bentuk tangung jawab negara terhadap …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/bookmark skripsi ana...

78
BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP PERLINDUNGAN TIM MEDIS DALAM KONFLIK BERSENJATA DI PALESTINA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL SKRIPSI ANA PRASETIANI NIM. SPI.141812 PEMBIMBING: Dr.H. ISHAQ, SH,.M. Hum M. ZAKI, S. Ag.,M.Ag PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019 M/1440 H

Upload: others

Post on 21-Jan-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

1

BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP PERLINDUNGAN

TIM MEDIS DALAM KONFLIK BERSENJATA DI PALESTINA

MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

SKRIPSI

ANA PRASETIANI

NIM. SPI.141812

PEMBIMBING:

Dr.H. ISHAQ, SH,.M. Hum

M. ZAKI, S. Ag.,M.Ag

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019 M/1440 H

Page 2: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

2

Page 3: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

3

Page 4: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

4

Page 5: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

v

MOTTO

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِ

Artinya :"Barang siapa yang bersungguh sungguh, sesungguhnya kesungguhan tersebut

untuk kebaikan dirinya sendiri" ( QS. Al- Ankabut :6 )

Page 6: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

vi

PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah swt . Taburan cinta dan kasih sayang-Mu

telah memeberikanku kekuatan , membekaliku dengan ilmu serta memeperkenalkanku

dengan cinta .

Langit takkan indah jika tidak dihiasi dengan kedap kedip bintang dimalam hari

meski kadang ditutup kabut awan malam. Memikul harapan mereka meskupun dihadang

tantangan dan hambatan . Manisnya hasil kerja keras akan terasa apabila semuanya terlalui

dengan sabar meski harus memerlukan pengorbanan.

Alhamdulillahirabbil alamin, Akhirnya aku sampai ketitik ini , sepercik

keberhasilan yang engkau hadiahkan padaku ya Rabb, tak henti hentinya aku

mengucapkan syukur padamu serta shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada idola ku

Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia.

Bagi keluargaku tercinta…..

Ku persembahkan karya mungil ini untuk belahan jiwaku bidadari syurgaku yang

tanpamu aku bukanlah siapa siapa didunia fana ini ibundaku tersayang.

Serta orang orang yang menginjeksikan segala prinsip , edukasi , dan kasih sayang

berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan dan perjuangan yang tiada pernah

kenal lelah namun tenang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran yang luar biasa

keluarga yang telah memberikan segalanya untukku. Untuk adik ku tercinta , Puji Prasetio

dan Renny Widyastuti , terima kasih doanya.

Tak lupa juga terima kasih kepada bapak M. Zaki ( pembimbing 2 ) , dan bapak ishaq (

pembimbing 1 ) yang telah banyak membantu dalam membimbing skripsiku dengan sabar

dan penuh keikhlasan . Tanpa bapak yang menuntun selama ini mungkin kutak bisa

menyusun skripsi ini dengan baik dan benar . Terimakasih banyak banyak dosen

pembimbing terhebat.

Untuk yang tak bisa dilupakan sepanjang perkuliahan , teman teman angkatan 2014 ,

khususnya jurusan Hukum Tata Negara A yang selalu ada disetiap hari hariku . Mengenal

kalian adalah hal terindahku.

Terimakasih semuanya.

Page 7: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

vii

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui tangung jawab negara terhadap tim

medis dalam konflik angkatan bersenjata di Palestina menurut hukum humaniter

internasional. Skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis empiris dengan

metode pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan

dokumentasi. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa perlindungan terhadap tim

medis dalam konflik bersenjata menurut hukum humaniter internasional tidak

terlaksana terutama pada penerapan ketentuan Konvensi Jenewa I tahun 1949 dan

Protokol Tambahan I tahun 1977 saat konflik terjadi di Palestina disebabkan

bukan lemahnya hukum yang mengatur namun karena kurangnya kemauan dan

itikad baik serta komitmen bersama dari pihak yang bertikai atau yang

bersengketa untuk menetapkan dan mematuhi ketentuan Hukum Humaniter

Internasional pada saat konflik terjadi. Bentuk tangung jawab negara terhadap tim

medis dalam konflik angkatan bersenjata di Palestina menurut hukum humaniter

internasional nyaris tidak ada. Hal ini dibuktikan saat konflik bersenjata terjadi

petugas medis tidak mendapat perlindungan sebagaimana diatur dalam Konvensi

Jenewa I 1949 dan Protokol Tambahan I 1977. Bahwa agar hak-hak petugas

medis belum dapat dilindungi saat konflik bersenjata yang terjadi dibutuhkan

itikad baik dan komitmen bersama dari pihak yang bertikai atau bersengketa

secara sungguh-sungguh untuk mengutamakan ketentuan yang dapat melindungi

petugas medis yaitu ketentuan Konvensi Jenewa I tahun 1949 dan Protokol

Tambahan I 1977.

Keyword: Tangung Jawab Negara, Tim Medis, Hukum Humaniter Internasional

Page 8: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

viii

Page 9: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii

PENGESAHAN ........................................................................................... iv

MOTTO ....................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 7

C. Batasan Masalah.................................................................... 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................... 7

E. Kerangka Teori dan Konseptual............................................ 9

F. Tinjauan Pustaka ................................................................... 16

BAB II METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ........................................................... 19

B. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 19

C. Instrumen Pengumpulan Data ............................................... 20

D. Teknik Analisis Data ............................................................. 21

E. Sistematika Penulisan ........................................................... 22

F. Jadwal Penelitian ................................................................... 23

BAB III HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

A. Istilah tentang Hukum Humaniter ......................................... 24

B. Tahap Perkembangan Hukum Humaniter ............................. 25

C. Aturan Pokok Hukum Humaniter Internasional ................... 29

D. Asas-Asas Pembeda Hukum Humaniter ............................... 30

E. Prinsip Pembeda Hukum Humaniter ..................................... 30

F. Perkembangan Prinsip Pembeda Hukum Humaniter ............ 33

G. Klausua Martens dan Klausua Siomnes ................................ 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Perlindungan Terhadap Tim Medis dalam

Konflik Bersenjata menurut Hukum Humaniter

Internasional .......................................................................... 41

B. Bentuk Tangung Jawab Negara terhadap Tim Medis dalam

Konflik Angkatan Bersenjata di Palestina Menurut Hukum

Humaniter Internasional ........................................................ 55

Page 10: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

x

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 61

B. Saran-Saran ........................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 64

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... 65

Page 11: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

xi

DAFTAR SINGKATAN

HAM : Hak Azasi Manusia

HHI : Hukum Humaniter Internasional

ICRC : International Committee of the Red Cross

PBB : Perserikatan Bangsa Bangsa

UU : Undang-undang

Page 12: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan suatu negara tidak lepas dari hubungannya dengan negara

lainnya. Setiap negara mengharapkan perdamaian dari pada peperangan. Hal

tersebut merupakan suatu cita-cita setiap negara guna menghindari konflik.1

Hubungan antar bangsa sebagai sebuah sistem dalam masyarakat internasional

telah menunjukkan banyak unit yang terpisah-pisah dalam situasi dan kondisi

tertentu, namun di sisi lain merupakan sebuah keadaan yang saling mempengaruhi

dari kekuatan-kekuatan yang terbentuk dari masing-masing unit dan memang

sejak awal menginginkan adanya keinginan untuk menunjukkan hegemoni

kekuatannya.2

Peranan hukum humaniter internasional dalam perkembangan sistem hukum

suatu Negara mempunyai fungsi yang cukup penting. Khususnya mengatur

perlindungan terhadap petugas medis dalam konflik bersenjata. Hukum humaniter

internasional merupakan salah satu alat dan cara yang dapat digunakan oleh setiap

Negara damai maupun Negara netral, untuk ikut serta mengurangi penderitaan

yang dialami masyarakat akibat konflik bersenjata yang terjadi di berbagai

Negara.3

1Muhammad Iqbal Asnawi, Kosistensi Penegakan Hukum Humaniter Internasional Dalam

Hubungan Antar Bangsa, (Jurnal Hukum Vol. 12. No. 1 Januari 2017), hlm. 112. 2Mansyur Effendi, Hukum Humaniter Internasional, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm.

69. 3Ayuni Yuliatiningsih, Agresi Israel Terhadap Palestina Perspektif Hukum Humaniter

Internasional, (Jurnal Dinamika Hukum Vol. 1. No. 12 Januari 2012), hlm. 98.

Page 13: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

2

Dokter atau petugas medis merupakan bagian dari komunitas dan salah satu

bagian utama dalam dunia kesehatan sangat mungkin untuk terlibat dalam suasana

perang. Hukum Humaniter Internasional mengikat tenaga kesehatan untuk

memberikan perawatan pada korban dari pihak kesehatan kepada penduduk sipil

yang terluka.4

Hal ini dapat dilihat dalam Konvensi Jenewa I 1949 dari Protokol

Tambahan I 1977 melindungi tenaga kesehatan dari serangan langsung saat

perang, selama mereka tidak ikut berperang secara langsung (Geneva Conventions

protect health care personnel from direct attack, so long as they themselves do not

become combatants), namun dalam kenyataanya masih banyak petugas medis

yang menjadi korban atau menjadi sasaran perang dengan serangan.5

Pada 1 juni 2018, salah satu anggota tim medis yang bernama Razan al-

Najjar, 21 tahun, ditembak mati oleh tentara Israel saat dia lari menuju pagar

perbatasan di dekat Khan Younis, untuk menolong korban yang terluka di Gaza.

Pada saat itu, Razan al-Najjar menggunakan seragam putih yang menandakan

dirinya adalah petugas medis serta mengangkat tangannya yang menandakan dia

bukanlah ancaman, namun tentara Israel tetap menembaknya. Razan al-Najjar

merupakan orang Palestina ke-119 yang tewas sejak protes Great Retrun March

yang dimulai bulan Maret 2018.6

Uni Eropa dan PBB menuduh Israel menggunakan kekuatan yang

berlebihan, sementara kelompok-kelompok HAM mengatakan aturan kontak

senjata Israel ilegal karena menggunakan kekuatan mematikan terhadap

4Haryo Mataram, Hukum Humaniter, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), hlm. 9.

5https://m.liputan6.com. diakses 11 November 2018

6https://m. republika.co.id.Palestina-Israel. diakses 19 November 2018

Page 14: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

3

demonstran tidak bersenjata ketika nyawa tentara Israel sendiri tidak dalam.

Pejabat-pejabat militer Israel menyalahkan Hamas atas pertumpahan darah itu.

Mereka mengatakan kelompok itu telah menggunakan demonstrasi sebagai

perlindungan untuk melancarkan serangan lintas perbatasan dan menggunakan

para demonstran sebagai perisai. Lebih dari 115 warga Palestina tewas dan

hampir 3.700 lainnya luka-luka dalam aksi-aksi protes di sepanjang perbatasan

Israel yang sudah berlangsung hampir setiap minggu, demikian menurut petugas

kesehatan Palestina. Kebanyakan korban tewas adalah warga yang tidak

bersenjata, antara lain wartawan, tenaga medis, remaja dan dua perempuan.7

Petugas medis yang termasuk dalam Palang Merah Internasional ataupun,

Perhimpunan suka rela atau Relawan harus dihormati dan dilindungi. Hal ini

terdapat di dalam Konvenis Jenewa I 1949 dalam Pasal 24: Anggota dinas

kesehatan yang dipekerjakan khusus untuk mencari atau mengumpulkan,

mengangkut atau merawat yang luka dan sakit, atau untuk mencegah penyakit dan

staf yang dipekerjakan khusus dalam administrasi kesatuan dan bangunan

kesehatan harus dihormati dan dilindungi dalam segala keadaan.8

Personil Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dan himpunan yang bersifat

netral juga mendapat hak yang sama. Hal ini juga dipertegas oleh Protokol

Tambahan I 1977 dalam Pasal 12 Ayat 1 yang menyatakan bahwa: Satuan-satuan

7Natalia Lana Lekong, Tangung Jawab Negara dalam Menyelesaikan Konflik Bersenjata

Internal Melalui Pengadilan Hybrid Menurut Perspektif Hukum Internal dan Hukum Nasional,

(Jurnal Hukum Vol. 5. No. 1. April 2015), hlm. 43. 8Ayuni Yuliatingsih, Agresi terhadap Palestina Perspektif Ukum Humaniter Internasional,

(Jurnal Dinamika Hukum Vol. 1. No.12 Januari, 2012), hlm. 98.

Page 15: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

4

kesehatan harus setiap saat selalu dihormati dan dilindungi dan tidak boleh

menjadi sasaran serangan.9

Hukum Humaniter Internasional dahulu disebut hukum perang atau hukum

sengketa bersenjata memiliki sejarah yang sama tuanya dengan peradaban manusia,

atau sama tuanya dengan perang itu sendiri. Perang semakin berkembang ketika

memasuki abad ke-19, yaitu ketika perang yang dilakukan oleh tentara nasional

menggunakan senjata-senjata baru dan lebih merusak dan membiarkan sejumlah

prajurit yang terluka secara mengerikan tergeletak tanpa bantuan tenaga medis di

medan tempur.10

Tenaga medis memiliki peranan yang sangat penting pada saat terjadinya

konflik bersenjata antar para pihak yang berperang. Momentum yang menentukan

dengan pendirian Palang Merah Internasional sebagai tempat bernaungnya tenaga

medis dan ditandatanganinya Konvensi Jenewa 1949 yang menjadi sumber bagi

tenaga medis ataupun tenaga kesehatan untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Baik itu

di daerah konflik bersenjata ataupun daerah non konflik bersenjata.11

Konvensi Jenewa terdiri dari berbagai aturan yang berlaku pada masa

konflik bersenjata, dengan tujuan melindungi orang yang tidak, atau sudah tidak

lagi, ikut serta dalam permusuhan, antara lain kombatan yang terluka atau sakit,

tawanan perang, orang sipil, personel dinas medis dan dinas keagamaan.

Mengenai perlindungan terhadap tenaga medis di wilayah konflik diatur dalam

9Haryo Mataram, Hukum Humaniter, hlm. 9.

10D.W. Bowett, Hukum Organisasi Internasional, Alih bahasa Bambang Iriana Jatmaja,

(Jakarta: Sinar Grafika,1992), hlm. 30. 11

Adwani, Perlindungan Orang-Orang dalam Daerah Konflik Bersenjata Menurut Hukum

Humaniter Internasional, (Jurnal Dinamika Hukum Vol. 1. No. 12 Januari, 2012), hlm. 98.

Page 16: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

5

Konvensi Jenewa pertama tanggal 12 Agustus 1949 (Konvensi Jenewa), di

antaranya dalam Bab IV tentang anggota dinas Kesehatan.12

Lebih lanjut, pengaturan mengenai perlindungan terhadap petugas kesehatan

dalam medan perang dapat ditemui dalam pasal-pasal Konvensi Jenewa dan

Protokol tambahannya. Misalnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 11 bahwa

dalam hal-hal dimana oleh mereka dianggap perlu demi kepentingan-kepentingan

orang-orang yang dilindungi, terutama dalam hal terdapatnya perbedaan pendapat

antara Pihak-pihak dalam sengketa mengenai pelaksanaan atau penafsiran

ketentuan-ketentuan Konvensi ini, maka Negara-negara Pelindung harus

memberikan jasa-jasa baik mereka untuk menyelesaikan perbedaan pendapat itu.

Untuk maksud ini, tiap Negara Pelindung boleh, atau atas undangan salah satu

Pihak atau atas inisiatip sendiri, mengusulkan kepada Pihak-pihak dalam sengketa

suatu pertemuan antara wakil-wakil mereka, terutama penguasa-penguasa yang

bertanggung jawab atas yang luka dan sakit, petugas dinas kesehatan dan

rohaniwan, yang sedapat mungkin diadakan atas wilayah netral yang dipilih

sepantasnya. Pihak-pihak dalam sengketa harus melaksanakan usul-usul yang

diajukan kepada mereka untuk maksud ini. Negara-negara Pelindung dapat,

apabila perlu, mengusulkan untuk disetujui oleh Pihak-pihak dalam sengketa,

seorang yang berasal dari Negara Netral atau yang dikuasakan oleh Komite

Palang Merah Internasional, yang akan diundang mengambil bagian dalam

pertemuan tersebut.

