pengaruh gaya kepemimpinan kepala puskesmas …repository.helvetia.ac.id/2628/6/tesis usman,...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PUSKESMAS
TERHADAP KINERJA TENAGA KESEHATAN DI
PUSKESMAS PEUREULAK BARAT
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2018
TESIS
OLEH :
USMAN
NIM. 1602011195
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
2
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PUSKESMAS
TERHADAP KINERJA TENAGA KESEHATAN DI
PUSKESMAS PEUREULAK BARAT
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2018
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memeroleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)
dalam Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kebijakan Manajemen Dan Pelayanan Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Helvetia Medan
Oleh:
USMAN
NIM. 1602011195
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
3
4
Telah Diuji pada Tanggal 27 Juli 2019
Panitia Penguji Tesis
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd
Anggota : 1. Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.Kes
2. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes
3. Dr. Ayi Darmana, M.Si
5
6
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI
Sebagai sivitas akademika Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan
Helvetia Medan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Usman
Nim : 1602011195
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Fakultas Kesehatan Masyarakat Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non
Exclusive Royalty Freeb Right) atas tesis saya yang berjudul :
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PUSKESMAS
TERHADAP KINERJA TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS PEUREULAK BARAT
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2018
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif ini Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan
berhak menyimpan, mengalih media format, mengelola dalam bentuk pangkalan
data (Database), merawat dan mempublikasi tesis saya tanpa meminta izin dari
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis, pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian persyaratan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 27 Juli 2019
Yang menyatakan,
(Usman)
i
ii
ABSTRAK
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PUSKESMAS
TERHADAP KINERJA TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS PEUREULAK BARAT
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2018
USMAN
NIM. 1602011195
Dewasa ini kepemimpinan adalah inti dari pembangunan ekonomi di
kawasan Asia termasuk Indonesia. Terdapat dua gaya kepemimpinan yang
dominan, yaitu gaya kepemimpinan ala Amerika (barat) dan gaya kepemimpinan
ala Asia (timur). Berdasarkan survei awal, terlihat bahwa gaya yang digunakan
pemimpin adalah interaksi pemimpin dengan bawahannya, namun gaya tersebut
tidak digunakan dengan baik sehingga terlihat pada 10 tenaga kesehatan Puskesmas
Peureulak Barat, 6 tenaga kesehatan diantaranya memiliki kinerja yang rendah.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala
puskesmas terhadap kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur tahun 2018.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross
Sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh tenaga kesehatan sebanyak 51
orang dengan sampel yang diambil seluruh populasi. Metode pengumpulan data
yaitu data primer dan data sekunder. Analisa data yang digunakan yaitu uji regresi
binary logistic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transaksional
memiliki nilai sig-p 0,016 < 0,05, transformasional sig-p 0,005 < 0,05 dan gaya
kepemimpinan situasional memiliki nilai sig-p 0,003 < 0,05 yang artinya seluruh
gaya kepemimpinan memiliki pengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan,
sedangkan kepedulian tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja tenaga kesehatan.
Kesimpulan dalam penelitian ini ada pengaruh gaya kepemimpinan
transaksional, transformasional dan situasional terhadap kinerja tenaga kesehatan.
Diharapkan dapat menjadi acuan bagi masyarakat dan bagi kader-kader di
Puskesmas agar lebih memahami pentingnya gaya kepemimpinan yang sesuai
guna meningkatkan kinerja tenaga kesehatan secara maksimal.
Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan, Transaksional, Transformasional,
Situasional, Kinerja
Daftar Pustaka : 15 Buku + 18 Jurnal (2010-2018)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
anugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang
berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Puskesmas terhadap Kinerja
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun
2018”.
Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M.) pada Program
Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan
berbagai pihak, baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan
Helvetia.
2. Iman Muhammad, SE., S.Kom., M.M., M.Kes, selaku Ketua Yayasan Helvetia
Medan, sekaligus Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan
pemikiran dalam membimbing penulis selama penyusunan Tesis ini.
3. Dr. H. Ismail Effendi, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia.
4. Dr. Ns. Asriwati, S.Pd., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.
5. Anto, SKM., M.Kes., M.M, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.
6. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing penulis
selama penyusunan Tesis ini.
7. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes, Selaku Dosesn Penguji I yang telah
meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam memberi masukan
Tesis ini.
8. Dr. Ayi Darmana, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan
waktu dan memberikan pemikiran dalam memberi masukan Tesis ini.
iv
9. Seluruh Dosen Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah
mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
10. Seluruh keluarga yang kusayangi, yang selalu mendoakanku dan selalu
memberikan dukungan baik materi maupun spiritual, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan Tesis ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan Hidayah-Nya atas segala
kebaikan yang telah diberikan.
Medan, 27 Juli 2019
Penulis,
Usman
1602011195
v
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis bernama Usman yang dilahirkan pada tanggal 07 Agustus 1972 di
Desa Beusa Seberang Kecamatan Peureulak Barat dari M. Daud dan Aisyah.
Penulis beragama Islam. Saat ini Penulis tinggal di Desa Beusa Seberang
Kecamatan Peureulak Barat, Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh bersama
keluarga.
Penulis menyelesaikan Pendidikan di MIN Kp. Beusa Seberang pada
tahun 1985. Pada Tahun 1988 Penulis menamatkan Sekolah di MTN Kp. Beusa
Kecamatan Peureulak Barat, pada tahun 1992 penulis menamatkan Sekolah SPK
YDB Langsa, pada tahun 2002 Penulis menamatkan DIII Akper Depkes Langsa
dan pada tahun 2006 menyelesaikan Sekolah S1 Kesehatan Masyarakat di
UNMUHA Banda Aceh. Pada Tahun 2016 hingga sekarang Penulis mengambil
pendidikan S2 Kesehatan Masyarakat di Institut Kesehatan Helvetia.
Penulis juga memiliki riwayat pekerjaan sebagai Pegawai Puskesmas
Peureulak dari tahun 1992 sampai tahun 2000 kemudian pindah ke RSU. Langsa
sampai tahun 2003, selanjutnya Penulis bekerja di Puskesmas Peureulak Barat
sampai tahun 2012 dan pada tahun 2012 sampai sekarang Penulis bekerja di
Puskesmas Ramto Peureulak.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRACT ..................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................... 7
1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................. 7
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
1.4.1. Manfaat Teoritis ........................................................... 7
1.4.2. Manfaat Praktis ............................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 9
2.2. Telaah Teori ............................................................................. 11
2.2.1. Kinerja .......................................................................... 11
2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ................ 11
2.2.3. Penilaian Kinerja .......................................................... 13
2.3. Gaya Kepemimpinan ................................................................ 15
2.3.1. Definisi Gaya Kepemimpinan ...................................... 15
2.3.2. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan yang Hakiki ................ 16
2.3.3. Corak Interaksi Pemimpin dengan Bawahannya ......... 17
2.3.4. Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan ................................. 17
2.3.5. Kepemimpinan ............................................................. 22
2.3.6. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan ..................................... 25
2.3.7. Karakteristik Pemimpin ............................................... 26
2.3.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan .... 28
2.4. Landasan Teori ........................................................................ 28
2.5. Kerangka Konsep .................................................................... 30
2.6. Hipotesis Penelitian .................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian ..................................................................... 31
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 31
vii
3.2.1. Lokasi Penelitian .......................................................... 31
3.2.2. Waktu Penelitian ........................................................... 31
3.3. Populasi dan Sampel ............................................................... 32
3.3.1. Populasi ........................................................................ 32
3.3.2. Sampel .......................................................................... 32
3.4. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 32
3.4.1. Jenis Data ...................................................................... 32
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 32
3.4.3. Uji Reliabilitas dan Reliabilitas .................................... 33
3.5. Variabel dan Definisi Operasional .......................................... 36
3.6. Metode Pengkuran ................................................................... 37
3.7. Metode Pengolahan Data ........................................................ 39
3.8. Analisis Data ............................................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 42
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 42
4.1.1. Visi dan Misi Puskesmas Peurulak Barat ....................... 43
4.1.2. Jenis Pelayanan Kesehatan ............................................ 43
4.2. Hasil Penelitian ........................................................................ 44
4.2.1. Analisis Univariat ......................................................... 44
4.2.2. Analisis Bivariat ........................................................... 49
4.2.3. Analisis Multivariat ...................................................... 52
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 57
5.1. Pembahasan Penelitian ............................................................. 57
3.1.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional dengan
Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Peureulak
Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 ................... 57
3.1.2 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional
dengan Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 .. 60
3.1.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional dengan
Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Peureulak
Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 ................... 64
5.2. Implikasi Penelitian .................................................................. 69
5.3. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 71
6.1. Kesimpulan .............................................................................. 71
6.2. Saran ......................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
3.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner Gaya Kepemimpinan Transaksional 33
3.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Gaya Kepemimpinan
Transformasional ............................................................................. 34
3.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner Gaya Kepemimpinan Situasional ..... 34
3.4. Hasil Uji Validitas Kuesioner Kinerja Tenaga Kesehatan ............... 34
3.5. Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 36
3.9. Aspek Pengukuran ........................................................................... 38
4.1. Distribusi Karakteristik Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018..................... 44
4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gaya Kepemimpinan
Transaksional di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh
Timur Tahun 2018 ........................................................................... 44
4.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Tenaga Kesehatan tentang Gaya
Kepemimpinan Transaksional di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 ............................................... 45
4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gaya Kepemimpinan
Transformasional di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh
Timur Tahun 2018 ........................................................................... 46
4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Tenaga Kesehatan tentang Gaya
Kepemimpinan Transformasional di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 ............................................... 46
4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gaya Kepemimpinan
Situasional di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur
Tahun 2018 ...................................................................................... 47
4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Tenaga Kesehatan tentang Gaya
Kepemimpinan Situasional di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 ............................................... 47
ix
4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kinerja Tenaga Kesehatan di
Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 .. 48
4.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Tenaga Kesehatan tentang Kinerja
di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun
2018 ................................................................................................. 48
4.10. Tabulasi Silang antara Gaya Kepemimpinan Transaksional
dengan Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 ............................................... 50
4.11. Tabulasi Silang antara Gaya Kepemimpinan Transformasional
dengan Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 ............................................... 51
4.12. Tabulasi Silang antara Gaya Kepemimpinan Situasional dengan
Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018 ............................................... 52
4.13. Uji Regresi Logistik ......................................................................... 53
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1. Gaya Kepemimpinan .................................................................. 29
2.3. Kerangka Konsep ........................................................................ 30
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 : Kuesioner .................................................................................. 76
2 : Master Tabel Uji Validitas ........................................................ 78
3 : Master Tabel Penelitian ............................................................ 82
4 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................... 84
5 : Output SPSS ............................................................................. 89
6 : Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) .................................. 100
7 : Surat Izin Survei Awal dari Institut Kesehatan Helvetia ............ 103
8 : Surat Balasan Izin Survei Awal ................................................. 104
9 : Surat Izin Uji Validitas dari Institut Kesehatan Helvetia ........... 105
10 : Surat Balasan Uji Validitas ........................................................ 106
11 : Surat Izin Penelitian dari Institut Kesehatan Helvetia ................ 107
12 : Surat Balasan Izin Selesai Penelitian ........................................ 108
13 : Lembar Bimbingan Tesis 1 ....................................................... 109
14 : Lembar Bimbingan Tesis 2 ....................................................... 110
15 : Dokumentasi Penelitian ............................................................ 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup
masyarakat. Karena itu semua Negara berupaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan kesehatan ini berarti setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit,
serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok ataupun masyarakat. Untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan dalam suatu rumah sakit sendiri dibutuhkan
seorang pemimpin untuk mengatur segala yang akan ingin dicapai.
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan seni dan keterampilan seseorang
dalam memanfaatkan seseorang dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk
memengaruhi orang lain, agar melaksanakan aktivitas tertentu yang diarahkan
pada tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menghadapi berbagai situasi dan
kondisi tertentu, seseorang pemimpin harus melakukan upaya perubahan karakter.
Hal ini dikarenakan, perubahan karakter merupakan strategi memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Tanpa perubahan karakter integritas yang kukuh,
daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, visi serta misi yang jelas,
seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin (1).
Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar
ditentukan oleh kepemimpinan. Suatu ungkapan mulia yang mengatakan bahwa
2
pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu
pekerjaan. Hal ini membuktikan bahwa posisi pemimpin dalam suatu organisasi
merupakan posisi yang paling penting (1).
Dewasa ini kepemimpinan adalah inti dari pembangunan ekonomi di
kawasan Asia termasuk Indonesia. Terdapat dua gaya kepemimpinan yang
dominan, yaitu gaya kepemimpinan ala Amerika (barat) dan gaya kepemimpinan
ala Asia (timur). Dari keduanya terdapat kesamaan dan perbedaan penting.
Amerika Serikat cenderung lebih menyukai menggunakan salah satu dari lima
gaya kepemimpinan yang sering kita bahas dalam kolom-kolom sebelumnya,
yakni : direktif, partisipatif, pemberdayaan, karismatik, dan bahkan selebritis (2).
Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh negara Amerika sangat umum
dalam praktek kepemimpinan di negara Asia termasuk Indonesia yang
menerapkan pola hubungan kerja arahan dan perintah. Adapun gaya
kepemimpinan partisipatif di Asia lebih melibatkan kerja sama setara yang erat
dengan pimpinan dan sesama pekerja, dan hal ini berlaku lebih umum di kawasan
Eropa. Berdasarkan hasil pengamatan yang seksama, terdapat sembilan kualitas
kunci dalam diri seorang pemimpin yang sukses meningkatkan motivasi pekerja,
tentunya tanpa mengenyampingkan faktor budaya, yakni: gairah, ketegasan,
keyakinan, integritas, adaptasi, ketangguhan emosional, resonansi emosional,
pengenalan diri dan kerendahan hati (2).
Dalam pencapaian tujuan perusahaan banyak unsur-unsur yang menjadi
hal penting dalam pemenuhannya, diantaranya adalah unsur kepemimpinan atau
pemimpin. Sumber daya yang telah tersedia jika tidak dikelola dengan baik maka
3
tidak akan memperoleh tujuan yang telah direncanakan, sehingga peranan
pemimipin sangat penting yang dapat mempergunakan wewenang dan
kepemimpinannya untuk mencapai suatu tujuan. Dasarnya kepemimpinan
merupakan gaya seorang pemimpin memengaruhi bawahannya agar mau bekerja
sama dan bekerja efektif sesuai dengan perintahnya, dengan gaya kepemimpinan
yang dimiliki oleh seorang pemimpin ini yang akan digunakan untuk bisa
mengarahkan sumber daya manusia dapat menggunakan semua kemampuannya
dalam mencapai motivasi kerja yang baik (3).
Menurut teori Gibson yang dikutip Mangkunegara, kinerja seorang
petugas sendiri dipengaruhi beberapa faktor diantaranya faktor internal yang
meliputi kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi, sifat–sifat seseorang,
meliputi sikap, sifat–sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasi, umur,
jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang budaya dan variabel-
variabel personal lainnya. sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi kinerja
yaitu yang berasal dari lingkungan, meliputi peraturan ketenagakerjaan, keinginan
pelanggan, pesaing, kondisi ekonomi, kebijakan organisasi, kepemimpinan,
tindakan–tindakan rekan kerja jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan
lingkungan sosial (4).
Menurut Mangkunegara, salah satu faktor yang memengaruhi kinerja ialah
kepemimpinan yang termasuk dalam faktor organisasi. Kepemimpinan memiliki
peran penting dalam organisasi, pimpinan bertugas untuk mengawasi serta
mengontrol jalannya suatu organisasi. Sehingga peran pemimpin di lingkungan
organisasi sangat vital serta memastikan organisasi berjalan dengan baik dan
4
mencapai tujuan yang ditargetkan. Penggunaan kepemimpinan yang tepat dari
atasan merupakan salah satu faktor yang dapat menggerakkan, mengarahkan,
membimbing dan memotivasi pegawai untuk lebih berprestasi dalam bekerja.
Seorang pemimpin harus mampu mengarahkan bawahannya untuk memiliki
kompetensi dalam bekerja, karena dapat mendorong peningkatan kualitas kinerja
(4).
Secara psikologis, aspek yang sangat penting dalam kepemimpinan kerja
adalah sejauhmana pimpinan mampu memengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar
mereka mampu bekerja produktif dengan penuh tanggung jawab dengan alasan
karyawan harus didorong untuk bekerja sama dalam organisasi, karyawan harus
senantiasa di dorong untuk bekerja dan berusaha sesuai dengan tuntutan kerja dan
motaivasi karyawan merupakan aspek yang sangat penting dalam memelihara dan
mengembangkan SDM dalam organisasi (5).
Peningkatan kinerja karyawan akan membawa kemajuan bagi perusahaan
untuk dapat bertahan dalam suatu pers. aingan lingkungan bisnis yang tidak stabil.
Oleh karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan merupakan
tantangan manajemen yang paling serius karena keberhasilan untuk mencapai
tujuan dan kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada kualitas kinerja
sumber daya manusia yang ada didalamnya. Kinerja karyawan yang tinggi
sangatlah diharapkan oleh sebuah organisasi atau instansi. Semakin banyak
karyawan yang mempunyai kinerja tinggi, maka produktivitas instansi secara
keseluruhan akan meningkat sehingga organisasi atau instansi akan dapat bertahan
dalam persaingan global. Peranan seorang pemimpin penting untuk mencapai
5
tujuan organisasi atau instansi terutama berkaitan dengan peningkatan kinerja
pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Kinerja pegawai merupakan hasil
kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi
atau instansi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka
mewujudkan tujuan organisasi (3).
