pengasuhan anak

26
Pengasuhan Anak Keluhan Anak Imunisasi ASI Review Seputar Kesehatan Anak SEPUTAR KESEHATAN ANAK 10 SEPTEMBER 2013 Masalah Kesehatan Mental Remaja di Era Globalisasi Sebanyak 29 % penduduk dunia terdiri dari remaja, dan 80% diantaranya tinggal di negara berkembang. Berdasarkan sensus di Indonesia pada tahun 2005, jumlah remaja yang berusia 10 – 19 tahun adalah sekitar 41 juta orang (20% dari jumlah total penduduk Indonesia dalam tahun yang sama). Dalam era globalisasi ini banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para remaja yang tinggal di kota besar di Indonesia, tidak terkecuali yang tinggal di daerah perdesaan seperti, tuntutan sekolah yang bertambah tinggi, akses komunikasi/internet yang bebas, dan juga siaran media baik tulis maupun elektronik. Mereka dituntut untuk menghadapi berbagai kondisi tersebut baik yang positif maupun yang negatif, baik yang datang dari dalam diri mereka sendiri maupun yang datang dari lingkungannya. Dengan demikian, remaja harus mempunyai berbagai keterampilan dalam hidup mereka sehingga mereka dapat sukses melalui fase ini dengan optimal. Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus perkembangan seseorang. Di masa ini banyak terjadi perubahan dalam diri seseorang sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja tidak dapat dikatakan lagi sebagai anak kecil, namun ia juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Hal ini terjadi oleh karena di masa ini penuh dengan gejolak perubahan baik perubahan biologik, psikologik, mapun perubahan sosial. Dalam keadaan ‘serba tanggung’ ini seringkali memicu terjadinya konflik antara remaja dengan dirinya sendiri (konflik internal), maupun tidak diselesaikan dengan baik maka akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di masa mendatang, terutama terhadap pematangan karakternya dan tidak jarang memicu terjadinya gangguan mental. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif tersebut, perlu diketahui perubahan yang terjadi dan karateristik remaja sehingga remaja dapat melalui periode ini dengan optimal dan ia mampu menjadi individu dewasa yang matang baik fisis maupun psikisnya. Hal senada dinyatakan oleh WHO pada tahun 2001 bahwa ‘a world fit for children is one in which…all children, including adolescents have ample opportunity to develop their individual capacities in a safe and supportive environment’. Perkembangan psikososial pada remaja Masa remaja adalah masa yang ditandai oleh adanya perkembangan yang pesat dari aspek biologik, psikologik, dan juga sosialnya. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya berbagai disharmonisasi yang membutuhkan penyeimbangan sehingga remaja dapat mencapai taraf perkembangan psikososial yang matang dan adekuat sesuai dengan tingkat usianya. Kondisi ini sangat bervariasi antar remaja dan menunjukkan perbedaan yang bersifat individual, sehingga setiap remaja diharapkan mampu menyesuaikan diri mereka dengan tuntutan lingkungannya. Ada tiga faktor yang berperan dalam hal tersebut, yaitu; Faktor individu yaitu kematangan otak dan konstitusi genetik (antara lain temperamen).

Upload: aidil-fitriansyah

Post on 28-Dec-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gg

TRANSCRIPT

Page 1: Pengasuhan Anak

Pengasuhan AnakKeluhan AnakImunisasiASIReviewSeputar Kesehatan AnakSEPUTAR KESEHATAN ANAK10 SEPTEMBER 2013Masalah Kesehatan Mental Remaja di Era Globalisasi

Sebanyak 29 % penduduk dunia terdiri dari remaja, dan 80% diantaranya tinggal di negara berkembang. Berdasarkan sensus di Indonesia pada tahun 2005, jumlah remaja yang berusia 10 – 19 tahun adalah sekitar 41 juta orang (20% dari jumlah total penduduk Indonesia dalam tahun yang sama). Dalam era globalisasi ini banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para remaja yang tinggal di kota besar di Indonesia, tidak terkecuali yang tinggal di daerah perdesaan seperti, tuntutan sekolah yang bertambah tinggi, akses komunikasi/internet yang bebas, dan juga siaran media baik tulis maupun elektronik. Mereka dituntut untuk menghadapi berbagai kondisi tersebut baik yang positif maupun yang negatif, baik yang datang dari dalam diri mereka sendiri maupun yang datang dari lingkungannya. Dengan demikian, remaja harus mempunyai berbagai keterampilan dalam hidup mereka sehingga mereka dapat sukses melalui fase ini dengan optimal.

Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus perkembangan seseorang. Di masa ini banyak terjadi perubahan dalam diri seseorang sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja tidak dapat dikatakan lagi sebagai anak kecil, namun ia juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Hal ini terjadi oleh karena di masa ini penuh dengan gejolak perubahan baik perubahan biologik, psikologik, mapun perubahan sosial. Dalam keadaan ‘serba tanggung’ ini seringkali memicu terjadinya konflik antara remaja dengan dirinya sendiri (konflik internal), maupun tidak diselesaikan dengan baik maka akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di masa mendatang, terutama terhadap pematangan karakternya dan tidak jarang memicu terjadinya gangguan mental.

Untuk mencegah terjadinya dampak negatif tersebut, perlu diketahui perubahan yang terjadi dan karateristik remaja sehingga remaja dapat melalui periode ini dengan optimal dan ia mampu menjadi individu dewasa yang matang baik fisis maupun psikisnya. Hal senada dinyatakan oleh WHO pada tahun 2001 bahwa ‘a world fit for children is one in which…all children, including adolescents have ample opportunity to develop their individual capacities in a safe and supportive environment’.Perkembangan psikososial pada remajaMasa remaja adalah masa yang ditandai oleh adanya perkembangan yang pesat dari aspek biologik, psikologik, dan juga sosialnya. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya berbagai disharmonisasi yang membutuhkan penyeimbangan sehingga remaja dapat mencapai taraf perkembangan psikososial yang matang dan adekuat sesuai dengan tingkat usianya. Kondisi ini sangat bervariasi antar remaja dan menunjukkan perbedaan yang bersifat individual, sehingga setiap remaja diharapkan mampu menyesuaikan diri mereka dengan tuntutan lingkungannya.

Ada tiga faktor yang berperan dalam hal tersebut, yaitu;

Faktor individu yaitu kematangan otak dan konstitusi genetik (antara lain temperamen). Faktor pola asuh orangtua di masa anak dan pra-remaja. Faktor lingkungan yaitu kehidupan keluarga, budaya lokal, dan budaya asing.Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai.

Kebutuhan ini dapat digambarkan sebagai;

Dengan demikian akan selalu ada faktor risiko dan faktor protektif yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian seorang remaja, yaitu;

Faktor risiko

Page 2: Pengasuhan Anak

Dapat bersifat individual, konstekstual (pengaruh lingkungan), atau yang dihasilkan melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Faktor risiko yang disertai dengan kerentanan psikososial, dan resilience pada seorang remaja akan memicu terjadinya gangguan emosi dan perilaku yang khas pada seorang remaja.

Faktor risiko dapat berupa:

Faktor individu Faktor genetik/konstitutional; berbagai gangguan mental mempunyai latar belakang genetik yang cukup nyata,

seperti gangguan tingkah laku, gangguan kepribadian, dan gangguan psikologik lainnya. Kurangnya kemampuan keterampilan sosial seperti, menghadapi rasa takut, rendah diri, dan rasa tertekan.

Adanya kepercayaan bahwa perilaku kekerasan adalah perilaku yang dapat diterima, dan disertai dengan ketidakmampuan menangani rasa marah. Kondisi ini cenderung

KeluargaKetidakharmonisan antara orangtua, orangtua dengan penyalahgunaan zat, gangguan mental pada orangtua, ketidakserasian temperamen antara orangtua dan remaja, serta pola asuh orangtua yang tidak empatetik dan cenderung dominasi, semua kondisi di atas sering memicu timbulnya perilaku agresif dan temperamen yang sulit pada anak dan remaja.

Sekolah6

o Bullying merupakan salah satu pengaruh yang kuat dari kelompok teman sebaya, serta berdampak terjadinya kegagalan akademik. Kondisi ini merupakan faktor risiko yang cukup serius bagi remaja. Bullying atau sering disebut sebagai peer victimization adalah bentuk perilaku pemaksaan atau usaha menyakiti secara psikologik maupun fisik terhadap seseorang/sekelompok orang yang lebih lemah, oleh seseorang/sekelompok orang yang lebih kuat.

o Bullying dapat bersifat (a) fisik seperti, mencubit, memukul, memalak, atau menampar; (b) psikologik seperti, mengintimidasi, mengabaikan, dan diskriminasi; (c) verbal seperti, memaki, mengejek, dan memfitnah. Semua kondisi ini merupakan tekanan dan pengalaman traumatis bagi remaja dan seringkali mempresipitasikan terjadinya gangguan mental bagi remaja Hazing adalah kegiatan yang biasanya dilakukan oleh anggota kelompok yang sudah ’senior’ yang berusaha mengintimidasi kelompok yang lebih ’junior’ untuk melakukan berbagai perbuatan yang memalukan, bahkan tidak jarang kelompok ’senior’ ini menyiksa dan melecehkan sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman baik secara fisik maupun psikik. Perbuatan ini seringkali dilakukan sebagai prasyarat untuk diterima dalam suatu kelompok tertentu. Ritual hazing ini sudah lama dilakukan sebagai tradisi dari tahun ke tahun sebagai proses inisiasi penerimaan seseorang dalam suatu kelompok dan biasanya hanya berlangsung singkat, namun tidak jarang terjadi perpanjangan sehingga menimbulkan tekanan bagi remaja yang mengalaminya.

o Bullying dan hazing merupakan suatu tekanan yang cukup serius bagi remaja dan berdampak negatif bagi perkembangan remaja. Prevalensi kedua kondisi di atas diperkirakan sekitar 10 – 26%. Dalam penelitian tersebut dijumpai bahwa siswa yang mengalami bullying menunjukkan perilaku yang tidak percaya diri, sulit bergaul, merasa takut datang ke sekolah sehingga angka absebsi menjadi tinggi, dan kesulitan dalam berkonsetransi di kelas sehingga mengakibatkan penurunan prestasi belajar; tidak jarang mereka yang mengalami bullying maupun hazing yang terus menerus menjadi depresi dan melakukan tindak bunuh diri.

Situasi dan kehidupanTelah terbukti bahwa terdapat hubungan yang erat antara timbulnya gangguan mental dengan berbagai kondisi kehidupan dan sosial masyarakat tertentu seperti, kemiskinan, pengangguran, perceraian orangtua, dan adanya penyakit kronik pada remaja.

Faktor psikososial Faktor protektifFaktor protektif merupakan faktor yang memberikan penjelasan bahwa tidak semua remaja yang mempunyai faktor risiko akan mengalami masalah perilaku atau emosi, atau mengalami gangguan tertentu.10-11 Rutter (1985) menjelaskan bahwa faktor protektif merupakan faktor yang memodifikasi, merubah, atau menjadikan respons seseorang menjadi lebih kuat menghadapi berbagai macam tantangan yang datang dari lingkungannya. Faktor protektif ini akan berinteraksi dengan faktor risiko dengan hasil akhir berupa terjadi tidaknya masalah perilaku atau emosi, atau gangguan mental kemudian hari.

Rae Grant N, Thomas H, dkk., mengemukakan berbagai faktor protektif, antara lain adalah:

Karakter/watak personal yang positif. Lingkungan keluarga yang suportif.

Page 3: Pengasuhan Anak

Lingkungan sosial yang berfungsi sebagai sistem pendukung untuk memperkuat upaya penyesuaian diri remaja.

Keterampilan sosial yang baik Tingkat intelektual yang baik.Menurut E. Erikson, dengan memperkuat faktor protektif dan menurunkan faktor risiko pada seorang remaja maka tercapailah kematangan kepribadian dan kemandirian sosial yang diwarnai oleh;

Self awareness yang ditandai oleh rasa keyakinan diri serta kesadaran akan kekurangan dan kelebihan diri dalam konteks hubungan interpersonal yang positif.Role Anticipation and role experimentation, yaitu dorongan untuk mengantisipasi peran positif tertentu dalam lingkungannya, serta adanya ada dalam dirinya.Apprenticeship, yaitu kemauan untuk belajar dari orang lain untuk meningkatkan kemampuan/keterampilan dalam belajar dan berkarya.Masalah aktual kesehatan mental remaja saat ini

Perubahan psikoseksualProduksi hormon testosteron dan hormon estrogen mempengaruhi fungsi otak, emosi, dorongan seks dan perilaku remaja. Selain timbulnya dorongan seksual yang merupakan manifestasi langsung dari pengaruh hormon tersebut, dapat juga terjadi modifikasi dari dorongan seksual itu dan menjelma dalam bentuk pemujaan terhadap tokoh-tokoh olah raga, musik, penyanyi, bintang film, pahlawan, dan sebagainya.

