penerapan tindakan dukungan keluarga untuk …repository.poltekkes-kdi.ac.id/691/1/nurul...
TRANSCRIPT
PENERAPAN TINDAKAN DUKUNGAN KELUARGA
UNTUK MENGURANGI NYERI PADA PASIEN
POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RSU DEWI SARTIKA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Program
Diploma III Keperawatan
NURUL AZIIZAH
P00320015088
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
MOTTO
“Kebahagiaan terbesar dan terindah didalam hidupku
adalah do’a,senyum dan restu dari kedua orang tua.
Kesejukan kasih sayang dan cinta adalah obat mujarab yang tiada tara”
“Tersenyumlah di dalam keadaan apapun
karena senyumanmu yang akan membuat kamu lebih baik”
“Impianmu adalah bentuk perjuangan hidupmu yang sesungguhnya”
Riwayat Hidup
I .IDENTITAS
Nama Lengkap : Nurul Aziizah
Tempat/Tanggal Lahir : Kendari, 6 Mei 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Muna/Indonesia
Orang Tua
1. Ayah : La Hanufi S.pd
2. Ibu : Muliasi
Alamat : Jl.Beringin 1 N0.25A Kelurahan Kendari Caddi
No.Telp/Hp : 082217699149
II. PENDIDIKAN
Pendidikan Tahun
Sekolah Dasar Negri 02 Kendari 2005-2010
Madrasah Tsanawiyah Negri 2 Kendari 2010-2012
Sekolah Menengah Atas Negri 3 Kendari 2012-2014
Akademi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari
2015-2018
ABSTRAK
PENERAPAN TINDAKAN DUKUNGAN KELUARGA UNTUK
MENGURANGI NYERI POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSU
DEWI SARTIKA KENDARI
NURUL AZIIZAH (2018)
DII KEPERAWATAN PELTEKKES KEMENKES KENDARI DIBIMBING
OLEH Nurfantri S.Kep ,Ns,Msc dan Dian Yuniar SR,SKM,M.Kep
Operasi Sectio Caesarea dapat menyebabkan nyeri dan mengakibatkan perubahan kontinuitas
jaringan karena adanya pembedahan.salah satu tindakan yang dapat mengurangi nyeri adalah yaitu
dengan dukungan keluarga.dukungan keluarga merupakan suatu bentuk perwujudandari sikap
perhatian dan kasih sayang.dukungan dapat diberikanbaik dalam bentuk fisik maupun
psikis.keluarga memiliki andil yang cukup besar dalam menetukan status kesehatan ibu.dukungan
keluarga yang baik dapat motivasi yang baik pada ibu untuk mengurangi rasa nyeri. Penulis
menggunakan metode deskripsi, dapun sampelnya adalah Ny.W, data ini diperoleh dengan cara
yaitu wwancara dan observasi aktivitas.tujuan penelitian ini mengidentifikasi tingkat nyeri pasien
post operasi Sectio Caesarea dan mengidentifikasi perubahan tingkat nyeri dengan openerapan
dukungan keluarga pada pasien post operas sectio caesarea.
Hasil penelitian setelah dilakukan penerpan tindakan dukungan keluarga selam 4 hari. Pada hari
ke-2 sampai hari ke-4 terjadi penurunan skala nyeri yaitu dari skla 6 menjadi 2.kesimpulan
dukungan suami dan keluarga sangatlah penting bagi inidividu yang mengalami nyeri, karena
dengangan keaadaan nyeri, seorang individu akan sangat bergantung kepada suami atau anggota
keluarga untuk memperoleh dukungan,perhatian, kasih sayang, bantuan dan perlindungan.
disarankan bagi rumah sakit dapat memberikan informasi tentang penerpan tindakan dukungan
keluarga untuk mengutasi nyeri post Sectio Caesarea , sehingga dapat menjadi bahan masukan
mengambil kebijakan rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan.
Kata kunci : Sectio Caesarea, Nyeri Akut, Penerapan tindakan dukungan keluarga
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulliahirobil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kita semua. Berkat ridho dari-Nya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul: “PENERAPAN TINDAKAN
DUKUNGAN KELUARGA UNTUK MENGURANGI RASA NYERI POST
OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSU DEWI SARTIKA KENDARI”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih
banyak kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak penyusunan tugas akhir ini dapat diselesaikan.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pihak-pihak tersebut antara lain:
1. Askrening,SKM.,M.Kes, selaku direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Indriono Hadi,S.Kep.,Ns.,M.Kes , selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari
3. Nurfantri,S.Kep,Ns,Msc, dan Dian Yuniar SR,SKM,M.Kep selaku
pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan dan
meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini..
4. Fitri Wijayati, S.Kep., Ns.,M.Kep, St.Muhsinah,M.Kep,Sp.KMB, dan
Dewi Sartiya Rini,M.Kep,Sp.KMB selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktunya dalam sidang Karya Tulis Ilmiah ini..
5. Segenap keluarga besar dosen keperawatan dan karyawan Poltekkes
Kemenkes Kendari yang telah banyak memberikan ilmu kepada
penulis.
6. Alm. Nenek, Kedua orang tua tercinta, dan keluargaku yang telah
memberikan dukungan kepada penulis dalam bentuk apapun.
7. Mudzakiroh, Putri Aningsih dan Indar Asmarani yang selalu membantu
dan memberikan semangat serta motivasi dari awal hingga akhir dalam
penyusunan KTI ini.
8. Semua teman-teman jurusan keperawatan angkatan 2015 kelas B yang
telah berbagi masukan dalam menyelesaikan KTI ini.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Atas bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan banyak
terima kasih, semoga mendapat balasan dari Allah SWT .
Penulis menyadari dalam penyusunan KTI ini masih banyak
kekurangan, Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis khususnya. Terima kasih.
wasalamu’alaikum Wr. Wb.
Kendari, 23 juli 2018
Nurul Aziizah
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skala Pengukuran Nyeri VAS ....................................................... 20
Gambar 2.2 Skala Pengukuran Nyeri NRS ....................................................... 20
Gambar 2.3 Skala Pengukuran Nyeri FRS ....................................................... 21
Gambar 4.1 Diagram Pre Dan Post
Penerapan Tindakan Dukungan Keluarga......................................................... 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan
Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Instrumen Studi Kasus
Lampiran 4 Strategi Pelaksanaan
Lampiran 5 Lembar Observasi
Lampiran 6 Surat Ijin Studi Kasus
Lampiran 7 Dokumentasi Hasil Studi Kasus
Lampiran 8 Lembar Konsul
Lampiran 9 Surat Keterangan Bebabas Administrasi
Lampiran 10 Surat Keterangan Bebas Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu (Depkes,2008). Proses ini kadang tidak berjalan
semestinya dan janin tidak dapat lahir secara normal karena beberapa faktor,
yaitu komplikasi kehamilan, disproporsi sefalo-pelvik, partus lama, ruptur
uteri, cairan ketuban yang tidak normal, keadaan panggul. Keadaan tersebut
perlu tindakan medis berupa operasi Sectio Caesarea (Padila, et al.,2008).
Sectio Caesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi
dengan melalui insisi pada dinding perut dan di dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(Wiknjosatro, 2010).
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata
Sectio Caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran
di dunia. Rumah Sakit pemerintah kira – kira 11 % sementara Rumah Sakit
swasta bias leih dari 30% (Gibbson L. et all, 2010). Menurut WHO
peningkatan persalinan dengan Sectio Caesarea di seluruh Negara selama
tahun 2007 – 2008 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia (Sinha
Kounteya, 2010).
Di Indonesia angka kejadian Sectio Caesarea mengalami
peningkatan. Tahun 2000 jumlah ibu bersalin dengan Sectio Caesarea
47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19%, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun
2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesar
51,59%, dan tahun 2006 sebesar 53,68% dan tahun 2007 belum terdapat
data yang signifikan (Grace, 2007). Survei Nasional pada tahun 2009,
921.000 persalinan dengan Sectio Caeserae dari 4.039.000 persalinan atau
sekitar 22,8% dari seluruh persalinan. Berdasarkan Riskesdas tahun 2010,
presentase persalinan dengan Sectio Caesarea di Indonesia masih besar
yaitu 15,3% dan 5,5% di Sulawesi Tenggara. Hasil riskesdas tahun 2013 di
indonesia menunjukkan kelahiran dengan Sectio Casarea sebanyak 9,8%
dan 3,3% disulawesi tenggara (riskesdas,2013). Berdasarkan pengambilan
data awal di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari, Sulawesi Tenggara
jumlah persalinan Sectio Caesarea tahun 2015, sebanyak 318 orang (35%),
pada tahun 2016, sebanyak 496 orang (50%), dan pada tahun 2017 sebanyak
679 orang (39%).
