pengamalan al-quran dalam kehidupan...

27
8 Dalam UU Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 4 ditegaskan bahwa salah satu ciri manusia Indonesia yang menjadi tujuan Pendidikan Nasional ialah manusia yang beriman dan bertaqwa. Untuk menjadikan manusia Indonesia beriman dan bertaqwa itulah, diperlukan pendidikan keimanan dan ketaqwaan, yang kita kenal dengan pendidikan agama. Keberadaan Taman Pendidikan Al-Quran ditopang oleh landasan yuridis formal sebagai berikut: a) Undang-undang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) nomor 20 tahun 2003 dan b) SKB 2 menteri (Mendagri dan Menteri Agama) Nomor 128 dan 44A tahun 1982, tentang "Usaha peningkatan kemampuan baca tulis huruf al-Quran bagi umat Islam dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari". Taman pendidikan al-Quran, baik yang dikenal dengan nama TKA, TKQ, TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di tanah air. Menurut Budiyanto (2010: 3) bahwa Taman Pendidikan Al-Quran adalah institusi pendidikan non-formal yang relatif baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Untuk itu upaya pembinaan dan pengembanganya memerlukan penanganan serius dan terarah pada pengelolaan serta standar lulusan yang terukur dan kualitatif. Taman Pendidikan al-Qur'an (TPQ) adalah lembaga pendidikan dan pengajaran al-Qur'an bagi anak usia 7 sampai 12 tahun (Gushafizh, 2010). Taman Pendidikan Al-Qur'an adalah lembaga luar sekolah (nonformal) jenis keagamaan. Oleh karena itu muatan pengajarannya lebih menekankan aspek keagamaan Islam dengan mengacu pada sumber utamanya, yaitu al-Qur'an dan as-Sunnah. Hal itu

Upload: doanbao

Post on 04-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

8

Dalam UU Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab

II Pasal 4 ditegaskan bahwa salah satu ciri manusia Indonesia yang menjadi tujuan

Pendidikan Nasional ialah manusia yang beriman dan bertaqwa. Untuk

menjadikan manusia Indonesia beriman dan bertaqwa itulah, diperlukan

pendidikan keimanan dan ketaqwaan, yang kita kenal dengan pendidikan agama.

Keberadaan Taman Pendidikan Al-Quran ditopang oleh landasan yuridis

formal sebagai berikut: a) Undang-undang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas)

nomor 20 tahun 2003 dan b) SKB 2 menteri (Mendagri dan Menteri Agama)

Nomor 128 dan 44A tahun 1982, tentang "Usaha peningkatan kemampuan baca

tulis huruf al-Quran bagi umat Islam dalam rangka peningkatan penghayatan dan

pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari".

Taman pendidikan al-Quran, baik yang dikenal dengan nama TKA, TKQ,

TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di tanah

air. Menurut Budiyanto (2010: 3) bahwa Taman Pendidikan Al-Quran adalah

institusi pendidikan non-formal yang relatif baru dalam dunia pendidikan di

Indonesia. Untuk itu upaya pembinaan dan pengembanganya memerlukan

penanganan serius dan terarah pada pengelolaan serta standar lulusan yang terukur

dan kualitatif.

Taman Pendidikan al-Qur'an (TPQ) adalah lembaga pendidikan dan

pengajaran al-Qur'an bagi anak usia 7 sampai 12 tahun (Gushafizh, 2010). Taman

Pendidikan Al-Qur'an adalah lembaga luar sekolah (nonformal) jenis keagamaan.

Oleh karena itu muatan pengajarannya lebih menekankan aspek keagamaan Islam

dengan mengacu pada sumber utamanya, yaitu al-Qur'an dan as-Sunnah. Hal itu

Page 2: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

9

pun dibatasi dan disesuaikan dengan tarap perkembangan anak, yaitu kelompok

usia 4-12 tahun (usia TK/ SD/ MI). Dengan demikian, porsi pengajarannya tebatas

pada pemberian bekal dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaan,

misalnya pengajaran baca tulis al-Qur'an, pengajaran sholat, hafalan surat, dan

ayat al-Qur'an serta do'a harian, penanaman aqidah dan akhlaq, dan lainnya.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31

ayat 3 berbunyi: "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional yang menigkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak

mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa". Atas dasar amanat

Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan

nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab. Dalam penjelasan umum Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa

strategi pertama dalam melaksanakan pembaruan sistem pendidikan nasional

adalah " pelakasanaan pendidikan agama dan akhlak mulia".

Dalam hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan

Pasal 24 ayat 1 menyatakan bahwa: "tujuan pendidikan al-Qur'an adalah

meningkatakan kemampuan peserta didik membaca, menulis, memahami, dan

mengamalkan kandungan al-Qur'an". Pendidikan al-Qur'an terdiri dari:

Page 3: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

10

a. Taman Kanak-kanak Al-Qur'an (TKQ)

b. Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ)

c. Ta'limul Qur'an lil Aulad (TQA).

d. Dan bentuk lain yang sejenis.

Sedangkan kurikulum pendidikan al-Qur'an adalah membaca, menulis, dan

menghafal ayat-ayat al-Qur'an, tajwid serta menghafal do'a-do'a utama yang

tertulis dalam pasal 24 ayat 5.

2.1.2 Tujuan Taman Pengajian Al-quran

Ridwan (2010: 4) mengemukakan bahwa taman pendidikan al-Quran

bertujuan menyiapkan terbentuknya generasi Qurani, yaitu generasi yang

memiliki komitmen terhadap al-Quran sebagai sumber perrilaku, pijakan hidup

dan rujukan segala urusannya. Hal ini ditandai dengan kecintaan yang mendalam

terhadap al-Quran sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan rujukan segala

urusannya. Hal ini ditandai dengan kecintaan yang mendalam terhadap al-quran,

mampu dan rajin membacanya, terus menerus mempelajari isi kandungannya, dan

memiliki kemauan yang kuat mengamalkannya secara kaffah dalam kehidupan

sehari-hari.

