;
8. Conduct/morality (moralitas), yaitu bagaimana seseorang memandang
perilaku (moralitasnya)
Dari beberapa dimensi yang telah diuraikan di atas, dalam penelitian
ini fokus kepada konsep diri akademik karena penelitian ini hanya
mengeksplorasi tentang motivasi berprestasi yang berhubungan dengan
akademik murid-murid Madrasah Pembangunan dalam belajar mereka.
45
2.3.4 Pengukuran Konsep Diri
Ada beberapa teknik yang digunakan untuk mengukur konsep diri,
diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Pervin, Cervone, dan John
(2010) sebagai berikut:
1. Teknik Q-Sort. Dengan teknik ini, peneliti memberikan subyek
sekumpulan kartu, tiap kartu tersebut mengandung pertanyaan yang
berkaitan dengan karakteristik kepdibadian. Subyek diminta untuk
membaca berbagai pernyataan (umumnya sekitar 100) dan kemudian
menyusun kartu menurut pernyataan yang mereka rasa paling
menggambarkan diri mereka sampai ke yang paling tidak. Dengan
cara ini, Q-Sort berisi tugas di mana subjek menyusun sejumlah
pernyataan, dalam kasus ini tentang diri, ke dalam kategori yang
merentang dari paling mewakili karakteristik ke yang paling tidak
mewakili karateristik mereka.
2. Daftar Cek Adjektiva dan perbedaan semantik. Perbedaan semantik
atau semantic differential dikembangkan untuk mengukur sikap dan
makna dari sebuah konsep, bukan sebagai tes khusus kepribadian, dan
memiliki potensi sebagai sebuah teknik yang bermanfaat untuk
penilaian kepribadian. Dalam mengisi semantic differential, individu
menilai sebuah konsep pada skala tujuh poin yang ditentukan oleh kata
sifat yang saling berlawanan seperti baik-buruk, kuat-lemah, atau aktif-
pasif. Dengan demikian subyek tersebut akan memaparkan konsep
seperti “My self” atau “My ideal self” pada setiap skala adjectiva.
46
3. The Academic Self-Concept Questionnaire (ASCQ) yang
dikembangkan oleh Liu & Wang (2005) dengan merujuk kepada skala
Academic Self-Esteem (Battle, 1981), the School Subjects Self-Concept
(Marsh, Relich & Smith, 1983), dan the General and Academic Status
(Piers & Harris, 1964), sebagaimana dikutip oleh Tan dan Yates
(2007). ASCQ terdiri atas 20 (dua puluh) item pernyataan.
4. Self-Perception Profile for Adolescents (SPPA), yang dikembangkan
oleh Harter (1988). Instrumen ini terdiri atas 45 item yang mengukur
delapan dimensi, yaitu scholastic competence, athletic competence,
psysical appearance, peer acceptance, close friendships, romantic
relationships, job competence, dan conduct/morality.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Self-Perception Profile for
Adolescents (SPPA) untuk mengukur konsep diri akademik siswa yang
menjadi responden dalam penelitian ini.
2.4 Regulasi Diri
2.4.1 Definisi Regulasi Diri
Istilah regulasi diri atau self regulation pada awalnya dikenalkan oleh
Bandura. Menurut Bandura sebagaimana dikutip oleh Pervin, Cervone, dan
John (2010), regulasi diri adalah proses dimana seseorang mengatur
perilakunya sendiri.
Lefton dan Valvatne (1992) mengartikan regulasi diri sebagai
kemampuan seseorang dalam menyesuaikan dengan lingkungannya.
Pengertian ini didasarkan pada teori kognitif yang menyebutkan bahwa
47
seseorang merespon dengan fleksibel terhadap situasi yang berbeda (people
respond flexibly to various situations). Inilah yang menurut Mischel dalam
Lefton dan Valvatne (1992) disebut dengan self regulatory system, yaitu “the
system of rules people have established for themselves to guide their
behavior”.
Menurut Zimmerman (2002) regulasi diri bukanlah kemampuan
mental atau keterampilan akademik, melainkan suatu proses self-directive
pengarahan diri yang mengubah kemampuan mental individu kepada
keterampilan akademik. Selanjutnya dikatakan bahwa self-regulation
mengacu pada pemikiran yang dihasilkan sendiri, dan perilaku yang
berorientasi untuk mencapai tujuan.
McDevitt & Ormrod (2002) mengemukakan bahwa self-regulation
sebagai “setting standars and goals for oneself and engaging in behaviors that
lead to the accomplishment of those standars and goals” (menetapkan standar
dan tujuan untuk diri sendiri dan perilaku yang mengarah pada pencapaian
standar dan tujuan tersebut. Selanjutnya dikatakan regulasi diri penting dalam
hubungan sosial serta: anak-anak yang bisa mengendalikan emosi dan perilaku
mereka memiliki keterampilan sosial yang lebih baik dan lebih populer di
kalangan rekan-rekan mereka. Self-regulasi merupakan proses kepribadian
yang penting dimana orang berusaha untuk melakukan kontrol atas pikiran,
perasaan, dorongan, selera dan kinerja mereka. Regulasi diri (pengaturan diri)
merupakan salah satu sifat khas manusia (Baumeister, Gailliot, DeWall, &
Oaten, 2006).
48
Miller & Brown (dalam Neil & Carey, 2005) mendefinisikan self-
regulation sebagai kapasitas untuk merencanakan, mengarahkan, dan
memonitor perilaku seseorang dengan fleksibel untuk mengubah keadaan.
Self-regulation menurut Maes & Gebhardt (dalam Suci, 2008) adalah suatu
urutan tindakan atau suatu proses yang mengatur tindakan dengan niat untuk
mencapai suatu tujuan pribadi. Self-regulation adalah kemampuan untuk
memantau dan mengatur kognisi, emosi, dan perilaku, untuk mencapai tujuan
seseorang dan / atau untuk beradaptasi dengan tuntutan kognitif dan sosial
pada situasi tertentu (Berger, Kofman, Livneh, & Henik, dalam Blood, 2012).
Regulasi diri juga digambarkan sebagai pikiran yang dihasilkan diri,
perasaan, dan tindakan yang direncanakan disesuaikan dengan pencapaian
tujuan pribadi (Zimmerman, dalam Blood, 2012).
Dari beberapa definisi mengenai self-regulation yang peneliti paparkan
di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa regulasi diri adalah kemampuan
seseorang dalam mengatur, merencanakan, mengarahkan, dan memonitor
perilaku diri agar sesuai dengan apa yang diketahui untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
2.4.2 Jenis-jenis Regulasi Diri
Dari kajian literatur, peneliti menemukan dua model atau jenis regulasi diri,
yaitu biosocial model of self regulation: Hot system/cool system interaction
dan social emotions enable self-regulation: links to evolution (Mischel et al.,
2003). Tentang arti dan maksud dua model ini, peneliti akan menjelaskannya
secara ringkas sebagai berikut.
49
1. Biosocial model of self regulation: Hot system/cool system interaction.
Menurut model ini, regulasi diri berfungsi sebagai keseimbangan
antara dua sistem yang berproses,yaitu the emotional, hot system dan
the cognitive, cool system (Mitcalfe & Mischel dalam Mischel, 2003).
Menurut teori ini, hot system menghasilkan respon otomatis yang
sifatnya mendekati-menghindari atau melawan-menghindari. Sistem
ini secara umum berdasarkan amigdala (amygdala). Sebaliknya, the
cognitive-cool system, berdasarkan hippocampus dan frontel lobe,
yaitu lokus dari proses kognitif yang menghasilkan reaksi dan
perencanaan yang bermanfaat. Selain itu, cool cognitive system
(sistem kognitif sejuk) adalah khusus untuk representasi mental dan
spasial yang kompleks dan pikiran. Sedangkan hot system adalah
khusus untuk proses emosi yang cepat dan respon otomatis terhadap
stimulus.
2. Social emotions enable self-regulation: links to evolution. Menurut
model ini: Humans have intense social and moral emotion because
they motivate them to “curb their non-social appetites in the interest
of the relantionships that are so crucial to their survival, reproduction,
and welfare. Manusia memiliki emosi sosial dan moral yang kuat
karena mereka memotivasi mereka untuk "mengekang selera non-
sosial mereka demi kepentingan hubungan yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup mereka, reproduksi, dan kesejahteraan (Fiske
50
dalam Mischel et al., 2003). Namun demikian pandangan ini masih
perlu dikaji lebih lanjut untuk memperkuat kebanaran teori ini.
2.4.3 Dimensi Regulasi Diri
Menurut McDevitt & Ormrod (2002), regulasi diri memiliki lima aspek, yaitu
goal setting, impulse control, emotional control, delaying gratification, dan
self-regulated learning.
1. Goal setting/Penetapan tujuan: mengidentifikasi dan berjuang untuk
dihargai dan mencapai tujuan yang telah dipilih.
2. Impulse control/ Kontrol impuls: Menolak desakan yang tiba-tiba
untuk terlibat dalam perilaku terlarang atau kontraproduktif.
3. Emotional control/ Pengendalian emosi: Mengekspresikan emosi
dengan cara yang layak secara sosial dan mengendalikannya dengan
cara yang mempermudah pencapaian tujuan.
4. Delaying gratification/ Menunda kepuasan: Menunda hadiah langsung
yang kecil dengan maksud mengantisipasi hadiah yang lebih besar di
kemudian hari.
5. Self-regulared learning. Mengarahkan perhatian dan pemantauan
sendiri dan strategi belajar dengan cara yang mempromosikan
pengolahan kognitif yang efektif.
2.4.4 Pengukuran Regulasi Diri
Ada beberapa jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur regulasi diri,
diantaranya yaitu:
51
1. Adolescent Self-Regulatory Inventory (ASRI) yang dikembangkan
oleh Moilanen (2007). Skala ini disusun berdasarkan dua dimensi dari
regulasi diri yaitu: regulation in the short-term and long-term. Skala
ini berisi 36 item pernyataan yang mewakili kedua dimensi tersebut.
2. Adolescent Short-Term Self-Regulatory Inventory (ASSRI) yang
dikembangkan oleh Rothblum, Solomon & Murakami (dalam Vahedi,
et.al, 2009). Skala ini disusun berdasarkan komponen dari regulasi diri
yaitu: monitoring, activating, adapting, persevering, dan inhibiting.
Skala ini berisi 13 item pernyataan yang mewakili komponen regulasi
diri tersebut.
3. Self-Regulation Questionnaire (SRQ) yang dikembangkan oleh Miller
& Brown dalam Neil & Carey (2005). Instrumen ini disusun
berdasarkan tujuh proses regulasi diri menurut Miller & Brown, yaitu:
(1) Receiving relevant information (menerima informasi yang relevan),
(2) evaluating the information and comparing it to norms
(mengevaluasi informasi dan membandingkannya dengan norma-
norma yang ada), (3) triggering change (memulai suatu perubahan),
(4) searching for options (mencari solusi), (5) formulating a plan
(menyusun suatu rencana),(6) implementinbg the plan (melaksanakan
rencana) , dan (7) assessing the plan‟s effectiveness ( mengukur
keefektifan rencana). Skala ini berisi 63 item pernyataan yang
mewakili proses regulasi diri tersebut.
52
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan adaptasi alat ukur Self-
Regularion Questionnaire (SRQ) yang dikembangkan oleh Miller & Brown
dalam Neil & Carey (2005) untuk mengukur regulasi diri. Hal ini disebabkan
karena SRQ lebih sesuai dengan kondisi responden penelitian, dan proses
regulasi diri pada SRQ lebih lengkap dibandingkan dengan kedua instrumen
lainnya.
2.5 Kerangka Berfikir
Motivasi berprestasi merupakan faktor yang menentukan perilaku seorang
individu dalam mencapai suatu prestasi. Dengan motivasi berprestasi yang ada
dalam diri, setiap individu akan mampu melakukan suatu tugas yang
diamanahkan untuk mencapai keunggulan atau kesuksesan seperti yang
diharapkan. Motivasi berprestasi ternyata tidak datang dengan sendirinya ke
dalam diri seseorang, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis, baik
faktor internal (yang ada di dalam diri individu itu sendiri) maupun faktor
eksternal (yang datang dari luar individu). Diantara faktor-faktor tersebut
adalah latar belakang keluarga, konsep diri, dan lingkungan. Dari banyak
faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi tersebut di atas, hanya
beberapa yang akan peneliti ambil dalam penelitian ini.
Keluarga merupakan pembentuk kepribadian yang sangat berpengaruh
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, karena orang tualah
yang mempunyai peran untuk menerapkan pengasuhan terhadap anak-
anaknya. Tumbuh dan berkembangnya motivasi berprestasi pada seorang anak
juga dipengaruhi oleh latar belakang keluarga. Bagaimana cara orang tua
53
menerapkan gaya pengasuhan sangat berperan penting dalam menumbuhkan
motivasi berprestasi anak. Baumrind (1971) mengklasifikasikan gaya
pengasuhan menjadi tiga yaitu: authoritarian parenting (gaya pengasuhan
otoriter), authoritative parenting (gaya pengasuhan otoritatif), dan permissive
parenting (gaya pengasuhan permisif).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang
adalah konsep diri (self-concept) yang dimiliki individu. Konsep diri
merupakan cara pandang atau persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri,
yaitu pandangan dan penilaian seseorang tentang positif dan negatif atau
kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Bila seorang individu
menganggap dirinya merasa mampu untuk melakukan sesuatu hal, maka
individu itu akan termotivasi untuk mencapai apa yang menjadi harapannya.
Menurut Viktor (2011) konsep diri adalah keseluruhan evaluasi atau asumsi
seseorang pada dirinya sendiri. Konsep diri berkembang dari masa kanak-
kanak melalui proses penilaian diri. Bagaimana cara orang tua berinteraksi,
menilai dan menghargai anak-anak mereka pasti memiliki dampak yang besar
terhadap pembentukan konsep diri anak-anak. Konsep diri mengacu pada
self-evaluation atau self-perception. Setiap individu memiliki self-concept
global yang mencerminkan bagaimana individu mengevaluasi dirinya sendiri
secara keseluruhan. Ada delapan aspek yang dapat membentuk konsep diri
seorang individu, yaitu: scholastic competence, athletic competence,
physical appearance, peer acceptance, close friendship, romantic
relationship, job competence, dan conduct/morality (Harter, 1988).
54
Selain konsep diri, faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi
berprestasi adalah kemampuan individu untuk mengontrol perilaku sendiri
yang disebut dengan regulasi diri (self-regulation). Regulasi diri merupakan
kemampuan seorang individu dalam mengatur, merencanakan, mengarahkan,
dan memonitor perilaku diri agar sesuai dengan apa yang dikehendaki untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Zimmerman (2002) Self-regulated
mengacu pada pemikiran yang dihasilkan sendiri dan perilaku yang
berorientasi untuk mencapai tujuan. Miller & Brown dalam Neil & Carey
(2005) menguraikan teori regulasi diri dengan mengusulkan tujuh proses:
receiving (penerimaan informasi) , evaluating (evaluasi diri), triggering
(dorongan untuk berubah dipicu oleh persepsi perbedaan), searching (mencari
cara untuk mengurangi perbedaan), formulating (perencanaan untuk
perubahan), implementing (pelaksanaan perubahan perilaku), dan assessing
(evaluasi kemajuan menuju tujuan). Regulasi diri mengacu pada proses yang
dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengendalikan respon, yaitu
keterampilan yang memiliki efek menyeluruh pada kemampuan individu
untuk mentolerir keinginan atau kebutuhan yang tak terpenuhi, menangani
kekecewaan dan kegagalan, dan bekerja menuju kesuksesan. Kemampuan
untuk mengatur diri sendiri adalah dasar untuk memenuhi standar yang
diterima dari perilaku di rumah, sekolah, dan di tempat kerja. (Bandy, &
Moore (2010).
Pada penelitian ini beberapa faktor antara lain gaya pengasuhan orang
tua (authoritarian, authoritative, dan permissive), konsep diri (athletic
55
competence, conduct/morality, peer acceptance, physical appearance, dan
scholastic competence), dan regulasi diri (receiving, evaluating, triggering,
searching, formulating, implementing, dan assessing) dipilih peneliti sebagai
independent variable (IV) serta motivasi berprestasi sebagai dependent
variable (DV) penelitian. Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan
pada bagan kerangka berfikir di bawah ini.
56
Bagan 1. Kerangka Berpikir
Konsep Diri
Athletic competence
Peer acceptance
Conduct/morality
Motivasi
Berprestasi Physical appearance
Triggering
Searching
Assessing
Scholastic competence
Implementing
Regulasi Diri
Formulating/Planning
Authoritative
Authoritarian
Permissive
Gaya pengasuhan orang tua
Evaluating
Receiving
57
2.6 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah motivasi berprestasi yang
merupakan dependent variable (DV) dipengaruhi oleh independent variable
(IV) yang ditetapkan dalam penelitian, yaitu: gaya pengasuhan orang tua,
konsep diri, dan regulasi diri.
Adapun hipotesis mayor dalam penelitian ini yaitu: “ada pengaruh yang
signifikan dari gaya pengasuhan orang tua, konsep diri, dan regulasi diri
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN
Jakarta”.
Selanjutnya hipotesis minor dalam penelitian ini yaitu :
H1. Ada pengaruh yang signifikan dari gaya pengasuhan authoritarian
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta.
H2. Ada pengaruh yang signifikan dari gaya pengasuhan authoritative
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta.
H3. Ada pengaruh yang signifikan dari gaya pengasuhan permissive
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta.
H4. Ada pengaruh yang signifikan dari athletic competence pada variabel
konsep diri terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta.
58
H5. Ada pengaruh yang signifikan dari conduct/morality pada variabel
konsep diri terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta.
H6. Ada pengaruh yang signifikan dari peer acceptance pada variabel
konsep diri terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta.
H7. Ada pengaruh yang signifikan dari physical appearance pada variabel
konsep diri terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta.
H8. Ada pengaruh yang signifikan dari scholastic competence pada variabel
konsep diri terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta.
H9. Ada pengaruh yang signifikan dari receiving pada variabel regulasi diri
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta.
H10. Ada pengaruh yang signifikan dari evaluating pada variabel regulasi
diri terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta.
H11. Ada pengaruh yang signifikan dari triggering pada variabel regulasi
diri terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta.
H12. Ada pengaruh yang signifikan dari searching terhadap motivasi
berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN Jakarta.
59
H13. Ada pengaruh yang signifikan dari formulating pada variabel regulasi
diri terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta.
H14. Ada pengaruh yang signifikan dari implementing pada variabel regulasi
diri terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta.
H15. Ada pengaruh yang signifikan dari assessing pada variabel regulasi diri
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta.
60
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab tiga akan dipaparkan mengenai populasi dan sampel, variabel
penelitian, definisi operasional variabel, instrumen (alat ukur), pengujian
validitas alat ukur, prosedur penelitian, teknik pengolahan dan metode
analisis data.
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII MTs Pembangunan
UIN Jakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 254 siswa.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta yang dijadikan sebagai populasi yaitu sebanyak
254 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dikenal dengan
istilah sensus yaitu metode pengambilan sampel dengan mengikutsertakan
semua anggota populasi sebagai sampel penelitian.
3.2 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu variabel motivasi
berprestasi sebagai dependent variable (DV), variabel gaya pengasuhan orang
tua (authoritarian, authoritative, dan permissive), variabel konsep diri
(athletic competence, conduck/morality, peer acceptance, physical
appearance, dan scholastic competence), dan variabel regulasi diri (receiving,
evaluating, triggering, searching, formulating, implementing, dan assessing)
sebagai independent variable (IV).
