pendekatan-pendekatan untuk memahami konflik

22
Tugas Summary KONSEP DAN ANALISIS: PENDEKATAN-PENDEKATAN UNTUK MEMAHAMI KONFLIK Tugas Kelompok 1 Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Resolusi Konflik Oleh: Indah Chartika Sari Rahmi Yulia Purwasandi Iskandar Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau 2012

Upload: chartika-chika

Post on 27-Jul-2015

67 views

Category:

News & Politics


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

Tugas Summary

KONSEP DAN ANALISIS: PENDEKATAN-PENDEKATAN UNTUK MEMAHAMI

KONFLIK

Tugas Kelompok 1

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Resolusi Konflik

Oleh:

Indah Chartika Sari

Rahmi Yulia

Purwasandi

Iskandar

Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Riau

2012

Page 2: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

KONSEP DAN ANALISIS: PENDEKATAN-PENDEKATAN UNTUK MEMAHAMI

KONFLIK

Tulisan ini merupakan summary dari tulisan Ho-Won Jeong yang berjudul

Understanding Conflict and Conflict Analysis yang diterbitkan pada tahun 2008 oleh SAGE

Publications. Tema tulisan ini adalah konsep dan analisis yang meliputi sifat konflik,

pendefinisian konflik, dinamika sosio-psikologis, situasi konflik, intractable conflict, konflik

konstruktif versus konflik destruktif, akar penyebab konflik dan level analisis. Konflik

merupakan hal yang tidak akan pernah berakhir, oleh karena itu penting untuk memahami cara

untuk menyelesaikan konflik tersebut. Salah satu strategi untuk menangani dan memungkinkan

untuk penyelesaian konflik dapat melalui analisa mendalam tentang tingkah laku manusia serta

lingkungan disekitarnya.

Menurut Ho-Won Jeong, konflik skala besar dapat muncul dari tindakan kolektif manusia

yang lebih sering tergesa-gesa atau dikontrol oleh struktur lingkungan. Setiap 20 hingga 40 tahun

konflik bersenjata terjadi di seluruh dunia dengan skala yang beraneka ragam dimana beberapa

diantaranya secara sukses dapat ditangani sedangkan beberapa konflik yang lain telah

mengakibatkan kehancuran seperti pembunuhan massal. Adapun beberapa konflik yang

mengakibatkan kehancuran diantaranya; konflik Kambodja yang mengakibatkan lebih dari satu

juta jiwa meninggal, konflik Rwanda yang mengakibatkan pembunuhan masyarakat sipil oleh

kelompok militan hampir satu juta jiwa, perang sipil di Sudan dan Kongo yaitu perang internal

brutal dan mengakibatkan kematian 4 juta jiwa baik melalui pertempuran langsung maupun tidak

langsung, pembersihan etnis di Bosnia-Herzegovina yaitu pembunuhan massal penduduk muslim

oleh kelompok militan Serbia. Meskipun sebagian besar konflik berakhir dengan kondisi tragis

manusia, namun beberapa konflik sukses ditransformasi melalui resolusi. Beberapa konflik

tersebut diantaranya perjuangan untuk membangun institusi-institusi baru yang memberikan

kekuasaan kepada masyarakat kulit hitam yang terjadi di Afrika Selatan, perang sipil yang terjadi

di Angola selama tiga dekade yang dapat diselesaikan melalui transisi politik pada tahun 2002,

penyelesaian perang sipil melalui negosiasi di El Salvador, Guatemala dan Mozambik pada awal

hingga pertengahan tahun 1990-an.

Pemahaman konflik memerlukan pengujian terhadap sumber-sumber ketidakpuasan dan

rasa dendam untuk dapat melakukan identifikasi tahapan-tahapan hubungan permusuhan disertai

Page 3: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

peningkatan tindakan pihak-pihak yang terlibat dimana pada akhirnya dapat mengurangi konflik

kekerasan melalui resolusi damai yang berbeda-beda. Luasnya tindakan-tindakan kekerasan

yang tidak terkontrol mendapat perhatian yang serius, oleh karena itu diperlukan penyediaan

regulasi atau aturan-aturan serta penanganan hubungan permusuhan bahkan jika hal tersebut

memerlukan waktu yang lama untuk diselesaikan. Terdapat beberapa metode intervensi ditiap-

tiap bentuk kekerasan yang harus disertai dengan pemahaman sifat, penyebab dan dinamika

konflik.

