penelitian tindakan kelas revisi

96
BAB I PENDAHULUAN Bab I menyajikan 3 (tiga) topik sebagai pengantar penulisan bahan pelatihan pelatihan terintegrasi ini. Ketiga topik tersebut disajikan secara berturut-turut sebagai berikut: tujuan yang akan dicapai dengan mempelajari bahan pelatihan ini; lingkup kompetensi, yang berisi kompetensi yang akan dicakup dalam bahan pelatihan ini; dan pentingnya mempelajari bahan pelatihan ini, yang memuat manfaat mempelajari bahan pelatihan ini bagi peserta pelatihan. Berikut ini adalah deskripsi ringkas masing-masing topik tersebut di atas. 1.1 Tujuan Mempelajari Bahan Pelatihan Tujuan mempelajari bahan pelatihan ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut ini adalah rumusan masing-masing tujuan tersebut. 1.1.1 Tujuan Umum Setelah mempelajari bahan pelatihan ini, para guru secara fungsional diharapkan akan dapat lebih memiliki daya 1

Upload: iwayan-tama

Post on 25-Jun-2015

530 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I menyajikan 3 (tiga) topik sebagai pengantar penulisan bahan pelatihan

pelatihan terintegrasi ini. Ketiga topik tersebut disajikan secara berturut-turut sebagai

berikut: tujuan yang akan dicapai dengan mempelajari bahan pelatihan ini; lingkup

kompetensi, yang berisi kompetensi yang akan dicakup dalam bahan pelatihan ini; dan

pentingnya mempelajari bahan pelatihan ini, yang memuat manfaat mempelajari bahan

pelatihan ini bagi peserta pelatihan. Berikut ini adalah deskripsi ringkas masing-masing

topik tersebut di atas.

1.1 Tujuan Mempelajari Bahan Pelatihan

Tujuan mempelajari bahan pelatihan ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut ini adalah rumusan masing-masing tujuan

tersebut.

1.1.1 Tujuan Umum

Setelah mempelajari bahan pelatihan ini, para guru secara fungsional diharapkan

akan dapat lebih memiliki daya atau berkompetensi (empowered) secara personal maupun

profesional untuk:

(a) merancang penelitian tindakan kelas yang konseptual, metodologis, dan inovatif

untuk merespon tuntutan perbaikan kondisi kerja yang ada di lingkup

profesinya;

(b) mengimpelementasikan secara benar dan tertib rancangan tindakan yang telah

dikembangkannya tersebut di atas (a); dan

(c) menjadikan penelitian tindakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari setiap

perilaku pengajaran guru di kelas.

1

Page 2: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

1.1.2 Tujuan Khusus

Setelah mempelajari bahan pelatihan ini, para guru diharapkan akan dapat:

(a) mengidentifikasi batasan penelitian tindakan kelas dengan tepat;

(b) menyebutkan perkembangan penelitian tindakan kelas;

(c) mengidentifikasi ciri-ciri penelitian tindakan kelas;

(d) mengidentifikasi prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas;

(e) menyebutkan manfaat yang dapat diperoleh dengan penelitian tindakan;

(f) mengidentifikasi rancangan dasar dan model-model rancangan penelitian tindakan

kelas;

(g) menganalisis situasi secara kritis;

(h) merumuskan permasalahan secara akurat;

(i) merumuskan rencana usulan pemecahan masalah sesuai dengan perumusan

masalah;

(j) mengidentifikasi aspek-aspek implementasi rencana

tindakan;

(k) menyebutkan instrumen yang dapat digunakan untuk

pengumpulan data;

(l) mengidentifikasi tatacara menganalisis data;

(m)mengidentifikasi cara melakukan refleksi;

(n) menyusun proposal penelitian tindakan kelas berdasarkan

kerangka proposal yang diberikan.

1.2 Lingkup Kompetensi

Secara umum bahan pelatihan ini berisi deskripsi singkat yang dimaksudkan

sebagai pengantar pada untuk membekali guru peserta pelatihan terintegrasi dalam

penelitian tindakan kelas. Kompetensi akhir yang akan dicapai dalam mempelajari bahan

2

Page 3: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

pelatihan ini adalah pengetahuan yang memadai, kemampuan merencanakan, dan

keterampilan melaksanakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Untuk

mencapai tujuan itu, dalam bahan pelatihan ini akan disajikan secara berurutan beberapa

aspek dalam penelitian tindakan kelas sebagai landasan pengetahuan pengembangan

penelitian tindakan kelas. Adapun lingkup kompetensi yang menajdi pokok sajian dalam

bahan pelatihan ini adalah sebagai berikut: (a) batasan penelitian tindakan kelas, (b)

perkembangan penelitian tindakan kelas, (c) ciri-ciri penelitian tindakan kelas, (d) manfaat

dari melakukan penelitian tindakan kelas, (e) rancangan dasar dan model-model rancangan

penelitian tindakan kelas, (f) analisis konteks, (g) perumusan masalah, (h) perumusan

rencana usulan pemecahan masalah, (i) aspek-aspek implementasi rencana tindakan, (j)

analisis data, dan (k) anatomi proposal penelitian tindakan kelas. Pada bagian akhir bahan

pelatihan disajikan simpulan. Untuk melengkapi bahan pelatihan ini, pada bagian akhir

bahan pelatihan diberikan lampiran contoh sebuah proposal penelitian tindakan kelas.

1.3 Pentingnya Mempelajari Bahan Pelatihan Ini

Seperti yang telah dipaparkan di bagian terdahulu, bahan pelatihan ini

memaparkan prinsip-prinsip yang dimaksudkan sebagai pengantar untuk memahami, dan

merencanakan dan mengimplementasikan penelitian tindakan kelas. Harapannya adalah

pengantar ini setidaknya akan memberikan 2 (dua) manfaat, yaitu, pertama, memberikan

pengetahuan teoritis yang memadai tentang konsep penelitian tindakan kelas mulai dari

latar belakang, filosofis, prinsip-prinsip perencanaan, hingga prinsip-prinsip kerangka kerja

pelaksanaannya. Selain itu, dengan berlandaskan pengetahuan teoritis yang disajikan,

diharapkan bahwa bahan pelatihan pengantar ini akan dapat memberikan bekal berupa

keterampilan praktis yang fungsional untuk merancang dan melaksanakan penelitian

tindakan kelas.

3

Page 4: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

BAB II

KONSEP PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Bab ini memaparkan masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian tindakan

kelas, mulai dari konsep, perkembangan, hingga masalah-masalah praktis, yaitu

implementasi penelitian tindakan kelas. Untuk itu, pada Bab II secara berturut-turut akan di

sajikan topik-topik berikut: pengantar ke pembahasan tentang penelitian tindakan kelas,

batasan penelitian tindakan kelas, ciri-ciri dan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas,

mengapa harus penelitian tindakan kelas, beberapa model rancangan penelitian tindakan

kelas. Berikut ini paparan masing-masing topik tersebut.

2.1 Pengantar ke Pembahasan tentang Penelitian Tindakan Kelas

Pada masa lalu--dan mungkin juga saat ini--penelitian yang dilakukan dalam

hubungannya dengan proses pengajaran di kelas kebanyakan dirancang, dikembangkan,

dan dilakukan oleh peneliti non guru, yaitu dosen atau peneliti lain. Misalnya, seorang

dosen meneliti pengaruh penggunaan media audio terhadap peningkatan hasil belajar

mendengarkan pemahaman (listening comprehension); atau seorang peneliti melakukan

survai tentang keefektifan implementasi silabus bahasa Inggris di sekolah menengah

pertama. Dalam penelitian semacam ini, untuk praktisnya disebut penelitian konvensional,

guru kebanyakan hanya berperan sebagai responden misalnya dengan berperan mengisi

angket, atau pelaksana (enumerator) penelitian saja, yaitu sebagai pengumpul data di

lapangan. Guru tidak pernah mendapat peran sebagai perancang penelitian, apalagi

berperan sebagai pelaksana rancangannya. Singkatnya, guru tidak pernah berperan sebagai

peneliti. Dalam penelitian konvensional, ini acapkali terjadi demikian karena permasalahan

yang diangkat dalam penelitian yang bersangkutan itu bukan ditinjau dari kacamata guru,

tetapi dari kacamata orang lain yang diarahkan pada kenyataan atau praktik di kelas.

4

Page 5: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Bentuk penelitian konvensional semacam ini dapat berupa penelitian survai,

penelitian eksperimental, penelitian evaluatif atau jenis penelitian yang lain. Meskipun

temuan macam-macam penelitian tersebut di atas tidak dipungkiri manfaatnya, nampaknya

tindak lanjut yang didasarkan pada rekomendasi atas temuan penelitian tersebut sering

tidak terealisir atau bahkan kurang efektif. Penelitian konvensional semacam itu kurang

tepat bagi guru untuk pemecahan masalah praktis di kelasnya. Ini dapat dimengerti karena

rekomendasi yang diajukan berdasarkan temuan penelitian konvensional sering bersifat

global. Selain itu, ada kesan bahwa rekomendasi itu bukan sesuatu yang internal, yaitu

sesuatu yang muncul akibat pengalaman pribadi si guru yang benar-benar dapat dihayati

pelaksanaannya. Karena rekomendasi tersebut berasal dari 'luar' pihak guru, diduga muncul

anggapan bahwa rekomendasi tersebut bersifat instruktif, yaitu sesuatu yang harus

dilakukan yang biasanya tidak dilandasi kesadaran mengapa hal tersebut harus dilakukan.

Sekarang ini dalam dunia penelitian, ada satu jenis penelitian kelas yang lebih tepat

bagi guru untuk pemecahan masalah praktis di kelasnya dimana pelakunya adalah guru

dalam konteks pengajarannya. Tidak seperti beberapa jenis penelitian konvensional

tersebut di atas, masalah penelitian tindakan kelas diangkat oleh guru, yang kemudian

ditindaklanjuti dalam bentuk intervensi untuk peningkatan keefektifan pengajarannya.

Penelitian tindakan dengan intervensi yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan

pengajarannya seperti yang disebut di atas memiliki beberapa nama yang pada dasarnya

mempunyai pengertian yang sama. Istilah-istilah yang dimaksud, seperti yang dapat

diidentifikasi oleh McNiff (1988:2), adalah classroom research (diusulkan oleh Hopkins,

1990), self-reflective inquiry (diusulkan oleh Kemmis, 1982), dan action research

(diusulkan oleh Hustler dkk. 1986). Untuk menjaga konsistensi penggunaan istilah, dalam

pembahasan berikut ini akan digunakan istilah penelitian tindakan kelas atau disingkat PTK

(classroom action research or CAR).

Pada bab ini akan disajikan topik-topik yang terkait dengan penelitian tindakan

kelas. Topik-topik tersebut akan disajikan secara berturutan dengan urutan paparan sebagai

berikut: Pengertian Penelitian Tindakan Kelas, Sejarah Singkat Penelitian Tindakan Kelas,

Ciri-ciri Penelitian Tindakan, Mengapa Harus Penelitian Tindakan Kelas?, Beberapa Model

Rancangan Penelitian Tindakan Kelas, Memulai Penelitian Tindakan Kelas: Analisis

5

Page 6: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Konteks/Situation Assessment, Merumuskan Masalah, Merencanakan Tindakan,

Implementasi Rencana Tindakan dan Pengamatannya, Analisis Data dan Hasil Penelitian,

dan Refleksi.

2.2 Batasan Penelitian Tindakan Kelas

Beberapa batasan mengenai penelitian tindakan telah diusulkan oleh beberapa ahli

(misalnya Rappoport, 1970; Kemmis, 1983; Kemmis dan McTaggart, 1988; Cross, 1990;

Elliot, 1991) namun batasan yang banyak diacu adalah batasan yang dikemukakan oleh

Carr dan Kemmis (McNiff, 1988:2) berikut:

Action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by participants (teachers, students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations (and institutions) in which these practices are carried out.

Berdasarkan batasan yang dikemukakan Carr dan Kemmis tersebut di atas, secara

umum dapat dinyatakan bahwa penelitian tindakan sebenarnya adalah penelitian sosial.

Oleh karena itu, penelitian ini memiliki sasaran kajian yang berupa satuan-satuan sosial

yang ada dan berkembang di dalam masyarakat. Dengan kata lain, lingkup penelitian

tindakan adalah satuan kemasyarakatan (social unit), atau sesuatu yang dianggap

merupakan satuan yang bersifat kemasyarakatan. Dalam konteks penelitian tindakan kelas,

kelas dapat dianggap sebagai kesatuan yang memiliki ciri-ciri seperti yang dimiliki oleh

pengertian masyarakat pada umumnya (McNiff, 1988:4).

Dari batasan yang dikemukakan oleh Carr dan Kemmis tersebut di atas secara

khusus dapat dinyatakan kembali beberapa butir yang menarik dibahas, khususnya yang

berkaitan dengan konteks proses belajar-mengajar di kelas sebagai berikut:

Pertama, penelitian tindakan merupakan suatu proses untuk memahami diri.

Berdasarkan pernyataan ini dapat ditarik suatu pengertian bahwa penelitian tindakan

mempunyai obyek dan subyek yang bertumpu pada sesuatu yang menjadi acuannya.

6

Page 7: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Obyek yang merupakan sasaran penelitian dalam konteks ini dapat berarti orang, akibat

perbuatan yang dilakukannya atau interaksi antara orang dan perbuatan yang dilakukannya,

sedangkan subyek dapat diartikan pelaku penelitian. Dengan kata lain, dalam penelitian

tindakan ada peran ganda yang terjadi secara bersamaan: yang meneliti adalah juga

mengandung aspek yang diteliti.

Kedua, pelaku penelitian ini adalah semua pihak yang terlibat dalam proses belajar-

mengajar: guru, siswa, dan kepala sekolah. Pernyataan ini dapat diartikan bahwa penelitian

tindakan menuntut adanya syarat keterlibatan si peneliti dan kerjasama dengan pihak lain

yang terkait dalam proses pencarian seperti yang dimaksud di bagian terdahulu.

McNiff (ibid) mengatakan bahwa penelitian tindakan mengandung pengertian

pemecahan masalah yang bersama-sama dilakukan oleh baik si peneliti maupun pihak lain

yang terlibat. Ini berarti bahwa penelitian tindakan juga mempunyai beberapa implikasi

berikut. Pertama, penelitian tindakan adalah penelitian yang berorientasi pada pemecahan

masalah (problem solving) yang dihadapi oleh sekelompok masyarakat dalam menjalankan

kehidupan bermasyarakatnya. Namun, tidak semua bentuk upaya pemecahan masalah

adalah penelitian tindakan. Kedua, rasa kebersamaan dalam pemecahan masalah tersebut

dapat timbul apabila sesuatu yang dianggap masalah dalam lingkup 'masyarakatnya'

tersebut dirasakan oleh semua anggota dalam masyarakat yang bersangkutan. Ketiga,

dalam konteks kemasyarakatan seperti tersebut di atas, penelitian tindakan menuntut

adanya 'pelopor' pelaku tindakan yang harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama

dengan anggota masyarakat lainnya sehingga terjadi kebersamaan dalam pemecahan

masalah yang sedang mereka hadapi.

Dalam konteks kelas, misalnya, penelitian tindakan dapat melibatkan guru, dan para

siswa yang secara bersama-sama berupaya memecahkan permasalahan yang sedang mereka

hadapi di dalam proses belajar mengajar. Guru dan siswa mempunyai kesadaran bahwa

mereka menghadapi permasalahan yang perlu pemecahannya secara bersama. Jadi

penelitian ini bukan penelitian yang, misalnya, mendudukkan guru sebagai peneliti, dan

penelitian yang menempatkan siswa sebagai obyek penelitian tanpa mengikut sertakan

mereka dalam pemecahan permasalahan yang ada.

7

Page 8: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Ketiga, penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang

apa yang sedang terjadi di kelas, pemahaman terhadap apa yang sedang terjadi di kelas, dan

pemahaman situasi kelas itu sendiri. Selain itu, penelitian tindakan juga bertujuan untuk

mempertinggi ketajaman kebijakan guru dalam bertindak yang muncul sebagai akibat

meningkatnya pencapaian ketiga tujuan tersebut, yaitu meningkatnya kesadaran guru kelas

tentang apa yang sedang terjadi di kelas, pemahaman terhadap apa yang sedang terjadi di

kelas, dan pemahaman situasi kelas itu sendiri.

2.3 Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Perkembangan dalam konsep penelitian, khususnya penelitian tindakan kelas,

menjadikan prinsip-prinsip metodologis yang dianut sebelumnya yang dipercaya

keampuhannya menjadi sesuatu yang dianggap tidak memadai lagi di kemudian hari. Ini

terjadi karena adanya konsep baru yang dianggap lebih canggih dari konsep sebelumnya,

atau ketidak puasan dengan konsep lama. Perubahan seperti ini merupakan hal yang wajar

dalam dunia penelitian, dan ini menjadikan terjadinya keragaman konsep metodologi yang

diusulkan. Sementara konsep baru belum benar-benar mapan dan dipahami benar, telah

muncul konsep baru lainnya. Bagi praktisi, gejala seperti ini dapat menyebabkan terjadinya

kerancuan satu konsep dengan konsep yang lain. Hal yang sama dapat pula terjadi dengan

munculnya kembali penelitian tindakan sebagai suatu paradigma baru dalam penelitian

pendidikan yaitu konsep metodologinya. Untuk itu, para guru sebagai praktisi perlu

mengetahui, dan mengenal beberapa konsep yang berbeda.

Meskipun ada beragam konsep usulan penelitian tindakan, Hitchcock dan Hughes

(1995:27) menyatakan bahwa ciri utama penelitian tindakan kelas secara garis besar ada 2

(dua), yaitu terjadinya perubahan (change) yang diinginkan sebagai akibat tindakan

(action) yang dilakukan secara sengaja, dan kerjasama (collaboration) antara peneliti dan

yang diteliti. Lebih jauh lagi, mirip dengan pendapat Hitchcock dan Hughes (1995:27),

Kemmis dan McTaggart (1988:21) berpendapat bahwa ada empat ciri penelitian tindakan.

Keempat ciri tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, penelitian tindakan bukanlah apa

yang umumnya dilakukan guru secara individual di kelas tetapi penelitian yang menuntut

8

Page 9: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

adanya kerja sama yang sistimatis sehingga dicapai kondisi mawas diri (awareness) pada

mereka yang terlibat atas permasalahan yang ada. Kedua, penelitian tindakan bukan

sekedar pemecahan masalah (problem solving), tetapi juga mendudukkan masalah untuk

perubahan keadaan yang lebih baik. Ketiga, penelitian tindakan bukan penelitian yang

dilakukan terhadap orang lain sebagai obyek penelitian, tetapi penelitian yang menuntut

kerjasama yang baik dengan beberapa pihak untuk pemecahan suatu masalah. Terakhir,

penelitian tindakan bukanlah penerapan metode ilmiah dalam pengajaran guna menguji

hipotesis atau mengumpulkan data untuk mencari kecenderungan umum (generalisasi)

seperti yang dilakukan pada penelitian konvensional pada penelitian ilmu-ilmu alam,

penelitian ilmiah, dan juga tidak seperti penelitian sejarah yang berupaya

menginterpretasikan situasi. Penelitian tindakan bertujuan untuk mengubah situasi kearah

yang lebih baik lagi.

Selanjutnya secara lebih rinci lagi dikatakan bahwa penelitian tindakan adalah

penelitian yang memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:

A. Berdasarkan Tujuan Yang Akan Dicapai:

Ditujukan untuk memperbaiki praktik pengajaran dengan cara melakukan perubahan

dengan sengaja dan mengkaji dampak perubahan tersebut;

Menumbuhkan masyarakat dalam lingkup pendidikan yang berjiwa kritis atas

kesadaran diri untuk menanggulagi permasalahan yang mereka hadapi;

Membangkitkan kesadaran (awareness) untuk meninggalkan praktek di masa lampau

yang salah atas dasar bukti-bukti yang kuat;

B. Berdasarkan Cara Melaksanakannya:

Pembelajaran sistimatis yang dilakukan secara sengaja dan sadar;

9

Page 10: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Dilaksanakan berdasarkan mekanisme mawas diri/kesadaran diri melalui daur/siklus:

perencanaan-tindakan-pengamatan-refleksi;

Mulai dari lingkup kecil mengarah pada perubahan dengan spektrum yang lebih luas;

Mulai dari siklus kecil: perencanaan-tindakan-pengamatan-refleksi;

Mulai dari kelompok kerja kecil;

Menuntut peneliti untuk berpartisipasi atau kerjasama beberapa pihak dalam mengubah

keadaan ke arah yang lebih baik;

Melibatkan masyarakat pendidikan, dalam hal ini guru, utamanya untuk 'membangun

teori' atas kegiatan pembelajaran di kelasnya;

Melibatkan orang lain untuk manganalisis situasi tempat mereka berada secara

bersama;

Terbuka terhadap apa yang dapat diperhitungkan sebagai masukan; penelitian ini tidak

sekedar mencatat kejadian yang menggambarkan apa yang terjadi tetapi juga

mengumpulkan dan menganalisis pertimbangan-pertimbangan, reaksi-reaksi yang

muncul dan kesan peneliti tentang apa yang telah atau sedang terjadi;

Mencatat segala kejadian atau peristiwa dalam buku jurnal;

Melibatkan pelaku penelitian dalam perubahan yang akan berpengaruh pada orang lain;

Memungkinkan terjadinya pencatatan perkembangan yang terjadi;

Memungkinkan ditonjolkannya pembenaran (justification) yang beralasan yang dapat

diterima pihak lain sehingga mereka dapat mawas diri atas apa yang mereka kerjakan.

Singkatnya dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

memiliki ciri sebagai berikut. Ciri pertama yaitu penelitian yang dirancang, dilaksanakan,

dan dievaluasi pelaksanaannya oleh guru kelas sebagai praktisi di lapangan. Dalam

pelaksanaannya, guru kelas tersebut mungkin berkolaborasi dengan peneliti lain atau guru

lainnya yang secara aktif terlibat di semua kegiatan penelitian. Kedua, penelitian tindakan

kelas bertujuan untuk memperbaiki keadaan yang terkait dengan kinerja guru di kelas atas

dasar kesadaran dan kesengajaan perlunya untuk mencapai keadaan yang lebih baik lagi

dari keadaan sebelumnya (awareness through reflection). Ciri ketiga, tindakan dalam

penelitian tindakan kelas dilakukan dengan landasan pembenaran yang kuat (justification)

10

Page 11: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Ciri keempat adalah penelitian yang

dilakukan secara sistimatis dan metodologis dengan pendekatan daur/siklus berikut:

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam pelaksanaanya, utamanya pada

tahap pengamatan, dilakukan perekaman semua kejadian dan pengumpulan data yang

relevan. Terakhir, penelitian kelas bervisikan terciptanya guru kelas yang kritis atas kinerja

yang telah dilakukannya (reflective teachers or reflective classroom practitioners) agar

terjadi keadaan pembelajaran kelas yang lebih baik lagi.

Perlu dicatat dan digaris bawahi bahwa penelitian tindakan kelas bukan sekedar

kegiatan keseharian mengajar yang dilakukan seorang guru di kelas, dan menjurnalkan

kejadian-kejadian yang telah dialaminya selama proses belajar mengajar dalam buku jurnal.

Penelitian tindakan kelas bukan pula kegiatan penelitian oleh guru yang sekedar untuk

‘memuaskan keingintahuannya’ yang menjadikan dirinya ‘tercerabut’ dari ‘habitat’

kesehariannya sebagai guru kelas. Tetapi penelitian tindakan kelas hakikatnya adalah

kegiatan pembelajaran yang telah dirancang dengan maksud memperbaiki praktek

pengajaran dengan ketentuan-ketentuan khusus. Ciri-ciri tersebut di bagian atas itulah yang

membedakan suatu kegiatan penelitian konvensional dengan pembelajaran yang dirancang

dengan berlandaskan penelitian tindakan kelas. Secara ringkas, perbedaan penelitian

konvensional dengan penelitian tindakan kelas dapat disarikan seperti pada Tabel 1 berikut.

11

Page 12: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Tabel 1: Perbedaan antara Penelitian Konvensional dan Penelitian Tindakan

Kelas*

Aspek Penelitian Konvensional Penelitian Tindakan Kelas Tujuan Mendeskripsikan,

memahami, dan menerangkan gejala alam

Mengungkap dan memvalidasi hukum belajar dan mengajar secara umum

Melakukan perubahan Memberikan informasi dan

masukan apa, bagaimana, dan seberapa baik siswa belajar

Meningkatkan kualitas pengajaran

Sumber Permasalahan gejala alamiah di sekitar kemajuan dalam ipteks diskusi dengan sejawat atau

ahli pengalaman praktis

pengalaman praktis inspirasi inovatif untuk

perbaikan suatu keadaan

‘Kepemilikan’ Penelitian ahli, non guru kelas guru kelas Pelaksanaan Rancangan linier: masalah-(hipotesis)-

observasi-analisis (pengujian hipotesis)-kesimpulan-rekommendasi

spiral dan berdaur ulang/bersiklus: perencanaan-tindakan-pengamatan-refleksi

Sasaran Penelitian Populasi dan cuplikan sampelnya yang representatif

Sekelompok subyek tertentu

Tuntutan Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Tinggi Tidak terlalu dipermasalahkan

Analisis Data Statistik yang canggih (sophisticated) dan rumit (complicated)

Tidak harus menggunakan statistik yang canggih (sophisticated) dan rumit (complicated)

Orientasi Fokus Produk Formal Proses yang mengarahkan ke produk yang berupa keadaan yang lebih baik

Spektrum Makna Temuan lebih umum, dan luas kontekstual, spesifik, dan terbatas

(*hasil sintesa dari berbagai sumber: McNiff, 1988; Hubbard dan Power,1993; Hopkins,1993)

Seperti telah dipaparkan di bagian terdahulu, penelitian tindakan kelas melibatkan

lingkup kelas sebagai satuan wilayah pelaksanaannya (setting of place) beserta segala

aktifitas belajar-mengajar di dalamnya. Artinya, penelitian tindakan kelas dilakukan secara

12

Page 13: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

simultan dalam konteks kelas. Oleh karenanya, guru yang sedang melakukan penelitian

tindakan kelas perlu menyadari hakikat yang hendak dicapai melalui penelitian tindakan,

yaitu terciptanya keadaan yang lebih baik dengan inovasi yang diimplementasikannya

sehingga dapat dihindari salah persepsi yang menjadikannya salah langkah dalam

melaksanakan penelitian tindakan kelas. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan

tersebut, guru perlu memahami prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas. Hopkins

(1990:57-59) menyebutkan 6 (enam) prinsip yang perlu diketahui oleh setiap guru yang

akan melakukan penelitian tindakan kelas. Keenam prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

(1) prinsip komitmen tugas utama,

(2) prinsip efisiensi penggunaan waktu,

(3) prinsip reliabilitas metode penelitian,

(4) prinsip permasalahan di seputar kerja,

(5) prinsip memegang prosedur etika penelitian, dan

(6) prinsip menjangkau ke luar kelas.

Makna prinsip komitmen tugas utama adalah dalam menjalankan penelitian tindakan

kelas seorang guru harus berpegang teguh pada tugas pokoknya di kelas, yaitu mengajar.

Penelitian kelas bukanlah ‘tugas tambahan’ yang dibebankan pada guru. Mengingat

penelitian tindakan kelas dilakukan secara bersamaan (simultaneous) dengan kegiatan

belajar mengajar, dan mengingat penelitian tindakan kelas bukanlah ‘tugas tambahan’,

tidak dibenarkan seorang guru yang sedang melakukan penelitian tindakan kelas

‘mengesampingkan’ tugas utamanya, yaitu mengajar. Kegiatan mengajar tetap menjadi

komitmen utama guru untuk menjadikan konteks proses belajar mengajarnya menjadi lebih

baik lagi melalui inovasi-inovasi yang diimplementasikannya.

Prinsip efisiensi penggunaan waktu maksudnya ialah bahwa pengumpulan data dalam

penelitian tindakan kelas memiliki tatacara tertentu dan prosedur ini hendaknya jangan

sampai merepotkan atau mengganggu kerja guru. Tidak diharapkan proses pengumpulan

data tersebut malah ‘menyita’ sebagiaan besar waktu guru. Dalam penelitian tindakan

kelas, produk, yaitu meningkatnya hasil belajar siswa bukan satu-satunya orientasi yang

13

Page 14: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

akan dituju, tetapi proses untuk mencapai peningkatan hasil belajar siswa juga perlu

diperhatikan. Ini berarti bahwa dalam penelitian tindakan kelas diperlukan pengumpulan

data untuk produk dan proses. Oleh karena itu, pada tahap perencanaan masalah prosedur

pengumpulan data dan instrumen yang akan digunakan harus benar-benar diperhitungkan

secara baik agar kelak masalah ini tidak malah membebani kerja guru yang memang telah

sarat dengPrinsip reliabilitas metode penelitian berarti bahwa guru sebagai seorang peneliti

tindakan kelas harus memiliki keyakinan bahwa, tanpa prosedur penelitian yang ketat dan

mengikat seperti dalam penelitian konvensional, tindakan yang ditempuhnya mampu

mengantarkannya pada pemecahan masalah yang dihadapi di kelasnya. Ia harus yakin

bahwa langkah-langkah yang dipilihnya benar. Misalnya, media pembelajaran yang

dipilihnya dapat berfungsi dengan baik; teknik mengajar yang dipilihnya tepat; dan

pemilihan alat ukur hasil belajar siswa benar. Singkatnya, ia tidak boleh memiliki keraguan

dalam mengembangkan hipotesis tindakannya maupun strategi inovatif pemecahan masalah

yang akan ia terapkan di dalam proses belajar mengajarnya. Keyakinan ini tentu saja bukan

keyakinan tanpa dasar. Keyakinan ini adalah keyakinan yang muncul atas dasar

pengetahuan profesional yang ia miliki.

Arti prinsip permasalahan di seputar kerja ialah bahwa dalam mengangkat

permasalahan penelitian tindakan kelas, guru perlu berorientasi pada hal-hal yang berada di

seputar kerjanya, utamanya masalah di lingkup kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Ia

perlu mengukur apakah masalah tersebut berada dalam jangkauan kewenangan dan

kemampuannya untuk dipecahkan meskipun permasalahan tersebut penting dan menarik. Ia

juga perlu mempertimbangkan layak tidaknya suatu masalah untuk ditangani. Juga, ia perlu

memberikan penilaian apakah masalah yang akan ditangani tersebut terlalu ‘kecil’ atau

terlalu ‘besar’.

Prinsip memegang etika prosedur penelitian berarti bahwa meskipun guru memegang

otoritas atas kelas yang menjadi tanggung jawabnya, dalam melaksanakan penelitian

tindakan kelas ia harus tetap berpegang pada ‘tatakrama’ dalam penelitian, terlebih lagi

apabila ia melibatkan siswa sebagai komponen dalam penelitiannya. Meskipun dalam

konteks Indonesia etika yang berkaitan pelibatan siswa sebagai bagian dalam penelitian ini

belum terkodifikasi secara tegas dan tersosialisasi secara meluas, dalam penelitian tindakan

14

Page 15: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

kelas sejauh mungkin, misalnya, hindari pengeksploitasian hak-hak individu siswa sebagai

individu. Masalah lain terkait dengan etika adalah pemberitahuan kepada kepala sekolah

sebagai pemegang otoritas di sekolah juga perlu dilakukan.

Terakhir, para guru sebagai peneliti tindakan kelas perlu memahami prinsip

menjangkau ke luar kelas. Prinsip ini maksudnya ialah bahwa meskipun skala lingkup

penelitian tindakan kelas adalah kelas yang menjadi tanggungjawab guru kelas yang

bersangkutan, bukan berarti bahwa ia tertutup terhadap segala hal di luar lingkupnya. Ia

perlu ‘mencermati’ kebijakan sekolah secara menyeluruh untuk kemudian menempatkan

apa yang ia lakukan secara proporsional dalam kerangka kebijakan sekolah tersebut. Ia

perlu mengadaptasi gagasan-gagasan dan kebijakan kependidikan dari luar, misalnya,

pemerintah setempat, untuk dapat ia siasati penerapannya dalam kelasnya. Termasuk di

dalam prinsip ini ialah bertukar gagasan, pikiran, atau temuan penelitianyang dilakukannya

dengan sejawat. Dengan melihat perspektif ke luar, ia tidak akan asyik dengan dirinya

sendiri dengan penelitian tindakan kelasnya seperti katak dalam tempurung.

2.4 Mengapa Harus Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas telah dijadikan salah satu kebijakan pemerintah dalam hal

ini Departemen Pendidikan Nasional untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Yang

menjadi sasaran utama melalui kebijakan pemerintah ini ialah para guru sebagai ujung

tombak pendidikan nasional. Melalui kinerja guru yang memiliki keterampilan melakukan

penelitian tindakan kelas lah peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat terangkat

lebih baik lagi.

Penguasaan prinsip-prinsip penelitian tindakan dan keterampilan

mengimplementasikan suatu rancangan penelitian tindakan kelas oleh guru diharapkan

akan bermuara pada pengembangan guru sebagai suatu profesi. Bagi guru, kompetensi

fungsional tersebut setidaknya akan memberikan keuntungan ganda, yaitu pengembangan

profesional (profesional growth) dan pengembangan personal (personal growth) (McNiff,

1988:49-51).

15

Page 16: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh McNiff (1988:49), guru yang

profesional adalah praktisi lapangan yang memiliki tiga karakteristik penting sebagai

berikut. Pertama, dalam menjalankan fungsi profesi keguruannya, seorang guru profesional

akan senantiasa bertindak secara metodologis dan prosedural berlandaskan pengetahuan

teoritis yang dikuasainya dan pengetahuan empiris yang memperkaya dirinya. Di lapangan

ia tidak akan bertindak secara gegabah dan acak, tidak berlandaskan pengetahuan

konseptual. Setiap langkah tindakan dan sikap seorang guru profesional akan dapat dirujuk

kembali serta dipertanggungjawabkan pada kaidah-kaidah, norma-norma, maupun prinsip-

prinsip pengetahuan ilmiah. Melalui penelitian tindakan, kualitas positif semacam itu akan

terbentuk pada dirinya melalui proses berfikir kritis dan runtut serta bertindak dengan

kesadaran secara cermat terencana. Pola tindakannya akan terus terbina berlandaskan

proses berfikir deduktif, induktif, dan reflektif yang berkembang serta berkesinambungan.

Ia bukan seorang yang bekerja secara mekanis, tetapi ia adalah seorang eksekutif yang

bertindak secara konseptual.

Kedua, guru profesional akan memiliki komitmen yang kuat demi 'kesejahteraan'

(welfare) perkembangan pengetahuan dan keterampilan para siswanya. Ia akan senantiasa

berupaya sebaik-baiknya untuk kepentingan kemajuan serta keberhasilan siswanya. Ia akan

bertindak untuk perubahan ke arah keadaan yang lebih baik lagi bagi siswanya. Penelitian

tindakan mengasah kepekaan komitmen ini melalui perhatian dan keprihatinan guru

terhadap permasalahan yang muncul dalam menjalankan tugas-tugasnya di lapangan.

Dalam penelitian tindakan kelas, sikap ini terbentuk pertama-tama melalui tahapan

kesadaran adanya sesuatu dalam profesinya yang perlu ditingkatkan kualitasnya, mungkin

berupa kendala atau hambatan, sesuatu yang dirasanya tidak pas atau salah, atau suatu

keadaan kemandegan. Ia sepenuhnya menyadari (aware) hal tersebut, dan kemudian

dengan naluri 'berfikir konseptualnya', ia merasakan 'ketidak relaannya' untuk membiarkan

keadaan tersebut berlangsung tanpa penanganan yang memadai. Ia kemudian tergerak

untuk merancang tindakan dan kemudian bertindak (action) serta mengintervensi

(intervention) keadaan yang dipandang tidak mendukung tersebut. Semua itu dilakukan

dengan komitment tinggi demi terpenuhinya tuntutan untuk 'memandirikan' siswanya

sebagai warga masyarakat kelak.

16

Page 17: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Ketiga, guru profesional, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, memiliki hak

untuk menentukan sendiri kebijakan atas langkah-langkah yang dianggap terbaik yang akan

ditempuhnya di lapangan. Sejauh lingkup profesinya, ia adalah seorang yang otonom. Ia

adalah seorang yang memiliki hak atas kemandiriannya sebagai 'otoritas' di lapangan tanpa

harus sepenuhnya mengikuti atau terpengaruh pihak luar di luar dirinya yang akan

mengintervensi atau membelenggu tatakerjanya di lapangan. Ia seorang yang 'merdeka'

yang mengetahui apa yang harus dilakukannya secara profesional di kelas yang menjadi

tanggung jawabnya.

Singkatnya, dengan penelitian tindakan kelas seorang guru profesional akan

mendasarkan tatakerjanya secara konseptual, terencana, dan sistimatis. Semua itu ia

lakukan secara ilmiah, metodologis, dan terus menerus dengan kesadaran dan kemandirian

demi meningkatnya kualitas pembelajaran anak didiknya.

Selain keuntungan perkembangan profesional, dengan melaksanakan penelitian

tindakan kelas, seorang guru juga akan memperoleh manfaat personal. Secara personal,

seorang guru senantiasa akan mengasah dirinya secara terus menerus untuk 'peka' terhadap

lingkungan pada profesinya. Ia akan menjadi seorang yang memiliki kepedulian terhadap

masalah-masalah yang ada di lingkup kerjanya. Ia akan tertantang untuk terus-menerus

berfikir secara konseptual dan bertindak secara fungsional. Ia menjadi individu yang kritis

yang tidak akan cepat puas terhadap hasil kerja maupun kinerja yang telah dilakukannya.

Semua itu menjadikannya seorang yang inovatif yang selalu mencari perubahan untuk

keadaan yang lebih baik.

Sedangkan relevansinya dengan kurikulum, penelitian tindakan memberikan manfaat

berupa gambaran bagaimana kurikulum itu direalisasikan dalam bentuk nyata, yaitu

kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain, penelitian tindakan adalah pengembangan

kurikulum senyata-nyatanya. Artinya, apa yang digariskan dalam kurikulum dikembangkan

dalam program pembelajaran yang kemudian diimplementantasikan secara nyata dalam

bentuk proses belajar mengajar di kelas. Hasil implementasi ini dapat memberikan

masukan yang bermanfaat sebagai landasan bagi pengembangan kurikulum itu sendiri di

kemudian hari.

17

Page 18: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

2.5 Model Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Pada bagian ini akan disajikan disain penelitian tindakan. Untuk mendapatkan sudut

pandang yang lebih melebar lagi mengenai penelitian tindakan, sebelumnya akan disajikan

jenis penelitian tindakan ditinjau dari otonomi pelaksanaannya.

Sejak awal kelahirannya kembali, penelitian tindakan kemudian berkembang dengan

pesat. Perkembangan ini dapat dilihat dari dimensi wilayah maupun konsepnya sendiri.

Dalam dimensi kewilayahan, misalnya, penelitian tindakan tidak hanya diminati di tanah

kelahirannya saja, yaitu Amerika tetapi juga di negara-negara lain seperti di Inggris,

Australia maupun di Jerman. Dalam perkembangan konsepnya penelitian tindakan

pendidikan ditandai dengan munculnya beberapa 'bentuk' penelitian tindakan dengan fokus

tertentu. Habermas (McTaggart, 1991:25) secara kritis mengidentifikasi tiga macam:

penelitian tindakan teknis, penelitian tindakan praktis dan penelitian tindakan

emansipatoris.

Penelitian tindakan teknis dalam pandangan Trip (McTaggart, 1991:27) sama dengan

'ketrampilan melaksanakan program yang dirancang orang lain'; ketrampilan di sini artinya

kecanggihan teknik untuk merubah suatu kondisi yang dianggap tidak menguntungkan. Ciri

penelitian tindakan pendidikan jenis ini adalah 'dorongan dari pihak lain'. Artinya bahwa

guru melakukan penelitian tindakan atas dasar masalah-masalah yang dirumuskan oleh

pihak lain yang bukan merupakan kepentingan praktis yang dihadapi oleh para guru. Salah

satu bentuk penelitian tindakan teknis adalah penerapan temuan penelitian lain untuk

pemecahan suatu masalah pendidikan yang belum tentu merupakan permasalahan

kependidikan guru yang menerapkan temuan penelitian tersebut. Penelitian tindakan

semacam ini hendak menguji tingkat kebermaknaan temuan penelitian lain secara praktis

pada konteks yang berbeda. Dalam konteks ini guru bertindak sebagai pelaksana yang

merealisasikan perumusan permasalahan dari 'fasilitator', yaitu peneliti. Berbeda dengan

penelitian tindakan teknis, penelitian tindakan praktis ditandai dengan adanya dorongan

dari 'pihak guru sendiri'. Penelitian tindakan praktis menurut Trip (McTaggart, 1991:29)

sama dengan 'penciptaan'. Maksudnya, dalam melaksanakan penelitian tindakan, guru

mendasarkan pada permasalahan yang dihadapi mereka sendiri, bukan permasalahan pihak

18

Page 19: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

luar. Campur tangan pihak luar, yaitu peneliti ahli, hanya berperan sebagai fasilitator yang

akan memberikan konsultasi terhadap pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh guru,

seperti misalnya perumusan permasalahan, pembuatan rancanangan penelitian, memonitor

pelaksanaan penelitian dan mengeveluasi hasil penelitian.

Secara konseptual penelitian tindakan emansipatoris tidak sama seperti penelitian

tindakan teknis maupun praktis. Perbedaannya ialah bahwa penelitian tindakan jenis

terakhir ini semata-mata 'dari dan oleh guru' tanpa bantuan kemudahan dari pihak luar

manapun. Artinya, dalam memformulasikan permasalahan, merancang pemecahannya, dan

mengevaluasi hasilnya, guru tidak mendapatkan atau menggunakan 'campur tangan' dari

pihak luar mana pun.

Seperti dipaparkan pada bagian terdahulu, penelitian tindakan dapat diklasifikasikan

menjadi tiga berdasarkan tingkat otonomi guru dalam pelaksanaannya. Ketiganya memiliki

ciri-ciri pembeda yang jelas. Akan tetapi, secara konseptual mekanisme dasar pelaksanaan

ketiga jenis penelitian tindakan tersebut sama. Artinya penelitian tindakan mensyaratkan

terjadinya rangkaian modus kegiatan tertentu. Ada beberapa rancangan yang diusulkan.

Lewin (McNiff, 1988:22) melukiskan proses penelitian tindakan dalam bentuk suatu sistem

rangkaian kegiatan yang berkesinambungan dalam bentuk spiral, yang masing-masing

kegiatan terdiri dari empat tahap proses, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),

pengamatan (observing), dan perenungan (reflecting). Kemmis dan McTaggart (Mc

Taggart, 1991:31) menegaskan bahwa keempat tahap tersebut bukan langkah yang statis

yang tidak terkait antara satu dengan lainnya. Dalam pelaksanaannya, keempat tahap

seperti yang disyaratkan Lewin tersebut di atas secara kronologis saling berhubungan.

Kebijakan untuk melakukan sesuatu pada satu tahap merupakan konsekuensi dari kegiatan

yang terjadi pada tahap sebelumnya. Dampak dari pelaksanaan kebijakan ini dalam satu

siklus merasionalkan rangkaian kegiatan lain pada siklus berikutnya dan ini terus berlanjut

dalam rangkaian siklus-siklus berikutnya. Untuk kejelasannya, perhatikan ilustrasi

sederhana berikut ini.

Dalam suatu praktik pembelajaran bahasa Inggris, misalnya, seorang guru

mendapatkan kesan bahwa kesalahan siswa terjadi secara sistimatis dalam penggunaan

tenses. Berdasarkan pengamatan tersebut, si guru menganggap perlu untuk mengadakan

19

Page 20: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Langkah yang ditempuh adalah program

remidial. Untuk keperluan itu, ia perlu membuat perencanaan (planning) yang mungkin

mencakup antara lain, pemilihan materi yang sesuai, pemilihan strategi mengajar yang

dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif pada siswa, penggunaan media yang cocok,

dan sebagainya. Setelah persiapan tersebut siap, guru melakukan langkah kedua, yaitu

melakukan tindakan (acting) proses belajar-mengajar berdasarkan rencana yang telah

disusunnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru mengacu pada pemecahan

permasalahan yang dihadapi siswa, yaitu penggunaan tenses. Pada akhir program sesuai

dengan rancangannya, diadakan pengamatan kemajuan belajar siswa (observing).

Sebenarnya, pengamatan ini tidak harus dilakukan pada akhir program. Pengamatan,

misalnya, dapat dilakukan beberapa kali pada kurun waktu tertentu dalam tahap acting.

Dan ini dapat dilakukan dengan memberikan tes, kuesioner, atau check list pada siswa.

Hasil analisis tahap ini adalah informasi mengenai kualitas atau kuantitas kesalahan siswa

dalam hal penggunaan tenses. Informasi hasil analisis ini akan merupakan masukan untuk

meninjau kembali permasalahan pokok (reflecting). Dalam tahap ini, akan terungkap

apakah masalah utama sudah teratasi. Artinya, apakah setelah 'perlakuan' tertentu yang

diterapkan untuk pemecahan masalah membawa dampak perubahan kepada keadaan yang

lebih baik atau tidak. Kalau jawabannya positif, berapa persen permasalahan tersebut dapat

terpecahkan. Atau mungkin pula, masalah lain apa yang muncul.

20

Page 21: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Gambar 1 Alur Langkah Penelitian Tindakan menurut Kemmis

(Adaptasi dari McNiff, 1988:27)

Plan

Reflect

Observe Act

Revised Plan

Reflect

Observe Act

Keseluruhan rangkaian proses yang dilakukan guru mulai dari langkah perencanaan

(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan perenungan (reflecting) seperti

yang dilukiskan di atas membentuk satu siklus kegiatan, yaitu siklus I. Permasalahan yang

masih perlu ditangani setelah tahap perenungan (reflecting) perlu dirumuskan dan ditindak

lanjuti pada tahap berikutnya. Dan langkah-langkah yang diambil menggunakan pola sesuai

21

Page 22: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

langkah pada siklus sebelumnya. Semua langkah-langkah tersebut membentuk Siklus 2,

demikian seterusnya.

Selain rancangan usulan Kemmis (McNiff (1988:27) tersebut di atas, masih

ada beberapa rancangan lain penelitian tindakan kelas, misalnya rancangan usulan Elliot

(McNiff, 1988:29), usulan Ebbutt (McNiff, 1988:32), dan usulan McKernan (Hopkins,

1990:52). Dibandingkan dengan rancangan usulan Kemmis (McNiff (1988:27), ketiga

rancangan yang disebut terakhir ini dipandang memiliki rancangan yang lebih rumit untuk

diaplikasikan. Oleh karena itu, ketiga rancangan tersebut tidak akan disajikan di bagian ini

karena alasan kepraktisan.

Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat diketahui bahwa penelitian

tindakan kelas memiliki model dasar dengan rancangan yang sederhana. Selain itu,

penelitian tindakan kelas juga memiliki rancangan pengembangan yang beragam yang

diusulkan oleh beberapa ahli. Model mana atau rancangan mana yang akan dipilih sebagai

pendekatan pemecahan masalah di kelas tergantung dari beberapa faktor. Faktor pertama

yang perlu dipertimbangkan guru adalah karakteristik permasalahan. Permasalahan yang

banyak jumlahnya, kompleks dan saling terkait akan memerlukan penanganan yang tidak

sederhana. Untuk itu, peneliti perlu melakukan analisis permasalahan yang lebih rinci lagi

sehingga memungkinkan dilakukannya inventarisasi permasalahan secara utuh dan lengkap

(comprehensive). Inventarisasi semacam ini membantu dalam proses perancangan

penelitian, misalnya dalam hal pengelompokan permasalahan, prioritas pemecahannya,

dan penentuan banyaknya siklus besar dan subsiklus-subsiklusnya. Hal lain yang perlu

dipertimbangkan adalah keterbatasan atau kendala non teknis, misalnya waktu yang

tersedia. Peneliti perlu mempertimbangkan apakah guru cukup memiliki waktu yang dapat

digunakan untuk pemecahan permasalahan yang telah dipilihnya. Dengan keterbatasan

waktu yang tersedia (perlu diingat oleh guru bahwa dalam penelitian kelas guru tidak

hanya memisahkan antara kegiatan belajar mengajar dengan kegiatan penelitiannya;

kegiatan belajar mengajarnya itulah ya juga merupakan kegiatan penelitiannya), guru tentu

saja tidak akan menggunakan rancangan yang kompleks, yang nantinya malah akan

merepotkan dirinya dalam pelaksanaan penelitiannya.

22

Page 23: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Meskipun banyak hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru sebelum

memutuskan memilih suatu rancangan penelitian tindakan kelas, berdasarkan pengalaman,

model dasar, yang mencakup langkah-langkah perencanaan (planning), tindakan (acting),

pengamatan (observing), dan perenungan (reflecting), nampaknya cukup memberikan

keleluasan bagi guru untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu,

setidaknya untuk pemula, sebaiknya guru perlu benar-benar menguasai prinsip-prinsip dan

implementasi langkah-langkah tersebut secara baik dan benar. Selanjutnya, pengembangan

langkah dasar tersebut yang menuntut digunakannya rancangan yang kompleks dapat

dilakukan kemudian beriring dengan pengalaman-pengalaman melakukan penelitian

tindakan kelas apalagi kalau disadari bahwa rancangan-rancangan yang dikembangkan

para ahli tersebut masih merupakan usulan yang teoritis sifatnya.

23

Page 24: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

BAB III

APLIKASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Bab ini memaparkan masalah-masalah teknis yang berkaitan dengan

implementasi penelitian tindakan kelas. Untuk itu, secara berturut-turut akan di sajikan

topik-topik berikut: memulai penelitian tindakan kelas: analisis konteks/situation

assessment, merumuskan masalah, merencanakan tindakan, implementasi rencana tindakan

dan pengamatannya, analisis data dan hasil penelitian, refleksi, anatomi proposal penelitian

tindakan kelas, dan simpulan. Berikut ini paparan masing-masing topik tersebut.

3.1 Memulai Penelitian Tindakan Kelas: Analisis Konteks/Situation Assessment

Telah dipaparkan di bagian terdahulu bahwa penelitian tindakan kelas

memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik penelitian-penelitian konvesional

lainnya (yaitu penelitian kualitatif maupun kuantitatif), meskipun pada dasarnya unsur-

unsur dasar yang menjiwai penelitian tindakan kelas dan penelitian konvesional lainnya

dalam beberapa hal dapat dikatakan sama. Penelitian konvesional maupun dalam penelitian

tindakan setidaknya dijiwai oleh 3 (tiga) unsur sebagai berikut: apa yang akan diteliti,

bagaimana menelitinya, dan apa kontribusi yang akan disumbangkannya. Aspek pertama

berkaitan dengan masalah penelitian; aspek kedua menyangkut tatacara menelitinya, atau

metode penelitiannya, dan aspek ketiga berhubungan dengan apa yang akan disumbangkan

atau manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Bagian ini secara spesifik akan

memaparkan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas. Dalam paparan tiap langkah

akan disajikan beberapa aspek terkait didalam setiap langkahnya.

Dalam penelitian konvensional, permasalahan kerap kali dimaknai sebagai

kesenjangan yang muncul antara harapan yang diinginkan dan kenyataan yang ada.

Kesenjangan ini lah yang akan digunakan sebagai landasan tumpu untuk merumuskan

masalah penelitian. Lazimnya, dalam penelitian konvesional, permasalahan dapat digali

24

Page 25: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

melalui beberapa cara. Cara-cara yang umum digunakan antara lain menggali melalui

kajian atau reviu terhadap suatu teori yang dipandang sudah mapan atau suatu kebijakan

suatu lembaga yang menjadi titik perhatian peneliti. Dapat juga peneliti melakukan

penggalian dengan cara mengkaji atau mereviu penelitian relevan yang telah dilakukan

sebelumnya. Seorang peneliti dapat pula melakukan diskusi dengan sejawat atau ahli untuk

menggali sumber masalah yang akan menjadi minat penelitiannya. Cara lain yang mungkin

dilakukan adalah dengan mendasarkan pada pengamatan atau pengalaman sehari-hari,

yaitu, sumber permasalahan digali dari praktek. Dalam penelitian konvensional,

permasalahan itulah yang dapat dipandang sebagai titik tolak dilakukannya suatu kegiatan

penelitian.

Tidak seperti penelitian konvensional, permasalahan dalam penelitian

tindakan setidaknya dapat digali melalui 2 (dua) modus. Cara pertama yang dapat

dilakukan oleh peneliti adalah melalui permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan

praktek, yang dapat berupa hambatan, kesenjangan, atau dilema. Cara lain dapat dilakukan

tanpa harus diawali dengan permasalahan. Penelitian tindakan kelas dapat pula dimulai

dengan mengangkat isu tentang nuansa ketidakpuasan terhadap suatu keadaan atau praktek

pembelajaran dan pengajaran yang terjadi di kelas. Jadi, penelitian ini tidak diawali melalui

perumusan masalah seperti dalam penelitian konvensional atau cara pertama di atas.

Perasaan ketidakpuasan ini kemudian mendorong peneliti/praktisi untuk mencari cara agar

keadaan yang kurang menguntungkan yang dihadapinya dapat menjadi lebih baik lagi.

Cara yang mana pun, baik yang pertama, yaitu perasaan adanya kesenjangan, maupun cara

kedua, yaitu perasaan ketidakpuasan ini, dapat dimunculkan dari kacamata seorang peneliti

atau seorang ahli non guru, atau seorang praktisi, yaitu guru.

Baik melalui cara yang pertama maupun kedua, seorang peneliti atau praktisi

yang merasakan adanya kesenjangan atau ketidakpuasan ini sadar (aware) perlunya

penelusuran terhadap (a) inti yang menyebabkan ‘terganggunya’ atau ‘terhambatnya’

praktik yang terjadi di kelas, dan (b) cara-cara mengatasinya. Penelusuran inti penyebab

dan kerangka dasar rancangan pemecahan permasalahan, dapat diarahkan atau dipertegas

dengan menggunakan beberapa pendekatan. Dalam bahasa Barret dan Whitehead seperti

yang dikutip oleh McNiff (1988:57),.ada 6 (enam) pertanyaan yang dapat digunakan oleh

25

Page 26: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

peneliti atau praktisi untuk mengarahkan penelusuran inti penyebab dan kerangka dasar

rancangan pemecahan permasalahan berikut:

1. What is your concern?2. Why are you concerned?3. What do you think you could do about it?4. What kind of ‘evidence’ could you collect to help you make some judgement about

what is happening?5. How could you collect such ‘evidence’?6. How could you check that your judgement about what has happened is reasonably

fair and accurate?

Singkatnya, penegasan apa yang akan 'ditangani' dan bagaimana akan

menanganinya melalui penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut: Apa

yang menjadi titik keprihatinan Anda dalam kegiatan belajar mengajar sebagai guru kelas?

Mengapa hal itu menjadikan Anda prihatin? Apa yang kira-kira dapat Anda lakukan untuk

mengatasi keprihatinan Anda tersebut? Bukti-bukti apa yang dapat Anda tunjukkan untuk

membantu Anda memberikan penilaian yang masuk akal terhadap yang sedang Anda

prihatinkan? Bagaimana cara Anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut? Bagaimana Anda

mengetahui bahwa penilaian Anda terhadap hal yang menjadikan keprihatinan Anda benar-

benar tidak memihak dan akurat?

Pendekatan lain yang mirip dengan usulan Barret dan Whitehead tersebut di

atas untuk 'mendudukan masalah' adalah dengan cara mengajukan pertanyaan berikut: (a)

Dalam wilayah apa hambatan, kesenjangan, atau dilema terjadi?, (b) Bagaimana hambatan,

kesenjangan, atau dilema terjadi?, (c) Mengapa hal tersebut menjadi hambatan,

kesenjangan, atau dilema?, (d) Sejauhmanakah dampak yang ditimbulkan oleh hambatan,

kesenjangan, atau dilema yang terjadi tersebut terhadap keefektifan atau efisiensi proses

belajar-mengajar?,

Pendekatan lain dikemukakan oleh Kemmis dan McTaggart (1988:91).

Mereka memandang perlu dimunculkannya adanya masalah dengan tema tertentu (thematic

26

Page 27: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

concern) pada langkah awal. Tema ini menjadi 'payung' yang mencakup dimunculkannya

berbagai topik permasalahan yang akan digarap. Pengalaman empiris penggunaan

gabungan pendekatan tematis seperti yang dikemukakan oleh Kemmis dan McTaggart

(1988:91) tersebut dan saran perlunya brainstorming berdasarkan tema yang teridentifikasi

seperti saran Hubbard dan Power (1993:5) ternyata memberi kemudahan pada penggalian

topik-topik masalah yang lebih spesifik yang akan digarap. Melalui pendekatan seperti ini

ternyata selain diperoleh 'peta' permasalahan yang lebih utuh dan menyeluruh, pemilihan

pemecahan tindakannya pun mulai dapat dibayangkan pada saat pemilihan usulan

pemecahan yang paling 'pas' sesuai keadaan lapangan. Adapun alur kerjanya adalah seperti

yang terpampang pada Gambar 5.

27

Page 28: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Gambar 5: Alur Usulan Pemecahan Masalah

Masalah Tematis

Brainstorm

Topik Terpilih

Analisis Faktor-faktor Kemungkinan Penyebab

Usulan Pemecahan Masalah (Imagined Solutions)

1. …..2. …..3. …..4. …..5. …..

Analisis Kelayakan terhadap Usulan Pemecahan Masalahuntuk Memperoleh Usulan Ideal Yang Diinginkan

(To get the most effective and efficient with the minimum risks or loss)

Pengembangan Rencana Tindakan

28

Page 29: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Wilayah apa saja yang dapat dijadikan bahan kajian? Dengan menggunakan

kerangka kajian yang diusulkan oleh Dunkin dan Biddle (1974), sumber ‘tema’ yang dapat

diangkat untuk dikaji dapat berasal dari variabel konteks, variabel proses, maupun variabel

produk. Variabel konteks dapat memberikan wilayah kajian ditinjau dari sub variabel-sub

variabel guru, siswa, maupun lingkungan; variabel proses menawarkan wilayah kajian

antara lain interaksi belajar mengajar, implementasi metode, teknik ataupun strategi

pengajaran, pengelolaan kelas; dan variabel produk memberikan peluang kajian pada

bidang-bidang antara lain hasil belajar, sikap, pengelolaan informasi, strategi belajar, atau

motivasi siswa.

Tabel 2: Wilayah Kajian Penelitian Tindakan Kelas(adaptasi Dunkin dan Biddle (1974)

Variabel Konteks Variabel Proses Variabel Produk Guru Siswa Lingkungan

Interaksi belajar mengajar Metode/teknik/strategi

mengajar Pengelolaan kelas

Hasil belajar Sikap/Belief Pengelolaan informasi

hasil belajar Strategi belajar Motivasi belajar

3.2 Merumuskan Masalah

Setelah masalah relatif dapat teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah

merumuskan masalah. Pertanyaannya adalah 'Bagaimanakah cara

merumuskan/permasalahan' nya?' 'Memakai pertanyaan terbuka atau tertutup kah?' Ada

beberapa pendapat berbeda mengenai masalah ini. Hubbard dan Power (1993:5-6)

berpendapat sejauh mungkin hindari perumusan masalah dengan pertanyaan tertutup yang

memerlukan jawaban "Ya" atau "Tidak". Ia menyarankan digunakannya pertanyaan terbuka

untuk merumuskan permasalahan. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Hopkins

(1993:67-69) menyatakan baik pertanyaan terbuka maupun tertutup dapat saja digunakan

untuk merumuskan permasalahan dalam penelitian tindakan. Lebih lanjut dikatakan bahwa

pertanyaan terbuka umumnya digunakan untuk merumuskan permasalahan yang diawali

29

Page 30: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

dengan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan praktek; sedangkan pertanyaan

tertutup digunakan untuk merumuskan permasalahan yang diawali dengan mengangkat isu

tentang nuansa ketidak puasan terhadap suatu keadaan atau praktek pembelajaran dan

pengajaran yang terjadi di kelas. Menurut pengalaman di lapangan, penggunaan pertanyaan

terbuka dan tertutup untuk merumuskan permasalahan penelitian tindakan hendaknya

jangan terlalu dipermasalahkan benar. Pertanyaan mana pun, dapat digunakan asal

perumusannya baik, yaitu sepanjang perumusannya dapat mengarahkan peneliti kepada

esensi menjadikan keadaan lebih baik setelah dilakukannya penelitian tindakan kelas.

Berikut ini adalah contoh bagaimana 'akar permasalahan' suatu penelitian

tindakan dapat dicari, ditemukan, dan dirumuskan dengan menggunakan pertanyaan usulan

Barret dan Whitehead tersebut di atas. Perhatikan bagian jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan di atasnya. Bagian jawaban ini merupakan jawaban yang

diberikan seorang guru yang pernah melakukan penelitian tindakan kelas pada saat ia

memulai menjajagi akar permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran siswa di

kelasnya. Perhatikan bagaimana ia akhirnya merumuskan permasalahan penelitian yang

akan dilakukannya.

Apa yang menjadi titik keprihatinan Anda dalam kegiatan belajar mengajar sebagai guru kelas?

Saya merasa prihatin dengan hasil kegiatan pembelajaran menulis (writing) siswa. Siswa menuangkan gagasan dalam karangan dengan pola tidak tertib, runtut, dan terfokus.

Mengapa hal itu menjadikan Anda prihatin?

30

Page 31: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Menulis sebenarnya bukan sekedar kegiatan menggabungkankalimat-kalimat sehingga menjadi suatu bentuk karangan berupa paragraf atau esei. Menulis adalah kegiatan kompleks lebih dari sekedar menggabungkan kalimat-kalimat. Menulis sebenarnyasuatu kegiatan yang melibatkan proses fikir yang hasilnya kemudian dituangkan secara visual dalam bentuk tulisan/karangan. Dengan demikian, tulisan/karangan sebenarnya dapat dikatakan sebagai cerminan proses berfikir seseorang. Karangan yang runtut mencerminkan proses fikir yang runtut pula; karangan dengan pola yang tidak tertib, kacau, dan tidak terfokus mencerminkan proses berfikir yang tidak tertib, kacau, dan tidak terfokus pula.

Proses berfikir yang tidak tertib, kacau, dan tidak terfokus tentu saja tidak menguntungkan siswa. Dalam proses pembelajaran di kelas para siswa pada hakekatnya sedang dilatih untuk berfikir yang baik, yaitu tertib, runtut, terfokus, dan logis. Proses pembelajaran yang tidak baik tidak memberikan bekal yang baik bagi kehidupan siswa kelak, yaitu misalnya, ketika mereka melanjutkan pendidikan tinggi mereka di perguruan tinggi, yang menuntut mereka untuk menggunakan ketrampilan menulis dengan alur yang jelas.

Apabila praktek semacam ini dibiarkan terjadi terus menerus, kemajuan ilmu pengetahuan maupun terobosan-terobosan baru khususnya dalam bentuk tulisan berbahasa Inggris akan sulit diharapkan dari siswa di masa depan.

Apa yang kira-kira dapat Anda lakukan untuk mengatasi keprihatinan Anda tersebut?

31

Page 32: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Pola berfikir melingkar tipikal orang timur nampaknya juga terjadi pada para siswa. Namun, sebagai golongan terpilih yang akan meneruskan ke jenjang pendidikan tinggi, penyampaian kerangka fikir yang berputar berpeluang mengaburkan ide pokok yang akan diutarakan. Selain itu, pola penyampaian gagasan yang berputar berpeluang pula menimbulkan kesalah-fahaman pada pihak-pihak yang terlibat dalam kominukasi. Hal ini tentu saja tidak dikehendaki dalam dunia akademik. Oleh karena itu, untuk menangani hal-hal yang tidak diharapkan tersebut di atas, perlu dilakukan upaya-upaya penanganan secara sistimatis dan ilmiah (systematic and scientific intervention).

Permasalahan yang akan dipecahkan melalui penelitian ini berkaitan dengan kurang bersistimnya guru dalam pengajaran writing sehingga siswa tidak memiliki kemampuan mengembangkan gagasan dalam bahasa Inggris dengan baik dan benar. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut ialah dengan membenahi pembelajaran siswa melalui penggunaan Analysis-Synthesis Approach. Permasalahan penelitian ini saya rumuskan secara umum sebagai berikut.

"Sejauh manakah pendekatan Analysis-Synthesis Approach mampu meningkatkan kemampuan menulis paragraf siswa kelas III?"

Secara rinci, permasalahan umum ini saya jabarkan sebagai berikut:

1. Seberapa jauh penggunaan ‘Analysis-Synthesis Approach’ dapat meningkatkan ketrampilan siswa kelas III dalam menulis paragraf?

2. Bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan ‘Analysis-Synthesis Approach’?

Bukti-bukti apa yang dapat Anda tunjukkan untuk membantu Anda memberikan penilaian yang masuk akal terhadap yang sedang Anda prihatinkan?

32

Page 33: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Ada dua bukti yang dapat saya ajukan, yaitu bukti teoritis dan empiris. Kaplan (1966) berteori bahwa secara universal pola berpikir kultural suatu bangsa berbeda satu dengan lainnya. Bangsa Asia, misalnya, termasuk bangsa Indonesia, menganut pola berpikir dengan sistem retorik sirkular. Artinya, pengekspresian ide-ide disampaikan tidak secara langsung, yaitu basa-basi banyak digunakan untuk mencapai tujuan. Di lain pihak, bangsa Barat atau non-Asia, seperti bangsa Inggris, mempunyai kecenderungan untuk memakai sistem retorik langsung, maksudnya pencetusan ide diutarakan tanpa uraian berkelit. Dengan kata lain, perbedaan pola berpikir ini dilatarbelakangi oleh perbedaaan kultur, yaitu kultur bangsa Barat berbeda dengan kultur bangsa Timur.Perbedaan sistem retorik ini jarang tidak disadari oleh guru sehingga tidak pernah tersentuh dalam pembelajarn menulis.

Selanjutnya, beberapa temuan empirik (Sulistyo, 1996; Latief, 1996) mengungkapkan bahwa para lulusan SMU yang melanjutkan studi di Jurusan Bahasa Inggris, IKIP Malang, pada umumnya memiliki ketrampilan menulis bahasa Inggris yang kurang memadai, yaitu (1) siswa kurang trampil dalam berargumentasi atau kurang kritis dalam pengungkapan ide, dan (2) siswa kurang trampil dalam pengorganisasian ide.

Alasan berikutnya berdasarkan observasi di kelas dan interviu secara informal dengan guru-guru bahasa Inggris di sekolah menengah. Terungkap pengalaman beberapa hal berikut. Guru tidak memiliki gambaran yang jelas tentang tatacara mengajarkan writing. Pembelajaran ‘writing’ menurut pandangan siswa adalah menulis sebanyak-banyaknya. Namun, bagaimana tatacara membuat siswa dapat menulis sebanyak-banyaknya tidak diketahui oleh guru. Dengan kata lain, dalam kegiatan pembelajaran ‘writing’, guru pada umumnya tidak memberikan bekal yang cukup pada siswa sehingga siswa mampu mengungkapkan buah pikirannya dalam tulisan yang benar. Dalam praktek pengajaran writing pada umumnya guru hanya memberikan beberapa topik. Kemudian guru meminta para siswa menuliskan sebuah karangan berdasarkan topik yang menjadi minatnya. Siswa tidak dibekali tatacara yang benar bagaimana menemukan ide, bagaimana mengembangkan ide, bagaimana mengelola informasi yang diperolehnya, dan bagaimana merencanakan penyajian informasi yang diperolehnya dalam bentuk tulisan yang benar.

Bagaimana cara Anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut?

Melalui dua sisi, yaitu sisi teoritis dan empiris. Dari kajian teori, yaitu Kaplan (1966); dari kajian empiris, yaitu temuan penelitian

33

Page 34: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

yang dilakukan oleh Sulistyo (1996); Latief (1996); dan observasi di kelas dan interviu secara informal dengan guru-guru bahasa Inggris. Saya juga memandang perlu untuk memberikan tes awal kepada para siswa.

Bagaimana Anda mengetahui bahwa penilaian Anda terhadap hal yang menjadikan keprihatinan Anda benar-benar tidak memihak dan akurat?

Acuan teoritis dan empiris bersifat bebas nilai tidak memiliki tendensi yang bersifat subyektif. Oleh karena itu, kedua acuan itu pada umumnya tidak memiliki kepemihakan. Selain itu, baik acuan teoritis dan empiris juga bersifat akurat. Jadi dengan mendasarkan pada acuan teoritis dan empiris, saya dapat memberi penilaian bahwa hal yang menjadikan keprihatinan saya benar-benar tidak memihak dan akurat.

3.3 Merencanakan Tindakan (Planning)

Setelah langkah-langkah identifikasi 'masalah' dan perumusannya telah

dilakukan, seperti yang dipaparkan di bagain terdahulu, langkah selanjutnya adalah

merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk menjadikan keadaan yang diprihatinkan

menjadi lebih baik. Tujuannya adalah mengembangkan rencana tindakan strategis (action

strategies) berdasarkan situation assessment yang menghasilkan perumusan permasalahan

akurat dan terfokus/spesifik.

Apa saja yang perlu dilakukan tim peneliti? Menurut pengalaman, karena

penelitian tindakan bersifat kolaboratif, yaitu penelitian yang melibatkan beberapa pihak,

hal utama yang paling penting adalah penyamaan 'visi', 'misi', dan perencanaan 'aksi',

mulai dari perumusan permasalahan hingga rencana pemecahannya dalam tim peneliti.

Penyatuan bahasa ini penting agar tiap individu yang terlibat dalam tim memiliki gambaran

utuh tentang apa yang terjadi, landasan konseptual dan rasional untuk bertindak, peran

masing-masing individu dalam tim, kapan bertidaknya, dimana, dan bagaimana akan

34

Page 35: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

bertindaknya. Semua itu akan bermuara pada situasi dimana mereka dapat berperan secara

optimal dan kolaboratif dalam tim.

Suatu perencanaan yang matang akan memberikan gambaran yang lebih

nyata/konkrit dan alasan yang mendasarinya tentang beberapa hal penting sebagai berikut:

(a) permasalahan yang akan ditangani beserta perumusan hipotesis tindakannya 1, (b) siapa

yang akan terlibat menangani, termasuk subyek penelitiannya, (c) gambaran rencana utama

dan cadangan (fallback plan) dan rencana-rencana tindakan alternatif lainnya sekiranya

rencana utama tidak funsional seperti yang diharapkan, (d) pemetaan langkah-langkah

kegiatan beserta alokasi waktunya, (e) penentuan instrumen pengumpul data dan tatacara

penggunaannya, (f) perencanan analisis data dan penetapan indikator keberhasilan

pemecahan masalah. Singkatnya, pada tahap perencanaan gambaran utuh dan rinci tentang

hal berikut sudah dapat diketahui: rancangan tindakan, subyek yang terlibat, alat dan proses

pengumpulan data, dan analisis data. Tabel berikut menyajikan contoh 'pengangkatan suatu

permasalahan' dan implikasinya pada tujuan penelitian, hipotesis tindakan, dan rencana

tindakannya.

Tabel 3: Rumusan Masalah dan Implikasi Metodologis Penyertanya.

Masalah Tujuan Hipotesis Tindakan Rencana Tindakan

Kualitas menulis Merancang Pembelajaran menulis Beberapa hal berikut

1 Untuk mengarahkan pengembangan rencana tindakan strategis, tidak jarang digunakan hipotesis tindakan sebagai landasan pengembangannya. Tidak seperti penelitian konvensional pada umumnya, hipotesis tindakan ini tidak akan diuji secara statistik. Namun dapat dikatakan bahwa hipotesis tindakan berperan sebagai ‘sign post’-- sebagai penunjuk arah. Meskipun perumusan hipotesis tindakan tidaklah bersifat suatu keharusan, perumusan hipotesis tindakan yang jelas, yaitu perumusan yang tidak berpotensi menimbulkan penafsiran yang beragam, akan memberikan arahan yang benar terhadap ‘penanganan’ permasalahan yang menjadi titik fokusnya. Artinya, perumusan hipotesis tindakan yang tepat akan memiliki implikasi metodologis yang penyertanya.

35

Page 36: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

paragraf siswa masih rendah dengan indikator tidak runtut dan teraturnya tatacara siswa mengemukakan gagasan dalam tulisan mereka, yaitu penyajian gagasan sirkular/melingkar.

pembelajaran yang mampu mengubah tatacara siswa dari penyajian gagasan sirkular/melingkar mejadi tatacara penyajian gagasan secara liniar dalam bentuk paragraf

Mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang mampu mengubah tatacara siswa dari penyajian gagasan sirkular/melingkar mejadi tatacara penyajian gagasan secara liniar dalam bentuk paragraf

Analysis-Synthesis Approach,yaitu pembelajaran yang dirancang berlandaskan: (a) perlunya adanya penyadaran pada siswa tentang adanya tatacara pengungkapan gagasan berfikir sirkular/melingkar dan liniar, dan (b) pembimbingan proses pembelajaran yang sistimatis melalui pendekatan analisis tema dan sintesa rinci mampu meningkatkan kualitas menulis paragraf siswa

perlu direncanakan:1. Penetapan

indikator rancangan pembelajaran Analysis-Synthesis Approach

2. Penetapan langkah-langkah strategi pembelajaran Analysis-Synthesis Approach

3. Penetapan bahan pembelajaran Analysis-Synthesis Approach

4. Penetapan indikator keberhasilan pembelajaran Analysis-Synthesis Approach

5. Penetapan alat ukur keberhasilan pembelajaran Analysis-Synthesis Approach

6. Penetapan strategi dan alat-alat pengumpulan data

7. Penetapan strategi dan alat analisis data

3.4 Implementasi Rencana Tindakan dan Pengamatannya (Implementing and Observing)

Berikut ini beberapa saran praktis yang diusulkan McNiff (1988:68-70).

Penelitian tindakan bersifat kolaboratif dalam kesetaraan atau singkatnya kesetaraan dan

36

Page 37: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

kolaborasi. Dalam pengimplemetasian rencana tindakan, unsur kolaborasi benar-benar

perlu dipegang baik-baik melalui kontak komunikasi yang jelas. Bagaimana hal ini dapat

dilakukan? Banyak cara, misalnya, dengan mengadakan diskusi secara terjadwal. Jadwal

pertemuan untuk membahas masalah-masalah penelitian dapat dilakukan dengan

menyesuaikan banyaknya siklus yang digunakan. Rapat koordinasi mungkin dapat

dilakukan per minggu atau per dua minggu disesuai dengan keadaan dan kebutuhan.

Penggunaan buku log juga sangat membantu untuk beberapa keperluan. Selain

merekam semua kejadian, buku log juga berguna untuk melaporkan apa yang telah dan

sedang dikerjakan anggota lain. Kuncinya adalah terjalinnya komunikasi yang baik antara

satu anggota dengan anggota lain sehingga semua yang terlibat mengetahui (well informed)

apa yang sedang terjadi. Suatu keputusan yang diambil atas tim adalah keputusan kolektif

yang mengikat semua anggota tim. Setiap anggota tim bertanggung jawab atas

pelaksanaannya (Kemmis dan McTaggart, 1981:106). Dengan kolaborasi yang baik,

pengimplementasian rencana diharapkan dapat dilakasanakan dengan baik pula. Apalah

artinya rencana yang telah disusun dengan susah payah, dan dianggap baik, ternyata

dilaksanakan secara 'sembrono'.

Selain itu perlu juga dilakukan kegiatan penulisan untuk pelaporan baik secara

formal maupun tidak formal. Tujuannya adalah merekam semua kejadian yang teramati

selama proses implementasi tindakan. Penulisan memberikan manfaat untuk

'mengklarifikasi' gagasan yang timbul sehingga dapat dihindari ketidakjelasan yang

berpotensi menimbulkan kesalah pahaman diantara anggota atau diri sendiri. Selain itu,

penulisan yang jelas akan membantu mengarahkan langkah implementasi jika dipandang

pada suatu tahapan telah melenceng dari garis yang ditentukan di rencana tindakan. Ini

perlu difahami karena di dalam penelitian tindakan tidak jarang hal yang tidak terduga di

tengah pengimplementasian rencana tindakan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apabila

ini terjadi perlu langkah cepat, tepat, dan kolaboratif.

Hopkins (1993:79) menambahkan perlunya fokus terhadap hal yang menjadi

pusat keprihatinan/perhatian, dan perlunya berpegang pada kriteria yang telah ditetapkan

dalam hal penggunaan alat atau metode observasi. Selain itu, ia juga menekankan perlunya

37

Page 38: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

tiap anggota tim peneliti memiliki pengetahuan tentang strategi pengumpulan data dan

ketrampilan yang memadai dalam 'menggunakan' alat atau metode pengumpulan data.

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dimaksudkan sebagai langkah

untuk pengumpulan data relevan yang akan digunakan setidak-tidaknya untuk 2 (dua)

kepentingan yang berlainan. Kepentingan pertama adalah untuk mengetahui keefektifan

dan efisiensi rencana tindakan, yaitu rancangan pembelajaran sebagai suatu program;

sedangkan kepentingan kedua adalah untuk memonitor proses dan hasil pembelajaran siswa

melalui pembelajaran yang dikembangkan. Dalam beberapa hal, pengamatan dapat pula

berperan sebagai langkah awal dalam penelitian tindakan (periksa Hubbard dan Power,

1993).

Baik untuk kepentingan pertama maupun kedua, dalam kegiatan observasi

perlu dicermati beberapa hal berikut ini: apakah rencana telah berjalan sesuai skenario?

Kalau jawabannya positif, perubahan apa yang dapat diamati? Seberapa jauh? Apakah

tujuan implementasi tindakan dapat dicatat kemajuannya? Apakah ada kejadian yang

muncul dan tidak diperkirakan sebelumnya di dalam skenario rencana tindakan? Kejadian

apa dan apa sebab kemunculannya? Kalau rencana tindakan tidak berjalan sesuai rencana,

amati apa penyebabnya. Mengapa bisa terjadi demikian?

Alat atau metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data pun

beragam. Hubbard dan Powers (1993:9-48), misalnya, menyebutkan sebagai berikut: note

taking, students' work and artifacts, interviews, surveys, sociogram, audiotaping dan

videotaping. (Kemmis dan McTaggart, 1981:100) menyebutkan teknik-teknik berikut

beberapa diantaranya mirip dengan yang disebutkan oleh Hubbard dan Powers di atas:

anecdotal records, field notes, ecological behavioral description, document analysis,

diaries, logs, item sampling cards, questionnaires, interviews, sociometric methods,

interaction schedule and checklist, tape recordings, video recording, photographs and

slides dan tests of student performance.

Sementara itu, McNiff (1988:76-80) mengklasifikasikan alat atau metode

pengumpul data menjadi tiga, yaitu (1) metoda kertas dan pena (paper and pen methods),

yang meliputi catatan lapangan, buku harian, atau jurnal, catatan harian siswa, dan

kuesioner; (2) metoda ‘perekaman hidup’ (‘live’ methods), yang mencakup metoda

38

Page 39: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

sosiometri, interviu, dan diskusi; dan (3) metoda ostensif (ostensive methods) yang

mencakup perekaman audio maupun visual, misalnya foto, atau perekaman audiovisual.

Kejadian yang terekam melalui metode ini dapat dilihat kembali dengan memutar rekaman

peristiwa yang diamati. Selain alat yang telah disebutkan di atas, dapat pula digunakan tes.

Misalnya, suatu penelitian tindakan kelas berupaya mengetahui apakah pembelajaran

speaking dengan menggunakan teknik question and answer dapat meningkatkan fluency

siswa. Pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan tes kinerja (performance test) untuk

mengukur seberapa banyak jumlah kata yang dapat dihasilkan siswa dalam suatu ujaran,

misalnya. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data adalah melalui karya-

karya siswa yang dikumpulkan melalui prosedur portfolio. Karya siswa yang dimaksud,

misalnya, dapat berupa karangan siswa yang dikumpulkan secara periodik.

Masing-masing alat atau metode pengumpul data tersebut di atas memiliki

kegunaan yang khas. Dengan demikian masing-masing memiliki kelemahan dan

kelebihannya. Hopkins (1993) secara panjang lebar membahas kelebihan dan kekurangan

beberapa alat atau metode pengumpul data tersebut di atas. Untuk menggunakan suatu alat

atau metode pengumpul data, guru sebagai peneliti perlu menengok kembali permasalahan

yang diangkatnya dan mengamati kembali fokus yang menjadi minatnya. Jadi sebelum

menentukan alat atau metode pengumpul data yang sesuai dengan kebutuhannya, ia perlu

mencermati hakikat data yang tercermin dari permasalahan penelitiannya. Hal yang

terpenting lagi adalah guru perlu memiliki keterampilan khusus untuk menggunakan alat

atau mengimplementasikan metode pengumpul data tertentu. Untuk itu, latihan yang

memadai amat diperlukan sehingga guru benar-benar terampil dengan penggunaan alat

tersebut. Alat yang bagus, metode yang canggih, tapi pengoperasian yang asal-asalan tidak

akan menghasilkan terkumpulnya data yang diharapkan, mungkin hanya akan membuang

tenaga saja.

3.5 Analisis Data (Analysing) dan Hasil Penelitian (Findings and Results)

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dan fokus yang menjadi perhatian

peneliti, data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis. Pertama-tama perlu dilakukan

39

Page 40: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

kelengkapan data, yang diikuti dengan pengkodean data kalau diperlukan. Selanjutnya,

dilakukan pengecekan data perolehan dengan indikator keberhasilan—kalau keberhasilan

merupakan tolok ukurnya--yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Pada tahap ini

kegiatan ‘scanning’ contoh aktifitas yang menjadi fokus akan dilakukan dengan cara

pemberian kode atau tanda-tanda tertentu. Tujuannya adalah untuk analisis lanjut yang

lebih mendalam. Contoh aktifitas yang discan ini mungkin berupa aktifitas yang

diharapkan atau yang menyimpang.

Langkah lain yang perlu dilakukan adalah pengorganisasian data. Hal yang

perlu diingat dalam analisis data adalah bahwa data yang terekam adalah kumpulan

informasi yang mengindikasikan sesuatu--yang menunjukkan gejala adanya sesuatu di

baliknya. Kumpulan-kumpulan informasi ini akan fungsional, yaitu bukan sekedar menjadi

‘saksi bisu’ atas sesuatu, kalau peneliti mampu memberikan ‘makna’ atas kumpulan

informasi tersebut sehingga ia bisa ‘menangkap’ sesuatu di balik kumpulan data tersebut. Ia

mungkin perlu mengkaitkan satu gejala dengan gejala lain untuk melihat keseluruhan profil

masalah yang menjadi minatnya.

Singkatnya, ia perlu pula mereduksi data, yaitu proses penyeleksian,

pemfokusan, penyederhanaan, pengabstraksian, dan pengubahan data mentah dari catatan

harian, catatan lapangan dan pengumpul data lainnya. Ia akan pula membuat ringkasan

hasil analisis, memilah-milahnya, mengelompokannya (Miles dan Huberman, seperti yang

dikutip Hopkins, 1993:159-160) dan akhirnya ia akan melakukan penerikan kesimpulan

yang logis dan rasional.

Mengingat penelitian tindakan kelas menggunakan pola siklus, analisis data

dapat dilakukan berdasarkan data yang terkumpul pada siklus tertentu. Jadi proses analisis

dapat dilakukan secara terus-menerus (ongoing analysis). Peneliti tidak perlu menunggu

selesainya semua proses dalam siklus dilakukan untuk menganalisis data yang telah

dikumpulkan.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya ialah pengelolaan hasil penelitian.

Pengelolaan hasil penelitian yang baik akan mempertinggi kualitas pelaksanaan penelitian

tindakan kelas. Tujuan pengelolaan adalah untuk memfasilitasi pelaporan dalam rangka

pertanggungjawaban ‘akademis dan moral’ atas apa saja yang telah dilakukannya dengan

40

Page 41: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

bukti-bukti hasil penyertanya. Apa saja yang penting dikelola untuk dilaporkan?

Setidaknya ada dua hal, yaitu proses (processes) dan bukti (evidence).

Yang dimaksud proses adalah bagaimana inovasi yang diusulkan itu

diimplementasikan dalam siklus-siklus yang telah dirancangnya. Dari proses ini akan

terlihat terjadinya (atau tidak terjadinya) perubahan-perubahan dari satu siklus ke siklus

berikutnya. Untuk itu, guru dituntut untuk mampu mendeskripsikan semua proses

pelaksanaan penelitian secara akurat dan runtut. Apabila ini dapat dilakukan dengan baik,

inilah sebenar-benarnya hasil dari penelitian tindakan itu, yaitu proses, tidak hanya

deskripsi data hasil observasi saja.

Selain itu, untuk mendukung hasil proses dan sebagai landasan penting untuk

melakukan kegiatan refleksi, guru perlu menyertakan bukti-bukti pendukung. Bukti-bukti

pendukung ini bisa berupa sajian data dalam bentuk kurva, grafik, diagram, atau tabel yang

dibuat komunikatif untuk memudahkan pembacaan. Dalam hal ini bukan kecanggihan

gambar yang penting, tetapi bagaimana guru mengolah data yang diperolehnya sehingga

data tersebut dapat direduksi, diabstraksikan, dan direpresentasikan dalam berbagai bentuk

visual tersebut. Selain bukti-bukti berupa representasi visual, guru perlu pula mengelola

hasil fisik (artifact) yang merupakan karya otentik siswa. Ini dapat berupa hasil proyek

kecil mereka, misalnya berupa realia, gambar-gambar, karangan, dan sebagainya. Hal lain

yang juga penting yang perlu diingat bagi peneliti adalah bukan hanya hal-hal yang positif

saja yang direkam dan dianalisis (misalnya, tingkat keberhasilan teknik mengajar,

meningkatnya skor perolehan siswa, meningkatnya motivasi siswa dan lain sebagainya),

tetapi juga hal-hal lain seperti misalnya upaya-upaya yang dilakukan (struggles) untuk

mengatasi kendala di lapangan pada waktu mengimplementasikan rencana tindakan,

hambatan-hambatan yang dihadapi, dan kegagalan-kegagalan yang terjadi. Hal yang juga

tidak kalah penting untuk direkam dan di analisis adalah perubahan-perubahan yang terjadi

baik perubahan yang diharapkan atau yang diantisipasi sebelumnya maupun perubahan

yang tidak terduga sebelumnya namun penting, misalnya dalam hal sikap (attitude) dan

kepercayaan (belief).

3.6 Refleksi (Reflecting)

41

Page 42: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Secara sederhana, sesuai maknanya, maksud kegiatan refleksi adalah kegiatan

mencerminkan kembali, memantulkan kembali, atau mengenangkan kembali. Dalam

penelitian tindakan kelas, seorang peneliti perlu mengetahui dua hal berikut: apa

sebenarnya yang perlu dicerminkan kembali? dan apa yang perlu dilakukan untuk itu?

Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas, kegiatan refleksi dilakukan setelah

proses observasi dan analisis data. Dalam kegiatan refleksi guru sebagai peneliti akan

melihat kembali hal-hal yang telah dilakukannya dalam kegiatan pengajaran yang telah

dirancangnya. Ia juga melihat kembali dampak yang ditimbulkan dari rancangan kegiatan

pengajarannya. Dari segi tujuan yang telah ditetapkannya, ia akan mengevaluasi tingkat

keberhasilan atau tingkat kegagalan atas tindakan yang telah dilakukannya: Apakah ia

berhasil atau gagal dalam mengimplementasikan rancangan pembelajarannya? Kalau

berhasil, seberapa jauh? Kalau gagal, apa sebabnya? Ia juga perlu mencaritahu hal-hal di

luar rencana yang muncul pada saat implementasi rencana tindakan.

Dasar apa yang digunakannya untuk mengevaluasi tindakan pengajaran yang

telah dilakukannya? Dasar yang digunakan berupa data-data yang telah terkumpul dan

dianalisisnya. Data tersebut dapat berupa karya siswa, skor, dan sebagainya.

Ia dapat melakukan evaluasi dengan paradigma SWOT (Strengths,

Weaknesses, Opportunities, and Threats) atas implementasi rencana tindakan yang telah

dilakukannya: ia akan melihat kembali keunggulan inovasi yang diusulkannya. Ia juga akan

menganalisis kelemahannya. Ia juga akan menganalisis seberapa besar peluang yang dapat

diraih untuk pemecahan masalah yang dihadapinya? dan apa ancaman-ancaman atau

kendala-kendala yang menghadang inovasi unggulannya? Hasil evaluasi ini akan

merupakan dasar untuk menentukan perlu tidaknya tindak lanjut pada siklus berikutnya.

42

Page 43: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

BAB IV

ANATOMI PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Untuk mengembangkan proposal penelitian tindakan kelas, perlu diketahui

terlebih dahulu anatomi proposalnya. Proposal penelitian tindakan pada umumnya memuat

unsur-unsur pokok dengan sistematika tertentu. Bab IV menyajikan unsur-unsur pokok

yang perlu ditulis pada proposal penelitian tindkan kelas.

Pada bagian berikut secara berturut-turut hal-hal yang perlu dipertimbangkan

pada unsur-unsur pokok pada proposal penelitian tindakan kelas dengan topik-topik sajian

sebagai berikut: (1) Judul Penelitian, (2) Pendahuluan, (3) Kajian Pustaka, Hipotesis

Tindakan, dan Rencana Tindakan, (4) Metode dan Prosedur Penelitian, (5) Jadwal

Penelitian, (6) Rencana Anggaran Biaya Penelitian, (7) Daftar Pustaka, (8) Riwayat Hidup

Peneliti. Contoh proposal yang dikembangkan berdasarkan unsur-unsur tersebut dapat

dilihat di Lampiran.

4.1 Judul Penelitian

Judul penelitian ditinjau dari bentuk fisiknya hendaknya dirumuskan singkat

dan padat, yaitu sedapat mungkin tidak lebih dari dua puluh kata; jelas pengertiannya dan

tidak berpotensi menimbulkan makna ganda. Selain itu, ditinjau dari esensinya, judul

penelitian hendaknya mengandung unsur permasalahan (variabel) yang menjadi fokus dan

juga menyebut formulasi cara atau tindakan pemecahan permasalahannya. Setting

pelaksanaan dan sasaran penelitian tindakan juga perlu dicantumkan pada judul.

Berikut ini beberapa contoh judul penelitian tindakan yang telah diadaptasi

dan pernah dilakukan oleh beberapa sejawat guru SLTP di berbagai daerah:

43

Page 44: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

1. Meningkatkan Penguasaan Spelling Siswa Kelas I SLTP 1 Jumo dengan Meaningful

Copying;

2. Meningkatkan Kemampuan Memahami Informasi Rinci Sebuah Wacana melalui

Jumbled Letter Actvities dan Deskripsi Gambar pada Siswa Kelas III SLTPN Bonti

Kabupaten Sanggau;

3. Meningkatkan Scanning Skills Siswa Kelas III SLTP dengan menggunakan

Textboards;

4. Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris dengan Memaksimalkan

Fungsi-fungsi Ungkapan melalui Pemberian Materi Otentik;

5. Comparative Integrated Reading and Composition: Sebuah Alternatif Meningkatkan

Reading Skills Siswa Kelas II SLTP IV Boyolali;

6. Meningkatkan Partisipasi Siswa dalam Group Discussion melalui Games.

4.2 Pendahuluan

Pendahuluan menyajikan setidaknya empat hal, yaitu konteks penelitian

sebagai latar belakang, perumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan manfaat hasil

penelitian. Berikut ini akan dipaparkan secara singkat masing-masing unsur tersebut.

Konteks penelitian sebagai latar belakang dapat dilakukan melalui situation

assessment, yaitu paparan kendala, hambatan, atau tantangan yang dihadapi sebagai

kesenjangan yang terjadi antara harapan dan kenyataan. Pada bagian ini perlu

dideskripsikan harapan dan kenyataan secara jelas disertai dengan data-data pendukung

yang relevan yang mengarahkan kepada kemunculan kendala, hambatan, atau tantangan

tersebut. Harapan dapat berupa kebijakan yang telah ditetapkan, misalnya tujuan umum

pembelajaran yang telah ditetapkan di kurikulum atau silabus bahasa Inggris atau tujuan

khusus pembelajaran yang ditetapkan dalam rencana pelajaran atau kebijakan lain baik

yang dibuat oleh guru, sekolah, atau kantor pendidikan nasional lainnya. Tahap ini disebut

paparan mengenali masalah (problem recognition).

44

Page 45: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Hal kedua dalam pendahuluan adalah perumusan masalah. Setelah

kesenjangan dapat dikenali, selanjutnya identifikasi secara lebih spesifik kemudian

formulasikan secara tepat masalah yang benar-benar menjadi fokus. Uraikan mengapa

masalah ini dipandang penting dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Sebutkan secara spesifik aspek apa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas yang kena

dampaknya. Uraikan seberapa jauh dampak yang ditimbulkannya. Selanjutnya paparkan

kemungkinan faktor-faktor penyebab munculnya masalah tersebut (identification of

possible sources of the recognized problem). Sebutkan faktor yang dipandang paling

dominan. Nyatakan perlunya pemecahan masalah tersebut. Berikan rasional mengapa

masalah tersebut perlu segera dipecahkan. Paparkan cara-cara yang mungkin dapat

dilakukan untuk menanganinya. Tentukan satu cara yang diduga paling efektif dan efisien

untuk mengatasi masalah tersebut.

Berikut ini beberapa contoh rumusan masalah:

Kegiatan apakah yang dapat mendorong siswa untuk merevisi karangan mereka?*

Bagaimanakah pendekatan lokakarya penulisan (writing workshop) dapat meningkatkan

keterampilan menggunakan tanda baca dalam tulisan karya siswa?*

Bagaimanakah pendekatan pembelajaran multi struktur dan lintas budaya dapat

meningkatkan kemahiran para siswa dalam berbicara di depan publik melalui

expository discourses?

Seberapa efektifkah penggunaan ‘Big Book’ untuk meningkatkan penguasaan functional

skills pada kelas besar?

Bagaimanakah konsep yang keliru pada siswa tentang penggunaan The Past Tenses dan

The Present Perfect Tenses dapat dibenahi dengan menggunakan ‘Time-line Visual

Media’?

Catatan: * adaptasi dari Hubbard dan Power (1993:2).

45

Page 46: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Perumusan masalah dapat dilakukan dengan menentukan masalah umum

terlebih dahulu, kemudian perumusan masalah secara rinci. Perhatikan contoh penjabaran

masalah umum berikut menjadi masalah rincinya.

Secara umum, permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah penggunaan ‘Big Book’ dapat mengubah perilaku pembelajaran functional

skills siswa pada kelas besar?

Secara rinci, permasalahan umum ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

3. Seberapa jauh penggunaan ‘Big Book’ dapat meningkatkan pembelajaran siswa pada

functional skills pada kelas besar ‘Big Book’?

4. Bagaimanakah sikap siswa tentang penggunaan ‘Big Book’ dalam pembelajaran

bahasa Inggris di kelas?

5. Bagaimanakah kegiatan pembelajaran siswa dengan penggunaan ‘Big Book’ dalam

pembelajaran bahasa Inggris di kelas?

Hal ketiga adalah tujuan penelitian. Mengingat penelitian tindakan tidak dapat

dipisahkan dengan kegiatan belajar mengajar di kelas, tujuan penelitian dengan demikian

adalah merancang suatu pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang

dihadapi dan sekaligus mengimplementasi rancangan pembelajaran tersebut untuk melihat

dampak yang ditimbulkan dari implementasinya. Perumusan tujuan penelitian tentu saja

harus sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Perhatikan contoh

perumusan tujuan penelitian tindakan berikut ini.

46

Page 47: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, secara umum tujuan penelitian ini

adalah merancang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan ‘Big Book’ untuk

mengubah perilaku pembelajaran functional skills siswa pada kelas besar?

Secara rinci, permasalahan umum penelitian tersebut dapat dijabarkan lebih rinci

sebagai berikut:

1. Menganalisis dampak penggunaan ‘Big Book’ terhadap pembelajaran functional skills

siswa pada kelas besar;

2. Menganalisis sikap siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan

‘Big Book’ di kelas besar;

3. Menganalisis kegiatan pembelajaran siswa pada pembelajaran bahasa Inggris dengan

penggunaan ‘Big Book’ di kelas besar.

Hal keempat adalah manfaat hasil penelitian. Penelitian tindakan diharapkan

memberikan kontribusi praktis (meskipun tidak menutup kemungkinan dihasilkannya

kontribusi teoritis), yaitu manfaat yang langsung dirasakan untuk keperluan proses belajar

mengajar. Paparkan secara jelas siapa yang akan memanfaatkan hasil penelitian tindakan

yang akan dilakukan, dalam hal apa manfaatnya akan dirasakan, dan bagaimana bentuk

manfaatnya. Perumusan manfaat penelitian sedapat mungkin operasional karena ini kelak

akan terkait dengan saran yang akan diberikan pada pihak-pihak yang telah disebut di atas,

dan saran ini pun juga harus operasional.

4.3 Kajian Pustaka dan Hipotesis Tindakan

Kajian pustaka pada umumnya memuat teori-teori dan hasil penelitian

terdahulu yang mutakhir dan relevan. Tujuan perujukan teori tidak sekedar hanya untuk

keperluan pelacakan state of the art yang mengarah pada pembentukan theoretical

framework penelitian yang akan dilakukan, tetapi perujukan tersebut dapat memberikan

pembenaran (justification) terhadap rencana tindakan inovatif yang diusulkannya.

47

Page 48: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Singkatnya, usulan inovatif pemecahan masalah yang akan dilakukan perlu memiliki

justifikasi teoritis yang memadai.

Kajian penelitian terdahulu yang relevan akan memberikan gambaran hal-hal

yang telah dilakukan peneliti terdahulu, termasuk di dalamnya wilayah kajiannya, cara atau

prosedur mengkajinya, keberhasilannya atau mungkin kegagalannya, dan tentu saja

hasilnya. Kajian ini perlu dilakukan agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.

Kajian teoritis dan empiris yang memadai akan memberikan beberapa

keuntungan bagi peneliti, yaitu peneliti dapat memperoleh perluasan wawasan atas masalah

penelitian yang sedang digarapnya, dan peneliti mendapatkan gagasan-gagasan alternatif-

alternatif konseptual cara pemecahan masalah. Singkatnya, kajian pustaka yang memadai

akan ‘gambaran’ konseptual yang merupakan landasan pijakan untuk merencanakan

tindakan yang permasalahannya telah diformulasikan sebelumnya. Pada bagian ini dapat

dirumuskan hipotesis tindakan, yang pada hakekatnya berfungsi memberikan arah tatacara

pemecahan masalah.

4.4 Metode dan Prosedur Penelitian

Bagian ini memuat setidaknya 5 (lima) komponen, yaitu (a) model rancangan

yang digunakan, (b) konteks penelitian, (c ) strategi tindakan, (d) pengembangan

instrumen, dan (e) analisis data dan refleksi. Berikut paparan singkat masing-masing

komponen. Sebutkan model rancangan yang digunakan, yaitu model rancangan siapa.

Berikan rasional mengapa model rancangan penelitian ini dipilih. Kaitkan dengan

permasalahan penelitian yang telah diangkat. Sebut berapa siklus yang akan diperlukan

untuk pemecahan masalah dan jelaskan landasan apa yang digunakan untuk penentuan

siklus tersebut. Paparkan apa yang akan dilakukan pada siklus yang digunakan.

Konteks penelitian memaparkan siapa yang terlibat dalam tim peneliti, siapa

yang menjadi sasasaran penelitian, berapa jumlahnya, dan bagaimana karakteristik mereka.

Selain itu konteks penelitian memamparkan lokasi dan waktu penelitian.

Strategi tindakan memaparkan masalah teknis yang terkait dengan rancangan

pembelajaran yang akan diimplementasikan. Uraikan indikator rancangan pembelajaran

48

Page 49: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

yang akan diimplementasikan; demikian pula langkah-langkah strategi pembelajarannya.

Paparkan pula bahan pembelajaran yang diperlukan.

Pengembangan instrumen memaparkan jenis data apa yang diharapkan akan

dikumpulkan dari sumber data apa/siapa. Jelaskan instrumen apa saja yang akan digunakan

untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Berikan rasional penggunaan suatu instrumen.

Uraikan cara pengadaan instrumen tersebut: adaptasi, adopsi, pengembangan baru.

Analisis data dan refleksi memuat cara-cara dan strategi menganalisis data

yang telah terkumpul. Paparkan perubahan yang diharapkan melalui penetapan indikator

keberhasilan pembelajaran yang diimplementasikan. Uraikan bagaimana hasil analisis data

dapat digunakan untuk melakukan evaluasi atas apa yang telah terjadi sebagai refleksi.

4.5 Jadwal Penelitian

Jadwal kegiatan pada umumnya dibuat dalam bentuk matriks. Matriks ini

memuat kegiatan penelitian dan alokasi waktu kegiatan. Kegiatan penelitian hendaknya

dituliskan sejak dari kegiatan awal, yaitu penulisan proposal dan disain operasionalnya,

persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian yang tertuang dalam banyaknya siklus,

penulisan draf laporan, seminar draf laporan, revisi laporan, dan pengiriman laporan akhir.

4.6 Rencana Anggaran Biaya Penelitian

Pengembangan jadwal penelitian yang rinci dapat pula digunakan sebagai

dasar untuk pengembangan rencana anggaran biaya penelitian. Dasarnya adalah rincian

kegiatan penelitian yang kemudian diberi satuan-satuan tertentu dengan unit cost tertentu.

Rencana anggaran yang akurat dan riil akan membantu tim peneliti dalam setiap

langkahnya dalam penelitian.

4.7 Daftar Pustaka Rujukan

49

Page 50: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Sebutkan sumber pustaka yang benar-benar digunakan sebagai acuan di dalam

proposal. Sumber pustaka yang tidak dirujuk tidak perlu dituliskan pada daftar pustaka

rujukan. Teks dapat berasal dari sumber pustaka yang berbeda, misalnya jurnal, laporan

penelitian, internet, dan sebagainya. Untuk itu perlu diperhatikan tatacara penulisannya.

Gunakan pedoman penyusunan daftar pustaka yang standar, misalnya American

Psychological Association (APA) atau yang lain. Konsistensi daftar pustaka penulisan

perlu dijaga.

4.8 Riwayat Hidup Peneliti

Daftar riwayat hidup peneliti bukan sekedar pajangan. Dari daftar riwayat

hidup ini akan diketahui pengalaman akademis peneliti dalam bidangnya. Dari daftar

riwayat hidup akan diketahui seberapa jauh ia memiliki kompetensi yang relevan dengan

penelitian yang diajukannya.

Biasanya daftar riwayat hidup memuat hal-hal berikut: identitas pribadi

peneliti yang mencakup nama, agama, tempat dan tanggal lahir, alamat (kantor, rumah, e-

mail); later belakang pendidikan peneliti yang mencakup jenis pendidikan, nama lembaga

pendidikan, tahun pendidikan, dan gelar pendidikan; pengalaman pelatihan yang meliputi

nama pelatihan, lama pelatihan, tempat pelatihan, dan waktu pelatihan; karya ilmiah

peneliti yang mencakup judul karya ilmiah, tahun terbit, identitas penerbit, lokasi penerbit;

dan pengalaman penelitian.yang mencakup judul penelitian, tahun penelitian, kedudukan

dalam penelitian, dan sponsor.

50

Page 51: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

BAB V

SIMPULAN

Pada bagian terdahulu telah dipaparkan beberapa model penelitian tindakan

yang mungkin dapat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas. Model-model tersebut

memiliki langkah-langkah implementasi yang berbeda yang menjadi ciri khas masing-

masing pendekatan. Meskipun demikian, tujuan dasar yang hendak dicapai dengan model

yang beragam tersebut sama, yaitu upaya sistimatis pemecahan masalah dalam praktik

untuk mendapatkan keadaan yang lebih baik lagi. Berkaitan dengan karakteristik masing-

masing model, pemilihan dan penggunaan model mana yang dapat digunakan akan

tergantung dari beberapa hal. Pertama, faktor karakteristik permasalahan nampaknya

merupakan satu hal penting yang perlu dipertimbangkan sebelum memilih model yang

sesuai. Identifikasi masalah yang dilakukan perlu dianalisis lebih lanjut sehingga akan

dihasilkannya seperangkat daftar permasalahan. Jabaran masalah ini selanjutnya perlu

dipetakan lebih akurat, kalau mungkin dalam bentuk klasifikasi permasalahan berdasarkan

(a) jenjang keterkaitan logis esensi permasalahannya, (b) tingkat urgensi pemecahan

permasalahannya, (c) tingkat kompleksitas permasalahannya, dan (d) perkiraan waktu yang

tersedia untuk pemecahan permasalahan yang teridentifikasi. Keberhasilan pada tahap ini

akan tergantung pada sejauh mana peneliti cukup kritis dan sensitif untuk 'melihat'

(examine and evaluate critically) permasalahan yang dihadapi dalam praktik pendidikan di

kelas. Faktor kedua yang perlu mendapatkan perhatian adalah tersedianya sumber daya dan

fasilitas yang diperkirakan akan dapat mendukung pelaksanaan penelitian tindakan.

Masalah yang terpilih untuk pemecahannya berdasarkan skala prioritas kemudian

diproyeksikan dalam suatu matriks 'cetak biru' yang menunjukkan hubungan antara

permasalahan yang dihadapi dengan ketersediaan sumber daya dan fasilitas. 'Cetak biru' ini

merupakan kerangka dasar yang akan melandasi pelaksanaan penelitian tindakan yang

sedang dirancang. Ketiga adalah faktor karakteristik 'masyarakat'. Permasalahan yang sama

yang terjadi pada suatu kelompok masayarakat lain yang berbeda kemungkinan akan

51

Page 52: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

memerlukan strategi pemecahan masalah yang berbeda. Pemecahan masalah yang muncul

pada masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungannya, misalnya, tentu

akan memerlukan strategi penerapan model penelitian yang tidak sama dibandingkan

dengan pemecahan masalah yang muncul pada masyarakat yang memiliki kepedulian

rendah. Oleh karena itu, sekali lagi 'kepekaan' peneliti sebagai suatu tim dalam hal ini

memegang peranan yang penting sehingga peneliti akan mendapatkan gambaran utuh

tentang karakteristik masyarakat tempat penelitian tindakan yang dirancang akan

diterapkan.

Singkatnya, secara skematis modus dasar penelitian tindakan dalam

pelaksanaannya dapat dilukiskan dalam skema pada Gambar 6 sebagai berikut.

Gambar 6: Alur Umum Penelitian Tindakan Kelas

Kondisi Pra Intervensi Kondisi Paska

Penelitian Penelitian

Kondisi pra penelitian merupakan keadaan dimana suatu permasalahan

dirasakan kemunculannya. Permasalahan tersebut dipandang perlu segera pemecahannya.

(Dikatakan perlu karena kemunculan suatu permasalahan tidak otomatis disikapi dengan

keinginan dan kemauan untuk memecahkannya. Tidak sedikit masalah yang dirasa

menghambat praktik pendidikan namun lewat begitu saja tanpa penanganan yang

semestinya.) Masalah yang dipandang perlu pemecahannya kemudian dikaji secara

seksama dan metodologis untuk dirancang strategi pemecahannya secara metodologis pula.

Perancangan strategi pemecahan masalah menuntut penggunaan pendekatan dan teknik

yang khas. Rencana ini kemudian ditindak lanjuti dengan implementasi. Dalam

pelaksanaannya, implementasi rencana penelitian dilakukan dalam bentuk siklus yang

berkesinambungan yang kendalikan melalui proses refleksi tentang apa yang telah

dilakukan pada tahap implementasi, bagaimana dampak implementasi serta hasilnya, dan

apa yang masih perlu dilakukan. Pada tahap ini dilakukan adopsi/adaptasi suatu model

52

Page 53: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

penelitian tindakan. Keadaan paska penelitian merupakan perubahan yang terjadi setelah

implementasi rencana pemecahan masalah. Keadaan yang diharapkan adalah perubahan

positif, yaitu terpecahkannya masalah yang muncul yang dicerminkan pada keadaan yang

lebih baik pada praktik pengajaran di kelas. Keadaan ini dapat pula dicerminkan misalnya

dengan perubahan-perubahan situasi kelas, sikap guru, sikap siswa, kepercayaan guru, dan

lainnya.

Berdasarkan uraian di atas secara singkat dapat disimpulkan secara umum

bahwa penelitian tindakan bukanlah sesuatu yang baru dalam khasanah penelitian. Selain

itu, penelitian tindakan mempunyai orientasi 'meneliti untuk perubahan yang lebih baik'

dengan asas kerjasama dan mawas diri.

Sebagai salah satu 'cara' dalam penelitian, nampaknya penelitian tindakan

sesuai untuk diterapkan pada dunia pendidikan, khususnya praktik-praktik yang terjadi di

kelas. Pertama, pengajaran di kelas berorientasi pada keefektifan proses belajar mengajar.

Sementara penelitian tindakan bertujuan untuk antara lain memperbaiki keadaan, orientasi

belajar seperti tersebut sejalan dengan tujuan penelitian tindakan. Selain itu, permasalahan

yang diangkat dalam penelitian tindakan kelas merupakan hal yang langsung berhubungan

dengan kerja guru. Maksudnya, guru lah yang benar-benar mengetahui permasalahan yang

terjadi di kelas. Ini berimplikasi bahwa pemecahan permasalahannya tidak harus melalui

rekomendasi pihak lain yang kadang-kadang jauh dari hakekat permasalahan yang dihadapi

guru. Ketiga, praktik-praktik dunia pendidikan di kelas adalah kegiatan nyata

'penggodogan' sumber daya manusia dalam rangka penyiapan manusia-manusia yang

berkualitas yang diproyeksikan akan memberikan kontribusi bagi pembangunan nusa,

bangsa dan negara. Penelitian tindakan kelas pada hakekatnya adalah penelitian yang

dilakukan secara berkesinambungan untuk mendapatkan suatu keadaan yang lebih baik lagi

dibandingkan keadaan sebelumnya. Apabila konsep 'pengajaran dan pembelajaran seumur

hidup' dapat diterima pada paradigma ini, secara langsung implementasi penelitian tindakan

yang benar pada konsep tersebut akan merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang juga dilakukan sepanjang hayat. Ini artinya kualitas pendidikan akan selalu

diupayakan peningkatannya dari satu hari kehari lain dari semester ke semester dan dari

53

Page 54: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

tahun ke tahun dan seterusnya sebagai akibat dari implementasi pengajaran yang reflektif

(reflective teaching)

54

Page 55: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

BAB VI

EVALUASI DAN LATIHAN

Bab ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang dimaksudkan untuk mengukur

seberapa jauh materi yang disajikan di Bab II, III, dan Bab IV dapat terserap dan dipahami

oleh peserta pelatihan terintegrasi dan juga untuk mempertajam pemahaman peserta

pelatihan terhadap konsep-konsep yang disajikan di bahan pelatihan. Untuk tujuan tersebut,

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan disusun urut berdasarkan materi yang telah

dipaparkan di Bab II dan III. Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan tersebut.

1. Penelitian konvensional dipandang tidak secara langsung ‘menyentuh’

pemecahan masalah yang dihadapi guru sebagai praktisi di kelas.

Mengapa demikian?

2. Menurut Carr dan Kemmis, penelitian tindakan (kelas) adalah satu bentuk …

A. experimental study

B. reflection on self studies

C. self-reflective inquiry

D. quantitative research

3. Berikut ini, mana yang bukan merupakan ciri-ciri penelitian tindakan

kelas?

A. change

B. awareness

C. problem solving

D. generalization

E. action

F. collaboration

55

Page 56: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

5. Bagi guru apa yang dapat dipetik dengan melakukan penelitian tindakan

kelas?

6. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perbedaan penelitian tindakan

kelas dan penelitian konvensional. Lengkapi tabel tersebut sehingga

perbedaannya nampak:

Aspek Penelitian Konvensional Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan Mendeskripsikan, memahami, dan menerangkan gejala alam

Mengungkap dan memvalidasi hukum belajar dan mengajar secara umum

…………………………. …………………………. ………………………….

gejala alamiah di sekitar kemajuan dalam ipteks diskusi dengan sejawat atau

ahli pengalaman praktis

pengalaman praktis inspirasi inovatif untuk

perbaikan suatu keadaan

‘Kepemilikan’ Penelitian ahli, non guru kelas …………………………. Pelaksanaan Rancangan linier: masalah-(hipotesis)-

observasi-analisis (pengujian hipotesis)-kesimpulan-rekommendasi

………………………….

………………………….. Populasi dan cuplikan sampelnya yang representatif

Sekelompok subyek tertentu

Tuntutan Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Tinggi ……………………………

………………………….. Statistik yang canggih (sophisticated) dan rumit (complicated)

Tidak harus menggunakan statistik yang canggih (sophisticated) dan rumit (complicated)

………………………….. Produk Formal Proses yang mengarahkan ke produk yang berupa keadaan yang lebih baik

Spektrum Makna Temuan Lebih umum, dan luas …………………………….

56

Page 57: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

7. Berikut ini adalah prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas, kecuali

prinsip…

A. menjangkau ke luar kelas

B. efisiensi penggunaan waktu

C. reliabilitas metode penelitian

D. tugas tambahan selain mengajar

E. komitmen tugas mengajar

8. Ditinjau dari otonomi guru sebagai pelaksana penelitian tindakan kelas,

penelitian tindakan kelas dapat diklasifikasikan sebagai berikut, kecuali…

A. penelitian tindakan teknis

B. penelitian tindakan konstruktivis

C. penelitian tindakan praktis

D. penelitian tindakan emansipatoris

9. Urutan kegiatan dasar yang benar pada suatu siklus penelitian tindakan

adalah…

A. acting-reflecting-observing-planning

B. observing-planning-acting-reflecting

C. planning-acting-observing-reflecting

D. acting-observing-reflecting-planning

10. Rancangan penelitian tindakan kelas yang memuat alur langkah-langkah

yang rinci diusulkan oleh…

A. Kemmis

B. Elliot

C. Ebbutt

D. McKernan

57

Page 58: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

11. Baik penelitian konvensional maupun penelitian tindakan dijiwai unsur-unsur

berikut ini, kecuali…

A. manfaat penelitian

B. siapa penelitinya

C. cara meneliti

D. apa yang diteliti

12. Ada satu persamaan sumber yang dapat dijadikan masalah baik pada

penelitian tindakan maupun penelitian konvensional, yaitu…

A. kajian/reviu terhadap suatu teori yang sudah ada

B. pengalaman sehari-hari dalam praktek

C. hasil diskusi dengan sejawat atau ahli

D. mengkaji ulang penelitian sejenis yang mirip

13. Buatkan analisis situasi yang terkait dengan dalam tugas sehari-hari Anda sebagai

praktisi yang berhubungan dengan hal-hal berikut ini! Kemudian rumuskan satu

permasalahan yang dipandang paling penting untuk dipecahkan:

A. guru

B. siswa

C. proses belajar mengajar

14. Dalam tahap perencanaan, hal-hal apa saja kah yang perlu didikukan oleh tim

dalam suatu penelitian tindakan?

58

Page 59: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

15. Berdasarkan analisis situasi tersebut di atas, untuk masing-masing (guru,

siswa, dan proses belajar mengajar), tuangkan dalam matriks seperti berikut

ini:

Masalah Tujuan Hipotesis Tindakan Rencana Tindakan

16. Penulisan jurnal baik secara formal maupun tidak akan memberikan

manfaat berikut ini, kecuali …

A. memperjelas gagasan yang muncul

B. mengarahkan langkah implementasi

C. merekam data yang muncul

D. mempertajam rumusan masalah

17. Pengamatan memegang peranan penting sebagai berikut, kecuali …

A. mengecek apakah rencana telah berjalan sesuai skenario

B. menilai kualitas kinerja masing-masing anggota

C. mencatat perubahan yang terjadi dan seberapa jauh

D. melihat ada tidaknya kejadian lain yang tak terduga

kemunculannya

18. Sebutkan setidaknya 5 (lima) alat yang dapat digunakan pengumpul data!

59

Page 60: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

A. …………………………………….

B. ……………………………………..

C. ……………………………………..

D. …………………………………….

E. ……………………………………..

19. Proses mereduksi data dalam analisis data melibatkan proses-proses

berikut, kecuali:

A. penyeleksian

B. .pemfokusan

C. penyederhanaan

D. pengabstraksian

E. pengujian statistik

20. Pengelolaan hasil penelitian tindakan kelas penting setidaknya untuk dua

hal berikut ini, yaitu

A. proses dan bukti

B. kesimpulan dan saran

C. bukti dan rekomendasi

D. proses dan temuan

21. Kegiatan refleksi pada dasarnya adalah kegiatan …

A. merenungkan masa lalu

B. bercermin diri pada pengalaman

C. mengevaluasi implementasi

D. mengenang hasil tindakan

22. Latihan: Lihat Contoh Proposal pada Lampiran. Kemudian identifikasi

hal-hal berikut yang telah dilakukan oleh penulis proposal tersebut:

60

Page 61: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

A. Latar belakang permasalahan penelitian

B. Permasalahan penelitian

C. Manfaat penelitian

D. Metodologi penelitiannya

23. Susunlah suatu proposal penelitian tindakan kelas berdasarkan kerangka

proposal yang telah Anda pelajari. Kalau diperlukan, Anda bisa melihat

kembali nomor 14 dan 16 di atas untuk pengembangan selanjutnya.

Sumber Pustaka

61

Page 62: Penelitian TINDAKAN KELAS Revisi

Burnaford, G., Fischer, J., dan Hobson, D. 1996. Teachers Doing Research: Practical Possibilities. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.

Cross, K.P. 1990. Classroom research: helping professors learn more about teaching nd learning. dalam P. Seldin dkk How Administrators Can Improve Teaching: Moving from Talk to Action in Higher Education. San Francisco: Jossey-Bass.

Dunkin, M dan J.Biddle. 1974. The Study of Teaching. New York: Holt, Rinehart, dan Winston.

Elliot, J. 1991. Action Research for Educational Change. Milton Keynes: Open University Press.

Hopkins, D. 1993. A Teacher's Guide to Classroom Research 2nd Edition.Buckingham: Open University Press.

Hubbard, R.S. dan Power, B.M. 1993. The Art of Classroom Inquiry: AHandbook for Teacher Researchers. Portsmouth: Heinemann.

Hustler, D., Cassidy, T dan Cuff, T. (eds.) 1986. Action Research inClassroom and Schools.London: Allen and Unwin.

Kemmis, S. and R. McTaggart (eds). 1988. Action Research Planner 3rd

Edition. Melbourne: Deakin University Press

McNiff, J. 1988. Action Research: Principles and Practice. New York:Macmillan Education.

McTaggart, R. 1991. Action Research: A Short Modern History. Melbourne:Deakin University.

Rappoport, R. 1970. Three dilemmas in action research. Human Relations,23, hal. 1-11.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

62