61
3.2.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk memudahkan dalam pengukuran variabel yang menjadi fokus
penelitian ini, peneliti perlu memberikan definisi operasional untuk masing-
masing varibel sebagai berikut;
1. Motivasi berprestasi secara operasional diartikan sebagai keinginan
(dorongan) dalam diri siswa untuk mengarahkan dan mencapai tujuan
belajarnya, prestasi yang lebih baik dari orang lain. Dalam penelitian
ini, motivasi berprestasi diukur melalui pengukuran beberapa aspek
penting dalam motivasi berprestasi, yaitu: (a) berusaha unggul, (b)
menyelesaikan tugas, (c) rasional, (d) suka tantangan, (e) tanggung
jawab, dan (f) suka situasi pekerjaan.
2. Gaya pengasuhan orang tua secara operasional diartikan sebagai gaya
pengasuhan orang tua yang ditunjukkan orang tua dalam berinteraksi
dengan anak dalam hal mendidik, membimbing, dan mendisplinkan
serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan
norma-norma yang ada dalam masyarakat. Gaya pengasuhan ini terdiri
atas tiga tipe sebagai berikut.
a. Gaya Pengasuhan Authoritarian (otoriter) digambarkan sebagai
gaya pengasuhan yang menjunjung tinggi nilai, kepatuhan dan
upaya untuk mengontrol perilaku anak, seringkali melalui praktik
disiplin hukuman.
b. Gaya Pengasuhan Authoritative (otoritatif) digambarkan sebagai
gaya pengasuhan yang tegas dan jelas dalam harapan, namun
62
fleksibel dan rasional dalam menetapkan batas atau membuat
pengecualian.
c. Gaya Pengasuhan Permissive (permisif) digambarkan sebagai gaya
pengasuhan yang relatif hangat, tidak menuntut, dan tidak
mengontrol.
3. Konsep Diri dalam penelitian ini secara operasional diartikan sebagai
cara individu memandang dirinya secara utuh , baik positif maupun
negatif, yang dapat diukur melalui athletic competence,
conduct/morality, peer acceptance, physical appearance, dan
scholastic competence.
a. Athletic Competence (Kompetensi Atletik) adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan dengan baik di bidang olahraga, yang
menunjukkan kecakapan atletik seseorang.
b. Conduct/Morality (Perilaku/Moralitas) adalah bagaimana
seseorang memandang perilakunya.
c. Peer Acceptance (Penerimaan Rekan Sebaya) adalah bagaimana
seseorang memandang penerimaan dan hubungan dengan rekan
sebayanya.
d. Physical Appearance (Penampilan Fisik) adalah bagaimana
pandangan seseorang terhadap penampilan fisik yang dimilikinya.
e. Scholastic Competence (Kompetensi Skolastik) adalah bagaimana
seseorang memandang kemampuan akademik yang dimilikinya.
63
4. Regulasi Diri secara operasional diartikan sebagai usaha siswa untuk
mengatur fikiran, perasaan dan perilakunya untuk kemudian dievaluasi
sehingga terarah sesuai dengan keinginan, harapan dan tujuan yang
hendak dicapai dalam hidupnya. Dalam penelitian ini, regulasi diri
diukur melalui proses atau tahapan dalam regulasi diri yaitu mulai dari
receiving, evaluating, triggering, searching, formulating/planning,
implementing, dan assessing.
a. Receiving adalah bagaimana sikap seseorang dalam menerima
informasi yang relevan dari berbagai sumber.
b. Evaluating adalah bagaimana seseorang mengevaluasi informasi
yang diterima.
c. Triggering adalah bagaimana seseorang membuat atau melakukan
suatu perubahan.
d. Searching adalah bagaimana seseorang mencari solusi (jalan
keluar) dari suatu permasalahan yang dihadapi.
e. Formulating/Planning adalah bagaimana seseorang merancang
atau membuat suatu rencana.
f. Implementing adalah bagaimana seseorang menerapkan rencana
yang telah dirancang.
g. Assessing adalah bagaimana seseorang mengukur efektivitas dari
rencana yang telah dirancang.
64
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model Likert,
dimana skala ini menggunakan empat pilihan atau opsi jawaban, yaitu Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Butir (item) pernyataan dalam skala ini disusun dalam bentuk favorable dan
unfavorable. Untuk jawaban favorable skornya bergerak dari kiri ke kanan
(SS → S → TS → STS) dengan nilai (4 → 3 → 2 → 1). Sedangkan
untuk unfavorable cara skornya bergerak sebaliknya dari kanan ke kiri
(SS ← S ← TS ← STS) dengan nilai (1 ← 2 ← 3 ← 4). Untuk lebih
jelasnya, peneliti buat dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 3.1 Bobot Nilai untuk Setiap Item Skala Likert
Pilihan Jawaban Item
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Dalam skala ini peneliti sengaja tidak memberikan pilihan jawaban
neutral atau undecided dengan maksud untuk menghindari kecenderungan
responden memilih jawaban tersebut tanpa membaca dengan cermat dan teliti
untuk setiap butir pernyataan.
Dalam penelitian ini ada empat jenis skala yang digunakan, yaitu skala
motivasi berprestasi, skala gaya pengasuhan orang tua, skala konsep diri dan
65
skala regulasi diri. Peneliti mengadaptasi skala gaya pengasuhan, konsep diri,
dan regulasi dari skala baku. Dalam melakukan adaptasi, peneliti melakukan
teknik translation terhadap skala-skala yang digunakan, dimana peneliti
menterjemahkan instrumen (alat ukur) baku yang menggunakan bahasa
Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Dalam proses adaptasi instrumen, selain
melibatkan ahli bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, juga melibatkan ahli
dalam bidang psikologi untuk menelaah instrumen dari aspek subtansi dan isi
(content).
3.3.1 Instrumen Motivasi Berprestasi
Instrumen motivasi berprestasi ini peneliti menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Djaali & Muljono ( 2008). Skala motivasi berprestasi ini
mengukur enam dimensi atau aspek, yaitu (1) berusaha unggul, (2)
menyelesaikan tugas, (3) rasional, (4) suka tantangan, (5) tanggung jawab, dan
(6) suka situasi pekerjaan. Skala ini terdiri dari 40 item yang mewakili enam
aspek dalam motivasi berprestasi.
Berdasarkan aspek-aspek ini, kemudian peneliti membuat blue print
atau kisi-kisi insrtumen sebagai berikut.
66
Tabel 3.2 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi
Item
No Aspek Indikator Fav Unfav Jumlah
1 Berusaha unggul Berusaha untuk
meraih
keberhasilan
1, 2, 3 4, 5, 6,
10, 11
8
2 Menyelesaikan tugas Percaya akan
kemampuan diri
sendiri untuk
menyelesaikan
tugas dengan baik
7, 8, 9
12 4
3 Rasional Rasional dalam
menghadapi
situasi untuk
mencapai
keberhasilan
13, 14,
15
16, 17,
18
6
4 Suka tantangan Menyukai
tantangan dalam
menyelesaikan
tugas
19,20*
21*
22, 23,
24
6
5 Tanggung jawab Menerima
tanggung jawab
pribadi untuk
mencapai
kesuksesan
25,26*
27,28
29, 30,
31, 32
8
6 Suka situasi
pekerjaan
Menyukai situasi
pekerjaan dengan
tanggung jawab
pribadi, umpan
balik dan resiko
tingkat menengah
33, 34,
35,
36*
37, 38,
39, 40
8
Jumlah Pernyataan
20 20 40
Keterangan: tanda * adalah item gugur
67
3.3.2 Instrumen Gaya Pengasuhan Orang Tua
Dalam penelitian ini, gaya pengasuhan orang tua diukur dengan
menggunakan instrumen Parental Authority Questionnaire (PAQ). PAQ
merupakan instrumen yang dikembangkan oleh Buri (1991), dimana
instrumen ini disusun berdasarkan teori Baumrind (1971) yang membagi gaya
pengasuhan menjadi tiga tipe, (1) authoritarian parenting style, (2)
authoritative parenting style, dan (3) permissive parenting style. Instrumen
ini terdiri dari 30 item pernyataan yang mewakili tiga gaya pengasuhan.
Masing-masing gaya pengasuhan diwakilkan oleh 10 item pernyataan. Peneliti
mengadaptasi 30 item pernyataan dari Parental Authority Questionnaire
(PAQ) dengan cara menterjemahkan instrumen tersebut dari bahasa Inggris ke
bahasa Indonesia. Dalam proses pengadaptasian instrumen ini peneliti juga
berdiskusi dengan expert judgment dan dosen pembimbing.
Berdasarkan tipe-tipe gaya pengasuhan ini, kemudian peneliti
membuat blue print atau kisi-kisi insrtumen sebagai berikut.
68
Tabel 3.3 Blue Print Skala Gaya Pengasuhan Orang Tua
Item
No Tipe gaya
Pengasuhan
Indikator Favorable Unfavo
rable
Jumlah
1 Authoritarian Bersikap keras
(restrictive) dan
menghukum
(punitive)
2, 9, 16, 18,
25, 29
-
10
Mengikuti arahan
dan menghormati
orang tua
3, 7*, 12, 26
2 Authoritative Memberikan
kebebasan pada
anak tetapi
dibatasi
4, 8*, 15, 20
- 10
Memperbolehkan
untuk
mengutarakan
keinginannya dan
orang tua ikut
mendukung
5, 11, 22,
23, 27, 30
-
3 Permissive Tidak ikut
campur dalam
kehidupan anak
13*, 17, 19,
21*, 28*
- 10
Orang tua
memanjakan/
sangat terlibat
dengan anak
tetapi tidak
menuntut dan
tidak mengontrol
1, 6, 10*,
14, 24
-
Jumlah Pernyataan
30 30
Keterangan: tanda * adalah item gugur
3.3.3 Instrumen Konsep Diri
Dalam penelitian ini, konsep diri diukur dengan menggunakan instrumen
Self-Perception Profile for Adolescents (SPPA). SPPA merupakan instrumen
yang dikembangkan oleh Harter (1988). Instrumen ini terdiri dari 45 item
69
pernyataan yang mengukur delapan dimensi, yaitu: Scholastic competence,
Athletic competence, Psysical appearance, Peer acceptance, Close
friendships, Romantic relationships, Job competence, dan Conduct/morality.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instumen yang diadaptasi oleh
Hadley et al. (2008), dimana hanya ada 30 item dari lima dimensi yang
digunakan. Masing-masing dimensi diwakilkan oleh enam item pernyataan.
Adapun dimensi tersebut yaitu (1) athletic competence, (2) conduct/morality,
(3) peer acceptance, (4) physical appearance, dan (5) scholastic competence.
Peneliti mengadaptasi 30 butir pernyataan dari Self-Perception Profile for
Adolescents (SPPA) dengan cara menterjemahkan instrumen tersebut dari
bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Dalam proses pengadaptasian instrumen
ini peneliti juga berdiskusi dengan expert judgment dan dosen pembimbing.
Berdasarkan dimensi-dimensi tersebut, kemudian peneliti membuat
blue print atau kisi-kisi insrtumen sebagai berikut.
70
Tabel 3.4 Blue Print Skala Konsep Diri
Item
No Aspek Indikator Favora
ble
Unfav
orable
Jumlah
1 Athletic
competence
Memandang
kemampuan
dirinya dalam
bidang olahraga
1, 2 ,3 4*, 5,
6
6
2 Conduct/morality Memandang
perilaku
(moralitasnya)
7, 8, 10 9, 11,
12
6
3 Peer acceptance Hubungan dengan
rekan sebayanya
14, 15,
17
13*,
16*,
18*
6
4 Physical
appearance
Pandangan
seseorang
terhadap
penampilan fisik
yang dimilikinya
19, 20,
24*
21, 22,
23
6
5 Scholastic
competence
Kemampuan
seseorang dalam
bidang
skolastik/academi
a
25, 27,
28
26, 29,
30*
6
Jumlah pernyataan
15 15 30
Keterangan: tanda * artinya item gugur
3.3.4 Instrumen Regulasi Diri
Dalam penelitian ini, regulasi diri diukur dengan menggunakan instrumen
Self-Regulation Questionnaire (SRQ). SRQ merupakan instrumen yang
dikembangkan oleh Miller & Brown (1991). Instrumen ini terdiri dari 63 item
pernyataan yang mengukur tujuh proses regulasi diri, yaitu: (1) Receiving
relevant information,(2) evaluating the information and comparing it to
71
norms, (3) triggering change, (4) searching for options, (5) formulating a
plan,(6) implementinbg the plan, dan (7) assessing the plan‟s effectiveness.
Peneliti mengadaptasi 63 item pernyataan dari tujuh proses , dimana masing-
masing proses diwakilkan oleh sembilan item pernyataan. Peneliti
mengadaptasi instrumen tersebut dengan cara menterjemahkan setiap item
pernyataan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Dalam proses
pengadaptasian instrument ini peneliti juga berdiskusi dengan expert judgment
dan dosen pembimbing.
Berdasarkan dimensi-dimensi ini, kemudian peneliti membuat blue
print atau kisi-kisi insrtumen sebagai berikut.
72
Tabel 3.5 Blue Print Skala Regulasi Diri
No Aspek Indikator
Item
Jumlah Favorable Unfavor
able
1 Receiving Menerima
informasi yang
relevan
1, 22, 36,
57
8, 15,
29, 43,
50
9
2 Evaluating Mengevaluasi
informasi
9*, 30, 58 2
4
Membandingkan
dengan norma
16, 23*,
44*, 51*
37* 5
3 Triggering Membuat suatu
perubahan
17*, 38,
52, 59*
3,
10,24*,
31*, 45
9
4 Searching Mencari
pilihan/solusi
11, 18, 25,
32, 39, 46,
53, 60
4 9
5 Formulating Merancang/memb
uat suatu rencana
47, 54,
61*
5, 12,
19, 26,
33,40
9
6 Implementing Melaksanakan
rencana yang telah
dirancang
27, 34*,
41, 48*
6, 13,
20, 55,
62
9
7 Assessing Menilai
keefektifan
rencana yang telah
dirancang
7, 14, 28,
35, 42, 49,
56
21, 63* 9
Jumlah pernyataan
37 26 63
Keterangan: tanda * adalah item yang gugur
3.4 Uji Validitas Instrumen
Pengukuran terhadap validitas instrumen (alat ukur) penelitian dilakukan
berdasarkan data hasil penyebaran instrumen. Uji validitas dimaksudkan
untuk mengukur sejauh mana ketepatan alat ukur penelitian itu benar-benar
73
mengukur apa yang hendak diukur. Pengujian dilakukan terhadap validitas
konstruk keempat instrumen yang dipakai, yaitu 1) Motivasi berprestasi, 2)
Gaya Pengasuhan Orang Tua, 3) Konsep Diri, dan 4) Regulasi Diri. Pada
penelitian ini, untuk menguji validitas dilakukan uji validitas isi (konten) dan
validitas konstruk. Validitas isi ini mengukur apakah ada kecocokan antara isi
instrumen itu dengan isi sasaran yang ingin diukur. Teknik pengujian validitas
konstruk digunakan untuk menetapkan validitas dari sebuah instrumen
penelitian yang didasarkan pada prosedur statistik. Untuk menguji validitas
konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
Confirmatory Factor Analysis (CFA). Adapun pengujian analisis CFA ini
dilakukan dengan menggunakan software LISREL (Linear Structural
Relationship) versi 8.70. Pengujian terhadap validitas tiap instrumen
dijelaskan sebagai berikut.
3.4.1 Uji Validitas Motivasi Berprestasi
Hasil pengukuran terhadap variabel motivasi berprestasi diperoleh setelah
mengolah model pengukuran CFA, diketahui bahwa dari 40 item yang
mengukur motivasi berprestasi, ternyata ada empat ítem pernyataan yang
tidak signifikan (item nomor 20, 21, 26, dan 36), karena nilai t < 1.96,
selebihnya merupakan item yang signifikan. Hasil pengujian validitas
terhadap model pengukuran variable motivasi berprestasi pada tiap dimensi
dijabarkan sebagai berikut.
74
1. Berusaha Unggul
Hasil analisis terhadap dimensi berusaha unggul dapat disimpulkan valid
dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 15.29, df = 11, P-value =
0.16960, dan RMSEA = 0.041. Data tersebut menunjukkan bahwa
dimensi berusaha unggul memenuhi nilai standar untuk model yang baik
(fit) bila dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah
bagus dan model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau
tidak, maka dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari
butir tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap
koefisien muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Berusaha Unggul
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 1 0.51 0.07 7.80 √
2 2 0.40 0.07 5.96 √
3 3 0.21 0.07 3.03 √
4 4 0.39 0.07 5.60 √
5 5 0.52 0.07 7.02 √
6 6 0.67 0.06 10.79 √
7 10 0.65 0.06 10.20 √
8 11 0.88 0.06 14.65 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (nilai t ≥ 1.96)
75
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan semua
item bermuatan positif. Dari delapan item yang mengukur motivasi
berprestasi pada dimensi berusaha unggul tidak ada item yang dikeluarkan
karena nilai t ≥ 1.96. Selanjutnya untuk mengetahui apakah item
pernyataan ada yang harus dikeluarkan karena terjadi kesalahan
pengukuran item yang saling berkorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.7 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Berusaha Unggul
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1
2 √ 1
3 √ √ 1
4 √ 1
5 √ √ 1
6 √ 1
7 √ √ 1
8 √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada tujuh item berkorelasi, yaitu
item nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8, dengan korelasi kurang dari tiga,
sehingga secara keseluruhan item tersebut akan dianalisis dalam
perhitungan skor faktor.
2. Menyelesaikan Tugas
Hasil analisis terhadap dimensi menyelesaikan tugas dapat disimpulkan
valid dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 2.20, df = 1, P-value =
76
0.13832, dan RMSEA = 0.071. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
menyelesaikan tugas memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit)
bila dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah
bagus dan model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau
tidak, maka dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari
butir tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap
koefisien muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel berikut.
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Menyelesaikan Tugas
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 7 0.97 0.14 6.95 √
2 8 0.57 0.09 6.12 √
3 9 0.97 0.14 6.98 √
4 12 0.32 0.08 4.27 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (nilai t ≥ 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan semua
item bermuatan positif dan dari empat item yang mengukur motivasi
berprestasi pada dimensi menyelesaikan tugas tidak ada item yang
dikeluarkan karena nilai t ≥ 1.96. Jadi semua item pernyataan pada
dimensi menyelesaikan tugas merupakan item yang valid. Selanjutnya
untuk mengetahui apakah item pernyataan ada yang harus dikeluarkan
karena terjadi kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi, dapat
dilihat pada tabel berikut.