Kinerja karyawan yang tinggi sangatlah diharapkan oleh sebuah organisasi
atau instansi. Semakin banyak karyawan yang mempunyai kinerja tinggi, maka
produktivitas instansi secara keseluruhan akan meningkat sehingga organisasi atau
instansi akan dapat bertahan dalam persaingan global. Peranan seorang pemimpin
penting untuk mencapai tujuan organisasi atau instansi terutama berkaitan dengan
peningkatan kinerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya (5).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurmawilis, menunjukkan
bahwa untuk meningkatkan kinerja karyawan di RSUD Rokan Hulu dianjurkan
untuk meningkatkan efektivitas gaya kepemimpinannya terutama pada aspek
memberikan perhatian pada karyawan baru, menemukan keinginan karyawan
serta memberikan informasi mengenai organisasi dan pihak rumah sakit juga
harus lebih memperhatikan faktor kepuasan kerja karyawannya terutama dalam
aspek memberikan kebijakan promosi, penghargaan terhadap keberhasilan tugas
serta kesempatan untuk pertumbuhan dan pengembangan diri (6).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan, terlihat bahwa gaya yang
digunakan para pemimpin adalah interaksi pemimpin dengan bawahannya, namun
gaya tersebut tidak digunakan dengan baik sehingga terlihat pada 10 tenaga
kesehatan Puskesmas Peureulak Barat, 6 tenaga kesehatan diantaranya memiliki
6
kinerja yang rendah, hal ini terlihat dari tenaga kesehatan ada sering absen kerja,
kerja yang setengah hati, pulang kerja tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan
dan ada beberapa tenaga kesehatan yang bermalas-malasan dalam bekerja. Faktor
yang membuat kinerja kerja kurang baik dikarenakan kepemimpinan kepala
Puskesmas yang kurang memperhatikan keluhan-keluhan dari para tenaga
kesehatan. Gaya kepemimpinan yang ada di Puskesmas Peureulak Barat yaitu
pemimpin tidak pernah berkomunikasi dengan baik kepada bawahan, pemimpin
tidak mau memperhatikan hasil kerja dari bawahan, pemimpin tidak mau
membimbing bawahannya apabila bawahan tidak mengerti masalah dalam
pekerjaannya, pemimpian tidak mau berbaur dengan bawahan, pemimpin terlalu
kaku atau terlalu berwibawa kepada bawahannya dan pemimpin hanya
mementingkan kepentingan pribadinya dibandingkan urusan pekerjaan, serta
pemimpin terlalu arogan (marah-marah) ketika bawahan melakukan kesalahan.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk menganalisis
masalah tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Puskesmas terhadap
Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur
Tahun 2018.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada Pengaruh kepemimpinan kepala puskesmas terhadap kinerja
tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur tahun
2018.
7
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahuai pengaruh gaya
kepemimpinan kepala puskesmas terhadap kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas
Peureulak Barat Kabupaten Aceh timur tahun 2018.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan transaksional terhadap
kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh
Timur tahun 2018.
2. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap
kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh
Timur tahun 2018.
3. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap kinerja
tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur tahun
2018.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi Institut Kesehatan Helvetia Medan hasil penelitian ini diharapkan dapat
di gunakan sebagai referensi untuk menambah wawasan bagi mahasiswa
program pendidikan pasca sarjana khususnya tentang gaya kepemimpinan
terhadap kinerja tenaga kesehatan.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan peneliti selanjutnya dapat
mengaplikasikan teori penelitian yang telah didapatkan tentang penyusunan
8
penelitian sehingga dapat di jadikan acuan dan mendapat informasi yang
lengkap untuk dikembangkan mengenai gaya kepemimpinan terhadap kinerja
petugas kesehatan.
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan untuk
mengaplikasikan teori penelitian yang telah didapatkan sehingga dapat di
jadikan acuan dalam penerapan pada kehidupan sehari-hari.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kualitas
kepemimpinan yang maksimal untuk meningkatkan kualitas kinerja tenaga
kesehatan di Puskesmas sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil
suatu kebijakan lebih lanjut.
2. Bagi tempat penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
bagi masyarakat dan bagi kader-kader di Puskesmas agar lebih memahami
pentingnya gaya kepemimpinan yang sesuai guna meningkatkan kinerja
tenaga kesehatan secara maksimal.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Angelia dengan judul Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruangan Terhadap Semangat Kerja Perawat Pelaksana di
Ruang Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010,
menunjukkan hasil bahwa gaya kepemimpinan memengaruhi semangat kerja
perawat pelakana. Gaya kepemimpinan yang sering dipakai kepala ruangan adalah
Demokrasi 50%. Semangat kerja perawat pelaksana adalah tinggi 100% ( Mean:
33,09; SD: 5,169). Terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan
kepala ruangan terhadap semangat kerja perawat pelaksana atau Ha gagal ditolak
dengan arah yang negatif. Pengaruh korelasi subskor gaya kepemimpinan dengan
semangat kerja yang tinggi dengan (r = -397, ρ < 0,05) (7).
Penelitian yang dilakukan oleh Terok tentang Hubungan Kepemimpinan
dan Motivasi dengan Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tuminting Kota
Manado Tahun 2015, menunjukkan hasil bahwa dari 40 responden yang menilai
kepemimpinan baik 82,5% dan tidak baik 17,5%, terdapat juga 75,0% motivasi
tinggi dan 25,0% motivasi rendah sementara kinerja 77,5% memiliki kinerja baik
dan 22,5% memiliki kinerja tidak baik. Penelitian ini menunjukan terdapat
hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas
Tuminting dengan nilai p=0.001 atau (p<0.05) dan terdapat juga hubungan antara
motivasi dengan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Tuminting dengan
p=0.001 atau (p<0.05) (8).
9
10
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Chairunnisah, dengan judul
Hubungan Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Pegawai dengan Kinerja
Puskesmas di Kabupaten Jember Tahun 2018, menunjukkan hasil bahwa
kepemimpinan kepala Puskesmas dalam kategori baik dan sangat baik (89,9%),
motivasi kerja pegawai dalam kategori sedang (63%), serta dapat diketahui pula
bahwa kinerja Puskesmas di Kabupaten Jember dalam kategori sedang. Hasil
analisis hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kepemimpinan
dengan kinerja Puskesmas (0,049<α) dan terdapat hubungan antara motivasi kerja
pegawai dengan kinerja Puskesmas di Kabupaten Jember dengan (0,016<α) (9).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kontesa dengan judul Hubungan
Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Motivasi Kerja Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah DR. Rasidin Padang Tahun 2014,
menunjukkan hasil bahwa dari 20 orang (52,6%) perawat memiliki motivasi yang
tinggi, Gaya kepemimpinan kepala ruangan paling banyak adalah demokratis
yaitu sebanyak 17 orang (44,7%) dan terdapat hubungan yang bermakna gaya
kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di Ruang Rawat
Inap RSUD dr. Rasidin Padang (5).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra dengan judul Hubungan Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan Motivasi Kerja Perawat dalam
Melaksanakan Asuhan Keperawatan di RSUD dr. Raden Soedjati Grobogan
Tahun 2015, menunjukkan hasil bahwa dari 5 orang kepala ruang (7,4%)
menerapkan gaya kepemimpinan secara otokratik, 33 orang kepala ruang (48,5%)
menerapkan gaya kepemimpinan secara Partisipatif, 30 orang kepala ruang
11
(44,1%) menerapkan gaya kepemimpinan secara Demokratis. Dari 43 responden
(63,2%) mempunyai motivasi kerja yang kurang, 25 responden (36,8%)
mempunyai motivasi kerja yang cukup. Hasil uji statistic diperoleh nilai r = 0,131
dengan signifikansi p = 0,146 (10).
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Kinerja
Kinerja sebagai hasil–hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk
mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (11). Sedangkan
Mangkunegara, kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (12).
Kinerja atau performance adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing–masing dalam rangka
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum
dan sesuai dengan moral maupun etika (13).
2.2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja
Menurut Pabundu, terdapat dua faktor yang memengaruhi kinerja
karyawan, yaitu:
1. Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan kecerdasan,
keterampilan, kestabilan emosi, sifat–sifat seseorang, meliputi sikap, sifat–
sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasi, umur, jenis kelamin,
12
pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang budaya dan variabel-variabel
personal lainnya.
2. Faktor eksternal yaitu faktor–faktor yang memengaruhi kinerja karyawan
yang berasal dari lingkungan, meliputi peraturan ketenagakerjaan, keinginan
pelanggan, pesaing, kondisi ekonomi, kebijakan organisasi, kepemimpinan,
tindakan–tindakan rekan kerja jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan
lingkungan sosial (11).
a. Kualitas Hasil Kerja adalah Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan
terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas
terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.
b. Menguasai pekerjaan adalah suatu kegiatan aktif yang dilakukan pada
bidang masing-masing oleh sekumpulan orang dengan imbalan dalam
bentuk uang.
c. Ketelitian adalah kesesuaian diantara beberapa data pengukuran yang
sama yang dilakukan secara berulang. Tinggi rendahnya tingkat ketelitian
hasil suatu pengukuran dapat dilihat dari harga deviasi hasil pengukuran.
d. Ketepatan penyelesaian kerja adalah waktu yang telah ditentukan dalam
menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan.
Baik buruknya kinerja seorang dapat dipengaruhi oleh faktor, seperti
kepuasaan kerja, motivasi, lingkungan kerja dan budaya organisasional. Dalam
sebuah organisasi elemen yang paling penting adalah kepemimpinan.
Kepemimpinan merupakan kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain
13
untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok agar dapat mencapai suatu tujuan
umum (14).
2.2.3. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja disebut juga sebagai performance appraisal,
performance evaluation, development review, performance review and
development. Penilaian kinerja merupakan kegiatan untuk menilai keberhasilan
atau kegagalan seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu,
penilaian kinerja harus berpedoman pada ukuran–ukuran yang telah disepakati
bersama dalam standar kerja (13).
Penilaian kinerja merupakan mengevaluasi kinerja sesuai dengan standar
praktik professional dan peraturan yang berlaku. Penilaian kinerja merupakan
suatu cara untuk menjamin tercapainya standar praktek pelayanan kesehatan.
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer
perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses
penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku
pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan
volume yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses operasional
kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing
perencanaan karier serta memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten
(15).
Proses penilaian kinerja dilakukan dengan langkah–langkah sebagai berikut:
1. Mereview standar kerja
2. Melakukan analisis jabatan
14
3. Mengembangkan instrument penilaian
4. Memilih penilai
5. Melatih penilai
6. Mengukur kinerja
7. Membandingkan kinerja aktual dengan standar
8. Mengkaji hasil penilaian
9. Memberikan hasil penilaian
10. Mengaitkan imbalan dengan kinerja
11. Membuat rencana–rencana pengembangan dengan menyepakati sasaran–
sasaran dan standar–standar kinerja masa depan (11).
Tujuan penilaian kerja untuk mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi
atau tingkat keberhasilan atau kegagalan seorang pekerja/karyawan atau tim kerja
dalam melaksanakan tugas/jabatan yang menjadi tanggung jawabnya (16).
Sedangkan menurut Nursalam, manfaat dari penilaian kerja yaitu :
1. Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok dengan
memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi
diri dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan di rumah sakit.
2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya
akan memengaruhi atau mendorong sumber daya manusia secara
keseluruhannya.
3. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan
meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik
kepada mereka tentang prestasinya.
15
4. Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan
pelatihan staf yang lebih tepat guna, sehingga rumah sakit akan mempunyai
tenaga yang cakap dan tampil untuk pengembangan pelayanan keperawatan
dimasa depan.
5. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan
meningkatkan gajinya atau sistem imbalan yang baik.
6. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan
perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui
jalur komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara
atasan dan bawahan (15).
2.3. Gaya Kepemimpinan
2.3.1. Definisi Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku orang lain
seperti yang dilihat (17).
Gaya kepemimpinan yang sering di lihat dan digunakan oleh negara-
negara lain yaitu gaya kepemimpinan otokratis dan gaya demokratis.
Kepemimpinan otokratis dipandang sebagai gaya yang berdasar atas kekuatan
posisi dan penggunaan otoritas. Sementara itu gaya kepemimpinan demokratis
dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan (17).
Seorang pemimpin yang tidak diterima oleh bawahannya akan membuat
program-program yang diberikan tidak akan berjalan efektif. Kepemimpinan
16
merupakan kunci keberhasilan tim kerja untuk mencapai tujuan yang selanjutnya
memungkinkan tim mewujudkan impian bersama kelompok. Tim kerja yang
sukses membutuhkan pimpinan yang memiliki kemampuan memengaruhi anggota
kelompok untuk berpikir, bersikap dan berbuat sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai kelompok (18).
Kepemimpinan bisa berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk
menggerakkan orang atau bawahan guna melakukan sesuatu demi pencapaian
tujuan bersama. Dalam arti luas, kepemimpinan dapat digunakan setiap orang dan
tidak hanya terbatas berlaku dalam suatu organisasi atau kantor tertentu. Dengan
kata lain, seorang pemimpin belum tentu seorang manajer tetapi seorang manajer
bisa berperilaku sebagai seorang pemimpin (1).
2.3.2. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan yang Hakiki
Kepemimpinan memiliki lima fungsi-fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pimpinan sebagai penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian
tujuan.
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar
organisasi.
3. Pimpinan selaku komunikator yang efektif.
4. Mediator yang andal, khusus dalam hubungan kedalam, terutama dalam
menangani situasi konflik.
5. Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral (5).
17
2.3.3. Corak Interaksi Pemimpin dengan Bawahannya
Hubungan para pemimpin dengan para pengikutnya, hubungan antara
manager dengan bawahannya, merupakan hubungan saling ketergantungan yang
pada umumnya tidak seimbang. Bawahan pada umumnya merasa lebih tergantung
kepada pimpinan dari pada sebaliknya. Dalam proses interaksi yang terjadi antara
pimpinan dan bawahan, berlangsung proses saling memengaruhi dimana
pemimpin berupaya memengaruhi bawahannya agar berperilaku sesuai dengan
harapannya. Corak interaksi inilah yang menentukan derajat keberhasilan
pemimpin dalam kepemimpinannya (18).
2.3.4. Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang
menentukan atas berhasil tidaknya suatu organisasi atau perusahaan. Dalam arti
luas, kepemimpin dapat dipergunakan setiap orang dan tidak hanya terbatas
berlaku dalam suatu organisasi atau perusahaan. Kepemimpinan mengandung arti
kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain baik perorangan maupun
kelompok. Kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tatakrama
birokrasi karena kepemimpinan tidak harus diikat dalam suatu organisasi dan bisa
terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya
memengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu (18).
1. Transaksional
Menekankan transaksi antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin
menyediakan sumber dan reward untuk mendapatkan motivasi, produktivitas dan
penyelesaian tugas yang efektif dari pengikutnya (18).
18
Ada 4 macam transaksi yaitu :
a. Contingent Reward
Dimana pemimpin menyediakan reward untuk memperkuat perilaku-
perilaku tertentu.
b. Management by Exception
1) Seorang pemimpin hanya melakukan intervensi atau menegur kalau
terjadi kesalahan.
2) Pengikut boleh melakukan apapun sejauh mereka tidak melakukan
kesalahan.
c. Management by Exception
Dimana pemimpin memonitor semua kegiatan pengikutnya dan
memperbaiki kesalahan hanya kalau hal tersebut terjadi.
d. Laissez faire
Dimana pemimpin bersifat pasif dan tidak responsif terhadap apa yang
dikerjakan pengikutnya.
2. Transformational
Interaksi antara pemimpin dengan bawahnnya, manager dan bawahannya
ditandai oleh pengaruh pemimpin untuk mengubah perilaku bawahnnya menjadi
seseorang yang merasa mampu dan bermotivasi tinggi dan berupaya untuk
mencapai prestasi kerja yang tinggi (18).
19
Ada 5 aspek kepemimpinan transformational yaitu :
a. Attributed Charisma
Dimana pemimpin mendahulukan kepentingan perusahaan dan
bawahannya daripada kepentingan pribadi. Pemimpin menimbulkan kesan
kepada bawahan bahwa ia memiliki keahlian untuk melakukan tugas,
bawahan merasa tenang dekat dengan pemimpinnya dalam menghadapi
situasi yang kritis, dan yakin dapat mengatasinya.
b. Inspirational Leadership
Dimana pemimpin mampu menjadi inspirasi bagi bawahnnya anatara lain
dengan menentukan standar-standar tinggi, memberikan keyakinan bahwa
tujuan dapat dicapai dan mamapu untuk melakukan tugas tersebut.
c. Intellectual Stimulation
Merupakan kemampuan pemimpin dalam memberikan kesempatan kepada
pengikutnya untuk memecahkan masalah, dengan cara mendukung mereka
untuk melihat masalah dengan cara pandang yang baru dan memperoleh
solusi baru.
d. Individual Consideration
Pemimpin memperlakukan setiap pengikutnya dengan cara yang berbeda
tetapi adil. Dimana pengikutnya merasa special, didukung dan termotivasi.
