pendidikan dalam pandangan masyarakat baduy...

124
PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY DALAM (Studi Kasus Pada Masyarakat Kampung Cibeo, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Rudini Irawan NIM. 1111018200036 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: builiem

Post on 07-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY

DALAM

(Studi Kasus Pada Masyarakat Kampung Cibeo, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar,

Kabupaten Lebak, Banten)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rudini Irawan

NIM. 1111018200036

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of
Page 3: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of
Page 4: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of
Page 5: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of
Page 6: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of
Page 7: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

i

ABSTRAK

Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Pendidikan dalam Pandangan

Masyarakat Baduy Dalam (Studi Kasus pada Masyarakat Kampung Cibeo,

Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten), Skripsi

Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendidikan dalam pandangan

masyarakat Baduy Dalam. Masyarakat Baduy Dalam merupakan gambaran asli

kehidupan Suku Baduy masa lalu. Pada kehidupan masyarakat Baduy Dalam

terdapat rangkaian aturan yang mengikat yang dikenal dengan istilah Pikukuh

Karuhun, salah satu bidang yang diatur dalam Pikukuh Karuhun adalah

pendidikan dimana pada pelaksanaannya menggunakan model atau bentuk khusus

yang tentunya berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Hal ini merupakan

upaya mereka dalam mempertahankan amanat adat yang telah diwariskan secara

turun-temurun. Disisi lain menyebabkan masyarakat Baduy tertinggal secara

pendidikan akibat pelaksanaan aturan tersebut karena larangan mengikuti

pendidikan formal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan

dianalisa dengan pendekatan etnografi. Metode ini digunakan untuk dapat

mengindentifikasi kebudayaan masyarakat Baduy Dalam terkait dengan

pendidikan. Teknik pengumpulan datanya meliputi, observasi, wawancara dan

dokumentasi. Kemudian teknik analisis data penelitian dilakukan dengan cara

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini mengungkapkan beberapa hal penting: pertama, masyarakat

Baduy Dalam berpandangan bahwa pendidikan dasar mereka terbatas pada

pengetahuan adat yang meliputi materi pembelajaran bidang pertanian, nilai-nilai

kebudayaan, aturan tatanan hukum adat, dan keterampilan. Kedua, model atau

bentuk pendidikannya dilakukan dengan cara lisan dan praktik langsung, yang

diwariskan secara turun-temurun melalui keluarga, lembaga adat, maupun teman

sebaya. Ketiga, masyarakat Baduy Dalam sampai saat ini tetap menolak segala

macam bentuk pendidikan yang tidak sesuai dengan tataran hukum adat. Keempat,

terdapat perubahan kehidupan sosial masyarakat Baduy Dalam yang disebabkan

semakin banyaknya kontak langsung dengan pengunjung meskipun tidak bersifat

masif.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terutama bagi praktisi

pendidikan sehingga suatu saat dapat dicarikan konsep/metode pendidikan yang

tepat untuk masyarakat Baduy sehingga dapat menjaga keberlangsungan

kehidupan mereka dari tantangan zaman yang semakin berat.

Kata kunci: Baduy Dalam, Adat, Model Pendidikan

Page 8: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

ii

ABSTRACT

Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of Baduy

Society (Case Study on Cibeo Village Community, Kanekes Village,

Leuwidamar District, Lebak Regency, Banten), Thesis Program Strata One

(S-1) Faculty of Tarbiyah and University Teacher Training Islamic State

Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.

This study aims to describe education in view of Baduy Dalam society. Baduy

Dalam is the original view of the life of the Baduy Tribe in the past. On Baduy

Dalam society there is a series of rules that bind with the term Pikukuh Karuhun.

One of the things that Pikukuh Karuhun regulated is education which running by

model or a special from that is different from the education in general as a from.

This is an efforts to maintaining the customary mandate Which has been passed

down from generation to generation. On the other hand couses the Baduy

community left behind by education due to the rule because of the ban on formal

education.

The method used in this research is qualitative research, and analyzed with

ethnography approach. Method of qualitative approach used for identify the

cultural aspect of education. Data collection techniques include, observation,

interviews and documentation. The technique of data analysis research by doing

data reduction, data presentation, and drawing conclusions

The results of this study reveal several important points: first, the Baduy Dalam

community holds that their basic education that limited to indigenous knowledge,

learning materials implementation of education that of agriculture, cultural values,

rules of customary law, and skills. Second, the model or form education by way

of verbal communication and direct practice, who passed down through

generations through family, traditional institutions, and peers. Third, the Baduy

Dalam community still rejects all forms of education that are not in accordance

with the level of customary law. Fourth, the change of sosial life society Baduy

Dalam caused by many direct contact with visitors despite not massive at all.

This research is expected to provide knowledge especially for educational

practitioners so that one day can be found the right concepts / methods of

education for Baduy community so as to maintain their survival from the

challenges of the growing age.

Keywords: Baduy Dalam, Custom, Educational Model

Page 9: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

iii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Indonesia adalah negara yang kaya atas suku bangsa dimana terdapat

kurang lebih 1340 suku bangsa yang tersebar ke seluruh wilayah negeri tercita ini.

Akan tetapi, saat ini banyak diantara kita mulai lupa atas identitas kebudayaan

yang telah diamanatkan oleh generasi terdahulu. Adapun cara hidup generasi saat

ini lebih mengarah pada pola gaya hidup modern yang dipengaruhi oleh arus

globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin hari terus berkembang

tanpa bisa terbendung sehingga menimbulkan krisis identitas. Kemudian yang

lebih memprihatinkan adalah masyarakat adat/tradisional yang sudah mulai

meninggalkan nilai dan norma kebudayaannya sehingga kebudayaan tersebut

tidak terwarisi ke generasi selanjutnya dan terancam punah. Sudah semestinya

khususnya pemerintah dan masyarakat Indonesia pada umum harus mulai

membangkitkan kembali nilai-nilai tradisional sebagai sebuah cara hidup sehingga

bangsa ini tidak kehilangan identitasnya.

Salah satu suku bangsa yang tetap mempertahankan nilai-nilai tradisi

sebagai pedoman hidup masyarakatnya adalah Suku Baduy. Dimana dalam

kehidupan masyarakat Suku Baduy masih sangat kental akan tradisi yang kita

dapat saksikan saat kita berkunjung dalam wilayah mereka. Salah satu bentuk

tradisi yang tetap mereka pertahankan adalah sistem pengetahuan tradisional,

dimana pandangan mereka dalam pendidikan baik secara model atau bentuk

masih tetap terjaga khususnya untuk masyarakat Baduy Dalam yang sampai saat

ini masih menerapkan tata cara adat dalam menjalankan pendidikan. Meski

banyak masyarakat di luar sana berpandangan rendah terhadap kesukuan mereka,

yang disebabkan oleh adanya aturan adat Suku Baduy yang melarang berdirinya

lembaga pendidikan formal dan mengikuti pendidikan secara formal (sekolah).

Akan tetapi jika kita pahami pasti ada alasan tertentu sehingga sampai saat ini

kesukuan mereka tetap mempertahankan aturan tersebut dan kita masyarakat di

luar Baduy harus menghormati hal tersebut.

Page 10: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

iv

Kemudian, penyelesaian skripsi ini tidak akan pernah tercapai tanpa

adanya dukungan, bimbingan, dan do’a kepada berbagai pihak yang dengan

senang hati membantu penulis, tidak ada kata yang dapat menggambarkan

perasaan penulis selain ucapan terima kasih, semoga Allah SWT membalas segala

kebaikan kalian semua. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Hasyim Asy`ari, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I dan

selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Syaripulloh, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi II, yang selalu

memberikan bimbingan selama penulis mengerjakan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Kepala Desa Kanekes, Jaro Saija yang telah memberikan izin kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Jaro Sami dan Ayah Mursid sebagai Tokoh Adat Baduy Dalam khususnya

Kampung Cibeo yang bersedia menjadi narasumber dalam penelitian ini.

8. Keluarga Kang Eman, Ayah Aldi, Pulung, Sangsang dan Jamah yang

bersedia meluangkan waktunya untuk membantu proses penelitian skripsi

ini.

9. Ibunda tercinta yang senatiasa menemani dan memberikan do’a, motivasi,

semangat yang luar biasa kepada penulis selama ini.

10. Kakak-kakakku; (Bang Ojat, Mbak Wiwik, Bang Jiay, Ka Yuli, Bang Jay,

Ka Octy, Ka Mul, Bang Agus, Bang Jali, Ka Ayu, Ka Emy, Ka Alga) dan

keponakan-keponakanku tercinta (Tia, Faiz, Cha-cha, Daffa, Faqih, Ilham,

Jihan, Syarah, Ilyas, Zalika, Aisyah) yang selalu memberikan keceriaan

dalam senyum dan canda tawanya.

Page 11: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

v

11. Sahabat-sahabatku masa SMA (Baldy, Cendi, Deni, Deani, Rivai)

memberikan dorongan motivasi agar dapat menyelesaikan penulisan ini.

12. Sahabat-sahabatku (Yusuf, Bahrul, Gilang, Ucup, Affan, Agus, Rahmat,

Fikri) dan seluruh teman-teman Manajemen Pendidikan 2011 atas

dukungan dan kerjasama selama ini.

13. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam masa penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun sebagau proses penyempurnaan skripsi ini agar dapat memberi

manfaat khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan.

Jakarta, 20 Mei 2017

Penulis

Rudini Irawan

Page 12: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL .................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 6

D. Perumusan Masalah ....................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

F. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Pendidikan ........................................................................ 8

1. Pengertian Pendidikan .............................................................. 8

2. Unsur-Unsur dan Sistem Pendidikan ........................................ 11

3. Lingkungan Pendidikan ............................................................ 14

4. Landasan Sosiologi dan Kebudayaan ....................................... 20

B. Masyarakat Adat, Pengetahuan Tradisional, dan Kearifan Lokal .. 27

1. Masyarakat Adat ....................................................................... 27

2. Pengetahuan Tradisional ........................................................... 28

3. Kearifan Lokal ......................................................................... 29

C. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ 31

D. Kerangka Berpikir ........................................................................... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 36

B. Metode Penelitian ........................................................................... 37

Page 13: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

vii

C. Subjek dan Objek Penelitian .......................................................... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 38

E. Instrumen Penelitian........................................................................ 41

F. Teknik Pengelolaan dan Analisa Data ............................................ 44

G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsaan Data ............................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian .......................................................... 47

1. Asal Usul Suku Baduy ............................................................. 47

2. Letak Geogafis dan Demografis Suku Baduy .......................... 50

a. Letak Geografis .................................................................. 50

b. Demografi Suku Baduy ...................................................... 51

3. Baduy Dalam dan Baduy Luar .................................................. 52

4. Sistem Pemerintahan ................................................................. 57

B. Pendidikan dalam Masyarakat Baduy Dalam ................................ 60

1. Pandangan Masyarakat Baduy Dalam terhadap Pendidikan .... 60

2. Model dan Bentuk Pendidikan Masyarakat Baduy Dalam ....... 65

a. Lingkungan Keluarga .......................................................... 66

b. Lingkungan Adat (Tokoh Adat) .......................................... 70

c. Teman Sebaya ..................................................................... 73

3. Peran Pemerintah/Swasta terhadap Pendidikan Masyarakat

Baduy Dalam ............................................................................. 76

4. Dampak Kemajuan Zaman terhadap Kehidupan

Masyarakat Baduy Dalam ......................................................... 79

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 83

B. Saran ............................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 14: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1

Kerangka Berpikir Penelitian 35

Tabel 3.1 Pelaksanaan Waktu Penelitian 36

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara 41

Tabel 3.3

Kisi-kisi Pedoman Observasi 42

Tabel 4.1

Perbandingan Suku Baduy Dalam dengan Suku Baduy

Luar

53

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Sistem Pendidikan 12

Gambar 2.2 Proses Belajar Mengajar Sebagai Sebuah Sistem 13

Gambar 2.3 Hubungan antara Masyarakat dan Pendidikan 22

Gambar 4.1 Struktur Lembaga Adat Baduy 59

Gambar 4.2 Ayah Aldi Beserta Anaknya 68

Gambar 4.4 Ayah Mursid Tokoh Adat Baduy Dalam 72

Gambar 4.5 Masyarakat Baduy Dalam Berkunjung ke Jakarta 74

Gambar 4.6 Sistem Proses Belajar Mengajar Masyarakat Baduy 75

Page 15: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi

Lampiran 2 Pedomanan Observasi Lapangan

Lampiran 3 Hasil Observasi Lapangan

Lampiran 4 Pedoman Wawancara

Lampiran 5 Hasil Wawancara

Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Page 16: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara dengan jumlah suku bangsa terbesar di dunia.

Pada tahun 2010 dari hasil sensus yang dilaksanakan oleh BPS (Badan Pusat

Statistik) tercatat bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 300 etnik/suku bangsa

atau tepatnya 1.340 suku bangsa. Kemudian tiap-tiap suku/etnik didalamnya

memiliki kebudayaan masing-masing sesuai dengan nilai-nilai dan norma-

norma yang terdapat pada masyarakat adat tersebut.

Masyarakat adat atau sering disebut juga dengan masyarakat tradisional

adalah suatu komunitas masyarakat yang bersifat homogen dan secara

berkelanjutan mendiami suatu wilayah tertentu, mempunyai hubungan historis

dan mistis dengan sejarah masa lampau mereka, merasa dirinya dan dipandang

oleh pihak luar sebagai satu nenek moyang yang sama dan mempunyai

identitas dan budaya khas yang ingin mereka pelihara dan lestarikan untuk

kurun waktu sejarah selanjutnya, serta tidak mempunyai posisi yang dominan

dalam struktur dan sistem politik yang ada.1 Secara sederhana bahwa

masyarakat adat merupakan masyarakat asli yang hidup pada wilayah tertentu

dengan hukum, nilai, pranata sosial dan kebudayaan yang dijunjung tinggi

sebagai suatu amanat leluhur yang terus mereka wariskan kepada generasi

berikutnya.

Kemudian hak-hak masyarakat adat diatur secara eksplisit dan implisit

dalam pasal 18B ayat 2 yang berhubungan tentang pemerintah daerah dan

pasal 28I ayat 3 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal 18B ayat 2 berbunyi

“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum

1 Saafroedin Bahar, Hak Masyarakat Hukum Adat, (Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia, 2006), h. 1.

Page 17: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

2

adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,

yang diatur dalam undang-undang”.2 Selanjutnya isi pasal 28I ayat 3

menegaskan “Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati

selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban”.3 Kemudian diperkuat

kembali pada UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa Pasal 1 ayat

12 mengakui secara terbatas hak atas pengunaan dan pengelolaan sumber daya

alam serta penentuan nasib sendiri. “Desa atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem

pemerintahan dan berada di daerah kabupaten”.4 Dari beberapa butir peraturan

yang tertera di atas dapat ditarik sebuah kesepahaman bahwa masyarakat adat

merupakan sesuatu yang diakui eksistensinya dan dilindungi secara hukum

yang berlaku di Indonesia.

Desa Kanekes adalah salah satu dari sekian banyak desa di Indonesia yang

memiliki khasnya sendiri. Sebuah desa yang terletak di sekitar wilayah

pergunungan Kendeng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi

Banten. Merupakan desa yang dihuni oleh salah satu masyarakat adat yang

bernama Suku Baduy. Suku Baduy menjadi salah satu etnis yang sangat

populer di Indonesia karena ketaatan mereka dalam menjaga amanat

leluhurnya. Kesederhanaan dalam menjalankan kehidupan merupakan daya

tarik tersendiri dimana Suku Baduy merupakan etnis yang secara sengaja

mengasingkan diri mereka terhadap pengaruh luar (modernisasi) dengan

memilih hidup dengan melaksanakan amanat leluhurnya yang dapat kita

saksikan sendiri ketika kita berkunjung ke perkampungan mereka. Akan

2 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Tentang Pemerintah

Daerah, Pasal 18B ayat 2.

3 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Tentang Hak Asasi

Manusia Pasal 28I ayat 3.

4 Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintah

Daerah, Pasal 1 Ayat 12.

Page 18: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

3

tetapi, seberapa lama Suku Baduy tetap dapat mempertahankan amanat leluhur

tersebut ditengah-tengah derasnya kebutuhan, perubahan dan perkembangan

zaman yang tidak dapat dihindari oleh masyarakat Baduy. Ayah Mursid

sebagai Wakil Jaro Tangtu Cibeo didalam sebuah buku yang berjudul Saatnya

Baduy Bicara menuturkan tentang terjadinya perubahan sikap dan mental

masyarakat Baduy ke arah modern sebagai berikut:

“Sejak awal kami sudah waspada dan menyadari bahwa zaman pasti

berubah, tantangan buat masyarakat adat semakin hari semakin berat, dari

berbagai perkampungan perbatasan sudah tidak terbendung lagi oleh

kemajuan pola dan gaya hidup, tetapi kami (warga Baduy) tetap teguh

patuh untuk melaksanakan amanat wiwitan (asli,asal,pokok) dan kami

tetap menyakini bahwa Baduy aman tenteram, yang penting jangan

menggangu atau diganggu dan jangan merugikan apalagi dirugikan. Kami

(Baduy) siap bekerja sama dengan siapa pun, tetapi yang ada manfaat

demi keselamatan hidup semua manusia, kami tetap akan patuh mengikuti

hukum dan kehendak alam yang sudah diciptakan oleh Yang Maha

Kuasa.”5

Dapat dijelaskan menurut Ayah Mursid bahwa di masa depan

keberlangsungan Suku Baduy menghadapi tantangan besar. Selama

masyarakat Baduy tetap tunduk patuh terhadap amanat leluhur maka akan

tetap terjaga dan Suku Baduy terbuka terhadap dunia luar jika tidak

bertentangan pada tataran hukum adat yang berlaku. Oleh sebab itu, maka

sudah semestinya bantuan-bantuan yang akan diberikan kepada masyarakat

Baduy harus disesuaikan dengan tataran hukum adat yang berlaku, tanpa

memaksa program-program yang nantinya justru akan menghancurkan

lingkungan hidup sosial masyarakat Suku Baduy.

Salah satu topik yang menarik adalah perbedaan pandangan masyarakat

Baduy terhadap pendidikan. Padangan tokoh adat dan kokolotan masyarakat

Baduy tentang pendidikan sangat beragam dan belum mengarah pada satu titik

kesepahaman apakah pendidikan formal (bersekolah) bagi warga Baduy

adalah hal yang sangat ditabukan? Apakah dengan adanya pendidikan formal

5 Asep Kurnia dan Ahmad Sihabudin, Saatnya Baduy Bicara, (Jakarta: Bumi Aksara,

2010), h. 12.

Page 19: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

4

(sekolah) di Baduy akan sangat merugikan dan merusak masa depan warga

Baduy? Jika bersekolah itu ditabukan, mengapa di antara warga mereka

banyak yang terampil membaca, menulis, dan menghitung sehingga memiliki

kemampuan berkomunikasi, berinteraksi, bahkan memiliki jaringan usaha

yang luas? Jika bersekolah memang dilarang, mengapa di antara warga

mereka yang aktif dan kreatif belajar membaca, menulis dan menghitung

secara perorangan tidak diberikan sanksi?6 Hal ini semakin menjelaskan

bahwa pergeseran perubahan pola pikir tiap generasi dalam masyarakat Baduy

sendiri terus berkembang karena dibarengi dengan semakin besarnya

kesadaran dalam memenuhi kebutuhan dan kemajuan zaman. Selain itu,

dengan adanya persaingan yang semakin besar maka generasi muda Baduy

membutuhkan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan keterampilan (life skill) agar

mampu bersaing dalam mempertahankan kehidupannya.

Banyak upaya yang sudah pemerintah lakukan dalam upaya memajukan

pendidikan untuk masyarakat Baduy diantaranya mendirikan sekolah di

perbatasan, mendirikan perpustakaan, sekolah kejar paket A/B/C, dll. Akan

tetapi, itu semua bertentangan dengan aturan hukum adat yang berlaku.

Menurut Ayah Mursid, beliau menjelaskan bahwa:

“Kalimat adat melarang warganya mengikuti sekolah secara formal atau

melarang pendidikan formal di tanah Ulayat mereka”, sebenarnya didasari

oleh berbagai pemikiran dan tujuan para leluhur mereka yang

berpandangan jauh ke masa depan demi keselamatan dan eksistensi

kesukuan mereka. Tujuan yang paling utama adalah menahan terlalu

bebasnya masyarakat adat mengadopsi gaya kehidupan modern karena

komunitas mereka memiliki tugas hidup yang spesifik, kenyakinan yang

kuat dan hukum adat berbeda. Kalau terlalu bebas nanti akan berbondong-

bondong untuk mengejar dan memenuhi kepuasan materi dan kemajuan

hidup yang tidak ada batasnya. Masyarakat Baduy mempunyai tugas

memelihara keseimbangan alam dengan motto hidup: “Kacai jadi saleuwi,

kadarat jadi salogak.” Kekhawatiran pola hidupnya akan menjadi lebih

dikomando oleh pemenuhan kepuasan materi dan kemajuan, maka

dipastikan akan terjadi berbagai ketimpangan yang akhirnya dapat

6 Ibid., h. 246

Page 20: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

5

merusak keharmonisan, persatuan dan kesatuan serta merusak tatanan

hukum adat mereka.7

Dengan mengingat kembali bahwa sesungguhnya masyarakat adat

memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri yang disesuaikan dengan asal-

usul dan identitas mereka. Oleh karena itu, masyarakat Baduy berhak

menjalankan pendidikan yang disesuaikan dengan amanat leluhurnya, yaitu

dengan menjalankan sebuah proses pendidikan dengan model atau bentuk

khusus yang pastinya berbeda dengan pendidikan masyarakat pada umumnya.

Akan tetapi, jika dibiarkan tanpa diberikan perhatian khusus dikuatirkan akan

menimbulkan masalah besar yang justru akan mengancam tatanan kehidupan

sosial di dalam masyarakat Baduy karena zaman semakin berkembang,

pemenuhan kebutuhan semakin tinggi dan semestinya kita masyarakat di luar

Baduy ikut memikirkan konsep/metode pendidikan yang disesuaikan dengan

aturan adat mereka sehingga eksistensi kesukuan mereka dapat terjaga.