Taman Pendidikan al-Qur'an bertujuan menyiapkan anak didiknya agar

menjadi generasi muslim Qur'ani, yaitu generasi yang mencintai al-Qur'an sebagai

bacaan dan sekaligus pandangan hidupnya sehari-hari (Gushafiz, 2010).

Untuk mencapai tujuan ini, Taman Pendidikan al-Qur'an perlu

menentukan target operasionalnya yang meliputi target jangka pendek dan jangka

panjang, yaitu sebagai berikut:

Page 4: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

11

a) Target Jangka Pendek (1-2 Tahun)

1. Anak dapat membaca al-Qur'an dengan benar sesuai dengan kaidah-

kaidah ilmu tajwid.

2. Anak dapat melakukan sholat dengan baik.

3. Anak hafal beberapa surat pendek, ayat pilihan dan do'a sehari-hari.

4. Anak dapat menulis huruf al-Qur'an (huruf Arab).

b) Target Jangka Panjang (3-4 Tahun)

1. Anak dapat menghatamkan al-Qur'an 30 juz.

2. Anak mampu mempraktekkan lagu-lagu dasar qiro'ah.

3. Anak mampu menjadikan dirinya sebagai teladan bagi teman segenerasi

(berakhlak mulia) .

2.1.3 Manfaat Taman Pengajian Al-quran

Pengajian mempunyai kedudukan yang sakral bagi umat muslim.

Pengajian yang dimaksudkan adalah membaca Al Qur’an sebagai kitab suci umat

Islam yang secara ruitin dilaksanakan oleh TPA. Mengaji kitab suci Al Qur’an

merupakan sesuatu yang diwajibkan Allah SWT. Menurut Yusran (2011:1) bahwa

membaca al-Qur’an merupakan ibadah yang paling utama dan dicintai Allah.

Dalam hal ini para ulama sepakat, bahwa hukum membaca al-Qur’an adalah wajib

‘ain.

Maknanya, setiap individu yang mengaku dirinya Muslim harus mampu

baca al-Qur’an dengan baik dan benar. Kalau tidak, maka ia berdosa. Karena

bagaimana mungkin kita mengamalkan al-Qur’an tanpa mau membaca dan

Page 5: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

12

memahaminya. Beriman terhadap al-Qur’an bukan sekedar percaya saja, namun

mesti dibuktikan dengan implementasi yang nyata sebagai tuntutan dari iman

tersebut yaitu membaca, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Yusran (2011:1) bahwa mengemukakan bahwa Al-Qur’an merupakan

pedoman, konsep, dan aturan hidup manusia. Dalam konteks hablum minallah, al-

Qur’an mengatur relasi hamba dengan khaliqnya. Hubungan vertikal ini dalam

bahasa syariat disebut ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan haji.Sedangkan

dalam konteks hablum minan naas, al-Qur’an menjelaskan tata cara pergaulan

dan hubungan manusia dengan dirinya, manusia lain dan makhluk Allah lainnya.

Hubungan horizontal ini dikenal dengan sebutan muamalah.

Yusran (2011:3-4) mengemukakan bahwa sungguh banyak keutamaan dan

keuntungan yang diperoleh bagi orang yang membaca al-Qur’an. Keuntungan

tersebut tidak dimiliki oleh bacaan lainnya seperti surat kabar, majalah dan buku.

Diantara keutamaan dan keuntungan orang yang membaca al-Qur’an yaitu;

Pertama: orang yang membaca Al-Qur’an akan mendapatkan syafaat

(pertolongan) pada hari Kiamat nantinya berdasarkan sabda Rasulullah saw

bersabda: ”Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat

nanti memberi syafaat bagi orang yang membacanya.” (H. R. Muslim). Tentunya

tidak hanya sekedar membaca, juga mengamalkannya. Namun demikian, tanpa

membaca al-Qur’an maka tidak mungkin kita mengamalkannya. Selain Rasulllah

saw, tidak seorangpun yang mampu memberikan pertolongan kepada seseorang

pada hari hisab, kecuali al-Qur’an yang dibaca selama ia hidup di dunia.

Page 6: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

13

Kedua, Rasulullah saw menegaskan bahwa orang yang terbaik di antara manusia

adalah orang yang mau mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an, sesuai dengan

sabdanya, ”Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan yang

mengajarkannya” (H.R. Bukhari). Oleh karena itu, orang yang terbaik di dunia ini

bukanlah orang yang punya memiliki harta yang melimpah, jabatan maupun

pangkat yang tinggi. Namun, disisi Allah Swt orang terbaik itu adalah orang yang

mau belajar al-Qur’an dan mengajarkan kepada orang lain. Ketiga, orang yang

pandai membaca Al-Qur’an akan disediakan tempat yang paling istimewa di surga

bersama para malaikat yang suci. Sedangkan orang yang membaca terbata-bata

(belum pandai), maka ia akan diberi dua pahala yaitu pahala mau belajar dan

kesungguhan membaca, Keempat, kejayaan suatu umat Islam itu dengan membaca

al-Qur’an dan mengamalkannya. Namun sebaliknya, musibah yang menimpa

umat ini disebabkan karena sikap acuh tak acuh kepada al-Qur’an dan

meninggalkannya. Kelima, orang yang membaca dan mendengar al-Qur’an akan

mendapatkan sakinah, rahmah, doa malaikat dan pujian dari Allah. Oleh karena

itu, ketenangan tidaklah diperoleh dengan harta yang banyak, pangkat dan jabatan,

namun diperoleh dengan sejauh mana interaksi kita dengan al-Qur’an.