12

Ibid., hlm. 17.

Page 17: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

6

Berdasarkan konvensi Jenewa maka petugas kesehatan harus dihormati dan

dilindungi dalam segala keadaan, di antaranya yaitu, seseorang yang ditugaskan,

baik permanen maupun sementara, semata-mata untuk pekerjaan medis (mencari,

mengumpulkan, mengangkut, membuat diagnosa dan merawat orang yang cedera,

sakit, korban kapal karam dan untuk mencegah penyakit). Mereka itu adalah

dokter, perawat, juru rawat, dan pembawa usungan. Dan seseorang yang

ditugaskan, baik permanen maupun sementara, semata-mata untuk mengelola atau

menyelenggarakan kesatuan medis atau pengangkutan medis. Mereka itu adalah

administrator, pengemudi, juru masak dan lain-lain.13

Hukum Humaniter Internasional mencoba untuk mengatur agar suatu perang

dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan prinsip-prinsip kemanusiaan. Pada

dasarnya tujuan hukum humaniter adalah untuk memanusiawikan perang.14

Menurut Konvensi Jenewa 1949 tenaga medis merupakan salah satu pihak yang

dilindungi atau bisa disebut juga sebagai protected persons. Seseorang atau satuan

tenaga medis tidak dapat dengan sengaja dibunuh, dilukai, atau digunakan untuk

percobaan medis, karena mereka seharusnya dilindungi dan dihormati karena

pekerjaan mereka yang hanya dapat dilakukan dengan baik apabila mereka tidak

diserang.15

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengangkat

masalah ini menjadi objek kajian penelitian dalam bentuk skripsi dengan judu:

13

Muhammad Heikal Daudi, Tangung Jawab Negara Terhadap Pelarangan Menyeluruh

Ranjau Anti Personel di Indonesia dalam Konflik Bersenjata di Aceh, (Jurnal Ilmu Hukum Vol.

12. No. 60 Agustus, 2013), hlm. 250. 14

Natalia Lana Lekong, Tangung Jawab Negara…., hlm. 43. 15

Sefriani, Peranan Hukum Internasional dalam Hubungan Internasional Kontemporer,

(Jakarta: Rajawali Press, 2016), hlm. 69.

Page 18: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

7

Bentuk Tangung Jawab Negara Terhadap Perlindungan Tim Medis dalam

Konflik Bersenjata di Palestina Menurut Ketentuan Hukum Humaniter

Internasional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan

beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan terhadap tim medis dalam konflik

bersenjata menurut hukum humaniter internasional?

2. Bagaimanakah bentuk tangung jawab negara terhadap tim medis dalam

konflik angkatan bersenjata di Palestina menurut hukum humaniter

internasional?

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan dengan harapan pembahasan ini menjadi

fokus pada titik permasalahan tertentu dan tidak melebar pada permasalahan

lainnya. Mengingat luasnya permasalahan yang akan dibahas, maka penulis

membatasi masalah pada pelaksanaan perlindungan terhadap tim medis dalam

konflik bersenjata Israel-Palestina menurut hukum humaniter internasional sampai

tahun 2018.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari latar belakang masalah dan pokok permasalahan yang

menjadi objek pembahasan, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah:

Page 19: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

8

a. Ingin mengetahui pelaksanaan perlindungan terhadap tim medis dalam konflik

angkatan bersenjata menurut hukum humaniter internasional.

b. Ingin menjelaskan bentuk tangung jawab negara terhadap tim medis dalam

konflik bersenjata di Palestina.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian yang di peroleh dari hasil penelitian ini terdiri atas

kegunaan secara teoritis dan praktis. Secara teoritis dapat dijelaskan di bawah ini

yaitu:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka

pengembanggan pengetahuan khususnya dalam bentuk tangung jawab negara

terhadap perlindungan tim medis dalam konflik bersenjata menurut ketentuan

hukum humaniter internasional.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi referensi tentang

bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis dalam konflik

bersenjata di Palestina menurut hukum humaniter internasional.

Sedangkan secara praktisnya dapat dilihat dibawah ini :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna di kalangan akademisi dan

masyarakat tentang bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim

medis dalam konflik bersenjata menurut hukum humaniter internasional.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri, sebagai

salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S.H) pada program studi

Hukum Tata Negara Pada Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

Page 20: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

9

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam

suatu masalah tertentu. Adapun kerangka teori yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

a. Tangung Jawab Negara dalam Konflik Bersenjata

Dalam pasal 2 pasal-pasal ILC menegaskan bahwa semua negara

bertangung jawab original responsibility yang lahir dari tindakan negara sendiri

sebagai subjek utama hukum internasional yang diwakili melalui organ Negara

baik itu tingkat tinggi maupun tingkat rendah dan tangung jawab vicarious

responsibility.16

b. Perlindungan Tim Medis Menurut Hukum Humaniter Internasional

Mengenai perlindungan terhadap tenaga medis di wilayah konflik diatur

dalam konvensi jenewa pertama tanggal 12 Agustus 1949 dan protokol tambahan

1 1977 melindungi petugas kesehatan secara langsung (Geneva konventions

protect health car personnel from direct attact, so long as they themselves do not

become combatants).17

Hukum perikemanusiaan internasional melindungi mereka yang tidak

ambil bagian atau tidak terlibat dalam pertikaian yaitu seperti warga sipil serta

petugas medis dan rohani. Hukum perikemanusiaan juga melindungi mereka yang

16

Ayuni Yuliatiningsih, Agresi Terhadap Palestina…., hlm. 112. 17

Adwani, Perlindungan Terhadap Korban dalam Daerah Konflik Bersenjata Menurut

Perspektif Hukum Humaniter Internasional, (Jurnal Ilmu Hukum Vol. 2. No. 5 Februari 2015),

hlm. 12.

Page 21: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

10

tidak lagi ambil bagian dalam pertikaian seperti mereka yang telah terluka atau

korban kapal karam, mereka yang sakit atau yang telah dijadikan tawanan. Orang

yang dilindungi tidak boleh diserang. Mereka harus bebas dari penyiksaan fisik

dan perlakuan yang merendahkan martabat. Korban yang luka dan sakit harus

dikumpulkan dan dirawat. Aturan-aturan yang terinci, termasuk penyediaan

makanan serta tempat berteduh yang layak dan jaminan hukum, berlaku bagi

mereka yang telah dijadikan tawanan atau mengalami penahanan. Tempat-tempat

dan objek-objek tertentu seperti rumah sakit dan ambulans, juga dilindungi dan

tidak boleh menjadi sasaran penyerangan. Hukum humaniter internasional

menetapkan sejumlah lambang-lambang yang dapat dikenali dengan jelas dan

sinyal-sinyal yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang dan

tempat-tempat yang dilindungi. Lambang-lambang ini termasuk palang merah dan

bulan sabit merah.18

2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka

konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar

tentang suatu topik yang akan dibahas.19

Adapun konsep-konsep tersebut antara

lain sebagai berikut:

a. Tangung Jawab Negara

Menurut Karl Zemanek, tanggung jawab negara memiliki pengertian

sebagai suatu tindakan salah secara internasional, yang dilakukan suatu negara

18

Ibid., hlm. 12. 19

Amirul Hadi, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 43.

Page 22: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

11

terhadap negara lain, yang menimbulkan akibat tertentu bagi (negara) pelaku-nya

dalam bentuk kewajiban-kewajiban baru terhadap korban.20

Menurut hukum humaniter internasional, tangung jawab negara timbul

dalam hal negara itu merugikan negara lain. Seperti yang dikemukakan Shaw,

yang menjadi karakteristik penting adanya tangung jawab negara ini bergantung

kepda faktor-faktor dasar yaitu, adanya suatu perbuatan kelalaian yang melanggar

kewajiban hukum internasional, adanya kerusakan atau kerugian, dan adanya

suatu kewajiban hukum internasional yang berlaku antara dua negara tertentu.21

Pertanggungjawaban negara berkaitan erat dengan suatu kaidah di mana

prinsip fundamental hukum internasional menyebutkan bahwa negara atau suatu

pihak yang dirugikan berhak mendapat ganti rugi atas kerugian yang dideritanya.

Suatu doktrin serupa berlaku dalam kaitannya dengan unit-unit bagian lain dari

negara-negara pada umumnya, baik federal maupun kesatuan. Laporan tahun 1974

Komisi Hukum Internasional menyebutkan: Prinsip bahwa negara bertanggung

jawab atas tindakan-tindakan dan kelalaian-kelalaian organ-organ dari kesatuan-

kesatuan pemerintah teritorial, seperti kotapraja dan propinsi, dan daerah-daerah,

telah lama diakui secara tegas di dalam keputusan-keputusan judisial internasional

dan praktik-praktik Negara.22

Suatu negara juga dapat dianggap memikul tanggung jawab atas tindakan

yang dilakukan oleh negara lain. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 16-19 ILC

20

Rhona K. M. Smith, at.al, Hukum Hak Azazi Manasia, (Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008),

hlm. 71. 21

Ibid., hlm. 72. 22

Morenna Thasya Sumolang, Tanggung Jawab Negara dalam Perlindungan Warga Negara

di Luar Negeri Berdasarkan Konvensi Wina Tahun 1963 Tentang Hubungan Konsuler, (Lex Et

SocietatisVol. VI/No. 5/Jul/2018), hlm. 35.

Page 23: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

12

Draft –Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts 2001 yang

meliputi bantuan (aid and assistance), kontrol (direction/control), paksaaan

(coercion) suatu negara kepada negara lain untuk melakukan tindakan salah

secara internasional.23

b. Perlindungan Tim Medis

Demi kepentingan orang-orang yang cidera, sakit dan korban kapal karam,

setiap satuan medis, baik militer maupun sipil yang berada di bawah kekuasaan

pihak yang berwenang harus dilindungi. Berdasarkan pasal 37 Konvensi Jenewa,

Petugas medis harus dihormati dan dilindungi dalam segala keadaan. Petugas

medis yang termasuk dalam palang merah internasional ataupun, perhimpunan

sukarela, atau relawan harus dihorrmati dan dilindungi. Hal ini terdapat dalam

Konvensi Jenewa 1949 dalam pasal 24: Anggota dinas kesehatan yang

dipekerjakan khusus untuk mencari atau mengumpulkan, mengangkut, atau

merawat yang luka dan sakit, atau untuk mencegah penyakit staf yang

dipekerjakan khusus dalam administrasi kesatuan dan bangunan kesehatan harus

dihormati dan dilindungi dalam segala hal.24

c. Konflik Bersenjata

Konflik bersenjata (armed conflict) merupakan konfrontasi dari beberapa

pihak, yaitu dua negara atau lebih, satu Negara dengan suatu entitas bukan negara,

23

Morenna Thasya Sumolang, Tanggung Jawab Negara…, hlm. 35. 24

Rafika Mayang Sari, Tinjauan Yuridis Terhadap Konvensi Jenewa 1949 Terhadap Negara-

Negara yang Berperang Menurut Hukum Internasional, (Jurnal Hukum Vol. 5. No. 12 Januari

2013).

Page 24: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

13

suatu negara dan suatu faksi pemberontakan atau, dua kelompok etnis yang berada

dalam suatu negara.25

d. Hukum Humaniter Internasional

Menurut Mocthar Khusumadmaja mengemukakan bahwa hukum

humaniter internasional adalah bagian hukum yang mengatur perlindungan korban

perang, berlainan dengan hukum perng yang mengatur hukum itu sendiri dan

segala sesuatu yang menyangkut cara melakukan perang itu sendiri. Sedangkan

menurut Geza Herzegh merumuskan hukum humaniter internasional sebagai

bagian dari aturan-aturan hukum internasional publik yang berfungsi sebagai

perlindungan individu dalam waktu konflik bersenjata.26

Ada beberapa tujuan hukum humaniter yang dapat dijumpai dalam

berbagai kepustakaan, antara lain sebagai berikut:

1) Memberikan perlindungan terhadap kombatan maupun penduduk sipil

dari penderitaan yang tidak perlu (unnecessary suffering).

2) Menjamin hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi mereka

yang jatuh ke tangan musuh. Kombatan yang jatuh ke tangan musuh

harus dilindungi dan dirawat serta berhak diperlakukan sebagai

tawanan perang.

3) Mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa mengenal batas. Di

sini, yang terpenting adalah asas perikemanusiaan.27

Salah satu prinsip penting dalam hukum humaniter adalah prinsip

pembedaan (distinction principle). Prinsip pembedaan ini adalah prinsip yang

membedakan antara kelompok yang dapat ikut serta secara langsung dalam

pertempuran (combatant) disatu pihak, dan kelompok yang tidak ikut serta dan

25

Haryo Mataram, Hukum Humaniter, hlm. 59. 26

Ibid., hlm. 86. 27

Rhona K. M. Smith, at.al, Hukum Hak Azazi Manasia, hlm. 335.

Page 25: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

14

harus dilindungi dalam pertempuran (penduduk sipil). Di samping prinsip

pembedaan, dalam hukum humaniter dikenal pula prinsip-prinsip lain, yaitu:

1) Prinsip kepentingan militer (military necessity). Berdasarkan prinsip ini

pihak yang bersengketa dibenarkan menggunakan kekerasan untuk

menundukkan lawan demi tercapainya tujuan dan keberhasilan perang.

Dalam praktiknya, untuk menerapkan asas kepentingan militer dalam

rangka penggunaan kekerasan terhadap pihak lawan, suatu serangan

harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

a. Prinsip proporsionalitas (proportionality principle), yaitu : “prinsip

yang diterapkan untuk membatasi kerusakan yang disebabkan oleh

operasi militer dengan mensyaratkan bahwa akibat dari sarana dan

metode berperang yang digunakan tidak boleh tidak proporsional

(harus proporsional) dengan keuntungan militer yang diharapkan.”

b. Prinsip pembatasan (limitation principle), yaitu prinsip yang

membatasi penggunaan alat-alat dan cara-cara berperang yang dapat

menimbulkan akibat yang luar biasa kepada pihak musuh.

2) Prinsip Perikemanusiaan (humanity). Berdasarkan prinsip ini maka

pihak yang bersengketa diharuskan untuk memperhatikan

perikemanusiaan, di mana mereka dilarang untuk menggunakan

kekerasan yang dapat menimbulkan luka yang berlebihan atau

penderitaan yang tidak perlu. Oleh karena itu prinsip ini sering juga

disebut dengan “unnecessary suffering principle”.

3) Prinsip Kesatriaan (chivalry). Prinsip ini mengandung arti bahwa di

dalam perang, kejujuran harus diutamakan. Penggunaan alat-alat yang

tidak terhormat, perbuatan curang dan cara-cara yang bersifat khianat

dilarang.

4) Prinsip pembedaan. Berdasarkan prinsip ini pada waktu terjadi

perang/konflik bersenjata harus dilakukan pembedaan antara penduduk

sipil (civilian) di satu pihak dengan “combatant”serantara obyek sipil di

satu pihak dengan obyek militer di lain pihak. Berdasarkan prinsip ini

hanya kombatan dan obyek militer yang boleh terlibat dalam perang dan

dijadikan sasaran. Banyak ahli yang berpendapat bahwa prinsip

pembedaan ini adalah yang paling penting dalam prinsip-prinsip hukum

humaniter. Oleh karena itu pada bagian ini akan diuraikan sedikit lebih

rinci tentang prinsip pembedaan yang dimaksud.28

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa hukum humaniter

internasional adalah bagian hukum yang mengatur perlindungan korban perang,

28

Ibid., hlm. 334-335.

Page 26: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

15

berlainan dengan hukum perng yang mengatur hukum itu sendiri dan segala

sesuatu yang menyangkut cara melakukan perang itu sendiri.

e. Hukum Humaniter Internasional

Definisi Hukum Humaniter Internasional dalam Islam adalah kumpulan

kaidah-kaidah hukum Islam yang bertujuan untuk melindungi manusia dan hak-

haknya saat konflik bersenjata. Sesuai dengan pengertian bahwa perang dalam

perspektif Islam bersifat darurat yang dinilai secara proposional dan berpegang

kepada difinisi Hukum Humaniter Internasional dalam Islam yang disinggung di

atas, dapat ditarik dua kaidah penting dalam hukum tersebut. Pertama, perang,

baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, harus terbatas pada sifat darurat saja.

Kedua,apapun yang terjadi dalam perang itu, harus bersifat kemanusiaanatau

menghormati aspek kemanusiaan pihak-pihak yang terlibat. Kedua kaidah tersebut

merupakan prinsip Islam dalam soal perang. Pertama, prinsip darurat, di mana

dalam Syari‟at Islam ditetapkan bahwa darurat diukur secara proposional. Selama

perang itu bersifat darurat, maka harus tidak melewati batas darurat itu. Melewati

batas ini dianggap sebagai pelanggaran dan penyerangan terhadap pihak lain.

Kedua, kaidah kemanusiaan.29

Islam adalah agama yang pertama kali mendeklarasikan dan

memperjuaangkan hak-hak asasi manusia. Bagi Islam, menghormati dan dan

memelihara hak-hak tersebut merupakan suatu keniscayaan. Mereka yang

mendalami disiplin hukum atau syariat Islam akan dengan mudah mendapati

29

Zayyid bin Abdel Karim al-Zayyid, Pengantar Hukum Humaniter Internasional dalam

Islam, terj. Masri Elmahsyar Bidin dan Abdullah Syamsul Arifin, (International Committee of the

Red Cross (ICRC) Delegasi Regional Indonesia, 2008), hlm. 23.

Page 27: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

16

bahwa tujuan pokok ajaran Islam (maqasid al-syari„ah) dengan jelas

merefleksikan penghormatannya terhadap hak-hak asasi manusia yang harus

dipelihara, yakni jiwa, agama, akal, harta benda, dan keluarga.30

Islam telah memiliki aturan secara universal terhadap semua persoalan umat

manusia. Aturan Hukum Humaniter Internasional dalam Islam tentu sudah ada

dalam sumber-sumber hukum Islam, mulai sumber hukum utama yaitu Al-Qur‟an

dan As-sunnah/Al-Hadits maupun sumber hukum lainnya seperti Ijma‟, Mazhab

sahabat, Syariat terdahulu, „Urf/adat.31

F. Tinjauan Pustaka

Sebelumnya penulis sudah membuat dengan tujuan untuk mengkaji materi-

materi yang terdahulu yang dimiliki, yang sama dengan tema yang dipilih oleh

penulis dan materi/karya-karya tersebut adalah Adinda Putri Ratna Devi32

,

Dengan judul skripsi “Perlindungan Hukum Petugas Medis dalam Sengketa

Bersenjata Non Internasional di Suriah Menurut Konvensi Jenewa 1949 dan

Protokol Tambahan II 1977”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana bentuk

perlindungan terhadap petugas medis dalam sengketa bersenjata non internasional

di Suriav berdasarkan konvensi jenewa dan protokol tambahan II 1977, dan faktor

apa saja yang menyebabkan aturan dari hukum humaniter internasional tentang

perlindungan petugas medis tidak dapat dipatuhi oleh para pihak yang bersengketa

di Suriah.

30

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,

Tafsir Al Qur‟an Tematik “Hukum Keadilan dan Hak Asasi Manusia”, (Jakarta: Lajnah

Pentashihan Al-Qur‟an, 2010), hlm. 12. 31

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permasalahan & Fleksibilitas, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2007), hlm. 3 32

Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya, 2008.

Page 28: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

17

Karya kedua adalah Renata Idama Siahaan33

, dengan judul skripsinya

“Perlindungan Terhadap Anggota Dinas Kesehatan Menurut Konvensi Jenewa

1949 dan Pengaturannya di Indonesia”. Dalam skripsi ini membahas tentang

bagaimana bentuk perlindungan anggota dinas kesehatan menurut konvensi

jenewa 1949, dan bagaimana pengaturan hukum di Indonesia terhadap anggota

dinas kesehatan.

Karya ketiga adalah Aires Oldeard Assuncao Sarmento,34

dengan judul

skripsinya "Pelaksanaan Ketentuan-Ketentuan Hukum Humaniter Internasional

Tentang Perlindungan Penduduk Sipil dalam Konflik Bersenjata di Lebanon

Tahun 2006”. Karya ini membahas tentang bagaimana pelaksanaan perlindungan

penduduk sipil dan obyek-obyek sipil dalam konflik bersenjata di Lebanon tahun

2006.

Kajian Adinda Putri Ratna Devi membahas tentang bagaimana bentuk

perlindungan terhadap petugas medis dalam sengketa bersenjata non internasional

di Suriah berdasarkan Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan II 1977, dan

faktor apa saja yang menyebabkan aturan dari hukum humaniter internasional

tentang perlindungan petugas medis tidak dapat dipatuhi oleh para pihak yang

bersengketa di Suriah. Kajian Renata Idama Siahaan membahas tentang

bagaimana bentuk perlindungan anggota dinas kesehatan menurut Konvensi

Jenewa 1949, dan bagaimana pengaturan hukum di Indonesia terhadap anggota

dinas kesehatan. Kajian Aires Oldeard Assuncao Sarmento membahas tentang

baggaiman pelaksanaan perlindungan penduduk sipil dan obyek-obyek sipil dalam

33

Mahasiswa Fakultas Hukum, Universita Lampung, 2014. 34

Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2010.

Page 29: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

18

konflik bersenjata di Lebanon tahun 2006. Sedangkan persamaannya yaitu saling

membahas tentang hukum humaniter Internasional.

Berbeda dengan peneliti sendiri membahas tentang bentuk tangung jawab

negara terhadap perlindungan tim medis dalam konflik bersenjata di Palestina

menurut ketentuan hukum humaniter internasional. Jadi antara peneliti terdahulu

dengan peneliti sekarang terdapat perbedaan dan persamaan, perbedaannya yaitu

pada skripsi ini peneliti membahas tentang bentuk tangung jawab negara terhadap

tim medis dalam konflik angkatan bersenjata di Palestina menurut hukum

humaniter internasional, dan bagaimanakah pelaksanaan perlindungan terhadap

tim medis dalam konflik bersenjata di Palestina menurut hukum humaniter

internasional.

Sedangkan peneliti terdahulu membahas tentang, perlindungan hukum

petugas medis dalam sengketa bersenjata non internasional di Suriah menurut

Konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan II 1977. Sedangkan persamaan

yaitu sama-sama membahas hukum humaniter internasional.

Page 30: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

19

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh penulis, maka penulis

menggunakan pendekatan konseptual, yakni metode atau cara yang digunakan di

dalam penelitian yang dilakukan deangan cara meneliti bahan pustaka yang ada

kaitanya.35

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer

dan data sekunder.

a. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung atau asli yang

belum diproses, dan diperoleh dari hasil lapangan berupa wawancara, atau

keseluruhan data hasil penelitian, yang diperoleh dari lapangan.36

b. Data sekunder adalah data yang sudah diperoleh atau sumber data penelitian

yang diperoleh melalui media perantara yang diperoleh dari perpustakaan,

buku, serta jurnal yang ada kaitanya dengan judul yang diteliti.37

Dalam

penelitian ini penulis hanya menggunakan data sekunder, karena penelitian

adalah penelitian pustaka.

35

Amirul Hadi, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 84. 36

Ibid, hlm 86. 37

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariah Press, 2014), hlm. 34.

Page 31: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

20

2. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari hasil wawancara dengan sejumlah reseponden,

sedangkan data sekunder berasal dari hasil penelitian pustaka berupa buku, jurnal

dan lain sebagainya yang berhubungan dnegan kajian yang diteliti.38

C. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumulan data adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dan fakta penelitian.39

Instrumen pengumpulan data yang

dilakukan oleh penulis dengan cara dokumentasi. Metode dokumentasi digunakan

untuk mendapatkan informasi non manusia, sumber informasi (data) non manusia

ini berupa catatan-catatan, pengumuman, instruksi, aturan-aturan, laporan,

keputusan atau surat-surat lainnya, catatan-catatan dan arsip-arsip yang ada

kaitannya dengan fokus penelitian. Data yang dikumpulkan mengenai teknik

tersebut berupa kata-kata, tindakan dan dokumen tertulis lainnya, dicatat dengan

menggunakan catatan-catatan. Dokumentasi penulis gunakan sebagai intrumen

utama untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan dengan gambaran

umum lokasi. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang

berhubungan dengan diskripsi lokasi penelitian dan dokumen bentuk tangung

jawab negara terhadap perlindungan tim medis dalam konflik bersenjata di

Palestina menurut hukum humaniter internasional.

Pengumpulan data untuk jenis penelitian pustaka (library research)

berwujud studi dokumentasi atau studi literatur. Dalam pengumpulan data ini,

38

Ishaq, Metode Penelitian Hukum: Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi (Bandung:

Alfabeta, 2017), hlm. 67. 39

Abdurrahmat Fathoni, Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), hlm. 104.

Page 32: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

21

penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu dengan cara

mengumpulkan, membaca, menelaah, mencatat, dan menganalisis buku-buku

literatur, jurnal, dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan permasalahan

yang akan dibahas dalam skripsi ini.

D. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dengan tahap selanjutnya adalah melakukan

analisis data. Analisis data tentunya sesuai dengan tujuan yang dilakukan. Analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari bahan-bahan yang bersangkutan dengan judul sehingga dapat mudah

dipahami dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan

kedalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, dan memilih

mana yang penting dalam penelitian.40

Untuk memudahkan penulisan dalam menganalisis suatu data yang sudah

terkumpul, maka penulis menganalisis melalui proses sebagai berikut:

1. Induktif, yaitu membahas dan menyusun fakta-fakta yang bersifat khusus,

kemudian diambil suatu kesimpulan yang bersifat umum. Menurut Abdul

Kadir Muhammad, bahwa proses berpikir induktif dimulai dengan

mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai ruang lingkup yang

khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang bersifat umum.41

2. Deduktif, merupakan cara bernalar berdasarkan pada pangkal pikir yang

bersifat umum, kemudian diturunkan kesimpulan yang bersifat khusus. dengan

40

Ibid., hlm. 113-118. 41

Ishaq, Metode Penelitian Hukum: Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, hlm. 8.

Page 33: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

22

perkataan lain penalaran yang menarik dari kaidah yang bersifat umum untuk

menuju kepada hal-hal yang bersifat khusus.34

3. Komparatif, yaitu cara membandingkan antara dua data yang berlainan untuk

mengambil satu pendapat yang logis, tepat dan kuat untuk dijadikan bahan

rujukan dan pedoman dalam menetapkan masalah yang dibahas.42

E. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah proses penulisan dalam penelitian ini, maka penulis

kerangka yang sistematik untuk membantu pola dasar pembahasan skripsi dalam

bentuk bab-bab yang terdiri dari:

BAB I : Pendahuluan, diawali dengan latar belakang masalah berisi

penjelasan, data-data yang dijadikan alasan bagi penulis dalam

memilih pembahasan ini, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematik

penulisan.

BAB II : Berisi tinjauan umum mengenai bentuk tangung jawab negara

terhadap perlindungan tim medis dalam konflik bersenjata di

Palestina menurut hukum humaniter internasional

BAB III : Berisi tinjauan hukum humaniter internasional mengenai bentuk

tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis dalam

konflik bersenjata di Palestina menurut hukum humaniter

internasional.

42

Ibid., hlm. 24.

Page 34: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

23

BAB IV : Bab ini merupakan pembahasan utama dalam penelitian ini berisi

bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

dalam konflik bersenjata di palestina menurut hukum humaniter

internasional.

BAB V : Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

F. Jadwal Penelitian

Supaya penelitian dan penulisan skripsi terencana dengan waktu yang

efektif dan efesien sehingga dapat selesai tepat waktu, maka peneliti membagi

langkah-langkah penelitian yang akan dijalani dalam bentuk jadwal untuk menjadi

pedoman, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1

Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Tahun 2018

November

2018

Desember

2018

Januari

2019

Februari

2019

Juni

2019

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan Judul x

2. Pembuatan Proposal X x

3. Perbaikan Proposal dan

Seminar

X

4. Surat Izin Riset

5. Pengumpulan Data X

6. Pengolahan dan Analisis

Data

X

7. Pembuatan Laporan X

8. Bimbingan dan Perbaikan X

9. Agenda dan ujian Skripsi X

10. Perbaikan dan Penjilidan X

Page 35: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

24

BAB III

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

A. Istilah tentang Hukum Humaniter

Hukum humaniter internasional atau hukum humaniter adalah nama lain

dari apa yang dulu disebut dengan hukum perang atau hukum sengketa bersenjata.

Hukum humaniter merupakan salah satu cabang dari hukum internasional publik,

yaitu bidang hukum yang mengatur masalah-masalah lintas batas antar negara.

Cabang hukum internasional publik lainnya antara lain hukum diplomatik, hukum

laut, hukum perjanjian internasional dan hukum angkasa. Dibandingkan dengan

cabang hukum internasional publik lainnya, hukum humaniter mempunyai suatu

keunikan yaitu bahwa sekalipun ketentuan-ketentuan yang mengaturnya dibuat

melalui suatu perjanjian multilateral atau melalui hukum kebiasaan internasional,

namun substansinya banyak mengatur hal-hal yang menyangkut individu, atau

dengan kata lainnya subjek hukumnya juga menyangkut individu. Hal ini cukup

unik, karena pada umumnya subjek hukum internasional publik adalah negara

atau organisasi internasional. Hukum humaniter banyak mengatur tentang

perlindungan bagi orang-orang yang terlibat atau tidak terlibat dalam suatu

peperangan.43

Dalam hukum humaniter dikenal dua bentuk perang atau sengketa

bersenjata, yaitu sengketa bersenjata yang bersifat internasional dan yang bersifat

non-internasional. Pada perkembangannya, pengertian sengketa bersenjata

43

Rhona K. M. Smith, at.al, Hukum Hak Azazi Manasia, (Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008),

hlm. 333.

24

Page 36: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

25

internasional diperluas dalam Protokol I tahun 1977 yang juga memasukkan

perlawanan terhadap dominasi kolonial, perjuangan melawan pendudukan asing

dan perlawanan terhadap rezim rasialis sebagai bentuk-bentuk lain dari sengketa

bersenjata internasional.

Hukum humaniter juga mengatur sengketa bersenjata yang bersifat non-

internasional, yaitu sengketa bersenjata yang terjadi didalam suatu wilayah

negara. Dalam situasi-situasi tertentu, sengketa bersenjata yang tadinya bersifat

internal (non-internasional) bisa berubah sifat menjadi sengketa bersenjata yang

bersifat internasional. Hal yang terakhir ini disebut dengan internasionalisasi

konflik internal (internationalized internal conflict). Namun demikian tidak

semua sengketa bersenjata internal bisa menjadi bersifat internasional apabila ada

campur tangan dari negara lain. Dalam hal ini perlu dilihat dahulu sejauh mana

keterlibatan atau turut campurnya negara lain tersebut.