77
Tabel 3.9 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Menyelesaikan Tugas
1 2 3 4
1 1
2 1
3 √ 1
4 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada satu item yang berkorelasi, yaitu
item nomor 3, dan selebihnya merupakan item yang bagus karena tidak
berkorelasi. Hal ini berarti bahwa secara keseluruhan item tersebut akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3. Rasional
Hasil analisis terhadap dimensi rasional dapat disimpulkan valid dengan
perolehan nilai untuk Chi-square = 3.71, df = 5, P-value = 0.59156, dan
RMSEA = 0.000. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi rasional
memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit) bila dilihat dari nilai
P-value ≥ 0.05, yang berarti skala sudah bagus dan model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima. Selanjutnya untuk mengetahui
suatu butir pernyataan dikeluarkan atau tidak, maka dilakukan pengujian
terhadap koefisien muatan faktor dari item tersebut. Pengujian ini
dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap koefisien muatan faktor,
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
78
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Rasional
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 13 0.37 0.08 4.66 √
2 14 0.83 0.11 7.61 √
3 15 0.52 0.09 6.06 √
4 16 0.19 0.08 2.47 √
5 17 0.26 0.08 3.42 √
6 18 0.15 0.08 1.97 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (nilai t ≥ 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan dan semua
item bermuatan positif dan dari enam item yang mengukur motivasi
berprestasi pada dimensi rasional tidak ada item yang dikeluarkan karena
nilai t ≥ 1.96. Jadi semua item pernyataan pada dimensi rasional
merupakan item yang valid. Selanjutnya untuk mengetahui apakah item
pernyataan ada yang harus dikeluarkan karena terjadi kesalahan
pengukuran item yang saling berkorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
79
Tabel 3.11 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Rasional
1 2 3 4 5 6
1 1
2 1
3 1
4 1
5 √ 1
6 √ √ √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada dua item yang berkorelasi,
yaitu item nomor 5, dan 6, akan tetapi tidak lebih dari tiga korelasi,
sehingga tidak perlu dikeluarkan. Hal ini berarti bahwa secara
keseluruhan item tersebut akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
4. Suka Tantangan
Hasil analisis terhadap dimensi suka tantangan dapat disimpulkan valid
dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 12.70, df = 7, P-value =
0.07971, dan RMSEA = 0.059. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
menyelesaikan tugas memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit)
bila dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah bagus
dan model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau
tidak, maka dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari
80
item tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap
koefisien muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Suka Tantangan
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 19 0.72 0.06 11.84 √
2 20 - 0.32 0.07 - 4.72 X
3 21 - 0.02 0.07 - 0.24 X
4 22 0.88 0.06 15.50 √
5 23 0.75 0.06 12.57 √
6 24 0.41 0.07 6.18 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X = tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada dua item yang tidak signifikan
dan dua item bermuatan negatif, dan dari enam item yang mengukur
motivasi berprestasi pada dimensi suka tantangan terdapat dua item
pernyataan yang dikeluarkan yaitu item nomor 2 dengan nilai t = - 4.72,
dan nomor 3 dengan nilai t = - 0.24, dimana nilai tersebut lebih kecil dari
1.96. Selanjutnya untuk mengetahui apakah item pernyataan ada yang
harus dikeluarkan karena terjadi kesalahan pengukuran item yang saling
berkorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
81
Tabel 3.13 Matrik korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item Suka
Tantangan
1 2 3 4 5 6
1 1
2 1 I
3 √ 1
4 1
5 1
6 √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada dua item yang berkorelasi,
yaitu item nomor 3, dan 6, akan tetapi hanya satu korelasi, sehingga secara
keseluruhan item tersebut akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
5. Tanggung Jawab
Hasil analisis terhadap dimensi tanggung jawab dapat disimpulkan valid
dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 18.49, df = 11, P-value =
0.07079, dan RMSEA = 0.054. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
menyelesaikan tugas memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit)
bila dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah bagus
dan model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau
tidak, maka dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari
82
item tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap
koefisien muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Tanggung Jawab
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 25 0.30 0.06 5.23 √
2 26 1.54 0.21 7.23 X
3 27 0.36 0.06 6.06 √
4 28 0.28 0.05 5.31 √
5 29 0.81 0.07 12.03 √
6 30 0.76 0.07 10.58 √
7 31 0.60 0.07 8.21 √
8 32 0.46 0.07 6.71 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X = tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada satu item tidak signifikan dan
semua item bermuatan positif, dan dari delapan item yang mengukur
motivasi berprestasi pada dimensi tanggung jawab ada satu item yang
dikeluarkan yaitu item nomor 2 karena kesalahan pengukuran yang saling
berkorelasi lebih dari tiga. Jadi selebihnya item pernyataan pada dimensi
merupakan item yang valid karena nilai t > 1.96. Selanjutnya untuk
mengetahui apakah item pernyataan ada yang harus dikeluarkan karena
terjadi kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi, dapat dilihat
pada tabel berikut.
83
Tabel 3.15 Matrik korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Tanggung Jawab
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1
2 1
3 √ 1
4 √ 1
5 √ √ 1
6 √ √ 1
7 √ 1
8 √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada enam item berkorelasi, yaitu
item nomor 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Ada satu item yang berkorelasi lebih dari
tiga yaitu item nomor 2, jadi harus dikeluarkan, sehingga dari delapan
item, hanya tujuh item yang akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
6. Suka Situasi Pekerjaan
Hasil analisis terhadap dimensi suka situasi pekerjaan dapat disimpulkan
valid dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 23.97, df = 15, P-value =
0.06563, dan RMSEA = 0.050. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
menyelesaikan tugas memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit),
dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05. yang berarti skala sudah bagus dan model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima. Selanjutnya untuk
84
mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau tidak, maka dilakukan
pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari item tersebut. Pengujian
ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap koefisien muatan faktor,
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Suka Situasi Pekerjaan
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 33 0.26 0.08 3.39 √
2 34 0.52 0.07 7.07 √
3 35 0.28 0.08 3.39 √
4 36 0.08 0.08 1.01 X
5 37 0.43 0.08 5.73 √
6 38 0.63 0.07 8.61 √
7 39 0.64 0.07 8.72 √
8 40 0.36 0.08 4.64 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (nilai t ≥ 1.96), X tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada satu item yang tidak signifikan
dan semua item bermuatan positif dan dari delapan item yang mengukur
motivasi berprestasi pada dimensi suka situasi pekerjaan terdapat satu item
yang dikeluarkan yaitu item nomor 4 karena nilai t = 1.01 < 1.96.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah item pernyataan ada yang harus
dikeluarkan karena terjadi kesalahan pengukuran item yang saling
berkorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
85
Tabel 3.17 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item Suka
Situasi Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1
2 1
3 √ 1
4 √ 1
5 1
6 1
7 √ 1
8 √ √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada empat item berkorelasi, yaitu
item nomor 3, 4, 7, dan 8, akan tetapi korelasinya tidak lebih dari tiga,
sehingga secara keseluruhan item tersebut akan dianalisis dalam
perhitungan skor faktor.
3.4.2 Uji Validitas Gaya Pengasuhan Orang Tua
Hasil pengukuran terhadap variabel gaya pengasuhan orang tua diperoleh
setelah mengolah model pengukuran CFA, diketahui bahwa dari 30 item yang
mengukur gaya pengasuhan, ternyata ada enam item pernyataan yang tidak
signifikan (item nomor 7, 8, 10, 13, 21, dan 28), karena nilai t < 1.96,
selebihnya merupakan item yang signifikan. Uji validitas terhadap model
86
pengukuran variabel gaya pengasuhan pada tiap dimensi dijabarkan sebagai
berikut:
1. Gaya Pengasuhan Authoritarian
Hasil analisis terhadap dimensi gaya pengasuhan authoritarian dapat
disimpulkan valid dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 29.54, df =
21, P-value = 0.10164, dan RMSEA = 0.042. Data tersebut menunjukkan
bahwa gaya pengasuhan authoritarian memenuhi nilai standar untuk
model yang baik (fit), bila dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti
skala sudah bagus dan model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima. Selanjutnya untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan
atau tidak, maka dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor
dari item tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari
setiap koefisien muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel di
bawah ini.
87
Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Gaya Pengasuhan Authoritarian
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 2 0.18 0.06 2.93 √
2 3 0.14 0.07 1.99 √
3 7 0.16 0.08 1.88 X
4 9 0.49 0.06 7.65 √
5 12 0.33 0.08 4.23 √
6 16 0.52 0.08 6.69 √
7 18 0.25 0.06 4.00 √
8 25 0.39 0.07 5.82 √
9 26 0.81 0.09 8.96 √
10 29 0.74 0.08 8.67 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat satu item yang tidak
signifikan dan semua item bermuatan positif. Dari sepuluh item yang
mengukur gaya pengasuhan authoritarian terdapat satu item yang
dikeluarkan karena nilai t < 1.96 yaitu item nomor 3 dengan nilai t = 1.88.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah item pernyataan ada yang harus
dikeluarkan karena terjadi kesalahan pengukuran item yang saling
berkorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
88
Tabel 3.19 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Authoritarian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1
2 1
3 √ 1
4 √ √ 1
5 √ 1
6 √ √ 1
7 1
8 √ √ √ 1
9 √ √ √ 1
10 √ √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada tujuh item berkorelasi, yaitu
item nomor 3, 4, 5, 6, 8, 9, dan 10, satu item berkorelasi lebih dari tiga,
sehingga item tersebut harus dikeluarkan, yaitu item nomor 3. Jadi dari 10
item pada dimensi authoritarian ada sembilan item yang akan dianalisis
dalam perhitungan skor faktor.
2. Gaya Pengasuhan Authoritative
Hasil analisis terhadap gaya pengasuhan authoritative dapat disimpulkan
valid dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 31.88, df = 23, P-value =
0.10271, dan RMSEA = 0.041. Data tersebut menunjukkan bahwa gaya
89
pengasuhan authoritative memenuhi nilai standar untuk model yang baik
(fit), bila dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05. yang berarti bahwa skala sudah
bagus dan model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau
tidak, maka dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari
item tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap
koefisien muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.20 Muatan Faktor Item Gaya Pengasuhan Authoritative
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 4 0.43 0.07 6.43 √
2 5 0.60 0.06 9.46 √
3 8 0.63 0.06 10.03 X
4 11 0.40 0.07 6.01 √
5 15 0.83 0.06 15.16 √
6 20 0.41 0.07 6.15 √
7 22 0.52 0.07 8.00 √
8 23 0.71 0.06 11.91 √
9 27 0.66 0.06 10.63 √
10 30 0.62 0.06 9.80 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X = tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada satu item yang tidak signifikan
dan semua item bermuatan positif. Dari sepuluh item yang mengukur gaya
pengasuhan authoritative ada satu item yang dikeluarkan yaitu item
90
nomor 3 karena kesalahan pengukuran yang saling berkorelasi lebih dari
tiga. Jadi ada sembilan item pada dimensi gaya pengasuhan authoritative
merupakan item pernyataan yang valid karena nilai t > 1.96. Selanjutnya
untuk mengetahui apakah item pernyataan ada yang harus dikeluarkan
karena terjadi kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi, dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.21 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Authoritative
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1
2 1
3 1
4 1
5 √ 1
6 √ √ 1
7 √ √ 1
8 √ 1
9 √ √ √ 1
10 √ √ √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada enam item berkorelasi, yaitu
item nomor 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Ada satu item yang berkorelasi lebih dari
tiga, yaitu item nomor 3, sehingga harus dikeluarkan. Jadi dari 10 item
91
pada dimensi authoritative hanya sembilan item yang akan dianalisis
dalam perhitungan skor faktor.
3. Gaya Pengasuhan Permissive
Hasil analisis terhadap gaya pengasuhan permissive dapat disimpulkan
valid dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 23.94, df = 19, P-value =
0.19835, dan RMSEA = 0.033. Data tersebut menunjukkan bahwa gaya
pengasuhan permissive memenuhi nilai standar untuk model yang baik
(fit), bila dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah
bagus dan model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau
tidak, maka dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari
item tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap
koefisien muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.22 Muatan Faktor Item Gaya Pengasuhan Permissive
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 1 0.19 0.06 2.90 √
2 6 0.45 0.06 7.46 √
3 10 0.23 0.09 2.43 X
4 13 -0.15 0.06 -2.25 X
5 14 0.42 0.09 4.81 √
6 17 0.23 0.06 3.83 √
7 19 0.49 0.06 8.23 √
8 21 -0.07 0.06 -1.16 X
9 24 1.00 0.05 21.73 √
10 28 -0.26 0.06 -4.16 X
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X = tidak signifikan
92
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat empat item yang tidak
signifikan dan tiga item bermuatan negatif yaitu item nomor 4, 8, dan 10.
Dari sepuluh item yang mengukur gaya pengasuhan permissive terdapat
empat item yang dikeluarkan karena nilai t < 1.96 yaitu item nomor 4
dengan nilai t = -2.25, item nomor 8 dengan nilai t = -1.16, dan item nomor
10 dengan nilai t = -4.16. Selanjutnya untuk mengetahui apakah item
pernyataan ada yang harus dikeluarkan karena terjadi kesalahan
pengukuran item yang saling berkorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.23 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Permissive
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1
2 1
3 √ 1
4 √ 1
5 √ √ 1
6 √ 1
7 √ 1
8 √ √ √ √ 1
9 √ √ 1
10 √ √ √ √ √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
93
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada delapan item berkorelasi, yaitu
item nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Ada empat item yang berkorelasi
lebih dari tiga, yaitu nomor 3, 4, 8, dan 10, sehingga harus dikeluarkan.
Jadi dari 10 item pernyataan pada permissive, hanya enam item yang akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.3 Uji Validitas Konsep Diri
Hasil pengukuran terhadap variabel konsep diri diperoleh setelah mengolah
model pengukuran CFA, diketahui bahwa dari 30 item yang mengukur konsep
diri, ternyata ada enam item pernyataan yang tidak signifikan (item nomor 4,
13, 16, 18, 24, dan 30), karena nilai t < 1.96, selebihnya merupakan item yang
signifikan. Uji validitas terhadap model pengukuran variabel konsep diri
pada tiap aspek dijabarkan sebagai berikut:
1. Athletic Competence
Hasil analisis terhadap dimensi athletic competence dapat disimpulkan
valid dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 8.20, df = 8, P-value =
0.41455, dan RMSEA = 0.010. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
athletic competence memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit),
dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah bagus
dan model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau
tidak, maka dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari
item tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap
koefisien muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
94
Tabel 3.24 Muatan Faktor Item Athletic Competence
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 1 0.36 0.07 5.32 √
2 2 0.99 0.08 13.07 √
3 3 0.54 0.07 7.89 √
4 4 -0.27 0.07 -4.05 X
5 5 0.45 0.07 6.65 √
6 6 0.29 0.07 4.29 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X = tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat satu item yang tidak
signifikan dan satu item bermuatan negatif yaitu item nomor 4. Dari enam
item yang mengukur athletic competence terdapat satu item yang
dikeluarkan karena nilai t < 1.96 yaitu item nomor 4 dengan nilai t = -
4.05. Selanjutnya untuk mengetahui apakah item pernyataan ada yang
harus dikeluarkan karena terjadi kesalahan pengukuran item yang saling
berkorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
95
Tabel 3.25 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Athletic
1 2 3 4 5 6
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada satu item berkorelasi, yaitu item
nomor 6, tetapi karena korelasinya hanya satu jadi item tersebut tidak
dikeluarkan, sehingga seluruh item pada dimensi athletic competence akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
2. Conduct/Morality
Hasil analisis terhadap dimensi conduct/morality dapat disimpulkan valid
dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 13.52, df = 7, P-value =
0.06032, dan RMSEA = 0.063. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
conduct/morality memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit), bila
dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah bagus dan
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima. Selanjutnya
untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau tidak, maka
dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari item tersebut.
96
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap koefisien
muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.26 Muatan Faktor Item Conduct/Morality
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 7 0.51 0.09 5.90 √
2 8 0.47 0.09 5.41 √
3 9 0.53 0.09 6.23 √
4 10 0.59 0.09 6.77 √
5 11 0.35 0.08 4.21 √
6 12 0.26 0.09 3.00 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X = tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
item bermuatan positif. Dari enam item yang mengukur conduct/morality
tidak ada item yang dikeluarkan karena nilai t > 1.96. Selanjutnya untuk
mengetahui apakah item pernyataan ada yang harus dikeluarkan karena
terjadi kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi, dapat dilihat
pada tabel berikut.
97
Tabel 3.27 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Conduct/Morality
1 2 3 4 5 6
1 1
2 √ 1
3 1
4 1
5 1
6 √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada dua item berkorelasi, yaitu
nomor 2, dan 6, tetapi korelasinya hanya satu, sehingga item tersebut tidak
dikeluarkan. Jadi seluruh item pada dimensi conduct/morality akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3. Peer Acceptance
Dari hasil analisis terhadap dimensi peer acceptance dapat dikatakan valid
dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 14.60, df = 8, P-value =
0.06750, dan RMSEA = 0.059. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
peer acceptance memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit), bila
dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah bagus
dan model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau
tidak, maka dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari
98
item tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap
koefisien muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.28 Muatan Faktor Item Peer Acceptance
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 13 -0.54 0.07 -7.36 X
2 14 0.67 0.07 9.18 √
3 15 0.63 0.07 8.75 √
4 16 -0.42 0.07 -5.65 X
5 17 0.50 0.07 6.73 √
6 18 0.01 0.08 0.13 X
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X = tidak siignifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat tiga item yang tidak
signifikan dan dua item bermuatan negatif yaitu item nomor 1, dan 4. Dari
enam item yang mengukur peer acceptance terdapat tiga item yang
dikeluarkan karena nilai t < 1.96 yaitu item nomor 1 dengan nilai t = -
7.36, nomor 4 dengan nilai t = -5.65, dan nomor 6 dengan nilai t = 0.13.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah item pernyataan ada yang harus
dikeluarkan karena terjadi kesalahan pengukuran item yang saling
berkorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
99
Tabel 3.29 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Peer Acceptance
1 2 3 4 5 6
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada satu item berkorelasi, yaitu item
nomor 6, dan 6, tetapi korelasinya hanya satu, sehingga item tersebut tidak
dikeluarkan. Jadi seluruh item pada dimensi peer acceptance akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
4. Physical Appearance
Hasil analisis terhadap dimensi physical appearance dapat dikatakan valid
dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 8.45, df = 4, P-value =
0.07653, dan RMSEA = 0.069. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
penampilan fisik memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit), bila
dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah bagus dan
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima. Selanjutnya
untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau tidak, maka
dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari item tersebut.
100
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap koefisien
muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.30 Muatan Faktor Item Physical Appearance
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 19 0.63 0.25 2.51 √
2 20 0.15 0.07 2.17 √
3 21 1.53 0.44 3.50 √
4 22 0.41 0.13 3.11 √
5 23 0.33 0.11 3.01 √
6 24 -0.15 0.07 -2.20 X
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X = tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat satu item yang tidak
signifikan dan satu item bermuatan negatif yaitu item nomor 6. Dari enam
item yang mengukur physical appearance terdapat satu item yang
dikeluarkan karena nilai t < 1.96 yaitu item nomor 6 dengan nilai t = -
2.20. Selanjutnya untuk mengetahui apakah item pernyataan ada yang
harus dikeluarkan karena terjadi kesalahan pengukuran item yang saling
berkorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
101
Tabel 3.31 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Physical Appearance
1 2 3 4 5 6
1 1
2 1
3 √ 1
4 1
5 √ √ 1
6 √ √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada tiga item berkorelasi, yaitu item
nomor 3, 5, dan 6, tetapi korelasinya tidak lebih dari tiga, sehingga item
tersebut tidak dikeluarkan. Jadi seluruh item pada dimensi physical
appearance akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
5. Scholastic Competence
Hasil analisis terhadap dimensi scholastic competence dapat dikatakan
valid dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 6.93, df = 6, P-value =
0.32760, dan RMSEA = 0.026. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
scholastic competence memenuhi nilai standar untuk model yang baik
(fit), bila dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah
bagus dan model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau
tidak, maka dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari
102
item tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap
koefisien muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.32 Muatan Faktor Item Scholastic Competence
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 25 0.53 0.07 7.86 √
2 26 0.40 0.07 5.47 √
3 27 0.63 0.07 8.56 √
4 28 0.72 0.07 10.90 √
5 29 0.68 0.07 9.27 √
6 30 -0.43 0.07 -6.29 X
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X = tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat satu item yang tidak
signifikan dan satu item bermuatan negatif yaitu item nomor 6. Dari enam
item yang mengukur scholastic competence terdapat satu item yang
dikeluarkan karena nilai t < 1.96 yaitu item nomor 6 dengan nilai t = -
6.29. Selanjutnya untuk mengetahui apakah item pernyataan ada yang
harus dikeluarkan karena terjadi kesalahan pengukuran item yang saling
berkorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
103
Tabel 3.33 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Scholastic Competence
1 2 3 4 5 6
1 1
2 1
3 1
4 1
5 √ √ 1
6 √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada dua item berkorelasi, yaitu item
nomor 5, dan 6, tetapi korelasinya hanya dua, sehingga item tersebut tidak
dikeluarkan. Jadi seluruh item pada dimensi conduct/morality akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.4 Uji Validitas Regulasi Diri
Hasil pengukuran terhadap variabel regulasi diri diperoleh setelah mengolah
model pengukuran CFA, diketahui bahwa dari 63 item yang mengukur
regulasi diri, ternyata ada 13 item pernyataan yang tidak signifikan (item
nomor 9, 17, 23, 24, 31, 34, 37, 44, 48, 51, 59, 61, dan 63), karena nilai t <
dari 1.96, selebihnya merupakan item yang signifikan. Uji validitas terhadap
model pengukuran variabel regulasi diri pada tiap dimensi dijabarkan sebagai
berikut.
104
1. Receiving
Hasil analisis terhadap dimensi receiving dapat dikatakan valid dengan
perolehan nilai untuk Chi-square = 26.88, df = 20, P-value = 0.13863, dan
RMSEA = 0.038. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi receiving
memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit), bila dilihat dari nilai
P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah bagus dan model dengan
satu faktor (unidimensional) dapat diterima. Selanjutnya untuk mengetahui
suatu item pernyataan dikeluarkan atau tidak, maka dilakukan pengujian
terhadap koefisien muatan faktor dari item tersebut. Pengujian ini
dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap koefisien muatan faktor,
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.34 Muatan Faktor Item Receiving
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 1 0.31 0.07 4.30 √
2 8 0.20 0.08 2.60 √
3 15 0.44 0.09 4.96 √
4 22 0.41 0.07 5.75 √
5 29 0.55 0.07 7.58 √
6 36 0.29 0.07 4.06 √
7 43 0.37 0.07 5.22 √
8 50 0.21 0.07 2.98 √
9 57 0.78 0.08 9.55 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (nilai t ≥ 1.96)
105
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
item bermuatan positif. Dari sembilan item yang mengukur receiving
tidak ada item yang dikeluarkan karena nilai t > 1.96. Selanjutnya untuk
mengetahui apakah item pernyataan ada yang harus dikeluarkan karena
terjadi kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi, dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 3.35 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Receiving
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
2 1
3 √ 1
4 1
5 1
6 √ 1
7 √ 1
8 √ √ √ 1
9 √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada lima item berkorelasi, yaitu item
nomor 3, 6, 7, 8, dan 9, tetapi korelasinya tidak lebih dari tiga, sehingga
item tersebut tidak dikeluarkan. Jadi seluruh item pada dimensi receiving
akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
106
2. Evaluating
Hasil analisis terhadap dimensi evaluating dapat dikatakan valid dengan
perolehan nilai untuk Chi-square = 20.22, df = 16, P-value = 0.21059,
dan RMSEA = 0.033. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
evaluating memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit), bila dilihat
dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah bagus dan model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima. Selanjutnya untuk
mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau tidak, maka dilakukan
pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari item tersebut. Pengujian
ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap koefisien muatan faktor,
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.36 Muatan Faktor Item Evaluating
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 2 0.32 0.08 3.99 √
2 9 -0.12 0.08 -1.50 X
3 16 0.34 0.09 3.89 √
4 23 0.09 0.08 1.13 X
5 30 0.73 0.10 7.19 √
6 37 -0.22 0.08 -2.71 X
7 44 -0.01 0.08 -0.17 X
8 51 0.17 0.08 2.07 X
9 58 0.54 0.09 5.97 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X = tidak signifikan
107
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat lima item yang tidak
signifikan dan tiga item bermuatan negatif yaitu item nomor 2, 6, dan 7.
Dari sembilan item yang mengukur evaluating ada lima item yang
dikeluarkan karena nilai t < 1.96, yaitu item nomor 2 dengan nilai t = -
1.50, item nomor 4 dengan nilai t = 1.13, item nomor 6 dengan nilai t = -
2.71, item nomor 7 dengan nilai t = -0.17, dan item nomor 8 karena
kesalahan pengukuran yaitu saling berkorelasi lebih dari tiga. Selanjutnya
untuk mengetahui apakah item pernyataan ada yang harus dikeluarkan
karena terjadi kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi, dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.37 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Evaluating
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
2 √ 1
3 1
4 √ 1
5 1
6 √ 1
7 √ √ 1
8 √ √ √ √ √ 1
9 √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
108
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada enam item berkorelasi, yaitu
item nomor 2, 4, 6, 7, 8, dan 9, dimana pada item nomor 8 berkorelasi
lebih dari tiga, sehingga item nomor 8 harud dikeluarkan. Jadi dari
sembilan item pada dimensi evaluating, ada tujuh item yang akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3. Triggering
Hasil analisis terhadap dimensi triggering dapat dikatakan valid dengan
perolehan nilai untuk Chi-square = 32.83, df = 24, P-value = 0.10775,
dan RMSEA = 0.040. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
triggering memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit), bila dilihat
dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah bagus dan model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima. Selanjutnya untuk
mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau tidak, maka dilakukan
pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari item tersebut. Pengujian
ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap koefisien muatan faktor,
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
109
Tabel 3.38 Muatan Faktor Item Triggering
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 3 0.33 0.08 4.27 √
2 10 0.77 0.12 6.17 √
3 17 -0.34 0.08 -4.43 X
4 24 -0.27 0.07 -3.63 X
5 31 0.06 0.07 0.91 X
6 38 0.60 0.12 4.96 √
7 45 0.16 0.07 2.25 √
8 52 0.18 0.07 2.52 √
9 59 -0.33 0.08 -4.35 X
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X = tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat empat item yang tidak
signifikan dan tiga item bermuatan negatif, yaitu item nomor 3, 4, dan 9.
Dari sembilan item yang mengukur triggering ada empat item yang
dikeluarkan karena nilai t < 1.96, yaitu item nomor 3 dengan nilai t = -
4.43, nomor 4 dengan nilai t = -3.63, nomor 5 dengan nilai t = 0.91, dan
nomor 9 dengan nilai t = -4.35. Selanjutnya untuk mengetahui apakah item
pernyataan ada yang harus dikeluarkan karena terjadi kesalahan
pengukuran item yang saling berkorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
110
Tabel 3.39 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Triggering
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 √ 1
7 1
8 √ 1
9 √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada tiga item berkorelasi, yaitu item
nomor 6, 8, dan 9, tetapi korelasinya hanya satu, sehingga item tersebut
tidak dikeluarkan. Jadi seluruh item pada dimensi triggering akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
4. Searching
Hasil analisis terhadap dimensi searching dapat dikatakan valid dengan
perolehan nilai untuk Chi-square = 29.55, df = 22, P-value = 0.12983,
dan RMSEA = 0.038. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
searching memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit) bila dilihat
dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah bagus dan model
111
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima. Selanjutnya untuk
mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau tidak, maka dilakukan
pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari item tersebut. Pengujian
ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap koefisien muatan faktor,
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.40 Muatan Faktor Item Searching
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 4 0.25 0.07 3.40 √
2 11 0.66 0.07 9.97 √
3 18 0.64 0.07 9.88 √
4 25 0.22 0.07 3.07 √
5 32 0.64 0.07 9.89 √
6 39 0.62 0.07 9.39 √
7 46 0.45 0.07 6.58 √
8 53 0.46 0.07 6.59 √
9 60 0.44 0.07 5.94 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (nilai t ≥ 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
item bermuatan positif. Dari sembilan item yang mengukur searching
tidak ada item yang dikeluarkan karena nilai t > 1.96. Selanjutnya untuk
mengetahui apakah item pernyataan ada yang harus dikeluarkan karena
112
terjadi kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi, dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 3.41 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Searching
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
2 1
3 √ 1
4 √ 1
5 1
6 1
7 √ 1
8 1
9 √ √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada empat item berkorelasi, yaitu
item nomor 3, 4, 7, dan 9, dengan korelasi kurang dari tiga, sehingga item
tersebut tidak dikeluarkan. Jadi seluruh item pada dimensi searching akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
113
5. Formulating
Hasil analisis terhadap dimensi formulating dapat dikatakan valid dengan
perolehan nilai untuk Chi-square = 27.56, df = 18, P-value = 0.06912,
dan RMSEA = 0.048. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
formulating memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit) bila
dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah bagus dan
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima. Selanjutnya
untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau tidak, maka
dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari item tersebut.
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap koefisien
muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.42 Muatan Faktor Item Formulating
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 5 0.43 0.07 6.38 √
2 12 0.40 0.07 5.85 √
3 19 0.36 0.07 5.21 √
4 26 0.44 0.07 6.25 √
5 33 0.85 0.07 11.49 √
6 40 0.56 0.07 8.37 √
7 47 0.51 0.09 5.65 √
8 54 0.34 0.07 5.03 √
9 61 0.07 0.07 1.08 X
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X = tidak signifikan
114
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat satu item yang tidak
signifikan dan semua item bermuatan positif. Dari sembilan item yang
mengukur formulating ada satu item yang dikeluarkan karena nilai t <
1.96, yaitu item nomor 9 dengan nilai t = 1.08. Selanjutnya untuk
mengetahui apakah item pernyataan ada yang harus dikeluarkan karena
terjadi kesalahan pengukuran item yang saling berkorelasi, dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 3.43 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Formulating
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
2 √ 1
3 √ 1
4 √ 1
5 1
6 √ 1
7 √ √ 1
8 √ 1
9 √ √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada tujuh item berkorelasi, yaitu
item nomor 2, 3, 4, 6, 7, 8, dan 9, dengan korelasi tidak lebih dari tiga,
115
sehingga item tersebut tidak dikeluarkan. Jadi seluruh item pada dimensi
formulating akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
6. Implementing
Hasil analisis terhadap dimensi implementing dapat dikatakan valid
dengan perolehan nilai untuk Chi-square = 30.80, df = 22, P-value =
0.10026, dan RMSEA = 0.041. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
implementing memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit) bila
dilihat dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah bagus dan
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima. Selanjutnya
untuk mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau tidak, maka
dilakukan pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari item tersebut.
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap koefisien
muatan faktor, sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
116
Tabel 3.44 Muatan Faktor Item Implementing
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 6 0.50 0.07 6.76 √
2 13 0.57 0.08 7.12 √
3 20 0.60 0.07 8.10 √
4 27 0.30 0.08 3.85 √
5 34 -0.17 0.08 -2.12 X
6 41 0.32 0.08 4.14 √
7 48 0.07 0.08 0.90 X
8 55 0.42 0.08 5.21 √
9 62 0.47 0.07 6.25 √
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X= tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat dua item yang tidak
signifikan dan satu item bermuatan negatif. Dari sembilan item yang
mengukur implementing terdapat dua item yang dikeluarkan karena nilai t
< 1.96 yaitu item nomor 5 dengan nilai t = -2.12 dan item nomor 7 dengan
nilai t = 0.90. Selanjutnya untuk mengetahui apakah item pernyataan ada
yang harus dikeluarkan karena terjadi kesalahan pengukuran item yang
saling berkorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
117
Tabel 3.45 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Implementing
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
2 1
3 1
4 1
5 √ √ 1
6 √ 1
7 √ 1
8 √ 1
9 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada empat item berkorelasi, yaitu
item nomor 5, 6, 7, dan 8, dengan korelasi kurang dari tiga, sehingga item
tersebut tidak dikeluarkan. Jadi seluruh item pada dimensi implementing
akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
7. Assessing
Hasil analisis terhadap dimensi assessing dapat dikatakan valid dengan
perolehan nilai untuk Chi-square = 28.64, df = 20, P-value = 0.09514,
dan RMSEA = 0.043. Data tersebut menunjukkan bahwa dimensi
assessing memenuhi nilai standar untuk model yang baik (fit) bila dilihat
dari nilai P-value ≥ 0.05, yang berarti bahwa skala sudah bagus dan model
118
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima. Selanjutnya untuk
mengetahui suatu item pernyataan dikeluarkan atau tidak, maka dilakukan
pengujian terhadap koefisien muatan faktor dari item tersebut. Pengujian
ini dilakukan dengan melihat nilai t dari setiap koefisien muatan faktor,
sebagaimana tercantum pada tabel 3.46 di bawah ini.
Tabel 3.46 Muatan Faktor Item Assessing
No Item Koefisien Std. Error t-Value Signifikan
1 7 0.53 0.07 7.73 √
2 14 0.28 0.08 3.63 √
3 21 0.28 0.07 3.93 √
4 28 0.34 0.07 4.80 √
5 35 0.56 0.07 8.32 √
6 42 0.59 0.07 8.89 √
7 49 0.73 0.06 11.60 √
8 56 0.25 0.07 3.43 √
9 63 -0.72 0.06 -11.20 X
Keterangan: tanda √ artinya signifikan (t ≥ 1.96), X = tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat satu item yang tidak
signifikan dan satu item bermuatan negatif, yaitu item nomor 9. Dari
sembilan item yang mengukur assessing ada satu item yang dikeluarkan
karena nilai t < 1.96 yaitu item nomor 9 dengan nilai t = -11.20.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah item pernyataan ada yang harus
119
dikeluarkan karena terjadi kesalahan pengukuran item yang saling
berkorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.47 Matrik Korelasi antar Kesalahan Pengukuran pada Item
Assessing
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
2 √ 1
3 √ 1
4 1
5 1
6 √ 1
7 1
8 √ √ √ 1
9 √ 1
Keterangan: tanda√ menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada lima item berkorelasi, yaitu
item nomor 2, 3, 6, 8, dan 9, dengan korelasi tidak lebih dari tiga,
sehingga item tersebut tidak dikeluarkan. Jadi seluruh item pada dimensi
assessing akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Tahap Persiapan Penelitian
Peneliti melakukan beberapa tahap persiapan penelitian untuk menunjang
kelancaran penelitian. Orientasi penelitian dilakukan dengan mengadakan
120
survey pendahuluan di lokasi penelitian dan mengumpulkan data untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian dengan
metode survey tentunya sangat mengandalkan instrumen (alat ukur) yang
berbentuk kuesioner. Persiapan awal penelitian meliputi persiapan
administratif dan persiapan instrumen (alat ukur), peneliti mencari instrumen
(alat ukur) yang dapat digunakan dan mampu untuk mengukur variable yang
akan diteliti dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat buah instrumen,
yaitu instrumen motivasi berprestasi, instrumen Parental Authority
Questionnaire (PAQ) untuk mengukur gaya pengasuhan orang tua, instrumen
Self-Perception Profile for Adolescents (SPPA) untuk mengukur konsep diri,
dan instrumen Self-Regulation Questionnaire (SRQ) untuk mengukur regulasi
diri.
3.5.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Proses pengambilan data lapangan (field study) dilaksanakan pada tanggal 25
Maret sampai dengan 28 Maret 2013. Peneliti menyebarkan sejumlah 254
kuesioner kepada responden, dan dari sejumlah itu kuesioner yang kembali
(return rate) sebanyak 250 (98.4 %). Setelah dilakukan pengecekan terhadap
kuesioner yang kembali, terdapat sejumlah kuesioner yang tidak lengkap dari
segi isian jawaban kuesioner, sehingga peneliti hanya mengambil data yang
benar-benar lengkap (valid) yaitu sejumlah 236 kuesioner (94.4 %), dan
sisanya sejumlah 14 kuesionet ( 5.6 %) tidak dianalisis karena kuesioner tidak
lengkap.
121
3.6 Teknik Pengolahan dan Metode Analisis Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti melakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Editing yaitu kegiatan untuk pengecekan isian kuesioner apakah
jawaban yang ada di kuesioner lengkap, jelas, dan relevan.
2. Skoring yaitu memberi nilai pada setiap data jawaban pernyataan pada
masing-masing kuesioner, dengan cara memberi angka-angka yang
sudah ditetapkan.
3. Koding yaitu kegiatan merubah data dari bentuk huruf menjadi bentuk
angka, untuk mempermudah pada saat analisis data dan mempercepat
entry data.
4. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari
kuesioner ke paket program komputer.
5. Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah di-entry untuk menghindari kesalahan.
3.6.2 Metode Analisis Data
Analisis data akan dilakukan pada data yang sudah di-entry sehingga
dihasilkan informasi yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan dan
menguji hipotesis. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hipotesis
dalam penelitian ini adalah dengan Analisis Regresi Berganda (Multiple
Regression Analysis), dimana lewat uji regresi ini ingin dilihat bagaimana
suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Analisis regresi berganda
122
digunakan karena dependent variable (DV) yang dicari dipengaruhi oleh lebih
dari satu independent variable (IV). Pada tahapan uji regresi ini akan
diperoleh beberapa informasi, yaitu: (a) Besaran R square ( R2
) untuk
mengetahui seberapa besar ( % ) dependent variable (DV) bisa diprediksi oleh
independent variable (IV) secara bersama-sama (simultan), (b) signifikansi
hubungan antar IV dengan DV, dilihat dari nilai Sig sebaiknya < 0.05, (c) IV
mana yang mempunyai pengaruh lebih kuat atas DV, dilihat dari nilai Beta,
dan (d) besarnya sumbangan dari setiap IV terhadap DV. Pengolahan data
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS (Statistical
Package for Social Science) versi 17.0.
Uji hipotesis penelitian mengenai pengaruh gaya pengasuhan orang
tua, konsep diri, dan regulasi diri terhadap motivasi berprestasi siswa MTs
Pembangunan UIN Jakarta menggunakan analisis regresi berganda (multiple
regression analysis) dengan persamaan regresi sebagai berikut:
Y1 = α + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + B5X5 + B6X6 + B7X7 + B8X8 +
B9X9 + B10X10 + B11X11 + B12X12 + B13X13 + B14X14 + B15X15 + e
Keterangan:
Y = motivasi berprestasi siswa
α = konstanta
Bn = koefsien regresi untuk masing-masing X
X1 = gaya pengasuhan authoritarian
X2 = gaya pengasuhan authoritative
X3 = gaya pengasuhan permissive
123
X4 = aspek konsep diri athletic competence
X5 = aspek konsep diri conduct/morality
X6 = aspek konsep diri peer acceptance
X7 = aspek konsep diri physical appearance
X8 = aspek konsep diri scholastic competence
X9 = aspek regulasi diri receiving
X10 = aspek regulasi diri evaluating
X11 = aspek regulasi diri triggering
X12 = aspek regulasi diri searching
X13 = aspek regulasi diri formulating
X14 = aspek regulasi diri implementing
X15 = aspek regulasi diri assessing
e = error
124
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab empat ini, peneliti akan menguraikan tentang analisa hasil penelitian
yang meliputi analisis deskriptif, dan uji hipotesis penelitian.
4.1 Analisis Deskriptif
4.1.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini berjumlah 236 siswa-siswi kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta tahun pelajaran 2012/2013. Gambaran subyek
penelitian menurut jenis kelamin dan usia akan dipaparkan pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Distribusi subyek penelitian berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
Perempuan 120 50.85
Laki-laki 116 49.15
Total 236 100.00
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa dari 236 subyek penelitian, yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 120 siswa (50.85 %), dan yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 116 siswa (49.15%). Maka dapat disimpulkan,
subyek penelitian terbanyak terdapat pada jenis kelamin perempuan yang
berjumlah 120 orang atau mencapai 50.85 %.
Subyek berdasarkan gambaran usia dengan kisaran usia 12 sampai 15
tahun, dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
125
Tabel 4.2 Distribusi subyek penelitian berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa dari 236 siswa yang dijadikan
sampel penelitian, yang berusia 12 tahun sebanyak 5 siswa (2.12 %), yang
berusia 13 tahun sebanyak 170 siswa (72.03 %), yang berusia 14 tahun
sebanyak 59 siswa (25.00 %), dan yang berusia 15 tahun sebanyak 2 siswa
(0.85 %). Maka dapat disimpulkan bahwa subyek penelitian terbanyak
terdapat pada rentangan usia 13 tahun yang berjumlah 170 siswa atau
mencapai 72.03 %.
1.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Gambaran umum tentang statististik deskriptif dari variabel-variabel dalam
penelitian ini, indeks yang menjadi patokan adalah nilai mean, standar deviasi
(SD), nilai maksimum dan minimum dari masing-masing variabel. Nilai
tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini.
