pengamatan organ digesti hewan dan laju digesti pada ikan

Upload: aulia

Post on 08-Oct-2015

35 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Laju digesti pakan pada umumnya berkorelasi dengan laju metabolisme yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah ukuran tubuh hewan dan temperatur. Pengosongan laju digesti dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya temperatur lingkungan dan kualitas pakan.

TRANSCRIPT

LAJU DIGESTI PADA IKAN

PENGAMATAN ORGAN DIGESTI HEWAN DAN LAJU DIGESTI PADA IKAN

Oleh :

Nama

:Zahria Aulia NisaNIM

:B0A013036Rombongan :I

Kelompok :3LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA

PERIKANAN DAN KELAUTAN

PURWOKERTO

2014

1. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangLaju digesti pakan pada umumnya berkorelasi dengan laju metabolisme yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah ukuran tubuh hewan dan temperatur. Laju metabolisme diukur dengan menentukan konsumsi O2 yang diperlukan oleh tubuh dan dimanfaatkan oleh sistem-sistem yang ada dalam tubuh. Proses metabolisme memerlukan energi yang didapatkan dari luar tubuh atau energi yang berasal dari faktor eksternal, maka laju digesti dapat terjadi dari adanya konsumsi O2 yang langsung berhubungan dengan adanya laju metabolisme yang terjadi pada tubuh ikan (Fujaya, 2002)Ikan lele (Clarias batrachus) digolongkan sebagai pemakan segala (omnivora). Ikan lele mampu memakan semua jenis makanan dan juga digolongkan sebagai pemakan bangkai (scavenger). Secara alami ia bersifat nokturnal, tetapi dalam usaha budidaya lele sanggup beradaptasi. Sifat atau tingkah laku lainnya yang menonjol yaitu apabila menemui suasana yang baru misalnnya perubahan suasana mendadak dari tempat gelap ke terang (Fujaya, 2002). Pengosongan laju digesti dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya temperatur lingkungan dan kualitas pakan. Temperatur lingkungan yang optimal akan menyebabkan metabolisme meningkat dan hal itu harus diimbangi dengan pasokan pakan dari lingkungan. Perbedaan kualitas pakan akan mencerminkan perbedaan komponen penyusun pakan, perbedaan pada akhirnya akan berakibat pada perbedaan laju dan kemampuan digesti pada ikan (Santono, 1994).

Menurut Seyhan dan Grove (2001), pengosongan laju digesti ikan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Tipe makanan yang dikonsumsi, dan jumlah makanan yang tersedia merupakan contoh faktor ekstrinsik. Proses digesti selain dipengaruhi oleh kinerja enzim dan organ-organ dalam tubuh, juga berhubungan dengan pakan yang dikonsumsi.Proses digesti dapat berjalan dengan lancar dengan adanya enzim. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti pH dan suhu. Hampir semua enzim sensitif terhadap pH. Tingkat suhu menentukan derajat aktivitasnya. Produksi enzim menurun pada ikan dengan suhu di atas kisaran suhu yang sesuai. Aktivitas enzim (per unit enzim) jauh lebih meningkat dengan peningkatan suhu. Lokasi-lokasi proses digesti pada tubuh ikan antara lain mulut dan esophagus, perut atau lambung, usus besar dan usus kecil (Zonneveld, 1991).1.2 TujuanTujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat organ digesti katak dan ikan serta mengamati laju digesti atau pengosongan lambung pada ikan.II. MATERI DAN METODE2.1 Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuarium kaca berukuran 30 x 50 x 30 cm sebanyak 4 buah, alat bedah, timbangan analitik, thermometer, dan heater. Bahan yang digunakan adalah ikan lele (Clarias batracus) dan katak (Fejerfraya cancrivora), pakan ikan (pelet).2.2 Metode2.2.1 pengamatan organ digesti katak/ikan

1. Katak/ikan diambil.2. Hewan diibius dalam botol pembius yang sudah diberi kapas yang telah dibasahi ether atau kloroform.3. Hewan yang sudah terbius atau mati direntangkan di atas bak bedah dengan menggunakan jarum pentul.4. Bagian perut hewan tersebut dijepit dengan pinset, kemudian buat guntingan kecil dibagian kulit tersebut tanpa merobek otot perutnya.

5. Bagian atas dan bawah sayatan kulit dipegang dengan erat, kemudian ditarik ke arah yang berlawanan, hingga bagian abdomen ikan terbuka.6. Dengan menggunakan pinset dan gunting bedah, guntinglah bagian dinding abdomen kearah atas dan samping tubuh.7. Sistem digestinya diperhatikan, seperti hati, empedu, lambung, intestine besar dan kecil serta anusnya.8. Organ digestinya sesuai posisinya didalam tubuh, tuangkan hasilnya ke dalam lembar kerja (dilengkapi keterangan gambar).2.2.2 pengamatan laju digesti ikan1. Tiga buah akuarium disiapkan dan isi akuarium dengan air setinggi 25cm, kemudian diberi aerasi pada akuarium yang akan dipakai.2. Ikan dengan ukuran yang seragam ditebar pada akuarium yang telah disediakan dengan kepadatan 4-5 ekor per akuarium.3. Ikan diberi pelet sebanyak 2,5% dari berat total tubuh dan biarkan ikan mengkonsumsi pakan untuk waktu 15-20 menit.

4. Semua ikan diambil pada salah satu akuarium dan lakukan pembedahan untuk mengambil lambung ikan, setelah lambung di ambil lakukan penimbangan untuk mengetahui bobot lambung , bobot lambung yang diperoleh dinyatakan sebagai bobot lambung dalam keadaan kenyang atau mati setelah makan. 5. 30 menit setelah pemberian pakan ambil semua pada salah satu akuarium yang lain dan lakukan juga pembedahan pada bagian ventral untuk dapat mengambil lambung ikan serta melakukan penimbangan untuk mengetahui bobot lambung.

6. Bobot lambung yang diperoleh selanjutnya dinyatakan dengan persentase bobot lambung pada waktu 30 menit setelah makan terhadap bobot lambung pada waktu kenyang.

7. Langkah ke 5 dan ke 6 dilakukan lagi untuk waktu pengambilan 60 menit pada akuarium yang lain.

8. Hubungan antara lama pengamatan dengan persentase bobot lambung diplotkan dalam bentuk grafik.III. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Hasil

Tabel I. Hasil Pengamatan Laju Digesti pada Ikan Lele (Clarias batrachus).

Kelompok0 menit30 menit60 menit

Bobot lambung ( Bx )% BL0Bobot lambung ( By )% BL 30Bobot lambung ( Bz )% BL 60

10,2092 g100%0,1815 g86,76 %0,1361 g65,05 %

20,1502 g100%0,1718 g114,38 %0,1461 g97,27 %

30,1764 g100%0,1627 g94,78 %0,1097 g62,18 %

40,1308 g100%0,1246 g95,25 %0,1143 g87,38 %

Keterangan:

BL: Bobot lambung

Bx: Bobot lambung 0 menit

By: Laju pengosongan lambung 30 menit

Bz: Laju pengosongan lambung 60 menit

Perhitungan prosentase bobot lambung ikan (kelompok 3) :Diketahui : Bx = 0,1764 gram

By = 0,1627 gram

Bz = 0,1097 gramBerat 0 menit (Bx %)= Bx x 100 % = 0,1764 g x 100% = 100 % Bx 0,1764 gBerat 30 menit (By %)= By x 100% = 0,1627g x 100 % = 94,78 % Bx 0,1764 gberat 60 menit (Bz %)= Bz x 100% = 0,1097 g x 100% = 62,18 % Bx 0,1764

Gambar 3.I. Organ digesti Ikan Lele (Clarias batrachus)

Gambar 3.2. Organ digesti Katak (Fejerfraya cancrivora)

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil dari kelompok 3 sebagai berikut, ikan yang diberi pakan 2,5% dari bobot tubuhnya, bobot lambung ikan setelah 0 menit 0,1764 gr dengan laju pengosongan lambung untuk semua ikan adalah 100%. Setelah 30 menit bobot lambungnya menjadi 0,1627gr dengan laju pengosongan lambung untuk ikan adalah %. Satu jam berikutnya yaitu bobot lambung ikan menjadi 0,1097gr dengan laju pengosongan lambung untuk ikan adalah %. Ternyata ikan yang dibiarkan selama 0 menit memiliki bobot tubuh lebih besar dari pada ikan yang dibiarkan 30 menit dan 60 menit karena pada 0 menit ikan itu masih berbobot makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Santono (1994), yang menyatakan bahwa semakin lama ikan dibiarkan bobot lambungnya semakin berkurang karena setelah ikan memakan pakannya, pakan tersebut akan di digesti dalam lambungnya.

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil kelompok 3 sebagai berikut, organ digesti pada katak (Fejerfraya cancrivora), terdiri dari oeshophagus, lambung, pylorus, duodenum, intestine, rectum, kloaka, sedangkan kelenjar pencernaannya terdiri dari hati, pancreas, empedu. Organ digesti pada ikan Lele (Clarias batrachus)terdiri dari mulut, oeshophagus, empedu, hati, lambung, pylorus, intestine, kloaka.Berdasarkan pustaka sistem pencernaan pada katak terdiri atas rongga mulut (cavum oris), faring, oesophagus, gastrum, duodenum, intestine, colon, dan cloaca (Radiopoetra, 1977).Sistem pencernaan makanan ikan lele (Clarias batrachus) dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, oesophagus, lambung, pylorus, usus, rektum, dan anus(Kordi dan Ghufian, 2004).Hasil sebanding dengan pustaka.

Dari grafik diketahui bahwa pada praktikum kali ini Ikan lele sudah mencerna makanan dengan baik karena kondisi lambung saat penuh yaitu 0 menit setelah pemberian pakan lebih besar dari pemberian pakan setelah 30 menit dan 60 menit. Menurut Fujaya (2002), makanan yang tersimpan dalam lambung semakin lama akan berkurang yang berakibat bobot lambung akan lebih ringan hal ini dikarenakan makanan yang masuk dan berada dalam lambung sudah dicerna dan siap untuk diabsorpsi yang akan diambil sari-sari makanannya guna pemanfaatan sistem kerja yang lain dan sebagian digunakan untuk pertumbuhan.

Laju digesti adalah laju kecepatan pemecahan makanan dari tubuh ikan molekul yang kompleks ke molekul yang lebih sederhana dan kemudian akan diabsorpsi oleh tubuh ikan (Murtidjo, 2001). Proses digesti yang terjadi dalam lambung dapat diukur dengan mengetahui laju pengosongan lambung. Selain dipengaruhi oleh temperatur, laju digesti juga dipengaruhi oleh pakan yang akan dikonsumsi. Sebab dalam pakan yang akan dikonsumsi ikan banyak terdapat kandungan-kandungan mineral yang akan diserap oleh usus ikan, melalui proses pencernaan yang berlangsung selama ikan mengonsumsi pakan. Pakan ikan yang bervariasi akan mempengaruhi cepat lambatnya laju digesti atau cepat lambatnya laju pengosongan lambung pada ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marshal (1980), bahwa laju digesti adalah laju pengosongan lambung atau laju energi per unit waktu oleh akibat pembakaran pakan ikan yang dikonsumsi untuk memperoleh energi

Schimdt dan Nielsen (1990) menyatakan bahwa laju digesti dapat diukur menggunakan 3 metode yaitu :

1. Menghitung selisih antara nilai energi dari semua makanan yang masuk dalam tubuh.

2. Menghitung produksi panas total pada organisme.3. Menghitung jumlah oksigen yang digunakan oleh organisme untuk proses oksidasi atau konsumsi oksigen. Digesti merupakan proses yang berlangsung secara terus-menerus di organ pencernaan. Bermula setelah pengambilan makanan dan berakhir dengan pembuangan sisa-sisa makanan. Proses digesti memerlukan waktu dalam mencernakan makanannya. Waktu yang diperlukan untuk mencerna makanannya disebut dengan laju digesti. Digesti merupakan suatu proses yang diperlukan dalam nutrisi heterotrofik. Proses digesti, molekul-molekul yang besar seperti karbohidrat, lemak dan protein dari bagian-bagian sel dan jaringan yang dikonsumsi, harus dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, seperti gula dan asam amino agar dapat diangkut melalui membran sel (Ville et al., 1988).Sistem pencernaan makanan ikan lele (Clarias batrachus) dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, oesophagus, lambung, pylorus, usus, rektum, dan anus. Struktur anatomi mulut ikan erat kaitannya dengan cara mendapatkan makanan. Sungut terdapat di sekitar mulut lele yang berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan dan ini terdapat pada ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal). Rongga mulut pada ikan lele diselaputi sel-sel penghasil lendir yang mempermudah jalannnya makanan ke segmen berikutnya, juga terdapat organ pengecap yang berfungsi menyeleksi makanan. Setelah rongga mulut masuk ke oesophagus melalui faring.Faring pada ikan berfungsi untuk menyaring makanan rongga mulut.Selanjutnya, makanan akanmasuk ke pylorus, pylorus pada ikan berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan dari lambung ke usus (Kordi dan Ghufian, 2004).

Menurut Burhanuddin (2008) organ pencernaan pada ikan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Mulut dan Rongga Mulut, organ ini merupakan bagian depan dari saluran pencernaan, berfungsi untuk mengambil makanan yang biasanya ditelan bulat-bulat tanpa ada perubahan. Lendir yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar dari epithel rongga mulut akan bercampur dengan makanan, memperlancar proses penelanan makanan yang dibantu oleh kontraksi otot dinding mulut.

2) Pharynx, organ ini biasa disebut pangkal tenggerokan, merupakan lanjutan rongga mulut. Insang terletak tepat di belakang rongga mulut, di dalam pharynx. Umumnya terdapat empat pasang pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan Chodrichthyes mempunyai 5-7 pasang lengkung insang. Di samping melindungi filament insang yang lembut dari kikisan material makanan yang dimakan keluar melalui insang.

3) Esophagus, esophagus ikan biasa disebut kerongkongan, pendek dan mempunyai kemampuan untuk menggelembung. Organ ini merupakan lanjutan pharinx, bentuknya seperti kerucut dan terdapat di belakang daerah insang.

4) Lambung, lambung (ventriculus) atau perut besar adalah lanjutan dari esophagus, di belakangnya dibatasi oleh otot sfinkter yang disebut pylorus, untuk kemudian menjadi bagian depan dari usus bagian tengah.

5) Usus, usus tengah dan usus akhir biasa disebutIntestinum,suatu bagian dari saluran pencernaan mulai dari pylorus sampai di kloaka atau anus. Usus mempunyai banyak variasi pula, umumnya berbentuk seperti pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya, berakhir dan bermuara keluar, sebagai lubang anus. Usus diikat (difixer) oleh suatu alat pengantung,mesentrumyang merupakan derivat dari pembungkus rongga perut (peritonium)

Menurut Radiopoetra (1977: 67) menyatakan bahwa Sistem pencernaan pada katak terdiri atas rongga mulut (cavum oris), faring, oesophagus, gastrum, duodenum, intestine, colon, dan cloaca.Cavum oris ialah lebar.Bangunan-bangunan yang berada di dalam cavum oris ialah dentes dan lingua.Di dasar cavum oris sebelah anterior berpangkal lingua dengan ujung yang bebas di sebelah posterior.Ujungnya berlekuk sehingga tampak bercabang dan oleh karena itu disebut bifida.Lingua dapat dijulurkan keluar dengan cepat yang berfungsi untuk menangkap dan memasukkan mangsanya ke dalam mulut.

Secara berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi:

1) Rongga mulut, terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa.

2) Esofagus, berupa saluran pendek.

3) Ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus.

4) Intestinum (usus), dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.

5) Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloaka.

6) Kloaka, merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine. Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. Pankreas berwarna Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). Pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum (Jasin, 1992)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan ikan adalah temperatur, umur, ukuran tubuh, aktifitas, jenis kelamin, dan faktor-faktor kimia yang terdapat dalam perairan yaitu, kandungan O2, CO2, H2S, pH dan alkalinitas. Kondisi temperatur yang optimal bagi ikan akan membuat laju metabolismenya meningkat. Semakin banyak aktivitas ikan, maka akan semakin banyak membutuhkan energi sehingga proses metabolismenya juga meningkat, pola makan ikan meningkat, dan laju digestinya pun meningkat (Halver, 1989).VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa:1. Proses digesti memerlukan waktu dalam mencernakan makanannya. Waktu yang diperlukan untuk mencerna makanannya itu disebut dengan laju digesti.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju digesti antara lain kinerja enzim, kinerja organ-organ dalam tubuh, dan pakan yang dikonsumsi.

3. Percobaan yang dilakukan berhasil karena hasil yang diperoleh bobot lambung saat keadaan kenyang lebih berat daripada bobot lambung setelah kosong, hal ini disebabkan karena makanan yang dikonsumsi selama 15 menit sudah sampai ke lambung ikan.

DAFTAR PUSTAKACamus, P.A. Y. Y. Cid, L.Cisterna, C. W. Cceres. 2009.Consumption and digestion of animal food by rocky intertidal herbivores:an evaluation of digestive flexibility and omnivory in three grazing species, Journal Aquatic. Res, 37 (2) : 191-197.

Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional. Makasar.

Halver, J. A. 1989. Fish Nutrition. Academic Press, New York. Marshal, P. 1980. Physiology of Mammals and Other Vertebrates Second Edition. NewYork, New Rochelle, Melbourne. Sydney.

Murtidjo, A. 2001. Pedoman Meramu Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Santoso, Budi. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo dan Lokal. Kanisius, Yogyakarta.

Schmidt and Nielsen, K. 1990. Animal Physiology-Adaptation and Enviroment Fourth Edition. Cambridge University Press, Cambridge.

Seyhan, K. dan D. J. Grove. 2001. A new approach in Modelling Gastric emptying in fish. Turk J. Vet Anim Sci.

Ville, C. A. W. F. Walker and R. D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.

Zonneveld, N. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

_1465099864.xlsChart1

1001001001000'

86.76114.3894.7895.2530'

65.0597.2762.1887.3860'

kel 1

kel 2

kel 3

kel 4

waktu (menit)

Bobot lambung (%)

Grafik 3.I bobot lambung ikan lele terhadap waktu pengamatan

Sheet1

0'30'60'

kel 110086.7665.05

kel 2100114.3897.27

kel 310094.7862.18

kel 410095.2587.38