pendidikan nilai-di-era-global 2010

19
1 PENDIDIKAN NILAI DI ERA GLOBAL 1 Winarno Narmoatmojo, S Pd, M Si 2 PENDAHULUAN Pencanangan pendidikan karakter oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada peringatan hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2010 terkesan tidak bergaung luas. Hal ini bisa jadi saat itu memang belum ada tindak lanjut kebijakan mengenai pendidikan karakter. Namun demikian, trend pendidikan karakter yang diawali melalui peringatan Hari Pendidikan Nasional tersebut sekarang ini mulai mendapat respon berbagai pihak, khususnya para pelaku pendidikan yang concern terhadap pendidikan karakter. Menindak lanjuti pencanangan tersebut, di lingkungan Kementrian Pendidikan Nasional sekarang ini, program pendidikan karakter mulai dikembangkan dan diupayakan penterjemahannya dalam praksis pendidikan. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh jenjang pendidikan yang dibinanya. Tidak terkecuali di pendidikan tinggi, pendidikan karakter pun mendapatkan perhatian yang cukup besar. Misalnya, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tanggal 1 Juni 2010 mengadakan Rembuk Nasional dengan tema “ Membangun Karakter Bangsa dengan Berwawasan Kebangsaan”. Acara yang digelar di Balai Pertemuan UPI ini, dibidani oleh Pusat Kajian Nasional Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan UPI dan dihadiri oleh Wakil Menteri Pendidikan Nasional Prof.Dr.Fasli Jalal, Ph.D. 1 Makalah disajikan dalam Seminar Regional “ Implementasi Pendidikan Nilai Di Era Global” tanggal 22 September 2010 di Aula Pascasarjana, UNISRI Surakarta 2 Dosen Program Studi PPKn FKIP UNS Solo

Upload: ahmad-wahyudin-rockn-roll

Post on 20-Dec-2014

6.323 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

1

PENDIDIKAN NILAI DI ERA GLOBAL 1

Winarno Narmoatmojo, S Pd, M Si 2

PENDAHULUAN

Pencanangan pendidikan karakter oleh presiden Susilo Bambang

Yudhoyono pada peringatan hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2010 terkesan

tidak bergaung luas. Hal ini bisa jadi saat itu memang belum ada tindak

lanjut kebijakan mengenai pendidikan karakter. Namun demikian, trend

pendidikan karakter yang diawali melalui peringatan Hari Pendidikan

Nasional tersebut sekarang ini mulai mendapat respon berbagai pihak,

khususnya para pelaku pendidikan yang concern terhadap pendidikan

karakter.

Menindak lanjuti pencanangan tersebut, di lingkungan Kementrian

Pendidikan Nasional sekarang ini, program pendidikan karakter mulai

dikembangkan dan diupayakan penterjemahannya dalam praksis

pendidikan. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh

jenjang pendidikan yang dibinanya. Tidak terkecuali di pendidikan tinggi,

pendidikan karakter pun mendapatkan perhatian yang cukup besar.

Misalnya, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tanggal 1 Juni 2010

mengadakan Rembuk Nasional dengan tema “ Membangun Karakter

Bangsa dengan Berwawasan Kebangsaan”. Acara yang digelar di Balai

Pertemuan UPI ini, dibidani oleh Pusat Kajian Nasional Pendidikan

Pancasila dan Wawasan Kebangsaan UPI dan dihadiri oleh Wakil Menteri

Pendidikan Nasional Prof.Dr.Fasli Jalal, Ph.D.

1 Makalah disajikan dalam Seminar Regional “ Implementasi Pendidikan Nilai Di Era

Global” tanggal 22 September 2010 di Aula Pascasarjana, UNISRI Surakarta 2 Dosen Program Studi PPKn FKIP UNS Solo

Page 2: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

2

Sehari sebelumnya yaitu tanggal 31 Mei 2010, Komisi X, DPR-RI,

mengadakan Rapat Kerja yang membahas pendidikan karakter. Hadir di

rapat tersebut selain 25 anggota fraksi, adalah Menkokesra, Mendiknas,

Menag, Menbudpar, Menpora, Wamendiknas, Perwakilan Kementerian

Dalam Negeri, serta para pejabat eselon 1 kementerian terkait. Dalam Rapat

Kerja tersebut dibahas mengenai kesiapan masing-masing kementerian

mengenai pendidikan karakter. Menkokesra sebagai koordinator perumus

pendidikan karakter menyebutkan bahwa setiap kementerian yang terikat

memiliki program-program berencana mengenai pendidikan karakter yang

nantinya diajukan sebagai bahan untuk mengagas lahirnya Keppres

mengenai pendidikan karakter. Menkokesra pun menyebutkan bahwa

nantinya pendidikan karakter ini akan dijadikan aksi bersama dalam

pelaksanaannya.