Sifat Konflik

Menurut Ho-Won Jeong, konflik mewakili sifat yang telah diresap oleh inter-group dan

kompetisi internasional antara kepentingan-kepentingan serta nilai-nilai yang terpisah,

khususnya dinamika kekuasaan. Pemahaman mengenai kekerasan massa dan perang harus

didasari oleh pemahaman peran-peran institusi disamping elemen psikologis dan tingkah laku

yang membawa kearah agresi. Penyebab hubungan permusuhan tidak terbatas pada kepentingan

ekonomi yang nyata atau kontrol penuh akan kekuasaan, tetapi juga diperpanjang dengan

perbedaan-perbedaan nilai dan identitas. Pertanyaan yang berlawanan muncul dari ketegangan

perseorangan antara pemimpin pemerintahan, penanganan isu-isu tentang buruh meliputi

kerjasama multinasional dan pekerja-pekerja biasa, ketidaksepakatan antar negara dalam

kebijakan luar negeri, atau perselisihan mengenai ketidakseimbangan perdagangan dan

perbedaan kekuasaan dalam pembuatan kebijakan didalam World Bank atau organisasi

internasional lainnya.

Pada umumnya potensi keberadaan konflik adalah ketika terdapatnya perbedaan-

perbedaan kepentingan, nilai dan ketidakharmonisan hubungan antara satu pihak dengan pihak

lainnya. Oleh karena itu, kondisi laten konflik pada akhirnya akan diterjemahkan dalam berbagai

bentuk isu-isu kekerasan yang tampak. Menurut Boulding, konflik pada umumnya dapat

digambarkan sebagai bentuk memperjuangkan nilai-nilai dan klaim atas suatu status, kekuasaan

dan sumber daya. Oleh karena itu, usaha-usaha untuk mencapai objek yang diinginkan akan

menjadi lebih intens karena tidakadanya kesepakatan hukum yang menentukan pembagian yang

adil diantara mereka. Dugaan-dugaan masyarakat dapat merubah tanggapan terhadap pergeseran

lingkungan sosial dan ekonomi. Dalam situasi konflik dinamika-dinamika aksi dan reaksi yang

Page 4: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

tidak terelakkan dapat terjadi oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha untuk mengkontrol tingkah

laku dan tindakan yang berpotensi merugikan dan menghancurkan.

Esensi dari sifat situasi konflik dapat dengan mudah untuk dipahami tetapi juga menjadi

sulit untuk memahami pendapat setiap orang secara serempak. Tujuan dan aktivitas menjadi

tidak sesuai ketika terdapat satu kepentingan merasa terancam oleh tindakan pihak lain. Pihak-

pihak yang berkonflik akan membuat usaha-usaha untuk mencegah pihak lain mendapat sesuatu

yang diinginkan. Selanjutnya, situasi konflik diwakili oleh ketidaksesuaian dalam pencapaian

tujuan dan usaha-usaha untuk mengkontrol pilihan pihak lain yang akan mengakibatkan

timbulnya ketidakcocokan perasaan dan tingkah laku antara pihak satu dengan pihak lain.

Hubungan konflik sering digambarkan sebagai sebuah coercive power. Menurut Winter, dalam

pemahaman umum menganggap bahwa kekuasaan dapat memberikan kemampuan untuk

memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu dan juga sebagai sumber kemampuan orang-orang

untuk menggunakan kontrol penuh dalam pembuatan keputusan untuk kedudukan yang bernilai,

barang-barang yang terbatas dan pelayanan. Dalam hubungan permusuhan, proses pemaksaan

menghubungkan usaha satu pihak untuk melakukan perubahan terhadap tujuan dan tingkah laku

pihak lain. Oleh karena itu, kekuasaan menjadi elemen yang sangat penting untuk

memperjuangkan kemenangan dalam konflik.

Konteks Pendefinisian Konflik

Konsep konflik dalam arti yang luas telah menjadi bagian dan membentuk gambaran

perselisihan yang diakibatkan dari sebagian besar aspek situasi sosial. Kata ‘konflik’ telah

diterapkan pada bentuk perselisihan yang ada didalam keluarga dan tempat bekerja hingga

perselisihan yang mengakibatkan bentrok antar negara-negara. Menurut Mack dan Snyder,

sebenarnya perbedaan antara konflik dan non-konflik telah diumumkan sejak lama namun masih

tidak begitu jelas mana yang terbaik atau terburuk diantaranya. Berdasarkan pemaparan John W.

