pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan...
TRANSCRIPT
353 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja
Karyawan dengan Mediasi Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi (Studi pada Karyawan CV Opal Transport)
Ilham Sugiri Magister Manajemen, Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Yogyakarta, Republik Indonesia
E-mail : [email protected]
Abstrak- Penelitian ini bertujuan menganalisis
pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan
terhadap kinerja karyawan dengan mediasi kepuasan
kerja dan komitmen organisasi di CV Opal Transport.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
metode survei dengan menggunakan kuesioner.
Teknik analisis data yang digunakan adalah Structural
Equation Modeling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa budaya organisasi, gaya kepemimpinan,
kepuasan kerja, dan komitmen organisasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Kepuasan kerja dan komitmen organisasi terbukti
signifikan memediasi pengaruh budaya organisasi dan
gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.
Budaya organisasi merupakan variabel yang dominan
atau paling besar dalam mempengaruhi kinerja
karyawan sehingga perlu dilakukan perbaikan dan
peningkatan oleh manajemen CV Opal Transport.
Kata kunci : kinerja karyawan, komitmen organisasi,
kepuasan kerja, gaya kepemimpinan, budaya organisasi
I. PENDAHULUAN
Saat ini persaingan dunia bisnis di Indonesia semakin
ketat, salah satu di antaranya adalah bisnis dalam bidang
jasa transportasi. Munculnya ojek dan taksi online sangat
mempengaruhi ketatnya persaingan jasa transportasi,
mulai dari ojek konvensional, taksi konvensional, bahkan
rental mobil. Walaupun memiliki segmen pasar yang
berbeda, kemudahan ojek dan taksi online seperti
menjadi pesaing baru bagi jasa rental mobil, karena
sangat memudahkan pelanggan yang ingin bepergian,
ditambah lagi ke depannya taksi online juga berencana
menyediakan jasa rental mobil.
CV Opal Transport merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang jasa rental mobil, paket wisata, dan
pengiriman barang di Yogyakarta tentu saja terkena
dampak dari persaingan bisnis di bidang jasa transportasi.
Apalagi saat ini jasa ojek online sudah melebarkan
sayapnya dengan menyediakan jasa pengiriman barang
kilat dalam kota. Semakin ketatnya persaingan di bidang
jasa transportasi merupakan salah satu dampak dari
kemajuan teknologi. Sebenarnya CV Opal Transport
sudah menggunakan teknologi dalam menjalankan
bisnisnya, antara lain pengiklanan di web dan pemesanan
online. Artinya CV Opal Transport tidak ketinggalan
dalam masalah teknologi, hanya tinggal memaksimalkan
kemampuan yang ada pada karyawan untuk terus
menerus diupayakan agar tujuan yang diinginkan
perusahaan tercapai. Kemajuan teknologi memang
menuntut karyawan untuk memiliki kompetensi dan
kinerja yang tinggi.
Adanya permasalahan kinerja karyawan di CV Opal
Transport diketahui setelah dilakukan wawancara singkat
kepada manajer CV Opal Transport. Diketahui bahwa
dari segi kuantitas, kinerja karyawan belum maksimal
yang ditunjukkan dengan tidak tercapainya target kerja
yang sudah ditentukan. Dilihat dari segi kualitas,
pengetahuan karyawan tentang pekerjaan juga masih
perlu ditingkatkan, karena terdapat beberapa karyawan
yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
pekerjaannya ditambah lagi sering terjadi komplain dari
pelanggan tentang pelayanan.
CV Opal Transport harus berbenah diri dan
mengoptimalkan kinerja karyawan agar tetap eksis dan
sukses di dalam persaingan bisnis yang semakin ketat,
karena keberhasilan perusahaan sangat dipengaruhi oleh
kinerja karyawan. Peningkatan kinerja karyawan dapat
dilakukan dengan mengevaluasi kinerja karyawan dan
meningkatkan atau menciptakan berbagai aspek yang
mempengaruhi peningkatan kinerja. Menurut Wibowo
(2016), kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan
hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Banyak sekali
faktor yang dapat mempengaruhi sumber daya manusia
dalam melaksanakan kinerjanya. Terdapat faktor dari
dalam diri sumber daya manusia sendiri maupun dari luar
dirinya. Faktor dari sumber daya manusia sendiri
diantaranya meliputi kepuasan kerja dan komitmen
organisasi, sedangkan faktor dari luar diri karyawan
diantaranya meliputi gaya kepemimpinan dan budaya
organisasi.
Dari berbagai faktor kinerja yang diungkapkan di atas,
agar lebih lengkap maka penelitian ini menggunakan
faktor-faktor yang bersumber dari dalam individu dan
dari luar individu dalam mempengaruhi kinerja karyawan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik rumusan
masalah, yaitu bagaimana pengaruh budaya organisasi,
gaya kepemimpinan, kepuasan kerja, dan komitmen
organisasi terhadap kinerja karyawan ? Tujuan memilih
cukup banyak faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan adalah agar dapat diketahui faktor apa saja
yang paling dominan dalam mempengaruhi kinerja
karyawan di CV Opal Transport yang dijadikan sasaran
penelitian agar dapat dilakukan perbaikan kinerja di masa
depan.
A. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
1. Kinerja Karyawan
354 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
Kinerja merupakan tingkat keberhasilan dalam
melakukan pekerjaan serta kemampuan mencapai tujuan
yang ditetapkan (Gibson, et al, 2011). Mangkunegara
(2009) menyatakan kinerja karyawan adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai karyawan
dalam melakukan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang dibebankan. Kinerja karyawan menurut Wibowo
(2016) adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil
yang dicapai dari pekerjaan tersebut.
Keberhasilan kinerja karyawan bisa diketahui jika
perusahaan mempunyai kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini bisa berupa tujuan
atau target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada
tujuan atau target, kinerja karyawan tidak mungkin dapat
diketahui karena tidak ada tolok ukurnya. Untuk
penilaian atas keberhasilan atau kegagalan kinerja
karyawan maka perlu dilakukan pengukuran kinerja.
Bernardin dan Russel yang dikutip oleh Sudarmanto
(2009) menyampaikan bahwa ada 6 indikator untuk
mengukur kinerja karyawan. Adapun keenam indikator
tersebut adalah kualitas, kuantitas, ketepatan waktu,
efektivitas biaya, kebutuhan supervisi, dan dampak
interpersonal.
2. Komitmen Organisasi Luthans (2011) mendefinisikan komitmen organisasi
sebagai sikap loyalitas karyawan dan merupakan proses
berkelanjutan bagaimana seorang karyawan
mengekspresikan perhatian mereka kepada kesuksesan
dan kebaikan perusahaan. Gibson, et al (2010)
memberikan pengertian bahwa komitmen adalah
ekspresi karyawan terhadap perusahaan dalam bentuk
identifikasi, loyalitas dan keterlibatan. Robbins dan Judge
(2015) memandang komitmen dalam organisasi
merupakan salah satu sikap kerja, karena merefleksikan
perasaan seorang karyawan terhadap organisasi di
tempatnya bekerja, seorang karyawan akan berupaya
untuk tetap bekerja apabila menyukai organisasi
tersebut.
Menurut Allen and Meyer yang dikutip Luthans
(2011), komitmen organisasi bersifat multidimensi, ketiga
dimensi tersebut adalah affective commitment, continuance
commitment, dan normative commitment. Affective
commitment merupakan keterkaitan emosi pada
organisasi dan suatu kepercayaan terhadap nilai-nilainya.
Continuance commitment berkaitan dengan nilai ekonomis
yang diterima jika tetap berada dalam organisasi bila
dibandingkan dengan keluar dari organisasi. Normative
commitment berkaitan dengan kewajiban untuk tetap
bertahan dalam organisasi karena alasan-alasan moral
dan etika. Penelitian ini menggunakan 6 indikator
pengukur komitmen organisasi yang mewakili 3 dimensi
di atas, yaitu keterikatan emosional dengan perusahaan
dan bangga menjadi bagian dari perusahaan, tetap
bertahan di perusahan karena kebutuhan sekaligus
keinginan dan resiko meninggalkan perusahaan,
kewajiban dan tanggung jawab pada perusahaan dan tidak
etis apabila pindah perusahaan (Meyer, et al dalam
Sopiah, 2008).
3. Kepuasan Kerja
Menurut Kreitner dan Kinicki (2013) kepuasan kerja
adalah respons emosional terhadap berbagai aspek
pekerjaan. Davis dan Newstrom yang dikutip Wibowo
(2016) mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai
seperangkat perasaan karyawan tentang menyenangkan
atau tidaknya pekerjaan mereka. Menurut Luthans
(2011), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang
positif dari seseorang yang muncul dari penghargaan atas
sesuatu pekerjaan yang telah dilakukannya. Kepuasan
kerja merupakan hasil dari prestasi seseorang terhadap
sampai seberapa baik pekerjaannya menyediakan sesuatu
yang berguna baginya.
Untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja karyawan
tentunya harus ada ukuran yang menyatakan tinggi atau
tidaknya kepuasan kerja karyawan. Luthans (2011)
menyatakan bahwa terdapat lima dimensi yang
mempengaruhi kepuasan kerja yang juga dapat dijadikan
indikator sebagai pengukur kepuasan kerja, yaitu
pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi,
supervisi, dan rekan kerja. Pekerjaan itu sendiri berarti
dalam hal dimana pekerjaan memberikan tugas yang
menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan
untuk menerima tanggung jawab. Gaji berarti sejumlah
upah yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa
dipandang sebagai hal dianggap pantas dibandingkan
dengan orang lain dalam organisasi. Kesempatan promosi
adalah kesempatan untuk maju dalam organisasi.
Supervisi dapat diartikan kemampuan penyelia untuk
memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku.
Rekan kerja berarti tingkat dimana rekan kerja pandai
secara teknis dan mendukung secara sosial. Kelima
indikator tersebut dapat digunakan untuk mengukur
kepuasan kerja.
4. Gaya Kepemimpinan Robbins dan Judge (2015) menyatakan
kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya
tujuan. Menurut Winardi (2007), gaya kepemimpinan
adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk
memahami suksesnya kepemimpinan dalam hubungan
mana kita memusatkan perhatian pada apa yang
dilakukan oleh pemimpin tersebut. Keberhasilan
kepemimpinan akan didapatkan dari gaya kepemimpinan
yang muncul pada saat pemimpin memimpin
bawahannya. Pengertian gaya kepemimpinan sendiri
menurut Thoha (2007) adalah norma perilaku yang
digunakan seorang pemimpin pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi bawahannya.
Gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku
seseorang untuk mempengaruhi bawahannya agar mau
bekerja sama untuk mencapai tujuan. Menurut House
yang dikutip Thoha (2007) ada 4 macam gaya
kepemimpinan yang dapat mempengaruhi bawahan agar
tujuan organisasi tercapai, yaitu kepemimpinan direktif,
kepemimpinan suportif, kepemimpinan partisipatif, dan
kepemimpinan berorientasi prestasi.
5. Budaya Organisasi Robbins dan Judge (2015) mengartikan budaya
organisasi sebagai sebuah sistem makna bersama yang
dianut oleh para anggota yang membedakan organisasi
355 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
tersebut dengan organisasi lainnya. Budaya organsiasi
mewakili sebuah persepsi yang sama dari para anggota
organisasi. Menurut Gibson, et al (2011) budaya
organisasi sebagai sistem yang menembus nilai-nilai,
keyakinan, dan norma yang ada disetiap organisasi.
Budaya organisasi dapat mendorong atau menurunkan
efektifitas tergantung dari sifat nilai-nilai, keyakinan dan
norma-norma yang dianut. Menurut Davis yang dikutip
Sobirin (2009), budaya organisasi adalah keyakinan dan
nilai bersama yang memberikan makna bagi anggota
sebuah institusi dan menjadikan keyakinan dan nilai
tersebut sebagai pedoman berperilaku di dalam
organisasi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Mangkunegara (2009) yang menyatakan bahwa budaya
organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem
keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan
dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku
bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah
adaptasi eksternal dan internal.
Budaya organisasi diperlukan dalam suatu
perusahaan sebagai sistem nilai yang membentuk aturan
atau pedoman dalam berfikir dan bertindak untuk
mencapai tujuan. Budaya organisasi yang tumbuh dan
terpelihara dengan baik akan mampu memacu organisasi
ke arah perkembangan yang lebih baik. Penelitian
O’Reilly, et al yang dikutip oleh Robbins dan Judge
(2015) mengidentifikasi 7 karakteristik utama budaya
organisasi, yaitu inovasi dan pengambilan resiko,
perhatian terhadap detail, orientasi hasil, orientasi orang,
orientasi tim, keagresifan, dan stabilitas.
6. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar
pijakan dalam rangka penyusunan penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan penelitian terdahulu sebagai
rujukan pengaruh antar variabel. Penelitian terdahulu
yang menguji pengaruh antara budaya terhadap kinerja
karyawan dilakukan oleh Chi et al (2008) dan Fauzi dkk
(2016). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa budaya
organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap
kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan Chu dan Lai
(2011) membuktikan adaya pengaruh positif dan
signifikan dari gaya kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan. Hasil penelitian yang dilakukan Fu dan
Deshpande (2014) memperlihatkan bahwa kepuasan
kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Hasil penelitian Yeh dan Hong (2012) menyatakan bahwa
komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan penelitian terdahulu juga ditemukan
adanya pengaruh antar variabel sebelum mempengaruhi
variabel kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan Chi,
et al (2008) dan Taurisa dan Ratnawati (2012)
membuktikan hal tersebut yaitu hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa semakin kuat budaya organisasi
maka semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh
karyawan. Penelitian yang dilakukan Ruvendi (2005)
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Fu dan
Deshpande (2014) dalam penelitiannya menjelaskan
kepuasan kerja merupakan hal penting yang harus
diperhatikan oleh organisasi karena dapat berpengaruh
pada komitmen organisasi, apabila kepuasan kerja tinggi
maka akan tingkat komitmen organisasinya akan
menguat. Fauzi dkk (2016) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh
signifikan positif terhadap komitmen organisasi. Perryer
dan Jordan (2005) meneliti dasar hubungan antara
komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan dilihat dari
gaya mendukung dan gaya memadamkan pada organisasi
Pemerintahan Federal Australia. Hasil penelitiannya
menemukan bahwa gaya mendukung yang dimiliki
seorang pemimpin berpengaruh positif terhadap
komitmen berorganisasi.
7. Hipotesis Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan.
H2 : Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan.
H3 : Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan.
H4 : Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap
kinerja karyawan.
H5 : Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap
kepuasan kerja.
H6 : Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap
kepuasan kerja.
H7 : Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap
komitmen organisasi.
H8 : Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap
komitmen organisasi.
H9 : Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap
komitmen organisasi.
H10 : Kepuasan kerja dan komitmen organisasi
memediasi pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja
karyawan.
H11 : Kepuasan kerja dan komitmen organisasi
memediasi pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
kinerja karyawan.
Berdasarkan penelitian terdahulu dan hipotesis,
model penelitian yang diajukan meliputi variabel budaya
organisasi, gaya kepemimpinan, kepuasan kerja,
komitmen organisasi dan kinerja karyawan disajikan
dalam gambar 1.
Gambar 1. Model Penelitian
H10
H11
Budaya
Organisasi
Kepuasan
Kerja
Gaya
Kepemimpinan
Komitmen
Organisasi
Kinerja
Karyawan
H5
H6
H9
H7
H8
H1
H2
H3
H4
356 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
II. METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini adalah di CV Opal Transport
yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa
rental mobil, paket wisata, dan pengiriman barang di
Yogyakarta. Populasi karyawan CV Opal Transport
berjumlah 143 orang dan akan digunakan metode sensus
dalam pengambilan sampel, yaitu menggunakan seluruh
anggota populasi sebagai responden penelitian.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
metode survei dengan menggunakan kuesioner. Teknik
pengumpulan data ini memberikan tanggung jawab kepada
responden untuk membaca dan memberi tanggapan atas
pernyataan dari kuesioner. Hasil dari kuesioner
digunakan untuk mendapatkan data tentang indikator-
indikator dari variabel-variabel yang dikembangkan dalam
penelitian ini. Kuesioner disusun menggunakan Skala
Likert dengan lima jawaban bertingkat dari masing-masing
pernyataan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah Structural
Equation Modeling. Structural Equation Modeling digunakan
dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa
Structural Equation Modeling memiliki kemampuan untuk
menggabungkan model pengukuran dan model struktural
secara simultan dan mempunyai kemampuan menguji
pengaruh langsung dan tidak langsung. Structural Equation
Modeling sangat cocok digunakan karena dalam penelitian
ini menggunakan variabel yang diukur oleh indikator
(model pengukuran) dan masing-masing variabel
berpengaruh terhadap variabel yang lain (model
struktural).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas
Validitas berarti sejauh mana alat ukur dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sugiyono, 2015). Pengujian validitas dilakukan dengan
menguji validitas konvergen dan validitas diskriminan.
Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa
indikator-indikator dari suatu konstruk seharusnya
berkorelasi tinggi, sedangkan validitas diskriminan
dinyatakan bahwa indikator-indikator dari konstruk yang
berbeda seharusnya tidak berkorelasi tinggi.
Cara menguji validitas konvergen dilakukan dengan uji
signifikansi parameter dan nilai standardized estimate. Uji
signifikansi parameter dianalisis dengan syarat nilai C.R. >
1,96, sedangkan standardized estimate dianalisis dengan
syarat standardized estimate ≥ 0,5. Berdasarkan hasil
analisis data, semua indikator lolos dalam uji signifikansi
parameter, tetapi ada 2 indikator yang tidak lolos uji nilai
standardized estimate yaitu indikator keagresifan yang
merupakan indikator pengukur budaya organisasi dan
indikator ketepatan waktu yang merupakan indikator
pengukur kinerja karyawan. Kedua indikator tersebut
harus digugurkan atau tidak dipakai dalam analisis
selanjutnya.
Pengujian validitas diskriminan dilakukan dengan cara
membandingkan akar kuadrat dari Variance Extracted
dengan nilai korelasi antar konstruk. Apabila akar kuadrat
Variance Extracted lebih tingggi dari korelasi antar
konstruk, maka validitas diskriminan terpenuhi (Ghozali,
2014). Berdasarkan hasil analisis data didapatkan nilai
akar kuadrat Variance Extracted lebih besar dari semua
korelasi antar konstruk/variabel. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa validitas diskriminan terpenuhi dan
data dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
B. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan konsistensi indikator dalam
mengukur konstruk. Sebuah konstruk mempunyai
reliabilitas yang baik atau reliabel apabila nilai Construct
Reliability ≥ 0,70 dan nilai Variance Extracted ≥ 0,50
(Ferdinand, 2014). Berdasarkan hasil analisis data
didapatkan bahwa tidak terdapat nilai Construct Reliability
yang lebih kecil dari 0,70, begitu pula nilai Variance
Extracted juga tidak ditemukan nilai yang berada di bawah
0,50. Jadi seluruh indikator dalam penelitian ini konsisten
mengukur konstruk yang diukurnya atau dapat juga
dijelaskan bahwa reliabilitas terpenuhi dan data dapat
digunakan untuk analisis selanjutnya.
