penerapan pelatihan gl’s role dan toyota … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota...

95
PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA PRODUCTION SYSTEM PADA UNIT ASSEMBLY SHOP, KARAWANG PLANT PT TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA NOVIANDA RACHMATIA F14050732 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Upload: hoangthuy

Post on 10-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA PRODUCTION

SYSTEM PADA UNIT ASSEMBLY SHOP, KARAWANG PLANT

PT TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA

NOVIANDA RACHMATIA

F14050732

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 2: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA PRODUCTION

SYSTEM PADA UNIT ASSEMBLY SHOP, KARAWANG PLANT

PT TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA

NOVIANDA RACHMATIA

F14050732

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian pada

Departemen Teknik Pertanian

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 3: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

Judul Skripsi : Penerapan Pelatihan GL’s Role dan Toyota Production System

pada Unit Assembly Shop, Karawang Plant, PT Toyota Motor

Manufacturing Indonesia

Nama : Novianda Rachmatia

NIM : F14050732

Bogor, Agustus 2010

Disetujui

Dosen Pembimbing Akademik

Dr. Ir. Sam Herodian, MS

19620529 198703 1 002

Diketahui

Ketua Departmen Teknik Pertanian

Dr. Ir. Desrial, M.Eng

19661201 199103 1 004

Tanggal Lulus:

Page 4: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 November 1987.

Penulis merupakan putri kedua dari pasangan Endang

Poernama Kosasih dan Elvia Charlin. Penulis memulai

pendidikannya di SDK Mater Dei Pamulang pada tahun 1995-

1999. Pada periode 1999-2002 penulis melanjutkan

pendidikan menengah pertama di SLTP Mater Dei Pamulang, dan pada periode

2002-2005 melanjutkan di SMA Tarakanita I Jakarta. Penulis diterima di IPB

melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005 dan

pada tahun 2006 diterima di Departemen Teknik Pertanian melalui sistem mayor

minor.

Selama di bangku perkuliahan penulis aktif di organisasi Himpunan

Profesi Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) pada tahun 2008-2009

sebagai staf HRD. Selain itu penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan di

lingkungan IPB.

Pada tahun 2009 penulis memiliki prestasi sebagai penerima hibah

Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) dan pada tahun

2010 sebagai penerima hibah Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Teknologi

(PKM-T) dari DIKTI. Pada periode 2009 sebagai Asisten Mata Kuliah Gambar

Teknik.

Pada bulan Juli sampai Agustus 2009, penulis melaksanakan Praktek

Lapang di Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna, Pandaan, Jawa Timur

dengan judul Aspek Keteknikan Pertanian pada Proses Pengolahan di PPK

Sampoerna. Pada bulan Maret sampai Juli 2010 penulis melakukan magang dan

menyelesaikan skripsinya dengan judul Penerapan Pelatihan GL’s Role dan

Toyota Production System pada Unit Assembly Shop, Karawang Plant, PT Toyota

Motor Manufacturing Indonesia.

Page 5: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

RINGKASAN

Novianda Rachmatia. F14050732. Penerapan Pelatihan GL’s Role dan Toyota

Production System pada Unit Assembly Shop, Karawang Plant, PT Toyota

Motor Manufacturing Indonesia. Dibawah bimbingan: Dr. Ir. Sam Herodian,

MS.

Analisa dan penelitian kerja pada hakikatnya berupaya

mengidentifikasikan kondisi-kondisi kerja yang tidak produktif. Salah satu

perusahaan yang peduli akan penelitian kerja untuk meningkatkan produktivitas

adalah Toyota Motor Corporation (TMC) yang saat ini merupakan produsen

mobil terbesar di dunia. Anak cabang TMC di Indonesia adalah PT. Toyota

Motor Manufacturing Indonesia (PT TMMIN). Kepedulian Toyota diwujudkan

dalam komitmennya untuk menerapkan sistem tersendiri untuk penelitian kerja,

yang terkenal dengan sebutan Toyota Production System (TPS). TPS ditekankan

dalam usaha setiap elemen perusahaan untuk terus membuat perbaikan terus

menerus (kaizen) dalam setiap aspek yang mempengaruhi produksinya.

Melalui kegiatan Magang ini akan diketahui gerakan-gerakan muda yang

menyebabkan delay maupun relief work dan kemudian membuat perbaikan dari

sistem kerja di area assembly shop dengan menerapkan Toyota Production System

dan GL’s Role.

Menurut data yang ada, penurunan kualitas terjadi di lapangan justru

ketika jumlah operator meningkat. Hal ini terjadi karena operator yang ada belum

dilengkapi dengan on the job training. Parmasalahan jangka panjang yang

berusaha untuk diselesaikan adalah perubahan struktur yang ada pada line yang

membuat line head dan group head tidak mengerti peranannya untuk menjalankan

line.

Pelatihan gl’s role adalah pelatihan yang ditujukan khususnya untuk line

head agar mereka tahu, mengerti, menjalankan dan dapat melakukan perbaikan-

perbaikan terkait perannya sebagai seorang line head. Situasi yang ideal bagi

seorang line head adalah apabila line head sangat memahami standar kerja yang

ada dan memahami kemampuan dasar (fundamental skill) anggota kelompok

sendiri, dan dapat mengatur kelompok mereka dengan lancar melalui identifikasi

abnormalitas berdasarkan observasi. Sedangkan pelatihan Toyota Production

System adalah pelatihan yang bertujuan untuk menghasilkan kendaraan dengan

kualitas yang lebih baik, lebih murah, lebih tepat waktu, kepada lebih banyak

orang. Lebih murah karena mengusahakan untuk mengurangi biaya produksi

ditempuh perusahaan melalui penghilangan muda secara menyeluruh.

Analisa untuk mencari akar penyebab dari permasalahan tidak adanya line

head yang mengimplementasikan pelatihan yang telah mereka dapatkan di

lapangan adalah karena line head tidak mengerti metode dalam menjalankan OJD

tersebut. Penyebab lainnya adalah karena atasan dari line head tersebut tidak

terlibat dalam implementasi OJD para line head.

Penaggulangan untuk akar penyebab tersebut adalah diadakannya program

penjelasan metode OJD dan diadakannya pelatihan gl’s role yang diberikan pada

tingkat section head hingga department head. Pelatihan gl’s role yang diberikan

Page 6: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

pada atasan dimaksudkan agar atasan dapat tahu dan mengerti peranan yang ada

dan memberikan penugasan yang sesuai dengan peran yang ada.

Pada analisis studi gerakan dan waktu dilakukan dengan takt time 2,1

menit atau 126 detik. Namun ternyata pada pengambilan video, terlihat bahwa

untuk mengerjakan satu proses, operator yang bersangkutan membutuhkan waktu

174 detik (melebihi takt time). Hal itu berakibat terjadinya keterlambatan dalam

proses, bahkan beresiko menimbulkan terjadinya line stop, dan juga operator

membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaannya. Setelah

dilakukan perbaikan, waktu untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan berkurang,

tapi masih tetap di atas takt time.

Maka diharapkan perusahaan bertindak tegas terhadap implementasi

pelatihan-pelatihan yang diberikan, karena apabila pelatihan diberikan, namun

tidak diikuti dengan implementasi setelahnya, maka perusahaan hanya menambah

pengeluaran dalam hal biaya saja dan tidak diikuti perbaikan produksi dan kualitas

karena pengembangan sumberdaya manusianya tidak berhasil dilakukan.

Page 7: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

IMPLEMENTATION OF GL’S ROLE AND TOYOTA PRODUCTION

SYSTEM TRAINING ON ASSEMBLY SHOP UNIT, KARAWANG PLANT,

TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA COMPANY

NOVIANDA RACHMATIA

ABSTRACT

Gl’s role training is training that specially given for line head in order to

know, understand, can do and continue improvement concern to their role as a

line head. Ideal situations for a line head are if the line head understand own

group’s standardized work and fundamental skill deeply, and manage their group

smoothly through Abnormality Management based on Genchi-Genbutsu.

Meanwhile, Toyota Production System training is training that purpose to

produce vehicle with better quality, less expensive, more timely, to more customer.

Less expensive because of company manage to reduce production cost by muda

disappearance totally.

Analysis to look for root cause why there are no line head that implement

training that their got in their line is because line heads don’t understand methods

to perform gl’s role on the job development. The other root cause is the line

head’s superior are not involved on the job development implementation.

Countermeasure for the root causes are program for explain OJD method

and gl’s role training that will be given for superior, starting from section head up

to department head. This training purpose on superior can know and understand

tline head’s real role, and assign work based on their role.

On motion and time study analysis did by 2,1 minutes takt time (126

seconds. But on the videos take, seen that to finish one process, the operator

needs 174 minutes (over the takt time). That can cause delay on process, even can

evokes line stop, and operator needs help from other member. After improvement,

time to finish one cycle job decreased, but still over from takt time.

Keywords: standardized work, gl’s role, Toyota production system, motion and

time study, Takt time,

Page 8: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan magang dan penulisan skripsi. Skripsi

yang berjudul “Penerapan Pelatihan GL’s Role dan Toyota Production System pada

Unit Assembly Shop, Karawang Plant, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di

departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan

terimakasih kepada :

1. Bapak E. Poernama Kosasih dan Ibu Elvia Charlin, kedua orang tua yang dengan

kasih sayangnya mendidik dan selalu memberi semangat. Keluarga besar Chaidir

Thaib dan Kosasih yang selalu mendukung penulis. Mbak Kiki, Elin dan Sacha,

saudara-saudara yang selalu membuat semangat dengan canda dan tawa.

2. Dr. Ir. Sam Herodian, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberi

bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan yang diberikan selama empat tahun

bimbingan.

3. Bapak Mo Daniel Setiawan selaku department head pada Toyota Training Center

dan mentor penulis yang telah mengijinkan penulis melakukan magang di

departemen yang dipimpinnya.

4. Bapak Bachtiar Wiryadi selaku deparment head pada Assembly Production yang

telah mengijinkan penulis melakukan pengambilan data di linenya.

5. Ibu Kem Trimaya, Bapak Ferdy Supardi, Bapak Juhartono, dan Bapak Ariyus

Arifin untuk bimbingan dan sarannya selama penulis melakukan magang.

6. Teman-teman TEP 42 dan TEP 43 untuk kebersamaan selama 4 tahun di Teknik

Pertanian, canda, tawa, ilmu, dan pengalaman yang dijalani bersama.

Page 9: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

viii

7. Teman-teman seperjuangan magang Bayu Eko, Imam, Riva, Dodik, Yudis, dan

Zani untuk kebersamaan selama 4 bulan

8. Pimpinan dan Staf PT TMMIN yang telah membantu penulis dalam menjalani

magang.

9. Sahabat-sahabat penulis sejak TPB, Wiwi, Novi, Meiyu, Icha, Gebol, Kodel,

Dewy, Lenny, Andra, Lia, Shita dan Kiky yang selalu memberi semangat dan

Gerard Teijie yang selalu memberi dukungan dan menemani penulis selama ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam pembuatan skripsi ini, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini dapat menjadi lebih

baik.

Bogor, Agustus 2010

Penulis

Page 10: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Tujuan ......................................................................................................... 3

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN .......................................................... 4

A. Sejarah Singkat Perusahaan ......................................................................... 4

B. Perkembangan Toyota Motor Manufacturing Indonesia ............................... 6

C. Visi dan Misi Perusahaan ............................................................................. 8

D. Struktur Organisasi PT TMMIN .................................................................. 9

E. Toyota Internship Program ........................................................................ 11

F. Letak dan Luas Perusahaan......................................................................... 13

G. Kegiatan Divisi-Divisi Perusahaan ............................................................. 15

III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 19

A. Ergonomi ................................................................................................... 19

B. Penelitian Kerja ......................................................................................... 20

C. Time Study ................................................................................................. 23

D. Motion Study ............................................................................................. 23

IV. METODOLOGI ........................................................................................ 28

A. Deskripsi Kegiatan .................................................................................... 28

Page 11: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

B. Metode Kerja ............................................................................................. 28

C. Peralatan .................................................................................................... 30

V. GL’s ROLE .................................................................................................. 32

A. Pengertian GL’s Role ................................................................................. 32

B. Memastikan Kondisi Awal Sebelum Produksi Dimulai .............................. 33

C. Implementasi Produksi – Mempertahankan Kondisi Normal ...................... 36

D. Implementasi Produksi – Menanggapi Abnormalitas.................................. 41

E. Manajemen Abnormalitas .......................................................................... 45

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM ........................................................... 49

A. Pengertian Toyota Production System (TPS) .............................................. 49

B. Tahapan Kaizen ......................................................................................... 55

C. Standardisasi Kerja .................................................................................... 58

D. Tabel Standar Kerja Kombinasi ................................................................. 59

E. Tabel Standardisasi Kerja ........................................................................... 60

F. Yamazumi Chart ......................................................................................... 60

G. Element Work Sheet (Lembar Elemen Kerja) ............................................. 61

VII. PEMBAHASAN ....................................................................................... 62

A. Aspek Khusus (Analisis Time and Motion Study dengan menggunakan

Toyota Production System) ............................................................................. 62

B. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On the Job

Development pada Pelatihan GL’s Role) ......................................................... 67

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 72

A. Kesimpulan ............................................................................................... 72

B. Saran.......................................................................................................... 73

IX. REKOMENDASI....................................................................................... 74

Page 12: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 75

LAMPIRAN .................................................................................................... 76

Page 13: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Gerakan Therblig................................................................................. 9

Tabel 4.1. Sejarah Perkembangan Toyota ........................................................... 20

Tabel 7.1. Nilai Terkecil, Terbesar, Nilai yang Sering Keluar dan Nilai Usulan

Perbaikan ........................................................................................................... 64

Tabel 7.2. Daftar Temuan Muda ........................................................................ 65

Tabel 7.3. Data Waktu Setelah Kaizen ............................................................... 66

Page 14: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Ruang Lingkup Penelitian Kerja ...................................................... 7

Gambar 4.1. Lokasi Sunter I Plant ..................................................................... 25

Gambar 4.2. Lokasi Sunter II Plant .................................................................... 25

Gambar 4.3. Lay Out Karawang Plant ................................................................ 26

Gambar 5.1. Ilustrasi Pelatihan Elemen Kerja .................................................... 38

Gambar 5.2. Ilustrasi Postulate Near Miss ......................................................... 42

Gambar 5.3. Standar Rak Penyimpanan Part...................................................... 46

Gambar 5.4. Contoh yang Tidak Mengikuti Standar ........................................... 46

Gambar 5.5. Contoh GL Management Board di line Machining ......................... 48

Gambar 6.1. Dua Pilar TPS ................................................................................ 53

Gambar 6.2. Yamazumi Chart ............................................................................ 61

Gambar 7.1. Contoh-Contoh Muda yang Terjadi Selama Pengamatan ................ 65

Gambar 7.2. Perubahan Tata Letak Tempat Kerja .............................................. 67

Page 15: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Struktur Organisasi ........................................................................ 77

Lampiran 2. Contoh Tabel Standar Kerja Kombinasi ......................................... 78

Lampiran 3. Contoh Tabel Standar Kerja ........................................................... 79

Lampiran 4. Contoh Element Work Sheet .......................................................... 80

Lampiran 5. Trimming 1’s Yamazumi Chart ..................................................... 81

Lampiran 6. Trimming 1’s Lay-out .................................................................... 84

Lampiran 7. Data Pengukuran Waktu ................................................................. 87

Lampiran 8. Tabel Standar Kerja Kombinasi Trimming 1 ................................. 88

Lampiran 9. Tabel Standar Kerja Trimming 1 .................................................... 89

Lampiran 10. Lembar Kesehatan Karyawan ....................................................... 90

Lampiran 11. Laporan Implementasi GL’s Role ................................................. 91

Lampiran 12. GL’s Role Flow Process ............................................................... 92

Page 16: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Institut Pertanian Bogor, seperti perguruan tinggi lainnya dituntut untuk

menghasilkan sarjana-sarjana yang mampu mengembangkan kemampuan dan

ilmu-ilmu yang didapatkan selama masa kuliah. Sehingga, untuk tujuan tersebut,

setiap calon sarjana diharuskan mengerjakan tugas akhir yang berupa penelitian

maupun magang di perusahaan dan dituangkan dalam bentuk skripsi untuk

memperoleh gelar Sarjana.

Kegiatan magang diharapkan menjadi dapat menjadi wadah atau sarana

pembelajaran dan menimba pengalaman bagi mahasiswa sebelum terjun ke dunia

kerja dalam usaha mengaplikasikan ilmu-ilmu pendidikan dalam pengabdian ke

masyarakat luas nantinya. Dengan berbekal ilmu pengetahuan serta pengalaman

yang telah diperoleh, diharapkan mahasiswa dapat mengerti, memahami, dan

mengaplikasikan dengan praktek secara nyata.

Penelitian kerja (yang lebih dikenal dengan istilah asingnya Methods

Engineering Work Design, Work Study, atau Job Design) adalah suatu aktivitas

yang ditujukan untuk mempelajari prinsip – prinsip dan teknik-teknik untuk

mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik. Prinsip – prinsip dan

teknik kerja ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen yang ada dalam

sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuannya, bahan

baku, mesin dan peralatan kerja lainnya, serta lingkungan kerja fisik yang ada

sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja yang

tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai, serta

akibat psikologis atau sosiologis yang ditimbulkan.

Analisa dan penelitian kerja pada hakikatnya berupaya

mengidentifikasikan kondisi-kondisi kerja yang tidak produktif ( tampak dalam

bentuk antara lain banyaknya waktu delay, material handling), namun di sini

perlu ada kesepakatan dari semua pihak, bahwa hasil dari penelitian kerja pada

Page 17: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

2

hakikatnya justru untuk memperbaiki tingkat produktivitas kerja, sehingga adanya

keuntungan sebagai dampak peningkatan produktivitas pada akhirnya juga akan

bisa dinikmati semua lapisan yang ada dalam organisasi.

Salah satu perusahaan yang peduli akan penelitian kerja untuk

meningkatkan produktivitas adalah Toyota Motor Corporation (TMC) yang saat

ini merupakan produsen mobil terbesar di dunia. Anak cabang TMC di Indonesia

adalah PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Kepedulian Toyota

diwujudkan dalam komitmennya untuk menerapkan sistem tersendiri untuk

penelitian kerja, yang terkenal dengan sebutan Toyota Production System (TPS).

TPS ditekankan dalam usaha setiap elemen perusahaan untuk terus membuat

perbaikan terus menerus (kaizen) dalam setiap aspek yang mempengaruhi

produksinya.

Saat ini, Toyota mempunyai banyak cabang di seluruh dunia dengan

berbagai macam perbedaannya. Toyota Motor Corporation (TMC) adalah

perusahan multinasional yang mempunyai prinsip dalam mengembangkan

perusahaannya. Prinsip tersebut dikenal dengan Toyota Way. Toyota Way dapat

menyatukan seluruh anggota Toyota di seluruh dunia. Toyota berkeinginan

menjadi perusahaan global di mana anggotanya berada di tempat yang berbeda,

namun dapat mengerti dan mengimplementasikan nilai-nilai dari Toyota Way.

Toyota Way menekankan tentang dua hal, yaitu Continuous Improvement dan

Respect for people. Continuous Improvement dibagi menjadi tiga elemen, yaitu

challenge, kaizen (continuous improvement), dan genchi genbutsu (go and see).

Sedangkan Respect for people dibagi menjadi 2 elemen, yaitu Respect dan

Teamwork. Respect for people dalam Toyota tidak hanya difokuskan pada

melayani konsumen saja, tetapi juga pada pekerjanya. Toyota beranggapan

bahwa dengan menghargai dan meningkatkan teamwork pekerjanya dapat

meningkatkan Toyota Way yang satu lagi, yaitu Continuous Improvement.

Hal yang sangat diperlukan untuk membuat perbaikan yang dapat terus

menerus berlanjut adalah observasi. Observasi merupakan kegiatan yang

diperlukan untuk melihat kondisi sebenarnya di lapangan. Dalam istilah Toyota,

observasi ini disebut Genba Genchi Genbutsu. Genba berarti turun ke lapangan,

Page 18: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

3

sedangkan Genchi Genbutsu berarti pergi dan lihat. Jadi, Genba Genchi

Genbutsu.berati turun ke lapangan untuk melihat keadaan secara langsung,

kemudian menuliskan dalam catatan dan menginvetigasi dengan cara menanyakan

langsung pada orang-orang yang mengerti lapangan tersebut.

Walaupun PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia merupakan

perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing otomotif, tapi ilmu-ilmu yang

didapatkan selama di departemen Teknik Pertanian dapat diaplikasikan dalam

menganalisis serta memecahkan beberapa masalah yang selanjutnya menjadi

masukan kepada pengambil kebijakan perusahaan untuk mengurangi faktor line

stop.

Melalui kegiatan magang ini diharapkan dapat memperkaya wawasan,

informasi dan pengalaman kerja sebagai dasar pengaplikasian pengetahuan dan

teori dasar yang telah diperoleh selama perkuliahan. Hasil dari kegiatan magang

disusun dalam bentuk skripsi yang akan disidangkan sebagai syarat kelulusan di

Depatemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan pengalaman kerja bagi mahasiswa dan berkontribusi

secara nyata bagi perusahaan

2. Tujuan Khusus

a. Menemukan muda penyebab delay maupun relief work.

b. Membuat perbaikan dari sistem kerja di area assembly shop dengan

menerapkan Toyota Production System dan GL’s Role.

Page 19: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

4

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

Sakichi Toyoda adalah pendiri organisasi Toyota di Jepang. Terlahir

sebagai anak tukang kayu pada tahun 1867 yang memulai hidupnya ketika Jepang

mulai modernisasi pada negaranya. Beliau banyak menyumbang kemajuan

teknologi Jepang melalui penemuan-penemuannya, salah satunya adalah mesin

tenun otomatis. Cara kerja mesin tersebut adalah, apabila ada benang yang putus,

maka mesin tersebut akan berhenti otomatis. Prinsip mesin yang akan langsung

berhenti apabila terjadi kesalahan menjadi prinsip yang penting bagi Toyota

hingga sekarang.

Sakichi banyak membuat pembaruan dalam penelitiannya agar alat

tenunnya menjadi lebih efisien dan ekonomis. Pada tahun 1926, didirikan Toyoda

Automatic Loom Works yang kemudian melahirkan Toyota Motor Corporation.

Sakichi memberikan sebagian dari hasil pembuatan alat tenun kepada putranya,

yaitu Kiichiro Toyoda yang ingin melakukan hal yang sama terhadap mobil

setelah berkeliling Amerika Serikat dan Eropa untuk melihat penggunaan mobil.

Kiichiro berpendapat bahwa zaman mobil akan datang ke Jepang, maka pada

Toyoda Automatic Loom Works didirikan divisi mobil pada tahun 1933. Tahun

1935 pembuatan bentuk asli pertama kendaraan yang bermuatan lima penumpang

selesai. Kendaraan tersebut diberi nama Toyota A1 dan Truck G1. Dua tahun

kemudian, Kiichiro memisahkan diri dan membentuk Toyota Motor Corporation

sebagai lembaga yang menetapkan just-in time production, yaitu melakukan

pengiriman part yang benar, pada waktu yang tepat, dengan jumlah yang tepat,

dan tidak ada kelebihan stok sehingga tidak diperlukan gudang.

Setelah Perang Dunia II, ekonomi Jepang mengalami krisis yang

mempengaruhi krisis keuangan pada perusahaan Toyota, sehingga perusahaan

tidak mampu menganggulangi permasalahan keuangan yang semakin merugi.

Untuk menganggulangi permasalahan keuangan tersebut, pada bulan April 1950,

Page 20: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

5

Toyota dipecah menjadi Toyota Motor Corporation dan Toyota Motor Sales

Company.

Pada bulan Juni 1950, pertentangan karyawan mengenai ketidakmampuan

membayar gaji berakhir dan perusahaan mulai beroperasi dengan manajemen

baru. Tahun 1951, Toyota mengirim dua orang karyawannya mengunjungi

Amerika Serikat untuk belajar metode manajemen modern, dan di Ford Motor

Company mereka melihat sistem saran dan ide perbaikan dan slogan “Kualitas dan

Keselamatan Kerja” yang menimbulkan ilham utuk menempatkan sistem yang

sama di Toyota. Dengan ide tadi dipilihlah “Produk yang Baik dari pemikiran

yang Baik” sebagai slogan Toyota tahun 1953.

Pada tahun 1953, fasilitas produksi pertama yang aklusif untuk membuat

kendaraan penumpang bagi keluarga yaitu Motomachi Plant selesai dibangun

dengan menanamkan modal yang merupakan resiko yang besar pada saat itu.

Tahun 1955, Toyota memperkenalkan mobil “Crown” yang dikembangkan tanpa

memanfaatkan bantuan dari luar, lalu dua tahun kemudian Toyota mulai

mengekspor mobil tersebut ke Amerika Serikat walaupun akhirnya gagal karena

tidak dapat digunakan untuk perjalanan jauh dan cepat di Amerika Serikat.

Selama tahun 1960, industri mobil Jepang tumbuh pesat baik di pasar

ekspor dan dalam negeri ketika Toyota memperkenalkan TQC (Toyota Quality

Control) dengan maksud meningkatkan derajat produksi mobil yang berstandar

mutu internasional pada tahun 1961.

Untuk mempunyai daya saing lebih besar yang diperlukan agar sukses

dalam pasar yang ketat pada tahun 1980-an, maka Toyota Motor Corporation dan

Toyota Motor Sales Company bergabung kembali membentuk Toyota Motor

Corporation. Perubahan besar dalam sejarah Toyota termasuk pembentukan

NUMMI yaitu usaha kolektif antara Toyota dengan amerika Serikat pada tahun

1984 sampai saat ini memproduksi jenis kendaraan Prims “GM dan Corolla”

untuk Toyota.

Page 21: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

6

B. Perkembangan Toyota Motor Manufacturing Indonesia

PT. Toyota Astra Motor sebagai perusahaan pelopor industri otomotif

Indonesia memiliki komitmen untuk mengutamakan kepuasan pelanggan dan

senantiasa terus-menerus menciptakan inovasi terbaiknya. Untuk mewujudkan

visi perusahaan Toyota untuk menjadi perusahaan industri otomotif berkelas

internasional. Toyota juga mempunyai misi untuk tetap unggul di bidang

otomotif dan kepuasan pelanggan, selalu memberikan kontribusi bagi

pembangunan ekonomi dan social, meningkatkan kontribusi bagi pembangnan

ekonomi dan sosial, meningkatkan kesejahteraan melalui pembinaan keperayaan

dengan karyawan, dealer, dan pemasok, memelihara lingkungan hidup dan

keselamatan kerja, serta menjunjung tinggi kemampuan individu tanpa

mengesampingkan kerja sama tim.

PT. Toyota Astra Motor diresmikan pada tanggal 12 April 1971,

mempunyai peranan semula hanya sebagai importir kendaraan Toyota namun

setahun kemudian berfungsi sebagai distributor. Demi kepuasan pengguna akan

produk Toyota, Toyota juga menghadirkan beragam produk terbaiknya yang

terbukti diminati. Variasi produk andalannya meliputi kendaraan serba guna

diantaranya yaitu Kijang dan Dyna; sedan unggulannya yaitu Soluna, Corolla dan

Camry; serta kendaraan Completely Built-Up (CBU) yang mewah yaitu Crown,

Previa, RAV4, dan Land Cruiser Turbo.

PT. Toyota Astra Motor menyadari bahwa inovasi dalam menciptakan

mobil berkualitas tinggi mutlak diperlukan demi memenuhi komitmen utama

yaitu kepuasan pelanggan. Itulah yang mendorong Toyota yang melengkapi

setiap fasilitas produksinya dengan teknologi tinggi, misalnya robotisasi yang

digunakan pada proses pengecatan dan pencetakan body untuk menjaga

konsistensi dan hasil yang prima; rancang bangun dengan CAD/CAM yang

digunakan untuk analisa hasil proses dengan komputer setra pengelasan

berteknologi mutakhir; serta spot welding untuk memberikan hasil yang lebih

akurat.

Page 22: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

7

Pada tahun 1998, pabrik mesin Toyota berhasil meraih penghargaan

internasional berupa sertifikasi ISO 9002 untuk manajemen pengendalian kualitas

di bidang manufaktur. Di lain pihak, perakitan di Sunter berhasil mendapatkan

sertifikasi ISO 14001 untuk pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu.

Perusahaan Toyota benar-benar menerapkan teknologi canggih yang berwawasan

lingkungan yang dibuktikan dengan adanya instalasi pengolahan air limbah.

Terhitung sejak 15 Juli 2003, didirikan Toyota Motor Manufacturing

Indonesia untuk fokus manufaktur saja, dan Toyota Astra Motor yang berperan

sebagai distributor. Dengan kepemilikan saham PT. TMMIN yaitu 5% untuk PT.

Toyota Astra Motor. Tbk dan 95% dimiliki Toyota Motor Corporation, dengan

aktivitas utamanya yaitu sebagai pabrik perakit produk Toyota, pabrik pembuat

mesin, jig, dies, dan komponen otomotif, juga sebagai eksportir kendaraan Toyota

dan part komponen kendaraan.

PT. TMMIN memiliki kantor pusat yang berlokasi sama dengan PT.

TAM yaitu di Sunter, Jakarta Utara. Sedangkan untuk produksinya, PT. TMMIN

memiliki tiga lokasi yaitu Sunter I untuk kegiatan pembuatan dan perakitan serta

pengemasan mesin untuk dibawa ke Karawang; Sunter II untuk kegiatan

pengecoran, pencetakan dan pengemasan; lokasi ketiga berlokasi di Karawang

International Industries City (KIIC) Karawang Barat dengan kegiatan produksi

pabrik pencetakan, pengelasan, pengecatan, perakitan dan kontrol kualitas.

Karawang Plant mulai beroperasi sejak Februari 1998, terletak di tol Jakarta-

Cikampek km 47, Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat. Dibangun di atas lahan

seluas 1.000.000 sqm. Karawang Plant dirancang untuk memproduksi mobil-

mobil Toyota khusus kendaraan penumpang dengan kapasitas 30.000 unit

pertahun. Kegiatannya mulai dari Stamping, Welding, Painting, Assembly, dan

Quality Control untuk mobil penumpang misalnya Avanza, Innova dan Fortuner.

Pada saat ini, lokasi yang dulu terletak jauh dari pemukiman warga, baik

karyawan PT. TMMIN maupun warga umum. Ini merupakan tantangan tersendiri

bagi perusahaan agar kegiatan perusahaan tidak menganggu warga sekitar. Pihak

perusahaan telah berupaya mengurangi dampak buruk, baik berupa limbah, polusi

udara, ataupun suara dengan cara melakukan perbaikan dan pengelolaan limbah.

Page 23: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

8

Hal ini dilakukan selain untuk menjaga lingkungan juga untuk mendapatkan

sertifikasi standar ISO 14001 sehingga PT. Toyota Motor Manufacturing

Indonesia menjadi pabrik yang ramah lingkungan. Secara umum perkembangan

PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Sejarah Perkembangan Toyota

Tahun Perkembangan

1971 PT. Toyota Astra Motor resmi didirikan sebagai importer dan distributor

kendaraan Toyota di Indonesia

1973 Pabrik perakitan PT Multi Astra didirikan

1976 Mendirikan PT Toyota Mobilindo, pabrik komponen kendaraan niaga

1977 Peluncuran Kijang generasi pertama.

1982 Peresmian parts center

1982 Pabrik mesin PT Toyota Engine Indonesia mulai beroperasi

1987 Ekspor perdana Kijang ke beberapa negara Asia Pasifik.

1989 Peluncuran Kijang ke 200.000 dan produksi Toyota ke 500.000

1995 Kijang lintas nusa, Banda Aceh-Larantuka sekitar 6000 km, memperingati Indonesia Emas (50 tahun merdeka)

1996 Peluncuran unit produksi Toyota ke 1.000.000

2000 Peresmian pabrik modern di Karawang

2003 TAM beribah menjadi PT TMMIN dan didirikan TAM sebagai distributor. Produksi Kijang ke 1.000.000 unit

2004 Peluncuran Toyota Avanza sebagai kendaraan hasil kolaborasi TAM-

TMMIN dan PT Astra Daihatsu Motor

C. Visi dan Misi Perusahaan

Visi : Menjadi yang terdepan di dalam bidang manufaktur maupun

distribusi sebagai upaya untuk menjadi perusahaan otomotif berkelas

internasional.

Misi :

a. Menjadi pemimpin dalam industri otomotif Indonesia

Page 24: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

9

b. Selalu mengutamakan kepuasan pelanggan

c. Selalu memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi dan sosial

d. Meningkatkan kesejahteraan melalui pembinaan kepercayaan dengan

karyawan, dealer, dan pemasok

e. Memelihara kelangsungan hidup dan keselamatan kerja

f. Menjunjung tinggi kemampuan individu tanpa mengesampingkan

kerjasama tim.

Filosofi :

a. Memproduksi barang dan jasa yang berkualitas tinggi dengan langkah-

langkah yang profesional guna memberikan kontribusi kepada Negara,

bangsa dan masyarakat

b. Berkembang bersama karyawan, dealer, dan supplier atas dasar

kepercayaan dan saling menghargai.

D. Struktur Organisasi PT TMMIN

Bagi suatu perusahaan, keberadaan struktur organisasi memberikan

beberapa sumbangan dukungan yang sangat berarti dan positif. Hal ini didasarkan

pada apa yang terkandung di dalam struktur keorganisasian itu sendiri yang

memuat gambaran tentang suatu wewenang dan tanggung jawab yang terarah

diantara pelaku perusahaan. Seperti kita ketahui bahwa keefektifan suatu

perusahaan akan tergantung dari manajemen yang ditetapkan pada perusahaan

teresbut, serta manajemen yang baik akan tercapai apabila tugas serta wewenang

yang diemban oleh masing-masing pelaku organisasi perusahaan dapat terarah dan

memberikan informasi yang jelas.

Struktur organisasi dari satu perusahaan berkaitan erat dengan pembagian

tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan job description masing-

masing komponen. Struktur organisasi juga terdiri dari beberapa hubungan yang

Page 25: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

10

relatif tetap dan mantap antara pekerjaan dan kelompok pekerjaan. Tujuan utama

dari kelompok organisasi adalah menyalurkan perilaku orang dan kelompok di

dalam suatu pekerjaan untuk menghasilkan hasil yang efektif dan efisien.

Empat keputusan penting dari manajemen dalam menentukan struktur

organisasi adalah menentukan spesialisasi pekerjaan, departmenisasi, menentukan

tentang kendala dan penampilan wewenang. Keempat keputusan penting tersebut

saling berhubungan dan saling berkaitan satu sama lain. Walaupun masing–

masing mempunyai persoalan khusus tertentu yang dapat dipertimbangkan

terpisah dari yang lain.

Pada PT TMMIN, keberadaan struktur organisasi sama halnya dengan

perusahaan-perusahaan lain yang menganggap penting dan positif. Dalam hal ini

struktur organisasi yang ditetapkan oleh PT TMMIN adalah organisasi staf dan

organisasi garis. Hal tersebut dipilih dengan pertimbangan agar fungsi personal

dan administrasi secara stuktural, baik vertical maupun horizontal dapat tetap

berjalan secara serasi dan seimbang.

Struktur organisasi di PT TMMIN, didasarkan pada pembagian tugas dan

tanggung jawab yang sesuai dengan kegiatan atau usaha di perusahaan tersebut.

Pimpinan tertinggi PT TMMIN dipegang oleh Masahiro Nonami selaku presiden

direktur. Dalam menjalankan roda perusahaan, M. Nonami dibantu oleh T. Yokoi

selaku wakil presiden direktur PT TMMIN.

PT TMMIN menpunyai empat direktur, masing–masing direktur

mempunyai tugas memimpin beberapa divisi. Direktur berkewajiban untuk

melaporkan semua pekrjaan mereka pada presidan direktur dan wakil presiden

direktur. Dalam menjalankan tugasnya, direktur dibantu oleh beberapa kepala

divisi. Masing-masing divisi dikepalai satu kepala divisi (Division Head), kepala

divisi mempunyai tugas untuk mengatur dan memimpin beberapa bagian

(depatemen) di bawah divisi tersebut dan berkewajiban untuk melaporkan semua

pekerjaan mereka kepada direktur. Departemen di bawah divisi dikepalai oleh

seorang kepala departemen (Department Head). Dalam menjalankan tugasnya,

Page 26: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

11

seorang department head dibantu oleh beberapa kepala seksi (Section Head).

Seorang kepala seksi mempunyai beberapa staf di bawahnya.

Di plant, struktur tersebut masih bisa menurun lagi. Seorang kepala seksi

mengepalai beberapa kepala line (Line Head) untuk memantau line produksi. Dan

seoramg line head mengepalai beberapa kepala grup (Group Head), yang

mengepalai beberapa operator. Peranan line head dan group head mencakup

persiapan sebelum produksi dimulai, pada saat produksi berlangsung, hingga

ketika produksi selesai, termasuk diantaranya perawatan alat dan mesin secara

rutin. Peranan tersebut diajarkan kepada para line head dan group head dalam

pelatihan GL’s Role dan TL’s Role. Struktur organisasi PT TMMIN dapat dilihat

di Lampiran 1.