Melihat permasalahan yang dijelaskan di atas, yang dimulai dengan hak

masyarakat adat dalam menentukan keberlangsungan kehidupannya ditambah

dengan gempuran perubahan zaman dan adanya sebuah proses pendidikan

yang sedang berjalan di tengah-tengah masyarakat Baduy yang tentunya

berbeda pada model/bentuk pendidikan pada umumnya, maka peneliti merasa

tertantang untuk mengadakan sebuah penelitian yang berjudul “Pendidikan

dalam Pandangan Masyarakat Baduy Dalam.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

diindentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Desa Kanekes merupakan bagian dari masyarakat adat yang memiliki hak

menentukan nasibnya sendiri, termasuk menentukan pandangan mereka

terhadap pendidikan yang berbeda dengan sistem pendidikan nasional.

7 Ibid., h. 249-250.

Page 21: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

6

2. Terdapat perbedaan pandangan di dalam masyarakat Baduy mengenai

pendidikan bahwa pendidikan formal (sekolah) pada masyarakat Baduy

merupakan hal yang sangat ditabukan.

3. Masyarakat Baduy membutuhkan pendidikan yang disesuaikan dengan

aturan tataran adat yang berlaku untuk tetap menjaga keberlangsungan

kehidupan mereka.

4. Pendidikan pokok masyarakat Baduy terbatas pada pemahaman dasar-

dasar hukum adat.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka

penelitian ini dibatasi pada:

1. Pelaksanaan penelitian mengenai pendidikan dalam pandangan masyarakat

Baduy difokuskan pada masyarakat kampung Cibeo yang merupakan satu

dari tiga kampung yang berada di wilayah Baduy Dalam.

2. Pandangan tokoh adat Baduy Dalam dan masyarakatnya terhadap

pendidikan.

D. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan, maka dapat

diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana masyarakat Baduy Dalam memandang pendidikan?

2. Bagaimana model atau bentuk pendidikan yang berlangsung di dalam

masyarakat Baduy Dalam?

Page 22: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

7

E. Tujuan Penelitian

Penelitian “Pendidikan dalam Pandangan Masyarakat Baduy”. Penulis

tertarik melakukan penelitian tersebut untuk mengetahui makna pendidikan

dari pandangan masyarakat Baduy yang dikenal patuh dan taat dalam

menjalankan amanat leluhur. Selain itu, untuk mengetahui model atau bentuk

pendidikan yang berlangsung di dalam masyarakat Baduy yang melarang

warganya untuk mengikuti pendidikan formal (sekolah) dalam upaya

mempertahankan amanat leluhur. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Menjelaskan pandangan tokoh adat Baduy Dalam dan masyarakatnya

terhadap pendidikan.

2. Menjelaskan model atau bentuk pendidikan yang berlangsung di dalam

masyarakat Baduy Dalam.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi praktisi pendidikan

baik secara teoritis dan praktis:

1. Teoritis, diharapkan dapat digunakan untuk mengenalkan masyarakat adat

khususnya Suku Baduy dari sisi pendidikan sehingga tidak ada lagi

pandangan yang merendahkan mengenai kesukuan mereka karena alasan

larangan mengikuti pendidikan secara formal.

2. Praktis, penulis berharap nantinya akan ada temuan-temuan baru akan

pandangan masyarakat Baduy terhadap pendidikan sehingga semakin

menyempurnakan penelitian ini.

Page 23: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. HAKIKAT PENDIDIKAN

Pada hakikatnya manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang paling

sempurna. Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk dapat

mempertahankan kehidupannya. Upaya manusia dalam mempertahankan

kehidupan tersebut melalui suatu proses panjang dan berlangsung secara

berkesinambungan. Oleh sebab itu, pendidikan sudah ada sejak pertama kali

peradaban manusia ada di muka bumi ini. Karena secara sederhana hakikat

pendidikan adalah segala upaya manusia untuk mempertahankan,

mengembangkan, dan mewariskan nilai-nilai, norma, dan kebudayaannya

kepada generasi selanjutnya. Jadi bisa disimpulkan bahwa pendidikan sudah

ada sejalan dengan peradaban manusia.

1. Pengertian Pendidikan

Kita pahami bersama bahwa pendidikan sudah ada sejalan dengan

peradaban manusia, karena pendidikan dapat dimaknai sebagai upaya yang

dilakukan seseorang dalam mempelajari suatu nilai, norma, dan

kebudayaan yang berlaku didalam masyarakat. Sehingga seseorang tersebut

memiliki kemampuan untuk mempertahankan keberlangsungan

kehidupannya karena tujuan utama pendidikan adalah untuk

mempertahankan kehidupan.

Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy,

yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah

diantar oleh seorang pelayan. Pelayan yang mengantar dan menjemput

dinamakan Paedagoogos. Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan

sebagai educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam

Page 24: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

9

Dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan to educate yang berarti

memperbaiki moral dan melatih intelektual.1Sedangkan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.2

Dengan demikian, pendidikan lebih tepat dimaknai sebagai sebuah proses

kegiatan membimbing dan pembinaan yang dilaksanakan secara

berkesinambungan agar tercapai sebuah tujuan pendidikan.

Menurut Azyumardi Azra dalam Hasan Basri, kata pendidikan

didefinisikan “secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan yang banyak

dipengaruhi oleh pandangan dunia masing-masing. Sekalipun demikian,

pada dasarnya semua pandangan berbeda itu bertemu dalam satu

kesimpulan awal bahwa pendidikan merupakan proses penyiapan generasi

muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara

lebih efektif dan efesien”.3

Definisi pendidikan yang dikemukakan oleh parah ahli adalah sebagai

berikut:

a. Langeveld dalam Hasbullah menjelaskan pendidikan ialah setiap

usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada

anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu

anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

Pengaruh itu datang dari orang dewasa (atau yang menciptakan oleh

orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan

sebagainya) dan ditunjukan kepada orang yang belum dewasa.4

b. John Dewey dalam Hasbullah, pendidikan adalah proses pembentukan

kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke

arah alam dan sesama manusia.5

1 Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,

2012), h. 59. 2 Departemen Pendidikan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pusta, 2011),Edisi 3 h. 263. 3 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 14.

4 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2009), Edisi

Revisi, h. 2. 5 Ibid.,

Page 25: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

10

c. Hasan Basri menjelaskan pendidikan adalah usaha yang dilakukan

dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina,

membantu, dan membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti dari

pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan

batin), baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri, dalam arti

tuntutan agar anak didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa,

berbicara, dan bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung

jawab dalam setiap tindakan dan perilaku sehari-hari.6

d. Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama pada

Tahun 1930 menyebutkan : Pendidikan umumnya berarti daya upaya

untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,

karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak

boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan

kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita

didik selaras dengan dunianya.7

e. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 1 ayat 1, mendefinisikan pendidikan merupakan usaha

sadar dan terencana untuk mengwujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuaan spiritual, keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.8

Setelah memahami pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan

bahwa pendidikan adalah segala usaha manusia untuk menanamkan nilai-

nilai dan norma-norma yang terkandung dalam masyarakat yang diwariskan

kepada generasi selanjutnya kemudian pendidikan tersebut berkembang

selama proses pendidikan yang terus berjalan dalam upayanya menjawab

perubahan sosial. Dengan kata lain semakin baik kualitas suatu peradaban

maka akan berjalan lurus dengan peningkatan kualitas proses pendidikan

yang dikembangkan oleh masyarakat tersebut. Dapat disimpulkan bahwa

hakikat pendidikan pada dasarnya adalah upaya manusia dalam

mempertahankan keberlangsungan kehidupannya yang terus berkelanjutan

dalam upaya meningkatkan kualitas jiwa dan peradabannya, baik melalui

6 Hasan Basri, op. cit., h.15.

7 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta : Rineka Pustaka, 2013), cet. 8, h. 5.

8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV Mitra Karya), h. 5.

Page 26: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

11

pendidikan yang dilaksanakan secara alami oleh orang tua kepada anak atau

masyarakat kepada generasinya penerusnya sampai pada pendidikan yang

diselenggarakan oleh organisasi-organisasi pendidikan yang lebih mudah

dikenal dengan istilah sekolah, baik formal maupun non formal.

2. Unsur-Unsur dan Sistem Pendidikan

Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu:

a. Subjek yang dibimbing (peserta didik)

Peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui

keberadaannya.

b. Orang yang membimbing (pendidik)

Yang dimaksud dengan pendidik ialah orang yang bertanggungjawab

terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta

didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

c. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik

antarpeserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan

pendidikan.

d. Ke arah mana bimbingan ditunjukan (tujuan pendidikan)

e. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)

Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam

kurikulum yang akan diajikan sebagai sarana pencapaian tujuan.

f. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)

Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan

ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.

g. Tempat dimana peristiwa tersebut berlangsung (lingkungan

pendidikan)9

9 Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka

Cipta, 2008), cet. 2, h. 51

Page 27: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

12

Page 28: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

13

Page 29: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

14

3. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri

anak. Lingkungan pendidikan merupakan tempat manusia berinteraksi

timbal balik sehingga kemampuannya dapat berkembang terus kearah yang

lebih baik. Terdapat tiga jenis lingkungan yang memiliki pengaruh terhadap

kemampuan dan perkembangan kemampuan anak, yaitu keluarga, sekolah,

dan masyarakat biasa juga disebuat sebagai tri pusat pendidikan.

a. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan yang paling utama

dimana tempat pertama kali anak memperoleh pendidikan. Teguh

Triwiyanto, mendefinisikan keluarga merupakan kelompok sosial kecil

yang umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Hubungan yang terjadi

dalam keluarga didasari atas dasar ikan darah, perkawinan atau adopsi.

Hubungan dalam keluarga juga didominasi oleh suasana afeksi dan

rasa tanggung jawab. Sementara fungsi keluarga adalah memelihara,

merawat, dan saling melindungi.13

Jadi menurut definisi diatas bahwa

keluarga merupakan tempat lahirnya anak, terjadinya sebuah hubungan

afeksi, dan tempat pembentukan kepribadian anak.

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Wayan Ardhana yang dikutip

kembali oleh Umar Tirtarahardja, dituliskan bahwa:

“suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-

baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan

individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat

pendidikan sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan

pendidikan kearah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi

kanak-kanak tapi bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga

sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh.

Pada umumnya kewajiban ibu bapak itu berjalan dengan sendirinya

sebagai suatu tradisi. Bukan hanya ibu bapak yang berada dan

berpengetahuan saja yang dapat melakukan kewajiban mendidik

yang beradab, akan tetapi rakyat desa pun melakukan hal ini.

13

Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 71.

Page 30: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

15

Mereka senatiasa melakukan usaha yang sebaik-baiknya untuk

kemajuan anak-anaknya. Memang manusia mempunyai naluri

pendagogis, yang berarti bahwa buat ibu bapak perilaku pendidikan

itu merupakan akibat “naluri” untuk melanjutkan keturunan.14

Jadi dapat diarik sebuah kesimpulan bahwa keluarga merupakan

tempat pertama dan paling utama manusia memperoleh pendidikan,

dijelaskan bahwa peran utama dari orang tua adalah sebagai penuntun,

pengajar, dan pemberi contoh untuk anak-anaknya. Hal tersebut

dilakukan secara alamiah dengan harapan untuk dapat melanjutkan

keturunannya.

Adapun fungsi lembaga pendidikan keluarga, yaitu ;

1) Merupakan pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak,

pengalaman ini merupakan faktor yang sangat penting bagi

perkembangan berikutnya, khususnya dalam perembangan

pribadinya.

2) Pendidikan di keluarga dapat menjamin kehidupan emosional

anak untuk tumbuh dan berkembang.

3) Di dalam keluarga akan terbentuk pendidikan moral.

4) Di dalam keluarga akan tumbuh sikap tolong-menolong,

tenggang rasa, sehingga tumbuhlah kehidupan keluarga yang

damai dan sejahtera.

5) Keluarga merupakan lembaga yang memang berpearan dalam

meletakan dasar-dasar pendidikan agama.

6) Di dalam konteks membangun anak sebagai makhluk induvidu

diarahkan agar anak dapat mengembangkan dan menolong

dirinya sendiri.15

Jika dilihat dari peran dan fungsinya, dapat diketahui bahwa

keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang sangat berperan

dalam menciptakan dan mempersiapakan anak didik. Keluarga yang

harmonis dapat menciptakan keteladanan untuk anak-anaknya

sehingga anak tersebut dapat memiliki kepribadian yang baik

14

Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, op. cit.., h. 169-170. 15

Fuad Ihsan, op.cit., h. 18.

Page 31: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

16

b. Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sengaja dibentuk

untuk menutupi pendidikan yang didapatkan anak di keluarga, karena

dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

sekolah adalah sebagai salah satu pilar yang dibutuhkan anak untuk

mendapatkan pendidikan yang lebih luas lagi yang tidak memungkin

didapatkan di lingkungan keluarga.

Menurut Sukun Pribadi dalam Fuad Hasan menjelaskan “Karena

orang tua tidak mampu memberikan pendidikan selanjutnya dalam

bentuk berbagai kecakapan dan ilmu. Kita tidak dapat menggambarkan

masyarakat tanpa sekolah. Di dalam sekolah bekerja orang-orang yang

khusus dididik untuk keperluan mengajar.”16

Sedangkan Vembriarto

dalam Teguh Triwiyanto mengatakan bahwa “Keberadaan sekolah

mempunyai dua aspek penting, yaitu aspek individual dan sosial. Di

satu pihak, keberadaan sekolah bertugas mempengaruhi dan

menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan pribadi anak

secara optimal. Di lain pihak, sekolah bertugas mendidik agar anak

mengabdikan dirinya kepada masyarakat. Pilihan dan perimbangan

yang tepat antara kedua macam tugas tersebut merupakan sumber

pertentangan pendapat dari waktu ke waktu.”17

Dapat ditarik

kesimpulan bahwa sekolah merupakan tempat dimana anak didik

ditempa untuk memperoleh pengetahuan yang tidak didapatkan pada

pendidikan keluarga yang disesuaikan pada aspek perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, yang tidak memungkinkan didapatkan

anak di dalam lingkungan keluarga, dikarenakan adanya keterbatasan

orang tua dalam memberikan ilmu pengetahuan pada anak-anaknya.

Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk

kehidupan masyarakat. Sekolah bukan semata-mata sebagai konsumen,

16

Ibid., h. 20. 17

Teguh Triwiyanto, op. cit., h. 75.

Page 32: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

17

tetapi juga ia sebagai produsen dan pemberi jasa yang sangat erat

hubungannya pembangunan. Pembangunan tidak mungkin berhasil

dengan baik tanpa didukung oleh ketersediaan tenaga kerja yang

memadai sebagai produk pendidikan. Dalam hal ini Mendikbud

menetapkan masalah-masalah pendidikan sebagai berikut:18

1) Satuan

Satuan pendidikan adalah satuan dalam sistem pendidikan nasional

yang merupakan wahana belajar baik di sekolah-sekolah maupun

di luar sekolah. Dalam kaitan ini, keluarga merupakan lingkungan

yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan.

2) Jenis

Jenis pendidikan adalah satuan pendidikan yang dikelompokan

sesuai dengan sifat dan tujuannya. Jenis pendidikan dalam sistem

pendidikan nasional terdiri dari pendidikan sekolah maupun luar

sekolah.

a) Pendidikan Sekolah

Jenis pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang

berjenjang, berstuktur, dan berkesinambungan, sampai dengan

pendidikan tinggi. Jenis pendidikan sekolah mencakup

pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan kedinasan,

pendidikan keagamaan, dan pendidikan Angkatan Bersenjata

Republik Indonesia.

b) Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan luar sekolah adalah jenis pendidikan yang tidak

selalu terikat oleh jenjang dan struktur persekolahaan, tetapi

tidak berkesinabungan. Pendidikn luar sekolah menyediakan

program pendidikan yang memungkinkan terjadinya

perkembangan peserta didik dalam bidang sosial, kebudayaan,

keterampilan, dan keahlian.

3) Jenjang

Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan,

yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,

tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan

pengajaran.

18

Fuad Ihsan, op. cit., h. 20-23.

Page 33: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

18

a) Pendidikan Dasar

Pendidikan Dasar adalah pendidikan yang memberikan

pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang

diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta

didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

b) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah adalah pendidikan yag mempersiapkan

peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan mengadakan hubungan timbale-balik dengan

lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat

mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja

atau pendidikan tinggi.

c) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan

peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki

tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademil dan atau

profesional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan

dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan

kesejahteraan manusia. (Kepmendikbud No. 0186/P/1984)

c. Masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial, yaitu manusia memerlukan

manusia lain untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Oleh sebab

itu, pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat.

Pengembangan pribadi manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan

masyarakat yang dialaminya.

Dalam sistem pendidikan nasional masyarakat ini disebut

“Pendidikan kemasyarakatan”. Pendidikan kemasyarakatan adalah

usaha sadar yang juga memberikan kemungkinan perkembangan

sosial, kultural keagamaan, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, keterampilan, keahlian (profesi), yang dapat dimanfaatkan oleh

Page 34: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

19

rakyat Indonesia untuk mengembangkan dirinya dan membangun

masyarakat.19

Sedangkan kaitannya masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau

dari tiga segi, yakni:

1) Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang

dilembagakan (jalur sekolah dan jalur luar sekolah) maupun

yang tidak di lembagakan (jalur luar sekolah).

2) Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di

masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung, ikut

mempunyai peran dan fungsi edukatif.

3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang

dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (utility).

Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup

sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari

pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan

kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan

memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di

masyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.20

Dapat kita pahami bahwa keterkaitan masyarakat dan pendidikan

adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat diperlukan

dalam penyelenggara pendidikan dan lembaga-lembaga

kemasyarakatan mempunyai peran dan fungsi edukatif. Selain itu,

masyarakat juga bisa dijadikan sebagai sumber belajar anak dalam

mengembangkan kemampuan dirinya.

Terdapat sejumlah lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok

sosial yang mempunyai peran dan fungsi edukatif yang besar, antara

lain: kelompok sebaya, organisasi kepemudaan (pramuka, karang

taruna, remaja masjid, dan sebagainya), organisasi keagamaan,

organisasi ekonomi, organisasi politik, organisasi kebudayaan, media

massa, dan sebagainya. Lembaga/kelompok sosial tersebut pada

umumnya memberikan kontribusi bukan hanya dalam proses

19

Ibid., h. 33. 20

Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, op. cit., h. 179.

Page 35: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

20

sosialisasi, tetapi juga dalam peningkatan pengetahuan dan

keterampilan anggotanya.21

Setelah keluarga, kelompok sebaya mungkin paling besar

pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian, terutama pada saat

anak berusaha melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan orang tua.

Menurut Wayan Ardhana dalam Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo,

terdapat beberapa fungsi kelompok sebaya terhadap anggotanya, antara

lain:

1) Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang

lain.

2) Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas.

3) Menguatkan sebagaian dari nilai-nilai yang berlaku dalam

kehidupan masyarakat orang dewasa.

4) Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk

membebaskan diri dari pengaruh kekuasaan otoritas.

5) Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang

berdasarkan pada prinsip persamaan hak.

6) Memberikan pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh

keluaga secara memuaskan (pengetahuan mengenai cita rasa

berpakaian, musik, jenis tingkah laku tertentu, dan lain-lain).

7) Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi

seseorang yang lebih kompleks.22

4. LANDASAN SOSIOLOGI DAN KEBUDAYAAN

a. Sosiologi Pendidikan

Pada hakikatnya pendidikan merupakan sesuatu yang tidak akan

bisa dilepaskan oleh masyarakat. Pendidikan dan masyarakat akan

selalu saling berpengaruh karena pendidikan merupakan sesuatu produk

masyarakat untuk mempertahankan kehidupannya. Sosiologi

pendidikan merupakan analisis tentang proses sosial dan pola-pola

interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.23

Sedangkan objek

21

Ibid., h. 181. 22

Ibid., 23

Hasan Basri, op. cit., h. 90

Page 36: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

21

penelitian sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam kelompok.

Sudut pandangnya ialah memandang hakikat masyarakat kebudayaan,

dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam

sosiologi terdiri atas konsep-konsep dan prinsip-prinsip mengenai

kehidupan kelompok sosial, kebudayaan, dan perkembangan pribadi.24

Menurut Dodson dalam Faisal dan Yasik, sosiologi pendidikan

mempersoalkan pertemuan dan percampuran dari lingkungan sekitar

kebudayaan secara totalitas sedemikian rupa sehingga terbentuknya

tingkah laku tertentu dan sekolah atau lingkungan pendidikan dianggap

sebagai bagian dari total cultural miliu. Selaras dengan pendapat di

atas, E. Goerge Payne yang merupakan Bapak Sosiologi Pendidikan,

memberikan penekanan bahwa dalam lembaga-lembaga, kelompok-

kelompok sosial, dan proses sosial terdapat hubungan yang saling

terjalin, dimana dalam interaksi sosial itu induvidu memperoleh dan

mengorganisirkan pengalamannya.25

Dari kedua pendapat ahli tersebut

dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pada hakikatnya sosiologi

dibutuhkan dalam pendidikan karena sosiologi merupakan sebuah ilmu

yang mempelajari interaksi manusia dan sosiologi pendidikan berperan

dalam mengamati interaksi yang terjadi antar induvidu/kelompok di

dalam lembaga pendidikan.

Berikut ini akan dipaparkaan pengertian sosiologi dan sosiologi

pendidikan menurut para ahli:

1) David B. Brinkerhoft dan Lynn K. White berpendapat bahwa

sosiologi adalah studi sistematik tentang interaksi manusia.

Penekanannya pada hubungan dan pola interaksi, yaitu

bagaiman pola-pola ini tumbuh kembang bagaiman mereka

dipertahankan, dan juga mereka berubah.26

24

Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2007), h. 2. 25

Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Univesitas, (Bandung: PT Refika Aditama,

2013), h. 284 26

Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,

2011), h. 4.

Page 37: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

22

Page 38: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

23

Catatan :

: hubungan inklusif

: hubungan timbal balik

George S. Herrington dalam Abu Ahmadi mengemukakan bahwa

ada lima macam tujuan daripada sosiologi pendidikan, yaitu:

1) To understand the role of the reacher in the community and the

school as an instrument of social progress and social factors

affecting school.

2) To understand the democratic ideologies, our culture and

economic and social trends in relation to both formal and

informal educational agencies.

3) To understand social forces and their effects upon induviduals.

4) To socialize the curriculum, and.

5) To use techiques of research and critical thingking to achieve

these aims.31

Adapun tujuan daripada sosiologi pendidikan di Indonesia yang

dikemukakan oleh Abu Ahmadi adalah sebagai berikut:

1) Berusaha memahami peranan sosiologi daripada kegiatan sekolah

terhadap masyarakat, terutama apabila sekolah ditinjau dari segi

intelektual.

2) Untuk memahami seberapa jauhkah guru dapat membina

kegiatan sosial anak didiknya untuk mengembangkan

kepribadian anak.

3) Untuk mengetahui pembinaan ideologi dan kebudayaan nasional

Indonesia di lingkungan pendidikan dan pengajaran.

4) Untuk mengadakan integrasi kurikulum pendidikan dengan

masyarakat sekitarnya agar supaya pendidikan mempunyai

kegunaan praktis di dalam masyarakat, dan negara seluruhnya.

5) Untuk menyelidiki faktor-faktor kekuatan masyarakat, yang bisa

menstimulir pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak.

6) Memberi sumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu

pendidikan.

7) Memberi pegangan terhadap penggunaan prinsip-prinsip

sosiologi sikap dan kepribadian anak didik.32

31

Abu Ahmadi, op. cit., h. 8-9. 32

Ibid., h. 9-10.

Page 39: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

24

b. Kebudayaan

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai ikatan sangat spesial,

dimana kebudayaan dan pendidikan menjalin sesuatu hubungan yang

saling terkait. Pendidikan mempunyai peran khusus yaitu untuk

melestarikan dan mengembangkan kebudayaan dari generasi ke generasi

baik ditempuh secara formal, informal ataupun nonformal. Sedangkam

kebudayaan memiliki peranan dalam pendidikan sebagai bahan dalam

perencanaan kegiatan pendidikan yang disesuaikan dengan tempat

proses pendidikan tersebut berlangsung.

Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem

gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat

yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.33

Artinya bahwa

kebudayaan merupakan sesuatu yang luas dimana kebudayaan

membahas keseluruhan gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dari

waktu ke waktu.

Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu

bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan

demikian ke-budaya-an dapat diartikan: “hal-hal bersangkutan dengan

akal”. Ada juga yang mengupas kata budaya sebagai suatu

perkembangan dan majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.

Karena itu, mereka membedakan “budaya” dan “kebudayaan”. Demikian

“budaya” adalah “daya dan budi” yang berupa cipta, karsa, dan rasa.

Sedangkan “kebudayaan” adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Dalam

istilah “antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan. Kata “budaya” di

sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan”

dengan arti yang sama. 34

33

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Atropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet. 9, h.

144. 34

Ibid., h. 146

Page 40: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

25

Sugiarti dalam Hasan Basri, mendefinisikan secara sederhana

pengertian kebudayaan dan budaya sebagai berikut.

1) Kebudayaan dalam arti luas adalah keseluruhan sistem gagasan,

tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat

yang diperoleh melalui belajar.

2) Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah

budaya atau sering disebut kultur (culture, bahasa Inggris) yang

mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan

tindakan. Pengertian budaya atau kultur dimaksudkan untuk

menyebut nilai-nilai yang digunakan oleh sekelompok orang

dalam berpikir dan bertindak.35

Berikut ini merupakan definisi kebudayaan yang dikemukakan oleh

beberapa ahli.

1) Edward B. Taylor : Kebudayaan merupakan keseluruhan yang

kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota

masyarakat.

2) M. Jacobs dan B.J. Stren : Kebudayaan mencakup keseluruhan

yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideology, religi, serta

kesenian dan benda. Semuanya itu merupakan warisan sosial.

3) William H. Havialand : kebudayaan adalah seperangkat peraturan

dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat.

Jika dilaksanakan oleh para anggotanya, akan melahirkan

perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh semua

masyarakat.

4) Ki Hajar Dewantara : Kebudayaan adalah buah budi manusia dari

hasil perjuangannya terhadap dua pengaruh kuat, yaitu zaman

dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk

mangatasi berbagai rintangan, kesungkaran dalam hidup, dan

penghidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan

yang pada akhirnya bersifat tertib dan damai.36

Dapat disimpulkan bahwa kebudayaan atau budaya merupakan

kegiatan, ide/buah pikaran dan hasil cipta manusia dalam waktu ke

35

Hasan Basri, op, cit., h. 96-97. 36

Ibid., h. 97-98.

Page 41: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

26

waktu yang diwariskan pada generasi ke genarasi sebagai suatu identitas

dari peradaban manusia.

Adapun J.J. Honigmann dalam bukunya The World of Man,

membedakan ada tiga “gejala kebudayaan”, yaitu ideas, activities, and

artifacts. Dan berikut ini penjelasannya menurut Koentjaraningrat

mengenai kebudayaan :

1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan,

nilai, norma, peraturan dan sebagainya.

2) Wujud kebudayaan sebagau suatu kompleks aktivitas serta

tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.37

Dilihat dari unsurnya. Koentjaraningrat membagi tujuh unsur

kebudayaan secara universal, yaitu sebagai berikut:

1) Bahasa.

2) Sistem pengetahuan.

3) Organisasi sosial.

4) Sistem peralatan hidup dan teknologi.

5) Sistem mata pencarian hidup.

6) Sistem religi.

7) Kesenian.38

Adapun karena penelitian ini berfokus pada pendidikan masyarakat

Baduy, maka yang akan banyak dibahas adalah mengenai sistem

pengetahuan yang ada di dalam masyarakat tersebut. Sistem

pengetahuan orang Baduy adalah Pikukuh yaitu memegang teguh segala

perangkat peraturan yang diturunkan oleh leluhurnya. Dalam hal

pengetahuan ini, orang Baduy memiliki tingkat toleransi, tata krama,

jiwa sosial, dan teknik bertani yang diwariskan oleh leluhurnya. Dalam

pendidikan modern orang Baduy masih tertinggal jauh namun mereka

belajar secara otodidak.39

Oleh sebab itu akan menarik untuk diteliti

37

Koentjaraningrat, op. cit., h. 150. 38

Ibid., h. 165. 39

Ivan Masdudin, Keunikan Suku Baduy di Banten, (Banten: Telenta Pustaka Indonesia,

2011), cet. 2, h. 19.

Page 42: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

27

bagaimana masyarakat Baduy dapat tetap menjaga Pikukuh tersebut

yang merupakan salah satu hasil dari kebudayaan yang mereka nyakini.

B. MASYARAKAT ADAT, PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN

KEARIFAN LOKAL

1. Masyarakat Adat

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat

oleh suatu rasa identitas bersama.40

Sedangkan adat menurut KBBI adalah

aturan (perbuatan dan sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak

dahulu kala, wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-nilai

budaya, norma, hukum, dan aturan satu dengan lainnya berkaitan menjadi

suatu sistem.41

Dapat dimaknai bahwa masyarakat adat adalah sekumpulan

orang yang hidup mendiami wilayah secara turun-temurun dengan adat

istiadat, norma, hukum, dan aturan-aturan yang melekat sebagai indentitas

kebudayaan masyarakat tersebut.

Beberapa kriteria obyektif masyarakat adat , yaitu sebagai berikut :

a. Merupakan komunitas antropologis yang sedikit banyak bersifat

homogen.

b. Mendiami dan mempunyai keterkaitan sejarah, baik lahiriah

maupun rohaniah, dengan suatu wilayah leluhur (homeland)

tertentu atau, sekurang-kurangnya dengan sebagian wilayah

tersebut.

c. Adanya suatu identitas dan budaya yang khas, serta sistem sosial

dan hukum yang bersifat tradisional, yang sungguh-sungguh

diupayakan mereka untuk melestarikannya.

d. Tidak mempunyai posisi yang dominan dalam struktur dan sistem

politik yang ada.42

40

Koentjaraningrat, op. cit., h. 118. 41

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, di akses pada hari Senin, 27 Maret 2017,

(kbbi.web.id). 42

Saafroedin Bahar, Hak Masyarakat Hukum Adat, (Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia, 2006), h. 1-2.

Page 43: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

28

Adapun kriteria subyektif masyarakat adat, yaitu sebagai berikut:

a. Identitas diri (self identification) sebagai suatu komunitas

antropologis dan mempunyai keinginan yang kuat untuk seara aktif

memelihara identitas diri mereka itu.

b. Dipandang oleh pihak lain di luar komunitas antropologis tersebut

sebagai suatu komunitas yang terpisah.43

2. Pengetahuan Tradisional

Tradisional dalam KBBI memiliki pengertian sikap dan cara berpikir

serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat

kebiasaan yang ada secara turun-temurun.44

Maka dapat dimakni bahwa

pengetahuan tradisonal merupakan sebuah pengetahuan yang dimiliki oleh

masyarakat adat yang diwariskan secara turun-temurun dan merupakan

hasil dari kebudayaan asli masyarakat tersebut.

Dalam perkembangannya, pengetahuan tradisonal yang ada di dalam

masyarakat saat ini sudah mulai terkikis oleh zaman. Pengetahuan

tradisonal semakin sulit ditemukan pada masyarakat modern dikarenakan

perkembangan teknologi dan informasi yang menyebabkan masyarakat

modern melupakan pengetahuan tradisional sebagai identitas dari

kebudayaannya. Pengetahuan tradisonal tidak dapat dipelajari dalam

pendidikan formal. Proses transfer pengetahuan biasanya dilakukan secara

informal (keluarga), dalam umur yang sama (peer), atau secara individu

ataupun sosial. Misalnya, seorang ibu/ayah mengajarkan anaknya (meracik

dan membuat jamu, berkebun, me-huma, dll), sekelompok anak seumur

belajar main angklung, menenun, atau seorang individu mencari informasi

tertentu kepada tokoh adat, atau dalam pertemuan semua warga, ketua-

ketua adat menyampaikan cerita lisan, dongeng dan sebagainya yang

mengandung nilai-nilai dan sejarah komunitas bersangkutan.

Sebagai contoh masyarakat yang tetap menjaga dan mewariskan

pengetahuan tradisional adalah masyarakat Baduy. Pengetahuan mengenai

43

Ibid., h. 2. 44

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, di akses pada hari Senin, 27 Maret 2017,

(kbbi.web.id).

Page 44: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

29

penyakit dan pengobatannya bagi masyarakat Baduy termasuk warisan

tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi. Sejak kecil sebagian

mereka telah diajarkan oleh orang tua mereka yang memiliki pengetahuan

memanfaatkan tanaman-tanaman tertentu di sekitarnya untuk mengobati

berbagai penyakit. Tanaman-tanaman tersebut banyak dan dapat diperoleh

di hutan, sekitar ladang, atau sepanjang jalan menuju hutan atau ladang.

Beberapa contoh tanaman yang biasa digunakan sehari-hari oleh

masyarakat Baduy untuk mengobati penyakit ringan adalah: daun jambu

biji untuk mengobati sakit perut, daun jampang pahit untuk mengobati

luka, tanaman capeuk untuk menghilangkan pegal-pegal, daun harendong

untuk mengobati sakit gigi, dan kulit pohon terep untuk menghilangkan

gatal-gatal pada kulit.45

Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pengetahuan tradisonal yang

dimiliki oleh tiap masyarakat harus tetap dijaga kelangsungannya karena

merupakan sebuah hasil dari kebudayaan. Oleh sebab itu, diperlukan

sebuah perhatian khusus oleh pemerintah, sehingga masyarakat tidak

kehilangan identitas kebudayaannya. Pengetahuan tradisional merupakan

simbol dari sebuah peradaban masyarakat yang tidak dapat tergantikan

oleh pengetahuan modern yang lebih mengedepankan teknologi dan sains

yang terkadang membuat kita lalai atas kearifan lokal kebudayaan sendiri.

3. Kearifan Lokal

Kearifan lokal dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai

kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local

knowledge) atau kesadaran setempat (local genius). Menurut Saini

kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu komunitas

di dalam mengola lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan

kepada komunitas itu daya tahan dan daya tumbuh di dalam wilayah

dimana komunitas itu berada. Dengan kata lain, kearifan lokal adalah

45

R. Cecep Eka Permana, “Masyarakat Baduy dan Pengobatan Tradisional berbasis

Tanaman”, Wacana, Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya, Vol. 11 , 2009, h. 90.

Page 45: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

30

jawaban kreatif terhadap situasi geografis-politis, historis, dan situasional

yang bersifat lokal.46

Sedangkan permana menjelaskan bahwa kearifan

lokal merupakan pandangan dan pengetahuan tradisional yang menjadi

acuan dalam berperilaku dan telah dipraktikan secara turun-temurun untuk

memenuhi kebutuhan dan tantangan dalam kehidupan suatu masyarakat.

Kearifan lokal berfungsi dan bermakna dalam masyarakat baik dalam

pelestarian sumber daya alam dan manusia, pemertahanan adat dan

budaya, serta bermanfaat untuk kehidupan.47

Dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa kearifan lokal adalah hasil dari kebudayaan masyarakat

yang berupa pandangan atau pengetahuan tradisonal yang digunakan

sebagai pedoman dalam berperilaku dan diwariskan dari generasi ke

genarasi dalam upaya mempertahankan adat dan budaya sebagai identitas

kebudayaannya.

Menurut Jim Lie dalam Permana, kearifan lokal memiliki enam

demensi, yaitu:

a. Dimensi Pengetahuan Lokal : Setiap masyarakat dimana mereka

berada selalu memiliki pengetahuan lokal yang terkait dengan

lingkungan hidupnya.

b. Dimensi Nilai Lokal : Untuk mengatur kehidupan antara warga

masyarakat, maka setiap masyarakat memiliki aturan atau nilai-

nilai yang ditaati dan disepakati bersama oleh seluruh

anggotanya.

c. Dimensi Keterampilan Lokal : Keterampilan lokal bagi setiap

masyarakat dipergunakan sebagai kemampuan bertahan hidup

(survival). keterampilan lokal biasanya hanya cukup dan mampu

memenuhi kebutuhan keluarganya masing-masing atau disebut

dengan ekonomi subsistensi.

d. Dimensi Sumber Daya Lokal : Sumber daya lokal pada umumnya

adalah sumber daya alam. Masyarakat akan menggunakan

sumber daya lokal sesuai dengan kebutuhannya dan tidak akan

mengeksploitasi secara besar-besaran atau dikomersilkan.

Sumber daya lokal ini sudah dibagi peruntukannya seperti hutan,

kebun, sumber air, lahan pertanian dan pemukiman. Kepemilikan

suber daya lokal ini biasanya bersifat kolektif.

46

R. Cecep Eka Permana, Kearifan Lokal masyarakat Baduy dalam mitigasi bencana,

(Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2010), h. 1. 47

R. Cecep Eka Permana, “Kearifan Lokal Masyarakat Baduy dalam Mitigasi Bencana”,

Makara Sosial Humaniora , Vol 15, 2011, h. 68.

Page 46: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

31

e. Dimensi Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal : Setiap

masyarakat pada dasarnya memiliki pemerintahan lokal sendiri

atau disebut pemerintahan kesukuan. Suku merupakan kesatuan

hukum yang memerintah warganya untuk bertindak sebagai

warga masyarakat. Masing-masing masyarakat mempunyai

mekanisme pengambilan keputusan yang berbeda-beda.

f. Dimensi Solidaritas Kelompok Lokal : Suatu masyarakat pada

umumnya dipersatukan oleh ikatan komunal yang dipersatukan

oleh ikatan komunikasi untuk membentuk solidaritas lokal.

Setiap masyarakat mempunyai media-media untuk mengikat

warganya yang dapat dilakukan melalui ritual keagamaan atau

acara dan upacara adat lainnya. Masing-masing anggota saling

memberi dan menerima sesuai dengan bidang fungsinya masing-

masing seperti dalam solidaritas mengolah tanaman padi, kerja

bakti dan gotong royong.48

Sebagai bagian dari kebudayaan tradisional, kearifan lokal merupakan

warisan budaya. Kearifan lokal hidup dalam domain kognitif, afektif dan

motorik serta tumbuh menjadi aspirasi dan apresiasi publik. Kearifan lokal

berorientasi pada (1) Keseimbangan dan harmoni manusia, alam dan

budaya; (2) Kelestarian dan keragaman alam dan kultur; (3) Konservasi

sumber daya alam dan warisan budaya; (3) Penghematan sumber daya

yang bernilai ekonomi; (4) Moralitas dan spiritualitas.49

C. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Skripsi, Gilang Putra Prasetyo, “Peran Kepemimpinan Kepala Desa

Kanekes (Jaro Pamarentah) Terhadap Pendidikan Masyarakat Baduy

Luar”, 2016.50

Kepala Desa Kanekes (Jaro Pamarentah) memiliki tugas dan fungsi

sebagai mediator atau sarana penghubung antara pemerintah dan lembaga

adat. Tugas kepala desa adalah mengurus agar semua kebijakan

pemerintah sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat Baduy, seperti

melaksanakan kegiatan pelatihan dan pengembangan usaha. Terkait

48

Cecep Eka Permana, op. cit., h. 4-6. 49

Ibid., h. 6. 50

Gilang Putra Prasetyo, “Peran Kepemimpinan Kepala Desa Kanekes (Jaro Pemarentah)

terhadap Pendidikan Masyarakat Baduy Luar” Skripsi pada Fakultas Tarbiyah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2016, tidak dipublikasikan.

Page 47: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

32

masalah pendidikan formal didalam aturan adat memang masih tidak

diperbolehkan akan tetapi ada beberapa masyarakat Baduy yang

menyekolahkan anak-anaknya dengan cara sembunyi-sembunyi karena

ditakutkan nantinya akan mendapatkan teguran oleh lembaga adat.

Melaksanakan pendidikan formal dianggap sebagai sebuah dosa besar

bahkan halangan yang besar tetapi mereka sudah menyadari betapa

pentingnya pendidikan formal sehingga dengan harapan yang besar anak

mereka akan tumbuh menjadi yang lebih baik. Sedangkan peran kepala

desa terhadap pendidikan formal seolah tak terlihat, karena jika terlihat

ancaman jabatan yang akan menjadi konsekuensinya.

2. Jurnal, Erwan Baharudin, “Pendidikan Suku Anak Dalam : Suatu

Perubahan dari Paradigma Positivistik ke Konstruktivisme”, 2010.51

Dalam adat Suku Anak Dalam atau orang rimba atau orang kubu,

pendidikan dinilai sebagai ancaman bagi sukunya, karena dinilai dapat

merusak adat mereka secara keseluruhan dan juga takut akan mendapatkan

bencana karena kutukan dari Tuhan. Tetapi, karena mereka tidak bisa

membaca, menulis dan berhitung, orang rimba sering tertipu dalam hal

perekonomian. Pandangan hidup tersebut akhirnya lambat laun mulai

berubah dengan adanya agen yang aktif mengkonstruktif pemikiran dan

perilaku orang rimba tersebut. Disini terlihat adanya proses perubahan

yang dialami oleh Suku Anak Dalam dari pemikiran yang positivistik

menjadi konstruktivistik.

3. Jurnal, Aan Hasanah, “Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis

Kearifan Lokal pada Masyarakat Minoritas (Studi atas Kearifan

Lokal Masyarakat Adat Suku Baduy Banten)”, 2012.52

Karakter bangsa dibangun dari nilai etika inti (core ethical values)

yang bersumber dari nilai-nilai agama, falsafah negara dan budaya. Nilai

51

Erwan Baharudin, “Pendidikan Suku Anak Dalam : Suatu Perubahan dari Paradigma

Positivistik ke Konstruktivisme”, Forum Ilmiah, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol. 7, 2010. 52

Aan Hasanah, “Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal pada

Masyarakat Minotitas (Studi atas Kearifan Lokal Masyarakat Adat Suku Baduy Banten)”, Analisis,

Jurnal Studi Keislaman¸Vol XII, 2012. (http://ejournal.iainradenintan.ac.id).

Page 48: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

33

yang bersumber dari budaya bangsa amat banyak dan beragam serta

mengandung nilai luhur bangsa yang dapat menjadikan bangsa ini

memiliki modal sosial yang tangguh untuk membangun peradaban unggul.

Namun pada kenyataannya nilai-nilai luhur budaya bangsa, mengalami

banyak tantangan, disebabkan derasnya nilai-nilai luar yang masuk dan

mengintervensi nilai-nilai asli budaya bangsa. Kearifan lokal pada

kelompok/ masyarakat minoritas di Indonesia sering diabaikan, padahal

dari kearifan lokal tersebut dapat dipromosikan nilai-nilai luhur yang bisa

dijadikan model pengembangan pendidikan karakter berbasis budaya

bangsa Indonesia.

4. Jurnal, R. Eka Cecep Permana, “Masyarakat Baduy dan Pengobatan

Tradisional berbasis Tanaman”, 2009.53

Perikehidupan masyarakat Baduy diatur oleh pikukuh. Dalam pikukuh ini

ada pernyataan yang berarti “panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak

boleh disambung”. Maksudnya adalah bahwa sesuatu tidak boleh diubah,

ditambah atau dikurangi tetapi harus diterima sebagaimana adanya. Pada

masyarakat Baduy Dalam (tangtu) pikukuh ini masih diikuti secara kuat

tetapi pada masyarakat Baduy Luar (panamping) aturan adat itu tidak

diikuti secara ketat lagi. Dalam masyarakat ini pelanggaran pikukuh akan

diberikan ganjaran adat dari puun sebagai pimpinan adat tertinggi dalam

masyarakat Baduy. Dengan adanya pikukuh, budaya dan adat istiadat

masyarakat Baduy, khususnya pada tangtu, selama ini terlindung dari

pengaruh luar. Dalam kehidupan mereka sehari-hari kebutuhan dalam

masyarakat dicukupi oleh kekayaan alam yang ada di lingkungannya.

Demikian pula dengan kebutuhan pengobatan. Mereka memanfaatkan

tanaman-tanaman yang tumbuh di sekitar untuk diramu menjadi obat-obat

penyembuh penyakit sehari-hari. Pengetahuan pengobatan tradisional

dengan tanaman ini sudah dimiliki sejak dahulu dan diwariskan dari

generasi ke generasi. Dengan adanya pikukuh, khususnya pada tangtu,

53

R. Cecep Eka Permana, “Masyarakat Baduy dan Pengobatan Tradisional berbasis

Tanaman”, Wacana, Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya, Vol. 11 , 2009.

Page 49: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

34

pengobatan dari luar yang “modern” sulit menembus masuk ke dalam

masyarakat. Oleh karena itu, pengobatan tradisional sangatlah berperan

dalam kehidupan masyarakat Baduy. Pengetahuan pengobatan ini

diharapkan tetap dapat diwariskan turun temurun sehingga kebutuhan

pemeliharaan kesehatan dalam masyarakat itu dapat dipenuhi tanpa harus

melanggar adat karena seseorang menjalani pengobatan dari luar Baduy.

Namun, tidak semua penyakit ditemukan obatnya dalam pengobatan

tradisional. Untuk itu, perlulah diadakan penelitian tanaman-tanaman yang

memiliki khasiat sebagai obat. Pengembangan pengetahuan pemanfaatan

tanaman obat dan kearifan lokal yang sudah ada tentang pengobatan

tradisional ini akan lebih dapat menjamin pemeliharaan kesehatan

masyarakat Baduy serta budayanya.

