asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada ny.w … · niat yang ikhlas. 6. percayalah bahwa diri...
TRANSCRIPT
i
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA
NY.W UMUR 41 TAHUN P1A0POST HISTEREKTOMI
DENGAN INDIKASI MIOMA UTERIDI RSU
ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
DiajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratTugasAkhir
Pendidikan DiplomaIII Kebidanan
Disusunoleh:
Yulia Nuranisa
NIM B13047
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
KaryaTulisIlmiah
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA
NY.W UMUR 41 TAHUN P1A0POST HISTEREKTOMI
DENGAN INDIKASI MIOMA UTERIDI RSU
ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Diajukanoleh :
Yulia Nuranisa
NIM B13047
Telahdiperiksadandisetujui
PadaTanggal ...........................................
Pembimbing
Ika Budi Wijayanti, SST., M.Sc
NIK.200680024
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA
NY.W UMUR 41 TAHUN P1A0POST HISTEREKTOMI
DENGAN INDIKASI MIOMA UTERIDI RSU
ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
KaryaTulisIlmiah
Disusunoleh :
Yulia Nuranisa
NIM B13047
Telahdipertahankan di depanDewanPenguji
UjianAkhir Program D III Kebidanan
PadaTanggal ................................
PENGUJI I
Tresia Umarianti, SST., M.Kes
NIK. 201383116
PENGUJI II
Ika Budi Wijayanti, SST., M.Sc
NIK. 200680024
Tugasakhirinitelahditerimasebagaisalahsatupernyataan
UntukmemperolehgelarAhliMadyaKebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan
iv
Siti Nurjanah, SST., M. Keb
NIK.201188093
KATA PENGANTAR
Pujisyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT yang
telahmelimpahkanrahmatdanhidayah-Nya,sehinggapenulisdapatmenyelesaikan
KaryaTulisIlmiah yang berjudul ”Asuhan Kebidanan ibu gangguan reproduksi
pada Ny.W umur 41 tahun P1A0post histerektomi dengan indikasi mioma uteri di
RSU Assalam Gemolong Sragen”.
KaryaTulisIlmiahinidisusundenganmaksuduntukmemenuhitugasakhirseba
gaisalahsatusyaratkelulusanProdi D III KebidananSTIKesKusumaHusada
Surakarta.
Penulismenyadaribahwatanpabantuandanpengarahandariberbagaipihak,KaryaTuli
sIlmiahinitidakdapatdiselesaikandenganbaik.
Olehkarenaitupenulismengucapkanterimakasihkepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M. Keb, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Ika Budi Wijayanti, SST., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Ibu Tresia Umarianti, SST., M.Kes, selaku Dosen Pengujia satu yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan, masukan dan bimbingan
kepada penulis.
5. dr.Wiwiek Irawati, M.Kes, selaku Direktur RSU Assalam Gemolong Sragen,
yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam melakukan Studi
Kasus.
6. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Kusuma Husada Surakarta terimakasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
7. Ny.W yang bersedia menjadi responden dalam pengambilan studi kasus.
v
8. Bagian Perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulismenyadaribahwadalampenulisan KaryaTulisIlmiahinimasihjauh
dari sempurna, olehkarenaitupenulismembukasaran demi
kemajuanKaryaTulisIlmiah selanjutnya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini
dapatbermanfaatbagisemuapihak.
Surakarta, Mei2016
Penulis
vi
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Yulia Nuranisa
B13047
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA
NY.W UMUR 41 TAHUN P1A0POST HISTEREKTOMI
DENGAN INDIKASI MIOMA UTERIDI RSU
ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
xi + 93 halaman + 13 lampiran
INTISARI
Latar Belakang : Mioma uteri termasuk dalam neoplasma jinak ginekologi
asimptomatik tersering dengan insiden satu dari empat wanita selama masa
reproduksi aktif. di Jawa Tengah dilakukannya histerektomi yaitu sekitar 600.000
kasus setiap tahun, sedangkan miomektomi hanya sekitar 37.000 kasus setiap
tahun. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di RSU AssalamGemolong
Sragen pada bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Oktober2015 didapatkan
120 kasusgangguan reproduksi yang meliputi PUD sebanyak 39 (32,5%),
Amenorea sebanyak 31 (25,8%), Mioma uteri sebayak 20 (17%), Menoragia
sebanyak 15 (12,5%), Disminorea sebanyak 15 (12,5%). Berdasarkan penanganan
mioma uteri sebanyak 15 Orang dengan operasi histerektomi sedangkan
laparaskopi sebanyak 5 Orang. Post histerektomy memerlukan asuhan yang
intensif yaitu nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan sistem syaraf
sekunder.
Tujuan Studi Kasus :Melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksipost
histerektomi dengan indikasi mioma uteri di RSU Assalam Gemolongdengan
pendekatan 7 langkah Varney.
Metodologi Penelitian :Jenis studi kasus yang digunakan pada penggambilan
data ini yaitu deskriptifyang berlokasi di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan
menggunakan format asuhan kebidanan 7 langkah Varney dengan pengumpulan
data menggunakan data primer dan data sekunder.
Hasil Studi Kasus : Pada kasus Ny. W dengan post histerektomi dengan indikasi
mioma uteri setelah dilakukan asuhan selama 8 hari yaitu mengobservasi KU,
TTV, luka bekas operasi, tetesan infus, jumlah urine, memberitahu ibu puasa
sampai flatus, memberi dukungan moril, memberi terapi. Didapatkan hasil
sebelum pulang keadaan ibu baik, tidak ada perdarahan, tidak ada pus, tidak ada
bau pada luka jahitan post histerektomi dan pada waktu kontrol ibu mengatakan
sudah mampu melakukan kegiatan kecil seperti menyapu dan memasak.
Kesimpulan : Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan menggunakan
Manajemen 7 langkah Varney pada Ny. W umur 41 tahun P1A0post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri di RSU Assalam Gemolong Sragen diperoleh bahwa
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu pada keluhan utama.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, gangguan reproduksi, post histerektomi,
mioma uteri
Kepustakaan : 27 literatur (tahun 2005 s/d 2015 )
vii
MOTTO
1. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (ash-sharh : 6)
2. Allah selalu mengiringi hambanya yang mau berusaha.
3. Hargailah dan hormatilah kedua orang tuamu.
4. Jadikanlah penyesalan sebagai kunci dalam memperbaiki diri sendiri.
5. Awali setiap langkah, pekerjaan dan semua kegiatanmu dengan do’a dan
niat yang ikhlas.
6. Percayalah bahwa diri kita sendiri mampu berusaha dan menjadi yang
terbaik.
7. Hargailah orang lain jika ingin dihargai.
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati, Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan Rahmat dan KaruniaNya sehingga
terwujud Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu dan Ayah tercinta yang selalu dihati, terimakasih atas do’a yang
mengiringi langkahku, dukungan dan kasih sayangnya selama ini.
3. Kakak ku tersayang (Rizky Mulya Sutanto) yang selalu memberi
dukungan dan semangat.
4. Adik-adik sepupuku tersayang terimakasih semangat dari kalian.
5. Eyangku tersayang dan seluruh saudara dan krabat terimakasih atas do’a
dari kalian selama ini.
6. Dosen pembimbing KTI tersayang (ibu Ika Budi Wijayanti. SST. M. Sc)
terimakasih waktu dan bimbingan dari ibu sehingga KTI saya dapat selesai
dengan baik, terimakasih semangatnya bunda dosen.
7. Teman-temanku tersayang (Laila, estrilia, viena, sulani, maisah, atu dyan)
terimakasih selama ini selalu bersamaku dan ada untuku, aku mencintai
kalian.
8. Teman-temanku satu angkatan, selalu semangat.
9. Almamaterku tercinta
10. Dan semua pihak yang membantu saya menyelesaikan tugas ini.
viii
CURICULUM VITAE
Nama : YULIA NURANISA
Tempat / tanggal lahir : Tegal Ombo, 07 Juli 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun II, RT/RW 008/003, Desa Tegal Ombo,
Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur,
Lampung.
Riwayat Pendidikan
SD Negeri 2 Tegal Ombo, Lampung Timur LULUS TAHUN 2007
SMP Negeri 1 Purbolinggo, Lampung Timur LULUS TAHUN 2010
SMA Negeri 1 Purbolinggo, Lampung Timur LULUS TAHUN 2013
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada ANGKATAN TAHUN 2013/2014
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
INTISARI ....................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
CURICULUM VITAE .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus ........................................................................ 3
D. ManfaatStudi Kasus ....................................................................... 5
E. Keaslian Studi Kasus ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis .................................................................................. 9
1. Kesehatan Reproduksi .............................................................. 9
2. Mioma Uteri ............................................................................. 12
3. Post Histerektomi ..................................................................... 21
B. Teori Manajemen Kebidanan ......................................................... 22
C. Landasan Hukum ........................................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ........................................................................... 42
B. Lokasi Studi Kasus ......................................................................... 42
C. Subjek Studi Kasus ........................................................................ 42
D. Waktu Studi Kasus ......................................................................... 43
E. Instrumen Studi Kasus ................................................................... 43
x
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 43
G. Alat-alat yang dibutuhkan .............................................................. 46
H. Jadwal Penelitian ............................................................................ 47
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ............................................................................... 48
B. Pembahasan .................................................................................. 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 90
B. Saran .................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. JadwalPenelitian
Lampiran 2. SuratPermohonanIjinStudiPendahuluan
Lampiran 3. SuratBalasanIjinStudiPendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat PermohonanmenjadiResponden
Lampiran 7. SuratPersetujuanResponden (Informed Concent)
Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara (Format ASKEB)
Lampiran 9. LembarObservasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 11. Leaflet
Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus
Lampiran 13. LembarKonsultasi Proposal KaryaTulisIlmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan sehat
sejahtera secara fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam segala hal yang terkait dengan sistem, fungsi serta
proses reproduksi. Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan
fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
fungsi serta prosesnya (Yanti, 2011).
Mioma uteri merupakan tumor jinak padat dari otot polos uterus,
dikenal juga dengan istilah mioma atau leiomioma, ditemukan sekurang-
kurangnya pada 20-25% wanita diatas usia 35 tahun. Laporan lain dari suatu
studi melalui pemeriksaan post mortem jenazah wanita, menunjukkan angka
kejadian yang lebih tinggi yaitu mencapai lebih dari 50%. Diperkirakan
20-50% dari tumor ini menyebabkan gejala klinik terutama perdarahan
menstruasi yang berlebih, infertilitas, abortus berulang dan nyeri akibat
proses penekanan massa. Rasa nyeri kadang-kadang merupakan salah satu
indikasi dilakukan tindakan operatif.Pengobatan standar untuk mioma uteri
dengan gejala klinik pada umumnya adalah terapi operatif, dapat berupa
histerektomi atau miomektomi baik menggunakan metode laparatomi
maupun laparaskopi. Tindakan miomektomi terutama dilakukan pada wanita
2
yang ingin mempertahankan fertilitasnya. Sampai saat ini mioma uteri juga
merupakan indikasi tersering operasi besar pada wanita pre menopause dan
oleh karena itu membawa dampak yang cukup besar bagi masalah
pembiayaan kesehatan (Djuwantono dkk, 2011).
Bidan dapat memperkirakan kemungkinan mioma uteri dengan
meperhatikan gejala klinis yaitu terdapat perdarahan menstruasi yang tidak
normal, terdapat gangguan berkemih atau defekasi, dan terasa nyeri terutama
saat menstruasi. Pada pemeriksaan dalam, bidan dapat menjumpai teraba
tumor padat pada abdomen bagian bawah dan pergerakan tumor terbatas, dan
bidan dapat meraba tumor berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat
terbatas atau bebas (Manuaba, 2010).
Kasus mioma uteri di Jawa Tengah dilakukannya histerektomi yaitu
sekitar 600.000 kasus setiap tahun, sedangkan miomektomi hanya sekitar
37.000 kasus setiap tahun (Laurensia, 2012). Berdasarkan Profil Kesehatan
Jawa Tengah Tahun 2013 menyatakan bahwa mioma uteri menempati urutan
kedua penyakit tidak menular setelah kanker payudara. Mioma uteri termasuk
dalam neoplasma jinak ginekologi asimptomatik tersering dengan insiden
satu dari empat wanita selama masa reproduksi aktif (Profil Jawa Tengah,
2013).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di RSU Assalam
Gemolong Sragen pada bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Oktober
2015 didapatkan 120 kasusgangguan reproduksi yang meliputi PUD sebanyak
39 (32,5%), Amenorea sebanyak 31 (25,8%), Mioma uteri sebanyak 20
3
(17%), Menoragia sebanyak 15 (12,5%), Disminorea sebanyak 15 (12,5%).
Berdasarkan penanganan mioma uteri sebanyak 15 Orang dengan operasi
histerektomi sedangkan laparaskopi sebanyak 5 Orang.
Berdasarkan data tersebut kasus mioma uteri merupakan penyakit
yang wajib di waspadai.Bila mioma uteri terjadi secara kronis maka dapat
terjadi anemia defisiensi besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah
yang besar sulit untuk dikoreksi.Post histerektomi memerlukan asuhan yang
intensif yaitu nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan sistem
syaraf sekunder, sehingga penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan
judul “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. W umur 41 tahun
P1.A..0 denganPost HisterektomiAtas Indikasi Mioma Uteri di RSU Assalam
GemolongSragen”.
B. Perumusan Masalah
“Bagaimana memberikan asuhan kebidanan gangguan reproduksi
pada Ny.W umur 41 tahun P1A0post histerektomi dengan indikasi mioma
uteri di RSU Assalam Gemolong sragen dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan 7 langkah varney ?”
C. Tujuan studi kasus
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksipost
histerektomi dengan indikasi mioma uteri di RSU Assalam
4
Gemolongdengan pendekatan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu
1) Melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada Ny.W umur
41 tahun P1A0post histerektomi dengan indikasi mioma uteri di
RSU Assalam Gemolong sragen.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah, kebutuhan pada Ny.W umur 41 tahun P1A0post
histerektomi dengan indikasi mioma uteri di RSU Assalam
Gemolong sragen.
3) Mendiagnosa potensial yang dapat teradi pada Ny.W umur 41
tahun P1A0post histerektomi dengan indikasi mioma uteri di
RSU Assalam Gemolong sragen.
4) Menemukan dan melakukan antisipasi atau tindakan segera pada
Ny.W umur 41 tahun P1A0post histerektomi dengan indikasi
mioma uteridi RSU Assalam Gemolong sragen.
5) Merencanakan tindakan menyeluruh sesuai dengan kondisi pada
Ny.W umur 41 tahun P1A0post histerektomi dengan indikasi
miomauteri di RSU Assalam Gemolong sragen.
6) Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
Ny.W umur 41 tahun P1A0post histerektomi dengan indikasi
mioma uteri di RSU Assalam Gemolong sragen.
7) Mengevaluasi terhadap tindakan kebidanan pada Ny.W umur 41
5
tahun P1A0post histerektomi atas indikasi mioma uteri di RSU
Assalam Gemolong sragen.
b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan praktek
pada kasus gangguan reproduksi post histerektomi dengan indikasi
mioma uteri secara nyata di RSU Assalam Gemolong sragen.
D. Manfaat studi kasus
1. Bagi penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan serta pengalaman
penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus gangguan
reproduksipost histerektomi dengan indikasi mioma uteri.
2. Bagi profesi
Dapat memberi masukan dan sebagai bahan pertimbangan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksipost
histerektomi dengan indikasi mioma uteri.
3. Bagi Rumah Sakit (RS)
Memberikan gambaran data sebagai bahan evaluasi bagi pihak rumah
sakit untuk melihat sejauh mana penatalaksanaan perawatan pada kasus
gangguan reproduksipost histerektomi dengan indikasi mioma uteri dan
sebagai bahan evaluasi bagi pihak rumah sakit agar setiap perawatan
yang diberikan dapat sesuai dengan standar yang berlaku.
6
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk
menaikkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada kasus
gangguan reproduksipost histerektomi dengan indikasi mioma uteri.
E. Keaslian Studi Kasus
Asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksipost histerektomi
dengan indikasi mioma uteri sudah pernah dilakukan oleh :
1. Laurensia L (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul
”Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny.N Post
HisterektomyDengan Indikasi Mioma Uteri di RSUD Moewardi
Surakarta Tahun 2012. Jenis studi kasus menggunakan metode deskriptif.
Data sebelum didapat subjektif Ibu mengatakan mengeluh nyeri pada
abdomen saat menstruasi, perdarahan yang banyak, badan terasa lemas,
cepat lelah, kepala pusing dan merasakan sesak nafas. Ibu mengatakan
nyeri pada bekas operasi histerektomy, Ibu mengatakan sudah flatus jam
05.00 WIB dan minumsedikit jam 06.30 WIB, Ibu mengatakan takut
karena terpasang DowerCateter, Ibu mengatakan obatnya sudah
diberikan. Asuhan yang diberikanmengobservasi keadaan umum, TTV
dan perdarahan, melakukan kolaborasi dengan dokter untuk melakukan
tindakan kolaborasi, menganjurkan ibu untuk berpuasa sebelum
dilakukan tindakan histerektomi, memberitahu ibu bahwa tindakan
histerektomy akan dilakukan pukul 15.00 WIB, mengobservasi dower
7
kateter tiap 2 jam, Berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
terapi injeksi Cefotaxim : 1 gr / 8 jam, Metronidazol: 500 mg / 8 jam,
Torasic: 1 amp / 8 jam, Injeksi Ketorolac : 1 amp / 8 jam. setelah
dilakukan asuhandidapatkan data subyektif ibu mengatakan keadaannya
sudah membaik dan tidak ada keluhan. Obyektif Keadaan umum : Baik,
Konjungtiva : Merah muda, Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, S :
36,5oC, N : 88 x/menit R : 24 x/menit, Keadaan luka jahitan : Bersih dan
kering.
2. Purwati N. H, (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul
“Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny. S Post
Histerektomy Atas Indikasi Mioma Uteri di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan bentuk laporan studi kasus
dengan menggunakan metode deskriptif. Data sebelum didapat subjektif
Pada saat posthisterektomy biasanya pasien mengeluhkan adanya nyeri
pada daerah lukabekas jahitan. Ibu mengatakan masih merasa nyeri pada
luka bekas operasi, Keluarga ibu mengatakan ibu sudah flatus kemarin
pukul 18.00. Asuhan yang diberikan yaitu mengobservasi KU, TTV, luka
bekas operasi, tetesan infus, jumlah urine, memberitahu ibu puasa sampai
flatus, memberi dukungan moril, memberi terapi didapatkan hasil
sebelum pulang keadaan ibu baik, tidak ada perdarahan, tidak ada pus,
tidak berbau pada luka jahitan post histerektomi dan pada waktu kontrol
ibu mengatakan sudah mampu melakukan kegiatan kecil seperti menyapu
dan memasak. Setelahdilakukan asuhan Hasil studi kasus didapatkan
8
subyektif ibu mengatakan keadaannya sudah membaik dan tidak ada.
Obyektif Keadaan umum : baik, konjungtiva : Merah muda, Tanda-tanda
vital : TD : 110/80 mmHg, S : 36,5°C, N : 88 x/menit R : 24 x/menit,
keadaan luka jahitan bersih dan kering.
3. Rina Novita Sari (2004), dengan judul “Asuhan kebidanan pada
gangguan sistem reproduksi dengan mioma uteri pre dan post
histerektomi di RSUD Wonogiri”. Kesimpulan : Asuhan kebidanan
diberikan pada Ny. S denga mioma adalah kuretase dan operasi
histerektomi sudah berhasil. Post kuretase pasien di beri infus
metronidasol 40 tetes per menit, obat oral berupa asam asetat. Post
histerektomi pasien dianjurkan terapi radiasi sebanyak 2 kali kemudian
diberikan obat oral berupa kaditik 3 x 25 mg, metrotrexat 3 x 250 mg,
magestrol asetat 3 x 250 mg, hasil asuhan yang diberikan selama 12 hari
telah berhasil didapatkan keadaan ibu sudah baik, ibu diperbolehkan
pulang, maka N. S dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan
menganjurkan untuk kontrol ulang 2 hari dari Rumah Sakit.
Persamaan studi kasus ini dengan keaslian terletak pada jenis studi kasus,
teknik pengumpulan data dan hasil evaluasi pasien.Sedangkan perbedaan
terletak pada waktu, tempat, subjek dan lama asuhan yang diberikan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Kesehatan Reproduksi
a. Pengertian
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi,
peran dan sistem reproduksi (Irianto, 2015).
Kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan sehat
sejahtera secara fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang terkait dengan sistem,
fungsi serta proses reproduksi (Yanti, 2011).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial
secara utuh dalam segala hal dan tidak hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan yang berkaitan dengan fungsi, peran dan sistem
reproduksi.
b. Macam-macam Gangguan Reproduksi
Menurut Irianto (2015) dan Varney (2007), macam-macam
gangguan reproduksi antara lain:
10
1) Gangguan Menstruasi (haid)
Menurut Purwoastuti dan Walyani, 2015), beberapa gangguan
menstruasi yang paling sering muncul, yaitu:
a) Hiperminorea
Perdarahan haid yang banyak dan lebih lama dari normal,
yaitu 6-7 hari dan ganti pembalut 5-6 kali perhari.
b) Hipomenorea
Perdarahan haid yang lebih pendek atau lebih kurang dari
biasa, sebab kelaina terletak pada konstitusi penderita,
pada uterus (misal: sesudah operasi miom).
c) Polimenorea
Ketika seorang wanita mengalami siklus menstruasi yang
lebih sering. Wanita dengan polimenorea akan mengalami
menstruasi hingga dua kali atau lebih dalam sebulan dengan
pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang relatif yang
sama atau lebih banyak dari biasanya.
d) Oligomenorea
Suatu keadaan di mana siklus menstruasi memanjang lebih
dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.
e) Amenorea
Keadaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita.
11
f) Dismenore
Nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan produksi
zat prostaglandin (Proverawati dan Misaroh, 2009).
g) Metrorrhagia
Perdarahan yang tidak teratur dan tidak menurut siklus,
perdarahan ireguler yang terjadi diantara 2 waktu
menstruasi (Proverawati dan Misaroh, 2009).
2) Nyeri abdomen dan panggul
Jenis nyeri abdomen dan panggul menurut Varney (2007),
meliputi:
a) Nyeri akut
Kemampuan untuk mengenali dan menangani nyeri
adomen akut secara akurat merupakan keahlian yang
penting dalam perwatan kesehatan wanita.
b) Nyeri kronis
Wanita yang mengalami nyeri panggul kronis adalah orang
yang sering kali mengunjungi pemberi layanan kesehatan
dalam jangka waktu yang lama.
c) Inkontinesia Urine
Pengeluaran urine secara tidak sadar merupakan kondisi
yang membuat stres dan yang tidak dilaporkan karena
berbagai alasan, seperti rasa malu, pengingkaran dan
12
adanya anggapan bahwa satu-satunya penanganan adalah
pembedahan.
d) Endometriosis
Jaringan endometrium yang semestinya berada dilapisan
paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan
tumbuh ditempat lain (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
e) Tumor jinak vagina
Tumor jinak vagina merupakan kelainan pada vagina yang
jarang terjadi kecuali infeksi dan sisa pertumbuhan
(Manuaba, 2009).
f) Mioma uteri
Tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang
ada dirahim (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
2. Mioma Uteri
a. Pengertian
Mioma uteri merupakan tumor jinak padat dari otot polos uterus,
dikenal juga dengan istilah mioma atau leiomioma, ditemukan
sekurang-kurangnya pada 20-25 % wanita diatas usia 35 tahun
(Djuwantono dkk, 2011).
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), mioma uteri adalah
neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal
istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.
13
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus
dan jaringan ikat yang menumpungnya (Purwoastuti dan Walyani,
2015).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mioma
uteri adalah neoplasma jinak atau tumor jinak padat yang berasal
dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpungnya, dikenal juga
dengan istilah mioma atau leiomioma.
b. Etiologi
Penyebab dari mioma uteri belum diketahui secara pasti.
Namun diduga ada beberapa faktor yang berhubungan dengan
pertumbuhan mioma uteri, antara lain faktor hormonal yaitu
adanya hormon estrogen dan progesteron berperan dalam
perkembangan mioma uteri (Proverawati dan Misaroh, 2009).
c. Tanda dan gejala
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), keluhan yang
dirasakan penderita mioma uteri sebagai keluhan utama pada
umumnya adalah:
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah
hipermenore, menoragi dan dapat juga terjadi metroragi. Hal
ini sering menyebabkan penderita juga mengalami anemia dari
perdarahan yang terus-menerus.
14
2) Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapidapat
ditimbulkan karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan
dilahirkan, juga pertumbuhannya yang mempersempit kanalis
servikalis dapat menyebabkan dismenore. Selain itu penyebab
timbulnya nyeri pada kasus mioma uteri adalah karena proses
degenerasi ganas. Penekanan pada visera oleh ukuran mioma
uteri yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan nyeri.
Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga
menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis.
3) Efek penekanan
Penekanan oleh mioma uteri pada vesika urinaria
menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus urinarius, seperti
perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio
urine serta konstipasi dan tenesmia akibat menekan rektum.
d. Klasifikasi
Menurut Djuwantono dkk (2011), mioma uteri diklasifikasikan
berdasarkan lokasi terjadinya diuterus, antara lain:
1) Mioma submukosa
Mioma submukosa didefinisikan mioma mencapai atau
mengganggu ruang endometrium. Mioma yang tumbuh kearah
kavum uteri dan menonjol dalam kavum uteri (Padila, 2015).
15
2) Mioma intramural
Mioma intramural didefinisikan sebagai mioma yang hanya
tumbuh pada miometrium dan tidak mengganggu jaringan
endometrium atau serosa dari uterus.
3) Mioma subserosa
Mioma subserosa yaitu mioma yang tumbuh kearah luar dan
menonjol pada permukaan uterus (Padila, 2015). Mioma
subserosa dapat diklasifikasikan lagi menjadi bertangkai dan
tidak bertangkai (Djuwantono dkk, 2011).
e. Komplikasi
Menurut Hestiantorodkk (2015), mioma uteri juga dapat
mengganggu terjadinya konsepsi alami atau menurunkan hasil
terapi infertilitas atau meningkatkan kejadian keguguran berulang
serta risiko kehamilan lainnya. Hal ini disebabkan dengan
menutupnya kanalis servikalis atau tuba falopi secara mekanik.
Menurut Manuaba (2010), beberapa pengaruh mioma uteri
pada kehamilan antara lain :
1) Infertilitas bila menutup lumen tuba faloppii
2) Mengganggu tumbuh kembang hasil konsepsi yang telah
berimplantasi (terjadi abortus, persalinan prematur) karena
terjadi gangguan vaskularisasi sehingga plasenta tidak mampu
memberi nutrisi yang cukup.
16
3) Saat in partu dapat terjadi insersio uteri primer atau sekunder.
Persalinan meperlukan intervensi medis.
4) Saat post partum dapat terjadi atonia disertai perdarahan
banyak. Retensio plasenta meperlukan tindakan tambahan.
5) Karena perdarahan post partum, secara tidak langsung mioma
uteri memudahkan terjadinya infeksi.
6) Involusi uterus mungkin lambat.
7) Segera setelah post partum, akumulasi darah yang tidak dapat
menyebabkan terjadinya red degenration merah pada mioma.
8) Red degeneration menimbulkan akut abdomen dan meperlukan
operasi dan bila perlu histerektomi.
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), jenis mioma uteri
yang mempengaruhi proses persalinan terutama jenis intramural
dan submukosum.
Menurut Padila (2015), mioma uteri dapat berdampak pada:
1) Pertumbuhan leimiosarkoma
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun
tidak membesar dan menjadi besar apabila sesudah menopause.
2) Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami
putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan
mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan
dan akan tampak gambaran klinik dari abdomen akut.
17
3) Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma subserosa yang menjadi polip, ujung tumor
kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan
dari vagina, dalam ini kemungkinan gangguan situasi dengan
akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
f. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hestiantorodkk (2015), diagnosa mioma uteri dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasonografi (transvaginal,
transrektal dan abdominal) atau Magnetic Resonance Imaging
(MRI).
g. Penatalaksanaan
1) Terapi medisinal (hormonal)
Menurut Djuwantono, dkk (2011), apabila sekresi estrogen
dapat dikurangi maka pertumbuhan mioma uteri dapat dihambat
atau dikurangi, bahkan dapat mengecilkan massa mioma.
sehingga sampai saat ini preparat yang dapat menekan kadar
estrogen banyak digunakan untuk terapi medikamentosa mioma
uteri.
2) Terapi pembedahan
Menurut Djuwantono, dkk (2011) indikasi tindakan bedah
yang dilakukan untuk mengangkat jaringan mioma uteri,yaitu:
mempertahankan bahkan meningkatkan potensi reproduktif bagi
wanita yang ingin punya anak, menimbulkan rasa nyeri,
18
perdarahan uterus abnormal, menyebabkan infertilitas,
mengganggu pertumbuhan janin apabila terjadi kehamilan
Tindakan pembedahan yang dilakukan yaitu :
a) Miomektomi
Miomektomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan
untuk mengangkat jaringan mioma tanpa mengangkat
keseluruhan uterus. Tujuan operasi miomektomi adalah
untuk mempertahankan bahkan meningtkatkan potensi
reproduksi bagi wanita yang ingin mempunyai anak.
(1) Laparatomi
Miomektomi dilakukan apabila ukuran mioma uteri
lebih dari 5 cm, walaupun beberapa ahli ada yang
mengambil batasan bila ukuran lebih dari 10 cm. Insisi
abdomen dapat dilakukan secara transversal atau
mediani inferior. Penggunaan tali karet (rubber
tourniquets) dapat dipasang didaerah servik sebelum
dan selama operasi, efektif untuk mengurangi
perdarahan terutama pada mioma yang ukurannya
besar. Tujuannya untuk menghambat perdarahan dari
cabang arteri uterinya.
19
(2) Laparaskopi
Penempatan trokar optis diletakkan pada umbilikus
atau 10 cm lebih tinggi pada midline atau pada titik
palmer sesuai besar dan bentuk massa tumor. Trokar
instrumen dapat dipasang 2-3 jalur masuk diletakkan
pada abdomen bagian bawah sesuai kebutuhan. Tangkai
dari mioma dikoagulasi dengan forsep bipolar dan
dipotong dengan gunting laparoskopik atau diresseksi
setelah peletakan loop atau staplerr. Penjahitan tidak
selalu diperlukan pada mioma yang bertangkai.
(3) Histeroskopi
Bagi wanita yang memiliki gejala leiomioma
submukosa, operasi histeroskopi pada tumor jenis ini
dapat menunjukkan beberapa gejala pada kasus yang
umum. Orang yang dimungkinkan mengidap penyakit
ini diantaranya adalah wanita yang mengalami
perdarahan yang tidak wajar atau wanita dengan
masalah kesuburan. Sel-sel tumor yang akan dioperasi
harus merupakan submukosa atau intramural dengan
komponen submukosa pedunkulata dapat muncul
seperti polip (Schorge, 2008).
20
b) Histerektomy
Menurut Schorge (2008), histerektomy adalah salah satu
dari frekuensi yang seringkali menampilkan cara
genekologi. Ada 3cara yaitu :
(1) Abdominal
Di United States kebanyakan uterus telah diangkat
melalui insisi abdominal. Salah satu dari 2 garis potong
atau insisi vertical mungkin telah terpilih tergantung
pada pengaturan klinikal abdominal, histerektomy
memperkenankan kemampuan yang terbaik untuk
memanipulasi organ pelvik.
(2) Vaginal
Cara ini dipilih oleh ahli bedah jika organ panggul
kecil, perlengkatan yang luas tidak diantisipasi, tidak
ada patologi adneksa yang signifikan diharapkan
dan beberapa derajat prolaps organ panggul hadir.
Keuntungannya pemulihan lebih cepat dan mengurangi
biaya dari rumah sakit dan nyeri pasca operasi.
(3) Laparoskopi
Cara ini dipilih untuk wanita dengan organ panggul
kecil, perlengketan yang luas tidak diharapkan, rahim
kecil dan ahli bedah yang keras kepala dalam teknik
laparoskopi.Meskipun pasien sembuh, tinggal dirumah
21
sakit dan skor nyeri pasca operasi sebanding dengan
orang-orang dari histerektomi vaginal.
3. Post Histerektomi
Menurut Widiarti (2008), pada post histerektomi pasien mengeluh
nyeri pada saat buang air besar, nyeri abdomen akut, kelelahan,
hipertensi, penurunan berat badan, adanya perdarahan, pengeluaran
secret melalui vagina. Pemenuhan nutrisi dilakukan dengan penambahan
cairan melalui IV line.
Data psikologis pasien post histerektomi yaitu merasa
ketergantungan sehingga mengubah perannya sebagai ibu dan istri, sedih,
merasa dirinya tidak berguna lagi dan hanya akan menyusahkan orang
lain. Keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis dan
mengalami peningkatan tekanan darah. Terdapat luka oprasi pada
abdomen, perdarahan pervaginam, dan dilakukan pemeriksaan penunjang
menggunakan pemeriksaan ultrasound untuk menentukan lokasi dan
luasnya hematom.
Masalah yang akan dihadapi pasien adalah cemas dan nyeri pada
luka operasi. Pasien diberikan konseling kebutuhan nutrisi dan perawatan
luka jahitan.
Masalah potensial yang mungkin terjadi pada post histerektomi
adalah perdarahan, demam dan infeksi, dan dilakukan tindakan segera
dengan mengobservasi perdarahan pada luka operasi.
22
Asuhan kebidanan yang diberikan pada pasien dengan kasus post
histerektomi atas indikasi mioma uteri antara lain:
a. Membimbing pasien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap
b. Memberikan diet makanan yang kaya akan nutrisi
c. Memberikan terapi berupa antibiotika dan anti inflamasi
(metronidazol, amoxcillin, dll), analgesic anti nyeri (pethidin,
ibuprofen, morjin), vitamin ( Vit A, B1, zat besi) untuk mempercepat
dan proses penyembuhan, pencegahan infeksi menghindari
komplikasi lainnya.
d. Melakukan observasi pada pasien (tanda-tanda vital, keluhan
subjektif, perdarahan pervaginam, perdarahan luka operasi,
pengeluaran drain jika ada, eliminasi, kebersihan diri dan genetalia,
keadaan luka adanya infeksi.
e. Melakukan perawatan luka
f. Melakukan pengangkatan jahitan
g. Memberikan konseling tentang kebutuhan nutrisi, kebersihan diri,
cara minum obat, control pada hari yang ditentukan, jika ada keluhan
atau terjadi perdarahan pada luka segera menghubungi tenaga medis.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Teori Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai
23
dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010 ).
2. Proses Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan
masalah yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan
tindakan-tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan
komperhensif dan aman dapat tercapai. Selain itu metode ini memberikan
pengertian untuk menyatukan pengetahuan dan penilaian yang terpisah-
pisah menjadi satu kesatuan yang berarti (Ambarwati dan Wulandari,
2010 ). Tujuh langkah proses manajemen kebidanan, yaitu :
a. Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama
untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien
(Ambarwati dkk, 2010).
1) Data Subjektif
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), data
subjektif adalah data yang mencakup identitas pasien, keluhan
utama, riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas, riwayat KB, riwayat kesehatan,pola
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, data psikososial.
24
a) Identitas Pasien
(1) Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
pelayanan .
(2) Umur Pasien
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap. Pada kasus
post histerektomiatas indikasi mioma uteri sering
terjadi pada wanita usia diatas 35 tahun (Djuwantono
dkk, 2011).
(3) Agama Pasien
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(4) Pendidikan Pasien
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
(5) Suku/bangsa Pasien
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari.
25
(6) Pekerjaan Pasien
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut.
(7) Alamat Pasien
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang
berkaitan dengan Mioma Uteri (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Pada kasus post histerektomiatas indikasi mioma
uteri pasien mengeluh nyeri pada saat buang air besar, nyeri
abdomen akut, kelelahan, hipertensi, penurunan berat
badan, adanya perdarahan, pengeluaran secret melalui
vagina (Widiarti, 2008).
c) Riwayat Haid
Dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai
gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013). Beberapa data yang
harus yang kita peroleh dari riwayat menstruasi antara lain :
(1) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami
menstruasi.
26
(2) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan
hari, biasanya sekitar 23-32 hari.
(3) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan kadang kita akan kesulitan untuk
mendapatkan data yang valid.
(4) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang
dirasakan ketika mengalami menstruasi misalnya sakit
yang sangat, pusing sampai pingsan, atau jumlah darah
yang banyak.
d) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
setatus yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
27
f) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan
selama menggunakan kontasepsi serta rencana KB
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus
post histerektomiatas indikasi mioma uteri pada
wanita diatas 35 tahun dan menyebabkan infertilitas
(Hestiantoro dkk, 2015).
g) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis
seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat
ini yang ada hubungannya dengan Mioma Uteri
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
terhadap kesehatan pasien, yaitu apabila ada penyakit
28
keluarga yang menyertainya (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
h) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makan, makanan pantangan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus post
histerektomi mioma uteri dilakukan penambahan cairan
melalui IV line (Widiarti, 2008).
(2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi
dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur, kebisaan sebelum tidur misalnya
membaca, mendengarkan musik, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,
penggunaan waktu luang (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
29
(4) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(5) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
i) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada kasus post histerektomiatas indikasi
mioma uteri pasien akan merasa ketergantungan sehingga
mengubah perannya sebagai ibu dan istri, sedih, merasa
dirinya tidak berguna lagi dan hanya akan menyusahkan
orang lain (Widiarti, 2008).
2) Data Objektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakan
diagnosis (Sulistawati dan Nugraheny, 2013).Langkah-langkah
pemeriksaan menurut Sulistyawati dan Nugraheny, (2013)
antara lain :
a) Status generalis
(1) Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan
30
kriterianya adalah baik atau lemah (Astuti, 2012). Pada
kasus post histerektomiatas indikasi mioma uteri
keadaan pasien lemah (Widiarti, 2008).
(2) Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan
respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan
(Astuti 2012). Pada kasus post histerektomiatas indikasi
mioma uterikesadaran pasien composmentis (Widiarti,
2008).
(3) Tanda vital
(a) Tekanan darah
Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai
140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90
mmHg (Astuti, 2012). Pada kasus post
histerektomiatas indikasi mioma uteri mengalami
peningkatan tekanan darah (Widiarti, 2008).
(b) Nadi
Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba pulsasi
pada arteri, frekuensi nadi normal 60-100kali/menit
(Astuti, 2012).
(c) Pernapasan
Frekuensi pernapasan normal 16-24 kali/menit
(Astuti, 2012).
31
(d) Suhu
Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5-
37,20C (Astuti, 2012).
(e) Berat badan
Untuk mengetahui kenaikan atau penurunan berat
badan yang mendadak (Astuti, 2012).
(f) Tinggi badan
Untuk mengetahui ukuran panggul sempit atau
tidak (Astuti, 2012).
b) Pemeriksaan Sistematis
(1) Kepala
(a) Muka
Meliputi pemeriksaan oedema keadaan muka
(Astuti, 2012).
(b) Mata
Meliputi pemeriksaan: conjungtiva, sclera dan
oedema (Astuti, 2012).
(c) Telinga
Meliputi pemeriksaan: tanda infeksi, serumen dan
kesimetrisan (Astuti, 2012).
(d) Hidung
Meliputi pemeriksaan: secret dan polip
(Astuti, 2012).
32
(e) Mulut, gigi dan gusi
Meliputi pemeriksaan: keadaan bibir, stomatitis,
karies dan lidah (Astuti, 2012).
(2) Leher
Meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe,
pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena
jugularis atau tumor (Astuti, 2012).
(3) Dada dan axilla
Meliputi pemeriksaan: simetris, pembesaran, areola,
putting, kolostrum, tumor, pembesaran kelenjar limfe
ketiak, massa dan nyeri tekan (Astuti, 2012).
(4) Abdomen
Untuk mengetahui luka bekas operasi dan pembesaran
perut (Astuti, 2012). Pada kasus post histerektomiatas
indikasi mioma uteri terdapat luka operasi
(Widiarti, 2008).
(5) Pemeriksaan Anogenital
Vulva vagina
Untuk mengetahui adanya varises, luka, kemerahan,
pengeluaran pervaginam, kelenjar bartholini
(bengkak, massa) (Astuti, 2012). Pada kasus
post histerektomiatas indikasi mioma uteri terdapat
perdarahan pervaginam (Widiarti, 2008).
33
(6) Anus
Untuk mengetahui adanya haemoroid (Astuti, 2012).
(7) Ekstremitas
Untuk mengetahui adanya oedema, varices, kuku jari
dan reflek patella (Astuti, 2012).
c) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnose,
apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium
(Varney, 2007). Pada kasus post histerektomiatas indikasi
mioma uteri dilakukan pemeriksaan Ultrasounddigunakan
untuk menentukan lokasi dan luasnya hematom
(Siswanto, 2008).
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah,
dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati dan Nugraheny,
2013).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para,
Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan keadaan ibu (Ambarwati
dan Wulandari, 2010). Pada kasus diagnosa Kebidanan yang
ditegakkan adalah : Ny. X umur X tahun PXAX post histerektomi
atas indikasi mioma uteri.
34
Data dasar meliputi :
Data Subjektif
Menurut Widiarti, (2008), data subjektif meliputi:
a) Ibu mengatakan sudah dilakukan operasi pengangkatan
rahim
b) Ibu mengatakan nyeri pada bekas luka
Data Obyektif
a) Keadaan umum pasien pada kasus post histerektomiatas
indikasi mioma uteri adalah lemah
b) Kesadaran pasien pada kasus post histerektomiatas indikasi
mioma uteri adalah composmentis
c) Vital sign
Tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi mengalami
peningkatan
2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada post histerektomi atas
indikasimioma uteri masalah yang dihadapi pasien yaitu cemas
dengan kondisinya saat ini dan nyeri pada luka bekas
operasi(Widiarti, 2008).
3) Kebutuhan
35
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013).Pada kasus post histerektomi atas indikasi
mioma uteri kebutuhan yang diberikan yaitu dukungan moril
dan kebutuhan konseling seperti: kebutuhan nutrisi dan
perawatan luka (Widiarti, 2008).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin
akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal
ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-
benar terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus post
histerektomi atas indikasi mioma uteri yang dapat terjadi perdarahan,
demam dan infeksi (Siswanto, 2008).
d. Langkah IV: Tindakan Segera / Antisipasi Masalah
Dalam penatalaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada
beberapa situasi yang meperlukan penanganan segera (emergensi) di
mana bidan harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan
pasien, namun kadang juga berada pada situasi pasien yang
meperlukan tindakan segera sementara menunggu intruksi dokter,
atau bahkan mungkin juga situasi pasien yang meperlukan konsultasi
dengan tim kesehatan lain (Sulisyawati dan Nugraheny, 2013). Pada
36
kasus pots histerektomi atas indikasi mioma uteri perawatan luka,
observasi perdarahan pada luka operasi (Widiarti, 2008).
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau
dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan
kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang
akan teradi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Menurut Widiarti (2008), perawatan post histerektomi yaitu:
1) Tempatkan pasien pada posisi sesuai pada saat pembiusan
2) Lakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu).
3) Pertahankan program terapi IV line
4) Pertahankan dower catheter
5) Lakukan observasi keseimbangan cairan
6) Lakukan observasi keluhan subjektif, perdarahan pervaginam,
luka operasi dan produksi drainase (jika ada)
7) Bimbing pasien untuk mobilisasi bertahap
8) Berikan antibiotika dan anti inflamasi (metronidazol,
amoxcillin, dll), analgesic anti nyeri (pethidin, ibuprofen,
morjin), vitamin ( Vit A, B1, zat besi) untuk mempercepat dan
37
proses penyembuhan, pencegahan infeksi menghindari
komplikasi lainnya.
9) Melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar HB dan
hematokrit. Apakah ibu mengalami Hb rendah maka segera
dibutuhkan transfusi darah.
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada
kasus post histerektomi atas indikasi mioma uteri pelaksanaan
dilakukan sesua dengan perencanaan yang telah dibuat.
1) Menempatkan pasien pada posisi sesuai pada saat pembiusan
2) Melakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu).
3) Mempertahankan program terapi IV line
4) Mempertahankan dower catheter
5) Melakukan observasi keseimbangan cairan
6) Melakukan observasi keluhan subjektif, perdarahan pervaginam,
luka operasi dan produksi drainase (jika ada)
7) Membimbing pasien untuk mobilisasi bertahap
8) Memberikan antibiotikadan anti inflamasi (metronidazol,
amoxcillin, dll), analgesic anti nyeri (pethidin, ibuprofen,
morjin), vitamin ( Vit A, B1, zat besi) untuk mempercepat dan
38
proses penyembuhan, pencegahan infeksi menghindari
komplikasi lainnya.
9) Melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar HB dan
hematokrit. Apakah ibu mengalami Hb rendah maka segera
dibutuhkan transfusi darah.
g. Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terahkir guna mengevaluasi
keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses
manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah
dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang
belum terlaksana (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus post
histerektomi atas indikasi mioma uteri yang diharapkan adalah
keadaan umum ibu baik,tidak terjadi perdarahan dan tidak terjadi
infeksi pada bekas operasi. Dan pemenuhan kebutuhan benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan diagnosa/masalah (Walyani, 2015).
3. Data Perkembangan SOAP
Menurut (Walyani, 2015) metode SOAP merupakan singkatan dari :
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien melalui
anamnesa sebagai langkah I Varney.
1) Ibu mengatakan sudah dilakukan operasi pengangkatan rahim
2) Ibu mengatakan nyeri pada bekas luka
39
(Widiarti, 2008).
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil
laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan kebidanan langkah I Varney.
1) Keadaan umum pasien pada kasus post histerektomiatas indikasi
mioma uteri adalah lemah
2) Kesadaran pasien pada kasus post histerektomiatas indikasi mioma
uteri adalah composmentis
3) Vital sign
Tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi mengalami peningkatan
(Widiarti, 2008).
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. X umur... tahun P... A... post histerektomi atas indikasi mioma
uteri.
b. Masalah
Pasien cemas dengan kondisinya saat ini dan nyeri pada luka bekas
operasi (Widiarti, 2008).
c. Kebutuhan
40
Dukungan moril dan kebutuhan konseling seperti kebutuhan nutrisi
dan perawatan luka (Widiarti, 2008).
d. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
e. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi, langkah Varney yang ke 2, 3, 4.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi berdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6, 7 Varney.
1) Tempatkan pasien pada posisi sesuai pada saat pembiusan
2) Lakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital (tekanan
darah, nadi, respirasi dan suhu).
3) Pertahankan program terapi IV line dan dower catheter
4) Lakukan observasi keseimbangan cairan, keluhan subjektif,
perdarahan pervaginam, luka operasi dan produksi drainase (jika
ada) dan bimbing pasien untuk mobilisasi secara bertahap serta
berikan antibiotika dan anti inflamasi (metronidazol, amoxcillin, dll),
analgesic anti nyeri (pethidin, ibuprofen, morjin), vitamin ( Vit A,
B1, zat besi) untuk mempercepat dan proses penyembuhan,
pencegahan infeksi menghindari komplikasi lainnya.
5) Melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar HB dan
hematokrit. Apakah ibu mengalami Hb rendah maka segera
dibutuhkan transfusi darah (Widiarti, 2008)
41
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan. dengan hasil
evaluasi keadaan umum ibu baik, tidak terjadi perdarahan dan
inveksi pada bekas operasi (Walyani, 2015).
C. Landasan Hukum
Kewenangan bidan yang sesuai dengan kompetensi bidan di Indonesia
dalam kasus gangguan sistem reproduksi dengan indikasi mioma uteri, diatur
dalam keputusan Mentri KesehatanRepublik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi
Karya tulis ilmiah ini merupakan studi kasus dengan menggunakan
metode deskriptif yaitu pengumpulan data sebanyak-banyaknya mengenai
faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap kualitas belajar-mengajar,
kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut untuk dicari peranannya
terhadap prestasi ilmu kimia (Arikunto, 2013).
Studi kasus ini menggambarkan asuhan kebidanan pada Ny.W post
histerektomi dengan indikasi mioma uteri di RSU Assalam Gemolong Sragen.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan
(Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilakukan di RSU Assalam Gemolong
Sragen.
C. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2013).
43
Subjek dalam studi kasus ini adalah Ny.W post histerektomi dengan indikasi
mioma uteri di RSU Assalam Gemolong Sragen.
D. Waktu Studi Kasus
Suatu peneliti seringkali memerlukan waktu yang lebih lama dari
yang telah ditentukan, untuk memperkirakan waktu yang ditentukan
(Nursalam, 2013). Studi kasus ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini penulis menggunakan
format asuhan kebidanan ibu gangguan reproduksi dengan pendekatan
manajemen 7 langkah Varney.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil
data primer dan data sekunder :
1. Data primer
Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan
mengenakan alat pengukuran atau alat pengambil data, langsung pada
subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011).
Menurut (Priharjo, 2007) data primer diperoleh dengan cara :
44
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan
mata. Dalam kasus ini inspeksi dilakukan secara berurutan
dimulai dari kepala sampai kaki khususnya dilakukan pada perut
yaitu luka bekas operasi apakah ada tanda-tanda infeksi
(Nursalam, 2010).
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau
rabaan, metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri
jaringan atau organ. Pada kasus ini tidak dilakukan palpasi
dikarenakan masih ada luka jahitan bila dilakukan palpasi bisa
mengakibatkan terbukanya jahitan.
3) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang
menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran. Pada
pengambilan kasus ini penulis melakukan pemeriksaan
auskultasi untuk mendeteksi tekanan darah.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian
(responden) (Notoatmodjo, 2012). Pelaksanaan wawancara ini
45
dilakukan pada ibu gangguan reproduksi Ny.W umur 41 tahun
P1A0post histerektomi dengan indikasi mioma uteri, keluarga dan
tenaga kesehatan.
c. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden
penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti
(Hidayat, 2014). Dalam observasi menggunakan format asuhan
kebidanan gangguan reproduksi untuk mengetahui antara lain
keadaan umum ibu, kesadaran, tanda-tanda vital. Pada kasus post
histerektomy dilakukan observasi cairan urine (input-output),
medikasi luka bekas operasi.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitinya. Biasanya berupa
data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Saryono, 2011).
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2013).
Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data
yang diambil dari catatan dan setatus pasien dari rekam medik pasien
umum di RSU Assalam Gemolong Sragen.
46
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari
permasalahan penelitian (Hidayat, 2014). Studi kasus gangguan
reproduksi post histerektomi dengan indikasi mioma uteri, penulis
menggunakan sumber buku dari tahun 2005-2015.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Dalam melaksanakan studi kasus penulis menggunakan alat-alat sebagai
berikut :
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data (wawancara) :
a. format pengkajian pada ibu gangguan reproduksi.
b. Buku tulis dan alat tulis
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi
a. Spigmomanometer
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Alat pengukur waktu
e. Handscoon steril
f. Kassa steril
g. Larutan betadine
h. Larutan NaCl
i. Gunting plester
47
j. Bak instrumen
k. Gelas ukur (untuk mengetahui hasil pengeluaran urine berapa ml)
l. Kateter
m. Bengkok
n. Alkohol 70%
o. Pinset anatomis dan cirugis
p. Kom
q. Plastik sampah
r. Plaster / hipavik
3. Alat dan bahan dalam pendokumentasian
a. Status atau catatan pasien
b. Rekam medik
c. Alat tulis
H. Jadwal Penelitian
Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal studi kasus, sampai dengan penulisan laporan studi kasus,
beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmodjo, 2012). Jadwal penelitian ini terlampir.
48
48
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjaun Kasus
Ruang : Azahra
Tanggal masuk : 21 Januari 2016
No Register : 068841
I. Pengkajian
Tanggal : 26 Januari 2016 pukul : 13.00 WIB
a. Identitas Pasien Identitas Suami
1) Nama : Ny.W Nama : Tn.S
2) Umur : 41 Tahun Umur : 45 Tahun
3) Agama : Islam Agama : Islam
4) Suku Bangsa :Jawa/Indonesia Suku Bangsa :Jawa/Indonesia
5) Pendidikan : SD Pendidikan : SD
6) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
7) Alamat : Jeponan 04/01 manggung ngemplak, Boyolali
b. Anamnesa (Data Subjektif)
Tanggal : 26 Januari 2016 Pukul : 13.00 WIB
49
1) Keluhan utama: Ibu mengatakan masih lemas dan terasa nyeri pada
luka jahitan setelah menjalani operasi pengangkatan rahim tanggal 26
Januari 2016 pukul 09.45 WIB.
2) Riwayat menstruasi
a) Menarche : ibu mengatakan haid pertama umur 14
tahun
b) Siklus : ibu mengatakan siklusnya haid 28 hari
c) Keluhan : ibu mengatakan kadang-kadang
mengalamimenstruasi diluar siklus haid.
d) Lamanya :ibu mengatakan lamanya haid 6-7 hari.
e) Banyaknya : ibu mengatakan ganti pembalut 3-4 kali
perhari
f) Teratur / tidak teratur : ibu mengatakan haidnya tidak teratur
setiap bulannya.
g) Sifat darah : ibu mengatakan sifat darah encer,
berwarna merah, kadang juga bercak
h) Dismenorhoe : ibu mengatakan kadang nyeri saat haid
3) Riwayat Perkawinan
a) Status perkawinan : sah kawin : 1 kali
b) Kawin/ menikah :umur 30 tahun, dengan suami umur 35tahun
Lamanya : 15 tahun, anak 1 orang
50
4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Tabel 4.1 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
No Tgl/thn
Partus
Tempat
Partus
Umur
Khmln
(bulan)
Jenis
Partus Penolong
Anak Nifas Keadaan
Anak
Sekarang JENIS
( P /L)
BB
(gram)
PB
(cm) Kead Laktasi
1. 26-06-2009 RS 39 mgg SC Dokter P 2000 46 Baik 2 thn Hidup
5) Riwayat Keluarga Berencana
a) Metode yang pernah dipakai: ibu mengatakan belum pernah
menggunakan KB Apapun.
b) Keluhan selama pemakaian kontrasepsi : ibu mengatakan tidak ada
keluhan karna ibu belum pernah menggunakan KB apapun.
6) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang : ibu mengatakan setelah
operasimerasakan nyeri pada luka
jahitan dan ibu merasa takut
untukbergerak.
b) Riwayat penyakit sistemik
(1) Jantung : ibu mengatakan tidak pernah merasakan
nyeridada pada bagian kiri dan tidak
mudah lelah saataktivitas.
(2) Ginjal :ibu mengatakan tidak pernah merasa sakit
padapinggang kanan/kiri dan tidak sakit
saat BAK
(3) Asma : ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas
(4) TBC : ibu mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan lebih dari 2 minggu
51
(5) Hepatitis : ibu mengatakan tidak pernah berwarna
kuning pada mata, kulit, kuku dan tidak
pernah BAK seperti air teh
(6) DM : ibu mengatakan tidak pernah merasa lapar
dan haus serta tidak pernah sering BAK
pada malam hari
(7) Hipertensi : ibu mengatakan tidak pernah memiliki
riwayat tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg
(8) Epilepsi : ibu mengatakan tidak pernah kejang
disertai keluar busa dari mulutnya
(9) Lain – lain : ibu mengatakan tidak memiliki penyakit
lain seperti HIV/AIDS.
c) Riwayat penyakit keluarga : ibu mengatakan baik
darikeluarganya maupun keluarga
suaminya tidak memiliki
riwayatpenyakit menurun dan
menular.
d) Riwayat keturunan kembar : ibu mengatakan baik
darikeluarganya maupun keluarga
suaminya tidak memiliki
riwayatketurunan kembar.
52
e) Riwayat operasi :ibu mengatakan pernah melakukan
operasi SC.
7) Pola kebiasaan sehari-hari :
a) Pola nutrisi
(1) Sebelum masuk rumah sakit
(a) Ibu mengatakan makan 2-3 kali sehari porsi satu piring
sayur, lauk dan sedikit buah
(b) Ibu mengatakan minum 6-7 kali sehari air putih dan
kadang minum susu.
(2) Setelah operasi
Ibu mengatakan masih berpuasa.
b) Pola eliminasi
(1) Sebelum masuk rumah sakit
(a) Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak,
warna kuning kecoklatan dan berbau khas.
(b) Ibu mengatakan BAK 5-6 kali sehari, konsistensi cair,
warna kuning jernih dan berbau khas.
(2) Sesudah operasi
(a) Ibu mengatakan sesudah operasi belum BAB
(b) Ibu mengatakan BAK terpasang dower cateter,
pengeluaran ± 50 cc pada jam 09.50 WIB konsistensi
cair, warna kuning jernih, bau khas.
c) Pola istirahat
53
(1) Sebelum masuk rumah sakit
Ibu mengatakan tidur malam 6-7 jam, siang 1-2 jam.
(2) Sesudah operasi ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam
daripost histerektomi pukul 10.00 WIB sampai pukul
12.00WIB.
d) Personal hygiene
(1) Sebelum masuk rumah sakit
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali
sehari, ganti pakaian 2 kali sehari, ganti pembalut selama
perdarahan 2 kali sehari.
(2) Sesudah operasi
Ibu mengatakan belum mandi tetapi menyuruh keluarga
untuk menyibin.
e) Pola aktivitas
(1) Sebelum operasi
Ibu mengatakan seorang ibu rumah tangga.
(2) Setelah operasi
Ibu mengatakan belum bisa melakukan aktivitas apapun dan
hanya tiduran di tempat tidur.
f) Pola seksual
Ibu mengatakan sebelum masuk rumah sakit ibu melakukan
hubungan seksual 2-3 kali seminggu dan terasa nyeri pada saat
melakukan hubungan seksual.
54
g) Data Psikologis
Ibu mengatakan cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya
sekarang ini.
C. Pemeriksaan Fisik ( Data Objektif )
1) Status generalis
a) Keadaan Umum : lemah
b) Kesadaran :composmentis
c) TTV : TD : 150/75 mmHg
N : 68 x/menit
S : 36,6 0C
R : 2O x/menit
d) TB : 155 cm
e) BB : 50 kg
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
(1) Rambut :bersih, hitam, tidak rontok
(2) Muka : pucat, bersih, tidak oedema
(3) Mata :
(a) Oedema : tidak oedema
(b) Conjungtiva : berwarna merah muda
(c) Sklera : berwarna putih
(4) Hidung :bersih, tidak ada secret, tidak ada
55
Benjolan, terpasang O2 3 liter
(5) Telinga : bersih tidak ada serumen
(6) Mulut / gigi / gusi:bersih, tidak caries, gusi tidak berdarah
b) Leher
(1) Kelenjar Gondok : tidak ada
(2) Tumor : tidak ada
(3) Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada
c) Dada dan Axilla
(1) Mammae
(a) Membesar : normal
(b) Tumor : tidak ada benjolan
(c) Simetris : simetris kanan dan kiri
(d) Puting susu : menonjol
(e) Kolostrum : tidak ada
(2) Axilla
(a) Benjolan : tidak ada benjolan
(b) Nyeri : tidak ada nyeri tekan
d) Abdomen
(1) Pembesaran hati :tidak ada pembesaran
(2) Benjolan / Tumor : tidak ada benjolan
(3) Nyeri tekan : ada nyeri tekan
(4) Luka bekas operasi : ada luka bekas operasi post
histerektomitertutup kassa steril
56
e) Anogenital
(1) Vulva Vagina
(a) Varices : tidak ada varices
(b) Luka :tidak ada luka
(c) Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
(d) Kemerahan : tidak ada kemerahan
(e) Nyeri : tidak ada nyeri tekan
(f) Pengeluaran pervaginam :
(1) Keputihan : tidak ada
(2) Keluhan lain : bercak darah berwarna merah segar
(g) Uretra : terpasangdower cateterpengeluaran
urine 50 cc.
(2) Inspeculo
i. Servik/portio : tidak dilakukan
(3) Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan
(4) Anus
(a) Haemorhoid : tidak ada
(b) Lain – lain : tidak ada
f) Ekstremitas
(1) Atas :simetris, tidak ada varices, tidak oedema, pada
tangan sebelah kiri terpasang infus RL 20 tetes per
menit.
57
(2) Bawah :
(a) Varices : tidak ada varices
(b) Oedema : tidak ada oedema
(c) Reflek Patella : tidak dilakukan
(d) Kuku : bersih
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Pada tanggal 21 Januari 2016 pukul 10.20 WIB Ny. W melakukan
pemeriksaan laboratorium dengan hasil :
Hb : 11,0 gr % (12,0-15,6 gr %)
Hematocrit : 35 % (33-45 %)
Leukosit : 14,34 ribu/ul (4,5-11,0 ribu/ul)
Trombosit : 272 ribu/ul (150-450 ribu/ul)
Eritrosit : 4,48 juta/ul (4,10-5,10 juta/ul)
Gol. Darah : A
GDS : 123 mg/dl (40-140 gr/dl)
b) Pada tanggal 21 Januari 2016 pukul 09.00 WIB Ny. W melakukan
pemeriksaan penunjang lain yaitu USG denga hasil :
USG ukuran mioma sebesar ± 13x9x5 cm
2. Interpretasi Data
Tanggal : 26 Januari 2016 Pukul : 13.10 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. W umur 41 tahun P1A0dengan Post Histerektomi atas indikasi
Mioma Uteridan hipertensi.
58
Data Dasar :
DS :
a) Ibu mengatakan terasa nyeri pada luka bekas operasi pengangkatan
rahim tanggal 26 januari 2016 pukul 09.45 WIB.
b) Ibu mengatakan takut menggerakan tubuhnya karna takut terasa nyeri
pada luka jahitan bekas operasi, mual, pusing, dan hanya tiduran dan
belum bisa melakukan aktivitas apapun.
c) Ibu mengatakan masih puasa, tidak makan dan minum apapun karna
belum kentut.
d) Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya.
DO :
1) Keadaan umum : lemah
2) Kesadaran : composmentis
3) TTV : TD : 150/75 mmHg
N : 68 x/menit
S : 36,60 C
R : 20 x/menit
4) Hidung : terpasang oksigen 3 liter / menit
5) Abdomen : ada bekas operasi histerektomi yang tertutup
kassa steril
6) Ekstremitas : terpasang infus RL 20 tetes per menit pada tangan
sebelah kiri
59
7) Vulva : terpasang dower cateterpengeluaran 50 cc,
pengeluaran pervaginam berupa bercak darah
berwarna merah segar.
8) Pemeriksaan Penunjang
a) Pada tanggal 21 Januari 2016 pukul 10.20 WIB Ny. W melakukan
pemeriksaan laboratorium dengan hasil :
Hb : 11,0 gr % (12,0-15,6 gr %)
Hematocrit : 35 % (33-45 %)
Leukosit : 14,34 ribu/ul (4,5-11,0 ribu/ul)
Trombosit : 272 ribu/ul (150-450 ribu/ul)
Eritrosit : 4,48 juta/ul (4,10-5,10 juta/ul)
Gol. Darah : A
GDS : 123 mg/dl (40-140 gr/dl)
b) Pada tanggal 21 Januari 2016 pukul 09.00 WIB Ny. W melakukan
pemeriksaan penunjang lain yaitu USG denga hasil :
USG ukuran mioma sebesar ± 13x9x5 cm
b. Masalah
Ibu mengatakan merasa cemas terhadap luka bekas operasi.
c. Kebutuhan
Beri dukungan moril dan kebutuhan konseling seperti kebutuhan nutrisi
dan perawatan luka.
60
1. Diagnosa Potensial
Potensial terjadinya syok post operasi histerektomi dan infeksi sehubungan
adanya luka jahitan post histerektomi.
2. Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk terapi post histerektomi, yaitu :
a. Infus : RL 20 tetes per menit
b. Injeksi xarox : 1 gr/12 jam
c. Injeksi gentamycin : 1 amp/12 jam
d. Injeksi Vit. C : 1 amp/12 jam
e. Injeksi kalnex : 1 amp/12 jam
f. Membuka perban luka pada hari ke-3 dan dibersihkan dengan cairan
antiseptik diberi supratul dan diganti perban.
3. Rencana Tindakan
Tanggal : 26 Januari 2016 pukul : 13.15 WIB
1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital setiap 8 jam.
2. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga ibu.
3. Observasi oksigen dan tetesan infus.
4. Observasi dower cateter setiap 4 jam dan BAB.
5. Beri dukungan moril pada ibu dan keluarga.
6. Latih ibu mobilisasi dini miring kekanan dan kekiri.
7. Beritahu ibu diperbolehkan minum air putih dan diperingatkan pada ibu
61
boleh makan-makanan lembut setelah flatus/kentut.
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat :
a. Infus : RL 20 tetes per menit
b. Injeksi xarox : 1 gr/12 jam
c. Injeksi gentamycin : 1 amp/12 jam
d. Injeksi Vit. C : 1 amp/12 jam
e. Injeksi kalnex : 1 amp/12 jam
4. Implementasi/ Pelaksanaan
Tanggal : 26 Januari 2016 pukul : 13.20 WIB
1. Pukul 13.30 WIB memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga.
2. Pukul 13.35 WIB mengobservasi tetesan infus dan oksigen.
3. Pukul 13.35 WIB memberi dukungan moril kepada ibu dan keluarga
pasien.
4. Pukul 13.40 WIB melatih ibu mobilisasi dini miring kekanan dan kekiri
untuk mempercepat proses penyembuhan.
5. Pukul 13.50 WIB mengobservasi dower cateter dengan pengeluaran
urine ± 50 cc dan ibu belum BAB.
6. Pukul 14.00 WIB memberitahu ibu bahwa ibu diperbolehkan minum air
putih dan teh manis jika tidak pusing, serta memperingatkan ibu boleh
makan apabila sudah kentut.
62
7. Pukul 21.45 WIB memberi terapi obat kepada pasien sesuai advis
dokter berupa :
a. Injeksi sharox : 1 gr/12 jam
b. Injeksi gentamycin : 1 amp/12 jam
c. Injeksi Vit. C : 1 amp/12 jam
d. Injeksi kalnex : 1 amp/12 jam
5. Evaluasi
Tanggal : 26 Januari 2016 pukul : 21.45 WIB
1. Ibu dan keluarga sudah mengerti keadaan ibu.
2. Ibu belum berani mobilisasi dini miring kekanan dan kekiri karna masih
nyeri pada luka bekas operasi.
3. Infus RL terpasang tetesan 20 tpm.
4. Ibu sudah minum air putih.
5. Oksigen terpasang 3 liter/menit dengan hasil pasien bisa bernafas lega.
6. Dower cateter terpasang dan pengeluaran urine sebanyak ± 50 cc,
konsistensi cair, warna kuning jernih dan belum BAB
7. Terapi obat sudah diberikan.
63
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 27 Januari 2016 pukul : 08.00 WIB
S :
1. Ibu mengatakan masih merasa nyeri pada luka bekas operasi.
2. Keluarga ibu mengatakan ibu sudah kentut jam 05.00 WIB dan
minum air putih dan teh jam 06.30 WIB, ibu mengatakan belum
makan apapun.
3. Ibu mengatakan belum berani miring kanan-kiri dan belum bisa
melakukan aktivitas apapun.
3. Ibu mengatakan sudah bisa tidur pada malam hari tetapi belum
nyenyak.
4. Ibu mengatakan belum BAB
O :
1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 150/75 mmHg
N : 64 x/menit
S : 35,50 C
R : 20 x/menit
4. Mata : konjungtiva pucat, sklera berwarna putih
5. Hidung : terpasang O2 3 liter permenit
6. Abdomen : keadaan luka tertutup kassa steril
64
7. Ekstremitas : atas simetris, tidak ada oedema pada tangan
kiri terpasang infus RL20 tetes permenit
8. DC terpasang : pengeluaran urine ±450 cc, konsistensi cair,
warna kuning jernih.
A :
Ny. W umur 41 tahun P1A0 dengan Post Histerektomi atas indikasi
Mioma Uteri dan hipertensi dalam perawatan hari ke-2.
P :
Tanggal : 27 Januari 2016 pukul : 08.05 WIB
1. Pukul 08.25 WIB menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi dalam tubuhnya berupa bubur lunak, telur ayam, sayur
bayam, susu 1 gelas dan satu gelas teh anget.
2. Pukul 08.30 WIB menganjurkan ibu banyak minum 8-9 gelas
sehari untuk mencegah dehidrasi.
3. Pukul 09.45 WIB memberikan terapi sesuai advis dokter SpOG
a. Injeksi Sharox : 1 gr/12 jam
b. Injeksi Gentamicyn : 1 amp/12jam
c. Injeksi Vit C : 1 amp/12 jam
d. Injeksi Kalnek : 1 amp/12 jam
4. Pukul 10.35 WIB melepas oksigen.
5. Pukul 10.35 WIB melatih ibu untuk mobilisasi dini miring kekanan
dan kekiri.
65
6. Pukul 12.20 WIB mengobservasi tetesan infus RL dan jumlah
pengeluaran urine dalam dower cateter dan observasi BAB.
7. Pukul 14.00 WIB melakukan pengambilan darah ditangan kanan
untuk pemeriksaan laboratorium.
8. Pukul 21.45 WIB melanjutkan terapi obat sesuai advis dokter
a. Injeksi Sharox : 1 gr/12 jam
b. Injeksi Gentamicyn : 1 amp/12jam
c. Injeksi Vit C : 1 amp/12 jam
d. Injeksi Kalnek : 1 amp/12 jam
EVALUASI
Tanggal : 27 Januari 2016 pukul : 21.45 WIB
1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 130/80 mmHg
N : 83 x/menit
S : 360 C
R : 20 x/menit
2. Infus RL terpasang 20 tetes permenit dan jumlah pengeluaran
urine dalam DC ± 200 cc dan ibu belum BAB.
3. Ibu sudah memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh berupa bubur
lunak, telur ayam, sayur bayam, susu 1 gelas dan 1 gelas teh
hangat.
66
4. Ibu sudah minum air putih 8-9 gelas hari ini.
5. Oksigen telah dilepas pukul 10.35 WIB
6. Ibu belum berani melakukan mobilisai dini, hanya mampu
menggerakan pergelangan kaki dan tangan.
7. Ibu sudah diambil darah sebanyak 3 cc dan sudah diantar ke
laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.
8. Terapi obat sudah diberikan sesuai dengan advis dokter.
67
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 28 Januari 2016 pukul : 08.00 WIB
S :
1. Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi mulai berkurang.
2. Ibu mengatakan sudah mencoba miring kekanan dan kekiri.
3. Ibu mengatakan sudah makan dan minum yang disediakan dari
rumah sakit dengan satu porsi bubur nasi, satu mangkuk sayur
bayam, 1 telur, 1 pisang, 1 gelas air putih.
4. Ibu mengatakan sudah tidur dengan nyenyak dimalam hari.
5. Ibu mengatakan belum BAB
6. Ibu mengatakan kemarin darahnya diambil sedikit ditangan kanan
untuk pemeriksaan laboratorium.
O :
1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD: 120/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,50 C
R : 20 x/menit
4. Mata : conjungtiva pucat, sklera putih
5. Abdomen : keadaan luka masih tertutup kassa steril
6. Eleminasi :BAK terpasang DC pengeluaran urine ±300
68
konsistensi cair, warna kuning jernih.
7. Ekstremitas :simetris, tidak ada oedema, pada tangan
sebelah kiri terpasang infus RL 20 tetes
permenit.
8. Anogenital :pengeluaran pervaginam berupa bercak darah
terpasang dower cateter.
9. Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 27 Januari 2016
jam 20.00 WIB.
Hemoglobin : 11,1 gram %
Hematocrit : 34 %
Leukosit : 14,1 ribu/ul
Trombosit : 209 ribu/ul
Gol. Darah : A
GDS : 123 mg/dl
A :
Ny. W umur 41 tahun P1A0dengan Post Histerektomi atas indikasi
Mioma Uteridalam perawatan hari ke-3.
P :
Tanggal : 28 Januari 2016 pukul : 08.00 WIB
1. Pukul 08. 10 WIB Melatih ibu untuk mobilisasi dini dengan cara
miring kekiri dan kekanan.
69
2. Pukul 08.15 WIB Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi ibu dengan makanan lunak berupa bubur nasi, telur, tahu,
tempe, sayur bayam.
3. Pukul 09.45 WIB Memberikan terapi sesuai advis dokter SpOG
a. Injeksi Sharox : 1 gr / 12 jam
b. Injeksi Gentamicin : 1 amp / 12 jam
c. Injeksi Vit. C : 1 amp / 12 jam
d. Injeksi Kalnex : 1 amp / 12 jam
4. Pukul 08.20 WIB Melakukan medikasi luka jahitan Post
Histerektomidengan ganti balutan kassa steril baru.
5. Pukul 12.05 WIB Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda
vital.
6. Pukul 12.05 WIB Mengobservasi tetesan infus RL 20 tetes
permenit dan observasi dower cateter serta Bab.
7. Pukul 14.00 WIB Melakukan pengambilan darah di tangan kanan
ibu untuk pemeriksaan laboratorium
8. Pukul 21.45 WIB Memberi terapi obat sesuai advis dokter
a. Injeksi Sharox : 1 gr / 12 jam
b. Injeksi Gentamicin : 1 amp / 12 jam
c. Injeksi Vit. C : 1 amp / 12 jam
d. Injeksi Kalnex : 1 amp / 12 jam
70
EVALUASI
Tanggal : 28 Januari 2016 pukul : 21.45 WIB
1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD: 110/70 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,20 C
R : 2O x/ menit
2. Ibu sudah makan ( 1 piring bubur nasi, 1 mangkuk sayur
bayam,1telur, 1 buah pisang, 1 gelas air putih) jam 11. 45 WIB.
3. Ibu sudah mau miring kekanan dan kekiri.
4. Medikasi sudah dilakukan, keadaan luka mulai kering, tidak
berbau dan tidak ada pus.
5. Ibu sudah diambil darahnya sebanyak 2 cc ditangan kanan untuk
pemeriksaan laboratorium.
6. Dower cateter sudah diobservasi dengan pengeluaran urine ± 200
cc dan ibu belum BAB.
7. Ibu telah mendapatkan injeksi sesuai dengan advis dokter.
71
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 29 Januari 2016 pukul : 08.00 WIB
S :
1. Ibu mengatakan keadaanya sudah mulai membaik.
2. Ibu mengatakan sudah tidur nyenyak pada siang hari maupun malam
hari.
3. Ibu mengatakan tidak pantang makanan apapun dan telah makan
makanan dari RS (makanan lunak, bubur nasi, sayur, lauk).
4. Ibu mengatakan masih terasa nyeri luka jahitan.
5. Ibu mengatakan yakin bahwa penyakitnya akan sembuh.
6. Ibu mengatakan sudah BAB 1x pukul 05.30 WIB.
7. Ibu mengatakan kemarin siang telah diambil darahnya ditangan
sebelah kanan untuk pemeriksaan laboratorium.
O :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 120/90 mmHg
N : 80 x/ menit
S : 36,50 C
R : 20 x/ menit
4. Conjungtiva : merah muda
72
5. Eleminasi : BAK dower cateter ± 300 cc warna kuning
jernih
6. Pemeriksaan laboratorium tanggal 28 Januari 2016 pukul 19.00
WIB : Hb 12 gram %.
7. Abdomen : keadaan luka tertutup kassa steril
8. Ekstremitas atas simetris, tidak ada oedema, pada tangan sebelah
kiri terpasang infus RL 20 tetes permenit.
A :
Ny. W umur 41 tahun P1A0dengan Post Histerektomi dengan indikasi
Mioma Uteridalam perawatan hari ke-4.
P :
Tanggal : 29 Januari 2016 pukul : 08.00 WIB
1. Pukul 08.05 WIB Memberikan obat sesuai advis dokter yaitu :
a. Cefadroxil (500 mg ) 10 tablet : 2x1 tablet
b. Ferobion (250 mg ) 10 tablet : 1x1 tablet
c. Vit. C (200 mg ) : 1x1 tablet
d. Asam mefenamat (250 mg ) : 3x1 tablet
2. Pukul 08.10 WIB Memberikansupport dan menjelaskan pada ibu
bahwa kondisinya terus membaik.
3. Pukul 08.15 WIB Melatih ibu untuk mulai belajar duduk.
4. Pukul 08.45 WIB Melepas dower cateterdan observasi BAB warna
kubing konsistensi lembek.
73
5. Pukul 09.00 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi nutrisi
tubuhnya dengan bubur nasi, sayur, lauk-pauk, dan buah-buahan.
6. Pukul 12.10 WIB Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda
vital.
7. Pukul 12.10 WIB Mengobservasi tetesan infus RL 20 tetes
permenit.
EVALUASI
Tanggal : 29 Januari 2016 pukul : 16.00 WIB
1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 100/70 mmHg
N : 84 x/ menit
S : 36,20 C
R : 20 x/ menit
2. Terpasang infus RL 20 tetes permenit.
3. Ibu sudah belajar duduk
4. Ibu mengatakan sudah mengerti tentang keadaannya.
5. Dower cateter sudah dilepas, ibu sudah BAB dan tidak ada
keluhan.
6. Ibu sudah makan ( 1 piring nasi porsi sedang, 1 mangkuk sayur
bayam, tempe,telur, 1 buah pisang, 1 gelas susu ).
7. Ibu sudah minum obat sesuai dengan advis dokter
74
a. Cefadroxil (500 mg), ferobion (250 mg), Vit. C (200 mg),
asam mefenamat (250 mg) pada pukul 08.00 WIB.
b. Cefadroxil (500 mg), asam mefenamat (250 mg ) pada pukul
16.00 WIB.
c. Asam mefenamat (250 mg) pada pukul 24.00 WIB, minta
keluarga untuk memberikannya.
75
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal : 30 Januari 2016 pukul : 08.00 WIB
S :
1. Ibu merasa keadaannya mulai membaik dan dapat tidur dengan
nyenyak.
2. Ibu mengatakan sudah makan makanan dari RS berupa bubur nasi,
semangkuk sayur asam, telur rebus, sari kacang hijau dan 1 buah
pisang.
3. Ibu mengatakan nafsu makan sudah membaik.
4. Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan sudah membaik.
5. Ibu mengatakan sudah bisa duduk.
6. Ibu mengatakan BAB 1x/ hari dan BAK di kamar mandi serta tidak
ada keluhan.
O :
2. Keadaan umum : baik
3. Kesadaran : composmentis
4. TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/ menit
S : 36,5 0C
R : 20 x/ menit
5. Conjungtiva : merah muda
6. Abdomen : keadaan luka jahitan tertutup kassa steril
76
7. Vulva : dower cateter telah dilepas
8. Terpasang infus RL 20 tetes permenit
A :
Ny. W umur 41 tahun P1A0tahun dengan Post Histerektomi dengan
indikasi Mioma Uteri dalam perawatan hari ke-5.
P :
Tanggal : 30 Januari 2016 pukul : 08.10 WIB
1. Pukul 08.15 WIB Melanjutkan terapi dokter dan menganjurkan ibu
minum obat sesuai anjuran
a. Cefadroxil (500 mg ) 10 tablet :2x1 tablet
b. Ferobion (250 mg ) 10 tablet : 1x1 tablet
c. Vit. C (200 mg ) : 1x1 tablet
d. Asam mefenamat (250 mg ) : 3x1 tablet
2. Pukul 08.25 WIB Melepas infus dan observasi BAB.
3. Pukul 08.25 WIB Memberikan support dan menjelaskan pada ibu
bahwa kondisinya terus membaik.
4. Pukul 08.30 WIB Melatih ibu untuk belajar berjalan.
5. Pukul 08.45 WIB Menganjurkan ibu makan makanan yang
berprotein tinggi seperti ikan, daging ayam maupun sapi, telur,
tempe, tahu dan tidak berpantang makanan apapun untuk
penyembuhan luka.
6. Pukul 10.10 WIB Melakukan medikasi pada luka jahitan Post
Histerektomi.
77
7. Pukul 12.10 WIB Mengobservasi KU dan VS.
EVALUASI
Tanggal : 30 Januari 2016 pukul : 16.00 WIB
1. Keadaan umum : baik
2. TTV : TD: 120/80 mmHg
N : 84 x menit
S : 370 C
R : 20 x/ menit
3. Medikasi telah dilakukan keadaan luka baik, sudah kering, tidak
ada pus.
4. Ibu mengatakan sudah mengerti tentang keadaannya yang terus
membaik dan ibu merasa senang.
5. Infus telah dilepas jam 08.25 WIB dan ibu BAB tanpa ada keluhan.
6. Ibu mulai belajar berjalan sedikit demi sedikit.
7. Ibu makan makanan berprotein tinggi seperti telur dan daging ayam
8. Ibu telah minum obat sesuai dengan aturan agar lekas sembuh
a. Cefadroxil (500 mg), ferobion (250 mg), Vit. C (200 mg), asam
mefenamat (250 mg) pada pukul 08.00 WIB.
b. Cefadroxil (500 mg), asam mefenamat (250 mg ) pada pukul
16.00 WIB.
c. Asam mefenamat (250 mg) pada pukul 24.00 WIB, minta
keluarga untuk memberikannya.
78
DATA PERKEMBANGAN V
Tanggal : 31 Januari 2016 pukul : 08.00 WIB.
S :
1. Ibu mengatakan keadaan mulai membaik dan bisa tidur
2. Ibu mengatakan sudah bisa duduk dan mulai berjalan sekitar tempat
tidur
3. Ibu mengatakan sudah makan nasi, sayur asam, daging ayam dan
segelas teh hangat.
4. Ibu mengatakan ingin pulang.
O :
1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 360 C
R : 20 x/menit
2. Konjungtiva : merah muda
3. Abdomen : keadaan luka tertutup kassa steril
A :
Ny. W umur 41 tahun P1A0dengan Post Histerektomi atas indikasi
Mioma Uteri dalam perawatan hari ke-6.
79
P :
Tanggal : 30 Januari 2016 pukul : 08.00 WIB.
1. Pukul 08.45 WIB Melakukan medikasi luka jahitan
2. Pukul 08.55 WIB Memberitahu ibu tentang keadaan lukanya sudah
mulai membaik.
3. Pukul 08.55 WIB Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
lukanya agar tidak terjadi infeksi dengan cara luka jahitan jangan
terkena air.
4. Pukul 09.00 WIB Menganjurkan ibu tetap makan makanan yang
bergizi, tinggi protein dan tinggi kalori agar kondisi ibu cepat pulih
kembali dan luka jahitan cepat sembuh.
5. Pukul 09.10 WIB Mempersiapkan kebutuhan untuk pulang dengan
memberikan terapi obat berupa
a. Cefadroxil (500 mg ) 10 tablet :2x1 tablet
b. Ferobion (250 mg ) 10 tablet : 1x1 tablet
c. Vit. C (200 mg ) : 1x1 tablet
d. Asam mefenamat (250 mg ) : 3x1 tablet
Memberitahu ibu untuk menghabiskan obat yang diberikan
sebelumnya kemudian melanjutkan obat yang diberikan sampai habis
dan menjelaskan pada ibu untuk minum obat sesuai dosis yang telah
diberikan.
5. Pukul 09.10 WIB Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi ke
poliklinik RSU Assalam Gemolong.
80
EVALUASI
Tanggal : 31 Januari 2016 pukul : 10.00 WIB.
1. Keadaan luka kering menutup, tidak infeksi, tidak ada pus
2. Ibu sudah tau tentang keadaannya
3. Ibu mengatakan akan menjaga kebersihan lukanya agar tidak terjadi
infeksi
4. Ibu bersedia menghabiskan obat yang telah diberikan sesuai anjuran
5. Ibu bersedia makan makanan yang bergizi sesuai dengan aturan
6. Ibu bersedia untuk kontrol ulang ke poliklinik RSU Assalam
Gemolong
7. Pasien pulang pada pukul 13.00 WIB.
81
DATA PERKEMBANGAN VI
( WAKTU KONTROL )
Tanggal : 3 Februari 2016 pukul : 08.30 WIB.
S :
1. Ibu mengatakan ingin kontrol ulang
2. Ibu mengatakan sudah makan makanan yang bergizi dan tidak ada
pantangan makanan selama dirumah
3. Ibu mengatakan luka bekas jahitan operasi sudah tidak nyeri
4. Ibu mengatakan sudah mampu melakukan pekerjaan rumah seperti
menyapu dan memasak
O :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD :110/90 mmHg
N : 80 x/ menit
S : 360 C
R : 20 x/ menit
4. Abdomen : keadaan luka jahitan tertutup kassa steril
A :
Ny. W umur 41 tahun P1A0dengan Post Histerektomi dengan indikasi
Mioma Uteri hari ke-8.
82
P :
Tanggal : 3 Februari 2016 pukul : 08.40 WIB.
1. Pukul 08.45 WIB Mendampingi dokter melakukan Heating up Post
Histerektomi
2. Pukul 09.00 WIB Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga bahwa keadaaan luka ibu sudah kering.
3. Pukul 10.25 WIB Melanjutkan terapi obat sesuai advis dokter yaitu
a. Cefadroxil (500 mg ) 10 tablet : 2x1 tablet
b. Ferobion (250 mg ) 10 tablet : 1x1 tablet
c. Vit. C (200 mg ) : 1x1 tablet
d. Asam mefenamat (250 mg ) : 3x1 tablet
4. Pukul 10.35 WIB Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang jika ada
keluhan.
EVALUASI
Tanggal : 3 Februari 2016 pukul : 09.00 WIB.
1. Heating up Post Histerektomi sudah dilakukan dan jahitan sudah
terlepas semua dan keadaan luka sudah kering dan tidak ada tanda-
tanda infeksi.
2. Ibu dan keluarga sudah mengerti hasil pemeriksaan bahwa keadaan
luka ibu sudah kering
3. Ibu bersedia kontrol jika ada keluhan.
83
B. PEMBAHASAN KASUS
Pembahasan merupakan bagian dari karya tulis yang membahas
kesenjangan antara teori yang didapat dengan praktek langsung dilapangan
selama melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. W post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri.
Kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan juga memerlukan
pemecahan masalah, dengan melaksanakan asuhan kebidanan sebagai salah
satu cara yang dilakukan oleh bidan dalam mengenai masalah kebidanan.
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan ternyataditemukan
perbedaan nyata dari segi keluhan utama yang timbul pada tinjauan pustaka
dan kasus. Sehingga dapat diuraikan pembahasan dengan menggunakan
manajemen kebidanan 7 langkah varney yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada kasus Ny. W P1A0 umur 41 tahun post histerektomi dengan
indikasi mioma uteri sedang dalam pengkajian dilakukan dengan
pengumpulan data subjektif dan objektif.
Data Subjektif pada kasus keluhan utama ibu mengatakan masih
lemas dan terasa nyeri pada luka jahitan setelah menjalani operasi
pengangkatan rahim tanggal 26 januari 2016 pukul 09.45 WIB. Riwayat
haid ibu mengatakan tidak teratur setiap bulan dan ibu mengatakan
kadang nyeri saat haid serta ibu merasa nyeri saat berhubungan seksual.
Data Objektif status generalis, keadaan umum : lemah, kesadaran :
composmentis, Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 140/85 mmHg, Suhu
84
: 36,60 C, Nadi : 68x/ menit, Respirasi : 20x/ menit, hidung terpasang O2
3 liter/ menit, ekstremitas sebelah kiri terpasang infus RL 20 tetes
permenit, abdomen terdapat luka jahitan post histerektomi tertutup kassa
steril.
Menurut (Widiarti, 2008), keluhan utama pada post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri pasien mengeluh nyeri pada saat buang air
besar, nyeri abdomen akut, kelelahan, hipertensi, penurunan berat badan,
adanya perdarahan, pengeluaran secret melalui vagina. Pada saat post
histerektomi biasanya pasien mengeluh adanya nyeri pada daerah luka
bekas jahitan.
Menurut (Widiarti, 2008), keadaan umum biasanya keadaan
umum pasien post histerektomi dengan indikasi mioma uteri lemah.
Kesadaran pasien : kesadaran pasien post histerektomi dengan indikasi
mioma uteri composmentis, Tekanan darah mengalami peningkatan
karna hipertensi dan kecemasan yang dialami ibu dapat menjadi faktor
predisposisi. Menurut (Astuti, 2012), Batas normal tekanan darah sistolik
110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg. Nadi :
68 x/ menit, Suhu : 36,60 C, Respirasi : 20x/ menit, terpasang dower
cateter dan pengeluaran urine ± 50 cc.
Dari pengkajian diatas didapatkan bahwa ditemukan kesenjangan
antara kasus dan teori yaitu pada keluhan utama menurut teori (Widiarti,
2008), pasien post histerektomi atas indikasi mioma uteri mengeluh nyeri
pada saat buang air besar, nyeri abdomen akut, kelelahan, hipertensi,
85
penurunan berat badan, adanya perdarahan, pengeluaran secret melalui
vagina. Sedangkan pada kasus di lahan ibu mengeluh lemas dan terasa
nyeri pada luka jahitan setelah menjalani operasi pengangkatan rahim,
ibu tidak mengeluh nyeri saat buang air besar dan penurunan berat badan
dikarenakan tepatnya penanganan dan observasi serta pemenuhan nutrisi
pasien terpenuhi dengan baik.
2. Interpretasi data
Pada interpretasi data ini setelah diperoleh data dari ibu, maka
didapatkan diagnosa Ny. W P1A0 umur 41 tahun dengan post
histerektomi dengan indikasi mioma uteri. Masalah yang muncul yaitu
perasaan cemas terhadap luka bekas operasi, sehingga ibu diberikan
dukungan moril dan kebutuhan konseling seperti kebutuhan nutrisi dan
perawatan luka.
Pada teori menurut (Widiarti, 2008), masalah pasca operasi yang
muncul pada masa ini adalah cemas dengan kondisinya dan nyeri pada
luka bekas operasi, dan penanganannya yaitu dukungan moril dan
kebutuhan konseling seperti kebutuhan nutrisi dan perawatan luka, jadi
pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek.
3. Diagnosa potensial
Pada kasus Ny. W P1A0 umur 41 tahun dengan post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri tidak ditemukan diagnosa potensial, karena
tepatnya penanganan dan observasi post histerektomi.
86
Sedangkan menurut (Siswanto, 2008), pada kasus post
histerektomi dengan indikasi mioma uteri yang dapat teradi antara lain :
perdarahan, deman dan infeksi.
Pada langkah ini diagnosa potensial pada kasus ini tidak muncul
karna tepatnya penanganan.
4. Antisipasi
Antisipasi Pada Ny. W P1A0 umur 41 tahun dengan post
histerektomi dengan indikasi mioma uteri tidak dilakukan karna tepatnya
penanganan dan observasi post histerektomi.
Menurut (Widiarti, 2008) post histerektomi dengan indikasi
mioma uteri melakuka perawatan luka dan observasi perdarahan pada
luka operasi.
Antisipasi atau tindakan segera pada kasus ini sudah dilakukan,
sehingga kondisi ibu membaik tanpa ada komplikasi, jadi pada langkah
ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.
5. Perencanaan
Pada kasus Ny. W P1A0 umur 41 tahun dengan post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri, penulis membuat perencanaan sebagai
berikut : observasi keadaan umum ibu, observasi oksigen dan tetesan
infus, observasi dower cateter,lakukan pemeriksaan Hb setelah
sadar,berikan dukungan moril, dan terapi sesuai advis dokter berupa
injeksi xarox 1 gr/ 12 jam, injeksi gentamycin 1 amp/12 jam, ijeksi Vit C
1 amp/ 12 jam, injeksi kalnex 1 amp/ 12 jam, cefadroxil (500 mg) 10
tablet : 2x1 tablet, ferobion (250 mg) 10 tablet : 1x1 tablet, Vit. C (200
87
mg ) : 1x1 tablet, asam mefenamat (250 mg) : 3x1 tablet, anjurkan
mobilisasi dini, serta anjuran pemenuhan nutrisi tubuh yang menunjang
proses penyembuhan luka post histerektomi.
Penatalaksanaan ibu post histerektomi atas indikasi mioma uteri menurut
Widiarti 2008, terdiri atas :
a. Tempatkanpasienpadaposisisesuaipadasaatpembiusan
b. Lakukanobservasikeadaanumumdantanda-tanda vital (tekanandarah,
nadi, respirasidansuhu).
c. Pertahankan program terapi IV line
d. Pertahankandower catheter
e. Lakukanobservasikeseimbangancairan
f. Lakukanobservasikeluhansubjektif, perdarahanpervaginam,
lukaoperasidanproduksidrainase (jikaada)
g. Bimbingpasienuntukmobilisasibertahap
h. Berikanantibiotikadan anti inflamasi (metronidazol, amoxcillin, dll),
analgesic anti nyeri (pethidin, ibuprofen, morjin), vitamin ( Vit A,
B1, zat besi) untuk mempercepat dan proses penyembuhan,
pencegahan infeksi menghindari komplikasi lainnya.
i. Melakukanpemeriksaandarahuntukmengetahuikadar Hb
danhematokrit.
ApakahibumengalamiHbrendahmakasegeradibutuhkantransfusi
darah.
88
Sehingga rencana pada kasus Ny. W post histerektomi dengan
indikasi mioma uteri tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek dilapangan.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan pada kasus ini telah dilakukan berdasarkan
perencanaan yang telah disusun oleh penulis. Dalam teori menurut
(Widiarti, 2008), pelaksanaan asuhan kebidanan pada post histerektomi
atas indikasi mioma uteri telah dilakukan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat sesuai rencana tindakan, sehingga tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek lahan.
7. Evaluasi
Pada kasus Ny. W P1A0 umur 41 tahun dengan post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri telah dilakukan asuhan kebidanan selama 8
hari dengan kontrol ulang ke RSU Assalam Gemolong satu kali, sebelum
pulang keadaan ibu baik, tidak ada perdarahan, tidak ada pus, tidak ada
bau pada luka jahitanpost histerektomi dan ibu mengatakan sudah mampu
melakukan kegiatan kecil seperti berdiri dan berjalan. Keadaan umum :
baik, kesadaran : composmentis, tanda-tanda vital : dalam batas normal,
pada saat kontrol telah dilakukan heating up post histerektomi dan luka
kering tidak ada tanda-tanda infeksi.
Menurut Walyani (2015), pada kasus post histerektomi dengan
indikasi mioma uteri yang diharapkan adalah keadaan umum ibu baik,
tidak terjadi perdarahan dan tidak terjadi infeksi pada bekas operasi, dan
89
pemenuhan kebutuhan benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
diagnosa/ masalah.
90
BAB V
PENUTUP
Pada tahap ahir pembuatan laporan karya tulis ilmiah tentang asuhan
kebidanan pada Ny. W dengan post histerektomi dengan indikasi mioma uteri di
RSU Assalam Gemolong, penulis dapat menuliskan kesimpulan dan beberapa
saran untuk lebih meningkatkan asuhan kebidanan, khususnya pada ibu dengan
post histerektomidengan indikasi mioma uteri antara lain :
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan
manajemen 7 langkah varney pada ibu dengan post histerektomi dengan
indikasi mioma uteri, maka penulis dapat membuat kesimpulansebagai
berikut :
1. Dalam melakukan pengkajian terhadap Ny. W dengan post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri dilaksanakan dengan pengumpulan data
subjektif pada kasus keluhan utama ibu mengatakan masih lemas dan
terasa nyeri pada luka jahitan setelah menjalani operasi pengangkatan
rahim tanggal 26 januari 2016 pukul 09.45 WIB, sedangkan data objektif
didapatkan dari pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum : lemah,
kesadaran : composmentis, Tekanan darah : 140/85 mmHg, Suhu : 36,60 C,
Nadi : 68x/ menit, Respirasi : 20x/ menit, hidung terpasang O2 3 liter/
menit, ekstremitas sebelah kiri terpasang infus RL 20 tetes permenit,
abdomen terdapat luka jahitan post histerektomi tertutup kassa steril.
91
2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan
akurat, sehingga didapat diagnosa yaitu Ny. W umur 41 tahun
P1A0dengan post histerektomi dengan indikasi mioma uteriyang disertai
masalah yaitu perasaan cemas terhadap luka bekas operasi, kebutuhan
yaitu ibu diberikan dukungan moril dan kebutuhan konseling seperti
kebutuhan nutrisi dan perawatan luka.
3. Diagnosa potensial tidak ada.
4. Antisipasi pada Ny. W P1A0 umur 41 tahun dengan post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri tidak dilakukan karna tepatnya penanganan
dan obsevasi post histerektomi.
5. Rencana tindakan pada kasus Ny. W post histerektomi dengan indikasi
mioma uteri, penulis membuat perencanaan sebagai berikut : observasi
keadaan umum ibu, observasi oksigen dan tetesan infus, observasi dower
cateter,lakukan pemeriksaan HB setelah sadar,berikan dukungan moril,
dan terapi sesuai advis dokter berupa injeksi xarox 1 gr/ 12 jam, injeksi
gentamycin 1 amp/12 jam, ijeksi Vit C 1 amp/ 12 jam, injeksi kalnex 1
amp/ 12 jam, cefadroxil (500 mg) 10 tablet : 2x1 tablet, ferobion (250
mg) 10 tablet : 1x1 tablet, Vit. C (200 mg ) : 1x1 tablet, asam mefenamat
(250 mg) : 3x1 tablet, anjurkan mobilisasi dini, serta anjuran pemenuhan
nutrisi tubuh yang menunjang proses penyembuhan luka post
histerektomi.
6. Pelaksanaan pada Ny. W dengan post histerektomi dengan indikasi
mioma uteri sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan.
92
7. Evaluasi pada kasus Ny. W post histerektomi dengan indikasi mioma
uteri telah dilakukan asuhan kebidanan selama 8 hari dengan kontrol
ulang ke RSU Assalam Gemolong satu kali, sebelum pulang keadaan ibu
baik, tidak ada perdarahan, tidak ada pus, tidak ada bau pada luka jahitan
post histerektomi dan ibu mengatakan sudah mampu melakukan kegiatan
kecil seperti berdiri dan berjalan. Keadaan umum : baik, kesadaran :
composmentis, tanda-tanda vital : dalam batas normal, pada saat kontrol
telah dilakukan heating up post histerektomi dan luka kering tidak ada
tanda-tanda infeksi.
8. Dalam kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek yaitu
pada keluhan utama pasien.
B. SARAN
1. Bidan
Dalam setiap penanganan pasien sebaiknya selalu menerapkan
konsep asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan sesuai aturan dan kondisi pasien.
2. Institusi
a. Bagi rumah sakit
Diharapkan meningkatkan pemberian asuhan kebidanan
melalui pendekatan manajemen kebidanan secara komperhensif
khususnya pada ibu dengan post histerektomi dengan indikasi mioma
93
uteri, tepat dan profesional untuk meningkatkan mutu pelayanan
sehingga pasien merasa puas, nyaman dan aman.
b. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan menambah buku atau referensi di perpustakaan
seperti buku gangguan sistem reproduksi, buku tentang mioma uteri
dan penangannannya.
3. Bagi Ibu
Ibu diharapkan untuk lebih aktif dan kritis dalam mencari
informasi terhadap kesehatannya agar terdeteksi lebih dini bila terjadi
kegawatan dan mampu memberikan pertolongan pertama serta cepat
mengambil keputusan untuk mencari pertolongan pertama pada tempat
pelayanan kesehatan.
Lampiran 8
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E. R. dan Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta :
Nuha Medika.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT
RINEKA CIPTA.
Astuti, H. P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).Yogyakarta :
Rohima Press.
Djuwantono, T. Hanom, H, S. Nanang, W, A. 2011. Bandung Controversies And
Consensus In Obstetrics & Gynecology. Jakarta : Sagung Seto.
Hestiantoro, A dkk.2015.
BagaimanaMenanganiKasusEndokrinologidanInfertilitasPadaPraktek
Sehari-hari.Jakarta : Badan Penerbit FKUI.
Hidayat, A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta Selatan : Salemba Medika.
Irianto, K. 2015. Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health) Teori dan
Praktikum .Bandung : Alfabeta.
Laurensia, L. 2012. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. N Post
Histerektomi Dengan Indikasi Mioma Uteri di RSUD Moewardi
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
Manuaba, I. B. G. 2009.MemahamiKesehatanReproduksiWanita.Jakarta : EGC.
Manuaba, I. B. G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta :
EGC.
MENKES. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT RINEKA
CIPTA.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan :
Salemba Medika.
Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika.
Lampiran 8
Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Proverawati, A dan Misaroh, S. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta : Nuha Medika.
Purwati, N. H. 2012. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. N Post
Histerektomi Dengan Indikasi Mioma Uteri di RSUD Moewardi
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
Purwoastuti, E dan Walyani, S. E. 2015. Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial Bagi
Kebidanan.Yogyakarta : Pustaka baru press.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : MITRA
CENDIKIA Press.
Schorge, J. O dkk. 2008. Willams Gynecology. China : The McGraw-Hill
Companies.
Siswanto, B. 2008. Manual Histerektomi. Jakarta : EGC.
Sulistyawati, A dan Nugraheny, E. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta : Salemba Medika.
Sulistyawati, A. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 1. Jakarta : EGC
Walyani, E. S. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka
baru press.
Widiarti. 2008. Manual Histerktomi. Jakarta : EGC.
Yanti, 2011. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi (Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Pustaka Rihama.