Usia Frekuensi Persentase
12 tahun 5 2.12
13 tahun 170 72.03
14 tahun 59 25.00
15 tahun 2 0.85
Total 236 100.00
126
Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Motivasi
Gaya Pengasuhan
236
236
80.00
51.00
138.00
84.00
110.7754
65.5678
9.14682
5.29950
Authoritarian 236 18.00 33.00 24.8220 2.86321
Authoritative 236 20.00 36.00 28.2331 3.05286
Permissive
Konsep Diri
236
236
9.00
47.00
24.00
83.00
17.1737
64.2881
2.16734
5.72951
Athletic 236 6.00 18.00 12.7797 1.98563
Conduct 236 12.00 23.00 16.7839 2.10973
Peer 236 5.00 12.00 8.8475 1.31846
Physical 236 7.00 19.00 12.8729 2.16764
Scholastic
Regulasi Diri
236
236
7.00
102.00
20.00
172.00
13.0042
140.4322
2.11479
11.72956
Receiving 236 17.00 32.00 24.6271 2.96590
Evaluating 236 8.00 15.00 11.6907 1.50237
Triggering 236 6.00 17.00 12.1059 1.94209
Searching 236 20.00 35.00 28.0508 2.90516
Formulating 236 12.00 30.00 21.2458 2.99201
Implementing 236 9.00 26.00 18.5127 2.63282
Assessing 236 18.00 31.00 24.1992 2.30415
Valid N (listwise) 236
Dari tabel 4.3 dapat diketahui skor terendah dari gaya pengasuhan
authoritarian 18.00 dan skor tertinggi 33.00. Skor terendah dari gaya
pengasuhan authoritative 20,00 dan skor tertinggi 36.00. Skor terendah gaya
pengasuhan permissive 9.00 dan skor tertinggi 24.00. Skor terendah dari aspek
konsep diri athletic competence 6.00 dan skor tertinggi 18.00. Skor terendah
dari conduct/morality 12.00 dan skor tertinggi 23.00. Skor terendah dari peer
acceptance 5.00 dan skor tertinggi 12.00. Skor terendah dari physical
appearance 7.00 dan skor tertinggi 19.00. Skor terendah dari scholastic
127
competence 7.00 dan skor tertinggi 20.00. Selanjutnya skor terendah dari
aspek regulasi dirii receiving 17.00 dan skor tertinggi 32.00. Skor terendah
dari evaluating 8.00 dan skor tertinggi 15.00. Skor terendah dari triggering
6.00 dan skor tertinggi 17.00. Skor terendah dari searching 20.00 dan skor
tertinggi 35.00. Skor terendah dari formulating 12.00 dan tertinggi 30.00.
Skor terendah dari implementing 9.00 dan tertinggi 26.00. Dan yang terakhir
skor terendah 18.00 dari assessing dan skor tertinggi 31.00.
4.1.3 Kategorisasi Hasil Penelitian
Gambaran tentang kategorisasi variable gaya pengasuhan orang tua disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Gaya Pengasuhan Orang Tua
Gaya Pengasuhan
Orang Tua
N Mean Std. Deviation
Authoritarian 236 24.8220 2.86321
Authoritative 236 28.2331 3.05286
Permissive 236 17.1737 2.16734
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari ketiga gaya pengasuhan
orang tua (authoritarian, authoritative, dan permissive) ternyata rata-rata
responden memperoleh gaya pengasuhan authoritative, dilihat dari nilai mean
yang lebih besar (28.2331) dibandingkan dengan gaya pengasuhan
authoritarian sebesar 24.8220, dan gaya pengasuhan permissive sebesar
17.1737.
128
Kategorisasi untuk variabel motivasi, konsep diri, dan regulasi diri,
indeks yang menjadi patokan adalah nilai mean, maka dapat ditetapkan norma
seperti yang tertera pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5 Norma Skor
Kategori Norma
Tinggi X ≥ nilai Mean
Rendah X < nilai Mean
Dari norma skor variabel di atas, maka diperoleh kategorisasi dari
masing-masing variabel penelitian pada siswa-siswi kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta, sebagaimana tertera pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Kategorisasi Per Variabel
No Variabel
Kategorisasi dan Persentase Total
Rendah % Tinggi % N %
1 Motivasi 117 49.58 119 50.42 236 100
2 Konsep Diri 124 52.54 112 47.46 236 100
3 Regulasi Diri 126 53.39 110 46.61 236 100
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa untuk variabel
motivasi berprestasi sebagian responden (50.42 %) berada pada katagori
tinggi dan 49.58 % berada pada katagori rendah. Konsep diri sebagian besar
responden (52.54 %) berada pada katagori rendah, dan hanya 47.46 % berada
pada katagori tinggi. Regulasi diri sebagian besar responden (53.39 %) berada
129
pada katagori rendah, dan hanya 46.61 % responden yang berada pada
katagori tinggi.
4.2 Uji Hipotesis
4.2.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Peneliti melakukan uji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda
(multiple regression analysis) menggunakan software SPSS (Statistical
Package for Social Science) versi 17.0. Besaran R square, dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.7 R Square
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .565a .319 .273 8.03273
a. Predictors: (Constant), assessing, conduct, physical, permissive, formulating,
athletic, authoritarian, evaluating, authoritative, scholastic, triggering, peer,
receiving, searching, implementing
Dari tabel di atas diketahui bahwa perolehan R square sebesar 0.319
atau 31.9 %, ini berarti proporsi varians dari motivasi berprestasi siswa yang
dijelaskan oleh semua independen variabel sebesar 31.9 %, sedangkan
sisanya sebesar 68.1 % dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut.
130
Tabel 4.8 Anova
ANOVA
Model Sum of
squares
Df Mean
Square F
Sig
1 Regression
Residual
Total
6653.395
14195.448
20848.843
15
220
235
443.560
64.525
6.874 .000a
Dari tabel tersebut diperoleh F hitung sebesar 6.874 dan signifikansi
sebesar 0,000 atau lebih kecil dari alpha 5% (0,000<0,05). Ini berarti bahwa
besarnya varians dari DV (motivasi berprestasi) yang dipengaruhi oleh 15 IV
sebesar 31.9 % adalah signifikan secara statistik. Hal ini berarti hipotesis
mayor yang menyebutkan bahwa “ada pengaruh variabel gaya pengasuhan
orang tua, konsep diri, dan regulasi diri, terhadap motivasi berprestasi siswa”
diterima.
Untuk melihat apakah dari 15 IV berpengaruh secara positif maupun
negatif dan signifikan terhadap DV, dapat dilihat pada tabel berikut.
131
Tabel 4.9 Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -7.568 8.607 -.879 .380
Authoritarian .108 .072 .090 1.498 .136
Authoritative .405 .068 .383 5.919 .000
Permissive -.053 .068 -.050 -.785 .433
AthleticCompetence -.007 .065 -.006 -.107 .915
Conduct -.059 .083 -.051 -.704 .482
Peer Acceptance .076 .090 .059 .841 .401
Physical .077 .065 .073 1.189 .236
Scholastic .170 .076 .148 2.245 .026
Receiving .104 .085 .088 1.225 .222
Evaluating .097 .069 .088 1.418 .158
Triggering .057 .138 .043 .411 .681
Searching .110 .084 .098 1.310 .192
Formulating -.033 .080 -.030 -.420 .675
Implementing .022 .138 .019 .162 .872
a. Dependent Variable: Motivasi
132
Dari table di atas, dapat disimpulkan persamaan regresi sebagai
berikut:
Motivasi Berprestasi = -7.568 + 0.108 authoritarian + 0.405
authoritative - 0.053 permissive – 0.007
athletic competence – 0.059 conduct +
0.076 peer acceptance + 0.077 physical
appearance + 0.170 scolastic competence +
0.104 receiving + 0.097 evaluating + 0.057
triggering + 0.110 searching - 0.033
formulating + 0.022 implementing + 0. 076
assessing
Untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang
dihasilkan, dilihat nilai Sig pada table 4.9, jika p < 0.05, maka koefisien
regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap motivasi berprestasi
dan sebaliknya jika p > 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan tidak
signifikan pengaruhnya terhadap motivasi berprestasi.
Dari persamaan regresi di atas dapat dijelaskan nilai koefisien regresi
yang diperoleh masing-masing IV yaitu:
1. Gaya pengasuhan Authoritarian
Nilai koefisien regresi variabel gaya pengasuhan authoritarian sebesar
0.108, dan nilai signifikansinya sebesar 0.136, dimana nilai ini > 0.05. Hal
ini berarti bahwa variabel gaya pengasuhan authoritarian tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa.
133
2. Gaya pengasuhan Authoritative
Nilai koefisien regresi variabel gaya pengasuhan authoritative adalah
0.405, dan nilai signifikansinya sebesar 0.000, dimana nilai ini < 0.05. Hal
ini berarti bahwa variabel gaya pengasuhan authoritative berpengaruh
secara signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa. Jadi semakin besar
siswa menerima gaya pengasuhan authoritative, maka semakin tinggi
motivasi berprestasi siswa.
3. Gaya pengasuhan Permissive
Nilai koefisien regresi variabel gaya pengasuhan permissive adalah -
0.053, dan nilai signifikansinya sebesar 0.433, dimana nilai ini > 0.05. Hal
ini berarti bahwa variabel gaya pengasuhan permissive tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa.
4. Athletic Competence pada variabel konsep diri
Nilai koefisien regresi athletic competence pada variabel konsep diri adalah
-0.007, dan nilai signifikansinya sebesar 0.915, dimana nilai ini > 0.05. Hal ini
berarti bahwa athletic competence tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap motivasi berprestasi siswa.
5. Conduct/Morality pada variabel konsep diri
Nilai koefisien regresi conduct/morality pada variabel konsep diri sebesar -
0.059, dan nilai signifikansinya sebesar 0.482, dimana nilai ini > 0.05. Hal ini
berarti bahwa conduct/morality tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi berprestasi siswa.
134
6. Peer Acceptance pada variabel konsep diri
Nilai koefisien regresi peer Acceptance pada variabel konsep diri adalah 0.076,
dan nilai signifikansinya sebesar 0.401, dimana nilai ini > 0.05. Hal ini berarti
bahwa peer acceptance tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi berprestasi siswa.
7. Physical Appearance pada variabel konsep diri
Nilai koefisien regresi physical appearance pada variabel konsep diri
adalah 0.077, dan nilai signifikansinya sebesar 0.236, dimana nilai ini >
0.05. Hal ini berarti bahwa physical appearance tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa.
8. Scholastic Competence pada variabel konsep diri
Nilai koefisien regresi scholastic competence pada variabel konsep diri
adalah 0.170, dan nilai signifikansinya sebesar 0.026, dimana nilai ini <
0.05. Hal ini berarti bahwa scholastic competens berpengaruh secara
signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa. Jadi semakin tinggi
scholastic competence yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi pula
motivasi berprestasi siswa.
9. Receiving pada variabel regulasi diri
Nilai koefisien regresi receiving pada variabel regulasi diri adalah 0.110,
dan nilai signifikansinya sebesar 0.222, dimana nilai ini > 0.05. Hal ini
berarti bahwa receiving tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi berprestasi siswa.
135
10. Evaluating pada variabel regulasi diri
Nilai koefisien regresi evaluating pada variabel regulasi diri adalah 0.097,
dan nilai signifikansinya sebesar 0.158, dimana nilai ini > 0.05. Hal ini
berarti bahwa evaluating tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi berprestasi siswa.
11. Triggering pada variabel regulasi diri
Nilai koefisien regresi triggering pada variabel regulasi diri adalah 0.057,
dan nilai signifikansinya sebesar 0.681, dimana nilai ini > 0.05. Hal ini
berarti bahwa triggering tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi berprestasi siswa.
12. Searching pada variabel regulasi diri
Nilai koefisien regresi searching pada variabel regulasi diri adalah 0.110,
dan nilai signifikansinya sebesar 0.192, dimana nilai ini > 0.05. Hal ini
berarti bahwa searching tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi berprestasi siswa.
13. Formulating pada variabel regulasi diri
Nilai koefisien regresi formulating pada variabel regulasi diri adalah -
0.033, dan nilai signifikansinya sebesar 0.675, dimana nilai ini > 0.05. Hal
ini berarti bahwa formulating tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi berprestasi siswa.
14. Implementing pada variabel regulasi diri
Nilai koefisien regresi implementing pada variabel regulasi diri adalah
0.022, dan nilai signifikansinya sebesar 0.872, dimana nilai ini > 0.05. Hal
136
ini berarti bahwa implementing tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap motivasi berprestasi siswa.
15. Assessing pada variabel regulasi diri
Nilai koefisien regresi assessing pada variabel regulasi diri adalah 0.076,
dan nilai signifikansinya sebesar 0.381, dimana nilai ini > 0.05. Hal ini
berarti bahwa assessing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi berprestasi siswa.
Dari hasil di atas ada dua koefisien regresi yang signifikan yaitu gaya
pengasuhan authoritative, dan scholastic competence pada variabel konsep
diri sedangkan koefisien regresi untuk gaya pengasuhan authoritarian, gaya
pengasuhan permissive, athletic competence pada variabel konsep diri,
conduct pada variabel konsep diri, peer acceptance pada variabel konsep diri,
physical appearance pada variabel konsep diri, receiving pada variabel
regulasi diri, evaluating pada variabel regulasi diri, triggering pada variabel
regulasi diri, searching pada variabel regulasi diri, formulating pada variabel
regulasi diri, implementing pada variabel regulasi diri, dan assessing pada
variabel regulasi diri tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa dari 15 hipotesis
minor terdapat dua yang signifikan dan 13 yang tidak signifikan. Untuk
mengetahui perbandingan besar kecilnya pengaruh setiap IV terhadap DV
dengan melihat Standardized coefficients (nilai Beta). Dari ketiga gaya
pengasuhan orang tua (authoritarian, authoritative, dan permissive), gaya
pengasuhan authoritative memberikan pengaruh yang paling besar terhadap
motivasi berprestasi siswa dengan nilai beta 0.383. Dari dua IV yang
137
berpengaruh signifikan terhadap DV dapat diketahui mana yang memiliki
pengaruh lebih besar. Adapun urutan IV yang mempunyai pengaruh dari yang
terbesar dan terkecil adalah: (1) gaya pengasuhan authoritative dengan nilai
beta 0.383, dan (2) scholastic competence pada variabel konsep diri dengan
nilai beta 0.148.
138
4.2.2 Uji Proporsi Varians masing-masing Independent Variable (IV)
Pengujian terhadap proporsi varians bertujuan untuk mengetahui apakah
penambahan proporsi varians dari masing-masing independent variable (IV)
memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap dependent variable
(DV).
Besarnya proporsi varians dari masing-masing independent variable
(IV) dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini.
Tabel 4.10 Proporsi Varians masing-masing Independent Variable (IV)
Model
R R Square
Change Statistics
R Square
Change F Change df1
Sig. F
Change
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .108a .012 .012 2.767 1
1
1
1
1
1
1
1
.098
2 .466b .218 .206 61.322 .000
3 .467c .218 .000 .058 .810
4 .470d .221 .003 .879 .350
5 .474e .225 .004 1.297 .256
6 .476f .227 .002 .541 .463
7 .482g .233 .006 1.682 .196
8 .514h .264 .031 9.640 .002
a. Predictors: (Constant), AUTHORITARIAN
b. Predictors: (Constant), AUTHORITARIAN, AUTHORITATIVE
c. Predictors: (Constant), AUTHORITARIAN, AUTHORITATIVE, PERMISSIVE
d. Predictors: (Constant), AUTHORITARIAN, AUTHORITATIVE, PERMISSIVE, ATHLETIC
e. Predictors: (Constant), AUTHORITARIAN, AUTHORITATIVE, PERMISSIVE, ATHLETIC,
CONDUCT
f. Predictors: (Constant), AUTHORITARIAN, AUTHORITATIVE, PERMISSIVE, ATHLETIC,
CONDUCT, PEER
g. Predictors: (Constant), AUTHORITARIAN, AUTHORITATIVE, PERMISSIVE, ATHLETIC,
CONDUCT, PEER, PHYSICAL
h. Predictors: (Constant), AUTHORITARIAN, AUTHORITATIVE, PERMISSIVE, ATHLETIC,
CONDUCT, PEER, PHYSICAL, SCOLASTIC
Dari tabel di atas dapat dilihat sumbangan dari setiap IV terhadap DV
sebagai berikut:
139
1. Gaya pengasuhan authoritarian memberikan sumbangan atau pengaruh
sebesar 0.012 atau 1.2 % terhadap motivasi berprestasi siswa, tetapi
secara statistik sumbangan tersebut tidak signifikan karena nilai Sig F
Change = 0.098 > 0.05
2. Gaya pengasuhan authoritative memberikan sumbangan sebesar 0.206
atau 20.6 % dalam motivasi berprestasi siswa dan secara statistik
sumbangan tersebut signifikan karena Sig F Change = 0.000 < 0.05
3. Gaya pengasuhan permissive memberikan sumbangan sebesar 0.000 atau
0.0 % dalam motivasi berprestasi siswa, dan secara statistik sumbangan
tersebut tidak signifikan karena Sig F Change = 0.810 > 0.05
4. Athletic competence pada variabel konsep diri memberikan sumbangan
sebesar 0.003 atau 0.3 % dalam motivasi berprestasi siswa, dan secara
statistik sumbangan tersebut tidak signifikan karena Sig F Change =
0.350 > 0.05
5. Conduct/morality pada variabel konsep diri memberikan sumbangan
sebesar 0.004 atau 0.4 % dalam motivasi berprestasi siswa, dan secara
statistik sumbangan tersebut tidak signifikan karena Sig F Change = 0.256
> 0.05
6. Peer acceptance pada variabel konsep diri memberikan sumbangan
sebesar 0.002 atau 0.2 % dalam motivasi berprestasi siswa, dan secara
statistik sumbangan tersebut tidak signifikan karena Sig F Change = 0.463
> 0.05
140
7. Physical appearance pada variabel konsep diri memberikan sumbangan
sebesar 0.006 atau 0.6 % dalam motivasi berprestasi siswa, dan secara
statistik sumbangan tersebut tidak signifikan karena Sig F Change =
0.196 > 0.05
8. Scholastic competence pada variabel konsep diri memberikan sumbangan
sebesar 0.031 atau 3.1 % dalam motivasi berprestasi siswa, dan secara
statistik sumbangan tersebut signifikan karena Sig F Change = 0.002 <
0.05.
