penentuan titik beku larutan
DESCRIPTION
fisika farmasiTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PENENTUAN TITIK BEKU LARUTAN
Dosen Pengampu: Dr.Kartimi,M.Pd
Oleh:
Nama : Ahmadun
NIM : 1413163049
Kelas : Biologi C
Kelompok : V (Lima)
Asprak : Diana Yulianti
Rina Rahmawati
PUSAT LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN TADRIS IPA BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013
PENENTUAN TITIK BEKU LARUTAN
A. Tujuan
1. Menentukan penurunan titik bekusuatu larutan belerang dalam naftalen
2. Menentukan penurunan titik beku larutan belerang
B. Dasar Teori
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik
beku larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut.
Titik beku pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 0oC. dengan adanya
zat terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka titik
beku larutan ini tidak akan sama dengan 0oC melainkan akan menjadi
lebih rendah di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya penurunan titik
beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain cairan
tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah (nilai
titik beku akan berkurang).
Apabila suatu zat dilarutkan dalam suatu pelarut, maka sifat larutan itu berbeda dari
sifat pelarut murni. Contohnya, larutan urea yang berbeda sifat dengan air murni biasa. Sifat-
sifat larutan yang ada, seperti rasa, warna, pH, dan kekentalan bergantung pada jenis dan
konsentrasi zat yang terlarut. Pengaruh jenis zat ya ng terlarut kecil sekali sejauh zat yang
terlarut itu tergolong nonelektrolit dan tidak mudah menguap. Sedangkan sifat-sifat yang tiak
bergantung pada jenis zat yang terlarut tetapi hanya pada konsentrasi partikelnya disebut
dengan sifat-sifat koligatif suatu larutan.
Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis larutan yang hanya tergantung pada jumlah
partikel zat terlarut dan tidak tergantung dari jenis zat terlarut. Banyaknya partikel dalam
larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
koligatif itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan elektrolit tidak sama dengan jumlah
larutan non elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama.
Pada larutan nonelektrolit seperti gula, sifat-sifat koligatif berbanding lurus dengan
molalitas larutan menurut hukum Raoult dan Henry. Larutan elektrolit memperlihatkan
penurunan titik beku lebih besar. Dalam larutan elektrolit terurai menjadi ion-ion sehingga
molalitas pertikel menjadi bertambah. Meskipun jumlah partikel dalam larutan elektrolit
bertambah besar, tetapi perubahan sifat-sifat koligatif larutan tidak sebanding dengan
perhitunagn jumlah partikel. Hal ini disebabkan terjadinya gaya tarik menaik antarionik. Ion-
ion yang bermuatan positif tidak sepenuhnya merupakan satuan-satuan bebas. Setiap ion
positif dari larutan akan dikelilingi oleh ion negatif, begitu pula sebaliknya.
Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan oleh kebersamaan jumlah partikel dan bukan
ukurannya. Zat terlarut mempengaruhi sifat larutan dan besar pengaruh itu bergantung pada
jumlah partikel. Sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul dari
zat terlarut. Penurunan titik beku dari suatu larutan,Tf berbanding lurus dengan konsentrasi
molal (m) dari suatu larutan. Setiap pelarut mempunyai konstanta tertentu yang besarnya
penurunan tiitk beku larutan begantung pada konsentrasi zat terlarut. Semakin berat larutan,
maka semakin rendah titk bekunya dan perubahannya hampir sebanding dengan perubahan
konsentrasi. Penurunan titik beku juga bergantung pada jumlah pertikel zat terlarut dalam
larutan.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Gelas kimia
b) Termometer 100°C
c) Klem tiga jari
d) Statif
e) Pembakar sepiritus
f) Batang pengaduk
2. Bahan
a) Serbuk belerang
b) Naftalen
D. Langkah Kerja
1. Disiapkan naftalen neraca, lalu ditimbang higga didapatkan berat 1 gram
2. Kemudian naftalen ditimbang dan dimasukan ke dalam tabung reaksi
3. Tabung reaksi dijepit dengan statif tepat diatas gelas kimia yang sudah ditambahkan
air 50 ml yang dipanaskan dengan pembakar sepirtus
4. Larutan dipanaskan dalam suhu 85°C lalu di ukur dengan termometer hingga larutan
naftalen mencair
5. Setelah suhu berubah menjadi 85°C api dimatikan dan dihitung penurunan titik beku
naftalen tersebut
6. Diamati pada perubahannya
E. Hasil Pengamatan
1. Naftalena
Waktu
(menit)
Suhu sebelum sesudah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
44o
49o
53o
58o
64o
71o
76o
79o
84o
Airnyadingindannaftalenanyapadat Mencairpadasuhu 800C.
Bentuknyasesuaitempat.
Padamenitke 5 proses
pembentukan. Terdapat
Kristal di permukaan.
2. Naftalen + belerang
Waktu
(menit)
Suhu Sebelum Sesudah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
86o
83o
80o
78o
75o
70o
-
Naftalenbeku
Suhunya 40o
-
Titikbeku
-
Setelahditambahbelerangdengan
0,13 gr terdapat Kristal
berwarnahijau di
permukaantabungreaksi,
pembekuanmenjadiwarnahijau
Hasil perhitungan :
Tb pelarut / naftalen 75o
Massa naftalen : 1 gr
M belerang : 0,13 / 0,128 gram
Mr belerang : 32
Kf naftalen : 6,92
∆ Tb=kb .m
m= grmr
x1000
p
¿ 0,12832
x1000
1
∆ Tb=kb .m
= 27,68
∆ Tb=Tb pelarut−Tb larutan
27,68=75−Tb larutan
Tb larutan=75−27,68
= 47,32
Grafik penurunan titik beku Naftalena
1 2 3 4 5 60
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
waktusuhu
Grafik penurunan titik beku Naftalena + belerang
1 2 3 4 5 60
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
waktusuhu
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengamati tentang penurunan titik beku pada larutan naftalen
dan belerang. Larutan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya. Salah satu sifat
penting dari suatu larutan adalah penurunan titik beku. Titik beku adalah temperatur tetap
dimana suatu zat tepat mengalami perubahan wujud dari cair ke padat. Setiap zat yang
mengalami pembekuan memiliki tekanan 1 atm. Keberadaan partikel-partikel zat pelarut
mengalami proses pengaturan molekul-molekul dalam pembentukan susunan kristal padat,
sehingga diperlukan suhu yang lebih rendah untuk mencapai susunan kristal padat dari fasa
cairnya. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya penurunan titik beku suatu larutan yang
keadaannya ditambahkan zat terlarut. Faktor- faktor yang mempengaruhi kelarutan
diantaranya tekanan, temperatur, dan luas penampang. Semakain tinggi tekanan dan
temperatur maka semakin cepat suatu larutan untuk bereaksi. Sebaliknya, semakin kecil luas
permukaan zat terlarut, maka semakin cepat bereaksi
Percobaan pertama pada larutan naflaten yang di masukan kedalam tabung reaksi
yang sudah ditimbang 1 gram,tabung reaksi tersebut di rekatkan dengan setatif dan di tabung
reaksi timasukan kedalam gelas kimia yang sudah di panas kan air dengan suhu 85°C dengan
mengunakan pembakan sepirtus untuk mengetahui suhu dalam gelas kimia 85°C harus
menggunakan terometer. Setelah suhu mencapai 85°C api di matikan dan di hitung
penurunan titik beku permenit dengan stop wacah serta termometer hingga larutan naftalen
yang awalnya sudah mencair sampai larutan tersebut membeku lagi. Hal ini sesuai dengan
teori penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada
konsentrasi partikel dalam larutan. Oleh karena itu, penurunan titik beku tergolong sifat
koligatif.
Percobaan terakhir pada larutan belerang. Awalnya naftalen dicairkan kembali pada
suhu 40°C kemudian ditiambahkan belerang dan diaduk dengan mengguanakan sepatula,
dihitung penurunan titik beku setiap menit dan titik bekunya terjadi pada menit ke 5 yaitu
pada suhu 75°C. Titik beku terjadi pada menit ke 6 yaitu pada suhu 70°C
G. Kesimpulan
1. Proses terjadinya penurunan titik beku dikarenakan adanya perubahan dari tekanan
uap, biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut lain maka titik bekunya
akan berubah (nilai titik beku akan berkurang).
2. bahwa penambahan zat terlarut pada suatu pelarut murni
akanmenyebabkan turunnya suhu titik beku dari pelarut murni
tersebut ( Larutan akanmemiliki titik beku lebih rendah
dibandingkan titik beku pelarut murni ).
3. Semakin banyak waktu pada uji coba maka semakin rendah titik beku yang dihasilkan
4. Faktor-faktor yang
mempengaruhititikbekudanpenurunantitikbekuialahjumlahkonsentrasimolaldansifatlar
utan (elektrolitdan non-elektrolit).
Daftar Pustaka
Anonim, 2010. Penurunan titik beku larutan. http:// lovekimiabanet.blogspot.com. diakses
pada tanggal 13 Desember 201 pukul 14:00 WIB.
Harnanto, ari dan Ruminten. 2009. Kimia. Penerbit : pusat perbukuan Depdiknas. Jakarta.