5. Makalah, Dr Alexandra Landmann, “Taman Bacaan Masyarakat dan

Budaya Lisan Masyarakat Adat Kanekes”, 2014.54

Masyarakat adat Baduy tidak merupakan komunitas terpinggirkan,

terasing, terpencil, atau terbelakang melainkan masyarakat mandiri yang

menjalankan hak atas menentukan nasib sendiri beserta memiliki otonomi

pendidikan. Selain itu, berhak dipandang sebagai pewaris serta penerus

unsur-unsur peradaban nusantara. Komunitas adat menawarkan konsep

kekerabatan dan interaksi antara manusia, alam, dan Tuhan Yang Maha

Esa serta pedoman untuk bertindak bagi setiap warga negara Indonesia

yang patut didaya-kembangkan dan diaplikasikan dalam kebijaksanaan

pemerintah. Selain itu, pemerintah dalam hal berinteraksi dengan

masyarakat adat mesti secara aktif bertanya hal apakah menjadi kebutuhan

masyarakat adat itu sendiri tanpa memaksa program-program

pembangunan yang menghancurkan lingkungan hidup-sosial masyarakat

adat.

54

Alexandra Landmann, “Taman Bacaan Masyarakat dan Budaya Lisan Masyarakat Adat

Kanekes”, Rumah Dunia, 22 Pebruari 2014.

Page 50: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

35

D. Kerangka Berpikir

Tabel 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Desa Kanekes merupakan bagian dari masyarakat adat yang memiliki hak menentukan nasibnya

sendiri, termasuk menentukan pandangan mereka terhadap pendidikan yang berbeda dengan sistem

pendidikan nasional.

2. Terdapat perbedaan pandangan di dalam masyarakat Baduy mengenai pendidikan bahwa pendidikan

formal (sekolah) pada masyarakat Baduy merupakan hal yang sangat ditabukan.

3. Masyarakat Baduy membutuhkan pendidikan yang disesuaikan dengan aturan tataran adat yang

berlaku untuk tetap menjaga keberlangsungan kehidupan mereka.

4. Pendidikan pokok masyarakat Baduy terbatas pada pemahaman dasar-dasar hukum adat.

5.

Hak-hak Masyarakat Adat

dilindungi dalam.

UUD’45 “Tentang

Pemerintah Daerah” Pasal

18B ayat 2.

UUD’45 “Tentang Hak Asasi

Manusia” Pasal 28I ayat 3.

UU Nomor 32 Tahun 2004

“Tentang Pemerintah

Daerah” Pasal 1 Ayat 12.

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan

sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras

dengan perkembangan zaman dan peradaban.

Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem

Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten.

Suku Baduy Menjalankan Pendidikan dengan Model/Bentuk

Khusus yang Berbeda dengan Pendidikan Modern

Aturan adat melarang

warganya mengikuti

sekolah secara formal atau

melarang pendidikan formal

di tanah Ulayat mereka

Pendidikan di dalam

Masyarakat Baduy terbatas

pada ;

1. Keluarga (orang tua)

2. Teman sebaya

3. Lembaga Adat

Suku Baduy harus dapat mempertahankan ciri khas

kebudayaannya tersebut sedangkan zaman semakin berkembang

dan kebutuhan hidup semakin tinggi

Meneliti Pendidikan dalam Pandangan Masyarakat Baduy Dalam

Page 51: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat kegiatan penelitian akan dilakukan pada wilayah Baduy Dalam

yaitu di Kampung Cibeo, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwi Damar,

Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Waktu pelaksanaan penelitian dibagi dalam dua waktu dengan jarak cukup

lama yaitu pada bulan Agustus selama 5 hari - pada Oktober 2015 dengan

waktu kunjungan selama 15 hari kemudian dilanjutkan kembali pada bulan

April 2017 dengan waktu kunjungan selama dua hari.

Tabel 3.1.

Pelaksanaan Waktu Penelitian

No.

Keterangan

Tahun

2015

Tahun

2017

7 8 9 10 11 12 4

1 Perizinan ke Jaro Pamerentah

Desa Kanekes

2 Observasi Awal

3 Observasi Lanjutan

4 Perizinan ke Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kabupaten

Lebak

5 Perizinan ke Dinas Pemuda,

Olahraga dan Parawisata

Kabupaten Lebak

6 Pelaksanaan Penelitian

Page 52: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

37

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Sugiyono menjelasakan bahwa metode penelitian kualitatif

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

adalah instrumen kunci, teknik pengumpuan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.1 Artinya fokus dari

penelitian ini bersumber dari fakta lapangan dan peneliti sebagai instrumen

kuncinya, seperti yang di ungkapkan oleh Sugiyono, penelitian kualitatif juga

mempunyai dua tujuan utama¸ yaitu pertama menggambarkan dan

mengungkapkan (to describe and explore) dan kedua mengambarkan dan

menjelaskan (to describe and explain).

Karena penilitian ini berkaitan dengan kebudayaan masyarakat Baduy

maka metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

etnografi. Dalam Moleong, istilah etnografi dari kata ethno (bangsa) dan

graphy (menguraikan), jadi etnografi yang dimaksud adalah usaha untuk

menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan. Sedangkan James P.

Spradley mengungkapkan, etnografi adalah suatu kebudayaan yang

mempelajari kebudayaan lain. Inti dari etnografi adalah upaya memperhatikan

makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami.

Menurut Bronislaw Malinowski dalam Spredley, tujuan etnografi adalah

memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan,

untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya.2

Dapat disimpulkan bahwa etnografi merupakan sebuah metode pendekatan

kulitatif dengan memperhatikan aspek kebudayaan dengan fokus dari

penelitiannya adalah pengamatan langsung ke lapangan, yaitu peneliti akan

melakukan wawancara dan pengamatan lapangan kepada tokoh adat dan

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta,

2013), Cet. 18, h. 9. 2 Kiki Zakiah, “Penelitian Etnografi Komunikasi: Tipe dan Metode”, Mediator, 2008,

Vol 9, h. 183.

Page 53: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

38

masyarakat Baduy Dalam dan diharapkan informasi yang didapatkan, peneliti

dapat mencapai tujuannya yaitu untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang

terjadi didalam masyarakat Baduy secara sistematis dan sebenar-benarnya

sesuai dengan fenomena yang terjadi di tempat penelitian. Dengan metode ini

diharapkan nantinya peneliti dapat mencapai tujuannya yaitu menggambarkan

pendidikan dalam pandangan masyarakat Baduy Dalam.

C. Subyek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Langkah selanjutnya adalah menentukan subjek penelitian dimana

bertujuan untuk menggali data dan informasi yang dibutuhkan. Menurut

Muhammad Idrus, “Subjek dalam konsep penelitian merujuk pada

responden, informan yang hendak diminati informasi dan digali datanya”.3

Subjek utama penelitian ini diarahkan pada pada masyarakat Baduy Dalam

yang bertempat tinggal di kampung Cibeo.

2. Objek Penelitian

Kemudian yang dibutuhkan selanjutnya adalah menentukan objek

penelitian karena agar mempermudah peneliti untuk mempermudah dalam

mencapai tujuannya. Menurut Muhammad Idrus, “Objek penelitian

berujuk pada masalah atau tema yang sedang diteliti”.4 Dalam penelitian

ini pandangan pendidikan masyarakat Baduy merupakan masalah atau

tema yang akan digali informasinya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitiaan kualitatif, pengumpulan data ditunjukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan

data lebih banyak pada observasi lapangan serta (participan observasion),

3 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta Erlangga, 2009), h. 91.

4 Ibid., h. 91.

Page 54: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

39

wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.5 Adapun teknik

pengumulan data yang akan digunakan selama penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Observasi/Pengamatan

Teknik ini merupakan salah satu teknik yang sering digunakan dalam

penelitian kualitatif. Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas

pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat

dilakukan secara terlibat (partisipasi) ataupun tidak terlibat

(nonpartisipasi).6 Teknik observasi sangat berguna untuk mencari suatu

gambaran situasi sosial di dalam masyarakat Baduy.

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi

partisipasif, yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang

sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

Selanjutnya peneliti juga melakukan observasi terus terang atau tersamar.

Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan

terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian.

Tetapi pada suatu saat peneliti tidak terus terang atau tersamar dalam

observasi.7 Dengan mengunakan kedua teknik observasi tersebut

diharapkan data dan informasi yang akan didapatkan sesuai dengan situasi

sosial apa yang terjadi dilapangan. Peneliti akan terjun langsung ke lokasi

penelitian yaitu di Kampung Cibeo, Desa Kanekes untuk melihat segala

fenomena-fenomena sosial di dalam masyarakat Baduy terutama dalam hal

pendidikan.

2. Wawancara/interview

Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik penggunaan data

yang banyak digunakan dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif, malah

dapat dikatakan bahwa wawancara sebagai teknik pengumpulan data yang

utama dalam penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong wawancara

5 Sugiyono, op. cit., h. 225.

6 Idrus, op. cit., h. 101

7 Sugiyono, op. cit., h. 227

Page 55: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

40

adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh

kedua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu.8

Dalam penelitian ini, wawancara semi-terstruktur yang akan pilih

dalam mengumpulkan data. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam

kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis

ini adalah untuk menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak

yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. 9

Wawancara yang akan dilaksanakan oleh peneliti yaitu melakukan

wawancara dengan tokoh adat/kokolot, warga kampung cibeo, dan dinas

terkait terhadap pandangan informan tersebut mengenai pendidikan dan

model/bentuk pendidikan yang sedang berlangsung didalam masyarakat

Baduy.

3. Dokumentasi

Selain observasi dan wawancara, dokumentasi merupakan salah satu

teknik yang sering digunakan untuk memperoleh data. Menurut Sugiyono,

dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif.10

Peneliti berharap nantinya

dapat menemukan dukumen-dokumen pendukung sehingga dapat

dimanfaatkan untuk memperkuat hasil observasi dan wawancara.

8 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011), cet 29, h. 186. 9 Sugiyono, op. cit., h. 233.

10 Ibid., h. 240.

Page 56: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

41

E. Instrumen Penelitian

Untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data saat penelitian.

Berikut ini akan disajikan kisi-kisi pedoman wawancara dan observasi

lapangan yang akan dilaksanakan sebagai alat untuk mengumpulkan data

selama penelitian berlangsung.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

NO Pokok

Pertanyaan

Sub Pokok Pertanyaan Butir

Pertanyaan

1 Pandangan

Pendidikan

masyarakat Baduy

1. Arti/makna pendidikan

menurut masyarakat Baduy

Dalam.

2. Pendidikan formal benar

ditabukan.

3. Hukuman yang mengikuti

pendidikan diluar aturan

adat,

1,2,3

2 Model/Bentuk

pendidikan yang

sedang

berlangsung

1. Pendidikan yang diterapkan

masyarakat Baduy Dalam

2. Proses pembelajaran yang

berlangsung.

3. Peranan lingkungan

keluarga

4. Peranan lingkungan adat

5. Perbedaan model/bentuk

pendidikan Baduy Dalam

dan Baduy Luar

4,5,6,7,8

3 Bentuk dukungan

pemerintah/swasta

terhadap

1. Peran pemerintah/swasta

dalam pendidikan

masyarakat Baduy Dalam

9

Page 57: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

42

pendidikan

4 Dampak kemajuan

zaman terhadap

kehidupan

masyarakat Baduy

Dalam

1. Perubahan yang terjadi

dalam masyarakat Baduy

Dalam

2. Tantangan yang dihadapi

masyarakat Baduy Dalam.

3. Harapan masyarakat Baduy

Dalam.

10,11,12

Tabel 3.3

Kisi-kisi Pedoman Observasi

No Pokok

Pertanyaan

Sub Pokok Pertanyaan Butir

Pertanyaan

1.

Bentuk pendidikan

masyarakat Baduy

Dalam

1. Tradisi lisan merupakan

metode mengajar

masyarakat Baduy Dalam.

2. Peran orang tua (keluarga)

dalam pendidikan

masyarkat Baduy Dalam

3. Peran lembaga adat (tokoh

adat) dalam pendidikan

masyarakat Baduy Dalam

4. Terdapat balai adat sebagai

tempat pendidikan adat

1,2,3,4

2. Pendidikan diluar

aturan adat

masyarakat Baduy

Dalam

1. Masyarakat Dalam

mengikuti pendidikan

formal

2. Masyarakat Baduy Dalam

5,6,7,8

Page 58: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

43

mengikuti lembaga

kursus/pelatihan seperti

tenun, makanan olahan, dll

3. Masyarakat Baduy Dalam

mengikuti sekolah kejar

paket

4. Masyarakat Baduy Dalam

mengikuti pendidikan

keaksaraan

3. Perubahan yang

terjadi dalam

masyarakat Baduy

Dalam

1. Anak-anak Baduy Dalam

dapat membaca dan menulis

2. Masyarakat Baduy Dalam

dapat berbahasa Indonesia

9,10

4. Ketaatan

masyarakat Baduy

Dalam terhadapat

aturan adat

1. Kehidupan masyarakat

Baduy Dalam masih sesuai

dengan aturan adat

2. Masyarakat Baduy Dalam

memiliki telepon genggam

11,12

Page 59: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

44

F. Teknik Pengelolan dan Analisis Data

Setelah pengumpulan data dari lapangan, tahapan berikutnya adalah

menganalisa data temuan tersebut. Miles dan Huberman mengemukan bahwa

aktivitas dalam analisis penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh.11

Dalam model interaktif, Miles dan Huberman membagi analisis data

menjadi tiga komponen yaitu sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, sehingga diperlukan reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.12

Dengan demikian tujuan dari mereduksi data adalah untuk mempermudah

peneliti dalam mengorganisasi data secara teliti dan rinci, data tersebut

diperoleh melalui catatan pengamatan lapangan, hasil wawancara, dan

studi dokumen, sehingga nantinya dapat membantu peneliti untuk

pengumpulan data selanjutnya jika diperlukan dan fokus dari tujuan

penelitian dapat tercapai.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi maka tahapan selanjutnya adalah membuat

penyajian data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data biasa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart

dan sejenisnya. Penyajian data dapat dimaknai merupakan kumpulan

informasi yang tersusun bertujuan untuk memudahkan memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami. Yang paling sering digunakan dalam penyajian data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang besifat naratif.13

11

Ibid., h. 246. 12

Ibid., h. 247. 13

Ibid., h. 249.

Page 60: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

45

3. Conclusing Drawing (Penarikan Kesimpulan)

Penarikan kesimpulan dalam penelitin bukanlah merupakan suatu

karangan atau diambil dari perbicaraan-pembicaraan lain, akan tetapi suatu

proses tertentu yaitu “menarik”, dalam arti “memindahkan” sesuatu dari

suatu tempat ke tempat lain. Menarik kesimpulan penelitian selalu harus

berdasarkan dari atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan

penelitian.14

G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsaan Data

Dalam pengujian keabsaan data, metode penelitin kualitatif memiliki

beberapa macam uji keabsaan data yaitu meliputi uji, credibility (validitas

interbal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan

confirmability (obyektivitas).15

Untuk menguji keabsaan data yang diperoleh

maka peneliti memutuskan untuk menggunakan metode uji credibility.

Upaya dalam menjaga kredibilitas dalam penelitian adalah melalui

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Perpanjangan Pengamatan

Peneliti diharuskan untuk datang kembali ke tempat penelitian dengan

tujuan melakukan pengamatan kembali, mewawancara kembali

narasumber yang pernah ditemui atau dengan yang baru dengan tujuan

antara peneliti dan narasumber sudah terbentuk sebuah kedekatan sehingga

dapat menggali kembali data yang dirasa masih kurang.

2. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan kembali pengamatan penelitian dengan cara

memeriksa tiap data yang telah diperoleh sehingga meminimalisir

kesalahan penafsiran. Sehingga nantinya peneliti dapat mendeskripsikan

hasil penelitinaanya dengan akurat dan sistematis.

14

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2010) h. 385. 15

Sugiyono, op, cit., h. 270.

Page 61: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

46

3. Triangulasi

Triangulasi yaitu pengecekan kembali data yang berasal dari berbagai

sumber, berbagai cara, dan berbagai waktu. Merupakan data yang

diperoleh melalui observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi yang

dikumpulkan selama proses penelitian berlangsung.

4. Analisis Kasus Negatif

Peneliti harus mencari data yang bertentantangan dengan data temuan

seandainya ditemukan maka peneliti harus merubah data temuannya. Jika

sudah tidak ditemukan data yang berbeda tersebut maka data temuan bisa

dapat dipercanya.

5. Menggunakan Bahan Referensi

Bahan referensi merupakan bahan pendukung untuk menguatkan data

temuan peneliti. Sebagai contoh, hasil wawancara yang dilakukan peneliti

harus disertakan dengan rekaman/video wawancara.

6. Mengadakan Membercheck

Memberchek adalah kegiatan peneliti memperlihatkan perolehan data

yang telah didapatkan kepada pemberi data. Apabila data tersebut sesuai

dengan apa yang disepakati oleh pemberi data maka dapat dikatakan data

tersebut valid. Jika tidak ditemukan kesepahaman maka dilakukan diskusi

kembali kepada pemberi data tersebut.

Page 62: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI TEMPAT PENELITIAN

1. Asal Usul Suku Baduy

Istilah atau kata Baduy itu sendiri ada yang menduga berasal dari

kata “Badawi”, yaitu suatu julukan bagi orang-orang yang bertempat

tinggal tidak tetap yang hidup di daerah jazirah Arab. Namun pendapat ini

sangat ditentang oleh kesukuan mereka terutama tokoh adat dan para

pemangku adat. Mereka menjelaskan bahwa istilah Baduy sebenarnya

adalah sasaka dari sebuah nama sungai tempo dulu, yaitu sungai Cibaduy

yang mengalir di sekitar tempat tinggal mereka juga berdasarkan nama

salah satu bukit yang berada di kawasan tanah ulayat mereka, yaitu Bukit

Baduy.1

Kemudian timbul istilah Rawayan bagi komunitas mereka,

sebenarnya berawal dari ciri khas yang ada di tanah ulayat mereka tentang

bentuk jembatan yang terbuat dari bambu yang berfungsi sebagai

cukangan (tempat untuk menyebrang atau disebut dalam istilah mereka

adalah rawayan). Adapun istilah Kanekes adalah sebutan nama wilayah

Pemerintahan Desa tempat tinggal mereka sekarang. Kata Kanekes sendiri

masih menjadi perdebatan mereka juga para pencari informasi, berasal dari

istilah apa mereka pun tidak banyak tahu dan berkomentar, bahkan

beberapa tokoh adat yang tidak menerima sebutan Kanekes bagi nama

kesukuan mereka. Mereka lebih bangga dan merasa dihormati dengan

sebutan Suku Baduy.2

1 Asep Kurnia dan Ahmad Sihabudin, Saatnya Baduy Bicara (Jakarta : Bumi Aksara,

2010), h. 16. 2 Ibid.,

Page 63: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

48

Sementara keterangan lain, menyebutkan bahwa :

a. Orang Baduy berasal dari Keturunan Kerajaan Pajajaran yang lari ke

Gunung Kendeng setelah Kerajaan tersebut diserang Kerajaan Islam

dari Banten dan Cirebon. Hal ini dinyatakan dalam pantun masyarakat

Baduy “Jauh Teu Duguh Nu Dijugjug, Leumpang Teu Puguh Nu di

Teang, Mending Keneh Lara Jeung Wirang Tibatat Kudu Ngayonan

Perang Jeung Padulurang atawa Jeung Baraya Nu Keneh Sawarga

Tua”

Artinya : Jauh tak tentu dimaksud, berjalan tanpa tujuan, menyusur

tepian tebing, berlindung dibalik gunung lebih baik malu dan hina

daripada harus berperang melawan sanak saudara dan atau keluarga

yang masih keturunan.

b. Pada waktu Anjangsono Bupati Lebak Rd. Adipati Surianatadiningrat

ke Baduy, sebelum beliau menjelaskan asal keturunannya hanya

sekedar diterima dengan tata cara biasa sebagai lazimnya terhadap

tamu. Tetepi ketika selesai menjelaskan bahwa beliau berasal dari

Cianjur da nada hubungannya dengan keturunan Pajajaran, sejak itu

pula tokoh-tokoh Baduy menghanturkan sembah sebagai layaknya

sebagai orang yang hormati. (keterangan ini di sadur dari catatan

mengenai Baduy, karangan R. Suriadiredja).

a. Djoewisnu. MS dalam Bukunya Potret Kehidupan Masyarakat Baduy

menjelaskan bahwa masyarakat Baduy merupakan para Senapati dan

Punggawa setia Raja pada masa jayanya Prabu Bramaiya Maisa

Tandraman gelaran Raja Prabu Pucuk Umun anak dari Prabu Siliwangi

dari Kerajaan Padjajaran yang melarikan diri dari serangan Pasukan

Sunan Gunung Jati dalam misinya membawa ajaran agama Islam

kedaerah Banten pada abad XIV awal abad XV M. 123

Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan

bahwa asal mula masyarakat Baduy merupakan sisa Prajurit kerajaan

Padjajaran yang dipimpin oleh Prabu Puncuk Umun yang menolak ajaran

Agama Islam yang dibawa oleh Sunan Gunung Jati. Akan tetapi

masyarakat Suku Baduy menolak penjelasan versi tersebut yang

menjelaskan bahwa nenek moyang mereka adalah keturunan dari Kerajaan

Padjajaran yang dipengaruhi oleh masuknya agama Islam. Lalu siapakah

mereka sebenarnya?

3 Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Parawisata Kabupaten Lebak,

Membuka Tabir Kehidupan: Tradisi Masyarakat Baduy dan Cisungsang serta Peninggalan

Sejarah Situs Lebak Sibedug, (Banten: ____________), h. 10-11.

Page 64: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

49

Adapun berikut ini akan dipaparkan penjelasan mengenai asal muasal

masyarakat Baduy yang disampaikan langsung oleh para tokoh adat yang

dikutip oleh Asep Kurnia di dalam buku Saatnya Baduy Bicara, yaitu

sebagai berikut:

a. Jaro Sami sebagai Jaro Tangtu Cibeo menuturkan : “Yang

menceritakan Baduy berasal dari keturunan Padjajaran, pengungsi dari

Kesultanan Banten, atau cerita lainnya, itu cuma sebatas cerita kata

orang, saudara-saudara kami yang berada di luar, kalu kata orang

mendekati kepada cerita katanya, cerita katanya berarti cerita

kemungkinan. Sehingga benar tidaknya tidak bisa terukur, jika yakin

atau percaya pada cerita diatas kami tidak bisa melarang. Cuma

menurut pendapat kami (Baduy), karena saya (kami) bukti yang nyata

dari keturunan terdahulu yang mendapat titipan amanat dari leluhur

kami.”

b. Ayah Mursid lebih mempertegas dan menjawab tentang anggapan

bahwa mereka itu bukan berasal dari masyarakat pelarian atau

pengungsi : “Kami tidak habis pikir terhadap cerita yang menganggap

bahwa kami ini berasal dari kerajaan Kesultanan Banten Lama.

Anggapan itu sama saja merendahkan harkat dan martabat kesukuan

kami sebab masyarakat pelarian mengandung arti salah satu

masyarakat yang dianggap punya kesalahan, atau masyarakat yang

pekerjaannya melawan atau masyarakat yang sudah tidak berguna atau

sudah tidak terpakai oleh masyarakat lainnya. Padahal sesuai sejarah

yang ada di kami (Baduy) dan sudah terbukti keberadaannya. Kami

(kesukuan Baduy) adalah masyarakat keturunan yang diberi tugas dan

amanat langsung dari Adam Tunggal sebagai utusan dari sang pecipta

untuk meneguhkan mempatuhkan wiwitan sesuai dengan hasil

musyawarah awal waktu menciptakan alam semesta ini yang disebut

alam dunia. Terkadang kami ingin sekali meminta satu pembuktian

kepada yang menyebut atau yang berpendapat bahwa kami ini

keturunan masyarakat pelarian. Mana dan di mana bukti itu berada?.4

Berdasakan penuturan di atas dari para tokoh adat suku Baduy dapat

ditarik sebuah kesimpulan bahwa asal mula masyarakat Baduy berasal dari

Adam Tunggal atau manusia pertama yang diciptakan di Bumi sebagai

utusan langsung dari Sang Pencipta. Mereka berpandangan bahwa suku-

suku lain di berbagai wilayah merupakan keturunan lanjutan yang

memiliki tugas berbeda di bumi ini. Menurut meraka Tanah Ulayat yang

mereka tinggali sebagai Inti Jagat.

4 Asep Kurnia dan Ahmad Sihabudin, op. cit., h. 21-23.

Page 65: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

50

2. Letak Geografis dan Demografis Suku Baduy

a. Letak Geografis

Tanah Ulayat masyarakat Baduy berada di wilayah Desa Kanekes,

Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten yang

dibatasi dan diapit secara administratif oleh 11 Desa dari 6

Kecamatan.5

Sebelah Utara dibatasi oleh:

1) Desa Bojong Menteng

2) Desa Cisiemeut Raya Kecamatan Leuwidamar

3) Desa Nayagati

Sebelah Barat dibatasi oleh:

1) Desa parakan Besi

2) Desa Kebun Cau Kecamatan Bojong Manik

3) Desa Karangnuggal Kecamatan Cirinten

Sebelah Selatan dibatasi oleh :

1) Desa Cikate Kecamatan Cijaku

2) Desa Mangunjaya

Sebelah Timur dibatasi oleh :

1) Desa Karangcobong Kecamatan Muncang

2) Desa Hariang Kecamatan Sobang

3) Desa Cicalebang

Desa kanekes berada di daerah pergunungan Kendeng pada ketinggian

sekitar antara 300-1200 meter di atas permukaan laut dengan suhu berkisar

antara 26º C-30º C. Pengukuhan dan pengakuaan Tanah Ulayat

masyarakat Baduy adalah dengan lahirnya PERDA Kabupaten Lebak

Nomor 32 Tahun 2001 tanteng Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat

Baduy. Selanjutnya diperkuat dengan SK Bupati Lebak Nomor 590/

kep.233/Huk/2002 tentang Penetapan Batas-Batas Detail Hak Ulayat

Masyarakat Baduy di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten

Lebak tertanggal 16 Juli 2002 atas dasar hasil pengukuran dan pemetaan

5 Ibid., h. 58

Page 66: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

51

mengacu pada batas wilayah administratif, batas khusus, dan batas alam

yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). Maka diputuskan

secara resmi luas Tanah Ulayat Baduy adalah 5.136,58 hektar yang terbagi

menjadi dua bagian yaitu ± 3.000 hektar adalah hutan lindung dan ±

2.136,58 hektar merupakan hutan garapan dan pemukiman. Terdiri dari 59

kampung. Tiga kampung, yaitu Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik yang

termasuk di wilayah Baduy Dalam dan 56 kampung lainnya adalah di

wilayah Baduy Luar termasuk Cicakal Girang dan Baduy Kompol.6

b. Demografi Suku Baduy

Masyarakat Baduy bukanlah masyarakat terasing akan tetapi

masyarakat yang secara sengaja mengasingkan diri dari pengaruh luar

(modern) sebagai bentuk upaya mematuhi amanat leluhur. Kesederhanaan

dalam memandang sebuah kehidupan adalah pokok dari ajaran mereka.

Pola hidup masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar jika terlihat secara

umum hampir sama, seperti dalam aturan masyarakat baduy tidak boleh

bersekolah formal, memiliki alat elektronik, arah rumah Utara dan Selatan.

Akan tetapi jika dilihat lebih cermat lagi terlihat jelas perbedaannya.

Didalam masyarakat Baduy Dalam sangat dilarang menggunakan alat

elektronik, memakai alat rumah tangga yang terbuat dari plastik, memakai

alas kaki, pakaian hanya hitam dan putih, rumah tidak boleh menggunakan

paku dan menyesuaikan bentuk tanah, dan dilarang berpergian dengan

menaiki kendaraan. Sedangkan masyarakat Baduy Luar memiliki

kelonggoran dalam menjalankan aturan adat, sehingga pola kehidupan

masyarakat Baduy Luar sudah dipengaruhi oleh modernisasi walaupun

tetap menampilkan ciri khas kesukuan mereka. Jika berkunjung di wilayah

Baduy Luar maka kita dapat melihat masyarakat Baduy Luar yang

memiliki HP, berpergian dengan kendaraan bahkan sudah ada yang

memiliki kendaraan pribadi, pakaian yang digunakan sama seperti

masyarakat pada umumnya, bahkan sudah ada yang mengikuti pendidikan

di lembaga pendidikan formal dan nonformal.

6 Ibid., h. 59

Page 67: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

52

Dari segi mata pencarian mereka adalah bercocok tanam dengan cara

berladang (ngahuma). Berlandang merupakan kewajiban pokok yang

harus dilakukan oleh masyarakat Baduy karena ngahuma merupakan

bagian dari kenyakinan mereka yaitu Agama Slam Sunda Wiwitan. Selain

itu untuk memenuhi kebutuhannya biasanya mereka menjual hasil bumi

seperti pisang, gula aren, madu, kelapa, durian, dan lain-lain ke Pasar yang

terletak tak jauh dari perbatasan Tanah Ulayat.

Jumlah penduduk Suku Baduy menurut data di Desa Kanekes pada

bulan Januari Tahun 2010 adalah sebagai berikut.7

1) Jumlah Penduduk : Laki-laki = 5.624 Jiwa

Perempuan = 5.548 Jiwa

Jumlah Total =11.172 Jiwa

2) Jumlah di Baduy Dalam : Laki-laki = 611 Jiwa

Perempuan = 559 Jiwa

Jumlah Total =1.170 Jiwa

3) Jumlah Kepala Keluarga : 2.246 KK

3. Baduy Dalam dan Baduy Luar

Didalam masyarakat suku Baduy terbagi atas dua kumunitas adat yaitu

masyarakat Baduy Dalam dan Masyarakat Baduy Luar. Baduy Dalam

merupakan representasi dari masyarakat Baduy masa lalu dimana tata

kehidupannya disesuaikan dengan aturan adat yang berlaku yang

disesuaikan dengan Pikukuh Karuhan. Sedangkan masyarakat Baduy Luar

merupakan sebagai penjaga, penyangga, penyaring, pelindung, dan

sekaligus penyambung komunikasi antara Suku Baduy dengan pihak luar

sehingga dapat menjalin kerjasama dan berpartisipasi aktif dalam segala

kegiatan kenegaraan sehingga dapat menunjukan bahwa masyarakat

Baduy memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara

Indonesia pada umumnya.

7 Ibid., h. 68.

Page 68: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

53

Tabel 4.1

Perbandingan Suku Baduy Dalam dengan Suku Baduy Luar8

Perbedaan Persamaan/

Keseragaman Baduy Dalam Baduy Luar

1. Bentuk Rumah

- Kontur tanah tidak

diubah, dibiarkan

sesuai dengan aslinya

- Pembuatan tidak

menggunakan paku

dan tidak

menggunakan alat

modern seperti

gergaji, hanya

menggunakan pasak

dan tali bambu/rotan.

- Hanya memiliki satu

pintu dan tidak ada

jendela.

- Bentuk bilik

sederhana tidak pakai

corak/model.

- Lantai hanya boleh

pakai bambu/talupuh

(amben)

- Tata ruang terdiri dari

taraje,

papange/golodog,

sosoro, tepas, dan

imah.

- Tidak diperkenalkan

adanya variasi

tambahan.

- Di setiap kampung

memiliki bangunana

yang disebut Imah

Balai Adat.

- Posisi rumah tidak

boleh menghalangi

antara rumah Puun

dengan Balai Adat.

1. Bentuk Rumah

- Tanah diubah

diratakan sesuai

dengan

keinginan.

- Pembuatan boleh

menggunakan

paku dan alat

modern.

- Pintu boleh lebih

dari satu da nada

yang

menggunakan

jendela.

- Bilik yang

digunakan boleh

pakai

corak/model

sesuai dengan

kemampuan dan

keiginan.

- Boleh pakai

talupuh, tetapi

boleh pakai papan

kayu.

- Tata ruang sudah

ada tambahan

sesuai dengan

keperluan, kamar

tidur boleh lebih

dari satu.

- Boleh memakai

variasi seni sesuai

dengan keinginan

dan kemampuan.

- Tidak ada Imah

Balai Adat.

- Posisi atau

1. Bentuk Rumah

- Rumah

mengahadap

nyulah nyanda

(Utara– Selatan).

- Berbentuk

panggung, tidak

menggunakan

tembok atau cat

yang berwarna-

warna.

- Dibuat dengan

caragotong

royong

(rereongan).

- Pemukiman

selalu didekat

sumber air.

8 Ibid., h. 29-33.

Page 69: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

54

penempatan

rumah bebas yang

penting sesuai

dengan arah

Utara-Selatan.

2. Pakaian

- Hanya dua warna,

yaitu hitam-putih

balacu, umumnya

memakai putih.

- Pakaian tidak dijahit

secara modern hanya

di;kecos oleh jarum

kecil saja.

- Ikat kepala warna

putih.

- Pakaian wanita

kebaya dan samping

pakai selendang, laki-

laki tidak

menggunakan celana

tetapi sarung yang

dilipat.

- Perhiasan/asesorisnya

manik-manik

berwarna-warni, tidak

boleh memakai

emas/murni.

- Memiliki tempat

khusus menyimpan

pakaian (kepek atau

tolok).

2. Pakaian

- Warna hitam dan

putih, tetapi lebih

umum memakai

warna hitam.

- Pakaian sudah

dijahit secara

modern, dengan

celana umumnya

pendek.

- Ikat kepala/lomar

berwarna corak

biru hitam.

- Wanita pakai

kebaya biru renda

atau hitam. Sudah

mulai memakai

khusus warna

sesuai dengan

warna lomar.

- Perhiasan wanita

sudah pakai

gelang atau

kalung dari emas

murni.

- Sudah umum

memiliki lemari

pakaian.

2. Pakaian - Wanita memakai

kebaya, laki-laki

memakai ikat

kepala.

3. Peralatan Masak,

Makan, dan Minum.

- Tidak boleh

menggunakan

peralatan modern,

yang ada dan

diperbolehkan

diantaranya: dandang

(seeng), kuali

(kekenceng), kukusan

(aseupan), hihid,

lumping (pangarih),

3. Peralatan Masak,

Makan, dan

Minum.

- Pengunaan alat-

alat semi modern

sudah banyak

digunakan, baik

untuk memasak

maupun alat-alat

untuk makan dan

minum.

- Selain pakai

Page 70: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

55

kuluwang, boboko,

pinggan/mangkuk,

somong (gelas

bambu), dan botol

besar tempat air

minum.

- Memasak

menggunakan tungku

(hawu).

- Tidak boleh

menggunakan minyak

tanah, hanya minyak

kelapa.

- Makanan dimasak

sederhana sekali tidak

memakai bumbu

masak.

tungku sudah

banyak yang

menggunakan

minyak tanah.

- Penggunaan

bumbu masakan

sudah biasa, serta

menu makanan

sudah mulai

bergizi.

4. Alat Kesenian

- Alat yang boleh

dipergunakan antara

lain angklung, kacapi,

karinding, kumbang,

tarawelet, calitung

(kolencer).

- Tidak mengenal

nyayian yang ada

pembacaan pantun-

pantun.

4. Alat Kesenian

- Selain angklung,

kacapi, karinding,

kumbang,

tarawelet,

calitung, ada juga

gamelan tanpa

gendang, redo

(rebab), talinting

(bedug leutik) dan

suling.

5. Hukum Adat

- Dilarang mengunakan

sabun mandi, sikat

gigi, dan odol serta

minyak wangi.

- Dilarang

menggunakan alas

kaki

- Dilarang berpergian

menggunakan

kendaraan.

- Dilarang memiliki

alat-alat elektronik

seperti radio, HP,

foto, dan lain-lain.

- Dilarang berpoligami

dan tidak asusila.

- Dilarang memiliki dan

5. Hukum Adat

- Semua larangan

adat yang berlaku

di Baduy Dalam

di Baduy Luar

diberikan

kelonggaran atau

diperbolehkan

kecuali poligami,

memiliki alat

elektronik modern

terutama radio,

televise, sampai

saat ini masih

dilarang.

Page 71: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

56

menggunakan

perhiasan emas buat

wanita, merokok bagi

laki-laki.

- Warga tidak

diperkenankan

membuka warung

untuk berdagang.

6. Pola Hidup

- Dengan segala

keterbatasan, ketat,

dan banyak larangan

hukum adat, maka

pola hidup seharihari

warga Baduy Dalam

sangat sederhana dan

simple, ikhlas, dan

menerima hidup apa

adany, ketaatan dan

kepatuhan pada

hukum adat tinggi

sekali, sikap toleransi

dan budaya gotong

royong masih kuat,

disiplin terhadap

waktu.

6. Pola Hidup

- Pola hidup Baduy

Luar sudah

mengadopsi

model atau gaya

hidup modern,

tetapi masih

dalam batas-batas

normal yang

disesuaikan

dengan hukum

adat yang berlaku.

Beberapa individu

dan kelompok

sudah memulai

menjalin

kerjasama dalam

berdagang serta

sudah berorientasi

pada bisnis (pola

hidup konsumtif).

- Di setiap

kampung sudah

tumbuh atau

bermunculan

kios/warung kecil

yang

menyediakan

kebutuhan hidup

manusia seperti

terjadi di luar

masyarakat

Baduy.

7. Hak Lainnya

- huma Serang hanya

ada di Baduy Dalam.

- Puncak acara kawalu

hanya dilakukan di

7. Hak Lainnya

- Di Baduy Luar

tidak dikenal

adanya Huma

Serang.

Page 72: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

57

wilayah Baduy

Dalam.

- Tempat muja hanya

ada di Baduy Dalam.

4. Sistem Pemerintahan

Masyarakat Baduy mengenal dua sistem pemerintahan yaitu pertama

sistem pemerintahan adat dan kedua sistem pemerintahan desa. Di dalam

sistem pemerintahan adat dipimpin oleh Puun yang merupakan pimpinan

hukum adat yang paling tinggi yang nyakini memiliki garis keturunan dari

Sang Hyang Batara Tunggal. Terdapat tiga pimpinan adat didalam

masyarakat Baduy yang biasa di istilahkan sebagai Tri Tunggal (tiga orang

satu keputusan, yaitu Puun Cibeo, Puun Cikartawarna, dan Puun Cikeusik.

Sistem pemerintahan adat terpusat di Baduy Dalam dengan pimpinan

adat di Baduy Luar yang dikenal dengan sebutan tangtu tilu jaro tujuh.

Yang dimaksud dengan tangtu tilu adalah ketiga puun yag dilimpahkan

wewenang dan keputusannya untuk mengatur tentang pelaksanaan

pemerintah adat kepada tiga jaro, yaitu jaro tangtu Cibeo, yaitu Jaro

tangtu Cibeo, Jaro tangtu Cikartawarna, Jaro Tangtu Cikeusik.9 Jadi

dapat disimpulkan bahwa jabatan Jaro Tangtu merupakan jabatan yang

paling tinggi kedua setelah Puun sehingga sangat disegani dan dihormati

dalam masyarakat Baduy.

Jaro Tujuh adalah para pemimpin adat yang berasal dari Baduy Luar.

Fungsinya lebih dititikberatkan pelaksanaan kebijakan/keputusan adat,

sekaligus mengawasi pelaksanaan hukum adat pada masyarakat Baduy,

termasuk mengawasi pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum adat baik

dilakukan oleh masyarakatnya maupun pelanggaran yang dilakukan oleh

orang luar Baduy. Disebut Jaro Tujuh karena jumlah orang yang menjadi

pimpinan di lembaga adat ini adalah tujuh orang ditambah dengan dua

9 Ibid., h. 94

Page 73: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

58

orang yang menjadi atasan mereka. Pertama sebagai Bapaknya Jaro

tujuh/penasihat dengan sebutan tangkesan.10

Selanjutnya adalah sistem pemerintahan desa yang pengeolaannya

dipimpin oleh masyarakat Baduy Luar dengan persetujuan lembaga adat

tangtu tilu jaro tujuh. Pusat pemerintahan desa sekarang berada di

kampung Cipondok/Babakan Jaro/Kaduketug III dengan nama Desa

Kanekes dan dipimpin oleh kepala desa. Sebutan populernya adalah Jaro

Pamarentahan dan saat ini dijabat oleh Bapak Saijah. Dan tugas utama

untuk kepala desa adalah sebagai penyambung komunikasi antara lembaga

adat dan pemerintah pada khususnya dan juga pada masyarakat diluar

Baduy pada umumnya.

10

Ibid., h. 95

Page 74: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

59

Page 75: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

60

B. PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT BADUY

Suku Baduy merupakan salah satu contoh nyata suku bangsa yang masih

tetap menjaga amanat leluhur. Aturan adat merupakan pedoman kehidupan

bagi tiap-tiap individu dalam menjalankan kehidupan yang mereka jalani.

Masyarakat Baduy yang telah hidup berabad-abad tetap berupaya menjaga dan

melestarikan amanat leluhur (Pikukuh Karuhunan) dari generasi ke generasi

sebagai bentuk simbol peradaban kebudayaan kesukuan mereka termasuk juga

dalam bidang pendidikan. Masyarakat Baduy sampai saat ini masih tetap

menolak adanya pendidikan formal di dalam tanah ulayat dan melarang

masyarakatnya untuk mengikuti pendidikan secara formal. Akan tetapi,

dengan terus berkembangnya zaman dan semakin besarnya beban masyarakat

Baduy dalam memenuhi kehidupan, maka secara tidak langsung membawa

dampak terhadap pola kehidupan yang mereka jalani. Apakah pandangan

tokoh adat dan masyarakat Baduy terhadap pendidikan masih tetap sejalan

dengan yang diamanatkan? dan bagaimana dengan model/bentuk pendidikan

yang berlangsung masih relevan dengan kondisi dan perubahan zaman yang

terus berkembang. Berdasarkan hal tersebut, berikut ini akan dipaparkan

mengenai “Pendidikan dalam Pandangan Masyarakat Baduy Dalam” yang

merupakan hasil dari pengamatan lapangan dan wawancara kepada tokoh-

tokoh adat dan masyarakat Baduy Dalam.

1. Pandangan Masyarakat Baduy Dalam terhadap Pendidikan

Pendidikan pada hakikatnya adalah segala upaya yang dilakukan

manusia dalam mempertahankan kehidupannya. Pada era modern saat ini

banyak masyarakat yang sering kali mengartikan pendidikan adalah

sekolah. Jadi jika anak tidak bersekolah maka dikatakan anak tersebut

tidak berpendidikan. Padahal kita ketahui bersama bahwa sekolah

hanyalah salah satu lembaga pendidikan. Lalu bagimana dengan

masyarakat Baduy yang secara terang-terangan menolak berdirinya

sekolah di dalam tanah ulayat mereka dan melarang anak-anak mereka

untuk bersekolah secara formal? Berikut ini adalah hasil wawancara

dilakukan oleh peneliti mengenai makna pendidikan dari sudut pandang

Page 76: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

61

tokoh adat Suku Baduy kepada Jaro Sami selaku Jaro Tangtu Cibeo :

“Pendidikan yang ada dalam masyarakat Suku Baduy adalah pendidikan

yang mewariskan pengetahuan-pengetahuan adat”.12

Dapat dipahami dari

pendapat tersebut bahwa di dalam masyarakat Baduy, pendidikan yang

terpenting dan paling utama bagi mereka adalah pendidikan mengenai

pengetahuan-pengetahuan adat. Pengetahuan adat/tradisional merupakan

bentuk pengetahuan yang tidak bisa didapatkan di dalam pendidikan

formal. Sistem pendidikan yang dijalakan oleh masyarakat Baduy

merupakan sistem pendidikan yang disesuaikan dengan amanat-amanat

adat yang menjadi landasan utama dari sistem pendidikan di dalam

masyarakat Baduy. Kemudian pendapat tersebut diperjelas lagi oleh Ayah

Mursid sebagai Wakil Jaro Tangtu Cibeo menjelaskan :

“Kalau berbicara sekolah dalam masyarakat Baduy merupakan hal

yang tidak umum tapi dalam bahasa adatnya adalah Ngolah. Pada

prinsipnya menurut saya antara sekolah dan ngolah hanya beda

sebutan saja, hanya berbeda keseimbangan dan ukurannya saja yang

berbeda, ngolah itu tetap kita belajar sesuai aturan yang berlaku,

aturan yang sesuai tatanan tersebut, yaitu baik belajar bekal hidupnya,

aspek pertanian, nilai-nilai kebudayaan, aturan tatanan yang berlaku

dalam tatanan hukum adat, itu semua mana bisa tanpa ada cara-cara

aturan penyampaian serta mendidik atau belajar ngola menurut kami.

Untuk budaya baca-tulis itu pun menurut saya memang perlu tetapi

sebagai pelengkap menurut adat, kenapa diperlukan yaitu untuk

berhubungan keluar, lalu menyeimbangkan kondisi situasi alam

seperti saat ini tetapi dengan ukuran-ukuran atau keseimbangan yang

ada ditatanan hukum adat.”13

Dari penjelasan yang disampaikan tersebut dapat dimaknai bahwa

masyarakat Baduy memiliki sistem pendidikan yang mereka sebut dengan

istilah Ngolah. Dalam masyarakat Baduy, sekolah dan ngolah memiliki

pengertian yang sama, yang membedakannya hanya pada proses dan

tujuan pendidikannya saja. Di dalam ngolah yang menjadi fokus

pembelajaran ialah aspek pertanian, nilai-nilai kebudayaan, aturan tatanan

12

Hasil wawancaradengan Jaro Sami, Jaro Tangtu Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada

hari Minggu, 11 Oktober 2015, pukul 09.00 WIB. 13

Hasil wawancara dengan Ayah Mursid, Wakil Jaro Tangtu Kampung Cibeo Baduy

Dalam, pada Rabu, 16 September 2015, pukul 19.47 WIB.

Page 77: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

62

yang berlaku dalam tatanan hukum adat yang bertujuan sebagai bekal

hidup masyarakat Baduy. Jadi dalam pandangan masyarakat Baduy tujuan

dari pendidikan/Ngolah selama ini adalah untuk mempertahankan amanat

leluhurnya. Pendidikan yang memprioritaskan tatanan hukum adat yang

berlaku di dalam masyarakat Baduy dan pendidikan yang tujuannya adalah

untuk mewariskan nilai-nilai kebudayaan leluhurnya. Sedangkan

pendidikan formal, yang dipelajari adalah pengetahuan-pengetahuan

umum yang nantinya akan mengubah pola pikir masyarakat Baduy ke arah

modern. Masyarakat Baduy memiliki tugas hidup yang spesifik, yaitu

dengan menjalankan kehidupan yang sudah diatur dalam hukum adat. Jika

masyarakat dibebaskan untuk mengikuti pendidikan formal maka

dikhawatirkan akan membuat masyarakat Baduy jadi mengubah pola

kehidupannya, seperti mencari kepuasan dan kemajuan zaman yang tidak

ada habisnya serta lambat laun akan merusak tatanan hukum adat.

Dari hasil pengamatan di lapangan dan wawancara dengan beberapa

masyarakat Baduy Dalam di Cibeo, mereka mengutarakan bahwa sampai

saat ini khususnya masyarakat Cibeo tidak ada yang mengikuti pendidikan

secara formal, mereka masih mengunakan cara-cara adat dalam mendidik

anak-anak mereka. Berikut ini pernyataan Ayah Aldi sebagai warga

kampung Cibeo: “Bahwa untuk masyarakat adat tidak diizinkan untuk ikut

pendidikan formal yang diperbolehkan hanya pendidikan keluarga dan

adat. Jaro Sami sebagai wakil Puun bertugas dalam mengurus pendidikan

adat”.14

Dapat dijelaskan memang untuk pendidikan sendiri mereka masih

terbatas pada lingkungan keluarga dan adat. Pada prinsipnya masyarakat

Baduy Dalam merupakan gambaran asli kehidupan Baduy zaman dahulu.

Mereka hidup dengan rangkaian aturan yang melekat pada kehidupannya.

Banyak di antara mereka yang tetap kuat dan bertahan dan hanya ada

sedikit yang tidak dapat hidup dengan rangkaian tersebut dan akhirnya

memilih hidup di luar perkampungan Baduy Dalam. Berikut ini beberapa

14

Hasil wawancara dengan Ayah Aldi, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada

hari Jum’at, 08 Oktober 2015, pukul 18.00 WIB.

Page 78: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

63

pendapat masyarakat Baduy Dalam terhadap pendidikan dari hasil

wawancara yang dilaksanakan di Kampung Cibeo:

“Pendidikan menurut saya adalah yang terpenting memiliki

keterampilan agar dapat memenuhi kebutuhan untuk makan sama

untuk memenuhi kebutuhan keluarga.”15

“Pendidikan disini diraih melalui orang tua yang dipelajari adalah

mantra-mantra dengan cara turun-temurun untuk keselamatan sendiri

dasarnya adalah pendidikan adat.”16

“Pendidikan menurut saya adalah pertanian jadi yang dipelajari

adalah bagaimana cara tanam padi, nebang, bakar-bakar, dll.”17

“Pendidikan menurut saya adalah bertani dan belajar bikin-bikin

kerajinan.”18

“Pendidikan paling penting menanam padi, nebang, bakar, dibersihin

buat nanam padi, pisang, jagung, kacang, durian, dll.”19

Dari lima pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pandangan

mereka terhadap pendidikan masih sederhana dan masih tetap menjaga

amanat leluhur mereka, seperti sekolah pertanian yang didapatkan secara

turun-temurun. Pada hakikatnya pendidikan merupakan segala upaya

manusia untuk mempertahankan peradabannya dengan cara menanamkan

nilai, norma, kebudayaan yang diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Masyarakat Baduy Dalam dengan pandangan pendidikan tersebut

menyakini bahwa pendidikan adat dengan model/bentuk yang berbeda

pada pendidikan pada umumnya merupakan jalan terbaik untuk

peradabannya.

15

Hasil wawancara dengan Ayah Aldi, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada

hari Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.00 WIB. 16

Hasil wawancara dengan Aldi, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 20.00 WIB. 17

Hasil wawancara dengan Pulung, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.30 WIB. 18

Hasil wawancara dengan Ayah Sangsang, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam,

pada hari Minggu, 09 April 2017, pukul 07.00 WIB. 19

Hasil wawancara dengan Ayah Jamah, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam,

pada hari Minggu, 09 April 2017, pukul 07.30 WIB.

Page 79: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

64

Kemudian bagaimana tanggapan mereka terhadap pendidikan formal

(sekolah) apakah benar-benar ditabukan? Berikut ini pernyataan

masyarakat Baduy Dalam terhadap pendidikan formal:

“Sekolah formal benar-benar tidak boleh dari aturan adat, saya tidak

tahu alasannya tetapi aturan tersebut sudah ada dari dahulu, dari

zaman kakek saya sampai bapak saya.”20

“Pendidikan formal dilarang, alasannya saya kurang tau, jika kata

orang tua tidak boleh berarti tidak boleh harus ikut aturan yang sudah

ada.”21

“Sekolah formal termasuk langgar adat yang ada adalah sekolah

pertanian yaitu ngoret, ngasek, nebang, dll. Alasannya tidak boleh

hidup puas-puas dan sudah menjadi suatu ketetapan adat harus

dijalankan.”22

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, disimpulkan bahwa

pendidikan formal (sekolah) merupakan hal yang masih ditabukan

khususnya untuk masyarakat Baduy Dalam yang masih tetap taat pada

aturan adat. Seperti dalam pepatah masyarakat Baduy “Lojor teu beunang

dipotong, Pondok teu benang disambung, Gede teu benang dicokot, Leutik

teu beunang ditambah” artinya yang sudah ada dan menjadi amanat

leluhur di dalam kehidupan masyarakat Baduy harus dipatuhi dengan

prinsip hidup apa adanya sesuai dengan aturan yang berlaku sejak

peradaban kesukuan mereka lahir. Adapun perubahan-perubahan pola

pikir di tiap generasi pasti ada seperti saat ini tidak sedikit generasi muda

Baduy Dalam mahir dalam hal membaca dan menulis, bahkan diantara

mereka ada yang memiliki telepon genggam walaupun digunakan secara

sembunyi-sembunyi karena akan dikenakan sanksi.

20

Hasil wawancara dengan Ayah Aldi, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada

hari Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.00 WIB. 21

Hasil wawancara dengan Aldi, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 20.00 WIB. 22

Hasil wawancara dengan Pulung, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.30 WIB.

Page 80: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

65

2. Model atau Bentuk Pendidikan Masyarakat Baduy Dalam

Masyarakat Baduy sudah mengenal sistem pendidikan yang mereka

terapkan sejak peradaban kesukuan mereka lahir dengan model atau

bentuk yang khusus, berbeda dengan model atau bentuk pendidikan yang

ditawarkan oleh pemerintah. Lalu bagaimanakah model atau bentuk

pendidikan yang mereka jalankan selama ini? Berikut ini adalah beberapa

hasil wawancara dari masyarakat Baduy Dalam khususnya di kampung

Cibeo adalah sebagai berikut:

“Bentuk pendidikannya diperoleh secara turun-temurun dari nenek

moyang. Seperti kolenjer dan aksara 20 harusnya pada bisa tetapi

kenyataannya tidak semua bisa karena malas belajarnya.”23

“Bentuknya dengan cara turun-temurun dengan cara lisan dari orang

tua ke anak.”24

“Model/bentuk pendidikannya dengan belajar mantra-mantra,

membuat alat-alat perabotan rumah tangga, kerajinan, ngambil kayu

dan belajarnya dengan orang tua.”25

“Bentuk belajarnya dari orang tua yaitu belajar mantra-mantra, aksara

20, dan dengan cara lisan.”26

Dapat disimpulkan bahwa model/bentuk pendidikan yang diterapkan

di dalam kehidupan masyarakat Baduy yaitu dengan cara turun-temurun

dengan metode lisan dan ilmu pengetahuan yang biasa mereka dapatkan

berupa mantra-mantra yang biasa digunakan untuk menanam padi atau

dalam upacara-upacara adat, keterampilan pembuatan kerajinan, dan lain

sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan Aksara 20 dan Kolenjer

peneliti sendiri belum bisa jelaskan secara rinci dan mereka juga akui

23

Hasil wawancara dengan Ayah Aldi, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada

hari Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.00 WIB. 24

Hasil wawancara dengan Ayah Sangsang, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam,

pada hari Minggu, 09 April 2017, pukul 07.00 WIB. 25

Hasil wawancara dengan Aldi, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 20.00 WIB. 26

Hasil wawancara dengan Pulung, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.30 WIB.

Page 81: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

66

untuk pengetahuan tersebut tidak semua masyarakat Baduy mengerti dan

dapat menjelaskannya. Seperti yang dikatakan oleh Jaro Sami : “Aksara 20

harus bisa jika tidak dipelajari dan tidak tanya sama orang tua mana

mungkin bisa”27

. Jika dianalogikan di dalam sekolah/kelas terdapat anak

yang bisa mengikuti seluruh mata pelajaran yang diberikan oleh gurunya

dengan nilai yang baik dan ada pula anak yang tidak dapat nilai baik di

semua mata pelajaran dan itu juga terjadi didalam masyarakat Baduy

terutama di generasi muda tergantung pada tingkat motivasi belajar

individunya.

Adapun di dalam proses pembelajaran masyarakat Baduy lebih banyak

memperoleh ilmu dari keluarga, adat, dan teman sebaya. Berikut ini akan

dipaparkan peran lingkungan keluarga, adat, dan teman sebaya terhadap

pendidikan di dalam masyarakat Baduy.

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan pilar utama pendidikan, karena keluarga

adalah tempat dimana seorang anak dilahirkan dan dibesarkan dan

anak merupakan harta paling berharga yang dimiliki oleh orang tua

sebagai pewaris dan penerus kehidupan. Adapun di dalam masyarakat

Baduy peran keluarga dalam pendidikan merupakan hal yang paling

vital dikarenakan di dalam aturan adat mereka menyebutkan bahwa

pendidikan formal adalah sesuatu yang ditabukan. Jadi di dalam

sebuah keluarga anak tersebut dipersiapkan bekal hidupnya untuk

dapat menjalani kehidupan bermasyarakat terutama pemahamannya

terhadap adat istiadat yang berlaku. Seperti yang disampaikan oleh

Jaro Sami bahwa : “Pada saat anak berusia kurang dari sepuluh tahun

pendidikan adat dititipkan kepada orang tua, anak mulai belajar

melalui praktik seperti belajar pertanian, hitungan tanggal, dll.”28

Pendapat tersebut sangat jelas bahwa pada saat anak masih berusia di

27

Hasil wawancaradengan Jaro Sami, Jaro Tangtu Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada

hari Minggu, 11 Oktober 2015, pukul 09.00 WIB. 28

Hasil wawancaradengan Jaro Sami, Jaro Tangtu Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada

hari Minggu, 11 Oktober 2015, pukul 09.00 WIB.

Page 82: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

67

bawah sepuluh tahun maka orang tua yang memiliki kewajiban dalam

memberikan pendidikan adat.

Kemudian berikut ini adalah penuturan dari Ayah Mursid

mengenai tugas dan fungsi keluarga dalam pendidikan di masyarakat

Baduy, sebagai berikut:

“Orang tua memiliki tanggung jawab untuk membina, mendidik,

memberikan aturan-aturan, pemahaman, serta bekal hidupnya baik

dirinya sendiri, keluarga maupun lingkungan masyarakat adat.

Yaitu kasih tau kolenjer, mengasih tau tentang cara menghitung,

mengasih tau tentang tataran hukum adat, pasti nantinya tetap

berada di lingkungan adat, akan menghadapi masalah-masalah

adat, komunikasi, aturan-aturan keluar dari adat, yang pastinya

akan berhadapan dan mudah-mudahan kalau kita sudah berikan

aturan-aturan ini pikiran, kesadaran, serta hati anak tersebut karena

udah dikasih gambaran yang akan menjadi bekal hidupnya dan

menjadi tugas yang besar bagi diri sendiri, keluarga serta

lingkungan. Baik antara Baduy Dalam dan Baduy Luar atau

dengan masyarakat umum pastinya banyak tantangan. Jika ada

tantangan dari luar mereka bisa mengendalikan sehingga dapat

mengarahkan kearah yang positif atau ke arah yang tidak

membahayakan.”29

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa

tugas dan fungsi keluarga adalah untuk memberikan pemahaman

mengenai aturan-aturan adat sebagai dari bekal hidupnya. Selain itu,

di dalam pendidikan keluarga selain anak dibimbing, dibina, dan

diarahkan untuk pengetahuan adat, dalam keluarga anak didorong

untuk memiliki keterampilan dalam menjalani hidupnya.

Berikut ini hasil wawancara dengan Ayah Aldi seorang warga

Cibeo mengatakan bahwa “Proses pembelajarannya bertanya sama

orang tua, seperti mantra-mantra, jampe-jampe, buat kerajinan dan

29

Hasil wawancara dengan Ayah Mursid, Wakil Jaro Tangtu Kampung Cibeo Baduy

Dalam, pada hari Rabu, 14 Oktober 2015, pukul 13.00 WIB.

Page 83: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

68

Page 84: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

69

yang sudah beranjak dewasa sudah harus memiliki huma sendiri dan

memulai hidup dengan mandiri, karena untuk dapat bisa menikah

syarat utama yang harus dimiliki untuk laki-laki adalah memiliki

huma dan biasanya untuk di wilayah Baduy Dalam mereka sudah

dijodohkan oleh ketua adat ataupun orang tua mereka.

Berikut ini hasil wawancara dengan masyarakat Baduy Dalam

mengenai peranan keluarga dalam mendidik anak untuk sebagai

bekali kehidupannya.

“Peran keluarga sangat penting, seperti belajar cara menanam padi,

aturan-aturan adat, dan mantra-mantra juga didapat dari orang

tua.”32

“Belajarnya praktik langsung di ladang, ikut-ikut orang tua.”33

“Dalam keluarga diajarkan cara bertani dan belajar mantra-

mantra.”34

“Peran keluarga sangat penting, mendidik anak dibawah sepuluh

tahun pada keluarga dan diatas sepuluh tahun Jaro yang didik,

biasanya ikut orang tua diajarkan cara-caranya sedangkan anak

perempuan ikut ibunya dan laki-laki ikut dengan bapaknya.”35

Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa peran keluarga dalam hal

ini adalah orang tua menjadi hal yang sangat penting karena di dalam

keluarga anak dipersiapkan untuk dapat menjalankan kehidupannya

dengan memberikan bekal hidup berupa pengetahuan tentang

pertanian, pembuatan keterampilan agar nantinya dapat hidup

mandiri. Di dalam masyarakat Baduy bahwa komunikasi antar anak

dan orang tua sangat baik dikarenakan anak dan orang tua banyak

32

Hasil wawancara dengan Aldi, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 20.00 WIB. 33

Hasil wawancara dengan Pulung, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.30 WIB. 34

Hasil wawancara dengan Ayah Sangsang, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam,

pada hari Minggu, 09 April 2017, pukul 07.00 WIB. 35

Hasil wawancara dengan Ayah Jamah, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam,

pada hari Minggu, 09 April 2017, pukul 07.30 WIB.

Page 85: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

70

menghabiskan waktu bersama dan orang tua dapat membentuk sikap

dan tingkah laku anak sesuai dengan aturan adat yang diamanatkan

berbeda dengan anak-anak yang berada di daerah perkotaan yang

lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah dan bermain smart

phone disebabkan orang tua sibuk dengan pekerjaannya sehigga tidak

punya banyak waktu untuk keluarga.

b. Lingkungan Adat (Tokoh Adat)

Selain keluarga yang memiliki tugas untuk mendidik anak.

Lembaga adat juga memiliki peranan yang penting pula dalam

memberikan tambahan pengetahuan terhadap anak mengenai amanat

leluhur yang biasanya diberikan oleh para tokoh-tokoh adat dalam

sebuah pertemuan adat ataupun secara individu. Berikut penjelasan

yang diberikan oleh Jaro Sami yang merupakan wakil dari Puun Cibeo

bahwa:

“Pada usia anak lebih dari sepuluh tahun anak akan didik oleh

lembaga adat dimana nantinya akan dikumpulkan semuanya di

halaman (Balai Adat), untuk waktunya biasanya tidak tentu bisa

dikumpulkan dalam satu bulan atau dua bulan sekali tergantung

keperluan. Biasanya dala perkumpulan tersebut yang dibicarakan

adalah mengenai amanah-amanah adat, seperti aturan pakaian,

tidak boleh berkendaraan, wajib punya huma untuk ingin menikah,

dll. Dalam sekali kumpul biasanya kurang lebih 200 orang dan

pemberitahuannya satu minggu sebelumnya.”36

Dapat dipahami bahwa peran dari lembaga adat dalam pendidikan

anak di dalam masyarakat Baduy khususnya Baduy Dalam memiliki

posisi penting dikarenakan untuk dapat bisa memahami amanah-

amanah leluhur diperlukan sebuah ilmu dan perlu diwariskan

sedangkan orang tua memiliki kelemahan-kelemahan atas segala

sumber ilmu tersebut. Jadi, lembaga adat bertugas untuk melengkapi

kekurangan yang dimiliki oleh orang tua sama halnya dengan

36

Hasil wawancaradengan Jaro Sami, Jaro Tangtu Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada

hari Minggu, 11 Oktober 2015, pukul 09.00 WIB.

Page 86: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

71

masyarakat pada umumnya yang membutuhkan lembaga pendidikan

sekolah untuk menutupi kekurangan yang dimiliki orang tua baik

yang sifatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian dipertegas

kembali oleh ayah Mursid mengenai tugas dan fungsi lembaga adat di

dalam masyarakat Baduy Dalam, yaitu sebagai berikut:

“Salah satunya untuk mengingatkan kembali adat, aturan-aturan

adat dengan banyaknya pengunjung, dengan kemajuan-kemajuan

yang ada lembaga adat atau Jaro Tangtu (Jaro Sami) atau tokoh

mengajak pada warganya supaya tetap berpegang teguh pada

aturan adat, hormatilah aturan-aturan ini dengan nilai-nilai karena

ini seolah-olah sebagai kewajiban kita bersama”.37

Dari pemamparan yang diberikan di atas, bahwa sudah menjadi

sebuah tanggung jawab bersama (tokoh-tokoh adat) dalam

membimbing anak-anak untuk terus mematuhi dan memahami aturan-

aturan adat. Dengan semakin banyaknya pengunjung yang datang dan

ditambah kemajuan zaman yang tak terbendungkan maka secara

langsung berdampak terhadap kehidupan sosial masyarakat Baduy.

Untuk itu, sudah menjadi kewajiban bagi lembaga adat untuk dapat

menjaga kelangsungan kehidupan adat dengan cara-cara tertentu.

Berikut ini adalah hasil wawancara mengenai peran lembaga adat

(tokoh adat) dalam pendidikan.

“Tokoh adat memberikan amanat-amanat yang tidak boleh

dilanggar seperti mengadakan razia HP, razia pakaian yang

menggunakan mesin, dll.”38

“Biasanya Jaro mengumpulkan anak muda rutin tiap 2/3 bulan

sekali untuk memberikan larang-larangan disini dengan cara

diceritakan.”39

37

Hasil wawancaradengan Ayah Mursid, Wakil Jaro Tangtu Kampung Cibeo Baduy

Dalam, pada hari Rabu, 14 Oktober 2015, pukul 13.00 WIB. 38

Hasil wawancara dengan Pulung, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.30 WIB. 39

Hasil wawancara dengan Ayah Sangsang, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam,

pada hari Minggu, 09 April 2017, pukul 07.00 WIB.

Page 87: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

72

“Biasanya memberikan pendidikan tentang larangan-larangan adat,

jika ada yang melanggar akan ditegur sampai dua/tiga kali jika

tetap melanggar akan di keluarkan menjadi Baduy Luar.”40

Dapat disimpulkan bahwa lembaga adat (tokoh adat) memiliki

peranan sangat penting yaitu sebagai pembina, pengawas, dan

pengambil keputusan terhadap segala tidakan yang terdapat di dalam

kehidupan masyarakat Baduy. Tujuan dari lembaga adat yaitu agar

masyarakat Baduy menjalankan kehidupannya tidak terlalu bebas dan

dapat menjaga keberlangsungan amanat leluhur sehingga tidak

ditinggalkan oleh generasi muda dengan tantangan yang semakin

berat dan tidak dapat dihindarkan.

Gambar 4.3

Ayah Mursid Tokoh Adat Baduy Dalam

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Kemudian hal yang membedakan antara perkampungan Baduy

Dalam dan Baduy Luar adalah terdapatnya Balai Adat yang terdapat

di setiap kampung Baduy Dalam. Balai Adat berfungsi sebagai tempat

pemberian nasihat-nasihat adat dari para tokoh adat ataupun tempat

mereka melaksanakan ritual-ritual tertentu dan tempat penyampai

mengenai pendidikan adat. Selain itu Balai Adat terdapat juga alat-

alat kesenian seperti angklung, bedug, kerinding, dll yang biasanya

mereka mainkan dalam acara-acara adat. Dalam permainan tersebut

40

Hasil wawancara dengan Ayah Jamah, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam,

pada hari Minggu, 09 April 2017, pukul 07.30 WIB.

Page 88: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

73

nantinya akan dibawakan semacam pantun atau dongeng yang diiringi

dengan alat musik tersebut.

c. Teman Sebaya

Di dalam masyarakat Baduy belajar melalui teman sebaya

merupakan suatu hal yang biasa mereka lakukan. Adapun metode ini

mereka sebut dengan istilah Papagahan (saling mengajari). Melalui

teman sebaya juga mereka biasanya bertukar ilmu pengetahuan seperti

belajar pembuatan keterampilan dan baca tulis. Pada saat ini

khususnya generasi muda Baduy Dalam, keingintahuan mereka atas

perkembangan zaman sangat tinggi, dimana penulis perhatikan di

waktu-waktu senggang biasanya mereka banyak berkumpul di warung-

warung yang terletak di terminal Ciboleger untuk menonton televisi

dan jika sedang mengantar tamu dari luar biasanya mereka aktif

bertanya mengenai apa saja perkembangan yang ada di kota. Selain itu,

di waktu kosong seperti saat selesai memotong padi biasanya mereka

pergi ke Jakarta untuk berkunjung ke rumah kenalannya dengan

membawa kerajinan khas Baduy yang biasanya mereka tawarkan

sebagai penambah penghasilan. Biasanya mereka berjalan dengan

kelompok-kelompok kecil paling sedikit tiga orang dan hebatnya lagi

mereka tetap taat pada aturan adat meskipun sedang berada jauh dari

lingkungan adat seperti tidak menggunakan alas kaki, tidak

berkendaraan, pakaian hanya dengan warna hitam-putih.

Perubahan yang paling terlihat dalam generasi muda Baduy saat ini

adalah keingintahuan mereka mengenai teknologi, seperti pengakuan

mereka untuk saat ini mereka memiliki telepon genggam dengan

alasan jika ada kenalan mereka yang ada di kota akan berkunjung ke

Baduy akan sulit untuk menghubungi dan membuat janji untuk

bertemu. Oleh sebab itu anak muda Baduy Dalam saat ini banyak yang

terampil menggunakan telpon genggam meski dalam hal

penggunaannya masih sembunyi-sembunyi karena termasuk larangan

Page 89: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

74

Page 90: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

75

Page 91: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

76

jawab orang tua sedangkan anak usia >10 Tahun menjadi tanggung

jawab Jaro (lembaga Adat)

Metode : metode pembelajaran yang digunakan dengan cara lisan

dan praktik langsung bukan berupa tulisan.

Media : Apa saja yang disediakan alam menjadi media pembelajaran.

Waktu : Tidak ada waktu khusus dalam proses pembelajaran karena

dapat dilakukan kapan saja berbeda dengan pendidikan formal

(sekolah), sedangkan untuk kegiatan memberikan amanah adat oleh

Jaro biasanya dilakukan dalam satu atau dua bulan sekali dan

waktunya tidak tentu disesuaikan dengan kebutuhan.

Lingkungan : Lingkungan pendidikan Masyarakat Baduy terbatas

pada lingkungan keluarga, lingkungan adat dan teman sebaya.

3. Peran Pemerintah/Swasta terhadap Pendidikan Masyarakat Baduy

Dalam

Suku Baduy merupakan masyarakat hukum adat yang memiliki

serangkaian aturan dalam menjalankan tataran kehidupannya, termasuk

dalam pandangan mereka terhadap pendidikan. Akan tetapi membiarkan

masyarakat Baduy mengalami kesulitan dalam menjalankan kehidupan

adalah merupakan hal yang keliru karena masyarakat Baduy merupakan

salah satu aset yang dimiliki bangsa ini dan sudah seharusnya banyak

pihak untuk mendukung masyarakat Baduy agar tetap dapat

mempertahankan keberlangsungan kehidupannya di tengah-tengah

tantangan zaman yang semakin berat.

Dalam perihal pendidikan, masyarakat Baduy memiliki pandangannya

tersendiri yang mereka sudah jalankan sejak pertama kali kesukuan

mereka lahir. Oleh sebab itu alangkah bijak jika bantuan dalam bentuk

program-program didiskusikan terlebih dahulu dengan tokoh adat

sehingga niatan baik tersebut nantinya dapat bermanfaat dan memperkuat

tatanan kehidupan masyarakat adat dalam menjawab perubahan zaman

yang tidak mungkin mereka hindari.

Page 92: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

77

Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan masyarakat Baduy

Dalam mengenai peran pemerintah/swasta terhadap pendidikan yang

pernah masuk ke wilayah mereka:

“Sudah perah ada yang memberikan bantuan berupa buku, alat tulis

tetapi untuk belajar masing-masing untuk secara formal tetap tidak

boleh.”42

“Pernah ada bantuan berupa alat tulis tetapi untuk guru khusus masuk

belum bisa masih dilarang adat.”43

“Pernah ada memberikan penyuluhun untuk kesenian asli Baduy

seperti alat musik kerinding harus pada bisa dan kembali diajarkan tapi

untuk pengajarnya orang Baduy juga. Memberikan buku dan alat tulis

tapi tidak memfasilitasi guru karena tidak boleh.”44

“Pernah ada tapi tidak diterima karena dilarang sama adat dan bantuan

lebih banyak beras, mie instan, dan obat-obatan.”45

“Jika dari pemerintah ada saja bantuan dan biasanya berupa sembako

sedangkan untuk pendidikan masih tidak diperbolehkan.”46

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan sampai saat ini

khususnya di Baduy Dalam bentuk bantuan yang pernah dirasakan oleh

masyarakat adalah berupa bantuan buku dan alat tulis sedangkan bentuk

bantuan berupa pengiriman guru untuk mengajar masih mendapat larangan

dari adat. Adapun bentuk bantuan yang banyak mereka terima biasanya

berupa barang-barang kebutuhan hidup seperti sembako dan obat-obatan.

Selanjutnya perlu studi yang mendalam mengenai konsep pendidikan yang

tepat untuk masyarakat Baduy yang lebih disesuaikan dengan keadaan dan

kondisi kehidupan di dalam masyarakat Baduy sehingga nantinya konsep

42

Hasil wawancara dengan Ayah Aldi, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada

hari Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.00 WIB. 43

Hasil wawancara dengan Aldi, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 20.00 WIB. 44

Hasil wawancara dengan Pulung, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.30 WIB. 45

Hasil wawancara dengan Ayah Sangsang, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam,

pada hari Minggu, 09 April 2017, pukul 07.00 WIB. 46

Hasil wawancara dengan Ayah Jamah, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam,

pada hari Minggu, 09 April 2017, pukul 07.30 WIB.

Page 93: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

78

pendidikan dapat dijalankan dan dampaknya dapat dirasakan langsung

oleh masyarakat Baduy.

Berikut ini adalah sebuah contoh pendekatan pendidikan yang berhasil

terjadi pada Suku Anak Dalam atau Orang Rimba yang saat ini sudah

mulai terbuka oleh pendidikan. Digagas oleh Butet Manurung, aktivis

pendidikan suku pedalaman yang juga pendiri Sokola Rimba. Dia

menyatakan bahwa pendidikan untuk suku-suku pedalaman yang

menghasilkan kemampuan baca tulis, bisa menolong masyarakat saat

berinteraksi di pasar atau membuat perjanjian-perjanjian dengan

masyarakat desa atau masyarakat kota yang lebih maju. “Saya memulai

pendidikan bagi Suku Anak Dalam atau Orang Rimba di Jambi secara

resmi pada 2003. Hal yang dapat saya simpulkan adalah masyarakat yang

hidup di hutan, yang tidak punya KTP, yang hidup dengan adat istiadatnya

sendiri, memerlukan pendidikan, meski bukan pendidikan formal,”

katanya.47

Materi pendidikan bagi warga pedalaman, kata Butet, juga harus

menyesuaikan dengan kondisi daerah tersebut. Masyarakat di pedalaman

hutan berbeda kebutuhannya dengan masyarakat yang tinggal di dekat

pantai. “Oleh karena itu kurikulumnya juga berbeda-beda, disesuaikan

dengan konteks dan kondisi masyarakat,” lanjutnya. Berdasarkan

pengalaman Butet, berbagai metode pengajaran juga bisa muncul sendiri

atau ditemukan saat melakukan proses pendidikan dengan

masyarakat. Saat ini berbagai metode pengajaran yang digunakan Sokola

Rimba kadang-kadang sudah bisa membuat masyarakat mempunyai

kemampuan baca tulis dalam waktu dua minggu.48

Dapat disimpulkan bahwa yang terpenting dalam menjalankan sebuah

proses pendidikan pada masyarakat adat yaitu kesabaran dalam proses

pendekatannya. Kemudian yang terpenting adalah materi pembelajaran

yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya. Metode

47

Medco Foundation, Masyarakat Pedalaman Butuh Pendidikan, 2015

(www.medcofoundation.org) diakses pada tanggal 09 Mei 2017. 48

Ibid.,

Page 94: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

79

yang dilakukan juga harus memperhatikan kondisi dan lokasinya, seperti

untuk Tanah Ulayat Baduy yang melarang didirikannya bangunan

permanen.

4. Dampak Kemajuan Zaman terhadap Kehidupan Masyarakat Baduy

Dalam

Perubahan merupakan sesuatu yang pasti dan tidak dapat dihindari di

dalam sebuah kehidupan. Setiap perubahan akan melahirkan sebuah

tantangan dan harapan baru didalam sebuah kehidupan. Termasuk di

dalam masyarakat Baduy yang terkenal dengan mengasingkan diri

terhadap kehidupan luar (modern) yang sedikit demi sedikit mulai

berubah. Meskipun larangan-larangan adat masih tetap dipatuhi akan

tetapi tidaklah cukup untuk menolak atas perubahan di dalam kehidupan

mereka. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan Ayah Mursid

mengenai perubahan sosial:

“Jika berbicara perubahan, menurut saya perubahan pasti ada jika

bicara global kemajuan perubahan dengan adanya Baduy Luar dengan

adanya Baduy Dalam, Baduy Dalam terutama Cibeo misalkan

perubahan ini bukan terhadap strukturalnya tetapi pada sosialnya

dalam arti pada komunikasinya dahulu seolah-olah yang bisa bahasa

Indonesia hanya beberapa orang kemudian seiringnya pengunjung,

seringnya pendatang anak-anak muda hampir seluruhnya mengerti,

dahulu Baduy ini sulit dikunjungi, jalan Ciboleger ini masih seolah-

olah susah, yang bisa dilalui mobil hanya Leuwidamar dan Cisimet

sedangkan untuk sampai disini masih hutan belantara. Fakta nya

sekarang sudah mudah, dengan upaya adat bertugas menjalankan nilai-

nilai amanah hukum adat dan melihat beberapa desa yang sekitar kami,

mengucapkan terima kasih “Alhamdulillah” masih kuat dan atas

dorongan dengan pemamaparan bekal hidup yang sebagaimana

lembaga adat jelaskan dengan salah satunya dengan menjaga warisan

amanah hukum adat.”49

49

Hasil wawancara dengan Ayah Mursid, Wakil Jaro Tangtu Kampung Cibeo Baduy

Dalam, pada hari Rabu, 14 Oktober 2015, pukul 13.00 WIB.

Page 95: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

80

Dapat dijelaskan menurut Ayah Mursid bahwa perubahan itu pasti ada

tetapi untuk saat ini khususnya di Baduy Dalam bentuk perubahannya

hanya terbatas pada kehidupan sosial masyarakatnya bukan strukturalnya,

terutama dalam hal komunikasi yang lebih dipengaruhi oleh banyaknya

pengunjung yang datang sehingga untuk saat ini hampir seluruh anak

muda Baduy Dalam dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.

Sedangkan faktor pendukung perubahan masyarakat Baduy adalah dengan

dibukanya akses jalan menuju Ciboleger yang dapat dilalui mobil,

sehingga akses menuju Baduy semakin mudah dan kemudian

diresmikannya Baduy menjadi salah satu objek wisata oleh pemerintah

kabupaten Lebak yang membuat Baduy dikenal oleh banyak orang

sehingga jumlah pengunjung terus meningkat dan untuk saat ini tidak bisa

dipungkiri ketergantungan masyarakat Baduy terhadap wisatawan

sangatlah besar.

Kemudian bagaimana masyarakat Baduy Dalam menjawab perubahan

sosial tersebut di tengah-tengah kehidupan masyarakatnya dan apa saja

tantangan dan harapan masyarkat Baduy untuk keberlangsungan

kehidupan mereka. Berikut merupakan hasil wawancara mengenai

tantangan yang dihadapi masyarakat Baduy khususnya masyarakat

kampung Cibeo:

“Keinginan pribadi banyak akan tetapi berbenturan terhadap aturan

adat dan untuk memenuhi kebutuhan semakin tingi, harga naik terus

sedangkan hasil bumi seperti pisang harganya tidak stabil.”50

“Keinginan banyak seperti punya alat elektronik akan tetapi dilarang

oleh adat.”51

“Jika ingin hidup disini memang berat dan harus kuat mengikuti aturan

adat yang ada disini, kecuali punya uang banyak bisa keluar.”52

50

Hasil wawancara dengan Ayah Aldi, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada

hari Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.00 WIB. 51

Hasil wawancara dengan Aldi, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 20.00 WIB. 52

Hasil wawancara dengan Pulung, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.30 WIB.

Page 96: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

81

“Jika sedang gagal panen dan tidak dapat buat kerajinan susah juga,

berat tinggal di Baduy Dalam harus patuh jika sudah tidak kuat pindah

saja.”53

“Tantangannya adalah lahan di Baduy terbatas sedangkan penduduk

semakin bertambah dan harapannya bisa dapat lahan di luar.”54

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa beberapa

tantangan yang mereka alami sebagai masyarakat Baduy Dalam adalah

memenuhi kebutuhan hidup semakin tinggi sedangkan hasil pertanian

tidak mencukupi untuk hidup sehari-hari, keinginan mempunyai alat

elektronik akan tetapi harus patuh terhadap aturan adat yang berlaku,

jumlah penduduk yang semakin besar sedangkan lahan semakin terbatas,

dan untuk hidup sesuai dengan aturan adat yang mengikat. Berikut ini

merupakan harapan mereka untuk kehidupan yang berlangsung:

“Harapannya bisa punya uang banyak dari hasil bumi/tani dengan

harga yang stabil. Kebutuhan semakin meningkat, kadang hasil bumi

yang dibawa tidak diterima atau laku dipasarkan.”55

“Sebenarnya lebih enak tinggal disini (Baduy Dalam), karena jika

hidup diluar rumah saja beli, huma juga beli.”56

“Untuk masyarakat Baduy Dalam harus patuh sama aturan adat jika di

ubah semua nanti jadi Baduy Luar.”57

“Harus tetap mengikuti adat disini jangan sampai berubah karena

perubahan itu pasti.”58

53

Hasil wawancara dengan Ayah Sangsang, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam,

pada hari Minggu, 09 April 2017, pukul 07.00 WIB. 54

Hasil wawancara dengan Ayah Jamah, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam,

pada hari Minggu, 09 April 2017, pukul 07.30 WIB. 55

Hasil wawancara dengan Ayah Aldi, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada

hari Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.00 WIB. 56

Hasil wawancara dengan Pulung, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam, pada hari

Sabtu, 08 April 2017, pukul 19.30 WIB. 57

Hasil wawancara dengan Ayah Sangsang, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam,

pada hari Minggu, 09 April 2017, pukul 07.00 WIB. 58

Hasil wawancara dengan Ayah Jamah, Masyarakat Kampung Cibeo Baduy Dalam,

pada hari Minggu, 09 April 2017, pukul 07.30 WIB.

Page 97: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

82

Dapat disimpulkan untuk masyarakat Baduy Dalam khususnya mereka

memiliki harapan bahwa kedepannya untuk hasil bumi yang mereka

hasilkan untuk lebih diperhatikan karena hasil bumi merupakan

penghasilan pokok masyarakat Baduy jika hal tersebut tidak menjadi

perhatian khusus maka sulit sekali bagi mereka untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Kemudian harapan selanjutnya adalah bahwa adat

istiadat dan kesukuan mereka harus tetap terjaga sesuai dengan amanah

leluhurnya, jangan sampai nantinya ciri khas kesukuan mereka hilang

tergerus olah zaman yang akan sangat berdampak pada lingkungan karena

salah satu tugas kesukuan mereka adalah menjaga lingkungan alam yang

mereka singgahi.

Page 98: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

83

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari penelitian tentang pendidikan dalam pandangan

masyarakat Baduy dapat ditarik sebuah kesimpulan:

1. Pandangan Masyarakat Baduy Dalam terhadap Pendidikan

Tokoh adat dan masyarakat Baduy Dalam berpandangan bahwa

pendidikan dasar kesukuan mereka adalah pengetahuan-pengetahuan adat,

sekolah biasa mereka sebut dengan istilah ngolah dengan materi

pembelajarannya adalah mengenai aspek pertanian, nilai-nilai kebudayaan,

aturan tatanan hukum adat, dan keterampilan yang diwariskan secara

turun-temurun sebagai bentuk untuk mempertahankan kehidupannya.

Tujuan daripada pendidikan dalam masyarakat Baduy adalah untuk

mempertahankan amanat leluhur. Oleh sebab itu, sampai saat ini

khususnya masyarakat Baduy Dalam bahwa pandangan mereka terhadap

pendidikan masih sangat sederhana dengan tetap mengikuti amanat leluhur

mereka, seperti larangan untuk bersekolah yang sampai saat ini tetap

dipatuhi.

2. Model atau Bentuk Pendidikan Masyarakat Baduy Dalam

Masyarakat Baduy Dalam pada dasarnya sudah memiliki sistem

pendidikan khusus yang berbeda dengan sistem pendidikan modern yang

biasa kita kenal. Bentuk pendidikan yang mereka terapkan yaitu dengan

model lisan bukan tulisan yang didapatkan secara turun-temurun dari

orang tua ke anak. Adapun dalam proses pembelajaran anak usia kurang

sepuluh tahun pendidikan adat dititikan pada orang tua (keluarga) dimana

anak mulai belajar pertanian, keterampilan, hitung-hitungan. Sedangkan

anak usia di atas sepuluh tahun pendidikan adat dititipkan pada lembaga

adat. Jaro Sami sebagai wakil dari Puun (ketua adat) bertugas

menceritakan amanat-amanat adat yang harus dipatuhi kepada generasi

Page 99: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

84

muda Baduy Dalam. Selain dari keluarga dan tokoh adat, masyarakat

Baduy Dalam banyak belajar melalui teman sebaya dengan bentuk saling

mengajari (papagahan), seperti saat ini banyak anak muda Baduy Dalam

yang terampil dalam membaca dan menulis. Mereka belajar dengan saling

bertanya pada teman sebaya dengan sistem saling mengajari antar individu

ke individu lainnya.

3. Peran Pemerintah/Swasta terhadap Pendidikan Masyarakat Baduy

Dalam

Masyarakat Baduy Dalam sampai saat ini tetap konsisten menolak segala

macam bentuk pendidikan yang tidak sesuai dengan yang berlaku dalam

tataran hukum adat. Karena aturan adat yang lebih ketat maka banyak

sekali program-program yang ditawarkan oleh pemerintah dan swasta

yang akhirnya di tolak oleh lembaga adat. Seperti bantuan mengirim guru

di kampung Cibeo yang sempat di tolak dan hanya bantuan buku dan alat

tulis saja yang mereka dapat terima.

4. Dampak Kemajuan Zaman terhadap Kehidupan Masyarakat Baduy

Dalam

Perubahan tetap ada meskipun tidak banyak di dalam Masyarakat Baduy

Dalam yang disebabkan oleh semakin banyaknya kotak langsung antara

masyarakat Baduy Dalam dengan pengunjung yang datang berwisata.

Sejalan dengan perubahan tersebut maka lahir tantangan yang semakin

berat dirasakan oleh kesukuan mereka seperti menekan keinginan pribadi

yang semakin meningkat yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan

berbenturan dengan tataran hukum adat. Kemudian salah satu harapan

kesukuan mereka adalah agar aturan adat yang ada dan sedang

berlangsung harus tetap terjaga jangan sampai terjadi banyak berubah

ditakutkan jika banyak perubahan akan menyebabkan kesukuan mereka

hilang.

Page 100: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

85

B. SARAN

Setelah mengadakan penelitian tentang pendidikan dalam pandangan

masyarakat Baduy, maka peneliti akan memberikan saran yaitu :

1. Masyarakat Baduy harus tetap melestarikan kebudayaannya dengan

menjaga model/bentuk pendidikan yang telah diamanatkan lehuhurnya.

Akan tetapi, harus tetap menyeimbangkan antara adat dan perkembangan

zaman sehingga kesukuan mereka dapat bertahan.

2. Pemerintah harus mencarikan solusi dalam bentuk program pendidikan

khusus untuk masyarakat Baduy Dalam yang disesuaikan dengan tataran

hukum adat yang berlaku di dalam kesukuan mereka, yaitu dengan

menjalin komunikasi ke tokoh-tokoh adat sehingga nantinya program

tersebut dapat dilaksanakan tanpa mengganggu tataran kehidupan sosial

mereka.

3. Harus ada pihak yang mengakomodir hasil bumi masyarakat Baduy

sehingga harga jual hasil bumi tersebut dapat stabil dan sesuai dengan

harga pasaran. Dikarenakan mata pencarian utama masyarakat Baduy

adalah pertanian.

Page 101: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

86

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2007.

Anwar, Yesil dan Adang. Sosiologi untuk Univesitas. Bandung: PT Refika

Aditama, 2013.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2010.

Bahar, Saafroedin, Hak Masyarakat Hukum Adat. Jakarta: Komisi Nasional Hak

Asasi Manusia, 2006.

Basri, Hasan, Landasan Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2013.

Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,

2011.

Dinas Informasi, Komunikasi, Seni Budaya dan Parawisata Kabupaten Lebak.

Membuka Tabir Kehidupan: Tradisi Masyarakat Baduy dan Cisungsang

serta Peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug, Banten: Dinas Informasi,

Komunikasi, Seni Budaya dan Parawisata Kabupaten Lebak, 2004.

Departemen Pendidikan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pusta, Edisi Ketiga, 2011.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Grafindo Persada, Edisi

Revisi, 2009.

Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta: Erlangga, 2009.

Ihsan,Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Pustaka, Cet. VIII, 2013.

Kadir, Abdul dan Kawan-kawan, Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Grup, 2012.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Atropologi. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. IX,

2009.

Kurnia, Asep dan Ahmad Sihabudin, Saatnya Baduy Bicara. Jakarta: Bumi

Aksara, 2010.

Masdudin, Ivan, Keunikan Suku Baduy di Banten, Banten: Talenta Pustaka

Indonesia, Cet. 2, 2011.

Moleong, Lexy J, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, Cet XXIX, 2011.

Page 102: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

87

Permana, R. Cecep Eka, Kearifan Lokal masyarakat Baduy dalam mitigasi

bencana. Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2010.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

Cet. XVIII, 2013.

Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Rineka

Cipta, Cet. II, 2008.

Triwiyanto,Teguh, Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Tentang

Pemerintah Daerah, Pasal 18B ayat 2.

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Tentang Hak

Asasi Manusia Pasal 28I ayat 3.

Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintah

Daerah, Pasal 1 Ayat 12.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV Mitra Karya).

Penelitian, Jurnal dan Makalah

Gilang Putra Prasetyo, “Peran Kepemimpinan Kepala Desa Kanekes (Jaro

Pemarentah) terhadap Pendidikan Masyarakat Baduy Luar” Skripsi pada

Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2016, tidak

dipublikasikan

Baharudin, Erwan, Pendidikan Suku Anak Dalam : Suatu Perubahan dari

Paradigma Positivistik ke Konstruktivisme, Forum Ilmiah, Jurnal

Komunikasi, Vol. 7, 2010.

Hasanah, Aan, Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal pada

Masyarakat Minotitas (Studi atas Kearifan Lokal Masyarakat Adat Suku

Baduy Banten), Analisis, Jurnal Studi Keislaman¸ Vol XII, 2012.

(http://ejournal.iainradenintan.ac.id)

Permana, R. Cecep Eka, Kearifan Lokal Masyarakat Baduy dalam Mitigasi

Bencana, Makara Jurnal Sosial Humaniora, Vol 15, 2011.

Page 103: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

88

----------------------------------, Masyarakat Baduy dan Pengobatan Tradisional

berbasis Tanaman, Wacana, Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya, Vol. 11,

2009.

Zakiah, Kiki, Penelitian Etnografi Komunikasi: Tipe dan Metode, Mediator,

Jurnal Komunikasi, Vol 9, 2008

Landmann, Alexandra “Taman Bacaan Masyarakat dan Budaya Lisan Masyarakat

Adat Kanekes”, Rumah Dunia, 22 Pebruari 2014.

WEB, Artikel dan Harian

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, di akses pada hari Senin, 27 Maret 2017,

(kbbi.web.id).

Medco Foundation, Masyarakat Pedalaman Butuh Pendidikan, 2015

www.medcofoundation.org diakses pada tanggal 09 Mei 2017.

Page 104: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of
Page 105: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of
Page 106: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

PEDOMAN OBSERVASI

N

O

ASPEK YANG DIAMATI YA TIDAK KETERANGAN

1 Warga Kampung Cibeo masih

menjalankan tradisi lisan sebagai

bentuk pendidikan

2 Orang tua berperan memberikan

pendidikan dalam masyarakat

Baduy Dalam

3 Tokoh adat mempunyai tanggung

jawab memberikan pendidikan

pada masyarakat Baduy Dalam

4 Terdapat balai adat sebagai

tempat melangsungkan

pendidikan bagi masyarakat

Baduy Dalam

5 Masyarakat Kampung Cibeo

mengikuti pendidikan formal

6 Masyarakat Kampung Cibeo

mengikuti lembaga

kurus/pelatihan.

7 Masyarakat Kampung Cibeo

mengikuti sekolah kejar paket

A/B/C

8 Masyarakat Kampung Cibeo

mengikuti pendidikan

keaksaraan.

9 Anak-anak Kampung Cibeo dapat

membaca dan menulis

Page 107: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

10 Masyarakat Kampung Cibeo

dapat berbahasa Indonesia

11 Kehidupan masyarakat Kampung

Cibeo sesuai dengan aturan adat

12 Masyarakat Baduy Dalam yang

menggunakan HP

Page 108: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

PEDOMAN WAWANCARA

Tanggal Wawancara :

Identitas Nara Sumber :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

1. Bagaimana arti/makna pendidikan menurut anda?

2. Apakah pendidikan formal/sekolah benar-benar ditabukan menurut aturan

adat Baduy?

3. Apakah hukuman yang diperoleh masyarakat Baduy Dalam yang dengan

sengaja mengikuti pendidikan diluar aturan adat?

4. Bagaimana model//bentuk yang sesuai dengan pendidikan menurut aturan

adat Baduy?

5. Bagaimana proses pembelajaran yang biasa dilakukan oleh masyarakat

Baduy Dalam?

6. Bagaimana peranan lingkungan keluarga dalam pendidikan?

7. Bagaimana peranan lingkungan lembaga adat (tokoh-tokoh) dalam

pendidikan?

8. Apakah ada perbedaan model/bentuk pembelajaran antara masyarakat

Baduy Dalam dengan masyarakat Baduy Luar?

9. Apakah ada peranan pemerintah/swasta dalam mendukung upaya

memajukan pendidikan untuk masyarakat Baduy Dalam?

10. Apakah perubahan zaman berpengaruh terhadap pola pendidikan

masyarakat Baduy Dalam?

11. Apakah tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat Baduy dalam

mempertahankan amanat leluhur?

12. Apakah harapan kedepannya terhadap keberlangsungan kehidupan

Masyarakat Baduy?

Page 109: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

Hasil Observasi

Tanggal : 8 - 9 April 2017

Lokasi : Kampung Cibeo, Desa Kanekes

N

O

ASPEK YANG DIAMATI YA TIDAK KETERANGAN

1 Warga Kampung Cibeo masih

menjalankan tradisi lisan sebagai

bentuk pendidikan

2 Orang tua berperan memberikan

pendidikan dalam masyarakat

Baduy Dalam

3 Tokoh adat mempunyai tanggung

jawab memberikan pendidikan

pada masyarakat Baduy Dalam

4 Terdapat balai adat sebagai

tempat melangsungkan

pendidikan bagi masyarakat

Baduy Dalam

5 Masyarakat Kampung Cibeo

mengikuti pendidikan formal

6 Masyarakat Kampung Cibeo

mengikuti lembaga

kurus/pelatihan.

7 Masyarakat Kampung Cibeo

mengikuti sekolah kejar paket

A/B/C

8 Masyarakat Kampung Cibeo

mengikuti pendidikan

Page 110: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

keaksaraan.

9 Anak-anak Kampung Cibeo dapat

membaca dan menulis

10 Masyarakat Kampung Cibeo

dapat berbahasa Indonesia

11 Kehidupan masyarakat Kampung

Cibeo sesuai dengan aturan adat

12 Masyarakat Baduy Dalam yang

menggunakan HP

Page 111: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

HASIL WAWANCARA

Tanggal Wawancara : 8 April 2017

Identitas Nara Sumber :

Nama : Ayah Aldi

Umur : 49 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

13. Bagaimana arti/makna pendidikan menurut anda?

Pendidikan menurut saya adalah yang terpenting memiliki keterampilan

agar dapat memenuhi kebutuhan untuk makan sama untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

14. Apakah pendidikan formal/sekolah benar-benar ditabukan menurut aturan

adat Baduy?

Sekolah formal benar-benar tidak boleh dari aturan adat, saya tidak tahu

alasannya tetapi aturan tersebut sudah ada dari dahulu, dari zaman kakek

saya sampai bapak saya.

15. Apakah hukuman yang diperoleh masyarakat Baduy Dalam yang dengan

sengaja mengikuti pendidikan diluar aturan adat?

Belum ada ketentuannya, biasanya bentuknya teguran, khusus di Cibeo

belum pernah ada yang mengikuti pendidikan formal.

16. Bagaimana model/bentuk yang sesuai dengan pendidikan menurut aturan

adat Baduy?

Bentuk pendidikannya diperoleh secara turun-temurun dari nenek moyang.

Seperti kolenjer dan aksara 20 harusnya pada bisa tetapi kenyataannya

tidak semua bisa karena males belajarnya.

17. Bagaimana proses pembelajaran yang biasa dilakukan oleh masyarakat

Baduy Dalam?

Page 112: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

Proses pembelajarannya bertanya sama orang tua, seperti mantra-mantra,

jampe-jampe, buat kerajinan dan proses belajarnya dengan cara

lisan/afalan.

18. Bagaimana peranan lingkungan keluarga dalam pendidikan?

Dalam keluarga biasa mengajarkan anak pertanian, buat keterampilan.

19. Bagaimana peranan lingkungan lembaga adat (tokoh-tokoh) dalam

pendidikan?

Anak usia diatas sepuluh tahun pendidikannya tanggung jawabnya sama

jaro.

20. Apakah ada peranan pemerintah/swasta dalam mendukung upaya

memajukan pendidikan untuk masyarakat Baduy Dalam?

Sudah perah ada yang memberikan bantuan berupa buku, alat tulis tetapi

untuk belajar masing-masing untuk secara formal tetap tidak boleh.

21. Apakah ada perbedaan model/bentuk pembelajaran antara masyarakat

Baduy Dalam dengan masyarakat Baduy Luar?

Secara aturan pendidikan adat sama tidak boleh mengikuti pendidikan

formal.

22. Apakah perubahan zaman berpengaruh terhadap pola pendidikan

masyarakat Baduy Dalam?

Pola pendidikannya sama, tetapi perubahan sosial ada.

23. Apakah tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat Baduy dalam

mempertahankan amanat leluhur?

Keinginan pribadi banyak akan tetapi berbenturan terhadap aturan adat

dan untuk memenuhi kebutuhan semakin tinggi, harga naik terus

sedangkan hasil bumi seperti pisang harganya tidak stabil.

24. Apakah harapan kedepannya terhadap keberlangsungan kehidupan

masyarakat Baduy?

Mudah-mudahan hasil bumi masyarakat Baduy bisa diatur harga standar

minimalnya sehingga pengahasilannya cukup dan bantuan beras dari

pemerintah tidak telat.

Page 113: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

Tanggal Wawancara : 08 April 2017

Identitas Nara Sumber :

Nama : Aldi

Umur : 27 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

1. Bagaimana arti/makna pendidikan menurut anda?

Pendidikan disini diraih melalui orang tua yang dipelajari adalah mantra-

mantra dengan cara turun-temurun untuk keselamatan sendiri dasarnya

adalah pendidikan adat.

2. Apakah pendidikan formal/sekolah benar-benar ditabukan menurut aturan

adat Baduy?

Pendidikan formal dilarang, alasannya saya kurang tau, jika kata orang tua

tidak boleh berarti tidak boleh harus ikut aturan yang sudah ada.

3. Apakah hukuman yang diperoleh masyarakat Baduy Dalam yang dengan

sengaja mengikuti pendidikan diluar aturan adat?

Hukumannya dapat dikeluarkan dari Baduy Dalam dan belum pernah ada

masyarakat Baduy Dalam yang mengikuti pendidikan formal dan lebih

banyak keluar dengan keinginan untuk memiliki alat-alat elektronik,

menikah dengan orang Baduy Luar, dll.

4. Bagaimana model/bentuk yang sesuai dengan pendidikan menurut aturan

adat Baduy?

Model/bentuk pendidikannya dengan belajar mantra-mantra, membuat

alat-alat perabotan rumah tangga, kerajianan, ngambil kayu dan belajarnya

dengan orang tua.

5. Bagaimana proses pembelajaran yang biasa dilakukan oleh masyarakat

Baduy Dalam?

Belajarnya dari mulut ke mulut, banyak melalui cerita dan untuk

keterampilan baca dan tulis saya belajar sendiri dan belajar juga sama

teman untuk buat kerajinan-kerajinan.

6. Bagaimana peranan lingkungan keluarga dalam pendidikan?

Page 114: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

Peran kelurga sangat penting, seperti belajar cara menanam padi, aturan-

aturan adat, dan mantra-mantra juga didapat dari orang tua.

7. Bagaimana peranan lingkungan lembaga adat (tokoh-tokoh) dalam

pendidikan?

Biasanya tokoh adat mengumpulkan 3 kali sampai 4 kali setahun dalam

perkumpulan adat biasanya diceritakan tentang larangan-larangan adat.

8. Apakah ada peranan pemerintah/swasta dalam mendukung upaya

memajukan pendidikan untuk masyarakat Baduy Dalam?

Pernah ada bantuan berupa alat tulis tetapi untuk guru khusus masuk

belum bisa masih dilarang adat.

9. Apakah ada perbedaan model/bentuk pembelajaran antara masyarakat

Baduy Dalam dengan masyarakat Baduy Luar?

Sama aturannya tidak boleh sekolah formal, tetapi untuk Baduy Luar ada

yang bersekolah karena dekat dengan perbatasan dengan orang diluar

Baduy dan pengarahan di Baduy Dalam kurang.

10. Apakah perubahan zaman berpengaruh terhadap pola pendidikan

masyarakat Baduy Dalam?

Ada perubahan, terutama banyaknya pengunjung yang datang.

11. Apakah tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat Baduy dalam

mempertahankan amanat leluhur?

Keinginan banyak seperti punya alat elektronik akan tetapi dilarang oleh

adat.

12. Apakah harapan kedepannya terhadap keberlangsungan kehidupan

masyarakat Baduy?

Harapannya bisa punya uang banyak dari hasil bumi/tani dengan harga

yang stabil. Kebutuhan semakin meningkat, kadang hasil bumi yang

dibawa tidak diterima atau laku dipasarkan.

Page 115: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

Tanggal Wawancara : 8 April 2017

Identitas Nara Sumber :

Nama : Mad Pulung

Umur : 21 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

1. Bagaimana arti/makna pendidikan menurut anda?

Pendidikan menurut saya adalah pertanian jadi yang dipelajari adalah

bagaimana cara tanam padi, nebang, bakar-bakar, dll.

2. Apakah pendidikan formal/sekolah benar-benar ditabukan menurut aturan

adat Baduy?

Sekolah formal termasuk langgar adat yang ada adalah sekolah pertanian

yaitu ngoret, ngasek, nebang, dll. Alasannya tidak boleh hidup puas-puas

dan sudah menjadi suatu ketetapan adat harus dijalankan.

3. Apakah hukuman yang diperoleh masyarakat Baduy Dalam yang dengan

sengaja mengikuti pendidikan diluar aturan adat?

Bentuknya bisa dapat teguran dan dapat dikeluarkan dari Baduy Dalam.

4. Bagaimana model/bentuk yang sesuai dengan pendidikan menurut aturan

adat Baduy?

Bentuk belajarnya dari orang tua yaitu belajar mantra-mantra, aksara 20,

dan dengan cara lisan.

5. Bagaimana proses pembelajaran yang biasa dilakukan oleh masyarakat

Baduy Dalam?

Biasanya belajarnya secara individu tanya-tanya ke kakek dan buat baca

dan tulis saya belajar dari tamen-tamen di Baduy sama Luar Baduy jika

ikut pelatihan tidak boleh.

6. Bagaimana peranan lingkungan keluarga dalam pendidikan?

Belajarnya praktek langsung di ladang, ikut-ikut orang tua.

7. Bagaimana peranan lingkungan lembaga adat (tokoh-tokoh) dalam

pendidikan?

Page 116: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

Biasanya tokoh adat memberikan amanat-amanat ada yang tidak boleh

dilanggar dengan mengadakan razia HP, razia pakaian yang menggunakan

mesin, dll.

8. Apakah ada peranan pemerintah/swasta dalam mendukung upaya

memajukan pendidikan untuk masyarakat Baduy Dalam?

Pernah ada memberikan penyuluhun untuk kesenian asli Baduy seperti alat

musik kerinding harus pada bisa dan kembali diajarkan tapi untuk

pengajarnya orang Baduy juga. Memberikan buku dan alat tulis tapi tidak

memfasilitasi guru karena tidak boleh.

9. Apakah ada perbedaan model/bentuk pembelajaran antara masyarakat

Baduy Dalam dengan masyarakat Baduy Luar?

Secara aturan sama tetapi sudah banyak perubahan.

10. Apakah perubahan zaman berpengaruh terhadap pola pendidikan

masyarakat Baduy Dalam?

Pendidikan sama saja jika perubahan sosial ada.

11. Apakah tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat Baduy dalam

mempertahankan amanat leluhur?

Jika ingin hidup disini memang berat dan harus kuat mengikuti aturan adat

yang ada disini, kecuali punya uang banyak bisa keluar.

12. Apakah harapan kedepannya terhadap keberlangsungan kehidupan

masyarakat Baduy?

Sebenarnya lebih enak tinggal disini (Baduy Dalam), karena jika hidup

diluar rumah aja beli, huma juga beli.

Page 117: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

Tanggal Wawancara : 9 April 2017

Identitas Nara Sumber :

Nama : Ayah Sangsang

Umur : 41 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

1. Bagaimana arti/makna pendidikan menurut anda?

Pendidikan menurut saya adalah bertani, belajar bikin-bikin kerajinan.

2. Apakah pendidikan formal/sekolah benar-benar ditabukan menurut aturan

adat Baduy?

Dilarang, lebih pada mulut ke mulut, alasannya adat leluhur jika dari dulu

dilarang harus dilarang.

3. Apakah hukuman yang diperoleh masyarakat Baduy Dalam yang dengan

sengaja mengikuti pendidikan diluar aturan adat?

Diberikan pengarahan, nantinya bisa dikeluarkan jika 2 kali/ 3 kali ditegur

bisa dikeluarkan ke Baduy Luar.

4. Bagaimana model/bentuk yang sesuai dengan pendidikan menurut aturan

adat Baduy?

Bentuknya dengan cara turun-temurun dengan cara lisan dari orang tua ke

anak.

5. Bagaimana proses pembelajaran yang biasa dilakukan oleh masyarakat

Baduy Dalam?

Lisan saja, belajar dari bapaknya buat kerajinan terus lihat. Ikut ke ladang

jika tidak dari bapak dari teman juga bisa belajar.

6. Bagaimana peranan lingkungan keluarga dalam pendidikan?

Dalam keluarga diajarkan cara bertani dan belajar mantra-mantra.

7. Bagaimana peranan lingkungan lembaga adat (tokoh-tokoh) dalam

pendidikan?

Biasanya Jaro mengumpulkan anak muda rutin tiap 2/3 bulan sekali untuk

memberikan larang-larangan disini dengan cara diceritakan.

Page 118: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

8. Apakah ada peranan pemerintah/swasta dalam mendukung upaya

memajukan pendidikan untuk masyarakat Baduy Dalam?

Pernah ada tapi tidak diterima karena dilarang sama adat dan bantuan lebih

banyak beras, mie instan, dan obat-obatan.

9. Apakah ada perbedaan model/bentuk pembelajaran antara masyarakat

Baduy Dalam dengan masyarakat Baduy Luar?

Aturan adat sama cuma di Baduy Luar memiliki perbedaan.

10. Apakah perubahan zaman berpengaruh terhadap pola pendidikan

masyarakat Baduy Dalam?

Untuk di Baduy Dalam tidak banyak perubahan sedangkan di Baduy Luar

banyak perubahan.

11. Apakah tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat Baduy dalam

mempertahankan amanat leluhur?

Jika sedang gagal panen dan tidak dapat buat kerajinan susah juga, berat

tinggal di Baduy Dalam harus patuh jika sudah tidak kuat pindah saja.

12. Apakah harapan kedepannya terhadap keberlangsungan kehidupan

masyarakat Baduy?

Untuk masyarakat Baduy Dalam harus patuh sama aturan adat jika di ubah

semua nanti jadi Baduy Luar.

Page 119: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

Tanggal Wawancara : 9 April 2017

Identitas Nara Sumber :

Nama : Ayah Jamah

Umur : 27 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

1. Bagaimana arti/makna pendidikan menurut anda?

Pendidikan paling penting menanam padi, nebang, bakar, dibersihin buat

nanam padi, pisang, jagung, kacang, durian, dll.

2. Apakah pendidikan formal/sekolah benar-benar ditabukan menurut aturan

adat Baduy?

Untuk sekolah formal dilarang, budayanya lisan dan tidak boleh sama

adat.

3. Apakah hukuman yang diperoleh masyarakat Baduy Dalam yang dengan

sengaja mengikuti pendidikan diluar aturan adat?

Ditegur sama Jaro dan khusus di Baduy Dalam belum pernah ada.

4. Bagaimana model/bentuk yang sesuai dengan pendidikan menurut aturan

adat Baduy?

Sekolahnya bertani, berladang, anak-anak ikut ambil kayu.

5. Bagaimana proses pembelajaran yang biasa dilakukan oleh masyarakat

Baduy Dalam?

Belajarnya yaitu dari orang tua, teman-teman dan tidak ada guru khusus

yang dipelajari ada aksara 20 sama kolenjer.

6. Bagaimana peranan lingkungan keluarga dalam pendidikan?

Sangat penting, mendidik anak dibawah sepuluh tahun pada keluarga dan

diatas sepuluh tahun Jaro yang didik, biasanya ikut orang tua diajarkan

cara-caranya. Anak perempuan ikut ibunya sedang laki-laki sama

bapaknya.

7. Bagaimana peranan lingkungan lembaga adat (tokoh-tokoh) dalam

pendidikan?

Page 120: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of

Biasanya ngasih pendidikan tentang larangan-larangan adat, jika ada yang

melanggar akan ditegur samapai dua/tiga kali.

8. Apakah ada peranan pemerintah/swasta dalam mendukung upaya

memajukan pendidikan untuk masyarakat Baduy Dalam?

Klo dari pemerintah ada saja bantuan dan biasanya berupa sembako

sedangkan untuk pendidikn masih tidak diperbolehkan.

9. Apakah ada perbedaan model/bentuk pembelajaran antara masyarakat

Baduy Dalam dengan masyarakat Baduy Luar?

Aturan adat tentang sekolah sama, tetapi sekarang agak bebas sedikit

untuk Baduy Luar.

10. Apakah perubahan zaman berpengaruh terhadap pola pendidikan

masyarakat Baduy Dalam?

Tidak ada perubahan, perubahannya semakin banyak pegunjung yang

datang da nada pengaruhnya.

11. Apakah tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat Baduy dalam

mempertahankan amanat leluhur?

Tantagannya adalah lahan di Baduy terbatas sedangkan penduduk semakin

bertambah dan harapanyannya bisa dapat lahan di luar.

12. Apakah harapan kedepannya terhadap keberlangsungan kehidupan

masyarakat Baduy?

Harus tetap mengikuti adat disini jangan sampai berubah karena

perubahan itu pasti.

Page 121: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of
Page 122: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of
Page 123: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of
Page 124: PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BADUY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35206/2/RUDINI... · Rudini Irawan, NIM: (1111018200036), Education in the View of