pengantar · 2019. 5. 30. · pembaca akan menemukan celah, atau kekurangan pada buku life with...
TRANSCRIPT
-
1
-
2
Pengantar
Dalam bukunya yang fenomenal, Man’s Search For Meaning, Viktor E Frankl
menceritakan bahwa. Kebanyakan tawanan di kamp Nazi yang terjangkit penyakit dan
pada akhirnya mati, adalah orang-orang yang tidak memiliki tujuan di dalam hidupnya.
Dia juga menjelaskan bahwa terdapat kaitan erat antara umur seseorang, dengan tujuan,
nilai-nilai, dan harapan-harapnnya. Orang-orang yang memiliki tujan dan harapan,
cenderung mampu menahan penderitaan dibandingkan dengan orang yang menjalani
hidup tanpa tujuan dan harapan.
Pentingnya setiap orang memiliki tujan sudah sering dibahas diberbagai buku dan
seminar. Namun seringkali dibahas dengan singkat sebagai suatu pelengkap. Padahal
jika diperhatikan dengan seksama, landasan pertama dalam setiap pencapaian adalah
tujuan.
Hal ini saya sadari setelah melakukan sesi coaching pada beberapa orang. Dalam
sesi coaching yang saya lakukan, coachee akan sulit untuk bergerak maju pada saat dia
tidak melihat dengan jelas di mana letak tujuan dari keinginan mereka. Tapi sejenak
setelah mereka membuat tujuan, mendadak optimisme dan kecerdasan mereka muncul
dalam waktu yang benar-benar singkat.
Jika diibaratkan, orang yang tidak memiliki tujuan seperti orang yang berjalan di
tengah-tengah kabut asap yang tebal. Dia tidak akan berani untuk mengambil langkah
dengan cepat walaupun jalan yang ditempuhnya lurus tanpa tikungan. Sebaliknya orang
yang memiliki tujuan seperti orang yang berjalan di jalan yang terang benderang. Dan
mereka akan mampu berlari cepat menyusuri jalan tersebut walaupun jalannya berlika
liku.
Memiliki tujuan adalah salah satu hal terpenting yang sering diabaikan oleh
banyak orang. Sebuah survey di Amerika Serikat pada tahun 2016 memberikan hasil
yang mengejutkan. Dari total populasi Amerika yang berjumlah tiga ratus dua puluh tiga
-
3
juta jiwa. Hanya tiga persen orang yang secara rutin membuat tujuan dan menuliskannya
pada secarik kertas. Angka yang sangat kecil untuk negara dengan kualitas pendidikan
yang mumpuni.
Karena itu saya berusaha untuk menulis buku yang benar-benar berfokus
membahas mengenai tujuan. Walaupun sejatinya saya merasa tidak cukup pantas untuk
melakukannya. Namun menurut saya pribadi, menunggu seseorang untuk melakukannya
bukan termasuk kebaikan. Saya sadar, dengan keterbatasan yang saya miliki. Pembaca
akan menemukan celah, atau kekurangan pada buku Life With Goal ini. Karena itu saya
membuka diri sebesar-besarnya kepada para pembaca untuk tidak segan-segan
memberikan masukan, dan kritik yang membangun kepada diri saya.
Buku ini saya tulis dengan tujuan agar orang lain bisa mendapatkan manfaat dari
pengetahuan sederhana yang saya miliki. Sehingga mampu berbuat banyak bagi dirinya
sendiri dan orang lain yang ada di sekitarnya.
-
4
Daftar isi
Bab 1 Goal
• Definisi dan Manfaat Goal 6
• Sebuah Perjalanan 11
• Keinginan dan Tujuan 12
• Kristal keinginan 15
• Bahasa Pikiran 15
• Kekuatan 18
• 3D – Dream, Doing, Destination 19
• Menjadi Genius 24
• Bukan Perintang 26
• Tujuan Sebelum Cara 28
• Goal Baik. Goal Buruk 30
• Tetapkan Standar Anda 32
• Rangkuman 33
• Latihan 34
Bab 2 Strategi
• SMART Personal 35
• Menulis Tujuan 46
• Menggambar tujuan 48
• Alat Visual 50
• Limited Goal 52
• Target 56
• Rencana Tindakan 57
• Perubahan 59
• Lingkungan 61
• Orang Lain 66
-
5
• Membangun Keyakinan 71
Bab 3 Proses
• Komitmen 76
• Disiplin 78
• Energi 81
• Fokus 91
• Enjoy 94
• Flexibel Dalam cara 95
• Terus Belajar 97
• Rangkuman 99
• Latihan 100
Bab 4 Hasil
• Hasil Yang Sesuai Dengan Keinginan 102
• Hasil Yang tidak sesuai Dengan Harapan 107
• Rangkuman 114
• Latihan 114
Bab 5 4 Goals
• Kesehatan 116
• Hubungan 119
• Finansial 121
• Kontribusi 125
-
6
Bab 1
Goal
“Menetapkan goal adalah langkah pertama dalam mengubah yang tidak terlihat
menjadi terlihat.”
Tony Robbins
Goal berasal dari bahasa Inggris yang dalam bahasa Indonesia artinya adalah
‘tujuan’.
Tujuan sendiri berarti gambar mengenai masa depan, atau hasil yang ingin
diinginkan seseorang atau sekelompok orang. Yang di dalamnya terdapat komitmen
serta rencana tindakan, dan dibatasi dengan tengat waktu untuk mencapainya.
Goal merupakan sesuatu yang ingin dicapai atau diwujudkan, baik dalam hal yang
sifatnya kebutuhan atau keinginan semata.
Manfaat
Sebelum melanjutkan membaca. Saya meminta Anda untuk memainkan sebuah
permainan. Caranya tarik garis dari huruf A ke G tanpa memotong garis-garis yang
memisahkan keduanya. Pastikan Anda meluangkan waktu untuk memainkan permainan
ini, karena permainan ini akan memberikan Anda gambaran mengenai manfaat dari
goal.
-
7
Manusia adalah makhluk yang senantiasa bergerak. Pada tubuh manusia terdapat
tiga ratus enam puluh sendi, dan tubuh mampu menciptakan ratusan gerakan yang
berbeda. Organ tubuh manusia—misalnya jantung dan ginjal—tidak pernah berhenti
bekerja dan bergerak bahkan ketika seseorang tertidur pulas. Bagi manusia, gerakan
berarti kehidupan. “Bergerak” juga merupakan salah satu ciri makhluk hidup.
Sebagai manusia,pergerakan kita diwujudkan dengan dua jenis “gerakan”. Yang
pertama adalah pergerakan dengan pikiran(batin, psikis), dan yang kedua dengan
tubuh(fisik). Kedua elemen itu saling terkait satu sama lain; tubuh bergerak mengikuti
pikiran, sementara pikiran bergerak karena dipicu oleh apa yang dirasakan oleh tubuh.
Hal-hal yang memunculkan sensasi menyenangkan atau produktif sering kali
mengandung unsur gerakan, misalnya; berolah raga, bekerja, atau hanya sekedar jalan-
jalan. Bahkan dalam meditasi yang terlihat tidak ada gerakan pada tubuh. Tetap
mengandung unsur gerakan, yaitu gerakan pikiran di mana seseorang yang bermeditasi
menggerakkan pikirannya dari kerumitan ke arah ketenangan. Dan jika kita perhatikan
-
8
setiap agama selalu memiliki ritual yang mengandung gerakan-gerakan tertentu, baik
dengan tubuh maupun pikiran.
Permainan yang Anda mainkan sebelumnya bertujuan untuk memberikan gambaran
mengenai kaitan antara Anda, Goal dan kejadian-kejadian yang muncul di sekitar Anda.
Huruf A pada permainan tersebut berarti Anda, huruf G berarti Goal, dan garis-garis
yang merintangi A dengan G adalah kejadian-kejadian yang muncul.
Kita tidak bisa sepenuhnya memilih kejadian apa saja yang akan muncul di sekitar
kita. Tapi jika kita mempunyai goal, atau tujuan yang jelas, kita bisa memilih kearah
mana kita akan melangkah. Itu mengapa orang yang tidak mempunyai goal akan merasa
tidak punya arah atau tersesat. Karena setiap hari ia menemukan banyak kejadian tanpa
tahu ke arah mana ia harus melangkah.
Lantas, apakah kita dapat mengidentifikasi atau membedakanseperti apakah kondisi
orang yang memiliki goal dengan yang tidak? Jawabannya: bisa. Maka, saya meminta
Anda sekali lagi untuk memainkan permainan yang sama, tapi kali ini saya akan
menghapus titik G. Dan saya meminta Anda untuk menarik garis dari A ke arah
manapun tanpa memotong garis-garis yang ada.
-
9
Dalam permainan tersebut, saya yakin Anda bisa menarik garis tanpa ragu dengan
dua cara. Pertama, dengan cara membuat sendiri goal Anda, mengatakan kepada diri
Anda sendiri, “Saya ingin menuju ke titik tersebut.” Atau bisa jadi ada orang lain yang
menunjukkan ke titik mana Anda seharusnya melangka. Seperti pada permaianan 1,2,
dan 3 di mana sayalah yang menunjukkan titik G berada. Karena jika Anda tidak
membuat goal, atau jika seseorang tidak menunjukkannya kepada Anda, bisa dipastikan
Anda akan enggan bergerak.
“Goal berfungsi sebagai penentu arah gerak bagi setiap orang.”
“Orang dengan tujuan berhasil karena mereka tahu kemana mereka pergi.”
Earl Nightingale
Goal pertama kali terlihat di dalam pikiran, dan kemudian pikiran akan
menggerakkan tubuh untuk mencapai atau mewujudkannya. Pikiran yang kosong tidak
mampu menggerakkan tubuh. Jika Anda perhatikan orang yang tidak menetapkan goal
bagi dirinya, cenderung menghabiskan waktu dan tenaganya untuk mewujudkan goal
orang lain. Sukur-sukur kalau orang yang membuat goal adalah orang baik, kalau tidak?
-
10
Jim Rohn mengatakan. “Jika Anda tidak merancang rencana hidup Anda sendiri,
kemungkinan Anda akan jatuh ke dalam rencana orang lain. Dan coba tebak apa yang
telah mereka rencanakan untuk Anda? Tidak banyak.”
Setiap hari pikiran kita digempur oleh berbagai macam ide dari luar. Entah itu
berasal dari guru, teman atau bahkan agen asuransi. Ada sekelompok orang di luar sana
yang selalu berusaha untuk mengarahkan kita ke arah yang mereka inginkan. Ketika
seseorang tidak membuat goal bagi dirinya sendiri maka pikirannya akan terisi dengan
goal yang dibuat oleh orang lain.
Dan ketika sebuah goal berhasil tertanam dalam benak seseorang. Maka pikiran dan
tubuhnya akan bekerja sama untuk mewujudkan goal tersebut, tanpa peduli apakah goal
tersebut berguna bagi dirinya sendiri. Atau goal tersebut merupakan manipulasi yang
dibuat oleh orang lain untuk kepentingan mereka saja.
Pikiran merupakan pusat komando diri manusia. Ke mana pikiran tertuju, ke sana
kaki akan melangkah. Jika diibaratkan diri kita sebagai kendaraan entah itu kapal, mobil
atau lainnya. Maka pikiran adalah pengemudi kendaraan tersebut. Jika pikiran tidak
memiliki tujuan yang jelas maka bisa dipastikan kendaraan tersebut akan menempuh
arah yang tidak jelas. Terkadang menuju utara, terkadang selatan dan tidak jarang
berputar-putar. Mengarahkan pikiran kita ke sebuah titik yang jelas, merupakan cara
yang sehat untuk menjalani hidup dengan lebih baik.
“Tanpa tujuan, dan rencana untuk mencapainya, Anda seperti kapal yang berlayar
tanpa tujuan.”
Fitzhugh Dodson
-
11
Sebuah Perjalanan
“Life is Journey.”
