penerapan pendidikan inklusi di sd jolosutro.pdf

21
PENERAPAN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR JOLOSUTRO Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan Inklusi Semester VII Dosen Pengampu: Dra. Yohana Sumiyati, M.Pd. Disusun oleh: Heriyanto (10 015 052) Adib Nur Widioko (10 015 053) Ahmad Taofik Hidayatullah (10 015 073) Yuni Rahman Kurniasari (10 015 082) PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA 2013

Upload: heri-junior

Post on 21-Oct-2015

703 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

PENERAPAN PENDIDIKAN INKLUSI

DI SEKOLAH DASAR JOLOSUTRO

Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Kelompok

Mata Kuliah Pendidikan Inklusi

Semester VII

Dosen Pengampu: Dra. Yohana Sumiyati, M.Pd.

Disusun oleh:

Heriyanto (10 015 052)

Adib Nur Widioko (10 015 053)

Ahmad Taofik Hidayatullah (10 015 073)

Yuni Rahman Kurniasari (10 015 082)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

KATA PENGANTAR

Salam dan bahagia,

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya. Sehingga,

tulisan ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusun juga mengucapkan terima kasih

kepada Ibu Dra. Yohana Sumiyati, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan dalam

penyelesaian tulisan ini. Tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada

pihak SD Jolosutro yang banyak membantu memberikan informasi yang dibutuhkan

dalam penyusunan tulisan ini.

Di dalam penulisan ini akan disajikan tentang pengertian ABK, klasifikasi

ABK, pengertian Pendidikan Inklusi, dan implementasi Pendidikan Inklusi. Selain

itu, akan disampaikan laporan hasil wawancara dan observasi penerapan Pendidikan

Inklusi di SD Jolosutro.

Harapan penyusun, semoga tulisan ini dapat memberikan tambahan

pengetahuan atau memberikan tambahan pemahaman bagi para pembaca. Mohon

maaf apabila di dalam tulisan ini masih ada beberapa kesalahan. Oleh karena itu,

kritik dan saran dari pembaca akan diterima dengan senang hati demi perbaikan

tulisan-tulisan berikutnya agar lebih baik lagi.

Salam.

Yogyakarta, 11 November 2013

Hormat kami,

Penyusun

ii

Page 3: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................i KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II. KAJIAN TEORI ....................................................................................... 3

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ........................................... 3

B. Klasifikasi ABK ........................................................................................... 3

C. Pengertian Pendidikan Inklusi........................................................................ 6

D. Implementasi Pendidikan Inklusi ................................................................. 7

BAB III. LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA PENERAPAN

PENDIDIKAN INLKUSI DI SD JOLOSUTRO ........................................ 8

A. Profil Sekolah Dasar Jolosutro..................................................................... 8

B. Laporan Observasi dan Wawancara Penerapan Pendidikan Inklusi di SD

Jolosutro ................................................................................................... 9

BAB IV. PENUTUP .............................................................................................. 14

A. Kesimpulan ................................................................................................. 14

B. Saran ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16

iii

Page 4: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penderita Tuna Grahita ............................................................................ 12

Gambar 2. Penderita Slow Learner ............................................................................ 13

iv

Page 5: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

1

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari observasi yang telah dilakukan oleh penulis ternyata di SD Jolosutro

terdapat 35 siswa ABK (anak berkebutuhan khusus). Jumlah tersebut rata-rata

mengalami beberapa hambatan pada kategori tuna grahita, slow learner, dan

kesulitan belajar. Meskipun ada beberapa kategori lain yang dialami oleh siswa

tersebut. Dengan adanya kenyataan tersebut, tentu layanan pendidikan Inklusi bagi

siswa ABK memang sangat diperlukan. Agar semua peserta didik mendapatkan

layanan pendidikan tanpa memandang keadaan fisik maupun psikologisnya.

