penerapan permenkeu 78

Upload: bkpm

Post on 05-Jul-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    1/21

    Penerapan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 Tentang Pedoman

    Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum

    (Studi Kasus Pada RSUD A. W. Sjahranie Di Samarinda)

    Sary Erva Rahayu ([email protected])

    Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

    Agus Iwan Kesuma

    Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

    Zaki Fakhroni

    Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

    ABSTRAK  

    Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis penyusunan laporan keuangan RSUD A.W. Sjahranie diSamarinda dengan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang PedomanAkuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum.

    Alat analisis yang digunakan adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang PedomanAkuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum, yaitu dengan cara membandingkan perlakuanakuntansi (pengakuan, pengukuran dan penyajian) untuk laporan keuangan yang dibuat oleh RSUD A.W.Sjahranie dan laporan keuangan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008. dan hasil

     penelitian yang dilakukan terhadap laporan keuangan RSUD A.W. Sjahranie, ditemukan bahwa masih ada beberapa kekeliruan mengenai pengakuan, pengukuran dan panyajian yang terjadi atau tidak sesuai denganPeraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008, yaitu tidak melakukan klasifikasi biaya secara tepat,

    menyajikan akun kas yang dibatasi penggunaanya kedalam golongan aktiva lain-lain di dalam neraca, kelirudalam melakukan pencatatan pengakuan penyusutan dan perolehan aktiva tetap serta adanya jasa giro dari danakelolaan yang bukan hak rumah sakit tetapi justru diakui sebagai pendapatan bunga.

    Kata Kunci: Pengakuan, Pengukuran, Penyajian

     ABSTRACT

    This study purposed to analyze the financial statements of Hospital AW Sjahranie in Samarinda with reference

    to the Minister of Finance Regulation No. 76/PMK.05/2008 on Accounting and Financial Reporting Guidelines

     for Public Service.

    The analysis tools is the Minister of Finance Regulation No. 76/PMK.05/2008 on Accounting and Financial

     Reporting Guidelines for Public Service, by comparing the accounting treatment (recognition, measurement and

     presentation) to the financial statements that were made by the hospital AW Sjahranie and financial statements

    by the Minister of Finance No. 76/PMK.05/2008. and the results of a study of the financial statements of

     Hospital AW Sjahranie, it was found that there was some confusion regarding the recognition, measurement and

     presentation happens or not in accordance with the Regulation of the Minister of Finance No. 76/PMK.05/2008,

    that does not do proper classification of costs, presents a restricted cash account into other asset classes in the

    balance sheet, erred in doing recording the recognition of depreciation and acquisition of fixed assets and the

    current account of the managed fund that is not owned by hospital but it is recognized as interest income.

     Keyword: Recognition, Measurement, Presentation

    I. 

    Pendahuluan

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    2/21

    1

    A.  Latar Belakang

    Istilah Badan Layanan Umum muncul setelah ditetapkannya Undang-Undang

     Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang ditetapkan sesuai dengan semangat

    reformasi dan otonomi daerah. Misi reformasi keuangan ditujukan pada akuntabilitas dan

    transparansi keuangan yang profesional. Sesuai dengan pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara disebutkan:“Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang

    dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan

    dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

     produktifitas”. 

    Pengertian ini kemudian diadopsi kembali dalam peraturan pelaksanaannya yaitu Pasal 1

    angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Badan Layanan

    Umum.

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Badan

    Layanan Umum, tujuan Badan Layanan Umum adalah meningkatkan pelayanan kepadamasyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

     bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip

    ekonomi dan produktivitas dan penerapan praktik bisnis yang sehat.

    Dengan penetapan Rumah Sakit Pemerintah menjadi Badan Layanan Umum

    diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi. Sebagai tahap awal

    Pemerintah menetapkan 13 (tiga belas) Rumah Sakit Yang Statusnya Perusahaan Jawatan

    (Perjan) menjadi Badan Layanan Umum, yaitu: enam Rumah Sakit di Jakarta (RSCM, RS

    Fatmawati, RS Persahabatan, RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, RS Anak dan

    Bersalin Harapan Kita, RS Kangker Dharmais) dan masing-masing satu Rumah Sakit di

    Bandung (RS Dr. Hasan Sadikin), di Semarang (RS Dr. Kariadi), di Yogyakarta (RS Dr.

    Sarjito), di Denpasar (RS Sanglah), di Makasar (RS Dr. Wahidin Sudirohusodo), di Padang(RS Dr. M. Djamil), dan RS Dr. Mohammad Hoesin di Palembang. Saat ini sebagian besar

    rumah sakit pemerintah pengelolaannya sudah dalam bentuk Badan Layanan Umum, salah

    satunya adalah RSUD A. W. Sjahranie di Samarinda yang telah ditetapkan sebagai Badan

    Layanan Umum Daerah Sesuai SK Gubernur Kalimantan Timur Nomor 445/K:225/2008Tanggal 1 Januari 2008.

    Dalam pengembangan dan penerapan sistem akuntansi Badan Layanan Umum yangmengacu pada standar akuntansi yang berlaku sebagaimana diatur dalam Peraturan

    Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,maka perlu diatur ketentuan mengenai Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan

    Layanan Umum. Berdasarkan pertimbangan hal inilah Menteri Keuangan Republik Indonesia

    menetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008.Pada pasal 17 butir 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang

    Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum disebutkan bahwa

    Badan Layanan Umum harus mengembangkan dan menetapkan sistem akuntansi keuangan

    sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan tersebut paling lambat 2 (dua) tahun setelah

     badan layanan umum ditetapkan. Mengacu dari ketentuan tersebut, maka dalam kurun waktu

    yang telah berjalan selama 4 (empat) tahun, maka peneliti tertarik untuk meneliti sudah sejauh

    manakah RSUD A. W. Sjahranie menerapkan peraturan sebagaimana yang ditetapkan demi

    meningkatkan akuntabilitas dan transparansi atas laporan keuangan yang nantinya akan

    dipublikasikan.

    B.  Rumusan Masalah

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    3/21

    2

    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas, maka dapat

    dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu, Apakah Penyajian Laporan Keuangan

    RSUD A.W. Sjahranie di Samarinda telah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    76/PMK.05.2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan

    Umum.

    C.  Tujuan

    Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis penyusunan laporan keuanganRSUD A. W. Sjahranie di Samarinda dengan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan

     Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan

    Layanan Umum. 

    II.  Timjauan Teoritis

    A.  Dasar Teori 

    Menurut Sutrisno (2007:9) “Laporan Keuangan merupakan hasil akhir dari proses

    akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni Neraca dan Laporan Laba Rugi”.  

    Menurut Horngren dan Harrison (2007:5) mendefinisikan Laporan Keuangan sebagai

     berikut: “ Financial statement is the document that report on a bussines in monetary amounts, providing information to help people make informed business decisions”. 