Hukum humaniter berlaku dalam setiap bentuk sengketa bersenjata, baik itu

perang konvensional, perang non-konvensional dan perang modern. Bahkan pada

situasi tertentu, hukum humaniter juga dapat diberlakukan dalam kerangka perang

yang oleh sebagian negara disebut sebagai perang melawan terorisme.44

B. Tahap Perkembangan Hukum Humaniter

Hampir tidak mungkin untuk menemukan bukti dokumenter kapan dan

dimana aturan-aturan Hukum Humaniter ini timbul dan lebih sulit lagi untuk

menyebutkan siapa penciptanya. Sekalipun dalam bentuk sekarang relatif baru,

Hukum Humaniter atau hukum perang memiliki sejarah yang panjang. Hukum ini

44

Rhona K. M. Smith, at.al, Hukum Hak Azazi Manasia, (Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008),

hlm. 333-334.

Page 37: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

26

sama tuanya dengan perang itu sendiri dan perang sama tuanya dengan kehidupan

manusia di bumi. Sampai kepada bentuk yang sekarang, Hukum Humaniter

Internasional telah mengalami perkembangan yang sangat panjang. Dalam rentang

waktu yang panjang telah banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk

memanusiawikan perang. Selama masa-masa tersebut terdapat usaha-usaha untuk

memberikan perlindungan kepada orang-orang dari kekejaman perang dan

perlakuan semena-mena.

Upaya-upaya tersebut, yang sering kali mengalami pasang surut, mengalami

hambatan dan kesulitan. Upaya-upaya tersebut dapat kita bagi dalam beberapa

tahap perkembangan hukum humaniter berikut ini:45

1. Tahap Zaman Kuno

Pada masa ini para pemimpin militer memerintahkan pasukan mereka untuk

menyelamatkan musuh yang tertangkap, memperlakukan meraka dengan baik,

menyelamatkan penduduk sipil musuh, dan pada waktu penghentian permusuhan

maka pihak-pihak yang berperang biasanya sepakat untuk memperlakukan

tawanan perang dengan baik.

Sebelum perang dimulai pihak musuh akan diberi peringatan terlebih

dahulu. Lalu untuk menghindari luka yang berlebihan, maka ujung panah tidak

akan diarahkan ke hati dan segera apabila ada yang terbunuh dan terluka,

pertempuran akan dihentikan selama 15 (lima belas) hari. Gencatan senjata

semacam ini sangat dihormati, sehingga prajurit di kedua belah pihak ditarik dari

medan pertempuran.Juga dalam berbagai peradaban besar selama tahun 3000-

45

Wahyu Wagiman, Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia (Jakarta: Lembaga Studi dan

Advokasi Masyarakat, 2007), hlm. 2.

Page 38: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

27

1500 SM upaya-upaya seperti itu berjalan terus. Hal ini dikemukan oleh Pictet,

antara lain sebagai berikut:

a. Di antara bangsa-bangsa Sumaria, perang sudah merupakan lembaga

yang terorganisir. Ini ditandai dengan adanya pernyataan perang,

kemungkinan mengadakan abitrasi, kekebalan utusan musuh dan

perjanjian perdamaian.

b. Kebudayaan Mesir Kuno sebagai mana disebutkan di dalam “Seven

Works of True Mercy”, yang menggambarkan adanya perintahan untuk

memberikan makanan, minuman, pakaian dan perlindungan kepada

musuh, juga perintah untuk merawat yang sakit, dan menguburkan yang

mati.

c. Dalam kebudayaan bangsa Hittite, perang dilakukan dengan cara-cara

yang sangat manusiawi. Hukum yang mereka miliki didasarkan atas

keadilan dan integritas. Mereka menandatangani pernyataan perang dan

traktat. Para penduduk yang menyerah, yang berasal dari kota tidak

diganggu. Kota-kota di mana para penduduknya melakukan perlawanan

maka akan ditindak tegas, namun hal ini merupakan pengecualian

terhadap kota-kota yang dirusak dan penduduknya di bantai atau

dijadikan budak.

d. Di India sebagai mana tercantum dalam syair kepahlawanan Mahabrata

dan undang-undang Manu, para satria dilarang membunuh musuh yang

cacat, yang menyerah, yang luka harus dipulangkan ke rumah mereka

setelah diobati. Semua senjata dengan sasaran menusuk ke hati atau

senjata beracun dan panah api dilarang. Penyitaan hak milik musuh dan

syarat-syarat bagi penahanan para tawanan perang telah diatur dan

pernyataan tidak menyediakan tempat tinggal dilarang.46

Berdasarkan sejarah ini dapat diketahui bahwa pada masa ini para pemimpin

militer memerintahkan pasukan mereka untuk menyelamatkan musuh yang

tertangkap, memperlakukan meraka dengan baik, menyelamatkan penduduk sipil

musuh, dan pada waktu penghentian permusuhan maka pihak-pihak yang

berperang biasanya sepakat untuk memperlakukan tawanan perang dengan baik.

2. Tahap Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan hukum humaniter dipengaruhi oleh ajaran-ajaran

dari agama Kristen, Islam dan prinsip kesatria. Ajaran agama Kristen misalnya

46

Ibid., hlm. 2-3.

Page 39: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

28

memberikan sumbangan terhadap konsep “perang yang adil” atau jus war, ajaran

Islam tentang perang antara lain bisa dilihat dalam Al-Quran surah Al-Baqarah

ayat 190 dan ayat 191, Al-Anfal ayat 39, At-Taubah ayat 5, Al-Hajj ayat 3947

,

yang memandang perang sebagai pembelaan diri dan menghapuskan

kemungkaran. Adapun prinsip kesatria yang berkembang pada abad pertengahan

ini misalnya mengajarkan tentang pentingnya pengumuman perang dan larangan

penggunaan senjata tertentu.

3. Tahap Zaman Modern

Kemajuan yang menentukan terjadinya perang mulai abad ke-18, dan

setelah berakhirnya perang Napoleon, terutama pada tahun 1850 sampai pecahnya

Perang Dunia I, praktek-praktek negara kemudian menjadi hukum dan kebiasaan

dalam perang (Jus in bello). Salah satu tonggak penting dalam perkembangan

hukum humaniter adalah didirikannya organisasai Palang Merah Internasional dan

ditanda-tanganinya Konvensi Jenewa tahun 1864. Pada waktu yang hampir

bersamaan di Amerika Serikat Presiden Lincoln meminta Lieber, seorang pakar

hukum imigran Jerman untuk menyusun aturan berperang. Hasilnya adalah

Instructions for Government of Armies of the United States atau disebut Lieber

Code, dipublikasikan pada tahun 1863. Kode Lieber ini memuat aturan-aturan

rinci pada semua tahapan perang darat, tindakan perang yang benar, perlakuan

terhadap penduduk sipil, perlakuan terhadap kelompok orang-orang tertentu

seperti tawanan perang, yang luka, dan sebagainya.48

47

Masjhur Efendi, Moh. Ridwan & Muslich Subandi, Pengantar dan Dasar-dasar Hukum

Internasional, (Malang: IKIP Malang, 1995), hlm 6. 48

Wahyu Wagiman, Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia, hlm. 3.

Page 40: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

29

Konvensi 1864, yaitu Konvensi bagi perbaikan keadaan tentara yang luka di

medan pertempuran darat. Konvensi 1864 sebagai awal dari konvensi Jenewa dan

berikutnya berkaitan perlindungan korban perang.

C. Aturan Pokok Hukum Humaniter Internasional

Hukum Humaniter Internasional dahulu disebut hukum perang atau hukum

sengketa bersenjata memiliki sejarah yang sama tuanya dengan peradaban manusia,

atau sama tuanya dengan perang itu sendiri. Perang semakin berkembang ketika

memasuki abad ke-19, yaitu ketika perang yang dilakukan oleh tentara nasional

menggunakan senjata-senjata baru dan lebih merusak dan membiarkan sejumlah

prajurit yang terluka secara mengerikan tergeletak tanpa bantuan tenaga medis di

medan tempur. Haryomataram membagi Hukum Humaniter menjadi dua aturan-

aturan pokok, yaitu:

1. Hukum yang mengatur mengenai cara dan alat yang boleh dipakai untuk

perang (Hukum Den Haag/The Hague Laws)

2. Hukum yang mengatur mengenai perlindungan terhadap kombatan dan

penduduk sipil dari akibat perang (Hukum Jenewa/ The Geneva

Laws).49

Mochtar Kusumaatmadja membagi hukum perang sebagai berikut:

1. Jus ad bellum yaitu hukum tentang perang, mengatur tentang dalam hal

bagaimana cara negara dibenarkan menggunakan kekerasan bersenjata;

2. Jus in bello, yaitu hukum yang berlaku dalam perang, dibagi lagi

menjadi 2 yaitu:

a. Hukum yang mengatur cara dilakukanya perang (conduct of war).

Bagian ini biasanya disebut the hague laws.

b. Hukum yang mengatur perlindungan orang-orang yang menjadi

korban perang. Ini lazimnya disebut The Geneva laws.50

49

Haryomataram, Sekelumit tentang Hukum Humaniter, (Surakarta: Sebelas Maret University

Press, 1994), hlm. 1. 50

Haryomataram, Hukum Humaniter..., hlm. 2-3.

Page 41: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

30

Berdasarkan Hukum Humaniter Internasional dahulu disebut hukum perang atau

hukum sengketa bersenjata memiliki sejarah yang sama tuanya dengan peradaban

manusia, atau sama tuanya dengan perang itu sendiri. Perang semakin berkembang

ketika memasuki abad ke-19, yaitu ketika perang yang dilakukan oleh tentara

nasional menggunakan senjata-senjata baru dan lebih merusak dan membiarkan

sejumlah prajurit yang terluka secara mengerikan tergeletak tanpa bantuan tenaga

medis di medan tempur.

D. Asas-Asas Pembeda Hukum Humaniter

Dalam Hukum Humaniter dikenal ada tiga asas utama, yaitu:

1. Asas Kepentingan Militer (military necessity). Berdasarkan asas ini

maka pihak yang bersengketa dibenarkan menggunakan kekerasan untuk

menundukkan lawan demi tercapainya tujuan dan keberhasilan perang.

2. Asas Perikemanusiaan (humanity). Berdasarkan asas ini maka pihak

yang bersengketa diharuskan untuk memperhatikan perikemanusiaan, di

mana mereka dilarang untuk menggunakan kekerasan yang dapat

menimbulkan luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak perlu.

3. Asas Kesatriaan (chivalry). Asas ini mengandung arti bahwa di dalam

perang, kejujuran harus diutamakan. Penggunaan alat yang tidak

terhormat, berbagai macam tipu muslihat dan cara-cara yang bersifat

khianat dilarang.51

Dalam penerapannya, ketiga asas tersebut dilaksanakan secara seimbang,

sebagaimana dikatakan oleh Kunz: “Law of war, to be accepted and to be applied

in practice, must strike the correct between, on the on hand the principle of

humanitary and chivalry, and on the other hand, military interest”.

E. Prinsip-Prinsip Pembeda Hukum Humaniter

Prinsip pembedaan merupakan prinsip yang penting dalam Hukum

Humaniter, yaitu suatu prinsip yang membedakan atau membagi penduduk dari

51

Ayuni Yuliatingsih, Agresi terhadap Palestina Perspektif …, hlm. 113.

Page 42: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

31

suatu negara yang sedang perang atau terlibat dalam suatu konflik bersenjata ke

dalam tiga golongan yaitu:

1. Kombatan adalah orang-orang yang tergabung dalam suatu angkatan

perang yang terorganisir kecuali personil atau petugas kesehatan yang

menggunakan tanda-tanda pengenal atau seragam dan dipersenjatai.

Kombatan berhak untuk berperang dan karenanya dapat dijadikan

sasaran militer, oleh sebab itu kombatan dituntut untuk membedakan

dirinya dari penduduk sipil ketika mereka terlibat dalam suatu

pertempuran atau dalam suatu persiapan operasi militer untuk

melakukan serangan.

2. Non Kombatan adalah orang-orang sipil atau anggota angkatan perang

yang tidak terlibat secara langsung dalam pertempuran atau tidak

memenuhi syarat sebagai kombatan (misalnya petugas/personel

kesehatan dan bintal, penduduk sipil dan wartawan sipil yang

menyertai angkatan perang, kombatan yang menyerah, luka dan sakit

termasuk tawanan perang)

3. Penduduk Sipil adalah orang-orang yang tidak termasuk dalam

kelompok kombatan dan non kombatan. Penduduk sipil tidak

diperbolehkan terlibat secara langsung dalam pertempuran dan mereka

dilindungi dari serangan. Jika mereka terlibat secara langsung dalam

pertempuran maka mereka kehilangan perlindungan.52

Perlunya pembedaan demikian adalah untuk mengetahui mereka yang

boleh dijadikan sasaran milliter atau objek militer dan mereka yang tidak turut

serta dalam permusuhan, sehingga tidak boleh dijadikan sasaran atau objek

militer. Hal ini untuk membedakan antara objek-objek militer yang boleh diserang

dan objek-objek sipil yang tidak boleh diserang. Objek-objek sipil harus

dihormati. Hal ini berarti bahwa, dilarang untuk melakukan penjarahan terhadap

objek-objek sipil. Pada situasi dan kondisi tertentu objek-objek sipil hanya boleh

diambil alih untuk dipergunakan bagi kepentingan militer. Hal ini juga dipertegas

dalam Pasal 52 ayat 1 dan 2 Protokol Tambahan I 1977 menyatakan bahwa:

52

Adwani, Perlindungan Orang-Orang dalam Daerah Konflik Bersenjata Menurut Hukum

Humaniter Internasional, (Jurnal Dinamika Hukum Vol. 1. No. 12 Januari, 2012), hlm. 4-6.

Page 43: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

32

1. Obyek-obyek sipil tidak boleh dijadikan sasaran serangan atau

tindakan pembatasan. Obyek-obyek sipil adalah semua obyek yang

bukan sasaran militer seperti dirumuskan dalam ayat (2).

2. Serangan-serangan harus dengan tegas dibatasi hanya pada sasaran-

sasaran militer. Sebegitu jauh mengenai obyek-obyek, sasaran-sasaran

militer dibatasi pada obyek-obyek yang oleh sifatnya, letak tempatnya,

tujuannya atau kegunaannya memberikan sumbangan yang efektif

bagi aksi militer yang jika dihancurkan secara menyeluruh atau

sebagian, direbut atau dinetralisasi, di dalam keadaan yang berlaku

pada waktu itu, memberikan suatu keuntungan militer yang pasti.53

Ini sangat penting untuk ditekankan karena perang sesungguhnya berlaku

bagi anggota angkatan bersenjata dari negara-negara yang bermusuh, Sedangkan

penduduk sipil yang tidak terlibat dalam permusuhan itu harus dilindungi. Prinsip

pembeda ini memerlukan pejabaran lebih jauh dalam asas pelaksana yaitu:

1. Pihak-pihak yang bersengketa setiap saat harus membedakan antara

kombatandan penduduk sipil guna menyelamatkan penduduk sipil dan

objek-objek sipil.

2. Penduduk sipil, demikian pula orang sipil secara perseorangan tidak

boleh dijadikan objek serangan walaupun dalam hal pembalasan.

3. Tindakan maupun ancaman kekerasan yang tujuan utamanya untuk

menyebarkan teror terhadap penduduk sipil adalah dilarang.

4. Pihak-pihak yang bersengketa harus mengambil segala langkah

pencegahan yang memungkinkan untuk menyelamatkan penduduk sipil

atau setidak-tidaknya untuk menekan kerugian atau kerusakan yang

tidak disengaja menjadi sekecil mungkin.

5. Hanya angkatan bersenjata yang berhak menyerang dan menahan

musuh.