Hal itu sesuai dengan Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 5 yang telah mengamanatkan bahwa warga negara yang

memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak

memperoleh pendidikan khusus. Sehingga, pendidikan bukan untuk peserta didik

yang normal saja. Akan tetapi, semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan

pendidikan yang layak. Senada dengan amanat tesebut, Rovanita Rama (2011:75)

mengatakan bahwa pelaksanaan Pendidikan Inklusi ini dilandasi keyakinan bahwa

semua orang adalah bagian yang berharga dalam kebersamaan masyarakat, apapun

perbedaan mereka.

Namun demikian, keberadaan sekolah penyelenggara Pendidikan Inklusi perlu

disiapkan dengan matang oleh lembaga-lembaga yang bersangkutan. Sebagaimana

yang telah disampaikan oleh Sukinah (2010:41) bahwa keberhasilan Pendidikan

Inklusi sangat dipengaruhi oleh siap atau belumnya lembaga penyelenggara.

Ketidaksiapan sebuah lembaga akan mempengaruhi kualitas pelayanan Pendidikan

Inklusi. Kualitas penerapan Pendidikan Inklusi sangat berkaitan erat dengan sistem

manajemen Pendidikan Inklusi yang dijalankan di sekolah tersebut. Oleh karena itu,

1

Page 6: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

2

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

dalam tulisan ini akan dibahas mengenai implementasi Pendidikan Inklusi di SD

Jolosutro.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat dituliskan beberapa rumusan masalah

sebagai berikut.

1. Apa pengertian dan klasifikasi ABK?

2. Apa pengertian Pendidikan Inklusi?

3. Bagimana implementasi Pendidikan Inklusi?

4. Bagaimana penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro?

5. Bagaimana ABK yang ada di SD Jolosutro?

C. Tujuan Penulisan

Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian dan klasifikasi ABK.

2. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Inklusi.

3. Untuk mengetahui implementasi Pendidikan Inklusi.

4. Untuk mengetahui penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.

5. Untuk mengetahui ABK yang ada di SD Jolosutro.

Page 7: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

3

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Menurut Zaenal Alimin (dalam Zulkifli sidiq, 2009:2), ABK dapat diartikan

sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuiakan dengan

hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. Senada

dengan pernyataan di atas, Yulia Suharlina & Hidayat (2010:5) mengungkapkan

bahwa ABK adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum

atau rata-rata anak seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu

yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Sementara menurut Heward (dalam

Yulia Suharlina & Hidayat, 2010:5), ABK adalah anak dengan karakteristik khusus

yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada

ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian ABK adalah

anak yang memiliki hambatan khusus. Sehingga, perlu penanganan khusus dalam

menempuh pendidikan.

B. Klasifikasi ABK

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan

Penyelenggaraan Pendidikan telah dicantumkan beberapa klasifikasi ABK, di

antaranya sebagai berikut.

1. Tuna netra

2. Tuna rungu

3. Tuna wicara

4. Tuna grahita

5. Tuna daksa

3

Page 8: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

4

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

6. Tuna laras

7. Kesulitan belajar

8. Lamban belajar

9. Anak autis

10. Memiliki gangguan motorik;

11. Menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat

adiktif lain; dan

12. Memiliki kelainan lain/ tuna ganda.

Sedangkan berikut ini adalah kutipan dari tulisan Yulia Suharlina & Hidayat

(2010:20) yang menjelaskan beberapa klasifikasi ABK.

1. Tuna netra adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan

menyeluruh atau sebagian, walaupun mereka telah diberi pertolongan alat

bantu khusus mereka masih tetap harus mendapat pendidikan khusus. Ada

dua kategori yang tergolong sebagai kehilangan kemampuan penglihatan

yaitu:

a. Low vision, yaitu orang yang mengalami kesulitan untuk

menyelesaikan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan penglihatan,

namun dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan menggunakan

strategi pendukung penglihatan, melihat dari dekat, penggunaan alat-

alat bantu dan juga modifikasi lingkungan sekitar.

b. Kebutaan, yaitu orang yang kehilangan kemampuan penglihatan atau

hanya memiliki kemampuan untuk mengetahui adanya cahaya atau

tidak. Penyebab terjadinya kehilangan kemampuan penglihatan adalah

karena adanya permasalahan pada struktur atau fungsi dari mata.