Perkataan hidup adalah sebuah perjalanan adalah benar. Jika Anda melihat
kebelakang, dan mengingat-ingat kebali masa lalu. Maka Anda akan menemukan sebuah
perjalanan yang dilakukan oleh seorang anak manusia. Di dalamnya terdapat kesulitan
juga kemudahan, ada rasa lelah namun juga ada rasa puas, ada sedih serta gembira.
Sebagaimana sebuah perjalanan dilakukan…
Setiap perjalanan yang dimulai akan menemui sebuah titik akhir pada waktunya.
Tidak ada seorangpun yang tahu kapan ia akan mengakhiri perjalanannya di muka bumi
ini. Tapi setiap orang tahu pada akhirnya mereka akan menemui hal tersebut. Tentunya
tidak ada orang yang ingin melakukan sebuah perjalanan yang sia-sia. Kita ingin waktu
dan energi yang kita keluarkan, membuahkan hasil yang berarti. Dan hal tersebut bisa
kita mulai dengan cara membuat tujuan.
Sebuah studi dilakukan di salah satu rumah sakit, dengan menanyakan kepada
orang-orang yang sedang sekarat mengenai hal apa yang mereka sesali selama hidup.
Hasilnya menunjukkan bahwa kebanyakan dari orang-orang tersebut tidak menyesali
apa yang telah mereka lakukan. Mereka justru menyesali apa yang ‘tidak mereka
lakukan’ karena menghindari risiko untuk mengejar sebuah impian.
Orang-orang yang enggan berusaha untuk meraih apa yang ia inginkan—entahitu
sebuah impian atau goal—pada akhirnya akan merasa telah menyia-nyiakan hidupnya
yang berjalan sangat singkat. Setiap orang menjadi unik bukan hanya karena paras dan
talentanya saja, tapi juga karena keinginan yang ingin ia capai. Sepasang anak kembar
yang dididik dibawah payung keluarga dan lingkungan yang sama bisa saja memiliki
keinginan dan cita-cita yang sama sekali berbeda, misalnya yang satu ingin menembus
angkasa sementara yang satunya lagi ingin menyelam ke dasar samudra.
Lalu bagaimana dengan perkataan, “hidup itu sebaiknya mengalir saja, seperti air.”
Ya, perkataan ini memang benar. Dan kita tahu air pada akhirnya akan mengalir ke laut.
Yang artinya, air sekalipun mengalir ke suatu arah karena ada tujuannya, yaitu laut.
-
12
Perkataan di atas sering dimaknai salah, dan dijadikan alasan oleh orang untuk menolak
menetapkan tujuan dalam hidupnya. Saya memaknai kata “mengalir” pada kalimat
tersebut dengan lapang dada. Yang berarti, tetapkan tujuan di dalam hidup ini, kemudian
jalani prosesnya dengan lapang dada.
Keinginan dan Tujuan
Setiap goal berasal dari keinginan,tapi tidak semua keinginan bisa menjadi goal.
Menurut KBBI keinginan berarti; hasrat; kehendak; harapan. Sementara itu
www.jurnal.id mengartikan keinginan sebagai segala kebutuhan lebih terhadap barang
ataupun jasa yang ingin dipenuhi setiap manusia pada sesuatu hal yang dianggap kurang.
Namun di sini izinkan saya untuk memberikan definisi mengenai keinginan
menurut diri saya pribadi. Bagi saya keinginan adalah dorongan ‘emosional’ untuk
memiliki atau mendapatkan sesuatu karena hal tersebut ‘dianggap’ baik,
menguntungkan, bermanfaat atau memuaskan.
Sulit untuk menerangkan secara rasional kenapa seseorang menginginkan sesuatu.
Karena keinginan bersifat emosional dan jarang sekali rasional. Contohnya seseorang
rela menghabiskan banyak uang untuk memiliki sebuah benda yang mungkin bagi orang
lain tidak menarik, semisal batu atau lukisan. Ketika ditanyakan kenapa ia ingin
memiliki benda tersebut? Maka orang tersebut akan menjawab dengan selusin alasan.
Baik dengan alasan yang masuk akal maupun tidak. Namun intinya adalah untuk
membenarkan apa yang ia lakukan.
Akar dari keinginan adalah perasaan, dan perasaan sulit untuk diterjemahkan.
Biasanya keinginan muncul ketika seseorang memikirkan kondisi yang lebih baik dari
pada apa yang dialaminya dan dimilikinya pada saat ini. Hal ini bisa menerangkan
kenapa orang yang sudah memiliki banyak harta, ingin memiliki lebih banyak lagi. Itu
http://www.jurnal.id/
-
13
karena ia berpikir dengan memiliki lebih banyak, maka ia akan merasakan lebih banyak
‘perasaan baik’.
Seseorang tidak memutuskan sesuatu karena suatu hal dianggap masuk akal. Tapi
seseorang memutuskan sesuatu karena hal tersebut ‘terasa’ baik baginya. Apa yang
diharapkan oleh seseorang ketika ia menghisap rokok atau minum minuman beralkohol?
‘Merasakan perasaan yang lebih baik dari sebelumnya.’ Bukankah tidak masuk akal
untuk mengonsumsi hal-hal yang mengandung racun bagi tubuh hanya untuk mencari
kesenangan sesaat? Tapi kenyataannya banyak orang yang melakukannya.
Kita tidak perlu terlalu ‘merasionalkan’ keinginan-keinginan kita. yang perlu kita
pertimbangkan adalah efek yang muncul dari keinginan kita. Tidak ada yang salah dari
keinginan memiliki kendaraan yang lebih baik, tempat tinggal yang lebih nyaman dan
pakaian yang berkualitas. Selama cara yang digunakan untuk mencapainya baik. Dan
pencapaian keinginan tersebut tidak merugikan diri sendiri juga orang lain. Memiliki
keinginan merupakan hal yang wajar bagi semua orang.
Dalam banyak keadaan, memiliki keinginan justru memiliki dampak positif bagi
seseorang. Bagi orang yang pada saat ini penghasilannya rendah. Memiliki keinginan
untuk menghasilkan lebih merupakan keinginan yang baik. Karena dengan penghasilan
yang lebih banyak ia akan bisa berkontribusi pada lebih banyak orang.
Yang menjadi masalah adalah; keinginan pada level biasa tidak akan mampu
bertahan menghadapi buasnya keadaan. Keinginan biasa akan mudah untuk
dibengkokkan ketika menghadapi hal-hal sulit. Itu semua terjadi karena otak manusia
didisain untuk melindungi diri. Tugas dari otak adalah untuk menjaga kelangsungan
hidup seseorang. Bukan untuk membuat pencapaian. Dan yang menjadi masalah terbesar
adalah, sering kali keinginan yang muncul di dalam benak seseorang, berada di luar
zona nyamannya.
-
14
Dan ketika seseorang melangkah keluar dari zona nyamannya. Maka otak akan
membunyikan alarm dan merintahkan dirinya untuk segera kembali kedalam zona
nyaman. Ini merupakan ‘naluri’ untuk bertahan hidup. Bagi otak berada di tempat yang
tidak menyenangkan, tidak sehat, dan tidak mendidik, namun sepenuhnya ia kenali.
Lebih baik dari pada berada di tempat yang menyenangkan, sehat, dan mendidik tapi
tidak ia kenali. Seperti perkataan, “Setan yang dikenali lebih baik dari pada malaikat
yang tidak dikenal.”
Anda tahu apa yang menyebabkan banyak orang tidak membuat keinginannya
menjadi sebuah tujuan? Karena membuat tujuan itu menimbulkan perasaan tidak
nyaman. Pada saat seseorang menetapkan sebuah tujuan, pada saat itu ia berkata kepada
otak untuk ‘berpikir’ guna menemukan jalan untuk meraih keinginannya tersebut.
Dalam kata lain, otak harus memaksa diri untuk keluar dari zona nyamannya.
Ketika dihadapkan antara dua pilihan, yaitu mencapai sebuah keinginan atau tetap
berada di zona nyaman. Banyak orang yang memilih pilihan kedua, yaitu berada di zona
nyaman. Alsannya: buat apa mengambil resiko untuk meraih sesuatu yang belum pasti,
dan meninggalkan apa yang sudah ada sekarang.
Masalahnya, akankah seseorang merasa lebih baik dengan berada di zona
nyamannya saja? Tentu tidak. Itu artinya tinggal di zona nyaman untuk menghindari
resiko demi mewujudkan sebuah keinginan, lebih menyiksa dari pada berusaha untuk
mewujudkan keinginan. Karena kita sebagai manusia adalah spesies ‘pemburu’ perasaan
baik.
-
15
Kristal Keinginan
“Ketika Anda tahu apa yang Anda inginkan, dan Anda benar-benar
menginginkannya, Anda akan menemukan cara untuk mendapatkannya.”
Jim Rohn
Kita tidak bisa menampikkan perasaan khawatir yang muncul ketika kita keluar dari
zona nyaman untuk mewujudkan keinginan-keinginan kita. Dan hal pertama yang perlu
kita lakukan agar otak mau bekerja sama untuk mewujudkan keinginan kita, adalah
dengan cara membuat kristal keinginan, atau sebuah tujuan.
Ketika seseorang tidak mengkristalkan keinginannya menjadi sebuah tujuan. Otak
akan sulit memahami apa yang benar-benar ingin didapatkan, dan apa yang harus ia
lakukan. Hal ini akan meningkatkan perasaan tidak nyaman bagi otak. Yang pada
akhirnya membuat otak lebih protektif dari pada sebelumnya. Hal ini akan menjadi
kendala besar bagi orang yang memiliki keinginan untuk mencapai apa yang ia inginkan
tersebut.
Bahasa Pikiran
Apa yang muncul di benak Anda ketika membaca atau mendengar kata ‘apel’?
Gambar buah apel atau barisan huruf a-p-e-l ?
Pikiran kita berbicara dengan bahasa gambar. Ketika kita mendengar atau membaca
sebuah cerita, pikiran kita mentransformasikan kalimat yang ditangkap oleh telinga dan
mata menjadi sekumpulan gambar yang terkait satu sama lain. Bahkan dalam beberapa
keadaan pikiran mampu membuat gambar-gambar tersebut bergerak. Misalnya ketika
membaca ‘bola matanya melompat ke kiri dan ke kanan.’ Apa yang Anda lihat ? bola
mata yang bergerak?
-
16
Pikiran hampir tidak pernah berhenti membayangkan sesuatu. Bahkan ketika hal
tersebut belum pernah dilihat sebelumnya, semisal masa depan. Orang-orang yang
optimis mampu membayangkan masa depan yang memukau bagi mereka. Mereka bisa
membayangkan diri mereka dalam kondisi yang lebih baik dari pada sekarang, entah itu
dalam hal finansial, kesehatan atau hubungan. Jika mereka pada saat ini mengalami
kesulitan dalam hal finansial, maka mereka mampu membayangkan suatu saat nanti diri
mereka memiliki kelimpahan dalam hal tersebut. Di dalam benak mereka, mereka
mampu membuat gambar diri mereka tinggal di sebuah rumah mewah, memiliki usaha
yang berjalan baik, dan tabungan yang banyak. Padahal pada kenyataannya saat ini
mereka bisa jadi dalam keadaan kere.
Sebaliknya orang yang pesimispun memiliki gambaran di dalam benaknya. Hanya
saja gambaran yang muncul terlihat suram dan penuh penderitaan. Dan gambar-gambar
yang muncul inilah yang memunculkan percikan perasaan pada diri seseorang. Semakin
jelas sebuah gambar, maka akan semakin kuat gejolak perasaan yang muncul.