Anggota angkatan bersenjata yang bertempur harus memperlakukan orang-

orang yang tidak ikut dalam pertempuran secara manusiawi tanpa membedakan

suku, agama dan jenis kelamin. Menurut Pasal 3 Konvensi Jenewa 1949, bahwa

pihak-pihak yang bertikai dalam wilayah suatu Negara berkewajiban untuk

melindungi orang-orang yang tidak turut secara aktif dalam pertikaian, termasuk

anggota angkatan bersenjata/kombatan yang telah meletakkan senjatanya tidak

53

Protokol Tambahan I 1977

Page 44: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

33

lagi turut serta karena sakit, luka-luka, ditahan dan sebab lainnya supaya

diperlakukan secara manusiawi.54

Dengan kata lain kombatan dilarang melakukan

kekerasan terhadap jiwa dan raga, seperti pembunuhan dan perkosaan.

Perlindungan terhadap korban dalam konflik bersenjata telah dikuatkan lagi oleh

Protokol Tambahan I tahun 1977 tentang konflik bersenjata internasional dan

Protokol II 1977 tentang konflik bersenjata non internasional, dengan tujuan

untuk mencegah atau meminimalkan korban akibat tindakan kekerasan perang.55

Akan tetapi dalam kenyataannya walaupun telah ada aturan atau larangan

terhadap tindakan tersebut, namun dalam konflik bersenjata yang terjadi di

berbagai belahan dunia, seperti di Irak, Pelestina, Libanon, termasuk dalam

konflik bersenjata non internasional sebagaimana pernah terjadi di Indonesia,

seperti di Papua dan Aceh, banyak orang yang harus dilindungi menjadi korban.

Padahal pihak-pihak yang bertikai telah diwajibkan untuk melindungi orang-orang

tersebut.

F. Perkembangan Prinsip Pembeda Hukum Humaniter

Perkembangan peraturan prinsip pembeda dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Konvensi Den Haag 1907

Dalam kaitannya dengan prinsip pembeda, walau tidak secara ekplisit

dapat di temukan dalam Konvensi Den Haag 1907, tetapi secara implisit

ketentuan mengenai mengenai pembedaan yang terdapat dalam Konvensi Den

Haag IV tentang Hukum dan Kebiasaan Perang Darat. Hal ini dinyatakan

dalam Pasal 1 yaitu: Hukum, hak-hak dan kewajiban-kewajiban berperang

54

Pasal 3 Konvensi Jenewa 1949 55

Protokol Tambahan I tahun 1977

Page 45: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

34

tidak hanya diterapkan kepada tentara, tetapi juga pada milisi dan kelompok

sukarelawan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: b. Dipimpin oleh

seorang komandan yang bertanggung jawab atas anak buahnya, b)

Mempunyai suatu lambang pembeda khusus yang dapat dikenali dari jarak

jauh, c) Membawa senjata secara terbuka, d) Melakukan operasinya sesuai

dengan peraturan-peraturan dan kebiasaan perang.56

Berdasarkan ketentuan di atas yang diatur di dalamnya adalah

penegasan bahwa hukum, hak dan kewajiban perang bukan hanya berlaku

pada kombatan, melainkan juga pada milisi dan korp sukarelawan sepanjang

memenuhi persyaratan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1-4 Konvensi

Den Haag 1907. Bahkan dalam Pasal 2 menyatakan: “Penduduk di wilayah

yang belum diduduki, yang pada saat musuh akan menyerang, yang secara

spontan mengangkat senjata untuk memberikan perlawanan tanpa sempat

mengorganisir diri mereka sendiri sesuai dengan Pasal 1, harus dianggap

sebagai Belijeren apabila mereka mengangkat senjata secara terbuka dan

apabila mereka mematuhi hukum dan kebiasaan perang.57

2. Konvensi Jenewa 1949

Dalam Konvensi Jenewa 1949 tidak menyebutkan istilah kombatan,

melainkan hanya menentukan yang berhak mendapatkan perlindungan seperti

dalam pasal 13 Konvensi Jenewa I dan II 1949, dan yang berhak mendapatkan

perlakuan sebagai tawanan perang bila jatuh ke tangan musuh dijelaskan

dalam pasal 4 Konvensi Jenewa III. Mereka yang harus disebut dalam pasal-

56

Konvensi Den Haag 1907 pasal 1 57

Konvensi Den Haag 1907

Page 46: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

35

pasal itu harus dibedakan dengan penduduk sipil. Pasal 13 Kovensi I dan II

menyatakan bahwa konvensi ini akan berlaku terhadap yang luka dan yang

sakit yang termasuk dalam golongan-golongan berikut:

a. Anggota-anggota angkatan perang dari suatu pihak dalam sengketa,

begitu pula anggota-anggota milisi atau barisan sukarela,yang

merupakan bagian dari angkatan perang itu;

b. Anggota-anggota milisi serta anggota-anggota dari barisan sukarela

lainnya termasuk gerakan perlawanan yang diorganisir, yang

tergolong pada suatu pihak dalam sengketa dan beroperasi di dalam

atau di luar wilayah mereka, sekalipun wilayah itu diduduki, asal

saja milisi atau barisan sukarela tersebut termasuk gerakan

perlawanan yang diorganisir memenuhi syarat-syarat berikut:

1) Dipimpin oleh seorang yang bertanggung jawab atas

bawahannya;

2) Mempunyai tanda pengenal khusus yang tetap yang dapat

dikenal dari jauh;

3) Membawa senjata terang-terangan; dan

4) Melakukan operasi-operasi mereka sesuai dengan hukum-

hukum dan kebiasaan-kebiasaan perang,

c. Anggota-anggota angkatan perang regular tunduk pada suatu

pemerintah atau kekuasaan yang tidak diakui Negara Penahan;

d. Orang-orang yang menyertai angkatan perang tanpa dengan

sebenarnya menjadi anggota dari angkatan perang itu, seperti

anggota sipil awak pesawat terbang militer, wartawan perang,

pemasok perbekalan, anggota-anggota kesatuan kerja atau dinas-

dinas yang bertanggung jawab atas kesejahteraan angkatan perang,

asal saja mereka telah mendapat pengesahan dari angkatan perang

yang mereka sertai;

e. Anggota awak kapal pelayaran niaga termasuk nakhoda, pemandu

laut, taruna dan awak pesawat terbang sipil dari pihak-pihak dalam

sengketa, yang tidak mendapat perlakuan yang lebih

menguntungkan menurut ketentuan lain apapun dalam hukum

internasional,

f. Penduduk wilayah yang belum diduduki yang tatkala musuh

mendekat, atas kemauan sendiri dan dengan serentak mengangkat

senjata untuk melawan pasukan-pasukan yang menyerbu, tanpa

mempunyai waktu untuk membentuk kesatuan-kesatuan bersenjata

antara mereka yang teratur, asal saja mereka membawa senjata

secara terang-terangan dan menghormati hukum-hukum dan

kebiasaan-kebiasaan perang.58

58

Konvensi Jenewa I dan II 1949

Page 47: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

36

Berdasarkan Konvensi Jenewa 1949 dapat diketahui bahwa konvensi ini

menjelaskan mengenai siapa saja yang berhak mendapatkan perlakuan sebagai

tawanan perang bila jatuh ke tangan musuh. Salah satunya adalah orang-orang

yang menyertai angkatan perang tanpa dengan sebenarnya menjadi anggota

dari angkatan perang itu, seperti anggota sipil awak pesawat terbang militer,

wartawan perang, pemasok perbekalan, anggota-anggota kesatuan kerja atau

dinas-dinas yang bertanggung jawab atas kesejahteraan angkatan perang, asal

saja mereka telah mendapat pengesahan dari angkatan perang yang mereka

sertai.

3. Protokol Tambahan I 1977

Protokol tambahan 1977 merupakan suatu perjanjian yang sangat

ambisius dan aturan kemanusian yang paling komprehensif yang mengatur

tentang perlindungan penduduk sipil. Aturan tentang penduduk sipil ini

terdapat pada bagian IV Protokol. Untuk penduduk sipil, maka pasal 48

mengatur tentang aturan-aturan dasar, bagi mereka yang dinyatakan sebagai

berikut: Agar dapat dijamin penghormatan dan perlindungan terhadap

penduduk sipil dan obyek sipil, pihak-pihak dalam sengketa setiap saat harus

membedakan penduduk sipil dari kombatan dan antara obyek sipil dan sasaran

militer dan karenanya harus mengarahkan operasinya hanya terhadap sasaran-

sasaran militer saja.59

Dari pasal di atas, maka kita dapat membedakan penduduk sipil, objek

sipil di suatu pihak, serta kombatan dan sasaran militer. Berdasarkan pasal di

59

Protokol tambahan 1977 pasal 48

Page 48: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

37

atas kita dapat melihat bahwa obyek militer dan sasaran militer baru tercantum

diterima oleh negara-negara dalam Protokol Tambahan I 1977. Untuk

mengetahui definisi dari objek sipil maka kita dapat melihatnya dalam Pasal

52 ayat 1 Protokol Tambahan I 1977 sebagai berikut: Obyek-obyek sipil tidak

boleh dijadikan sasaran serangan atau tindakan pembatasan. Obyek-obyek

sipil adalah semua obyek yang bukan sasaran militer seperti dirumuskan

dalam ayat (2) yang menyatakan: Serangan-serangan harus dengan tegas

dibatasi hanya pada sasaran-sasaran militer. Sebegitu jauh mengenai obyek-

obyek, sasaran-sasaran militer dibatasi pada obyek-obyek yang oleh sifatnya,

letak tempatnya, tujuannya atau kegunaannya memberikan sumbangan yang

efektif bagi aksi militer yang jika dihancurkan secara menyeluruh atau

sebagian, direbut atau dinetralisasi, di dalam keadaan yang berlaku pada

waktu itu, memberikan suatu keuntungan militer yang pasti.60

Menurut Hans-Peter Gasser, orang yang dilindungi adalah orang yang

berdasarkan Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tamabahan 1977 memiliki

perlindugan secara khusus. Dalam suatu sengketa bersenjata, orang-orang

yang dilindungi meliputi kombatan dan penduduk sipil. Kombatan yang telah

berstatus „hors de conmbat‟ harus dilindungai dalam segala keadaan. Perang

merupakan hal yang paling mengerikan bagi semua orang. Di dalam perang

tentu banyak orang yang menjadi korban, terutama para kombatan yang

sedang bertempur di baris depan yang dapat mengakibatkan luka, sakit bahkan

kematian. Oleh sebab itu untuk memanusiawikan para kombatan yang sedang

60

Protokol Tambahan I 1977 Pasal 52 ayat 1

Page 49: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

38

sakit maka Konvensi Jenewa I 1949 memberikan perlindungan kepada mereka

yang diatur dalam Pasal 12 yang menyatakan: Anggota angkatan perang dan

orang-orang lain yang disebut dalam pasal berikut, yang luka atau sakit wajib

dihormati dan dilindungi dalam segala keadaan. Mereka wajib diperlakukan

secara perikemanusiaan dan dirawat oleh pihak dalam sengketa dalam

kekuasaan siapa mereka mungkin berada, tanpa perbedaan merugikan yang

didasarkan atas kelamin, suku, kebangsaan, agama, pendapat-pendapat politik

atau setiap kriteria lainnya serupa itu. Tiap percobaan pembunuhan terhadap

mereka atau tindakan kekerasan atas mereka harus dilarang keras, mereka

khususnya tidak boleh dibunuh atau dimusnahkan, dijadikan obyek

penganiayaan atau percobaan biologis, mereka tidak boleh dengan sengaja

ditinggalkan tanpa bantuan dan perawatan kesehatan, begitu pula tidak boleh

ditimbulkan keadaan-keadaan yang mengakibatkan mereka mendapat penyakit

menular atau infeksi. Hanya alasan-alasan kesehatan yang mendesak dapat

menentukan prioritas dalam urutan pengobatan yang diberikan. Wanita harus

diperlakuakan dengan segala kehormatan yang patut diberikan mengingat

jenis kelamin mereka. Pihak dalam sengketa yang terpaksa meninggalkan

yang luka dan sakit di tangan musuh harus meninggalkan pada mereka

sebagian dari anggota dan bagian dinas kesehatan untuk menolong perawatan

mereka, sejauh pertimbangan-pertimbangan militer mengijinkannya.61

Petugas medis yang termasuk dalam Palang Merah Internasional

ataupun perhimpunan Sukarela atau relawan harus dihormati dan dilindungi.

61

Konvensi Jenewa I 1949

Page 50: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

39

Hal ini terdapat didalam Konvensi Jenewa I 1949 dalam Pasal 24: Anggota

dinaskesehatan yang dipekerjakan khusus untuk mencari atau mengumpulkan,

mengangkut atau merawat yang luka dan sakit, atau untuk mencegah penyakit

dan staf yang dipekerjakan khusus dalam administrasi kesatuan dan bangunan

kesehatan harus dihormati dan dilindungi dalam segala keadaan. Personil

Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dan himpunan yang bersifat netral juga

mendapat hak yang sama.

Hal ini juga dipertegas oleh Protokol Tambahan I 1977 dalam Pasal 12

Ayat 1 yang menyatakan: bahwa satuan-satuan kesehatan harus setiap saat

selalu dihormati dan dilindungi dan tidak boleh menjadi sasaran serangan.

Apabila mungkin pihak-pihak dalam sengketa harus menjamin bahwa satuan-

satuan kesehatan ditempatkan sedemikian rupa sehingga serangan-serangan

terhadap objek-objek militer tidak membahayakan keselamatan mereka.

Dengan kata lain bahwa petugas medis harus dihormati dan dilindungi. 62

G. Klausua Martens dan Klausua Siomnes

Klausa dalam hukum humaniter ada dua yaitu:

1. Klausua martens, klausua ini menentukan bahwa apabila Hukum Humaniter

belum mengatur suatu ketentuan hukum mengenai masalah-masalah tertentu,

maka ketentuan yang dipergunkan harus mengacu kepada prinsip-prinsip

Hukum Internasional yang tejadi dari kebiasaan yang terbentuk di antara

negara-negara yang beradap, dari hukum kemanusiaan yang serta dari

pendapat publik.

62

Protokol tambahan 1977

Page 51: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

40

2. Klausua siomnes yaitu bahwa Konvensi IV Den haag hanya berlaku apabila

kedua belah pihak yang bertikai adalah pihak dalam konvensi, apabila salah

satu pihak bukan peserta konvensi, maka konvensi tidak berlaku.63

63

Konvensi Den Haag 1907

Page 52: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Perlindungan Terhadap Tim Medis dalam Konflik

Bersenjata menurut Hukum Humaniter Internasional

Pelaksanaan perlindungan terhadap tim medis dalam konflik bersenjata

menurut hukum humaniter internasional adalah:

1. Kasus-Kasus Terhadap Tim Medis di Palestina

Perang sebagai salah satu penyelesaian sengketa secara paksa seharusnya

dihindari oleh negara-negara yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik.

Seandainya perang harus ditempuh maka para pihak harus melaksanakan sesuai

dengan hukum humaniter. Istilah hukum humaniter berawal dari istilah hukum

perang (law of war), yang kemudian menjadi hukum sengketa bersenjata (law of

armed conflict) dan sekarang dikenal sebagai hukum humaniter internasional

(international humanitarian law).64

Sengketa bersenjata merupakan bencana yang paling mengerikan. Dalam

situasi perang, pelayanan kesehatan pada umumnya menjadi tidak terorganisir

atau sebagian mengalami kehancuran, pada saat mana terdapat sejumlah besar

orang sakit dan terluka yang membutuhkan perawatan. Petugas medis dan mobil

ambulans, semakin sering menjadi sasaran tembak dalam konflik bersenjata.

Komite Palang Merah Internasional memulai kampanye, untuk meningkatkan

jaminan keamanan bagi sarana medis.

64

Arlina Permanasari dkk, Pengantar Hukum Humaniter, (Jakarta: ICRC, 1999), hlm. 1.

Page 53: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

42

Kawasan konflik di seluruh dunia, jalan menuju rumah sakit atau lokasi

pelayanan medis, biasanya dirintangi blokade jalanan, yang dijaga kelompok pria

bersenjata. Merekalah yang menentukan, siapa yang boleh lewat dan siapa yang

tidak. Semakin sering terjadi, petugas medis dilarang melewati blokade jalanan

itu.

