pengaruh faktor utaut terhadap e-retention dengan e

20
Pengaruh Faktor UTAUT terhadap E-retention dengan E-satisfaction sebagai Variabel Antara (Studi pada E-learning karyawan PT Indo Tambangaraya Megah Tbk Jakarta Office) PRIYANKA AGUSTINA dan FIBRIA INDRIATI DWI LIESTIAWATI Program studi Ilmu Administrasi Niaga FISIP, Universitas Indonesia Abstrak Faktor Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) merupakan faktor yang berasal dari Model penerimaan teknologi UTAUT, yang digunakan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan individu terhadap implementasi suatu teknologi baru dalam perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor UTAUT terhadap E-retention dengan E-satisfaction sebagai variabel antara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data total sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh Performance Expectancy terhadap E-retention secara signifikan; (2) terhadap pengaruh Effort Expectancy terhadap E-retention secara signifikan; (3) tidak terhadap pengaruh Social Influence terhadap E-retention secara signifikan; (4) terdapat pengaruh Facilitating Conditions terhadap E-retention secara signifikan; (5) terdapat pengaruh E-satisfaction terhadap E-retention secara signifikan; dan (6) terdapat pengaruh Faktor UTAUT terhadap E- retention dengan E-satisfaction sebagai variabel antara. Akan tetapi, pengaruh lebih besar ditunjukkan melalui pengaruh antara faktor UTAUT terhadap E-retention secara langsung tanpa melalui E-satisfaction. Abstract Factors on Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) are factors derived from UTAUT technology acceptance model, which is used to describe the factors that influence the acceptance of individuals on the implementation of a new technology in the enterprise. This study aimed to analyze the influence of UTAUT factors on E-retention with E- satisfaction as mediating variable. This study uses a quantitative approach with the total samples. The results showed that: (1) Performance Expectancy influences E-retention significantly, (2) Effort Expectancy influences E-retention significantly, (3) Social Influence influences E-retention not significantly, (4) Facilitating Conditions influences E-retention significantly, (5) E-satisfaction influences E-retention significantly, and (6) UTAUT Factors influence E-retention with E-satisfaction as an mediating variable. However, the bigger impact is shown through the influence of UTAUT Factors on E-retention directly without going through the E-satisfaction. Keywords: E-learning; E-retention; E-satisfaction; Effort Expectancy; Facilitating Conditions; Performance Expectancy; Social Influence. Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

Upload: others

Post on 19-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengaruh Faktor UTAUT terhadap E-retention dengan E-satisfaction

sebagai Variabel Antara (Studi pada E-learning karyawan PT Indo

Tambangaraya Megah Tbk Jakarta Office)

PRIYANKA AGUSTINA dan FIBRIA INDRIATI DWI LIESTIAWATI

Program studi Ilmu Administrasi Niaga FISIP, Universitas Indonesia

Abstrak

Faktor Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) merupakan faktor

yang berasal dari Model penerimaan teknologi UTAUT, yang digunakan untuk

menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan individu terhadap

implementasi suatu teknologi baru dalam perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pengaruh faktor UTAUT terhadap E-retention dengan E-satisfaction sebagai

variabel antara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik

pengumpulan data total sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh

Performance Expectancy terhadap E-retention secara signifikan; (2) terhadap pengaruh Effort

Expectancy terhadap E-retention secara signifikan; (3) tidak terhadap pengaruh Social

Influence terhadap E-retention secara signifikan; (4) terdapat pengaruh Facilitating

Conditions terhadap E-retention secara signifikan; (5) terdapat pengaruh E-satisfaction

terhadap E-retention secara signifikan; dan (6) terdapat pengaruh Faktor UTAUT terhadap E-

retention dengan E-satisfaction sebagai variabel antara. Akan tetapi, pengaruh lebih besar

ditunjukkan melalui pengaruh antara faktor UTAUT terhadap E-retention secara langsung

tanpa melalui E-satisfaction.

Abstract

Factors on Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) are factors

derived from UTAUT technology acceptance model, which is used to describe the factors that

influence the acceptance of individuals on the implementation of a new technology in the

enterprise. This study aimed to analyze the influence of UTAUT factors on E-retention with E-

satisfaction as mediating variable. This study uses a quantitative approach with the total

samples. The results showed that: (1) Performance Expectancy influences E-retention

significantly, (2) Effort Expectancy influences E-retention significantly, (3) Social Influence

influences E-retention not significantly, (4) Facilitating Conditions influences E-retention

significantly, (5) E-satisfaction influences E-retention significantly, and (6) UTAUT Factors

influence E-retention with E-satisfaction as an mediating variable. However, the bigger

impact is shown through the influence of UTAUT Factors on E-retention directly without

going through the E-satisfaction.

Keywords: E-learning; E-retention; E-satisfaction; Effort Expectancy; Facilitating

Conditions; Performance Expectancy; Social Influence.

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

PENDAHULUAN

Internet atau Interconnection Networking bukan menjadi hal baru dalam masyarakat.

Teknologi informasi tersebut saat ini berkembang dengan sangat pesat (Indonesia Press

Online Services, 2012). Di zaman sekarang ini, masyarakat pada umumnya mulai

mengandalkan teknologi informasi internet karena dianggap semakin menuju ke arah

efisiensi, sehingga menghemat waktu dan biaya.

Berdasarkan perspektif sistem pembelajaran yang dikemukakan Marquardt (1996)

dalam Wan-Tzu Wong dan Neng-Tang Norman Huang (2011), teknologi dapat digunakan

sebagai dasar pembelajaran berbasis teknologi yang berkontribusi sebagai infrastuktur dan

ketika digunakan untuk mendukung pembelajaran (learning) melalui internet, maka dapat

disebut dengan teknologi e-learning. E-learning merupakan konsekuensi logis dari adanya

perkembangan teknologi internet. Rae (2000) mengatakan bahwa e-learning telah menjadi

‘revolusi’ terbesar di dalam dunia pelatihan dan pengembangan pada beberapa tahun terakhir.

Karena memberikan banyak fleksibilitas dalam hal pemilihan tempat dan waktu dalam

belajar Fuji et al. (2004) dalam Imamoglu (2007), e-learning merupakan suatu pembelajaran

diri (self-learning), di mana karyawan melakukan sendiri, tidak ada pihak yang dapat

mengontrol secara langsung penggunaan e-learning. Maka dari itu, penting bagi perusahaan

untuk berfokus pada retensi karyawan terhadap e-learning atau disebut dengan e-retention.

Retensi sering dilihat identik dengan loyalitas (Al-Hawari, 2006; Al-Hawari dan

Ward, 2004 dalam Al-Hawari & Mouakket 2010). Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya

kesepakatan di antara akademik dan praktisioner, bahwa retensi dan loyalitas adalah dua hal

yang sama (Maloles, 1997, dalam Al-Hawari & Mouakket, 2010). Berdasarkan hal tersebut,

penelitian ini melihat dua hal tersebut sebagai suatu konsep yang sama dan istilah retensi yang

akan digunakan dalam penelitian ini.

Untuk dapat menghasilkan retensi terhadap e-learning dibutuhkan adanya kepuasan

atau yang disebut dengan e-satisfaction. Kozak dan Rimmington (2000) dalam Mechinda et.

al (2009) mengatakan kepuasan memiliki peranan yang sangat penting terhadap loyalitas atau

retensi karena mempengaruhi keputusan seseorang untuk memilih tujuan dan memilih untuk

kembali. Untuk itu, secara umum, kepuasan yang positif ditemukan dalam mempengaruhi

retensi (Nguyen dan LeBlanc, 1998 dalam Al-Hawari dan Mouakket, 2010).