Gerakan pendidikan karakter di sekolah sekolah sekarang inipun

mulai dicanangkan yaitu dengan mengintegrasikan pendidikan karakter

dalam kurikulum yang telah ada atau dimuatkan dalam mata pelajaran yang

telah ada. Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal mengatakan

pendidikan karakter yang didorong pemerintah untuk dilaksanakan di

sekolah-sekolah tidak akan membebani guru dan siswa. Sebab, hal-hal yang

terkandung dalam pendidikan karakter sebenarnya sudah ada dalam

kurikulum, namun selama ini tidak dikedepankan dan diajarkan secara

tersurat. Selain itu, untuk menyukseskan program pendidikan karater,

pemerintah menggelar pelatihan bagi 263 ribu pengawas dan kepala sekolah

dan setiap tahun akan dilaksanakan pertemuan nasional untuk membahas

pendidikan karakter. (Kompas, 31 Agustus 2010).

Jika pendidikan karakter yang sekarang ini tengah gencar digelorakan

melalui kurikulum yang sudah ada yakni kurikulum 2006 atau dikenal

Page 3: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

3

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sesungguhnya

melalui uji coba kurikulum 2004 kita telah mengenalnya melalui konsep

pendidikan budi pekerti. Program pendidikan budi pekerti berdasar

kurikulum 2004 tidak diwujudkan dalam mata pelajaran tetapi dilakukan

melalui kegiatan terintegrasi. Pendidikan budi pekerti terintegrasi terutama

ke dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan , agama dan mata

pelajaran lain yang relevan serta kegiatan ektra kurikuler. Beberapa buku

pelajaran PKn sekolah telah memasukannya melalui judul integrasi budi

pekerti.

Apabila kita menengok kebelakang lagi, pendidikan budi pekerti

sebelumnya telah muncul juga dalam bentuk pendidikan moral yaitu

melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) berdasar

kurikulum 1984 dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

berdasar kurikulum 1994. Baik PMP maupun PPKn saat itu sarat dengan

nilai-nilai moral yakni nilai moral Pancasila. PMP maupun PPKn

dimaksudkan sebagai pendidikan Pancasila yakni mengarah pada moral

yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yang intinya

mencerminkan sikap dan perilaku yang berdasar nilai moral Pancasila.

Menyimak perkembangan yang ada, pendidikan karakter

sesungguhnya sudah ada sejak lama, hanya saja dengan istilah yang berbeda

yakni pendidikan moral, pendidikan budi pekerti dan sekarang ini

pendidikan karakter. Mungkin, istilah pendidikan karakter yang sekarang

sedang nge-trend ini, terpengaruh oleh literatur atau perkembangan yang

terjadi di luar negeri. Menurut Ratna Megawangi (2007) sekarang ini ada

kecenderungan di AS untuk mengganti istilah value/moral education dengan

character education. Selain istilah pendidikan karakter, pendidikan budi

pekerti dan pendidikan moral, terdapat pula istilah lain yang sepadan

Page 4: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

4

seperti pendidikan akhlak, pendidikan afektif, pendidikan kesusilaan,

pendidikan watak dan pendidikan nilai.

Makalah ini akan mengulas tentang konsep pendidikan nilai, yang

menurut hemat penulis, konsep ini lebih bersifat generik dan mampu

mewadahi beberapa istilah sebelumnya. Akan diulas konteks nilai dengan

pendidikan, nilai kaitannya dengan globalisasi serta pendidikan nilai perihal

arti penting dan beberapa pendekatannya yang bisa dilakukan.

NILAI DAN PENDIDIKAN

Istilah pendidikan nilai (value education) dibangun dari dua kata yaitu

nilai (value) dan pendidikan (education). Kata nilai berasal dari value (bhs

Inggris, atau valere (bhs. Latin) yang bermakna harga. Nilai adalah sesuatu

yang bernilai atau sesuatu itu berharga. Perdefinisi nilai adalah

penghargaan/kualitas terhadap suatu hal yang dapat menjadi dasar penentu

tingkah laku manusia karena sesuatu itu menyenangkan (peasent), berguna

(useful), memuaskan (satifing), menguntungkan (profitable), menarik

(interesting), dan merupakan keyakinan (belief). Contoh nilai : keadilan,

kejujuran, tanggung jawab, keindahan, kerapian, keamanan, keharmonisan,

dan seterusnya. Nilai memiliki karakteristik sebagai berikut; a. suatu realitas

abstrak (tidak dapat ditangkap melalui indera tetapi ada), b. bersifat

normatif (yang seharusnya yang ideal, sebaiknya, diinginkan) dan c.

berfungsi sebagai daya dorong manusia (sebagai motivator) (Bambang

Daroeso; 1986)

Nilai banyak contohnya sebagaimana telah disebutkan di atas.

