pendidikan perkaderan gerakan kepanduan hizbul …eprints.ums.ac.id/46399/27/naskah...

19
PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN KAFILAN PENUNTUN MOH. DJAZMAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA DALAM MENYIAPKAN KADER MILITAN MUHAMMADIYAH TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd,I) Oleh : Novi Paresti NIM: G000120043 NIRM: 14/X/02.2.1/3479 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL

WATHAN KAFILAN PENUNTUN MOH. DJAZMAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA DALAM MENYIAPKAN KADER

MILITAN MUHAMMADIYAH TAHUN 2016

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd,I)

Oleh :

Novi Paresti

NIM: G000120043

NIRM: 14/X/02.2.1/3479

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL

WATHAN KAFILAH PENUNTUN MOH. DJAZMAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA DALAM MENYIAPKAN KADER

MILITAN MUHAMMADIYAH TAHUN 2016

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh

Novi Paresti

NIM: G000120043

Telah diperiksa dan disetuji untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Dr. Mutohharun Jinan, M.Ag

Page 3: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL

WATHAN KAFILAH PENUNTUN MOH. DJAZMAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA DALAM MENYIAPKAN KADER

MILITAN MUHAMMADIYAH TAHUN 2016

OLEH:

Novi Paresti

NIM: G000120043

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari 28 Mei 2016

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Dr. Mutohharun Jinan, M.Ag

(Ketua Dewan Penguji)

2. Drs. Najmudin Zuhdi, M.Ag

(Sekretaris Dewan Penguji)

3. Dra. Mahasri Shobahiya, M.Ag

(Anggota Dewan Penguji)

Dekan,

Drs. H. M. Abdul Fattah Santosa, M.Ag

Page 4: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan memperoleh gelar keserjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkn orang lain, kecuali

secara tertulis diacu dalam naskah dan sisebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya

diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarat, 18 Agustus 2016

Penulis

Novi Paresti

NIM: G000120043

Page 5: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

1

PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL

WATHAN KAFILAH PENUNTUN MOH. DJAZMAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA DALAM MENYIAPKAN KADER

MILITAN MUHAMMADIYAH TAHUN 2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ABSTRAK

Dalam suatu organisasi kader dan pendidikan perkaderan sangatlah

penting, kader sebagai motor penggerak organisasi dan pendidikan perkaderan

adalah pendidikan yang ditananmkan kepada kader agar nantinya siap dalam

melaksanakan tugas dan amanah selanjutnya dalam organisasi sebagai ujung

tombak. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman

Universitas Muhammadiyah Surakarta, memiliki pendidikan perkaderan yang

tetap berpedoman pada sistem perkaderan Muhammadiyah. Serta kepanduan

Hizbul Wathan memiliki pendidikan perkaderan yang berdasarkan Al-Quran dan

As-Sunnah.

Dalam penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana pendidikan

perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman

Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader militan

Muhammadiyah, serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

pelaksanaan sistem perkaderan tersebut. Metode penelitian yang dipakai dalam

penelitian ini yakni adalah penelitian kualitatif, yang langsung mengamati ke

lapangan. Sebelumnya melakukan observasi, dokumentasi, wawancara dan

penarikan kesimpulan berdasarkan hasil-hasil yang telah didapatkan.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwasanya sistem atau pendidikan

perkaderan yang dipakai oleh Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah

Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta mampu

menyiapkan kader-kader militan dan tangguh. Namun, selama dalam pelaksanaan

pendidikan perkaderan Hizbul Wathan Moh. Djazman menjumpai beberapa faktor

pendukung yakni: Pertama, kesadaran semua elemen tentang pentingnya

pelaksanaan pendidikan perkaderan. Kedua, adanya kemauan semua elemen

dalam diri masing-masing. Ketiga, adanya kemampuan semua elemen dalam diri

masing-masing dalam melaksanakan pendidikan perkaderan. Kemudian faktor-

faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan perkaderan yakni: Pertama,

kurangnya komunikasi yang baik antar pelaksana pendidikan perkaderan. Kedua,

kurang professionalnya sikap instruktur dalam membina kader-kader penerus.

Ketiga, kesibukan masing-masing individu dalam urusan masing-masing.