C. Evaluasi Normalitas
Uji normalitas univariate dapat dilihat dari nilai critical
(c.r.) skewness, sedangkan uji normalitas multivariate dapat
dilihat dari nilai critical (c.r.) kurtosis. Distribusi normal
terpenuhi apabila nilai c.r. berada pada rentang ± 2,58
pada tingkat signifikansi 0,01 baik univariate maupun
multivariate. Berdasarkan hasil analisis data tidak terdapat
nilai c.r. skewness yang berada diluar rentang ± 2,58.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
secara univariate, normalitas data sudah baik. Pada uji
multivariate juga memberikan nilai c.r sebesar 1,274,
dimana angka ini dikategorikan data berdistribusi normal
secara multivariate. Dengan demikian normalitas data
sudah memenuhi syarat dan data dapat digunakan untuk
analisis selanjutnya.
D. Evaluasi Outliers
Outliers adalah nilai ekstrim yang muncul baik
secara univariate maupun multivariate. Pengujian ada
tidaknya univariate outliers dilakukan dengan menganalisa
nilai standart skor (z-score) yang mempunyai rata-rata nol
dan standart deviasi sebesar satu dari data penelitian yang
digunakan. Apabila terdapat nilai z-score ≥ 3, maka akan
dikategorikan sebagai univariate outliers. Uji multivariate
outliers dilakukan dengan kriteria mahalanobis distance
pada tingkat p < 0,001. Mahalanobis distance ini dievaluasi
dengan menggunakan chi-square pada derajat kebebasan
sebesar jumlah indikator yang digunakan dalam penelitian.
Apabila mahalanobis distance lebih besar dari chi-square,
berarti dikategorikan sebagai multivariate outliers.
Berdasarkan hasil analisis data, tidak terjadi problem
outlier univariate karena tidak terdapat nilai z-score ≥ 3.
Berdasarkan nilai chi-square dengan derajat bebas 26
(jumlah indikator variabel yang valid) pada tingkat
signifikansi 0,001 yaitu 54,051, maka nilai mahalanobis
yang melebihi 54,051 mengindikasikan adanya data
multivariate outliers. Berdasarkan hasil analisis data, nilai
tertinggi sebesar 48,312 yang masih di bawah 54,051.
357 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan tidak
terdapat adanya multivariate outliers.
E. Evaluasi Multikolinearitas
Nilai korelasi antar variabel eksogen yang lebih besar
dari 0,8 atau 0,9 dan nilai korelasi variabel eksogen yang
lebih besar dari nilai R2 memberikan identifikasi adanya
problem multikolinearitas (Maruyama, 1998).
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan nilai korelasi
antar variabel eksogen sebesar 0,199 dan R2 sebesar
0,235 pada variabel kepuasan kerja, sebesar 0,347 pada
variabel komitmen organisasi, dan sebesar 619 pada
variabel kinerja karyawan. Berdasarkan hasil tersebut
variabel eksogen penelitian ini bebas multikolinearitas dan
data layak digunakan.
F. Evaluasi Kriteria Goodness-of-Fit
Setelah asumsi-asumsi SEM terpenuhi, maka
diperlukan analisis dalam uji kelayakan model. Pengujian
kelayakan model dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
model hubungan antar variabel yang disusun secara
teoritis didukung oleh kenyataan yang ada pada data
empiris. Sebuah model dinyatakan layak jika masing-
masing indeks dari kriteria goodness-of-fit mempunyai nilai
yang memenuhi syarat berdasarkan cut-off value yang
sudah ditetapkan. Adapun hasil uji kelayakan data
disajikan pada tabel 1.
TABEL 1. EVALUASI KRITERIA GOODNESS-OF-FIT
Goodness-of-fit index
Cut-off value
Hasil Evaluasi Model
Chi-square
(df=286)
< 326,442 297,222 Baik
Probability ≥ 0,05 0,312 Baik
CMIN/DF ≤ 2,0 1,039 Baik
GFI ≥ 0,90 0,868 Marginal
AGFI ≥ 0,90 0,838 Marginal
TLI ≥ 0,95 0,994 Baik
CFI ≥ 0,95 0,995 Baik
RMSEA ≤ 0,08 0,017 Baik
Berdasarkan tabel 1, hasil perhitungan uji chi–square
pada full model diperoleh nilai sebesar 297,222 yang
masih di bawah chi–square tabel untuk derajat kebebasan
286 pada tingkat signifikan 0,05 yaitu sebesar 303,96.
Nilai probabilitas sebesar 0,312, yang mana nilai tersebut
di atas 0,05 sehingga memenuhi syarat. Indeks
pengukuran TLI, CFI, CMIN/DF dan RMSEA berada
dalam rentang nilai yang diharapkan meskipun GFI dan
AGFI diterima secara marginal. Berdasarkan hasil-hasil
tersebut, dapat dijelaskan bahwa model secara
keseluruhan memenuhi kriteria sebagai model fit.
G. Evaluasi Nilai Residual
Model yang baik memiliki standardized residual
covariance yang kecil. Angka ± 2,58 merupakan batas nilai
standardized residual covariance yang diperkenankan (Hair
dalam Ferdinand, 2014). Hasil analisis pada penelitian ini
tidak menunjukkan adanya nilai standardized residual
covariance yang melebihi ± 2,58. Nilai standardized residual
covariance terbesar adalah -1,970. Berdasarkan hasil
tersebut maka tidak perlu dilakukan modifikasi dalam
model penelitian ini.
H. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian ini terdiri dari hipotesis kausalitas
(sebab akibat) dan mediasi. Pengujian hipotesis kausalitas
dilakukan berdasarkan nilai Critical Ratio (C.R.) atau nilai P
dari hubungan kausalitas hasil pengolahan SEM. Kriteria
pengujian adalah menolak hipotesis nol apabila nilai P <
0,05 atau Critical Ratio (C.R.) > 1,96. Pengujian hipotesis
mediasi dilakukan berdasarkan nilai P hasil pengolahan
teknik resampling yaitu bootstrapping yang didasarkan pada
pengujian signifikansi pengaruh tidak langsung. Apabila
nilai P < 0,05 maka pengaruh tidak langsung variabel
eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel
mediator signifikan, yang berarti dukungan terhadap
adanya mediasi. Adapun hasil pengolahan data uji
hipotesis disajikan pada tabel 2 dan 3.
TABEL 2. UJI HIPOTESIS KAUSALITAS
Regression Weights Estimate S.E. C.R. P Keterangan
Kinerja karyawan ← Budaya organisasi 0,534 0,087 6,107 *** H1 diterima
Kinerja karyawan ← Gaya kepemimpinan 0,174 0,081 2,155 0,031 H2 diterima
Kinerja karyawan ← Kepuasan Kerja 0,257 0,108 2,39 0,017 H3 diterima
Kinerja karyawan ← Komitmen organisasi 0,160 0,08 2,001 0,045 H4 diterima
Kepuasan kerja ← Budaya organisasi 0,233 0,079 2,949 0,003 H5 diterima
Kepuasan kerja ← Gaya kepemimpinan 0,296 0,082 3,593 *** H6 diterima
Komitmen organisasi ← Budaya organisasi 0,204 0,095 2,151 0,031 H7 diterima
Komitmen organisasi ← Gaya kepemimpinan 0,287 0,099 2,904 0,004 H8 diterima
Komitmen organisasi ← Kepuasan Kerja 0,427 0,13 3,296 *** H9 diterima
TABEL 3 . UJI HIPOTESIS MEDIASI
Pengaruh antar Variabel P Keterangan
Budaya organisasi → Kepuasan kerja → Komitmen organisasi → Kinerja karyawan 0,034 H10 diterima
Gaya kepemimpinan → Kepuasan kerja → Komitmen organisasi → Kinerja karyawan 0,023 H11 diterima
1. Uji Hipotesis 1 Berdasarkan dari pengolahan data yang disajikan pada
tabel 2. diketahui bahwa nilai C.R. pada hubungan
kausalitas budaya organisasi terhadap kinerja karyawan
adalah sebesar 6,101 dan nilai P di bawah 0,000. Kedua
nilai ini menunjukkan nilai diatas 1,96 untuk C.R. dan
358 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
dibawah 0,05 untuk nilai P. Berdasarkan uraian tersebut
dapat dijelaskan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis
1 diterima, yang berarti dalam penelitian ini budaya
organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan.
Budaya organisasi yang tumbuh dan terpelihara
dengan baik akan mampu memacu organisasi ke arah
perkembangan yang lebih baik, dengan kata lain kinerja
karyawan juga akan ikut meningkat seiring tumbuhnya
nilai-nilai dari budaya yang mendukung kinerja karyawan
dan tujuan organisasi. Nilai-nilai budaya organisasi yang
mendukung kinerja karyawan CV Opal Transport sudah
ditunjukkan dalam indikator yang mengukur budaya
organisasi dalam penelitian ini yaitu inovasi dan
pengambilan resiko, perhatian terhadap detail, orientasi
hasil, orientasi orang, orientasi tim, dan stabilitas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Chi, et al (2008) dan Fauzi dkk (2016),
yaitu budaya organisasi berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan.
2. Uji Hipotesis 2 Hipotesis 2 pada penelitian ini adalah gaya
kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan. Berdasarkan dari pengolahan data yang
disajikan pada tabel 2. diketahui bahwa nilai C.R. pada
hubungan kausalitas gaya kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan adalah sebesar 2,155 dan nilai P sebesar 0,031.
Kedua nilai ini menunjukkan nilai diatas 1,96 untuk C.R.
dan dibawah 0,05 untuk nilai P. Berdasarkan uraian
tersebut dapat dijelaskan bahwa hipotesis nol ditolak dan
hipotesis 2 diterima, yang berarti dalam penelitian ini gaya
kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan.
Gaya kepemimpinan diperlukan untuk mempengaruhi
karyawan agar berperan aktif dalam menjalankan
tugasnya. Gaya kepemimpinan dapat menuntun karyawan
untuk bekerja lebih giat, lebih baik, dan
bertanggungjawab penuh atas tugas yang dibebankan
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.
Dengan demikian, gaya kepemimpinan memiliki peran
yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja
karyawan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Chu dan Lai (2011) dan Yeh dan Hong
(2012), yang menunjukkan hasil yang sama yaitu gaya
kepemimpinan berpengaruh kuat dan positif terhadap
kinerja karyawan.
3. Uji Hipotesis 3 Hipotesis 3 pada penelitian ini adalah kepuasan kerja
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan dari pengolahan data yang disajikan pada
tabel 2. diketahui bahwa nilai C.R. pada hubungan
kausalitas kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan
adalah sebesar 2,390 dan nilai P sebesar 0,017. Kedua
nilai ini menunjukkan nilai diatas 1,96 untuk C.R. dan
dibawah 0,05 untuk nilai P. Berdasarkan uraian tersebut
dapat dijelaskan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis
3 diterima, yang berarti dalam penelitian ini kepuasan
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.
Karyawan yang terpenuhi kebutuhan dasarnya oleh
perusahaan meliputi gaji, promosi, dan supervisi tentunya
akan merasa puas dalam bekerja dan merasa berutang
budi pada perusahaan tempatnya bekerja sehingga akan
mau melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin
untuk memajukan perusahaannya. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fu dan
Deshpande (2014) dan Chi et al (2008) yang
menyimpulkan kepuasan kerja berpengaruh positif
terhadap kinerja karyawan.
4. Uji Hipotesis 4 Hipotesis 4 pada penelitian ini adalah komitmen
organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan dari pengolahan data yang disajikan pada
tabel 4.18. diketahui bahwa nilai C.R. pada hubungan
kausalitas komitmen organisasi terhadap kinerja
karyawan adalah sebesar 2,001 dan nilai P sebesar 0,045.
Kedua nilai ini menunjukkan nilai diatas 1,96 untuk C.R.
dan dibawah 0,05 untuk nilai P. Berdasarkan uraian
tersebut dapat dijelaskan bahwa hipotesis nol ditolak dan
hipotesis 4 diterima, yang berarti dalam penelitian ini
komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan.
Komitmen organisasi menunjukkan sikap karyawan
dalam mengidentifikasikan keterlibatannya dalam
organisasi. Komitmen organisasional dibangun atas dasar
kepercayaan karyawan atas nilai-nilai organisasi, kerelaan
karyawan membantu mewujudkan tujuan organisasi, dan
loyalitas untuk tetap menjadi anggota organisasi.
Komitmen organisasi akan menimbulkan rasa ikut
memiliki bagi karyawan terhadap organisasi. Apabila
seorang karyawan merasa terlibat dan memiliki loyalitas
dengan organisasi maka dia akan merasa senang dalam
bekerja dan merasa berkewajiban memajukan perusahaan
sehingga kinerjanya dapat meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fu dan Deshpande (2014) dan Yeh dan
Hong (2012)yang menyimpulkan komitmen organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan.
5. Uji Hipotesis 5 Hipotesis 1 pada penelitian ini adalah budaya
organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja.
Berdasarkan dari pengolahan data yang disajikan pada
tabel 2. diketahui bahwa nilai C.R. pada hubungan
kausalitas budaya organisasi terhadap kepuasan kerja
adalah sebesar 2,949 dan nilai P sebesar 0,003. Kedua
nilai ini menunjukkan nilai diatas 1,96 untuk C.R. dan
dibawah 0,05 untuk nilai P. Berdasarkan uraian tersebut
dapat dijelaskan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis
5 diterima, yang berarti dalam penelitian ini budaya
organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja.
359 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
Kesesuaian antara individu dengan budaya organisasi
dimana seseorang tersebut bekerja akan menimbulkan
kepuasan kerja. Karyawan dapat bekerja dengan baik
apabila mereka merasa nyaman dengan kondisi yang ada
di dalam perusahaan tempat ia bekerja. Lingkungan sosial
dan nilai bersama di tempat kerja yang kondusif dapat
mempengaruhi semangat dan kepuasan kerja karyawan
dalam suatu organisasi. Apabila karyawan cocok dengan
budaya organisasi didalam suatu perusahaan tersebut
maka akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan
tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Chi et al
(2008) menyatakan bahwa semakin kuat budaya
organisasi maka semakin tinggi kepuasan kerja yang
dirasakan oleh karyawan.
6. Uji Hipotesis 6 Hipotesis 6 pada penelitian ini adalah gaya
kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kepuasan
kerja. Berdasarkan dari pengolahan data yang disajikan
pada tabel 2. diketahui bahwa nilai C.R. pada hubungan
kausalitas gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja
adalah sebesar 3,593 dan nilai P di bawah 0,000. Kedua
nilai ini menunjukkan nilai diatas 1,96 untuk C.R. dan
dibawah 0,05 untuk nilai P. Berdasarkan uraian tersebut
dapat dijelaskan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis
6 diterima, yang berarti dalam penelitian ini gaya
kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja.
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang
diterapkannya akan mampu meningkatkan kepuasan kerja
bawahannya. Gaya kepemimpinan yang tepat dengan
situasi dan kondisi akan menciptakan suasana kerja yang
baik dalam perusahaan sehingga akan memberikan
pengaruh yang positif terhadap tingkat kepuasan kerja
karyawan. Karyawan akan merasa diperhatikan apabila
pemimpin peka terhadap kebutuhan dan keinginan
karyawan. Pemimpin dengan gaya kepemimpinan suportif
tentu saja akan memberikan dampak positif terhadap
kepuasan kerja, karena pemimpin selalu memberi
perhatian dan dukungan langsung kepada karyawan dalam
menyelesaikan pekerjaan. Pemimpin dengan gaya
kepemimpinan suportif juga mudah didekati dan selalu
menanggapi apabila karyawan ada kesulitan dalam
pekerjaan. Karyawan akan merasa nyaman dalam bekerja
tanpa adanya tekanan pemimpinnya. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruvendi
(2005) yang menyatakan bahwa bahwa gaya
kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja.
7. Uji Hipotesis 7 Hipotesis 7 pada penelitian ini adalah budaya
organisasi berpengaruh positif terhadap komitmen
organisasi. Berdasarkan dari pengolahan data yang
disajikan pada tabel 2. diketahui bahwa nilai C.R. pada
hubungan kausalitas budaya organisasi terhadap
komitmen organisasi adalah sebesar 2,151 dan nilai P
sebesar 0,031. Kedua nilai ini menunjukkan nilai diatas
1,96 untuk C.R. dan dibawah 0,05 untuk nilai P.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa
hipotesis nol ditolak dan hipotesis 7 diterima, yang
berarti dalam penelitian ini budaya organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen
organisasi.
Budaya organisasi yang menempatkan nilai-nilai
kemanusiaan, keterbukaan, rasa kebersamaan, dan
pelibatan karyawan sebagai nilai bersama, akan membuat
karyawan merasa organisasi tempat bekerja lebih sebagai
keluarga besar di mana tujuan organisasi dipandang
identik dengan tujuan pribadi karyawan sehingga mereka
akan menunjukkan komitmen yang tinggi. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Fauzi dkk (2016) dan Taurisa
dan Ratnawati (2012) yang menyimpulkan bahwa budaya
organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap
komitmen organisasi.
8. Uji Hipotesis 8 Hipotesis 8 pada penelitian ini adalah gaya
kepemimpinan berpengaruh positif terhadap komitmen
organisasi. Berdasarkan dari pengolahan data yang
disajikan pada tabel 2. diketahui bahwa nilai C.R. pada
hubungan kausalitas gaya kepemimpinan terhadap
komitmen organisasi adalah sebesar 2,904 dan nilai P
sebesar 0,004. Kedua nilai ini menunjukkan nilai diatas
1,96 untuk C.R. dan dibawah 0,05 untuk nilai P.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa
hipotesis nol ditolak dan hipotesis 8 diterima, yang
berarti dalam penelitian ini gaya kepemimpinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen
organisasi.
Melalui gaya kepemimpinan, seorang pemimpin
diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada baik sumber daya
modal maupun sumber daya manusia secara efektif dan
efisien sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Apabila
saat pemimpin akan melakukan pengambilan keputusan
ketika ada masalah atau hal penting melibatkan dan
mempercayai karyawan, maka karyawan akan merasa
dihargai, dianggap penting, dan menjadi bagian dari
organisasi sehingga menimbulkan komitmen yang tinggi
terhadap organisasi. Contohnya gaya kepemimpinan
partisipatif yang diterapkan manajer CV Opal Transport
dapat memperkuat komitmen organisasi. Hal tersebut
dengan alasan gaya kepemimpinan partisipatif meminta
dan menggunakan saran-saran bawahan dalam rangka
mengambil keputusan (House dalam Thoha, 2007).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Perryer dan Jordan (2005) dan Chu dan
Lai (2011) yang membuktikan bahwa gaya kepemimpinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen
organisasi.
9. Uji Hipotesis 9 Hipotesis 9 pada penelitian ini adalah kepuasan kerja
berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi.
Berdasarkan dari pengolahan data yang disajikan pada
tabel 2. diketahui bahwa nilai C.R. pada hubungan
kausalitas kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi
adalah sebesar 3,296 dan nilai P di bawah 0,000. Kedua
360 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
nilai ini menunjukkan nilai diatas 1,96 untuk C.R. dan
dibawah 0,05 untuk nilai P. Berdasarkan uraian tersebut
dapat dijelaskan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis
9 diterima, yang berarti dalam penelitian ini kepuasan
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
komitmen organisasi.
Karyawan akan loyal dan merasa betah serta tidak
ingin meninggalkan perusahaan karena telah merasa puas
dengan apa yang diterima dari perusahaan tersebut.
Kepuasan kerja dapat ditingkatkan melalui pengawasan
dan dukungan yang baik dari pemimpin dan rekan
kerjanya, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya
merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja. hasil
penelitian ini juga memperkuat teori yang disampaikan
Wibowo (2016), yaitu kepuasan kerja memiliki hubungan
signifikan dan kuat terhadap komitmen organisasi. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Fauzi dkk (2016) yang
menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah pertanda awal
timbulnya komitmen organisasi. Hasil penelitian ini juga
mendukung penelitian Fu dan Deshpande (2014) yang
menyimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hal
penting yang harus diperhatikan oleh organisasi karena
dapat berpengaruh pada komitmen organisasi.
10. Uji Hipotesis 10 Hipotesis 10 pada penelitian ini adalah kepuasan
kerja dan komitmen organisasi memediasi pengaruh
budaya organisasi terhadap kinerja karyawan..
Berdasarkan dari pengolahan data yang disajikan pada
tabel 3. diketahui bahwa nilai P pada pengaruh tidak
langsung budaya organisasi terhadap kinerja karyawan
melalui kepuasan kerja dan komitmen organisasi sebesar
0,034 yang masih di bawah 0,05. Berdasarkan uraian
tersebut dapat dijelaskan bahwa hipotesis nol ditolak dan
hipotesis 10 diterima, yang berarti dalam penelitian ini
kepuasan kerja dan komitmen organisasi signifikan
memediasi pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja
karyawan. Artinya dengan meningkatkan budaya
organisasi maka kepuasan kerja dan komitmen organisasi
juga meningkat yang akan diikuti pula dengan peningkatan
kinerja karyawan.
Budaya organisasi CV Opal Transport yang
memperhitungkan dampak hasil pada karyawan (orientasi
orang) membuat nyaman dan menciptakan perasaan
positif pada karyawan dalam melakukan pekerjaan, yang
pada akhirnya hal tersebut membuat karyawan puas akan
pekerjaannya. Kepuasan kerja yang dirasakan karyawan
akan mampu mendorong karyawan untuk lebih
berkomitmen pada organisasinya, karena ketika karyawan
merasa lebih dihargai dan diberi kesejahteraan mereka
akan lebih nyaman untuk terus bertahan di suatu
perusahaan. Komitmen organisasi yang dirasakan
karyawan tentu saja akan meningkatkan kinerja karyawan.
Karyawan yang merasa dihargai, puas, dan tetap ingin
bertahan di perusahaan tentunya lebih dapat
memaksimalkan kinerjanya, karena merasa perusahaan
merupakan bagian dari dirinya sehingga memajukan
perusahaan merupakan kewajiban sekaligus kebutuhan
bagi individu karyawan.
11. Uji Hipotesis 11 Hipotesis 11 pada penelitian ini adalah kepuasan kerja
dan komitmen organisasi memediasi pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.. Berdasarkan
dari pengolahan data yang disajikan pada tabel 3.
diketahui bahwa nilai P pada pengaruh tidak langsung
budaya organisasi terhadap kinerja karyawan melalui
kepuasan kerja dan komitmen organisasi sebesar 0,023
yang masih di bawah 0,05. Berdasarkan uraian tersebut
dapat dijelaskan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis
11 diterima, yang berarti dalam penelitian ini kepuasan
kerja dan komitmen organisasi signifikan memediasi
pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.
Artinya dengan meningkatkan gaya kepemimpinan yang
tepat maka kepuasan kerja dan komitmen organisasi juga
meningkat yang akan diikuti pula dengan peningkatan
kinerja karyawan.
Gaya kepemimpinan suportif dan partisipatif yan
diterapkan pemimpin CV Opal Transport tentunya
membuat karyawan merasa puas, senang, nyaman, dan
merasa dihargai karena pemimpin selalu mendukung,
mudah didekati, dan selalu meminta pendapat karyawan
dalam setiap pengambilan keputusan. Kepuasan kerja
yang dirasakan karyawan tentunya akan meningkatkan
komitmen organisasi, karena karyawan yang selalu
diminta pendapat saat pengambilan keputusan akan
merasa terlibat dalam perusahaan dan menimbulkan rasa
ikut memiliki bagi karyawan terhadap perusahaan. Apabila
seorang karyawan merasa terlibat dan memiliki loyalitas
dengan organisasi maka dia akan merasa senang dalam
bekerja dan merasa berkewajiban memajukan perusahaan
sehingga kinerjanya dapat meningkat.
I. Analisis Jalur
Analisis jalur dapat menjelaskan seberapa kuat
pengaruh suatu variabel dengan variabel lainnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
langsung adalah koefisien dari semua garis koefisien
dengan anak panah satu ujung. Pengaruh tidak langsung
adalah pengaruh yang muncul melalui variabel
mediator/intervening. Pengaruh total adalah efek dari
berbagai hubungan. Interpretasi hasil ini akan memiliki
arti yang penting untuk menentukan strategi yang jelas
dalam meningkatkan kinerja karyawan karena dapat
diketahui pengaruh variabel terbesar yang
mempengaruhi kinerja karyawan dan dapat diberi
perhatian khusus dalam kebijakan perusahaan. Adapun
hasil analisis jalur disajikan pada tabel 4.
TABEL 4. ANALISIS JALUR
No. Pengaruh antar Variabel Langsung Tidak Langsung Total
1. Budaya organisasi → Kinerja karyawan 0,510 0,104 0,614
2. Gaya kepemimpinan → Kinerja karyawan 0,169 0,138 0,307
3. Kepuasan kerja → Kinerja karyawan 0,210 0,056 0,267
4. Komitmen organisasi → Kinerja karyawan 0,169 0,000 0,169
361 Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 3rd Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPs UMY)
ISBN: 978-602-19568-4-7
Pembahasan hanya akan membandingkan pengaruh
langsung, tidak langsung, dan total terhadap variabel
kinerja karyawan saja, karena penelitian ini
menitikberatkan pada kinerja karyawan yang menjadi
pokok permasalahan pada obyek penelitian. Hasil analisis
jalur pada pengaruh langsung dan total menunjukkan
bahwa variabel budaya organisasi merupakan variabel
yang dominan atau paling besar dalam mempengaruhi
kinerja karyawan. Hasil uji mediasi memang
menunjukkan bahwa kepuasan kerja dan komitmen
organisasi menjadi variabel intervening pada pengaruh
budaya organisasi terhadap kinerja karyawan, tetapi
pengaruhnya sangat kecil. Hasil tersebut dapat dilihat
dari perbandingan antara pengaruh langsung dan tidak
langsung. Hasil pengolahan data menyajikan pengaruh
langsung budaya organisasi terhadap kinerja karyawan
lebih besar daripada pengaruh tidak langsung.
Berdasarkan hasil tersebut, manajemen CV Opal
Transport disarankan melakukan perbaikan dan
peningkatan pada budaya organisasi agar kinerja
karyawan meningkat.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada
karyawan CV Opal Transport, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa budaya organisasi, gaya
kepemimpinan, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan. Kepuasan kerja dan komitmen organisasi
terbukti signifikan memediasi pengaruh budaya organisasi
dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.
Budaya organisasi merupakan variabel yang dominan atau
paling besar dalam mempengaruhi kinerja karyawan
sehingga perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan oleh
manajemen CV Opal Transport.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Chi, Hsin Kuang ; H.R. Yeh, dan C.H. Yu. (2008). “The Effects of Transformation Leadership, Organizational Culture, Job
Satisfaction on the Organizational Performance in the Non-
profit Organizations”. Journal of Global Business Management. Vol. 4(1), p. 129-137.
[2] Chu, Li-Chuan and Chun-Che Lai. (2011). “A Research on the Influence of Leadership Style and Job Characteristics on Job
Performance among Accountants of County and City Government in Taiwan.” International Public Management Association for Human Resources, Public Personnel Management.
Vol. 40 No. 2, p. 101-118. [3] Dessler, Gary. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi
kesepuluh. Jakarta: PT Indeks. [4] Fauzi, Muhammad ; M.M. Warso ; dan A.T. Haryono. (2016).
“Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Dengan Komitmen Organisasi Sebagai
Variabel Intervening (Studi Pada Karyawan PT. Toys Games Indonesia Semarang).” Journal of Management. Vol. 02, No. 02,
Maret. [5] Ferdinand, Augusty. (2014), Structural Equation Modeling dalam
Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
[6] Fu, Weihui dan Satish Deshpande. (2014). “The Impact of
Caring Climate, Job Satisfaction, and Organizational Commitment on Job Performance of Employees in a China’s
Insurance Company.” J Bus ethics. p. 339-349.
[7] Gibson, James L et al. (2011), Organizations: Behavior, Structure,
Processes. Fourteenth edition. New York : McGraw-Hill. [8] Ghozali, Imam. (2014). Model Persamaan Struktural Konsep dan
Aplikasi dengan Program Amos 22.0. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
[9] Hasibuan, Malayu S.P. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Bumi Aksara. [10] Jose, Paul E. (2013). Doing statistical mediation and moderation.
New York :Guilford Press. [11] Kreitner, Robert dan A. Kinicki. (2013). Perilaku Organisasi. Buku
1, Edisi kesembilan. Jakarta : Salemba Empat.
[12] Luthans, Fred. (2011). Organizational Behavior : An Evidence-Based Approach. New York: McGraw-Hill.
[13] Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
[14] Maruyama, Geoffrey. (1998). Basics of Structural Equation
Modeling. Thousand Oaks,CA : Sage. [15] Perryer, Chris dan Jordan, Catherine. (2005). ”The Influence of
Leader Behaviors on Organizational Commitment: A Study In
The Australian Public Sector,” International Journal of Public
Administration, Vol. 28 : p. 379-396.
[16] Preacher, K. J dan A.F. Hayes. (2008). "Asymptotic and Resampling Strategies for Assessing and Comparing Indirect Effects in Multiple Mediator Models". Behavior Research
Methods, 40 (3), 879-891. Psychonomic Society, Inc. [17] Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. (2015). Perilaku
Organisasi. Edisi keenam belas, Jakarta: Salemba Empat.
[18] Ruvendi, Ramlan. (2005). “Imbalan dan Gaya Kepemimpinan Pengaruhnya terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di Balai Besar
Industri Hasil Pertanian Bogor.” Jurnal Ilmiah Binaniaga. Vol. 01,
No. 1. Hal. 17-26. [19] Sobirin, Achmad. (2009). Budaya Organisasi : Pengertian, Makna
dan Aplikasinya dalam Kehidupan Organisasi. Edisi kedua. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
[20] Sopiah. (2008). Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Andi Offset. [21] Sugiyono.(2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
[22] Taurisa, Chaterina Melina & Intan Ratnawati. (2012). “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap
Komitmen Organisasional Dalam Meningkatkan Kinerja
Karyawan (Studi pada PT.Sido Muncul Kaligawe Semarang).” Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE). Vol. 19, No. 2, Hal. 170-187.
[23] Thoha, Miftah. (2007). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
[24] Wibowo. (2016). Manajemen Kinerja. Edisi kelima. Jakarta :
Rajawali Pers. [25] Yeh, Hueryren and Dachuan Hong. (2012), “The Mediating
Effect of Organizational Commitment on Leadership Type and Job Performance,” Journal of Human Resource and Adult Learning Vol. 8, No. 2, p. 50-59.