pengaruh ajaran tarekat qodiriyyah wa...

144
PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQSYABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN PANDEGLANG-BANTEN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Sobri Wijaya NIM: 1113033100059 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H.

Upload: others

Post on 01-Jan-2020

57 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA

NAQSYABANDIYYAH SYEKH ASNAWI

DI CARINGIN PANDEGLANG-BANTEN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

Sobri Wijaya

NIM: 1113033100059

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H.

Page 2: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN
Page 3: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN
Page 4: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN
Page 5: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

i

ABSTRAK

Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah merupakan gabungan dari dua

tarekat yaitu tarekat Qodiriyyah dan tarekat Naqsyabandiyyah. Yang didirikan oleh

seorang ulama yaitu Syekh Akhmad Khatib As-Sambasi. Penggabungan kedua

tarekat ini bukan hanya saja pada namanya, tetapi amalan dan ajarannya pun

merupakan pengkombinasian dari dua ajaran terekat tersebut. Sehingga tarekat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah ini merupakan sebuah tarekat yang berdiri

sendiri. Syekh Asnawi merupakan Mursyid tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah, ia merupakan seorang tokoh ulama yang paling berpengaruh dan

paling kharismatik pada tahun 1920-an. Maka tujuan penelitian ini untuk

mengetahui bagaimana pengaruh Syekh Asnawi terhadap masyarakat Caringin

Pandeglang-Banten. Di dalam skripsi ini dibahas tentang kontribusi perjuangan

Syekh Asnawi dalam menyebarkan agama Islam melalui pendekatan tasawuf.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kualitatif.

Dalam hal ini penulis mencoba mencari data-data yang berhubungan dengan tokoh

Syekh Asnawi dengan melakukan wawancara, studi literatur atau studi

kepustakaan. Setelah mengumpulkan data-data baik dari hasil wawancara maupun

dari buku-buku yang berhubungan dengan tokoh, maka kemudian penulis

melakukan evaluasi dan menganalisis secara kritis data-data yang telah

dikumpulkan agar relevan dengan topik yang ditentukan. Sehingga memperoleh

data-data yang relevan untuk menyusun hasil-hasil penelitian kedalam pola yang

benar dan sistematik.

Dari hasil penelitian ini penulis menemukan beberapa kesimpulan.

Pertama, bahwa Syekh Asnawi lahir di Caringin pada tahun 1850 M dari keluarga

ulama. Kedua, upaya yang dilakukan Syekh Asnawi dalam menyebarkan agama

Islam di Caringin menggunakan metode dakwah dan pondok pesantren. Selain itu,

dalam menyebarkan agama Islam, ia mengajarkan ajaran tarekat Qodiriyah Wa

Naqsabandiyah. Ketiga, hasil perjuangan yang dilakukan Syekh Asnawi dalam

menyebarkan agama Islam melalui ajaran tasawuf memberikan pengaruh besar

terhadap prilaku masyarakat Caringin baik prilaku sosial maupun prilaku

keagamaan sehingga yang tadinya berprilaku buruk jauh dari nilai-nilai syari’at

Islam dengan ajarannya membawa masyarakat Caringin kembali ke syari’at Islam.

Keempat, selain itu, Syekh Asnawi berhasil mengobarkan semangat Nasionalisme

kepada masyarakat dan ia juga berhasil dalam bidang pendidikan yakni mendirikan

sebuah lembaga pendidikan Islam yaitu Madrasah Masyariqul Anwar.

Kata kunci : Tarekat, Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah, Prilaku Sosial, Kultural,

Nasionalisme, Pendidikan.

Page 6: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

ii

KATA PENGANTAR

Bismillāhirrahmānirrahīm

Assālamu’alaikum Warahmatullāh Wabarakātuh.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam. Tak ada

kata yang mampu untuk merefleksikan rasa syukur kepadanya. Atas bimbingan,

kasih sayang dan kehendaknya akhirnya penulis sanggup dan mampu

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul ”PENGARUH AJARAN

TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQSYABANDIYYAH SYEKH ASNAWI

DI CARINGIN PANDEGLANG-BANTEN”.

Shalawat dan salam penulis haturkan kepada baginda Nabi Muhammad

Saw, beserta sahabat, dan beserta keluarganya, karena nabi lah yang membawa

manusia dari zaman kebodohan menuju zaman kemajuan ilmu pengetahuan. Beliau

adalah manusia sempurna yang menjadi teladan dan panutan seluruh manusia

hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis susun salah satu tujuannya adalah sebagai syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam,

Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahawa terselesaikannya skripsi ini bukanlah dengan hasil jerih

payah penulis sendiri, melaikan karena ada dorongan motivasi serta bantuan baik

berupa moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, patut kiranya

penulis sampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada:

Page 7: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

iii

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., Selaku Rektor

Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Dra. Tien Rahmatin, MA., selaku ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat

Islam, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Ibu Dr. Wiwi Siti Sajaroh, MA., selaku dosen pembimbing penulis, yang

telah banyak memberikan masukan, saran, kritik, serta waktu sehingga

selama membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini penuh

kesabaran dan tanpa bosan. Maka dari itu, semoga Allah memberikan

kebaikan dan keberkahan untuk Ibu

5. Drs. Ramlan Abdul Ghani, MA., selaku dosen Pembimbing Akademik.

6. Dosen-dosen yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi kepada

penulis tanpa rasa lelah dan tanpa pamrih selama proses belajar. Terima

kasih pula penulis ucapkan kepada seluruh Staf dan karyawan Fakultas

Ushuluddin yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

7. Ucapan terima kasih juga penulis persembahkan teruntuk buat kedua

Ayahanda tercinta bapak Sueb (Alm), dan Ibunda Undayah yang telah

memberikan Inspirasi terbesar dalam hidup penulis. Terima kasih untuk

segenap cinta, kasih sayang, pengorbanan, doa dan luapan cinta yang tulus

selama ini. Skripsi ini juga penulis persembahkan untuk kakak beserta

keluarga besar.

Page 8: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

iv

8. Motivator pribadi penulis, persembahkan teruntuk Adindaku tercinta Wiwin

Purnamasari, terima kasih untuk segenap motivasi, cinta dan doa tanpa

henti.

9. Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Anwarul Huda yaitu Bapak Ustadz

Hafidz, yang telah memberikan motivasi serta ilmu pengetahuan selama

belajar di Pondok pesantren Anwarul Huda.

10. Teman-teman seperjuangan Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2013,

terima kasih untuk shering tukar pendapat, berbagi ilmu, dan diskusi

panjangnya selama proses belajar ini, sehingga menambah Khazanah

keilmuan dan membangun daya kritis bagi penulis.

Akhirnya, penulis berharap agar apa yang telah ditulis dapat bermanfaat

bagi semua kalangan pada umumnya dan juga dapat memperkaya Khazanah

keilmuan Falsafah khususnya. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, walaupun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin. Kritik dan saran

yang sifatnya dapat membangun penulisan skripsi ini sangat diharapkan. Sebagai

penutup, penulis berharap semoga Allah Swt selalu membimbing langkah kita

menuju jalan yang benar dan lurus (Sirath al-Mustaqim).

Wassalāmu’alaikum Warahmatullāh Wabarakātuh.

Ciputat. 25 Juni 2019

Sobri Wijaya

Page 9: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN
Page 10: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK. ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR. ......................................................................................... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI. ........................................................................ v

DAFTAR ISI. ....................................................................................................... vi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah. ..……………………………….....……………. 1

B. Identifikasi Masalah. .................................................................................. 8

C. Rumusan Masalah. ..…………………………………....………………... 9

D. Tujuan Penelitian. ...................................................................................... 9

E. Manfaat Penelitian. .……………….……....................…........................ 10

F. Tinjauan Pustaka. ..……………………………..………………………. 10

G. Metode Penelitian. ..…………………………..………………………… 13

H. Sistematika Penulisan. ...……………………….……………………….. 16

Page 11: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

vii

BAB II : GAMBARAN UMUM TAREKAT QODIRIYYAH WA

NAQSYABANDIYYAH

A. Definisi Tarekat. .........………………………………………………...... 19

B. Asal Usul Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah. ...…………..…... 24

C. Sejarah Masuknya Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Caringin.

................................................................................................................... 31

D. Ajaran Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah. .....................…….... 40

BAB III : BIOGRAFI SYEKH ASNAWI

A. Riwayat Hidup Syekh Asnawi. .............…………...…………………… 53

B. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Caringin. ......................................... 57

C. Syekh Asnawi Sebagai Tokoh Pendidikan. ....................………………. 65

D. Syekh Asnawi Sebagai Ulama Yang Dihormati. ...………………......... 71

E. Karomah Syekh Asnawi. .......................................................................... 75

F. Silsilah Nasab Keturunan Syekh Asnawi Ibnu Syekh Abdurrahman. ..... 83

G. Silsilah Guru Thoriqoh Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Syekh

Asnawi....................................................................................................... 84

BAB IV : PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA

NAQSYABANDIYYAH SYEKH ASNAWI

A. Fungsi Tarekat. ......................................................................................... 87

Page 12: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

viii

B. Pengaruh Ajaran Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Syekh Asnawi

Terhadapa Masyarakat Caringin. ..........................................…............... 90

C. Kultural. ................................................................................................... 91

D. Nasionalisme. ........................................................................................... 93

E. Pendidikan. ............................................................................................. 101

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan. ...…………………………………………………..…….. 102

B. Saran-saran. ...……………………………………………………..…... 103

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...……. 106

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Dalam Tasawuf kehidupan para sufi diidentikan sebagai perjalanan rohani

yaitu para pecinta Tuhan yang menginginkan agar dirinya berada sedekat mungkin

dengan Tuhan (kesempurnaan Suluk) melalui ajaran tarekat. Sehingga banyak

sekali kegiatan moral keagamaan diadakan dan dikembangkan secara besar-

besaran. Seperti majlis dzikir dan pengajian-pengajian keagamaan yang

dilaksanakan secara rutin, termasuk perkembangan tarekat di berbagai wilayah.

Maka hal ini menjadi daya tarik tersendiri dalam dunia sufistik.1

Kegiatan dan perkembangan keagamaan masa sekarang menunjukan bahwa

jiwa spiritual masyarakat tidak tertelan oleh zaman. Zaman modern ternyata tidak

menyurutkan banyak orang untuk melakukan ritual keagamaan bahkan melakukan

hijrah sepenuhnya dalam menempuh kehidupan spiritual.2

Hal ini menunjuan bahwa kehidupan spiritual khususnya tarekat tidak lagi

dianggap tabu dan mistik. Tarekat justru dianggap sebagai salah satu solusi untuk

menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat. Namun, terkadang diartikan

hanya sebagai perjalanan ruhani yang identik dengan membunuh kebutuhan naluri

dan mematikan kebutuhan Insaniyah. Perbedaan pemahaman inilah yang

menambah fariasi dalam dunia tasawauf. Walaupun demikian, tujuan tarekat sama

1Muslikh Abdurahman, Risalah Tuntunan Tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah. (Kudus: Menara Kudus 1976), Jilid 1-2, hal. 20-21 2 Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam. (Jakarta: Raja

Grafindo Persada 1997), cet. Ke- II, hal. 29

Page 14: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

2

yaitu usaha untuk membersihkan jiwa dengan cara berdzikir dan mengarahkan

kehidupannya agar dia bisa sedekat mungkin dengan sang maha pencipta yaitu

dengan menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan Allah swt.

Dengan menempuh berbagai tahapan-tahapan (Maqamat) dibawah bimbingan

Guru/Mursyid.3

Salah satu metode yang sering diajarkan di dalam tarekat adalah Zuhud. arti

kata Zuhud adalah tidak ingin kepada sesuatu yang berhubungan dengan duniawi

sehingga membuatnya lupa kepada suatu zat yang maha sempurna yaitu Allah swt.

Menurut istilah Zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi

yang bersifat material atau kemewahan duniawi (Hubbud Dunia) dengan

mengharap dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual

atau kebahagiaan yang hakiki (kebahagiaan diakhirat).

Dalam perjalanan seorang sufi “Hubbud Dunia” sesuatu yang harus

dihindari karena dianggap dapat memalingkan hati dari mengingat tujuan

perjalanan sufi yaitu untuk selalu mengingat Allah swt. Namun, ada yang

berpendapat bahwa zuhud bukan berarti semata-mata tidak mau memiliki harta

benda dan tidak suka menikmati nikmatnya dunia, tetapi sebenarnya adalah kondisi

mental yang tidak mau terpengaruh oleh harta dan kesenangan duniawi dalam

mengabdikan diri kepada Allah swt. Artinya, harta bukan jadi penghalang untuk

beribadah kepada Allah swt.4

3 Mahmud Suyuti, Politik Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah

Jombang. (Yogyakarta: Galang Press, 2001), hal. 52 4 Ahmad Daudy, Kuliah Ilmu Tasawuf. (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), hal.

52

Page 15: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

3

Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah merupakan gabungan dari dua tarekat

yaitu: Qodiriyyah dan Naqsyabandiyyah. Penggabungan kedua tarekat tersebut

dimodifikasi sedemikian rupa sehingga terbentuk sebuah tarekat yang mandiri dan

berbeda dari tarekat induknya. Perbedaan itu terutama terdapat dalam bentuk-

bentuk Riyadah dan ritualnya.5

Tarekat ini berkembang dengan cukup pesat ke berbagai wilayah di

Indonesia setelah Syekh Ahmad Khatib Sambas wafat dan digantikan oleh

muridnya yaitu Syekh Abdul Karim al-Bantani sebagai Syekh tertinggi. Syekh Abd

al-Karim adalah pimpinan pusat terakhir yang diakui dalam tarekat ini.6

Sehubunga dengan berkembangnya tarekat di berbagai wilayah di Indonesia

khususnya di wilayah Banten. Banten diidentikan sebagai wilayah religius dan

terkenal dengan negrinya para ulama (kiyai). Islam adalah agama yang dianut oleh

mayoritas masyarakat Banten. Karena Banten merupakan wilayah religius tentunya

para ulama menduduki posisi terhormat dalam struktur sosial masyarakat Banten

bahkan Peran ulama memiliki peran penting bagi masyarakat Banten baik pada

masa kesultanan, masa kolonial, masa kemerdekaan bahkan sampai saat ini para

ulama sangat berpengaruh besar dalam menata sistem kemasyaratan, sosial,

pendidikan dan budi pekerti masyarakat Banten. Pada masa kesultanan, para sultan

sangat menghargai dan menghormati para ulama bahkan Sultan Ageng Tirtayasa

disepanjang waktunya selalu ditemani oleh para ulama. Karena itu, ia mampu

menjaga reputasi Banten sebagai pusat pendidikan Islam yang penting di Nusantara.

5 Zurkani Yahya, Asal-usul Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah dan

Perkembangannya. (Tasikmalaya: IALM, 1990), hal. 83 6 Martin Van Bruinessen, Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah.

(Bandung: Mizan Anggota IKAPI, 1992), hal. 92-94

Page 16: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

4

Pada masa kesultanan ulama diberikan kedudukan yang tinggi dalam hal birokrasi

kesultanan. Qadhi (Penghulu), satu posisi yang diberikan oleh Sultan kepada para

ulama yang ahli dalam hukum Islam, memiliki peran penting dalam mengambil

keputusan atas setiap kebijakan yang dibuat oleh Sultan.7

Sebagai putra daerah provinsi Banten saya teringat kepada salah satu tokoh

Ulama karismatik yang ada di Caringin Pandeglang-Banten yang bernama K.H.

Asnawi atau biasa dikenal dengan nama Syekh Asnawi. Syekh Asnawi merupakan

pendiri dari masjid Agung As-salafi Caringin (1884-1889), ia juga merupakan

pendiri dari sekolah pendidikan Islam Madrasah Masyariqul Anwar yaitu dibangun

pada tahun 12 Mei 1930. Hingga sampai sekarang sekolah Madrasah Aliyah

Mayariqul Anwar, dari dulu sampai sekarang masih berdiri kokoh dan masih aktif

dalam melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM).8

Syekh Asnawi merupakan murid dari Syekh Ahmad Khatib As-Syambasi. Dalam

langkah yang dilakukan oleh Syekh Asnawi dalam menyebarkan agama Islam di

Caringin Pandeglang-Banten yaitu melalui Ajaran tareqat “Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah” yang telah diajarkan oleh gurunya. Namun, Syekh Asnawi tidak

lama berguru kepadanya dikarenakan tuan Syekh sudah lanjut usia beliaupun wafat

ahirnya Syekh Asnawi memantapkan ilmu tarekatnya kepada murid Syekh Ahmad

Khatib As-Sambasi seorang ulama Banten yang bernama Syekh Abdul Karim al-

Bantani. Dalam upaya menyebarluaskan agama Islam di Caringin tidak hanya

7 Helmy Faizi Bahrul Ulumi, dkk, Biografi Abuya Muqri Sang Pejuang

Perlawanan Kaum Tarekat 1926 di Banten. Tim Peneliti Laboratorium Bantenologi

IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, hal. 1-4 8 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syekh Asnawi. (Caringin: Badan Kenadziran Maqbaroh, 2000), hal. 10-

19

Page 17: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

5

mengajarkan ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah saja tetapi

menggunakan metode dakwah serta metode pendidikan berbasis Pondok

Pesantren.9 Hingga sampai sekarang tumbuh dan berkembang pesat dibuktikan

dengan adanya Majlis-majlis pengajian dan berdirinya Pondok-pondok Pesantren

serta berdirinya sekolah Madrasah Aliyah Masyariqul Anwar.

Dengan bekal ilmu yang beliau dapat dari gurunya. Ahirnya Syekh Asnawi

mulai berfatwa mengajarkan ilmu-ilmu agama berbasis pondok pesantren dan

mengajarkan ajarannya tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di wilayah

Caringin. Pada ahirnya berduyun-duyun masyarakat Banten hususnya masyarakat

Caringin berkunjung untuk mempelajari ilmu-ilmu yang beliau ajarkan. Yang

awalnya wilayah Caringin penuh dengan kemaksiatan, jauh dari nilai-nilai syari’at

Islam, penuh dengan kejahatan, kemungkaran dan kemusyrikan belum lagi situasi

politik pada saat itu tidak menentu diakibatkan oleh para penjajah ahirnya banyak

masyarakat Caringin yang terbunuh akibat kelaparan, kesengsaraan akibat dari

kerja paksa, dan melakukan pemberontakan terhadap para penjajah. Maka kondisi

seperti ini masyarakat Caringin membutuhkan sosok seorang tokoh ulama yang bisa

menata kehidupan baik kehiduan sosial maupun kehidupan beragama, dengan

adanya ajaran yang diajarkan Syekh Asnawi bisa merubah prilaku masyarakat

sehingga kemaksiatan, kemungkaran dan kemusyrikan berangsur-angsur lenyap

menjelmalah jadi masyarakat Islami.10

9 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin-Pandeglang-Banten, hal. 5-8 10 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin-Pandeglang-Banten, hal. 5-8

Page 18: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

6

Ahirnya Caringin penuh dengan para santri, Caringin pun menjadi tempat

memperdalam ilmu-ilmu agama yang diajarkan oleh Syekh Asnawi dengan ajaran-

nya tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah. Namun pada tahun 1883 atas

kekuasaan Allah Swt gemparlah seluruh pesisir Selat Sunda Caringin pun menjadi

gelap gulita sehingga tak lama kemudian meletusnya Gunung Krakatau di Selat

Sunda yang tecatat dalam sejarah dunia akan kedahsatan letusan Gunung Krakatau

yang membawa malapetaka terhadap masyarakat Banten khususnya di desa

Caringin peristiwa tersebut menelan korban kurang lebih 36.417 korban jiwa.

Namun, sebelum meletusnya Gunung Krakatau adanyan tanda-tanda akan

meletusnya Gunung Krakatau lalu Syekh Asnawi dan bersama segenap keluarganya

pergi berevakuasi kesebuah dusun yang terletak di daerah Menes yaitu Desa Muruy

untuk sementara waktu. Setelah letusan Gunung Krakatau dan air laut mulai surut,

maka kembalilah Syekh Asnawi ke kampung halamannya di Desa Caringin.

Sekembalinya ke Caringin keadaan kampung tersebut sangat menghawatirkan

seluruh desa Caringin telah hancur semua bangunan telah rata dengan tanah. Maka

pada tahun 1884 Syekh Asnawai beserta seluruh masyarakat membangun kembali

sebuah Masjid di Caringin yang akan menjadi pusat segala ajaran Islam bagi

masyarakat Banten umumnya khususnya masyarakat Caringin. Masjid itu diberi

nama ”Masjid Agung As-salafi” yang sampai sekarang masih berdiri kokoh.

Pembangunan Mesjid itu selesai pada tahun 1889. Pembangunan itu bertujuan

untuk membangun kembali peradaban masyarakat di sekitar wilayah Caringin yang

hancur akibat letusan Gunung Krakatau.11

11 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin-Pandeglang-Banten, hal. 9-10

Page 19: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

7

Syekh Asnawi tidak hanya aktif berdakwah dalam mensiarkan ajaran Islam

khususnya mengajarkan ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah saja.

Tetapi beliau juga aktif dalam melawan penjajah Belanda. Beliau mengobarkan

semangat kepada para Santri untuk melawan dan menentang kolonialisme Belanda.

Apalagi pada waktu itu seluruh wilayah Banten berhasil dikuasai penjajah. Banten

dikenal sebagai tempat lahirnya para Pemberontak Belanda bukan hanya dari

kalangan rakyat biasa melainkan dari kalangan para Ulama. Terbukti bahwa Syekh

Asnawi menjadi seorang pemimpin gerakan protes sosial pada tanggal 12

November 1926 di Labuan maka Syekh Asnawi dituduh oleh pemerintah kolonial

Belanda sebagai pemberontak.12 Alhasil, Syekh Asnawai beserta keluarga dan

beserta para laskar Mujahidin ditahan oleh penjajah Belanda ke Batavia selama satu

tahun sembilan bulan dengan tuduhan melakukan pemberontakan selain ditahan di

Batavia Syekh Asnawi pun diasingkan ke Cianjur selama dua setengah tahun dari

kegigihan beliau dalam hal berdakwah dan aktif melawan penjajah Belanda

membuat rakyat Banten simpatik dan ikut serta dalam melawan penjajah Belanda.13

Para ulama Banten dengan semangat jihad, semangat anti kafir dan

semangat anti penjajah Belanda menjadi motor penggerak untuk berbagai gerakan

sosial yang marak pada abad ke-19. Gerakan pemberontakan bukan hanya di

tujukan kepada pemerintah Kolonial melainkan juga kepada penguasa pribumi

yang dianggap sebagai kaki tangan pemerintah Kolonial Belanda. Pada abad ke-19

Masehi bagi sejarah Banten merupakan fase bergolaknya rakyat Banten

12 Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, (Bandung: PT. Grafindo

Media Pratama, Juli 2009), cet. Ke-1, hal. 499 13 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin-Pandeglang-Banten, hal. 14-18

Page 20: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

8

menghadapi penjajahan Belanda. Meskipun sejak diawal abad ke-19 secara formal

kesultanan Banten telah dihapuskan oleh pemerintah Hindia Belanda.14 Maka

kondisi semacam ini telah melahirkan perlawananan-perlawanan para ulama serta-

santri dan seluruh rakyat Banten yang ditujukan terhadap kekuasaan kolonial.15

Proses kekuasaan dan kehadiran penjajah yang demikian menyengsarakan rakyat,

menjadi modal kebencian orang Banten terhadap Api penjajah untuk melawan

penjajah Belanda.

Alasan tersebut lah yang mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut

seorang tokoh ulama yang ada di Caringin Pandeglang-Banten. Maka judul yang

penulis angkat adalah: “Pengaruh Ajaran Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah

Syekh Asnawi di Caringin Pandeglang-Banten”.

B. Identifikasi Masalah

Kebanyakan masyarakat Banten khususnya masyarakat Caringin mengenal

Syekh Asnawi hanya dari penggalan-penggalan cerita secara lisan dari para sesepuh

atau dari orang tua mereka bahkan ada juga hanya mengenal namanya saja tanpa

mengetahui bagaimana biografi, peran dan kiprah Syekh Asnawi ditengah

masyarakata Banten semasa hidupnya dimasa penjajahan, dan tidak mengetahui

bagaimana upaya proses Islamisasi yang dilakukan Syekh Asnawi ketika

menyebarluaskan agama Islam di wilayah Caringin-Banten melalui ajaran tarekat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah ditengah penjajahan.

14 Nina Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah: Ulama, Sultan, dan

Jawara. (Jakarta: Pustaka LP3S Indonesia,2004), hal. 88-89 15 Halwany Michrob, Catatan Masa Lalu Banten, (Serang: Saudara, 1993),

hal. 187-193

Page 21: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

9

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang penulis deskripsikan diatas, maka perlu

dilakukan penelitian mengenai seorang tokoh ulama Syekh Asnawi. Karena itu,

penulis berupaya menelusuri berbagai peristiwa dan permasalahan pada situasi

yang dialami. Untuk memperjelas apa yang akan dibahas dalam skripsi ini, maka

penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut: Bagaimana Pengaruh Ajaran

Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Syekh Asnawi di Caringin Pandeglang-

Banten ?

D. Tujuan Peneletian

Berdasarkan pada apa yang telah penulis kemukakan dalam Latar Belakang

Masalah dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat penelitian ini

sebagai berikut:

1. Memperkenalkan salah satu tokoh ulama (Syekh Asnawi) di Caringin

Pandeglang-Banten. Dengan ajarannya tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah.

Kedalam lingkungan Akademik, yakni Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Penulis ingin mengetahui sejauh mana pengaruh ajaran tareqat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah Syekh Asnawi terhadap masyarakat Caringin

3. Penulisan karya ilmiah ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

sebagian persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana pada Fakultas Ushuluddin,

Prodi Studi Akidah dan Filsafat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 22: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

10

E. Manfaat Penelitian

1. Penulis dapat mengetahui dan memahami ajaran tarekat, khususnya tarekat

Qodariyyah Wa Naqsyabandiyyah tidak hanya pada tataran teoritis saja namun

pada tataran praktis

2. Penulis dapat mengetahui sejauh mana pengaruh Syekh Asnawi terhadap

masyarakat Caringin

3. Penulis dapat mengetahui sejarah dan perkembangan terekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah hingga sampai ke Caringin

4. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi

mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah dan

Filsafat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang pentingnya kebiasaan

membaca, meneliti, dan menganalisa suatu masalah dalam segala hal, yang

selanjutnya dikemas dalam sebuah karya tulis.

F. Tinjauan Pustaka

Studi tentang tokoh Syekh Asnawi pada dasarnya telah dilakukan oleh

peneliti terdahulu. Namun penjelasannya hanya secara umum saja, seperti dalam

karyanya Helmy Faizi Bahrul Ulumi, dkk ”Biografi Abuya Muqri Sang Pejuang

Perlawanan Kaum Tarekat 1926 di Banten”. Dalalm buku ini dijelaskan tentang

riwayat hidup Abuya Muqri dan dijelaskan pula pemberontakan rakyat Banten di

sepanjang abad ke-19, gerakan kaum tarekat serta peralawanan kaum tarekat

terhadap kolonial Belanda di Banten. Pemberontakan ini dipimpin langsung oleh

ulama tarekat seperti peristiwa Geger Cilegon pada 9 juli 1888 yang dipimpin oleh

Ki Wasyid dan pemberontakan di Labuan pada tahun 1926 yang dipimpin langsung

Page 23: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

11

oleh Syekh Asnawi dan kedua tokoh aktivis pemberontakan Labuan yaitu: K.H.

Ahmad Khatib dan K.H. Muqri.

Namun, yang membedakan skripsi ini dengan buku itu, di dalam karyanya

Helmy Faizi Bahrul Ulumi, dkk tidak dijelaskan secara jelas silsilah keturunan dan

silsilah guru-guru tarekat Syekh Asnawi dia menjelaskan tokoh Syekh Asnawi

hanya secara umum saja dalam peran dan kiprah Syekh Asnawi dalam hal melawan

penjajah Belanda yaitu pada peristiwa pemberontakan di Labuan pada tahun 1926.

Namun demikian, keluasan metodologi dan kekayaan faktual dalam buku tersebut

dapat dijadikan pangkal bagi studi lanjutan mengenai tokoh Syekh Asnawi.

Adapula dalam karyanya Yayat Ahdiat Mahasiswa Universitas Indonesia

Fakultas Sastra dalam bidang Arkeologi yaitu dengan judul skripsi “Mesjid

Caringin Pandeglang Jawa Barat (Tinjauan Arsitektur)”. Dalam skripsi ini

dijelaskan tentang gambaran umum dan sejarah desa Caringin serta peninggalan

sejarah Mesjid Agung As-salafi (Tinjauan Arsitektur) dijelaskan pula sejarah

kesultanan Banten (abad ke XVI-XIX), yaitu dari fase awal pertumbuhan,

perkembangan dan fase kemunduran.

Yang membedakan skripsi ini dengan karyanya Yayat Ahdiat. Dalam

skripsi ini dijelaskan tentang pengaruh ajaran tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah Syekh Asnawi di Caringin Pandeglang-Banten. Maka, di

dalamnya membahas tentang peran dan kiprah Syekh Asnawi terhadap masyarakat

Caringin dalam hal menyebarluaskan agama Islam melalui metode dakwah dan

ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah. Dalam karyanya Yayat Ahdiat

Page 24: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

12

tidak dilukiskan secara mendalam tentang pengaruh ajaran tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah Syekh Asnawi terhadap masyarakat Caringin.

Adapula dalam buku : “Api Sejarah” karya Ahmad Mansur Suryanegara.

Dalam buku ini dijelaskan tentang peran dan kiprah perjuangan para ulama dan

santri senusantara dalam hal menyebarkan agama Islam dan melakukan

pemberontakan terhadap para penjajah untuk menegakan kesatuan Republik

Indonesia. Dalam buku ini juga sekilas dijelaskan tentang tokoh Syekh Asnawi.