Salah satu perusahaan yang mengadopsi e-learning sebagai program pelatihan

karyawan adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk, yang merupakan salah satu perusahaan

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

pemasok batubara di Indonesia. Penelitian ini akan berfokus pada program Tell Me More

(TMM) sebagai program yang sudah berjalan selama satu periode yaitu 2011/2012.

Berdasarkan hasil survei evaluasi perusahaan, terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan e-learning pada karyawan.

Sumber: Data Sekunder dari PT. Indo Tambangraya Megah Tbk (2012)

Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan E-learning Tell Me More (TMM)

(n= 24)

Hasil survei pada gambar 1 membuktikan bahwa teknologi seperti e-learning yang

dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas, memang harus diterima dan digunakan oleh

karyawan dalam perusahaan (Venkatesh, et al., 2003). Maka dari itu, diperlukannya suatu

evaluasi dalam pelatihan (Decenzo & Robbins, 2002) yang menjadi suatu tahapan di mana

perusahaan dapat melihat seberapa baik hasil yang didapat melalui pelatihan dan apakah

metode pelatihan yang dipakai adalah metode terbaik untuk mencapai tujuan (Dessler, 2003).

Perusahaan perlu memutuskan bagaimana menentukan efektivitas program pelatihan dengan

mengidentifikasi hasil pelatihan atau terdapat kriteria yang akan diukur (Noe, 2010).

Dalam penelitian ini akan digunakan model Unified Theory of Acceptance and Use of

Technology (UTAUT) untuk mengukur implementasi e-learning yang terdiri empat faktor,

yaitu performance expectancy (kepercayaan yang dimiliki individu bahwa kinerjanya akan

semakin baik apabila menggunakan teknologi), effort expectancy (ekspektasi kemudahan

dalam penggunaan teknologi), social influence (pengaruh orang lain untuk menggunakan

teknologi), dan facilitating conditions (dukungan infrastruktur dan teknikal perusahaan dalam

menggunakan teknologi). Model tersebut diperkenalkan oleh Venkatesh et al. (2003) dan

dianggap lebih cocok untuk menilai kemungkinan suksesnya implementasi suatu teknologi

baru dalam organisasi serta sudah divalidasi dalam penelitian yang empiris (Lai & Chen,

2009; Min, Ji & Qu, 2008; dalam Wan-Tzu Wong & Neng-Tang Norman Huang, 2011).

Yang ingin dilihat peneliti dalam penelitian ini adalah: (1) pengaruh Performance

Expectancy terhadap E-retention; (2) pengaruh Effort Expectancy terhadap E-retention; (3)

0 2 4 6 8 10 12 14

Social Influence

Personal Habit

Work Load

Reward

Intranet

Trending Topics

3

0

13

2

6

2

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

pengaruh Social Influence terhadap E-retention; (4) pengaruh Facilitating Conditions

terhadap E-retention; (5) pengaruh E-satisfaction terhadap E-retention; serta, (6) pengaruh

Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social influence, dan Facilitating Conditions

terhadap E-retention dengan E-satisfaction sebagai variabel antara.

TINJAUAN TEORITIS

E-learning

Menurut Mondy (2008), e-learning merupakan sistem penyampaian pelatihan dan

pengembangan untuk instruksi online. Dalam hal ini, “e” pada e-learning mengacu pada

electronic (Barrow, 2003). E-learning didefinisikan Davies (2001, p:9) dalam Vaugan dan

MacVicar (2004) sebagai penggunaan teknologi multimedia elektronik yang digunakan untuk

memberikan pendidikan, keterampilan informasi, pengetahuan dan program belajar individu

untuk khalayak yang besar, yang berpotensi di seluruh dunia, dengan menggunakan internet,

intranet dan berbasis sistem teknologi lainnya. Kemudian, Rosenberg (2001) mengatakan e-

learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk memberikan susunan solusi yang

luas yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kinerja.

Dalam Implementasinya, e-learning memberikan kelebihan-kelebihan dibandingkan

dengan sistem penyampaian pelatihan lainnya. Menurut Noe (2010), e-learning adalah dapat

diakses kapan saja dan di mana saja, dan pelatihan dapat disampaikan kepada karyawan yang

tersebar secara geografis pada lokasi masing-masing yang akan mengurangi biaya perjalanan

terkait dengan membawa karyawan pada satu lokasi pelatihan.

Selain memiliki keuntungan, penerapan e-learning juga ternyata memiliki kekurangan.

Menurut Rosenberg (2006), e-learning menggunakan teknologi informasi, sehingga tidak

semua orang terutama orang yang masih awam dapat menggunakannya dengan baik dan juga

tidak semua orang mau menggunakan e-learning sebagai media belajar. Selain itu, karena

dilakukan secara online, kurang terdapatnya motivasi di antara karyawan untuk

menggunakan. Akses menggunakan e-learning pun dapat terbatas apabila karyawan kesulitan

dalam akses intranet (Noe, 2010).

Teori Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Theory)

Technology Acceptance Model (TAM), yang diperkenalkan oleh Davis pada tahun

1989, adalah teori penerimaan teknologi yang secara umum digunakan untuk memprediksi

penerimaan, adopsi, dan penggunakan sistem informasi (Halawi dan McCarthy, 2007; dalam

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

Al-Hawari dan Mouakket, 2010). TAM menjelaskan penerimaan teknologi informasi dalam

menjalankan tugas serta dua kunci penentu yang meningkatkan penggunaan teknologi yaitu

mengidentifikasi kegunaan yang dirasakan (perceived of usefulness) dan kemudahan yang

dirasakan dalam penggunaan (perceived ease of use) (Wan-Tzu Wong & Neng-Tang Norman

Huang, 2011). Meskipun model tersebut didukung oleh studi empiris (Lee and Lee, 2008;

Parka, Romanb, Leec, dan Chungd, 2009; Roca et al., 2006), para kritikus meragukan model

ini hanya dapat digunakan dalam konteks pendidikan (Ma, Andersson, Streith, 2005), dan

mengabaikan pengaruh sosial dalam penerimaan teknologi (Chen, Gillensonb, & Sherrell,

2002, dalam Wan-Tzu Wong & Neng-Tang Norman Huang, 2011).

Salah satu model teoritis yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan dari TAM

adalah Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT). UTAUT merupakan

model teoritis diperkenalkan oleh Venkatesh et .al pada tahun 2003. Dalam konsepnya,

UTAUT menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan individu terhadap

teknologi informasi dengan menggunakan teori terkait psikologi (psychology) dan perilaku

(behavior), sehingga memperluas konsep dari TAM agar sesuai dengan lingkungan kerja

(Wan-Tzu Wong & Neng-Tang Norman Huang, 2011). Untuk itu, Model UTAUT dinilai

lebih cocok, sehingga dapat digunakan untuk menilai kemungkinan keberhasilan

implementasi suatu teknologi baru dan telah divalidasi melalui penelitian empiris (Lai&

Chen, 2009; Min, Ji, & Qu, 2008); dalam Wan-Tzu Wong & Neng-Tang Norman Huang,

2011). UTAUT dikembangkan melalui pengkajian yang dilakukan terhadap delapan model

teori penerimaan yang banyak digunakan pada penelitian informasi sebelumnya.

Tabel 1.

Model dan Teori Penerimaan Individu terhadap Teknologi

Model Peneliti Konsep

Theory of Reasoned

Action (TRA)

Fishbein

dan Azjen

(1975)

Diambil dari social Psychology, TRA adalah salah satu teori yang paling

mendasar dan berpengaruh pada perilaku manusia. Model ini telah

digunakan untuk memprediksi berbagai perilaku (Sheppard et. al, 1988).

Technology Acceptance

Model (TAM)

Davis

(1989)

Didesign untuk memprediksi penerimaan dan penggunaan teknologi

informasi pada pekerjaan.

Motivational Model

(MM) Davis et al.

(1992)

Teori motivasi yang dikembangkan untuk memahami adopsi dan

penggunaan teknologi baru.

Theory of Planned

Behavior (TPB)

Ajzen

(1998)

TPB diperpanjang TRA dengan menambahkan konstruk kontrol perilaku

yang dirasakan (perceived behavioral control). Di TPB, kontrol perilaku

yang dirasakan diteori menjadi penentu tambahan niat dan perilaku.

Combine TAM and

TPB (C-TAM-TPM)

Taylor dan

Todd (1995)

Merupakan kombinasi antara TPB dengan perceived of usefulness dari TAM

untuk mendukung sebuah model hybrid.

Model of PC

Utilization (MPCU)

Thompson,

et. al (1991)

Merupakan pengembangan dari Triandis Theory of Human Behavior yang

diadaptasikan dan diperhalus untuk konteks sistem infomasi. Model ini

digunakan untuk memprediksi pemanfaatan PC.

Innovation Diffusion

Theory (IDT)

Rogers

(1962)

Telah digunakan sejak tahun 1960 untuk mempelajari berbagai inovasi,

mulai dari alat-alat pertanian untuk inovasi organisasi (Tornatzky & Klein,

1982). Moore and Benbasat (1991) kemudian mengadopsi karakteristik

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

Model Peneliti Konsep

inovasi tersebut dan memperhalus satu set konstruksi yang dapat digunakan

untuk mempelajari penerimaan pada teknologi.

Social Cognitive

Theory (SCT)

Bandura

(1977)

Memahami perilaku manusia guna mengetahui penerimaan dan penggunaan

pengguna terhadap teknologi informasi secara general.

Sumber: Venkatesh et al. (2003)

Berdasarkan kajian dari delapan model teoritis tersebut, Venkatesh et. al (2003)

mengemukakan empat gagasan teori yang akan memainkan peranan penting sebagai faktor

langsung yang mempengaruhi penerimaan pengguna dan perilaku pemakaian (usage

behavior). Lebih lanjut lagi, dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan model UTAUT

secara keseluruhan. Penelitian ini hanya akan berfokus pada faktor-faktor yang langsung

mempengaruhi penerimaan pengguna dan perilaku pemakaian teknologi, yaitu:

1. Performance Expectancy, didefinisikan sebagai tingkat ekspektasi yang dimiliki setiap

individu bahwa penggunaan sistem teknologi akan membantu dalam peningkatan

kinerja (job performance). Faktor ini merupakan prediktor terkuat dan tetap signifikan

baik dalam penggunaan secara sukarela atau wajib (Venkatesh et .al, 2003).

2. Effort Expectancy, didefinisikan sebagai tingkat ekspektasi yang dimiliki seorang

individu terhadap kemudahan dalam penggunaan teknologi. Konstruk Effort

Expectancy pada setiap model tersebut signifikan, baik dalam konteks penggunaan

secara sukarela maupun kewajiban. Namun, masing-masing hanya signifikan hanya

pada saat periode pertama saja, dan menjadi tidak signifikan lagi selama periode

penggunaan diperpanjang kembali dan berkelanjutan.

3. Social Influence didefinisikan sebagai sejauh mana seorang individu merasakan bahwa

pentingnya kepercayaan orang bahwa individu harus menggunakan teknologi tersebut.

Venkatesh dan Davis (2000) dalam Venkatesh et .al (2003) mengatakan bahwa

kepatuhan menggunakan dalam konteks wajib akan menyebabkan pengaruh sosial

memiliki efek langsung pada niat, dan begitu pula sebaliknya.

4. Facilitating Conditions, didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan individu bahwa

infrastruktur organisasi dan teknikal tersedia untuk mendukung penggunaan teknologi.

E-satisfaction

Menurut Jamal dan Naser (2003, dalam Al-Hawari & Mouakket, 2010), kepuasan

adalah lahan pemasaran yang diartikan secara umum sebagai perasaan atau pertimbangan dari

konsumen kepada produk atau jasa setelah konsumen menggunakannya. Dalam konteks

kepuasaan terhadap elektronik, e-satisfaction muncul sebagai suatu istilah. Electronic

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

satisfaction menurut Lee (2001: p.75; dalam Teimouri dan Kazemi, 2012) adalah kepuasan

pelanggan terhadap tingkat dukungan untuk menerima dan mengirim barang atau jasa

pesanan, layanan purna jual, harga barang dan jasa, kualitas konten website, kecepatan situs,

keandalan situs, kemudahan menggunakan situs, dan situs keamanan finansial serta privasi

pribadi. Sedangkan, Oliver (1989: p. 29) dalam Teimouri dan Kazemi (2012) mengatakan

Electronic satisfaction merupakan kepuasan pelanggan terhadap tingkat desain web serta

kenyamanan dan keamanan pembelian.

Selain itu, Szymanski dan Hise (2000) dalam Sahadev dan Purani (2008) melihat

bahwa e-satisfaction sebagai penghakiman atas keseluruhan pengalaman online selama

periode waktu tertentu. Kemudian, loyalitas atau retensi terhadap e-learning dianggap sebagai

hasil dari kepuasan terhadap e-learning (Sahadev dan Purani, 2008). Kepuasan memiliki

peranan yang sangat penting terhadap loyalitas atau retensi karena mempengaruhi keputusan

seseorang untuk memilih tujuan dan memilih untuk kembali. Jika mereka puas, mereka akan

lebih mungkin untuk menggunakan e-learning kembali. Untuk itu, secara umum, kepuasan

yang positif ditemukan dalam mempengaruhi retensi (Nguyen dan LeBlanc, 1998 dalam Al-

Hawari& Mouakket, 2010).

E-retention

Retensi (retention) sering disamakan sebagai loyalitas (Al-Hawari, 2006, Al-Hawari &

Ward, 2004, dalam Al-Hawari & Mouakket, 2010). Dalam hal ini, tampaknya terdapat

kesepakatan di antara akademik dan praktisioner, bahwa retensi dan loyalitas adalah dua hal

yang sama (Maloles, 1997 dalam Al-Hawari & Mouakket, 2010). Maka dari itu, penelitian ini

akan memperlakukan kedua sebagai sesuatu yang sama. Untuk alasan tersebut, peneliti akan

menggunakan istilah e-retention dalam menggambarkan retensi terhadap e-learning. Hal

serupa juga dilakukan oleh Al-Hawari & Mouakket (2010).

Oliver (1997) menjelaskan loyalitas atau retensi sebagai sebuah komitmen mendalam

untuk melakukan pembelian ataupun kunjungan ulang terhadap suatu produk ataupun jasa

yang dipilih secara konsisten di masa mendatang, yang akan menyebabkan pengulangan

pembelian merek yang sama atau lini produk dari merek yang sama, meskipun terdapat

pengaruh situasi dan usaha pemasaran yang berpotensi menyebabkan perilaku berpindah.

