penentuan kondisi optimum esterifikasi gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/renny anita...

58
Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan Asam Suksinat Secara Enzimatis SKRIPSI oleh: RENNY ANITA 155090201111025 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan

Asam Suksinat Secara Enzimatis

SKRIPSI

oleh:

RENNY ANITA

155090201111025

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

Page 2: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

i

Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan

Asam Suksinat Secara Enzimatis

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains dalam bidang Kimia

oleh:

RENNY ANITA

155090201111025

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

Page 3: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

ii

Page 4: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

iii

Page 5: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

iv

Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan Asam

Suksinat Secara Enzimatis

ABSTRAK

Esterifikasi antara gliserol dengan asam suksinat dapat

dilakukan secara enzimatis. Pada penelitian ini digunakan lipase amobil dari Candida rugosa. Tujuan penelitian ini adalah

menentukan kondisi optimum pada pengaruh waktu, suhu, dan rasio

mol reaksi esterifikasi gliserol dan asam suksinat terhadap ester yang dihasilkan menggunakan lipase amobil serta melakukan identifikasi

dan karakterisasi ester suksinil gliserol yang dihasilkan. Pada reaksi

esterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi

esterifikasi. Variasi waktu reaksi dilakukan pada (6, 12 ,18, 24, dan 30) jam, untuk variasi suhu reaksi dilakukan pada (30, 35, 45, 50,dan

55)0C dan untuk variasi rasio mol perbandingan antara asam suksinat

dan gliserol dilakukan pada rasio (1:1; 1:2; 1:4; 1:6; dan 1:8) mmol. Identifikasi suksinil gliserol dianalisis menggunakan Fourier

Transform Infrared Spectrophotometry (FTIR) dan dikarakterisasi

dengan penentuan nilai Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum reaksi esterifikasi

gliserol dengan asam suksinat dicapai pada waktu 30 jam, suhu 50°C

dan rasio asam suksinat dengan gliserol (1:1) mmol dengan nilai

konversi sebesar 8,10%. Hasil identifikasi menggunakan FTIR menunjukkan adanya serapan pada bilangan gelombang 1730 cm-1

dan 1203 cm-1 yang secara berturut menunjukkan adanya gugus C=O

ester dan gugus C-O ester. Hasil karakterisasi suksinil gliserol dengan penentuan nilai HLB diperoleh nilai sebesar 22,34 yang

menunjukkan bahwa ester suksinil gliserol berada pada rentang

maksimum nilai HLB dan termasuk kedalam jenis emulsifier oil in water (O/W).

Kata kunci : asam suksinat, esterifikasi, gliserol, Hidrophilic-

Lipophilic Balance (HLB), suksinil gliserol.

Page 6: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

v

Determination of Optimal Conditions for Esterification of

Glycerol with Succinic Acid Enzymatically

ABSTRACT

Esterification between glycerol and succinic acid can be carried

out enzymatically. The esterification uses immobilized lipases from Candida rugosa as a biocatalyst. The purpose of this study was to

determine the optimum conditions on the reaction time, temperature,

and mole ratio of esterification of glycerol and succinic acid on the esters produced using immobilized lipases and to identify and

characterize the produced succinyl glycerol esters. In this

esterification reaction were carried out on variation of reaction time

(6, 12, 18, 24, and 30) hours, temperature (30, 35, 45, 50, and 55) 0C and mole ratio of succinic acid and glycerol (1:1; 1:2; 1:4; 1:6; and

1:8) mmol. Identification of succinyl glycerol was analyzed using

Fourier Transform Infrared Spectrophotometry (FTIR) and characterized by determining the value of Hidrophilic-Lipophilic

Balance (HLB). The results showed that the optimum conditions for

the esterification of glycerol with succinic acid were reached at 30 hours, 50 0C and the ratio of succinic acid and glycerol (1:1) mmol

with a conversion value of 8.10%. The results of the identification

using FTIR showed the absorption at wave numbers 1730 cm-1 and

1203 cm-1 which showed the presence of C=O ester groups and C-O ester groups respectively. The results of characterization of succinyl

glycerol with the determination of HLB values obtained a value of

22,34 which indicates that succinyl glycerol esters are in the maximum range of HLB values and included in the type of oil in

water (O/W) emulsifier.

Keywords: esterification, glycerol, Hidrophilic-Lipophilic Balance

(HLB), succinic acid, succinyl glycerol,

Page 7: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul Penentuan

Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan Asam Suksinat

Secara Enzimatis dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ucapan

terimakasih ditujukan kepada:

1. Dra. Anna Roosdiana, M.App.Sc selaku pembimbing I serta

dosen penasehat akademik dan Drs. Sutrisno, M.Si selaku

pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan,

saran, motivasi, perhatian dan doa yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Koeswiranto dan Ibu Supini selaku orang tua penulis,

Miftah Haq selaku adik penulis, serta segenap keluarga besar atas segala dukungan dan doa yang diberikan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Masruri, S.Si, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Kimia dan segenap staf pengajar Jurusan Kimia atas semua bimbingan,

bantuan, dan ilmu yang telah diberikan.

4. Seluruh pihak dan instansi yang membantu terselesaikannya

penelitian dan skripsi ini. 8. Kerabat satu kelompok penelitian Laboratorium Biokimia, Hera,

Salwa, Sarah dan Zahza atas semua bantuan, dukungan, dan

motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 9. Sahabat penulis, Zahza Fatika, Nurul Laily, Novia Anjelina,

Fitri Riska, Arda Rista, Ana Nur Aida, dan Ameliya Septarida

serta teman-teman Kimia 2015, khususnya Kimia C yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dan penyempurnaan sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang

membaca.

Malang, Juni 2019

Penulis

Page 8: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ...................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................... iv

ABSTRACT .................................................................................. v

KATA PENGANTAR .................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................... ix

DAFTAR TABEL ......................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 3

1.3 Batasan Masalah .................................................................. 3

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 4

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 5

2.1 Emulsifier ........................................................................... 5

2.2Gliserol………………………………………………………..6

2.3 Asam Suksinat ..................................................................... 7

2.4 Esterifikasi ........................................................................... 8

2.5 Enzim Lipase ....................................................................... 9

2.6 Amobilisasi Enzim ............................................................. 10

2.7 Kitosan .............................................................................. 11

2.8 Fourier Transform Infrared Spectrophotometry (FTIR) ...... 12

2.9 Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB) ............................... 13

Page 9: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

viii

BAB III METODE PENELITIAN ..............................................15

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 15

3.2Alat dan Bahan Penelitian ................................................... 15

3.2.1 Alat penelitian ............................................................ 15

3.2.2 Bahan Penelitian......................................................... 15

3.3 Tahapan Penelitian ............................................................. 15

3.4 Prosedur Kerja ................................................................... 16

3.4.1 Preparasi Lipase Amobil............................................. 16

3.4.2 Esterifikasi Gliserol dengan Asam Suksinat ................ 16

3.4.3 Identifikasi dan Karakterisasi Suksinil Gliserol ........... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................19

4.1 Esterifikasi Gliserol dengan Asam Suksinat Menggunakan

Lipase Amobil .................................................................. 19

4.1.1 Pengaruh Waktu Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan

Asam Suksinat Terhadap Ester yang Dihasilkan ........... 21

4.1.2 Pengaruh Suhu Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan

Asam Suksinat Terhadap Ester yang Dihasilkan ........... 22

4.1.3 Pengaruh Rasio Mol Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan

Asam Suksinat Terhadap Ester yang Dihasilkan ........... 23

4.2 Identifikasi Suksinil Gliserol dengan Fourier Transform

Infrared Spectrophotometry (FTIR) .................................. 25

4.3 Karakterisasi Suksinil Gliserol dengan Penentuan Nilai

Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB) ............................. 26

BAB V PENUTUP .......................................................................27

5.1 Kesimpulan ........................................................................ 27

5.2 Saran .................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................29

LAMPIRAN .................................................................................33

Page 10: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Struktur Gliserol ..................................................... 6

Gambar 2.2 : Struktur Asam Suksinat ........................................ 7

Gambar 2.3: Reaksi Esterifikasi................................................... 8

Gambar 2.4: Struktur Kitosan ................................................... 12

Gambar 4.1: Mekanisme Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan

Asam Suksinat secara Enzimatis. ......................... 20

Gambar 4.2: Grafik hubungan antara variasi waktu reaksi

terhadap derajat esterifikasi pada suhu 500C dan

rasio asam suksinat : gliserol (1:1) mmol ............. 21

Gambar 4.3: Grafik hubungan antara variasi suhu reaksi

terhadap derajat esterifikasi pada waktu 30 jam

dan rasio asam suksinat : gliserol (1:1) mmol ...... 22

Gambar 4.4: Grafik hubungan antara variasi rasio mol asam

suksinat : gliserol terhadap derajat esterifikasi

pada waktu 30 jam dan suhu 500C ....................... 24

Gambar 4.5: Spektrum FTIR Suksinil Gliserol, Asam Suksinat

dan Gliserol. .......................................................... 25

Gambar D.1: Kurva baku HLB.................................................. 44

Page 11: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

x

DAFTAR TABEL

Tabel B.1: Pembakuan NaOH 0,25 M dengan Asam Oksalat ....35

Tabel C.1: Pengaruh waktu reaksi esterifikasi Gliserol dengan

Asam suksinat ............................................................ 38

Tabel C.2: ANOVA pengaruh waktu reaksi esterifikasi ............39

Tabel C.3: LSD pengaruh waktu reaksi esterifikasi ...................40

Tabel C.4: Pengaruh suhu reaksi esterifikasi Gliserol dengan

Asam suksinat ............................................................ 40

Tabel C.5: ANOVA pengaruh suhu reaksi esterifikasi...............41

Tabel C.6: LSD pengaruh suhu reaksi esterifikasi .....................41

Tabel C.7 Pengaruh rasio mol esterifikasi Gliserol dengan Asam

suksinat ...................................................................... 42