Yang membedakan skripsi ini dengan buku Api Sejarah. Skripsi ini

menjelaskan tentang peran dan kiprah serta pengaruh Syekh Asnawi sebelum dan

sesudah menyebarluaskan agama Islam melalui ajarannya tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah terhadap masyarakat Caringin. Dalam karya Ahmad Mansur

Suryanegara tidak dijelaskan dia hanya menjelaskan peran Syekh Asnawi secara

singkat dalam melakukan pemberontakan di Labuan pada tahun 1926.

Dalam buku, “Biografi Ulama Banten seri ke-1 satu ( Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Provinsi Banten dan Laboratorium Bantenologi IAIN SMH

Banten”. Dalam buku ini, dijelaskan tentang biografi para ulama Banten serta peran

dan kiprah para ulama Banten dalam menyebarluaskan agama Islam. Dalam buku

ini juga dijelaskan tentang peran dan kiprah Syekh Asnawi dalam pemberontakan

tahun 1926 di Labuan.

Yang membedakan skripisi ini dalam buku itu, skripsi ini memberikan

penjelasan secara mendalam tentang bagaimana pengaruh Syekh Asnawi dengan

ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah terhadap masyarakat Caringin

dengan metode pendidikan berbasis pondok pesantren dan dakwah. Dalam skripsi

Page 25: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

13

ini juga dijelaskan tentang silsilah garis keturunan dan silsilah guru tarekat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Syekh Asnawi. Dalam karyanya Mufti Ali, dkk

tidak dijelaskan.

Gerakan kaum tarekat pada dasarnya telah banyak dilakukan oleh peneliti

terdahulu. Adapun studi yang lebih memperhatikan aspek-aspek sosiologis dari

gerakan kaum sufi, telah dilakukan oleh Sartono Kartodirdjo dalam karyanya

“Pemberontakan Petani Banten 1888”. Yang memfokuskan pembahasannya

mengenai gerakan sosial dalam pengertian yang umum.

Kartodirdjo menunjukan peran-peran sosial mereka yang berlangsung dalam

peristiwa sejarah abad 19 melalui jaringan sosial tarekat dengan ajaran-ajaran

mereka yang lebih bersifat mesianik. Namun begitu, keluasan metodologi dan

kekayaan faktual dalam buku tersebut dapat dijadikan pangkal bagi studi lanjutan

gerakan sosial bagi kaum tarekat.

Yang membuat perbedaan skripsi ini, dengan buku itu adalah bahwa skripsi

ini pembahasannya menekankan pada pengaruh tokoh Syaikh Asnawi yaitu salah

satu tokoh yang paling berpengaruh yang ada di Caringin Pandeglang-Banten

melalui ajaranya tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah. Dalam skripsi ini

memberikan penjelasan secara mendalam tentang Pengaruh Ajaran tarekat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Syekh Asnawi di Caringin Pandeglang-Banten.

Dalam karya Sartono tidak dilukiskan secara jelas.

G. Metode Penelitian

Untuk memecahkan masalah yang telah dijelaskan tadi, maka penelitian

yang akan dilakukan ini mengunakan metode penelitian kualitatif agar

Page 26: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

14

memeperoleh informasi yang objektif dan mendapatkan data-data dari sumbernya.

Metode penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data serta

menghasilkan suatu pengkajian yang mendalam dalam upaya menemukan

perspektif baru tentang hal-hal dan fenomena yang ada berdasarkan data fakta yang

otentik dalam penelitian. Teknik wawancara digunakan dalam penelitian ini agar

dapat memperoleh informasi tentang seorang tokoh dan keadaan sekitarnya.

Peneliti ini akan menggali informasi mengenai data-data yang berkaitan dengan

penelitian dari berbagai sumber baik dari hasil wawancara ataupun dari buku-buku

yang berkaitan dengan pembahasan ini, dan juga dibantu dengan informan-

informan lain. Data-data tersebut nantinya akan dirangkum dan diseleksi agar bisa

dimasukan dalam kategori yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

Peniliti memilih jenis pendekatan ini didasari dengan alasan pendekatan kualitatif

ini digunakan karena data-data yang dibutuhkan berupa informasi mengenai suatu

gejala fenomena yang terjadi disuatu daerah atau pada masyarakat dalam daerah

tersebut, dalam penelitian ini data-data diambil dari narasumber langsung.

1. Sumber Data

Data merupakan sumber informasi yang didapatkan oleh penulis melalui

penelitian yang dilakukan. Dalam melakukan pengumpulan data penulis terlebih

dahulu memperhatikan kualifikasi sumber data yang relevan dengan penelitian

yang dilakukan. Maka data yang diperoleh melalui dua sumber, yaitu data Primer

dan data Sekunder.

Pertama, sumber data primer merupakan sumber data utama dalam

penelitian. Mengingat bahwa penulisan skripsi ini membahas tentang pengaruh

Page 27: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

15

tokoh dengan gerakan tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah. Maka yang

menjadi sumber primer yaitu penulis melakukan wawancara langsung kepada

narasumber; seperti wawancara kepada pimpinan Yayasan Pondok Pesantren

Masyariqul Anwar yaitu KH. Raden Ahmad Syaukatudin Inayah (cucu Syekh

Asnawi), dan juga wawancara dengan Drs H. Ois Kholid yang merupakan cucu

Syekh Asnawi sekaligus kepala sekolah Madrasah Aliyah Masyariqul Anwar pusat

Caringin. Selain itu dari wawancara, penulis mengambil sumber dari buku-buku

yang berkaitan dengan tokoh seperti buku Ringkasana Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syekh Asnawi Caringin Pandeglang-Banten. Karya: KH. Raden Ahmad

Syaukatudin Inayah.

Selain wawancara sumber kedua yang merupakan sumber pendukung dari

sumber Primer yaitu data sekunder penulis menggunakan metode kepustakaan

(library Research) yang mana metode dalam penelitian ini nantinya mengunakan

teori-teori yang diambil dari buku-buku atau literatur yang mendukung dan relevan

dengan judul skripsi ini.

2. Analisis Data

Adapun pembahasannya, penulis menggunkan pendekatan deskriptif

analitis yaitu pendekatan dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti kemudian dideskriptifkan secara aktual, akurat dan

sistematik untuk memperoleh kejelasan masalah yang diteliti dan dapat menjawab

permasalahan-permasalahan tersebut serta menganalisisnya. Penulis menggunakan

metode kualitatif yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan

pada metedologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.

Page 28: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

16

Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, melakukan

wawancara kepada narasumber dan melakukan studi pada situasi yang dialami.

3. Tekhnik Penulisan

Teknik penulisan yang akan digunakan penulis dalam pembuatan Skripsi ini

adalah mengacu kepada buku Pedoman Akademik Tahun 2013/2014 Program

Strata 1 Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

diterbitkan oleh Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Universitas

Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

H. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempermudah pembahasan dan penulisan dalam skripsi ini,

Penulis mengklasifikasikan dalam lima bab yang sistematis. Sehingga dapat

ditemukan jawaban atas persoalan yang dibahas dalam skripsi ini. Skripsi ini

disusun dalam lima bab yang sistematis seperti berikut:

Bab I adalah bagian pendahuluan yang membicarakan tentang pendahuluan

dari skripsi ini. Di dalamnya dibahas mengenai beberapa permaslahan pokok seperti

Latar belakang masalah; yaitu gambaran besar yang akan dibahas dalam skripsi ini.

Identifikasi dan Rumusan Masalah; setelah dilakukan identifiksi masalah maka

perlu adanya batasan dan rumusan masalah yaitu untuk membatasi dan

merumuskan masalah apa saja yang akan dibahas dalam skripsi ini. Tujuan

Penelitian; yaitu penjelasan tentang apa saja tujuan penelitian dalam skripsi ini.

Tinjauan Pustaka; berupaya meninjau baik dari buku-buku maupun skripsi-skripsi

yang sudah ada dengan skripsi ini untuk sebuah perbandingan. Metode Penelitian;

dalam karya ilmiah ini penulis menggunakan metode kualitatif. Sistmatika

Page 29: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

17

Penulisan; yaitu pembahasan untuk mengklasifikasikan dalam beberapa bab agar

lebih sistematis.

Bab II yang berisi hasil penelitian. Penulis mencoba untuk memaparkan

pokok bahasan yang berkenaan dengan Biografi Tokoh, seperti riwayat hidup

Syekh Asnawi; yaitu membahas dari masa hidup sampai wafatnya Syekh Asnawi,

mulai dari kelahiran, garis keturunan, dan pendidikan Syekh Asnawi. Syekh

Asnawi sebagai tokoh Pendidikan; membahas tentang awal mula munculnya ide

pembangunan sebuah lembaga pendidikan Islam ditengah penjajahan Belanda.

Syekh Asnawi sebagai ulama yang dihormati; membahas tentang dimana ketika

Syekh Asnawi mendapat sambutan hangat dari masyarakat Caringin maupun

masyarakat diluar Banten pada tahun 1920-an. Karomah Syekh Asnawi; membahas

tentang karomh-karomah yang ada di diri Syekh Asnawi ketika masih hidup

maupun wafat.

Bab III penulis memaparkan beberapa hal yang mengeni tentang gambaran

umum tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah yaitu membahas tentang definisi

tarekat; membahas tentang pengertian tarekat. Asal-usul tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah; membahas sejarah awal mula berdiri dan perkembangan ajaran

tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Indonesia mulai dari pendirinya (Syekh

Ahmad Khatib Sambas), sampai kepada para murid-muridnya. Sejarah masuknya

tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Caringin; membahas awal mulai

masuknya ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah ke Caringin yang

diajarkan oleh Syekh Asnawi dimasa penjajah Belanda. Ajaran tarekat Qodiriyyah

Wa Naqsyabandiyyah; membahas tentang ajaran di dalam tarekat Qodiriyyah Wa

Page 30: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

18

Naqsyabandiyyah seperti; kesempurnaan suluk, hubungan guru dengan murid

(adab murid terhadap guru) dan jenis dzikir.

Bab IV penulis mencoba untuk melakukan pembahasan yang bersifat

analisis kritis terhadap Pengaruh Ajaran Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah

Syekh Asnawi di Caringin Pandeglang-Banten. Yakni, bagaimana pengaruh ajaran

tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Syekh Asnawi terhadap masyarakat

Caringin Pandeglang-Banten; yaitu membahas tentang Bagaimana kondisi

masyarakat Caringin sebelum Syekh Asnawi menyebarluaskan ajaran Islam dengan

pendekatan Tasawuf terhadap masyarakat Caringin, dan bagaimana kondisi

masyarakat Caringin setelah Syekh Asnawi menyebarkan agama Islam dan

mengajarkan ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah terhadap masyarakat

Caringin Pandeglang-Banten.

Pada bagian bab terakhir yaitu sebagai Penutup atau kesimpulan dari

keseluruhan permasalahan penelitian dalam bentuk skripsi ini. Maka dalam bab ini

dijelaskan mengenai beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari inti pembahasan

pada bab-bab yang dijelaskan sebelumnya penulis mencoba menjelaskan hasil

penelitian mengenai permasalahan yang dikaji pada penulisan skripsi ini yaitu

mengenai Pengaruh Ajaran Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Syekh

Asnawi di Caringin Pandeglang-Banten. Selain itu, dalam bab ini juga terdapat

saran-saran yang bisa digunakan bagi para pembaca agar lebih baik dalam penulisan

selanjutnya. Sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Page 31: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

19

Page 32: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

19

BAB II

GAMBARAN UMUM TAREKAT QODIRIYYAH WA

NAQSYABANDIYYAH

A. Definisi Tarekat

Kata tarekat berasal dari bahasa arab yaitu thoriqoh, jamaknya thoroiq yang

berarti “jalan” atau “metode” yang mengacu kepada aliran keagamaan tasawuf atau

sufisme dalam Islam. Secara konseptual tarekat merupakan metode khusus yang

ditempuh oleh seorang salik (para penempuh jalan) untuk mendekatkan diri kepada

Allah swt dengan melalui tahapan-tahapan/Maqamat dibawah bimbingian seorang

guru.1

Secara terminologi, pengertian tarekat bisa kita lihat dari ungkapan

Zamakhsyari Dhofier, yang mengartikannya sebagai suatu kelompok organisasi

(dalam lingkungan Islam tradisional) yang melakukan amalan-amalan zikir tertentu

dan menyampaikan sumpah yang formulanya telah ditentukan oleh pimpinan

organisasi tarekat tersebut.

Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Abbas Husayn Basri,

bahwa tarekat merupakan sebuah jalan yang ditempuh berdasarkan syari’at Allah

swt dan peraturannya, mengikuti perintah rasulullah saw yang datang dengan segala

petunjuk dan cahaya kebenaran.2

1Ahmad Daudy, Kuliah Umum Tarekat Tasawuf, (Jakarta: Bulan Bintang,

1998), Cet. Ke-I, hal. 73 2 L. Hidayat Siregar, Tarekat Doktrin dan Sejarah (Bandung: Citapustaka

Media Perintis, 2008), hal. 14-16

Page 33: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

20

Tarekat juga diartikan sebagai metode praktis untuk membimbing seseorang

dengan jalan berpikir, merasa dan bertindak melalui tahap-tahap kesinambungan ke

arah pengalaman tertinggi yaitu Hakikat. Di dalam tarekat terdapat seorang guru

yang disebut Mursyid yang berfungsi sebagai pembimbing, pimpinan sekaligus

menjadi tokoh sentral bagi para penganutnya yang disebut murid. Para Mursyid itu

memiliki kedudukan bertingkat-tingkat dalam suatu susunan hierarkis piramidal

wasilah yang berpuncak pada Mursyid terbesar yang biasanya sebagai pendiri aliran

tarekat, dan namanya menjadi aliran tersebut. Semua aliran tarekat dalam susunan

wasilah hierarkis itu selalu berakhir pada diri Rasulullah Muhammad saw.3

Kata “thariqat” juga telah Allah sebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 9 kali

dalam 5 surat, dengan mengandung beberapa arti sebagai berikut:

1. Surat An-Nisa: 168

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kedzoliman, Allah

sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) merek dan tidak pula akan menunjukan

jalan kepada mereka”. (QS. An-Nisa:168)

2. Surat An-Nisa: 169

“Melainkan ke Neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-

lamanya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. An-Nisa: 169

3 Radja Mu’tasim dan Abdul Munir Mulkhan. Bisnis Kaum Sufi,

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hal. 3

Page 34: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

21

3. Surat Thoha: 63

“Mereka berkata:”Sesungguhnya mereka itu adalah benar-benar ahli sihir

yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak

melenyapkan “kedudukan” kamu yang utama”. (QS. Thoha: 63)

Ayat ini menerangkan kedatangan nabi Musa as. Dan Harun ke Mesir, yang

akan menggantikan bani Israil sebagai penguasa di Mesir. Sebagian ahli tafsir

mengartikan kata “Thariqat” dalam ayat ini yaitu dengan “keyakinan” (agama).

Menurut Ibnu Manzhur (630-711 H). Arti “Thariqat” dalam ayat itu adalah “ar-

Rijalul Asyraf” yang bermakna tokoh-tokoh terkemuka. Jadi ayat itu berarti

menjelaskan, kedatangan nabi Musa dan Harun ke Mesir adalah untuk mengusir

kaum dengan sihirnya dan hendak melenyapkan jamaah atau tokoh-tokoh

terkemuka kamu. Keduanya, yakni Musa dan Harun akan melenyapkan sunah dan

agama kamu yang kamu anut.

4. Surat Thoha: 77

“Dan sesungguhnya telah kami wahyukan kepada Musa : “pergilah kamu

dengan hambaku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan

yang kering di Laut itu, kamu usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut

(akan tenggelam). (QS. Thoha: 77)

Kata “Thariqat” dalam ayat ini berarti “Jalan” di Laut dan terbelahnya

Lautan Merah untuk jalan bagi nabi Musa dan para pengikut-pengikutnya. Peristiwa

itu terjadi setelah ia memukulkan tongkatnya.

Page 35: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

22

5. Surat Thoha : 104

“Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan ketika mereka berkata

orang yang paling lurus jalannya diantara mereka : “kamu tidak berdiam (di

dunia) melainkan hanyalah sehari saja”. (QS. Thoha : 104).

Adapun yang dimaksud dengan “lurus jalannya” dalam ayat itu ialah orang

yang agak lurus pikirannya atau amalannya diantara orang-orang berdoa itu.

6. Surat al-Ahqaf : 30

“Mereka berkata : “Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah

mendengarkan kitab (al-Qur’an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang

membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan

kepada jalan yang lurus”. (QS. Al-Ahqaf : 30)

7. Surat Al-Mukminin : 17

“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan diatas kamu tujuh buah jalan

(tujuh buah langit) dan kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (kamu)”. (QS. Al-

Mukminin : 17)

8. Surat Al- Jin : 11

“Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang saleh dan

diantara kami ada pula yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh

“jalan yang berbeda-beda”. (QS. Al-Jin : 11)

Al- Farra mengartikan “Kunna Thariqa Qidada” dalam ayat itu dengan

“Kunna Firqan Mukhtalifa” yang bermakna adalah kami beberapa kelompok yang

berbeda-beda.

Page 36: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

23

9. Surat Al-Jin : 16

“Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu

(agama Islam), benar-benar kami akan memberi minuman kepada mereka air yang

segar (rejeki yang banyak)”. (QS. Al-Jin : 16)

Kata “Thariqat” dalam ayat itu berarti agama Islam.

Berdasarkan dari beberapa definisi yang telah dijelaskan diatas, jelaslah

bahwa thariqat adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah

swt, dengan mengamalkan ajaran tauhid, fikih, dan tasawuf.4

Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem yaitu : sistem

kerahasiaan, sistem kekerabatan dan sitem hierarki seperti : khalifah tawajjuh,

khalifah suluk, Syekh atau Mursyid, wali atau kutub. Kedudukan guru tarekat

diperkokoh dengan ajaran wasilah atau silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru

dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah, syafa’ah atau limpahan

pertolongan dari guru.

Dengan demikian dari definisi tarekat diatas memiliki dua pengertian,

pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam

mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan dirinya kepada tuhan. Kedua,

tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi yang ditandai dengan adanya lembaga

formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Dalam pengamalannya para penganut tarekat memiliki intensitas dan

kecepatan perjalanan spiritual yang berbeda-beda. Ali Nadwi menggambarkan

4A. Fuad Said, Hakekat Tarekat Naqsyabandiyyah (Jakarta: Percetakan

Mutiara Suber Widya, 1996), hal. 1-6

Page 37: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

24

perjalanan mistik Rumi seperti burung Rajawali yang bisa dengan cepat tiba di

tangan si Raja, sedangkan perjalanan spiritual Farid al-Din digambarkan merayap

seperti Semut. Bahkan Rumi sendiri mengatakan bahwa seorang sufi Bermikraj ke

Arsy dalam sekejap sang zahid memerlukan satu bulan untuk sehari perjalanan.5

Pada dasarnya dalam tarekat itu tidak terbatas jumlahnya, artinya setiap manusia

semestinya harus mencari dan merintis jalannya sendiri sesuai dengan bakat dan

kemampuan ataupun taraf kebersihan hati mereka masing-masing.6

Karena apabila Allah swt telah memberi petunjuk pada sanubari seseorang,

niscaya akan berlimpah cahaya di dalamnya, akan lapanglah di dalam dadanya,

akan terungkap baginya rahasia kerajaan Langit dan tersingkaplah dari hatinya tabir

kelengahan dengan kelembutan dan rahmat berkilauan baginya hakikat-hakikat

illahi. Maka tiada hal lain baginya kecuali bersiap sedia untuk mensucikan diri

secara totalitas, menghadirkan semangat disertai kemauan yang benar, dengan

keimanan yang sempurna, dan senantiasa bersabar mencari rahmat yang akan

diberikan Allah kepadanya. Dengan bertaqarub kepada Allah swt.

B. Asal-usul Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah

Di Indonesia terkenal sebuah tarekat bernama tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah. Tarekat ini merupakan tarekat terbesar, terutama di pulau Jawa.

Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah yang ada di Indonesia didirikan oleh

seorang ulama yang menjadi imam besar di masjid al-Haram Mekah al-

5 Mulyadi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Erlangga,

2006), hal. 16 6 Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2012). Cet. Ke-II, hal. 39-40

Page 38: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

25

Mukaramah. Ia bernama Syekh Ahmad Khatib Sambas ibn Abd Ghaffar al-

Sambasi al-Jawi. Beliau adalah seorang ulama besar dari Indonesia yang tinggal

sampai akhir hayatnya di kota Mekah.7

Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah, merupakan gabungan dari dua

tarekat yang berbeda yaitu tarekat Qadiriyyah dan tarekat Naqsyabandiyyah.

Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsabandiyyah ini tidak hanya sebuah kombinasi antara

dua tarekat yang berbeda yang dipraktekkan secara bersama-sama, tetapi tarekat ini

merupakan sebuah tarekat baru dan berdiri sendiri.8

Tarekat Qadiriyyah didirikan oleh Syekh Abd al-Qadir al-Jailani ia lahir di

kota Tibristan pada tahun 471 H (1078 M) dan wafat di kota Baghdad pada tahun

561 H (1166 M). Syekh Abd al-Qadir al-Jailani merupakan seorang Mursyid tarekat

yang menganut Mazhab Hambali. Ia menyerukan kepada para pengikut tarekatnya

agar selalu memegang prinsip tasamuh dan toleransi, ia pun menegaskan kepada

penganut ajaran tarekatnya agar tidak hanya mengajak diri sendiri tetapi juga

mengajak semua makhluk Allah agar seperti mereka.9 Syekh Abd al-Qadir al-

Jailani juga selalu menyeru kepada murid-muridnya agar bekerja keras dalam

kehidupan sebagai bekal untuk memperkuat ibadah yang dihasilkan dari hasil

keringat sendiri. Ia juga melarang kepada muridnya menggantungkan hidup kepada

masyarakat. Syekh Abd al-Qadir al-Jailani juga mengingatkan kepada pengikut

tarekatnya agar tetap perpegang pada Sunah Rasulullah dan Syari’at agama Islam.

7 Zamaksari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup

Kiyai, (Jakarta: LP3ES, 1994), Cet. Ke-6, hal. 17-18. 8 Zulkifli, Sufi Jawa: Relasi Tasawuf-Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Sufi,

2003), hal. 36-37. 9 Fuad Said, Hakikat Tarekat Naqsyabandiyyah. (Jakarta: Pustaka al-Husna

baru, 2012), hal. 14

Page 39: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

26

Ia juga mengingatkan bahwa setan banyak menyesatkan ahli tarekat dengan

menggodanya agar meninggalkan syari’at karena sudah melaksanakan tarekatnya.

Perkembangan tarekat Qadiriyyah terus meluas jaringannya hampir ke

seluruh penjuru negeri Islam di dunia penyebaran tarekat ini tidak hanya tersebar di

kota Baghdad saja tetapi tersebar di luar kota Baghdad seperti: Yaman, Syiria,

Mesir, India, Turki, Afrika termasuk Indonesia. Bahkan Manaqib (sejarah kelahiran

dan sejarah keistimewaanya), kini senantiasa mewarnai prosesi ritual Islamiyah di

daerah jawa setidak-tidaknya nama pendiri tarekat ini selalu disebut dalam prosesi

ritual. Ini menunjukan betapa lestarinya ajaran yang dikembangkan oleh sebuah

institusi tarekat. Penyebaran ajaran tarekat yang mudah tersebar ini karena di dalam

ajaran tarekat Qodiriyyah ada kebebasan bagi setiap pengikutnya yang telah

mencapai tingkat Mursyid, untuk tidak terikat dengan metode yang telah diberikan

oleh gurunya. Artinya murid yang sudah mencapai derajat Mursyid diberikan

kebebasan dalam membuat metode Riyadah sendiri. Penyebaran tarekat ini tersebar

kepenjuru dunia Islam dengan tarekat-tarekat baru seperti salah satu tarekat yang

paling banya pengikutnya di Indonesia yaitu tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah.10

Sedangkan tarekat Naqsyabandiyyah didirikan oleh Muhammad Ibn

Muhammad Bahauddin al-Naqsyabandi yang hidup antara tahun 717 H/1317 M -

791 H/1389 M. Ia dilahirkan di desa yang bernama Qashrul Arifin yang terletak

beberapa kilometer dari kota Bukhara, Rusia. Pusat perkembangan tarekat

Naqsyabandiyyah ini tersebar sejak abad ke-12 M, yaitu di daerah Asia tengah.

10 Kharisudin Aqib, al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah. (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), hal. 49-50

Page 40: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

27

Pada masa itu sudah ada pemimpin laskar yang menjadi guru Ghujdawani.

Sehingga tarekat Naqsyabandiyyah ini berperan penting dalam kerajaan Timurid.

Klimaksnya setelah tarekat ini berada dibawah kepemimpinan Nashiruddin

Ubaidillah al-Ahrar (1404 M-1490 M), maka hampir seluruh wilayah Asia tengah

dikuasai oleh tarekat Naqsyabandiyyah. Tarekat Naqsyabandiyyah mulai masuk ke

India diperkirakan pada masa pemerintahan Babur yaitu pendiri kerajaan Mughal

(w. 1530 M) di India. Karena pada masa kepemimpinan Ubaidillah al-Ahrar yaitu

seorang paman Babur yang tinggal di pemukiman Mongol sudah menjadi pengikut

tarekat Naqsyabandiyyah.11

Kedua tarekat tersebut kemudian dimodifikasi oleh ulama besar asal

Indonesia yang lahir di Sambas Kalimantan Barat (Borneo), yaitu Syekh Ahmad

Khatib Ibn Abd. Ghaffar al-SambasI al-Jawi (1217 H/1802 M – 1289 H/1872 M).

Sebagai seorang yang alim dan ma’rifat kepada Allah, Syekh Khatib Sambas

memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi tarekat yang

dipimpinnya karena dalam Tarekat Qadiriyyah memang ada kebebasan untuk

memodifikasi bagi yang telah mencapai derajat Mursyid. Dalam tarekat Qadiriyyah

apabila seorang murid telah mencapai derajat Syekh seperti gurunya, ia tidak

diharuskan untuk selalu mengikuti tarekat gurunya. Seorang Syekh tarekat

Qadiriyyah berhak untuk tetap mengikuti tarekat guru sebelumnya atau

memodifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya. Hal ini karena ada petuah dari

Syekh Abdul Qadir al- Jailani bahwa murid yang telah mencapai derajat gurunya,

11 Kharisudin Aqib, al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah. (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), hal. 49-51

Page 41: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

28

maka ia jadi mandiri sebagai Syekh dan Allah lah yang menjadi walinya untuk

seterusnya.12

Syekh Ahmad Khatib Sambas sangat berjasa dalam menyebarkan tarekat ini

di Indonesia dan Melayu hingga wafat. Di kota Mekah ia juga menjadi guru

sebagian ulama Indonesia modern dan mendapatkan ijazah. Sekembalinya ke

Indonesia ia menjadi guru tarekat dan mengajarkannya sehingga tarekat ini tersebar

luas di seluruh penjuru Indonesia, diantaranya Syekh Nawawi al-Bantani (wafat

1887 M), Syekh Halil (w. 1918 M), Syekh Mahfuzd Attarmasi (w. 1923 M), dan

Syekh M. Hasyim Asy’ari pendiri NU di Indonesia, Syekh Abdul Karim al-Bantani.

Semuanya merupakan murid Syekh Ahmad Khatib Sambas. Ketokohan Syekh

Ahmad Khatib Sambas yang menonjol adalah di bidang tasawuf. Beliau sebagai

pemimpin atau Mursyid tarekat Qadiriyyah yang berpusat di Mekah pada waktu itu.

Disamping itu beliau juga sebagai Mursyid tarekat Naqsyabandiyyah.13

Pada masanya telah ada pusat penyebaran tarekat Naqsyabandiyyah di kota

suci Mekah dan Madinah sehingga sangat memungkinkan ia mendapat Bai’at

tarekat Naqsyabandiyyah dari kemursyidan tersebut. Kemudian ia menggabungkan

inti kedua ajaran tarekat tersebut, yaitu tarekat Qadiriyyah dan tarekat

Naqsyabandiyyah dan mengajarkan pada murid-muridnya terutama yang berasal

dari Indonesia. Penamaan tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah tidak lepas dari

sikap tawadu dan ta’zim Syekh Ahmad Khatib Sambas kepada pendiri kedua

12Abdullah Hawas, Perkembangan Tasawuf Dan Tokoh-Tokohnya Di

Nusantara (Surabaya : Al Ikhlas, 1990), hal. 75

13 Martin Van Bruinessen. Tarekat Naqsyabandiyyah Di Indonesia, Survei

Historis, Geografis Dan Sosiologis. (Bandung: Mizan. 1992), hal. 35

Page 42: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

29

tarekat tersebut sehingga beliau tidak menisbatkan nama tarekatnya pada dirinya

sendiri. Padahal kalau melihat modifikasi ajarannya dan tata cara ritual tarekatnya

itu, lebih tepat kalau dinamakan dengan tarekat Khatibiyah atau tarekat

Sambasiyah, karena memang tarekatnya merupakan buah dari ijtihadnya.

Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah yang terdapat di Indonesia

bukanlah hanya merupakan suatu penggabungan dari dua tarekat yang berbeda

yang diamalkan bersama-sama. Tarekat ini menjadi sebuah tarekat yang baru dan

berdiri-sendiri, yang di dalamnya unsur-unsur pilihan dari Qadiriyyah dan

Naqsyabandiyyah telah dipadukan menjadi sesuatu yang baru. Penggabungan inti

dari kedua ajaran ini atas dasar pertimbangan logis dan strategis bahwa kedua ajaran

inti itu bersikap saling melengkapi terutama dalam hal jenis dzikir dan metodenya.14

Tarekat Qadiriyyah menekankan ajarannya pada dzikir jahr nafi isbat yaitu

melafadkan kalimat ”lailahailalah” dengan suara keras, sedangkan tarekat

Naqsyabandiyyah menekankan pada dzikir sirri ismu dzat yaitu melafadkan kalimat

“Allah” dalam hati.

