pengaruh faktor organisasi dan motivasi terhadap …
TRANSCRIPT
PENGARUH FAKTOR ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP
KINERJA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA
T E S I S
Oleh
QURANAYATI
107032050/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH FAKTOR ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP
KINERJA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Rumah Sakit
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
QURANAYATI
107032050/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR ORGANISASI DAN
MOTIVASI TERHADAP KINERJA PERAWAT
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA
Nama Mahasiswa : Quranayati
Nomor Induk Mahasiswa : 107032050
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr. Dra. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc) (Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes)
Ketua Anggota
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Tanggal lulus : 13 Agustus 2012
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji
Pada Tanggal : 13 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Dra. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc
Anggota : 1. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes
2. Dr. Juanita, S.E, M.Kes
3. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
PENGARUH FAKTOR ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP
KINERJA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2012
Quranayati
107032050/IKM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada penderita gawat
darurat mempunyai peranan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Langsa
ditemukan belum optimal. Jumlah pasien yang meninggal tahun 2011, sebanyak
35%, sedangkan 65% lainnya selamat sampai keluar dari IGD dan masuk ke ruang
rawat inap. Kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang belum
optimal terkait dengan faktor organisasi dan motivasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor organisasi dan
motivasi terhadap kinerja perawat di instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum
Daerah Langsa. Jenis penelitian survei explanatory. Penelitian ini dilaksanakan bulan
April sampai dengan Juni 2012. Populasi adalah seluruh perawat IGD berjumlah 33
orang dan seluruh populasi dijadikan sampel. Data diperoleh dengan wawancara dan
observasi menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi berganda pada pengujian
α=0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik faktor organisasi dan
motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat di instalasi gawat darurat
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Variabel motivasi berpengaruh lebih besar
terhadap kinerja perawat.
Disarankan kepada manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Langsa untuk:
(1) meningkatkan peran kepemimpinan melalui pembinaan, bimbingan, pengawasan
dengan cara komunikasi dan tatap muka secara langsung sekaligus mengupayakan
gaya kepemimpinan yang mampu mengakomodir berbagai karakteristik dari perawat
di instatalasi gawat darurat, (2) mensosialisasikan desain kerja pada seluruh perawat
di lingkungan rumah sakit, sehingga para perawat memahami secara benar mengenai
kesesuaian kerja, kegiatan pencatatan, dan pemenuhan tugas yang diterapkan dan
dapat dipedomani dalam menjalankan kegiatan di instalasi gawat darurat, (3)
mengupayakan pemberian reward dan punishment melalui peningkatan gaji atau
insentif dan pemberian penghargaan tidak hanya dalam bentuk sertifikat tetapi
disesuaikan dengan kebutuhan perawat sesuai dengan kemampuan manajemen, dan
(4) mengupayakan pelatihan khusus (BTCLS) bagi perawat yang bertugas di
instalasi gawat darurat secara bergantian serta memberikan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan.
Kata kunci : Faktor Organisasi, Motivasi, Kinerja Perawat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Nursing patients in the Intensive Care Unit, which plays an important role in
producing health service quality at the RSUD (Regional General Hospital), Langsa,
is not optimal. There were 35% of the patients died in 2011, while the rest (65%)
survived and were moved to the inpatient ward. The nurses’ performance in
providing the nursing, related to the organizational and motivating factors, was not
optimal.
The aim of the research was to analyze the influence of organizational and
motivating factors on the nurses’ performance in the Intensive Care Unit of the
General Hospital, Langsa. The type of the research was an explanatory survey. It was
conducted from April until June, 2012. The population was 33 nurses who were on
duty in the Intensive Care Unit, and all of them were used as the samples. The data
were gathered by conducting interviews and observation, using questionnaires, and
analyzed by using multiple regression tests at α=0.05.
The result of the research showed that, statistically, organizational and
motivating factors had significant influence on the nurses’ performance in the
Intensive Care Unit of the Regional General Hospital, Langsa. The motivating
variable had more significant influence on the nurses’ performance.
It is recommended that the management the Regional General Hospital,
Langsa, should (1) increase supervision, guidance, and control, through
communication and direct face to face conference with the nurses, and create
leadership style which can accommodate various characteristics of the nurses in the
Intensive Care Unit; (2) socialize job description to all nurses in the hospital so that
they will understand correctly work suitability, recording, and job which is applied
and guided in their tasks in the Intensive Care Unit; (3) attempt to give reward and
punishment by giving the raise or incentive in not only in the form of certification but
also their need, according to the management’s capability; and (4) provide special
training (BTCLS) alternately to the nurses who work in the Intensive Care Unit and
give them an opportunity to continue their study.
Keywords: Organizational Factor, Motivating Factor, Nurses’ Performance
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul " Pengaruh Faktor Organisasi
dan Motivasi terhadap Kinerja Perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Umum Daerah Langsa ".
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan
Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan
Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku anggota komisi pembimbing yang
dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan
meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga
penulisan tesis selesai.
5. Dr. Juanita, S.E, M.Kes, dan Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku penguji tesis
yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan
meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga
penulisan tesis selesai.
6. Dr. Herman, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Langsa yang telah berkenan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan
sekaligus memberikan izin belajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
9. Ayahanda H. M. Muhammad Yusuf Anzib (Alm) ; Ibunda Dra. Hj. Ayu Ningsih
dan mertua Drs. H. Dabal Purba ; Hasnah Sebayang (Almh), yang sangat saya
hormati dengan segala dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis
sehingga penulis selalu mendapat pendidikan terbaik.
9. Suami tercinta dr. H. Chidmat Ismet Noor Purba, SpB K(Onk), FINACS dan
anak-anak yang saya sayangi Nur Adiba Purba dan Nur Syifa Farawahida Purba
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang telah memberikan segala perhatiannya yang begitu besar, penuh pengertian,
kesabaran, pengorbanan dan do’a serta rasa cinta yang dalam, memotivasi dan
memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan tesis ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa satu almamater di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat dan semua pihak yang telah
membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,
semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan berkat-Nya kepada kita semua.
Amin.
Medan, Agustus 2012
Penulis
Quranayati
107032050/IKM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
Quranayati, lahir pada tanggal 11 Mei 1968 di Banda Aceh, anak pertama dari
tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda H. M. Yusuf Anzib, dan Ibunda Hj. Nyima
Ayu Ningsih Islamiyati.
Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di Sekolah
Dasar Negeri 30 Banda Aceh, lulus Tahun 1981, Sekolah Menengah Pertama di
SMPN I Banda Aceh, lulus Tahun 1984, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri III
Banda Aceh, lulus tahun 1987. Fakultas Kedokteran di FK UISU Medan, lulus tahun
1998. Sebagai dokter PTT tahun 1998 sampai tahun 2000 dan sebagai PNS dari tahun
2000 sampai sekarang.
Mulai bekerja sebagai dokter PTT merangkap kepala puskesmas di
Puskesmas Keude Gerobak Kabupaten Aceh Timur, tahun 1998 sampai 2002, sebagai
kepala puskesmas Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur, tahun 2002 sampai 2006,
sebagai staf dinas kesehatan Kabupaten Aceh Timur, tahun 2007 sampai 2008,
sebagai Kepala Seksi Pelayanan Medik di Rumah Sakit Rehabilitasi Medik Peurelak
Kabupaten Aceh Timur, tahun 2009 sampai dengan sekarang.
Penulis menikah dengan dr. H. Chidmat Ismet Noor Purba, SpB K(Onk),
FINACS 25 Oktober 1995, dikarunai 2 orang puteri; Nur Adiba Purba dan Nur Syifa
Farawahida Purba.
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara sejak Tahun 2010 hingga saat ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii xii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Permasalahan................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 9
1.4 Hipotesis .......................................................................................... 9
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10 2.1 Teori Tentang Kinerja ..................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Kinerja .................................................................. 10 2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja ............................. 12 2.1.3 Penilaian Kinerja .................................................................... 15 2.1.4 Tujuan Penilaian Kinerja ....................................................... 20 2.1.5 Manfaat Penilaian Kinerja...................................................... 20
2.2 Perawat ............................................................................................ 21 2.2.1 Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit .............................. 24 2.2.2 Asuhan Keperawatan ............................................................ 25 2.2.3 Tahap-tahap Asuhan Keperawatan ....................................... 26
2.3 Faktor Organisasi ............................................................................ 31 2.3.1 Kepemimpinan ...................................................................... 30 2.3.2 Desain Pekerjaan ................................................................... 33 2.3.3 Insentif................................................................................... 33 33
2.4 Motivasi .......................................................................................... 34 2.4.1 Pengertian Motivasi .............................................................. 34 2.4.2 Teori Motivasi ....................................................................... 36 2.4.3 Jenis-Jenis Motivasi .............................................................. 43 2.4.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi ......................... 44 2.4.5 Manfaat Motivasi .................................................................. 47
2.5 Instalasi Gawat Darurat ................................................................... 48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.6 Rumah Sakit .................................................................................... 49 2.7 Landasan Teori ................................................................................ 50 2.8 Kerangka Konsep ........................................................................... 52
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 53
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 53
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 53
3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 53
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................... 53
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................... 53
3.3.1 Populasi .................................................................................. 53
3.3.2 Sampel .................................................................................... 54
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 54
3.4.1 Data Primer ............................................................................ 54
3.4.2 Data Sekunder ........................................................................ 54
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 55
3.5 Variabel dan Definisi Operasional .................................................. 57
3.5.1 Variabel Bebas ....................................................................... 57
3.5.2 Variabel Terikat ..................................................................... 58
3.6 Metode Pengukuran ........................................................................ 59
3.6.1 Pengukuran Variabel Bebas ................................................... 59
3.6.2 Pengukuran Variabel Terikat ................................................. 60
3.7 Metode Analisis Data ...................................................................... 60
BAB 4 HASIL PENELITIAN .......................................................................... 62
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................. 62
4.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa........... 62
4.1.2 Letak Geografi Rumah Sakit Umum Daerah Langsa ........... 62
4.1.3 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Langsa .............. 63
4.1.4 Tenaga Kesehatan dan Pelayanan di Rumah Sakit Umum
Daerah Langsa ....................................................................... 63
4.2 Identitas Responden ........................................................................ 64
4.3 Analisa Univariat ............................................................................ 66
4.3.1 Faktor Organisasi .................................................................. 66
4.3.2 Motivasi ................................................................................ 74
4.3.3 Kinerja ................................................................................... 82
4.4 Analisis Bivariat .............................................................................. 87
4.4.1 Hubungan Faktor Organisasi dengan Kinerja ....................... 87
4.4.2 Hubungan Motivasi dengan Kinerja .................................... 87
4.5 Analisis Multivariat ......................................................................... 88
4.5.1 Pengujian Hipotesis ............................................................... 88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................... 91
5.1 Kinerja Perawat ............................................................................... 91
5.2 Pengaruh Faktor Organisasi terhadap Kinerja Perawat ................ 93
5.3 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Perawat ................................. 103
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 115
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 115
6.2 Saran ................................................................................................. 115
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 117
LAMPIRAN ......................................................................................................... 121
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Pengukuran Variabel Bebas ........................................................................ 59
3.2 Pengukuran Variabel Terikat ...................................................................... 60
4.1 Distribusi Identitas Responden ................................................................... 65
4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemimpinan.................................... 67
4.3 Skor Kepemimpinan.................................................................................... 68
4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Desain Kerja ....................................... 70
4.5 Skor Desain Kerja ...................................................................................... 71
4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Insentif ................................................ 72
4.7 Skor Insentif ................................................................................................ 73
4.8 Skor Faktor Organisasi ................................................................................ 73
4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Intrinsik ............................... 76
4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Ekstrinsik ............................. 80
4.11 Skor Motivasi .............................................................................................. 81
4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas ............................................... 83
4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kuantitas ............................................. 85
4.14 Skor Kinerja ................................................................................................ 86
4.15 Hubungan Faktor Organisasi dengan Kinerja Perawat ............................... 87
4.16 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Perawat ............................................. 88
4.17 Uji Kelayakan Model ................................................................................. 88
4.18 Uji Anova ................................................................................................... 89
4.19 Uji T ............................................................................................................ 89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Variabel yang Memengaruhi Kinerja ............................................................. 14
2.2 The Nursing Process ...................................................................................... 26
2.3 Landasan Teori ............................................................................................... 51
2.4 Kerangka Konsep . ......................................................................................... 52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian ...................................................................................... 121
2 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 129
3 Uji Univariat dan Bivariat .............................................................................. 137
4 Hasil Uji Regresi ............................................................................................ 158
5 Surat izin penelitian dari Program Studi S2 IKM FKM USU Medan .......... 159
6 Surat izin selesai penelitian dari Rumah Sakit Umum Daerah Langsa .......... 160
6 Dokumentasi .................................................................................................. 170
7 Surat Ijin penelitian dari Program Studi S2 IKM FKM USU Medan ........... 171
8. Surat Ijin selesai penelitian dari RSUD. Perdagangan Kabupaten
Simalungun .................................................................................................... 172
5. Dokumentasi Penelitian ................................................................................. 154
6. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana USU ................................................. 155
7. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar .................. 156
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha jasa pelayanan kesehatan pada satu-dua dekade terakhir ini, mengalami
perubahan sangat cepat dan semakin ketat dalam persaingannya, seperti adanya
tuntutan mutu pelayanan kesehatan yang optimal, perkembangan teknologi
kedokteran yang mutakhir, tumbuhnya banyak pesaing-pesaing baru. Untuk dapat
bertahan dan bersaing maka diperlukan proses pemberian jasa pelayanan yang tepat,
cepat, aman, efisien dan efektif, bermutu serta bersifat customer value oriented. Hal
ini dapat tercapai tergantung pada kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
ada dalam mengantisipasi perkembangan yang terjadi.
Menurut Siagian (2004), pentingnya sumber daya manusia dalam organisasi
karena kegiatan suatu organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya keterlibatan unsur
manusia yang ada didalamnya karena manusia merupakan unsur yang dominan
menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi.
Salah satu organisasi yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan
adalah rumah sakit. Rumah sakit sebagai institusi yang bersifat sosio ekonomis
mempunyai fungsi dan tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
secara paripurna. Jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tergantung pada kapasitas dan kualitas tenaga SDM untuk mencapai kinerja yang
optimal.
Menurut Depkes RI (2001) pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas
tidak terlepas dari peran tenaga medis dan non medis, salah satu di antaranya adalah
tenaga perawat. Tenaga perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan
kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya
berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual dan dilaksanakan selama 24 jam
secara berkesinambungan.
Dalam kerangka proses seperti disebutkan di atas, pada organisasi penyedia
jasa termasuk di rumah sakit maka peran SDM termasuk tenaga keperawatan,
merupakan unsur yang mendasar dan sangat penting. Hal ini sesuai dengan salah satu
sifat usaha jasa, yaitu tidak dapat dipisahkan antara jasa yang diberikan kepada
customer dalam hal ini adalah pasien yang memanfaatkan rumah sakit sebagai
provider. Oleh karena itu kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia yang
tidak optimal akan dapat berdampak negatif pada kinerja organisasi.
Kinerja rumah sakit sebagai suatu organisasi selalu menjadi ukuran
keberhasilan dalam mempertahankan kelangsungan organisasi. Kinerja merupakan
tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja karyawan dalam suatu organisasi baik secara
individu maupun kelompok memengaruhi seberapa banyak mereka memberi
kontribusi dalam upaya mencapai tujuan organisasi (Gibson et al., 1996).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Supaya organisasi jasa pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuannya secara
efisien dan efektif sesuai misi dan visi yang dimiliki maka perlu diperhatikan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhinya, salah satu diantaranya adalah faktor organisasi.
Gibson et al. (1996), menjelaskan variabel organisasi terdiri dari; sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, supervisi, struktur, dan desain pekerjaan mempengaruhi
perilaku kerja personal yang selanjutnya berefek kepada kinerja secara organisasi.
Sebagaimana dikatakan Stoner (1996) sebuah organisasi akan mampu
melaksanakan tanggung jawabnya maka banyak tergantung pada orang-orang yang
mengelolanya. Sebuah organisasi peran seorang pemimpin sangat diperlukan guna
mengarahkan organisasi dan juga pemberian contoh perilaku terhadap para pengikut
(pegawai), peran kepemimpinan seperti pembinaan, bimbingan dan pengawasan
sangat menentukan kemajuan dan kemunduran organisasi (Mas’ud, 2004).
Selain faktor kepemimpinan, faktor desain kerja berpengaruh terhadap
kinerja. Menurut Gibson et al. (1996) bahwa desain pekerjaan mengacu pada proses
yang diterapkan oleh para pimpinan untuk memutuskan tugas, pekerjaan, dan
wewenang. Teknik desain pekerjaan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pokok karyawan, memenuhi kebutuhan pribadi dan mendorong keefektifan individu,
kelompok dan organisasi.
Faktor pemberian insentif juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja. Insentif merupakan pemberian penghargaan dalam bentuk materi
kepada seseorang sesuai dengan prestasi kerjanya. Ketika seseorang sudah dipenuhi
haknya dalam mendapatkan insentif, maka akan mendorong seseorang untuk bekerja
dengan baik. Hasil penelitian Sikumbang (2010) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Adam Malik Medan, mengungkapkan bahwa pemberian insentif berpengaruh
terhadap kinerja perawat dan variabel insentif memberikan pengaruh lebih besar.
Senada dengan peran kepemimpinan, insentif, dan desain pekerjaan dalam
suatu organisasi, motivasi juga menjadi salah satu prediktor bagi kinerja karyawan.
House et al. (1993) menyatakan bahwa 30% dari waktu para pimpinan digunakan
untuk mengurusi masalah sumber daya manusia (karyawan). Pendekatan yang
digunakan oleh manajemen dalam memberikan motivasi pada karyawan penting
diperhatikan untuk meningkatkan kinerja.
Motivasi yang baik di dalam suatu organisasi menentukan terbentuknya SDM
yang produktif dan profesional. Menurut Robbins (2006), bahwa motivasi adalah
keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk
memuaskan kebutuhan individu, orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha
yang lebih besar daripada yang tidak.
Tenaga perawat dalam menjalankan pelayanan kesehatan di rumah sakit
merupakan sumber daya yang penting dan sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja
yang optimal. Sebaliknya, sumber daya manusia juga mempunyai berbagai macam
kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Oleh karena itu, manajemen perlu memberikan
balas jasa yang sesuai dengan kontribusi mereka. Salah satu faktor pendorong atau
rangsangan agar karyawan dapat meningkatkan kinerjanya yang baik dan berkualitas
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah melalui pemberian motivasi.
Melihat begitu luas dan kompleksnya tugas dan fungsi dari perawat di rumah
sakit, maka rumah sakit membutuhkan SDM yang profesional dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi yang menjadi tanggung jawab perawat dalam melayani
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pasien. Pelayanan keperawatan yang dilakukan kepada pasien di rumah sakit melalui
asuhan keperawatan diharapkan menjadi berdaya guna dan berhasil guna.
Menurut Nurachmad (2001), pengelolaan asuhan keperawatan akan berhasil
apabila seorang perawat memiliki tanggung jawab, mempunyai pengetahuan tentang
manajemen keperawatan dan kemampuan memimpin orang lain di samping
pengetahuan dan keterampilan klinis yang harus dikuasainya pula. Dalam kondisi
demikian maka terjadi interaksi antara sifat seorang perawat, yaitu motivasi yang ada
pada dirinya dengan kinerjanya.
Pelayanan keperawatan melalui asuhan keperawatan selain di ruang rawat
inap adalah pelayanan dan pertolongan kasus gawat darurat di Instalasi Gawat
Darurat (IGD). Pelayanan IGD di rumah sakit dewasa ini semakin meningkat
jumlahnya, sebagai akibat modernisasi hasil pembangunan dan kemajuan teknologi
disegala bidang. Menurut Depkes RI (1995), IGD merupakan salah satu unit di rumah
sakit yang memberikan pelayanan kepada penderita gawat darurat dan harus dapat
mencegah kematian atau cacat pada penderita gawat darurat hingga dapat hidup dan
berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
Klasifikasi perawat menurut Depkes RI (2004) terdiri dari perawat pengelola
dan perawat pelaksana. Perawat pelaksana dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit
mempunyai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam pelayanan di rumah sakit
meliputi pelaksanaan asuhan keperawatan serta kegiatan yang mendukung pelayanan
keperawatan di rumah sakit. Khusus untuk pelayanan kegawatdaruratan, seorang
perawat pelaksana seharusnya telah pernah mengikuti pelatihan BTCLS (Basic
Trauma Cardiac Life Support).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Asuhan keperawatan secara umum meliputi: pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam konteks pelayanan kegawatdaruratan,
aspek asuhan keperawatan pada tahap pelaksanaan merupakan hal yang sangat
penting diperhatikan, karena dalam tahap pelaksanaan/implementasi ini harus
mengacu kepada doktrin dasar pelayanan gawat darurat yaitu: time saving is life
saving (waktu adalah nyawa), dengan ukuran keberhasilan adalah respons time
(waktu tanggap) selama 5 menit dan waktu definitif ≤ 2 jam (Basoeki, 2008).
Menurut Dirjen Pelayanan Medik (1999), kasus-kasus kegawat daruratan di
rumah sakit pada IGD seperti: (1) memberikan pelayanan 24 jam nonstop tanpa ada
hari libur, (2) lokasi penempatan “paling depan” mudah dijangkau, oleh karena itu
IGD dapat dikatakan sebagai pintu gerbang rumah sakit, dan (3) IGD perlu dukungan
SDM yang mempunyai gerak pelayanan cepat, tanggap, ramah, santun dan terampil
dalam memberikan pelayanan kepada pasien, yaitu oleh tenaga medis, paramedis dan
non medis.
Kondisi spesifik di IGD, yaitu harus cepat dalam memberikan pelayanan,
cepat dalam mengambil keputusan untuk bisa memberikan tindakan medis cepat,
tepat, aman dan efektif. Oleh sebab itu diperlukan tenaga dokter dan khususnya
tenaga perawat di IGD yang dapat memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan
standar asuhan keperawatan.
Salah satu rumah sakit yang terdapat di Pemerintahan Aceh adalah Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Langsa didirikan pada tahun 1915 oleh
pemerintah kolonial Belanda, beralamat di jalan Ahmad Yani No.1 Langsa. Rumah
sakit ini memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan rawat jalan,
pelayanan rawat inap, pelayanan penunjang, dan IGD 24 jam. Rumah Sakit ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mempunyai salah satu tugas, yaitu melaksanakan pelayanan kesehatan secara berdaya
guna dan berhasil guna, mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan (Profil RSUD Kota Langsa, 2012).
Berdasarkan survei pendahuluan di RSUD Kota Langsa 10 Januari 2012
diketahui rata-rata jumlah kunjungan pasien IGD tahun 2011, perhari sebanyak 32
orang. Jumlah pasien yang meninggal sebanyak 35%, sedangkan 65% lainnya
selamat sampai keluar dari IGD dan masuk ke ruang rawat inap. Pasien yang
meninggal umumnya adalah dengan kondisi gawat dan darurat (Laporan kegiatan
IGD RSUD Kota Langsa, 2012).
Angka kematian yang tinggi menunjukkan kinerja perawat dalam pelayanan
keperawatan kegawatdaruratan belum optimal. Menurut Depkes RI (2005), salah
satu indikator kinerja perawat dalam pelayanan kegawatdaruratan adalah tingkat
kematian yang terjadi di IGD, dimana persentase keselamatan pasien di rumah sakit
adalah 100%.
Hasil wawancara terhadap 5 (lima) orang perawat di RSUD Kota Langsa,
rumah sakit ini memiliki beberapa permasalahan pada Instalasi Gawat Darurat (IGD),
yaitu; (1) secara organisasi dukungan pimpinan rumah sakit dirasakan masih kurang
dalam pembinaan, bimbingan dan pengawasan, sehingga kurang bertanggungjawab
dalam bekerja, (2) desain pekerjaan dalam penetapan kegiatan kerja perawat di IGD
belum sepenuhnya dijalankan sesuai dengan pedoman kerja, karena diluar tugas
pokok dan fungsi ada pekerjaan tambahan seperti; melakukan penulisan resep dan
menyapu ruangan, sehingga kondisi kerja kurang nyaman, dan (3) pemberian insentif
belum ada aturan yang baku dari manajemen rumah sakit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Peneliti melanjutkan wawancara dengan kepala ruang IGD dan observasi
diperoleh informasi awal, yaitu ; (1) masih ditemukan pengisian status pasien yang
tidak lengkap sebesar 35%, (2) pergantian shif dinas tidak tepat waktu/terlambat
datang, (3) menerima pasien dengan kurang ramah dan kurang peduli atas keluhan
pasien dan lamban dalam memberikan pelayanan, sehingga pasien sering antri
menunggu pelayanan.
Upaya yang dilakukan manajemen RSUD Kota Langsa adalah dengan
memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengikuti kursus, seminar dan
pelatihan tentang IGD dan untuk melanjutkan pendidikan secara bergantian namun
kinerja perawat belum optimal.
Hasil penelitian Sihotang (2011), mengungkapkan bahwa beban kerja
kuantitatif dan kualitatif berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam pelayanan
kegawatdaruratan di RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Beban kerja
kuantitatif memberikan pengaruh paling besar terhadap kinerja perawat dalam
pelayanan kegawatdaruratan.
Hasil penelitian Norman (2006), mengungkapkan bahwa kinerja perawat
pelaksana di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan belum mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik kepada pasien, disebabkan oleh rendahnya motivasi
kerja dan kurangnya kesadaran perawat terhadap status pekerjaan sebagai fungsi
pelayanan kesehatan. Demikan juga hasil penelitian Juliani (2007), mengungkapkan
bahwa variabel motivasi instrinsik yang dimiliki oleh perawat pelaksana berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan teori dan beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan di
atas, dan permasalahan yang ditemui pada RSUD Kota Langsa saat ini, maka peneliti
tertarik untuk meneliti ” Pengaruh Faktor Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja
Perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa”.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah: Apakah faktor organisasi dan motivasi berpengaruh terhadap
kinerja perawat di instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa?.
1.3 Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh faktor organisasi dan motivasi terhadap kinerja
perawat di instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.
1.4 Hipotesis
Faktor organisasi dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja perawat di
instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi manajemen RSUD Langsa tentang kinerja perawat
dalam penerapan asuhan keperawatan di IGD berdasarkan standar asuhan
keperawatan.
2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan Administrasi Rumah Sakit terutama
yang berkaitan dengan kinerja perawat IGD di rumah sakit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Tentang Kinerja
2.1.1 Pengertian Kinerja
Istilah kinerja sering dipadankan dengan kata dalam bahasa Inggris yakni “
performance”. Menurut The Scribner-Bantam English Dictionary tahun 1979
performance berasal dari akar kata “ to perform” yang mempunyai arti melakukan,
menjalankan, melaksanakan, memenuhi atau menjalankan kewajiban
menyempurnakan tanggung jawab dan melakukan sesuatu yang diharapkan seseorang
atau mesin. Dapat disimpulkan bahwa dari beberapa arti “to perform” adalah
melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawab atau
hasil yang diharapkan, sedangkan arti kata performance merupakan kata benda
dimana salah satunya adalah sesuatu hasil yang telah dikerjakan.
Kinerja merupakan pencapaian yang optimal sesuai dengan potensi yang
dimiliki seorang karyawan merupakan hal yang selalu menjadi perhatian para
pemimpin organisasi. Menurut Robbin (2006), kinerja merupakan ukuran hasil kerja
yang mana hal ini menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam
melaksanakan tugas dan berusaha dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Triffin dan MacCormick (1979), kinerja individu berhubungan
dengan individual variable dan situational variable. Perbedaan individu akan
menghasilkan kinerja yang berbeda pula. Individual variabel adalah variabel yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan, misalnya kemampuan,
kepentingan, dan kebutuhan-kebutuhan tertentu. Sedangkan situational variable
adalah variabel yang bersumber dari situasi pekerjaan yang lebih luas (lingkungan
organisasi), misalnya pelaksanaan supervisi, karakteristik pekerjaan, hubungan
dengan sekerja dan pemberian imbalan. Sementara kinerja menurut Mangkunegara
(2002), adalah hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja
Mangkunegara (2002), mengemukakan bahwa faktor yang memengaruhi
kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).
a. Faktor Kemampuan (ability).
Karyawan yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk jabatnnya dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari hari, maka ia lebih mudah untuk
mencapai kinerja yang diharapkan.
b. Faktor Motivasi (motivation).
Motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi
merupakan kondisi yang terarah untuk mencapai tujuan kerja atau organisasi.
Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu
karyawan dengan karyawan lainnya yang berada dibawah pengawasannya. Secara
garis besar, perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor individu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan situasi kerja. Menurut Gibson et al. (1996), ada tiga perangkat variabel yang
memengaruhi kinerja seseorang, yaitu:
1. Variabel Individual, terdiri dari:
a) Kemampuan dan Keterampilan
Kondisi mental dan fisik seseorang dalam menjalankan suatu aktivitas atau
pekerjaan.
b) Latar belakang
Kondisi dimasa lalu yang memengaruhi karakteristik dan sikap mental
seseorang, biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan serta pengalaman dimasa
lalu.
c) Demografis
Kondisi kependudukan yang berlaku pada individu atau karyawan, dimana
lingkungan sekitarnya akan membentuk pola tingkah laku individu tersebut
berdasarkan adat atau norma sosial yang berlaku.
2. Variabel Organisasional, terdiri dari:
a) Sumber Daya
Sekumpulan potensi atau kemampuan organisasi yang dapat diukur dan dinilai,
seperti sumber daya alam, sumber daya manusia.
b) Kepemimpinan
Suatu seni mengkoordinasi yang dilakukan oleh pimpinan dalam memotivasi
pihak lain untuk meraih tujuan yang diinginkan oleh organisasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c) Imbalan
Balas jasa yang diterima oleh pegawai atau usaha yang telah dilakukan di dalam
proses aktivitas organisasi dalam jangka waktu tertentu secara intrinsik maupun
ekstrinsik.
d) Struktur
Hubungan wewenang dan tanggungjawab antar individu di dalam organisasi,
dengan karakteristik tertentu dan kebutuhan organisasi.
e) Desain Pekerjaan
Job Description yang diberikan kepada pegawai, apakah pegawai dapat
melakukan pekerjaan sesuai dengan job description.
3. Variabel Psikologis, terdiri dari:
a) Persepsi
Suatu proses kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan
memahami dunia sekitarnya.
b) Sikap
Kesiapsiagaan mental yang dipelajari dan diorganisir melalui pengalaman dan
mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain.
c) Kepribadian
Pola perilaku dan proses mental yang unik, mencirikan seseorang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d) Belajar
Proses yang dijalani seseorang dari tahap tidak tahu menjadi tahu dan
memahami akan sesuatu terutama yang berhubungan dengan organisasi dan
pekerjaan.
Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja tersebut dirangkum seperti pada
Gambar 2.1
Gambar 2.1 Variabel yang Memengaruhi Kinerja Sumber: Gibson et al. (1996)
Menurut Werther dan Davis (1996), faktor-faktor yang memengaruhi kinerja
adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Secara
psikologis, kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ di atas
Variabel Individu
- Kemampuan dan keterampilan
- Latar belakang :
- Individu
- Tingkat sosial
- Pengalaman
- Demografi
- Umur
- Etnis
- Jenis Kelamin
Perilaku
Individu
(apa yang
dikerjakan)
Kinerja
(hasil yang
dicapai )
Variabel Psikologis
- Persepsi
- Sikap
- Kepribadian
- Belajar
- Motivasi
Variabel Organisasi
- Sumber daya
- Kepemimpinan
- Insentif
- Struktur
- Desain pekerjaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan ketrampilan dalam
mengerjakan pekerjaan, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang
diharapkan. Sedangkan Robbins (2006), menambahkan dimensi baru yang
menentukan kinerja seseorang, yaitu kesempatan. Menurutnya, meskipun seseorang
bersedia (motivasi) dan mampu (kemampuan). Mungkin ada rintangan yang menjadi
kendala kinerja seseorang, yaitu kesempatan yang ada, mungkin berupa lingkungan
kerja tidak mendukung, peralatan, pasokan bahan, rekan kerja yang tidak mendukung,
prosedur yang tidak jelas dan sebagainya.
2.1.3 Penilaian Kinerja
Menurut Simamora (2004), penilaian kinerja (performance appraisal) adalah
prosesnya organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Penilaian kinerja
memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam
menjelaskan tujuan-tujuan dan standar kinerja individu di waktu berikutnya.
Sedangkan menurut Rivai (2005), penilaian kinerja merupakan kajian sistematis
tentang kondisi kerja karyawan yang dilaksanakan secara formal yang dikaitkan
dengan standar kerja yang telah ditentukan perusahaan. Penilaian kinerja merupakan
proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang,
meliputi dimensi kinerja karyawan dan akuntabilitas.
Rivai (2005), mengemukakan pada dasarnya ada 2 (dua) model penilaian
kinerja :
1. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Lalu
(a) Skala Peringkat (Rating Scale)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Metode ini merupakan metode yang paling tua yang digunakan dalam
penilaian prestasi, di mana para penilai diharuskan melakukan suatu penilaian
yang berhubungan dengan hasil kerja karyawan dalam skala-skala tertentu,
mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
(b) Daftar Pertanyaan (Checklist)
Metode ini menggunakan formulir isian yang menjelaskan beraneka macam
tingkat perilaku bagi suatu pekerjaan tertentu. Penilai hanya perlu kata atau
pertanyaan yang mengambarkan karakteristik dan hasil kerja karyawan.
Keuntungan dari cheklist adalah biaya yang murah, pengurusannya mudah,
penilai hanya membutuhkan pelatihan yang sederhana dan distandarisasi.
(c) Metode dengan Pilihan Terarah
Metode ini dirancang untuk meningkatkan objektivitas dan mengurangi
subjektivitas dalam penilaian. Salah satu sasaran dasar pendekatan pilihan ini
adalah untuk mengurangi dan menyingkirkan kemungkinan berat sebelah
penilaian dengan memaksa suatu pilihan antara pernyataan-pernyataan
deskriptif yang kelihatannya mempunyai nilai yang sama.
(d) Metode Peristiwa Kritis (Critical Incident Method)
Metode ini bermanfaat untuk memberi karyawan umpan balik yang terkait
langsung dengan pekerjaannya.
(e) Metode Catatan Prestasi
Metode ini berkaitan erat dengan metode peristiwa kritis, yaitu catatan
penyempurnaan, yang banyak digunakan terutama oleh para profesional,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
misalnya penampilan, kemampuan berbicara, peran kepemimpinan dan
aktivitas lain yang berhubungan dengan pekerjaan.
(f) Skala Peringkat dikaitkan dengan Tingkah Laku (Behaviorally Anchored
Rating Scale=BARS)
Penggunaan metode ini menuntut diambilnya 3 (tiga) langkah, yaitu:
1) Menentukan skala peringkat penilaian prestasi kerja
2) Menentukan kategori prestasi kerja dengan skala peringkat
3) Uraian prestasi kerja sedemikian rupa sehingga kecenderungan perilaku
karyawan yang dinilai dengan jelas.
(g) Metode Peninjauan Lapangan (Field Review Method)
Di sini penilai turun ke lapangan bersama-sama dengan ahli dari SDM.
Spesialis SDM mendapat informasi dari atasan langsung perihal
karyawannya, lalu mengevaluasi berdasarkan informasi tersebut.
(h) Tes dan Observasi Prestasi Kerja (Performance Test and Observation)
Karyawan dinilai, diuji kemampuannya, baik melalui ujian tertulis yang
menyangkut berbagai hal seperti tingkat pengetahuan tentang prosedur dan
mekanisme kerja yang telah ditetapkan dan harus ditaati atau melalui ujian
parktik yang langsung diamati oleh penilai.
(i) Pendekatan Evaluasi Komparatif (Comparative Evaluation Approach)
Metode ini mengutamakan perbandingan prestasi kerja seseorang dengan
karyawan lain yang menyelenggarakan kegiatan sejenis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Penilaian Kinerja Berorientasi Masa Depan
a. Penilaian Diri Sendiri (Self Appraisal)
Penilaian diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan oleh karyawan sendiri
dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-kekuatan
dan kelemahan dirinya sehingga mampu mengidentifikasi aspek-aspek
perilaku kerja yang perlu diperbaiki pada masa yang akan datang.
b. Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management by Objective)
Merupakan suatu bentuk penilaian di mana karyawan dan penyelia bersama-
sama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja
karyawan secara individu di waktu yang akan datang.
c. Penilaian dengan Psikolog
Penilaian ini lazimnya dengan teknik terdiri atas wawancara, tes psikologi,
diskusi-diskusi dengan penyelia-penyelia.
3. Organisasi dengan Tingkat Manajemen Majemuk
Pada organisasi dengan tingkat manajeman majemuk, personel biasanya
dinilai oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi. Penilaian termasuk yang dilakukan
oleh penyelia atau atasan langsung kepadanya laporan kerja personel disampaikan.
Penilaian ini dapat juga melibatkan manajer lini unit lain. Sebagai contoh, personel
bagian pembelian dapat dinilai oleh manajer produksi sebagai sebagai pemakai
barang yang dibeli. Hal ini normal terjadi bila interaksi antara personel dan unit lain
cukup tinggi. Sebaiknya penggunaan penilaian atasan dari bagian lain dibatasi, hanya
pada situasi kerja kelompok dimana individu sering melakukan interaksi. Pada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penilaian manajer, biasanya dilakukan oleh beberapa atasan manajer dengan tingkat
lebih tinggi yang sering bekerja sama dalam kelompok kerja. Penilaian kerja
kelompok akan sangat bernilai jika penilaian dilakukan dengan bebas dan kemudian
dilakukan mufakat dengan diskusi. Hasil penilaian akhir seharusnya tidak
dihubungkan dengan kemungkinan adanya perbedaaan pendapat diantara penilai.
Penilaian kelompok dapat menghasilkan gambaran total kinerja personel lebih tepat,
tetapi kemungkinan terjadi bias dengan kecenderungan penilaian lebih tinggi
sehingga menghasilkan penilaian yang merata. Penilaian atasan langsung sangat
penting dari seluruh sistem penilaian kinerja. Hal ini disebabkan karena madah untuk
memperoleh hasil penilaian atasan dan dapat diterima oleh akal sehat. Para atasan
merupakan orang yang tepat untuk mengamati dan menilai kinerja bawahannya. Oleh
sebab itu, seluruh sistem penilaian umumnya sangat tergantung pada evaluasi yang
dilakukan oleh atasan (Rivai, 2005).
Mangkunegara (2002) menyatakan, kinerja dapat diukur dengan
mempertimbangkan beberapa faktor sebagai berikut.
1) Kualitas, yaitu mutu pekerjaan sebagai output yang dihasilkan.
2) Kuantitas, yaitu mencakup jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dalam
kurun waktu yang ditentukan.
3) Ketepatan waktu, yaitu menyangkut tentang kesesuaian waktu yang telah
direncanakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.4 Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Simamora (2004), tujuan penilaian kinerja digolongkan kedalam
tujuan evaluasi dan tujuan pengembangan.
a. Tujuan Evaluasi.
Melalui pendekatan evaluatif, dilakukan penilaian kinerja masa lalu seorang
karyawan. Evaluasi yang digunakan untuk menilai kinerja adalah rating deskriptif.
Hasil evaluasi digunakan sebagai data dalam mengambil keputusan-keputusan
mengenai promosi dan kompensasi sebagai penghargaan atas peningkatan kinerja
karyawan.
b. Tujuan Pengembangan.
Pendekatan pengembangan diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan
di masa yang akan datang. Aspek pengembangan dari penilaian kinerja mendorong
perbaikan karyawan dalam menjalankan pekerjaannya.
2.1.5 Manfaat Penilaian Kinerja
Manfaat penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Mulyadi (1997), yaitu:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti
promosi, transfer dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka
menilai kinerja mereka.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Menyediakan suatu dasar distribusi penghargaan.
2.2 Perawat
Pengertian dasar seorang perawat, yaitu seseorang yang berperan dalam
merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injuri
dan proses penuaan. Perawat professional adalah perawat yang bertanggungjawab
dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya, sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI, 1999).
Perry dan Potter (2005) mengklasifikasikan peran perawat sebagai berikut :
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan
kembali kesehatannya melalui penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada
kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya pengembalian kesehatan
emosi, spiritual dan sosial.
b. Pembuat keputusan klinis
Dalam pemberian asuhan keperawatan perawat dituntut untuk dapat membuat
keputusan sehingga tercapai perawatan yang efektif. Perawat juga berkolaborasi
dengan klien atau keluarga dan ahli kesehatan lain.
c. Pelindung dan advokat klien
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan
mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien
dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau
pengobatan. Perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan scara hukum, serta
membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.
d. Manajer kasus
Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab
asuhan keperawatan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya.
e. Rehabilitator
Perawat membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dari keadaan sakit
sampai penyembuhan baik fisik maupun emosi.
f. Pemberi kenyamanan
Perawat merawat klien sebagai manusia secara utuh baik fisik maupun mental.
Perawat memberi kenyamanan dengan membantu klien untuk mencapai tujuan
yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
g. Komunikator
Peran komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat yang lain. Dalam
melakukan perannya, seorang perawat harus melakukan komunikasi dengan baik.
Kualitas komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi
kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.
h. Penyuluh atau pendidik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perawat memberikan pengajaran kepada klien tentang kesehatan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain.
i. Role model
Perawat harus dapat menjadi panutan dan dapat memberikan contoh bagi kliennya.
Baik dalam berperilaku, sikap maupun penampilan secara fisik.
j. Peneliti
Perawat merupakan bagian dari dunia kesehatan yang memiliki hak untuk
melakukan penelitian yang berhubungan dengan bidangnya.
k. Kolaborator
Perawat dalam proses keperawatan dapat melakukan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan professional lainnya untuk mencapai pemenuhan kebutuhan klien.
Menurut Carolus yang dikutip dalam Zaidin (2001) perawat memiliki
beberapa fungsi yaitu:
a. Fungsi Pokok
Membantu individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam
melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau menghadapi
kematian yang pada hakekatnya dapat mereka laksanakan tanpa bantuan apabila
mereka memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan. Bantuan yang diberikan
bertujuan menolong dirinya sendiri secepat mungkin.
b. Fungsi Tambahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam melaksanakan rencana
pengobatan yang ditentukan oleh dokter.
c. Fungsi Kolaboratif
Sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja dalam merencanakan dan
melaksanakan program kesehatan yang mencakup pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.
2.2.1 Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting
dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
John Griffith menyatakan bahwa kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi
menjadi keperawatan klinik dan manajemen keperawatan. Kegiatan keperawatan
klinik antara lain terdiri dari:
1. Pelayanan keperawatan personal, yang antara lain berupa pelayanan keperawatan
umum dan atau spesifik untuk sistem tubuh tertentu, pemberian motivasi dan
dukungan emosi pada pasien, pemberian obat, dan lain-lain.
2. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik, mengingat perawat
selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu sehingga merupakan petugas
yang seyogyanya paling tahu tentang keadaan pasien.
3. Menjalin hubungan dengan keluarga pasien. Komunikasi yang baik dengan
keluarga atau kerabat pasien akan membantu proses penyembuhan pasien itu
sendiri.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan. Perawat bertanggung jawab
terhadap lingkungan bangsal perawatan pasien, baik lingkungan fisik,
mikrobiologik, keamanan, dan lain-lain.
5. Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit. Program ini
diberikan pada pasien dengan materi spesifik sesuai dengan penyakit yang di
deritanya.
2.2.2 Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan menggunakan metode proses keperawatan. Proses
keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha
memperbaiki atau memelihara pasien sampai taraf optimum melalui suatu pendekatan
yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan khusus pasien.
Sementara itu, Yura dan Walsh menyatakan bahwa proses keperawatan adalah suatu
tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan
meliputi: mempertahankan keadaan kesehatan pasien yang optimal, apabila
kondisinya berubah kualitas tindakan keperawatan ditujukan untuk mengembalikan
ke keadaan normal (Nursalam, 2001)
Kualitas pelayanan asuhan keperawatan sebenarnya merujuk kepada
penampilan (Performance) dari pelayanan asuhan keperawatan. Secara umum
disebutkan bahwa makin sempurna penampilan pelayanan, makin sempurna pula
mutu/kualitasnya. Schroder menyatakan bahwa saat mendefinisikan kualitas asuhan
keperawatan, perlu dipertimbangkan nilai-nilai dasar dan keyakinan para perawat,
serta cara mereka mengorganisasi asuhan keperawatan tersebut. Intinya, latar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
belakang pemberian tugas dalam mutu asuhan yang berorientasi teknik, mungkin
akan didefinisikan cukup berbeda dengan keperawatan yang berlatar belakang
pemberian keperawatan primer (Marr, 2001).
2.2.3 Tahap-tahap Asuhan Keperawatan
Menurut Kozier dkk (1991) proses keperawatan adalah aktivitas yang ilmiah
dan rasional yang dilakukan secara sistematis, terdiri dari 5 tahap, yaitu: pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Model proses keperawatan dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 The Nursing Process (Kozier dkk, 1991)
Menurut Nursalam (2002), dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan
kepada pasien (klien), digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan
pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik
keperawatan telah dijabarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian,
(2) Diagnosis keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, dan (5) Evaluasi.
1. Pengkajian Asuhan Keperawatan
Pegkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan
secara keseluruhan (Gaffar, 1999). Data dikumpulkan dan di organisir secara
sistematis, serta dianalisa untuk menentukan masalah keperawatan pasien. Data pada
pengkajian diperoleh melalui wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, pemeriksaan
riwayat kesehatan, pemeriksaan laboratorium, maupun pemeriksaan diagnostik lain.
Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi (Nursalam, 2002):
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi, pemeriksaan
fisik, serta dari pemeriksaan penunjang.
b. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam
medis, dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :
i. Status kesehatan klien masa lalu.
ii. Status kesehatan klien saat ini.
iii. Status biologis-psikologis-sosial-spiritual.
iv. Respon terhadap terapi.
v. Harapan terhadap tingkat kesehatan.
vi. Risiko-risiko tinggi masalah.
d. Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (lengkap, akurat, relevan, dan
baru).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Diagnosa Asuhan Keperawatan
Diagnosa asuhan keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status
atau masalah kesehatan aktual atau potensial serta penyebabnya (Gaffar, 1999).
Tahap diagnosa ini adalah tahap pengambilan keputusan pada proses keperawatan,
yang meliputi identifikasi apakah masalah klien dapat dihilangkan, dikurangi atau
dirubah masalahnya melalui tindakan keperawatan.
Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis
keperawatan (Nursalam, 2002), kriteria proses meliputi :
a. Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien,
dan perumusan diagnosis keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan terdiri atas masalah, penyebab, dan tanda atau gejala, atau
terdiri atas masalah dan penyebab.
c. Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi
diagnosis keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang, dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa asuhan keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan perencanaan
adalah untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan klien
(Gaffar, 1999).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perawat membuat rencana tindakan asuhan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan klien (Nursalam, 2002), kriteria proses
meliputi:
a. Perencanaan terdiri atas penerapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana
tindakan keperawatan.
b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
d. Mendokumentasikan rencana keperawatan.
4. Pelaksanaan (implementasi) Asuhan Keperawatan
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan (Nursalam, 2002), kriteria proses meliputi :
a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
d. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan
asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
respon klien.
5. Evaluasi Asuhan Keperawatan
Evaluasi asuhan keperawatan merupakan fase akhir dari proses keperawtan
yaitu terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keakuratan, kelengkapan, kualitas adata, teratasi atau tidaknya masalah klien, dan
pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan (Gaffar, 1999).
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam
pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan (Nursalam, 2002).
kriteria proses meliputi :
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat
waktu dan terus-menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan
kearah pencapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
d. Bekerjasama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
e. Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
Adapun macam-macam evaluasi diantaranya :
a. Evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang merupakan hasil observasi dan analisa
perawat terhadap respon klien segera pada saat dan setelah intervensi
keperawatan dilaksanakan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara spontan dan
memberi kesan apa yang terjadi saat itu.
b. Evaluasi somatif, yaitu evaluasi yang merupakan rekapitulasi dan kesimpulan dari
observasi dan analisa status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang
telah ditetapkan pada tujuan keperawatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3 Faktor Organisasi
Menurut Gomes (1995), organisasi mempunyai unsur-unsur tertentu, dan
unsur-unsur inilah yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang lain.
Sedangkan menurut Hasibuan (2005), organisasi adalah suatu sistem perserikatan
formal dari dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu
karyawan dengan karyawan lainnya yang berada dibawah pengawasannya. Secara
garis besar, perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor individu
dan situasi kerja. Menurut Gibson et al. (1996), faktor organisasional, terdiri dari: (a)
sumber daya, (b) kepemimpinan, (c) imbalan, (d) struktur, dan (e) desain pekerjaan
mempengaruhi kinerja seseorang dalam organisasi.
2.3.1 Kepemimpinan
Menurut Stoner (1990), kepemimpinan sebagai proses pengarahan dan
mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas kelompok. Sedangkan menurut
Timple, pemimpin merupakan orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang
memastikan motivasi, disiplin, tugas, dan situasi agar dapat mencapai tujuan
organisasi.
Pemimpin adalah seseorang di dalam kelompok yang memberi perintah dan
mengkoordinasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan aktivitas kelompok atau orang
yang secara serentak mengerjakan fungsi-fungsi pemimpin didalam kelompok apabila
pemimpin yang terpilih tidak hadir (Fiedler, 1964). Seorang pemimpin mempunyai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kriteria sebagai berikut : 1) ditunjuk oleh organisasi; 2) dipilih oleh kelompoknya; 3)
banyak berpengaruh terhadap tugas dalam hal tidak ada pemimpin yang ditunjuk.
Sedangkan peran pemimpin menurut Model Quinn (dalam Daniel, 1995) ada
8 (delapan); 1) sebagai motivator; 2) sebagai perantara; 3) sebagai producer; 4)
sebagai pengarah; 5) sebagai koordinator; 6) sebagai pengamat; 7) sebagai fasilitator;
dan 8) sebagai penasehat.
Memimpin diartikan sebagai pembimbing dan mengarahkan orang lain. Para
pemimpin seperti para manajer berperan dalam membawa suatu kelompok untuk
mencapai tujuan mereka dengan menerapkan secara maksimum kemampuan yang
dimiliki. Kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin merupakan ciri
psikologis yang sudah dibawa sejak lahir dan tidak perlu dipelajari. Saat ini pendapat
tersebut banyak sudah ditinggalkan, karena ternyata pemimpin dan kepemimpinan
dapat dilatih dan dibentuk secara berencana dan sistematis (Kartono, 1982).
Menurut Yulk (1994) kepemimpinan telah didefinisikan dalam kaitannya
dengan ciri-ciri individu, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi
hubungan peran, tepatnya pada suatu administratif, serta persepsi oleh orang lain
mengenai keabsahan dari pengaruh. Yulk (1994) memberikan gambaran bahwa
perilaku spesifik pemimpin adalah :1) merencanakan dan mengorganisasi;
2) pemecahan masalah; 3) menjelaskan peran dan sasaran; 4) memberi informasi;
5) memantau; 6) memotivasi dan memberikan informasi; 7) berkonsultasi;
8) mendelegasikan tugas dan wewenang; 9) memberikan dukungan;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10) mengembangkan dan jaringan kerja; 13) pengakuan atas keberhasilan bawahan;
dan 14) memberi penghargaan atas jerih payah yang dilakukan bawahan.
Para teoritis percaya bahwa para pemimpin memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat
tertentu yang menyebabkan energi pandangan, pengetahuan, dan kecerdasan,
imajinasi kepercayaan diri, integritas kepandaian berbicara, pengandalian, dan
keseimbangan mental maupun emosional, bentuk fisik, pergaulan sosial dan
persahabatan, dorongan, antusiasme, berani dan sebagainya (Handoko, 2001).
2.3.2 Desain Pekerjaan
Menurut Gibson et al. (1996), desain pekerjaan mengacu pada proses yang
diterapkan oleh para pimpinan untuk memutuskan tugas, pekerjaan, dan wewenang.
Teknik desain pekerjaan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pokok perawat,
memenuhi kebutuhan pribadi dan mendorong keefektifan individu, kelompok dan
organisasi.
Desain pekerjaan dalam hal memberikan asuhan keperawatan di IGD meliputi
tata kerja dan prosedur yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan. Apabila
perawat pelaksana mempunyai desain kerja yang jelas maka hasil yang dicapai
menjadi maksimal.
2.3.3 Insentif
Segala bentuk imbalan yang diterima baik dalam bentuk finansial (insentif)
dilihat dari jumlah, kecukupan, rasa keadilan, proporsional dengan beban kerja dan
waktu pemberian, dalam bentuk non finansial antara lain penghargaan atau perhatian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Banyak orang berpendapat insentif dalam bentuk uang merupakan faktor
utama untuk timbulnya kepuasan kerja, namun beberapa penelitian yang pernah
dilakukan pada pekerja di negara Amerika menunjukkan mereka tidak ingin diberi
insentif uang yang lebih dengan penambahan waktu kerja yang telah ditentukan
(Robbins, 2006).
2.4 Motivasi
2.4.1 Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan
memelihara perilaku manusia akibat interaksi individu dengan situasi. Umumnya
orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang
tidak melakukan. Kata motivasi berasal dari kata motivation, yang dapat diartikan
sebagai dorongan yang ada pada diri seseorang untuk bertingkah laku mencapai suatu
tujuan tertentu (Rivai, 2006). Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan
seseorang anggota organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk
keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam
rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang ditentukan (Siagian,
2004). Sedangkan Gerungan (2000), menambahkan bahwa motivasi adalah
penggerak, alasan-alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
dirinya melakukan suatu tindakan/bertingkah laku.
Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
motivasi merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat dalam
diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah
lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan,
baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani.
Istilah motivasi mengandung tiga hal yang amat penting, yaitu:
a) Pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran organisasional. Tersirat pada pandangan ini bahwa dalam tujuan
dan sasaran organisasi telah tercakup tujuan dan sasaran pribadi anggota
organisasi. Pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri bawahan
yang digerakkan terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan maka
tujuan pribadi akan ikut pula tercapai.
b) Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan
tertentu. Usaha merupakan ukuran intensitas kemauan seseorang. Apabila
seseorang termotivasi, maka akan berusaha keras untuk melakukan sesuatu.
c) Kebutuhan adalah keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha
tertentu menjadi menarik. Artinya suatu kebutuhan yang belum terpuaskan
menciptakan ketegangan yang pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu
pada diri seseorang.
Menurut Gitosudarmo (1997), motivasi atau dorongan kepada karyawan
untuk bersedia bekerja sama demi tercapainya tujuan bersama atau tujuan perusahaan
ini terdapat dua macam yaitu: (a) motivasi finansial yaitu dorongan yang dilakukan
dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
disebut insentif; dan (b). motivasi non finansial yaitu dorongan yang diwujudkan
tidak dalam bentuk finansial, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan,
pendekatan manusiawi dan lain sebagainya.
2.4.2 Teori Motivasi
Teori motivasi merupakan teori-teori yang membicarakan bagaimana motivasi
manusia di dalam melaksanakan pekerjaan dan mencapi tujuan, yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor pembentuk terciptanya motivasi. Menurut Gibson et al. (1996),
secara umum mengacu pada 2 (dua) kategori :
1. Teori kepuasan (Content Theory), yang memusatkan perhatian kepada faktor
dalam diri orang yang menguatkan (energize), mengarahkan (direct), mendukung
(sustain) dan menghentikan (stop) perilaku petugas.
2. Teori proses (Process Theory) menguraikan dan menganalisa bagaimana perilaku
itu dikuatkan, diarahkan, didukung dan dihentikan.
Lebih lanjut Gibson et al. (1996), mengelompokkan teori motivasi sebagai
berikut :
1. Teori kepuasan terdiri dari :
a. Teori Hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow
b. Teori Dua Faktor dari Frederick Herzberg
c. Teori ERG (Existence, Relatednes, Growth) dari Alderfer
d. Teori prestasi dari McClelland
2. Teori Proses terdiri dari :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Teori harapan
b. Teori pembentukan perilaku
c. Teori keadilan
Penjelasan uraian tentang motivasi yang dikemukakan di atas sebagai berikut :
Lebih jelas berikut ini dipaparkan teori tentang motivasi yang dikemukakan di
atas sebagai berikut :
a. Teori Hirarki Kebutuhan dari Abraham Maslow
Menurut Maslow 1954 dalam Robbin (2006), hal yang tidak dapat dipungkiri
bahwa mayoritas manusia bekerja adalah disebabkan adanya kebutuhan yang relatif
tidak terpenuhi disebabkan adanya faktor keterbatasan manusia itu sendiri, untuk
memenuhi kebutuhannya sewaktu bekerja sama dengan orang lain dalam memasuki
suatu organisasi. Hal ini yang menjadi dasar bagi Maslow dengan mengemukakan
teori hirarki kebutuhan sebagai salah satu sebab timbulnya motivasi pegawai. Maslow
mengemukan bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada
didalam hidupnya, diantaranya :
a). Kebutuhan fisiologi yaitu, pakaian, perumahan, makanan, seks (disebut kebutuhan
paling dasar) b). Kebutuhan keamanan, keselamatan, perlindungan, jaminan pensiun,
asuransi kecelakaan, dan asuransi kesehatan. c). Kebutuhan sosial, kasih sayang, rasa
memiliki, diterima dengan baik, persahabatan. d). Kebutuhan penghargaan, status,
titel, simbol-simbol, promosi. e). Kebutuhan aktualisasi diri, menggunakan
kemampuan, skill, dan potensi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada dasarnya manusia tidak pernah puas pada tingkat kebutuhan manapun,
tetapi untuk memunculkan kebutuhan yang lebih tinggi perlu memenuhi tingkat
kebutuhan yang lebih rendah terlebih dahulu. Dalam usaha untuk memenuhi segala
kebutuhannya tersebut seseorang akan berperilaku yang dipengaruhi atau ditentukan
oleh pemenuhan kebutuhannya (Mangkunegara, 2002).
b. Teori Dua Faktor dari Herzberg.
Teori dua faktor dikembangkan oleh Frederick Herzberg yang merupakan
pengembangan dari teori hirarki kebutuhan menurut Maslow. Teori Herzberg
memberikan dua kontribusi penting bagi pimpinan organisasi dalam memotivasi
karyawan. Pertama, teori ini lebih eksplisit dari teori hirarki kebutuhan Maslow,
khususnya mengenai hubungan antara kebutuhan dalam performa pekerjaan. Kedua,
kerangka ini membangkitkan model aplikasi, pemerkayaan pekerjaan (Leidecker dan
Hall dalam Timpe, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap akuntan dan ahli teknik Amerika Serikat
dari berbagai Industri, Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor. Menurut
teori ini ada dua faktor yang memengaruhi kondisi pekerjaan seseorang, yaitu faktor
pemuas (motivation factor) yang disebut juga dengan satisfier atau instrinsic
motivation dan faktor kesehatan (hygienes) yang juga disebut disatisfier atau
ekstrinsic motivation. Teori Herzberg ini melihat ada dua faktor yang mendorong
karyawan termotivasi yaitu faktor intrinsik, merupakan daya dorong yang timbul dari
dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik, yaitu daya dorong yang
datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja.
Jadi petugas yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang
memungkinkannya menggunakan kreativitas dan inovasinya, bekerja dengan tingkat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan disini terutama
tidak dikaitkan dengan perolehan hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya, mereka
yang lebih terdorong oleh faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat kepada apa yang
diberikan oleh organisasi kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan
hal-hal yang diinginkannya dari organisasi (Siagian, 2003).
Menurut Herzberg faktor ekstrinsik tidak akan mendorong minat para pegawai
untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak memuaskan
dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak menyenangkan,
faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial. Sedangkan faktor
intrinsik merupakan faktor yang mendorong semangat guna mencapai kinerja yang
lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat tinggi (faktor motivasi) lebih
memungkinkan seseorang untuk berforma tinggi dari pada pemuasan kebutuhan lebih
rendah (Leidecker dan Hall dalam Timpe, 2002).
Dari teori Herzberg tersebut, uang/gaji tidak dimasukkan sebagai faktor
motivasi dan ini mendapat kritikan dari para ahli. Pekerjaan kerah biru sering kali
dilakukan oleh mereka bukan karena faktor intrinsik yang mereka peroleh dari
pekerjaan itu, tetapi karena pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Penelitian oleh Schwab, De Vitt dan Cuming tahun 1971 telah membuktikan
bahwa faktor ekstrinsik pun dapat berpengaruh dalam memotivasi performa tinggi,
(Grensing dalam Timpe, 2002).
c. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth) dari Alderfer
Menurut teori ERG dari Clayton Alderfer ini ada 3 (tiga) kebutuhan pokok
manusia yaitu: a).Existence (eksistensi); Kebutuhan akan pemberian persyaratan
keberadaan materil dasar (kebutuhan psikologis dan keamanan). b).Relatednes
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(keterhubungan); Hasrat yang dimiliki untuk memelihara hubungan antar pribadi
(kebutuhan sosial dan penghargaan). c).Growth (pertumbuhan) ; Hasrat kebutuhan
intrinsik untuk perkembangan pribadi (kebutuhan aktualisasi diri).
d. Teori Kebutuhan dari McClelland
Teori kebutuhan dikemukakan oleh David McClelland. Teori ini berfokus
pada tiga kebutuhan. Hal-hal yang memotivasi seseorang menurut Mc.Clelland dalam
Hasibuan (2005).
a). Kebutuhan akan prestasi (need for achievement).
Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat bekerja seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan
semua kemampuan serta energi yang dimilikinya guna mencapai prestasi kerja yang
maksimal. Seseorang menyadari bahwa hanya dengan mencapai prestasi kerja yang
tinggi akan memperoleh pendapatan besar yang akhirnya bisa memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya.
b). Kebutuhan akan kekuasaan (need for power )
Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat kerja seseorang. Merangsang dan memotivasi gairah kerja seseorang serta
mengerahkan semua kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang
terbaik. Seseorang dengan kebutuhan akan kekuasaan tinggi akan bersemangat
bekerja apabila bisa mengendalikan orang yang ada disekitarnya.
c). Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation)
Kebutuhan akan afiliasi menjadi daya penggerak yang memotivasi semangat
bekerja seseorang. Karena kebutuhan akan afiliasi akan merangsang gairah bekerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
seseorang yang menginginkan kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain,
perasaan dihormati, perasaan maju dan tidak gagal, dan perasaan ikut serta.
d. Teori Harapan (Expectancy Theory)
Pencetus pertama dari teori dari harapan ini adalah Victor H. Vroom dan
merupakan teori motivasi kerja yang relatif baru. Teori ini berpendapat bahwa orang-
orang atau petugas akan termotivasi untuk bekerja atau melakukan hal-hal tertentu
jika mereka yakin bahwa dari prestasinya itu mereka akan mendapatkan imbalan
besar. Seseorang mungkin melihat jika bekerja dengan giat kemungkinan adanya
suatu imbalan, misalnya kenaikan gaji, kenaikan pangkat dan inilah yang menjadi
perangsang seseorang giat dalam bekerja.
e. Teori Pembentukan Perilaku (Operant Conditioning)
Teori ini berasumsi bahwa prilaku pegawai dapat dibentuk dan diarahkan
kearah aktivitas pencapaian tujuan. Teori pembentukan perilaku sering disebut
dengan istilah-istilah lain seperti : behavioral modification, positive reinforcement
dan skinerian conditioning. Menurut teori pembentukan perilaku, perilaku pegawai
dipengaruhi kejadian-kejadian atau situasi masa lalu. Apabila konsekuensi perilaku
tersebut positif, maka pegawai akan memberikan tanggapan yang sama terhadap
situasi lama, tetapi apabila konsekuensi itu tidak menyenangkan, maka pegawai
cendrung mengubah perilakuya untuk menghindar dari konsekuensi tersebut.
f. Teori Keadilan (Equity Theory)
Menurut Davis (2004), keadilan adalah suatu keadaan yang muncul dalam
pikiran seseorang jika orang tersebut merasa bahwa rasio antara usaha dan imbalan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adalah seimbang. Teori motivasi keadilan ini didasarkan pada asumsi bahwa pegawai
akan termotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerjanya apabila pegawai tersebut
diperlakukan secara adil dalam pekerjaannya.
Ketidakadilan akan ditanggapi dengan bermacam-macam perilaku yang
menyimpang dari aktivitas pencapaian tujuan seperti menurunkan prestasi, mogok,
malas dan sebagainya. Inti dari teori ini adalah pegawai membandingkan usaha
mereka terhadap imbalan yang diterima pegawai lainnya dalam situasi kerja yang
relatif sama. Selain itu juga membandingkan imbalan dengan pengorbanan yang
diberikan. Apabila mereka telah mendapatkan keadilan dalam bekerja, maka mereka
termotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
Pengertian motivasi banyak macam rumusan yang dikemukakan oleh para ahli
antara lain oleh Mitchell (dalam Winardi, 2001) yang menjelaskan motivasi mewakili
proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya dan terjadinya persistensi
kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan kearah tujuan tertentu. Robbins (2002),
memberi definisi motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin
dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk
memuaskan beberapa kebutuhan individu. Sementara Gibson et al. (1996)
menyebutkan motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang karyawan
yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk menunjukkan kesediannya yang tinggi untuk berupaya
mencapai tujuan organisasi yang dipengaruhi kemampuan usaha untuk memuaskan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
beberapa kebutuhan individu. Berdasarkan pembahasan tentang berbagai teori
motivasi dan kebutuhan-kebutuhan yang mendorong manusia melakukan tingkah
laku dan pekerjaan, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah keseluruhan daya
penggerak atau tenaga pendorong baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri
yang menimbulkan adanya keinginan untuk melakukan suatu kegiatan atau aktivitas
dalam menjalankan tugas untuk mencapai tujuan.
Teori motivasi dalam penelitian ini digunakan teori motivasi dua arah yang
dikemukakan Herzberg. Adapun pertimbangan peneliti karena teori yang
dikembangkan Herzberg berlaku mikro, yaitu untuk karyawan atau pegawai
pemerintahan yang hubungannya antara kebutuhan dengan performa pekerjaan.
2.4.3 Jenis-Jenis Motivasi
Handoko (2001), motivasi terdiri atas: (a) motivasi intrinsik, yaitu motivasi
yang berfungsinya tanpa rangsangan dari luar, karena dalam diri individu tersebut
sudah ada dorongan untuk melakukan tindakan, dan (b) motivasi ekstrinsik, yaitu
motivasi yang berfungsinya karena disebabkan oleh adanya faktor pendorong dari
luar diri individu.
Herzberg dalam Hasibuan (2005), menjelaskan bahwa motivasi pada
prinsipnya berkaitan dengan kepuasan dan ketidak puasan kerja. Dalam hal ini
kepuasan kerja atau perasaan positif disebut sebagai hygien. Secara terinci
dikemukakan faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan dikalangan karyawan
atau bawahan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi
Faktor motivasi dibedakan menjadi dua, yang pertama dinamakan situasi
motivasi yang “subjective” atau faktor intrinsik dan yang kedua adalah faktor
“objective” atau faktor ekstrinsik.
Faktor-faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul dari individu petugas
dengan pekerjaannya yang sering disebut pula sebagai “job content factor”. Faktor
tersebut diantaranya meliputi keberhasilan dalam melaksanakan tugas, memperoleh
pengakuan atas prestasinya, memperoleh tanggung jawab yang lebih besar dan
memperoleh kemajuan kedudukan melalui promosi jabatan. Sejauh mana semuanya
itu dapat terpenuhi secara positif bagi petugas, maka sejauh itu pula dorongan/daya
motivasinya untuk bekerja bagi tercapainya tujuan organisasi
Herzberg dalam Hasibuan (2005), menyatakan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi motivasi seorang karyawan ada yang bersifat internal dan eksternal.
Faktor yang bersifat internal (motivator factor), antara lain:
1) Tanggung jawab (Responsibility)
Setiap orang ingin diikutsertakan dan ngin diakui sebagai orang yang berpotensi,
dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan siap memikul
tanggung jawab yang lebih besar.
2) Prestasi yang diraih (Achievement)
Setiap orang menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan. Pencapaian
prestasi dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan yang bersangkutan
untuk melakukan tugas-tugas berikutnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3) Pengakuan orang lain (Recognition)
Pengakuan terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan
bisa melebihi kepuasan yang bersumber dari kompensasi.
4) Pekerjaan itu sendiri (The work it self)
Pekerjaan itu sendiri merupakan faktor motivasi bagi pegawai untuk berforma
tinggi. Pekerjaan atau tugas yang memberikan perasaan telah mencapai sesuatu,
tugas itu cukup menarik, tugas yang memberikan tantangan bagi pegawai,
merupakan faktor motivasi, karena keberadaannya sangat menentukan bagi
motivasi untuk berforma tinggi.
5) Kemungkinan Pengembangan (The possibility of growth)
Karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya
misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan juga melanjutkan jenjang
pendidikannya. Hal ini memberikan kesempatan kepada karyawan untuk tumbuh
dan berkembang sesuai dengan rencana karirnya yang akan mendorongnya lebih
giat dalam bekerja.
6) Kemajuan (Advancement)
Peluang untuk maju merupakan pengembangan potensi diri seorang pagawai
dalam melakukan pekerjaan, karena setiap pegawai menginginkan adanya
promosi kejenjang yang lebih tinggi, mendapatkan peluang untuk meningkatkan
pengalaman dalam bekerja. Peluang bagi pengembangan potensi diri akan
menjadi motivasi yang kuat bagi pegawai untuk bekerja lebih baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sedangkan yang berhubungan dengan faktor ketidakpuasan dalam bekerja
menurut Herzberg dalam Luthans (2003), dihubungkan oleh faktor ekstrinsik antara
lain :
1). Gaji
Tidak ada satu organisasipun yang dapat memberikan kekuatan baru kepada
tenaga kerjanya atau meningkatkan produktivitas, jika tidak memiliki sistem
kompensasi dan gaji yang realistis. Bila digunakan dengan benar akan
memotivasi pegawai.
2). Keamanan dan keselamatan kerja
Kebutuhan akan keamanan dapat diperoleh melalui kelangsungan kerja.
3). Kondisi kerja
Dengan kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh
peralatan yang memadai, karyawan akan merasa betah dan produktif dalam
bekerja sehari-hari.
4). Hubungan kerja
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah didukung oleh
suasana atau hubungan kerja yang harmonis antara sesama pegawai maupun
atasan dan bawahan.
5). Prosedur perusahaan.
Keadilan dan kebijakasanaan dalam mengahadapi pekerja, serta pemberian
evaluasi dan informasi secara tepat kepada pekerja juga merupakan pengaruh
terhadap motivasi pekerja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6). Status
Merupakan posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang diberikan
kepada kelompok atau anggota kelompok dari orang lain Status pekerja
memengaruhi motivasinya dalam bekerja. Status pekerja yang diperoleh dari
pekerjaannya antara lain ditunjukkan oleh klasifikasi jabatan, hak-hak istimewa
yang diberikan serta peralatan dan lokasi kerja yang dapat menunjukkan
statusnya.
Herzberg berpendapat bahwa apabila manajer ingin memberi motivasi pada
para bawahannya yang perlu ditekankan adalah faktor-faktor yang menimbulkan rasa
puas, yaitu dengan mengutamakan faktor-faktor motivasional yang sifatnya intrinsik.
2.4.5 Manfaat Motivasi
Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga
produktivitas kerja meningkat. Sementara itu manfaat yang diperoleh karena bekerja
dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan
tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang ditetapkan dan dalam skala
waktu yang sudah ditentukan, serta orang senang melakukan pekerjaannya.
Sesuatu yang dikerjakan dengan adanya motivasi yang mendorongnya akan
membuat orang senang melakukannya. Orang pun akan merasa dihargai atau diakui,
hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang
termotivasi, sehingga orang tersebut akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena
dorongan yang begitu tinggi menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan.
Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi (Arep
dan Tanjung, 2003).
2.5 Instalasi Gawat Darurat
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu unit di rumah sakit yang
memberikan pelayanan kepada penderita gawat darurat dan merupakan bagian dari
rangkaian upaya penganggulangan penderita gawat darurat yang perlu diorganisir.
Instalasi Gawat Darurat harus dapat: 1) Mencegah kematian dan cacat pada penderita
gawat darurat hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat
sebagaimana mestinya, 2) Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan
untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai, 3) Ikut menanggulangi korban
bencana pada masyarakat. Peranan Instalasi Gawat Darurat sangat penting di dalam
pelayanan kesehatan karena instalasi ini memberikan pelayanan khusus kepada
penderita gawat darurat selama 24 jam setiap harinya (Depkes RI, 1995).
Menurut Azwar (1994) salah satu kegiatan rumah sakit yang berkaitan dengan
fungsi pelayanan adalah menyelenggarakan pelayanan gawat darurat. Dengan sifat
khusus yang dimiliki, pelayanan gawat darurat tersebut umumnya dilaksanakan
dalam satuan organisasi khusus yang disebut Instalasi Gawat Darurat, dan merupakan
unit pelaksana teknis fungsional rumah sakit di bawah direktur yang menunjang
kegiatan pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang sifatnya segera untuk kasus-
kasus yang gawat dan atau darurat.
Keberhasilan penganggulangan penderita gawat darurat di dalam mencegah
kematian dan kecacatan ditentukan oleh : 1) Kecepatan menemukan penderita gawat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
darurat, 2) kecepatan meminta pertolongan, 3) kecepatan dan kualitas pertolongan
yang diberikan di tempat kejadian, di dalam perjalanan menuju dan sampai ke rumah
sakit.
2.6 Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu institusi yang fungsi utamanya memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tugas rumah sakit adalah melaksanakan
upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Untuk dapat menyelenggarakan upaya–upaya tersebut dan mengelola rumah
sakit agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pasien dan masyarakat yang dinamis,
maka setiap komponen yang ada di rumah sakit harus terintegrasi dalam satu sistem
Pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari :
1. Pelayanan medis, merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis yang
profesional dalam bidangnya baik dokter umum maupun dokter spesialis.
2. Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan yang bukan tindakan medis
terhadap pasien, tetapi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat sesuai aturan keperawatan.
3. Pelayanan penunjang medik ialah pelayanan penunjang yang diberikan terhadap
pasien, seperti : pelayanan gizi, laboratorium, farmasi, rehabilitasi medik, dan
lain-lain.
4. Pelayanan administrasi dan keuangan, pelayanan administrasi antara lain salah
satunya adalah bidang ketatausahaan seperti pendaftaran, rekam medis, dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kerumahtanggaan, sedangkan bidang keuangan seperti proses pembayaran biaya
rawat jalan dan rawat inap pasien.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 44 tahun 2009, pembedaan tingkatan
menurut kemampuan unsur pelayanan kesehatan yang dapat disediakan, ketenagaan,
fisik dan peralatan, maka rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah
diklasifikasikan menjadi :
1. Rumah Sakit Umum Klas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan subspesialistik luas.
2. Rumah Sakit Umum Klas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik luas dan
subspesialistik terbatas.
3. Rumah Sakit Umum Klas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.
4. Rumah Sakit Umum Klas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis dasar.
2.7 Landasan Teori
Kinerja perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan di IGD
dipengaruhi oleh variabel organisasi (kepemimpinan, insentif, desain pekerjaan) dan
variabel psikologis (motivasi). Teori motivasi yang digunakan dalam penelitian
mengacu kepada teori Herzberg dalam Hasibuan (2005), yaitu motivasi intrinsik
meliputi: a) tanggung jawab, b) prestasi yang diraih, c) pengakuan orang lain, d)
pekerjaan itu sendiri, e) kemungkinan pengembangan, f) kemajuan. Sedangkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
motivasi ektstrinsik meliputi: a) gaji, b) keamanan dan keselamatan kerja, c) kondisi
kerja, d) hubungan kerja, e) prosedur kerja dan f) status.
Pengukuran kinerja dalam penelitian ini mengacu kepada teori Mangkunegara
(2002) menyatakan, kinerja dapat diukur melalui faktor: a) kualitas, yaitu mutu
pekerjaan sebagai output yang dihasilkan, b) kuantitas, yaitu mencakup jumlah
pekerjaan yang harus diselesaikan dalam kurun waktu yang ditentukan. Kinerja
perawat dalam penelitian ini mengacu kepada konsep ABCD (Airway-Breathing–
Circulation–Disability) dalam penanganan pasien di IGD.
Gambar 2.3 Landasan Teori
Sumber : Herzberg dalam Hasibuan (2005), Mangkunegara (2002), dan Gibson et al. (1996)
Motivasi
1. Motivasi Intrinsik
a. Tanggung jawab
b. Prestasi yang diraih
c. Pengakuan orang lain
d. Pekerjaan itu sendiri
e. Kemungkinan pengembangan
f. Kemajuan
2. Motivasi Ekstrinsik
a. Gaji
b. Keamanan dan keselamatan kerja
c. Kondisi kerja
d. Hubungan kerja
e. Prosedur kerja
f. Status
Kinerja
1. Kualitas
2. Kuantitas
Faktor organisasi
a.Kepemimpinan
b.Insentif
c.Desain pekerjaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.8 Kerangka Konsep Penelitian
Mengacu kepada landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat
disusun kerangka konsep (conceptual framework) sebagai berikut :
Gambar 2.4 Kerangka Konsep
Sumber : Herzberg dalam Hasibuan (2005), Mangkunegara (2002), dan Gibson et al. (1996)
Faktor Organisasi (X1)
a.Kepemimpinan
b.Insentif
c.Desain pekerjaan
Motivasi (X2)
Intrinsik
a. Tanggung jawab
b. Prestasi yang diraih
c. Pengakuan hasil kerja
d. Kemungkinan
pengembangan
f. Kemajuan
Ekstrinsik
a. Gaji
b. Kondisi kerja
c. Hubungan kerja
Kinerja
Perawat di IGD (Y)
a. Kualitas
b. Kuantitas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei explanatory. Survei explanatory adalah
penelitian yang dirancang untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-
variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995), yang bertujuan
menganalisis pengaruh faktor organisasi dan motivasi terhadap kinerja perawat di
instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di RSUD Langsa, dengan melihat kecenderungan
rumah sakit memiliki angka kematian pasien di IGD cukup tinggi, yaitu sebesar 35%
dan BOR yang belum mencapai target selama 2 tahun terakhir.
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dimulai dengan melakukan survei awal sampai seminar hasil
penelitian terhitung mulai bulan April sampai dengan Juni 2012.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat IGD RSUD Langsa
berjumlah 33 orang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang melakukan asuhan
keperawatan di IGD dengan kriteria sudah bekerja sebagai perawat pelaksana
minimal 1 tahun dan berpendidikan Akper, SPK, D3 keperawatan, sehingga seluruh
perawat pelaksana dijadikan sampel sebanyak 33 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer dihimpun melalui wawancara dan observasi. Wawancara
langsung berpedoman kepada kuesioner penelitian dan berhubungan langsung dengan
permasalahan yang diteliti, yaitu identitas responden, faktor organisasi dan motivasi
(ektrinsik dan intrinsik) serta wawancara dengan kepala bidang keperawatan, dan
kepala ruangan IGD untuk cross chek hasil kuesioner tersebut. Sedangkan data yang
dihimpun melalui observasi, yaitu tentang kinerja perawat di IGD.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen-dokumen
resmi lainnya terutama data di IGD RSUD Langsa terkait dengan data faktor
organisasi dan motivasi serta kinerja perawat pelaksana yang diperoleh dari bagian
personalia meliputi data (1) jumlah perawat, (2) laporan tahunan dari jurnal/hasil
penelitian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas
Instrumen penelitian berupa kuesioner untuk pengumpulan data primer,
sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas terhadap 30 perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang.
a. Uji validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur (instrumen) dalam mengukur suatu data (Ghozali,
2005). Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan
dengan menghitung korelasi antara skor r-hitung masing-masing pertanyaan dalam
suatu variabel menggunakan korelasi Pearson Product Moment Correlation.
Pertanyaan pada kuesioner dapat dikatakan valid apabila nilai koefisien korelasi >0,3.
Hasil uji validitas variabel bebas dan terikat sebagai berikut :
(1) Variabel Faktor Organisasi
a. Kepemimpinan
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product
Moment Correlation diketahui bahwa variabel faktor organisasi dimensi
kepemimpinan indikator (pembinaan, bimbingan dan pengawasan) masing-masing
sebanyak 3 pertanyaan mempunyai nilai koefisien korelasi (r) >0,3, maka dapat
disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan dimensi kepemimpinan valid (Lampiran 2).
b. Desain kerja
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product
Moment Correlation diketahui bahwa variabel faktor organisasi dimensi desain kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
indikator (kesesuaian kerja, pencatatan, dan pemenuhan tugas) masing-masing
sebanyak 3 pertanyaan mempunyai nilai koefisien korelasi (r) >0,3, maka dapat
disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan dimesi desain kerja kerja valid (Lampiran 2).
c. Insentif
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product
Moment Correlation diketahui bahwa variabel faktor organisasi dimensi insentif
indikator (insentif finansial sebanak 4 pertanyaan dan non finansial 2 pertanyaan)
mempunyai nilai koefisien korelasi (r) >0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh
pertanyaan dimesi insentif valid (Lampiran 2).
(2) Variabel Motivasi
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product
Moment Correlation diketahui bahwa variabel bebas motivasi intrinsik indikator
(tanggung jawab, prestasi kerja, pengakuan hasil kerja, kemungkinan pengembangan,
dan kemajuan) masing-masing sebanyak 4 pertanyaan serta motivasi ekstrinsik (gaji,
kondisi kerja, dan hubungan kerja) masing-masing 4 pertanyaan mempunyai nilai
koefisien korelasi (r) >0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan
variabel motivasi intrinsik dan ekstrinsik valid (Lampiran 2).
b. Uji Reliabilitas
Setelah semua pertanyaan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas.
Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005). Untuk mengetahui
reliabilitas suatu pertanyaan dengan membandingkan nilai r-hasil (alpha cronbach)
dan dikatakan reliabel apabila nilai alpha cronbach >0,6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil uji reliabilitas variabel bebas faktor organisasi dan motivasi diketahui
bahwa seluruh pertanyaan pada variabel bebas mempunyai nilai r-alpha cronbach
>0,6, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel bebas reliabel
(Lampiran 2).
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
Pengertian dari masing-masing variabel dalam penelitian ini akan dijelasakan
dalam definisi operasional sebagai berikut:
3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor organisasi dan motivasi
dengan definisi operasional sebagai berikut:
1) Faktor organisasi adalah merupakan suatu unsur atau elemen-eleemn dalam suatu
organisasi yang bertujuan untuk menacapai tujuan organisasi. Dalam penelitian
ini meliputi; kepemimpinan, desain kerja dan insentif.
a. Kepemimpinan adalah proses pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang
berkaitan dengan tugas perawat pelaksana meliputi; pembinaan, bimbingan dan
pengawasan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien di IGD
RSUD Langsa.
b.Desain kerja adalah rancangan kegiatan yang disusun secara terjadwal sebagai
pedoman kerja perawat pelaksana di IGD yang diberikan oleh organisasi
meliputi; kesesuaian kerja, pencatatan kegiatan, dan pemenuhan tugas dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien di IGD RSUD Langsa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Insentif adalah salah satu bentuk kompensasi yang diberikan pada perawat
pelaksana meliputi; insentif finansial dan non finansial yang diberikan oleh
pimpinan sebagai balas jasa dari setiap pekerjaan yang dilakukan di IGD RSUD
Langsa.
2) Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong atau menjadikan sebab seorang
perawat melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang berlangsung secara sadar
karena hal-hal yang ingin diperoleh dari tindakan tersebut di RSUD Langsa,
meliputi motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
a. Motivasi intrinsik adalah merupakan daya dorong yang timbul dari dalam diri
perawat meliputi; (a) tanggung jawab, (b) prestasi kerja, (c) pengakuan hasil
kerja, (d) kemungkinan pengembangan, dan (e) kemajuan dalam rangka
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien di IGD RSUD Langsa.
b.Motivasi ekstrinsik adalah merupakan daya dorong yang timbul dari luar diri
perawat pelaksana meliputi; (a) gaji, (b) kondisi kerja, dan (c) hubungan kerja
dalam rangka melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien di IGD RSUD
Langsa.
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja perawat pelaksana. Kinerja
merupakan hasil kerja sesuai dengan potensi yang dimiliki perawat pelaksana secara
kualitas dan kuantitas mengacu kepada konsep ABCD (Airway-Breathing–
Circulation–Disability) dalam penanganan pasien di IGD RSUD Langsa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.6 Metode Pengukuran
Metode pengukuran menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk
kuesioner yang sekaligus panduan untuk memperoleh data-data variabel faktor
organisasi, motivasi, dan kinerja perawat.
3.6.1 Pengukuran Variabel Bebas
Singarimbun (1995), menyatakan penggunaan pengukuran data ordinal yang
memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya dari tingkat paling rendah
ketingkat paling tinggi menurut suatu atribut tertentu. Rentang jawaban yang
digunakan adalah nilai tertinggi 4 dan terendah 1, untuk responden sangat setuju, skor
4, setuju, skor 3, tidak setuju, skor 2, sangat tidak setuju, skor 1. Pengukuran variabel
bebas dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Bebas
No Variabel Jumlah
Indikator Dimensi Indikator Pilihan Jawaban Skala
1 Faktor organisasi (X1)
9 a.Kepemimpinan
a Pembinaan
b.Bimbingan
c.Pengawasan
a.Sangat setuju
b.Setuju
c.Tidak Setuju
d.Sangat tidak setuju
Interval
9 b.Desain kerja a.Kesesuaian
kerja
b.Pencatatan
kegiatan
c.Pemenuhan
tugas
a. Sangat setuju
b.Setuju
c.Tidak Setuju
d.Sangat tidak setuju
Interval
6 c. Insentif a Finansial
b Non
finansial
a. Sangat setuju
b.Setuju
c.Tidak Setuju
d.Sangat tidak setuju
Interval
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No Variabel Jumlah
Indikator Dimensi Indikator Pilihan Jawaban Skala
2 Motivasi (X2)
20
a.Intrinsik
a. Tanggung jawab
b.Prestasi kerja
c. Pengakuan hasil
kerja
d.Kemungkinan
pengembangan
e. Kemajuan
a.Sangat setuju
b.Setuju
c.Tidak Setuju
d. Sangat tidak setuju
Interval
12 b.Ekstrinsik
a.Gaji
b.Kondisi kerja
c.Hubungan kerja
a. Sangat setuju
b.Setuju
c. Tidak Setuju
d.Sangat tidak setuju
Interval
3.6.2 Pengukuran Variabel Terikat
Pengukuran variabel terikat dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Pengukuran Variabel Terikat
Variabel Jumlah
Indikator Dimensi Indikator Pilihan Jawaban Skala
Kinerja
perawat
di IGD
(Y)
18 1.Kualitas
2.Kuantitas
a. Standar kerja
b.Tepat waktu
c. Akurat
a.Target kerja
b.Volume
pekerjaan
a. Sangat sering dilakukan
b.Sering dilakukan
c. Kadang-kadang
dilakukan
d.Tidak pernah dilakukan
Interval
3.7 Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini meliputi:
a. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan setiap variabel faktor organisasi
dan motivasi (intrinsik dan ekstrinsik) serta variabel kinerja perawat yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berdasarkan jumlah orang dan
persentase.
b. Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel faktor organisasi
dan motivasi (intrinsik dan ekstrinsik) dengan variabel kinerja perawat,
menggunakan uji statistik korelasi product moment Pearson Correlation.
c. Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel faktor
organisasi dan motivasi (intrinsik dan ekstrinsik) secara bersama-sama terhadap
variabel kinerja perawat, menggunakan uji regresi linear berganda pada pengujian
dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dengan persamaan:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + μ
Y = Kinerja
b0 = Konstanta
X1 = Faktor organisasi
X2 = Motivasi
b1-b2 = Koefisien regresi
μ = error of term.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
Rumah Sakit Umum Daerah Langsa, didirikan pada tahun 1915 oleh
pemerintah kolonial Belanda. RSUD Langsa merupakan rumah sakit rujukan atas
mata rantai sistem kesehatan di Pemerintahan Kota Langsa. Berdasarkan SK Menkes
RI No.51/Men.Kes/SK/II/1979, tertanggal 22 Pebruari 1979 diberikan status Rumah
Sakit Kelas C, kemudian pada tahun 1997 menjadi rumah sakit klas B non
pendidikan. Berdasrkan Kepres No.40 Tahun 2001 berubah status menjadi RSUD
Kota Langsa dan ditetapkan dalam Qanun Pemerintah Kota Langsa No.5 dan Qanun
No.10 tahun 2009.
4.1.2 Letak Geografi Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
RSUD Kota Langsa secara geografis merupakan bagian dari Pemerintahan
Aceh berlokasi di Kota Langsa. Adapun Lokasi RSUD Kota Langsa yang terletak di
Kecamatan Kota Langsa. Luas area ±35,800m2 dengan status kepemilikan
Pemerintah Kota Langsa sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan selat Malaka.
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Birem Bayeun Kabupaten Aceh
Timur.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Idi Raeyuk.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.1.3 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
Visi merupakan cara pandang jauh ke depan yang merefleksikan cita-cita,
yakni hendak menjadi apa Rumah Sakit Umum Daerah Langsa di masa depan, dan
sekaligus menentukan arah perjalanan institusi ini. Karena Rumah Sakit Umum
Daerah Langsa merupakan bagian integral dari Pemerintahan Aceh, secara logis
visinya merupakan turunan dari dan mendukung visi Pemerintahan Kota Langsa.
Visi : Menjadi rumah sakit unggulan dalam semua bidang pelayanan
kesehatan 2008-2013.
Misi :
a Memberikan pelayanan yang bermutu, cepat, tepat, dan bernuansa islami.
b Mengembangkan produk unggulan pada bidang pelayanan traumatologi,
kebidanan, anak dan penyakit dalam.
c Meningkatkan kemampuan operasional, rumah sakit sebagai pusat
pelayanan kesehtan terpadu di Kota Langsa.
Motto : Serambi (senyum, efisien, ramah, aman, mudah, bermutu, islami)
4.1.4 Tenaga Kesehatan dan Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
Jumlah tenaga medis di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa sebanyak 53
orang terdiri dari : dokter umum 17 orang, dokter gigi 4 orang, dokter spesialis 22,
part time 5 orang, PPDS 1 orang, dokter umum bakti 4 orang. Jumlah tenaga
keperawatan dan non keperawatan seluruhnya sebanyak 358 orang terdiri dari: tenaga
keperawatan sebanyak 278 orang. Jumlah tenaga non keperawatan sebanyak 80
orang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jenis pelayanan spesialis yang tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah
Langsa, yaitu pelayanan administrasi umum, pelayanan rawat jalan dan pelayanan
rawat inap (medis, penunjang medis dan penunjang non medis). Pelayanan rawat
jalan terdiri dari: pelayanan umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan bedah sentral,
dan pelayanan hemodialisa. Pelayanan spesialis terdiri dari; penyakit dalam, bedah,
kebidanan dan kandungan, mata, telinga hidung dan tenggorokan, gigi mulut,
patologi klinik, syaraf, anak, pelayanan jantung bedah, pelayanan paru, pelayanan
HIV/AIDS, pelayanan jiwa, pelayanan psikologi, pelayanan kulit dan kelamin, dan
Anasthesi.
Angka pemanfaatan tempat tidur (BOR) Tahun 2011, yaitu 76,1 % dengan
lama hari rawat (LOS) yaitu 3,1 hari, TOI yaitu 3,8, BTO yaitu 73,6 dan Jumlah
pasien IGD tahun 2011, yaitu 18.965 orang, jumlah kunjungan pasien rawat jalan
rata-rata per hari 59 orang. Jumlah kunjungan pasien di unit gawat darurat rata-rata
per hari, yaitu 32 orang.
4.2 Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana berpendidikan DIII
keperawatan berjumlah 33 orang. Identitas responden meliputi umur, jenis kelamin,
lama kerja, status perkawinan dan status pelatihan yang diikuti. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden yang berumur terendah adalah 24 tahun dan tertinggi
44 tahun, dengan usia terbanyak antara 26-33 tahun, yaitu sebanyak 18 orang
(54,5%). Jenis kelamin responden paling banyak adalah perempuan, yaitu sebanyak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24 orang (72,7%). Masa kerja sebagai perawat paling banyak selama 6–10 tahun,
yaitu 17 orang (51,5%), status perkawinan paling banyak adalah status kawin, yaitu
27 orang (81,8%) serta yang belum pernah mengikuti pelatihan BTCLS (Basic
Trauma Cardiac Life Support ) sebanyak 21 orang (63,6%).
Distribusi identitas responden dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Identitas Responden
No Identitas Jumlah Persentase
1. Umur
18-25 tahun (Dewasa muda) 6 18,2
26-33 tahun (Dewasa tengah) 18 54,5
≥ 34 tahun (Dewasa) 9 27,3
Jumlah 33 100,0
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 9 27,3
Perempuan 24 72,7
Jumlah 33 100,0
4. Masa kerja
1- 5 Tahun 9 27,3
6 - 10 Tahun 17 51,5
>10 tahun 7 21,2
Jumlah 33 100,0
5 Status perkawinan
Kawin 27 81,8
Belum kawin 6 18,2
Jumlah 33 100,0
6 Pelatihan
Tidak pernah 21 63,6
Pernah 12 36,4
Jumlah 33 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3 Analisa Univariat
4.3.1 Faktor Organisasi
Faktor organisasi dalam penelitian ini terdiri dari 3 dimensi, yaitu
kepemimpinan, desain kerja dan insentif. Uraian masing-masing dimensi faktor
organisasi sebagai berikut :
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam penelitian ini diukur melalui indikator : (a) pembinaan,
(b) bimbingan, dan (c) pengawasan. Uraian masing-masing indikator kepemimpinan
sebagai berikut :
a. Pembinaan
Hasil penelitian tentang indikator pembinaan diketahui sebanyak 22 orang
(66,7%) responden menyatakan tidak setuju bahwa pimpinan secara konsisten
melaksanakan apa yang telah menjadi keputusan untuk melaksanakan kegiatan
Asuhan keperawatan di IGD, sebanyak 16 orang (48,5%) responden menyatakan
tidak setuju bahwa pimpinan memberi perhatian pada setiap kelebihan beban kerja
dalam pelaksanan asuhan keperawatan di IGD, dan sebanyak 20 orang (60,6%)
responden menyatakan setuju bahwa pimpinan menerima pendapat perawat pelaksana
dalam mengambil keputusan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD.
b. Bimbingan
Hasil penelitian tentang indikator bimbingan diketahui sebanyak 19 orang
(57,6%) responden menyatakan tidak setuju bahwa pimpinan menyampaikan ide-ide
atau gagasannya untuk pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD, sebanyak 17 orang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(51,5%) responden menyatakan tidak setuju bahwa pimpinan menyampaikan
bimbingan/pengarahan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD, dan sebanyak
20 orang (60,6%) responden menyatakan tidak setuju bahwa sebelum dan sesudah
menjalankan tugas, pimpinan selalu memberikan umpan balik untuk rencana
perbaikan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD.
c. Pengawasan
Hasil penelitian tentang indikator pengawasan diketahui sebanyak 17 orang
(51,5%) responden menyatakan tidak setuju bahwa pimpinan melakukan komunikasi
langsung dengan perawat dalam mendelegasikan tugas asuhan keperawatan di IGD,
sebanyak 18 orang (54,5%) responden menyatakan tidak setuju bahwa melakukan
pengawasan atas pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD, dan sebanyak 21 orang
(63,6%) responden menyatakan tidak setuju bahwa pimpinan melakukan evaluasi
hasil pengawasan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD.
Distribusi berdasarkan dimensi kepemimpinan disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemimpinan
No Pernyataan Setuju
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Total
n % n % n % n %
Pembinaan
1 Pimpinan secara konsisten
melaksanakan apa yang telah menjadi
keputusan untuk melaksanakan
kegiatan asuhan keperawatan di IGD
10 30,3 22 66,7 1 3,0 33 100,0
2 Pimpinan memberi perhatian pada
setiap kelebihan beban kerja dalam
pelaksanan asuhan keperawatan di
IGD
14 42,4 16 48,5 3 9,1 33 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.2 (Lanjutan)
No Pernyataan Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Total
n % n % n % n % 3 Pimpinan menerima pendapat perawat
pelaksana dalam mengambil keputusan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD
20 60,6 13 39,4 0 0,0 33 100,0
Bimbingan 1 Pimpinan menyampaikan ide-ide atau
gagasannya untuk pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD
11 33,3 19 57,6 3 9,1 33 100,0
2 Pimpinan menyampaikan bimbingan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD
14 42,4 17 51,5 2 6,1 33 100,0
3 Sebelum dan sesudah menjalankan tugas, pimpinan selalu memberikan umpan balik untuk rencana perbaikan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD
13 39,4 20 60,6 0 0,0 33 100,0
Pengawasan 1 Pimpinan melakukan komunikasi langsung
dengan perawat dalam mendelegasikan tugas asuhan keperawatan di IGD
16 48,5 17 51,5 0 0,0 33 100,0
2 Pimpinan melakukan pengawasan atas pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD
15 45,5 18 54,5 0 0,0 33 100,0
3 Pimpinan melakukan evaluasi hasil pengawasan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD
12 36,4 21 63,6 0 0,0 33 100,0
Berdasarkan skor rata-rata dimensi kepemimpinan (pembinaan, bimbingan
dan pengawsan) diperoleh skor total 21,5, skor tertinggi 7,3 (pengawasan) dan skor
terendah 7,0 (bimbingan). Hasil skor masing-masing indikator dan skor total
kepemimpinan disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Skor Kepemimpinan
Indikator Mean Range Minimum Maximum
Kepemimpinan 21,5 12 15 27
Pembinaan 7,2 5 4 9
Bimbingan 7,0 5 4 9
Pengawasan 7,3 3 6 9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Desain Kerja
Desain kerja dalam penelitian ini diukur melalui indikator : (a) kesesuaian
kerja, (b) pencatatan kegiatan, (c) pemenuhan tugas. Uraian masing-masing indikator
desain kerja sebagai berikut :
a. Kesesuaian Kerja
Hasil penelitian tentang indikator kesesuaian kerja diketahui sebanyak 17
orang (51,5%) responden menyatakan tidak setuju bahwa pekerjaan yang diberikan
oleh organisasi di IGD tidak menjadi beban, sebanyak 18 orang (54,5%) responden
menyatakan tidak setuju bahwa pekerjaan yang diberikan oleh organisasi di IGD
sesuai dengan tupoksi, dan sebanyak 18 orang (54,5%) responden menyatakan tidak
setuju bahwa pedoman kerja perawat khusus di IGD disesuaikan dengan karakteristik
atau jenis penyakit pasien.
b. Pencatatan Kegiatan
Hasil penelitian tentang indikator pencatatan kegiatan diketahui sebanyak 25
orang (75,8%) responden menyatakan setuju bahwa selain melakukan asuhan
keperawatan di IGD perawat juga melaksanakan pencatatan kegiatan, sebanyak
23 orang (69,7%) responden menyatakan setuju bahwa selain melakukan asuhan
keperawatan di IGD perawat juga melaksanakan pelaporan kegiatan, dan sebanyak
19 orang (55,9%) responden menyatakan tidak setuju bahwa pencatatan dan
pelaporan dikerjakan tepat waktu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Pemenuhan Tugas
Hasil penelitian tentang indikator pemenuhan tugas diketahui sebanyak 18
orang (54,5%) responden menyatakan tidak setuju bahwa untuk mencapai cakupan
kerja di IGD perawat diberikan tugas dalam bentuk uraian tugas baku, sebanyak 19
orang (57,6%) responden menyatakan tidak setuju bahwa target kerja perawat IGD
sesuai dengan standar asuhan keperawatan, dan sebanyak 20 orang (60,6%)
responden menyatakan tidak setuju bahwa semua perawat IGD mengetahui dan
mengerti tentang target kerja yang harus dicapai.
Distribusi berdasarkan dimensi desain kerja disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Desain Kerja
No Pernyataan Setuju
Tidak
Setuju Total
n % n % n %
a. Kesesuaian Kerja
1 Pekerjaan yang diberikan oleh organisasi
kepada saya di IGD tidak menjadi beban,
karena pekerjaan ini sesuai dengan apa yang
saya peroleh dalam pendidikan formal.
16 48,5 17 51,5 33 100,0
2 Pekerjaan yang diberikan oleh organisasi
kepada saya di IGD sesuai dengan tupoksi 15 45,5 18 54,5 33 100,0
3 Pedoman kerja perawat khusus di IGD
disesuaikan dengan karakteristik atau jenis
penyakit pasien
15 45,5 18 54,5 33 100,0
b. Pencatatan Kegiatan
1 Selain melakukan asuhan keperawatan di IGD
perawat juga melaksanakan pencatatan
kegiatan
25 75,8 8 24,2 33 100,0
2 Selain melakukan asuhan keperawatan di IGD
perawat juga melaksanakan pelaporan kegiatan 23 69,7 10 30,3 33 100,0
3 Pencatatan dan pelaporan dikerjakan tepat
waktu 15 44,1 19 55,9 33 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.4 (Lanjutan)
No Pernyataan Setuju
Tidak
Setuju Total
n % n % n %
c. Pemenuhan Tugas
1 Untuk mencapai cakupan kerja di IGD
perawat diberikan tugas dalam bentuk uraian
tugas baku
15 45,5 18 54,5 33 100,0
2 Target kerja perawat IGD sesuai dengan
standar asuhan keperawatan 14 42,4 19 57,6 33 100,0
3 Semua perawat IGD mengetahui dan
mengerti tentang target kerja yang harus di
capai
13 39,4 20 60,6 33 100,0
Berdasarkan skor rata-rata dimensi desain kerja diperoleh skor total 22,6,
skor tertinggi 7,9 (pencatatan kegiatan) dan skor terendah 7,3 (pemenuhan tugas).
Hasil skor masing-masing indikator dan skor total desain kerja disajikan pada Tabel
4.5.
Tabel 4.5 Skor Desain Kerja
Indikator Mean Range Minimum Maximum
Desain kerja 22,6 8 18 26
Kesesuaian kerja 7,4 3 6 9
Pencatatan kegiatan 7,9 3 6 9
Pemenuhan tugas 7,3 3 6 9
3. Insentif
Insentif dalam penelitian ini diukur melalui indikator insentif : (a) finansial
dan (b) non finansial. Uraian masing-masing indikator insentif sebagai berikut :
a. Finansial
Hasil penelitian tentang indikator insentif finansial diketahui sebanyak
25 orang (75,8%) responden menyatakan sangat setuju bahwa selain gaji, juga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
diberikan insentif dalam bentuk materi, sebanyak 19 orang (57,6%) responden
menyatakan tidak setuju bahwa pemberian insentif tepat waktu, sebanyak 18 orang
(54,5%) responden menyatakan tidak setuju bahwa sistem penilaian dalam pemberian
insentif sesuai dengan prestasi kerja dan sebanyak 21 orang (63,6%) responden
menyatakan tidak setuju bahwa besar dan jenis insentif dalam bentuk tunai yang
diberikan sesuai dengan prestasi kerja perawat di IGD.
b. Non Finansial
Hasil penelitian tentang indikator insentif finansial diketahui sebanyak
20 orang (60,6%) responden menyatakan tidak setuju bahwa selain insentif, perawat
pelaksana juga diberikan penghargaan dalam bentuk non materi, dan sebanyak 18
orang (54,5%) responden menyatakan tidak setuju bahwa pemberian penghargaan
disesuaikan dengan prestasi kerja.
Distribusi berdasarkan indikator insentif disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Insentif
No Pernyataan
Sangat
Setuju Setuju
Tidak
Setuju Total
n % n % n % n %
a. Finansial
1 Selain gaji, perawat pelaksana di
IGD juga diberikan insentif dalam
bentuk materi
25 75,8 7 21,2 1 3,0 33 100,0
2 Pemberian insentif perawat di IGD
tepat waktu 7 21,2 7 21,2 19 57,6 33 100,0
3 Sistem penilaian dalam pemberian
insentif perawat di IGD sesuai
dengan prestasi kerja
2 6,1 13 39,4 18 54,5 33 100,0
4 Besar dan jenis insentif dalam
bentuk tunai yang diberikan sesuai
dengan prestasi kerja perawat di IGD
0 0,0 12 36,4 21 63,6 33 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.6 (Lanjutan)
No Pernyataan
Sangat
Setuju Setuju
Tidak
Setuju Total
n % n % n % n %
b. Non Finansial
1 Selain insentif, perawat pelaksana di
IGD juga diberikan penghargaan dalam
bentuk non materi
0 0,0 13 39,4 20 60,6 33 100,0
2 Pemberian penghargaan disesuaikan
dengan prestasi kerja 0 0,0 15 45,5 18 54,5 33 100,0
Berdasarkan skor rata-rata dimensi insentif diperoleh skor total 16,1, skor
tertinggi 11,3 (finansial) dan skor terendah 4,8 (non finansial). Hasil skor masing-
masing indikator dan skor total insentif disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Skor Insentif
Indikator Mean Range Minimum Maximum
Insentif 16,1 7 13 20
Finansial 11,3 5 9 14
Non finansial 4,8 2 4 6
Berdasarkan skor total faktor organisasi (kepemimpinan, desain kerja dan
insentif) diperoleh skor total 60,1, skor tertinggi 22,5 (desain kerja) dan skor terendah
16,1 (insentif). Hasil skor masing-masing indikator faktor organisasi dan skor
variabel faktor organisai disajikan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Skor Faktor Organisasi
Variabel/Indikator Mean Range Minimum Maximum
Faktor organisasi 60,1 20 50 70
Kepemimpinan 21,5 12 15 27
Desain kerja 22,5 8 18 26
Insentif 16,1 7 13 20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3.2 Motivasi
Motivasi dalam penelitian ini terdiri dari 2 dimensi, yaitu dimensi motivasi
intrinsik dan ekstrinsik. Hasil penelitian tentang motivasi secara intrinsik dan
ekstrinsik sebagai berikut:
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik dalam penelitian ini diukur dengan indikator : (a) tanggung
jawab, (b) prestasi kerja, (c) pengakuan hasil kerja, (d) kemungkinan pengembangan,
dan (e) kemajuan. Uraian masing-masing indikator motivasi intrinsik sebagai berikut:
a. Tanggung Jawab
Hasil penelitian tentang indikator tanggung jawab diketahui sebanyak
17 orang (51,5%) responden menyatakan sangat setuju bahwa mampu mengambil
inisiatif sendiri dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sebanyak 17 orang (51,5%)
responden menyatakan sangat setuju bahwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan
di IGD bekerja dengan penuh tanggung jawab, sebanyak 17 orang (51,5%) responden
menyatakan setuju bahwa berupaya memenuhi kebutuhan pasien secara maksimal,
dan sebanyak 16 orang (48,5%) responden menyatakan setuju bahwa mengerjakan
fungsi dan tugas sebagai perawat pelaksana dengan benar.
b. Prestasi Kerja
Hasil penelitian tentang indikator prestasi kerja diketahui sebanyak 19 orang
(57,6%) responden menyatakan setuju bahwa bekerja sesuai dengan standar yang
ditetapkan dalam asuhan keperawatan, sebanyak 15 orang (45,5%) responden
menyatakan tidak setuju bahwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan hasil kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tetap diperhatikan oleh pihak manajemen rumah sakit, sebanyak 20 orang (60,6%)
responden menyatakan tidak setuju bahwa mampu memotivasi diri sendiri untuk
melaksanakan asuhan keperawatan dan sebanyak 17 orang (51,5%) responden
menyatakan tidak setuju bahwa bekerja sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
c. Pengakuan Hasil Kerja
Hasil penelitian tentang pengakuan hasil kerja diketahui sebanyak 17 orang
(51,5%) responden menyatakan setuju bahwa memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien dan diakui rekan kerja di IGD, sebanyak 19 orang (57,6%) responden
menyatakan tidak setuju bahwa diterima dan diakui oleh pasien IGD dalam
memberikan pelayanan, sebanyak 16 orang (48,5%) responden menyatakan tidak
setuju bahwa melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien termasuk dalam tim
rekan kerja di IGD dan sebanyak 19 orang (57,6%) responden menyatakan tidak
setuju bahwa memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan tupoksi
di IGD.
d. Kemungkinan Pengembangan
Hasil penelitian tentang kemungkinan pengembangan diketahui sebanyak
21 orang (63,6%) responden menyatakan tidak setuju bahwa melaksanakan asuhan
keperawatan untuk mengembangkan karier di bidang keperawatan, sebanyak 20
orang (60,6%) responden menyatakan tidak setuju bahwa melaksanakan asuhan
keperawatan dengan baik sebagai sarana untuk mencapai jabatan yang lebih tinggi,
sebanyak 21 orang (63,6%) responden menyatakan tidak setuju bahwa berupaya
mencari informasi baru dalam pengembangan profesi sebagai perawat dan sebanyak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21 orang (63,6%) responden menyatakan tidak setuju bahwa senantiasa
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang asuhan keperawatan.
e. Kemajuan
Hasil penelitian tentang kemajuan diketahui sebanyak 23 orang (69,7%)
responden menyatakan tidak setuju bahwa melaksanakan asuhan keperawatan karena
menginginkan mendapat promosi jabatan, sebanyak 26 orang (78,8%) responden
menyatakan tidak setuju bahwa melaksanakan asuhan keperawatan karena ingin
mengembangkan potensi diri yang dimiliki, sebanyak 28 orang (84,8%) responden
menyatakan tidak setuju bahwa melaksanakan asuhan keperawatan karena ingin
memenuhi standar pelayanan keperawatan dan sebanyak 28 orang (84,8%) responden
menyatakan tidak setuju bahwa melaksanakan asuhan keperawatan karena ingin
mengikuti perkembangan di bidang keperawatan.
Distribusi berdasarkan motivasi intrinsik disajikan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Intrinsik
No Pernyataan
Sangat
Setuju Setuju
Tidak
Setuju Total
n % n % n % n %
a. Tanggung Jawab
1 Perawat pelaksana di IGD mampu mengambil
inisiatif sendiri dalam melaksanakan asuhan
keperawatan
17 51,5 15 45,5 1 3,0 33 100,0
2 Dalam melaksanakan asuhan keperawatan
perawat pelaksana di IGD bekerja dengan
penuh tanggungjawab
17 51,5 15 45,5 1 3,0 33 100,0
3 Perawat pelaksana di IGD berupaya
memenuhi kebutuhan pasien secara
maksimal
14 42,4 17 51,5 2 6,1 33 100,0
4 Perawat pelaksana di IGD mengerjakan
fungsi dan tugas sebagai perawat pelaksana
dengan benar
14 42,4 16 48,5 3 9,1 33 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.9 (Lanjutan)
No Pernyataan
Sangat
Setuju Setuju
Tidak
Setuju Total
n % n % n % n %
b. Prestasi Kerja
1 Perawat pelaksana IGD bekerja sesuai
dengan standar yang ditetapkan dalam
asuhan keperawatan
3 9,1 19 57,6 11 33,3 33 100,0
2 Dalam melaksanakan asuhan keperawatan,
hasil kerja perawat pelaksana di IGD tetap
diperhatikan oleh pihak manajemen rumah
sakit
4 12,1 14 42,4 15 45,5 33 100,0
3 Perawat pelaksana IGD mampu memotivasi
diri sendiri untuk melaksanakan asuhan
keperawatan
4 12,1 9 27,3 20 60,6 33 100,0
4 Perawat pelaksana IGD bekerja sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat 2 6,1 14 42,4 17 51,5 33 100,0
c. Pengakuan Hasil Kerja
1 Perawat pelaksana memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dan diakui rekan
kerja di IGD
1 3,0 17 51,5 15 45,5 33 100,0
2 Perawat pelaksana diterima dan diakui oleh
pasien IGD dalam memberikan pelayanan 1 3,0 13 39,4 19 57,6 33 100,0
3 Perawat pelaksana melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien termasuk dalam
tim rekan kerja di IGD
1 3,0 16 48,5 16 48,5 33 100,0
4 Perawat pelaksana memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien sesuai dengan
tupoksi di IGD
1 3,0 13 39,4 19 57,6 33 100,0
d. Kemungkinan Pengembangan
1 Perawat pelaksana di IGD melaksanakan
asuhan keperawatan untuk mengembangkan
karier di bidang keperawatan
0 0,0 12 36,4 21 63,6 33 100,0
2 Perawat pelaksana di IGD melaksanakan
asuhan keperawatan dengan baik sebagai
sarana untuk mencapai jabatan yang lebih
tinggi
0 0,0 13 39,4 20 60,6 33 100,0
3 Perawat pelaksana di IGD berupaya mencari
informasi baru dalam pengembangan profesi
sebagai perawat
0 0,0 12 36,4 21 63,6 33 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.9 (Lanjutan)
No Pernyataan
Sangat
Setuju Setuju
Tidak
Setuju Total
n % n % n % n %
4 Perawat pelaksana di IGD senantiasa
meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan tentang asuhan
keperawatan
0 0,0 12 36,4 21 63,6 33 100,0
e. Kemajuan
1 Perawat pelaksana di IGD
melaksanakan asuhan keperawatan
karena menginginkan mendapat
promosi jabatan
1 3,0 9 27,3 23 69,7 33 100,0
2 Perawat pelaksana di IGD
melaksanakan asuhan keperawatan
karena ingin mengembangkan potensi
diri yang dimiliki
1 3,0 6 18,2 26 78,8 33 100,0
3 Perawat pelaksana di IGD
melaksanakan asuhan keperawatan
karena ingin memenuhi standar
pelayanan keperawatan
1 3,0 4 12,1 28 84,8 33 100,0
4 Perawat pelaksana di IGD
melaksanakan asuhan keperawatan
karena ingin mengikuti perkembangan
di bidang keperawatan
1 3,0 4 12,1 28 84,8 33 100,0
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik dalam penelitian ini diukur dengan indikator : (a) gaji,
(b) kondisi kerja, dan (c) hubungan kerja. Uraian masing-masing indikator motivasi
ekstrinsik adalah sebagai berikut :
a. Gaji
Hasil penelitian tentang indikator gaji diketahui bahwa sebanyak 13 orang
(39,4%) responden menyatakan tidak setuju bahwa gaji yang diterima sudah sesuai
dengan beban kerja sebagai perawat pelaksana di IGD, sebanyak 14 orang (42,4%)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
responden menyatakan tidak setuju bahwa pembayaran gaji tepat waktu, sebanyak 15
orang (45,5%) responden menyatakan tidak setuju bahwa penghasilan yang diterima
mencukupi untuk kebutuhan pokok dan sebanyak 16 orang (48,5%) responden
menyatakan tidak setuju bahwa gaji yang diterima sesuai dengan upah minimum
propinsi yang berlaku saat ini
b. Kondisi Kerja
Hasil penelitian tentang indikator kondisi kerja diketahui sebanyak 16 orang
(48,5%) responden menyatakan tidak setuju bahwa lingkungan rumah sakit
mendukung dalam melaksanakan asuhan keperawatan di IGD, sebanyak 14 orang
(42,4%) responden menyatakan tidak setuju bahwa fasilitas di rumah sakit
mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD, sebanyak 16 orang
(48,5%) responden menyatakan tidak setuju bahwa alur kerja di rumah sakit
mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD dan sebanyak 15 orang (45,5%)
responden menyatakan tidak setuju bahwa manajemen rumah sakit memonitor
pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD.
c. Hubungan Kerja
Hasil penelitian tentang hubungan kerja diketahui sebanyak 15 orang (45,5%)
responden menyatakan tidak setuju bahwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan
perawat pelaksana bekerja dalam satu tim, sebanyak 15 orang (45,5%) responden
menyatakan tidak setju bahwa rekan kerja memberikan dukungan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan di IGD, sebanyak 13 orang (39,4%) responden menyatakan tidak
setuju bahwa kualitas hubungan kerja yang bersifat informal adalah hal yang penting
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dalam melaksanakan asuhan keperawatan di IGD dan sebanyak 14 orang (42,4%)
responden menyatakan setuju bahwa melengkapi catatan asuhan keperawatan, untuk
memudahkan perawat lain dalam melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien
yang sama di IGD.
Distribusi berdasarkan motivasi ekstrinsik disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Ekstrinsik
No Pernyataan
Sangat
Setuju Setuju
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Total
n % n % n % n % n %
a. Gaji
1 Gaji yang diterima sudah sesuai
dengan beban kerja sebagai perawat
pelaksana di IGD
7 21,2 12 36,4 13 39,4 1 3,0 33 100,0
2 Pembayaran gaji tepat waktu 4 12,2 14 42,4 14 42,4 1 3,0 33 100,0
3 Penghasilan yang saya terima
sebagai perawat pelaksana di IGD
mencukupi untuk kebutuhan pokok
5 15,1 12 36,4 15 45,5 1 3,0 33 100,0
4 Gaji yang diterima perawat
pelaksana di IGD sesuai dengan
upah minimum propinsi yang
berlaku saat ini
5 15,2 12 36,4 16 48,5 0 0,0 33 100,0
b. Kondisi Kerja
1 Lingkungan rumah sakit
mendukung dalam melaksanakan
asuhan keperawatan di IGD
4 12,1 13 39,4 16 48,5 0 0,0 33 100,0
2 Fasilitas di rumah sakit mendukung
dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan di IGD
5 15,2 14 42,4 14 42,4 0 0,0 33 100,0
3 Alur kerja dalam rumah sakit
mendukung pelaksanaan asuhan
keperawatan di IGD
4 12,1 13 39,4 16 48,5 0 0,0 33 100,0
4 Manajemen rumah sakit memonitor
pelaksanaan asuhan keperawatan
di IGD
3 9,0 15 45,5 15 45,5 0 0,0 33 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.10 (Lanjutan)
No Pernyataan Sangat Setuju
Setuju Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Total
n % n % n % n % n % c. Hubungan Kerja 1 Dalam melaksanakan asuhan
keperawatan perawat pelaksana di IGD bekerja dalam satu tim
4 12,0 12 36,4 15 45,5 2 6,1 33 100,0
2 Rekan kerja memberikan dukungan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD
4 12,0 12 36,4 15 45,5 2 6,1 33 100,0
3 Kualitas hubungan kerja yang bersifat informal adalah hal yang penting dalam melaksanakan asuhan keperawatan di IGD
8 24,2 10 30,3 13 39,4 2 6,1 33 100,0
4 Melengkapi catatan asuhan keperawatan, untuk memudahkan perawat lain dalam melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien yang sama di IGD
6 18,2 14 42,4 10 30,3 3 9,1 33 100,0
Berdasarkan skor total motivasi (intrinsik dan ekstrinsik) diperoleh skor total
84,4, skor tertinggi 52,6 (motivasi intrinsik) dan skor terendah 31,8 (motivasi
ekstrinsik). Hasil skor masing-masing indikator motivasi dan skor variabel motivasi
disajikan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Skor Motivasi
Indikator Mean Range Minimum Maximum
Motivasi 84,4 24 78 102
Motivasi Intrinsik 52,6 28 40 68
Tanggung jawab 13,7 8 8 16
Prestasi kerja 10,5 8 8 16
Pengakuan hasil kerja 10,0 8 8 16
Kemungkinan pengembangan 9,5 4 8 12
Kemajuan 8,9 8 8 16
Motivasi Ekstrinsik 31,8 28 20 48
Gaji 10,7 11 5 16
Kondisi kerja 10,6 8 8 16
Hubungan kerja 10,5 12 4 16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3.3 Kinerja
Kinerja dalam penelitian ini diukur dengan dimensi kualitas (sesuai dengan
standar kerja, tepat waktu, akurat) sesuai konsep ABCD pada IGD (Krisanty dkk,
2009) dan kuantitas (target kerja, volume pekerjaan). Uraian masing-masing indikator
kinerja adalah sebagai berikut :
1. Kualitas
a. Airway (A)
Hasil observasi tentang kinerja indikator airway (A) diketahui bahwa
sebanyak 14 orang (42,4%) responden sangat sering melakukan pengelolaan jalan
nafas, dengan melakukan penghisapan (suction) bila ada cairan, sebanyak 15 orang
(45,5%) responden sangat sering menjaga jalan nafas secara manual, sebanyak 14
orang (42,4%) responden sangat sering mengangkat kepala-dagu, bila pasien tidak
sadar dan sebanyak 14 orang (42,4%) responden sangat sering mengangkat rahang,
bila pasien tidak sadar.
b. Breathing (B)
Hasil observasi tentang kinerja indikator breathing (B) diketahui bahwa
sebanyak 12 orang (36,4%) responden sangat sering melakukan pemberian oksigen
bila pasien tidak sadar dengan kanal hidung, sebanyak 13 orang (39,4%) responden
kadang-kadang melakukan pemberian oksigen bila pasien tidak sadar dengan masker
oksigen, dan sebanyak 13 orang (39,4%) responden kadang-kadang memberikan
pernafasan buatan bila pasien tidak sadar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Circulation (C)
Hasil observasi tentang kinerja indikator circulation (C) diketahui bahwa
sebanyak 14 orang (42,4%) responden kadang-kadang melakukan perabaan denyut
nadi pada lengan bawah atau dibelakang ibu jari, dan sebanyak 14 orang (42,4%)
responden kadang-kadang melakukan perabaan denyut nadi pada sisi samping dari
jakun.
d. Disability (D)
Hasil observasi tentang kinerja indikator disability (D) diketahui bahwa
sebanyak 14 orang (42,4%) responden kadang-kadang menentukan tingkat kesadaran
(respon penderita), sebanyak 16 orang (48,5%) responden kadang-kadang
memposisikan penderita dalam keadaan telentang, sebanyak 18 orang (54,5%)
responden kadang-kadang memeriksa pernafasan dengan palpasi dan sebanyak 15
orang (45,5%) responden kadang-kadang melakukan teknik Resusitasi Jantung Paru
(RJP) bila tidak ada pulsasi.