Beragam nilai tersebut dapat dimasukkan kedalam : klasifikasi nilai, kategori

nilai dan hierarki nilai. Klasifikasi nilai terdiri atas : nilai instrumental dan

nilai terminal (means values & end values); nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik;

Page 5: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

5

nilai personal dan nilai sosial; nilai subyektif dan nilai obyektif; nilai-nilai

nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving). Kategori

nilai meliputi nilai teoritik, nilai ekonomis, nilai estetik, nilai sosial, nilai

agama, nilai politik. Sedangkan hierarki nilai dapat terdiri: nilai kenikmatan-

nilai kehidupan-nilai kejiwaan-nilai kerohanian (Max Scheller); nilai inti-nilai

sekuler-nilai operasional (James Lipman); nilai dasar-nilai instrumental-nilai

praksis (Filsafat Pancasila). Diantara ragam nilai tersebut kita bisa

menambahkannya lagi kategori nilai dasar yang terdiri atas : nilai logis

(kebenaran), nilai estetis (keindahan), dan nilai etis (kebaikan) (Rohmat

Mulyana, 2004)

Kata pendidikan memiliki pula beragam arti. Menurut KH Dewantoro

pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, yaitu

menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka

sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai

keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Driyarkara

berpendapat bahwa intisari atau eidos dari pendidikan ialah pemanusiaan

manusia-muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani, itulah yang

menjelma dalam semua perbuatan mendidik, yang jumlah dan macamnya

tak terhitung (imadiklus.com/pendidikan-dan-nilai-value-and-education).

Undang undang No 20 tahun 2003 tentang SPN menyatakan pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari berbagai pendapat di atas, pendidikan Pendidikan dapat

dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis. Dalam artinya luas

Page 6: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

6

pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang

mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau

perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical

ability) individu. Pendidikan dalam artian ini berlangsung terus (seumur

hidup). Kita sesungguhnya belajar dari pengalaman seluruh kehidupan kita.

Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses dimana masyarakat, melalui

lembaga-lembangan pendidikan (sekolah), dengan sengaja

mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan

keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi.

Nilai selalu berkaitan dengan pendidikan. Nilai adalah jantungnya

pendidikan.Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah ketercapaiannya pada

suatu nilai. Tujuan pendidikan sebuah bangsa adalah mengembangkan

terwujudnya nilai pada peserta didiknya. Tujuan pendidikan nasional

Indonesia adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Ps 3 UU No 20 th 2003). Keimanan, akhlak

mulia, kesehatan, berilmu, kecakapan, kreatifitas, kemandirian, demokratis

dan bertanggung jawab adalah nilai-nilai yang ingin dicapai oleh pendidikan

nasional kita sekarang ini.

DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP NILAI

Sekarang ini kita memasuki era atau kurun masa yang disebut banyak

orang sebagai era global. Global artinya sejagat. Era global berarti era

kesejagatan. Menurut Malcolm Waters (1995) ada tiga tema atau dimensi

utama globalisasi yaitu economic globalization , political globalization dan

cultural globalization. Sejalan dengan pendapat tersebut isu globalisasi yang

Page 7: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

7

meliputi economic, cultural dan environmental memiliki implikasi penting bagi

suatu negara bangsa (Kate Nash, 2000). Pendapat lain menyatakan

kecenderungan global secara umum meliputi : the global economy, technology

and comunication dan population and environment (Asiz Wahab, 2006). Dari

ketiga dimensi globalisasi, dimensi budayalah yang menurut hemat penulis

memiliki kaitan erat dengan nilai. Dari sisi budaya, globalisasi adalah gejala

tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga

menjadi budaya dunia atau world culture).

Apa dampak globalisasi budaya ini terhadap nilai? Globalisasi

memunculkan pergeseran nilai dimana nilai lama meredup sementara

muncul nilai-nilai baru. Globalisasi yang menyebabkan terjadinya interaksi

antar budaya, disamping mampu memunculkan pengaruh positif tetapi juga

telah menimbulkan pengaruh negatif, seperti semakin memudarnya

penghargaan pada nilai budaya dan bahasa, nilai solidaritas sosial,

kekeluargaan, rasa cinta tanah air, serta berbagai perilaku yang tidak sesuai

dengan nilai, norma, dan pandangan hidup bangsa Indonesia. (RPJMN 2010-

2014) Proses globalisasi telah memperlemah atau melongsorkan bentuk-

bentuk identitas kultural suatu bangsa (Kalidjernih, 2007) Globalisasi juga

menciptakan konflik nilai yaitu antara nilai lokal versus nilai global.

Misalnya kasus goyang ngebor seorang penyanyi.