Burton, konflik diinterpretasikan kedalam konteks yang lebih serius serta menantang keberadaan

norma-norma, hubungan dan aturan-aturan dalam pembuatan keputusan. Dengan kata lain, kata

‘perselisihan’ digunakan dalam pengelolaan isu-isu serta pengawasan terhadap rasa tidak puas

yang dihubungkan melalui implementasi kebijakan-kebijakan yang spesifik. Oleh karena itu,

kemungkinan munculnya tanggapan ketidakadilan terhadap keputusan-keputusan otoritatif tanpa

Page 5: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

pertanyaan terhadap legitimasi pembuatan kebijakan berakar dari nilai-nilai dan prosedur

pembangunan institusi.

Sumber-sumber kesalahpahaman dan kekeliruan persepsi disebabkan oleh bermacam-

macam hal seperti; kurangnya sumber informasi, kesalahan dalam pemberian informasi,

pengetahuan yang tidak mencukupi dan perbedaaan interpretasi data. Kepentingan yang saling

bertentangan, perasaan bermusuhan, nilai-nilai yang tidak dapat mendamaikan yang ditandai

dengan sikap dan tingkah laku yang berlawanan. Diluar elemen-elemen ini, sebuah konflik yang

bertipe destruktif atau merusak yang pada sisi lain berdampak pada kejahatan fisik. Secara luas

konflik dapat dibadingkan dengan sebuah bentuk kompetisi intens yang tidak dapat dihindari.

Selanjutnya kompetisi yang terjadi antara unit-unit secara keseluruhan berbasis pada bentuk

interaksi antara makhluk hidup di dunia dimana tiap-tiap pihak merasa tidak puas terhadap posisi

mereka satu sama lain. Menurut Mack dan Snyder, faktanya kompetisi tidak diidentifikasi

sebagai konflik karena tujuan dari kompetisi adalah memenangkan sesuatu yang bernilai atau

langka, bukannya menghancurkan atau menyakiti pihak lawan. Banyak bentuk-bentuk interaksi

kompetitif dalam hubungan ekonomi dan olahraga yang menjadi terlalu diatur dan melembaga

sehingga partispan tidak mempertanyakan keadilan dari aturan-aturan yang telah akan

menentukan hasilnya. Banyak jenis kompetisi yang secara otomatis dapat diselesaikan melalui

kekuatan perseorangan dalam transaksi-transaksi ekonomi dan sosial. Pembuatan prosedur-

prosedur dan aturan-aturan dapat memperjelas bentuk-bentuk legitimasi serta derajat koersif

sehingga pengaturan mengenai pembatasan izin penggunaan kekuatan dalam keadaan tertentu

dapat ditoleransi.

Kompetisi derajat kelembagaan berbeda-beda berdasarkan bagaimana aturan-aturan

diinternalisasi oleh partisipan dan juga telah didukung oleh norma-norma tradisional atau dapat

diterima secara luas. Selanjutnya keefektifan dalam mengontrol pelaksanaan tidak hanya

dipengaruhi oleh sanksi-sanksi dan kemampuan dalam menyelenggarakan atura-aturan, tetapi

juga dipengaruhi oleh perasaan internal terhadap kewajiban moral. Perselisihan dapat

diprovokasi melalui pembatalan kesepakatan, penolakan terhadap norma-norma dan

ketidakadilan peraturan terkait akses ke sumber daya. Menurut Burton, perselisihan yang ada

didalam sebuah kerangka institusi juga dapat diselesaikan melalui tawar-menawar secara

langsung atau difasilitasi oleh para profesional. Perselisihan internasional dapat ditangani

melalui prosedur institusi yang berasal dari lingkungan internasional atau perjanjian

Page 6: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

perdagangan. Aturan-aturan lembaga merefleksikan kebutuhan untuk penanganan secara

profesional terhadap permasalahan internasional. Dalam situasi kerapuhan institusi politik dan

institusi peradilan yang dikombinasikan dengan ambiguitas aturan-aturan dalam kompetisi dan

perjuangan dan munculnya proses tawar-menawar disertai kemunduran kewenangan pusat

menimbulkan peluang terjadinya konflik. Oleh karena itu, menurut Goodman, kurangnya otoritas

dunia ditambah dengan lemahnya sistem internasional yang legal telah menjadi suatu rintangan

untuk menyelesaikan perselisihan kepentingan serta perbedaan nilai-nilai yang biasanya

ditujukan dalam konflik internasional.

Anarki yang diterapkan dalam sistem internasional sebagian besar berdampak pada

perselisihan serius yang sering ditangani melalui kekuatan militer. Invasi Amerika Serikat ke

Irak pada tahun 2003 mewakili kebodohan prosedur-prosedur yang dibuat dalam sistem

internasional seperti pengambilan suara dalam DK PBB yang menyetujui inspeksi PBB terkait

dengan isu senjata pemusnah massal yang dimiliki oleh Irak. Penggunaan kekuatan dan siksaan

dapat menjadi tidak seimbang dan tidak adil seperti yang terjadi dalam kasus China-Tibet.