Berdasarkan laporan Al-Mezan Center of Human Right, organisasi pembela

hak-hak asasi manusia menyimpulkan bahwa pasukan Israel pada dasarnya

mengabaikan fakta bahwa standar medis Palestina berpegang tegung pada standar

Internasional dalam memperlakukan demonstran di Gaza. Tentara Israel juga

disebut menembah para tenaga media dengan segaja meskipun staf medis telah

menggunakan seragam berbeda, yang mengidentifikasikan mereka sebagai tenaga

media. Ada tiga tenaga media yang menjadi sasaran tenaga Israel, yaitu Abdullah

Sabry Atia Al-Qatty (22 Tahun), Razan Al-Najjar (20 tahun), dari lembaga

bantuan medis palestina dan Musa Jaber Abdul Salam Abu Hassanein (34 tahun)

seorang tenaga medis dari pertahanan sipil.65

Palestina hanya satu contoh, bagi masalah mendasar di kawasan konflik

bersenjata di seluruh dunia, yakni nyaris tidak adanya jaminan keamanan, yang

menghambat akses ke lokasi layanan kesehatan, justru ketika hal itu amat

diperlukan. Banyak orang mati sia-sia, karena jalan menuju rumah sakit amat

berbahaya dan tidak dapat diperhitungkan resikonya. Personil medis dan

ambulans seringkali diserang, bahkan rumah sakit juga ditembaki. Untuk

mendokumentasikan besarnya masalah, Palang Merah Internasional mencatat dan

65

www.seraamedia.org, Bukan Kecelakaan, Israel Bunuh Sipil Dan Tenaga Medis Dengan

Sengaja, akses 23 Mei 2019

Page 54: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

43

menganalisa insiden yang terjadi di negara-negara yang menjadi wilayah

tugasnya.

Ambil contoh Razan al-Najjar dihujam timah panas militer Israel saat

sedang menolong para demonstran yang terluka dalam aksi 'Great March

Return' 1 Januari 2018. Najjar adalah perawat sukarela yang bertugas di

Khan Yunis, Jalur Gaza selatan. Bermula razan a-Najjar berlari menuju

pagar di Kota Khan Younis saat bentrokan pecah antara aparat Israel dan

demonstran Palestina, Jumat pekan lalu. Sambil mengangkat tangan, Najjar

yang berseragam putih mencoba membantu pejuang Palestina yang terluka.

Perempuan itu mengangkat tangan. Sebagai tanda bahwa ia adalah seorang

perawat. Namun, dari jauh penembak runduk seperti sudah mengincarnya.

Peluru itu melesak menembus gadis yang baru berusia 21 tahun tersebut.

Najjar awalnya tak sadar. Namun, tajam peluru membuatnya terjatuh. Ia

menangis. Rompi putihnya dengan sekejap berubah menjadi merah darah.

Saksi menyebut ada dua atau tiga peluru yang ditembakkan dari tentara

Israel. Nyawanya pun tak berhasil diselamatkan. Tindakan militer Israel itu

melanggar Konvensi Jenewa 1949 tentang Perlindungan Orang-orang Sipil

Dalam Waktu Perang. Palestina sudah dianggap sebagai sebuah subjek

hukum internasional. Sehingga harusnya dalam konflik misalnya Israel

dengan Palestina ini diberlakukan juga ketentuan itu.66

Berdasarkan kasus ini maka tidak ada pelaksanaan perlindungan terhadap

tim medis dalam konflik bersenjata di Palestina baik itu dari pihak Israel maupun

pihak Palestina. Kenyataannya seorang tenaga medis, Razan al-Najjar, tewas

tertembak saat melakukan evakuasi seorang warga palestina yang terluka saat itu.

Uni Eropa dan PBB menuduh Israel menggunakan kekuatan yang

berlebihan, sementara kelompok-kelompok HAM mengatakan aturan kontak

senjata Israel ilegal karena menggunakan kekuatan mematikan terhadap

demonstran tidak bersenjata ketika nyawa tentara Israel sendiri tidak dalam.

Pejabat-pejabat militer Israel menyalahkan Hamas atas pertumpahan darah itu.

Mereka mengatakan kelompok itu telah menggunakan demonstrasi sebagai

66

https://kumparan.com/@kumparannews/tembak-mati-tenaga-medis-palestina-israel-

langgar-konvensi-jenewa, diakses 24 Desember 2018

Page 55: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

44

perlindungan untuk melancarkan serangan lintas perbatasan dan menggunakan

para demonstran sebagai perisai. Lebih dari 115 warga Palestina tewas dan

hampir 3.700 lainnya luka-luka dalam aksi-aksi protes di sepanjang perbatasan

Israel yang sudah berlangsung hampir setiap minggu, demikian menurut petugas

kesehatan Palestina. Kebanyakan korban tewas adalah warga yang tidak

bersenjata, antara lain wartawan, tenaga medis, remaja dan dua perempuan.67

Padahal terhadap mereka dilarang selama mereka mempertahankan fungsi

netral dan merawat semua pasien secara setara tanpa melihat politik, keagamaan,

atau etnis mereka. Lambang-lambang perlindungan seperti Palang Merah, Bulan

Sabit Merah dan Kristal Merah diberlakukan untuk mengidentifkasi dengan jelas

instalasi, kendaraan, dan personil medis sebagai entitas yang dilindungi.

Orang-orang yang dilindungi tersebut tidak boleh diserang, meskipun di

Palestina tidak demikian. Mereka harus dihindarkan dari tindakan penyiksaan

fisik atau tindakan yang tidak manusiawi lainnya. Orang terluka dan sakit harus

dikumpulkan serta dirawat. Peraturan-peraturan yang rinci, termasuk pemberian

makanan dan tempat berteduh yang memadai serta jaminan hukum, diberlakukan

kepada mereka yang ditahan atau ditawan. Personil pelayanan kesehatan

menghadapi banyak tantangan ketika bekerja dalam situasi konflik bersenjata di

Palestina, karena mereka harus menyesuaikan standar pelayanan dengan sumber

daya yang tersedia dan harus menangani besarnya jumlah pasien masuk yang

membutuhkan penanganan segera untuk menyelamatkan nyawa. Di luar tantangan

67

Natalia Lana Lekong, Tangung Jawab Negara dalam Menyelesaikan Konflik Bersenjata

Internal Melalui Pengadilan Hybrid Menurut Perspektif Hukum Internal dan Hukum Nasional,

(Jurnal Hukum Vol. 5. No. 1. April 2015), hlm. 43.

Page 56: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

45

profesional tersebut, mereka juga sering kali menghadapi bahaya besar yang

terkait dengan hakikat pekerjaan mereka.

Kasus berikutnya siang hari tanggal 7 Januari 2009, tim ambulans Komite

Internasional Palang Merah (ICRC) dan Perhimpunan Nasional Bulan Sabit

Merah Palestina mendapati pemandangan yang mengguncang hati di sebuah

rumah di kawasan Zaytun, Kota Gaza, empat anak kecil meringkuk di samping

ibu-ibu mereka yang sudah tidak bernyawa. Rumah itu dihujani tembakan empat

hari sebelumnya, tetapi tim ambulans tidak diizinkan mendatangi para korban.

Ketika tiba di rumah itu, dua belas jenazah tergeletak di lantai kamar sedangkan

keempat anak kecil tadi terlampau lemah untuk berdiri.

Para prajurit yang bertugas di pos pemeriksaan di dekat rumah itu tidak

memberikan bantuan kepada korban-korban luka, dan memerintahkan tim

ambulans pergi ketika tim itu tiba di lokasi kejadian yang memilukan hati

tersebut. Petugas ambulans menolak perintah itu dan menolong korban yang

masih hidup. Hal ini bertentangan dengan apa yang telah diamankan oleh

Konvensi Jenewa 1949 terhadap petugas medis dalam memberikan pertolongan

kepada orang yang sakit.

Kenyataan ini membuat terkejut para petugas humaniter paling

berpengalaman sekalipun. Jutaan orang di seluruh dunia, terkena dampak dari

ancaman atau aksi kekerasan nyata terhadap sarana layanan kesehatan. Palang

Merah Internasional menyebutnya sebagai salah satu tantangan terbesar ICRC.

Mengungkap Permasalahan HCID, kemanusiaan di zaman ini, yang

sekaligus juga tidak banyak mendapat perhatian publik. Kini Komite Palang

Page 57: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

46

Merah Internasional (ICRC) memulai kampanye, untuk meningkatkan perhatian

internasional, bagi masalah yang dihadapi rumah sakit dan tenaga kesehatan di

kawasan perang. Pesan yang disampaikan kepada pemerintah, militer dan

kelompok perang lainnya amatlah jelas. Mereka harus menghormati netralitas

para petugas medis, serta menghormati hak untuk mendapat perawatan medis bagi

orang sakit, dalam kondisi apapun. Untuk itu Palang Merah Internasional

memutuskan, harus melakukan tindakan penyuluhan, agar dapat mendorong

terjadinya perubahan situasi.

2. Pelaksanaan Perlindungan Terhadap Tim Medis Hukum Humantier

Sebagaimana diketahui tim medis merupakan orang yang tidak ikut serta

dalam suatu konflik bersenjata, sehingga mereka tidak sebagai pihak yang sah

untuk menjadi korban. Berdasarkan hukum humaniter bahwa mereka harus

dilindungi secara manusiawi. Konflik secara teori disebabkan karena adanya

kontradiksi sosial. Kontradiksi sosial menurut Karl Marx sebagai common

interests. Konflik adalah produk dari hubungan social karena dua pihak yang

berinteraksi salam bertentangan (kontradiksi sosial). Kontradiksi social

bersumber dari kenyataan bahwa setiap masyarakat mengenal pembagian

kewenangan (outhority) secara tidak merata.68

Hukum Humaniter Internasional melindungi mereka yang tidak terlibat

dalam peperangan (non-kombatan) seperti orang-orang sipil dan petugas medis

serta agama. Hukum Humaniter Internasional juga melindungi mereka yang tidak

68

Muslim Mufti, Teori-Teori Politik, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 161-162.

Page 58: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

47

lagi terlibat dalam peperangan seperti orang-orang terluka atau korban kapal

karam atau orang sakit, atau orang-orang yang ditawan.

Hal ini dijelaskan di dalam Konvensi Jenewa I 1949 dalam Pasal 24 yaitu:

Anggota dinas kesehatan yang dipekerjakan khusus untuk mencari atau

mengumpulkan, mengangkut atau merawat yang luka dan sakit, atau untuk

mencegah penyakit dan staf yang dipekerjakan khusus dalam administrasi

kesatuan dan bangunan kesehatan harus dihormati dan dilindungi dalam segala

keadaan. Personil Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dan himpunan yang

bersifat netral juga mendapat hak yang sama. 69

Setiap orang, termasuk tim medis, dalam aturan hak asasi manusia memiliki

hak, yaitu hak hidup, kemerdekaan dan keamanan pribadi serta hak persamaan

dan kebebasan dari diskriminasi.70

Penyerangan terhadap petugas medis

merupakan sebuah perlangaran terhadap Hukum Humaniter Internasional, dimana

para petugas medis seharusnya mendapat perlindungan dan dihormati dalam

keadaan apapun. Hal ini dijelaskan dalam Protokol Tambahan I 1977 dalam Pasal

12 Ayat 1 yang menyatakan: bahwa satuan-satuan kesehatan harus setiap saat

selalu dihormati dan dilindungi dan tidak boleh menjadi sasaran serangan.71

Dokter atau petugas medis merupakan bagian dari komunitas dan salah satu

bagian utama dalam dunia kesehatan sangat mungkin untuk terlibat dalam suasana

perang. Hukum Humaniter Internasional mengikat tenaga kesehatan untuk

memberikan perawatan pada korban dari pihak kesehatan kepada penduduk sipil

69

Konvensi Jenewa I 1949 dalam Pasal 24 70

Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.

29. 71

Protokol Tambahan I 1977 dalam Pasal 12 ayat 1

Page 59: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

48

yang terluka.72

Hal ini dapat dilihat dalam Konvensi Jenewa I 1949 dari Protokol

Tambahan I 1977 melindungi tenaga kesehatan dari serangan langsung saat

perang, selama mereka tidak ikut berperang secara langsung (Geneva Conventions

protect health care personnel from direct attack, so long as they themselves do not

become combatants), namun dalam kenyataanya masih banyak petugas medis

yang menjadi korban atau menjadi sasaran perang dengan serangan.73

Peranan hukum humaniter internasional dalam perkembangan sistem hukum

suatu Negara mempunyai fungsi yang cukup penting. Khususnya mengatur

perlindungan terhadap petugas medis dalam konflik bersenjata. Hukum humaniter

internasional merupakan salah satu alat dan cara yang dapat digunakan oleh setiap

Negara damai maupun Negara netral, untuk ikut serta mengurangi penderitaan

yang dialami masyarakat akibat konflik bersenjata yang terjadi di berbagai

Negara.74

Ketentuan-ketentuan tersebut, diatur dalam keempat Konvensi Jenewa 1949

dan Protokol-protokol Tambahan 1977, membuat hak untuk memperoleh

pelayanan kesehatan setara dengan kewajiban bagi semua pihak dalam konfik

untuk mencari dan mengumpulkan korban luka setelah pertempuran usai dan

memfasilitasi akses ke sarana pelayanan kesehatan. Hukum Humaniter

internasional melalui Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan 1977

melindungi pelayanan kesehatan setiap saat dan dalam keadaan apapun.

72

HaryoMataram, Hukum Humaniter, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), hlm. 9. 73

https://m.liputan6.com. Akses 11 November 2018 74

Ayuni Yuliatiningsih, Agresi Israel Terhadap Palestina Perspektif Hukum Humaniter

Internasional, (Jurnal Dinamika Hukum Vol. 1. No. 12 Januari 2012), hlm. 98.

Page 60: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

49

Selain dari pada itu, terkait dengan masalah tim medis, sesuai prinsip-

prinsip hukum humaniter internasional terhadap perlindungan terhadap penduduk

sipil dalam konflik bersenjata sejak dahulu telah diatur dan dipraktekkan. Seperti

halnya perlindungan terhadap penduduk sipil dalam konflik bersenjata yang

terjadi di dalam wilayah suatu Negara serta diatur dalam Pasal 3 Konvensi Jenewa

1949 dan Protokol Tambahan II Tahun 1977. Pasal ini biasa juga disebut sebagai

Konvensi Mini (Convention in Miniature).

Pasal 3 (1) menetapkan beberapa larangan yaitu:

a. Tindakan kekerasan atas jiwa dan rasa;

b. Penyanderaan;

c. Perkosaan atas kehormatan pribadi;

d. Menghukum dan menjalankan hukuman mati, tanpa didahului keputusan

yang dijatuhkan oleh suatu pengadilan yang dibentuk secara teratur.75

Ayat 2 dinyatakan bahwa yang luka dan sakit harus dikumpulkan dan

dirawat. Sebuah badan humaniter tidak berpihak, seperti International Committee

of the Red Cross (ICRC) dapat menawarkan jasa-jasanya kepada pihak yang

bersengketa. Adapun Protokol II Tahun 1977 menetapkan antara lain:

a. Perlindungan terhadap operasi militer;

b. Larangan dijadikannya orang sipil termasuk tim medis sebagai sasaran

pertikaian bersenjata.

c. Larangan menjadikan kelaparan orang sipil sebagai sarana pertikaian;

dan

d. Larangan menyerang bangunan dan instansi yang mengandung kekuatan

berbahaya.

e. Perlindungan kumpulan orang sipil penolong korban pertikaian

bersenjata seperti medis.76

75

Konvensi Jenewa 1949 76

Komite Internasional Palang Merah, Ringkasan Konvensi-Konvensi Jenewa Tertanggal 12

Agustus 1949 serta Protokol-Protokol Tambahannya, (Jakarta: ICRC Delegasi Indonesia, 2011),

hlm. 21-25.

Page 61: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

50

Perlindungan tenaga medis merupakan suatu aturan yang luas cakupannya,

teknis dan rinci serta memuat sistem deklarasi dan sistem verifikasi yang

dilakukan oleh suatu rezim internasional dibawah naungan Sekretaris Jenderal

Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjend PBB). Bahkan dari pengalaman-

pengalaman serupa, dalam konflik bersenjata non-internasional pun tim meds

harus mendapat perlindungan.

Pada dasarnya, mengutip penjelasan halaman 7 buku “Ringkasan Konvensi-

Konvensi Jenewa Tertanggal 12 Agustus 1949 Serta Protokol-Protokol

Tambahannya” yang diterbitkan oleh Komite Internasional Palang Merah, demi

kepentingan orang-orang yang cedera, sakit dan korban kapal karam, setiap

kesatuan medis, baik militer maupun sipil, yang berada dibawah kekuasaan pihak

yang berwenang harus dilindungi.

Lebih lanjut, pengaturan mengenai perlindungan terhadap petugas kesehatan

dalam medan perang dapat ditemui dalam pasal-pasal Konvensi Jenewa dan

Protokol tambahannya. Misalnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 11, Pasal 24-

27, Pasal 36, dan Pasal 37 Konvensi Jenewa maka petugas kesehatan harus

dihormati dan dilindungi dalam segala keadaan, di antaranya mencangkup:

a. Seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara, semata-

mata untuk pekerjaan medis (mencari, mengumpulkan, mengangkut,

membuat diagnosa dan merawat orang yang cedera, sakit, korban kapal

karam dan untuk mencegah penyakit). Mereka itu adalah dokter,

perawat, jururawat, pembawa usungan.

b. Seseorang yang ditugaskan, baik permanen maupun sementara, semata-

mata untuk mengelola atau menyelenggarakan kesatuan medis atau

pengangkutan medis. Mereka itu adalah administrator, pengemudi, juru

masak dan lain-lain.77

77

Konvensi Jenewa 1949

Page 62: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

51

Konvensi Jenewa ini sebenarnya bukanlah satu-satunya sumber hukum

internasional yang mengatur tentang perlindungan terhadap tim medis dalam

wilayah peperangan. Perlindungan tentang tim medis dapat juga ditemui dalam

protokol-protokol tambahan terhadap Konvensi Jenewa. Namun sayangnya,

sebagaimana diberitakan dalam artikel Indonesia Berniat Ratifikasi Protokol

Konvensi Jenewa 1949, saat ini Indonesia belum meratifikasi protokol-protokol

tambahan dari Konvensi Jenewa, yaitu Protokol Tambahan I dan II. Protokol

Tambahan I tentang Perlindungan Terhadap Korban Sengketa Bersenjata

Internasional, dan Protokol Tambahan II tentang Perlindungan Terhadap Korban

Sengketa Bersenjata Non Internasional.

Tentang instrumen hukum internasional lainnya, kita akan merujuk pada

esei yang ditulis oleh konsultan hukum pada Divisi Hukum Komite Internasional

Palang Merah (ICRC) Jean-Marie Henckaerts berjudul “Studi (kajian) tentang

Hukum Humaniter Internasional Kebiasaan” yang dipublikasikan dalam Jurnal

Internasional Review of The Red Cross volume 87 No. 857 Maret 2005 (diunduh

dari www.icrc.org). Henckaerts bahwa Konvensi Jenewa beserta Protokol-

Protokol Tambahannya merupakan rezim pengaturan HHI yang berdasarkan pada

perjanjian multilateral antara negara-negara (“HHI Perjanjian”). Selain HHI

Perjanjian, sumber hukum humaniter lainnya yang mengatur mengenai

perlindungan tim medis dalam wilayah peperangan adalah hukum yang

Page 63: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

52

berdasarkan pada praktik kebiasaan, yang disebut sebagai Hukum Humaniter

Internasional Kebiasaan.78

Lebih lanjut Henckaerts yang juga ketua proyek Hukum Humaniter

Internasional Kebiasaan ICRC menjelaskan bahwa definisi HHI Kebiasaan

menurut Pasal 38 ayat (1) huruf (b) Statuta Pengadilan Internasional (the Statute

of the International Court of Justice) adalah "praktik-praktik umum yang telah

diterima sebagai hukum."

Menurut Henckaerts79

, ada banyak aturan dalam HI Kebiasaan yang

identik atau serupa dengan aturan yang terdapat dalam HI Perjanjian. Contoh

aturan-aturan yang didapati merupakan Kebiasaan tetapi memiliki padanan aturan

dalam Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa antara lain adalah: kewajiban untuk

menghormati dan melindungi personil medis dan personil keagamaan, unit medis

dan sarana transportasi medis, personil dan barang-barang bantuan kemanusiaan;

dan kewajiban untuk melindungi tugas medis.

Konvensi Jenewa diratifikasi oleh negara Indonesia dengan diterbitkanya

UU No. 59 Tahun 1958 tentang Ikut-Serta Negara Republik Indonesia dalam

Seluruh Konpensi Jenewa Tanggal 12 Agustus 1949 (“UU No. 59/1958”). Maka

artinya Konvensi Jenewa ini juga berlaku di Indonesia.80

Mengingat bahwa ratifikasi Konvensi Jenewa ini dilakukan dengan

menerbitkan UU No. 59/1958, maka menurut hemat kami Konvensi Jenewa ini

78

Jean-Marie Henckaerts, Studi (kajian) tentang Hukum Humaniter Internasional Kebiasaan:

Sebuah Sumbangan bagi Pemahaman dan Penghormatan Terhadap Tertib Hukum dalam Konflik

Bersenjata (Study on Customary International Humanitarian Law Volume 87 Nomor 857 Maret

2005), hlm. 1-3. 79

Ibid., hlm. 14. 80

UU No. 59 Tahun 1958 tentang Ikut-Serta Negara Republik Indonesia dalam Seluruh

Konpensi Jenewa Tanggal 12 Agustus 1949

Page 64: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

53

juga berlaku mengikat layaknya Undang-Undang pada umumnya di Indonesia.

Jadi, dapat dikatakan bahwa peraturan khusus di Indonesia dan dunia

Internasional yang mengatur mengenai perlindungan tenaga kesehatan di medan

perang adalah Konvensi Jenewa ini.

Perlindungan terhadap petugas medis dalam Konvensi Jenewa I 1949 dan

Protokol Tambahan I 1977 didasarkan pada penghormatan pribadi dan tidak dapat

diganggu gugat hak dasar pribadi manusia baik pria maupun wanita. Artinya

orang-orang yang tidak terlibat langsung di dalam pertempuran atau perang

seperti petugas medis berhak harus dihormati dan dilindungi dengan segala

keadaan dan diperlakukan secara perikemanusiaan. Dilarang melakukan

kekerasan terhadap jiwa, kesehatan jasmani dan rohani seperti penganiayaan

secara kasar dan bahkan pembunuhan, bahkan di dalam pertempuran dilarang

melakukan penghukuman secara kolektif, tindakan teror dan perkosaan atas

kehormatan pribadi terutama tindakan yang dapat merendahkan martabat

manusia.81

Mengurangi penderitaan korban perang tidak cukup dengan membagikan

makanan dan obat-obatan, tetapi perlu disertai upaya mengingatkan para pihak

yang berperang agar operasi tempur mereka dilaksanakan dalam batas-batas

perikemanusiaan. Hal tersebut dapat terlaksana apabila pihak-pihak yang terkait

menghormati dan mempraktikan HHI, karena HHI memuat aturan tentang

perlindungan korban konflik serta tentang pembatasan dan cara perang.82

81

Konvensi Jenewa I 1949 dan Protokol Tambahan I 1977 82

Ambarwati, Denny Ramdhany, & Rina Rusman, Hukum Humaniter Internasional dalam

Studi Hubungan Internasional, (Jakarta: RajaGrafido Persada, 2013), hlm. 28-29.

Page 65: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

54

Serangan terhadap tim medis dan tidak ada perlindungan terhadapnya

merupakan tindakan yang tidak berkeperikemanusiaan yang merupakan

pelanggaran terhadap hak yang diperoleh petugas medis yaitu untuk mendapatkan

perlindugan dan dihormati yang tertuang dalam Konvensi Jenewa I 1949 dalam

Pasal 24 menyatakan: Anggota dinas kesehatan yang dipekerjakan khusus untuk

mencari atau mengumpulkan, mengangkut atau merawat yang luka dan sakit, atau

untuk mencegah penyakit dan staf yang dipekerjakan khusus dalam administrasi

kesatuan dan bangunan kesehatan harus dihormati dan dilindungi dalam segala

keadaan. Personil Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dan himpunan yang

bersifat netral juga mendapat hak yang sama.83

Hal ini juga dipertegas oleh Protokol Tambahan I 1977 dalam Pasal 12 Ayat

1 yang menyatakan: bahwa satuan-satuan kesehatan harus setiap saat selalu

dihormati dan dilindungi dan tidak boleh menjadi sasaran serangan. Banyaknya

penyerangan terhadap petugas medis dalam konflik di Palestina, menurut penulis

merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Konvensi Jenewa I 1949 dan Protokol

Tambahan I 1977. Hal tersebut menunjukkan petugas medis tidak mendapatkan

haknya yaitu dilindungi dan dihormati sebagaimana mestinya di dalam konflik di

Palestina. 84

Protokol Tambahan I 1977 Pasal 12 Ayat 1. Pelanggaran tersebut terlihat

jelas bahwa para pihak yang berkonflik yaitu Israel dan Palestina telah

menjadikan petugas medis yang tidak terlibat juga menjadi sasaran serang. Hal

83

Konvensi Jenewa I 1949 dalam Pasal 24 84

Protokol Tambahan I 1977 dalam Pasal 12 Ayat 1

Page 66: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

55

tersebut menjadikan derita jasmani yang tidak terhingga, dan tidak jarang juga

menimbulkan korban jiwa atau hilangnya nyawa seseorang.

Berdasarkan fakta-fakta yang telah dipaparkan oleh penulis, bahwa dalam

konflik yang terjadi di Palestina, pihak-pihak yang berperang yaitu Israel dan

Palestina telah melakukan tindakan-tindakan penyerangan terhadap petugas

medis. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para pengamat dan pakar di

bidang ini, maka menurut penulis, kasus-kasus yang telah terjadi merupakan

pelanggaran terhadap Konvensi Jenewa I 1949 dan Protokol Tambahan I 1977

tentang perlindungan petugas medis dalam sebuah konflik.

Menurut penulis berdasarkan kondisi yang terjadi bukan karena terdapat

kelemahan dalam Konvesi Jenewa I 1949 dan Protokol Tambahan I 1977 namun

kurangnya para pihak yang bertikai untuk mematuhinya.

B. Bentuk Tangung Jawab Negara terhadap Tim Medis dalam Konflik

Angkatan Bersenjata di Palestina Menurut Hukum Humaniter

Internasional

Negara merupakan suatu organisasi besar yang terdiri dari sekumpulan

masyarakat yang memiliki beragam kebutuhan, sudah tidak bisa eksis tanpa

berhubungan dengan negara lainnya, setiap negara mempunyai kepentingan

masing-masing yang terkadang kepentingan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh

negara itu sendiri. Maka dari itu, negara harus terus bekerjasama dan berhubungan

dengan negara lain agar terpenuhi kebutuhan para masyarakat. Setiap negara yang

melakukan hubungan internasional dengan negara lain akan memberikan

kekebalan dan keistimewaan kepada perwakilan dari negara asing di negaranya,

Page 67: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

56

hal ini diperlukan guna mengembangkan hubungan persahabatan antarnegara dan

bukan untuk menjamin tugas dari pejabat diplomatik agar lebih efisien.85

Pada kasus perlindungan tim medis, maka bentuk tangung jawab negara

terhadap tim medis dalam konflik angkatan bersenjata nyaris tidak ada, baik dari

pihak Palestina maupun Israel. Israel tidak hadir sebagai negara yang bertanggung

jawab terhadap tewasnya sejumlah tenaga medis warga Palestina. Israel dalam hal

ini tidak tunduk pada hukum hubungan internasional. Padahal Tunduknya suatu

negara kepada kebutuhan pergaulan masyarakat internasional merupakan syarat

mutlak bagi terciptanya suatu masyarakat internasional yang teratur yang hanya

mungkin terwujud dengan adanya hukum internasional. Sekarang ini negara-

negara nasional tidak dapat bersembunyi di balik klaim urusan dalam negeri dan

berdasarkan prinsip non-intervention. Alas an-alasan kedaulatan nasional tidak

lagi memadai untuk melindungi Negara-negara yang mempunyai kejahatan

terhadap kemanusiaan.86

Negara-negara dalam mengadakan hubungan konsuler

antara rakyat-rakyat telah diadakan sejak dahulu kala sebagaimana maksud dan

azas Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang persamaan derajat Negara-

negara berdaulat, pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional serta

peningkatan hubungan persahabatan antar bangsa-bangsa.

Petugas medis juga menjadi sasaran tembak atau korban perang juga karena

lambang yang tidak terlihat sehingga menjadi sasaran tembak di saat menjalankan

tugas baik siang maupun malam, serta kelalaian petugas medis sendiri saat

85

Morenna Thasya Sumolang, Tanggung Jawab Negara dalam Perlindungan Warga Negara

di Luar Negeri Berdasarkan Konvensi Wina Tahun 1963 Tentang Hubungan Konsuler (Jurnal Lex

Et Societatis Vol. VI/No. 5/Jul/2018), hlm. 34. 86

Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, (Yogyakarta: Media Pressindo,

2007), hlm. 146-147.

Page 68: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

57

bertugas sehingga menjadi sasaran tembak dalam sebuah konflik. Mendesak untuk

dilakukan bahwa negara baik Palestina maupun Israel harus hadis terhadap tim

medis dalam konflik angkatan bersenjata dengan memberikan perlindungan yang

tinggi demi keselamatan nyawa dan kehidupannya.

Latar belakang timbulnya tanggung jawab negara (state responcibility) dalam

hukum yaitu tidak ada satu negara pun dapat menikmati hak-haknya, tanpa

menghormati hak-hak yang hidup dan berkembang di negara lain. Hukum tentang

tanggung jawab negara adalah hukum mengenai kewajiban negara yang timbul

manakala negara, telah atau tidak melakukan suatu tindakan. Dengan kata lain

negara bertanggung jawab apabila telah melanggar ketentuan-ketentuan yang

telah disepakati. Hukum tentang tanggung jawab negara masih dalam tingkat

evolusi dan kemungkinan akan meningkat pada tahap di mana negara-negara dan

individu-individu yang dikenai tanggung jawab atas pelanggaran-pelanggaran

hukum internasional yang merupakan kejahatan internasional, yang berbeda dari

tanggung jawab biasa bagi pelanggaran-pelanggaran terhadap kewajiban yang

akibatnya menimbulkan penggantian kerugian atau pembayaran ganti-rugi.

Kesalahan atau kerugian-kerugian yang menimbulkan tanggung jawab negara

beragam jenisnya pada kasus di Palestina. Negara dikatakan bertanggung jawab,

karena melakukan pelanggaran kewajiban berupa a) suatu tindakan, dan b)

kelalaian. Menurut Starke, keadaan tersebut sangat tergantung pada tindakan

negara yang tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban kontraktualnya dan ini

diatur oleh standar-standar internasional yaitu seperti di bawah ini:

Page 69: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

58

a. Pelanggaran kewajiban atau tidak dilaksanakannya beberapa kaidah tindakan

oleh suatu negara yang dianggap menimbulkan tanggung jawab;

b. Kewenangan atau kompetensi badan negara yang melakukan kesalahan.87

Pada kasus konflik Israel dan Palestina, pelanggaran atau kelalaian Negara

terjadi pada butir a) merupakan suatu tindakan yang memenuhi beberapa kaidah

hukum internasional. Pada butir b) secara umum tidak terbuka peluang bagi suatu

negara, untuk membela diri dari klaim dengan menyatakan bahwa badan negara

tertentu yang diduga kuat melakukan tindakan kesalahan telah melebihi lingkup

kewenangannya menurut hukum nasional. Oleh karena itu, tanggung jawab dalam

arti hukum adalah tanggung jawab yang benar-benar terkait dengan hak dan

kewajiban kedua neraga, Israel dan Palestina.

Negara Israel dan Palestina yang berkonflik bertanggung jawab menjamin

keselamatan kerja petugas medis, meskipun faktanya tidak ada sama sekali dari

pihak Israel. Keselamatan kerja dimaksudkan sebagai upaya perlindungan pekerja,

orang lain di tempat kerja dan sumber produksi agar selalu dalam keadaan selamat

selama dilakukan proses kerja.88

Penyerangan terhadap Petugas medis hanyalah

puncak dari gunung es dalam ranah konflik. Serangan terhadap sarana pelayanan

kesehatan, personil kesehatan, dan kendaraan medis, dan hambatan-hambatan

yang dihadapi korban luka dan sakit untuk memperoleh pelayanan kesehatan,

jamak terjadi dalam berbagai konfik dan pergolakan di seluruh dunia. Hal

semacam itu menimbulkan dampak sekunder jangka panjang, tenaga profesional

87

Muhammad Heikal Daudi, Tangung Jawab Negara Terhadap Pelarangan Menyeluruh

Ranjau Anti Personel di Indonesia dalam Konflik Bersenjata di Aceh..., hlm. 252-253. 88

Cecep Triwobowo, Etika dan Hukum Kesehatan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2014), hlm.

101.

Page 70: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

59

kesehatan meninggalkan tempat tugas mereka, rumah sakit tutup, dan program

vaksinasi terhenti. Efek susul-menyusul ini membuat masyarakat secara

keseluruhan kehilangan akses ke pelayanan yang memadai. Kekerasan nyata dan

ancaman kekerasan terhadap pasien, pekerja medis, dan sarana kesehatan

merupakan salah satu masalah paling krusial tetapi juga paling terabaikan dewasa

ini.

Penyerangan tenaga tenaga medis Palestina oleh tentara Israel adalah

penghinaan terhadap martabat manusia. Fakta yang ada bahwa pelaksanaan

perlindungan terhadap tim medis dalam konflik bersenjata di Palestina hampir

tidak ada. Kenyataannya seorang tenaga medis tewas dalam penyergapan di

Palestina, kesehatan menyatakan bahwa mereka yang tewas dalam serangan di

perbatasan Gaza adalah pekerja kesehatan, sementara yang lain menyebutkan, di

antara korban ada juga orang tua bocah yang akan divaksinasi.

Tim medis perlu mendapatkan keamanan dan kenyamanan dalam bekerja

dalam wilayah konflik. Konflik sosial budaya terjadi karena kemajemukan

suku, budaya dan agama tidak teratasi dengan baik dan adil oleh

penyelenggara negara maupun masyarakat. Dengan kerangka itu diperlukan

penelenggaraan Negara yang mampu memahami dan mengelola

kemajemukan bangsa baik dan adil.89

Hal tersebut berkaitan dengan pengertian orang-orang yang dilindungi

dalam arti sempit, yaitu orang-orang yang turut serta dalam sengketa bersenjata

yang telah menjadi korban perang karena luka, sakit dan tertawan sebagaimana

diatur dalam pasal-pasal bersamaan dalam Konvensi I, II dan III yaitu Pasal 13

89

Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar

Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: Sekretaris Jenderal MPRRI, 2012), hlm. 17-18.

Page 71: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

60

dalam Konvensi I dan II dan Pasal 4 par A dalam Konvensi III dari Konvensi

Jenewa 1949.90

Pelaksanaan perlindungan terhadap tim medis dalam konflik bersenjata di

Palestina jika dilihat dari Hukum Humaniter Internasional tidak ada. Seharusnya

sesuai Hukum Humaniter Internasional Petugas medis yang termasuk dalam

Palang Merah Internasional ataupun, Perhimpunan suka rela atau Relawan harus

dihormati dan dilindungi. Hal ini terdapat di dalam Konvenis Jenewa I 1949

dalam Pasal 24: Anggota dinas kesehatan yang dipekerjakan khusus untuk

mencari atau mengumpulkan, mengangkut atau merawat yang luka dan sakit, atau

untuk mencegah penyakit dan staf yang dipekerjakan khusus dalam administrasi

kesatuan dan bangunan kesehatan harus dihormati dan dilindungi dalam segala

keadaan.91

Hukum humaniter Internasional sudah menggariskan bahwa negara yang

berkonflik maupun yang tidak terlibat dengan konflik itu bertanggung jawab

melindungi tim medis. Hal ini sudah tertuang dalam Protokol Tambahan I

Konvensi Jenewa antara lain adalah: kewajiban untuk menghormati dan

melindungi personil medis dan personil keagamaan, unit medis dan sarana

transportasi medis, personil dan barang-barang bantuan kemanusiaan; dan

kewajiban untuk melindungi tugas medis. Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan

1977 melindungi pelayanan kesehatan setiap saat dan dalam keadaan apapun.

90

Mochtar Kusumaatmadja, Konvensi-Konvensi Palang Merah 1949 Mengenai Perlindungan

Korban Perang, (Bandung: Alumni, 2002), hlm. 32. 91

Ayuni Yuliatingsih, Agresi terhadap Palestina Perspektif Ukum Humaniter Internasional,

(Jurnal Dinamika Hukum Vol. 1. No.12 Januari, 2012), hlm. 98.

Page 72: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari penjelasan yang telah diuraikan pada hasil penelitian

penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlindungan terhadap tim medis dalam konflik bersenjata menurut hukum

humaniter internasional tidak terlaksana terutama pada penerapan ketentuan

Konvensi Jenewa I tahun 1949 dan Protokol Tambahan I tahun 1977 saat

konflik terjadi di Palestina disebabkan bukan lemahnya hukum yang mengatur

namun karena kurangnya kemauan dan itikad baik serta komitmen bersama

dari pihak yang bertikai atau yang bersengketa untuk menetapkan dan

mematuhi ketentuan Hukum Humaniter Internasional pada saat konflik terjadi.

2. Bentuk tangung jawab negara terhadap tim medis dalam konflik angkatan

bersenjata di Palestina menurut hukum humaniter internasional nyaris tidak

ada. Hal ini dibuktikan saat konflik bersenjata terjadi petugas medis tidak

mendapat perlindungan sebagaimana diatur dalam Konvensi Jenewa I 1949

dan Protokol Tambahan I 1977. Bahwa agar hak-hak petugas medis belum

dapat dilindungi saat konflik bersenjata yang terjadi dibutuhkan itikad baik

dan komitmen bersama dari pihak yang bertikai atau bersengketa secara

sungguh-sungguh untuk mengutamakan ketentuan yang dapat melindungi

petugas medis yaitu ketentuan Konvensi Jenewa I tahun 1949 dan Protokol

Tambahan I 1977.

Page 73: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

62

B. Saran-Saran

Dalam penulisan skripsi ini, terdapat beberapa saran yang penulis berikan

terkait dengan masalah perlindungan petugas medis dalam konflik di Afghanistan,

antara lain:

1. Memfasilitasi akses yang lebih aman bagi staf dan relawan Palang Merah dan

Bulan Sabit Merah ICRC terhadap ancaman-ancaman yang dihadapi pasien,

pekerja kesehatan, relawan, sarana pelayanan kesehatan, dan kendaraan medis

dalam situasi konflik.

2. Rumah sakit dan berbagai sarana pelayanan kesehatan di negara-negara yang

terkena dampak konflik bersenjata atau situasi kekerasan harus dilindungai.

Pengamanan pelayanan kesehatan tidak dapat dilakukan oleh komunitas

pelayanan kesehatan sendiri tanggung jawab utama ada di tangan politisi dan

kombatan.

3. Perlunya penyebarluasan pengetahuan Hukum Humaniter Internasional

kepada personil militer, pejabat pemerintah dan negara yang bersengketa

tentang tentang penghormatan hak-hak yang diberikan oleh Konvensi Jenewa

I 1949 dan Protokol Tambahan I 1977 tehadap petugas medis.

Page 74: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

63

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Abdurrahmat Fathoni, Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta:

Rineka Cipta, 2006.

Ambarwati, Denny Ramdhany, & Rina Rusman, Hukum Humaniter Internasional

dalam Studi Hubungan Internasional, Jakarta: RajaGrafido Persada,

2013.

Amirul Hadi, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2003.

Arlina Permanasari dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Jakarta: ICRC, 1999.

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika

Offset, 2002.

Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi, Yogyakarta: Media

Pressindo, 2007.

Cecep Triwobowo, Etika dan Hukum Kesehatan, Yogyakarta: Nuha Medika,

2014.

D.W. Bowett, Hukum Organisasi Internasional, Alih bahasa Bambang Iriana

Jatmaja, Jakarta: Sinar Grafika, 1992.

Haryomataram, Hukum Humaniter, Jakarta: CV. Rajawali, 1984.

_______, Sekelumit tentang Hukum Humaniter, Surakarta: Sebelas Maret

University Press, 1994.

Ishaq, Metode Penelitian Hukum: Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi

Bandung: Alfabeta, 2017.

Komite Internasional Palang Merah, Ringkasan Konvensi-Konvensi Jenewa

Tertanggal 12 Agustus 1949 serta Protokol-Protokol Tambahannya,

Jakarta: ICRC Delegasi Indonesia, 2011.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang dan Diklat Kementerian

Agama RI, Tafsir Al Qur‟an Tematik “Hukum Keadilan dan Hak Asasi

Manusia”, Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an, 2010.

Mansyur Effendi, Hukum Humaniter Internasional, Surabaya: Usaha Nasional,

1994.

Page 75: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

64

Masjhur Efendi, Moh. Ridwan & Muslich Subandi, Pengantar dan Dasar-dasar

Hukum Internasional, Malang: IKIP Malang, 1995.

Mochtar Kusumaatmadja, Konvensi-Konvensi Palang Merah 1949 Mengenai

Perlindungan Korban Perang, Bandung: Alumni, 2002.

Muslim Mufti, Teori-Teori Politik, Bandung: Pustaka Setia, 2013.

Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar

Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Jakarta: Sekretaris Jenderal

MPRRI, 2012.

Rhona K. M. Smith, at.al, Hukum Hak Azazi Manasia, Yogyakarta: PUSHAM

UII, 2008.

Sanapilah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2007.

Sefriani, Peranan Hukum Internasional dalam Hubungan Internasional

Kontemporer, Jakarta: Rajawali Press, 2016.

Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permasalahan & Fleksibilitas, Jakarta:

Sinar Grafika, 2007.

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syariah Press, 2014.

Wahyu Wagiman, Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia (Jakarta: Lembaga

Studi dan Advokasi Masyarakat, 2007.

Zayyid bin Abdel Karim al-Zayyid, Pengantar Hukum Humaniter Internasional

dalam Islam, terj. Masri Elmahsyar Bidin dan Abdullah Syamsul Arifin,

International Committee of the Red Cross (ICRC) Delegasi Regional

Indonesia, 2008.

B. Skripsi, Jurnal

Adwani, Perlindungan Orang-Orang dalam Daerah Konflik Bersenjata Menurut

Hukum Humaniter Internasional, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 1. No. 12

Januari, 2012.

Adwani, Perlindungan Terhadap Korban dalam Daerah Konflik Bersenjata

Menurut Perspektif Hukum Humaniter Internasional, Jurnal Ilmu Hukum

Vol. 2. No. 5 Februari 2015.

Page 76: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

65

Ayuni Yuliatingsih, Agresi terhadap Palestina Perspektif Ukum Humaniter

Internasional, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 1. No.12 Januari, 2012.

Jean-Marie Henckaerts, Studi (kajian) tentang Hukum Humaniter Internasional

Kebiasaan: Sebuah Sumbangan bagi Pemahaman dan Penghormatan

Terhadap Tertib Hukum dalam Konflik Bersenjata. Study on Customary

International Humanitarian Law Volume 87 Nomor 857 Maret 2005.

Morenna Thasya Sumolang, Tanggung Jawab Negara dalam Perlindungan

Warga Negara di Luar Negeri Berdasarkan Konvensi Wina Tahun 1963

Tentang Hubungan Konsuler. Jurnal Lex Et Societatis Vol. VI/No.

5/Jul/2018.

Muhammad Heikal Daudi, Tangung jawab negara Terhadap Pelarangan

Menyeluruh Ranjau Anti Personel di Indonesia dalam Konflik Bersenjata

di Aceh, Jurnal Ilmu Hukum Vol. 12. No. 60 Agustus, 2013.

Muhammad Iqbal Asnawi, Kosistensi Penegakan Hukum Humaniter

Internasional dalam Hubungan Antar Bangsa, Jurnal Hukum Vol. 12.

No. 1 Januari 2017.

Natalia Lana Lekong, Tangung jawab negara dalam Menyelesaikan Konflik

Bersenjata Internal Melalui Pengadilan Hybrid Menurut Perspektif

Hukum Internal dan Hukum Nasional, Jurnal Hukum Vol. 5. No. 1. April

2015.

Rafika Mayang Sari, Tinjauan Yuridis Terhadap Konvensi Jenewa 1949 Terhadap

Negara-Negara yang Berperang Menurut Hukum Internasional, Jurnal

Hukum Vol. 5. No. 12 Januari 2013.

Yuliatiningsih, Agresi Israel Terhadap Palestina Perspektif Hukum Humaniter

Internasional, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 1. No. 12 Januari 2012.

C. Internet

https://kumparan.com/@kumparannews/tembak-mati-tenaga-medis-palestina-

israel-langgar-konvensi-jenewa, diakses 24 Desember 2018

https://m. republika.co.id.Palestina-Israel. Akses 19 November 2018

https://m.liputan6.com. Akses 11 November 2018

www.seraamedia.org

Page 77: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

66

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ana Prasetiani

NIM : SPI. 141812

Alamat : Mekar Sari, Rt 07, Kecamatan Kumpeh, Kabupaten

Muaro Jambi

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul :

“Bentuk Tangung Jawab Negara Terhadap Perlindungan Tim Medis Dalam

Konflik Bersenjata Di Palestina Menurut Hukum Humaniter Internasional”.

Yang dimunaqasahkan pada hari Selasa, 21 Mei 2019

Dengan penguji : 1) H. Hermanto Harun, Lc.,M.HI.,Ph.D

Penguji : 2) Juharmen, S.HI.,M.Is

Page 78: BENTUK TANGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP …repository.uinjambi.ac.id/2967/1/BOOKMARK SKRIPSI ANA P... · 2020. 4. 30. · 1 bentuk tangung jawab negara terhadap perlindungan tim medis

67

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

NAMA : Ana Prasetiani

Jenis Kelamin : Perempuan

Temat Tanggal Lahir : Mekar Sari, 13 April 1995

Nim : Spi 141812

No. Telp/Hp : 082346333501

Nama Ayah : Eko Yulianto

Nama Ibu : Supriati

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal :

a. SD. Tahun Lulus: SDN 149/IX Mekar Sari, 2009

b. SMP. Tahun Lulus : SMPN 29 Muaro Jambi, 2012

c. SMK. Tahun Lulus : SMKN 5 Muaro Jambi, 2014

2. Pendidikan Non-Formal ( Pelatihan, Kursus, Dll )

a. Kursus Computer, 2013

3. Prestasi Akademik/ Skil/Olahraga/ Budaya Yang Dimiliki :

Juara II O2SN Tingkat Kabupaten Muaro Jamb