Mengetahui cara pikiran kita berinteraksi, membantu kita untuk bisa berkomunikasi
dengan lebih baik kepada pikiran kita. Keinginan tidak akan memiliki cukup tenaga bila
kita tidak digambarkan dengan jelas di dalam benak kita. Kata-kata umum seperti kaya,
pintar, dan populer sulit untuk digambarkan oleh pikiran. Sama halnya seperti kalau kita
menyuruh anak kecil untuk membeli cabe, padahal anak tersebut tidak tahu seperti apa
cabe itu. Sekembalinya dari warung anak tersebut memberikan cabe hijau besar. Padahal
yang kita mau cabe rawit merah. Siapa yang salah?
Hasilnya akan berbeda jika kita memberikan instruksi yang jelas kepada anak
tersebut. Semisal menunjukkan padanya jenis cabe apa yang seharusnya dibeli, atau
dengan menuliskan ‘cabe rawit merah’ ke secarik kertas. Bisa diduga kemungkinan
untuk melakukan kesalahannya sangat kecil.
-
17
Sebagian orang yang pada saat ini hidup sederhana ingin menjadi kaya. Dan rata-
rata dari mereka belum pernah merasakan hidup kaya sebelumnya. Maka di dalam benak
sebagian dari mereka belum tergambar jelas seperti apa kehidupan orang kaya. Ketika
mereka hanya mengatakan ingin menjadi ‘orang kaya’. Masalahnya ketika suatu
keinginan dikomunikasikan dengan bahasa yang umum, pikiran akan sulit untuk
mencernanya.
Salah satu keuntungan dari menetapkan tujuan yaitu membuat keinginan seseorang
menjadi lebih mudah untuk dimengerti oleh pikirannya. Dan ketika pikiran mengerti apa
yang seseorang inginkan, maka ia akan lebih mudah untuk mencarikan jalan guna
mencapai keinginan tersebut. Coba bedakan antara ingin ‘Membuka usaha’, dengan
‘Mendirikan rumah makan khas Surabaya.’
Apa yang seseorang butuhkan untuk membuka usaha? Modal, karyawan, dan
tempat. Lanjutkan pertanyaannya; Modalnya berapa? Seperti apa kriteria karyawannya?
Dimana lokasinya? Bisa dijawab?
Sekarang bagaimana dengan Mendirikan rumah makan khas Surabaya, apa yang
dibutuhkan? Anggap saja kebutuhannya sama, modal, karyawan, dan tempat. Lanjutkan
pertanyaannya; modalnya berapa? ‘Misalnya 100 juta, perinciannya untuk sewa tempat,
dekorasi, dan oprasional selama 3 bulan pertama’. Kriteria karyawannya seperti apa?
‘Orang Surabaya atau Sidoarjo, bisa masak masakan khas Surabaya, dan suka makanan
pedas!’. Lokasinya dimana? ‘Di pertokoan A karena banyak orang Surabaya yang
bekerja di sekitar sana.’
‘Mengkristalkan keinginan’ menjadi tujuan, bukan hanya membantu seseorang
untuk melihat seperti apa ‘hasil’ yang ia ingin dapatkan. Tapi juga bisa menuntunnya
membuat rencana tindakan yang sesuai untuk mewujudkan keinginan tersebut. Sehingga
ia tidak memboroskan waktu dan energi serta biaya untuk meraih keinginannya tersebut.
-
18
Jika Anda mengamati sasaran tembak. Anda akan menemukan sebuah titik merah
yang dikelilingi oleh lingkaran kuning dan biru. Setiap penembak tahu kalau target
mereka adalah untuk menancapkan peluru pada titik merah yang berada di tengah-
tengah sasaran tembak. Dan bukan tanpa alasan kenapa titik ditengah-tengah itu diberi
warna merah, sebuah warna yang mencolok dan terlihat jelas. Yaitu agar penembak
lebih mudah untuk berfokus pada titik tersebut. Bagaiman jadinya jika tidak ada
lingkaran warna pada sasaran tembak. Tentunya akan sulit untuk mengenai bagian
tengah sasaran tembak tersebut bukan?
Tujuanpun demikian. Tujuan dibuat agar pikiran mampu berfokus pada suatu hal
yang ingin diraih. Dan ketika pikiran seseorang terfokus pada suatu titik, maka dia akan
menciptakan peluang untuk mengenai titik tersebut.
Kekuatan
”Di dalam setiap keinginan tersimpan kekuatan.”
Ada sebuah pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari perbudakan yang telah
dihapus dua ratus tahun yang lalu. Yaitu mengenai kekuatan dari keinginan. Jika melihat
kembali sejarah perbudakan, kita semua tahu bahwa hal yang paling diinginkan oleh
mayoritas budak adalah kebebasan bagi dirinya. Seorang budak akan rela melakukan
apapun demi menebus kebebasannya.
Jika diperhatikan lebih dalam, hal ini menakjubkan karena keinginan tetap bisa
tumbuh didalam diri seseorang yang kebebasan dirinya dibelenggu. Lebih dari itu,
bahkan seorang budak, juga bisa membuat sebuah visi atau cita-cita. Itu artinya
keinginan bisa muncul di dalam benak setiap orang bahkan dalam keadaan yang paling
suram sekalipun.
Lalu apa maksudnya? Di sini saya melihat keadilan dari Sang Maha Pencipta.
Tuhan Yang Maha Esa tidak hanya membiarkan keinginan tumbuh di dalam benak
-
19
orang-orang tertentu saja. Melainkan membiarkannya tumbuh di dalam diri semua
orang. Dan sebenarnya di dalam setiap keinginan terdapat kekuatan yang besar.
Jika kita perhatikan, pencapaian-pencapaian besar seperti mengirim manusia ke
bulan, mengarungi samudra atau menciptakan sebuah sistem global yang menghapuskan
perbudakan dan mempermudah perdagangan dunia. Semuanya dimulai dari sebuah
keinginan. Dunia ini dirubah oleh keinginan-keinginan anak manusia yang terwujud.
Kita tidak akan merasakan nikmatnya lampu pada saat ini kalau Nikolas Tesla
tidak memiliki keinginan untuk menemukannya dan berusaha untuk mewujudkannya.
Kita juga tidak akan merasakan nikmatnya AC, Smart Phone dan hal-hal bermanfaat
lainnya kalau tidak ada orang yang ingin menemukannya dan berusaha untuk
mewujudkannya.
Kekuatan dari keinginan hanya akan memberi perubahan yang berarti jika
ditransformasikan ke dalam tiga hal yaitu Visi, Misi, dan Tujuan.
3D – Dream, Doing, Destination
Visi (Dream)
Visi merupakan sebuah gambaran ideal mengenai sesuatu yang ingin dicapai pada
masa depan. Umumnya visi seperti impian(Dream), besar dan perlu waktu yang panjang
untuk mencapainya. Setiap orang dan setiap komunitas atau organisasi bisa menciptakan
visinya masing-masing. Tapi perlu kesungguhan untuk mewujudkannya. Visi bukanlah
impian kosong seperti mimpi saat tidur, yang akan lenyap ketika terbangun.
Visi adalah sebuah impian yang di dalamnya tertanam keyakinan bahwa hal
tersebut bisa terwujud. Visi bisa dirumuskan seperti ini; Dream + Believe = Vision.
Salah satu contoh populer mengenai visi ada pada pidato “I Have a Dream”, yang di
kumandangkan oleh Martin Luther King, yang biasa disebut Dr King. Berawal dari rasa
prihatinnya kepada perilaku sekelompok orang kulit putih kepada rasnya. Yang
memperlakukan orang kulit hitam dengan cara semena-mena. Dr King membuat sebuah
-
20
gerakan perlawanan, dengan cara menyebarkan gagasan-gagasan mengenai kesetaraan
antara ras di Amerika Serikat.
Dia berkeliling Amerika untuk berpidato. Dari sekian pidato yang ia sampaikan,
salah satu yang paling terkenal ia sampaikan pada tanggal 28 Agustus 1963 di
Washington, DC, yaitu pidato “I have a dream”, dimana ia menyerukan untuk
diakhirinya rasisme di Amerika Serikat. Ia menyatakan bahwa meskipun undang-undang
penghapusan perbudakan sudah disahkan selama seratus tahun. Tapi orang-orang Negro
Amerika masih belum merasakan kebebasan yang sebenarnya.
Salah satu perkataannya yang sering dikutip dari pidato tersebut adalah. “ Saya
mempunyai sebuah mimpi bahwa keempat anak kecil saya, suatu hari nanti akan tinggal
di sebuah negara di mana mereka tidak dinilai dari warna kulit mereka. Tapi dari isi
karakter mereka.”
Dalam pidato tersebut dr King beberapa kali mengulang-ulang kalimat, “ Saya
mempunyai sebuah mimpi”. Dan uniknya kalimat ini tidak tertulis dalam kertas pidato
yang ia bawakan. Perkataan “ saya mempunyai sebuah impian” adalah improvisasi dari
dr King, atas dorongan dari Mahalia Jackson, seorang penyanyi Afro Amerika, yang
meneriakkan. “ Ceritakan pada mereka tentang mimpi itu Martin!”
Dan dengan sebuah kalimat yang sebelumnya tidak direncanakan untuk disebutkan
tersebut. Martin Luther King menjadikan pidatonya tersebut sebagai salah satu pidato
yang telah berhasil mendorong perubahan di Amerika. Perkataan “saya mempunyai
sebuah mimpi” adalah cara dr King untuk menyampaikan visinya.
Mimpi yang ia sebutkan dalam pidato itu bukanlah impian kosong. Itu adalah
sebuah visi mengenai negara tempat di mana anak keturunannya akan tinggal. Pidato
yang dihadiri lebih dari dua ratus lima puluh ribu orang dari berbagai macam ras
tersebut, berhasil membuat sebuah gerakan yang masif dan memiliki dampak yang tidak
disangka sebelumnya. Empat puluh enam tahun setelah pidato tersebut dibacakan.
Barrack Obama ditunjuk menjadi presiden kulit hitam pertama di Negri Paman Sam
tersebut. Impian Dr King terwujud.
-
21
Visi merupakan pandangan jauh kedepan, melompati realitas dan waktu. Terkadang
seseorang tidak bisa meraih visinya saat ia masih hidup, tapi visi yang bermakna akan
selalu bisa diwariskan kepada generasi penerus. Selama lebih dari tiga ratus tahun
Indonesia dijajah. Tanpa adanya visi mengenai kemerdekaan yang dibuat oleh para
pahlawan. Besar kemungkinan perjuangan untuk membebaskan Indonesia dari
penjajahan tidak akan berjalan selama itu. Banyak pahlawan yang gugugr sebelum
Indonesia merdeka. Tapi impian mereka tidak mati bersama raga mereka. Mereka
mewarisi apa yang setiap pemimpin hebat di dunia ini wariskan.
Misi (Doing)
Misi merupakan suatu tindakan yang diambil untuk mewujudkan visi. Misi
berkaitan dengan tindakan(Doing). Misi dibuat agar seseorang bisa membedakan mana
tindakan yang penting dan harus diambil, serta mana yang tidak. Misi juga berbicara
soal cara yaitu kumpulan tindakan yang diambil untuk mencapai visi. Karena tujuan dari
misi adalah mewujudkan visi, maka misi seharusnya selaras dengan visi, dan juga
tercermin pada tujuan-tujuan yang dibuat. Keselarasan antara visi, misi dan tujuan
sangat dibutuhkan untuk membuat pencapaian yang besar.
Tujuan (Destination)
Sebuah visi, impian atau cita-cita, tidak akan tercapai tanpa adanya kumpulan
tujuan di dalamnya. Saya memilih untuk khusus menulis mengenai tujuan pada buku ini,
karena saya menganggap bahwa tujuan merupakan salah satu bagian penting dari
keberhasilan.
