penerapan model pada pembelajaran ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel kiki.pdfpecahan....
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
, ,
STKIP-PGRI Lubuklinggau
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Reciprocal Teaching Pada Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2015/2016”. Rumusan masalahnya adalah “Apakah hasil belajar Matematika
siswa kelas VII SMP Negeri 4 Lubuklinggau setelah penerapan model Reciprocal
Teaching tuntas?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil
belajar siswa setelah penerapan model Reciprocal Teaching Pada Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2015/2016. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu yang
dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding. Populasinya seluruh siswa
kelas VII SMP Negeri 4 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah 245
siswa dan sebagai sampel yaitu kelas VII.A yang diambil secara acak.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Data yang terkumpul dianalisis
menggunakan uji-t pada taraf signifikan ⍺ = 0,05. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai rata-rata tes akhir sebesar 76,26 dengan persentase ketuntasan
mencapai 80,6% dan hasil uji-t diperoleh (3,35) > (1,69). Sehingga
dapat disimpulkan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 4
Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 setelah penerapan model Reciprocal
Teaching secara signifikan tuntas.
Kata kunci : Reciprocal Teaching, Hasil Belajar, Matematika.
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua
pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat, mudah, dan melimpah dari
berbagai sumber baik dari media massa maupun media audio-visual. Untuk itu
para siswa di sekolah perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih, dan
mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak
pasti, dan kompetitif. Kemampuan itu membutuhkan pemikiran kritis, sistematis,
logis, kreatif, dan kemauan keras dalam bekerjasama yang efektif. Cara berpikir
seperti itu dapat di kembangkan melalui belajar Matematika karena Matematika
memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, pola
penalaran yang konsisten, logis, dan kritis sehingga memungkinkan kita terampil
berpikir rasional. Hal ini merupakan bukti bahwa Matematika dalam kehidupan
mempunyai daya terapan sangat luas dan bermanfaat.
Salah satu masalah dalam pembelajaran Matematika adalah rendahnya
hasil belajar Matematika. Penerapan pembelajaran Matematika selama ini kurang
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Pada
umumnya pembelajaran Matematika yang diterapkan selama ini adalah
pembelajaran konvensional yang menoton, yaitu berupa transfer pengetahuan dari
guru ke siswa secara searah.
Sardiman (2001:37) menyatakan bahwa faktor penyebab timbulnya
kesulitan bagi siswa dalam mempelajari Matematika karena karakteristik
Matematika itu sendiri yakni konsep-konsep umumnya bersifat abstrak. Faktor
lain yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam pembelajaran Matematika
adalah kebiasaan hanya menerapkan metode ceramah dalam pelaksanaan belajar
serta kurangnya kemampuan guru untuk menghadirkan pendekatan belajar yang
tepat untuk memotivasi siswa serta melibatkannya dalam proses pembelajaran
(Dimyati dan Mudjiono, 2006:44). Oleh karena itu, diperlukan perhatian dan
perbaikan dalam proses pembelajaran Matematika di sekolah melalui pemilihan
metode yang tepat dan dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam belajar
sehingga bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil wawancara antara penulis dengan guru Matematika
kelas VII SMP Negeri 4 Lubuklinggau, pembelajaran konvensional sering
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran ini kurang bervariasi
sehingga dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa. Rata-rata siswa memperoleh
nilai dibawah standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal ini tercermin
dari nilai ulangan harian siswa yang rata-rata memperoleh nilai 60,24. Nilai
tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum yang ditetapkan sekolah
tersebut yaitu 70, sehingga mereka harus mengikuti program remedial. Dari
informasi penulis dapatkan, ada 150 siswa (57,9%) yang belum mencapai KKM,
sedangkan siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 109 siswa (42,1%). Oleh
sebab itu, diperlukan upaya untuk dapat mengubah suasana pembelajaran siswa
pasif ke arah yang memungkinkan siswa aktif dalam belajar, membimbing siswa
lebih banyak menyelesaikan tugas-tugas di sekolah maupun penugasan di rumah.
Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah menerapkan
pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching. Reciprocal Teaching
(pengajaran terbalik) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menerapkan
empat strategi pemahaman mandiri yaitu perangkuman, menyusun pertanyaan dan
menyelesaikannya, pengklarifikasian dan prediksi (Trianto, 2007:96).
Reciprocal Teaching adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan bahan ajar,
menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan
yang telah diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan selanjutnya dari
persoalan yang disodorkan kepada siswa. Manfaatnya adalah dapat meningkatkan
antusias siswa dalam pembelajaran karena siswa dituntut untuk aktif berdiskusi
dan menjelaskan hasil pekerjaannya dengan baik sehingga penguasaan konsep
suatu pokok bahasan matematika dapat dicapai.
Setelah pembelajaran ini diharapkan siswa tidak hanya akan menghafalkan
sejumlah rumus-rumus pada pelajaran Matematika, tetapi juga memahami
konsep-konsep dari pelajaran tersebut sebagai hasil dari proses berpikir mereka
setelah siswa melihat beberapa contoh soal, yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan soal-soal pada pelajaran Matematika, mengulanginya dan
memprediksi kemungkinan soal yang lebih sulit yang akan diberikan guru
diwaktu-waktu selanjutnya. Keterlibatan anak secara aktif dalam aktivitas belajar
memungkinkan mereka memperoleh pengalaman yang mendalam tentang bahan
yang dipelajari, dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan pemahaman anak
tersebut.
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar Matematika
siswa kelas VII SMP Negeri 4 Lubuklinggau setelah penerapan model Reciprocal
Teaching tuntas?”
LANDASAN TEORI
1. Model Reciprocal Teaching
Menurut Trianto (2007:96), “Reciprocal Teaching atau pengajaran terbalik
merupakan suatu pendekatan terhadap pengajaran siswa akan strategi-strategi
belajar. Melalui pengajaran terbalik siswa diajarkan empat pemahaman
pengaturan diri spesifik yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan,
pengklarifikasian dan prediksi”.
Menurut Palinscar (dalam Warsono dan Hariyanto, 2014:87), Reciprocal
Teaching atau pengajaran berbalasan mengacu kepada aktivitas pengajaran yang
terjadi dalam bentuk dialog antara guru dengan murid terkait segmen dari suatu
teks bacaan yang distrukturkan dalam empat strategi: membuat ringkasan,
mengajukan pertanyaan, melakukan klarifikasi, dan melakukan prediksi. Menurut
Palinscar (dalam Warsono dan Hariyanto, 2014:87), Keempat fase yang wajib
dilaksanakan dalam pengajaran terbalik agar terjadi pemahaman terhadap teks
bacaan tersebut adalah:
a. Membuat ringkasan (Summarizing)
Untuk tahap ini, tentu sudah jelas sekali yang paling sederhana adalah
meminta siswa untuk membuat ikhtisar dari teks bacaan yang telah dibaca
dengan menggunakan bahasa sendiri. Dalam membuat membuat ringkasan
dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal yang penting dan
hal-hal yang tidak penting.
b. Menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya (Questioning)
Strategi ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi sejauh mana
pemahaman siswa terhadap bacaan. Siswa mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pada guru dan dirinya sendiri. Kebaikan dari tahap ini adalah
menggali rasa ingin tahu siswa, menumbuhkan minat, sekaligus berusaha
memahami apa yang sedang dipelajari dan dibaca. Tahap ini juga dapat
memperkuat daya analisis siswa.
c. Menjelaskan kembali pengetahuan yang sudah didapat (Clarifying)
Dalam suatu aktivitas membaca mungkin saja seorang siswa menganggap
pengucapan kata yang benar adalah hal yang terpenting walaupun mereka
tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan tersebut. Siswa
diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang sulit
dipahami atau yang belum dikenal, apakah mereka memaknai maksud dari
suatu paragraf. Setelah dianggap pemahaman siswa cukup, guru lalu
menunjukkan seorang siswa menjadi “guru” untuk
mengklarifikasi/menjelaskan kembali hasil pemahamannya mengenai materi
yang telah dibacanya didepan kelas.
d. Memprediksi (Predicting)
Pada tahap ini, siswa diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah
diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh
dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan
kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan informasi yang sudah
dimilikinya. Hal ini akan memacu siswa untuk mencari jawaban atas
kebenaran prediksinya. Dengan demikian tahap ini akan membiasakan siswa
meningkatkan rasa ingin tahunya.
Menurut Suyatno (2009:64), langkah-langkah Reciprocal Teaching, yaitu: (1)
Membagikan bacaan pada hari ini, (2) Menjelaskan bahwa anda akan bertindak
sebagai guru pada bagian pertama bacaan, (3) Meminta siswa membaca bagian
yang telah ditetapkan, (4) Setelah membaca siswa disuruh melakukan pemodelan,
(5) Meminta siswa membuat komentar tentang pengajaran guru, (6) Siswa yang
lain membaca dalam hati bagian yang lain, (7) Memilih salah satu siswa yang
berperan sebagai guru, dan (8) Mengurangi bimbingan siswa yang berperan
sebagai guru.
Menurut Efendi (2013:87), Adapun kelebihan dari model Reciprocal
Teaching yaitu: (1) Siswa belajar dengan mengerti, (2) karena belajar dengan
mengerti, maka siswa tidak mudah lupa, (3) Siswa belajar dengan mandiri, (4)
Siswa termotivasi untuk belajar. Adapun kekurangan dari model Reciprocal
Teaching yaitu: (1) Butuh waktu yang lama, (2) Sangat sulit diterapkan jika
pengetahuan siswa tentang materi prasyarat kurang, (3) Adakalanya siswa tidak
mampu akan semakin tidak suka dengan pembelajaran tersebut, (4) Tidak
mungkin seluruh siswa akan mendapat giliran untuk menjadi “guru siswa”.
METODE PENELITIAN
“Metode penelitian yang digunakan adalah pre experimental design dalam
kategori pre-test and post-test group. Desain eksperimen semu menurut Arikunto
(2010:124) dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan : A : Sampel acak
O1 : Pre-test
X : Penerapan model Reciprocal Teaching
O2 : Post-test
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4
Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016. Sampel penelitian ini diambil satu kelas
secara acak (Simple Random Sampling), yaitu kelas VII.A.Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini yaitu dengan teknik tes. Tes digunakan untuk memperoleh
data tentang hasil belajar siswa. Tes yang digunakan berbentuk uraian sebanyak
enam soal, materi tes tentang Bilangan Pecahan. Untuk menguji hipotesis,
menggunakan uji-t satu sampel pada taraf signifikan α=0,05 dan dk=30.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Agustus sampai dengan
15 september 2015 di kelas VII SMP Negeri 4 Lubuklinggau, dengan jumlah
seluruh siswa 245 siswa yang terdiri dari 8 kelas. Dari seluruh kelas memiliki
A O1 X O2
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai kelas eksperimen dan diterapkan
dengan model Reciprocal Teaching yaitu pada kelas VII.A dengan siswa
sebanyak 31 orang. Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti sesuai dengan
jadwal yang berlangsung di sekolah tersebut.
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan
dengan rincian antara lain pertemuan pertama pemberian pre-test, dimana
pemberian pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki
siswa sebelum pembelajaran. Kemampuan awal tersebut menggambarkan
kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran yang akan disampaikan guru.
Setelah kemampuan awal siswa diketahui dilanjutkan dengan pertemuan ke dua
yaitu melaksanakan pembelajaran di kelas. Melaksanakan pembelajaran di kelas
dilakukan dengan menggunakan model Reciprocal Teaching. Kegiatan
pembelajaran dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Setelah pembelajaran
selesai pada pertemuan terakhir diadakan post-test yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dalam proses belajar mengajar. Kemampuan
akhir siswa adalah kemampuan siswa dalam penguasaan materi tentang Bilangan
Pecahan. Rekapitulasi data hasil tes awal dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal
Nilai Rata-rata 42,06
Simpangan Baku 11,90
Nilai Tertinggi 56
Nilai Terendah 12
Siswa yang Tuntas 0 (0%)
Siswa yang Tidak Tuntas 31 (100%)
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai
lebih dari atau sama dengan KKM yaitu 70 yang ditetapkan oleh sekolah pada tes
awal ini sebanyak 0 siswa (0%) yang tuntas dan Rata-rata ( x ) nilai secara
keseluruhan sebesar 42,06. Jadi secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa
kemampuan awal siswa sebelum diterapkan pembelajaran dengan menggunakan
model Reciprocal Teaching belum tuntas, karena nilai rata-rata siswa masih di
bawah KKM yang telah ditetapkan.
Tabel 1.2
Rekapitulasi Data Hasil Tes Akhir
Nilai Rata-rata 76,26
Simpangan Baku 10,42
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 48
Siswa yang Tuntas 25 (80,6%)
Siswa yang tidak Tuntas 6 (19,4%)
Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai
lebih dari 70 (tuntas) sebanyak 25 siswa atau 80,6% sedangkan siswa yang
mendapat nilai kurang dari 70 (tidak tuntas) sebanyak 6 siswa atau 19,4%. Untuk
nilai rata-rata kemampuan akhir kelas yang diberikan pembelajaran dengan
menggunakan model Reciprocal Teaching yang diperoleh seluruh siswa yaitu
76,26. Jadi secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa kemampuan akhir siswa
setelah diterapkan model Reciprocal Teaching ini adalah tuntas, karena nilai rata-
ratanya lebih dari atau sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah tersebut.
Perbedaan kemampuan awal dan kemampuan akhir hasil belajar dapat
dilihat pada grafik 2.1
Grafik 2.1 Nilai Rata-rata dan Ketuntasan Belajar
Berdasarkan grafik 4.1 di atas maka dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil
tes awal (pre-test) siswa sebesar 42,06 dan nilai rata-rata hasil tes akhir (post-test)
sebesar 76,26, sehingga didapat peningkatan nilai rata-rata hasil post-test dan pre-
test adalah 34,2 dan jumlah siswa yang tuntas juga mengalami peningkatan
sebesar 80,6%.
2. Pembahasan
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan
dengan rincian satu kali pre-test diawal pertemuan, tiga kali pembelajaran dengan
menggunakan model Reciprocal Teaching dan pada akhir pertemuan diberikan
post-test yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
diterapkannya model Reciprocal Teaching.
Tahap pelaksanaan, yaitu pada pertemuan pertama materi yang akan
diajarkan adalah bentuk bilangan pecahan dan guru (dalam hal ini peneliti)
42.06
0%
76.26 80,6%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Nilai rata-rata KetuntasanBelajar
pre-testpost-test
menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah itu guru memotivasi siswa dan
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Pada kegiatan inti, guru memperagakan empat macam strategi Reciprocal
Teaching. Dengan terlebih dahulu membentuk kelompok belajar siswa yang
terdiri dari 5 orang yang dibentuk dari kemampuan kognitif siswa. Selanjutnya
guru membagikan materi yang akan diajarkan dan meminta siswa untuk
membaca. Setelah selesai membaca siswa melaksanakan empat strategi
Reciprocal Teaching, yaitu merangkum hal-hal yang penting, menyusun
pertanyaan, menjelaskan dan menyusun prediksi dari hasil bacaan dengan
berdiskusi dalam kelompok. Setelah selesai, siswa diminta mengerjakan soal, guru
berperan sebagai fasilitator, memberikan pengarahan, dan bimbingan seperlunya
bagi kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Kemudian
menunjuk salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan
kelompoknya dan kelompok lain menanggapi, selama diskusi berlangsung guru
berperan sebagai fasilitator. Pada pertemuan pertama ini ada satu kelompok yang
dapat melakukan klarifikasi dengan baik (16,67%) dan pada pertemuan ini ada
dua kelompok yang dapat merangkum dengan baik (33,33%).
Pada pertemuan kedua, materi yang diajarkan adalah penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan. Siswa duduk secara berkelompok yang telah
ditetapkan sebelumnya, dan menerapkan empat strategi Reciprocal Teaching.
Setelah itu, guru menunjuk salah satu anggota dalam kelompok secara acak untuk
mempresentasikan hasil kegiatan kelompoknya lalu kelompok lain menanggapi
dan begitupun seterusnya. Setelah selesai, guru memberikan penekanan dengan
menjelaskan kembali secara singkat materi yang telah dibahas dan
menginformasikan bahwa pertemuan berikutnya langkah-langkah pembelajaran
yang akan digunakan masih sama. Pada pertemuan kedua, ada tiga kelompok
yang dapat melakukan klarifikasi dengan baik (50%) dan ada tiga kelompok yang
dapat merangkum dengan baik (50%).
Pada pertemuan ketiga, materi yang diajarkan yaitu tentang perkalian dan
pembagian bilangan pecahan. Sebelum kegiatan inti dimulai, guru menjelaskan
kembali bahwa pembelajaran pada hari ini sama seperti pada pertemuan
sebelumnya dan siswa kembali duduk berkelompok dan menerapkan empat
strategi Reciprocal Teaching. Setelah itu dipilihlah siswa secara acak untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lain menanggapi,
begitupun seterusnya. Kemudian siswa diberikan penekanan dengan menjelaskan
secara singkat materi yan telah dibahas. Pada pertemuan ketiga ini, ada empat
kelompok yang dapat melakukan klarifikasi dengan baik (66,67%) dan ada lima
kelompok yang dapat merangkum dengan baik (83,33%).
Selama proses pembelajaran dengan menggunakan model Reciprocal
Teaching, siswa-siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Karena
dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk bekerja sama menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan guru dan diselesaikan dalam diskusi kelompok. Hal tersebut
dikuatkan oleh pendapat Suyatno (2009:64) yang menyatakan bahwa “Reciprocal
Teaching merupakan metode pengajaran berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan
pertanyaan, yang mana keterampilan-keterampilan metakognitif diajarkan melalui
pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja
membaca siswa yang pemahaman membacanya rendah. Pembelajaran Reciprocal
Teaching merupakan salah satu metode kooperatif karena pembelajaran
Reciprocal Teaching menekankan pada siswa untuk bekerja dalam suatu
kelompok yang dibentuk sedemikian hingga agar setiap anggotanya dapat
berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya
dalam rangka bertukar pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya. Hal
ini sesuai dengan keunggulan model Reciprocal Teaching diantaranya yaitu 1)
mengembangkan kreativitas siswa, 2) memupuk kerjasama antar siswa, 3) melatih
siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu
singkat, 4) siswa belajar dengan mandiri, 5) siswa termotivasi untuk belajar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa
meningkat tetapi dalam pelaksanaannya model Reciprocal Teaching masih
terdapat kendala yang dihadapi diantaranya kurangnya perhatian siswa kepada
pelajaran dan hanya memperhatikan aktifitas siswa yang berperan sebagai guru
membuat kesimpulan akhir sulit dicapai. Walaupun ada kendala namun hal ini
tidak menyurutkan konsentrasi siswa dalam belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil
belajarnya, ada 25 siswa yang tuntas (80,6%) dan ada 6 siswa (19,4%) yang
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Namun, hasil tersebut sudah
mengalami peningkatan yang signifikan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 4 Lubuklinggau setelah
mengikuti pembelajaran matematika dengan model Reciprocal Teaching secara
signifikan tuntas. Nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa pada tes akhir
sebesar 76,26 dan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 80,6%.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Bandung: Bumi Aksara.
Efendi, Nur. 2013. Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Berpotensi
Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan Vol. 2.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana
Pustaka.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Surabaya: Prestasi Pustaka.
Warsono dan Hariyanto. 2014. Pembelajaran Aktif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.