2. Tuna rungu, yaitu keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh

tingkatan ringan, sedang, berat dan sangat berat yang akan

mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Ketunarungunan

ini dapat digolongkan dalam kurang dengar atau tuli. Gangguan

pendengaran merupakan gangguan yang menghambat proses informasi

Page 9: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

5

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

bahasa melalui pendengaran dengan maupun tanpa alat pengeras, bersifat

permanen maupun sementara yang mengganggu proses pembelajaran

anak. Penyebab gangguan pendengaran terbagi dalam dua kategori, yaitu:

1) Faktor genetik. Pengaruh genetik dapat menyebabkan cacat tulang

telinga bagian tengah, sehingga mengakibatkan berkurangnya

pendengaran. 2) Faktor lingkungan/pengalaman. Lingkungan yang

mempengaruhi pendengaran biasanya berupa serangan penyakit, misalnya

campak, radang telinga, pemakaian obat-obatan, trauma suara terlalu

keras.

3. Tuna grahita, yaitu kondisi kelainan/keterbelakangan mental, (retardasi

mental) atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu yang

disebabkan oleh fungsi-fungsi kognitif yang sangat lemah. Adakalanya

cacat mental dibarengi dengan cacat fisik sehingga disebut cacat ganda.

Misalnya, cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan

keterbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga yang disertai

dengan gangguan pendengaran. Adanya cacat lain selain cacat intelegensi

inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita yakni cacat

ganda.

4. Tuna daksa, yaitu gangguan fisik yang berkaitan dengan tulang, otot,

sendi dan sistem persarafan, sehingga memerlukan pelayanan khusus.

5. Anak berbakat, yaitu anak yang memiliki kemampuan yang di atas rata-

rata, memiliki komitment tinggi terhadap tugasnya dan kreatif.

6. Tuna wicara, yaitu gangguan yang mengacu pada gangguan komunikasi

seperti gagap, gangguan artikulasi, gangguan bahasa, atau gangguan suara

yang berdampak pada hasil pembelajaran seorang anak.

7. Anak berkesulitan belajar, yaitu anak yang mengalami kesulitan belajar

karena ada gangguan persepsi. Ada tiga bentuk kesulitan belajar anak,

di antaranya kesulitan di bidang matematika atau berhitung (diskalkulia),

kesulitan membaca (disleksia), kesulitan berbahasa (disphasia), dan

kesulitan menulis (disgraphia). Anak kesulitan belajar juga kesulitan

Page 10: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

6

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

orientasi ruang dan arah, misalnya sulit membedakan kiri-kanan, atas-

bawah. Tanda-tanda disleksia antara lain, tidak lancar atau ragu-ragu

dalam membaca, membaca tanpa irama (monoton), dan kesulitan

mengeja. Tanda-tanda disgraphia, misalnya, tulisan sangat jelek, terbalik-

balik, dan sering menghilangkan atau malah menambah huruf.

Sedangkan, tanda-tanda diskalkulia, misalnya kesulitan memahami

simbol matematika.

8. Anak autis, yaitu anak yang mengalami gangguan perkembangan yang

diwujudkan dalam hambatan komunikasi verbal dan non verbal, masalah

pada interaksi sosial, gerakan yang berulang, sangat terganggu dengan

perubahan dari suatu rutinitas, memberikan respon yang yang tidak

sesuai terhadap rangsangan sensoris.

C. Pengertian Pendidikan Inklusi

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan

Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi

Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa pada pasal 1 menetapkan bahwa pendidikan

inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan

kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan

dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu

lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Lebih lanjut, Sukinah (2010:40) menjelaskan bahwa Pendidikan Inklusi merupakan

implementasi pendidikan yang berwawasan multicultural yang dapat membantu

peserta didik mengerti, menerima, serta menghargai orang lain yang berbeda suku,

budaya, nilai, kepribadian, dan keberfungsian fisik dan psikologis. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang

diselenggarakan bagi peserta didik normal maupun peserta didik yang menyandang

hambatan untuk belajar secara bersama-sama.

Page 11: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

7

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

D. Implementasi Pendidikan Inklusi

Sukinah (2010:43) mengungkapkan bahwa dalam manajemen strategi

Pendidikan Inklusi paling sedikit mencakup tiga aspek, yaitu perencanaan, penerapan,

dan pengawasan. Pada aspek perencanaan, di antaranya meliputi pengembangan visi,

misi, dan tujuan sekolah yang disesuaikan dengan keadaan sekolah dan lingkungan

sekitar. Dalam implementasi/ penerapan Pendidikan Inklusi, Sunaryo (2009:7) lebih

lanjut menyampaikan bahwa dalam proses pembelajaran sebaiknya perencanaan

pembelajaran hendaknya dibuat berdasar hasil asesmen dan dibuat bersama antara

guru kelas dan guru pendamping khusus (GPK) dalam bentuk program pembelajaran

individual. Berikutnya, pada pelaksanaan pembelajaran lebih mengutamakan metode

pembelajaran kooperatif dan partisipatif, memberi kesempatan yang sama dengan

siswa lain, menjadi tanggung jawab bersama dan dilaksanakan secara kolaborasi

antara GPK dan guru kelas, serta dengan menggunakan media, sumber daya dan

lingkungan yang beragam sesuai kebutuhan ABK. Selanjut Sunaryo (2009:7)

menambahkan bahwa pada tahap evaluasi perlu penyesuaian cara, waktu dan isi

kurikulum, mengacu kepada hasil asesmen, serta mempertimbangkan penggunaan

Penilaian Acuan Norma. Pelaksanaan evaluasi sebaiknya secara fleksibel,

multimetode dan berkelanjutan. Selain itu, guru harus secara rutin

mengkomunikasikan hasilnya kepada orang tua.

Page 12: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

8

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

BAB III

LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

PENERAPAN PENDIDIKAN INLKUSI DI SD JOLOSUTRO

A. Profil Sekolah Dasar Jolosutro

Sekolah Dasar Jolosutro terletak di Kelurahan Srimulyo, Kecamatan

Piyungan, Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta. Sekolah ini termasuk berada di

wilayah pedesaan yang jauh dari perkotaan. Tepatnya sekolah ini berada di kaki

gunung, yaitu di sebelah timur kota Yogyakarta. Namun, status sekolah ini adalah

sekolah negeri.

Guru kelas yang mengajar di SD ini berjumlah 7 orang. Satu guru agama

Islam, 1 guru olahraga, 1 guru Seni Tari, 1 guru TIK, satu penjaga sekolah, dan

seorang kepala sekolah. Selain itu, ada guru pramuka dan guru Bahasa Inggris

masing-masing satu guru. Sedangkan jumlah siswa saat ini berjumlah 187 siswa.

Dengan jumlah ABK yang ada sekarang adalah 35 siswa yang tersebar di semua

kelas, selain kelas 1.

Sekolah ini memiliki lapangan sepak bola sendiri yang berada di depan pintu

gerbang sekolah. Selain itu, di sekolah ini terdapat perpustakaan yang selalu

digunakan siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Ruang kelas

terdapat 7 ruang, kelas 4 merupakan satu-satunya kelas yang terdapat 2 rombel. Kelas

4a terdiri atas 18 siswa, sedangkan kelas 4b terdiri atas 17 siswa. Terdapat pula

mushola dan laboraturiaum komputer.

Sedangkan berikut ini adalah visi dan misi SD Jolosutro.

Visi SD Jolosutro

1. Unggul dalam prestasi akademik, terampil, dan berperilaku mulia

Page 13: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

9

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

2. Indikator

a. unggul dalam bidang akademik

b. unggul dalam bidang mengoperasikan computer

c. unggul dalam imtaq dan berbudi luhur

Misi SD Jolosutro

1. melaksanakan pembelajaran dan bimbingan dengan intensif untuk

mencapai tingkat ketuntasan dan daya serap yang tinggi dengan situasi

yang menggembirakan.

2. melaksanakan pembelajaran computer agar dapat mengoperasikan

computer

3. menumbuhkembangkan penghayatan, pengamatan terhadap ajaran agama

dan melestarikan kebudayaan daerah sehingga menciptakan sekolah yang

kondusif.

4. membudayakan 3 S (senyum, salam, salim) diantara warga Sd Jolosutro

5. membiasakan sholat berjamaah dhuhur dan sholat dhuha

B. Laporan Observasi dan Wawancara Penerapan Pendidikan Inklusi di

SD Jolosutro

1. Sejarah Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro

Sebelum tahun 2000, SD Jolosutro tidak menyelenggarakan Pendidikan

Inklusi. Pada saat itu, sekolah dasar ini memiliki pendaftar yang tergolong ABK,

yaitu penderita Low Vision. Penderita tersebut hanya bisa membaca dengan jarak 1

cm menggunakan mata sebelah kiri. Namun, pihak sekolah belum bisa menerima

ABK tersebut. Hal itu dilakukan karena pihak sekolah memang merasa belum cukup

ilmu untuk mendidik ABK. Meskipun dalam UUD 1945 pasal 31 telah ditetapkan

bahwa pendidikan adalah hak untuk seluruh warga negara, bagi yang normal maupun

yang menyandang hambatan.

Page 14: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

10

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

Oleh karena itu, pihak sekolah berupaya untuk melakukan komunikasi dengan

pihak-pihak atasan, seperti UPT dan Dinas Pendidikan setempat. Akhirnya, pada

waktu itu pihak UPT maupun Dinas Pendidikan memberikan kepercayaan kepada SD

Jolosutro untuk menerima ABK. Meskipun dari pihak SD Jolosutro belum cukup

ilmu dalam menangani ABK. Sehingga, mulai tahun ajaran 2001/2002 SD Jolosutro

mulai menjadi sekolah inklusi.

Dengan demikian, guru-guru SD Jolosutro sering diikutsertakan dalam

pelatihan-pelatihan atau pun workshop yang berkaitan dengan cara menangani ABK.

Dari kerja keras guru-guru dan dukungan dari pemerintah tersebut, akhirnya SD ini

dapat mendidik ABK yang menderita Low Vision hingga lulus. Bahkan, ABK yang

pertama ditangani oleh SD ini telah banyak meraih prestasi gemilang pada

perlombaan-perlombaan ABK, seperti lomba bermain musik dan lomba adzan. ABK

ini meraih juara I tingkat nasional pada perlombaan bermain musik. Dengan juara

pertama yang diraih oleh ABK ini, maka dapat mengangkat nama baik SD Jolosutro

di bidang Pendidikan Inklusi. Sehingga, sejak saat itu SD ini semakin banyak ABK

yang mendaftar di sekolah ini.

2. Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro

Pada aspek perencanaan, SD Jolosutro telah menentukan arah organisasi ini

ke dalam visi, misi, dan tujuan. Adapun visi dan misi seperti yang telah disampaikan

di atas. Sedangkan salah satu tujuan sekolah ini adalah melaksanakan pembelajaran

dan bimbingan dengan intensif untuk mencapai tingkat ketuntasan dan daya serap

yang tinggi dengan situasi yang menggembirakan. Hal tersebut telah ditentukan

berdasarkan potensi, keadaan, dan kebutuhan masyarakat setempat.

Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran di SD Jolosutro, penyusunan

dibuat berdasar hasil asesmen dan berkolaborasi dengan GPK. Meskipun pada

kenyataannya hanya ada satu guru pendamping khusus yang hanya datang dua hari

dalam seminggu. Selain itu, pendidikan GPK yang saat ini bertugas di sekolah ini

Page 15: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

11

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

bukan berlatar belakang pendidikan dari lulusan Pendidikan Luar Biasa. GPK

tersebut merupakan sarjana ekonomi. Akan tetapi, GPK tersebut telah mengikuti

pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan Pendidikan Inklusi.

Sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran guru lebih mengutamakan metode

pembelajaran kooperatif dan partisipatif. Hal itu dilakukan untuk memberikan

kesempatan yang sama kepada semua siswa termasuk siswa ABK. Dengan didukung

media dan lingkungan yang kontekstual sesuai kebutuhan pembelajaran.

Berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi, SD Jolosutro melakukan evaluasi

dengan cara, waktu dan isi kurikulum yang disesuaikan mengacu kepada hasil

asesmen. Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan tidak tinggi, akan tetapi

dibuat lebih rendah agar ABK mampu mencapainya. Dalam pelaksanaan evaluasi

secara fleksibel, multimetode dan berkelanjutan. Meskipun komunikasi dengan orang

tua siswa ABK masih dinilai kurang.

3. Beberapa ABK dan Kondisinya Saat Ini

Gambar 1. Penderita tuna grahita.

Page 16: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

12

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

a. Tuna Grahita

Nama : Huda Ismawan

Kelas : 6

Umur : 12 tahun

Kelebihan : Huda termasuk anak yang tidak pernah marah, dan tidak

pernah menghiraukan ejekan temannya. Ia seolah-olah tidak

mempunyai beban.

Kelemahan : Tulisan Huda tidak jelas dan tidak lengkap. Tingkat

pemahaman inggil pun rendah, sehingga ia mudah lupa.

Kendala : waktu yang dibutuhkan Huda dalam memahami pelajaran

lebih lama dari pada teman-temannya. Bisa dua kali lipat dari

waktu belajar temannya.

Cara mengatasi : Guru mengatasi dengan mengunakan inovasi-inovasi pada

strategi pembelajaran. Misalnya dengan bermain peran dan

penggunaaan media.

Page 17: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

13

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

Gambar 2. Penderita Slow Learner.

b. Slow Learner

Nama : Feri Ardiansyah

Kelas : 4B

Umur : 10

Kelebihan : Secara lisan Feri lebih cepat merespon setiap stimulus.

Kelemahan : Tulisan kurang lengkap, bentuk huruf kurang jelas, dan

terkadang tidak bisa dibaca.

Kendala : Membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menerima dan

memahami materi pembelajaran.

Cara mengatasi : Guru menggunakan waktu di hari Sabtu untuk memberikan

pembelajaran lebih intensif kepada ABK.

Page 18: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

14

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hal di antaranya. ABK adalah

anak yang memiliki hambatan khusus, sehingga perlu penanganan khusus dalam

menempuh pendidikan. Dengan klasifikasi, seperti tuna netra, tuna rungu, tuna

wicara, tuna grahita, tuna daksa, tuna laras, kesulitan belajar, lamban belajar, anak

autis, memiliki gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat

terlarang, dan zat adiktif lain, serta memiliki kelainan lain/ tuna ganda.

Berikutnya, pengertian Pendidikan Inklusi merupakan pendidikan yang

diselenggarakan bagi peserta didik normal maupun peserta didik yang menyandang

hambatan untuk belajar secara bersama-sama. Pada implementasinya perlu ditentukan

visi, misi, dan tujuan yang tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Begitu pula

dalam tahap perencanaan, proses, dan evaluasi yang harus menyesuaikan hasil

asesmen, dan peran GPK, serta komunikasi dengan orang tua. Sedangkan

implementasi Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro peran GPK dan komunikasi dengan

orang tua masih dinilai kurang.

Sebagai sampel ABK di SD Jolosutro adalah penyandang hambatan tuna

grahita dan slow learner. Dengan kelemahan kedua ABK tersebut adalah penerimaan

materi pembelajaran yang lebih lamban dibanding peserta didik normal. Guru

mengatasi kelemahan tesebut dengan penambahan waktu atau inovasi pada strategi

pembelajaran.

Page 19: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

15

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

B. Saran

Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, maka dapat

disampaikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi Pemerintah

a. Hendaknya pemerintah menyiapkan GPK lulusan Pendidikan Luar

Biasa sesuai dengan kebutuhan baik kualitas maupun kuantitas.

b. Hendaknya pemerintah selain melatih guru pendamping khusus, maka

pemerintah harus melatih guru kelas terkait pengembangan Pendidikan

Inklusi.

c. Sebaiknya pemerintah memberi apresiasi yang berarti terhadap guru

yang mengajar lebih dari 24 jam.

d. Pemerintah seharusnya menyiapkan inovasi-inovasi media

pembelajaran

2. Bagi Orang tua dan Masyarakat

a. Hendaknya orang tua menjalin kerja sama yang baik dengan pihak

sekolah terkait penerapan pendidikan inklusi demi tercapainya tujuan

pendidikan inklusi.

b. Sebaiknya masyarakat mempunyai rasa memiliki yang memiliki yang

besar terhadap proses implementasi Pendidikan Inklusi.

3. Bagi Calon Guru

- Mata kuliah Pendidikan Inklusi perlu diberikan di semua jenjang

perguruan tinggi keguruan agar guru maupun dosen siap

menerapkan Pendidikan Inklusi di sekolah maupun di perguruan

tinggi.

Page 20: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

16

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009.

Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan

Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. Jakarta:

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010. Tentang Pengelolaan Penyelenggaraan

Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Rama, Rovanita. 2011. Perlindungan Hukum Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

dengan Pelaksanaan Program Pendidikan Khusus/Inklusif Ditinjau

dari Berbagai Undang-Undang Yang Berlaku. Jurnal Sosial

Ekonomi Pembangunan (Vol. II Nomor 4). Hlm. 64-79.

Sidiq, Zulkifli. 2013. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.

Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19601

0151987101-

ZULKIFLI_SIDIQ/BIMB._ABK_PGSD_1_%5BCompatibility_Mod

e%5D.pdf (diakses tanggal 9 November 2013)

Suharlina,Yulia & Hidayat. 2010. Anak Berkebutuhan Khusus.

Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ABK%20TUK%20TENDIK.p

df (diakases tanggal 9 November 2013)

Sukinah. 2010. Manajemen Strategik Implementasi Pendidikan Inklusif. Jurnal

Pendidikan Khusus (Vol. 7 Nomor 2). Hlm. 40-51.

Page 21: Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro.pdf

17

Penerapan Pendidikan Inklusi di SD Jolosutro oleh Heriyanto, dkk. UST. 2013

Suryaningsih, Ana. 2011. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.

Tersedia:

http://blog.uin-malang.ac.id/ansur/2011/06/14/strategi-pembelajaran-

bagi-anak-berkebutuhan-khusus/ (diakses 9 November 2013)

Sunaryo. 2009. Manajemen Pendidikan Inklusif (Konsep, Kebijakan, dan

Implementasi dalam Perspektif Pendidikan Luar Biasa).

Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19560

7221985031-SUNARYO/Makalah_Inklusi.pdf (diakses tanggal 10

November 2013)

Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Jakarta: Sekretaris

Negara Republik Indonesia.

Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia.