penerapan aktivitas terjadwal pada pasien …

94
PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN SKIZOFRENIA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG ASOKA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan OLEH : NOPRIADI S. RAMBA NIM: P00320015086 KEMENTERIAN KEREHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2018

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN SKIZOFRENIA

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG ASOKA

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Jurusan Keperawatan

OLEH :

NOPRIADI S. RAMBA

NIM: P00320015086

KEMENTERIAN KEREHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

2018

Page 2: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

HALAMAN PENGESAHAN

PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN SKIZOFRENIA

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG ASOKA

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Disusun dan Diajukan oleh:

NOPRIADI S. RAMBA

NIM: P00320015086

Telah Dipertahankan Di Hadapan Dewan Penguji

Pada Tanggal 7 Agustus 2018 Dan Dinyatakan

Telah Memenuhi Syarat

Mengetujui :

1. Hj. Nurjannah, B.sc., S.Pd., M.Kes (……………………………….)

2. Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………………….)

3. Sitti Muhsinah M.Kep.,Sp.KMB (……………………………….)

4. Akhmad, SST.,M.Kes (……………………………….)

5. Muhaimin Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc (……………………………….)

Mengetahui :

Ketua Jurusan Keperawatan

Indriono Hadi,S.Kep,Ns,M.Kes

NIP. 197003301995031001

Page 3: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nopriadi S. Ramba

NIM : P00320015086

Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan

Judul KTI :PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA

PASIEN SKIZOFRENIA DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG ASOKA

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI

TENGGARA.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 3 Agustus 2018

Yang Membuat Pernyataan.

Nopriadi S. Ramba

Page 4: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama : Nopriadi S. Ramba

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Kendari, 18 November 1997

3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

4. Suku/ Bangsa : Toraja/ Indonesia

5. Agama : Kristen Protestan

6. Instagram : Novriadi.S_Ramba

7. Alamat : Kel. Ambalodangge, Kec. Laeya,

Kab. Konawe Selatan.

II. Jenjang Pendidikan

1. TK Melati Mekar Tamat Tahun 2003

2. SD Negeri 1 Punggaluku Tamat Tahun 2009

3. SMP Negeri 1 Lainea Tamat Tahun 2012

4. SMA Negeri 3 Konawe Selatan Tamat Tahun 2015

5. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan Tahun

2015-2018

Page 5: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apapun juga tetapi nyatakanlah dalam

segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan

syukur (Filipi 4:6)

Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa

merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Lukas 14:11)

Kerjakanlah, wujudkanlah, dan railah cita-citamu dengan memulainya dari bekerja

Bukan hanya menjadi beban didalam impianmu

Karya tulis ini kupersembahkan

Untuk Agama, Bangsa, dan

ALMAMATERKU

Nopriadi S. Ramba

Page 6: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

ABSTRAK

Novriadi S. Ramba (P00320015086) “Penerapan Aktivitas Terjadwal Pada Pasien Skizofrenia Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Sulawesi Tenggara dengan Pembimbing I bapak Akhmad dan

Pembimbing II bapak Muhaimin Saranani, (xiii + 51 halaman + 1 tabel + 11

lampiran) Skizofrenia adalah heterogen kronis yang ditandai dengan pola pikir

yang tidak terlalu teratur, delusi, halusinasi,perubahan prilaku yang tidak tepat

serta adanya gangguan fungsi psikologi ODS (Orang dengan skizofrenia) menarik

diri dari orang lain dan kenyataaan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi

yang penuh delusi dan halusinasi. aktivitas terjadwal dimulai dengan manajemen

waktu yang sederhana inti dari penjadwalan aktivitas adalah kita membuat

rencana pemanfaatan waktu yang efektif. Menyusun jadwal juga memerlukan

strategi supaya efektif. Bagaimana penerapan aktivitas terjadwal pada pasien

skizoprenia dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas. Penelitian studi kasus ini

menggunakan desain penelitian deskriptif bertujuan untuk melakukan penerapan

aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas

untuk mengontrol halusinasi. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien

skizofrenia yang mengalami halusinasi pendengaran yang kooperatif. Hasil dan

kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada pengaruh pemberian terapi aktivitas

terjadwal pada pasien skizofrenia yang salah satu gejalanya yaitu adanya

halusinasi ditandai dengan pada saat tidak melakukan aktivitas pasien terlihat

berbicara sendiri, mulut komat-kamit, dan terlihat menyendiri sedangkan pada

saat pasien melakukan aktivitas yang terjadwal pasien terlihat sibuk dengan

kegiatan yang dia lakukan sehingga pasien dapat mengontrol halusinasinya dan

tidak memiliki waktu luang untuk mendengarkan suara-suara tidak nyata yang

sering muncul.Saran diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan sebagai

pedoman dalam mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan

kebutuhan aktivitas.

Kata Kunci : Penerapan Aktivitas Terjadwal, Skizofrenia, Kebutuhan Aktivitas.

Daftar Bacaan : 19 (2000-2017)

Page 7: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

KATA PENGANTAR

Syalom, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha

ESA, Karena berkat rahmat dan penyertaan-Nya jugalah sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini yang berjudul “penerapan aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia

dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas terjadwal di ruang asoka Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Sulawesi Tenggara” dapat terselesaikan.

Sejak rencana penulisan hingga terselesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini penulis banyak mengalami kesulitan dan tantangan. Namun berkat saran,

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka semua masalah dapat

terselesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan

dan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah Bapa Di Sorga atas berkat dan kasih Karunia serta penyertaan-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Kepada orang tuaku ibunda Riana Ramba tercinta yang selalu menjadi

sumber inspirasi dan memberikan dukungan, semangat dan selalu

mendoakan penulis sampai dengan detik ini dan untuk ayahanda

almarhum Andarias S juga saya ucapkan terimakasih karena sudah

merawat penulis meskipun hanya saat sampai umur 5 tahun saja tapi itu

merupakan sukacita tersendiri, berkat usaha kerja keras ayah juga sehingga

anak-anaknya bisa menempuh pendidikan lebih tinggi.

3. Saudara-saudariku Marnita Ramba, Am.Farm, Jhoni Ramba, S.Pd, Susti

Siola Ramba, Am.Keb, dan Rahmat Salim serta keluarga besar tersayang

yang selalu memberi dukungan, semangat dalam setiap proses yang dilalui

penulis.

4. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Kendari

5. Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah

memberikan izin kepeda peneliti untuk melakukan penelitian.

6. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara

yang telah memberikan izin penelitian.

Page 8: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

7. Bapak Indriono Hadi, S.Kep,Ns.,M.Kes selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

8. Bapak Akhmad, SST.,M.Kes selaku pembimbing I dan bapak Muhaimin

Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku pembimbing II yang telah membimbing

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Ibu Hj. Nurjannah, B.sc., S.Pd., M.Kes selaku penguji I, Bapak

Indriono Hadi, S.Kep,Ns.,M.Kes selaku penguji II dan Ibu Sitti Muhsinah

M.Kep.,Sp.KMB selaku penguji III yang telah memberikan kritik dan

saran dalam Karya Tulis Ilmiah ini serta seluruh dosen staf yang telah

mendidik dan membantu penulis selama menjalani pendidikan di Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.

10. Kepala ruangan asoka beserta Staf yang telah membantu dan memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

11. Sahabat-sahabatku Muhammad Afif La Asat, Masni Astuti, Rismayanti

dan seluruh rekan-rekan mahasiswa jurusan keperawatan poltekkes

kemenkes kendari angkatan 2015 yang telah banyak membantu serta

semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya penulis menyampaikan maaf atas segala kekurangan

yang terdapat pada penulisan ini, kritik dan saran sangat diharapkan demi

kesempurnaan tulisan ini.

Kendari, 3 Agustus 2018

Penulis

Page 9: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN

HALAMAN SAMPUL DALAM .....................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................ii

HALAMAN KEASLIAN PENULISAN ..........................................................iii

RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................iv

MOTTO ...........................................................................................................v

ABSTRAK ........................................................................................................vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. ......ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................5

C. Tujuan Studi Kasus ................................................................................5

D. Manfaat Studi Kasus ..............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Skizofrenia ......................................................................7

1. Definisi Skizofrenia ..........................................................................7

2. Etiologi ............................................................................................7

3. Klasifikasi Skizofrenia......................................................................9

4. Manifestasi Klinik Skizofrenia..........................................................11

5. Discharge Planning ...........................................................................13

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Skizofrenia ....................................14

1. Pengkajian .......................................................................................14

2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................19

3. Perencanaan Keperawatan ...............................................................19

4. Implementasi ...................................................................................20

5. Evaluasi ...........................................................................................21

C. Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas ........................................................22

1. Pengertian ........................................................................................22

2. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Kebutuhan Aktivitas ................22

Page 10: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

3. Jenis Aktivitas (Mobilisasi) ..............................................................24

4. Jenis Latihan.....................................................................................25

5. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas ..............................................26

6. Pelaksanaan Pemenuhan Aktivitas dan Latihan .................................27

D. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Aktivitas .............................................29

1. Pengkajian .......................................................................................29

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus ..........................................................................33

B. Subjek Studi Kasus.................................................................................33

C. Fokus Studi Kasus ..................................................................................34

D. Definisi Operasional Studi Kasus ...........................................................34

E. Metode Pengumpulan Data .....................................................................34

F. Tempat dan Waktu Studi Kasus ..............................................................35

G. Penyajian Data .......................................................................................35

H. Etika Studi Kasus ...................................................................................35

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus ...................................................................................37

B. Pembahasan Studi Kasus ........................................................................47

C. Keterbatasan Studi Kasus .......................................................................48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................50

B. Saran ......................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

Page 11: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

4.1 Tabel Jadwal Aktivitas Harian.................................................................. 54

Page 12: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan

Lampiran 2 Informasi & Pernyataan Persetujuan (informed consent)

Lampiran 3 Instrumen Studi Kasus

Lampiran 4 Strategi Pelaksanaan

Lampiran 5 Jadwal aktivitas Harian

Lampiran 6 Format Pengkajian

Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes Kendari

Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 9 Surat Keterangan Izin Dari Badan Penelitian Dan Pengembangan

Prov. Sultra

Lampiran 10 Surat Keterangan Izin Penelitian Dari RSJ Prov. Sultra

Lampiran 11 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari RSJ Prov. Sultra

Lampiran 12 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 13 surat permohonan izin penelitian dari jurusan

Page 13: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang

signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016),

terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar,

21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.

WHO menyatakan bahwa jika 10% dari populasi mengalami masalah

kesehatan jiwa maka harus mendapat perhatian karena termaksud rawan

kesehatan jiwa. Masalah gangguan kesehatan jiwa memang sudah menjadi

masalah yang serius dan perlu perhatian khusus. Satu dari empat orang di

dunia mengalami masalah mental atau sekitar 450 juta orang di dunia

mengalami gangguan jiwa, di Indonesia diperkirakan mencapai 264 dari 1000

jiwa penduduk yang mengalami gangguan jiwa (yosep,2009).

Menurut Kementrian Kesehatan (Kemenkes) hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan, jumlah gangguan jiwa berat atau

dalam istilah medis disebut psikosis / skizofrenia di daerah pedesaan ternyata

lebih tinggi yang mengalami gangguan jiwa berat dan pernah dipasung

mencapai 18,2%, dibandingkan daerah perkotaan hanya mencapai 10,7%.

Jumlah gangguan skizofrenia yakni psikosis ada sekitar 0,46% dari jumlah

penduduk Indonesia atau sekitar 1.065.000 juta jiwa. Kemudian jumlah

masalah mental emosional yakni depresi dan ansietas sebanyak 11,60% dari

jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa.

Page 14: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak dan bentuk

psikosis fungsional yang paling berat, menyebabkan timbulnya

pikiran,persepsi,emosi,gerakan,dan prilaku yang terganggu dan tergolong ke

dalam jenis gangguan mental yang serius (Videbeck,2008:348).

“Gejala skizofrenia terbagi menjadi dua bagian yaitu gejala positif atau

gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi,dan disorganisasi pikiran,

bicara,dan prilaku yang tidak teraktur, serta gejala negtaif atau gejala samar

seperti afek datar,tidak memiliki kemauan,dan menarik diri dari masyarakat

atau merasa tidak nyaman” (Videbeck,2008:348). Salah satu gejala utama

psikosis skizofrenia adalah adanya halusinasi. Halusinasi merupakan

gangguan persepsi dimana klien biasanya mempersepsikan sesuatu yang

sebenarnya tidak terjadi (Muhith, 2015).

Berdasarkan data yang didapatkan di rumah sakit jiwa Sulawesi

Tenggara, jumlah pasien rawat inap pada tahun 2016 mencapai 869 dan di

tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 892 pasien, terdiri dari

skizofrenia berjumlah 800 pasien, gangguan mental 40 pasien, episode

depresi 29 pasien, gangguan hiperkinetik 9 pasien, sindrom amnestik 4

pasien, gangguan mental 4 pasien, demensia 3 pasien, gangguan psikotik 1

pasien, gangguan anxietas fobik 1 pasien,dan retardasi mental 1 pasien.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Brunelin et al. (2012) dari

50% sampai 70% pasien skizofrenia mengalami gangguan presepsi

sensori halusinasi pendengaran. Klien yang mengalami halusinasi

pendengaran karena pasien tidak mampu mengontrol dan mengenal

halusinasi tersebut. Halusinasi pendengaran biasanya auskustik dan

Page 15: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

auditif seperti mendengar bisikan manusia, hewan, ataupun kejadian

alamiah dan suara musik (Maramis, 2009).

Menurut Doengoes, dkk (2008) gangguan skizofrenia dapat

menyebabkan perubahan kemampuan/ kesiapan seseorang untuk merawat

diri. Penyakit ini ditandai dengan ketidak mampuan menilai realita, dimana

penderita sering mendengar suara bisikan, berperilaku aneh, dan mempunyai

kepercayaan yang salah yang tidak dapat dikoreksi. Akibatnya, mereka akan

mengalami kemunduran dalam berbagai aspek kehidupan seperti pekerjaan,

hubungan sosial, dan kemampuan merawat diri, yang bisa menyulitkan

kehidupan pribadai, keluarga, maupun kehidupan sosial penderitanya.

Buntutnya, mereka cenderung menggantungkan sebagian besar aspek

kehidupannya pada orang lain (Lilis Trihardani,dkk,2009).

Penelitian Yessy Karmelia (2012) dengan judul Pengaruh TAK

Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Klien

Halusinasi Diruang Cendrawasi RSJ Prof HB Saanin Pada Tahun 2012.

Hasilnya tidak sampai separuh responden dikategorikan mampu mengontrol

halusinasi sebelum pemberian TAK halusinasi stimulasi persepsi. Halusinasi

jika tidak segera diatasi akan menimbulkan beberapa resiko yang berbahaya,

diantaranya perilaku kekerasan yang berakibat sampai pada menciderai diri

sendiri, orang lain, dan lingkungan (maramis,2005. Dalam

Kristiadi,dkk,2015)

Pada klien gangguan jiwa sering terlihat adanya kemunduran yang

ditandai dengan hilangnya motivasi dan tanggung jawab, apatis, menghindar

dari kegiatan, dan hubungan sosial. Kemampuan dasar sering terganggu,

Page 16: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

seperti activities of daily living (ADL). Situasi tersebut mengakibatkan klien

gangguan jiwa tidak dapat berperan sesuai dengan harapan lingkungan

dimana ia berada. Klien gangguan jiwa tidak mampu melakukan fungsi dasar

secara mandiri misalnya kebersihan diri, penampilan dan sosialisasi. Klien

seperti ini tentu akan ditolak oleh keluarga dan masyarakat (Keliat, 1996.

Dalam Trihardani,dkk,2009).

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia

memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup (Hidayat, 2012 hlm

228). Kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas seperti berdiri,

berjalan, dan bekerja merupakan salah satu dari tanda kesehatan individu

tersebut dimana kemampuan aktivitas seseorang tidak lepas dari adekuatan

sistem persyarafan dan musculoskeletal. Aktivitas fisik yang kurang memadai

dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem musculoskeletal seperti

atrofo otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan

fungsi organ internal lainnya (Hidayat, 2012 hlm. 229).

Salah satu cara mengontrol halusinasi yang dilatihkan kepada pasien

adalah melakukan aktivitas harian terjadwal. Kegiatan ini dilakukan dengan

tujuan tujuan untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi yaitu dengan

prinsip menyibukkan dirimelakukan aktivitas yang teratur (Yosep, 2011 hlm

124).

Prinsip aktivitas terjadwal dimulai dengan manajemen waktu yang

sederhana. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk mengelola

waktu adalah penjadwalan. Inti dari penjadwalan aktivitas adalah kita

Page 17: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

membuat rencana pemanfaatan waktu. Menyusun jadwal juga memerlukan

strategi supaya efektif (Kristiadi,dkk,2015).

Hal ini sangat diperlukan motivasi kepada pasien tentang

pentingnya membuat aktivitas secara terjadwal, menurut (Nursalam &

Efendi, 2008). Motivasi merupakan suatu dorongan dari internal dan

eksternaldari dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya

hasrat atau minat, dorongan atau penghormatan atas dirinya,

lingkungan yang baik, serta kegiatan yang menarik. Adapun aktivitas

adalah suatu tindakan,kegiatan ataupun serangkaian kegiatan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut penulis tertarik

untuk melakukan penulisan karya tulis ilmiah dengan judul penerapan

aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan

aktivitas di ruang asoka Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan aktivitas terjadwal pada pasien skizoprenia dalam

pemenuhan kebutuhan aktivitas ?

C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan ini adalah untuk mendokumentasikan penerapan

asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan

aktivitas.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan ini adalah untuk :

Page 18: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

a. Melakukan penerapan aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia dalam

pemenuhan kebutuhan aktivitas.

b. Penerapan aktivitas terjadwal dalam mengontrol halusinasi

D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Rumah Sakit

Menambah wawasan ilmu dibidang keperawatan dalam penerapan

aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan

aktivitas.

2. Bagi institusi pendidikan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat dijadikan

salah satu bagian dari pembelajaran asuhan keperawata pada pasien

skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas pada Diploma DIII

Keperawatan terkhusus pada program matakuliah keperawatan jiwa.

3. Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan

aktivitas pada pasien skizofrenia. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi

peneliti dalam menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan

aktivitas.

Page 19: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Skizofrenia

1. Definisi skizofrenia

Skizofrenia adalah heterogen kronis yang ditandai dengan pola

pikir yang tidak terlalu teratur, delusi, halusinasi,perubahan prilaku yang

tidak tepat serta adanya gangguan fungsi psikologi . gangguan pemikiran

tidak saling berhubungan secara logis; persepsi dan perhatian yang

keliru; afek yang datar atau tidak sesuai; dan berbagai gangguan aktivitas

motorik yang bizzare. ODS (Orang dengan skizofrenia) menarik diri dari

orang lain dan kenyataaan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi

yang penuh delusi dan halusinasi (Nurarif & Kusuma,2015).

2. Etiologi

Beberapa faktor penyebab skizofrenia:

1. Keturunan

Telah dibuktukan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi

saudara tiri 0,9-1,8%, bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan

salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 40-68%, kembar 2

telur 2-5% dan kembar satu telur 61-68%.

2. Endokrin

Teori ini dikemukakan berhubungan dengan saling timbulnya

skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium

dan waktu klimakterium. Tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.

Page 20: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

3. Metabolisme

Metabolisme Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia

tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu

makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita

dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini

masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.

4. Susunan saraf pusat

Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada

diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan

mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan

artefakt pada waktu membuat sediaan.

5. Teori Adolf Meyer

Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga

sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau

fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu

suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat

mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia

merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga

timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut

menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

6. Teori Sigmund Freud

Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena

penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan

sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu

Page 21: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk

pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak

mungkin.

7. Eugen Bleuler

Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini

yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni

antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi

gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan

proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme)

gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau

gangguan psikomotorik yang lain).

3. Klasifikasi skizofrenia

Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan

gejala utama antara lain :

1. Skizofrenia Simplek

Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa

kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses

berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis

ini timbulnya perlahan-lahan.

2. Skizofrenia Hebefrenia

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada

masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah

gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya

depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti

Page 22: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering

terdapat, waham dan halusinasi banyak sekali.

3. Skizofrenia Katatonia

Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta

sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah

katatonik atau stupor katatonik.

4. Skizofrenia Paranoid

Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-

waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti

ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan

kemauan.

5. Episode Skizofrenia akut

Gejala skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam

keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini

timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri

berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus

baginya.

6. Skizofrenia Residual

Keadaan skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak

jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah

beberapa kali serangan Skizofrenia.

7. Skizofrenia Skizo Afektif

Disamping gejala skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan

juga gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-

Page 23: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi

mungkin juga timbul serangan lagi.

4. Manifestasi klinik

1. Gejala episode akut dari skizofrenia meliputi tidak bisa membedakan

antara khayalan dan kenyataan; halusianasi (terutama

mendengarsuara-suara bisikan); delusi (keyakinan yang salah namun

dianggap benar oleh penderita); ide-ide karena pengaruh luar

(tindakannya dikendalikan oleh pengaruh dari luar dirinya); proses

berpikir yang tidak berurutan (asosiasi longgar); ambifen (pemikiran

yang saling bertentangan); datar, tidak tepat atau efek yang labil;

autisme (menarik diri, dari lingkungan sekitar dan hanya memikirkan

dirinya); tidak mau bekerjasama; menyukai hal-hal yang yang dapat

menimbulkan konflik pada lingkungan sekitar dan melakukan

serangan balik secara verbal maupun fisik kepada orang lain; tidak

merawat diri sendiri; dan gangguan tidur maupun nafsu makan.

2. Setelah terjadinya episode psikotik akut, biasanya penderita

skizofrenia mempunyai gejala-gejala sisa (cemas, curiga, motovasi

menurun, kepedulian berkurang, tidak mampu memutuskan sesuatu,

menarik diri dari hubungan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar,

sulit untik belajar dari pengalaman dan tidak bisa merawat diri

sendiri).

Gejala (menurut bleuler, dalam Nurarif & Kusuma,2016) :

Page 24: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

1. Gejala Primer

a. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang

paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi

b. Gangguan afek emosi

1) Terjadi kedangkalan afek-emosi

2) Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)

3) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu

kesatuan

4) Emosi berlebihan

5) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi

yang baik

c. Gangguan kemauan

1) Terjadi kelemahan kemauan

2) Perilaku negativisme atas permintaan

3) Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh

orang lain

d. Gejala psikomotor

1) Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme

2) Stereotipi

3) Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang

lama

4) Echolalia dan echopraxia

Page 25: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

2. Gejala Sekunder

a. Waham dan Halusinasi

Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang

mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra. halusinasi

pendengaran dan penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi

penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi.

5. Discharge Planning

1. Hindari kebiasaan menyendiri

2. Berusaha untuk menceritakan masalah yang ada dengan teman

terdekat

3. Kenali gejala-gejala penyakit dan konsultasikan dengan dokter

4. Konsumsi makanan yang bergizi

5. Observasi secara ketat perilaku klien

6. Singkirkan semua benda berbahaya

7. Berikan obat dan kesinambungan

8. Menurunkan ketegangan

9. Periksa mulut penderita setelah minum obat

10. Alihkan jika halusinasi

11. Fokus dan kuatkan realitas.

Page 26: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Skizofrenia

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,

umur, asal suku bangsa, agama, status perkawinan, pendidikan,

tanggal MRS (masuk rumah sakit) dan nama orang tua serta pekerjaan

orang tua.

b. Alasan Masuk

Mengkaji alasan klien dibawa ke rumah sakit serta upaya apa yang

telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah klien.

c. Faktor Predisposisi

1) Faktor Biologis

Terdapat lesi pada area frontal, temporal, dan limbik.

2) Faktor Perkembangan

Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan

individu tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang

percaya diri dan lebih rentan terhadap stres adalah merupakan salah

satu tugas perkembangan yang terganggu.

3) Faktor Sosiokultural

Individu yang merasa tidak diterima lingkungannya akan merasa

disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.

Page 27: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

4) Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya

stres yang berlebihan dialami individu maka didalam tubuh akan

dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halus nogenik neuro kimia

seperti Buffofenon dan Dimety transferase (DMP). Akibat stress

berkepanjangan menyebabkan teraktifasinya neuro transmiter otak.

Misalnya terjadi ketidakseimbangan Acetycholin dan Dopamin.

5) Faktor Psikologis

Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab, mudah

terjerumus pada penyalah gunaan zat adiktif. Selain itu seseorang

yang pencemas, over protektif, dingin, tidak sensitif, pola asuh

tidak adekuat, konflik perkawinan, koping tidak adekuat juga

berpengaruh pada ketidakmampuan individu dalam mengambil

keputusan yang tepat demi masa depannya. Individu lebih memilih

kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam nyata.

6) Faktor Genetik

Penelitian menunjukkan bahwa anak yang di asuh oleh orang

tua skizofrenia cenderung akan mengalami skizofrenia juga.

d. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang kita lakukan adalah mengkaji tanda – tanda

vital, suhu, nadi, respirasi dan ukur BB.

Page 28: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

e. Faktor Presipitasi

Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat

mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut

Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan harga diri rendah

kronik adalah:

1) Biologis

Stresor biologis yang berespon neurobiologis maladaptif

meliputi : gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak,

yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada

mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan

ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus

yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2) Stres Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis

berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan

terjadinya gangguan perilaku.

3) Pemicu Gejala

Pemicu merupakan prekursor dan stimuli yang sering

menimbulkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasanya

terdapat pada respon neurobiologis maladaptif yang berhubungan

dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu.

Page 29: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

f. Status Mental

1) Mengobservasi penampilan klien meliputi: penampilan tidak rapi,

penggunaan pakaian, cara berpakaian.

2) Mengobservasi pembicaraan meliputi: pembicaraan cepat, keras,

gagap, membisu, lambat, apatis, pembicaraan berpindah-pindah.

3) Mengobservasi aktivitas motorik meliputi: lesu, tegang, gelisah,

tremor.

4) Mengobservasi alam perasaan meliputi: sedih, putus asa, gembira,

ketakutan, khawatir.

5) Mengobservasi afek meliputi: datar, tumpul, labil, emosi tidak

sesuai.

6) Mengobservasi interaksi selama wawancara meliputi:

bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, defensif,

curiga.

7) Mengkaji persepsi meliputi: jenis harga diri rendah kronik, isi

harga diri rendah kronik, frekuensi, dan perasaan klien terhadap

harga diri rendah kronik.

8) Mengobservasi proses pikir meliputi: pembicaraan klien yang

berbelit-belit, tidak logis, memotong pembicaraan, pembicaraan

diulang-ulang.

9) Mengobservasi kemampuan penilaian dalam pengambilan

keputusan.

10) Mengobservasi daya tilik diri terhadap penyakit.

Page 30: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

g. Penilaian Stresor

Studi mengenai relaps dan eksaserbasi gejala menimbulkan

bahwa stres, penilaian individu terhadap stresor, dan masalah koping

dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan

gejala. Model diathesis stres menjelaskan bahwa gejala

skizofrenia muncul berdasarkan hubunganan stres yang dialami

individu dan ambang toleransi terhadap stres internal.

h. Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam

menanggapi stressor berlebihanya informasi pada saraf yang

menerima dan memproses inflamasi di thalamus frontal otak.

i. Mekanisme Koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari

pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon

neurobiologi.

j. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Mengkaji apakah klien mengalami masalah dalam dukungan

kelompok, lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi

dan pelayanan kesehatan.

k. Aspek Medik

Menuliskan diagnosis medis klien yang telah dirumuskan oleh

dokter dan obat yang harus diminum klien.

Page 31: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

l. Kebutuhan Persiapan Pulang

Mengobservasi kemampuan klien saat makan, defekasi,

berpakaian, mandi, istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan

kesehatan, aktivitas didalam rumah dan diluar rumah.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada pasien Skizofrenia

(NANDA NIC-NOC,). Masalah keperawatan utama pada skizofrenia

adalah:

a. Konfusi akut

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 6x24 jam dengan NOC :

perilaku patuh: aktivitas yang disarankan. Dengan kriteria hasil :

a. Mengidentifikasi manfaat yang diharapkan dari aktivitas fisik : tidak

pernah menunjukkan (1) – secara konsisten menunjukkan (5).

b. Mengidentifikasi hambatan untuk melaksanakan aktivitas fisik yang

di ditentukan : tidak pernah menunjukkan (1) – secara konsisten

menunjukkan (5).

c. Menggunakan strategi untuk mengalokasikan waktu untuk aktivitas

fisik : tidak pernah menunjukkan (1) – secara konsisten menunjukkan

(5).

d. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik sehari-hari yang ditentukan : tidak

pernah menunjukkan (1) – secara konsisten menunjukkan (5).

Page 32: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

e. Menggunakan buku harian untuk memantau kemajuan dalam

aktivitas fisik yang ditentukan : tidak pernah menunjukkan (1) –

secara konsisten menunjukkan (5).

f. Melaporkan gejala yang dialami selama aktivitas : tidak pernah

menunjukkan (1) – secara konsisten menunjukkan (5).

NIC : Stimulasi kognitif (peningkatan kesadaran yang komprehensif

terhadap sekeliling [lingkungan sekitar] melalui penggunaan stimulus

yang terencana).

1. Dorong penggunaan program multi stimulasi (misalnya, bernyanyi

dan mendengar musik, aktivitas-aktivitas kreatif, latihan,

percakapan, interaksi sosial atau pemecahan masalah) untuk

meningkatkan dan melindungi kapasitas kognisi.

2. Dorong stimulasi kognisi diluar tempat kerja seperti aktivitas

membaca atau keikutsertaan aktif dalam aktivitas seni dan budaya.

3. Berikan stimulasi sensori yang terencana ( gunakan televisi, radio,

atau musik).

4. Gunakan alat bantu memori: ceklis, jadwal, dan catatan peringatan.

5. Berikan instruksi verbal dan tertulis.

4. Implementasi

Implementasi merupakan langkah keempat dari proses

keperawatan dimana pada tahap ini tindakan yang telah di rencanakan

oleh perawat di laksanakan dalam membantu pasien mencegah,

mengurangi dan menghilangkan dampak atau respon yang di timbulkan

oleh masalah keperawatan dan kesehatan.

Page 33: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan

yang berfungsi untuk menilai sejauh mana keberhasilan yang telah

dicapai selama melakukan proses keperawatan serta melihat apa yang

sudah dipecahkan dan dinilai kembali.

Tujuan evaluasi adalah untuk meberikan umpan balik rencana

keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu peleyanan keperawatan

melalui perbandingan-perbandingan pelayanan keperawatan yang telah

diberikan serta sesuai dengan standar tujuan yang telah ditentukan.

Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut :

1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria/rencana yang telah

disusun.

2) Hasil tindakan keperawatan berdasarkan kriteria keberhasilan yang

telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.

Hasil evaluasi Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

a. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan

perbaikan/ kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah

diterapkan.

b. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan ini tidak tercapai

secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara

mengatasinya.

c. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan

perubahan/ kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah

baru. Dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara

Page 34: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa,

tindakan, dan factor-faktor lain yang tidak sesuai yang

menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

C. Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas

1. Pengertian

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana

manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu

tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas

seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Adapun sistem tubuh yang berperan

dalam kebutuhan aktivitas antara lain: tulang, otot dan tendon,

ligamen, sistem saraf dan sendi.

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana

manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup .

Latihan merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh.

2. Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas

a. Tulang

Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu

fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya

berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya

kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan,

fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi

pelindung organ-organ dalam. Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang

Page 35: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang

vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur

dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung

dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi

kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan

diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan

terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu

pada masa dewasa.

b. Otot dan Tendon

Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan

tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan

insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang

bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar

dapat berfungsi kembali.

c. Ligamen

Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang

dengan tulang. Ligament bersifat elastic sehingga membantu

fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut

merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus

akan mengakibatkan ketidakstabilan.

d. Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula

spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat).

Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki

Page 36: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf

pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan

kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat

mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan

pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan

sensorik pada daerah radial tangan.

e. Sendi

Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu.

Sendi membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan

gerakan antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang.

Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang

merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago

artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan

synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan

jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.(Alimul

H. A. Aziz, 2009)

3. Jenis Aktivitas (Mobilitas)

a. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan

menjalankan peran sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan fungsi

saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh

area tubuh seseorang.

b. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena

Page 37: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area

tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang

dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami

aktivitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol

motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,

yaitu:

1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu

untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada system

musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan

tulang.

2) Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut

disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversibel, contohnya

terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera

tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya system saraf

motorik dan sensorik.(Alimul H. A. Aziz, 2009)

4. Jenis latihan

a. Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan otot

dan sendi.

b. Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan

daya tahan kardiovaskular.

c. Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka

pendek.

Page 38: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat

badan atau kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur

memperbaiki kinerja sistem kekebalan tubuh, dan membantu mencegah

penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe

2 dan obesitas.

5. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas

Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan

aktivitas seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-

hari.

b. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi

kemmapuan aktivitas karena dapat mempengaruhi fungsi system

tubuh.

c. Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi

kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan

jauh memiliki kemampuan aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang

yang mengalami gangguan aktivitas (sakit) karena budaya dan adat

dilarang beraktivitas.

d. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.

e. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi

alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/

penurunan kekuatan dan stamina, depresi mood dan cemas.(Alimul H,

A Aziz. 2012).

Page 39: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

6. Pelaksanaan Pemenuhan Aktivitas dan Latihan

a. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien

Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan

mobilitas, digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot,

dan fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :

1) Posisi fowler

2) Posisi sim

3) Posisi trendelenburg

4) Posisi Dorsal Recumbent

5) Posisi lithotomi

b. Ambulasi dini

Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan

kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi

kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih

posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi

roda, dan lain-lain.

c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk

melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak,

serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.

d. Latihan isotonik dan isometrik

Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan

ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang

berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan

rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static

Page 40: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung dan

denyut nadi.

e. Latihan ROM Pasif dan Aktif

Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan

pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan

otot.Latihan-latihan itu, yaitu :

1) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

2) Fleksi dan ekstensi siku

3) Pronasi dan supinasi lengan bawah

4) Pronasi fleksi bahu

5) Abduksi dan adduksi

6) Rotasi bahu

7) Fleksi dan ekstensi jari-jari

8) Infersi dan efersi kaki

9) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki

10) Fleksi dan ekstensi lutut

11) Rotasi pangkal paha

12) Abduksi dan adduksi pangkal paha

f. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif

Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi

sebagai dampak terjadinya imobilitas.

g. Melakukan Postural Drainase

Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan

sekret dari paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret

Page 41: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

itu sendiri. Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya

sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran

sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat meningkatkan

fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak,

postural drainase lebih efektif bila diikuti dengan perkusi dan vibrasi

dada.

h. Melakukan komunikasi terapeutik

Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis

yaitu dengan cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien

untuk mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril,

dan lain-lain.

D. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Aktivitas

1. Pengkajian

Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan

imobilitas adalah sebagai berikut:

a. Riwayat keperawatan sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang

menyebabkan terjadi keluhan/ ganguan dalam mobilitas dan

imobilitas, seperti adanya nyeri kelemahan otot,kelelahan, tingkat

mobilitas dan imobilitas,daerah tergangguanya mobilitas dan

imobilitas dan lama terjadinya imobilitas.

Page 42: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

b. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit

sistem neurologi (kecelakaan cerebrovascular terauma kepala,

peningkatan tekanan intra keranial, miastenia geravis, guillain barre

cedera midula spinalis, dan lain-lain) riwayat penyakit sisitem

kardiovaskular (infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat

penyakit system musculoskeletal (osteoporosis, fraktur,

artritis),riwayat penyakit sitem pernafasan (penyakit paru obstruksi

menahun, peneumonia, dan lain-lain,riwayat pemkaian obat, seperti

sedative, hipnotik depresan system saraf pusat, laksansia, dan lain-

lain.

c. Kemampuan fungsi motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan dan kaki

baik kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan,

kekuatan, atau spastis.

d. Kemampuan mobilitas

Pengkajian ini untuk menilai kemampuan gerak ke posisi

miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.

e. Kemampuan rentang gerak

Pengkajian ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku,

lengan, panggul, dan kaki.

Page 43: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

f. Perubahan intoleransi aktivitas

Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan

perubahan pada system pernafasan, antara lain: suara nafas, analisa

gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang

produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Sedangkan yang

berhubungan dengan perubahan system kardiovaskuler, seperti nadi

dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta

perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan

posisi.

g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi

Kekuatan otot dapat dikaji secara bilateral atau tidak.

h. Perubahan fisiologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya

gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku,

peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-

lain.

i. Pola Kesehatan

1) Aktivitas / Istirahat

Tanda : Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang

terkena.

2) Sirkulasi

Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon

terhadap nyeri) atau hipotensi (kehilangan darah).

Page 44: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

3) Neurosensori

Gejala : Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, dan kesemutan

(parestesis).

Tanda : Deformitas lokal angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,

krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang

fungsi. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / ansietas atau

trauma lain).

4) Nyeri atau Kenyamanan

Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin

terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang dapat berkurang

pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. Spasme /

kram otot (setelah imobilitasi).

5) Keamanan

Tanda: Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, dan perubahan

warm. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau

tiba-tiba).(Alimul H. A. Aziz, 2009)

Page 45: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Penelitian studi kasus ini menggunakan desain penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan

objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk

kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010:

35).

B. Subjek Studi Kasus

Subjek penelitian studi kasus ini adalah satu orang klien skizofrenia yang

berada di Rumah Sakit Jiwa Sulawesi Tenggara.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2012).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Pasien skizofrenia dengan gejala halusinasi pendengaran di ruang

Asoka Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara yang

kooperatif.

b. Pasien halusinasi pendengaran yang kooperatif.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nusalam,

2012).

Page 46: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

1. Pasien skizofrenia yang tidak mengalami halusinasi pendengaran.

2. Pasien skizofrenia yang tidak kooperatif.

C. Fokus Studi

1. Kebutuhan Aktivitas Pada pasien skizofrenia

2. Mengontrol halusinasi dengan cara membuat aktivitas terjadwal .

D. Definisi Operasional

1. Skizofrenia

Skizofrenia adalah diagnosa medis/dokter yang menunjukkan gangguan

kejiwaan dimana salah satu gejalanya yaitu adanya halusinasi

pendengaran.

2. Aktivitas terjadwal

Aktivitas terjadwal adalah aktivitas yang dilakukan oleh pasien skizofrenia

yang mengalami halusinasi pendengaran yang telah terjadwal dan dibuat

berdasarkan kesepakatan bersama perawat dengan pasien dari bangun pagi

sampai tidur malam kembali. Aktivitas terjadwal ini diobservasi/

dievaluasi setiap hari terhadap kepatuhan pasien dalam melaksanakan

aktivitas terjadwal yang sudah dibuat.

E. Pengumpulan data

1. Prosedur administrasi pengumpulan data meliputi :

a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal peneliti yaitu

Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan

b. Peneliti meminta surat rekomendasi ke lokasi penelitian yaitu Rumah

Sakit Jiwa Sulawesi Tenggara.

Page 47: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

c. Peneliti meminta izin kepada Direktur rumah sakit jiwa Sulawesi

Tenggara.

d. Peneliti meminta izin kepada kepala ruangan asoka rumah sakit jiwa

Sulawesi Tenggara.

2. Instrumen pengumpulan data

Peneliti melakukan pemilihan sampel penelitian berdasarkan

pasien yang dirawat pada waktu jadwal penelitian dengan karakteristik

responden yaitu, dikhususkan pada pasien jiwa yang terdiagnosa medis

skizofrenia dengan gejala halusinasi pendengaran, dengan tidak

mempersyaratkan jenis kelamin, pekerjaan dan sosial ekonomi. Dan

peneliti menggunaka instrumen observasi sebagai instrumen penelitian

ini.

F. Tempat dan Waktu Studi Kasus

Penelitian ini telah dilakukan di ruangan asoka Rumah Sakit Jiwa

Sulawesi Tenggara pada tanggal 11 – 14 Juli 2018, selama 4 sift jaga.

G. Penyajian Data

Data yang akan disajikan pada penelitian ini yakni secara tekstural atau

narasi, disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dan respon dari subyek studi

kasus yang merupakan data pendukung dari penelitian.

H. Etika Studi Kasus

Penelitian ini telah diajukan kepada tim program karya tulis ilmiah

Poltekkes Kemenkes Kendari jurusan Keperawatan, adapun etika yang harus

di taati oleh peneliti dalam melaksanakan studi kasus yakni :

Page 48: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

1. Melakukan pengkajian hingga evaluasi dengan sebenar-benarya yang

berlandaskan teori yang telah dijabarkan pada tinjauan teori

2. Peneliti harus menggunakan komunikasi terapeutik dalam melaksanakan

setiap tindakan keperawatan.

3. Peniliti tetap menjaga privasi subyek peneliti (peneliti)

4. Peneliti harus tetap memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal yang

dapat membahayakan subyek peneliti.

Page 49: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Data yang diperoleh penulis dari wawancara dan observasi saat

melakukan pengkajian pada Tn.S pada tanggal 11 Juli 2018 sebagai

berikut:

Nama : Tn.S

Alamat : Perumnas

Umur : 46 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan: Kawin cerai

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

No. Rek.Medik : 04 19 73

Tanggal Masuk : 10-11-2017

b. Alasan masuk RSJ

Pasien gelisah, jalan tanpa tujuan, pasien sering berbicara sendiri,

pasien sering menolak minum obat. Pernah dirawat sebelumnya di RSJ

Page 50: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

c. Keluhan saat dikaji

Pasien sering berbicara sendiri, mulut komat-kamit, dan kadang

terlihat menyendiri serta pasien mengatakan mendengarkan suara-

suara.

d. Faktor predisposisi

Pasien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu.

e. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan pasien didapatkan data yaitu: TD: 130/80 MmHg,

Nadi: 90x/Menit, Suhu:36oC, Respiratori: 22x/Menit, TB: 160 cm, BB:

50 kg.

f. Genogram (Tiga generasi)

Penjelasan gambar genogram: pasien merupakan anak ketiga dari

empat bersaudara, dan mengatakan dirinya pernah menikah dan

memiliki seorang putra namun saat ini pasien telah bercerai dengan

istrinya.

Masalah keperawatan: tidak ada

g. Psikososial

1) Konsep diri

46

Page 51: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

a) Citra tubuh : pasien mengatakan menyukai seluruh

anggota tubuhnya.

b) Identitas diri : pasien menyadari sudah menikah dan

memiliki seorang anak

c) Peran : pasien berperan sebagai kepala rumah

tangga dalam keluarganya.

d) Ideal diri : pasien ingin cepat sembuh dan pulang

kerumahnya.

e) Harga diri : pasien mengatakan malu dengan dirinya

sekarang.

Masalah keperawatan: Harga diri rendah

2) Hubungan sosial

a) Orang yang terdekat: pasien mengatakan anaknya.

b) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat: pasien

mengatakan tidak memiliki peran serta dalam masyarakat.

c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: pasien

mengatakan tidak ada orang-orang yang menerimanya.

Masalah keperawatan: Isolasi sosial

h. Status Mental

1) Penampilan

Pada saat pengkajian penampilan pasien terlihat tidak rapi, bau

badan,dan kuku agak panjang dan kotor.

Masalah keperawatan: defisit perawatan diri

Page 52: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

2) Aktivitas motorik

Klien nampak gelisah dan kadang berbicara sendiri.

Masalah keperawatan: konfusi akut

3) Alam perasaan

Pasien mengatakan perasaannya biasa-biasa saja, tidak ada yang

perlu dikawatirkan.

Masalah keperawatan: tidak ada

4) Afek

Pada saat dilakukan wawancara pasien tampak afeknya labil.

Masalah keperawatan: tidak ada

5) Interaksi sosial

Selama proses interaksi dengan pasien sangat kooperatif, ada

kontak mata.

Masalah keperawatan: tidak ada

6) Persepsi

Saat dilakukan pengkajian pasien tidak mampu

menjelaskan/menggambarkan isi halusinasi, pasien terlihat ngawur,

dan kadang berbicara sendiri.

Masalah keperawatan: konfusi akut

7) Proses pikir

Pada saat pengkajian pasien mampu menjawab pertanyaan dengan

tepat dan sesekali berbelit-belit tapi sampai pada tujuan

pembicaraan.

Masalah keperawatan: tidak ada

Page 53: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

8) Isi pikir

Pasien terus bertanya kapan dia bisa pulang.

Masalah keperawatan: tidak ada

9) Tingkat kesadaran

Pasien mampu mengetahuai nama, tempat, dan waktu.

Masalah keperawatan: tidak ada

10) Memori

Pasien tidak dapat mengingat pengalaman-pengalaman masa

lalunya.

Masalah keperawatan: tidak ada

11) Tingkat konsentrai berhitung

Pasien mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung dari angka 1-

20.

Masalah keperawatan: tidak ada

12) Kemampuan penilaian

Pasien mampu memilih salah satu dari dua pilihan yang diajukan.

Masalah keperawatan: tidak ada

13) Daya tilik diri

Pasien mengatakan menerima keadaannya saat ini bahwa dia

sedang sakit dan butuh perawatan.

Masalah keperawatan: tidak ada

i. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Kegiatan hidup sehari-hari

a. Perawatan diri

Page 54: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

1) Makan

Pasien makan 3x sehari dengan nasi dan lauk-pauk. Pasien

tidak memiliki pantangan makanan/alergi.

Masalah keperawatan: tidak ada

2) BAB/BAK

Pasien BAB dan BAK secara mandiri pada tempatnya dan

membersihkan kamar mandi dan wc setiap selesai digunakan.

Masalah keperawatan: tidak ada

3) Mandi

Pasien mandi 1x dalam sehari tanpa perintah dari perawat.

Masalah keperawatan: tidak ada

4) Berpakaian/ berhias

Pasien bisa berpakaian sendiri tetapi mengganti pakaian harus

diperintah oleh perawat.

Masalah keperawatan: tidak ada

b. Nutrisi

Pasien mengatakan puas dengan pola makannya, pada saat makan

pasien makan bersama-sama dengan pasien lainnya, frekuensi

makan 3x sehari dengan nafsu makan yang meningkat, berat

badan pasien saat pengkajian yaitu 45 kg.

Masalah keperawatan: tidak ada

c. Tidur

Pasien sulit untuk tidur pada siang hari.

Masalah keperawatan: gangguan pola tidur

Page 55: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

2. Kemampuan klien

Pasien mampu mengatasi kebutuhannya sendiri seperti makan dan

berpakaian dan mampu membuat keputusan berdasarkan keinginannya

sendiri, tetapi dalam mengatur penggunaan obat dan melakukan

pemeriksaan kesehatan pasien masih butuh bantuan perawat.

Masalah keperawatan: tidak ada

3. Aktivitas didalam rumah

Pasien mampu melakukan aktivitas didalam ruangan seperti

menyajikan makanan, merapikan ruangan dan mencuci pakaian

dengan perintah petugas/ perawat.

4. Kurang pengetahuan tentang

Pasien mengatakan kurang pengetahuan tentang penyakit fisik, dan

obat-obatan.

Masalah keperawatan: defisit pengetahuan.

j. Aspek Medik

Diagnosa medik : skizofrenia residual

Terapi medik : Riseperidone 2 x 1 mg, Lorazepam 1 x 2 mg, dan

Ketokonazole 1 x 200 mg.

Daftar Masalah :

1. Harga diri rendah

2. Isolasi sosial

3. Konfusi akut

4. Gangguan pola tidur

5. Defisit pengetahuan

6. Defisit perawatan diri

Page 56: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

2. Variabel penelitian

Penerapan aktivitas terjadwal dilaksanakan selama 4 hari, jadwal

aktivitas harian ini telah disepakati dengan pasien, meliputi :

Tabel 4.1

Jadwal Aktivitas Harian

Jam Kegiatan Harian Rabu Kamis Jumat Sabtu

Y T Y T Y T Y T

05:00 1. Sholat subuh √ √ √ √

06:00 2. Bersih-bersih ruangan √ √ √ √

06:30 3. Cuci baju √ √ √ √

07:00 4. Sarapan √ √ √ √

07:30 5. Cuci piring √ √ √ √

08:00 6. Senam Pagi * √

08:30 7. Menyapu √ √ √ √

09:00 8. Mandi √ √ √ √

10:00 9. Santai/ berbicang-bincang √ √ √ √

10:30 10. Makan selingan (snack) √ √ √ √

11:00 11. Nonton Tv √ √ √ √

11:30 12. Makan siang √ √ √ √

11:55 13. Minum obat √ √ √ √

12:00 14. Sholat dzuhur √ √ √ √

13:00 15. Santai / berbincang-bincang √ √ √ √

14:00 16. Tidur siang √ √ √ √

15:30 17. Sholat ashar √ √ √ √

16:00 18. Bercakap-cakap / Nonton tv √ √ √ √

16:30 19. Makan sore √ √ √ √

17:30 20. Cuci piring √ √ √ √

18:00 21. Sholat magrib √ √ √ √

18:50 22. Nonton Televisi √ √ √ √

19: 15 23. Sholat Isya √ √ √ √

20:00 24. Tidur malam √ √ √ √

Page 57: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

Keterangan:

Y= Ya (dilakukan)

T= tidak

*= dilakukan setiap hari jumat

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah kegiatan yang sudah

dijadwalkan sebanyak 23 kegiatan pada hari pertama aktivitas harian yang

dilakukan pasien sebanyak 15 kegiatan atau sekitar 65,2% terdiri dari

sarapan, cuci piring, menyapu, mandi, santai/ berbincang-berbicang,

nonton televisi, makan siang, minum obat, istirahat/berbincang-bincang,

nonton televisi, makan sore, cuci piring, nonton televisi, tidur malam.

sedangkan yang tidak lakukakan oleh pasien yaitu 8 kegiatan terdiri dari

sholat subuh, bersih-bersih ruangan, cuci baju, sholat dzuhur, tidur siang,

sholat ashar, sholat magrib, dan Sholat Isya.

Pada hari kedua jumlah aktivitas yang dijadwalkan sebanyak 23

kegiatan, yang dilakukan oleh pasien sebanyak 16 kegiatan atau sekitar

69,5% terdiri dari bersih-bersih ruangan, sarapan, cuci piring, menyapu,

mandi, santai/berbincang-bincang, nonton televisi, makan siang, minum

obat, istirahat/berbincang-bincang, nonton televisi, makan sore, cuci

piring, nonton televisi, tidur malam. sedangkan yang tidak lakukakan oleh

pasien yaitu 7 kegiatan terdiri dari sholat subuh, cuci baju, sholat dzuhur,

tidur siang, sholat ashar, sholat magrib, dan Sholat Isya. Pada hari kedua

ini terjadi tambahan kegiatan aktivitas yang dilakukan dibanding dengan

hari pertama yaitu pada poin ke 2 (bersih-bersih ruangan).

Page 58: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

Pada hari ketiga aktivitas yang dijadwalkan sebanyak 24 kegiatan

yang dilakukan oleh pasien sebanyak 18 atau sekitar 75% terdiri dari

bersih-bersih ruangan, cuci baju, sarapan, cuci piring, senam pagi,

menyapu, mandi, santai/berbincang-bincang, nonton televisi, makan siang,

minum obat, istirahat/berbincang-bincang, nonton televisi, makan sore,

cuci piring, nonton televisi, tidur malam. Sedangkan kegiatan yang tidak

dilakukan oleh pasien yaitu 6 kegiatan terdiri dari sholat subuh, sholat

dzuhur, tidur siang, sholat ashar, sholat magrib, dan Sholat Isya. Pada hari

ketiga ini terjadi tambahan kegiatan aktivitas yang dilakukan oleh pasien

dibandingkan hari kedua yaitu pada poin ke 3 dan 6 (cuci baju dan senam

pagi).

Pada hari keempat aktivitas yang dijadwalkan sebanyak 23 kegiatan

yang dilakukan oleh pasien sebanyak 17 kegiatan atau sekitar 75% terdiri

dari bersih-bersih ruangan, cuci baju, sarapan, cuci piring, menyapu,

mandi, santai/berbincang-bincang, nonton televisi, makan siang, minum

obat, istirahat/berbincang-bincang, nonton televisi, makan sore, cuci

piring, nonton televisi, tidur malam. Sedangkan yang tidak dilakukan oleh

pasien yaitu sholat subuh, sholat dzuhur, tidur siang, sholat ashar, sholat

magrib, dan Sholat Isya. Pada hari keempat ini kegiatan harian yang

dilakukan tetap hampir sama dengan hari ketiga namun senam pagi tidak

lakukan karena senam pagi dilakukan hanya setiap hari jumat.

Persentase kegiatan harian yang dilakukan pasien Tn.S pada hari

pertama, kedua, ketiga, dan keempat mengalami peningkatan sehingga

pasien tidak memiliki waktu luang untuk menyendiri dan berbicara

Page 59: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

sendiri,. Ada beberapa jadwal kegiatan harian yang tidak sama sekali

dilakukan oleh pasien Tn.S yaitu tidur siang dan sholat, pada saat itulah

halusinasi pasien kambuh ditandai dengan pasien bebicara sendiri, mulut

berkomat kamit,dan menyendiri.

B. Pembahasan Studi Kasus

Latihan fisik yang terencana, terstruktur, dilakukan berulang-ulang

termaksud olahraga fisik merupakan bagian dari aktivitas fisik. Aktivitas fisik

sedang yang dilakukan secara terus-menerus dapat mencegah terjadinya

penyakit tidak menular seperti penyakit pembulu darah, diabetes, kangker

(Kristanti, 2002). Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga

dilakukan untuk melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah

bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular .(Alimul H, A Aziz.

2012). Penelitian yang dilakukan selama 4 hari dari tanggal 11 Juli 2018 – 14

Juli 2018 pada 1 pasien di ruang Asoka Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi

Tenggara dengan kasus Skizofrenia Residual hasil peneliti didapatkan bahwa

pasien dalam melakukan kegiatan harian terjadwal yang telah disusun oleh

penulis dan telah disepakati oleh pasien Tn.S meningkat yaitu dari 15 menjadi

17 kegiatan harian yang terjadwal. dengan keikutsertaan pasien dalam

melakukan aktivitas terjadwal ini memberi dampak positif sehinggga pasien

tidak memiliki waktu luang untuk merespon suara-suara yang sering pasien

dengar (halusinasi). Salah satu cara mengontrol halusinasi yang dilatihkan

pada pasien melakukan aktivitas yang terjadwal. Kegiatan ini dilakukan untuk

mengurangi resiko halusinasi mencul lagi yaitu dengan perinsip menyibukkan

diri melakukan aktivitas yang teratur (Yosef, 2011). Prinsip aktivitas

Page 60: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

terjadwal dimulai dengan manajemen waktu yang sederhana. Salah satu alat

bantu yang dapat digunakan untuk mengelola waktu adalah penjadwalan. Inti

dari penjadwalan aktivitas adalah kita membuat rencana pemanfaatan waktu.

Menyusun jadwal juga memerlukan strategi supaya efektif

(Kristiadi,dkk,2015).

Peneliti bertindak sebagai fasilitator yang memberikan pelayanan studi

kasus yang dibutuhkan yaitu dengan menyusun aktivitas harian yang

terjadwal kepada pasien sehingga melalui kegiatan aktivias terjadwal tersebut

klien tidak dapat lagi mendengarkan suara-suara (halusinasi) yang

didengarkan pasien berkurang. Peneliti mencoba melakukannya dengan cara

membimbing atau mengingatkan pasien secara lisan mengenai kegiatan

harian terjadwal yang sudah disusun.

Penelitian yang dilakukan hari pertama, kedua, ketiga, dan keempat pada

jam 05:00, 12:00, 14:00 pasien tidak melakukan aktivitas. Pada jam-jam

tersebut pasien mengalami halusinasi karena tidak melakukan kegiatan

aktivitas terjadwal yang sudah di susun yang ditandai dengan pasien bebicara

sendiri, mulut berkomat kamit, dan menyendiri. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan (Kristiadi,dkk,2015), menyatakan intensitas

terjadinya halusinasi meningkat saat sebelum dilakukan aktivitas terjadwal,

sedangkan hasil penelitian setelah dilakukan aktivitas yang terjadwal

didapatkan hasil intensitas terjadinya halusinasi menjadi menurun.

Hambatan yang terjadi saat melakukan aktivitas Sholat yaitu pasien tidak

paham tentang tata cara melaksanakan sholat, dan pasien juga tidak

Page 61: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

melakukan aktivitas tidur siang karena pasien gelisah dan lingkungan yang

berisik

C. Keterbatasan Studi Kasus

Penelitian ini telah dilakukan sesuai prosedur yang ada, namun dalam

melakukan penelitian penulis memiliki keterbatasan-keterbatasan sebagai

berikut:

1. Dalam hal berinteraksi dengan pasien membutuhkan kesabaran dan

ketegasan berbicara, ini dikarenakan pasien mudah beralih dan terkadang

berbicara di luar topik (tidak nyambung).

2. Pemberian kegiatan aktivitas terjadwal membutuhkan kesepakatan dari

pasien sehingga terlebih dahulu harus dilakukan membina hubungan

saling percaya (BHSP).

3. Terkadang pasien perlu diingatkan mengenai kegiatan harian yang telah

disepakati sehingga peneliti harus mengingatkannya.

4. Peneliti tidak dapat mengontrol pasien sepenuhnya selama 24 jam dan

peneliti hanya memberikan serta mengawasi aktivitas harian yang

terjadwal pada jam 08:00 – 15:00 wita, kondisi ini memungkinkan

adanya kesalahan-kesalahan dalam mengawasi kegiatan harian terjadwal

pasien.

Page 62: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang penerapan aktivitas terjadwal pada pasien

skizofrenia dalam pemenuhan aktivitas di Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Sulawesi Tenggara selama 4 hari dari tanggal 11-14 Juli 2018 maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi aktivitas terjadwal pada

pasien skizofrenia yang salah satu gejalanya yaitu adanya halusinasi ditandai

dengan pada saat tidak melakukan aktivitas pasien terlihat berbicara sendiri,

mulut komat-kamit, dan terlihat menyendiri sedangkan pada saat pasien

melakukan aktivitas yang terjadwal pasien terlihat sibuk dengan kegiatan

yang dia lakukan sehingga pasien dapat mengontrol halusinasinya dan tidak

memiliki waktu luang untuk mendengarkan suara-suara tidak nyata yang

sering muncul.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Bagi tenaga kesehatan khususnya bidang keperawatan hendaknya dapat

memberikan terapi aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia dalam

pemenuhan kebutuhan aktivitas, terutama Sholat dan Tidur siang

hendaknya perawat memantau dan mengingatkan pasien untuk

melaksanakan kegiatan sholat, dan menciptakan suasana yang tenang

sehingga pasien dapat istirahat tidur siang.

Page 63: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan agar dapat dijadikan sebagai salah satu bagian dari

pembelajaran asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia dalam

pemenuhan kebutuhan aktivitas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan sebagai pedoman

dalam mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan

kebutuhan aktivitas dan dapat memperhatikan kebutuhan spiritual dan

kebutuhan Istirahat dan Tidur pada pasien Skizofrenia.

Page 64: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

JADWAL KEGIATAN

A. Alat dan Bahan

Alat penelitian yang digunakan yaitu alat tulis, dan kamera. Sedangkan

bahan penelitian yang digunakan yaitu lembar jadwal kegiatan.

B. Cara Kerja

1. Tahap persiapan

Tahap ini dilakukan penyusunan proposal dan mengurus surat izin

atau pengantar dari Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan

yang ditujukan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara

untuk mendapatkan izin penelitian ditempat tersebut.

2. Tahap penelitian

a. Melakukan peninjuan langsung ke objek penelitian

b. Memberikan informed consent untuk ditanda tangani oleh subyek yang

akan diteliti.

c. Melakukan penerapan aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia

diruang perawatan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.

3. Tahap pengelolaan data

Melakukan analisa berdasarkan data yang telah dikumpulkan.

Kemudian menyajikan data tersebut untuk memberikan penerapan

aktivitas terjadwal pada pasien skizofrenia dalam pemenuhan kebutuhan

aktivitas

Lampiran 1

Page 65: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

4. Tahap akhir

Tahap akhir dari penelitian ini yaitu penulisan laporan, yang

disajikan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah.

Page 66: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 67: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

INSTRUMEN STUDI KASUS

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmojo, 2010). Instrument penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu:

1. Alat tulis dan buku

Alat tulis dan buku digunakan untuk menuliskan informasi yang

didapatkan dari narasumber tentang aktivitas yang ingin dilakukan secara

mandiri.

2. Lembar jadwal kegiatan

Lembar jadwal kegiatan ini berisi seputar aktivitas terjadwal pada

pasien skizofrenia.

3. Kamera

Kamera digunakan ketika peneliti melakukan observasi untuk

mendokumentasikan gambar.

Lampiran 3

Page 68: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah keperawatan : konfusi akut

Pertemuan : 1 (pertama)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

DS : -pasien mengatakan sering mendengar suara-suara

DO : -pasien nampak berbicara sendiri

-mulut komat-kamit

-kadang terlihat menyendiri

2. Diagnosa : konfusi akut

3. Tujuan Khusus:

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara

melakukan kegiatan-kegiatan secara terjadwal

c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian

4. Rencana Tindakan Keperawatan

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan membuat

kegiatan-kegiatan secara terjadwal.

c. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

Lampiran 4

Page 69: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

B. Fase Orientasi

1. Salam terapeutik

“ Assalamualaikum, selamat pagi pak . Apa kabar hari ini?

2. Memperkenalkan Diri

Perkenalkan pak nama saya Novriadi, saya mahasiswa poltekkes

kendari, jurusan keperawatan.

3. Membuka Pembicaraan dengan Topik Umum

Sepertinya bapak terlihat sehat hari ini. bapak sudah ngapain aja pagi

ini.?? Bagaimana kalau kita bincang-bincang?

4. Evaluasi / validasi

Bagaimana perasaan bapak hari ini?, apakah masih mendengar suara-

suara eneh lagi?

5. Kontrak

saya akan latih cara untuk mengontrol halusinasi dengan membuat

jadwal kegiatan bapak setiap harinya. Kita akan membuat secara

bersama-sama selama 15 menit. Bagaimana apa Pak sudah siap? “

C. Kerja

Cara untuk mengendalikan halusinasi adalah dengan melakukan kegiatan-

kegiatan seperti yang bapak lakukan di rumah misal membersihkan rumah,

membaca buku, olah raga, nonton TV dll. Baiklah sekarang mari kita buat

jadwal kegiatan harian dari pagi sesudah bangun tidur sampai malam hari

sebelum tidur. Hal ini tujuannya untuk meminimalkan bapak mendengar

suara-suara aneh itu lagi .

( buat jadwal kegiatan bersama klien/ yang di sepakati oleh klien )

Page 70: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

Bagus, sekarang pak sudah memiliki jadwal kegiatan harian untuk hari ini ,

yang untuk besok dan hari selanjutnya nanti kita buat bersama – sama lagi

ya pak?

D. Terminasi

1. Evaluasi Subjektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita buat jadwal kegitan

bapak ini?”

2. Evaluasi Objektif

Cara untuk mengendalikan halusinasi dengar yaitu apa pak ? Bagus

pak bisa menyebutkannya. Dengan melakukan kegiatan – kegiatan

yang sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah kita buat tadi,

berarti tidak ada waktu untuk melamun/merenung sendiri.

3. Rencana tindak lanjut

“Pak ...mau kan melaksanakan kegiatan – kegiatan sesuai dengan

jadwal yang telah kita buat ? dan jangan lupa untuk mematuhi semua

jadwal kegiatan harian yang telah kita susun.

4. Kontrak

Topik :Besok kita akan mengevaluasi jadwal kegiatan yang bapak

sudah lakukan .

Tempat : ruang asoka

Waktu : 10 menit saja.

” Sekarang bapak mau kemana ? Bagaimana kalau bapak ikut

berkumpul dengan temam- temanya yang lain, kan bisa ngobrol-ngobrol”

Page 71: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

JADWAL AKTIVITAS HARIAN

Nama : Tn. S Diagnosa medis : Skizofrenia Residual

Umur : 46 Tahun Diagnosa Kep : Konfusi akut

Hari ke : 1 Ruangan : Asoka

Hari/

Tanggal Jam Kegiatan Harian

Dilakukan

Ya Tidak

Rabu,

11 Juli

2018

05:00 1. Sholat subuh √

06:00 2. Bersih-bersih ruangan √

06:30 3. Cuci baju √

07:00 4. Sarapan √

07:30 5. Cuci piring √

08:00 6. Senam Pagi *

08:30 7. Menyapu √

09:00 8. Mandi √

10:00 9. Santai/ berbicang-bincang √

10:30 10. Makan selingan (snack) √

11:00 11. Nonton Televisi √

11:30 12. Makan siang √

11:55 13. Minum obat √

12:00 14. Sholat dzuhur √

13:00 15. Istirahat / berbincang-bincang √

14:00 16. Tidur siang √

15:30 17. Sholat ashar √

16:00 18. Bercakap-cakap / Nonton televisi √

16:30 19. Makan sore √

17:30 20. Cuci piring √

18:00 21. Sholat magrib √

18:50 22. Nonton Tevevisi √

18:15 23. Sholat Isya √

20:00 24. Tidur malam √

Keterangan : * = dilakukan setiap hari jumat.

Lampiran 5

Page 72: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

JADWAL AKTIVITAS HARIAN

Nama : Tn. S Diagnosa medis : Skizofrenia Residual

Umur : 46 Tahun Diagnosa Kep : Konfusi akut

Hari ke : 2 Ruangan : Asoka

Hari/

Tanggal Jam Kegiatan Harian

Dilakukan

Ya Tidak

Rabu,

12 Juli

2018

05:00 25. Sholat subuh √

06:00 26. Bersih-bersih ruangan √

06:30 27. Cuci baju √

07:00 28. Sarapan √

07:30 29. Cuci piring √

08:00 30. Senam Pagi *

08:30 31. Menyapu √

09:00 32. Mandi √

10:00 33. Santai/ berbicang-bincang √

10:30 34. Makan selingan (snack) √

11:00 35. Nonton Televisi √

11:30 36. Makan siang √

11:55 37. Minum obat √

12:00 38. Sholat dzuhur √

13:00 39. Istirahat / berbincang-bincang √

14:00 40. Tidur siang √

15:30 41. Sholat ashar √

16:00 42. Bercakap-cakap / Nonton televisi √

16:30 43. Makan sore √

17:30 44. Cuci piring √

18:00 45. Sholat magrib √

18:50 46. Nonton Tevevisi √

18:15 47. Sholat Isya √

20:00 48. Tidur malam √

Keterangan : * = dilakukan setiap hari jumat.

Page 73: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

JADWAL AKTIVITAS HARIAN

Nama : Tn. S Diagnosa medis : Skizofrenia Residual

Umur : 46 Tahun Diagnosa Kep : Konfusi akut

Hari ke : 3 Ruangan : Asoka

Hari/

Tanggal Jam Kegiatan Harian

Dilakukan

Ya Tidak

Rabu,

13 Juli

2018

05:00 49. Sholat subuh √

06:00 50. Bersih-bersih ruangan √

06:30 51. Cuci baju √

07:00 52. Sarapan √

07:30 53. Cuci piring √

08:00 54. Senam Pagi * √

08:30 55. Menyapu √

09:00 56. Mandi √

10:00 57. Santai/ berbicang-bincang √

10:30 58. Makan selingan (snack) √

11:00 59. Nonton Televisi √

11:30 60. Makan siang √

11:55 61. Minum obat √

12:00 62. Sholat dzuhur √

13:00 63. Istirahat / berbincang-bincang √

14:00 64. Tidur siang √

15:30 65. Sholat ashar √

16:00 66. Bercakap-cakap / Nonton televisi √

16:30 67. Makan sore √

17:30 68. Cuci piring √

18:00 69. Sholat magrib √

18:50 70. Nonton Tevevisi √

18:15 71. Sholat Isya √

20:00 72. Tidur malam √

Keterangan : * = dilakukan setiap hari jumat.

Page 74: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

JADWAL AKTIVITAS HARIAN

Nama : Tn. S Diagnosa medis : Skizofrenia Residual

Umur : 46 Tahun Diagnosa Kep : Konfusi akut

Hari ke : 4 Ruangan : Asoka

Hari/

Tanggal Jam Kegiatan Harian

Dilakukan

Ya Tidak

Rabu,

14 Juli

2018

05:00 73. Sholat subuh √

06:00 74. Bersih-bersih ruangan √

06:30 75. Cuci baju √

07:00 76. Sarapan √

07:30 77. Cuci piring √

08:00 78. Senam Pagi *

08:30 79. Menyapu √

09:00 80. Mandi √

10:00 81. Santai/ berbicang-bincang √

10:30 82. Makan selingan (snack) √

11:00 83. Nonton Televisi √

11:30 84. Makan siang √

11:55 85. Minum obat √

12:00 86. Sholat dzuhur √

13:00 87. Istirahat / berbincang-bincang √

14:00 88. Tidur siang √

15:30 89. Sholat ashar √

16:00 90. Bercakap-cakap / Nonton televisi √

16:30 91. Makan sore √

17:30 92. Cuci piring √

18:00 93. Sholat magrib √

18:50 94. Nonton Tevevisi √

18:15 95. Sholat Isya √

20:00 96. Tidur malam √

Keterangan : * = dilakukan setiap hari jumat.

Page 75: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 76: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 77: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 78: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 79: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 80: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 81: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 82: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 83: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 84: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 85: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 86: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 87: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 88: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 89: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 90: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 91: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 92: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 93: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …
Page 94: PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA PASIEN …

DOKUMENTASI

Gambar 1: Membagikan makan siang

Gambar 2: Memberi makan pasien