faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja …
TRANSCRIPT
i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
MOTIVASI KERJA PETUGAS KESEHATAN DI
PUSKESMAS: TINJAUAN SISTEMATIS
Oleh :
MARIA USMAYANTI
1613201032
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2020
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
MOTIVASI KERJA PETUGAS KESEHATAN DI
PUSKESMAS: TINJAUAN SISTEMATIS
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh :
MARIA USMAYANTI
1613201032
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2020
iii
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAN STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 31 Agustus 2020
MARIA USMAYANTI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA
PETUGAS KESEHATAN DI PUSKESMAS : TINJAUAN SISTEMATIS
Motivasi kerja mempunyai maksud dan tujuan yang sangat luas dalam rangka
pengembangan organisasi tersebut, antara lain untuk mendorong gairah dan semangat
kerja pegawai yang akhirnya akan meningkatkan kinerja, produktivitas kerja, dan
meningkatkan kedisiplinan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubung dengan motivasi kerja petugas kesehatan di Puskesmas.
Metode tinjauan sistematis melalui review jurnal diakses dar2 basis data yaitu dari
Garuda Ristekbrin, dan Google Schoolar. Setelah dilakukan review pada literature
ditemukan 3 jurnal yang berkaitan dengan, motivasi kerja petugas kesehatan di
Puskesmas. 2 jurnal metode Survei Analitik dengan desain penelitian Cross Sectional
dan 1 jurnal metode kolerasi dan observasi dengan pendekatan secara Cross
Sectional. Karakter inklusi literatur adalah dari publikasi penelitian 5 tahun terakhir,
(2015-2020), keseluruhan jurnal berasal dari dalam negeri dan dalam Bahasa
Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan
tanggung jawab, hubungan interpersonal, kondisi kerja, pengawasan, dan
kepemimpin berhubungan dengan motivasi kerja sedangkan motivasi kerja
berdasarkan Maslow’s Model berdasarkan pengakuan dan penghargaan dapat
mempengaruhi kinerja petugas kesehatan. Simpulan penelitian ini adalah otivasi kerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya faktor tanggung, hubungan
interpersonal, kondisi kerja, pengawasan dan kepemimpinan.
Kata Kunci : Motivasi Kerja, Motivasi, Petugas Kesehatan
iv
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Student Thesis, 26 August 2020
MARIA USMAYANTI
FACTORS RELATED TO THE MOTIVATION OF HEALTH WORKERS'
WORK IN PUBLIC HEALTH CENTERS: SYSTEMATIC REVIEW
Work motivation has a very broad purpose and purpose in the framework of
the development of the organization, among others to encourage the passion and work
spirit of employees that will eventually improve performance, work productivity, and
improve work discipline.
This research aims to find out the factors related to the work motivation of health
workers in puskesmas. The method of systematic review through journal review is
accessed from 2 databases namely: Garuda Ristekbrin, and Google Schoolar. After a
review of literature found 3 journals related to, the motivation of the work of health
workers in puskesmas. 2 journals of the Analytical Survey method with Cross
Sectional research design and 1 journal of coleration and observation methods with
cross sectional approach. The character of inclusion of literature is from the
publication of research 5 years ago, (2015-2020), the entire journal comes from
domestic and in Bahasa Indonesia. The results showed that factors related to
responsibility, rpersonal relationships, working conditions, supervision, and
leadership were related to work motivation while work motivation based on Maslow's
Model based on recognition and appreciation could affect the performance of health
workers. The conclusion of this study is that workotivasi is influenced by several
factors including liability factors, interpersonal relationships, working conditions,
supervision and leadership.
Keywords : Work Motivation, Motivation, Health Workers
vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis bernama Maria Usmayanti yang dilahirkan di
Penantian, 15 Maret 1999, anak kedua dari 2
bersaudara dari pasangan Bpk. Usman dan Ibu Ida
Royani. Penulis beragama Islam dan beralamat di Desa Penantian Kec.
Pasemah Air Keruh Kab. Empat Lawang.
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh Penulis:
2004 – 2010 SD Negeri 4 Paiker
2010 – 2013 SMP Negeri 1 Paiker
2013 – 2016 SMA Negeri 1 Sekayu
2016 – 2020 S1 Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada Palembang
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan kepada :
Ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa mendoakanku;
Ayah (Usman) dan Ibu (Ida Royani), selalu saya ucapkan terima kasih karena
kalian sudah melahirkan saya, membesarkan saya dengan penuh kasih sayang,
mendo’akan saya, serta memberikan nasehat dan dukungan baik moral maupun
material agar saya dapat menggapai cita-cita dan menjadi orang yang sukses dunia
dan akhirat.
Saudaraku yang tercinta yang mengharapkan keberhasilanku;
Kakakku (Zando), saya ucapkan terima kasih telah memberikan semangat
kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini dan keluarga saya terima kasih atas
nasehat dan do’anya.
Motto: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al
Baqarah : 286)
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat (STIK) Bina Husada. Dengan selesainya
penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang
telah membantu, yakni :
1. Bapak Dr. Amar Muntaha, SKM, M.kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bina Husada Palembang.
2. Ibu Maria Ulfa, SKM, MPH selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat STIK Bina Husada Palembang
3. Ibu Endah Widya Purnamasari, SKM, M.kes selaku pembimbing
4. Ibu Dian Eka Anggreny, SKM, M.kes selaku penguji 1
5. Ibu Dewi Suryanti, SST, M.Kes selaku penguj 2
6. Seluruh Staff yang telah memberi bimbingan dan bantuan selama proses
penulisan skripsi..
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan kesempurnaan. Semoga skripsi bermanfaat bagi pihak yang
memerlukan dan bagi siapa saja yang membacanya.
Palembang, 27 Agustus 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUSUL ............................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DAN SPESIFIKASI .......................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... v
PANITIA SIDANG SKRIPSI ............................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ............................................... vii
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................ 4
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 4
1.5 Peneliian Terkait ................................................................................... 6
BAB II METODE PENELITIAN
2.1 Metode Pencarian ................................................................................. 8
2.1.1 Sumber Pencarian ....................................................................... 8
2.1.2 Strategi Pencarian ......................................................................... 8
2.2 Seleksi Studi .......................................................................................... 9
2.2.1 Strategi Seleksi Studi ................................................................. 9
xi
2.2.2 Kriteria Inklusi ......................................................................... 10
2.3 Kriteia Kualitas Studi ......................................................................... 11
2.4 Ekstraksi Data .................................................................................... 11
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil .................................................................................................... 15
3.1.1 Karakteristik studi ..................................................................... 15
3.1.2 Hasil lain berdasarkan item tujuan penelitian ........................... 15
3.2 Pembahasan ......................................................................................... 16
3.2.1 Jurnal yang paling Signifikan mengenai motivasi kerja
petugas kesehatan di Puskesmas .............................................. 16
3.2.2 Siapa yang paling aktif dan berpengaruh dalam penelitian
mengenai motivasi kerja petugas kesehatan di Puskesmas ...... 20
3.2.3 Jenis kumpulan data apa yang diguanakan untuk penelitian
mengenai motivasi kerja petugas kesehatan di Puskesmas ...... 22
3.2.4 Metode yang digunakan penelitian mengenai motivasi kerja
petugas kesehatan di Puskesmas ............................................... 23
3.2.5 Kerangka Kerja yang diusulkan untuk penelitian mengenai
motivasi kerja petugas kesehatan di Puskesmas ....................... 22
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
1.5 Penelitian Terkait ................................................................................................. 6
2.1 Strategi Pencarian................................................................................................. 8
2.2 Kriteria Inklusi ..................................................................................................... 10
2.3 Kriteria Kualitas Studi ......................................................................................... 11
2.4 Tabel Ekstraksi Data ........................................................................................... 11
xiii
DAFTAR BAGAN
2.1 Diagram Flow PRISMA 2009 ............................................................................ 9
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Artikel Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Kerja Pegawai Di
Puskesmas Kuamang Kecamatan Panti Tahun 2016
2. Artikel Motivasi Kinerja Penanggungjawab Upaya Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan Maslow’s Model
3. Artikel Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Kota Yogyakarta
4. Penelitian Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Motivasi Kerja
Karyawan di Puskesmas Paya Bakong Aceh Utara
5. Penelitian Terkait Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Kerja
Karyawan Puskesmas Gunung Alam Kecamatan Arga Makmur Kabupaten
Bengkulu Utara Tahun 2016
6. Penelitian Terkait Motivasi Dan Kepuasaan Pegawai Puskesmas BLUD dan
non-BLUD Kapubaten Semarang
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan nasional pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara social dan ekonomis.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar
upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah
dilaksanakan oleh periode sebelumnya. (Kemenkes RI, 2015)
Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM kesehatan) menjadi salah satu
sumber daya dibidang kesehatan yang sangat strategis. Ketersediaan SDM kesehatan
yang tidak mencukupi, baik jumlah, jenis, dan kualifikasi serta distribusi yang tidak
merata, menimbulkan dampak terhadap rendahnya akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan berkualitas. Pasal 21 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
menyatakan bahwa “Pemerintah mengatu rperencanaan pengadaan, pendayagunaan,
serta pembinaan dan pengawasan mutu SDM Kesehatan dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. (Gustin, 2016).
1
2
Motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan batin yang mendorong manusia
untuk berperilaku dalam berbagai cara. Oleh karena itu, motivasi merupakan bagian
yang sangat penting dari studi individualitas manusia. Kekuatan motivasi timbul
sebagai akibat dari kebutuhan yang harus dipenuhi. Dengan demikian, keadaan
ketegangan atau ketidak seimbangan terjadi yang merangsang tindakan untuk
mendapatkan kepuasan. (Amirul Mukminin dkk, 2019: 56)
Motivasi kerja didalam suatu organisasi mempunyai maksud dan tujuan yang
sangat luas dalam rangka pengembangan organisasi tersebut, antara lain untuk
mendorong gairah dan semangat kerja pegawai atau karyawan yang akhirnya akan
meningkatkan kinerja, produktivitas kerja, dan meningkatkan kedisiplinan kerja
(Gustin, 2016).
Menurut World Health Organisation (WHO) bahwa Indonesia masuk dalam 5
negara dengan motivasi tenaga kesehatannya paling rendah, selain Vietnam,
Argentina, Nigeria dan India. Hal ini disebabkan dari aspek pemenuhan kesejahteraan
(Gustin, 2016).
Banyak faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja pada petugas
kesehatan di Puskesmas, hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa faktor
tanggung jawab, hubungan interpersonal, kondisi kerja dan pengawasan berhubungan
dengan motivasi kerja pegawai di Puskesmas (Gustin, 2016). Ada hubungan antara
kepemimpinan dengan motivasi kerja tenaga kesehatan di Puskesmas (Rusmitasar,
2020).
3
Hasil kinerja yang baik ditunjukkan dengan adanya motivasi dari para
pegawainya hal ini dapat dilihat dari pencapaian kerja atas program dan kegiatan
yang dilakukan oleh kepala puskesmas dan seluruh pegawai yang ada di puskesmas
tersebut (Gumilang, 2018).
Sehingga menjadi penting membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan motivasi kerja tenaga kesehatan di Puskesmas karena sudah ada penelitian
menyatakan bahwa motivasi kerja sangatlah menentukan keberhasilan dalam
pelaksanaan tugas pelayanan pada masyarakat khususnya di bidang kesehatan yang
nantinya akan berimbas pada peningkatan capaian kinerja puskesmas secara
keseluruhan.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja petugas kesehatan di
Puskesmas dengan metode Sistematic Riview.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut”
apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja petugas kesehatan di
puskesmas?”.
4
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Manakah Jurnal yang paling signifikan mengenai motivasi kerja petugas
kesehatan di Puskesmas?
2. Siapa yang paling aktif dan berpengaruh dalam penelitian mengenai motivasi
kerja petugas kesehatan di Puskesmas?
3. Jenis kumpulan data apa yang digunakan untuk penelitian mengenai motivasi
kerja petugas kesehatan di Puskesmas?
4. Metode apa yang digunakan untuk penelitian mengenai motivasi kerja petugas
kesehatan di Puskesmas?
5. Kerangka kerja apa yang di usulkan untuk penelitian mengenai motivasi kerja
petugas kesehatan di Puskesmas?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja petugas
kesehatan di Puskemas.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi manakah Jurnal yang paling signifikan mengenai motivasi
kerja petugas kesehatan di Puskesmas
2. Mengidentifikasi siapa yang paling aktif dan berpengaruh dalam penelitian
mengenai motivasi kerja petugas kesehatan di Puskesmas
5
3. Mengidentifikasi jenis kumpulan data apa yang digunakan untuk penelitian
mengenai motivasi kerja petugas kesehatan di Puskesmas
4. Mengidentifikasi metode apa yang digunakan untuk penelitian mengenai
motivasi kerja petugas kesehatan di Puskesmas
5. Mengidentifikasi Kerangka kerja apa yang diusulkan untuk penelitian
mengenai motivasi kerja petugas kesehatan di Puskesmas
6
1.5 Penelitian Terkait
Tabel 1.1
Penelitian terkait
No Penulis, Judul Hasil Penelitian Kesimpulan
1 Nur
Hasmalawati &
Winda Putri
Diah Restya,
Hubungan
Kualitas
Kehidupan
Kerja Terhadap
Motivasi Kerja
Karyawan di
Puskesmas Paya
Bakong Aceh
Utara
Hasil penelitian menunjukkan ada
pengaruh kualitas kehidupan kerja
terhadap motivasi kerja karyawan.
Pengaruh kualitas kehidupan kerja
terhadap motivasi kerja sebesar
42,3 % dengan nilai F 38,199 dan
nilai p 0,000
adanya pengaruh
kualitas kehidupan
kerja terhadap
motivasi kerja
karyawan
2 Wulandari,
Nuche
Marlianto &
Fiya Diniarti,
Faktor-Faktor
Yang
Berhubungan
Dengan
Motivasi Kerja
Karyawan
Puskesmas
Gunung Alam
Kecamatan Arga
Makmur
Kabupaten
Bengkulu Utara
Tahun 2016
Hasil uji statistik menunjukkan
ada hubungan antara lingkungan
kerja (p
value = 0,030), partisipasi (p
value = 0,014) dengan motivasi
kerja pada Klinik Gunung Alam
2016.
Berdasarkan hasil
penelitian terdapat
hubungan yang
bermakna antara
lingkungan kerja
dan motivasi
karyawan dengan
partisipasi di Klinik
Gunung Alam di
tahun 2016.
3 Aswindar Adhi
Gumilang, Tri
Pitara
Mahanggoro &
Qurrotul Aini,
Motivasi dan
kepuasan kerja
didapatkan bahwa ada perbedaan
motivasi kerja pegawai puskesmas
BLUD dan non-BLUD. Nilai Sig.
(P-value) variabel kepuasan kerja
sebesar 0.02, lebih kecil dari nilai
α (0.05) hal ini menunjukan
bahwa ada perbedaan kepuasan
terdapat perbedaan
motivasi kerja dan
kepuasan kerja
pegawai puskesmas
BLUD dan non-
BLUD. Kepuasan
kerja pegawai puske
7
pegawai
puskesmas
BLUD dan non-
BLUD
Kabupaten
Semarang
kerja pegawai puskesmas BLUD
dan non-BLUD. Rata-rata
motivasi pegawai non-BLUD
sebesar 76.59, lebih kecil dari
rata-rata pegawai BLUD yaitu
sebesar 78.25
tinggi daripada
pegawai puskesmas
non-BLUD sehingga
pemeritah daerah
hendaknya
mengevaluasi
kembali kebutuhan
fisik dan kebutuhan
akan status pegawai
puskesmas BLUD
dan non-BLUD
untuk dapat
meningkatkan
motivasi kerja
pegawai dan
kepuasan kerja
pegawai puskesmas
BLUD dan non
BLUD.
8
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Metode Pencarian
2.1.1 Sumber Pencarian
Untuk mengidentifikasi studi yang relevan, pencarian melalui data base yaitu
Garuda Ristekbrin dan Google Schoolar yang terideks SINTA.
2.1.2 Strategi Pencarian
Pencarian literature menggunakan pendekatan PICO berdasarkan kata kuncis
ebagai berikut :
Tabel 2.1
Strategi Pencarian
Population (Populasi) Intervention
(Intervensi)
Comparison
(Perbandingan)
Outcomes
(Hasil)
Konsep Utama Konsep Utama Konsep Utama Konsep Utama
Petugas kesehatan
Motivasi - Faktor-faktor
motivasi kerja
Sinonim/Istilah
Pencarian
Sinonim/Istilah
Pencarian
Sinonim/Istilah
Pencarian
Sinonim/Istilah
Pencarian
- Pegawai puskesmas
- Penanggungjawab
Program upaya
kesehatan
- tenaga kesehatan
- -
-
8
9
2.2 Seleksi Studi
2.2.1 Seleksi Studi berpedoman pada Diagram PRISMA (2009)
Bagan 2.1
Diagaram Flow Prisma
Diagram Flow PRISMA 2009
Identifikasi Artikel
Basis Data :Garuda Ristekbrin
Batasan Pencarian : Artikel Berbahasa
Indonesia (n= 4.446)
Artikel tambahan
diidentifikasi melalui
sumber lain (n=1)
Artikel yang dikeluarkan atas judul, abstrak dan kata kunci
(n=96)
Artikel disaring (6=) Artikel dikecualikan (n=90)
Artikel teks lengkap dikecualikan
dengan alasan (n=3)
Artikel teks lengkap
dinilai untuk
kelayakannya (n=3)
Artikel yang relevan
(n=3)
10
Berdasarkan hasil pencarian didapatkan sebanyak 4.447 artikel yang dianggap
sesuai dengan kata kunci dari kedua sumber, kemudian dijadikan satu lalu dilakukan
screening pada abstrak dan judul artikel yang didapat. Setelah dilakukan screening
didapatkan ada 96 artikel yang judulnya sama, dari 4.447 artikel ini kemudian di
screening berdasarkan kelayakannya sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi
didapatkan 3 artikel untuk selanjutnya dilakukan review.
2.2.2 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi studi ditetapkan berdasarkan item PICOS
Tabel 2.2
Krtiteria Inklusi
Participant/Population
(Populasi)
Pegawai, Tenaga Kesehatan dan
Penanggungjawab Program di Puskesmas
Intervention (Intervensi) Motivasi
Comparison (Perbandingan) -
Outcomes (Hasil) Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan motivasi kerja
Study Design Cross Sectional
11
2.3 Kriteria Kualitas Studi
Kriteria inklusi studi diterapkan berdasarkan item PICOS
Table 2.3
Kriteria Kualitas Studi
Pencarian Literatur Dipublikasikan hanya dari jurnal
terindek SINTA
Batas Pencarian 2015-2020
Skrining/Penyaringan Full text dengan 2 penulis/peninjau
Abstraksi Data Satu orang mengabstraksi data
sementara yang lain memverifikasi
Risiko Penilaian Bias Satu orang menilai sementara satu
orang yang lain memverifikasi
Apakah dua Penulis akan secara mandiri
menilai studi
Ya
Proses penilaian Full teks
Bagaimana perbedaan pendapat akan
dikelola
Perbedaan pendapat akan dikelola oleh
orang yang ahli
Alat Penilaian Risiko Bias/Alat Penilai
Kualitas Bias
-
2.4 Ekstraksi Data
Data studi akan diekstraksi menggunakan format standar dan dimasukkan
kedalam tabel 2.4
12
No Penulis Tahun
Publikasi Judul
Populasi/
Sampel Metode Hasil
1 Rahmi
Kurnia
Gutin,
Yuhend
ri Putra,
&
Novia
Delita
2016 Faktor-
faktor
yang
berhubung
an dengan
motivasi
kerja
pegawai di
Puskesmas
Kuamang
Panti
Tahun
2016
pegawai
Puskesmas
40 orang
Survei
analitik,
Cross
Sectional
1. Tanggung jawab
diketahui bahwa lebih
dari sebagian reponden
yaitu 25 responden
(5=62,5%) memiliki
tanggung jawab yang
rendah. Adanya
hubungan yang
bermakna antara
tanggung jawab dengan
motivasi kerja pada
pegawai dimana nilai
(p=0.0001)
2. Hubungan interpersonal
dikehaui bahwa
sebagaian responden
yaitu 20 responden
(50%) memilki hubungan
interpersonal kurang
baik. Adanya hubungan
bermakna bermakna
antara hubungan
interpersonal dengan
motivasi kerja pada
pegawai dimana nilai
(p=0.0011)
3. Kondisi kerja
dikehui bahwa lebih dari
sebagian responden yaitu
23 reponden (57,5%)
dengan kondisi kerja
kurang baik. Adanya
hubungan bermakna
antara kondisi kerja
dengan motivasi kerja
pada pegawai dimana
nilai (p=0.006)
4. Pengawasan
diketahui bahwa lebih
13
dari sebagian responden
yaitu 22 responden
(55%) dengan
pengawasan pegawai
yang rendah. Adanya
hubungan bermakna
antara pengawasan
dengan motivasi kerja
pada pegawai dimana
nilai (p=0,002).
2 Zahrotu
l
Wathon
iyah,
Husnul
Khotim
ah, &
Bagus
Supriya
di
2019 Motivasi
Kinerja
Pada
Penanggu
ng Jawab
Upaya
Kesehatan
Masyaraka
t
Bersadark
an
Maslow’s
Model
Penanggungj
awab
program
Puskesmas
30 orang
Korelasi
dan
observasi
, Cross
Sectional
Motivasi kerja reponden
berdasarkan Maslow’s
Model dikategorikan sangat
baik sebanyak 21 reponden
(70%). Secara spesifik
distribusi frekuensi motivasi
kerja berdasarkan Maslow’s
Model dari hasil penelitian,
sebagai beikut:
1. Motivasi Maslow’s
Model berdasarkan
kebutuhan fisiologis
responden sangat baik
sebanyak 17 responden
(56%).
2. Motivasi Maslow’s
Model berdasarkan
kebutuhan keamanan dan
keselamatan responden
baik dan sangat baik
masing-masing sebanyak
14 reponden (46,7%)
3. Motivasi Maslow’s
Model berdasarkan
kebutuhan sosial
responden sangat baik
sebanyak 21 responden
(70%)
4. Motivasi Maslow’s
Model berdasarkan
kebutuhan sangat baik
14
sebanyak 21 responden
(76,7%)
5. Motivasi Maslow’s
Model berdasarkan
kebutuhan aktualisasi
diri sangat baik 23
responden (76,7%).
3 Heni
Rusmit
asari &
Ahmad
Ahid
Muday
ana
2020 Kepemim
pinan dan
Motivasi
Kerja
Tenaga
Kesehatan
di
Puskesmas
Kota
Yogyakart
a
Tenaga
Kesehatan
289 orang
Analitik,
Cross
Sectional
1. Sebagian besar
responden berpendapat
bahwa pimpinan di
tempat kerja memiliki
kepemimpinan yang
baik (56,1%). Motivasi
responden dalam
bekerja juga sebagian
besar adalah tinggi
(57,4%)
2. Sejumlah responden
yang menilai sosok
kepemimpinan di
Instansi kerjanya
kurang baik, lebih
didominasi dengan
motivasi kerja
responden yang rendah
(62,2%). Sebaliknya
pada pimpinan yang
baik, responden dalam
bekerja menunjukkan
motivasi yang tinggi
(72,8%). adanya
hubungan antara
kepemimpinan dengan
motivasi kerja pada
tenaga kesehatan di
Puskesmas Kota
Yogyakarta (p=0,000)
15
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Karakteristik Studi
Tinjauan Sistematis melalui riview jurnal didapatkan tiga jurnal yang
memenuhi kriteria inklusi dengan satu tujuan pembahasan yang sama berdasarkan
topik faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja petugas kesehatan di
Puskesmas. Tiga artikel ini memenuhi syarat studi metode kuantitatif dengan
rancangan penelitian cross sectional dengan pupulasi/sampel masing-masing yaitu,
pegawai puskesmas 40 responden, tenaga kesehatan 289 responden, dan
penanggungjawab program upaya kesehatan 30 responden, uji statistik yang
digunakan dari 3 artikel ini yaitu 2 artikel menggunakan uji statistik Chi-Square dan
uji statistik Spearman Rho.
3.1.2 Hasil Lain Berdasarkan Item Tujuan Penelitian
Berdasarkan hasil pencarian didapatkan beberapa jurnal yang dianggap
memiliki tujuan yang sama dengan penelitian, dari beberapa jurnal tersebut
didapatkan tiga jurnal yang selanjutnya dilakukan riview, penelitian ini sesuai dengan
kriteria inklusi dan terindeks SINTA, 2 jurnal dengan desain studi survei analitik
cross sectional dan 1 jurnal dengan desain studi kolerasi dan observasi cross
sectional menggunakan alat ukur kuesioner.