Distribusi berdasarkan kualitas disajikan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas
No Pernyataan
Sangat
Sering
dilakukan
Sering
dilakukan
Kadang-
kadang
dilakukan
Tidak
Pernah
dilakukan
Total
n % n % n % n % n %
Airway (A)
1 Melakukan pengelolaan
jalan nafas, dengan
melakukan penghisapan
(suction) bila ada cairan
14 42,4 10 30,4 8 24,2 1 3,0 33 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.12 (Lanjutan)
No Pernyataan
Sangat Sering
dilakukan
Sering dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Tidak Pernah
dilakukan Total
n % n % n % n % n % 2 Menjaga jalan nafas
secara manual 15 45,5 9 27,3 7 21,1 2 6,1 33 100,0
3 Mengangkat kepala-dagu, bila pasien tidak sadar
14 42,4 8 24,2 9 27,3 2 6,1 33 100,0
4 Mengangkat rahang, bila pasien tidak sadar
13 39,4 4 12,1 14 42,4 2 6,1 33 100,0
b. Breathing (B) 1 Melakukan pemberian
oksigen bila pasien tidak sadar dengan kanal hidung
12 36,4 3 9,1 11 33,3 7 21,2 33 100,0
2 Melakukan pemberian oksigen bila pasien tidak sadar dengan masker oksigen
7 21,2 6 18,2 13 39,4 7 21,2 33 100,0
3 Memberikan pernafasan buatan bila pasien tidak sadar
1 3,0 12 36,4 13 39,4 7 21,2 33 100,0
c. Circulation (C) 1 Melakukan perabaan
denyut nadi pada lengan bawah atau dibelakang ibu jari
2 6,1 9 27,3 14 42,4 8 24,2 33 100,0
2 Melakukan perabaan denyut nadi pada sisi samping dari jakun
2 6,1 9 27,3 14 42,4 8 24,2 33 100,0
d. Disability (D)
1 Menentukan tingkat kesadaran (respon penderita)
2 6,1 9 27,3 14 42,4 8 24,2 33 100,0
2 Memposisikan penderita dalam keadaan telentang
2 6,1 7 21,2 16 48,5 8 24,2 33 100,0
3 Memeriksa pernafasan dengan palpasi
3 9,2 4 12,1 18 54,5 8 24,2 33 100,0
4 Melakukan Teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP) bila tidak ada pulsasi
5 15,1 5 15,2 15 45,5 8 24,2 33 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Kuantitas
a. Target Kerja
Hasil observasi tentang indikator target kerja diketahui bahwa sebanyak 15
orang (45,5%) responden kadang-kadang menerapkan standar asuhan keperawatan
IGD kepada pasien setiap hari sesuai standar kerja, tepat dan akurat, dan sebanyak 17
orang (51,5%) responden hasil kerja kadang-kadang dapat dicapai sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan pimpinan.
b. Volume Kerja
Hasil observasi tentang indikator volume kerja diketahui bahwa sebanyak 16
orang (48,5%) responden kadang-kadang volume pekerjaan yang dihasilkan
mencapai target yang sudah ditetapkan pimpinan, sebanyak 14 orang (42,4%)
responden kadang-kadang membuat laporan kerja IGD setiap hari dan sebanyak 15
orang (45,5%) responden kadang-kadang mengisi rekam medis asuhan keperawatan
IGD setiap hari. Distribusi berdasarkan indikator kuantitas disajikan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kuantitas
No Pernyataan
Sangat
Sering
dilakukan
Sering
dilakukan
Kadang-
kadang
dilakukan
Tidak
Pernah
dilakukan
Total
n % n % n % n % n %
a.Target Kerja
1 Menerapkan Standar
asuhan keperawatan IGD
kepada pasien setiap hari
Sesuai standar kerja, tepat
dan akurat
2 6,1 8 24,2 15 45,5 8 24,2 33 100,0
2 Hasil kerja dapat dicapai
sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan
pimpinan
0 0,0 8 24,2 17 51,5 8 24,2 33 100,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.13 (Lanjutan)
No Pernyataan
Sangat
Sering
dilakukan
Sering
dilakukan
Kadang-
kadang
dilakukan
Tidak
Pernah
dilakukan
Total
n % n % n % n % n %
b. Volume Kerja
1 Volume pekerjaan yang
dihasilkan selalu
mencapai target yang
sudah ditetapkan
pimpinan
0 0,0 9 27,3 16 48,5 8 24,2 33 100,0
2 Membuat laporan kerja
IGD setiap hari 0 0,0 9 27,3 14 42,4 10 30,3 33 100,0
3 Mengisi rekam medis
asuhan keperawatan IGD
setiap hari
0 0,0 9 27,3 15 45,5 9 27,3 33 100,0
Berdasarkan skor total kinerja perawat (kualitas dan kuantiatas) dalam
memberikan asuhan keperawatan di IGD diperoleh skor total 42,3, skor rata-rata
tertinggi 32,2 (kualitas) dan skor rata-rata terendah 10,1 (kuantitas). Hasil skor
masing-masing indikator kinerja disajikan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Skor Kinerja
Indikator Mean Range Minimum Maximum
Kinerja 42,3 42 18 60
Kualitas 32,2 36 13 49
Airway (A) 12,1 12 4 16
Breathing (B) 7,2 9 3 12
Circulation (C) 4,3 6 2 8
Disability (D) 8,5 12 4 16
Kuantitas 10,1 10 5 15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.4 Analisis Bivariat
Hubungan masing-masing variabel bebas, yaitu variabel faktor organisasi dan
motivasi dengan kinerja di instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah
Langsa, dilakukan uji bivariat menggunakan uji statistik Pearson correlation product
moment. Hasil uji masing-masing variabel disajikan sebagai berikut :
4.4.1 Hubungan Faktor Organisasi dengan Kinerja Perawat
Hasil penelitian berdasarkan uji statistik Pearson correlation product moment
diperoleh nilai r=0,666; p=<0,001, menunjukkan hubungan signifikan antara faktor
organisasi dengan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien di IGD, karena nilai p=<0,001<p=0,05. Hasil pengujian ini memberikan
makna semakin baik faktor organisasi semakin optimal kinerja perawat dan kuat
hubungan faktor organisasi dengan kinerja perawat sebanyak 66,6%. Hasil pengujian
disajikan pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Hubungan Faktor Organisasi dengan Kinerja Perawat
Kinerja Faktor organisasi
Kinerja Pearson Correlation 1,000 0,666 Sig. (2-tailed) . <0,001 N 33 33
4.4.2 Hubungan Motivasi dengan Kinerja
Hasil penelitian berdasarkan uji statistik Pearson correlation product moment
diperoleh nilai r=0,766; p=<0,001, menunjukkan hubungan signifikan antara
motivasi dengan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien rawat inap di IGD, karena nilai p=<0,001<p=0,05. Hasil pengujian ini
memberikan makna semakin tinggi motivasi semakin optimal kinerja perawat dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kuat hubungan motivasi dengan kinerja perawat sebanyak 76,6%. Hasil pengujian
disajikan pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Perawat
Kinerja Motivasi Kinerja Pearson Correlation 1,000 0,766 Sig. (2-tailed) . <0,001 N 33 33
4.5 Analisis Multivariat
4.5.1 Pengujian Hipotesis
A. Uji Kelayakan Model
Pengujian Goodnes of Fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu
model regresi. Untuk mengetahui kelayakan model tersebut dapat dilihat melalui nilai
R Square yang diperoleh dari hasil uji statistik regresi linear berganda. Hasil uji
statistik menunjukkan nilai koefisien determinan (R2) adalah sebesar 80,0% (Tabel
4.16) dan (Lampiran 4), hal ini memberikan makna bahwa variabel faktor organisasi
dan motivasi mampu menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel
kinerja perawat sebesar 80,0%, sisanya sebesar 20,0% dipengaruhi oleh faktor lain
diluar model.
Tabel 4.17 Uji Kelayakan Model
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 0,895 0,800 0,787 6,76
B. Pengujian Secara Serentak (Simultan)
Hasil uji secara simultan dengan regresi linier berganda diperoleh nilai
signifikansi p=<0,001<p=0,05 (Tabel 4.18) dan (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bahwa secara serentak (simultan) variabel faktor organisasi dan motivasi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perawat, sehingga hipotesis yang berbunyi “Faktor
organisasi dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja perawat di instalasi gawat
darurat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa”, diterima.
Tabel 4.18 Uji Anova
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 5.496,029 2 2.748,014 60,065 <0,001 Residual 1.372,517 30 45,751 Total 6.868,545 32
a Predictors: (Constant), faktor organisasi, motivasi
b Dependent Variable: Kinerja perawat
C. Pengujian Secara Parsial
Pengujian secara parsial ini dimaksudkan untuk menguji keberartian pengaruh
dari masing-masing variabel bebas, yaitu variabel faktor organisasi dan motivasi
terhadap kinerja perawat (Y). Hasil uji secara parsial disajikan pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19 Uji T
Variabel Independen Koefisien (B) t-hitung P
Constant -121,552 -8,107 <0,001
Faktor organisasi 1,105 5,664 <0,001
Motivasi 1,153 7,319 <0,001 R Square = 80,0%
Berdasarkan Tabel 4.19, hasil uji statistik dengan uji regresi linier berganda
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Persamaan Regresi
= -121,552a+ 1,105X1 + 1,153X2 + μ
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a Jika variabel X1 dan X2 diasumsikan =0, maka = -121,552, hal ini memberikan
makna jika faktor organisasi dan motivasi dianggap tidak ada (0), maka kinerja
menjadi konstan.
b. Jika faktor organisasi dan motivasi ditingkatkan, maka hal ini akan menyebabkan
perubahan peningkatan kinerja perawat IGD dalam memberikan asuhan
keperawatan.
2. Pengaruh Faktor Organisasi terhadap Kinerja
Berdasarkan hasil uji statistik (Lampiran 4) dan (Tabel 4.19) diperoleh nilai
koefisien regresi faktor organisasi sebesar 1,105. Uji keberartian koefisien regresi
faktor organisasi diperoleh nilai signifikansi atau nilai p=<0,001<p=0,05, karena nilai
signifikansi p=<0,001<p=0,05, maka variabel faktor organisasi (X1) berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perawat (Y). Hasil uji ini memberikan makna semakin
baik faktor organisasi maka semakin optimal kinerja perawat.
3. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja
Berdasarkan hasil uji statistik (Lampiran 4) dan (Tabel 4.19) diperoleh nilai
koefisien regresi motivasi sebesar 1,153 Uji keberartian koefisien motivasi diperoleh
nilai signifikansi atau nilai p=<0,001<p=0,05, karena nilai signifikansi
p=<0,001<p=0,05, maka variabel motivasi (X2) berpengaruh signifikan terhadap
kinerja perawat (Y). Hasil uji ini memberikan makna semakin tinggi motivasi maka
semakin optimal kinerja perawat.
d. Variabel yang Paling Berpengaruh
Variabel bebas yang paling besar berpengaruh terhadap kinerja perawat
adalah variabel motivasi dengan nilai koefisien (B) 1,153 (Tabel 4.19).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Kinerja Perawat
Kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah hasil kerja
yang dicapai oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
IGD di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa secara kualitas (sesuai konsep ABCD)
dan kuantitas (target kerja, volume pekerjaan). Berdasarkan hasil observasi terhadap
kinerja perawat menunjukkan skor rata-rata ABCD (Airway-Breathing–Circulation–
Disability) paling tinggi adalah 12,1 (Airway (A)) dan skor terendah 4,3 (Circulation
(C)) (Tabel 4.13).
Hasil pencapaian kinerja secara kualitas melalui skor perawat melaksanakan
asuhan keperawatan di IGD memberikan gambaran bahwa kinerja perawat belum
optimal, karena dalam hasil penelitian dijumpai pelaksanaan asuhan keperawatan
yang paling sering dikerjakan hanya sebatas Airway (A) dan jarang melaksanakan
(Circulation (C)) dan rata-rata total kinerja secara kualitas hanya mencapai 32,2 (Tabel
4.14) sedangkan secara hipotetis 52. Secara kuantitas kinerja perawat menunjukkan
skor rata-rata 10,1 (Tabel 4.14) sedangkan secara hipotetis 20. Hal ini memberikan
gambaran secara kuantitas kinerja perawat di IGD juga belum optimal dalam
menangani kasus-kasus kegawatdaruratan. Manajemen rumah sakit perlu
mengupayakan pembenahan tentang kinerja perawat IGD dalam memberikan asuhan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keperawatan dan hal ini sesuai dengan latar belakang penelitian yang diutarakan
sebelumnya.
Hasil wawancara dengan responden ternyata mereka kurang mendapatkan
pelajaran asuhan keperawatan untuk pasien IGD di sekolah. Selama bekerja mereka
kurang mendapatkan bimbingan dan arahan dari senior atau kepala ruangan dan
mengungkapkan beban kerja yang tinggi di IGD serta 63,6% perawat belum pernah
mendapat pelatihan BTCLS (Tabel 4.1). Ketika dikonfirmasi dengan kepala ruangan,
ternyata mereka juga sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membimbing bawahannya.
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Sihotang (2011),
mengungkapkan bahwa belum optimalnya kinerja perawat di IGD RSUD. dr.
Djasamen Saragih Pematangsiantar disebabkan antara lain: Sebanyak (75,0%)
perawat belum pernah mengikuti pelatihan BTCLS, sebanyak 68,8% perawat IGD
mempunyai beban kerja kuantitatif pada kategori sedang dan sebanyak 46,9%
mempunyai beban kerja kualitatif pada kategori tinggi serta sebanyak 62,5%
mempunyai kinerja pada kategori tidak baik, karena lama waktu implementasi setiap
kegiatan konsep ABCD tidak sesuai dengan waktu standar.
Demikian juga dengan penelitian Girsang (2005) tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan waktu tanggap petugas kesehatan menyimpulkan sebanyak
67,5% perawat responden menyatakan tugasnya pada bidang kegawatdaruratan
merasakan bebannya lebih berat dibandingkan petugas di ruang/unit kerja yang lain,
sehingga belum optimal mengerjakan tugas yang diemban oleh perawat di IGD.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
pengambilan kebijakan kinerja di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa untuk
mengoptimalisasi sumber daya manusia seperti memberikan kesempatan perawat
untuk mengikuti pelatihan, seminar dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan,
sehingga keterampilan perawat diharapkan dapat meningkat untuk mendukung tujuan
organisasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fungsi
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) khususnya kinerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan belum berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan
Arep dan Tanjung (2003), yang menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia
akan berjalan dengan baik apabila fungsi manajerial yang berkaitan langsung dengan
aspek-aspek manajerial dan fungsi operasional sumber daya manusia pada organisasi
dilaksanakan dengan baik.
Menurut Gibson et al. (1996) kinerja pada dasarnya adalah apa yang
dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan memengaruhi seberapa
banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk
individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan
kinerja organisasi baik secara kuantitas maupun kualitas dan kinerja dapat berupa
penampilan kerja perorangan maupun kelompok.
5.2 Pengaruh Faktor Organisasi terhadap Kinerja Perawat
Pembahasan dalam penelitian ini adalah faktor organisasi dimensi
kepemimpinan, desain kerja dan insentif. Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
faktor organisasi 60,1 (Tabel 4.8) masih jauh dari skor teoritis 96. Hal ini
menunjukkan faktor organisasi belum mendukung sepenuhnya perawat IGD untuk
berforma optimal. Berdasarkan hasil uji statistik secara bivariat faktor organisasi
berhubungan dengan kinerja (Tabel 4.14) dan secara multivariat menggunakan uji
regresi berganda diketahui bahwa variabel faktor organisasi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja perawat p=<0,001<p=0,05 (Tabel 4.18). Hasil pengujian ini
memberikan makna bahwa semakin baik faktor organisasi maka semakin optimal
kinerja perawat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Gibson et al. (1996), yang
menyatakan salah satu faktor yang memengaruhi kinerja seseorang adalah faktor
organisasi (kepemimpinan, desain kerja dan insentif).
Pembahasan masing-masing indikator variabel faktor organisasi sebagai
berikut:
1. Kepemimpinan
Dimensi kepemimpinan dalam penelitian ini dengan indikator (pembinaan,
bimbingan dan pengawasan). Pembahasan masing-masing indikator sebagai berikut:
a. Indikator Pembinaan
Hasil penelitian tentang kepemimpinan indikator pembinaan, diketahui
sebagian besar responden menyatakan setuju dan tidak setuju (Tabel 4.2) dan
berdasarkan skor rata-rata 7,2 (Tabel 4.3) berbeda dengan skor teoritis 12. Hal ini
memberikan gambaran bahwa perawat belum sepenuhnya dibina dengan dengan baik
oleh pimpinan, sehingga secara organisasi kinerjanya belum optimal dalam
memberikan asuhan keperawatan di IGD.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat bahwa pembinaan yang
diterima sangat minim karena pimpinan sibuk dengan pekerjaannya begitu juga
kepala ruangan dan koordinator perawat. Perawat bekerja apa adanya, sebenarnya
perawat berharap ada pembinaan yang rutin, sehingga dapat bekerja dengan baik
dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan.
Hasil wawancara di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perawat merasa
belum percaya diri jika kurang mendapat pembinaan dari atasannya, sehingga
pekerjaan yang diembankan oleh organisasi belum dilaksanakan dengan baik untuk
mencapai tujuan organisasi. Hal ini memberikan masukan bagi manajemen rumah
sakit tentang pembinaan agar perawat dapat bekerja dengan baik dalam menangani
kasus kegawatdaruratan.
Hal ini senada dengan pendapat Mas’ud, (2004), mengungkapkan bahwa
sebuah organisasi peran seorang pemimpin sangat diperlukan guna mengarahkan
organisasi dan juga pemberian contoh perilaku terhadap para pengikut (pegawai),
peran kepemimpinan seperti pembinaan, bimbingan dan pengawasan sangat
menentukan kemajuan dan kemunduran organisasi.
b. Indikator Bimbingan
Hasil penelitian tentang kepemimpinan indikator bimbingan, diketahui
sebagian besar responden menyatakan tidak setuju (Tabel 4.2) ) dan berdasarkan skor
rata-rata 7,0 (Tabel 4.3) berbeda dengan skor teoritis 12. Hal ini memberikan
gambaran bahwa perawat belum dibimbing sepenuhnya oleh pimpinan, sehingga
secara organisasi kinerjanya belum optimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan
perawat bahwa pembimbingan oleh atasan belum mendukung sepenuhnya dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menangani kasus-kasus kegawatdaruratan baik dari pemberian ide atau gagasan
demikian juga umpan balik. Perawat hanya mendapat sekedar bimbingan, namun
dalam implementasinya bekerja apa adanya.
Hasil wawancara di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perawat merasa
bimbingan dari atasan belum mendukung kinerjanya, perawat merasa perlu dibimbing
karena tanpa ada arahan dari atasan mereka kurang mampu melaksanakan pekerjaan,
sehingga kinerja secara organisasi dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan
belum seperti diharapkan.
Menurut Sujak (1990) bahwa kepemimpinan harus mampu mempengaruhi,
menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok
orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan
merupakan posisi kunci dan sebagai penyelaras dalam proses kerja sama antar
manusia dalam organisasi.
c. Indikator Pengawasan
Hasil penelitian tentang kepemimpinan indikator pengawasan, diketahui
sebagian besar responden menyatakan tidak setuju (Tabel 4.2) dan berdasarkan skor
rata-rata 7,3 (Tabel 4.3) berbeda dengan skor teoritis 12. Hal ini memberikan
gambaran bahwa perawat belum sepenuhnya mendapat pengawasan dari pimpinan,
sehingga secara organisasi kinerjanya belum optimal. Berdasarkan hasil wawancara
dengan perawat bahwa pengawasan oleh atasan belum sepenuhnya terlaksana akibat
kesibukan dalam bekerja. Waktu berkomunikasi dengan atasan sangat singkat,
sehingga kurang pengawasan dan evaluasi juga sangat jarang dilakukan dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menangani kasus-kasus kegawatdaruratan. Perawat juga jarang mendapat masukan
atas hasil pengawasan oleh pimpinan.
Hasil wawancara di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perawat merasa
pengawsan oleh atasan kurang mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD,
sehingga kinerja perawat secara organisasi dalam menangani kasus-kasus
kegawatdaruratan belum seperti diharapkan.
Berdasarkan kondisi di atas maka peran pemimpin sangat menentukan
keberhasilan sebuah kinerja organisasi melalui setiap kegiatan yang dilakukan oleh
perawatnya. Kepemimpinan yang ideal menurut Trisnantoro (2005) adalah
kepemimpinan yang dapat menciptakan suasana kondusif bagi para pengikutnya.
Kepemimpinan itu sendiri akan berhasil bila seluruh perawat mau mengikuti apa yang
diperintahkan oleh pemimpin itu sendiri.
2. Desain Kerja
Dimensi desain kerja dalam penelitian ini dengan indikator (kesesuaian kerja,
pencatatan kegiatan dan pemenuhan tugas) pembahasan masing-masing indiaktor
sebagai berikut:
a. Indikator Kesesuaian Kerja
Hasil penelitian tentang desain kerja indikator kesesuaian kerja, diketahui
sebagian besar responden menyatakan tidak setuju (Tabel 4.3) dan berdasarkan skor
rata-rata 7,5 (Tabel 4.5) berbeda dengan skor teoritis 12. Hal ini memberikan
gambaran bahwa pekerjaan yang diberikan oleh organisasi kepada perawat di IGD
belum sepenuhnya sesuai dengan tupoksi, sehingga secara organisasi kinerjanya
belum optimal dalam memberikan asuhan keperawatan di IGD. Berdasarkan hasil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
wawancara dengan perawat bahwa kesesuaian kerja yang dilaksanakan perawat
adalah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Tugas yang dilaksanakan oleh perawat
masih ada yang belum sesuai dengan seharusnya, karena masih ada pekerjaan
tambahan seperti melakukan penulisan resep dan menyapu ruangan, sehingga kondisi
kerja kurang nyaman dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan.
Hasil wawancara di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tugas-tugas yang
diberikan belum dilaksanakan dengan baik sesuai uraian tugas yang diberikan
padanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Kuswadi (2004) yang mengungkapkan bila
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan uraian tugas, berarti pekerjaan itu berhasil
dilaksanakan dengan baik, bila di bawah standar uraian tugas tersebut berarti
pelaksanaan pekerjaan tersebut kurang baik.
b. Indikator Pencatatan Kegiatan
Hasil penelitian tentang desain kerja indikator pencatatan kegiatan, diketahui
sebagian besar responden menyatakan setuju (Tabel 4.3) dan berdasarkan skor rata-
rata 7,9 (Tabel 4.5) berbeda dengan skor teoritis 12. Hal ini memberikan gambaran
bahwa pekerjaan yang diberikan oleh organisasi kepada perawat di IGD dalam
pencatatan kegiatan belum sepenuhnya dilaksanakan oleh perawat dengan baik dan
tidak tepat waktu, sehingga secara organisasi kinerjanya belum optimal dalam
memberikan asuhan keperawatan di IGD. Berdasarkan hasil wawancara dengan
perawat bahwa pencatatan kegiatan yang dilaksanakan perawat belum sepenuhnya
sesuai, hal ini terjadi karena sibuk dalam menangani kasus kegawatdaruratan yang
sudah menjadi beban kerja, sehingga pencatatan kegiatan menjadi lupa dikerjakan
namun tetap juga dikerjakan hari berikutnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI dan
Universitas Indonesia (2005) tentang kajian penanggulangan penderita gawat
darurat/general emergency life support (GELS) di Indonesia, menemukan bahwa 78,8
% perawat melaksanakan tugas petugas kebersihan dan 63,3 % perawat melakukan
tugas administrasi di luar instalasi gawat garurat (misalnya mendaftarkan pasien ke
ruangan atau ke unit penunjang seperti laboratorium). Lebih dari 90 % perawat
melakukan tugas non keperawatan, seperti menetapkan diagnosis penyakit dan
membuat resep obat. Hanya 50 % perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai fungsinya (Depkes RI dan Universitas Indonesia, 2005).
Hasil penelitian ini didukung penelitian Lubis (2007), yang menyimpulkan
pekerjaan perawat dalam pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh kuantitas kegiatan
pokok berpengaruh terhadap efektivitas pekerjaan perawat di Instalasi Rawat Inap
RSU dr. Pirngadi Medan.
c. Indikator Pemenuhan Tugas
Hasil penelitian tentang desain kerja indikator pemenuhan tugas, diketahui
sebagian besar responden menyatakan tidak setuju (Tabel 4.3) dan berdasarkan skor
rata-rata 7,3 (Tabel 4.5) berbeda dengan skor teoritis 12. Hal ini memberikan
gambaran bahwa pekerjaan yang diberikan oleh organisasi kepada perawat di IGD
hanya sebatas pemenuhan tugas dan kurang bertanggungjawab, sehingga secara
organisasi kinerjanya belum optimal dalam memberikan asuhan keperawatan di IGD.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat bahwa target kerja yang harus
dicapai belum ada dalam bentuk baku dan tidak semua perawat mengetahui target
kerja, hal ini terjadi karena pimpinan sibuk dengan pekerjaannya begitu juga dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kepala ruangan dan kepala perawatan juga sibuk dengan pkerjaannya, sehingga
bekerja sebatas pemenuhan tigas.
Fenomena belum optimalnya kinerja perawat berdasarkan hasil penelitian di
atas merupakan suatu masalah di dalam pengelolaan sumberdaya manusia yang harus
benar-benar diperhatikan dengan serius. Perhatian yang penuh terhadap permasalahan
sumber daya manusia ini sebaiknya tidak dilakukan secara sendiri-sendiri namun
melibatkan aspek lainnya seperti kepemimpinan, desain kerja yang baku, dukungan
organisasi dan faktor lainnya yang diperkirakan dapat mempengaruhi kinerja perwat
IGD.
3. Insentif
Dimensi insentif dalam penelitian ini dengan indikator (finansial dan non
finansial) pembahasan masing-masing indiaktor sebagai berikut:
a. Indikator Finansial
Hasil penelitian tentang insentif indikator insentif finansial, diketahui
sebagian besar responden menyatakan tidak setuju (Tabel 4.6) dan berdasarkan skor
rata-rata 11,2 (Tabel 4.7) berbeda dengan skor teoritis 16. Hal ini memberikan
gambaran bahwa insentif fianasial yang diterima belum sepenuhnya mendukung
kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga secara organisasi kinerjanya belum optimal
dalam memberikan asuhan keperawatan di IGD.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat bahwa pemberian insentif
belum ada aturan baku dan perawat bekerja apa adanya karena pemberian insentif
baik jumlah dan jadwalnya tidak menentu, sehingga perawat bekerja apa adanya dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengutamakan kebutuhan rumah tangga harus dipenuhi lebih dahulu. Hal ini terkait
dengan karakteristik perawat sebanyak 81,8% sudah berumah tangga (Tabel 4.1).
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat IGD mereka menyadari bahwa
sebagai pegawai sistem penggajiannya telah ditetapkan oleh pemerintah namun
belum mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga melaksanakan pekerjaan apa
adanya dan menyatakan tidak ada insentif yang diterima, karena pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien dianggap untuk memenuhi tugas sebagai perawat.
Faktor pemberian insentif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja. Insentif merupakan pemberian penghargaan dalam bentuk materi
kepada seseorang sesuai dengan prestasi kerjanya. Ketika seseorang sudah dipenuhi
haknya dalam mendapatkan insentif, maka akan mendorong seseorang untuk bekerja
dengan baik. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Sikumbang (2010) di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, mengungkapkan bahwa
pemberian insentif berpengaruh terhadap kinerja perawat dan variabel insentif
memberikan pengaruh lebih besar.
b. Indikator Non Finansial
Hasil penelitian tentang insnentif indikator insentif non finansial, diketahui
sebagian besar responden menyatakan tidak setuju (Tabel 4.6) dan berdasarkan skor
rata-rata 4,8 (Tabel 4.7) berbeda dengan skor teoritis 8. Hal ini memberikan
gambaran bahwa insnetif non finansial belum sepenuhnya direalisaaikan oleh
organisasi, sehingga secara organisasi kinerjanya belum optimal dalam memberikan
asuhan keperawatan di IGD. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat bahwa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pemberian insentif non finansial belum ada aturan baku. Perawat menginginkan
adanya insentif tambahan berupa insentif non finansial (misalnya mendapatkan
kesempatan mengikuti seminar dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi) disesuaikan dengan prestasi kerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Gibson et al.(1996); Moorehead dan
Griffin (2000); Assad (2002), menyatakan pemberian insentif sebagai sesuatu
pemberian atau penghargaan yang diberikan oleh organisasi pada individu atau
kelompok kerja yang menunjukkan kinerja yang baik diluar ketentuan pengupahan
yang umum. Insentif lebih dikenal memiliki kaitan langsung dengan materi tetapi
secara umum pemberian yang bersifat non material disebut sebagai reward.
Menurut Rahmanto (2002) masalah mendasar yang senantiasa dihadapi oleh
pimpinan adalah bagaimana seorang bawahan mau berusaha mengerahkan segenap
kemampuan, sesuai dengan kepentingan organisiasi. Salah satu penyelesaian terhadap
masalah ini dapat dilakukan dengan menerapkan sistem penilaian kinerja (system of
performance appraisal) dan menciptakan hubungan antara insentif (reward) dengan
tingkat kinerja yang dicapai. Bila sistem penilaian kinerja telah sesuai dengan
kenyataan sebenarnya, maka atas dasar hasil penilaian kinerja inilah dapat diberikan
imbalan yang sesuai dengan tingkat kinerja masing-masing, sehingga hasil penilaian
kinerja yang dicapai berhubungan dengan imbalan yang diterima.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.3 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Perawat
Pembahasan tentang variabel motivasi, yaitu motivasi intrinsik indikator
(tanggung jawab, prestasi kerja, pengakuan hasil kerja, kemungkinan pengembangan
dan kemajuan) dan motivasi ekstrinsik indikator (gaji, kondisi kerja dan hubungan
kerja) skor pencapaian 84,4 berbeda dengan skor teoritis 128 (Tabel 4.11).
Berdasarkan hasil uji statistik secara bivariat motivasi berhubungan dengan kinerja
(Tabel 4.16) dan secara multivariat dengan menggunakan uji regresi berganda
diketahui bahwa variabel motivasi (motivasi intrinsik dan ekstrinsik) berpengaruh
signifikan p=<0,001<p=0,05, dan variabel motivasi lebih besar pengaruhnya terhadap
kinerja perawat (Tabel 4.19). Hal ini memberikan makna bahwa semakin meningkat
motivasi maka semakin optimal kinerja perawat.
Menurut Maslow dalam Robbins (2006), bahwa manusia mempunyai
berbagai kebutuhan dan mencoba mendorong untuk bergerak memenuhi kebutuhan
tersebut. Kebutuhan itu wujud dalam beberapa tahap kebutuhan. Setiap manusia
mempunyai keperluan untuk memenuhi kepuasan diri dan bergerak memenuhi
kebutuhan tersebut. Maslow memisahkan kelima kebutuhan sebagai kategori tinggi
dan kategori rendah, kebutuhan faali dan kebutuhan keamanan digambarkan sebagai
kebutuhan kategori rendah dan kebutuhan sosial dan kebutuhan akan penghargaan,
dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan kategori tinggi. Kebutuhan kategori tinggi
dipenuhi secara internal (di dalam diri orang itu). Sedangkan kebutuhan kategori
rendah terutama dipenuhi secara eksternal (dengan upah, kontrak serikat buruh, dan
masa kerja).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh
Herzberg dalam Hasibuan (2005), bahwa faktor yang berasal dari luar (ekstrinsik)
dan dari dalam (intrisnik) merupakan motivator secara ekstrinsik bagi pegawai dalam
bekerja. Demikan juga dengan pendapat Gibson et al. (1996), menyatakan bahwa
manusia termotivasi untuk bekerja dengan bergairah ataupun bersemangat tinggi,
apabila ia memiliki keyakinan akan terpenuhinya harapan-harapan yang didambakan
serta tingkat manfaat yang akan diperolehnya. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
terpenuhinya akan harapan-harapan dan hasil kongkrit yang akan diperolehnya, maka
semakin tinggi pula motivasi positif yang akan ditunjukkan olehnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Siboro (2011), yang
mengungkapkan bahwa variabel motivasi (instrinsik dan ekstrinsik) berpengaruh
secara signifikan dan variabel motivasi ekstrinsnik lebih besar pengaruhnya terhadap
kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap RSUD Perdagangan Kabupaten
Simalungun. Demikian juga hasil penelitian Norman (2006), mengungkapkan bahwa
kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan belum mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada pasien, disebabkan oleh
rendahnya motivasi kerja dan kurangnya kesadaran perawat terhadap status pekerjaan
sebagai fungsi pelayanan kesehatan
Pembahasan masing-masing indikator variabel motivasi sebagai berikut:
1 Motivasi Intrinsik
a. Indikator Tanggung Jawab
Hasil penelitian tentang motivasi intrinsik indikator tanggung jawab,
diketahui sebagian besar menyatakan sangat setuju dan setuju tentang tanggung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
jawab (Tabel 4.9) serta berdasarkan skor rata-rata tentang motivasi intrinsik indikator
tanggung jawab memiliki skor paling tinggi, yaitu sebesar 13,7 (Tabel 4.11), namun
berbeda dengan skor teoritis 16. Hal ini menunjukkan bahwa perawat menyadari
pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan di IGD kepada pasien merupakan
tanggung jawab mereka, namun dalam melaksanakan asuhan keperawatan hanya
sebatas tanggung jawab dan kurang mempertimbangkan hasil pekerjaan, sehingga
secara intrinsik kurang termotivasi dalam bekerja.
Hasil wawancara kepada perawat IGD maupun kordinator perawat bahwa
mereka mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan tanggung jawab
mereka, namun pengimplementasiannya belum sepenuhnya diberikan kepada pasien.
Hal lain yang turut menyebabkan perawat pelaksana kurang termotivasi secara
intrinsik dalam bekerja terkait dengan umur perawat sebanyak 54,5%, berumur 26-33
tahun dan masa kerja 6-10 tahun (Tabel 4.1).
Menurut Maslow dalam Gibson et al. (1996), hal yang tidak dapat dipungkiri
bahwa mayoritas manusia bekerja disebabkan adanya kebutuhan yang relatif tidak
terpenuhi disebabkan adanya faktor keterbatasan manusia itu sendiri, untuk
memenuhi kebutuhannya tersebut manusia bekerja sama dengan orang lain dengan
memasuki suatu organisasi. Hal ini yang menjadi dasar sebagai salah satu sebab
timbulnya motivasi perawat untuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar.
Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan (2005), menyatakan
bahwa secara intrinsik atau internal setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui
sebagai orang yang berpotensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
diri yang berasal dari dalam diri sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan dan siap
memikul tanggung jawab yang lebih besar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Siboro (2011), yang
mengungkapkan bahwa variabel motivasi instrinsik indikator tanggung jawab
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana di intalasi rwat inp
RSUD Perdagangan Kabupaten Simalungun. Namun hasil penelitian ini berbeda
dengan hasil penelitian Siregar (2008), yang menyimpulkan secara parsial variabel
motivasi intrinsik indikator tanggung jawab tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja perawat.
b. Indikator Prestasi Kerja
Hasil penelitian tentang motivasi intrinsik indikator prestasi kerja, diketahui
sebagian besar menyatakan tidak setuju tentang prestasi kerja (Tabel 4.9)
Berdasarkan skor rata-rata motivasi intrinsik indikator prestasi kerja memiliki skor
sebesar 10,5 (Tabel 4.11) merupakan urutan ke tiga tertinggi, namun berbeda dengan
skor teoritis 16. Hal ini menunjukkan bahwa perawat pelaksana sebagian besar
kurang mementingkan prestasi kerja mereka termotivasi bekerja hanya untuk
memenuhi kebutuhan dasar semata.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat IGD menjelaskan bahwa
pelaksanaan asuhan keperawatan sampai kepada pendokumentasian asuhan
keperawatan merupakan tupoksi dan tanggung jawab yang harus mereka kerjakan,
namun perawat belum melaksanakan asuhan keperawatan secara maksimal dengan
alasan bahwa asuhan keperawatan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berpengaruh terhadap prestasi kerja, sehingga perawat merasa kurang termotivasi
melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik dan manajemen rumah sakit juga
kurang memberikan evaluasi atas hasil pelaksanaan asuhan keperawatan.
Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan (2005), menyatakan
bahwa setiap orang menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan. Pencapaian
prestasi dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan yang bersangkutan
untuk melakukan tugas-tugas berikutnya. Demikian juga dengan teori David C
McClelland dalam Handoko (2001), tentang motivasi berprestasi, adanya motivasi
berprestasi yang tinggi akan berhubungan dengan peningkatan kinerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Siboro (2011), yang meneliti
pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat pelaksana di RSUD Perdagangan
Kabupaten Simalungun, menyimpulkan bahwa prestasi kerja berpengaruh signifikan
terhadap kinerja perawat, namun berbeda dengan hasil penelitian Juliani (2007),
menngungkapkan bahwa prestasi kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja perawat di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.
c. Indikator Pengakuan Hasil Kerja
Hasil penelitian tentang motivasi intrinsik indikator pengakuan hasil kerja,
diketahui sebagian besar menyatakan tidak setuju tentang pengakuan hasil kerja
(Tabel 4.9) Berdasarkan skor rata-rata indikator pengakuan hasil kerja memiliki skor
sebesar 10,0 (Tabel 4.11) merupakan urutan ke tiga tertinggi, namun berbeda dengan
skor teoritis 16. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat pelaksana
kinerjanya kurang diakui oleh manajemen rumah sakit dalam memberikan asuhan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
keperawatan pasien IGD. Perawat bekerja hanya sebatas tuntutan kerja dan bekerja
apa adanya, karena yang diutamakan kebutuhan hidup yang lebih utama, sehingga
kurang termotivasi dalam menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat diperoleh jawaban bahwa
perawat pelaksana tidak ada diberikan bimbingan tentang bagaimana seharusnya
pemberian asuhan keperawatan dan apa manfaat dari pemberian asuhan keperawatan
sampai dengan pendokumentasian asuhan keperawatan serta kurangnya penghargaan
terhadap kinerja perawat.
Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan (2005), yang
menyatakan bahwa petugas yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi
pekerjaan yang memungkinkannya menggunakan kreativitas dan inovasinya, bekerja
dengan tingkat otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Pengakuan
terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan bisa melebihi
kepuasan yang bersumber dari kompensasi. Sejalan dengan pendapat Handoko
(2001), yang mengungkapkan bahwa motivasi intrinsik merupakan motivasi yang
berfungsi tanpa adanya rangsangan dari luar, dalam diri individu sudah ada suatu
dorongan untuk melakukan tindakan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Siboro (2011) tentang Pengaruh
Motivasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD
Perdagangan Kabupaten Simalungun, yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
secara signifikan, pengakuan hasil kerja terhadap kinerja perawat pelaksana.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d. Indikator Kemungkinan Pengembangan
Hasil penelitian tentang motivasi intrinsik indikator kemungkinan
pengembangan, diketahui bahwa sebagian besar menyatakan tidak setuju tentang
kemungkinan pengembangan (Tabel 4.9) Berdasarkan skor rata-rata indikator
kemungkinan pengembangan memiliki skor sebesar 9,5 (Tabel 4.11) merupakan skor
terendah kedua, dan berbeda dengan skor teoritis 16. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar perawat pelaksana belum optimal dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pasien IGD, karena mereka beranggapan manajemen rumah sakit kurang
memberikan kesempatan dalam hal pengembangan karir, sehingga kurang termotivasi
dengan baik dalam menyelesaikan pekerjaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat bahwa mereka menyatakan
tidak ada peluang untuk mengembangkan potensi dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien IGD sehari-hari walaupun hal tersebut merupakan
pekerjaan rutin dan merupakan tanggungjawab yang diwajibkan untuk dikerjakan,
akan tetapi tidak memberikan manfaat yang berarti. Hal ini memberikan masukan
bagi manajemen tentang perlunya suatu peraturan pemberian reward ataupun
punishment bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai
tujuan organisasi.
Hal ini sejalan dengan teori Herzberg dalam Hasibuan (2005), yang
menyatakan bahwa karyawan hendaknya diberi kesempatan untuk meningkatkan
kemampuannya misalnya melalui pelatihan-pelatihan, kursus dan juga melanjutkan
jenjang pendidikannya, karena hal ini memberikan kesempatan kepada karyawan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan rencana karirnya yang akan
mendorongnya lebih giat dalam bekerja.
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Siboro (2011) di RSUD
Perdagangan Kabupaten Simalungun yang meneliti pengaruh motivasi terhadap
kinerja perawat, mengungkapkan bahwa pengembangan perawat dinilai tidak jelas.
Dari data terlihat bahwa kesempatan mengikuti diklat dan melanjutkan pendidikan
sangat minim diberikan kepada perawat pelaksana.
2. Motivasi Ekstrinsik
Mengacu kepada hasil penelitian tentang motivasi ekstrinsik dengan indikator
(gaji, kondisi kerja, dan hubungan kerja) sebagai pembahasan diuraikan sebagai
berikut:
a. Indikator Gaji
Hasil penelitian tentang motivasi ekstrinsik indikator gaji, diketahui sebagian
besar menyatakan tidak setuju tentang gaji (Tabel 4.10) Berdasarkan skor rata-rata
indikator gaji memiliki skor paling tinggi, yaitu sebesar 10,7 (Tabel 4.11) berbeda
dengan skor teoritis 16. Hasil analisis penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa,
gaji yang diterima perawat pelaksana masih rendah dan belum sesuai dengan upah
minimum Kota Langsa serta tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari. Hal lain yang turut membuat perawat kurang termotivasi sebanyak 81,8% telah
berumah tangga (Tabel 4.1).
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat IGD mereka menyadari bahwa
sebagai pegawai sistem penggajiannya (kompensasi) telah ditetapkan oleh organisasi,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
namun belum mencukupi kebutuhan untuk hidup dan melaksanakan pekerjaan apa
adanya, sehingga kurang mendorong minat perawat untuk berforma baik
menyelesaikan pekerjaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh
Herzberg dalam Luthans (2003), bahwa tidak ada satu organisasipun yang dapat
memberikan kekuatan baru kepada tenaga kerjanya atau meningkatkan produktivitas,
jika tidak memiliki sistem kompensasi yang realistis dan gaji, apabila sistem
kompensasi dan penggajian diimplementasikan dengan benar akan memotivasi
pegawai. Demikian juga dengan pendapat Gibson et al. (1996) bahwa motivasi
ekstrinsik (imbalan yang berasal dari pekerjaan yang mencakup uang, status, promosi
dan rasa hormat) dapat menjadi motivator setiap karyawan untuk mencapai prestasi
kerja yang lebih baik, dengan memberi imbalan, perusahaan akan dapat
meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Siboro (2011) yang
mengungkapkan bahwa secara ektrinsik, yaitu gaji berpengaruh terhadap kinerja
perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap di
RSUD Perdagangan Kabupaten Simalungun, namun hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan Juliani (2007) di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi
Medan yang menyimpulkan bahwa gaji atau pendapatan yang diterima perawat tidak
berpengaruh terhadap kinerja perawat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Indikator Kondisi Kerja
Hasil penelitian tentang motivasi ekstrinsik indikator kondisi kerja, diketahui
sebagian besar menyatakan tidak setuju (Tabel 4.9) dan berdasarkan skor rata-rata
indikator kondisi kerja memiliki skor kedua tertinggi, yaitu sebesar 10,6 (Tabel 4.11)
berbeda dengan skor teoritis 16. Hasil analisis penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwa alur kerja, lingkungan kerja dan fasilitas belum sepenuhnya mendukung agar
perawat termotivasi untuk menangani kasus-kasus kegawatdaruratan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat bahwa kondisi kerja merupakan
faktor yang penting bagi perawat dalam melaksanakan tindakan perawatan di IGD,
karena dengan kondisi kerja yang baik maka dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dapat dilakukan dengan lebih baik pula, namun pihak manajemen rumah
sakit sangat minim perhatiannya. Seharusnya pihak manajemen rumah sakit
meningkatkan perhatian kepada perawat, memelihara kondisi kerja yang baik dan
komunikasi yang efektif, karena melalui komunikasi berbagai hal yang menyangkut
pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan kondisi kerja akan menjadi lebih baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh
Herzberg dalam Luthans (2003), bahwa kebutuhan rasa aman melalui kondisi kerja
yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh peralatan yang memadai,
karyawan akan merasa betah dan produktif dalam bekerja sehari-hari.
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Juliani (2007), yang
mengungkapkan bahwa motivasi dapat pula diciptakan dengan mengadakan
pengaturan kondisi kerja yang sehat. Hal ini menimbulkan motivasi kerja sehingga
keinginan seseorang untuk melakukan pekerjaan dalam bentuk keahlian,
keterampilan, tenaga dan waktunya untuk melaksanakan pekerjaan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Indikator Hubungan Kerja
Hasil penelitian tentang motivasi ekstrinsik indikator hubungan kerja,
diketahui sebagian besar responden menyatakan tidak setuju tentang hubungan kerja
(Tabel 4.10) dan berdasarkan skor rata-rata indikator hubungan kerja memiliki skor
terendah, yaitu sebesar 10,5 (Tabel 4.11). Hasil analisis penelitian di atas dapat
disimpulkan bahwa hubungan kerja sesama perawat, atasan dan bawahan serta
dengan rekan kerja kurang harmonis, sehingga kurang termotivasi bekerja dengan
baik dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat IGD bahwa hubungan kerja
merupakan faktor yang penting bagi perawat dalam melaksanakan tindakan
keperawatan, mereka menyadari bahwa adanya hubungan kerja yang kurang
harmonis antara sesama pegawai maupun atasan dan pihak manajemen rumah sakit
merupakan salah satu penyebab rendahnya motivasi perawat dalam melayani pasien.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh
Herzberg dalam Luthans (2003), untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik,
haruslah didukung oleh suasana atau hubunganÿÿerjaÿÿang harmonis pÿÿara sesama
pegawai maupun atasÿÿatkan ÿÿahan.
Robbins (2006), menyatakan hubungan antara atasan dan bawahan serta
hubungan sesama pegawai merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
organisasi. Hubungan menyangkut jalinan komunikasi baik vertikal, horizontal dan
diagonal. Pemahaman mengenai hubungan ini tergantung beberapa aspek diantaranya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
aspek individual yang mampu bekerjasama dan mempengaruhi kinerja dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien bagi organisasi.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Siboro (2011) yang
mengungkapkan bahwa secara ektrinsik, hubungan kerja berpengaruh terhadap
kinerja perawat di ruang rawat inap di RSUD Perdagangan Kabupaten Simalungun.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang penulisan, tujuan dan hipotesis penelitian maka
sebagai kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1. Faktor organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat di instalasi
gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.
2. Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat di instalasi gawat
darurat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.
3. Faktor organisasi dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat di
instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
4. Motivasi berpengaruh lebih besar terhadap kinerja perawat di instalasi gawat
darurat Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dengan nilai koefisien (B) 1,153.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian maka dapat disarankan upaya untuk
memperbaiki faktor organisasi dan motivasi perawat IGD, yaitu:
1. Kepada Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Langsa agar meningkatkan
peran kepemimpinan melalui pembinaan, bimbingan, pengawasan dengan cara
komunikasi dan tatap muka secara langsung terhadap perawat di instatalasi gawat
darurat sekaligus mengupayakan gaya kepemimpinan yang mampu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengakomodir berbagai karakteristik dari perawat sesuai dengan situasi dan
kondisi yang tepat.
2. Kepada Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Langsa agar mensosialisasikan
desain kerja pada seluruh perawat di lingkungan rumah sakit, sehingga para
perawat memahami secara benar mengenai kesesuaian kerja, kegiatan pencatatan,
dan pemenuhan tugas yang diterapkan serta dapat dipedomani dalam menjalankan
kegiatan di instalasi gawat darurat.
3. Kepada Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Langsa agar mengupayakan
pemberian reward dan punishment melalui peningkatan gaji atau insentif dan
pemberian penghargaan tidak hanya dalam bentuk sertifikat tetapi disesuaikan
dengan kebutuhan perawat sesuai dengan kemampuan manajemen.
4. Kepada Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Langsa agar mengupayakan
pelatihan khusus (BTCLS) kepada perawat yang bertugas di instalasi gawat
darurat bagi yang belum pernah mendapat pelatihan secara bergantian.
5. Kepada Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Langsa agar mengupayakan
aturan atau kebijakan khusus yang tegas kepada perawat di instalasi gawat darurat
melalui kegiatan pendisplinan korektif berupa pemberian sanksi sehingga
pelaksanaan asuhan keperawatan akan berjalan optimal.
6. Kepala ruangan melakukan supervisi dan bimbingan teknis secara rutin kepada
perawat, sehingga dapat memotivasi perawat untuk melaksanakan asuhan
keperawatan di instalasi gawat darurat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Arep, I dan Tanjung, H,. 2003. Manajemen Motivasi. PT. Gramedia, Jakarta.
Azwar, A. 1994. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara, Jakarta.
Davis, K, 2004. Fundamental Organization Behavior, Diterjemahkan Agus Dharma
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Depkes RI,1995. Standar Asuhan keperawatan dan Penilaian Evaluasi Pelaksana
Standar Asuhan keperawatan. Depkes RI, Jakarta.
_______, 1999, tentang Pedoman Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Perawat di Rumah
Sakit, Jakarta
_______, 2001. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Pelayanan Rumah Sakit, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI dan Universitas Indonesia 2005. Kajian Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat/General Emergency Life Support (GELS) di
Indonesia, Jakarta.
Fielder FE, 1967 : A Theory of Leadership Effectiveness, New York MC Grow Hill.
Gaffar, LO., 1999. Pengantar Keperawatan Profesional.EGC, Jakarta.
Gerungan, WA., 2000. Psikologi Sosial. Refika Aditama, Bandung.
Ghozali, I 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Ketiga,
BP-Universitas Diponegoro, Semarang.
Gibson, James, L.John M, Ivancevich dan James H. Donnelly, Jr., 1996. Organisasi :
Perilaku, Struktur, Proses, Binarupa Aksara, Jilid I, Diterjemahkan oleh :
Nunuk Adiarni, Edisi Kedelapan, Jakarta.
Girsang , R., 2005. Evaluasi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Waktu
Tanggap Petugas Kesehatan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2005. Tesis, Sekolah Pascasarjana,
Univeritas Sumatera Utara, Medan.
Gitosudarmo, I dan I Nyoman S, 1997. Perilaku Keorganisasian. Edisi Pertama
BPFE- UGM, Yogyakarta
Gomes, FC. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi Offset, Jakarta
Handoko,T.H., 2001. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi II,
Cetakan ke enam, BPFE -UGM, Yogyakarta.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasibuan, M.S.P., 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Cetakan
keenam, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
House, R. J & Shamir, B, 1993, “Toward an Integration of Transformational,
Charismatic and Visionary Theories of Leadership, Leadership Perspectives
and Research Directions: p.81-107. New York: Academic Press
Ilyas, Y, 2002. Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.
Krisanty, P, 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat, Trans Info Media, Jakarta
Juliani, 2007. Pengaruh Motivasi Intrinsik terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di
Instalasi Rawat Inap RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2007. Tesis. Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kozier B, Erb, G Olivieri R, 1991. Fundamentals of Nursing Consepts, proses and
practise 4 th. cd Addison wesey PublishingOmpany, Inc. California.
Kuswadi, 2004. Cara Mengukur Kepuasan Karyawan. Penerbit PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta
Lubis, M. 2007. Pengaruh Beban Kerja terhadap Efektivitas Kerja Perawat di
Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan, Tesis-IKM-USU, Medan
Luthans, F, 2003. Organization Behavior. Seventh Edition. McGraw-Hill, United
States Of America.
Mangkunegara, A.A.P, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Penerbit Rosda Karya, Bandung.
Marr, H., 2001. Penjaminan Kualitas dalam Keperawatan, Konsep, Metode dan Studi
Kasus, Penerbit Buku Kedokteran
Mas’ud, F, 2004. Survei Diagnosis Organisasional, Badan Penerbit-Undip, Semarang.
Mathis, R. L and Jackson, J. H. 2002, Human Resource Management 9th ed., Sadeli, J
and Hie, B. P (Alih Bahasa), Jakarta.
Mulyadi, 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. (Edisi
kedua). Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, YKPN,
Yogyakarta.
Norman, M, 2006. Analisis Strategi Pemasaran Instalasi Diagnostik Terpadu RSU
dr. Pirngadi Medan. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Nurachmad E., 2001. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit. Jakarta :
http//www.pdpersi.co.id
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nursalam, 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek,
Salemba Medika, Jakarta.
________, 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Salemba Medika. Jakarta.
Potter, P.A & Perry, A.G. 2005. Fundamental of Nursing Concepts, Process and
Practice. Third edition. St.Louis: Mosby Year Book
Rahmanto, I, 2002. Pemikiran Kinerja dan Imbalan, Suatu Alternatif Keluar dari
Krisis, www.feunpak.web.id/jima/isna.txt. Di akses tanggal 11 Maret 2011.
Rivai V, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke
Praktik, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Robbins, S.P., 2006. Perilaku Organisasi, Jilid I, (Edisi ke-10 terjemahan), PT.
Gramedia, Jakarta.
RSUD Langsa, 2012. Profil RSUD Langsa 2011
_______, 2012. Laporan Kegiatan RSUD Langsa 2012
Siagian, S.P. 2004. Manjemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kesepuluh Penerbit
Bumi Aksara, Jakarta.
Siboro, E,D.S, 2011. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di
Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun. Tesis. S2
IKM, FKM USU, Medan.
Sihotang, B.B.P., 2011. Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Perawat dalam
Pelayanan Kegawatdaruratan di RSUD Dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar. Tesis. PS S2 IKM, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sikumbang, M, 2010. Pengaruh Budaya Organisasi dan Insentif terhadap Kinerja
Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Pasien HIV/AIDS RSUP Haji Adam
Malik Medan. Tesis. PS S2 IKM, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Simamora, H, 2004. Manajemen Sumber daya Manusia, Edisi III, STIE YPKN,
Yogyakarta.
Singarimbun, M., Sofyan E., 1995. Metode Penelitian Survai, Cetakan 2, PT. Pustaka
LP2ES Indonesia, Jakarta.
Siregar, M, 2008. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Tapanuli Utara.
Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Stoner JAF., 1996. Management, Third Edition, Prentice - Hall International, Inc.,
New Jersey
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sujak, A, 1990. Kepemimpinan Manajer : Eksesistensinya dalam Perilaku Organisasi,
Pusdiklat Depdikbud, Cetakan pertama ,Penerbit CV Rajawali, Jakarta
Suwarto, 1999. Perilaku Keorganisasian, Penerbitan Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta.
Timpe, D.A., 2002. Motivasi Pegawai: Seri Sumber Daya Manusia. PT. Elex Media
Komputindo, Yogyakarta.
Triffin dan MacCormick, 1979. Industrial Psychology, Sixth Edition, Prentice-Hall,
New Delhi
Trisnantoro, L., 2005 Aspek Strategis Rumah Sakit. Andi, Yogyakarta.
Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Biro Hukum Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Werther, WB. and Davis, K, 1996. Human Resource and Personnel Management.
McGraw-Hill.
Yulk, 1994: Kepemimpinan dan Organisasi, Jakarta.
Zaidin, A., 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Professional, Widya Medika, Jakarta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Validitas dan Reliabilitas Pembinaan R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 7.1000 1.8172 1.3481 3
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
PM1 4.8333 .9023 .6505 .4586
PM2 4.7667 .8057 .4844 .6847
PM3 4.6000 1.0759 .4576 .6838
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 3
Alpha = .7021
Validitas dan Reliabilitas Bimbingan R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 6.8000 1.7517 1.3235 3
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
B1 4.6667 .9195 .4615 .7050
B2 4.4333 .8747 .5459 .5992
B3 4.5000 .8793 .5843 .5542
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 3
Alpha = .7106
Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Validitas dan Reliabilitas Pengawasan ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 7.3000 1.4586 1.2077 3
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
P1 4.8000 .7172 .5604 .6218
P2 4.8667 .6713 .6458 .5137
P3 4.9333 .8230 .4446 .7542
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 3
Alpha = .7258
Validitas dan Reliabilitas Kesesuaian Kerja
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 7.4667 1.4989 1.2243 3
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
KK1 4.9667 .7920 .4953 .6967
KK2 5.0000 .7586 .5462 .6364
KK3 4.9667 .7230 .5981 .5723
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 3
Alpha = .7247
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Validitas dan Reliabilitas Pencatatan Kegiatan ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 7.9667 1.3437 1.1592 3
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
CK1 5.2667 .6851 .5721 .6242
CK2 5.2667 .6851 .5721 .6242
CK3 5.4000 .6621 .5213 .6875
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 3
Alpha = .7314
Validitas dan Reliabilitas Pemenuhan Tugas ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 7.5667 1.5644 1.2507 3
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
PET1 5.0333 .8609 .4736 .8011
PET2 5.0667 .7540 .6247 .6341
PET3 5.0333 .7230 .6767 .5723
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 3
Alpha = .7583
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Validitas dan Reliabilitas Insentif Finansial ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 11.8333 5.9368 2.4366 4
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
F1 8.2333 4.3230 .4130 .7889
F2 9.0667 2.8230 .7652 .5973
F3 8.9333 3.1678 .6834 .6520
F4 9.2667 4.0644 .4574 .7712
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 4
Alpha = .7708
Validitas dan Reliabilitas Insentif Non Finansial ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 4.9333 .8230 .9072 2
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
NF1 2.4000 .2483 .6274 .
NF2 2.5333 .2575 .6274 .
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 2
Alpha = .7709
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Validitas dan Reliabilitas tanggung jawab ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 13.4333 4.6678 2.1605 4
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
TJ1 10.0000 2.6897 .8879 .8936
TJ2 10.0000 2.6897 .8879 .8936
TJ3 10.1333 2.8092 .7526 .9366
TJ4 10.1667 2.5575 .8315 .9128
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 4
Alpha = .9305
Validitas dan Reliabilitas Prestasi Kerja ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 10.5667 5.0126 2.2389 4
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
PR1 7.7667 3.0816 .7275 .8426
PR2 7.8667 2.8782 .6889 .8590
PR3 8.0667 2.6851 .8328 .7975
PR4 8.0000 3.1034 .6878 .8567
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 4
Alpha = .8750
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Validitas dan Reliabilitas Pengakuan Hasil Kerja ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 10.1333 4.3264 2.0800 4
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
PH1 7.5000 2.5345 .8375 .9224
PH2 7.6667 2.4368 .8764 .9099
PH3 7.5667 2.5299 .8151 .9296
PH4 7.6667 2.4368 .8764 .9099
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 4
Alpha = .9373
Validitas dan Reliabilitas Kemungkinan Pengembangan ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 9.4667 3.2920 1.8144 4
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
KP1 7.1000 2.0241 .7368 .9676
KP2 7.0667 1.7885 .9418 .9042
KP3 7.1000 1.8172 .9342 .9070
KP4 7.1333 1.9126 .8667 .9285
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 4
Alpha = .9451
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Validitas dan Reliabilitas Kemajuan ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 8.7667 1.9782 1.4065 4
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
KM1 6.4667 1.0851 .6960 .9407
KM2 6.5667 1.0816 .8639 .8672
KM3 6.6333 1.2057 .8598 .8751
KM4 6.6333 1.2057 .8598 .8751
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 4
Alpha = .9142
Validitas dan Reliabilitas Gaji ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 10.5667 7.4264 2.7251 4
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
G1 7.8333 4.0057 .7672 .8367
G2 7.9333 4.6851 .6512 .8788
G3 7.9667 4.3092 .7268 .8514
G4 7.9667 4.3782 .8331 .8144
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 4
Alpha = .8799
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Validitas dan Reliabilitas Kondisi Kerja ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 10.6667 6.3678 2.5235 4
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
KN1 8.0000 3.5862 .8450 .8981
KN2 7.9333 3.5816 .7998 .9146
KN3 8.0000 3.5862 .8450 .8981
KN4 8.0667 3.9264 .8345 .9046
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 4
Alpha = .9261
Validitas dan Reliabilitas Hubungan Kerja ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 10.5333 10.6023 3.2561 4
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
HK1 8.0000 6.3448 .9349 .9038
HK2 7.7667 6.0471 .8001 .9420
HK3 7.8333 5.8678 .8786 .9156
HK4 8.0000 6.0690 .8403 .9278
Reliability Coefficients
N of Cases = 30.0 N of Items = 4
Alpha = .9404
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Umur
6 18,2 18,2 18,2
18 54,5 54,5 72,7
9 27,3 27,3 100,0
33 100,0 100,0
18-25 Tahun
26-33 Tahun
34-50 Tahun
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Jenis Kelamin
9 27,3 27,3 27,3
24 72,7 72,7 100,0
33 100,0 100,0
Laki-laki
Perempuan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Masa kerja
9 27,3 27,3 27,3
17 51,5 51,5 78,8
7 21,2 21,2 100,0
33 100,0 100,0
1-5 tahun
6-10 tahun
> 10 tahun
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Status perkawinan
27 81,8 81,8 81,8
6 18,2 18,2 100,0
33 100,0 100,0
Kawin
Belum kawin
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pelatihan
21 63,6 63,6 63,6
12 36,4 36,4 100,0
33 100,0 100,0
Tidak pernah
Pernah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Lampiran 3. Uji Univariat dan Bivariat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pimpinan secara konsisten melaksanakan apa yang telah menjadi keputusan untuk
melaksanakan kegiatan Asuhan keperawatan di IGD
1 3.0 3.0 3.0
22 66.7 66.7 69.7
10 30.3 30.3 100.0
33 100.0 100.0
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pimpinan memberi perhatian pada setiap kelebihan beban kerja dalam pelaksanan
Asuhan keperawatan di IGD
3 9.1 9.1 9.1
16 48.5 48.5 57.6
14 42.4 42.4 100.0
33 100.0 100.0
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pimpinan menerima pendapat perawat pelaksana dalam mengambil
keputusan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD.
13 39.4 39.4 39.4
20 60.6 60.6 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pimpinan menyampaikan ide-ide atau gagasannya untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan di IGD
3 9.1 9.1 9.1
19 57.6 57.6 66.7
11 33.3 33.3 100.0
33 100.0 100.0
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pimpinan menyampaikan bimbingan/pengarahan untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan di IGD
2 6.1 6.1 6.1
17 51.5 51.5 57.6
14 42.4 42.4 100.0
33 100.0 100.0
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Sebelum dan sesudah menjalankan tugas, pimpinan selalu memberikan
umpan balik untuk rencana perbaikan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan di IGD
20 60.6 60.6 60.6
13 39.4 39.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pimpinan melakukan komunikasi langsung dengan perawat dalam
mendelegasikan tugas asuhan keperawatan di IGD
17 51.5 51.5 51.5
16 48.5 48.5 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pimpinan melakukan pengawasan atas pelaksanaan asuhan keperawatan di
IGD
18 54.5 54.5 54.5
15 45.5 45.5 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pimpinan melakukan evaluasi hasil pengawasan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan di IGD
21 63.6 63.6 63.6
12 36.4 36.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Statistics
Kepemimpinan
33
0
21.52
12
15
27
Valid
Missing
N
Mean
Range
Minimum
Maximum
Pekerjaan yang diberikan oleh organisasi kepada saya di IGD tidak menjadi
beban, karena pekerjaan ini sesuai dengan apa yang saya peroleh dalam
pendidikan formal.
17 51.5 51.5 51.5
16 48.5 48.5 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pekerjaan yang diberikan oleh organisasi kepada saya di IGD sesuai dengan
tupoksi
18 54.5 54.5 54.5
15 45.5 45.5 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pedoman kerja perawat khusus di IGD disesuaikan dengan karakteristik atau
jenis penyakit pasien
18 54.5 54.5 54.5
15 45.5 45.5 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Selain melakukan Asuhan keperawatan di IGD perawat juga melaksanakan
pencatatan kegiatan
8 24.2 24.2 24.2
25 75.8 75.8 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Selain melakukan Asuhan keperawatan di IGD perawat juga melaksanakan
pelaporan kegiatan
10 30.3 30.3 30.3
23 69.7 69.7 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pencatatan dan pelaporan dikerjakan tepat waktu
19 57.6 57.6 57.6
14 42.4 42.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Untuk mencapai cakupan kerja di IGD perawat diberikan tugas dalam bentuk
uraian tugas baku
18 54.5 54.5 54.5
15 45.5 45.5 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Target kerja perawat IGD sesuai dengan standar asuhan keperawatan
19 57.6 57.6 57.6
14 42.4 42.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Semua perawat IGD mengetahui dan mengerti tentang target kerja yang harus
di capai.
20 60.6 60.6 60.6
13 39.4 39.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Statistics
Desain kerja
33
0
22.55
8
18
26
Valid
Missing
N
Mean
Range
Minimum
Maximum
Selain gaji, perawat pelaksana di IGD juga diberikan insentif dalam bentuk
materi
1 3.0 3.0 3.0
7 21.2 21.2 24.2
25 75.8 75.8 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pemberian insentif perawat di IGD tepat waktu
19 57.6 57.6 57.6
7 21.2 21.2 78.8
7 21.2 21.2 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sistem penilaian dalam pemberian insentif perawat di IGD sesuai dengan
prestasi kerja
18 54.5 54.5 54.5
13 39.4 39.4 93.9
2 6.1 6.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Besar dan jenis insentif dalam bentuk tunai yang diberikan sesuai dengan
prestasi kerja perawat di IGD.
21 63.6 63.6 63.6
12 36.4 36.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Selain insentif, perawat pelaksana di IGD juga diberikan penghargaan dalam
bentuk non materi
20 60.6 60.6 60.6
13 39.4 39.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pemberian penghargaan disesuaikan dengan prestasi kerja
18 54.5 54.5 54.5
15 45.5 45.5 100.0
33 100.0 100.0
Tidak setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Statistics
Insentif
33
0
16.09
7
13
20
Valid
Missing
N
Mean
Range
Minimum
Maximum
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Statistics
Faktor organisasi
33
0
60.15
20
50
70
Valid
Missing
N
Mean
Range
Minimum
Maximum
Perawat pelaksana di IGD mampu mengambil inisiatif sendiri dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
1 3.0 3.0 3.0
15 45.5 45.5 48.5
17 51.5 51.5 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan perawat pelaksana di IGD bekerja
dengan penuh tanggung jawab.
1 3.0 3.0 3.0
15 45.5 45.5 48.5
17 51.5 51.5 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Perawat pelaksana di IGD berupaya memenuhi kebutuhan pasien secara
maksimal
2 6.1 6.1 6.1
17 51.5 51.5 57.6
14 42.4 42.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perawat pelaksana di IGD mengerjakan fungsi dan tugas sebagai perawat
pelaksana dengan benar
3 9.1 9.1 9.1
16 48.5 48.5 57.6
14 42.4 42.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Perawat pelaksana IGD bekerja sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam
asuhan keperawatan
11 33.3 33.3 33.3
19 57.6 57.6 90.9
3 9.1 9.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, hasil kerja perawat pelaksana di
IGD tetap diperhatikan oleh pihak manajemen rumah sakit
15 45.5 45.5 45.5
14 42.4 42.4 87.9
4 12.1 12.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Perawat pelaksana IGD merasa mampu memotivasi diri sendiri untuk
melaksanakan asuhan keperawatan
20 60.6 60.6 60.6
9 27.3 27.3 87.9
4 12.1 12.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perawat pelaksana IGD bekerja sesuai dengan jadwal yang telah dibuat
17 51.5 51.5 51.5
14 42.4 42.4 93.9
2 6.1 6.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
.
Perawat pelaksana memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan
diakui rekan kerja di IGD
15 45.5 45.5 45.5
17 51.5 51.5 97.0
1 3.0 3.0 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Perawat pelaksana diterima dan diakui oleh pasien IGD dalam memberikan
pelayanan
19 57.6 57.6 57.6
13 39.4 39.4 97.0
1 3.0 3.0 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien termasuk
dalam tim rekan kerja di IGD
16 48.5 48.5 48.5
16 48.5 48.5 97.0
1 3.0 3.0 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perawat pelaksana memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan tupoksi di IGD
19 57.6 57.6 57.6
13 39.4 39.4 97.0
1 3.0 3.0 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Perawat pelaksana di IGD melaksanakan asuhan keperawatan untuk
mengembangkan karier di bidang keperawatan
21 63.6 63.6 63.6
12 36.4 36.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Perawat pelaksana di IGD melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik
sebagai sarana untuk mencapai jabatan yang lebih tinggi
20 60.6 60.6 60.6
13 39.4 39.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Perawat pelaksana di IGD berupaya mencari informasi baru dalam
pengembangan profesi sebagai perawat
21 63.6 63.6 63.6
12 36.4 36.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Perawat pelaksana di IGD senantiasa meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan tentang asuhan keperawatan
21 63.6 63.6 63.6
12 36.4 36.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perawat pelaksana di IGD melaksanakan asuhan keperawatan karena
menginginkan mendapat promosi jabatan
23 69.7 69.7 69.7
9 27.3 27.3 97.0
1 3.0 3.0 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Perawat pelaksana di IGD melaksanakan asuhan keperawatan karena ingin
mengembangkan potensi diri yang dimiliki
26 78.8 78.8 78.8
6 18.2 18.2 97.0
1 3.0 3.0 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Perawat pelaksana di IGD melaksanakan asuhan keperawatan karena ingin
memenuhi standar pelayanan keperawatan
28 84.8 84.8 84.8
4 12.1 12.1 97.0
1 3.0 3.0 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Perawat pelaksana di IGD melaksanakan asuhan keperawatan karena ingin
mengikuti perkembangan di bidang keperawatan
28 84.8 84.8 84.8
4 12.1 12.1 97.0
1 3.0 3.0 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Statistics
33 33 33 33 33 33
0 0 0 0 0 0
13.67 10.48 10.03 9.48 8.94 52.61
8 8 8 4 8 28
8 8 8 8 8 40
16 16 16 12 16 68
Valid
Missing
N
Mean
Range
Minimum
Maximum
Tanggung
Jawab Prestas i kerja
Pengakuan
hasil kerja
kemungkinan
pengembang
an Kemajuan
Motivas i
intrins ik
Gaji yang diterima sudah sesuai dengan beban kerja sebagai perawat pelaksana di
IGD
1 3.0 3.0 3.0
13 39.4 39.4 42.4
12 36.4 36.4 78.8
7 21.2 21.2 100.0
33 100.0 100.0
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Pembayaran gaji tepat waktu
1 3.0 3.0 3.0
14 42.4 42.4 45.5
14 42.4 42.4 87.9
4 12.1 12.1 100.0
33 100.0 100.0
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Penghasilan yang saya terima sebagai perawat pelaksana di IGD mencukupi untuk
kebutuhan pokok
1 3.0 3.0 3.0
15 45.5 45.5 48.5
12 36.4 36.4 84.8
5 15.2 15.2 100.0
33 100.0 100.0
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gaji yang diterima perawat pelaksana di IGD sesuai dengan upah minimum
propinsi yang berlaku saat ini
16 48.5 48.5 48.5
12 36.4 36.4 84.8
5 15.2 15.2 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Lingkungan rumah sakit mendukung dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di IGD
16 48.5 48.5 48.5
13 39.4 39.4 87.9
4 12.1 12.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Fasilitas di rumah sakit mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di
IGD
14 42.4 42.4 42.4
14 42.4 42.4 84.8
5 15.2 15.2 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Alur kerja dalam rumah sakit mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan di
IGD
16 48.5 48.5 48.5
13 39.4 39.4 87.9
4 12.1 12.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Manajemen rumah sakit memonitor pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD
15 45.5 45.5 45.5
15 45.5 45.5 90.9
3 9.1 9.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan perawat pelaksana di IGD bekerja dalam
satu tim
2 6.1 6.1 6.1
15 45.5 45.5 51.5
12 36.4 36.4 87.9
4 12.1 12.1 100.0
33 100.0 100.0
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Rekan kerja memberikan dukungan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di IGD
2 6.1 6.1 6.1
13 39.4 39.4 45.5
10 30.3 30.3 75.8
8 24.2 24.2 100.0
33 100.0 100.0
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Kualitas hubungan kerja yang bersifat informal adalah hal yang penting dalam
melaksanakan asuhan keperawatan di IGD
3 9.1 9.1 9.1
10 30.3 30.3 39.4
14 42.4 42.4 81.8
6 18.2 18.2 100.0
33 100.0 100.0
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Melengkapi catatan asuhan keperawatan, untuk memudahkan perawat lain dalam
melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien yang sama di IGD
4 12.1 12.1 12.1
12 36.4 36.4 48.5
12 36.4 36.4 84.8
5 15.2 15.2 100.0
33 100.0 100.0
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat setuju
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Statistics
33 33 33 33 33
0 0 0 0 0
10.70 10.64 10.52 31.85 84.45
11 8 12 28 24
5 8 4 20 78
16 16 16 48 102
Valid
Missing
N
Mean
Range
Minimum
Maximum
Gaji Kondisi kerja
Hubungan
kerja
Motivas i
ekstrins ik Motivas i
Melakukan pengelolaan jalan nafas, dengan melakukan penghisapan (suction) bila ada
cairan
1 3.0 3.0 3.0
8 24.2 24.2 27.3
10 30.3 30.3 57.6
14 42.4 42.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Menjaga jalan nafas secara manual
2 6.1 6.1 6.1
7 21.2 21.2 27.3
9 27.3 27.3 54.5
15 45.5 45.5 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mengangkat kepala-dagu, bila pasien tidak sadar
2 6.1 6.1 6.1
9 27.3 27.3 33.3
8 24.2 24.2 57.6
14 42.4 42.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Mengangkat rahang, bila pasien tidak sadar
2 6.1 6.1 6.1
14 42.4 42.4 48.5
4 12.1 12.1 60.6
13 39.4 39.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Melakukan pemberian oksigen bila pasien tidak sadar dengan kanal hidung
7 21.2 21.2 21.2
11 33.3 33.3 54.5
3 9.1 9.1 63.6
12 36.4 36.4 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Melakukan pemberian oksigen bila pasien tidak sadar dengan masker oksigen
7 21.2 21.2 21.2
13 39.4 39.4 60.6
6 18.2 18.2 78.8
7 21.2 21.2 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Memberikan pernafasan buatan bila pasien tidak sadar
7 21.2 21.2 21.2
13 39.4 39.4 60.6
12 36.4 36.4 97.0
1 3.0 3.0 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Melakukan perabaan denyut nadi pada lengan bawah atau dibelakang ibu jari
8 24.2 24.2 24.2
14 42.4 42.4 66.7
9 27.3 27.3 93.9
2 6.1 6.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Melakukan perabaan denyut nadi pada sisi samping dari jakun
8 24.2 24.2 24.2
14 42.4 42.4 66.7
9 27.3 27.3 93.9
2 6.1 6.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Menentukan tingkat kesadaran (respon penderita)
8 24.2 24.2 24.2
14 42.4 42.4 66.7
9 27.3 27.3 93.9
2 6.1 6.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Memposisikan penderita dalam keadaan telentang
8 24.2 24.2 24.2
16 48.5 48.5 72.7
7 21.2 21.2 93.9
2 6.1 6.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Memeriksa pernafasan dengan palpasi
8 24.2 24.2 24.2
18 54.5 54.5 78.8
4 12.1 12.1 90.9
3 9.1 9.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Melakukan Teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP) bila tidak ada pulsasi
8 24.2 24.2 24.2
15 45.5 45.5 69.7
5 15.2 15.2 84.8
5 15.2 15.2 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Menerapkan Standar asuhan keperawatan IGD kepada pasien setiap hari
8 24.2 24.2 24.2
15 45.5 45.5 69.7
8 24.2 24.2 93.9
2 6.1 6.1 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Sangat Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Hasil kerja dapat dicapai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan pimpinan
8 24.2 24.2 24.2
17 51.5 51.5 75.8
8 24.2 24.2 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Volume pekerjaan yang dihasilkan selalu mencapai target yang sudah ditetapkan
pimpinan
8 24.2 24.2 24.2
16 48.5 48.5 72.7
9 27.3 27.3 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Membuat laporan kerja IGD setiap hari
10 30.3 30.3 30.3
14 42.4 42.4 72.7
9 27.3 27.3 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Mengisi rekam medis asuhan keperawatan IGD setiap hari
9 27.3 27.3 27.3
15 45.5 45.5 72.7
9 27.3 27.3 100.0
33 100.0 100.0
Tidak dilakukan
Kadang-kadang
dilakukan
Sering dilakukan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Statistics
33 33 33 33 33 33 33
0 0 0 0 0 0 0
12.12 7.21 4.30 8.52 32.15 10.12 42.27
12 9 6 12 36 10 42
4 3 2 4 13 5 18
16 12 8 16 49 15 60
Valid
Missing
N
Mean
Range
Minimum
Maximum
Airway (A) Breathing (B)
Circulation
(C) Disabil ity (D) Kualitas Kuantitas Kinerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Uji Bivariat
Correlations
1.000 .666**
. .000
33 33
.666** 1.000
.000 .
33 33
Pearson Correlation
Sig. (2-tai led)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tai led)
N
Kinerja
Faktor organisasi
Kinerja
Faktor
organisas i
Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlations
1.000 .766**
. .000
33 33
.766** 1.000
.000 .
33 33
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Kinerja
Motivas i
Kinerja Motivas i
Correlation is s ignificant at the 0.01 level
(2-tailed).
**.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Regression
Variables Entered/Removedb
Motivas i,
Faktor
organisas ia
. Enter
Model
1
Variables
Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Kinerjab.
Model Summary
.895a .800 .787 6.76
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Motivasi, Faktor organisasia.
ANOVAb
5496.029 2 2748.014 60.065 .000a
1372.517 30 45.751
6868.545 32
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors : (Constant), Motivas i, Faktor organisasia.
Dependent Variable: Kinerjab.
Coefficientsa
-121.552 14.994 -8.107 .000
1.105 .195 .483 5.664 .000
1.153 .158 .625 7.319 .000
(Constant)
Faktor organisasi
Motivas i
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardi
zed
Coefficien
ts
t Sig.
Dependent Variable: Kinerjaa.
Lampiran 4. Hasil Uji Regresi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA