pendidikan indonesia

26
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara multikultural dengan kondisi geografis yang beragam. Sejatinya setiap daerah akan memiliki kekhasan tersendiri berkaitan dengan karakter kepribadian individu, perilaku, pola kebiasaan masyarakat, pekerjaan, budaya dan kepercayaan, serta sistem pertahanan terhadap proses kehidupan yang akan dihadapi. Penjelasan diatas mengarahkan kita untuk berpikir bahwa hal tersebut akan berdampak pada berlangsungnya proses pendidikan. Secara lebih gamblang, penyelenggaraan pendidikan di kota berbeda dengan penyelenggaraan pendidikan di pelosok-pelosok. Latar belakang yang berbeda tentu berbeda pula tantangan pendidikannya. 1 | BK UNJ

Upload: intan-nurul-kemala

Post on 29-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan Negara multikultural dengan kondisi

geografis yang beragam. Sejatinya setiap daerah akan memiliki

kekhasan tersendiri berkaitan dengan karakter kepribadian individu,

perilaku, pola kebiasaan masyarakat, pekerjaan, budaya dan

kepercayaan, serta sistem pertahanan terhadap proses kehidupan

yang akan dihadapi. Penjelasan diatas mengarahkan kita untuk

berpikir bahwa hal tersebut akan berdampak pada berlangsungnya

proses pendidikan.

Secara lebih gamblang, penyelenggaraan pendidikan di kota

berbeda dengan penyelenggaraan pendidikan di pelosok-pelosok.

Latar belakang yang berbeda tentu berbeda pula tantangan

pendidikannya. Di tengah tantangan-tantangan yang ada, bagaimana

cara guru mempersiapkan dirinya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan

siswa di pelosok agar tetap tercipta proses pembelajaran yang

berkualitas di samping keterbatasan yang menghambat proses

penyelenggaraan pendidikan. Makalah ini akan mengkaji persiapan

guru secara intern yaitu konsep kepribadian yang bagaimana yang

1 | B K U N J

Page 2: Pendidikan Indonesia

dapat menjawab tantangan-tantangan yang akan dihadapi oleh guru

saat melangsungkan pembelajaran dengan siswa-siswa di pelosok-

pelosok Indonesia.

Kenyataan tersebut melatar belakangi pengkajian

permasalahan berkaitan dengan peranan konsep kepribadian guru

dalam menghadapi tantangan mengajar di pelosok Indonesia.

1. 2. IDENTIFIKASI MASALAH

Sesuai dengan latar belakang yang jelaskan sebelumnya, maka

permasalahan yang diidentifikasi adalah :

1. Bagaimana gambaran penyelenggaraan pendidikan di pelosok

Indonesia?

2. Bagaimana tantangan bagi guru yang akan mengajar di pelosok?

3. Kepribadian guru yang bagaimana yang mampu menjawab

tantangan-tantangan yang akan dihadapi guru yang mengajar di

pelosok Indonesia?

1. 3. PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan penulis pada latar belakang dan

identifikasi masalah, maka, penulis membatasi permasalahan pada

2 | B K U N J

Page 3: Pendidikan Indonesia

peran konsep kepribadian guru dalam menghadapi tantangan

mengajar di pelosok Indonesia.

1. 4. RUMUSAN MASALAH

Dari pemaparan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan

penulis dalam penulisan makalah ini adalah seberapa jauh peranan

konsep kepribadian guru dalam menghadapi tantangan saat mengajar

di pelosok Indonesia.

1. 5. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui

seberapa jauh peran konsep kepribadian guru dalam mengahadapi

tantangan mengajar di pelosok Indonesia. Dengan pembuatan

makalah ini, Penulis dapat memahami gambaran keberlangsungan

proses pembelajaran di pelosok-pelosok Indonesia serta tantangan-

tantangan yang ada. Sekaligus mengetahui konsep kepribadian yang

seperti apa yang mampu menjawab tantangan-tangan tersebut. Selain

itu, hasil dari makalah ini dapat digunakan sebagai acuan untuk

mengadakan penelitian lanjutan agar permasalahan yang terkait dapat

dikaji lebih mendalam lagi bahkan dapat memunculkan faktor-faktor

baru yang menarik untuk diteliti.