Penyebaran tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah diperkirakan sejak

paruh kedua abad ke-19, yaitu semenjak pulangnya kembali murid-murid Syekh

Ahmad Khatib Sambas ke tanah air. Di Kalimantan Barat, daerah asal Syekh

Ahmad Khatib Sambas tarekat ini disebarkan oleh kedua orang muridnya yaitu

Syekh Nuruddin yang berasal dari Philipina dan Syekh Muhammad Sa’ad putra asli

Sambas. Karena penyebaran tidak melalui lembaga formal seperti pesantren maka

14 Aboebakar Aceh. Pengantar Ilmu Tarekat, Uraian Tentang Misti. (Solo:

Ramdhani. 1990), hal. 52

Page 43: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

30

tarekat hanya tersebar dikalangan orang awam dan tidak mendapatkan

perkembangan yang berarti.15

Lain halnya di pulau Jawa tarekat ini disebarkan melalui pondok pesantren

yang didirikan dan dipimpin oleh para pengikutnya sehingga mengalami kemajuan

yang pesat. Penyebaran tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Jawa

dilakukan oleh 3 (tiga) murid Syekh Ahmad Khatib Sambas, yaitu Syekh Abdul

Karim al-Bantani, Syekh Tholhah Cirebon, dan Syekh Ahmad Hasbullah Madura.

Syekh Abdul Karim al-Bantani merupakan murid kesayangan Syekh Ahmad Khatib

Sambas di Mekah. Semula dia hanya sebagai khalifah tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah di Banten, tahun 1876 diangkat oleh Syeikh Ahmad Khatib

Sambas menjadi penggantinya dalam kedudukan sebagai Mursyid utama tarekat ini

yang berkedudukan di kota Mekah. Dengan demikian semenjak itu seluruh

organisasi TQN di Indonesia menelusuri jalur spiritualnya (silsilah) kepada ulama

asal Banten tersebut.

Khalifah dari Syekh Tholhah Cirebon yang paling penting adalah Syekh

Abdullah Mubarrok, belakangan dikenal sebagai Abah Sepuh. Syekh Abdullah

Mubarok melakukan Bai’at ulang dengan Syekh Abdul Karim al-Bantani di Mekah.

Pada dekade berikutnya Abah sepuh membaiat putranya KH. A. Wafa Tadjul Arifin

yang lebih masyhur dengan panggilan Abah Anom. Hingga sekarang Abah Anom

Masih menjadi Mursyid tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Suryalaya.

15 Zamaksari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup

Kiyai, (Jakarta: LP3ES, 1994), hal. 14.

Page 44: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

31

Di bawah kepemimpinan Abah Anom ini, tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah di Suryalaya berkembang sangat pesat. Dengan menggunakan

metode Riyadah dalam tarekat ini Abah Anom mengembangkan psikoterapi

alternatif, terutama bagi para remaja yang mengalami degradasi mental karena

penyalahgunaan obat-obat yang terlarang, seperti, morfin, heroin dan sebagainya.16

C. Sejarah Masuknya Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Di Caringin

Melihat dari sejarah bahwa awal mula lahirnya tasawuf ialah diawal

pertama hijriyah, yaitu pada masa sahabat dan tabi’in. Lahirnya tasawuf pada masa

ini sebagai bentuk kekhawatiran terhadap perubahan mental masyarakat di masa

itu. Karena kondisi masyarakat pada masa itu, setelah nabi Muhammad saw dan

para sahabat mengalami perubahan yang signifikan dari aspek sosial dan ekonomi.

Sedangkan dalam hal spiritual, masyarakat lebih banyak berbicara tentang teologi

dan formulasi syari’at.17 Sehingga pada masa itu masayarakat mulai melupakan

persoalan kerohanian. Kondisi semacam ini jelas ditandai dengan mulai

berkembangnya budaya hedonism di tengah masyarakat. Masyarakat pada saat itu,

mulai hidup bermewah-mewahan. Melihat kondisi semacam ini maka muncul lah

tasawuf yang dipimpin oleh para sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, sebagai upaya untuk

mengingatkan tentang hakikat hidup serta menyeimbangkan antara kehidupan

16 Martin Van Bruinessen. Kitab Kuning, Pessantren Dan Tarekat: Tradisi-

Tradisi Islam Di Indonesia. (Bandung : Mizan. 1995), hal. 126 17 Sri Mulyati, dkk. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah

di Indonesia. (Jakaarta: Kencana, 2004). Cet. Ke-I, hal. 6-7

Page 45: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

32

dunia dan akhirat dan berusaha agar selalu menanamkan semangat ibadah kepada

tuhan dan melakukan pola hidup yang sederhana atau zuhud.18

Pada perkembangan selanjutnya yaitu memasuki abad ke-3 dan ke-4

hijriyah, ajaran tasawuf pada masa ini tidak hanya terfokus kepada pembinaan

moral saja. Tetapi ilmu tasawuf telah berkembang menjadi beberapa cabang yaitu

ilmu jiwa, ilmu akhlak, dan ilmu ghaib (metafisika). Jika pada abad pertama dan

kedua ajaran tasawuf menekankan pada ajaran kezuhudan, tetapi pada abad ke tiga

dan empat sudah mulai belajar tentang wusul dan ittihad dengan tuhan.19

Memasuki abad ke-5 hijriyah ajaran tasawuf suni dan tasawuf falsafi yang

berkembang pada abad ke-3 dan ke-4 hijriyah, pada abad ke-5 terjadi perubahan.

Perubahan itu terjadi karena pada masa itu tasawuf suni makin berkembang

sedangkan tasawuf falsafi mulai tenggelam dan baru muncul kembali disaat

lahirnya para tokoh sufi yang sekaligus seorang filosof. Akan tetapi, pada abad ke-

5 hijriyah ini mulai muncul tarekat dalam pengertian kelompok zikir, baru muncul

sebagai kelanjutan kaum sufi sebelumnya. Hal itu dapat dilihat dari setiap silsilah

tarekat yang selalu dihubungkan dengan nama pendirinya.20

Pada sekitar abad ke-6 dan ke-7 hijriyah ajaran tasawuf falsafi secara

sempurna, mengalami masa perkembangan yang besar dimana ajaran tasawuf ini

sudah mulai terorganisir dengan baik, dan mendalam dalam segi praktek,

pengajaran dan ide. Perkembangan tasawuf pada abad ke-6 dan ke-7 hijriyah ini,

18 M. Alfatih Suryadilaga, dkk. Miftahus Sufi. (Yogyakarta: Teras, 2008),

hal. 24 19Abu Bakar Aceh. Pengantar Ilmu Tarekat. (Jakarta: Ramadhani, 1993). 20Asmaran As. Pengantar Study Tasawuf. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1994), cet. Ke-I, hal. 253-254

Page 46: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

33

secara signifikan turut berpengaruh pada perkembangan tarekat itu sendiri.

Perkembangan tarekat ini dimulai, ketika tasawuf menempati posisi penting dalam

kehidupan umat Islam dan dijadikan sebagai falsafah hidup. Pada masa ini tasawuf

memiliki aturan prinsip dan sistem khusus, sedangkan sebelumnya tasawuf

dipraktekan secara individual tanpa adanya ikatan satu sama lain. Dalam

perkembangan selanjutnya tarekat menjadi sebuah organisasi atau perguruan dan

kegiatannya pun semakin meluas, tidak terbatas hanya pada dzikir dan wirid atau

amalan tertentu saja, akan tetapi tarekat merupakan sebuah organisasi persaudaraan

kaum sufi yang tunduk kepada seorang Mursyid dalam melaksanakan ajaran-ajaran

yang terperinci dalam tindakan spiritual dan hidup secara bekelompok di dalam

ruang peribadatan.21

Pada perkembangan selanjutnya, tarekat mengalami perubahan makna. Jika

pada awalnya tarekat merupakan suatu jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam

mendekatkan diri kepada Allah, maka tahap selanjutnya istilah tarekat digunakan

untuk menunjuk pada suatu metode psikologi yang dilakukan oleh guru tasawuf

(Mursyid) kepada muridnya untuk mengenal tuhan secara mendalam. Maka dari

sinilah tarekat terbentuk dalam pengertian sebagai suatu jalan menuju tuhan

dibawah bimbingan seorang guru. Kemudian tarekat memiliki banyak anggota,

maka tahap ini tarekat menjadi sebuah organisasi sejumlah orang yang berusaha

mengikuti kehidupan tasawuf.

Dilihat dari segi ajaran tarekat bahwa ada tarekat yang dianggap sah

(Mu’tabarah) dan ada juga tarekat yang dianggap tidak sah (Ghair al-Mu’tabarah).

21 Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani. Tasawuf Islam : Telaah Historis dan

Perkembangannya. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008), cet. Ke-I, hal. 293-294

Page 47: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

34

Artinya suatu tarekat bisa dianggap sah (Mu’tabarah) apabila memiliki silsilah

yang mutawatir sehingga amalan dalam tarekat tersebut dapat dipertanggung

jawabkan secara syari’at. Sebaliknya jika tarekat tidak memiliki silsilah yang

mutawatir, maka ajaran tarekat tersebut tidak bisa dipertanggung jawabkan secara

syari’at, artinya ia tidak memiliki dasar keabsahan atau bisa dikatakan tarekat yang

tidak sah (Ghair al-Mu’tabarah).22

Secara historis pengajaran tarekat telah dilakukan oleh seorang ulama besar

dari Baghdad yaitu sejak zamannya Abu Manshur al-Hallaj (w. 922 M). Kemudian

diikuti oleh sufi besar lainnya. Para sufi ini mulai merintis mengajarkan dan

mengembangkan tarekat yang berisi dengan tingkatan-tingkatan (Maqamat), atau

metode-metode pencapaian spiritual ini sebagai upaya untuk menemukan hakikat

ibadah dan sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, perluasan

pengaruh mereka ke berbagai wilayah merupakan hal yang dapat menolong baik

secara sosiologis maupun politik yaitu sebagai wadah untuk menaungi

kepemimpinan umat Islam, sebagai akibat dari runtuhnya sistem kekhalifahan di

Baghdad.23

Adapun beberapa tarekat yang melibatkan diri dalam kegiatan politik

diantaranya Seperti tarekat Sanusiyah yang menentang penjajahan Italia di Libiya,

22Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah.

(Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2008), hal. 63 23Ajid Thohir. Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan

Politik Antikolonialisme Tarekat Qodiriyyah-Naqsyabandiyyah di Pulau Jawa.

(Bandung : Pustaka Hidayah IKAPI, 2002). Cet. Ke-I, hal. 87-89

Page 48: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

35

tarekat Tijaniyah yang menentang penjajah Prancis dan Afrika Utara dan tarekat

Safawi yang melahirkan kerajaan Safawi dan Persia (Iran).24

Perkembangan tarekat pada abad ke-6 dan ke-7 hijriyah, tarekat semakin

berkembang kedalam berbagai aliran atau membuat kelompok tarekat dengan para

tokoh pimpinannya diantaranya:25

1. Tarekat Qadiriyyah dikembangkan di Baghdad didirikan oleh Syekh

Abd al-Qadir al-Jailani (W. 561/1166 M).

2. Tarekat Syadziliah dikembangkan di Maroko didirikan oleh Nuruddin

Ahmad Ibn Abdullah al-Syadzili (W. 1228 M)

3. Tarekat Rifa’iyyah dikembangkan di Asia Barat oleh Syekh Ahmad

Rifa’i (w. 1182 M).

4. Tarekat Suhrawardiyah dikembangkan di Baghdad oleh Syekh Abi

Najib Suhrawardi (490-563 H)

5. Tarekat Ahmadiyyah/Badawiyyah dikembangkan di Mesir didirikan

oleh Syekh Ahmad Badawi (595 H-675 H)

6. Tarekat Naqsyabandiyyah dikembangkan di Asia tengah didirikan oleh

Muhammad Ibn Muhammad Bahauddin al-Naqsyabandi yang hidup

antara tahun (717 H-791 H)

Pada masa perkembangan selanjutnya, yaitu sekitar abad ke-15 sampai abad

18 M, telah bermunculan jenis-jenis terekat diantaranya seperti:

24Dharwanto,PerkembanganTarekat,Http//dharwanto.Blogspot.com/200/1

0/perkembangan-tarekat.html. Diakses Hari Rabu Tanggal, 24 April 2019. Pukul.

17:00 WIB 25 Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani. Tasawuf Islam : Telaah Historis dan

Perkembangannya. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008), cet. I, hal. 294-303

Page 49: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

36

1. Tarekat Sammaniyah dikembangkan di didirikan oleh Muhammad bin

Abd al-Karim al-Madani al-Syafi’i al-Saman.

2. Tarekat Tijaniyah dikembangkan di Afrika didirikan oleh Syekh Ahmad

bin Muhammad al-Tijani.

3. Tarekat Bektasyiah dikembangkan di Turki didirikan oleh Syekh

4. Tarekat Khalawatiyyah dikembangkan di Persia didirikan oleh Syekh

Yusuf al-Makassari al-Khalawati pada tahun 1670 M

5. Terekat Syatariyyah dikembangkan di India didirikan oleh Syekh Abdul

al-Syatthari

Sebuah persaudaraan sufi lahir karena adanya seorang guru sufi yang

memiliki banyak murid atau pengikut. Karena pada sekitar abad ke-11 M

persaudaraan sufi banyak tumbuh di negeri-negeri Islam. Yang awalnya merupakan

sebuah gerakan lapisan elit masyarakat muslim, tetapi lama-kelamaan menarik

perhatian masyarakat lapisan bawah. Maka pada abad ke-12 M banyak orang Islam

memasuki dunia kesufian. Pada waktu itu kegiatan mereka berpusat di “Kanqah”

yaitu sebuah pusat latihan sufi yang banyak terdapat di Persia dan wilayah sebelah

timur Persia. Kanqah bukan hanya sebagai pusat titik berkumpul, tetapi disitu juga

mereka melakukan latihan dan kegiatan spiritual, serta pendidikan dan pengajaran

formal, dan termasuk dalam hal kepemimpinan. Tempat lain sebagai titik

berkumpul orang-orang sufi ialah “Zawiyah”, ia merupakan sebuah tempat yang

lebih kecil dari Kanqah dan berfungsi sebagai tempat orang sufi menyepi.26

26Blog Pendidikan Indonesia. Pengertian Tarekat dan Sejarah

Perkembangan. Diakses hari Minggu tanggal, 21 Juli 2019, pukul. 23:51 WIB.

http://www.sarjanaku.com2011/11/pengertian-tarekat-dan-sejarah.html?m=1

Page 50: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

37

Setelah itu pada perkembangan selanjutnya, yaitu pada abad ke-19 muncul

sebuah tarekat yang dimodifikasi dari tarekat Qodiriyyah dan tarekat

Naqsyabandiyyah. Yaitu tarekat Qodiriyyah Wa Naqsabandiyyah didirikan oleh

Syekh Ahmad Khotib al-Sambasi (1803-1878 M). Salah satu kelompok tarekat

yang berkemabang dalam kehidupan umat muslim di dunia khususnya di

Nusantara.27

Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah adalah sebuah tarekat yang

berdiri sekitar abad 19 M. Yang didirikan oleh seorang ulama besar yaitu Syekh

Ahmad Khotib As-Syambasi al-jawi (1803-1878 M). Dia adalah seorang Mursyid

tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah. Sebagai seorang Mursyid yang Kamil

Mukammil Syekh Ahmad Khatib As-Syambasi memiliki otoritas untuk membuat

modifikasi tersendiri bagi tarekat yang dipimpinnya. Kemudian dia

menggabungkan inti ajaran dari kedua tarekat tersebut yaitu tarekat Qodiriyyah dan

tarekat Naqsyabandiyyah menjadi tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah lalu

mengajarkan kepada murid-muridnya khususnya kepada ulama-ulama yang berasal

dari Indonesia.28

Menurut Martin Van Bruinessen, tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah

ini bukan hanya sekedar gabungan dari dua tarekat yang berbeda dan diamalkan

bersama-sama. Tetapi tarekat ini lebih merupakan suatu tarekat yang berdiri sendiri

yang mana ajaran yang ada di dalamnya telah dipadukan antara tarekat Qodiriyyah

27 Abubakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian Tentang Mistik, (Solo:

Ramdani, 1986), cet. Ke-4, hal. 67 28 Pondok Pesantren Suryalaya, Tarekat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah,

http://www.suryalaya.org/tqn1.html. Diakses Hari Rabu Tanggal, 24 April 2019.

Pukul. 19:30 WIB.

Page 51: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

38

dan tarekat Naqsyabandiyyah. Sehingga dengan begitu menghasilkan suatu aliran

tarekat yang baru yang kemudian dinamakan tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah.29

Kehadiran tasawuf beserta lembaga-lembaga tarekat di Indonesia, sama

tuanya dengan Islam itu sendiri yaitu sebagai agama yang masuk di kawasan ini.

Tetapi, dari sekian banyak tarekat yang berkembang diseluruh dunia, hanya ada

beberapa tarekat yang bisa masuk dan berkembang di Indonesia. Hal itu

dimungkinkan karena faktor kemudahan sistem komunikasi dalam kegiatan

transmisinya. Tarekat yang masuk ke Indonesia adalah tarekat yang populer di

Mekah dan Madinah, dua kota yang saat itu menjadi pusat kajian Islam.

Perkembangan tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Nusantara yang

diajarkan oleh Syekh Ahmad Khotib Sambas kepada para murid-muridnya. Ia pun

memiliki banyak murid yang terkenal di Nusantara yang belajar kepadanya di kota

Makkah dengan membai’at sejumlah murid yang terpilih untuk menjadi penganut

ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah seperti : Syekh Abdul Karim dari

Banten, Syekh Ahmad Thalhah dari Cirebon, Syekh Ahmad Hasbullah dari

Madura, Syekh Muhammad Ismail Ibn Abdul Rahim dari Bali, Syekh Yasin dari

Kedah Malaysia, Syekh Haji Ahmad dari Lampung dan Syekh Muhammad Makruf

Ibn Abdullah al-khatib dari Palembang.30 kemudian dari beberapa muridnya yang

29 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, (Bandung:

Mizan, 1999), cet. Ke-3, hal. 217 30WIKIPEDIA,TarekatQodiriyyahWaNaqsyabadiyah.http://syariathakikatt

arikatmakrifat.wordpress.com/2010/08/25/tarikat-qadiriah-naqsabandiyah-tqn/.

Diakses hari Rabu Tanggal, 24 April 2019. Pukul. 19:45 WIB

Page 52: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

39

terpilih ini menyebarluaskan ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah

diseluruh wilayah Nusantara.31

Syekh Abdul Karim Amrullah adalah salah satu murid Syekh Ahmad

Khotib Sambas dari Banten yang paling terkenal dia adalah seorang Mursyid dari

penganut ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah setelah sang guru

membai’atnya.32

Syekh Abdul Karim Amrullah semakin terkenal setelah terjadinya

pemberontakan petani di Cilegon Banten tahun 1888. Dikarenakan terjadinya

pemberontakan petani ini dipelopori oleh sejumlah kiyai dan para santri yang

merupakan murid dari Syekh Abdul Karim Amrullah seperti : Tb Ismail, Tb,

Wasyid, Tb Marjuki. Dari peristiwa itulah Syekh Abdul Karim sering disebut-sebut

sebagai tokoh yang melatar belakangi gerakan pemberontakan dengan kata lain ia

adalah aktor terjadinya pemberontakan. Dengan munculnya peristiwa

pemberontakan itulah organisasi tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah

dianggap oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai organisasi keagamaan. Sehingga

organisasi tarekat ini selalu dicari dan dicurigai keberadaannya bahkan para tokoh

ulama tarekat banyak yang di tangkap oleh pemerintah Hindia Belanda karena para

31 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, (Bandung:

Mizan, 1999), Cet. Ke-3, hal. 98 32 Bai’at dalam terminologi sufi ialah janji setia yang biasanya diucapkan

oleh seorang murid di hadapan mursyid untuk menjalankan segala persyaratan yang

telah ditetapkan oleh seorang mursyid dan tidak akan melanggarnya sesuai dengan

syarat Islam. Yang menjadi landasan normative ialah surat Al-Fath ayat 10. Bai’at

dijadikan acara ritual resmi setelah seseorang menjadi anggota tarekat, yang

selanjutnya dijadikan bentuk ikatan setia kepada mursyid dan ajaran-ajarannya.

Page 53: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

40

tokoh ulama dalam organisasi tarekat ini dianggap sebagai pemeberontak yang anti

terhadap pemerintah Hindia Belanda.33

Meskipun pada abad ke-19 tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah

mengalami rasa tidak simpatik dari pemerintah Hindia Belanda akan tetapi pada

masa itu tarekat sedang mengalami masa perkembangannya, dengan perkembangan

yang cukup pesat ahirnya tarekat ini sampai ke Caringin melalui seorang ulama

kharismatik yaitu Syekh Asnawi. Syekh Asnawi merupakan murid dari Syekh

Abdul Karim Amrullah dia di bai’at oleh Syekh Abdul Karim sebagai Khalifah atau

pimpinan tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah yang ada di Banten dan

Caringin khususnya. Syekh Asnawi bukan hanya sebagai ulama tarekat tetapi dia

juga aktif sebagai ulama pemberontak terhadap para penjajah pada sekitar tahun

1926.34 Sehingga melalui Syekh Asnawi inilah awal mula penyebaran tarekat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Caringin. Sehingga Caringin pun semakin

terkenal dan banyak para santri yang berdatangan ke Caringin baik dari masyarakat

Banten maupun dari luar Banten untuk belajar ilmu tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah kepada Syekh Asnawi.

D. Ajaran Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah

Sebagai suatu madzhab dalam tasawuf, Tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah memiliki beberapa ajaran yang diyakini akan kebenarannya,

terutama dalam kehidupan kesufian. Ada beberapa ajaran yang diyakini paling

efektif dan efesian sebagai metode untuk mendekatkan diri dengan Allah. Pada

33 Sartono Kartodirjo, Gerakan Petani Banten 1888 (Jakarta: PT. Pustaka

Jaya & YHS, 1984), Cet. Ke-I, hal. 259 34 Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung, Mizan, 1996), hal. 366.

Page 54: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

41

umumnya metode yang menjadi ajaran dalam tarekat ini didasarkan pada al-Qur’an,

Hadis, dan perkataan para sufi.35

Ada beberapa pokok ajaran dalam tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah

di antaranya ajaran tentang :

1. Kesempurnaan Suluk

Ajaran yang sangat ditekankan dalam tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah adalah suatu keyakinan bahwa kesempurnaan suluk (merambah

jalan kesufian dalam rangka mendekatkan diri dengan Allah), adalah jika berada

dalam 3 (tiga) dimensi keimanan yaitu : Islam, Iman, dan Ikhsan. Ketiga term

tersebut biasanya dikemas dalam satu jalan three in one yang sangat populer dengan

istilah syariat, tarekat, dan hakikat.

Syariat adalah dimensi perundang-undangan dalam Islam. Ia merupakan

ketentuan yang telah ditentukan oleh Allah, melalui Rasulnya Muhammad Saw.

baik yang berupa perintah maupun larangan. Tarekat merupakan dimensi

pelaksanaan syari’at tersebut. Sedangkan hakikat adalah dimensi penghayatan

dalam mengamalkan tarekat tersebut, dengan penghayatan atas pengalaman syari’at

itulah, maka seseorang akan mendapatkan manisnya iman yang disebut dengan

ma’rifat.

Para sufi menggambarkan hakikat suluk sebagai upaya mencari mutiara

yang ada di dasar lautan yang dalam. Sehingga ketiga hal itu (syari’at, tarekat, dan

35 Fuad Said, Hakekat Tarekat Naqsyabandiyyah. (Jakarta: Al-Husna:

Zikra. 1999), hal. 67

Page 55: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

42

hakikat) menjadi mutlak penting karena berada dalam satu sistem. Syariat

digambarkan sebagai kapal yang berfungsi sebagai alat transportasi untuk sampai

ke tujuan. Tarekat sebagai lautan yang luas dan tempat adanya mutiara. Sedangkan

hakikat adalah mutiara yang dicari-cari. Mutiara yang dicari oleh para sufi adalah

ma’rifat kepada Allah.

Dalam tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah diajarkan bahwa tarekat

diamalkan justru dalam rangka menguatkan syari’at. Karena bertarekat dengan

mengabaikan syariat ibarat bermain diluar sistem, sehingga tidak akan dapat

mendapatkan sesuatu kecuali kesia-siaan.

Ajaran tentang prinsip kesempurnaan suluk merupakan ajaran yang selalu

ditekankan oleh pendiri tarekat Qadiriyyah, yaitu Syekh Abdul Qadir al-Jailani, hal

ini dapat dimaklumi, karena beliau seorang sufi sunni dan sekaligus ulama fiqih.

2. Adab Kepada Mursyid

Adab seorang murid kepada Mursyid (Syekh), merupakan ajaran yang

sangat prinsip dalam tarekat. Adab atau etika murid dengan Mursyidnya diatur

sedemikian rupa sehingga menyerupai adab para sahabat terhadap Nabi

Muhammad Saw. Hal ini diyakini karena Muasyarah (pergaulan) antara murid

dengan Mursyid melestarikan sunnah (tradisi) yang dilakukan pada masa nabi.36

Kedudukan murid menempati peran sahabat sedang kedudukan Mursyid

menempati peran nabi dalam hal Irsyad (bimbingan) dan ta’lim (pengajaran). Adab

kepada guru ini tersimpul dalam rasa penuh cinta seorang murid kepada gurunya

36 Annemarie Schimel, Mystical Dimension Of Islam, diterjemahkan Oleh

S. Djoko Damono, dkk, dengan judul Dimensi Mistik Dalam Islam, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1986), hal. 104-242

Page 56: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

43

dengan sebenar-benarnya cinta karena Allah Swt. Abu Yazid al-Bustami

mengatakan: ”Siapa saja jika seorang murid tidak punya Syeikh, maka Syeikhnya

adalah syaiton”.37

Dengan demikian, siapa pun orang yang ingin menjadi murid harus

menjalani sebuah suluk, pertama-tama seorang murid harus tunduk dan patuh harus

mencintai dengan memberinya kesetiaan dan ketaatan sepenuhnya serta ia harus

menjauhi semua yang dilarang sang guru karena Mursyid merupakan pembimbing

rohani dan pemberi petunjuk dalam menempuh jalan menuju keselamatan hidup

dan ridho Allah. Seorang murid harus menyadari dengan rendah hati bahwa ucapan,

sikap, dan tindakan sang Mursyid boleh jadi terkadang terlihat dimatanya sebuah

kekeliruan atau yang bertentangan dengan persepektifnya padahal penglihatan

dirinyalah yang keliru sebab seorang murid belum memahaminya.38

Adapun adab-adab seorang murid kepada gurunya antara lain sebagai

berikut:39

1). Seorang murid harus menghormati gurunya lahir dan batin. Dia harus

yakin bahwa maksudnya tidak akan tercapai melainkan ditangan guru, serta

menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dibenci oleh Syekhnya. Jika

seorang murid merasa bimbang dan ingin berpindah kepada guru lain, maka

hal tersebut menjadi sebabnya hirman (terhijab) oleh nur gurunya tersebut,

37 Ahmad Daudy, Kuliah Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), cet.

Ke-I, hal. 74 38 Zaprulkhan , Ilmu Tasawuf sebuah Kajian Tematik. (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2016), cet. Ke-I, hal. 75-82 39KharisudinAqibal-Faqir, Adab Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah,

Https://sufimenembusbatas.blogspot.com/2016/09/adab-tarekat-qadariyah-wa-

naqsabandiyah.html. Diakses Hari Rabu Tanggal 24 April 2019. Pukul. 22:45 WIB

Page 57: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

44

yang menghalangi sampainya pancaran berkah (al-fayd al-rahmani). Hal ini

bisa tidak terjadi apabila kepindahan murid kepada guru yang lain itu atas

izin yang Jelas (sharih) dari gurunya yang semula.

2). Seorang murid harus pasrah, menurut dan mengikuti bimbingan guru

dengan rela hati. Ia juga harus melayani (khidmat) guru dengan rasa senang,

rela dan lkhlas hatinya hanya karena Allah. Karena jauharnya iradah

(kehendak) dan mahabbah (kecintaan) itu tidak dapat jelas kecuali menurut,

patuh dan khidmat (mengabdi).

3). Jika seorang murid berbeda paham (pendapat) dengan guru, baik dalam

masalah kuliyyah (Universal) maupun juz’iyyah (sektoral), masalah ibadah

maupun adat, maka murid harus mutlak mengalah dan menuruti pendapat

gurunya karena menentang (i’tiradl) guru itu menghalangi berkah dan

menjadi sebab akhir hayat yang tidak baik (su’ul khatimah). Na’udzubillah

Min dzalik. Kecuali jika guru memberikan kelonggaran kepada murid untuk

menentukan pilihannya sendiri.

4). Jangan menggunjing, mengolok-olok, mengumpat memelototi,

mengkritik dan menyebarluaskan aib guru kepada orang lain. Dan murid

tidak boleh marah ketika maksud dan tujuannya dihalangi oleh guru. Murid

harus yakin, guru meghalangi karena ada hikmah, dan bila diperintah guru

harus berangkat walaupun terasa berat menurut perhitungan nafsunya.

5). Apabila murid mempunyai keperluan dengan guru, jangan sekali-kali

berkirim surat atau menyuruh orang lain. Tetapi datanglah dengan

menghadap sendiri, dan berkatalah yang menyenangkan guru. Jika murid

Page 58: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

45

menghendaki kedatangan guru ditempatnya (murid), jangan sekali-kali

memaksa, tetapi mintalah kelonggarannya. Walaupun mungkin secara fisik

guru tidak dapat datang, yakinlah bahwa rohani guru, atau do’a restunya

bisa datang ke tempat murid.

6). Murid tidak boleh menukil pernyataan guru kepada orang lain, kecuali

sekedar yang dapat dipahami oleh orang yang diajak bicara. Dan itupun

perkataan-perkataan yang diizinkan untuk disebar luaskan.

7). Jangan menyembunyikan rahasia dihadapan guru, tentang kata hati,

impian, kasyaf (pandangan indra ke enam) maupun keluarbiasaan

(karamah). Katakanlah dengan terus terang.

8). Jangan tergesa-gesa memberikan atau mengambil kesimpulan (ta’bir)

atas masalah-masalah seperti: impian, dan isyarat-isyarat, akan tetapi

sampaikan hal itu kepada guru dan jangan meminta jawaban. Tunggu saja

jawabannya pada waktu yang lain dan kalau tidak dijawab maka diamlah.

Yakinlah diamnya guru karena ada hikmah.

9). Jika sang guru dipanggil oleh Allah swt (wafat), maka sebaiknya jangan

menikahi bekas isterinya. Akan tetapi murid bisa mengawini anaknya,

dengan niat khidmah. Anggaplah putra-putri guru sebagai saudara sendiri

(dalam hal hormat dan kasih sayang). Karena sesungguhnya guru itu adalah

bapak spiritual. Sedang bapak sendiri adalah bapak jasmani.

10). Kalau berniat menghadap guru jangan sekonyong-konyong, atau tidak

tahu waktu. Jangan menghadap guru dalam waktu sibuk, atau dalam waktu

istirahat. Dan kalau sudah menghadap, jangan bicara sesuatu kecuali yang

Page 59: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

46

menyenangkan hati guru serta harus tetap menjaga kesopanan (khudlu’ dan

tawadlu’), jangan memandang ke atas, melihat kanan-kiri, atau bicara

dengan teman. Tetapi menghadaplah dengan penuh perhatian terhadap

perkataan guru. Karena jeleknya tatakrama (su’ul adab) kepada guru bisa

menjadikan tertutup (hirman) dari pencerahan (futuh).

3. Dzikir

Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah adalah termasuk tarekat jenis

dzikir. Sehingga dzikir menjadi ciri khas yang mesti ada dalam tarekat. Dalam suatu

tarekat dzikir dilakukan secara terus-menerus (istiqamah), hal ini dimaksudkan

sebagai suatu latihan psikologis (riyadah al-nafs) agar seseorang dapat mengingat

Allah disetiap waktu dan kesempatan. Dzikir merupakan makanan spiritual para

sufi dan merupakan apresiasi cinta kepada Allah swt. Sebab orang yang mencintai

sesuatu tentunya ia akan banyak menyebut namanya. Pemahaman ini tentunya

sudah jelas dikemukakan di dalam ayat-ayat al-Qur’an antara lain sebagai berikut :

di dalam QS. Al-Ahzab : 41, bahwasanya orang-orang yang beriman diminta untuk

selalu berdzikir dengan sebanyak-banyaknya. Ada juga dinyatakan di dalam QS.

Thaha: 14, bahwasanya dengan berdzikir membuat hati kita menjadi tenang atau

jiwanya tentram. Artinya dzikir kepada Allah tidak mengenal waktu, selamanya dan

dimana saja selalu baik bahkan dianjurkan. Karena bila seorang mukmi lupa kepada

Allah maka Allah akan membuat dirinya lupa. Namun sebaliknya, bila seorang

mukmin senantiasa mengingat Allah maka manusia akan dapat menginsafi bahwa

kehidupannya berasal dari Allah dan kelak akan kembali kepadanya.

Page 60: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

47

Adapun yang dimaksud dzikir dalam tarekat Qadiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah adalah aktivitas lidah (lisan) maupun hati (batin) sesuai dengan

yang telah dibaiatkan oleh guru.

Dalam ajaran tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah terdapat 2 (dua)

jenis dzikir yaitu:

1. Dzikir nafi isbat yaitu dzikir kepada Allah dengan menyebut kalimat

“lailahaillallah”. Dzikir ini merupakan inti ajaran tarekat Qadiriyyah yang

dilafadzkan secara Jahr (dengan suara keras). Dzikir nafi isbat pertama kali

dibaiatkan kepada Ali ibn Abi Thalib pada malam hijrahnya Nabi Muhammad saw

dari Mekah ke kota Yasrib (madinah) disaat Ali menggantikan posisi Nabi

(menempati tempat tidur dan memakai selimut Nabi). Dengan talqin dzikir inilah

Ali mempunyai keberanian dan tawakaal kepada Allah yang luar biasa dalam

menghadapi maut. Alasan lain Nabi membaiat Ali dengan dzikir keras adalah

karena karakteristik yang dimiliki Ali. Ia seorang yang periang, berani, terbuka,

serta suka menentang orang-orang kafir dengan mengucapkan kalimat syahadat

dengan suara keras.

2. Dzikir ismu dzat yaitu dzikir kepada Allah dengan menyebut kalimat

“Allah” secara sirr atau khafi (dalam hati). Dzikir ini juga disebut dengan dzikir

latifah dan merupakan ciri khas dalam tarekat Naqsyabandiyyah. Sedangkan dzikir

ismu dzat dibaiatkan pertama kali oleh Nabi kepada Abu Bakar al-Siddiq, ketika

sedang menemani Nabi di Gua Tsur, pada saat berada dalam persembunyiannya

dari kejaran para pembunuh Quraisy. Dalam kondisi panik Nabi mengajarkan dzikir

ini sekaligus kontemplasi dengan pemusatan bahwa Allah senantiasa menyertainya.

Page 61: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

48

Dzikir tarekat dalam 7 latifah di Naqsyabandiyyah:

Dzikir merupakan ciri khas dalam ajaran tarekat dengan berdzikir kita

berusaha agar selalu mengingat Tuhan. Selain itu manfaat dari dzikir juga dapat

menyelamatkan kita dari nafsu keduniawian , nafsu kejelekan bahkan nafsu syaiton

maka untuk menghindari hal semacam itu, bergantunglah kepada Allah swt dengan

selalu mengingatnya. Karena apabila aktivitas dzikir dilakukan secara terus

menerus, maka akan menjadi sebuah warid yang akan timbul cahaya ke ilahiyannya

masuk ke dalam hati yang akan membedekan mana yang hak dan mana yang batil.

Tarekat Naqsyabandiyyah disebut juga dengan dzikir Latifah.

Dzikir tarekat dalam 7 Latifah di Naqsyabandiyyah:40

1. Latifah Qolbu

Latifah yang berarti duduknya di Latifah Qolby, adanya dibawah susu

sebelah kiri jarang dua jari condongnya kedalam. Dalam pengisian dzikir arahnya

kedalam dan harus diisi dengan dzikir sebanyak-banyaknya. Karena disinilah

terletak sifat-sifat kemusyrikan, kekafiran, tahayul, dan sifat Iblis. Maka apabila

latifah ini di sucikan akan terasa manisnya Iman, Islam, Ikhsan, dan Ma’rifat.

Wilayahnya nabi Adam, tempatnya nafsu Lawwamah, bersifat suka mencela,

menuruti hawa nafsu, bohong, menganiaya, bangga diri, menggunjing, dan pamer.

(warnanya Kuning).

40Fauzul Adzim. Pokok-pokok Ajaran Tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah. Diakses pada hari Senin tanggal, 22 Juli 2019. Pukul 23:15 WIB.

https://www.academia.edu/23663287/POKOK-

POKOK_AJARAN_TAREKAT_QADARIYAH_WA_NAQSYABANDIYAH

Page 62: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

49

2. Latifah Ruh

Latifah Ruh letaknya berada dua jari diatas susu sebelah kanan, jarang dua

jari condongnya kedalam. Dalam pengisian dzikir arahnya keluar kedalam.

Disinilah terletak sifat binatang jinak yaitu sifat yang menuruti hawa nafsu. Apabila

latifah ini terus disucikan dengan dzikir kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya,

maka akan dijauhkan dari hawa nafsu yang selalu mengajak kepada kejahatan,

namun akan selalu berada dalam ketaatan kepada Allah swt.

Wilayahnya nabi Ibrahim dan nabi Nuh. Tempatnya nafsu Mulhimah bersifat

lapang dada, dermawan, rendah hati, sabar, taubat, qana’ah, tahan menghadapi

kesusahan. (warnanya Merah)

3. Latifah Sirri

Letaknya diatas susu sebelah kiri jarang dua jari condongnya keluar. Dalam

pengisian dzikir arahnya keluar dan harus diisi dengandzikir sebanyak-banyaknya.

Apabila pengisian di Latifah Qolby sebanyak 5000 kali, maka pengisian Latifah

Ruh juga harus 5000 kali. Setelah mengerjakan perjalanan dzikir dari Ruh ke Sirri

maka tetaplah berada di latifah Sirri.

Wilayahnya nabi Musa, tempatnya nafsu Muthmainah, bersifat senang ibadah,

bersyukur, ridho, tawakal, sayang dengan sesama makhluk, takut melanggar

larangan Allah/Waro. (warnanya Putih)

4. Latifah Khofi

Latifah Khofi letaknya diatas susu sebelah kanan jarang dua jari

condongnya ke dalam. Dalam pengisian dzikir arahnya ke dalam dan harus diisi

Page 63: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

50

dengan dzikir sebanyak-banyaknya. Dari latifah Sirri ke latifah Khofi ada

perjalanan dzikir sebanyak 1000 kali. Bilamana dalam pengisian Latifah Qolby

5000 kali maka Sirri juga harus 5000 kali. Setelah mengerjakan perjalanan dzikir

dari Sirri ke Khofi maka tetaplah di Latifah Khofi.

Wilayahnya nabi Isa, tempatnya nafsu Mardiyah, bersifat baik budi, welas asih,

menjalankan kebaikan, tahu diri, sayang sesama makhluk. (warnanya Hitam)

5. Latifah Ahfa/Akfa

Latifah Akfa letaknya ditengah-tengah dada condongnya keatas kedepan.

Dalam pengisian dzikir arahnya keatas kedepan dan harus diisi dengan dzikir

sebanyak-banyaknya. Dari latifah Khofi ke Latifah Akfa ada perjalanan dzikir

sebanyak 1000 kali. Bilamana dalam pengisian Latifah Qolby, Ruh, Sirri, dan Khofi

5000 kali maka Latifah Akfa juga harus 5000 kali. Setelah mengerjakan perjalanan

dzikir dari Khofi ke Akfa maka tetaplah di Latifah Akfa.

Wilayahnya Nabi Muhammad Saw, tempatnya nafsu Kamilah, bersifat Ilmu Yakin,

Ainul Yakin, dan Hakul Yakin. (warnanya Hijau)

6. Latifah Napsi

Latifah Napsi Letaknya, di tengah diantara dua alis condongnya ke bawah

ke belakang. Dalam pengisian dzikir arahnya ke bawah ke belakang dan harus diisi

dengan sebanyak-banyaknya di Latifah Napsi. Dari latifah Akfa ke latifah Napsi

ada perjalanan dzikir sebanyak 1000 kali. Bilamana dalam pengisian Latifah Qolby,

Ruh, Sirri, Khofi 5000 kali maka Napsi juga harus 5000 kali. Setelah mengerjakan

perjalanan dzikir dari Latifah Akfa maka tetaplah di Latifah Napsi.

Page 64: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

51

Tempatnya nafsu amarah, bersifat serakah, takabur, khianat, kikir, syahwat.

(warnanya: merah, kuning, hijau, biru (dominan merah)

7. Latifah Qolab/Qolam

Latifah Qolam adanya, ditengah embun-embun condong kedalam (seluruh

badan). Dalam pengisian dzikir arahnya kedalam ditengah-tengah dada. Dari latifah

Napsi ke latifah Qolam ada perjalanan dzikir sebanyak 1000 kali. Bilamana dalam

pengisian Latifah Qolby, Ruh, Sirri, Khofi, Akfa, Napsi sama, maka Latifah Qolam

juga harus sama. Setelah mengerjakan perjalanan dzikir dari Latifah Napsi maka

tetaplah di Latifah Qolam. Kemudian dinaikan ke Hadiyat: “Kulhu Allah Hu

Ahad”. Ma’iyat: “Wahua Ma’akum Ainama Kuntum”. Akrobiyah: “Wahua Akrobu

Minha, Minha Fi Warid”.Setelah mengisi dzikir di Latifah Qolam maka kembali

ke Latifah Qolby dengan perjalanan dzikir sebanyak 1000 kali, maka tetaplah dzikir

untuk seterusnya di Latifah Qolby yang berarti langsung tenggelam/fana.

Tempatnya nafsu Kamilah, bersifat Tajjali, Laduni, Irsad, Ikmal, Baqobillah.

(warnanya: merah, kuning, hijau, biru (pelangi).

Cara melakukan dzikir Latifah Qolam sebagai berikut: pertama, masukan

dzikir “Hu Allah” lewat napas, dan tarik ke lubang hidung sebelah kiri dimasukan

ke pangkal Jantung diisi zikir “Allah” sebanyak 5000 kali. Dari Jantung disebarkan

lewat urat ashabat kesemua denyut nadi, artinya Jantung dan nadi menjadi satu

disebarkan keseluruh tubuh (latifatul jasad) dan mengisi rongga-rongga tubuh

dengan dzikir sehingga seluruh tubuh berdzikir.

Kedua jenis dzikir ini dibaiatkan sekaligus oleh seorang Mursyid pada

waktu bai’at yang pertama kali. Dapatlah difahami bahwa tarekat adalah cara atau

Page 65: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

52

jalan bagaimana seseorang dapat berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Diawal

munculnya, tarekat hanya sebuah metode bagaimana seseorang dapat mendekatkan

diri dengan Allah dan masih belum terikat dengan aturan-aturan yang ketat. Tetapi

pada perkembangan berikutnya tarekat mengalami perkembangan menjadi sebuah

pranata kerohanian yang mempunyai elemen-elemen pokok yang mesti ada yaitu:

Mursyid, silsilah, bai’at, murid, dan ajaran-ajaran.

Tujuan seseorang mendalami tarekat muncul setelah ia menempuh jalan sufi

(tasawuf) melalui penyucian hati (Tasfiyatul Qalb). Pada prakteknya tasawuf

merupakan adopsi ketat dari prinsip Islami dengan jalan mengerjakan seluruh

perintah wajib dan sunah agar mencapai ridha Allah swt.

Page 66: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

53

BAB III

BIOGRAFI SYEKH ASNAWI

A. Riwayat Hidup Syekh Asnawi

K.H. Asnawi atau lebih dikenal dengan nama Syekh Asnawi dilahirkan di

lingkungan keluarga ulama pada tahun 1850 M, ia adalah seorang ulama

kharismatik di Banten pada tahun 1920’an selain itu ia adalah seorang ulama yang

aktif dalam menyebarluaskan agama Islam di Caringin. Ayahnya bernama K.H.

Abdurrahman, yang dikenal selain sebagai ulama yang disegani ia juga menjabat

sebagai Qodhi (penghulu) kabupaten Caringin. Ibunya bernama Nyai Hj. Rt.

Sabi’ah yaitu salah seorang keturunan dari kesultanan Banten.1

Kedua orang tuanya amatlah tekun dalam mendidik putra kesayangannya

karena mereka mencita-citakan agar putranya kelak menjadi kader penerus

perjuangannya dalam menyebarluaskan agama Islam dan agar ia mampu membina

umat dengan baik. Sang ayah dalam mendidik putranya amatlah telaten dan disiplin

sehingga berkat bimbingan disertai ketekunan dan kecerdasan akalnya dalam usia

yang masih sangat muda yaitu pada usia 11 tahun ia telah hafal al-Qur’an dengan

baik dan menguasai berbagai cabang ilmu agama.2

Dari sejak kecil beliau mempunyai keistimewaan serta kelebihan yang tidak

lumrah dilakukan anak-anak sebaya lainnya, dimana beliau mempunyai perangai

1 Mufti Ali dkk, Biografi Ulama Banten, (Serang: Laboratorium

Bantenologi, 2017). Hal. 140 2 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin Pandeglang – Banten. (Caringin: Badan

Kenadziran Maqbaroh, 2000), hal. 5

Page 67: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

54

yang baik, berbudi luhur, murah senyum, ramah dan suka bertegur sapa, serta taat

melakukan ibadah sehingga beliau dicintai oleh anak-anak sebayanya dan disayangi

oleh orang dewasa.

Dalam usia yang masih sangat muda, dikala beliau masih sangat haus-

hausnya menggali dan mendalami ilmu agama dari ayahandanya namun pada saat

itu sang ayah yang selalu dihormati dan dikaguminya dipanggil ke Rahmatullah

menghadap sang pencipta Allah Aza Wajalla. Ayah yang dahulu merupakan

tumpuan segalanya yang selalu membacakan kalam-kalam illahi dikala beranjak

tidur dan tempatnya menuntut ilmu bagi sang anak kini sudah tiadak lagi.

Dengan sabar dan tawakal ibunda tampil untuk mengisi kekosongan hati

anaknya yang senantiasa taat kepada kedua orang tuanya dengan bimbingan dan

kasih sayang tercurah penuh. Namun karena khawatir tidak seimbang dengan

pengisian jiwa yang diberikan sang ayah kepada puteranya, maka sang ibu dengan

persetujuan keluarganya mengirim Syekh Asnawi ke Makkatul Mukarromah pada

tahun 1862 M.

Disanalah beliau mulai belajar untuk memperdalam berbagai cabang ilmu

agama, ia belajar kepada salah seorang ulama besar yang menjadi imam Masjidil

Haram yang berasal dari Banten yaitu Syekh Nawawi al-Bantani (1813-1897 M).3

Di sana juga ia belajar kepada Syekh Hasabullah al-A’ma dan ia belajar ilmu al-

Qur’an berikut tafsirnya secara takhassus kepada seorang al-Hafidz yang bernama

Syekh Abdul Hamid Makki, serta ia mempelajari ilmu Tasawuf dan ilmu Thoriqoh

3 Azumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara

Abad XVII & XVIII Akar Pembaruan Islam Indonesia. (Depok: Perpustakaan

Nasional, 2013), Cet. Ke-III, hal. 396-397

Page 68: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

55

dari Syekh Ahmad Khatib As-Syambasi namun tuan Syekh sudah lanjut usia

beliaupun meninggal dunia dan Syekh Asnawi melanjutkikan kepada salah seorang

murid tuan Syekh yakni seorang ulama asal Banten yang bernama Syekh Abdul

Karim al-Bantani.4

Selama tiga tahun Syekh Asnawi bermukim di kota Makkah untuk

mempelajari berbagai cabang ilmu agama ketika ia baru berusia 15 tahun, beliaupun

diizinkan oleh para gurunya untuk turun ke tanah Jawa yaitu pada tahun 1865 M.

Walaupun masa belajarnya relativ singkat namun berkat ketekunan dan kecerdasan

akalnya, Syekh Asnawi mampu menguasai berbagai cabang ilmu agama yang telah

diajarkan oleh gurunya.

Syekh Asnawi dalam masa mudanya selalu haus akan tuntunan dan

semangat yang tinggi maka untuk memantapkan ilmu Thoriqoh yang telah diterima

dari gurunya ia sering berdiskusi dengan kakak seperguruannya yang bernama

Syekh Sohib Kadu Pinang (berada di kampung Kadu Pinang antara Batu Bantar dan

Mengger).

Adat muda menanggung rindu, adat tua menahan ragam, demikianlah

kiranya kata pepatah sudah menjadi sunatullah bahwasanya Syekh Asnawi sadar

akan masa baligh meningkat dewasa, maka pada usia 20 tahun ia menikah dengan

seorang dara yang bernama Ny. Rt. Halimah yaitu putri seorang pejabat Kabupaten

Caringin bernama patih Rasinah.

4 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin Pandeglang – Banten, hal. 6-7

Page 69: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

56

Jiwa yang sedang menggelora di saat pernikahan tidaklah melunturkan

semangat cita-citanya untuk selalu memperdalam ilmu agama, maka pada saat

itulah Syekh Asnawi ber’uzlah di suatu tempat secara menyendiri dengan seizin

sang istri yang penuh keikhlasan hati melepas suami untuk melatih diri

memperkokoh tauhid menuju Robbul Izzati.

Selama dua tahun Syekh Asnawi ber’uzlah melatih diri ditempat sunyi,

mendekatkan diri pada Illahi Robbi, maka setelah dua tahun Syekh Asnawi

ber’uzlah beliau kembali menemui orang-orang banyak dan mulai berdakwah di

beberapa tempat di wilayah Caringin mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam dengan

cara pesantren dan pengajian umum. Ia mengajarkan agama Islam dengan cara

tarekat Qodiriyyah WA Naqsyabandiyyah. Tarekat ini merupakan ajaran agama

Islam yang mengacu pada tasawuf atau sufisme. Secara konseptual ajaran ini

merupakan ajaran yang ingin mendekatkan diri kepada Allah Swt. Syekh Asnawi

pun mulai mengajarkan ilmu Thoriqoh yang sudah matang diyakini dan

diamalkannya, pada ahirnya berduyun-duyunlah orang dari setiap peloksok di

wilayah Banten datang berkunjung untuk mempelajari ilmu-ilmu yang diajarkan

Syekh Asnawi.5

Melalui Syekh Asnawi inilah Islam di Banten pada umumnya menjadi

semarak terutama di daerah Banten Selatan atau tepatnya di wilayah Labuan,

Caringin, Carita, Anyer dan sekitarnya (perkampungan Nelayan/daerah-daerah

pesisir pantai). Melalui Syekh Asnawi pula, ulama-ulama Banten mengenal tradisi

Suluk dan terekat, terutama tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah karena Syekh

5 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin Pandeglang – Banten, hal. 8-9

Page 70: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

57

Asnawi inilah yang berguru dan di Ba’iat langsung oleh gurunya yaitu seorang

ulama yang arif-billah yang dijuluki sang Mursyid besar yang bermukim di kota

Makkah yakni Syekh Abdul Karim al-Bantani.6

Sesuai dengan nama Caringin, yaitu berasal kata Beringin pohon yang

rindang tempat berteduh, Syekh Asnawi menjadi payung agung untuk masyarakat

sekitarnya tempat Akhlak yang baik, sopan santun, lautan ilmu, tempat orang

meminta nasehat, majlis umat meminta fatwa demikianlah Syekh Asnawi pada saat

itu hingga ahir hayatnya.

B. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Caringin

Memang pada saat itu, prilaku masyarakat Caringin jauh dari nilai syariat

Islam banyak warga yang meninggalkan shalat bahkan masyarakat Caringin malah

bangga dengan Budaya perjudian, Pelacuran, kemusyrikan, mabuk-mabukan,

penjarahan bahkan pembunuhan. Syekh Asnawi yang masih muda kala itu, sudah

dihadapkan pada beban yang sangat berat yaitu: beban Psikologis, beban kultural

dan beban Nasionalisme. Beban Psikologis karena Syekh Asnawi sudah

ditinggalkan oleh sang ayah untuk selama-lamanya menghadap sang pencipta,

semantara beban Kultural Syekh Asnawi dihadapkan dengan situsi sosial

masyarakat yang rusak secara Moralitas, sedangkan beban Nasionalisme yaitu

Syekh Asnawi dihadapkan dengan situasi politik yang kacau balau akibat dari

penjajah sehingga ia harus melawan para penjajah.7

6 Murtadho Hadi, Jejak Spiritual Abuya Dimyati, (Yogyakarta: Pustaka

Pesantren, 2009), hal. 33 7 Wawancara Pribadi dengan KH. Raden Ahmad Syaukatudin Inayah (cucu

Syekh Asnawi), sekaligus Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Masyariqul

Anwar.

Page 71: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

58

Pada saat itu, terjadinya perang batin antara perasaan sedih dan semangat

jihad di hati Syekh Asnawi serta berniat ingin meluruskan kembali akidah masyarak

Caringin. Dengan semangat jihad atas ilmu yang telah ia miliki, Syekh Asnawi pun

berdakwah mengjarkan agama Islam dari satu tempat ke tempat lain. Sehingga

masyarakat Caringin yang dulunya sering melakukan kemaksiatan, perjudian,

kemusyrikan, melakukan kejahatan, meninggalkan shalat dan jauh dari nilai-nilai

syariat Islam. Namun sejak Syekh Asnawi menyebarluaskan ajaran Islam dan juga

mulai mengajarkan ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah sejak itu

Caringin menjadi gemah ripah loh jinawi, tata tentram karta raharja, kemungkaran

dan kemusyrikan berangsur lenyap. Masyarakat Caringin menjadi masyarakat yang

Islami, sehingga berpengaruh terhadap masyarakat Banten secara umum. Sehingga

seganlah orang yang berbuat jahat dan pudarlah orang-orang yang berbuat maksiat.8

Dunia berputar dan zamanpun beredar ketika Caringin yang damai dan

tentram terusik dengan meletusnya Gunung Krakatau yang terjadi pada tanggal 26

Agustus tahun 1883. Meletusnya Gunung Krakatau yang tercatat akan

kedahsyatannya dalam sejarah dunia. Dengan letusan yang maha dahsyat letusan

Krakatau dapat terdengar hingga 4600 km sehingga menyemburkan material

Vulkanik ke Angkasa dengan ketinggian kabut asap mencapai 80 km, benda-benda

keras yang berhamburan ke udara jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatra.

Dampak dari letusan Gunung Krakatu ini dirasakan sampai ke berbagai negara

seperti: Australia, Srilangka, India, Pakistan, dan Selandia baru sehingga

mengurangi suhu di seluruh dunia dengan rata-rata 1.2 ’C. Akibat dari letusan

8 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin Pandeglang – Banten, hal. 8-9

Page 72: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

59

Gunung Krakatau menimbulkan terjadinya gelombang tsunami yang dahsyat

dengan ketinggian ombak sekitar 30-40 meter. Sehingga gemparlah masa insan

pesisir menyapu habis segala yang ada di daratan memusnahkan seluruh rumah-

rumah dan gedung-gedung perkantoran di daerah pantai sebelah Sumatra dan Jawa

dikawasan Selat Sunda. Sehingga dari peristiwa tersebut yang dicatat oleh

pemerintah Hindia Belanda jumlah korban jiwa yang meninggal dunia sekitar

36.417 orang. Namun ada juga sumber lain yang mengatakan bahwa jumlah korban

jiwa melebihi 120.000 korban jiwa yang meninggal dunia.9

Gunung Krakatau merupakan kepulauan berupa pegunungan vulkanik aktif

yang berada di Selat Sunda. Gunung Krakatau merupakan rangkaian Gunung

sebagai mata rantai yang menghubungkan pegunungan bukit barisan sepanjang

pulau Sumatera dengan pegunungan di pulau Jawa hingga Indonesia bagian Timur,

dan merupakan Gunung yang paling berbahaya di dunia. Ketinggian Gunung

Krakatau diperkirakan kurang lebih 2000 M dari dasar laut Selat Sunda.10

Akibat dari letusan Gunung Krakatau inilah wilayah Caringin yang kala itu

megah dan tentram seketika hancur lebur. Sehingga rumah-rumah dan gedung-

gedung perkantoran kabupaten Caringin musnah rata dengan tanah. Namun, disaat

ada tanda-tanda akan meletusnya Gunung Krakatau Syekh Asnawi beserta keluarga

dan pengikutnya pergi berevakuasi ke sebuah dusun yang terletak di daerah Menes,

9 WIKIPEDIA, Letusan Krakatau 1883. Diakses hari Jumat tanggal, 5 April

2018, Jam 20:15 WIB. Https://id.m.wikipedia.org/wiki/letusan_krakatau__1883. 10 Jefrihutagalung, Sejarah Gunung krakatau Hingga Munculnya Anak

Krakatau. Diakses hari Jumat tanggal 5 April 2018, Jam 20:39 WIB.

Https://ww.google.co.id/amp/s/jefrihutagalung.wordpress..com/2014/04/30/sejara

h-gunung-krakatau-hingga-munculnya-anak-krakatau/amp/.

Page 73: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

60

yaitu Desa Muruy untuk sementara waktu, dan setelah laut mulai reda Syekh

Asnawi kembali ke kampung halamannya.11

Sekembalinya Syekh Asnawi ke Caringin, keadaan kampung tersebut

beserta bangunannya musnah rata dengan tanah. Maka Syekh Asnawi beserta

seluruh masyakat Caringin dan Banten, mulai membersihkan puing-puing akibat

dari letusan Gunung Krakatau dan mulai membangun kembali kampung

halamannya. Sebagai seorang pemimpin umat yang bercita-cita mewujudkan

kehidupan masyarakat yang Islami , maka Pada tahun 1884 atas perintah Syekh

Asnawi dibangunlah sebuah masjid yang akan menjadi tempat pusat syiar ajaran

agama Islam bagi seluruh masyarakat Caringin dan Banten yang diberi nama

Masjid Agung As-salafie dan selesai pembangunannya pada tahun 1889. Di Masjid

ini pula Syekh Asnawi mengajarkan ajaran tarekat dan disini pula mulai

menanamkan ide-ide perjuangan untuk membebaskan negara dan Bangsa dari

belenggu penjajah Belanda.12

Sekitar tahun 1920, pada masa itu kondisi politik sedang tidak menentu

akibat dari adanya penjajah Belanda di wilayah Banten dan Indonesia pada

umumnya. Belum lagi dari masyarakat kaum Elit yang pro terhadap kolonial.

Pemerintah kolonial menerapkan sistem politik Devide Et Impera (Adu Domba),

dengan mengkotak-kotakan terhadap status sosial, Mereka membuat bangsa kita

berkasta-kasta dan para elit pun merasa bangga dengan status sosial karena diberi

11 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin Pandeglang – Banten, hal. 9-10 12 Yayan Ahdiat, Masjid Caringin Pandeglang Jawa Barat (Tinjauan

Arsitektur). Skripsi Sarjana Bidang Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Indonesia 1992. Hal. 20-23

Page 74: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

61

fasilitas lebih dengan mendapatkan pendidikan yang istimewa yang nantinya

dijadikan pejabat pemerintah yang akan membantu dan membela kepentingan

kolonial.

Tujuan pengkotak-kotakan tersebut hanyalah untuk menghilngkan rasa

kesatuan dan persatuan di antara masyarakat dan bangsa Indonesia. Pemerintah

kolonial Belanda hanya mengeruk keuntungan dari negeri kita tanpa

memperhatikan kesejahteraan kaum pribumi. Padahal kemakmuran yang dinikmati

negeri Kincir Angin itu adalah hasil jerih payah dan kerja keras Bangsa Indonesia.

Mereka sama sekali tidak memperhatikan masyarakat Indonesia yang kala itu hidup

dalam kesengsaraan, kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Memang pada

saat itu, sudah adanya pembangunan sarana dan prasarana, seperti: jalan, jembatan,

pasar, pelabuhan termasuk sekolah, namun itu semua hanya untuk kepentingan

kaum kolonial dan kapitalis belaka tidak ada untuk peningkatan taraf hidup dan

kecerdasan dikalangan rakyat jelata (Pribumi).13

Pada saat itu, pemerintah kolonial membagi masyarakat pada tiga golongan

yakni :

a). Masyarakat lapisan bawah, yakni rakyat jelata

b). Masyarakat kaum elit yakni orang-orang ningrat yang terdiri dari keluarga

sultan, para pejabat pemerintah serta kaum bangsawan.

c). Masyarakat lapisan menengah, yaitu pegawai, pedagang dan kaum hartawan

pribumi dan etnis asing.

13 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin Pandeglang – Banten, hal.11-14

Page 75: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

62

Dari pengkotak-kotakan status sosial itu, maka terjadilah sistem politik

apharted yang menyebabkan terjadinya pendiskriminsian warna kulit di masyarakat

yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu : a). Golongan kulit putih, b). Golongan

kulit kuning dan timur asing lainnya, c). Golongan pribumi. Golongan pribumi

inilah yang nasibnya bagaikan hamba sahaya yang menggantungkan hidupnya para

pemodal asing dengan bayaran yang sangat amat rendah, tidak seimbang dengan

intensitas kerja yang tinggi. Maka pantas pada saat itu para tokoh yang berlevel

nasional seperti : Dr. Soetomo, H. O..S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, K.H.

Hasyim Asy’ari, Dr. Cipto Mangoenkoesoemo, K.H. Ahmad Dahlan, Ir. Soekarno,

Drs. Moh. Hatta membuat organisasi baik yang bergerak dalam bidang pendidikan,

ekonomi, sosial, maupun politik, semuanya bertujuan untuk mengajak masyarakat

Indonesia mendekatkan dan mempersatukan bangsa Indonesia untuk

memerdekakan bangsa Indonesia dari belenggu para penjajah dan juga suatu

pergerakan menuju peningkatan dan kemajuan masyarakat pribumi, sehingga

harkat dan martabat bangsa ini terangkat tidak lagi menjadi bodoh, miskin dan tidak

lagi terkucilkan sehingga menjadi masyarakat yang sejahtera.14

Sebagai seorang ulama khalifah tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah,

maka lewat figur Syekh Asnawi ruh denyut nadi perjuangan itu pun mulai

menggelora di hati Syekh Asnawi, sehingga secara diam-diam ia mulai mengajak

para pengikut ajarannya mengobarkan semangat anti penjajah, lalu mengadakan

kontak dengan para alim-ulama yang sejalan dengan pemikirannya, sehingga

pondok-pondok pesantren mulai menyiapkan kader pejuangnya dengan berlatih

14 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin Pandeglang – Banten, hal.14-15

Page 76: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

63

bela diri dengan berbagai alirannya. Kemudian Syekh Asnawi memilih K.H.Tb.

Ahmad Chatib (mantu) dan K.H. Tb. Emed Ahmad Hadi (Putra) sebagai panglima

laskar Mujahidin ketiga panglima perang ini adalah penganut ajaran tarekat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah.15 Merekalah yang selalu kontak dengan para

pemimpin baik yang ada di Batavia maupun di wilayah Banten.

Atas seizin Syekh Asnawi K.H. Tb. Ahmad Chatib mulai megatur struktur

organisasi, ia mengangkat K.H. Mukri, sebagai wakil panglima, yang bertugas

untuk merekrut para pemuda menjadi laskar mujahidin. Lalu mengangkat H.

Samaun dan H. Saindang untuk memimpin pelatihan. Pada tanggal 12 November

1926, pecahlah pemberontakan Ulama, jawara dan santri (para penganut tarekat),

diawali dengan penyerbuan Labuan pada tengah malam oleh ratusan orang

dipersenjatai pisau dan keleweng dan senjata Api. Keesokan harinya pasukan

militer datang ke Labuan melakukan perlawanan sengit, namun karena senjata

mereka lebih cangih banyak para pemberontak meninggal dunia.16

Siang malam tak henti-hentinya pasukan militer Belanda menyerang ke

kampung-kampung mencari dan menangkap para pemberontak sehingga banyak

para laskar mujahidin yang tertangkap. Atas doa restu dari Syekh Asnawi serta

dibekali kekuatan supranatural yaitu dengan doa-doa, wirid dan Hijib dibacakan

15 Helmy F.B Ulumi, dkk. Biografi Abuya Muqri Sang Pejuang Perlawanan

Kaum Tarekat 1926 di Banten. Tim Peneliti Laboratorium Bantenologi IAIN Sultan

Maulana Hasanudin Banten, hal. 96-125 16 Helmy F.B Ulumi, dkk. Biografi Abuya Muqri Sang Pejuang Perlawanan

Kaum Tarekat 1926 di Banten, hal. 106-107

Page 77: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

64

(Ilmu kekebalan) kepada para santrinya sehingga mereka menjadi kebal, dengan

serentak pecahlah pemberontakan di daerah Labuan, Menes, Caringin.17

Pada tanggal 15 November 1926, Secara agresif mereka menyerang konvoi

patroli tentara kolonial yang sedang lewat diantara Masjid Agung Caringin dengan

jembatan Cisanggoma yang diawali lemparan geranat kearah mereka, sehingga

pada saat itu lima orang dari mereka meninggal dunia dan beberapa belas orang

lainnya luka-luka, sedangkan para laskar mujahidin pun banyak yang meninggal

dunia. Pada keesokan harinya ratusan tentara Belanda menyerang dan menangkap

para mujahidin, sehingga Syekh Asnawi sebagai ide dari pemberontakan beserta

seluruh keluarganya ditangkap dan dipenjarakan ke Batavia selama satu tahun

sembilan bulan, kemudian dibuang ke Cianjur selama dua setengah tahun.

Sedangkan para laskar mujahidin dibuang ke Bouven Digul Irian Barat. Setelah

masa tahanannya selesai Syekh Asnawi dibebaskan pada tahun 1931, sedangkan

para laskar Mujahidin dibebaskan pada pada tahun 1941.18

Setelah masa tahanannya berahir Syekh Asnawi pun kembali ke kampung

halamannya menyebarluaskan ajaran agama Islam melalui ajaran tarekat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah yang telah lama ia amalkan dan ajarkan kepada

murid-muridnya. Ahirnya pada tahun 1937 hari rabu, tanggal 13 rabi’utsani Syekh

Asnawi berpulang ke Rahmatullah disaat sedang sujud ketika melaksanakan shalat

duha. Syekh Asnawi dimakamkan tidak jauh dari tepi pantai Caringin sampai saat

17 Helmy F.B Ulumi, dkk. Biografi Abuya Muqri Sang Pejuang Perlawanan

Kaum Tarekat 1926 di Banten, hal. 116-125 18 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin Pandeglang – Banten, hal. 18

Page 78: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

65

ini makamnya selalu ramai dikunjungi para peziarah baik dari masyarakat Banten

maupun masyarakat diluar Banten.19

C. Syekh Asnawi Sebagai Tokoh Pendidikan

Awal mula munculnya ide pendidikan yaitu ketika Syekh Asnawi melihat

sistem politik Devide Et Impera (Adu domba), dengan membeda-bedakan status

sosial masyarakat bangsa Indonesia yang telah diterapkan oleh pemerintah Belanda,

yang menjadikan terjadinya pendiskriminasian sehingga masyarakat pribumi

(rakyat jelata), tidak bisa menikmati fasilitas pendidikan. Pada waktu itu memang

sudah dibangun lembaga pendidikan yang dibangun dan disokong oleh pemerintah

Hindi Belanda, namun itu untuk kepentingan mereka. Sekolah yang didirikan oleh

pemerintah Belanda hanya dapat masuk para putra pejabat dan para bangsawan

sedangkan rakyat biasa tidak bisa masuk kesekolah tersebut.20 Dari situlah awal

mula Syekh Asnawi mempunyai ide untuk membangun sebuah lembaga pendidikan

yang dapat menaungi dan mengintegrasikan antara ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-

ilmu pengetahuan umum. Ide itu muncul ketika Syekh Asnawi menyaksikan proses

belajar-mengajar serta hasil yang dicapainya dari Madrasah “Jami’atul Khair”

jakarta dan di “al-Muawwanah” Cianjur ketika Syekh Asnawi diasingkan di kedua

daerah tersebut.

Dalam hal perencanaan pembuatan lembaga Pendidikan Syekh Asnawi

menilai sistem pendidikan Madrasah mempunyai kelebihan dalam hal-hal tertentu

19 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin Pandeglang – Banten, hal. 16-20 20 Wawancara Pribadi dengan KH. R. Ahmad Syaukatudin Inayah (cucu

Syekh Asnawi), sekaligus Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Masyariqul Anwar

Caringin

Page 79: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

66

dibandingkan dengan sistem pendidikan yang dibangun oleh pemerintah Belanda

maupun Pesantren. Dalam pengorganisasian dalam sistem pola pendidikan di

pesantren kurang terorganisasi dengan baik, karena dalam pola dan sistem

belajarnya tidak ada yang dinamakan sistem berkelas, tidak ada kurikulum tertentu

yang dapat memproyeksikan hasil apa yang akan didapat serta diraih selama

belajar, dan tidak ada batasan-batasan pelajaran serta pelajaran apa saja yang harus

dipelajari selama atau dalam masa tertentu. Begitu pula kehidupan di pesantren,

eksistensi para santri maupun masyarakat dilingkungan pesantren masih

bergantung kepada figur Kiyai. Dikarenakan dalam kehidupan pesantren, kiyai

merupakan elemen penting dan paling esensial.21 Lain dari pada itu, jika seorang

kiyai yang memimpin pondok pesantren meninggal dunia maka, para keturunannya

tidak bisa meneruskannya. Walaupun bisa melanjutkan kepimimpinan pesantren

oleh keturunannya namun, biasanya reputasi pesantren tersebut mengalami

penurunan. Begitu pula, dengan yang terjadi di pesantren yang didirikan oleh Syekh

Asnawi. Dimana dalam masa kegiatannya pernah mengalaimi kevakuman

disebabkan ditahannya Syekh Asnawi oleh pemerintah Hindia Belanda.

Proses pembelajaran di Madrasah dalam menjalankan sistem kegiatan

belajar mengajar setiap harinya tidak bertumpu kepada satu orang guru saja, karena

sudah adanya pengorganisasian atau jadwal mengajar dengan waktu yang telah

ditentukan. Dengan sistem pendidikan Madrasah dapat menggabungkan antara

pendidikan keagamaan dan pendidikan umum. Sebelum menjalankan ide-ide

pemikirannya itu, Syekh Asnawi terlebih dahulu memahami dan

21 Zamaksari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup

Kiyai, (Jakarta: LP3ES, 1985), Cet. Ke-6, hal. 55

Page 80: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

67

mempertimbangkan apa yang dia lihat secara langsung sistem pendidikan di

Madrasah “ Jamiatul Khair” dan Madrasah “al-Muawwanah” ketika ia masih

dalam masa tahanan di kedua daerah tersebut. Maka untuk mewujudkan ide-ide

pendidikannya itu, ia memerintahkan kepada kedua cucu dan mantunya yaitu: K.H.

Syakirin (Mantu), K. Tb. A. Maemun dan K. Tb. A. Muslih keduanya lulusan

Madrasah Jam’iyatul Khair dan al-Muawwanah, untuk membangun sebuah

lembaga pendidikan Islam yaitu sebuah Madrasah yang bertujuan untuk

menampung para santri dan para generasi muda bangsa. Maka pada tanggal 12 Mei

1930 berdirilah sebuah Madrasah yang diberi nama Madrasah “Masyariqul

Anwar”.22

Setelah masa tahanannya berakhir Syekh Asnawi pun kembali ke Caringin

yang sudah ramai dipenuhi para santri dari berbagai daerah pada tahun 1931. Ia pun

mulai mengajarkan kembali pendidikan di Madrasah, di Madrasah selain

memberikan pendidikan agama, ada juga pendidikan umum serta merupakan

tempat memupuk para pemuda Islam yang militan bagi kader penerus cita-cita

perjuangan Bangsa. Sesuai dengan tujuan dan arahan Syekh Asnawi bahwasanya

program pelajaran diseluruh jenjang pendidika Masyariqul Anwar menggabungkan

mata pelajaran Agama dan Umum dengan hampir 70% pelajaran Agama dan 30%

pelajaran Umum. Kesemuanya ini bahasa pengantarnya menggunakan bahasa

Arab. Pelajaran Umum yang terdiri dari mata pelajaran:

a. Jugrofiyah ( Geografi)

b. Hisab ( Berhitung)

22 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin Pandeglang – Banten, hal. 19-26

Page 81: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

68

c. Riyadhotul Badaniyah ( Olah Raga )

d. Malaziyah ( Bahasa Indonesia)

e. Aljabar

f. Handasah ( Ilmu Ukur)

g. Istigholul Yadawiyah (kerajinan Tangan)

h. Al- Lughotul Injliziyah ( Bahasa Inggris)

Setelah semuanya berjalan dengan baik, Madrasah Masyariqul Anwar pun

terus meningkatkan kualitas pendidikannya dan berkembang dari masa ke masa.

Atas desakan para kepala Madrasah Ibtidaiyah yang berada disemua cabang untuk

membentuk sekolah Madrasah Tsanawiyah Masyariqul Anwar pusat, yaitu untuk

menampung para lulusan Madrasah Ibtidaiyah. Sehingga pada tanggal 09 April

1952 dibentuklah lembaga Madrasah Tsanawiyah Masyariqul Anwar pusat yang

dipimpin oleh K.H. Tb. A. Mursyid Asnawi.23

Seiring dengan perkembangannya pada saat itu, dengan kebutuhan guru

diberbagai jenjang Madrasah, khususnya di Madrasah tinggkat Ibtidaiyah, maka

Masyariqul Anwar pun membentuk sebuah lembaga sekolah pendidikan guru

Agama ( PGA ), pada tanggal 22 April 1955. Yang dipimpin oleh K.H.Tb. Moh.

Syuaib, sehingga Caringin pun semakin dibanjiri oleh para santri dari berbagai

daerah.

Untuk mengkordinir dan mempersatukan cabang-cabang Madrasah, maka

pada tanggal 22 April 1955 dibentuk sebuah Yayasan Pendidikan Islam Masyariqul

Anwar, yang diketuai oleh K.H.Tb. Emed Ahmad Hadi. Sehingga dengan adanya

23 Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Ois Kholid (cucu Syekh Asnawi),

sekaligus Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Masyariqul Anwar Pusat Caringin.

Page 82: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

69

Yayasan ini, maka silaturahmi antar cabang bisa lebih dekat dan bisa saling tukar

menukar informasi serta bisa menjalin hubungan silaturahmi denga baik.

Pada tahun 1962 dimana ketua yayasan sudah tidak sanggup lagi untuk

memimpin dikarenakan telah udzur, maka digantikan oleh K.H.Tb. Maemun Hasni.

Maka pada awal tahun 1963 ia meningkatkan status Yayasan ke tingkat Pengurus

Besar Masyariqul Anwar.

Pada tahun 1966 pengurus besar Masyariqul Anwar Pusat, membentuk

Lembaga Pendidikan Madrasah Aliyah Masyariqul Anwar. Kepala Madrsahnya

dipercayakan kepada K.H.R. Ahmad Syaukatudin Inayah. Maka, pada tanggal 19

Agustus 1975 Masyariqul Anwar disahkan menjadi sebuah perkumpulan oleh

Mentri Kehakiman Republik Indonesia melalui daftar keputusannya Nomor : Ya.

5/289/10.

Namun, sejak berdirinya pemerintahan Orde Baru dan sejak terbitnya surat

keputusan Tiga Menteri pada tahun 1975, Kurikulum yang ditetapkan oleh Yayasan

diadakan perubahan dan harus disesuaikan dengan arahan Kurikukulm Departemen

Agama.24

Surat Kepuutusan Tiga Menteri tersebut antara lain :

1. Keputusan Menteri Agama : No. 6 Th 1975

2. Keputusan MENDAGRI : No. 37 /U/ 1975

3. Keputusan MENDIKBUD : No. 36 Th. 1975

Setelah adanya keputusan tiga Menteri ahirnya kurikulum Madrasah pun

mengikuti Kurikulum yang telah ditetapkan Departemen agama artinya Materi atau

24 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syekh Asnnawi Caringin Pandeglang – Banten, hal. 19-26

Page 83: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

70

pelajarn-pelajaran di Madrasah harus disesuaikan dengan Kurikulum yang ada di

sekolah-sekolah Negri. Namun, pelajaran agama masih tetap dipelajari di Madrasah

Masyariqul Anwar baik ditingkat MTS maupun yang tingkat Madrasah Aliyah

(MA). Sehingga itu menjadi ciri khas lembaga Pendidikan Islam Madrasah

Masyariqul Anwar yang dipertahankan dari dulu sampe sekarang.25

Dengan mengikuti Kurikulum yang telah ditetapkan Departemen Agama,

Madrasah Masyariqul Anwar pun semakin berkembang pesat mengikuti arus

zamannya. Namun, dengan mengikuti aturan yang telah diterapkan oleh

pemerintah, tentu ada konsekuensinya yaitu pelajaran Agama berkurang, Secara

kuantitas siswa/siswi yang masuk ke Madrasah Masyariqul Anwar baik ditingkat

MTS maupun Aliyah lebih banyak, tetapi kalau dilihat secara kualitas yang sesuai

dengan Visi dan Misi Madrasah yaitu “Addiniyah al-Arobiyah: Mandiri,

berkualitas, berilmu Amaliyah dan Beramal Ilmiyah” jelas berkurang karena yang

kita tahu bahwa pelajaran-pelajaran agama yang dipelajari di Madrasah Masyariqul

Anwar berkurang yaitu hanya sekitar enam pelajaran agama, ditambah sekarang ini

yang masuk ke Madrasah tidak berjenjang artinya dari Madrasah Ibtidaiah

Masyariqul Anwar kemudiah dilanjut ke Tsanawiyah Masyariqul Anwar kemudian

Madrasah Aliyah Masyariqul Anwar, tapi banyak yang dari SD lanjut ke Madrasah

Tsanawiah dan dari SMP masuk ke Aliyah tanpa mengikuti proses pelajaran agama

terlebih dahulu sehingga ketika masuk ke Madrasah Tsanawiah maupun Aliyah

mereka kebingungan dalam menghadapi pelajaran agama yang dipelajari di

Madrasah dan itu menjadi kendala saat ini. Namun, dalam segi kemajuan saat ini

25 Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Ois Kholid (cucu Syekh Asnawi),

sekaligus Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Masyariqul Anwar Pusat Caringin.

Page 84: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

71

semakin berkembang pesat mengikuti arus zamannya. Sehingga saat ini telah ada

kurang lebih 20 cabang dari Madrasah Masyariqul Anwar dan cabang-cabang itu

tidak hanya meliputi di wilayah Caringin saja tetapi ada juga yang di daerah

Tangerang bahkan ada juga di daerah Lampung.26

Tahun Pelajaran 2018/2019

Mata Pelajaran27

1. Bahasa Inggris 12. Akidah Akhlak

2. Bahasa Arab 13. Kesenian

3. Bahasa Indonesia 14. Prakarya

4. Ekonomi 15. Penjaskes ( Olah Raga )

5. Sosiologi 16. PKN

6. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) 17. Geografi

7. Qur’an Hadits 18. Nahwu Sharaf

8. Tafsir 19. Diroyah Islamiyah

9. Kifayatul ‘awam 20. Tarikh Islam

10. Matematika 21. Fiqih

11. Ushul Fiqih

Caringin, 15 Oktober 2018

Mengetahui,

Kepala Madrasah Wakaur Kurikulum

Drs. H. Ois Kholid Jajuli. S. Pd

NIP. 19621012 199303 1 004 NUPTK.1038 7576 591

D. Syekh Asnawi Sebagai Ulama Yang Dihormati

Syekh Asnawi adalah seorang ulama yang paling dikagumi dan dihormati

oleh masyarakat Banten pada tahun 1920-an dimana pada masa itu merupakan

masa-masa dimana Syekh Asnawi mendapat sambutan hangat oleh masyarakat dan

26 Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Ois Kholid (cucu Syekh Asnawi),

sekaligus kepala Madrasah Aliyah Masyariqul Anwar Pusat Caringin. 27 Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Ois Kholid (cucu Syekh Asnawi),

sekaligus kepala Madrasah Aliyah Masyariqul Anwar Pusat Caringin.

Page 85: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

72

para santrinya yang belajar kepadanya. Hal itu dikarenakan Syekh Asnawi dalam

berdakwah dengan metode yang lemah lembut, memiliki kerendahan hati,

kedisiplinan, ketekunan dan kesabaran dalam mensiarkan agam Islam, dengan

kecerdasan kedalaman ilmu yang dimilikinya sehingga terbukti pada usia yang

masih anak-anak Syekh Asnawi telah menguasai berbagai cabang ilmu agama dan

telah hafal al-Qur’an dengan baik. Dimasa kecilnya Syekh Asnawi seorang anak

yang taat terhadap kedua orang tuanya, dimana kedua orang tuanya sangat tekun

mendidik dalam berbagai cabang ilmu agama terutama dalam hal penanaman

akhlak. Sehingga Syekh Asnawi sangat menghormati kepada orang yang lebih tua

darinya dan juga saling menghormati terhadap orang yang sebaya dengannya.

Sehingga dengan kerendahan hati dan kesalehannya Syekh Asnawi dari sejak kecil

sudah dikagumi dan disayangi oleh orang tua dan anak-anak sebayanya.28

Selain itu, kalau dilihat silsilah nasab keturunan Syekh Asnawi merupakan

ulama yang masih mempunyai hubungan dan silsilah keturunan dengan kesultanan

Banten. Hal itu juga bisa dilihat dari nama ayah dan ibunya. Jika kita lihat nama

ayahnya yang bernama K.H. Mas Abdurahman dan ibunya Nyai Ratu Syabi’ah,

maka tentu saja, Syekh Asnawi memang dilahirkan dari garis keturunan kesultanan

Banten. Yaitu dengan nama “MAS” yang tertera didepan dari nama sang ayah, serta

nama “Nyai Ratu” yang tertera didepan nama sang ibu. Itu merupakan sebuah gelar

yang memang diberikan kepada para keturunan kesultanan Banten.29

28 Wawancara Pribadi dengan KH.R. Ahmad Syaukatudin Inayah (cucu

Syekh Asnawi), sekaligus Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Masyariqul Anwar

Caringin 29 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syekh Asnnawi Caringin Pandeglang – Banten, hal. 58

Page 86: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

73

Selain itu juga, dengan kecerdasan yang dimilikinya pada usia yang masih

relativ sangat muda setelah wafat ayah handanya dengan seijin ibu dan keluarganya

ahirnya Syekh Asnawi melanjutkan pendidikan ilmu agamanya ke kota Mekkah.

Pada sekitar abad 17-19 Mekkah dan Madinah merupakan pusat studi ilmu-ilmu

keagamaan Islam di dunia. Maka pada saat itu, umat Muslim yang ada diseluruh

penjuru dunia berdatangan ke kota Mekkah dan Madinah untuk belajar berbagai

cabang ilmu agama.30

Sebagai pusat studi ilmu-ilmu agama Islam maka dari tahun ketahun orang-

orang Nusantara khususunya para ahli agama pergi ke Mekkah untuk belajar

berbagai cabang ilmu agama terus meningkat. Maka pada saat itu, banyak

komunitas orang-orang Nusantara yang belajar ilmu-ilmu agama disana. Terlebih

adanya ulama Nusantara yang bermukim dan menjadi ulama besar di kota Mekkah

seperti yang paling terkenal ulama Karismatik yang berasal dari Banten yaitu Syekh

Nawawi al-Bantani. Sehingga itu menjadi daya tarik para ulama Nusantara untuk

belajar disana.31

Syekh Nawawi adalah seorang ulama kelahiran Banten ( 1230 H/1897M –

1314 H/1897M ), yang kemudian menghabiskan sisa hidupnya di kota Mekkah.

Syekh Nawawi al-Bantani merupakan ulama yang dijuluki sebagai pujangga Islam

dikarenakan Intelektual dan otoritas keilmuannya yang amat tinggi. Dengan hasil

karya-karya Syekh Nawawi al-Bantani yang sudah tidak diragukan lagi sekitar 115

30 Wawancara Pribadi dengan K.H.R. Ahmad Syaukatudin Inayah (cucu

Syekh Asnawi), sekaligus Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Masyariqul Anwar

Caringin 31 Azumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan

Nusantara Abad XVII & XVIII Akar Pembaruan Islam Indonesia. Cet. Ke-III, hal.

396-397

Page 87: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

74

kitab, karya-karya kitab yang ia tulis dengan Bahasa Arab meliputi ilmu fiqih,

tauhid, ilmu kalam, tafsir, tasawuf dan hadis. Melihat hasil karya-karya kitab yang

ditulis Syekh Nawawi al-Bantani. Akhirnya ia pun dikenal di seluruh Nusantara

maupun di seluruh dunia Muslim sebagai ulama yang sangat Produktif dalam

menulis dan menghasilkan kitab-kitab berbahasa Arab sehingga Syekh Nawawi al-

Bantani dikenal sebagi Ulama Fiqih dan ulama Tafsir.

Dengan otoritas kedalaman ilmu yang sudah tidak diragukan lagi dan sudah

diakui oleh seluruh umat Muslim diberbagai penjuru dunia. Maka Syekh Nawawi

dikagumi oleh seluruh umat muslim maka tak heran jika ia menjadi guru besar bagi

seluruh ulama Nusantara maupun seluruh ulama muslim di berbagai penjuru dunia.

Termasuk Syekh Asnawi yang berguru kepadanya.32

Namun, Syekh Asnawi dikenal bukan sebagai ulama fiqih atau tafsir, akan

tetapi sebagai ulama tarekat. Dikarenakan ilmu yang ia pelajari secara mendalam

adalah ilmu tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah yang di pelajarinya langsung

dari Syekh Abdul Karim al-Bantani. Sehingga Syekh Asnawi lebih dikenal sebagai

ulama tarekat.33

Dari Syekh Abdul Karim al-Bantani inilah Syekh Asnawi belajar ilmu

tarekat dan di Bai’at untuk jadi pengikutnya dan ditunjuk sebagai Khalifah tarkat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah. Setelah belajar dari Syekh Abdul Karim al-

Bantani itulah kemudian ia mengajarkan ajaran tarekat kepada masyarakat Caringin

32 Azumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan

Nusantara Abad XVII & XVIII Akar Pembaruan Islam Indonesia. (Depok:

Perpustakaan Nasional, 2013) Cet. Ke-III, hal. 396-397 33 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syekh Asnawi Caringin Pandeglang – Banten, hal. 6-7

Page 88: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

75

dan masyarakat Banten pada umumnya dengan mendirikann pondok Pesantren

sebagai sarana dan tempat mengajarkan ajarannya serta mengembangkan ilmu-ilmu

agama Islam lainnya.

Terlebih juga kegigihan Syekh Asnawi dalam mengobarkan semangat anti

penjajah kepada masyarakat Caringin untuk melawan para penjajah yang

dianggapnya sudah sangat menyengsarakan Rakyat Banten. Begitu juga, dengan

Ide gemilangnya tentang pembuatan lembaga pendidikan di Caringin pada tahun

1930-an. Sehingga Syekh Asnawi semakin dikenal dan dikagumi oleh masyarakat

Caringin maupun masyarakat diluar Banten.

Dari kegigihan Syekh Asnawi dalam mengorbankan semangat anti penjajah

dan ide Pendidikan, mengajarkan ajaran tarekat serta menyebarluaskan ajaran

agama Islam inilah Syekh Asnawi dikenal dan dikagumi oleh masyarakat Caringin

dan masyarakat Banten. Bisa dikatakan bahwa Syekh Asnawi lah seorang tokoh

utama dalam proses Islamisasi di wilayah Caringin.

Maka pada tahun 1920-an dimana Syekh Asnawi mendapat sambutan

hangat dari para santri-santri yang belajar kepadanya baik dari masyarakat Caringin

maupun masyarakat diluar Banten.

E. Karomah Syekh Asnawi Caringin

Syekh Asnawi merupakan ulama penganut tarekat ia juga sosok ulama

Banten yang memiliki karismatik pada tahun 1920-an, beliau lahir tahun 1850 M,

yaitu putra dari pasangan KH. Abdurahman dan Hj. Nyai Ratu Sabi’ah.34 Sejak

34 Mufti Ali dkk, Biografi Ulama Banten, (Serang: Laboratorium

Bantenologi, 2017), hal. 140

Page 89: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

76

kecil Syekh Asnawi sudah menampakan kecerdasannya dan keshalihannya, sejak

kecil ia belajar ilmu agama dibawah bimbingan sang ayah dan setelah ayahnya

wafat Syekh Asnawi melanjutkan pendidikannya ke kota Mekah. Ia berguru ke

Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Hasbullah al-A’ma, Syekh Abdul Hamid Makki,

Syekh Ahmad Khatib As-Syambasi dan kepada Syekh Abdul Karim al-Bantani.

Syekh Asnawi sosok ulama yang cukup sempurna dalam menjalankan perintah

agama, beliau bukan saja aktif dalam berdakwah menyebarluaskan ilmu agama

Islam saja, akan tetapi ia juga aktif dalam mengobarkan semangat Nasionalisme

anti penjajah, tokoh pendidikan dan juga menjalankan kehidupan dengan metode

bertasawuf. 35 Tarekat yang dianutnya yaitu tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah. Maka wajar jika dalam perilaku sehari-hari beliau, tawadhu,

istiqomah, sabar, ikhlas, ramah, sopan santun, bertegur sapa, berbudi luhur, akhlak

yang baik dan penuh ketakwaan.36

Syekh Asnawi mulai berdakwah di Caringin beliau banyak melahirkan

ulama-ulama ternama seperti: Abuya Muqri (Karabohong), KH. Ahmad Khatib,

KH. Samaun, KH. Saindang, KH. Abdul Hamid, KH. Muhammad Ghozali, KH.

Abdul Hadi, KH. Ali Yasin, Kiyai Salikin, KH. Asgari, Tb. H. Emed, H. Jahja, dan

KH. Muhammad Salim semuanya ini murid-murid tarekat dan merupakan tokoh

sentral dalam pemberontakan 1926 di labuan.37 Syekh Asnawi adalah tokoh ulama

kharismatik dunia kepesantrenan, penganut ajaran tarekat dan penganjur Ahlusunah

35 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah. Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syekh Asnawi Caringin Pandeglang-Banten, hal. 5-7 36 Wawancara Pribadi dengan KH. R. Ahmad Syaukatudin Inayah (cucu

Syekh Asnawi), sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Masyariqul Anwar Caringin 37 Mufti Ali dkk, Biografi Ulama Banten, (Serang: Laboratorium

Bantenologi, 2017), hal. 141-146

Page 90: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

77

Wal Jama’ah. Beliau ulama yang sangat konsen terhadap penyebaran agama Islam,

pendidikan. Ia juga seorang ulama yang Wirangi (hati-hati dalam bicara, konsisten

dalam perkataan dan perbuatan), Ahli sodakoh, puasa, makan seperlunya, seperti di

contohkan oleh Nabi Muhammad Saw, humanis, penuh kasih sesama umat

manusia. Kegiatan kesehariannya hanya mulang ngaji (mengajar ilmu agama

Islam), berdakwah, shalat serta menjalankan kesunatan lainnya. Maka tak heran

ketika semasa hidupnya, Syekh Asnawi dikenal sebagai gurunya dari para guru dan

kiainya dari para kiai, sehingga tak berlebihan jika Syekh Asnawi disebut sebagai

tokoh ulama besar yang ada di Caringin Pandeglang-Banten. Dibalik kemasyhuran

nama Syekh Asnawi, beliau adalah orang yang sederhana dan bersahaja. Kalau

melihat wajah beliau terasa ada perasaan ‘adem’ dan tenteram dihati orang yang

melihatnya. Syekh Asnawi, begitu panggilan hormat masyarakat kepadanya.38

Maha suci Allah atas segala keagungan dan ke esaannya, semasa hidup

Syekh Asnawi, yaitu menurut cerita para sesepuh masyarakat Caringin bahwa

adanya Karomah-karomah di diri Syekh Asnawi. Seperti:39

Pertama. Ketika Syekh Asnawi sedang mengajarkan agama Islam di masjid

Agung As-salafi, kepada para murid-muridnya, lalu ada tiga kiyai dari kampung

Kasuniatan (sekitar 2 km dari penziarahan Banten), ketiga kiyai itu tidak percaya

akan kewaliyan Syekh Asnawi dan mereka ingin mencoba kewaliyan Syekh

38 Wawancara Pribadi dengan KH. R. Ahmad Syaukatudin Inayah (cucu

Syekh Asnawi), sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Masyariqul Anwar Caringin 39 Wawancara Pribadi dengan KH. R. Ahmad Syaukatudin Inayah (cucu

Syekh Asnawi), sekaligus Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Masyariqul Anwar

Caringin

Page 91: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

78

Asnawi tersebut. Lalu ketiga kiyai itu mencobanya dengan membuat pertanyaan

dari masing-masing kiyai itu membuat 50 pertanyaan. Ketika pengajian itu sudah

selesai maka ketiga kiyai itu pun mempertanyakan pertanyaan yang sudah

disiapkan sebelumnya. lalu ketiga kiyai itu membuka buku yang berisi 50

pertanyaan namun setelah bukunya dibuka tiba-tiba bukunya “NGEBLENG” buku

tersebut kosong tidak ada coretan maupun pertanyaan satupun yang telah mereka

siapkan sebelumnya. Pada saat itu, ketiga kiyai itu wajahnya merah dan

menundukkan kepala mereka menahan rasa malu yang amat besar terhadap Syekh

Asnawi. Syekh Asnawi tersenyum lalu ia pun menjelaskan kembali pertanyaan-

pertanyaan yang telah dibuat oleh ketiga kiyai itu berikut penjelasan atau jawaban

dari masing-masing pertanyaannya itu. Karomah itu disaksikan oleh seluruh para

santri yang sedang belajar ilmu agama kepadanya.

Kedua, ada sebuah cerita perbincangan antara Syekh Asnawi dengan Abdul

Hamid (Murid tarekat dari Ciomas), Abdul Hamid adalah murid tarekat Syekh

Asnawi yang bermukim ia termasuk orang yang saleh, tekun, rajin dan sangat patuh

terhadap sang guru. Namun pada suatu kejadian Abdul Hamid tidak ikut pengajian

seperti biasanya bahkan sampe beberapa hari ia tidak ikut pengajian. Pada suatu

ketika ketemulah Syekh Asnawi dengan Abdul Hamid, lalu Syekh Asnawi

menanyakan kepada Abdul Hamid kenapa dalam waktu beberapa hari ini kamu

tidak pernah ikut pengajian ? Abdul Hamid menjawab : “Saya Sudah Mendapat

Martabat Kewaliyan yang sudah tidak diwajibkan lagi untuk melaksanakan

kewajiban sebagai orang yang beragama Islam, karena saya sudah mendapatkan

tempat di Surga jadi setiap saya ingin pergi ke surga tinggal pergi saja”. Syekh

Asnawi pun menanyakan kembali surga yang telah kamu tempati itu surga yang

Page 92: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

79

seperti apa ? lalu Syekh Asnawi pun diajak ke surga yang dimaksud oleh Abdul

Hamid. Singkat cerita tiba lah Syekh Asnawi dan Abdul Hamid disuatu tempat yang

dipercayai Abdul Hamid itu sebagai surga. Setelah tiba disuatu tempat tersebut

Syekh Asnawi hanya berpesan kepada Abdul Hamid coba sekarang kamu ingat

Allah seketika ia pun merenung dan tempat itu pun seketika berubah menjadi

Hutan. Detik itu pun dia langsung bertaubat dan kembali ke jalan Allah.

Ketiga, menurut cerita dari para sesepuh ada suatu kejadian dari seorang

murid tarekatnya yaitu dari kampung Mandalawangi. Suatu ketika muridnya itu

sedang sakit, dan ketika ia sakit muridnya berpesan kepada Syekh Asnawi bahwa

apabila saya meninggal dunia maka saya ingin yang menjadi imam dalam shalat

Jenazah saya yaitu Syekh Asnawi. Tak lama setelah muridnya itu sakit dan

berpesan kepada Syekh Asnawi maka ia pun meninggal dunia. Ketika kiyai itu

meniggal dunia maka sang anak (KH. Abdul Mu’ti) dari kiyai itu bergegas

menjemput Syekh Asnawi ke rumahnya berniat untuk memberikan kabar

meninggalnya sang ayah dan sekaligus menjemput Syekh Asnawi untuk menjadi

Imam dalam shalat jenazah.

Setelah KH. Abdul Mu’ti itu sampe di rumah Syekh Asnawi namun, sang

Syekh sudah tidak ada di rumahnya dan kiyai itu menanyakan kepada salah satu

keluarga Syekh Asnawi terkait keberadaan Syekh Asnawi. Lalu salah satu keluarga

Syekh Asnawi itu menjawab bahwa Syekh Asnawi sudah pergi ke Mandalawangi

sesudah shalat subuh tadi untuk menyolatkan jenzah. Maha suci allah atas segala

keagungan dan keesaannya sangat sulit dipahami dengan akal karena pada saat itu

tidak ada yang namanya Hanphone lalu bagaimana sang Syekh bisa tahu bahwa

muridnya itu sudah meninggal dunia.

Page 93: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

80

Keempat, kisah seorang murid yang sedang berguru kepada Syekh Asnawi

yang berasal dari Karawang yaitu seorang kiyai biasa dikenal dengan sebutan kiyai

Kobak Rante. Suatu ketika setelah ia telah hatam salah satu ilmu yang telah sang

guru berikan kepadanya. Pada suatu ketika kiyai Kobak Rante melaksanakan shalat

Ashar bersama Syekh Asnawi namun setelah melaksanakan shalat Ashar tiba-tiba

sang Syekh menyuruh kiyai Kobak Rante untuk pulang ke Karawang. Sang kiyai

itu pun kebingungan kenapa sang guru menyuruh ia untuk pulang ke kampung

halamannya di Karawang. Karena Syekh Asnawi merasa telah cukup ilmu yang

telah dimiliki kiyai Kobak Rante maka Syekh Asnawi pun mengijinkan Kobak

Rante untuk mengajarkan ilmunya kepada masyarakat di Karawang. Setelah

mendapat ijin dari sang guru lalu ia pun bergegas membereskan barang-barangnya.

Namun, ketika kiya itu mau berangkat ia kebingungan bagaimana ia bisa pulang ke

Karawang karena pada saat itu tidak adanya kendaraan. Kegelisahan itu pun

diketahui oleh sang guru lalu tiba-tiba sang guru memanggil tukang Sado atau

Delman untuk mengantarkan dia ke Karawang tukang Delman pun datang

menghampirinya.

Kiyai Kobak Rante pun semakin bingung ia berpikir bagaimana bisa dengan

jarak yang sangat jauh dari Caringin ke Karawang hanya dengan mengendarai

Sado/Delman. Dengan doa restu dari sang guru berangkatlah kiya Kobak Rante ke

Karawang. Tidak bisa dipahami dengan akal manusia biasa kecepatan delman itu

melebihi kecepatan roda empat (Mobil) sekarang ini, karena Delman itu tiba di

Karawang sebelum Adzan Maghrib bahkan kiyai Kobak Rante masih sempat

menjadi Imam shalat Maghrib di kampung halamannya itu.

Page 94: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

81

Kelima, ketika terjadinya peristiwa yang menggemparkan seluruh Insan

pesisir pantai Selat Sunda yaitu meletusnya Gunung Krakatau yang tercatat

kedahsyatan letusannya dalam sejarah dunia pada tahun 1883 dari peristiwa itu

menelan korban jiwa kurang lebih 36.417 orang. Namun sebelum meletusnya

Gunung Krakatu dengan pengetahuan Bashariyahnya sang Syeh terlebih dahulu

mengetahui akan hal itu maka Syekh Asnawi mengajak keluarga dan seluruh

santrinya untuk mengungsi ke sebuah dusun yaitu ke desa Muruy tak lama setelah

Syekh Asnawi beserta seluruh keluarga dan para santrinya mengungsi meletuslah

Gunung Krakatau.

Keenam, karomah Syekh Asnawi lainnya, yaitu setelah terjadinya peristiwa

Gunung Krakatau yang menghancurkan seluruh wilayah Caringin sehingga setahun

setelah terjadinya peristiwa itu maka Syekh Asnawi mendirikan sebuah Mesjid

yang diberi nama Masjid agung As-Salafi. Ketika pembangunan Masjid Agung As-

Salafi itu adanya Karomah di diri Syekh Asnawi. Konon katanya menurut cerita

para sesepuh bahwa kayu Masjid tersebut berasal dari sebuah pohon di daerah

Kalimantan yang dibawa oleh Syekh Asnawi ke Caringin. Konon katanya dahulu

pohon tersebut tidak bisa ditebang, kalau pun bisa ditebang beberapa saat pohon

tersebut muncul kembali. Hingga ahirnya Syekh Asnawi menebang pohon tersebut

dan berdoa memohon kepada Allah swt agar diberi kekuatan. Ahirnya dengan seijin

Allah swt ditangan Syekh Asnawi lah pohon itu dapat ditebang dengan selamat dan

kayunya dibawa ke Caringin untuk membangun Masjid. Maka dari dulu sampe

sekarang masjid Agung As-Salafi itu masih berdiri kokoh.

Ketujuh, baru-baru ini telah terjadi peristiwa yang menggemparkan pesisir

pantai selat sunda yaitu meletusnya anak Gunung Krakatau yang mengakibatkan

Page 95: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

82

terjadinya bencana tsunami yang menghacurkan bangunan-bangunan yang ada

disekitar pesisir pantai bencana itu terjadi pada tanggal 22 desember 2018 sekitar

pukul 22.00 malam. Dari peristiwa bencana tsunami Selat Sunda menurut kepala

pusat data informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menelan korban

jiwa sekitar 437 korban meninggal dunia, korban luka-luka sebanyak 14.059, 16

orang belum ditemukan, 33.721 mengungsi, 2.752 bangunan rumah rusak, 92

penginapan dan warung rusak, alat-alat transortasi sebanyak 510 perahu dan kapal,

147 kendaraan rusak, serta dua fasilitas dermaga dan shelter juga mengalami

kerusakan. Diakses pada hari senin 31 desember 2018.40

Dari peristiwa bencana tsunami Selat Sunda ada sebuah kejadian diluar

nalar manusia biasa yaitu ketika gelombang tsunami menghancurkan seluruh

bangunan yang ada dipesisir pantai hususnya wilayah Caringin namun ada suatu

keanehan pada kedua makam waliyullah yaitu Syekh Mahdi (Kakek Syekh Asnawi)

dan makam Syekh Asnawi yang mana kedua makam ini tidak jauh sekitar 100 meter

dari pesisir pantai. Menurut cerita yang disampaikan oleh Tb. Didi Harizy. BA

(cucu Syekh Asnawi) dan Jaenal salah satu warga Caringin yang rumahnya dekat

dengan kedua makam waliyullah itu keduanya menyampaikan bahwa ketika

terjadinya gelombang tsunami ombak terpecah menjadi dua sehingga air laut

terpecah ke sebelah kanan dan kiri menghancurkan rumah-rumah dan warung-

warung. Setelah terjadinya tsunami sekitar pukul 22:00 dan pada pukul 02:00 bapak

jaenal bersama warga yang lain kembali melihat kondisi pantai yang sudah porak

40 Eva Safitri, Update Jumlah Korban Tsunami Selat Sunda: 437 Orang

Tewas, 14.059 Luka. Diakses Hari Senin, Tanggal 31 Desember 2018, pukul. 20:32

WIB.https://m.detik.com/news/berita/4365690/update/-jumlah-korban-tsunami-

selat-sunda-437-orang-tewas-14059-luka.

Page 96: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

83

poranda rumah-rumah serta warung-warung rata dengan tanah. Namun atas kuasa

Allah Swt kedua makam waliyullah yaitu Syekh Mahdi dan Syekh Asnawi

keduanya masih berdiri kokoh sedikit pun tidak ada yang rusak bahkan di dalam

penziarahannya tidak basah.41

Sebenernya masih banyak cerita tentang karomah-karomah Syekh Asnawi

yang memang tidak bisa dipahami dengan akal manusia biasa. Namun itulah

sebagian cerita dari para sesepuh masyarakat Caringin yang tertulis di Skripsi ini

tentang karomah Syekh Asnawi yang disampaikan oleh KH. Raden Ahmad

Syaukatudin Inayah, KH. Tb. Didi Harizy. Memang tidak bisa dipikirkan dengan

akal manusia biasa namun percayalah itu semua tidak ada yang mustahil bagi Allah

Swt untuk orang-orang soleh yang telah dia kehendaki. ”Mahasuci Allah yang tidak

membuat penanda atas walinya kecuali dengan penanda atas dirinya. Dan Dia

tidak mempertemukan dengan mereka kecuali orang yang Dia kehendaki untuk

sampai kepadanya”.

F. Silsilah Nasab Keturunan Syekh Asnawi Ibnu Syekh Abdurrahman

41 Wawancara Pribadi dengan KH. Tb. Didi Harizy (cucu Syekh Asnawi),

Pendakwah sekaligus pengurus besar Yayasan Pendidikan Islam Madrasah Aliyah

Masyariqul Anwar.

NABI MUHAMMAD SAW

SAYDATINA FATHIMAH AZZAHRA

SAYIDINA HUSAIN ASSIBITH

SAYIDINA ALI ZAENAL BIDIN

MUHAMMAD AL-BAQIR

JA’FAR SIDDIQ

ALI AL-ARIDHI

MUHAMMAD NAQIB

ISA SYAKIR

AHMAD AL-MUHAJIR

UBAIDILLAH

ALWI

Page 97: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

84

KETURUNAN DARI AYAH

KETURUNAN DARI IBU

SULTAN AGUNG MATARAM SULTAN MAULANA YUSUF

SYARFAN BUMI AGUNG SULTAN MAULANA NASHRUDDIN

TUMENGGUNG ADI NINGRAT SULTAN ABUL MAFAKHIR

WIRADADAHA SULTAN ABUL MA’ALI

WIRADADAHA SULTAN ABDUL FATH

INDRA MANGGALA SULTAN ABUNNASAR ABD. QOHAR

ARIA RAHANTIKA SULTAN ABUL MAHASIN

SYEIKH SOHIB JASINGA PANGERAN ARIA ABD. JALAL

SYEIKH DAUD PANGERAN ABDUL JAMAL

SYEIKH AJIB RATUBAGUS RIDHO

SYEIKH MAHDI RATUBAGUS BAIL

SYEIKH AFIFUDDIN RATU SYAFI’AH

SYEIKH ABDURAHMAN RATU SYABI’AH

SYEIKH ASNAWI

G. Silsilah Guru Thoriqoh Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Syekh Asnawi

Ibnu Syekh Abdurrahman

1. Allah SWT

2. Malaikat Jibril

3. Nabi Muhammad SAW (571 M/53 SH – 632 M/11 H)

4. Sayyidunaa Ali bin Abu Thalib KW (600 M/23 SH – 661 M/40 H)

5. Sayyidunaa Hussain bin Ali RA (626 M/4 H – 680 M/61 H)

6. Sayyidunaa Zaenal Abidin RA (658 M/38 H – 713 M/95 H)

MUHAMMAD

ALWI

ALI KHALA’QASAM

MUHAMMAD SOHIB MARBATH

ALWI AL-HADHROMI

ABDUL MALIK AL-MUHAJIR

ABDULLAH KHAN

SAYID JALALUDIN

SAYID JAMALUDIN

ALI NUR ALIM

SYARIF ABDULLAH

SYARIF HIDAYATULLAH

SULTAN MAULANA HASANUDIN

Page 98: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

85

7. Sayyidunaa Muhammad Baqir RA (676 M/57 H – 743 M/114 H)

8. Sayyidunaa Ja’far Shadiq RA (702 M/83 H – 765 M/148 H )

9. Sayyidunaa Imam Musa al’Kazhim RA (746 M/128 H – 799 M/183 H)

10. Syekh Abul Hasan ali bin Musa ar’ridho RA (765 M/148 H – 818

M/203H)

11. Syekh Ma’ruuf al-Karokhi RA (781 M/165 H - 895 M/242 H)

12. Syekh Sirri As-Saqothi ar’ridho RA (Wafat 867 M/253 H)

13. Syekh Abul Qasim al-Junaedi al’Baghdadi RA (830 M/220 H - 910

M/297H)

14. Syekh Abu Bakar Difli As-Syibli RA (861 M/247 H - 846 M/334 H)

15. Syekh Abul Fadli Abdul Wahid at’Tamimi RA

16. Syekh Abul Faroj at-Thurthuusi RA

17. Syekh Abul Hasan Ali bin Yusuf al-Qirsyi al-Hakaari RA

18. Syekh Abu Sa’id al-Mubarok bin Ali al-Makhzuumi RA (1013 M/403 H –

1119 M/513 H)

19. Syekh Abdul Qodir al-Jaelani QS (1078 M/471 H – 1168 M/561 H)

20. Syekh Abdul Aziz RA (1909 M/1330 H – 1999 M/1420 H)

21. Syekh Muhammad al-Hattaki RA

22. Syekh Syamsuddin RA (1607 M – 1630 M/1039 H)

23. Syekh Syarafuddin RA (1875 M/1292 H – 1936 M/1355 H)

24. Syekh Nuruddin al-Raniri RA ( Wafat. 21 September 1658 M/22 Zulhijjah

1069 H)

25. Syekh Waliyyuddin RA

26. Syekh Hisyamuddin RA

27. Syekh Yahya RA (1900 M - 1971 M/1392 H)

28. Syekh Abu Bakar RA (1498 M/919 H – 1571 M/992 H)

29. Syekh Abdurrohim RA (1325 M/72 H – 1404 M/806 H)

30. Syekh Utsman RA (1822 M/1238 H – 1913 M)

31. Syekh Abdul Fattah RA (1917 M – 1997 M/1417 H

32. Syekh Muhammad Murod RA

33. Syekh Syamsuddin RA

34. Syekh Ahmad Khatib as-Syambas RA (1802 M/1217 H – 1872 M/1289 H)

Page 99: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

86

35. Syekh Abdul Karim at-Tanara (1830 M/1250 H – 1896 M/1316 H)

36. Syekh Muhammad Asnawi Caringin al-Banteni RA (1850 M/1270 H –

1937 M/1357 H)

37. Syekh Ahmad Suhari Cibeber RA

38. Syekh Ahmad Khazim Asnawi menes al-Banteni RA (1912 M/1333 H -

1996 M/1417 H)

39. Syekh Ahmad Sukanta Salmin Labuan al-Banteni RA (1935 M/1356 H –

2015 M/1436 H)

Page 100: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

87

BAB IV

PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA

NAQSYABANDIYYAH SYEKH ASNAWI

A. Fungsi Tarekat

Dengan melihat sisi pengamalan, tujuan tarekat berarti mengadakan latihan

(Riyadhah), dan ingin berjuang melawan hawa nafsu (Mujahadah), membersihkan

diri dari sifat-sifat yang tercela dengan melalui perbaikan budi dalam berbagai segi.

Secara umum tujuan tarekat ialah mempertebal keimanan sehingga tidak ada yang

dirasa indah dan dicintai kecuali keindahan dan kecintaannya kepada Allah swt

bahkan kecintaanya kepada Allah dapat melupakan dirinya sendiri dan dunia ini

seluruhnya.

Munculnya rasa takut kepada Allah sehingga timbul dalam diri seseorang

usaha untuk menghindarkan diri dari segala macam pengaruh kecintaan terhadap

duniawi (Hubud Dunia) yang mengakibatkan lupa kepada Allah swt. Dengan

kecintaan terhadap dunia yang berlebihan itu, bisa menghalangi terhadap tujuan

tarekat yang terakhir yaitu untuk mencapai tingkat Ma’rifat. Dari sisi tadzakkur,

tujuan tarekat ingin mewujudkan rasa ingat kepada Allah swt dzat yang maha besar

dan maha kuasa atas segalanya dengan melalui jalan mengamalkan wirid dan dzikir

yang dibarengi dengan tafakur secara terus menerus.

Tarekat memiliki kekhusuan karena ia memiliki makna dan fungsi Jihad

Spiritual, yaitu Mujahadah an-nafs dan Riyadlah tahdziban-nafs. Dari kedua

ungkapan tadi Mujahadah an-nafs diartikan sebagai upaya sungguh-sungguh dan

sistematik dalam mensucikan dan mengendalikan hawa nafsu, agar dirinya tetap

Page 101: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

88

berada dijalan yang di ridhoi Allah swt hingga bisa sampai kepada Maqam khusus

untuk menikmati cita rasa Mahabah dan Ma’rifat kepada Allah swt. Sedangkan

Riyadlah Tahdziban-nafs diartikan sebagai upaya sungguh-sungguh dan sistematik

dalam proses mengarahkan, meningkatkan, dan mencerahkan jiwa rohani (Spiritual

enlightening), agar dapat memenuhi panggilan dan kerinduan mistik Ilahiyah

kembali kepadanya, serta panggilan nilai-nilai adiluhung kemanusiaan untuk

senantiasa berada dalam derajat tingkat dan kemartabatan an-nafsal-muthmainnah.1

Tarekat merupakan cara amaliyah-ibadah secara sungguh-sungguh

berupaya untuk mencapai derajat tertinggi agar bisa sampai kepada hakikat

hubungan langsung dengan Allah swt sehingga bisa menikmati kesejatian nikmat

cinta rasa (Ma’rifat dzauqiyah). Tarekat juga memiliki makna dan fungsi

Mukasyafah, yaitu ilmu untuk bisa membuka tirai atau hijab sehingga membantu

dalam upaya memperkuat kualitas derajat Ainul Yaqin. Tarekat juga memiliki

makna dan fungsi Haqiqah, yaitu ilmu tentang inti hakikat kebenaran sehingga

membantu seseorang untuk memperkuat kualitas derajat Haqqul Yaqin.

Dzikir adalaha kunci dan sekaligus posisi yang amat penting dalam tarekat,

karena dzikir bagaikan anak kunci yang mampu membuka gerbang pintu dunia

spiritual yang tidak terbatas. Dengan demikian apabila pintu hati telah terbuka

munculah dalam dirinya pikiran-pikiran yang arif untuk membuka mata hati. Ketika

mata hati itu telah terbuka maka akan tampak sifat-sifat Allah melalui mata hati,

lalu kemudian mata hati akan melihat refleksi (bayangan) kasih sayang kelembutan,

keindahan dan kebaikan Allah, dalam cermin hati yang bersih. Dengan

1 Ahmad Mubarok. Meraih Bahagia Dengan Tasawuf. (Jakarta: PT. Dian

Rakyat. 2009), cet. Ke-3, hal. 147-158

Page 102: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

89

membiasakan berdzikir dan berdoa dengan rasa penuh kehusuan akan melatih kita

dan bisa mengendalikan diri dari hawa nafsu syaiton. Dengan berzikir kita berharap

semata-mata agar bisa mengingat Allah agar dirinya berada dalam ridhonya. Para

ulama menjelaskan, diantara tanda-tanda doa seseorang diterima adalah getaran

yang dirasakan oleh seseorang yang lagi berdoa keyakinan hati apa yang kita

mohon harus sesuai antara pikiran dan hati. Adapun ditolaknya doa kita terkadang

disebabkan suatu halangan seperti : memakan makanan yang haram, mendzolimi

orang, atau ketika berdoa dengan hati yang lalai dari Allah Swt.2

Sebelum berdzikir para pengikut tarekat terlebih dahulu melakukan

Rabithah Syekh, yaitu mengingat dan menghadirkan rupa sang Syekh dihadapannya

selama beberapa detik, sambil mengucapkan terima kasih kepadanya dalam hati,

seraya membayangkan bagaimana karunia Allah dilimpahkan kepada Nabi dan

Syekh kepadanya. Maka dari itu, dalam usaha mencari tuhan para penganut tarekat

( Penempuh Salik), diharuskan berguru kepada seorang Mursyid, seorang murid

harus tunduk dan patuh kepada seorang guru dalam bimbingan mendekatkan diri

kepada Allah swt. Dengan demikian maka para penganut tarekat berpusat kepada

seorang Mursyid.3

Tujuan tarekat tersebut akan dapat dicapai oleh setiap orang yang

mengamalkan tarekat. Ia dapat mengerjakan syari’at Allah dan Rasulnya dengan

2 Allamah Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Guru Sufi Menjawab,

Memahami Ajaran Illahi dari yang Ringan Hingga Masalah Ghaib. (Jakarta: PT.

Mizan Publika Anggota IKAPI), Cet. Ke-I, hal. 277-296 3 Harun Nasution, Thoroqot Qodiriyyah Naqsyabandiyyah: Sejarah Asal

Usul dan perkembangannya. (Suryalaya: Remaja Rosdakarya, 1990), hal. 89-99

Page 103: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

90

melalui jalan atau sistem yang mengantarkan tercapainya tujuan hakikat yang

sebenarnya sesuai dengan yang dikehendaki oleh syari’at itu sendiri.

Dengan mengikuti bimbingan sang guru, seorang pengikut tarekat akan

memperoleh kemajuan melalui sederet amalan-amalan, berdasarkan tingkat yang

dilalui oleh semua pengikut tarekat. Mulai dari pengikut biasa (Mansub), menjadi

seorang murid selanjutnya menjadi pembantu Syekh (Khalifahnya) dan pada

akhirnya menjadi guru mandiri (Mursyid).4

B. Pengaruh Ajaran Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Syekh Asnawi

Terhadap Masyarakat Caringin

Pada abad ke- 19 tarekat berkembang cukup pesat di Nusantara banyak

corak dan aliran tarekat yang berkembang di Nusantara yang ikut mendukung

kehidupan religius masyarakat muslim Nusantara. Salah satu ajaran tarekat yang

berkembang pesat dan paling besar pengikutnya di Nusantara yaitu tarekat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah. Awal mula perkembangan tarekat di Nusantara

yaitu ketika Syekh Akhmad Khatib Sambas membai’at sejumlah murid yang berada

di kota Mekkah yang berasal dari Indonesia untuk menjadi anggota tarekatnya dan

selanjutnya dijadikan sebagai khalifah untuk menyebarluaskan ajaran tarekat ini ke

seluruh Nusantara. Salah seorang murid Syekh Ahmad Khatib Sambas yang

terkenal dari Indonesia berasal dari Banten yang telah dijadikan khalifah untuk

menyebarluaskan tarekat yaitu Syekh Abdul Karim al-Bantani.

4 Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyyah di Indonesia,

(Bandung: Mizan, 1996), hal. 15

Page 104: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

91

Pada abad ke- 19 tarekat mulai berkembang diberbagai penjuru Nusantara.

Namun, pada abad ke-19 ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah

mengalami rasa tidak simpatik dari kalangan pemerintah Hindia Belanda akibat dari

perlawanan rakyat Banten yang mayoritas para petani dan penganut ajaran tarekat

yang anti terhadap pemerintah Hindia Belanda. Dengan semakin berkembangnya

ajaran tarekat diberbagai penjuru di Indonesia akhirnya ajaran tarekat Qodiriyyah

Wa Naqsyabandiyyah ini sampai ke Caringin melalui Syekh Asnawi. Sebagaimana

telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa Syekh Asnawi merupakan murid dari

Syekh Abdul Karim al-Bantani ketika ia belajar di kota Mekkah.

A. Kultural

Syekh Asnawi merupakan sosok ulama kharismatik pada tahun 1920-an, ia

adalah ulama tarekat yang aktif dalam menyebarluaskan agama Islam di Caringin.5

Melalui Syekh Asnawi inilah Islam begitu semarak terutama di daerah Banten

selatan tepatnya Labuan, Caringin, Carita, Anyer dan daerah-daerah nelayan

(Pesisir pantai Selatan). Melaui Syekh Asnawi pula masyarakat Caringin dan para

ulama Banten mengenal tradisi Suluk dan tarekat, terutama tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah karena Syekh Asnawi inilah yang bertemu dan berguru langsung

dan mendapat otoritas khusus dari gurunya dan ia juga di Bai’at sebagai khalifah

atau pemimpin tarekat yang ada di Banten dan Caringin khususnya untuk

meyebarluaskan ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah.6

5 Mufti Ali dkk, Biografi Ulama Banten, (Serang: Laboratorium

Bantenologi, 2017), hal. 140 6 Murtadho Hadi, Jejak Spiritual Abuya Muhtadi, (Yogyakarta: Pustaka

Pesantren, 2009), hal. 33

Page 105: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

92

Dalam upaya menyebarluaskan ajaran Islam di Caringin memang tidak

mudah penuh dengan rintangan baik dari masyarakat pribumi (jawara-jawara) yang

tidak senang kepada Syekh Asnawi maupun dari penjajah karena pada waktu itu

prilaku masyarakat Caringin yang buruk jauh dari nilai-nilai syari’at Islam. Budaya

prilaku masyarakat Caringin saat itu senang melakukan kemaksiatan, kemusyrikan,

perjudian, penjarahan bahkan melakukan kejahatan (saling membunuh). Belum lagi

tekanan dari para penjajah yang sangat menyengsarakan rakyat Banten yang pada

masa itu hidup dalam masa kebodohan, kemiskinan, kesengsaraan dan

keterbelakangan. Melihat kondisi semacam ini dengan semangat juang yang tinggi

Syekh Asnawi tampil mengetuk hati masyarakat Caringin dengan metode

dakwahnya. Dengan rasa sabar Syekh Asnawi terus melakukan proses Islamisasi

terhadap masyarakat ahirnya dengan hidayah Allah swt lambat laun masyarakat

Caringin kembali ke jalan Allah swt. Kemungkaran, kemusyrikan dan kejahatan

pun berangsur lenyap menjelmalah masyarakat yang Islami.7 Maka sejak saat itu

Kabupaten Caringin berubah menjadi “Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentram

Kata Raharja”.8

Awal mula Syekh Asnawi dalam menyebarluaskan ajaran Islam dengan

metode dakwah dari satu tempat ke tempat lain. Sehingga lambat laun proses

Islamisasi ini menyebar luas di berbagai wilayah Caringin, labuan dan Banten pada

umumnya. Dengan semakin meluas proses Islamisasi di Caringin ahirnya Syekh

7 Wawancara Pribadi Dengan KH. R. Ahmad Syaukatudin Inayah (cucu

Syekh Asnawi), sekaligus Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Masyariqul Anwar

Caringin. 8 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syekh Asnawi Caringin Pandeglang-Banten. (Caringin: Badan

Kenadziran Maqbaroh, 2000), hal. 8

Page 106: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

93

Asnawi pun mendirikan sebuah masjid agung As-Salafi dan pondok pesantren

sebagai pusat untuk melakukan pengajian. Dari sinilah Syekh Asnawi mulai

mengajarkan berbagai cabang ilmu agama, disini pula Syekh Asnawi mulai

mengajarkan ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah yang sudah matang

diyakini dan diamalkannya, dan disini pula tempat menanamkan ide-ide

pemberontakan. pada ahirnya berduyun-duyunlah orang datang ke Caringin untuk

mempelajari ilmu-ilmu yang diajarkan Syekh Asnawi.9 Sesuai dengan nama

Caringin yaitu berasal dari kata Beringin diartikan sebagai pohon rindang tempat

berteduh. Syekh Asnawi sebagai payung agung bagi masyarakat sekitar lautan ilmu

tempat orang meminta nasihat, majlis umat meminta fatwa demikinlah Syekh

Asnawi pada saat itu sampai akhir hayatnya.10

B. Nasionalisme

Dengan adanya kolonialisme di Indonesia yang dimulai sejak abad ke-16

oleh penjajah Belanda dan mencapai puncaknya sekitar tahun 1830-an, maka

dimulailah masa penjajahan terutama di pulau Jawa, dengan corak eksploitasi

manusia asing terhadap pribumi. Pada masa itu Belanda dengan mudah mampu

menguasai seluruh pulau ini. Pada abad ke-19 semakin memuncaknya pergolakan

sosial dan politik yang mengiringi perubahan sosial yang diakibatkan oleh

kolonialisasi barat yang semakin kuat meruntuhkan tradisi lokal. Sekitar tahun

1830-1870-an tekanan modernisme, disertai gerkan ekonomi dan politik kapitalis

9 Wawancara Pribadi Dengan KH. R. Ahmad Syaukatudin Inayah (cucu

Syeikh Asnawi), sekaligus Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Masyariqul

Anwar Caringin. 10 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin Pandeglang-Banten, hal. 8

Page 107: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

94

telah mengakibatkan kemorosotan mental rakyat jajahan, kemorosotan ekonomi,

sosial, politik, budaya dan agama. Pada masa itu, Ordonansi perbudakan sudah

berlaku yang mengakibatkan rakyat diharuskan kerja paksa. Belum lagi kolonial

memberlakukan pajak tanaman dan pencabutan hak atas tanah petani yang tak

sanggup membayar pajaknya. Dengan kondisi seperti ini semakin menambah beban

terhadap rakyat jajahan. Dari kebijakan (Ordonansi) kolonial akhirnya menjadi akar

keresahan para petani (the agrarian unrest), selanjutnya membangun kemarahan

dan frustasi. Selain itu, rakyat pribumi sedang mengalami suatu “anomie” dan krisis

yang luar biasa yaitu runtuhnya kekuasaan para pemimpin mereka. Yaitu sekitar

akhir abad ke-18 sultan-sultan di seluruh Jawa seperti kesultanan Banten, Demak,

Mataram dan Cirebon.11

Sekitar tahun 1870-an mulai hadirnya ajaran tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah di Indonesia khususnya di pulau Jawa yang dikembangkan oleh

seorang ulama besar Syekh Abdul karim al-Bantani. Kehadiran Syekh Abdul Karim

memberikan angin segar kepada rakyat jajahan yang ingin melepaskan diri dari

tekanan penjajah Belanda. Maka pada saat itu, Syekh Abdul Karim memiliki

momentum pengikut yang luar biasa, dan membuat gerakannya mengakar kuat di

kalangan rakyat jajahan dengan isu sentralnya “Jihad Fi Sabilillah”.

Maka pada abad ke-19 seorang pemuka guru tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah bernama Syekh Abdul Karim Al-Bantani memberikan pengaruh

besar terhadap masyarakat Banten. Klimaksnya nama Syekh Abdul Karim menjadi

11Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telah Historis Gerakan

Politik Antikolonialisme Tarekat Qodiriyyah-Naqsyabandiyyah di Pulau Jawa,

(Bandung: Pustaka Hidayah IKAPI, 2002), Cet. Ke-I, hal. 27-32

Page 108: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

95

lebih populer dan dikenal ketika terjadinya peristiwa pemberontakan gerakan petani

di Cilegon-Banten tahun 1888. Meskipun ia tidak terlibat langsung dimedan

pertempuran pada pemberontakan petani 1888, tetapi Ia dituduh oleh pemerintah

Hindia Belanda sebagai ide atau tokoh dibalik pemberontakan petani 1888. Karena

gerakan pemberontakan tersebut dipelopori oleh sejumlah kiyai yang merupakan

murid dari Syekh Abdul Karim Amrullah dari organisasi tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah. Adapun tokoh sentral murid tarekat Syekh Abdul karim yang

terkenal pada pemberontakan 1888 seperti : Tb. Ismal, Tb. Wasyid dan Tb Marjuki.

Dengan demikian terjadinya peristiwa pemberontakan petani Banten 1888 para

tokoh agama yang ada dalam organisasi tarekat dikenal sebagai anti terhadap

pemerintah Hindia Belanda. Lebih dari itu, organisasi semacam ini dianggap

sebagai organisasi rahasia yang bertujuan menghancurkan dan menumbangkan

kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.12

Begitu pula halnya di Caringin, salah seorang tokoh ulama tarekat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah yang bernama Syekh Asnawi. Ajarannya

berpengaruh besar terhadap masyarakat Caringin dan Banten umumnya. Dengan

ketinggian ilmunya ia berhasil menyatukan masyarakat dari berbagai wilayah untuk

berguru kepadanya ia pun berhasil mengetuk hati masyarakat untuk kembali ke

syari’at Islam mendekatkan diri kepada Allah swt dengan melaksanakan semua

perintah dan menjauhi semua larangannya, ia juga telah berhasil mengobarkan

semangat Nasionalisme terhadap masyarakat.

12 Sartono Kartodirjo, Gerakan Pemberontakan Petani Banten 1888,

(Jakarta: PT. Pustaka Jaya & YHS, 1984), Cet. Ke-I, hal. 258-250

Page 109: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

96

Syekh Asnawi merupakan ulama tarekat yang telah ditugaskan oleh Syekh

Abdul Karim al-Bantani untuk mengembangkan ajaran tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah di Banten bagian Barat. Selama proses penyebaran ajaran tarekat

di Caringin, pemerintah kolonial sering dikejutkan dengan iring-iringan Sado

(kereta berkuda), yaitu para anggota tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah dari

wilayah Banten Timur yang akan melaksanakan Manakiban pada setiap tangga 11

bulan Hijriah.13 Adapun ketika terjadinya pemberontakan 1888 di Cilegon yang di

motori oleh gurunya Syekh Abdul Karim al-Bantani, Syekh Asnawi tidak ikut

terlibat dimedan pertempuran karena pada tahun 1883 telah terjadi peristiwa besar

yang menghancurkan seluruh pesisir pantai Selat Sunda yaitu meletusnya Gunung

Krakatau yang mengakibatkan terjadinya tsunami sehingga dari peristiwa tersebut

Caringin menjadi porak poranda. Satu tahun setelah terjadinya letusan Gunung

Krakatau yaitu pada tahun 1884 Syekh Asnawi mendirikan sebuah masjid, dan

pembangunan masjid itu selesai pada tahun 1889.14 Sehingga ketika Syekh Asnawi

melihat kondisi Caringin yang rusak parah akibat dari letusan Gunung Krakatau.

Akhirnya Syekh Asnawi memfokuskan diri terhadap pembangunan masjid yang

bertujuan untuk menghidupkan kembali peradaban di wilayah Caringin

Pandeglang-Banten.

Sebagai ulama yang cinta terhadap bangsanya Syekh Asnawi pun turut

memikirkan nasib masyarakat dan bangsanya karena pada waktu itu situasi dan

13 Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telah Historis Gerakan

Politik Antikolonialisme Tarekat Qodiriyyah-Naqsyabandiyyah di Pulau Jawa,

(Bandung: Pustaka Hidayah IKAPI, 2002), Cet. Ke-I, hal. 85-86 14 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin Pandeglang-Banten, hal. 8-19

Page 110: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

97

konidisi politik bangsa ini semakin rusak akibat dari penjajah Belanda yang sangat

menyengsarakan rakyat Indonesia. Melalui ajaran tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah inilah Syekh Asnawi mengobarkan semangat Nasionalisme

kepada para santrinya untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Dengan karomah-karomaah yang ada didiri Syekh Asnawi mereka meyakini akan

kemursyidan dan kewaliyan Syekh Asnawi. Para santrinya pun dibekali sejumlah

wirid-wirid atau hijib-hijib (ilmu kekebalan) yang membuat mereka menjadi kebal

sehingga menjadi nilai tambah meningkatkan semangat juang untuk melawan para

penjajah. Terbukti hingga akhirnya pemberontakan itu terjadi pada 15 November

1926 di Labuan dengan diawali lemparan Granat kepada para penjajah yang pada

saat itu sedang konvoi patroli melewati Masjid agung As-Salafi Caringin dengan

jembatan Cisanggoma. Biarpun Syekh Asnawi tidak terjun langsung dimedan

pertempuran tetapi Syekh Asnawi lah aktor yang melatar belakangi pemberontakan

1926 di Labuan. Alhasil Syekh Asnawi pun dipenjara di Batavia selama kurang

lebih selama satu tahun sembilan bulan, kemudian dibuang ke Cianjur selama dua

setengah tahun.15

Dari penjelasan diatas terlihat begitu besar pengaruh ajaran tarekat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Syekh Asnawi sehingga mampu menggerakan

masyarakat untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah. Kondisi seperti ini

jelas dilatar belakangi dengan adanya rasa ketidakadilan dan kesengsaraan rakyat

yang dilakukan oleh pemerintah Belanda. Maka, pada saat seperti inilah masyarakat

membutuhkan seorang figur pemimpin yang mempu membimbing baik urusan

15 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin-Pandeglang-Banten, hal. 8-20

Page 111: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

98

agama maupun urusan yang bersifat duniawi dengan harapan mampu

mengembalikan keadilan, kesejahteraan masyarakat tanpa ada lagi gangguan yang

merugikan dan menyengsarakan rakyat. Dengan demikian Syekh Asnawi pun

tampil sebagai pemimpin ulama tarekat, ia berhasil melakukan proses Islamisasi

terhadap masyarakat Caringin. Dengan mengamalkan dan mengajarkan ajaran

tarekat, maka melalui ajaran tarekat ini Syekh Asnawi berhasil mengobarkan

semangat Nasionalisme terhadap masyarakat.

Tarekat berperan penting dalam perjuangan melawan penjajah Belanda di

Indonesia, sampai taraf tertentu otoritas Belanda merasa paling terancam oleh

organisasi tarekat. Organisasi keagamaan semacam ini adalah sebuah alat yang

sempurna untuk mengorganisir resintensi Islam. Kendati fakta demikian pada akhir

abad ke-19 ada semacam tarekat-tarekat tertentu yang telah cukup terorganisir

untuk melakukannya seperti: tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah dan tarekat

Syathariyah.16

Skema Perubahan Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah dari Gerakan

Keagamaan Menjadi Gerakan Politik

16 Sri Mulyati, Peran Edukasi Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah

dengan Referensi Utama Suryalaya, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. Ke-I

Tradisi Tarekat Qodiriyyah

Wa Naqsyabandiyyah

Bai’at Talqin

Bimbingan

Riyadullah

Khataman

Manaqiban

Page 112: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

99

Momentum adanya perubahan pada umumnya adalah akibat dari adanya

tantangan baik yang mengancam dari luar maupun desakan dari dalam lembaga atau

masyarakat itu sendiri. Perubahan fungsi kelembagaan yang dilakukan tarekat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah pada akhir abad 19 sampai awal abad ke-20,

yaitu dari sebuah lembaga keagamaa yang berbasis sistem “Sosial-Organik” ke

sistem “Religio Politik” pada dasarnya itu merupakan bukan sebuah tujuan utama

dari doktrin-doktrin tasawuf. Perubahan ini diakibatkan oleh situasi dan kondisi

tuntutan rakyat jajahan yang sebagian besar sebagai anggota tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah. Mereka berusaha melepaskan diri dari tekanan penjajah Belanda

dan menjadikan wadah lembaga keagamaan sebagai aspirasi politiknya. Dengan

Proses Perubahan

Fungsi Organisasi

dalam “Setting”

Sosial Politik Lokal

Ideologi Lokal

Rakyat Jajahan

-Nativisme

-Milleniarisme

-Ratu Adil (Erucokro)

Kondisis

Masyarakat

jajahan dan

Moment sejarah

bagi Tarekat

Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyy

ah di Pulau

Jawa

Tarekat

Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah

Sebagai Sistem

Religio Politik

(T.1888-1904)

- Wadah Kegiatan

Sosial, Spiritual,

Politik

- Idiologi Perjuangan

(Mahdiisme, Jihad

Fi Sabilillah,

Magicomysticism)

- Radikal

Pundamental

- Integritas Gerakan

- Dar al-Islam

Tarekat Qodiriyyah

Wa Naqsyabandiyyah

Sebagai sistem Sosial

Organik

- Wadah Kegiatan

Sosial-Spiritual

- Doktrin Keruhanian

Bertingkat

- Tokoh-tokoh

Kharismatik

- Wilayah Ash-Shufiyah

Page 113: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

100

berusaha menghidupkan kembali solidaritas rakyat jajahan dengan menumbuhkan

ide-ide pemberontakan yang dikemas dengan “suara agama” maka disinilah wujud

“sistem religio politik”. Dalam membangun ideologi perjuangan tarekat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah memanfaatkan ideologi lokal yang sudah ada di

kalangan rakyat jajahan seperti nativisme, millaniarisme, dan ratu adil. Selanjutnya

dikemas kembali ideologi lokal ini dengan semangat “Jihad fi Sabilillah” yang

dilengkapi dengan kekuatan “megico-mysticisme” sebagai pengikat picu psikologis.

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa yang dimaksud dengan “sistem sosial

organik” adalah kumpulan komunitas masyarakat yang berinteraksi tetapi telah

diikat oleh aturan dan simbol-simbol keagamaan dengan lingkup emosionalnya,

baik fisik maupun psikis. Sedangkan sistem “religio politik” selanjutnya menjadi

penegas gerakan politik kaum tarekat yang merupakan suatu bentuk interaksi sosial,

terutama dalam aspirasi kehidupan politik dari sebuah masyarakat atau komunitas

tertentu yang memiliki ciri ideologi keagamaan.17

Salah satu unsur dari tarekat yang paling utama dan yang membuat terlihat

terorganisasi yaitu adanya kerja sama yang baik hubungan antara guru dengan

murid. Seorang murid harus tunduk dan patuh kepada sang guru kecintaan kepada

sang guru harus benar-benar sepenuh hati, ikatan antara mereka secara resmi

dilakukan secara bai’at, sesuai dengan janji-janji kesetiaan dan ketaatan seorang

murid kepada sang guru tarekat kemutlakan murid kepada mursyid adalah sebagai

wakil Tuhan.

17Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telah Historis Gerakan

Politik Antikolonialisme Tarekat Qodiriyyah-Naqsyabandiyyah di Pulau Jawa,

(Bandung: Pustaka Hidayah IKAPI, 2002), Cet. Ke-I, hal. 34-46

Page 114: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

101

C. Pendidikan

Syekh Asnawi merupakan ulama yang paling berpengaruh di Caringin ia

dikenal sebagai ulama yang mempunyai semangat juang yang tinggi dalam

melawan penjajah Belanda. Ia mengobarkan semangat nasioanalisme kepada para

santrinya untuk melakukan pemberontakan. Karena pada waktu itu seluruh wilayah

Banten berhasil dikuasai oleh penjajah.18 Ia juga dikenal bukan hanya aktif dalam

megobarkan semangat nasionalisme, melakukan dakwah, mengajarkan ajaran

tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah saja tetapi ia juga dikenal sebagai tokoh

pendidikan. Terbukti ketika Banten berhasil dikuasai oleh penjajah, yang

memberikan efek negatif terhadap rakyat jajahan, yang waktu itu hidup dalam masa

tekanan, ketakutan, kesengsaraan, kemiskinan, dan kebodohan. Apalagi pada saat

itu, adanya sistem politik Devide Et Impera (Adu domba), dengan membeda-

bedakan status sosial masyarakat bangsa Indonesia, yang telah diterapkan oleh

pemerintah Belanda, yang menjadikan terjadinya pendiskriminasian sehingga

masyarakat pribumi (rakyat jelata), tidak bisa menikmati fasilitas pendidikan.

Melihat sistem politik yang diterapkan penjajah Belanda akhirnya Syekh

Asnawi mempunyai ide untuk membangun sebuah lembaga pendidikan yang dapat

menaungi dan mengintegrasikan antara ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu

pengetahuan umum. Maka pada tanggal 12 Mei 1930 Syekh Asnawi mendirikan

sebuah lembaga pendidikan Islam diberi nama Madrasah Masyariqul Anwar.19

18 Mufti Ali dkk, Biografi Ulama Banten, (Serang: Laboratorium

Bantenologi, 2017), hal. 140 19 Raden Ahmad Syaukatudin Inayah, Ringkasan Sejarah Hidup dan

Perjuangan Syeikh Asnawi Caringin-Pandeglang-Banten, hal. 13-19

Page 115: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

102

BAB V

Penutup

A. Kesimpulan

Adapun jawaban riset dari rumusan masalah diatas, menyimpulkan

bahwa dengan adanya ajaran tarekat yang diajarkan Syekh Asnawi dengan

ajaran tarekatnya Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah memberikan pengaruh

besar terhadap prilaku kehidupan masyarakat Caringin, sehingga lambat

laun masyarakat berubah menjadi masyarakat yang Islami. Pudarlah orang-

orang yang melakukan kemaksiatan, perzinahan, perjudian, pembunuhan

dan kemusyrikan. Mereka ikut mengamalkan ajaran tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah dibawah bimbingan Syekh Asnawi.

Selain itu, salah satu cara yang dilakukan oleh Syekh Asnawi untuk

mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan dari pengaruh kolonialisme

Belanda, Syekh Asnawi mendirikan sebuah Masjid diberi nama Masjid

Agung As-Salafi dan mendirikan sebuah Pondok Pesantren Tradisional.

Sebagai tempat untuk mengajarkan ajaran agama Islam dan tempat

mengajarkan ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah.

Dari bentuk penerimaan masyarakat Caringin terhadap ajaran

tarekat yang diajarkan oleh Syekh Asnawi memberikan pengaruh besar

selain merubah prilaku sosial, budaya maupun prilaku keagamaan

masyarakat. Melalui ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah,

Syekh Asnawi juga berhasil menanamkan semangat juang, semangat

nasionalisme, alhasil pada tahun 1926 melakukan pemberontakan terhadap

Page 116: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

103

penjajah Belanda yang dipelopori oleh para penganut ajaran tarekat

Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah.

Syekh Asnawi juga berhasil mendirikan sebuah lembaga pendidikan

Islam. Karena Pada saat itu, adanya sistem politik Devide Et Impera (Adu

domba) yang membeda-bedakan status sosial sehingga sekolah-sekolah

hanya untuk anak-anak pejabat, para bangsawan untuk kepentingan

pemerintah saja. Melihat kondisi seperti ini Syekh Asnawi mendirikan

sebuah lembaga pendidikan diberi nama sekolah Madrasah Masyariqul

Anwar pada tahun 1930 sehingga masyaraka pribumi bisa menikmati

pendidikan.

B. Saran-saran

Penelitian ini tergolong dalam penelitian yang memeiliki relevansi terhadap

studi kasus yang terjadi di dalam suatu masyarakat, semoga saja dapat

memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai upaya yang dilakukan

Syekh Asnawi dalam proses Islamisasi terhadap masyarakat Caringin. Maka

dari itu, penulis mencoba memberikan saran-saran demi perbaikan dan riset-

riset lebih baik kedepannya, diantaranya:

1. Saran bagi pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Masyariqul Anwar KH.

Raden Ahmad Syauktudin Inayah, agar terus melanjutkan perjuangan

Syekh Asnawi dalam menyebarkan agama Islam kepada masyarakat

Caringin maupun masyarakat diluar Caringin. Teruslah berikan pemahan

kepada masyarakat bahwa agama Islam bukan hanya sekedar ritual

keagamaan saja melainkan agama sebagai pedoman hidup kita dalam

kesehariannya.

Page 117: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

104

2. Saran bagi lembaga pendidikan sekolah Madrasah Masyariqul Anwar yang

dikepalai oleh Drs. H. Ois Kholid beserta seluruh dewan guru, teruslah

berjuang dalam mencerdaskan anak bangsa dengan penuh kesabaran,

keikhlasan dan ketekunan.

3. Saran kepada seluruh orang tua agar bisa mengenalkan sejarah peran dan

kiprah Syekh Asnawi dalam menyebarluaskan agama Islam di Caringin

kepada anak-anaknya. Sehingga di zaman Tekhnologi ini anak-anak bukan

hanya mengetahui tentang HP Android, main Game, dan media sosial saja

melainkan dapat mengetahui sejarah penyebaran agama Islam yang

dilakukan oleh Syekh Asnawi.

4. Saran bagi keluarga maupun pengelola tempat penziarahan makam Syekh

Asnawi agar bisa menata tempat-tempat pedagang dengan baik sehingga

bisa terlihat lebih rapih dan tertata dengan baik, dan yang paling penting

memberantas oknum yang suka melakukan kegiatan jual beli wafak di area

pemakaman Syekh Asnawi dengan iming-iming agar maksud dan tujuan

bisa mudah tercapai dengan percaya terhadap wafak. Karena itu merupakan

perbuatan Musyrik yang dilarang oleh agama Islam.

5. Saran untuk para penganut tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah, tetap

pegang erat ajaran yang telah diajarkan oleh guru untuk senantiasa

mengamalkan ajaran tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah dalam

kehidupan sehari-harinya untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

6. Saran bagi para Akademisi, penulis berharap agar terus menggali fenomena-

fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar kita, agar terus berupaya

mengkaji ulang penelitian-penelitian terdahulu mencari kesamaan dan

Page 118: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

105

perbedaan di dalamnya, semoga dengan hal itu dapat menambah keluasan

ilmu dan wacana kita. Pada nantinya dapat menjadi rujukan riset-riset

selanjutnya.

Page 119: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

106

Daftar Pustaka

Abdurahman, Muslikh. Risalah Tuntunan Tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah. (Kudus: Menara Kudus), 1976. Jilid 1-2

Aceh, Abubakar. Pengantar Ilmu Tarekat, Uraian Tentang Misti.

(Solo: Ramdhani, 1990), cet. Ke-1

Adzim, Fauzul. Pokok-pokok Ajaran Tarekat Qodiriyyah Wa

Naqsyabandiyyah.Diakses pada hari Senin tanggal, 22 Juli 2019. Puku.

23:15WIB.https://www.academia.edu/2366328POKOK_POKOK_AJARA

N_TAREKAT_QADARIYAH_WA_NQSYABANDIYAH

Ahdiat, Yayan. Masjid Caringin Pandeglang Jawa Barat

(Tinjauan Arsitektur), Skripsi Sarjana Bidang Arkeologi Fakultas Sastra

Universitas Indonesia 1992.

Aqib al-Fakir, Kharisudin. Adab Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah.

Diakses hari Rabu tanggal 24 April 2018, Pukul. 21:15 WIB.

Https://sufimenembusbatas.blogspot.com/2016/09/adab-tarekat-qadariyah-

wa-naqsabandiyah.html.

Alwi Al-Hadad Bin, Allamah Sayyid Abdullah. Guru Sufi Menjawab, Memahami

AjaranIllahi dari yang Ringan Hingga Masalah Ghaib. (Jakarta: PT.

Mizan Publika Anggota IKAPI), cet. 1

Al-Taftazani, Abu Wafa’ al-Ghanimi., Tasawuf Islam: Telaah Historis dan

Perkembangannya. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008), cet. I,

As, Asmaran., Pengantar Study Tasawuf. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),

cet. Ke-I

Brunissen, Van Martin. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi

Islam Di Indonesia. (Bandung: Mizan, 1995)

Bruinessen, Martin Van. Tarekat Qodariyyah Wa Naqsyabandiyyah Di Indonesia

Survai, Historis, Geografis, dan Sosiologis. (Bandung: Mizan Anggota

IKAPI, 1992).

Blog Pendidikan Indonesia., Pengertian Tarekat dan Sejarah Perkembangan.

Diakses hari Minggu tanggal, 21 Juli 2019, Pukul. 23:51

WIB.http://www.sarjanaku.com2011/11/pengertian-tarekat-dan-

sejarah.html?m=1

Daudy, Ahmad. Kuliah Ilmu Tasawuf. (Jakarta: Bulan Bintang, 1998)

Page 120: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

107

Dharwanto, Perkembangan Tarekat. Diakses hari Rabu tanggal 24 April 2018,

Pukul.17:00WIB.Http//dharwanto.Blogspot.com/200/10/perkembangantar

ekat.htm.

Dhofier, Zamaksari. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai,

(Jakarta: LP3ES, 1994), cet. Ke-6.

Hawas, Abdullah. Perkembangan Tasawuf Dan Tokoh-Tokohnya Di Nusantara,

(Surabaya : Al Ikhlas 1990).

Hadi, Murtadho. Jejak Spiritual Abuya Dimyati, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,

2009)

Helmy Faizi Bahrul Ulumi, dkk. Biografi Abuya Muqri Sang Pejuang

Perlawanan Kaum Tarekat 1926 di banten. Tim Peneliti Laboratorium

Bantenologi IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten.

Huda, Sokhi., Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah. (Yogyakarta:

LKIS Yogyakarta, 2008).

Inayah, Raden Ahmad Syaukatudin. Ringkasan Sejarah Hidup dan Perjuangan

Syeikh Asnawi Caringin-Pandeglang–Banten. (Caringin: Badan

Kenadziran Maqbaroh, 2000)

Jefrihutagalung, Sejarah Gunung Kralatau Hinga Munculnya Anak Gunung

Krakatau. Diakses hari Jumat tanggal, 5 April 2018, Pukul. 20:39

WIB.Https://www.google.co.id/amp/s/jefrihutagalung.wordpress..com/201

4/04/30/sejarah-gunung-krakatau-hingga-munculnya-anak-krakatau/amp/.

Kartanegara, Mulyadi. Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta : Erlangga, 2006)

Kartodirjo, Sartono. Gerakan Petani Banten 1888. ( Jakarta: PT. Pustaka Jaya &

YHS, 1984), cet. Ke-1

Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia,

1983).

Lubis, Nina. Banten Dalam Pergumulan Sejarah Ulama, Sultan, Jawara. (Jakarta:

Pustaka LP3S Indonesia, 2004)

Mufti Ali, dkk. Biografi Ulama Banten seri ke-1 (satu), Tim Peneliti Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, Laboratorium Bantenologi

IAIN “SMH” Banten.

Michrob, Halwany. Catatan Masa Lalu Banten. (Serang: Saudara, 1993)

Page 121: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

108

Mubarok, Ahmad. Meraih Bahagia Dengan Tasawuf. (Jakarta: PT. Dian Rakyat,

2009)

Mulyati, Sri. Peran Edukasi Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah dengan

Referensi Utama Suryalaya, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. 1

Mulyati, Sri. dkk., Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di

Indonesia. (Jakaarta: Kencana, 2004).

Nasution, Harun. Thoriqot Qodiriyyah Naqsyabandiyyah: Sejarah Asal Usul dan

Perkembangannya. (Suryalaya: Remaja Rosdakarya, 1990).

Nasution, Harun. Islam Rasional, (Bandung, Mizan, 1996).

Pesantren Suryalaya, Tarekat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah. Diakses hari Rabu

tanggal, 24 April 2018. Pukul. 19:30 WIB.

http://www.suryalaya.org/tqn1.html.

Radja Mu’tasim dan Abdul Munir Mulkhan. Bisnis Kaum Sufi, (Yogyakarta :

Pustaka Pelajar, 1998).

Said, Fuad. Hakekat Tarekat Naqsyabandiyyah. (Jakarta Al-Husna : Zikra. 1999)

Safitri, Eva. Update Jumlah Korban Tsunami Selat Sunda: 437 Orang Tewas,

14.059 Luka. Diakses hari senin tanggal 31 Desember 2018, Pukul. 20:32

WIB. https://m.detik.com/news/berita/4365690/update/-jumlah-korban-

tsunami-selat-sunda-437-orang-tewas-14059-luka.

Schimmel, Annemarie. Mystical Dimension Of Islam, diterjemahkan oleh S.

Djoko Damono, dkk, dengan judul Dimensi Mistik Dalam Islam, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1986)

Suyuti, Mahmud. Politik Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah Jombang.

(Yogyakarta: Galang Press, 2001).

Suryanegara, Ahmad Mansur. Api Sejarah. (Bandung: PT. Grafindo Media

Pratama, Juli 2009, cet.1

Suryadilaga, M. Alfatih. dkk., Miftahus Sufi. (Yogyakarta: Teras, 2008).

Simuh. Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1996).

Siregar, L. Hidayat. Tarekat Doktrin dan Sejarah, (Bandung : Citapustaka Media

Perintis, 2008)

Page 122: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

109

Thohir, Ajid. Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telah Historis Gerakan Politik

Antikolonialisme Tarekat Qodiriyyah-Naqsyabandiyyah di Pulau Jawa,

(Bandung: Pustaka Hidayah IKAPI, 2002), cet. Ke-1

Wawancara Pribadi dengan KH. Raden Ahmad Syaukatudin Inayah (Cucu Syekh

Asnawi), sekaligus Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Masyariqul

Anwar Caringin

Wawancara Pribadi dengan KH. Tb. Didi Harizy (cucu Syekh Asnawi),

Pendakwah sekaligus pengurus besar Yayasan Pendidikan Islam

Masyariqul Anwar.

Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Ois Kholid (Cucu Syekh Asnawi), sekaligus

Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Masyariqul Anwar Pusat Caringin.

WIKIPEDIA, Letusan Krakatau 1883. Diakses hari Jumat tanggal, 5 April 2018,

Pukul.20:15WIB.Https://id.m.wikipedia.org/wiki/letusan_krakatau__1883.

WIKIPEDIA, Tarekat Qodiriyyah Wa Naqsyabandiyyah. Diakses hari Rabu

Tanggal 24 April 2018, Pukul .19:45 WIB.

http://syariathakikattarikatmakrifat.wordpress.com/2010/08/25/tarikat-

qadiriah-naqsabandiyah-tqn/.

Yahya, Zurkani. Asal-usul Tarekat Qodariyyah Wa Naqsyabandiyyah dan

Perkembangannya. (Tasikmalaya: IALM, 1990)

Zaprulkhan. Ilmu Tasawuf Sebuah Kajian Tematik. (Jakarta: PT Raja Gravindo

Persada, 2016), cet. Ke-1

Zulkifli. Sufi Jawa: Relasi Tasawuf-Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003)

Page 123: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN SKRIPSI

1. Pada tanggal dan tahun berapa Syekh Asnawi dilahirkan ?

2. Dimana pertama kali Syekh Asnawi belajar pendidikan Agama ?

3. Berapa lama Syekh Asnawi mengenyam pendidikan ?

4. Selama Syekh Asnawi mengenyan pendidikan bidang apa saja yang

dipelajari?

5. Siapakah tokoh yang paling mempengaruhi pemikiran Syekh Asnawi ?

6. Metode apa yang dilakukan Syekh Asnawi dalam menyebarkan agama

Islam di Caringin ?

7. Apa yang diajarkan Syekh Asnawi kepada masyarakat Caringin dalam

bidang tasawuf ?

8. Bagaimana asal-usul adanya ajaran tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah di

Caringin ?

9. Bagaimana kondisi prilaku masyarakat Caringin sebelum dan sesudah

Syekh Asnawi menyebarkan agama Islam melalui ajaran tarekat ?

10. Bagaimana perkembangan masyarakat Caringin setelah kedatangan Syekh

Asnawi menyebarkan agama Islam?

11. Apakah ada karya tulis Syekh Asnawi dalam bentuk buku atau kitab?

12. Adakah karomah-karomah Syekh Asnawi ketika semasa hidup ?

13. Bagaimana kondisi makam Syekh Asnawi ketika terjadi tsunami Selat

Sunda 22 Desember 2018 ?

14. Adakah lembaga pendidikan yang diwariskan Syekh Asnawi ?

15. Pada tahun berapa lembaga pendidikan itu didirikan ?

16. Bagaimana kemajuan lembaga pendidikan dari dulu samape sekarang ?

Page 124: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

17. Bidang-bidang ilmu apa saja yang dipelajari dalam lembaga pendidikan itu?

18. Ada berapa cabang Madrasah Masyariqul Anwar dari dulu sampai

sekarang?

Page 125: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

TRANSKIP HASIL WAWANCARA

1. Biografi Responden

Nama : KH. Raden Ahmad Syaukatudin Inayah

Umur : 76 Tahun

Alamat : Kampung Caringin RT/RW 10/03 Desa Caringin

Kec. Labuan, Kab. Pandeglang, Prov. Banten.

Jabatan : Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Masyariqul

Anwar sekaligus cucu dari Syekh Asnawi.

Waktu : Hari Minggu, 14 Oktober 2018, pukul 09:30-17:20

WIB

Tempat :Di rumah kediaman KH. Raden Ahmad Syaukatudin

Inayah

Pertanyaan dan Jawaban:

1. Pada tanggal dan Tahun berapa Syekh Asnawi dilahirkan ?

Jawaban: Syekh Asnawi dilahirkan pada tanggal 04 Muharam 1267 Hijriyah

atau 08 November 1850

2. Dimana pertama kali Syekh Asnawi belajar pendidikan Agama ?

Jawaban: Pola kehidupan dimasa kecil Syekh Asnawi dalam didikan kedua

orang tuanya sangatlah tekun dalam mendidik anaknya dengan disiplin yang

tinggi dan bimbingan yang cermat dalam bidang akhlak serta ibadahnya.

Syekh Asnawi pun menyadari bahwa ayahandanya sebagai penghulu

landrat (hakim) di Caringin. Beliau senantiasa menjaga akhlaqul karimah

yang diajrkan oleh kedua orang tuanya. Dalam pola pendidikan di

Page 126: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

keluarganya beliau di didik langsung oleh ayahanda dan ibunya sendiri

untuk mengisi jiwa Asnawi dengan penanaman Akhlaqul karimah dan tidak

disekolah kan di sekolah Belanda. Pendidikan agama yang dimulai dengan

Tahfidzul Qur’an dan tajwidnya, bahasa arab dan Nahu-sorof, serta

pendidikan Ubudiyah dan Akhlak nya. Dalam usia 11 tahun ia telah hafidz

al-Qur’an serta menguasai ilmu yang diajarkan oleh kedua orang tuanya.

Namun dalam usia tersebut sang ayah dipanggil keharibaan Tuhannya

beliau wafat. Kemudian ibundanya Nyi Hj. Ratu Sabi’ah bermusyawarah

dengan keluarga tentang kemana Asnawi melanjutkan pendidikannya,

berdasarkan hasil musyawarah, memutuskan bahwa Asnawi melanjutkan

pendidikannya di pesantrenkan di tanah suci Makkatul-Mukarromah.

3. Berapa lama Syekh Asnawi mengenyam pendidikan ?

Jawaban: Beliau mengenyam pendidikan sampai diizinkan pulang ke jawa

oleh para gurunya setelah mukim disana kurang lebih tiga tahun.

4. Selama Syekh Asnawi mengenyam pendidikan bidang apa saja yang

dipelajari ?

Jawaban: Selama Syekh Asnawi menimba ilmu di kota Mekkah, disana

beliau dititipkan ditempat yang tepat yaitu di Halaqoh Syekh Nawawi al-

Bantani. Beliau diasuh oleh tuan Syekh di Halaqohnya bersama para santri

lainnya. Disana juga ia berguru diantaranya: kepada tuan guru Abdul Hamid

Makki dalam bidang Ulumul Qur’an, Ahmad Khatib As-Syambasi

dalambidang Thoriqat yang dilanjutkan berguru kepada murid tuan Syekh

Page 127: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

yaitu Syekh Abdul Karim al-Bantani, dan juga berguru kepada Syekh

Hasbullah Al-A’ma dalam bidang Madzahibul Arbaah.

5. Siapakah tokoh yang paling mempengaruhi pemikiran Syekh Asnawi ?

Jawaban: Syekh Asnawi yang saya ketahui dan masyhur dikenal masyarak

Caringin sebagai ulama Thoriqoh bukan sebagai ulama tafsir atau ulama

fiqih seperti gurunya yaitu Syekh Nawawai al-Bantani. Karena Syekh

Asnawi mendalami ilmu Thoriqoh yang dipelajari dari kedua gurunya yaitu

Syekh Khatib As-Syambasi dan Syekh Abdul Karim Al-Bantani.

6. Metode apa yang dilakukan Syekh Asnawi dalam menyebarkan agama

Islam di Caringin ?

Jawaban: Syekh Asnawi selama hayatnya memfokuskan jiwa raganya baik

secara fisik, materil, maupun mental spiritual untuk agama dan bangsa

Indonesia karena pada masanya seluruh wilayah Banten termasuk jajahan

Belanda. Mula-mulanya Syekh Asnawi menyebarkan agama Islam dengan

metode dakwah dari satu tempat ketempat lain. Sehingga lambat laun

penyebaran agama Islam berkembang pesat di wilayah Caringin. Sehingga

pada saat itu, Syekh Asnawi mulai mengajarkan ajaran Thoriqoh kepada

masyarakat berduyun-duyun lah orang datang ke Caringin untuk berguru

kepadanya. Kegiatan penyebaran ajaran Thoriqoh dipusatkan di Caringin

namun santri-santri yang berguru kepadanya bukan hanya masyarakat

Caringin tapi diluar Banten juga ada seperti dari lampung.

7. Apa yang diajarkan Syekh Asnawi kepada masyarakat Caringin dalam

bidang Tasawuf ?

Page 128: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

Jawaban: Seperti yang telah saya jelaskan tadi, bahwa Syekh Asnawi

mengajarkan ajaran Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsabandiyah kepada

masyarakat Caringin maupun masyarakat diluar Banten.

8. Bagaimana asal-usul adanya ajaran tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah di

Caringin ?

Jawaban: Sesepuh dahulu mengatakan bahwa tasawuf atau ajaran tarekat

Qodiriyah Wa Naqsabandiyah adalah cara mudah untuk mendekatkan diri

kepada Allah. Karena ilmu tasawuf mempunyai kedudukan yang tinggi

dalam menjaga kemurnian ibadah kepada Allah. Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsabandiyah pertama kali diajarkan di Caringin oleh Syekh Asnawi

ketika Syekh Asnawi berguru kepada Syekh Ahmad Khatib Sambas dan

Syekh Abdul Karim al-Bantani kemudian ia mengajarkan kepada

masyarakkat Caringin.

9. Bagaimana kondisi prilaku masyarakat Caringin sebelum dan sesudah

Syekh Asnawi menyebarkan agama Islam melalui ajaran tarekat ?

Jawaban: Sebelum Syekh Asnawi berdakwah menyebarkan agama Islam

budaya masyarakat Caringin amatlah buruk, pada masa itu budaya

masyarakat rusak mereka senang melakukakan kemaksiatan, perjudian,

kemusyrikan, kemungkaran bahkan pembunuhan dan juga banyaknya para

jawara-jawara yang berilmu hitam yang terusik atas kedatangan Syekh

Asnawi mereka tidak suka kepada Syekh Asnawi yang ingin merubah

budaya perjudian dengan budaya syari’at Islam. Namun, dengan kegigihan

dan rasa sabar serta hidayah dari Allah Swt setelah berdakwah dan

Page 129: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

mengajarkan ajaran Thoriqoh masyarakat Caringin pun kembali

menjalankan syari’at Islam.

10. Bagaimana perkembangan masyarakat Caringin setelah kedatangan Syekh

Asnawi dalam menyebarkan ajaran Tarekat?

Jawaban: Seperti yang tadi dijelaskan, bahwa atas hidayah Allah Swt yang

diberikan kepadanya sehingga masyarakat menyadari bahwa yang

diperbuatnya itu bersebrangan dengan syari’at Islam lambat laun kembali

menjadi masyarakat yang Islami. Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah

yang diajarkan Syekh Asnawi sangat berpengaruh besar terhadap

masyarakat Caringin, dengan belajar tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah

masyarakat Caringin bisa lebih meningkatkan keimanan yang kuat dan

menjadi masyarakat yang rukun serta saling mengasihi sesama masyarakkat

yang lainnya.

11. Apakah ada karya tulis yang berbentuk buku atau kitab yang diwariskan

oleh Syekh Asnawi ?

Jawaban: Syekh Asnawi tidak sempat menulis karya tulis berbentuk buku

atau kitab karena ketika Syekh Asnawi telah menyelesaikan pendidikan di

kota Mekkah ia pun pulang ke tanah air. Setelah tiba di tanah Air Syekh

Asnawi memfokuskan untuk berdakwah dan mengajarkan ajaran Thoriqoh

kepada masyarakat. Belum lagi pada saat itu kondisi politik di Indonesia

lagi rusak akibat dari penjajah. Sehingga Syekh Asnawi pun tidak hanya

aktif berdakwah saja tetapi aktif pula dalam mengobarkan semangat

Nasionalisme.

Page 130: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

12. Adakah karomah-karomah ketika semasa hidup Syekh Asnawi ?

Jawaban: 1). Ada tiga Kiyai dari Kasuniatan yang tidak percaya terhadap

kewaliyan Syekh Asnawi. Mereka pun ingin mencoba kewaliyan Syekh

Asnawi dengan sebuah pertanyaan apakah Syekh Asanwi bisa menjawab

atau tidak pertanyaan-pertanyaan dari ketiga kiyai tersebut. Dari masing-

masing kiyai itu menulis 50 soal. Setelah pengajian berakhir mereka

langsung bertanya, pas dibuka bukunya kosong. Seketika mereka pun

kebingungan menundukan kepala dan mukanya memerah menahan rasa

malu. Lalu Syekh Asnawi menjelskan kembali pertanyaan-pertanyaan dari

ketiga kiyai itu berikut dengan jawabannya.

2). Ada muridnya yang bermukim dari Ciomas namanya Abdul Hamid, di

suatu ketika ia tidak ikut pengajian dan Syekh Asnawi pun meliha ke

pondoknya, di pondoknya pun ia tidak ada. Di suatu hari Syekh Asnawi

bertemu dengan Abdul Hamid. Syekh Asnawi bertanya kenapa beberapa

hari ini kamu tidak ikut pengajian ? Abdul Hamid menjawab : Saya sudah

mendapatkan martabat kewaliyan, saya sudah tidak diwajibkan

melaksanakan kewajiban soalnya saya sudah mempunyai tempat di Surga.

Syekh Asnawi bertanya dimana Surganya kamu ? Abdul Hamid menepukan

kedua tangannya datang lah seekor burung sebagai kendaraan untuk pergi

ke Surga, diajaklah Syekh Asnawi ke Surga yang dimaksud Abdul Hamid.

Namun, Syekh Asnawi tidak mengendarai seekor burung yang disiapkan

oleh Abdul Hamid. Namun, Syekh Asnawi mempersilahkan Abdul Hamid

untuk pergi terlebih dahulu, Syekh Asnawi hanya berjalan kaki pergi ke

Surga yang dimaksud Abdul Hamid. Singkat cerita tibalah mereka di Surga

Page 131: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

yang dimaksud Abdul Hamid, dilihat secara kasat mata tempat itu penuh

dengan keindahan, terdapat bangunan-bangunan mewah, air terjun dimana-

mana. Pas melihat tempat semacam itu, Syekh Asnawi hanya mengingatkan

kepada Abdul Hamid agar ia ingat kepada Allah. Maka tempat itu seketika

gelap berubah menjdi Hutan. Syekh Asnawi pun menasehati Abdul Hamid

bahwa manusia itu banyak godaan dan cobaan sehingga kamu sudah

menyimpang dari ajaran tarekat. Ahirnya Abdul Hamid pun kembali

mengikuti pengajian yang diajarkan oleh Syekh Asnawi.

3). Ada seorang kiyai dari Mandalawangi (murid tarekat Syekh Asnawi),

suatu keika ia sedang sakit, ia berpesan kepada Syekh Asnawi apabila saya

wafat, saya ingin yang menjadi Imam shalat Jenazah saya Kiyai (Syekh

Asnawi). Suatu ketika kiyai itu wafat. Anak dari kiyai itu yang bernama

Abdul Mu’ti pun bergegas pergi ke rumah Syekh Asnawi untuk

memberikan Khabar bahwa ayahnya sudah meninggal. Setelah sampai ke

rumah Syekh Asnawi ia pun bertanya kepada salah seorang keluarganya

dimana Syekh Asnawi berada ? ia menjawab bahwa Mama Asnawi sudah

pergi ke Mandalawangi setelah shalat subuh tadi.

4). Kisah seorang murid tarekat Syekh Asnawi yang berasal dari Karawang

biasa dikenal dengan sebutan kiyai Kobak Rante. Setelah hatam beberapa

ilmu dari Syekh Asnawi dan setelah shalat Ashar kiyai Kobak Rante di

Bai’at sebagai pengikut ajaran tarekt oleh Mama Asnawi. Setelah di Bai’at

ia langsung disuruh pulang oleh Mama Asnawi. Ia pun merasa kebingungan

karena disuruh pulang, Syekh Asnawi pun meyakinkan keilmuan yang

sudah dimiliki Kobak Rante. Kobak Rante bergegas mengangkat barangnya

Page 132: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

untuk pulang ke kampung halamannya. Namun, Kobak Rante kebingungan

dengan jarak tempuh dari Caringin ke Karawang bagaimana bisa ia pulang

karena kendaraan pada waktu itu masih jarang dan hanya ada kendaraan

Sado. Ketika ia sedang menunggu di pinggir jalan tiba-tiba ada sado, Kobak

Rante pun mengajak tukang Sado itu untuk pergi ke Karawang. Berangkat

dari Caringin setelah Ashar sampai ke Karawang Sebelum Maghrib bahkan

ia masih sempat menjadi Imam shalat Maghrib. Selama di perjalanan Kobak

Rante tidak merasa sedang di perjalanan ia tidak melihat ke jalan, ia hanya

sadar ketika Kobak Rante telah sampai di Karawang.

2. Biografi Responden

Nama : KH. Tb. Didi Harizy, BA

Umur : 65 Tahun

Alamat : Kp. Caringin RT/RW 10/03 Desa Caringin Kec.

Labuan Kab. Pandeglang Prov. Banten

Jabatan :Penceramah dan pengurus besar Yayasan

Pendidikan Islam Madrasah Masyariqul Anwar Pusat

Caringin

Tempat : Penziarahan makam Syekh Asnawi Bin KH.

Abdurrahman

Waktu : Hari Kamis, Tanggal 10 Januari 2019, Pukul. 10:12-

12:25 WIB

13. Bagaimana kondisi makam Syekh Asnawi ketika terjadi tsunami Selat

Sunda pada tanggal 22 Desember 2018 ?

Page 133: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

Jawaban: berkat dari pada Mumkin Khaliful Adab dan juga berkat mu’jizat

Allah Swt, kami di Caringin ini tidak terkena dampak yang hebat seperti di

daerah-daerah lain. Ada juga keajaiban dari Mumkin Khaliful adab dari

kakek nya Syekh Asnawi yaitu Syekh Mahdi. Pertama, ketika terjadi

tsunami Selat Sunda ketinggian air di sekitar penziarahan makam Syekh

Asnawi dan Syekh Mahdi sekitar kurang lebih 4-5 meter. Tetapi air laut itu

tidak sampai air itu membeku seperti agar-agar sehingga sedikit pun tidak

merusak tempat pemakaman bahkan di dalam penziarahannya pun tidak

basah tidak terkena air laut. Kedua, air laut atau gelombang tsunami itu

sebelum sampai ke pemakaman terpecah, sehingga air laut itu melintir

(mengelilingi makam), air itu belok ke sebelah kanan, sehingga gelombang

tsunami itu meghancurkan seluruh rumah dan warung-warung di sekitar

pemakaman.

Jawaban: menurut bapak Zenal gelombang tsunami itu terjadi

beberapa kali, namun yang paling dahsyat yang menghabiskan seluruh

rumah dan warung-warung yaitu gelombang yang ketiga. Sekitar pukul

02:00 malam, saya beserta warga yang lain turun lagi ke Pantai melihat

kondisi pantai dan kondisi rumah beserta warung-warung yang sudah rusak

parah habis. Tetapi ketika melihat kondisi makam kering alhamdulillah air

laut itu terpecah kepinggir sehingga air laut tidak menabrak makam dan

tempat pemakaman Syekh Mahdi dan Syekh Asnawi pun tidak rusak. Pada

saat terjadi tsunami, ada yang lagi ziarah satu orang dan alhamdulillah ia

selamat.

Page 134: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

3. Biografi Responden

Nama : Drs. H. Ois Kholid

Umur : 57 Tahun

Alamat : Kp. Caringin RT/RW 10/03 Desa Caringin Kec.

Labuan Kab. Pandeglang Provinsi Banten.

Jabatan : Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Masyarikul

Anwar Sekaligus cucu dari Syekh Asnawi

Tempat : Di Sekolah Madrasah Aliyah Masyariqul Anwar

Pusat Caringin

Waktu : Hari Senin, Tanggal 15 Oktober 2018, Pukul 09:05-

11:35 WIB

14. Adakah lembaga pendidikan yang diwariskan oleh Syekh Asnawi ?

Jawaaban: Ya jelas ada dan nama dari pada lembaga pendidikan yang

diwariskan Mama Asnawi itu adalah Masyariqul Anwar di dalamnya ada

tiga tingkatan yaitu: tingkatan Ibtidaiyah, Tsanawiyah kemudian ada Aliyah

(MA). Tentu saja ketika Madrasah ini didirikan, itu awalnya Madrasah

Ibtidaiyah yang siswanya cukup banyak siswanya dari berbagai lapisan

Masyarakat. Karena memang diketahui dan masyarakatnya pun

menegetahui bahwa Mama Asnawi itu sebagai tokoh baik ituntokoh

dimasyarakat yang disebut barangkali ulama atau kiyai maupun seorang

tokoh pergerakan kemerdekaan yang menentang penjajah Belanda pada saat

itu.

Page 135: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

15. Pada tahun berapa lembaga pendidikan itu didirikan ?

Jawaban: Kalu Madrasah Ibtidaiyah itu didirikan tepatnya pada tahun 12

Mei 1930. Kemudian banyak dorongan-dorongan dari masyarakat itu

sendiri agar Madrasah Masyariqul Anwar itu membuat jenjang berikutnya

yang dibutuhkan oleh masyarakat yaitu jenjang Tsanawiyah kemudian

kejenjang Aliyah (MA). Maka sekitar pada tahun 1931-1935 didirikan

Tsanawiyah, kemudian pada sekitar tahun 1967 didirikan sekolah Madrasah

Aliyah itu akibat dari pada ketidakpuasan masyarakat untuk mencerdaskan

anak-anaknya disekitar Masyariqul Anwar yang tadinya hanya Ibtidaiyah

kemudian dibangun Tsanawiyah dan kemudian dibangun tingkat Aliyah.

16. Bagaimana kemajuan lembaga pendidikan itu dari dulu samape sekarang ?

Jawaban: Sesuai dengan perkembangan zaman ada SK Tiga Mentri yang

dikeluarkan dan ditandatangani oleh Mentri Pendidikan, Mentri Agama dan

Mentri luar Negeri yang mengharuskan pendidikan suasta atau pendidikan

yayasan itu harus sama pelajaran-pelajarannya dengan kurikulum yang ada

di sekolah-sekolah Negeri. Oleh karena itu, otomatis materi dan pelajaran-

pelajaran yayasan itu terdegradasi atau berkurang yang tadinya 80-90%

pelajaran agama dengan adanya SK Tiga Menteri itu, kita harus

menyesuaikan dengan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah pada

saat itu. Tentu saja ada konsekuensinya, mereka para lulusan Madrasah

Aliyah Masyariqul Anwar tidak lagi bisa diandalkan untuk kemudian sesuai

dengan Visi dan Misi “Ad-diniyah Al-Arobiyah”. Kemudian hal yang lain

juga banyak yang masuk ke Madrasah ini tidak berjenjang artinya, dari

Page 136: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

Ibtidaiyah Masyariqul Anwar dilanjut ke Madrasah Tsanawiyah kemudian

dilanjut ke Madrasah Aliyah Masyariqul Anwar. Tetapi banyak juga dari

mereka dari SMP yang notabennyan pelajaran-pelajaran yang ada di SMP

khususnya pelajaran agama hanya 2-4 jam dalam satu minggu apabila siswa

siswi itu tidak diberikan tambahan pelajaran agama di rumah bisa jadi untuk

menegakan shalat saja belum benar. Ini menjadi konsekuensi. Kemudian

resiko sekarang susah mengembalikan kembali materi atau pelajaran-

pelajaran agama yang dipelajari sesuai dengan Visi dan Misi sejak awal

sekolah itu didirikan.

Kalau ditanya terkait perkembangan atau kemajuan Madrasah, kita

bagi kedalam dua bagian yaitu: kemajuan kualitas dan kemajuan kuantitas

ini jelas ada konsekuensinya. Secara kuantitas, mereka lebih banyak

sekarang yang masuk ke Madrasah ini, baik ke tingkat Tsanawiyah maupun

Aliyah. Tetapi kalau kita lihat secara kualitas, kualitas yang sesua dengan

Misi Ad-diniyah Al-Arobiyah jelas ini berkurang. Karena yang saya

jelaskan tadi, pelajaran-pelajaran agama nya saja sampai sekarang sekitar 6

pelajaran Agama yang dipelajari sampai sekarang dan itupun terkendala.

Karena yang masuk ke Madrasah Aliyah itu tidak berjenjang tanpa

mengikuti pelajaran agama terlebih dahulu baik itu di rumah ataupun di

Sekolahnya yang lebih dalam lagi mempelajari pelajaran-pelajaran agama.

Sehingga ketika masuk ke Aliyah mereka kebingungan kalau kita terapkan

pelajaran agama sesua dengan pelajaran agama dimana Madrasah ini

pertama didirikan.

17. Bidang-bidang ilmu apa saja yang dipelajari dalam lembaga pendidikan itu?

Page 137: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

Jawaban: Adapun proses pembelajaran dan mata pelajaran yang diberikan

pada saat itu, hampir sekitar 80-90% pelajaran-pelajaran agama dan

didalamnya tentu saja disamping pelajaran agama ada juga pelajaran umum

seperti Jughrofiah (Geografi), kemudian ada Hisab (Berhitung), Riyadul

Badaniyah (Olah raga), Malaziyah (Bahasa Indonesia), Aljabar, dan juga

ada pelajaran Handasah (Ilmu Ukur). Disamping tentu saja pelajaran-

pelajaran agama sesuai dengan Visi dan Misi dari pada Madrasah

Masyariqul Anwar itu Addiniyah Al-Arobiyah. Untuk pelajaran kurikulum

tentu tidak ada bedanya dengan pelajaran-pelajaran yang ada di sekolah-

sekolah Negeri. Hanya tadi saya katakan pelajaran agamanya terdegradasi

terdesak karena adanya pelajaran Kurikulum kalau kita mau

mempertahankan pelajaran-pelajaran agama itu mesti pulangnya sampai

jam lima sore dan itu juga menjadi pertimbangan kami apakah itu

disanggupi atau tidak oleh para dewan guru dan para siswa/i nya kalau

belajar dari pagi sampai sore.

18. Ada berapa cabang lembaga Pendidikan Madrasah Masyariqul Anwar dari

dulu samapai sekarang ?

Jawaban: Untuk Cabang sampai sekarang alhamdulillah sekitar 20 cabang

dari pada cabang Madrasah Masyariqul Anwar. Terdiri dari khususnya dari

Ibtidaiyah, dan Tsanawiyah dan cabang-cabangnya itu tersebar ada yang di

daerah Tangerang, Serang bahkan ada juga cabang Madrasah Masyariqul

Anwar diluar Provinsi Banten yaitu di daerah Lampung. Alhamdulillah

banyak.!

Page 138: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 139: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

SYEKH ASNAWI BIN SYEKH ABDURRAHMAN

(1850 M – 1937 M)

Page 140: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

MAKAM SYEKH ASNAWI BIN SYEKH ABDURRAHMAN

CARINGIN - BANTEN (1850-1937)

Page 141: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

MASJID AGUNG AS-SALAFI CARINGIN

(1884-1889)

Page 142: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI) MASYARIQUL ANWAR

CARINGIN

LABUAN PANDEGLANG – BANTEN

Page 143: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN
Page 144: PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46642...PENGARUH AJARAN TAREKAT QODIRIYYAH WA NAQS Y ABANDIYYAH SYEKH ASNAWI DI CARINGIN

JEMBATAN CISANGGOMA CARINGIN

PANDEGLANG-BANTEN