bulletin 78 oktober 2007

34
Harapan pada Munas PPI PASKIBRAKA78 Buletin Paguyuban Paskibraka Nasional 1978 Edisi Oktober 2007 Mencari Rumah Paskibraka Mencari Rumah Paskibraka

Upload: imam-susanto

Post on 20-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Bulletin 78 Oktober 2007

TRANSCRIPT

Page 1: Bulletin 78 Oktober 2007

Harapan pada Munas PPI

PASKIBRAKA�78Buletin Paguyuban Paskibraka Nasional 1978 Edisi Oktober 2007

Mencari RumahPaskibraka

Mencari RumahPaskibraka

Page 2: Bulletin 78 Oktober 2007

2 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Bulletin ini diterbitkanoleh ”Paguyuban Pas-kibraka 1978” (PP’78)dan dikelola oleh paraPurna Paskibraka 1978yang ada di Jadebotabekdengan tujuan untukmenggalang rasa per-saudaraan (brother-hood) sesama temanseangkatan.

Sebagian atau seluruhisi buletin ini dapat diku-tip/diperbanyak ataudibagikan kepada PurnaPaskibraka angkatanlain bila dianggap perlu.Harapan kami, buletinsederhana ini juga dapatmenjadi media komuni-kasi alternatif antar Pur-na Paskibraka, meskiruang gerak dan edar-nya sangat terbatas.

Surat-surat/tulisan dapatdialamatkan ke:

l SYAIFUL AZRAM,Pondok Tirta MandalaE4 No. 1 Depok 16415

l BUDIHARJOWINARNO, GemaPesona AM-7, Jl. ToleIskandar 45, Depok16412

SMS : 0818866130dan 08161834318E-mail :[email protected].

Salam �78

Paguyuban Paskibraka 1978Ketua (Lurah) : Yadi Mulyadi (Jabar)

Chelly Urai Sri Ranau (Kalbar)Sekretaris : Syaiful Azram (Sumut)

Saraswati (DKI Jakarta)Bendahara : Arita Patriana Sudradjat (Jabar)

Budi Saddewo Sudiro (Jateng)

Bala Paskibraka 1978 di Jadebotabek:l Budiharjo Winarno (Yogya) l Sonny Jwarson Parahiyanto (Jatim)l Tatiana Shinta Insamodra (Lampung) l Amir Mansur (DKI Jakarta)l I Gde Amithaba (Bali) l Sambusir (Sumsel) l Halidja Husein(Maluku) l M. Ilham Radjoeni Rauf (Sultra) l

Teman-teman Paskibraka 1978,Seusai menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan

dan merayakan Hari Raya Idul Fitri 1428H, kami berharapkita semua telah kembali ke suasana yang lebih sejuk danhati yang lebih bersih. Sebenarnya, kami juga ingin sedikitmenarik napas lebih panjang, melakukan break sebentar,sebelum mulai menyusun kembali jadwal untuk rencanakita, yakni Reuni 2008.

Tapi, ternyata ada perkembangan lain. Setelah bertemudengan beberapa Purna Paskibraka Nasional angkatan laindalam sebuah buka puasa bersama, tercetus gagasanuntuk mengadakan pertemuan susulan berupa ”Halal Bihalal”,Insya Allah pada tanggal 28 Oktober 2007. Maka,disegerakanlah buletin ini terbit, sekadar ”oleh-oleh” buatmereka yang akan hadir di sana.

Lagipula, tepat pada hari yang sama, 28 Oktober 2007,Purna Paskibraka Indonesia (PPI) sedang mengadakan”gawe besar” berupa Musyawarah Nasional (Munas) diMakassar. Apa salahnya, dalam edisi kali ini kami mencobamenyampaikan gagasan-gagasan tentang organisasi yangsebenarnya dibutuhkan oleh Purna Paskibraka. Apakahbentuk organisasi alumni itu memang semacam PPI, PPIyang dimodifikasi, atau ada alternatif lain yang sebenarnyalebih bermanfaat.

Respon dari teman-teman angkatan lain pada saat halalbihalal, akan menentukan apakah reuni kita tahun depanakan berubah menjadi sebuah Reuni Besar. Kalau benar,berarti kerja kita akan sedikit lebih berat. Tidak apa-apa, itusemua hanyalah risiko dari sebuah gagasan. Dan sebagaipenggagas, kita harus siap menerimanya.

Karena itu, intensifkan terus komunikasi dan tetaplahrapatkan barisan...!

Page 3: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 3

Bulletin Paskibraka �78

Rumah Paskibraka

Dalam kurun waktu hampir 30tahun, banyak acara-acara yangberhubungan dengan Paskibraka

telah kami ikuti. Banyak undanganpertemuan untuk membicarakan tentangPaskibraka yang telah kami hadiri. Tapi,sangat sedikit di antaranya yang dapatmembuat kami merasa nyaman saatberada di dalamnya. Ya orang-orangnya,ya suasananya, ya apa-apa yangdibicarakan.

Di sana, kami selalu merasa hanyahadir sebagai tamu di tengahsekumpulan orang yang tidakberkepekaan sama. Padahal, selama iniyang kami cari adalah sebuah tempat dimana kita, Purna Paskibraka, benar-benar menjadi tuan di rumahnya sendiri.Bicara dari hati ke hati tentang kitasendiri, atau tentang sejuknya bumi.Bukan tentang tingginya langit atauputihnya awan yang hanya bisadipandang tanpa dapat tersentuh.

Maka, kami mencoba membuktikankebenaran dari keragu-raguan selama inidengan gagasan sederhana. ”Coba kitakumpul-kumpul dengan beberapa PurnaPaskibraka Nasional, terutama merekayang selama ini jarang, atau mungkin takpernah muncul dalam berbagai eventPaskibraka. Apa sebenarnya yangmereka rasakan dan inginkan.”

Asumsi itu kami buktikan melaluisebuah pertemuan kecil pada 28 Sep-tember 2007. Sebuah acara ”BukaPuasa” yang dihadiri oleh Paskibraka 78dan enam orang Paskibraka lintasangkatan (tadinya ada 12 orang, tapisebagian tidak bisa hadir karenaberbagai halangan).

Keenam Paskibraka itu hampirsemuanya belum pernah bertemu

dengan kami. Tapi entah mengapa,mereka mau datang ketika kami undang.Begitu bertemu, kami kangen-kangenan,lalu merasa mengobrol dengan akrabdan saling cocok satu sama lain.Padahal kami angkatan 1978, dan satudi antara mereka angkatan 1988, lalusatu lagi angkatan 1998. Sebuahkearaban lintas dekade telah terjadi soreitu.

Mereka, walau hanya enam orang,bagi kami adalah sebuah cerminan dariratusan, atau mungkin ribuan, PurnaPaskibraka Nasional lainnya yangselama ini begitu menginginkan sebuahkebersamaan, seperti juga merekamerindukan para pembina, teman-temandan harumnya bunga-bunga di halamanasrama.

Sayangnya, pengobat kerinduan itu,sampai sekarang belum mereka temukan.Dan tugas kitalah untuk mengajakmereka membangun sebuah rumah yangbisa menjadi tempat berteduh saat hujan,tempat berlindung dari teriknya panas,sekaligus tempat bercengkerama di kalasuka dan berbagi kesedihan di kaladuka. Rumah itu adalah RumahPaskibraka!

(Paguyuban Paskibraka 1978)

Tulisan-tulisan yang berhubungandengan alumni Paskibraka danorganisasi Purna Paskibraka dihalaman-halaman berikut, merupakanrangkaian yang dapat menjadi bahanpemikiran bagi seluruh alumniPaskibraka tingkat Nasional untukmenelurkan gagasan tentangkebersamaan di masa datang.

Page 4: Bulletin 78 Oktober 2007

4 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Rosalia Kusumasari (Sari) memangtidak pernah bertemu dengan kami,karena ia adalah Paskibraka 1998

utusan Jawa Tengah. Agak beda denganJumawal Uhadi (Awal) yang kebetulanpernah bertemu dalam satu dua kesempatan.Dan kebetulan lagi, Awal yang Paskibraka1988 utusan Aceh itu adalah ipar dariIzziah. Suami Izziah dan istri Awal adalahkakak beradik, putra dan putri almarhumProf. Ibrahim Hasan (mantan Menteri NegaraUrusan Pangan).

Tetapi, persoalannya bukan kenal atautidaknya mereka dengan Paskibraka 1978.Masalahnya adalah, Purna Paskibraka tigaangkatan dengan interval waktu masing-masing satu dekade bisa saling bertemudan lantas akrab, bercengkerama seolah-olah sudah kenal sangat lama.

Begitu pula Diaz Artanto dan Rina Astini(Paskibraka 1983, Yogya dan Sumbar),Mudji Saptono (Paskibraka 1989, Yogya)

Pertemuan Lintas Dekadeatau Pulung Hendyanto (Paskibraka 1996,Yogya) yang datang ke acara buka puasa28 September 2007. Mereka seolah mewakilisebuah komunitas Paskibraka yang selamaini tidak pernah tersentuh oleh hiruk-pi-kuknya aktivitas Purna Paskibraka, terutamamelalui sebuah organisasi yang bernamaPurna Paskibraka Indonesia (PPI).

Dari perbincangan santai di sela-selamenantikan waktu buka puasa, akhirnyakami mendapat gambaran bahwa adaratusan, atau mungkin ribuan Purna Pas-kibraka tingkat Nasional yang selama inibernasib sama dengan mereka. Ingin men-cari sebuah keakraban, atau persaudaraanPaskibraka yang begitu mereka banggakan,namun tak tahu ke mana mencarinya.

Mereka masih ingat dengan pesan parapembina bahwa antar sesama anggotaPaskibraka adalah bersaudara. Dan sebagaisesama saudara, Purna Paskibraka harussaling membantu. Yang muda menghormati

Dari kiri: Diaz Artanto, Rina Astini,Chelly Urai dan Mudji Saptono

Page 5: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 5

Bulletin Paskibraka �78

yang lebih tua, yang tua berkewajibanmembimbing adik-adiknya yang lebih muda.

Sayangnya, wahana untuk mengaktuali-sasikan itu semua belum pernah ada.Organisasi yang diharapkan dapat menjadipemersatu, ternyata lebih mementingkanpengumpulan massa dan suara dalamperebutan posisi puncak di kepengurusan.Setelah itu, tak pernah ada yang peduli lagidengan Purna Paskibraka.

Itulah mengapa, 28 Oktober 2007, padasaat yang lain larut dalam hiruk-pikuk diMakassar, sebagian kecil lebih memilihkumpul-kumpul dengan sesamanya danpara pembina.

Dari sana kita paham, benarlah katapembina bahwa persaudaraan Paskibrakatidak tergantung pada perbedaan usia,strata sosial atau setumpuk predikat lain.Semua terletak pada manusianya sendiri,apakah masih kerap melakukan ”renunganjiwa” untuk melihat ke dalam dirinya sendiribahwa seorang manusia itu tidak berartiapa-apa bila tidak bermanfaat bagi sesa-manya. (PP’78)

Jumawal Uhadi, tanpa pikir panjangmenawarkan rumahnya di Bintaro

untuk tempat �Halal Bihalal� PurnaPaskibraka Nasional pada tanggal

28 Oktober 2007.

Budiharjo Winarno dan RosaliaKusumasari (kiri), serta PulungHendyanto.

Page 6: Bulletin 78 Oktober 2007

6 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Organisasi Purna Paskibrakadari Dulu Hingga Kini

C ikal bakal berdirinya organisasialumni Paskibraka sebenarnyadimulai secara nyata di Yogyakarta.

Pada tahun 1975, sejumlah alumni (Purna)Paskibraka tingkat Nasional yang ada diYogya, berkeinginan untuk mendirikan orga-nisasi alumni, lalu mereka menyampaikankeinginan itu kepada para pembina diJakarta.

Para pembina lalu menawarkan sebuahnama, yakni REKA PURNA PASKIBRAKAyang berarti ikatan persahabatan paraalumni Paskibraka. Tapi, di Yogya nama itukemudian digodok lagi dan akhirnya dise-pakati menjadi PURNA EKA PASKIBRAKA(PEP) Yogyakarta, yang artinya wadahberhimpun dan pengabdian para alumniPaskibraka. PEP DI Yogya resmi dikukuhkanpada 28 Oktober 1976.

Seiring dengan itu, para alumni Paskibrakadi Jakarta kemudian meneruskan gagasanpendirian organisasi Reka Purna Paskibraka(RPP). Sementara di Bandung, berdiri pulaEKA PURNA PASKIBRAKA (EPP).

Namun, dalam perkembangannya, ketigaorganisasi itu belum pernah melakukankoordinasi secara langsung untuk memben-tuk semacam forum komunikasi di tingkatpusat. Sementara itu, di daerah lain belumada keinginan untuk membentuk organisasi,karena jumlah alumninya masih sedikit —berbeda dengan Jakarta, Bandung danYogya yang menjadi kota tujuan para alumniPaskibraka untuk melanjutkan sekolah.

Sampai awal 80-an, alumni Paskibrakadi daerah lain hanya dibina melalui BidangBinmud Kanwil Depdikbud. Mereka selaludipanggil sebagai perangkat dalam pelak-sanaan berbagai upacara dan kegiatan.

Mereka dilibatkan dalam kegiatan pembina-an generasi muda, karena dianggap poten-sial sesuai predikatnya.

Tahun 1980, Direktorat Pembinaan Gene-rasi Muda (PGM) berinisiatif untuk mendaya-gunakan potensi alumni berbagai programyang telah dilaksanakan, termasuk pro-gram pertukaran pemuda Indonesia denganluar negeri (saat itu baru CWY atau Indone-sia-Kanada dan SSEAYP atau Kapal Pe-muda ASEAN-Jepang). Organisasi itu diberinama PURNA CARAKA MUDA INDONE-SIA (PCMI).

Maka, selain di Jakarta, Bandung danYogya, seluruh Purna Paskibraka di daerahlainnya digabungkan dalam PCMI. Hal ituberlangsung sampai tahun 1985, ketikaDirektorat PGM ”menyadari” bahwa pengga-bungan Purna Paskibraka dengan alumnipertukaran pemuda bukanlah sebuah pilihanyang tepat.

Karena itu, sebagai hasil dari LokakaryaPembinaan Purna Program Binmud di Cisa-rua, Bogor —yang dihadiri oleh para KabidBinmud seluruh Indonesia serta para alumniPaskibraka dan pertukaran pemuda— dike-luarkan SK Dirjen Diklusepora No. Kep.091/E/O/1985 tanggal 10 Juli 1985 yang memi-sahkan para alumni dalam dua organisasi,masing-masing PCMI untuk alumni pertu-karan pemuda dan PURNA PASKIBRAKAINDONESIA (PPI) untuk alumni Paskibraka.

Dengan alasan untuk menjaga agar kepu-tusan itu tidak ”mencederai hati” paraPurna Paskibraka yang telah lebih dulumendirikan PEP, RPP dan EPP, makaditetapkanlah bahwa PPI adalah organisasibinaan Depdikbud yang bersifat regional-provinsial. Artinya, organisasi itu ada di tiap

Page 7: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 7

Bulletin Paskibraka �78

provinsi namun tidak mempunyai Pengurusdi tingkat pusat.

Itu, sebenarnya sebuah pilihan yang sulit,bahkan ”absurd”. Bagaimana sebuah orga-nisasi bernama sama dan ada di tiapprovinsi tapi tidak mempunyai forum komu-nikasi dan koordinasi di tingkat pusat.Ternyata, hal itu dipicu oleh kekhawatiranorganisasi kepemudaan ”tunggal” asuhanpemerintah yang melihat PPI adalah sebuahancaman.

Namun, dengan kegigihan para PurnaPaskibraka yang ada di Jakarta, akhirnyakebekuan itu dapat dicairkan. Empat tahunharus menunggu dan bekerja keras untukdapat menghadirkan Pengurus PPI daerahdalam sebuah Musyawarah Nasional (Mu-nas). Tanggal 21 Desember 1989, melaluiMunas I di Cipayung, Bogor, terbentuklahsecara resmi PPI Pusat, lengkap denganperangkat Anggaran Dasar (AD) dan Ang-garan Rumah Tangga (ART). (PP’78)

PPI: Organisasi Alumni atau Massa?

Sebagai alumni Paskibraka tingkat Na-sional, pernahkah Anda tahu ataumembaca Anggaran Dasar/Anggaran

Rumah Tangga (AD/ART) organisasi PurnaPaskibraka Indonesia (PPI)?

Kami berani bertaruh, hampir semuaPurna Paskibraka tingkat Nasional menja-wab tidak pernah tahu, apalagi memba-canya, kecuali mereka yang pernah ikutMunas atau menjadi Pengurus. Kalau begitu,untuk apa dan untuk siapa sebenarnya PPIdidirikan?

Sejak Munas I di Cipayung, PPI telahmemposisikan diri secara tidak langsungsebagai organisasi massa. Dalam AD dise-butkan PPI adalah organisasi binaan Dep-dikbud yang bersifat kekeluargaan. Namun,dalam bab lainnya ditegaskan bahwa dalamMusyawarah, yang mempunyai hak suaraadalah Pengurus Daerah.

Mungkin, dalam pikiran awalnya, parapenggagas Munas I begitu bernafsu untukmengakomodasi potensi daerah —yangsebelum 1985 praktis tidak termanfaatkan.Namun, bentuk organisasi massa yangdipilih itu ternyata melahirkan dilema lain,karena PPI pada hakekatnya adalah orga-nisasi alumni.

Pilihan itu pun kembali ”mencederai hati”banyak alumni, terutama Paskibraka tingkat

Nasional. Ada ketidakadilan dalam pembe-rian kesempatan berpartisipasi.

Sejatinya, sebagai organisasi alumni,struktur organisasi harus memberi tempatbagi alumni seluruh tingkatan pelatihan,bahkan mungkin angkatan, bukan semata-mata berbasiskan daerah. Dengan demikian,aktivitas organisasi akan menyentuh seluruhalumni —yang secara otomatis harusnyamenjadi anggota PPI— tak peduli merekatinggal di daerah mana, di dalam atau diluar negeri, bahkan di angkasa luar seka-lipun.

Kini, tiga Munas telah berlalu, dan menjadiempat setelah Munas V di Makasar. ADPerubahan dengan tegas telah menyatakanPPI sebagai organisasi massa berbasiskandaerah. PPI pun akan selalu sibuk mengu-rusi masalah-masalah rutin, sehingga takpunya kesempatan untuk memikirkan pem-binaan alumni secara sungguh-sungguh.

Sebagian besar alumni Paskibraka tingkatNasional —terutama yang ada di Jakarta—seharusnya menjadi motor penggerak utamaorganisasi. Tapi, dengan pilihan menjadiormas berbasis daerah, PPI akhirnya ”me-ninggalkan” mereka dalam kesepian.

Kini, tinggal terserah pada kita sendiri,apakah memang ingin terus menjadi yangtersisih atau berani untuk memilih. (PP’78)

Page 8: Bulletin 78 Oktober 2007

8 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Tugas Alumni Paskibraka

Rasanya, sebelum satu demi satudari mereka pergi meninggalkan kitauntuk selamanya, berulangkali para

pendiri Paskibraka telah meninggalkanpesan. Sederhana saja bunyinya:

”Kalian, para Purna Paskibraka, semua-nya adalah bersaudara. Berlakulah satusama lain selaku saudara. Yang mudahormat kepada yang lebih tua. Yang lebihtua membimbing adik-adiknya yang lebihmuda. Niscaya, kalian akan menjadi insan-insan yang saling mengasihi dan menya-yangi. Dengan persaudaraan itu kalianakan mampu berbuat lebih banyak, diban-ding bila berbuat sendiri-sendiri.”

Latihan ”Pandu Ibu Indonesia Ber-Panca-sila” pada hakekatnya ingin menciptakaninsan-insan Indonesia yang berjiwa Merah-Putih, patriotik dan cinta tanah air. Tapi,dengan sistem pendekatan Desa Bahagia,mereka diharapkan dapat menjadi manusiayang bertanggung-jawab, tertib, berdisiplindan berbudi pekerti, serta selalu menjunjungtinggi nilai kekeluargaan dalam bermasya-rakat.

Nilai-nilai kebaikan itulah yang seharusnyadimiliki setiap alumni, lalu dikembangkan dikeluarganya sendiri serta disumbangkansekaligus ditularkan kepada lingkungannya.Dengan demikian, predikat ”teladan” selaluteraktualisasikan dalam kehidupan nyata,dan selalu melekat pada diri alumni.

Namun, waktu latihan yang dijalani se-waktu menjadi anggota Paskibraka hanyakurang dari satu bulan. Waktu sesingkat itutidak mungkin serta-merta mengubah seo-rang remaja menjadi ”manusia super” yangkemudian bisa mengubah apa saja dengankehebatannya.

Dibutuhkan waktu setahap demi setahapuntuk menuju kematangan pribadi sampaisetiap alumni bisa menemukan jatidirinya

dan benar-benar siap terjun ke masyarakat.Artinya, berbagai simulasi yang merekadapatkan di Desa Bahagia, akan segeraditerapkan di kancah sebenarnya —yangternyata sangat berbeda dari bentuk idealyang pernah dibayangkan.

Selaku saudara, sudah selayaknya kakak-kakak yang lebih tua membimbing adik-adiknya dalam mempersiapkan diri menuju”dunia nyata”. Memberikan bekal tentangapa yang harus dituju dan bagaimana caramencapainya, serta memberi koridor di kiridan kanan agar mereka tidak berbelok kejalan yang salah.

Pembinaan itu dapat dilakukan secarapribadi. Namun, akan lebih berdayagunabila dilakukan bersama-sama dalam sebuahwadah alumni yang didirikan dengan niatyang benar-benar tulus untuk kepentinganbersama. Intinya, wadah ini harus bisamenciptakan sebuah komunitas yang berisiorang-orang baik bernama Paskibraka.

Concern atau kepedulian wadah itu punsudah sepantasnya diarahkan untuk mencip-takan alumni-alumni Paskibraka yang baik.Ruang lingkupnya hanya dua, yakni:

1) kepedulian terhadap Pelatihan Paski-braka yang merupakan tempat kelahiransetiap anggota Paskibraka. Pembinaan yangbaik akan melahirkan anggota2 Paskibrakayang baik, sehingga akhirnya dapat menjadikakak yang baik bagi adik-adiknya dantauladan di masyarakatnya.

2) kepedulian pada pembinaan pascalatihan di mana seorang alumni Paskibrakamemulai masa pencarian jatidiri untukmenjadi anggota masyarakat dan komunitassosial yang akan dipilihnya. Peran pembinayang telah berakhir harus diambilalih olehpara senior yang berfungsi memberikanarahan sekaligus menjadi koridor yangmenjaga para junior tetap pada jalurnya.***

Page 9: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 9

Bulletin Paskibraka �78

Pesan-pesan Pembina

IDIK SULAEMAN

HUSEIN MUTAHAR

Karena bendainilah kita

berkumpul diDesaBahagia...

Saling kenal, saling bercerita, saling cintadalam satu rasa: Aku Putera Indonesia.

Meskipun hanya kenangan saat menjadianggota Paskibraka,

Jiwa dan semangatnya terasa abadi danlestari,

Pertahankan terus dan selalu kobar-kobarkanlah jiwa dan semangat itu!

Kebutuhan dunia yang terbesaradalah kebutuhan akanmanusia...

Manusia yang tidak mau dijual,juga tidak mau dibeli.

Manusia yang dalam lubukhatinya ada kebenaran dankejujuran.

Manusia yang tidak takut untukmenyebut dosa dengankebenaran namanya sendiri.

Manusia yang nuraninya teguh terhadapkewajiban seperti patuhnya jarumkompas menunjukkan arah kutub.

Manusia yang tegar membela kebenaranmeski langit runtuh menimpanya.

Namun, watak seperti itu bukanlah sesuatuyang tercipta secara kebetulan.

Bukan kemurahan hati atau imbalan jasadari orang lain.

Watak luhur adalah hasil penataan dandisiplin diri.

Hasil dari sikap merendah terhadapkekuasaan alam.

Hasil pasrah diri untuk mengabdi kepadaTuhan dan sesama manusia denganpenuh rasa kasih sayang...

DHARMINTO SURAPATI BUNDA BUNAKIM

Seorang manusiasemakin lama akansemakin tua. Satu demisatu, kami yang tua-tuaini akan pergi dan takselamanya berada diantara kalian. Janganbiarkan kepergian kamitanpa jejak dan peninggalan.

Jadilah sebuah “Roda Gendheng” yangmampu terus berputar dan memutar roda-roda lainnya meski sumber tenaga awalnyasudah tidak mempunyai kekuatan lagi...

Dalam bekerja, kalianharus selalu menjadi kuli-kuli kencang yang tidakpunya ”wudhel” (pusar).Yaitu orang yang mampubekerja keras dan terusmengabdi untuk kepen-

tingan sesama tanpa mengharapkan pamrihapapun juga.

Jangan mundur dari apa yang diniatkan.Cita-cita harus tercapai bila kalian sudahterlanjur basah.

The show must go on, move forwardand never retreat!

Page 10: Bulletin 78 Oktober 2007

10 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Rumah Kita Sendiri...

Lagu God Bless yang syahdu itu me-ngusik perasaanku. Membuatku ingatzaman dulu sewaktu Paskibraka ma-

sih dibina oleh Direktorat Pembinaan Ge-nerasi Muda (Ditbinmud/PGM), Depdikbud.

Gedung tua di Jalan Merdeka Timur 14—yang tepat di depan Stasiun Gambir— itumemang sederhana. Tetapi ada kekuatanyang memancar, seolah-olah kita ditarikoleh sebuah magnet besar untuk selaludatang dan datang lagi ke sana.

Di gedung eks Departemen Tenaga Kerjadan Transmigrasi (Nakertrans) itulah, seba-nyak 27 angkatan (1967-1994) Paskibrakadilahirkan. Di tempat itu pula berkumpulorang-orang yang tadinya saling tidak kenal,lalu mengikatkan diri layaknya sebuahkeluarga besar.

Begitu melewati pintu, siapa pun yangpernah menjadi alumni pelatihan, terutamaPaskibraka, selalu disambut dengan kera-mahan dan ketulusan. Semua orang, takpeduli Direktur, Kasubdit, staf, bahkan

Hanya bilik bambu, tempat tinggal kitaTanpa hiasan tanpa lukisanBeratap jerami beralaskan tanahNamun semua itu punya kitaMemang semua ini milik kita sendiri ...

Hanya alang-alang pagar rumah kitaTanpa anyelir tanpa melati Hanya bunga bakung tumbuh di halamanNamun semua itu punya kitaMemang semua itu milik kita...

Lebih baik di siniRumah kita sendiriSegala nikmat dan anugerahYang KuasaSemuanya .. ada di siniRumah kita ...

n ”Rumah Kita” oleh God Bless

pesuruh selalu saling bertegur-sapa denganakrab. Purna dianggap sebagai keluargayang datang dari jauh. Diajak ngobrol,diberi minuman, malah kadang dibelikanketoprak sambil dimakan bareng di bawahpohon. Begitu akrab dan nyaman.

Sesama Purna Paskibraka pun —yangkebetulan bertemu di tempat itu— kerapada pelukan penuh kehangatan dan sendagurau. Selalu ada kerinduan dan adapelepas rindu itu di sana.

