pengakuan dalam hukum internasional

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hukum internasional merupakan hukum yang utamanya dibentuk berdasarkan persetujuan negara-negara untuk membahas apa yang dimaksud dengan negara sebagai subjek utama hukum internasional. Namun dalam hal ini subjek hukum internasional adalah masyarakat internasional yang dinamis berubah dari waktu ke waktu ada negara yang dikuasai negara lain dan ada pula negara baru yang lahir. Demikian pula pemerintah lama terguling, pemerintah baru lahir. Lahirnya negara atau pemerintah tersebut ada yang melalui cara-cara damai, ada pula yang melalui cara-cara kekerasan. Perubahan-perubahan ini menyebabkan anggota masyarakat internasional lainnya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu mau menyetujui atau menolaknya. Tanpa mendapatkan pengakuan ini negara 1

Upload: vallen-hoven

Post on 13-Apr-2017

1.211 views

Category:

Law


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengakuan dalam Hukum Internasional

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hukum internasional merupakan hukum yang utamanya dibentuk

berdasarkan persetujuan negara-negara untuk membahas apa yang dimaksud

dengan negara sebagai subjek utama hukum internasional. Namun dalam hal ini

subjek hukum internasional adalah masyarakat internasional yang dinamis

berubah dari waktu ke waktu ada negara yang dikuasai negara lain dan ada pula

negara baru yang lahir.

Demikian pula pemerintah lama terguling, pemerintah baru lahir. Lahirnya

negara atau pemerintah tersebut ada yang melalui cara-cara damai, ada pula yang

melalui cara-cara kekerasan. Perubahan-perubahan ini menyebabkan anggota

masyarakat internasional lainnya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu mau

menyetujui atau menolaknya. Tanpa mendapatkan pengakuan ini negara tersebut

akan mengalami kesulitan dalam mengadakan hubungan dengan negara lainnya.

Dari praktek negara-negara tidak ada keseragaman dan tidak menunjukkan

adanya aturan-aturan hukum dalam masalah pengakuan ini. Namun dengan

diakuinya suatu negara/pemerintah baru, konsekuensi yang ditimbulkannya dapat

berupa konsekuensi politis tertentu dan konsekuensi yuridis antara negara yang

diakui dengan Negara yang mengakui.

1

Page 2: Pengakuan dalam Hukum Internasional

Pengakuan terhadap suatu Pemerintahan atau Negara secara Internasional

merupakan salah satu hal yang vital. Persoalan yang timbul adalah apakah suatu

pemerintahan atau negara baru memerlukan adanya suatu pengakuan

internasional, sehingga dari sudut hukum internasional dapat dianggap mampu

melakukan hubungan internasional dengan negara-negara lain.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah pengertian dan fungsi pengakuan dalam hukum internasional?

b. Apa saja jenis-jenis dan teori-teori pengakuan?

c. Bagaimana cara pemberian pengakuan?

d. Bagaimana itu pengakuan bersyarat dan penarikan kembali pengakuan?

e. Bagimanakah akibat hukum dari pengakuan?

f. Apa saja bentuk-bentuk pengakuan?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi pengakuan dalam hukum

internasional

b. Untuk mengetahui jenis-jenis dan teori-teori pengakuan

c. Untuk mengetahui cara pemberian pengakuan

d. Untuk mengetahui yang mana itu pengakuan bersyarat dan penarikan kembali

pengakuan

e. Untuk mengetahui akibat hukum dari pengakuan

f. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengakuan

2

Page 3: Pengakuan dalam Hukum Internasional

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengakuan dalam Hukum Internasional

1) Pengertian Pengakuan dalam Hukum Internasional

Pengakuan adalah metode untuk menerima situasi-situasi factual yang

kemudian diikuti oleh konsesuensi hukumnya. Pengaruh dari pengakuan adalah

memberikan kemudahan bagi negara yang bersangkutan untuk melakukan

transaksi-transaksi internasional di kemudian hari. Dengan dimilikinya

pengakuan oleh suatu negara maka secara otomatis hal tersebut menunjukkan

apabila negara tersebut telah menyandang hak-hak dan kewajiban-kewajiban

hukum yang dibebankan oleh hukum internasional. Selain itu, pengakuan

merupakan penerimaan dari negara-negara lain sebagai subjek hukum terhadap

Negara lainnya untuk bertindak dalam kapasitas sebagai subjek hukum.