Tabel C.8: ANOVA pengaruh rasio mol reaksi esterifikasi .......43

Tabel C.9: LSD pengaruh rasio mol reaksi esterifikasi ..............43

Tabel D.1: Data Kurva Baku HLB ..............................................44

Page 12: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Tahapan Penelitian ............................................... 33

Lampiran B. Perhitungan ........................................................... 34

B.1 Pembuatan 50 mL Asam Asetat Glasial 3%.....................34

B.2 Pembuatan 50 mL Larutan Natrium Tripolifosfat 3%...34

B.3 Pembuatan 50 mL Larutan Kitosan 2,5%........................34

B.4 Pembuatan 100 mL Larutan NaOH 0,25M……………..34

B.5 Pembakuan NaOH 0,25 M dengan Asam Oksalat……...35

B.6 Penentuan Persen Konversi Esterifikasi Gliserol dengan

Asam Suksinat……………………………………………36

Lampiran C. Analisis Data ......................................................... 38

Lampiran D. Karakterisasi Suksinil Gliserol dengan Penentuan

Nilai Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB)………44

Lampiran E. Gambar Penelitian ................................................ 45

Page 13: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gliserol adalah senyawa alkohol dengan tiga gugus hidroksil

alkohol yang bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol dapat diperoleh melalui reaksi transesterifikasi pada pembuatan biodiesel.

Gliserol yang diperoleh dari pembuatan biodiesel berupa gliserol

kasar dengan kemurnian yang masih rendah. Sehingga pemanfaatan

gliserol kasar dari hasil samping pembuatan biodiesel belum dapat dimanfaatkan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan pemurnian

gliserol kasar untuk meningkatkan nilai jual gliserol. Gliserol yang

telah dimurnikan dari hasil produksi biodiesel dapat dimanfaatkan sebagai emulsifier pada industri pangan, kosmetik dan industri kimia

[1].

Emulsifier merupakan bahan yang digunakan untuk

menstabilkan emulsi dan sebagai surfaktan. Prinsip emulsifier bergantung pada mekanisme emulsifikasi yang dapat menyebabkan

dua cairan yang tidak bercampur membentuk emulsi yang stabil[2].

Emulsifier merupakan molekul amfifilik, yang memiliki gugus hidrofilik atau gugus yang suka air dan memiliki gugus lipofilik atau

gugus yang suka lemak. Penggunaan emulsifier banyak diaplikasikan

didalam industri pangan dan non pangan, seperti dalam pembuatan keju, mentega, yogurt, hingga produk kosmetik seperti krim dan

lotion.

Emulsifier dapat diperoleh secara alami dan melalui sintesis.

Emulsifier alami umumnya berupa phospholipids, biosurfaktan, protein dan polisakarida. Emulsifier alami ini dapat diperoleh dari

membran sel hewan, tanaman dan mikroorganisme melalui proses

isolasi ataupun fermentasi [3]. Sedangkan untuk emulsifier sintetik dapat diproduksi melalui reaksi esterifikasi secara kimiawi ataupun

enzimatis. Emulsifier sintetik yang diproduksi melalui reaksi

esterifikasi secara kimiawi membutuhkan katalis anorganik dan suhu yang tinggi sehingga umumnya akan menghasilkan produk yang

berwarna gelap serta terbentuk bau yang tidak diinginkan.

Sedangkan emulsifier sintetik yang diproduksi melalui reaksi

esterifikasi secara enzimatis membutuhkan katalis enzim amobil dan

Page 14: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

2

suhu yang lebih rendah sehingga akan menghasilkan produk yang

memiliki kemurnian dan selektifitas yang lebih baik[4]. Esterifikasi merupakan reaksi antara suatu asam karboksilat dan

suatu alkohol yang menghasilkan produk berupa ester [5]. Reaksi

esterifikasi asam lemak dan suatu alkohol akan menghasilkan

monogliserida, digilserida, trigliserida dan produk samping berupa air. Reaksi esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

waktu reaksi, suhu reaksi, dan rasio kosentrasi zat pereaksi. Pada

penelitian sebelumnya yaitu esterifikasi antara selulosa dengan asam suksinat menggunakan lipase amobil Mucor miehei diperoleh kondisi

optimum pada waktu 24 jam, suhu 500C dan rasio konsentrasi

selulosa:suksinat sebesar 1:3 dengan derajat esterifikasi sebesar 1,44 [6]. Sedangkan pada esterifikasi selulosa dan asam suksinat dengan

lipase amobil Candida rugosa yang dilakukan pada waktu 24 jam,

suhu 500C dan rasio konsentrasi selulosa:suksinat sebesar 1:3

diperoleh derajat esterifikasi sebesar 1,3 [7]. Pada penelitian lainnya yaitu esterifikasi enzimatis gliserol dan asam lemak minyak kelapa

dengan lipase amobil Candida rugosa, rasio mol gliserol : asam

lemak minyak kelapa yang digunakan yaitu sebesar (1:2, 2:1, 3:1, dan 4:1) mol. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

persentase ester tertinggi dihasilkan pada rasio gliserol : asam lemak

(4:1) mol dengan persentase 55,4% [8]. Pada penelitian ini dilakukan reaksi esterifikasi gliserol dan asam

suksinat dengan katalis enzim lipase Candida rugosa yang

teramobilkan di dalam kitosan. Teknik amobilisasi enzim lipase

diperlukan agar enzim dapat digunakan secara berulang dan agar produk yang dihasilkan memiliki kemurnian yang cukup tinggi.

Penggunaan enzim lipase Candida rugosa sebagai katalis dipilih

karena lipase ini memiliki sifat katalis yang baik. Hal ini dibuktikan dalam sintesis ester perasa dari asam lemak rantai pendek atau

menengah dengan alkohol yang diperoleh produk ester mencapai

90% [9]. Penggunaan kitosan sebagai matriks dipilih karena kitosan

tidak bersifat toksik, dapat menstabilkan enzim dan memiliki hasil aktivitas katalitik yang tinggi [10].

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi optimum

esterifikasi gliserol dan asam suksinat dengan parameter berupa waktu, suhu dan rasio mol zat pereaksi. Produk ester yang dihasilkan

Page 15: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

3

pada kondisi optimum diidentifikasi menggunakan spektrofotometri

FTIR dan dikarakterisasi dengan penentuan nilai HLB. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan ester suksinil

gliserol pada kondisi optimum yang dapat digunakan sebagai bahan

baku emulsifier.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat diperoleh perumusan masalah

sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh waktu reaksi esterifikasi gliserol dan asam

suksinat terhadap ester yang dihasilkan menggunakan lipase

amobil? 2. Bagaimana pengaruh suhu reaksi esterifikasi gliserol dan asam

suksinat terhadap ester yang dihasilkan menggunakan lipase

amobil?

3. Bagaimana pengaruh rasio mol reaksi esterifikasi gliserol dan asam suksinat terhadap ester yang dihasilkan menggunakan

lipase amobil?

4. Bagaimana identifikasi dan karakter ester gliserol yang dihasilkan dari reaksi esterifikasi menggunakan lipase amobil

pada kondisi optimum ?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Enzim lipase yang digunakan berasal dari Candida rugosa. 2. Penentuan kadar asam suksinat ditentukan dengan titrasi

alkalimetri.

3. Parameter reaksi esterifikasi yang digunakan adalah waktu, suhu dan rasio mol gliserol dengan asam suksinat.

4. Identifikasi ester gliserol yang dihasilkan pada kondisi optimum

dianalisis dengan menggunakan spektrofotometri inframerah

(FTIR) dan dikarakterisasi dengan penentuan nilai HLB melalui metode bilangan air.

Page 16: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

4

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan pengaruh waktu reaksi esterifikasi gliserol dan

asam suksinat terhadap ester yang dihasilkan menggunakan

lipase amobil.

2. Menentukan pengaruh suhu reaksi esterifikasi gliserol dan asam suksinat terhadap ester yang dihasilkan menggunakan lipase

amobil

3. Menentukan pengaruh rasio mol reaksi esterifikasi gliserol dan asam suksinat terhadap ester yang dihasilkan menggunakan

lipase amobil.

4. Melakukan identifikasi dan karakterisasi ester gliserol yang dihasilkan dari reaksi esterifikasi menggunakan lipase amobil

pada kondisi optimum

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu diperoleh informasi mengenai

kondisi optimum, identifikasi dan karakter sintesis ester suksinil

gliserol yang dihasilkan.

Page 17: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Emulsifier

Emulsifier merupakan bahan yang digunakan untuk menstabilkan

emulsi dan sebagai surfaktan. Prinsip emulsifier bergantung pada mekanisme emulsifikasi yang dapat menyebabkan dua cairan yang

tidak bercampur membentuk emulsi yang stabil[2]. Emulsifier

merupakan molekul amfifilik, yang memiliki gugus hidrofilik atau gugus yang suka air dan memiliki gugus lipofilik atau gugus yang

suka lemak, sehingga dapat menyatukan dua senyawa yang berbeda

polaritasnya. Emulsifier merupakan senyawa yang memiliki aktivitas permukaan (surface-active agents) sehingga dapat menurunkan

tegangan permukaan (surface tension) antara udara-cairan dan

cairan-cairan yang terdapat dalam suatu sistem makanan.

Emulsifier banyak digunakan dalam industri pangan sebagai bahan tambahan makanan. Dalam industri pangan, emulsifier

digunakan sebagai bahan untuk memproduksi margarin, yoghurt,

keju, dan sebagainya. Produk emulsifier digunakan untuk meningkatkan stabilitas emulsi, memodifikasi tekstur, dan

memperbaiki tekstur makanan yang berbasis lemak. Selain itu,

emulsifier juga digunakan sebagai bahan untuk memproduksi kosmetik seperti cream dan lotion. Fungsi emulsifier bergantung

pada konsentrasi, formulasi dan nilai HLB (Hydrophilic-Lipophilic

Balance)[11].

Emulsifier dapat diperoleh secara alami ataupun melalui sintesis. Emulsifier alami umumnya berupa phospholipids, biosurfaktan,

protein dan polisakarida. Emulsifier alami ini dapat diperoleh dari

membran sel hewan, tanaman dan mikroorganisme melalui proses isolasi ataupun fermentasi [3]. Pada industri pangan, emulsifier alami

banyak dijadikan sebagai alternatif untuk menggantikan emulsifier

sintetis. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran konsumen

akan pentingnya makanan sehat dan menjaga kelestarian lingkungan. Emulsifier dapat juga diperoleh dengan cara sintesis dengan

mencampurkan monogliserida dan digliserida yang diproduksi secara

kimiawi dan enzimatis melalui reaksi gliserolisis dan atau reaksi esterifikasi. Emulsifier yang diproduksi melalui reaksi gliserolisis

Page 18: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

6

secara kimiawi menggunakan katalis anorganik seperti natrium,

kalium atau kalsium hidroksida membutuhkan suhu tinggi (220-2500C) dibawah atmosfer gas nitrogen. Namun reaksi gliserolisis

dengan menggunakan katalis anorganik ini memiliki kelemahan

yaitu suhu tinggi yang diperlukan pada reaksi ini menyebabkan

produk yang dihasilkan berwarna gelap dan terbentuk bau yang tidak diinginkan [4]. Monogliserida dan digliserida dapat juga diproduksi

secara enzimatis melalui reaksi esterifikasi dengan menggunakan

katalis enzim. Katalis enzim yang sering digunakan pada reaksi esterifikasi adalah enzim lipase. Produk yang dihasilkan melalui

reaksi esterifikasi secara enzimatis memiliki kualitas yang lebih baik,

selektifitas yang tinggi dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan [4].

2.2 Gliserol

Gambar 2.1: Struktur Gliserol

Gliserol adalah senyawa alkohol polihidrat yang paling sederhana

dengan tiga gugus hidroksil alkohol yang bersifat hidrofilik dan

higroskopik. Gliserol merupakan komponen yang menyusun berbagai macam lipid termasuk trigliserida. Gliserol atau yang

disebut 1,2,3-Propanatriol memiliki rumus molekul C3H8O3. Gliserol

berwujud cairan kental yang tidak berwarna dan tidak berbau dengan

rasa manis. Gliserol memiliki berat molekul sebesar 92,094 g/mol. Gliserol dapat larut dalam air dan alkohol, sedikit larut dalam etil

eter dan dioksana, tidak larut dalam hidrokarbon, kloroform,

petroleum eter, minyak. Dalam kondisi anhidrat murni, gliserol memiliki berat jenis 1,261 g/ml dengan titik lebur sebesar 18,20C dan

titik didih 2900C dibawah tekanan atmosfer normal [12].

Gliserol dapat diperoleh melalui berbagai macam proses salah

satunya yaitu melalui reaksi transesterifikasi pada industri biodiesel.

Page 19: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

7

Meningkatnya penggunaan biodiesel dalam negeri sejalan dengan

peningkatkan produksi gliserol kasar. Namun pemanfaatan gliserol kasar dari hasil samping biodiesel belum dapat dimanfaatkan dengan

baik, sehingga diperlukan pemurnian gliserol kasar untuk

meningkatkan nilai jual gliserol. Gliserol yang telah dimurnikan dari

hasil produksi biodiesel dapat dimanfaatkan sebagai emulsifier pada industri pangan, kosmetik dan industri kimia [1].

2.3 Asam Suksinat Asam suksinat atau asam butanadioat merupakan intermediet dari

siklus asam trikarboksilat (TCA) dan merupakan produk akhir dari

fermentasi anaerobik. Asam suksinat merupakan asam dikarboksilat jenuh, memiliki rumus molekul C4H6O4 dengan berat molekul

118,088 g/mol. Asam suksinat berwujud padatan yang tidak

berwarna dan tidak berbau. Memiliki titik didih sebesar 2350C dan

titik leleh sebesar 1880C. Asam suksinat dapat larut dalam etanol, etil eter, methanol, aseton, sedikit larut dalam dimetil formamida, dan

tidak larut dalam toluene dan benzene.

Gambar 2.2 : Struktur Asam Suksinat

Permintaan asam suksinat berbasis bio diperkirakan akan meningkat seiring dengan berkembangnya kesadaran akan masalah

lingkungan, sehingga diperlukan sintesis asam suksinat yang

menghasilkan produk ramah lingkungan. Salah satunya yaitu butilena suksinat yang merupakan poliester yang disintesis dari asam

suksinat dan 1,4-butanadiol. Poliester dan poliamida lainnya yang

disintesis dari asam suksinat juga menghasilkan produk yang dapat

terurai (biodegradable) seperti poli (1,3-propilen suksinat). Asam suksinat digunakan dalam berbagai aplikasi industri sebagai

Page 20: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

8

prekursor obat-obatan, bahan tambahan makanan, dan bahan

tambahan produk kosmetik [13].

2.4 Esterifikasi

Esterifikasi merupakan reaksi antara suatu asam karboksilat dan

suatu alkohol yang menghasilkan produk berupa ester. Reaksi esterifikasi asam lemak dan suatu alkohol dapat menghasilkan

monogliserida, digilserida, trigliserida dan produk samping berupa

air. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan secara kimiawi dan enzimatis.

Esterifikasi secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan katalis

anorganik seperti natrium, kalium atau kalium hidroksida dan membutuhkan suhu tinggi (220-2500C) dibawah atmosfer gas

nitrogen. Sedangkan esterifikasi secara enzimatis dilakukan dengan

menggunakan katalis enzim lipase dan membutuhkan suhu rendah

sekitar 300C[4].

Gambar 2.3: Reaksi Esterifikasi

Page 21: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

9

2.5 Enzim Lipase

Lipase merupakan enzim hidrolase yang dapat bertindak sebagai biokatalis pada reaksi esterifikasi untuk menghidrolisis ikatan

trigliserida lemak menjadi asam lemak bebas, monogliserida,

gliserida dan gliserol pada kondisi tertentu. Lipase dapat dihasilkan

dari beberapa jenis mikroba seperti Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, Candida rugosa, dan Candida antartica. Lipase

merupakan senyawa protein yang kestabilannya dapat dipengaruhi

oleh kondisi lingkungan seperti pH, suhu, media penyimpanan. Lipase memiliki sisi aktif yaitu asam aspartat, histidin dan serin

(Asp-His-Ser) yang letaknya berdekatan dan berperan dalam reaksi

esterifikasi [14]. Pada penelitian ini dilakukan reaksi esterifikasi gliserol dan asam

suksinat dengan katalis enzim lipase Candida rugosa. Penggunaan

enzim lipase Candida rugosa sebagai katalis dipilih karena lipase ini

memiliki sifat katalis yang baik. Hal ini dibuktikan dalam sintesis ester perasa dari asam lemak rantai pendek atau menengah dan

alkohol dengan hasil ester yang diperoleh mencapai 90% [9].

Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pH, suhu, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim dan inhibitor

enzim. Enzim bekerja pada pH tertentu, umumnya pada pH netral.

Enzim pada kondisi pH yang rendah atau tinggi akan mengalami denaturasi, sehingga agar enzim bekerja maksimal diperlukan larutan

penyangga. Enzim juga bekerja pada suhu tertentu. Suhu yang tinggi

akan menyebabkan enzim terdenaturasi dan terjadi perubahan

konformasi pada sisi aktif enzim. Suhu optimum untuk enzim lipase bebas sebesar 370C dan untuk enzim lipae amobil sebesar 500C [10].

Enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi substrat dan konsentrasi

enzim dimana semakin meningkatnya konsentrasi susbtrat dan enzim maka semakin tinggi laju reaksi enzim. Selain itu, sisi aktivitas

enzim juga dipengaruhi oleh inhibitor. Senyawa kimia tertentu dapat

bertindak sebagai inhibitor yang dapat menghambat kerja enzim

secara spesifik. Penggunaan enzim lipase sebagai katalis lebih aman dan ramah

lingkungan dibandingkan dengan penggunaan katalis asam. Suhu

yang digunakan pada reaksi gliserolisis dengan katalis enzim sekitar 300C. Hal ini disebabkan katalis enzim tidak bisa bekerja pada suhu

Page 22: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

10

tinggi [15]. Namun kelemahan dari reaksi esterifikasi secara

enzimatis adalah tingginya biaya enzim dan ketersediannya hanya dalam jumlah yang kecil. Selain itu, enzim juga mudah larut dalam

media cair sehingga diperlukan biaya yang tinggi untuk memperoleh

kembali enzim tersebut. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan

teknik amobilisasi enzim. Teknik amobilisasi enzim merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk mempertahankan aktivitas

katalis enzim agar dapat digunakan secara berulang dengan bantuan

matriks sebagai media yang dapat mencegah terlarutnya enzim. Teknik amobilisasi enzim memiliki beberapa keuntungan seperti

dapat membuat struktur enzim menjadi lebih stabil, produk yang

dihasilkan memiliki kemurnian yang tinggi, dan enzim dapat digunakan secara berulang.

2.6 Amobilisasi Enzim

Teknik amobilisasi enzim merupakan sebuah teknik dimana enzim tertahan secara fisik ataupun kimia pada suatu zat padat atau

tergabung dalam suatu gel. Teknik amobilisasi enzim digunakan

untuk mempertahankan aktivitas katalis enzim agar dapat digunakan secara berulang dengan bantuan matriks sebagai media yang dapat

mencegah terlarutnya enzim. Teknik amobilisasi enzim memiliki

beberapa keuntungan seperti dapat membuat struktur enzim menjadi lebih stabil, produk yang dihasilkan memiliki kemurnian yang tinggi,

dan enzim dapat digunakan secara berulang. Terdapat tiga metode

dalam teknik amobilisasi enzim, seperti berikut [16]:

1. Metode ikatan pada matriks (Carrier binding) Pada metode ikatan matriks, enzim akan terikat pada matriks

yang tidak dapat larut dalam air. Metode ini dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu: a. Adsorbsi fisik

Metode adsorbsi fisik didasarkan pada adsorbsi enzim secara

fisik pada permukaan padat yang tidak larut dalam air. Metode ini

tidak mengubah konformasi enzim dan tidak merusak sisi aktif enzim. Namun kelemahan dari metode ini adalah lemahnya

interaksi antara enzim dengan support sehingga enzim akan

mudah lepas.

Page 23: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

11

b. Ikatan ionik

Metode ikatan ionik didasarkan pada ikatan ionik antara enzim dengan matriks yang memiliki pertukaran ion dan tidak

larut dalam air. Adanya ikatan ionik yang kuat antara enzim

dengan matriks mengakibatkan enzim tidak mudah lepas. Namun,

metode ini akan menyebabkan terjadi perubahan konformasi sisi aktif enzim.

c. Ikatan kovalen

Metode ikatan kovalen didasarkan pada ikatan kovalen antara enzim dengan matriks yang tidak larut dalam air. Ikatan kovalen

yang terjadi antara enzim dengan matriks lebih kuat dibandingkan

ikatan ionik sehingga kemungkinan penggunaan kembali enzim lebih banyak.

2. Metode ikatan silang (Cross-linking)

Metode ikatan silang tidak membutuhkan matriks pembawa

karena enzim yang akan bertindak sebagai pembawa. Pada metode ini terjadi pembentukan ikatan silang antara enzim secara

intermolekuler dengan menggunakan reagen bifungsional atau

multifungsional. Kelemahan metode ini yaitu dapat menyebabkan perubahan konformasi sisi aktif enzim.

3. Metode penjebakan (Entrapment)

Metode penjebakan didasarkan pada penjebakan enzim dalam kisi matriks polimer atau membran yang memungkinkan substrat

atau produk untuk melewatinya. Pada metode ini, enzim tidak

terikat dengan matriks. Metode ini terbagi menjadi dua yaitu

metode kisi dan metode mikrokapsul. Pada metode kisi akan terjadi penjebakan enzim dalam ruang dari ikatan silang polimer

yang tidak larut dalam air. Sedangkan pada metode mikrokapsul,

enzim akan terjebak kedalam membran polimer yang bersifat semipermeabel.

2.7 Kitosan

Kitosan adalah salah satu polimer rantai panjang dengan rumus molekul (C8H11NO4) yang dihasilkan dari kitin melalui proses

deasetilisasi sempurna maupun sebagian dengan cara menghilangkan

gugus asetil (CH3-CO) dengan atom hidrogen menjadi gugus amina. Kitosan merupakan polimer rantai panjang yang disusun oleh

Page 24: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

12

monomer-monomer glukosamin (2-amino-2-deoksi-D-glukosa).

Kitosan memiliki struktur yang tidak teratur, berbentuk kristalin atau semikristalin. Kitosan juga ditemukan dalam bentuk padatan amorf

berwarna putih. Kitosan larut dalam larutan asam dan memiliki

viskositas larutan yang bergantung pada derajat deasetilasi dan

derajar degradasi polimer. Penggunaan kitosan sebagai matriks dipilih karena kitosan mudah didapat, tidak bersifat toksik, dapat

menstabilkan enzim dan memiliki hasil aktivitas katalitik yang tinggi

[10]. Selain itu, kitosan dipilih sebagai matriks karena memiliki afinitas besar terhadap enzim dan memiliki dua gugus aktif yaitu

gugus amino dan gugus hidroksil [17].

Gambar 2.4: Struktur Kitosan

2.8 Fourier Transform Infrared Spectrophotometry (FTIR)

Spektrofotemeter inframerah merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur serapan radiasi inframerah pada berbagai

panjang gelombang dan untuk menentukan struktur senyawa organik

maupun anorganik. Hasil dari pengukuran FTIR disebut sebagai spektrum IR yang digambarkan dengan pita-pita inframerah pada

panjang gelombang tertentu. Pita-pita inframerah dalam sebuah

spektrum dikelompokkan menurut intensitasnya yaitu kuat, medium

dan lemah. Banyaknya gugus yang identik dalam sebuah molekul akan mengubah kuat relatif pita absorpsinya dalam suatu spektrum.

Interpretasi spektrum IR untuk ester suksinil gliserol akan

menghasilkan puncak serapan atau pita IR pada panjang gelombang 1735-1750 cm-1 [5].

Page 25: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

13

2.9 Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB)

Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB) adalah nilai yang menunjukkan perbandingan antara gugus hidrofilik dan lipofilik pada

surfaktan. Nilai HLB digunakan untuk menentukan jenis emulsifier.

Perbedaan nilai HLB dari suatu emulsifier menunjukkan

keseimbangan ukuran antara kekuatan hidrofilik (suka air) dan lipofilik (suka minyak). Pengemulsi yang bersifat lipofilik akan

menunjukkan nilai HLB rendah (dibawah 9.0), sedangkan yang

bersifat hidrofilik akan menunjukkan nilai HLB tinggi (diatas 11.0). Sedangkan nilai HLB yang berada di kisaran 9-11 merupakan HLB

menengah [18].

Penentuan nilai HLB dapat dilakukan dengan metode bilangan air. Metode bilangan air dilakukan dengan melarutkan ester yang

terbentuk ke dalam pelarut surfaktan yang kemudian dititrasi dengan

akuades hingga terbentuk kekeruhan [19]. Pelarut surfaktan yang

digunakan untuk melarutkan ester dapat berupa campuran piridin:benzena (95:5 v/v) [14]. Volume titrasi yang diperoleh

disebut sebagai bilangan air yang kemudian dimasukkan kedalam

persamaan kurva baku HLB untuk mendapatkan nilai HLB dari ester yang dihasilkan.

Page 26: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

14

Page 27: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian esterifikasi gliserol dengan asam suksinat secara

enzimatis dilakukan di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang pada bulan Februari –

Mei 2019.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat gelas, neraca analitik (Mettler Todelo AL 204),

statif, klem, kertas saring whatman No.41, magnetic stirrer, kertas

indikator pH, spektrofotometer inframerah (8400S Shimadzu), oven

(Memmert), dan aluminium foil.

3.2.2 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gliserol p.a. (Sigma Aldrich; 87%; 92 g/mol), Asam suksinat

(Merck; 118 g/mol), Natrium hidroksida (Merck; 40 g/mol),

indikator fenolftalein, enzim lipase dari Candida rugosa (Sigma Aldrich; 1,04 U/g), Asam asetat glasial (1,049 g/mL) dan Natrium

tripolifosfat p.a. Selain itu, diperlukan juga bahan-bahan lain seperti

kitosan, Asam oksalat, etanol 96% teknis, n-butanol p.a (Merck; 0,81

g/mL) dan aquades.

3.3 Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah: 1. Preparasi lipase amobil.

2. Esterifikasi gliserol dengan asam suksinat.

3. Identifikasi dan karakterisasi suksinil gliserol.

4. Analisis data.

Page 28: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

16

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Preparasi Lipase Amobil

Kitosan ditimbang sebanyak 0,625 gram lalu dilarutkan dalam

25 mL larutan asam asetat glasial 3% dan campuran diaduk dengan

pengaduk magnetik stirrer hingga homogen. Enzim lipase kemudian ditimbang sebanyak 0,5 gram yang dicampurkan dengan 12 mL

larutan kitosan 2,5%. Larutan campuran yang terbentuk diteteskan

menggunakan syringe kedalam 10 mL larutan natrium tripolifosfat 3%. Tetesan campuran akan membentuk manik-manik bulat yang

didiamkan dalam larutan natrium tripolifosfat 3% selama 120 menit.

Kemudian manik-manik enzim amobil yang terbentuk dipindahkan kedalam larutan buffer fosfat pH 8 dan disimpan didalam lemari

pendingin.

3.4.2 Esterifikasi Gliserol dengan Asam Suksinat

3.4.2.1 Pengaruh Waktu Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan

Asam Suksinat Terhadap Ester yang Dihasilkan

Erlenmeyer 100 mL bersih dan kering disiapkan sebanyak 15 buah, kemudian diisi dengan campuran asam suksinat dan gliserol

87% dengan perbandingan (1:1) mmol. Lalu ditambah 5 mL larutan

n-butanol dan 0,1 gram lipase amobil. Waktu reaksi divariasikan pada (6,12,18,24,dan 30) jam pada temperatur 500C. Setelah itu,

ester gliserol yang dihasilkan ditambahkan 5 mL larutan etanol 96%.

Kemudian ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes lalu

dititrasi dengan larutan NaOH 0,25M hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda dan tidak hilang

selama 30 detik. Perlakuan dilakukan secara triplo.

3.4.2.2 Pengaruh Suhu Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan

Asam Suksinat Terhadap Ester yang Dihasilkan

Erlenmeyer 100 mL bersih dan kering disiapkan sebanyak 15

buah, kemudian diisi dengan campuran asam suksinat dan gliserol 87% dengan perbandingan (1:1) mmol. Lalu ditambah 5 mL larutan

n-butanol dan 0,1 gram lipase amobil. Campuran diinkubasi selama

waktu reaksi optimum dengan temperatur yang divariasikan pada (30,35,45,50,dan 55)0C. Setelah itu, ester gliserol yang dihasilkan

Page 29: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

17

ditambahkan 5 mL larutan etanol 96%. Kemudian ditambahkan

indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,25M hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna

menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik. Perlakuan

dilakukan secara triplo.

3.4.2.3 Pengaruh Rasio Mol Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan

Asam Suksinat Terhadap Ester yang Dihasilkan

Erlenmeyer 100 mL bersih dan kering disiapkan sebanyak 15 buah, kemudian diisi dengan campuran asam suksinat dan gliserol

87% dengan rasio (1:1; 1:2; 1:4; 1:6; dan 1:8) mmol dengan

perbandingan massa yaitu (0,118:0,080 ; 0,118:0,160 ; 0,118:0,320 ; 0,118:0,480 ; dan 0,118:0,640) gram . Lalu ditambah 5 mL larutan n-

butanol dan 0,1 gram lipase amobil. Campuran diinkubasi selama

waktu reaksi optimum dan pada suhu optimum. Setelah itu, ester

gliserol yang dihasilkan ditambahkan 5 mL larutan etanol 96%. Kemudian ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes lalu

dititrasi dengan larutan NaOH 0,25M hingga terjadi perubahan

warna dari tidak berwarna menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik. Perlakuan dilakukan secara triplo.

3.4.3 Identifikasi dan Karakterisasi Suksinil Gliserol

3.4.3.1 Identifikasi Suksinil Gliserol dengan Fourier Transform

Infrared Spectrophotometry (FTIR).

Gliserol murni, asam suksinat dan ester suksinil gliserol yang

dihasilkan dianalisis menggunakan FTIR. Gliserol diteteskan pada NaCl window, kemudian dianalisis dengan FTIR pada panjang

gelombang 4000-400 cm-1. Sedangkan untuk asam suksinat dan ester

suksinil gliserol diambil sebanyak 0,05 gram lalu dicampur dengan KBr yang sudah dipanaskan sebanyak 0,1 gram dan dimasukkan

kedalam cetakan pellet. Setelah itu dianalisis dengan FTIR pada

panjang gelombang 4000-400 cm-1.

Page 30: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

18

3.4.3.2 Karakterisasi Suksinil Gliserol dengan Penentuan Nilai

Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB). Penentuan nilai HLB suksinil gliserol hasil esterifikasi pada

kondisi optimum ditentukan dengan metode bilangan air. Metode

bilangan air dilakukan dengan menimbang ester suksinil gliserol

sebanyak 0,1 gram lalu dilarutkan dalam 2,5 mL campuran piridin : benzena (95:5), kemudian dititrasi dengan akuades hingga terjadi

perubahan dari tidak berwarna menjadi keruh. Volume titrasi yang

diperoleh disebut sebagai bilangan air yang kemudian dimasukkan kedalam persamaan kurva baku HLB, sehingga akan diperoleh nilai

HLB suksinil gliserol [19].

3.4.4 Analisis Data Data yang diperoleh dari penentuan pengaruh waktu, suhu dan

rasio mol terhadap reaksi esterifikasi gliserol dengan asam suksinat

pada kondisi optimum dianalisis dengan ANOVA menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dilanjutkan dengan uji Beda

Nyata Terkecil (BNT) 5%.

Page 31: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Esterifikasi Gliserol dengan Asam Suksinat Menggunakan

Lipase Amobil

Esterifikasi merupakan reaksi antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol yang menghasilkan produk berupa ester.

Reaksi esterifikasi antara gliserol dengan asam suksinat dilakukan

secara enzimatis dengan menggunakan enzim lipase amobil dari Candida rugosa sebagai katalis. Enzim lipase memiliki 3 asam

amino yaitu asam aspartat, histidin, dan serin yang berfungsi sebagai

sisi aktif enzim dan berperan penting dalam reaksi esterifikasi. Berikut merupakan gambar mekanisme reaksi yang terjadi pada

esterifikasi gliserol dengan asam suksinat secara enzimatis.

Tahap asilasi:

Page 32: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

20

Tahap deasilasi:

Gambar 4.1: Mekanisme Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan

Asam Suksinat secara Enzimatis.

Berdasarkan Gambar 4.1, pada tahap asilasi terjadi reaksi antara

sisi aktif enzim lipase dengan asam suksinat dimana elektron dari gugus hidroksil serin menyerang atom C karbonil pada asam suksinat

sehingga menyebabkan terbentuknya enzim asil dan melepaskan

H2O. Selanjutnya pada tahap deasilasi terjadi reaksi antara enzim asil

dengan gliserol yang menyebabkan adanya ikatan hidrogen antara atom N dari histidin dengan atom H dari serin sehingga enzim lipase

akan terbentuk kembali. Sementara itu, elektron dari gugus hidroksil

gliserol akan menyerang atom C karbonil asam suksinat sehingga terbentuk produk ester suksinil gliserol.

Page 33: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

21

4.1.1 Pengaruh Waktu Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan Asam

Suksinat Terhadap Ester yang Dihasilkan Reaksi esterifikasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya yaitu waktu reaksi. Semakin lama waktu reaksi maka

semakin besar pula nilai konversi yang diperoleh. Nilai konversi

menunjukkan seberapa banyak produk ester yang terbentuk pada reaksi esterifikasi gliserol dengan asam suksinat.

Gambar 4.2: Grafik hubungan antara variasi waktu reaksi

terhadap derajat esterifikasi pada suhu 500C

dan rasio asam suksinat : gliserol (1:1) mmol

Berdasarkan Gambar 4.2, persen konversi mengalami peningkatan seiring dengan lamanya waktu reaksi. Peningkatan ini

terjadi karena semakin lama waktu reaksi maka akan semakin

banyak reaktan yang bereaksi dan menghasilkan konversi yang bernilai tinggi. Waktu optimum yang diperoleh pada penelitian ini

yaitu selama 30 jam dengan nilai konversi sebesar 10,05%.

Sedangkan pada penelitian sebelumnya yaitu esterifikasi antara

selulosa dan asam suksinat dengan menggunakan enzim lipase amobil dari Mucor miehei, diperoleh waktu optimum pada 24 jam

dengan derajat esterifikasi sebesar 1,44 [6]. Hal ini dikarenakan

Page 34: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

22

struktur gliserol lebih sederhana daripada struktur selulosa, sehingga

gliserol lebih reaktif dan dapat menghasilkan ester yang lebih banyak. Selanjutnya, berdasarkan uji ANOVA diperoleh nilai F

hitung sebesar 28,03 dengan F tabel 5% dan 1% secara berturut-turut

yaitu 3,48 dan 5,99. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai

F hitung > F tabel, sehingga terdapat perbedaan yang sangat nyata pada perlakuan reaksi esterifikasi gliserol dengan asam suksinat

berdasarkan pengaruh waktu.

4.1.2 Pengaruh Suhu Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan Asam

Suksinat Terhadap Ester yang Dihasilkan

Reaksi esterifikasi dapat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Semakin besar suhu reaksi maka semakin besar pula nilai konversi yang

diperoleh hingga mencapai kondisi optimum.

Gambar 4.3: Grafik hubungan antara variasi suhu reaksi

terhadap derajat esterifikasi pada waktu 30 jam

dan rasio asam suksinat : gliserol (1:1) mmol

Berdasarkan Gambar 4.3, persen konversi mengalami

peningkatan pada suhu 30°-50°C. Suhu optimum yang diperoleh

pada penelitian ini yaitu 50°C dengan konversi sebesar 8,10%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu

Page 35: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

23

esterifikasi antara selulosa dan asam suksinat dengan menggunakan

enzim lipase amobil dari Mucor miehei yang diperoleh suhu optimum pada 50°C[6] . Tingginya suhu optimum yang diperlukan

pada penelitian ini dapat disebabkan oleh enzim lipase amobil yang

lebih banyak membutuhkan energi sehingga suhu yang dibutuhkan

untuk bereaksi juga lebih tinggi. Kemudian setelah mencapai suhu optimum terjadi penurunan persen konversi. Penurunan ini terjadi

karena reaksi telah mencapai suhu optimum sehingga setelah

melewati suhu optimum akan terjadi denaturasi yang menyebabkan perubahan konformasi sisi aktif enzim. Perubahan konformasi sisi

aktif enzim menyebabkan enzim menjadi terdeaktivasi dan

menghasilkan produk lebih sedikit sehingga persen konversi bernilai kecil. Selanjutnya, berdasarkan uji ANOVA diperoleh nilai

F hitung sebesar 3,89 dengan F tabel 5% dan 1% secara berturut-

turut yaitu 3,48 dan 5,99. Dari data tersebut dapat disimpulkan

bahwa nilai F hitung > F5% dan < F1%, sehingga terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan pengaruh suhu reaksi

esterifikasi gliserol dengan asam suksinat.

4.1.3 Pengaruh Rasio Mol Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan

Asam Suksinat Terhadap Ester yang Dihasilkan

Reaksi esterifikasi juga dipengaruhi oleh besarnya perbandingan rasio mol antara gliserol dengan asam suksinat. Semakin besar mol

gliserol diharapkan akan menghasilkan nilai konversi yang lebih

besar pula. Berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu esterifikasi

enzimatis gliserol dan asam lemak dari minyak kelapa dengan lipase amobil Candida rugosa, produk ester tertinggi dihasilkan pada rasio

gliserol : asam lemak yaitu (4:1) mol [8].

Page 36: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

24

Gambar 4.4: Grafik hubungan antara variasi rasio mol asam

suksinat : gliserol terhadap derajat esterifikasi

pada waktu 30 jam dan suhu 500C

Namun pada penelitian ini, persen konversi mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya mol gliserol seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 4.4. Rasio mol optimum yang diperoleh

pada penelitian ini ditunjukkan pada rasio (1:1) mmol dengan nilai

konversi sebesar 8,10%. Hal ini kurang sesuai dengan literatur dimana seharusnya terjadi peningkatan persen konversi seiring

dengan meningkatnya mol gliserol. Penurunan ini dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu halangan sterik dari gugus hidroksil pada gliserol. Semakin banyak gliserol yang ditambahkan

maka akan semakin banyak pula halangan sterik. Halangan sterik ini

dapat menyebabkan reaksi berjalan lambat sehingga persen konversi yang dihasilkan menurun. Selain itu semakin banyak gliserol yang

digunakan mengakibatkan jumlah kadar air semakin banyak dan

menyebabkan hasil ester menurun. Selanjutnya, berdasarkan uji

ANOVA diperoleh nilai F hitung sebesar 239,69 dengan F tabel 5% dan 1% secara berturut-turut yaitu 3,48 dan 5,99. Dari data tersebut

dapat disimpulkan bahwa nilai F hitung > F tabel sehingga terdapat

Page 37: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

25

perbedaan yang sangat nyata pada perlakuan pengaruh rasio mol

reaksi esterifikasi gliserol dengan asam suksinat.

4.2 Identifikasi Suksinil Gliserol dengan Fourier Transform

Infrared Spectrophotometry (FTIR)

Identifikasi hasil esterifikasi berupa suksinil gliserol dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri FTIR. Spektrum FTIR

suksinil gliserol yang diperoleh pada penelitian dibandingkan dengan

spektrum FTIR asam suksinat dan gliserol untuk menunjukkan adanya pergeseran dan gugus fungsi pada bilangan gelombang

tertentu. Berikut merupakan spektrum FTIR suksinil gliserol, asam

suksinat dan gliserol.

5007501000125015001750200022502500275030003250350037504000

1/cm

0

15

30

45

60

75

90

%T

GliserolAsam Suksinat

Gliseril suksinat - 2

Gambar 4.5: Spektrum FTIR Suksinil Gliserol, Asam Suksinat

dan Gliserol.

Keterangan: Gliserol

Asam suksinat

Suksinil Gliserol

Page 38: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

26

Berdasarkan spektrum FTIR pada Gambar 4.5 dapat dilihat

bahwa terdapat pergeseran antara suksinil gliserol dengan asam suksinat dan gliserol. Pada spektrum asam suksinat terdapat serapan

pada bilangan gelombang 1693 cm-1 yang menunjukkan adanya

gugus C=O asam karboksilat. Selain itu terdapat pula serapan pada

bilangan gelombang 1419 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus OH asam karboksilat. Pada spektrum gliserol terdapat serapan pada

bilangan gelombang 3382 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus

OH. Sedangkan pada spektrum suksinil gliserol terdapat serapan pada bilangan gelombang 1730 cm-1 dan 1203 cm-1 yang secara

berturut menunjukkan adanya gugus C=O ester dan gugus C-O ester.

Pergeseran spektrum yang terjadi pada suksinil gliserol sangat sedikit. Hal ini dapat disebabkan oleh suksinil gliserol yang

dihasilkan memilki kemurnian yang rendah sehingga masih terdapat

pengotor dari pelarut ataupun substrat. Hal ini dapat diketahui pada

spektrum suksinil gliserol yang masih ditemukan gugus OH pada bilangan 3398 cm-1 . Selain itu masih ditemukan pula gugus C=O

asam karboksilat pada bilangan gelombang 1693 cm-1 .

4.3 Karakterisasi Suksinil Gliserol dengan Penentuan Nilai

Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB)

Nilai HLB merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan antara gugus hidrofilik dan lipofilik. Nilai HLB digunakan untuk

menentukan jenis emulsifier pada produk ester yang dihasilkan.

Penentuan nilai HLB ditentukan dengan metode bilangan air.

Berdasarkan kurva baku standar dari substrat yang telah diketahui nilai HLB nya diperoleh persamaan y = 0,2705x – 2,8165. Nilai x

pada persamaan menunjukkan bilangan air yang diperoleh. Pada

penelitian ini diperoleh volume titrasi atau bilangan air pada suksinil gliserol sebesar 9,3 mL. Kemudian bilangan air yang diperoleh

dimasukkan kedalam persamaan dan diperoleh nilai HLB sebesar

22,34. Nilai HLB yang diperoleh berada diatas rentang nilai HLB

yaitu sekitar 1-20. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya pengotor yang terdapat dalam produk ester, sehingga nilai HLB produk berada

diatas rentang maksimum. Berdasarkan nilai HLB yang diperoleh

maka dapat disimpulkan bahwa ester suksinil gliserol termasuk kedalam jenis emulsifier oil in water (O/W).

Page 39: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

27

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut: 1. Waktu reaksi memengaruhi sangat nyata terhadap hasil ester.

Waktu reaksi optimum pada esterifikasi gliserol dengan

asam suksinat diperoleh pada waktu 30 jam. 2. Suhu reaksi dapat pula memberikan pengaruh yang nyata

pada reaksi esterifikasi gliserol dengan asam suksinat. Suhu

optimum reaksi esterifikasi gliserol dengan asam suksinat diperoleh pada suhu 50°C.

3. Rasio mol dapat pula memberikan pengaruh yang sangat

nyata pada reaksi esterifikasi gliserol dengan asam suksinat.

Rasio optimum reaksi esterifikasi gliserol dengan asam suksinat diperoleh pada rasio 1:1 mmol.

4. Hasil identifikasi suksinil gliserol dengan FTIR diperoleh

serapan pada bilangan gelombang 1730 cm-1 dan 1203 cm-1

yang secara berturut menunjukkan adanya gugus C=O ester

dan gugus C-O ester.

5. Nilai HLB suksinil gliserol diperoleh sebesar 22,34. Hal ini menunjukkan bahwa ester suksinil gliserol merupakan

emulsifier oil in water (O/W).

5.2 Saran Pada penelitian esterifikasi gliserol dan asam suksinat

sebaiknya dilakukan pemurnian yang lebih baik lagi agar diperoleh

produk dengan kemurnian tinggi dan untuk parameter rasio sebaiknya dilakukan variasi terhadap jumlah asam nya agar

diperoleh produk dengan nilai konversi tinggi.

Page 40: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

28

Page 41: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Wahyuni, S., & Hambali, E. (2016). Esterifikasi Gliserol dan Asam Lemak Jenuh Sawit Dengan Katalis Mesa. Jurnal

Teknologi Industri Pertanian, 26(3), 333-342.

2. Shulin, A., Wenli, W., Fei, W., Shuangchun, Y., & Yi, P.

(2013). Research Progress in Glycerin Fatty Acid Ester

Emulsifier. International Journal of Scientific & Engineering

Research, 4(5), 924-925.

3. Komaiko, J., Sastrosubroto, A., & McClements, D. J. (2015).

Formation of Oil-in-Water Emulsions from Natural Emulsifiers Using Spontaneous Emulsification: Sunflower Phospholipids.

Journal of Agricultural and Food Chemistry, 63(45), 10078–

10088.

4. Bornscheuer, U. T. (1995). Lipase-catalyzed syntheses of

monoacylglycerols. Enzyme and Microbial Technology, 17(7),

578–586.

5. Ralp J. Fessenden, & Joan S. Fessenden. (1989). Kimia

Organik Jilid 1 Edisi Ketiga (Ketiga.). Jakarta: Erlangga.

6. Sofi, Mariana. (2015). Esterifikasi Bakterial Selulosa dengan

Asam Suksinat Menggunakan Lipase Amobil dari Mucor

miehei (Skripsi). FMIPA, Universitas Brawijaya, Malang.

7. Wijayanti , Windi Lidiya. (2017). Karakterisasi Ester Selulosil

Suksinat Hasil Sintesis secara Enzimatis dan Uji Potensi sebagai Membran Dialisis Asam Urat (Skripsi). FMIPA,

Universitas Brawijaya, Malang.

Page 42: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

30

8. Handayani, S., Tamara Putri, A. T., Setiasih, S., & Hudiyono,

S. (2018). Enzymatic Synthesis of Glyserol-Coconut Oil Fatty Acid and Glycerol-Decanoic Acis Ester as Emulsifier and

Antimicrobial Agents Using Candida rugosa Lipase EC 3.1.1.3.

IOP Conference Series: Materials Science and Engineering,

299, 012019.

9. Bezbradica, D., Karalazic, I., Ognjanovic, N., Mijin, D., Siler-

Marinkovic, S., & Knezevic, Z. (2006). Studies on the specificity of Candida rugosa lipase catalyzed esterification

reactions in organic media. Journal of the Serbian Chemical

Society, 71(1), 31–41.

10. Pereira, E. B., De Castro, H. F., De Moraes, F. F., & Zanin, G.

M. (2001). Kinetic Studies of Lipase from Candida rugosa A

Comparative Study Between Free and Immobilized Enzyme onto Porous Chitosan Beads. Applied Biochemistry and

Biotechnology, 91–93(1–9), 739–752.

11. Baker, K. (2010). Maximizing The Use Of Food Emulsifiers.

Kansas State University, Manhattan, Kansas.

12. Pagliaro, Mario & Rossi, Michele. (2008). In The Future of

Glycerol: New Uses of a Versatile Raw Material. Royal Society

of Chemistry. Retrieved from http://www.springer.com/978-0-

8504-124-4

13. Ahn, J. H., Jang, Y.-S., & Yup Lee, S. (2016). Succinic Acid.

In C. Wittmann & J. C. Liao (Eds.), Industrial Biotechnology (pp. 505–544). Weinheim, Germany: Wiley-VCH Verlag

GmbH & Co. KGaA.

14. Roosdiana, A., Setianingsih, T., Mardiana, D., & Suratmo. (2009). Characterization Of Immobilized Lipase in

Aluminosilicate For Lactosyl Palmitate Synthesis. Indonesian

Journal of Chemistry, 9(2), 201–205.

Page 43: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

31

15. Anggoro, D. D., & Budi, F. S. (2008). Proses Gliserolisis

Minyak Kelapa Sawit Menjadi Mono dan Diacyl Gliserol dengan Pelarut N-Butanol Dan Katalis MgO. Reaktor, 12(1),

22-28

16. Ozturk, Banu. (2001). Immobilization of Lipase from Candida rugosa on Hydrophobic and Hydrophilic Supports

(Dissertation). Izmir Institute of Technology, Izmir, Turkey.

17. Prasetyawan, S. (2017). Amobilisasi Enzim Pektinase dari

Aspergillus niger dengan Matrik Kitosan–Natrium

Tripolifosfat, Prosiding Seminar Nasional Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

18. Delaware Wilmington. (1980). The HLB System : a time-saving

guide to emulsifier selection. US: ICI Americas Inc.

19. Kwaśniewska, D., Wieczorek, D., & Zieliński, R. (2016).

Water Number of Selected Surfactants: 91-108.

Page 44: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

32

Page 45: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

33

LAMPIRAN

Lampiran A. Tahapan Penelitian

Preparasi Lipase Amobil

Esterifikasi gliserol dengan asam

suksinat dengan menggunakan

enzim lipase amobil

Pengaruh suhu

reaksi terhadap esterifikasi

suksinil gliserol

Pengaruh waktu

reaksi terhadap esterifikasi

suksinil gliserol

Pengaruh rasio

mol terhadap esterifikasi

suksinil gliserol

Suksinil gliserol pada kondisi

optimum

Identifikasi dan karakterisasi

suksinil gliserol dengan spektrofotometer FTIR dan

penentuan nilai HLB

Page 46: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

34

Lampiran B. Perhitungan

B.1 Pembuatan 50 mL Asam Asetat Glasial 3% Konsentrasi asam asetat glasial yang tersedia (M1) = 100%

Jadi sebanyak 1,5 mL asam asetat glasial 100% diencerkan dengan

akuades hingga volume larutan menjadi 50 mL menggunakan labu

takar 50 mL.

B.2 Pembuatan 50 mL Larutan Natrium Tripolifosfat 3%

Sebanyak 1,5 gram natrium tripolifosfat dilarutkan dalam 50 mL

akuades.

B.3 Pembuatan 50 mL Larutan Kitosan 2,5%

Sebanyak 1,25 gram kitosan dilarutkan dalam 50 mL asam asetat

glasial 3%.

B.4 Pembuatan 100 mL Larutan NaOH 0,25M Mr = 40 mg/mmol

[NaOH] = 0,25 mmol/mL

Mol NaOH = 0,25 mmol/mL x 100 mL = 25 mmol Massa NaOH = mol NaOH x Mr NaOH

= 25 mmol x 40 mg/mmol

= 1000 mg = 1 g

Jadi sebanyak 1gram NaOH dilarutkan dalam 100 mL etanol.

Page 47: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

35

B.5 Pembakuan NaOH 0,25 M dengan Asam Oksalat

Tabel B.1: Pembakuan NaOH 0,25 M dengan Asam Oksalat

Massa Asam Oksalat (g)

Volume NaOH (mL) Volume

Total

(mL)

Volume

Rata-rata

(mL) 1 2

0,25 16,4 16,6 33 16,5

Pembakuan NaOH dilakukan dengan titrasi menggunakan asam

oksalat. Reaksi yang terjadi pada pembakuan yaitu:

H2C2O4.2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4 + 2H2O(aq)

Sehingga konsentrasi NaOH dapat diketahui dengan rumus

berikut:

0,2405 M

Page 48: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

36

B.6 Penentuan Persen Konversi Esterifikasi Gliserol dengan

Asam Suksinat

Contoh perhitungan:

Massa asam suksinat = 0,118 g

Massa gliserol = 0,080 g Mr asam suksinat = 118,09 g/mol

Mr gliserol = 92 g/mol

Contoh perhitungan:

Page 49: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

37

Mol asam suksinat yang bereaksi = mol asam suksinat awal – mol blanko

= -

= 0,073 mmol

Page 50: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

38

Lampiran C. Analisis Data

C.1 Pengaruh Waktu Reaksi Esterifikasi Gliserol Dengan Asam

Suksinat Terhadap Ester Yang Dihasilkan

Tabel C.1: Pengaruh waktu reaksi esterifikasi Gliserol

dengan Asam suksinat

Waktu

(Jam)

Mol

Gliserol

(mmol)

Mol

Asam

Suksinat

Awal

(mmol)

Volume

NaOH

(mL)

[NaOH]

Mol

Blanko

(mmol)

Mol

Asam

yang

Bereaksi

(mmol)

Kon-

versi

(%)

6

1,18 1,00 7,90 0,25 0,93 0,07 6,25

1,08 1,00 8,00 0,25 0,94 0,06 5,64

1,18 1,00 8,05 0,25 0,95 0,06 4,79

12

1,03 1,00 8,90 0,22 0,94 0,06 6,05

1,03 1,00 8,80 0,22 0,93 0,08 7,29

1,02 1,00 8,90 0,22 0,94 0,06 6,10

18

1,10 1,00 7,90 0,25 0,93 0,07 6,50

1,11 1,00 7,85 0,25 0,92 0,08 7,09

1,10 1,00 7,90 0,25 0,93 0,07 6,73

24

1,11 1,00 8,70 0,22 0,92 0,08 7,45

1,08 1,00 8,85 0,22 0,94 0,07 6,12

1,12 1,00 8,78 0,22 0,93 0,08 6,86

30

1,05 1,00 8,50 0,22 0,90 0,11 10,03

1,04 1,00 8,50 0,22 0,90 0,10 10,07

1,04 1,00 8,50 0,22 0,90 0,10 10,05

Page 51: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

39

C.1.1 Uji ANOVA

Tabel C.2: ANOVA pengaruh waktu reaksi esterifikasi

Source of

Variation SS df MS Fcalc F5% F1%

Treatment 34,96 4,00 8,74 28,03 3,48 5,99

Error 3,12 10,00 0,31

Total 38,08 14,00

H0 : tidak terdapat perbedaan nilai persen konversi esterifikasi yang signifikan akibat perbedaan waktu reaksi

H1 : terdapat perbedaan nilai persen konversi esterifikasi yang

signifikan akibat perbedaan waktu reaksi

Hasil : H0 ditolak karena nilai Fhitung > Ftabel

C.1.2 Uji Least Significant Different (LSD) 5%

Keterangan: ɑ : derajat kepercayaan

dbg : derajat bebas galat

KTG : kuadrat tengah galat r : pengulangan

Page 52: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

40

Tabel C.3: LSD pengaruh waktu reaksi esterifikasi

Waktu Sum Average Variance sd LSD =1,0158

6 Jam 16,68 5,56 0,53 0,73 a

12 Jam 19,44 6,48 0,49 0,70 ab

18 Jam 20,32 6,77 0,09 0,29 b

24 Jam 20,43 6,81 0,44 0,67 b

30 Jam 30,16 10,05 0,00 0,02 c

C.2 Pengaruh Suhu Reaksi Esterifikasi Gliserol Dengan Asam

Suksinat Terhadap Ester Yang Dihasilkan

Tabel C.4: Pengaruh suhu reaksi esterifikasi Gliserol

dengan Asam suksinat

Suhu

(°C)

Mol

Gliserol

(mmol)

Mol

Asam

Suksinat

Awal

(mmol)

Volume

NaOH

(mL)

[NaOH]

Mol

Blanko

(mmol)

Mol

Asam

yang

Bereaksi

(mmol)

Kon-

versi

(%)

30°

1,07 1,00 7,90 0,25 0,04 0,07 6,80

1,16 1,00 7,85 0,25 0,04 0,08 6,68

1,16 1,00 7,90 0,25 0,04 0,07 6,09

35°

1,16 1,00 7,85 0,25 0,04 0,08 6,75

1,11 1,00 7,90 0,25 0,04 0,07 6,76

1,03 1,00 8,00 0,25 0,04 0,06 6,04

45°

1,02 1,00 8,70 0,23 0,04 0,07 7,03

1,15 1,00 8,70 0,23 0,04 0,07 6,06

1,00 1,00 8,60 0,23 0,04 0,08 8,25

50°

1,22 1,00 7,70 0,25 0,04 0,10 7,83

1,10 1,00 7,80 0,25 0,04 0,08 7,70

1,10 1,00 7,70 0,25 0,04 0,10 8,76

55°

1,09 1,00 7,90 0,25 0,04 0,07 6,45

1,17 1,00 7,85 0,25 0,04 0,08 6,64

1,11 1,00 7,95 0,25 0,04 0,07 6,25

Page 53: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

41

C.2.1 Uji ANOVA

Tabel C.5: ANOVA pengaruh suhu reaksi esterifikasi

Source of

Variation SS df MS Fcalc F5% F1%

Treatment 5,91 4,00 1,48 3,89 3,48 5,99

Error 3,80 10,00 0,38

Total 9,71 14,00

H0 : tidak terdapat perbedaan nilai persen konversi esterifikasi

yang signifikan akibat perbedaan suhu reaksi

H1 : terdapat perbedaan nilai persen konversi esterifikasi yang

signifikan akibat perbedaan suhu reaksi Hasil : H0 ditolak karena nilai Fhitung > Ftabel

C.2.2 Uji Least Significant Different (LSD) 5%

Keterangan: ɑ : derajat kepercayaan

dbg : derajat bebas galat

KTG : kuadrat tengah galat r : pengulangan

Tabel C.6: LSD pengaruh suhu reaksi esterifikasi

Suhu Sum Average Variance sd LSD = 1,1215

30°C 19,56 6,52 0,14 0,38 a 35°C 19,55 6,52 0,17 0,42 a

45°C 21,34 7,11 1,21 1,10 ab

50°C 24,30 8,10 0,34 0,58 b 55°C 19,34 6,45 0,04 0,20 a

Page 54: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

42

C.3 Pengaruh Rasio Mol Reaksi Esterifikasi Gliserol Dengan

Asam Suksinat Terhadap Ester Yang Dihasilkan

Tabel C.7 Pengaruh rasio mol esterifikasi Gliserol

dengan Asam suksinat

Rasio

Mol

Gliserol

(mmol)

Mol

Asam

Suksinat

Awal

(mmol)

Volume

NaOH

(mL)

[NaOH]

Mol

Blanko

(mmol)

Mol

Asam

yang

Bereaksi

(mmol)

Kon-

versi

(%)

1:1

1,22 1,00 7,70 0,25 0,04 0,10 7,83

1,10 1,00 7,80 0,25 0,04 0,08 7,70

1,10 1,00 7,70 0,25 0,04 0,10 8,76

1:2

2,33 1,00 7,80 0,25 0,04 0,09 3,70

2,33 1,00 7,90 0,25 0,04 0,07 3,12

2,47 1,01 7,90 0,25 0,04 0,08 3,08

1:4

4,27 1,00 7,95 0,25 0,04 0,07 1,64

4,30 1,00 7,95 0,25 0,04 0,07 1,60

4,09 1,00 7,90 0,25 0,04 0,08 1,92

1:6

6,06 1,00 7,75 0,25 0,04 0,09 1,47

6,45 1,00 7,85 0,25 0,04 0,08 1,23

6,28 1,00 9,75 0,20 0,04 0,06 0,90

1:8

8,31 1,00 9,80 0,20 0,04 0,06 0,67

8,42 1,00 9,80 0,20 0,04 0,05 0,62

8,00 1,00 9,78 0,20 0,04 0,05 0,68

Page 55: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

43

C.3.1 Uji ANOVA

Tabel C.8: ANOVA pengaruh rasio mol reaksi esterifikasi

Source of

Variation SS df MS Fcalc F5% F1%

Treatment 109,36 4,00 27,34 239,69 3,48 5,99

Error 1,14 10,00 0,11

Total 110,50 14,00

H0 : tidak terdapat perbedaan nilai persen konversi esterifikasi yang signifikan akibat perbedaan rasio mol

H1 : terdapat perbedaan nilai persen konversi esterifikasi yang

signifikan akibat perbedaan rasio mol Hasil : H0 ditolak karena nilai Fhitung > Ftabel

C.3.2 Uji Least Significant Different (LSD) 5%

Keterangan: ɑ : derajat kepercayaan

dbg : derajat bebas galat

KTG : kuadrat tengah galat

r : pengulangan

Tabel C.9: LSD pengaruh rasio mol reaksi esterifikasi

Rasio Sum Average Variance Sd LSD = 0,6145

1:1 24,30 8,10 0,34 0,58 c 1:2 9,89 3,30 0,12 0,35 c

1:4 5,16 1,72 0,03 0,17 b

1:6 3,60 1,20 0,08 0,29 ab 1:8 1,97 0,66 0,00 0,03 a

Page 56: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

44

Lampiran D. Karakterisasi Suksinil Gliserol dengan Hidrophilic-

Lipophilic Balance (HLB).

Tabel D.1 Data Kurva Baku HLB

Surfaktan Bilangan Air

(mL)

Rata-

rata HLB

Asam Oleat 16,2 16,4 16,3 1

Span 20 38,3 37,7 38 8,6

Cognis 61,1 62,5 61,8 13,4

Tween 80 67,7 70 68,85 15

Polisorbat 70 68,6 69,3 16,7

Dari data diatas diperoleh kurva baku HLB seperti berikut:

Gambar D.1: Kurva baku HLB

Page 57: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

45

Lampiran E. Gambar Penelitian

Campuran Enzim dan

Kitosan

Larutan Kitosan 2,5%

Suksinil Gliserol Sesudah

Esterifikasi

Suksinil Gliserol Sesudah

Esterifikasi

Page 58: Penentuan Kondisi Optimum Esterifikasi Gliserol dengan ...repository.ub.ac.id/179422/1/Renny Anita (2).pdfesterifikasi ini dilakukan variasi waktu, suhu dan rasio mol reaksi esterifikasi

46

Enzim Lipase Amobil

Suksinil Gliserol