pendidikan agama - materi & tugas share · web viewagama adalah suatu jenis sistem sosial...

48
Pendidikan Agama Universitas AtmaJaya Yogyakarta Tahun 2010 1

Upload: doandien

Post on 27-Mar-2018

241 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

Pendidikan Agama

Universitas AtmaJaya YogyakartaTahun 2010

1

Page 2: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

Pengalaman Religius

Keyakinan akan adanya Allah tidak lepas dri kehidupan manusia, maka kepercayaan dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman. Ada pengalaman–pengalaman tertentu yang membawa pada kepercayaan, namun ada pula pengalaman-pengalaman lain yang tidak. Pengalaman yang membawa manusia percaya kepada Allah sebagai hakekat tertinggi adalah Pengalaman religius.

Pengalaman-pengalaman religius menyangkut seluruh manusia. Apa yang di sentuh dalam pengalaman-pengalaman adalah hidup dalam arti sesungguhnya, yakni sebagai rahasia yang mempunyai akarnya dalam keseluruhan realitas. Maka pengalaman ini adalah mengenai apa yang tidak dapat dikatakan, yang merupakan dasar dari segalanya, dan sekaligus melebihi segala-galanya. Oleh karena segala-galanya dibawa oleh rahasia itu, maka pengetahuan tentangnya terdapat dimana-mana, didalam setiap pengalaman, walaupun sering kali secara anomin saja, yaitu dengan tidak sadar. Maka pengalaman hanya dapat disebut pengalaman religius jika sungguh-sungguh disadari hubungan dengan rahasia hidup itu. Memang dalam pengalaman semacam itu Allah tidak hadir sebagai objek sehingga dapat dimengerti dalam ide yang terang, akan tetapi sebagai apa yang dituju saja. Mungkin juga nama Allah tidak diberikan pada tujuan pengalaman-pengalaman itu. Cukuplah rahasia hidup dialami secara demikian sehingga dinyatakan kemutlakkan dan kekuasaannya terhadap manusia yang mengalaminya.

Macam-macam Pengalaman Religius.Ada beberapa macam pengalaman religius yang dialami oleh manusia yaitu antara lain :

1. Pengalaman Eksistensial yang dalam dirinya belum menyatakan hubungan secara langsung dengan Allah.

Contoh : pengalaman-pengalaman profan yaitu berhasil, gembira, gagal, sedih, tidak lulus, dsb.

2. Pengalaman Eksistensial yang dalam dirinya mulai mengarah kepada Allah.Contoh : pengalaman-pengalaman keterbatasan manusia yaitu : kelahiran, kehidupan, kematian, penyakit, dsb.

3. Pengalaman Eksistensial yang dalam dirinya menunjukkan hubungan yang erat antara manusia dengan Allah.Contoh: Pengalaman kehidupan beragama yaitu : doa, meditasi, dsb.

Pandangan empat filosof tentang pengalaman religius.Pengalaman- pengalaman eksistensial yang menyatakan transendensi manusia ada banyak, berikut ini akan dipaparkan empat pandangan mengenai pengalaman religius.

1. Pengalaman Eksistensiil menurut Paul Tillich.Paul Tillich menyatakan pandangannya tentang pengalaman religius dengan pengalaman takut. Dalam perasaan takut manusia kehilangan pegangan hidup, sehingga manusia menjadi tak berdaya. Dalam keadaan yang tidak berdaya dan

2

Page 3: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

mencekam tersebut manusia mengharapkan pertolongan dari luar dirinya. Pertolongan tersebut berasal dari Allah.

2. Pengalaman Eksistensiil menurut Levinas.Dalam menyatakan pandangannya tentang pengalaman religius Levinas menonjolkan pengalaman pertemuan dengan seseorang dalam cinta. Pada dasarnya manusia diciptakan saling berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, masing-masing manusia mempunyai keunikan. Perbedaan tersebut bersifat komplementer, yaitu berbeda untuk saling membuka hati, saling melengkapi, saling menyempurnakan dan saling mencintai. Menurut haklekatnya manusia terarah kepada sesuatu yang berlainan sama sekali dari dirinya sendiri yang jauh melebihi dirinya yaitu ke arah Allah. Jadi cinta manusia kepada sesamanya menjadi dasar untuk mencintai Allah.

3. Pengalaman Eksistensiil menurut Teilhard de Chardin.Teilhard de Chardin menyatakan pandangannya tentang pengalaman religius dengan teori evolusi, yaitu bertolak dari fisika dan antropologi. Dari tahap ke tahap suatu organisme dan Alfa ke Omega selalu mengalami perkembangan atau perubahan. Begitu pula organisme manusia dari tahap ke tahap selelu mengalami perubahan. Allah berada di luar organisme manusia, karena Allah adalah Alfa sekaligus Omega, yaitu Allah sebagai asal dari manusia sekaligus tujuan manusia.

4. Pengalaman Eksistensiil menurut Rudolf Otto.Rudolf Otto menyatakan pandangannya tentang pengalaman religius sebagai berikut:a. Allah dihayati sebagai transenden sekaligus Allah dihayati sebagai

Imanen.Allah yang transenden(jauh)Allah adalah misteri, manusia tidak bisa menjangkau Allah secara keseluruhan.Allah yang Imanen (dekat). Manusia merasakan karya Allah dalam kehidupan sehari-hari, maka dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari campur tangan Allah.

b. Allah dihayati sebagai mysterium tremendum sekaligus Allah dihayati sebagai mysterium fascinosum.Mysterium Tremendum, Allah dihayati sebagai misteri yang Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Dahsyat, menggetarkan dan menakutkan sehingga manusia merasa kecil dan lemah di hadapan Allah dan mengimani Allah sebagai yang Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Sempurna.Mysterium Fascinosum, Allah dihayati sebagai yang Suci, yang penuh kebaikan, belas kasihan, yang menarik, menggembirakan, membahagiakan, sehingga manusia merasakan Allah sebagai yang Maha Kasih, Maha Cinta, Maha Rahim, Maha Bijaksana, Maha Pengampun.

Dikutip dari Sumber :

3

Page 4: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

Theo Huijber,DR,1977, Filsafat Ketuhanan, Yogyakarta, Kanisius, hal. 68-71.AGAMA

Definisi Agama :Agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya

yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya.Unsur-unsur yang hendak dirangkum dalam definisi diatas sebagai berikut :

Agama disebut jenis sistem sosial.Ini hendak menjelaskan bahwa agama adalah suatu fenomena sosial, suatu peristiwa kemasyarakatan, suatu sistem sosial dapat dianalisis, karena terdiri atas suatu kompleks kaidah dan peraturan yang dibuat saling berkaitan dan terarahkan pada suatu tujuan.

Agama berpusat pada kekuatan-kekuatan non-empiris.Artinya bahwa agama itu khas berurusan dengan kekuatan dari “dunia luar” yang “dihuni” oleh kekuatan- kekuatan yang lebih tinggi dari pada kekuatan manusia dan yang dipercayai sebagai arwah, roh-roh dan roh tertinggi.

Manusia mendayagunakan kekuatan-kekuatan diatas untuk kepentingannya sendiri dan masyarakat disekitarnya. Yang dimaksud dengan kepentingan adalah keselamatan didalam dunia sekarang ini dan keselamatan di “dunia lain” yang dimasuki manusia sesudah kematian.

Thomas F.O. DEA memakai definisi yang banyak dipakai dalam teori fungsional. Agama ialah pendayagunaan sarana-sarana supra-empiris untuk maksud-maksud nonempiris atau supra-empiris.Dalam definisi tersebut diatas sangat terasa bahwa pendayagunaan sarana-sarana supra-empiris semata-mata ditujukan kepada kepentingan supra-empiris saja. Seakan-akan manusia yang beragama hanya mementingkan kebahagiaan “Akhirat” dan lupa akan kebutuhan mereka di dunia sekarang ini.Hal itu tidak sesuai dengan pengalaman. Banyak orang berdoa kepada Tuhan untuk kepentingan sehari-hari yang dirasa tidak akan tercapai hanya dengan kekuatan manusia sendiri. Misalnya menjelang ujian banyak mahasiswa berdoa untuk lulus ujian, orang sakit berdoa untuk kesembuhan.

Definisi menurut para ahli Sosiologi Agama :1. J.Milton Yinger.

Sistem kepercayaan dan praktek dimana manusioa berjaga-jaga menghadapi masalah terakhir dari hidup ini.

2. Dunlop.Sarana terakhir/intisari/bentuk kebudayaan yang menjalankan fungsi pengabdian, kepada masyarakat bilamana instansi lain gagal.

4

Page 5: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

3. Yoachim Wach.Mempunyai 3 aspek :

o Teori = Sistem kepercayaan.o Praktek = Sistem kaidah yang mengikat dan mengatur pengikutnya.o Sosiologi = Sistem perhubungan dan interaksi sosial.

4. Nicholas Luhmann.Suatu cara denagn mana suatu fungsi khas dimainkan dalam situasi evolusioner yang berubah terus menerus.

5. Rudolf Otto dan William James.Sistem perasaan serta keyakinan iman(tekanan pada segi batin).

6. E. Durkheim Sistem kelakuan sosial(tekanan pada segi lahir).

7. Robert ThoulessSuatu sikap terhadap dunia, yang menunjuk kepada suatu lingkungan yang lebih luas dari pada dunia ini yang bersifat ruang dan waktu yaitu dunia rohani.

Dikutip dari :1. Nico Syukur Dister Ofm, DR,1988, Pengalaman dan motifasi beragama,

Yogyakarta, kanisius, hlm. 17-18.2. Hendropuspito, OC,Drs,1983, sosiologi Agama, Yogyakarta Kanisius, hal. 34-35.

Jenis dan Asal Agama

Agama merupakan gejala yang boleh dikatakan universal dalam hidup manusia. Sebagian besar penghini planet bumi kita dengan berbagai latar belakang lingkungan, iklim dan budaya , menganut satu agama atau sesuatu agama.Dilihat dari jenis dan asalnya agama terdiri dari :

1. Agama Internasional (Universal).Agama Universal yaitu agama yang tumbuh dan berkembang di luar kelompok, suku atau masyarakat yang menganutnya. Agama tersebut kedalam kelompok, suku atau masyarakat tertentu melalui usaha penyebaran atau lewat pemaksaan. Agama Universal pada umumnya memiliki unsur-unsur antara lain memiliki nabi, wahyu, kitab suci, dan pengakuan sebagai agama di dunia internasional. Di Indonesia Agama yang di akui oleh pemerintah ada 5 yaitu : Islam, Hindu, Budha, Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Ke lima agama tersebut berasal dari luar Indonesia. Islam dari Arab, Agama Kristen Protestan dan katolik berasal dari yahudi, Agama Hindu dan budha dari India.