3 | B K U N J

Page 4: Pendidikan Indonesia

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1. KONSEP KEPRIBADIAN

Pengertian kepribadian

Kepribadian merupakan hasil proses interaksi seumur hidup

antara organisme dan lingkungan. Pengaruh faktor eksternal

memungkinkan perbedaan sistematis dalam perilaku khas perseorangan

yang dibesarkan dalam budaya yang berbeda (John W. Berry, et.al,

1999). Allport (Baharuddin, 2009) mendefinisikan kepribadian sebagai

suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang

memberikan corak yang khas dalam caranya menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Allport menekankan kepribadian dalam tiga domain, yaitu

(1) traits (sifat), attitude (sikap), dan (3) intentions (intensi). Sifat

merupakan tendensi detereminasi dan pre-disposisi. Disposisi disini

dimaksudkan bahwa adanya kecenderungan-kecenderungan masa lalu

atau pengalaman masa lampau. Sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku

yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam dalam individu seperti

pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan cenderung bersifat stabil.

Beberapa macam sifat yang saling berkaitan satu sama lain akan

terkonstruk menjadi sebuah pola tingkah laku yang akan menentukan

4 | B K U N J

Page 5: Pendidikan Indonesia

bagaimana watak dan karakter individu tersebut. Yang kedua adalah

sikap. Sikap merupakan cara individu bereaksi terahadap rangsangan.

Dengan kata lain sikap seseorang akan terbentuk sesuai dengan

rangsangan atau situasi yang dihadapi individu. Perbedaan sikap yang

ada pada individu terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan dalam

beberapa hal, yaitu perbedaan bakat, minat, pengalaman, pengetahuan,

intensitas perasaan, dan juga situasi lingkungan. Yang terakhir adalah

intensi. Intensi berkaitan dengan harapan, keinginan, ambisi dan cita-cita

seseorang. Intensi sangat menentukan kepribadian seseorang karena

dengan adanya intensi, individu akan mengarahkan dirinya sesuai

dengan apa yang menjadi intensinya.

Karakter guru profesional

Dewasa ini karakter dibedakan dari istiilah kepribadian tetapi

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan begitu karakter masih

termasuk dalam bagian dari kepribadian. Masyarakat menyebut karakter

secara umum sebagai tampakan dari diri seseorang. Dalam hal ini yang

akan dipaparkan adalah karakter dari seorang guru yang profesional.

Guru yang berkarakter akan menghasilkan siswa yang berkarakter pula.

Dalam sebuah proses pendidikan di sekolah, karakter dapat

diinternalisasikan dalam kompetensi-kompetensi guru yang terbagi ke

dalam empat bagian, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial,

5 | B K U N J

Page 6: Pendidikan Indonesia

kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional (Mulyasa, 2009).

Fokus analisis terdapat pada kompetensi kepribadian. Sri Martini dalam

bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan, Kompetensi kepribadian

merupakan kemampuan menggambarkan kepribadian yang mantap,

stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi

teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri,

serta mengembangkan diri secara berkelanjutan.

2.2. GAMBARAN PENDIDIKAN DI PELOSOK

Undang-Undang Dasar 1945 adalah landasan ideologi dan

konstitusional dalam pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa

diwujudkan secara nyata dengan usaha-usaha pembangunan sebagai

upaya untuk mewujudkan ketahanan nasional dalam rangka mencapai

cita-cita bangsa (Sri Martini, 2009). Pendidikan merupakan hak segala

bangsa sekalipun untuk daerah pelosok atau terpencil. Daerah terpencil

adalah daerah yang terisolir dari akses-akses ke pusat. Akses-akses

tersebut seperti akses untuk mendapatkan sarana dan prasarana sehari-

sehari, pendidikan, kebutuhan listrik, fasilitas publik seperti sekolah yang

layak, rumah sakit, kantor-kantor pemerintahan, tempat hiburan dan lain

sebagainya.

6 | B K U N J

Page 7: Pendidikan Indonesia

Kesulitan mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas

adalah salah satu wajah pendidikan di pelosok. Hal yang jelas terlihat

adalah keterbatasan sarana dan prasarana penunjang berlangsungnya

proses belajar mengajar. Selain itu akses jalan menuju sekolah yang sulit

dan jauh serta terbatasnya SDM (guru dan stake holder sekolah) yang

jumlahnya sangat terbatas. Kesemua itu menjadi gambaran pendidikan di

daerah pelosok. Dilihat dari kisah-kisah para guru muda dalam buku

“Indonesia Mengajar” terdapat beberapa hal yang dapat dilihat sebagai

gambaran pendidikan di pelosok. Berikut ini merupakan kriteria-kriteria

yang menghambat keberlangsungan pendidikan di daerah pelosok (Dian

Nur, 2010).

1. Berbentuk komunitas kecil

2. Tertutup dan homogen

3. Pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan

4. Pada umumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit dijangkau

5. Pada umumnya masih hidup dengan sistem ekonomi sub sistem

6. Peralatan teknologinya sederhana

7. Ketergantungan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam

setempat relatif tinggi

8. Terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi, dan politik.

7 | B K U N J

Page 8: Pendidikan Indonesia

BAB III

KERANGKA BERPIKIR

Indonesia merupakan Negara dengan kondisi geografis yang

beragam. Dilihat dari segi kesempatan mengenyam pendidikan, daerah

Indonesia terbagi menjadi menjadi daerah perkotaan dan pelosok. Dalam hal

ini penulis mendefinisikan daerah perkotaan sebagai daerah yang memiliki

akses pendidikan yang baik dan sangat baik, lalu sebaliknya daerah pelosok

sebagai daerah yang minim kesempatan untuk mendapatkan pendidikan

yang layak. Kriteria ini berkaitan dengan tersedianya SDM (guru) yang

jumlahnya memenuhi dan berkualitas, tersedianya sarana dan prasarana

serta terjangkaunya akses jalan menuju sekolah yang mudah dan aman.

Seperti yang digambarkan dalam kisah-kisah para pengajar muda dalam

buku “Indonesia Mengajar”, kondisi penyelenggaraan pendidikan di daerah

pelosok di Indonesia sangat berbeda dari apa yang terjadi di kota.

Fokus kepada permasalahan pendidikan di pelosok, tentunya

menghujat ketidakadilan pemerintah atas ketidakmerataan pendidikan di

daerah pelosok tidak akan menghasilkan banyak perubahan. Kita sebagai

kaum intelektual sudah sepatutnya mampu untuk melihat secara lebih

komprehensif mengenai gambaran pendidikan di pelosok beserta hambatan-

hambatan yang ada. Hal ini bertujuan agar kita mampu menganalisis

8 | B K U N J

Page 9: Pendidikan Indonesia

kebutuhan serta fokus pada solusi pemecahan masalah. Jika kita mampu

mengolah itu semua menjadi sebuah ide perbaikan, maka dimulailah pijakan

perubahan pendidikan bangsa Indonesia.

Salah satu upaya untuk melakukan perbaikan adalah dengan berkaca

pada kenyataan hari ini dan masa kemarin untuk mempersiapkan masa

depan. Program “Indonesia Mengajar” mengajak kita untuk berpikir bahwa di

dalam kondisi keterbatasan, terdapat upaya yang tidak terbatas. Bukan

bagaimana kita mengeluhkan keterbatasan, tapi bagaimana kita menjadikan

keterbatasan tersebut sebagai semangat untuk menyelenggarakan

pendidikan yang berkualitas. Penyelenggaraan pendidikan di pelosok tidak

terbatas pada pola formal dan kaku, tetapi dilakukan secara lebih fleksibel

dan bebas tanpa menghilangkan kekhasan masyarakatnya. Seperti yang

dipaparkan pada Bab II, terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi dalam

penyelenggeraan pendidikan di daerah pelosok secara umum.