Visi atau impian merupakan suatu hal yang besar dan membutuhkan waktu yang
panjang untuk mencapainya. Dan untuk bisa mencapainya seseorang harus membaginya
menjadi beberapa pencapaian yang disebut tujuan. Misalnya seorang atlet memiliki visi
untuk meraih penghargaan menjadi atlet terbaik, maka beberapa tujuan yang bisa ia buat
adalah; Meraih poin sejumlah 50 dalam semusim, Menguasai teknik khusus, dan
Memenangkan duel saat berhadapan dengan lawan nomer satu. ‘Tujuan merupakan
jembatan untuk mencapai impian’.
-
22
Hal yang powerful dari tujuan adalah rencana tindakan. Unsur-unsur yang ada
dalam sebuah tujuan seperti spesifik dan batas waktu(akan kita bahas pada bab
setelahnya), mendorong seseorang untuk membuat rencana tindakan dan mengambil
tidakan. Ini berbeda dengan visi yang tidak ada rencana tindakan di dalamnya.
Ketika seseorang membuat sebuah tujuan, dia akan menggabungkan imajenasi
sekaligus logika. Imajenasinya bermain ketika ia membayangkan apa yang ingin
dicapainya, sementara itu logikanya akan berusaha menyesuaikan perhitungan untuk
mencapainya. Ini berebeda dengan visi yang cenderung hanya menggunakan imajenasi
saja.
Berikut beberapa perbedaan antara Tujuan dengan Visi;
• Tujuan dibuat realistis, visi tidak
Ketika seseorang membuat tujuan, dia harus menyesuaikan tujuannya dengan
kondisi lingkungan disekitarnya. Ia harus memperhitungkan efek dari
lingkungannya. Sementara visi biasanya dibuat dengan mengabaikan realitas
di lingkungan.
Contoh: Penghasilan Adi lima juta perbulan.
Tujuan; Adi ingin memiliki penghasilan tujuh juta perbulan pada bulan
depan.
Visi; Adi ingin memiliki penghasilan ratusan juta perbulan
• Tujuan memiliki batas waktu, visi tidak
Ini merupakan salah satu perbedaan yang paling mencolok antara tujuan
dengan visi. setiap tujuan memiliki batas waktu pencapaian karena dibuat
untuk segera mendapatkan hasil. Sementara visi sebaliknya.
Contoh: Martin Luther King dengan Nick Woodman(Founder Gopro)
Martin Luther King; “ Saya memiliki mimpi bahwa keempat anak kecil saya
‘suatu hari nanti’ akan tinggal di sebuah negara, di mana mereka tidak dinilai
dari warna kulit mereka, tapi dengan isi karakter mereka.”
-
23
Nick Woodman; “ Saya berjanji pada diri saya sendiri. Saya akan menjadi
seorang entrepreneur sukses paling tidak pada ‘umur tiga puluh tahun’.”
• Umumnya tujuan berorientasi pada hasil yang berjangka waktu pendek atau
menegah. Sementra visi berorientasi pada hasil jangka panjang
Tujuan biasa dibuat untuk mendapatkan hasil yang segera atau tidak terlalu
lama. Sementara visi umumnya untuk mendapatkan hasil jangka panjang
yang langgeng.
Contoh: Penghijauan
Tujuan: Menanam seribu pohon pinus di bagian hutan yang gundul.
Visi: Memulihkan ekosistem pada bagian hutan yang gundul, agar bisa
dihuni oleh satwa liar.
• Tujuan memerlukan rencana tindakan, visi tidak
Karena tujuan berorientasi pada hasil dan waktu yang telah ditetapkan. Maka
tujuan memerlukan rencana tindakan yang bisa segera ditindak lanjuti.
Sementara visi tidak demikian.
Contoh: Penguatan ekonomi daerah.
Tujuan : Menciptakan lapangan kerja untuk satu juta orang.
Visi : Mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan.
Walaupun pada umumnya tujuan dibuat dalam jangka waktu pendek dan
menengah, yaitu antara enam bulan sampai lima tahun. Tapi bukan berarti tujuan tidak
bisa dibuat dengan jangka waktu yang panjang. Tujuan juga bisa dibuat dengan jangka
waktu yang panjang seperti lima belas sampai dua puluh, bahkan tiga puluh tahun.
Hanya saja ada perbedaan cara dalam ‘melihat realitas’ ketika menetapkan tujuan yang
berjangka waktu pendek, menengah, dan panjang. Adapun cara membuat goalnya tetapa
sama.
Mentransformasikan keinginan dengan cara mengkristalkannya menjadi tujuan
merupakan salah satu cara yang ampuh untuk mengeluarkan kekuatan yang terpendam
-
24
di dalam keinginan. Dua ratus tahun yang lalu, para budak mengajari kita bagaimana
sebuah keinginan yang diubah menjadi cita-cita dan tujuan mampu mengubah dunia.
Dera cambuk, belenggu, dan perlakuan semena-mena tidak mampu melenyapkan impian
dari dalam benak mereka. Bukan karena mereka cukup kuat atau cerdas. Melainkan
karena mereka manusia.
Namun jika kita lihat pada zaman ini, banyak orang yang rela mengakhiri hidupnya
hanya karena sebuah persoalan biasa. Keinginan yang tidak ditransformasikan, tidak
akan memberi cukup kekuatan pada diri seseorang. Mental seseorang akan menjadi
lemah tanpa adanya tujuan. Karena dari itu, sebaiknya kita HIDUP DENGAN TUJUAN.
Menjadi Genius
“Anda tidak harus menjadi pahlawan yang fantastis untuk melakukan hal-hal
tertentu. Anda bisa menjadi orang biasa, cukup termotivasi untuk mencapai tujuan yang
menantang.”
Edmund Hillary
Apa yang bisa seseorang raih jika dirinya terlahir tanpa lengan dan kaki ? Sebagian
orang akan berkata tidak banyak. Anda mungkin pernah melihat pengemis yang salah
satu lengan atau kakinya buntung. Banyak orang yang memberinya uang karena iba.
Sebagian orang memberinya karena alasan kasihan, kan si pengemis cacat tersebut tidak
bisa bekerja seperti orang normal. Tidak ada yang salah dari alasan tersebut, toh kasih
sayang dan perasaan untuk menolong sesama adalah hal yang terpuji.
Tapi bagaimana jika saya katakan kepada Anda bahkan tanpa lengan dan kaki
sekalipun seseorang bisa meraih banyak hal… Benarkah ?
Nicholas James Vujicic, atau yang lebih dikenal dengan Nick Vujicic. Adalah
seorang motivator kelas dunia yang terlahir dengan sindrom tetra-amelia, yaitu kelainan
langkah yang ditandai dengan tidak adanya lengan dan kaki saat dilahirkan. Nick
-
25
mendapatkan gelar sarjana dalam bidang akuntansi dan perencanaan keuangan. Namun
ia bekerja sebagai pembicara dan telah berkeliling ke banyak negara, untuk mendorong
jutaan orang menemukan makna dari hidup yang mereka jalania.
Sampai saat ini Nick sudah meluncurkan sembilan buku dan mendirikan sebuah
yayasan untuk membantu orang-orang yang tidak mempunyai lengan dan kaki. Ada
banyak hal yang bisa ia raih dalam hidupnya. Bahkan jika dibandingkan orang lain yang
memiliki tangan dan kaki. Untuk mendapatkan sesuatu, Nick tidak menunggu rasa
kasihan dari orang lain. Tapi dia membuat tujuan, kemudian berusaha serta berdo’a.
Saat ingin menjadi seorang motivator Nick tidak menunggu dirinya untuk
mengetahui segalanya mengenai seluk beluk motivasi. Ia hanya melakukannya saja. Ia
menceritakan kisah hidupnya, pengalaman-pengalaman yang ia rasakan dan makna yang
ia pelajari dari semua itu. Ia melakukannya karena ia mempunyai tujuan untuk
membebaskan orang lain dari jerat keputus asaan. Semua itu ia lakukan karena ia
percaya bahwa dalam hidup setiap orang terdapat sebuah makna, dan ia ingin membantu
orang lain untuk menemukan makna dari hidup tersebut. Dalam proses untuk
mewujudkan tujuannya tersebut, ia menjadi seorang pembicara yang lebih baik dari hari
ke hari. Dan itulah yang membuatnya bisa menjadi pembicara kelas internasional.
Seperti Nick, para genius menggunakan cara yang sama untuk mencapai apa yang
mereka inginkan. Mereka menetapkan tujuan, kemudian mencari cara untuk
mencapainya, dan setia pada proses untuk mewujudkannya.
Ketika ingin membuat pesawat terbang, Wrig bersaudara belum tahu apa rahasia
yang membuat sebuah benda bisa terbang. Kedua bersaudara ini mencari tahu caranya
setelah menetapkan sebuah tujuan. Dan akhirnya mereka dapat menemukan bahwa cara
untuk menerbangkan sesuatu adalah dengan mengendalikan aliran angin yang berada di
sekitar sayap.
-
26
Begitulah para genius bekerja, menetapkan tujuan kemudian mencari cara untuk
mencapainya. Tidak jarang pada saat mencari cara guna mewujudkan tujuan mereka,
para genius menemukan sebuah cara yang unik, yang belum pernah terpikirkan oleh
seorangpun sebelumnya. Dan karena itulah mereka disebut sebagai genius. Karena
mereka menemukan sebuah cara yang unik dan efisien.
Salah satu perkataan Thomas Edison yang terkenal adalah. “ Saya tidak gagal. Saya
menemukan 10.000 cara yang tidak bekerja.” Menyadarkan saya mengenai salah satu
kekuatan dari tujuan yang saya buat menjadi rumus seperti di bawah ini;
Goal + Wrong Way = Progress
Goal + Right Way = Result
No Goal + Wrong Way = Disaster
No Goal + Right Way = Engine
Rumus di atas berlaku jika tujuannya baik, untuk memberi manfaat kepada sesama.
Tapi jika tujuannya buruk itu akan lain cerita.
Bukan Perintang
“Saya tidak bisa mengubah arah angin, tetapi saya bisa menyesuaikan layar saya
untuk selalu mencapai tujuan saya.”
Jimmy Dean
Matanya berbinar, dan dia mengepak-ngepakkan kedua tangannya di udara kosong
tepat di depan saya. Kata-kata meluncur cepat dari lisannya, berputar menggema di
dalam ruangan sempit toko tempat saya bekerja. “Saya mau jadi pengusaha” kata teman
saya itu dengan senyum merekah di antara kedua pipinya. “Masa mau hidup kaya’ gini
terus. Jadi babu!” ungkapnya.
-
27
Maklum teman saya ini sudah lebih dari 10 tahun pergi merantau di negri orang
untuk mengumpulkan rejeki. Beberapa keinginannya seperti memiliki rumah dan tanah
Alhamdulillah, sudah tercapai. Dan menjadi pengusaha merupakan target berikutnya.
Kemudian dia menerangkan, sebenarnya sudah lama ia ingin menjadi pengusaha, lebih
dari 5 tahun yang lalu namun ada keraguan di dalam dirinya.
Penasaran dengan keinginannya, sayapun bertanya.”Memangnya Kamu mau buat
usaha apa?”
Kemudian teman saya itu menjawab. “Ya nantilah, liat peluang dulu. Masa main
buka usaha aja. Kan kita harus tahu situasi dulu.”
Kembali saya bertanya. “Iya, trus rencananya mau buat usaha dalam bidang apa,
kuliner, busana, atau material?” Kemudian saya melanjutkan,” biar jelas berapa modal
yang harus dikeluarkan, dan apa saja yang harus kamu persiapkan.”
Teman saya sempat terdiam sesaat, sebelum akhirnya menumpahkan banyak alasan
kenapa hingga saat ini dia belu membuka usaha. Mulai dari tidak mengerti pasar, menata
keuangan, dan pendidikan yang tidak tinggi.
Orang yang memiliki keinginan tapi tidak membuat tujuan, akan mengalami
hambatan yang sama seperti yang dialami oleh teman saya itu. Jika Anda kembali
melihat pada permainan yang Anda mainkan sebelumnya. Garis-garis yang memisahkan
A dengan G adalah kejadian atau kondisi yang merintangi diri Anda dengan keinginan
Anda. Dan ‘bagian putih pada kertas’ adalah kesempatannya. Nyatanya ada lebih
banyak bagian putih dari pada garis perintang. Begitu pula didalam hidup ini, sebetulnya
lebih banyak kesempatan dari pada rintangannya. Tapi kebanyakan orang menghabiskan
waktu dan energinya untuk melihat perintang, dari pada berjalan menyusuri kesempatan
yang ada. Itu terjadi karena orang yang memiliki keinginan tidak membuat sebuah
tujuan, sehingga dia tidak mengetahui ke arah mana seharusnya ia melangkah.
-
28
Tidak ada satu jalan khusus untuk mencapai apa yang seseorang inginkan, tidak
ada. Ada banyak cara untuk menjadi orang sukses, ada banyak cara untuk menjadi lebih
cerdas, dan ada banyak cara untuk hidup lebih sehat. Seperti perkataan ‘ada banyak jalan
menuju Roma.’
Ketika seseorang ‘mengkristalkan’ keinginannya menjadi sebuah tujuan. Maka
pikirannya akan lebih mudah untuk menemukan kesempatan guna mewujudkan
tujuannya tersebut. Kreatifitas akan muncul dari dalam diri seseorang yang
memfokuskan pikirannya ke sebuah tujuan.
Tujuan Sebelum Cara
“Mulailah dengan tujuan akhir”
Stephen R Covey
Ada sebuah ide menarik yang dibagikan oleh Stephen R Covey dalam bukunya The
7 Habits Of Highly Effective People, yaitu memulai dari akhir. Ide memulai dari akhir
ini mendorong orang untuk menggambarkan dirinya sendiri, dalam kondisi ideal yang ia
inginkan dari dirinya. Kemudian berusaha untuk mencapai keinginan tersebut.
Begitu pula dengan tujuan. Ketika seseorang menginginkan sesuatu hendaknya ia
membuat sebuah tujuan untuk dicapai. Hidup ini sebuah perjalanan, dari satu waktu ke
waktu lainnya. Dan dari satu tempat ke tempat lainnya. Tanpa adanya tujuan seseorang
akan merasa terombang ambing di dalam hidupnya. Dan tiga tahun dari sekarang, orang
yang tidak membuat tujua, akan berada dalam hidup yang ‘tidak ia inginkan’. Itu terjadi
karena dia tidak menjadikan keinginannya sebagai goal untuk diwujudkan atau dicapai.
Masalahnya kita sering diajari bahwa ‘kalau kita tahu caranya, maka kita bisa
mendapatkannya.’ Pemikiran ini membuat banyak orang terobsesi untuk mempelajari
sebanyak mungkin cara, tapi tidak membuat sebuah tujuan pencapaian yang jelas. Anda
-
29
mungkin akrab dengan kata-kata “kalau mau ‘kaya’ harus kerja keras!”, atau “kalau mau
‘pintar’ harus giat belajar.”
Pertanyaannya adalah seberapa banyak harta yang harus dikumpulkan untuk
menjadi ‘kaya’, dan mau ‘pintar’ dalam bidang apa? Ada perbedaan cara bekerja untuk
memiliki penghasilan 100 juta dengan 1 miliar. Dan ada perbedaan cara belajar untuk
‘pintar’ dalam bidang ekonomi dengan bidang kedokteran.
Seseorang tidak akan menjadi ‘kaya’ hanya dengan mengetahui cara untuk
mengumpulkan uang miliaran. Dan kenyataannya ada banyak orang yang mengikuti
pelatihan agar menjadi milyader namun hanya sedikit yang menjadi milyader. Apa yang
salah? Itu terjadi karena hanya ada sedikit orang yang menetapkan tujuan untuk menjadi
milyader, sisanya adalah orang-orang ‘yang berharap’ bisa menjadi milyader karena
tahu caranya.
Orang yang memiliki keinginan kemudian menetapkan tujuan untuk mencapainya,
akan menemukan jalan untuk mencapai keinginannya tersebut. Sebaliknya orang yang
mengetahui cara tapi tidak membuat sebuah tujuan bagi keinginannya, akan merasa
lumpuh ketika menghadapi sebuah tantangan yang tidak ada dalam ‘buku manual’ yang
telah ia pelajari. Zaman berubah, itu artinya akan muncul tantangan-tangan baru yang
belum pernah dihadapi sebelumnya. Dan cara lama tidak akan mampu menjinakkan
tantangan baru.
Kita tidak harus mengetahui semua cara untuk mencapai apa yang kita inginkan.
yang harus kita lakukan adalah menetapkan tujuan, membuat sebuah mercusuar
imajenatif di dalam pikiran kita untuk menunjukkan di mana letak keinginan kita berada.
Lagi pula, pada akhirnya yang kita butuhkan untuk mewujudkan keinginan kita adalah
sedikit cara yang efektif. Bukan ratusan cara.
-
30
Jadi kita perlu merubah paradigma, kalau kita mengetahui caranya, maka bisa
mendapatkannya. Menjadi; kalau kita tahu goal-nya, maka kita bisa menemukan
caranya, dan kita bisa mendapatkannya.
Saya pikir jika saja teman saya itu sejak dulu membuat ‘tujuan’, maka tentunya dia
sudah berhenti menjadi ‘babu’ sejak 5 tahun yang lalu. Alsan mengenai kondisi pasar
atau peluang hanyalah alasan. Karena nyatanya ada banyak orang yang berhasil menjadi
pengusaha walaupun tidak memiliki cukup modal untuk membuka usahanya. Bukan
rintangan yang membuat seseorang berhenti. Tapi tidak adanya arah yang ingin dituju.
Goal Baik. Goal Buruk
Goal baik adalah goal yang dibuat untuk meningkatkan kualitas diri seseorang dan
orang lain, dan dicapai dengan cara yang baik pula. Sementara goal buruk merupakan
goal yang dibuat dengan tujuan menguntungkan diri sendiri tanpa memperdulikan efek
buruk bagi orang lain, atau memang sengaja dibuat untuk merugikan orang lain.
Setiap tujuan yang dibuat, baik atau buruk. Keduanya memerlukan usaha untuk
mencapainya. Itu berarti orang yang membuat tujuan baik akan mendapatkan dua
keuntungan, yaitu berkembangnya kualitas diri pada saat menjalani proses, dan hasil
baik yang didapatkan pada saat tujuannya tercapai.
Sementara itu orang yang membuat tujuan yang buruk akan mendapat dua
keburukan. Yaitu rasa sakit selama proses mewujudkan tujuannya, karena selama proses
tersebut ia terus memikirkan hal-hal negatif. Dan hasil yang mungkin ia sukai, tapi tidak
disukai oleh orang lain. Dan hal ini akan membuat orang lain menjauh darinya, atau
melawannya.
Satu hal yang perlu kita ketahui pada saat menetapkan tujuan adalah. Kita tidak
sedang berlomba antara satu sama lain. Tujuan dari menetapkan goal bukan untuk
menjadikan diri kita sendiri sebagai yang “ter”, tercepat, terpintar atau terbaik, atau yang
-
31
pertama. Bukan!, ‘tujuannya adalah agar kita menjadi orang yang lebih baik dari pada
diri kita sebelumnya.’
Saat membuat tujuan ‘orang’ pertama yang harus Anda lihat adalah diri Anda
sendiri. Lihat apa yang bisa dikembangkan dari diri Anda sekarang. Apa yang bisa
ditingkatkan agar keberadaan Anda memiliki dampak yang lebih baik bagi lingkungan
di sekitar Anda. Anda tidak perlu melihat orang lain yang ‘hidupnya’ terlihat lebih baik
dari pada Anda, kemudian membuat tujuan untuk melampauinya. Sama sekali tidak
perlu.
Setiap orang sebenarnya sedang berada dalam perlombaannya masing-masing.
Bukan untuk mengalahkan orang lain, tapi untuk mengalahkan dirinya yang lama. “Hari
baru, kesempatan baru, dan menjadi pribadi yang baru.” Kalimat inilah yang pantas kita
gunakan. Keberhasilan yang dicapai oleh orang lain seharusnya sebuah pelajaran, bukan
malah menimbulkan dengki.
Memang tidak mudah untuk tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Karena kita ‘dididik’ untuk melakukannya sejak kecil. Sekolah justru mendorong hal
tersebut terjadi. Sistem rengking yang ditetapkan oleh sekolah memicu para siswa untuk
bersaing satu sama lain. Bukannya bekerja sama.
Dan hasil dari sistem tersebut adalah: Setiap kelas menghasilkan sepuluh anak
pintar. Sepuluh anak bodoh. Dan banyak sekali anak yang biasa-biasa saja. Dan hasil
dari sistem tersebut, negara kita jadi dipenuhi oleh lebih banyak orang yang biasa-biasa
saja, sedikit orang pintar, dan sedikit orang bodoh. Dan banyak orang yang mengeluh
mengenai sistem pendidikan yang berjalan, tapi tidak mengeluhkan apa sebenarnya
tujuan dari pendidikan itu sendiri?
Manusia adalah mahluk sosial yang hanya bisa bertahan hidup dengan cara ‘saling
bekerja sama’. Jalan yang kita tapaki ada karena ada sekelompok orang, mandor, tukang
dan menyedia bahan yang saling bekerja sama. Setiap orang dalam kelompok tersebut
-
32
mempersembahkan apa yang bisa mereka berikan; mandor memberikan pikirannya,
tukang memberikan tenaganya, dan penyedia barang menyuplai bahan apa saja yang
dibutuhkan. Agar orang lain bisa menikmati hasilnya. Apa jadinya jika setiap orang
dalam kelompok itu menolak untuk bekerja sama, dan malah saling bersaing satu sama
lainnya?
Anda tidak perlu menetapkan tujuan yang terlihat berkilau bagaikan mimpi agar
terlihat seperti yang terbaik. Metapkan tujuan untuk menjadi orang yang lebih baik dari
pada sebelumnya sudah cukup. Namun yang perlu diperhatikan, Anda tidak akan
menjadi orang yang lebih baik dari pada sebelumnya, jika Anda tidak memberikan
manfaat bagi orang lain. Jadi saat membuat tujuan, lihatlah diri Anda. Perhatikan apa
yang bisa Anda kembangkan dari diri Anda agar orang lain mendapatkan manfaat dari
keberadaan Anda. Itulah goal baik.
Tetapkan Standarnya
“Siapa pun dapat menjadi luar biasa, jika mereka memiliki sesuatu yang benar-
benar luar biasa untuk dilakukan. Tetapkan tujuan yang luar biasa untuk diri Anda
sendiri, dan mulailah bekerja untuk mencapainya. Kemudian, saksikan dengan takjub
saat Anda menjadi luar biasa.”
Marelisa Fabrega
Seseorang membuat tujuan karena menginginkan hasil yang istimewa. Karena
untuk mendapatkan hasil yang biasa-biasa saja kita tidak perlu susah payah membuat
tujuan. Maka tetapkanlah standar yang cukup tinggi saat Anda membuat tujuan. Jangan
terlalu khawatir Anda tidak dapat mencapainya. Ingatlah di dalam keinginan terdapat
kekuatan.
Lagi pula tidak ada gunanya membuat standar yang rendah. Karena tidak akan
membawa perubahan yang berarti di dalam hidup yang Anda jalani. Menetapkan standar
-
33
yang tinggi akan mendorong seseorang untuk bekerja lebih keras dan lebih cerdas.
Selain itu jika sasarannya meleset, orang tersebut masih mendapatkan hasil yang lebih
baik dari pada menetapkan standar yang rendah. Jika seseorang memasang target rendah
seperti 3 dari 10. Maka akan sangat mungkin orang tersebut mencapainya, karena
standarnya terlalu rendah. Tapi jika orang tersebut memasang target 9 dari 10, kemudian
meleset, paling tidak ia akan mendapatkan 6 atau 7.
Ciri-ciri kamu telah menetapkan standar yang tinggi pada goal-mu adalah; kamu
merasakan sedikit kekhawatiran bahwa tujuan tersebut tidak bisa tercapai, tapi
pikiranmu tidak mudah untuk berpaling darinya. Seakan-akan ada suara dari dalam
dirimu yang mengatakan,”saya mau itu, itu, itu!” Jika kamu merasakan ketakutan berada
di suatu tempat yang lebih tinggi dari tempatmu berada sekarang, maka tempat tersebut
cocok untuk dijadikan tujuan. Karena tanpa adanya rasa takut, maka tidak ada tantangan.
Dan tugasmu selanjutnya adalah bekerja untuk mewujudkannya…
RANGKUMAN
• Tujuan sendiri berarti gambar mengenai masa depan, atau hasil yang ingin
diinginkan seseorang atau sekelompok orang. Yang di dalamnya terdapat
komitmen serta rencana tindakan, dan dibatasi dengan tengat waktu untuk
mencapainya.
• Manfaat dari membuat tujuan adalah sebagai penentu arah gerak.
• Keinginan berasal dari dorongan ‘emosional’ untuk memiliki atau
mendapatkan sesuatu karena hal tersebut ‘dianggap’ baik, menguntungkan,
bermanfaat atau memuaskan.
• Pikiran kita berkomunikasi dengan ‘bahasa’ gambar.
-
34
• Di dalam setiap keinginan tertanam kekuatan.
• Goal + Wrong Way = Progress
• Goal + Right Way = Result
• No Goal + Wrong Way = Disaster
• No Goal + Right Way = Engine
• Bukan rintangan yang membuat seseorang berhenti. Melainkan tidak adanya
arah yang jelas untuk dituju.
• Dalam hidup ini kita tidak sedang berlomba melawan orang lain. Tapi kita
berlomba melawan diri kita yang lama, untuk menjadi seseorang yang baru,
yang lebih baik dari pada sebelumnya.
LATIHAN
1. Apa arti goal dalam bahasa Indonesia, dan apa maknanya?
2. Apa Manfaat dari goal?
3. Dari mana datangnya keinginan?
4. Siapa saja orang yang bisa mempunyai cita-cita dan goal?
5. Apa yang membuat goal penting bagi hidup seseorang?
6. Kapan sebuah keinginan bisa memberikan kekutan yang besar?
7. Apa yang membuat seseorang bisa bekerja seperti seorang genius?
8. Sebutkan kriteria goal baik?
9. Goal + Wrong Way =?
10. Apa yang dirasakan oleh orang yang menetapkan standar tinggi bagi goal-nya?
-
35
Bab 2
Strategi
Setelah mengetahiu pentingnya tujuan, yang kita butuhkan berikutnya adalah
strategi untuk mewujudkannya. Pada bab ini kita akan membahas beberapa hal yang
akan membantu kita untuk menyusun strategi, guna mencapai tjuan-tujuan kita.
SMART Personal
SMART singkatan dari Specific (Spesifik), Measurable (Terukur), Achievable
(Dapat diraih), Realistic (Realistis), dan Timelined (Batas Waktu). Adapun personal
berarti bersifat pribadi. Tujuan yang baik umumnya dibuat menggunakan metode
SMART. Adapun personal saya tambahkan di sini dengan sebuah alasan yang akan saya
terangkan nanti.
Jika Anda googling cara membuat tujuan yang SMART, umumnya akan muncul
penjelasan seperti ini. Tujuan yang SMART berarti Specific; Spesifik, yaitu jelas.
Measurable; Dapat diukur untuk mencapainya. Achievable; Bisa diraih, bukan sesuatu
yang mustahil. Realistic; artinya realistis dengan situasi yang ada. Dan Timelined yaitu
memiliki batas waktu.
Namun di sini saya akan menerangkan dari sudut pandang yang sedikit berbeda.
Saya membagi SMART ke dalam 3 bagian. Yaitu visual, motivasi, dan tindakan.
Kenapa saya membagi menjadi 3 bagian? Karena saya berpikir seharusnya tujuan dibuat
dengan cara; ‘Memvisualisasikan’ apa yang ‘Memotivasi’ Anda, dan mengambil
‘Tindakan’ untuk mewujudkannya. Spesifik dan terukur masuk dalam bagian visual.
Dapat diraih sebagai motivasi. Dan realistis serta batas waktu sebagai pemicu tindakan.
Visual Seperti yang sudah kita bahas pada bab sebelumnya, pikiran kita berbicara
dalam bahasa gambar. Kita terbiasa membayangkan sesuatu sebelum kita bisa
-
36
mencapainya. Semakin jelas sebuah gambar terlihat, semakin baik seseorang dalam
menyusun rencana pencapaian
Specific Spesifik berarti mendetail. Biasanya keinginan seseorang terdengar umum
seperti ‘kaya’, ‘populer’, atau ‘baik’. Kata-kata umum seperti itu tidak mudah
dimengerti oleh orang yang mendengarnya, bahkan terkadang juga oleh orang yang
mengucapkannya.
Selain itu kata yang bersifat umum juga terkadang menimbulkan mispersepsi di
antara beberapa orang. Misalkan seorang atasan menginstruksikan kepada timnya untuk
‘menjual lebih banyak’ barang pada bulan ini. Seseorang di antara bawahannya mungkin
berpikir bahwa ‘menjual lebih banyak’ berarti menjual sebanyak 50 unit. Sementara
orang lainnya beranggapan 70 unit. Sialnya sang atasan sebetulnya menginginkan
penjualannya meningkat hingga 100 unit.
Kata yang bersifat umum tidak bisa dijadikan sebagai tujuan. Tujuan harus bersifat
spesifik, yaitu jelas dan mendetail. Dan cara untuk membuat sebuah keinginan menjadi
spesifik adalah dengan mendefinisikan atau membuat gambarannya. Misalkan seseorang
ingin menjadi ‘orang baik’. ‘Baik’ merupakan kata umum, maka tugas selanjutnya
adalah mendefinisikan atau menggambarkan bagaimana ‘orang baik’ yang
dimaksudkan. Lalu anggaplah orang tersebut menyatakan orang yang baik adalah orang
yang ‘sabar’. Rata-rata dari kita ‘merasa’ tahu apa itu sifat sabar. Namun kenyataannya
kita masih perlu mendalami kembali ‘apa arti sabar’ bagi orang tersebut. Ketika orang
tersebut mendefinisikan sabar sebagai ‘tetap berperilaku baik dalam keadaan yang dirasa
tidak menyenangkan.’ Pada saat itulah kita menemukan tujuannya.
Membuat suatu keinginan menjadi spesifik membantu kita untuk memprediksi
tindakan apa saja yang harus kita ambil dalam keadaan tertentu. Dan apa saja yang harus
kita persiapkan untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Measurable
-
37
Salah satu hal yang dipertimbangkan oleh seorang pelukis sebelum membuat karya
adalah luas kanvas. Besar, kecilnya ukuran kanvas akan mempengaruhi seperti apa
sebuah gambar dibuat. Begitu pula ketika seseorang membuat sebuah tujuan. Tujuan
dibuat terukur agar seseorang bisa memikirkan apa saja yang seharusnya dipersiapkan
untuk mencapai tujuan tersebut.
Anggap saja seseorang sudah memiliki tujuan yang spesifik, seperti ingin membuka
usaha café tempat nongkrong anak muda. Nah, pertanyaan berikutnya adalah sebesar
apa cafenya? Mengetahui ukuran café yang akan dikelola, akan membantu orang yang
memiliki tujuan tersebut untuk memperkirakan modal awal guna membuka cafenya, dan
lain sebagainya.
Sedikit belajar dari bidang arsitektur. Dalam ilmu arsitek ada ungkapan yang
berbunyi “Bentuk mengikuti fungsi.” Saya kira ini senada dengan bagaimana seseorang
dalam membuat tujuan. Karena ada kemiripan antara membuat tujuan dengan membuat
bangunan, yaitu kedua-duanya membutuhkan rancangan atau gambar. Dalam kata lain
orang yang membuat tujuan adalah seorang arsitek bagi kehidupannya sendiri.
Sebelum seorang arsitek menggambar sebuah bangunan, ia akan mengukur luas
tanah yang akan menjadi tempat bangunan didirikan. Kemudian arsitek tersebut akan
menyesuaikan bentuk bangunan dengan fungsinya, dengan ‘memperhitungkan’ luas
tanah yang tersedia. Untuk dapat membuat tujuan yang baik, kita juga harus memiliki
patokan patokan yang jelas, dan ‘terukur’. Agar kita dapat membuat rencana yang sesuai
untuk mencapainya, dan mengetahui sejauh mana kita sudah melangkah.
Motivasi
Saya pernah mendengar seutas kalimat inspiratif di salah satu channel di Youtube.
Perkataannya begini. “Motivasi adalah sampah! Anda tidak membutuhkan motivasi,
yang Anda butuhkan adalah konsistensi dan disiplin!” Saya setuju dengan ide mengenai
konsistensi dan disiplin. Memang tidak ada gunanya motivasi tanpa kedua hal tersebut.
-
38
Tapi saya tidak bisa membayangkan, bagaimana caranya seseorang maju melangkah
untuk meraih sesuatu memiliki tujuan yang memotivasinya untuk bergerak? Jadi
pendapat saya adalah; buatlah tujuan yang memotivasi diri, kemudian konsisten dan
disiplinlah dalam proses mewujudkannya.
Achievable
Jika seorang anak kecil melihat sebuah mainan diletakkan di atas meja yang tidak
bisa ia capai dengan hanya menjulurkan tangan saja, apa yang akan dia lakukan? Ya,
mencari benda lain entah itu kursi atau tongkat untuk meraih mainan tersebut. Dia juga
bisa meminta bantuan orang dewasa untuk menggendongnya atau meminta
mengambilkan mainan tersebut untuknya.
Tapi bagaimana jika posisi mainan tersebut berada di atas genteng rumah? Anak
tersebut tidak mungkin untuk menggunakan tangga. Lagi pula anak itu belum mampu
mengangkat tangga. Kalaupun dia meminta tolong kepada orang dewasa, kemungkinan
orang itu malah menyuruhnya untuk mencari mainan lainnya.
Tujuan memang dibuat untuk meraih keinginan. Tapi bukan berarti tanpa
mempertimbangkan kemampuan seseorang saat ini. Karena tujuan berbeda dengan visi
(silahkan lihat pada bab sebelumnya pada 3 D). Tidak dipungkiri, terkadang membuat
sebuah tujuan yang amat sangat besar terlihat lebih menggiurkan dari pada Cuma
membuat tujuan yang sederhana. Tapi sebenarnya semua itu ada prosesnya. Seperti naik
tangga. Kita tidak bisa langsung melompat ke anak tangga 100, kita mulai dari anak
tangga pertama, kedua, dan begitu seterusnya hingga sampai ke anak tangga yang
keseratus. Tapi bukan berarti saya mempersilahkan seseorang untuk membuat tujuan
yang biasa-biasa saja.
Kata ‘Achievable, atau Bisa Dicapai’ menunjukkan sesuatu itu berada diluar
jangkauan seseorang pada saat ini, tapi bisa diraih dengan membuat serangkaian usaha.
Tujuan itu harus ‘bisa diraih’, bukan dipungut! Contohnya, seseorang pada saat ini
-
39
memiliki pendapatan katakanlah 100 juta per tahun. Jika ia ingin menaikkannya menjadi
110 juta pada tahun depan. Maka tujuan ini tidak memotivasi, karena kenaikannya
sangat wajar. Tapi jika dia menginginkan kenaikan menjadi 100 miliar pada tahun
depan, saya pikir ini kurang wajar (coba huruf ‘w’-nya dihilangkan…). Karena
perbedaannya terlampau jauh.
Tapi kalau orang tersebut menginginkan 200 juta atau 400 juta pada tahun depan,
maka tujuan ini masih dikategorikan bisa dicapai. Selama ia konsisten dan disiplin serta
menggunakan cara yang tepat untuk mencapainya. Yang perlu kita perhatikan di sini
adalah membedakan antara ‘peluang’ dengan ‘kemungkinan’.
Peluang adalah sesuatu yang kemungkinan terjadinya besar atau paling tidak
melebihi 50%. Tapi kemungkinan adalah sesuatu yang peluang untuk terjadinya kecil,
yaitu di bawah 50%. Misalkan, ketika mendung datang, maka akan berpeluang turun
hujan. Tapi ketika langit cerah meriah, mungkin tidak turun hujan? Mungkin tapi
hujannya tidak lebih dari lima menit, dan itupun terjadi tidak lebih dari lima kali dalam
setahun.
Baik peluang maupun kemungkinan bisa terjadi (tentunya atas izin dari yang Maha
Kuasa). Tapi akan lebih bijak bagi kita untuk berfokus pada peluang peluang yang ada,
dan bukannya menghabiskan waktu, energi, serta’ paket data’ untuk mengejar
kemungkinan-kemungkinan. Walaupun pada akhirnya yang kita inginkan adalah untuk
mewujudkan apa yang pada awalnya tidak mungkin bagi kita.
Contoh nyatanya adalah buku ini. Saya mulai membuat draf buku ini pada akhir
bulan Desember 2017. Dan baru menyelesaikan drafnya pada awal Januari 2018. Namun
sebenarnya saya sudah memiliki keinginan untuk menulis buku ini sejak bulan
September 2017. Tapi belum menulis karena masih keinginan saja. Saya mulai membuat
tujuan untuk menulis buku pada November 2017.
-
40
Saat saya menetapkan tujuan tersebut peluangnya tidak besar tapi ada. Karena saya
memang hobi menulis, hanya saja pada saat itu idenya belum bulat. Peluang itu semakin
besar setelah saya mempraktekkan beberapa sesi coaching. . Karena banyak ide-ide dari
buku ini banyak muncul saat saya melakukan sesi coaching. Bahkan judul buku ini
diambil dari salah satu pertanyaan yang selalu ditanyakan oleh seorang coach pada awal
sesi; “Apa ingin Anda dapatkan dari sesi ini?”. Maksudnya apa ‘tujuan’-nya?
Dengan berfokus pada peluang yang ada maka saya bisa mencapai apa yang
sebelumnya hanya kemungkinan semata. Tapi jika saya hanya berfokus pada
kemungkinan dan menampikkan peluang yang ada, maka saya kemungkinan tidak akan
meraih peluang maupun kemungkinan. Tujuan dibuat untuk meraih hasil, maka raihlah
hasil tersebut setahap demi setahap. Anda akan bisa meraih lebih jauh, jika Anda tidak
menolak untuk melakukan apa yang bisa Anda lakukan sekarang dengan baik.
Dan satu hal yang perlu diperhatikan. ‘Bisa Diraih’ itu masalah perspektif. Jadi
mungkin ada sesuatu yang bagi seseorang mustahil untuk diraih, sementara bagi orang
lain itu bisa untuk dicapai. Jadi jangan menghakimi tujuan yang dibuat oleh orang lain
itu bisa atau tidak bisa diraih. Lagi pula lebih baik untuk mengurusi tujuan sendiri.
Tindakan
“Mimpi menjadi tujuan ketika tindakan diambil guna mencapainya.”
Bo Bennett
Nah ini dia yang menjadi penentu tercapainya sebuah tujuan atau tidak, yaitu
tindakan. Tujuan bisa didesain seinspiratif mungkin. Dan rencana bisa dirancang
sesempurna mungkin. Tapi kalau tidak ditindaklanjuti buat apa? Tujuan sama seperti
sebuah ide, sebagus apa sebuah ide dipikirkan tidak akan berguna bila tidak dieksekusi.
Untuk mencapai sebuah tujuan, selain memiliki gambaran yang jelas dan memotivasi,
seseorang juga memerlukan rencana. Dan tindakan yang diambil tersebut haruslah.
-
41
Realistic
Semua hal yang pada awalnya tidak realistis, seperti menerbangkan manusia ke
bulan, menyelam ke dasar samudera, atau menyimpan ribuan data dalam sebuah alat
berukuran kecil. Bisa menjadi hal yang realistis pada saat ini dengan cara, ‘mengambil
tindakan yang realistis’ untuk mewujudkannya.
Setiap orang bisa mewujudkan tujuan yang tidak realistis, selama dia mau
mengambil tindakan yang realistis. Senada dengan kalimat “Gantungkan cita-citamu
setinggi bintang dilangit, tapi ingat kakimu masih menginjak tanah.” Kita dianugerahi
dua belah otak yang memiliki kelebihannya masing masing. Otak kanan berpikir dengan
cara yang imajinatif, dan otak kiri berpikir dengan cara logika. Seseorang tidak boleh
meremehkan kemampuan salah satu otak, karena menganggap salah satu belahan otak
lebih baik dari belahan lainnya.
Seseorang tidak akan mempersembahkan satu karyapun hanya dengan berimajinasi
menggunakan otak kanan saja. Sama percumanya jika orang tersebut hanya
menggunakan otak kiri saja, karena logika hanya akan bekerja setelah sebuah tujuan
atau gambaran dibuat. Untuk membuat tujuan yang baik, kita mulai membuat gambaran
imajinatifnya dari otak kanan. Kemudian diserahkan kepada orak kiri untuk menemukan
cara yang ‘logis’ guna mewujudkannya. Seperti kata Mas Ippho, “Mulailah dari yang
kanan, dan selesaikan dengan yang kiri.”
Namun yang perlu diperhatikan di sini. Tindakan yang realistis itu fariatif,
tergantung pada kemampuan, kemauan dan ke-pede-an seseorang. Untuk mencapai
sebuah tujuan yang sama, seseorang mungkin akan mengambil tindakan yang berbeda
dari orang lainnya. Contohnya; dua orang ingin mendaki sebuah bukit. Orang pertama
memilih mendaki dari sisi yang tidak curam. Sementara orang kedua justru malah
memilih memanjat bagian vertikal pada tebing tersebut.
-
42
Orang pertama mungkin menganggap memanjat bagian vertikal tersebut sangat
berbahaya, dan tidak realistis, karena dia tidak tahu cara memanjat tebing. Sementara
orang kedua menganggap memanjat bidang vertikal itu sebagai suatu hal yang
menantang sekaligus menyenangkan. Itu karena orang kedua memiliki kemampuan
untuk memanjat tebing.
Cara yang realistis juga bukan berarti mengekor pada orang lain. Misalnya tetangga
berhasil mengumpulkan uang untuk membeli rumah baru karena buka usaha
minimarket, terus ikut-ikutan buka usaha yang sama, bukaaan! Cara yang realistis
berarti mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada saat ini. Dan menggunakan
sumberdaya yang ada sekarang untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Timelined
“Jangan menunggu; waktu tidak akan pernah tepat. Mulailah dari mana Anda
berdiri, dan bekerjalah dengan alat apa pun yang mungkin Anda miliki, dan alat yang
lebih baik akan ditemukan saat Anda pergi.”
Napoleon Hill
Jika Anda pernah dikejar anjing galak, Anda tahu rasanya mendadak bisa berlari
kencang. Entah dari mana datangnya kekuatan ‘super’ seketika itu. Tapi yang pasti, jika
sampai moncong anjing itu menyentuh betis, ceritanya bakal…
Siapa yang tidak kenal dengan timelined, alias deadline, alias batas waktu. Kalau
memikirkannya sebagian orang teringat sama mata bos yang melotot, sebagian lainnya
membayangkan klien bermuka kusut, pokoknya kalau lagi dengar kata deadline perut
tiba-tiba ga enak dan nafsu makan menghilang seketika. Saya sendiri menganggap batas
waktu seperti seekor anjing galak yang sudah seharian tidak dikasih makan sama
tuannya. Jadi di mata anjing galak betis orang terlihat seperti paha ayam.
-
43
Bukan tanpa alasan batas waktu harus ditetapkan dalam membuat tujuan. Karena
penetapan batas waktu ini terbukti efektif memicu seseorang untuk segera bertindak.
Ketika batas waktu ditetapkan biasanya orang dapat memfokuskan energinya pada hal
yang benar-benar penting untuk dilakukan. Coba bayangkan jika seseorang terjebak
dalam sebuah kapal yang karam, dan bila dalam waktu 5 menit dia tidak mendapatkan
pelampung maka ia berisiko mati tenggelam. Apa yang akan dilakukannya dalam waktu
5 menit? Mencapai ‘tujuan-nya’, yaitu menemukan pelampung. Dan bisa dipastikan
dalam waktu 5 menit tersebut dia tidak akan memikirkan hal lain kecuali pelampung.
Jika digunakan dengan tepat, batas waktu bisa sangat membantu dalam mencapai
sebuah tujuan. Tapi bila tidak tepat maka akan menyiksa atau membuat lalai. Batas
waktu yang pas membuat seseorang merasa sedikit takut, juga disertai rasa tertantang,
yang membuatnya untuk segera mengambil tindakan.
Misalnya seorang pelari sebelumnya bisa berlari 10 km dalam waktu 30 menit.
Kemudian sang pelatih meningkatkan jarak tempuhnya menjadi 12 km namun dengan
batas waktu yang sama yaitu 30 menit. Atau dengan jarak yang sama 10 km namun
dengan waktu yang lebih singkat anggap saja 25 menit. Maka batas waktu ini bisa
dibilang pas karena menantang seseorang untuk mengeluarkan kemampuan yang lebih
baik lagi.
Batas waktu yang tidak pas adalah batas waktu yang teramat ketat atau longgar.
Masih menggunakan contoh yang sama, yaitu pelari yang bisa berlari sejauh 10 km
dalam waktu 30 menit. Batas waktu yang teramat ketat adalah mengubah waktu larinya
seketika menjadi 15 menit dengan jarak yang sama. Mendengar target tersebut bisa-bisa
pelari mentalnya ngedrop seketika. Adapun batas waktu yang longgar, yaitu mengubah
batas waktu larinya menjadi 40 menit dengan jarak yang sama.
Dalam membuat batas waktu sebaiknya seseorang menetapkan batas yang pas.
Namun perlu diingat, terkadang untuk beberapa tujuan baru yang belum bisa dengan
-
44
pasti kita prediksi kapan tercapainya. Sebaiknya seseorang memberi ‘bonus’ tambahan
waktu setelah berjuang sekuat tenaga.
Maaf kembali saya memberi contoh dengan buku ini. Buku ini merupakan buku
pertama yang saya tulis, dan saya belum pernah menulis lebih dari 50 halaman
sebelumnya. Pada saat membuat tujuan untuk menulis buku ini, saya menetapkan
tenggat waktu 3 bulan untuk menyelesaikannya. Tapi nyatanya molor sampai 5 bulan.
Prediksi 3 bulan saya meleset. Walaupun demikian, dalam waktu 3 bulan tersebut saya
berhasil belajar banyak hal, bahkan mendapat ide-ide baru untuk membuat buku ini
menjadi lebih baik. Itu yang saya sebut Tujuan + Wrong Way = Progress. Setelah itu
saya memberikan ‘bonus’ waktu selama 2 bulan, jadi totalnya 5 bulan untuk
menyelesaikan buku ini. Dan hasilnya Alhamdulillah. Catatan; bonus waktu hanya
diberikan setelah kita berjuang sekuat tenaga, bukan untuk ‘melonggarkan’ batas waktu!
Personal
Personal berarti bersifat pribadi. Saya mendapatkan ide untuk menambahkan ini
setelah menonton video Derek Sivers yang berjudul ‘Keep your tujuan to yourself’ di
panggung TED OXFORD ENGLAND pada Juli 2010. Anda bisa menonton video
lengkapnya di Youtube. Namun izinkan saya membagikan sedikit ide tersebut dalam
tulisan kali ini.
Derek menyatakan bahwa mengumumkan tujuan, akan membuat Anda kurang
termotivasi untuk mencapainya. Katanya, “Ketika Anda memberitahu seseorang tentang
tujuan Anda dan mereka mengetahuinya, para psikolog telah menemukan bahwa ini
disebut realitas sosial – pikiran hampir saja tertipu sehingga mengira tujuan tersebut
sudah tercapai. Dan kemudian karena Anda merasa puas, sehimhha Anda akan kurang
termotivasi untuk melakukan kerja keras yang sebenarnya”.
Dia juga memberikan sebuah hasil dari percobaan kepada dua kelompok orang.
Setiap orang di dalam kelompok tersebut disuruh berusaha untuk mencapai sebuah
-
45
tujuan. Kelompok pertama di persilahkan untuk mengatakan tujuannya kepada orang
lain. Sementara kelompok kedua diinstruksikan untuk merahasiakan tujuannya.
Hasilnya orang dari kelompok kedua bekerja lebih keras dari pada kelompok
pertama untuk mewujudkan tujuan mereka. Derek juga berpendapat, merupakan ide
bagus untuk menuliskan tujuan kita pada secarik kertas, kemudian menetapkan tanggal
padanya, dan meletakkan kertas tersebut ditempat yang aman.
Selain itu saya ingin menambahkan, tidak ada untungnya memberi tahu kepada
orang lain mengenai tujuan Anda. Kecuali pada orang yang bisa membantu Anda untuk
mencapainya. Jika Anda mengatakan tujuan Anda kepada orang yang salah, bisa-bisa ia
akan menjadikan Anda sebagai bahan olok-olokan, atau dengan sengaja menghalangi
Anda dari tujuan tersebut karena ia anggap tujuan tersebut mengancam kenyamanannya.
Smart personal berarti seseorang dengan kepribadian yang pintar. Dan orang yang
memiliki kepribadian seperti ini tidak mudah mengumbar apa yang ada di pikirannya.
Kalau dalam ilmu petukangan ada perkataan, “Ukur dua kali, potong sekali.” Kalau
dalam ilmu komunikasi “Pikir-pikir dulu sebelum ngomong!”
LATIHAN :
Buat goal menggunakan metode SMART Personal:
Spesific: Seperti apa tujuan yang ingin Anda capai? Buatlah sespesifik mungkin,
jika itu penghasilan, tuliskan nominalnya. Jika itu tempat tinggal, tuliskan gaya atau
tipenya. Jika itu pekerjaan, tuliskan dalam bidang apa.
Measurable: seberapa besar tujuan yang ingin dicapai tersebut?
Achievable: Seberapa mungkin tujuan itu bisa dicapai?
-
46
Realistic : Tindakan realistis apa yang bisa diambil guna mewujudkan tujuan
tersebut?
Temilined : Kapan tujuan itu ingin dicapai?
Personal : Di mana Anda akan meletakkan gambar dan catatan mengenai tujuan-
tujuan Anda? Dan siapa orang yang bisa Anda percaya untuk berbagi cerita mengenai
tujuan tersebut?
Menulis Tujuan
“Dengan merekam mimpi dan tujuan Anda di atas kertas, Anda menggerakkan
proses menjadi orang yang palin Anda inginkan. Tempatkan masa depan Anda di tangan
yang baik(tangan Anda sendiri).
Mark Victor Hansen
Pada 2016, dilakukan survey mengenai bagaimana masyarakat Amerika membuat
goal.Hasilnya mengejutkan. Dari total populasi orang yang tinggal di negeri Paman Sam
itu, hanya tiga persen orang yang menuliskan goal-nya di atas kertas. Itu menunjukkan:
bahkan di negara yang sudah maju sekalipun hanya ada segelintir orang yang benar-
benar ingin mengubah keinginannya menjadi kenyataan. Oleh karena itu, tidaklah
mengejutkan bahwa hanya sedikit orang yang mampu meraih apa yang mereka impikan.
Sebuah penelitian menunjukkan orang yang menulis tujuan mereka ke atas kertas,
memiliki kemungkinan sepuluh kali lipat untuk meraih tujuan mereka. Dibandingkan
dengan orang yang tidak menuliskannya. Dan orang yang tidak menuliskan tujuannya,
cenderung mengalami kegagalan dalam meraih tujuannya.
Dr. Gail Matthews, seorang profesor psikologi di Universitas Dominican di
California menerangkan; orang yang menuliskan tujuan dan impian mereka, secara
teratur mencapai keinginan tersebut pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada mereka
-
47
yang tidak melakukannya. Dia menemukan bahwa, Anda menjadi 42% lebih mungkin
untuk mencapai tujuan dan impian Anda, cukup dengan menuliskannya secara teratur.
Dijelaskan bahwa hal tersebut ada kaitannya dengan cara kerja otak kita. Ketika
seseorang menuliskan tujuannya, ia memacu sinyal listrik yang berada di antara kedua
belah otak. Sinyal ini kemudian berkomunikasi dengan setiap sel dan dan tulang yang
beroperasi di dalam tubuh kita. Dan memicu kesadaran untuk mengubah apa yang
seseorang pikirkan menjadi kenyataan. Hal ini memungkinkan seseorang untuk
menyelaraskan frekuensi ke dalam kehidupan yang ia dambakan.
Ketika Anda memikirkan mengenai tujuan dan impian, Anda hanya menggunakan
belah kanan otak saja, yang berguna sebagai sarang imajenasi. Tapi ketika Anda
menginginkan sesuatu kemudian menuliskannya, pada saat itu Anda memanfaatkan
kekuatan otak kiri yang berbasis logika. Dan pada saat itu juga, Anda mengirimkan
kesadaran pada setiap sel tubuh Anda dengan isyarat,”Saya menginginkan ini, dan saya
serius!”
Hanya dengan menulis tujuan dan impian ke secarik kertas. Seseorang telah
menyatukan dimensi kesadaran, gagasan, dan produktifitas yang sepenuhnya baru ke
pembangkit lisrik yang merupakan pikiran bawah sadar. Tindakan sederhana ini juga
bisa membuka alam bawah sadar Anda untuk ‘melihat’ kesempatan baru.
Selain itu menuliskan tujuan juga meningkatkan memori kita mengenai tujuan
tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa kita semua punya potensi untuk lupa. Pernahkah
Anda merasa sangat ingin mengatakan sesuatu kepada seorang teman, namun entah
karena apa dalam sekejap Anda lupa apa yang ingin Anda katakan? Menulis apa yang
kita inginkan, termasuk tujuan kita. Mencegah kita dari ‘serangan’ lupa yang bisa
muncul karena apa saja dan kapan saja.
Bangsa-bangsa besar yang ada di dunia ini mempunyai budaya menulis. Bangsa
Israel selama berabad-abad telah melestarikan budaya menulis di batu dan dinding,
-
48
bahkan hingga saat ini. Bangsa Cina kerap menuliskan pengetahuan dan syair di atas
kertas. Dan Islam mengubah bangsa Arab yang sebelumnya dipandang sebelah mata
menjadi sebuah bangsa yang memiliki nama, melalui Al-Qur’an atau juga disebut
mushaf yang berarti kumpulan lembaran, yang bertuliskan kalimat-kalimat dari Allah.
Bayangkan, sebuah tulisan dapat mengubah dunia ini. Jika Anda ingin mengubah
arah hidup Anda, tidak ada salahnya menuliskan tujuan dan impian yang Anda miliki.
Toh biayanya tidak mahal.
LATIHAN:
Tulis tiga tujuan yang ingin Anda capai pada tahun ini.
Menggambar Tujuan
Menggambar merupakan kegiatan kreatif yang mengasikkan. Namun seiring
bertumbuh dewasa makin banyak orang yang meninggalkannya. Padahal kegiatan ini
memiliki banyak manfaat, di antaranya meningkatkan kecerdasan, memperkuat memori,
bahkan menjaga kesehatan. Dan telah terbukti, menggambarkan juga akan
meningkatkan kemungkinan goal yang seseorang buat tercapai.
Masih dari panggung TEDx, Patti Dobrowlski menerangkan kekuatan dari
menggambar tujuan dan impian. Patti memulai presentasinya dengan mengutip
perkataan Maya Angelou. “Sebuah fantasi tersendiri bisa mengubah sejuta realitas.”
Ketika ingin mencapai apa yang Anda inginkan, maka akan diperlukan sebuah
perubahan. Dan penelitian menunjukkan terdapat kemungkinan besar yang akan
melawan Anda, saat Anda berusaha untuk melakukan sebuah perubahan,
perbandingannya hal yang melawan Anda adalah 9 banding 1.
-
49
Untuk bisa menjalani kehidupan yang Anda inginkan. Terlebih dahulu Anda harus
melihatnya, lalu percaya, dan melatih otak untuk membantu Anda mengeksekusi
pengelihatan Anda tersebut. Lalu bagaimana caranya untuk dapat melihat tujuan atau
impian kita? Yaitu melalui sebuah ‘gambar’. Sebuah gambar bisa menciptakan gerakan.
Sebuah gambar bisa menyatukan bangsa-bangsa, dan sebuah gambar bisa menarik hati
dan memenuhi keinginan Anda untuk melakukan sesuatu.
Patti menceritakan kisahnya di perusahaan Roche Pharmaceuticals. Di mana
presiden perusahaan memintanya untuk membuat gambar mengenai visi dari perusahaan
tersebut. Sebelum membuat gambar mengenai visi tersebut, kurang dari 40% karyawan
yang memahami visi dan strategi dari perusahaan. Setelah membuat sebuah gambar,
96% karyawan memahaminya, dan 84% diantaranya mengerti apa yang harus mereka
lakukan untuk mencapai visi tersebut.
Selain itu kita jadi bisa mengingat 65% lebih baik dengan menggunakan gambar.
Ingat dulu saat di TK Bu guru mengajari kita untuk mengenali nama-nama benda
dengan menggunakan kartu bergambar. Selain itu ketika membuat sebuah gambar
mengenai apa yang kita inginkan, secara tidak langsung sebenarnya kita sedang
membuat peta untuk mengubah realitas yang kita jalani sekarang. Menuju pada pada
realitas baru yang ingin kita capai.
Jika Anda perhatikan banyak pemasar yang mengerti kekuatan dari gambar. Di
mall, jalan dan di internet, mereka menggunakan kekuatan dari gambar untuk
‘menghipnotis’ calon pelanggan dengan memamerkan gambar-gambar yang menarik.
Mereka meletakkan gambar pada baliho, brosur, dan email. Mereka juga membuat
gambar dari produk-produk mereka sedemikian rupa untuk memunculkan ‘efek’ fantasi
bagi orang yang melihatnya.
Bisakah Anda mengerti kenapa Samsung Galaxy Note 8 gambarnya diletakkan
mengambang di udara dan terlihat menyatu dengan bintang-bintang yang pada langit
-
50
yang berada di belakangnya? Bisakah Anda mengerti kenapa Pepsi rela membayar
mahal seorang atlet, hanya untuk mendapatkan ‘gambar’ atlet tersebut menggenggam
botol berwarna biru dengan logo mirip orang tertawa tersebut? Ini semua perusahaan
lakukan agar calon pelangganya berpikir, ‘ini bagus’, ‘ini keren’, dan ini-ini lainnya.
Lalu jika perusahaan-perusahaan tersebut berhasil menarik orang untuk membeli
produk dengan bantuan gambar. Maka jelas ada kesempatan bagi Anda untuk ‘membeli’
goal dan visi Anda menggunakan bantuan gambar. Buatlah katalog dari tujan-tujuan dan
visi Anda sendiri. Anda tidak harus mempun