Pengakuan dapat dinyatakan secara terang-terangan ataupun secara diam-diam.

Pengakuan dalam hukum internasional tidak hanya terkait dengan penerapan

kriteria-kriteria hukum. Oleh karena itu, dalam penerapannya justru

pertimbangan politiklah yang sangat menentukan.

Oppenheim mengatakan bahwa pengakuan merupakan suatu pernyataan

kemampuan suatu negara baru. Nampaklah bahwa negara-negara dalam

memberikan pengakuan ini semata-mata hanya didasarkan pada alasan-alasan

politis, bukan alasan hukum. Dari praktek negara-negara tidak ada keseragaman

dan tidak menunjukkan adanya aturan-aturan hukum dalam masalah pengakuan

3

Page 4: Pengakuan dalam Hukum Internasional

ini. Namun dengan diakuinya suatu negara/pemerintah baru, konsekuensi yang

ditimbulkannya dapat berupa konsekuensi politis tertentu dan konsekuensi

yuridis antara negara yang diakui dengan Negara yang mengakui.

Konsekuensi politis misalnya, antara kedua negara dapat dengan leluasa

mengadakan hubungan diplomatik, sedangkan konsekuensi yuridis misalnya

berupa: Pertama, pengakuan tersebut merupakan pembuktian atas keadaan yang

sebenarnya, Kedua, pengakuan menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu dalam

mengembalikan tingkat hubungan diplomatik antara negara yang mengakui dan

yang diakui; Ketiga, pengakuan memperkokoh status hukum negara yang diakui

dihadapan pengadilan negara yang mengakui.

Selain alasan politis pemberian pengakuan suatu Negara kepada negara

lain terlebih dahulu harus ada keyakinan bahwa negara baru tersebut telah

memenuhi unsur-unsur minimum suatu negara menurut hukum internasional dan

pemerintah baru tersebut menguasai dan mampu memimpin wilayahnya.3 Adapun

unsur-unsur lain dari pemberian pengakuan yaitu: Pertama, pemerintah dalam

negara baru tersebut harus mendapatkan kekuasaannya melalui cara-cara

konsitutisional, kedua, negara tersebut harus mampu bertanggung jawab terhadap

negara lain. Berangkat dari fakta-fakta tersebut, maka dicoba memberikan

definisi tentang pengakuan, yaitu tindakan politis suatu negara untuk mengakui

negara baru sebagai subyek hukum internasional yang mengakibatkan hukum

tertentu.

2) Fungsi Pengakuan dalam Hukum Internasional

Para Sarjana Hukum Internasional pada umumnya berpendapat bahwa

4

Page 5: Pengakuan dalam Hukum Internasional

“Pengakuan” (Inggris: Recognition, Prancis: reconnaissance, Jerman:

Anerkennung) adalah suatu lembaga yang sangat penting artinya dalam hubungan

antar negara. Dalam abad ke-20 ini tidak ada satu negarapun dapt hidup terasing

dari negara-negara lainnya dan alat-alat komunikasi modern telah mendorong

menciptakan hubungan interpendensi yang erat antara negara-negara di dunia ini.

Tetapi sebelum suatu negara baru dapat mengadakan hubungan dalam

berbagai bidang dengan negara-negara lainnya, baik politik, ekonomi, sosial

budaya dan sebagainya, maka terlebih dahulu harus melalui pengakuan. Dengan

demikian, fungsi pengakuan adalah untuk menjamin suatu negara baru dapat

menduduki tempat yang wajar sebagai suatu organisms politik yang merdeka dan

berdaulat di tengah-tengah keluarga bangsa-bangsa, sehingga secara aman dan

sempuma dapat mengadakan hubungan dengan negara-negara lainnya, tanpa

mengkhawatirkan bahwa kedudukannya sebagai kesatuan politik itu akan

diganggu oleh negara-negara yang telah ada.