Selain globalisasi berdampak pada nilai, ia juga berdampak pada

pendidikan sebuah bangsa. Globalisasi khususnya dalam bidang teknologi

mengakibatkan pergeseran substansi pendidikan ke pengajaran. Makna

pendidikan yang syarat dengan nilai-nilai moral bergeser pada pengajaran

sebagai transfer pengetahuan, dengan tujuan agar mampu menjalankan

teknologi. Di sisi lain memunculkan pragmatisme dalam dunia pendidikan.

Pendidikan sebagai proses hominisasi dan humanisasi, telah terdepak oleh

Page 8: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

8

nilai-nilai pragmatis demi mencapai tujuan materiil, khususnya

kemakmuran ekonomi. Globalisasi dapat memperkokoh kembalinya paham

behaviorisme dalam dunia pendidikan. Paham ini mengacu pada

pertimbangan atribut atribut luar seperti perubahan perilaku yang dapat

diamati, misal IPK sebagai ukuran kesuksesan. Globalisasi juga

menyebabkan lemahnya peran-peran penting pelaku pendidikan (guru, ortu,

tokoh) dan tripusat pendidikan (sekolah, keluarga dan masyarakat). Peran

pendidikan sekarang ini banyak didominasi oleh media (film, tv, internet,

koran, dan sebagainya )

Globalisasi tidak hanya berdampak pada nilai dan pendidikan, tetapi

juga pada pendidikan nilai (value education). Sekarang ini, pendidikan nilai

di era global terasa mengalami kemunduran. Orang meskipun mengakui

pentingnya pendidikan nilai tetapi tetap segan dan masa bodoh dengan

pendidikan nilai. Thomas Likcona dalam The Return of Character Education

(1993) mengistilahlahkan dengan Declined of Value education

in the 20th century. Sebab sebab kemunduran tersebut adalah sebagai

berikut; 1) Berkembangnya paham evolusi Darwinisme yang memandang

semua hal termasuk nilai/moral adalah berubah. Jadi tidak ada yang abadi

dalam kehidupan ini termasuk nilai 2) Berkembangnya aliran positivisme

radikal yang membedakan secara tegas antara fakta (teramati) dan nilai

(tidak terukur) sehingga nilai adalah relatif dan privat, 3) Berkembanganya

personalisme yang mengagungkan kebebasan, hak dan otonomi individu.

Sebagai akibatnya terjadi delegitimasi otorias moral baik dari pihak

keluarga, sekolah, lembaga agama dan negara, 4) Tumbuhnya gagasan

pluralisme yang bersifat pengakuan terhadap perbedaan termasuk

perbedaan nilai yang dianut dan 5) Menguatnya sekulerisme, yang mana

Page 9: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

9

gagasan pendidikan nilai melanggar pemisahan antara lembaga agama dan

negara.

PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI

Pendidikan nilai dapat diartikan secara luas dan secara sempit. Dalam

arti luas, pendidikan nilai merupakan bentuk bimbingan kepada peserta

didik agar menyadari nilai kebenaran (logis), kebaikan (etis) dan keindahan

(estetis) melalui proses internalisasi nilai dan pembiasaan bertindak. Dalam

arti sempit, pendidikan nilai bermakna pemberian bimbingan kepada

peserta didik akan aspek /ranah/domain afektif, atau dalam hal ini nilai etis

(kebaikan). Pendidikan nilai dimaknai pula sebagai pendidikan afektif,

pendidikan akhlak, pendidikan watak, pendidikan budi pekerti, pendidikan

karakter, pendidikan kesusilaan, dan pendidikan moral. Tujuan pendidikan

nilai meliputi 1) menerapkan pembentukan nilai pada anak, 2)

menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai, dan 3) membimbing perilaku

yang konsisten dengan nilai (UNESCO, 1994).

Berkaitan dengan makna pendidikan nilai, maka pertanyaan pokok

yang perlu dicari jawab adalah “mengapa nilai (kebaikan) harus dibina dan

dibimbing? Sebelumnya merumuskan jawabannya, simak cerita di bawah

ini.

1. Kata-kata mutiara dari John Luther yang mengatakan bahwa “Karakter

yang baik adalah lebih patut dipuji daripada bakat yang luar biasa. Hampir

semua bakat adalah anugerah. Karakter yang baik adalah sebaliknya, tidak

dianugerahkan kepada kita. Kita harus membangunnya sedikit demi sedikit-

dengan pikiran, pilihan, keberanian dan usaha keras.

2. Dalil dalam Al Qur’an Surat Asy Syam ayat 7-10 yang intinya adalah

manusia diberi Allah potensi baik dan buruk (jalan ketagwaan dan jalan

Page 10: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

10

keburukan) tergantung manusia itu sendiri mengusahakannya. Barang

siapa menuju ke kebaikan maka beruntunglah dia , sedangkan barang

siapa menuju pada keburukan maka merugilah dia.

3. Sebuah cerita yang sumbernya anonim, sebagai berikut; Alkisah ada

seorang kakek berkata kepada cucunya; ‘’Dalam diri saya ada dua

serigala, yaitu serigala baik dan jahat. Serigala yang baik tidak pernah

menyerang. Ia hidup damai tenteram dengan semua yang ada di

sekelilingnya. Ia hanya menyerang kalau memang ia harus

mempertahankan diri, dan itu pun dilakukannya dengan baik dan adil.’’.

‘’Tetapi serigala yang satu ini, wah ! penuh dengan kemarahan. Kejadian

sekecil apapun pasti akan membuatnya marah. Ia membenci dan

memerangi siapa saja,walaupun tanpa alasan yang jelas. Ia tidak pernah

bisa berpikir jernih, karena rasa kebencian dan kemarahannya telah

menguasai akal sehatnya”. Lanjut kakek, “Alangkah sulitnya hidup

dengan dua jenis serigala yang ada di dalam diri kakek ini ,karena

keduanya berusaha menguasai jiwa saya,dan saling bersaing. Kemudian

sang cucu memandang kakeknya dengan penuh rasa ingin tahu, dan

bertanya :”Serigala mana yang menang, kakek?” Kakek menjawab

dengan pandangan serius ,”Yang menang tentu saja yang saya beri

makan”. (Ratna Megawangi, 2007). Ternyata penulis mendapatkan cerita

yang anonim tersebut sesuai dengan suatu adegan dalam film Pathfinder

yang kurang lebih dialognya sebagai berikut;

Tokoh Perempuan : “ada dua serigala dalam diri manusia yaitu benci dan

cinta”

Tokoh Laki-laki : “mana yang akan menang?”

Tokoh Perempuan : “ yang kamu turuti”

Page 11: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

11

Menyimak tiga cerita di atas, menunjukkan bahwa manusia agar

hidupnya berbuat dan bersikap menuju nilai kebaikan, maka diperlukan

baginya arahan, bantuan, dukungan, dan kemauan dalam dirinya sendiri

untuk berbuat dan menuju kebaikan. Tanpa itu maka potensi baik dalam

dirinya tidak akan berkembang. Pendidikan nilai membantu individu

mengenal akan hal yang baik (knowing the good), lebih dari itu pendidikan

nilai harus mampu pula mengarahkan individu agar mencintai kebaikan

(loving the good), menginginkan kebaikan (desiring the good) dan akhirnya

melakukan kebaikan (acting the good). Menurut Thomas Lickona, pendidikan

nilai memerlukan keempatnya dalan proses pendidikan, yaitu proses

knowing, loving, desiring dan acting the good. Dalam bahasa kita dapat

diterjemahkan kedalam 4 M; mengetahui, mencintai, menginginkan dan

melakukan kebaikan. Pendidikan nilai yang hanya mencapai proses knowing

the good, bukanlah kategori pendidikan nilai tetepi pembelajaran tentang

nilai.

Pentingnya pendidikan nilai, yang sebelumnya di Indonesia muncul

dalam bentuk pendidikan budi pekerti dan pendidikan moral, diakui pula

oleh mantan presiden Megawati Soekarno Putri yang menyatakan bahwa

persoalan pokok yang dihadapi dalam sistem pendidikan nasional saat ini

dan di masa yang akan datang adalah memperkokoh pendidikan budi

pekerti melalui proses pengajaran, pengasuhan pemberian bimbingan

kepada peserta didik. Pendidikan watak dan budi pekerti merupakan

elemen dasar yang sangat penting dalam pembangunan karakter bangsa.

Hasil seminar Pusat Inovasi, Badan Penelitian dan Pengembangan

(Balitbang) Kemendiknas (2004) menghasilkan kesepakatan bahwa (1)

semua pembicara sependapat tentang pentingnya peranan Pendidikan Budi

Pekerti dalam rangka pembinaan generasi muda; (2) Esensi Pendidikan Budi

Page 12: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

12

Pekerti sebenarnya telah ada dalam kurikulum yang berlaku saat ini, yang

diajarkan melalui PMP dan PPKn, namun hasilnya belum sesuai dengan

harapan masyarakat; 3) Untuk masa yang akan datang ada dua

kemungkinan modus Pendidikan Budi Pekerti yang dapat dipilih, yakni:

pertama, berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran, dan kedua

terintegrasikan dalam mata pelajaran civics, pendidikan agama, dan mata

pelajaran lain yang relevan.

Selanjutnya Thomas Lickona menunjukkan adanya 10 tanda dimana

dengan kemunculannya tersebut menunjukkan sebuah bangsa diambang

kehancuran dan di situlah pendidikan nilai memegang peranan penting.

Kesepuluh tanda tersebut adalah : 1. Meningkatnya kekerasan di kalangan

remaja. 2. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk. 3. Pengaruh peer

group yang kuat dalam tindak kekerasan. 4. Meningkatnya perilaku yang

merusak diri seperti narkoba, sex bebas dan alkohol. 5. Kaburnya pedoman

moral baik dan buruk. 6. Penurunan etos kerja.7. Rendahnya rasa hormat

kepada orangtua dan guru. 8. Rendahnya rasa tanggungjawab baik sebagai

individu dan warganegara. 9. Ketidakjujuran yang telah membudaya dan 10.

Adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesame. Jika kita

instrospeksi apakah dalam diri bangsa Indonesia sekarang ini menunjukkan

tanda-tanda tersebut?

Jika pendidikan nilai memang penting diselenggarakan, lalu nilai-

nilai apakah yang selayaknya menjadi isi bagi pembelajarannya? Menurut

Unesco (Rohmat Mulyana, 2004) martabat manusia sebagai nilai tertinggi

yang menjadi isi pokok pendidikan nilai. Nilai martabat manusia tersebut

didalamnya mencakup; Nilai kesehatan yakni: kebersihan, kebugaran fisik,

keharmonisan dengan alam; Nilai kebenaran yakni : pengetahuan, berfikir

kritis, kreatif; Nilai kasih sayang yakni: integritas, kejujuran, kasih sayang,

Page 13: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

13

kebermaknaan diri, disiplin, spiritual (keyakinan kepada Tuhan); Nilai

tanggung jawab sosial yakni: saling menghormati, peduli, menghargai hak

asasi, kedamaian, keadilan sosial, partisipasi publik; Nilai efisiensi ekonomi

yakni: pemelihaaan sumber daya, etika kerja, produktivitas, kewirausahaan;

dan Nilai nasionalisme yakni rasa pesatuan, menghargai pahlawan,

kebanggaan, tanggung jawab publik, solidaritas, cinta negara.

Tentang nilai sebagai isi pendidikan nilai, pendapat lain menyatakan

mencakup honesty, compassion, courage, kindness, self-control, cooperation,

diligence or hard work, all the kinds of qualities that we need to both lead a fulfilling

life and to be able to live together harmoniously and productively (Thomas Lickona,

1992). Jujur, Tanggung Jawab, Disiplin, Kerjasama, Adil, Visioner, dan

Peduli sebagai The Seven Spiritual Core Values (Ary GA, ESQ 165) serta

Religius, Manusiawi, Bersatu, Demokratis dan Adil (filsafat Pancasila).

Mengenai sumber nilai dapat bersumber dari agama, nilai bersama

(common values) dan dari khasanah local. Pada masa Orde Baru, sumber

pendidikan nilai selalu dikaitkan dengan nilai-nilai dasar Pancasila (sebagai

filosofi atau pandangan-dunia bangsa Indonesia)_ Pancasila sebagai

common values_ yang kemudian disajikan dalam mata pelajaran PMP-

PPKn. Kecenderungan yang terjadi, pendidikan moral menjadi terlalu

negara-sentris, deduktif, kering, hambar, bahkan cenderung ideologis dan

pro-status quo. Perlu diketahui sebagaimana dikatakan Goods bahwa di

negara sekuler, pendidikan nilai dilaksanakan melalui pelajaran pendidikan

kewarganegaraan, sedang di negara agama pendidikan nilai dilaksanakan

melalui pelajaran agama (Syarkawi, 2006). Terkait dengan Indonesia yang

menyatakan diri sebagai bangsa yang religius maka pendidikan agama

mendapat tempat yang penting dalam rangka pendidikan nilai, disamping

dengan melalui pendidikan kewarganegaraan. Sekarang ini nampaknya

Page 14: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

14

pendidikan (nilai) Pancasila kurang mendapat tempat yakni dengan

tiadanya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi atau setidak tidaknya

tidak menggunakan lagi label mata pelajaran Pendidikan Pancasila dalam

kurikulum sekolah.

PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN NILAI

Bagaimana cara agar nilai dapat terinternalisasi dalam diri peserta

didik? Bagaimana peserta didik bisa mengalami proses knowing, loving,

desiring and acting the good? Dalam hal ini kita berbicara tentang pendekatan

dalam pendidikan nilai.

Para ahli telah membuat klasifikasi mengenai hal ini. Setidaknya ada

dua pendapat yang dapat dikemukakan di sini. Pendapat pertama

mengatakan ada 3 pendekatan dalam pendidikan nilai. Ketiga pendekatan

itu adalah: 1) Pendekatan Lawrence Kolhberg atau disebut Cognitive Moral

Development, 2) Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli atau disebut

Affektive Moral Development dan 3) Pendekatan Albert Bandura dan Skiner

atau disebut Behavior Moral Development.

Pendapat kedua bersumber dari karya Douglas Superka yang

menyebutkan adanya 5 (lima) pendekatan, yakni 1) Pendekatan penanaman

nilai (inculcation approach), 2) Pendekatan perkembangan moral kognitif

(cognitive moral development approach), 3) Pendekatan analisis nilai (values

analysis approach), 4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach),

dan 5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) (Superka,

et. al. 1973).

Pendekatan penanaman nilai adalah pendekatan yang memberi

penekanan pada penanaman nilai-nilai dalam diri siswa. Pendekatan ini

sebenarnya merupakan pendekatan tradisional. Pendekatan ini dipandang

Page 15: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

15

indoktrinatif, tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan demokrasi

Pendekatan ini mungkin tidak sesuai dengan alam pendidikan Barat yang

sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan individu namun, pendekatan

ini digunakan secara meluas dalam berbagai masyarakat, terutamanya

dalam penanaman nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya.

Pendekatan klarifikasi nilai memberi penekanan pada usaha

membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri

Pendekatan ini menanamkan nilai kepada subyek didik dengan melalui

kesadarannya sendiri. Dapat dikatakan bahwa teknik ini mengikuti aliran

konstruktivisme. Pendekatan analisis nilai memberikan penekanan pada

perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis dengan cara

menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial

Pendekatan ini lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang

memuat nilai-nilai sosial.

Pendekatan pertimbangan moral atau pendekatan Lawrence Kolhberg

memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya.

Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-

masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Proses

pembelajaran didasarkan pada dilemma moral dengan menggunakan

metoda diskusi kelompok , dimulai dengan penyajian cerita yang

mengandung dilemma. Dalam diskusi tersebut, siswa didorong untuk

menentukan posisi apa yang sepatutnya dilakukan oleh orang yang terlibat,

apa alasan-alasannya. Pendekatan ini memberi kebebasan penuh kepada

siswa untuk berpikir dan sampai pada kesimpulan yang sesuai dengan

tingkat perkembangan moral reasoning masing-masing. Pendekatan

pembelajaran berbuat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun

Page 16: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

16

secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Pendekatan ini melibatkan

siswa sekolah dalam melakukan perubahan-perubahan sosial.

Menurut hemat penulis pendekatan penanaman nilai (inculcation

approach) adalah pendekatan yang masih layak dan tepat untuk digunakan

dalam pelaksanaan nilai atau pendidikan karakter di Indonesia. Pendekatan

ini lazim digunakan di Indonesia yang masyarakatnya cenderung memiliki

tradisi lisan. Walaupun pendekatan ini dikritik sebagai pendekatan yang

berbau indoktrinatif oleh penganut filsafat liberal, namun berdasarkan

kepada nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia dan falsafah Pancasila,

pendekatan ini dipandang paling sesuai. Alasan-alasan untuk mendukung

pandangan ini antara lain sebagai berikut (Teuku Ramli Zakaria, 2001) :

Tujuan Pendidikan Nilai adalah penanaman nilai-nilai tertentu dalam

diri siswa. Pengajarannya bertitik tolak dari nilai-nilai sosial tertentu, yakni

nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia lainnya,

yang tumbuh dan berkembangan dalam masyarakat Indonesia.

Menurut nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia dan pandangan

hidup Pancasila, manusia memiliki berbagai hak dan kewajiban dalam

hidupnya. Setiap hak senantiasa disertai dengan kewajiban, misalnya: hak

sebagai pembeli, disertai kewajiban sebagai pembeli terhadap penjual; hak

sebagai anak, disertai dengan kewajiban sebagai anak terhadap orang tua;

hak sebagai pegawai negeri, disertai kewajiban sebagai pegawai negeri

terhadap masyarakat dan negara; dan sebagainya.

Dalam rangka Pendidikan Nilai, siswa perlu diperkenalkan dengan

hak dan kewajibannya, supaya menyadari dan dapat melaksanakan hak dan

kewajiban tersebut dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya, menurut konsep

Pancasila, hakikat manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk

sosial, dan makhluk individu. Sehubungan dengan hakikatnya itu, manusia

memiliki hak dan kewajiban asasi, sebagai hak dan kewajiban dasar yang

melekat eksistensi kemanusiaannya itu. Hak dan kewajiban asasi tersebut

Page 17: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

17

juga dihargai secara berimbang. Dalam rangka Pendidikan Nilai , siswa juga

perlu diperkenalkan dengan hak dan kewajiban asasinya sebagai manusia.

Dalam pengajaran nilai di Indonesia, faktor isi atau nilai merupakan

hal yang amat penting. Dalam hal ini berbeda dengan pendidikan moral

dalam masyarakat liberal, yang hanya mementingkan proses atau

keterampilan dalam membuat pertimbangan moral. Pengajaran nilai

menurut pandangan tersebut adalah suatu indoktrinasi, yang harus dijauhi.

Anak harus diberikan kebebasan untuk memilih dan menentukan nilainya

sendiri. Pandangan ini berbeda dengan falsafah Pancasila dan budaya luhur

bangsa Indonesia, yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misalnya,

berzina, berjudi, adalah perhuatan tercela, yang harus dihindari; orang tua

harus dihormati, dan sebagainya. Nilai-nilai ini harus diajarkan kepada

anak, sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

demikian, dalam pendidikan nilai faktor isi nilai dan proses, keduanya sama-

sama dipentingkan.

PENUTUP

Nilai sebagai sesuatu yang berharga, berguna, menyenangkan dan

suatu keyakinan bagi manusia. Nilai bersifat realitas abstrak, normatif dan

menjadi daya dorong manusia dalam bertindak. Pendidikan sebagai proses

pendewasaan diri manusia pada dasarnya mengarah pada suatu nilai yang

ingin dicapai. Nilai merupakan jantungnya pendidikan.

Pendidikan nilai (values education) dalam arti luas adalah proses

bimbingan dan penciptaan suasana sedemikian rupa sehingga mampu

mengembangkan peserta didik akan nilai kebaikan, kebenaran dan

keindahan melalui proses internasisasi dan pembiasaan berbuat. Dalam

pengertian sempit pendidikan nilai adalah proses pengembangan ranah

afektif dalam diri anak. Dalam konteks ini pendidikan nilai dapat dimaknai

Page 18: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

18

sebagai pendidikan afektif, pendidikan akhlak, pendidikan budi pekerti,

pendidikan nilai moral, pendidikan watak atau pendidikan karakter.

Globalisasi khususnya dalam dimensi budaya membawa dampak

terhadap nilai, pendidikan dan pendidikan nilai yang berlaku di suatu

bangsa. Pendidikan nilai semakin penting terutama di era global sebagai

akibat dari adanya pergeseran nilai, lunturnya identitas kultural dan

terjadinya konflik nilai. Di sisi lain pendidikan nilai penting dilakukan

sebagai bentuk bimbingan dalam diri manusia itu sendiri agar menemukan

nilai nilai yang dapat membawanya ke dalam jalan kebaikan. Pendidikan

nilai adalah proses homonisasi sekaligus humanisasi dalam diri manusia.

Pendekatan pendidikan nilai membicarakan bagaimana cara agar nilai

dapat terinternalisasi dalam diri peserta didik yang selanjutnya sebagai

acuan dalam sikap dan perilakunya. Pendekatan dalam pendidikan nilai

mencakup 1) Pendekatan Lawrence Kolhberg atau disebut Cognitive Moral

Development, 2) Pendekatan L Metccalf dan Iman al Ghozalli atau disebut

Affektive Moral Development dan 3) Pendekatan Albert Bandura dan Skiner

atau disebut Behavior Moral Development. Setiap pendekatan memiliki

kelemahan dan kelebihan. Di Indonesia , pendekatan penanaman nilai lazim

digunakan dan oleh karena itu masih layak dijalankan. Untuk menutupi

kelemahan pendekatan ini yakni cenderung indoktrnatif maka proses

pembelajarannya dapat dilengkapi dengan pendekatan lain yang lebih

bersifat mengembangkan partisipasi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Ary Ginanjar Agustin. 2005. Emosional Spiritual Quetient, The Way 165. Jakarta

: Penerbit Agra

Aziz Toyibin & Kosasih Djahiri. 1997. Pendidikan Pancasila. Jakarta : Rineka

Cipta

Page 19: Pendidikan nilai-di-era-global 2010

19

Bambang Doroeso. 1986. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Semarang: Aneka

Ilmu

Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahannya

Kalidjernih, FK. 2007. Cakrawala Baru Kewarganegaraan , Refleksi Sosiologis

Indonesia . Jakarta; Regina

Lawrence Kohlberg. 1993. Tahap-Tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta:

Kanisius

Naskah Akademik. 2001. Pendidikan Budi Pekerti. Depdiknas

Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Ratna Megawangi. 2007. Semua Berakar pada Karakter: Isu Isu Permasalahn

Bangsa . Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas

Indonesia

Rohmat Mulyana. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung :

Alfabeta

Syarkawi.2006. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta : Bumi Aksara

Teuku Ramli Zakaria. 2001. Pendekatan dalam Pendidikan Nilai dalam Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta No 26, 479-495

Thomas Lickona. 1993. The Return of Character Education dalam

http://www.hi-ho.ne.jp/taku77

Undang undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional