pengaruh biaya tangung jawab sosial …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/0541041091/skripsi...
TRANSCRIPT
Departemen Pendidikan Nasional Fakultas Ekonomi Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 01 Gedong Meneng Bandar Lampung
PENGARUH BIAYA TANGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN
(Skripsi)
Nama : Sugesty Mulyanita
NPM : 0541031091
Pembimbing I : Trijoko Prasetyo, SE., M.Si., Akt.
Pembimbing II : Fitra Dharma, SE, M. Si
Jurusan : Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2009
2
ABSTRAK PENGARUH BIAYA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN
Oleh Sugesty Mulyanita
Masalah tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan sosial semakin banyak di soroti, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa tingkat kepedulian sosial dikalangan perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Biaya sosial sebagai wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dikaitan dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan nilai saham. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah biaya sosial sebagai indikator tanggung jawab sosial (biaya karyawan dan biaya produk) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (perubahan nilai saham). Sample dalam dalam penelitian ini adalah 19 Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode yang diteliti tahun 2004 – 2006.
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan yaitu biaya karyawan (X1) dan biaya produk (X2) terhadap kinerja perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dapat disimpulkan sebagai berikut : Rata-rata biaya karyawan sebesar Rp 324.101.880,9259 dengan standar deviasi sebesar 408162572,16519. Rata-rata biaya produk sebesar Rp 142.329.276,6667, dengan standar deviasi sebesar 150065012,39551. Selanjutnya, rata-rata untuk perubahan saham yaitu sebesar -20501518518,5185, dengan standar deviasi yaitu sebesar Rp 421.146.154.022,33170. Pengujian yang dilakukan dengan alat analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa : Biaya karyawan (X1) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan saham (Y). Biaya produk (X2) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan saham (Y). Tidak terjadi multikolonieritas, tidak mengalami gangguan heterokedastisitas dan tidak terjadi autokorelasi serta data berdistribusi normal, karena nilai p > 0,05. Kata kunci : Biaya sosial, perubahan saham
3
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ...............................................................................................................
Daftar Isi ...............................................................................................................
Daftar Gambar ......................................................................................................
Daftar Lampiran ...................................................................................................
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Masalah Penelitian................................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 8
II. Teori dan Pengembangan Hipotesis
A. Tanggung Jawab Sosial......................................................................... 9
a. Definisi Tanggung Jawab Sosial ...................................................... 9
b. Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial ............................... 11
c. Media Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan............ 14
d. Perkembangan Akuntansi sosial ....................................................... 15
e. Peran Akuntansi Sosial...................................................................... 18
f. Perusahaan dan Keterlibatan Perusahaan......................................... 20
g. Tanggungjawab Sosial Perusahaan .................................................. 21
h. Prokontra Tanggung Jawab Perusahaan........................................... 23
i. Undang-undang Corporate Social Responsibilty............................. 25
B. Bank
a. Pengertian Bank................................................................................. 26
4
b. Fungsi Bank ....................................................................................... 26
C. Saham
a. Pengertian Saham ............................................................................. 27
b. Istilah dalam Harga Saham .............................................................. 28
D. Pasar Modal
A. Pengertian Pasar Modal.................................................................... 29
B. Manfaat Pasar Modal........................................................................ 30
C. Jenis Perdagangan di Pasar Modal .................................................. 30
D. Pengaruh Biaya Sosial terhadap Harga Saham............................... 32
E. Pengembangan Hipotesis ................................................................. 32
III. Metodologi Penelitian
A. Populasi dan Sample ............................................................................... 34
B. Data Penelitian......................................................................................... 36
C. Variable Penelitian dan Pengukuran Variable....................................... 36
D. Alat Analisis ............................................................................................ 38
IV. Analisis dan Pembahasan
A. Analisis Data............................................................................................ 42
B. Pengujian Asumsi Klasik........................................................................ 46
C. Analisis Statistik Deskriptif.................................................................... 50
D. Hubungan dan Kontibusi Variable Independent terhadap Variable
Dependent................................................................................................ 51
E. Hasil Uji Regresi Linier Berganda......................................................... 52
F. Hasil Pengujian Hipotesis....................................................................... 53
V. Simpulan dan Saran
5
A. Simpulan .................................................................................................. 55
B. Saran......................................................................................................... 56
Daftar Pustaka
Lampiran
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia belakangan ini banyak terdapat berbagai konflik industri seperti
kerusakan alam akibat eksploitasi alam yang berlebihan tanpa diimbangi dengan
perbaikan lingkungan ataupun keseimbangan alam dan lingkungan sekitar seperti adanya
limbah ataupun polusi pabrik yang sangat merugikan lingkungan sekitarnya. Masalah
kesejahteraan karyawan pun akhir-akhir ini semakin marak kita dengar yang merupakan
salah satu konflik yang menimbulkan aksi protes sehingga karyawan melakukan aksi
demo dan mogok kerja, mereka menuntut suatu kebijakan yang dilakukan oleh
perusahaan yang tidak memihak pada mereka seperti pemberian upah yang rendah serta
pemberian fasilitas kesejahteraan yang diterapkan oleh perusahaan yang tidak
mencerminkan keadilan.
Dalam akuntansi konvensional informasi laporan keuangan merupakan hasil
transaksi perusahaan berupa pertukaran barang dan jasa antara dua atau lebih entitas
ekonomi, sedangkan pertukaran antara perusahaan dan lingkungan sosialnya menjadi
cenderung diabaikan. Hal ini mengakibatkan informasi yang diterima oleh pengguna
7
laporan keuangan menjadi kurang lengkap, terutama mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan (Maghfiroh, 2004).
Telah ada pengakuan bahwa pengguna laporan keuangan tidak terbatas pada
pemegang saham, calon investor, kreditor, dan pemerintah semata, namun telah meluas
kepada stakeholder lain. Sebagai bahan yang tidak terpisahkan dari perusahaan,
akuntansi berupaya mengakomodasikan perubahan kecenderungan tersebut dengan
melahirkan sub-disiplin yaitu akuntansi sosial. Terdapat pergeseran mendasar yang
dilakukan disiplin akuntansi melalui wacana ini, yaitu perubahan paradigma
pertanggung jawaban. Bila selama ini produk akuntansi dianggap sebagai pertanggung
jawaban manajemen kepada pemilik saham, kini paradigma tersebut diperluas menjadi
pertanggung jawaban kepada seluruh stakeholder. Perluasan paradigma
pertanggungjawaban ini merupakan kontribusi besar disiplin akuntansi bagi masyarakat.
Sebagai wujud bukti kepedulian para ahli akuntansi di Indonesia dapat dilihat
melalui Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No.1 (revisi 1998) paragraf sembilan secara implisit menyarankan untuk
mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial.
Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tahunan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan,
organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good
corporate governance) semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi
mengenai aktivitas sosialnya. Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh
mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak masyarakat
8
untuk hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan mengkonsumsi
makanan dapat terpenuhi. Oleh karena itu dalam perkembangan sekarang ini akuntansi
konvensional telah banyak dikritik karena tidak dapat mengakomodir kepentingan
masyarakat secara luas, sehingga kemudian muncul konsep akuntansi baru yang disebut
sebagai Social Responsibility Accounting (SRA) atau Akuntansi Pertanggungjawaban
Sosial.
Akuntansi sosial merupakan bidang ilmu yang berusaha mengidenfikasi, mengukur,
menilai dan melaporkan aspek-aspek ”social benefit” dan “social cost” yang
ditimbulkan oleh lembaga. Akuntansi sosial dan lingkungan dikembangkan untuk
menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan (decision-useful
information) bagi semua pihak yang berkepentingan termasuk manejemen perusahaan,
pemegang saham, karyawan, pelanggan, masyarakat umum, dan pemerintah. (Januarti
dan Apriyanti : 2005).
Citra masyarakat sangat berpengaruh terhadap produk dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan tesebut. Teknologi informasi dari berbagai penjuru dunia, Jika suatu
perusahaan tidak menunjukkan komitmen sosial yang baik di sauatu daerah, informasi
ini akan menyebar ke seluruh penjuru dunia dan menciptakan image yang negatif
terhadap perusahaan dan akan berpengaruh terhadap laba perusahaan sehingga saham
perusahaan dapat menurun. Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau
kepemilikan individu atau industri dalam perusahaan. Permintaan investor terhadap
suatu saham dipengaruhi oleh berbagai informasi yang dimiliki oleh perusahaan, salah
satunya adalah informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan,
investor berharap dia tidak salah memilih saham yang perusahaannya memiliki kondisi
keuangan yang buruk.
9
Menurut Masud (1995) dalam Januarti (2005) Masalah sosial yang harus dilaporkan
dalam laporan keuangan pada publik adalah biaya sosial adalah biaya yang berhubungan
akuntansi sosial meliputi : Biaya lingkungan, biaya karyawan, biaya produk, dan biaya
komunitas. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan biaya kesejahteraan karyawan
akan dapat meningkatkan kepuasan kerja akan mempengaruhi produktivitas karyawan
dan akan berimplikasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menciptakan pendapatan.