Meskipun begitu, komunitas internasional tidak terfokus pada usaha-usaha untuk meredakan

konflik tersebut. Terorisme merupakan bentuk baru dari tindakan kekerasan yang menambah

buruknya pandangan terhadap dunia internasional. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang

berbeda-beda untuk memahami suatu konflik dan tidak bisa menyelesaikan konflik yang berbeda

dengan cara yang sama.

Dinamika Sosio-Psikologis

Persaingan yang terjadi akan berdampak pada hubungan sosial dan ekonomi. Menurut

Fisher bahwa beragam bentuk dari persaingan antara pihak-pihak dengan tujuan yang tidak

kompatibel dapat dijelaskan dengan karakter subjektif. Namun juga harus mencerminkan situasi

objektif yang mendasari nilai-nilai yang berisi perdebatan dan ketidakseimbangan kekuasaan.

Jadi, basis material dari kehidupan sosial serta aspek psikologi hubungan sosial memiliki

dampak utama pada respon prilaku dan interaksi. Sisi subjektif konflik, terdapat pada persepsi

niat masing-masing pihak dan interpretasi respon perilaku yang menunjukkan bahwa

pengambilan keputusan tidak selalu rasional serta jauh dari cerminan dari peristiwa nyata di

dunia luar. Komunikasi yang buruk, kesalahpahaman dan pandangan stereotip tentang musuh

Page 7: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

sering dinilai berasal dari kesalahan persepsi dan penafsiran atas kejadian yang berkembang.

Tingkat dimana komponen subjektif berbeda dengan realitas objektif dapat menjadi indikator

seberapa realistis respon aktor untuk situasi konflik tertentu.

Menurut Ho-Won Jeong, kombinasi antara unsur obyektif dan subyektif bervariasi dalam

keadaan yang berbeda, yang dipengaruhi oleh tingkat daya asimetris dan aspek hubungan

konfliknya seperti moral yang asimetris. Khalayak umum dapat menerima legitimasi moral dan

klaim politik setiap partisan yang berbeda. Sementara satu pihak mungkin tidak memiliki

kapasitas fisik tujuan untuk mengubah perilaku orang lain, legitimasi moralnya dapat menarik

dukungan publik yang menciptakan realitas baru untuk perjuangan yang dilakukan oleh

kelompok-kelompok terpinggirkan. Perbedaan kepentingan, nilai dan kebutuhan yang dirasakan

merupakan elemen paling dasar dalam motivasi dibalik konflik sosial. Gaya hidup antar

kelompok konflik sering berbeda antara ideologi dengan implikasi untuk melihat kongruen

tentang hubungan dengan orang lain. Perasaan ketidakadilan muncul dari penindasan kebutuhan

sosial yang melekat dan nilai-nilai yang memiliki makna eksistensial dan yang tidak dapat

dikompromikan. Dalam diskusi tentang isu-isu substantif, perbedaan persepsional tidak

menggambarkan adanya realitas objektif yang independen terhadap kesadaran menentang pihak

lain.

Hubungan antar kelompok dibatasi oleh struktur politik disamping dinamika internalnya

sendiri. Dengan demikian analisis konflik sosial perlu menekankan pada bagaimana proses

kelompok terkait dengan kondisi struktural seperti hubungan sosial yang menindas dan sistem

ekonomi eksploitatif. Dimensi beragam dinamika konflik dapat dilihat dalam hal sifat hubungan

kekuasaan yang berkembang dalam mendukung salah satu pihak atas yang lain serta hambatan

psikologis. Hubungan antara unsur-unsur subyektif dan obyektif dalam pengambilan keputusan

masing-masing pihak juga bisa berubah seiring dengan evolusi konflik. Proses psikologis

negatif, yang realitas obyektif jelas berasal dari eskalasi permusuhan. Aspek emosi termasuk

marah, benci, rasa sakit, dan ketakutan mengintensifkan kerugian material dan kerusakan fisik.

De-eskalasi interaksi permusuhan disertai dengan realitas objektif dari dampak buruk

konflik dan upaya berikutnya untuk menilai realitas yang ada lebih serius. Sementara perubahan

dalam persepsi musuh diperlukan untuk mengurangi permusuhan timbal balik yang seharusnya

tertanam dalam perubahan dalam realitas tertentu, yang melibatkan penghapusan kebijakan

khusus atau tindakan terlihat, misalnya sanksi ekonomi atau strategi militer yang terus

Page 8: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

menimbulkan kerugian kepada orang lain. Memahami hubungan permusuhan harus melampaui

masalah kesalahan persepsi dan atribut emosional konflik, yang melibatkan pengambilan

keputusan kekuasaan yang menentukan hasil substantif. Kesulitan dalam pembentukan realitas

obyektif melalui pemahaman subyektif di dunia telah dipinjamkan kepada kerangka

intersubjektif dari analisis konflik yang memungkinkan untuk memahami konflik yang akan

dibangun melalui interaksi sosial. Persepsi dan kognisi yang bias oleh nilai-nilai dan motivasi,

sedangkan komunikasi sering dibebankan dengan emosi dan salah tafsir. Dengan demikian,

realitas dari mana kita beroperasi harus muncul dari indra kita bersama, yang juga mencerminkan

pengalaman subyektif kita dalam dunia objektif.

Situasi Konflik

Terdapat dua atau lebih entitas sosial yang terhubung ke satu bentuk interaksi antagonis

didalam situasi konflik. Melalui interferensi dengan upaya satu sama lain untuk memenuhi

kebutuhan dan kepentingan mereka dengan mengorbankan yang lain. Ketidakcocokan tujuan

yang dirasakan cenderung mempromosikan kondisi untuk hubungan permusuhan, karena entitas

lain dipandang menjadi penghalang untuk mencapai tujuan. Proses konflik nyata melibatkan

usaha langsung dan tidak langsung yang merusak tujuan pencarian kemampuan musuh.

Perjuangan nyata ini kontras dengan situasi konflik laten dimana kelompok mungkin tidak

menyadari kepentingan lawan mereka. Kepentingan tidak harmonis antara kelas ekonomi,

misalnya, tidak akan secara otomatis diterjemahkan ke dalam ekspresi tertentu dari kepentingan

terorganisasi tanpa upaya mobilisasi.

Realitas emosional tertanam dalam dinamika interaksional yang dapat didefinisikan

dengan pola psikologis yang mendasari perjuangan. Permusuhan dan perasaan terkait lainnya

dapat berasal dari penilaian kognitif dari ancaman terhadap kepentingan sendiri dan eksistensi.

Persepsi ancaman bersama dengan reaksi efektif terhadap perilaku agresif orang lain,

mengaktifkan perasaan intens marah, takut, khawatir dan ketidakpuasan dalam tujuan yang dapat

lebih mudah dikelola atau dihapus oleh klarifikasi kesalahpahaman jika perbedaan yang

dirasakan adalah ilusi, atau tidak didasarkan pada sumber-sumber nyata.

Derajat yang berbeda serta ketidakcocokan tujuan membentuk arah konflik. De-eskalasi

konflik dapat mengikuti tujuan yang dikejar sebelumnya ketika tujuan dianggap menarik. Secara

Page 9: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

khusus, daya tarik tujuan mungkin akan berkurang dengan meningkatnya biaya yang terlibat

dalam mengambilnya. Arti penting tujuan bisa berbeda, tergantung pada tingkat wilayah dan

keterlibatan masing-masing pihak dalam mengejar mereka. Tidak akan ada lagi konflik jika salah

satu pihak menyerah. Pencapaian sebagian tujuan melalui pembagian juga dapat menimbulkan

kepuasan tertentu. Pihak-pihak yang bersengketa bersama-sama dapat mencari solusi yang saling

diinginkan dengan mengejar tujuan yang lebih tinggi. Solusi integratif berdasarkan kepuasan

bersama memperkuat hubungan kolaboratif, memaksimalkan keuntungan jangka panjang.

Intractable Conflict

Konflik ini mencakup banyak aspek hubungan yang juga melibatkan beragam aktor baik

antar individu, antar kelompok etnik dan antar negara berdaulat. Konflik ini bukan termasuk

konflik yang dapat dikendalikan dengan mudah karena sumber perselisihan berdasarkan

kepentingan yang melibatkan keagamaan atau nilai-nilai yang bermakna eksistensial yang dapat

berkembang sebagai ancaman terhadap identitas individu atau identitas kolektif. Menurut

Coleman, konflik ini dimulai dengan ‘perbedaan tatanan dinamika, keadaan dan isu-isu’

sehingga membuat pengenalan terhadap konflik akan lebih kebal terhadap usaha-usaha resolusi.

