pengaruh desain sambungan las spot welding … · ... juga berfungsi sebagai reparasi dari semua...

20
PENGARUH DESAIN SAMBUNGAN LAS SPOT WELDING TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN PADA MATERIAL MILD STEEL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Oleh: DIMAS JASA PRIANGGA D 200 080 127 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: phungtu

Post on 07-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH DESAIN SAMBUNGAN LAS SPOT

WELDING TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN PADA

MATERIAL MILD STEEL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Oleh:

DIMAS JASA PRIANGGA

D 200 080 127

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

i

ii

iii

1

PENGARUH DESAIN SAMBUNGAN LAS SPOT WELDING TERHADAP

KEKUATAN SAMBUNGAN PADA MATERIAL MILD STEEL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ABSTRAKSI

Las titik atau Spot Welding merupakan cara pengelasan yang menggunakan

resistansi listrik (Resistance Welding) dimana dua permukaan plat yang akan disambung

ditekan satu sama lain oleh dua buah elektroda. Mild steel/baja karbon rendah adalah

salah satu logam yang sering digunakan untuk penyambungan material beda jenis dalam

dunia industri. Hal ini disebabkan karena logam ini digunakan hampir di seluruh sektor

industri. Baja karbon rendah adalah jenis baja yang memiliki kadar karbon (C) kurang

dari 0,30 %. Kelebihan dari logam ini antara lain mempunyai sifat mampu las yang baik,

mudah ditempa, dimesin, dan mempunyai harga yang relatif murah.

Penelitian ini menggunakan bahan mild steel dengan tebal 1 mm. Variasi

parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah arus pengelasan 4000 A, 5000 A

dan waktu pengelasan 0,4 detik, 0,5 detik. Pengujian komposisi kimia menggunakan

standar ASTM 1251, spesimen pengujian kekuatan geser menggunakan standar ASME IX.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan penelitian mild steel adalah Besi

(Fe) = 98.61 %,Karbon (C) = 0.272 %, Silisum (Si) = 0.337 %, Magnesium (Mg) = 0.402,

dan unsur lainnya dibawah 0,1 %. Variasi parameter desain, arus dan waktu berpengaruh

terhadap kekuatan hasil sambungan las. Semakin besar arus dan waktu, akan

meningkatkan kekuatan hasil sambungan las. variasi desain terjadi kenaikan kekuatan

daya beban dukung geser ketika desain 2 lebih kuat dari desain 3, sehingga terjadi pada

desain 2 yang las titik bertumpu atas dan bawah sedangkan desain 3 yang las titik

bertumpu kanan dan kiri. Dengan demikian variasi desain akan mempengaruhi kekuatan

daya beban dukung geser pada sambungan. Sehingga desain 2 yang las titik bertumpu atas

dan bawah akan lebih baik dan efektif jika di bandingkan dengan desain 3 yang las titik

bertumpu kanan dan kiri.

Kata kunci : Spot Welding, Variasi Desain, Mild steel, Kekuatan Geser

ABSTRACT

Spot Welding or a welding method that uses electric resistance (Resistance

Welding) in which two plate surfaces to be joined is pressed together by the two electrodes.

Mild steel / carbon steel is one of the metals that are often used for connecting different

types of materials in the industrial world. This is because these metals are used in almost

all industrial sectors. Low carbon steel is a type of steel having a carbon content (C) of less

than 0.30%. The advantages of this metal, among others, has good weldability

characteristics, easily forged, machined, and has a relatively cheap price.

This study uses material mild steel with a thickness of 1 mm. Variations of the

parameters used in this study is the welding current of 4000 A, 5000 A and a welding time

of 0.4 seconds, 0.5 seconds. Chemical composition testing using ASTM standard 1251,

shear strength test specimens using standard ASME IX.

2

The results showed that the study material is mild steel Iron (Fe) = 98.61%,

carbon (C) = 0.272%, Silisum (Si) = 0337%, Magnesium (Mg) = 0402, and other elements

below 0.1% , Variations of the design parameters, current and time affect the strength of

the weld joint results. The greater current and time, will increase the yield strength of

welded joints. variations in the design of an increase in power load bearing shear strength

when design 2 stronger than design 3, resulting in the design of the welding point 2 rests up

and down while the design of a 3 resting spot welding right and left. Thus variations in

design will affect the strength of load bearing sliding on the connection. 2 design so that

the weld point rests top and bottom will be better and more effective when compared with 3

design that relies spot welding right and left.

Keywords: Spot Welding, Variation Design, Mild steel, Strength Scroll

1. PENDAHULUAN

Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua logam atau lebih yang

menggunakan energi panas. Teknologi pengelasan tidak hanya digunakan untuk

memproduksi suatu alat tetapi pengelasan juga berfungsi sebagai reparasi dari semua alat-

alat yang terbuat dari logam. Sesuai dengan perkembangan teknologi pengelasan maka

setiap perusahaan manufaktur dituntut untuk meningkatkan mutu dan kualitas produksinya

agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Salah satu metode pengelasan yang ada

dalam perusahaan manufaktur adalah las titik atau Spot Welding. (Wiryosumarto. H, 2004)

Las titik atau Spot Welding merupakan cara pengelasan yang menggunakan

resistansi listrik (Resistance Welding) dimana dua permukaan plat yang akan disambung

ditekan satu sama lain oleh dua buah elektroda, pada saat yang sama arus listrik yang besar

dialirkan melalui kedua elektroda melewati dua buah plat yang dijepit elektroda sehingga

permukaan diantara kedua plat menjadi panas dan mencair karena adanya resistansi listrik.

Pada permukaan plat yang menempel pada elektroda sebenarnya timbul panas akibat

adanya resistansi listrik tetapi hal itu tidak akan membuat plat mencair dikarenakan oleh

resistansi di permukaan plat lebih kecil dibandingkan resistansi yang ada di antara kedua

plat. (Amstead, B.H.,1995)

Baja karbon rendah adalah salah satu logam yang sering digunakan untuk

penyambungan material beda jenis dalam dunia industri. Hal ini disebabkan karena logam

ini digunakan hampir di seluruh sektor industri. Baja karbon rendah adalah jenis baja yang

memiliki kadar karbon (C) kurang dari 0,30 %. Kelebihan dari logam ini antara lain

mempunyai sifat mampu las yang baik, mudah ditempa, dimesin, dan mempunyai harga

yang relatif murah (Wiryosumarto, H. dkk, 2000).

Penelitian terhadap pengelasan logam tak sejenis sebelumnya pernah dilakukan oleh

beberapa peneliti yaitu Pouranvari, M. dkk (2008) yang telah melakukan penelitian tentang

mode kegagalan pada pengelasan resistansi las titik logam tak sejenis antara baja tahan

karat austenit dan baja karbon rendah. Aravinthan, A. dan Nachimani, C. (2011)

mempelajari sifat mekanik dari pengaruh pengelasan las titik pada mild steel, baja tahan

karat austenit tipe 302, dan penggabungan kedua material tersebut. Sedangkan Charde, N.

(2012) meneliti tentang karakteristik dari pengaruh las titik pada penggabungan logam tak

sejenis dengan perbedaan tebal pelat. Rajkumar, R.K. dkk (2012) juga meneliti tentang

pengelasan logam tak sejenis antara AISI 302 baja tahan karat austenit dan baja karbon

3

rendah. Keempat penelitian tersebut menggunakan parameter pengelasan yaitu arus dan

waktu dengan ketebalan pelat 1-2 mm sedangkan ketebalan pelat dibawah 1 mm belum

menjadi perhatian. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam

tentang pengaruh variasi parameter pengelasan arus dan waktu terhadap sifat mekanik hasil

sambungan las titik logam tak sejenis dengan ketebalan pelat kurang dari 1 mm.

1.1 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan :

1. Mendeskripsikan pengaruh variasi desain, arus dan waktu terhadap kekuatan

sambungan las titik.

2. Mendeskripsikan pengaruh desain sambungan las titik terhadap kekuatan sambungan

1.2 BATASAN MASALAH

Melihat begitu luas dan komplek permasalahan dalam proses pengelasan, khususnya

Spot Welding maka perlu untuk membatasi permasalahan agar pembahasan lebih fokus.

Batasan-batasan tersebut antara lain adalah :

1. Logam induk (base metal) yang digunakan yaitu plat mild steel dengan tebal 1 mm.

2. Pengelasan dilakukan dengan variasi arus dan waktu.

3. Suhu di sekitar pengelasan dianggap sama dengan suhu ruang (30-35 °C).

4. Gaya tekan yang diberikan saat pengelasan dianggap konstan.

5. Jenis sambungan las yang digunakan adalah sambungan tumpang (lap joint).

6. Karakteristik sambungan las yang diteliti adalah pengujian geser.

7. Selama pengelasan diameter elektroda sama.

1.3 MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian yang dilakukan, ada beberapa manfaat yang bisa di ambil, antara lain

:

1. Memberikan pemahaman tentang proses pengelasan dengan cara Spot Welding.

2. Mendapatkan parameter-parameter dari pengelasan Spot Welding yang tepat sehingga

akan didapat hasil pengelasan yang ideal dari pengelasan titik (Spot Welding).

3. Data-data yang diperoleh dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya tentang

pengelasan titik (Spot Welding).

4

2. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Rancangan Penelitian

Gambar 8. Diagram Alir Penelitian

2.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah plat mild steel dengan ketebalan

1 mm.

Gambar 9. Spesimen mild steel dengan tebal 1 mm

2.3 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi alat pengelasan spot welding dan alat

pengujian geser serta alat bantu lainnya.

5

2.4 Mesin Las Listrik

Mesin yang digunakan untuk proses pengelasan adalah mesin las spot welding

seperti terlihat pada gambar 3.2 Variabel pengelasan yang dapat diatur pada mesin ini yaitu

kuat arus (1-9 kA) dan waktu pengelasan (0.1-0.7 detik).

Gambar 10. Mesin spot Welding

(Laboratorium Teknik Mesin UMS Surakarta)

Spesifikasi mesin yang digunakan adalah sebagai berikut :

Merk : DAYOK

Model : OK-25

Jenis : AC Current

Kapasitas : 25 KVA

Kapasitas maksimum : 28 KVA

Frekuensi : 50/60 c/s

Tekanan maksimum : 400 kg

Berat : 150 kg

No Mesin : 121311

Dibuat tahun : 2005

2.5 Alat Pengujian

1. Alat Pengujian Komposisi Kimia

Alat yang digunakan pada pengujian struktur makro adalah spektrometer. Fungsinya

yaitu untuk mengetahui jenis dan prosentase unsur-unsur kimia yang terkandung dalam

logam dengan spektrum emisi gas argon dan pembacaan komputer.

Cara kerja mesin ini yaitu sebuah elekteroda ditembakkan pada spesimen dengan

bantuan gas argon, selanjutnya sinar pantulan yang berasal dari spesimen melalui prisma

spektrum dibiaskan pada detektor sehingga tampil beberapa warna dengan intensitas yang

berbeda. Tiap intensitas cahaya menunjukkan jenis unsur dan kandungannya yang

diterjemahkan dalam bahasa pemrograman komputer sehingga menjadi tulisan.

6

Gambar 11. Alat Uji Komposisi Kimia (spektrometer)

(Laboratorium Bahan dan Material POLMAN Ceper)

2. Alat Pengujian Geser

Alat yang digunakan untuk pengujian geser menggunakan Universal Testing

Machine, Dimana kedua ujung benda uji di jepit kemudian di berikan gaya static yang

meningkat secara berlahan sampai spesimen akhirnya putus. Selama pembebanan, mesin

merekam pertambahan beban dan pertambahan panjang spesimen dalam bentuk grafik.

Gambar 12. Mesin Pengujian Geser

(Laboratorium Teknik Mesin UMS Surakarta)

7

3.Alat pengujian hambatan listrik

Gambar 13. alat uji hambatan (clamp meter)

2.6 Alat bantu pengujian

Alat bantu pengujian adalah berbagai alat bantu yang digunakan selama proses penelitian

seperti dibawah ini :

gambar 14 mesin potong plat

Gambar 15. jangka sorong

Gambar 16. Kikir

8

2.7 Urutan Penelitian

1.Studi Pustaka

Studi pustaka berfungsi untuk mencari bahan-bahan teori dan hasil penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan pengelasan spot welding, standar pengujian, jenis alat uji

apa saja yang dibutuhkan dan sebagainya melalui buku, artikel dan juga situs internet.

2.Studi lapangan

Studi lapangan berfungsi untuk mencari bahan material alumunium, mencari

peralatan uji dan mencari alat bantu yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.

3.Persiapan Material

Persiapan material dengan mencari bahan besi dengan ketebalan 1 mm.

4.Pemilihan standarisasi

Untuk membuat spesimen pengujian diperlukan standar ukuran yang sesuai dengan

standar pengujian komposisi kimia pengujian tegangan geser ASME IX

5.Pengujian Komposisi Kimia

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui prosentase kandungan unsur-unsur

paduan yang terdapat dalam benda uji. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat uji

Spectrum Komposisi Kimia Universal (spectrometer) yang bekerja secara otomatis.

Penelitian uji komposisi dilakukan di laboratorium POLMAN CEPER, Klaten.

6.Pemotongan Material

Pemotongan material sesui dengan standar uji tarik pengelasan spot welding yaitu

standar ASME IX.

9

Gambar 17. Dimensi Spesimen Standar ASME IX

L = Panjang Spesimen 101,6 mm

W = Lebar 25,4 mm

Ø = 5,6 mm

Tabel 3. Jumlah spesimen pengelasan

No Arus

(ampere) Waktu (detik)

Desain Uji Tarik

1 2 3

1 4000

0.4 34,003 50,291 47,293 1

2 0.5 16,778 50,514 33,924 1

4 5000

0.4 35,799 70,035 58,052 1

5 0.5 28,311 79,483 63,537 1

7.Pengelasan titik (Spot Welding)

Proses pengelasan menggunakan mesin spot welding merk DAYOK. Variasi desain,

variasi arus pengelasan 4 kA, dan 5 kA, variasi waktu pengelasan 0.4 detik dan 0.5 detik.

8.Pengujian Tegangan geser

Spesimen yang sudah dilakukan proses pengelasan kemudian di tempatkan di mesin

pengujian geser. Proses pengujian geser menggunakan mesin uji geser ( universal testing

machine ). Dari pengujian ini akan di dapatkan diagram tegangan regangan. Penelitian

pengujian geser dilakukan di laboratorium S1 Teknik Mesin UMS, Surakarta.

10

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

3.1 Hasil Pengujian Komposisi Kimia

Tabel 4. Hasil Pengujian Komposisi Kimia Mild Steel.

1 Unsur Prosentase

(%)

1. Besi(Fe) 98.61

2. Karbon(C) 0.272

3. Silisum(Si) 0.337

4. Magnesium(Mg) 0.402

5. Fosfor(P) 0.008

6. Belerang(S) 0.010

7. krom(Cr) 0.010

8. Moliben(Mo) 0.022

9. NikelNi(Ni) 0.000

10. Aluminium(Al) 0.047

11. Boron(B) 0.0002

12. Kobalt(Co) 0.000

13. Tembaga(Cu) 0.071

14. Niombium (Nb) 0.000

15. Plumbung(Pb) 0.0013

16. Timah(Sn) 0.005

17. Titan(Ti) 0.000

18. Vanadium(V) 0,006

19. Wolfram(W) 0,000

3.2 Pembahasan

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui prosentase kandungan unsur-unsur mild

steel pada spesimen. Pengujian dilakukan menggunakan alat spectrometer dengan titik 3

penembakan dari titik yang berbeda kemudian diambil rata-rata. Pada setiap penembakan

komputer secara otomatis membaca unsur yang terkandung dalam logam mild steel. Hasil

pembacaan komputer terdapat 18 unsur paduan yang terkandung pada logam mild steel

seperti yang terlihat pada tabel 4.1.

Berdasarkan hasil pengujian komposisi kimia dapat diketahui terhadap 18 unsur

yang terkandung dalam plat logam mild steel. Unsur yang paling dominan adalah Besi(Fe)

= 98.61 % kemudian diikuti oleh unsur Karbon(C) = 0.272 %, Silisum(Si)= 0.337 %,

Magnesium(Mg) = 0.402, dan unsur lainnya dibawah 0,1 % seperti yang terdapat tabel 4.1.

‘’ Menurut Wiryosumarto, H. dkk (2000) ‘’ baja karbon adalah paduan antara besi dan

karbon dengan sedikit Si, Mn, P, S, dan Cu. Baja tipe ini dibagi berdasarkan kadar karbon

yang dimilikinya yaitu baja karbon rendah, baja karbon sedang dan baja karbon tinggi. Baja

karbon rendah memiliki kadar karbon (C) kurang dari 0,30%, baja karbon sedang memiliki

kadar karbon 0,30-0,45% dan baja karbon tinggi memiliki kadar karbon antara 0,45-1,70%.

11

Gambar 18. Diagram Diagram keseimbangan besi-karbon (Surdia, T. dkk, 1999)

3.3 Hasil Pengujian Daya Beban Dukung Geser (Shear Load Bearing Capacity)

Tabel 4. Hasil Pengujian Daya Beban Dukung Geser

No Arus

(Ampere)

Waktu

(detik)

Daya beban dukung geser (kgf)

Desain

1 2 3

1 4000

0.4 34,003 50,291 47,293

2 0.5 16,778 50,514 33,924

4 5000

0.4 35,799 70,035 58,052

5 0.5 28,311 79,483 63,537

3.4 Analisa Secara Grafis

Tujuan dilakukannya pengujian tegangan geser adalah untuk mengetahui kekuatan

sambungan hasil las titik saat menahan beban yang diberikan.

12

Grafik 1. Pengaruh arus pengelasan terhadap daya beban dukung geser (Shear Load

Bearing Capacity)

3.5 Pembahasan

Berdasarkan grafik 1 dapat dianalisa bahwa, pada desain 1, desain 2 dan desain 3

menjelaskan bahwa arus berpengaruh positif terhadap kekuatan daya beban dukung geser.

Karena kekuatan daya beban dukung geser tertinggi diperoleh dari arus pengelasan 5000

Ampere. Grafik diatas secara keseluruhan menunjukkan trend positif. Karena semakin

besar arus yang diberikan pada saat proses pengelasan akan meningkatkan kekuatan daya

beban dukung geser selama belum mencapai nilai puncak (peak point) dan sebaliknya jika

arus yang diberikan semakin kecil maka hasil daya beban dukung geser akan menurun

kekuatannya.

Arus (I) sangat berpengaruh terhadap panas yang dihasilkan pada saat proses

pengelasan yang mengakibatkan sambungan las semakin kuat. Sesuai dengan rumus Heat

input pada persamaan rumus Q=i.r.t karena arus (I) sangat berpengaruh meningkatkan daya

10

20

30

40

4000 Ampere 5000 Ampere

Shea

r Lo

ad B

ear

ing

Cap

acit

y(kg

f)

DESAIN 1

0,4 detik

0,5 detik

40

50

60

70

80

90

4000 Ampere 5000 Ampere

Shea

r Lo

ad B

eri

ng

Cap

acit

y(kg

f)

DESAIN 2

0,4 detik

0,5 detik

20

30

40

50

60

70

4000 Ampere 5000 Ampere

Shea

r Lo

ad B

eari

ng

Cap

acit

y (k

gf)

DESAIN 3

0,4 detik

0,5 detk

13

listrik, Kemudian daya listrik sangat berpengaruh untuk menghasilkan Heat input maka

nilai H akan meningkatkan, apabila arus (I) meningkat semakin besar arus (I) yang

diberikan maka akan memberikan kenaikan diameter dan kekuatan tarik.

Selain arus, variasi desain juga berpengaruh terhadap kekuatan daya beban dukung

geser. Dari dua variasi desain terjadi kenaikan kekuatan daya beban dukung geser ketika

desain 2 lebih kuat dari desain 3. Hal ini terjadi pada desain 2 yang las titik bertumpu atas

dan bawah sedangkan desain 3 yang las titik bertumpu kanan dan kiri. Dengan demikian

variasi desain akan mempengaruhi kekuatan daya beban dukung geser pada sambungan.

Sehingga desain 2 yang las titik bertumpu atas dan bawah akan lebih baik dan efektif jika

di bandingkan dengan desain 3 yang las titik bertumpu kanan dan kiri.

14

Grafik 2. Pengaruh waktu pengelasan terhadap daya beban dukung geser (Shear Load

Bearing Capacity)

3.6 Pembahasan

Berdasarkan grafik 2 dapat dianalisa bahwa waktu pengelasan sama seperti arus

pengelasan yang berpengaruh terhadap kekuatan daya beban dukung geser. Peningkatan

kekuatan terjadi pada semua desain 1, desain 2 dan desain 3. Karena arus dan waktu

berbanding lurus dengan waktu, semakin besar arus dan waktu maka kekuatan daya beban

dukung geser akan meningkat. Seperti grafik 4.2 yang menunjukkan bahwa kekuatan daya

beban dukung geser tertinggi diperoleh dari arus 5000 Ampere, waktu 0.5 detik.

Dari pengujian kekuatan beban daya dukung geser diperoleh jenis kegagalan

sambungan las. Pada penelitian ini hanya ditemukan 1 jenis kegagalan sambungan las yaitu

interface. Pada desain ASME IX arus 4000 Ampere, waktu 0,5 detik.

Seperti halnya arus, Untuk waktu (t) pengelasan berpengaruh terhadap panas

pengelasan sesuai rumus Q=i.r.t semakin lama waktu pengelasan maka akan meningkatkan

panas pengelasan, bahwa semakin lama waktu (t) pengelasan yang diberikan maka akan

samakin meningkatkan pula tegangan gesr yang dihasilkan. Dengan kata lain semakin lama

10

20

30

40

0,4 detik 0,5 detik She

ar L

oad

Be

arin

g C

apas

ity(

kgf)

DESAIN 1

4000A

5000A

40 50 60 70 80 90

0,4 detik 0,5 detik

Shea

r Lo

ad B

ear

ing

Cap

acit

y(kg

f)

DESAIN 2

4000A

5000A

20 30 40 50 60 70

0,4 detik 0,5 detk Shea

r Lo

ad B

eari

ng

Cap

acit

y(kg

f)

DESAIN 3

4000A

5000A

15

waktu pengelasannya maka panas yang terjadi juga akan semakin tinggi, sehingga manic

las (nugget) yang terbentuk akan semakin besar.

Selain waktu, variasi desain juga berpengaruh terhadap kekuatan daya beban

dukung geser. Dari dua variasi desain terjadi kenaikan kekuatan daya beban dukung geser

ketika desain 2 lebih kuat dari desain 3. Hal ini terjadi pada desain 2 yang las titik

bertumpu atas dan bawah sedangkan desain 3 yang las titik bertumpu kanan dan kiri.

Dengan demikian variasi desain akan mempengaruhi kekuatan daya beban dukung geser

pada sambungan. Sehingga desain 2 yang las titik bertumpu atas dan bawah akan lebih baik

dan efektif jika di bandingkan dengan desain 3 yang las titik bertumpu kanan dan kiri

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa

kesimpulan, sebagai berikut

1. Arus dan waktu sangat berpengaruh terhadap panas yang dihasilkan pada saat proses

pengelasan yang mengakibatkan sambungan las semakin kuat. Pada semua desain 1,

desain 2 dan desain 3. Karena arus dan waktu berbanding lurus dengan waktu, semakin

besar arus dan waktu maka kekuatan daya beban dukung geser akan meningkat.

2. variasi desain juga berpengaruh terhadap kekuatan daya beban dukung geser. Sehingga

desain 2 yang las titik bertumpu atas dan bawah akan lebih baik dan efektif jika di

bandingkan dengan desain 3 yang las titik bertumpu kanan dan kiri.

4.2 Saran

Dari hasil penelitian yang sudah dianalisa dengan berbagai kekurangannya maka

saran untuk penelitian selanjutnya adalah :

1. Dalam pengelasan spot welding dengan material mild steel sebaiknya menggunakan

mesin spot welding dengan kapasitas daya yang lebih besar agar nugget yang terbentuk

sesuai standar dengan arus pengelasan diatas 20 kA.

2. Dari proses pengelasan sampai proses pengujian perlu menggunakan alat yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Amstead, B.H., Djaprie, S. (Ahli Bahasa), 1995, Teknologi Mekanik, jilid I, PT. Erlangga,

Jakarta

Annual Book of ASME IX Standart, 2001 . Qualification Standart for

Welding and Brazing Prosedures, Welder, Bresers, Welding and

Brazing Operation, p. 166-168. The American Society of Mechanical

Engineers. New York

Batista, Marcio.,2013, Use Of Dynamic Resistance And Dynamic Energy To Compare Two

Resistance Spot Welding Equipments For Automotive Industry In Zinc Coated

And Uncoated Sheets, American Journal of Engineering Research (AJER). (4

pebruari 2015)

ISF welding and joining institute, 2005, Resistance spot welding resistance

projection welding and resistance seam welding, ISF aachen welding and

joining institute, New Jersey.

16

Loan,C.M., 2013 Researches about the influence of surface roughness on resistance spot

welding (RSW) result, jurnal internasional. (18 januari 2014).

http://www.academia.edu/4773055/IJMRA-MIE3455

Jhon, B., 1983, Introduction To Engginering Materials, Macmilan

Publishing Company, New York.

Matweb Material Property Data, Overview of materials for alumunium alloy. (12 agustus

2014)

http://www.matweb.com/search/DataSheet.aspx?MatGUID=ab9706916818406

b80c22b7f39db0c78&ckck=1

Munadi, S. 1988. Dasar-Dasar Metrologi Industri. Proyek Pengembangan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta.

Rashid, M, 2010, Some Tribological Influences on the Electrode-Worksheet Interface

During Resistance Spot Welding of Aluminum Alloys, jurnal internasinal (20

november 2013).

http://mme.uwaterloo.ca/~camj/pdf/2011/ASM%20J%20Mater%20Eng%20Pe

rform-2011%20Rashid.pdf

Ruukki, 2007, Resistance Welding manual, Rautaruukki Corporation,

Finlandia.

Surdia, T. Dan S,Saito., 1991, Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Tukiman, 2013, Studi Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Sifat Mekanis Pada

Pengecoran Paduan Al-4,3%Zn Alloy, jurnal Dinamis.

Tutur, A., K., 2012, Studi Metalografi Hasil Pengelasan Titik (Spot

Welding) Pada Pengelasan Di Lingkungan Udara Dan Di

Lingkungan Gas Argon, Tugas Akhir S-1, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Vliet G. L. J. V dan Both W., 1984. Teknologi Untuk Bangun Mesin. Jakarta: Erlangga

Wiryosumarto, H., Prof, Dr, Ir, Okumura,T., 2004, Teknologi Pengelasan Logam, PT

Pradaya Paramita, Jakarta.

Sepdyanuri, Indah Lur, Sambungan Paku

Keling,http://nd4s4ch.blogspot.co.id/2012/01/makalah-paku-keling-rivet-

sambungan.html , Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta, diakses

pada tanggal 21 Juli 2016 jam 12.00 PM