Proporsi varians untuk variabel regulasi diri dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.11 Proporsi Varians masing-masing IV
Model R R square
Change statistic
R square
change
F
change
df1
Sig. F
Change
1
2
3
4
5
6
7
.536a
.550b
.552c
.562d
.563e
.563f
.565g
.287
.302
.305
.316
.317
.317
.319
.287
.016
.003
.011
.001
.000
.002
10.106
5.001
.820
3.602
.210
.012
.771
9
1
1
1
1
1
1
.000
.026
.366
.059
.647
.914
.381
a. Predictors: (Constant), RECEIVING, AUTHORITATIVE, PHYSICAL,
ATHLETIC, AUTHORITARIAN, CONDUCT, PERMISSIVE, SCOLASTIC, PEER
b. Predictors: (Constant), RECEIVING, AUTHORITATIVE, PHYSICAL,
ATHLETIC, AUTHORITARIAN, CONDUCT, PERMISSIVE, SCOLASTIC,
PEER, EVALUATING
c. Predictors: (Constant), RECEIVING, AUTHORITATIVE, PHYSICAL,
ATHLETIC, AUTHORITARIAN, CONDUCT, PERMISSIVE, SCOLASTIC,
PEER, EVALUATING, TRIGGERING
141
d. Predictors: (Constant), RECEIVING, AUTHORITATIVE, PHYSICAL,
ATHLETIC, AUTHORITARIAN, CONDUCT, PERMISSIVE, SCOLASTIC,
PEER, EVALUATING, TRIGGERING, SEARCHING
e. Predictors: (Constant), RECEIVING, AUTHORITATIVE, PHYSICAL,
ATHLETIC, AUTHORITARIAN, CONDUCT, PERMISSIVE, SCOLASTIC,
PEER, EVALUATING, TRIGGERING, SEARCHING, FORMULATING
f. Predictors: (Constant), RECEIVING, AUTHORITATIVE, PHYSICAL,
ATHLETIC, AUTHORITARIAN, CONDUCT, PERMISSIVE, SCOLASTIC,
PEER, EVALUATING, TRIGGERING, SEARCHING, FORMULATING,
IMPLEMENTING
g. Predictors: (Constant), RECEIVING, AUTHORITATIVE, PHYSICAL,
ATHLETIC, AUTHORITARIAN, CONDUCT, PERMISSIVE, SCOLASTIC,
PEER, EVALUATING, TRIGGERING, SEARCHING, FORMULATING,
IMPLEMENTING, ASSESSING
Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Receiving pada variabel regulasi diri memberikan sumbangan sebesar
0.287 atau 28.7 % dalam motivasi berprestasi siswa, dan secara statistik
sumbangan tersebut signifikan karena Sig F Change = 0.000 < 0.05
2. Evaluating pada variabel regulasi diri memberikan sumbangan sebesar
0.016 atau 1.6 % dalam motivasi berprestasi siswa, dan secara statistik
sumbangan tersebut signifikan karena Sig F Change = 0.026 < 0.05
3. Triggering pada variabel regulasi diri memberikan sumbangan sebesar
0.003 atau 0.3 % dalam motivasi berprestasi siswa, dan secara statistik
sumbangan tersebut tidak signifikan karena Sig F Change = 0.366 > 0.05
4. Searching pada variabel regulasi diri memberikan sumbangan sebesar
0.011 atau 1.1 % dalam motivasi berprestasi siswa, dan secara statistik
sumbangan tersebut tidak signifikan karena Sig F Change = 0.059 > 0.05
5. Formulating pada variabel regulasi diri memberikan sumbangan sebesar
0.001 atau 0.1 % dalam motivasi berprestasi siswa, dan secara statistik
sumbangan tersebut tidak signifikan karena Sig F Change = 0.647 > 0.05
142
6. Implementing pada variabel regulasi diri memberikan sumbangan sebesar
0.000 atau 0.0 % dalam motivasi berprestasi siswa, dan secara statistik
sumbangan tersebut tidak signifikan karena Sig F Change = 0.914 > 0.05
7. Assessing pada variabel regulasi diri memberikan sumbangan sebesar
0.002 atau 0.2 % dalam motivasi berprestasi siswa dan secara statistik
sumbangan tersebut tidak signifikan karena Sig F Change = 0.381 > 0.05
Berdasarkan interpretasi data di atas, bila dilihat dari besarnya
tambahan R2
yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV, terdapat
empat IV yang memberikan sumbangan secara signifikan terhadap motivasi
berprestasi siswa, yaitu: gaya pengasuhan authoritative, scholastic
competence pada variabel konsep diri, receiving pada variabel regulasi diri,
dan evaluating pada variabel regulasi diri. Dari keempat IV tersebut dapat
dilihat IV mana yang memberikan sumbangan paling besar terhadap DV, yaitu
dengan cara melihat R2
change-nya. Semakin besar R2
change-nya, maka
semakin besar sumbangan yang diberikan terhadap DV.
143
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab lima ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan, diskusi hasil
penelitian, dan saran teoritis serta saran praktis.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa hipotesis mayor diterima, yaitu: “ada pengaruh
yang signifikan dari gaya pengasuhan orang tua (authoritarian, authoritative,
dan permissive), konsep diri (athletic competence, conduct/morality, peer
acceptance, physical appearance, dan scholastic competence), dan regulasi
diri (receiving, evaluating, triggering, searching, formulating, implementing,
dan assessing) terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta”. Diperoleh nilai R square sebesar 0.319, hal ini
menunjukkan bahwa dari proporsi varians secara keseluruhan motivasi
berprestasi siswa (dependent variable) yang dipengaruhi independent variabel
(gaya pengasuhan orang tua, konsep diri, dan regulasi diri) adalah sebesar
0.319 atau 31.9 %.
Dari hasil analisis terhadap aspek variabel gaya pengasuhan orang tua
(authoritarian, authoritative, dan permissive), aspek variabel konsep diri
(athletic competent, conduct/morality, peer acceptance, physical appearance,
dan scholastic competence), dan aspek variabel regulasi diri (receiving,
evaluating, triggering, searching, formulating, implementing, dan assessing)
diperoleh hanya dua independent variabel (IV) yang signifikan pengaruhnya
144
terhadap motivasi berprestasi siswa, yaitu gaya pengasuhan authoritative, dan
scholastic competence pada variabel konsep diri. Dari tiga tipe gaya
pengasuhan orang tua hanya gaya pengasuhan authoritative yang memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa, sedangkan gaya
pengasuhan authoritarian dan gaya pengasuhan permissive tidak.
Hasil analisis terhadap proporsi varians masing-masing variabel
terdapat empat variabel yang signifikan, yaitu: gaya pengasuhan authoritative,
scholastic competence pada variabel konsep diri, receiving pada variabel
regulasi diri, dan evaluating pada variabel regulasi diri.
5.2. Diskusi
Orang tua adalah faktor yang paling penting dalam hidup dan perkembangan
anak-anak, karena orang tua merupakan orang yang terdekat dengan anak-
anak dan orang yang pertama dan utama dalam mempengaruhi kehidupan
anak-anak, sehingga memainkan peran yang besar pada tahap awal
perkembangan anak-anak. Keterlibatan orang tua merupakan kunci untuk
meningkatkan prestasi akademik anak-anak. Menurut Cramer (2002) interaksi
yang berkualitas antara orang tua dan anak terbukti dapat mempengaruhi
perkembangan motivasi anak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Garliah & Nasution (2005) yang meyebutkan bahwa keluarga
merupakan faktor yang dapat menimbulkan motivasi berprestasi anak. Jadi
bagaimana gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua terhadap anaknya
dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian anak, sehingga orang tua
harus mampu menerapkan gaya pengasuhan yang tepat untuk menumbuhkan
145
dan mengembangkan motivasi berprestasi anak. Baumrind, Cohen & Rice,
Pittman & Chase-Lansdale dalam Rivers (2006) menyatakan bahwa gaya
pengasuhan authoritative dikaitkan dengan hasil yang lebih positif,
sedangkan gaya pengasuhan authoritarian, dan gaya pengasuhan permissive
lebih cenderung mengakibatkan hasil yang negatif. Temuan penelitian
menunjukkan bahwa gaya pengasuhan authoritative menunjukkan
perkembangan positif pada remaja (Wargo dalam Kopko, 2007). Ada banyak
bukti empiris yang menunjukkan bahwa gaya pengasuhan authoritative (gaya
pengasuhan yang ditandai dengan penerimaan dan keterlibatan, serta
ketegasan dan pengawasan) memiliki pengaruh yang signifikan pada
perkembangan kepribadian anak, yaitu: anak-anak cenderung mandiri, tegas,
ramah dengan teman sebaya, dan kooperatif dengan orang tua (Baumrind,
dalam Vahedi, 2009) serta intelektual dan sosial yang baik dengan motivasi
yang kuat untuk mencapai sukses (Maccoby, & Martin dalam Vahedi, 2009).
Motivasi siswa kelas VIII MTs Pembangunan UIN Jakarta secara
signifikan dipengaruhi oleh gaya pengasuhan authoritative. Keadaan ini
menggambarkan bahwa semakin siswa mendapatkan gaya pengasuhan yang
authoritative, maka motivasi berprestasi siswa akan semakin tinggi. Hal ini
membuktikan bahwa gaya pengasuhan orang tua merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi. Gaya pengasuhan orang tua
yang diterapkan pada anaknya akan menimbulkan motivasi berprestasi pada
anak. Gaya pengasuhan authoritative mempunyai pengaruh yang lebih besar
terhadap motivasi berprestasi siswa, seperti yang dikemukakan oleh Baumrind
146
dalam Turner, Chandler, & Haffer (2009) ada hubungan yang positif antara
gaya pengasuhan authoritative dan kinerja akademik, dimana anak-anak dari
orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan authoritative, merupakan anak-
anak yang paling termotivasi, yang paling kompeten, dan yang paling
berorientasi prestasi. Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan
authoritative bersikap lebih fleksibel, terbuka, dan memberi kesempatan
kepada anak untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan peraturan yang
rasional, sehingga akan menumbuhkan sikap percaya diri, yang akan
memunculkan motivasi pada anak.
Beberapa studi telah menentukan hubungan positif antara gaya
pengasuhan authoritative dan prestasi siswa (Baumrind, Steinberg et al. dalam
Rena, Abedalaziz, & Leng , 2011). Hal ini karena orang tua authoritative
cenderung menampilkan keseimbangan dalam kontrol dan respon yang tinggi
dan menunjukkan kehangatan kepada anak-anak mereka ketika mereka
menetapkan tuntutan dan harapan. Secara umum, anak-anak yang
mendapatkan gaya pengasuhan authoritative menunjukkan kompetensi
akademik, perkembangan sosial, persepsi diri, dan kesehatan mental yang
lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dengan orang tua yang
menerapkan gaya pengasuhan authoritarian dan permissive (Baumrind,
Dornbusch et al, Lamborn et al, Maccoby & Martin, dalam Watabe, 2011)..
Senada dengan hasil penelitian Abhesa (2012) yang menyatakan bahwa gaya
pengasuhan authoritative memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap
motivasi berprestasi siswa. Hanya siswa yang menggambarkan orang tua
147
dengan gaya pengasuhan authoritative yang memiliki motivasi berprestasi
lebih tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan yang memiliki orang tua
dengan gaya pengasuhan bukan authoritative.
Meskipun gaya pengasuhan authoritative berkaitan dengan hasil
perkembangan yang positif, banyak orangtua cenderung menggunakan
campuran gaya pengasuhan yang berbeda ketika mengasuh remaja. Jadi, orang
tua dapat mengubah dan menerapkan gaya pengasuhan masing-masing sesuai
dengan keadaan tertentu.
Scholastic competence pada variabel konsep diri secara positif dan
signifikan mempengaruhi motivasi berprestasi siswa kelas VIII MTs
Pembangunan UIN Jakarta. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kompetensi
skolastik (scholastic competence) yang dimiliki siswa, maka akan semakin
tinggi pula motivasi berprestasi siswa. Siswa yang memiliki kompetensi
skolastik tinggi berarti siswa tersebut mampu mengikuti kegiatan akademik di
sekolah, dan merasa dirinya cukup pandai dalam berbagai mata pelajaran di
sekolah. Jadi seorang siswa yang memandang positif tentang dirinya, baik dari
segi kemampuan maupun harapan yang ingin dicapainya, maka siswa tersebut
akan menimbulkan motivasi untuk berprestasi. Seperti yang dikemukakan
oleh Fernald & Fernald (1999) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
motivasi berprestasi adalah adanya konsep diri yang dimiliki individu, bila
individu itu mampu untuk melakukan aktivitas yang dapat memenuhi
harapannya sehingga apa yang diinginkan dapat tercapai. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari & Rola (2004), dan
148
Rola (2006), yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
konsep diri terhadap motivasi berprestasi siswa. Hubungan tersebut bersifat
positif artinya bahwa semakin positif konsep diri yang dimiliki siswa, maka
semakin tinggi pula motivasi berprestasinya. Berger dalam Viktor (2011)
mendapatkan anak-anak yang mempunyai konsep diri positif berkontribusi
lebih positif terhadap kegiatan akademik, keberhasilan terhadap usaha dan
kemampuan mereka. Anak-anak dengan konsep diri positif mampu
melakukan tugas daripada anak-anak lain dengan konsep diri negatif yang
selalu tak berdaya. Dengan konsep diri positif menghadapi realitas kehidupan
yang lebih baik dengan keyakinan dan harapan tinggi tidak hanya di
lingkungan rumah tapi juga di lingkungan sekolah. Dapat dikatakan bahwa,
konsep diri yang buruk tercermin pada prestasi yang buruk di sekolah, dan
juga konsep diri yang baik atau positif menghasilkan kinerja yang positif di
sekolah (Upadhaya & Singh dalam Viktor, 2011). Selanjutnya, dikatakan
bahwa konsep diri yang positif juga dianggap sebagai faktor untuk
memperoleh prestasi akademik yang optimal. Hal senada diungkapkan oleh
Sarason, Pierce, Panji, & Sarason (dalam Watabe, 2012) bahwa konsep diri
anak di rumah atau di sekolah dipengaruhi oleh orang tua, apakah positif atau
negatif, dan dapat menjadi faktor yang penting dalam meningkatkan prestasi
akademik.
Aspek lain dari variabel konsep diri tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa MTs Pembangunan UIN
Jakarta, yaitu aspek athletic competence, conduct/morality, peer acceptance,
149
dan physical appearance. Hal ini berarti bahwa seseorang yang memandang
dirinya mempunyai kemampuan yang baik diberbagai bidang atletik (olah
raga) belum tentu motivasi berprestasi di bidang akademiknya baik juga.
Demikian pula halnya dengan seseorang yang memandang perilaku dirinya
positif atau berperilaku baik, mempunyai hubungan yang baik dengan rekan
sebayanya, dan memiliki rasa percaya diri karena merasa dirinya mempunyai
penampilan fisik yang baik, belum tentu memiliki motivasi berprestasi yang
baik juga. Meskipun hanya scholastic competence pada variabel konsep diri
yang berpengaruh secara signifikan pada motivasi berprestasi, namun secara
umum dapat dikatakan bahwa konsep diri merupakan salah satu faktor penting
yang dapat menumbuhkan motivasi berprestasi siswa.
Selanjutnya, dari tujuh proses regulasi diri yang meliputi proses
receiving, evaluating, triggering, searching, formulating, implementing, dan
assessing, tidak ada satupun yang berpengaruh terhadap motivasi berprestasi
siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta. Padahal menurut Zimmerman (2002)
motivasi siswa dapat ditingkatkan bilamana mereka menggunakan proses self-
regulatory. Siswa yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi kemajuan
dalam belajar mereka akan meningkatkan tingkat kepuasan diri, dan
keyakinan mereka dalam keberhasilan akan meningkatkan keterampilan
(Schunk dalam Zimmerman, 2002). Keberhasilan seseorang dalam pencapaian
prestasi salah satunya ditentukan oleh kemampuan regulasi diri (Susanto,
2006). Seperti halnya dengan prestasi siswa dalam lingkungan sekolah
dipengaruhi oleh penggunaan secara efektif regulasi diri yang dimiliki
150
siswa, yaitu kemampuan siswa untuk merencanakan, memonitor, dan
mengevaluasi perilaku sendiri, kognisi dan strategi pembelajarannya
(McCaslin & Hickey, Winne, Zimmerman & Schunk, dalam Matuga, 2009).
Tidak adanya pengaruh yang signifikan dari semua proses dalam regulasi diri
terhadap motivasi berprestasi siswa MTs Pembangunan UIN dapat
disebabkan oleh beberapa hal. Kemungkinan yang menyebabkan terjadinya
perbedaan hasil ini yaitu: Pertama, responden penelitian ini adalah siswa
kelas VIII MTs Pembangunan UIN Jakarta yang berusia dalam rentangan 12
sampai 15 tahun. Artinya, dari perspektif psikologi perkembangan mereka
masih berada pada tahap perkembangan remaja awal yang ditandai dengan
kondisi emosi yang sangat labil. Menurut Gunarsa & Gunarsa (2006) masa
remaja merupakan saat-saat yang dipenuhi dengan berbagai macam perubahan
dan terkadang tampil sebagai masa tersulit dalam kehidupannya sebelum
kemudian memasuki dunia kedewasaan. Sedangkan penelitian-penelitian yang
dilakukan sebelumnya melibatkan responden yang berasal dari tingkat
pendidikan yang lebih tinggi dengan rentangan usia yang lebih besar. Oleh
karena itu, Anak-anak dalam rentangan usia tersebut perlu mengembangkan
keterampilan tentang regulasi dirinya karena akan berpengaruh terhadap
kesiapan diri dalam menghadapai segala aktivitasnya baik dilingkungan
sekolah maupun di lingkungan rumah, dan dengan adanya kesiapan diri
diharapkan dapat menimbulkan motivasi untuk berprestasi. Kemampuan
untuk mengatur diri sendiri adalah dasar untuk memenuhi standar yang
diterima dari perilaku di rumah, sekolah, dan di tempat kerja. (Bandy, &
151
Moore, 2010). Kedua, kemungkinan pada saat penelitian dilakukan, responden
menjawab kuesioner kurang serius sehingga tidak menggambarkan keadaan
yang sebenarnya.
5.3 Saran
Berdasarkan uraian dan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang
diberikan dan dapat dijadikan pertimbangan, yaitu:
5.3.1 Saran Metodologis
1. Untuk penelitian selanjutnya agar meneliti dan menganalisis pengaruh
variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi
siswa, selain yang terdapat pada independent variable dalam penelitian
ini, seperti self-esteem, religiusitas, dukungan sosial, dan iklim
sekolah.
2. Mengingat penelitian ini dilakukan pada siswa MTs, untuk penelitian
selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan melibatkan
sampel dari siswa Madrarah Aliyah sederajat atau mahasiswa
Perguruan Tinggi. Hal ini dilakukan untuk melihat variabel-variabel
yang mempengaruhi motivasi berprestasi mereka ketika belajar pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian
sejenis dengan jumlah populasi dan sampel dari daerah urban atau
suburban untuk mendapatkan gambaran yang komparatif jika
dibandingkan dengan sampel penelitian ini yang dilakukan di daerah
dekat ibu kota.
152
5.3.2 Saran Praktis
1. Untuk Orang Tua
Gaya pengasuhan orang tua sangat berperan dalam menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi berprestasi seorang anak. Hampir tidak ada
orang tua yang menerapkan satu macam gaya pengasuhan tertentu
secara murni. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
peneliti menyarankan kepada orang tua untuk:
a. Lebih dominan menerapkan gaya pengasuhan authoritative, karena
lebih efektif dalam meningkatkan motivasi berprestasi pada anak.
b. Meningkatkan konsep diri dan regulasi diri anak-anak mereka
dengan cara memberikan keteladanan yang baik kepada anak-anak
mereka. Hal ini disebabkan siswa pada masa remaja awal ini masih
cenderung untuk menirukan apa yang mereka lihat, rasakan, dan
alami dalam proses pendidikan di dalam rumah dan di lingkungan
masyarakat.
2. Untuk Pendidik
Guru sebagai pendidik juga mempunyai peran yang tidak kalah
pentingnya untuk meningkatkan motivasi berprestasi peserta
didik/siswa, maka kepada para pendidik/guru peneliti menyarankan
untuk:
a. Membantu siswa dalam meningkatkan konsep diri dan regulasi
diri siswa yang cenderung rendah, diantaranya dengan cara
memberikan perhatian, menunjukkan sikap dan pandangan yang
153
positif terhadap kemampuan yang dimiliki siswa, berempati, dan
mengarahkan siswa untuk membuat keputusan sendiri atas
perilakunya, sehingga siswa juga akan mempunyai pandangan
yang positif terhadap dirinya.
b. Turut berperan dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa,
antara lain dengan cara melaksanakan sistem pengajaran yang lebih
interaktif dan dapat menciptakan suasana kelas yang lebih akrab
dan tidak kaku, sehingga membuat siswa nyaman untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran.
3. Untuk Peserta Didik/Siswa
Konsep diri dan regulasi diri merupakan aspek penting untuk
meningkatkan motivasi berprestasi seorang siswa, maka diharapkan
siswa yang menginjak masa remaja telah mengetahui, memahami
siapa dirinya, apa yang menjadi harapan atau cita-citanya, dan dapat
melakukan penilaian tentang dirinya melalui proses pembelajaran dan
informasi yang diterimanya baik dari lingkungan rumah, sekolah,
maupun lingkungan masyarakat.
154
DAFTAR PUSTAKA
Abesha, A.G. (2012). Effect of parenting styles, academic self-efficasy, and
achievement motivation on the academic achievement of university
students in Ethiopia. Dissertation. Edith Cowan University, Perth, Western
Australia.
Al-Shababat, A.M., Abbas, M., & Ismail, H.N. (2010). The direct and indirect
effects of the achievement motivation on nurturing intellectual gifftedness.
International Journal of Human and Social Sciences, Vol. 5 (9), 580 –
588.
Bandy, T.B.S., & Moore, K.A. (2010). Assessing self-regulation: A guide for out-
of-school time program practitioners. Brief Research-to-Results. Child
Trends. The Atlantic Philantropies, Washington, DC.
Baumeister, R.F., Gailliot, M., DeWall, C.N., & Oaten, M. (2006). Self-regulation
and personality: How interventions increase regulatory success, and how
depletion moderates the effects of traits on behavior. Journal of
Personality, Vol 74 (6), 1773 – 1801. Blackwell Publishing, Inc.
Baumrind D. (1971). Current patterns of parental authority. Developmental
Psychology Monographs. London : Foresman and Company, Glenview.
Baumrind D. (1991). The influence of parenting style on adolescence
competence and substance use. Journal of Early Adolescence, Vol 11(1),
56 – 95. Sage Publication, Inc.
Biehler, R.F. & Snowman, J. (1993). Psychology applied to teaching. Boston:
Houghton Mifflin Company.
Blood, Rebecca A.C. (2012). The relationship among self-regulation, executive
functioning, coping resources, and symptomatology following a traumatic
event. Dissertation. The College of Education Georgia State University.
Brooks JB. (2001). Parenting. (Third Edition). California: Mayfield Publishing
Company.
Buri, J.R. (1991). Parenthal authority questionnaire. Journal of Personality
Assessment, Vol 57 (1), 110 – 119. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Calhoun, F. & Acocella, J.R. (1990). Psikologi tentang penyesuaian dan
hubungan kemanusiaan. (Edisi Ketiga). Semarang: Ikip Semarang Press.
Chaplin, J.P. (2005). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
155
Cramer, K.E. (2002). The influences of parenting styles on children‟s classroom
motivation. Thesis. B.S., Louisiana State University.
Centi, J.P. (1993). Mengapa rendah diri. Yogyakarta: Kanisius.
Darling, N., & Toyokawa, T. (1997). Construction and validation of the parenting
style inventory II (PSI – II). Article. The Pennsylvania State University.
Desmita. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Djaali, H. (2009). Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Djaali, H. & Muljono, P. (2008). Pengukuran dalam bidang pendidikan. Jakarta;
PT Grasindo.
Djudiyah & Yuniardi, S. (2011). Model pengembangan konsep diri dan daya
resiliensi melalui support group therapy: Upaya meminimalkan trauma
psikis remaja dari keluarga single parent. Laporan Penelitian Hibah
Bersaing Tahap Kedua. Universitas Muhammadiyah Malang.
Dwija, I.W. (2008). Hubungan antara konsep diri, motivasi berprestasi dan
perhatian orang tua dengan hasil belajar pada siswa kelas II SMA
unggulan di kota Amlapura. Jurnal Pendidikan & Pengajaran, Vol. 41 (1).
96 – 112. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
Efendi, Ridwan. (2010). Kemampuan fisika siswa indonesia dalam TIMSS (Trend
of international on mathematics and science study). Prosiding seminar
Nasional Fisika 2010. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas
Pendidikan Indonesia.
Elliot, A.J., & Sheldon, K.M. (1997). Avoidance achievement motivation: A
personal goals analysis. Journal of Personality and Social Psychology,
Vol. 73 (1), 171 – 185. American Psychological Association, Inc.
Ellis, R.M. (2007). Relationship between parenting styles and children‟s
motivational style: The development of learned helplessness. Thesis. B.A.,
The University of Kansas.
Fernald, L. Dodge & Fernald, Peter S. (1999). Introduction to psychology. (5th
Ed)
India: AITBS Publishers & Distributors.
156
Freund, P.A., Kuhn, J.T., & Holling, H. (2011). Measuring current achievement
motivation with the QCM; Short form development and investigation of
measurement invariance. Article. http://www.sciencedirect.com/science/
article/pii/S0191886911002637. Akses Juni 2012.
Garliah, L., & Nasution, FKS. (2005). Peran pola asuh orang tua dalam
motivasi berprestasi. Jurnal Psikologia Volume 1 (1), 38 – 47. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Gunarsa, S. & Gunarsa YSD. (2006). Psikologi perkembangan anak dan remaja.
Jakarta: PT BPK. Gunung Mulia.
Hadley, A.M., Hair, E.C., & Moore KA. (2008). Assessing what kids think about
themeselves: A guide to adolescent self-concept for out of school time
program practitioners. Research-to-Results. Child Trends.The Atlantic
Philantropies.
Harter, S. (1988). Manual for the self-perception profile for adolescents. Denver:
University of Denver Press.
Harter, S. (2012). Self-perception profile for adolescents: Manual and
Questionnaire, Revision. University of Denver Press.
Hoang, T.N. (2007). The relations between parenting and adolescent motivation.
International Journal of Whole Schooling, Vol. 3 (2), 1 – 21.
Hoffman, P. (2002). The impact of delayed parenting on child outcomes.
American Sosiological Association.
Irmawati. (2004). Motivasi berprestasi dan pola pengasuhan pada suku bangsa
batak toba di desa Parpareran II tapanuli Utara. Makalah. Program Studi
Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.
Kasmo, Sukasmo. (2011). Rendahnya pendidikan di Indonesia. Artikel.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/24/rendahnya-kualitas pendidikan
di-indonesia. Akses 5 Mei 2012.
Kopko, Kimberly. (2007). Parenting styles and adolescents. Article. Cornell
University Cooperative Extension.
Krause, K.L., Bochner, S., Duchesne, S., & McMaugh, A. (2010). Educational
psychology for learning and teaching. (3rd
ed). Cancage Learning
Australia- Pty Limited.
157
Kuntjojo dan Matulessy, A. (2012). Hubungan antara metakognisi dan motivasi
berprestasi dengan kreativitas. Jurnal psikologi persona. Vol 1 (1), 20 –
40.
Lamborn, S.D., Mounts, N.S., Steinberg, L., & Dornbusch, S.M. (1991). Patterns
of competence and adjusment among adolescents from authoritative,
authoritarian, indulgent and neglecful families. Child Development, Vol
62, 1049 – 1065.
Lang, J.W.B., & Fries, S. (2006). A-revised 10-item version of the achievement
motives scale: Psychometric properties in German-speaking samples.
European Journal of Psychological Assessment, Vol. 22, 216 – 224.
Hogreve & Huber Publisers.
Leary, M.R. (2007). Motivational and emotional aspects of the self. Article.
Department of Psychology and Neuroscience, Duke University, Durham
North Carolina.
Lefton, L.A., & Valvatne, L. (1992). Mastering psychology. (4rd
ed). Allyn and
Bacon. Boston. A Division of Simon & Schuster, Inc.
Mahmoud, A. (2011). English teachers achievement motivation in the light of
some variables in Tulkarm Government Schools. Journal of Al-Quds Open
University for Research and Studies - No. 24 (1), 9 – 36. The Arab
American University, Jenin.
Marsh, H.W., & Hau, K.T. (2003). Big fish little pond effect on academic self-
concept: A cross cultural (26 country) test of the negative effects of
academically selective schools. American Psychologist, Vol. 58, 364 –
376.
Martin, C.A. & Colbert, K.K. (1997). Parenting children with special needs. In
parenting: A life span perspective. New York, Mc Graw-Hill.
Matovu, M. (2012) Academic self-concept and academic achievement among
university students. International online Journal of educational Sciences,
Vol. 4 (1), 107 – 116.
Matuga, J.M. (2009). Self-regulation, goal orientation, and academic achievement
of secondary students in online university courses. Educational
Technology & Society. Vol. 12 (3), 4 – 11.
McClelland, D.C. (1987). Human motivation. New York. Cambridge University
Press.
McDevitt, T.M., & Ormrod, J.E. (2002). Child development and education.
Pearson Education, Inc. Merril Prentice Hall.
158
Mischel, W., Shoda, Y., & Smith, R.E. (2003). Introduction to personality:
Toward an integration. United States: John Wiley & Sons, Inc.
Moilanen, K.L. (2007). The adolescent self-regulatory inventory: The
development and validation of a questionnaire of short-term and long-term
self-regulation. Journal of Youth and Adolescence, Vol. 36, 835 – 848.
Moore, L.L., Grabsch, D.K., & Rotter, C. (2010). Using achievement motivation
theory to explain student participation in a residential leadership learning
community. Journal of Leadership Education, Vol. 9 (2), 22 – 34.
Leadership, Education, and Communication at Texas A & M University.
Napitupulu, Ester Lince. (2011). Indeks pendidikan indonesia.
http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/1855569/indeks-pendidikan-
indonesia-menurun. akses 5 Mei 2012.
Neil, D.J. & Carey, K.B. (2005). A follow up psychometric analysis of the self-
regulation questionnaire. Psychology Journal, Psychology of Addictive
Behavior, Vol. 19 (4), 414 – 422.
Ninawati. (2002). Motivasi berprestasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 4
(8), 77 – 78..
Ormrod, J.E. (1999). Human learning (3rd
edition). Book Review. Journal of
Educational Enquiry, Vol. 3 (1), 134 – 140. Prentice Hall Australia Pty
Ltd.
Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2008). Human Development
(Psikologi Perkembangan). Edisi ke-9. Jakarta: Kencana.
Parker, G., Tupling, H., & Brown, L.B. (1979). A parental bonding instrument.
British Journal of Medical Psychology, Vol 52 (1), 1 – 10. The British
Psychological Society.
Pervin, L.A., Cervone, D., & John, O, P. (2010). Psikologi kepribadian teori dan
penelitian. (Edisi ke-9). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Rena, S., Abedalaziz, N., & Leng, C.H. (2011) The Relationship Between
Parenting Styles and Students‟ Attitude Toward Leisure Time Reading.
The Malaysian Online Journal of Educational Science, Vol. 1 (2), 37 – 54.
Rivers, Jewrell Jr. (2006). The relationship between parenting style and academic
achievement and the mediating of motivation, goal orientation and
academic self-efficasy. Electronik Theses, Treaties and Dissertations.
Florida State University College of Human Sciences.
159
Rola, Fasti. (2006). Hubungan konsep diri dengan motivasi berprestasi pada
remaja. Makalah. Medan: Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera
Utara.
Rozhkova, M. (2011). Measurement of the implicit and explicit achievement
motive: New perspectives. Dissertation. Ludwig-Maximilians-Universitat.
Munchen.
Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi
ke-5. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Santrock, John W. (2003). Adolesecence. New York: McGraw-Hill.
Schuler, Heinz; Thornton, George C. III; Frintrup, Andreas & Mueller-Hanson,
Rose (2010). Achievement motivation inventory (AMI).
http://en.wikipedia.org/wiki/Achievement_Motivation_Inventory. Akses
Mei 2013.
Shekhar, C., & Devi, R. (2012). Achievement motivation across gender and
different academic majors. Journal of Education and Developmental
Psychology, Vol. 2 (2), 105 – 109. Canadian Center of Science and
Education.
Skinner, E., Johnson, S., & Snyder, T. (2005). Six dimensions of parenting: A
Motivational Model Parenting Science and Practice, Vol. 5 (2), 175 – 235.
Lawrence Elbraum Associates, Inc.
Starr, Megan L. (2011). The relationship between parenting styles, learning
autonomy, and scholastic achievement in undergraduate college student.
Thesis. Bucknell University.
Suci, R.R. (2008). Perbedaan self-regulation pada mahasiswa yang bekerja dan
mahasiswa yang tidak bekerja. Inquiry: Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 1
(1), 34 – 48. Program Studi Psikologi, Universitas Paramadina.
Sugiyanto. (2007). Pentingnya motivasi berprestasi dalam mencapai keberhasilan
akademik siswa. Makalah. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Susanto, Handy. (2006). Mengembangkan kemampuan self regulation untuk
meningkatkan keberhasilan akademik siswa. Jurnal Pendidikan Penabur.
Vol. 7, 64 – 71.
160
Tan Yu, J.B. & Yates, S.M. (2007). A rasch analysis of the academic self-concept
questionnaire. International Education Journal, Vol. 8 (2), 470 – 484.
Shannon Research Press.
Tandrio, Rizal A. (2012). Kualitas bangsa makin arah. Artikel.
http://rizaltandrio.wordpress.com/2012/01/19/kualitas- bangsa- makin
parah/. Akses Juli 2012.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus besar bahasa indonesia.
(Edisi Ketiga). Jakarta: balai Pustaka.
Turner, E.A., Chandler, M. & Heffer, R.W., (2009). The influence of parenting
styles, achievement motivation, and self-efficacy on academic
performance in college students. Jurnal of College Student Development,
Vol. 50 (3), 337 – 346. The Johns Hopkins University Press.
Vahedi, S., Mostafafi, F., & Mortazanajad, H. (2009). Self-regulation and
dimensions of parenting styles predict psychological procrastination of
undergraduate students. Article. Iranian Journal Psychiatry, Vol. 4 (4),
147 – 154.
Viktor, G.T. (2011). Parenting styles on children‟s self-concept and academic
performance in Adamawa state. Thesis. Faculty of Education. Ahmadu
Bello University, Zaria, Nigeria.
Wahyudi. (2007). Memahami motivasi berprestasi siswa. Artikel. FKIP.
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Wardhani, S., & Rumiati. (2011). Instrumen penilaian hasil belajar matematika
SMP: Belajar dari PISA & TIMSS. Kementerian Pendidikan Nasional
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan
Mutu Pendidikan (PPPPTK) Matematika.
Watabe, Akiko. (2011). The influence of parenting on children‟s academic
achievement: comparison between the united states and Japan. Thesis. The
Faculty of California State University, Chico.
Wulandari, L.H. & Rola, F. (2004). Konsep diri dan motivasi berprestasi remaja
penghuni panti asuhan. Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Vol. 3 (2), 81 –
86.
Yahaya, A., & Nordin, K. (2005). Relationship between self-concept, motivation
and parenting styles effected students achievements faculty of education.
Article. University Technology Malaysia.
161
Zenzen, T.G. (2002). Achievement motivation. A Research Paper. The Graduete
College, University of Wisconsin-Stout.
Zimmerman, B.J. (2002). Becoming a self-regulated learner: An Overview.
Theory into Practice, Vol. 41 (2), 64 – 70. College of Education, The Ohio
State University.
162
LAMPIRAN
163
164
165
Lampiran B
Kesediaan Mengisi Kuesioner Penelitian
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat,
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir perkuliahan (tesis) di Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya bermaksud mengadakan
penelitian.
Saya memohon kesediaan siswa-siswi untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini, yaitu memberikan keterangan untuk dapat mengemukakan pendapat
yang sejujur-jujurnya mengenai pernyataan dalam kuesioner yang terdapat pada
lembar berikut ini. Segala pernyataan yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya
dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian.
Saya berharap agar siswa-siswi tidak melewatkan satu nomor pun dari
pernyataan demi kelengkapan informasi yang diperoleh. Oleh karena itu dimohon
untuk memeriksa kembali kelengkapan jawaban siswa-siswi. Saya juga berharap
hasil dari partisipasi siswa-siswi dapat membantu perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang psikologi untuk masa yang akan datang.
Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi,
keiklasan dan kerja samanya.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Maret 2013
166
Instrumen Penelitian
No :
Nama :
Kelas :
Usia :
Jenis Kelamin :
PETUNJUK PENGISIAN
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama.
Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda, dengan cara
memberikan tanda silang (X) pada jawaban tersebut.
Jika salah berilah tanda garis dua (=) pada pilihan pertama kemudian
silang jawaban yang sesuai
Berikut ini adalah pilihan jawaban yang tersedia :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh :
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya berpikir bahwa saya bisa melakukan dengan
baik pada hampir semua kegiatan baru yang belum
pernah saya coba sebelumnya
X
Pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut Anda karena dalam hal ini
tidak ada jawaban yang benar maupun salah.
Periksa kembali jawaban Anda jangan sampai ada yang terlewatkan.
Terima kasih banyak untuk kesediannya
SELAMAT MENGERJAKAN
167
Instrumen 1. Skala motivasi Berprestasi
No Item PERNYATAAN SS S TS STS
1 1 Saya bekerja keras agar prestasi saya
lebih baik daripada teman-teman
2 2 Saya berusaha mencapai sukses, agar
sukses saya menjadi panutan teman-
teman saya
3 3 Saya bersaing dengan teman-teman
pada setiap meraih keberhasilan.
4 4 Saya menghindari upaya mengungguli
prestasi teman-teman
5 5 Saya berusaha menghindar dari
persaingan antar teman dalam mengejar
prestasi
6 6 Saya menghindar dari tugas sekalipun
tugas itu akan menghantarkan saya
berprestasi lebih baik.
7 7 Saya berusaha menyelesaikan tugas-
tugas dengan sebaik-baiknya
8 8 Saya berusaha untuk mendapatkan cara
pemecahan terbaik terhadap setiap
masalah yang saya hadapi
9 9 Saya berusaha untuk memperbaiki
kinerja saya pada masa lalu.
10 10 Saya menyelesaikan tugas dengan asal-
asalan
11 11 Saya berusaha menghindar dari tugas,
sekalipun tugas itu merupakan
pekerjaan ringan
12 12 Saya mengabaikan tugas-tugas sebelum
ada yang menegur
13 13 Saya berusaha menetapkan tujuan yang
akan saya capai secara rasional
14 14 Saya menyusun rencana kegiatan
sebelum saya melakukannya
168
15 15 Saya mempertimbangkan masa lalu
sebagai pendorong meraih sukses.
16 16 Saya menetapkan tujuan yang kurang
jelas arah pencapaiannya
17 17 Saya mengerjakan pekerjaan
menyimpang dari tujuan organisasi.
18 18 Saya menyampaikan ide-ide yang
kurang masuk akal
19 19 Saya terdorong untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang lebih menantang.
20 22 Saya menolak mengerjakan tugas-tugas
yang lebih menantang
21 23 Saya merasa bosan dengan tugas-tugas
yang lebih menantang
22 24 Saya menghindar dari tugas-tugas yang
menghantarkan saya pada kemajuan
23 25 Saya menikmati tugas-tugas yang
sifatnya menuntut tanggung jawab
pribadi
24 27 Saya bertanggung jawab atas semua
tindakan yang saya lakukan.
25 28 Saya berusaha untuk mempertahankan
setiap kepercayaan yang diberikan
26 29 Saya berusaha untuk menghindari dari
tanggung jawab
27 30 Saya menghindari kegiatan-kegiatan di
masa saya berperan di dalamnya
28 31 Saya mengabaikan setiap tuntutan
tugas yang dibebankan kepada saya
29 32 Saya memanfaatkan kepercayaan yang
diberikan untuk kepentingan pribadi
30 33 Saya berusaha mendapatkan tugas-tugas
yang sifatnya menuntut tanggung jawab
pribadi.
169
31 34 Saya menyukai situasi, di mana
penilaian prestasi menjadi pendorong
perbaikan kinerja
32 35 Saya berusaha mendapatkan tugas yang
beresiko, sepanjang resiko itu masih di
bawah kendali saya.
33 37 Saya menghindar dari peran yang
bersifat pribadi, sekalipun itu
diperlukan untuk kesuksesan organisasi
34 38 Akibat adanya penilaian kinerja
(umpan-balik), semangat kerja saya
semakin menurun
35 39 Saya menghindari tugas-tugas yang
beresiko, sekalipun resiko itu dapat
saya kendalikan
36 40 Saya melakukan tindakan-tindakan,
tanpa mempertimbangkan akibatnya
TERIMA KASIH
170
Instrumen 2. Skala Gaya Pengasuhan
No Item PERNYATAAN SS S TS STS
1 1 Ketika saya dibesarkan, orangtua merasa
bahwa dalam keluarga yang baik, anak-
anak bisa melakukan kebiasaan mereka
sama seringnya seperti yang orang tua
lakukan
2 2 Ketika anak-anak tidak sependapat dengan
keinginan orang tua, mereka memaksa
saya harus patuh pada apa yang mereka
anggap benar, demi kebaikan saya sendiri
3 3 Setiap kali orang tua mengharuskan saya
untuk melakukan sesuatu, mereka
mengharapkan saya melakukannya segera
tanpa memberi kesempatan untuk bertanya
atau meminta penjelasan
4 4 Orang tua saya akan membahas alasan di
balik kebijakan mereka dengan anak-anak
dalam keluarga.
5 5 Orang tua saya selalu memberikan
dorongan dan menerima masukan setiap
kali saya merasa ada aturan keluarga dan
larangan yang tidak masuk akal
6 6 Orang tua saya selalu memberi kebebasan
untuk mengemukakan pendapat dan
mengatakan apa yang anak-anak inginkan
sekalipun bertentangan dengan
keinginannya
7 9 Orang tua saya selalu bertindak tegas
untuk mengarahkan anak-anaknya agar
berperilaku sesuai dengan harapan mereka
8 11 Saya tahu apa yang diharapkan orang tua
dari saya dalam keluarga, tapi saya juga
merasa perlu mendiskusikannya jika
harapan itu tidak masuk akal
9 12 Orang tua saya sadar bahwa sebagai orang
tua yang bijak seharusnya mengajar anak-
anak mereka sejak awal
10 14 Sering kali orang tua memenuhi apa yang
diinginkan anak-anak ketika membuat
keputusan
171
11 15 Sebagai anak-anak dalam keluarga yang
sedang tumbuh, orang tua saya tetap
memberi kami arahan dan bimbingan
secara rasional dan obyektif
12 16 Ketika saya dibesarkan, orang tua akan
sangat marah jika saya berusaha untuk
tidak sependa19pat dengan mereka.
13 17 Orang tua saya merasa bahwa sebagian
besar masalah yang akan ditemui dalam
lingkungan akan dapat diselesaikan jika
orang tua tidak membatasi aktivitas,
keputusan, dan keinginan anak-anak
selama mereka tumbuh
14 18 Orang tua membiarkan saya tahu perilaku
apa yang mereka harapkan dari saya,
dan jika saya tidak memenuhi harapan-
harapan itu, mereka menghukum saya
15 19 Orang tua membiarkan saya untuk
menentukan banyak hal tanpa arahan dari
mereka.
16 20 Orang tua mempertimbangkan pendapat
anak-anak dalam membuat keputusan
keluarga, tapi mereka tidak akan
memutuskan sesuatu hanya karena anak-
anak menginginkannya.
17 22 Orang tua saya memiliki standar yang jelas
untuk perilaku anak-anaknya di rumah,
tetapi mereka bersedia untuk
menyesuaikan standar mereka dengan
kebutuhan masing-masing anak dalam
keluarga.
18 23 Orang tua saya memberi arahan untuk
perilaku dan aktivitas saya, dan mereka
mengharapkan saya untuk mengikuti
arahannya, namun mereka selalu bersedia
untuk mendengarkan keprihatinan saya dan
mendiskusikan nya dengan saya.
19 24 Orang tua mengizinkan saya untuk
membentuk diri saya sendiri, memiliki
pandangan terhadap masalah dalam
keluarga dan memutuskan sendiri apa yang
akan saya lakukan.
172
20 25 Orang tua saya selalu merasa bahwa
permasalahan dalam masyarakat akan
mudah diselesaikan jika orang tua
memaksa anak untuk melakukan apa yang
seharusnya mereka lakukan selama mereka
dibesarkan
21 26 Orang tua sering mengatakan kepada saya
perilaku yang mereka harapkan dari saya
dan bagaimana seharusnya saya
melakukannya
22 27 Orang tua memberi arahan yang jelas
tentang perilaku dan kegiatan saya, tapi
mereka juga memahami ketika saya tidak
sependapat dengannya.
23 29 Saya tahu apa yang diharapkan orang tua
dari saya di dalam keluarga dan mereka
bersikeras bahwa saya harus menyesuaikan
diri dengan harapannya untuk
menghormati wewenangnya.
24 30 Jika orang tua membuat keputusan dalam
keluarga yang menyakiti saya, mereka
bersedia untuk membicarakannya dengan
saya dan mereka mengakui telah berbuat
kesalahan.
TERIMA KASIH
173
Instrumen 3. Skala Konsep Diri
No Item PERNYATAAN SS S TS STS
1 1 Saya berpikir bahwa saya bisa melakukan
dengan baik pada hampir semua kegiatan
baru yang belum pernah saya coba
sebelumnya
2 2 Saya melakukan dengan sangat baik pada
jenis olahraga
3 3 Saya merasa bahwa saya lebih baik
daripada
atlet lain seusia saya
4 5 Saya tidak melakukan dengan baik pada
kegiatan olahraga di luar bidang saya
5 6 Dalam olahraga yang saya tekuni, saya
biasanya tidak menjadi pemain utama
6 7 Saya bersikap sangat baik hampir sepanjang
waktu.
7 8 Saya biasanya melakukan hal yang positif
8 9 Saya melakukan hal-hal yang seharusnya
tidak boleh dilakukan
9 10 Saya biasanya bertindak dengan cara yang
Seharusnya
10 11 Saya biasanya mendapat masalah karena
hal-hal yang saya lakukan
11 12 Saya sering tidak suka dengan cara saya
Berperilaku
12 14 Saya populer atau dikenal oleh teman-
teman seusia saya
13 15 Saya selalu melakukan berbagai kegiatan
dengan banyak teman sebaya.
14 17 Saya punya banyak teman
174
15 19 Saya senang dengan tinggi dan berat badan
saya
16 20 Saya menyukai cara saya dalam
memandang suatu hal
17 21 Saya berharap penampilan fisik saya
Berbeda
18 22 Saya berharap bentuk tubuh saya berbeda
19 23 Saya berharap bahwa wajah atau rambut
saya terlihat berbeda
20 25 Saya merasa bahwa saya sangat baik di
Sekolah saya
21 26 Saya sering lupa apa yang saya pelajari
22 27 Saya merasa bahwa saya sepandai anak
anak lain seusia saya
23 28 Saya mengerjakan tugas yang diberikan di
kelas dengan sangat baik
24 29 Saya cukup lambat dalam menyelesaikan
tugas sekolah saya
TERIMA KASIH
175
Instrumen 4. Skala Regulasi Diri
No Item PERNYATAAN SS S TS STS
1 1 Saya biasanya mengamati kemajuan
saya untuk mencapai tujuan
2 2 Perilaku saya tidak terlalu berbeda dari
orang lain
3 3 Mereka mengatakan bahwa bertahan
dengan suatu hal dalam waktu yang lama
4 4 Saya ragu bisa berubah bahkan ketika
saya ingin berubah
5 5 Saya mengalami kesulitan untuk
melakukan hal yang sudah saya putuskan
6 6 Saya mudah terganggu dengan rencana
yang sudah saya tetapkan
7 7 Saya menghargai diri sendiri untuk
kemajuan mencapai tujuan saya
8 8 Saya baru menyadari dampak dari
tindakan
saya ketika semuanya sudah terlambat
9 10 Sulit bagi saya untuk merasakan sesuatu
yang berguna tentang perubahan saya
10 11 Saya mampu mencapai tujuan yang saya
tetapkan sendiri
11 12 Saya menunda membuat keputusan
12 13 Saya punya rencana begitu banyak
sehingga sulit bagi saya untuk fokus pada
salah satunya
13 14 Saya mengubah cara saya melakukan
suatu hal ketika saya mengetahui hal itu
sudah terjadi
14 15 Sulit bagi saya untuk fokus/sadar ketika
saya sudah berlebihan mengkonsumsi
( makanan, permen)
15 16 Saya terlalu berpikir tentang apa yang
orang lain pikirkan tentang saya
16 18 Jika saya ingin berubah, saya yakin
bahwa saya bisa melakukannya
17 19 Ketika sudah waktunya untuk
memutuskan tentang perubahan, saya
merasa kesulitan oleh pilihan-pilihan
yang ada
176
18 20 Saya mengalami kesulitan untuk
melaksanakan hal-hal yang sudah saya
putuskan untuk melakukannya
19 21 Saya tampaknya tidak belajar dari
kesalahan saya
20 22 Saya biasanya berhati-hati untuk tidak
berlebihan ketika bekerja, makan, dan
minum
21 25 Saya telah mencari saran atau informasi
tentang perubahan
22 26 Saya bisa melakukan banyak cara untuk
berubah, tapi sulit bagi saya untuk
memutuskan mana yang akan digunakan
23 27 Saya dapat bertahan pada rencana yang
berjalan dengan baik
24 28 Saya biasanya hanya sekali membuat
kesalahan dan saya tidak akan melakukan
kesalahan yang sama
25 29 Saya tidak belajar dengan baik dari
sebuah kesalahan
26 30 Saya memiliki standar pribadi, dan
mencoba untuk mencapainya
27 32 Saya segera mencari solusi, ketika saya
menghadapi masalah atau tantangan
28 33 Saya mengalami kesulitan dalam
menentukan tujuan untuk diri sendiri
29 35 Ketika saya mencoba untuk mengubah
sesuatu, saya memperhatikan sudah
sejauh mana perubahan yang terjadi
30 36 Saya biasanya menilai apa yang saya
lakukan, akibat dari tindakan saya.
31 38 Segera setelah saya melihat hal-hal yang
tidak beres, saya ingin mengubahnya
32 39 Biasanya ada banyak cara untuk
mencapai sesuatu
33 40 Saya mengalami kesulitan dalam
membuat rencana untuk membantu saya
mencapai tujuan saya
34 41 Saya mampu menahan godaan
35 42 Saya menetapkan tujuan untuk diri
sendiri dan mengamati kemajuan saya
177
36 43 Sering kali saya tidak memperhatikan
apa yang saya lakukan
37 45 Saya cenderung untuk terus melakukan
hal yang sama, walaupun sesuatu itu
tidak terlaksana
38 46 Saya biasanya dapat menemukan
kemungkinan yang berbeda ketika saya
ingin mengubah sesuatu.
39 47 Setelah saya memiliki tujuan, saya
biasanya dapat merencanakan cara untuk
mencapainya
40 49 Jika saya membuat keputusan untuk
mengubah sesuatu, saya memperhatikan
sudah sejauh mana keberhasilan saya.
41 50 Seringkali saya tidak menyadari apa yang
saya lakukan hingga seseorang menegur
saya
42 52 Biasanya saya mengetahui keinginan
untuk berubah sebelum orang lain
melakukan perubahan
43 53 Saya pandai mencari cara yang berbeda
untuk mendapatkan apa yang saya
inginkan
44 54 Saya biasanya berpikir sebelum bertindak
45 55 Masalah kecil atau gangguan tentunya
membingungkan saya
46 56 Saya merasa bersalah ketika saya tidak
memenuhi tujuan saya
47 57 Saya belajar dari kesalahan saya
48 58 Saya tahu saya ingin menjadi seperti apa
49 60 Saya memanggil orang lain untuk
membantu ketika saya membutuhkannya
50 62 Saya menyerah dengan cepat
TERIMA KASIH
178
1. Model Pengukuran Variabel Motivasi Berprestasi
1. Berusaha Unggul
2. Menyelesaikan Tugas
3. Rasional
ITEM1 0.87
ITEM2 0.32
ITE3 0.73
ITEM4 0.96
ITEM5 0.93
ITEM6 0.98
RASIONAL 1.00
Chi-Square=3.71, df=5, P-value=0.59156, RMSEA=0.000
0.37 0.83 0.52 0.19 0.26 0.15
ITEM1 0.06
ITEM2 0.67
ITEM3 0.05
ITEM4 0.90
SELESTUG 1.00
Chi-Square=2.20, df=1, P-value=0.13832, RMSEA=0.071
0.97
0.57
0.97
0.32
ITEM1 0.73
ITEM2 0.85
ITEM3 0.92
ITEM4 0.86
ITEM5 0.72
ITEM6 0.55
ITEM7 0.58
ITEM8 0.22
UNGGUL 1.00
Chi-Square=15.29, df=11, P-value=0.16960, RMSEA=0.041
0.51 0.40 0.21 0.39 0.52 0.67 0.65 0.88
179
4. Suka Tantangan
5. Tanggung Jawab
6. Suka Situasi Pekerjaan
ITEM1 0.90
ITEM2 0.73
ITEM3 0.93
ITEM4 0.99
ITEM5 0.81
ITEM6 0.60
ITEM7 0.59
ITEM8 0.87
SUKSITUA 1.00
Chi-Square=23.97, df=15, P-value=0.06563, RMSEA=0.050
0.26 0.52 0.28 0.08 0.43 0.63 0.64 0.36
ITEM1 0.91
ITEM2 -1.43
ITEM3 0.85
ITEM4 0.92
ITEM5 0.37
ITEM6 0.42
ITEM7 0.64
ITEM8 0.79
TANGJAWA 1.00
Chi-Square=18.49, df=11, P-value=0.07079, RMSEA=0.054
0.30 1.54 0.36 0.28 0.81 0.76 0.60 0.46
ITEM1 0.48
ITEM2 0.90
ITEM3 1.01
ITEM4 0.22
ITEM5 0.44
ITEM6 0.83
SUKTANT 1.00
Chi-Square=12.70, df=7, P-value=0.07971, RMSEA=0.059
0.72 -0.32 -0.02 0.88 0.75 0.41
180
2. Model Pengukuran Variabel Gaya Pengasuhan
1. Gaya Pengasuhan Authoritarian
2. Gaya Pengasuhan Authoritative
ITEM1 0.81
ITEM2 0.64
ITEM3 0.60
ITEM4 0.84
ITEM5 0.30
ITEM6 0.84
ITEM7 0.71
ITEM8 0.50
ITEM9 0.56
ITEM10 0.61
AUTHORI 1.00
Chi-Square=31.88, df=23, P-value=0.10271, RMSEA=0.041
0.43 0.60 0.63 0.40 0.83 0.41 0.52 0.71 0.66 0.62
ITEM1 0.97
ITEM2 0.98
ITEM3 0.95
ITEM4 0.76
ITEM5 0.90
ITEM6 0.74
ITEM7 0.94
ITEM8 0.84
ITEM9 0.36
ITEM10 0.47
AUTHORI 1.00
Chi-Square=29.54, df=21, P-value=0.10164, RMSEA=0.042
0.18 0.14 0.16 0.49 0.33 0.52 0.25 0.39 0.81 0.74
181
3. Gaya Pengasuhan Permissive
ITEM1 0.97
ITEM2 0.80
ITEM3 0.94
ITEM4 0.99
ITEM5 0.83
ITEM6 0.94
ITEM7 0.76
ITEM8 1.00
ITEM9 0.00
ITEM10 0.91
PERMIS 1.00
Chi-Square=23.94, df=19, P-value=0.19835, RMSEA=0.033
0.19 0.45 0.23 -0.15 0.42 0.23 0.49 -0.07 1.00 -0.26
182
3. Model Pengukuran Variabel Konsep Diri
1. Athletic Competence
2. Conduct/Morality
3. Peer Acceptance
4. Physical Appearance
ITEM1 0.71
ITEM2 0.56
ITEM3 0.60
ITEM4 0.82
ITEM5 0.75
ITEM6 1.00
PEERACCE 1.00
Chi-Square=14.60, df=8, P-value=0.06750, RMSEA=0.059
-0.54 0.67 0.63 -0.42 0.50 0.01
ITEM1 0.74
ITEM2 0.78
ITEM3 0.72
ITEM4 0.65
ITEM5 0.88
ITEM6 0.93
CONDUCT 1.00
Chi-Square=13.52, df=7, P-value=0.06032, RMSEA=0.063
0.51 0.47 0.53 0.59 0.35 0.26
ITEM1 0.87
ITEM2 0.03
ITEM3 0.71
ITEM4 0.93
ITEM5 0.80
ITEM6 0.92
ATHLETIC 1.00
Chi-Square=8.20, df=8, P-value=0.41455, RMSEA=0.010
0.36 0.99 0.54 -0.27 0.45 0.29
183
5. Scholastic Competence
ITEM1 0.72
ITEM2 0.83
ITEM3 0.61
ITEM4 0.48
ITEM5 0.55
ITEM6 0.81
SCOLASTI 1.00
Chi-Square=6.93, df=6, P-value=0.32760, RMSEA=0.026
0.53 0.40 0.63 0.72 0.68 -0.43
ITEM1 0.60
ITEM2 0.98
ITEM3 -1.33
ITEM4 0.83
ITEM5 0.88
ITEM6 0.98
PHYSICAL 1.00
Chi-Square=8.45, df=4, P-value=0.07653, RMSEA=0.069
0.63 0.15 1.53 0.41 0.33 -0.15
184
4. Model Pengukuran Variabel Regulasi Diri
1. Receiving
2. Evaluating
ITEM1 0.90
ITEM2 0.99
ITEM3 0.88
ITEM4 0.99
ITEM5 0.47
ITEM6 0.95
ITEM7 1.00
ITEM8 0.99
ITEM9 0.70
EVALUATI 1.00
Chi-Square=20.22, df=16, P-value=0.21059, RMSEA=0.033
0.32 -0.12 0.34 0.09 0.73 -0.22 -0.01 0.17 0.54
ITEM1 0.90
ITEM2 0.96
ITEM3 0.80
ITEM4 0.83
ITEM5 0.70
ITEM6 0.92
ITEM7 0.86
ITEM8 0.96
ITEM9 0.39
RECEIVIN 1.00
Chi-Square=26.88, df=20, P-value=0.13863, RMSEA=0.038
0.31 0.20 0.44 0.41 0.55 0.29 0.37 0.21 0.78
185
3. Triggering
4. Searching
5. Formulating
ITEM1 0.82
ITEM2 0.86
ITEM3 0.88
ITEM4 0.80
ITEM5 0.28
ITEM6 0.68
ITEM7 0.74
ITEM8 0.88
ITEM9 0.98
FORMULAT 1.00
Chi-Square=27.56, df=18, P-value=0.06912, RMSEA=0.048
0.43 0.40 0.36 0.44 0.85 0.56 0.51 0.34 0.07
ITEM1 0.95
ITEM2 0.56
ITEM3 0.58
ITEM4 0.95
ITEM5 0.58
ITEM6 0.62
ITEM7 0.79
ITEM8 0.79
ITEM9 0.81
SEARCHIN 1.00
Chi-Square=29.55, df=22, P-value=0.12983, RMSEA=0.038
0.25 0.66 0.64 0.22 0.64 0.62 0.45 0.46 0.44
ITEM1 0.89
ITEM2 0.41
ITEM3 0.88
ITEM4 0.93
ITEM5 1.00
ITEM6 0.63
ITEM7 0.98
ITEM8 0.97
ITEM9 0.89
STRIGGER 1.00
Chi-Square=32.83, df=24, P-value=0.10775, RMSEA=0.040
0.33 0.77 -0.34 -0.27 0.06 0.60 0.16 0.18 -0.33
186
6. Implementing
7. Assessing
ITEM1 0.72
ITEM2 0.92
ITEM3 0.92
ITEM4 0.89
ITEM5 0.69
ITEM6 0.65
ITEM7 0.46
ITEM8 0.94
ITEM9 0.48
ASSESSIN 1.00
Chi-Square=28.64, df=20, P-value=0.09514, RMSEA=0.043
0.53 0.28 0.28 0.34 0.56 0.59 0.73 0.25 -0.72
ITEM1 0.75
ITEM2 0.69
ITEM3 0.64
ITEM4 0.93
ITEM5 0.95
ITEM6 0.89
ITEM7 1.00
ITEM8 0.82
ITEM9 0.78
IMPLEMEN 1.00
Chi-Square=30.80, df=22, P-value=0.10026, RMSEA=0.041
0.50 0.57 0.60 0.30 -0.17 0.32 0.07 0.42 0.47