Tapi itu dulu, saat organisasi PurnaPaskibraka belum menjadi besar sepertisekarang, dan PGM belum pindah keKompleks Depdiknas di Senayan —yanglalu berubah menjadi Direktorat Kepemu-daan. Atau, ketika PGM dibubarkan danmarkas pembinaan Paskibraka dipindahkanke Kantor Menpora.

Kini, PGM Gambir tak ada lagi, Kepemu-daan Senayan pun sudah hilang. Ikutlenyap pula orang-orang yang dulu sangatkita kenal. Dan hilanglah pula jejak-jejakkeakraban itu untuk selamanya.

Bagi Purna Paskibraka yang tidak aktif diorganisasi PPI, mencari tahu tentang Pas-kibraka di Kantor Menpora adalah sebuahpetualangan yang membingungkan. Sesu-dah meninggalkan kartu identitas di mejaresepsionis Kantor Menpora, Anda tidakpernah tahu siapa yang harus ditemui disana.

Saat ingin mencari teman-teman PurnaPaskibraka yang menjadi Pengurus PPI,Anda pun tak pernah tahu kantor atausekretariatnya ada di mana. Adakah alternatiflain?

Coba-cobalah datang ke Sekretriat PPI didaerah, bila Anda pindah domisili. Andaakan bingung ketika ditanya datang daridaerah mana dan apakah membawa suratpindah dari pengurus di daerah asal. Aneh

Page 11: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 11

Bulletin Paskibraka �78

bin ajaib. Mereka selalu menanyakan halitu sesuai peraturan organisasi PPI.

Di Jakarta misalnya, banyak alumni Pas-kibraka tingkat nasional yang kini tinggal,baik sekolah maupun bekerja. Sebagianbesar sudah ada di Jakarta sebelum PPIada, bahkan mungkin sebelum sebagiandari mereka (Pengurus) menjadi anggotaPaskibraka. Dan sampai sekarang merekatidak pernah bergabung dalam PPI.

Saya pun pernah berkali-kali mencobamengunjungi portal www.purnapaskibra-ka.org . Menurut Pengurus PPI, portal itudisebut sebagai ”rumah” bagi Purna yangbelum berkumpul untuk bertemu denganrekan-rekan yang telah terpisah lama.

Tapi ketika ingin melihat data Paskibrakadan angkatannya, saya tidak diberi izinkarena tidak punya NRA (nomor registrasianggota). Itu artinya, portal hanya bisa

dimanfaatkan oleh anggota PPI, tapi bukanuntuk Purna Paskibraka.

Belajar dari pengalaman itu, dan setelahmembandingkannya dengan masa lalu,akhirnya sampailah saya pada keputusanbahwa saya harus mencari keakraban se-sama alumni Paskibraka itu di tempat lain.Sekarang, saya sudah punya PaguyubanPaskibraka 1978 yang berisi teman-temansaya 29 tahun lalu, dan masih tetap menjadi”saudara” saya sampai saat ini.

Saya juga ingin, Paskibraka setiap ang-katan mempunyai rumah kecil seperti sayadan bala 78. Dalam impian saya, rumah-rumah kecil dan sederhana itu nantinyaakan kita deretkan bersama dalam sebuahlingkaran, lalu ikat erat dengan rantaipersaudaraan.

Setiap orang yang ingin datang ke kom-pleks perumahan itu, bahkan ingin tinggal

sekalipun, tak perlu menjaminkan KTP,tak perlu membawa surat pindah dantak perlu punya NRA. Yang pentingmereka pernah berderap bersama un-tuk mengibarkan Sang Saka di halamanIstana Merdeka.

”Lebih baik begini/rumah kita sendiri/segala nikmat dan anugerah YangKuasa/semuanya ada di sini/rumahkita...” (Budiharjo Winarno)

Dari 1978, kami berpisah lalu bertemulagi pada 1994, dan akhirnya membangunrumah sendiri pada 2007.

Page 12: Bulletin 78 Oktober 2007

12 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Memorabilia Paskibraka

Saya adalah seorang alumni Paskibrakatingkat nasional yang sudah puluhantahun tidak pernah berhubungan de-

ngan teman-teman seangkatan saya. Bagisaya, mereka telah hilang meski bayang-bayangnya masih terlihat setiap kali sayamenonton upacara 17 Agustus di layartelevisi.

Jarang ke Jakarta karena saya bekerja didaerah, membuat saya tidak lagi tahubagaimana kabar para pembina. Saya punsudah tidak punya apa-apa lagi yang bisamembangkitkan kenangan itu. Beberapalembar foto yang saya jaga bertahun-tahun,tiba-tiba lenyap begitu kebakaran meng-hanguskan rumah orangtua saya.

Kini, angin membawa saya saya pindahke Jakarta. Kota metropolitan yang dulusaya kenal sangat ramai, kini semakinmeriah dan menjadi kota megapolitan. Ditengah hutan beton yang semakin menjamur,saya menuju Stasiun Gambir. Bukan untuknaik kereta api, tapi mencari DirektoratPGM yang ada di depannya. Hanya itusatu-satunya petunjuk bagi saya untukmencari teman-teman.

Tapi di sana tidak saya temukan siapa-siapa. Tak ada orang yang bisa menjelaskanke mana saya harus bertanya. Lalu sayamencarinya ke Gedung Depdiknas Senayan.Tapi, si sana pun tak ada lagi DirektoratPGM, apalagi orang yang kenal. Ke manasaya harus mencari teman-teman dan pem-bina saya?

***Rasa putus asa seorang alumni Paski-

braka di atas memang hanyalah sebuahpikiran yang berkelebat di kepala saya.Sebuah ilustrasi khayalan yang menempat-kan saya pada posisi itu, bila saya barupindah ke Jakarta sekarang. Tapi suatusaat, kemarin, sekarang, atau suatu saat

nanti, mungkin akan menjadi sebuah ke-nyataan. Terlihat seolah-olah mudah karenaPaskibraka selalu ada di depan mata kitasetiap 17 Agustus. Namun, untuk mencarijejak-jejaknya di Jakarta, apalagi di hari-hari biasa, adalah sebuah petualanganyang melelahkan.

Paskibraka usianya telah mencapai 39tahun, dan akan tepat berusia 40 tahunpada 2008. Ibarat manusia, usia itu sudahcukup matang dalam membangun sebuahkedewasaan. Dan sudah sampai pula wak-tunya untuk berbuat sesuatu yang lebihbermanfaat selayaknya manusia dewasa.

Tapi ternyata, usia sebuah korps —yangdilahirkan dari gagasan mulia menjadikanpemuda sebagai penerus cita-cita Merah-Putih— bukanlah sesuatu yang menentukan.Terlalu sedikit di antara mereka yang mem-punyai hasrat untuk menjadikan korpskebanggaannya sebagai sebuah fondasiyang harus selalu dijaga kekuatannya.Agar setiap bangunan yang berdiri diatasnya bisa tetap kokoh.

Terlalu banyak di antara mereka yanghanya mampu bangga menyebut dirinyaPaskibraka dan menikmati kebanggaan itusebagai simbol tanpa makna. Mereka se-sungguhnya tak pernah berbuat apa pununtuk membuktikan dan mempertahankankebanggaannya. Dan ketika orang bertanyatentang asal mereka, sejarah masa awalkeemasan mereka dan jejak-jejak kebesaranmereka, tak ada seorang pun yang bisamenjawab.

Saya pun lalu berkhayal lagi, seandainyadi Jakarta para alumni Paskibraka mempu-nyai sebuah ”rumah”. Rumah itu dibangunbersama dan menjadi tempat berteduhyang nyaman bagi setiap alumni. Tempatberkumpul dan berbincang, penuh keak-raban dan canda ria.

Page 13: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 13

Bulletin Paskibraka �78

Tempat seseorang bertemu dengan te-man-teman seangkatannya. Tempat kakakbertemu dengan adik-adiknya. Tempat anakdidik bisa bertemu dengan pembinanya.Tempat semua orang bisa bertemudengan saudara-saudaranya.

Lalu, di rumah itu disimpanlahseluruh barang-barang yangpernah menjadi bagian darisejarah Paskibraka. Paraalumni menyumbangkanbarang-barang kenangan saatmenjalani latihan di Jakartadan diletakkan di rumah itusebagai sekumpulan me-morabilia.

Setiap alumni yang sudahberkeluarga bisa datang ke”Rumah Paskibraka” membawaanak-anaknya. Lalu berkatakepada mereka, ”Nak, sepertiinilah dulu seragam yang Bapakpakai sewaktu menjadi Paskibraka.Topi kuning dengan penutuppunggung ini masih tetap dipakaisampai sekarang.”

Pakaian seragam aslisumbangan para alumni —maupunreplika— disusun berderet tahundemi tahun, mulai 1967. Berbagaiatribut, kelengkapan upacara, bahkankalau mungkin bekas tali benderayang dipakai pada setiap 17 Agustus punada di sana.

Di sekretariat Rumah Paskibraka adaarsip-arsip dokumentasi yang berisi dataseluruh alumni Paskibraka. Data itu selaludiperbarui setiap kali alumni berpindahdomisili atau tempat bekerja. Lalu disiarkandan dapat dilihat oleh siapa saja melaluimedia yang terbuka dan dapat diaksesoleh seluruh alumni Paskibraka.

Secara periodik, Rumah Paskibraka me-ngadakan pertemuan yang bertujuan untukmembangkitkan kembali semangat keber-samaan dan rasa cinta tanah air. Pembina

dan orangtua dihadirkan untuk memberikannasihat-nasihat yang menyejukkan danmenggugah perasaan. Menjadi pengobathati yang mungkin sedang gundah diderakerasnya kehidupan. Dan seterusnya... dan

seterusnya...***

Ah, terlalu jauh saya berkhayal.Terlalu muluk harapan yang sayagantungkan pada saat segalasesuatunya masih berupa bi-langan hampa. Belum adaseorang pun yang pernahmencoba. Bahkan, dalamkenyataan, catatan sejarah yangtadinya ada pun kini hilang entahke mana. Terlalu kecil kepeduliankita terhadap sejarah yangmencatatkan asal muasal kita.Tapi, di sudut hati kecil saya,

masih ada sebuah keyakinan bahwaada banyak orang-orang yang merasaseperti saya. Mereka sebenarnyaingin berbuat sesuatu, namun tidaktahu dari mana memulainya. Seringmereka mempercayakan harapan itukepada sekelompok orang yangmereka pikir mampu, tetapi ternyatapilihan mereka salah.

Kini, saya hanya mencoba lebihrajin bercermin diri. Mengamati gurat-gurat di wajah saya yang semakin

hari semakin jelas berubah menjadi lipatan-lipatan kecil. Menghitung lembaran-lembaran rambut saya yang tiap hari kianbanyak berubah warna menjadi putih.

Dalam hati saya hanya berdoa, semogatubuh saya yang semakin tua ini belumterlambat untuk berbuat sesuatu yangberguna buat generasi berikutnya, anak-anak saya dan —kalau mungkin— cucu-cucu saya. Akan saya buat mereka banggabahwa ayah mereka, kakek mereka, dulupernah menjadi seorang anggota Paskibrakadan tetap menjadi Paskibraka sampaiakhir hayatnya.*** (Syaiful Azram)

Page 14: Bulletin 78 Oktober 2007

14 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Paguyuban Paskibraka 1978mengucapkan:

Selamat MelaksanakanMUSYAWARAH NASIONAL V

PURNA PASKIBRAKA INDONESIA (PPI)Di Makassar, 25�28 Oktober 2007.

kepada seluruh peserta yang terdiri daripara Pengurus Pusat dan Pengurus Daerah

Purna Paskibraka Indonesia

Semoga Musyawarah kali ini mampu menghasilkankeputusan-keputusan yang bernas sehingga lebih

bermanfaat bagi seluruh alumni Paskibraka.

UCAPAN SELAMAT

Kami ucapkan kepada:

Pengurus Pusat PPI periode 2003-2007

Atas darma baktinya dalam mengembangkanorganisasi. Semoga seluruh alumni mendapatkan

manfaat dari apa yang telah dikerjakan.

TERIMA KASIH

Page 15: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 15

Bulletin Paskibraka �78

Sebuah Harapan pada PPI

Pada tanggal 25-28 Oktober 2007,Purna Paskibraka Indonesia (PPI)mengadakan perhelatan besar, yakni

Musyawarah Nasional V. Pertemuan empattahunan ini, mengambil tempat di Indone-sia bagian Timur, tepatnya di kota Makassar.

Di usianya yang ke-18 (sejak dikukuhkanberdirinya dalam Munas I di Cipayung,Bogor) PPI diharapkan bisa menjadi orga-nisasi yang lebih matang. Hal yang palingmendasar, tentunya bagimana memposi-sikan PPI menjadi satu-satunya wadahtempat berkumpulnya alumni Paskibraka.

Itu berarti pula bahwa PPI harus bisamenampung aspirasi dari alumni dariseluruh tingkatan dan angkatan. Sejatinya,muncul kesadaran dari seluruh pesertaMunas terhadap belum sempurnanya pe-rangkat yang ada dalam organisasi, terutamaAnggaran Dasar dan Anggaran RumahTangga.

Peraturan dasar organisasi itulah yangseharusnya menjadi concern dalam Munas,karena selalu menjadi hal yang mengganjal.Sejak 1989 sampai 2003, dalam tiga kaliMunas, belum ada perubahan yang berartidalam AD/ART PPI yang membuat dilemadalam wujud organisasi —berbasis massadan daerah atau berbasis alumni— menjadijelas pemecahannya.

Munas, selalu hanya bermuara padapersoalan sepele yakni pergantian Pimpinandan Pengurus. Nuansa Munas hanya dipe-nuhi dengan heboh pengumpulan suarauntuk menuju kursi kepengurusan, bukanuntuk membicarakan masalah-masalahmendasar yang terus berkembang.

Alhasil, Munas selalu berakhir dengantepuk tangan dan sorak kemenangan karenaberhasil terpilih menjadi Pengurus. Setelahitu, Pengurus hanya berkutat pada masalah-masalah rutin kepengurusan. Tak ada satu

kegiatan pun yang menggambarkan kepe-dulian terhadap seluruh alumni —yangsebenarnya menjadi anggota PPI.

Kekecewaan terhadap Pengurus PPI,mungkin tidak terlalu dalam bila di sisi lainPengurus PPI kemudian mampu mengangkatharkat organisasi ini ke ”dunia luar” sehinggagaungnya terdengar di masyarakat. Darisana, akan muncul bargaining yang lebihkuat bagi Pengurus untuk mengajak alumni-alumni yang selama ini belum atau tidakterlibat dalam aktivitas PPI untuk segeraikut urun rembuk.

Dari pengalaman dua Munas sebelumnya,satu hal yang paling bisa dicatat dalamsetiap perubahan AD/ART PPI adalahkeinginan besar dari sekelompok oranguntuk ”memuluskan jalan menuju kursipimpinan”. Pasal-pasal yang dianggal”menjegal” lalu diubah sekenanya, diacak-acak, atau dibuang.

Untuk melegitimasi sebuah hasil kepu-tusan Munas, misalnya, dibentuklah lembagatambahan yang sama sekali tidak jelasfungsi dan wewenangnya. Dalam lembagaitu ditempatkan orang-orang yang dipandangmempunyai pengaruh. Padahal, secara tidakdisadari, nama mereka hanya dicatut se-hingga dapat dijadikan ”bemper” bila padasuatu saat Pengurus dinilai melakukantindakan yang salah.

Untuk itulah, peserta Munas setidaknyaselalu hati-hati dalam pembahasan AD/ART. Jangan sampai membiarkan pasal-pasal yang rancu tetap ada. Atau, meng-amin-kan perubahan pasal yang sebenarnyasudah baik, tapi tetap diubah untuk ke-pentingan pihak tertentu.

Kelak di kemudian hari, catatan Munasakan menjadi bukti ”dosa-dosa” yang pernahdilakukan. Dan, ”dosa” itu akan tetap menjadi”dosa” sampai kapanpun.***

Page 16: Bulletin 78 Oktober 2007

16 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Meski diakui bahwa tak ada yangsempurna dalam peraturan-peraturan sebuah organisasi, pal-

ing tidak ada upaya untuk selalu meninjaudan memperbaikinya agar jalannya organi-sasi menjadi lebih baik di masa yang akandatang.

Hal itu tak terelakkan pula pada PurnaPaskibraka Indonesia (PPI). Sampai saatini, Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tang-ga (AD/ART) dan Peraturan Organisasi(PO) masih belum sempurna. Sayangnya,kurang ada perhatian serius dari anggota-anggota untuk mencermati itu untuk kemu-dian melakukan perubahan-perubahan da-lam Musyawarah Nasional (Munas).

Berikut ini, sejumlah catatan tentang pasal-pasal yang dianggap krusial dan memerlu-kan penyempurnaan:

A. DEWAN PERTIMBANGANORGANISASI

Dalam Bab VI Pasal 12 AD PPI disebutkanadanya sebuah lembaga bernama MajelisTinggi Organisasi (MTO) dan MajelisKehormatan Organisasi (MKO). Namun, apafungsi dan kewenangan kedua lembaga itutidak dijelaskan. Juga, siapa-siapa yangdapat didudukkan dalam kedua lembagaitu sama sekali tidak disebutkan.

Jika hal ini tidak dicantumkan di AD,mestinya ada penjelasan di dalam ART.Kalau pun tidak bisa juga, Pengurus dapatmemaparkannya dalam Peraturan Orga-nisasi. Dengan demikian, siapapun yangnantinya dipilih untuk duduk di MTO atauMKO merupakan orang-orang yang sesuaikriterianya.

Sebaliknya, bagi mereka yang terpilih

duduk di kedua lembaga itu —yang di judulBab disebut sebagai Dewan PertimbanganOrganisasi (DPO)— adanya fungsi dankewenangan akan membantu mereka untukdapat melaksanakan tugas yang diembandengan baik.

B. ORGANISASIDalam Bab VI Pasal 10 AD PPI disebutkan

bahwa organisasi PPI disusun secaravertikal dengan urutan PPI Pusat, Propinsidan Kabupaten/Kota. Mengingat bahwa PPIpada hakekatnya adalah organisasi alumni,dan tingkat partisipasi seluruh alumniPaskibraka masih perlu ditingkatkan lagi,sebaiknya dipikirkan pula adanya bentuk-bentuk ”kepengurusan horisontal” yangmenopang keberadaan ”kepengurusanvertikal”.

Hal ini, dapat disiasati dengan membentuk”unit-unit organisasi atau komisariat yangberbasis angkatan alumni” yang kemudiandihubungkan secara khusus dengan strukturorganisasi. Dengan cara ini, ada gariskoordinasi lain yang dapat ”menyam-bungkan” PPI dengan para alumni Paski-braka di segala tingkatan dan angkatan.Dampak positifnya, PPI akan menjadi lebihterbuka terhadap seluruh alumni dan akandidukung oleh lebih banyak kekuatan ”ber-basis angkatan”.

D. PELINDUNG, PENASEHAT,PEMBINA

Bab VII AD PPI diberi judul PELINDUNG,PEMBINA DAN PENASEHAT. Tadinya, babini berisi tiga pasal, masing-masing tentangPelindung (Mendikbud), Penasehat (DirjenDiklusepora) dan Pembina (Dirbinmud).

Pasal-pasal �Krusial�dalam AD/ART dan PO PPI

Page 17: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 17

Bulletin Paskibraka �78

Namun, setelah menyatakan diri sepenuh-nya sebagai organisasi massa, PPI meng-anggap tak perlu adanya Penasehat danPembina, sehingga hanya dibutuhkanPelindung yakni Presiden RI (di tingkatPusat) dan Gubernur atau Bupati/Walikota(di Daerah).

Dengan kata lain, PPI saat ini memposisi-kan diri hanya sebagai ”mitra sejajar” dariberbagai instansi pemerintah. Menpora jugadiberlakukan sama, karena bukan lagi se-bagai Pembina PPI.

Dengan sikap tegas ini, sebaiknya judulBab VII segera diubah menjadi PELINDUNGsaja dan kata ”PEMBINA DAN PENASEHAT”segera dihapus. Hal ini untuk menghindarikebingungan

E. MUNAS DAN MUNASLUBDalam Bab VI ART dibahas tentang

Munas dan Munaslub. Munas dijabarkandengan jelas dalam Pasal 17, dan diketahuimempunyai 7 (tujuh) wewenang, termasukmengubah AD/ART dan memilih, meng-angkat dan memberhentikan Pengurus.

Sementara itu, Pasal 20 menjelaskantentang Munaslub yang menyebutkan bah-wa Munaslub diadakan karena ada kon-disi-kondisi mendesak yang harus segeradiselesaikan, padahal belum waktunya untukdilaksanakan munas kembali.

Masalahnya, pada pasal 20 tidak dise-butkan bahwa wewenang Munaslub samadengan Munas. Ini menimbulkan penafsiranbahwa Munaslub hanya mempunyai wewe-nang untuk memberhentikan pengurus se-bagaimana disebutkan Bab V Pasal 15.

Kerancuan ini pula yang bisa dimanfaat-kan oleh pihak yang mempunyai kepentingansehingga Munaslub hanya dijadikan alatuntuk ”menjatuhkan” seseorang dari kepe-ngurusan dan tidak berlaku bila ada halmendesak tentang organisasi secara me-nyeluruh.

Untuk itu, perlu dicantumkan butir baru di

Pasal 20 yang menyebutkan bahwa Munas-lub mempunyai wewenang yang samadengan Munas. Bila suatu ketika ada per-soalan organisasi yang sangat mendesak(di luar soal kepengurusan), anggota berhakmengajukan adanya Munaslub. Dan, dalamMunaslub semua persoalan tentang organi-sasi dapat dibahas tuntas tanpa menyalahiperaturan yang berlaku.

F. SUSUNAN PENGURUSDalam ART BAB III Pasal 9 dijelaskan

tentang susunan Pengurus Pusat PPI yangterdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua,Sekjen dan Wakil Sekjen serta BendharaUmum beserta wakilnya dan Departemen-departemen. Komposisi tersebut sepertinyasudah ideal, namun terasa masih kurangsempurna. Hal itu dibuktikan ketika beberapabulan terakhir ini Ketua Umum PPI ternyatatidak dapat menjalankan tugasnya ataunon aktif.

Dalam Peraturan Organisasi (PO) memangdisebutkan bila Ketua Umum non aktifmaka akan dipilih Pejabat Ketua Umumoleh Rapat Pleno Pengurus. Tetapi, tidakdijelaskan siapa yang akan sementaramemimpin organisasi dan berapa jangkawaktu yang dapat ditolerir sebelum terpilihPejabat Ketua Umum.

Dengan struktur seperti sekarang, apakahbisa posisi Ketua Umum PPI yang non aktifsementara waktu digantikan langsungposisinya oleh Sekretaris Jenderal (Sek-jen)?

PO PPI tidak menyebutkan hal itu. DalamPO, Sekjen hanya pemegang kebijakandalam bidang administrasi organisasi. Dalammenjalankan tugas organisasi, Sekjen harusbersama-sama dengan Ketua Umum danbertanggung jawab kepada Ketua Umum.Sekjen tidak bertanggung jawab secaralangsung pada Munas.

PO juga tidak mengatur secara langsungbahwa salah satu Ketua dapat menggan-

Page 18: Bulletin 78 Oktober 2007

18 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

tikan posisi Ketua Umum yang non aktif.Enam orang Ketua yang ada di bawahKetua Umum hanya menjalankan tugaspembinaan organisasi berdasarkan wilayahdan bidang kerja.

Untuk mengantisipasi hal ini, alangkahbaiknya dalam struktur organisasi ditam-bahkan seorang Ketua Harian yang akanmenggantikan posisi Ketua Umum apabilatidak dapat menjalankan tugasnya. Tugasantara Ketua Umum dan Ketua Hariandapat dipisahkan dengan pembagian yangjelas, yakni Ketua Umum mengurusi kegiatankeluar (ekstern) dan ke dalam (intern)bersama Ketua Harian, sedang Ketua Ha-rian hanya bertugas intern organisasi.

Struktur ini sudah pernah dijalankan saatKepengurusan PPI sebagai hasil Munas keII di Lembang Bandung. Dengan StrukturKetua Umum dan Ketua Harian makadalam pemilihan Pengurus mungkin dapatdikombinasikan antara purna yang telahmakan asam garam organisasi dan purnayang masih muda. Dengan demikian, secaratidak langsung akan tercipta pengkaderancalon pemimpin di PPI dalam waktu yanglebih cepat lagi.

G. DOMISILI PENGURUSPada organisasi yang memiliki Pengurus

Pusat, Ketua Umum dan Sekjen yangterpilih biasanya harus berdomisili di Ibukota(Jakarta atau minimal di Jabodetabek). Halini dimaksudkan agar mobilitas koordinasidapat dilakukan dengan baik dan cepat.

Munas II di Lembang telah mengantisipasihal ini dengan mengamanatkan dalamART Bab III Pasal 9 bahwa pengurus teras(Ketua Umum, Ketua Harian, para WakilKetua, Sekum, para wakil Sekretaris,Bendahara dan wakil Bendahara, bahkansampai para Ketua Departemen) diharuskanberdomisili di Ibukota.

Pasal itu kemudian dihapus dalam MunasIV. Dalam Bab III Pasal 11 hanya disebutkan

bahwa Pengurus Pusat PPI adalah anggotabiasa (tanpa harus berdomisili di Ibukota).Akal-akalan itu hanya untuk mengakomoda-sikan seorang calon yang berasal daridaerah.

Sang calon yang berasal dari daerahtersebut akhirnya berhasil naik ke posisipuncak. Namun, dalam pelaksanaannyakemudian banyak tugas yang terabaikansehingga urusan Pengurus Pusat lebihbanyak ditangani oleh Sekjen, termasuksetelah Ketua Umum non aktif.

Tidak adanya persyaratan domisili itujuga membuka peluang pihak-pihak tertentuuntuk menempatkan ”orang-orang daerah”dalam kepengurusan. Tujuannya bukanuntuk menguasai, tapi disengaja agarbanyak pengurus yang tidak aktif secaralangsung sehingga mereka lebih ”leluasauntuk memimpin organisasi” sesuaikeinginan mereka.

Karena itu, sudah saatnya persyaratandomisili itu dicantumkan lagi pada ARTPasal 11 untuk menjaga kelancaran jalannyaorganisasi. Para pengurus terpilih harusmenandatangani pernyataan bersedia pin-dah ke Jakarta sebagai konsekuensinya.

H. KESANGGUPAN PENGURUSUntuk kelancaran tugas-tugas kepengu-

rusan di semua tingkatan, Peraturan Orga-nisasi tentang Struktur Organisasi PPI (Per-sonalia Pengurus Pusat dan Daerah) perlupula mencantumkan persyaratan tambahanbagi Pengurus terpilih. Para personaliaPengurus wajib menyatakan kesediaan un-tuk duduk dalam kepengurusan. Hal inipenting untuk menjaga kekompakan agarkinerja pengurus dapat berjalan denganbaik.

Untuk itu, sebelum ditunjuk untuk mendu-duki jabatan tertentu, seseorang haruslebih dulu dihubungi dan dimintakan ke-sanggupannya secara tertulis. Bila bersedia,tentu mereka akan benar-benar mempunyai

Page 19: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 19

Bulletin Paskibraka �78

komitmen dalam mencurahkan waktu danperhatiannya untuk organisasi.

Persyaratan ini juga dapat menghindariadanya usaha ”asal tunjuk” dari sekelompokorang dalam kepengurusan yang tujuannyasengaja untuk membiarkan agar suatujabatan ”terbengkalai” sehingga dapat diam-bilalih secara halus untuk kepentingantertentu. Atau sengaja mendudukkan orangyang dapat dipengaruhi sehingga dapatmemuluskan upaya-upaya tertentu.

I. STRUKTUR ORGANISASIDalam suatu organisasi maka tugas dan

kewenangan setiap jabatan harus tertulisdengan jelas dan tegas. Semua pengurusdan anggota harus menempatkan tugasdan kewenangannya sesuai yang digariskanagar tidak terjadi tumpang tindih dankesemrawutan dalam melaksanakan tugas.

Organisasi PPI disusun vertikal dariPengurus Tingkat Pusat, Tingkat Daerah

Menyiapkan suatu wadah organisasitentu ada tujuan yang ingin dicapai.

Termasuk juga Asosiasi Pembina Pas-kibraka Indonesia (APPI) yang didirikantahun 2006. Wadah ini menghimpunpara alumni peserta latihan PembinaPaskibraka yang diadakan KementerianNegara Pemuda dan Olah raga.

Pelatihan sendiri ditujukan bagi Pem-bina Paskibraka dari 33 propinsi yangdilatih di Cibubur. Seusai mengikutipelatihan, seorang peserta secara oto-matis menjadi anggota APPI. Pembinatersebut kemudian kembali daerah ma-sing-masing dan akan memberikan bekal

bagi adik-adik calon Paskibraka.Dalam aktivitasnya, APPI menjadi

jembatan antara pengurus Paskibrakadi propinsi dengan pihak Kemenegpora.Lewat dukungan APPI, diharapkan ki-nerja Paskibraka bisa lebih baik terutamadalam hal pemantauan keuangan.

Tidak jarang ada Gubernur —yangbertanggung jawab terhadap APBD—tidak mau membantu Paskibraka. Di sinianggota APPI berperan menghubungiPengurus APPI di pusat. APPI lalu meng-hubungi Menpora yang akan menyam-paikan ke Presiden. Presidenlah yangkemudian menegur Gubernur tersebut.***

Propinsi dan Tingkat Daerah Kabupaten/Kota. Dalam struktur organisasi, harus jelastergambar jalur instruksi dan jalur koordinasiagar alur komunikasi dapat berjalan denganbaik.

Dalam buku Panduan Organisasi, hanyatercantum gambar struktur kepengurusanPengurus Pusat PPI yang menggambarkanhubungan antar personalia pengurus. Seba-iknya, PO juga mencantumkan gambarstruktur organisasi yang menggambarkanhubungan PPI Pusat dan Daerah. Denganstruktur jelas dari semua tingkatan makaakan memudahkan dalam berkoordinasi.

Perlu pula ditambahkan, gambar strukturkepengurusan PPI di tingkat daerah baikpropinsi maupun kabupaten/kota. Denganpersonalia yang berbeda (di daerah lebihsederhana), tentu struktur kepengurusannyajuga berbeda. Ini dianggap perlu untukmemberikan bekal kepada pengurus daerahagar dapat menjalankan fungsinya.***

(Budiharjo Winarno)

Mengenal Asosiasi PembinaPaskibraka Indonesia

Page 20: Bulletin 78 Oktober 2007

20 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Tadinya, teman-teman di Paguyubantidak terlalu ambil pusing denganberbagai tanggapan dan ucapan

miring dari segelintir Purna Paskibrakatentang ”pilihan” Paskibraka 1978 untukmencari cara aktualisasi diri. ”Biarkan me-reka mau ngomong apa, toh kenyataannyaangkatan 78 bisa melakukan sesuatu yanglebih berguna untuk sesama Paskibraka,”begitulah pikir kami.

Namun, telinga ini menjadi sedikit terusikketika tudingan itu langsung menohok sebu-lan yang lalu. Ketika itu kami diundang olehKak Trisno ke kantornya, karena Dwi PutrantoSulaksono (Paskibraka 1982 utusan Jatim)ingin menjelaskan visi dan misinya tentangPPI. Konon, dia bermaksud untuk majudalam pemilihan Ketua Umum PPI di MunasV, Makassar.

Kami tidak mempersoalkan keinginannyaAnto maju dalam pemilihan. Yang membuattelinga gatal adalah ucapan yang munculdari Borkat Parlindungan (Paskibraka 1988,utusan Jabar), salah satu pengurus PPIJabar, yang hadir di sana sebagai pendu-kung Anto. Dia menuding bahwa selama iniPaskibraka 1978 tidak mengakui PengurusPusat PPI.

Sebenarnya kami siap berdebat soal itu.Tapi pikir-pikir, untuk apa berdebat denganorang yang pengetahuannya ternyata sangatdangkal tentang organisasi Purna Paski-braka. ”Kasihan sekali dia...”komentar teman-teman 78ketika ucapan Borkat itu dice-ritakan. ”Dia bisa menudingseperti itu, padahal anak-

anak 78 sudah menjadi Pengurus PPI disejumlah daerah sebelum dirinya menjadiPaskibraka!”

***Menunjukkan bahwa 78 sangat concern

dengan PPI sebenarnya seperti mengulang-ulang cerita lama. Sedikit membosankan,karena menurut kami cerita itu ibarat menun-jukkan sikap ”pamer” berlebihan. Yang jelas,sejak akhir 70-an dan awal 80-an, Paski-braka 78 selalu ada di belakang organisasiPurna Paskibraka.

Budi Winarno, sepulang dari Paskibrakatahun 1978 adalah orang yang ikut membe-sarkan Purna Eka Paskibraka (PEP) DIYogyakarta. Syaiful Azram (Opul) sejak1982 sudah menjadi Sekum PCMI Sumut,lalu Ketua Umum PCMI Sumut (1984-1987)dan Ketua PPI Sumut (1987-1989). Tahun1985, ia mewakili Sumatera bagian utaradalam Lokakarya Pembinaan Purna Pro-gram Binmud di Cisarua yang melahirkanPPI setelah dipisahkan dari PCMI.

Mahruzal adalah pengurus PCMI di Acehpada tahun 80-an, dan Ketua Umum PPIAceh pada 1989-1993. Sementara SonnyJwarson adalah peserta Munas I di Cipa-yung yang menghasilkan AD/ART PPI danPengurus Pusat dengan Ketua Umum AdiNugroho (Paskibraka 1976, utusan DKIJaya).

Budi, Opul dan Sonny menjadi Steeering

Legalitas dan Pengakuan

Purna Paskibraka dalam LokakaryaBinmud 1985: Di sana ada Syaiful

(1978), Moch.Wardiyanto (1975),Bambang Baskoro (1979) dan A.

Rachmadi (1981)

Page 21: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 21

Bulletin Paskibraka �78

Committee yang mempersiapkan Munas IIdi Lembang, Bandung 1995. Budi dan Opulberhasil menyiapkan draft baru AD/ARTPPI dengan modal draft AD/ART PPI hasilMunas I yang sangat sederhana dan di-lengkapi dengan AD/ART PEP Yogya danPPI Sumut plus organisasi lainnya.

Melalui Munas II itu pulalah, 4 orangPaskibraka 1978 masuk ke jajaran PengurusPusat PPI, masing-masing Syaiful (Sekum),Chelly Urai (Wakil Sekretaris), Budi (WakilBendahara) dan Sonny (Ketua Departemen).

Namun, Budi mengundurkan diri sebagaiWakil Bendhara karena memilih aktif diluarorganisasi (baca buletin Paskibraka 78edisi Juni 2007). Syaiful kemudian non aktifmulai akhir 1995 karena pindah tugas keBali, setelah sebelumnya ikut mempersiap-kan Sarasehan Purna Paskibraka tahun1995 menuntaskan tugas mempersiapkanPeraturan Organisasi (PO).

AD/ART Munas II itulah yang sampaisekarang dipakai dengan perubahan disana-sini dalam dua Munas berikutnya.Sedangkan PO garapan Pengurus Pusathasil Munas II juga tetap dipakai oleh duaPengurus berikutnya sampai sekarang.

Karena seluruh perangkat organisasi PPIdihasilkan dari keputusan Munas danPaskibraka 1978 ikut andil didalamnya,bagaimana mungkin Paskibraka 1978 tidakmengakui PPI? Bukankah setiap PurnaPaskibraka berhak menjadi anggota PPIdan Pengurus PPI di semua tingkatandipilih secara sah sesuai AD/ART?

Sejak dulu, bahkan sampai sekarang,Paskibraka 1978 sangat sadar denganpentingnya PPI sebagai satu-satunya wadahPurna Paskibraka. Informasi sekecil apapunyang kami peroleh dan dianggap pentingoleh PPI, pasti akan segera disampaikankepada Pengurus, karena kami tidak mem-punyai wewenang untuk mengurusinya.

Apabila Paskibraka 1978 sering menulisartikel yang berhubungan dengan Paski-braka atau PPI, semua itu adalah wujud

nyata dukungan dan kepedulian. Seingat-nya, belum pernah ada tulisan-tulisan yangisinya negatif dan menjelek-jelekkan pihaktertentu.

Jika Paskibraka 78 berinisiatif membangunbrotherhood antar sesama teman seang-katan, hal itu wajar-wajar saja sebagaikelanjutan dari latihan. Bila ada angkatanlain yang tertarik dan ikut melakukan halyang sama, rasanya pantas karena merekamenilai apa yang kami lakukan adalah halyang positif.

Sampai saat ini, tidak ada akses langsungke PPI dan Munas yang dapat dilakukanoleh alumni Paskibraka manapun —baiksendiri-sendiri atau angkatan— tanpamelalui jalur Pengurus Daerah. Karena itu,segala bentuk dukungan untuk menujuMunas, pun seharusnya dikerahkan melaluidaerah sesuai mekanisme organisasi. Lalu,apalah arti Paskibraka 1978 dalam sebuahsistem organisasi PPI yang begitu besar.

Jadi masalahnya sekarang adalah, bilaPPI ingin dipedulikan oleh semua PurnaPaskibraka, maka PPI juga harus lebih dulupeduli pada seluruh Purna. Dari hubungantimbal balik itulah akan muncul kebersama-an, dan tidak ada lagi yang merasa tersisih.

(Chelly Urai)

Steering CommitteMunas II: Budi (1978)dan Elly (1976). LaluAdi Nughroho (1976),Othnel (1976), Sonny

(1978) dan alm SyahrirIlyas (Kasubdit

Pembinaan OrganisasiPemuda)

Page 22: Bulletin 78 Oktober 2007

22 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

�Saya Bukan Petualang�

Ini hanyalah nostalgia. Sebuah ceritamasa lalu, ketika saya masih ikut-ikutan aktif dalam kegiatan organisasi

Purna Paskibraka di daerah asal saya,Sumatera Utara. Saya mulai aktif sejak1980, ketika saya kuliah di Medan danKepala Bidang Binmud-nya sudah diganti-kan oleh drg Zainal Arifin.

Dua tahun saya ”ngambek” (1978-1979)karena dua hal. Pertama, saya masih seko-lah SMA di Binjai, dan kedua, saya masihmarah-marahan dengan Kabid Binmudsebelumnya (Bon Sinulingga) akibat terlam-bat pulang dari Jakarta seusai latihanPaskibraka.

Di bawah bimbingan Kak Zainal, kegiatanPurna di Medan lumayan aktif. Mula-mulatanpa wadah organisasi, namun kemudiandibentuklah PCMI Sumut sebagai perwu-judan dari SK Dirjen Diklusepora. Dalamorganisasi ini dihimpunlah para alumniprogram Binmud, termasuk Paskibraka danpertukaran pemuda dengan luar negeri.

Dengan dukungan dana proyek yangdisalurkan dari pusat, kegiatan PCMI Sumutpun bergulir. Tidak terlalu besar, tapi cukuplahdana itu untuk mengadakan sebuah kegiatanbesar sekali setiap tahun. Dengan sedikitpengiritan dan akal-akalan, sebagian danaitu kami sisihkan untuk kegiatan operasionalorganisasi.

Apakah karena tidak punya prospeksecara pribadi, atau memang karena PCMISumut bukalah organisasi yang gemuksecara finansial, selalu terjadi kesulitanpada saat Musda. Bukan soal penyeleng-garaannya, tapi tak pernah ada yang meng-ajukan diri untuk menjadi calon ketua.

Untung tahun 1981 masih ada yangberminat jadi Ketua Umum, yakni SantunTobing dari alumni Kapal Pemuda ASEAN,sehingga saya hanya kebagian jadi

Sekretaris Umum. Namun, ketika Musdalagi tahun 1984, saya ketiban pulung men-jadi Ketua PCMI Sumut karena semuayang ditunjuk menolak.

Setiap tahun, saya harus memimpin ang-gota untuk membantu Binmud dalam me-nyaring calon-calon anggota Paskibrakayang akan dikirim ke Jakarta. Tapi jugamemilih calon-calon peserta pertukaranpemuda, sampai-sampai saya sendiri tidaksempat mengikuti salah satu program itu.(Lihat Saras, dia sempat ikut pertukaranpemuda Indonesia-Australia 1985).

Itulah sebenarnya fenomena organisasialumni Paskibraka di daerah pada zamandulu. Tak pernah ada ambisi untuk merebutjabatan di kepengurusan, karena yangharus dilakukan organisasi hanyalah peng-abdian —tanpa pamrih tentunya. Tak adaiming-iming akan mendapatkan uang darijabatan itu, yang ada malah selalu kebo-bolan. Tak ada target yang ingin dicapaidengan duduk di kepengurusan, karenasaya kebetulan tak suka politik —apalagipolticking.

Dasar kamso, ketika sikap dan kebiasaanyang sama saya pakai begitu masuk keJakarta pada tahun 1990, ternyata sayasalah aplikasi. Di Jakarta, jabatan seorangKetua di organisasi bergengsi ternyatapunya magnitude besar untuk menggerekseseorang sampai ke puncak. Karena itu,tak apa-apa mereka menginvestasikan uanglebih dulu, karena akan mendapatkan yanglebih besar kemudian.

Itulah sebabnya, ketika tahun 1995 sayaterseret arus Munas II PPI di Lembang danakhirnya terjerembab ke jajaran PengurusPusat, saya merasa selalu ada yang salahdengan diri saya. Dari saya selalu diharap-kan sesuatu yang lebih, padahal saat itusaya belum punya banyak dari apa yang

Page 23: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 23

Bulletin Paskibraka �78

gangan akan dibiarkan kelaparan danmati perlahan-lahan.

Lebih parah lagi, bila organisasi hanyadijadikan ”batu loncatan” untuk menjang-kau posisi tertentu. Para anggota hanyaakan menjadi ”injakan” para petualanguntuk meloncat, tak peduli apakah yangdiinjak itu badan atau kepala.

Organisasi yang ”gemuk” secara finan-sial karena ditopang oleh sumber danatetap dari pihak tertentu, cenderung hanyamenjadi sapi perahan para petualang.Karena dana tidak berasal dari anggota,maka tingkat akuntabilitasnya sangatrendah.

Anggota pun biasanya tidak pedulidikemanakan dana itu walaupun sebe-narnya punya hak untuk bertanya danmendapat manfaat. Dalam kondisi itulahpara petualang dengan bebas bisa me-ngeruk keuntungan.***

O rganisasi yang dilahirkan bukandari kesadaran anggotanya sendi-ri, hanya cenderung menjadi tem-

pat berkiprah para oportunis dan pe-tualang.

Organisasi yang mempunyai potensidalam image atau ”nama besar”, biasa-nya hanya akan menjadi ”tumpangan”bagi para petualang untuk sampai ditujuan. Selama menumpang, merekaseolah peduli, bahkan tetap membayarongkos sebagaimana para penumpanglain. Sesampainya di tujuan, di akanmelompat tanpa mengucapkan selamattinggal, apalagi terima kasih.

Organisasi yang mempunyai potensibesar dalam massa, cenderung menjadi”tunggangan” bagi para petualang untukmencapai tujuannya. Selagi diperguna-kan, tunggangan akan dirawat denganbaik. Tapi begitu sampai di tujuan, tung-

saya kerjakan di Jakarta.Untunglah, akhirnya ada panggilan tugas

yang mengharuskan saya meninggalkanJakarta sehingga tidak lagi bisa aktif dalamkepengurusan. Namun, sebelum pergi sayatelah berusaha keras memenuhi kewajibansaya sebagai seorang pengurus, walaupunselalu ada perasaan ”bahwa apa yangsaya kerjakan selalu dianggap tidak beres”.Benar atau tidak, wallahu ’alam.

Karena pengalaman itulah, dan setelahsepuluh tahun lebih kemudian mencermatijurus para petualang yang gemar menjadi”kutu loncat” di tingkat nasional, terutama dikancah politik, saya merasa benar-benarjera. Saya pun akhirnya paham, bahwasaya tidak dilahirkan untuk menjadi seorangpetualang. Karena itu, jangan ikut-ikutanbermain dalam lingkaran petualangan.

Saya lebih memilih bersatu dengan o-

rang-orang yang sederhana dan peduliterhadap sesama. Saling memberi denganketerbatasan yang ada, dan merasa bahagiadengan apa yang telah diberikan Al KhalikSang Pencipta.

Saya belajar dari orang bijak dan agama,bahwa sebagai manusia kita dilahirkansama: tidak punya apa-apa. Nanti pun, saatkembali kepada-Nya, kita tidak membawaapa-apa kecuali tiga: (1) harta yang disum-bangkan untuk kepentingan orang banyak,(2) ilmu yang bermanfaat untuk orang lain,(3) generasi/keturunan yang baik, yangselalu mendoakan orangtuanya.

Saya bersyukur karena dengan apa yangsaya miliki sekarang, saya dapat menjadi-kan diri saya bermanfaat bagi orang lain.Itulah hakikat hidup, bahwa manusia yangbaik adalah manusia yang berguna bagisesamanya.*** (Syaiful Azram)

Organisasi dan Petualang

Page 24: Bulletin 78 Oktober 2007

24 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Pemimpin adalah CerminanAnggotanya

Memilih seorang pemimpin harus dengancermat dan hati-hati serta berdasarkan

hati nurani. Mengapa?Karena, anggota organisasi yang cerdas

tidak mungkin memilih pemimpin yangbodoh, anggota yang bersih tidak mungkinmemilih pemimpin yang korup. Sebaliknya,anggota yang malas dan tidak ingin ber-kembang pasti akan memilih pemimpinyang malas juga.

Dengan kata lain, seorang pemimpin —yang dipilih oleh anggotanya— sebenarnyaadalah cerminan dari anggotanya sendiri.Anggota harus berani bertanggung jawabatas pilihannya dan menanggung risikomoral dengan pilihannya sendiri.

Jadi, kunci utama dalam memilih pemimpinsebuah organisasi adalah: seluruh anggotayang berhak memilih tidak menggadaikanhak suaranya secara asal-asalan.

Pilihan harus benar-benar selektif, tidakterbuai dengan tebar pesona program kerjamenjulang ke langit, atau termakan janjiakan adanya fasilitas mewah. Padahal, dibalik itu ada maksud-maksud terselubungyang hanya akan memanfaatkan potensiorganisasi untuk agenda tertentu.

Waktu akan membuktikan apakah seorangpemimpin itu benar-benar ikhlas dalammengemban amanat dari anggota, atausebaliknya. Namun, sejak awal setidaknyaanggota dapat membedakan model-modelpemimpin yang baik dan tidak baik.

Ada sejumlah ciri pemimpin yang buruk,antara lain yang adigang adigung adiguno(sok berkuasa, sok benar dan sok maumenang sendiri), suka mengandalkan materidan kekuasaan, suka melecehkan ataumemanfaatkan orang lain, sombong dan

tidak mempunyai etika, atau suka memen-tingkan dirinya dan kelompoknya sendiri.

Sekali pilihan jatuh, yang menikmatinyaadalah anggota sendiri. Pilihan terbaikadalah menjatuhkan pilihan pada calonpemimpin yang mempunyai kriteria ganda,yakni mampu secara visi-misi dan finansialuntuk menjalankan program, tapi jugamempunyai ciri-ciri pemimpin yang baikyakni jujur, rendah hati, beretika, adil danmengedepankan selalu hati nurani.***

Filosofi Pohon Pisang

Sebatang pohon pisang kadang tidakbegitu indah dipandang, akan tetapi

semua bagian tubuhnya dapat bermanfaatbagi manusia. Dari sebuah tunas lamakelamaan tumbuh sebuah batang yangkuat dan siap untuk berbuah. Mulai saat itubagian-bagian tubuhnya mulai dimanfaatkanoleh manusia.

Daunnya diambil untuk membungkus ma-kanan. Di daun itu juga ulat-ulat tumbuhdan berkembang, berubah bentuk menjadikepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu yang indah. Pohon pisang tidak pernahmengeluh atas segala perlakuan yangditerima, dia ihklas dan bahagia karenadirinya bermanfaat bagi makhluk lain.

Setelah cukup dewasa, jantungnya mulaimerekah dan muncullah buah-buah kecildan hijau. Ketika buah-buahnya mulaimembesar, jantung itu diambil manusiauntuk dibuat sayuran. Kadang, daunnyamasih juga diambil oleh manusia, tetapi diarela dan tetap memelihara buah-buahnyamenjadi besar, lalu matang menguning dansiap dipanen.

Setelah buahnya diambil maka berakhir-lah masa hidup sebatang pohon pisang,karena pisang memang tidak pernah bisaberbuah dua kali. Batang pisang lalu

SERBA-SERBI ORGANISASI

Page 25: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 25

Bulletin Paskibraka �78

ditebang, kadang dipakai untuk pementasanwayang, atau alas memandikan jenazah.Batang ditebang untuk memberi kesempatankepada tunas-tunas baru agar bisa tumbuhdan menggantikannya memberikan buahyang enak bagi manusia. Batang yangsudah dipotong akhirnya membusuk danmenjadi pupuk bagi tunas-tunas baru yangmulai tumbuh.

Itulah ceritera tentang sebatang pohonpisang. Dia hanya bisa hidup dan berbuahsekali tetapi buah yang dihasilkan rasanyamanis dan beraroma wangi. Setelah itu, diarela mati untuk digantikan oleh tunas-tunasmuda yang lain.

Alangkah eloknya kalau filosofi pohonpisang itu ada dalam sanubari para pe-ngurus Purna Paskibraka Indonesia. Disaat memegang amanah dengan dipilihuntuk duduk dalam kepengurusan makamereka berusaha menghasilkan buah karyayang manis dan harum serta dapat dinikmatioleh semua Purna Paskibraka maupunorang lain.

Setelah satu periode, mereka tidakmemaksakan diri untuk terus duduk dalamkepengurusan, akan tetapi dengan relamemberikan kesempatan dan mendorongtunas-tunas muda lainnya untuk tumbuhdan berkembang serta memberikan buahkarya yang baik pula nantinya.

Sejatinya, kita tidak pantas memaksakandiri untuk duduk dalam kepengurusansebuah organisasi sampai dua periode,bahkan ada yang lebih. Tuhan telah meng-ajarkan kepada kita tentang suatu polaregenerasi yang sesuai dengan kodratalam. Kalau kita tidak bisa mengambilhikmahnya, maka kita harus malu padasebatang pohon pisang.***

Beri Kesempatan padayang Muda

Agar organisasi Purna Paskibraka di disetiap tingkat dapat menjalankan regenerasi

dan kaderisasi dengan baik, sudah sewa-jarnya Purna Paskibraka yang sudah dudukdalam kepengurusan sampai dua atau tigaperiode berpikiran lebih dewasa.

Mereka harus berjiwa besar, dan lilolegowo (sukarela) untuk menyerahkanestafet kepemimpinan kepada anggota yanglain. Biarlah adik-adik yang masih segardan energinya masih besar menggantikankita, agar kinerja organisasi bila lebihlincah di masa mendatang.

Leader formal sebaiknya segera diesta-fetkan agar organisasi berkembang lebihdinamis sesuai dengan perkembanganwaktu. PPI dilahirkan sebagai organisasipengabdian. Karena itu, PPI bukan organi-sasi yang pantas untuk tempat mencarinilai (point) guna kenaikan pangkat, atausarana untuk mengisi waktu luang karenatidak ada kegiatan.

Teman-teman yang sudah terlau lamaduduk dalam kepengurusan sudah waktu-nya untuk rela berbagi kesempatan kepadayang muda. Cukuplah kita tut wuri handar-beni dengan memberikan dukungan kepadaadik-adik agar lebih berkembang dalammengisi pembangunan.

Generasi muda Purna Paskibraka saatini adalah generasi yang mempunyai dayamampu untuk berkembang cepat. Apabilaada Purna yang berusia lebih dari cukup —tetapi belum pernah menjadi pengurus—kemudian dipilih dalam kepengurusan yangbaru, maka sebaiknya dikombinasikan de-ngan generasi baru yang lebih lincah danbersemangat.

Marilah kita bersama-sama berbenah diriagar roda organisasi pengabdian PurnaPaskibraka semakin bermakna kiprahnyadi tengah arus globalisasi sekarang ini.Jangan sampai kita mengikuti arus gom-balisasi diri dan tut wuri hanjegali (sukamenjegal) perkembangan organisasi dengantetap ngotot ingin menjadi pengurus seumurhidup. Selamat melakukan regenerasi!

(Budiharjo Winarno)

Page 26: Bulletin 78 Oktober 2007

26 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Oleh: Haidee AR Vigeleyn Nikijuluw(Paskibraka 1983, Utusan Maluku)

_______________________________________

Kenangan itu 20 tahun telah berlalu.Tetapi masih segar dalam ingatankuketika mendapat kepercayaan

menjalani latihan Paskibraka bersamapemuda pilihan dari 27 provinsi dan tinggalbersama-sama di Cibubur, dalam sebuah”Desa Bahagia”. Kesejukan udara di sekitarasrama masih terasa mengelus kulitku. Bauharum bunga-bunga di halaman asramamasih tercium oleh hidungku. Semuanyasangat dekat, dan rasanya baru kemarinaku tinggalkan.

Suatu perasaan bangga yang tidak dapatdilukiskan dengan kata-kata tatkala berlatihdan bersama-sama untuk mengemban tugasmulia, mengibarkan dan menurunkan SangSaka Merah Putih. Meskipun menjalanihidup selama 1 bulan bersama teman-teman dengan perilaku dan budaya yangberaneka ragam, rasa kebersamaan selalusetia terpatri dan berakar kuat dalam hatisanubari kami.

Di usia yang masih muda, lalu berpisahdengan orangtua dalam jangka waktu yanglama, tentu tidak mudah. Apalagi dalamlatihan tidak ada dalam kamus sifat malasdan segala sifat manja yang terkadangmasih menjadi bawaan sebagai seoranganak. Shock pada hari pertama? Tentu saja.Home Sick? Apalagi itu! Rasanya kepinginpulang saja.

Untung, sekian rasa itu tidak mengu-rungkan niatku untuk tetap menjalani masa-masa penuh berkah itu dengan sabar.Sekali masuk kawah Candradimuka, akuharus lulus ujian dan keluar dengan ilmukepaskibrakaan untuk bekal menjalanikehidupan. Kata itu selalu terdengar kalaukami mulai agak loyo karena kecapeanatau kepanasan.

Kadang-kadang timbul pertanyaan: Kokbisa kami bertahan dengan kondisi sepertiitu dan mau menjalani hal-hal yang terasaberat? Jawabannya ternyata sederhana.Karena ada PEMBINA-PEMBINA yang de-ngan setia memberikan dorongan semangatLUAR BIASA.

Masih segar dalam ingatanku ketika adadi antara kami yang sedih karena dibentakPelatih, ada yang jatuh karena kelelahan,ada yang kehausan karena kepanasanatau ada yang bingung karena belum bisamenghitung tarikan tali atau berbagaimasalah lainnya. Para Pembina kami KakDharminto, Kak Bedjo, Bunda Bunakim,Kak Idik dan Bunda Fatimah dengan setiamenemani, memompa semangat tiada henti.Mendorong kami untuk terus maju, jugatidak lupa mengasihi kami dengan penuhcinta.

Akupun pernah mengalami saat yg tidakmenyenangkan tatkala kakiku keseleo dandidera rasa sakit yang luar biasa, padahalhari itu harus latihan menaiki tangga Istanayang telah terpasang karpet tebal. Perasaanpesimis akan diganti teman yang lain

20 Tahun Berlalu

Album KenanganRubrik ini disediakan bagi Purna Paskibraka Nasional untuk menuliskan

kenangannya sewaktu mengikuti latihan Paskibraka di Jakarta.

Page 27: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 27

Bulletin Paskibraka �78

menyelimuti hatiku mengingat kondisi kakikuyang sakit. Tetapi Bunda Bunakim denganpenuh perhatian terus memberikansemangat. Aku tidak akan pernah lupakata-kata Beliau, ”Ayo Heidi, kalau kamutidak mau posisimu digantikan, hilangkanrasa sakitmu, berdiri dan berjalanlah, jangansia-siakan perjuangan ini”.

Entah dari mana kekuatan yang akudapat, semangatku kembali berkobar, tanpamengindahkan rasa sakit aku langsungberdiri dan berjalan seperti tidak pernahmerasakan rasa sakit yang aku rasakansebelumnya. Bahkan Kak Dharminto sampaimemanggil dokter untuk memeriksa kondisikakiku. Dan yang lebih mengharukan lagi,Kak Bedjo dengan tingkahnya yang lucumenyanyi supaya aku bisa melupakan rasasakitku.

Masih banyak lagi kisah-kisahyang tidak akan pernah akulupakan, dan aku yakin teman-teman pasti memiliki kisah-kisah indah tentang parapembina yang akan selaludikenang.

Seiring waktu meskipun tidakbertemu dan berkomunikasi akusering mendengar cerita tentangmereka melalui adik-adik yangmendapat kesempatan menjadiPaskibraka tingkat Nasional.Tanpa terasa berbagai beritakehilangan aku terima, satupersatu orang-orang terkasihtelah berpulang ke haribaan-NYA tanpa aku sempat melihatwajah-wajah mereka. Airmatapun tidak akan pernah cukupmembalas budi baik merekayang TERKASIH.

Namun, aku bersyukur padaTuhan bahwa pada tanggal 7September 2007, bertepatandengan selesainya TrainingKepemimpinan yang diadakan

PP PPI dan Menpora di Tangerang, akumasih diperkenankan menatap wajahterakhir Kak Dharminto di rumahnya.

Di samping jenazah beliau, dalamkeharuan aku hanya bisa berdoa. Dantanpa terasa air mataku mengalir saatmelihat wajah yang teduh penuhkepasrahan menghadap Ilahi. Tiada katayang terucap, dan hatiku hanya dapatberkata: Selamat jalan Pembina-ku danGuru-ku. Amanat-mu akan selalu terpatridalam sanubariku, dan kumohon restumuagar aku dapat menularkannya kepadaadik-adik Paskibraka di Ambon.”

(Terima kasih buat Kak Budi yang telahmemberikan inspirasi dan dorongan dalampenulisan ini. Tuhan Memberkati.)

Ambon, 24 September 2007

Izziah Hasan > [email protected] atau [email protected] Jwarson > [email protected] Insamodra > [email protected] > [email protected] Sudradjat > [email protected] Mulyadi > [email protected] Saddewo > [email protected] djo Winarno > [email protected] Rauf > [email protected] Rahayu > [email protected] Saraswati > [email protected] Restuwanti > [email protected] Sutrisno > [email protected]

Alamat e-Mail Paskibraka 1978

Anda alumni Paskibraka dan ingin bergabungdalam milis? Silakan registrasi ke:

[email protected]

Page 28: Bulletin 78 Oktober 2007

28 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Paskibraka 1978 dalam Kenangan

Pelesiran hari Mingguke Lubang Buaya

Lalu ke Taman Mini

Foto-foto ini sengaja tidak diberiketerangan, maksudnya agar kalianpunya tugas untuk mengingat-ingatlagi satu demi satu teman-teman kita.Lihatlah gaya mereka yang hebat danmodis.Jangan salah lho, kalian tidak perlumalu atau ketinggalan zaman karenaternyata celana �cutbray� kaliansekarang kembali ngetrend...

Di awal Agustus 1978

Page 29: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 29

Bulletin Paskibraka �78

Teruslah Membina�Kakak-kakak 78 yang kami hormati,

Terima kasih atas kiriman BULETIN 78Edisi AGUSTUS 2007. Bersama ini jugakami mengucapkan turut berbela sungkawayang sedalam-dalamnya untuk kepergianKak Dharminto.

Walaupun kami belum sempat ketemusecara langsung, kami sudah mengenalperjuangan dan karya bakti Kak Dharsemasa mengabdi untuk bangsa dannegara ini, terutama untuk penerus cita-citaperjuangan bangsa. Semoga Beliau-beliaumendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya, Amin...

Lewat BULETIN ini juga kami jadi semakincinta akan PASKIBRAKA. Semoga Pembina-pembina kami (termasuk yang ada dalamBULETIN semuanya) semakin sabar dalammembina kami untuk dapat menghidupkanPASKIBRAKA di pelosok Kalimantan.

Kami tahu, tidak mudah untuk mem-bangkitkan kembali Semangat GenerasiMuda yang pernah dikukuhkan menjadiPaskibraka di seluruh Tanah Air. Lalu meng-ajak mereka bersatu padu dalam men-cerminkan Gagahnya Burung Garuda danLemah Lembutnya Kibaran Sang MerahPutih saat diterpa angin. Banyak hambatanyang terus menghadang, butuh pengor-banan dan jiwa besar untuk menangkalnya.

Kami yang ada di daerah (dalam lingkupkecil) untuk menyatukan dan menjalankanroda organisasi PURNA PASKIBRAKA IN-DONESIA selalu kewalahan, apalagi Ilmupengetahuan tentang PASKIBRAKA yangpernah kami terima masih sangat dangkal.Untuk itu kami sangat berterima kasih atasbimbingannya selama ini dan pengetahuanyang telah diberikan kepada kami dan tidakkami dapatkan dari tempat lain.

Semoga perjuangan para Pembina yangtelah mendahului kita selalu tertanam dijiwa Senior dan Kakak-kakak kami sertaditularkan kepada adik-adik Paskibraka.

Paskibraka ............. JAYASiapa Kita ............. INDONESIA

Slamet Subagyo

Paskibraka Kab. Kutai Timur 2001Kalimantan Timur

Mereka Bicara...Rubrik ini disediakan bagi siapa sajayang ingin menyampaikan isi hatinya

untuk membangun Paskibraka.

Dengan usaha yang cukup rumit danmemakan waktu begitu lama, akhir-

nya Paguyuban Paskibraka 1978 berhasilmengumpulkan data nama-nama alumniPaskibraka yang pernah mengibarkanBendera Pusaka di halaman Istana Mer-deka mulai tahun 1967 sampai 2007.

Data tersebut kini mulai kami rapikandan akan dilengkapi lebih lanjut dengandata pribadi para alumni, setahap demisetahap. Untuk itu, dalam setiap perjum-

paan dengan alumni angkatan berapa-pun, data tersebut akan kami perlihatkanuntuk bisa diperbaiki bila ada kesalahandalam penulisan nama.

Dengan penuh rasa syukur, kami meng-ucapkan terima kasih kepada para alumniPaskibraka yang bersedia memberikanbiodatanya untuk kami masukkan dalam”Buku Besar Paskibraka”. Semoga datatersebut bermanfaat untuk kita semua dimasa datang.***

Data Nama Paskibraka telah Lengkap

Page 30: Bulletin 78 Oktober 2007

30 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Mengintip E-mail Paskibraka �78

Soal Nama Julukan

Cerita ini asalnya dari mengintip emailantara Saras, Sonny dan Izziah.Mereka bertiga memang tergolong

aktif saling berkirim pesan di dunia maya,selain Budi. Setiap hari, ada saja pesanatau ”surat” yang mereka kirimkan satusama lain, walaupun sangat jarang bertemumuka.

Belum lama ini, mereka saling berkirimpesan. Seperti biasa, Saras selalu me-manggil Izziah dengan julukannya diasrama Paskibraka dulu, yaitu Poh. ”Entekupanggil Poh, kalau nggak gitu rasanyakoq nggak afdol (rasanya nih, serasa makannasi nggak pakai kuah, seret gitu!),” tulisSaras.

Walau siaran ulangan, Izziah lalu menje-laskan bahwa sebutan Poh adalah pem-berian Kak Bedjo ketika dirinya danMahruzal telat masuk asrama Paskibraka1978. Poh artinya ”jam” dan kata itulahyang berulangkali mereka ucapkan untukmenceritakan mengapa mereka terlambatsampai di Jakarta (naik pesawat dari Acehvia Medan).

Saraspun lalu menceritakan pengalaman-nya pada Izziah soal nama julukan, beginibunyinya:

Gue punya cerita nih Poh. Di masa sayaSD (tahun 67-72 an di Kompleks ALRISurabaya), saya punya seorang teman laki-laki (ketahuan ya, dari dulu teman2 sayalaki-laki semua, jarang deh yg perempuan,paling2 yg perempuan itu dari Paskibraka,Pertukaran Pemuda, teman kantor, ygmemang mau nggak mau menjadi teman -masa i ya sih, Paskibraka laki-laki semua,enggak kan?).

Nah, balik ke teman kecil, kami sukabalapan naik pohon jambu dersono (pohonjambunya ada 2, tegak lurus, hampir samatinggi, enak dipanjat. Sedangkan jambunyasendiri besar-besar, manis dan banyakairnya). Yang juara manjat adalah yg duluansampai di ujung (sudah kita beri tanda pita,yg duluan ambil pita dan menjatuhkannyake tanah, artinya yg menang).

Singkat cerita, saya ini nggak pernahsecepat teman laki-laki saya itu. Jadi untukmenebus kekalahan, dgn curangnya sayaakan teriak-teriak... ”Hoiii.. .ono munyukmunggah wit jambu (hei..ada monyet naikpohon jambu!!!) Alhasil, mulai saat itu, diakami panggil munyuk (artinya monyet).

Naaah singkat cerita.... di bulan Agustus2007 yl, saya ada event balapan di kenjeran,Park Circuit, Surabaya. Ternyata, siMunyuk ini selalu memonitor seluruhkegiatan saya via majalah Otomotif. Saatbalapan belum dimulai (hari Jum’at), tiba2Panitia mengumumkan bahwa di luar trackada yg mencari saya (saat itu saya masihterheran-heran, kalau Panitia, pasti tahuposisi saya di track di sebelah mana,karena posisi menentukan jabatan, ataukebalikannyalah).

Begitu saya tahu siapa yg mencari saya,kemudian kami ketemu muka, yg terucapdari mulut saya adalah adalah ”Eeehh...Nyuk. Kangen aku, piye khabarmu?” Pada-hal (ini yg saya nggak tahu, karena ditempat balapan biasanya penuh denganorang, penonton, panitia), dibelakangnya siMunyuk itu ada istri, anak, cucu sertamenantunya!

Saat dia ke sirkuit, sebetulnya mau

Page 31: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 31

Bulletin Paskibraka �78

mengenalkan bahwa dia sudah punyaanak, mantu dan cucu. Jadi Poh, ente bisabayangin nggak bahwa saya sangatlahmalu memanggil namanya masih dng kata‘Nyuk’. Bahkan, sampai detik akhirpertemuan Jum’at itu, saya masih tidakingat namanya.

Akhirnya dengan keberanian yg luarbiasa dan dengan rasa penuh dosa, sayamohon ma’af menanyakan nama aslinya,Tapi dia malah mengatakan sesuatu yangtak pernah saya duga. ”Dek Wati, biarkannama munyuk itu melekat di hatimu, karenadengan demikian, kamu akan selalu ingatsaya!” ujarnya.

Adduuuuhhhh... saya menangis betul saatitu. Airmata saya keluar, ingat bahwa sayabegitu dosa padanya. Setelah dia pergi,saya interlokal Ibu saya di Jakarta,menanyakan nama aslinya si Munyuk itu,dan Ibu saya menjawab, ”Ooo.. itu. Ayahnyakan ketua RW kita dulu saat di Surabaya,Pak Hartono, nama anaknya Djoko”.

Syahdan, Mas Djoko Hartono sekarangini adalah seorang pengusaha ekspor-impor besi ke Korea, China dan Viet-nam serta salah satu pengusaha yg mema-sok besi ke Krakatu Steel). Wooww... diamemang bener-bener kaya raya pokok-nya sekarang (hiks hiks hiks...seneng, nyeselkenapa dulu nggak jadi suamiku ya?)

Akhirnya, malam itu si Munyuk ‘beneran’ngajak dinner berdua saja (candle light lahpokoke) dan mengenang masa lalu kami,sambil tentu saja menengok bekas rumahkami dulu di Tanjung Perak. Pohon jambuitu sudah tidak ada lagi, tapi kenangan danpanggilan kami melekat satu sama lain.

Mas Djoko ingat betul panggilan sayasaat kecil, namun dia begitu sopannya,tidak ingin mengucapkannya walaukami hanya berdua di mobil. Maka, ketikadia menurunkan saya di Hotel GrandTunjungan tempat saya menginap, kamiberpamitan dengan janji gombal akanbertemu lagi someday.

Dan, sambil melambaikan tangannyakeluar dari kaca jendela Jaguar merah hati, sambil berteriak melambaikan tangan MasDjoko mengatakan ”Daaaag... Preman!!! Ha... ha... ha... what a wonderful night!! ”

Akhirnya, Izziah dan siapa pun yangmengintip cerita, kini tahu bahwa Sarasdijuluki Preman oleh temannya si Munyuk.Untung saja temannya masih ingat namaSaras yang sebenarnya, sehinggamemanggilnya dengan Dek Wati, ketikaberada di depan istri, anak dan menantunya.

Sonny yang juga punya nama julukan diantara teman-temannya yang lain, sempatmembuat Saras dan Izziah bingung. Soalnya,kadang ia muncul dengan nama Inos,kadang Zegy, lalu Papa. ”Lho Son, awakmuganti nama lagi to? Selamat ya! Jadi Zegyskrg? Waduh, jenang (bubur) merah putihnyamana?” ledek Saras.

”Zegy itu nama di lingkungan AMC Malang.Gitu lho,”jawab Sonny.

Surat-suratan yang membahas tentangnama julukan itu berakhir dengan pujianIzziah atas cerita Saras yang sangatsentimentil dan lucu. Izziah lalu mencerita-kan sesuatu yang mengingatkan bahwadirinya dan Saras ternyata selalu dekat.

”Minggu lalu, aku main ke rumah orangtuaku. Di satu ruangan, mamaku menyimpanbarang-barangku. Apa saja yang diatemukan, selalu disimpan di ruang itu.Kamu tahu apa yang aku temukan?”

”Mataku tiba-tiba tertuju pada sepasangboneka keramik berpakaian Jawa yangkepalanya geleng-geleng (goyang) di sudutlemari. Di bagian bokong kedua boneka itutertulis ’Kenang-kenangan dari Saras 78’.Aihh... ternyata gue juga masih punya hartapeninggalan dari lu Saras.. Thanks ya..!”

Izziah dan Saras lalu mengakhiri kangen-kangenan mereka kali ini... Dan yakinlah,besok akan ada cerita lainnya yang lebihmenarik dari Saras. Kita tunggu saja.***

Page 32: Bulletin 78 Oktober 2007

32 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Mahruzal MY (Aceh): Jl. Sultan Alaidin Johan-syah No.5 (Wartel Singgah Mata), Desa NeusuAceh, Kec. Baiturrahman, Banda Aceh. HP.0811683848.Izziah (Aceh): Jl. Jend. Sudirman 41A, GeuceuIniem, Banda Aceh. HP. 08126988678.Syaiful Azram (Sumut): Pondok Tirta MandalaBlok E4 No. 1, Depok 16415. Telp. 021-8741953.HP. 08161834318.Aida Sumarni Batubara (Sumut): Jl. Bajak2H, Komp. ITM No. 114H, Medan Amplas,Medan. HP. 081361482269.Masril Syarif (Sumbar): Jl. Berlian 78B, PadangBesi, Lubuk Kilangan, Kota Padang. Telp. (Rmh)0751-202842, (Ktr) 0751-202113. HP:08126766053.Azmiyati Aziz (Sumbar): Jl. Adinegoro Km 14,Komp. Kharismatama Permai Blok G no. 9 bt.Kabung Ganting, Padang. Telp. HP.081374912469(Alm) Auzar Hasfat (Riau): Jl. Tasykurun 44Pekanbaru.Muhammad Iqbal (Jambi): Jalan Kapodang8 No.132 Kotabaru, Jambi. Telp. 0741-42636.HP. 08127860498.Sambusir (Sumsel): Bumi Satria Kencana, Jl.Saddewa Raya Blok 43 No.6/29, Bekasi 17144.Telp. 021-8845215. HP.08568586045.Tatiana Shinta Insamodra (Lampung): Jl.Mesjid No. 88 Kemang, RT 01/07, Jatiwaringin,Pondok Gede, Bekasi 17411. Telp. 021-8464430. HP. 085691909089.Amir Mansur (Jakarta): Jalan S. Brantas RT07/01 No. 235 Cilincing, Jakarta Utara 14130.Telp. 021-4407865. HP. 08159073987.Saraswati (Jakarta): PT Nugra Santana,Wisma Nugra Santana Lt.3 J. Jendral SudirmanKav.7–8 Jakar ta 10220. Telp. (K) 021-5704893/5/7, Fax. 021-5702040. HP.

Mereka yang Telah Ditemukan...

0811997659.Yadi Mulyadi (Jabar): Jalan Raya WarungJaud No.14 RT 03 RW XI Kaligandu Selatan,Serang 42151. Telp.0254-208301.HP.08129078369.Arita Patriana Sudradjat (Jabar): Jl. MandarXIV Blok DD3 No.1, Bintaro Jaya Sektor 3A,Tangerang 15225. Telp. 021-7359763. HP.0816933910.Budihar djo Winarno (Yogya): Gema PesonaBlok AM/7 Depok 16412. Telp. 021-77822421.HP. 0818866130.Endang Rahayu Tapan (Yogya): Jl. JlagranNo. 115 Yogyakarta. Telp. 0274-583063.Budi Saddewo (Jateng): Jl. PangandaranRaya 53, Bumi Bekasi Baru 1 Utara, Bekasi17115. Telp. 021-8217863. HP.08127116960.Sonny Jwarson (Jatim): Pondok SuryaMandala Blok G1 No.14 Jakamulya, Bekasi17146. Telp. 021-8213430. HP.0818416650.Rahmaniyah Y usuf (Jateng): Jalan Sri RejekiII No.17 Semarang 51040. Telp. 024-7607724.HP. 081325036035.I Gde Amithaba (Bali): Jalan Palem Hijau 3No.19, Taman Beverly Lippo Cikarang 17550.Telp.021-89908203. HP. 0816972827.Oka Saraswati (Bali):Jl.Seruni No.4C,Denpasar. Telp. 0361-226130. HP. 0816572742.Wendalinus Nahak (NTT): Jl. Soekarno-HattaNo.7 Atambua. Telp. 0389-22297. HP:085239461488.Maskayangan (NTB): Jl. Panji Tilar Negara 118Mataram. Telp. 0370-634343. HP. 0817367185.Syarbaini (Kalbar): Jl. Kom. Laut Yos Sudarso,Perumnas II Gg Matan II No.18, RT 03/XXXIIIPontianak 78113. Telp.0561-770270. HP.08125789688.Chelly Urai Sri Ranau (Kalbar): Antilop MajuJatibening I, Jl. Merapi 116, Bekasi 17412. Telp.

INFO ALAMAT PASKIBRAKA 1978

Page 33: Bulletin 78 Oktober 2007

Edisi Oktober 2007 33

Bulletin Paskibraka �78

Suhartini (Riau): Jl. Pembangunan 2 SelatPanjang,Ellyawaty Hasanah (Jambi): Jl. Merdeka 43Kuala Tungkal.Nilawati (Sumsel): Jl. Yos Sudarso, RT V No.5, Telaga Jawa, Lubuk Linggau.Iskandar Rama (Bengkulu): Jl. MH. Thamrin32 Curup.Ernawati (Bengkulu): Jl.Dwi Tunggal 30 Curup.Akrom Faisal (Lampung): Kampung Baru,Tanjung KarangSalamah Wahyu (Jateng): ---------Mahzur (NTB): --------Trice De Bora Bria (NTT): Kp. Tanah Merah,Atambua.

Mereka Harus Dicari...

021-8471948. HP. 08561068417.Fridhany (Kalteng): Jl. HM Arsyad XXXVI BlokD No.7 Sampit. Telp. 0351-22256.Herdeman (Kalteng): Jl. C. Bangas G. DikariNo.1 Palangkaraya 73111.Rahmawaty Siddik (Kaltim): (R) Jl. Maduning-rat Gg Family RT XX No. 39 Kampung Melayu,Tenggarong. (K) Dispenda Tk II Kutai, Jl. Jend.Sudirman Tenggarong, Kaltim.Nunung Restuwanti (Kalsel): Jl. KampungBaru RT XV/74 Murung Pudak, Tabalong 71571.Telp. 0526-2021275. HP 08125111421Redhany Gaffurie (Kalsel): Jl. SutoyoSiswomiharjo, Gg.20 Komplek Purnasakti JalurU/8 RT 40 Banjarmasin 70245. HP.081348162999.

Daniel P akasi (Sulut): Jl.KS Tubun No.6(Belakang Harapan Motor), Calaca, Manado.Telp/HP. 0431-3327366.Sinyo Mokodompit (Sulteng): Jl. Magamu 99AToli-Toli, Telp. 0453-23090. HP. 085241176666.M. Ilham Radjoeni Rauf (Sultra): Jalan SedapMalam No. 31, Taman Yasmin Bogor 16310.Telp. 0251-315534. HP.081310559578.Halidja Husein (Maluku): Kompleks DitjenPerla Blok B/14 Kramat Jaya, Jakarta 10560.Telp. 021-4415269. HP. 08161645571.Johny Ronsumbe (Irja): Kompleks SD InpresKomba. PO BOX 292 Sentani Jayapura. HP.085254136057.Welly Tigtigweria (Irja): d/a Rindam 7 Trikora,Ifar Gunung, Jayapura.

Frederick Bid Lie Pang (Kaltim): Asrama DonBosco, Jl. Sudirman 59 Samarinda.Deetje Saroinsong (Sulut): Jl. Dua Mei, Teling,Manado.Diyah Palupi (Sulteng): Mess BayangkaraNo.2 Toli-toli.Sri Diana Saptawati (Sultra): Komp. SukarajaI WPA E5 Lanud Husein Sastranegara,Bandung.

Ridwan (Sulsel): Jl. Andi Mallombasang,Sungguminasa.Hafsah Dahlan (Sulsel): Jl. Baji Minasa 17HJaneponto.Patty Nehemia (Maluku): Kudamati SK 29No.40 Ambon.

Idik Sulaeman : Jalan Budaya (KemanggisanIlir 5B) No.2 Jakarta Barat 11480. Telp. 021-5480217. HP. 08161413465.Slamet Rahardjo : Jl. Pulau Belitung 3/99,Perumnas III, Bumi Setia Mekar, Bekasi Timur17111. Telp. 021-8814475. HP.081310090903Marsda (Purn) Sutrisno : Bukit Kencana 3,Blok AV 8 Jati Rahayu, Pondok Gede,

Bekasi 17414. Telp. 021-84993658. HP.08129901973.Mayjen TNI Albert Inkiriwang : Jl. Mesjid I/8Pejompongan, Jakarta Pusat 10210. Telp. 021-5706340.Brigjen (Pol) Drs. Jusuf Mucharam : JalanDadali II No. 2 Bogor Telp. 021-7250878. HP.0811111066.

Pembina & Danpas

Page 34: Bulletin 78 Oktober 2007

34 Edisi Oktober 2007

Bulletin Paskibraka �78

Turut Berdukacita

Buletin Paskibraka 1978 edisiAgustus 2007 (Selamat Jalan KakDharminto) telah dikirimkan ke seluruhPurna Paskibraka 1978 sesuai alamatyang tercantum dalam buletin. Namun,beberapa di antaranya kembali keJakarta, yakni sebagai berikut:

1. Iskandar Rama , Curup (Bengkulu)2. Nilawati, Lubuk Linggau (Sumsel)3. Ellyawati Hasanah , Kuala Tungkal

(Jambi)

Semuanya termasuk dalam kategori”Mereka Harus Dicari”. Mohon kepadateman-teman yang terdekat untuk bisamembantu mencari mereka, siapa tahumereka sudah pindah ke alamat lain.

Dengan upaya keras, kami di Paguyubanmencoba menerbitkan buletin ini dengankemampuan terbatas. Agar penerbitannyalanggeng, mohon agar teman-teman dapatmembantu sebisanya. Tak perlu harus besar,berapa pun nilainya akan sangat berartibagi kebersamaan kita.

Untuk sementara, titipkan bantuan direkening berikut, dan jangan lupa kirimpemberitahuannya melalui SMS.

No. Rek. 765 0283 222Budiharjo Winarno

BCA KCP Depok Asri

Laporan Keuangan:Saldo : 380.000 Keluar : 489,350Masuk : 0

Sub Total : 380.000 489.350

BERAT SAMA DIPIKULSURAT YANG KEMBALI

Paguyuban Paskibraka 1978 dengan ini menyatakan turut berdukacitaatas wafatnya:

Ibu Hj Ratia Suheda binti Ondang SubandinaIbunda Arita Patriana Sudradjat – Paskibraka 1978 (Utusan Jabar)

24 September 2007, pada usia 69 tahun, di Bandung

Ibu Budi UtomoIbunda Moh. Iskak Budi Latihantoro – Paskibraka 1974 (Utusan DIY)

12 September 2007 di Yogyakarta.

Lili SusiatiPaskibraka 1984 (Utusan Bengkulu)

12 September 2007 di Bengkulu

Piet Hein WaimuriPaskibraka 1974 (Utusan Irian Jaya)

06 Oktober 2007 di Papua