penerapan sim pada walmart
DESCRIPTION
Sistem Informasi ManajemenTRANSCRIPT
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN
PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA WAL-MART
Disusun oleh:
Theresia Ratri Widyastuti
NPM: 144060005759
Kelas 9/E, No. Absen, 30
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Program Diploma IV Akuntansi Khusus Semester IX
Tahun Ajaran 2015/2016
1
Profil Wal-Mart
Wal-Mart didirikan oleh Sam Walton pada tahun 1962 dan berpusat di Bentonville,
Arkansas, Amerika Serikat. Wal-Mart bergerak di bidang industri ritel. Toko-toko ritel dan
diskon sendiri mulai bermunculan di AS pada awal dekade 1950-an. Di tahun 1962, Sam
Walton membuka tokonya yang pertama di Rogers, Arkansas. Pada tahun 1967, ia telah
berhasil membuka 24 toko di Arkansas. Toko-toko ini berperan dalam membantu Wal-Mart
meraih angka penjualan yang fantastis yaitu sekitar US$ 12,7 juta. Pada tahun 1969, Wal-
Mart resmi bernama Wal-Mart Stores, Inc. Pada tahun 1970, untuk pertama kalinya saham
Wal-Mart diperdagangkan pada US$ 16,50 per lembar saham dan pada tahun 1972 tercatat
di New York Stock Exchange (NYSE). Saat itu, Wal-Mart telah memiliki 51 toko dengan
jumlah penjualan US$ 78 juta. Wal-Mart berhasil menjadi perusahaan retail terbesar di
Amerika Serikat pada tahun 1990-an dan pada tahun 1991 mulai melakukan ekspansi ke
negara lainnya diawali dengan pembukaan toko di Mexico City, dilanjutkan dengan Kanada,
Cina, Inggris, dan di beberapa negara lainnya. Di balik cerita kesuksesan Wal-Mart, dalam
menjalankan bisnisnya, Wal-Mart tidak selalu berhasil. Sebagai contoh, Wal-Mart juga
pernah membuka toko di Indonesia pada tahun 1990-an tetapi pada akhirnya harus ditutup
karena dianggap kurang menguntungkan, begitupun toko yang dibuka di Jerman.
Sumber: https://nrf.com/2014/top100-table
Berdasarkan data National Retail Federation, Wal-Mart tercatat sebagai perusahaan
retail terbesar di dunia dengan jumlah worldwide retail sales mencapai US$ 473,9 miliar.
2
Pada tahun 2014, Doug Mc Millon diangkat menjadi CEO Wal-Mart menggantikan Mike
Duke. Jumlah karyawan Wal-Mart telah mencapai 2,2 juta karyawan dan melayani lebih dari
200 juta pelanggan setiap minggunya di lebih dari 11.000 toko pada 27 negara. Kelebihan
yang dimiliki Wal-Mart dibanding kompetitornya dalam sektor industri sejenis yaitu
kemampuan Wal-Mart dalam menjual produk bermerek dengan harga yang lebih murah. Hal
ini sesuai dengan motto yang diusung Wal-Mart yaitu “Save Money. Live Better”. Kelebihan
lainnya adalah Wal-Mart mampu menjangkau berbagai lapisan konsumen dengan membagi
usahanya ke dalam beberapa segmen seperti discount stores, neighbourhood market,
marketside, dan walmart.com.
Strategi Bisnis Wal-Mart
Berbagai strategi bisnis ditempuh oleh Wal-Mart dalam mewujudkan kesuksesan
seperi yang telah diraih saat ini. Strategi bisnis tersebut yaitu:
1. Strategi Cost Leadership dan Diferensiasi
Wal-Mart menggunakan kombinasi strategi antara cost leadership dan diferensisasi,
dengan menyediakan variasi produk dan jasa yang lebih beragam dengan kualitas yang
sama bahkan lebih baik pada harga yang lebih murah dibanding para kompetitornya.