Tindakan operasi Sectio Caesarea dapat menyebabkan berbagai
masalah keperawatan antara lain, bersihan jalan nafas tidak efektif, nyeri
akut, risiko infeksi, gangguan mobilitas fisik, dan defisit perawatan diri.
(Aspiani, 2017).
Operasi Sectio Caesarea dapat menyebabkan nyeri dan dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan karena adanya
pembedahan. Pada proses operasi digunakan anestesi agar pasien tidak
nyeri pada saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai
sadar, akan merasakan nyeri di daerah sayatan yang membuat sangat
terganggu (Whalley, dkk 2008).
Nyeri merupakan gejala yang paling sering terjadi di bidang medis,
Oleh karena itu peran perawat sangat diperlukan untuk membantu klien
dan anggota keluarga dalam upaya mengatasi nyeri. Penting juga perawat
memahami makna nyeri secara holistik pada setiap individu sehingga
dapat mengembangkan strategi penatalaksanaan nyeri selain pemberian
analgetik yaitu terapi non farmakologis. Penatalaksanaan nonfarmakologis
terdiri dari berbagai tindakan mencakup Intervensi perilaku kognitif
meliputi tindakan distraksi, tehnik relaksasi, imajinasi terbimbing, umpan
balik biologis (biofeedback), hypnosis dan sentuhan terapeutik (Bernatzky,
2011). Salah satu tindakan dari teknik distraksi adalah tindakan dukungan
keluarga.
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk perwujudan dari sikap
perhatian dan kasih sayang. Dukungan dapat diberikan baik dalam bentuk
fisik maupun psikis. keluarga memiliki andil yang cukup besar dalam
menentukan status kesehatan ibu. Dukungan keluarga yang baik dapat
memberikan motivasi yang baik pada ibu untuk mengurangi rasa nyeri
(Eko, 2008). Keberadaan dukungan keluarga yang kuat terbukti, lebih
mudah sembuh dari sakit fungsi kognitif, fisik,dan kesehatan emosi,
memberikan support, penghargaan, perhatian, dan terutama untuk
mengatasi nyeri. Dukungan keluarga juga sangat penting untuk
memotivasi pasien dalam mengatasi nyeri, pada kenyataannya banyak
keluarga kurang mengerti bagaimana cara merawat keluarga yang sakit.
Oleh karena itu peran keluarga sangat perlu sekali dalam rangka untuk
memberikan dukungan terhadap pasien supaya terbebas dari penyakit dan
komplikasi yang mungkin timbul setelah pasca operasi Sectio Caesarea
(Hindari, 2014).
Hal ini didukung oleh Andarmoyo dan Suharti (2013), bahwa
individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan,
bantuan, perlindungan dari anggota keluarga atau teman terdekat.
kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kecemasan dan stress
psikologis yang pada akhirnya akan mengurangi stimulus nyeri dan
kekuatan.Tersedianya sarana dan support sistem yang baik dari lingkungan
dalam mengatasi nyeri, dukungan dari keluarga dan orang terdekat sangat
membantu mengurangi rangsangan nyeri yang dialami oleh seseorang.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
studi kasus dengan judul “Penerapan Tindakan Dukungan Keluarga Untuk
Mengurangi Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari studi kasus ini adalah “ Bagaimana Penerapan
Tindakan Dukungan Keluarga Untuk Mengurangi Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan umum
Menerapkan tindakan dukungan keluarga pada Pasien Post operasi Sectio
Caesarea untuk mengurangi di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kendari.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi tingkat nyeri pasien post operasi Sectio Caesarea
b. Mengidentifikasi perubahan tingkat nyeri dengan Penerapan dukungan
keluarga pada pasien post operasi Sectio Caesarea
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi rumah sakit
Dapat memberikan masukan bagi rumah sakit untuk mengambil langkah-
langkah kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan terutama yang berhubungan dengan penerapan tindakan
dukungan keluarga untuk mengurangi nyeri post operasi Sectio Caesarea.
2. Bagi keluarga
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada keluarga
tentang penerapan tindakan dukungan keluarga untuk mengurangi nyeri
pada pasien post operasi Sectio Caesarea.
3. Bagi ilmu pengetahuan
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan salah satu
bagian dari pembelajaran penerapan dukungan keluarga pada pasien post
untuk mengurangi nyeri post operasi Sectio Caesarea .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah dimana janin, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu (Depkes, 2008). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya
serviks, dan janin turun kejalan lahir.(sumarah 2009).
Bentuk-bentuk persalinan
1. Persalinan spontan adalah persalinan dengan kekuatan ibu sendiri, dan
melalui jalan lahir.
2. Persalinan bantuan adalah persalinan dengan rangsangan yang dibantu
dengan tenaga dari luar ekstraksi dengan forcep atau dilakukan Sectio
Caesarea.
3. Persalinan anjuran adalah persalinan yang persalinan yang tidak di mulai
dengan sendirinya, baru berlangsung pemecahan ketuban.
B. Persalinan Post Partum Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu inisisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(Sarwono,2009).
Sectio Caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen
seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi
atau lebih (Dewi Y, 2008) Sehingga dapat disimpulkan bahwa Sectio
Caesarea adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk melahirkan bayi
dengan jalan pembukaan dinding perut.
Penyebab persalinan dengan bedah Caesar ini bisa karena masalah dipihak
ibu maupun bayi. Terdapat dua keputusan Sectio Caesarea, pertama
keputusan bedah Sectio Caesarea yang sudah di diagnosa sebelumnya. Kedua
adalah keputusan yang diambil karena tuntutan kondisi. Penyebab persalinan
dengan bedah Sectio Caesarea antara lain, bayi sungsang, bayi kembar,
kehamilan pada usia lanjut persalinan berkepanjangan, bayi belum lahir lebih
dari 24 jam sejak ketuban pecah, kontraksi terlalu lemah dan sebagian kasus
kasus mulut tertutup plasenta (Aspiani, 2017).
Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :
1. Sayatan melintang Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim
(SBR). Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan
(simphysisis) di atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm.
keuntunganya adalah parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko
menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karna pada
masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi
sehingga luka operasi dapat sembuh lebih sempurna (Kasdu, 2009).
2. Sayatan memanjang (bedah caesar klasik) Meliputi sebuah pengirisan
memanjang dibagian tengah yang memberikan suatu ruang yang lebih
besar untuk mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini jarang dilakukan
karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi Y, 2008).
C. Asuhan Keperawatan pada pasien Sectio Caesarea
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data yang cermat tentang klien, keluarga
atau kelompok perawat mendapatkan data dengan melakukan wawancara,
observasi dan pemeriksaan terdapat dua jenis pengkajian yaitu wawancara
skrining penerimaan dan pengkajian fokus (Dermawan, 2012).
a. Identitas
Pada penderita dengan indikasi Sectio Caesarea dapat terjadi pada
setiap umur kehamilan yang dapat dilihat pada kehamilan muda.
b. Keluhan Utama
Pada klien dengan post operasi keluhan utamanya yaitu klien
mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, badannya lemah, tidak berani
bergerak, dan rasa haus yang berlebihan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang yang harus dikaji yaitu jam selesai
operasi, kesadaran klien, keadaan umum, letak dan ukuran dari luka
operasi.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat tindakan operasi sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Peranan keluarga atau keturunan merupakan factor penyebab penting
yang perlu dikaji yaitu penyakit berat yang pernah diderita salah satu
anggota yang ada hubungannya dengan operasi misalnya : TBC, DM,
dan Hipertensi.
f. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri yang perlu diketahui adalah :
1) Keadaan haid
Perlu ditanyakan kapan datangnya menarche siklus haid, hari
pertama haid terakhir untuk dapat diketahui yang keluar darah
muda atau darah tua, encer atau menggumpal, lamanya nyeri atau
tidak, pada sebelum atau sesudah haid, berbau atau tidak, dimana
untuk mengetahui gambaran tentang keadaan alat kandungan.
2) Perkawinan
Berapa kali kawin dan berapa lama dengan suami sekarang.
3) Kehamilan
Riwayat kehamilan pada klien dengan partus bisa terdapat pada
primi/multi gravida.
4) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Ditanyakan kelangsungan dari kehamilan dan persalinan serta nifas
yang lalu, bagaimana keadaan bayi yang dilahirkan, apakah cukup
bulan atau tidak, kelahirannya normal atau tidak, siapa yang
menolong persalinan dan dimana melahirkannya, sehingga
mendapat gambaran yang jelas tentang riwayat kehamilan,
persalinan yang lalu.
g. Pola Kebiasaan Sehari-harimenurut Virginia Henderson
1) Respirasi
Pada kasus post Sectio Caesarea penyulit yang sering ditemukan
adalah obstruksi jalan nafas, respirasi yang tidak adekuat dan
respirasi arrest.
2) Nutrisi
Klien setelah selesai operasi pemenuhan nutrisinya selama puasa
melalui infus dan setelah 6 jam baru diberikan minum secara
bertahap dan setelah 8 jam baru diberikan makanan lunak, tapi bila
klien dengan lumbal fungsi langsung diberimakan, minum seperti
biasanya, bahkan dianjurkan banyak minum.
3) Eliminasi
Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan klien
dengan post Sectio Caesarea, untuk BAK melalui dawer cateter
yang sebelumnya telah terpasang.
4) Istirahat/tidur
Pada pasien dengan post Sectio Caesarea mengalami gangguan
istirahat tidur karena adanya rasa nyeri pada daerah operasi dan ada
rasa yang tidak enak pada uretra akibat terpasangnya dower cateter.
5) Mempertahankan temperature tubuh dan sirkulasi
Pada pasien dengan post op Sectio Caesarea mengalami gangguan
dalam hal temperature tubuh, suhutubuh>37,5oC.
6) Kebutuhan personal hygiene
Klien dengan post Sectio Caesarea pada hari pertama dan hari
kedua sebelum kateter dibuka klien membutuhkan orang lain untuk
membersihkan diri dalam hal ini klien harus dimandikan.
7) Aktivitas
Pola aktivitas dapat terganggu dengan adanya rasa nyeri pada
daerah operasi sehingga klien membatasi gerakan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien persalinan post Sectio Caesarea
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
secret akibat penurunan reflexs batuk
b. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive yang ditandai
dengan klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka bekas
operasi ditandai dengan klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan
umum lemah kebutuhan aktivitas klien tampak dibantu.
e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Rencana keperawatan
(Aspiani, 2017)
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
secret akibat penurunan reflexs batuk
1) Tujuan (NOC)
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …x 24
klien menunjukan bersihan jalan nafas efektif dengan status
pernafasan adekuat dengan kriteria :
a) Klien mudah untuk bernafas
b) Tidak ada sianosis, tidak ada dispneu.
c) Saturasi O2 dalam batas normal
d) Jalan nafas paten
e) Mengeluarkan sekresi secara efektif
2) Intervensi (NOC)
Manajemen jalan nafas (airway manajement):
a) Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
b) Auskultasi bunyi nafas, area penurunan ventilasi atau tidak
adanya ventilasi dan adanya bunyi nafas tambahan
c) Keluarkan secret dengan batuk fektif atau suction sesuai
kebutuhan.
d) Monitor status respirasi dan oksigenasi sesuai kebutuhan
Terapi oksigen (oxygen therapy) :
a) Bersihkan mulut, hidung dan tracheadari sekresi sesuai
kebutuhan
b) Gunakan tambahan oksigen sesuai kebutuhan
b. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan Saraf pada daerah
luka bekas operasi yang ditandai dengan klien nyeri perut bekas
operasi, ekspresi wajah meringis menahan sakit
1) Tujuan (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam
diharapkan klien dapat
Mengontrol nyeri (pain control) dengan kriteria :
a) Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, onset nyeri.
b) Klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, dan tindakan pencegahan nyeri)
c) Klien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
Menunjukan tingkat nyeri (pain level):
a) Klien melaporkan nyeri dan pengaruhnya pada tubuh
b) Klien mampu mngenal skala, intensitas, frekuensi dan lamanya
episode nyeri.
c) Klien megatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
d) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
e) Ekspresi wajah tenang.
2) Intervensi (NIC)
Manajemen nyeri (paint management):
a) Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi,
karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/
beratnya nyeri dan factor-faktor prespitasi.
b) Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan.
c) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari ketidak
nyamanan akibat prosedur
d) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (misalnya : nafas
dalam, teknik distraksi atau massage).
e) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.
f) Tingkatkan istirahat yang cukup.
g) Libatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri jika
memungkinkan.
h) Monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri.
i) Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/ anggota keluarga
saat tindakan nonfarmakologi dilakukan untuk pendekatan
preventif.
Pemberian analgegetik (analgetic adminnistration):
a) Tentukan lokasi nyeri, karateristik, kualitas, dan keparahan
sebelum pengobatan.
b) Berikan obat prinsip 5 benar
c) Cek riwayat alergi obat
d) Libatkan klien dalam pemulihan analgetik yang akan
digunakan.
e) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik
pertama kali.
f) Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efek samping)
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive yang ditandai
dengan klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah
1) Tujuan (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam
diharapkan klien dapat meningkatkan pertahanan tubuh (immnune
status) dengan kriteria :
a) Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
b) Suhu tubuh normal (36,5-37c)
c) Nadi normal (70-80x/ menit).
d) Frekuensi nafas normal (20x/menit).
e) Tekanan darah normal: 120/70 mmHg.
f) Cairan ketuban tidak berbau busuk
2) Intervensi (NIC )
Pengendalikan infeksi (infection control) dan perlindungan
terhadap infekti (infection protection):
a) Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya : suhu tubuh,
keadaan luka post operasi, kondisi vulva), kelelahan dan
malaise)
b) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya :
usia lanjut, status imun menurun dan malnutrisi)
c) Pantau hygiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi
d) Bersihkan lingungan secara tepat setelah digunakan klien.
e) Tingkatkan asupan nutrisi dan cairan
f) Pertahankan teknik aseptic.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka bekas
operasi ditandai dengan klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan
umum lemah kebutuhan aktivitas klien tampak dibantu.
1) Tujuan (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mobilitas klien meningkat
(mobility level) dengan kriteria :
a) Aktivitas fisik meningkat
b) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dan kemampuan
dalam begerak
2) Intervensi (NIC)
Exercise therapy: ambulation (terapi latihan : ambulasi):
a) Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilitas
b) Obsevasi penyebab gangguan mobilitas yang dialami klien.
c) Monitor dan catat kemampuan klien dalam mentoleransi
aktivitas dan penggunaan keempat ektremitasnya.
d) Jika memungkinkan observasi tindakan yang dilakukan untuk
nyerinya dan gangguan musculoskeletal
e) Ajarkan latihan ROM secara pasif/ aktif sesuai kondisi klien.
Positionning:
a) Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami
b) Pastikan baju klien longgar
c) Lindungi klien dari trauma selama latihan.
d) Beri reinforcement positif
e) Kolaborasi dengan fisioterapi
f) Kolaborasi dengan dalam pemberian terapi analgetik.
D. Kebutuhan Rasa Nyaman pada Sectio Caesarea
1. Pengertian
Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang suatu yang
melebihi masalah dan nyeri).
Nyeri adalah bentuk ketidaknyamanan baik sensori maupun emosional
yang berhubungan dengan resiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh,
timbul ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri (Andarmoyo, 2013).
2. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung
saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki
myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera,
persendian, dinding arteri, hati, dan kantung empedu. Reseptor nyeri dapat
memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamine, bradikinin,
prostaglandin dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain
dapat berupa termal, listrik, atau mekanis (hidayat, 2013).
Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan
berupa impul-impuls nyeri kesum-sum tulang belakang oleh dua jenis
serabut yang bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban
(serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A
mempunya isi fatinhibitor yang ditransmisikan keserabut C. Serabut-
serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root)
sertasinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau
laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga terbentuk
substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian
impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan
bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur
spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus dan spinoreticular tract
(SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses
transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate
dan jalur nonopiate. Jalur opiate adalah ditandai oleh pertemuan reseptor
pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang
melalui otak tengah dan medula ketanduk dorsal dari sumsum tulang
belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotin
merupakan neurotransmiten dalam impuls supresif. Sistem supresif lebih
mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A.
Jalur nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respon
terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya (Hidayat,
2013).
3. Macam-Macam Pengukuran Skala Nyeri
Untuk menilai skala nyeri terdapat beberapa macam skala nyeri yang dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri seseorang antara lain:
a. Verbal Descriptor Scale (VDS)
Verbal Descriptor Scale (VDS) adalah garis yang terdiri dari
tigasampai lima kata pendeskripsi yang telah disusun dengan jarak
yang sama sepanjang garis. Ukuran skala ini diurutkan dari “tidak
terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahan”.Perawat menunjukkan ke
klien tentang skala tersebut dan meminta klien untuk memilih skala
nyeri terbaru yang dirasakan.Perawat juga menanyakan seberapa jauh
nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa tidak
menyakitkan.Alat VDS memungkinkan klien untuk memilih dan
mendeskripsikan skala nyeri yang dirasakan (Potter & Perry, 2010).
b. Visual Analogue Scale (VAS)
VAS merupakan suatu garis lurus yang menggambarkan skala nyeri
terus menerus. Skala ini menjadikan klien bebas untuk memilih tingkat
nyeri yang dirasakan.VAS sebagai pengukur keparahan tingkat nyeri
yang lebih sensitif karena klien dapat menentukan setiap titik dari
rangkaian yang tersedia tanpa dipaksa untuk memilih satu kata (Potter
& Perry, 2010).
Penjelasan tentang intensitas digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 : skala pengukur nyeri VAS
Skala nyeri pada skala 0 berarti tidak terjadi nyeri, skala nyeri pada
skala 1-3 seperti gatal, tersetrum, nyut-nyutan, melilit, terpukul, perih,
mules.Skala nyeri 4-6 digambarkan seperti kram, kaku, tertekan, sulit
bergerak, terbakar, ditusuk-tusuk.Skala 7-9 merupakan skala sangat
nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien, sedangkan skala 10
merupakan skala nyeri yang sangat berat dan tidak dapat dikontrol.
Ujung kiri pada VAS menunjukkan “tidak ada rasa nyeri”, sedangkan
ujung kanan menandakan “nyeri yang paling berat”.
c. Numeric Rating Scale (NRS)
Gambar 2.2 : Skala Pengukur Nyeri NRS
Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-2 menunjukkan
nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri sedang,
sedangkaan angka 7-10 merupakan kategori nyeri berat. Oleh karena
itu, skala NRS akan digunakan sebagai instrumen penelitian (Potter &
Perry, 2010). Menurut Skala nyeri dikategorikan sebagai berikut:
1) 0: tidak ada keluhan nyeri, tidak nyeri.
2) 1-3: mulai terasa dan dapat ditahan, nyeri ringan.
3) 4-6: rasa nyeri yang menganggu dan memerlukan usaha untuk
menahan, nyeri sedang.
4) 7-10 : rasa nyeri sangat menganggu dan tidak dapat ditahan,
meringis, menjerit bahkan teriak, nyeri berat.
d. Wong-Baker FACES Pain Rating Scale
Skala ini terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang
menggambarkan wajah yang sedang tersenyum untuk menandai tidak
adanya rasa nyeri yang dirasakan, kemudian secara bertahap
meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah sangat sedih, sampai
wajah yang sangat ketakutan yang berati skala nyeri yang dirasakan
sangat nyeri (Potter & Perry, 2010).
Gambar 2.3: Skala Pengukur Nyeri FRS
Skala nyeri tersebut Banyak digunakan pada pasien pediatrik dengan
kesulitan atau keterbatasan verbal. Dijelaskan kepada pasien mengenai
perubahan mimik wajah sesuai rasa nyeri dan pasien memilih sesuai
rasa nyeri yang dirasakannya.
4. Pengkajian nyeri
Menurut (Hidayat,2013) Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk
upaya penatalaksanaan nyeri yang efektif. Karena nyeri merupakan
pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada masing-
masing individu,maka seperti faktor fisiologis, psikologis, perilaku,
emosional,dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen
utama, yakni (a) riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien (b)
observasi langsung pada respon prilaku dan fisiologis klien.
Tujuanpengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif
terhadap pengalaman subjektif.
Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :
P :Provoking atau pemicu, yaitu faktor yang memicu timbulnya nyeri
Q : Quality atau kualitas nyeri (mis, tumpul, tajam)
R : Region atau daerah yaitu daerah perjalanan kedaerah lain
S : Saverity atau keganasan, yaitu intensitasnya
T : Time atau waktu, yaitu serangan, lamanya, kekerapan dan sebab.
5. Riwayat nyeri
a. Menurut hidayat (2013) Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat
sebaiknya memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan cara
pandang mereka terhadap nyeri dan situasi tersebut dengan kata-kata
mereka sendiri. Langkah ini akan membantu perawat memahami
makna nyeri meliputi beberapa aspek antara lain :
1) Lokasi. Untuk menetukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien
menunjukan area nyerinya. Pegkajian ini bisa dilakukan dengan
bantuan gambar tubuh. Klien bisa menandai bagian tubuh yang
mengalami nyeri. Ini sangat bermanfaat, terutama untuk klien yang
2) memiliki lebih dari satu sumber nyeri.
3) Intensitas nyeri. Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode
yang mudah dan terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri
pasien. Skala nyeri yang paling sering digunakan adalah rentang 0-
5 atau 0-10. Angka “0” menandakan tidak nyeri sama sekali dan
angka tertinggi menandaka “nyeri” terhebat yang dirasakan klien.
4) Kualitas nyeri. Terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul
“ atau “ditusuk-tusuk”.
5) Pola nyeri meliputi waktu , durasi, dan kekambuhan atau interval
nyeri.
6) Faktor prespitasi.Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu
munculnya nyeri.
7) Gejala yang menyertai. Gejala ini meliputi mual, muntah,pusing
dan diare Pengaruh pada aktivitas sehari-hari. Dengan mengetahui
sejauh mana nyeri memengaruhi aktivitas harian klien akan
membantu perawat memahami perspektif klien tentang nyeri.
b. Sumber koping. Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda
dalam menghadapi nyeri.
c. Respon afektif. Respon afektif klien terhadapnyeri bervariasi,
bergantung pada situasi, derajat dan durasi nyeri, interprestasi tentang
nyeri, dan banyak faktor lainya.
6. Perencanaan keperawatan
Manajemen nyeri (NIC, Bulechek, G, 2013)
Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi, karakteristik
dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri dan factor-
faktor prespitasi.
a. Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan.
b. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari ketidak nyamanan akibat
prosedur
c. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (misalnya : nafas dalam,
teknik distraksi atau massage).
d. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.
e. Tingkatkan istirahat yang cukup.
f. Libatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri jika memungkinkan.
g. Monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri.
h. Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/ anggota keluarga saat
tindakan nonfarmakologi dilakukan untuk pendekatan preventif.
7. Pelaksanaan keperawatan
a) Mengurangi faktor yang dapat menahan nyeri, misalnya ketidak
percayaan, kesalah pahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan
1) Ketidakpercayaan. Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang
diderita pasien dapat mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan
melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian
mengenai keluhan nyeri pasien dan mengatakan kepada pasien
bahwa perawat mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih
memahami tentang nyerinya.
2) Kesalahpahaman. Mengurangi kesalah pahaman pasien tentang
nyerinya akan mengurangi nyeri. Hal ini dilakukan dengan
memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami sangat individual
dan hanya pasien yang tau secara pasti tentang nyerinya.
3) Ketakutan.Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi
ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien untuk
mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyeri.
4) Kelelahan.Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk
mengatasinya kembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan
istirahat yang cukup.
5) Kebosanan. Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk
mengurangi nyeri dapat digunakan pngalih perhatian yang bersifat
terapiutik. Beberapa teknik pengalih perhatian adalah bernapas
pelan dan berirama, memijat secara perlahan, menyanyi berirama,
aktif mendengarkan music, membayangkan hal-hal yang
menyenangkan dan sebagainya.
b) Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik
seperti:
1) Teknik Distraksi (latihan pengalihan)
(1) Menonton televisi
(2) Berbincang-bincang dengan orang lain
(3) Mendengarkan musik.
2) Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi
paru-paru dalam udara, menghembuskannya secara perlahan,
melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta
mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga
didapat rasa nyaman, tenang, dan rileks.
3) Stimulasi kulit
(1) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
(2) Menggosok punggung
(3) Menggunakan air hangat dan dingin
(4) Memijat dengan air mengalir.
c) Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna menganggu atau
memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan
cara mengurangi kortikal terhadap nyeri.
d) Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau mengubah
stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan.
8. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespons rangsangan nyeri, diantaranya hilangnya
perasaan nyeri,menurunnya intensitas nyeri, adanya respons fisiologis
yang baik, dan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa
keluhan nyeri.
E. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk perwujudan dari sikap
perhatian dan kasih sayang. Dukungan dapat diberikan baik dalam bentuk
fisik maupun psikis. keluarga memiliki andil yang cukup besar dalam
menentukan status kesehatan pasien. Dukungan keluarga yang baik dapat
memberikan motivasi yang baik pada pasien untuk mengurangi rasa nyeri
(Eko, 2008). Salah satu tindakan yang dapat mengurangi nyeri post Sectio
Caesarea adalah pendampingan dari keluarga atau suami, karena efek
perasaan termasuk kecemasan pada setiap pasien berkaitan dengan persepsi
orang yang mendukung. Kehadiran seorang pendamping memberikan
pengaruh pada pasien post Sectio Caesarea karena dapat membantu serta
dapat memberikan perhatian, rasa aman, nyaman, semangat, menentramkan
hati, mengurangi ketegangan atau status emosional menjadi lebih baik
sehingga dapat mengurangi rasa nyeri (Nolan, 2008). Dukungan keluarga
dapat dibagi menjadi dua yaitu : dukungan fisik dan dukungan emosional.
Dukungan fisik adalah dukungan lansung berupa pertolongan lansung yang
diberikan oleh keluarga atau suami kepada ibu. Sedangkan dukungan
emosional dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap individu merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan.
Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberi perhatian atau afeksi serta
bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.
Dukungan keluarga mempunyai peranan penting terutama bagi suami
selama proses kehamilan sampai masa nifas sangat diperlukan karena dapat
mengurangi rasa cemas, takut, serta dapat mendorong suasana tenang dan
tentram bagi istri. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
dengan memanfaatkan orang terdekat yaitu pendampingan dari keluarga atau
suami, karena efek perasaan nyeri pada setiap pasien bersalin berkaitan
dengan persepsi orang yang mendukung.
Kehadiran keluarga atau suami dengan memberikan
pendampingan ternyata dapat membuat persalinan menjadi singkat, nyeri
berkurang, robekan jalan lahir jarang serta nilai APGAR pun menjadi lebih
baik (Darsana,2009). Kehadiran keluarga atau suami dengan memberikan
pendampingan ternyata dapat membuat persalinan menjadi singkat, nyeri
berkurang, robekan jalan lahir jarang serta nilai APGAR pun menjadi lebih
baik (Darsana,2009). Persepsi nyeri selama persalinan meningkat jika wanita
tersebut gelisah dan takut serta pengetahuan tentang proses persalinan sedikit.
Salah satu alasan pendampingan melahirkan adalah untuk mengurangi rasa
takut dan memperbaiki pemahaman suami tentang dampak dari pendampingan
(Musbikin, 2007). Untuk mengatasi rasa nyeri dan mules yang kuat, kehadiran
dan perhatian suami akan membantu memberikan kekuatan, harapan, atau
sedikitnya dapat mengurangi rasa sakit yang luar biasa dimana belaian dan
bisikan suami akan memberikan semangat dan membesarkan hati istri saat
berjuang melahirkan serta adanya kesejahteraan ibu dan janin. Dengan adanya
suami selalu berada di sisi istri saat bersalin akan tahu betapa beratnya
perjuangan seorang istri saat bersalin pada saat kritis). Berdasarkan penelitian
(Yuliastanti dan Nurhidayati, 2013) mengatakan bahwa pendampingan
keluarga atau suami yang diberikan pada pasien selama proses persalinan
dilakukan dengan baik dengan tindakan suami mendampingi pasien secara
langsung selama persalinan dengan bentuk komunikasi verbal dan non verbal
seperti memberi dorongan semangat dengan kata – kata yang menentramkan
hati, memijat bagian tubuh pasien yang sakit, memberikan makanan dan
minuman pada ibu saat tidak ada kontraksi, membantu mengusap keringat
memegang tangan ibu saat kontraksi dan meyakinkan bahwa ibu bisa
menjalani persalinan, serta membantu memimpin ibu agar mengedan dengan
benar sesuai petunjuk tenaga kesehatan.
Adapun dukungan keluarga selesai perawatan antara lain (NOC, Moorhead, S.
2013) :
Indikator
1. Anggota keluarga mengungkapkan keinginan untuk mendukung anggota
keluarga yang sakit
2. Anggota keuarga mengekspresikan perasaan dan emosi sebagai kepedulian
kepada anggota keluarga yang sakit
3. Anggota keluarga bertanya bagaimana mereka dapat membantu
4. Meminta informasi mengnai prosedur
5. Meminta informasi mengenai kondisi pasien
6. Anggota keluarga mempertahankan komunikasi dengan anggota keluarga
yang sakit
7. Anggota keluarga memberikan dorongan kepada anggota keluarga yang
sakit
8. Anggota keluarga membrikan sentuhan menghibur untuk anggota keluarga
yang sakit
9. Mencari dukungan sosial bagi anggota keluarga yang sakit
10. Mencari dukungan spiritual untuk anggota keluarga yang sakit
11. Bekerja sama dngan anggota keluarga yang sakit dalam mnentukan
perawatan
12. Anggota keluarga menjelaskan arti krisis kesehatan
13. Bekerjasama dengan penyedia layanan kesehatan dalam menentukan
perawatan
14. Anggota keluarga menjelaskan arti krisis kesehatan
15. Menghubungi nggota keluarga yang lain seperti yang diinginkan oleh
keluarga yang sakit
16. Memberikan informasi yang akurat kepada anggota keluarga yang lain
17. Berpartisipasi dalam perencanaan pulang.
Skala target outcome
1. Tidak pernah menunjukkan diberi nilai 1
2. Jarang menunjukkan diberi nilai 2
3. Kadang-kadang menunjukkan diberi nilai 3
4. Sering menunjukkan diberi nilai 4
5. Secara konsisten menunjukkan diberi nilai 5
F. Bentuk-Bentuk Dukungan Keluarga
Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan (Friedman, 2010) yaitu:
1. Dukungan Penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami
kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping
yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga
merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif
terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak
bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan
positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap
ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang
dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan
keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan
strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada
aspek-aspek yang positif.
2. Dukungan Instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,
bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support
material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu
memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung,
seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu
pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi,
menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat
membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila
dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan
nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan
nyata.
3. Dukungan Informasional
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab
bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,
memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa
yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi
dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan
tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor. Individu yang
mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan
masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed
back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun
informasi dan pemberi informasi.
4. Dukungan Emosional
Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa
dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati,
rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa
berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat
istirahat dan memberikan semangat.
BAB III
METODE STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus
Penelitian studi kasus ini menggunakan desain penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan
objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk
kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).
B. Subyek Studi Kasus
Subyek pada penelitian ini adalah pasien yang menerima pelayanan post
operasi Sectio Caesarea dengan diagnosa keperawatan nyeri akut di ruang
Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2012). Kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah :
a. Pasien yang menerima pelayanan post operasi Sectio Caesarea
dengan diagnosa keperawatan nyeri akut di ruang Mutiara Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.
b. Pasien yang bersedia diwawancara.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nusalam,
2012).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien adalah pasien yang
tidak menerima pelayanan post operasi Sectio Caesarea dengan diagnosa
keperawatan nyeri akut di ruang Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kendari.
C. Fokus Studi
1. Kebutuhan rasa nyaman pada pasien post operasi Sectio Caesarea.
2. Penerapan dukungan keluarga pada pasien nyeri akut post operasi Sectio
Caesarea
D. Definisi Operasional
1. Pasien post operasi Sectio Caesarea adalah pasien yang telah mengalami
persalinan, yang dilakukan dengan tindakam pembedahan yang tujuannya
untuk mengeluarkan janin dengan cara melakukan sayatan pada dinding
abdomen dan dinding uterus.
2. Rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang merasa
nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit
terutama nyeri.
3. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Indicator yangdigunakan untuk mengukur tingkat nyeri menggunakan
skla nyeri Numeric Rating Scale (NRS) dimana pada angka 0 berarti tidak
nyeri, angka 1-2 menunjukkan nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk
dalam nyeri sedang, sedangkaan angka 7-10 merupakan kategori nyeri
berat.
4. Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk perhatian dan kasih
sayang, dengan adanya dukungan keluarga yang baik pada pasien post
Sectio Caesarea dapat membantu mengurangi rasa nyeri. Kungan
keluarga dapat diberian oleh suami atau keluarga terdekat seperti ibu
pasien. Dukungan keluarga dapat diberikan 6-7 jam setelah pemberian
anastesi.
5. Dukungan keluarga meliputi
a. Dukungan informasi : keluarga membantu pasien mencari
informasi terkait kondisi yang dialami saat ini
b. Dukungan penilaiaan : Keluarga bertindak sebagai sebuah
bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan
masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga
diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.
c. Dukungan instrumental : Keluarga merupakan sebuah sumber
pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita
dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya
penderita dari kelelahan.
d. Dukungan emosional : keluarga bersedia mendengarkan keluhan
pasien selama menjalani pengobatan dan memberikan perhatian
khusus selama perawatan.
E. Tempat dan waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kendari.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 juni 2018 sampai dengan 14
juni 2018.
F. Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2010).
Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur,
yaitu wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan
secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan telah disusun. Pada
penelitian ini wawancara dilakukan pada pasien post operasi Sectio
Caesarea di Ruang Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang
harus dikumpulkan dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk melihat
dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti
memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.
Dalam penelitian ini, dilakukan observasi secara langsung. Dalam kegiatan
observasi secara langsung, peneliti melakukan penerapan dukungan
keluarga untuk mengurangi nyeri pada pasien post operasi Sectio
Caesarea di Ruang Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.
G. Penyajian Data
Data yang telah didapatkan dari responden dengan wawancara dan
observasi dan telah diolah kemudian disajikan dalam narasi beserta
interprestasinya. Interprestasinya adalah pengambilan kesimpulan dari suatu
data, data ditulis dalam bentuk narasi atau tekstuler. Narasi atau (tekstuler)
adalah penyajian data hasil penelitian dalam bentuk kalimat (Notoatmojo,
2010).
Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul dari hasil wawancara dan
observasi tentang kebutuhan rasa nyaman pada pasien post operasi Sectio
Caesarea kemudian disajikan dalam bentuk narasi (tekstuler).
H. Etika Studi Kasus
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti
(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan akan memperoleh dampak hasil
penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).Sebelum melakukan penelitian,
peneliti terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari institusi untuk
mengajukan permohon ijin kepada institusi/lembaga tempat penelitian.
Menurut Hidayat (2008), dalam melaksanakan penelitian ini penulis
menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Lembar Persetujuan (informed consent)
Inforemed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan.Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi
responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan,
komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat,
kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain (Hidayat,
2008).
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2008). Untuk menjaga
kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden, penulis tidak
mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup mencantumkan
nama inisial saja.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikampulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset (Hidayat, 2008). Peneliti menjelaskan bahwa data yang
diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaanya oleh peneliti.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN TENTANG LOKASI STUDI KASUS
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari terletak di Jalan Kapten
Piere Tendean No.118 Kecamatan Baruga Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara. Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari merupakan salah
satu rumah sakit swasta yang berada dibawah Naungan Yayasan Widya
Ananda Nugraha Kendari. Rumah sakit ini telah terakreditasi menjadi rumah
sakit tipe D yang memiliki fasilitas pelayanan medis berupa Instalasi Gawat
Darurat (IGD), poliklinik, instalasi rawat inap, kamar operasi dan HCU serta
memiliki fasilitas pelayanan peninjang medis dan pelayanan non medis.
B. HASIL STUDI KASUS
Pasien Ny.W, umur 21 tahun, alamat Kecamatan Pewutaa,
Kabupaten Konawe Selatan. Pasien memiliki keluhan utama nyeri perut,
pasien datang diantar oleh keluarganya ke Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
tanggal 28 juni 2018 dengan diagnosa medis Cephalopelvic Disproportion
(CPD). Kemudian dirumah sakit dilakukan tindakan Sectio Caesarea dengan
indikasi Cephalopelvic Disproportion (CPD) pada tanggal 29 juni 2018
pukul 04.30 wita. Bayi lahir dengan jenis kelamin perempuan, dengan berat
badan 4 kg, panjang 50 cm. Riwayat kehamilan saat ini yaitu G2A0P2.
Riwayat persalinan sebelumya, klien mengatakan pernah melakukan operasi
Sectio Caesarea dengan indikasi CPD pada tahun 2015 dengan jenis
kelamin laki-laki. Pola reproduksi, klien mengatakan menarche pertama
pada umur 14 tahun, lamanya haid 5 hari, dan siklus haid tidak teratur.
Riwayat penyakit keluarga, klien mengatakan tidak mempunyai penyakit
keturunan maupun penyakit menular. Klien mengatakan tidak
ketergantungan obat mapun alergi obat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum pasien baik, kesadaran Compos mentis, berat badan 50 kg,
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80x per menit, laju respirasi 20x per
menit dan suhu axilla 36,50C. Pada saat pemeriksaan fisik pada bagian
abdomen Nampak luka post Sectio Caesarea pada daerah abdomen dengan
bentuk luka memanjang dengan ukuran ± 10 cm dan dibalut kasa.
Pengkajian nyeri (PQRST) dilakukan didapatkan hasil : respon
subyektif, P: Ny.W mengatakan nyeri dirasa ketika bergerak dan kontraksi
uterus, Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri diraakan Ny.W pada perut
bagian bawah S: skala nyeri 9 (berat), T: nyeri yang dirasakan hilang timbul,
nyeri dirasakan saat bergerak dan berkurang saat berbaring atau beristirahat.
Respon objektif Ny.W masih terbaring lemah, ekspresi wajah tampa
meringis menahan sakit. Terapi obat yang diberikan yaitu inj.keterolac 1
amp/8 jam dan cefataxime 1 amp/8 jam.pemberian obat diberikan pada
pukul 12.00, 20.00 dan 04.00 WITA.
Dari hasil pengkajian tersebut peneliti mengangakat diagnose
keperawatan nyeri akut. Berdasarkan NIC (Nursing Intervention
Classivication) managemen nyeri untuk diagnosa keperawatan tersebut
maka dilakukan, penerapan tindakan dukungan keluarga. Karena kehadiran
seorang pendamping dapat memberikan pengaruh pada pasien post Sectio
Caesarea dengan adanya dampingan tersebut pasien dapat merasakan
perhatian, rasa aman, nyaman, semangat, mengurangi ketegangan atau status
emosional menjadi lebih baik sehingga nyeri yang dirasakan dapat
berkurang. Penerapan ini dilakukan selama empat hari pada pukul 19.00
WITA.
Perkembangan nyeri Ny. Post operasi Sectio Caesarea dari hari
pertama sampai hari keempat
Gambar 4.1
Penerapan Tindakan Dukungan Keluarga Dari Hari Ke-1 Sampai Hari Ke-4
Keterangan:
Dari hasil diagram 4.1 menunjukkan bahwa, Pada hari pertama pukul 19.00 saat
pengukuran skala nyeri hasilnya yaitu 8, setelah dilakukan tindakan penerapan
dukungan keluarga skala nyeri tetap 8.
Pada hari kedua pukul 19.00 sebelum dilakukan penerapan tindakan dukungan
keluarga skala nyeri 6 kemudian setelah dilakukan penerapan tindakan dukungan
8
6 5
3
8
5
4
2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
HARI KE-1 HARI KE-2 HARI KE-3 HARI KE-4
POST PENERAPAN TINDAKAN DUKUNGAN KELUARGA
PRE PENERPAN TINDAKAN DUKUNGAN KELUARGA
keluarga skala nyeri menjadi 5. Pada hari ketiga pukul 19.00 dilakukan
pengukuran skala nyeri dengan skala nyeri 5 kemudian setelah dlakukan
penerapan tindakan keluarga skala nyeri 4.
Pada hari keempat pukul 19.00 skala nyeri 3 setelah dilakukan penerapan tindakan
dukungan keluarga skala nyeri menjadi 2.
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan data intensitas nyeri pasca Sectio Caesaria pada diagram
harihari pertama sampai hari keempat sebelum penerapan tindakan dukungan
keluarga, terdapat hasil intensitas nyeri yang bervariasi pada diagram tersebut
. Pada hari pertama dari sebelum dilakukan penerapan tindakan dukungan
keluarga skala nyeri 8 setelah dilakukan penerapan tindakan dukungan
keluarga skala nyeri 8, dapat dilihat bahwa penerapan tindakan dukungan
keluarga belum efektif pada hari pertama karena pasien masih merasakan
nyeri berat. Hal ini disebabkan pada waktu keluarga dan suami memberikan
perhatian baik dengan komunikasi verbal maupun non verbal ibu tidak bisa
berkonsentrasi, sehingga hasil yang diharapkan pada pendampingan keluarga
dan suami untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien tidak optimal.
Pada hari kedua dari skala 6 menjadi 5. Pada hari ketiga skala nyeri
dari 5 menjadi 4. Pada hari keempat skala nyeri 3 menjadi skala 2. Dari
penelitian ini dapat dilihat bahwa penerapan tindakan dukungan keluarga
efektif mengurangi nyeri walaupun skalanya menurun secara perlahan.
Pada penelitian ini dilakukan penerapan tindakan dukungan keluarga
untuk mengurangi nyeri, tindakan tersebut dilakukan pada waktu paruh obat
(keterolac) 4-8 jam (Novita,2012).Pemberian obat diberikan pada pukul
12.00,20.00,04.00 wita.
Tindakan pembedahan, terutama Sectio Caesaria pada ibu hamil dapat
menyebabkan nyeri. Nyeri setelah operasi Sectio Caesaria diakibatkan oleh
luka di tempat insisi. Nyeri yang dirasakan terutama terjadi pada hari pertama,
dan juga setelah efek bius sudah habis, tetapi tidak semua wanita mempunyai
kadar nyeri yang sama. Nyeri yang dirasakan berada pada intensitas dan
tingkat keparahan pada masing-masing.
Penurunan nyeri sebenarnya terjadi secara berbeda-beda akibat kondisi
seseorang. Nyeri pasien pasca operasi dapat diatasi dengan manajemen nyeri
yang tepat. Efek samping dari penggunaan analgetik jangka panjang yang
tidak baik, mengharuskan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan pada
pasien pasca operasi untuk memberikan intervensi mandiri dalam mengatasi
nyeri. Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi nyeri seseorang,
misalnya kehadiran dan dukungan sosial dari keluarga (Potter & Perry, 2010).
Dukungan keluarga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri.
Dukungan keluarga dan suami sangatlah penting bagi pasien yang mengalami
nyeri, karena dengan keadaan nyeri, seorang pasien akan sangat bergantung
kepada suami atau anggota keluarga, untuk memperoleh dukungan, bantuan
dan perlindungan. Terutama bagi ibu nifas yang post-operasi Sectio Caesaria,
yang sangat membutuhkan dukungan dan perlindungan dari seorang suami.
Seorang pendamping harus mempersiapkan mental untuk menyiapkan suasana
yang menyenangkan bagi pasien. Keberadaan keluarga membawa dampak
yang baik pada proses penurunan nyeri karena dapat memberikan dukungan
semangat dan rasa aman, sebaliknya tanpa adanya pendampingan dengan baik
pasien tidak bisa mengekspresikan diri, tentang apa yang sedang dirasakan
saat ini.
Dukungan dari keluarga atau suami dapat ditunjukan dengan berbagai
cara seperti memberikan ketenangan pada pasien, memberikan sentuhan dan
mengungkapkan kata-kata yang dapat memacu motivasi pasien (Jhaquin,
2010). Kehadiran seorang pendamping memberikan pengaruh pada pasien
post Sectio Caesarea karena dapat membantu serta dapat memberikan
perhatian, rasa aman, nyaman, semangat, menentramkan hati, mengurangi
ketegangan atau status emosional menjadi lebih baik sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri (Nolan, 2008).
Ada beberapa macam dukungan keluarga yaitu dukungan informasi,
dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Pada
penelitian ini, dari keempat dukungan keluarga tersebut yang paling baik dan
efektif adalah dukungan emosional karena dukungan ini melibatkan ekspresi
rasa empati dan perhatian terhadap seseorang sehingga membuatnya merasa
lebih baik,merasa nyaman, memperoleh kembali keyakinannya, merasa
dimiliki, dan dicintai pada saat stress atau sehingga individu yang
menerimanya merasa berharga dan rasa sakit yang dialaminya dapat
berkurang dengan adanya dukungan tersebut.
Dukungan keluarga mempunyai peranan penting terutama bagi suami
selama proses kehamilan sampai masa nifas sangat diperlukan karena dapat
mengurangi rasa cemas, takut, serta dapat mendorong suasana tenang dan
tentram bagi istri. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
dengan memanfaatkan orang terdekat yaitu pendampingan dari keluarga atau
suami, karena efek perasaan nyeri pada setiap pasien bersalin berkaitan
dengan persepsi orang yang mendukung.
Kehadiran keluarga atau suami dengan memberikan pendampingan
ternyata dapat membuat persalinan menjadi singkat, nyeri berkurang, robekan
jalan lahir jarang serta nilai APGAR pun menjadi lebih baik (Darsana,2009).
Persepsi nyeri selama persalinan meningkat jika wanita tersebut gelisah dan
takut serta pengetahuan tentang proses persalinan sedikit. Salah satu alasan
pendampingan melahirkan adalah untuk mengurangi rasa takut dan
memperbaiki pemahaman suami tentang dampak dari pendampingan
(Musbikin, 2007). Untuk mengatasi rasa nyeri dan mules yang kuat, kehadiran
dan perhatian suami akan membantu memberikan kekuatan, harapan, atau
sedikitnya dapat mengurangi rasa sakit yang luar biasa dimana belaian dan
bisikan suami akan memberikan semangat dan membesarkan hati istri saat
berjuang melahirkan serta adanya kesejahteraan ibu dan janin. Dengan adanya
suami selalu berada di sisi istri saat bersalin akan tahu betapa beratnya
perjuangan seorang istri saat bersalin pada saat kritis).
Menurut (Notoatmdjo,2010) bahwa keluarga atau suami merupakan
salah satu unsur pendukung dalam perilaku. Secara umum orang merasa
bahwa menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka
butuhkan dari seseorang biasanya cenderung lebih mudah mengikuti atau
mematuhi nasehat. Kehadiran dan sikap orang-orang terdekat sangat
berpengaruh untuk dapat memberikan dukungan, bantuan, perlindungan, dan
meminimalkan ketakutan akibat nyeri yang dirasakan, contohnya dukungan
keluarga atau suami dapat menurunkan nyeri kala I, hal ini dikarenakan ibu
merasa tidak sendiri, diperhatikan dan mempunyai semangat yang tinggi
(Widjanarko, 2012).
D. KETERBATASAN PENELITIAN
1. Pemberian intervensi penerapan dukungan keluarga membutuhkan
kemauan dan kesabaran dari suami atau keluarga sehingga akan
memberikan efek yang maksimal.
2. Peneliti agak sulit menemukan pasien Sectio Caesarea sehingga harus
menunggu beberapa hari untuk melakukan penelitian.
3. Peneliti tidak dapat melakukan observasi 24 jam karena intervensi
dikakukan pada waktu paruh obat dan dapat mengganggu waktu istirahat
pasien.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pasien post operasi Sectio Caesare
diruang mutiara RSU Dewi Sartika Kendari pada saat dilakukan pengkajian
terdapat nyeri pada abdomen dengan skala nyeri 9, nyeri seperti ditusuk-tusuk,
dan nyeri hilang-timbul. Sebelum dilakukan penerapan tindakan dukungan
keluarga intensitas skala nyeri pada hari pertama yaitu 8, skala nyerinya tidak
menurun karena penerapan tersebut belum efektif, namun setelah dilakukan
penerapan pada hari ke-2 sampai hari ke-4 skala nyeri menurun dari skala 6
menjadi 2. Karena Dukungan suami atau keluarga, adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi nyeri. Dukungan suami dan keluarga sangatlah penting
bagi pasien yang mengalami nyeri, karena dengan keadaan nyeri, seorang
pasien akan sangat bergantung kepada suami atau anggota keluarga, untuk
memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan. Dukungan dari keluarga
atau suami dapat ditunjukan dengan berbagai cara seperti memberikan
ketenangan pada pasien, memberikan sentuhan dan mengungkapkan kata-kata
yang dapat memacu motivasi pasien. Kehadiran seorang pendamping
memberikan pengaruh pada pasien post Sectio Caesarea karena dapat
membantu serta dapat memberikan perhatian, rasa aman, nyaman, semangat,
menentramkan hati, mengurangi ketegangan atau status emosional menjadi
lebih baik sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
B. SARAN
1. Bagi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari. Memberikan informasi
tentang penerapan tindakan dukungan keluarga untuk mengatasi nyeri post
operasi Sectio Caesarea, sehingga dapat menjadi bahan masukan
mengambil kebijakan rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan.
2. Bagi Keluarga terutama suami. Berdasarkan hasil penelitian sebaliknya
keluarga pasien agar memberikan dukungan kepada pasien pasca operasi
Sectio Caesarea. Dukungan dapat diberikan dengan memberikan motivasi,
semangat serta menemani pasien. Hal ini bertujuan agar pasien dapat
sembuh dengan waktu yang relatif cepat.
3. Bagi ilmu pengetahuan. Peneliti mampu menerapkan ilmu dan
pengetahuan yang telah didapatkan dalam penelitian ini untuk
diaplikasikan pada praktik selanjutnya khususnya tentang bagaimana cara
kita sebagai calon praktisi kesehatan ikut mengupayakan peran serta suami
atau keluarga dalam mengatasi nyeri post operasi Sectio Caesarea.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo,s.(2013). Konsep dan Proses keperwatan nyeri, Ar-Ruzz
Yogyakarta.
Aspiani , R.Y.(2017). Asuhan keperawatan maternitas aplikasi nanda, nic dan
noc. Jakarta : Cv. Trasinfo media.
Bernatzky, G. Presch, M. Dkk(2011). Emotional Foundation of Music as a Non-
Pharmacological Pain Management Tool in Modern Medicine.
Neuroscience and Biobehavioral Reviews,30(60):11. 2011
Bulechek, G.(2013). Nursing Intervention Classification (NIC).6th Edition.
Missouri:Elseiver Mosby
Darsana, W. (2009). Gambaran Pendampingan Selama Proses Persalinan Kala
Satu pada Ibu Bersalin di Ruang VK. Diakses 02 Maret 2015. Avaliable
from:http://darsananursejiwa.blogspot.com/2009/03/gambaranpendamping
selama proses_23.html.
Depkes RI. (2008). Asuhan persalinan normal. USAID : Jakarta
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan
Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC
Grace ,P.A,borley,N.R. (2007). At a glance Ilmubedah, Edisi 3, alih bahasadr.
vidhia umami, editor amaliasafitri. Jakarta :Erlangga.
Hidayat A. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi, 1. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat A, 2008. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta
:salemba medika.
Moleong, L.J.2010. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Moorhead, S. (2013).Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of
Health Outcomes.5th Edition. Missouri: Elsevier Saunder
Musbikin. (2007). Persiapan MenghadapaiPersalinan. Yogyakarta : Mitra
Pustaka.
Nolan, M. (2010). Kelas Bersalin. Golden Books. Jogjakarta.
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2011) konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta :Salemba Medika.
Padilla, et al. (2008). Risk factors in cesarean section. Ginecol Obstet Mex article
in Spanish, 2008 jul; 76(7):392-7.
Potter, Perry. (2010). Fundamental keperawatan (ed.7vol.2). Jakarta: Salemba
Medika.
Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Sumarah,dkk. (2009) . Perawatan ibu bersalin (asuhan keperawatan pada ibu
bersalin). Jakarta :fitramaya
Walley, J., simkin, P., dankeppler, A. (2008). Panduan praktis bagi calon ibu
kehamilan dan persalinan. Jakarta :PT.Bhuana Ilmu Populer.
Wikjosastro. (2010) . Buku pedoman praktis pelayanan keseshatan maternal dan
neonatal, Edisi I, cet 12. Jakarta :Bina Pustaka.
Yuliastanti, T. & Nurhidayati, N. (2013). Pendampingan Suami dan Skala Nyeri
Kala I Fase Aktif. Jurnal Ilmiah Keperawatan. 4.
Lampiran 1 jadwal kegiatan
JADWAL KEGIATAN
A. Alat dan Bahan
Alat penelitian yang digunakan yaitu alat tulis, kamera, lembar observasi.
B. Cara kerja
1. Tahap persiapan
Tahap ini dilakukan penyusunan proposal dan mengurus surat izin atau
pengantar dari Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan yang
ditujukan oleh pihak Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari untuk
mendapatkan izin penelitian ditempat tersebut.
2. Tahap penelitian
a. Melakukan peninjauan langsung keobjek penelitian
b. Memberikan informed consent untuk ditandatangani oleh subyek yang
akan diteliti
c. Melakukan penerapan tindakan dukungan keluarga pada pasien Post
operasi Sectio Caeserea dengan Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut
Diruang Mutiara Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.
Adapun langkah-langkahnya :
1) Tahap PraInteraksi
Mencuci tangan dan mempersiapkan alat
2) Tahap Orientasi
Memberikan salam dan menyapa nama pasien, menjelaskan tujuan
dan prosedur pelaksanaan, menanyakan persetujuan dan kesiapan
klien.
3) Tahap kerja
4) Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi tindakan, berpamitan dengan klien, mencatat
hasil kegiatan.
3. Tahap pengelolaan data
Melakukan analisa berdasarkan data yang telah dikumpukan kemudian
menyajikan data tersebut untuk memberikan penerapan tindakan dukungan
keluarga untuk mengurangi nyeri pada pasien post operasi Sectio Casarea
di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.
4. Tahap akhir
Tahap akhir dari penelitian ini yaitu menulis laporan, yang disajikan dalam
bentuk Karya Tulis Ilmiah.
Lampiran 3 instrumen studi kasus
INSTRUMEN STUDI KASUS
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan
data (notoatmojo, 2010). Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu :
1. Alat tulis dan buku
Alat tulis dan buku digunakan untuk menuliskan informasi yang
didapatkan dari narasumber.
2. Kamera
Digunakan untuk ketika peneliti melakukan observasi untuk
mendokumentasikan gambar.
3. Lembar observasi
Digunakan untuk mengobservasi skala nyeri klien
4. Pengukuran skala nyeri
Skala Pengukur Nyeri NRS
Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-2 menunjukkan nyeri
yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri sedang, sedangkaan angka 7-
10 merupakan kategori nyeri berat. Oleh karena itu, skala NRS akan
digunakan sebagai instrumen penelitian (Potter & Perry, 2010). Menurut
Skala nyeri dikategorikan sebagai berikut:
0: tidak ada keluhan nyeri, tidak nyeri.
1-3: mulai terasa dan dapat ditahan, nyeri ringan.
4-6: rasa nyeri yang menganggu dan memerlukan usaha untuk menahan,
nyeri sedang.
7-10 : rasa nyeri sangat menganggu dan tidak dapat ditahan, meringis,
menjerit bahkan teriak, nyeri berat.
Lampiran 4 Strategi Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan “Penerapan
Dukungan Keluarga Untuk Mengurangi Nyeri Post Operasi Sectio Caesarea”
A. Data Fokus
1. DS : klien mengatakan nyeri pada bagian perut
2. DO: - Klien nampak meringis
- Terdapat luka memanjang pada bagian abdomen ± 10 cm dan
dibalut kasa
B. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
C. Tujuan Khusus
1. Klien dan kleuarga dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
2. Klien mampu mengekspresikan perasaan yang dialaminya
3. Klien dapat mengidentifikasi masalah yang dialami pasca operasi
4. Klien dapat mengenal koping individu yang efektif
5. Klien mampu mengaplikasikan koping efektif yang diajarkan
D. Tindakan Perawat
1. Bina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Bantu klien mengungkapkan perasaannya dengan memberi motivasi dan
dukungan positif
3. Diskusikan tentang masalah yang dialami klien
4. Diskusikan tentang cara koping individu yang efektif untuk mengatasi
masalah yang dialami
5. Ajarkan klien untuk dapat berperilaku asertif (mengungkapkan perasaan,
berbicara secara terbuka)
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik : ” Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Nurul
Aziizah Saya senang dipanggil Nurul. Saya yang akan merawat istri
bapak selama disini. Bapak senangnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi / validasi : ”Bagaimana perasaan istri bapak saat ini? Apakah
masih merasa nyeri?”
c. Kontrak : ”Baiklah pak, bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-
bincang tentang keadaan istri dan kita akan melakukannya selama dua
puluh menit. Bapak ingin kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana
jika di ruangan ini saja pak?”
e. Tahap Kerja
Bagaimana perasaan istri setelah menjalani operasi? Ataukah dengan
luka sayatan yang baru dijahit menyebabkan istri bapak merasakan
nyeri? Jika dinilai dari nominal satu sampai sepuluh, kira-kira rasa
nyeri yang istri bapak rasakan berada dinominal berapa? Selama ini,
bagaimana istri bapak mengatasi nyeri yang dialami? Apakah itu
cukup membantu?. Nah, untuk lebih mengurangi rasa nyeri yang Istri
bapak drasakan, itu ada berbagai macam cara salah satunya yaitu
dengan dukungan keluarga. Ada beberapa bentuk dukungn keluarga
yaitu dukungan dukungan informasi, keluarga membantu pasien
mencari informasi terkait kondisi yang dialami saat ini, Dukungan
penilaian, keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan
validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,
penghargaan, perhatian. Dukungan instrumental , keluarga merupakan
sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya, kesehatan
penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat,
terhindarnya penderita dari kelelahan dan dukungan emosional
keluarga bersedia mendengarkan keluhan pasien selama menjalani
pengobatan dan memberikan perhatian khusus selama perawatan.
Baiklah pak dari keeempat bentuk dukungan tersebut bapak dan
keluarga bisa lakukan untuk membantu mengatasi nyeri yang dialami
istri bapak.
Baiklah pak sudah mengerti tentang apa yang saya jelaskan? jika Istri
bapak merasakan nyeri lagi tindakan ini bisa dilakukan.Berarti
sekarang kita bisa memasukkannya ke dalam jadwal ya pak.
2. Tahap Terminasi
a. Menyimpulkan hasil kegiatan
” Bagaimana perasaan bapak setelah tadi kita berbincang-bincang?”.
” Sekarang bapakdan keluarga sudah mengetahui cara mengatasi rasa
nyeri yang dialami istri bapak”.
b. Kontrak yang akan datang
” Baik pak, besok malam saya akan kesini lagi untuk melakukan
tindakan penerapan dukungan keluarga untuk mengatasi nyeri ibu.
Kira-kira jam berapa Ibu dapat meluangkan waktu? Bagaimana kalau
jam 19.00 di ruangan ini lagi, bapak setuju? Baiklah.
c. Mengakhiri kegiatan dengan baik
Jika bapak menbutuhkan bantuan saya, bapak dan keluargadapat
memanggil saya. Baik pak , sampai ketemu besok ya.”
3. Dokumentasi
a. Jenis tindakan : penerapan dukungan keluarga untuk mengatasi nyeri
post operasi Sectio Caesarea.
b. Waktu pelaksanaan: 19.00 WITA
c. Perawat pelaksana : Nurul Aziizah
d. Nama pasien : Ny.W
e. Umur : 21 tahun
f. Ruangan : Mutiara
Lampiran 7 Dokumentasi Hasil Studi Kasus