Adanya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk komunitas melalui pelaksanaan
kegiatan sosial mengindikasi tanggung jawab dan kepedulian sosial perusahaan terhadap
komunitasnya.
Menurut Magrifoh (2004) ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan
perusahaan sebagai pedoman dalam penyajian akuntansi sosial yaitu :
Perluasan laporan keuangan (Extention of financial statment)
1. Pengungkapan dengan secara naratif (narative disclosure)
Pengungkapan secara naratif ini umumnya bersifat kualitatif dengan cara :
pelaporan secara kualitatif dalam letter to shareholder, pelaporan secara
kualitatif dalam catatan atas laporan keuangan (notes to financial statment),
pelaporan secara kuantitatif dalam catatan atas laporan keuangan.
2. Perkiraan tambahan (additional account)
Dampak kerusakan lingkungan karena aktivitas perusahaan dapat diungkapkan
melalui perkiraan tambahan dalam laporan keuangan.
Dengan bervariasinya cara memilih media pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan, nampaknya di dasarkan kepada kelaziman dan untuk kepentingan tertentu.
Penyebab lain yang mengakibatkan ketidakseragaman cara pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan tersebut, karena belum adanya aturan yang jelas mengenai cara
10
penyajiannya maupun komponen-komponen yang termasuk biaya sosial tersebut.
Komponen-komponen yang diidenfikasikan termasuk sebagai biaya sosial yaitu biaya
lingkungan, biaya produk, dan biaya komunitas.
Masalah tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan sosial semakin
banyak disoroti, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa tingkat kepedulian
sosial di kalangan perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Biaya sosial sebagai
wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dikaitkan dengan kinerja
perusahaan yang diukur dengan Nilai saham.
Krisis ekonomi di Indonesia yang berkepanjangan sejak tahun 1997 telah
mendongkrak posisi krisis multi dimensi pada seluruh aspek kehidupan. Khususnya jika
dilihat secara lebih rinci pada aspek ekonomi , sendi-sendi perekonomian (investasi,
produksi, dan distribusi) lumpuh sehingga menimbulkan kebangkrutan dunia usaha,
meningkatnya jumlah korban PHK, tingginya angka penganguran, menurunnya
pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, dan akhirnya bermuara pada
kemiskinan.
Banyak penelitian yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial terhadap kinerja
perusahaan diantaranya, penelitian yang dilakukan Magrifoh (2004) menyimpulkan
bentuk aktivitas perusahaan dapat dikelompokkan menjadi empat tempat yaitu : aktivitas
sosial terhadap karyawan (SDM), masyarakat, lingkungan, serta produk. Kontribusi
terbesar dari aktivitas sosial dilakukan terhadap karyawan (SDM). Hal ini terlihat
dengan besarnya persentase aktivitas ini yaitu 93% - 95% dari total aktivitas sosial
perusahaan.
Ariyani (2007) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
respon perusahaan-perusahaan manufaktur berdasarkan tema kemasyarakatan, tema
11
lingkungan, tema tenaga kerja, tema energi, dan tema produk terhadap pentingnya
tanggung jawab sosial.
Rizal (2004) menyimpulkan bahwa dari 242 perusahaan yang menyampaikan
laporan tahunan untuk tahun 2000 – 2001 di Bursa Efek Indonesia(BEI) dan Bursa Efek
Surabaya (BES), terdapat 117 perusahaan (48,4%) telah melakukan pengungkapan
sosial. Pengujian secara simultan menemukan adanya pengaruh signifikan antara
karakteristik perusahaan, yaitu besaran perusahaan, tipe kepemilikan publik, profil
perusahaan jenis industri, dan basis perusahaan terhadap kuantitas pengungkapan
akuntansi sosial laporan tahunan emiten di Busa Efek Indonesia(BEI).
Kholis (2003) mengambil sampel penelitian di kota Medan menyimpulkan
pentingnya tanggung jawab sosial dipengaruhi variabel regulasi pemerintah, tekanan
masyarakat, tekanan organisasi lingkungan dan tekanan media massa baik secara
individu maupun bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap pentingnya
tanggung jawab sosial perusahaan.
Murni (2001) menyimpulkan dalam penelitiannya sampai saat ini belum ada standar
yang dapat diterima mengenai akuntansi sosial terutama dalam melakukan pengakuan,
pengukuran dan pelaporan ekternallities dalam laporan keuangan perusahaan.
Dari uraian tersebut diatas maka penulis melakukan penelitian dengan judul :
“Pengaruh Biaya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Kinerja
Perusahaan Perbankan ”
12
B. Masalah Penelitian
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan permasalahan yang hendak diteliti
dalam penelitian dituangkan dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut :
“Apakah Biaya Sosial Sebagai Indikator Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Berpengaruh Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan?”.
2. Batasan Masalah
Adanya batasan masalah dan ruang lingkup dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk lebih memfokuskan penelitian terhadap masalah yang diteliti, sehingga
dapat lebih bermanfaat. Batasan dan ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Komponen biaya sosial yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
biaya karyawan (X1) dan biaya produk (X2).
b. Perubahan harga saham yang digunakan adalah perubahan nilai saham yang
diperoleh dengan mengurangi nilai saham akhir dikurangi nilai saham awal
periode tahun yang terjadi di Bursa Efek Indonesia.
13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah biaya sosial sebagai indikator tanggung jawab sosial
perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
2. Untuk meneliti apakah biaya sosial sebagai indikator tanggung jawab sosial
perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
14
BAB II
TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Tanggung Jawab Sosial
1. Definisi Tanggung Jawab Sosial dan Akuntansi Sosial
SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering ditafsirkan
sama dengan Social Accounting atau akuntansi social yang dihubungkan dengan
National Income Accounting. Para ahli juga telah banyak memberikan definisi,
diantaranya menurut Ahmed Belkaoui dalam bukunya tentang Socio Economic
Accounting. Beliau menyatakan bahwa:
“SEA timbul dari penerapan akuntansi ilmu social, ini menyangkut pengaturan
dan pengukuran analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan social dari
kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat
mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan
mengungkapkan kegiatan ekonomi dan social Negara mencakup social
accounting dan reporting peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi.
Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh
15
kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup financial dan
managerial social accounting, social auditing”.
Socio economic Accounting ada juga yang menyebutkan sebagai Social
Responsibility Accounting. SEA ini tidak sama dengan Social Accounting yang
pengertiannya adalah merupakan pengukuran mengenai bagaimana efisiensi suatu
system ekonomi berfungsi dan memberikan data periodik yang menyangkut indikasi
posisi suatu Negara menyangkut ukuran externalities itu. Social Accounting ini sering
juga disebut National Income Accounting atau Macro Socio Economic Accounting.
Secara sempit, akuntansi pertanggungjawaban sosial didefinisikan hanya mencakup
menilai, mengukur dan melaporkan dampak operasional perusahaan pada masyarakat
tanpa mencakup program-program sosial yang diadakan oleh perusahaan. Menurut
Hadibroto (1988), Bambang Sudibyo (1988) dan para akuntan di Indonesia, akuntansi
pertanggungjawaban sosial adalah akuntansi yang memerlukan laporan mengenai
terlaksananya pertanggungjawaban sosial perusahaan. Menurut Lee J. Seidler dan Lyn
L. Seidler dikutip oleh Usmansyah (1989), akuntansi pertanggungjawaban sosial sebagai
pedoman umum akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan modifikasi dan
penerapan oleh para akuntan berkenaan dengan keahlian tekhnik dan disiplin akuntansi
konvensional (keuangan dan manajerial). Menurut Ahmed Belkouli dikutip oleh
Yuningsih (2004), akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah proses pengurutan,
pengukuran, dan pengungkapan pengaruh yang kuat dari pertukaran antara suatu
perusahaan dan lingkungan sosialnya.
Secara luas definisi akuntansi pertanggungjawaban sosial tidak hanya mencakup
dampak operasional perusahaan tetapi juga program-program sosial yang diadakan
perusahaan. Menurut Parker (dalam Yuningsih, 2004) yang menggunakan istilah
16
akuntansi sosial untuk akuntansi pertanggungjawaban sosial, mendefinisikan sebagai
berikut:
1. akuntansi pertanggungjawaban sosial tidak hanya menilai dampak kegiatan
perusahaan terhadap lingkungan perusahaannya tetapi juga mengukur efektivitas
program sosial perusahaan.
2. melaporkan serta menyediakan sistem informasi untuk pihak internal dan
eksternal yang memungkinkan dilakukan penilaian yang komprehensif terhadap
sumber daya organisasi dan dampaknya baik secara ekonomi maupun secara
sosial.
Dengan demikian perusahaan seharusnya tidak hanya menyadari kalau kegiatan
operasionalnya mempunyai dampak etrhadap masyarakat dan lingkungans ekitarnya
tetapi sejakl awal sudah memasukkan tujuan sosial didalam tujuan perusahaan.
2. Tujuan Akuntansi Pertangggungjawaban Sosial
Pada dasarnya tujuan pertanggungjawaban sosial perusahaan atas menyediakan
informasi yang memungkinkan dilakukan evaluasi pengaruh kegiatan perusahaan
kepada masyarakat. Eldon S. Hendriksen (1982: 37) dalam Azizul Kholis (2002)
mengatakan bahwa tujuan akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah: ” memberikan
informasi yang memungkinkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap masyarakat
dapat dievaluasi”.
Menurut Ramana Khan dalam Ariyani (2007), menguraikan ada 3 tujuan akuntansi
pertanggungjawaban sosial yaitu:
17
1. Mengidentifikasikan dan mengukur kontribusi sosial neto periodik suatu
perusahaan, yang meliputi bukan hanya menfaat dan biaya sosial yang
diinternasionalisasikan ke perusahaan, namun juga timbul dari eksternalitas yang
mempengaruhi segmen-segmen dan sosial yang berbeda.
2. Membedakan menentukan apakah strategi dan praktek perusahaan yang secara
langsung mempengaruhi realitas sumber daya dan status individu,masyarakat dan
segmen-segmen sosial adalah konsisten dengan prioritas sosial yang diberikan
secara luas pada pihak dan aspirasi individu pada pihak lain.
3. Memberikan dengan cara yang optimal, kepada semua kelompok sosial,
informasi yang relevan tentang tujuan, kebijakan, program, strategi dan
kontribusi suatu perusahaan terhadap tujuan-tujuan sosial perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa akuntansi pertanggungjawaban
sosial berperan dan menjalankan fungsinya sebagai bahasa bisnis yang
mengakomodasikan masalah-masalah sosial yang dihadapi perusahaan, sehingga pos-
pos biaya sosial yang dikeluarkan kepada masyarakat dapat menunjang operasional dan
penerapan tujuan jangka panjang perusahaan.
Sementara menurut National Association of Accountant (NAA) dikutip dari
Yuningsih (2004), akuntansi pertanggungjawaban sosial mempunyai dua tujuan, yaitu:
1. Tujuan internal
Akuntansi pertanggungjawaban sosial memungkinkan perbaikan terhadap proses
pengambilan keputusan dalam hal yang berhubungan dengan proses penetapan
tujuan, sasaran dan prioritas dalam kaitannya dengan perencanaan sumber daya
dan mendorong para manajer untuk memikirkan dampak sosial dari setiap
18
keputusannya, memberikan dasar untuk mengadakan evaluasi internal terhadap
prestasi sosial perusahaan.
2. Tujuan eksternal
Akuntansi pertanggungjawaban sosial memberikan dasar yang seragam bagi
pelaporan ekstrem dan memungkinkan adanya pemeriksaan yang independen
atas laporan pertanggungjawaban sosial perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas akuntansi pertanggungjawaban sosial tidak hanya
bertujuan untuk keperluan eksternal, akuntansi pertanggungjawaban sosial semata-mata
tidak untuk menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan kegiatan sosial dan telah
ikut berperan serta dalam masalah sosial, tetapi juga untuk mengevaluasi sosial
performance perusahaan, karena dengan sosial performance masyarakat dapat
membentuk image positif atau negatif.
Sedangkan untuk keperluan internal, yang berarti untuk keperluan pihak manajemen
adalah untuk sistem pengendalian manajemennya, yaitu:
1. Untuk evaluasi
2. Manajemen tentunya memerlukan informasi untuk menilai sejauh mana
efektivitas proyek kegiatan eksternal mencapai tujuan sosialnya.
3. Untuk mempertahankan diri dari tuduhan masyarakat tentang kepeduliannya
terhadap permasalahan sosial.
4. Untuk mengakomodasikan tujuan sosial dan kemanusiaan.
19
3. Media Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Pada umumnya, banyak perusahaan di Indonesia mengungkapkan kegiatan sosial
ekonominya secara sukarela saja, karena belumadanya Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang khusus mewajibkan pencatatan, pengukuran, dan pelaporan ini.
Belum juga ada ketentuan cara pengungkapannya apakah melalui lap oran keuangan,
catatan atas laporan keuangan, penjelasan umum, penjelasan direksi melalui program
laporan keuangan atau melalui newsletter, konferensi pers dan sebagainya. Berdasarkan
hasil penelitian Sueb dalam Yuningsih (2004). Pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan khususnya perusahaan publik di Indonesia menggunakan media yang
berbeda-beda. Kelompok biaya sosial dan media pengungkapan yang paling banyak
dipilih perusahaan adalah:
1. Penyajian biaya pengelolaan lingkungan didalam prospektus 21.0%.
2. Biaya kesejahteraan pegawai yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan
35.1%.
3. Biaya untuk masyarakat disekitar perusahaan yang disajikan dalam laporan
tahunan 15.0%.
4. Biaya pemantauan produk yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan
ada 3.8%
Bervariasinya cara memilih media pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
nampaknya didasarkan pada kelaziman dan untuk kepentingan tertentu. Misalnya,
pengungkapan biaya pengelolaan lingkungan, perusahaan lebih banyak memilih laporan
prospektus karena laporan prospektus ini bisa digunakan sebagai ajang propaganda pada
saat perusahaan menjual saham perdananya dibursa efek. Penyebab lain yang
20
mengakibatkan ketidakseragaman cara pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
tersebut, karena belum adanya aturan yang jelas mengenai cara penyajiannya maupun
komponen-komponen yang termasuk biaya sosial tersebut.
4. Perkembangan Akuntansi Sosial
Selama 20 sampai 30 tahun terakhir ini kesadaran publik akan peran perusahaan di
masyarakat telah mengalami perkembangan luar biasa.
Banyak perusahaan yang telah berjasa dalam kemajuan ekonomi dan teknologi justru
mendapat kritik karena kurang memperhatikan masalah sosial. Tekanan dari berbagai
pihak yang berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan dari aktivitas bisnis ditujukan
tidak hanya pada perusahaan swasta tapi juga perusahaan pemerintah. Banyak kasus-
kasus ketidakpuasan publik yang bermunculan akibat aktivitas bisnis dari perusahaan
swasta maupun pemerintah yang berdampak negatif pada masyarakat, baik yang
berkaitan dengan pencemaran lingkungan, perlakuan tidak adil kepada pekerja, kaum
minoritas dan perempuan, penyalahgunaan wewenang, keamanan dan kualitas produk
serta penggunaan energi dan sumber daya alam yang berlebihan.
Akuntansi sosial perusahaan mulai mendapatkan perhatian dari berbagai institusi
akuntansi pada pertengahan tahun 1970-an. Selanjutnya, banyak peneliti mulai melihat
akuntansi sosial perusahaan melalui perspektif teoritis yang berbeda-beda, termasuk di
dalamnya stakeholder theory, social contract theory dan legitimacy theory.
21
Perkembangan terakhir menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah perusahaan
yang secara sukarela mengungkapkan aktivitas pertanggungjawaban sosial dalam
laporan tahunannya. Informasi-informasi sosial yang seharusnya diungkapkan dalam
pelaporan sosial perusahaan antara lain adalah:
1. Berkaitan dengan lingkungan, yang meliputi pengendalian polusi, pencegahan
dan perbaikan kerusakan lingkungan yang berkaitan dengan pemrosesan sumber
daya alam, serta konservasi sumber daya alam.
2. Energi, meliputi: konservasi energi dalam operasi bisnis dan produk-produk
dengan efisiensi energi.
3. Praktik bisnis yang wajar, meliputi: memperkerjakan dan memperhatikan
kemajuan kelompok minoritas dan perempuan.
4. Sumber daya manusia, meliputi: kesehatan, keamanan dan pengembangan diri
karyawan.
5. Keterlibatan masyarakat, meliputi: aktivitas masyarakat yang berhubungan
dengan kesehatan, pendidikan dan kesenian.
6. Produk, meliputi: keamanan produk dan pengurangan polusi akibat penggunaan
produk.
Di Jepang, pengungkapan informasi sosial dikelompokkan menjadi lima, yaitu aspek
lingkungan, keterlibatan masyarakat, hubungan pekerja, penelitian dan pengembangan
serta aktivitas-aktivitas internasional. Sedangkan di Eropa Barat, laporan
pertanggungjawaban sosial perusahaan berisi informasi mengenai tempat kerja
22
(karyawan), pangsa pasar (pelanggan dan pemasok), lingkungan, masyarakat, etika, dan
hak asasi manusia.
Pengungkapan kinerja sosial perusahaan dalam laporan tahunan telah dilakukan oleh
negara-negara maju, seperti Eropa Barat, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia
Baru, Jepang, Singapura dan Malaysia, namun belum banyak dilakukan oleh negara-
negara berkembang, termasuk Indonesia.
Beberapa kendala yang dihadapi perusahaan, khususnya di negara-negara
berkembang dalam melakukan pengungkapan kinerja sosial antara lain: Pertama, belum
terdapat peraturan atau standar baku yang mengatur mengenai pengungkapan kinerja
sosial, kebanyakan masih bersifat sukarela.