    Maksudnya laporan keuangan adalah dokumen yang melaporkan kegiatan bisnisdalam moneter, menyediakan informasi untuk membantu orang-orang membuat keputusan

     bisnis.Menurut Kasmir (2011:7) Laporan Keuangan adalah “Laporan yang menunjukan

    kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”.  Tujuan

     pembuatan atau penyusunan laporan keuangan menurut Kasmir (2011:10), yaitu:

    1.  Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

    2.  Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

    3.  Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

    4.  Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah biaya dan jenis biaya yangdikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

    5.  Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva,

     pasiva, dan modal perusahaan.6.  Memberikan informasi tentang kinerja menajemen perusahaan dalam suatu periode.7.  Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan

    Pengertian Badan Layanan Umum diatur dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang

     Nomor 1 tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, yaitu: Badan Layanan Umum adalah

    instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada

    masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari

    keuantungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

     produktifitas. Tujuan Badan Layanan Umum adalah meningkatkan pelayanan kepada

    masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

     bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsipekonomi dan produktivitas dan penerapan praktik bisnis yang sehat, artinya berdasarkan

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    4/21

    3

    kaidah manajemen yang baik mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

     pengendalian dan pertanggungjawaban. Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan

    Layanan Umum yang digunakan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    76/PMK.05/2008. Dan landasan hukum yang terkait dengan Perundang-Undangan Badan

    Layanan Umum adalah:

    1.  Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 4286;

    2.  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia tahun 2004 Nomor 5, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

     Nomor 4355);

    3.  Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan danTanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004

     No.66, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 4400);4.  Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan

    Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);5.  Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, tambahan Lembaran

     Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

    6.  Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan KinerjaInstansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,

    tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

    7.  Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;8.  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan

    Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

    9.  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi DanPelaporan Keuangan Badan Layanan Umum.

    Sistem akuntansi yang harus dikembangkan oleh Badan Layanan Umum berdasarkan

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 adalah1.  Sistem Akuntansi Keuangan

    Sistem akuntansi keuangan adalah sistem akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan pokok untuk tujuan umum (General Purpose). Tujuan laporan keuangan adalah:

    Akuntabilitas, Manajemen, dan Transparansi.

    2.  Sistem Akuntansi Aset TetapSistem ini menyajikan informasi tentang jenis, kuantitas, nilai, mutasi, dan kondisi aset

    tetap milik BLU ataupun bukan milik BLU tetapi berada dalam pengelolaan BLU.

    3.  Sistem Akuntansi BiayaBLU mengembangkan Sistem Akuntansi Biaya yang menghasilkan informasi tentangharga pokok produksi, biaya satuan (Unit Cost)  per unit layanan, dan evaluasi varian.

    Sistem Akuntansi Biaya berguna dalam perencanaan dan pengendalian, pengambilan

    keputusan, dan perhitungan tarif layanan.

    Sedangkan Komponen Laporan Keuangan Badan Layanan Umum adalah:

    1. Laporan Realisasi Anggaran/ Laporan Operasionala.  LRA menyajikan informasi tentang anggaran dan realisasi anggaran BLU secara

    tersanding yang menunjukan tingkat pencapaian target yang telah disepakati dalamdokumen pelaksanaan anggaran.

     b.  Laporan operasional menyajikan informasi tentang operasi BLU mengenai sumber,

    alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh BLU. Laporanoperasional antara lain dapat berupa laporan aktivitas atau laporan surplus defisit.

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    5/21

    4

    2.  NeracaTujuan utama neraca adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan BLU

    meliputi aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu

    3. Laporan Arus KasTujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi mengenai sumber,

     penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama periode akuntansi serta saldo kas dansetara kas pada tanggal pelaporan. Arus kas dikelompokkan dalam aktivitas operasi,

    investasi, dan pendanaan.

    4. Catatan atas Laporan KeuanganTujuan utama Catatan atas Laporan Keuangan adalah memberikan penjelasan dan analisisatas informasi yang ada di LRA/Laporan operasional. Neraca, laporan arus kas, dan

    informasi tambahan lainnya sehingga para pengguna mendapatkan pemahaman yang paripurna atas laporan keuangan BLU.

    B.  Rerangka Pikir dari penelitian ini adalah:

    Gambar 2.1 Rerangka Pikir Penelitian

    III.  Metode Penelitian

    A.  Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:1.   Neraca per 31 Desember 20112.  Laporan Aktivitas tahun 20113.  Laporan Arus Kas tahun 2011

    4.  Catatan atas Laporan Keuangan5.  Daftar Suku Bunga Giro Bank Kaltim

    Perusahaan:

    Laporan Keuangan Yang Dibuat

    RSUD A.W.Sjahranie

    Konsep Teoritis:

    Laporan Keuangan MenurutPeraturan Menteri Keuangan

     No.76/PMK.05/2008

    Rumusan Masalah:

    Apakah Penyajian Laporan Keuangan RSUD A.W. Sjahranie di Samarinda telahsesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentangPedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum.

    Alat Analisis:

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang PedomanAkuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum.

    Hasil Penelitian

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    6/21

    5

    B.  Jangkauan Penelitian

    Jangkauan Penelitian ini adalah Laporan Keuangan RSUD A. W. Sjahranie yang

     berlokasi di Jalan Dr. Soetomo untuk tahun 2011, laporan keuangan tersebut terdiri atas

    neraca, laporan aktivitas, dan laporan arus kas. Dan Laporan Keuangan tahun 2010dilampirkan hanya sebagai data pendukung dalam penelitian ini. 

    C.  Metode Pengumpulan Data

    Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

    1.  Penelitan Lapangan ( Field Work Research)Yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti, melakukan

    wawancara secara langsung kepada pihak yang terkait serta mengumpulkan data denganmenggunakan arsip dari perusahaan.

    2.  Penelitian Kepustakaan ( Library Research)

    Yaitu pengumpulan data melalui buku-buku, mempelajari dan mengutip beberapa konsepteori dari literatur-literatur serta sumber informasi lainnya yang berhubungan dengan

     penulisan ini.

    D.  Alat Analisis

    Untuk Menganalisa permasalahan yang ada maka alat analisis yang digunakan dalam

     penelitian ini adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang

    Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum.

    Analisis dilakukan dengan membandingkan perlakuan akuntansi (pengakuan,

     pengukuran dan penyajian) untuk laporan keuangan yang dibuat oleh RSUD A.W. Sjahranie

    dan laporan keuangan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum.

    IV.  Hasil Penelitian dan Pembahasan

    A.  Analisis

    Analisis dilakukan dengan membandingkan perlakuan akuntansi (pengakuan,

     pengukuran dan penyajian) untuk laporan keuangan yang dibuat oleh RSUD A.W. Sjahranie

    dan laporan keuangan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008

    tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum yang diperoleh

    dari hasil observasi (penelitian secara langsung) dan wawancara terhadap Kabag Akuntansidan Verifikasi serta beberapa Staf Akuntansi RSUD A.W. Sjahranie yaitu:

    Tabel 4.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi (Pengakuan, Pengukuran dan

    Penyajian) Menurut RSUD A.W. Sjahranie dan Menurut Peraturan MenteriKeuangan Nomor 76/PMK.05/2008.

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    7/21

    6

    No.1

    RSUD A.W Sjahranie 

    Menurut Peraturan Menteri Keuangan

    Nomor 76/PMK.05/2008 Sesuai

    Tidak

    Sesuai

    Akuntansi Pendapatan

    Pendapatan Usaha Jasa LayananPendapatan usaha jasa layanan diperoleh

    sebagai imbalan atas jasa/barang yang

    diserahkan kepada masyarakat. Diakui pada

    saat RSUD menerima pembayaran secara

    tunai atas jasa/barang yang diserahkan.

    Diakui pada saat diterima atau hak untuk

    menagih timbul sehubungan dengan

     barang/jasa yang diserahkan dan diukur

     berdasarkan nilai wajar imbalan yang

    diterima.

     

    Pendapatan APBN/APBD

    Diakui dan dicatat setelah diterimanya

    tembusan Surat Perintah Pencairan Dana(SP2D) dan dana tersebut ditransfer

    kerekening yang dimiliki RSUD.