Dampaknya akan meluas dihampir sebagian besar dimensi kehidupan manusia dengan ancaman

penghancuran disertai pengakaran dan proses eskalasi yang berbahaya.

Partisan-partisan tidak akan merubah posisi mereka berdasarkan kebutuhan atau nilai-

nilai yang dianggap merupakan identitas vital. Pertanyaan yang muncul dari perselisihan agama

dan kepercayaan etnik atau personal tidak mudah dirundingkan ketika perasaan terancam telah

muncul terlebih dahulu. Babbit memaparkan bahwa hal yang paling penting adalah meskipun

pertempuran tidak dapat dihindari dapat berdampak pada penyimpangan hak-hak sistemik dan

psikologis yang ada dalam suatu kelompok atau negara. Pengulangan usaha-usaha serta fokus

pada penyelesaian konflik yang berurat akar dan berlarut-larut dapat menahan delegitimasi

kebutuhan antara pihak satu dengan pihak yang lain. Kepercayaan-kepercayaan terhadap

keselamatan fisik, territorial, budaya dan ekonomi menjadi pembenaran untuk setiap sikap yang

terjadi dalam situasi konflik. Adanya keterlibatan emosional dari pihak yang berkonflik

berdampak pada kuatnya keinginan untuk membalas dendam.

Page 10: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

Konflik dapat bertransformasi menjadi negatif melalui kenaikan atau penurunan

pertarungan yang berkelanjutan. Konflik yang sudah lama terjadi dan tidak dapat diselesaikan

contohnya; antara Amerika Serikat dan Iran, Israel dan Syria, serta antara Yunani dan Turki di

Syprus. Intensitas tinggi dan sifat destruktif dipelihara secara terus-menerus hingga terjadi

periode eskalasi, sebelum terjadi pertempuran fisik dan psikologis yang intens pada akhirnya.

Psikologis suatu negara dalam pengalaman intractable conflict merefleksikan perasaan kronis

akan ketidak percayaan, stress dan kesedihan digabungkan dengan rasa penderitaan, kurangnya

kontrol dan putus asa seperti yang terjadi di Palestina dan Chechnya. Berdasarkan pernyataan

Pruitt, pada waktu yang sama, mekanisme psikologis diadaptasi sebagai tantangan intractable

conflict termasuk didalamnya adalah kesabaran dan ketahanan. Patriotisme dapat menjadi poin

tambahan untuk bertahan dari serangan musuh. Menurut Deutsch, konflik eksternal dapat

mengalihkan perhatian dari masalah interen yang dapat memberikan persatuan dan kesatuan

untuk mengembangkan tujuan. Dengan kata lain, penanaman secara mendalam terhadap

keberlanjutan konflik seringkali mengalami pergantian sumber-sumber orisinil keluhan kedalam

elemen analisa psikologis sebagai penyebab kesalahan.

Konstruktif VS Konflik Destruktif

Jika dilakukan pertimbangan kembali, konflik itu sendiri bukanlah buruk atau baik yang

terpenting adalah kondisi apa yang muncul karenanya apakah konstruktif atau destruktif.

Fenomena konflik konstruktif atau destruktif dapat dilihat melalui kemungkinan-kemungkinan

terjadinya transformasi hubungan permusuhan yang disertai dengan sikap saling memahami.

Perbedaan-perbedaan yang terjadi bersumber pada proses fasilitasi atau proses komunikasi yang

terhambat. Aspek positif dan negatif konflik juga memerlukan penafsiran mengenai dampak

yang akan terjadi pada hubungan kedepannya jika terjadi konflik secara terus-menerus.

Orientasi konflik dipahami bahwa tiap-tiap pihak saling mempengaruhi pilihan tindakan apakah

akan menghancurkan musuh atau mencari solusi untuk dapat saling menerima satu sama lain.

Fungsi konflik dalam arti sempit adalah pencarian jalan keluar untuk menghentikan

naluri agresif permusuhan diluar kelompok. Peningkatan terhadap perebutan antar kelompok

cenderung membentuk perselisihan terhadap nilai-nilai sistem dan sub-budaya. Disfungsi konflik

sosial berdampak pada instansi, seperti; kemunculan pergerakan ultra-nasionalis di Eropa yang

Page 11: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

tampak melalui serangan terhadap nilai-nilai inti masyarakat demokratis Barat. Ketidakteraturan

konflik ditambah dengan operasi normal organisasi atau sistem dapat mempengaruhi

kefektivitasan komunikasi internal, sehingga lebih mengarahkan pada tujuan destruktif daripada

produktivitas sosial dan kegiatan ekonomi.

Berdasarkan pendapat Kellet dan Dalton, sikap kekerasan didorong oleh proses

pembentukan sifat yang dibentuk untuk menyebabkan ketakutan pada pihak lain yang terlibat

konflik. Rangkaian interaksi perselisihan yang bersifat destruktif sangat berpotensi terjadinya

kekerasan, kecurangan dan manipulasi kekuasaan. Meskipun konflik dikonotasikan negatif,

namun tidak semua konflik berbahaya jika pada akhirnya dihasilkan elemen-elemen kreatif

untuk melakukan perubahan dalam masyarakat ketika tujuan dan aspirasi individu atau

kelompok tercapai. Jika hasil membawa perubahan positif yang ditunjukkan melalui permintaan

maaf dan kompensasi untuk kekejaman yang terjadi pada masa lampau serta mencegah penipuan

pada masa yang akan dating, maka dapat dipertimbangkan sebagai konflik yang berdampak

konstruktif.

Konflik non-kekerasan dapat bertransformasi dari bentuk hubungan yang menindas

menjadi hubungan baik serta membawa kearah liberalisasi. Perubahan orientasi teori konflik

dapat dilihat sebagai sebuah proses kemajuan sosial yang tidak dapat dihindari. Melalui

perubahan sosial yang positif dimana dapat disertai dengan keadilan dan persamaan seharusnya

diperoleh melalui perjuangan serta menghilangkan ketergantungan tunggal terhadap penggunaan

pemaksaan dan kekerasan, sehingga membuat resolusi konflik menjadi lebih mungkin berhasil.

Akar Penyebab Konflik

Sebagian besar sumber konflik berasal dari perbedaan nilai dan perbedaan kekuasaan,

sedangkan persepsi dan kesalahpahaman memainkan peran penting dalam evolusi hubungan

permusuhan. Meskipun konflik dapat berasal dari aspek ekonomi dan lainnya, namun dapat

dengan cepat diperluas hingga ke aspek-aspek lainnya. Dalam konflik yang paling kompleks,

berbagai isu seperti ketersediaan sumber daya dan kebutuhan dasar manusia, saling terkait satu

sama lain. Isu-isu substantif konflik dapat dikaitkan dengan berbagai objek diperebutkan (yaitu,

kekayaan, kekuasaan, dan prestis). Selain itu, alasan untuk berjuang juga dapat didasarkan pada

perasaan kekurangan, ketidakadilan, dan frustasi karena ketidakpuasan terhadap posisi atau

Page 12: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

kedudukan. Tantangan juga muncul dalam hubungan ketika harapan berbagai kelompok tidak

terpenuhi dalam suatu struktur sosial tertentu.

Berdasarkan pemaparan Burton, strategi pencegahan berdasarkan ancaman dan hukuman

kemungkinan untuk tidak berhasil atau tidak beroperasi ketika terjadi akumulasi kebencian yang

mendalam oleh kelompok penindas yang melakukan kekerasan. Oleh karena itu, perasaan takut

tidak selalu menekan perilaku manusia. Banyak konflik ketidakadilan yang berakar dari sebuah

sejarah kolonialisme, pelanggaran hak asasi, etnosentrisme, rasisme dan sebagainya. Dalam

situasi yang mengalami ketidakseimbangan kekuasaan, lebih cenderung untuk mengeksploitasi

atau menyalahgunakan yang lemah. Akses yang tidak merata terhadap peluang ekonomi dan

sosial sering dikaitkan dengan kurangnya partisipasi politik. Perjuangan ini mencerminkan

sebagian, riwayat dominasi politik, kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan akses terhadap

perumahan, pendidikan, perawatan kesehatan, dan pekerjaan.

Tingkat Analisa

Sebuah perselisihan yang mendalam berakar pada struktur organisasi, berbeda dari

konflik kepribadian yang hanya bersifat emosional. Perpecahan internal berasal dari kompetisi

diantara faksi ganda yang berdampak pada kemampuan untuk bertarung dengan musuh eksternal.

Pengakuan divisi dalam masyarakat multi etnis dan multi ras dapat mempengaruhi proses

pengambilan keputusan dalam politik dan kehidupan sosial seperti pemilihan teman. Kategorisasi

ini mempersulit hubungan manusia diberbagai tingkatan. Sementara elit politik mengejar ambisi

dan bersaing untuk sumber daya ekonomi. Aspirasi nasionalisme yang berlebihan telah

menyebabkan penolakan terhadap penentuan nasib sendiri bagi kelompok minoritas. Sementara

negara adalah unit yang paling penting dalam hubungan internasional, etnis, agama, dan

kelompok-kelompok identitas berbasis lain telah memainkan peran penting dalam menentukan

isu-isu konflik kontemporer didalam batas negara atau teritorial negara.

