pengaruh atribut kualitas audit 1

Upload: wahid-hasyim

Post on 21-Jul-2015

727 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH ATRIBUT KUALITAS AUDITTERHADAP KEPUASAN KLIEN PADA PT TELKOM

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam mengkomunikasikan fakta-fakta mengenai perusahaan dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan. Selain itu, laporan keuangan berisi informasi tentang kinerja perusahaan dalam satu periode. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan, diantaranya pemilik perusahaan itu sendiri, kreditur, lembaga keuangan, investor, pemerintah dimana perusahaan itu berdomisili, masyarakat umum, dan pihak-pihak lainnya. Pemakai laporan keuangan tidak hanya pihak internal perusahaan tetapi juga pihak eksternal perusahaan. Mengingat banyaknya pihak yang

berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut, maka informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut haruslah wajar, dapat dipercaya, dan tidak menyesatkan bagi pemakainya sehingga kebutuhan masing-masing pihak yang berkepentingan dapat dipenuhi. Guna menjamin kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, perlu adanya suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik yang berkualitas. Hal ini dimaksudkan agar hasil pemeriksaan itu merupakan hasil audit yang dapat memuaskan keinginan klien. Kualitas audit menjadi perhatian publik, setelah terjadinya kasus-kasus atau skandal-skandal keuangan baik di luar maupun di dalam negeri. Skandalskandal keuangan tersebut melibatkan perusahaan-perusahaan besar dan Kantor Akuntan Publik besar.

2

Kualitas audit menjadi harapan dari pengguna jasa audit terutama publik atau pemegang saham yang menaruh harapan tinggi bahwa laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP tentunya merupakan laporan keuangan yang bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Nyatanya dengan banyaknya kasus keuangan yang terjadi mengakibatkan kualitas audit dipertanyakan. Era globalisasi merupakan era di mana batasan antar negara tidak lagi menjadi halangan dalam perkembangan dunia usaha. Setiap negara bebas melakukan kerja sama dengan negara lain. Perkembangan dunia usaha menyebabkan kebutuhan terhadap jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) dari waktu ke waktu semakin meningkat. Dengan adanya globalisasi, KAP di berbagai belahan dunia dapat dengan mudah masuk ke berbagai negara, termasuk ke Indonesia. Hai ini membuat semakin meningkatnya persaingan antar KAP yang sudah ada saat ini. Untuk dapat bersaing dengan KAP-KAP lainnya, KAP harus bekerja semaksimal mungkin dalam memberikan layanan terhadap kliennya. Hal ini dapat ditempuh dengan cara memahami atribut-atribut penentu kepuasan klien, tetapi tetap berpegang pada kode etik dan standar audit yang berlaku di Indonesia. (Mukhlasin 2004) Setiap pelaksanaan audit harus mempunyai standar kualitas yang tinggi. Audit yang mempunyai standar kualitas yang tinggi menggunakan sumber-sumber efektif dalam audit. Pelaksanaan audit dengan standar kualitas yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik berhubungan langsung dengan mutu pemeriksaan (audit).

3

De Angelo (1981) dalam Duff (2004) mengatakan bahwa kualitas audit tergantung pada 2 faktor, yaitu : (1) kemampuan auditor untuk menguji akun-akun dan mengidentifikasi kesalahan atau anomali melalui kompetensi teknisnya; dan (2) objektivitas melalui independensinya. Oleh karena itu DeAngelo

mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan auditor dapat mendeteksi dan melaporkan kesalahan atau kecurangan dalam sistem informasi akuntansi klien. Atribut kualitas jasa audit seharusnya memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang menentukan kepuasan klien. Tetapi berbagai pendapat mengambil kesimpulan bahwa kualitas pelayanan audit dan kepuasan klien merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Di antara peneliti pemasaran terdapat kesepakatan bahwa pelayanan dan kepuasan klien adalah konstruk yang berbeda tetapi memiliki hubungan yang dekat (Taylor dan Baker, 1994 dalam Ridwan Widagdo, Sukma Lesmana, dan Soni Agus Irwandi, 2002). Sebagian besar studi yang pernah dilakukan dalam rangka mengevaluasi kualitas audit, selalu membuat kesimpulan dari sudut pandang auditor. Mock dan Samet (1982), Sutton (1993), dan Schroeder (1986) meneliti mengenai kualitas audit dari sudut padang auditor. Sementara itu Carcello et. al. (1992) berusaha lebih luas memasukkan orang-orang yang menyiapkan laporan kueangan dan pengguna laporan keuangan sebagai bagian dari atribut kualitas audit. Dengan memasukkan instumen tersebut maka Carcello et. al. (1992) telah memberikan informasi lebih menyeluruh tentang kualitas audit dari sudut pandang klien. Behn et. al. (1997) melakukan penelitian yang sama tentang atribut kualitas audit dengan melihat apakah atribut kualitas audit mempunyai pengaruh

4

secara langsung dengan kepuasan klien dengan menggunakan 12 atribut kualitas audit yang dikembangkan oleh Carcello et. al. (1992), yang meliputi: pengalaman tim audit dan KAP dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan klien, keahlian/pemahaman terhadap industri klien; respon atas kebutuhan klien, kompetensi anggota tim audit terhadap prinsip-prinsip akuntansi dan norma norma pemeriksaan, sikap independensi dalam segala hal dari individu-individu tim audit dan KAP, anggota tim audit sebagai suatu kelompok yang bersifat hatihati, KAP memiliki komitmen yang kuat terhadap kualitas audit, keterlibatan pimpinan KAP dalam pelaksanaan audit, melakukan lapangan pekerjaan dengan tepat, keterlibatan komite audit sebelum, pada saat, dan sesudah audit, standar tandar etika yang tinggi dari anggota-anggota tim audit, dan menjaga sikap skeptis dari anggota-anggota tim audit. Penelitian Behn et. al. (1997) dengan menggunakan 12 atribut yang telah dikembangkan oleh Carcello et. al. (1992) ini menemukan adanya enam atribut yang memiliki pengaruh positif dengan kepuasan klien, yaitu pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, keterlibatan pimpinan KAP, dan keterlibatan komite audit. Muhammad Ishak (2000) dalam Ridwan Widagdo (2002) menguji kembali 6 atribut kualitas jasa audit dari Behn et. al. (1997) dengan mengembangkan 6 atribut kualitas jasa audit tersebut dalam beberapa dimensi, hasil menunjukkan bahwa ke 6 atribut kualitas jasa audit yang dibagi dalam berbagai dimensi menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kepuasan

5

klien. Silvia Dewiyanti, 2000 dalam Ridwan Widagdo, 2002 juga menguji kembali 6 atribut kualitas jasa audit yang digunakan Bhen et. al. (1997) dengan membentuk 6 atribut tersebut menjadi suatu variabel kualitas jasa audit dan menguji variabel tersebut terhadap variabel kepuasan klien dan hasilnya menunjukkan bahwa kualitas jasa audit berpengaruh terhadap kepuasan klien. Ridwan Widagdo (2002) menguji kembali penelitian yang dilakukan oleh Behn et. al (1997), dan hasilnya ada 7 atribut kualitas jasa audit yang berpengaruh terhadap kepuasan klien, yaitu: pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif terhadap kebutuhan klien, taat pada standar umum, komitmen yang kuat terhadap kualitas audit, keterlibatan pimpinan KAP, dan keterlibatan komite audit. Mukhlasin (2004) juga menguji kembali penelitian yang dilakukan oleh Behn et. al. (1997), hasilnya ada 9 atribut kualitas jasa audit yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan klien, yaitu: pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif terhadap kebutuhan klien, taat pada standar umum, sikap hati-hati, komitmen yang kuat terhadap kualitas audit, melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, keterlibatan komite audit, standar etika yang tinggi. Berdasarkan landasan di atas, maka penelitian dilakukan untuk

mengetahui apakah atribut-atribut kualitas audit berpengaruh terhadap kepuasan klien dengan sampel yang berbeda yaitu di bidang komunikasi khususnya pada PT Telkom.

1.2 Rumusan Masalah

6

Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah pengalaman melakukan audit berpengaruh terhadap kepuasan klien? 2. Apakah memahamai industri klien berpengaruh terhadap kepuasan klien? 3. Apakah responsif atas kebutuhan klien berpengaruh terhadap kepuasan klien? 4. Apakah taat pada Standar Umum klien berpengaruh terhadap kepuasan klien? 5. Apakah independensi berpengaruh terhadap kepuasan klien? 6. Apakah sikap hati-hati berpengaruh terhadap kepuasan klien? 7. Apakah komitmen yang kuat terhadap kualitas audit berpengaruh terhadap kepuasan klien? 8. Apakah keterlibatan pimpinan KAP berpengaruh terhadap kepuasan klien? 9. Apakah melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat berpengaruh terhadap kepuasan klien? 10. Apakah keterlibatan komite audit berpengaruh terhadap kepuasan klien? 11. Apakah standar etika yang tinggi berpengaruh terhadap kepuasan klien? 12. Apakah tidak mudah percaya berpengaruh terhadap kepuasan klien?

7

1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh atribut kualitas audit yaitu pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, taat pada standar umum, independensi, sikap hati-hati, komitmen terhadap kualitas audit, keterlibatan pimpinan KAP, melakukan pekerjaan dengan teliti, keterlibatan komite audit, standar etika yang tinggi, dan tidak mudah percaya terhadap kepuasan klien dalam hal ini PT TELKOM.

1.4 kegunaan penelitian Penelitian ini dapat memberikan berbagai manfaat untuk berbagai pihak, antara lain : 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan tim akuntansi terutama yang berkaitan dengan auditing tentang kualitas jasa audit, dan pemasaran yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan. 2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wacana tentang kepuasan klien, selain itu juga dapat memberikan kontribusi praktis pada KAP dan para peneliti untuk memahami lebih jauh tentang pelayanan audit yang dibutuhkan klien. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi klien, khususnya manajer agar menjadi proaktif dalam menjalankan bisnisnya, menambah pengetahuan tentang karakteristik auditor yang berkualitas dan menambah wawasan dari teori pemasaran jasa tentang bisnis dan industri serta

8

meningkatkan efisiensi dan antisipasi yang baik dari kasus akuntansi yang akan barakibat pada perusahaan.

1.5 ruang lingkup dan batasan penelitian Penelitian ini pada dasarnya mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Ridwan Widagdo (2002). Alasan untuk menguji kembali penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh Ridwan Widagdo (2002) adalah untuk mengetahui apakah atribut-atribut kualitas audit berpengaruh terhadap kepuasan klien dengan sampel yang berbeda yaitu di bidang komunikasi khususnya pada PT Telkom.

1.6 GlosariumAkuntansi : suatu sistem yang mengolah data keuangan menjadi suatu informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan bagi pemakainya. : akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan untuk menjalankan praktik akuntan publik. : elemen, data field, atau data item yang di gunakan untuk menerangkan suatu entribut dari entitas dan mempunyai harga tertentu, misalnya atribut dari entitas pegawai diterangkan oleh , nama, umur, alamat, dan pekerjaan : proses secara sistematis yang dilakukan oleh orang berkompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan : Orang yang melaksanakan proses audit : suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.

Akuntan Publik Atribut

Audit

Auditor KAP

9

Kode Etik Akuntan Indonesia

: merupakan tatanan dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan publik dalam berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat : sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota Dewan Komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen : pemberi kerja (orang atau badan), yang mempekerjakan atau menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI - KAP atau KAP tempat Anggota bekerja untuk melaksanakan jasa profesional : merupakan media untuk mengkomunikasikan fakta-fakta mengenai perusahaan dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan

Komite Audit

Klien

Laporan keuangan

1.7 Sitematika Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 bab dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut ini : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi landasan teori-teori, penelitian-penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini memuat tentang variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, dan metode analisis.

10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan deskripsi obyek penelitian, analisi data, dan pembahasan. BAB V PENUTUP Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan atas hasil dan pembahasan analisis data penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran saran yang bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.

11

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Audit Terdapat beberapa pengertian audit yang diberikan oleh beberapa ahli di bidang akuntansi, antara lain: Menurut Arens dan Loebbecke (2006): Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent independent person. Kemudian menurut Mulyadi (2002): Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

12

2.1.2 Pengertian kualitas Audit Pelaksanaan audit harus memperhatikan faktor-faktor berikut: 1) Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria (standar) yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi tersebut, 2) Penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus jelas untuk menentukan lingkup tanggungjawab auditor, 3) Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi tujuan audit, 4) Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta sikap independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya. Definisi mengenai kualitas audit tidak ada yang pasti, hal ini disebabkan tidak adanya pemahaman umum mengenai faktor

penyusunan kualitas audit dan sering terjadi konflik peran antar pengguna laporan audit. Kualitas audit biasanya ditinjau dari pihak auditor (Sutton, 1993). Kualitas pelaksanaan audit selalu mengacu pada standar yang ditetapkan, yang meliputi standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (IAI, 2001: 001.02). Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor dapat

menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Probabilitas penemuan penyelewengan bergantung pada

kemampuan teknis auditor (seperti pengalaman auditor, pendidikan,

13

profesionalisme, dan struktur audit perusahaan). Probabilitas auditor untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien bergantung pada independensi auditor. Oleh karena itu pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah pihak - pihak yang terlibat dalam pengelolaan keuangan daerah dan melakukan penyusunan laporan keuangan daerah, selaku entitas akuntansi (accounting entity) yang dimintai pertanggungjawaban dan diperiksa oleh BPK. Selanjutnya dapat dikatakan, entitas tersebut merupakan pihak pengguna jasa audit/auditee dari BPK, yang kemudian memberikan penilaian terhadap kualitas audit yang dirasakan dan kepuasan auditee dari kinerja auditor pemerintah atau BPK.

2.2. Faktor Penentu Kualitas Audit dan Kepuasan Auditee Suatu hal yang tidak dapat disangkal lagi bahwa kualitas produk adalah kunci keberhasilan suatu organisasi yang sangat penting. Kemampuan suatu organisasi menghasilkan produk barang maupun jasa yang bermutu tinggi merupakan kunci sukses bagi keberhasilan masa mendatang, Tatang (1995). Parasuraman (1985) dalam Glynn dan Barnes (1996) menyatakan bahwa ada dua atribut utama yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu expected service dan perceived service. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sudah sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan jika jasa yang diterima melampaui

14

harapan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika kualitas jasa yang diperoleh lebih rendah maka kualitas jasa buruk. Dengan demikian, baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan pelanggan setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya (Philip Kotler, 1994 dalam Widagdo, 2002). Jadi tingkat kepuasan pelanggan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dan harapan yang diinginkan apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan pelanggan maka akan puas. Fornell (1996) menyatakan bahwa kepuasan pada dasarnya meliputi tiga hal yaitu kualitas yang dirasakan, nilai yang dirasakan dan harapan pelanggan. Selanjutnya untuk mengetahui kepuasan pelanggan, dapat dilihat dari tolok ukur, yaitu: bilamana tercapainya keseimbangan dari apa yang diharapkan dengan apa yang dirasakan. Bila sesuatu yang dirasakan oleh pelanggan itu melebihi harapan mereka maka ia akan puas. Menilai sesuatu yang dirasakan, ukuran kualitas merupakan salah satu kriteria yang digunakan sebagai bahan pertimbangan. Begitu juga yang terjadi pada penilaian kualitas jasa audit dalam memenuhi harapan auditee sebagai pelanggan mereka.

15

Selanjutnya untuk menentukan faktor-faktor penentu kualitas jasa audit Carcello (1992), melakukan survey terhadap pembuat laporan keuangan, pengguna dan auditornya. Carcello (1992) meringkas 41 atribut kualitas audit menjadi hanya 12 faktor penentu kualitas audit dan juga digunakan Behn et al., (1997) untuk menghubungkan kualitas audit dengan kepuasan klien/auditee, yaitu: 1) Pengalaman tim audit dan KAP dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan klien. 2) Keahlian/pemahaman terhadap industri klien. 3) Responsif atas kebutuhan klien. 4) Kompetensi anggota-anggota tim audit terhadap prinsip-prinsip akuntansi dan norma-norma pemeriksaan. 5) Sikap independensi dalam segala hal dari individu-individu tim audit dan KAP. 6) Anggota tim audit sebagai suatu kelompok yang bersifat hati-hati. 7) KAP memiliki komitmen yang kuat terhadap kualitas. 8) Keterlibatan pimpinan KAP dalam pelaksanaan audit. 9) Pelaksanaan audit lapangan 10) Keterlibatan komite audit sebelum, pada saat, dan sesudah audit. 11) Standar-standar etika yang tinggi dari anggota anggota tim audit. 12) Menjaga sikap skeptis dari anggota-anggota tim audit. DeAngello (1981) mendefinisikan audit quality sebagai pasar menilai kemungkinan bahwa auditor akan memberikan a) penemuan

16

mengenai suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klien; dan b) adanya pelanggaran dalam pencatatannya. Pada public sector, GAO (1986) mendefinisikan audit quality yaitu pemenuhan terhadap standar

profesional dan terhadap syarat-syarat sesuai perjanjian, yang harus dipertimbangkan. Pengertian lain yang digunakan berkaitan dengan studi mengenai audit quality adalah analisis terhadap kualitas yang ditinjau dari aturan yang dibuat oleh aparatur pemerintah. Kemudian dari tiga pendekatan tersebut Schroeder (1986) dan Carcello (1992)

mengidentifikasi adanya hubungan antara atribut kualitas audit dan kualitas audit yang dirasakan (dalam Lowensohn, 2007). Konsep dari kualitas audit adalah kompleks dan sulit

pengukurannya secara langsung (DeAngelo, 1981 dalam Samelson et al., 2006). Oleh karena beberapa penelitian seringkali menggunakan proksi untuk mengukur kualitas audit dan mempertimbangkan kualitas untuk dihubungkan dengan atribut perusahaan Kantor Akuntan Publik, seperti ukuran (Shockley dan Holt, 1983), reputasi perusahaan KAP (Beatty, 1989), premium fee (Copley, 1991), atau luasnya litigation/digugat (Palmrose, 1988). Peneliti biasanya mendukung penggunaan proksi ini, dimana dipersepsikan adanya hubungan antara penggunaan Big five KAP terhadap tingginya kualitas auditor pada sektor perusahaan (McKinley, Pany dan Reckers, 1985) dan sektor non-profit (Krishnan dan Schauer, 2000), sebagaimana juga dalam pasar obligasi pemda (Allen, 1994).

17

Kualitas audit seharusnya memberi penjelasan juga mengenai faktorfaktor yang menentukan kepuasan klien. Tetapi ternyata studi mengambil kesimpulan, kualitas pelayanan atau kualitas audit dan kepuasan klien merupakan sesuatu yang berdiri sendiri (Cronin dan Taylor, 1994). Sebagaimana dikemukakan Taylor dan Baker (1994), ada konsensus relatif dalam penelitian pemasaran (marketing) bahwa kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen merupakan sesuatu yang terpisah (unique) tetapi memiliki hubungan yang sangat dekat. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas audit tidak sama dengan faktor-faktor yang mendorong kepuasan klien, maka sangatlah penting untuk menentukan atribut dari kualitas audit yang berhubungan dengan kepuasan klien. Karakteristik yang membedakan lingkungan audit pemerintahan dengan lingkungan audit sektor private memusatkan pada pentingnya pertanggungjawaban dalam pemerintahan (Samelson et al., 2006). Bahkan Government Accounting Standards Board (GASB, 1987) dalam konsepnya untuk tujuan dari pelaporan keuangan (par.76) adalah: Tugas menjadi accountable dimata publik lebih signifikan dalam pelaporan pemerintah dibandingkan pelaporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, audit pada lingkungan pemerintahan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan di evaluasi pelaksanaannya. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) juga menegaskan berkaitan dengan akuntabilitas dalam pelaksanaan tanggung jawab keuangan negara yaitu pada Pendahuluan Standar Pemeriksaa nomor 10 dan 11;

18

Pengertian

pengelolaan

dan

tanggung

jawab

Keuangan

Negara

mencakup akuntabilitas yang harus diterapkan semua entitas oleh pihak yang melakukan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Akuntabilitas diperlukan untuk dapat mengetahui pelaksanaan program yang dibiayai dengan keuangan negara, tingkat kepatuhannya terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta untuk mengetahui tingkat kehematan, efisiensi, dan efektivitas dari program tersebut. Dengan semakin kompleks dan pentingnya program pemerintah dalam rangka pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, BPK dapat diminta oleh lembaga perwakilan dan penyelenggara negara untuk memperluas pemeriksaan kinerja. Perluasan tersebut dapat berbentuk penilaian terhadap berbagai alternatif kebijakan, identifikasi dan usahausaha untuk mengurangi risiko, serta analisis terhadap pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Penekanan pada akuntabilitas menyebabkan aparatur keuangan negara memerlukan proses audit yang berbeda dibandingkan sektor private (dengan beberapa pertimbangan-pertimbangan) khususnya dalam hal atribut kualitas audit yang berpengaruh kepada kepuasan auditee. Dengan demikian maka peneliti tertarik untuk meneliti atribut-atribut kualitas audit terhadap kepuasan auditee pada penelitian ini.

19

2.3 Penelitian Terdahulu Tentang Kualitas Audit dan Kepuasan Auditee Penelitian-penelitian terdahulu tentang kualitas audit dan

kepuasan auditee pada private sector memperlihatkan hasil yang berbeda tingkat signifikansi dari masing-masing variabel atribut kualitas audit, yaitu: Bhen et al., (1997), Ishak (2000), dan Dewiyanti (2000) menemukan ada enam atribut kualitas audit yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien yaitu: pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, taat pada standar umum, keterlibatan pimpinan KAP, dan keterlibatan komite audit. Widagdo (2002) menemukan perbedaan, yaitu pada atribut komitmen yang kuat terhadap kualitas audit memberikan pengaruh terhadap kepuasan klien. Hanafi (2004) menyimpulkan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap kepuasan klien dan pergantian auditor berpengaruh positif terhadap kepuasan klien. Mock dan Samet (1982), membuat suatu daftar dari berbagai literature tentang atribut-atribut yang potensial mempengaruhi kualitas audit. Hasil penelitian adalah mengidentifikasi lima kunci karakteristik kualitas audit, yaitu: perencanaan, administrasi, prosedur, evaluasi dan perlakuan. Schroeder et al., (1986), melakukan survei terhadap kepala tim audit dan beberapa anggotanya dengan tujuan untuk menentukan pengaruh dari 15 atribut terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini

20

menyimpulkan bahwa atribut tim audit lebih penting daripada atribut kantor akuntan publik (KAP), kelima atribut tersebut adalah perhatian partner dan manajer KAP dalam audit tersebut, perencanaan dan pelaksanaan audit, komunikasi antara tim audit dan manajemen klien, independensi anggota audit, serta perhatian KAP dalam menjaga kemampuan up to date-nya. Carcello et al., (1992), melakukan survei terhadap pembuat laporan keuangan, pengguna dan auditornya untuk meringkas 41 atribut kualitas audit menjadi hanya 12 atribut saja. Hasil penelitian ini adalah karakteristik dari tim dinilai lebih penting dari karateristik KAP. Atributatribut lainnya adalah: pengalaman melakukan audit dengan klien sebelumnya, pengalaman dibidang industri, responsifitas terhadap

kebutuhan klien, dan pemenuhan standar umum General Accounting Standard (GAAS). Sutton (1993), menggunakan teknik kelompok nominal pada auditor-auditor yang berpengalaman untuk melakukan validasi

serangkaian atribut kualitas audit dan peralatannya. Hasil penelitian ini berhasil mengidentifikasi 19 atribut kualitas audit dan dibagi dalam 3 kategori yaitu; perencanaan, lapangan kerja dan administrasi. Bhen et al., (1997), mencoba menghubungkan kualitas audit dengan kepuasan klien. Hasil penelitian Behn et al., (1997) adalah ada enam atribut kualitas audit yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan klien yaitu: pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsive atas kebutuhan klien, taat pada standar umum,

21

keterlibatan pimpinan KAP, dan keterlibatan komite audit. Ishak (2000), menguji kembali 6 atribut kualitas audit dari Behn et al., (1997) dengan mengembangkan 6 atribut kualitas audit tersebut, dalam beberapa dimensi, hasil menunjukkan bahwa ke 6 atribut kualitas audit yang dibagi dalam beberapa dimensi menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kepuasan klien. Dewiyanti (2000), juga menguji kembali 6 atribut kualitas audit yang digunakan Bhen et al., (1997) dengan membentuk 6 atribut tersebut menjadi suatu variabel kualitas audit dan menguji variabel tersebut terhadap variabel kepuasan klien dan hasilnya menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap kepuasan klien. Widagdo (2002), menguji apakah atribut-atribut kualitas audit mempunyai pengaruh terhadap kepuasan klien pada private sector. Menggunakan atribut-atribut kualitas audit yang dikembangkan oleh Carcello et al., (1992). Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Bhen et al., (1997), namun terdapat sedikit perbedaan pada penemuan baru yaitu atribut komitmen yang kuat terhadap kualitas audit berpengaruh terhadap kepuasan klien. Hanafi (2004), menguji pengaruh kualitas audit dan pergantian auditor terhadap kepuasan klien, studi pada Bank Jawa Tengah. Menggunakan atribut-atribut kualitas audit yang dikembangkan oleh Carcello et al., (1992). Hasil penelitian menyimpulkan: 1) kualitas audit berpengaruh positif terhadap kepuasan klien; 2) pergantian auditor

22

berpengaruh positif terhadap kepuasan klien; dan 3) hasil penelitian ini mendukung 6 atribut kualitas audit yang ditemukan oleh Behn et al., (1997) sebagai dimensi-dimensi kualitas audit. Samelson et al., (2006), melakukan pengujian dengan

menggunakan atributatribut kualitas audit yang menentukan kualitas audit yang dirasakan dan kepuasan klien pada direktur-direktur keuangan di kabupaten-kabupaten dan kota. Hasil penelitian menunjukkan tim audit memiliki keahlian yang diperlukan untuk dapat melakukan audit, tim audit tanggap terhadap schedule kebutuhan klien, tim audit memperhatikan profesionalisme dalam melakukan perikatan audit, pengertian yang cukup dari tim audit terhadap sistem akuntansi klien, tim audit harus mempelajari pengendalian internal klien secara mendalam, berhubungan positif terhadap kualitas audit yang dirasakan. Temuan lain berkaitan dengan kepuasan auditee berhubungan positif dengan tim audit memiliki keahlian yang diperlukan untuk dapat melakukan audit, tim audit tanggap terhadap schedule kebutuhan klien, manajer dalam perikatan audit secara aktif terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan audit (memimpin),

pengertian yang cukup dari tim audit terhadap sistem akuntansi klien, tim audit harus mempelajari pengendalian internal klien secara mendalam.

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Carcello et al., (1992) meringkas 12 atribut kualitas atribut dari 41 komposit atribut kualitas audit, dan menunjukkan bahwa karakteristik yang

23

melekat pada tim audit lebih penting daripada karakteristik KAP. Pada study ini Carcello merangking berdasarkan perbandingan persepsi dari auditors, preparers dan users untuk membentuk komponen kualitas audit. 12 atribut kualitas audit tersebut yaitu: experience, industry expertise, responsivenes, compliance,

independence, professional care, commitment, executive involvement, conduct of audit field work, involvement of audit committee, member characteristics, dan skeptical attitude. Selanjutnya Samelson et al., 2006 menguji faktor-faktor penentu kualitasaudit yang dirasakan dan kepuasan auditee di pemerintahan lokal, dengan mengeluarkan variable involvement of audit committee, karena jarang ditemukan pada pemerintahan lokal. Penyusunan kerangka pemikiran teoritis hanya menggunakan 11 komposit dari atribut-atribut kualitas audit, sebagai berikut: experience, industry expertise, responsivenes, compliance,

independence, professional care, commitment, executive involvement, conduct of audit field work, member characteristics, dan skeptical attitude. Hall dan Elliot (1993) menyatakan bahwa konstruk kualitas pelayanan sering dilihat memiliki hubungan erat dengan kepuasan konsumen atau klien. Namun berbeda dengan studi Cronin dan Taylor (1994) yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan atau kualitas audit dan kepuasan klien merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Faktor-faktor penentu kualitas audit belum tentu sama dengan faktor-faktor penentu

24

kepuasan klien, maka sangatlah penting untuk menentukan atribut kualitas audit mana yang berhubungan dengan kualitas audit yang dirasakan dan kepuasan auditee.

25

DAFTAR PUSTAKA

Krishnan, J. dan P. C. Schauer. 2000. The Differentiation of Quality Among Auditors: Evidence from the Not-For-Profit Sector. Auditing: A Journal of Practice and Theory, 19(2): 9-25. Lowensohn, S., L. E. Johnson., R. J. Elder dan S. P. Davies. 2007. Auditor Specialization, Perceived Audit Quality, and Audit Fee in the Local Government Audit Market. Journal 0f Accounting and Public Policy, 26: 705-732. Merhout, Jeffrey W., dan Havelka, Douglas. 2008. Information Technology Auditing: A Value Added IT Governance Partnership between IT Management and Audit. Communications of the Association for Information Systems, (Online), Vol. 23, No.1, (http://aisel.aisnet.org/cais, diakses 22 Maret 2012). Pamudji, Sugeng. 2009. Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Baru serta Pengalaman Bagian Akuntansi Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Klien. JAAI, 13(2): 149-165. Putri, Windasari Suhar. 2010. Pengaruh Atribut Kualitas Audit terhadap Kepuasan Klien. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Rosnidah, Ida. 2008. Pengaruh Proses Pengadaan Jasa Audit, Biaya Jasa Audit, Dan Spesialisasi Auditor di Bidang Industri Klien Terhadap Kualitas Audit dan Implikasinya Pada Kepuasan Pengguna Jasa Audit (Survei Pada Emiten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Disertasi dipublikasikan pada Jurnal Akuntansi Tahun XIII/03/September/2009. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Padjajaran. Zawitri, Sari. 2009. Analisis Faktor- Faktor Penentu Kualitas Audit yang Dirasakan dan Kepuasan Auditee di Pemerintahan Daerah. Tesis

26

tidak diterbitkan. Semarang: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.