penerapan pasal 372 kuhp terhadap pengelapan kendaraan bermotor yang menjadi jaminan leasing pada...

Upload: fxelie-hira

Post on 02-Jun-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    1/84

    PENERAPAN PASAL 372 KUHP TERHADAP PENGGELAPAN

    KENDARAAN BERMOTOR YANG MENJADI JAMINAN LEASING

    PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN

    (Studi Pengadilan Negeri Malang)

    SKRIPSI

    Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat

    Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan

    Dalam Ilmu Hukum

    Disusun Oleh :

    VICENTIA DWI RETNO

    02 10103 149

    DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

    FAKULTAS HUKUMMALANG

    2008

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    2/84

    ii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    PENERAPAN PASAL 372 KUHP TERHADAP PENGGELAPAN

    KENDARAAN BERMOTOR YANG MENJADI JAMINAN

    LEASING PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN

    (Studi Pengadilan Negeri Malang)

    Disusun Oleh :

    VICENTIA DWI RETNONIM. 02 10103 149

    Disetujui Pada Tanggal : 6 Juli 2008

    Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

    Bambang Sugiri SH. MH. Abdul Majid SH. MH.NIP. 131 415 736 NIP. 131 652 669

    Mengetahui,

    Ketuia Bagian Hukum Pidana

    Setiawan Noerdayasakti SH. MH.

    NIP. 131 839 360

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    3/84

    iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    PENERAPAN PASAL 372 KUHP TERHADAP PENGGELAPAN

    KENDARAAN BERMOTOR YANG MENJADI JAMINAN

    LEASING PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN

    (Studi Pengadilan Negeri Malang)

    Disusun Oleh :

    VICENTIA DWI RETNONIM. 02 10103 149

    Disahkan Pada Tanggal : 6 Juli 2008

    Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

    Bambang Sugiri SH. MH. Abdul Majid SH. MH.NIP. 131 415 736 NIP. 131 652 669

    Ketua Majelis Penguji, Ketuia Bagian Hukum Pidana,

    Dr Koesno Adi SH. MH. Setiawan Noerdayasakti SH. MH.

    NIP. 130 531 853 NIP. 131 839 360

    Mengetahui,

    Dekan

    Herman Suryokumoro SH. MH.

    NIP. 131 472 745

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    4/84

    iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur kehadurat Tuhan Yesus Kristus, Yang Maha Kuasa lagi

    Maha Bijaksana atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehimgga penulisan skripsi

    dengan judul PENERAPAN PASAL 372 KUHP TERHADAP PENGGELAPAN

    KENDARAAN BERMOTOR YANG MENJADI JAMINAN LEASING PADA

    LEMBAGA PEMBIAYAAN (Studi Pengadilan Negeri Malang) dapat

    diselesaikan.

    Segenap penghargaan dan terima kasih yang mendalam kepada Papa dan

    Mama yang telah mendukung baik moril maupun materiil serta kasih sayang dan

    kesabaran yang tiada terhingga, dan atas semangat serta doa yang tiada henti-

    hentinya tercurahkan.

    Dalam penulisan skripsi ini patut kiranya penulis sampaikan rasa terima

    kasih yang mendalam kepada:

    11.. Bapak Herman Suryokumoro, SH. MH., selaku Dekan Fakultas Hukum

    Unievrsitas Brawijaya Malang;

    22..

    Bapak Setiawan Noerdayasakti, SH. MH., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana;

    33.. Bapak Bambang Sugiri, SH. MH., selaku Pembimbing Utama yang telah

    memberikan bimbingan dan motivasi yang berharga dalam penulisan skripsi ini;

    44.. Bapak Abdul Majid SH. MH., selaku Pembimbing Pendamping yang telah

    membimbing dan membantu dengan sabar, sehingga penulisan skripsi ini dapat

    terselesaikan;

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    5/84

    v

    55.. Pengadilan Negeri Malang, yang telah mebantu dalam memberikan data dan

    informasi sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan;

    66.. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang

    yang telah memberikan bekal ilmu;

    77.. Angkatan 2002 Non Reguler Fakultas Hukum Brawijaya dan kelompok KKN

    Sambiegede;

    88.. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut membantu

    selesainya skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesan sempurna,

    maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun diperlukan untuk

    menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya

    jika dalam penulisan skripsi ini penulis melakukan kesalahan. Semoga Tuhan Yang

    Maha Esa senantiasa mengampuni segala kesalahan kita dan selalu menunjukan jalan

    kebenaran-Nya.

    Amin.

    Malang, Juli 2008

    Penulis

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    6/84

    vi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................................

    ............................................................................................................................... iii

    HALAMAN KATA PENGANTAR......................................................................

    ............................................................................................................................... iv

    HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................... vi

    HALAMAN DAFTAR TABEL ........................................................................... viii

    HALAMAN ABSTRAKSI ................................................................................... ix

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

    B. Perumusan Masalah ................................................................. 5

    C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6

    E. Metode Penelitian .................................................................... 7

    F. Sistematika Penulisan .............................................................. 10

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan UmumLeasing......................................................... 12

    B. Tinjauan Umum Penggelapan ................................................. 17

    C. Tinjauan Umum tentang Kekuasaan Kehakiman .................... 33

    D. Tinjauan Umum tentang Pidana dan Pemidanaan ................... 39

    BAB III : PEMBAHASAN

    A. Realita Kasus ........................................................................... 51

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    7/84

    vii

    B. Dasar Hukum Hakim Mengadili Perkara Penggelapan

    Kendaraan Bermotor Yang Menjadi JaminanLeasingPada

    Lembaga Pembiayaan .............................................................. 62

    C. Dasar Pertimbangan Hakim Menjatuhkan Lamanya Pidana

    Penggelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan

    Leasing pada Lembaga Pembiayaan ........................................ 70

    BAB IV : PENUTUP

    A. Kesimpulan .............................................................................. 73

    B. Saran-saran ............................................................................... 74

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    8/84

    viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    3.1. Realitas Kasus Penggelapan Kendaraan Bermotor yang Menjadi Jaminan

    LeasingPada Lembaga Pembiayaan Di Pengadilan Negeri Malang Tahun

    2005-2006 .................................................................................................... 51

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    9/84

    ix

    ABSTRAKSI

    Maraknya kasus-kasus penggelapan sepeda motor yang terjadi di wilayah KotaMalang oleh pembeli (kreditur) sangatlah merugikan bagi pihak leasing. Permasalahanlainnya adalah sulitnya penegak hukum dalam menangani kasus tersebut. Hal inidikarenakan pada pelaporan awal oleh pihak yang dirugikan merupakan permasalahanhukum perdata yang disebabakan adanya pelanggaran terhadap perjanjian yangdisepakati, namun dengan adanya penggelapan obyek yang masih dalam kekuasaan danmilik orang lain maupun lembaga yang berdasarkan badan hukum menjadikan kasustersebut bias, karena terjadi pergesaran dari hukum perdata menjadi hukum pelanggarantindak pidana yaitu penggelapan. Untuk mengatasi atau menanggulangi masalahpenggelapan kendaraan bermotor yang menjadi jaminan leasing pada lembagapembiayaan ini yaitu dengan tegas memberlakukan hukum positif yang ada. Untukpenegakan hukum positif yang seobyektif mungkin di butuhkan perangkat atau penegakhukum yang mempunyai naluri keadilan hakiki. Salah satu perangkat hukum yang ada diIndonesia adalah Hakim dan hakim adalah sebagai satu-satunya penegak hukum yangmenjaga gawang terakhir keadilan.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dasar hukum hakim mengadilipenggelapan kendaraan bermotor yang menjadi jaminan leasing pada lembagapembiayaan dan untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim menjatuhkan lamanyapidana dalam perkara kendaraan bermotor yang menjadi jaminan leasing pada lembagapembiayaan.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis yaitu suatupendekatan ilmu hukum dan ilmu sosiologis yang ditempuh melalui penelitian yang

    sistematis dan terkontrol berdasarkan suatu kerangka pemikiran yang logis sertakerangka pembuktian untuk memastikan, memperluas dan menggali, yaitu penulis dalammemperoleh dan mendapatkan data secara langsung dari lapangan terhadap obyek yangditeliti, baik data primer sebagai data utama serta data sekunder sebagai data pendukungatau pelengkap.

    Hasil penelitian ini adalah dasar hukum seorang hakim mengadili perkarapenggelapan kendaraan bermotor yang menjadi jaminan leasing pada lembagapembiayaan yaitu merujuk pada Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang KekuasaanKehakiman dan unsur-unsur tidak pidana penggelapan pada Pasal 372 baik unsurobyektif dan subyektif. Sedangkan dasar pertimbangan hakim menjatuhkan lamanyapidana dalam perkara kendaraan bermotor yang menjadi jaminan leasing pada lembagapembiayaan adalah adanya premisse mayor(peraturan hukumnya) dan premisse minor(peristiwanya). Dalam memberikan putusan tersebut hakim juga memperhatikan faktor-

    faktor yang seharusnya diterapkan secara proporsional yaitu : keadilan, kepastianhukumnya dan kemanfaatannya yang diimplementasikan pada pemahaman hakimterhadap sistem pemidanaan maupun unsur-unsur pemidanaan seperti dengan melihathal-hal yang memberatkan maupun meringankan terdakwa, di mana yang memberatkanadalah : telah merugikan pihak lain dan yang meringankan antara lain adalah terdakwamengakui perbuatannya, terdakwa sopan dalam persidangan dan terdakwa tidak pernahdihukum.

    Kata kunci : Penggelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    10/84

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perubahan ekonomi bangsa Indonesia pasca krisis moneter selama ini

    mengakibatkan berbagai dampak ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat

    Indonesia. Banyaknya penduduk serta tingginya mobilisasi dalam arus kehidupan

    masyarakat menjadikan sarana transportasi sebagai kebutuhan yang crusial untuk

    mendukung aktivitas masyarakat. Kondisi tersebut mendorong masyarakat untuk

    dapat membeli sarana transportasi yang dibutuhkannya dengan berbagai cara baik

    secara tunai maupun dengan kredit. Terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk

    mendapatkan kemudahan dalam membeli suatu produk mendorong perusahaan

    untuk bekerjasama dengan lembaga pembiayaan (leasing).

    Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang

    modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa

    guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh calon pemakai

    selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Dalam

    penelitian ini lembaga pembiayaan (leasing) adalah pembiayaan untuk

    kepemilikan kendaraan bermotor.

    Banyaknya dealer-dealer yang mempromosikan produknya melalui

    program kredit memberikan daya tarik tertentu kepada calon pembeli.

    Kemudahan yang diberikan pihak dealer yang telah bekerjasama dengan lembaga

    pembiayaan dapat dilihat pada ringannya syarat yang diajukan delaer khususnya

    bagi calon pembeli secara kredit. Calon pembeli hanya di minta untuk

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    11/84

    2

    menunjukan identitas diri (KTP), Keterangan Kartu Keluarga, rekening listrik

    serta keterangan lainya yang dapat mengguatkan persetujuan kepemilikan

    kendaraan roda dua kepada pihak dealer. Selanjutnya pihak dealer dengan

    rekanannya yaitu lembaga pembiayaan melakukan survey terhadap calon

    pembeli, apabila dianggap memenuhi kriteria serta syarat-syarat yang diajukan

    maka calon dalam waktu yang relatif cepat akan memiliki sepeda motor yang

    diinginkan.

    Adanya kemudahan dan ringannya syarat yang dijadikan kriteria bagi

    calon pembeli oleh pihak dealer ternyata menimbulkan dampak baik positif

    maupun negatif. Dampak positif yaitu meningkatnya pembeli sepeda motor yang

    secara otomatis dapat meningkatkan profitabilitas dealer maupun lembaga

    pembiayaan, sedangkan dampak negatif yang sering terjadi adalah memberikan

    peluang atau potensi bagi sebagain pembeli melakukan tindakan-tindakan

    melawan hukum yaitu tindak pidana penggelapan.

    Banyaknya kasus-kasus penggelapan sepeda motor yang terjadi di

    wilayah Kota Malang oleh pembeli (kreditur) sangatlah merugikan bagi pihak

    leasing. Yang menjadi pemikiran sekarang adalah dengan meningkatnya tindak

    pidana penggelapan kendaraan bermotor yang menjadi jaminan leasing. Dengan

    kerugian dari pihak penjamin oleh tindakan pembeli sepeda motor yang

    melakukan penggelapan, permasalahan lainnya adalah sulitnya penegak hukum

    dalam menangani kasus tersebut. Hal ini dikarenakan pada pelaporan awal oleh

    pihak yang dirugikan merupakan permasalahan hukum perdata yang disebabakan

    adanya pelanggaran terhadap perjanjian yang disepakati, namun dengan adanya

    penggelapan obyek yang masih dalam kekuasaan dan milik orang lain maupun

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    12/84

    3

    lembaga yang berdasarkan badan hukum menjadikan kasus tersebut bias, karena

    terjadi pergesaran dari hukum perdata menjadi hukum pelanggaran tindak pidana.

    Pada prinsipnya penjualan motor yang berdasarkan kesepakatan antara pihak

    kreditur dan pihak pembiayaa berdasarkan akta jual-beli di mana dalam akta ini

    kreditur memiliki hak sepenuhnya terhadap barang yang di kuasai namun barang

    tersebut masih milik sepenuhnya pihak penjamin

    Dalam sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tindak

    pidana terhadap harta kekayaan dimuat dalam Buku II KUHP yang meliputi :

    pencurian, pemerasan, penggelapan, penipuan, pengerusakan dan penadahan.

    Dari beberapa rumusan tindak pidana di atas memuat beberapa unsur-unsur yang

    cukup yaitu unsur objektif dan unsur subyektif.1

    Timbulnya sengketa pelanggaran hukum antara kreditur dan penjamin

    dikarenakan terjadi penyalahgunaan hak atau penyalagunaan kepercayaan dimana

    tindak pidana pengelapan di atur dalam ketentuan pasal 372 KUHP yang

    berbunyi :

    Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai

    milik sendiri sesuatu barang yang seluruh atau sebagian adalah milik

    orang lain tetapi yang ada dalam kekuasaanya bukan karena kejahatan

    yang di ancam karena pengelapan Dengan pidan paling lama empat tahun

    atau denda paling banyak enam puluh rupiah.2

    Karena dalam prakteknya penjualan sepeda motor tersebut merupakan

    suatu penggelapan dan pelanggaran tindak pidana di mana dalam sistematisnya

    1Adam Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Universitas Negeri Malang , 2001. hal. 1

    2Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2000.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    13/84

    4

    motor yang diambil dari dealer telah mengalami proses yaitu kesepakatan

    dengan akta jual beli sehingga muncul pihak ketiga yaitu lembaga pembiayaan

    namun dalam perjanjian dengan akta jual-beli sebelum terjadi pelunasan sepeda

    motor tersebut maka motor tersebut masih dalam kekuasaan dan pengawasan

    pihak pembiaya dan si pembeli hanya memiliki hak pakai, namun terjadi

    penyalahgunaan hak di mana motor yang belum terjadi pelunasan oleh pembeli

    pertama di jual tanpa melakukan penyerahan hak pembayaran terhadap

    pelunasan pembayaran motor kepada pembeli kedua dan selanjutnya sehingga

    timbul suatu wanprestasi terhadap kesepakatan perjanjian jual-beli di antara ke

    dua belah pihak (pembeli pertama dengan badan pembiaya). Hal tersebut

    merupakan pelanggaran tindak pidana pasal 372 tentang pengelapan meski

    dalam kasus penggelapan yang di lakukan oleh kreditur merupakan tindak

    pidana yang berawal dari perdata yaitu mengenai penyalahgunaan kekuasaan dan

    penyalahgunaan hak dan pelanggaran terhadap perjanjian yang telah di sepakati

    namun dengan tindakan yang menjual sepeda motor yang masih pada masa

    kredit merupakan suatu pelanggaran pidana penggelapan.

    Untuk mengatasi atau menanggulangi masalah penggelapan kendaraan

    bermotor yang menjadi jaminan leasing pada lembaga pembiayaan ini yaitu

    dengan tegas memberlakukan hukum positif yang ada. Untuk penegakan hukum

    positif yang seobyektif mungkin di butuhkan perangkat atau penegak hukum

    yang mempunyai naluri keadilan hakiki.

    Salah satu perangkat hukum yang ada di Indonesia adalah Hakim dan

    hakim adalah sebagai satu-satunya penegak hukum yang menjaga gawang

    terakhir keadilan. Dan hakim pula sebagai salah satu komponen dari penegak

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    14/84

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    15/84

    6

    dalam perkara kendaraan bermotor yang menjadi jaminan leasing pada

    lembaga pembiayaan.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Praktis

    a. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penegak hukum dalam

    menangani kasus penggelapan kendaraan bermotor yang menjadi jaminan

    leasingpada lembaga pembiayaan.

    b. Sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga pembiayaan dalam mengambil

    kebijakan-kebijakan terkait dengan kasus penggelapan kendaraan

    bermotor yang menjadi jaminan leasingpada lembaga pembiayaan.

    c. Untuk memberikan pengetahuan bagi mahasiswa, masyarakat dan yang

    memerlukannya mengenai kasus penggelapan kendaraan bermotor yang

    menjadi jaminan leasingpada lembaga pembiayaan.

    2. Manfaat Teoritis

    a. Untuk memenuhi sebagian tugas akhir guna menyelesaikan studi strata

    satu ilmu hukum.

    b. Sebagai sarana untuk mengembangkan wacana tentang penggelapan yang

    menjadi jaminan leasing pada lembaga pembiayaan.sebagai suatu tindak

    pidana.

    c. Sebagai proses pembelajaran dalam memecahkan persoalan yang secara

    riil terjadi di masayrakat utamanya tentang tindak pidana penggelapan

    kendaraan bermotor yang menjadi jaminan leasing pada lembaga

    pembiayaan.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    16/84

    7

    E. Metode Penelitian

    1. Metode Pendekatan

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis

    yaitu suatu pendekatan ilmu hukum dan ilmu sosiologis yang ditempuh

    melalui penelitian yang sistematis dan terkontrol berdasarkan suatu kerangka

    pemikiran yang logis serta kerangka pembuktian untuk memastikan,

    memperluas dan menggali,3 yaitu penulis dalam memperoleh dan

    mendapatkan data secara langsung dari lapangan terhadap obyek yang diteliti,

    baik data primer sebagai data utama serta data sekunder sebagai data

    pendukung atau pelengkap.

    2. Lokasi Penelitian

    Penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri Malang. Lokasi penelitian

    dipilih dengan pertimbangan bahwa di Pengadilan Negeri Malang pernah

    menangani dan atau memutus perkara penggelapan kendaraan bermotor yang

    menjadi jaminan leasing pada lembaga pembiayaan, sehingga diasumsikan

    mampu merepresentasikan permasalahan yang diteliti.

    3

    Ronny, Hanitijo Soemitro,Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta. 1988.h. 15.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    17/84

    8

    3. Populasi, Sampel dan Responden

    Populasi pada penelitian ini adalah Hakim Pengadilan Negeri Malang,

    sedangkan sampelnya adalah Hakim Pengadilan Negeri Malang yang pernah

    memeriksa dan memutus perkara penggelapan kendaraan bermotor yang

    menjadi jaminan leasing pada lembaga pembiayaan. Sample ditentukan

    secara purposive sampling, yakni sampel yang dipilih berdasarkan

    pertimbangan/penelitian subyektif dari penelitian, jadi dalam hal ini

    penelitian menentukan sendiri responden mana yang dianggap dapat mewakili

    populasi.4

    3. Jenis Data dan Sumber Data

    a. Data primer

    Data ini diperoleh langsung dari lapangan dan penelitian hasil

    wawancara yang dilakukan penulis yaitu dengan cara untuk memperoleh

    informasi dengan bertanya langsung kepada responden yakni Hakim

    Pengadilan Negeri Malang yang berkompeten dengan masalah yang

    diteliti oleh penulis.

    b. Data sekunder

    Data yang diperoleh dengan jalan mengadakan studi kepustakaan (library

    research) dengan cara membaca, mempelajari teori-teori, pendapat para

    ahli, tulisan para ahli, baik dalam bentuk buku-buku maupun perundang-

    undangan yang kesemuanya itu ada hubungannya dengan permasalahan

    yang penulis kemukakan dalam skripsi ini.

    4Burhan Ashsofa,Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta. Jakarta. 2001. h. 91.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    18/84

    9

    2. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam pengumpulan data terhadap penelitian ini penulis mempergunakan:

    a. Intervi ew(wawancara)

    Interviewyaitu melakukan wawancara langsung kepada responden

    dalam hal ini hakim yang menangani perkara penggelapan kendaraan

    bermotor yang menjadi jaminan leasing pada lembaga pembiayaan.

    Bentuk wawancara adalah dilakukan dengan bebas terpimpin, yaitu

    dengan mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan sebagai

    pedoman tetapi masih dimungkinkan adanya variasi-variasi pertanyaan

    yang disesuaikan dengan situasi ketika wawancara.

    Menurut Hadari Nawawi, Wawancara adalah pengumpulan data

    informasi secara lisan dengan tujuan untuk menghimpun data berupa

    tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi dan keinginan

    seseorang yang dilakukan terhadap obyek orang, sumber, atau instansi

    yang bersangkutan.5

    b. Dokumentasi, yang dimaksud disini adalah pengumpulan data dengan

    mempelajari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

    transkrip, buku, surat kabar secara langsung sesuai dengan masalah yang

    akan dibahas.

    5 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Ilmu Sosial. Gajah Mada University Press.

    Yogyakarta. 1985. h. 111.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    19/84

    10

    3. Analisa Data

    Dalam menganalisa data, teknik atau metode yang digunakan adalah

    deskriptif analisis, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan

    cara memaparkan data yang telah diperoleh dari pengamatan kepustakaan dan

    pengamatan lapangan, kemudian dianalisa dan diinterpretasikan dengan

    memberikan kesimpulan. Menurut Winarno Surakhmad, yang dimaksud

    dengan analisa deskriptif adalah memusatkan diri pada masalah-masalah

    yang ada di masa sekarang yang bersifat aktual, kemudian data yang ada

    dikumpulkan, disusun, dijelaskan serta dianalisa.6

    E. Sistematika Penulisan

    Agar tulisan ini dapat mengarah seperti apa yang diharapkan, maka telah

    disusun suatu sistematika penulisan secara global yang sekaligus merupakan

    landasan operasional dalam rangka penyelesaian tulisan ini yang antara lain

    yaitu :

    Bab I : PENDAHULUAN

    Yang didalamnya meliputi latar belakang permasalahan,

    perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

    penelitian dan sistematika penulisan.

    Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam hal ini diuraikan tiga sub yaitu meliputi : Sub (A) tentang

    leasing, Sub (B penggelapan, Sub (C) hal-hal yang

    dipertimbangkan hakim.

    6Winarno Surakhmad, Paper, Spripsi, Tesis, Desertasi. Tarsito. Bandung, 1981. h. 61.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    20/84

    11

    Bab III : PEMBAHASAN

    Dalam bab ini yang berisi pembahasan dari permasalahan yang ada.

    Sub bab (A) membahas dasar hukum hakim mengadili

    penggelapan kendaraan bermotor yang menjadi jaminan leasing

    pada lembaga pembiayaan. Sub (B) membahas dasar pertimbangan

    hakim menjatuhkan lamanya pidana dalam perkara kendaraan

    bermotor yang menjadi jaminan leasing pada lembaga pembiayaan

    .

    Bab IV : PENUTUP

    Merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-

    saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    21/84

    12

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan UmumLeasing

    1. PengertianLeasing

    Leasing merupakan suatu perjanjian kontrak antara perusahaan

    (lessor) yang bersedia meminjamkan barang modalnya kepada perusahaan

    lain (lessee) yang disertai dengan kesanggupan dari (lessee) tersebut untuk

    membayar sejumlah pembayaran berkala. Kegiatan leasing(sewa guna usaha)

    diperkenalkan di Indonesia untuk pertama kalinya pada tahun 1974 yaitu

    dengan dikeluarkannya keputusan bersama Menteri Keuangan, Menteri

    Perdagangan, dan Menteri Perindustrian No. Kep. 122/MK/IV/2/1997, No.

    32/M/SK/1974, No. 30/KPB/5/1974 tanggal 7 Pebruari 1974 mengenai

    Perjanjian Usaha Leasing sejak tahun 1980 jumlah perusahaan leasing

    semakin bertambah dan meningkat dari tahun ke tahun untuk membiayai

    penyediaan barang-barang modal.

    Leasing sebagai: Suatu cara dimana perusahaan bisa menggunakan

    suatu aktiva tanpa harus membelinya, dengan kata lain leasing merupakan

    suatu bentuk penyewaan dengan jangka waktu tertentu.7

    Selanjutnya leasing juga didefinisikan sebagai kegiatan pembiayaan dalam

    bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak

    opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating

    7

    Husnan, Suad. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan. Edisi Ketiga. Buku Satu.Penerbit BPFE. Yogyakarta. h. 35.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    22/84

    13

    lease), untuk digunakan oleh lesseeselama jangka waktu tertentu berdasarkan

    pembayaran secara berkala.

    8

    2. Peranan dan ManfaatLeasing

    Selama ini leasing mempunyai peranan yang penting serta memberikan

    manfaat atau keuntungan bagi pembangunan Indonesia. Peranan serta manfaat

    leasingini adalah sebagai berikut:

    a. PerananLeasing

    Leasing sebagai salah satu sistem pembiayaan yang berperan dalam

    meningkatkan pembangunan perekonomian di Indonesia. Usaha leasing

    dapat membantu badan-badan atau pengusaha-pengusaha Indonesia

    terutama pengusaha industri kecil, dalam mengatasi cara pembiayaan

    untuk memperoleh alat-alat perlengkapan maupun barang-barang modal

    yang diperlukan.9

    b. ManfaatLeasing

    Adapun manfaat leasingdari pihak antara lain:

    1) Penghematan modal

    Dengan sistem pembiayaan melalui leasing, lesseebisa mendapatkan

    dan untuk membeli peralatan atau mesin-mesin untuk proses produksi

    hingga sebesar 100% dari harga barang tersebut, dengan demikian

    lesseebisa memanfaatkan, modal yang ada untuk keperluan lain.

    8Siamat, Dahlan..Manajemen Lembaga Keuangan. Cetakan Pertama. Penerbit Intermedia.

    Jakarta. 1995. h. 49

    9

    Seokadi, Eddy P.Mekanisme Leasing. Cetakan Kedua. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. .1990. h. 78.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    23/84

    14

    2) Sangat fleksibel

    Fleksibel ini meliputi struktur kontraknya, besarnya pembayaran

    angsuran, jangka waktu pembayaran angsuran, serta nilai sisanya.

    3) Sebagai sumber dana

    Leasing merupakan salah satu sumber dana bagi perusahaan-

    perusahaan industri maupun perusahaan komersial lainnya.

    Mekanisme dalam memperoleh dana yaitu dapat dilakukan melalui

    sale and lease back atas asset yang sudah dimiliki oleh lessee.

    Sementara ini fasilitas kredit yang sudah ada dari bank masih tetap

    tidak terganggu dan siap digunakan setiap saat.

    4) Onatau of Balance Sheet

    Leasingdapat dibukukan dengan menggunakan on balance sheetatau

    of balance sheet.

    5) Menguntungkan cash flow

    Fleksibilitas dari penentuan besarnya angsuran, besarnya investasi,

    dimana pendapatan penjualan diperoleh secara musiman atau juga

    dimana keuntungan baru bisa diperoleh pada masa akhir investasi,

    maka besarnya angsuran juga bisa disesuaikan dengan kemampuan

    cash flowyang ada.

    6) Menekan pengaruh inflasi

    Lessee dalam keadaan inflasi mengeluarkan biaya angsuran yang

    sama dengan nilai mata uang yang ada pada saat awal kontrak.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    24/84

    15

    7) Sarana kredit jangka menengah atau jangka panjang

    Untuk mengatasi masalah tersebut, maka seluruh alternatif adalah

    dengan menggunakan leasing.

    8) Dokumentasi sangat sederhana

    Dokumentasi atau pencatatan yang digunakan dalam leasingbiasanya

    sudah standar, akan lebih sederhana bagi lessee untuk melakukan

    transaksi leasing yang berikutnya dengan mengikuti dokumentasi

    yang sudah ada, dibandingkan dengan merundingkan pinjaman baru

    Bank.

    9) Berbagai biaya dapat dikelompokan dalam satu paket sebagai akibat

    dari pembelian suatu barang, akan menimbulkan biaya-biaya antara

    lain biaya pengiriman, biaya pemasangan.10

    3. Mekanisme Leasing

    Sebelum membicarakan mengenai prosedur mekanisme leasing, maka

    perlu terlebih dahulu diketahui pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak

    leasing. Adapun pihak-pihak yang bersangkutan dalam transaksi ini yaitu:

    1. Lessor

    Adakah pihak yang menyewakan barang, dapat terdiri dari beberapa

    perusahaan, disebut juga sebagai investor, equity holders.

    2. Lessee

    Adalah pihak yang menikmati barang tersebut dengan membayar sewa

    dan mempunyai hak opsi.

    10Ibid, hal. 81

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    25/84

    16

    3. Kreditur transaksi leasing ini umumnya terdiri dari bank, insurance

    company.

    4. Supplier

    Adalah penjual dan pemilik barang yang disewakan, dapat terdiri dari

    perusahaan yang berada di dalam negeri atau yang mempunyai kantor

    pusat.

    Adapun prosedur dari mekanisme leasingyang menyangkut pihak-pihak

    tersebut di atas adalah sebagai berikut:

    1. Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan,

    mengadakan penawaran harga dan menunjuk supllierperalatan dimaksud.

    2. Setelah lessee mengisi permohonan, lessee mengirimkan kepada lessor

    disertai dokumen lengkap.

    3. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberi

    fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lessee (lama

    kontrak pembayaran sewa lease), maka kontrak lease dapat ditanda

    tangani.

    4. Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk

    peralatan yang di lease dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor,

    seperti yang tercantum dalam kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan

    asuransi terjalin perjanjian kontrak utama.

    5. Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier

    peralatan tersebut.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    26/84

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    27/84

    18

    sebagaimana yang dapat dilakukan oleh pemiliknya atas benda tersebut,

    sehingga berakibat bahwa kekuasaan atas benda itu menjadi lepas dari

    pemiliknya.12

    Penggelapan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan tindak pidana

    dimana suatu benda atau barang milik seseorang dibawah kekuasaan pelaku

    bukan karean kejahatan. Dari perbuatannya pelaku bermaksud memiliki benda

    tersebut pada pokoknya dengan perbuatannya itu, atau perbuatan penggelapan

    itu si pelaku tidak memenuhi kepercayaan yang dilimpahkan kepadanya oleh

    yang berhak atas suatu barang.

    2. Unsur-Unsur Tindak Pidana Penggelapan

    Tindak pidana penggelapan pada pokoknya dapat dibagi dalam dua unsur

    yaitu unsur obyektif dan unsur subyektif:

    a. Unsur-unsur Obyektif Tindak Pidana Penggelapan

    1) Perbuatan memiliki (zich toeeigenen)

    Zich toeeigenen diterjemahkan dengan perkataan memiliki

    adalah perbuatan dimana adakalanya menguasai secara melawan

    hukum atau hak, mengaku sebagai milik. Seperti putusan Mahkamah

    Agung tentang putusan tanggal 25-2-1958 No. 308 K/Kr/1957 yang

    menyatakan bahwa perkataanzich to-eigenendalam bahasa Indonesia

    belum ada terjemahan resmi sehingga kata-kata itu diterjemahkan

    dengan perkataan mengambil yaitu memiliki.

    12PAF Lamintang,Hukum Pidana Indonesia. Sinar Baru, Bandung, 1990. hal. 222.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    28/84

    19

    Membicarakan tentang penggelapan dengan unsurnya

    perbuatan memiliki, maka akan terkait dengan perbuatan mengambil

    seperti dalam pencurian tetapi dalam penggelapan ini ada

    perbedaannya dengan perbuatan mencuri. Perbedaan ini adalah dalam

    hal memiliki pada pencurian adalah berupa unsur subyektif, sebagai

    maksud untuk memiliki. Tetapi pada penggelapan, memiliki berupa

    unsur obyektif, yakni unsur tingkah laku atau perbuatan yang dilarang

    dalam penggelapan. Kalau dalam pencurian tidak disyratkan benar-

    benar ada wujud dari unsur memiliki itu, karena memiliki ini sekedar

    di tuju oleh unsur kesengajaan sebagai maksud saja. Tetapi pada

    penggelapan memiliki, berupa unsur subyektif, yakni unsur tingkah

    laku atau perbuatan yang dilarang dalam penggelapan. Kalau dalam

    pencurian tidak disyaratkan benar-benar ada wujud dari unsur

    memiliki itu, karena kesengajaan sebagai maksud dari unsur sekedar

    memiliki saja. Tetapi memiliki pada penggelapan, karena merupakan

    unsur tingkah laku, berupa unsur obyektif, maka memiliki harus ada

    bentuk dan wujudnya, dimana harus sudah selesai dilaksanakan

    sebagai syarat untuk selesainya terjadinya penggelapan. Bentuk-

    bentuk memiliki misalnya menjual, menukar, menghibahkan,

    menggadaikan dan sebagainya.

    Pada pencurian, adanya maksud untuk memiliki sudah tampak

    dari adanya perbautan mengambil, oleh karena sebelum tindak pidana

    itu dilakukan, benda tersebut belum ada dalam kekuasaannya. Lain

    halnya dengan penggelaan, oleh sebab benda obyek tindak pidana,

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    29/84

    20

    sebelum penggelapan terjadi, telah berada dalam kekuasaannya maka

    sulit untuk menentukan kapan pada saat terjadinya tindak pidana

    penggelapan tanpa adanya wujud perbuatan memiliki.

    Dalam MvT (memorie van Toelichting) perbuatan memiliki

    dalam pasal 372 KUHP adalah berupa perbuatan, berupa perbautan

    menguasai benda seolah-olah ia pemilik benda itu. Menurut hukum

    hanya pemilik sajalah yang dapat melakukan perbuatan terhadap

    benda miliknya.

    2) Unsur obyek penggelapan adalah memiliki

    Perbuatan memiliki terhadap benda yang ada dalam

    kekuasaannya sebagaimana yang telah diterangkan di atas, tidak

    mungkin dapat dilakukan terhadap benda-benda yang tidak berwujud.

    Pengertian benda yang telah ada dalam kekuasaannya karena adanya

    suatu hubungan langsung dan sangat erat hubungannya dengan benda

    itu yang sebagai indikatornya ialah apabila ia hendak melakukan

    perbuatan terhadap benda itu, ia dapat melakukan langsung terhadap

    benda itu tanpa harus melakukan tindak pidana terlebih dahulu.

    Dalam penggelapan benda ada beberapa yang tidak bisa

    digelapkan misalnay rumah, energi listrik dan lain-lain. Pada energi

    listrik, pemakai jasa listrik tidak berada dalam hubungan menguasai

    dengan energi listrik. Pelanggaran dalam hubungan menguasai dengan

    benda-benda atau peralatan yang menyimpan/mengalirkan energi

    listrik tersebut. Pelaku bila ingin melakukan perbuatan terhadap energi

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    30/84

    21

    listrik, maka tidak dilakukannya secara langsung tapi harus melakukan

    perbuatan lain berupa suatu perbuatan terhadap peralatan listrik.

    3) Sebagian atau seluruhnya milik orang lain

    Benda yang tidak ada pemiliknya, baik sejak semula maupun

    telah dilepaskan hak miliknya tidak dapat menjadi obyek penggelapan.

    Benda milik suatu badan hukum, seperti milik negara adalah berupa

    benda yang tidak/bukan dimiliki oleh orang adalah ditafsirkan sebagai

    milik orang lain, dalam arti bukan milik pelaku itu oleh karena itu

    dapat menjadi obyek penggelapan dan pencurian. Misalnya dalam

    Arrest HR tanggal 1 Mei 1922 dengan tegas menyatakan bahwa untuk

    menghukum karena penggelapan tidak disyaratkan bahwa menurut

    hukum terbukti siapa pemilik barang itu. Misalnya sudah cukup

    terbukti penggelapan bila seorang menemukan sebuah arloji di sebuah

    stasiun kereta api, diambilnya kemudian timbul niatnya untuk

    menjualnya.

    4) Benda berada dalam kekuasaannya bukan karena tindak pidana

    Dalam hal ini ada dua unsur yaitu yang pertama, berada dalam

    kekuasaannya dan yang kedua bukan karena tindak pidana. Unsur

    berada dalam kekuasaannya telah disinggung sebelumnya bahwa

    benda yang berada dalam kekuasaan seseorang apabila antara orang

    itu dengan benda terdapat hubungan sedemikian eratnya, sehingga

    apabila pelaku ingin melakukan segala macam perbuatan terhadap

    benda itu pelaku dapat segera melakukan secara langsung tanpa

    terlebih dulu harus melakukan perbuatan yang lain. Misalnya ia

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    31/84

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    32/84

    23

    Dalam MvT ada sedikit keterangan tentang kesengajaan

    (ipzettelijk) yaitu sebagai wellens en wetens yang dalam arti harfiah

    disebut sebagai menghendaki dan mengetahui. Dalam hal ini dapat

    diterangkan lebih lajut ialah bahwa orang yang melakukan dengan

    sengaja, berarti pelaku menghendaki perbuatan dan mengetahui

    perbuatan dan serta sadar akan akibat yang timbul dari perbuatannya

    itu. Apabila dihubungkan dengan kesengajaan yang berada dalam

    rumusan tindak pidana seperti dalam penggelapan, maka kesengajaan

    dikatakan apabila adanya suatu kehendak atau adanya suatu

    pengetahuan atas suatu perbautan dengan unsur-unsur tertentu serta

    menghendaki dan atau mengetahui atau menyadari akan akibat yang

    timbul dari perbuatan.

    Bahwa keterangan dalam MvT yang menaytakan bahwa setiap

    unsur kesengajaan (opzettelijk) dalam rumusan suatu tindak pidana

    selalu ditujukan pada semua unsur yang ada di belakangnya, atau

    dengan kata lain yang semua unsur-unsur yang ada di belakang

    perkataan sengaja selalu diliputi oleh unsur kesengajaan. Dalam hal

    ini dirumuskan bahwa kesengajaan pelaku dalam penggelapan sebagai

    berikut:

    a) Melawan hukum

    b) Perbuatan memiliki

    c) Suatu benda

    d) Seluruh atau sebagian milik orang lain

    e) Benda dalam kekuasaannya bukan karena tindak pidana

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    33/84

    24

    Sedangkan apabila diterangkan lebih lanjut, kesengajaan maka

    pelaku dalam penggelapan berarti :

    a) Pelaku mengetahui, sadar bahwa perbuatan memiliki benda milik

    oran glain yang dalam kekuasaannya itu sebagai perbuatan

    melawan hukum.

    b) Pelaku dengan kesadarannya menghendaki untuk melakukan

    perbautan memiliki.

    c) Pelaku mengetahui, menyadari bahwa ia melakukan perbuatan

    memiliki terhadap suatu benda, yang diduga disadarinya bahwa

    benda itu milik orang lain sebagian atau seluruhnya.

    d) Pelaku mengetahui, menyadari bahwa benda milik orang lain yang

    dikuasainya bukan karena suatu tindak pidana.

    Kesengajaan yang dilakukan pada semua unsur yang ada di

    belakangnya itu harus dibuktikan dalam persidangan.

    2) Unsur melawan hukum

    Dalam hubungannya dengan kesengajaan maka pelaku harus

    ditujukan pada unsur melawan hukum, sehingga ada perbedaan antara

    penggelapan dengan pencurian yaitu :

    a) Tentang perbuatan materiilnya, penggelapan adalah perbautan

    memiliki, sedangkan pencurian adalah mengambil. Pada pencurian

    adalah unsur memiliki yang berupa unsur subyektif. Pada

    penggelapan unsur memiliki, adalah unsur tingkah laku, yang

    berupa unsur obyektif. Untuk selesainya penggelapan disyaratkan

    pada selesainya atau terwujudnya perbuatan memiliki, sedang

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    34/84

    25

    pada pencurian pada perbuatan mengambil, bukan pada unsur

    memiliki.

    b) Dengan beradanya benda objek kejahatan di tangan pelaku. Pada

    pencurian benda berada pada pelaku karena perbuatan mengambil

    yang berarti bahwa benda tersebut berada dalam kekuasaannya

    karena suatu kejahatan/ pencurian. Sedangkan pada penggelapan

    benda tersebut berada dalam kekuasaannya karena perbautan-

    perbuatan yang sesuai dengan hukum.

    Walaupun telah tampak dengan jelas perbedaan antara

    pencurian dengan penggelapan namun dalam praktek adakalanya sulit

    membedakannya. Misalnya seseorang menemukan sebuah arloji

    dalam sebuah halaman, diambilnya kemudian dijualnya. Dalam

    peristiwa ini, penggelaapn ataukah pencurian yang sedang terjadi.

    Karena disini terjadi dua peristiwa/perbuatan yaitu mengambil (unsur

    sebuah pencurian) dan menjual (wujud memiliki dari suatu

    penggelapan).

    Tindak pidana pencurian dan tindak pidana penggelapan tidak

    mungkin terjadi sekaligus dalam satu peristiwa. Bila terjadi pencurian

    maka arloji itu berada dalam kekuasaannya adalah sebab dari tindak

    pidana. Sebaliknya juga apabila terjadi penggelapan yang berarti

    benda itu dalam kekuasaannya bukan karena tindak pidana terhadap

    benda itu tidak mungkin terjadi perbuatan mengambil.

    Dalam peristiwa tersebut untuk menentukan tindak pidana

    yang timbul dari kejadian di atas, hal ini harus dilihat dari sudut

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    35/84

    26

    bilamanakah maksud memiliki timbul, maksudnya ialah, apakah

    sebelum ataukah setelah perbuatan mengambil andaikata sebelum atau

    pada saat mengambil arloji itu sudah terkandung maksud untuk

    memilikinya, maka yang terjadi adalah pencurian. Sebaliknya,

    andaikata maksud yang demikian, itu timbul setelah perbuatan

    mengambil, misalnya sebelum memungut arloji itu ia bermaksud

    menyerahkan ke kantor polisi, niat itu kemudian berubah setelah

    sampainya di rumah. Dengan maksud yang demikian, maka beradanya

    benda dalam kekuasaannya itu bukan oleh sebab suatu tindak pidana

    dan kerna dengan ia menjualnya berarti telah melakukan perbuatan

    memiliki, maka dalam hal ini telah terjadilah penggelapan.

    3. Jenis-jenis Tindak Pidana Penggelapan dan Unsur-unsurnya

    a. Penggelapan dalam bentuk pokok

    Ketentuan penggelapan dalam bentuk pokok diatur di dalam pasal 372

    KUHP yang dirumuskan sebagai berikut :

    Barang siapa dengan sengaja memiliki dengan melawan hak

    sesuatu barang yang sama sekali atau sebagainya termasuk

    kepunyaan orang lain dan barang itu dalam tangannya bukan

    karena kejahatan, dihukum karena penggelapan, dengan

    hukuman pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau

    denda sebanyak-banyaknya Rp. 90.000.13

    Dari rumusan pasal tersebut dapat dirinci bahwa dalam

    penggelapan pokok terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut :

    13

    Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya. Politea,Bogor, 1996. hal. 285.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    36/84

    27

    1) Unsur obyektif adalah :

    a) Perbuatan memiliki (zithch toe-eigenen)

    b) Sesuatu benda (eenig goed)

    c) Sebagian atau seluruhnya milik orang lain

    d) Yang dalam kekuasaannya bukan karena suatu tindak pidana

    2) Unsur-unsur subyektif, adalah :

    a) Dengan sengaja (opzettelijk)

    b) Melawan hukum

    Dari beberapa unsur yang telah disebutkan di atas memberi arti

    membuat sesuatu/benda menjadi gelap. Perkataan verduistering yang

    dalam bahasa kita diterjemahkan secara harfiah disebut dengan

    penggelapan.

    b. Pengelapan ringan

    Penggelapan yang dikhawatirkan dalam bentuk penggelapan ringan diatur

    dalam pasal 373 KUHP. Dalam ketentuan tersebut dirumuskan sebagai

    berikut :

    Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 372, jika yang

    digelapkan bukan hewan dan harganya tidak lebih dari Rp. 250

    dihukum karena penggelapan ringan, dengan penjara selama-

    lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900.14

    Berdasarkan dalam rumusan tersebut di atas, dapat disimpulkan

    bahwa unsur tindak pidana penggelapan ringan sama dengan unsur-unsur

    tindak pidana penggelapan pokok, hanya di dalam tindak pidnaa ringan

    haruslah dipenuhi unsur khusus, bahwa yang digelapkan itu bukanlah

    14Ibid. hal. 259.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    37/84

    28

    ternak dan harga dari barang yang digelapkan tidak lebih dari dua puluh

    liam rupiah. Yang perlu diperhatikan dari unsur tindak pidana

    penggelapan ringan ialah dipertimbangkannya unsur ternak sebagai

    unsur yang memberatkan dalam tindak pidnaa penggelapan ini adalah

    sama dengan dalam tindak pidana pencurian, karena ternak dianggap

    sebagai harta kekayaan yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia yaitu

    sebagai rojo koyo.

    c. Penggelapan dengan pemberatan

    Penggelapan dengan pemberatan dalam KUHP diatur dalam pasal

    374 dan 375 KUHP. Sebagaimana yang diatur dalam tindak pidana

    penggelapan yang lain bahwa tindak pidana penggelapan dengan

    pemberatan ini adalah tindak pidana penggelapan dalam pokok yang

    karena ada unsur-unsur lain yang memberatkan ancamaman pidananya

    menjadi berat. Dalam tindak pidana penggelapan ini disebut juga sebagai

    tindak pidana penggelapan yang dikualifikasi.

    1) Penggelapan dengan pemberatan dalam pasal 374 KUHP, dinyatakan:

    Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasanya

    terhadap barang yang disebabkan karena ada hubungan kerja atau

    karena pencahariannya atau karena mendapat upah untuk itu,

    diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.15

    Dari rumusan di atas dapat ditarik unsur-unsur tindak pidana

    penggelapan adalah :

    15Tongat,Hukum Pidana Materiil,Universitas Muhammadyah Malang, 2003, hal. 63.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    38/84

    29

    a) Penggelapan (dalam bentuk yang pokoknya)

    b) Dilakukan oleh seseorang

    c) Suatu barang

    d) Ada di bawah kekuasaannya dikarenakan:

    (1) Hubungan kerja

    (2) Mata pencaharian

    (3) Mendapatkan upah untuk itu.

    Untuk lebih memahami unsur-unsur yang memberatkan

    tersebut maka penulis menjelaskan diantaranya :

    a) Unsur hubungan kerja (zijne persoonlijke diensbetrekking)

    Dalam Hoog Raad dalam Arrestnya pada 16-2-1942 menyatakan

    bahwa yang dimaksud hubungan kerja adalah pekerjaan yang

    terjadi karena suatu perjanjian kerja.16

    Dengan hubungan kerja tidak dimaksudkan hanya

    hubungan kerja yang terjadi di perusahaan-perusahaan, tetapi

    termasuk hubungan kerja dengan perorangan. Dalam hubungan

    kerja perorangan contohnya hubungan majikan dengan buruhnya

    misalnya seorang majikan menyerahkan uang kepada pembantu

    rumah tangganya untuk belanja ke pasar kemudian uang itu

    dipakai sendiri oleh pembantunya itu, maka pembantunya itu telah

    melakukan suatu penggelapan. Dalam hal ini penggelapan dengan

    pemberatan dengan unsur pemberatnya adalah hubungan kerja.

    16

    Adam Chazawi,Kejahatan Terhadap Harta Benda, Universitas Negeri Malang , 2003. hal.86.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    39/84

    30

    Yang mana esensi dari tindak pidana penggelapan itu sendiri

    adalah penyalahgunaan hak yang merupakan unsur inti.

    b) Unsur mata pencaharian (beroep)

    Dalam hal ini dimaksud dengan mata pencaharian (beroep)

    ialah apabila seseorang melakukan suatu pekerjaan bagi orang lain

    secara terbatas dan tertentu. Misalnya seorang kasir atau

    bendaharawan adalah merupakan pekerjaan yang tertentu dan

    terbatas hanya sebagai pemegang dan pengurus keuangan saja.

    Dalam hal ini seorang kasir misalnya menguasai suatu benda

    (keuangan) dalam perusahaan yang bukan karena tindak pidana,

    kemudian ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan sifat

    dari pada benda tersebut yang dalam kekuasaannya maka kasir

    tersebut dapat dijerat dengan pasal 374 KUHP.

    c) Unsur mendapat upah (imbalan)

    Maksud dari pendapat upah tersebut adalah seseorang mendapat

    upah tertentu berhubung dengan ia mendapat kepercayaan karena

    suatu perjanjian atau yang lain-lain oleh sebab diserahi suatu

    benda (dipercaya). Hal ini terjadi misalnya seorang juru parkir

    dimana ia mendapat imbalan dari hasil penitipan kendaraan.

    Dimana kendaraan yang dalam kekuasaannya bukan karena tindak

    pidana melainkan karena mendapat upah. Bila dalam menguasai

    benda tersebut juru parkir melakukan, misalnya menukarkan,

    menjual, menyewakan dan lain sebagainya maka juru parkir

    tersebut dapat dijerat dengan tindak pidana penggelapan dengan

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    40/84

    31

    pemberatan (pasal 374 KUHP). Dari hal tersebut, bahwa imbalan

    yang harus diterima oleh seseorang tersebut tidak harus karena

    adanya suatu perjanjian tertulis.

    2) Penggelapan dengan pemberatan dalam pasal 375 KUHP

    Ketentuan tentang penggelapan dengan pemberatan yang diatur

    tersebut di atas, menyatakan :

    Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang karena terpaksa

    diberi benda untuk disimpan atau dilakukan oleh wali,pengampau, kuasa atau pelaksana surat wasiat, pengurus atau

    pelaksana surat wasiat, pengurus lembaga sosial atau yayasan,

    terhadap sesuatu yang dikuasainya selaku demikian diancam

    dengan pidana paling lama enam tahun.17

    Apabila rumusan tersebut dirinci maka unsur-unsur tersebut

    terdiri dari:

    a) Penggelapan

    b) Suatu benda

    c) Yang dibawah kekuasaannya

    d) Orang yang melakukan penggelapan itu haruslah:

    (1) Suatu keadaan yang terpaksa untuk dititipkan

    (2) Berkedudukan sebagai seorang wali (boogd)

    (3) Berkedudukan seorang pengampau (curator)

    (4) Seorang pelaksana dari surat wasiat

    (5) Seorang pengurus atau dari lembaga sosial atau yayasan

    17Tongat, Op. Cit. hal. 57-58

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    41/84

    32

    Sebagian ternyata unsur-unsur pelaku di atas adalah orang-

    orang tertentu maka untuk lebih jelasnya akan difouskan pada

    pembahasan unsur-unsur:

    a) Unsur kepada siapa benda tersebut terpaksa telah dititipkan

    Unsur ini akan terpenuhi misalnya, apabila seseorang oleh karena

    suatu bencana terpaksa menitipkan barang-barangnya kepada

    seseorang. Dalam hal ini akan dilakukan penggelapan oleh orang

    yang dititipi barang tersebut.

    b) Unsur seorang wali

    Dalam hal ini adalah wali bagi anak-anak yang belum dewasa.

    Dalam hal ini wali yang diangkat oleh seorang hakim menjadi wali

    seorang anak, dan dengan kedudukannya tersebut ia diserahi

    berabgai harta milik anak tetapi kemudian ia menggelapkan harta

    yang mengakibatkan diperberatnya dakwaan.

    c) Unsur seorang kurator atau pengampu

    Kurator ialah seorang yang oleh karena putusan hakim ditetapkan

    menjadi wali orang yang sudah dewasa tetapi tidak cakap

    melakukan perbautan disebabkan:

    (1) Imbisil (seperti tolol, dungu, bodoh)

    (2) Sakit jiwa, lemah ingatan atau sering cepat marah

    (3) Pemboros

    (4) Mempunyai kebiasaan seperti mabuk termasuk pecandu

    narkotika dan lain-lain.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    42/84

    33

    Seorang pengampu mempunyai kewajiban melakukan

    pengurusan, dan pengawasan baik orang yang dibawah

    pengampuannya maupun harat benda miliknya.

    d) Unsur sebagai kuasa (bewindvoerder)

    Dalam hal ini seorang kuasa dengan kedudukannya melakukan

    pengurusan dan pengawasan atas harta benda dalam

    pengurusannya beracara di pengadilan.

    e) Unsur pelaksanaan dari surat wasiat

    Dalam hal ini adalah orang yang ditunjuk dalam surat wasiat

    untuk melaksanakan apa yang dikehendaki oleh pewaris dengan

    segala h arta kekayaannya yang akan diwariskan. Dalam wasiat ini

    disebutkan tentang apa yang diinginkan setelah ia meninggal

    kelak.

    6) Unsur pengurus dari badan sosial atau yayasan

    Apabila pengurus badan sosial atau yayasan melakukan tindak

    pidana penggelapan terhadap harta benda yayasan/badan sosial,

    hal inilah yang merupakan unsur pemberatnya.

    C. Tinjauan Umum tentang Kekuasaan Kehakiman

    1. Pengertian Hakim

    Menurut pasal 1 angka 8 KUHAP, hakim adalah pejabat peradilan

    Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.

    Sedangkan Sudarsono memberi pengertian bahwa, hakim adalah orang yang

    mengadili perkara dalam pengadilan atau mahkamah atau dengan kata lain

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    43/84

    34

    petugas negara (pengadilan) yang mengadili perkara.18 Mengadili yang

    dimaksud di sini adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima,

    memeriksa, dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan

    tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur

    dalam pasal 1 angka 9 KUHAP.19Sedangkan dalam UU No. 14 Tahun 1970

    tentang Kekuasaan Kehakiman, kedudukan hakim diatur dalam beberapa

    pasal berikut ini:

    Pasal 31 UU No. 4 Tahun 2004:

    Hakim adalah pejabat yang melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur

    dalam undang-undang..

    Pasal 32 UU No. 4 Tahun 2004:

    Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, jujur,

    adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum.

    Pasal 33 UU No. 4 Tahun 2004 :

    Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim wajib menjaga kemandirian

    peradilan.

    2. Tugas dan Wewenang Hakim

    Lilik Mulyadi, menguraikan mengenai tugas dan wewenang hakim dalam

    kapasitasnya antara lain, sebagai berikut :

    a. Untuk kepentingan pemeriksaan hakim di sidang pengadilan dengan

    penetapannya berwenang melakukan penahanan. (Pasal 20 ayat (3), 26

    ayat (1) KUHAP).

    18

    Sudarsono,Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, h. 156

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    44/84

    35

    b.

    Memberikan penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan hutang

    atau jaminan orang, berdasarkan syarat yang ditentukan (Pasal 31 ayat (1)

    KUHAP).

    c. Mengeluarkan Penetapan agar terdakwa yang tidak hadir di persidangan

    tanpa alasan yang sah setelah dipanggil secara sah untuk kedua kalinya,

    dihadirkan dengan paksa pada sidang pertama berikutnya. (Pasal 154 ayat

    (6) KUHAP).

    d. Menentukan sah atau tidaknya segala alasan atas permintaan orang yang

    karena pekerjaannya, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan

    menyimpan rahasia dan minta dibebaskan dari kewajiban sebagai saksi.

    (Pasal 170 KUHAP).

    e. Mengeluarkan perintah penahanan terhadap seorang saksi yang diduga

    telah memberikan keterangan palsu di persidangan baik karena jabatannya

    atau atas permintaan Penuntut Umum atau terdakwa. (Pasal 174 ayat (2)

    KUHAP).

    f. Memerintahkan perkara yang diajukan oleh Penuntut Umum secara

    singkat agar diajukan ke sidang pengadilan dengan acara biasa setelah

    adanya pemeriksaan tambahan dalam waktu 14 hari akan tetapi Penuntut

    Umum belum juga dapat menyelesaikan pemeriksaan tambahan tersebut.

    (Pasal 203 ayat (3) huruf bKUHAP)

    g.

    Memberikan penjelasan terhadap hukum yang berlaku, bila dipandang

    perlu di persidangan, baik atas kehendaknya sendiri maupun atas

    permintaan terdakwa atau Penasehat Hukumnya. (Pasal 221 KUHAP).

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    45/84

    36

    h.

    Memberikan perintah kepada seorang untuk mengucapkan sumpah atau

    janji di luar sidang. (Pasal 223 ayat (1) KUHAP).

    20

    3. Hak dan Kewajiban

    Kewajiban hakim menurut Pasal 28 ayat 1 UU No. 4 Tahun 2004 adalah :

    a. Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan

    rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.

    b. Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib

    memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa

    Ketentuan ini memberi kesempatan kepada hakim agar dalam

    melaksanakan tugasnya bukan hanya memeriksa dan mengadili berdasar atas

    peraturan-peraturan hukum yang ada akan tetapi juga harus berusaha untuk

    mencari dan menemukan nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.21

    Hal ini berarti bahwa hakim dalam putusan-putusannya tidak hanya

    menerapkan peraturan hukum yang tertulis tetapi ia harus pula mampu

    menciptakan hukum berdasarkan peranan keadilan yang berkembang dalam

    masyarakat itu sendiri.22

    Kebebasan hakim dalam menemukan hukum tidaklah berarti ia

    menciptakan hukum. Hal ini sejalan dengan pendapat Wirjono Prodjodikoro

    yang menyatakan bahwa, hakim hanya merumuskan hukum. Pekerjaan hakim

    mendekati pembuatan undang-undang tetapi tidak sama. Beliau berpendapat

    bahwa walaupun Ter Haar menyatakan isi hukum adat baru tercipta secara

    20Lilik Mulyadi,Hukum Acara Pidana, Citra Aditya Abadi, Bandung, 1996, h. 34.

    21Wahyu Afandi,Hakim dan Hukum Dalam Praktek. Alumni, Bandung, 1978, h. 33

    22Ibid

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    46/84

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    47/84

    38

    dalam Pasal 492, 504, 505, 506 dan 536 maka pada perintah itu hakim

    berkuasa mengadakan perjanjian istimewa yang lain pula tentang kelakuan si

    terhukum yang harus dipenuhi. Berdasarkan uraian tersebut, maka menurut

    Wahyu Afandi hakim pidana berwenang untuk memutuskan dan menetapkan

    ganti rugi guna memulihkan kerugian yang diderita oleh si korban atau

    keluarganya.26

    4. Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman

    Menurut pasal 1 UU No. 4 Tahun 2004, kekuasaan kehakiman adalah

    kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

    menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi

    terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Sedangkan dalam

    penyelenggaraannya diatur pada pasal 2 UU No. 4 Tahun 2004 sebagai

    berikut: penyelenggaraan kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud

    dalam pasal 1 dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan

    yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan

    peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata

    usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

    Menurut sistem yang dianut di Indonesia, pemeriksaan di sidang pengadilan

    yang dipimpin oleh hakim, hakim itu harus aktif bertanya dan memberi

    kesempatan kepada pihak terdakwa yang diwakili oleh penasehat hukumya

    untuk bertanya kepada saksi-saksi, begitu pula pada penuntut umum. Semua

    itu dengan maksud menemukan kebenaran materiil. Hakimlah yang

    bertanggungjawab atas segala yang diputuskannya. Tidak benar pendapat

    26Wahyu Afandi, Op. Cit, h. 34.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    48/84

    39

    yang menyatakan hakim harus pasif dan hanya memimpin sidang dan

    mendengar keterangan pihak-pihak belaka. Mungkin hanya dalam sistem

    akusator (accusatoir) murni yang berlaku hal demikian. Akan tetapi, tiada

    negara yang menganut akusator murni seperti itu.27

    Dalam hal kekuasaan mengadili, dan dua macam, yang biasa juga disebut

    dengan kompetensi, yaitu sebagai berikut :

    a. Wewenang badan pengadilan dalam memeriksa jenis perkara tertentu

    yang secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain.

    (kompetensi mutlak).

    b. Kekuasaan berdasarkan peraturan hukum mengenai pembagian kekuasaan

    mengadili, berkaitan dengan wilayah hukum suatu pengadilan.

    (kompetensi relatif).28

    D. Tinjauan Umum tentang Pidana dan Pemidanaan

    Masalah pidana dan pemidanaan dalam sejarahnya selalu mengalami

    perubahan. Dari adab ke adab, keberadaannya banyak diperdebatkan oleh para

    ahli. Bila disimak dari sudut perkembngan masyarakat manusia, perubahan itu

    adalah hal yang wajar, karena manusia akan selalu berupaya untuk memperbaruhi

    tentang suatu hal demi meningkatkan kesejahteraannya dengan mendasarkan diri

    pada pengalamnya di masa lampau.29

    27Ibid. h. 97

    28Ibid. h. 102

    29

    M. Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.2003. h. 1

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    49/84

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    50/84

    41

    meliputi pidana (straf, punishment) yang bersifat penderitaan, tetapi juga

    tindakan tata tertib (maatregel, treatment) yang secara relatif lebih bermuatan

    pendidikan.

    1. Perbedaan Sanksi Pidana dan Sanksi Tindakan

    Perbedaan antara sanksi pidana dan sanksi tindakan sering agak

    samar, namun di tingkat ide dasar keduanya memiliki perbedaan fundamental.

    Keduanya bersumber dari ide dasar yang berbeda. Sanksi pidana bersumber

    pada ide dasar mengapa diadakan pemidanaan? sedangkan sanksi tindakan

    bertolak dari ide dasar untuk apa dilakukan pemidanaan itu?. Dengan kata

    lain, sanksi pidana sesungguhnya bersifat reaktif terhadap suatu perbuatan,

    sedangkan sanksi tindakan lebih bersifat antisipatif terhadap pelaku perbuatan

    tersebut. Jika fokus sanksi pidana tertuju pada perbuatan salah seorang lewat

    pengenaan penderitaan (agar yang bersangkutan menjadi jera), maka fokus

    sanksi tindakan terarah pada upaya memberi pertolongan agar pelaku dapat

    berubah.32

    Berdasarkan tujuannya, sanksi pidana dan sanksi tindakan juga

    bertolak dari ide dasar yang berbeda. Sanksi pidana bertujuan memberi

    penderitaan istimewa (bijzonder leed) kepada pelanggar supaya ia merasakan

    akibat perbuatannya. Selain ditujukan pada pengenaan penderitaan terhadap

    pelaku, sanksi pidana juga merupakan bentuk pernyataan pencelaan terhadap

    perbuatan si pelaku. Perbedaan prinsip antara sanksi pidana dan sanksi

    tindakan terletak pada ada tidaknya unsur pencelaan, bukan ada tidaknya

    32M. Sholehuddin, Op. Cit,. h. 32

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    51/84

    42

    unsur penderitaan. Sedangkan sanksi tindakan tujuannya lebih bersifat

    mendidik.

    33

    2. Sanksi Pidana Dan Sanksi Tindakan Sebagai Sistem Pemidanaan

    Masalah sanksi merupakan hal yang sentral dalam hukum pidana

    karena seringkali menggambarkan nilai-nilai sosial budaya bangsa. Artinya,

    pidana mengandung tata nilai (value)dalam masyarakat mengenai apa yanmg

    baik dan yang tidak baik, apa yang bermoral dan apa yang amoral serta apa

    yang diperbolehkan dan apa yang dilarang. Tata nilai itu sendiri ada yang

    bersifat universal dan abadi, tetapi dari zaman ke zaman juga bersifat

    dinamis. Kedinamisan tata nilai berlaku pada sistem pemidanaan dan sistem

    sanksi dalam hukum pidana. Bila sistem pemidanaan ini diartikan secara luas,

    maka pembahasannya menyangkut perundang-undangan yang berhubungan

    dengan sanksi (dalam hukum pidana) dan pemidanaan. Hal ini karena sistem

    pidana dan pemidanaan itu sebagai susunan (pidana) dan cara

    (pemidanaan).34

    Dalam semua aturan perundang-undangan mengenai hukum pidana

    subtansial, hukum pidana prosedural dan hukum pelaksanaan pidana dapat

    dikatakan sebagai satu kesatuan sistem. Dengan kata lain, hukum materiil dan

    hukum pidana formil dijadikan acuan dalam membicarakan masalah

    perkembangan sistem pemidanaan dan sistem sanksi. Perkembangan sistem

    pemidanaan yang telah menjadi kecenderungan internasional dimulai dari

    lahirnya ide individualisasi pidana yang merupakan salah satu karakteristik

    33

    Ibid, h. 33.

    34Ibid, h. 55

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    52/84

    43

    dari aliran modern dan aliran neo klasik dalam hukum pidana. Aliran modern

    yang lebih dikenal sebagai aliran positif konsepsi pemikiran ajarannya

    bertujuan untuk secara langsung mengadakan pendekatan dan berusaha

    mempengaruhi terhadap pelaku tindak pidana secara positif sejauh masih

    dapat dibina dan diperbaiki menuju ke kalan yang benar. Dalam aliran

    tersebut, pidana tidak ditentukan secara pasti (indeterminate sentece)karena

    different criminal have different needs artinya penerapan pidana yang sama

    kepada semua orang yang melakukan tindak pidana tertentu merupakan

    kebodohan karena setiap pelaku tindak pidana mempunyai kebutuhan yang

    berbeda-beda.35Sistem indeterminate senteceadalah suatu sistem yang tidak

    menentukan batas maksimum pidana melainkan diserahkan sepenuhnya

    kepada aparat penegak hukum untuk menetapkan jenis, berat ringannya, serta

    bagaimna pidana dilaksanakan terhadap pelaku tindak pidana.

    Dalam penetapan jenis sanksi, semula hanya dianut single track

    system, yakni jenis sanksi pidana saja sebagai representasi melekatnya

    pengaruh aliran klasik dalam hukum pidana. Aliran ini berpaham

    inderteminisme mengenai kebebasan kehendak manusia yang menekankan

    kepada perbuatan pelaku kejahatan sehingga dikehendalikan hukum pidana

    perbuatan (daad strafecht). Karena sistem pidana dan pemidanaan pada aliran

    klasik sangat membatasi kebebasan hakim dalam menetapkan jenis sanksi

    dengan berbagai bentuknya.

    Dari konsepsi-konsepsi kedua sistem aliran hukum pidana tersebut,

    lahirlah ide individualisasi pidana. Sebagai konsekuensi dari ide

    35Ibid, h. 56.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    53/84

    44

    individualisasi pidana, maka sistem pemidanaan dalam hukum pidana modern

    juga berorientasi pada pelaku dan perbuatan (daad-dader straafrecht)

    sehingga jenis sanksi yang ditetapkan tidak hanya meliputi sanksi pidana,

    tetapi juga sanksi tindakan yang relatif lebih bermuatan pendidikan daripada

    penderitaan. Sistem pemidanaan yang bertolak dari ide individualisasi pidana

    merupakan hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan pendekatan

    humanistik dalam penggunaan sanksi pidana untuk tujuan perlindungan

    masyarakat (social defence). Atas dasar tujuan tersebut, maka pemidanaan

    harus mengandung unsur-unsur yang bersifat :

    a. Kemanusiaan, dalam arti bahwa pemidanaan tersebut menjunjung tinggi

    harkat dan martabat seseorang.

    b. Edukatif, dalam arti bahwa pemidanaan mampu membuat orang sadar

    sepenuhnya atas perbuatan yang dilakukan dan menyebabkan ia

    mempunyai sikap yang positif dan konstruktif bagi usaha

    penanggulangan kejahatan.

    c. Keadilan, dalam arti bahwa pemidanaan tersebut dirasakan adil (baik oleh

    terhukum maupun oleh korban ataupun masyarakat.36

    3. Pemidanaan

    Dalam konsep pemidanaan disadari terdapat gap antara apa yang

    disebut pemidanaan dan apa yang digunakan sekarang sebagai metode untuk

    memaksanakan kepatuhan. Perubahan dalam sentimen publik, kemajuan

    dalam ilmu pengetahuan, adanya kesatuan polisi, semuanya telah mendorong

    adaptasi metode-metode pemidanaan. Sebagian ada yang berpandangan

    36Ibid, h. 59.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    54/84

    45

    pemidanaan adalah sebuah persoalan yang murni hukum (purely legal

    matter). Pemidanaan merupakan akibat wajar yang disebabkan bukan dari

    hukum, tetapi dari pelanggaran hukum. Artinya, jahat atau tidak jahat, bila

    seseorang telah bersalah melanggar hukum maka orang itu harus dipidana.37

    Hall sebagaimana dikutip Gerber dan McAnany membuat deskripsi

    terperinci mengenai pemidanaan : Pertama ;pemidanaan adalah kehilangan

    hal-hal yang diperlukan dalam hidup. Kedua ; memaksa dengan kekerasan,

    Ketiga ;diberikan atasa nama negaradiotorisasikan, Keempat; pemidanaan

    masyarakat karena adanya peraturan-peraturan, pelanggarannya, dan

    penentuannya, yang diekspresikan dalam putusan, Kelima ; diberikan kepada

    pelanggar yang telah melakukan kejahatan, dan ini mensyaratkan adanya

    sekumpulan nilai-nilai yang dengan berancuan, kejahatan dan pemidanaan itu

    signifikan dengan perbuatan kejahatan, Keenam ; tingkat atau jenis

    pemidanaan berhubungan dengan perbuatan kejahatan, dan diperberat atau

    diringankan dengan melihat personalitas (kepribadian) si pelangar, motif dan

    dorongannya.38

    Menurut Ted Honderih menyatakan bahwa pemidanaan harus

    memuat 3 (tiga) unsur sebagai berikut :

    a. Pemidanaan harus mengandung semacam kehilangan (deprivation) atau

    kesengsaraan (distress) yang biasanya secara wajar dirumuskan sebagai

    sasaran dari tindakan pemidanaan. Unsur pertama ini pada dasarnya

    merupakan kerugian atau kejahatan yang diderita oleh subyek yang

    37

    Ibid, h. 69

    38Ibid, h. 70

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    55/84

    46

    menjadi korban sebagai akibat dari tidakan sadar subyek lain. Secara

    aktual, tindakan subyek lain itu dianggap salah bukan saja karena

    mengakibatkan penderitaan orang lain, tetapi juga karena melawan

    hukum yang berlaku secara sah.

    b. Setiap pemidanaan harus datang dari institusi yang berwenang secara

    hukum. Jadi, pemidanaan tidak merupakan kosekuensi alamian suatu

    tindakan, melainkan sebagai hasil keputusan pelaku-pelaku personal

    suatu lembaga yang berkuasa. Karenanya, pemidanaan bukan merupakan

    tindakan balas dendam dari korban terhadap pelanggar hukum yang

    mengakibatkan penderitaan.

    c. Penguasa yang berwenang berhak menjatuhkan pemidanaan hanya

    kepada subyek yang telah terbukti secara sengaja melanggar hukum atau

    perbuatan yang berlaku dalam masyarakatnya. Unsur ketiga ini

    mengundang pertanyaan tentang hukuman kolektif, misalnya embargo

    ekonomi yang dirasakan juga oleh orang-orang yang tidak bersalah.

    Meskipun demikian, secara umum pemidanaan dapat dirumuskan terbuka

    sebagai denda (penalty) yang diberikan oleh instansi yang berwenang

    kepada pelanggar hukum atau peraturan.39

    4. Hubungan Penetapan Sanksi dengan Tujuan Pemidanaan

    Bagian penting dalam sistem pemidanaan adalah menetapkan suatu

    sanksi. Keberadaannya akan memberikan arah dan pertimbangan mengenai

    apa yang seharusnya dijadikan sanksi dalam suatu tindak pidana untuk

    menegakkan berlakunya norma. Di sisi lain, pemidanaan itu sendiri

    39Ibid, h. 71

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    56/84

    47

    merupakan proses paling kompleks dalam sistem peradilan pidana karena

    melibatkan banyak orang dan institusi yang berbeda. Pemidanaan bisa

    diartikan sebagai tahap penetapan sanksi dan juga tahap pemberian sanksi

    dalam hukum pidana. Hal ini dapat disimak dalam pendapat Sudarto yang

    menyatakan bahwa pemberian pidana in abstracoadalah menetapkan stelsel

    sanksi hukum pidana yang menyangkut pembentuk undang-undang.

    Sedangkan pemberian pidana in concretomenyangkut berbagai badan yang

    kesemuanya mendukung dan melaksanakan stelsel sanksi hukum pidana.40

    Berkaitan dengan masalah sanksi Hoefnagels mengatakan bahwa sanksi

    dalam hukum pidana adalah semua reaksi terhadap pelanggaran hukum yang

    telah ditentukan undang-undang, dimulai dari penahanan tersangka dan

    penuntutan terdakwa sampai pada penjatuhan vonis oleh hakim. Hoefnagels

    melihat pidana sebagai suatu proses waktu yang keseluruhan proses itu

    danggap suatu pidana.41

    Menurut Sudarto dan Hoefnagels ditegaskan bahwa masalah

    penetapan sanksi pidana dalam hukum pidana merupakan suatu rangkaian

    kebijakan yang berada dalam satu sistem. Sebagai suatu sistem, tidaklah

    dapat dikatakan bahwa masing-masing tahap pemberian pidana dapat berdiri

    sendiri, akan tetapi saling terkait bahkan tidak dapat dipisahkan sama

    sekali.42

    40Ibid, h. 114.

    41Ibid, h. 115.

    42Ibid, h. 115.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    57/84

    48

    Jadi apabila dihubungan dengan keseluruhan sistem pemidanaan,

    penetapan sanksi yang pada hakekatnya merupakan kewenangan beberapa

    instansi, maka dapat dianalogikan bahwa jatuhnya tahapan pemidanaan itu

    dari instansi yang satu ke instansi yang lainnya harus seperti air pegunungan

    yang mengalir tertib dan indah meskipun terdapat etaran-getaran. Dalam

    konteks penerapan sanksi, getaran-getara disebut sebagai tamsil tentang

    kemungkinan terjadinya apa yang disebut disparitas pidana (disparaty of

    sentencing). Disparitas pidana tidak bisa ditiadakan sama sekali, karena

    menyangkut persoalan sampai sejauhmana hal itu sebagai akibat yang tidak

    terelakkan dari kewajiban hakim untuk mempertimbangkan seluruh elemen

    yang relevan dalam perkara individu tentang pemidanaannya. Sebab

    disparitas tidak secara otomatis mendatangkan kesejanjangan yang tak adil.

    Demikian pula persamaan dalam pemidanaan tidak secara otomatis

    mendatangkan pidana yang tepat. Itulah yang menjadi dasar pembenaran

    pemberian pidana in concreto atau tahap kebijakan yudikasi.43

    Dalam kebijakan legislasi tidak dapat dipungkiri terjadi disparitas

    pidana. Bila dilihat dari lamanya pemidanaan yang bisa bervariasi dari satu

    undang-undang ke undang-undang yang laih karena legislator menetapkan

    masa hukumannya yang berbeda untuk tindak pidana yang sama, maka hal itu

    dapat dipandang sebagai disparitas. Bahkan Sue Titus Reid menegaskan

    bahwa disparitas pidana bisa berasal dari keputusan-keputusan legislatif,

    pengadilan atau administrasi.44Dengan demikian eksistensi disparitas pidana

    43

    Ibid, h. 116.

    44Ibid, h. 116.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    58/84

    49

    tetap diakui dalam proses pemidanaan, akan tetapi yang penting sampai

    sejauhmanakah disparitas tersebut mendasarkan diri atas reasonable

    justification.

    Sehubungan dengan keberagaman jenis dan bentuk sanksi hukum

    pidana, peran para pemegang kebijakan legislasi sangat urgen untuk

    menjadikan sanksi itu sendiri sesederhana mungkin (simple)agar tidak terjadi

    tumpang tindih (overlapping)antara produk perundang-undngan pidana yang

    satu dengan yang lainnya. Apapun jenis dan bentuk sanksi dalam hukum

    pidana yang ditetapkan, tujuan pemidanaan yang harus menjadi patokan.

    Karena itu, harus ada kesamaan pandang atau pemahaman yang sama pada

    tahap kebijakan legislasi tentang apa hakikat atau maksud dari sanksi pidana

    dan/atau tidakan. Adanya tujuan pemidanaan yang harus dijadikan patokan

    dalam rangka menunjang bekerjanya sistem peradilan pidana. Menurut

    Muladi untuk menciptakan sinkronisasi yang bersifat fisik, yaitu sinkronisasi

    struktural, sinkronisasi subtansial, dan dapat pula bersifat sinkronisasi

    kultural. Dalam sinkronisasi struktural, keserampakan dan keselarasan

    ditunutut dalam mekanisme administrasi peradilan pidana dalam kerangka

    hubungan antar lembaga penegak hukum. Sedangkan menyangkut

    sinkronisasi subtansial, maka keserempakan mengandung makna baik

    vertikal maupun horizontal dalam kaitannya dengan hukum positif yang

    berlaku. Sementara menyangkut sinkronisasi kultural mengandung makna

    untuk selalu serempak dalam menghayati pandangan-pandangan, sikap-sikap

    dan falsafah yang secara menyeluruh mendasarinya sistem peradilan pidana.45

    45Ibid, h. 119.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    59/84

    50

    Menurut Rancangan KUHP Nasional dalam Pasal 50 ayat 1 telah

    menetapkan empat tujuan pemidanaan sebagai berikut :

    a. mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum

    demi pengayoman masyarakat ;

    b. memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga

    menjadi orang yang baik dan berguna ;

    c. menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan

    keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat ; dan

    d. membebasakan rasa bersalah pada terpidana.46

    Dari berbagai penjelasan di atas, dapat ditarik benang merahnya

    antara penetapan sanksi dalam suatu perundang-undangan pidana dan

    perumusan tujuan pemidanaan, maka tampak jelas adanya keterkaitan yang

    sangat erat dengan landasan filsafat pemidanaan, teori-teori pemidanaan dan

    aliran-aliran hukum pidana yang dianut atau yang mendominasi pemikiran

    dalam kebijakan kriminal (criminal policy) dankebijakan penal (penal

    policy).

    46Ibid, h. 127.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    60/84

    51

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Realita Kasus

    Penggelapan kendaraan bermotor yang menjadi jaminan leasing pada

    lembaga pembiayaan dalam perkara pidana timbul sebagai bagian dari tuntutan

    yang didasarkan atas tindakan atau perbuatan pidana membawa akibat berupa

    kerugian baik moril maupun materiil. Tindakan atau perbuatan pidana tersebut

    tentunya adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan (tidak ada alasan pemaaf,

    alasan pembenar), sebagai perbuatan yang melawan hukum.

    Adapun perkara penggelapan kendaraan bermotor yang menjadi jaminan

    leasing pada lembaga pembiayaan yang diputuskan di Pengadilan Negeri Kota

    Malang tahun 2005 s/d 2006 adalah sebagai berikut :

    Tabel 3.1

    Realitas Kasus Penggelapan Kendaraan Bermotor yang

    Menjadi Jaminan LeasingPada Lembaga Pembiayaan

    Di Pengadilan Negeri MalangTahun 2005 s/d 2006

    No Terdakwa Latar

    Belakang

    Modus Barang

    Bukti

    Penerapan

    Pasal

    Lamanya Pidana

    1 BudiKuncoro

    Ekonomi Menggadaikanpada orang

    lain

    SepedaMotor RX

    King Tahun2004

    Pasal 372KUHP

    1 tahun 6 bulan

    2. Hartono Ekonomi Menjual padaorang lain

    SepedaYamahaVega RTahun 2005

    Pasal 372KUHP

    1 tahun 10 bulan

    3. Suko Ekonomi Menggadaikanpada oranglain

    SepedaMotorHondaMega Pro

    2005

    Pasal 372KUHP

    1 tahun 6 bulan

    Sumber : Data sekunder, diolah 2007

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    61/84

    52

    Berdasarkan tabel 3.1 menunjukkan terdapat 3 (tiga) putusan Pengadilan

    Negeri Kota Malang dalam kasus penggelapan kendaraan bermotor yang menjadi

    jaminan leasing pada lembaga pembiayaan. Berikut ini akan dijelaskan proses

    pemidanaan salah satu putusan pengadilan pada kasus penggelapan sebagai

    berikut :

    1. Putusan No. 560/Pid.B/2006/PN Malang

    a. Uraian singkat perkara

    Bahwa pada bulan Juni tahun 2006 terdakwa secara hukum telah

    memiliki sebuah sepeda motor Yamaha Jenis RK King Tahun 2004

    warna hitam No Pol. N 4727 BD yang dilakukan dengan cara saksi YS

    selaku pihak leasingmenyuruh terdakwa (BK) untuk membayar angsuran

    yang telah tertunda selama 3 (tiga) bulan atas pengambilan kredit sepeda

    motor Yamaha RX King Tahun 2004. Karena pembayaran angsuran

    tertunda selama 3 (tiga) bulan terdakwa berjanji kepada saksi segera

    melunasi tanggungan angsuran yang belum dibayar selama 3 bulan dan

    selanjutnya akan membayar angsuran tepat waktu sesuai kesepakatan.

    Terdakwa mengatakan kepada saksi bahwa akan mendapatkan uang

    untuk membayar angsuran setelah terdakwa mendapatkan arisan sebesar

    Rp. 3.500.000,00 (tiga juta lima ratus ribu rupiah). Namun oleh terdakwa

    angsuran tersebut tidak dilunasi bahkan ketika sepeda motor mau diambil

    oleh saksi karena tidak sesuai dengan kesepakatan ternyata sepeda motor

    tersebut digadaikan kepada orang lain sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta

    lima ratus ribu rupiah) dengan alasan untuk membiayai sekolah anaknya.

  • 8/10/2019 Penerapan Pasal 372 KUHP Terhadap Pengelapan Kendaraan Bermotor Yang Menjadi Jaminan Leasing Pada Lembaga Pembiayaan Studi Pengadilan Ne

    62/84

    53

    Sehingga pihak leasingmengalami kerugian atas perbuatan terdakwa dan

    diancam pidana dalam pasal 372 KHP.

    b. Putusan Pengadilan

    Pengadilan Negeri : telah membaca ber