Wal-Mart senantiasa berusaha mencari cara terbaik untuk meminimalkan biaya dengan
tetap mempertahankan diferensiasi, salah satu poin utamanya adalah melalui
3
penggunaan teknologi informasi dalam menjalankan proses bisnisnya. Keberhasilan
sistem supply chain management yang di dalamnya menggunakan teknologi informasi
menjadi salah satu elemen penting yang membantu Wal-Mart untuk
mengimplementasikan strategi cost leadership. Wal-Mart menggunakan sistem Just-In-
Time untuk meminimalkan biaya penyimpanan persediaan, meminimalkan biaya
distribusi degan penggunaan alat transportasi yang efisien dalam pemakaian bahan
bakar, serta mengurani biaya dengan cara melakukan pembelian dalam jumlah besar.
Teknologi memainkan peranan penting dalam supply chain dengan kapasitasnya untuk
memprediksi jumlah permintaan dan tingkat persediaan secara akurat, menentukan rute
transportasi yang paling efisien, mengelola hubungan baik dengan pelanggan dan
respon layanan logistik.
2. Single Business Strategy
Wal-Mart berkonsentrasi pada strategi single business. Lebih dari 95% pendapatan Wal-
Mart bersumber dari bisnis grocery. Wal-Mart tidak terlalu mempercayai konsep
diversifikasi dalam bisnis untuk menunjang pertumbuhan dan keunggulan kompetitif
perusahaan.
3. International Level Strategy
Wal-Mart sukses menembus pasar internasional karena strategi mereka dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan di masing-masing negara yang seringkali memiliki
preferensi yang berbeda.
Penggunaan Teknologi Informasi pada Wal-Mart
Sebagaimana telah diuraikan di atas, penggunaan teknologi informasi dalam bisnis
prosesnya selain berbagai strategi yang lainnya, telah menempatkan Wal-Mart sebagai
perusahaan retail terbesar di dunis. Berikut ini beberapa inovasi di bidang teknologi
informasi yang telah diimplementasikan oleh Wal-Mart.
1. Pelopor Penggunaan RFID
Wal-Mart merupakan pelopor di bidang penggunaan teknologi Radio Frequency
Indentification (RFID) pada tahun 2005, di mana teknologi ini memungkinkan
dilakukannya identifikasi dan pelacakan barang di sepanjang supply chain secara
otomatis. Wal-Mart mensyaratkan pemasoknya untuk menggunakan RFID tag pada dus-
dus yang mereka kirim ke kantor pusat distribusi dan toko-toko Wal-Mart. RFID
merupakan metode yang digunakan untuk menyimpan atau menerima data secara jarak
jauh dengan menggunakan suatu piranti yang bernama RFID tag atau transponder. Bagi
dunia ritel, adanya teknologi RFID ini sangat mempermudah dan mempercepat
perhitungan inventori. Dengan menggunakan teknologi RFID ini, gelombang radio
disinarkan ke seluruh lantai Supermarket, sehingga dalam waktu cepat semua kode
4
produk terkirim ke computer. Penggunaan RFID juga mempermudah para karyawan
dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatkan kepuasan pelanggan, sehingga
karyawan bisa mencari sebuah produk yang diinginkan konsumen dalam waktu singkat.
Teknologi ini diyakini memiliki banyak kelebihan dibandingkan barcode, karena dengan
RFID, karyawan ritel dapat menginformasikan dengan tepat di mana sebuah item
berada.
2. Penggunaan Sistem Point of Sale dalam Supply Chain
Sumber: diadaptasi dari Garrison Wieland for “Wal-Mart’s Supply Chain,” Harvard
Business Review 70(2; March–April 1992), pp. 60–71.
Dalam mengendalikan persediaan sekaligus untuk mengurangi biaya, Wal-Mart
menggunakan sistem point of sale di mana data terhubung antara kantor pusat dengan
toko-toko Wal-Mart serta para pemasok. Ketika persediaan barang di toko habis, kantor
pusat akan langsung melakukan pemesanan kepada pemasok sesuai dengan data point
of sale. Barang-barang akan dikirim ke toko-toko ataupun ke pusat-pusat distribusi untuk
dilakukan pengemasan ulang ataupun pengecekan barang. Setiap kotak/dus barang
yang ada di pusat distribusi memiliki kode, sehingga lokasi dan pergerakannya dapat
dilacak saat barang disimpan dan dikirimkan ke toko-toko. Barang ini bergerak keluar
masuk gudang di atas conveyor belt yang dilengkapi dengan sinar laser yang dapat
membaca kode barang sehingga penempatannya tepat ke dalam truk pengangkut.
Ketika barang dari pusat distribusi sampai di toko, barang yang masuk dan keluar
(terjual) akan terekam dan data tersebut akan diterima Kantor Pusat Wal-Mart.
Pembayaran kepada para pemasok dilakukan secara online. Dengan adanya sistem
yang terkomputerisasi dan adanya satelit, diharapkan barang akan selalu tersedia tetapi
5
juga tidak menumpuk di gudang yang tentunya akan menimbulkan tambahan biaya
maupun adanya resiko kerusakan. Wal-Mart juga sangat selektif dalam memilih
pemasoknya, baik atas kualitas maupun harga, dan pesanan dilakukan tanpa melalui
perantara sehingga akan meminimalkan biaya.
3. Aplikasi “Scan and Go”
Berbagai inovasi terus dilakukan oleh Wal-Mart untuk memberikan kepuasan pada
pelanggan. Pada tahun 2012, Wal-Mart meluncurkan aplikasi “Scan and Go” yang
memungkinkan pelanggan melakukan pembayaran hanya dengan menggunakan i-
phone. Pelanggan menandai produk yang dipilih lalu meletakkannya dalam tas belanja,
sementara informasi tandai diteruskan ke sistem pengecekan. Ketika tiba di kasir,
aplikasi di i-phone akan memberitahukan produk yang telah dipilih dan berapa jumlah
yang harus dibayar. Namun sayangnya aplikasi ini tidak terlalu mendapat respon dari
konsumen.
4. Kontrol ketat atas biaya penggunaan energi
Wal-Mart menggunakan sistem informasi managemen terpusat untuk mengontrol kondisi
terkait pencahayaan dan suhu udara di setiap tokonya, yang terhubung dengan kantor
pusat, sehingga sistem ini dapat meminimalisasi adanya pemborosan.
Kesimpulan
Berbagai strategi telah dijalankan oleh Wal-Mart untuk dapat menempati posisinya
saat ini, sebagai salah satu perusahaan retail terbesar di dunia. Penggunaan teknologi
informasi sangat membantu Wal-Mart dalam menjalankan proses bisnisnya tersebut.
Penggunaan teknologi informasi tersebut juga telah meningkatkan kepuasan bagi
pelanggan, baik dalam hal kelengkapan barang, pelayanan yang cepat maupun harga yang
sangat bersaing, bahkan jauh lebih murah dibanding kompetitornya. Selain itu, Wal-Mart
terus berusaha melahirkan berbagai inovasi yang mendukung keberlangsungan usahanya,
agar terus dapat melampaui para pesaingnya. Tampaknya Wal-Mart sangat menyadari
bahwa penggunaan teknologi informasi adalah salah satu kunci utama untuk menciptakan
keunggulan kompetitif.
6
Referensi
https://nrf.com/2014/top100-table (diakses tanggal 29 Maret 2015)
http://www.walmart.com/ (diakses tanggal 29 Maret 2015)
http://www.usanfranonline.com/wal--‐mart--‐successful--‐supply--‐chain--‐management/
(diakses tanggal 30 Maret 2015)
http://lecturer.d3ti.mipa.uns.ac.id/guspur/2012/10/01/wal-mart-successful-use-of-it/ (diakses
tanggal 30 Maret 2015)