Hambatan-hambatan yang terjadi merupakan sebuah tantangan-

tantangan bagi guru yang mengajar di pelosok. Lalu bagaimana guru

mempersiapkan dirinya untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut

bergantung pada kualitas diri guru tersebut. Kualitas diri seorang guru

merupakan akumulasi dari kompetensi-kompetensi yang terdapat pada guru

yang mantap dan sesuai dengan kebutuhan siswanya. Pendidikan di daerah

pelosok menuntut guru untuk memiliki kesiapan mental dan kepribadian yang

9 | B K U N J

Page 10: Pendidikan Indonesia

baik agar dapat keluar dari jalur pendidikan konvensional yang tidak akan

memberikan kemajuan. Secara lebih spesifik, penulis akan membagi dua

bagian analisis bagi guru untuk mengetahui gambaran tantangan mengajar di

daerah pelosok dari segi karakteristik siswa dan proses belajar mengajar itu

sendiri. Sesuai dengan titik berat makalah ini, pemikiran akan mengarah

pada peran konsep kepribadian guru dalam menjawab tantangan mengajar di

daerah pelosok.

1. Karakteristik siswa di pelosok Indonesia.

Hakikat manusia sebagai makhluk sosial menjadi landasan

bahwa setiap karakter atau kepribadian individu adalah hasil bentukan

lingkungan sosialnya. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa

pribadi diyakini sebagai hal yang terjelma karena relasi sosial, ke

dalam mana seseorang dimasukkan dan dilukiskan bukan menurut

sifat-sifat, tetapi menurut relasi sosial (John W. Berry, et.al, 1999)

Daerah pelosok yang jarang tersentuh dengan kebudayaan luar

memungkinkan masyarakatnya berada dalam keterjeratan budaya.

Kaitannya dalam hal ini adalah terdapat kemungkinan latar belakang

budaya siswa yang berbanding terbalik dengan latar belakang guru

yang berasal dari luar daerah mereka. Disinilah keunikan itu tampak

jelas. Tidak menutup kemungkinan, guru akan dihadapkan dengan

suasana konflik etnis diantara siswa yang merupakan pengaruh

10 | B K U N J

Page 11: Pendidikan Indonesia

bawaan dari orang-orang dewasa di sekitarnya. Hal ini serupa dengan

konsep ke-kami-an lebih baik dari ke-mereka-an yang dikenal sebagai

etnosentrime (John W. Berry, et.al, 1999). Selain pengaruh lingkungan

sosial, lingkungan fisik pun turut andil dalam pembentukkan karakter

siswa. Siswa di daerah pelosok terbiasa untuk berinteraksi dengan

alam secara langsung. Hal seperti itu bukan pilihan, namun

keterbatasan fasilitas ke-kota-an lah yang menjadikan mereka sangat

bergantung pada alam dengan tidak tersentuh dengan teknologi

informasi maupun komunikasi. Secara umum gambaran karakteristik

yang dipaparkan para pengajar muda pada bab belajar rendah hati

dalam buku “Indonesia Mengajar” adalah cerdas kinestetik, kompetitif,

ceria, antusias, memiliki rasa ingin tahu yang besar, kaku, sulit bicara,

tertutup dengan hal baru, pemalu, serta terbiasa dengan suasana

yang membebaskan (tanpa paksaan). Gambaran diatas tentunya

dilihat ketika para pengajar muda datang untuk mengajar mereka.

Seperti itulah sedikitnya gambaran mengenai karakter siswa di

pelosok.

Bukan perkara mudah menghadapi keberagaman dalam

sebuah situasi pembelajaran. Disinilah dibutuhkannya seorang guru

yang memiliki kepribadian yang stabil untuk tetap konsisten pada

intensinya, kedewasaan untuk menghadapi segala perbedaan siswa,

arif dan bijaksana dalam berpikir serta mengambil keputusan, b

11 | B K U N J

Page 12: Pendidikan Indonesia

erwibawa dalam menjalankan perannya sebagai guru, berakhlak

mulia, serta mampu menjadi teladan bagi siswa ditengah keterbatasan

yang ada. Sebagai contoh dalam menghadapi situasi konflik etnis

diantara siswa. Tidak mudah untuk menjadi pemersatu sebuah

perbedaan yang sudah mengakar. Tetapi bukan berarti tidak dapat

diatasi. Keberanian dan keterbukaan pada guru berperan penting

ketika guru berusaha untuk membuka sedikit peluang dalam upaya

mengikis tembok-tembok pemisah dengan tidak menghilangkan

keunikan-keunikan siswa. Seperti halnya yang dilakukan M. Rangga

Septiyadi (salah satu pengajar muda di Bengkalis dalam program

Indonesia Mengajar) yang membaur beberapa etnis dalam satu team

dalam permainan sepak bola yang dilakukan oleh siswa-siswa di salah

satu SD di Bengkalis.

2. Proses belajar mengajar di pelosok Indonesia

Komponen pengajaran ialah bagian-bagian yang saling

berinteraksi dan berinterfungsi mencapai tujuan belajar, yang terdiri

dari tujuan, materi, metode, media, pengelolaan, evaluasi,

pengembangan, sarana, guru dan siswa (pip). Komponen-

komponen tersebut tidak mudah didapatkan dalam penyelenggaraan

pendidikan di pelosok. Hal yang paling substansial dalam proses

belajar mengajar selain SDM adalah sarana dan prasarana. Sulitnya

12 | B K U N J

Page 13: Pendidikan Indonesia

mendapatkan sarpras yang mendukung merupakan menjadi

gambaran proses belajar mengajar di pelosok. Untuk itu, menemukan

cara-cara baru sangatlah substansial untuk menciptakan pendidikan

yang bermutu, mudah diakses dengan peralatan yang sederhana, dan

terjangkau bagi masyarakat.

Dengan segala kondisi yang serba terbatas (sarana dan

prasarana), seorang guru dituntut untuk tetap menciptakan

pembelajaran yang menarik, tepat sasaran, sederhana, bermakna,

serta membelajarkan siswa. Artinya, dengan perlengkapan yang

sederhana, guru harus bisa menciptakan hal yang luar biasa. Berbeda

dengan sekolah di kota, sekolah di pelosok lebih bersifat fleksibel.

Tentunya tidak mudah untuk memberlakukan metode belajar yang

sesuai dengan siswa yang memiliki latar belakang kehidupan yang

berbeda dengan siswa pada umumnya. Dibutuhkan analisis yang

kompleks untuk menyajikan sebuah proses belajar dan mengajar yang

sesuai dengan karakteristik siswa maupun karakteristik lingkungannya

(fisik dan sosialnya).

Berdasarkan analisis diatas, maka konsep-konsep kepribadian

tertentu yang dapat menjawab tantangan-tantangan mengajar di

pelosok. Terdapat beberapa karakter guru profesional yang

dibutuhkan oleh para guru, yaitu :

13 | B K U N J

Page 14: Pendidikan Indonesia

1. Rendah hati

Rendah hati akan membuat guru berpikiran terbuka dengan hal-

hal baru. Jujur apa adanya tentang keilmuannya. Tidak

membodohi siswa sekalipun siswa berada dalam

keterbelakangan pengetahuan, serta tidak menutup diri untuk

terus belajar dari siapapun dan kondisi apapun.

2. Pandai mengelola waktu

Pendidikan di pelosok lebih bersifat fleksibel. Untuk itu

menejemen waktu diperlukan untuk menciptakan pembelajaran

yang efektif dan efisien.

3. Menghargai proses

Tidak perlu mempermasalahkan media yang digunakan dalam

pembelajaran, yang terpenting adalah setia pada proses.

Karakter guru yang menghargai proses, tidak akan menyerah

pada kegagalan. Sehingga selalu ada upaya untuk mencoba dan

mencoba tanpa mengenal menyerah sebelum ia mampu

mengambil makna dari setiap proses pembelajaran. Selain itu

akan selalu ada upaya untuk melakukan inovasi-inovasi baru

untuk menciptakan temuan-temuan baru.

4. Berpikiran terbuka

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tidak akan

pernah terhenti. Keterbukaan pikiran menjadikan kita sebagai

14 | B K U N J

Page 15: Pendidikan Indonesia

individu yang selalu tanggap wawasan dan mampu

memanfaatkan setiap pengetahuan yang ada. Tidak cepat

merasa puas dengan ilmu yang ada pada dirinya, dan terbuka

dengan kritik dari luar dirinya. Guru yang berpikiran terbuka akan

terus memperbaiki keilmuannya samapai waktu yang tidak

terbatas.

5. Percaya diri

Guru sudah sepautnya memiliki kepercayaan diri yang baik. Saat

mengajar, diperlukan rasa percaya pada kemampuan diri agar

terhindar dari keterbataan yang mungkin terjadi. Selain itu

berpikiran positif menjadi bagian dari guru yang memiliki

kepercayaan diri yang matang.

Karakter-karakter guru seperti penjelasan diatas akan mampu

menjawab tantangan-tantangan mengajar di pelosok Indonesia.

Bila guru-guru di pelosok memiliki konsep kepribadian seperti itu,

maka terhindar lah masalah-masalah penyelenggaraan

pendidikan di pelosok Indonesia.

15 | B K U N J

Page 16: Pendidikan Indonesia

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN SERTA IMPLEMENTASI

4.1. KESIMPULAN

Tantangan-tantangan mengajar dipelosok menuntut kecakapan-

kacakapan diri seorang guru untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

siswa. Beragamnya karakter siswa dengan segala keunikan latar

belakangnya, maka konsep kepribadian guru yang matang sangatlah

penting dalam menjawab tantangan-tantangan yang ada ketika proses

belajar mengajar berlangsung. Situasi-situasi yang kompleks (dalam

pertimbangan sosial budaya) serta kondisi geografis yang ekstrim dan

terisolir, menciptakan sebuah pola kebiasaan hidup yang unik. Sehingga

membutuhkan perlakuan-perlakuan yang tepat dan profesional demi

terciptanya pendidikan di pelosok yang kompetitif dan bermutu. Dengan

segala keterbatasan-keterbatasan yang ada, karakter pribadi yang

matang akan mampu mengubah keterbatasan manjadi hal yang di luar

batas pemikiran yang konvensional.

4.2. SARAN DAN IMPLEMENTASI

Penyelenggaraan pendidikan akan berhasil jika siswa

mendapatkan sebuah pembelajaran yang bermanfaat bagi dirinya.

Keberhasilan tersebut dapat diupayakan dengan cara menganalisis

16 | B K U N J

Page 17: Pendidikan Indonesia

kebutuhan siswa untuk kemudian merancang pembelajaran yang tepat

guna. Analisis kebutuhan siswa tentunya berbeda antara siswa di satu

kelompok dengan kelompok lainnya. Untuk itu diperlukan pemikiran yang

lebih komprehensif untuk mendapatkan hasil yang tepat.

Pemaparan penulis dalam makalah ini memberikan gambaran-

gambaran mengenai peranan konsep kepribadian guru dalam

menghadapi tantangan-tantangan ketika mengajar di pelosok.

Penjelasan dalam makalah ini memberikan informasi mengenai

gambaran proses berlangsungnya pendidikan di daerah pelosok. Untuk

itu diharapkan pembaca dapat mengetahui dan memahami setiap

bahasan agar dapat diinternalisasikan. Hal ini berguna bagi guru-guru

yang akan mengajar di pelosok sebagai bentuk persiapan diri.

Tidak ada sebuah kecukupan dalam perbaikan ilmu

pengetahuan. Untuk itu makalah ini masih membutuhkan kajian lebih

lanjut untuk memperluas kajian-kajian yang lebih spesfifik dan

mendalam. Dengan begitu, tidak menutup kemungkinan akan

bermunculan temuan-temuan baru yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Penelitian-penilitian lanjutan diharapkan dapat menghadirkan data yang

lebih representatif agar hasil penelitian dapat digunakan secara

universal.

17 | B K U N J

Page 18: Pendidikan Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, H. 2009. Psikologi Pendidikan-Refleksi Teoritis Terhadap

Fenomena. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Berry, John W., dkk. 1999. Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional-Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Meilani, Sri Martini. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: FIP UNJ.

Pengajar Muda. 2012. Indonesia Mengajar. Bandung: Bentang.

18 | B K U N J