Dalam pendidikan perkaderan yang disusun, kemudian diterapkan kepada

kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

kepemimpinan di Persyarikatan nantinya setelah kembali ke daerah masing-

masing. Dalam pendidikan perkaaderan ini, Hizbul Wathan Moh. Djazman

mendidik dan melatih kader agar nantinya siap dan mampu melaksanakan cita-cita

persyarikatan Muhammadiyah. Dan mampu menjaga nama baik organisasi yang

Page 6: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

2

dinaungi dan benar-benar berjuang dengan sungguh-sungguh, sebagai

penyempurna amanah.

Kata Kunci: Pendidikan Perkaderan, Hizbul Wathan, Kader Militan.

ABSTRACT

In an organization, cadre and cadre-forming education are very important.

Cadre is a driving force of organization and cadre-forming education is an

education implanted to the cadres in order that they are ready to do tasks and

mandates in future, then, in the organization, they will be the spearhead. Gerakan

Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman (The Scout

Movement of Hizbul Wathan of Moh. Djazman Guide Contingent) of

Muhammadiyah University of Surakarta has a cadre-forming education that keeps

on basing on the guidance of the cadre-forming system of Muhammadiyah. In

addition, the scout of Hizbul Wathan has the cadre-forming education which is

based on Al-Quran and As-Sunnah.

This research explained about how the cadre-forming education of the

Scout Movement of Hizbul Wathan of Moh. Djazman Guide Contingent of

Muhammadiyah University of Surakarta in preparing militant cadres of

Muhammadiyah, as well as the supporting factors and the inhibiting factors in

implementing the system of the cadre-forming. The method of research which was

used in this research was a qualitative research which directly conducting an

observation on the field. Previously, observation, documentation, interview, and

conclusion taking based on the results which were obtained were conducted.

The results of this research revealed that the system of the cadre-forming

education used by (The Scout Movement of Hizbul Wathan of Moh. Djazman

Guide Contingent) of Muhammadiyah University of Surakarta was able to prepare

militant and strong cadres. Nevertheless, during the implementation of the cadre-

forming education of Hizbul Wathan Moh. Djazman, several supporting factors

were encountered: First, the awareness of all elements on the importance of the

implementation of the cadre-forming education. Second, the presence of all

elements‟ willingness in themselves. Third, the presence of all elements‟ abilities

in themselves in conducting the cadre-forming education. Then, the inhibiting

factors which inhibited the implementation of the cadre-forming education were:

First, the lack of a good communication among the executors of the cadre-

forming education. Second, the lack of proffesionalism of the instructors‟ attitudes

in guiding the next-generation cadres. Third, the activities of each individual in

their own business.

The cadre-forming education which was arranged was then being

implemented to the cadres in order that they become the cadres who are militant,

strong, and ready to continue the leadership stick in the organization in future

after returning to their own region. In this cadre-forming education, Hizbul

Wathan Moh. Djazman educated and trained the cadres in order that they are

ready and able to implement the goals of Muhammadiyah organization in future.

Page 7: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

3

In addition, they are also able to save face of the organization of their umbrella

and really struggle hard to complete the mandates.

Keywords: The cadre-forming education, Hizbul Wathan, Militant Cadre.

1. PENDAHULUAN

Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma‟ruf

nahi munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al–Qur‟an dan As-

Sunnah yang didirikan oleh Kiai H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah

memiliki amal usaha dan organisasi otonom sebagai ujung tombak

perjuangan. Organisasi otonom (ortom) adalah organisasi atau badan yang

dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan bimbingan dan

pengawasan, diberi hak dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga

sendiri, membina warga Persyarikatan Muhammadiyah tertentu dan dalam

bidang-bidang tertentu pula dalam mencapai maksud dan tujuan

Persyarikatan Muhammadiyah.1

Ortom Muhammadiyah ada dua kategori yaitu ortom khusus dan

ortom umum, yang khusus adalah „Aisyiyah sedangkan ortom umum

adalah Hizbul Wathan, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Nasyiatul „Aisyiyah, dan

Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Ortom yang umum sering disebut

dengan Angkatan Muda Muhammadiyah yaitu pewaris, penerus, pelopor,

dan penyempurna cita–cita amal usaha Muhammadiyah.2

Kaderisasi sangat penting karena ketersediaan kaderlah yang

menjadi motor penggerak organisasi Muhammadiyah berjalan terus dari

masa ke masa. Maka dari itu perlu adanya perbaikan kaderisasi agar nasib

Muhammadiyah tidak seperti organisasi lain di dunia yang hancur karena

ketidaktersediaan kader yang mumpuni. Muhammadiyah membutuhkan

kader yang militan, karena itu kader Muhammadiyah harus selalu siap

menerima tongkat kepemimpinan. Dalam hal membangun militansi

1www.muhammadiyah.or.id/id/content-48-det-organisasi-otonom.html diunduh 22 Maret

2016 pada pukul 13.35 WIB. 2MPKPPM, Sistem Perkaderan Muhammadiyah (Yogyakarta: Majelis Pendidikan Kader

Pimpinan Pusat Muhammadiyah,2015), hlm. 39.

Page 8: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

4

bermuhammadiyah, yakni sebagai berikut. Pertama, kesungguhan dalam

berjuang. Kedua, tidak menduakan Muhammadiyah. Ketiga, bukan

menjadikan Muhammadiyah sebagai batu loncatan. Keempat, memajukan

gerakan Muhammadiyah.

Melihat latar belakang yang dijelaskan diatas, maka penulis

memandang penting untuk meneliti Pendidikan Perkaderan Gerakan

Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas

Muhammadiyah Surakarta dalam Menyiapkan Kader Militan

Muhammadiyah. Karena, Hizbul Wathan di Perguruan Tinggi

Muhammadiyah yang pertama kali berdiri yakni adalah Hizbul Wathan

Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta

yang juga sekaligus pertama kali memiliki sistem pengkaderan sendiri,

karena dari Kwartir Pusat belum membuat sistem pengkaderan Hizbul

Wathan untuk Tingkat Perguruan Tinggi Muhammadiyah.

Hizbul Wathan yang biasa disingkat HW yakni merupakan gerakan

kepanduan dalam Muhammadiyah, dan Hizbul Wathan sendiri berstatus

sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak khusus

dibidang kepanduan. Pandu Hizbul Wathan didirikan oleh Kiai H. Ahmad

Dahlan pada tahun 1918. Dengan nama Padvinder Muhammadiyah. Tokoh

perintisnya adalah Siraj Dahlan dan Sarbini, atas usul K.H Agus Salim.3

Istilah belanda ’Padvinder’ diubah menjadi “Kepanduan Muhammadiyah”

pada tahun 1920, atas usul K.H.R Hajid. Kepanduan Muhammadiyah ini

kemudian dinamakan Pandu Hizbul Wathan yang artinya pembela tanah

air. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan merupakan pendidikan bagi orang

dewasa dengan tidak meninggalkan prinsip dasar kepanduan dan

berpedoman kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah, serta tidak meninggalkan

aqidah Islam.4

3Syamsul Hidayat, Studi Kemuhammadiyahan (Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-

ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012), hlm. 169. 4Dewan Kafilah Penuntun, Sistem Pengkaderan Pandu Penuntun (Surakarta: Divisi

Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan UMS, 2014), hlm. 5.

Page 9: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

5

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

bagaimana sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan

Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta

dapat menyiapkan kader militan Muhammadiyah? Apa yang menjadi

faktor pendukung serta faktor penghambat Gerakan kepanduan Hizbul

Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah

Surakarta dalam pelaksanaan sistem perkaderan menyiapkan kader militan

Muhammadiyah?

Berdasarkan rumusan masalah diatas, selanjutnya tujuan penelitian

ini adalah diantaranya sebagai berikut: untuk mendeskripsikan sistem

perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh.

Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader

militan Muhammadiyah. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung serta

faktor penghambat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun

Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan

kader militan Muhammadiyah

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yakni sebagai berikut:

Secara Teoritik Hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan

pengetahuan, khususnya tentang pendidikan perkaderan di Gerakan

Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Secara Praktis hasil penelitian ini diharapkan

mampu memberikan masukan dan informasi, dan pada akhirnya dapat

bermanfaat bagi Persyarikatan Muhammadiyah khususnya Hizbul Wathan

Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field reseach), yaitu

penelitian yang mengumpulkan datanya dilakukan dilapangan, seperti

lingkungan masyarakat, lembaga–lembaga, dan organisasi

kemasyarakatan, atau dapat diartikan penelitian dengan jalan terjun

langsung ketempat penelitian untuk mengamati dan terlibat langsung

Page 10: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

6

dengan objek penelitian.5 Maka, pendekatan penelitian yang di pakai oleh

penulis adalah pendekatan penelitian kualitatif.

Metode Pengumpulan Data: Metode Observasi: Observasi

didefinisikan sebagai proses melihat, mengamati, dan mencermati serta

“merekam” perilaku sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Metode

observasi adalah pengamatan yang memungkinkan peneliti mencatat

semua peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan

proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.6

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila

objek penelitian besifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam,

proses kerja dan penggunaan responden kecil.7 Metode Wawancara:

Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan

keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta

pendirian–pendirian itu merupakan suatu pembantu utama dari metode

observasi (pengamatan). Wawancara adalah sebuah proses interaksi

komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar

kesediaan dan dalam setting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu

kepada tujuan yang telah ditetapkan mengedepankan trust sebagai

landasan utama dalam proses memahami.8 Maksud pemakaian metode ini

adalah untuk mengetahui serta memperoleh data tentang sejarah berdirinya

organisasi, struktur organisasi, program kegiatan, jadwal kegiatan, keadaan

pengurus, keadaan alumni, kemudian faktor pendukung dan faktor

penghambat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Moh. Djazman

Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader militan

Muhammadiyah. Metode Dokumentasi: Dokumentasi adalah ditujukan

5Moleong lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), hlm. 4. 6Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi dan Focus Groups: sebagai Instrumen

Penggalian Data Kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers. 2013), hlm. 131. 7Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula

(Bandung: Alfabeta. 2009), hlm. 76. 8Haris Herdiyansyah, Wawancara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 31.

Page 11: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

7

untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian meliputi buku-

buku yang relevan, peraturan–peraturan laporan kegiatan, foto–foto, film

dokumenter, data yang relevan penelitian.9 Dokumentasi adalah teknik

pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian,

tetapi melalui dokumen. Dokumen merupakan catatan karya seseorang

tentang sesuatu yang sudah berlalu.10

Dokumentasi berasal dari kata

dokumen yang artinya barang–barang tertulis. Didalam melaksanakan

metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda–benda yang tertulis

seperti buku–buku, majalah, dokumen, peraturan–peraturan, notulen rapat,

catatan harian dan sebagainya. Metode ini dipakai sebagai pelengkap data

hasil observasi, serta untuk menggali data dari Pendidikan Perkaderan

Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tempat penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yakni di

Markas Komando Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun

Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan subjek

penelitiannya adalah semua yang mempunyai kepentingan sebagai

narasumber penelitian, pengurus Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan

Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Anggota Purna Tugas Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah

Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Metode Analisis Data. Setelah data terkumpul, maka langkah

selanjutnya adalah menganalisis data, yaitu pengolahan data untuk

menarik kesimpulan. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik deskritif

kualitatif, yaitu menggambarkan fenomena–fenomena yang ada pada saat

ini atau saat lampau, dari seluruh data hasil observasi, wawancara dan

9Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula

(Bandung: Alfabeta. 2009), hlm. 77 . 10

A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Penelitian Gabungan

(Jakarta: Prenadamedia, 2014), hlm. 391.

Page 12: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

8

dokumentasi.11

Penelitian ini menggambarkan suatu kondisi apa adanya

berdasarkan data yang diperoleh digolongkan, dipilah atau direduksi,

kedua menyajikan data yang direduksi dalam bentuk narasi, dan terakhir

adalah penarikan kesimpulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Sistem Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan

Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah

Surakarta dalam Menyiapkan Kader Militan Muhammadiyah

Sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah

Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam

menyiapkan kader militan dikembangkan dan dipenuhi melalui pendidikan

dan pelatihan, adapun jenjang pendidikan dan pelatihan yang dilakukan

adalah sebagai berikut: Pertama, pendidikan dan latihan anggota dasar

(DA). Kedua, pendidikan dan latihan lanjut (Dikjut). Ketiga, pendidikan

dan pelatihan instruktur (Dikins). Pada periode 2015 yang lalu telah

terlaksananya pendidikan dan pelatihan anggota dasar, dan pada periode

2016 telah terlaksananya pendidikan dan pelatihan lanjut dan pendidikan

dan latihan instruktur.12

Berdasarkan hasil observasi, penulis menyatakan bahwasanya

sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun

Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta benar-benar mampu

menghasilkan kader-kader militan. Indikator kader militan adalah penerus

organisasi yang bertanggung jawab, yang memiliki kesungguhan dalam

berjuang, mempunyai akhlaq yang baik. Setelah kader mengikuti

pendidikan pelatihan anggota dasar dan pendidikan pelatihan lanjut, kader

mengikuti program kerja kegiatan organisasi yang disusun dengan sangat

baik. Dalam pelaksanaan program kegiatan yang disusun Hizbul Wathan

Moh. Djazman, Contoh ketika persiapan untuk acara kajian mingguan

yang di program oleh Divisi Al-Islam Kemuhammadiyahan Hizbul

11

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010), hlm. 54. 12

Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 25.

Page 13: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

9

Wathan Moh. Djazman, kader bertanggung jawab atas terlaksana dengan

baiknya acara kajian tersebut, kader bersungguh-sungguh dalam

menyiapkan acara kajian tersebut, serta kader berakhlaq mulia. Itu semua

dilaksana dengan secara terus-menerus dalam melaksanakan program

kegiatan, dengan adanya program kegiatan Hizbul Wathan Moh. Djazman

dari sanalah kader dilatih untuk menjadi kader militan Muhammadiyah.

Sesuai dengan materi pembinaan dalam perkaderan, maka kader

Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman tersebut harus memiliki

kriteria tertentu dalam aspek ideologi, ilmu pengetahuan, wawasan, dan

kepemimpinan. Sehingga kualitas Iman, Islam dan Ihsan terpadu pada

dirinya dalam menjalankan tugas persyarikatan pada umumnya, dan pada

Hizbul Wathan khususnya. Profil kader Hizbul Wathan, bermental militan

dan teguh pendirian, berkepribadian yang mandiri, tangguh, terampil,

cekatan dan sigap. Serta profil kader Hizbul Wathan harus sesuai dengan

undang-undang pandu Hizbul Wathan, kader memiliki sifat dapat

dipercaya, setiawan, siap menolong dan wajib berjasa. Suka perdamaian

dan persaudaraan, mengerti adat, sopan santun dan perwira, menyayangi

kepada semua makhluk, melaksanakan perintah tanpa membantah, sabar

dan pemaaf, teliti dan hemat, serta suci hati, pikiran, perkataan dan

perbuatan. Menjaga nama baik Hizbul Wathan, tidak bertingkah angkuh.

Profil kader adalah gambaran ideal tentang bagaimana wajah dan perilaku

kader Hizbul Wathan dalam kehidupan sehari-hari.

Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam

Pelaksanaan Sistem Perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan

Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Berdasarkan faktor pendukung yang penulis terangkan di bab IV

(empat) menyatakan ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan

pendidikan perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah

Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagai

Page 14: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

10

berikut ini: Administrasi atau Dokumentasi dapat menjadi pedoman dan

acuan, teman-teman berkemampuan ditunjang ke adik-adik Hizbul Wathan

atau kader baru, melakukan pengawasan terhadap kader baru, kemudian

pendekatan personal sangat dibutuhkan.13

Sumber daya manusia

meningkat, letak geografis Hizbul Wathan yang strategis, Hizbul Wathan

di Perguruan Tinggi Muhammadiyah masih baru. Kemauan dan

kemampuan. Jika mau maka mampu, jika mampu maka harus mau.

Adanya dana karena jika tidak ada dana maka tidak akan bisa

melaksanakan pendidikan perkaderan, personil yang mau bekerjasama,

mendapatkan dukungan dari Qabilah dan Pembina, serta kesadaran semua

elemen yang terlibat dalam pelaksanaan sistem perkaderan.14

Kemudian penulis menarik kesimpulan dari faktor pendukung

tersebut yakni: Pertama, kesadaran semua elemen yang terlibat

didalamnya yang menyadari pentingnya dilaksanakannya sistem

perkaderan itu sendiri, untuk menghasilkan kader penerus, sebagai motor

penggerak kemajuan Hizbul Wathan Kafilah Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Kedua, adanya kemauan dari dalam diri semua elemen untuk

melaksanakan sistem perkaderan tersebut. Ketiga, adanya kemampuan

untuk melaksanakan sistem perkaderan tersebut. Karena, kesadaran,

kemauan dan kemampuan memang sudah tertanam dalam diri pengurus,

sehingga pengurus mengerti tentang betapa pentingnya pelaksanaan sistem

perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh.

Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk menghasilkan

kader yang diharapkan sebagai motor penggerak organisasi otonom

persyarikatan Muhammadiyah.

Analisis Faktor Penghambat: Hizbul Wathan di Perguruan Tinggi

Muhammadiyah masih baru, kedudukan Hizbul Wathan di Universitas

Muhammadiyah Surakarta masih muda sehingga sistem perkaderan belum

runtut, dan masih terlaksana secara kondisional. Kemudian juga kuantitas

13

Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 36. 14

Ibid., hlm. 37.

Page 15: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

11

personil banyak namun berbeda angkatan sehingga kesulitan dalam

berkoordinasi. Serta kurangnya komunikasi yang baik.15

Purna tugas tidak

dapat membantu dalam pelaksanaan sistem perkaderan, serta krisis pelatih

dalam berbagai bidang yakni seperti Ilmu Medan Peta dan Kompas

(IMPK), kesehatan. Kurangnya rasa sadar diri dari pengurus untuk

pelaksanaan pendidikan perkaderan ini. Tingginya rasa minder dari peserta

diklat terhadap peserta diklat lainnya yang mempunyai kemampuan

diberbagai bidang. Minimnya dana untuk melangsungkan kegiatan

pendidikan perkaderan. Kurangnya personil yang ahli dalam bidangnya,

kemampuan yang dimiliki masing-masing personal tidak berkembang.

Adanya rasa iri peserta diklat terhadap peserta diklat yang lain atas

perlakuan yang berbeda dari instruktur yang menyebabkan timbulnya rasa

kecemburuan sosial. Adanya permasalahan internal di organisasi Hizbul

Wathan itu sendiri. Serta kurangnya komunikasi yang baik, meski

kemajuan teknologi sudah sangat maju. Kurangnya kesadaran diri dari

teman-teman pengurus terhadap tugas yang diamanahkan. Personil seperti

antara ada dan tiada. Kesibukan masing-masing personil yang

menyebabkan sulitnya membagi waktu. Komunikasi yang kurang antara

satu dengan yang lain.16

Kemudian penulis menarik kesimpulan dari

faktor penghambat tersebut yakni: Pertama, komunkasi yang kurang bauk

dari semua pengurus dalam koordinasi pelaksanaan sistem perkaderan.

Kedua, sikap kurang profesional dari instruktur dalam meperlakukan kader

yang menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial sehingga membuat

kader menjadi enggan untuk mengikuti pendidikan perkaderan. Ketiga,

kurangnya tenaga ahli, ataukurangnya tenaga ahli instruktur dibidang-

bidang tertentu dipandangnya kader yang lain tidak memiliki kesempatan

untuk mempunyai kemampuan dibidang tertentu, dan pada akhirnya

menyebabkan tidak berkembangnya kemampuan tersebut. Keempat,

kurang professionalnya pengurus dalam menyelesaikan permasalahan

15

Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab IV, hlm. 39. 16

Sebagaimana dipaparkan pada Bab IV, hlm. 40.

Page 16: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

12

internal dalam organisasi dan efenya kurang baik pada saat pelaksanaan

sistem perkaderan yang dinginkan. Berdasarkan faktor pendukung dan

faktor penghambat yang dihadapi oleh Gerakan Kepanduan Hizbul

Wathan Kaflah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah

Surakarta, bahwa faktor pendukungnya menunjukkan bahwasanya seluruh

elemen yang terlibat dalam Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah

Penuntun Moh. Djazman menyadari akan pentingnya pelaksanaan

pendidikan perkaderan itu sendiri, serta tingginya rasa kemauan dari

seluruh elemen dan memang benar-benar mampu untuk melaksanakan

pendidikan perkaderan. Terbukti dari tahun ke tahun sistem perkaderan

yang diterapkan oleh Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah

Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta mampu

menghasilkan kader-kader militan, kader-kader yang tangguh, serta kader-

kader yang siap berkembang dan siap berjuang di daerahnya masing-

masing. Kemudian dilihat dari faktor penghambat, bahwasanya elemen

pelaksanaan pendidikan perkaderan kurang mampu berkomunikasi dengan

baik, kurangnya komunikasi yang baik diantara personil satu dengan

personil lainnya, dan juga sikap instruktur yang kurang professional dalam

membina dan membimbing kader-kader, yang pada akhirnya

menyebabkan kecemburuan sosial yang tinggi. Sehingga kader merasa

sungkan, dan berfikir dua kali untuk mengikuti sistem perkaderan ini.

Dengan adanya berbagai macam hambatan-hambatan yang dihadapi

tersebut, pelaksana sistem perkaderan menyelesaikan hambatan dengan

bersama-sama. Mencari jalan keluar yang akan dilakukan agar kader tidak

merasakan kecemburuan sosial dan agar kader tidak merasa sungkan

mengikuti sistem perkaderan.

4. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa: Sistem perkaderan Gerakan Kepanduan

Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas

Page 17: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

13

Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader militan

Muhammadiyah Tahun 2016. Sistem perkaderan yang dimiliki Hizbul

Wathan pertama kali dilaksanakan pada tahun 2012. Selanjutnya di tahun-

tahun berikutnya juga memakai sistem perkaderan yang sama. Pertama,

pendidikan dan pelatihan anggota dasar. Kedua, pendidikan dan pelatihan

lanjut. Ketiga, pendidikan dan pelatihan instruktur. Dan mampu

menghasilkan kader militan Muhammadiyah. Hizbul Wathan mampu

menghasilkan kader-kader tangguh dan militan. Itu semua tidak terlepas

dari berbagai macam hambatan yang dihadapi, yakni komunikasi yang

kurang baik antara satu dengan yang lain. Kurang professional instruktur

dalam memperlakukan kader yang akan dididik dan dilatih. Kurangnya

tenaga ahli dalam bidang-bidang tertentu, tidak berkembangnya

kemampuan dibidang-bidang tersebut. Serta kurang professional, dan tidak

sigap dalam menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang dihadapi

dalam internalisasi organisasi Hizbul Wathan itu sendiri.

Saran

Untuk seluruh pengurus atau pelaksana sistem perkaderan: Agar

mampu menjaga komunikasi dengan baik, saling berkomunikasi antara

satu dengan yang lain. Selalu berkoordinasi, agar tidak terlihat berjalan

sendiri-sendiri dalam suatu organisasi. Sehingga dapat menghasilkan hasil

yang sama-sama diharapkan. Untuk semua pengurus agar selalu bersikap

professional dalam menghadapi serta menyelesaikan setiap permasalahan

yang ada, tidak membiarkan masalah yang berlarut-larut dan berdampak

tidak baik bagi kegiatan Hizbul Wathan nantinya.

Untuk para pendidik kader atau instruktur: Untuk tidak bersikap terlalu

memihak kepada salah satu orang kader saja, hanya memberikan

bimbingan serta arahan ke beberapa kader yang dianggap cerdas saja,

namun kader yang belum tahu juga diberikan pengarahan serta bimbingan

supaya mengerti, dan agar tidak menyebabkan tingginya rasa kecemburuan

sosial. Untuk instruktur agar mampu mengajarkan, mengarahkan,

membimbing kader pada bidang-bidang tertentu, agar semakin banyak

Page 18: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

14

pewaris tenaga ahli pada bidang-bidang tertentu, supaya kemampuan

tersebut berkembang di Hizbul Wathan Moh. Djazman Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

PERSEMBAHAN

“Ibuu dan Abaa, Terimakasih atas segalanya. Terimakasih untuk cinta dan

kasih sayangnya selama ini. Terimakasih untuk doa-doanya, Terimakasih

untuk semangat dan jerih payah selama ini untukku. Maafkan, belum bisa

membahagiakan. Namun, sebagai penghapus rasa lelah untuk Ibuu dan Abaa,

sebagai bentuk rasa cinta kasih dan sayang yang sangat besar ini. Ku

persembahkan karya sederhana ini untuk Ibuu dan Abaa.”

“Kedua adik ku tercinta, Ananda Pratiwi Fairus dan Ananda Nazhifathun

Nissa Fairus, Terimakasih atas semuanya saudariku, karena kalian berdua,

Ayuk selalu berusaha menjadi contoh yang baik untuk kalian, Dik.

Terimakasih kasih dan sayangnya.”

“Dengan penuh rasa cinta dan bangga, dengan ketulusan hati, ku

persembahkan karya sederhana ini untuk organisasi yang telah mendidik dan

melatih ku. Dari seorang kader yang lembek, kemudian bermetamorfosis

sebagai kader yang siap menjalankan kewajiban di Persyarikatan. Organisasi

yang didalamnya terdapat manusia-manusia yang mengajarkan manisnya

pengabdian, asam, pahitnya perjuangan, sakitnya pengkhianatan, indahnya

kebersamaan serta canda dan tawa yakni Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan

Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta yang

sangat ku cintai dan ku banggakan. Terimakasih untuk semuanya”

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Idi. Sosiologi Pendidikan Individu Masyarakat dan Pendidikan.

Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset. 2013.

Abror, Muchlas. Muhammadiyah Persamaan dan Kebersamaan.

Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. 2010.

Adawiyah, Afifah Siti. Internalisasi Nilai Kepemimpinan Islam dalam

Ekstrakurikuler Kepanduan Hizbul Wathan di SMA Muhammadiyah 2

Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Skripsi. 2014. (Unpublished)

Dzikron, Muhammad. Ketrampilan Kepanduan Hizbul Wathan. Klaten:

Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Klaten. 2011.

Haris, Herdiansyah. Wawancara, Observasi dan Focus Groups Sebagai

Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Perss. 2013.

Hidayat, Syamsul. Studi Kemuhammadiyahan. Surakarta: Lembaga

Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012.

Kafilah, Dewan. Sistem Pengkaderan Pandu Penuntun. Surakarta: Divisi

Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah

Penuntun Moh. Djazman UMS. 2014.

Page 19: PENDIDIKAN PERKADERAN GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL …eprints.ums.ac.id/46399/27/NASKAH PUBLIKASI-28.pdf · kader agar menjadi kader yang militan, tangguh dan siap melanjutnya tongkat

15

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi Keempat. Jakarta:

Gramedia Pustaka Umum. 2014.

Lihayati, Tanjung. Peran Sekolah Sebagai Media Kaderisasi

Muhammadiyah di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta: Skripsi. 2014. (Unpublished)

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2007.

Nashir, Haedar. Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan. Yogyakarta:

Suara Muhammadiyah. 2010.

PP Muhammadiyah, MPK.. Sistem Perkaderan Muhammadiyah.

Yogyakarta: Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2015

Puspaningrum, Deni. Implementasi Nilai Kerjasama dalam Kegiatan

Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Universitas Muhammadiyah

Surakarta: Skripsi. 2014. (Unpublished)

Riduwan. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta. 2009.

Rukman, Edi. Pesantren Kader Muhammadiyah di Pimpinan Daerah

Muhammadiyah Kota Surakarta Periode 2005–2010. Universitas

Muhammadiyah Surakarta: Skripsi. 2012. (Unpublished)

Santoso, Muhammad Abdul Fattah. Muhammadiyah Pemberdayaan Umat.

Surakarta: Muhammadiyah University Perss. 2000.

Shobron, Sudarno. Studi Islam 3. Surakarta: Lembaga Pengembangan

Ilmu-ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya. 2010.

SUMBER INTERNET

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-48-det-organisasi-otonom.html

diunduh pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 13.35 WIB

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-85-det-hizbul-wathan.html

diunduh pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 14.45 WIB

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-44-det-tentang-

muhammadiyah.html diunduh pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 15.15 WIB