Keenam, mendapat pahala yang berlipat ganda. Rasulullah Saw

bersabda: ”Barangsiapa yang membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat

satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku

tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf." (H.R at-

Tirmizi) Bahkan, membaca “alif lam mim” saja kita mendapatkan pahala

sebanyak 30 kebaikan, maka bagaimana dengan membaca sejumah ayat-ayat yang

Page 7: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

14

dalam satu halaman al-Qur’an. Bahkan berapa jumlah pahala yang kita peroleh

bila kita mampu membaca 1 juz dengan jumlah huruf ribuan atau ratusan ribu.

Tentu pahalanya sangat banyak, bahkan kita tidak sanggup menghitungnya.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan pengajian yang

dilaksanakan di TPA memberikan berbagai keutamaan dan keuntungan bagi

orang yang mengaji al-Qur’an tersebut. Terkait dengan hal ini maka kebiasaan

positif yang dilakukan dengan mengaji di TPA perlu terus dimasyarakatkan.

Dampak positif tersebut memberikan wawasan kepada masyarakat

manfaat keberadaan TPQ di lingkungannya. Paling tidak, manfaatlain yang

didapatkan melalui keberadaan TPQ ini adalah membangkitkan minat anak-anak

yang hidup di suatu masyarakat terhadap quran dengan mempelajarinya secara

bertahap dan mudah.

2.2 Kecerdasan Spiritual

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual

Tasmara (dalam Thontowi) kecerdasan Spiritual adalah kemampuan atau

kapasistas seseorang untuk pengunaan nilai-nilai agama baik dalam berhubungan

secara vertikal atau hubungan dengan Allah SWT (Hab lum minallah) dan

hubungan secara horizontal atau hubungan sesama manusia (Hab lim min‟nan

nas) yang dapat dijadikan pedoman suatu perbuatan yang bertangung jawab

didunia maupun diakhirat. Dengan kata lain Kecerdasan Spritual dimana kondisi

seseorang yang telah dapat mendengar suara hati karena pada dasarnya suara hati

manusia masih bersifat universal, tapi apa bila seseorang telah mampu

Page 8: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

15

memunculkan beberapa sifat-sifat dari Allah yang telah diberikan-Nya kepada

setiap jiwa manusia dalam bentuk yang fitrah dan suci maka akan memunculkan

sifat takwa.

Kecerdasan spiritual atau yang biasa dikenal dengan spiritual quotient

adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya

secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-

nilai positif. Spiritual quotient merupakan fasilitas yang membantu seseorang

untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu. (Agustian,

2001:1)

Menurut Oxan, (2010:1) bahwa kecerdasan spritual tersusun dalam dua

kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang

untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut

kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli

didasarkan pada teorinya masing – masing. Selanjutnya Oxan menyebutkan

bahwa Intelegen dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang berhubungan

dengan abstraksi – abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan

menangani situasi – situasi baru. Spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri,

nilai – nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan

kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar

dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung

dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita.

Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, moral. (Oxan, 2010:1)

Page 9: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

16

Pendapat tersebut menujukkan bahwa kecerdasan spiritual dapat diartikan

sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang

berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan. Kecerdasan ini terutama berkaitan

dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan manusia yaitu kekuatan

penggerak kehidupan dan semesta.

2.2.2 Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual

Ahmad Thontowi, dalam web kemenag menjelaskan tentang aspek-aspek

kecerdasan Spiritual yaitu sebagai berikut.

a. Shiddiq

Salah satu dimensi kecerdasan ruhaniah terletak pada nilai kejujuran yang

merupakan mahkota kepribadian orang-orang mulia yang telah dijanjikan

Allah akan memperoleh limpahan nikmat dari-Nya. Seseorang yang cerdas

secara ruhaniah, senantiasa memotivasi dirinya dan berada dalam lingkungan

orang-orang yang memberikan makna kejujuran, sebagai mana firmanNya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah danhendaklah kamu bersamaorang-orang yangbenar( jujur)”. (At-Taubah:119)

Shiddiq adalah orang benar dalam semua kata, perbuatan, dan keadaan

batinya. Hati nuraninya menjadi bagian dari kekuatan dirinya karena dia sadar

bahwa segala hal yang akan mengganggu ketentraman jiwanya merupakan

dosa. Dengan demikian, kejujuran bukan datang dari luar, tetapi ia adalah

bisikan dari qalbu yang secara terus menerus mengetuk-ngetuk dan

memberikan percikan cahaya Ilahi. Ia merupakan bisikan moral luhur yang

Page 10: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

17

didorong dari hati menuju kepada Ilahi (mahabbah lilllah). Kejujuran bukan

sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah pangilan dari dalam (calling from

withim) dan sebuah keterikatan (commitment, aqad, i‟tiqad). Perilaku yang

jujur adalah prilaku yang diikuti dengan sikap tanggung jawab atas apa yang

diperbuatnya, karena dia tidak pernah berfikir untuk melemparkan tanggung

jawab kepada orang lain, sebab sikap tidak bertanggung jawab merupakan

pelecehan paling azasi terhadap orang lain, serta sekaligus penghinaan

terhadap dirinya sendiri.

Kejujuran dan rasa tanggung jawab yang memancar dari qalbu,

merupakan sikap sejati manusia yang bersifat universal, sehingga harus

menjadi keyakinan dan jati diri serta sikapnya yang paling otentik, asli, dan

tidak bermuatan kepentingan lain, kecuali ingin memberikan keluhuran makna

hidup. Dalam usaha untuk mencapai spiritual, sifat shiddiq seseorang harus

melalui beberapa hal diantaranya adalah :

1. Jujur pada diri sendiri

Salah satu contoh jujur pada diri sendiri adalah pada saat seseorang

melakukan sholat, begitu taat dan bersungguh-sungguh untuk mengikuti

seluruh proses sejak dari takbir samSpiritual salam, ritual sholat telah

melahirkan nuansa kejujuran dan melaksanakan seluruh kewajiban

dengan penuh tanggung jawab, bagi orang-orang yang shiddiq, esensi

sholat tidak berhenti sampai ucapan assalamu‟alaikum, tetapi justru

ucapan itu merupakan awal bagi dirinya untuk membuktikan hasil

sholatnya dalam kehidupan secara aktual dan penuh makna manfaat.

Page 11: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

18

2. Jujur pada orang lain

Sikap jujur pada orang lain berarti sangat prihatin melihat penderitaan

yang dialami oleh mereka. Sehingga, seseorang yang shiddiq mempunyai

sikap dan mempunyai jiwa pelayanan yang prima (sense of

steweardship). Maka, tidak mungkin seseorang merasa gelisah berada

bersama-sama dengan kaum shiddiqiin karena mereka adalah

sebaikbaiknya teman yang penyantun dan penyayang serta

direkomendasikan Allah. Tidak mungkin para shiddiqiin itu akan

mencelakakan orang lain karena di dalam jiwanya hanya ada kepedulian

yang amat sangat untuk memberikan kebaikan.

3. Jujur terhadap Allah

Jujur terhadap Allah berarti berbuat dan memberikan segala-galanya atau

beribadah hanya untuk Allah, hal ini sebagaimana didalam doa iftitah,

seluruh umat Islam menyatakan ikrarnya bahwa sesungguhnya sholat,

pengorbanan, hidup, dan mati mereka hanya diabadikan kepada Allah

Yang Maha Mulia, penyataan ini merupakan komitmen yang secara

terus-menerus harus diperjuangkannya agar tidak keluar atau

menyimpang dari arah yang sebenarnya. Itulah sebabnya didalam Al-

Qur’an banyak ditemukan kata shirath, syai‟ah, thariqah, sabil, dan

minhaj, yang semuanya memberikan makna dasar” jalan “.

4. Menyebarkan salam

Salam tidak hanya memberikan pengertian selamat, tetapi mempunyai

kandungan bebas dari segala ketergantungan dan tekanan, sehingga

Page 12: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

19

hidupnya terasa damai, tenteram dan selamat, karena itu setiap muslim

akan mengucapkan salam setiap akhir sholat, seakan-akan mereka ingin

membuktikan bahwa hasil audensinya dengan Allah akan

dinyatakannyan secara nyata dan aktual dalam kehidupnya, yaitu ikut

berpartisipasi dari dirnya sendiri merupakan bagian dari salam tersebut.

Dengan demikian, makna salam merupakan benang merah dan indentitas

paling monumental yang menjadi misi dan hiasan kepribadian serta sikap

dan prilaku seorang muslim.

b. Istiqamah

Istiqamah diterjemahkan sebagai bentuk kualitas batin yang melahirkan sikap

konsisten (taat azas) dan teguh pendirian untuk menegakkan dan membentuk

sesuatu menuju pada kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik, sebagai

mana kata taqwin merujuk pula pada bentuk yang sempurna(qiwam). Maka

tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu

dan (juga) orang yang Telah Taubat beserta kamu dan janganlah kamu

melampaui batas. Abu Ali ad-Daqqaq (Tasmara, 2001) berkata ada tiga

derajat pengertian istiqamah, yaitu menegakkan atau membentuk sesuatu

(taqwim), menyehatkan dan meluruskan (iqamah), dan berlaku lurus

(istiqamah), takwim menyangkut disiplin jiwa, Iqamah berkaitan dengan

penyempurnaan, dan istiqamah berhubungan dengan tindakan

pendekatan diri kepada Allah. Sikap istiqamah menunjukkan kekuatan iman

yang merasuki seluruh jiwanya, sehingga dia tidak mudah goncang atau cepat

menyerah pada tantangan atau tekanan, mereka yang memiliki jiwa istiqamah

Page 13: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

20

itu adalah tipe manusia yang merasakan ketenangan luar biasa (iman, aman,

muthmainah) walau penampakannya diluar bagai orang yang gelisah. Dia

meresa tenteram karena apa yang dia lakukan merupakan rangkaian ibadah

sebagai bukti “yakin” kepada Allah SWT.dan Rasul-Nya. Sikap

istiqamah ini dapat terlihat pada orang-orang :

1. Mempunyai Tujuan

Sikap istiqamah hanya mungkin merasuki jiwa seseorang bila mereka

mempunyai tujuan atau ada sesuatu yang ingin dicapainya. Mereka

mempunyai visi yang jelas dan dihayatinya sebagai penuh

kebermaknaan, mereka pun sadar bahwa pencapaian tujuan tidaklah

datang begitu saja, melainkan harus diperjuangkan dengan penuh dengan

kesabaran, kebijakan, kewaspadaan, dan perbuatan yang memberikan

kebaikan semata.

2. Kreatif

Orang yang memilki sifat istiqamah akan tanpak dari kretivitasnya, yaitu

kemampuan untuk mengahasilkan sesuatu melalui gagasan-gagasannya

yang segar, mereka mampu melakukan deteksi dini terhadap

permasalahan yang dihadapinya, haus akan imformasi, dan mempunyai

rasa ingin tahu yang besar (curiousity) serta tidak takut pada kegagalan.

3. Menghargai Waktu

Waktu adalah aset Ilahiyah yang paling berharga, bahkan merupakan

kehidupan itu yang tidak dapat disia-siakan, Sungguh benar apa yang

Page 14: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

21

difirmankan Allah agar kita memperhatikan waktu („ashar). Rasulullah

saw. Bersabda:

“Jangan mencerca waktu karena Allah pemilik waktu.” (HR Ahmad).

Disamping menunjukkan waktu ketika matahari telah melampaui

pertengahan atau menuju ke magrib, kata ashar berasal dari kata ashara

yang artinya memeras sesuatu sehingga tidak lagi ada yang tersisa dari

benda yang diperas tersebut’, Hal ini sebagaimana terdapat dalam surah

Yusuf ayat 36 :

Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orangpemuda. berkatalah salah seorang diantara keduanya:"Sesungguhnya Aku bermimpi, bahwa Aku memeras anggur." Danyang lainnya berkata: "Sesungguhnya Aku bermimpi, bahwa Akumembawa roti di atas kepalaku, sebahagiannya dimakan burung."berikanlah kepada kami ta'birnya; Sesungguhnya kami memandangkamu termasuk orang-orang yang pandai (mena'birkan mimpi).

4. Sabar

Sabar merupakan suasana batin yang tetap tabah, istiqamah pada awal dan

akhir ketika menghadapi tantangan, dan mengemban tugas dengan hati

yang tabah dan optimis, sehingga dalam jiwa orang yang sabar tersebut

terkandung beberapa hal yang diantaranya sebagai berikut, menerima dan

menghadapi tantangan dengan tetap konsisten dan berpengharapan,

berkeyakinan Allah tidak akan memberikan beban di luar kemampuanya.

Mereka tetap mengendalikan dirinya dan mampu melihat sesuatu dalam

perspektif yang luas, tidak hanya melihat apa yang tanpak, tetapi melihat

sesuatu dalam kaitanya dengan yang lain.

Page 15: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

22

c. Fathanah

Fathanah diartikan sebagai kemahiran, atau penguasaan terhadap bidang

tertentu, pada hal makna fathanah merujuk pada dimensi mental yang sangat

mendasar dan menyeluruh. Seorang yang memilki sikap fathanah, tidak hanya

menguasai bidangnya saja begitu juga dengan bidang-bidang yang lain,

Keputusan-keputusanya menunjukkan warna kemahiran seorang profesional

yang didasarkan pada sikap moral atau akhlak yang luhur, memilki

kebijaksanaan, atau kearifan dalam berpikir dan bertindak.

d. Amanah

Amanah menjadi salah satu dari aspek dari ruhaniah bagi kehidupan manusia,

seperti halnya agama dan amanah yang dipikulkan Allah menjadi titik awal

dalam perjalanan manusia menuju sebuah janji. Janji untuk dipertemukan

dengan Allah SWT, dalam hal ini manusia dipertemukan dengan dua dinding

yang harus dihadapi secara sama dan seimbang antara dinding jama’ah

didunia dan dinding kewajiban insane diakhirat nanti. Sebagai mahluk yang

paling sempurna dari ciptaan Allah SWT dibandingkan dengan mahluk yang

lain, maka amanah salah satu sifat yang dimilki oleh manusia sebagai khalifah

dimuka bumi. Didalam nilai diri yang amanah itu ada beberapa nilai yang

melekat :

1. Rasa ingin menunjukkan hasil yang optimal.

2. Mereka merasakan bahwa hidupnya memiliki nilai, ada sesuatu yang

penting. Mereka merasa dikejar dan mengejar sesuatu agar dapat

menyelesaikan amanahnya dengan sebaik-baiknya.

Page 16: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

23

3. Hidup adalah sebuah proses untuk saling mempercayai dan dipercayai.

e. Tablig

Fitrah manusia sejak kelahirannya adalah kebutuhan dirinya kepada orang

lain. Kita tidak mungkin dapat berkembang dan survive kecuali ada kehadiran

orang lain. Seorang muslim tidak mungkin bersikap selfish, egois, atau

ananiyah‟ hanya mementingkan dirinya sendiri’. Bahkan tidak mungkin

mensucikan dirinya tanpa berupaya untuk menyucikan orang lain.

Kehadirannya di tengah-tengah pergaulan harus memberikan makna bagi

orang lain bagaikan pelita yang berbinar memberi cahaya terang bagi mereka

yang kegelapan. Mereka yang memilki sifat tabliq mampu membaca suasana

hati orang lain dan berbicara dengan kerangka pengalaman serta lebih banyak

belajar dari pengalaman dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup.

Ciri utama dari spiritual quotient ini ditunjukkan dengan kesadaran

seseorang untuk menggunakan pengalaman sebagai bentuk penerapan nilai dan

makna. Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan

kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri

dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu

menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang

berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai

dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri,

serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan makna hidupnya

Page 17: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

24

Masaong, (2007:89) memperkenalkan istilah kecerdasan spiritual pertama

kalinya. Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk

memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif.

Selanjutnya, dikatakan secara terpisah maupun bersama tidak cukup untuk

menjelaskan keseluruhan kompleksitas kecerdasan manusia, kekayaan jiwa, dan

imajinasinya. Pendapat di atas menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual sebagai

puncak kecerdasan. Kecerdasan spiritual tidak identik dengan agama formal,

karena itu kecerdasan ini tidak milik satu agama. Masaong, (2007:89)

menggambarkan kecerdasan spiritual sebagai wawasan pemikiran yang luas biasa

mengagumkan, dan sekaligus argumen pemikiran tentang betapa pentingnya

hidup sebagai manusia yang cerdas secara spiritual.

Sinotar (2001:1) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai pemikiran

yang terilhami. Kecerdasan ini diilhami oleh dorongan dan efektifitas, keberadaan

atau hidup keilahian yang mempersatukan kita sebagai bagian-bagiannya.

Kecerdasan spiritual adalah fakultas dari dimensi non material kita ruh manusia.

Kecerdasan spiritual memberi kita kemampuan membedakan kecerdasan spiritual

memberi kita rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku, dibarengi

dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta

dan pemahaman sampai pada batasannya.

Agustian (2003:1) mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual adalah

kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan,

melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang

Page 18: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

25

seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhid serta berprinsip hanya kepada

Allah SWT.

Agustian (2003:1) dalam bukunya menuliskan adanya 6 prinsip dalam

kecerdasan spiritual berdasarkan rukun iman, yaitu : a) Prinsip bintang

berdasarkan iman kepada Allah SWT. Yaitu kepercayaan atau keimanan kepada

Allah SWT. Semua tindakan hanya untuk Allah, tidak mengharap pamrih dari

orang lain dan melakukannya sendiri. b) Prinsip malaikat berdasarkan iman

kepada Malaikat. Semua tugas dilakukan dengan disiplin dan sebaik-baiknya

sesuai dengan sifat malaikat yang dipercaya oleh Allah untuk menjalankan segala

perintah-Nya. c) Prinsip kepemimpinan, berdasarkan iman kepada rasul. Seorang

pemimpin harus memiliki prinsip yang teguh, agar mampu menjadi pemimpin

yang sejati. Seperti halnya Rasullullah SAW, seorang pemimpin sejati yang

dihormati oleh semua orang. d) Prinsip pembelajaran berdasarkan iman kepada

kitab. Suka membaca dan belajar untuk menambah pengetahuan dan mencari

kebenaran yang hakiki. Berpikir kritis terhadap segala hal dan menjadikan Al-

Qur’an sebagai pedoman dalam bertindak. e) Prinsip masa depan berdasarkan

iman kepada hari akhir. Berorientasi terhadap tujuan, baik jangka pendek, jangka

menengah maupun jangka panjang. Semua itu karena keyakinan akan adanya hari

kemudian dimana setiap individu akan mendapat balasan terhadap setiap tindakan

yang dilakukan. f) Prinsip keteraturan berdasarkan iman kepada Qodlo dan

Qodar Setiap keberhasilan dan kegagalan, semua merupakan takdir yang telah

ditentukan oleh Allah. Hendaknya berusaha dengan sungguh-sungguh dan berdoa

kepada Allah.

Page 19: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

26

Robin (2010:1) mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual adalah

kecerdasan yang membuat kita utuh, yang memberi kita integritas kita. Ini adalah

kecerdasan jiwa, kecerdasan diri dalam. Ini adalah kecerdasan yang kita

mengajukan pertanyaan mendasar dan dengan yang kita bingkai jawaban kita.

Robbin (2010:1) menegaskan lagu bahwa kecerdasan ini terdiri dari 4

karakteristik utama yaitu: 1) transendensi. Ini berarti hidup di luar jangkauan

persepsi biasa. Ini adalah tentang menjadi di atas dan independen terhadap alam

semesta material, 2) kesadaran Semakin tingginya. Hal ini sepenuhnya menyadari

sekeliling Anda dan orang lain. Hal ini untuk sepenuhnya hadir dalam apa yang

sedang terjadi, 3) kegiatan sehari-hari menganugrahkan begitu dengan rasa yang

ketuhanan. Tidak ada tindakan biasa, setiap tindakan harus memiliki arti dan

signifikansi dan 4) terlibat dalam perilaku berbudi luhur. Selalu ada

pengampunan, syukur, kerendahan hati, belas kasih, dan kebijaksanaan.

Mahayana (dalam Joelsafira, 2010:1) menyebutkan beberapa ciri orang

yang mempunyai kecerdasan spritual yang tinggi, antara lain :

1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat

Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar ia sebagai pedoman

berperilaku yang mempunyai nilai yang langgeng dan produktif. Prinsip manusia

secara jelas tidak akan berubah, yang berubah adalah cara kita mengerti dan

melihat prinsip tersebut. Semakin banyak kita tahu mengenai prinsip yang benar

semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana.

Paradigma adalah sumber dari semua tingkah laku dan sikap, dengan

menempatkan kita pada prinsip yang benar dan mendasar maka kita juga

Page 20: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

27

menciptakan peta atau paradigma mendasar mengenai hidup yang benar, dan pada

ujung - ujungnya adalah hidup yang efektif.

2. Kesatuan dan keragaman

Orang yang mempunyai tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi dia

memandang manusia itu sama. Dia memandang bahwa keberagaman itu yang

membuat kita menjadi satu. Tony Buzan (dalam Ieds, 2011) mengatakan bahwa

“kecerdasan spiritual meliputi melihat gambaran yang menyeluruh, ia termotivasi

oleh nilai pribadi yang mencakup usaha menjangkau sesuatu selain kepentingan

pribadi demi kepentingan masyarakat”.

3. Memaknai

Seorang yang memiliki spiritual quotient tinggi akan mampu memaknai

atau menemukan makna terdalam dari segala sisi kehidupan, baik karunia Tuhan

yang berupa kenikmatan atau ujian dari-Nya. Mengenai hal ini Covey (dalam

Joelsafira, 2010:2) meneguhkan tentang pemaknaan dan respon kita terhadap

hidup. Ia mengatakan ”cobalah untuk mengajukan pertanyaan terhadap diri

sendiri! Apa yang dituntut situasi hidup saya saat ini? Apa yang harus saya

lakukan dalam tanggung jawab saya? Apa tugas-tugas saya saat ini? Apa langkah

bijaksana yang akan saya ambil?

Sehingga anak yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan

mengetahui hak dan kewajibannya hidup di dunia sebagai mahluk Tuhan. Hal ini

dicontohkan seperti anak yang melakukan peribadatan sebagai bentuk

kewajibannnya kepad Tuhannya. Sehingga dengan beribadah kepadaNya, anak

Page 21: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

28

yakin bahwa haknya akan terpenuhi dengan jalan mendapat pahala atau

merasakan karunia dan nikmat yang diberikan olehNya.

4. Kesulitan dan penderitaan

Pelajaran yang paling berarti dalam kehidupan manusia adalah pada waktu

ia sadar bahwa itu adalah bagian penting dari substansi yang akan mengisi dan

mendewasakan sehingga ia menjadi lebih matang, kuat, dan lebih siap menjalani

kehidupan yang penuh rintangan dan penderitaan. Pelajaran tersebut akan

meneguhkan pribadinya setelah ia dapat menjalani dan berhasil untuk

mendapatkan apa maksud terdalam dari pelajaran tadi. Kesulitan akan mengasah

menumbuh kembangkan, hingga pada proses pematangan dimensi spiritual

manusia. spiritual quotient mentransformasikan kesulitan menjadi suatu medan

penyempurnaan dan pendidikan spiritual yang bermakna. spiritual quotient yang

tinggi mampu memajukan seseorang karena pelajaran dari kesulitan dan kepekaan

terhadap hati nuraninya.

Menurut Joelsafira, (2010:21) terdapat tiga bagian yang dapat kita lihat

untuk menguji tingkat kecerdasan spritual seseorang, seperti :

a. Dari sudut pandang spiritual keagamaan (relasi vertikal, hubungan dengan

yang Maha Kuasa). Sudut pandang ini akan melihat sejauh manakah tingkat

relasi spritual kita dengan Sang Pencipta, Hal ini dapat diukur dari “segi

komunikasi dan intensitas spritual individu dengan Tuhannya”.

Menifestasinya dapat terlihat dari pada frekwensi do’a, makhluq spritual,

kecintaan kepada Tuhan yang bersemayam dalam hati, dan rasa syukur

kehadirat-Nya. Khavari lebih menekankan segi ini untuk melakukan

Page 22: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

29

pengukuran tingkat kecerdasan spritual, karena ”apabila keharmonisan

hubungan dan relasi spritual keagamaan seseorang semakin tinggi maka

semakin tinggi pula tingkat kualitas kecerdasan spritualnya”.

b. Dari sudut pandang relasi sosial keagamaan. Sudut pandang ini melihat

konsekwensi psikologis spritual-keagamaan terhadap sikap sosial yang

menekankan segi kebersamaan dan kesejahteraan sosial. Kecerdasan spiritual

akan tercermin pada ikatan kekeluargaan antar sesama, peka terhadap

kesejahteraan orang lain dan makhluk hidup lain, bersikap dermawan. Perilaku

marupakan manifestasi dari keadaan jiwa, maka kecerdasan spritual yang ada

dalam diri individu akan termanifestasi dalam perilakunya. Dalam hal ini

spiritual quotient akan termanifestasi dalam sikap sosial. Jadi kecerdasan ini

tidak hanya berurusan dengan ke-Tuhanan atau masalah spiritual, namun akan

mempengaruhi pada aspek yang lebih luas terutama hubungan antar manusia.

c. Dari sudut pandang etika sosial. Sudut pandang ini dapat menggambarkan

tingkat etika sosial sebagai manifestasi dari kualitas kecerdasan spiritual.

Semakin tinggi tingkat kecerdasan spritualnya semakin tinggi pula etika

sosialnya. Hal ini tercermin dari ketaatan seseorang pada etika dan moral,

jujur, dapat dipercaya, sopan, toleran, dan anti terhadap kekerasan. Dengan

kecerdasan spritual maka individu dapat menghayati arti dari pentingnya

sopan santun, toleran, dan beradap dalam hidup. Hal ini menjadi panggilan

intrinsik dalam etika sosial, karena sepenuhnya kita sadar bahwa ada makna

simbolik kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari yang selalu

mengawasi atau melihat kita di dalam diri kita maupun gerak-gerik kita,

Page 23: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

30

dimana pun dan kapan pun, apa lagi kaum beragama, inti dari agama adalah

moral dan etika.

Kesimpulannya bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang

berasal dari dalam hati, menjadikan kita kreatif ketika kita dihadapkan pada

masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang terkandung di dalamnya, serta

menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh ketenangan dan kedamaian hati.

Kecerdasan spiritual membuat individu mampu memaknai setiap kegiatannya

sebagai ibadah, demi kepentingan umat manusia dan Tuhan yang sangat

dicintainya.

Menurut Sinotar (2001:23) otoritas intuitif, yaitu kejujuran, keadilan,

kesamaan perlakuan terhadap semua orang, mampunyai faktor yang mendorong

kecerdasan spiritual. Suatu dorongan yang disertai oleh pandangan luas tentang

tuntutan hidup dan komitmen untuk memenuhinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kecerdasan spiritual menurut Agustina (200:13) adalah inner value

(nilai-nilai spiritual dari dalam) yang berasal dari dalam diri (suara hati), seperti

transparency (keterbukaan), responsibilities (tanggung jawab), accountabilities

(kepercayaan), fairness (keadilan) dan social wareness (kepedulian sosial). Faktor

kedua adalah drive yaitu dorongan dan usaha untuk mencapai kebenaran dan

kebahagiaan.

Sinotar (2001:25) menuliskan beberapa aspek dalam kecerdasan spiritual,

yaitu :

b) Kemampuan seni untuk memilih, kemampuan untuk memilih dan menata

hingga ke bagian-bagian terkecil ekspresi hidupnya berdasarkan suatu visi

Page 24: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

31

batin yang tetap dan kuat yang memungkinkan hidup mengorganisasikan

bakat.

c) Kemampuan seni untuk melindungi diri. Individu mempelajari keadaan

dirinya, baik bakat maupun keterbatasannya untuk menciptakan dan menata

pilihan terbaiknya.

d) Kedewasaaan yang diperlihatkan. Kedewasaan berarti kita tidak

menyembunyikan kekuatan-kekuatan kita dan ketakutan dan sebagai

konsekuensinya memilih untuk menghindari kemampuan terbaik kita.

e) Kemampuan mengikuti cinta. Memilih antara harapan-harapan orang lain di

mata kita penting atau kita cintai.

f) Disiplin-disiplin pengorbanan diri. Mau berkorban untuk orang lain, pemaaf

tidak prasangka mudah untuk memberi kepada orang lain dan selalu ingin

membuat orang lain bahagia.

Berdasarkan uraian tersebut di atas jelas menunjukkan bahwa Kecerdasan

Spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat

menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan

yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari

keseluruhan”. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup

lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang

hakiki.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual pada

dasarnya kecerdasan yang berkaitan dengan fitrah manusia sebagai hamba sang

pencipta. Kecerdasan ini menjadikan manusia menjadi kreatif dalam menghadapi

Page 25: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

32

berbagai masalah pribadi, serta dapat menyelesaikannya dengan baik agar

memperoleh ketenangan dan kedamaian hati. Dengan kecerdasan spiritual maka

manusia akan semakin sadar bahwa kehidupannya akan berakhir dan manusia

akan selalu terdorong untuk beribadah kepada Allah sang Pencipta serta mampu

memaknai setiap kegiatannya sebagai ibadah, demi kepentingan umat manusia

dan Tuhan yang sangat dicintainya. Dengan cara seperti ini maka hidup manusia

akan lebih bermakna dan bermanfaat bagi alam semesta.

2.3.3. Implikasi Kecerdasan Spiritual Terhadap Perkembangan Anak

Adapun implikasi kecerdasan spiritual terhadap perkembangan anak dalam

antara lain, dapat membentuk generasi islami yang diwujudkan dalam bentuk

prilaku yang mulia dalam semua aktivitasnya, akan melahirkan anak-anak yang

jujur, istiqomah, amanah, fathonah, tabligh, bertanggungjawab (bertakwa),

melatih anak-anak memiliki keimanan kepada Allah yang kokoh, akan melahirkan

anak-anak yang percaya diri dan mengenal dirinya sendiri dan Allah sebagai

Tuhannya.

2.4 Kontribusi TPA dalam Meningkatkan Kecerdasan Spritual Anak

Kecerdasan spiritual anak dapat ditingkatkan melalui kegiatan praktik

pengajian. Taman pengajian al-Quran memiliki kontribusi yang sangat signifikan

dalam upaya meningkatkan kecerdasan spiritual anak. Menurut Darmawan (2010:

2) bahwa kontribusi dalam upaya meningkatkan kecerdasan spiritual anak dapat

dilihat dari tiga aspek, yaitu:

Page 26: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

33

1. keterampilan dan kemampuan anak dalam membaca al-Quran

2. kemampuan anak dalam menghayati isi al-Quran

3. kemampuan anak dalam mengamalkan isi al-Quran

Terkait dengan kecerdasan spiritual, maka pendapat yang dikemukakan di

atas akan memberikan implikasi terhadap kehidupan spiritual anak sebagai berikut

1) Mempunyai kesadaran diri. Adanya tingkat kesadaran yang tinggi dan

mendalam sehingga bisa menyadari antuasi yang datang dan menanggapinya.

2) Mempunyai visi. Ada pemahaman tentang tujuan hidupnya, mempunyai

kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

3) Fleksibel. Mampu bersikap fleksibel, menyesuaikan diri secara spontan dan

aktif untuk mencapai hasil yang baik, mempunyai pandangan yang pragmatis

(sesuai kegunaan) dan efisien tentang realitas.

4) Berpandangan holistik. Melihat bahwa diri sendiri dan orang lain saling terkait

dan bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal. Dapat memandang kehidupan

yang lebih besar sehingga mampu menghadapi dan memanfaatkan serta

melampaui, kesengsaraan dan rasa sehat serta memandangnya sebagai suatu

visi dan mencari makna dibaliknya.

5) Melakukan perubahan. terbuka terhadap perbedaan, memiliki kemudahan

untuk bekerja melawan konvensi dan status quo, menjadi orang yang bebas

merdeka.

6) Sumber inspirasi. Mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain,

mempunyai gagasan-gagasan yang segar dan aneh.

Page 27: pengamalan al-Quran dalam kehidupan sehari-sehari.eprints.ung.ac.id/2346/3/2013-1-86205-121408097-bab2...TPA, TPQ, TQA dan bentuk lain yang sejenis, saat ini telah tersebar luas di

34

7) Refleksi diri, mempunyai kecenderungan apakah yang mendasar dan pokok.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh

melalui kegiatan pengajian di TPA sangat memberikan dukungan bagi

peningkatan kecerdasan spiritual anak. Oleh karena itu,kegiatan ini perlu

dioptimalkan dalam upaya untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak

secara berkelanjutan.