Brierly mengatakan, bahwa lembaga pengakuan internasional disamping

nantinya yang penting dilihat dari segi doktrin hukum internasional, juga

merupakan masalah yang selalu menjadi pemikiran bagi kementerian-kemen-

terian luar negeri dan bagi para sarjana hukum internasional yang perhaliannya

terutama tertuju kepada penerapan sistem itu dalam praktek.

Demikian pula Starke berpendapat bahwa masalah pengakuan kelihatannya

merupakan suatu masalah yang sederhana, tetapi kesan itu tidak demikian, karena

masalah ini merupakan salah satu bagian yang paling sulit dalam hukum

internasional, bukan saja dilihat dari segi asas-asas, tetapi juga secara intrinsik

karena banyaknya masalah-masalah sulit yang sering terjadi dalam praktek.

5

Page 6: Pengakuan dalam Hukum Internasional

Nampaklah bahwa tidak terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli mengenai

arti penting dari pengakuan intervensional, sehingga pembahasan mengenai

pengakuan masih tetap, penting.

2.2 Jenis-jenis dan Teori-teori Pengakuan

1) Jenis-jenis Pengakuan

a) Pengakuan de facto

Pengakuan de facto diberikan kepada negara yang berdasarkan fakta atau

kenyataan bahwa pemerintahan dari negara yang diakui itu lahir atau

eksis. Dalam pengakuan ini terdapat keragu-raguan dari pihak pemberi

pengakuan akan keberlangsungannya. Tanpa mempersoalkan keabsahan

yuridis pihak yang diakui itu, sekali pengakuan diberikan sejak saat itu

pada konsekuensi hukum dari hubungan timbal-balik antar kedua negara

dapat berlangsung, meskipun dilakuakn secara diam-diam. Apakah pihak

yang diakui de facto tersebut akan bertambah efektif eksistensinya

ataukah sebaliknya adalah sangat bergantung pada perkembangan factual

dari negara tersebut.

b) Pengakuan de jure

Dalam hal ini Negara yang diberi pengakuan de facto semakin

efektif eksistensinya sehingga mampu menguasai wilayah dan rakyatnya

secara penuh mendukungnya, dan menunjukkan kesediannya menaati

kewajiban-kewajiban internasional. Akibatnya negara yang semula

memberikan pengakuan de facto tersebut dapat menindak lanjuti

6

Page 7: Pengakuan dalam Hukum Internasional

pengakuan de jure. Sebab, pengakuan de jure baru dapat diberikan

apabila negara yang hendak memberi pengakuan percaya bahwa negara

yang akan diakui secara de jure tersebut telah memenuhi kualifikasi

menurut hukum internasional. Hal tersebut antara lain:

Efektivitas yaitu Negara baru telah menguasai secara efektif tidak

secara formal maupun secara substansial wilayah dan rakyat yang

berada di bawah kekuasaannya.

Regularitas yaitu rakyatnya itu sendiri sebagian besar atau

seluruhnya telah memberikan dukungan yang sepenuhnya

terhadap Negara yang baru lahir.

Eksklusivitas yaitu adanya kesediaan pihak yang akan diakui

secara de jure tersebut untuk menhormati kaidah-kaidah hukum

internasional.

2) Teori-teori Pengakuan

Salah satu materi penting dalam pengajaran hukum internasional adalah

masalah pengakuan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah ada atau tidaknya

pengakuan membawa suatu akibat hukum terhadap status atau keberadaan suatu

negara menurut hukum internasional? Dalam hubungan itu ada beberapa teori,

antara lain :

a) Teori Deklaratoir, memandang pengakuan hanyalah sebuah

pernyataan formal saja bahwa suatu Negara telah lahir atau ada.

Artinya, ada atau tidaknya pengakuan tidak emmpunyai akibat apapun

terhadap keberadaan suatu Negara sebagai subjek hukum

7

Page 8: Pengakuan dalam Hukum Internasional

internasional. Dengan kata lain, ada atau tidaknya pengakuan tidak

berpengaruh terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban suatu negara

dalam hubungan internasional.

b) Teori Konstitutif, memandang pengakuan justru sanagt penting.