Jadi, pemimpin memperhatikan kemampuan dan keterampilan setiap
pengikutnya untuk dicocokkan dengan kebutuhan organisasi.
20
e. Idealized influence
Pemimpin berusaha memengaruhi bawahannya melalui pembicaraan.
Disini pemimpin menekankan pentingnya keyakinan, perlu memiliki tekad
untuk mencapai tujuan. Pemimpin memperlihatkan kepercayaannya dan
cita-citanya.
Akhir-akhir ini kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan
transformasional mulai banyak dibicarakan dan diteliti. Seorang pemimpin dapat
saja memiliki aspek-aspek kepemimpinan transaksional tertentu dan aspek-aspek
kepemimpinan trasnformasional tertentu yang menonjol secara bersama, pada saat
yang sama (18).
3. Situasional
Teori berusaha memberikan pemahaman kepada pemimpin mengenai
kaitan antara gaya pemimpin yang efektif dengan tingkat kedewasaan
bawahannya. Ada 4 aspek kepemimpinan yaitu :
a. Direktif
Direktif adalah gaya bagi pengikut yang memiliki tingkat kematangan
yang rendah. Maksudnya orang-orang tidak memiliki kemampuan dan
kemauan memikul tanggung jawab untuk melakukan sesuatu adalah tidak
kompoten atau tidak yakin. Peran pemimpin dalam hal ini memberikan
arahan, supervisi. Gaya ini dicirikan oleh perilaku pemimpin yang
menetapkan peranan dan memberitahu orang-orang tentang apa,
bagaimana, kapan dan dimana harus melakukan tugas atau pekerjaan
seperti berkomunikasi yang bersifat instruksi saja.
21
b. Suportif
Gaya ini diterapkan bagi pengikut yang memiliki tingkat kematangan rendah
kesedang, orang-orang tidak memiliki kemampuan tetapi mau memikul
tanggung jawab untuk melakukan sesuatu tugas adalah yakin tetapi kurang
memiliki keterampilan. Hal ini disebut “menjajakan” karena pemimpin
mengajak diskusi untuk menyampaikan arahan kerja. Komunikasi dua arah
dan penjelasan yang jelas dengan tujuan, diharapkan bawahan turut
mengambil bagian tugas masing-masing dalam perilaku yang diinginkan.
c. Partisipatif
Gaya kepemimpinan ini diterapkan bagi pengikut yang memiliki tingkat
kematangan dari sedang ke tinggi. Orang-orang pada tingkat kematangan ini
memiliki kemampuan tetapi tidak mau melakukan hal-hal yang diinginkan
pemimpin. Disebut “participating” (mengikutsertakan), artinya pemimpin
dan pengikut berbagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan, dan
peranan pemimpin dalam hal ini adalah memudahkan dan berkomunikasi
dengan pengikut. Pemimpin membuka diri dan terbuka terhadap kendala-
kendala yang ditemukan bawahan dalam bekerja.
d. Orientasi Tujuan
Gaya kepemimpinan yang diterapkan bagi pengikut yang memiliki tingkat
kematangan yang tinggi. Orang-orang dengan tingkat kematangan seperti ini
memiliki kemauan dan kemampuan atau memiliki keyakinan untuk memikul
tanggung jawab. Pada gaya ini arahan dan dukungan pemimpin adalah
rendah, pemimpin menyerahkan tanggung jawab melaksanakan rencana
22
kepada pengikut yang matang untuk melaksanakan sendiri pekerjaan. Aspek
utama pendelegasian adalah keanekaragaman dan besarnya tanggung jawab,
jumlah kebebasan atau jajaran pilihan yang diperkenankan dalam
memutuskan bagaimana melaksanakan tanggung jawab kerja, kewenangan
untuk mengambil tindakan dan melaksanakan keputusan yang harus segera
diambil, frekuensi dan sifat dari persyaratan melapor, serta arus dari informasi
tentang prestasi kerja.
Gaya kepemimpinan yang paling tepat agar proses perubahan dan
pengembangan organisasi berlangsung cepat dan tepat adalah : dengan gaya
kepemimpinan transformational (18).
Dengan gaya kepemimpinan ini tepat dengan :
1. Pemimpin memberikan kekuatan, ide-ide baru, keyakinan, contoh kepada
bawahnnya untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan dan pengembangan
organisasi.
2. Pemimpinan peka terhadap bawahnnya, sehingga dapat mendengarkan keluhan
mereka, menjadi insiprasi bagi bawahnnya dan memberikan training apabila
diperlukan untuk mencapai tujuan.
3. Pemimpin dapat memimin bawahnnya melalui komunikasi yang tinggi,
tanggap dan percaya agar perubahan dan pengembangan organisasi dapat
dilakukan dengan jalan mudah (lancar) (18).
2.3.5. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang memengaruhi orang lain
agar bekerja sama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah
23
ditetapkan. Dengan demikian, kepemimpinan memegang peranan penting dalam
manajemen, bahkan kepemimpinan adalah inti dari manajemen (19).
Dalam arti yang luas kepemimpinan dapat digunakan setiap orang dan
tidak hanya terbatas berlaku dalam suatu organisasi atau kantor tertentu. Seperti
yang dikemukakan dalam beberapa rumusan pengertian di atas dan beberapa
rumusan lain bahwa kepemimpinan adalah kegiatan yang memengaruhi perilaku
manusia baik perorangan maupun kelompok (1).
Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dan pengalaman
banyak praktisi menunjukkan bahwa kepemimpinan yang efektif dewasa ini
adalah kepemimpinan yang situasional dengan menggunakan gaya kepemimpinan
demokratik. Kepemimpinan yang situasional berarti sekaligus memperhitungkan
faktor kondisi, waktu dan ruang yang turut berperan dalam penentuan pilihan gaya
kepemimpinan yang paling tepat (20).
Dalam hubungan ini perlu ditekankan terlebih dahulu bahwa gaya dasar
yang tepat dimiliki oleh seorang pimpinan adalah gaya yang demokratik dengan
sepuluh karakteristik utama sebagai berikut :
1. Kemampuan memperlakukan organisasi sebagain suatu totalitas dengan
menempatkan semua satuan organisasi pada peranan dan proporsi yang tepat
tanpa melupakan peranan satuan kerja strategik tertentu tergantung pada
sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi yang bersangkutan pada
satu kurun waktu tertentu.
2. Mempunyai persepsi yang holistik mengenai organisasi yang dipimpinnya.
24
3. Menggunakan pendekatan yang integralistik dalam menjalankan fungsi-fungsi
kepemimpinannya.
4. Menempatkan kepentingan organisasi sebagai keseluruhan di atas kepentingan
diri sendiri atau kepentingan kelompok tertentu dalam organisasi.
5. Menganut filsafat manajemen yang mengakui dan menjunjung tinggi harkat
dan martabat para bawahannya sebagai makhluk politik, makhluk ekonomi,
mkhluk sosial dan sebagai individu yang mempunyai jati diri yang khas.
6. Sejauh mungkin memberikan kesempatan kepada para bawahannya berperan
serta dalam proses pengambilan keputusan, terutama yang menyangkut tugas
para bawahan yang bersangkutan.
7. Terbuka terhadap ide, pandangan dan saran orang-orang lain termasuk para
bawahannya.
8. Memiliki perilaku keteladanan yang menjadikannya panutan bagi para
bawahannya. Bersifat rasional dan obyektif dalam menghadapi bawahan
terutama dalam menilai perilaku dan prestasi kerja orang lain.
9. Selalu berusaha menumbuhkan dan memelihara iklim kerja yang kondusif bagi
inovasi dan kreativitas bawahan (20).
Teori-teori kepemimpinan dapat diterapkan pada jabatan manajer.
Kepemimpinan merupakan pengertian yang meliputi segala macam situasi yang
dinamis, yang berisi :
1. Seorang manager sebagai pemimpin yang mempunyai wewenang untuk
memimpin.
25
2. Bawahan yang dipimpin yang membantu manajer sesuai tugas mereka masing-
masing.
3. Tujuan atau sasaran yang harus dicapai oleh manajer bersama-sama dengan
bawahannya (18).
2.3.6. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan
Fungsi-fungsi kepemimpinan yang bersifat hakiki adalah :
1. Penentuan arah yang hendak ditempuh oleh organisasi dalam usaha pencapaian
tujuan dan berbagai sasarannya.
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan berbagai pihak diluar
organisasi, terutama dengan mereka yang tergolong sebagai “stakeholder”.
3. Komunikator yang efektif.
4. Mediator yang handal, khususnya dalam mengatasi berbagai situasi konflik
yang mungkin timbul antara individu dalam satu kelompok kerja yang terdapat
dalam organisasi yang dipimpinnya Evaluasi, dalam melakukan pengawasan,
peninjauan, penilaian terhadap karyawan sebagai timbal-balik terhadap kinerja
karyawan.
5. Delegasi, dengan memberikan tugas, tanggung jawab dan wewenang kepada
karyawan yang dirasa kompeten.
6. Pemberian imbalan, dengan menyediakan pengakuan nyata maupun tidak nyata
kepada karyawan yang sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik (18).
26
2.3.7. Karakteristik Pemimpin
Karakteristik pemimpin merupakan ciri-ciri atau sifat yang dimiliki oleh
setiap pemimpin dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya. Ada empat
karakteristik atau syarat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (19).
1. Pemimpin harus peka terhadap lingkungannya, harus mendengarkan saransaran
dan nasehat dari orang-orang di sekitarnya.
2. Pemimpin harus menjadi teladan dalam lingkungannya. Pemimpin harus
bersikap dan bersifat setia kepada janjinya, kepada organisasinya.
3. Pemimpin harus mampu mengambil keputusan, harus pandai, cakap dan berani
setelah semua faktor yang relevan diperhitungkan. Teori kepemimpinan
berdasarkan ciri (traits theory) memberi petunjuk tentang ciri-ciri pemimpin
yaitu :
a. Pengetahuan umum yang luas.
b. Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang.
c. Kemampuan analitik.
d. Sifat inkuisitif atau rasa ingin tahu.
e. Keterampilan berkomunikasi secara efektif.
f. Kemampuan menentukan skala prioritas.
g. Rasionalitas.
h. Keteladanan.
i. Ketegasan.
j. Orientasi masa depan.
27
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pemimpin
harus memiliki keahlian dan kemampuan yang lebih baik dibandingkan
orangorang yang dipimpin. Keahlian ini terlihat dari sifat, watak dan perilaku
yang tercermin dalam setiap tindakan. Secara umum seorang pemimpin yang baik
harus memiliki beberapa karakteristik seperti :
1. Tanggung jawab seimbang, keseimbangan disini adalah antara tanggung
jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang
yang melaksanakan pekerjaan tersebut.
2. Model peranan yang positif, peranan disini adalah tanggung jawab, perilaku,
atau prestasi yang diharapkan dari seseorang yang memiliki posisi khusus
tertentu.
3. Memiliki keterampilan komunikasi yang baik, pemimpin yang baik harus bisa
menyampaikan ide-idenya secara ringkas dan jelas, serta dengan cara yang
tepat.
4. Memiliki pengaruh positif, pemimpin yang baik memiliki pengaruh terhadap
karyawannya dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positif.
5. Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain, pemimpin yang sukses
adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan
pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain terhadap sudut pandangnya serta
mengarahkan mereka pada tanggung jawab total terhadap sudut pandang
tersebut (20).
28
2.3.8. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepemimpinan
Faktor-faktor yang memengaruhi kepemimpinan antara lain :
1. Karakteristik Pribadi
Karakter pimpinan keperawatan sangat berpengaruh terhadap proses
kepemimpinan yang dijalankannya. beberapa karakteri kepemimpinan
keperawatan yang efektif :
1) Jujur
2) Terbuka
3) Terus belajar
4) Enterpreuner (Wira Usaha)
5) Disiplin
2. Kelompok yang Dipimpin
Keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan organisasinya
dipengaruhi oleh kelompok yang dipimpinnya.
3. Situasi yang Dihadapi
Beberapa situasi ruang perawatan berikut ini akan memengaruhi proses
kepemimpian dalam pelayanan asuhan keperawatan yaitu :
1) Kemampuan dan pengalaman anggota.
2) Peraturan dan kebijakan rumah sakit (21).
2.4. Landasan Teori
Pada saat ini pentingnya peranan sumber daya manusia tercermin dari
kebutuhan organisasi untuk membuat strategi sumber daya manusianya sendiri.
Sumber daya manusia merupakan tulang punggung kehidupan organisasi.
29
Keberhasilan organisasi sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia
yang bersangkutan, sehingga perlu memiliki karyawan yang berkemampuan
tinggi dan berkembang dengan baik untuk meningkatkan kinerja yang tinggi (18).
Kemampuan karyawan mencapai tingkat kinerja yang tinggi penting untuk
peningkatan kinerja organisasi yang efisien, efektif dan produktif. Upaya
peningkatan kinerja karyawan menuntut peran manajemen dalam melakukan
pendekatan kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan merupakan kemampuan
untuk memengaruhi dan menggerakkan sekelompok orang bukan dengan paksa
untuk mencapai tujuan tertentu. Pimpinan dengan kemampuan yang dimilikinya
dapat memengaruhi dan mendorong karyawannya untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan yang diarahkannya dan dinginkannya agar dapat mencapai tingkat
kinerja yang diharapkan sehingga tujuan dan keberhasilan organisasi dapat dicapai.
Perilaku kepemimpinan manajer akan tercermin dari gaya kepemimpinannya yang
muncul pada saat memimpin bawahannya (18).
Gambar 2.1. Gaya Kepemimpinan (Sumber : Munandar, 2001)
Gaya Kepemimpinan :
1. Transaksional
a. Contingent Reward
b. Management by Exception
c. Laissez faire
d. Teori Biologis
2. Transformasional
a. Attributed Charisma
b. Inspirational Leadership
c. Intellectual Stimulation
d. Individual Consideration
e. Idealized influence
3. Situasional
a. Direktif
b. Suportif
c. Partisipatif
d. Orientasi Tujuan
Kinerja
30
2.5. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Kepala Puskesmas terhadap Kinerja Tenaga Kesehatan di
Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018” yaitu :
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
2.6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Ada pengaruh gaya kepemimpinan transaksional terhadap kinerja tenaga
kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur tahun 2018.
2. Ada pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja tenaga
kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur tahun 2018.
3. Ada pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap kinerja tenaga
kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur tahun 2018.
Kinerja Petugas Kesehatan
Transaksional
Transformasional
Situasional
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan motode Survei Analitik yaitu meneliti
bagaimana dan mengapa fenomena terjadi yang kemudian menganalisa hubungan
antara fenomena tersebut sehingga dapat diketahui sejauh mana faktor resiko
berpengaruh terhadap suatu kejadian. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Cross Sectional yaitu mempelajari hubungan antara faktor-faktor resiko dengan
kejadian dengan menggunakan metode observasi atau pengumpulan data dalam
waktu yang bersamaan (22).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh
Timur tahun 2018. Alasan mengambil lokasi ini dikarenakan masih ada kinerja
tenaga kesehatan yang belum maksimal, dikarenakan gaya kepemimpinan belum
diterapkan dengan baik.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2018 sampai dengan bulan
Februari 2019.
31
32
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti atau
keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (22). Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan yang PNS di Puskesmas Peureulak
Barat yaitu sebanyak 51 tenaga kesehatan.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diteliti dan dianggap mampu mewakili
seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
sampling total yaitu pengambilan sampel berdasarkan keseluruhan populasi yaitu
sebanyak 51 tenaga kesehatan.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
1. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan mengunakan kuesioner.
2. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari catatan
atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian, seperti profil
Puskesmas Peureulak Barat.
3. Data tertier diperoleh dari studi pustaka dan text book.
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Daftar pertanyaan (questionnaire) yang diberikan kepada pasien di
Puskesmas Peureuak Barat Kabupaten Aceh Timur sebagai responden. Jenis
33
kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner tertutup dimana daftar pertanyaan
yang alternatif jawabannya telah disediakan oleh peneliti dengan kategori Ya
dan Tidak.
2. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari catatan
atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian, seperti profil
Puskesmas Peureulak Barat.
3. Data tertier adalah data melalui studi kepustakaan, jurnal, dan text book.
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun
tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu di uji dengan
uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) sengan skor total
kuesioner tersebut. Pengujian butir soal dengan SPSS adalah menggunakan
korelasi, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif
dan nilai probabilitas korelasi (sig 2-tailed) < taraf signifikan (α) sebesar 0,05
(22). Uji validitas ini dilakukan di Puskesmas Peureulak kepada 20 responden.
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner Gaya Kepemimpinan Transaksional
Variabel No. Soal r-hitung r-tabel Keterangan
Gaya 1 0,833 0,444 Valid
Kepemimpinan 2 0,408 0,444 Tidak Valid
Transaksional 3 0,553 0,444 Valid
4 0,629 0,444 Valid
5 0,701 0,444 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 5 item soal variabel gaya
kepemimpinan transaksional menunjukkan bahwa 4 item soal dinyatakan valid
34
karena memiliki nilai rhitung > rtabel, sedangkan 1 item soal lainnya dinyatakan tidak
valid karena memiliki rhitung < rtabel.