E. Toyota Intership Program

Toyota sebagai salah satu perusahaan otomotif terbesar dunia kian hari

mengalami pangsa pasar yang terus naik. Secara langsung hal ini jelas akan

meningkatkan kuantitas produksi per harinya.

Untuk mencapai target kuantitas tersebut dibutuhkan pula tenaga lebih,

baik berupa mesin, peralatan maupun tenaga manusia. Tenaga manusia yang

dibutuhkan juga harus benar-benar handal. Oleh karena itu, Toyota menggunakan

beberapa metode untuk melakukan perekrutan karyawan. Beberapa metode

tersebut adalah :

a. Langsung

Merekrut secara langsung dari umum melalui informasi di internet

maupun lewat media cetak dan informasi.

b. Kerjasama dengan universitas

Perekrutan melalui universitas-universitas yang dianggap cukup

berkualitas. Melalui metode ini diharapkan mendapat bibit yang

benar-benar bermutu dan mampu bersaing.

Page 27: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

12

c. Internship program

Proses kerjasama dengan universitas yang saling menguntungkan.

Dari pihak universitas akan mempermudah mahasiswanya untuk

mendapatkan tempat kerja praktek. Bagi pihak Toyota, mahasiswa

tersebut diharapkan mampu memberikan inovasi maupun improvement

untuk meningkatkan unjuk kerja perusahaan tersebut.

Toyota Internship Program memberi kewajiban bagi pesertanya untuk

melakukan perbaikan dan mempresentasikannya di kantor pusat yaitu di Human

Resources Division. Di program ini terlihat hubungan timbal balik, bagi

mahasiswa yang membutuhkan tempat kerja praktek. Bagi Toyota, program ini

juga merupakan salah satu jalan untuk melakukan perekrutan karyawan.

Perekrutan karyawan baru ditinjau dari beberapa aspek. Selain dilihat dari

unjuk kerja di lapangan, yaitu dengan cara rekomendasi dari mentor agar

mahasiswa yang bersangkutan ditarik menjadi karyawan Toyota. Perekrutan juga

dilihat dari hasil penilaian pada saat presentasi perbaikan yang telah dibuat.

Di program ini, mahasiswa dituntut untuk bisa beradaptasi dan mampu

mengatur waktu secara tepat. Dengan mengikuti program ini, diharapkan

mahasiswa telah melakukan adaptasi dengan dunia kerja dan siap bekerja ketika

dibutuhkan. Keuntungan lain bagi mahasiswa selain membantu proses kelulusan

juga kesempatan bekerja. Sebuah tawaran yang cukup menarik untuk melakukan

kerja praktek.

F. Letak dan Luas Perusahaan

PT TMMIN mempunyai beberapa lokasi kantor dan plant yaitu :

1. Kantor pusat (Head Office)

Kantor pusat PT TMMIN berada di Jl. Yos Sudarso, Sunter II, Jakarta

14330. Sedangkan websitenya adalah http://www.toyota.co.id.

Page 28: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

13

2. Sunter I Plant

Salah satu pabrik PT TMMIN berada di Jl. Laks. Yos Sudarso, Sunter

I, Jakarta 14330. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Lokasi Sunter I Plant

3. Sunter II Plant

Salah satu pabrik PT TMMIN berada di Jl. Gaya Motor Raya, Sunter

II, Jakarta 14330. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat di Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Lokasi Sunter II Plant

4. Karawang Plant

Sedangkan pabrik yang terakhir dan memiliki teknologi yang lebih

modern dibandingkan dengan pabrik-pabrik PT TMMIN yang ada di

Indonesia berada di Jl. Permata Raya Lot DD-1, Kawasan Industri

KIIC (Tol Jakarta-Cikampek km 47) Karawang, Jawa Barat 41361.

Page 29: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

14

Karawang Plant mulai dibangun pada tanggal 26 Mei 1996 dan mulai

beroperasi pada tanggal 10 Maret 1998. Untuk lebih jelasnya, dapat

dilihat pada Gambar 4.3 untuk layout Karawang Plant PT TMMIN.

Pada plant dengan luas 1.000.000 m2 ini terdapat empat shop dan

beberapa gedung lainnya, yaitu :

a. Press shop dengan luas bangunan 6.000 m2

b. Welding shop dengan luas bangunan 20.000 m2

c. Painting shop dengan luas bangunan 13.200 m2

d. Assembly shop dengan luas bangunan 24.000 m2

Dan gedung lainnya dengan luas bangunan 15.000 m2.

Gambar 4.3. Lay Out Karawang Plant

G. Kegiatan Divisi-Divisi Perusahaan

Kegiatan yang dilakukan di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia

dapat diklasifikasikan menjadi kegiatan pada tiap-tiap shop, yaitu:

Page 30: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

15

1. Stamping Shop

a. Manufaktur bagian-bagian body stamping untuk keperluan

pembuatan kendaraan komersial Toyota

b. Manufaktur frame untuk kendaraan komersial Toyota

c. Manufaktur bagian-bagian sub-assembly dari body seperti : engine

hood, back-door, rear-door, front-door.

d. Manufaktur tangki bahan bakar, pipa pengeluaran untuk kendaraan

komersial dan kendaraan penumpang.

e. Manufaktur peralatan stamping dan alat bantu perakitan untuk

pembuatan body.

f. Mengekspos peralatan stamping ke Thailand dan Filipina serta alat

bantu perakitan ke Venezuela, Jepang dan Pakistan.

2. Engine Shop

a. Manufaktur mesin 5K, 7K, dan ITR (1500cc, 1800cc, 2000cc

sampai 2700cc)

b. Manufaktur mesin 14B (3600cc) untuk produk Toyota Dyna

c. Manufaktur mesin 5A (500cc) untuk produk Toyota Soluna

d. Manufaktur mesin 7A (1800cc) untuk produk Toyota Corolla dan

Corona

e. Manufaktur mesin 5S (2400cc) untuk produk Toyota Camry

f. Manufaktur mesin 2JS (3000cc) untuk produk Toyota Crown

g. Melakukan proses permesinan bagian-bagian mesin seperti :

inhaust manifold, exhaust manifold, fly-wheel, crank-shaft, crank-

cap, blok silinder, kepala silider, penutup kepala silinder dan piston

h. Melakukan ekspor mesin tipe 5K ke Malaysia dan Jepang

Page 31: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

16

3. Casting Shop

Membuat blok silinder, crank shaft, crank-cap, dan fly-wheel untuk

lebih lanjut di mesin di engine shop.

4. Parts Center

Memproduksi, menjual, mendistribusikan bagian-bagian dari

kendaraan yang dijual oleh Toyota.

5. Assembly Shop

Assembling shop yang memiliki luas area 37.500 m2 merupakan

tempat perakitan satu body kendaraan menjadi sebuah kendaraan utuh

siap jalan. Di assembly shop dilakukan proses perakitan seluruh

komponen kendaraan pada satu body kendaraan. Mulai dari

pemasangan mesin, interior, eksterior hingga roda kendaraan.

Assembly shop memiliki fasilitas final test facility yang mengecek

setiap unit kendaraan untuk mewujudkan kepuasan pengguna. Di

assembly shop dilakukan perakitan kendaraan jenis :

a. Kijang Innova 2000cc bensin dan 2400cc diesel

b. Fortuner 2700cc bensin dan 4000cc V6

c. Truck Dyna 3600cc diesel dan 6 roda (PT Sugity)

d. Land Cruiser 4200cc Standard dan Deluxe

e. Avanza

f. Soluna 1500cc 16 valve XLI dan GLI

g. Corolla 1800cc 16 valve Twin Cam EFI

h. Camry 2400cc 16 valve Twin Cam EFI

i. Crown 3000cc 24 valve Twin Cam EFI (Royal Saloon dan

Automatic transmition)

Page 32: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

17

6. Welding Shop

Di welding shop dengan luas area 23.000 m2 terjadi proses pengelasan

bagian-bagian body kendaraan untuk menghasilkan satu bagian utuh

dengan cara menyatukan seluruh pressed body yang diproduksi di

stamping shop. Hasil akhir dari proses ini adalah satu body kendaraan

utuh.

a. Produksi : Body, Frame (Chassis), welding jig, CKD part

b. Body Shop

1) Kapasitas produksi maksimum = 90.000 per 2 shift per tahun

dengan takt time 2.5 menit per unit.

2) Produksi Body (KF Shell Body, Crown, Land Cruiser) dan

CKD (KF Part ke Malaysia dan Vietnam)

3) Special feature :

a) Body : robot auto spot welding, 6 robot untuk di under body

dan 6 robot untuk di main body respot

b) Frame : robot CO2 welder, 4 robot untuk di side rail CKD

dan 8 robot untuk di side rail regular.

Page 33: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

18

III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ergonomi

Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari

bahasa Latin yaitu “ergon” yang berarti kerja, dan “nomos” yang berarti hukum

alam. Sehingga, ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari

tentang aspek–aspek manusia dalam lingkungan kerjanya, yang dapat ditinjau

secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan perancangan

(Nurmianto, 2004). Di dalam ergonomi, diperlukan studi tentang sistem dimana

manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan

utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Metode

pendekatannya dengan menganalisa hubungan fisik antara manusia dengan

fasilitas kerjanya.

Menurut Oborne (1995), ergonomi adalah cara memandang dunia, berpikir

tentang manusia, dan bagaimana interaksinya dengan seluruh aspek dalam

lingkungannya, perlengkapannya, dan situasi kerjanya. Menurut Bridger (1995),

ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia, mesin dan

lingkungan yang bertujuan untuk menyesuaikan pekejaan dengan manusia.

Ergonomi menurut American Industrial Hygene Association adalah

multidisiplin ilmu yang mengaplikasikan prinsip-prinsip fisika dan psikologi

terhadap kapabilitas manusia untuk menciptakan atau memodifikasi pekerjaan,

peralatan, produk, dan tempat kerja (Nardi, 1997). Sedangkan International

Ergonomi Association mendefinisikan ergonomi sebagai disiplin ilmu yang

mempelajari tentang interaksi antara manusia, dan elemen lainnya dalam sistem

yang berhubungan dengan perancangan, pekerjaan, produk dan lingkungannya

untuk mendapatkan kesesuaian antara kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan

manusia.

Menurut Bridger (1995) terdapat perbedaan antara ergonomi dengan

human factors, yaitu ergonomi lebih menenkankan kepada faktor manusia sebagai

Page 34: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

19

sistem biologis, sedangkan human factors lebih menekankan kepada aspek

psikologis (psikologi eksperimental dan psikologi teknik) dan menekankan

kepada integrasi pertimbangan faktor manusia di dalam total desain. Walaupun

demikian, human factors dan ergonomi mempunyai banyak persamaan dan tetap

diasumsikan sama.

Pada dasarnya, ergonomika memiliki tujuan penting. Tujuan pertama

adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, serta aktivitas lain yang

dilakukan, termasuk meningkatkan kemampuan pengguna, mengurangi kesalahan,

dan meningkatkan produktivitas. Tujuan kedua adalah, meningkatkan keinginan

tertentu; seperti keselamatan, kenyamanan, penerimaan pengguna, kepuasan kerja

dan kualitas kehidupan, sama halnya dengan mengurangi kelelahan dan stress

(Fitriani, 2003)

Maka, manfaat dan tujuan penerapan ilmu ini adalah untuk mengurangi

ketidaknyamanan saat bekerja. Dengan demikian ergonomi berguna sebagai

media pencegah terhadap kelelahan kerja sedini mungkin sebelum berakibat fatal

kronis.

B. Penelitian Kerja

Penelitian kerja (yang lebih dikenal dengan istilah asingnya Methods

Engineering Work Design, Work Study, atau Job Design) adalah sutu aktivitas

yang ditujukan untuk mempelajari prinsip–prinsip dan teknik-teknik untuk

mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik. Prinsip–prinsip dan

teknik kerja ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen yang ada dalam

sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuannya, bahan

baku, mesin dan peralatan kerja lainnya, serta lingkungan kerja fisik yang ada

sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja yang

tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai, serta

akibat psikologis atau sosiologis yang ditimbulkan.

Page 35: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

20

Analisa dan penelitian kerja berupaya mengidentifikasikan kondisi-kondisi

kerja yang tidak produktif (tampak dalam bentuk banyaknya waktu delay,

material handling dan sebagainya) dan kemudian membuat rancangan tata cara

serta sistem kerja yang lebih baik. Di sini diperlukan kesepakatan antara semua

pihak bahwa hasil dari penelitian kerja ini untuk memperbaiki tingkat

produktivitas kerja, sehingga adanya keuntungan sebagai dampak peningkatan

produktivitas yang pada akhirnya akan bisa dinikmati semua lapisan yang ada

dalam organisasi.

Penelitian kerja terdiri dari dua elemen dasar pemikiran, yaitu pemikiran

ke arah usaha pencapaian efisiensi kerja dan pemikiran untuk mempertimbangkan

perilaku manusia sebagai unsur-unsur pokok suksesnya usaha kerja mereka.

Pemikiran ke arah pencapaian efisiensi membawa penelitian untuk menghasilkan

langkah–langkah kerja secara lebih sistematis dengan urutan–urutan yang logis.

Sedangkan pertimbangan mengenai perilaku manusia sebagai unsur pokok

suksesnya pelaksanaan kerja, akan membawa penelitian untuk mencari faktor–

faktor penyebab yang mempengaruhi perilaku manusia pekerja di dalam usaha

memenuhi kepuasan kerja dan kebutuhannya.

Bila ditinjau lebih lanjut, maka ruang lingkup penelitian kerja dapat dibagi

kedalam dua bagian pokok, yaitu metode penelitian atau pengaturan proses kerja

dan pelaksanaan pengukuran kerja. Hubungan antara penelitian kerja dan kedua

bagian pokok tersebut, secara sistematis dapat diperlihatkan pada Gambar 2.1. Di

sini pengaturan proses kerja berisi prinsip–prinsip pengaturan komponen–

komponen kerja untuk mendapatkan alternatif–alternatif sistem kerja yang terbaik.

Komponen–komponen sistem kerja diatur sehingga secara bersama–sama berada

dalam komposisi yang baik, yaitu dapat memberikan efisiensi dan produktivitas

tinggi.

Pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan pengaturan terhadap

pekerja, bahan, peralatan/perlengkapan kerja serta lingkungan kerja fisik

dipelajari melalui apa yang dinamakan ilmu ergonomi, studi gerakan kerja

(motion study) dan studi tentang prinsip–prinsip ekonomi gerakan (motion

economy).

Page 36: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

21

Gambar 2.1. Ruang Lingkup Penelitian Kerja

Ada tiga kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentang

kebijakan suatu sistem kerja, yaitu waktu, tenaga, dampak psikologis dan

sosiologis. Artinya, suatu sistem kerja akan dinilai baik sekali apabila sistem atau

metode tersebut memungkinkan dikerjakan dalam waktu yang tersingkat, tenaga

yang diperlukan untuk penyelesaian kerja tersebut sedikit dan mudah, serta

dampak psikologis dan sosiologis yang mungkin ditimbulkan juga sangat minim.

Berdasarkan kriteria-kriteria inilah alternatif-alternatif sistem kerja dibandingkan

satu dengan lainnya. Semakin mudah dan murah, maka akan semakin baik pula

sistem kerja yang dirancang. Bagian dari penelitian yang mempelajari cara-cara

pengukuran sistem kerja tersebut disebut juga dengan pengukuran kerja (work

measurement atau time study), sedangkan bagian yang mengatur sistem atau

metode kerja terdahulu dikenal dengan studi gerakan (motion atau method study)

PENELITIAN KERJA (WORK STUDY / DESIGN)

Pengaturan Metode Kerja

Studi gerakan kerja (motion study)

Memperbaiki tata cara bekerja

(simplified method, most economical

way, ergonomic)

Aplikasi metode ilmiah vs metode

trial and error

Eliminasi gerakan/kerja yang tidak

perlu, kombinasi operasi kerja dan

penyederhanaan kerja (konsep

deregulasi/debirokratisasi kerja)

Standarisasi operasi/metoda kerja

dalam hal pemakaian material,

mesin/peralatan kerja, informasi

(form sheet), kondisi lingkungan

fisik kerja, dll)

Pengukuran Kerja

Pengukuran kerja (waktu, energy,

dan dampak social psikologis)

Menilai dan menetapkan tolok ukur

efektivitas dan efisiensi kerja

Menetapkan waktu standar, output

standar, bonus/insentif, idle/delay

(non-productive activities) dan lain-

lain

Realisasi konsep “the fair day’s pay

for the fair day’s work”

Macam kegiatan pengukuran waktu

kerja:

­ Secara langsung (stopwatch

time study, sampling kerja)

­ Tidak langsung (standard

data)

KENAIKAN PRODUKTIVITAS

Page 37: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

22

C. Time Study

Waktu merupakan salah satu sumber input seperti halnya dengan dengan

material, energi, dan sebagainya. Waktu adalah sumber yang tidak dapat

digantikan, sekali terlewat maka tidak bisa diulang kembali. Penggunaan waktu

yang efektif akan memberi dampak langsung terhadap produktivitas. Aktivitas

pengaturan dalam hal ini harus dirancang untuk menangani lebih banyak

pekerjaan.

Studi waktu biasa digunakan untuk pengukuran kerja. Hal ini meliputi

teknik untuk menjalankan standar waktu yang diperkenankan untuk dilakukan,

berdasarkan pengukuran elemen kerja dari pekerjaan yang telah ditentukan, tanpa

adanya kelelahan bagi pelaksananya ataupun keterlambatan yang tidak

terhindarkan. Analisa studi waktu menggunakan beberapa teknik untuk membuat

standar : studi waktu menggunakan stopwatch, pengumpulan data dengan

komputer, data standar, data gerakan dasar, pengambilan contoh kerja, dan

melakukan estimasi berdasarkan data yang telah ada.

Aktivitas pengukuran waktu kerja diperkenalkan pertama kali untuk

penyelesaian kerja. Dengan adanya waktu ini maka sistem pengaturan upah atau

insentif akan dapat dibuat berdasarkan “a fair day’s pay for a fair day’s work”.

Begitu pula dengan mengetahui waktu ini maka estimasi akan keluaran kerja yang

dihasilkan serta jadwal perencanaan kerja dapat dibuat secara lebih akurat.

D. Motion Study

Studi gerakan adalah analisis terhadap beberapa bagian badan pekerja

dalam menyelesaikan pekerjaannya agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat

dikurangi bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh penghematan waktu kerja.

Sehingga dengan adanya penghematan waktu kerja maka kelelahan dari pekerja

dapat diminimalisasi.

Studi gerakan visual atau micromotion study sama-sama digunakan untuk

menganalisis metode yang ada untuk mengembangkan pekerjaan ke arah yang

Page 38: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

23

lebih efisien. Studi gerakan merupakan analisis yang lebih sensitif mengenai

berbagai macam gerakan operartor dalam melakukan pekerjaannya. Studi ini

bertujuan untuk mengeliminasi atau mengurangi gerakan yang tidak efisien, dan

untuk memfasilitasi dan mempercepat gerakan yang benar-benar efektif. Melalui

studi gerakan, pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan jumlah output

akan meningkat.

Frank B. Gilberth dan istrinya merupakan pelopor studi gerakan secara

manual. Mereka juga membuat teknik gambar-gerakan yang membuat detail dari

studi gerakan ini yang dikenal dengan “micromotion studies” (studi gerakan

mikro), yang telah teruji sangat berharga dalam mempelajari operasi manual yang

berulang. Studi gerakan visual dapat diaplikasikan dengan sangat luas karena

kegiatan dari studi ini sangat ekonomis. Jenis dari studi ini melibatkan observasi

yang teliti dari operasi dan gambaran mengenai proses pekerjaan operator dan

gambaran analisis berdasarkan hukum dari ekonomi gerakan.

Bagian dasar untuk menyempurnakan konsep ini, dikembangkan oleh

Frank B. Gilberth pada awal penelitiannya, dapat diaplikasikan pada semua

kegiatan produksi yang dilakukan oleh operator. Gilbreth dan istrinya

menguraikan gerakan-gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar THERBLIG (dieja

dari nama Gilberth secara terbalik). Sebagian besar dari elemen-elemen dasar

Therblig merupakan gerakan tangan yang biasa terjadi apabiala suatu pekerjaan

terjadi, terlebih bila bersifat manual. Suatu pekerjaan dapat diuraikan menjadi

beberapa elemen gerakan untuk dilakukan studi guna mendapatkan rangkaian

gerakan yang lebih efisien. Suatu pekerjaan yang akan mempunyai uraian

berbeda bila dibandingkan dengan pekerjaan yang lain tergantung pada pekerjaan

tersebut. 17 elemen kerja dalam therblig ditampilkan dalam Tabel 2.1. dan telah

dibedakan gerakan efektif dan tidak efektif dalam tabel tersebut.

Penelitian mengenai metode dan gerakan kerja yang dikembangkan oleh

Frank B. Gilberth dilaksanakan dengan mempelajari gerakan-gerakan tubuh

manusia yang digunakan untuk melaksanakan operasi kerja. Tujuan pokok dari

studi gerakan ini adalah untuk memperbaiki pelaksanaan operasi kerja dengan

cara menghilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak efektif dan tidak

Page 39: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

24

diperlukan, menyederhanakan gerakan kerja, serta menetapkan gerakan dan

urutan langkah kerja yang paling efektif guna mencapai tingkat efisiensi kerja

yang optimal.

Tabel 2.1. Gerakan Therblig

Gerakan Therblig

Gerakan Efektif Gerakan Tidak Efektif

a. Menjangkau (Reach ) i. Mencari (Search)

b. Memegang (Grasp) j. Memilih (Select)

c. Membawa (Move) k. Mengarahkan (Position)

d. Mengarahkan awal (Preposition) l. Memeriksa (Inspection)

e. Memakai (Use) m. Merencanakan (Plan)

f. Merakit (Assemble) n. Menahan (Hold)

g. Mengurai rakit (Dissamble) o. Avoidable delay

h. Melepas (Release) p. Unavoidable delay

q. Rest to overcome fatigue

Di dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja untuk memperoleh

metode kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip

ekonomi gerakan. Prinsip ekonomi gerakan ini bisa dipergunakan untuk

menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah proses

kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara

menyeluruh dari satu proses ke proses kerja yang lainnya.

1) Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pemakaian bagian

tubuh :

a. Kedua tangan digerakkan pada arah yang simetris secara

bersamaan.

b. Gerakan kedua tangan sedapat mungkin dibuat kecil

c. Lebih baik membuat gerakan lengan depan dan tangan daripada

gerakan pundak dan lengan atas.

d. Menghindari perubahan gerakan arah secara tiba-tiba

e. Melakukan gerakan bebas yang tidak dibatasi

Page 40: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

25

f. Menghindari gerakan naik turunnya badan (membungkuk di mana

posisi tubuh tidak tegak)

g. Pekerjaan yang dapat dilakukan oleh kaki atau bagian tubuh

lainnya sebaiknya tidak dilakukan dengan tangan

2) Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penempatan dan

peralatan :

a. Peralatan dan material diletakkan di lokasi yang telah ditentukan

b. Peralatan dan material sedapat mungkin diletakkan dekat di depan

operator

c. Hindari gerakan ke atas atau ke bawah untuk memindahka benda,

dan pindahkan barang secara horizontal

d. Pergunakanlah gaya berat untuk memindahkannya

e. Peralatan dan material diletakkan di tempat dengan kondisi yang

terbaik untuk gerakan

f. Ketinggian meja proses kerja disesuaikan dengan tinggi operator

dan karakter pekerjaan

g. Berikan penerangan dan pencahayaan yang cocok dengan

kerakteristik pekerjaan

3) Pinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan :

a. Hindari gerakan mempertahankan material dan alat dengan tangan

b. Jangan gunakan peralatan yang bersifat umum (multi fungsi),

tetapi gunakan peralatan khusus

c. Dua buah alat atau lebih sebaiknya digabungkan menjadi satu

d. Handle yang memerlukan tenaga sebaiknya dirancang agar

keseluruhan telapak tangan dapat memegang dengan baik

Page 41: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

26

Dalam menganalisa gerakan kerja seringkali dijumpai kesulitan dalam

menentukan batas-batas suatu elemen Therblig dengan elemen Therblig lainnya

karena waktu gerakan kerja terlalu singkat. Demikian juga sering kali kita jumpai

bahwa elemen Therblig itu sendiri dengan singkat pelaksanaanya sehingga sangat

sulit untuk diamati secara visual. Analisa gerakan kerja dengan rekaman film

(studi gerakan mikro/ micromotion study) dilakukan dengan merekam gerakan-

gerakan kerja dengan menggunakan rekaman film dan segala perlengkapannya.

Hasil rekaman yang diambil dapat diputar ulang sehingga analisis gerakan kerja

bisa dilakukan dengan lebih teliti.

Page 42: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

27

IV. METODOLOGI

A. Deskripsi Kegiatan

Kegiatan magang dilakukan di PT. TMMIN selama 4 bulan, dimulai dari

tanggal 10 Maret 2010 sampai dengan 9 Juli 2010. Waktu pelaksanaannya

mengikuti jam kerja karyawan, yaitu 8 jam kerja dimulai dari pukul 08.00 WIB

hingga 16.45 WIB dengan waktu istirahat selama 45 menit yaitu dari pukul 12.00

WIB hingga pukul 12.45 WIB. Kegiatan magang dilakukan 5 hari dalam

seminggu dari hari Senin hingga hari Jumat.

Aspek yang dikaji dalam kegiatan magang ini terdiri dari apek umum dan

aspek khusus. Aspek umum meliputi identifikasi profil perusahaan dan

malaksanakan kegiatan-kegiatan proyek yang diberikan yang berhubungan dengan

global content training. Aspek khusus meliputi analisis time and motion study

pada proses preparation booster di perakitan mobil di assembly shop.

Untuk pemenuhan tugas umum kegiatan magang dilaksanakan di Head

Office (Human Resources Division/ Toyota Training Center Department) PT.

TMMIN. Sedangkan untuk pemenuhan tugas khusus dilaksanakan di Assembly

Shop, Karawang Plant, Jawa Barat.

B. Metode Kerja

Secara umum, metode yang digunakan untuk menjalankan aspek umum

dan aspek khusus dalam kegiatan magang adalah :

a. Aspek Umum

1. Perkenalan dengan pimpinan dan staf perusahaan

Untuk saling mengenal antara staf-staf perusahaan sebagai pihak yang

membantu pelaksanaan magang ini dengan pelaksana kegiatan

magang.

Page 43: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

28

2. Observasi dan Pengambilan Data

Observasi dan pengambilan data dilakukan sebelum dan sesudah

perbaikan. Observasi sebelum perbaikan dilakukan sebagai mapping

permasalahan pada seluruh aspek yang ada dalam pelatihan gl’s role

dan line head pada Assembly Shop. Dan observasi setelah perbaikan

digunakan untuk melihat kemajuan yang tercapai setelah perbaikan

pada pos/line kerja yang diteliti. Pengambilan data dilakukan dengan

beberapa cara yaitu : observasi ke lapangan, pengambilan gambar

kondisi lapangan, diskusi dengan line head dan trainer gl’s role,

observasi pelatihannya, dan observasi kegiatan yang berhubungan

dengan penerapan gl’s role di lapangan.

3. Perencanaan Improvement

Permasalahan yang didapat dari hasil observasi kemudian dianalisis

faktor penyebab dan dampak yang mungkin ditimbulkan. Pemecahan

dari permasalahan mengacu pada empat hal, yaitu perbaikan pada

pekerjanya, perbaikan pada material yang ditangani, perbaikan metode

on the job development dan perbaikan pada perangkat yang

berhubungan dengan OJD di tempat kerja, contohnya mendengarkan

laporan dari operator terkait abnormalitas.

4. Improvement Trial

Uji coba penerapan perbaikan yang telah dirancang sebelumnya.

Diharapkan dari ujicoba ini diketahui kelemahan dari rencana

perbaikan sebelumnya.

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas dari perbaikan yang

sedang diujicoba. Kekurangan yang masih ada akan dibahas kembali

dan dicari pemecahannya.

Page 44: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

29

6. Implementasi

Ini adalah tahapan akhir dari rencana improvement, yaitu penerapan

langsung di lapangan. Implementasi dilakukan setelah proses uji coba

dilewati dan menunjukan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.

7. Studi Pustaka

Dilakukan dengan mencari referensi dan literatur untuk mendukung

data-data di lapangan dan sebagai bahan analisis.

b. Aspek Khusus

1. Perkenalan dengan Pimpinan dan Staf yang Terlibat

Perkenalan ini dimaksudkan untuk menyampaikan tujuan dari

pengambilan data ini, dan persamaan persepsi sehingga dari kedua

belah pihak sama-sama medapatkan keuntungan dari penelitian tentang

standar kerja tersebut.

2. Observasi dan Pengambilan Data

Observasi dan pengambilan data dilakukan sebelum dan sesudah

perbaikan. Observasi sebelum perbaikan dlakukan sebagai mapping

permasalahan pada Assembly Shop. Dan observasi setelah perbaikan

digunakan untuk melihat kemajuan yang tercapai setelah perbaikan

pada pos/line kerja yang diteliti. Pengambilan dilakukan dengan

beberapa cara yaitu : perekaman menggunakan kamera digital, dan

pencatatan data.

a. Perekaman proses kerja, perekaman dilakukan untuk

mendapatkan dokumentasi proses kerja yang dapat dipisah-

pisahkan berdasarkan elemen-elemen kerjanya.

b. Pencatatan Data, data yang diambil dalam kegiatan ini adalah

proses kerja yang dilakukan, waktu yang dibutuhkan untuk

melaksanakan satu cycle pekerjaan, dan tempat kerja.

Page 45: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

30

3. Perencanaan Improvement

Permasalahan yang didapat dari hasil observasi kemudian dianalisis

faktor penyebab dan dampak yang mungkin ditimbulkan. Pemecahan

dari permasalahan mengacu pada empat hal, yaitu perbaikan pada

pekerjanya, perbaikan pada material yang ditangani, perbaikan metode

kerjanya dan perbaikan pada peralatan atau tempat kerja.

4. Improvement Trial

Uji coba penerapan perbaikan yang telah dirancang sebelumnya.

Diharapkan dari ujicoba ini diketahui kelemahan dari rencana

perbaikan sebelumnya.

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas dari perbaikan yang

sedang diujicoba. Kekurangan yang masih ada akan dibahas kembali

dan dicari pemecahannya.

6. Implementasi

Ini adalah tahapan akhir dari rencana improvement, yaitu penerapan

langsung di lapangan. Implementasi dilakukan setelah proses uji coba

dilewati dan menunjukan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.

7. Studi Pustaka

Dilakukan dengan mencari referensi dan literatur untuk mendukung

data-data di lapangan dan sebagai bahan analisis.

C. Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah :

Page 46: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

31

1. Camera Digital

Camera Digital digunakan untuk mengambil proses kegiatan dalam 1

cycle perakitan booster hingga pemasangannya di Assembly Shop Hasil

perekamannya digunakan sebagai data utama dalam pengamatan

proses kerja.

2. Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan

operator untuk mengerjakan satu elemen kerja hingga satu cycle

pekerjaan. Waktu yang didapat akan dibandingkan dengan standar

kerja yang sudah ada, sehingga akan dilakukan perbaikan pada waktu

yang tidak sesuai dengan standar.

3. Komputer dan Alat Tulis

Komputer digunakan untuk memutar kembali video rekaman yang

telah diambil untuk dilihat elemen kerjanya dan waktu yang

dibutuhkan. Pengolahan video menggunakan software VLC Media

Player untuk memisahkan element kerja dan muda yang ada serta

melihat proses kerja dalam slow motion.

Page 47: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

32

V. GL’s ROLE

A. Pengertian GL’s Role

Pada struktur organisasi Toyota, terdapat seorang line head yang berperan

untuk menjaga agar line yang berada di bawah tanggung jawabnya dapat berjalan

dengan baik berdasarkan 5 misi utama yaitu : safety, kualitas, produktivitas, biaya,

dan pengembangan sumberdaya manusia. GL adalah singkatan dari Group

Leader yang merupakan istilah dari Toyota Motor Corporation, sedangkan istilah

yang digunakan di TMMIN adalah line head. Line head adalah sebuah posisi

untuk pimpinan line produksi. Di PT. TMMIN ada 12 shop floor dan 325 line

produksi.

Tujuan dari pelatihan peran adalah mengembangkan orang di dalam setiap

tingkatan pekerjaan sehingga dapat melaksanakan tugas yang konkrit. Pelatihan

GL’s role adalah pelatihan yang diberikan untuk para line head agar mereka dapat

tahu, mengerti, menjalankan dan dapat melakukan perbaikan-perbaikan terkait

perannya sebagai seorang pemimpin pada line produksi. Selain agar dapat

menjalankan peran sebagai seorang pemimpin, line head juga diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan stafnya dengan sistem on the job development. Selain

itu, untuk mendukung seorang line head sehingga dapat menjalankan perannya,

pelatihan GL’s Role juga diberikan untuk atasan-atasan line head tersebut.

Situasi yang ideal bagi seorang line head adalah apabila line head sangat

memahami standar kerja yang ada dan memahami kemampuan dasar

(fundamental skill) anggota kelompok sendiri, dan dapat mengatur kelompok

mereka dengan lancar melalui identifikasi abnormalitas berdasarkan observasi

(genba genchi genbutsu).

Peran seorang line head dimulai dari sebelum produksi berjalan. Line

head harus memastikan 4M (man, method, machine, material) komponen

produksi sudah siap untuk dimulainya produksi. Ketika produksi berjalan, line

head memastikan bahwa produksi berjalan sesuai dengan standar kerja yang ada.

Selain itu, line head siap menanggapi apabila terjadi abnormalitas. Ketika

Page 48: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

33

produksi selesai, line head memastikan 4M komponen produksi siap untuk

dimulainya produksi shift selanjutnya. Perawatan peralatan dan mesin secara rutin

juga merupakan tanggung jawab seorang line head.

B. Memastikan Kondisi Awal Sebelum Produksi Dimulai

Sebelum produksi dimulai, line head harus memastikan 4M komponen

produksi sudah siap sehingga tidak akan mengakibatkan abnormalitas pada saat

produksi berjalan. Komponen – komponen yang harus dipastikan adalah man

(operator), material, mesin, dan metode.

1. Man

Setiap pagi, sebelum produksi dimulai, line head memeriksa kehadiran

anggotanya dan kondisi kesehatan mereka pada waktu 5 minutes talk.

Kondisi kesehatan anggota diperiksa dengan melakukan senam pagi.

Anggota diminta melakukan beberapa gerakan yang akan menunjukan

apabila terjadi permasalahan ergonomi.

Apabila jumlah operator untuk mulai produksi kurang, maka line head

harus melaporkan kepada atasannya untuk mendapatkan bantuan dari

kelompok lain.

Selain itu, line head juga harus memastikan kesesuaian antara

kemampuan (skill) yang dimiliki oleh operator, dengan proses yang

akan dikerjakan oleh operator tersebut. Line head juga harus

merencanakan pelatihan kemampuan dasar untuk operator-

operatornya, sehingga apabila ada operator yang tidak masuk, operator

yang lain dapat menggantikan karena telah menguasai proses tersebut.

Pelatihan tersebut bisa dilakukan dengan diberlakukannya rotasi

pekerjaan.

Page 49: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

34

2. Material

Yang terpenting dari menjaga agar material selalu tersedia dan berada

di tempatnya sehingga tidak terjadi abnormalitas adalah membuat

budaya 4S mengakar. 4S adalah seiri (memisahkan antara yang masih

diperlukan dan yang tidak perlu, yang sudak tidak perlu dibuang),

seiton (menyusun berdasarkan dan meluruskan), seisou

(membersihkan dari kotoran), seiketsu (rapi dan bersih sehingga 3S

yang lain dapat terjaga). Dalam istilah Indonesia, 4S menjadi 5R,

yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. 4S adalah langkah

pertama untuk pengembangan shop floor dan sumberdaya manusia.

Aturan penyimpanan yang harus diterapkan terkait dengan 4S

berhubungan dengan barang-barang tersebut benar-benar diperluakan

untuk diletakkan di sana, tempat tersebut dirancang dengan baik,

jumlah barang yang diletakkan di sama dalam jumlah minimum, dan

diberi label untuk penempatannya.

Ada 5 tahapan pengertian 4S, tahap pertama hanya sekedar mengetahui

bahwa 4S berarti membersihkan. Tahap kedua adalah mengetahui

kata-kata dari 4S. Tahap ketiga adalah mengetahui kata-kata dari 4S

dan mengerti makna setiap kata-katanya. Tahap keempat, dapat

melihat adanya abnormalitas dari barang-barang. Tahap kelima adalah

dapat membuat 4S sebagai alat untuk kaizen terhadap abnormalitas.

Tugas line head lainnya terkait dengan persiapan material sebelum

produksi dimulai adalah memberikan petunjuk pada anggotanya untuk

mengamati kondisi 4S pada daerah yang menjadi tanggung jawabnya

dan mempersiapkan part, peralatan dan pengiriman material untuk

dimulainya produksi.

3. Machine

Line head harus mengamati area yang menjadi tanggung jawabnya

sebelum pekerjaan dimulai dan setelah pekerjaan selesai. Tugas ini

dibagi menjadi tugas start-up dan tugas shut down. Tugas start up

Page 50: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

35

untuk mambuat line dapat mulai bekerja dengan segera. Setelah mesin

dinyalakan, dilakukan pemeriksaan sebelum operasi produksi dimulai,

pemanasan mesin, dan memastikan pekerjaan maintenance antar shift.

Sedangkan tugas shut down adalah mengakhiri pekerjaan line dengan

mematikan peralatan setelah operasi maintenance harian. Pekerjaan

line harus diselesaikan tanpa menimbulkan gangguan pada shift

berikutnya.

4. Method

Pada awal produksi, line head harus memeriksa apakah terjadi poin

perubahan pada linenya hari itu. Poin perubahan dilihat dari faktor

4M, contohnya, pada faktor man poin perubahan yang mungkin terjadi

adalah ada operator yang tidak masuk atau ada operator baru yang

akan mulai masuk line. Sedangkan poin perubahan pada faktor

machine dan material adalah apabila terdapat mesin atau peralatan

baru. Poin perubahan pada faktor method adalah jika terdapat metode

baru untuk melakukan proses, contohnya terjadi perubahan takt time.

Sebelum produksi dimulai, line head harus sudah memahami poin

perubahan yang terjadi, dan segera mengkomunikasikan dengan

anggota-anggotanya. Harus dipastikan juga apakah dengan adanya

perubahan, shop floor dalam keadaan yang serius atau tidak. Setelah

proses produksi berjalan, line head akan mengkonfirmasi poin

perubahan yang dilakukan.

Tugas-tugas seorang line head dikontrol dengan papan penugasan

(assign board). Assign board berfungsi juga sebagai alat komunikasi

dari line head kepada para anggotanya dan juga atasannya apa yang

terjadi pada linenya hari itu, apakah terjadi poin perubahan dan apakah

poin perubahan itu berpengaruh ke line lain.

Page 51: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

36

C. Implementasi Produksi – Mempertahankan Kondisi Normal

Untuk menjaga kondisi produksi tetap berjalan dengan normal dan untuk

menghindari abnormalitas, maka line head harus mengimplementasikan standar

kerjanya dengan sungguh-sungguh. Namun, sebelum mengimplementasikan

standar kerja, line head dan anggota-anggotanya harus mempersiapkan lingungan

kerja di mana standar kerja tersebut diterapkan, dengan cara memastikan jenis

part dan alat serta penempatannya harus sesuai dengan kebutuhan prosedur kerja.

Ada empat langkah yang dilakukan untuk dapat mengimplementasikan

standar kerja. Langkah-langkah tersebut adalah :

1. Tetapkan standar kerja

Untuk menetapkan standar kerja, line head harus memperhatikan tiga

langkah yang sehingga operator dapat mengikuti standar kerja. Tiga

langkah kerja tersebut adalah kemampuan dasar (fundamental skill),

elemen kerja dan standar kerja. Seorang operator baru harus

mengambil pelatihan kemampuan dasar dan disertifikasi oleh pelatih

(trainer) dari dojo (operator mencapai level skill #1). Kemudian

operator tersebut mengikuti pelatihan pekerjaan di masing-masing

elemen kerja dan part, dan disertifikasi oleh trainer yang diberi

wewenang (keahlian masing-masing elemen kerja dari operator

mencapai skill level #2). Serelah itu, operator melakukan pelatihan

standar kerja langsung di line dan disrrtifikasi oleh trainer yang diberi

wewenang (hingga mencapai skill level #3, operator mampu bekerja

sendiri tanpa didampingi lagi).

Tiga elemen standar kerja yang harus diperhatikan oleh line head

untuk membuat standar kerja, adalah takt time, urutan pekerjaan, dan

stock standar pada saat proses. Takt time adalah waktu yang

ditetapkan untuk memproduksi satu komponen atau satu kendaraan.

Urutan pekerjaan berhubungan dengan urutan operasi dalam satu

siklus proses yang menuntun pekerja untuk menghasilkan barang yang

kualitasnya baik dengan cara yang sangat efisien. Stock standar dalam

Page 52: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

37

proses adalah jumlah minimum part yang selalu tersedia untuk

melaksanakan produksi. Agar memungkinkan pekerja melakukan

pekerjaannya secara terus-menerus dalam sejumlah urutan sub-proses,

mengulangi operasi yang sama berulang-ulang dalam urutan yang

sama. Pada intinya standar kerja merupakan kombinasi elemen kerja,

untuk melaksanakan proses dengan waktu yang sudah ditentukan (takt

time), standar kerja juga menunjukkan volum pekerjaan atau orang

yang terlibat.

2. Ajarkan standar kerja dan pastikan operator melakukannya

Line head harus memastikan bahwa operator mengerti standar kerja

yang ada dan melakukannya ketika mengerjakan proses. Line head

tidah harus mengajarkan langsung ke operator, yang bertugas

mengajarkannya adalah group head, line head hanya memastikan

bahwa group head tersebut mengajarkannya dengan benar.

Mengajarkan standar kerja mengikuti metode Toyota Job Instruction.

Langkah-langkahnya adalah : mempersiapkan untuk pelatihan, lakukan

dan tunjukkan, biarkan operator melakukannya, dan konfirmasikan.

Apabila ada lima urutan kerja, trainer harus melakukan dan

menunjukan lima urutan pekerjaan itu dulu, kemudian operator akan

melakukan urutan yang pertama dan urutan kedua sampai keempat

dilakukan oleh trainer. Lalu untuk langkah kedua, operator

melakukan urutan pertama dan kedua dilanjutkan dengan trainer

melakukan urutan ketiga sampai kelima. Kemudian, operator

melakukan urutan pertama hingga ketiga, dan trainer akan melakukan

urutan keempat hingga kelima. Selanjutnya, operator akan melakukan

urutan pertama hingga keempat dan trainer akan melakukan urutan

kelima. Hingga pada akhirnya, operator dapat mengerjakan kelina

urutan pekerjaan dengan baik. Ilustrasinya dapat dilihat di Gambar 5.1.

Pencapaian tingkat kemampuan operator dilihat dari akurasi pekerjaan

(melakukan tiga siklus yang sama sesuai dengan lembar elemen kerja),

Page 53: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

38

akurasi waktu (melakukan tiga kali siklus dengan kondisi normal tanpa

terjadi line stop), dapat mendeteksi apabila terjadi abnormalitas dan

menghentikan line (dengan melakukan stop, call, wait) dan tidak

meneruskan produk defect (cacat) pada saat training.

Gambar 5.1. Ilustrasi pelatihan elemen kerja

Selain itu, seorang operator dianggap mengerti standar kerja dan

mampu mengajar apabila dapat melakukan lima siklus yang sama

sesuian dengan lembar elemen kerja, melakukan lima siklus dengan

posisi mulai dan berakhir di tempat yang sama, melakukan lima siklus

dengan gerakan yang terus-menerus tanpa tersendat, mampu

melakukan proses tanpa berhenti selama dua jam, dan tidak

meloloskan produk cacat selama tiga bulan.

3. Mencari muda, mura, dan muri

Muda adalah berbagai macam fenomena dan efek yang tidak

meningkatkan nilai tambah. Muda dapat dibagi menjadi 7 jenis, yaitu:

muda cacat atau yang perbaikan, muda produksi berlebih (over

production), muda proses, muda pengangkutan (pengiriman), muda

inventory (stok), muda gerakan, muda menunggu. Mura adalah

ketidak teraturan karena perencanaan produksi untuk kendaraan atau

part tidak tetap, kadang banyak, kadang sedikit. Sedangkan muri

adalah mmberi beban berlebih pada pikiran dan tubuh. Dalam

hubungannya dengan mesin dan peralatan, muri adalah memberi beban

Page 54: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

39

melebihi kemampuan yang dapat ditanggung oleh mesin atau peralatan

tersebut.

Seorang line head bertugas memastikan tidak ada muda, mura, dan

muri dari sudut pandang lingkungan pekerjaan. Line head harus dapat

menemukan apakah pekerjaan terlalu berat untuk operator sehingga

dapat mengubah menjadi lebih ringan, dan sebaliknya, apabila

pekerjaan tersebut terlalu ringan untuk operator line head bisa

mengubahnya menjadi sesuai kemampuan. Line head harus peka

terhadap muda walaupun hanya satu detik, satu tetes, satu langkah, dan

satu potong, karena apabila terjadi muda satu detik setiap proses, maka

akan terjadi banyak waktu yang sia-sia dam menyebabkan kenaikan

biaya.

4. Melaksanakan kaizen

Di Toyota, untuk melakukan kaizen, harus mengikuti metode PDCA

(Plan-Do-Check-Action). PDCA untuk melaksanakan kaizen pada

standar kerja adalah membuat standar kerja (plan), implementasi

standar kerja (do), menemukan pekerjaan yang sulit (check), dan

lakukan kaizen terhadap pekerjaan yang sulit tersebut (action).

Pada saat implementasi standar kerja, line head, group head, dan

operator sebaiknya memiliki kesadaran akan masalah sehingga dapat

berlanjut ke tahap berikutnya. Pada tahap menemukan pekerjan yang

sulit, harus dilaporkan, sehingga dapat dilakukan kaizen. Untuk

melakukan kaizen, line head harus menggunakan ide anggota-

anggotanya dengan maksimal. Karena anggota-anggotanya itulah yang

mengetahui kondisi sebenarnya dari line yang menjadi tanggung tawab

line head tersebut.

Selain implementasi standar kerja dengan sungguh-sungguh, line head

juga harus memastikan bahwa anggotanya melakukan perawatan terhadap mesin-

mesin dan peralatannya dengan rutin untuk menjaga agar kondisi produksi tetap

Page 55: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

40

normal. Maintenance di Toyota berdasarkan pada Toyota Productive

Maintenance. Aktivitas maintenance (perawatan), dilaksanakan bersama-sama

antara divisi produksi dengan bagian engineering untuk memaksimalkan efisiensi

peralatan. Empat pilar aktivitas maintenance adalah

1. Membangun peralatan yang baik (peralatan yang sederhana, dan tidak

rusak). Maka, peralatan yang ada sudah dilengkapi dengan jenis

maintenance yang jelas.

2. Maintenance untuk pencegahan kerusakan; aktivitas ini untuk

menjamin peralatan tidak rusak (memperbaiki peralatan sebelum

rusak)

3. Memperbaiki kerusakan dengan segera dan teliti; diperlukan

kemampuan untuk perbaikan yang tepat dan cepat, pencarian terus

menerus akar permasalahan dan pencegahan terulangnya kerusakan

kembali.

4. Kaizen peralatan yang baik; mengurangi kerusakan dan kerugian,

peningkatan daya unjuk, meningkatkan safety.

Dari keempat pilar tersebut, yang merupakan maintenance rutin adalah pada poin

kedua mengenai maintenance untuk pencegahan kerusakan.

Departemen yang melakukan produksi, sebaiknya melakukan maintenance

sendiri tanpa terlalu mengandalkan bagian engineering. Keuntungan-keuntungan

departemen produksi apabila melakukan pekerjaan maintenance sendiri adalah :

1. Operator memeriksa dan merawat peralatannya sendiri menjadikan

maintenance untuk pencegahan menjadi efektif

2. Operator mengenal peralatannya dan mampu menemukan dan

memberikan reaksi segera bila terjadi abnormalitas dan masalah

dengan peralatannya

Page 56: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

41

3. Operator melaksanakan minor maintenance (perawatan kecil) sendiri

akan membantu operasi lebih cepat dan lebih efisien

4. Operator menjadi punya kemampuan dibidang peralatan dengan

memperoleh dan menggunakan skill maintenance, menghasilkan

aktivitas kaizen lebih bersemangat, yang bertujuan pengurangan

kerugian

5. Selalu menjaga peralatannya sendiri dalam kondisi terbaik adalah

peran penting setiap orang yang terlibat dalam produksi

D. Implementasi Produksi – Menanggapi Abnormalitas

Keadaan abnormal adalah keadaan di mana standar yang jelas sudah ada,

tetapi kondisi aktual yang ada menyimpang dari keadaan standar. Abnormalitas

dikelompokkan menjadi 4 abnormalitas, yaitu abnormalitas pada safety,

abnormalitas pada kualitas, abnormalitas pada produktivitas, dan abnormalitas

pada biaya.

1. Safety

Konsep bekerja dengan safety di Toyota adalah “Zero Accident” yang

berarti diharapkan tidak terjadi kecelakaan. Untuk mencegah

terjadinya kecelakaan, dilakukan pencegahan secara proaktif, di mana

sebelum memulai produksi line head harus memastikan anggotanya

menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai standar. APD

yang standar adalah helm, sarung tangan, sepatu safety, arms cover,

dan kacamata.

Salah satu yang menjadi potensi bahaya adalah postulate near miss,

yaitu dalil yang menerangkan bahwa dari sekitar 300 postulate near

miss (didalilkan nyaris celaka), akan terjadi 29 pengalaman nyaris

celaka, dan kemudian akan benar-benar terjadi satu kecelakaan yang

serius. Contohnya, apabila ada 300 kejadian orang menyebrang tanpa

Page 57: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

42

konfirmasi ke kanan dan kiri, akan ada 29 kejadian orang nyaris

tertabrak, hingga akhirnya akan ada satu kejadian orang tertabrak

forklift. Ilustrasi postulate near miss tersebut dapat dilihat di Gambar

5.2.

Gambar 5.2. Ilustrasi Postulate Near Miss (Modul Pelatihan GL’s

Role)

Untuk menciptakan tempat kerja yang aman, operator harus

ditingkatkan kemampuannya untuk bekerja dengan aman, dan

meningkatkan kesadaran akan pemeliharaan peraturan. Dari sisi

mesin, mesin harus dijaga agar menjadi mesin tanpa bahaya dan mesin

tanpa produk cacat. Metode yang aman adalah metode yang safety

bagi pekerjaan dan pekerja yang melakukannya. Sedangkan peralatan

yang digunakan harus menciptakan pekerjaan yang aman apabila

menggunakan peralatan tersebut.

Dalam proses produksi, dikenal istilah STOP 6 (Safety Toyota 0/Zero

Procedure 6) yaitu suatu prosedur di Toyota untuk mencegah

terjadinya kecelakaan yang mempunyai potensi untuk terjadi,

dikelompokan menjadi 6 kategori, yaitu ABCDF. Kategori-kategori

tersebut adalah :

Page 58: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

43

a. Apparatus, adalah kecelakaan atau insiden yang terjadi karena

alat atau mesin. Seperti terjepit, terseyat, dll.

b. Big heavy, kejatuhan benda berat

c. Car, tertabrak mobil atau kendaraan lain seperti forklift,

towing, atau truk

d. Drop, terjatuh

e. Electricity, tersengat listrik

f. Fire, kebakaran atau ledakan

Apabila terjadi kecelakaan, yang dilakukan pertama kali adalah

membantu korban terlebih dulu kemudian melaporkannya pada pihak

yang terkait. Setelah itu, line head berkoordinasi dengan group head

untuk mencari akar penyebabnya, lakukan penanggulangan,

memastikan penanggulangan tetrsebut diimplementasikan, kemudian

penanggulangan tersebut ditetapkan sebagai standar safety yang baru.

2. Kualitas

Konsep Toyota dalam kualitas adalah “100% Quality Assurance for

Customers” (100% Jaminan Kualitas untuk Pelanggan). Agar konsep

ini dapat berjalan dengan baik, maka line head harus memastikan

bahwa di setiap proses tidak menghasilkan produk cacat, dan tidak

meneruskannya. Operator harus bertindak seolah-olah prosesnya

adalah proses terakhir sebelum ke pelanggan, jadi mereka akan bekerja

dengan sebaik-baiknya. Kualitas sangat penting karena kualitas adalah

keamanan (safety) bagi pelanggan.

Apabila produk cacat mengalir ke proses berikutnya, maka yang harus

dilakukan adalah melakukan recall 100% produk cacat, cari akar

permasalahannya, kemudian tentukan penanggulangannya. Jika terjadi

produk cacat, yang harus dilakukan adalah melakukan perbaikan atau

Page 59: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

44

pekerjaan ulang (rework) bagian yang cacat. Perbaikan atau rework

adalah usaha untuk mengembalikan abnormalitas ke keadaan normal,

dengan cara perbaikan dalam line (on-line repair/rework) dan

perbaikan di luar line (off-line repair/rework), contohnya perakitan

yang salah pasang atau body yang mengalami goresan.

Setelah melakukan pekerjaan ulang, sangat penting untuk menghindari

cacat kedua. Contohnya adalah, setelah pengelasan kembali

dikerjakan, diharapkan tidak mengabaikan cacat pada cat body

tersebut. Pengerjaan ulang adalah merupakan poin perubahan, yang

memerlukan 100% pemerikasaan dan hasilnya dicatat dalam buku

komunikasi.

3. Produksi

Konsep Toyota dalam produksi adalah “Membuat Produk Secepat

Produk Tersebut Terjual”. Dari konsep tersebut, yang harus dilakukan

agar konsep tersebut berjalan adalah dengan tidak adanya produksi

berlebih atau produksi yang kurang dari yang dibutuhkan, dengan

prinsip produksi just in time.

Apabila operator yang seharusnya melakukan pekerjaan dengan

standar tidak ada di tempat (sedang ke kamar mandi, pemeriksaan

kesehatan, pelatihan, pulang cepat atau datang terlambat), maka harus

ada pekerja pengganti (relief work). Sedangkan untuk menghindari

line stop karena ada kerusakan pada mesin atau peralatan, maka

digunakan peralatan atau mesin back up. Operasi dengan mesin

alternatif tidak dapat menjamin kemampuan proses sama dengan

kemampuan proses mesin aslinya. Karena itu, backup work harus

dianggap sebagai poin perubahan.

4. Biaya

Konsep Toyota untuk biaya adalah “Membuat Produk yang Lebih

Baik, dengan Biaya Lebih Murah dan Lebih Cepat”. Yang dapat

Page 60: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

45

dilakukan di tempat kerja agar konsep tersebut dapat berjalan adalah

mengurangi muda (pemborosan) dengan cara aktivitas pengurangan

biaya.

Bagian dari manajemen biaya adalah mengenali fluktuasi pengeluaran

uang dan melakukan penanggulangan apabila pengeluaran tersebut

keluar dari standard. Biaya-biaya yang dapat meningkatkan biaya

adalah biaya tenaga kerja (biaya lembur), biaya energi (penggunaan

listrik berlebih), biaya peralatan, biaya perbaikan produk cacat, biaya

material tidak langsung, dan biaya pembelian part. Biaya-biaya

tersebut diamati terus-menerus, dan apabila terjadi peningkatan atau

penurunan dari standar merupakan abnormalitas. Kemudian harus

dicari akar penyebabnya untuk kemudian ditetapkan

penanggulangannya.

E. Manajemen Abnormalitas

Manajemen abnormalitas adalah visualisasi kondisi normal dan abnormal

di setiap tempat dan dapat melakukan penanggulangan terhadap abnormalitas

segera. Manajemen abnormalitas dilakukan untuk agar dapat mengendalika

abnormalitas yang tidak sesuai standar sehingga abnormalitas dapat mudah

terlihat, mudah melakukan kaizen dan pekerjaan menjadi lebih efisien.

Manajemen abnormalitas fokus terhadap 3 hal yang bergerak (three

moving items) yaitu, benda-benda fisik (physical goods), orang, dan manajemen

informasi. Yang di perhatikan dari benda-benda fisik adalah 4S di line mengikuti

standar atau tidak, dan adanya benda-benda fisik tersebut, memungkinkan aliran

barang yang pertama masuk menjadi pertama keluar (FIFO; First In First Out).

Pada orang, yang menjadi perhatian adalah standar kerja orang tersebut.

Sedangkan target adalah yang menjadi perhatian pada bagian manajemen

informasi.

Page 61: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

46

Ada tiga langkah dalam manajemen abnormalitas, yaitu buatlah standar

yang jelas, kemudian lakukan 4S dan buatlah visualisasi, selanjutnya lakukan

pemecahan masalah untuk mencegah kejadian berulang. Pada barang-barang

fisik, line head harus menetapkan standar yang jelas tentang sistem

penyimpanannya. Standar tersebut meliputi jumlah maksimum dan minimum

yang diperbolehkan; pemberian label nama barang, nomor barang, jumlah

maksimum dan minimum tumpukan dan nomor rak. Contoh standar rak

penyimpanan part dapat dilihat pada Gambar 5.3. Dan pada Gambar 5.4. dapat

dilihat contoh yang tidak mengikuti standar

Gambar 5.3. Standar Rak Penyimpanan Part

Gambar 5.4. Contoh yang Tidak Mengikuti Standar

Pada Gambar 6.4. terlihat bahwa terjadi overflow pada kardus di bawah

sehingga tidak memungkinkan dilakukannya FIFO, selain itu, pada rak juga

terlihat part yang diletakkan melebihi jumlah maksimum standar. Keadaan

abnormal ini harus dibuat visualisasinya, agar operator, group head, dan line head

tahu keadaan abnormalnya dan akan peka apabila terjadi keadaan ini. Sementara

Page 62: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

47

itu, penanggulangan sementara apabila terjadi keadaan abnormal adalah

meletakan tanda bahwa itu adalah part berlebih dan baru akan menggunakannya

setelah ditempatkan di penyimpanan sementara. Sedangkan, penanggulangan

pencegahan terulangnya keadaan abnormal tersebut kembali adalah dengan

memeriksa siklus logistik dan kecepatan penggunaan, kemudian merubah lsiklus

logistic yang ada menjadi siklus logistic yang tepat sehingga tidak akan terjadi

part yang berlebih lagi.

Dari aspek orang, yang harus diperhatikan adalah standar kerjanya. Untuk

awalnya, harus ditetapkan standar kerja yang jelas dan mudah dimengerti operator

yang menjalankannya. Tujuan dari standar kerja adalah untuk mengklarifikasi

cara melakukan pekerjaan untuk setiap anggota untuk mencapai misi shop floor.

Misi shop floor yang menjadi target pencapaian adalah “Menghasilkan produk

yang lebih baik, dengan biaya lebih rendah dan lead time yang lebih singkat”.

Apabila tidak ada standar kerja, maka operator akan bekerja sesuai cara yang

mereka suka, tidak ada urutan yang tepat dan shop floor tidak bisa dikendalikan.

Dengan menggunakan Tabel Standar Kerja Kombinasi, line head memastikan

standar kerja benar-benar diimplementasikan dengan tepat. Line head akan

menemukan akar penyebab standar kerja tidak diimplementasikan dengan benar,

dengan menanyakan pada operator untuk menemukan apakah operator tidak

mengikuti standar kerja atau standar kerjanya yang memang sulit untuk diikuti.

Setelah itu, line head akan mengimplementasikan penanggulangannya.

Untuk manajemen informasi, line head harus mengelompokan manajemen

informasi berdasarkan lima misi utama dan dibuat visualisasinya. Setiap line

head mempunyai GL Management Board sebagai alat untuk mengkomunikasikan

pekerjaannya, mengkomunikasikan poin perubahan, dan untuk

mengkomunikasikan kemajuan aktivitas line head setiap hari, maka GL

Management Board dikontrol harian. Contoh dari GL Management Board dapat

dilihat di Gambar 5.5.

Page 63: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

48

Gambar 5.5. Contoh GL Management Board di line Machining

GL Management Board digunakan sebagai alat komunikasi. Upaya pemecahan

masalah untuk keadaan abnormal divisualisasikan di GL Management Board

Page 64: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

49

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM

A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan

melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

memberikan kontribusi kepada masyarakat. Dalam jaman dengan persaingan

yang ketat ini, memproleh laba terutama yang berkaitan dengan jumlah menjadi

sangat sulit. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk menurunkan biaya produksi.

Sasaran dari TPS adalah menghasilkan kendaraan dengan kualitas yang

lebih baik, lebih murah, lebih tepat waktu, kepada lebih banyak orang.

Berdasarkan sasaran tersebut, diperlukan suatu sistem untuk membuat kendaraan

dengan kualitas yang lebih baik dan yang lebih murah, serta dapat menciptakan

kesejahteraan masyarakat. TPS adalah aktivitas pada tingkat keseluruhan

perusahaan berdasarkan pada kesadaran untuk menghilangkan muda secara

menyeluruh, mencari rasionalitas cara manufaktur, dan mengembangkan teknik

manufaktur yang lebih baik. Jadi, usaha untuk mengurangi biaya produksi

ditempuh perusahaan melalui penghilangan muda secara menyeluruh.

Pada saat melakukan pekerjaan dalam aktivitas produksi, setidaknya

gerakan kerja dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : muda, pekerjaan tambahan

yang tidak mempunyai nilai tambah, dan pekerjaan pokok (pekerjaan yang

mempunyai nilai tambah). Muda adalah berbagai macam fenomena dan efek

yang tidak meningkatkan nilai tambah. Dalam TPS, muda dibagi menjadi 7 jenis,

yaitu :

1. Muda cacat atau yang perbaikan.

Muda karena membuat part cacat atau part yang harus diperbaiki,

sehingga menutunkan kualitas dan meningkatkan biaya.

Page 65: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

50

2. Muda produksi berlebih (over production)

Muda produksi berlebih dibagi menjadi 2 bagian. Pertama adalah

membuat melebihi dari jumlah yang diperlukan, yang kedua adalah

membuat dengan waktu yang lebih cepat dari waktu yang diperlukan.

Muda produksi berlebih akan menyebabkan muda yang lainnya.

Sehingga, muda ini merupakan muda yang paling penting untuk

diamati. Masalah yang ditimbulkan oleh muda produksi berlebih:

Alat dan pekerja yang digunakan berlebihan

Material dan part yang digunakan lebih cepat

Mengkonsumsi energi listrik lebih besar

Menambah penggunaan container.

Menambah pengangkutan, seperti pengangkutan dengan tenaga

manusia dan forklift

Persiapan baru untuk tempat peletakan dan gudang

Menambah pekerja untuk mengontrol dan timbulnya stok

Menambah bunga pinjaman

3. Muda proses

Muda seperti melakukan proses yang tidak diperlukan dan yang tidak

ada hubungannya, dalam keakuratan proses dan kemampuan proses

(over production).

4. Muda pengangkutan (pengiriman)

Yang diangkut bukan hanya barang, tetapi juga berbagai informasi

sehingga tugasnya menjadi besar tetapi bukan merupakan

pengangkutan yang diperlukan dalam produksi just in time.

Page 66: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

51

5. Muda inventory (stok)

Muda yang timbul karena trelalu banyaknya jumlah part yang masuk

dari supplier.

6. Muda gerakan

Gerakan mesin atau alat, serta gerakan orang yang tidak menghasilkan

nilai tambah di dalam proses atau pekerjaan

7. Muda menunggu

Pada saat mesin atau alat memproses secara otomatis, operator berdiri

di sampingnya untuk mengawasi mesin, sehingga meskipun ia ingin

melakukan pekerjaan, karena mesin masih berjalan maka ia tidak dapat

melakukan apa-apa karena harus menunggu.

Selain muda, penyebab utama yang dapat meningkatkan biaya dan

membuat kulitas tidak seragam adalah mura dan muri. Mura adalah ketidak

teraturan karena perencanaan produksi untuk kendaraan atau part tidak tetap,

kadang banyak, kadang sedikit. Dari segi manusia, merupakan baratsuki

(ketidakteraturan) beban terhadap suatu standar tertentu. Sedangkan muri adalah

mmberi beban berlebih pada pikiran dan tubuh. Dalam hubungannya dengan

mesin dan peralatan, muri adalah memberi beban melebihi kemampuan yang

dapat ditanggung oleh mesin atau peralatan tersebut.

Sedangkan elemen kerja dapat dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Pekerjaan persiapan (pekerjaan yang dilakukan pada awal dan akhir

operasi)

Pekerjaan ini sifatnya hanya terjadi satu kali di awal dan akhir kerja

untuk satu unit pekerjaan

Page 67: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

52

2. Pekerjaan Utama

Pekerjaan ini dianggap sebagai sesuatu yang utama. Pekerjaan ini

memiliki peranan utama dalam produksi, yaitu pekerjaan yang

bertujuan untuk melangsungkan suatu proses kerja.

3. Pekerjaan tambahan

Pekerjaan ini biasanya dilakukan pada sebelum atau setelah pekerjaan

utama. Pekerjaan ini dilakukan untuk membuat agar kondisi atau

lingkungan untuk pekerjaan utama dapat terlaksana dengan baik.

4. Pekerjaan yang tidak tentu

Pekerjaan ini tidak termasuk ke dalam jenis kerja persiapan, pekerjaan

utama ataupun pekerjaan utama.

Toyota Production System mempunyai dua pilar, yaitu just in time dan

jidouka. Hubungan kedua pilar tesebut dapat dilihat pada Gambar 6.1. Just in

time adalah memproduksi dan mengirim barang yang diperlukan, pada saat

diperlukan, dan sejumlah yang diperlukan, untuk meningkatkan efisiensi

pekerjaan dan menghilangkan berbagai macam muda di tempat kerja. Pilar ini

merupakan salah satu pilar dari Toyota Production System yang sangat penting

untuk melakukan produksi secara efisien tanpa muda dan hanya membuat barang

yang sesuai pesanan pelanggan saja. Alat kontrol yang digunakan untuk produksi

just in time disebut dengan kanban. Dengan kanban, proses berikut hanya

menarik barang yang dibutuhkan, pada saat dibutuhkan sejumlah yang dibutuhkan

dari proses sebelum. Proses sebelum hanya memproduksi sejumlah yang telah

diambil oleh proses sesudah. Fungsi kanban adalah untuk memberi instruksi

produksi dan instruksi pengiriman; sebagai alat kontrol visual yang dapat

mencegah produksi berlebih dan sebagai pendeteksi adanya keterlambatan atau

proses yang terlalu cepat.

Page 68: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

53

()

TPS

(Toyota Production System)

STANDARISASI KERJA

Ju

st I

n T

ime J

IDO

UK

A

Gambar 6.1. Dua Pilar TPS

Berikut ini adalah tiga prinsip dasar produksi just in time :

1. Pull system (sistem tarik)

Perencanaan produsi member petunjuk hanya kepada proses terakhir,

artinya hanya boleh memproduksi sejumlah yang telah digunakan oleh

proses berikutnya, proses berikut mengambil ke proses sebelum, dan

proses sebelum hanya boleh membuat sejumlah yang telah diambil,

sehingga dengan pengambilan oleh proses berikut pelaksanaan just in

time dapat terjamin. Selain itu, dengan melakukan pengambilan oleh

proses berikut, berarti barang tidak stagnan, dan masalah dapat dibuat

menjadi jelas dengan menggunakan kanban.

2. Continous Flow Process

Untuk dapat memproduksi barang yang diperlukan, pada saat

diperlukan, dan sejumlah yang diperlukan, maka produk tidak

diproduksi dalam lot, tetai stok ditiadakan sehingga diperluakn

produksi dengan cara continous flow process. Bila barang dibuat

dengan cara proses berkelanjutan maka lead time produksi menjadi

lebih singkat, muda menjadi lebih singkat.

Page 69: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

54

3. Membuat sejumlah yang diperlukan berdasarkan takt time

Hubungan antara perencanaan poduksi dengan perencanaan penjualan.

Rencana produksi harus sesuai dengan pesanan pelanggan. Oleh

karena itu, dalam hal menentukan takt time, tidak hanya ditentukan

berdasarkan kemampuan mesin atau peralatan, tetapi dihitung

berdasarkan jumlah yang diperlukan dan waktu kerja murni.

Sedangkan, jidouka adalah alat yang dapat mencegah berulangnya

abnormal dan tidak mengalirkan cacat dengan cara mendeteksi sesuatu

abnormalitas seperti abnormalitas mesin atau peralatan, abnormal pada kualitas,

pekerjaan terlambat, kemudian menghentikan mesin atau line (disebut dengan line

stop) dan menginformasikannya. Jadi, dasar pemikiran dari jidouka adalah

“Proses berikutnya adalah pelanggan”, maksudnya setiap line proses melakukan

pekerjaannya dengan baik dan menjaga kualitas dengan pengecekan kualitas

sebelum masuk ke proses berikutnya. Proses berikutnya dianggap sebagai

pelanggan sehingga harus diberikan produk yang sebaik mungkin tanpa ada cacat

atau abnormal pada produk tersebut. Prinsip dasarnya adalah menghentikan

proses jika terjadi abnormal dengan cara tidak perlu mengawasi peralatan karena

jika proses sudah selesai, mesin akan berhenti dengan sendirinya. Sasaran dari

jidouka adalah membuat part yang 100% baik, mencegah masalah pada mesin

atau alat, dan menghemat sumber daya manusia (tidak perlu pengawas untuk

mesin atau alat).

Maka, sasaran dari Toyota Production System untuk mengurangi biaya

produksi adalah : hanya membuat barang yang berkaitan untuk dijual (produksi

just in time berdasarkan pada takt time), membuat kendaraan berkualitas baik

(melakukan jidouka), memproduksi produk yang lebih murah (menghilangkan

muda secara tuntas), dan menciptakan tempat kerja yang kuat dan dapat merespon

terhadap perubahan yang ada. Tujuan dari Toyota Production System adalah agar

setiap elemen kerja di perusahaan dapat peka untuk menemukan muda sehingga

dapat membuat kaizen.

Page 70: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

55

Kaizen adalah suatu upaya untuk mengusahakan perbaikan secara terus

menerus pada proses yang ditemukan ada muda, mura, dan muri. Tujuan

kaizen adalah menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik, lebih

murah (karena biaya produksinya diturunkan), lebih aman (dengan cara

meningkatkan safety), lebih cepat (mempersingkat lead time), dan lebih

mudah dibuat (meningkatkan produktivitas).

B. Tahapan Kaizen

Untuk melakukan kaizen pekerjaan, jika kesadaran akan kaizennya

kuat dan tekniknya sudah dikuasai, maka kaizen dapat dilakukan, tetapi jika

tidak memahami tahapan kaizen, maka kaizen yang efisien tidak dapat berjalan

dengan baik. Oleh karena itu diperlukan tahapan kaizen sebagai berikut

1. Tahap 1. Menemukan poin yang memerlukan kaizen

Titik awal kaizen adalah menenmukan apa yang harus diperbaiki. Ada

yang merupakan titik masalah di tempat kerja, atau ada juga yang

merupakan titik yang perbaikannya sudah jelas, tetapi yang paling

penting adalah menemukan apa yang jadi masalah, kemudian

menemukan apakah ada muda.

2. Tahap 2. Menganalisa cara saat ini

Dengan memahami kondisi yang ada saat ini secara tepat, perbaikan

dapat dilakukan dengan lebih baik lagi, dan tidak bercampur dengan

dugaan. Diperlukan persiapan yang baik pada saat analisa, yaitu

keadaan aktual seperti apa adanya tanpa menduga, menganalisa jumlah

yang sudah ditetapkan dengan teliti, dan tidak adanya salah dalam

menangkap aktualita dari berbagai sudut.

Selain itu, analisa kondisi yang ada dapat dilakukan dengan cara

analisa elemen kerja. Analisa elemen kerja untuk mengklasifikasikan

pekerjaan berdasarkan besarnya pekerjaan yang dilakukan, dan dapat

Page 71: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

56

dilakukan observasi apakah pekerjaan tersebut member nilai tambah

yang penting atau tidak.

Analisa yang dilakukan selanjutnya adalah analisa gerakan. Pada

pekerjaan yang sudah ada standarnya, apabila diamati dengan teliti,

pekerja masih melakukan kesalahan dalam cara kerjanya. Jadi, analisa

pekerjaan dilakukan untuk menghilangkan gerakan muda, mura, dan

muri untuk dapat menemukan gerakan kerja yang terbaik.

Analisa ini dapat dilakukan dengan menggunakan video. Apabila

ingin mempersingkat waktu gerakan orang dan peralatannya, harus

diketahui muda yang ada dalam gerakan sehingga kualitas gerakan

dapat ditingkatkan. Dengan menggunakan video, gerakan kerja dapat

diputar dengan menggunakan slow motion dan dapat diulang berkali-

kali, sehingga dapat diamati gerakan muda.

3. Tahap 3. Memperoleh ide

Pada tahap ini, yang harus diperhatikan adalah dengan keluarnya

konsep, bukan berarti langsung membuat usulan kaizen. Ide adalah

mengumpulkan berbagai informasi untuk membuat usulan yang baru.

Informasi yang ada dikumpulkan sebagai memory, jumlahnya akan

lebih banyak bagi orang yang sudah mempunyai pengalaman yang

panjang, tetapi untuk menghasilkan ide tidak hanya diperlukan

pengalaman pada bidang yang sama, orang yang mempunyai

pengalaman berbeda juga sangat bermanfaat untuk membuat suatu

lompatan.

Selain itu, tidak hanya diperlukan jumlah memory yang banyak, tetapi

juga kemampuan untuk menarik memory yang lama dengan cepat.

Kemampuan ide itu berbeda pada setiap orang, tergantung dari latihan

dan lingkungan yang mempengaruhi orang tersebut.

Page 72: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

57

4. Tahap 4. Membuat usulan kaizen

Dari tahap ini sudah mulai dibuatkan usulan kaizen yang konkrit dari

konsep yang telah dipikirkan tanpa ada pembatasan. Untuk dapat

menerapkan ide yang original, harus memperhatikan berbagai segi

seperti tingkat kemungkinan untuk terlaksana, standard an peraturan,

biaya, dan lagi sebagainya, sehingga dari beberapa usulan kaizen akan

dilaksanakan usulan kaizen yang paling efisien.

Berikut adalah tahapan membuat usulan kaizen yang lebih baik :

a. Merupakan tahap yang paling diharapkan untuk mencapai tujuan

b. Mengutamakan kaizen pekerjaan yang tidak terlalu memerlukan

biaya. Kaizen peralatan harus lebih diutamakan dari kaizen

peralatan.

c. Tidak hanya produktivitas masing-masing, tetapi juga produktivitas

secara total.

d. Dengan kaizen tersebut tidak ada hal-hal lain yang menjadi buruk,

contohnya dari safety, kualitas, produktivitas, dan lainnya.

5. Tahap 5. Melaksanakan usulan kaizen

Mengenai pelaksanaan, perlu diinformasikan dan dimintakan kerjasama

dari orang-orang dan dan divisi terkait seperti atasan, bawahan, proses

sebelum dan proses berikut.

Melaksanakan usulan kaizen tanpa informasi yang cukup tidak akan

menghasilkan kaizen yang baik, dan akan mengakibatkan banyak muda.

Untuk bawahan yang cara kerjanya diubah karena kaizen, jelaskan

dengan baik mengenai alasan kaizen dan tujuannya sehinga mereka

merasa cukup puas.

Page 73: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

58

6. Tahap 6. Konfirmasi setelah pelaksanaan

Jika telah melaksanakan cara yang baru, maka kondisi pelaksanaannya

harus dikonfirmasikan, selain itu, jika terdapat keabnormalan, harus

segera dilakukan penanggulangannya. Bandingkan hasil yang

diharapkan dari pelaksanaan usulan kaizen, serta hasil yang

sesungguhnya. Kemudian berdasarkan penilaian itu, maka akan

ditemukan poin-poin yang memerlukan kaizen berikutnya.

C. Standardisasi Kerja

Standardisasi kerja adalah pengaturan pada saat membuat barang di tempat

kerja, yaitu cara melakukan produksi yang paling efektif dengan urutan kerj tanpa

muda, mengumpulkan pekerjaan, dan memfokuskan gerakan manusia.

Standardisasi kerja merupakan cara untuk secara total meningkatkan kualitas,

penurunan biaya, safety, produktivitas, dengan cara menggabungkan faktor

manusia, barang, dan peralatan secara paling efektif dengan berdasarkan pada

kondisi saat ini. selain itu juga merupakan suatu cara untuk menekan pembuatan

yang berlebihan, dan untuk melaklukan produksi just in time. Standardisasi kerja

juga merupakan cara yang paling efektif sebagai alat untuk melakukan kaizen.

Standardisasi kerja merupakan aktualisasi dari sistem produksi untuk

melaksanakan prinsip dasar Toyota Production System, serta merupakan standar

untuk mengukur peningkatan kualitas, pengurangan biaya, safety, dan

peruktivitas. Maka, standardisasi kerja mempunyai tiga unsur penting, di mana

semuanya tidak akan berjalan jika satu saja tidak terpenuhi. Tiga unsur penting

itu adalah :

1. Takt time, adalah waktu yang menentukan satu unit atau satu part

dibuat dalam berapa menit atau berapa detik.

Page 74: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

59

Takt time actual adalah takt time yang dihitung dengan produksi waktu

kerja murni, tetapi jika tidak dapat dihindarkan seperti untuk

pengangkutan, maka ada juga takt time yang diatur dengan waktu tidak

tetap.

Nilai takt time didapatkan dari target penjualan tahun tersebut,

kemudian nilai tersebut dibagi dengan jumlah bulan per tahun untuk

mendapatkan target produksi per bulan. Setelah didapatkan target

produksi perbulan, nilai tersebut dibagi dengan jumlah hari produksi

untuk mendapatkan target produksi per hari. Nilai target produksi per

hari tersebut dibagi dengan jumlah jam per shift untuk mendapatkan

angka jumlah produksi per shift. Waktu kerja shift pagi adalah 8 jam,

sedangkan waktu kerja shift malam adalah 7 jam. Dengan

didapatkannya target produksi per shift dan waktu kerja per shift sudah

ditetapkan, maka nilai takt time dapat ditentukan. Perhitungan tersebut

juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja dan

kapasitas alat untuk memulai produksi.

Cycle time adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan

dengan urutan kerja yang telah ditentukan untuk proses yang ditangani

oleh satu orang operator.

2. Urutan kerja.

Pada pemrosesan dan perakitan barang, operator melakukan pekerjaan

dengan urutan yang efektif seperti mengangkut barang, memasang ke

mesin, dan melakukan proses.

3. Standard in process stock adalah barang dengan persediaan minimum

yang dimiliki di dalam proses agar pekerjaan dapat dilakukan dengan

urutan dan gerakan yang sama berulang-ulang, jika melakukan

pekerjaan sesuai dengan urutan kerja.

Page 75: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

60

D. Tabel Standar Kerja Kombinasi (TSKK)

Tabel standar kerja kombinasi adalah instruksi kerja yang menggambarkan

gabungan antara gerakan manusia dengan mesin di dalam satu cycle time, yang

menggambarkan seberapa area kerjanya, dan bagaimana urutan kerja tersebut

dilakukan. Dengan melihat tabel ini, urutan kerja dan berapa lama waktu kerja

tersebut berlangsung akan mudah dimengerti, dipergunakan juga untuk

menemukan poin-poin yang diperlukan untuk melakukan kaizen pekerjaan.

Contoh dari tabel standar kerja kombinasi dapat dilihat di Lampiran 2.

E. Tabel Standardisasi Kerja

Tabel standardisasi kerja adalah instruksi kerja yang menggambarkan dengan

jelas kondisi pekerjaan di tempat tersebut yang sekaligus menggambarkan

masing-masing proses tersebut di dalam suatu tempat kerja. Tabel ini

menggambarkan gerakan orang dengan lay out dalam satu siklus. Tabel

standardisasi kerja ini dipakai juga sebagai alat untuk pengawasan kerja yang

dapat langsung terlihat. Selain itu, tabel ini juga memiliki fungsi untuk

menangkap poin-poin masalah yang tertangkap secara visual di tiap line, dapat

juga digunakan sebagai alat untuk instruksi kepada pelaku kerja. Contoh tabel

standardisasi kerja dapat dilihar di Lampiran 3.

F. Yamazumi chart

Yamazumi chart adalah grafik yang merupakan waktu yang dibutuhkan

elemen-elemen pekerjaan pada setiap model yang ditampilkan pada standar

operasional pekerjaan. Yamazumi dipakai sebagai alat untuk mengawasi visual

keseluruhan proses dan mengawasi elemen pekerjaan. Yamazumi chart berguna

untuk membandingkan jumlah pekerjaan di setiap jenis proses dan jenis

kendaraan dengan mengklarifikasi beban kerja dan dan rata-rata beban kerja.

Page 76: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

61

Bagian-bagian penting dalam grafik yamazumi adalah skala waktu yang diisi

dengan menuliskan waktu dalam unit detik, takt time yang digambarkan dengan

garis samping yang disesuaikan dengan nilai waktu takt time, proses yang dicatat

dengan mengelompokkannya sesuai dengan model kendaraan yang akan

dimaksud, yamazumi pekerjaan yang digambarkan dengan elemen pekerjaan

setiap model kendaraan sesuai tipe kendaraan dengan waktu jalan yang

diperhitungkan, dan kalkulasi waktu kerja. Contoh dari yamazumi chart ini dapat

dilihat pada Gambar 6.2.

Gambar 6.2. Contoh Yamazumi Chart

G. Element Work Sheet (Lembar Elemen Kerja)

Lembar elemen kerja adalah salah satu lembar instruksi pengawasan proses

yang mencantumkan kualitas kendaraan di assy-line atau cara pengerjaan suatu

pekerjaan. Di dalam setiap unit pembuatan lembar elemen kerja tersebut dengan

jelas mencantumkan langkah – langkah gerakan pekerjaan setiap bagian, waktu

pekerjaan, peralatan yang digunakan, dan poin-poin kualitas yang perlu

diperhatikan. Ketika terjadi perubahan takt time produksi, lembar elemen kerja

dapat digunakan untuk melakukan pengontrolan dan perubahan proses kerja.

Contoh lembar elemen kerja dapat dilihat pada Lampiran 4.

Page 77: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

62

VII. PEMBAHASAN

A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job

Development pada Pelatihan GL’s Role)

Visi PT. TMMIN adalah untuk mencapai Jiritsuka 2012, yaitu

kemandirian dalam produksinya pada tahun 2012. Karena selama ini PT. TMMIN

masih bergantung pada Toyota Motor Corporation, namun dengan semakin

banyaknya afiliasi di beberapa negara, TMC tidak akan mampu mendukung

semua afiliasi, maka PT. TMMIN mempunyai visi untuk mencapai kemandirian

pada produksinya. Untuk mencapai Jiritsuka, PT. TMMIN ingin memastikan

untuk memperkuat prestasi di lantai produksinya hingga mencapai Jiritsuka level

4, sementara ini PT. TMMIN masih berada pada level 2. Level 1 berarti produksi

tidak stabil karena tidak dapat mencapai target dengan kondisi normal, sedangkan

level 2 berarti produksi sudah mulai stabil dalam kondisi normal, namun ketika

keadaan mulai abnormal, produksi menjadi tidak stabil. Level 3 berarti produksi

sudah dapat stabil bahkan dalam kondisi abnormal. Sedangkan kondisi 4 berarti

produksi sudah stabil dalam kondisi abnormal dan dapat mengidentifikasi keadaan

abnormal sehingga keadaan abnormal dapat dihindari. Kontribusi yang diberikan

oleh departemen Toyota Training Center untuk mencapai level 4 tersebut adalah

meningkatkan performance lantai produksinya dengan cara meningkatkan

kemampuan pekerja dengan cara pelatihan.

Permasalahan jangka pendek yang menjadi target untuk diselesaikan

dalam mencapai visi Toyota untuk tahun 2012 adalah produksi yang tidak stabil

berdasarkan kedatangan anggota baru (operator baru). Karena menurut data yang

ada, penurunan kualitas terjadi di lapangan justru ketika jumlah operator

meningkat. Hal ini terjadi karena operator yang ada belum dilengkapi dengan on

the job training. Parmasalahan jangka panjang yang berusaha untuk diselesaikan

adalah perubahan struktur yang ada pada line yang membuat line head dan group

head tidak mengerti peranannya untuk menjalankan line.

Page 78: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

63

Sebelum tahun 2000, pimpinan tertinggi di line produksi adalah seorang

section head. Setelah tahun 2000, pimpinan tertinggi di line berganti menjadi

seorang line head. Namun perubahan struktur itu tidak diikuti dengan sistem

pengembangan sumber daya manusia untuk memperkuat peranan pimpinan

tersebut.

Pelatihan gl’s role adalah pelatihan yang ditujukan khususnya untuk line

head agar mereka tahu, mengerti, menjalankan dan dapat melakukan perbaikan-

perbaikan terkait perannya sebagai seorang line head. Situasi yang ideal bagi

seorang line head adalah apabila line head sangat memahami standar kerja yang

ada dan memahami kemampuan dasar (fundamental skill) anggota kelompok

sendiri, dan dapat mengatur kelompok mereka dengan lancar melalui identifikasi

abnormalitas berdasarkan observasi.

OJD adalah suatu cara untuk mengembangkan anggota-anggota dalam

suatu tim agar dapat melewati pekerjaanya dengan mudah. Cara ini dilakukan

setelah peserta menerima pelatihan dalam kelas dengan materi-materi untuk

menunjang OJD ini. Pelatihan yang diberikan bertujuan agar peserta mengetahui

ilmu, sedangkan OJD adalah alat untuk menerapkan ilmu tersebut langsung di

lapangan, sehingga dalam masa yang akan lewat, peserta dapat dengan mudah

melewati kesulitan-kesulitan yang ada karena sudah terbiasa untuk melakukan

pemecahan masalah.

Tujuan dari OJD adalah untuk menciptakan tempat kerja yang nyaman dan

aman untuk bekerja sehingga bawahan (subordinat) akan merasa nyaman

sehingga dapat melakukan pekerjaannya dengan baik tanpa membuat produk

cacat. OJD perlu dilakukan karena dianggap lebih efisien daripada hanya

memberikan materi-materi yang biasa di dalam kelas (Off-JT).

Pada saat penulis melakukan magang di PT. Toyota Motor Manufacturing

Indonesia, sudah ada 106 orang line head yang mengikuti pelatihan ini. 58 orang

diantaranya adalah line head yang berasal dari divisi produksi, sedangkan 48

orang lainnya adalah line head yang berasal dari divisi non-produksi. Sebenarnya,

pelatihan ini diutamakan untuk line head dari divisi produksi saja, karena peran-

Page 79: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

64

peran yang berada dalam materi pelatihan ini lebih tepat untuk diaplikasikan di

divisi produksi. Namun, peserta dari divisi non-produksi dipilih untuk

menghindari terjadinya line stop karena orang untuk memulai produksi kurang

dari jumlah yang diperlukan.

Dari 58 orang line head produksi yang telah mengikuti pelatihan, baru 12

orang yang telah menerapkan pelatihan ini di lapangan. OJD dimulai dengan

mengobservasi keadaan di lapangan dan membandingkannya dengan keadaan

standar, setelah terlihat perbedaan dari keadaan sebenarnya dengan keadaan

standar, line head membuat daftar prioritas perbaikan yang akan dikerjakan.

Setelah itu, line head diharapkan membuat proposal perbaikan agar diketahui oleh

atasannya (superior) untuk diberikan dukungan. Proposal perbaikan tersebut

dilengkapi dengan rencana aktivitas untuk menjalankan perbaikan tersebut.

Setelah semua kegiatan perbaikan dan observasi setelah perbaikan dilakukan,

diharapkan line head membuat laporannya. Laporan hasil kegiatan diperlukan

untuk menjadi standar apabila terjadi hal yang sama, maka langkah untuk

penyelesaiannya sudah menjadi standar.

12 orang yang telah menerapkan peran mereka di lapangan hingga

pembuatan laporan adalah para line head yang berasal dari FMDS model line.

FMDS adalah Floor Management Development System, yaitu suatu salah satu

sistem yang digunakan untuk mencapai Jiritsuka (kemandirian). Pelatihan

peranan line head merupakan dasar dari aktivitas FMDS ini. Aktivitas ini

melibatkan enam line yang dianggap siap dan dijadikan model agar setelahnya

dapat menjadi standar bagi line lainnya. Shop yang terlibat adalah welding, toso

painting, assembly, quality inspection, engine dan stamping.

Ada tiga hal yang diperhatikan dalam FMDS, disebut three moving items,

yaitu tiga hal yang terus bergerak. Tiga hal tersebut adalah benda-benda fisik,

manusia, dan manajemen informasi. Dikatakan terus bergerak karena tiga hal

tersebut sangat mudah berubah tergantung manusia yang menjalankannya. 4S

adalah yang menjadi fokus dalam benda fisik, standar kerja adalah yang mudah

berubah dari asspek manusia, sedangkan papan manajemen line head diangap hal

yang mudah berubah dari manajemen informasi. Tiga hal tersebut merupakan hal-

Page 80: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

65

hal yang harus dijaga oleh seorang line head agar tidak mudah berubah sehingga

tidak menimbulkan abnormalitas.

Salah satu aktivitas dari FMDS adalah penilaian shop floor berdasarkan

tiga hal yang bergerak tersebut. Penilaian dilakukan tiga kali, yang pertama

ketika rangkaian kegiatan FMDS ini baru dimulai, untuk menilai berapa nilai shop

floor sebelum mengikuti kegiatan ini. Penilaian kedua adalah penilaian oleh

orang-orang yang terlibat dalam shop floor tersebut (self assessment). Penilaian

ketiga dilakukan pada saat kegiatan ini hampir berakhir, untuk mengetahui berapa

peningkatan yang terjadi selama kegiatan berlangsung. Kegiatan FMDS

dilakukan selama satu tahun, dari tahun 2009 hingga tahun 2010. Setelah

kegiatan ini selesai, diharapkan para model line membantu line lainnya dengan

ilmu dan pengalaman yang telah didapat selama kegiatan ini berlangsung.

Dari tiga kali penilaian yang dilakukan, line dengan nilai terendah adalah

pada assembly shop. Maka untuk aplikasi sistem OJD, penulis menjadikan

assembly shop sebagai prioritas. Line head pada shop ini ada 16 orang dan baru

dua orang yang mengimplementasikan OJD pada gl’s role dari pengambilan tema

hingga pembuatan laporan.

Untuk implementasi OJD ini, dipilih dua orang dari shift merah, satu orang

dari line Trimming 2, dan satu orang lagi dari line Chassis. Keduanya memilih

tema persiapan sebelum produksi dimulai. Namun, line head dari Chassis

memilih untuk persiapan manusia, dengan membuat lembar pemeriksaan

kesehatan satu lembar untuk satu orang untuk diisi selama satu bulan. Dengan

adanya lembar ini, pemeriksaan kesehatan operator akan lebih mudah karena lebih

detail. Contoh lembar pemeriksaan kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 10.

Sedangkan, line head dari Trimming 2 memilih pesriapan material untuk

menjadi prioritas. Hal ini dikarenakan line tersebut pernah terjadi stop karena alat

yang dibutuhkan tidak ada. Maka tema yang dipilih adalah untuk persiapan

peralatan sebelum produksi dimulai. Laporan dari tema yang diambil ini dapat

dilihat di Lampiran 11. Kedua implementasi tersebut dilakukan untuk pada line

head yang sudah pernah diikutsertakan pada pelatihan, namun belum melakukan

Page 81: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

66

implementasi OJD. Diharapkan setelah ini, kedua line head tersebut akan

melakukan implementasi pada line lainnya.

Analisa untuk mencari akar penyebab dari permasalahan tidak adanya line

head yang mengimplementasikan pelatihan yang telah mereka dapatkan di

lapangan adalah karena line head tidak mengerti metode dalam menjalankan OJD

tersebut. Penyebab lainnya adalah karena atasan dari line head tersebut tidak

terlibat dalam implementasi OJD para line head.

Penaggulangan untuk akar penyebab tersebut adalah diadakannya program

penjelasan metode OJD dan diadakannya pelatihan gl’s role yang diberikan pada

tingkat section head hingga department head. Pelatihan gl’s role yang diberikan

pada atasan dimaksudkan agar atasan dapat tahu dan mengerti peranan yang ada

dan memberikan penugasan yang sesuai dengan peran yang ada. Sedangkan

sistem OJD yang akan diterapkan pada line head yang belum diikutsertakan pada

pelatihan ini, dapat dilihat dalam Lampiran 12.

B. Aspek Khusus (Analisis Time and Motion Study dengan Menggunakan

Toyota Production System)

Salah satu pelatihan di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah

pelatihan mengenai Toyota Production System. Pelatihan Toyota Production

System adalah pelatihan yang bertujuan untuk menghasilkan kendaraan dengan

kualitas yang lebih baik, lebih murah, lebih tepat waktu, kepada lebih banyak

orang. Lebih murah karena mengusahakan untuk mengurangi biaya produksi

ditempuh perusahaan melalui penghilangan muda secara menyeluruh.

Salah satu alat kontrol dalam Toyota Production System untuk mengontrol

adanya muda adalah standar kerja. Ada 3 komponen utama dalam standar kerja,

yaitu takt time, urutan kerja dan jumlah stok standar dalam proses. Pengendalian

muda mutlak diperlukan. Pengendalian tersebut dapat dilakukan secara teknis

maupun administratif. Pengendalian secara teknis meliputi pengawasan oleh

group head dan line head terhadap standar kerja. Sedangkan pengandalian secara

Page 82: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

67

administratif fokus pada manajemen, misalnya perubahan grafik yamazumi untuk

mendapatkan standar kerja yang baik dan tidak menimbulkan muda, mura, dan

muri.

Analisis studi gerakan dan waktu dengan Menggunakan Toyota

Production System dilakukan di assembly shop, pada line Trimming 1, proses

persiapan booster, karena pada proses tersebut sering terjadi keterlambatan

pekerjaan sehingga ada orang lain yang mem-back-up pekerjaan operator yang

bekerja di proses tersebut. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menemukan

muda dan membuat saran perbaikan di proses tersebut.

Analisis ini dimulai dengan pengambilan video pada proses persiapan

booster dan pemasangannya ke body mobil jenis Innova deluxe. Pengambilan

video dimaksudkan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan

satu proses tersebut. Selain itu juga untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan

untuk mengerjakan elemen-elemen kerja. Seharusnya analisis ini dapat dilakukan

di line langsung, tetapi dengan video bisa didapatkan waktu yang lebih tepat dan

dapat dilihat dengan teliti untuk menemukan muda dalam pekerjaan tersebut.

Video diambil 10 kali pada hari yang sama, kemudian dicatat elemen kerjanya.

Setelah itu, dihitung waktunya dengan menggunakan stop watch.

Pada saat pengambilan video pertama, perusahaan memakai takt time 2,5

menit. Kemudian, pada saat pengambilan data kedua, perusahaan sudah mulai

mengubah takt time menjadi 2,1 menit. Perubahan takt time dilakukan karena

adanya peningkatan jumlah produksi. Maka setelah dilakukan penyesuaian pada

elemen kerja, diberlakukanlah standar kerja yang baru dengan takt time 2,1 menit.

Sehingga pengambilan video dan data waktu diulang sesuai dengan takt time yang

berlaku pada saat itu. Takt time 2,1 menit berarti operator harus dapat melakukan

proses dengan elemen kerja yang telah ditentukan selama 126 detik. Grafik

yamazumi dari line ini dapat dilihat pada Lampiran 5.

Namun setelah dianalisis, ternyata waktu yang dibutuhkan untuk

mengerjakan proses tersebut lebih dari 126 detik. Data hasil pengukuran waktu

dapat dilihat di Lampiran 7. Setelah didapat data hasil pengukuran, dilakukan

Page 83: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

68

analisis untuk mendapatkan nilai yang sering muncul, nilai terkecil dan nilai

terendah untuk memperoleh angka ketidakteraturan dari setiap pekerjaan dalam

setiap perhitungan. Setelah diperoleh waktu yang sering keluar, dibuat tabel

standar kerja kombinasi untuk memberikan visualisasi dari data. Lalu, dicatat

temuan muda dari pekerjaan operator yang sudah direkam. Dari temuan muda itu,

dibuat saran perbaikan untuk mengurangi waktu yang melebihi dari takt time dan

dibuat saran tabel standar kerja kombinasi yang baru, yang memungkinkan untuk

menjadi tabel standar kerja kombinasi yang baru. Tabel standar kerja kombinasi

dapat dilihat pada Lampiran 8. Sedangkan tabel standar kerja dapat dilihat pada

Lampiran 9. Data nilai terendah, tertinggi, nilai yang sering keluar dan waktu

usulan kaizen dapat dilihat pada Tabel 7.1. Daftar temuan muda dapat dilihat

pada Tabel 7.2.

Tabel 7.1. Nilai Terkecil, Terbesar, Nilai yang Sering Keluar dan Nilai Usulan

Perbaikan

Min Max Modus Usulan Kaizen

1 baca harigami 2 2 2 2

2 ambil tube hose to hose 3 16 9 5

3 jalan 2 4 2 2

4 Pasang tube hose to hose x dash panel 33 55 38 26

5 jalan 4 6 5 4

6 Ambil cylinder assy brake master 3 4 4 3

7 ambil gasket, brake booster bracket 1 2 1 1

8 pasang gasket, brake booster bracket 2 4 3 2

9 setting nut push rod cylinder assy brake master 8 16 10 8

10 ambil tube fr brake no 1 & way 2 7 3 3

11 pasang tube fr brake no 1 & way 25 33 28 26

12 ambil hose check valve 2 6 3 2

13 setting clip hose check valve to connector tube 5 10 7 5

14 ambil tube, clutch reservoir 3 7 3 2

15 pasang clip hose tube clutch reservoir 11 14 14 10

16 Ambil cylinder assy master L/reservoir 2 3 3 2

17 setting nut push rod cylinder assy master L/reservoir 10 13 12 10

18 Ambil gasket master cylinder 1 4 2 1

19 Pasang gasket master cylinder 2 6 3 2

20 jalan 3 8 5 4

21 setting master clutch x dash panel outdoor 2 3 3 2

22 setting cylinder assy brake master dash panel outdoor 6 12 10 9

23 jalan 4 4 4 4

174 135

Waktu (detik)

Total :

No Elemen kerja

Pada tabel tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat ketidakteraturan dalam

mengerjakan proses. Ketidak teraturan dalam pekerjaan mengambil tube hose to

Page 84: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

69

hose sebesar 13 detik, pada pekerjaan memasang tube hose to hose dan dash panel

sebesar 22 detik, dan pada pekerjaan memasang tube fr brake no 1 dan memasang

way sebesar 8 detik. Apabila ketidak keraturan itu dikurangi, dapat mengurangi

waktu pengerjaan proses sebesar 43 detik. Ketidakteraturan tersebut terjadi

karena operator melakukan muda dalam pekerjaannya. Muda yang dilakukan

antara lain menjatuhkan part, mengambil part melebihi yang dibutuhkan,

mengambil dan meletakan parelatan tidak di tempat yang sama, tidak membawa

impact dan spidol sehingga harus kembali lagi untuk mengambil, dan terhalang

paralatan lain ketika sedang bekerja. Pada Gambar 7.1 dapat dilihat contoh-

contoh muda yang terjadi selama pengamatan. Daftar temuan muda keseluruhan

dapat dilihat pada Tabel 7.2.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 7.1. Contoh-Contoh Muda yang Terjadi Selama Pengamatan

(a) Spiral Air Hose Menghalangi Pekerjaan Operator;

(b) Impact Tersangkut pada Spiral Air Hose

(c) Operator Mengambil Nut yang Terjatuh

(d) Operator sedang Mengambil Part yang Tersangkut

dengan Part Lain

Page 85: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

70

Tabel 7.2. Daftar temuan muda

No Elemen Kerja Masalah

1. Ambil tube hose to

hose

Rak part terlalu bawah,

Mengambil nut lebih dari yang dibutuhkan sehingga

harus mengembalikan lagi

2 Pasang tube hose to hose

Kadang-kadang spidol dan torque tidak terbawa sehingga harus kembali untuk mengambil

Mengambil dan mengembalikan impact tidak di tempat

yang sama

Nut yang akan dipasang terjatuh, sehingga harus diambil kembali

3 Ambil gasket Gasket yang terambil lebih dari satu

4 Setting nut rush rod

cylinder assy brake master

5R peralatan belum baik, sehingga mengganggu

pemasangan

5 Pasang way Spiral air hose menghalangi

Setelah membuat usulan kaizen, line head pada Trimming 1 yang berhak

memutuskan apakah kaizen tersebut akan dilaksanakan atau tidak. Pada

pengambilan data ketiga, waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk melakukan

pekerjaannya setelah terjadi perbaikan menurun, tetapi masih di atas takt time

yang diberlakukan perusahaan. Data pengambilan waktu setelah kaizen dapat

dilihat pada Tabel 7.3.

Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa operator mengalami

perbaikan waktu dalam mengerjakan prosesnya, namun perbaikan waktu tersebut

masih nilainya masih di atas takt time. Maka, diharapkan akan ada kegiatan

kaizen kembali dari pihak perusahaan agar delay dan relief work tidak terus

menerus terjadi pada proses ini karena akan mengganggu pekerjaan lainnya.

Beberapa perubahan tata letak ruang kerja yang dilakukan untuk perbaikan dapat

dilihat di Gambar 7.2.

Page 86: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

71

Tabel 7.3. Data Waktu Setelah

Kaizen

1 2 3 modus

1 baca harigami 2 2 2 2

2 ambil tube hose to hose 5 6 5 5

3 jalan 3 4 6 5

4 Pasang tube hose to hose x dash panel 27 24 31 27

5 jalan 4 5 9 5

6 Ambil cylinder assy brake master 3 3 3 3

7 ambil gasket, brake booster bracket 1 1 1 1

8 pasang gasket, brake booster bracket 2 2 1 2

9 setting nut push rod cylinder assy brake master 10 11 15 11

10 ambil tube fr brake no 1 & way 4 2 4 4

11 pasang tube fr brake no 1 & way 27 27 27 27

12 ambil hose check valve 3 3 2 3

13 setting clip hose check valve to connector tube 7 9 10 9

14 ambil tube, clutch reservoir 4 2 3 3

15 pasang clip hose tube clutch reservoir 11 13 8 11

16 Ambil cylinder assy master L/reservoir 9 6 6 6

17 setting nut push rod cylinder assy master L/reservoir 10 11 8 10

18 Ambil gasket master cylinder 1 1 1 1

19 Pasang gasket master cylinder 3 2 3 3

20 jalan 2 4 6 4

21 setting master clutch x dash panel outdoor 2 2 2 2

22 setting cylinder assy brake master dash panel outdoor 7 9 6 7

23 jalan 4 4 4 4

151 153 163 155Total :

waktu (detik)No Elemen kerja

(a) (b) (c)

Gambar 7.2 Perubahan Tata Letak Tempat Kerja;

(a) Meja yang penuh dengan peralatan;

(b) Beberapa peralatan Dimasukkan Ke Dalam Tas

Pinggang;

(c) Tempat Menaruh Peralatan

Page 87: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

72

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kegiatan Floor Management Development System (FMDS) adalah suatu

sarana yang baik untuk PT Toyota Motor Manufactiring Indonesia mencapai

visinya, yaitu Jiritsuka 2012. Jiritsuka 2012 adalah untuk mencapai kemandirian

dan terlepas dari Toyota Motor Corporation, Jepang. Salah satu aktivitas dari

rangkaian kegiatan FMDS adalah penilaian shop floor untuk 3 hal yang dianggap

mudah berubah. Dari enam model line yang menjadi peserta FMDS, line yang

berasal dari assembly shop mendapat nilai yang terendah.

Penerapan pelatihan Toyota Production System dan GL’s Role

diprioritaskan pada assembly shop berdasarkan alasan di atas. Penerapan Toyota

Production System dilakukan di line Trimming 1. Sedangkan implementasi

pelatihan GL’s Role diterapkan pada line head di line Trimming 2 dan Chassis.

Pada analisis studi gerakan dan waktu dilakukan dengan takt time 2,1

menit atau 126 detik. Namun ternyata pada pengambilan video, terlihat bahwa

untuk mengerjakan satu proses, operator yang bersangkutan membutuhkan waktu

174 detik (melebihi takt time). Hal itu berakibat terjadinya keterlambatan dalam

proses, bahkan beresiko menimbulkan terjadinya line stop, dan juga operator

membutuhkan bantuan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaannya. Setelah

dilakukan perbaikan, waktu untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan berkurang,

tapi masih tetap di atas takt time.

Dari pelatihan GL’s Role, ada 106 orang yang sudah mengikuti pelatihan,

yang tetrdiri dari 58 orang produksi. Tapi, dari 58 line head produksi tersebut,

hanya 12 orang yang melakukan implementasi dari pelatihan ini. Pada assembly

shop terdapat 16 orang line head, dan hanya 2 orang yang sudah implementasi

perannya. Untuk penerapannya, dipilih 2 orang line head lagi dari assembly shop

untuk melakukan implementasi perannya agar dapat diteruskan pada rekan-

rekannya.

Page 88: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

73

B. Saran

1. Untuk Institusi

Magang sebagai pemenuhan tugas akhir sebagai mahasiswa dirasakan

membawa pengaruh yang positif. Karena selain menambah

pengetahuan, mahasiswa juga mendapatkan pengalaman bekerja yang

berbeda dari praktek lapang karena benar-benar merasakan kegiatan

bekerja. Maka, magang sebagai tugas akhir diharapkan terus

dilakukan pada angkatan selanjutnya.

2. Untuk Mahasiswa

Penelitian serupa diharapkan membahas tentang dampak psikologis

dan fisiologis operator terhadap perubahan kebijakan perusahaan

seperti perubahan takt time. Mahasiswa diharapkan sudah lebih

mengerti metode observasi yang baik dan benar, sehingga dalam

pengumpulan data menggunakan waktu dengan efektif.

Page 89: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

74

IX. REKOMENDASI

Perusahaan disarankan bertindak tegas terhadap implementasi pelatihan-

pelatihan yang diberikan, karena apabila pelatihan diberikan, namun tidak diikuti

dengan implementasi setelahnya, maka perusahaan hanya menambah pengeluaran

dalam hal biaya saja dan tidak diikuti perbaikan produksi dan kualitas karena

pengembangan sumberdaya manusianya tidak berhasil dilakukan.

Kaizen merupakan salah satu prinsip dari Toyota Way untuk terus

melakukan perbaikan, maka diharapkan perusahaan terus berupaya untuk

melakukan kaizen untuk menghilangkan muda. Karena sesungguhnya muda

adalah pemborosan kerja, dengan adanya penghematan kerja juga akan

meminimalisir kelelahan kerja pada operator.

Kaizen tersebut dapat diusahakan oleh seluruh level pada perusahaan

dengan cara mengobservasi standar kerja. Observasi standar kerja dapat

dilakukan dengan meletakkan kamera video untuk mengobservasi pekerjaan

operator. Dengan cara itu dapat ditemukan muda yang dilakukan oleh operator

sehingga kaizen dapat terus dilakukan. Muda yang dilakukan karena kurangnya

skill operator, diharapkan dapat dikurangi dengan terus dilakukannya pelatihan

untuk terus meningkatkan fundamental skill operator.

Kaizen berikutnya dapat dilakukan dengan perubahan tata letak kerja

sehingga tata letak kerja yang terbaik yang sesuai dengan antropometri tubuh

dapat membuat operator bekerja dengan baik dan mengurangi muda karena tata

letak kerja yang kurang baik.

Page 90: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

75

DAFTAR PUSTAKA

Liker, Jeffrey K dan Michael Hoseus.2008.Toyota Culture.The McGraw-

Hill.America

Niebel, Benjamin W.1988.Motion and Time Study Eighth Edition.Irwin.Illinois

Nurmianto, Eko.2004.Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya.Edisi

Kedua.Guna Widya.Surabaya.

Pulat, Babur Mustafa.(1997,July).Fundamentals of Industrial Ergonomics(2nd

ed.).Waveland Press.USA

Tantyo, Zendy.2007.Perbaikan Ergonomi untuk Pekerjaan Manual pada Welding

Line di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia.Universitas Kristen

Petra.Surabaya

Thuesen,G.J., Engineering Economy, 2002.

Toyota Institute.2009.GL’s Role Module for Trainee.Toyota Motor Corporation

Toyota Institute.2006.On the Job Development (Toyota OJT).Toyota Motor

Corporation

Toyota Institute.2006.Toyota Production System.Toyota Motor Corporation.

Wignjosoebroto, Sritomo.2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.Edisi

Pertama.Guna Widya.Surabaya

Marvin E.Mundel and David L.danner ,Motion and Time Study: Improving

Productivity , Prentice Hall, 1994

Page 91: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

76

LAMPIRAN

Page 92: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

Lampiran 7. Data Pengukuran Waktu

1 baca harigami 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 ambil tube hose to hose 4 7 7 9 9 9 7 3 16 8

3 jalan 2 2 4 3 2 3 3 3 2 2

4 Pasang tube hose to hose x dash panel 35 17 33 38 40 38 36 55 40 38

5 jalan 4 4 4 6 6 6 4 5 5 5

6 Ambil cylinder assy brake master 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3

7 ambil gasket, brake booster bracket 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2

8 pasang gasket, brake booster bracket 3 2 3 4 2 3 3 3 4 2

9 setting hut rosh rod cylinder assy brake master 16 8 11 10 9 8 9 10 10 9

10 ambil tube fr brake no 1 & way 3 4 2 3 2 3 3 2 3 7

11 pasang tube fr brake no 1 & way 28 32 33 29 28 27 26 25 27 25

12 ambil hose check valve 4 4 3 3 3 3 2 3 6 3

13 setting clip hose check valve to connector tube 9 6 6 7 8 5 10 8 7 7

14 ambil tube, clutch reservoir 3 3 3 3 3 3 4 7 4

15 pasang clip hose tube clutch reservoir 14 12 12 14 14 14 11 13 14

16 Ambil cylinder assy master L/reservoir 3 3 2 3 2 2 3 2 3

17 setting nut push rod cylinder assy master L/reservoir 11 11 10 12 11 12 10 13 13

18 Ambil gasket master cylinder 1 1 1 4 1 1 1 3 3 3

19 Pasang gasket master cylinder 3 4 3 4 2 6 5 4 3 2

20 jalan 3 5 6 5 4 4 8 5 7 7

21 setting master clutch x dash panel outdoor 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2

22 setting cylinder assy brake master dash panel outdoor 12 9 10 9 9 8 9 10 6 9

23 jalan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

164 149 168 174 170 167 170 181 187 174

9 106 7 8No Elemen kerja 1 2 3 4 5

10

13

Total :

87

Page 93: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

Lampiran 12. GL’s Role Flow Process

92

Page 94: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

Lampiran 3. Tabel Standar Kerja

79

Page 95: PENERAPAN PELATIHAN GL’S ROLE DAN TOYOTA … · penerapan pelatihan gl’s role dan toyota production system pada unit assembly shop, karawang plant. pt toyota motor manufacturing

Lampiran 3. Tabel Standar Kerja

79