Kedua, hanya sedikit perusahaan yang memiliki para akuntan yang kompeten di bidang
akuntansi sosial, meskipun dalam hal ini dituntut juga adanya kerja sama dengan para
ahli di bidang lain, seperti hukum, teknik, maupun sosiologi. Ketiga, perusahaan enggan
mengeluarkan biaya tambahan yang tidak sedikit untuk menyusun laporan mengenai
kinerja sosialnya, apalagi jika mereka beranggapan bahwa image mereka akan tetap baik
meskipun mereka tidak memberikan laporan mengenai kinerja sosial. Keempat,
kurangnya perhatian pemerintah negara-negara berkembang terhadap masalah sosial dan
lingkungan karena tidak adanya atau kurangnya dana untuk masalah tersebut, sementara
itu dukungan dari negara donor maupun institusi keuangan internasional relatif belum
mencukupi. Kelima, pembuatan laporan sosial memerlukan banyak waktu, bahkan
seringkali menyebabkan tertundanya penerbitan laporan tahunan. Meskipun banyak
kendala yang dihadapi, hal tersebut tidak sebanding dengan manfaat yang akan dipetik
oleh perusahaan di masa yang akan datang.
23
Dalam rangka meningkatkan image dan reputasi, serta sebagai usaha menjaga
eksistensi perusahaan di masyarakat, sudah sewajarnya perusahaan mengungkapkan
kinerja sosial kepada masyarakat. Oleh karena itu diperlukan adanya kesadaran dan
usaha, sesuai kapasitas masing-masing perusahaan untuk melakukan perbaikan terus
menerus bagi kesejahteraan masyarakat.
5. Peran Akuntansi Sosial
Menurut Hendriksen (1994), akuntansi sosial secara teoritis mensyaratkan
perusahaan harus melihat lingkungan sosialnya antara lain masyarakat, konsumen,
pekerja, pemerintah dan pihak lainnya yang dapat menjadi pendukung jalannya
operasional karena pergeseran tanggung jawab perusahaan. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Gramee (2000) yaitu “Financial reports prepared by reporting
entities are a major aspect of corporate governance and accountability. Lebih jauh
Wollin (1999) menyatakan; “Firms must take a responsible approach in their business
activities, cause of there is public dissatisfaction implementation of their responsibilities
should be exposed at financial information to external user”.
Berdasarkan beberapa pendapat para peneliti tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk
mendapatkan gambaran tentang akuntansi sosial perusahaan, entitas bisnis harus mampu
mengakses lingkungan sosialnya, setelah itu untuk menindaklanjuti dan mengukur
kepekaan tersebut perusahaan memerlukan informasi secara periodical, sehingga
informasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi semua
pihak (Shareholders, stakeholders, debtholders).
24
Gambar 1 (satu) berikut ini dapat menjelaskan kerangka pemikiran bahwa
akuntansi sosial dilaksanakan atas dasar aktifitas sosial yang dijalankan oleh suatu
entitas bisnis, selanjutnya untuk aktifitas sosialnya yang diikuti dengan pengungkapan
dan pelaporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, kemudian dari informasi yang
dihasilkan pengguna informasi akan dapat menentukan kebijakan selanjutnya untuk
aktivitas sosial dan kebijakan untuk lingkungan sosial entitas bisnis yang dijalankan.
Situasi dan kondisi seperti yang dijelaskan diatas menuntut suatu entitas bisnis
untuk mampu mengakses kepentingan lingkungan sosialnya yang diikuti dengan
pengungkapan dan pelaporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga
melahirkan sebuah laporan (output) yang mendeskripsikan segala aspek yang dapat
mendukung kelangsungan kelangsungan hidup suatu entitas. Disinilah peran akuntansi
diharapkan dapat merespon lingkungan sosialnya sebagai perwujudan kepekaan dan
kepedulian entitas bisnis terhadap lingkungan sosialnya.
Gambar 1. Siklus Akuntansi Sosial
Proses Akuntansi sosial
Aktifitas Informasi Sosial Akuntansi Sosial Sumber : Hendriksen (2000)
25
6. Perusahaan dan keterlibatan Perusahaan
Ada beberapa model dan kecenderungan tentang keterlibatan perusahaan dalam
kegiatan sosial.
Ada tiga pandangan atau model yang menggambarkan tentang keterlibatan
perusahaan dalam kegiatan sosial:
1. Model Klasik
Pendapat ini menyatakan bahwa usaha yang dilakukan perusahaan semata-mata
hanya untuk memenuhi permintaan pasar dan mencari untung yang akan
dipersembahkan kepada pemilik modal.
Dengan kata lain tidak perlu memikirkan efek sosial yang ditimbulkaN
perusahaannya dan tidak perlu memikirkan usaha untuk memperbaiki penyakit
sosial.
2. Model Manajemen
Menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai lembaga permanen yang hidup
dan punya tujuan sendiri. Manajer sebagai team yang bertanggung jawab atas
kelangsungan hidup perusahaan terpaksa memilih kebijakan yang harus
mempertimbangkan tanggung jawab sosial perusahaan mengingat
ketergantungannya dengan pihak lain yang juga punya andil dalam pencapaian
tujuan perusahaan yang tidak hanya memikirkan setoran buat pemilik modal.
26
3. Model Lingkungan Sosial
Model ini menekankan bahwa perusahaan meyakini kekuasaan ekonomi dan
politik yang dimilikinya mempunyai hubungan dengan kepentingan (bersumber)
dari lingkungan sosial.
7. Tanggung Jawab sosial Perusahaan
Social Responsibility Accounting atau sosial akuntansi merupakan penerapan
akuntansi dalam ilmu sosial yang menyangkut pengaturan, pengukuran, analisis, dan
pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari kegiatan pemerintah dan perusahaan.
Apabila perusahaan tidak mau tau dengan dampak sosial yang ditimbulkannya dan tidak
ada kemauan untuk menanggulangi masalah-masalah sosial yang ditimbulkannya
tersebut maka akuntansi sosial relatif tidak diperlukan. Walaupun secara konsepsional
paham yang demikian masih ada, namun kecenderungan menunjukkan sekalipun
dinegara kapitalis, perusahaan masih dianggap mempunyai etika dan tanggung jawab
sosial.
Ada banyak sikap yang dilakukan para perusahaan dalam menyikapi dampak sosial
yang telah ditimbulkannya, mulai dari tanpa keterlibatan, keterlibatan terbatas, sampai
kepada keterlibatan total terhadap lingkungan sosialnya. Ahmed Belkouli dengan cara
sistematis mengelompokkan batasan ini dalam lima kategori:
1. Tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada usaha mencari laba maksimal. Jika
perusahaan dapat mengumpulkan laba yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan
efek sosialnya, berarti perusahaan sudah memenuhi panggilan tugasnya sebagai
badan usaha.
27
2. Disamping tujuannya untuk memaksimalkan laba, perusahaan juga harus
memperhatikan pihak lain dengan siapa perusahaan tersebut mempunyai
kepentingan.
Hal ini dicontohkan dengan perbaikan kesejahteraan karyawan, manajemen,
menjalin hubungan baik dengan kelompok masyarakat tertentu dan lain-lain.
3. Perusahaan melepaskan diri dari tujuannya yang hanya memaksimalkan laba dengan
memperluas tanggung jawab manajemen.
4. Tanggung jawab sosial perusahaan mencakup hal yang bersifat ekonomi dan non
ekonomi. Dalam kategori ini dikenal tiga pusat lingkaran:
1. Lingkaran dalam, mencakup tanggung jawab dasar dalam melaksanakan
fungsinya dengan efisien, seperti fungsi produksi, job, dan pertumbuhan
ekonomi.
2. Lingkaran tengah, mencakup tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi
ekonomisnya dengan penuh kesadaran akan perubahan nilai dan prioritas yang
berlaku dalam masyarakat, seperti konservasi lingkungan, perbaikan kualitas
hidup, hubungan dengan karyawan dan lingkungan perusahaan.
3. Lingkaran luar. Mencakup tanggung jawab yang baru muncul dan masih
berkembang, Dimana perusahaan harus secara luas terlibat secara aktif untuk
memperbaiki lingkungan sosial.
5. Tanggung jawab sosial diperluas melewati batas tanggung jawab dan mencakupi
keterlibatan total terhadap tugas-tugas sosial. Prakash Sethi merumuskan bentuk ini
dalam tiga dimensi:
1. Social obligation, merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap permintaan
pasar sesuai dengan ketentuan hukum.
28
2. Social Responsibility, menggerakkan perusahaan sehingga segala tindakannya
sesuai dengan norma, nilai, dan harapan masyarakat.
3. Social Responsiveness merupakan respon perusahaan untuk menjawab isu yang
akan timbul dimasa datang.
Bradshaw mengemukakan bahwa ada tiga bentuk dari tanggung jawab sosial
perusahaan yaitu:
1. Corporate Philantrophy, tanggung jawab perusahaan sebatas kedermawanan
belum sampai kepada tanggung jawabnya. Bentuk tanggung jawab ini bisa
berupa kegiatan amal, sumbangan atau kegiatan lain yang mungkin saja tidak
langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
2. Corporate Responsibility, kegiatan pertanggungjawaban sudah merupakan
tanggung jawab perusahaan bisa karena ketentuan UU atau bagian dari kemauan
atau kesediaan perusahaan.
3. Corporate Policy, disini tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah merupakan
bagian dari kebijakannya.
8. Pro kontra Tanggung Jawab Perusahaan
Persoalan apakah perusahaan perlu mempunyai tanggung jawab sosial atau tidak,
masih terus diperdebatkan. Masing-masing mengemukakan pendapat dan dukungannya
dan mengklaim bahwa ide masing-masing yang benar.
Berikut ini ada alasan para pendukung agar perusahaan memiliki etika dan tanggung
jawab sosial:
29
1. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan
masyarakat terhadap peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini sangat
menguntungkan perusahaan.
2. Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan,
masyarakat, yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.
3. Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati pelanggan,
simpati karyawan, investor dan lain-lain.
4. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat. Campur
tangan pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan. Sehingga jika
perusahaan memiliki tanggung jawab sosial mungkin dapat menghindari
pembatasan kegiatan perusahaan.
5. Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang
berlaku didalam masyarakat. Sehingga mendapat simpati dari masyarakat.
6. Sesuai dengan keinginan para pemegang saham, dalam hal ini publik.
7. Mengurangi tensi kebencian masyarakat terhadap perusahaan yang melakukan
kegiatan yang ternyata dampaknya dapat menimbulkan kebencian pada
masyarakat terhadap perusahaan tersebut.
8. Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan barang
seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja dan lain-lain.
Dipihak lain yang menyatakan ketidaksetujuan terhadap konsep tanggung jawab
sosial perusahaan. Alasannya antara lain:
1. Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam memaksimalkan
laba. Ini akan menimbulkan pemborosan.
30
2. Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan kekuasaan atau
politik secara berlebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.
3. Dapat menimbulkan lingkungan bisnis yang monotik bukan yang bersifat
pluralistik.
4. Keterlibatan sosial memerlukan dana dan tenaga uang cukup besar yang tidak
dapat dipenuhi oleh dana perusahaan yang terbatas, yang dapat menimbulkan
kebangkrutan, atau menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan.
5. Keterlibatan pada kegiatan sosial yang demikian kompleks memerlukan tenaga
dan para ahli yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan.
9. Undang-undang Corporate Social Responsibility (CSR)
Konsep CSR yang diakomodasi dalam Undang-undang Perseroan terbatas (UU PT)
pasal 74 nomor 40 tahun 2007 berbunyi sebagai berikut :
(1). Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan
lingkungan.
(2). Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya Perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan
kepatuhan dan kewajaran.
(3). Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
pasal (1) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
31
(4). Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggungjawab sosial dan lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
B. Bank
1. Pengertian Bank
Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998, pasal 1 :
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
PSAK NO.31 mendefinisikan bank sebagai berikut :
Suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (Financial Intermediary)
antara pihak yang memiliki dana danpihak yang memerlukan dana, serta sebagai
lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
2. Fungsi Bank
Dari definisi d atas dapat disimpulkan bahwa bak memiliki 2 fungsi utama yaitu :
a. Fungsi Perantara (Intermediation Role)
Maksud dari fungsi perantara ini adalah bank menyediakan kemudahan untuk
aliran dana dari mereka yang mempunyai kelebihan dana selaku penabung
(saver) atau pemberi pinjaman (lender) kepada mereka yang memerlukan dana
selaku peminjam. Melalui fungsi ini juga, bank dapat sekaligus beperan sebagai
penambah manfaat dari pengalih resiko terhadap dana yang dimiliki oleh
pemiliknya.
32
b. Fungsi Tramisi (Tramission Role)
Fungsi ini berkaitan dengan peranan bank dalam lalu lintad pembayaran dan
perendaran uang dengan menciptakan instrumen keuangan seperti penciptaan
uang kartal oleh bank sentral, uang giral yang dapat diambil atau dipindahkan
bukukan dengan menggunakan crk atau bilyet giro yang dilakukan oleh bank
umum, dan juga alat-alat yang menyerupai uang seperti kartu bank (bank card)
dalam berbagai bentuk. Melalui fungsi ini bank juga berperan untuk
memperlancar, mempercepat, dan mempermudah transaksi.
C. SAHAM
1. Pengertian Saham
Pengungkapan Aktifitas sosial untuk memberikan informasi kepada pemilik modal,
calon investor dan pihak-pihak luar (stakeholder) lainnya yang juga berkepentingan.
Dengan memiliki saham, investor mendapatkan beberapa keuntungan yaitu :
1. Deviden, adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada
pemilik sebelumnya sebanding dengan lembar yang dimiliki.
2. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan
harga beli suatu saham.
3. Manfaat non-finansial, yaitu memiliki hak suara dalam pengambil keputusan
perusahaan.
33
Ada 3 macam nilai saham, yaitu :
1. Nilai buku, yaitu nilai yang dicatat pada saham dijual oleh perusahaan.
2 Nilai pasar, yaitu nilai yang tercantum pada kurs resmi jika saham tersebut
diperdagangkan di bursa. nilai ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran
saham tersebut di bursa.
3. Nilai intrinsik, yaitu nilai saham pada saat likuidasi.
2. Istilah dalam Harga Saham
Open (pembukaan) : Harga yang terjadi pada transaksi pertama suatu saham.
High (tertinggi) : Harga tertinggi transaksi yang tercapai pada suatu saham.
Low (terendah) : Harga terendah transaksi yang tercapai pada suatu saham.
Close (penutupan) : Harga yang terjadi pada transaksi terakhir suatu saham.
Bid (minat beli) : Harga yang diminati pembeli untuk melakukan transaksi.
Ask (minat jual) : harga yang diminati penjual untuk melakukan transaksi.
34
D. PASAR MODAL
1. Pengerian Pasar Modal
Pengertian pasar modal menurut undang-undang Pasar Modal No.18 tahun 1995 yaitu :
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek yang
diterbitkan , serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Yang dimaksud
dengan penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten
untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam
unadang-undang. Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjagka atas efek, dan setiap derivatif fdari efek. Emiten adalah pihak yang
melakukan penawaran umum. Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek
pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
IPO (Initial Public Ofering) adalah kegiatan dalam rangka penawaran umum penjualan
saham perdana. Instrumen pasar modal adalah semua surat berharga (sekuritas) yang
diperdagangkan di bursa dan umumnya bersifat jangka panjang, Yang dimaksud
derivatif dari efek adalah efek-efek yang ada ada kaitannya dengan efek seperti saham
dan obligasi. Misalnya rights/klaim. Saham deviden, saham bonus, obligasi konvertible,
waran, sertifikat/ADR/CDR, sertifikat dana atau saham (saham yang diterbitkan oleh
reksadana).
35
2. Manfaat pasar Modal
Adapun manfaat pasar modal adalah :
1. Menyediakan sumber pembiyaan jangka panjang bagi dunia usaha dan
memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2. Sebagai wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diversifikasi.
3. Menyediakan leading indikator bagi trend ekonomi negara.
4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah dan
menciptakan iklim berusaha yang sehat.
5. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang dapat
diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversivikasi investasi.
3. Jenis Perdagangan di Pasar Modal
Jenis perdagangan di pasar modal dibagi ke dalam tiga segmen pasar, yaitu :
1. Reguker Trading, yang dipilih oleh investor untuk memperoleh harga yang terbaik
karena harga pada pasar reguler dibentuk sesuai dengan mekanisme pasar
(countinuous action market).
2. Non reguler Trading, dipilih oleh investor yang ingin membeli dan menjual efek
dalam jumlah dan harga sesuai dengan keingingn mereka. Jenis perdagangan ini
tidak melakukan tawar menawar seperti reguler trading, tetapi perdagangan
dilaksanakan pada papan dan harga yang terpisah dan ditentukan sesuai dengan
harga terakhir perdagangan reguler.
Yang termasuk dalam non reguler tading antara lain :
36
a. Block trading, perdagangan dalam jumlah besar antara anggota bursa dalam
jumlah minimum 200.000 saham.
b. Crossing/perdagangan tutup sendiri, dilaksanakan oleh anggota bursa yang
memiliki order jual dan order beli pada harga dan jumlah yang sama dengan
cara melampirkan copy bukti pesanan dari nasabah.
c. Foreign Board, perdagangan antar pemodal asing untuk saham-saham yang
porsi asingnya mencapai 49% dari saham yang tercatat, dan dilakukan oleh
pemodal asing dengan negoisasi langsung.
d. Add Lot, yaitu perdagangan untuk saham yang dibawah standar lot (kurang dari
500 saham).
e. Cash Trading, adalah perdagangan dengan maksud negoisasi langsung untuk
persyaratan tunai dan penyerahan segera. Jenis perdagangan ini hanya
dilakukan oleh anggota bursa yang gagal melaksanakan penyerahan.
Efek pada hari ke-5 (t +1) . Penyerahan efek yang telah terjual seharusnya
dilakukan selambat-lambatnya 4 hari bursa setelah transaksi terjadi.
37
E. Pengaruh Biaya Sosial terhadap Harga Saham
Semakin berkembangnya pasar modal, perusahaan-perusahaan melaporkan dan
mengungkapkan aktifitas sosial untuk memberikan informasi kepada pemilik modal,
calon investor dan pihak-pihak luar (stakeholder) lainya yang juga berkepentingan.
Praktek pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan telah dilakukan di
negara-negara eropa barat, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Singapura dan
Malaysia. Keadaan ini turut mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengungkapkan
secara sukarela untuk setiap periode mengenai lingkungan sosialnya, sehingga dapat
menunjukkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan tahunan
perusahaan yang dapat menjelaskan kepedulian dan kepekaan sosial sosial suatu entitas
bisnis.
F. Pengembangan Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan adanya tidaknya
pengaruh yang signifikan dari variable Independent (Biaya Produk dan Biaya
Karyawan) terhadap variable Dependent perubahan nilai saham akhir periode dikurangi
awal periode tahun penelitian.
Menurut Eldos S Hendriksen (1982:37) dalam Azizul Kholis (2002) menyatakan bahwa
tujuan akuntansi pertanggungjawaban social adalah memberikan informasi yang
memungkinkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap masyarakat dapat dievaluasi.
Menurut penelitan Kholis (2003) yang mengambil sample mengambil penelitian di kota
Medan menyimpulkan pentingnya tanggungjawab social dipengaruhi variable regulasi
38
pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi lingkungan dan tekanan media masa
baik secara individu mauou bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
pentingnya terhadap pentingnya tanggung jawab social perusahaan.
Dalam penelitian Murni (2001) menyimpulkan dalam penelitian sampai saat ini belum
ada standar yang dapat diterima mengenai akuntansi sosial terutama dalam melibatkan
pengakuan, pengukuran dan pelaporan eksternalities dalam laporan keuangan
perusahaan.
Dalam penelitian sebelumnya yaitu Magrifoh (2004) menyimpulkan bentuk aktivitas
perusahaan dapat dikelompokkan menjadi empat tempat yaitu : aktivitas sosial terhadap
karyawan (SDM), masyarakat, lingkungan, serta produk. Kontribusi terbesar dari
aktivitas sosial dilakukan terhadap karyawan (SDM). Hal ini terkait dengan besarnya
persentase aktivitas yaitu 93% - 95% dari total aktivitas sosial perusahaan.
Berdasarkan pengembangan Hipotesis diatas maka hipotesis yang diajukan sebagai
berikut:
1. X1 = Apakah biaya Karyawan (X1) yang dikeluarkan perusahaan untuk
menunjang kesejahteraan karyawan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
perubahan nilai saham.
2. Biaya Produk (X2) yaitu.
Maka hipotesis yang diajukan :
X2 = Apakah Biaya Karyawan (X2) yang dikeluarkan perusahaan untuk
kepentingan konsumen yang mengacu pada peningkatan pelayanan
konsumen memiliki pengaruh positif signifikan terhadap perubahan nilai
saham
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sample
Perusahaan yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan
di Busa Efek Indonesia periode 2005, 2004, dan 2006 dengan menggunakan Purposive
Sampling. Metode ini merupakan tipe pemilihan sample secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu, sample dipilih
berdasarkan karakteristik sample dengan kriteria pemilihan sample yang ditentukan.
Kriteria-kriteria perusahaan yang dapat dijadikan sample adalah :
a. Sample adalah perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode penelitian.
b. Memiliki laporan keuangan tahun 2004, 2005, 2006.
c. Memiliki laporan pertanggungjawaban sosial yang mencantumkan biaya sosial.
40
Perusahaan Perbankan dijadikan objek penelitian karena populasi perusahaan perbankan
relatif banyak sehingga memungkinkan pengambilan sampel sesuai kebutuhan dan
berhubungan dengan pelayanan jasa. Selain populasinya banyak bank dan pasar modal
memiliki kesamaan salam fungsinya yaitu sama-sama sebagai penyedia dana bagi pihak-
pihak yang membutuhkan..
Tabel 1. Daftar Perusahaan Perbankan yang menjadi Sample
No Kode Emiten Nama Emiten Tanggal Listing
1. BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 Oktober 2003
2. BNII Bank International Indonesia Tbk 21 November 1989
3. BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 06 Desember 1997
4. BNGA Bank Niaga Tbk 29 November 1989
5. BBCA Bank Central Asia Tbk 31 Mei 2000
6. BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14 Juli 2003
7. PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 29 Desember 1987
8. BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 25 November 1996
9. INPC Bank Artha Graha International Tbk 23 Agustus 1990
10. BABP Bank Bumiputera Indonesia Tbk 15 Juli 2002
11. BCIC Bank Century Tbk 25 Juni 1997
12. BEKS Bank Eksekutif Iternational Tbk 13 Juli 2001
13. BKSW Bank Kesawan Tbk 21 November 2002
14. NISP Bank NISP Tbk 20 Oktober 1994
15. BBNP Bank Nusantara Parahayangan Tbk 10 Januari 2001
16. BSWD Bank Swadesi Tbk 01 Mei 2002
17. BVIC Bank Victoria International Tbk 30 Januari 1999
18. MEGA Bank Mega Tbk 25 November 1996
41
B. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder
merupakan sumber data penelitian secara tidak langsung melalui media perantara, yang
dapat berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter), baik yang dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002 dalam Jimmi
Hasundugan 2008).
Data sekunder tersebut diperoleh dari Situs resmi emiten di http://www.idx.co.id.
C. Variable Penelitian dan pengukuran Variable
Dalam penelitian ini digunakan alat analisis regresi linier berganda dengan variable
sebagai berikut :
1. Variable Dependen
Variable dependen dinyatakan dengan notasi Y yaitu perubahan Nilai saham akhir tahun
periode dikurangi nilai saham awal tahun yang terjadi pada pasar reguler (reguler
market trading).
Perubahan Harga saham tersebut dihitung sebagai berikut :
Y = Ht – Ht-1
Keterangan :
Y = Perubahan Nilai saham
Ht = Nilai Saham Periode t
Ht-1 = Nilai Saham periode sebelumnya
42
2. Variable Independent
Nilai biaya sosial terdapat pada laporan keuangan tahunan yang mencantumkan biaya
sosial yang mempunyai nilai rupiah.
Variable Independent yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah biaya sosial
dinyatakan dengan X. Menurut Masud (1995) dalam Januarti (2005) biaya sosial
terdiri dari :
1. Biaya Karyawan (X1)
Biaya Karyawan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk kesejahteraaan
dan pengembangan karyawan, yang meliputi : Biaya kesejahteraan karyawan,
pelatihan dan pengembangan karyawan.
2. Biaya Produk (X2)
Biaya produk adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menunjang
kualitas pelayanan konsumen dan kemudahaan dalam bertransaksi. Biaya produk
meliputi biaya pemasaran, biaya iklan dan promosi, dan biaya penambahan
fasilitas perusahaan yang berhubungan dengan pengembangan pelayanan
perbankan yang bertujuan untuk pencapaian kepuasan nasabah.
43
D. Alat Analisis
1. Uji Asumsi Klasik
Salah satu syarat untuk menggunakan persamaan regersi linier berganda adalah
terpenuhinya asumsi klasik. Uji asumsi klasik ini terdiri dari :
a. Uji Asumsi Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov test. Uji asumsi
normalitas bertujuan untuk menguji keberadaan distribusi normal dalam sebuah model
regresi, variable dependent, variable independent, atau keduanya. Model regresi yang
baik memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Suatu variable dikatakan normal
apabila mempunyai p > 0.05
b. Uji Asumsi Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti antara variable independent yang satu dengan variable
independent yang lain dalam model regresi memiliki hubungan yang kuat. Pengujian
gejala multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variable
independent berhubungan secara linier. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antar variable independent. Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan tidak
adanya multikolinieritas adalah nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10 dan nilai
tolerance > 0.10 (Gozali,2006 : 92).
44
c. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Heteroskeditas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance (ragam) dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance (ragam) dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedatisitas. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidanya pola tertentu pada grafil
scatterplot dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah
residual (Y prediksi – y sesungguhnya) yang telah di studentized (Gozali, 2006:105).
d. Uji Asumsi Autokorelasi
Uji auto korelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antar kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya.
Model regresi yang baik adalah yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi
(Gozali,2006:95). Pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi antara variable-variable independent digunakan uji Durbin Watson dengan
ketentuan sebagai berikut :
Table 2. Klasifikasi nilai d
Nilai Keterangan <1.10 Ada Autokorelasi
1.10 - 1.54 Tidak ada kesimpulan 1.55 – 2.45 Tidak ada Autokerelasi 2.46 – 2.90 Tidak ada kesimpulan
>2.90 Ada Autokorelasi Sumber : Sujanti (2006)
45
2. Hubungan dan kontribusi Variable Independent terhadap Variable
Dependent
Hubungan dan kontribusi variable independent terhadap variable dependent menyatakan
besarnya hubungan dan kontribusi suatu variable independent terhadap variable
dependent tanpa dipengaruhi variable independent lainnya. Untuk menilai
hubunganindependent terhadapvariable dependent secara parsial digunakan koefisien
parsial (r). Utuk mengukur besarnya kontribusi variable independent terhadap variasi
(naik turunnya) variable dependent secara parsial digunakan koefisien determinasi (r2)
yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasi parsial (Hasundungan,2008).
Tabel 3. Tingkat keeratan hubungan variable independent dengan variable dependent
Nilai Korelasi Keterangan 0.00 - < 0.20 Hubungan sangat lemah (diabaikan)
> 0.20 - < 0.40 Hubungan rendah > 0.40 - < 0.70 Hubungan sedang /cukup > 0.070 - <0.90 Hubungan kuat > 0.90 - < 1.00 Hubungan sangat kuat / tinggi
Sumber : Analisis Korelasi, regresi, dan jalur dalam penelitian ( Muhidin dan Abdurahman, 2007 :128)
46
3. Uji Regresi Linear Berganda
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linear berganda, dengan model analisis berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Y = Kinerja Perusahaan (Perubahan Nilai Saham)
a = Intersep model
b = Koefisien regresi model
X1 = Biaya Karyawan
X2 = Biaya Produk
e = error term model (variable residual)
Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS 12 (Statistic Product and Service
Solutions).
4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh
signifikan dari masing-masing variable independent terhadap variable dependent.
Pengujian ini dilakukan dengan tingkat keyakinan 95 % dan tingkat kesalahan dalam
penelitian (a) = 5% dan degree of freedom (df) = n – 1
• 8 – 1 = 7
Dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika sig > 0.05 : Ho diterima dan Ha ditolak
Jika Sig < 0.05 : Ho ditolak dan Ha diterima
47
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh biaya tanggung jawab sosial yang meliputi Biaya
Karyawan (X1) dan Biaya Produk (X2) dalam faktor eksternal perusahaan yaitu,
perubahan nilai saham merupakan perubahan nilai saham yang diperoleh dengan
mengurangi nilai saham akhir periode dengan awal periode tahun berjalan yang terjadi
pada pasar reguler (reguler market trading). Maka perhitungan yang dilakukan
menggunakan regresi linier berganda, dan alat bantu komputer program SPSS (Statistic
Program For Social Science) 12.0.
48
Tabel 4. Biaya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perbankan Terhadap Karyawan (dalam 000 rupiah)
No Emiten 2004 2005 2006 1. BBRI 1.174.911 1.517.353 1.370.879 2. BNII 61.066 90.540 85.305 3. BDMN 663.065 1.049.494 1.123.248 4. BNGA 121.914 147.871 361.335 5. BBCA 719.751 795.142 959.060 6. BMRI 823.197 800.884 725.182 7. PNBN 32.996 44.899 162.069 8. BBNI 1.173.859 1.172.057 1.285.140 9. INPC 72.394,94 68.206 166.376 10. BABP 53.611 58.606 75.014 11. BCIC 16.443 18.537 22.570 12. BEKS 186.164 19.250 21.845 13. BKSW 24.748 294.780 334.209 14. NISP 208.595 292.135 384.356 15. BBNP 19.469 223.139 263.554 16. BSWD 33579 34878 366187 17. BVIC 1.289 13.450 14.544 18. MEGA 190.789 244.416 298.461
Sumber: Data diolah
49
Tabel 5. Biaya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perbankan Terhadap Produk (dalam 000 rupiah)
No Emiten 2004 2005 2006 1. BBRI 206.138 294.870 89.343 2. BNII 46.120 132.704 140.425 3. BDMN 92.171 115.994 118.995 4. BNGA 105.484 95.971 101.996 5. BBCA 163.788 222.205 266.559 6. BMRI 264.553 283.555 413.940 7. PNBN 67.498 135.333 121.092 8. BBNI 169.295 194.003 314.869 9. INPC 72.394,94 69.696,94 333.861 10. BABP 18.301 80.039 68.739 11. BCIC 69.006 130.899 135.490 12. BEKS 261762 225122 16.565 13. BKSW 33.513 32969 15.609 14. NISP 58.497 65.089 52.134 15. BBNP 55.780 946.966 30.171 16. BSWD 71.327 21.191 18.015 17. BVIC 1.504 2.322 286.160 18. MEGA 86.022 89.517 65.201
Sumber: Data diolah
50
Tabel 6. Perubahan Nilai Saham (dalam milyaran rupiah)
No Emiten 2004 2005 2006 1. BBRI 4.313 -623.800 19.567 2. BNII 216.144 -2.133.135 420.121 3. BDMN 641.506 -127.726 967.423 4. BNGA 1.556.710 -105.074 281.900 5. BBCA 358.201 -362.760 134.778 6. BMRI 126.412 -161.452 171.739 7. PNBN -16.544 -2.549 -95.546 8. BBNI 29.697 -9.658 13.197 9. INPC 22.413 -11.161 -2.008 10. BABP 91 -83.280 -145 11. BCIC 33.132 -46.574 5.493 12. BEKS 3.045 -409 27 13. BKSW 123 -2.327 18 14. NISP -459 -86.149 -58.896 15. BBNP -229 156 -250 16. BSWD -8 25 11.727 17. BVIC 8.669 -4.269 -4.083 18. MEGA 586 5.925 12.471
Sumber: Data diolah
51
B. Pengujian Asumsi Klasik
1. Hasil Uji Normalitas Data
Tujuan dari uji normalitas data adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model
regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi
yang normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah regresi yang memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas data ini dilakukan dengan
Kolmogorov Smirnov Test. Suatu variabel dikatakan normal apabila mempunyai p >
0,05.
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas
One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test
Variabel Positif Negatif K-S Z* 2 tailed p.**
Distribusi
Biaya Karyawan 0,247 -0,215 1,817 0,071 Normal Biaya Produk 0,209 -0,181 1,534 0,181 Normal
Sumber : Hasil Olah Data
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel biaya karyawan (X1)
memiliki probabilitas lebih besar dari 0,05 (0,071 > 0,05), berarti data terdistribusi
normal. Variabel biaya produk (X2) memiliki probabilitas lebih besar dari 0,05 (0,181 >
0,05), yang berarti data terdistribusi normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh
variabel independen terdistribusi normal.
2. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas dilakukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor
(VIF) dari masing-masing variabel independen. Pengujian gejala multikolonieritas
bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel independen berhubungan secara
52
linier. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel
independen. Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan tidak adanya
multikolonieritas adalah nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10 dan nilai tolerance >
0,10 (Gozali, 2006: 92). Nilai VIF dari masing-masing variabel independen dapat dilihat
pada tebal berikut ini yang menunjukkan hasil uji multikolonieritas.
53
Tabel 8. Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel Collinearity Statistics Independen Tolerance VIF
Biaya Karyawan 0,605 1,273 Biaya Produk 0,766 1,174
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Variance Inflation Factor (VIF)
biaya karyawan (X1) sebesar 1,273, menunjukkan bahwa nilai Variance Inflation Factor
(VIF) biaya karyawan < 10 dan tolerance sebesar 0,605 > 0,10. Nilai Variance Inflation
Factor (VIF) biaya produk (X2) sebesar 1,273 < 10 dan tolerance sebesar 0,766,
menunjukkan bahwa tolerance > 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolonieritas dalam penelitian ini.
3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance (ragam) dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance (ragam) dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Deteksi ada tidaknya
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah
residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Gozali, 2006: 105).
54
Gambar 2. Hasil uji heterokedastisitas
Berdasarkan diagram scatterplot di atas terlihat bahwa titik menyebar secara acak, tidak
membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar merata di atas maupun di bawah
angka nol pada sumbu Y. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa model
regresi dalam penelitian ini tidak mengalami gangguan heterokedastisitas, sehingga
model regresi layak digunakan dalam penelitian ini.
4. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi
antar kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi (Gozali, 2006: 95). Untuk
mengetahui model regresi yang dihasilkan tidak terjadi autokorelasi, dilakukan dengan
Durbin Watson Test.
-3 -2 -1 0 1
Regression Standardized Predicted Value
-2.00E12
-1.00E12
0.00E0
1.00E12
2.00E12
Peru
baha
n_Sa
ham
Dependent Variable: Perubahan_Saham
Scatterplot
55
Tabel 9. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .649(a) .422 .411 1809228505699.78800 1,681
a Predictors: (Constant), Biaya_Karyawan, Biaya_Produk b Dependent Variable: Perubahan_Saham
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai DW sebesar 1,681. Dari tabel klasifikasi nilai
d, dapat diketahui bahwa 1,681 terletak antara nilai 1,55 – 2,45. Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
C. Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Walpole (1992: 2), statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan
dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi
yang berguna. Statistik deskriptif memberikan informasi hanya mengenai data yang
dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang
gugus data induknya yang lebih besar. Pemrosesan data dilakukan dengan menggunakan
bantuan Software Statistical Product and Service Solution (SPSS) Versi 12. Data yang
diperoleh terlebih dahulu diolah menggunakan Microsoft Excel sebelum dilakukan
analisis.
Penggunaan analisis statistik deskriptif ditujukan untuk mengetahui nilai rata-rata
(mean) dan standar deviasi dari setiap variabel yang diteliti, dan juga jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian.
56
Tabel 10. Statistik deskriptif variabel-variabel penelitian
Mean Std. Deviation N Perubahan_Saham 20501518518.5185 421146154022.33170 54 Biaya_Karyawan 324101880.9259 408162572.16519 54 Biaya_Produk 142329276.6667 150065012.39551 54
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel penelitian adalah 19
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Dari sampel sebanyak 18 perusahaan ini,
dapat dilihat bahwa rata-rata biaya karyawan sebesar Rp 324.101.880,9259 dengan
standar deviasi sebesar Rp 408.162.572,16519. Rata-rata biaya produk sebesar Rp
142.329.276,6667, dengan standar deviasi sebesar Rp 150.065.012,39551. Selanjutnya,
rata-rata untuk perubahan saham yaitu sebesar Rp -20.501.518.518,5185, dengan standar
deviasi yaitu sebesar Rp 421.146.154.022,33170.
D. Hubungan dan Kontribusi Variabel Independen terhadap Variabel Depdenden
Hubungan dan kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
menyatakan besarnya hubungan dan kontribusi suatu variabel independen terhadap
variabel dependen tanpa dipengaruhi variabel independen lainnya. Untuk menilai
hubungan variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial digunakan
koefisien korelasi parsial (r). Untuk mengukur besarnya kontribusi variabel independen
terhadap variasi (naik turunnya) variabel dependen secara parsial digunakan koefisien
determinasi (r2) yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasi parsial
(Hasudungan, 2008).
Tabel 11. Interpretasi koefisien korelasi
Variabel Independen r r2
Biaya Karyawan 0,695 0,4830 Biaya Produk 0,874 0,7639
57
Dari tabel hasil pengujian interpretasi koefisien korelasi secara parsial di atas dapat
disimpulkan bahwa :
i. Biaya Karyawan (X1)
Hubungan variabel biaya karyawan terhadap perubahan saham dapat dilihat dari hasil
analisis pada tabel di atas, yang menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi (r)
adalah 0,695 atau sebesar 69,5% terhadap perubahan saham. Hal ini menunjukkan
bahwa hubungan antara biaya karyawan terhadap perubahan saham sangat tinggi. Dari
tabel di atas dapat diketahui bahwa biaya karyawan memiliki kontribusi terhadap
perubahan harga saham sebesar 48,30%.
ii. Biaya Produk (X2)
Hubungan variabel biaya produk terhadap perubahan saham dapat dilihat dari hasil
analisis pada tabel di atas, yang menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi (r)
adalah 0,874 atau sebesar 87,4% terhadap perubahan saham. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terjadi hubungan antara biaya produk terhadap perubahan saham. Dari tabel
di atas dapat diketahui bahwa biaya produk memiliki kontribusi terhadap perubahan
harga saham sebesar 76,39%.
E. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Dari hasil perhitungan dalam lampiran 4, diperoleh persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut :
Y = 168651446215,000 + 6,415X1 – 59,888X2
58
Berdasarkan persamaan regresi linier berganda di atas, dapat dilihat besarnya konstanta
adalah Rp 168.651.446.215,000. Hal ini menyatakan bahwa perubahan saham akan
mengalami peningkatan sebesar Rp 168.651.446.215,000 dengan asumsi seluruh
variabel independen tidak mengalami perubahan (konstan).
Koefisien regresi untuk X1 = 6,415 menunjukkan tingkat sensitifitas perubahan saham
terhadap biaya karyawan (X1), dimana pengaruhnya positif (searah). Koefisien regresi
X1 sebesar 6,415 berarti setiap kenaikan biaya karyawan 1% akan meningkatkan
perubahan saham sebesar 641,5% dengan asumsi bahwa biaya produk konstan.
Koefisien regresi untuk X2 = -59,888 menunjukkan tingkat sensitifitas perubahan saham
terhadap biaya produk (X2), dimana pengaruhnya negatif (tidak searah). Koefisien
regresi X3 sebesar -59,888 berarti setiap kenaikan biaya produk 1% akan menyebabkan
turunnya perubahan saham sebesar 5988,8% dengan asumsi bahwa biaya karyawan
konstan.
F. Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh
signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Pengujian ini dilakukan dengan tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan dalam
penelitian (α) = 5% dan degree of freedom (df) = n-2 = 54-2 = 53.
Dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika Sig. > 0,05, berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika Sig. < 0,05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
59
Tabel 12. Hasil Pengujian Hipotesis
No Variabel Independen
Sig. P Sig. Keputusan
1. Biaya Karyawan 0,000 P < 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima 2. Biaya Produk 0,022 P < 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sig. P untuk variabel biaya karyawan (X1)
lebih kecil dari (α) = 5%, yaitu 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa biaya
karyawan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap perubahan saham. Sig. P untuk
variabel biaya produk (X2) lebih kecil dari (α) = 5%, yaitu 0,022 < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa biaya produk secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap
perubahan saham.
60
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengaruh
tanggung jawab sosial perusahaan yaitu biaya karyawan (X1) dan biaya produk (X2)
terhadap kinerja perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Rata-rata biaya karyawan sebesar Rp 324.101.880,9259 dengan standar deviasi
sebesar Rp 408.162.572,16519. Rata-rata biaya produk sebesar Rp
142.329.276,6667, dengan standar deviasi sebesar Rp 150.065.012,39551.
Selanjutnya, rata-rata untuk perubahan saham yaitu sebesar Rp -
20.501.518.518,5185, dengan standar deviasi yaitu sebesar Rp
421.146.154.022,33170.
2. Pengujian yang dilakukan dengan alat analisis regresi linier berganda menunjukkan
bahwa :
a. Biaya karyawan (X1) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
perubahan saham (Y).
b. Biaya produk (X2) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan
saham (Y).
c. Tidak terjadi multikolonieritas, tidak mengalami gangguan heterokedastisitas dan
tidak terjadi autokorelasi serta data berdistribusi normal, karena nilai p > 0,05.
61
B. Saran
1. Sebaiknya perusahaan mencantumkan pelaporan akuntansi sosial pada laporan
keuangan perusahaan, karena dapat memberikan sumbangan atau kontribusi terhadap
tujuan perusahaan, antara lain meningkatkan citra perusahaan (public image), sarana
belajar bagi pihak manajemen, serta sebagai implementasi tanggung jawab
perusahaan.
2. Dengan adanya laporan akuntansi sosial, diharapkan perusahaan dapat menentukan
biaya-biaya mana saja yang berkaitan dengan kegiatan sosial. Sehingga image
perusahaan terhadap para investor akan terjaga dan dapat menimbulkan nilai
kepercayaan tersendiri bagi investor.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, Ratna desi (2007). Pengaruh Persepsi Perusahaan Manufatur di Indonesia
Terhadap Pentingnya Tanggung Jawab dan Akuntansi Sosial. Skripsi Akuntasi Universitas Trisakti.
Baridwan, Zaki. (1997), Intermediate Accounting. Edisi tujuh. BPFE Pers Yogyakarta. Belkaoui, Ahmed. (1997). Teori Akuntansi. Edisi Kedua. Jilid 1. Alih Bahasa Oleh
Herman Wibowo Dan Marianus Sinaga. Erlangga. Jakarta. Gozali, Imam. (2006). Apikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Ikatan Akuntansi indonesia (2007). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba
Empat. Januarti, Indira Dan Apriyanti, Dini (2005). Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Dan
Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Maksi, Vol 5 No. 2 Agustus 2005 : 227-243.
Hasundungan, Jimmi. (2008), Pengaruh Corporate Governance Terhadap Menejemen
Laba Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam LQ-45. Skripsi FE Universitas Lampung.
Indriantoro, Nur Dan Bambang Supomo. (1999). Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi Dan Menejemen. BPFE. Yogyakarta. Kholis, Azizul (2003). Analisis Tentang Pentingnya Tanggung Jawab Dan Akuntansi
Sosial Perusahaan. Media Riset Akuntansi, Auditing Dan Informasi, Vol 3 No. 2. Agustus 2003 : 101-132.
Magrifoh, Diana (2001). Analisis Aktivitas Sosial Perusahaan Serta Pelaporannya
Dalam Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi Dan Investasi, Vol 2. No. 1, 165-177.
Munawir , S (1993), Analisis Laporan Keuangan . Edisi 5. Liberty. Yogyakarta. Murni, Sri (2001). Suatu Tinjauan Mengenai Pengakuan, Pengukuran, Dan Pelaporan
Eksternalities Dalam Laporan Keuangan. Jurnal Akutansi Dan Investasi. FE – UGM Vol.2 No 1.
Smith & Skousen. (1995). Intermediate Accounting. Edisi Kesembilan. Jilid 1-2. Alih
Bahasa Oleh Alfonsus Sirait Dan Alson Sinaga. Erlangga. Jakarta.
63
Nurmansyah, Agung. Corporate Social Responsibility. Kajian Bisnis Vol.14 No 1,
Januari – April 2006. Rizal, Muhammad (2004). Pengaruh Karakterikstik Perusahaan Terhadap Pengugkapan
Perusahaan Go Public Di Indonesia. FE – Atmajaya Jakarta.2004. 54 – 70. Universitas Lampung . 2004.