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional
Variabel No. Soal r-hitung r-tabel Keterangan
Gaya 1 0,834 0,444 Valid
Kepemimpinan 2 0,699 0,444 Valid
Transformasional 3 0,542 0,444 Valid
4 0,604 0,444 Valid
5 0,243 0,444 Tidak Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 5 item soal variabel gaya
kepemimpinan transformasional bahwa 4 item soal dinyatakan valid karena
memiliki nilai rhitung > rtabel, sedangkan 1 item soal lainnya dinyatakan tidak valid
karena memiliki rhitung < rtabel.
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner Gaya Kepemimpinan Situasional
Variabel No. Soal r-hitung r-tabel Keterangan
Gaya 1 0,769 0,444 Valid
Kepemimpinan 2 0,760 0,444 Valid
Situasional 3 0,594 0,444 Valid
4 0,701 0,444 Valid
5 0,723 0,444 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 5 item soal variabel kualitas
pelayanan tenaga kesehatan menunjukkan bahwa seluruh item soal dinyatakan
valid karena memiliki nilai rhitung > rtabel.
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Kuesioner Kinerja Tenaga Kesehatan
Variabel No. Soal r-hitung r-tabel Keterangan
Gaya 1 0,759 0,444 Valid
Kinerja 2 0,686 0,444 Valid
3 0,383 0,444 Tidak Valid
4 0,733 0,444 Valid
5 0,588 0,444 Valid
6 0,649 0,444 Valid
7 0,228 0,444 Tidak Valid
8 0,540 0,444 Valid
35
Tabel 3.4. Lanjutan
Variabel No. Soal r-hitung r-tabel Keterangan
9 0,634 0,444 Valid
10 0,560 0,444 Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 10 item soal variabel kinerja
petugas kesehatan bahwa 8 item soal dinyatakan valid karena memiliki nilai rhitung
> rtabel, sedangkan 2 item soal lainnya dinyatakan tidak valid karena memiliki
rhitung < rtabel.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan
alat ukur yang sama.
Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur untuk gejala-gejala social (non
fisik) harus mempunyai reliabilitas yang tinggi. Untuk itu sebelum digunakan,
untuk penelitian harus dites (diuji coba) sekurang-kurangnya dua kali. Uji coba
tersebut kemudian diuji dengan tes menggunakan rumus korelasi pearson
(pearson correlation), seperti tersebut di atas. Perlu dicatat bahwa perhitungan
reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah
memiliki validitas. Dengan demikian harus menghitung validitas terlebih dahulu
sebelum menghitung reliabilitas (22).
36
Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha r-tabel Keterangan
Transaksional 0,609 0,444 Reliabel
Transformasional 0,509 0,444 Reliabel
Situasional 0,754 0,444 Reliabel
Kinerna Tenaga Kesehatan 0,775 0,444 Reliabel
Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen diperoleh hasil bahwa nilai uji
reliabilitas diperoleh cronbach’s alpha dari variabel gaya kepemimpinan
transaksional sebesar 0,609, gaya kepemimpinan tranformasional sebesar 0,509,
gaya kepemimpinan situasional sebesar 0,754 dan kinerja tenaga kesehatan
sebesar 0,775 yang menunjukkan bahwa hasil cronbach’s alpha pada keenam
variabel lebih besar dari nilai rtabel 0,444, sehingga instrumen penelitian
dinyatakan reliabel (handal).
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional
3.5.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan
variabel terikat (dependen). Adapun yang menjadi variabel bebas (independen)
yaitu gaya kepemimpinan transaksional, transformasional dan situasional yang
ditandai dengan simbol x sedangkan variabel yang terikat (dependen) yaitu kinerja
tenaga kesehatan yaitu variabel berhubungan yang ditandai simbol y (22).
3.5.2. Definisi Operasional
1. Transaksional
Yaitu gaya kepemimpinan yang menyediakan sumber dan reward untuk
mendapatkan motivasi, produktivitas dan penyelesaian tugas yang efektif dari
pengikutnya.
37
2. Transformasional
Yaitu gaya kepemimpinan dengan melakukan interaksi antara pemimpin
dengan bawahnnya, manager dan bawahannya ditandai oleh pengaruh
pemimpin untuk mengubah perilaku bawahnnya menjadi seseorang yang
merasa mampu dan bermotivasi tinggi dan berupaya untuk mencapai prestasi
kerja yang tinggi.
3. Situasional
Yaitu gaya kepemimpinan yang memberikan pemahaman kepada pemimpin
mengenai kaitan antara gaya pemimpin yang efektif dengan tingkat
kedewasaan bawahannya.
4. Kinerja Tenaga Kesehatan
Yaitu usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh tenaga
kesehatan di puskesmasn sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing–masing.
3.6. Metode Pengukuran
1. Transaksional
Kategori ini dibuat kode pada masing-masing lembar kuesioner, jika pernyataan
dijawab apabila skor :
a. Baik (skor 3-4)
b. Tidak Baik (skor 0-2)
2. Transformasional
Kategori ini dibuat kode pada masing-masing lembar kuesioner, jika pernyataan
dijawab apabila skor :
38
a. Baik (skor 3-4)
b. Tidak Baik (skor 0-2)
3. Situasional
Kategori ini dibuat kode pada masing-masing lembar kuesioner , jika pernyataan
dijawab apabila skor :
a. Baik (skor 3-5)
b. Tidak Baik (skor 0-2)
4. Kinerja Tenaga Kesehatan
Kategori ini dibuat kode pada masing-masing lembar kuesioner, jika
pernyataan dijawab apabila skor :
a. Tinggi (skor 5-8)
b. Tidak Baik (skor 0-4)
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran
No Variabel
Bebas (x)
Jumlah
Pernyataan
Cara dan Alat
Ukur
Hasil
Ukur Value
Skala
Ukur
1 2 3 4 5 6 7
1
Transaksional Kuesioner
4
Menghitung skor
jawaban sesuai
dengan ketentuan
dalam tabel skor.
Ya : 1
Tidak : 0
(skor max = 4)
(skor min = 0)
(3-4)
(0-2)
Baik (2)
Tidak Baik (1)
Ordinal
No Variabel
Bebas (x)
Jumlah
Pernyataan Cara dan Alat Ukur
Hasil
Ukur Value
Skala
Ukur
2 Transformasional Kuesioner
4
Menghitung skor
jawaban sesuai
dengan ketentuan
dalam tabel skor.
Ya : 1
Tidak : 0
(skor max = 4)
(skor min = 0)
(3-4)
(0-2)
Baik (2)
Tidak Baik (1)
Ordinal
39
3 Situasional Kuesioner
5
Menghitung skor
jawaban sesuai
dengan ketentuan
dalam tabel skor.
Ya : 1
Tidak : 0
(skor max = 5)
(skor min = 0)
(3-5)
(0-2)
Baik (2)
Tidak Baik (1)
Ordinal
Variabel Terikat
(y)
1 Kinerja Tenaga
Kesehatan
Kuesioner
8
Menghitung skor
jawaban sesuai
dengan ketentuan
dalam tabel skor.
Ya = 1
Tidak = 0
(skor max = 8)
(skor min = 0)
(5-8)
(0-4)
Baik (2)
Tidak Baik (1)
Ordinal
3.7. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara komputerisasi
melalui beberapa langkah, yaitu :
1. Collecting
Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan data setiap variabel yang
diteliti dari kuesioner yang sudah diisi atau dijawab oleh responden
2. Checking
Langkah ini dilakukan dengan memeriksa kelengkapan dan kebenaran data.
3. Coding
Langkah ini dilakukan dengan memberikan kode pada karakteristik
responden dan variabel-variabel yang diteliti.
4. Entering
Langkah ini dilakukan dengan memindahkan data dalam kuesioner yang
masih dalam bentuk kode kedalam program komputer yang digunakan
40
5. Data processing
Langkah ini dilakukan dengan memindahkan semua data kedalam program
komputer dan diproses sesuai dengan kebutuhan dari penelitian (22).
3.8. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian yang meliputi variabel independen serta variabel
dependen.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan (korelasi) antara
variabel bebas (independent variabel) dengan variabel terikat (dependent
variabel), dengan menggunakan analisis Chi-square.
1) Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian gagal ditolak
2) Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian berhasil ditolak
3. Analisis Multivariat
Analisis data multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik, yang
bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat, analisis data multivariat dengan uji regresi logistik dilakukan
dalam dua langkah, yaitu:
1) Memilih variabel-variabel bebas yang potensial dimasukkan ke dalam
model analisis data multivariat, yaitu variabel bebas dengan p-value < 0,05.
2) Memasukkan semua variabel bebas dengan p-value < 0,05 dalam model uji
regresi logistik dan diseleksi dengan metode backward stepwise (conditional).
41
Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dilihat dari
nilai Exp (β). Positif atau negatifnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat dilihat dari nilai β, jika bernilai positif berarti mempunyai pengaruh positif,
begitu juga sebaliknya jika bernilai negatif berarti mempunyai pengaruh negatif (22).
Persamaan regresi yang digunakan untuk memprediksi probabilitas adalah
sebagai berikut :
p
γ = ln = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +βiXi
1 – p
Keterangan :
Y = Kinerja Tenaga Kesehatan (variabel terikat)
ln = Logaritma Natural
p = Probabilitas Kinerja Tenaga Kesehatan
α = Konstanta
β = Koefesien regresi
βiXi = Parameter model regresi logistik
X1 = Transaksional (variabel bebas pertama)
X2 = Transformasional (variabel bebas kedua)
X3 = Situasional (variabel bebas ketiga)
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Peureulak Barat merupakan salah satu puskesmas yang ada di
wilayah Kecamatan Aceh Timur, terletak di Kecamatan Peureulak Barat Desa
Paya Gajah, dengan lokasi strategis di pinggir Jalan Raya (Jalan Lintas Provinsi)
tepatnya Jalan Banda Aceh – Medan Km 385. jarak tempuh ke kota kecamatan ±
4 km, dan jarak tempuh ke RSUD Kabupaten ± 18 Km. Jarak tempuh ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Timur ± 18 Km, jarak tempuh ke Provinsi ± 385 Km.
Di bangun pada tahun 2008 dengan ukuran 41 x 7,5 m. Luas lokasi 45 m x 167 m,
di lokasi tersebut dibangun beberapa bangunan lainnya yaitu, 1 unit Gedung Aula
Pertemuan, 3 unit Rumah Dinas. Luas wilayah kerja UPT Puskesmas Peureulak
Barat ± 102.67 km2
yang mencakup seluruh wilayah Kecamatan Peureulak Barat.
Dalam wilayah Kecamatan Peureulak Barat terdapat dua (2) kemukiman yaitu
Kemukiman Kuta Dayah dan Kemukiman Tgk. Di Gudam dan memiliki 15 Desa,
45 Dusun, dengan jumlah penduduk 16.197 Jiwa. Dari 15 Desa terdapat 7 Desa
yang berkriteria Sangat Terpencil (ST) dan 8 Desa yang Terpencil (T). Batas-
batas wilayah Puskesmas Peureulak Barat antara lain :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Peudawa
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ranto Peureulak
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Peureulak Kota
42
43
4.1.1. Visi dan Misi Puskesmas Peureulak Barat
1. Visi :"Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Berkualitas dan Profesional menuju
Peureulak Barat Sehat "
2. Misi :
a. Meningkatkan Kompetensi Sumber Daya Kesehatan yang berarti dan
Profesional.
b. Menggerakkan Masyarakat dalam Pembangunan berwawasan kesehatan
diwilayah Kecamatan Peureulak Barat.
c. Mendorong Kemandirian Hidup Sehat bagi Keluarga dan Masyarakat di
Wilayah Kecamatan Peureulak Barat.
4.1.2. Jenis Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas Peureulak Barat adalah:
1. Pelayanan registrasi / pendaftaran / Administrasi
2. Pelayanan Poli Umum
3. Pelayanan Poli Anak / MTBS
4. Pelayanan KIA-KB
5. Pelayanan Poli gigi
6. Pelayanan imunisasi
7. Pelayanan laboratorium
8. Pelayanan farmasi
44
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah tenaga
kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat. Karakteristik tenaga kesehatan terdiri
dari : umur, jenis kelamin dan lama bekerja.
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Tenaga Kesehatan di Puskesmas Peureulak
Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018
No Karakteristik f %
1
2
3
Umur
20-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
22
18
11
43,1
35,3
21,6
Jumlah 51 100
1
2
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
29
22
56,9
43,1
Jumlah 51 100
1
2
Lama Bekerja
≥ 3 tahun
< 3 tahun
23
28
45,1
54,9
Jumlah 51 100
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa umur tenaga kesehatan lebih
banyak (20-30 tahun) yaitu 22 responden (43,1%). Tenaga kesehatan lebih banyak
berjenis kelamin perempuan yaitu 29 responden (56,9%). Selanjutnya sebagian
besar tenaga kesehatan bekerja selama < 3 tahun yaitu 23 responden (45,1%s).
2. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gaya Kepemimpinan Transaksional
di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018
No. Gaya Kepemimpinan Transaksional f %
1 Tidak Baik 28 54,9
2 Baik 23 45,1
Jumlah 51 100
45
Berdasarkan tabel 4.2. dapat dilihat bahwa dari 51 responden, 28 responden
(54,9%) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan transaksional dalam kategori
kurang dan sebanyak 23 responden (45,1%) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
transaksional yang digunakan dalam kategori baik.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Tenaga Kesehatan tentang Gaya
Kepemimpinan Transaksional di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018
No. Pernyataan
Gaya Kepemimpinan Transaksional
Jawaban Total
Ya Tidak
f % f % f %
1. Pimpinan memberikan pengarahan
terlebih dahulu sebelum karyawan
melakukan pekerjaannya
35 68,6 16 31,4 51 100,0
2. Pimpinan memberikan arahan waktu
atau mentargetkan kapan pekerjaan
harus selesai
34 66,7 17 33,3 51 100,0
3. Pimpinan memberikan kritik atau saran
yang membangun kepada karyawan
terhadap hasil kerja yang kurang
maksimal
29 56,9 22 43,1 51 100,0
4. Pimpinan bersikap adil dalam
memperlakukan semua karyawan 35 68,6 16 31,4 51 100,0
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban
responden tentang gaya kepemimpinan transaksional menunjukkan bahwa pada
pertanyaan No. 1 sebagian besar responden menjawab “Ya” yaitu sebanyak 35
responden (68,6%). Pada pertanyaan No. 2 sebagian besar responden menjawab
“Ya” yaitu sebanyak 34 responden (66,7%). Pertanyaan No. 3 sebagian besar
responden menjawab “Ya” yaitu sebanyak 29 responden (56,9%). Selanjutnya
pertanyaan No. 4 sebagian besar responden menjawab “Ya” yaitu sebanyak 35
responden (68,6%).
46
3. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gaya Kepemimpinan
Transformasional di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh
Timur Tahun 2018
No. Gaya Kepemimpinan Transformasional f %
1 Tidak Baik 27 52,9
2 Baik 24 47,1
Jumlah 51 100
Berdasarkan tabel 4.4. dapat dilihat bahwa dari 51 responden, sebanyak 27
responden (52,9%) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional
dalam kategori kurang dan sebanyak 24 responden (47,1%) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan transformasional yang digunakan dalam kategori baik.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Tenaga Kesehatan tentang Gaya
Kepemimpinan Transformasional di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018
No.
Pernyataan
Gaya Kepemimpinan
Transformasional
Jawaban Total
Ya Tidak
f % f % f %
1. Cara menegur atau memperingatkan
pimpinan kepada karyawan sangatlah
bijaksana
34 66,7 17 33,3 51 100,0
2. Pimpinan bersikap ramah terhadap
karyawan 32 62,7 19 37,3 51 100,0
3. Pimpinan mengutamakan kesejahteraan
karyawan 34 66,7 17 33,3 51 100,0
4. Pimpinan mengawasi, menilai dan
mengkoreksi setiap pekerjaan 34 66,7 17 33,3 51 100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban
responden tentang gaya kepemimpinan transformasional menunjukkan bahwa
pada pertanyaan No. 1 sebagian besar responden menjawab “Ya” yaitu sebanyak
34 responden (66,7%). Pada pertanyaan No. 2 sebagian besar responden
menjawab “Ya” yaitu sebanyak 32 responden (66,7%). Pertanyaan No. 3 sebagian
besar responden menjawab “Ya” yaitu sebanyak 34 responden (66,7%).
47
Selanjutnya pertanyaan No. 4 sebagian besar responden menjawab “Ya” yaitu
sebanyak 34 responden (66,7%).
4. Gaya Kepemimpinan Situasional
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gaya Kepemimpinan Situasional di
Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018
No. Gaya Kepemimpinan Situasional f %
1 Tidak Baik 31 60,8
2 Baik 20 39,2
Jumlah 51 100
Berdasarkan tabel 4.6. dapat dilihat bahwa dari 51 responden, sebanyak 31
responden (60,8%) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan situasional dalam
kategori kurang dan sebanyak 20 responden (39,2%) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan situasional yang digunakan dalam kategori baik.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Tenaga Kesehatan tentang Gaya
Kepemimpinan Situasional di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten
Aceh Timur Tahun 2018
No. Pernyataan
Gaya Kepemimpinan Situasional
Jawaban Total
Ya Tidak
f % f % f %
1. Pimpinan menanamkan sikap
optimis dalam melakukan pekerjaan 31 60,8 20 39,2 51 100,0
2. Pimpinan menekankan agar kinerja
karyawan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan
26 51,0 25 49,0 51 100,0
3. Pimpinan sering melibatkan karyawan
dalam pengambilan keputusan kerja 31 60,8 20 39,2 51 100,0
4. Pimpinan meminta saran dari
karyawan dalam menyelesaikan
masalah pekerjaan
31 60,8 20 39,2 51 100,0
5. Pimpinan menuntut agar karyawan bias
lebih aktif dan partisipatif 31 60,8 20 39,2 51 100,0
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban
responden tentang gaya kepemimpinan situasional menunjukkan bahwa pada
pertanyaan No. 1 sebagian besar responden menjawab “Ya” yaitu sebanyak 31
48
responden (60,8%). Pada pertanyaan No. 2 sebagian besar responden menjawab
“Ya” yaitu sebanyak 26 responden (51,0%). Pertanyaan No. 3 sebagian besar
responden menjawab “Ya” yaitu sebanyak 31 responden (60,8%). Pertanyaan No.
4 sebagian besar responden menjawab “Ya” yaitu sebanyak 31 responden
(60,8%). Selanjutnya pertanyaan No. 5 sebagian besar responden menjawab “Ya”
yaitu sebanyak 31 responden (60,8%).
5. Kinerja Tenaga Kesehatan
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kinerja Tenaga Kesehatan di
Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018
No. Kinerja Tenaga Kesehatan f %
1 Tidak Baik 26 51,0
2 Baik 25 49,0
Jumlah 51 100
Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat bahwa dari 51 responden, sebanyak 26
responden (51,0%) yang memiliki kinerja dalam kategori kurang dan sebanyak 25
responden (49,0%) memiliki kinerja dalam kategori baik.
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Tenaga Kesehatan tentang Kinerja di
Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018
No. Pernyataan
Kinerja Tenaga Kesehatan
Jawaban Total
Ya Tidak
f % f % f %
1. Saya melakukan pekerjaan dengan
hati yang senang 34 66,7 17 33,3 51 100,0
2. Saya datang ke Puskesmas secara
tepat waktu 30 58,8 21 41,2 51 100,0
3. Saya selalu menyelesaikan pekerjaan
yang diberikan secara tepat waktu 31 60,8 20 39,2 51 100,0
4. Saya tidak pernah melakukan
kesalahan ketika menyelesaikan
pekerjaan
34 66,7 17 33,3 51 100,0
5. Semua pekerjaan dilakukan secara
bersama-sama dengan pemimpin 29 56,9 22 43,1 51 100,0
6. Saya selalu pulang kerja sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan 40 78,4 11 21,6 51 100,0
49
7. Saya tidak bermalas-malasan saat
bekerja 36 70,6 15 29,4 51 100,0
8. Pekerjaan yang saya lakukan tidak
pernah di kritik oleh pemimpn 31 60,8 20 39,2 51 100,0
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban
responden tentang gaya kepemimpinan situasional menunjukkan bahwa pada
pertanyaan No. 1 sebagian besar responden menjawab “Ya” yaitu sebanyak 34
responden (66,7%). Pada pertanyaan No. 2 sebagian besar responden menjawab
“Ya” yaitu sebanyak 30 responden (58,8%). Pertanyaan No. 3 sebagian besar
responden menjawab “Ya” yaitu sebanyak 31 responden (60,8%). Pertanyaan No.
4 sebagian besar responden menjawab “Ya” yaitu sebanyak 34 responden
(66,7%). Pertanyaan No. 5 sebagian besar responden menjawab “Ya” yaitu
sebanyak 29 responden (56,9%). Pertanyaan No. 6 sebagian besar responden
menjawab “Ya” yaitu sebanyak 40 responden (78,4%). Pertanyaan No. 7 sebagian
besar responden menjawab “Ya” yaitu sebanyak 36 responden (70,6%).
Selanjutnya pertanyaan No. 8 sebagian besar responden menjawab “Ya” yaitu
sebanyak 31 responden (60,8%).
4.2.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
50
1. Hubungan Gaya Kepemimpinan Transaksional dengan Kinerja Tenaga
Kesehatan
Tabel 4.10. Tabulasi Silang antara Gaya Kepemimpinan Transaksional dengan
Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten
Aceh Timur Tahun 2018
No.
Gaya
Kepemimpinan
Transaksinal
Kinerja Total
Sig-p Baik Tidak Baik
f % f % f %
1 Tidak Baik 9 32,1 19 67,9 28 100 0,012
2 Baik 16 69,6 7 30,4 23 100
Total 25 49,0 26 51,0 51 100
Berdasarkan Tabel 4.10. tabulasi silang antara gaya kepemimpinan
transaksional dengan kinerja tenaga kesehatan, diketahui bahwa sebanyak dari 28
responden (100%) yang menyatakan gaya kepemimpinan transaksional dalam
kategori kurang, 9 responden (32,1%) memiliki kinerja baik dan 19 responden
(67,9%) memiliki kinerja tidak baik. Selanjutnya sebanyak 23 responden (100%)
yang menyatakan gaya kepemimpinan transaksional dalam kategori baik,
sebanyak 16 responden (69,6%) memiliki kinerja baik dan sebanyak 7 responden
(30,4%) memiliki kinerja tidak baik.
Berdasarkan hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikan
probabilitas gaya kepemimpinan transaksional adalah p-value = 0,012 atau <
nilai-α = 0,05. Hal ini membuktikan gaya kepemimpinan transaksional memiliki
hubungan dengan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur tahun 2018.
51
2. Hubungan Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Kinerja
Tenaga Kesehatan
Tabel 4.11. Tabulasi Silang antara Gaya Kepemimpinan Transformasional
dengan Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur Tahun 2018
No.
Gaya
Kepemimpinan
Transformasional
Kinerja Total
Sig-p Baik Tidak Baik
f % f % f %
1 Tidak Baik 7 25,9 20 74,1 27 100 0,001
2 Baik 18 75,0 6 25,0 24 100
Total 25 49,0 26 51,0 51 100
Berdasarkan Tabel 4.11. tabulasi silang antara gaya kepemimpinan
transformasional dengan kinerja tenaga kesehatan, diketahui bahwa sebanyak dari
27 responden (100%) yang menyatakan gaya kepemimpinan transformasional
dalam kategori kurang, 7 responden (25,9%) memiliki kinerja baik dan 20
responden (74,1%) memiliki kinerja tidak baik. Selanjutnya sebanyak 24
responden (100%) yang menyatakan gaya kepemimpinan transformasional dalam
kategori baik, sebanyak 18 responden (75,0%) memiliki kinerja baik dan
sebanyak 6 responden (25,0%) memiliki kinerja tidak baik.
Berdasarkan hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikan
probabilitas gaya kepemimpinan transformasional adalah p-value = 0,001 atau <
nilai-α = 0,05. Hal ini membuktikan gaya kepemimpinan transformasional
memiliki hubungan dengan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak
Barat Kabupaten Aceh Timur tahun 2018.
52
3. Hubungan Gaya Kepemimpinan Situasional dengan Kinerja Tenaga
Kesehatan
Tabel 4.12. Tabulasi Silang antara Gaya Kepemimpinan Situasional dengan
Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten
Aceh Timur Tahun 2018
No.
Gaya
Kepemimpinan
Situasional
Kinerja Total
Sig-p Baik Tidak Baik
f % f % f %
1 Tidak Baik 9 29,0 22 71,0 31 100 0,001
2 Baik 16 80,0 4 20,0 20 100
Total 25 49,0 26 51,0 51 100
Berdasarkan Tabel 4.12. tabulasi silang antara gaya kepemimpinan
situasional dengan kinerja tenaga kesehatan, diketahui bahwa sebanyak dari 31
responden (100%) yang menyatakan gaya kepemimpinan situasional dalam
kategori kurang, 9 responden (29,0%) memiliki kinerja baik dan 22 responden
(71,0%) memiliki kinerja tidak baik. Selanjutnya sebanyak 20 responden (100%)
yang menyatakan gaya kepemimpinan situasional dalam kategori baik, sebanyak
16 responden (80,0%) memiliki kinerja baik dan sebanyak 4 responden (20,0%)
memiliki kinerja tidak baik.
Berdasarkan hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikan
probabilitas gaya kepemimpinan situasional adalah p-value = 0,001 atau < nilai-α
= 0,05. Hal ini membuktikan gaya kepemimpinan situasional memiliki hubungan
dengan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh
Timur tahun 2018.
4.2.3. Analisis Multivariat
Analisis data multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik, yang
bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap
53
variabel terikat. Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dilihat
dari nilai Exp (β). Positif atau negatifnya pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat dilihat dari nilai β, jika bernilai positif berarti mempunyai
pengaruh positif, begitu juga sebaliknya jika bernilai negatif berarti mempunyai
pengaruh negatif.
A. Uji Regresi Berganda Binary (Logistic Regression)
1. Pseudo R Square
Tabel 4.13. Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 39.167a .461 .615
Berdasarkan tabel model summ ary diperoleh nilai Nagelkerke R Square
sebesar 0,615 dan Cox & Snell R Square 0,461, yang menunjukkan bahwa
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen adalah
sebesar 0,615 atau 61,5% dan terdapat 100%-61,5% = 38,5% faktor lain di luar
model yang menjelaskan variabel dependen.
2. Classification Result
Tabel 4.14. Classification Table
Observed
Predicted
Kinerja_Tenaga_Kesehatan Percentage
Correct Tidak Baik Baik
Step 1 Kinerja_Tenaga
_Kesehatan
Tidak Baik 24 2 92.3
Baik 8 17 68.0
Overall Percentage 80.4
Berdasarka tabel Classification Table di atas menunjukkan bahwa jumlah
sampel yang memiliki kinerja yang baik 2 + 17 =19 orang, dari hasil dapat di lihat
bahwa sebanyak 17 orang memiliki kinerja yang baik dan yang seharusnya
54
memiliki kinerja baik namun menjadi kinerja yang tidak baik sebanyak 2 orang.
Selanjutnya jumlah sampel yang memiliki kinerja yang tidak baik 24 + 8 = 32
orang dan menunjukkan bahwa sebanyak 24 orang memiliki kinerja yang tidak
baik serta 8 orang seharusnya memiliki kinerja tidak baik namun menjadi baik.
Tabel 4.14 memberikan nilai Overall Percentage sebesar (17+24)/51 = 80,4%
yang berarti ketepatan model penelitian ini sebesar 80,4% (tinggi).
3. Variabel in the Equation (Pendugaan Parameter)
Tabel 4.15. Variabel in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step
1a
Transaksional 2,286 0,947 5,830 1 0,016 9,839
Transformasional 2,559 0,917 7,784 1 0,005 12,918
Situasional 3,048 1,027 8,807 1 0,003 21,081
Constant -11,170 3,185 12,301 1 0,000 0,000
Berdasarkan tabel 4.13. di atas uji yang dilakukan pada penelitian ini
menggunakan α = 0,05, variabel bebas (independent) yang mempunyai pengaruh
secara signifikan dengan variabel terikat (dependent) adalah sebagai berikut :
a. Apabila Sig < α (0,05) maka terdapat pengaruh antara varibel independen
terhadap variabel dependen.
b. Apabila Sig > α (0,05) maka tidak terdapat pengaruh antara varibel
independen terhadap variabel dependen. Pada hubungan masing-masing
variabel bebas.
1) Gaya kepemimpinan transaksional memiliki nilai sig-p 0,016 < 0,05
artinya gaya kepemimpinan transaksional memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur tahun 2018.
55
2) Gaya kepemimpinan transformasional memiliki nilai sig-p 0,005 < 0,05
artinya gaya kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur tahun 2018.
3) Gaya kepemimpinan situasional memiliki nilai sig-p 0,003 < 0,05 artinya
gaya kepemimpinan situasional memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur tahun 2018.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa faktor (transaksional,
transformasional dan situasional) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian di atas variabel yang paling
besar memiliki pengaruhnya terhadap kinerja tenaga kesehatan yaitu variabel gaya
kepemimpinan situasional dengan nilai nilai sig-p 0,013.
4. Odds Ratio
Besarnya pengaruh ditunjukkan dengan nilai EXP (B) atau disebut juga
Odds Ratio (OR) dan dapat dilihat pada tabel 4.13.
a. Variabel gaya kepemimpinan transaksional dengan OR 9,839 maka gaya
kepemimpinan transaksional yang baik, memiliki pengaruh terhadap kinerja
tenaga kesehatan sebanyak 9,839 kali lipat di bandingkan gaya
kepemimpinan transaksional yang kurang. Nilai B = Logaritma Natural dari
9,839 = 2,286. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka gaya
kepemimpinan transaksional mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
tenaga kesehatan.
56
b. Variabel gaya kepemimpinan transformasional dengan OR 12,918 maka
gaya kepemimpinan transformasional yang baik, memiliki pengaruh
terhadap kinerja tenaga kesehatan sebanyak 12,918 kali lipat di bandingkan
gaya kepemimpinan transformasional yang kurang. Nilai B = Logaritma
Natural dari 12,918 = 2,559. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka gaya
kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh positif terhadap
kinerja tenaga kesehatan.
c. Variabel gaya kepemimpinan situasional dengan OR 21,081 maka gaya
kepemimpinan situasional yang baik, memiliki pengaruh terhadap kinerja
tenaga kesehatan sebanyak 21,081 kali lipat di bandingkan gaya
kepemimpinan situasional yang kurang. Nilai B = Logaritma Natural dari
21,081 = 3,048. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka gaya
kepemimpinan situasional mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
tenaga kesehatan.
57
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Pembahasan Penelitian
5.1.1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional dengan Kinerja
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh
Timur Tahun 2018
Variabel gaya kepemimpinan transaksional memiliki nilai sig-p 0,016 <
0,05 artinya gaya kepemimpinan transaksional memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur tahun 2018. Selanjutnya dari hasil nilai Odds Ratio (OR)
variabel gaya kepemimpinan transaksional memiliki nilai OR 9,839 maka gaya
kepemimpinan transaksional yang baik, memiliki pengaruh terhadap kinerja tenaga
kesehatan sebanyak 9,839 kali lipat di bandingkan gaya kepemimpinan
transaksional yang kurang.
Penelitian yang dilakukan oleh Hendrik, H tahun 2016 tentang Pengaruh
Gaya Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada PT.
Kumala Motor Sejahtera Abadi Kendari), menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan transaksional berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja
karyawan. Artinya semakin baik implementasi gaya kepemimpinan transaksional
yang dipersepsi dari imbalan kontingen, manajemen aktif dengan pengecualian
dan hal yang tak campur tangan dapat memacu perbaikan kinerja karyawan yang
terimplementasi pada perbaikan kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu,
efektifitas, dan kemandirian (23).
57
58
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartanto, I tahun 2014
tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional terhadap Kinerja Karyawan
dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening pada CV. Timur Jaya,
menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transaksional bepengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja. Kepemimpinan transaksional merupakan
model gaya kepemimpinan dengan cara memusatkan pada pencapaian tujuan atau
sasaran, namun tidak berupaya mengembangkan tanggung jawab dan wewenang
bawahan demi kemajuan bawahan (24).
Selanjutnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahaka, SH
tahun 2017 tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional dan
Karakteristik Individu terhadap Motivasi Kerja pada Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Propinsi Sulawesi Tenggara, menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan transaksional berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja
pegawai pada Kantor Pertanahan Provinsi Sultra (25).
Salah satu untuk menilai suksesnya atau gagalnya seorang pemimpin dapat
dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat dan kualitas perilaku atau gaya
kepemimpinan yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya.
Seorang pemimpin memiliki sifat-sifat unggul sehingga mampu menempatkan diri
pada posisinya secara efektif terhadap segala hubungan yang terjadi antara sesama
anggota atau antara kelompok. Masalah-masalah yang dihadapi serta kondisi dan
situasi organisasi yang dipimpinnya. Oleh karena itu dalam usaha memengaruhi
orang-orang yang dipimpin agar bersedia melaksanakan tugas pekerjaan dengan
59
sebaikbaiknya. Tidak mustahil apabila tiap-tiap pemimpin mempunyai gaya atau
cara tersendiri dalam memimpin atau mendorong bawahannya (17).
Kepemimpinan transaksional merupakan salah satu gaya kepemimpinan
yang intinya menekankan transaksi di antara pemimpin dan bawahan.
Kepemimpinan transaksional memungkinkan pemimpin memotivasi dan
memengaruhi bawahan dengan cara mempertukarkan reward dengan kinerja
tertentu. Artinya, dalam sebuah transaksi bawahan dijanjikan untuk diberi reward
bila bawahan mampu menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kesepakatan yang
telah dibuat bersama. Alasan ini mendorong Burns untuk mendefinisikan
kepemimpinan transaksional sebagai bentuk hubungan yang mempertukarkan
jabatan atau tugas tertentu jika bawahan mampu menyelesaikan dengan baik tugas
tersebut. Jadi, kepemimpinan transaksional menekankan proses hubungan
pertukaran yang bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan biologis dan
psikologis sesuai dengan kontrak yang telah mereka setujui bersama (18).
Proses kepemimpinan transaksional dapat ditunjukkan melalui sejumlah
dimensi perilaku kepemimpinan, yakni; contingent reward, active management by
exception, dan passive management by exception. Perilaku contingent reward
terjadi apabila pimpinan menawarkan dan menyediakan sejumlah imbalan jika
hasil kerja bawahan memenuhi kesepakatan. Active management by exception,
terjadi jika pimpinan menetapkan sejumlah aturan yang perlu ditaati dan secara
ketat ia melakukan kontrol agar bawahan terhindar dari berbagai kesalahan,
kegagalan, dan melakukan intervensi dan koreksi untuk perbaikan. Sebaliknya,
passive management by exception, memungkinkan pemimpin hanya dapat
60
melakukan intervensi dan koreksi apabila masalahnya makin memburuk atau
bertambah serius (18).
Menurut beberapa jawaban dari hasil wawancara didapatkan hasil bahwa
gaya kepemimpinan transaksional merupakan gaya kepemimpinan yang memiliki
pengaruh terhadap kinerja tenaga kesehatan. Hal ini dikarenakan pemimpin
transaksional memperkenalkan apa yang diinginkan bawahan dari pekerjaannya
dan mencoba memikirkan apa yang akan bawahan peroleh jika hasil kerjanya
sesuai dengan transaksi. Pemimpin menjanjikan imbalan bagi usaha yang dicapai,
dan pemimpin tanggap terhadap minat pribadi bawahan bila ia merasa puas
dengan kinerjanya, dengan kata lain gaya kepemimpinan transaksional merupakan
salah satu faktor penentu untuk meningkatkan kinerja tenaga kesehatan.
Walaupun gaya kepemimpinan ini jarang digunakan, namun gaya kepemimpinan
ini juga harus dimiliki oleh kepala puskesmas, dikarenakan gaya kepemimpinan
ini dapat digunakan diwaktu tertentu seperti pada saat memberikan arahan dan
bimbingan kepada petugas kesehatan dalam menyelesaikan pekerjaan dan
memberikan kritik yang dapat membangun semangat petugas kesehatan dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
5.1.2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Kinerja
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh
Timur Tahun 2018
Variabel gaya kepemimpinan transformasional memiliki nilai sig-p 0,005
< 0,05 artinya gaya kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat
Kabupaten Aceh Timur tahun 2018. Selanjutnya dari hasil nilai Odds Ratio (OR)
61
variabel gaya kepemimpinan transformasional dengan OR 12,918 maka gaya
kepemimpinan transformasional yang baik, memiliki pengaruh terhadap kinerja
tenaga kesehatan sebanyak 12,918 kali lipat di bandingkan gaya kepemimpinan
transformasional yang kurang.
Penelitian yang dilakukan oleh Murtiningsih tahun 2015, tentang Pengaruh
Gaya Kepemimpinan Transformasional pada Kinerja Perawat Rumah Sakit Islam
Siti Aisyah Madiun, menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional
berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja. Variabel kepemimpinan
transformasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja, variabel
kepercayaan pemimpin dan variabel kepuasan kerja memiliki peran sebagai
variabel mediasi (26).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muttaqin, L tahun 2016
tentang Pengaruh Gaya Kepemimpianan Transformasional dan Pengembangan
SDM terhadap Kinerja Perawat RSJ Grhasia Yogyakarta, menunjukkan bahwa
gaya kepemimpinan tranformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja perawat. Gaya kepemimpinan transformasional menjadikan para pengikut
merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap
pemimpin dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang semula
diharapkan dari mereka (27).
Selanjutnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tania, Y tahun
2017 tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi
Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Premier Management Consulting,
menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja
62
berpengaruh secara stimultan terhadap kinerja karyawan pada PT. Premier
Management Consulting (28).
Gaya kepemimpinan transformasional menjadikan para pengikut
merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap
pemimpin dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang semula
diharapkan dari mereka. Dari sinilah perlu adanya gaya kepemimpianan
transformasional dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang lainnya. Gaya
kepemimpinan transformasional merupakan pemimpin yang mampu memberi
inspirasi karyawannya untuk lebih mengutamakan kemajuan organisasi daripada
kepentingan pribadi, memberikan perhatian yang baik terhadap karyawan dan
mampu merubah kesadaran karyawannya dalam melihat permasalahan lama
dengan cara yang baru (18).
Untuk memastikan pemberian perawatan dengan kualitas yang baik pada
pasien, kepala ruang harus mengarahkan anggota staf (perawat pelaksana) untuk
menjalankan tugas mereka menurut kebijaksanaan dan standar kelembagaan serta
harus mengawasi pelaksanaan tugas pekerja. Atas tanggung jawab tersebut
penggunaan gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap kepala ruang sangat
diperlukan. Maka dibutuhkan gaya kepemimpinan transformasional, karena
pimpinan yang menginspirasi bawahan dan memotivasi akan meningkatkan
kinerja perawat. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh gaya kepemimpinan
transformasional terhadap kinerja perawat. Semakin baik gaya kepemimpinan
transformasional maka akan semakin baik pula kinerja perawat, karena pengaruh
63
gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja
perawat (29).
Gaya kepemimpinan transformasional dan pengembangan SDM
merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan untuk memaksimalkan kinerja
perawat. Penggunaan gaya kemimpinan yang tepat akan membuat organisasi
semakin membuat bergairah. Adanya pimpinan yang menginspirasi bawahan dan
memotivasi akan meningkatkan kinerja perawat. Sebagaian perawat mengakui
kepala ruang belum memberikan sugesti postitif untuk meningkatkan motivasi.
Pimpinan belum mengartikulasikan visi menarik kepada para perawat supaya
timbul motivasi tinggi dalam bekerja dan memberikan dorongan terhadap apa
yang perlu dilakukan sehingga akan meningkatkan kinerja perawat (29).
Menurut hasil wawancara pada kepala Puskesmas menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh terhadap kinerja tenaga
kesehatan. Hal ini dikarenakan pemimpin transformasional menginspirasi para
pengikut untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka demi kebaikan
organisasi dan pemimpin transformasional mampu memiliki pengaruh yang luar
biasa pada diri para pengikut. Mengubah kesadaran para pengikut dengan cara
membantu orang lain memandang masalah lama dengan cara yang baru dan dapat
mengsinspirasikan para pengikut untuk bekerja keras guna mencapai tujuan-tujuan
bersama. Dalam stimulasi intelektual, pemimpin transformasional meningkatkan
kesadaran pengikut akan permasalahan dan memengaruhi para pengikut untuk
memandang masalah dari perspektif yang baru. Adanya perpektif yang baru akan
membuat organisasi dapat berkembang, sehingga organisasi tidak mengalami
64
masalah dan kinerja pekerja juga akan meningkat. Dalam hal ini gaya kepemimpinan
transformasional juga tidak selalu digunakan, namun gaya ini digunakan pada saat
menegur tenaga kesehatan pada saat melakukan kesalahan dalam menyelesaikan
pekerjaan dan memberikan perhatian kepada petugas kesehatan dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Gaya kepemimpinan ini bertujuan agar kepala puskesmas dapat
menyampaikan teguran dan arahan yang tidak menyinggung perasaan petugas
kesehatan dan menciptakan suasana kerja yang harmonis.
5.1.3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional dengan Kinerja Tenaga
Kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh Timur
Tahun 2018
Variabel gaya kepemimpinan situasional memiliki nilai sig-p 0,003 < 0,05
artinya gaya kepemimpinan situasional memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Peureulak Barat Kabupaten Aceh
Timur tahun 2018. Selanjutnya dari hasil nilai Odds Ratio (OR) Variabel gaya
kepemimpinan situasional dengan OR 21,081 maka gaya kepemimpinan
situasional yang baik, memiliki pengaruh terhadap kinerja tenaga kesehatan
sebanyak 21,081 kali lipat di bandingkan gaya kepemimpinan situasional yang
kurang.
Penelitian yang dilakukan oleh Dermawan P tahun 2018, tentang Pengaruh
Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi
Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada PT Anugerah Sinergi Raya),
menunjukkan bahwa gaya Kepemimpinan situasional memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap motivasi kerja, variabel Gaya Kepemimpinan Situasional
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, variabel
65
motivasi kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan, dan motivasi kerja memediasi pengaruh antara gaya kepemimpinan
situasional terhadap kinerja karyawan. Kesimpulan dari penelitian ini
menunjukkan Gaya Kepemimpinan Situasional memiliki pengaruh pada kinerja
karyawan dengan motivasi kerja sebagai variabel intervening. Hal tersebut
menunjukkan semakin tinggi gaya kepemimpinan situasional akan berdampak
positif pada motivasi kerja dan peningkatan kinerja karyawan (30).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra, I tahun 2017 tentang
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional dan Motivasi Kerja terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Pada Alpha Hotel Pekanbaru), menunjukkan
bahwa kepemimpinan situasional dan motivasi kerja mempunyai pengaruh yang
signifikan, karena penerapan Gaya kepemimpinan situasional yang baik dan
motivasi yang diberikan juga baik akan menghasilkan karyawan yang puas
terhadap pekerjaanya sehingga tujuan dari perusahaan tersebut tercapai (31).
Selanjutnya tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hartono tahun
2018, tentang Pengaruh Kepemimpinan Situasional terhadap Kinerja Karyawan
Melalui Kepuasan Kerja dan Organizational Citizenship Behavior sebagai
Variabel Intervening (Studi Kasus pada Kantor PT. Nindya Karya Cabang
Makassar), menunjukkan bahwa kepemimpinan situasional tidak mempunyai
pengaruh positif terhadap kepuasan kinerja karyawan. Dengan demikian semakin
baik seorang pemimpin menerapkan kepemimpinan situasional kepada karyawan
maka semakin meningkatkan kepuasan karyawan tersebut (32).
66
Gaya kemimpinan situasional terdiri dari empat gaya dasar kepemimpinan
yaitu, gaya instruksi, konsultasi, partisipasi, dan delegasi. Melalui keempat gaya
dasar kepemimpinan situasional tersebut pemimpin dapat memilih cara yang
paling cocok digunakan untuk membimbing pengikutnya melalui situasi yang
sedang terjadi di dalam perusahaan. Semua gaya kepemimpinan yang digunakan
pemimpin semata-mata hanya untuk memberikan motivasi kepada bawahan agar
meningkatkan kinerjanya (1).
Motivasi sangat berhubungan dengan performa seorang pemimpin, dan
performa seorang pemimpin akan memengaruhi motivasinya terhadap
pelaksanaan tugas dalam setiap situasi. Motivasi adalah faktor-faktor yang ada
dalam diri seseorang yang menggerakkan, mengarahkan perilakunya untuk
memenuhi tugas tertentu. Pentingnya pemberian motivasi kepada karyawan
karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, memengaruhi, dan dapat
mendukung perilaku manusia, agar mau bekerja dengan giat untuk mencapai hasil
yang lebih optimal (1).
Pemimpin di dalam suatu organisasi dituntut untuk dapat memberikan
motivasi kepada bawahannya agar dapat meningkatkan kinerjanya. Motivasi
muncul ketika seseorang merasa bahwa keinginan atau kebutuhannya telah
terpenuhi sehingga ia menjadi semangat untuk melakukan pekerjaannya. Apabila
kebutuhan serta kepuasaan karyawan baik material dan nonmaterial yang diterima
karyawan semakin memuaskan, maka semangat karyawan untuk bekerja akan
semakin tinggi. Semakin tepat motivasi yang diberikan pemimpin maka semakin
baik kinerja karyawan namun jika karyawan merasa tidak termotivasi maka
67
kinerjanya akan semakin rendah dan berdampak buruk terhadap keberhasilan
perusahaan (1).
Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja
merupakan tingkat keberhasilan seseorang yang dicapai sesuai dengan tanggung
jawab yang diterimanya. Ada dua faktor yang memengaruhi kinerja karyawan
yaitu, faktor kemampuan yang terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan realita (knowledge+skill), dan motivasi terbentuk dari sikap
(attitude). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan sangat
berhubungan dengan motivasi yang diberikan kepada karyawan (12).
Sumber daya manusia yang baik dalam setiap organisasi tidak lepas dari
peran para pemimpin. Pemimpin merupakan salah satu faktor penting dalam
memotivasi karyawan untuk memberikan semangat agar karyawan mampu
meningkatkan kualitas kinerjanya. Sebagai seorang pemimpin dalam sebuah
organisasi harus bisa menempatkan diri dalam setiap situasi, mengarahkan serta
membimbing karyawan dalam melakukan pekerjaan. Melalui kemampuan
pemimpin dalam menggerakkan karyawan hal tersebut akan meningkatkan
motivasi kerja karyawan dalam bekerja sehingga kinerja yang dihasilkan
karyawan akan semakin baik dan apabila kinerja karyawan meningkat dari waktu
ke waktu, maka profit perusahaan juga akan semakin bertambah (4).
Dalam menyimpulkan konsep dari gaya kepemimpinan, motivasi kerja dan
kinerja karyawan, maka pemimpin harus memperhatikan pada setiap situasi,
hubungan pemimpin dengan bawahannya, struktur tugas yang diberikan serta
kekuasaan dan posisi kepemimpinan harus diperhatikan. Motivasi karyawan
68
merupakan tantangan tersendiri bagi pemimpin, karena karyawan yang
termotivasi maka karyawan tersebut akan semangat dalam bekerja sehingga akan
terlihat peningkatan kualitas kerjanya (12).
Menurut hasi wawancara kepala Puskesmas, kepemimpinan situasional
memiliki pengaruh terhadap kinerja tenaga kesehatan. Hal ini dikarenakan
pemimpin dapat menjadi seorang panutan yang dapat ditiru perilakunya,
terkadang pemimpin tersebut dapat menjadi seorang teman dimana tenaga
kesehatan dapat berkomunikasi dua arah secara terbuka. Maka dari itu diperlukan
kerjasama antara pemimpin dengan bawahan maupun kerjasama tim yang akan
meningkatkan kualitas kerja perusahaan dengan lebih baik lagi dari waktu ke
waktu. Gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin dengan melihat situasi
yang terjadi pada perusahaan ini merupakan cara yang paling cocok untuk
memberikan dukungan kepada tenaga kesehatan agar termotivasi untuk bekerja
sehingga kualitas kinerja juga akan meningkat.
Berdasarkan kesimpulan tentang ketiga gaya kepemimpinan menunjukkan
bahwa, ketiga gaya ini harus dapat dimiliki seseorang kepala Puskesmas. Hal ini
dikarenakan ketiga gaya ini dapat membantu untuk meningkatkan kerja tenaga
kesehatan di Puskesmas, namun ketiga gaya ini tidak dapat dipakai sekaligus pada
pemimpin, tetapi ketiga gaya ini dapat dipalikasikan satu per satu pada saat waktu
tertentu sesuai dengan keadaan yang tepat dalam menghadapi dan memberik
arahan kepada tenaga kesehatan, sebagai contoh gaya kepemimpinan
transaksional digunakan pada saat memberikan arahan dan bimbingan pada tenaga
kesehatan yang belum memahami secara jelas tugas yang akan dilakukan serta
69
memberikan kritik yang membangun pada saat tenaga kesehatan memiliki hasil
kerja yang kurang memuaskan. Selanjutnya gaya kepemimpinan transformasional
digunakan pada saat tenaga kesehatan melakukan kesalahan pada saat bekerja
dengan cara menegurnya secara lembut serta pada saat tenaga kesehatan bekerja
pemimpin selalu memberikan perhatiannya kepada tenaga kesehatan dengan cara
melihat dan mengawasi pekerjaan yang dilakukan. Begitu juga gaya situasional
yang dapat digunakan pada saat pengambilan keputusan masalah pekerjaan,
tenaga kesehatan yang tidak optimis dalam menyelesaikan pekerjaan dan pada
saat tenaga kesehatan tidak bekerja sesuai dengan standar pekerjaan yang telah
ditetapkan.
5.2. Implikasi Penelitian
Implikasi merupakan suatu konsekuensi atau akibat daru hasil penemuan.
Hasil penelitian ini memberikan implikasi bagi pihak Puskesmas Peureulak Barat,
khususnya pimpinan puskesmas, kepala instalasi/bagian akan pentingnya
penggunaan gaya kepemimpinan yang tepat agar dapat mengoptimalkan kinerja
tenaga kesehatn. Hal ini juga menjadi acuan bagi tenaga kesehatan agar lebih
mengetahui dan menyadari tentang pentingnya berinteraksi kepada pemimpin
selama beraktivitas, sehingga tidak terjadi masalah-masalah yang dapat
menurunkan kinerja tenaga kesehatan. Tujuan implikasi penelitian adalah
membandingkan hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya dengan hasil
penelitian yang terbaru atau baru dilakukan melalui sebuah metode.
70
5.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan dengan semaksimal mungkin, namun
demikian masih ditemui keterbatasan dalam penelitian ini.
1. Pada penelitian ini peneliti hanya meneliti beberapa faktor-faktor yang
memengaruhi gaya kepemimpinan terhadap kinerja tenaga kesehatan,
diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk menambah faktor risiko lainnya
diluar faktor yang sudah diteliti.
2. Tidak adanya informasi yang jelas tentang gaya kepemimpinan yang selalu
digunakan oleh pihak Puskesmas Peureulak Barat.
3. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu
terkadang jawaban yang diberikan oleh sampel tidak menunjukkan keadaan
yang sesungguhnya.
71
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu :
1. Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara gaya kepemimpinan transaksional terhadap kinerja tenaga
kesehatan.
2. Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja
tenaga kesehatan.
3. Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara gaya kepemimpinan situasional terhadap kinerja tenaga
kesehatan.
6.2. Saran
1. Diharapkan dengan adanya pengaruh gaya kepemimpinan transaksional,
kepala puskesmas harus dapat memberikan arahan dan bimbingan kepada
petugas kesehatan dalam menyelesaikan pekerjaan serta memberikan kritik
yang dapat membangun semangat petugas kesehatan dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
2. Diharapkan dengan adanya pengaruh gaya kepemimpinan transformasional,
kepala pemimpin dapat memberikan teguran kepada tenaga kesehatan pada
saat melakukan kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaan dan memberikan
71
72
perhatian kepada petugas kesehatan dalam menyelesaikan pekerjaannya
dengan cara yang halus dan tidak menyinggung perasaan tenaga kesehatan.
3. Diharapkan dengan adanya pengaruh dari gaya kepemimpinan situasional,
kepala puskesmas dapat lebih meningkatkan sikap optimistis untuk
menunjang kemampuan dari petugas kesehata dalam menyelesaikan masalah-
masalah pekerjaan yang dilakukan.
4. Bagi Institut Kesehatan Helvetia Medan hasil penelitian ini diharapkan dapat
di gunakan sebagai referensi untuk menambah wawasan bagi mahasiswa
program pendidikan pasca sarjana khususnya tentang gaya kepemimpinan
terhadap kinerja tenaga kesehatan.
5. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan peneliti selanjutnya dapat
mengaplikasikan teori penelitian yang telah didapatkan tentang penyusunan
penelitian sehingga dapat di jadikan acuan dan mendapat informasi yang
lengkap untuk dikembangkan mengenai gaya kepemimpinan terhadap kinerja
petugas kesehatan.
6. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan untuk
mengaplikasikan teori penelitian yang telah didapatkan sehingga dapat di
jadikan acuan dalam penerapan pada kehidupan sehari-hari.
7. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kualitas
kepemimpinan yang maksimal untuk meningkatkan kualitas kinerja tenaga
kesehatan di Puskesmas sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil
suatu kebijakan lebih lanjut.
73
8. Bagi tempat penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
bagi masyarakat dan bagi kader-kader di Puskesmas agar lebih memahami
pentingnya gaya kepemimpinan yang sesuai guna meningkatkan kinerja
tenaga kesehatan secara maksimal.
74
DAFTAR PUSTAKA
1. Thoha M. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers; 2013.
2. Affif M. Gaya Kepemimpinan Amerika dan Asia. Bandung: Universitas
Padjajaran; 2013.
3. Wahab AA. Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta;
2014.
4. Mangkunegara. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya; 2014.
5. Kontesa R. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan
Motivasi Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
DR. Rasidin Padang. Padang: Skripsi UNP; 2014.
6. Nurmawilis N. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja terhadap
Kinerja Karyawan di RSUD Rokan Hulu Riau. Medan: Tesis Universitas
Sumatera Utara; 2010.
7. Angelia. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Terhadap
Semangat Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Inap Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan. Medan: Skripsi Universitas Sumatera Utara; 2010.
8. Terok GV., Maramis FR., Mandagi CK. Hubungan Kepemimpinan dan
Motivasi dengan Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tuminting Kota
Manado Tahun 2015. J Kesehat Masy [Internet]. 2015;4(1):42–8. Available
from:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/12694/12292
9. Chairunnisah R, Witcahyo E. Hubungan Kepemimpinan dan Motivasi Kerja
Pegawai dengan Kinerja Puskesmas di Kabupaten Jember ( The Correlation
between Leadership and Employee ’ s Work Motivation with Working
Performance of Public Health Center in Jember ). Hub Kepemimp dan Motiv
Kerja Pegawai dengan Kinerja Puskesmas di Kabupaten Jember (The Correl
between Leadersh Employee’s Work Motiv with Work Perform Public Heal
Cent Jember) Reni. 2014;2(3).
10. Putra NAY. Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruang dengan Motivasi Kerja
Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di RSUD dr. Raden
Soedjati Grobogan. Naskah Publ [Internet]. 2012; Available from:
journal.mercubaktijaya.ac.id/downlotfile.php?file=8g.pdf
11. Pabundu. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja. Jakarta: Bumi Aksara;
2010.
12. Mangkunegara. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama; 2014.
13. Usman. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara; 2011.
14. Badriyah M. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Pustaka Setia;
2015.
15. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Yogyakarta: Salemba Medika; 2010.
16. Nawawi. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara; 2012.
17. Thoha M. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
74
75
Rajawali Pers; 2013.
18. Munandar U. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI; 2011.
19. Saebani, Sumantri. Kepemimpinan. Bandung: Pustaka Setia; 2014.
20. Siagian S. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.
21. Suyanto. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di rumah
Sakit. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press; 2010.
22. Muhammad I. Panduan penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan
Menggunakan Metode Ilmiah. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis; 2015.
23. Hendrik H. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional terhadap Kinerja
Karyawan (Studi Pada PT. Kumala Motor Sejahtera Abadi Kendari). Skripsi;
2016.
24. Hartanto I. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional Terhadap Kinerja
Karyawan Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada CV.
Timur Jaya. Agora. 2014;2(2).
25. Sahaka S. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional dan Karakteristik
Individu terhadap Motivasi Kerja pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Propinsi Sulawesi Tenggara. Skripsi; 2017.
26. Murtiningsih. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Pada Kinerja
Perawat Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun. J Ekon Manaj Sumber Daya.
2015;17(2):54–65.
27. Muttaqin LZ. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan
Pengembangan SDM Terhadap Kinerja Perawat RSJ Grhasia Yogyakarta.
2016;(June):1–138.
28. Tania Y. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi
Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Premier Management Consulting.
Agora. 2017;5(1):1–8.
29. Bangun RD. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang
dan Motivasi Intrinsik Perawat Pelaksana Kontrak Terhadap Kinerja Perawat
Pelaksana Kontrak di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. Medan:
Tesis Pascasarjana Universitas Sumatera Utara; 2013.
30. Dermawan P. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja
Karyawan Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada
PT Anugerah Sinergi Raya). 2018;60(2):95–104.
31. Putra IP. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional dan Motivasi Kerja
terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Pada Alpha Hotel Pekanbaru).
JOM FISIP. 2017;4(2):1–7.
32. Hartono. Pengaruh Kepemimpinan Situasional terhadap Kinerja Karyawan
Melalui Kepuasan Kerja dan Organizational Citizenship Behavior sebagai
Variabel Intervening (Studi Kasus pada Kantor PT. Nindya Karya Cabang
Makassar). Hasanuddin J Appl Bus Entrep. 2016;1(2):15–32.
76
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PUSKESMAS
TERHADAP KINERJA TENAGA KESEHATAN
DI PUSKESMAS PEUREULAK BARAT
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2018
Identitas Responden :
1. Umur :
2. Jenis Kelamin :
3. Lama Bekerja :
Petunjuk Pengisian Kuesioner :
1. Mohon diberi tanda cheklist (√) pada kolom jawaban yang Bapak/Ibu anggap
paling sesuai.
2. Setiap pertanyaan hanya membutuhkan satu jawaban saja.
3. Mohon memberikan jawaban yang sebenarnya karena tidak akan
mempengaruhi pekerjaan anda.
4. Terima Kasih atas partisipasi Anda.
Gaya Kepemimpinan
No. Pernyataan Gaya Kepemimpinan Transaksional Ya Tidak
1 Pimpinan memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum
karyawan melakukan pekerjaannya
2 Pimpinan memberikan arahan waktu atau mentargetkan
kapan pekerjaan harus selesai
3 Pimpinan memberikan kritik atau saran yang membangun
kepada karyawan terhadap hasil kerja yang kurang
maksimal
4 Pimpinan bersikap adil dalam memperlakukan semua
karyawan
No. Pernyataan Gaya Kepemimpinan Transformasional Ya Tidak
1 Cara menegur atau memperingatkan pimpinan kepada
karyawan sangatlah bijaksana
2 Pimpinan bersikap ramah terhadap karyawan
3 Pimpinan mengutamakan kesejahteraan karyawan
4 Pimpinan mengawasi, menilai dan mengkoreksi setiap
pekerjaan
77
No. Pernyataan Gaya Kepemimpinan Situasional Ya Tidak
1 Pimpinan menanamkan sikap optimis dalam melakukan
pekerjaan
2 Pimpinan menekankan agar kinerja karyawan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan
3 Pimpinan sering melibatkan karyawan dalam pengambilan
keputusan kerja
4 Pimpinan meminta saran dari karyawan dalam menyelesaikan
masalah pekerjaan
5 Pimpinan menuntut agar karyawan bias lebih aktif dan
partisipatif
Kinerja Tenaga Kesehatan
No. Pernyataan Ya Tidak
1 Saya melakukan pekerjaan dengan hati yang senang
2 Saya datang ke Puskesmas secara tepat waktu
3 Saya selalu menyelesaikan pekerjaan yang diberikan secara
tepat waktu
4 Saya tidak pernah melakukan kesalahan ketika
menyelesaikan pekerjaan
5 Semua pekerjaan dilakukan secara bersama-sama dengan
pemimpin
6 Saya selalu pulang kerja sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan
7 Saya tidak bermalas-malasan sat bekerja
8 Pekerjaan yang saya lakukan tidak pernah di kritik oleh
pemimpn
78
PEDOMAN WAWANCARA
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PUSKESMAS
TERHADAP KINERJA TENAGA KESEHATAN
DI PUSKESMAS PEUREULAK BARAT
KABUPATEN ACEH TIMUR
TAHUN 2018
Wawancara Responden
A. Transaksional
1. Bagaimana cara anda memberikan arahan kepada karyawan dalam melakukan
pekerjaannya ? coba anda jelaskan!
2. Bagaimana cara anda memberikan kritik kepada karyawan, apabila ada
bawahan yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaannya ?
3. Bagaimana cara memberikan rasa adil bagi karyawan anda?
B. Transformasional
1. Bagaimana cara anda menegur karyawan anda ? coba anda jelaskan!
2. Apakah anda selalu bertegur sapa kepada karyawan anda ?
3. Apakah anda mengutamakan kesejahteraan karyawan dan bagaimana cara anda
mengutamakannya?
C. Situasional
1. Bagaimana cara anda menanamkan sikap optimis kepada karyawan anda dalam
menyelesaikan pekerjaannya?
2. Bagaimana cara anda menekankan agar kinerja karyawan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan ?
3. Bagaimana cara anda bekerja sama bersama karyawan dalam menyelesaikan
masalah pekerjaa?
79
Lampiran 2
MASTER TABEL
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL
No. P1 P2 P3 P4 P5 Jumlah
1 1 1 1 1 1 5
2 0 0 1 0 0 1
3 0 1 0 0 0 1
4 1 1 1 1 1 5
5 1 1 1 0 1 4
6 1 1 0 0 1 3
7 0 0 1 0 0 1
8 1 1 1 1 1 5
9 0 1 0 1 0 2
10 0 1 0 1 1 3
11 1 0 1 0 1 3
12 1 0 1 0 1 3
13 1 1 1 1 1 5
14 1 1 1 1 0 4
15 1 1 1 1 1 5
16 1 0 1 1 1 4
17 1 1 1 1 1 5
18 0 1 0 0 0 1
19 1 0 1 0 1 3
20 0 0 0 1 1 2
Keterangan :
1 : Ya
0 : Tidak
80
MASTER TABEL
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
No. P1 P2 P3 P4 P5 Jumlah
1 1 1 1 1 0 4
2 0 0 1 0 0 1
3 0 0 0 0 1 1
4 1 1 1 1 1 5
5 1 1 1 0 1 4
6 1 1 0 0 1 3
7 0 0 1 0 0 1
8 1 1 1 1 0 4
9 0 0 0 1 1 2
10 0 1 0 1 1 3
11 1 1 1 0 0 3
12 1 1 1 0 0 3
13 1 1 1 1 1 5
14 1 0 1 1 1 4
15 1 1 1 1 1 5
16 1 1 1 1 0 4
17 1 1 1 1 1 5
18 0 0 0 0 1 1
19 1 1 1 0 0 3
20 0 1 0 1 0 2
Keterangan :
1 : Ya
0 : Tidak
81
MASTER TABEL
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
No. P1 P2 P3 P4 P5 Jumlah
1 1 1 1 1 1 5
2 0 0 1 0 0 1
3 0 0 0 0 0 0
4 1 1 1 1 1 5
5 1 0 1 0 1 3
6 1 0 0 0 1 2
7 0 0 1 0 0 1
8 1 1 1 1 1 5
9 0 1 0 1 0 2
10 0 1 0 1 1 3
11 1 1 1 0 1 4
12 1 0 1 0 1 3
13 1 1 1 1 1 5
14 1 1 1 1 0 4
15 1 1 1 1 1 5
16 1 1 1 1 1 5
17 1 1 1 1 1 5
18 0 0 0 0 0 0
19 1 0 1 0 1 3
20 0 1 0 1 1 3
Keterangan :
1 : Ya
0 : Tidak
82
MASTER TABEL
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KINERJA TENAGA KESEHATAN
No. P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9
2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2
3 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2
4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
5 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 5
6 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 5
7 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2
8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9
9 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 3
10 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 5
11 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7
12 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 6
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
14 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8
15 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 6
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9
17 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 6
20 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 6
Keterangan :
1 : Ya
0 : Tidak
83
Lampiran 3 MASTER TABEL
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PUSKESMAS TERHADAP KINERJA TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS PEUREULAK BARAT
KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2018
No Umur Jenis Kelamin Lama Bekerja Transaksional
Jlh Kat Transformasional
Jlh Kat Situasional
Jlh Kat Kinerja Tenaga Kesehatan
Jlh Kat 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8
1 3 1 1 1 1 1 1 4 2 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 2 1 0 0 0 1 0 1 1 0 3 1
2 3 2 2 0 1 0 1 2 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 5 2 1 1 1 0 1 1 1 1 7 2
3 3 2 2 1 0 0 1 2 1 1 0 0 1 2 1 1 1 0 1 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2
4 3 1 2 0 1 1 0 2 1 1 1 1 1 4 2 0 0 1 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2
5 3 2 1 1 1 0 1 3 2 0 0 1 1 2 1 1 0 1 0 0 2 1 1 0 0 0 1 0 1 1 4 1
6 3 2 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 0 3 2 1 1 1 1 1 5 2 1 0 1 1 0 1 1 1 6 2
7 3 2 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 5 2 1 1 0 1 0 0 1 1 5 2
8 2 1 2 1 1 1 1 4 2 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 2 1 0 0 1 1 1 1 0 0 4 1
9 3 1 2 1 0 0 1 2 1 1 1 1 1 4 2 1 0 0 0 1 2 1 0 1 0 0 0 1 1 0 3 1
10 3 2 1 1 0 1 1 3 2 1 1 1 1 4 2 1 1 1 0 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2
11 3 2 1 0 0 1 1 2 1 0 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 5 2 0 1 0 0 1 1 0 0 3 1
12 2 2 2 1 1 1 0 3 2 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 2 1 1 0 1 1 0 1 0 1 5 2
13 1 1 2 1 0 1 0 2 1 1 1 1 1 4 2 1 0 0 1 0 2 1 0 1 0 0 1 1 1 0 4 1
14 3 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 4 2 0 0 1 0 1 2 1 1 0 1 0 0 1 0 1 4 1
15 3 2 2 1 1 1 1 4 2 0 0 1 1 2 1 1 1 1 1 1 5 2 1 1 0 1 0 1 1 1 6 2
16 1 1 1 1 0 1 0 2 1 1 0 0 1 2 1 1 0 0 1 0 2 1 0 0 1 0 1 0 1 0 3 1
17 2 2 2 1 1 0 0 2 1 1 1 0 1 3 2 0 0 0 1 1 2 1 1 1 0 1 0 1 0 0 4 1
18 3 1 1 1 1 1 1 4 2 1 0 1 0 2 1 1 0 1 1 1 4 2 1 1 1 0 1 1 1 1 7 2
19 1 1 2 0 0 1 1 2 1 0 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2
20 2 1 1 1 0 0 1 2 1 1 1 1 0 3 2 0 1 0 0 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 7 2
21 3 1 1 1 1 0 1 3 2 1 1 1 1 4 2 0 0 1 1 0 2 1 0 1 0 1 0 0 0 1 3 1
22 2 2 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 2 1 1 1 1 1 1 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2
23 1 2 2 1 0 0 1 2 1 1 0 0 1 2 1 1 0 0 1 0 2 1 1 0 0 0 0 1 0 0 2 1
24 2 1 1 1 0 1 1 3 2 1 0 1 1 3 2 0 1 1 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2
25 1 2 2 0 1 0 1 2 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 5 2 0 0 0 1 0 1 1 0 3 1
26 3 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 2 1 0 0 1 0 1 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 3 1
27 1 1 2 0 1 1 0 2 1 0 0 1 1 2 1 1 0 0 1 0 2 1 1 1 0 0 0 0 1 1 4 1
28 3 2 1 1 1 1 1 4 2 1 1 0 1 3 2 0 1 1 0 1 3 2 1 0 1 1 1 0 1 0 5 2
84
29 3 2 1 1 0 0 1 2 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 2 1 0 0 1 0 1 1 0 0 3 1
30 3 1 1 0 1 1 0 2 1 0 0 1 1 2 1 0 0 1 0 1 2 1 0 1 0 1 0 1 1 0 4 1
31 2 2 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2
32 2 1 2 1 1 1 1 4 2 0 1 1 1 3 2 1 0 0 1 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2
33 2 2 1 1 1 1 1 4 2 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 3 1
34 3 1 1 0 1 1 1 3 2 1 1 1 1 4 2 1 1 1 0 0 3 2 1 0 1 1 1 1 0 1 6 2
35 1 2 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 2 1 0 0 0 1 1 2 1 0 1 1 0 0 1 1 0 4 1
36 2 2 2 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2
37 1 2 2 1 1 1 1 4 2 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 2 1 1 0 0 1 0 0 1 1 4 1
38 3 2 1 1 1 1 1 4 2 1 1 0 1 3 2 1 1 1 1 1 5 2 1 0 1 1 1 1 1 1 7 2
39 1 2 2 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 2 1 0 1 0 0 1 2 1 0 1 1 0 1 1 0 0 4 1
40 3 1 1 1 1 0 0 2 1 1 1 0 0 2 1 1 0 0 0 1 2 1 1 0 0 1 0 1 0 1 4 1
41 2 2 1 1 1 0 1 3 2 1 1 0 1 3 2 1 1 1 1 1 5 2 1 1 0 0 0 1 1 1 5 2
42 2 2 2 0 0 1 1 2 1 0 0 1 1 2 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 3 1
43 1 1 1 1 0 0 1 2 1 1 0 0 1 2 1 0 1 1 1 0 3 2 1 0 0 0 1 1 1 0 4 1
44 2 1 2 1 1 1 1 4 2 1 0 1 0 2 1 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2
45 2 2 1 0 1 0 1 2 1 1 1 1 1 4 2 0 1 1 1 1 4 2 1 0 0 1 1 0 1 1 5 2
46 3 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 2 1 1 0 0 1 0 2 1 0 1 1 1 0 1 0 0 4 1
47 2 2 2 0 1 1 0 2 1 1 1 1 1 4 2 1 0 1 0 0 2 1 1 0 1 1 1 0 1 1 6 2
48 2 1 2 1 1 1 1 4 2 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 2 1 0 1 1 0 1 1 0 0 4 1
49 2 2 2 1 0 0 1 2 1 1 1 0 0 2 1 1 1 1 1 1 5 2 0 0 0 1 0 1 1 1 4 1
50 1 2 2 0 1 1 1 3 2 1 1 1 1 4 2 0 1 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2
51 2 2 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 4 2 1 0 1 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2
Keterangan :
Umur : Pendidikan : Lama Kerja : Transaksional : Transaformasional : 3 : 17-24 tahun 2 : Perempuan 2 : ≥ 3 Tahun 1 : Ya Kategori : 2 : Baik 1 : Ya Kategori : 2 : Baik
2 : 25-32 tahun 1: Laki-Laki 1 : < 3 Tahun 0 : Tidak 1 : Tidak Baik 0 : Tidak 1 : Tidak Baik
1 : 33-40 tahun
Situasional : Kinerja :
1 : Ya Kategori : 2 : Baik 1 : Ya Kategori : 2 : Baik
0 : Tidak 1 : Tidak Baik 0 : Tidak 1 : Tidak Baik
85
Lampiran 4
HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 Jumlah
P1 Pearson Correlation 1 .121 .663** .179 .663
** .833
**
Sig. (2-tailed) .612 .001 .450 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation .121 1 -.252 .390 -.023 .408
Sig. (2-tailed) .612 .285 .089 .924 .074
N 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation .663** -.252 1 .066 .286 .553
*
Sig. (2-tailed) .001 .285 .783 .222 .011
N 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson Correlation .179 .390 .066 1 .285 .629**
Sig. (2-tailed) .450 .089 .783 .223 .003
N 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson Correlation .663** -.023 .286 .285 1 .701
**
Sig. (2-tailed) .001 .924 .222 .223 .001
N 20 20 20 20 20 20
Jumlah Pearson Correlation .833** .408 .553
* .629
** .701
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .074 .011 .003 .001
N 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.609 5
86
HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 Jumlah
P1 Pearson Correlation 1 .663** .663
** .179 -.032 .834
**
Sig. (2-tailed) .001 .001 .450 .895 .000
N 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation .663** 1 .286 .285 -.154 .699
**
Sig. (2-tailed) .001 .222 .223 .518 .001
N 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation .663** .286 1 .066 -.373 .542
*
Sig. (2-tailed) .001 .222 .783 .105 .014
N 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson Correlation .179 .285 .066 1 .192 .604**
Sig. (2-tailed) .450 .223 .783 .418 .005
N 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson Correlation -.032 -.154 -.373 .192 1 .243
Sig. (2-tailed) .895 .518 .105 .418 .303
N 20 20 20 20 20 20
Jumlah Pearson Correlation .834** .699
** .542
* .604
** .243 1
Sig. (2-tailed) .000 .001 .014 .005 .303
N 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.509 5
87
HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 Jumlah
P1 Pearson Correlation 1 .257 .663** .179 .663
** .769
**
Sig. (2-tailed) .274 .001 .450 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation .257 1 .134 .903** .356 .760
**
Sig. (2-tailed) .274 .574 .000 .123 .000
N 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation .663** .134 1 .066 .286 .594
**
Sig. (2-tailed) .001 .574 .783 .222 .006
N 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson Correlation .179 .903** .066 1 .285 .701
**
Sig. (2-tailed) .450 .000 .783 .223 .001
N 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson Correlation .663** .356 .286 .285 1 .723
**
Sig. (2-tailed) .001 .123 .222 .223 .000
N 20 20 20 20 20 20
Jumlah Pearson Correlation .769** .760
** .594
** .701
** .723
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .006 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.754 5
88
HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS KINERJA TENAGA KESEHATAN
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah
P1 Pearson Correlation 1 .167 .492* .204 .471
* .792
** .123 .583
** .082 .471
* .759
**
Sig. (2-tailed) .482 .027 .388 .036 .000 .605 .007 .731 .036 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation .167 1 -.123 .816** .236 .167 .328 .167 .903
** .257 .686
**
Sig. (2-tailed) .482 .605 .000 .317 .482 .158 .482 .000 .274 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation .492* -.123 1 .101 -.058 .287 -.192 .698
** -.010 -.032 .383
Sig. (2-tailed) .027 .605 .673 .808 .220 .418 .001 .966 .895 .096
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson Correlation .204 .816** .101 1 .346 .204 .101 .204 .905
** .314 .733
**
Sig. (2-tailed) .388 .000 .673 .135 .388 .673 .388 .000 .177 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson Correlation .471* .236 -.058 .346 1 .471
* .058 .000 .174 .787
** .588
**
Sig. (2-tailed) .036 .317 .808 .135 .036 .808 1.000 .463 .000 .006
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P6 Pearson Correlation .792** .167 .287 .204 .471
* 1 -.082 .375 .082 .471
* .649
**
Sig. (2-tailed) .000 .482 .220 .388 .036 .731 .103 .731 .036 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P7 Pearson Correlation .123 .328 -.192 .101 .058 -.082 1 -.082 .212 -.179 .228
Sig. (2-tailed) .605 .158 .418 .673 .808 .731 .731 .369 .450 .333
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P8 Pearson Correlation .583** .167 .698
** .204 .000 .375 -.082 1 .082 .043 .540
*
Sig. (2-tailed) .007 .482 .001 .388 1.000 .103 .731 .731 .858 .014
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P9 Pearson Correlation .082 .903** -.010 .905
** .174 .082 .212 .082 1 .179 .634
**
89
Sig. (2-tailed) .731 .000 .966 .000 .463 .731 .369 .731 .450 .003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P10 Pearson Correlation .471* .257 -.032 .314 .787
** .471
* -.179 .043 .179 1 .560
*
Sig. (2-tailed) .036 .274 .895 .177 .000 .036 .450 .858 .450 .010
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Jumlah Pearson Correlation .759** .686
** .383 .733
** .588
** .649
** .228 .540
* .634
** .560
* 1
Sig. (2-tailed) .000 .001 .096 .000 .006 .002 .333 .014 .003 .010
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.775 10
90
Lampiran 5
Jawaban Responden
P.Transak1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 16 31.4 31.4 31.4
Ya 35 68.6 68.6 100.0
Total 51 100.0 100.0
P.Transak2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 17 33.3 33.3 33.3
Ya 34 66.7 66.7 100.0
Total 51 100.0 100.0
P.Transak3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 22 43.1 43.1 43.1
Ya 29 56.9 56.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
P.Transak4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 16 31.4 31.4 31.4
Ya 35 68.6 68.6 100.0
Total 51 100.0 100.0
91
P.Transfor1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 17 33.3 33.3 33.3
Ya 34 66.7 66.7 100.0
Total 51 100.0 100.0
P.Transfor2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 19 37.3 37.3 37.3
Ya 32 62.7 62.7 100.0
Total 51 100.0 100.0
P.Transfor3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 17 33.3 33.3 33.3
Ya 34 66.7 66.7 100.0
Total 51 100.0 100.0
P.Transfor4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 17 33.3 33.3 33.3
Ya 34 66.7 66.7 100.0
Total 51 100.0 100.0
92
P.Situa1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 20 39.2 39.2 39.2
Ya 31 60.8 60.8 100.0
Total 51 100.0 100.0
P.Situa2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 25 49.0 49.0 49.0
Ya 26 51.0 51.0 100.0
Total 51 100.0 100.0
P.Situa3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 20 39.2 39.2 39.2
Ya 31 60.8 60.8 100.0
Total 51 100.0 100.0
P.Situa4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 20 39.2 39.2 39.2
Ya 31 60.8 60.8 100.0
Total 51 100.0 100.0
P.Situa5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 20 39.2 39.2 39.2
Ya 31 60.8 60.8 100.0
Total 51 100.0 100.0
93
KTS1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 17 33.3 33.3 33.3
Ya 34 66.7 66.7 100.0
Total 51 100.0 100.0
KTS2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 21 41.2 41.2 41.2
Ya 30 58.8 58.8 100.0
Total 51 100.0 100.0
KTS3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 20 39.2 39.2 39.2
Ya 31 60.8 60.8 100.0
Total 51 100.0 100.0
KTS4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 17 33.3 33.3 33.3
Ya 34 66.7 66.7 100.0
Total 51 100.0 100.0
94
KTS5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 22 43.1 43.1 43.1
Ya 29 56.9 56.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
KTS6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 11 21.6 21.6 21.6
Ya 40 78.4 78.4 100.0
Total 51 100.0 100.0
KTS7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 15 29.4 29.4 29.4
Ya 36 70.6 70.6 100.0
Total 51 100.0 100.0
KTS8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 20 39.2 39.2 39.2
Ya 31 60.8 60.8 100.0
Total 51 100.0 100.0
95
Frequencies
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 41-50 Tahun 11 21.6 21.6 21.6
31-40 Tahun 18 35.3 35.3 56.9
20-30 Tahun 22 43.1 43.1 100.0
Total 51 100.0 100.0
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 22 43.1 43.1 43.1
Perempuan 29 56.9 56.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
Lama_Bekerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid < 3 Tahun 28 54.9 54.9 54.9
> 3 Tahun 23 45.1 45.1 100.0
Total 51 100.0 100.0
96
Transaksional
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Baik 28 54.9 54.9 54.9
Baik 23 45.1 45.1 100.0
Total 51 100.0 100.0
Transformasional
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Baik 27 52.9 52.9 52.9
Baik 24 47.1 47.1 100.0
Total 51 100.0 100.0
Situasional
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Baik 31 60.8 60.8 60.8
Baik 20 39.2 39.2 100.0
Total 51 100.0 100.0
Kinerja_Tenaga_Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Baik 26 51.0 51.0 51.0
Baik 25 49.0 49.0 100.0
Total 51 100.0 100.0
97
Crosstabs
Transaksional * Kinerja_Tenaga_Kesehatan
Crosstab
Kinerja_Tenaga_Kesehatan
Total Tidak Baik Baik
Transaksional Tidak Baik Count 19 9 28
Expected Count 14.3 13.7 28.0
% within Transaksional 67.9% 32.1% 100.0%
% within Kinerja_Tenaga_Kesehatan
73.1% 36.0% 54.9%
% of Total 37.3% 17.6% 54.9%
Baik Count 7 16 23
Expected Count 11.7 11.3 23.0
% within Transaksional 30.4% 69.6% 100.0%
% within Kinerja_Tenaga_Kesehatan
26.9% 64.0% 45.1%
% of Total 13.7% 31.4% 45.1%
Total Count 26 25 51
Expected Count 26.0 25.0 51.0
% within Transaksional 51.0% 49.0% 100.0%
% within Kinerja_Tenaga_Kesehatan
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 51.0% 49.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.076a 1 .008
Continuity Correctionb 5.658 1 .017
Likelihood Ratio 7.250 1 .007
Fisher's Exact Test .012 .008
Linear-by-Linear Association 6.938 1 .008
N of Valid Casesb 51
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,27.
b. Computed only for a 2x2 table
98
Transformasional * Kinerja_Tenaga_Kesehatan
Crosstab
Kinerja_Tenaga_Kesehatan
Total Tidak Baik Baik
Transformasional Tidak Baik Count 20 7 27
Expected Count 13.8 13.2 27.0
% within Transformasional 74.1% 25.9% 100.0%
% within Kinerja_Tenaga_Kesehatan
76.9% 28.0% 52.9%
% of Total 39.2% 13.7% 52.9%
Baik Count 6 18 24
Expected Count 12.2 11.8 24.0
% within Transformasional 25.0% 75.0% 100.0%
% within Kinerja_Tenaga_Kesehatan
23.1% 72.0% 47.1%
% of Total 11.8% 35.3% 47.1%
Total Count 26 25 51
Expected Count 26.0 25.0 51.0
% within Transformasional 51.0% 49.0% 100.0%
% within Kinerja_Tenaga_Kesehatan
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 51.0% 49.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 12.244a 1 .000
Continuity Correctionb 10.359 1 .001
Likelihood Ratio 12.786 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 12.004 1 .001
N of Valid Casesb 51
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,76.
b. Computed only for a 2x2 table
99
Situasional * Kinerja_Tenaga_Kesehatan
Crosstab
Kinerja_Tenaga_Kesehatan
Total Tidak Baik Baik
Situasional Tidak Baik Count 22 9 31
Expected Count 15.8 15.2 31.0
% within Situasional 71.0% 29.0% 100.0%
% within Kinerja_Tenaga_Kesehatan
84.6% 36.0% 60.8%
% of Total 43.1% 17.6% 60.8%
Baik Count 4 16 20
Expected Count 10.2 9.8 20.0
% within Situasional 20.0% 80.0% 100.0%
% within Kinerja_Tenaga_Kesehatan
15.4% 64.0% 39.2%
% of Total 7.8% 31.4% 39.2%
Total Count 26 25 51
Expected Count 26.0 25.0 51.0
% within Situasional 51.0% 49.0% 100.0%
% within Kinerja_Tenaga_Kesehatan
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 51.0% 49.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 12.637a 1 .000
Continuity Correctionb 10.680 1 .001
Likelihood Ratio 13.314 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 12.389 1 .000
N of Valid Casesb 51
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,80.
b. Computed only for a 2x2 table
100
Logistic Regression
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 39.167a .461 .615
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95,0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Transaksional 2.286 .947 5.830 1 .016 9.839 1.538 62.945
Transformasional 2.559 .917 7.784 1 .005 12.918 2.141 77.948
Situasional 3.048 1.027 8.807 1 .003 21.081 2.815 157.858
Constant -11.170 3.185 12.301 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Transaksional, Transformasional, Situasional.
101
Lampiran 6
102
Lampiran 7
103
Lampiran 8
104
Lampiran 9
105
Lampiran 10
106
Lampiran 11
107
Lampiran 12
108
Lampiran 13
109
Lampiran 15
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Pembagian Kuesioner Uji Validitas di Puskesmas Peureulak
Gambar 2. Pembagian Kuesioner Uji Validitas di Puskesmas Peureulak
110
Gambar 3. Pembagian Kuesioner Uji Validitas di Puskesmas Peureulak
Gambar 4. Pembagian Kuesioner Uji Validitas di Puskesmas Peureulak
111
Gambar 5. Pembagian Kuesioner Penelitian
Gambar 6. Pembagian Kuesioner Penelitian
112
Gambar 7. Pembagian Kuesioner Penelitian
Gambar 8. Pembagian Kuesioner Penelitian
113
Gambar 9. Pembagian Kuesioner Penelitian
Gambar 10. Pembagian Kuesioner Penelitian
114
Gambar 11. Pembagian Kuesioner Penelitian
Gambar 12. Pembagian Kuesioner Penelitian