Remaja sangat sensitif terhadap pandangan teman sebaya sehingga ia seringkali membandingkan dirinya dengan remaja lain yang sebaya, bila dirinya secara jasmani berbeda dengan teman sebayanya maka hal ini dapat memicu terjadinya perasaan malu atau rendah diri.

Pengaruh teman sebayaKelompok teman sebaya mempunyai peran dan pengaruh yang besar terhadap kehidupan seorang remaja. Interaksi sosial dan afiliasi teman sebaya mempunyai peranan yang besar dalam mendorong terbentuknya berbagai keterampilan sosial. Bagi remaja, rumah adalah landasan dasar sedangkan ‘dunianya’ adalah sekolah. Pada fase perkembangan remaja, anak tidak saja mengagumi orangtuanya, tetapi juga mengagumi figur-figur di luar lingkungan rumah, seperti teman sebaya, guru, orangtua temanya, olahragawan, dsb.

Dengan demikian, bagi remaja hubungan yang terpenting bagi diri mereka selain orangtua adalah teman-teman sebaya dan seminatnya. Remaja mencoba untuk bersikap independent dari keluarganya akibat peran teman sebayanya. Di lain pihak, pengaruh dan interaksi teman sebaya juga dapat memicu timbulnya perilaku antisosial, seperti mencuri, melanggar hak orang lain, serta membolos, dsb.

Perilaku berisiko tinggiRemaja kerap berhubungan berbagai perilaku berisiko tinggi sebagai tahun dikatakan pernah menunjukkan perilaku berisiko tinggi minimal satu kali dalam periode tersebut, seperti berkelakuan buruk di sekolah, penyalahgunaan zat, serta perilaku antisosial (mencuri, berkelahi, atau bolos) dan dari 50% remaja tersebut juga menunjukkan adanya perilaku berisiko tinggi lainnya seperti mengemudi dalam keadaan mabuk, melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, dan perilaku kriminal yang bersifat minor. Dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa 50% remaja pernah menggunakan marijuana, 65% remaja merokok, dan 82% pernah mencoba menggunakan alkohol.

Dengan melakukan perbuatan tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka merasa lebih dapat diterima, menjadi pusat perhatian oleh kelompok sebayanya, dan mengatakan bahwa melakukan perilaku berisiko tinggi merupakan kondisi yang mendatangkan rasa kenikmatan (fun). Walaupun demikian, sebagian remaja juga menyatakan bahwa melakukan perbuatan yang berisiko sebenarnya merupakan cara mereka untuk mengurangi perasaan tidak nyaman dalam diri mereka atau mengurangi rasa ketegangan. Dalam beberapa kasus perilaku berisiko tinggi ini berlanjut hingga individu mencapai usia dewasa.Kegagalan pembentukan identitas diriMenurut Piaget, awal masa remaja terjadi transformasi kognitif yang besar menuju cara berpikir yang lebih abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa depan (future oriented). Remaja mulai menunjukkan minat dan kemampuan di bidang tulisan, seni, musik, olah raga, dan keagamaan. Erikson dalam teori perkembangan psikososialnya menyatakan bahwa tugas utama di masa remaja adalah membentuk identitas diri yang mantap yang didefinisikan sebagai kesadaran akan diri sendiri serta tujuan hidup yang lebih terarah. Mereka mulai belajar dan menyerap semua masalah yang ada dalam lingkungannya dan mulai menentukan pilihan yang terbaik untuk mereka seperti teman, minat, atau pun sekolah. Di lain pihak, kondisi ini justru seringkali memicu perseteruan dengan orangtua atau

Page 4: Pengasuhan Anak

lingkungan yang tidak mengerti makna perkembangan di masa remaja dan tetap merasa bahwa mereka belum mampu serta memperlakukan mereka seperti anak yang lebih kecil.Secara perlahan, remaja mulai mencampurkan nilai-nilai moral yang beragam yang berasal dari berbagai sumber ke dalam nilai moral yang mereka anut, dengan demikian terbentuklah superego yang khas yang merupakan ciri khas bagi remaja tersebut sehingga terjawabpertanyaan ’siapakah aku?’ dan ’kemanakah tujuan hidup saya?’

Bila terjadi kegagalan atau gangguan proses identitas diri ini maka terbentuk kondisi kebingungan peran (role confusion). Role confusion ini sering dinyatakan dalam bentuk negativisme seperti, menentang dan perasaan tidak percaya akan kemampuan diri sendiri. Negativisme ini merupakan suatu cara untuk mengekspresikan kemarahan akibat perasaan diri yang tidak adekuat akibat dari gangguan dalam proses pembentukan identitas diri di masa remaja ini.Gangguan perkembangan moralMoralitas adalah suatu konformitas terhadap standar, hak, dan kewajiban yang diterima secara bersama, apabila ada dua standar yang secara sosial diterima bersama tetapi saling konflik maka umumnya remaja mengambil keputusan untuk memilih apa yang sesuai berdasarkan hati nuraninya. Dalam pembentukan moralitasnya, remaja mengambil nilai etik dari orangtua dan agama dalam upaya mengendalikan perilakunya. Selain itu, mereka juga mengambil nilai apa yang terbaik bagi masyarkat pada umumnya. Dengan demikian, penting bagi orangtua untuk memberi suri teladan yang baik dan bukan hanya menuntut remaja berperilaku baik, tetapi orangtua sendiri tidak berbuat demikian.

Secara moral, seseorang wajib menuruti standar moral yang ada namun sebatas bila hal itu tidak mebahayakan kesehatan, bersifat manusiawi, serta berlandaskan hak asasi manusia. Dengan berakhirnya masa remaja dan memasuki usia dewasa, terbentuklah suatu konsep moralitas yang mantap dalam diri remaja. Jika pembentukan ini terganggu maka remaja dapat menunjukkan berbagai pola perilaku antisosial dan perilaku menentang yang tentunya mengganggu interaksi remaja tersebut dengan lingkungannya, serta dapat memicu berbagai konflik.

Stres di masa remajaBanyak hal dan kondisi yang dapat menimbulkan tekanan (stres) dalam masa remaja. Mereka berhadapan dengan berbagai perubahan yang sedang terjadi dalam dirinya maupun target perkembangan yang harus dicapai sesuai dengan usianya. Di pihak lain, mereka juga berhadapan dengan berbagai tantangan yang berkaitan dengan pubertas, perubahan peran sosial, dan lingkungan dalam usaha untuk mencapai kemandirian.

Tantangan ini tentunya berpotensi untuk menimbulkan masalah perilaku dan memicu timbulnya tekanan yang nyata dalam kehidupan remaja jika mereka tidak mampu mengatasi kondisi tantangan tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa remaja merupakan masa ‘storm and stress‘ shingga memicu terjadinya gangguan depresi yang bermakna.KesimpulanKeberhasilan remaja dalam proses pembentukan kepribadian yang wajar dan pembentukan kematangan diri membuat mereka mampu menghadapi berbagai tantangan dan dalam kehidupannya saat ini dan juga di masa mendatang. Untuk itu mereka seyogyanya mendapatkan asuhan dan pendidikan yang menunjang untuk berkembangnya self confidence, role anticipation, role experimentation, danapprenticeship yang sudah dimulai sejaka masa anak dan pra-remaja sehingga masa kritis yang dijumpai di tahap perkembangan remaja ini dapat dilalui dengan mulus. Walaupun secara rasional selalu dapat dilakukan koreksi dan kompensasi terhadap defek perkembangan kepribadian dan masalah psikososial yang dihadapi, namun hal ini tentunya membutuhkan usaha yang lebih besar. Dengan demikian, lebih baik mencegah dengan memperkuat berbagai faktor protektif dan mengurangi sebanyak mungkin faktor risiko yang ada yang sudah dimulai sejak masa konsepsi hingga individu mencapai masa remaja.Penulis : Tjhin Wiguna

Sumber : Buku The2nd Adolescent Health National Symposia: Current Challenges in Management 

Page 5: Pengasuhan Anak

myt's blogselamat datang d blog ni.. blog ini dibuat untuk share aja.. mudah-mudahan bermanfaat.. amiinn

Rabu, 20 Juli 2011

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PERILAKU REMAJA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Dewasa ini, perubahan zaman membawa dampak bagi seluruh Negara. Dengan adanya perubahan zaman, 

pola pikir manusiapun ikut berubah. Perubahan zaman membawa dampak positif maupun negatif. Perubahan ini 

terjadi karena adanya perubahan Globalisasi.

Globalisasi adalah kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan masyarakat domestik/lokal ke dalam 

kemunitas global di berbagai bidang. Akibat adnya Era Globalisasi membawa pengaruh kepada seluruh aspek, baik 

dari  segi  Pendidikan,  Ekonomi,  Sosial,   IPTEK,  bahkan moral  anak remaja  pun mengalami  perubahan.  Hal  yang 

sangat mengguncangkan bagi seluruh Negara adala masalah perekonomian. Tetapi di Indonesia tidak hanya itu, 

krisis moral anak remajapun sangat memprihatinkan.

Moral atau perilaku anak remaja di Indonesia mengalami perubahan karena adanya pengaruh dari Negara 

luar yang dibawa ke Indonesia. Itu semua langsung disegrap begitu saj tanpa memikirkan atau memilah perilaku 

yang seharusnya di ambil oleh anak remaja di Indonesia.

Dahulu, moral anak Indonesia bisa diacungkan jempol. Dilihat dari tatakramanya, sopan santun dan tutur 

bahasanya yang baik. Tetapi kini, moral atau perilaku anak remaja di Indonesia sangat memprihatinkan. Banyak 

sekali perilaku-perilaku menyimpang yang kian marak terjadi di Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan tersebut 

sebagian besar dilakukan atau dialami oleh anak remaja. Penyimpagan yang dilakukan biasaya seperti, free sex, 

narkoba,   dan   lain-lain.   Kejadian   itu   sangat   memprihatinkan   bagi   bangsa   Indonesia   karena   anak   remaja   itu 

Page 6: Pengasuhan Anak

merupakan generasi  penerus bangsa. Bagaimana jadinya jika generasi  penerus itu memiliki  perilaku yang jelek 

bahhkan tidak baik?.

1.2   Rumusan Masalah

Adapaun rumus masalah dalam makalah ini yaitu:

a.    Apa pengertian Globalisasi?

b.    Dampak apa saja yang terjadi akibat globalisaasi?

c.    Bagaimana pengaruhnya terhadap suatu perilaku?

d.   Apa yang dimaksud dengan perilaku menyimpang?

e.    Apa saja jenis-jenis perilaku menyimpang?

f.     Bagaimana akibatnya jika seseorang melakukan perilaku menyimpang?

g.    Bagaimana peran orang tua dalam mencegah terjadinya perilaku menyimpang?

1.3   Tujuan Penulisan

Tujuaan kami mengambil judul makalah ini yaitu:

a.       Mengetahui dampak dari globalisasi

b.      Mengetahui contoh-contoh perilaku menyimpang

c.       Bisa mendefinisikan penyebab dari perilaku menyipang

d.      Dapat menguraikan akibat perilaku menyimpang pada remaja

e.       Mengetahui peran orang tua dalam menanggulani perilaku menyimpang anak remaja

f.       Solusi untuk meredakan maraknya perilaku menyimpang

1.4   Metode Penulisan

Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini yaitu dengan menggunakan study pustaka dan situs web.

1.5   Sistematika Penulisan

Page 7: Pengasuhan Anak

BAB I PENDAHULUAN

     1.1 Latar Belakang Masalah                                                                                 

1.2                 Tujuan Masalah                                                                                        

1.3                 Rumusan Masalah                                                                                    

1.4                 Metode Penulisan                                                                                                

1.5                 Sistematika Penulisan

BAB II KAJIAN TEORI

2.1  Pengertian Globalisasi

2.2  Definisi dan Teori Globalisasi

2.3  Ciri Globalisasi

2.4  Pengertian Perilaku

2.5  Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

2.6  Perilaku Menyimpang

2.7  Ciri-ciri Perilaku Menyimpang

2.8  Penyebab terjadinya Perilaku Menyimpang

2.9  Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang

BAB III PERILAKU MNEYIMPANG ANAK REMAJA DI ERA GLOBALISASI

3.1 Akibat dari Perilaku Menyimpang

3.2 Peran Orang Tua terhadap Pergaulan Masa Kini

3.3 Upaya-uapaya agar Terhindar dari Perilaku Menyimpang

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan                                                                                       

4.2Saran   

Page 8: Pengasuhan Anak

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1  Pengertian Globalisasi

Menurut   asal   katanya,   kata   "globalisasi"   diambil   dari   kata global,   yang   maknanya   ialah universal. 

Globalisasi   belum   memiliki   definisi   yang   mapan,   kecuali   sekedar   definisi   kerja   (working definition),   sehingga 

bergantung   dari   sisi   mana   orang   melihatnya.   Ada   yang   memandangnya   sebagai   suatu   proses sosial,   atau 

proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dannegara di dunia makin terikat satu 

sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-

batas geografis,ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek 

yang   diusung   oleh   negara-negara adikuasa,   sehingga   bisa   saja   orang   memiliki   pandangan   negatif   atau   curiga 

terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. 

Negara-negara yang kuat  dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil  makin 

tidak   berdaya   karena   tidak   mampu   bersaing.   Sebab,   globalisasi   cenderung   berpengaruh   besar   terhadap 

perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama

Globalisasi adalah   sebuah   istilah   yang   memiliki   hubungan   dengan   peningkatan   keterkaitan   dan 

ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, 

budaya   populer,   dan   bentuk-bentuk interaksi yang   lain   sehingga   batas-batas   suatu negara menjadi   semakin 

sempit.

2.2  Definisi dan Teori Globalisasi

2.2.1 Definisi Globalisasi

A. Globalisasi menurut Ahmad Suparman

Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia 

ini tanpa dibatasi oleh wilayah.

B.  lobalisasi menurut Scholte

Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:

Page 9: Pengasuhan Anak

       Internasionalisasi:   Globalisasi   diartikan   sebagai   meningkatnya   hubungan   internasional.   Dalam   hal   ini   masing-

masing  negara   tetap  mempertahankan   identitasnya  masing-masing,  namun  menjadi   semakin   tergantung   satu 

sama lain.

       Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif 

ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.

       Universalisasi:   Globalisasi   juga   digambarkan   sebagai   semakin   tersebarnya   hal   material   maupun   imaterial   ke 

seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.

       Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan 

budaya dari barat sehingga mengglobal.

       Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada 

empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang 

kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

2.2.2  Teori globalisasi

Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat 

dilihat, yaitu:

       Para globalis percaya   bahwa   globalisasi   adalah   sebuah   kenyataan   yang   memiliki   konsekuensi   nyata   terhadap 

bagaimana   orang   danlembaga di   seluruh   dunia   berjalan.   Mereka   percaya   bahwa   negara-negara 

dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, 

para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.

       Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa 

globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.

       Para globalis pesimis berpendapat   bahwa   globalisasi   adalah   sebuah   fenomena   negatif   karena   hal   tersebut 

sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya 

dan   konsumsi   yang   homogen   dan   terlihat   sebagai   sesuatu   yang   benar   dipermukaan.   Beberapa   dari   mereka 

kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).

       Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah 

sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah 

Page 10: Pengasuhan Anak

menjadi   sebuah   fenomenainternasional selama   ratusan   tahun.   Apa   yang   tengah   kita   alami   saat   ini   hanyalah 

merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.

       Para transformasionalis berada   di   antara   para   globalis   dan   tradisionalis.   Mereka   setuju   bahwa   pengaruh 

globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh 

jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami 

sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian

besar tidak terjadi secara langsung".  Mereka  menyatakan  bahwa proses   ini  bisa  dibalik,   terutama ketika  hal 

tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.

2.3  Ciri Globalisasi

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.

a.       Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi 

satelit,   dan internet menunjukkan   bahwa   komunikasi   global   terjadi   demikian   cepatnya,   sementara   melalui 

pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.

b. Pasar    dan produksi ekonomi di  negara-negara yang berbeda menjadi  saling bergantung sebagai  akibat 

dari  pertumbuhan perdagangan   internasional,  peningkatan  pengaruh  perusahaan  multinasional,  dan dominasi 

organisasi semacam World Trade Organization (WTO).

c.        Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi 

berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman 

baru  mengenai  hal-hal   yang  melintasi  beraneka   ragam budaya,  misalnya  dalam bidang fashion,   literatur,  dan 

makanan.

d.       Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan 

lain-lain.

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah 

kesadaran   dan   pemahaman   baru   bahwa dunia adalah   satu. Giddens menegaskan   bahwa   kebanyakan   dari   kita 

sadar   bahwa   sebenarnya   diri   kita   turut   ambil   bagian   dalam   sebuah dunia yang harus berubah tanpa

terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta 

kenyataan   yang   mungkin   terjadi.   Sejalan   dengan   itu, Peter   Drucker menyebutkan   globalisasi   sebagai zaman

transformasi sosial.

2.4  Pengertian Perilaku

Page 11: Pengasuhan Anak

Perilaku manusia adalah   sekumpulan   perilaku   yang   dimiliki   olehmanusia dan   dipengaruhi 

oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan,persuasi, dan/atau genetika.

Dalam Kamus Besar  Bahasa   Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah  laku,  perbuatan, 

atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukumyang ada di 

dalam masyarakat.

Perilaku   seseorang   dikelompokkan   ke   dalam   perilaku   wajar,   perilaku   dapat   diterima,   perilaku   aneh, 

dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang 

lain  dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia  yang sangat  mendasar. Perilaku tidak boleh 

disalah artikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku 

sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang 

diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang 

dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya 

masalah   kesehatan.   Intervensi   terhadap   perilaku   seringkali   dilakukan   dalam   rangka   penatalaksanaan 

yang holistik dankomprehensif.

Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan 

berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan 

masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang 

berlaku   pada   masyarakat,   misalnya   seorang siswa menyontek   pada   saat   ulangan,   berbohong,   mencuri,   dan 

mengganggu siswa lain.

2.5  Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

1. Genetika   

2. Sikap    - adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilakutertentu.

3. Norma sosial    - adalah pengaruh tekanan sosial.

4. Kontrol perilaku   pribadi -   adalah   kepercayaan   seseorang   mengenai   sulit   tidaknya   melakukan   suatu 

perilaku.

2.6  Perilaku Menyimpang

Penyimpangan   terhadap norma-norma   atau nilai-nilai   masyarakat   disebut   deviasi (deviation),   sedangkan 

pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang 

adalah   perilaku   yang   tidak   menyimpang   yang   sering   disebut   dengan konformitas.   Konformitas   adalah 

bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

Page 12: Pengasuhan Anak

2.6.1  Pengertian Perilaku Menyimpang

Ada beberapa defenisi perilaku menyimpang, yang diajukan oleh beberapa Sosiolog. Antara lain :

a.     J James Vander Zanden

Perilaku meyimpang : Perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah 

besar orang.

b.    J Robert M. Z. Lawang

Perilaku menyimpang : semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem 

sosial (masyarakat) dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang untuk memperbaiki hal tersebut.

c.     J Bruce J. Cohen

Perilaku   menyimmpang   :   Setiap   perilaku   yang   tidak   berhasil   menyesuaikan   diri   (   tidak   bisa 

bersosialisasi/beradaptasi ) dengan kehendak-kehendak masyarakat.

d.    J Paul B. Horton

Perilaku menyimpang : setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok 

atau masyarakat

2.7  Ciri-ciri Perilaku Menyimpang

Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Penyimpangan   harus   dapat   didefinisikan. Perilaku dikatakan   menyimpang   atau   tidak   harus   bisa 

dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.

2. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, ada kalanya 

penyimpangan   bisa   diterima masyarakat,   misalnya   wanita   karier.   Adapun   pembunuhan   dan   perampokan 

merupakan penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.

3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak. Semua orang pernah melakukan perilaku menyimpang, 

akan   tetapi   pada   batas-batas   tertentu   yang   bersifat   relatif   untuk   semua   orang.   Dikatakan   relatif   karena 

perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan 

setiap orang  cenderung relatif.  Bahkan orang  yang  telah  melakukan  penyimpangan mutlak   lambat   laun harus 

berkompromi dengan lingkungannya.

Page 13: Pengasuhan Anak

4. Penyimpangan   terhadap budaya nyata   ataukah   budaya   ideal.   Budaya   ideal   adalah   segenap 

peraturan hukum yang   berlaku   dalam   suatu kelompok   masyarakat   .   Akan   tetapi   pada   kenyataannya   tidak   ada 

seorang pun yangpatuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya 

ideal   selalu   terjadi   kesenjangan.   Artinya,   peraturan   yang   telah   menjadi pengetahuan umum   dalam   kenyataan 

kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.

5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran adalah pola perbuatan 

yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara 

terbuka.   Jadi norma-norma   penghindaran   merupakan   bentuk   penyimpangan perilaku yang   bersifat   setengah 

melembaga.

6. Penyimpangan   sosial   bersifat adaptif (menyesuaikan).   Penyimpangan   sosial   tidak   selamanya   menjadi 

ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.

2.8  Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang

Menurut   Wilnes   dalam   bukunya Punishment and Reformationsebab-sebab   penyimpangan/kejahatan 

dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak 

lahir).

2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti 

hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.

Untuk   lebih   jelasnya,   berikut   diuraikan   beberapa   penyebab   terjadinya   penyimpangan 

seorang individu (faktor objektif), yaitu

1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-

norma kebudayaan  ke  dalam kepribadiannya,   ia  tidak  dapat  membedakan hal  yang  pantas  dan tidak  pantas. 

Keadaan   itu   terjadi   akibat   dari   proses sosialisasi yang   tidak   sempurna,   misalnya   karena   seseorang   tumbuh 

dalam keluarga yang   retak(broken home).   Apabila   kedua   orang   tuanya   tidak   bisa   mendidik   anaknya   dengan 

sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.

2. Proses belajar yang  menyimpang.   Seseorang  yang  melakukan  tindakan  menyimpang  karena   seringnya 

membaca atau melihat tayangan tentangperilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang 

yang   disebabkan   karena   proses belajar yang   menyimpang.   Misalnya,   seorang   anak   yang   melakukan   tindakan 

kejahatan setelah melihat tayanganrekonstruksi  cara melakukan kejahatan atau membaca artikel yang memuat 

tentang tindakan kriminal. Demikian halnya karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan 

yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi 

Page 14: Pengasuhan Anak

pada   penjahat   berdasi   putih (white collar crime) yakni   para   koruptor   kelas   kakap   yang   merugikan 

uang negara bermilyar-  milyar.  Berawal  dari  kecurangan-kecurangan  kecil   semasa  bekerja  di  kantor/mengelola 

uang   negara,   lama   kelamaan   makin   berani   dan   menggunakan   berbagai   strategi   yang   sangat   rapi   dan   tidak 

mengundang kecurigaan karena tertutup oleh penampilan sesaat.

3. Ketegangan   antara   kebudayaan   dan struktur   sosial.   Terjadinya   ketegangan 

antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam 

upaya   mencapai   suatu   tujuan   seseorang   tidak   memperoleh   peluang,   sehingga   ia   mengupayakan   peluang   itu 

sendiri,  maka terjadilah perilaku menyimpang.  Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat makin menindas 

maka lama-kelamaan rakyat akan berani memberontak untuk melawan kesewenangan tersebut. Pemberontakan 

bisa   dilakukan   secara   terbuka   maupun   tertutup   dengan   melakukan   penipuan-penipuan/pemalsuan   data   agar 

dapat   mencapai   tujuannya   meskipun   dengan   cara   yang   tidak   benar.   Penarikan   pajak   yang   tinggi   akan 

memunculkan   keinginan   memalsukan   data,   sehingga   nilai   pajak   yang   dikenakan   menjadi   rendah.   Seseorang 

mencuri arus listrik untuk   menghindari   beban   pajak   listrik   yang   tinggi.   Hal   ini   merupakan   bentuk 

pemberontakan/perlawanan yang tersembunyi.

4. Ikatan   sosial    yang   berlainan.   Setiap   orang   umumnya   berhubungan   dengan   beberapa kelompok.   Jika 

pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-

pola perilaku menyimpang.

5. Akibat   proses sosialisasi nilai-nilai   sub-kebudayaan   yang   menyimpang.   Seringnya   media   massa 

menampilkan berita atau tayangan tentang  tindak  kejahatan   (perilaku  menyimpang)  menyebabkan  anak  secara 

tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan 

sebagai  proses belajar dari  sub-kebudayaan yang menyimpang,  sehingga terjadi  proses sosialisasi nilai-nilai  sub-

kebudayaan menyimpang pada diri  anak dan anak menganggap perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang 

wajar/biasa dan boleh dilakukan.

2.9  Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang

Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.

a.    Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1.         Penyimpangan bersifat positif. Penyimpangan bersifat  positif  adalah penyimpangan yang mempunyai  dampak 

positif   terhadap   sistem   sosial   karena   mengandung   unsur-unsur inovatif, kreatif,   dan 

memperkaya wawasan seseorang.   Penyimpangan   seperti   ini   biasanya   diterima   masyarakat   karena   sesuai 

perkembangan   zaman.   Misalnya   emansipasi   wanita   dalam   kehidupan   masyarakat   yang   memunculkan   wanita 

karier.

Page 15: Pengasuhan Anak

2.         Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-

nilai   sosial   yang   dianggap   rendah   dan   selalu   mengakibatkan   hal   yang   buruk.   Bobot   penyimpangan   negatif 

didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada umumnya 

dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Bentuk penyimpangan yang bersifat 

negatif antara lain sebagai berikut:

a)    Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang 

yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih 

diterima di masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut. Misalnya, siswa 

yang terlambat, pengemudi yang sesekali melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar 

pajak.

b)   Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata 

dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa 

minum-minuman   keras   dan   selalu   pulang   dalam   keadaan   mabuk,   serta   seseorang   yang   melakukan   tindakan 

pemerkosaan.   Tindakan   penyimpangan   tersebut   cukup   meresahkan   masyarakat   dan   mereka   biasanya   di   cap 

masyarakat  sebagai  “pencuri”,  “pemabuk”,   "penodong",  dan "pemerkosa".   Julukan  itu  makin  melekat  pada si 

pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.

b.    Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, yaitu sebagai berikut :

1.         Penyimpangan individual (individual deviation)

Penyimpangan individual  adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari  norma-norma 

suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu 

kejahatan,   seperti:   mencuri,   menodong,   dan   memeras.   Penyimpangan   individu   berdasarkan   kadar 

penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.

a)      Pembandel   yaitu   penyimpangan   yang   terjadi   karena   tidak   patuh   pada   nasihat   orang   tua   agar   mengubah 

pendiriannya yang kurang baik.

b)      Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan orang-orang.

c)      Pelanggar   yaitu   penyimpangan   yang   terjadi   karena   melanggar   norma-norma   umum   yang   berlaku   dalam 

masyarakat.

Page 16: Pengasuhan Anak

d)     Perusuh   atau   penjahat   yaitu   penyimpangan   yang   terjadi   karena   mengabaikan   norma-norma   umum,   sehingga 

menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.

e)      Munafik yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji, berkata bohong, mengkhianati kepercayaan, 

dan berlagak membela.

BAB III

PERILAKU MENYIMPANG ANAK REMAJA DI ERA GLOBALISASI

3.1 Akibat dari Perilaku Menyimpanng

     Akibat yang dilakukan jika kita melakukan perilaku menyimpang diantaranya,

1.      Dikucilkan dari masyarakat

2.      Terkena berbagai macam penyakit dari perilaku menyimpang, mislnya AIDS, Kanker Serviks. Ini disebabkan karena 

perilaku menyimpang pada perilaku seks.

3.      Masa depan akan menjadi suram karena terpuruknya moral kita.

3.2  Peran Orang Tua terhadap Pergaulan Masa Kini

Mendidik dan mendewasakan anak adalah tugas dan tanggung jawab orang tua yang sudah menjadi suatu 

naluri atau instink (animal instinc), karena proses keberadaan sang anak serta pembentukkan sifat dan karakternya 

semua terpulang pada orang tua. Orang tua adalah panutan dan tauladan yang selalu dijumpai anak pada setiap 

waktu dan kesempatan dalam keluarga. Dan orang tua merupakan kunci strategi dalam mengatasi segala masalah 

yang dihadapi oleh sang anak.

Cinta   orang   tua   adalah   penguatan   tanpa   syarat   terhadap   hidup   dan   kebutuhan   anak.   Penguatan 

(afermasi) hidup anak mempunyai segi :

Perhatian

Tanggung jawab

Cinta kasih orang tua tidak hanya sekedar menghadirkan anak ke dunia saja, tetapi pemeliharaan dan 

pendewasaan yang bersifat paripurna dan sempurna, termasuk di dalamnya kemampuan untuk beradaptasi dan 

berakselarasi dengan lingkungan yang berhubungan dengan norma dan ketrampilan hidup.

Page 17: Pengasuhan Anak

Di   dalam   keluarga,   tugas   pokok   orang   tua   adalah   mendidik   dan   mendewasakan   anak-anaknya   agar 

menjadi orang-orang yang berguna dan berakhlak mulia. Orang tua tidak hanya berkewajiban untuk memenuhi 

kebutuhan jasmani, tetapi juga kebutuhan rohani, perhatian, kasih sayang dan komunikasi yang baik.

Keluarga  adalah  pilihan  yang   tepat  untuk  membicarakan  masalah   yang  dihadapi   anak   (remaja  putri) 

sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Orang tua mempunyai andil dan peran yang sangat 

penting dalam meningkatkan kualitas hidup remaja putri dengan cara mengarahkan dan membimbing sikap dan 

perilaku,   mengenal   kepribadian   dan   watak   anak,   mampu   menciptakan   suasana   yang   menyenangkan   dalam 

membina hubungan yang akrab antara orang tua dan anak. Untuk itu orang tua dituntut harus dapat menjalankan 

fungsi dan perannya dengan baik sehingga anak tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak diinginkan.

Peran orang tua dalam hal ini adalah :

Sebagai panutan

Orang tua harus menjadi suri teladan atau memberi contoh yang baik, dari hal sikap dan perilaku sehari-hari bagi 

anak-anaknya.  Dengan demikian,  anak-anak  dapat  bersikap dan berperilaku sesuai  dengan norma agama dan 

norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Sebagai perawat dan pelindung

Orang tua mempunyai tugas merawat kebersihan, kesehatan serta mempersiapkan kebutuhan anak sehari-hari 

seperti makan, pakaian dan lain-lain. Orang tua diharapkan mampu mengayomi terutama di saat anak menghadapi 

kesulitan sehingga anak akan merasa aman, tenteram dan senang hidup bersama keluarga.

Sebagai pendidik dan sumber informasi

Fungsi orang tua sebagai pendidik dalam keluarga adalah yang pertama dan utama, karena orang tua adalah orang 

yang paling dekat dan penuh tanggung jawab terhadap proses pendidikan anak sejak dari kandungan hingga usia 

dewasa.   Selain   sebagai   pendidik   dalam   keluarga,   orang   tua   juga   harus   berfungsi   sebagai   sumber 

informasi/pengetahuan yang baik dan benar bagi anak.

Sebagai pengarah dan pembatas

Orang tua harus mempu mengarahkan sikap, tingkah laku, dan cita-cita anak, demi masa depan yang baik bagi 

dirinya maupun keluarga. Disamping itu pula, orang tua harus mampu sebagai pembatas sikap dan perilaku agar 

anak tidak terjerumus pada situasi yang tidak baik (kenakalan remaja).

Sebagai teman dan penghibur

Page 18: Pengasuhan Anak

Pada umunya remaja tidak ingin dianggap anak-anak lagi, mereka ingin diperlakukan sebagai pribadi yang utuh. 

Untuk itu orang tua harus dapat berperan sebagai teman baik dalam senang maupun susah, juga mampu menjadi 

penghibur di saat anak-anak kecewa.

Sebagai pendorong

Dalam menghadapi masa peralihan menuju dewasa, kadang-kadang remaja memerlukan dorongan dan semangat 

dari orang tua terutama di saat mengalami kegagalan. Dengan dorongan dan semangat dari orang tua, remaja 

akan lebih merasa percaya diri dan pantang menyerah terhadap segala bentuk kesulitan.

Hal-hal yang harus difahami dan diperhatikan oleh orang tua dalam membina remaja putri, antara lain :

1. Bagaimana pola asuh

2. Bagaimana konsep diri yang sehat

3. Bagaimana ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan remaja serta pergaulan remaja dan tahu membatasi 

pergaulan bebas yang dapat menjerumuskan anak kepada hal-hal yang tidak diinginkan

4. bagaimana orang tua dapat menjelaskan akibat dari pergaulan bebas antara pria dan wanita

5. Bagaimana kebutuhannya

6. Bagaimana menanam rasa percaya diri

7. Bagaimana memberi penghargaan

8. Bagaimana kemandiriannya

Apabila   orang   tua   dapat   mengetahui   dan   menjalankan   fungsi   dan   perannya   dengan   baik   sebagai 

pendidik   dalam   keluarga,   maka   remaja   putri   dapat   terhindar   dari   pengaruh   buruk   dan   hal-hal   yang   tidak 

diinginkan.

3.3 Upaya-upaya Agar Terhindar dari Perilaku Menyimpang

            Upaya-uapaya agar terhindar dari perilaku menyimpang yaitu:

1. Adanya motivasi dari keluarga, guru, maupun teman sebaya.

2. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik

3. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh

4. Remaja   harus   bisa   mendapatkan   sebanyak   mungkin   figure   orang-orang   dewasa   yang   telah 

melampaui masa remajanya dengan baik.

BAB IVPENUTUP

Page 19: Pengasuhan Anak

4.1 Kesimpulan

            Dengan adanya peruabahn globalisasi di dunia ini, maka akan mempengaruhi perilaku anak remaja masa 

kini.  Tidak  hanya dari  dalam saja  pengaruh  itu  datang,   tetapi  dari   luarpun  lebih  mempengaruhi.  Kebanyakan 

pengaruh yang di ambil adalah perilaku negative dari luar yang di bawa ke Negara ini. Sehingga menyebabkan 

moral anak remaja menjadi buruk.

            Akibat dari perilaku menyimpang bisa di dapatkan dari media yang di lihat maupun yang di dengar. Perlu 

adanya bimbingan dari orang tua, guru maupun teman supaya tidak terjerumus kepada hal-hal yang menyimpang. 

Akibat dari perilaku menyimpang tersebut sangat berpengaruh kepada masa depan anak.

Upaya yang dilakukan agar anak remaja terhindar dari perilaku menyimpang yaitu, Adanya motivasi dari 

keluarga,   guru,   maupun   teman   sebaya,   remaja   pandai   memilih   teman   dan   lingkungan   yang   baik,   remaja 

membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh, remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin 

figure orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik.

4.2 Saran

            Kami sebagai  penulis  menyarankan kepada semua pihak agar bisa memilah dan milih sifat-sifat  yang di 

adopsi dari luar di ambil dari segi positifnya saja. Apabila kita mengadopsi perilaku yang jelek maka akan berakibat 

fatal bagi kita. Selain itu juga, perlu adanya saling memperingati antara satu sama lain supaya kita tidak terjerumus 

kepada hal-hal yang menyimpang di era globalisasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bioman-smaitnurhidayah.co.cc/2009/03/pengaruh-globalisasi-terhadap preilaku.html

http://wapedia.mobi/id/Perilaku_manusia

http://www.idonbiu.com/2009/05/bentuk-bentuk-penyimpangan-sosial-di.html

http://sosiologismadapareschool.blogspot.com/2009/01/perilaku-menyimpang_15.html

http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_3333/title_perilaku-menyimpang/

http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang

http://nikilauda2810.wordpress.com/2008/08/21/faktor-perilaku-menyimpang/

Diposkan oleh myta nur aisah      di 08.27 

Page 21: Pengasuhan Anak

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Share itAda kesalahan di dalam gadget ini

Arsip Blog▼     2011  (3)

o ▼     Juli  (1)

PENGARUH GLOBALISASI    TERHADAP PERILAKU REMAJA

o ►     Juni  (2)

foLLower

siapa kah aku??

myta nur aisahLihat profil lengkapku

Entri Populer PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PERILAKU REMAJA   BAB I PENDAHULUAN 1.1    Latar Belakang Dewasa ini, perubahan zaman membawa dampak bagi seluruh Negara. Dengan adanya perubahan zaman, po...

konsep sehat sakit   BAB I PENDAHULUAN 1.         Latar Belakang Masalah Memang sulit untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan segar, kebanyakan orang bilang Seha...

importance of health   Hi my name is Mita . I lived in Samarang but now I live in Tarogong because I was school in Tarogong .   Mother and my father ...

Template Travel. Gambar template oleh fpm. Diberdayakan oleh Blogger.