pengaruh derajat keasaman (ph) air laut yang...

67
PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG BERBEDA TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM DAN LAJU PERTUMBUHAN Halimeda sp SKRIPSI OLEH : KHAERUL AWALUDDIN PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: dinhmien

Post on 01-Jul-2019

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG BERBEDA TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM DAN

LAJU PERTUMBUHAN Halimeda sp

SKRIPSI

OLEH :

KHAERUL AWALUDDIN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 2: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG BERBEDA TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM DAN

LAJU PERTUMBUHAN Halimeda sp

OLEH :

KHAERUL AWALUDDIN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 3: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Derajat Keasaman (pH) Air Laut yang Berbeda Terhadap Konsentrasi Kalsium dan Laju Pertumbuhan Halimeda sp.

Nama Mahasiswa : Khaerul Awaluddin

No. Pokok : L 211 09 257

Jurusan

Program Studi

: Perikanan

Manajemen Sumberdaya Perairan

Skripsi telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Utama,

Nita Rukminasari, S.Pi,MP,Ph.D

NIP. 196912291998022001

Pembimbing Anggota,

Dr. Ir. Nadiarti, M.Sc

NIP.196801061991032001

Mengetahui :

Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Prof. Dr. Ir. Andi Niartiningsih, MP NIP. 196112011987032002

Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Prof.Dr.Ir.Sharifuddin Bin Andy Omar M.Sc

NIP. 196311201993031002

Tanggal Lulus : Mei 2013

Page 4: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

ABSTRAK

KHAERUL AWALUDDIN. L211 09 257. Pengaruh Derajat Keasaman (pH) Air Laut yang Berbeda Terhadap Konsentrasi Kalsium dan Laju Pertumbuhan Halimeda sp. Dibimbing oleh NITA RUKMINASARI dan NADIARTI

Pengasaman laut mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme

laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran pada siklus hidupnya, seperti Halimeda sp yang mampu menenggelamkan CO2 dalam perairan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2012 di Laboratorium Pusat Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh derajat keasaman (pH) yang berbeda terhadap konsentrasi kalsium dan pertumbuhan spesies makroalga berkapur Halimeda sp. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dan

rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan di ulang sebanyak 3 kali. Analisa data menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji respon. Uji Tukey digunakan untuk membandingkan perbedaan antara perlakuan. Sebagai alat bantu untuk melaksanakan uji statistik tersebut digunakan paket program SPSS versi 16.0. Adapun peubah kualitas air yang diperoleh dianalisis secara diskriptif berdasarkan kelayakan hidup Halimeda sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan yang nyata antara ketiga perlakuan terhadap konsentrasi kalsium dan pertumbuhan Halimeda sp.

Konsentrasi kalsium yang tertinggi adalah perlakuan pH 8 kemudian di ikuti pH 6 dan terakhir pH 5. Pada pertumbuhan yang tertinggi adalah perlakuan pH 8 kemudian pH 6 dan terakhir pH 5. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengasaman air laut dapat mengganggu proses pengapuran Halimeda sp,

khususnya pada ph air laut<6 dan pengasaman air laut tidak mengganggu pertumbuhan Halimeda sp.

Page 5: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

RIWAYAT HIDUP

KHAERUL AWALUDDIN, dilahirkan pada

tanggal 14 Mei 1991 di Samaenre Kabupaten

Bone. Orang tua bernama Basri Alam dan

Kasmawati. Pada tahun 2003 penulis lulus

Sekolah Dasar pada SD Negeri 183

Pitumpidange, tahun 2006 lulus MTs pada MTs

Negeri 1 Libureng dan tahun 2009 lulus SMA

pada SMA Negeri 1 Libureng. Pada tahun 2009

penulis berhasil diterima sebagai mahasiswa melalui Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Jurusan Perikanan, Fakultas

Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten pada

beberapa mata kuliah diantaranya Avertebrata Air, Planktonologi dan

tumbuhan Air, Ekologi Ikan, Limnologi, dan Biologi Perikanan. Di bidang

keorganisasian penulis pernah menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan

Mahasiswa Profesi Manajemen Sumberdaya Perairan Keluarga

Mahasiswa Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas

Hasanuddin Periode 2011/2012. Dewan Pertimbangan Organisasi Ikatan

Keluarga Mahasiswa Bone Universitas Hasanuddin 2011/2012. Pengurus

Forum Kajian Pesisir Universitas Hasanuddin 2010/2011.

Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir yaitu Kuliah Kerja

Nyata di Desa Sei Pancang, Kecamatan Sebatik Utara, Kabupaten

Nunukan, Kalimantan Timur pada tahun 2012, Praktik Kerja Lapang di

Pos Perikanan Sebatik Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur pada

tahun 2012. Penelitian dengan judul “Pengaruh Derajat Keasaman (pH)

Air Laut Terhadap Konsentrasi Kalsium dan Laju Pertumbuhan Halimeda

sp ” pada tahun 2013.

Page 6: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengaruh Derajat Keasaman (pH) Air Laut yang Berbeda Terhadap

Konsentrasi Kalsium dan Laju Pertumbuhan Halimeda sp. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk menjadi sarjana perikanan di Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak yang merupakan sumber acuan dalam keberhasilan penyusunan

skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis sangat berterima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian, memberikan

pendapat, saran, serta solusi penyelesaian penyusunan skripsi ini, yaitu kepada

yang terhormat:

1. Ayahanda Basri Alam dan Ibunda Kasmawati yang dengan penuh

kesabaran memberikan pendidikan sebagai bekal hidup nanti. Terima kasih

untuk saudaraku Farid Ma’ruf dan Zulfikar Maulana yang selalu

memberikan dorongan semangat demi keberhasilan penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Nita Rukminasari, S.Pi. MP. Ph.D dan Dr.Ir. Nadiarti, M.Sc selaku

Dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu atas segala saran

dan arahannya mulai dari awal sampai penyelesaian skripsi ini.

3. Ir. Abdul Rahim Hade, MS selaku Penasehat Akademik yang telah bersedia

memberikan saran dan arahan selama penulis melalui proses belajar

dibangku kuliah.

Page 7: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc, Dr. Ir. Khusnul

Yaqin, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Farida G. Sitepu, MS yang telah bersedia

memberikan saran dan kritik demi terselesainya skripsi ini.

5. Ucapan terima kasih kepada Bapak Laking dan Ibu Hj. Cahaya yang telah

memberikan nasehat-nasehatnya bagi penyelesaian skripsi ini.

6. Warga Himpunan Mahasiswa Profesi Manajemen Sumberdaya Perairan

Keluarga Mahasiswa Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Hasanuddin dan adik-adikku angkatan 2010 dan 2011 yang

telah membantu selama melakukan peneltian.

7. Terakhir bagi saudara-saudaraku. Perikanan angkatan 2009 yang selama

proses kuliah saling bantu-membantu dalam menyelesaikan masa studi

dibangku Universitas. Semoga semangat itu tetap ada.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

kekurangan-kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

memohon kritikan-kritikan yang dapat penulis gunakan untuk perbaikan di masa

mendatang.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat untuk

kepentingan bersama dan segala amal baik serta jasa dari pihak yang turut

membantu penulis, mendapat berkah dan kasih Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Makassar, 14 Mei 2013

Khaerul Awaluddin

Page 8: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .......................................................................................... vi DAFTAR TABEL ................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar belakang .............................................................................. 1 B. Tujuan dan kegunaan ................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4

A. Morfologi Makroalga ..................................................................... 4 B. Peranan CO2Terlarut Terhadap Proses Pengapuran .................... 7 C. Peranan Halimeda sp dalam Pembentukan Karang ..................... 8 D. Proses Pembentukan Kadar Kalsium ............................................ 8 E. Makrobiologi dan Struktur Makroalga Hijau Sebagai Pertahanan .. 10 F. Keasaman laut .............................................................................. 11

1. Sumber Keasaman laut .......................................................... 12 2. Mekanisme terjadinya Keasaman laut .................................... 12 3. Dampak Keasaman laut ......................................................... 13

G. Parameter Kualitas Air .................................................................. 15 1. Suhu ....................................................................................... 15 2. Salinitas .................................................................................. 16 3. Oksigen Terlarut ..................................................................... 16 4. Derajat Keasaman .................................................................. 17

III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 18

A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 18 B. Alat dan Bahan ............................................................................. 18 C. Prosedur penelitian ....................................................................... 19

1. Persiapan ............................................................................... 19 2. Disain Percobaan Penelitian ................................................... 20

D. Parameter yang diamati ................................................................ 21 1. Konsentrasi Ca pada Halimeda sp ......................................... 21

2. Laju Pertumbuhan Spesifik ..................................................... 22 E. Kualitas Air.................................................................................... 22 F. Analisis Data ................................................................................. 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 23

A. Konsentrasi Kalsium pada Halimeda sp...................................... ... 23 B. Pertambahan Bobot dan Laju Pertumbuhan spesifik Halimeda sp. 25

1. Pertambahan Bobot................ ................................................ 25 2. Laju Pertumbuhan spesifik................ ...................................... 27

C. Kualitas Air ................................................................................... 28 1. Suhu................ ....................................................................... 28 2. Oksigen Terlarut ..................................................................... 28 3. Salinitas................ .................................................................. 29

Page 9: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 31

A. Simpulan ....................................................................................... 31 B. Saran ........................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 32

LAMPIRAN ............................................................................................ 35

Page 10: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Hubungan antara kelompok fungsional bentuk makroalga hijau dengan tingkat kesulitan dimakan oleh herbivora ....................... 10

2. Tabel alat yang digunakan dalam penelitian ............................... 18

3. Tabel bahan yang digunakan dalam penelitian. .......................... 19

4. Pengukuran suhu berdasarkan rentang waktu pengamatan ....... 28

5. Pengukuran oksigen terlarut berdasarkan waktu pengamatan .. 29

6. Pengukuran salinitas berdasarkan rentang waktu pengamatan . 30

Page 11: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Morfologi Halimeda sp (Dokumentasi Penelitian) ...................... 6

2. Sistematika CO2 ketika terlarut di laut hubungannya dengan proses fotosintetis dan pengapuran ............................................ 7

3. Ukuran akuarium yang digunakan dalam penelitian.................... 19

4. Bagan tahapan penelitian ........................................................... 20

5. Letak unit percobaan yang digunakan pada penelitian selama

perlakuan.................................................. .................................. 21

6. Konsentrasi kalsium pada Halimeda sp.... .................................. 23

7. Hubungan regresi antara konsentrasi kalsium pada Halimeda sp

dan rentang waktu pengamatan ................................................. 24

8. Pertumbuhan Halimeda sp berdasarkan rentang waktu pengamatan. .............................................................................. 25

9. Laju pertumbuhan spesifik Halimeda sp berdasarkan perlakuan 26

10. Hubungan regresi antara laju pertumbuhan spesifik pada

Halimeda sp dan rentang waktu pengamatan............................. 27

Page 12: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Dokumentasi penelitian ............................................................. 36

2. Laju Pertumbuhan tiap perlakuan Halimeda sp Berdasarkan Waktu

Pengamatan ............................................................................... 40

3. Rata-rata Laju Pertumbuhan Halimeda sp Berdasarkan Waktu Pengamatan ............................................................................... 41

4. Laju Pertumbuhan Berat Mutlak Halimeda sp ............................. 42

5. Hasil Analisis Konsentrasi Kalsium Halimeda sp dari Setiap

Perlakuan ................................................................................... 43

6. Rata-rata Konsentrasi Kalsium setiap perlakuan berdasarkan waktu pengamatan ............................................................................... 46

7. Data suhu, oksigen terlarut, pH dan salinitas air media penelitian 47

8. Cara kerja Atomic Absorption Spectrophotometer ...................... 48

9. Analisis varians jumlah konsentrasi kalsium pada Halimeda sp . 49

10. Analisis varians laju pertumbuhan pada Halimeda sp ................ 53

Page 13: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makroalga adalah organisme fotosintetik yang menempati dasar rantai

makanan yang terdapat di laut. Makroalga secara terus menerus harus

berhadapan dengan organisme lain di lingkungan alaminya, termasuk hewan

herbivora maupun mikroba penginfeksi. Serangan herbivora dan mikroba

tersebut telah merangsang suatu mekanisme pertahanan diri dari

makroalga.Makroalga tersebut dapat menghadapi serangan herbivora dan

mikroba dengan menggunakan pertahanan fisik yaitu memiliki lendir dan duri,

selain itu juga dengan pertahanan kimia dengan mengeluarkan senyawa kimia

yang berbau maupun yang beracun (Handayani, 2010).

Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk

mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan

memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat

menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat

membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia

umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0 – 8,5. Perubahan pH dapat

mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung

maupun tidak langsung (Odum, 1993).

Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen

(H+) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Nilai pH juga merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan (Pescod, 1973). Nilai

pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme

perairan, baik tumbuhan maupun hewan, sehingga seringkali dijadikan petunjuk

untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. Biasanya angka pH dalam

Page 14: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur

kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur

hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik (Odum, 1971).

Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun

CO2. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu

alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau

terjadi tetapi dengan cara perlahan. Tingkat pH lebih kecil dari 4,8 dan lebih

besar dari 9,2 sudah dapat dianggap tercemar (Sary, 2006).

Peningkatan suhu udara di permukaan bumi antara 2˚C– 5˚C dalam kurun

waktu 100 tahun dengan kondisi emisi gas rumah kaca seperti saat ini akan

mengakibatkan perubahan iklim sebagaimana kajian Intergovermental Panel on

Climate Change (IPCC) dalam sidang Second World Climate

Programme(SWCP) Oktober 1990 di Genewa (Wibowo, 1996).

Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan

menghangat sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi

permukaan laut. Pemanasan juga mencairkan banyak es di kutub yang lebih

memperbanyak volume permukaan air laut.Pada konsentrasi yang besar CO2

juga masuk kedalam perairan sehingga mengakibatkan perubahan parameter

kualitas air khususnya pH air dan sistem karbonat. Pengasaman laut,

mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme laut termasuk di dalamnya

organisme yang mengalami proses pengapuran pada siklus hidupnya, seperti

Halimeda sp. Halimeda sp merupakan jenis makroalga yang mengandung kadar

kalsium, dimana pada siklus hidupnya terdapat proses pengapuran yang mampu

menenggelamkan CO2 dalam perairan (Soemarwoto, 2001).

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai

pengaruh konsentrasi kalsium dan pertumbuhan Halimeda sp terhadap pH yang

berbeda.

Page 15: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh derajat

keasaman (pH) yang berbeda terhadap konsentrasi kalsium dan pertumbuhan

spesies makroalga berkapur Halimeda sp.

Kegunaan dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai

konsentrasi kalsium dan pertumbuhan Halimeda sp pada pH yang berbeda.

Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk penelitian

selanjutnya mengenai dampak pengasaman laut terhadap organisme laut.

Page 16: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi Makroalga

Morfologi makroalga tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara

akar, batang dan daun. Secara keseluruhan tanaman ini memiliki morfologi yang

mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Sumich (1992), menyatakan bahwa tubuh

makroalga umumnya disebut thallus. Thallus merupakan tubuh vegetatif alga

yang belum mengenal diferensiasi akar, batang dan daun sebagaimana yang

ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi. Thallus makroalga umumnya terdiri atas

blade yang memiliki bentuk seperti daun, stipe yang menyerupai batang dan

holdfast yang merupakan bagia thallus yang serua dengan akar. Pada beberapa

jenis makroalga, stipe tidak dijumpai dan blade melekat langsung pada holdfast.

Blade dari makroalga kemungkinan berasal dari diferensiasi stipe.

Perbedaan bentuk holdfast terjadi akibat proses adaptasi terhadap

keadaan substrat dan pengaruh lingkungan seperti gelombang dan arus yang

kuat dapat mencabut holdfast tersebut (Sumich, 1992). Holdfast berbentuk

cakram pada substrat yang keras danberbentuk stolon merambat pada substrat

berpasir.

Menurut Nontji (2002), secara sepintas banyak alga memperlihatkan

bentuk luar seperti mempunyai akar, batang, daun dan bahkan buah. Alga pada

hakikatnya tidak mempunyai akar, batang, daun seperti yang terdapat pada

tumbuhan yang lazim telah dikenal. Seluruh wujud alga itu terdiri dari sperti

batang yang disebut thallus, hanya bentuknya yang beranekaragam. Makroalga

memiliki substansi yang beragam, ada yang lunak, keras mengandung kapur,

berserabut dan lain-lain.

Page 17: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Beberapa bentuk thallus makroalga bermacam-macam, antara lain bulat

seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan sebagainya.

Thallus mempunyai bentuk beberapa percabangan, ada yang dichotomous

(bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada satu sisi talus

utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang talus utama secara

berselang-seling), ferticillate (cabangnya berpusat melingkar aksis atau sumbu

utama dan adapula yang sederhana dan tidak bercabang (Aslan, 1993).

Makroalga dari divisi Chlorophyta umumnya bersifat multiseluler dengan

bentuk thallus yang bervariasi. Caulerpa memiliki bentuk seperti pipa tanpa sekat

dengan thallus hanya tersusun atas satu sel yang mengandung banyak inti.

Sedangkan Halimeda sp memiliki talus yang keras karena banyak mengandung

zat kapur. Bentuknya pipih membulat dan bercabang-cabang, banyak ditemukan

di terumbu karang dan ikut memperkuat formasi terumbu karang tersebut (Nontji,

2002).

Alga divisi Chlorophyta biasa juga disebut sebagai alga hijau, memiliki

klorofil warna hijau. Chlorophyta merupakan divisiterbesar dari semua divisi alga,

sekitar 6500 jenis anggota divisi ini telah diidentifikasi. Divisi Chlorophyta

tersebar luas dan menempati beragam substrat seperti tanah yang lembab,

batang pohon, batuan basah, danau, laut hingga batuan bersalju. Sebagian

besar (90%) hidup di air tawar dan umumnya merupakan penyusun komunitas

plankton. Sebagian kecil hidup sebagai makroalga di air laut. Divisi Chlorophyta

hanya terdiri atas satu kelas yaitu Chlorophyceae yang terbagi menjadi empat

ordo yaitu Ulvales, Caulerpales, Cladophorales dan Dasycladales (Verheij,

1993).

Halimeda sp merupakan jenis alga hijau yang dikelompokkan ke dalam

divisi Chlorophyta dan famili Halimedaceae. Halimeda sp banyak dijumpai pada

daerah terumbu karang yang kondisi pantainya tenang an agak terlindung, hidup

Page 18: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

membuat koloni atau berkelompok dan mempunyai perekat berupa rhizoid yang

tersebar dan membungkus segmen (Poli, 2000).

Penyebaran Halimeda sp melekat pada substrat karang batu, dan

disela-sela pertumbuhan karang. Keberadaannya banyak dijumpai di pantai yang

berkarang dengan kedalaman 10 m atau lebih, terutama perairan laut Indonesia

kawasan tengah, timur dan laut selatan Pulau Jawa.

Halimeda sp adalah tumbuhan laut yang memiliki hijau daun dan

merupakan salah satu jenis dari golongan alga hijau.

Gambar 1. Morfologi Halimeda sp (Dokumentasi Penelitian)

Klasifikasi Halimeda sp menurut Luning 1990:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Thallophyta

Kelas : Chlorophyceae

Ordo : Caulerpales

Famili : Chlorophyta

Genus : Halimeda

Spesies : Halimeda sp

Page 19: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

B. Peranan CO2Terlarut Terhadap Proses Pengapuran

Alga penghasil kapur dapat mengubah karbondioksida menjadi bikarbonat

dan proton secara ekstraseluler dengan bantuan enzim carbonate anhydrase.

Setelah itu bikarbonat akan mengalami dehidrasi menjadi karbonat (CO32-). Ion

karbonat inilah yang kemudian berperan dalam proses pengapuran dan

dimanfaatkan oleh karang maupun alga berkapur untuk pertumbuhannya. Pada

proses pengapuran dapat terjadi ketika diperairan tersedia ion Ca2- dan CO32-

dalam konsentrasi yang mencukupi setelah melewati batas nilai Ksp-nya, maka

akan mengendap sebagai kalsium karbonat (CaCO3) yang akan dimanfaatkan

oleh pertumbuhan karang dan alga berkapur. Beberapa penelitian yang

mengungkapkan bahwa dari kedua ion tersebut yang menjadi faktor pembatas

adalah ion CO32-, sehingga ketika konsentrasinya berkurang, maka proses

pengapuran tidak terjadi. Secara skematik terjadinya reaksi mulai dari CO2

terlarut hingga terjadinya proses pengapuran tersaji pada gambar di bawah ini.

CO2 Udara

Air

Fotosintesis CO2 H2CO3

Respirasi (CO2+ H2O)

HCO3-+H+

Alkalinitas CO32-+H+

Ca2- Mg2+

Na+ K+

CaCO3(Pengapuran)

Gambar 2. Sistematika CO2 ketika terlarut di laut hubungannya dengan proses fotosintetis dan pengapuran (Kleypas dan Langdon, 2000).

Page 20: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

C. Peranan Halimeda sp dalam Pembentukan Karang

Makroalga halimeda sp dan alga hijau lain yang berkapur yang seperti

terdapat pada perairan Karibia dan Indo-Pasifik dapat mengendapkan sejumlah

kristal-kristal kalsium karbonat yang saling berhubungan dalam bentuk mineral

aragonit di dalam thalus. Dengan demikian, Halimeda sp memberikan peranan

yang sangat penting bagi pembentukan pasir, terutama pada bagian laguna

terumbu.

Halimeda sp merupakan salah satu alga berkapur yang paling penting di

ekosistem laguna terumbu karang, telah diketahui bahwa alga berkapur di habitat

daerah terumbu karang banyak mempunyai kepentingan ekologis, akan tetapi

informasi akan hal tersebut sangatlah jarang. Organisme ini hampir seluruhnya

kurang diketahui dengan baik (Littler, 1989). Selanjutnya dikatakan, banyak

pengetahuan tentang pengapuran biologis berasal dari studi tulang dan

cangkang yang dihasilkan oleh hewan yang terdapat diperairan.