    Diakui pada saat pengeluaran belanja

    dipertanggungjawabkan dengan terbitnya

    SP2D dan diukur sebesar nilai pengeluaran bruto pada SPM.

     

    Pendapatan usaha lainnyaa.  Pembakaran Sampah Medis, Parkir, PKL

    (praktek kerja lapangan) merupakan pendapatan yang diperoleh oleh RSUD

    dari pihak ketiga dan diakui pada saatRSUD menerima pembayaran tunai dari

     jasa yang diberikan. 

     b. Pendapatan Sewa FasilitasPendapatan sewa fasilitas adalah

     pendapatan yang diterima dari pihak ketiga

    atas penyewaan tempat yang digunakan

    untuk menjalankan usaha, contohnya:

    CFC, rumah makan, toko roti dan lainnya.

    Dalam hal pembayaran pihak ketiga telah

    melakukan perjanjian terlebih dahulu

    dengan pihak RSUD yaitu pembayaranakan dilakukan dimuka untuk sewa selama

    satu tahun, pembayaran yang dilakukan

    oleh pihak ketiga langsung diakui sebagai

     pendapatan sewa fasilitas oleh pihakRSUD.

    c. Pendapatan BungaAdanya pengakuan pendapatan bunga yang

    diperoleh dari Uang Muka Titipan Pasien.

    Diakui pada saat diterima atau hak untuk

    menagih timbul sehubungan dengan barang/jasa yang diserahkan dan diukur

     berdasarkan nilai wajar imbalan yangditerima.

    Seharusnya Pembayaran yang diterima

    RSUD tidak dapat langsung diakui sebagai

     pendapatan sewa fasilitas karena RSUD

     belum memberikan jasa penyewaan secara

    keseluruhan, tetapi terlebih dahulu diakui

    sebagai pendapatan sewa diterima dimuka

    yang dicatat sebagai kewajiban RSUD, dan

    akan diakui sebagai pendapatan sewafasilitas pada saat jasa penyewaan

    terealisasi.

    masing-masing dana harus memiliki

    rekening tersendiri, yang terbagi menjadi

    rekening pengelolaan kas BLU,

     

     

     

    No.2

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    8/21

    7

    RSUD A.W Sjahranie

    Menurut Peraturan Menteri Keuangan

    Nomor 76/PMK.05/2008Sesuai

    Tidak

    Sesuai

    Uang Muka Titipan Pasien adalah sejumlah

    uang yang diberikan oleh calon pasien

    ketika akan melakukan perawatan, dalamhal penyimpanan RSUD menggabungkan

    uang muka titipan pasien ini kedalam

    rekening dana operasional (rekening untuk

    menampung pendapatan yang telah menjadihak BLU/ RSUD), sehingga mengakibatkan

    munculnya pendapatan jasa giro darisimpanan uang muka titipan pasien tersebut

    yang diakui oleh pihak RSUD sebagai pendapatan.

    rekening dana kelolaan (rekening untuk

    menampung dana yang belum menjadi

    hak BLU) dan rekening operasional(rekening untuk menampung pendapatan

    yang telah menjadi hak BLU). Uang

    muka titipan pasien dapat

    diklasifikasikan kedalam dana kelolaan(dana yang belum menjadi hak

    BLU/rumah sakit) karena merupakankewajiban atau hutang RSUD kepada

     pasien, sehingga penyimpanannya tidakdapat digabungkan kedalam rekening

    dana operasional (rekening untuk

    menampung pendapatan yang telahmenjadi hak rumah sakit) dan pendapatan

     jasa giro yang terjadi tidak boleh diakui

    sebagai pendapatan.

    1  Pendapatan Lain-Laina. Pendapatan kegiatan rumah sakit

    Adalah pendapatan yang tidak

     berhubungan secara langsung dengan

    tugas dan fungsi RSUD dan diakui pada

    saat RSUD menerima kas atas kegiatan

    yang dilakukan.

     b. Penurunan Penyisihan Kerugian Piutang.Penurunan penyisihan kerugian piutang

    ini terjadi karena tercapainya target dalam

     penagihan piutang sehingga terjadi

     penurunan nilai penyisihan kerugian

     piutang dan diakui sebagai pendapatan.

    Diakui pada saat diterima atau hak untuk

    menagih timbul sehubungan dengan

    adanya barang/jasa yang diserahkan

    kepada masyarakat.

    Diakui sebagai pengurangan biaya penyisihan kerugian piutang.

     

     

    Seluruh pendapatan disajikan secara terpisah pada laporan aktivitas untuk setiap jenis

     pendapatan.

    Pendapatan disajikan secara terpisah padalaporan keuangan untuk setiap jenis

     pendapatan

     

    Akuntansi Biaya

    Biaya LayananBiaya layanan adalah biaya yang terkait

    langsung dengan kegiatan pelayanan kepadamasyarakat meliputi biaya pegawai, biaya

     bahan, dan biaya layanan yang diakui setiap

     periode dimana pengeluaran biaya itu terjadi.

    Diakui pada saat terjadinya penurunan

    manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau

     peningkatan kewajiban dan dapar diukur

    dengan andal serta diukur berdasarkan

     jumlah kas yang dibayarkan pada periode

     berjalan

     

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    9/21

    8

    No.3 

    RSUD A.W Sjahranie Menurut Peraturan Menteri Keuangan

    Nomor 76/PMK.05/2008

    Sesuai Tidak

    Sesuai

    Biaya Administrasi dan UmumBiaya administrasi dan umum adalah biaya

    yang tidak terkait dengan kegiatan pelayanankepada masyarakat meliputi biaya pegawai,

     biaya administrasi Kantor, biaya

     pemeliharaan, biaya daya dan jasa, biaya

     pengembangan dan biaya penyisihan kerugian

     piutang yang diakui setiap periode dimana

     pengeluaran biaya itu terjadi. Tetapi:

    1  Biaya Pegawai Tidak ada pengklasifikasian secara tepat

    antara biaya pegawai yang termasukgolongan biaya layanan dengan biaya

     pegawai yang termasuk kedalam golongan

     biaya administrasi dan umum.

    2  Biaya Penyusutan Aktiva TetapDiakui dan disajikan pada kelompok biaya

    administrasi dan umum dalam laporanaktivitas.

    3  Biaya Penyisihan Piutang Usaha

    Pada tahun 2010 RSUD telah melakukan penyisihan kerugian piutang dan telah

    dibiayakan seluruhnya pada tahun 2010,

    dan pada tahun 2011 telah terjadi

     penurunan penyisihan kerugian piutang

    karena tercapainya target penagihan

     piutang yang diakui sebagai pendapatan

    lain-lain.

    4  Biaya ModalTidak mengakui adanya biaya modal

    karena untuk perolehan aset tetap RSUD

    melakukan pencatatan berdasarkan SAK(Standar Akuntansi Keuangan).

    Diakui pada saat terjadinya penurunan

    manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau

     peningkatan kewajiban dan dapar diukur

    dengan andal serta diukur berdasarkan

     jumlah kas yang dibayarkan pada periode

     berjalan.

    Harus ada pengklasifikasian secara tepat

    antara Biaya Layanan dengan BiayaAdministrasi dan Umum.

    Tidak diakui dan tidak disajikan dalam

    laporan aktivitas.

    Diakui sebagai pengurangan biaya penyisihan kerugian piutang yang telah

    dibiayakan pada tahun 2010, sehingga

    mengakibatkan biaya penyisihan

    kerugian piutang pada laporan aktivitas

    tahun 2011 bersaldo kredit.

    Untuk perolehan aset tetap dicatat dengan

    mengacu pada SAP (Standar Akuntansi

    Pemerintahan) No.7 sehingga akanmemunculkan akun biaya modal.

     

     

     

     

     

    Biaya Lain-LainBiaya lain-lain merupakan biaya yang

     berkaitan dengan kegiatan penyimpanan

    dibank meliputi:

    Diakui pada saat terjadinya penurunan

    manfaat ekonomi masa depan yang

     berkaitan dengan penurunan aset atau

     

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    10/21

    9

    No.4

    RSUD A.W Sjahranie

    Menurut Peraturan Menteri Keuangan

    Nomor 76/PMK.05/2008Sesuai

    Tidak

    Sesuai

     biaya pajak bunga dan biaya administrasi

     bank yang diakui setiap periode dimana pengeluaran biaya itu terjadi.

     peningkatan kewajiban dan dapar diukur

    dengan andal serta diukur berdasarkan jumlah kas yang dibayarkan pada periode

     berjalan. 

    Seluruh biaya Disajikan pada laporan aktivitas

    dan terpisah untuk masing-masing biaya..

    Disajikan pada laporan keuangan dan

    terpisah untuk setiap jenis biaya 

    Akuntansi AsetKas dan Setara Kas

    Diakui pada saat RSUD menerima

     pembayaran secara tunai atas jasa/barangyang diberikan kepada pasien maupun pihak

    ketiga.

    Diakui pada saat diterima dan berkurang

     pada saat digunakan serta diukur berdasarkan nilai nominal pada saat

    diterima atau dikeluarkan. 

     

    Piutang Usaha

    Diakui pada saat pasien telah selesai

    melakukan perawatan, tetapi RSUD belum

    menerima pembayaran dari penyerahan jasa

    yang diberikan kepada pasien tersebut, dan

    akan berkurang pada saat pasien melakukan

     pembayaran.

    Diakui pada saat barang atau jasa

    diserahkan, tetapi belum menerima

     pembayaran dari penyerahan tersebut dan

     berkurang pada saat dilakukan

     pembayaran atau penghapusan. Piutang

    usaha diukur sebesar nilai yang dapat

    direalisasikan (net realizable value)setelah memperhitungkan nilai

     penyisihan piutang tak tertagih. 

     

    Penyisihan Kerugian Piutang

    Dibuat untuk mengantisipasi terjadinya

    kerugian atas piutang yang tidak tertagih. Dan

    dibentuk sebesar nilai piutang yang

    diperkirakan tidak dapat ditagih berdasarkan

    daftar umur piutang, kecuali bagi tagihan

    kepada seluruh instansi pemerintah atau badan

    lain yang mesah eksis lembaganya.

    Dibentuk sebesar nilai piutang yang

    diperkirakan tidak dapat ditagih

     berdasarkan daftar umur piutang.

     

    Persediaan

    Gudang Farmasi adalah tempat penyimpanan

    seluruh obat-obatan dan alat-alat kesehatan

    yang nantinya akan didistribusikan

    kebeberapa depo obat,

    Persediaan diakui pada saat barang

    diterima atau dihasilkan dan berkurang

     pada saat dipakai, dijual, kadaluarsa dan

    rusak.

     

    Gudang

    Farmasi

    Depo

    ObatRuangan

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    11/21

    10

    No. 5

    RSUD A.W Sjahranie

    Menurut Peraturan Menteri Keuangan

    Nomor 76/PMK.05/2008Sesuai

    Tidak

    Sesuai

    yang ada di rumah sakit diantaranya depoIGD (Instalasi Gawat Darurat), depo paviliun

    teratai, depo rawat inap, depo rawat jalan,

    anastesi, poliklinik, dan ruang perawatan. Dan

    nantinya semua keperluan obat-obatandimasing-masing ruangan pasien dirawat

    dapat diambil langsung ke depo obat berdasarkan resep yang telah diberikan. Dari

    depo obat ini semua obat (dalam bentuk tabletdan cairan) atau alat kesehatan yang keluar

    langsung dibiayakan seluruhnya dan tidak

    dilakukan perhitungan kembali apakah obattersebut telah terpakai seluruhnya atau masih

    tersisa khususnya obat-obatan dalam bentuk

    cairan dan metode yang digunakan adalah

    FIFO.

    Artinya ada sebagian obat-obatan yangtidak bisa dibiayakan seluruhnya

    khususnya untuk obat-obatan dalam

     bentuk cairan yang tidak habis dalam

    sekali pakai saja, metode yang dapatdigunakan dalam perhitungan persediaan

    adalah FIFO, LIFO dan Rata-ratatertimbang.

    Aset Tetap dan Penyusutan

    Adanya perolehan aset tetap (Tanah, Gedung

    dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan

    dan Jaringan, aset tetap lainya) pada tahun

    2011, yang diakui dan dicatat berdasarkan

    SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Danmetode peyusutan yang digunakan adalah

    garis lurus.

    Dicatat dengan mengacu pada SAP

    (Standar Akuntansi Pemerintahan) No.7,

    dengan menggunakan jurnal kololari.

    Dan metode penyusutan yang dapat

    digunakan antara lain garis lurus, saldomenurun ganda, dan metode unit

     produksi.

     

    Aset Lain-Lain1.  Kas yang Dibatasi Penggunaannya

    Kas yang Dibatasi Penggunaannyamerupakan transfer dana jamkesmas dari

     pemerintah pusat yang digunakan untuk

    menjamin masyarakat yang kurangmampu pada saat melakukan perawatan.

    Didalam neraca Akun Kas yang dibatasi

     penggunaannya disajikan pada kelompok

    aktiva lain-lain.2.  Aset tetap non produktif

    Merupakan saldo dari aset tetap yang tidak

    dapat digunakan untuk kegiatan

    operasional karena rusak total dan sedang

    diusulkan untuk dihapuskan serta aset

    tetap APBN tahun 2004, 2006 dan 2007

    yang dialihkan ke aset lainnya

    Disajikan pada kelompok aset lanca

    Diakui apabila Kemungkinan besar BLU

    akan memperoleh manfaat ekonomis masa

    depan, Biaya perolehan aset tersebut dapat

    diukur dengan andal. Pada saat hak

    kepemilikan dan/atau penguasaan aset

    tersebut berpindah kepada BLU. Dan

    diukur sebesar biaya perolehan yangdikeluarkan.

     

     

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    12/21

    11

    RSUD A.W Sjahranie

    Menurut Peraturan Menteri Keuangan

    Nomor 76/PMK.05/2008

    Sesuai

    Tidak

    Sesuai

    Akuntansi Kewajiban

    Kewajiban jangka pendek

    Kewajiban jangka pendek merupakan

    kewajiban yang diharapkan akan dibayar atau

     jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah

    tanggal neraca terbagi menjadi:

    1. Hutang Usaha.Hutang usaha adalah kewajiban yang

    timbul dari kegiatan operasional RSUD

    misalnya: hutang biaya yang timbul dari pembelian obat-obatan, pembelian ATK

    dan lain-lain. Diakui pada saat RSUDmenerima barang/jasa tetapi RSUD belum

    melakukan pembayaran atas barang/jasayang diterima.

    Diakui pada saat BLU menerima jasa/ hak

    atas barang/jasa, tetapi BLU belum

    membayar atas barang/jasa yang diterima.Diukur sebesar nilai nominal kewajiban

     jangka pendek dan berkurang pada saat

     pembayaran.

     

    2. Hutang Jangka Pendek Lainnya. Hutang jangka pendek lainya adalah hutang yang

    timbul dari dana yang belum menjadi hak

    RSUD meliputi uang muka titipan pasien

    dan dana jamkesmas yang ditransfer dari pusat untuk menjamin masyarakat yang

    kurang mampu. Diakui pada saat dana

    tersebut diterima RSUD tetapi jasa/barang

     belum diserahkan kepada pasien.

    Diakui pada saat BLU menerima uang

    tunai dari pihak ketiga sebagai danakelolaan yang belum bisa diakui sebagai

     pendapatan BLU.

     

    Akuntansi EkuitasEkuitas Tidak Terikat

    Ekuitas tidak terikat adalah ekuitas berupasumber daya ekonomi yang tidak dibatasi

     penggunaannya meliputi ekuitas awal (selisih

    aset dan kewajiban pada saat pertama kali

    RSUD ditetapkan), surplus & defisit tahunlalu (akumulasi surplus & defisit periode

    sebelumnya), dan surplus & defisit tahun berjalan (seluruh pendapatan setelah dikurangi

     biaya pada tahun berjalan), diakui pada saat

    ditetapkannya nilai kekayaan rumah sakit.

    Diakui pada saat:ditetapkannya nilai kekayaan rumah

    sakit., diterimanya sumbangan/

     bantuan yang tidak mengikat,

    diterimanya aset tetap dari sumbangan/ bantuan yang tidak mengikat dan

     pengalihan ekuitas terikat temporermenjadi ekuitas tidak terikat.

     

    No.6 

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    13/21

    12

    No.7 

    B.  Pembahasan Penelitian

    1.  Akuntansi PendapatanSetelah melakukan analisis terhadap Laporan Keuangan, Kebijakan Akuntansi,

    dan Catatan atas laporan Keuangan RSUD A.W. Sjahranie, ditemukan beberapa hal yang

    tidak sesuai dengan akuntansi pendapatan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

     Nomor 76/PMK.05/2008. Salah satu pendapatan yang diperoleh RSUD yang tercantumdidalam laporan aktivitas adalah pendapatan sewa fasilitas yaitu pendapatan yang diterima

    dari pihak ketiga atas penyewaan tempat yang digunakan untuk menjalankan usaha,contohnya: CFC, rumah makan, toko roti dan lainnya. Dalam hal pembayaran pihak ketiga

    telah melakukan perjanjian terlebih dahulu dengan pihak RSUD yaitu pembayaran akan

    dilakukan dimuka untuk sewa selama satu tahun, pembayaran yang dilakukan oleh pihakketiga ini langsung diakui sebagai pendapatan sewa fasilitas oleh pihak RSUD, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 seharusnya

     pembayaran yang diterima RSUD tidak dapat langsung diakui sebagai pendapatan sewafasilitas karena RSUD belum memberikan jasa penyewaan secara keseluruhan, tetapi

    terlebih dahulu diakui sebagai pendapatan sewa diterima dimuka yang dicatat sebagai

    kewajiban RSUD, dan akan diakui sebagai pendapatan sewa fasilitas pada saat jasa penyewaan terealisasi. Karena keterbatasan data yang dimiliki peneliti sehingga peneliti

    tidak dapat merincikan berapa besar pendapatan sewa fasilitas yang seharusnya terealisasisetiap bulannya dan besarnya pendapatan sewa fasilitas pada tahun 2011 yang seharusnya

    diakui, tetapi untuk keperluan penelitian dan untuk memperlihatkan letak kekeliruan yang

    terjadi maka peneliti mengasumsikan bahwa jumlah pendapatan sewa fasilitas yangtercantum di laporan aktivitas diperoleh pada tanggal 01 januari 2011, sehingga

     pendapatan tersebut harus dibagi 12 bulan untuk mengetahui jumlah yang telah terealisasi

    setiap bulannya. Hal ini dilakukan peneliti sebagai bahan masukan yang sangat penting

    diketahui RSUD, karena pencatatan yang salah maka akan mempengaruhi pengakuan

     pendapatan yang mungkin saja nantinya akan terjadi kelebihan pengakuan pendapatan

    sewa fasilitas pada akhir tahun.

    Pencatatan atau jurnal penyesuaian yang seharusnya dibuat atas transaksi penyewaan

    tersebut adalah:

    a.  Jurnal untuk menghapus pendapatan sewa fasilitasPendapatan Sewa Fasilitas Rp 71.202.351,00

    Kas dan Setara Kas Rp 71.202.351,00

    RSUD A.W Sjahranie

    Menurut Peraturan Menteri Keuangan

    Nomor 76/PMK.05/2008Sesuai

    Tidak

    Sesuai

    Ekuitas Terikat Temporer

    Ekuitas terikat temporer adalah ekuitas berupasumber daya ekonomi yang dibatasi

     penggunaannya salah satunya adalah danauntuk memperoleh aset tetap. RSUD tidak

    mengakui adanya dana yang diinvestasikandalam aset tetap karena pada saat perolehan

    aset tetap RSUD mencatatnya berdasarkanSAK (Standar Akuntansi Keuangan).

    Dicatat dengan mengacu pada SAP

    (Standar Akuntansi Pemerintahan) No.7sehingga harus memunculkan akun

    diinvestasikan dalam aset tetap sebagaiakibat dari perolehan aset tetap.

     

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    14/21

    13

    (Mencatat penghapusan pendapatan sewa fasilitas, karena pembayaran atas sewa

    fasilitas yang diterima RSUD tidak dapat diakui sebagai pendapatan sewa fasilitas

    tetapi terlebih dahulu diakui sebagai pendapatan sewa diterima dimuka yang dicatat

    sebagai kewajiban RSUD dan baru akan diakui sebagai pendapatan sewa fasilitas

     pada saat jasa penyewaan telah terealisasi).

     b.  Jurnal pada saat penerimaan pembayaran sewa.Kas dan setara kas Rp 71.202.351,00

    Pend. Sewa diterima di muka Rp 71.202.351,00

    (Mencatat penerimaan atas pembayaran sewa fasilitas selama satu tahun, yang dicatatsebagai kewajiban RSUD).

    c.  Perhitungan jumlah Pend. Sewa diterima dimuka yang terealisasi sebagai Pend. SewaFasilitas setiap bulannya adalah:Pend. Sewa Fasilitas : 12 Bulan

    Rp Rp 71.202.351,00 : 12 Bulan = Rp 5.933.529,25

    Jurnal yang harus dibuat untuk mengakui jasa penyewaan yang telah terealisasi setiap

     bulannya (januari s/d desember) adalah:

    Pend. Sewa diterima dimuka Rp 5.933.529,25

    Pend. Sewa fasilitas Rp 5.933.529,25

    (Mencatat pendapatan sewa diterima dimuka yang setiap bulannya sudah terealisasi

    sebagai pendapatan sewa fasilitas).

    Ditemukan juga dalam Catatan atas Laporan Keuangan terdapat uang muka titipan

     pasien yang disajikan dalam kas dan setara kas sebesar Rp 314.690.180. Uang muka

    titipan pasien adalah sejumlah uang yang diberikan oleh calon pasien ketika akan

    melakukan perawatan dengan tarif yang telah ditentukan oleh pihak rumah sakit, dalamhal penyimpanan pihak rumah sakit menggabungkan uang titipan pasien ini kedalam

    rekening dana operasional yang mengakibatkan munculnya pendapatan jasa giro darisimpanan uang muka titipan pasien tersebut dan diakui oleh pihak rumah sakit.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/PMK.05/2010 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang

    Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja,

    hendaknya ada pemisahan rekening untuk menampung masing-masing dana yaitu:

    1.  Rekening Pengelolaan Kas BLU adalah rekening untuk penempatan idle cash  yangterkait dengan pengelolaan kas BLU.

    2.  Rekening Operasional BLU adalah rekening yang dipergunakan untuk menampungseluruh penerimaan dan membayar seluruh pengeluaran BLU.3.  Rekening Dana Kelolaan adalah rekening yang dipergunakan untuk menampung dana

    yang tidak dimasukan ke dalam rekening operasional BLU dan rekening pengelolaan

    kas BLU, antara lain untuk menampung dana bergulir dan/atau dana yang belum

    menjadi hak BLU.

    Uang muka titipan pasien dapat diklasifikasikan kedalam dana kelolaan karena merupakan

    kewajiban atau hutang rumah sakit kepada pasien artinya dana tersebut belum menjadi

    hak rumah sakit sehingga pendapatan jasa giro yang terjadi pun tidak boleh diakui sebagai pendapatan, karena adanya kekeliruan pengakuan pendapatan jasa giro tersebut maka

    mengakibatkan terjadinya kelebihan pendapatan bunga yang disajikan dalam laporan

    keuangan, untuk itu perlu dibuatkan suatu jurnal penyesuaian untuk mengurangi nilai pendapatan bunga yang telah disajikan, dan dikerenakan keterbatasan data yang dimiliki

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    15/21

    14

    maka jumlah yang perlu dikeluarkan didasarkan atas tingkat suku bunga giro yang

    diperoleh dari hasil wawancara dengan customer service  BANK KALTIM yaitu:

    Tabel 4.2 Suku Bunga Giro BANK KALTIM.

    Suku Bunga Giro BANK KALTIM

    > Rp 1.000.000 0,00%

    > Rp 1.000.000 –  Rp 100.000.000 0,50%> Rp 100.000.000 –  Rp 10.000.000.000 1,00%

    > Rp 10.000.000.000 –  Rp 30.000.000.000 2,00%

    > Rp 30.000.000.000 2,25%

    Sumber Data: customer service  BANK KALTIM KCP. RSUD

    A.W.Sjahranie

    Karena jumlah giro untuk uang muka titipan pasien sebesar Rp 314.690.180, maka

    tingkat suku bunga giro yang digunakan peneliti adalah 1,00%, perhitungan Pendapatan

     bunga yang harus dikeluarkan dalam laporan keuangan:

    Uang muka titipan pasien x tingkat suku bunga giroRp 314.690.180 x 1,00% = Rp 3.146.901,80

    Sehingga Jurnal penyesuaian yang harus dibuat sebagai berikut:

    Pendapatan Bunga Dana Operasional Rp 3.146.901,80Pendapatan Bunga Dana Kelolaan Rp 3.146.901,80

    (Mencatat pendapatan jasa giro dana kelolaan yang belum menjadi hak BLU, di

    catat pada akun hutang jangka pendek lainnya dan akan diakui sebagai pendapatan

     bunga pada saat pelayanan kepada pasien terealisasi, bersamaan dengan diakuinya

     pendapatan jasa layanan).

    Selanjutnya ditemukan pendapatan lain-lain yang diperoleh dari penurunan

     penyisihan kerugian piutang. Menurut rumah sakit penurunan penyisihan kerugian piutangini terjadi karena tercapainya target dalam penagihan piutang sehingga terjadi penurunan

    nilai penyisihan kerugian piutang dan diakui sebagai pendapatan. Berdasarkan Peraturan

    Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008, penurunan penyisihan kerugian piutang

    akibat dari tercapainya target penagihan piutang tidak dapat diakui sebagai pendapatan,

    tetapi diakui sebagai pengurangan biaya penyisihan kerugian piutang. Dikarenakan

    Penyisihan kerugian piutang ini dibentuk pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2010maka semua biaya penyisihan kerugian piutang yang terjadi telah dibebankan pada tahun

    2010 sehingga mengakibatkan biaya penyisihan kerugian piutang pada tahun 2011 bersaldo kredit. Jurnal penyesuaian yang perlu dibuat yaitu:

    a.  Jurnal untuk menghapus pendapatan lain-lain

    Pendapatan lain-lain Rp 625.711.952,22Penyisihan kerugian piutang Rp 625.711.952,22

    (Mencatat penghapusan pendapatan lain-lain, karena penurunan penyisihan kerugian

     piutang tidak dapat diakui sebagai pendapatan lain-lain tetapi diakui sebagai biaya

     penyisihan kerugian piutang).

     b.  Jurnal untuk mengakui penurunan penyisihan kerugian piutangPenyisihan kerugian piutang Rp 625.711.952,22

    By. Penyisihan kerugian piutang Rp 625.711.952,22

    (Mencatat penurunan penyisihan kerugian piutang dengan memunculkan kembali

     biaya penyisihan kerugian piutang, Dikarenakan Penyisihan kerugian piutang ini

    dibentuk pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2010 maka semua biaya

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    16/21

    15

     penyisihan kerugian piutang yang terjadi telah dibebankan pada tahun 2010 sehingga

    mengakibatkan biaya penyisihan kerugian piutang pada tahun 2011 bersaldo kredit).

    2.  Akuntansi BiayaBerdasarkan hasil wawancara ternyata pihak rumah sakit belum menggolongkan

     biaya pegawai berdasarkan klasifikasi yang tepat, mana yang seharusnya digolongkankedalam biaya pegawai yang diklasifikasikan sebagai Biaya Layanan (biaya yang terkait

    langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat) dan mana biaya pegawai yang

    diklasifikasikan sebagai Biaya Administrasi dan Umum (biaya yang tidak terkait dengan

    kegiatan pelayanan kepada masyarakat), tetapi karena keterbatasan data yang dimiliki peneliti sehingga penelitian terhadap klasifikasi biaya ini tidak dapat dilakukan lebih

    lanjut, hal ini hanya sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit agar lebihmemperhatikan peraturan dan kebijakan yang telah ada sehingga laporan keuangan dapat

    disajikan secara tepat dan wajar.Setelah menganalisis rumah sakit juga mengakui adanya biaya penyusutan akibat

    dari pembelanjaan aset tetap dan disajikan dalam laporan keuangan, hal ini tidak sesuai

    dengan Bagan Akun Standar yang tercantum pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor76/PMK.05/2008.

    Perbedaan ini dapat terjadi bukan karena kekeliruan pencatatan rumah sakit tetapi

    karena peraturan yang telah dibuat oleh Pemerintah sangat tidak tegas hal ini dapat terlihat

    dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 Pasal 2 Angka 1 yang berisi

    “Badan Layanan Umum menerapkan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh

    asosiasi profesi akuntansi indonesia sesuai dengan jenis industrinya”, artinya adalah

    rumah sakit sebagai badan layanan umum hendaknya mengacu pada SAK (Standar

    Akuntansi Keuangan) khususnya dalam pengakuan penyusutan dan hal ini telah dilakukan

    oleh pihak rumah sakit. Pencatatan atas pengakuan penyusutan berdasarkan SAK (Standar

    Akuntansi Keuangan) adalah:

    Biaya Penyusutan Aset Tetap xxx

    Akumulasi Penyusutan Aset Tetap xxxTetapi disatu sisi pemerintah membuat Bagan Akun Standar yang berisi mengenai

    apa saja yang harus tercantum di dalam laporan keuangan. Bagan Akun Standar inimengacu kepada SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan) khusus untuk pengakuan

     penyusutan. Dan pencatatan atas pengakuan penyusutan berdasarkan SAP (Standar

    Akuntansi Pemerintahan) adalah:

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx

    Akumulasi Penyusutan Aset Tetap xxxBerdasarkan kenyataan yang ada dilapangan Bagan Akun Standar adalah

    standarisasi yang digunakan dalam pelaporan keuangan Badan Layanan Umum sehingga

    rumah sakit tetap harus mengacu pada Bagan Akun Standar yang tercantum pada

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008, dan menghapuskan akun biaya

     penyusutan dari laporan keuangan. Untuk itu perlu dibuatkan suatu jurnal penyesuaian

    dengan tahap awal membuat jurnal untuk menghapuskan akun biaya penyusutan dari

    laporan keuangan dan membuatkan jurnal sesuai dengan peraturan yang ada yaitu sesuai

    SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan). Jurnal yang dibuat adalah:a.  Jurnal untuk menghapus biaya penyusutan

    Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Rp 37.687.763.417

    Biaya Penyusutan Aset Tetap Rp 37.687.763.417

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    17/21

    16

    (Mencatat penghapusan biaya penyusutan yang telah dicatat berdasarkan SAK oleh

    RSUD A.W. Sjahranie, karena untuk mengakui penyusutan masih mengacu kepada

    SAP).

     b.  Jurnal pengakuan penyusutan berdasarkan SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan)

    Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp 37.687.763.417Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Rp 37.687.763.417

    (Mencatat pengakuan penyusutan berdasarkan SAP No.7).

    Selanjutnya terdapat biaya penyisihan kerugian piutang yang bersaldo kredit akibat

     penyesuaian yang dibuat peneliti karena pada tahun 2011 telah terjadi penurunan penyisihan kerugian piutang yang seharusnya diakui sebagai pengurang dari biaya

     penyisihan kerugian piutang tetapi justru diakui RSUD sebagai pendapatan lain-lain danhal ini telah dijelaskan sebelumnya pada Akuntansi Pendapatan, serta adanya biaya modal

    yang tidak diakui RSUD karena untuk perolehan aset tetap RSUD melakukan pencatatan berdasarkan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) dengan jurnal:

    Aset tetap xxxKas dan setara kas xxx

    Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008

    untuk perolehan aset tetap masih mengacu pada SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan)

     No.7 dengan jurnal:

    Biaya Modal xxx

    Kas dan Setara Kas xxx

    Aset Tetap xxx

    Diinvestasikan dalam Aset tetap xxx

    Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian Akuntansi Aset.

    3.  Akuntansi asetDari segi Akuntansi Aset terdapat persediaan obat-obatan dan alat kesehatan yang

    didistribusikan dengan alur:

    Gudang Farmasi adalah tempat penyimpanan seluruh obat-obatan dan alat-alat

    kesehatan yang nantinya akan didistribusikan kebeberapa depo obat yang ada di rumah

    sakit diantaranya depo IGD (Instalasi Gawat Darurat), depo paviliun teratai, depo rawat

    inap, depo rawat jalan, anastesi, poliklinik, dan ruang perawatan. Dan nantinya semuakeperluan obat-obatan dimasing-masing ruangan pasien dirawat dapat diambil langsung

    ke depo obat berdasarkan resep yang telah diberikan. Dari depo obat ini semua obat

    (dalam bentuk tablet dan cairan) atau alat kesehatan yang keluar langsung dibiayakan

    seluruhnya dan tidak dilakukan perhitungan kembali apakah obat tersebut telah terpakai

    seluruhnya atau masih tersisa khususnya obat-obatan dalam bentuk cairan dan metode

    yang digunakan adalah metode FIFO. Pada dasarnya pencatatan yang dilakukan RSUD

    tidak salah hanya saja penggunaan metode FIFO pada obat-obatan berbentuk cairan yang

    tidak mungkin habis dalam sekali pakai masih kurang tepat. Mungkin tidak jadi masalahketika metode FIFO ini diterapkan pada obat-obatan berbentuk cairan yang memiliki nilai

    ekonomis sangat rendah tetapi akan jadi masalah ketika diterapkan pada obat-obatan

     berbentuk cairan yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi karena nantinya akan berpengaruh kepada pengakuan biaya yang akan besar pula serta akan terjadi kekeliruan

    Gudang

    Farmasi

    Depo

    ObatRuangan

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    18/21

    17

    dalam penilaian persediaan, sehingga hendaknya untuk obat-obatan berbentuk cairan yang

    memiliki nilai ekonomis sangat tinggi sebaiknya menggunakan metode rata-rata

    tertimbang karena dengan metode ini RSUD tidak akan kelebihan dalam mengakui biaya

    dan tepat dalam penilaian persediaan.

    Selain itu terdapat kekeliruan dalam mengakui dan mencatat perolehan aktiva

    tetap. Pada tahun 2011 terdapat perolehan aktiva tetap (belanja modal) sebesarRp 101.814.134.463,00 yang terbagi menjadi:

    a.  Gedung dan Bangunan sebesar Rp 57.247.252.500,00 b.  Peralatan dan Mesin sebesar Rp 43.922.331.338,00c.  Jalan, Irigasi dan Jaringan sebesar Rp 629.299.000,00d.  Aset tetap lainnya sebesar Rp 15.251.625,00

    Pihak rumah sakit mengakui dan mencatat perolehan aktiva tetap tersebut berdasarkan

    SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yaitu dengan mendebet masing-masing aktiva tetapdan mengkreditkan kas dan setara kas. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    76/PMK.05/2008 untuk penyusutan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya serta

    transaksi perolehan aktiva tetap masih diakui dan dicatat dengan mengacu pada SAP(Standar Akuntansi Pemerintahan) No.7, dengan menggunakan jurnal kololari, Sehingga

     perlu dibuatkan jurnal yang tepat untuk mengakui adanya perolehan aktiva tetap tersebut

    yaitu:

    a.  Jurnal untuk menghapus perolehan aktiva tetap yang telah dilakukan RSUD A.W.Sjahranie

    Kas dan Setara Kas Rp 57.247.252.500,00

    Bangunan dan Gedung Rp 57.247.252.500,00

    Kas dan Setara Kas Rp 43.922.331.338,00

    Peralatan dan Mesin Rp 43.922.331.338,00

    Kas dan Setara Kas Rp 629.299.000,00

    Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp 629.299.000,00Kas dan Setara Kas Rp 15.251.625,00

    Aset Tetap Lainnya Rp 15.251.625,00(Mencatat penghapusan perolehan aktiva tetap yang telah dicatat berdasarkan SAK

    oleh RSUD A.W. Sjahranie, karena untuk mengakui perolehan aktiva tetap masihmengacu kepada SAP No.7).

     b.  Jurnal untuk mengakui perolehan aktiva tetap berdasarkan SAP (Standar AkuntansiPemerintahan) No.7.

    Biaya Modal Rp 57.247.252.500,00

    Kas dan Setara Kas Rp 57.247.252.500,00Gedung dan Bangunan Rp 57.247.252.500,00

    Diinvestasikan dalam Aset tetap Rp 57.247.252.500,00

    Biaya Modal Rp 43.922.331.338,00

    Kas dan Setara Kas Rp 43.922.331.338,00

    Peralatan dan Mesin Rp 43.922.331.338,00

    Diinvestasikan dalam Aset tetap Rp 43.922.331.338,00

    Biaya Modal Rp 629.299.000,00

    Kas dan Setara Kas Rp 629.299.000,00

    Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp 629.299.000,00Diinvestasikan dalam Aset tetap Rp 629.299.000,00

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    19/21

    18

    Biaya Modal Rp 15.251.625,00

    Kas dan Setara Kas Rp 15.251.625,00

    Aset Tetap Lainnya Rp 15.251.625,00

    Diinvestasikan dalam Aset tetap Rp 15.251.625,00

    (Mencatat pengakuan perolehan aktiva tetap berdasarkan SAP No.7).

    Selanjutnya kekeliruan juga terjadi dalam hal penyajian akun kas yang dibatasi

     penggunaannya, didalam laporan keuangan kas yang dibatasi penggunaannya disajikan

     pada kelompok aset lain-lain. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengakuan aset lain-lain berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 aset lain-lain diakui

    apabila:a.  Kemungkinan besar BLU akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset

    tersebut. b.  Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur dengan andal.c.  Pada saat hak kepemilikan dan/atau penguasaan aset tersebut berpindah kepada BLU.

    Sedangkan akun Kas yang Dibatasi Penggunaannya merupakan transfer dana jamkesmas dari pemerintah pusat. Dana jamkesmas ini digunakan untuk menjamin

    masyarakat yang kurang mampu pada saat melakukan perawatan artinya adalah kas yang

    dibatasi penggunaanya merupakan kewajiban atau hutang rumah sakit kepada jamkesmas,

    dimana ketika ada claim dari klien dana tersebut dapat langsung dicairkan dan

    mengurangi saldo akun kas yang dibatasi penggunaannya. Dari hal tersebut dapat

    disimpulkan bahwa tidak ada pemindahan kepemilikan kepada rumah sakit serta tidak ada

    manfaat yang diperoleh dan tidak ada biaya perolehan yang dikeluarkan untuk

    memperoleh dana tersebut, Sehingga akun Kas yang Dibatasi Penggunaannya tidak dapat

    digolongkan dan disajikan pada kelompok aset lain-lain melainkan digolongkan dan

    disajikan ke dalam aset lancar karena memiliki salah satu sifat dari aset lancar yaitu dapat

    direalisasikan dalam jangka waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan. Jurnal reklasifikasiyang perlu dibuat yaitu:

    Kas yang Dibatasi Penggunaannya Rp 8.763.663.957,24

    Kas yang Dibatasi Penggunaannya Rp 8.763.663.957,24(Mencatat pemindahan kas yang dibatasi penggunaanya dari golongan aktiva lain-

    lain kedalam golongan aktiva lancar didalam neraca).

    4.  Akuntansi EkuitasEkuitas terbagi kedalam tiga golongan yaitu ekuitas tidak terikat, ekuitas terikat

    temporer dan ekuitas terikat permanen. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah ekuitasterikat temporer. Ekuitas terikat temporer adalah ekuitas berupa sumber daya ekonomi

    yang dibatasi penggunaannya dan/atau waktunya untuk tujuan tertentu, salah satunya

    adalah dana yang diinvestasikan dalam aset tetap. Sama halnya dengan biaya modal

    RSUD juga tidak mengakui adanya dana yang diinvestasikan dalam aset tetap yang

    seharusnya tercermin didalam ekuitas terikat temporer pada neraca, hal ini karena untuk

     perolehan aset tetap RSUD melakukan pencatatan berdasarkan SAK (Standar Akuntansi

    Keuangan) Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008

    untuk perolehan aset tetap masih mengacu pada SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan) No.7.

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    20/21

    19

    V.  Penutup

    Kesimpulan

    Kesimpulan dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan pada Laporan Keuangan

    RSUD A.W. Syahranie pada tahun 2011, khususnya dalam hal perlakuan akuntansi(pengakuan, pengukuran dan penyajian) adalah:

    1.  Bahwa Laporan Keuangan yang disajikan RSUD A.W. Syahranie tidak sesuai denganPeraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan

    Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum. Hal ini terjadi karena sistem yang ada diRSUD A.W. Syahranie belum mengacu pada standar yang ada sehingga terjadi beberapa

    kekeliruan dari segi pencatatan, pengakuan, dan penyajian yaitu kelebihan dalam

    mengakui pendapatan bunga, tidak melakukan pengklasifikasian biaya secara tepat,

    tidak melakukan pengakuan pendapatan sewa fasiitas secara tepat, menyajikan kas yang

    dibatasi penggunaannya kedalam golongan aset tetap lainnya, serta keliru dalam

    melakukan pencatatan khususnya dalam pengakuan penyusutan dan aset tetap.

    2.  Ada kemungkinan masih banyak kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan yangtelah disajikan RSUD A.W. Syahranie, dikarenakan keterbatasan data yang dimiliki

     peneliti sehingga temuan-temuan yang dapat dibahas hanya sebatas yang telah

    dijelaskan sebelumnya, dan laporan yang dapat diolah oleh peneliti berdasarkan

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 belum bisa menggambarkan

    keadaan RSUD A.W. Syahranie secara keseluruhan, tetapi kekeliruan yang terjadi bukan hanya karena kesalahan pencatatan yang dilakukan RSUD A.W. Sjahranie tetapi

    karena tidak tegasnya pemerintah dalam menetapkan peraturan terutama dalam hal pengakuan dan penyajian penyusutan serta pengakuan perolehan aktiva tetap.

    Saran

    Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan sebagai bahan masukan bagi

     perbaikan, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:1.  Sebaiknya RSUD A.W. Sjahranie lebih memperhatikan lagi peraturan atau standarisasi

    yang telah dibuat, memperbaiki sistem yang ada dengan melakukan klasifikasi,

     pengakuan dan penyajian yang tepat.

    2.  Hendaknya pemerintah bisa lebih tegas dalam menetapkan peraturan karena didalamPeraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 terdapat peraturan yang

     bertentangan antara pasal 2 angka 1 yang berisi “Badan Layanan Umum menerapkan

    Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi indonesia

    sesuai dengan jenis industrinya”, artinya adalah instansi yang berbentuk badan layanan

    umum hendaknya mengacu pada SAK (Standar Akuntansi Keuangan, Tetapi disatu sisi

     pemerintah membuat Bagan Akun Standar yang berisi mengenai apa saja yang harus

    tercantum di dalam laporan keuangan dan ada beberapa hal dalam Bagan Akun Standar

    masih mengacu pada SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan).

  • 8/16/2019 Penerapan Permenkeu 78

    21/21

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan

    Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum. 

    Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik

    Kementrian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/PMK.05/2010 tentang perubahan atas Peraturan

    Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik

    Kementrian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

    Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

    Umum.

    Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

    Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

    Tanggungjawab Keuangan Negara.

    Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

    Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi

    Pemerintah.

    Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005, diakses tanggal 25 Maret 2012.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan

    Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

    Eddy Mulyadi Soepardi. 2006.  Memahami Akuntansi Keuangan, Edisi 1, PT

    RajaGrafindo Persada, Jakarta.

    Horngren and Harison. 2007. “ Accounting ”, 7th Edition, Pearson Education inc, Upper Saddle

    River, New Jersey.

    Kasmir. 2011,  Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Keempat, PT RajaGrafindo Persada,

    Jakarta.

    Munawir. 2007. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Keempat belas, Liberty.

    Yogyakarta.

    Sutrisno. 2007.  Manajemen Keuangan (Teori, Konsep dan Aplikasi), Edisi Pertama, Cetakan

    Kelima. Ekonisia. Yogyakarta.

    Tim Redaksi Fokusmedia. 2005. Standar Akuntansi Pemerintahan, Cetakan Pertama,

    Fokusmedia.