15
16
3.2 Pembahasan
3.2.1 Jurnal yang paling signigfikan mengenai motivasi kerja petugas kesehatan di
Puskesmas
Dari tiga jurnal yang direview terdapat 1 jurnal yang paling signifikan dengan
penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja petugas
kesehatan di Puskesmas, yaitu jurnal dengan judul “faktor-faktor yang berhubungan
dengan motivasi kerja pegawai di Puskesmas Kuamang Kecamatan Panti Tahun
2016” yang ditulis oleh Rahmi Kunia Gustin, Yuhendri Putra & Novia.
Rahmi Kurnia Gustin, Yuhendri Putra & Novia Delita (2016) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tanggung
jawab dengan motivasi kerja pada pegawai dimana nilai (p=0,0001), ada hubungan
yang bermakna antara hubungan interpersonal dengan motivasi kerja pada pegawai
dimana nilai (p=0,011), ada hubungan yang bermakna antara kondisi kerja dengan
motivasi kerja pada pegawai dimana nilai (p=0,006) serta ada hubungan yang
bermakna antara pengawasan dengan motivasi kerja pada pegawai dimana nilai
(p=0,002).
Zahrotul Wthiniyah, Husnul Khotimah & Bagus Supriyadi dalam penelitiannya
menyatakan dari 30 responden diketahui 17 responden (56%) menunjukkan bahwa
motivasi Maslo w’s Model berdasarkan kebutuhan fisiologi sangat baik, 14
responden (46,7%) menunjukkan bahwa motivasi Maslow’s Model berdasarkan
keamanan dan kesela-matan baik dan sangat baik, 21 responden (70%) menujukkan
bahwa motivasi Maslow’s Model berdasarkan kebutuhan sosial dan kebutuhan
17
penghargaan sangat baik, 23 responden (86,7%) menunjukkan bahwa motivasi
Maslow’s Model berdasarkan kebutuhan aktualisasi diri sangat baik. Uji statistik
Spearman Rho dengan derajat bermakna p ≤ 0,05. Didapatkan p value 0,000 yang
berart Ho ditolak H1 diterima maka, ada hubungan motivasi kerja berdasarkan
Maslow’s Model dengan Kinerja Penanggungjawab Upaya Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Tlogosari.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Heni Rusmitasari & Ahmad Ahid
Mudaya dalam penelitiannya menyatakan bahwa sejumlah reponden yang menilai
kepemimpinan di Instansi kerjanya kurang baik lebih didominasi dengan motivasi
kerja responden yang rendah (62,2%). Sebaliknya pada kepemimpinan yang baik,
responden dalam bekerja menunjukkan motivasi tinggi (72,8%). Hal ini menunjukkah
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan dengan motivasi kerja
tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Yogyakarta.
Menurut teori Hezberg (1923-2000), motivasi kerja seseorang dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu ada dua instrinsik dan ekstrinsik dimana faktor instrinsik
sudah ada dalam diri karyawan/pegawai seperti prestasi, penghargaan, tanggung
jawab, pekerjaan itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu berasal dari luar diri
karyawan/pegawai seperti kondisi kerja, gaji, kebijakan perusahaan, pengawasan dan
keamanan kerja.
Penelitian Nur Hasmalawati & Winda Putri Diah Restya didapatkan bahwa
ada pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap motivasi kerja karyawan. Pengaruh
kualitas kehidupan kerja terhadap motivasi kerja sebesar 42,3 % dengan nilai F
18
38,199 dan nilai p 0,000. Wulandari, Nuche Marlianto & Fiya Diniarti didapatkan
bahwa ada hubungan antara lingkungan kerja (p value = 0,030), partisipasi (p value =
0,014) dengan motivasi kerja pada Klinik Gunung Alam 2016, dan Penelitian
Aswindar Adhi Gumilang, Tri Pitara Mahanggoro & Qurrotul Aini didapatkan
bahwa sebagian besar persepsi responden pegawai puskesmas non BLUD
menyatakan setuju 76.09% pada indikator kebutuhan akan status dan setuju 75.85%
pada indikator kebutuhan akan rasa aman, hal ini menggambarkan bahwa pegawai
puskesmas non-BLUD memiliki kebutuhan akan status dan kebutuhan akan rasa
aman dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya sehari-hari.
Berdasarkan dari review jurnal, teori dan penelitian terkakit maka penulis
berasumsi bahwa jurnal yang paling signigfikan dengan penelitian mengenai faktor-
faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja petugas kesehatan di Puskesmas,
yaitu jurnal dengan judul “faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja
pegawai di Puskesmas Kuamang Kecamatan Panti Tahun 2016” yang ditulis oleh
Rahmi Kunia Gustin, Yuhendri Putra & Novia.
3.2.2 Siapa yang paling aktif dan berpengaruh dalam penelian mengenai motivasi
kerja pertugas kesehatan di Puskesmas
Dari tiga jurnal yang direview yang aktif dan berpengaruh dalam penelitian
yaitu, kepemimpinan, pegawai puskesmas, tenaga kesehatan dan penanggungjawab
program upaya kesehatan di Puskesmas.
19
Rahmi Kurnia Gustin, Yuhendri Putra & Novia Delita (2016) dalam
penelitiannya didapatkan pupolasi penelitian seluruh pegawai puskesmas berjumlah
40 orang dengan variabel penelitian yaitu tanggung jawab, hubungan interpersonal,
kondisi kerja dan pengawasan. Zahrotul Wthiniyah, Husnul Khotimah & Bagus
Supriyadi dalam penelitiannya didapatkan pupulasi penelitian sebanyak 30 orang
penanggungjawab program Puskesmas dengan variabel penelitian yaitu motivasi
kerja Maslow’s Model berdasarkan kebutuhan fisiolgis, kebutuhan keamanan dan
keselamatan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi
diri. Heni Rusmitasari & Ahmad Ahid Mudaya dalam penelitiannya didapatkan
bahwa populasi adalah tenaga kesehatan dengan sampel 298 responden dengan
variabel penelitian yaitu kepemimpinan dan motivasi kerja.
Menurut Pamela & Oloko (2015) Motivasi adalah kunci dari organisasi yang
sukses untuk menjaga kelangsungan pekerjaan dalam organisasi dengan cara dan
bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan bimbingan
yang tepat atau arahan, sumber daya dan imbalan agar mereka terinspirasi dan tertarik
untuk bekerja dengan cara yang anda inginkan.
Penelitian Nur Hasmalawati & Winda Putri Diah Restya didapatkan bahwa
populasi dalam penelitiannya adalah karyawan Puskesmas sebanyak 117 orang dan
diambil sampel 54 orang. Wulandari, Nuche Marlianto & Fiya Diniarti didapatkan
bahwa populasi dalam penelitiannya adalah karyawan puskesmas sebanyak 42 orang.
dan Penelitian Aswindar Adhi Gumilang, Tri Pitara Mahanggoro & Qurrotul Aini
20
didapatkan bahwa populasi dalam penelitiannya adalah pegawai Puskesmas Blud dan
non-Blud dan sampel sebanyak 69 pegawai negeri sipil.
Berdasarkan dari review jurnal, teori dan penelitian terkait penulis berasumsi
bahwa yang paling aktif dan berpengaruh dalam penelitian mengenai motivasi kerja
petugas kesehatan di puskesmas adalah kepemimpinan. Karena seseorang pemimpin
memainkan peran yang penting dalam organisasinya yang dapat mendorong semangat
kerja para karyawan/pegawainya.
3.2.3 Jenis kumpulan data apa yang digunakan untuk penelitian mengenai motivasi
kerja petugas kesehatan di Puskemas
Rahmi Kurnia Gustin, Yuhendri Putra & Novia Delita (2016), Zahrotul
Wthiniyah, Husnul Khotimah & Bagus (2019) dan Heni Rusmitasari & Ahmad Ahid
Mudaya (2020) dalam penelitiannya jenis kumpulan data menggunkan kuesioner.
Penelitian terkait dari Nur Hasmalawati & Winda Putri Diah Restya dalam
penelitiannya teknik analisis data menggunakan analisis regresi. Wulandari, Nuche
Marlianto & Fiya Diniarti didapatkan bahwa populasi dalam penelitiannya Data
primer dikumpulkan dengan cara wawancara dan menyebarkan kuesioner dan
Penelitian Aswindar Adhi Gumilang, Tri Pitara Mahanggoro & Qurrotul Aini dalam
penelitiannya menggunakan metode pengumpulan data melalui survei dan kuesioner.
Berdasarkan jurnal review dan penelitian terkait maka penulis berasumsi bahwa
jenis kumpulan data untuk penelitian mengenai motivasi kerja petugas di Puskesmas
adalah menggunakan wawancara dan kuesiner.
21
3.2.4 Metode yang digunakan penelitian mengenai motivasi kerja petugas kesehatan
di Puskesmas
Rahmi Kurnia Gustin, Yuhendri Putra & Novia Delita (2016), Heni Rusmitasari
& Ahmad Ahid Mudaya (2020) dalam penelitiannya menggunakan metode survei
analitik dengan desain studi cross sectional. Dan Zahrotul Wthiniyah, Husnul
Khotimah & Bagus (2019) dalam penelitiannya menggunakan metode korelasi dan
observasi dengan desain studi cross sectional.
Penelitian cross sectional yang sering disebut juga penelitian transversal,
merupakan penelitian epidemiologi yang paling sering dikerjakan pada bidang
kesehatan. Walaupun sebenarnya paling lemah, hal ini disebabkan karena secara
epidemiologi paling mudah dan sederhana, tidak dijumpai hambatan yang berupa
pembatasan tertentu. Pendekatan ini dalam rangka memepelajari dinamika korelasi
antara factor-faktor risiko dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan
tertentu dengan model pendekatan point tim. (Kemenkes RI, 2017)
Berdasarkan riview dari 3 jurnal didapatkan bahwa metode yang digunakan
adalah survei analitik, dan analitik dengan desain studi Cross Sectional.
3.2.5 Keranggka Kerja yang diusulkan untuk penelitian mengenai motivasi kerja
petugas kesehatan di Puskesmas
Kerangka kerja yang diusulkan untuk penelitian mengenai faktor-fakor yang
berhubungan dengan motivasi kerja petugas kesehatan di Puskesmas adalah
menggunakan metode survei analitik dengan desain studi Cross Sectional.
22
Berdasarkan analisis artikel didapatkan hasil bahwa faktor tanggung jawab,
hubungan interpersonal, kondisi kerja, pengawasan, kepemimpinan berhubungan
dengan motivasi kerja petugas kesehatan di Puskesmas.
Berdasarkan uraian artikel di atas menunjukkan hasil bahwa faktor tanggung
jawab, hubungan interpersonal, kondisi kerja, pengawasann dan kepemimpinan
berhubungan dengan motivasi kerja petugas kesehatan di Puskesmas. Selain itu
motivasi Maslow’s Model berdasarkan kebutuhan pengakuan atau penghargaan
mempengaruhi kinerja petugas.
23
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
berdasarkan hasil analisis artikel yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan motivasi kerja petugas kesehatan di Puskemas dapat
diambil keseimpulan sebagai berikut:
1. Didapatkan jurnal yang paling signifikan yaitu jurnal dengan judul “faktor-
faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja pegawai di Puskesmas
Kuamang Kecamatan Panti Tahun 2016” yang ditulis oleh Rahmi Kunia
Gustin, Yuhendri Putra & Novia
2. Didapatkan yang paling aktif dan berpengruh dalam penelitian yaitu, pegawai
Puskesmas, tenaga kesehatan dan penanggungjawab program upaya kesehaan
di Puskesmas
3. Didapatkan jenis kumpulan data yang diguanakan penelitian dari jurnal
terpilih yaitu dengan menggunkan kuesinoer
4. Didapatkan metode yang digunakan penelitian adalah survei analitik, dan
analitik dengan desain studi Cross Sectional.
5. Didapatkan kerangka kerja yang diusulkan untuk penelitian adalah
menggunakan metode survei analitik dengan desain studi Cross Sectional.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Rahmi K. G., Yuhendri P., Novia D. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Motivasi Kerja Pegawai Di Puskesmas Kuamang Kecamatan Panti. Jurnal
Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 8 No. 1 Januari 2017.
http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/495973. Diakses pada 24 Agutus
Jam 23.00 WIB.
Aswindar A. G., Tri P. M., Qurrotul A. 2018. Motivasi Dan Kepuasan Kerja Pegawai
Puskesmas Blud Dan Non-Blud Kabupaten Semarang. Health Sciences and
Pharmacy Journal. http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1021852. Diakses pada 24 Agutus Jam 23.00 WIB.
Hakimi S.STP, M.Si. 2020. Srategi Kepemimpinan dan Motivasi Kerja. The Firs On-
Publisher in Indonesia: Guepedia
Amirul Mukminin, Dkk. 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam
Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. [Online]. Dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132254846/penelitian/BUKU%20MSDM%20
LANTIP.pdf. Diakses pada 25 Juli Jam 11.11 WIB.
Heni R. & Ahmad A., M. 2020. Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Tenaga
Kesehatan di Puskesmas Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia,
Volume 15, Nomor 1, Halaman 47-51, 2020.
file:///C:/Users/User/Videos/A.%20Proposal/Jurnal%20Revisi/g.scholar/5838-
13710-1-SM%20(fix).pdf. Diakses pada 24 Agutus Jam 23.00 WIB.
Tri Andjarwati. 2015. Motivasi dari Sudut Pandang Teori Hirarki Kebutuhan
Maslow, Teori Dua Faktor Herzberg, Teori X Y Mc Gregor dan Teori Motivasi
Prestasi Mc. Surabaya. Jurnal Ilmu Ekonomi & Manajemen. http://jurnal.untag-
sby.ac.id/index.php/jmm17/article/view/422/386. Diakses pada 25 Agustus Jam
09.30 WIB.
25
Zahrotul W., Husnul K., Bagus S. Motivasi Kinerja Pada Penanggungjawab Upaya
Kesehata Masyarakat Berdasarkan Maslow’s Model. 2019. Jurnal Ilmiah Stikes
Kendal. file:///C:/Users/User/Videos/A.%20Proposal/Skripsi/jurnal/5838-
13710-1-SM%20(fix)%20g%20(3).pdf. Diakses pada 23 Agustus Jam 14.22
WIB.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan Edisi Tahun 2017.
Nur H. & Winda P., D., R. Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Motivasi
Kerja Karyawan Di Puskesmas Paya Bakong Aceh Utara. 2017. Jurnal Sains
Psikologi.
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=492634&val=10080
&title=HUBUNGAN%20KUALITAS%20KEHIDUPAN%20KERJA%20TER
HADAP%20MOTIVASI%20KERJA%20KARYAWAN%20DI%20PUSKES
MAS%20PAYA%20BAKONG%20%20ACEH%20UTARA. Diakses pada 28
Agustus Jam 09.48 WIB.
Wulandari., Nuche M. & Fiya D. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Motivasi Kerja Karyawan Puskesmas Gunung Alam Kecamatan Arga Makmur
Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2016. JNPH Volume 5 No.2.
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jnph/article/view/562/486. Diakses pada 28
Agustus Jam 09.54 WIB.
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 8 No. 1 Januari 2017 1
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA
PEGAWAI DI PUSKESMAS KUAMANG KECAMATAN PANTI TAHUN 2016
Rahmi Kurnia Gustin*, Yuhendri Putra*, Novia Delita**
ABSTRAK Motivasi adalah suatu kondisi yang dapat menggerakan dan mempengaruhi pegawai.Puskesmas
Kuamang merupakan salah satu dari beberapa Puskesmas yang ada di Kabupaten Pasaman. Dilihat Rekapitulasi
kehadiran di Puskesmas Kuamang kehadiran pegawai masih rendah ditemukan 80% dari 40 pegawai pernah
tidak masuk kerja dengan bebagai alasan seperti izin tampa keterangan, alpa, cuti melewati batas. Kinerja
Puskesmas Kuamang dilihat dari laporan tahunan 2015 terlihat rendahnya cakupan Program dilaksanakan
seperti: terlihat pada Program KIA cakupan Kunjungan Nifas 78% target 90% ,Asi Eksklisif 66,99% target
100%. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
motivasi kerja pegawai.
Desain penelitian mengunakan cross sectional dilakukan pada bulan Maret-Agustus 2016 di Puskesmas
Kuamang Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Populasi penelitian seluruh pegawai Puskesmas berjumlah 40
orang, semua populasi dijadikan sampel dengan mengunakan teknik sampel jenuh. Pengolahan data analisis
secara univariat dan bivariat mengunakan uji statistik Chi-Square.
Hasil analisis diperoleh adanya hubungan bermakna antara tanggung jawab dengan motivasi kerja
(p=0,0001,) hubungan interpersonal dengan motivasi kerja (p=0,011), kondisi kerja dengan motivasi kerja
(p=0,006), dan pengawasan dengan motivasi kerja (p=0,002).
Dapat disimpulkan, bahwa faktor tanggung jawab, hubungan interpersonal, konsi kerja dan pengawasan
berhubungan dengan motivasi kerja pegawai di Puskesmas Kuamang. Untuk itu diharapkan kepada seluruh
pegawai agar dapat menerapkan pola motivasi kerja dengan baik.
Kata Kunci : Tanggung Jawab, Hubungan Interpersonal, Kondisi Kerja, Pengawasan, Motivasi Kerja
FACTORS RELATED TO THE MOTIVATION OF WORKING EMPLOYEES IN
KUAMANG PUBLIC HEALTH CENTER DISTRICT OF PANTI SUB PROVINCE OF
PASAMAN 2016
Rahmi Kurnia Gustin*, Yuhendri Putra*, Novia Delita**
ABSTRACT Motivation was condition that can mobilize and influence employees .Kuamang clinic was one of the few
health centers in Pasaman. Judging Summary of attendance at health centers is still low employee attendance
Kuamang found 80% of 40 employees been absent from work with various reasons such permission without
explanation, negligent, leave over the limit. Performance heath center Kuamang seen from the annual report
2015, looks low coverage program was implemented as: seen at MCH Program visit Ruling 78% coverage
target of 90%, 66.99% Eksklisif Asi target of 100%. This research was conducted in order to determine the
factors associated with employee motivation.
Using a cross sectional cross sectional conducted in March-August 2016 Panti subdistrict health center
Kuamang Pasaman.Populasi District Health Center study all employees about 40 people, all the population
sampled using sampling techniques saturated. Data processing using univariate and bivariate analysis using
statistical test Chi-Square.
The Results obtained by analysis of their significant relationship between responsibilities with work
motivation (p=0,0001), interpersonal relationship with work motivation (p=0,011), working conditions with
work motivation (p=0,006), and supervision wiht work motivation (p=0,002).
It can be concluded, that the factor of responsibility, interpersonal relationships, work and supervision
konsi associated with motivation Kuamang employee at the health center. For that was expected to all
employees in order to apply the pattern of motivation to work well.
Keywords: Responsibility, Interpersonal Relations, Working Conditions, Monitoring, Work Motivation
* Dosen STIKes Prima Nusantara Bukittinggi
* * Mahasiswa STIKes Prima Nusantara Bukittinggi
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 8 No. 1 Januari 2017 2
PENDAHULUAN Menurut World Health Organisation (WHO)
bahwa Indonesia masuk dalam 5 negara dengan motivasi
tenaga kesehatan dengan motivasi tenaga kesehatannya
paling rendah, selain Vietnam, Argentina, Nigeria dan
India. Hal ini disebabkan dari aspek pemenuh
kesejahteraan.1
Pembagunan kesehatan nasional diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud. Pembangunan kesehatan periode tahun 2015-
2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran
meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial
dan pemerataan pelayanan kesehatan. Program Indonesia
Sehat dilaksanakaan dengan 3 pilar utama yaitu
paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan
jaminan kesehatan nasional;1) pilar paradigma sehat
dilakukan dengan strategis mengarusutamakan kesehatan
masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan
dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan
dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan
continuum of care dan intervensi berbasis resiko
kesehatan; dan 3) jaminan kesehatan nasional dilakukan
dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta
kendali mutu dan kendali biaya.2
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan mengamanatkan bahwa pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di
bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh
masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Sumber daya yang dimaksud adalah
tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan,
perbekalan kesehatan, serta teknologi dan produk
teknologi.2
Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM
kesehatan) menjadi salah satu sumber daya dibidang
kesehatan yang sangat strategis. Ketersediaan SDM
kesehatan yang tidak mencukupi, baik jumlah, jenis, dan
kualifikasi serta distribusi yang tidak merata,
menimbulkan dampak terhadap rendahnya akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.
Pasal 21 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
menyatakan bahwa “Pemerintah mengatur perencanaan
pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan dan
pengawasan mutu SDM Kesehatan dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan kesehatan.3
Puskesmas merupakan sarana pelayanan
kesahatan pertama yang bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas
antara lain dilakukan dengan meningkatkan kinerja
sumber daya manusia kesehatan di Puskesmas.4
Peranan Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu
karyawan / pegawai sebagai sumber tenaga kerja dalam
suatu unit organisasi sangat dibutuhkan untunk
menghasilkan produk yang berkualitas, baik berupa
materi ataupun produk berupa jasa. Produktivitas pegawai
tersebut, saat ini menjadi pusat perhatikan dalam
upayanya untuk meningkatkan kinerja yang
mengkonsentrasikan pada kinerja, akan lebih memberikan
panekanan pada faktor utama antara lain adalah motivasi
kerja pegawai.5
Pegawai juga mempunyai sesuatu yang utama
mengenai perilaku, sikap, tabiat dan kebiasaan-kebiasaan
yang tumbuh dan berkembang yang dibentuk oleh kondisi
lingkungan dan pengalaman- pengalaman di tempat
kerjanya. Tujuan organisasi akan sulit dicapai, bila para
pegawai tidak mau mengendali potensi yang ada dalam
dirinya untuk bekerja semaksimal mungkin. Dengan kata
lain, pemberian motivasi oleh organisasi adalah agar
pegawai tetap berkerja dengan baik dan selalu
memberikan prestasi yang terbaik bagi organisasi.5
Motivasi merupakan suatu dorongan kepada
seseorang dalam melakukan aktifitas pekerjaannya, jadi
dengan adanya motivasi berarti ada arahan mengenai apa
yang harus dikerjakan dan diperbuat untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Motivasi atau dorongan pada
setiap pegawai dapat ditimbulkan dari berbagai faktor
yaitu faktor intriksik dan ekstrinsik tergantung darimana
suatu kegiatan itu dimulai. 6
Motivasi kerja seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor menurut teori Hezberg (Siagian, Sondang
2012) yaitu ada dua instrinsik dan ekstrinsik dimana
faktor instrinsik sudah ada dalam diri karyawan/ pegawai
seperti prestasi, penghargaan, tanggung jawab, pekerjaan
itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu berasal dari luar diri
karyawan/ pegawai seperti kondisi kerja, gaji, kebijakan
perusahaan, pengawasan, keamanan kerja.6
Motivasi di dalam suatu organisasi mempunyai
maksud dan tujuan yang sangat luas dalam rangka
pengembangan organisasi tersebut, antara lain sebagai
berikut: mendorong gairah dan semangat kerja pegawai
atau karyawan, meningkatkan kepuasan kerja karyawan,
yang akhirnya akan meningkatkan kinerjanya,
meningkatkan produktivitas kerja karyawan,
meningkatkan loyalitas dan integritas karyawan,
meningkatkan kedisiplinan karyawan, meningkatkan
kehadiran kerja pegawai.7
Karyawan kehilangan motivasi tidak selalu
mudah karena jarang diungkapkan. Namun hal ini dapat
diketahui dari perubahan sikap yang terjadi pada dirinya
yang dapat diamati. Tanda-tanda sikap karyawan yang
tidak memiliki motivasi kerja adalah : tidak bersedia
bekrja sama, tidak mau menjadi sukarelawan, selalu
datang terlambat,pulang awal dan mangkir tanpa
alasan,memperpanjang waktu istirahat dan bermain game
dalam waktu kerja, tidak menepati tanggal waktu tugas,
tidak mengikuti standar yang ditetapkan, selalu mengeluh
tentang hal sapele, saling menyalahkan , dan tidak
mematuhi peraturan.8
Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Amelia Fitri
pada tahun 2014 dengan judul Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Motivasi Kerja Pegawai Di
Puskesmas IV Koto Agam Kabupaten Agam. Hasil
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 8 No. 1 Januari 2017 3
penelitian ini adalah dari analisa univariat diperoleh
motivasi kerja pegawai rendah 51,4%. Hubungan antara
tanggung jawab dengan motivasi kerja, dilihat dari hasil
penelitian didapatkan tanggung jawab pekerjaan dengan
motivasi kerja yang rendah 78,9%. Hasil ujististic
diperoleh adanya hubungan bermakna antar tanggung
jawab Perkerjaan dengan motivasi kerja pegawai p=0,001
dan OR=16,25. Rendahnya tanggung jawab terlihat dari
banyaknya pegawai yang menunda-nunda menyelesaikan
pekerjaanya,datang tidak tepar waktu, melakukan
pekerjaan lain diluar pekerjaan seperti berbelanja kepasar
pada saat jam kerja. Dan hubungan interpersonal dengan
motivasi kerja pegawai, dilihat dari hasil penelitain
hubungan interpersonal dan motivasi kerja pegawai yang
rendah 78,9%. Hasil uji statistic diperoleh hubungan yang
bermakna antara hubungan interpersonal dengan motivasi
kerja pegawai p=0,001. Rendahnya hubungan sesama
pegawai dipengaruhi kurang harmonis, baik di satu ruang
maupun beda ruang.9
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fitria
Gamayanti (2013) dalam jurnal Faktor yang Berhubungan
dengan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Banggae II Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat.
Hubungan antara Konsi Kerja dengan motivasi kerja
,dilihat dari hasil penelitian menunjukan 92,6 %
menyatakan cukup. Hasil ujisttistic diperoleh adanya
hubungan bermakna antar kondisi kerja dengan motivasi
kerja p=0,001. Kondisi kerja cukup namun motivasi kerja
kurang di pengaruhi oleh salah satunya sarana yang
digunakan untuk berkerja masih belum memadai seperti
peralatan medis.10
Survey awal di lakukan ke 3 Puskesmas di
Kabupaten Pasaman yaitu Puskesmas Kuamang,
Puskesmas Lansat Kadap dan Puskesmas Rao. Dilihat
dari rekapitulasi kehadiran di Puskesmas Rao dan
Puskesmas Lansat Kadap tingkat motivasi kehadiran
pegawai sudah tinggi dikarena tidak ada terlihat pegawai
yang datang terlambat, meninggalkan dinas tanpa
keterangan. Maka peneliti dapat menetapkan tempat
penelitian di Puskesmas Kuamang dilihat dari rekapitulasi
kehadiran pegawai masih rendah pada bulan Januari
sampai Desember Tahun 2015 didapatkan 80% dari 40
pegawai pernah tidak masuk kerja dengan bebagai alasan
seperti izin tampa keterangan, sakit, alpa, cuti tanpa
keterangan yang melewati batas ketentuan absen yaitu
izin 19 sampai 22 hari dalam satu bulan. Dalam hal
disiplin juga masih adanya pegawai yang terlambat
datang, dalam satu bulan ada yang 10 kali datang
terlambat, cepat pulang dan meninggalkan dinas tanpa
keterangan.
Puskesmas Kuamang merupakan salah satu dari
beberapa puskesmas yang ada di Kabupaten Pasaman.
Sama halnya dengan puskesmas lain, Puskesmas
Kuamang juga melaksanakan kegiatan-kegiatan atau
program yang dibagi menjadi dua program yaitu program
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan. Jumlah Pegawai di Puskesmas Kuamang
sebanyak 40 orang yang terdiri dari Dokter umum 1
orang, Sarjana Kesehatan Masyaraka 1 orang, D4
Kebidanan 2 orang , S1 Keperawatan 1 orang, DIII
Keperawatan 6 orang , D3 Kebidanan 2, DIII Perawat
Gigi 1, Analis Kesehatan 1 orang, K3 1 orang, Sopir 1
Orang, Sapam 1 orang dan sukarela 16 Orang.11
Kinerja Puskesmas Kuamang dapat dilihat dari
laporan tahunan Puskesmas Kuamang tahun 2015,
Terlihat masih rendahnya cakupan program dilaksanakan
seperti: terlihat pada Program KIA cakupan Kunjuangan
Nifas 78% dari target 90%,Persalinan oleh Nakes 75%
dari target 90%, Kunjuangan Neonatus 83% dari target
90%, Asi Eksklisif 66,99% dari target 100%,Kunjungan
Antenatal K4 79% dari target 90%. Program Gizi
pemberian vitamin A pada ibu nifas 77,50% dari target
90%, N/D 64,89% dari target 80%, Pemberian Tablet
Tambahan Darah Fe I 54,07% dari target 97%, Fe III
46,5% dari target 95%, Pemberian Tablet Tambahan
Darah Fe pada ibu Nifas 46,5% dari target 90%. Program
Kesling cakupan Tempat tempat umum (TTU) yang
memrnuhi syarat 48% dari targer 83%,Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat 61%
dari target 74%, Penduduk Memiliki jamban sehat 68%
dari target 73%, Rumah Bebas Jentik Aedes 81,7% dari
target 100%. Program Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular Cakupan Imunisasi BCG 85,56% dari
95%, Imunisasi Polio1 88,23% dari target 95%.11
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada
Tanggal 5 April 2016 terhadap 10 orang pegawai di
Puskesmas Kuamang 80% Pegawai menyatakan
tanggung jawab masih rendah karena datang dan pulang
tidak tepat waktu, tidak berada ditempat pada saat jam
kerja, bila tidak ada tugas yang diberikan maka mereka
hanya duduk-duduk saja sambil membahas isu-isu yang
terjadi baik itu lewat media Elektronik maupun media
cetak bahkan masalah-masalah yang terjadi di sekitar
tempat tinggal mereka, terlebih lagi bila tidak ada kerja
mereka keluar untuk mencari sesuatu yang menjadi
kebutuhan mereka. 75% menyatakan kondisi kerja tidak
mendukung seperti air di Puskesmas sering mengalami
kekeringan, kelengkapan sarana prasana kerja untuk
membantu melaksanakan tugas belum memadai. 60%
menyatakan hubungan sesama pegawai kurang baik. 60%
menyatakan menyatakan pimpinan kurang tegas dalam
memberi peringatan kepada pegawai.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Faktor- Faktor yang
berhubungan dengan Motivasi Kerja Pegawai Di
Puskesmas Kuamang.
SUBJEK DAN METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan
rancangan penelitian crosssectional study. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2016.
Populasi penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan
yang bekerja di Puskesmas Kuamang Kecamatan Panti
Kabupaten Pasaman Tahun 2016. Pengambilan sampel
menggunakan teknik sampel jenuh yaitu sampel yang
diambil adalah seluruh pegawai Puskesmas sebanyak 40
orang. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi
Square.12
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 8 No. 1 Januari 2017 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Univariat
Tanggung Jawab Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab
Pegawai di Puskesmas Kuamang Kecamatan Panti
Kabupaten Pasaman Tahun 2016
Tanggung
Jawab f %
Rendah 25 62,5
Tinggi 15 37,5
Jumlah 40 100,0
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa lebih dari
sebagian responden yaitu 25 responden (62,5%) memiliki
tanggung jawab yang rendah di Puskesmas Kuamang.
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan
oleh Ayu (2014) di Puskesmas IV Koto Agam Kabupaten
Agam Tahun 2014 hasil univariat informasi bahwa 35
responden ternyata yang memiliki tanggung jawab rendah
adalah sebanyak 15(78%).9
Hasil penelitian ini konsisten
dengan yang dilakukan oleh bustunul (2010) di Rsud Puri
Husada Tembilahan Kabupaten Inderagiri Hilir Riau
Tahun 2010 terlihat bahwa responden yang bertanggung
jawab tidak baik terhadap pekerjaannya berjumlah 83
orang (75,5%).Sebagian besar perawat yang bertugas di
unit rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada
Tembilahan mempunyai tanggung jawab yang tidak baik
terhadap pekerjaan mereka.13
Teori yang mendukung penelitian ini dikemukan
oleh teori X dan Y yang menyatakan bahwa umumnya
pegawai tidak berambisi mencapai prestasi yang optimal
yang dan selalu menghidar dari tanggung jawab. Menurut
Mc. Grego dalam perumusan teori X bahwa pada
dasarnya semua orang itu malas, bahwa semua orang
harus di awasi dan dimotivasi oleh ketakutan akan
hukuman, dan bahwa mereka mencoba sebanyak mungkin
mengelak dari tanggung jawab.7
Dalam penelitian ini didapatkan 62,5% responden
masih memiliki tingkat tanggung jawab yang rendah
terhadap pekerjaan. Terlihat dari masih banyaknya
pegawai yang menunda-nunda menyelesaikan
pekerjaannya, datang tidak tepat waktu, melakukan
pekerjaan lain di luar pekerjaannya seperti pergi
berbelanja ke pasar pada sat jam kerja, menjemput anak
sekolah, sering izin dan lain-lain. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kurangnya motivasi atau pengawasan
dari atasan kepada para pegawainya untuk dapat
menyelesaikan pekerjaanya dengan baik dan benar,
tingkat senioritas antara pegawai seperti juga
mempengaruhi tanggung jawab dari para pegawai,
mereka yang telah senior agak terlihat lebih malas
dibandingkan pengawai yang masih baru serta keseganan
dari pimpinan untuk menegur para pegawai senior.
Untuk itu sangat dibutuhkan ketegasan pimpinan
untuk memotivasi pegawai dalam melaksanakan
pekerjannya, seperti memberikan pengarahan,
penghargaan ataupun hukuman bagi yang tidak
melaksanakan pekerjaanya dengan baik.
Hubungan Interpersonal Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hubungan Interpersonal
Pegawai di Puskesmas Kuamang Kecamatan Panti
Kabupaten Pasaman Tahun 2016
Hubungan
Interpersonal f %
Kurang Baik 20 50
Baik 20 50
Jumlah 40 100,0
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa
sebagian responden yaitu 20 responden (50%) memiliki
hubungan interpersonal yang kurang baik di Puskesmas
Kuamang.
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan
oleh Ayu (2014) di Puskesmas IV Koto Agam Kabupaten
Agam Tahun 2014 hasil univariat informasi bahwa 35
pegawaii ternyata yang memiliki hubungan interpersonal
yang rendah adalah sebanyak 19 responden (54,3%).9
Hasil penelitian ini konsisten yang dilakukan oleh Nurul
(2013) di Puskesmas Banggae Ii Kabupaten Majene
Provinsi Sulawesi Barat hasil univariat Yang menyatakan
hubungan dengan rekan kerja cukup baik yaitu sebanyak
28 orang (87,5%), sedangkan yang menyatakan kurang
baik sebanyak 4 orang(12,5%).10
Produktivitas karyawan tidak hanya diperoleh cara
pekerjaan dirancang, tetapi juga faktor lain yaitu faktor
sosial dan psikologis. Hawhorn (1984) menyatakan
bahwa perasaan emosi dan para pegawai sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja seperti gaya
kepemimpinan atasan, perhatian, sikap, dan dukungan
manajemen. Dalam hal ini juga dapat dikaitkan dengan
saling ketergantungan antara teman sekerja, kerjasama
yang harmonis dengan salaing mengeritik dan
memberikan pujian serta saling menghargai.6
Pada penelitian ini hubungan komunikasi pegawai
di Puskesmas Kuamang Kecamatan Panti dilihat secara
sekilas memang baik, tapi berdasarkan wawancara masih
ada beberapa pegawai yang merasa hubungan
interpersonal dengan pegawai lain kurang harmonis, baik
disatu ruangan maupun beda ruangan, hal ini tentu saja
sangat mempengaruhi kenyaman dalam melaksanakan
perjaan karena jika seorang tidak nyaman pada suatu
kondisi maka akan timbul rasa malas dalam melakukan
pekerjaan dan ini tentu saja sangat berhungan dengan
motivasi kerja pegawai tersebut.
Untuk itu diharapkan agar pegawai menjaga
hubungan yang baik antara sesama pegawai tidak hanya
sebatas di lingkungan kerja atau ketika saling terkat dalam
suatu perkerjaan tugas tetapi juga berlanjut dilingkungan
kerja sehari-hari. Untuk masing-masing karyawan supaya
saling memberi kritikan dan saran untuk dapat
meningkatkan semangat dalam menyelesaikan pekerjaan,
sekaligus juga dapat menandakan saling pedulinya antara
sesama pegawai.
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 8 No. 1 Januari 2017 5
Kondisi Kerja Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kondisi Kerja Pegawai
di Puskesmas Kuamang Kecamatan Panti Kabupaten
Pasaman Tahun 2016
Kondisi Kerja f %
Kurang Baik 23 57,5
Baik 17 42,5
Jumlah 40 100,0
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa lebih
dari sebagian responden yaitu 23 responden (57,5%)
dengan kondisi kerja yang kurang baik di Puskesmas
Kuamang.
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan
oleh Adithia (2013) di Puskesmas Labakkang Kabupaten
Tahun 2013 hasil univariat informasi bahwa 35 pegawai
yang menyatakan memiliki kondisi kerja yang baik 23
responden (65,7%).14
Hasil penelitian ini konsisten yang
dilakukan oleh bustunul (2010) di Rsud Puri Husada
Tembilahan Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2010,
bahwa responden yang menyatakan kondisi lingkungan
pekerjaan mereka tidak baik berjumlah 57 responden
(51,8%) dan responden yang menyatakan kondisi
lingkungan pekejaan mereka baik berjumlah 53 responden
(48,2%). Sebagian besar perawat yang bertugas di unit
rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada
Tembilahan menyatakan bahwa kondisi lingkungan
pekerjaan mereka tidak baik.
Kondisi kerja adalah tidak terbatas hanya pada
kondisi kerja di tempat pekerjaan masing-masing seperti
kenyamanan tempat kerja, ventilasi yang cukup,
penerangan, keamanan, dan lain-lain, akan tetapi kondisi
kerja yang mendukung dalam menyelesaikan tugas yaitu
sarana dan prasarana kerja yang memadi.7
Pada penelitian ini terdapat 57% responden
menyatakan kondis kerja Puskesmas seperti peralatan
pada bagian pelayanan kesehatan Masih kurang
lengkapnya, peralatan kantor seperti jumlah komputer dan
air di Puskesmas sering mengalami kekeringan ini bisa
menyebabkan kinerja pegawai tidak maksimal.
Pengawasan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengawasan Pegawai di
Puskesmas Kuamang Kecamatan Panti Kabupaten
Pasaman Tahun 2016
Pengawasan f %
Rendah 22 55
Tinggi 18 45
Jumlah 40 100,0
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa lebih
dari sebagian responden yaitu 22 responden (55%)
dengan pengawasan pegawai yang rendah di Puskesmas
Kuamang.
Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan
Ake.RC (2014) di Instalasi Rawat Inap C RSUP Prof.
Dr.R.D Kandou Manado Supevisi kepala ruangan
menunjukan bahwa 59 orang (65,6%) menilai bahwa
Pengawasan baik, sedangkan 31 orang (34,4) menilai
pengawasan kepala ruangan kurang baik. Hasil penelitian
ini konsisten yang dilakukan oleh bustunul (2010) di
Rsud Puri Husada Tembilahan Kabupaten Inderagiri Hilir
Riau Tahun 2010 bahwa responden yang menyatakan
supervisi yang mereka terima selama ini tidak baik
berjumlah 87 responden (79,1%). Sebagian besar perawat
yang bertugas di unit rawat inap Rumah Sakit Umum
Daerah Puri Husada Tembilahan menyatakan bahwa
supervisi yang mereka terima selama ini tidak baik.
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa pengawasan
adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi
pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg
(1990) melihat dimensi pengawasan sebagai suatu proses
kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk
penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan
pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan
perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi
dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja
karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-
kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktifitas
bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi
pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas
sehari-hari.15
Dalam penelitian ini 55% responden menyatakan
Kurangnya pengawasan di Puskesmas dapat terjadi karena
pimpinan tidak tegas sehingga petugas tidak patuh pada
pimpinan, Pimpinan belum memberikan perhatian secara
penuh dalam menindak lanjuti pegawai yang sering keluar
kantor pada jamjam kantor untuk urusan diluar pekerjaan
kantor dan Hubungan komunikasi antara pimpinan dan
pegawai masih terlihat kaku.
Motivasi Kerja Tabel 5. Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Pegawai
di Puskesmas Kuamang Kecamatan Panti Kabupaten
Pasaman Tahun 2016
Motivasi Kerja f %
Rendah 23 57,5
Tinggi 17 42,5
Jumlah 40 100,0
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa lebih
dari sebagian responden yaitu 23 responden (57,5%)
dengan motivasi yang rendah di Puskesmas Kuamang.
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan
oleh Ayu (2014) di Puskesmas IV Koto Agam Kabupaten
Agam Tahun 2014 hasil univariat informasi bahwa 35
pegawai ternyata yang memiliki motivasi kerjanya
rendah adalah sebanyak 18 responden (31,4%).9 Hasil
penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh bustunul
(2010) di Rsud Puri Husada Tembilahan Kabupaten
Inderagiri Hilir Riau Tahun 2010, bahwa responden yang
mempunyai motivasi kerja rendah berjumlah 57
responden (51,8%) dan responden yang mempunyai
motivasi kerja tinggi berjumlah 53 orang (48,2%).
Sebagian besar perawat yang bertugas di unit rawat inap
Rumah Sakit Umum Daerah Puri Husada Tembilahan
mempunyai motivasi kerja yang rendah.16
Menurut Herzbeg (1950) motivasi memiliki faktor
pendorong seperi pencapaian, pengakuan, perjaan itu
sendiri, tanggung jawab dan pengembangan Orang dapat
bekerja produtif karena tertarik dan senang dengan
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 8 No. 1 Januari 2017 6
pekerjaan, ia merasa perjaannya memberi makna,
kepuasan dan kebahagian, tetapi sebalinya bila perkerja
tersebut suatu beban dinggap sebagai suatu paksaan,
sesuatu yang harus dilakukan, atau sebagai suatu beban
maka seseorang cenderung melakukan pekerjan dengan
tidak maksimal. Umumnya mereka cenderung hanya
melakukan pekerjaan yang bersifat rutinitas.7
Menurut Karisman (2013) Rendahnya motivasi
kerja disebabkan oleh beberapa hal seperti ; kualitas
manajemen yang terlihat terhadap kepuasan masyarakat,
struktur organisasi kurang jelas sehingga tugas dan
fungsinya kabur, ranjangan pekerjaan kurang baik
sehingga dirasa kurang cukup menantang, rendahnya
kemampuan kerja atasan, yang tidak dapat mendukung
berhasilnya kerja sama tim, kurang terbukanya
kesempatan untuk mengembangkan karier, sistem
kompensasi yang menjamin ketenangan kerja, serta waktu
kurang fleksible.
Dalam penelitian ini motivasi kerja pegawai
Puskesmas Kuamang melihat pada hasil penelitian 57,5%
pegawai memiliki motivasi kerja rendah dikarenakan
rendahnya kemampuan kerja pimpinan, yang tidak dapat
mendukung berhasilnya kerja sama tim dalam berkerja.
Motivasi sangat penting, karena jika seseorang
mengerjakan suatu pekerjaan tanpa adanya motivasi maka
sama halnya seseorang itu berjalan tanpa tujuan. Motivasi
adalah suatu dorangan baik dari dalam diri sendiri
maupun lingkungan kerja sehingga seseorang yang
memiliki motivasi dapat menyelesaikan perjaannya
dengan baik.
Untuk itu diharapkan pada atasan yang berwenang
memberikan keputusan dilingkungan Puskesmas
Kuamang Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman dapat
memberi penghargaan kepada pegawai yang berprestasi,
mungkin dalam bentuk reward atau kesempatan untuk
studi banding ke daerah lain dan kesempatan melanjutkan
pendidikan.
Analisa Bivariat
Hubungan Tanggung Jawab dengan
Motivasi Kerja Pegawai Tabel 6. Hubungan Tanggung Jawab dengan Motivasi
Kerja Pegawai di Puskesmas Kuamang Kecamatan
Panti Kabupaten Pasaman Tahun 2016
Tanggung
Jawab
Motivasi Kerja Jumlah P
Value Rndah Tinggi
f % f % n %
Rendah
Tinggi
22
1
88
8,6
3
14
12,0
93,3
25
15
100
100 0,0001
Jumlah 23 57,5 15 42,5 40 100
Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 25
responden yang memiliki tanggung jawab rendah ada
sebanyak 22 (88%) responden dengan motivasi kerja yang
rendah, sedangkan dari 15 responden yang yang memiliki
tanggung jawab tinggi ada sebanyak 1 (8,6%) responden
dengan motivasi kerja yang rendah. Hasil uji statistik
antara hubungan tanggung jawab dengan motivasi kerja
di puskesmaskuamang tahun 2016 diperoleh nilai
p=0,0001 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara tanggug jawab dengan motivasi kerja
pegawai.
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan
oleh Ayu (2014) di Puskesmas IV Koto Agam Kabupaten
Agam Tahun 2014 hubungan antara tingkat tanggung
jawab dengan motivasi kerja pegawai didapatkan hasil uju
statistik didapatkan nilai p= 0,001.9
Hasil penelitian yang
dilakukan oleh oleh bustunul (2010) di Rsud Puri Husada
Tembilahan Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2010
berbeda dari hasil penelitian ini dimana, hubungan antara
tanggung jawab dengan motivasi kerja perawat
didapatkan Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p value
adalah 0,185.16
Hasil penelitian ini sesuai dengan Herzberg (1960)
mengemukan bahawa salah satu unsur pemotimasi dalam
berkerja adalah tanggung jawab. Menurut Mc.Cleland
dalam meningkatkan motivasi adanya kebutuhan prestasi
dimana salah satu cirinya adalah suka mengambil
tanggung jawab dalam menyelesaikan persoalan artinya
jika seseorang telah merasa bertanggung jawab pada
pekerjaan maka hasil dari pekerjaan akan menjadi suatu
prestasi sehingga dapat lebih memotivasi pegawai dalam
melaksanakan pekerjaan berikutnya.17
Dalam penelitian ditemukan tingat tanggung jawab
yang masih rendah dibuktikan dengan data absen, maka
banyaknya pegawai yang terlambat datang dan malas
melakukan apel pagi, melakukan pekerjaan lain selain
melakukan tugasnya seperti menjemput anak sekolah dan
lain lain, perkerjaan yang diselesaikan tidak tepat waktu
atau diselesaikan ketika akan memberikan laporan
tahunan saja. Melihat keadaan tersebut sanagat diperlukan
perhatian dan ketegasan dari pimpinan untuk memperkuat
tanggung jawab dari pegawainya.
Untuk itu motivasi serta dukungan dari pimpinan
akan sangat mempengaruhi besanya tanggung jawab dari
pegawai, jika seorang telah bertanggung jawab pada
pekerjaan maka secara tidak lansung juga akan
membangkitkan motivasi berkerja pegawai dalam
berkerja sehingga pekerjapun akan terselesaikan dengan
baik dan optimal.
Hubungan antara Hubungan Interpersonal
dengan Motivasi Kerja Pegawai Tabel 7. Hubungan antara Hubungan Interpersonal
dengan Motivasi Kerja Pegawai di Puskesmas
Kuamang Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman
Tahun 2016
Hubungan
Interpersonal
Motivasi Kerja Jumlah P
Value Rndah Tinggi
f % f % n %
Kurang Baik
Baik
16
7
80
11,5
4
13
20
65
20
20
100
100 0,011
Jumlah 23 57,5 17 42,5 40 100
Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa dari 20
responden yang hubungan interpersonalnya kurang baik
ada sebanyak 16 (80%) responden dengan motivasi kerja
yang rendah, sedangkan dari 20 responden yang
hubungan interpersonalnya baik ada sebanyak 7 (11,5%)
responden dengan motivasi kerja yang rendah. Hasil uji
statistik antara hubungan interpersonal dengan motivasi
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 8 No. 1 Januari 2017 7
kerja di puskesmaskuamang tahun 2016 diperoleh nilai
p=0,011 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara hubungan interpersonal dengan motivasi
kerja pegawai.
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan
oleh Ayu (2014) di Puskesmas IV Koto Agam Kabupaten
Agam Tahun 2014 hubungan interpersonal dan motivasi
kerja pegawai sebanyak 78,9% sedangakan pada
hubungan interpersonal pekerjaan yang tinggi dengan
tingakat motivasi kerja yang rendah sebanyak 18,8%.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p= 0,001.9
Teori motivasi Mc. Cleland yaitu yang berhungan
dengan kebutuhan akan afiliasi dimana disebutkan
manusia ingin berinteraksi dengan orang lain, mempunyai
rasa cinta dan menghindari penolakan oleh
kelompoknya.7
Menurut Herzberg (1950) hubungan
interpersonal dan lingkungan kerja merupakan salah satu
faktor eksrinsik yang mempengaruhi faktor instrinsik
yaitu pekerjaan itu sendiri. Menurut Mc. Cleland ada tiga
kebutuhan dasar yang dimiliki manusia salah satunya
kebutuhan akan afliliasi yaitu manusia ingin berinteraksi
dengan orang lain, mempunyai rasa cinta dan
menghindari penolakan oleh kelompok.5
Pada penelitian ini terdapat 16 responden
menyatakan hubungan interpersonal kurang dengan
motivasi rendah dikarenakan dikarenakan masing-masing
individu mempunyai karakter yang berbeda. Sedangkan 7
responden yang menyatakan hubungan interpersonal baik
dengan motivasi kerja rendah karena manusia sebagai
makhluk sosial menginginkan perlakuan yang wajar,
seperti adanya rasa saling menghargai, kerjasama, dan
juga menjaga komunikasi yang baik. Sebagian besar
responden yang menyatakan bahwa alasan motivasi kerja
rendah adalah bukan karena faktor hubungan dengan
rekan kerja tetapi karena perbedaan bidang keilmuan
dengan jenis pekerjaan yang mereka lakukan sehingga
merasa kurang suka dengan pekerjaannya.
Oleh karena itu hubungan interpersonal yang baik
akan sangat mempengruhi pegawai dalam peningkatan
motivasi kerja terutama dilingkungan kerjanya dan begitu
juga sebalinya, jika hubungan nya tidak baik dengan
atasan maupun sesama pegawai akan timbul ketidaknya
nyaman yang akhirnya akan mempengaruhi motivasinya
dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam penelitian
ditemukan hubungan interpersonal yang masih kurang
baik dikarenakan kesibukan pegawai di masing-masing
ruangan dan pekerjaan nya, sehingga jarang kesempatan
untuk salaing berkomunikasi baik secara formal maupun
informal.
Untuk itu peran pimpinan sangat penting dalam hal
mewujudkan lingkungannya pekerjaan sesama pegawai
tidak saja dilingkungan pekerjaan, tapi juga dalam
kehidupan sehari-hari serta tidak membeda-bedakan
antara dengan saling ketergantungan antara teman sekerja.
Kerjasama yang harmonis, saling mengritik dan
memberikan pujian serta saling menghargai. Untuk
masing- masing pegawai juga diperlukan dalam saling
memberikan kritikan dan saran untuk dapat meningkatkan
semangat dalam menyelesaikan pekerjaan.
Hubungan Kondisi Kerja dengan Motivasi
Kerja Pegawai Tabel 8. Hubungan Kondisi Kerja dengan Motivasi
Kerja Pegawai di Puskesmas Kuamang Kecamatan
Panti Kabupaten Pasaman Tahun 2016
Kondisi Kerja
Motivasi Kerja Jumlah P
Value Rndah Tinggi
f % f % n %
Kurang Baik Baik
18 5
78,3 29,4
5 12
21,7 70,6
23 17
100 100
0,006
Jumlah 23 57,5 17 42,5 40 100
Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa dari 23
responden yang kondisi kerja kurang baik ada sebanyak
18 (78,3%) responden dengan motivasi kerja yang rendah,
sedangkan dari 17 responden yang kondisi kerja baik ada
sebanyak 5 (29,5%) responden dengan motivasi kerja
yang rendah.Hasil uji statistik antara kondisi kerja dengan
motivasi kerja di Puskesmas Kuamang tahun 2016
diperoleh nilai p=0,006 (p<0,05) yang berarti terdapat
hubungan yang bermakna antara kondisi kerja dengan
motivasi kerja pegawai.
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan
oleh Adithia (2013) di Puskesmas Labakkang Kabupaten
Pangkep Tahun 2013 menunjukan bahwa responden yang
memiliki kondisi kerja buruk sebanyak 12 responden,
Terdapat 4 orang (33,3%) diantaranya ternyata memiliki
motivasi kerja baik dan 8 orang (66,7%) memiliki
motivasi bukuk. Hasil uju statistik didapatkan nilai p=
0,024.14
Hasil penelitian ini sama dengan oleh Nurul
(2013) di Puskesmas Banggae Ii Kabupaten Majene
Provinsi Sulawesi Barat, hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebanyak 25 orang (92,6%) menyatakan kondisi
kerja cukup dan motivasi kerja yang cukup, sedangkan 2
orang (7,4%). Berdasarkan hasil perhitungan statistik
menggunakan diperoleh nilai p = 0,000.10
Hasil penelitian
yang dilakukan oleh oleh bustunul (2010) di Rsud Puri
Husada Tembilahan Kabupaten Inderagiri Hilir Riau
Tahun 2010 berbeda dari hasil penelitian ini dimana, Dari
hasil uji statistik didapatkan nilai p value adalah 0,088, ini
berarti bahwa pada alpha 0,05 terlihat tidak ada hubungan
yang signifikan antara persepsi terhadap kondisi
lingkungan pekerjaan dengan motivasi kerja perawat.15
Menurut Karisman (2013) kondisi kerja amat
menentukan tingkat gairah kerja para pewagai, apabila
kondisi kerja dirasa menyenangkan, menyejukan, dan
tidak bising, maka semua orang akan termotivasi untuk
berkerja giat. Namun, kondisi kerja yang kacau balau,
pengap, gelap dan bising, akan menurunkan prestasi kerja
yang pada akhinya akan menurunkan produktifitas
organisasi serta infisiensi.5
Pada penelitian ini 18 orang 78,3% responden
menyatakan hubungan antara kondisi kerja motivasi kerja
pegawai di karena beberapa hal salah satunya sarana yang
digunakan untuk bekerja masih belum memadai seperti
peralatan medis, air di puskesmas sering mengalami
kekeringan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
terdapat hubungan antara kondisi kerja terhadap motivasi
kerja pegawai di Puskesmas, kondisi kerja dapat
meningkatkan gairah kerja atau motivasi kerja pegawai.
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 8 No. 1 Januari 2017 8
Hubungan Pengawasan Kerja dengan
Motivasi Kerja Pegawai Tabel 9. Hubungan Pengawasan Kerja dengan
Motivasi Kerja Pegawai di Puskesmas Kuamang
Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Tahun 2016
Pengawasan
Motivasi Kerja Jumlah P
Value Rndah Tinggi
f % f % n %
Rendah Tinggi
18 5
81,8 27,8
4 13
18,2 72,2
22 18
100 100
0,002
Jumlah 23 57,5 17 42,5 40 100
Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa dari 22
responden yang pengawasan kerja rendah ada sebanyak
18 (81,8%) responden dengan motivasi kerja yang rendah,
sedangkan dari 18 responden yang pengawasan kerja
tinggi ada sebanyak 5 (27,8%) responden dengan motivasi
kerja yang rendah.Hasil uji statistik antara pengawasan
kerja dengan motivasi kerja di puskesmas kuamang tahun
2016 diperoleh nilai p=0,002 (p<0,05) yang berarti
terdapat hubungan yang bermakna antara pengawasan
kerja dengan motivasi kerja pegawai.
Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan
Ake.RC (2014) di Instalasi Rawat Inap C RSUP Prof.
Dr.R.D Kandou Manado Hubungan antar supervisi kepala
ruangan dengan motivasi perawat diperoleh nilai
p=0,001.18
Hasil penelitian ini juga konsisten yang
dilakukan oleh bustunul (2010) di Rsud Puri Husada
Tembilahan Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2010
terlihat dari hasil uji statistik didapatkan nilai p value
adalah 0,021.terlihat ada hubungan yang signifikan antara
supervisi dengan motivasi kerja perawat.16
Menurut Herzberg dalam teori kepuasan dua faktor
supervisi termasuk kedalam faktor higiene dan bukan
faktor motivasi maknanya faktor ini mencegah ketidak
puasan individu tetapi tidak mampu
memotivasi.Pelaksanaan pengawasan pada dasarnya
merupakan tanggung jawab manajemen Puskesmas.
Keberhasilan pengawasan sangat dipengaruhi oleh
supervis.16
Menurut Saydam (1996), jika supervisor ini
dekat dengan karyawan dan menguasai liku-liku
pekerjaan serta penuh dengan sifat- sifat kepemimpinan
maka suasana kerja akan bergairah dan bersemangat dan
sebaliknya, apabila supervisor tersebut angkuh, mau benar
sendiri, tidak mau mendengarkan, akan menciptakan
situasi kerja yang tidak mengenakkan, dan dapat
menurunkan semangat kerja. Pengawasan tetap
dibutuhkan untuk mencegah ketidak puasan pada kinerja.6
Pada penelitian ini 18 (81,8%) responden
menyatakan hubungan pengawasan rendah dengan
motivasi kerja rendah dikarenakan Pimpinan belum
maksimal melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas pegawai sehingga pegawai menuunda ,pekerjaan
kualitas pengawasan yang mereka terima selama ini tidak
baik, sedangkan yang menyatakan pengawasan tinggi
dengan motivasi kerja rendah 5 (27,8%) responden
Pimpinan belum memberikan bantuan secara maksimal
kepada pegawai untuk memperbaiki kekurangan yang ada
terhadap pelaksanaan tugas pegawai yang bermasalah.
Untuk itu Dalam hal ini peran kepemimpinan
sangat diperlukan, dengan selalu menjaga komunikasi
yang baik antara pegawai dengan pimpinan maupun
antara sesama pegawai. Selain itu lingkungan kerja baik
fisik maupun non fisik didalam suatu organisai sangat
penting untuk diperhatikan oleh pemimpinnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN 1. Lebih dari sebagian responden (62,5%) memiliki
tanggung jawab yang rendah.
2. Sebagian dari responden (50%) memiliki hubungan
interpersonal yang kurang baik.
3. Lebih dari sebagian responden (57,5%) memiliki
kondisi kerja yang kurang baik.
4. Lebih dari sebagian responden (55%) memiliki
pengawasan pegawai yang rendah.
5. Lebih dari sebagian responden (57,5%) memiliki
motivasi kerja yang rendah.
6. Adanya hubungan yang bermakna antara tanggung
jawab dengan motivasi kerja pada pegawai, dimana
nilai p=0,0001.
7. Adanya hubungan yang bermakna antara hubungan
interpersonal dengan motivasi kerja pada pegawai,
dimana nilai p=0,011.
8. Adanya hubungan yang bermakna antara kondisi kerja
dengan motivasi kerja pada pegawai, dimana nilai
p=0,006.
9. Adanya hubungan yang bermakna antara pengawasan
dengan motivasi kerja pada pegawai, dimana nilai
p=0,002.
SARAN Saran ditujukan kepada seluruh pegawai di
Puskesmas Kuamang agar dapat menerapkan pola
motivasi kerja yang baik.
DAFTAR PUSTAKA 1. Swarburg RC, 2005.Hubungan Pemenuhan
Kebutuhan Tenaga Kerja Dengan Motivasi Kerja,
Buku Kedokteran EGC, Jakarta [Online].dari:
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ [7 Maret
2016].
2. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019 [Online]. dari :
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
publik/Renstra-2015.pdf [7 Maret 2016].
3. Rencana Aksi Kegiatan Pusat Perencanaan dan
Pendayagunaan SDM Kesehatan; [Online]. dari :
http://bppsdmk.kemkes.go.id/web/images/files/2015/
RAK_Pusrengun_2015-2019.pdf [7 Maret 2016].
4. Pedoman Penilaian kinerja Sumber Daya Manusia
Kesehatan di Puskesmas [Online]. dari :
http://www.bppsdmk.kemkes.go.id/web/filesa/peratu
ran/15.pdf
[7 Maret 2016].
5. Kadarisman. Manajemen pengembangan
sumberdaya manusia. Jakarta: PT.Rajagrafindo
Persada; 2013
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol. 8 No. 1 Januari 2017 9
6. Siagian, Sondang. Teori Motivasi dan Aplikasinya,
Jakarta : Rinka Cipta ;2012
7. Notoatmodjo. Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Jakarta : PT. Riner Cipta; 2009
8. Triana,P.L. Hubungan Pemberian reward dan
Pelatihan dengan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan
Kesehatan di Puskesmas Singkarak Kabupaten
Solok Tahun 2015 [Skripsi]. Padang: STIKes Alifaf
Padang; 2015
9. Ayu,A.F. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Motivasi Kerja Pegawai Di Puskesmas IV Koto
Agam Kabupaten Agam Tahun 2014 [Skripsi].
Bukittinggi: STIKes Fort De Kock Bukittinggi;2014
10. Nurul,F.G.Faktor Yang Berhubungan Dengan
Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan Di Puskesmas
Banggae II Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi
Barat Tahun 2013; [Online]. dari :
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/12345
6789/5526/JURNAL.pdf [15 Maret 2016].
11. Profil Puskesmas Kuamang; Puskesmas Kuamang
Kecamatan Panti Pasaman 2015.
12. Notoatmodjo. Metodologi penelitian
kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
13. Ferisca,dkk. Pengaruh Pengawasan Dan Iklim
Organisasi Terhadap Motivasi Dan Disiplin Kerja
Pegawai Pada Kantor Biro Umum Sekretariat
Daerah Provinsi Riau 2012 [Online]. Dari
file:///C:/Users/user/Downloads/3015-5985-1-
SM.pdf [22 Agustus 2016].
14. Adithia,B.Analisis Fakor Yang Berhubungan
Dengan Motivasi Kerja Pegawai Di Puskesmas
Labakkang Kabupaten Pangkep Tahun 2013 ;
[Online]. dari :
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/12345
6789/6171/Jurnal.pdf?sequence=1 [22 Agustus
2016].
15. Siswanto, Pengantar Manajemen. Bandung: PT
Bumi Aksara; 2014
16. Bustanul,A. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Motivasi Kerja Perawat Di Unit Rawat Inap
Rsud Puri Husada Tembilahan Kabupaten
Inderagiri Hilir Riau Tahun 2010 [Online]. Dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20302568-
T%2030560-Faktor-faktor-full%20text.pdf
[22Agustus 2016].
17. Hasibuan, Melayu. Organisasi dan motivasi.
Bandung: PT Bumi Aksara; 2014
18. Ake,R.C.Pengaruh Motivasi Kerja Dengan Kinerja
Perawat Pelaksana Di Unit Rawat Inap Rs. Stella
Maris Makassar Tahun 2013 [Online]. dari :
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/12345
6789/5921/jrnal.pdf [22Agustus 2016].
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 4 Oktober 2019, Hal 407-412LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
407
MOTIVASI KINERJA PADA PENANGGUNGJAWAB UPAYA KESEHATANMASYAKARAT BERDASARKAN MASLOW’S MODEL
Zahrotul Wathoniyah*, Husnul Khotimah, Bagus SupriyadiProgram Studi Keperawatan Fakultas Kesehatan, Universitas Nurul Jadid, Jl.Kiai Zaini Mun’im desa
Karanganyar, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur 67291*[email protected]
Motivasi kinerja penanggungjawab upaya kesehatan masyakarat yang baik akan mempengaruhi penilaiankinerja Puskesmas dengan menggunakan Maslow’s model pada kinerja mempengaruhi motivasipenanggungjawab program ditinjau dari kebutuhan fisiologis kebutuhan keamanan dan keselamatan,kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, kebutuhan aktualisasi diri. Desain penelitian study corelasionaldengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Tlogosari pada bulan April sampaidengan Mei 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden yang diambil secara Total Sampling. Alatukur yang digunakan adalah kuesioner, dan dilakukan uji Analisa Spearman Rho dengan derajat kemaknaanp ≤ 0,05. Didapatkan p value 0,000, p < 0,05, ada hubungan motivasi kinerja penanggungjawab upayakesehatan masyakarat berdasarkan maslow’s model. kebutuhan berdasarkan maslow’s model dapatmempengaruhi motivasi kinerja penanggungjawab upaya kesehatan masyakarat sehingga dapat membantuketercapaian penilaian kinerja puskesmas menjadi lebih baik.
Kata kunci: motivasi kerja, hirarki maslow’s, kinerja, program upaya kesehatan masyarakat
PERFORMANCE MOTIVATION IN COMMUNITY HEALTH ENVIRONMENTBASED ON MODEL MASLOW'S
ABSTRACTMotivation of the performance of the responsible community health efforts will influence the performanceevaluation of the health center. Using Maslow's model on performance affects the motivation of programmanagers in terms of physiological needs, security and safety needs, social needs, award needs, selfactualization needs. Correlational study design with a cross-sectional approach. The study was conductedat the Tlogosari Health Center in April until May 2019 with a total sample of 30 respondents taken in totalsampling. The measuring instrument used was a questionnaire, and the Spearman Rho Analysis test wascarried out with a significance level of p < 0.05. Obtained p-value 0,000, p <0,05, there is a correlationbetween the motivation of performance of responsible health efforts based on maslow's model. the needs-based on maslow's model can influence the motivation of the performance of responsible community healthefforts so that they can help achieve the performance assessment of health center to be better.
Keywords: work motivation, hierarchy maslow, performance, public health efforts program
PENDAHULUANProduktivitas pegawai menjadi pusat perhatiandalam upayanya untuk meningkatkan kinerjayang mempengaruhi efisiensi dan efektivitasorganisasi. Analisis yang lebihmengkonsentrasikan pada kinerja akan lebihmemberi penekanan pada dua faktor utama yaitumotivasi dari pegawai dan kemampuan daripegawai untuk bekerja (Rosyidah, 2009) Kinerjamerupakan hasil kerja yang telah dilaksanakanoleh individu di dalam organisasi dengan tujuanuntuk mencapai tujuan organisasi. Kinerjaindividu yang baik di dalam organisasi, tentunyaakan memberikan kinerja organisasi yang baikpula. Karena organisasi adalah serangkaianindividu yang kinerjanya sangat bergantung pada
hasil kerja masing-masing individu di dalamnya.Tolak ukur kinerja karyawan di dalam perusahaanterdiri atas tiga hal, yaitu kuantitas, kualitas, danketepatan waktu (Dhermawan, 2012).
Sebagaimana di atur dalam Undang – Undang No.39 tahun 2009 tentang kesehatan. Pemerintah dalamrangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatberupa melaksanakan pembangunan di segalabidang, salah satu prioritasnya adalah pembangunandalam bidang kesehatan. Puskesmas didirikan untukmemberikan pelayanan kesehatan dasar,menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh pendudukyang tinggal di wilayah kerja tertentu. Puskesmasmerupakan ujung tombak terdepan dalampembangunan kesehatan mempunyai peran cukup
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 4 Oktober 2019, Hal 407 - 412 p-ISSN 2089-0834LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN 2549-8134
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 4 Oktober 2019, Hal 407-412LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
408
besar dalam upaya mencapai pembangunankesehatan. Selanjutnya Puskesmas dapatmemanfaatkan sumber daya yang tersedia untukdapat melaksanaan upaya kesehatan sesuaistandar dengan baik dan benar, sehingga dapatmewujudkan target kinerja yang telahditetapkan.
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan kabupatenBondowoso, terdapat 25 Puskesmas yangtersebar di 23 kecamatan, yang secarakompherensif memberikan pelayanan kesehatantingkat pertama dan dilakukan evaluasi secararutin tiap tahunnya terhadap capaian kinerja baikyang mencakup Upaya Kesehatan Peroranganmaupun Upaya Kesehatan Masyarakat sertamanagement puskesmas. Salah satu fungsi daripuskesmas adalah menitik beratkan pada upayapreventif dan promotive dengan tidakmengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.Upaya kesehatan yang dilakukan di Puskesmaslebih menitikberatkan pada 5 program essesialdan 13 program pengembangan. (Dinkes KabBondowoso, 2017). Begitu halnya di PuskesmasTlogosari, dari data menunjukkan trend adanyafluktuasi tahun 2016 menunjukkan peningkatanhasil kinerja puskesmas khususnya capaiankinerja program yang memiliki rata – rata80,7%, sedangkan pada tahun 2017 menurunmenjadi 79,2% dan pada tahun 2018 mengalamipeningkatan menjadi 82,4%. Pelayanan publikmerupakan tanggung jawab pemerintah dandilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik itudi pusat, di daerah, dan dilingkungan BadanUsaha Milik Negara. Kini masyarakat semakinterbuka dalam memberikan kritik bagi pelayananpublik.
Fenomena terjadinya fluktuasi capaian kinerjaini perlu mendapat perhatian lebih mengingatpuskesmas sebagai ujung tombak pelayanankesehatan yang bersifat mendasar untuk dapatmembantu memberikan layanan kesehatankepada masyarakat yang optimal. Mulai darisumber daya manusia, sarana dan prasarana sertaanggaran biaya dapat menjadi faktor yangmempengaruhi capaian kinerja. Sejalan denganhal tersebut, penelitian Razee, Whittaker,Jayasuriya, Yaple, & Brentnall, 2012menunjukkan Sumber daya manusia menentukanpenggunaan sumber daya lain yang tersedia.Mereka adalah kategori paling penting dari inputsistem kesehatan, bukti menunjukkan bahwawarisan dari kurangnya investasi terus-menerusdalam sumber daya manusia dapat menyebabkankinerja sistem kesehatan yang kurang (Insanarif& Zainul, 2012).
Sejumlah besar penelitian kuantitatif telahmenyelidiki efek dari PSM pada kinerja terkaitvariabel hasil seperti kepuasan kerja, komitmenorganisasi, dan perilaku kewarganegaraaninterpersonal, Salah satu jenis motivasi kerja yangtelah memperoleh cukup banyak perhatian dalamdekade terakhir adalah motivasi pelayanan publikatau motif yang didasarkan pada lembaga-lembagapublik yang bertujuan untuk menguntungkan oranglain dan bentuk kesejahteraan mereka. Perry danHondeghem setuju bahwa organisasi harusmemainkan peran yang lebih aktif dalammemperkuat dan mempertahankan motivasipelayanan publik, yang dalam hal ini adalahprogrammer puskesmas. Hasil penelitian inimenyoroti bahwa faktor pendorong yang palingpenting bagi petugas kesehatan adalah motivasi. Inimenunjukkan bahwa petugas kesehatan memilikisikap positif terhadap pentingnya praktikmanajemen dalam organisasi. Dalam tinjauansistematis motivasi dan retensi tenaga kesehatan dinegara berkembang, peran penting manajemensebagai faktor motivasi ditekankan (Daneshkohan,2015).Motivasi seseorang dapat ditimbulkan dan tumbuhberkembang melalui dirinya sendiri-intrinsik dandari lingkungan-ekstrinsik. Motivasi intrinsikbermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untukbertindak tanpa adanya rangsangan dari luar.Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan danmemberikan keajegan.
Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasiyang datang dari luar individu dan tidak dapatdikendalikan oleh individu tersebut. Motivasiberkaitan erat dengan usaha, serta kepuasan pekerja.Motivasi kerja adalah proses mempengaruhi ataumendorong seseorang berbuat untuk menyelesaikantujuan yang diinginkan. Seseorang yang sangattermotivasi yaitu orang yang melaksanakan upayasubstansi, guna menunjang tujuan – tujuan produksikesatuan kerjanya dan organisasi dimana ia bekerja.Seseorang yang termotivasi hanya memberikanupaya minimum dalam hal bekerja motivasimerupakan sebuah konsep penting dalam studi kerjaindividu.
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimanasemua motivasi saling berkaitan. Ia menyebutteorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Maslowmenyatakan bahwa orang termotivasi karenakebutuhan yang tidak terpenuhi berdasarkan urutankadar kepentingannya dari urutan yang palingrendah hingga ke urutan yang lebih tinggi. TeoriMaslow telah memperoleh pengakuan secara luas,terutama diantara para manajer yang bekerja. Teori
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 4 Oktober 2019, Hal 407-412LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
409
ini secara intuitif logis dan mudah dipahami(Andjarwati, 2015).
Penelitian ini merupakan penelitian tentangperan motivasi berdasarkan maslow’s modelpada programmer puskesmas dalam hal ini.Permasalahan motivasi pelayanan publik dalampelaksanaan upaya kesehatan masyarakatsangatlah penting dipahami dan diperhatikankarena ia sangat menentukan keberhasilan dalampelaksanaan tugas dalam pelayanan padamasyarakat khususnya di bidang kesehatan yangnantinya akan berimbas pada peningkatancapaian kinerja puskesmas secara keseluruhan.
METODEPenelitian ini menggunakan rancangan penelitiankuantitatif. Jenis penelitian menggunakan metodekorelasi dan observasi dengan pendekatan Cross-Sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 30Penanggungjawab Program Puskesmas. Sampelyang digunakan sebanyak 30 orang dengan Tehnikpengambilan sampel dalam penelitian ini adalahsampling jenuh / total sampling. Penelitian ini akandilakukan di Puskesmas Tlogosari pada bulan April– Mei 2019.
HASILHasil penelitian disajikan sebagai berikut:
Tabel 1.Motivasi Kerja berdasarkan Maslow’s model (n=30)
Motivasi Kerja berdasarkan Maslow’s model f %Tidak Baik 0 0Kurang Baik 3 10Baik 6 20Sangat Baik 21 70
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas motivasikerja responden berdasarkan Maslow’s Modeldikategorikan sangat baik sebanyak 21 responden
(70%). Secara spesifik distribusi frekuensimotivasi kerja berdasarkan Maslow’s model darihasil penelitian didapatkan, sebagai berikut :
Tabel 2.Motivasi Maslow’s model berdasarkan kebutuhan fisiologis (n=30)
Kebutuhan Fisiologis f %Tidak Baik 0 0Kurang Baik 0 0Baik 13 43,3Sangat Baik 17 56,7
Tabel 2 menunjukkan bahwa motivasi kerjaMaslow’s Model berdasarkan kebutuhan
fisiologis responden mayoritas sangat baiksebanyak 17 responden (56,7%).
Tabel 3.Motivasi Maslow’s model berdasarkan kebutuhan keamanan dan keselamatan (n=30)
Kebutuhan Kemanan dan Keselamatan f %Tidak Baik 0 0Kurang Baik 2 6,6Baik 14 46,7Sangat Baik 14 46,7
Tabel 3 motivasi kerja Maslow’s Modelberdasarkan Kebutuhan Keamanan DanKeselamatan responden menunjukkan baik dan
sangat baik masing – masing sebanyak 14responden (46,7%).
Tabel 4.Motivasi Maslow’s model berdasarkan kebutuhan social (n=30)
Kebutuhan Sosial f %Tidak Baik 0 0Kurang Baik 3 10Baik 6 20Sangat Baik 21 70
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 4 Oktober 2019, Hal 407-412LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
410
Motivasi kerja Maslow’s Model berdasarkankebutuhan social, mayoritas responden sangat
baik sebanyak 21 responden (70%).
Tabel 5.Motivasi Maslow’s model berdasarkan Kebutuhan Penghargaan (n=30)
Kebutuhan Penghargaan f %Tidak Baik 0 0Kurang Baik 3 10Baik 6 20Sangat Baik 21 70
Tabel 5 motivasi kerja Maslow’s Modelberdasarkan kebutuhan penghargaan, mayoritas
responden menunjukkan sangat baik sebanyak 21responden (70%).
Tabel 6.Motivasi Maslow’s model berdasarkan kebutuhan aktualisasi diri (n=30)
Kebutuhan Aktualisasi Diri f %Tidak Baik 0 0Kurang Baik 4 13,3Baik 3 10Sangat Baik 23 76,7
Tabel 6 motivasi kerja Maslow’s Modelberdasarkan kebutuhan aktualisasi diri, mayoritas
responden menunjukkan sangat baik sebanyak 23responden (76,7%).
Tabel 7.Kinerja penanggungjawab program UKM (n=30)
Kinerja Penanggungjawab Program UKM f %Tidak Baik 4 13,3%Baik 26 86,7%
Tabel 7 menunjukkan bahwa kinerjapenanggungjawab program upaya kesehatan
masyarakat mayoritas baik sebanyak 26responden (86,7%)
Tabel 8.Hubungan motivasi kerja berdasarkan maslow’s model dengan kinerja (n=30)
Motivasi kerja berdasarkan maslow’smodel
Kinerja penganggungjawabUKM Total P value
Tidak baik Baik∑ % ∑ % ∑ % 0,000
α=0,05CorrelationCoefficient
0,696
Tidak baik 0 0 0 0 0 0Kurang baik 3 10 0 0 3 10Baik 1 3 5 17 6 20Sangat baik 0 0 21 70 21 70
Uji statistik Spearman Rho dengan derajatkemaknaan p ≤ 0,05. Didapatkan p value 0,000yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima maka,ada Hubungan Motivasi Kerja BerdasarkanMaslow’s Model Dengan KinerjaPenanggungjawab Upaya Kesehatan MasyakaratDi Puskesmas Tlogosari Kecamatan TlogosariTahun 2019.
PEMBAHASANTabel 1 hasil penelitian menunjukkan bahwamotivasi kerja responden berdasarkan Maslow’sModel dikategorikan tidak baik 0, kurang baiksebanyak 3 responden (10%), baik sebanyak 6responden (20%) dan sangat baik sebanyak 21
responden (70%). Berdasarkan data penelitianmenunjukkan bahwa motivasi kerja petugaskesehatan dalam melaksanakan tugasnya dipuskesmas dapat ditinjau dari aspek kebutuhanMaslow’s model dikategorikan sangat baik. halini tentunya merupakan suatu pondasi yang baikdalam bekerja dengan motivasi akan dapatmendorong atau menggerakkan seseorang untukmelakukan sesuatu lebih bersemangat khususnyayang menyangkut motivasi kerja dalam rangkameningkatkan kinerja pegawai yangbersangkutan.
Berdasarkan data penelitian juga menunjukkanterdapat beberapa petugas kesehatan yang
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 4 Oktober 2019, Hal 407-412LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
411
memiliki motivasi kerja kurang, telaah lebihdalam terhadap responden yang memilikimotivasi kurang sebanyak 3 responden (10%)disebabkan oleh responden merasa kebutuhankeamanan dan keselamatan kurang terpenuhi.Ketersediaan perlengkapan kesehatan olehinstansi bagi para karyawan menjadi itemtertinggi penyebab kurang baiknya motivasi kerjapetugas dalam melaksanakan kegiatan sehari –hari di puskesmas.
Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwakinerja penanggungjawab program upayakesehatan masyarakat tidak baik sebanyak 4responden (13,3%), dan baik sebanyak 26responden (86,7%). Data Penelitian jugadidapatkan beberapa program kegiatan yangbelum mencapai target atau kurang dari 50%, halini disebabkan oleh belum dilaksanakannyakegiatan program sesuai planning of action sesuaimatrik kegiatan seperti progam Upaya kesehatanSekolah dimana sesuai planning of actionmelaksanakan screening pemeriksaan kesehatananak sekolah. Kegiatan tersebut sedianya akandilaksanakan pada bulan juli pada tahun ajaranbaru, sedangkan penelitian dilakukan pada bulanApril – Mei, sehingga perhitungan capaianprogram menjadi rendah, dikarenakan pada saatpenelitian kegiatan tersebut belum dilaksanakan.
Hasil penelitian juga menunjukkan kinerjapenanggung jawab program upaya kesehatanmasyarakat puskesmas baik sebanyak 26responden (86,7%). Tertib administrasi danadanya Rencana Pelaksanaan Kegiatan yangtersusun dan terstruktur sesuai dengan standartakreditasi puskesmas, menjadi pendukungkelengkapan dan bukti pelaksanaan programupaya kesehatan masyarakat di Puskesmas.
Uji statistik Spearman Rho dengan derajatkemaknaan p ≤ 0,05. Didapatkan p value 0,000yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima maka,ada Hubungan Motivasi Kerja BerdasarkanMaslow’s Model Dengan KinerjaPenanggungjawab Upaya Kesehatan MasyakaratDi Puskesmas Tlogosari Kecamatan TlogosariTahun 2019 Menunjukkan bahwa motivasi kerjamemiliki peranan yang besar terhadap pencapaiankinerja seseorang. Faktor intrinsik berdasarkankebutuhan maslow’s memberikan gambaranterhadap pemenuhan kebutuhan individu sebagaiupaya melaksanakan tugas dantanggungjawabnya dalam pekerjaan. Tingkatmotivasi seorang individu atau tim diberikandalam tugas atau pekerjaan mereka yang dapatmempengaruhi semua aspek kinerja organisasi.
Berdasarkan hasil penelitian, pengakuan ataupenghargaan dapat mempengaruhi kinerjapetugas hal tersebut terjadi pada penelitian ini.Pengakuan atau penghargaan merupakan hakdasar seseorang dalam lingkungan kerja,menjadikan hal yang sangat penting dalamkehidupan setiap petugas kesehatan
SIMPULANAda hubungan Motivasi Kerja BerdasarkanMaslow’s Model Dengan KinerjaPenanggungjawab Upaya Kesehatan Masyakarat.
DAFTAR PUSTAKARosyidah, S. (2009). "Hubungan Motivasi
Perawat Dengan Kinerja Perawat DiRuang Rawat Inap Rumah SakitDaerah Panembahan Senopati Bantul."Jurnal manajemen pelayanan kesehatan
Dhermawan, A. S. (2012). "PengaruhMotivasi, Lingkungan Kerja,Kompetensi, dan Kompensasi TerhadapKepuasan Kerja dan Kinerja PegawaiDi Lingkungan Kantor DinasPekerjaan Umum Provinsi Bali." JurnalManajemen, Strategi Bisnis, danKewirausahaan 6, No 2.2012
Undang – Undang Republik Indonesia No. 75Tahun 2014 Tentang Pusat KesehatanMasyarakat
Undang – Undang Republik Indonesia No. 44Tahun 2016 Tentang MangementPuskesmas
Dinkes. (2017). Profil Dinas KesehatanKabupaten Bondowoso, 2017
Insanarif, Ahmad Zainul. (2012). ManajemenPelayanan Publik. Erlangga, Jakarta.2012.
Abbas Daneshkohan. (2015). FactorsAffecting Job Motivation among HealthWorkers: A Study From Iran, GlobalJournal of Health Science; Vol. 7, No.3, 2015.
Tri Andjarwati. (2015). Motivasi dari SudutPandang Teori Hirarki KebutuhanMaslow, Teori Dua Faktor Herzberg,Teori X Y Mc Gregor, dan Teori
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 4 Oktober 2019, Hal 407-412LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
412
Motivasi Prestasi Mc Clelland, JMM17Jurnal Ilmu Ekonomi & Manajemen,
April Vol. 1 No.1. hal. 45 – 54.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 47-51, 2020 | 47
Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Yogyakarta
Heni Rusmitasari1✉
, Ahmad Ahid Mudayana2
1Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang
2Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan
Info Artikel Abstrak
Diterima 21 April 2020
Disetujui 28 April 2020
Diterbitkan 30 Mei 2020
Latar belakang: Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor terpenting dalam
organisasi karena menjadi kunci kesuksesan organisasi di masa sekarang maupun
mendatang. Dalam sebuah organisasi diperlukan peran kepemimpinan yang baik.
Adanya kepemimpinan yang baik maka akan meningkatkan motivasi kerja
pegawainya. Tujuan: Menganalis hubungan kepemimpinan dengan motivasi kerja
pada tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Yogyakarta. Metode: Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Kota Yogyakarta, dengan jumlah sampel sebanyak 289
responden. Data diambil menggunakan kuesioner yang sebelumnya telah dilakukan
uji validitas dan reliabilitas. Analisis data menggunakan uji statistik chi-square untuk
mengetahui hubungan antara variabel kepemimpinan dengan variabel motivasi kerja.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa kepemimpinan yang diterapkan di
Puskesmas Kota Yogyakarta termasuk ke dalam kategori baik yaitu sebanyak 176
(60.9%) responden. Motivasi kerja yang dimiliki termasuk dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 155 (53.6%) responden. Hasil statistik uji chi-square antara kepemimpinan
dengan motivasi kerja diperoleh nilai p = 0.000. Kesimpulan: Terdapat hubungan
antara kepemimpinan dengan motivasi kerja pada tenaga kesehatan di Puskesmas
Kota Yogyakarta.
Kata Kunci:
Kepemimpinan
Motivasi Kerja
e-ISSN:
2613-9219
Akreditasi Nasional:
Sinta 4
Abstract
Keywords:
Leadership
Work Motivation
Background: Human resources is one of the most important factors in an
organization because it is the key to the success of the organization in the future as
well. In an organization a good leadership role is needed. A good struggle will
increase the work motivation of its employees. The aim is to analyze the relationship
of leadership with motivation at Health Center Yogayakarta. Objective: To analyze
the relationship between leadership with motivation. Method: This research was
conducted at City Health Center Yogyakarta, a sample of 289 respondents. The data
were collected by questionnaire and analyzed by chi-square analysis. Result: Based
on the results of the study obtained from leadership applied at Health Center
Yogyakarta included in the good category of 176 (60.9%) respondents. Work
motivation which is included in the high category is 155 (53.6%) respondents. The
result analysis Chi-square between leadership and work motivation, p-value 0.000.
Conclusion: There is a relationship between leadearship and work motivation at
Health Center Yogyakarta.
✉Coresponding author:
© 2020 Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (The Indonesian Journal of Public Health)
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi, [email protected] Volume 15, Nomor 1, Mei 2020
Original Article Open Access
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 47-51, 2020 | 48
Pendahuluan
Bentuk upaya yang dilakukan pemerintah dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan secara
menyeluruh kepada masyarakat yaitu dengan
dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya [1].
Sumber daya manusia merupakan salah satu
faktor terpenting yang harus diperhatikan dalam sebuah
organisasi. Sumber daya manusia menjadi kunci
kesuksesan organisasi di masa sekarang maupun
mendatang. Dalam sebuah organisasi peran
kepemimpinan yang baik sangat diperlukan [2].
Kepemimpinan dapat digunakan oleh setiap orang dan
tidak hanya berlaku pada organisasi saja.
Kepemimpinan memengaruhi perilaku manusia baik
perseorangan ataupun kelompok untuk tercapainya
suatu tujuan tertentu [3].
Seorang pemimpin akan memainkan peranan
yang sangat penting dalam organisasinya. Dengan
adanya kepemimpinan yang baik maka akan
meningkatkan motivasi kerja karyawannya. Pemimpin
harus memperhatikan kinerja bawahan dan
memberikan stimulus untuk peningkatan kinerja baik
berupa pemberian motivasi maupun penghargaan pada
tenaga kesehatan yang memiliki disiplin kerja yang
tinggi [4].
Motivasi kerja berkaitan dengan umur, masa
kerja, prestasi kerja, pengakuan, pengembangan
potensi individu, persepsi gaji, kondisi kerja, kebijakan
dan administrasi, hubungan antar pribadi serta
supervisi [5]. Tingkah laku seseorang dipengaruhi dan
dirangsang oleh keinginan, kebutuhan, tujuan dan
kepuasan. Rangsangan timbul dari diri sendiri dan dari
luar. Rangsangan ini akan menciptakan motif dan
motivasi yang mendorong orang untuk bekerja [6].
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa
kepemimpinan berhubungan dengan motivasi kerja.
kepemimpinan yang diterapkan yaitu pemimpin
mampu meningkatkan gairah untuk bekerja dan
membina tingkah laku karyawan. Pemimpin memberi
tahu apa yang harus dikerjakan, serta memlihara rasa
aman dan suasana yang menyenangkan [7]. Penelitian
lain juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh
kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan.
Pemberian motivasi sangatpenting untuk meningkatkan
kinerja.Pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi
kerja karyawan sangat relevan terhadap kinerja
karyawan, karena apabila tidak diberikan sebuah
motivasi maka karyawan tidak bisa bekerja secara
produktif [8]. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui hubungan kepemimpinan terhadap
motivasi kerja tenaga kesehatan di Puskesmas Kota
Yogyakarta.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian analitik
dengan desain studi cross sectional. Penelitian
dilakukan di Puskesmas Kota Yogyakarta. Sampel
penelitian ini yaitu tenaga kesehatan dengan sebanyak
289 responden. Pengambilan sampel menggunakan
propotionate stratified random sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang
terdiri dari karakteristik responden dan variabel
penelitian, antara lain kepemimpinan dan motivasi
kerja. Pengolahan data menggunakan uji statistik chi-
square. Penelitian ini sudah mendapatkan ethical
clearance dari Komite Etik Penelitian Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta (KEP UAD).
Hasil
Mayoritas responden berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 222 (76.8%) responden, dan
responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 67
(23.2%) responden.Sedangkan untuk pendidikan
terakhir mayoritas responden memiliki pendidikan S1/
D4 sebanyak 152 (52.6%), pendidikan D3 sebanyak
128 (44.3%), dan pendidikan S2 sebanyak 9 (3.1%)
responden (Tabel 1).
Tabel 1. Karakteristik responden
Karakteristik Frekuensi Persentase
(%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
67
222
23.2
76.8
Pendidikan
D3
D4/S1
S2
128
152
9
44.3
52.6
3.1
Sebagian besar responden berpendapat bahwa
pimpinan di tempat kerja responden saat ini memiliki
kepemimpinan yang baik (56.1%). Motivasi responden
dalam bekerja juga sebagian besar adalah tinggi
(57.4%) yang ditunjukkan dengan jawaban responden
saat ditanyakan motivasi yang dirasakan saat
wawancara dilakukan (Gambar 1).
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 47-51, 2020 | 49
Gambar 1. Kategori kepemimpinan dan motivasi
Motivasi yang rendah tampak hampir sebanding
angka proporsinya dengan penilaian terhadap
kepemimpinan yang kurang baik di mata responden.
Gambar 2. Hubungan sosok kepemimpinan dan
motivasi bawahan
Sejumlah responden yang menilai sosok
kepemimpinan di instansi kerjanya kurang baik, lebih
didominasi dengan motivasi kerja responden yang
rendah juga (62,2%). Sebaliknya, pada kepemimpinan
yang baik, responden dalam bekerja menunjukkan
motivasi yang tinggi (72,8%). Tampak adanya
hubungan yang signifikan antara motivasi kerja
responden dengan gaya kepemimpinan di tempat kerja
(p = 0,000) (Gambar 2).
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
mayoritas tenaga kesehatan beranggapan bahwa
kepemimpinan yang sudah diterapkan di tempat kerja
berada pada kategori baik. Kepemimpinan dapat
memengaruhi kemampuan seseorang, serta dapat
mendorong individu maupun kelompok untuk bekerja
dan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang
baik dari atasan diharapkan personil di instansinya
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Mayoritas responden menilai kepemimpinan
termasuk kategori baik karena pemimpin memberikan
arahan yang jelas mengenai tugas yang diberikan,
menghargai setiap perbedaan pendapat untuk tujuan ke
arah yang lebih baik, pemimpin mengajak untuk
bekerja dalam tim yang solid dan harmonis, serta
pemimpin memberikan penghargaan kepada pegawai
untuk membangkitkan semangat kerjanya. Motivasi
terbesar berasal dari diri sendiri, tetapi motivasi dari
luar juga sangat diperlukan untuk melaksanakan tugas
dan tanggungjawabnya [9].
Pimpinan harus mampu memberikan arahan
kepada pegawainya mengenai tugas yang diberikan
serta memiliki komunikasi yang baik, karena dengan
adanya kepemimpinan yang baik maka akan kinerja
pegawai akan meningkat. Hal ini sesuai dengan
penelitian terdahulu bahwa kepemimpinan merupakan
salah satu faktor yang dapat memengarhi kinerja
seseorang karena segala kebijakan dan pekerjaan
dipengaruhi oleh pemimpinnya [10]. Hal ini juga
didukung oleh penelitian terdahulu bahwa gaya
kepemimpinan kepala ruang berhubungan dengan
kinerja petugas kesehatan di Puskesmas Bitung Barat
Kota Bitung [11].
Mayoritas responden memiliki motivasi kerja
tinggi, yang mana motivasi ini terdiri dari motivasi
intrinsik dan ekstrinsik. Tenaga kesehatan memiliki
hubungan yang harmonis sesama rekan kerja,
lingkungan kerja yang nyaman, serta memiliki
pemimpin yang dapat memberikan bimbingan dan
dorongan untuk bekerja lebih baik lagi. Pimpinan disini
harus dapat memperhatikan motivasi kerja karyawan
karena motivasi berdampak terhadap kinerja
karyawan.Apabila kinerja karyawan ini meningkat
maka akan berpengaruh pada pencapaian tujuan
organisasi [12].
Sebagian besar tenaga kesehatan yang
berprestasi mendapatkan penghargaan, dan memiliki
kesempatan untuk mendapatkan promosi atau kenaikan
pangkat bagi yang memiliki prestasi kerja yang baik,
serta terdapat upah insentif apabila melakukan lembur
kerja. Penelitian Prasetiya menyebutkan bahwa
kompensasi dapat memengaruhi kinerja, karena apabila
kompensasi tidak sesuai maka seseorang tidak akan
termotivasi dalam bekerja yang selanjutnya dapat
memengaruhi kinerja [10].
Motivasi kerja yang tinggi dapat memengaruhi
kinerja seseorang. Seseorang yang memiliki motivasi
rendah akan memiliki kinerja yang kurang baik dan
sebaliknya seseorang yang memiliki motivasi tinggi
akan memiliki kinerja yang baik [13]. Penelitian lain
juga menyebutkan bahwa motivasi memengaruhi
43,9
56,1
42,6
57,4
0
10
20
30
40
50
60
70
Kurang baik Baik Rendah Tinggi
Kepemimpinan Motivasi responden
Per
sen
tase
(%
)
62,2
37,8
27,2
72,8
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Motivasi rendah Motivasi tinggi
Per
sen
tase
(%
) Kepemimpinankurang
Kepemimpinanbaik
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 47-51, 2020 | 50
kinerja seseorang. Motivasi ini terdiri dari motivasi
intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi tersebut terdiri dari
monetary incentives dan non monetary incentives, yang
termasuk dalam motivasi monetary incentives yaitu
pemberian upah lembur, penghargaan, dan juga
tunjangan. Sedangkan yang termasuk dalam motivasi
non monetary incentives antara lain lingkungan kerja,
kerjasama antar rekan kerja, pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh pimpinan [14]. Adanya hubungan
antara kepemimpinan dengan motivasi kerja tenaga
kesehatan memberikan implikasi bahwa kepemimpinan
yang baik dapat meningkatkan kemungkinan untuk
memiliki motivasi kerja yang tinggi bagi tenaga
kesehatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Muhammad yang menyebutkan bahwa kepemimpinan
memiliki hubungan dengan motivasi kerja perawat.
Pemimpin yang baik yaitu pemimpin yang dapat
meningkatkan gairah kerja sehingga dapat
meningkatkan produktivitas kerja [15]. Penelitian Do
Rego juga menyebutkan bahwa kepemimpinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi
kerja, artinya kepemimpinan yang baik memberikan
pengaruh terhadap motivasi yang dirasakan oleh
pegawainya [16]. Hasil penelitian yang dilakukan di
PDAM Madiun didapatkan hasil bahwa kepemimpinan
memiliki pengaruh terhadap motivasi kerja dengan
hasil analisis statistik regresi yaitu Y=8,201 + 1,802X,
yang artinya apabila kepemimpinan ditingkatkan 1%
maka motivasi kerja karyawan akan naik menjadi
1,802% [17].
Pemimpin dalam memengaruhi perilaku orang
lain atau kelompok perlu memikirkan gaya
kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan ini juga
berpengaruh terhadap motivasi kerja. Penelitian yang
dilakukan di Puskesmas Siak Hulu II diketahui bahwa
gaya kepemimpinan berhubungan dengan motivasi
kerja. Gaya kepemimpinan yang berhubungan dengan
motivasi kerja antara lain gaya kepemimpinan direktif,
suportif, prestasi, dan partisipatif [18].
Pemimpin telah melakukan kerjasama yang
solid dan harmonis dalam bekerja untuk menumbuhkan
motivasi pada pegawainya. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas
Sukomoro bahwa Puskesmas Sukomoro menerapkan
kepemimpinan partisipatif. Kepemimpinan ini
dilakukan dengan cara menciptakan kerjasama,
menumbuhkan loyalitas para bawahan. Pemimpin
memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki
perusahaan/puskesmas [19]. Penelitian De Haan
menyebutkan bahwa kepemimpinan khususnya
kepemimpinan dengan gaya kepemimpinan partisipatif
menghasilkan motivasi kerja yang tinggi [20].
Kesimpulan
Karakteristik tenaga kesehatan di Puskesmas
Kota Yogyakarta menunjukkan mayoritas tenaga
kesehatan berjenis kelamin perempuan, mayoritas
memiliki pendidikan Strata 1 (S1) atau Diploma 4
(D4).Untuk variabel kepemimpinan sebagian tenaga
kesehatan menilai kepemimpinan sudah baik,
sedangkan untuk variabel motivasi kerja, sebagian
besar tenaga kesehatan memiliki motivasi yang tinggi.
Ada hubungan antara kepemimpinan dengan motivasi
kerja tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Yogyakarta
dimana gaya kepemimpinan akan menjadi salah satu
faktor yang penting untuk menjaga dan meningkatkan
motivasi kerja.
