bab ii tinjauan pustaka a. konsep teori okupasi aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/nurul...

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas Menggambar 1. Pengertian Terapi okupasi adalah bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat atau pasien yang mengalami gangguan fisik atau mental dengan menggunakan latian/aktivitas mengerjakan sasaran yang terseleksi (okupasi) untuk meningkatkan kemandirian (World Federation of Occupation Therapy, 2010). Terapi menggambar adalah bentuk psikoterapi yang menggunakan media seni untuk berkomunikasi. Media seni dapat berupa pensil , kapur bewarna, warna, cat, potongan-potongan kertas dan tanah liat (Adriani & Satiadarma, 2011). Terapi menggambar selain untuk penyembuhan juga dapat untuk meningkatkan kreativitass pasien. Menurut The British Association of Art Therapist (2018) mendefinisikan Art therapy sebagai suatu bentuk psikoterapi yang menggunakan media seni sebagai cara utama ekspresi dan komunikasi. Art therapy atau terapi menggambar telah banyak di lingkungan medis, salah satunya untuk pengobatan penyakit gangguan jiwa seperti halusinasi. Melalui terapi ini pasien dapat melepaskan emosi, mengekspresikan diri melalui cara- cara non verbal dan membangun komunikasi . 2. Manfaat Tujuan terapi menggambar pada dasarnya adalah salah satu penyembuhan. Terapi menggambar ini bermanfaat bagi pasien agar pasien dapat melepaskan emosi, Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Upload: others

Post on 08-Sep-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas Menggambar

1. Pengertian

Terapi okupasi adalah bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat

atau pasien yang mengalami gangguan fisik atau mental dengan menggunakan

latian/aktivitas mengerjakan sasaran yang terseleksi (okupasi) untuk

meningkatkan kemandirian (World Federation of Occupation Therapy, 2010).

Terapi menggambar adalah bentuk psikoterapi yang menggunakan media seni

untuk berkomunikasi. Media seni dapat berupa pensil , kapur bewarna, warna,

cat, potongan-potongan kertas dan tanah liat (Adriani & Satiadarma, 2011).

Terapi menggambar selain untuk penyembuhan juga dapat untuk meningkatkan

kreativitass pasien. Menurut The British Association of Art Therapist (2018)

mendefinisikan Art therapy sebagai suatu bentuk psikoterapi yang

menggunakan media seni sebagai cara utama ekspresi dan komunikasi. Art

therapy atau terapi menggambar telah banyak di lingkungan medis, salah

satunya untuk pengobatan penyakit gangguan jiwa seperti halusinasi. Melalui

terapi ini pasien dapat melepaskan emosi, mengekspresikan diri melalui cara-

cara non verbal dan membangun komunikasi .

2. Manfaat

Tujuan terapi menggambar pada dasarnya adalah salah satu penyembuhan.

Terapi menggambar ini bermanfaat bagi pasien agar pasien dapat melepaskan emosi,

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

mengekspresikan diri, mengurangi stress, media untuk membangun

komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan jiwa.

3. Mekanisme Kerja Terapi Menggambar

a) Penyembuhan pribadi. Terapi seni bisa membantu memahami perasaan pribadi

dengan mengenali dan mengatasi kemarahan, kekesalan dan emosi-emosi

lainnya. Terapi ini bisa membantu menyegarkan kembali semangat pasien.

b) Pencapaian pribadi. Menciptakan sebuah karya seni bisa membangun rasa

percaya diri dan memelihara rasa cinta dan menghargai diri sendiri.

c) Menguatkan. Terapi seni bisa membantu menggambarkan emosi dan ketakutan

yang tidak bisa Anda ungkapkan dengan kata-kata. Dengan cara ini, pasien

lebih bisa mengontrol perasaan-perasaan.

d) Relaksasi dan meredakan stres. Stres kronis bisa membahayakan baik tubuh

maupun pikiran. Terapi menggambar bisa digunakan sebagai penanganan

tunggal atau dipadukan dengan teknik relaksasi lainnya untuk meredakan stres

dan kecemasan.

e) Meredakan sakit. Terapi seni juga bisa membantu Anda mengatasi rasa sakit.

Terapi ini bisa digunakan sebagai terapi pelengkap untuk mengobati pasien

yang sakit.

4. Hormon Yang Berperan

Hormon yang berperan dalam terapi menggambar adalah hormon

oksitosin. Hormon yang juga dikenal sebagai hormon cinta ini dipercaya

berperan penting dalam tingkah laku manusia. Hormon oksitosin berada dalam

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

hipotolamus pada otak. Hormon tersebut dikeluarkan oleh kelenjar pituitari

yang terletak di dasar otak. Dampak oksitosin pada tingkah laku dan respon

emosi juga terlihat dalam membangun ketenangan, kepercayaan, dan stabilitas

psikologi. Oksitosin juga dianggap sebagai obat ajaib yang dapat membantu

meningkatkan perasaan positif serta kecakapan sosial. Cara supaya hormon

oksitosin dapat meningkat adalah melakukan kegiatan, karena oksitosin dalam

darah akan meningkat yang juga akan bermanfaat bagi seluruh kesehatan

tubuh. Dengan melakukan kegiatan , pasien halusinasi diharapkan akan

mengurangi gejala dari halusinasi tersebut.

5. Prosedur Terapi Menggambar

Menurut Wahyu (2012) tahapan terapi menggambar antara lain :

TUJUAN

a. Pasien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar

b. Pasien dapat memberi makna gambar

c. Pasien dapat melakukan aktivitas terjadwal untuk mengurangi halusinasi

PERSIAPAN ALAT

a. Buku Gambar

b. Pensil

c. Pensil warna

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

TABEL 2.1 SOP TERAPI MENGGAMBAR

A PERSIAPAN (5 Menit) 1 Membuat kontrak dengan klien 2 Mempersiapkan alat dan tempat B ORIENTASI (5 Menit) 1 Mengucapkan salam terapeutik 2 Menanyakan perasaan klien hari ini 3 Menjelaskan tujuan kegiatan 4 Menjelaskan aturan main :

a.Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir b.Bila ingin keluar harus meminta izin c.Lama kegiatan 35 menit

C KERJA (20 Menit) 1 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu menggambar dan

menceritakan tentang hasil gambarnya 2 Membagikan kertas, pensil, pensil warna, krayon kepada klien 3 Menjelaskan tema gambar yaitu menggambar sesuatu yang disukai atau

perasaan saat ini 4 Setelah selesai menggambar terapis mempinta klien untuk menjelaskan

gambar apa dan makna gambar yang telah dibuat 5 Terapis memberikan pujian kepada klien setelah klien selesai menjelaskan

isi gambarnya D TERMINASI (5 Menit) 1 Evaluasi

1.Menanyakan perasaan klien setelah melakukan tindakan 2.Terapis memberikan pujian pada klien

2 Rencana tindak lanjut: Terapis menuliskan kegiatan menggambar pada tindakan harian klien

3 Kontrak yang akan datang 1.Menyepakati tindakan terapi menggambar yang akan datang 2.Menyepakati waktu dan tempat 3.Berpamitan dan mengucapkan salam

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek tanpa adanya

rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indra.

Halusinasi merupakan suatu gelaja gangguan jiwa yang seseorang mengalami

perubahan sensori persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara,

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

penglihatan, perabaan dan penciuman. Seseorang merasakan stimulus yang

sebetulnya tidak ada. (Yusuf, Rizki & Hanik, 2015).

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien

memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau

rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara

padahal tidak ada orang yang lagi berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010).

Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau stimulus yang datang

disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus

tersebut (Nanda-1, 2012). Dalam asuhan keperawatan pada pasien halusinasi

terdapat beberapa tahapan antara lain :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dalam proses

keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan

masalah. Pengkajian yang dilakukan pada pasien halusinansi meliputi data:

a. Faktor predisposisi menurut Yosep (2011) :

1) Faktor perkembangan

Perkembangan klien yang terganggu misalnya kuranganya mengontrol

emosi dan keharmonisan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah

frustasi hilang percaya diri.

2) Faktor sosialkultural

Seseorang yang merasa tidak terima di lingkungan sejak bayi akan

membekas di ingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa di singkirkan,

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

kesepian dan tidak percaya pada lingkunganya.

3) Faktor biokimia Adanya stress yang berlebihan yang di alami oleh seseorang maka di

dalam tubuhnya akan di hasilkan suatu zat yang dapat bersifat

halusinogenik neurokimia sehingga menjadi ketidak seimbangan asetil

kolin dan dopamine.

4) Faktor psikologis Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah

terjerumus pada penyelah guna zat adaptif. Klien lebih memilih

kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam nyata.

5) Pola genetik dan pola asuh Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan

yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor presipitasi

Penyebab halusinasi dapat di lihat dari lima dimensi menurut (Yosep, 2011).

1) Dimensi fisik

Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti

kelelahan yang luar biasa, pengguanaan obat-obatan, demam hingga

delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan waktu tidur dalam waktu yang

lama.

2) Dimensi emosional Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak

dapat di atasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

halusinasi dapat berupa printah memaksa dan menakutkan. Klien tidak

sanggup lagi menentang perintah tersebut sehingga dengan kondisi

tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

3) Dimensi Intelektual Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan

halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada

awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan

implus yang menekan, namum merupakan suatu hal yang menimbulkan

kewaspadaan yang dapat mengembil seluruh perhatian klien dan tidak

jarang akan mengontrol semua perilaku klien.

4) Dimensi sosial Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu

sangatlah membahayakan, klien asik dengan halusinasinya. Seolah-olah

dia merupakan tempat akan memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,

kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata. Isi

halusinasi di jadikan system kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika

sistem halusinasi berupa ancaman, dirinya maumpun orang lain.

5) Dimensi spiritual

Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna,

hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk

menysucikan diri. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya

menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang

menyebabkan takdirnya memburuk.

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

c. Manifestasi Klinis

1. Bicara , senyum dan tertawa sendiri

2. Menarik diri, menghindar dari orang lain

3. Tidak dapat membedakan antara yang nyata dan tidak nyata

4. Tidak dapat memusatkan perhatian

5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya)

6. Ekspresi muka tegang , mudah tersinggung (Keliat,2005)

d. Jenis Halusinasi

Menurut Yusuf (2015) jenis halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu: a. Halusinasi pendengaran (audiktif, akustik)

Paling sering di jumpai dapat beruba bunyi mendenging atau bising yang

tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering mendengar sebuah kata atau kalimat

yang bermakna. Biasanya suara tersebut di tunjukan oleh penderita sehingga

penderita tidak jarang bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.

Suara tersebut dapat di rasakan dari jauh atau dekat, bahkan mungkin

datang dari tiap tubuh nya sendiri. Suara bisa menyenangkan, menyuruh

berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki atau

bahkan menakutkan dan kadang- kadang mendesak atau memerintah untuk

berbuat sesuatu seperti membunuh atau merusak.

b. Halusinasi penglihatan (Visual, optik)

Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organic). Biasanya

muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut

akibat gambaran-gambaran yang mengerikan atau tidak menyenangkan.

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

c. Halusinasi penciuman (olfaktorik)

Halusinasi ini biasanya mencium sesuatu bau tertentu dan merasakan

tidak enak, melambungkan rasa bersalah pada penderita. Bau ditambah

dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu

kombinasi moral.

d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)

Walaupun jarang terjadi biasanya bersamaan dengan halusinasi

penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gustorik lebih

jarang timbang halusinasi gustatorik.

e. Halusinasi raba (taktil)

Merasa diraba, disentuh, ditiup atau merasa ada sesuatu yang bergerak di

bawah kulit. Terutama pada skizofrenia.

e. Tahapan Halusinasi

Menurut Kusumawati dan Hartono (2010), tahapan halusinasi terdiri dari

4 fase yaitu:

a. Fase I (Comforting)

Comforting disebut juga fase menyenangkan, pada tahapan ini masuk

dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik dari fase ini klien mengalami

stress, cemas, perasaan perpisahan, perasaan rasa bersalah, kesepian yang

memuncak, dan tidak dapat di selesaikan. pada fase ini klien berperilaku

tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir tanpa suara,

pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asik dengan

hausinasinya dan suka menyendiri.

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

b. Fase II (Conndeming) Pengalaman sensori menjijihkan dan menakutkan termasuk dalam

psikotik ringan. karakteristik klien pada fase ini menjadi pengalaman sensori

menjijihkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun dan berfikir

sendiri menjadi dominan, mulai merasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien

tidak ingin orang lain tau dan klien ingin mengontrolnya. Perilaku klien pada

fase ini biasanya meningkatkan tanda tanda system syaraf otonom seperti

peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, klien asyik dengan

halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realita.

c. Fase III (Controling)

Controlling disebut juga ansietas berat, yaitu pengalaman sensori

menjadi berkuasa. Karakteristik klien meliputi bisikan, suara, bayangan, isi

halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Tanda-tanda

fisik berupa berkeringat, tremor, dan tidak mampu memenuhi perintah.

d. Fase IV (Conquering)

Conquering disebut juga fase panik yaitu klien lebur dengan

halusinasinya termasuk dalam psikorik berat. Karakteristik yang muncul pada

klien meliputi halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah dan

memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control dan tidak

dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan lingkunga.

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

e. Rentang Respon

GAMBAR 2.1 RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif

a. Pikiran logis

b. Persepsi akurat

c. Emosi konsistensi

dengan

Pengalaman

d. Perilaku cocok

e. Hubungan social

humoris

a. proses pikir terganggu

b. Ilusi

c. Emosi berlebihan

d. Perilaku yang

tidak biasa

e. Menarik diri ,

a. Waham, Halusinasi

b. Kerusakan

proses emosi

c. Perilaku

tidak

terorganisasi

d. Isolasi sosial

1. Respon adaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut (Yusuf,

Rizki & Hanik, 2015) Meliputi :

a. Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat di terima

akal.

b. Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang sesuatau

peristiwa secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.

c. Emosi konsisten dengan pengalaman berupa ke mantepan perasaan

jiwa yang timbul sesuai dengan peristiwa yang pernah di alami.

d. Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

dengan individu tersebut di wujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan

yang tidak bertentangan denagn moral.

e. Hubungan sosial dapat di ketahui melalui hubungan seseorang dengan

orang lain dalam pergaulan di tengah masyarakat.

2. Respon maladaptif

Respon maladaptif berdasarkan rentang respon halusinasi

menurut (Yusuf, Rizki & Hanik, 2015) meliputi :

a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh di pertahankan

walaupun tidak di yakini oleh orang lain dan bertentangan dengan

kenyataan sosial.

b. Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang

salah terhadap rangsangan.

c. Tidak mampu mengontrol emosi berupa ketidak mampuan atau

menurunya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan,

keakraban, dan kedekatan.

d. Ketiak teraturan perilaku berupa ketidak selarasan antara perilaku dan

gerakan yang di timbulkan.

e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang di alami oleh individu

karna orang lain menyatakan sikap yang negativ dan mengancam.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan data dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian

yang beresiko mengalami gangguan jiwa (keliat, 2010). Diagnosa keperawatan

merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan klien mencangkup baik

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

respon sehat adatif maupun maladaptive serta stresor yang menunjang

(Kusumawati & Hartono, 2010). Menurut teori keliat (2010) diagnosa

keperawatan halusinasi ada 4 yaitu : Resiko perilaku kekerasan, gangguan

persepsi sensori : Halusinasi, isolasi sosial dan harga diri rendah.

a. Akibat : Resiko perilaku kekerasan

b. Masalah utama : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

c. Penyebab :Isolasi sosial : menarik diri,

POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Isolasi Sosial

gambar 2.2 pohon masslsh

3. Tindakan Keperawatan

Setelah diagnosis keperawatan ditegakan , perawat melakukan tindakan

keperawatan kepada pasien. Tindakan keperawatan pasien halusinasi , yaitu

sebagai berikut:

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Problem

Cause

Effect

(Keliat, 2010)

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

a. Tujuan Keperawatan :

a) Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya

b) Pasien dapat mengontol halusinasinya

c) Pasien mengikuti progam pengobatan secara optimal

b. Tindakan keperawatan

a) Bantu pasien mengenali halusinasi

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat berdiskusi

dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar, dilihat, atau dirasa),

waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang

menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul.

b) Melatih pasien mengontrol halusinasi

Terdapat empat cara untuk mengontrol halusinasi , keempat cara

mengontrol halusinasi adalah sebagai berikut :

1. Menghardik halusinasi

Menghardik adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan

cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak

terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya.

Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak

mengikuti halusiansi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada, tetapi

dengan kemampuan ini, pasien tidak akan larut menuruti halusinasinya.

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

Berikut ini tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam mengajarkan

pasien :

a. Menjelaskan cara menghardik halusinasi

b. Memeragakan cara menghardik

c. Meminta pasien meragakan ulang

d. Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku pasien

2. Bercakap-cakap dengan orang lain

Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol

halusinasi. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi distraksi.

Fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang

dilakukan dengan orang lain.

3. Melakukan aktivitas terjadwal

Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan

menyibukan diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara

terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang

sering kali mencetuskan halusinasi. Oleh karena itu, halusinasi dapat dikontrol

dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam.

Tahapan intervensi perawat dalam memberikan aktivitas yang terjadwal , yaitu:

a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi

halusinasi

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien

c. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah

dilatih.

d. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan motivasi

terhadap perilaku pasien yang positif.

4. Minum obat secara teratur

Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien harus

dilatih untuk meminum obat secara teratur sesuai dengan progam terapi dokter.

Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusumawati & Hartono (2010)

adalah:

a. Anti psikotik

Jenis: Clorpromazin , Haloperidol

Mekanisme kerja : Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak sebagai

penenang, penurunan aktifitas motoric, mengurangi insomnia, sangat efektif

untuk mengatasi: delusi, halusinasi, ilusi, dan gangguan proses berfikir.

Efek samping :

1)Gejala ekstrapiramidal seperti berjalan menyeret kaki, postur condong

kedepan, banyak keluar air liur, wajah seperti topeng, sakit kepala dan

kejang.

2)Gastrointestinal seperti mulut kering, anoreksia, mual, muntah, berat

badan bertambah.

3)sering berkemih,retensi urine, hipertensi, anemia,dan dermatitis.

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

b. Anti Ansietas

Jenis: Atarax,Diazepam

Mekanisme kerja : Meradakan ansietas atau ketegangan yang

berhubungan dengan situasi tertentu.

Efek samping:

1)Pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor,letih,depresi,

sakit kepala, ansietas, insomnia, bicara tidak jelas.

2)Anoreksia, mual, muntah, diare, kontipasi, kemerahan, dan gatal- gatal

c. Anti Depresan

Jenis: Elavil,asendin,anafranil, norpamin, ainequan, tofranil,ludiomil,

pamelor, vivacetil, surmontil.

Mekanisme kerja : Mengurangi gejala depresi, penenang.

Efek samping :

1)Tremor,gerakantersentak-sentak, ataksia, kejang, pusing, ansietas, lemas,

dan insomnia.

2)pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, kram abdomen, diare,

hepatitis, icterus

3)retensi urine, perubahan libido, disfungsi ereksi.

d.Anti Manik

Jenis: Lithoid, klonopin, lamictal

Mekanisme kerja : Menghambat pelepasan scrotonin dan mengurangi

sensitivitas reseptor dopamine

Efek samping : sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori,

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas ...repository.ump.ac.id/9121/3/Nurul Ramadhani BAB II.pdf · komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan

suara tidak jelas, otot lemas, hilang koordinasi.

e.Anti Parkinson

Jenis: Levodova, trihexpenidyl

Mekanisme kerja : Meningkatkan reseptor dopamine untuk mengatasi gejala

parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik, menurunkan ansietas,

irritabilitas.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tahap keempat dari proses

keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan,

rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosa yang cepat, intervensi

diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung

dan meningkatkam status kesehatan klien.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses penilaian bersinambungan tentang pengaruh

intervensi keperawatan dan progam pengobatan terhadap status kesehatan

pasien dan hasil kesehatan yang diharapkan. (Stuart, 2013). Proses evaluasi

dapat dilakukan setelah terapi menggambar yang diberikan pada pasien

maupun pada akhir kegiatan. Alat ukur yang digunakan yaitu wawancara

langsung secara terstruktur. wawancara dalam hal ini antara lain, tentang jenis

halusinasi, isi halusinasi, waktu, frekuensi, serta mengkaji respon pasien

setelah melakukan tindakan keperawatan.

Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019