Sebab pengakuan menciptakan penerimaan terhadap suatu Negara

sebagai anggota masyarakat internasional. Artinya, pengakuan

merupakan prasyarat bagi ada atau tidaknya kepribadian hukum

internasional suatu Negara. Dengan kata lain, tanpa pengakuan, suatu

Negara bukan atau belumlah merupakan subjek hukum internasional.

c) Teori Pemisah atau jalan tengah, memandang harus dipisahkan

antara kepribadian hukum suatu Negara dan pelaksanaan hak dan

kewajiban dari pribadi hukum itu. Untuk menjadi sebuah pribadi

hukum, suatu Negara tidak memerlukan pengakuan. Namun, agar

pribadi hukum itu dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dalam

hukum internasional maka diperlukan pengakuan oleh Negara-negara

lain.

2.3 Cara Pemberian Pengakuan

Ada dua cara pemberian pengakuan, yaitu :

1. Secara tegas (expressed recognition); dan

2. Secara diam-diam atau tersirat (implied recognition).

Pengakuan secara tegas maksudnya, pengakuan itu diberikan secara

tegas melalui suatu pernyataan resmi. Sedangkan pengakuan secara diam-diam

8

Page 9: Pengakuan dalam Hukum Internasional

atau tersirat maksudnya adalah bahwa adanya pengakuan itu dapat disimpulkan

dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh suatu negara (yang mengakui).

Beberapa tindakan atau peristiwa yang dapat dianggap sebagai pemberian

pengakuan secara diam-diam adalah :

Pembukaan hubungan diplomatik (dengan negara yang diakui secara diam-

diam itu);

Kunjungan resmi seorang kepala negara (ke negara yang diakui secara diam-

diam itu);

Pembuatan perjanjian yang bersifat politis (dengan negara yang diakui secara

diam-diam itu).

2.4 Pengakuan Bersyarat dan Penarikan Kembali Pengakuan

a) Pengakuan Bersyarat

Model dari pengakuan ini makin menunjukkan sifat pilitus dari

pengakuan. Pengakuan bersyarat ini ditemukan dalam hal pengakuan terhadap

Negara-negara Balkan pada akhir abad ke-19 yang dituntut supaya memberikan

perlindungan bagi kelompok minoritas. Akan tetapi, menurut Shaw pengakuan

model ini tidak mendapatkan tempatnya dalam hukum internasional. Seebab,

secara teoritis meskipun pengakuan terkadang lebih bermotifkan kepentingan-

kepentingan politik, sekali telah diberikannya pengakuan kepada suatu Negara

maka pengakuan tersebut tidak dapat dicabut lagi.

9

Page 10: Pengakuan dalam Hukum Internasional

b) Penarikan Kembali Pengakuan

Pada azasnya, pengakuan de jure sekali diberikan tidak dapat ditarik

kembali. Azas ini berlaku walaupun pengakuan diberikan atas dasar-dasar politik.

Dan walaupun hubungan telah diputuskan. Pemutusan hubungan diplomatic tidak

berarti penarikan kembali pengakuan, misalnya ketika Inggris memutuskan

hubungan diplomatiknya dengan Russia-Sovyet dalam tahun 1929 yang sudah

diakuinya de jure dalam tahun 1924. Bahkan Inggris turut serta bersuara untuk

mengeluarkan Russia-Sovyet dari LBB dalam tahun 1939.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pengakuan diberikan harus dengan

kepastian. Artinya, pihak yang memberi pengakuan terlebih dahulu harus yakin

bahwa pihak yang akan diberi pengakuan itu telah benar-benar memenuhi

kualifikasi sebagai pribadi internasional atau memiliki kepribadian hukum

internasional (international legal personality). Sehingga, apabila pengakuan itu

diberikan maka pengakuan itu akan berlaku untuk selamanya dalam pengertian

selama pihak yang diakui itu tidak kehilangan kualifikasinya sebagai pribadi

hukum menurut hukum internasional.

2.5 Akibat hukum dari Pengakuan

Pengakuan menimbulkan akibat-akibat mengenai hak, kekuasaan dan

privilege-privilegel dari negara-negara atau pemerintah yang diakui menurut

hukum internasional dan dalam hukum nasional negara yang mengakui. Apabila

pengakuan menjadi masalah di depan pengadilan-pengadilan nasional, maka

persoalan-persoalan pembuktian, penafsiran dan prosedur turut di pertimbangkan.

10

Page 11: Pengakuan dalam Hukum Internasional

Pengakuan memberikan status kepada kesatuan yang diakui baik dalam HI

maupun dalam HN, yaitu :

Hukum Internasional; hak istimewa, memiliki kapasitas mengadakan hubungan

diplomatik dan terikat hak dan kewajiban dalam H.I.

Hukum Nasional; berperkara di pengadilan negeri, memperoleh imunitas bagi

perwakilan diplomatiknya dan dapat menjual hak miliknya di negara yang.

mengakui.

2.6 Bentuk-bentuk Pengakuan

Yang baru saja kita bicarakan adalah pengakuan terhadap suatu negara.

Dalam praktik hubungan internasional hingga saat ini, pengakuan ternyata bukan

hanya diberikan terhadap suatu negara. Ada berbagai macam bentuk pemberian

pengakuan, yakni (termasuk pengakuan terhadap suatu negara):

1. Pengakuan negara baru. Jelas, pengakuan ini diberikan kepada suatu negara

(entah berupa pengakuan de facto maupun de jure).

2. Pengakuan pemerintah baru. Dalam hal ini dipisahkan antara pengakuan

terhadap negara dan pengakuan terhadap pemerintahnya (yang berkuasa).

Hal ini biasanya terjadi jika corak pemerintahan yang lama dan yang baru

sangaat kontras perbedaannya.

3. Pengakuan sebagai pemberontak. Pengakuan ini diberikan kepada

sekelompok pemberontak yang sedang melakukan pemberontakan terhadap

pemerintahnya sendiri di suatu negara. Dengan memberikan pengakuan ini,

bukan berarti negara yang mengakui itu berpihak kepada pemberontak. Dasar

11

Page 12: Pengakuan dalam Hukum Internasional

pemikiran pemberian pengakuan ini semata-mata adalah pertimbangan

kemanusiaan. Sebagaimana diketahui, pemberontak lazimnya melakukan

pemberontakan karena memperjuangkan suatu keyakinan politik tertentu

yang berbeda dengan keyakinan politik pemerintah yang sedang berkuasa.

Oleh karena itu, mereka sebenarnya bukanlah penjahat biasa. Dan itulah

maksud pemberian pengakuan ini, yaitu agar pemberontak tidak diperlakukan

sama dengan kriminal biasa. Namun, pengakuan ini sama sekali tidak

menghalangi penguasa (pemerintah) yang sah untuk menumpas

pemberontakan itu.

4. Pengakuan beligerensi. Pengakuan ini mirip dengan pengakuan sebagai

pemberontak. Namun, sifat pengakuan ini lebih kuat daripada pengakuan

sebagai pemberontak. Pengakuan ini diberikan bilamana pemberontak itu

telah demikian kuatnya sehingga seolah-olah ada dua pemerintahan yang

sedang bertarung. Konsekuensi dari pemberian pengakuan ini, antara lain,

beligeren dapat memasuki pelabuhan negara yang mengakui, dapat

mengadakan pinjaman, dll.

5. Pengakuan sebagai bangsa. Pengakuan ini diberikan kepada suatu bangsa

yang sedang berada dalam tahap membentuk negara. Mereka dapat diakui

sebagai subjek hukum internasional. Konsekuensi hukumnya sama dengan

konsekuensi hukum pengakuan beligerensi.

6. Pengakuan hak-hak teritorial dan situasi internasional baru (sesungguhnya

isinya adalah “tidak mengakui hak-hak dan situasi internasional baru”).

Bentuk pengakuan ini bermula dari peristiwa penyerbuan Jepang ke Cina.