2. Agama Asli (Pribumi).Agama asli adalah agama suku atau agama pribumi yaitu agama yang berasal dari bumi sendiri, lahir, dan berkembang dalam satu kelompok, suku atau

5

Page 6: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

masyarakat tertentu. Agama asli tak terpisahkan dari adat kebiasaaan, budaya, dan cara hidup masyarakat yang menganutnya. Kebanyakan agama asli hanya dikenal di dalam lingkungan para penganutnya, tidak di luarnya. Biasanya agama itu menjadi agama keluarga atau suku. Dalam agama asli sangat terasa adanya kepercayaan akan adanya kesatuan dunia ini dengan alam gaib. Ciri utama agama asli adalah upacara yang dilakukan pada berbagai kesempatan dalam hidup ini. Karena agama asli berkaitan langsung dengan hidup yang biasa serta dunia sekelilingnya. Maka kebanyakan upacara berkaitan dengan hidup yang konkret seperti upacara mulai panen padi, upacara membuat rumah, pemberkatan desa, dan juga peristiwa- peristiwa penting dalam kehidupan seseorang seperti kelahiran, inisiasi, perkawinan, kematian, senantiasa diiringi dengan upacara khusus. Ciri lain agama-agama Asli adalah kepercayaan akan roh-roh. Roh-roh ini dipercayai memiliki kekuatan yang berbahaya atau menguntungkan, tergantung pada sikap seseorang kepadanya. Sering upacara kepada roh-roh ini jauh lebih dominan. Dalam hubungan itu menurut kacamata orang modern sering dirasakan adanya takhayul dalam kepercayaan dan upacara-upacara agama asli itu. Seluruh kekayaan agama asli ini diwariskan secara turun temurun melalui tradisi. Kebanyakan agama asli yang merupakan agama suku itu tidak memiliki kitab suci.Di Indonesia banyak terdapat agama asli, misalnya: Batak, Nias, Mentawai, Dayak, Toraja, Irian, NTT, Kejawen, Sunda, Dll.

Dikutip dari sumber:1. A.M. Hardjana, M.A., 1993, Penghayatan agama yang otentik dan tidak otentik,

kanisius, hal 9-11.2. KWI, 1996, Iman Katolik, Kanisius dan Obor, hal 168-189.

DIMENSI-DIMENSI AGAMA MENURUT NINIAN SMART (DALAM RELEGION OF ASIA)

1. Dimensi Experiensial & EmosionalSemua orang beragama pasti mempunyai pengalaman khusus tentang Tuhan (pengalaman religius ). Mereka menghayati pengalaman dalam hidup sehari- hari atau dalam ritual. Bagaimana pengalaman religius anda sendiri ? Tanpa pengalaman religius ini orang tidak akan tahan dalam agamanya, karena Tuhan dianggap tidak berperan dalam hidupnya .

2. Dimensi Praktis dan Ritual.Pengalaman religius dirayakan atau dinyatakan secara tampak , dengan upacara .Dalam - upacara ini , simbol - simbol menjadi sarana "mcnghidupkan" pengalaman religius . Dalam upacara - upacara / kebaktian, Tuhan "dihadirkan" secara rohani. Misal: Dalam liturgi sabda , Ekaristi . Sakramen- sakramen , pemberkatan . Contoh - contoh dimensi praktis & ritual : Air dipakai sebagai simbol dalam ritual semua agama. Bunga, lilin , warna .dsb .

6

Page 7: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

3. Dimensi Naratif atau Mythis.Pengalaman relicius orang - orang beragama ( tokoh-tokoh agama awal ) dibakukan datam bentuk "buku". Proses peniilisan cerita- cerita tersebut mengalami " penafsiran oleh penulis cerita itu (sesuai dengan pengalaman religius mereka).Banyak sekali contoh-contoh dimensi naratif dalam masing-masing agama misalnya : ceritera tentang nabi Nuh , ceritera tentang Ramayana dan Mahabarata ,dsb .

4. Dimensi Dokirinal & Filosoils. Pemahaman akan Tuhan berdasarkan pengalaman religius orang-orang beragama dirumuskan atau dijelaskan di dalam ajaran-ajaran,doktrin,dogma. Ajaran itu bisa mengenai ketuhanan,bentuk persekutuan ,ibadat, maupun moral. Ajaran- ajaran ini berfungsi untuk memperjelas eksistensi agama itu agar bisa dipelajan dan didalami oleh anggota- anggotanya dan orang lain yang tertarik . Contoh : Dalam masing - masing agama agama menjelaskan tentang hakekat dan peranan Allah . Dalam ajaran agama kristiani ada ajaran tentang tri tunggal yang Maha Kudus.

5. Dimensi etis dan legal.

Penghayatan hubungan dengan Tuhan menuntut realisasi dalam tindakan dan perbuatan-perbuatan dalam rangka hubungan dengan orang lain. Tindakan dan perbuatan orang beragama mengikuti norma-norma agama yang diyakini berasal dari hukum Tuhan sendiri. Maka terdapat kekhasan pola tingkah laku umat beragama sesuai dengan norma- norma agama itu.Contoh : Hampir semua agama mempunyai norma seperti : jangan membunuh, jangan mencuri, jangan berzinah, hormatilah orang tua dsb.

6. Dimensi sosial dan institusional.

Kehidupan agama-agama dibangun di dalam struktur hidup bersama. Struktur ini selaras dengan pengahayatan akan. Tuhan di dalam kebersamaan. Struktur ini berfungsi untuk mempertahankan keberadaan agama itu dan mengembangkannya. Di dalam agama Kristen persekutuan orang-orang beriman kepada Kristus (disebut GEREJA). Gereja adalah tanda dan perwujudan kehadiran Allah yang berkarya di dunia. Di dalam Islam ada Ummah, Di dalam agama Budha ada Sangha dsb. Struktur dasar ini lalu dijabarkan dalam struktur-strutur kecil untuk semakin merealisasikan karya Allah secara nyata.

7. Dimensi Material

Penghayatan akan Tuhan juga diwujudkan di dalam karya- karya yang berbentuk material. Misalnya: bangunan-rumah ibadat, karya seni, patung, tasbih dsb.* Ada bahaya bentuk- bentuk material ini "diselewengkan" menjadi berhala.

7

Page 8: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

8

Dimensi RitualKebaktian

Dimensi NaratifCerita-cerita,Kitab Suci

Dimensi DoktrinalDogma, Aiaran

Dimensi EksperiensialPengalaman Religius

Dimensi EtisPerilaku Hukum

Dimensi MaterialBangunan,

Barang-barang

Dimensi Sosial Dalam kebersamaan

Dirayakan, Di ekpresikan

DiceritakanDijelaskanDipahami

DiwujudkanPerwujudan Material

Pengorganisasian

Dikutip dari Ninian Smart, Religion of Asia.

Page 9: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

Struktur Agama.1. Segi Eksistensial.

“Penentu Keberadaan” ® Nama AgamaIman ® Tuhan diakui:

Sebagai satu-satunya realita yang disembah. Sebagai Sumber dan Penyangga hidup.

Menyangkut dan membawa dampak pada keseluruhan diri manusia yang meliputi cipta,rasa karsa, dan karya.

2. Segi Intelektual.Menjelaskan dan memahami hakekat Tuhan, diyakini keberadaan dan peranan tuhan. Dengan pemahaman, hakikat dan sifat-sifat Tuhan dimengerti dan dirumuskan dalam doktrin dan dogma-dogma agama.

3. Segi Institusional.Pelembagaan dan pembakuan, mempertahankan dan memperkembangkan agama. Iman dan pemahaman ttg tuhan dikembangkan dan diwariskan kepada generasi penerus. Misalnya : perkawinan, perkumpulan, yayasan, organisasi-organisasi keagamaan.

4. Segi Etikal.Pola hidup dan tingkah laku pemeluk agama yang merupakan perwujudan lahiriah apa yang diyakini / diimani.Manusia terdiri dari ® jasmani dan rohaniPengaturan perilaku berdasarkan iman: Terumuskan dalam : Norma-norma agama, perintah-perintah moral.

Dikutip dariAM Hardjana, 1993, Penghayatan agama yang otentik dan tidak otentik, Kanisius, hal 13-14

Fungsi Agama.1. Fungsi Edukatif.

Pengajaran.Agama diharapkan sanggup memberikan pengajaran yang otoritatif dalam hal-hal yang bersifat sakral.

Pembimbingan.Agama mempunyai pusat-pusat pendidikan keagamaan yang menekankan etika, filsafat, makna dan tujuan hidup, moral, teologi, dsb. Misalnya : asrama, seminari pondok pesantren, biara , dsb.

2. Fungsi Penyelamatan.Agama Menjalankan cara-cara yang khas untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Agama membantu manusia untuk memngenal “Yang Sakral“ ® Allah.Agama sanggup mendamaikan kembali manusia “Salah / dosa” dengan Allah – sesama dengan jalan pertobatan, pengampunan.

9

Page 10: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

3. Fungsi Pengawasan Sosial / Social Control.Agama merasa ikut bertanggung jawab atas pengawasan norma-norma moral® Norma-norma Agama.Agama meneguhkan kaidah-kaidah moral dari adat yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat ® kerja – ibadah.

4. Fungsi Profetis / Kritis.Agama berfungsi menegur / mengkritik sasaran kritik: pemerintah yang sedang berkuasa misalnya : Surat gembala kapan agama melancarkan kritik ?Pada saat rakyat tidak bebas lagi untuk memeluk agama.Pada saat terjadi pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah / negara

5. Fungsi Memupuk Persaudaraan.Intern :Melalui persekutuan, jemaat, misal: haji, PGI, KWI, PHDI, Walubi, dsb.Ekstern :Antar umat beragama, misal : Ekumene, FUB, dsb.

6. Fungsi Transformatif.Agama berfungsi untuk merubah bentuk kehidupan masyarakat.Nilai-nilai yang berbau takhayul. ® percaya pada Tuhan.Hukum balas dendam ® hukum kasih.Orang berdosa ® Orang bertobat.

Dikutip dari Hendro Puspito , Sosiologi agama

10

Page 11: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

Alasan Manusia Beragama.

1. Mendapatkan Keamanan.Dari berbagai macam gangguan seperti bencana alam : gempa, banjir, kekeringan, dan gangguan dari ulah manusia : berupa tindak kriminal.

2. Mencari Perlindungan.Hidup manusia penuh ketidak pastian dan ketidaktentuan.Manusia ® mencari perlindungan terhadap Tuhan.

3. Menemukan Penjelasan.Manusia selalu bertanya tentang hidupnya. Pertanyaan fundamental ® mendapatkan jawaban dalam agama.

4. Memperoleh Pembenaran Praktek Kehidupan.Dalam masyarakat ® Praktek hidup dengan baik dan berguna rajin bekerja.

5. Meneguhkan Tata Nilai.Jangan Mencuri ® Nilai kejujuran.

6. Memuaskan Kerinduan.Jasmani dan rohani

Dikutip dari Mangun Hardjana, Agama yang otentik dan tidak otentik, hal 14-22

11

Page 12: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

TUJUAN AGAMA

1. PERMASALAHANPada umumnya kalau orang ditanya tentang tujuan beragama kita akan

mendapatkan jawaban bahwa dengan beragama orang ingin memperoleh keselamatan atau masuk sorga. Pemahaman keselamatan atau masuk sorga biasanya dikaitkan dengan apa yang disebut kehidupan kekal sesudah kematian.

Pengalaman umum dari kehidupan beragama menampakkan adanya kesenjangan antara tujuan yang akan dicapai dalam hidup beragama dengan realitas kehidupan beragama itu sendiri (sebagai "usaha" untuk mencapai keselamatan atau masuk sorga). Hal ini nampak dari kesan bahwa hal-hal yang menyenangkan, menggembirakan dalam kehidupan beragama secara kwantitas pada umumnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan hal-hal yang membebani, menyesakkan dan yang membosankan dari kehidupan beragama. Hal-hal yang membebani, menyesakkan dalam kehiduapan beragama banyak yang bersangkut paut dengan : kewajiban berdoa dan beribadat, ajaran-ajaran yang dogmatis yang jauh dari realitas kemampuan untuk melaksanakannya, aturan-aturan agama yang mengekang manusia dalam menikmati hidup ini, pengalaman-pengalaman berdoa yang terasa kering ataupun tidak terkabulkan. Ajaran agama yang menyangkut kepentingan sorgawi kelihatan bertentangan dengan kepentingan duniawi. Pertanyaan dasar yang muncul :Bagaimana mungkin terjadi bahwa pemahaman tentang memperoleh hidup selamat atau masuk sorga itu seolah tidak sepadan dengan kesusahan dalam menghayati hidup beragama dengan menjalani ajaran, aturan agama serta menjauhi larangan-larangannya.

2. KESELAMATAN, MASUK SURGA.Keselamatan atau masuk surga sebagai tujuan hidup beragama adalah :

hidup dekat atau damai dengan Allah Sang Pencipta dan sesama. Karena yang mempunyai surga atau keselamatan itu Allah, maka kalau kita ingin hidup damai, dekat dengan Allah maka mulai dalam hidup ini kita sepantasnya "berbaikan" dengan Aliah. Allahlah yang menyelamatkan manusia. Kalau keselamatan atau surga itu hidup damai, dekat dengan Allah, maka keselamatan itu tidak hanya dapat kita peroleh nantinya dalam kehidupan kekal sesudah kematian saja tetapi juga, kalau kita mau, mulai dalam kehidupan saat ini pun kita dapat memperolehnya. Hal ini akan menjadi jelas kalau kita menerima pemaghaman ini.Allah telah membenkan atau menawarkan keselamatanNya kepada seorang manusia yaitu Sang Penerima Wahyu. Sans Penerima wahyu ini biasanya disebut Nabi atau Rasul Allah (bagi orang Kristen Sang Penerima Wahyu adalah Sang Wahyu itu sendiri yaitu Yesus Kristus). Sang manusia, vang pribadi dan hidupnva berkwalitas tinggi, dia yang dekat dan damai dengan Allah di dalam hidup sehari-harinya.

12

Page 13: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

Sang penerima wahyu ini diberi tugas untuk menyampaikan wahyu Allah kepada semua orang. Pada saat awal penyampaian dilaksanakan kepada sahabat-sahabat dekatnya. Para sahabat ini diajak dan diajari oleh sang penerima wahyu untuk bersama dengan-Nya hidup yang baik dan pantas dihadapan Allah, hidup dekat dan damai dengan Allah. Sahabat-sahabat sang penerima wahyu ini selanjutnya menyampaikan wahyu kepada orang lain. Dari generasi ke generasi akhimya wahyu Allah ini sampai kepada kita dalam bentuk kitab suci dan dalam bentuk ajaran-ajaran mengenai hidup yang baik dan pantas dihadapan Allah serta didalam larangan-larangan jangan sampai manusia melakukan sesuatu sehingga manusia jauh dan Allah. Tata cara hidup yang pantas dan baik dihadapan Allah yang bersumberkan pada wahyu Allah inilah yang saat ini disebut Agama. Ajaran dan aturan agama berperan sebagai tuntunan untuk memperoleh keselamatan atau untuk masuk sorga, sedangkan larangan-larangan agama berperanan sebagai peringatan (yang mengingatkan) bagi manusia : kalau melanggar larangan itu manusia akan jauh dari Allah, tidak selamat, akan jauh dari masuk sorga. Kalau pemahaman ini diterima maka agama bukan hanya sebagai pegangan hidup, bukan hanya sebagai sarana untuk mencapai sorga, tetapi juga (malahan pertama-tama) sebagai wahana untuk mengalami, menghidupi, mewujudkan sorga didalam hidup saat ini yang menuju ke kehidupan sorga kekal sesudah kematian.

Bagi kita saat ini, kalau kita mengikuti suatu agama berarti kita mengiyakan, mengamini wahyu Allah, kedamaian dengan Allah yang dulu telah diterima oleh sang penerima wahyu. Maka kalau kita mau, dalam menghayati hidup beragama dengan menjalani ajaran dan aturan agama serta menjaiihi larangan-larangannya kita sudah selamat, sudah masuk sorga. Dengan kata lain; menghayati hidup beragama adalah mewujudkan dan mengembangkan hidup Selamat atau hidup sorgawi di dunia ini, dan besok sesudah mati minimum keselamatan yang kekal abadi. Kalau keselamatan, hidup dekat damai dengan Allah itu juga mulai bisa dihidupi dalam hidup saat ini, dan keselamatan ini menjadi tujuan dasar dan tujuan akhir dari seluruh kehidupan manusia maka kiranya mereka yang mencita-citakan hidup sorgawi akan secara terus menerus, tanpa putus-putus mewujudkan dan mengembangkan hidup sorgawi ini. Kepentingan duniawi yang bertentangan dengan kepentingan hidup sorgawi biasanya hanyalah kepentingan duniawi yang menjauhkan manusia dari Allah. Dari sekian banyak kepentingan duniawi temyata banyak pula yang sejalan dengan kepentingan sorgawi (mis : seksualitas dalam . perkawinan, semua agama menerima bahwa lembaga perkawinan itu sebagai sesuatu yang sakral).

Allah adalah Allah sang pencipta, Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, Allah yang mengasihi dan menyayangi ciptaanNya. Kalau orang beragama itu adalah orang yang ingin dan sudah damai dengan Allah, maka orang beragama itu akan mengasihi Allah dan juga mengasihi semua ciptaan Allah. Orang beragama dan beriman akan menjadi pengasih Allah, pengasih sesama manusia dan penyayang alam raya ini (ciptaan Allah). Allah dalam

13

Page 14: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

mengasihi manusia ciptaanNya sangat nampak dimana Allah berkehendak menyelamatkan manusia khususnya mereka yang menderita kemiskinan : miskin ekonomis. miskin kesehatan, miskin pendidikan, miskin hak asasi manusia, miskin rohani, dsb

Dikutip dari :Padmowardoyo, SJ, Ing, Drs, Alb. Diktat Kuliah, tahun1997.

UNSUR-UNSUR PENGHAMBAT DALAM MENGHAYATI AGAMA

1. Fanatisme. Menonjolkan agamanya sendiri dan menghina agama lain, serta mengurangi hak hidup penganut agama lain.

2. Takhyul.Kepercayaan berlebihan terhadap benda atau acara tertentu, guna mendapatkan bantuan dari Tuhan.

3. Fatalisme.Sikap mudah menyerah kepada nasib, karena nasib dianggap sebagai sesuatu yang telah ditakdirkan Tuhan.

4. Indiferentisme.Pandangan yang beranggapan bahwa semua agama sama saja, sama manfaatnya, sama benamya.

5. Sinkretisme.Usaha niencampuradukkan/mempersatukan beberapa agama menjadi satu

kesatuan sehingga menghasilkan agama baru.6. Magis.

•. Ilmu Sihir• Tidak berpusat pada Tuhan, melamkan pada manusia.• Sifatnya egsentris.

Dikutip dari :Mangun Hardjana,MA,1993, Penghayatan Agama Yang Otentik dan Tidak Otentik, Yogyakarta, Kanisius, hal.103-110.

PENGETAHUAN AKAN ALLAHDalam masyarakat Pancasila semua orang mengetahui mengenai Allah. Akan

tetapi harus segera dikatakan bahwa pengetahuan mereka amat berbeda-beda, menurut agama yang berbeda-beda pula. Bahkan dalam yang sama, misalnya dalam agama Kristen, juga ada pandangan yang berbeda-beda. Sementara itu sulit diketahui dari mana orang mendapat pengetahuannya akan Allah. Tentu hal itu terjadi karena pengaruh lingkungan, entah keluarga, entah pengalaman hidup dan perjumpaan dengan

14

Page 15: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

orang lain juga mempengaruhi pengetahuan tersebut. Namun yang paling menentukan adalah sikap hati. Bahkan harus dikatakan bahwa Allah dikepala manusia sering tidak sama dengan Allah dihatinya. Pengetahuan akan Allah tidak sama dengan pengetahuan akan matematika atau teknik. Pengetahuan akan Allah adalah pengalaman hidup, yang tidak terbatas pada satu saat saja, melainkan ditentukan oleh pengalaman hidup seluruhnya. Apa yang dialami dalam perkembangan hidup dan dalam pergaulan dengan orang lain, semua itu mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang akan Allah. Kiranya perlu dibedakan juga taraf pengolahan masing-masing orang. Yang satu menerima begitu saja apa yang didengar atau dibacanya, yang lain mengolahnya dalam pengetahuan. Oleh karena itu, harus dikatakan bahwa setiap orang mempunyai pengetahuan sendiri, kendatipun semua memakai kata-kata yang sama bila mereka berbicara mengenai Allah.

a. Wahyu Allah. Manusia dapat mencapai pengetahuan tentang Tuhan karena Wahyu

Tuhan. Wahyu tentang Tuhan termuat dalam Kitab Suci. Dalam Dei Verbum 2 dikatakan bahwa : "Allah berkenan mewahyukan diriNya. Dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan dengan kelimpahan Cinta KasihNya menyapa manusia sebagai sahabat-Nya dan bergaul dengan mereka, untuk mengundang mereka ke dalam persekutuan dengan diri-Nya dan menyambut mereka di dalamnya".

Allah menyatakan diri kepada manusia dalam pertemuan pribadi. Dalam pertemuan itu Allah tidak hanya memperkenalkan diriNya saja tetapi juga menyingkapkan kepada manusia rencana keselamatanNya. Wahyu Allah bukan informasi, melainkan komunikasi yang mengundang partisipasi. Manusia diajak bertemu dengan Allah dan hidup dalam kesatuan denganNya. Hubungan pribadi dengan Allah itulah intisari wahyu. Dan itu terjadi bertahap-tahap, langkah demi langkah.

b. Pengalaman Iman.Pengalaman iman pada hakekatnya berarti bahwa manusia mengakui

hidupnya sendiri sebagai pemberian dari Allah. Dengan mengakui hidup sebagai pemberian dari Allah, ia mengakui Allah sebagai "pemberi hidup". Pengalaman ini terjadi dalam kehidupan manusia ditengah-tengah dunia. Dalam pengalaman ini manusia mengalami dirinya sebagai makhluk yang sangat terbatas, yang tidak berdaya bahkan bukan apa-apa dihadapan yang Illahi, Allah yang menyentuhnya. Allah itulah segala-galanya, dasar dan sumber hidupnya, seluruh keberadaannya.Dalam keterbatasannya manusia merasa ditarik dan terpesona oleh yang Illahi, yang tak terbatas, bahkan merasa ada ikatan dengan yang tak terbatas itu, entah dalam bentuk apa.

Memandang hidup sebagai pemberian merupakan penafsiran yang secara positif mengartikan hidup sebagai sesuatu yang pantas disyukuri, sebagai anugerah yang menggembirakan. Sikap positif terhadap hidup ini

15

Page 16: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

adalah suatu "plihan", suatu sikap yang diambil manusia dengan bebas. Pilihan bebas ini tentu amat dipengaruhi oleh pengalaman hidup sendiri. Pengalaman yang membahagiakan kiranya mudah mendorong manusia kearah positif terhadap hidup. Sedangkan pengalaman kegagalan dan kekecewaan dapat mcmbawa orang kepada keputusasaan dan pemberontakan terhadap hidup. Namun tidak jarang terjadi bahwa justru kesulitan dan perjuangan hidup membuat orang semakin sadar akan keterbatasannya dan mengarahkan hatinya kepada Dia yang diakui sebagai sumber hidup. Juga dalam sengsara dan penderitaan, manusia tetap bebas mengambil sikap positip terhadap hidup. Sikap ini mungkin lebih religius sifatnya dari pada sikap yang lahir dari kegembiraan yang dangkal. Sebab hanya kalau manusia dapat menerima hidup sebagai pemberian, secara implisit ia juga mengakui sang pemberi hidup.

Dengan berefleksi atas pengalamannya sendiri manusia harus mengakui bahwa ia memang mempunyai hidup, tetapi ia tidak berkuasa atas hidupnya sendiri. Banyak situasi hidup membuat manusia sadar bahwa ia tidak berkuasa atas hidupnya sendiri.

Tetapi manusia tidak hanya "menemukan" hidupnya. la menerimanya sebagai hidupnya sendiri. Oleh karena itu 12 juga mengembangkan dan mengarahkan hidup yang diterimanya. Manusia mengembangkan diri dan dunia sekitamya. Dalam usaha itu ia mengikuti hati nurani atau suara hati. Hati nurani itu bukanlah perintah atau peraturan untuk pekerjaan manusia. Hati nurani adalah kesadaran akan kewajiban dalam mengembangkan hidup. Manusia sadar akan kewajibannya dan akan tuntutan hidup terhadap tindakan yang konkret. la terikat pada arah hidupnya dan dalam tindakan yang konkret. la terikat pada arah hidupnya dan dalam tindakan yang konkret (secara implisit) ia mengakui arah hidupnya itu. Perbuatan yang bertanggung jawab berarti perbuatan yang taat kepada tuntutan hidup. Pada dasamya hati nurani berarti ketaatan kepada hidup sendiri, maka refleksi atas hidup tidak hanya menyangkut persoalan "dari mana" asalnya, tetapi juga "kemana" arahnya. Keduanya menunjuk kepada sesuatu yang mengatasi diri manusia sendiri.

Manusia mengalami hidupnya sendiri dalam keterarahan kepada kepenuhan, yang disebut Allah. Disitu setiap orang menyadari kehadiran Allah, bukan sebagai obyek, melainkan sebagai jawaban terakhir bagi hidup sendiri.

PENGERTIAN IMANSejauh dilihat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan diri kepada

manusia, wahyu merupakan pertemuan Allah dan manusia. Dilihat dari pihak manusia yang menanggapi wahyu dan menyerahkan diri kepada Allah, iman adalah pertemuan yang sama. Dalan Dei Verbum 5 :

16

Page 17: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

"Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikianlah manusia dengan bcbas menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang memwahyukan. dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran. wahyii yang dikaruniakan oleh-Nya. "

Dalam Agama iman berarti kepercayaan kepada Allah. Iman berarti mengandalkan diri kepada Allah. Iman berarti merasa teguh, kuat kokoh, tak tergoyahkan, mantap dan tak tergoncangkan pada Allah sebagai andalan hidup. Iman tak hanya mengakui adanya Allah, tetapi ada "dampak" baiknya pada diri hidup kita. Iman mengakui ada kekurangan pada diri sendiri dan kelebihan pada Allah. Dengan iman itu diyakini bahwa Allah yang berlebih itu akan mencukupkan kekurangan diri kita.Ciri-ciri kedewasaan iman :

Menerima diri sendiri dan sesama apa adanya. Berani menghadapi hidup yang nyata dan tidak lari dari kenyataan/kesulitan Berani mengambil keputusan dan menerima resiko dari keputusan yang telah

diambil. Matang emosi dapat mengendalikan diri. Matang seksual Mempunyai pegangan hidup Bersikap terbuka Dapat bekerja sama Bekerja bukan karena diperintah/takut, melainkan karena demi memuliakan

Allah dan perkembangan hidupnya.Iman = Inti AgamaEkspresi agama tampak dalam :

Persekutuan. Pewartaan. Liturgi. Pelayanan

Unsur-unsur Iman :1. Iman adalah anugerah2. Iman adalah keputusan3. Iman adalah keterlibatan4. Iman tak pernah selesai

Bentuk-bentuk pemujaan berhala :1. Ilmu dan teknologi2. Seks3. Konsumerisme

Pemujaan Berhala : Memuja berhala : mengakui dan menerima segala sesuatu yang bukan Tuhan

sebagai penyelamat hidup, sebagai Tuhan.

17

Page 18: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

Bentuk-bentuknya : Lama : batu, pohon, tempat dan manusia ajaib (dukun, tukang sihir, raja)Baru : Iptek, seks, konsumerisme.

Ilmu dan teknologi.Iptek dapat menjadi berhala karena dapat menjelaskan segala perkara, masalah hidup dan memenuhi harapan manusia. Maka iptek dijadikan dewa dan manusia tidak memerlukan Tuhan.

SeksMenjadi berhala karena seks dijadikan :• komoditi yang diperjualbelikan• dijadikan dewa yang disembah dan dipuja• dianggap obat segala penyakit dan masalah hidup

Konsumerisme.• Sikap dan dorongan untuk memakan dan menghabiskan produk-produk yang

ditawarkan.• Tujuannya untuk mendapatkan kebahagiaan dan ridak dicap sebagai orang kuno/keiinggalan jaman. Maka tujuan utamanya menikmati produk sebanyak mungkin, Hedonisme : sikap dan dorongan untuk mendapat kenikmatan lewat pemanfaatan segala yang dikira mendatangkan kenikmatan (makan, Minum, seks)

PENGHAYATAN IMAN

Iman Ekstrinsik : Iman yang tidak menyatu dengan pribadi orang yang beragama, tidak

mempengaruhi seluruhkehidupannya dan dipergunakan untuk kepentingan pnbadi.

Menganut agama untuk mendapatkan :• Pemenuhan psikologi.• Cap yang baik.• Kesejahteraan dan kemakmuran hidup.• Tempat, kedudukan dan status dalam masyarakat

Menganut hidup terkotak dua :• Hidup agama dan hidup di dunia• Moral dan ekonorru• Hidup pribadi dan hidup bermasyarakat.

Tidak beriman kepada Tuhan tetapi, memanfaatkan Tuhan, mencari keuntungan dari agama.

Cenderung bergaya massa : melakukan kegiatan agama untuk melindungi kepentingan kelompok (ekonomi, sosial/politik).

Iman yang tidak menyatu dengan pribadi orang yang beragama. Menganut agama karena :

• hendak mendapatkan pemenuhan psikologis• ingin menampilkan dirinya yang baik

18

Page 19: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

• dorongan ekonomis• untuk mendapatkan tempat, kedudukan dan status dalam masyarakat.

Iman Instrisik : Memeluk agama sampai pada penghayatan iman sehingga agama dipengaruhi

seluruh kehidupannya. Iman menjadi norma hidup yang paling utama. Menyatukan dan menyeimbangkan : Hidup agama dan hidup di dunia. Moral

dan ekonomi, hidup pribadi dan hidup masyarakat. Tampil sebagai manusia yang berpendidikan dan penuh tanggungjawab. Menghayati agama tanpa syarat. Cenderung bergaya murid : menjalani hidup dengan sikap murid, mau belajar,

mau maju, mau taat dan mau berkurban. Memeluk agama dengan menghayati iman, sampai ke lubuk hati. Iman menjadi norma hidup mereka yang paling utama

Dikutip dari Sumber:1. KWI, 1996, Iman Katolik, Yogyakarta. Kanisius dan Obor, hal. 119-127.2. Harjana, AM, MA, 1993, Penghayatan Agama yang Otentik dan Tidak Otentik, Yogyakarta, Kanisius, hal. 55-70.

GAMBARAN TENTANG ALLAH.

Pengertian Gambar Allah.Yang dimaksud dengan gambar Allah bukan patung, lukisan atau foto. Gambar

Allah adalah apa saja yang dibayangkan dan dipikirkan tentang Allah dan yang dikira berlaku sebagai pemyataan yang benar daripada Nya. Dengan kata lain, gambar Allah tidak lain dari pada pengertian tentang Allah, yang merupakan jawaban atas pertanyaan : Siapakah Allah sebenamya ?.

Manusia beragama sampai pada pengetahuan tentang Allah lewat ajaran agama, pemikiran dan pengalaman hidup. Karena itu bayangan dan gambaran yang tertangkap orang tentang sosok Tuhan berbeda-beda. Gambaran tentang Allah yang diperoleh lewat ajaran resmi agama, dijabarkan dari krtab suci dan penafsiran para pengikutNya. Gambaran tentang Allah yang diperoleh dari ajaran tidak sama. Karena ajaran tentang Tuhan berbeda-beda, gambaran itu berkembang dari zaman ke zaman.

Gambaran tentang Allah berdasarkan pengalaman dapat sangat pribadi dan khas. Pengalaman pribadi tentang Tuhan yang pribadi bermacam-macam, karena pengalaman masing-masing orang berbeda. Orang yang mengalami kebaikan Tuhan akan menggambarkan Tuhan sebagai maha baik. Orang yang mengalami Tuhan yang menolongnya dari penderitaan dan malapetaka, akan mempunyai gambaran Allah sebagai penolong. Gambaran tentang Tuhan dalam sekelompok tertentu dipengaruhi oleh kebudayaannya. Dalam kebudayaan gembala, Tuhan disebut yang maha Tinggi.