Daftar Pustaka
[1] Kementerian Kesehatan RI. Kepmenkes RI No.75
Tahun 2014 Tentang Puskesmas. 2014.
[2] Sukmayanti E. Pengaruh Peran Kepemimpinan,
Komunikasi, dan Lingkungan Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai pada UPTD Puskesmas
Kecamatan Klari Kabupaten Karawang. Jurnal
Manajemen & Bisnis Kreatif.2018;13(2):99-115.
[3] Thoha M. 2015. Kepemimpinan dalam
Manajemen. Jakarta:Rajawali Pers. 2015
[4] Usman, H. Manajemen: Teori, Praktik, dan riset
Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara. 2016.
[5] Bina, Ida, Intan. Faktor yang Berhubungan
dengan Motivasi Kerja pada Perawat Rumah
Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-
Journal). 2016;4(2):76-86.
[6] Ansory AF, Indrasari M. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Sidoarjo:Indomedia Pustaka.
2018.
[7] Yulianti H, Warouw MH, Palandeng H.
Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruangan
Menurut Persepsi Perawat Terhadap Motivasi
Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Instalasi
Rawat Inap F BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado. E-Journal Keperawatan. 2013;1(1):1-9.
[8] Reni. 2015. Pengaruh Kepemimpinan terhadap
Motivasi Kerja Karyawan pada UD. Surya Phone
di Samarinda. e-journal Ilmu Administrasi Bisnis.
2015;3(4):966-978
[9] Sari, FM. Hubungan Kepemimpinan dengan
Motivasi Kerja Pegawai di Bagian Asisten
Pemerintahan Kantor Gubernur Sumatera Barat.
Jurnal Administrasi Pendidikan.2016;1(1):1-10.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 15, Nomor 1, Halaman 47-51, 2020 | 51
[10] PrasetiyaCH.Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Perawat di RSUD Sunan Kalijaga
Demak. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan.
2016;7(2):15-21.
[11] Tombokan VTA, Estefina M. Hubungan Gaya
Kepemimpinan Kepala Puskesmas dengan
Kinerja Petugas Kesehatan di Puskesmas Bitung
Barat Kota Bitung. Buletin Sariputra.
2016;6(1):37-42.
[12] Rivai V, DeddyM.Kepemimpinan & Perilaku
Organisasi. Bandung:Raja Grafindo Persada.
2012.
[13] Natasia N,Ahas L, Janik K. Faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan SOP
Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU RSUD
Gambiran Kota Kediri. Jurnal Kedokteran
Brawijaya. 2014;28(1):21-25.
[14] Al-Hawary SIS, El-Fattah Banat NA. Impact of
Motivation on Job Performance of Nursing Staff
in Private Hospitals in Jordan. International
Journal of Academic research in Accounting,
Finance and Management Sciences.
2017;7(2):54-63.
[15] Muhammad HY, Herman W, Hendry P.
Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruangan
Menurut Persepsi Perawat terhadap Motivasi
Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Instalasi
Rawat Inap F BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado. ejournal Keperawatan. 2013;1(1):1-9.
[16] Do Rego EB, Wayan GS, Ni Nyoman KY.
Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Motivasi dan
Kinerja Karyawan pada Direktorat Jendral
Administrasi dan Keuangan Kementrian Estatol
Timor Leste. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana. 2017;1(1):3731-3764.
[17] Ningsih AR. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap
Motivasi Kerja Karyawan pada PDAM Kota
Madiun. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan
Pembelajaran. 2016;4(2):1-10.
[18] Renaldi R. Hastuti M, Nila PS. Hubungan Gaya
Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja
Karyawan di Puskesmas Siak Hulu II. Al-Tamimi
Kesmas Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
2019;8(1):56-67
[19] Widiarini R. 2017. Hubungan Gaya
Kepemimpinan Koordinator UKP dengan
Motivasi Kerja Karyawan Puskesmas. 2-TRIK:
Tunas-Tunas Riset Kesehatan. 2017;VII(1):52-56.
[20] De Haan PLM, Hendro JB, Rina K. Gaya
Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Perawat di
Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Keperawatan.
2019;7(2):1-7.
Hasmalawti, Restya - Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Motivasi…| 63
Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Di Puskesmas Paya
Bakong Aceh Utara
Nur Hasmalawati Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh, Indonesia
E-mail: [email protected]
Winda Putri Diah Restya Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas kehidupan kerja atau Quality of Work Life (QWL) terhadap motivasi kerja karyawan di Puskesmas Paya Bakong Aceh Utara. Penelitian ini merupakan penelitian deskripstif yaitu penelitian yang menyajikan gambaran lengkap mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diteliti. Instrumen yang digunakan berbentuk skala.Populasi penelitian adalah karyawan Puskesmas Paya Bakong Aceh Utara yang berjumlah 117 orang dan diambil sampel sebanyak 54 karyawan dengan teknik simple random sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap motivasi kerja karyawan, artinya hipotesis yang penulis ajukan diterima. Pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap motivasi kerja sebesar 42,3 % dengan nilai F 38,199 dan nilai p 0,000.
Kata Kunci: Kualitas Kehidupan Kerja, Motivasi Kerja
Abstract
The aim of this research is to know the relation of quality of work life or Quality of Life (QWL) to work motivation of employees at Puskesmas Paya Bakong North Aceh. This research is descriptive research which presents complete picture about a phenomenon or social phenomenon, by way of describing variable value relating to problem and unit under study among phenomena under study. The instrument used in the scale. The research population is employees of Puskesmas Paya Bakong North Aceh which requires 117 people and taken the sample of 54 employees with simple random sampling technique. Data analysis techniques used simple regression analysis. The results showed there is influence of quality of work life to work motivation of employees, said the hypothesis that the authors submit accepted. The influence of quality of life to work motivation is 42,3% with F value 38,199 and p value 0.000.
Keywords: Quality of Work Life, Work Motivation
Motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau
menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau
kegiatan yang berlangsung secara sadar (Bangun,
2012:312). Sedangkan menurut Mathis dan Jackson
(dalam Bangun, 2012:312) mengatakan motivasi
merupakan hasrat didalam diri seseorang yang
menyebabkan orang tersebut melakukan suatu tindakan
untuk mencapai suatu tujuan. Uno (2012:71) mengatakan
motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut
menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya
pengaruh motivasi pada kinerja seseorang tergantung
pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan.
Nitisemito (2010:26) mengemukakan bahwa motivasi
kerja adalah usaha atau kegiatan dari pimpinan untuk
dapat menimbulkan dan meningkatkan semangat dan
kegairahan kerja dari para pekerja-pekerja atau
karyawan-karyawannya. Sedangkan Gibson, dkk dalam
Kadarisman (2012:275) mengemukakan bahwa motivasi
adalah teori yang menguraikan tentang kekuatan-
kekuatan yang ada dalam diri karyawan yang memulai
serta mengarahkan perilaku. Stokes dalam Kadarisman
(2012:278) mengatakan bahwa motivasi kerja adalah
sebagai pendorong bagi seseorang untuk melakukan
pekerjaannya dengan lebih baik dan juga merupakan
faktor yang membuat perbedaan antara sukses dan
gagalnya dalam banyak hal dan merupakan tenaga
emosional yang sangat penting untuk sesuatu pekerjaan
baru.
Menurut Sedarmayanti (2009), kurangnya motivasi kerja
dapat mempengaruhi kualitas kerja seseorang dan kualitas kerja
juga berkurang, maka kepuasan orang yang menerima jasa juga
akan berkurang. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kualitas
kehidupan kerja dari tenaga kesehatan, sebaiknya pemberian
motivasi kerja juga diperhatikan, misalnya pemberian insentif
64| Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 2, November 2017, hlm 63-67
yang memuaskan. Salah satu upaya untuk meningkatkan
motivasi kerja karyawan adalah dengan memperhatikan
kebutuhan individualnya selama dia bekerja untuk
meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja agar tercapainya
tujuan instansi tersebut.
Tekanan persaingan dalam dunia bisnis menuntut
perusahaan untuk memikirkan cara perusahaan beradaptasi
dengan lingkungan yang senantiasa berubah. Perusahaan
harus sangat memperhatikan perubahan dunia bisnis jika
mereka ingin mempertahankan tenaga kerja yang
produktif. Dalam hal ini, Manajemen Sumber Daya
Manusia (MSDM) mempunyai tanggung jawab yang besar
untuk mengatur setiap karyawannya agar termotivasi dalam
bekerja dan produktif bagi suatu perusahaan dan juga
berperan dalam membangun perilaku yang kondusif bagi
karyawan agar mendapatkan hasil yang terbaik. MSDM
merupakan ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan
peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat
(Hasibuan, 2008:10).
Adapun untuk mewujudkan lingkungan kerja dan iklim
kerja yang kondusif, perusahaan dapat mengelola dan
menyediakan sarana serta prasarana yang diharapkan bisa
mendorong karyawan selalu berinovasi dan berkreasi,
seperti membuat sistem yang fair, struktur organisasi
yang fleksibel dengan pembagian tugas, wewenang
beserta tanggung jawab yang jelas dan manusiawi,
memperhatikan kemampuan karyawan dan usahanya
dalam mencapai tujuan karirnya (Husnawati, 2006:2).
Oleh sebab itu, terciptanya kualitas kehidupan kerja
yang bagus, maka akan memotivasi karyawan untuk
mengembangkan karirnya dalam suatu organisasi.
Menurut Lewis, dkk (dalam Arifin, 2012:12) kualitas
kehidupan kerja merupakan masalah utama yang patut
mendapat perhatian organisasi. Kualitas kehidupan kerja
juga menumbuhkan keinginan para karyawan untuk tetap
tinggal dan bertahan di dalam organisasi. Sedangkan
Obsorn, dkk (dalam Yusuf, 2010:2) mendefinisikan
kualitas kehidupan kerja sebagai quality of work life is
overall quality of human experiences in the workplace,
yang artinya kualitas kehidupan kerja merupakan
keseluruhan kualitas dari pengalaman manusia dalam
tempat kerja. Cascio (2010:24) menyatakan bahwa
“quality of work life in terms of employees perceptions of
their physical and mental wel-being of work” diartikan
bahwa kualitas kehidupan kerja adalah persepsi karyawan
akan kesejahteraan mental dan fisik mereka di tempat
kerja.
Menurut Walton (dalam Rose, dkk, 2006), terdapat
delapan komponen utama yang berkaitan dengan kualitas
kehidupan kerja, yaitu (1) kompensasi yang cukup dan
adil, (2) kondisi pekerjaan yang sehat dan aman, (3)
kesempatan untuk menggunakan dan mengembangkan
kapasitas yang dimiliki oleh karyawan, (4) kesempatan
untuk pertumbuhan berkelanjutan, (5) integrasi sosial
dalam organisasi, (6) hak-hak karyawan, (7)
keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan
diluar pekerjaan dan (8) relevansi sosial dalam kehidupan
kerja.
Salah satu dampak kualitas kehidupan kerja yang
buruk adalah timbulnya stres di tempat kerja. Stres kerja
merupakan istilah umum yang menunjuk pada tekanan
dan masalah yang dialami oleh setiap orang dalam
kehidupan kerjanya. Konsep stres kerja mengandung dua
makna yaitu positif dan negatif. Jika orang dapat
mengatur atau mengelola stres dengan baik maka secara
psikologis akan menumbuhkan semangat dan motivasi
untuk bekerja. Sebaliknya jika stres terlalu berlebihan
akan menyebabkan terganggunya kesehatan baik secara
fisik maupun non-fisik (Ekowati, 2009).
Menurut Rivai & Sagala (2010), karyawan yang
mengalami stres pekerjaan dan kualitas kehidupan
kerjanya rendah mempunyai sikap ketidakpuasan, sikap
apatis, kebingungan terhadap peran dan kewajiban, tidak
mempercayai orang lain, bimbang dalam mengambil
keputusan, mudah marah dan selalu menunda pekerjaan.
Jika hal ini terjadi dan tidak segera ditanggulangi, maka
kinerja dan produktivitas karyawan akan menurun yang
menyebabkan karyawan tidak puas dengan pekerjaannya.
Oleh sebab itu muncul keinginan atau kecenderungan
untuk keluar atau meninggalkan pekerjaan sehingga tidak
tercapainya tujuan dari perusahaan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa ada
pengaruh yang sangat penting antara kualitas kehidupan
kerja dengan motivasi kerja karyawan terhadap kinerja
dan produktivitas tenaga kerja, oleh sebab itu peneliti
tertarik ingin meneliti tentang “Pengaruh Kualitas
Kehidupan Kerja atau Quality of Work Life terhadap
Motivasi Kerja Karyawan di Puskesmas Paya Bakong,
Kabupaten Aceh Utara.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskripstif yaitu
penelitian yang menyajikan gambaran lengkap mengenai
suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan
dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena
yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 117
orang. Sampel yang diambil sebanyak 54 orang dengan
simple random sampling. Artinya pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut.
Hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan
analisis statistik regresi linear sederhana dengan
menggunakan bantuan fasilitas komputer yaitu program
Hasmalawti, Restya - Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Motivasi…| 65
SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16.0 for
Windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peneliti melihat fenomena di lapangan bahwa kebanyakan
karyawan kurang antusias dalam bekerja karena merasa
tidak nyaman dan kurang diperhatikan kebutuhannya
ketika bekerja. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya unit
komputer yang disediakan, padahal karyawan
membutuhkannya untuk memasukkan data. Karyawan juga
mengatakan bahwa lingkungan kerja kurang nyaman dan
kondusif, organisasi kurang memperhatikan kebersihan, kamar
mandi dan mushalla kurang diperhatikan, sehingga karyawan
mengalami kesulitan dalam melakukan ibadah. Hal itulah yang
membuat karyawan kurang termotivasi dalam bekerja.
Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat
berharga. Oleh sebab itu, perusahaan bertanggung
jawab untuk memelihara kualitas kehidupan kerja atau
disebut juga dan membina tenaga kerja agar bersedia
memberikan sumbangannya secara optimal untuk
mencapai tujuan perusahaan (Pruijt dalam Husnawati,
2006).
Berikut peneliti menjabarkan hasil analisis yang
disajikan di dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1: Hasil Analisis Uji Korelasi
Variabel Pearson
Correlation Sig
Kualitas Kehidupan Kerja & Motivasi
Kerja .651 .000
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kualitas
kehidupan kerja memiliki hubungan positif yang
signifikan dengan motivasi kerja. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,651, nilai p
0,000 < 0, 05. Artinya jika kualitas kehidupan kerja
semakin tinggi, maka motivasi kerja juga semakin tinggi.
Sebaliknya, jika kualitas kehidupan kerja rendah, maka
motivasi kerja yang dimiliki juga rendah.
Tabel 2: Hasil Analisis Uji Regresi
Variabel F R2 Sig
Kualitas Kehidupan Kerja &
Motivasi Kerja 38.199 .423 .000
Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis menunjukkan
bahwa kualitas kehidupan kerja berpengaruh terhadap
motivasi kerja karyawan. Hal ini dilihat dari nilai R
Square 0,423 dengan nilai F 38,199 dan nilai sig 0,000
yang artinya kualitas kehidupan kerja sebagai variabel
bebas mempengaruhi variabel terikat yaitu motivasi kerja
sebesar 42,3 %, sedangkan sisanya 57,7 % dipengaruhi
oleh variabel lain seperti gaya kepemimpinan dan
kepuasan kerja.
DISKUSI
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
adanya pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap
motivasi kerja yang artinya hipotesis yang diajukan
diterima. Arifin (2012:13) yang berpendapat bahwa
kualitas kehidupan kerja merumuskan setiap proses
kebijakan yang diputuskan oleh perusahaan merupakan
sebuah respon atas apa yang menjadi keinginan dan
harapan karyawan mereka, hal itu diwujudkan dengan
berbagi persoalan dan menyatukan pandangan mereka
(perusahaan dan karyawan) ke dalam tujuan yang sama
yaitu peningkatan kinerja karyawan dan perusahaan.
Pendapat Arifin (2012:13) berkaitan dengan teori
kualitas kehidupan kerja yang dikemukakan oleh Wayne
(dalam Yusuf (2010:2) yang menyatakan bahwa
pimpinan perusahaan perlu menyikapi dengan sebaik-
baiknya makna dari konsep Quality of Work Life dengan
tujuan agar hubungan antara pihak manajemen dengan
karyawan dapat berjalan dengan baik yang bermuara
peningkatan kinerja. Adanya kualitas kehidupan kerja
juga menumbuhkan keinginan para karyawan untuk tetap
tinggal dan bertahan di dalam organisasi.
Banyak penelitian yang telah dilakukan dan hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara QWL dengan beberapa variabel lain
dalam organisasi, seperti motivasi kerja dan kepuasan
karyawan (Fitriadi, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh
Samtica (2011) tentang hubungan komponen QWL
dengan motivasi kerja juga menunjukkan hasil yang
signifikan. Sama halnya dengan Mochtar (2012) yang
melakukan penelitian tentang QWL dengan kinerja, hasil
penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif
yang signifikan.
Kualitas kehidupan karyawan sangat perlu
diperhatikan, karena dengan memperhatikan kualitas
kehidupan kerja, maka akan memotivasi karyawan untuk
mengembangkan karirnya dalam suatu organisasi. Jika
atasan belum sepenuhnya memperhatikan kebutuhan dan
keinginan karyawan, maka motivasi kerja karyawan
rendah dan tidak memberikan kinerja yang optimal
dalam meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.
Puskesmas Paya Bakong belum menyediakan
sarana dan prasarana yang diinginkan dan dibutuhkan
karyawan. Kondisi tempat dan lingkungan kerja yang
disediakan belum kondusif dan mendukung, seperti
tempat ibadah dan kamar mandi yang disediakan tidak
terjaga kebersihannya, fasilitas komputer yang
disediakan belum memadai dan kepercayaan serta citra
Puskesmas dimata masyarakat masih rendah. Oleh
sebab itu, Kepala Puskesmas harus sangat
66| Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 2, November 2017, hlm 63-67
memperhatikan kondisi tempat dan lingkungan kerja
supaya lebih kondusif, sehingga karyawan akan
termotivasi dan semangat dalam bekerja untuk
mewujudkan tujuan Puskesmas kedepannya.
Kelemahan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa hal yang menjadi
kelemahan dan keetrbatasan, yaitu:
Pengambilan data dilapangan dengan menggunakan
angket. Penyebaran angket dilakukan dengan cara
menyebar langsung dan didampingi oleh peneliti dan
sebagian ada yang tidak didampingi, sehingga peneliti
tidak dapat mengantisipasi hal yang mungkin terjadi
seperti responden yang kurang memahami maksud dari
pernyataan yang diberikan.
Kelemahan yang lain adalah sebagian kebenaran
jawaban dari responden bukan keadaan diri responden
yang sebenarnya karena mengisi angket asal-asalan dan
sebagian responden yang takut dinilai tidak baik oleh
peneliti.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa adanya
pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap motivasi kerja
karyawan. Untuk dapat meningkatkan motivasi kerja
karyawan maka harus terciptanya suasana kerja yang baik
supaya karyawan dapat merasakan adanya keterlibatan
dalam organisasi atau perusahaan. Setiap organisasi
berperan penting dalam menciptakan kinerja yang
terbaik untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena
untuk mencapai tujuannya, perusahaan hendaknya
menyadari bahwa membutuhkan bantuan, loyalitas dan
partisipasi dari karyawan atau bawahannya dengan cara
memperhatikan kualitas kehidupan kerja karyawan
selama dia bekerja.
Saran
Atasan sebaiknya lebih memperhatikan dan
menyediakan sarana dan prasarana dalam rangka
mewujudkan lingkungan kerja dan iklim kerja yang
kondusif dan diharapkan bisa mendorong karyawan
selalu berinovasi dan berkreasi. Atasan juga mengadakan
pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan karyawan secara bergantian dan melakukan
evaluasi kepada karyawan yang sudah mendapatkan
pelatihan. Karena dengan terciptanya kualitas kehidupan
kerja yang bagus, maka akan memotivasi karyawan untuk
mengembangkan karirnya dalam suatu organisasi dan
mewujudkan tujuan organisasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, N. (2012). Analisis Kualitas Kehidupan Kerja, Kinerja dan Kepuasan Kerja Pada CV. Duta Senenan Jepara. Journal Economia. Volume 8 No. 1. Hal 11-21. Jepara: STIENU Jepara.
Bangun, W. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.
Cascio, W, F. (2010). Managing Human Resources.
Productivity, Quality of Work Life, profits. Eight Edition, New York: McGraw-Hill/Irwin.
Ekowati, T. (2009). Quality of Work Life: Upaya Antisipasi Stres di Tempat Kerja. Jurnal. Published in www.um-pwr.ac.id.
Fitriadi, B. Y. (2012). Analisis Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan PT. Bank Muamalat Indonesia Jember. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Hasibuan, M. (2008). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Husnawati, A. (2006). Analisis Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Komitmen dan Kepuasan Kerja Sebagai Intervening Variabel. Studi Pada Perum Pegadaian Kanwil VI Semarang. Tesis. Program Studi Magister Manajemen. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.
Kadarisman, M. (2012). Manajemen Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mochtar, H. (2012). Hubungan Komponen Quality of
Work Life dengan Kinerja Bidan. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
Nitisemito, A, S. (2010). Manajemen Personalia:
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rivai, V & Sagala, E. J. (2010). Manajemen Sumber
Daya Manusia untuk Perusahaan, dari Teori ke
Praktik. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rose, R, C., Beh, L., Uli, J., & Idris. (2006). Quality of Work Life: Implication of Career Dimensions. Journal of Social Sciences. 2 (2): 61-67.
Samtica, S. (2011). Hubungan Komponen Kualitas Kehidupan Kerja atau Quality of Work Life dengan Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di RS Haji Jakarta. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
Hasmalawti, Restya - Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Motivasi…| 67
Sedarmayanti. (2009). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Bandung: Reformasi Birokrasi.
Uno, H. B. (2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Yusuf, T. (2010). Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja, Komitmen Kerja dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus Karyawan PDAM Makassar). Jurnal Ekonomi. Balikpapan: Universitas Balikpapan.
JNPHVolume 5 No. 2 (Desember 2017)
© The Author(s) 2017
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJAKARYAWAN PUSKESMAS GUNUNG ALAM KECAMATAN ARGA MAKMUR
KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016
RELATED FACTORS WITH EMPLOYEES'S MOTIVATION AT GUNUNG ALAMPUBLIC HEALTH CENTER IN ARGA MAKMUR REGENCY OF NORTH
BENGKULU 2016
WULANDARI, NUCHE MARLIANTO, FIYA DINIARTISEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DEHASEN BENGKULU
Email : [email protected]
ABSTRAK
Motivasi merupakan isu penting, karena kinerja karyawan rata-rata 60% dari tingkat efisiensidengan motivasi yang baik, bisa naik hingga 80%. Motivasi mempertanyakan bagaimanakekuatan dan potensi mengarahkan bawahan untuk bekerja sama secara produktif, berhasilmencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Metode penelitian ini menggunakansurvei analitik dengan pendekatan cross sectional, penelitian dilakukan di Klinik Gunung alamdengan total sampel sebanyak 42 karyawan dengan teknik total sampling. Variabel independendalam penelitian ini yaitu lingkungan kerja dan partisipasi, sedangkan variabel terikatnyaadalah motivasi kerja. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara lingkungan kerja (pvalue = 0,030), partisipasi (p value = 0,014) dengan motivasi kerja pada Klinik Gunung Alam2016. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara lingkungan kerjadan motivasi karyawan dengan partisipasi di Klinik Gunung Alam di tahun 2016. Karyawanklinik diharapkan dapat meningkatkan motivasi kerja sehingga dapat meningkatkan kinerjakaryawan.Kata Kunci: lingkungan kerja, motivasi kerja, partisipasi
ABSTRACT
Motivation is an important issue, because the performance of employees on average 60%degree of efficiency with good motivation, could rise to 80%. Motivation questioned how thepower and potential of directing subordinates to cooperate productively, successfully achievingand realizing the objectives that have been determined. Method. This type of research useanalytic survey with cross sectional approach, research done in Clinics Mountain nature withthe total sample as many as 42 employees with total sampling techniques. The independentvariable in this study i.e., work environment and participation while the variable dependent isthe motivation of working. The results. The results of the statistical tests show there is aconnection between the work environment (p value = 0.030), participation (p value = 0.014)with employee motivation in Natural Mountain health centers by the year 2016. Based on theresults of the research there is a meaningful relationship between work environment andemployee motivation with participation in Clinics Mountain Nature in the year 2016.Suggestions. Employees of clinics is expected to increase the motivation of work so that
101
employees can increase performance as well as the necessity of understanding that lack ofmotivation of employees is one of the causes of low performance due to the beneficial workmotivation to improve the performance of employees.Keywords: work environment, work motivation, participation
PENDAHULUAN
Motivasi merupakan masalah penting,karena kinerja pegawai rata-rata 60% tingkatefisiensinya dengan motivasi yang baik, bisameningkat sampai dengan 80% ke atas(Pasolong, 2010). Apabila motivasi kerjakaryawan rendah maka kinerja karyawanakan menurun. Pada dasarnya motivasi setiapkaryawan berbeda-beda. Motivasi menurutDaft (1999), adalah dorongan yang bersifatinternal dan eksternal pada diri individu yangmenimbulkan antusiasme dan ketekunanuntuk mengejar tujuan-tujuan spesifik(Pasolong, 2010).
Motivasi mempersoalkan bagaimanacaranya mengarahkan daya dan potensibawahan agar mau bekerjasama secaraproduktif berhasil mencapai dan mewujudkantujuan yang telah ditentukan dan motivasitidak hanya berwujud kebutuhan ekonomisyang bersifat materi saja (berbentuk uang)akan tetapi motivasi karyawan jugadipengaruhi oleh faktor-faktor keberhasilanpelaksanaan karyawan dalam bekerja,pengakuan akan keberhasilan dalam bekerja,tanggung jawab, dan pengembangan pegawai.
Motivasi juga dapat menimbulkanperilaku-perilaku yang mencerminkan kinerjatinggi dalam organisasi. Sebuah studimenemukan bahwa motivasi karyawan yangtinggi berhubungan erat dengan kinerja dankeuntungan organisasional. Denganmengasumsikan bahwa para karyawankompeten dan mampu memberi kontribusibesar, manajer-manajer dapat meningkatkankinerja organisasional (Daft, 2012). Motivasisangat perlu dipahami dalam sebuahorganisasi, karena melalui pemahaman atasmotivasi seorang manajer dapat mengelolaSDM organisasi dengan lebih efektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi adalahfaktor eksternal yang terdiri darikepemimpinan, lingkungan kerja yang
menyenangkan, komposisi yang memadai(partisipasi), adanya penghargaan atasprestasi, status dan tanggung jawab, sertaperaturan yang berlaku. Faktor intern terdiridari kematangan pribadi, tingkat pendidikan,keinginan dan harapan pribadi, kebutuhanterpenuhi, kelelahan dan kebosanan dankepuasan kerja.
Lingkungan kerja terdiri dari lingkunganfisik, psikososial dan budaya. Lingkunganfisik dipengaruhi oleh suhu, udara, cuaca,kelembaban, kebisingan, penerangan, ruanggerak dan lain sebagainya. Secara fisik,ruangan kerja Puskesmas Gunung Alambelum sesuai dengan jumlah karyawan.Lingkungan psikososial terkait denganhubungan atasan dengan karyawan dansebaliknya, hubungan karyawan dengankaryawan, hubungan karyawan denganpasien, kerjasama antar karyawan dankelancaran komunikasi. Terdapat beberapapegawai melaksanakan tugas menunggudiperintah terlebih dahulu dari atasan, bukankarena inisiatif sendiri. Insentif yang tidaktepat waktu diberikan kepada karyawanmenjadi salah satu alasan kurangnya motivasidalam bekerja. Partisipasi karyawan masihkurang dalam kegiatan-kegiatan tertentudipuskesmas. Karyawan puskesmasberanggapan bahwa jika pekerjaan itu bukanpekerjaan yang diperintah atasan kepadamereka maka mereka tidak mau berkontribusiuntuk melakukan pekerjaan tersebut karenabukan pekerjaan mereka. Selain itu partisipasijuga terkait dengan minat dan sikap karyawandalam menjalankan tanggung jawabnya.
Berdasarkan uraian latar belakangtersebut maka peneliti tertarik untuk menelititentang faktor-faktor yang berhubungandengan motivasi kerja karyawan diPuskesmas Gunung Alam Kecamatan ArgaMakmur Kabupaten Bengkulu Utara Tahun2016.
102 Journal of Nursing and Public Health
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan denganmenggunakan jenis penelitian survei analitikdengan pendekatan cross sectional. Teknikpengumpulan data yang digunakan dalampenelitian ini adalah dengan menggunakandata primer dan data sekunder. Data primerdikumpulkan dengan cara wawancara danmenyebarkan kuesioner kepada respondenuntuk mendapatkan data tentang lingkungankerja, partisipasi dan motivasi kerja karyawanPuskesmas Gunung Alam Kecamatan ArgaMakmur Kabupaten Bengkulu Utara. Datasekunder dalam penelitian ini adalah catatanjumlah pegawai di bagian TU PuskesmasGunung Alam Kecamatan Arga Makmur. HASIL PENELITIAN
Puskesmas Gunung Alam Argamakmurterletak di pusat Ibu kota KabupatenBengkulu Utara, yang merupakan salah satuPuskesmas yang berada di Kecamatan KotaArgamakmur. Secara geografis PuskesmasGunung Alam Argamakmur terletak di lokasiyang sangat strategis dan sangat mudahdijangkau karena letaknya yang berada diPusat Ibu Kota. Tabel 1 Distribusi frekuensi menurutfaktor lingkungan kerja di PuskesmasGunung Alam Kecamatan Argamakmur Lingkungan Kerja Frekuensi Persentase (%)
TidakBaik 27 64,3
Baik 15 35,7
Jumlah 42 100
Hasil analisis tabel 1 menunjukkanbahwa lebih sebagian responden denganlingkungan kerja yang tidak baik(64,3%). Tabel 2 Distribusi frekuensi menurutpartisipatif di Puskesmas Gunung AlamKecamatan Argamakmur
Partisipasi Frekuensi Persentase (%)
TidakBaik 26 61,9
Baik 16 38,1
Jumlah 42 100
Hasil analisis tabel 2 menunjukkanbahwa lebih sebagian responden denganpartisipasi yang tidak baik (61,9%). Tabel 3 Distribusi frekuensi menurutmotivasi kerja di Puskesmas Gunung AlamKecamatan Argamakmur
Motivasi Frekuensi Persentase (%)
TidakBaik 22 52,4
Baik 20 47,6
Jumlah 42 100
Hasil analisis tabel 3 menunjukkanbahwa sebagian responden memiliki motivasikerja yang tidak baik (52,4%). Tabel 4 Hubungan lingkungan kerjadengan motivasi kerja karyawan diPuskesmas Gunung Alam KecamatanArgamakmur
LingkunganKerja
MotivasiKerjaJumlah χ² pTidak
baikBaik
f % f % f %
6,185
0,030TidakBaik 18 42,9 9 21,4 27 64,3
Baik 4 9,5 11 26,2 15 35,7
22 52,4 20 47,6 42 100
Hasil analisis tabel 4 menunjukkanbahwa dari 42 responden denganlingkungankerja yang tidak baik terdapathampir sebagian responden (42,9%) yangmemiliki motivasi kerja tidak baik. Darianalisis tersebut juga didapatkan chi-square(χ²) = 6,185dan nilai p = 0,030 yang lebihkecil dari alpha 5% sehingga Ha diterima,berarti terdapat hubungan yang bermaknaantara lingkungan kerja dengan motivasi kerjakaryawan di Puskesmas Gunung AlamKecamatan Argamakmur
103
Tabel 5 Hubungan Partisipasi DenganMotivasi Kerja Karyawan di PuskesmasGunung Alam Kecamatan Argamakmur
Partisipasi
Kinerja KaryawanJumlah χ²
p valueTidak
baikBaik
f % f % f %
7,769
0,014TidakBaik 18 42,9 8 19,0 26 61,9
Baik 4 9,5 12 28,6 16 38,1
22 52,4 20 47,6 42 100
Hasil analisis tabel 5 menunjukkanbahwa dari 42 responden dengan partisipasiyang tidak baik terdapat hampir sebagianresponden (34,9%) memiliki motivasi kerjatidak baik. Dari analisis tersebut jugadidapatkan chi-square (χ²) = 7,769 dan nilai p= 0,014 yang lebih kecil dari alpha 5%sehingga Ha diterima, berarti terdapathubungan yang bermakna antara partisipasidengan motivasi kerja karyawan Puskesmasdi Puskesmas Gunung Alam KecamatanArgamakmur.
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwaresponden dengan lingkungan kerja yangtidak baik sebesar 64,3%. Lingkungan kerjaadalah lingkungan dimana pegawaimelakukan pekerjaannya sehari-hari.Lingkungan kerja yang kondusif memberikanrasa aman dan memungkinkan para pegawaiuntuk dapat berkerja optimal. Lingkungankerja dapat mempengaruhi emosi pegawai.Jika pegawai menyenangi lingkungan kerjadimana dia bekerja, maka pegawai tersebutakan betah di tempat kerjanya untukmelakukan aktivitas sehingga waktu kerjadipergunakan secara efektif dan optimisprestasi kerja pegawai juga tinggi.Lingkungan kerja tersebut mencakuphubungan kerja yang terbentuk antara sesamapegawai dan hubungan kerja antar bawahandan atasan serta lingkungan fisik tempatpegawai bekerja Mardiana (2005) dalamAsriyanto (2013).
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
responden dengan partisipasi yang tidak baiksebesar 61,9%. Pelibatan pekerja merupakanproses partisipatif yang menggunakanmasukan pekerja dan dimaksudkanmeningkatkan komitmen pekerja untukmencapai keberhasilan organisasi (Wibowo,2015). Cara dalam melibatkan pekerjamenurut Wibowo (2015) dapat dilakukandengan, a) Partisipative manajementmerupakan suatu proses dimana bawahanberbagi kekuasaan pengambilan keputusanpada suatu tingkatan signifikan dengan atasanlangsungnya. b) Representative participation,merupakan suatu sistem dimana pekerjaberpartisipasi dalam pengambilan keputusanorganisasi melalui sekelompok kecilperwakilan pekerja.
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwaresponden dengan motivasi kerja yang tidakbaik sebesar 52,4%. motivasi terbentuk olehsikap suatu pegawai di lingkungan kerjaorganisasinya. Hal ini mengandung artibahwa motivasi adalah kondisi yangmendorong pegawai untuk mencapai tujuanorganisasi (Mangkunegara, 2005).Motivasikaryawan yang tinggi berhubungan eratdengan kinerja dan keuntungan organisasionaldan sebaliknya.
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwadari 42 responden dengan lingkungan kerjayang tidak baik hampir sebagian responden(42,9%) memiliki motivasi kerja tidak baik.Dari analisis tersebut juga didapatkan chi-square (χ²) = 6,185dan nilai p = 0,030 yanglebih kecil dari alpha 5% sehingga Haditerima, berarti terdapat hubungan yangbermakna antara lingkungan kerja denganmotivasi kerja karyawan Puskesmas.
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwadari 42 responden dengan partisipasi yangtidak baik hampir sebagian responden(42,9%) memiliki motivasi kerja tidak baik.Dari analisis tersebut juga didapatkan chi-square (χ²) = 7,769 dan nilai p = 0,014 yanglebih kecil dari alpha 5% sehingga Haditerima, berarti terdapat hubungan yangbermakna antara partisipasi dengan motivasikerja karyawan Puskesmas.
104 Journal of Nursing and Public Health
KESIMPULAN 1. Lebih sebagian responden dengan
lingkungan kerja yang tidak baik (64,3%).
2. Lebih sebagian responden denganpartisipasi yang tidak baik (61,9%).
3. Ada hubungan yang bermakna antaralingkungan kerja dengan motivasi kerjakaryawan Puskesmas.
4. Ada hubungan yang bermakna antarapartisipasi dengan motivasi kerja karyawanPuskesmas.
SARAN 1. Praktis
Karyawan Puskesmas diharapkandapat meningkatkan motivasi kerjasehingga kinerja karyawan dapatmeningkat serta perlunya pemahamanbahwa kurangnya motivasi karyawanmerupakan salah satu penyebab kinerjakaryawan rendah karena motivasi kerjabermanfaat untuk meningkatkan kinerjakaryawan.
2. Teoritis
Bagi akademika diharapkan dapatmenambah wawasan mengenai motivasikerja untuk meningkatkan kinerjakaryawan di Puskesmas. Bagi penelitiselanjutnya penelitian ini dapat dijadikanacuan untuk melakukan penelitianselanjutnya dengan variabel-varibel lainyang lebih kompleks.
DAFTAR PUSTAKA Badeni. 2014.Kepemimpinan Dan Perilaku
Organisasi.Alfabeta. Bandung.Daft, R.L. 2012. Era Baru Manajemen.
Salemba Empat. Jakarta.Pasolong, H. 2010. Kepemimpinan Birokrasi.
Alfabeta. Bandung.Sabri, L., Hastono, S.P.2014. Statistik
Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada.
Depok.
105
Health Sciences and Pharmacy Journal ISSN: 2599-2015 (Online)
Vol. 2, No. 3, Desember 2018, pp. 111-120 2622-1268 (Print)
http://journal.stikessuryaglobal.ac.id
111
Motivasi dan kepuasan kerja pegawai puskesmas BLUD dan non-
BLUD Kabupaten Semarang
Work motivation and job satisfaction of employees in Puskesmas BLUD and non-BLUD in Semarang Regency
Aswindar Adhi Gumilang, Tri Pitara Mahanggoro, Qurrotul Aini
Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT
The public demand for health service professionalism and transparent financial management
made some Puskesmas in Semarang regency changed the status of public health center to BLUD.
The implementation of Puskesmas BLUD and non-BLUD requires resources that it can work well
in order to meet the expectations of the community. The aim of this study is to know the difference
of work motivation and job satisfaction of employees in Puskesmas BLUD and non-BLUD. Method
of this research is a comparative descriptive with a quantitative approach. The object of this
research are work motivation and job satisfaction of employees in Puskesmas BLUD and non-
BLUD Semarang regency. This Research showed that Sig value. (P-value) work motivation
variable was 0.019 smaller than α value (0.05). It showed that there was a difference of work
motivation of employees in Puskemas BLUD and non-BLUD. Sig value (P-value) variable of job
satisfaction was 0.020 smaller than α value (0.05). It showed that there was a difference of job
satisfaction of BLUD and non-BLUD. The average of non-BLUD employees motivation were
76.59 smaller than the average of BLUD employees were 78.25. The average of job satisfaction of
BLUD employees were 129.20 bigger than the average of non-BLUD employee were 124.26. Job
satisfaction of employees in Puskesmas BLUD was higher than non-BLUD employees.
Keyword: Work motivation, job satisfaction, Puskesmas of BLUD and non-BLUD
ABSTRAK
Tuntutan masyarakat terhadap profesionalisme pelayanan kesehatan serta pengelolaan keuangan
yang transparan dan akuntabel membuat sebagian puskesmas di lingkungan dinas kesehatan
kabupaten Semarang berubah status menjadi puskesmas BLUD. Penyelenggaraan puskesmas
BLUD dan non-BLUD memerlukan sumber daya yang dapat bekerja dengan baik agar dapat
memenuhi harapan masyarakat. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan motivasi kerja dan kepuasan kerja pegawai puskesmas BLUD dan non-BLUD. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan
data melalui survei dengan membagikan kuesioner. Obyek pada penelitian ini adalah motivasi
kerja dan kepuasan kerja pegawai puskesmas BLUD dan non-BLUD kabupaten Semarang. Hasil
penelitian menunjukkan nilai Sig. (P-value) variabel motivasi kerja sebesar 0.019, lebih kecil dari
nilai α (0.05), hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan motivasi kerja pegawai puskesmas BLUD
dan non-BLUD. Nilai Sig. (P-value) variabel kepuasan kerja sebesar 0.02, lebih kecil dari nilai α
(0.05) hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan kepuasan kerja pegawai puskesmas BLUD dan
non-BLUD. Rata-rata motivasi pegawai non-BLUD sebesar 76.59, lebih kecil dari rata-rata
pegawai BLUD yaitu sebesar 78.25. Rata-rata kepuasan kerja pegawai BLUD sebesar 129.20,
lebih besar dari rata-rata pegawai non-BLUD yakni sebesar 124.26. terdapat perbedaan motivasi
kerja dan kepuasan kerja pegawai puskesmas BLUD dan non-BLUD. Kepuasan kerja pegawai
puskesmas BLUD lebih tinggi daripada pegawai puskesmas non-BLUD.
Kata Kunci: Motivasi kerja, kepuasan kerja, Puskesmas BLUD dan non-BLUD
Koresponden: Aswindar Adhi Gumilang, Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Brawijaya, Kasihan, Geblagan, Tamantirto,
Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55183, e-mail: [email protected]
Health Sciences and Pharmacy Journal, Vol. 2, No. 3, Desember 2018:111-120
112
PENDAHULUAN
Perkembangan pembangunan kesehatan di
kabupaten Semarang semakin meningkat dari tahun
ke tahun. Hal ini ditunjang dengan adanya komitmen
yang kuat dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
bertujuan untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dengan cara memberikan kewenangan
kepada puskesmas dalam pengelolaan keuangan
secara fleksibel. Istilah Badan Layanan Umum (BLU)
atau Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sesuai
pasal 1 UU.No.1/2004 tentang perbendaharaan
negara. Pemerintah memberikan sejumlah fleksibilitas
pelaksanaan anggaran untuk instansi yang menerapkan
BLUD, termasuk pengelolaan kas, pengadaan barang/
jasa, pendapatan dan belanja, pengelolaan barang,
pengelolaan piutang, utang, investasi, pemanfaatan
surplus dan remunerasi. Penerapan BLUD pada
puskesmas diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme
serta enterpreunership, akuntabilitas dan transparansi
dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat
(1).
Penyelenggaraan puskesmas BLUD dan non-
BLUD memerlukan sumberdaya yang dapat bekerja
dengan baik agar dapat memenuhi harapan masyarakat.
Lingkungan kerja baik sangat diperlukan karena
yang ada di sekitar pegawai akan mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas yang diberikan,
misalnya kerapian, kebersihan dan lain sebagainya.
Lingkungan kerja fisik kantor berupa suasana kerja
serta situasi kerja pegawai yang nyaman akan
mempermudah pencapaian tujuan sesuai dengan
yang diinginkan. Kondisi lingkungan kerja tidak
baik, dapat menyebabkan pegawai mudah stres,
sulit berkonsentrasi, mudah sakit dan menurunnya
produktivitas kerja. Kondisi ini berpengaruh
terhadap kepuasan kerja pegawai (2).
Kepuasan kerja yang dirasakan tidak terlepas
dari keadaan yang mengikuti seseorang, salah satunya
adalah stres. Stres kerja dapat dibagi menjadi dua
yaitu eksternal dan internal, salah satu penyebab
stres eksternal berupa beban kerja yang dirasakan
oleh individu. Beban kerja cukup berat dapat berpengaruh
pada kondisi fisik dan psikis seseorang. Stres
merupakan kondisi internal yang terjadi dengan
ditandai gangguan fisik, lingkungan dan situasi
sosial yang berpotensi pada kondisi tidak baik (3).
Keadaan individu yang stres akan berakibat pada
kepuasan kerja yang tidak tercapai dan perilaku
yang tidak baik. Penelitian oleh Peni menemukan
bahwa ada hubungan antara stres kerja dan kepuasan
kerja cukup kuat (4). Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Putra menunjukkan berbeda, yaitu job stressor
berpengaruh negatif dengan kepuasan kerja, tetapi
memiliki pengaruh positif terhadap turn over intention.
Kepuasan kerja tidak memediasi pengaruh job
stressor terhadap turn over intention. Kedua penelitian
tersebut menunjukkan hasil berbeda (5).
Tingkat rasa puas individu mendapat penghasilan
sesuai dengan situasi pekerjaan akan menimbulkan
kepuasan kerja yang berbeda (6). Individu memiliki
tingkat kepuasan berbeda-beda karena pada dasarnya
kepuasan kerja bersifat individu sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Perbedaan
ini disebabkan karena kondisi yang berbeda dari
masing-masing individu. Aspek-aspek dalam pekerjaan
yang dirasakan individu banyak yang sesuai dengan
keinginan individu tersebut maka akan menimbulkan
kepuasan cukup tinggi. Tingkat kepuasan individu
cukup rendah jika aspek-aspek dalam pekerjaanya
sedikit yang sesuai dengan keinginan individu
tersebut (7). Pelaksanaan pekerjaan sehari-hari,
seorang pegawai dituntut mampu mencapai hasil
optimal. Hasil optimal dapat dicapai jika pegawai
tersebut memiliki motivasi kerja yang baik.
Keadaan pegawai yang tidak melakukan tugasnya
dengan baik, salah satu kemungkinanya pegawai
tersebut tidak memiliki motivasi bekerja yang baik
(7).
Hasil kinerja yang baik ditunjukan dengan
adanya motivasi dari para pegawainya hal ini dapat
Aswindar Adhi Gumilang, Tri Pitara Mahanggoro, & Qurrotul Aini: Motivasi dan kepuasan kerja pegawai puskesmas BLUD dan non-
BLUD Kabupaten Semarang
113
dilihat dari pencapaian kerja atas program dan
kegiatan yang dilakukan oleh kepala puskesmas,
pejabat pelaksana teknis kegiatan dan seluruh pegawai
yang ada di puskesmas. Tingkat pencapaian realisasi
program menunjukkan bahwa target realisasi dari
program dan kegiatan mengalami penurunan dari
tahun 2014 sampai dengan 2016. Meskipun dari
tahun 2015 ke akhir tahun 2016 diprediksikan tidak
mengalami peningkatan yaitu dengan pencapaian
target yang masih sama dengan tahun 2015. Data
tersebut menunjukan motivasi pegawai puskesmas
masih kurang terbukti dengan pencapaian realisasi
program dan kegiatan yang masih rendah (8).
Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan motivasi kerja dan kepuasan kerja telah
banyak dilakukan. Studi oleh Nanditya diketahui
bahwa kepuasan kerja di pengaruhi oleh faktor
intriksik yaitu penghargaan, dan faktor ekstrinsik
yaitu kebijakan, gaji, lingkungan, dan hubungan
antara atasan dan bawahan (9). Penelitian oleh
Mathew menemukan pengaruh negatif stres terhadap
kepuasan kerja. Kepuasan perawat meningkat bila
terjalin komunikasi yang baik antara sesama perawat
maupun dengan para staf lain dan dokter. Hanya
sedikit yang puas dengan kerja sama, lingkungan
kerja, besarnya gaji dan bantuan dokter maupun
staf, hampir seperempat dari sampel menyatakan
bahwa kinerjanya dipengaruhi tekanan mental dari
para dokter (10). Studi oleh Li yang meneliti
petugas kesehatan masyarakat memperlihatkan
bahwa upah dan tunjangan, stres kerja dan motivasi
ekstrinsik memiliki nilai rata-rata lebih tinggi
dibandingkan motivasi untuk pengembangan karir
(11). Motivasi intrinsik, upah dan tunjangan, stres
kerja dan motivasi finansial berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kepuasan kerja, sedangkan
pengakuan serta tanggungjawab kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
Singh dan Tiwari menunjukkan korelasi positif
antara motivasi dan kepuasan kerja (12). Maknanya
bahwa motivasi merupakan fungsi dari kepuasan
kerja. Penelitian lain oleh Mansoor menunjukkan
bahwa tekanan berlebihan cenderung membuat
individu kurang puas dengan pekerjaannya. Tidak
tercukupinya sebagian kebutuhan individu baik
intrinsik maupun ekstrinsik juga mempengaruhi
kepuasan kerja. Individu yang memiliki stres dalam
bentuk konflik peran, lingkungan fisik dan beban
kerja menunjukkan kepuasan lebih rendah
dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki
stres dalam bentuk beban kerja (13). Rehman
terdapat hubungan yang positif antara beban kerja
dan kepuasan kerja serta antara lingkungan fisik
dan kepuasan kerja (14). Atrams, Wani dan
Saleemmenyatakan ada keterkaitan antara stres
kerja dengan kepuasan kerja memiliki hubungan
signifikan negatif (15)(17).
METODE DAN SAMPEL
Rancangan dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif komparatif dengan pendekatan
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu
pegawai negeri sipil yang berada di puskesmas
BLUD dan non-BLUD di lingkungan Kabupaten
Semarang. Jumlah puskesmas BLUD sebanyak 6
puskesmas, sedangkan yang non-BLUD sebanyak
20 puskesmas. Besarnya sampel (sample size) yang
digunakan dalam penelitian ini, mengacu pada
rumus berikut:
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁𝑒2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena
kesalahan pengambilan sampel yang
masih dapat ditolerir
N pada pegawai puskesmas BLUD = 224 dan e =
10 %, sehingga diperoleh n sebesar 69 dengan
perhitungan sebagai berikut:
𝑛 =224
1 + 224 x 0,12=
224
3,24= 69,13 = 69
Health Sciences and Pharmacy Journal, Vol. 2, No. 3, Desember 2018:111-120
114
Besar sampel puskesmas non-BLUD yang digunakan
menyesuaiakan dengan jumlah sampel puskesmas
BLUD, yakni sebanyak 69 pegawai negeri sipil
pada 20 puskesmas non-BLUD agar sampel yang
diteliti bersifat homogen.
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu menggunakan metode Proporsional Stratified
Random Sampling, artinya pengambilan sampel
secara acak dengan memperhatikan besarnya kumulatif
responden pada setiap unit organisasi yang ada
pada populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah
pegawai negeri sipil puskesmas BLUD dan non-
BLUD. Pemilihan sampel pegawai negeri sipil agar
sampel yang diteliti bersifat homogen setiap
puskesmas.
Teknik analisis data yang digunakan adalah
varian satu jalur (Oneway Anova) dengan mengunakan
program SPSS 22.
HASIL
Tabel 1 dan 2 menunjukkan hasil pengujian
dengan menggunakan uji oneway Anova diperoleh
nilai Sig. (P-value) variabel motivasi kerja sebesar
0.019, lebih kecil dari nilai α (0.05), hal ini
menunjukan bahwa ada perbedaan motivasi kerja
pegawai puskesmas BLUD dan non-BLUD. Nilai
Sig. (P-value) variabel kepuasan kerja sebesar 0.02,
lebih kecil dari nilai α (0.05) hal ini menunjukan
bahwa ada perbedaan kepuasan kerja pegawai
puskesmas BLUD dan non-BLUD.
Tabel 1. Motivasi Kerja
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
Within Groups
Total
94.174
2279.449
2373.623
1
136
137
94.174
16.176
5.619 0.019
Tabel 2. Kepuasan Kerja
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
Within Groups
Total
842.616
20550.464
21393.080
1
136
137
842.616
151.106
5.576 0.020
Analisis hasil penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui distribusi frekuensi jawaban responden
dari daftar pertanyaan yang disebarkan berisikan
variabel motivasi kerja dan kepuasan kerja pegawai
puskesmas BLUD dan non-BLUD. Pengukuran
analisis deskriptif sampel berguna untuk penarikan
kesimpulan. Pengukuran ini umumnya dibutuhkan
karena mampu menggambarkan pemusatan nilai-
nilai observasi sampel. Dengan mengetahui nilai-
nilai tendensi sentral tersebut dapat diperoleh gambaran
mengenai sampel secara garis besar sehingga dapat
mendekati kebenaran populasi.
Deskripsi Variabel Motivasi Kerja
Indikator dari motivasi kerja pegawai diukur
dengan lima indikator, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan
akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan
status, dan kebutuhan akan realisasi diri. Tanggapan
responden terhadap pernyataan-pernyataan kuesioner
motivasi kerja dapat dideskripsikan pada Tabel. 3
dan Tabel. 4.
Aswindar Adhi Gumilang, Tri Pitara Mahanggoro, & Qurrotul Aini: Motivasi dan kepuasan kerja pegawai puskesmas BLUD dan non-
BLUD Kabupaten Semarang
115
Tabel 3. Variabel motivasi kerja pegawai BLUD
Indikator
Kriteria
STS TS KS S SS
F % F % F % F % F %
Kebutuhan fisik 76 13.77 113 20.47 103 18.66 219 39.67 41 7.43
Kebutuhan akan rasa aman 6 2.90 3 1.45 18 8.70 168 81.16 12 5.80
Kebutuhan sosial 50 24.15 95 47.34 54 26.09 5 2.42 0 0
Kebutuhan akan status 0 0 1 0.36 19 6.88 211 76.45 45 16.30
Kebutuhan atas realisassi diri 0 0 0 1.74 48 13.91 258 74.78 33 9.57
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui sebagian
besar persepsi responden pegawai puskesmas BLUD
menyatakan setuju 81.16% pada indikator kebutuhan
akan rasa aman dan setuju 76.45% pada indikator
kebutuhan akan status, hal ini menggambarkan
bahwa pegawai puskesmas BLUD sebagian besar
menyatakan bahwa kebutuhan akan rasa aman dan
kebutuhan akan status merupakan kebutuhan utama.
Tabel 4. Variabel motivasi kerja pegawai non-BLUD
Indikator
Kriteria
STS TS KS S SS
F % F % F % F % F %
Kebutuhan fisik 75 13.59 148 26.81 100 18.12 194 35.14 35 6.34
Kebutuhan akan rasa aman 0 0 3 1.45 33 15.94 157 75.85 14 6.76
Kebutuhan sosial 29 14.01 108 52.17 63 30.43 7 3.38 0 0
Kebutuhan akan status 0 0 3 1.09 41 14.86 210 76.09 22 7.97
Kebutuhan atas realisassi diri 1 0.29 4 1.16 66 19.13 257 74.49 17 4.93
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui sebagian
besar persepsi responden pegawai puskesmas non-
BLUD menyatakan setuju 76.09% pada indikator
kebutuhan akan status dan setuju 75.85% pada
indikator kebutuhan akan rasa aman, hal ini
menggambarkan bahwa pegawai puskesmas non-
BLUD memiliki kebutuhan akan status dan kebutuhan
akan rasa aman dalam menjalankan tugas dan
pekerjaannya sehari-hari.
Selain itu, untuk mengetahui tingkat motivasi
pegawai puskesmas BLUD dan non-BLUD dalam
penelitian ini dibedakan menjadi tiga kriteria tingkatan,
yaitu motivasi rendah, sedang, dan tinggi. Hasil
penelitian berdasarkan tingkatan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata motivasi kerja
Indikator Non-BLUD BLUD
Kebutuhan fisik 2.94 Sedang 3.07 Sedang
Kebutuhan akan rasa aman 3.88 Tinggi 3.86 Tinggi
Kebutuhan sosial 2.23 Rendah 2.07 Rendah
Kebutuhan akan status 3.91 Tinggi 4.09 Tinggi
Kebutuhan atas realisassi diri 3.83 Tinggi 3.92 Tinggi
Rata-rata motivasi kerja 3.35 Sedang 3.40 Sedang
Berdasarkan Tabel 5 bahwa rata-rata motivasi
kerja pegawai puskesmas BLUD sebesar 3.35 dan
non-BLUD sebesar 3.40, keduanya pada kriteria
sedang. Motivasi kerja pegawai puskesmas BLUD
dan non-BLUD pada indikator kebutuhan sosial
masuk kedalam kriteria rendah, hal ini menunjukan
bahwa pegawai puskesmas BLUD dan non-BLUD
memiliki motivasi yang rendah terhadap kebutuhan
sosial. Pegawai puskesmas BLUD dan non-BLUD
memiliki motivasi yang tinggi pada indikator
Health Sciences and Pharmacy Journal, Vol. 2, No. 3, Desember 2018:111-120
116
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan status,
dan kebutuhan realisasi diri.
Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja
Variabel kepuasan kerja terdiri dari 6 indikator,
yaitu spiritualitas kerja, pekerjaan itu sendiri, terhadap
atasan, terhadap teman sekerja, nominasi untuk
promosi jabatan, dan besaran gaji. Besarnya nilai
modus dari masing-masing indikator tersebut dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Variabel kepuasan kerja pegawai BLUD
Indikator
Kriteria
STS TS KS S SS
F % F % F % F % F %
Spiritualitas kerja 10 1.45 18 2.61 133 19.28 432 62.61 97 14.06
Pekerjaan itu sendiri 5 0.81 25 4.03 195 31.40 370 59.58 26 4.19
Terhadap atasan 0 0 14 6.76 82 39.61 105 50.72 6 2.90
Terhadap teman sekerja 0 0 4 1.16 93 26.96 217 62.90 31 8.99
Nominasi untuk Promosi Jabatan 5 1.45 13 3.77 104 30.14 203 58.84 20 5.80
Besaran gaji 2 0.97 13 6.28 83 40.10 104 50.24 5 2.42
Berdasarkan Tabel 6 persepsi responden terhadap
pernyataan kepuasan kerja pada indikator spiritualitas
kerja sebesar 62.61% sedangkan pada indikator
terhadap teman sekerja sebesar 62.90%, hal ini
menggambarkan bahwa indikator spiritualitas kerja
dan terhadap teman sekerja memiliki jawaban setuju
paling banyak terhadap kepuasan kerja pegawai
puskesmas BLUD.
Tabel 7. Variabel kepuasan kerja pegawai non-BLUD
Indikator
Kriteria
STS TS KS S SS
F % F % F % F % F %
Spiritualitas kerja 6 0.87 29 4.20 190 27.54 419 60.72 46 6.67
Pekerjaan itu sendiri 1 0.16 44 7.09 226 36.39 337 54.27 13 2.09
Terhadap atasan 0 0 22 10.63 64 30.92 108 52.17 13 6.28
Terhadap teman sekerja 1 0.29 29 8.41 133 38.55 178 51.59 4 1.16
Nominasi untuk promosi jabatan 2 0.58 10 2.90 134 38.84 188 54.49 11 3.19
Besaran gaji 0 0 33 15.94 72 34.78 92 44.44 10 4.83
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa
paling banyak responden memilih jawaban setuju
untuk semua indikator pertanyaan tentang spiritualitas
kerja, yaitu sebesar 60.72%, berikutnya adalah pekerjaan
itu sendiri sebesar 54.27%, terhadap atasan sebesar
52.17, terhadap teman sekerja sebesar 51.59, nominasi
untuk promosi jabatan sebesar 54.49%, dan besaran
gaji sebesar 44.44%. Artinya bahwa mayoritas
responden merasakan puas dalam pekerjaan karena
adanya spiritualitas kerja yang baik, kemampuan
yang dimiliki mampu mengatasi kesulitan, karena
hubungan dengan rekan kerja sangat baik, karena
nilai-nilai yang diterapkan oleh puskesmas sesuai
dengan keinginan, karena kebijakan puskesmas sangat
sesuai, dan karena keadaan di sekitar tempat kerja
mendukung serta gaji yang diterima sesuai dengan
pekerjaannya.
Selain variabel di atas, untuk mengetahui
tingkat kepuasan pegawai puskesmas BLUD dan
non BLUD dibagi menjadi kriteria yaitu kepuasan
rendah, sedang dan tinggi. Hasil penelitian berdasarkan
tingkat tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.
Aswindar Adhi Gumilang, Tri Pitara Mahanggoro, & Qurrotul Aini: Motivasi dan kepuasan kerja pegawai puskesmas BLUD dan non-
BLUD Kabupaten Semarang
117
Tabel 8. Rata-rata kepuasan kerja
Indikator Non-BLUD BLUD
Spiritualitas kerja 3.69 Tinggi 3.85 Tinggi
Pekerjaan itu sendiri 3.51 Sedang 3.62 Sedang
Terhadap atasan 3.54 Sedang 3.50 Sedang
Terhadap teman sekerja 3.45 Sedang 3.80 Tinggi
Nominasi untuk promosi jabatan 3.57 Sedang 3.64 Sedang
Besaran gaji 3.38 Sedang 3.47 Sedang
Rata-rata kepuasan kerja 3.55 Sedang 3.69 Tinggi
Berdasarkan Tabel 8, rata-rata kepuasan pegawai
puskesmas BLUD tinggi, yaitu sebesar 3.69 sedangkan
kepuasan pegawai non-BLUD sedang, yaitu sebesar
3.55. Indikator kepuasan kerja pada indikator teman
sekerja menunjukan kepuasan kerja pegawai puskesmas
BLUD memiliki kepuasan yang tinggi yaitu sebesar
3.80 sedangkan pegawai puskesmas non-BLUD memiliki
kepuasan sedang yaitu sebesar 3.45. Indikator kepuasan
kerja pada spiritualitas kerja untuk pegawai puskesmas
BLUD dan non-BLUD memiliki kepuasan yang tinggi.
Indikator yang memiliki kepuasan sedang yaitu pada
indikator pekerjaan itu sendiri, terhadap atasan, promosi
jabatan, dan besaran gaji.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa motivasi
memang sangat diperlukan oleh seorang karyawan
untuk meningkatkan produktifitas karyawan dan
dapat mencapai suatu tujuan organisasi. Meskipun
menurut sifatnya motivasi itu sendiri besarannya
sangat relatif atau berbeda antara satu orang dengan
orang lainnya. Tetapi secara keseluruhan, para responden
menyatakan bahwa selama bekerja di instansi mereka
menyatakan merasa puas atas motivasi kerja yang
selama ini diberikan oleh manajemen kepada para
karyawan. Begitupun juga dengan kepuasan kerja,
secara umum kepuasan kerja karyawan yang tinggi
akan mampu meningkatkan kinerja.
Perbedaan Motivasi Kerja Pegawai Puskesmas BLUD
dan non-BLUD
Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan
Oneway Anova dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan motivasi kerja antara pegawai puskesmas
BLUD dengan non-BLUD. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sadia dan
Uzma Rashid yang mengatakan bahwa ada perbedaan
motivasi kerja antara pegawai sektor publik dengan
sektor swasta (18). Penelitian Buelens dan Van den
Broeck juga menyatakan bahwa ada perbedaan
motivasi kerja antara sektor publik dengan sektor
swasta(19). Namun jika dilihat dari rata-rata jawaban
masing-masing responden tidak ada perbedaan
motivasi kerja antara pegawai puskesmas BLUD
dengan non-BLUD yang berada pada motivasi yang
sedang. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
hipotesis motivasi kerja pegawai puskesmas BLUD
memiliki motivasi lebih tinggi dibandingkan pegawai
puskesmas non-BLUD. Temuan ini sejalan dengan
penelitian Brigth yang menyatakan bahwa motivasi
pelayanan publik tidak terkait dengan preferensi
karir di pemerintah (20).
Hasil uji Oneway Anova dari masing-masing
indikator dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa
perbedaan motivasi kerja antara pegawai puskesmas
BLUD dan non-BLUD terletak pada indikator
kebutuhan fisik dan kebutuhan akan status sedangkan
indikator kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan
sosial dan kebutuhan atas realisasi diri tidak ada
perbedaan. Hal ini agak berbeda dengan penelitian
Sadia dan Uzma Rashid yang mengatakan bahwa
Health Sciences and Pharmacy Journal, Vol. 2, No. 3, Desember 2018:111-120
118
pegawai sektor swasta lebih termotivasi daripada
pegawai sektor publik dalam hal gaji dan tunjangan
(kebutuhan fisik), kualitas supervisi (kebutuhan atas
realisasi diri), hubungan yang baik dengan rekan
kerja (kebutuhan sosial), peluang untuk maju dan
menghasilkan efisiensi kerja yang lebih tinggi
(kebutuhan akan status) (18).
Puskesmas BLUD dibentuk untuk memenuhi
tuntutan masyarakat terhadap profesionalisme pelayanan
kesehatan masyarakat serta pengelolaan keuangan
yang transparan dan akuntabel. Oleh karena itu,
pegawai di puskesmas BLUD lebih termotivasi untuk
bertumbuh dan berkembang dalam memenuhi tuntutan
masyarakat tersebut dibandingkan puskesmas non-
BLUD. Puskesmas BLUD memiliki otonomi yang
lebih besar daripada puskesmas non-BLUD hal ini
disebabkan karena fleksibiltas pada puskesmas BLUD.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Van Yperen yang menyatakan bahwa meningkatnya
tuntutan pekerjaan tidak melemahkan motivasi pekerja
ketika ada peluang kerja yang dirasakan dan adanya
otonomi yang tinggi (21).
Perbedaan Kepuasan Kerja Pegawai Puskesmas
BLUD dan non-BLUD
Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan
Oneway Anova dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan kepuasan kerja antara pegawai puskesmas
BLUD dengan non-BLUD. Hasil penelitian ini sama
dengan penelitian yang dilakukan Subramaniam,
yang mengatakan bahwa kepuasan kerja pegawai
sektor swasta lebih tinggi daripada pegawai sektor
publik. Berdasarkan dari rata-rata jawaban masing-
masing responden dapat dilihat ada perbedaan
kepuasan kerja antara pegawai puskesmas BLUD
dengan non-BLUD. Kepuasan kerja pegawai puskesmas
non-BLUD berada pada kriteria sedang dan kepuasan
kerja pegawai puskesmas BLUD berada pada kriteria
tinggi (22).
Hasil uji Oneway Anova dari masing-masing
indikator dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa
perbedaan kepuasan kerja antara pegawai puskesmas
BLUD dan non-BLUD terletak pada indikator
spiritualitas kerja dan teman sekerja sedangkan
indikator pekerjaan itu sendiri, terhadap atasan,
nominasi untuk promosi jabatan, dan besaran gaji tidak
ada perbedaan. Hasil ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan Mathew mengatakan kepuasan perawat
meningkat bila terjalin komunikasi yang baik antar
sesama perawat maupun dengan para staf lain dan
dokter (10). Penelitian Subramaniam yang mengatakan
bahwa perbedaan kepuasan kerja terletak pada
seleksi manajer, umpan balik, sistem insentif, dan
reward (22). Sedangkan penelitian Jahufer mengatakan
bahwa tidak ada perbedaan kepuasan kerja antara
sektor publik dan sektor swasta dalam hal usia,
pengalaman kerja, etnis, dan tingkat pendidikan, namun
ada perbedaan kepuasan kerja yang signifikan dalam
hal jarak ketempat kerja (23).
Puskesmas BLUD sesuai pasal 1 UU No. 1/2004
diberikan sejumlah fleksibilitas oleh pemerintah
dalam pelaksanaan anggaran untuk instansi, termasuk
pengelolaan kas, pengadaan barang/jasa, pendapatan
dan belanja, pengelolaan barang, pengelolaan piutang,
utang, investasi, pemanfaatan surplus, dan remunerasi.
Penerapan BLUD pada puskesmas diharapkan dapat
meningkatkan profesionalisme serta enterpreunership,
akuntabilitas, dan transparasi dalam rangka peningkatan
pelayanan kepada masyarakat (1). Adanya fleksibilitas
pada puskesmas BLUD akan meningkatkan kepuasan
kerja pegawai puskesmas BLUD, hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil tersebut
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Rehman
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara beban kerja dan kepuasan kerja serta
antara lingkungan fisik dan kepuasan kerja (14).
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
terdapat perbedaan motivasi kerja dan kepuasan
kerja pegawai puskesmas BLUD dan non-BLUD.
Kepuasan kerja pegawai puskesmas BLUD lebih
Aswindar Adhi Gumilang, Tri Pitara Mahanggoro, & Qurrotul Aini: Motivasi dan kepuasan kerja pegawai puskesmas BLUD dan non-
BLUD Kabupaten Semarang
119
tinggi daripada pegawai puskesmas non-BLUD sehingga
pemeritah daerah hendaknya mengevaluasi kembali
kebutuhan fisik dan kebutuhan akan status pegawai
puskesmas BLUD dan non-BLUD untuk dapat
meningkatkan motivasi kerja pegawai dan kepuasan
kerja pegawai puskesmas BLUD dan non BLUD.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu terselesaikannya penelitian ini, khususnya
pemerintah daerah dan rekan-rekan kerja di puskesmas,
serta menyatakan tidak memiliki konflik kepentingan
apapun pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nadila T, Basri H, dan Fahlevi H. Identifikasi
Permasalahan Penerapan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK BLUD)- Studi Kasus Pada Rumah Sakit
Permata dan Rumah Sakit Berlian. Jurnal
Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas
Syiah Kuala. 2016;5: 89-99.
2. Prastyo E, Hasiholan LB, dan Warso MM.
Pengaruh Motivasi, Kepuasan Dan Lingkungan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Honorer
Dinas Bina Marga Pengairan Dan Esdm
Kabupaten Jepara. Journal Of Management.
2016;2(2):397-410.
3. Dhania DR. Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja
Terhadap Kepuasan Kerja (Studi Pada Medical
Representatif di Kota Kudus). Jurnal Psikologi
Universitas Muria Kudus. 2010; 1(1):15-23.
4. Tunjungsari P. Pengaruh Stress Kerja
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada
Kantor Pusat Pt. Pos Indonesia (Persero) Bandung.
Majalah Ilmiah Unikom.2011;1(1):1-14.
5. Putra BR. Pengaruh Job Stressor Terhadap
Turnover Intention Dengan Kepuasan Kerja
Sebagai Variabel Pemediasi. Jurnal Studi
Manajemen Indonesia.2012;1(2):72-81.
6. Riyadi S. Pengaruh Kompensasi Finansial, Gaya
Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan pada Perusahaan Manufaktur
di Jawa Timur. Jurnal Manajemen dan
kewirausaahan. 2011; 13(1):40-45.
7. Dhermawan AANB, Sudibya IGA, Utama
IWM. Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja,
Kompetensi, Dan Kompensasi Terhadap Kepuasan
Kerja Dan Kinerja Pegawai Di Lingkungan
Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali.
Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan
Kewirausahaan. 2012:6(2):173-184.
8. Dinas kesehatan kabupaten Semarang. Profil
Kesehatan Kabupaten Semarang Tahun 2016.
Semarang: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang;
2016.
9. Faramita NI, Mansur M, Samsul H. Faktor
Pembentuk Kepuasan Kerja Tenaga Kesehatan di
Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
2014;28:47-53.
10. Mathew NA. Effect of Stress on job satisfaction
among nurses in central kerala. Journal of
Business and Management. 2013;7(2): 47-51.
11. Li L, Hu H, Zhou H, He C, Fan L, Liu X,
Zhang Z, Li H, and Sun T. Work stress, work
motivation and their effects on job satisfaction
in community health workers: a cross-sectional
survey in China.British Medical Journal Open.
2014;4(6):1-9.
12. Singh SK, and Tiwari V. Relationship between
Motivation and Job Satisfaction of the White
Collar Employees: A Case Study. Journal of
Business and Management. 2011;7(2):31-39.
13. Mansoor M, Fida S, Nasir S, and Ahmad, Z.
The Impact of Job Stress on Employee Job
Satisfacti on A Study on Telecommunication
Sector of Pakistan. Journal of Business
Studies Quarterly. 2011; 2(3): 50-56
14. Rehman M, Irum R, Tahir N, Ijaz Z, Noor U,
and Salma, U. The Impact of Job Stress on
Employee Job Satisfaction: A Study on Private
Colleges of Pakistan. Journal of Business
Studies Quarterly.2012;3(3):50-56.
15. Peters DH, Chakraborty S, Mahapatra P,
Steinhardt L. Job Satisfaction And Motivation
Of Health Workers In Public And Private
Sectors: Cross-Sectional Analysis From Two
Indian States. Human Resources for Health
2010;8(27);1-11
16. Wani SK. Job stress and its impact on employee
motivation:a study of a select commercial
bank. International Journal of Business and
Management Invention.2013; 2(3):13-18.
17. Saleem R, Mahmood A, and Mahmood A.
Effect of Work Motivation on Job Satisfaction
in Mobile Telecommunication Service Organizations
of Pakistan. International Journal of Business
and Management. 2010; 5(11):213-222.
18. Rashid S, and Rashid S. Work Motivation
Differences Between Public and Private Sector.
Federal Urdu University of Arts, Science and
Technology Islamabad, Pakistan. American
International Journal of Social Science. 2012;
1(2):24-33.
19. Dan Z. Differences in work motivation between
public and private sector organizations. American
journal of Business, economics and managemen.
2015;3(2) ; 86-91
20. Bright L. Is Public Sevice Motivation a Better
Explanation of Nonprofit Career Preferences
Than Government Career Preferences?. Public
personel Management. 2016; 45(4): 405-424.
21. Van Yperen NW, Wortler B, and De Jong
KMM. Workers’ Intrinsic Work Motivation
Health Sciences and Pharmacy Journal, Vol. 2, No. 3, Desember 2018:111-120
120
When Job Demand Are High : The Role Of
Need Autonomy, And Perceived Opportunity
For Blended Working. Computers in Human
Behavior. 2016; 60 : 179-184.
22. Almintsir AB, Akeel AB, Subramaniam ID.
Comparison of Job Satisfaction of Employees
in Public and Private Sector Organization :
Evidence from Two Libyan Companies.
Australian Journal of Basic and Applied
Sciences. 2012 ; 6(8) :177-186
23. Jahufer A. Determinants of Job Satisfaction
Among Government and Private Bank
Employees in Sri Lanka (Case Study : Ampara
Region). International Journal Management
Busienes Res. 2015 ; 5(2) :159-168.