Menurut Leatherman dan Webber, hasil dari konflik ditingkat global sering

mencerminkan kekuatan asimetris antara aktor ganda, termasuk suku, penduduk asli, kelompok

advokasi, dan perusahaan multinasional dalam bidang isu-isu seperti perusakan hutan, perburuan

ikan, dan banyak isu penting lain yang akan menentukan masa depan peradaban. Banyak aktor

non-negara seperti kelompok lingkungan dan kelompok agama beroperasi tidak hanya ditingkat

Page 13: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

lokal tetapi juga global. Permusuhan pada tingkat tertentu dapat mempengaruhi dinamika

hubungan konflik pada tingkat lain dalam cara yang kompleks. Manusia tidak boleh

diperlakukan berbeda pada tingkat pribadi, komunal, nasional, dan internasional. Perilaku

individu yang cenderung mencari pengakuan dalam masyarakat tidak berbeda dari kelompok

identitas dengan status dan legitimasi politik yang ditolak. Kebutuhan untuk pembangunan dan

otonomi individu sering disebabkan oleh motivasi yang sama dari kelompok identitas untuk

mencari keamanan. Penindasan harga diri individu dan otonomi kelompok telah menghasilkan

permintaan untuk perlindungan hak asasi manusia dan menentukan nasib sendiri.

Simpulan

Konflik merupakan hal yang tidak akan pernah berakhir, oleh karena itu penting untuk

memahami cara untuk menyelesaikan konflik tersebut. Salah satu strategi untuk menangani dan

memungkinkan untuk penyelesaian konflik dapat melalui analisa mendalam tentang tingkah laku

manusia serta lingkungan disekitarnya. Pemahaman konflik memerlukan pengujian terhadap

sumber-sumber ketidakpuasaan dan rasa dendam untuk dapat melakukan identifikasi tahapan-

tahapan hubungan permusuhan disertai peningkatan tindakan pihak-pihak yang terlibat dimana

pada akhirnya dapat mengurangi konflik kekerasan melalui resolusi damai yang berbeda-beda.

Pada umumnya potensi keberadaan konflik adalah ketika terdapatnya perbedaan-perbedaan

kepentingan, nilai dan ketidakharmonisan hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya.

Oleh karena itu, kondisi laten konflik pada akhirnya akan diterjemahkan dalam berbagai bentuk

isu-isu kekerasan yang tampak.

Esensi dari sifat situasi konflik dapat dengan mudah untuk dipahami tetapi juga menjadi

sulit untuk memahami pendapat setiap orang secara serempak. Konflik diinterpretasikan kedalam

konteks yang lebih serius serta menantang keberadaan norma-norma, hubungan dan aturan-

aturan dalam pembuatan keputusan. Dimensi beragam dinamika konflik dapat dilihat dalam hal

sifat hubungan kekuasaan yang berkembang dalam mendukung salah satu pihak atas yang lain

serta hambatan psikologis. Hubungan antara unsur-unsur subyektif dan obyektif dalam

pengambilan keputusan masing-masing pihak juga bisa berubah seiring dengan evolusi konflik.

Realitas emosional tertanam dalam dinamika interaksional yang dapat didefinisikan dengan pola

Page 14: Pendekatan-Pendekatan Untuk Memahami Konflik

psikologis yang mendasari perjuangan. Permusuhan dan perasaan terkait lainnya dapat berasal

dari penilaian kognitif dari ancaman terhadap kepentingan sendiri dan eksistensi.

Konflik sering dikonotasikan negatif, namun tidak semua konflik berbahaya jika pada

akhirnya dihasilkan elemen-elemen kreatif untuk melakukan perubahan dalam masyarakat ketika

tujuan dan aspirasi individu atau kelompok tercapai. Jika hasil membawa perubahan positif yang

ditunjukkan melalui permintaan maaf dan kompensasi untuk kekejaman yang terjadi pada masa

lampau serta mencegah penipuan pada masa yang akan datang, maka dapat dipertimbangkan

sebagai konflik yang berdampak konstruktif. Melalui perubahan sosial yang positif dimana dapat

disertai dengan keadilan dan persamaan seharusnya diperoleh melalui perjuangan serta

menghilangkan ketergantungan tunggal terhadap penggunaan pemaksaan dan kekerasan,

sehingga membuat resolusi konflik menjadi lebih mungkin berhasil.