19

Page 20: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

Dalam kebudayaan tani, Tuhan disebut yang memberi hidup, yang merangkum dunia, yang maha murah.

Dengan demikian gambaran tentang Tuhan itu relatif dan tergantung dan sumber pengetahuan tentangNya, masing-masing orang dan kebudayaan masyarakatnya. Ada tida gambaran tentang Tuhan secara umum :1. Tuhan Ideal.

Gambaran tentang Tuhan yang disimpulkan dari Kitab Suci, yang dilakukan secara lengkap dan benar.

2. Tuhan Real.Gambaran tentang Tuhan sebagaimana ada dalam benak orang, yang diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi dalam hubungan dengan Tuhan.

3. Tuhan meniinit para filsof.Merupakan hasil pemikiran para filsof.

Antroponiorfisme. Cara penggambaran manusia tentang Tuhan berdasarkan pengalamannya

sebagai manusia. Manusia menggambarkan Tuhan dengan menggunakan unsur-unsur cara

berpikjr dan berperilaku rnamisia. Berfungsi untuk menjelaskan pengetahuan tentang Tuhan yang sulit diterangkan

dengan kata-kata. Bahayanya :

• Tuhan disamakan dengan manusia dalam cara berpikir dan berperilaku • Manusin dianggap wakil Tuhan.

Membicarakan Tuhan : Afirmatif:

• Tuhan itu baik.• Cenderung antropomorfisme.

Negasi/penyangkalan :Tuhan itu baik, tetapi baiknya Tuhan tidak sama dengan baiknya manusia yang berselubung pamrih.

Supereminesia/Maha : Tuhan itu maha baik.

PAHAM TENTANG ALLAH DALAM AGAMA. Paham tentang Tuhan :1. Monoteisme/Monoteistis.

• Allah, Tuhan itu hanya satu, tak ada Allah selain Allah, dan tak ada Tuhan selain Tuhan.

• Tuhan itu transenden, mengatasi segala yang ada, karena corak keberadaanNya.

20

Page 21: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

• Tuhan itu sekaligus imanen, ada dalam segala yang ada karena memberi keberadaan kepada segala yang ada.

2. Politeisme/Polileistis.Mengimani dan memuja banyak Tuhan, banyak dewa. Beberapa pendapat

tentang politeisme :• Politeisme merupakan awal keyakinan agama, yang berkembang dan memuncak pada monoteisme. Maka agama politeisme dianggap sebagai agama yang lebih prurutifdari pada monoteisme.• Menurut studi agama (kelompok histonko fenomenologis), monoteisme merupakan paham awal dan asli vang berkembang menjadi paham politeisme.

Faktor utama yang membawa perubahan pandangan tentang Tuhan dari monoteisme menjadi politeisme adalah "perubahan cara hidup dan budaya" :

Nomadis/Pengembara : Peranan Ti-han menjadi sentral. Pastoral/Gembala :

• Peranan Tuhan kalah dari kekuaian-kekuatan langit.• Kekuatan-kekuatan langit diserp.bah dan dipuja sebagai dewa-dewi.• Bila dewa-dewi tidak mampu n-.embantu, mereka menghadap lagi kepada

Tuhan.

Dikutip dari sumber:1. Hardjana, AM, MA, 1993, Penghayatan Agama yang Otentik dan Tidak Otentik, Yogyakarta, Kanisius, Hal. 23-27.2. Huibers Theo, 1977, Filsafat Ketuhanan, Yogyakarta, Kanisius, hal. 207-208.

KITAB SUCIPengantar.

Kitab Suci disebut suci karena Kitab Suci berisi wahyu Tuhan. Kitab Suci merupakan kitab iman karena Kitab Suci berisi pengalaman iman

umat tertentu.

21

Page 22: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

Kitab Suci lahir di negeri dimana agama yang bersangkutan berasal. Dalam bentuk asiinya semua Kitab Suci mempergunakan bahasa yang

dipergunakan dalam negeri tempat Kitab Suci berasal. Untuk memasyarakatkan Kitab Suci, Kitab Suci djteijemahkan ke dalam bahasa

yang dikuasai para pengarutnya. Agar isi Kitab Suci dimengerti dan dilaksanakan dalam kehidupan, Kitab Suci

perlu dipelajari. Untuk mempelajari Kitab Suci secara benar membutuhkan pendamping (ahli

Alkitab).

Kitab Suci = Wahyu Tuhan.• Mempunvai "kewibawaan" sebagai pegangan hidup, sumber ajaran etis, moral

dan agama• Dipengaruhi dalam upacara-upacara keagamaan.• Umat sangat menghormati Kitab Suci.

Sikap Terhndap Kitab Suci.1. Legalisme.

• Kitab Suci berisi hukum agama, kumpulan hukum agama.• Hidup beragama (ibadat, etika, moral) sama dengan melaksanakan hukum agama. " Hidup keagamaannya menjadu minimalis (yang penting melaksanakan hukum dan tidak mempersoalkan mutu atau peningkatan hidup).• Kelihatannya "pasti dan aman" •Bahayanya :

• Hidup keagamaannya menjadi tegang karena pikirannya dipenuhi dengan perintah dan larangan agama, serta pertimbangan untuk mendapat pahala dan menghindari hukuman.• Cenderung mencari aman dan menjadi pasif, malas dan gampang menunda, karena terlalu memikirkan selesainva persoalan dari segi hukum.• Senang tidak terlibat. dalam masyarakat, karena tidak semua hal diatur dalam hukum dan banya'K masalah yang sulit diatasi dengan hukum.

2. Literalisme.• Memahami isi kitab Suci berdasarkan arti kata dan kalimat yang tertulis, seperti

apa adanya.• Menerima dan setia terhadap Kitab Suci, karena Kitab Suci berasal dari Tuhan dan mustahil ada kesalahan.• Penafsiran yang benar ?.dalah psnafsiran huruf per huruf. • Penafsiran literalistis :

• Menjadikan teks Kitab Suci sebagai sumber kewibawaan dalam ajaran, moral dan praktek keagamaan.• Memberikan pedoman dalam menilai mana yang benar dan yang salah, yang baik dan jahat.

22

Page 23: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

• Memberi pedoman untuk menilai penganut agama yang setia dan yang tidak setia.

• Membuat penganut agama sibuk dengan pengertian Kitab Suci, sehingga mengabaikan maksud dan semaneat terdalam dari Kitab Suci.

• Secara lahir hidup menurut Kitab Suci, tetapi secara batin jauh dari maksud Kitab Suci.3. Demitologisme.

Membersihkan Kitab Suci dari unsur cerita dan dongenenya untuk menemukan pesan aslinya.

Pembersihan itu meliputi : kata-kata khas, ungkapan-ungkapan khusus, bentuk-bentuk sastra unik, peristiwa-penstiwa fiktif unaginer : diganti dengan istilah ungkapan dan gaya bahasa yang "ngetrend".

Bahayanya:o Hasil penafsiran Kitab Suci mempersempit dan membatasi isi Kitab

Suci karena penafsir mernpunyai ketsrbatasan pengetahuan dan secara kultural dibatasi oleh budaya dan semangat jamannya.

o Sikap ekstrem yang tidak tepat untuk menafsirkan Kitab Suci.4. Egoisme.

Memahami Kitab Suci dari dirinya sendiri, terlepas dari iman dan Kitab Suci. Alasannya :

o Tidak percaya bahwa Tuhan dapat diketahui manusia lewat Kitab Suci.o Menyadari bahwa Kitab Suci sebagai sumber kewibawaan dalam

ajaran dan moral. Memanfaatkan Kitab Suci sebagai dukungan, bukti kebenaran dari pemikiran,

gagasan dan ide mereka, supaya pemikiran dan gagasan mereka tetap berwibawa, diterima dan kuat untuk dipertahankan (=menggunakan Kitab Suci untuk kepentingan pribadi).

Metode yang dipakai :o Membaca dan menafsirkan Kitab Suci.o Merumuskan gagasan-gagasan.

Sikap positif terhadap Kitab Suci : Kitab Suci bukanlah bukti kebenaran untuk gagasan-gagasan manusia, juga

bukan buku laporan. Gagasan-gagasan manusia menjadi benar karena berimam dan berinspirasi dari

Kitab Suci. Kitab Suci dijunjung Tinggi Sarana/sumber pengajaran agama Sarana mengenal Tuhan.

Kitab Suci mengandung ajaran-ajaran agama dalam bentuk:

23

Page 24: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

1. Uraian (deskriptif)2. Penjelasan (eksplanatif) 3. Penggelaran (demonstratif)4. Percontohan (eksemplaris)5. Pengarahan, petunjuk, perintah (preskriptif)

Catatan penting :1. Menafsir Kitab Suci penting, tapi hasilnya masih terbatas pada pengetahuan, tahu isi dan kehendakTuhan dalam teks yang ditafsirkan.2. Penafsiran perlu dilanjutkan dengan meresapkan isi teks lewat doa dan renungan sehingga mempengaruhi hari,jiwa dan perilaku 3. Mengerti ajaran dari Kitab Suci secara luas dalam konteks kehendak Tuhan, tidak berhenti pada ajaran agama.4. Orang beriman perlu menemukan cara membaca dan menafsir Kitab Suci secara benar.

Bagaimana sikap kita Jalani nienghayati Kitab Suci ?1. Mengimani Kitab Suci sebagai Sabda Allah2. Dengan sabda Allah, maka kita merasa disapa oleh Allah.3. Sehingga Kitab Suci menjadi pedoman hidup kita.4. Menafsirkan Kitab Suci dan mencari relevansinya dalam situasi dan kondisi kita sekarang.5. Mengamalkan/melaksanakan dalam hidup kita sehari-hari.

Dikutip dari sumber :I Hardjana, AM, MA, 1993, Penghayaran Agama yang Otentik dan Tidak Otentik, Yogyakarta, Kanisius, I' Hal.39-53.

AGAMA DAN KONFLIK SOSIAL.Agama merupakan sarana atau bentuk sosial penghayatan iman kepada Allah.

Semua agama didunia mempunyai tujuan yang sama, yaitu menuju pada persatuan dengan Allah yang satu dan sama. Walaupun semua agama mempunyai tujuan yang sama, namun dalam tata cara.dan pelaksanaannya ber-beda. Perbedaan-perbedaan itulah yang menyebabkan konflik sosial.Dalam pembicaraan ini akan dibahas beberapa bentuk konflik susial yang bersumber pada agama.

24

Page 25: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

1. Perbedaan doktrin dan sikap mental.Perbedaan doktrin de fakto menimbulkan bentrokan tidak penu kita persoalkan,

tetapi kita mene-rimanya sebagai fakta dan mencoba untuk memahami, dan mengambil hikmahnya. Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab utama dari benturan itu. Entah sadar atau tidak setiap pihak mempunya gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, mem-berikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya.

Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan agama lawan dinilai menurut patokan itu. Karena setiap penganut agama mempunyai kayakinan bahwa agamanya memiliki ajaran yang paling benar. Maka mereka menjadi sombong, merasa lebih tinggi dari pada semua pemeluk agama yang lain. Dalam asap kesombongannya mereka merasa tahu lebih tepat mengenai rahasia dunia akhirat dan memastikan din akan masuk surga, sedangkan penganut agama lain akan rnasuk neraka. Kesombongan khayal itu melahirkan sikap memandang rendah pemeluk agama lain. Dengan kaca mata superior si penyombong itu memandang segala sesuatu yang ada pada agama lain serba bodoh dan serba salah, baik ajarannya, ibadatnya, maupun tingkah lakunya di dalam masyarakat, bahkan sampai pada hal-hal yang sepele seperti pakaian, cara berpikir, cara berbicara. Keseluruhan kompleks kejiwaan jenis itu disebut juga dengan istilah "prasanyka". Karena tiap-tiap golongan agama mempunyai sikap yang demikian itu, maka di dalam suatu masyarakat dimana ada banyak agama, ter-bentuk suatu supra struktur khayal yang dikuasai oleh sikap-sikap sombong, penghinaan melawan penghinaan, prasangka lawan prasangka, kesemuanya seperti bangunan-bangunan kosong didirikan atas landasan emosional. Kesombongan yang sejati tidak memungkinkan orane yang dikuasainya ber-sedia mengampuni orang lain yang dianggap salah atau berbuat yang tidak cocok dengan kerangka khayalnya. Sikap fanatik seseorang dapat mengagumkan anggota kelompoknya, tetapi dapat deskriptif bagi kelompok lain. Hal ini memang senng terjadi dalam masyarakat dengan agama heterogen, dimana kelompok luar menjadi korban. Seorang heterogen, dimana kelompok luar menjadi korban. Seorang fanatikus yang tertutup dalam dunia kecilnya sendiri tidak dapat melihat kebenaran eksistensial ini bahwa manusia juga manusia beragama wahyu tidak pemah memiliki kebenaran selengkapnya dari apapun juga yang ditangkapnya dengan otak, apalagi mengenai kebenaran supra empiris (masalah iman). Baginya adalah sulit untuk menyadari bahwa agama lainpun memiliki kebenaran walaupun tidak lengkap. Seorany fanatikus akaii dapat inenyubah diri menjadi orang bijak dan toleran pada saat ia dapat merelativir pendiriannya. Kalai; ia dapat melepaskan pendiriannya yang salah, bahwa apa yang benar bagi saya adalah salah bagi orang lain, apa yang suci bagi saya adalah dosa bagi orang lain dsb.

2. Perbedaan Suku dan Ras pemeluk agama.

25

Page 26: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama pada umumnya menjadi penyebab perpecahan antar umat manusia. Bahwa faktor ras itu sendiri terlepas dari agama sudah membuktikan bertambahnya permusuhan dan. pencarian jalan keluamya, Jan kesemuanya itu menjadi bahan menank dalam diskusi ilmiah maupun dalam kalangan kaum politisi, adalah merupakan masalah yang tetap aktual. Contoh konkret perpecahan yang disebabkan perbedaan ras, suku, dan agama (sara) di Indonesia sangat banyak, bahkan sampai sekarang ini.

3. Perbedaan Tingkat Kebudayaan.Agama merupakan bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan

membuktikan bahwa tingkat kemajuan budaya berbagai bangsa di dunia ini tidak sama. Agama merupakan motor penting dalam usaha manusia menciptakan tangga-tangga kemajuan. Dari asumsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya ketegangan antara bangsa yang berbudaya tinggi dan bangsa yang berbudaya masih rendah yang dialami dunia dari masa lampau hingga sekarang ini tidak dapat dilepaskan dari pertanggungjawaban agama-agarna yang dianut oletr bangsa-bangsa yang bersangkutan.

Keterlibatan agama-agama dalam hal tanggung jawab atas masalah tersebut tidak terelakkan, bila kita berpegangan pada asumsi bahwa illusi keunggulan ras sebagai faktor penyebab kemajuan kebudayaan tidak dapat kita terima. Dan lagi bahwa faktor-faktor geogragis dan klimatologis berdasar-kan alasan metodologis tidak diperhrtungkan sebagai penyebab perbedaan kebudayaan bangsa-bangsa. Maka tinggal satu faktor yang ikut bertanggungjawab atas kejadian yang pincang itu yaitu agama. Demikianlah agama merupakan motor dan promotor penting bagi pembudayaan manusia.

4. Masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.Secara umum sudah diketahui bahwa agama-agama yang besar di dunia

ini tidak mempunyai penganut yang sama besamya, misalnya : negara Eropa barat, Amerika Selatan dan Amerika Utara mempunyai penduduk mayoritas beragama Kristen (baik protestan maupun Katolik). Sedangkan diluar negara-negara tersebut penganut agama Kristen hanya merupakan minoritas, kecuali di Filipina dan Australia.

Dampak hubungan mayoritas minoritas pada tingkat intemasional kurang terasa dari pada tingkat nasional. Hal ini mudah dipahami karena kepentingan yang berbeda-beda pada tempat dan saat yang sama mudah menimbulkan benturan antara golongan yang berkepentingan. Kejadian yang tidak diinginkan itu terasa benar di Indonesia bukan saja Secara fisik tetapi juga secara bathin yang dialami golongan minorotas di daerah-daerah dimana mayoritas penduduknya menganut agama tertentu.

Untuk Indonesia harus diakui bahwa agama sebagai sumber perselisihan secara prinsip sudah dibendung oleh Pancasila sebagai haluan negara serta Undang-undang Dasar 1945. Setiap warga negara diberi kebebasan menganut agama yang dipilihnya dan diberi hak untuk melaksanakannya baik sendiri maupun bersama-sama, bahkan untuk menyebarluaskannya. Namun akibat dari

26

Page 27: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

kelemahan dan keterbatasan manusia, pelaksanaan tidak selalu sesuai dengan prinsipnya. Sifat-sifat negatif mayoritas muncul bukan hanya dibidang politik, tetapi juga dalam bidang keagamaan. Dilain pihak minoritas bukan hanya menjadi korban tetapi tidak jarang juga menjadi penyebab dari timbulnya perbenturan.

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

l. Kerukunan Sebagai Tugas Setiap Agama.Kerukunan sendiri belum merupakan nilai terakhir, tetapi baru merupakan suatu

sarana yang harus ada untuk mencapai tujuan lebih jauh yaitu situasi aman dan damai. Situasi ini amat dibutuhkan semua pihak dalam masyarakat untuk memungkinkan penciptaan nilai-nilai spiritual dan material yang sama-sama dibutuhkan untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi.

Diseluruh dunia kini telah tumbuh suatu kesadaran yang semakin mendalam bahwa manusia-manusia dari tradisi keagamaan yang berbeda harus bertemu dalam kerukunan dan persaudaraan dari pada dalam permusuhan. Cita-cita diatas pada intinya memang merupakan ajaran fundamental dari setiap agama. Kiranya hal itu bukanlah sekedar cita-cita tetapi tugas kewajiban yang harus dilaksana-kan dan diwujudkan dalam kenyataan oleh setiap agama. Adanya tugas yang suci itu ditemukan dalam setiap agama dan dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang berbeda baik kata-kata maupun nuansa, namun sama hakekataya.

Kasih Tuhan dan keinginanNya untuk menyelamatkan menjangkau seluruh umat manusia segala jaman, dari setiap bangsa dan negara, dari kepercayaan apapun juga. Tuhan menyelamatkan dunia lewat pendiri agama dan penganut-penganutnya menurut batas-batas ksmampuan yang dimungkinkan padanya. Keselamatan yang diselenggarakan Tuhan sering dimengerd terlalu sempit oleh mereka yang ditugaskanNya. Tetapi menurut ajaran agama keselamatan dari Tuhan itu diperuntukkan bagi dunia ini baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang, baik bersama-sama maupun perseorangan, dan mencakup semua aspek ekstistensi manusia. Keselamatan berarti terang dalam kegelapan, pembebasan dari segala bentuk penindasan, kegembiraan bagi mereka yang berduka cita, hidup kembali dari kematian. Keselamatan adalah pemenuhan lengkap dan menyeluruh dari eksistensi manusia. Tetapi patut disayangkan bahwa cita-cita keselamatan dan kedamaian itu tidak selalu menjadi kenyataan yang merata dimana-mana. Sebagai ganti teriadilah yang sebaliknya, yaitu permusuhan dan bentrokan antar umat beragama. Inilah yang sering menjadi ironi dari agama, atau bahkan lebih nuruk lagi yaitu tragedi agama. Tragedi tersebut memang sering terjadi, terutama dinegara-negara dengan pluralitas agama seperti di India dan Indonesia.

Sekarang ini kita hidup dalam suatu zaman dimana kerukunan tidak dapat dielakkan. Pertama, kita tidak hidup dalam masyarakat tertutup yang dihuni satu golongan pemeluk satu agama yang sama, tetapi dalam masyarakat modem, dimana komunikasi dan hidup bersama dengan golongan beragama lain tidak dapat ditolak

27

Page 28: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

demi kelestarian dan kemajuan masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain, kita hidup dalam masyarakat plural baik kepercayaan maupun kebudayaannya. Kita dituntut oleh situasi untuk bekerja sama dengan semua pemeluk agama untuk bersama-sama menjawab tantangan baru yang berukuran nasional dan intemasional, antara lain : ketidak adilan, terorisme intemasional, kemiskinan struktural, sekularisme'kiri, dan sebagainya. Kesemuanya tidak mungkin diatasi oleh satu golongan agama tertentu, tetapi meir.butuhkan konsolidasi dari segala kekuatan baik moral, spiritual maupun material dari semua umat beragama. Sekarang ini umat beragama mengalami ujian berat untuk membuktikan kepada dunia bahwa agama-agama masih mempunyai arti yang relevan bagi kepentingan umat manusia dan dunianya.

2.Dialog Antar Umat Beragama.Dialog antar umat beragama merupakan jalan yang paling sesuai untuk diambil sebagai langkah pcrtama menuju kerukunan dan perdamaian.A. PENGERTIAN DIALOG.

Kata Dialog berasal dari kata Yunani "dia-logos", artinya bicara antara dua pihak, atau "dwiwicara". Lawannya adalah "monolog" yang berarti "bicara sendiri". Arti sesungguhnya (definisi) dari dialog ialah : percakapan antara dua orang (atau lebih) dalam mana diadakan pertukaran nilai yang dimiliki masing-masing puhak. Lebih lanjut dialog berarti pula : pergaulan antara pribadi-pribadi yang saling memberikan diri dan berusaha mengenal pihak lain sebagaimana adanya. Berdialog merupakan kebutuhan hakiki dari manusia sebagai makhluk sosial. Dialog antar umat beragama dapat didefinisikan sebagai berikut : suatu temu wicara antara dua atau lebih pemeluk agama yang berbeda, dalam mana diadakan pertukaran nilai dan informasi keagamaan pihak masing-masing untuk mencapai bentuk kerjasama dalam semangat kerukunan.Menurut Mukti Ali, dialog antar umat beragama adalah pertemuan hati dan pikiran antara pemeluk pelbagai agama. Dialog adalah komunikasi antara orang-orang yang percaya pada tingkat agama. Dialog adalah jalan bersama untuk mencapai kebenaran dan kerjasama dalam proyek-proyek yang menyangkut kepentingan bersama. la merupakan perjumpaan antar pemeluk agama tanpa merasa rendah dan tanpa merasa tinggi, Jan tanpa agenda atau tujuan yang dirahasiakan. Dialog ini merupakan perjumpaan yang sungguh-sungguh bersahabat dan berdasarkan hormat dan cinta dalam tingkatan agama antara pelbagai kelompok pemeluk agama.

B. TUJUAN DIALOG.Pertama-tama mjuan yang hendak dicapai musyawarah pemeluk-pemeluk

agama bukanlah mengadakan peleburan (fusi) agama-agama menjadi satu agama baru yang memuat unsur-unsur ajaran agama. Dialog juga tidak dimaksud untuk mendapat pengakuan dari pihak lain akan supremasi agamanya sendiri sebagai agama yang paling benar. Juga tidak dapat dibenarkan bila musyawarah antar umat beragama mau meniadakan perbedaan yang ada dari masing-masing. Justru melalui musyawarah bersama itu harus disadari dan diakui adanya perbedaan-perbedaan fundamental ajaran agama yang tidak boleh dikaburkan ataupun direlativir kebenarannya. Bahkan

28

Page 29: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

perbedaan dogma itu hams dihormati dengan rasa toleransi. Dialog juga tidak boleh dipakai sebagai topeng untuk mencari kelemahan pihak lain dan menariknya untuk berpindah agama. Tujuan positif yang hendak dicapai dengan musyawarah itu ialah:Mencapai saling pengertian dan saling penghargaan yang lebih baik antar penganut agama, dan kemudian bersama-sama menjalin hubungan persaudaraan yang jujur untuk melaksanakan rencana keselamatan yang dikehendaki Tuhan yang memanggilnya. Agar pelaksanaan rencana Illahi itu berjalan teratur dan terarah pada sasaran yang ingin dicapai, maka dialog juga dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana kerjasama dengan isi dan cara yang disepakati bersama. Maka dialog pada tingkat ini hendaknya tidak dimulai dari bidang doktriner, akan tetapi beriolak dari bidang karya. Baru kemudian jika dialog dalam bidang karya telah menjadi kenyataan yang berjalan lancar orang dapat meningkat kcpada dialog doktriner.PEMBAHARUAN GEREJASebelum Konsili Vatikan II

1. Faham Keselamatan : Keselamatan hanya ada di dalam Gereja saja. Diluar gereja tidak ada keselamatan.

2. Karya Misi Gereja : Membaptis orang sebanyak-banyaknya (menawarkan Gereja)3. Peranan Hirarki - Awam : Hirarki segala-galanya (Aktif). Awam tidak punya

peranan dalam Gereja (pasif)4. Situasi Gereja : Cenderung menuju pada perpecahan5. Penekanan Segi : hanya mekankan satu segi saja. Segi-segi yang lain tidak

diperhatikan.

Setelah Konsili Vatikan II1. Faham Keseiamatan ; Keselainatan ada didalam iriaupun diluar gereja.2. Karya Misi Gereja : Mewartakan Injil keseleuruh penjuru dunia (Evangelisasi)3. Peranan Hirarki-Awam : Hirarki maupun awam sama-sama berperanan pada

porsinya masuig-masing. 4. Situasi Gereja : cenderung menuju pada persatuan.5. Penekanan Segi : menekankan semua segi. Segi yang satu dengan segi yang lain

saling berkaitan.

C.DASAR TEOLOGIS Penilaian teologis mengenai tradisi-tradisi keagamaan.Penilaian teologis mengenai tradisi agama-agama bertolak dari prinsip bahwa semua manusia diselamatkan oleh dan dalam Kristus. Allah menghendaki semua manusia diselamatkan. Rencana keselamatan Allah itu sudah mulai sejak awal penciptaan. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa janji keselamatan Allah kepada manusia diwartakan. Janji keselamatan Allah itu terpenuhi dalam din Kristus. Karena penebusan Kristus merupakan penebusan universal, maka didalam Kristus Allah menyelamatkan seluruh umat manusia (Kis 2:38, 4:12, 10:43). Jadi Roh

29

Page 30: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

.Allah berkarya bagi seluruh umat manusia, maka gereja tidak bisa memonopoli karya Allah.

Dalam Nostra Aetate.2 dinyatakan bahwa Gereja mengalami adanya kebenaran dan kesucian di dalam agama Islam, Hindu, Budha dsb. Maka merekajuga terkena keselamatan.

Dalam Evangeli Nuntiandi 53, dikatakan bahwa Gereja dan agama-agama lain adalah sebagai musafir. Artinya Gereja sedang dalam perjalanan bersama dengan agama-agama lain untuk menuju pada Allah yang satu dan sama.

Dalam Lumen Gentium 16 dikatakan bahwa orang-orang yang tidak kenal dengan Kristus dan GerejaNya bukan karena kesalahannya, melainkan mereka hidupnya mencari Allah, sesuai dengan kehendak Allah, maka mereka juga terkena keselamatan Allah. Karena walaupun mereka berada di luar gereja, namun mereka ada di dalam Kristus.

D. BENTUK DIALOG.Uraian berikut ini merupakan pemaparan mengenai bagaimana dialog mesti dijalankan, bagaimana bentuk dan syarat-syarat pelaksanaan keterlibatan Gereja. Yang dimaksud dengan "bentuk" ialah cara atau model dialog itu diungkapkan. Cara di sini tidak hanya menunjuk pada metode atau aruran prinsip-pnnsip, melainkan juga mencakup objek atau tema yang didialogkan. Dan karena da'am kenyataan, objek atau tema yang didialogkan beraneka ragam bobotnya, maka subjek yang melibatkan diri dalam dialog itu pun perlu diadakan pembedaan-pembedaan. Dalam dialogue and Mission (28-35) diajukan empat bentuk dialog (bdk. DP 42; ES bab III; juga RM 57) : pertama-tama dialog kehidupan, kemudian dialog karya, meyusul dialog para ahli untuk tukar-menukar pandangan teologis, dan aKnunya dialog mengenai pengalaman keagamaan.1. Dialog Kehidupan (bngi semua orang).

Dialog kehidupan diperuntukkan bagi semra orang dan sekaligus merupakan level dialog yang paling mendasar (bukan paling rendah). Sebab ciri kehidupan bersama sehari-hari dalarr. masyarakat majemuk yang paling umum dan mendasar ialah ciri dialogis. Dalam kehidupan sehari-hari; aneka pengalaman yang menyusahkan, mengancam, dan menggembirakan dialami bersama-sama. Masing-masing dengan pengalaman hidupnya yang khas - dalam kewajarannya sebagai orang yang tinggal bersama - senantiasa tergerak untuk mebagikan pengalamannya. Saling terlibat dalam pengalaman orang lain berlangsung dalam suatu wujud kehidupan yang dialogis. Dialog kehidupan seringkali memang tidak langsung menyentuhnperspekdf agama atau iman. Dialog itu lebih digerakkan oleh sikap-sikap solider dan kebersamaan yang melekat. Biarpun demikian sebagai orang beriman, solidaritas dan kebersamaan yang lahir dalam kehidupan sehari-hari tak mungkin dipisahkan apalagi silucuti dari kehidupan iman mereka. Setiap pengiktu Kristus, karena panggilannya sebagai orang Kristen, duninta untuk menghayati dialog kehidupannya dalam

30

Page 31: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

semangat injili; tak peduli dalam situasi apa pun, baik sebagai minoritas maupun m?yo"tas. Artinya, setiap pengikut Kristus harus mengungkapkan nilai-nilai Injil dalam tugas dan karyanya sehari-hari, dalam segala bidang -kehidupannya : sosial, politik, ekonomi, kesenian, pendidikan, filsafat dan seterusnya.2. Dialog Karya (untuk Bekerjasama).

Yang dimaksudkan dengan dialog karya adalah kerjasama yang lebih intens dan mendalam dengan para pengikut agama-agania lain. Sasaran yang hendak diraih jelas dan tegas, yakni pembangunan manusia dan peningkatan martabat manusia. Bentuk dialog semacam ini sekarang kerap berlangsung dalam kerangka kerjasama organisasi-organisasi intemasional, dimana orang-orang Kristen dan para pengikut agama-agama lain bersama-sama menghadapi masalah-masalah dunia (bdk. DM 31). Sejak Konsili Vatikan II, Gereja secara konkret dan resmi terlibat dalam dialog karya. Dua atau tiga sekretariat sekurang-kurangnya yang menangani masalah-masalah dunia, didirikan. Sekretariat-sekretariat itu tidak menggeluti dialog agama-agama, namun demikian pelaksanaan kerjanya meminta kerjasama dengan para penganut agama-agama lain. Dua sekretariat itu ialah The Pontifical Commission for Justice dan Peace (1967) dan Dewan Kapausan "Cor Unum" (1971). Sekretariat yang pertama bertugas mempromosikan perdamaian intemasional dan pengemban umat manusia yang lebih manusiawi. Sementara Cor Unum memberikan pelayanan kepada dunia, antara lain dengan mempehatikan para pengungsi, korban perang, bencana kelaparan. Dokumen terbaru yang dikeluarkan sekretariat ini ialah Refuges : A Challenge to Solidarity (7 Oktober 1992), sebuah dokumen yang mempromosikan solidaritas seluruh bangsa terhadap kaum pengungsi. Dalam dokumen itu disunggung pula perlunya dialog dan kerjasama antaragama. Kemudia tahun 1982 Paus Yohanes Paulus II mendirikan sebuah komisi tentang kebudayaan, yang bertugas mempromosikan dialog antar kebudayaan. Gereja mendesak umatnya, mulai dari tingkat kelompok yang paling kecil sampai keuskupan, untuk mengusahakan dialog semacam ini, sebuah dialog yang ditumpukan tidak pada agama melainkan pada kerjasama dalam karya-karya.3.Dialog Pandangan Teologis (untuk Para Ahli).Sebenarnya dialog teologis tidak hanya dikhususkan untuk para ahli melainkan juga untuk siapa saja yang memilud kemampuan untuk itu. Tetpai karena menyangkut soal-soal teologis yang sering rumit, dialog semacam iiu lebih tepat untuk para ahli. Dalam dialog teologis, orang diajak untuk menggumuli, memperdalam, dan memperkaya warisan-warisan keagamaan masing-masing, serta sekaligus diajak untuk mengetrapkan pandangan-pandangan teologis dalam menyikapi persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia pada umumnya (DM 33). Karena dialog semacam ini membutuhkan visi yang mantap. Dialog pandangan teologis tidak (dan tidak boleh) berpretensi apa-apa, kecuali untuk saling memahami pandangan teologis agama masing-masing dan penghargaan terhadap nilai-nilai rohani masing-masing. Dialog teologis tidak

31

Page 32: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

boleh dimaksudkan untuk menyerang pandangan sesama rekan dialog. Dialog teologis nieminta keterbukaan dari masing-masing untuk menerima dan mengadakan pembaruan-pembaruan yang makin sesuai dengan nilai-nilai rohaninya.4. Dialog Pengalaman Keagamaan (Dialog Pengalaman I man).Dialog pengalaman keagamaan atau lebih baik disebut pengalaman iman, merupakan dialog tingkat tinggi. Dialog pengalaman iman dimaksudkan untuk saling memperkaya dan memajukan penghayatan nilai-nilai tertinggi dan cita-cita rohani masing-masing pribadi. Dalam dialog ini, pribadi-pribadi yang berakar dalam tradisi keagamaan masing-masing berbagi pengalaman doa, kontemplasi, meditasi, bahkan pengalaman iman dalam arti yang lebih mendalam (pengalaman mistik, misalnya). Dialogue and Mission 35 melihat bahwa perbedaan-perbedaan yang kadang-kadang besar tidak menjadi halangan dalam dialog semacam ini, tentu saja sejauh orang mengembalikan perbedaan-perbedaan itu kepada Tuhan "yang lebih besar dari pertimbangan hati kita" (1 Yoh 3:20). Dari sebab itu, dialog-pengalaman keagamaan sangat mengandaikan iman yang mantap dan mendalam. Dalam banyak hal, dialog iman merupakan ujian kesabaran yang meminta ketabahan panjang. Kristus mengundang kita untuk masuk dalam dialog iman ini dan kepada kita Dia berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yoh 10:10).

E. SYARAT DIALOG.

Uraian berikut ini hanya ingin menegaskan bahwa dialog bukanlah "wilayah" komukasi tanpa syarat-syarat pertimbangan. Dialog mesti dilakukan dengan persiapan pembekalan-pembekalan pandangan yang seimbang. Seringkali malah hams diakui bahwa dialog merupakan kenyataan yang tidak gampang diadakan, kendati alasan beik bagaimanapun telah diajukan. Realitas kompleks praktis dialog antaragama yang sering dijumpai ini, menjadi alasan uraian berikut.1. Dialog Meminta Keseimbmigm Sikap.

Dialog menuntut sikap yang seimbang dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Mereka tidak boleh (Jan jangan sampai) bersikap tidak jujur. Juga hendaknya dihindarkan kecenderungan untuk mengkritik, sekalipun itu didukung dengan kutipan-kutipan dan Kitab Sucinya atau berdasar wahyu tertulis. Sikap terbuka, mau mendengarkan, tidak egois, tidak berprasangka perihal perbedaan-perbedaan yang muncul, haruslah dipupuk dan diusahakan dalam persahabatan yang mantap. Kehendak dan crta-crta bersama untuk terlibat dalam pencapaian kebenaran dan kesediaan untuk membiarkan diri dibentuk dan dikembangkan dalam peijumpaan, merupakan syarat dalam dialog. Aneka kecenderungan yang menganggap diri paling benar karena alasan-alasan dangkal (misalnya, sebagai mayorrtas atau sebagai agama yang paling banyak dianut di seluruh dunia)

32

Page 33: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

maupun alasan yang lebih mendalam (misalnya, karena kelogisan pandangan teologis atau keakuratan dalam mencema pengalaman imannya), haruslah dicegah dan ditanggalkan dengan penuh kerendahan hati (DP 47-48).

2. Dialog Meminta Kemantapan dan Menolak Indiferentisme.Dialog agama-agama tidak mungkin dijalankan dalam kerapuhan dan

keragu-raguan mengenai imannya. DP 50 mengatakan : "Bila orang-orang Kristen memupuk keterbukaan dan membiarkan diri mereka diuji, mereka akan dapat mengumulkan buah-buah dari dialog. Mereka akan menemukan, dengan penuh kekaguman, semua karya Allah melalui Yesus Kristus di dalam Roh-Nya yang tenis dilaksanakan bagi seluruh umat manusia di dunia. Dialog sejati, bukannya akan melemahkan mereka, melainkan memperdalam iman mereka. Mereka akan semakin menyadari identitas mereka sebagai orang Kristen. Iman mereka akan mendapatkan dimensi baru pada saat mereka menemukan kehadiran yang aktifdari misteri Yesus Kristus di luar batas-batas Gereja yang kelihatan danjemaah Kristen".

Dengan demikian sekaligus juga ingin dikatakan dengan tegas oleh Gereja bahwa seraya tetap mengusahakan pandangan yang terbuka dan positif terhadap agama-agama lain, setiap orang Kristen hams menghindarkan dan membitang sikap-sikap indiferentisme. Indiferentisme harus dicegah, sebab pandangan ini selain mengantar kepada sikap acuh tak acuh mengenai tuntutan-tuntutan imannya, juga menampilkan sikap menggampangkan sekaligus menyederhanakan (simplifikasi) pandangan tentang agama-agama sebagai sama saja semuanya. Memandang semua agama sebagai sama saja, merupakan sikap yang naif dan justru sangat merugikan imannya.

3. Dialog Tidak Menghendaki Teologi Universal.Memang tidak ditemukan larangan itu secara tegas, tetapi dari pemeriksaan pandangan dokumen-dokumen sejak Ecclesiam Suam (1964) sampai Dialogue and Proclamation (1991) di atas, dijumpai bahwa dialog agama-agama - dalam paham Gereja Katolik - jelas tidak (aiau kurang") menghendaki usaha-usaha menguniversalkan teologi dari agama-agama yang terlibat dalam dialog. Gereja justru mengandaikan bahwa keunikan teologi r^-asing-masing agama yang terlibat dialog (dialog teologis), bila dipertahankan dan diperkembangkan, malah sangat mengkayakan satu -3a:.-.u lain. Gereja tidak menghendaki (sejauh dari pemeriksaan di atas) teologi universal tentang agama-agama (yang pada prinsipnya memandang semua agama sama saja biarpun dikatakan dalam pemahaman teologis yang kompleks), sebab dapat membawa kecenderungan sikap indiferen. Di lain pihak, Gereja juga tidak menghendaki keanekaragaman pandangan teologis dari agama-agama menjadi sumber pemecah belah kesatuan umat manusia. Kesatuan umat manusia tidak bisa dikorbankan demi alasan kepentingan agama.

33

Page 34: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

BEBERAPA KESULITAN DIALOG.Berikut ini akan dikutipkan beberapa hal yang dipandang sebagai hambatan yang

membawa kesulitan-kesulitan dalam dialog (DP 53). Diakui bahwa dialog dalam arti komunikasi dalam tingkat manusiawi saja (sebagai tukar-menukar informasi) tidak mudah, apalagi dialog agama. Hambatan dialog agama umumnya menyentuh faktor-faktor manusiawi, antara lain :

Tidak cukup memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang agama-agama lain secara benar dan seimbang akan menyebabkan kurangnya penghargaan dan sekaligus akan mudah memunculkan sikap- sikap curiga yang berlebihan.

Perbedaan kebudayaan karena tingkat pendidikan yang tidak sama; juga masalah bahasa yang sangat peka dalam kelompok-kelompok tertentu.

Faktor-faktor sosial politik dan beban ingatan traumatis akan konflik-konflik dalam sejarah.

Pemahaman yang salah mengenai beberapa istilah yang biasa muncul dalam dialog, misalnya pertobatan, pembaptisan, dialog, dan seterusnya.

Merasa diri cukup atau paling sempurna, sehingga memunculkan sikap-sikap defensif dan agresif.

Kurang yakin terhadap nilai-nilai dialog ataragama; sejumlah orang menaganggapnya sebagai suatu tugas khusus para ahli, atau melihat dialog sebagai salah satu tanda kelemahan atau malahan pengkhianatan iman.

Kecenderungan untuk berpolemik bila mengungkapkan keyakinan gagasannya. Permasalahan zaman sekarang ini, misalnya, berumbuhnya materialisme,

sekularisme, sikap acuh tak acuh dalam hidup agama, dan banyaknya sek-te-sekte keagamaan fundamentalis yang menimbulkan kebingungan dan memunculkan persoalan-perscalan tertentu.

Sikap tidak toleran yang kerap kaii diperparah oleh faktor-faktor politik, ekonomi, ras, etnis dan aneka kesenjangan lainnya.

Disinyalir oleh DO 53 bahwa aneka kesulitan itu muncul karena kurangnya pemahaman mengenai hakikat sejati dialog dan tujuan hakiki dialog. Oleh karena itu, perlulah bahv.^ hal-hal pokok ini diterangkan terus-menerus. Untuk ini dituntut kesabaran. Sekalipun ada kesulitan-kesulitan yang sering cukup serius, keterlibatan Gersja terhadap dialog terap kokoh dan tidak (tak boleh) goyah.

Dikutip dari Armada Riyanto,1985, Dialog Agama, Kanisius.

Daftar Pustaka

1. Theo Huijbers, DR 1977, Filsafat ke-Tuhanan, Yogyakarta, Kanisius.2. Nico Syukur Dister, DR, OEM, 1988, Pengalaman dan Motivasi beragama,

Yogyakarta, Kanisius.3. Hendro Puspito, Drs. D, oc,1984, Sosiologi Agama, Yogyakarta, Kanisius.4. KWI, Iman Katolik, Yogyakarta, Kanisius dan Obor.

34

Page 35: Pendidikan Agama - Materi & Tugas Share · Web viewAgama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang

5. Groenen, C, DR, OFM ,1979, Panggilan Kristen, Yogyakarta, Kanisius.6. Mangun Hardjana, MA, 1993, Penghayatan Agama yang otentik dan Tidak

Otentik, Yogyakarta, Kanisius.7. Yakob, T, DR, SY, 1985, Sikap dasar kristiani, Yogyakarta, Kanisius.8. Keiser, B, DR, SJ, 1987, Moral Dasar Kristiani, Yogyakarta, Kanisius.9. John, R, W, Stoff, 1988, Kotbah di bukit, Jakarta, K.Bina Kasih.10. Armada Riyanto, FX, E, CM, 1985, Dialog Agama, Yogyakarta, Kanisius.11. Padmowardoyo, Drs., ALB., SJ, 1997, Diktat Kuliah, Yogyakarta.12. Magnis Suseno. F, DR, SJ, 1987, Etika Dasar, Yogyakarta, Kanisius.

35