Selain melakukan pembelian ulang secara teratur, menurut Griffin (2005), pelanggan

yang loyal akan mereferensikan atau merekomendasikan produk yang dikonsumsinya kepada

orang lain, sehingga orang lain mau menggunakan. Tidak hanya itu, menurut Zeithaml (1996)

dalam Sahadev dan Purani (2008), konsumen dengan loyalitas yang lebih besar akan

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

melakukan hal-hal seperti mengeluarkan kata-kata positif terkait produsen maupun produk

(positive word of mouth). Lebih lanjut lagi, loyalitas konsumen dapat dinyatakan dalam

perilaku. Perilaku ini dapat diwujudkan dalam keinginan besar untuk mempertahankan

hubungan, seperti kecenderungan untuk menyampaikan keluhan serta kritik yang membangun

atau pun kata-kata yang yang mengekspresikan kesediaan positif untuk bergabung dengan

penyedia barang atau jasa pilihan konsumen (Cristou, 2001; dalam Ltifi, 2012). Mengacu

pada jurnal yang ditulis oleh Al-Hawari & Mouakket (2010), e-retention dalam penelitian ini

dapat didefinisikan sebagai sejauh mana pengguna menunjukkan perilaku (behavior) berulang

untuk e-learning, dan memiliki disposisi sikap dan kognitif yang positif.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan tujuannya, penelitian

ini termasuk ke dalam penelitian eksplanatif yang bertujuan menjelaskan bagaimana sebuah

fenomena sosial terjadi dengan melakukan pengujian terhadap sebuah prediksi teori atau

prinsip dan menguji hubungan antar variabel. Kemudian dilihat dari manfaat, penelitian ini

dikategorikan dalam penelitian terapan karena ditujukan secara langsung untuk memecahkan

masalah dan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi bagi masalah tertentu (Neuman, 1994).

Kemudian, teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua, yaitu: (1) studi kepustakaan

melalui buku, internet, jurnal, dan tinjauan pustaka terhadap beberapa penelitian sebelumnya

serta data sekunder dari perusahaan terkait dengan e-learning, dan (2) studi lapangan dengan

menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam untuk mendukung data kuesioner yang

dilakukan terhadap staf karyawan learning administration dan juga karyawan yang menjadi

peserta dan pengguna e-learning. Skala penilaian yang digunakan dalam instrumen penelitian

yaitu skala likert yang digunakan secara luas dan sangat umum digunakan pada penelitian

survei (Neuman, 1994). Skala ini di-design untuk memeriksa seberapa kuat subjek

menyepakati atau tidak dengan pernyataan dalam 5 skala yaitu sangat sangat tidak setuju,

setuju, bukan setuju atau pun tidak setuju (netral), setuju dan sangat setuju (Sekaran, 2011).

Dalam penelitian ini, sampel yang akan digunakan oleh peneliti adalah total sampling,

yaitu mencakup seluruh karyawan PT Indo Tambangraya Megah Tbk Jakarta Office yang

menjadi partisipan dalam e-learning pada periode 2011/2012 sejumlah 84 karyawan. Dengan

metode pengambilan sampel ini diharapkan hasilnya dapat cenderung lebih mendekati nilai

sesungguhnya dan dapat memperkecil pula terjadinya kesalahan atau penyimpangan terhadap

nilai populasi (Usman dan Akbar, 2006). Pemilihan Jakarta Office didasarkan pada beberapa

pertimbangan seperti: (1) Permasalahan teknis terkait sistem internet di site yang kurang

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

mendukung, (2) karyawan site masih banyak yang mengakses internet melalui Personal

Computer (PC) di mana koneksi intranet yang didapat lebih sulit daripada ketika

menggunakan laptop, (3) masalah praktis karena akses ke site yang tidak memungkinkan, dan

(4) masalah efisiensi waktu dalam penelitian.

Gambar 2. Model Penelitian

Sumber: Hasil olah peneliti (2012)

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi pengguna secara langsung maupun tidak langsung dalam menggunakan e-

learning. Menurut hasil penelitian Jiinpo Wu (2006) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi Information System Continuance Intention seperti Computer Self Efficacy

pada pengguna e-learning, Perceived Usefulness, Confirmation, dan Satisfaction levels.

Sementara hasil penelitian Imamoglu (2007) menyatakan intention to use, ability to use dan

komitmen memainkan peranan sebagai mediator antara perceived ease of use dan perceived of

usefulness terhadap e-learning. Kemudian dalam penelitian Packham (2004) juga dinyatakan

terdapat hambatan intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi siswa tertarik dalam e-

learning. Yang terakhir, penelitian Ya-Ching Lee (2006) menunjukkan adanya pengaruh

langsung mau pun tidak langsung yang berasal faktor-faktor penerimaan dalam mengadopsi

E-learning System. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan faktor-faktor dari model

penerimaan teknologi dari Venkatesh et. al (2003) Unified Theory of Acceptanceand Use of

Technology (UTAUT) yang akan mempengaruhi e-retention.

H1: Terdapat pengaruh performance expectancy terhadap e-retention;

H2: Terdapat pengaruh effort expectancy terhadap e-retention;

H3: Terdapat pengaruh social influence terhadap e-retention; dan,

H4: Terdapat pengaruh facilitating conditions terhadap e-retention.

Faktor UTAUT

H1

H2

H3

H4

H5 E- Satisfaction

(Y)

E-retention

(Z)

Performance

Expectancy (X1)

Social Influence

(X3)

Effort

Expectancy (X2)

Facilitating

Conditions (X4)

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

Banyak penelitian melakukan investigasi terhadap hubungan antara tingkat kepuasan

dan retensi (Ranaweera dan Prabhu, 2003, dalam Al-hawari dan Mouakket, 2010). Ribbink et.

al (2004) mengatakan bahwa e-loyalty umumnya dikaitkan pada e-satisfaction. Hasil

penelitiannya mengatakan bahwa e-satisfaction mempengaruhi e-loyalty secara positif dan

signifikan. Selain itu, penelitian Al-hawari dan Mouakket (2010) menunjukkan E-satisfaction

menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan level E-retention dan memiliki pengaruh

signifikan terhadap salah satu faktor TAM, yaitu ease of use, terhadap e-retention.

H5: Terdapat pengaruh e-satisfaction dengan e-retention;

H6: Terdapat pengaruh performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan

facilitating conditions terhadap e-retention dengan e-satisfaction sebagai variabel

antara.

Tabel 2.

Operasionalisasi Konsep Variabel Indikator Skala

Performance

Expectancy

(Venkatesh, et. al,

2003)

– Menggunakan e-learning bermanfaat bagi pekerjaan (PE1)

– Menggunakan e-learning membantu menyelesaikan pekerjaan dengan cepat (PE2)

– Pembelajaran melalui e-learning membuat produktivitas meningkat (PE3)

– E-learning membantu meraih peningkatan kemampuan (PE4)

Interval

Interval

Interval

Interval

Effort Expectancy

(EE) (Venkatesh, et.

al, 2003)

– Interaksi dengan e-learning dapat dipahami dan jelas bagi pengguna (EE1 dan EE2)

– Akan lebih mudah bagi pengguna untuk menggunakan e-learning jika pengguna

memiliki keahlian dalam teknologi (EE3)

– E-learning mudah untuk digunakan (EE4)

– Memperlajari bagaimana mengoperasikan e-learning adalah hal yang mudah (EE5)

Interval

Interval

Interval

Interval

Social Influence (SI)

(Venkatesh, et. al,

2003)

– Orang-orang yang mempengaruhi perilaku pengguna berpikir bahwa pengguna harus

menggunakan e-learning (SI1)

– Orang-orang yang berarti bagi pengguna berpikir bahwa pengguna harus

menggunakan e-learning (SI2)

– Senior dalam perusahaan membantu dalam menggunaan e-learning (SI3)

– Secara umum, perusahaan mendukung penggunaan e-learning (SI4)*

Interval

Interval

Interval

Interval

Facilitating

Conditions (FC)

(Venkatesh, et. al,

2003)

– Memiliki pengetahuan yang cukup untuk menggunakan e-learning (FC1)

– Teknologi lain mendukung dalam penggunaan e-learning (FC2 dan FC3)

– Memiliki sumber daya yang cukup untuk menggunakan e-learning (FC4,FC5, dan

FC6)

– Ada seseorang yang membantu apabila mengalami kesulitan dalam penggunaan e-

learning (FC7, FC8, dan FC9)*

Interval

Interval

Interval

Interval

E-satisfaction

(Ribbink et al., 2004;

Sahadev dan Purani ,

2008; dalam Al-

hawari & Mouakket,

2010)

– Kepuasan terhadap service yang diberikan e-learning (E-satisfaction1)

– Kepuasan terhadap fitur design yang ada pada e-learning (E-satisfaction2 dan E-

satisfaction3)

– Kepuasan terhadap kegunaan yang dirasakan melalui e-learning (E-satisfaction4)

– Kepuasan terhadap kenikmatan yang didapat saat menggunakan e-learning (E-

satisfaction5)

– Kepuasan terhadap kemudahan dalam menggunakan e-learning (E-satisfaction6)

Interval

Interval

Interval

Interval

Interval

E-retention

(Zeithaml et al., 2006;

Ribbink et al., 2004;

Cry et al., 2006; dalam

Al-hawari &

Mouakket, 2010)

– Keinginan untuk menggunakan e-learning secara kontinu (E-retention1)

– Merekomendasikan e-learning kepada orang lain (E-retention2)

– Menganjurkan orang lain untuk menggunakan e-learning (E-retention3)

– Mengatakan hal yang positif mengenai e-learning (E-retention4)

– Keinginan untuk tetap terus menggunakan e-learning walaupun menghadapi masalah

dalam penggunaannya (E-retention5)

Interval

Interval

Interval

Interval

Interval

Sumber: Hasil Olah Peneliti (2012)

Catatan: * dihapus berdasarkan uji validitas

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

Analisis data yang dilakukan menggunakan regresi sederhana (simple regression)

untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen yaitu Performance Expectancy;

Effort Expectancy; Social Influence; dan Facilitating Conditions terhadap variabel dependen

E-retention serta pengaruh E-satisfaction terhadap E-retention. Kemudian digunakan juga

regresi berganda (multiple regression) untuk melihat pengaruh variabel independen yaitu

Performance Expectancy; Effort Expectancy; Social Influence; dan Facilitating Conditions

secara bersama-sama terhadap variabel antara E-satisfaction dan yang terakhir digunakan

analisis jalur (path analysis) untuk menentukan seberapa besar pengaruh dari masing-masing

variabel (De Vaus, 1996), dengan menggunakan SPSS 17.0.

Untuk pengujian hipotesis, pada regresi sederhana (simple regression), peneliti akan

menggunakan uji t dengan melihat nilai signifikansinya pada pada tabel uji koefisien variabel,

sedangkan uji signifikansi pada regresi berganda (multiple regression) akan digunakan uji F

dengan melihat nilai signifikansinya pada tabel ANOVA. Nilai signifikansi yang

diperkenankan untuk menjawab hipotesis utama adalah 0,05. Apabila nilai signifikansi berada

di bawah 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan, jika nilai signifikansinya berada

di atas 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Dari 84 responden, sebanyak 9 karyawan sudah resign dari perusahaan, 3 karyawan

pindah ke site lain dan seorang karyawan yang sedang mengambil cuti. Dengan demikian

sampel penelitian ini adalah 71 karyawan. Dari 71 kuesioner yang disebarkan kepada para

karyawan pengguna e-learning, kuesioner kembali seluruhnya dengan jumlah yang sama.

Akan tetapi, setelah melakukan uji validitas, dari 71 responden yang mengisi kuesioner, hanya

62 kuesioner yang datanya dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

Karakteristik responden dibagi menjadi enam kategori, yaitu jenis kelamin, usia,

tingkat pendidikan, jabatan, masa kerja dan lama menggunakan e-learning. Berdasarkan data

hasil survei, 53,2% responden berjenis kelamin laki-laki dan wanita sebanyak 46,8%. Dari

segi usia, 30,6% berusia 24-31 tahun, 40,4% berusia 32-38 tahun dan 29% berusia 39-50

tahun. Dari 62 responden, tingkat pendidikan yang paling dominan adalah S1 sederajat dan

responden paling banyak menempati posisi sebagai supervisor. Berdasarkan masa kerja, rata-

rata sebanyak 53,2% responden memiliki masa kerja > 5 tahun dan sisanya 46,8% memiliki

masa kerja di antara 1-5 tahun. Yang terakhir, dari 62 respondennya yang menjawab

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

pertanyaan mengenai lama penggunaan e-learning, satu orang responden tidak menjawab.

Yang paling mendominasi adalah responden yang telah menggunakan e-learning < 3 bulan

(36,10%). Kemudian, 21,30% responden menggunakan 3-6 bulan dan 26,20% responden

menggunakan e-learning > 6 dan sudah mencapai satu tahun. Sementara itu, reponden yang

menggunakan e-learning > 1 tahun hanya sebanyak 16,40%.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini, pengukuran validitas dilakukan dengan menganalisis faktor

melalui hasil pre-test kuesioner untuk melihat nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy, Barlett’s Test of Sphericity, Anti Image Matrices, dan Component Matrix (Hair et.

al, 2010). Bersadarkan hasil uji validitas, satu indikator dengan satu pertanyaan dari variabel

Social Influence harus dihapus karena berdasarkan anti-image correlation berada < 0,5 dan

satu indikator dengan tiga pertanyaan dari Facilitating Conditions harus dihapus karena tidak

valid berdasarkan component matrix.

Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji keandalan. Uji keandalan

(reliabilitas) digunakan untuk menguji kekonsistenan dan ketepatan hasil pengukuran

kuesioner (Hair et. al., 2010). Menurut Sekaran (2011), koefisien reliabilitas yang mendekati

1 adalah yang paling baik. Secara umum, jika koefisien alpha nya di bawah 0,6 maka

menunjukkan reabilitas yang buruk, angka disekitar 0,7 menunjukkan reliabilitas dapat

diterima dan koefisien alpha yang berada di atas 0,8 menunjukkan reliabilitas yang baik. Hasil

uji reliabilitas masing-masing variabel menunjukkan bahwa seluruh variabel penelitian adalah

reliable. Hal ini dibuktikan dengan besar nilai Croanbach’s Alpha yang berada > 0,6

(Sekaran, 2011). Reliabilitas variabel Facilitating Fonditions dinilai dapat diterima karena

nilainya berada dikisaran 0,7, sedangkan variabel Performance Expectancy, Effort

Expectancy, Social Influence, E-satisfaction dan E-retention memiliki reliabilitas yang baik

karena nilainya berada lebih dari 0,8.

Analisis Statistik Deskriptif

Pembahasan statistik deskriptif per variabel dilakukan dengan analisis mean untuk

mengetahui kecenderungan jawaban responden kearah persetujuan atau ketidakpersetujuan.

Tabel 3 menunjukkan mean dari masing-masing pertanyaan dalam kuesioner penelitian

dengan kategori kelas, di mana 4,20 ≤ X < 5,00 (sangat tinggi), 3,40 ≤ X < 4,20 (tinggi), 2,60

≤ X < 3,40 (cukup tinggi), 1,80≤ X < 2,60 (rendah), 1,00 ≤ X < 1,80 (sangat rendah).

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

Tabel 3.

Mean Variabel Penelitian Indikator Mean Kategori

Performance Expetancy (PE) 3,16 Cukup tinggi

PE1 E-learning TMM bermanfaat bagi pekerjaan saya di perusahaan 3,50 Tinggi

PE2 Dengan menggunakan e-learning TMM, mampu menyelesaikan

pekerjaan dengan cepat. 2,89 Cukup tinggi

PE3 Dengan menggunakan e-learning TMM, produktivitas kerja

meningkat. 2,95 Cukup tinggi

PE4 Jika menggunakan e-learning TMM, akan memiliki kesempatan untuk

meraih peningkatakan kemampuan dalam bekerja. 3,26 Cukup tinggi

Effort Expectancy (EE) 3,27 Cukup tinggi

EE1 Interaksi dengan e-learning TMM dapat dilakukan dengan jelas. 3,15 Cukup tinggi

EE2 Interaksi dengan e-learning TMM dapat dipahami dengan baik. 3,27 Cukup tinggi

EE3 Akan lebih mudah untuk menggunakan e-learning jika memiliki

keahlian dalam teknologi. 3,23 Cukup tinggi

EE4 Menemukan bahwa e-learning mudah digunakan. 3,32 Cukup tinggi

EE5 Mempelajari cara mengoperasikan e-learning TMM adalah hal yang

mudah. 3,39 Cukup tinggi

Social Influence (SI) 2,73 Cukup tinggi

SI1

Orang-orang yang mempengaruhi perilaku pengguna dalam

perusahaan berpikir bahwa pengguna harus menggunakan e-learning

TMM.

2,76 Cukup tinggi

SI2 Orang-orang yang berarti bagi pengguna dalam perusahaan berpikir

bahwa pengguna harus menggunakan e-learning TMM. 2,84 Cukup tinggi

S13 Senior dalam perusahaan membantu saya dalam menggunaan e-

learning TMM. 2,58 Rendah

Facilitating Conditions (FC) 3,45 Mendukung

FC1 Memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk menggunakan e-

learning TMM. 3,50 Mendukung

FC2 Komputer atau laptop yang di gunakan mendukung dalam menggunaan

e-learning TMM. 3,66 Mendukung

FC3 Koneksi intranet yang didapat mendukung dalam menggunakan e-

learning TMM. 3,50 Mendukung

FC4 Headset yang didapat dari perusahaan berfungsi dengan baik, sehingga

mendukung dalam menggunaan e-learning TMM. 3,68 Mendukung

FC5 Petunjuk- petunjuk (panduan) mengenai penggunaan e-learning TMM

tersedia dengan baik. 3,34

Cukup

mendukung

FC6 Situasi lingkungan di mana mengakses e-learning TMM mendukung

dalam menggunakan e-learning TMM. 3,00

Cukup

mendukung

E-satisfaction 3,29 Cukup tinggi

E-satisfaction 1 Puas terhadap layanan yang ditawarkan dalam e-learning TMM. 3,21 Cukup tinggi

E-satisfaction 2 Puas terhadap design yang ada pada e-learning TMM. 3,27 Cukup tinggi

E-satisfaction 3 Puas terhadap fitur yang ada pada e-learning TMM. 3,32 Cukup tinggi

E-satisfaction 4 Puas terhadap kegunaan yang rasakan melalui e-learning TMM. 3,32 Cukup tinggi

E-satisfaction 5 Merasa nyaman saat dapat menggunakan e-learning TMM. 3,34 Cukup tinggi

E-satisfaction 6 Puas terhadap kemudahan yang dirasakan ketika menggunakan e-

learning TMM. 3,27 Cukup tinggi

E-retention 3,25 Cukup tinggi

E-retention 1 Berniat untuk menggunakan e-learning TMM secara kontinu. 3,11 Cukup tinggi

E-retention 2 Akan merekomendasikan e-learning TMM kepada rekan kerja. 3,34 Cukup tinggi

E-retention 3 Akan mendorong rekan kerja yang lain untuk menggunakan e-learning

TMM. 3,28 Cukup tinggi

E-retention 4 Akan mengatakan hal yang positif mengenai e-learning TMM. 3,45 Tinggi

E-retention 5 Akan tetap terus menggunakan e-learning TMM, walaupun

menghadapi masalah dalam penggunaannya. 3,05 Cukup tinggi

Sumber: Hasil olah peneliti menggunakan SPSS 17.0 (2013)

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

Analisis Statistik Regresi

Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh masing-masing faktor UTAUT terhadap E-

retention dengan E-satisfaction sebagai variabel antara.

Tabel 4.

Hasil Regresi

Pengaruh Antar Variabel Standardized

Coefficients

Signifikansi

(t) Keterangan

Performance Expectancy terhadap E-retention 0,650 0,000 Signifikan

Effort Expectancy terhadap E-retention 0,548 0,000 Signifikan

Social Influence terhadap E-retention 0,152 0,240 Tidak Signifikan

Facilitating Conditions terhadap E-retention 0,519 0,000 Signifikan

E-satisfaction terhadap E-retention 0,609 0,000 Signifikan

Pengaruh Antar Variabel Standardized

Coefficients

Signifikansi Keterangan

F t

Pengaruh Performance

Expectancy, Effort

Expectancy, Social

Influence, Facilitating

Conditions terhadap E-

satisfaction

Performance Expectancy

terhadap E-Satisfaction 0,156

0,000

0,182 Tidak Signifikan

Effort Expectancy terhadap

E-satisfaction 0,197 0,136 Tidak Signifikan

Social Influence terhadap E-

satisfaction 0,097 0,370 Tidak Signifikan

Facilitating Conditions

terhadap E-satisfaction 0,390 0,003 Signifikan

Sumber: Hasil olah peneliti menggunakan SPSS 17.0 (2013)

Tabel 4 menunjukkan hasil akhir dan signifikansi hubungan antar variabel. Hal ini

sekaligus menunjukkan bahwa memang terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dalam

penggunaan e-learning, sehingga pada akhirnya juga mempengaruhi keputusan seseorang

untuk kontinu dalam menggunakan.

Hasil akhir menunjukkan, apabila melihat pengaruhnya secara langsung terhadap E-

retention, variabel yang paling mempengaruhi adalah Performance Expectancy. Performance

Expectancy adalah faktor yang paling kuat dalam mempengaruhi E-retention dibandingkan

dengan faktor UTAUT lainnya (Venkatesh et. al, 2003). Venkatesh et. al (2003) berpendapat

bahwa Performance Expectancy merupakan prediktor terkuat dalam setiap individual model

penerimaan teknologi terdahulu. Seperti yang dikatakan staf Learning Administration

perusahaan, bahwa e-learning diharapkan mampu membantu karyawan agar dapat

berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan lancar dan juga jelas, terutama bagi mereka yang

berhubungan dengan ekspatriat (Hasil wawancara mendalam dengan staf learning

administration, 2013). Maka dari itu, karyawan dengan jabatan atau job desk pekerjaan

tertentu merasa e-learning memberikan manfaat. Akan tetapi, seorang responden mengatakan

masih merasakan manfaat e-learning sebatas pada peningkatan kemampuan dan

pengembangan pengetahuan, tetapi belum berdampak secara langsung dan signifikan pada

pekerjaan (Hasil wawancara mendalam dengan pengguna e-learning, 2013). Staf Learning

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

Administration menambahkan bahwa faktor kepentingan, kebutuhan dan prioritas seseorang

akan membuatnya bertahan dalam menggunakan e-learning.

Effort Expectancy juga memberikan kontribusi dalam menentukkan tingkat retensi

karyawan dalam menggunakan e-learning. Menurut Rosenberg (2006), tidak semua orang

terutama orang yang masih awam dalam menggunakan e-learning dapat menggunakannya

dengan baik. Dalam hal ini, beberapa karyawan ingin e-learning dibuat dalam dual bahasa

sebab ketika mereka menemukan kesulitan dalam memahami materi dan tidak paham dengan

bahasa dalam petunjuknya, karyawan akan jadi cenderung tidak rajin untuk menggunakan.

Selain awan dalam menggunakan, terdapat karyawan yang memang tidak mau menggunakan

e-learning sebagai media belajar (Rosenberg, 2006).

Berbeda dengan Performance Expectancy dan Effort Expectancy, menurut Venkatesh

et. al (2003), Social Influence tidak signifikan dalam konteks penggunaan secara sukarela. Hal

ini dikarenakan Social Influence tidak mempengaruhi niat untuk menggunakan E-learning

secara langsung. Menurut staf Learning Administration dalam wawancara mendalam, tidak

semua atasan mendukung karyawannya dalam menggunakan e-learning. Hal ini dikarenakan

karyawan dianggap jadi tidak bekerja dan e-learning dianggap tidak berhubungan langsung

dalam menyelesaikan pekerjaan. Selain itu, diakui oleh responden dalam wawancara

mendalam, bahwa teman kerja tidak mempengaruhi dalam menggunakan e-learning. Dalam

hal ini sesama karyawan tidak berusaha mempengaruhi atau dipengaruhi oleh teman kerjanya.

Noe (2010) mengatakan salah satu kekurangan e-learning adalah kurangnya motivasi di

antara karyawan untuk melakukan pembelajaran online, sehingga pemakaian e-learning antar

karyawan tidak menjamin akan saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Facilitating Conditions juga memberikan kontribusi dalam mempengaruhi tingkat

retensi karyawan terhadap e-learning. Berdasarkan hasil wawancara mendalam pada staf

Learning Administration (2013), dikatakan bahwa infrastuktur adalah faktor eksternal yang

mempengaruhi seorang karyawan dalam menggunakan e-learning. Dalam hal ini, karyawan

masih mengalami keterbatasan dalam meluangkan waktu dan fleksibilitas tempat karena e-

learning tidak dapat diakses di luar kantor. Selain itu, menurut Noe (2010), penggunaan e-

learning bisa saja terbatas karena karyawan kesulitan dalam akses intranet.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa kepuasan (e-satisfaction) memang dapat

mempengaruhi retensi seseorang dalam menggunakan e-learning. Szymanski dan Hise (2000)

melihat bahwa E-satisfaction sebagai penghakiman atas keseluruhan pengalamannya online

selama periode waktu tertentu (Sahadev dan Purani, 2008). Atas dasar ini pula, kepuasan

karyawan tidak hanya ditentukan berdasarkan aspek-aspek indikator pengukuran yang

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

digunakan peneliti. Pengalaman terkait dengan pelayanan, design dan fitur, kegunaan serta

kenyamanan dalam menggunakan e-learning telah terbukti dapat mempengaruhi retensi

seorang karyawan dalam menggunakan e-learning.

Analisis Jalur (Path Analysis)

Untuk mengetahui pengaruh Performance Expenctancy; Effort Expentancy; Social

Influence; dan Facilitating Conditions, E-satisfaction sebagai variabel antara, serta E-

retention sebagai variabel dependen, maka digunakan analisis jalur (path analysis).

Berdasarkan gambar tersebut, substruktural yang terbentuk adalah:

Subsutruktural 1:

Y = X1YX1 + X2YX2 + X3YX3 + X4YX4 + ε1

= 0,156X1 + 0,197X2 + 0,097X3 + 0,390X4+ ε1

Subsutruktural 2:

Z = X1ZX1 + X2ZX2 + X3ZX3 + X4ZX4 + YZYε2

= X1 + X2 + X3 + X4 + 0,609Yε2

Berdasarkan model substruktural 1 pada analisis jalur, pengaruh yang dimiliki faktor

UTAUT terhadap E-satisfaction hanya ada pengaruh langsung.

Tabel 5.

Pengaruh Langsung Faktor UTAUT terhadap E-satisfaction

Pengaruh Langsung Perhitungan Besar Kontribusi

X1 langsung X1Y) x X1Y) (0,156) (0,156) 0,0243

X2 langsung X2Y) x X2Y) (0,197) (0,197) 0,0388

X3 langsung X3Y) x X3Y) (0,097) (0,097) 0,0094

X4 langsung X4Y) x X4Y) (0,390) (0,390) 0,1521

Total Pengaruh X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y 0,2246

Sumber: Hasil Olah Peneliti (2013)

0,609

0,156

0,197

0,097

0,390

0

,

6

5

0

0

,

5

4

8

0

,

1

5

2

0,650

0,548

0,152

0,519

0

,

3

9

0

0

,

6

0

9

E-satisfaction

(y)

E-retention

(z)

0

,

1

5

6

0

,

1

9

7

0

,

0

9

7

0,650

0

,

5

1

9

Faktor UTAUT

Performance

Expectancy (x1)

Social Influence

(x3)

Effort

Expectancy (x2)

Facilitating

Condition (x4)

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

Pengaruh faktor UTAUT (X1, X2, X3 dan X4) terhadap E-satisfaction adalah 0,2246

atau sebesar 22,46%. Sedangkan sisanya sebesar 77,54% dapat dipengaruhi aspek-aspek lain.

Faktor UTAUT yang paling mempengaruhi E-satisfaction karyawan adalah Facilitating

Conditions dan yang memiliki pengaruh paling kecil adalah Social Influence di mana tempat

karyawan bekerja. Artinya, dalam penelitian ini, Facilitating Conditions mempengaruhi

tingkat kepuasan karyawan, sedangkan Social Influence kurang memberikan kontribusi dalam

mempengaruhi tingkat kepuasan karyawan dalam menggunakan e-learning.

Selanjutnya, peneliti akan menjelaskan mengenai pengaruh langsung masing-masing

faktor UTAUT terhadap E-retention dan pengaruh tidak langsung melalui E-satisfaction.

Tabel 6.

Total Pengaruh Faktor UTAUT terhadap E-retention

Variabel Pengaruh Bobot Jumlah Total

Performance

Expectancy (X1)

Langsung 0,650 (0,7450)2 0,5550

Tidak Langsung (0,156) (0,609) = 0,0950

Effort Expectancy

(X2)

Langsung 0,548 (0,6880)2 0,4462

Tidak Langsung (0,197) (0,609) = 0,1200

Social Influence

(X3)

Langsung 0,152 (0,2111)2 0,0446

Tidak Langsung (0,097) (0,609) = 0,0591

Facilitating

Conditions (X4)

Langsung 0,519 (0,7565)2 0,5723

Tidak Langsung (0,390) (0,609) = 0,2375

E-satisfaction (Y) Langsung 0,609

(0,609)2 0,3709 Tidak Langsung -

Total Pengaruh Faktor UTAUT terhadap E-retention 1,9890

Sumber: Hasil Olah Peneliti (2013)

Nilai total dari koefisien determinasi (R Square) menunjukkan bahwa dengan

menggunakan model analisis jalur, variabel independen yaitu Performance Expectancy (X1);

Effort Expectancy (X2); Social Influence (X3); dan Facilitating Conditions (X4), memiliki

pengaruh terhadap perubahan variabel dependen E-retention (Z) dengan E-satisfaction (Y)

sebagai variabel antara sebanyak 1,98 atau sebesar 198,90%.

Dalam pengaruh secara langsung, Performance Expectancy memiliki pengaruh yang

paling besar dibandingkan dengan faktor UTAUT lainnya. Sedangkan, ketika melalui E-

satisfaction, Facilitating Conditions memiliki pengaruh tidak langsung yang paling besar dan

sekaligus menjadi faktor yang paling mempengaruhi retensi karyawan secara keseluruhan

dalam menggunakan e-learning, di antara faktor UTAUT lainnya. Artinya, Facilitating

Conditions harus melalui kepuasan terlebih dahulu, baru kemudian berujung pada retensi.

Dalam hal ini, fasilitas yang mendukung ternyata mempengaruhi tingkat kepuasan dan

akhirnya mempengaruhi tingkat retensi karyawan.

Hal menarik pertama yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Performance

Expectancy dan Effort Expectancy memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap E-

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

satisfaction, tetapi memiliki pengaruh signifikan terhadap E-retention. Artinya, karyawan

merasa bahwa peningkatan kinerja dan kemudahan dalam menggunakan e-learning tidak

memberikan kontribusi terhadap kenaikan tingkat kepuasan, tetapi menjadi suatu hal yang

penting bagi para karyawan tersebut untuk dapat melekat dan kontinu dalam menggunakan e-

learning. Penjelasan yang lebih jauh lagi, ketika karyawan merasakan bahwa e-learning telah

memberikan peningkatan kinerja, e-learning telah menjadi suatu kebutuhan bagi karyawan,

sehingga hal tersebut langsung mempengaruhi kontinuitas dalam menggunakan. Selain itu,

karyawan sudah memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menggunakan teknologi,

sehingga mudah bagi para karyawan tersebut untuk mempelajari suatu sistem yang baru pula.

Hal menarik berikutnya yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pengaruh

langsung masing-masing faktor UTAUT terhadap E-retention ternyata lebih besar

dibandingkan pengaruh ketika secara tidak langsung melalui E-satisfaction. Artinya, E-

satisfaction bukan menjadi faktor utama bagi para karyawan dalam melekatnya e-learning

dan kontinuitas dalam menggunakan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: (1) terdapat

pengaruh Performance Expectancy terhadap E-retention secara signifikan; (2) terhadap

pengaruh Effort Expectancy terhadap E-retention secara signifikan; (3) tidak terhadap

pengaruh Social Influence terhadap E-retention secara signifikan; (4) terdapat pengaruh

Facilitating Conditions terhadap E-retention secara signifikan; (5) terdapat pengaruh E-

satisfaction terhadap E-retention secara signifikan; dan (6) Terdapat pengaruh Faktor UTAUT

terhadap E-retention dengan E-satisfaction sebagai variabel antara. Akan tetapi, pengaruh

lebih besar ditunjukkan melalui pengaruh antara faktor UTAUT terhadap E-retention secara

langsung tanpa melalui E-satisfaction.

SARAN

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor pertambangan dan hanya dilakukan

pada Jakarta Office. Selain itu hanya ditujukan pada salah satu program e-learning dalam

perusahaan. Walaupun penelitian ini memberikan informasi dan pemahaman mengenai

pengaruh Faktor UTAUT terhadap E-retention dengan E-satisfaction sebagai variabel antara,

hasilnya tidak dapat digeneralisasi terhadap semua e-learning. Untuk itu, penelitian

selanjutnya diharapkan dapat melakukannya pada sektor lain dengan cakupan yang lebih luas.

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

DAFTAR REFERENSI

Al-hawari, M. Ahmad, & Mouakket, Samar. (2010). “The Influence of Technology Acceptance Model (TAM)

Factors on Students’ E-satisfaction and E-retantion within the Context of UAE E-learning”. Emerald

Group Publish Limited. Vol. 3 No. 4. pp 299-314.

Barrow, Colin. (2003). E-training and Development. United Kingdom: Capstone Publishing Limited.

Data Sekunder Hasil Survei Tell Me More (TMM) pada Karyawan PT Indo Tambangraya Megah Tbk Periode

2011/2012

De Vaus, D.A. (1996). Survey in Social Research Fourth Edition. Australia: Allen & Unwin Pty Ltd.

Decenzo, David, A & Stephen, P Robbins. (2002). Human Resource Management. (7th Ed). New York: John

Wiley & Sons, Inc.

Dessler, Gary. (2003). Human Resource Management (9th Ed). New Jersey: Prentice Hall.

Griffin, Jill. (2005). Customer Loyalty: Menumbuhkan & Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan (Dwi Kartini

Yahya, Penerjemah). Jakarta: Erlangga.

Hair, Joseph F, Jr, William C. Black, Barry J. Babbin, & Rolph E. Anderson. (2010). Multivariate data analysis

(7th edition). New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Hasil wawancara mendalam dengan staf learning administration, pada tanggal 4 Januari 2013.

Hasil wawancara mendalam dengan pengguna e-learning, pada tanggal 11 Januari 2013.

Imamoglu, Salih Zeki. (2007). “An Empirical Analysis Concerning the User Acceptance of E-learning”. Journal

of American Academy Business, Cambrige. Vol. 11 No.1. pp 132-137.

Indonesia Press Online Services. (2012). Internet Mobile Jadi Tren yang Tumbuh Pesat.

http://www.iposnews.com/2012/06/07/internet-mobile-jadi-tren-yang-tumbuh-pesat/. (diakses pada

tanggal 3 Oktober 2012).

Jiinpo Wu, Ray J. Tsai, Charlie C. Chen, & Yachen Wu. (2006). “An Integrative Model to Predict the

Continuance Use of Electronic Learning Systems: Hints for Teaching”. International Journal on E-

learning. Vol. 5 No.2. pp 287-302.

Ltifi, Moez & Jamel-Eddine Gharbi. (2012). “E-satisfaction and E-loyalty of Costumer Shopping Online”.

Journal of Internet Banking and Commerce. Vol. 17 No.1. pp 1-20.

Mondy, R. Wayne. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia (Bayu Airlangga, penerjemah). Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Noe, Raymond, A. (2010). Employee Training and Development (5th Ed). New York: McGraw-Hill.

Mechinda, Panisa, Sirivat, Serirat & Nak, Gulid. (2009). “An Examination of Tourists’ Attitudinal and

Behavioral Loyalty: Comparison between Domestic and International Tourists”. Journal of Vacation

Marketing. Vol.15 No. 2. pp 129-148.

Oliver, C., (1997). “Sustainable Competitive Advantage: Combining Institutional and Resources-based View”.

Strategic Management Journal. Vol.18 No.9. pp 697-713.

Packham, Gary, P. Jones, C. Miller & B. Thomas. (2004). “E-learning and Retantion: Key Factors Influencing

Student Withdrawal”. Emerald Group Publishing Limited. Vol. 43 No.6/7. pp 335-342.

Rae, Leslie. (2000). Effective Planning in Training and Development. London: Kogan Page Limited.

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013

Ribbink, Dina, Allard, C.R Van Riel Veronica Liljander, & Sandra, Streukens. (2004). “Comfort Your Online

Customer: quality, trust and loyalty on the internet”. Managing Service Quality. Vol. 14 No. 6. Pp 446-

456.

Rosenberg, Mar, J. (2001). E-learning: Strategies for Delivering Knowledge in the Digital Age. United State of

America: McGraw-Hill.

Rosenberg, Marc, J. (2006). Beyond E-learning. San Fransisco: Pfeiffer.

Sahadev, S, & Purani, K. (2008). “Modelling the Consequances of e-service Quality”. Marketing Intelligence

and Planning.Vol. 26 No. 6, pp 605-620.

Sekaran, Uma & Roger, Bougie. (2011). Research Methods for Business: A sill Building Approach (5th Ed).

United KinFgdom: John Wiley & Sons Ltd.

Teimouri, Maliheh, Nour Mohamad Yaghoubi, & Kazemi, Mehdi. (2012). “The Effect of Electronic Service

Quality on Costumers Behavioral Intention”. International Journal of Marketing Studies. Vol.4 No.2.

pp 179-187.

Vaugan, Kirsty & Anna, MacVicar. (2004). “Employees’ Pre-implementation Usman, Husaini, & Purnomo

Setiady Akbar. (2006). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Venkatesh, Viswanath dan kawan-kawan. (2003). “User Acceptance of Information Technology Toward a

Unified View”. MIS Quaeterly. Vol. 27 No.3. pp 428-478.

Wan-Tzu, Wong & Neng-Tang Norman Huang. (2011). “The Effect of E-learning System Service Quality and

Users’ Accepatance on Organizational Learning”. International Journal of Business and Information.

Vol. 6 No. 2. pp 205-225.

Ya-Ching, Lee. (2006). “An Empirical Investigation Into Factors Influencing the Adoption of an E-learning

System”. Emerald Group Publishing Limited. Vol. 30 No. 5. Pp 517-541.

Pengaruh faktor ..., Priyanka Agustina, FISIP UI, 2013