Peristiwanya terjadi pada tahun 1931 di mana Jepang menyerbu Manchuria,

12

Page 13: Pengakuan dalam Hukum Internasional

salah satu provinsi Cina, dan mendirikan negara boneka di sana

(Manchukuo). Padahal Jepang adalah salah satu negara penandatangan

Perjanjian Perdamaian Paris 1928 (juga dikenal sebagai Kellogg-Briand Pact

atau Paris Pact), sebuah perjanjian pengakhiran perang. Dalam perjanjian itu

terdapat ketentuan yang menegaskan bahwa negara-negara penanda tangan

sepakat untuk menolak penggunaan perang sebagai alat untuk mencapai

tujuan-tujuan politik. Dengan demikian maka penyerbuan Jepang itu jelas

bertentangan dengan perjanjian yang ikut ditandatanganinya. Oleh karena

itulah, penyerbuan Jepang ke Manchuria itu diprotes keras oleh Amerika

Serikat melalui menteri luar negerinya, Stimson, yang menyatakan bahwa

Amerika Serikat “tidak mengakui hak-hak teritorial dan situasi internasional

baru” yang ditimbulkan oleh penyerbuan itu. Inilah sebabnya pengakuan ini

juga dikenal sebagai Stimson’s Doctrine of Non-Recognition.

13

Page 14: Pengakuan dalam Hukum Internasional

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pengakuan dalam hukum internasional adalah tindakan politis suatu negara

untuk mengakui negara baru sebagai subyek hukum internasional yang

mengakibatkan hukum tertentu serta berfungsi untuk menjamin suatu

negara baru dapat menduduki tempat yang wajar sebagai suatu organisms

politik yang merdeka.

2. Pengakuan terbagi atas dua jenis yaitu: (a) pengakuan de facto (b)

pengakuan de jure dan terdapat tiga teori-teori pengakuan yaitu: (a) teori

deklaratoir (b) teori konsitutif (c) teori pemisah.

3. Cara pemberian pengakuan juga ada dua yaitu: (a) secara tegas (b) secara

diam-diam.

4. Pengakuan bersyarat dapat dikatakan sebagai pemaksaan secara sepihak

terhadap pihak yang hendak diakui, sehingga dirasakan sangat

memberatkan atau merupakan beban bagi pihak yang diberi

pengakuan.Sedangkan, penarikan kembali pengakuan atau penolakan

pengakuan adalah sepenuhnya tergantung pada pertimbangan negara itu

sendiri. Jadi, tidak ada kaidah-kaidah hukum internasional yang

mewajibkan suatu negara untuk memberikan atau menolak suatu

pengakuan.

14

Page 15: Pengakuan dalam Hukum Internasional

5. Akibat hukum pengakuan dapat kepada hukum internasional dan hukum

nasional.

6. Bentuk-bentuk pengakuan terbagi atas: (a) pengakuan negara baru (b)

pengakuan pemerintah baru (c) pengakuan sebagai pemberontak (d)

pengakuan beligerensi (e) pengakuan sebagai bangsa (f) pengakuan hak-

hak teritorial dan situasi internasional baru.

3.2 Saran

Harapan saya dalam kesempatan ini agar dalam pemberian pengakuan atas

suatu negara kepada negara lain harus memiliki kualifikasi-kualifikasi

tertentu yang sesuai agar nantinya tidak menimbulkan masalah

15

Page 16: Pengakuan dalam Hukum Internasional

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Thontowi, Jawahir dkk. 2006. Hukum Internasional Kontemporer, Bandung: PT

Refika Aditama

Starke, J.G. 2006. Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh Jilid 1,

Jakarta: Sinar Grafika

Website:

Noor, S.M. Pengakuan dalam Hukum Internasional.

http://www.negarahukum.com/hukum/pengakuan-dalam-hukum-internasional.html

diakses 29 oktober 2015

B.O.S. Pengakuan dalam Perspektif Hukum Internasional. http://battle-of-

speech.blogspot.co.id/2010/12/pengakuan-dalam-perspektif-hukum.html diakses

29 oktober 2015

16