Halimeda sp umumnya terdapat di perairan tropis dan mensekresikan

CaCO3 yang setelah mati akan mensuplai pada pasir karbonat, material kasar

untuk bahan limestone dimasa mendatang. Makroalga Halimeda sp merupakan

alga yang penting dalam pembentukan pasir terumbu di daerah terlindung dan

terutama di daerah berpasir dari terumbu karang. Halimeda sp mensekresikan

CaCO3 sebagai aragonit pada sisi luar talusnya. Separuh sedimen disumbangkan

pada pembentukan terumbu karang yang terdiri dari pecahan alga berkapur

tegak seperti Halimeda sp (Luning, 1990).

Halimeda sp berperan pada formasi terumbu karang dan umumnya

sebagai pengikat sedimen. Littler (2000) menyatakan Halimeda sp adalah salah

satu komponen yang paling melimpah di pasir sekitar terumbu karang.

Page 21: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

D. Proses Pembentukan Kadar Kalsium

Pada proses pembentukan kadar kalsium makroalga secara umum

ditunjukkan sebagai bentuk pertahanan herbivora dengan menjadikan makroalga

lebih keras dan lebih sulit untuk dicerna. Asumsi tersebut konsisten dengan fakta

bahwa kandungan kalsium karbonat(CaCO3) makroalga jarang sebagai pilihan

makanan herbivora (Hay, 1997). Beberapa makroalga hijau tropis mampu

membentuk kalsifikasi sekaligus menghasilkan metabolit sekunder dalam

tubuhnya. Keduanya memiliki fungsi sebagai bentuk pertahanan terhadap

herbivora, sebagai contoh adalah Neomeris annulata dan Halimeda sp. (Meyer

and Paul, 1995).

Kekerasan thallus makroalga hijau yang meningkat secara pasti akan

mencegah pemangsaan terhadap makroalga berkapur tinggi. Beberapa

herbivora (ikan dan bulu babi) dapat dengan mudah memangsa makroalga

berkapur tetapi beberapa biota lain tidak dapat memangsa makroalga tersebut.

Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa CaCO3 pada thallus makroalga

berfungsi sebagai senyawa kimiapenyusunan struktur dinding sel dan

pertahanan (Hay,1997).

Penambahan CaCO3 pada makroalga hijau, secara signifikan dapat

menurunkan rata-rata pemangsaan oleh ikan pada saat saluran pencernaan ikan

yang asam (Hay, 1997). Zat kapur sebagai bagian dari pertahanan diri dari

makroalga hijau juga dikemukakan oleh Hatta(1991), bahwa makroalga mampu

mengembangkan struktur thallusnya sedemikian rupa, sehingga susah untuk

dimakan, yaitu penimbunan CaCO3 pada marga Halimeda sp. Diantara morfologi

dan struktur thallus tersebut, urutan tingkat kesulitan untuk dicerna oleh herbivora

dari yang paling mudah dalah thallus benang, lembaran, tepi bergerigi, berkapur.

Pengelompokkan makroalgae berdasarkan morfologi dan struktur dalam

kiatannya dengan pemangsaan oleh herbivora dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 22: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Tabel 1.Hubungan antara kelompok fungsional bentuk makroalga hijau dengan tingkat kesulitan dimakan oleh herbivora (Kadi, 1988).

Kelompok fungsional Contoh marga Kesulitan untukdimakan

1. Makroalga benang Cladophora Agak sulit

2. Makroalga lembaran Ulva Sulit

3. Makroalgabertepi gerigi Caulerpa

serrulata

Lebih sulit

4. Makroalga berkapur Halimeda

Neomeris

Udotea

Lebih sulit

E. Makrobiologi dan Struktur Makroalga Hijau Sebagai Pertahanan

Makroalga hijau mampu merubah tubuhnya dalam ukuran, bentuk,

kekerasan, tingkat kalsifikasi, dan kerentanan (mudah patah) untuk bertahan dari

pemangsaan dan perusakan oleh herbivora. Makroalga hijau mempunyai strategi

untuk menghindari herbivora, antara lain dengan membentuk thallus, berupa

filamen/benang lembaran yang tipis tetapi lebar, berkapur dan berkarang kerak

(Hay, 1997).

Bentuk thallus makroalga hijau yang berupa filamen/benang ditemukan

pada marga cladophora.Marga ini memiliki thallus, yaitu benang dan kuat,

sehingga thallusnya sulit untuk dicerna oleh herbivora. Makroalga hijau berupa

lembaran ditemukan pada marga Ulva. Marga ini kebanyakan memiliki thallus

lembaran yang lebar dan tipis,sehingga kurang menarik perhatian herbivora.

Selain itu, morfologi dan struktur ini sulit di cerna oleh sistem pencernaan

herbivora. Hatta (1991), menambahkan perlindungan makroalgae hijau dapat

dilakukan dengan pembentukan cabang/thallus yang menyerupai duri dengan

tepi yang begerigi, sebagai contoh adalah Caulerpa serrulata.

Page 23: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Menurut Hatta (1991), perlindungan yang menggunakan struktur dan

morfologi disebut sebagai perlindungan non-kimia. Cara perlindungan ini lebih

mengandalkan perlindungan fisik serta tingkat kemampuan adaptasi untuk

memanfaatkan kondisi lingkungan. Cara ini meliputi beberapa hal, yaitu:

a) Perlindungan permukaan

Pada cara ini, makroalga hijau bertujuan memberikan kejutan

kepada herbivora untuk tidak mendekat dengan jalan membentuk bagian-

bagian luar thallusnya sedemikian rupa, sehingga tampak sulit di dekati.

Contoh:caulerpa serrulata (tepi thallus bergerigi).

b) Plastisitas morfologi

Makroalga hijau mengurangi serangan herbivora dengan

mengubah bentuk vegetatif dan disertai penciutan ukuran.

c) Struktural

Makroalga hijaumengembangkan struktur thallusnya, sehingga

susah untuk di makan.

d) Adaptasi pemanfaatan tempat

Makroalga hijau mampu memanfaatkan keunikan alam sebagai

tempat hidup, misalnya dicelah-celah karang yang sulit dijangkau oleh

herbivora.Contoh :Valonia ventricosa.

F. Keasaman laut

Keasaman laut adalah proses turunnya kadar pH air laut yang kini tengah

terjadi akibat penyerapankarbon dioksida di atmosfer yang dihasilkan dari

kegiatan manusia (seperti penggunaan bahan bakar fosil). pH di permukaan laut

diperkirakan turun dari 8,25 menjadi 8,14 dari tahun 1751 hingga 2004

(Jacobson, 2005).

Page 24: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Air laut bersifat sedikit basa dengan derajat keasaman (pH) sekitar 8,2 di

dekat permukaan air laut. sejauh ini sejumlah emisi karbon dioksida yang terlarut

dalam lautan menurunkan pH air laut sekitar 0,1 (berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh National Research Council. Penurunan pH 0,1 berarti air menjadi

30 persen lebih asam dari kondisi sebelumnya. Jika karbon dioksida

terakumulasi secara terus-menerus, diperkirakan tingkat keasaman laut akan

turun menjadi 7,8 pada tahun 2100. Pada saat itu air akan menjadi 150 persen

lebih asam dibandingkan pada tahun 1800. Tidak ada negosiasi dalam perjanjian

pembahasan khusus efek penyerapan karbon di lautan, dimana hasil studi

menunjukkan absorbsi karbon adalah kunci yang merusak makhluk berkerangka

keras di lautan (Jacobson, 1999).

1. Sumber Keasaman laut

Karbon dioksida (CO2) merupakan sumber utama yang menyebabkan

laut kian asam.Oksida asam yang satu ini dapat berasal dari berbagai aktifitas,

diantaranya hasil buangan industri, peternakan, kendaraan, pembukaan lahan;

dapat dikatakan bahwa sesuatu yang sifatnya menghasilkan energi sepertinya

menghasilkan gas ini. Bahkan manusia juga menyuplai CO2melalui proses

pernapasan (Caldeira dan Wickett, 2003).

2. Mekanisme terjadinya Keasaman laut

Karbon dioksida yang memiliki rumus kimia CO2 dapat menjadi asam

ketika bereaksi dengan air H2O sehingga disebut oksida asam. Reaksinya adalah

sebagai berikut:

CO2(g) + H2O(l) H2CO3(aq)

H2CO3(aq) H+

(aq) +HCO3-(aq)

H2CO3 atau biasa disebut asam karbonat merupakan suatu asam lemah

dan sedikit terionisasi menghasilkan H+ (spesi yang mengindikasikan larutan

Page 25: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

bersifat asam menurut teori Asam Basa Arrhenius).Proses asidifikasi samudera,

secara sederhana adalah karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil

yang terakumulasi dalam atmosfer, menyebabkan pemanasan global,

berpengaruh terhadap samudera atau lautan kita. Karbon dioksida diserap oleh

laut dan bereaksi dengan air laut membentuk asam karbonat H2CO3 dan

meningkatkan keasamam (H+) air laut.

H+(aq) + CO3

2-(aq) HCO3

-(aq) ion bikarbonat

Sebaliknya,air laut menjadikekurangan persediaan karbonat (CO32-) akibat

pembentukanion bikarbonat, yang dikenal sebagai zat yang digunakan oleh

puluhan ribu spesies hewan laut untuk membentuk cangkang dan tulang

(kerangka) serta karang.Jika keasaman lautan cukup tinggi, air laut menjadi

korosif dan melarutkan cangkang, melemahkan pertumbuhan hewan laut dan

terumbu karang beserta jutaan spesies hewan laut yang bergantung kepadanya

(Caldeira dan Wickett, 2003).

3. Dampak Keasaman laut

Asidifikasi samudera, tidak dapat disangkal lagi, adalah bencana

lingkungan yang secara diam-diam dapat menghancurkan ekosistem laut dan

mengancam produktivitas perikanan. Berikut dampak yang dapat ditimbulkan

akibat Asidifikasi samudra:

Jika keasaman lautan cukup tinggi, air laut menjadi korosif dan melarutkan

cangkang, melemahkan pertumbuhan hewan laut dan terumbu karang beserta

jutaan spesies hewan laut yang bergantung kepadanya. Pada akhirnya

bencana Asidifikasi samudra yang dahsyat ini akan memusnahkan mereka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karang-karangan akan mengalami

pengurangan kalsifikasi atau peningkatan pemutusan (maksudnya dissolution)

ketika terpapar oleh naiknya kadar CO2.

Page 26: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Tingkat keasaman yang tinggi juga menggangu pendengaran beberapa

spesies laut sehingga sulit baginya untuk mendapatkan makanan maupun

menghindari predator.

Keasaman laut mengganggu efektifitas organisme laut dalam bereproduksi

Keasaman laut juga memberikan dampak komersial yaitu mengancam sumber

makanan bagi ratusan juta orang dan industri perikanan, pariwisata serta

penangkapan ikan yang telah menampung lebih dari 38 juta orang secara

langsung dan sekitar 162 juta orang yang bergantung secara tidak langsung.

Sejak Revolusi Industri, keasaman air samudera telah meningkat 30%

hingga saat ini, laju pengasaman air samudera diperkirakan akan makin

meningkat di dalam beberapa dekade yang akan datang dan jauh lebih cepat

dari yang pernah terjadi sebelumnya. Kerangka atau cangkang kalsium karbonat

yang dimiliki berbagai tumbuhan dan hewan samudera akan dipengaruhi

asidifikasi samudera sekalipun perubahannya sangat kecil (Caldeira dan Wickett

2003).

Beberapa jenis tumbuhan dan hewan laut yang sangat peka dengan

asidifikasi samudera.Jenis tumbuhan dan hewan yang peka ini secara langsung

atau tidak langsung merupakan produsen utama bagi kepentingan ekonomi,

budaya atau biologi laut.Jenis tumbuhan, hewan laut dan jenis-jenis lain di dalam

rantai makanan yang terkena dampak asidifikasi samudera dapat mengancam

kepentingan ekonomi masyarakat. Salah satunya adalah resiko kekurangan

pangan bagi wilayah yang mayoritas penduduknya bergantung pada protein dan

hasil dari lautan.Keasaman laut berpeluang besar merusak atau memusnahkan

ekosistem samudera jika laju pelepasan CO2 di atmosfer terus meningkat seperti

yang diramalkan, sehingga suhu permukaan air samudera akan menjadi lebih

hangat pada tahun 2050. Pada tahun 2100, 70% terumbu karang yang hidup di

Page 27: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

lautan dingin akan terkelupas oleh air samudera yang bersifat korosif (Jacobson,

2004).

Karbondioksida keberadaannya di atmosfer sudah banyak kita

kenal.Sebagai salah satu gas yang kini menjadi perhatian banyak pihak

sehubungan dengan aktifitas rumah kacanya, kian hari kadarnya makin

meningkat. Konsentrasi CO2 di atmosfer saat ini sekitar 385 ppm yang berarti

telah terjadi kenaikan sekitar 37% jika dibandingkan dengan masa sebelum

revolusi industri di mulai. Nilai ini diperkirakan akan terus meningkat dengan

cepat, karena dukungan aktifitas manusia, dan akan terjadi kenaikan konsentrasi

CO2 di atmosfer sekitar 0,4% setiap tahunnya. Sementara tercatat, pada tahun

2008 telah terjadi kenaikan rata-rata konsentrasi CO2 global sebesar 2,28

ppm/tahun. Laut sangat terpengaruh terhadap peningkatan CO2 karena CO2

yang ada diatmosfer masuk ke perairan melalui proses difusi sehingga akan

mempengaruhi kehidupan ekosistem di perairan (Jacobson, 2005).

G. Parameter Kualitas Air

1. Suhu

Suhu di lautan adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi

kehidupan organisme, karena suhu sangat mempengaruhi baik aktivitas

metabolisme maupun perkembangan dari organisme-organisme tersebut

(Hutabarat dan evans, 1985). Menurut Romimohtarto & Juwana (2001)

menyatakan juga bahwa di perairan tropis perbedaan suhu air laut sepanjang

tahun tidak besar, suhu permukaan laut berkisar antara 27° dan 32°C. Suhu

memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan makroalga.

Suhu optimal untuk tumbuhan alga dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu

berkisar 0-10°C untuk algadi daerah beriklim hangat dan 15°C-30°C untuk alga

hidup di daerah tropis. Keanekaragaman dan kelimpahan alga sangat

Page 28: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

dipengaruhi oeh adanya perubahan suhu misalnya penurunan dan penaikan

suhu yang tinggi akan dapat menurunkan keanekaragaman jenis makroalga

(Luning, 1990).

2. Salinitas

Pada daerah yang mengalami penguapan yang sangat kuat, salinitas

dapat meningkat tinggi. Di perairan pantai kisaran salinitas yang normal adalah

28-32 ppm (Dahuri dkk, 1996). Salinitas secara umum dapat dikatakan sebagai

jumlah kadar garam dalam suatu perairan yang dinyatakan dalam permil.

Makroalga umumnya hidup di laut dengan salinitas antara 30-32‰,

namun banyak jenis makroalga hidup pada kisaran salinitas yang lebih besar.

Salinitas berperan penting dalam kehidupan makroalga. Salinitas yang terlalu

tinggi atau terlalu rendah akan menyebabkan gangguan pada proses fisologis.

(Luning, 1990). Menurut (Bold et al. 1978) menyatakan bahwa salinitas juga

mempengaruhi penyebaran makroalga di laut makroalga yang mempunyai

toleransi yang besar terhadap salinitas (eurihalin) akan tersebar lebih luas

dibanding dengan makroalga yang mempunyai toleransi yang kecil

terhadapsalinitas (stenohalin). Selain itu, salinitas juga mempengaruhi laju

fotosintesis pada makroalga.Kisaran salinitas optimum untuk pertumbuhan

makroalga antara 33 – 40%.

3. Oksigen terlarut

Kadar oksigen di laut ditetukan oleh kelarutan gas oksigen dalam air dan

proses biologi yang mengontrol tingkat konsumsi dan pembebasan oksigen.

Proses fisik juga mempengaruhi kecepatan oksigen memasuki dan distribusi di

dalam laut. Pada Halimeda sp, keadaan paparan terumbu dengan dasar pasir

yang tak bercampur lumpur, kejernihan air, suhu dan arus yang cukup

merupakan persyaratan yang diperlukan (Romimohtarto & Juwana, 2001).

Page 29: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Makroalga dapat tumbuh pada kondisi oksigen terlarut yang berkisar antara 5-6

ppm (Evans dan Hoagland, 1986).

Organisme perairan memerlukan oksigen terlarut yang digunakan untuk

kehidupan aquatik khususnya untuk proses pembakaran dalam tubuh. Beberapa

bakteri maupun beberapa binatang laut dalam hidup tanpa oksigen (anaerob)

sama sekali, lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerob hanya sebentar tetapi

memerlukan penyediaan oksigen yang berlimpah setiap kali sumber oksigen

terlarut dari perairan udara diatasnya, proses fotosintesis dan glikogen dari

binatang itu sendiri. Air yang tidak beroksigen selalu jarang terdapat di

samudera. Oksigen dihasilkan oleh proses fotosintesis dari tumbuh-tumbuhan

dan diperlukan bagi pernapasan (Romimohtarto dan Juwana, 2001).

4. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan nilai pengukuran konsentrasi ion

hidrogen dalam larutan dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa

air. Derajat keasaman (pH) memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

organisme perairan sehingga dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan

baik buruknya suatu perairan untuk media hidup organisme, walaupun baik

buruknya suatu perairan masih tergantung faktor-faktor lain. Air laut mempunyai

kememapuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH.

Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk

terganggunya sistem penyangga. pH air laut berkisar antara 6,0-8,5 sehingga

cenderung bersifat alkalis. Kisaran pH yang layak untuk pertumbuhan makroalga

adalah 6,3-10 (Biebl, 1962).

Page 30: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September

2012 di Laboratorium Outdoor Pusat Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pusat

Kegiatan Penelitian (PKP) Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel

2, sedangkan bahan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam penelitian

No Nama Alat Kegunaan

1 Akuarium Wadah untuk pemaparan organisme uji

2 Pipa Untuk menghubungkan akuarium

3 Aerator Suplai oksigen

4 Timbangan elektrik Menimbang organisme uji

5 Pipet skala Mengukur volume H2SO4

6 Drum Menampung air laut

7 Water Quality Cheker Mengukur parameter air

8 Hand Refraktometer Mengukur salinitas

9 pH meter Mengukur kadar pH

10 Timbangan Elektrik Menimbang bobot sampel

11 Atomic Absorption

Spectrophotometer Mengukur Konsentrasi Ca dalam sampel

Page 31: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam penelitian

No Bahan Kegunaan

1 Halimeda sp Sebagai organisme uji

2 H2SO4 Menurunkan pH

3 Air Laut Media hidup

4 HCl Melarutkan sampel

C. Prosedur Penelitian

1. Persiapan

Sampel uji yang digunakan adalah Halimeda sp. Sampel tersebut diambil

dari perairan Pulau Lae-lae, Sulawesi Selatan. Sebelum ditebar ke wadah

penelitian, sampel uji terlebih dahulu diadaptasikan sesuai dengan salinitas dan

pH terkontrol selama 14 hari. Penelitian menggunakan wadah berupa akuarium

berukuran panjang, lebar dan tinggi masing-masing 75cm x 50cm x 60 cm

(Gambar 3) yang berjumlah 9 buah dan diisi air media sesuai perlakuan setinggi

40 cm. Akuarium tersebut dilengkapi dengan pompa aerasi. Setiap akuarium

dihubungkan satu sama lain dengan pipa yang dialiri dengan pompa. Pada

setiap akuarium sebagian dasarnya diberi pasir setebal 10 cm. Air laut diambil di

perairan Pulau Badi. Adapun bagan tahapan penelitian ditunjukkan pada Gambar

4.

55 cm

Air Laut Setinggi 40 cm

Pasir Setinggi 10 cm 50 cm

75 cm

Gambar 3. Ukuran akuarium yang digunakan dalam penelitian

Page 32: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Gambar 4. Bagan tahapan penelitian

2. Disain percobaan penelitian

Penelitian menggunakan model rancangan acak lengkap (RAL), dengan 3

perlakuan yang ditandai dengan perbedaan nilai pH (pH 5, 6, 8) dan setiap

perlakuan terdiri atas 3 kali ulangan. Organisme uji (Halimeda sp) ditebar dengan

kepadatan 8 sampel perwadah yang dipelihara selama 40 hari. Sebelum ditebar

ke wadah penelitian terlebih dahulu dilakukan penimbangan bobot dengan

menggunakan timbangan elektrik satuan terkecil 0.001g.

Penempatan satuan percobaan dilakukan secara acak (Suharjono, 1979),

dengan tata letak satuan percobaan setelah diacak seperti pada gambar 5.

Persiapan akuarium di laboratorium

(Lampiran 1a)

Pengadaptasian Halimeda sp di

Laboratorium sebelum diberi perlakuan pH yang berbeda (Lampiran 1c)

Pengamatan/pengukuran variabel dan parameter pendukung

(Lampiran 1d,1e, 1f, 1g, 1h)

Pengambilan sampel Halimeda sp di Pulau

Lae-lae

(Lampiran 1b)

Page 33: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Gambar 5. Letak unit percobaan yang digunakan pada penelitian selama perlakuan (keran air ; pipa )

Jumlah akuarium yang disiapkan adalah 9 buah. Akuarium 2, 5 dan 8 untuk

perlakuan pH 5, akuarium 3, 6, dan 9 untuk perlakuan pH 6, akuarium 1, 4, dan 7

untuk kontrol (pH 8). Masing-masing akuarium diisi air sebanyak 25 L. Untuk

menurunkan pH air laut digunakan larutan H2SO4. Bahan tersebut dimasukkan

kedalam media kemudian diaduk agar tercampur merata, kemudian setelah

beberapa menit diukur pH-nya untuk memastikan nilai pH dari perlakuan

tersebut. Halimeda sp dimasukkan kedalam tiap akuarium, setelah terlebih

dahulu ditimbang bobot awalnya. Untuk menjaga kualitas air media penelitian,

maka setiap minggu air diganti dengan cara menyipon. Penyiponan dilakukan

dengan menggunakan selang plastik berdiameter 5/16 inci. Pada akhir

penelitian ditimbang bobot akhir Halimeda sp dan diukur konsentrasi kalsiumnya.

D. Parameter yang diamati

Parameter yang diamati adalah konsentrasi kalsium pada Halimeda sp,

laju pertumbuhan Halimeda sp dan kualitas air.

1. Konsentrasi Kalsium (Ca) pada Halimeda sp

Konsentrasi Ca Halimeda sp dihitung berdasarkan rumus yang telah

digunakan oleh Arthur (1971) dalam menghitung nilai Ca makroalga (Lampiran 8)

AIRATOR

Bak 6

(pH 61)

Bak 8

(pH 51)

Bak 3

(pH 63)

Bak 2

(pH 52) Bak 1

(pH 81)

Bak 9

(pH 62)

Bak 4

(pH 82)

Bak 5

(pH 53)

Bak 7

(pH 83)

Page 34: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Keterangan:

Abs = Nilai Absorbansi

Faktor = Volume eksampler (ml):bobot contoh (mg)

Fp = faktor pengenceran (ml)

2. Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik Halimeda sp dapat dihitung dengan rumus

Dawes et al., (1994):

dimana SGR adalah laju pertumbuhan spesifik (%), Wo adalah bobot rata-rata

Halimeda sp pada awal penelitian (g), Wt adalah bobot rata-rata Halimeda sp

pada akhir penelitian (g), t adalah periode pengamatan (hari).

E. Kualitas Air

Selama penelitian berlangsung dilakukan pengukuran parameter kualitas

air media pemeliharaan yaitu suhu, oksigen terlarut, dan salinitas dengan

menggunakan Water Quality Cheker.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan

dilanjutkan dengan uji respon. Uji Tukey digunakan untuk membandingkan

perbedaan antara perlakuan. Selanjutnya untuk mengetahui bentuk serta

keeratan sebagai efek perlakuan dilakukan analisis teknik regresi-korelasi (Steel

dan Torrie, 1993). Sebagai alat bantu untuk melaksanakan uji statistik tersebut

digunakan paket program SPSS versi 16.0. Adapun peubah kualitas air yang

diperoleh dianalisis secara diskriptif berdasarkan kelayakan hidup Halimeda sp.

Page 35: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Konsentrasi Ca pada Halimeda sp

Hasil pengamatan konsentrasi Ca Halimeda sp pada setiap perlakuan

selama penelitian ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar tersebut menunjukkan

bahwa konsentrasi Ca meningkat sampai hari ke-7 terhadap semua perlakuan

pH.

Gambar 6. Rata-ratra konsentrasi Ca pada Halimeda sp ( x ±SE, n = 3 )

Pada perlakuan pH 8, konsentrasi Ca meningkat selama penelitian,

sementara konsentrasi Ca pada perlakuan pH 5 dan 6 setelah hari ketujuh

mengalami penurunan drastis, kemudian konsentrasi Ca menetap pada hari

selanjutnya yaitu hari 14, 21, 28.

Hasil analisis varians terhadap konsentrasi Ca Halimeda sp menunjukkan

bahwa konsentrasi Ca Halimeda sp pada pH 8 tidak berbeda nyata (p>0,05)

dengan perlakuan pH 6 pada setiap waktu pengamatan, akan tetapi Halimeda sp

pada pH 8 berbeda nyata (p<0,05) dengan Halimeda sp pada pH 5 selama waktu

pengamatan hari ke 21 (Lampiran 9).

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 7 14 21 28

Ko

nse

ntr

asi C

a (%

)

Rentang Waktu Pengamatan

pH 5

pH 6

pH 8

Page 36: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Media sumber Halimeda sp di alam mempunyai pH 8, dengan demikian

sama dengan pH air kontrol. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan

bahwa Halimeda sp yang ditebar pada media kontrol yang mempunyai nilai pH

sama dengan media sumber, adaptasinya lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan

konsentrasi Ca pada media air kontrol meningkat terus selama penelitian. Hal

serupa dialami oleh Halimeda sp pada perlakuan pH 6 yang mengalami

peningkatan konsentrasi Ca sejak hari 14 sampai hari 28. Hal ini terjadi, diduga

karena pH 6 masih dapat ditolerir oleh Halimeda sp. Sebaliknya konsentrasi Ca

Halimeda sp pada pH 5 mengalami penurunan yang drastis, diduga karena pH 5

tidak dapat lagi ditolerir oleh Halimeda sp.

Gambar 7 menunjukkan hubungan antara konsentrasi Ca dan rentang

waktu pengamatan pada pH 8 adalah sangat erat, karena nilai R2>0,5. Hal ini

menjelaskan bahwa, jika rentang waktu pengamatan bertambah lebih lama maka

konsentrasi Ca akan semakin meningkat.

Gambar 7. Hubungan regresi antara konsentrasi Ca Halimeda sp dengan rentang waktu pengamatan

y = 33.371x2 - 1905.6x + 46244

R² = 0.3383

y = -62.416x2 + 860.56x + 48858

R² = 0.2352

y = -28.778x2 + 1952.1x + 34665

R² = 0.979

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

0 5 10 15 20 25 30

Kon

sen

trasi

Ca (p

pm

)

Rentang Waktu Pengamatan (Hari)

pH 5

pH 6

pH 8

Page 37: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Gambar tersebut juga menjelaskan bahwa hubungan antara konsentrasi

Ca dan rentang waktu pengamatan pada perlakuan pH 5 dan pH 6 adalah

rendah (R2<0,5). Hal ini menjelaskan bahwa, jika rentang waktu pengamatan

bertambah lebih lama maka konsentrasi Ca akan semakin menurun dalam

jangka waktu tertentu dan akan meningkat setelah itu.

Hal ini berarti bahwa proses pengapuran pada siklus hidup Halimeda sp

akan terganggu apabila air laut sebagai media hidupnya mengalami

pengasaman, khususnya pada pH<6.

B. Pertambahan Bobot dan Laju Pertumbuhan Spesifik Halimeda sp

1. Pertambahan Bobot Pertumbuhan Halimeda sp pada setiap perlakuan selama penelitian dapat

dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Rata-rata pertambahan bobot Halimeda sp berdasarkan rentang waktu pengamatan ( x ±SE, n = 3 )

105.00

105.50

106.00

106.50

107.00

107.50

108.00

108.50

109.00

109.50

0 7 14 21 28

Be

rat

(gra

m)

Rentang Waktu Pengamatan (Hari)

pH 5

pH 6

pH 8

Page 38: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Dari gambar 8 terlihat bahwa pertambahan bobot Halimeda sp mengalami

peningkatan pada setiap perlakuan pH selama waktu penelitian, kecuali hari ke

28 (Lampiran3). Hal ini sesuai dengan hasil analisis varians terhadap laju

pertumbuhan Halimeda sp menunjukkan bahwa pertumbuhan Halimeda sp pada

pH 8 tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan pH 6 berdasarkan rentang waktu

pengamatan, akan tetapi Halimeda sp pH 8 berbeda nyata (p<0,05) dengan

Halimeda sp pada pH 5 berdasarkan waktu pengamatan hari 28 (Lampiran 10).

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Halimeda sp dalam proses

pertumbuhan untuk menyesuaikan diri terhadap pH yang berbeda adalah sama.

Berdasarkan hasil analisis varians menunjukkan bahwa Halimeda sp yang

ditebar pada media yang mempunyai nilai pH yang sama dengan media sumber,

tingkat pertumbuhannya sama dengan pH<8. Hal ini dibuktikan laju pertumbuhan

terus mengalami peningkatan pada setiap perlakuan pH. Meskipun terus

mengalami peningkatan pertumbuhan berdasarkan waktu pengamatan pada

setiap perlakuan pH, akan tetapi berdasarkan hasil uji statistik pada waktu

pengamatan hari 28 terdapat perbedaan yang nyata antara pH 8 dan pH 5.

2. Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik Halimeda sp pada setiap perlakuan selama

penelitian dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 9. Rata-rata laju pertumbuhan spesifik Halimeda sp berdasarkan perlakuan ( x ±SE, n = 3 )

1.00

2.00

4.00

8.00

pH 5 pH 6 pH 8

Laju

Per

tum

bu

han

Sp

esif

ik (%

)

Page 39: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Hasil pengukuran rata-rata laju pertumbuhan spesifik Halimeda sp terdapat

perbedaan pertumbuhan di tiap perlakuan, dimana perlakuan yang paling tinggi

pertumbuhannya terjadi pada pH 8 (4,34%) kemudian pH 6 (4,33%) dan

terendah pada pH 5 (4,32%) (Lampiran 4).

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Halimeda sp dalam proses

pertumbuhan untuk menyesuaikan diri terhadap pH yang berbeda adalah sama.

Berdasarkan hasil analisis laju pertumbuhan spesifik menunjukkan bahwa

Halimeda sp yang ditebar pada media yang mempunyai nilai pH yang sama

dengan media sumber, tingkat pertumbuhannya sama dengan pH<8. Hal ini

dibuktikan laju pertumbuhan terus mengalami peningkatan pada setiap perlakuan

pH.

Gambar 10 menunjukkan hubungan antara laju pertumbuhan spesifik dan

rentang waktu pengamatan pada setiap perlakuan pH adalah sangat erat, karena

nilai R2 >0,5. Hal ini menjelaskan bahwa, jika rentang waktu pengamatan

bertambah lebih lama maka laju pertumbuhan spesifik akan semakin meningkat.

Gambar 10. Hubungan regresi antara laju pertumbuhan spesifik Halimeda sp

dengan rentang waktu pengamatan

y = -0.0014x2 + 0.0728x + 3.5752 R² = 0.9907

3.9

4

4.1

4.2

4.3

4.4

4.5

4.6

0 5 10 15 20 25 30

Laju

Pe

rtu

mb

uh

an S

pe

sifi

k (%

)

Rentang Waktu Pengamatan (Hari)

pH 5

pH 6

pH 8

Page 40: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

C. Kualitas Air

1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

organisme di lautan, karena suhu sangat mempengaruhi baik aktivitas

metabolisme maupun perkembangan dari organisme-organisme laut.

Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap perlakuan, suhu air laut umumnya

berkisar antara 28°-32°C (Tabel 4). Keadaan ini disebabkan oleh jenis bak,

kedalaman dan waktu pengamatan yang sama, dengan demikian efeknya hampir

sama dalam menerima dan mempertahankan suhu. Dalam setiap perlakuan

cenderung mengalami peningkatan suhu. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Sumawidjadja (1974) bahwa variasi suhu harian maupun tahunan merupakan

hasil dari radiasi matahari dan penguapan. Selain itu pula dengan kondisi suhu

pada pH 8 yang didapatkan tersebut tergolong optimal untuk pertumbuhan dan

perkembangan alga, dimana hal ini sesuai dengan pernyataan Luning (1990),

bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan alga di daerah tropis berkisar antara

15°C-30°C (Lampiran 7).

Tabel 4. Pengukuran suhu berdasarkan waktu pengamatan

Perlakuan Suhu ( x ± SD, n = 3 )

0 7 14 21 28

pH 5 29,3±1,62 31,5±0,92 30,9±1,55 31,7±1,02 31,2±1,00

pH 6 29,3±1,67 31,6±0,90 31,3±1,76 32,0±1,12 31,8±0,81

pH 8 28,7±1,81 30,0±0,97 30,1±1,46 30,9±1,22 30,1±0,91

2. Oksigen terlarut

Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan aquatik

termasuk makroalga. Pada setiap perlakuan memiliki konsentrasi oksigen terlarut

antara 6,3-6,7 ppm. Pada perlakuan pH 8dari rentang waktu pengamatan

memiliki kadar DO yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya,

Page 41: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

hal ini kemungkinan disebabkan oleh relatif tingginya proses fotosintesis

makroalga pada bak tersebut sehingga oksigen yang terpakai pada lokasi

tersebut juga relatif kurang.

Fluktuasi nilai oksigen terlarut pada setiap perlakuan selama penelitian

tidak terlalu besar. Hal ini menunjukkan bahwa kadar oksigen pada setiap

perlakuan masih dalam batas toleransi untuk kelangsungan hidup untuk

Halimeda sp. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Evans & Hoagland

(1986) menyatakan bahwa makroalga dapat tumbuh pada kondisi DO yang

berkisar antara 5-6 ppm (Lampiran 7).

Tabel 5. Pengukuran oksigen terlarut berdasarkan waktu pengamatan

Perlakuan Oksigen Terlarut ( x ± SD, n = 3 )

0 7 14 21 28

pH 5 6,3±0,17 6,4±0,18 6,3±0,11 6.3±0,12 6.4±0,17

pH 6 6,3±0,14 6,4±0,14 6,5±0,10 6.4±0,11 6.4±0,12

pH 8 6,3±0,12 6,7±0,12 6,7±0,12 6.8±0,11 6.7±0,07

3. Salinitas

Salinitas berperan penting dalam kehidupan makroalga, salinitas juga

mempengaruhi tingkat pertumbuhan Halimeda sp. Hasil pengukuran salinitas

diketahui kadar dari setiap perlakuan tidak jauh berbeda antara 38,5-40‰ baik

pada awal maupun akhir penelitian (Lampiran 7). Jumlah ini sama dengan

salinitas media asal Halimeda sp diperoleh. Dengan demikian diduga tidak ada

pengaruhnya bagi kelangsungan hidup karena tidak diperlukan adaptasi untuk

menyesuaikan kondisi salinitas tersebut. Tidak terjadinya perubahan salinitas ini

disebabkan oleh tempat penelitian yang terdapat dalam bak terkontrol, sehingga

tidak mendapat radiasi matahari yang menyebabkan penguapan karena naiknya

suhu permukaan air. Peningkatan salinitas dapat terjadi karena penguapan air

yang mengurangi volume air sehingga konsentrasi garam-garam terlarut

Page 42: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

didalamnya meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Poernomo (1979)

bahwa fluktuasi salinitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu besar kecilnya

penguapan air, pencampuran oleh air lain dimana berbeda salinitasnya dan

adanya pengendapan.

Tabel 6. Pengukuran salinitas berdasarkan rentang waktu pengamatan

Perlakuan Salinitas ( x ±SD, n = 3 )

0 7 14 21 28

pH 5 39,2±0,60 39,7±0,46 39,4±0,63 39,6±0,51 39,5±0,60

pH 6 39,9±0,30 40,0±0,00 39,9±0,35 40,0±0,00 40,0±0,00

pH 8 38,7±0,91 39,1±0,76 39,1±0,88 38,7±0,90 39,0±0,74

Page 43: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

V. SIMPULAN DAN SARAN

A Simpulan

1. Pengasaman air laut dapat mengganggu proses pengapuran Halimeda

sp, khususnya pada ph air laut<6.

2. Pengasaman air laut tidak mengganggu pertumbuhan Halimeda sp.

B Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan informasi yang

lebih luas mengenai Halimeda sp dan pengaruhnya terhadap keasaman laut dan

penyebab terjadinya keasaman laut.

Page 44: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

DAFTAR PUSTAKA

Aslan, L. M. 1993. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta.

Arthur I. Vogel. 1971. A Text-Book of Quantitative Inorganic Analysis, Including Elementary Instrumental Analysis. Longman, London.

Biebl,. 1962. Physiology and Biochemistry of Algae, Academic Press, New York.

Bold, H.C. dan Wynne, M.J. 1978.To The Algae, Structure and Reproduction.

New Delhi : Prentice Hall of India.

Caldeira, K. and M. Wickett. 2003. Anthropogenic carbon and ocean pH. Nature 425: 365

Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., dan Sitepu, M.J., 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Dawes, C.J., Lluis, A.O. Trono, G.C., 1994. Laboratory and Field growth studies of commercial stains of Eucheuma denticulatus and Kappaphycus alvarezii in the Philippines. Applied Phycology. 6: 21-24.

Evans, L.V & K.D. Hoagland,. 1986. Algal Biofouling, Elsevier Science Publishing Company, New York.

Handayani, T 2010.Makroalgae hiaju tropis: adaptasi dan pertahanan diri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta: 51-57.

Hatta, A.M. 1991. Beberapa aspek interaksi antara herbivore dengan makroalgae

di perairantropis (Indonesia dan sekitarnya).Oseana XVI (2): 1-20. Hay, M.E. 1997. The ecology and evolution of seaweed-herbivore interaction on

coral reefs.Coral Reefs (16): 67-76. Hutabarat. S dan S.M. Evans,. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas

Indonesia Press, Jakarta.

Jacobson, M. Z. 1999. Fundamentals of Atmospheric Modeling, 656 pp.Cambridge Univ. Press, New York.

Jacobson, M. Z. 2004. The short-term cooling and long-term global warming due

to biomass burning, J. Clim., 17, 2909–2926. Jacobson, M. Z., 2005. Studying ocean acidification with conservative, stable

numerical schemes for nonequilibrium air-ocean exchange and ocean equilibrium chemistry. J. Geophys. Res. Atm., 110, D07302.

Page 45: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Kadi, A. 1988.Dominasi dan zonasi algae berzat kapur di pantai Pulau Lombok. Dalam: Perairan Indonesia: Biologi, Budidaya, Kualitas Perairan dan Oseanografi. M. K. Moosa, D.P. Prasenodan Sukarno (eds).

Jakarta:Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI: 1-10. Kleypas, J. A. 5 and Langdon, C.: Coral reefs and changing seawater carbonate

chemistry, in:Coral reefs and climate change: Science and management, edited by: Phinney, J. T., Hoegh-Guldberg, O., Kleypas, J., Skirving, W., Strong, A., Washington,DC: American Geophysical Union 73–110, 2006.

Littler, DS, MM Littler, KE Bucher, and JN Norris. 1989 Tanaman Laut dari

Karibia. Washington, DC: Smithsonian Institution Press.

Littler, DS, MM Littler. 2000. Tanaman Laut Lepas Pantai, Washington, DC:

Graphics, Inc. Luning, K. 1990. Seaweeds: Their Environment, Biogeography and

Ecophysiology . John Wiley & Sons, New York. Maschek, J.A. and B.J. Baker 2008.The chemistry of algae secondary

metabolism.In: Algal Chemical Ecology. C.D. Amsler (ed). Spinger-

Verlag Berlin Heidelberg: hal 1-24. Meyer, K.D. and V.J. Paul 1995. Variation in secondary metabolite and aragonite

concentrations in the tropical green seaweed Neomerisannulata: effects on herbivory by fishes. Marine Biology (122): 537-545.

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara, Penerbit Djambatan. Jakarta.

OdumE. P. 1971. Fundamental of Ecology. W. B. Sounders Company. Philadelphia,London.

OdumE. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Yogayakarta. Gajah Mada

Universitypress.

Paul VJ, Fenical W (1983).Isolation of Halimedatrial: chemical defense adaptation in the calcareous reef-building alga Halimeda. Science

221:747–749 Pescod, M. B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for

Tropical Countries. AIT, London.

Poernomo, A. 1979. Budidaya Udang di Tambak: Dalam Udang Biologi, potensi, budidaya, produksi dan Udang sebagai Bahan Makanan di Indonesia, ProyekPenelitian Potensi Sumberdaya Ekonomi, LON LIPI. Jakarta. Hal 77-174.

Poli, R.E. 2000. Struktur Populasi Beberapa Jenis Halimeda di Rataan Terumbu Karang Pulau Bunakendan Tongkaina Kota Manado Sulawesi Utara. http:www.saptunsrat-gdl-S1-2000-ronny-2016-halimeda. (Akses tanggal: 27 Maret 2013).

Page 46: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Romimohtarto, K dan Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Sary, 2006. Bahan Kuliah Manajemen Kualitas Air. Politehnik vedca. Cianjur.

Soemarwoto O. (2001). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta :

Djambatan.

Steel, R. G. D.. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan prosedur statistika. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama748 hal.

Sumawidjadja, K. 1974. Dasar-dasar Limnologi. Diktat Ajaran Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 97 hal.

Sumich, J. 1992. An Introduction to the Biology of Marine Life. WMC Brown, Dubuque, lowa

Verheij, E. 1993. Marine Plants on the Reef of Spermonde Archipelago Sw.Sulawesi, Indonesia; Aspect of Taxonomy, Floristics and Ecology. Rijkherbarium-Hortus Botanicus, Lerden, Netherlans.

Wibowo, Titus Tri. 1996. Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekosistem Alami. WACANA No. 3 / Juli-Agustus 1996.

Page 47: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

LAMPIRAN

Page 48: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Lampiran 1. Dokumentasi penelitian

1a) Letak media penelitian

1b) Pengambilan sampel (Halimeda sp)di pulau Lae-lae

Page 49: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Lanjutan Dokumentasi Penelitian

1c) Pengadaptasian Halimeda sp di dalam bak

1d) Pengukuran Kualitas air dengan Water Quality Chaker

Page 50: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Lanjutan Dokumentasi Penelitian

1e) Menimbang Berat Sampel Halimeda sp

1f) Sampel Halimeda sp untuk pengukuran kadar Ca

Page 51: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Lanjutan Dokumentasi Penelitian

1g) Pengukuran konsentrasi Ca dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

1h) Rangkaian Alat Atomic Absorption Spectrophotometer

Page 52: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Lampiran 2. Pertambahan bobot tiap perlakuan Halimeda sp Berdasarkan Waktu

Pengamatan

Perlakuan Waktu Pengamatan

0 7 14 21 28

pH 5 (Ulangan 1) 106,82 107,18 107,5 107,81 108,41

pH 5 (Ulangan 2) 106,86 107,2 107,52 107,8 108,43

pH 5 (Ulangan 3) 106,84 107,16 107,53 107,79 108,39

pH 6 (Ulangan 1) 106,82 107,24 107,52 107,84 108,6

pH 6 (Ulangan 2) 106,87 107,23 107,61 107,89 108,51

pH 6 (Ulangan 3) 106,83 107,11 107,55 107,8 108,56

pH 8 (Ulangan 1) 106,83 107,19 107,55 107,87 108,59

pH 8 (Ulangan 2) 106,85 107,16 107,54 107,88 108,73

pH 8 (Ulangan 3) 106,84 107,28 107,8 108,23 108,98

Page 53: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Lampiran 3. Rata-rata Pertambahan Bobot Halimeda sp Berdasarkan Waktu

Pengamatan

Perlakuan Waktu Pengamatan ( x ± SD, n = 3 )

0 7 14 21 28

pH 5 106,84±0,02 107,18±0,02 107,52±0,02 107,80±0,01 108,41±0,02

pH 6 106,84±0,03 107,19±0,07 107,56±0,05 107,84±0,05 108,56±0,05

pH 8 106,84±0,01 107,21±0,06 107,63±0,15 107,99±0,21 108,77±0,20

Page 54: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Lampiran 4. Laju Pertumbuhan Spesifik Halimeda sp berdasarkan waktu

pengamatan

Perlakuan Waktu Pengamatan ( x ± SD, n = 3 )

7 14 21 28

pH 5 4,0072%±0.0002 4,3440%±0.0001 4,4578%±0.0001 4,5191%±0.0002

pH 6 4,0073%±0.0007 4,3444%±0.0641 4,4582%±0.0004 4,5204%±0.0004

pH 8 4,0075%±0.0006 4,3450%±0.0014 4,4596%±0.0019 4,5224%±0.0018

Page 55: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Lampiran 5. Hasil Analisis Konsentrasi Kalsium Halimeda sp dari Setiap Perlakuan

No Kode Cth Abs Bbt Cth

Vol. Eks. Faktor Fp ppm Ca % Ca

1 25-7-2012 Halimeda I-1 0,136 0,2391 50 209,12 10 22038 2,204

2 25-7-2012 Halimeda I-2 0,016 0,2466 50 202,76 100 26514 2,651

3 25-7-2012 Halimeda I-3 0,078 0,5140 50 97,28 100 59114 5,911

Average 0,077 0,333 50,000 169,717 70,000 35888,750 3,589

4 31-7-2012 Halimeda pH Control M1-1 0,068 0,3200 50 156,25 100 82933 8,293

5 31-7-2012 Halimeda pH Control M1-2 0,009 0,3842 50 130,14 100 10011 1,001

6 31-7-2012 Halimeda pH Control M1-3 0,047 0,4759 50 105,06 100 38793 3,879

Average 0,041 0,393 50,000 130,485 100,000 43912,133 4,391

7 31-7-2012 Halimeda pH 5 M1-1 0,048 0,3355 50 149,03 100 56173 5,617

8 31-7-2012 Halimeda pH 5 M1-2 0,143 0,5316 50 94,06 100 104185 10,418

9 31-7-2012 Halimeda pH 5 M1-3 0,014 0,3328 50 150,24 100 17335 1,734

Average 0,068 0,400 50,000 131,109 100,000 59231,173 5,923

10 31-7-2012 Halimeda pH 6 M1-1 0,110 0,4057 50 123,24 100 105231 10,523

11 31-7-2012 Halimeda pH 6 M1-2 0,014 0,2642 50 189,25 100 21837 2,184

12 31-7-2012 Halimeda pH 6 M1-3 0,217 0,6675 50 74,91 100 125612 12,561

Average 0,114 0,446 50,000 129,134 100,000 84226,681 8,423

13 6-8-2012 Halimeda pH Control M2-1 0,032 0,3115 50 160,51 100 40746 4,075

14 6-8-2012 Halimeda pH Control M2-2 0,078 0,3710 50 134,77 100 81899 8,190

15 6-8-2012 Halimeda pH Control M2-3 0,068 0,5157 50 96,96 100 51461 5,146

Average 0,059 0,399 50,000 130,747 100,000 58035,350 5,804

16 6-8-2012 Halimeda pH 5 M2-1 0,101 0,3370 50 148,37 10 11641 1,164

Page 56: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

17 6-8-2012 Halimeda pH 5 M2-2 0,016 0,4095 50 122,10 100 15967 1,597

18 6-8-2012 Halimeda pH 5 M2-3 0,141 0,3671 50 136,20 10 14878 1,488

Average 0,086 0,371 50,000 135,557 40,000 14161,880 1,416

19 6-8-2012 Halimeda pH 6 M2-1 0,036 0,2771 50 180,44 100 51356 5,136

20 6-8-2012 Halimeda pH 6 M2-2 0,024 0,3265 50 153,14 100 29450 2,945

21 6-8-2012 Halimeda pH 6 M2-3 0,007 0,4381 50 114,13 100 7023 0,702

Average 0,022 0,347 50,000 149,236 100,000 29276,430 2,928

22 14-8-2012 Halimeda pH Control M3-1 0,018 0,2860 50 174,83 100 25551 2,555

23 14-8-2012 Halimeda pH Control M3-2 0,080 0,3812 50 131,16 100 81726 8,173

24 14-8-2012 Halimeda pH Control M3-3 0,111 0,5133 50 97,41 100 83922 8,392

Average 0,070 0,394 50,000 134,466 100,000 63732,877 6,373

25 14-8-2012 Halimeda pH 5 M3-1 0,187 0,3521 50 142,01 1 2054 0,205

26 14-8-2012 Halimeda pH 5 M3-2 0,117 0,2873 50 174,03 10 15797 1,580

27 14-8-2012 Halimeda pH 5 M3-3 0,153 0,3170 50 157,73 10 18685 1,868

Average 0,152 0,319 50,000 157,923 7,000 12178,447 1,218

28 14-8-2012 Halimeda pH 6 M3-1 0,030 0,3418 50 146,28 100 34883 3,488

29 14-8-2012 Halimeda pH 6 M3-2 0,016 0,2545 50 196,46 100 25691 2,569

30 14-8-2012 Halimeda pH 6 M3-3 0,031 0,3238 50 154,42 100 38010 3,801

Average 0,026 0,307 50,000 165,721 100,000 32861,589 3,286

31 23-8-2012 Halimeda pH Control M4-1 0,046 0,4903 50 101,98 100 36869 3,687

32 23-8-2012 Halimeda pH Control M4-2 0,103 0,4439 50 112,64 100 90110 9,011

33 23-8-2012 Halimeda pH Control M4-3 0,101 0,5501 50 90,89 100 71316 7,132

Average 0,083 0,495 50,000 101,836 100,000 66098,399 6,610

34 23-8-2012 Halimeda pH 5 M4-1 0,057 0,4165 50 120,05 100 53560 5,356

35 23-8-2012 Halimeda pH 5 M4-2 0,144 0,3920 50 127,55 10 14227 1,423

Page 57: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

36 23-8-2012 Halimeda pH 5 M4-3 0,113 0,5167 50 96,77 10 8486 0,849

Average 0,105 0,442 50,000 114,789 40,000 25424,178 2,542

37 23-8-2012 Halimeda pH 6 M4-1 0,036 0,4692 50 106,56 100 30330 3,033

38 23-8-2012 Halimeda pH 6 M4-2 0,158 0,3276 50 152,63 10 18667 1,867

39 23-8-2012 Halimeda pH 6 M4-3 0,115 1,0480 50 47,71 100 42572 4,257

Average 0,103 0,615 50,000 102,300 70,000 30523,007 3,052

Page 58: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Lampiran 6. Rata-rata Konsentrasi Kalsium setiap perlakuan berdasarkan waktu pengamatan

Perlakuan Waktu Pengamatan

0 7 14 21 28

pH 5 3,589 5,923 1,416 1,218 2,542

pH 6 3,589 8,423 2,928 3,286 3,052

pH 8 3,589 4,391 5,804 6,373 6,610

Page 59: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Lampiran 7. Data suhu, oksigen terlarut, pH dan salinitas air media penelitian

Perlakuan Suhu

0 7 14 21 28

pH 5 (Ulangan 1) 29,1 31,1 30,4 30,9 30,4

pH 5 (Ulangan 2) 29,4 31,8 31,2 32,0 31,7

pH 5 (Ulangan 3) 29,4 31,5 31,0 32,1 31,6

pH 6 (Ulangan 1) 29,2 31,7 31,0 31,9 31,6

pH 6 (Ulangan 2) 29,2 31,5 31,2 32,1 31,9

pH 6 (Ulangan 3) 29,3 31,5 31,8 32,1 32,0

pH 8 (Ulangan 1) 28,5 29,8 30,2 30,9 30,0

pH 8 (Ulangan 2) 28,6 29,9 29,8 31,0 30,0

pH 8 (Ulangan 3) 28,9 30,5 30,4 30,9 30,4

Oksigen Terlarut

pH 5 (Ulangan 1) 6,24 6,43 6,24 6,36 6,54 pH 5 (Ulangan 2) 6,23 6,40 6,40 6,41 6,40 pH 5 (Ulangan 3) 6,30 6,33 6,28 6,20 6,20

pH 6 (Ulangan 1) 6,27 6,40 6,46 6,39 6,46

pH 6 (Ulangan 2) 6,27 6,45 6,58 6,53 6,31

pH 6 (Ulangan 3) 6,27 6,45 6,44 6,43 6,46 pH 8 (Ulangan 1) 6,31 6,68 6,70 6,70 6,74 pH 8 (Ulangan 2) 6,31 6,68 6,72 6,76 6,74 pH 8 (Ulangan 3) 6,20 6,68 6,64 6,80 6,76

pH

pH 5 (Ulangan 1) 8,05 5,02 5,03 5,03 5,03 pH 5 (Ulangan 2) 8,06 5,03 5,02 5,02 5,02 pH 5 (Ulangan 3) 8,04 5,02 5,03 5,03 5,02 pH 6 (Ulangan 1) 8,06 6,03 6,04 6,03 6,04 pH 6 (Ulangan 2) 8,06 6,02 6,03 6,03 6,03 pH 6 (Ulangan 3) 8,05 6,03 6,03 6,03 6,03 pH 8 (Ulangan 1) 8,06 8,04 8,04 8,03 8,04 pH 8 (Ulangan 2) 8,06 8,04 8,04 8,04 8,04 pH 8 (Ulangan 3) 8,06 8,05 8,04 8,04 8,04

Salinitas

pH 5 (Ulangan 1) 39,1 39,3 39,2 39,3 39,1 pH 5 (Ulangan 2) 39,1 39,8 39,4 39,6 39,4 pH 5 (Ulangan 3) 39,3 40,0 39,6 39,9 40,0 pH 6 (Ulangan 1) 39,7 40,0 39,8 40,0 40,0 pH 6 (Ulangan 2) 40,0 40,0 39,8 40,0 40,0 pH 6 (Ulangan 3) 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0 pH 8 (Ulangan 1) 38,6 38,8 39,0 38,6 39,0 pH 8 (Ulangan 2) 38,6 39,2 39,0 38,6 39,0 pH 8 (Ulangan 3) 38,9 39,3 39,2 39,0 39,1

Page 60: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Lampiran 8. Cara Kerja Atomic Absorption Spectrophotometer

1. Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu

ducting, main unit, dan komputer secara berurutan.

2. Di buka program saa (spectrum analyse specialist), kemudian muncul

perintah ”apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik

yes dan jika tidak no.

3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor

lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik

setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling

atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan

dengan mudah.

4. Dipilih no jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.

5. Pada program sas 3.0, dipilih menu select element and working

mode.dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada

symbol unsur yang diinginkan

6. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings.

Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ;

measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration :

ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.

7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.

8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu

menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.

9. Pada menu measurements pilih measure sample.

10. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian

dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.

11. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan

yang sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.

12. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang,

dilakukan pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan

lurus.

13. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan

pengukuran.

14. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.

15. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon

print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.

16. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk

membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan,

program pada komputer dimatikan, lalu main unit aas, kemudian

kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.

Page 61: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Lampiran 9. Analisis varians jumlah konsentrasi kalsium pada Halimeda sp

Case Processing Summary

pH

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Hari7 pH 8 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

pH 5 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

pH 6 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Hari14 pH 8 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

pH 5 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

pH 6 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Hari21 pH 8 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

pH 5 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

pH 6 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Hari28 pH 8 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

pH 5 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

pH 6 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%

Tests of Normality

pH

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Hari7 pH 8 .222 3 . .985 3 .769

pH 5 .194 3 . .996 3 .884

pH 6 .315 3 . .891 3 .356

Hari14 pH 8 .288 3 . .929 3 .484

pH 5 .292 3 . .924 3 .467

pH 6 .176 3 . 1.000 3 .987

Hari21 pH 8 .373 3 . .778 3 .063

pH 5 .325 3 . .875 3 .311

pH 6 .290 3 . .925 3 .472

Hari28 pH 8 .243 3 . .972 3 .679

pH 5 .343 3 . .844 3 .224

pH 6 .177 3 . 1.000 3 .973

Page 62: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Hari7 .452 2 6 .657

Hari14 2.371 2 6 .174

Hari21 8.367 2 6 .018

Hari28 1.323 2 6 .334

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Hari7 pH 8 3 4.3910 3.67286 2.12053 -4.7329 13.5149 1.00 8.29

pH 5 3 5.9203 4.34595 2.50913 -4.8756 16.7163 1.73 10.41

pH 6 3 8.4213 5.49715 3.17378 -5.2343 22.0770 2.18 12.56

Total 9 6.2442 4.33055 1.44352 2.9155 9.5730 1.00 12.56

Hari1

4

pH 8 3 5.8037 2.13488 1.23257 .5003 11.1070 4.08 8.19

pH 5 3 1.4163 .22522 .13003 .8569 1.9758 1.16 1.60

pH 6 3 2.9277 2.21705 1.28001 -2.5798 8.4351 .70 5.14

Total 9 3.3826 2.47113 .82371 1.4831 5.2820 .70 8.19

Hari2

1

pH 8 3 6.3733 3.30859 1.91021 -1.8457 14.5923 2.56 8.39

pH 5 3 1.2177 .88874 .51311 -.9901 3.4254 .20 1.87

pH 6 3 3.2860 .64036 .36971 1.6953 4.8767 2.57 3.80

Total 9 3.6257 2.84350 .94783 1.4400 5.8114 .20 8.39

Hari2

8

pH 8 3 6.6100 2.70011 1.55891 -.0975 13.3175 3.69 9.01

pH 5 3 2.5427 2.45326 1.41639 -3.5516 8.6369 .85 5.36

pH 6 3 3.0523 1.19512 .69000 .0835 6.0212 1.87 4.26

Total 9 4.0683 2.71419 .90473 1.9820 6.1546 .85 9.01

Page 63: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Hari7 Between Groups 24.837 2 12.419 .595 .581

Within Groups 125.192 6 20.865

Total 150.029 8

Hari14 Between Groups 29.804 2 14.902 4.694 .059

Within Groups 19.047 6 3.175

Total 48.852 8

Hari21 Between Groups 40.391 2 20.195 4.988 .053

Within Groups 24.293 6 4.049

Total 64.684 8

Hari28 Between Groups 29.460 2 14.730 2.998 .125

Within Groups 29.475 6 4.912

Total 58.935 8

Page 64: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Tukey HSD

Depende

nt

Variable (I) pH (J) pH

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Hari7 pH 8 pH 5 -1.52933 3.72964 .913 -12.9729 9.9142

pH 6 -4.03033 3.72964 .559 -15.4739 7.4132

pH 5 pH 8 1.52933 3.72964 .913 -9.9142 12.9729

pH 6 -2.50100 3.72964 .788 -13.9445 8.9425

pH 6 pH 8 4.03033 3.72964 .559 -7.4132 15.4739

pH 5 2.50100 3.72964 .788 -8.9425 13.9445

Hari14 pH 8 pH 5 4.38733 1.45478 .053 -.0763 8.8510

pH 6 2.87600 1.45478 .199 -1.5877 7.3397

pH 5 pH 8 -4.38733 1.45478 .053 -8.8510 .0763

pH 6 -1.51133 1.45478 .582 -5.9750 2.9523

pH 6 pH 8 -2.87600 1.45478 .199 -7.3397 1.5877

pH 5 1.51133 1.45478 .582 -2.9523 5.9750

Hari21 pH 8 pH 5 5.15567* 1.64294 .046 .1147 10.1967

pH 6 3.08733 1.64294 .225 -1.9537 8.1283

pH 5 pH 8 -5.15567* 1.64294 .046 -10.1967 -.1147

pH 6 -2.06833 1.64294 .466 -7.1093 2.9727

pH 6 pH 8 -3.08733 1.64294 .225 -8.1283 1.9537

pH 5 2.06833 1.64294 .466 -2.9727 7.1093

Hari28 pH 8 pH 5 4.06733 1.80969 .141 -1.4853 9.6200

pH 6 3.55767 1.80969 .201 -1.9950 9.1103

pH 5 pH 8 -4.06733 1.80969 .141 -9.6200 1.4853

pH 6 -.50967 1.80969 .958 -6.0623 5.0430

pH 6 pH 8 -3.55767 1.80969 .201 -9.1103 1.9950

pH 5 .50967 1.80969 .958 -5.0430 6.0623

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 65: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Lampiran 10. Analisis varians laju pertumbuhan pada Halimeda sp

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Hari7 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%

Hari14 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%

Hari21 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%

Hari28 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Hari7 .234 9 .167 .946 9 .648

Hari14 .247 9 .121 .926 9 .447

Hari21 .204 9 .200* .882 9 .163

Hari28 .224 9 .200* .888 9 .191

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Oneway

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Hari

7

pH 8 3 .3700 .06557 .03786 .2071 .5329 .31 .44

pH 5 3 .3400 .02000 .01155 .2903 .3897 .32 .36

pH 6 3 .3533 .07024 .04055 .1789 .5278 .28 .42

Total 9 .3544 .05077 .01692 .3154 .3935 .28 .44

Hari

14

pH 8 3 .4200 .08718 .05033 .2034 .6366 .36 .52

pH 5 3 .3367 .02887 .01667 .2650 .4084 .32 .37

pH 6 3 .3667 .08083 .04667 .1659 .5675 .28 .44

Total 9 .3744 .07126 .02375 .3197 .4292 .28 .52

Page 66: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Hari

21

pH 8 3 .3633 .05859 .03383 .2178 .5089 .32 .43

pH 5 3 .2833 .02517 .01453 .2208 .3458 .26 .31

pH 6 3 .2833 .03512 .02028 .1961 .3706 .25 .32

Total 9 .3100 .05408 .01803 .2684 .3516 .25 .43

Hari

28

pH 8 3 .7733 .06807 .03930 .6042 .9424 .72 .85

pH 5 3 .6100 .01732 .01000 .5670 .6530 .60 .63

pH 6 3 .7133 .08083 .04667 .5125 .9141 .62 .76

Total 9 .6989 .08937 .02979 .6302 .7676 .60 .85

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Hari7 1.420 2 6 .313

Hari14 1.951 2 6 .223

Hari21 1.793 2 6 .245

Hari28 4.010 2 6 .078

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Hari7 Between Groups .001 2 .001 .211 .815

Within Groups .019 6 .003

Total .021 8

Hari14 Between Groups .011 2 .005 1.071 .400

Within Groups .030 6 .005

Total .041 8

Hari21 Between Groups .013 2 .006 3.623 .093

Within Groups .011 6 .002

Total .023 8

Hari28 Between Groups .041 2 .020 5.358 .046

Within Groups .023 6 .004

Total .064 8

Page 67: PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MjkwNjI... · laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Tukey HSD

Depende

nt

Variable (I) pH (J) pH

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Hari7 pH 8 pH 5 .03000 .04627 .800 -.1120 .1720

pH 6 .01667 .04627 .932 -.1253 .1586

pH 5 pH 8 -.03000 .04627 .800 -.1720 .1120

pH 6 -.01333 .04627 .956 -.1553 .1286

pH 6 pH 8 -.01667 .04627 .932 -.1586 .1253

pH 5 .01333 .04627 .956 -.1286 .1553

Hari14 pH 8 pH 5 .08333 .05767 .379 -.0936 .2603

pH 6 .05333 .05767 .646 -.1236 .2303

pH 5 pH 8 -.08333 .05767 .379 -.2603 .0936

pH 6 -.03000 .05767 .865 -.2069 .1469

pH 6 pH 8 -.05333 .05767 .646 -.2303 .1236

pH 5 .03000 .05767 .865 -.1469 .2069

Hari21 pH 8 pH 5 .08000 .03432 .127 -.0253 .1853

pH 6 .08000 .03432 .127 -.0253 .1853

pH 5 pH 8 -.08000 .03432 .127 -.1853 .0253

pH 6 .00000 .03432 1.000 -.1053 .1053

pH 6 pH 8 -.08000 .03432 .127 -.1853 .0253

pH 5 .00000 .03432 1.000 -.1053 .1053

Hari28 pH 8 pH 5 .16333* .05048 .041 .0084 .3182

pH 6 .06000 .05048 .501 -.0949 .2149

pH 5 pH 8 -.16333* .05048 .041 -.3182 -.0084

pH 6 -.10333 .05048 .182 -.2582 .0516

pH 6 pH 8 -.06000 .05048 .501 -.2149 .0949

pH 5 .10333 .05048 .182 -.0516 .2582

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.