pendekatan dalam memahami hadis

Upload: icoh-arleas

Post on 09-Oct-2015

176 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hadis

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    1/23

    1 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Problem pemahaman hadits Nabi merupakan persoalan yang sangat urgen

    untuk diangkat. Hal demikian berangkat dari realitas hadis sebagai sumber kedua

    ajaran islam setelah alQuran yang dalam banyak aspeknya berbeda dengan al

    Quran.1

    Menurut petunjuk alquran, nabi Muhammad SAW selain dinyatakan

    sebagai Rasulullah juga dinyatakan sebagai manusia biasa. Dengan perkataan lain,

    nabi Muhammad disamping berstatus sebagai rasu, beliau juga berstatus sebagai

    manusia. Dalam kapasitas sebagai manusia, beliau diakui oleh Umat Islam dan

    non Islam sebagai kepala negara, pemimpin masyarakat, panglima perang, hakim,

    dan pribadi manusia biasa.

    Berkaitan dengan status Nabi SAW diatas, maka mengkaji hadits dengan

    melihat status Nabi dan konteks sebuah hadits pada saat sebuah hadist disabdakan

    serta mengetahui bentuk- bentuk matan hadits merupakan upaya yang sangat

    penting dalam menangkap makna hadits secara utuh. Oleh sebab itu, beberapa

    pendekatan seperti pendekatan bahasasa, historis, sosiologis, sosio-historis,

    antropologis dan psikologis dalam pemahaman hadits sangat diperlukan dalam

    kerangka menemukan keutuhan makna hadits dan mencapai kesempurnaan

    kandungan maknanya.

    1

    Suryadi,Metode Kotemporer Memahami Hadis Nabi, (Yogyakarta: Teras 2008). Hlm1.

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    2/23

    2 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    BAB II

    PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI HADIS

    A. Pendekatan Bahasa

    Persoalan pemahaman makna hadis tidak dapat dipisahkan dari

    penelitian matan. Pemahaman hadits dengan beberapa pendekatan memang

    diperlukan. Salah satunya adalah pendekatan bahasa. Hal tersebut karena

    bahasa Arab yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam

    menyampaikan berbagai hadits selalu dalam susunan yang baik dan benar.

    Pendekatan bahasa dalam penelitian Matan akan sangat membantu terhadap

    kegiatan penelitian yang berhubungan dengan kandungan petunjuk dari matan

    hadis yang bersangkutan. Apalagi bila diingat bahwa sebagian dari

    kandungan mataan berhubungan dengan masalah keyakinan , hal-hal ghoib,

    dan petunjuk kegiatan agama yang bersifat taabudi.2

    Penelitian hadis dengan menggunakan pendekatan bahasa ini dapat

    digunakan untuk meneliti makna hadis, meneliti nilai sebuah hadis apabila

    terdapat perbedaan lafad dalam matan hadis.

    Pendekatan bahasa dalam memahami hadis dilakukan apabila dalam

    sebuah matan hadis terdapat aspek-aspek keindahan bahasa (Balaghoh) yang

    memungkinkan mengandung pengertian majazi (metaforis) sehingga berbeda

    dengan pengertian haqiqi.

    Adapun tujuan dari memahami hadis melalui pendekatan bahasa

    adalah3:

    1. Peneliti dapat mengetahui dan memahami makna dari lafad-lafad hadis

    yang ghorib dan juga mengetahui illat serta syadz.

    2.

    Memahami dan mengetahui makna dan tujuan hadis Nabi muhamadSaw. contoh

    3. Mengkorfirmasi pengertian kata-kata hadis.

    2 Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekatan). (Yogyakarta: CESAD

    YPI Al Rahmah, 2001).hlm 57.3

    Alfatih suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis (Yogyaakarta: SUKA Pres UIN SunanKalijaga 2012). Hlm 124-126.

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    3/23

    3 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    1. Batas-baatas Tekstual (Pendekatan Bahasa)

    Batasan-batasan tekstual meliputi:

    a.

    Ide moral/ide dasar/tujuan dibalik teks (tersirat). Ide ini ditentukan

    dari makna yang tersirat dibalik teks yang sifatnya universal, lintas

    ruang waktu dan intersubyektif.

    b.

    Bersifat absolute, prinsipil, universal, fundamental.

    c. Mempunyai visi keadilan, kesetaraan, demokrasi, muasyaroh bil

    maruf.

    d.

    Terkait relasi antara manusia dan Tuhan yang bersifat universal

    artinya segala sesuatu yang dapat dilakukan siapapun, kapanpun, dan

    dimanpun tanpa terpengaruh letak geografis, budaya dan historis

    tertentu misalnya solat.

    2. Kekurangan dan Kelebihan Pendekatan Bahasa tepat.

    Kelebihan melakukan pendekatan bahasa adalah:

    a.

    Keyakinan bahwa teks-teks islam adalah petunjuk terakhir dari langit

    yang berlaku sepanjang masa, hal ini mengandung makna bahwa

    didalam teks yang terbatas tersebut memiliki dinamika internal yang

    sangat kaya, yang harus terus menerus dilakukan eksternalisasi

    melalui interpretasi yang tepat.

    b. Dapat mengetahui makna-makna dari lafad-lafad yang ghorib serta

    memahami benar kalimat-kalimat yang bermakna haqiqi.

    Adpun kekurangannya yaitu:

    Implementasi pemahaman terhadap nash secara tekstual seringkali

    tidak sejalan dengan kemaslahatan yang justru menjadi alasan

    kehadiran islam itu sendiri.Contoh aplikasi

    Sebagai contoh matan hadis yang berbentuk tasybih (allegory)

    yaitu hadis persaudaraan atas dasar iman misalnya, memiliki perbedaan

    lafaz matan. Redaksi hadis tersebut adalah:

    459-

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    4/23

    4 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    Artinya:

    Sesungguhnya orang yang beriman satu memperkokoh terhadap bagian

    lainnya, dan jari jermarinya berjalinan. (H.R. al Bukhori dari Abu

    Musa).

    (-(8/02

    576-

    -- .

    Artinya

    Sesungguhnya orang yang beriman terhadap orang yang beriman lainnya

    ibarat bangunan bagian yang satu memperkokoh bagian yang lainnya (H.

    R. Muslim dari Abu Musa).

    (

    7/167)

    1851-

    Artinya:

    sesungguhnya orang yang beriman terhadap orang yang beriman

    lainnya ibarat bangunan bagian yang satu memperkokoh terhadap bagian

    laiinya. (H.R al-Turmuzi dari Abu Musa Al-Asyari).

    Jika hadis-hadis tersebut dicermati, maka tiga hadis tentang

    persaudaraan atas dasar iman ini telah terjadi perbedaan lafaz antara

    sumber dari al-Bukhori dengan dua periwayat lain (Muslim dan Tirmizi).

    Meskipun sumber perawi berasal dari satu sumber. Perbedaan tersebut

    terjadi dalam riwayat al Bukhori di tambahkan lafalinnadan wa syabbaka

    asabiah sedang kedua riwayat lainya tidak mencantumkan kedua lafaz

    tersebut.

    Perbedaan matan tersebut masih dapat di toleransi, karena isinya

    tidak bertentangan dengan maksud kandungan hadis. Bahkan, matan hadist

    yang berbentuk tasybih ini memiliki keindahan bahasa dan uslub yang

    tinggi dalam bahasa Arab. Aspek susunan bahasa inilah yang oleh jumhur

    ulama dijadikan salah satu tanda-tanda atau kriteria hadis sohih.

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    5/23

    5 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    Salah satu sebab terjadinya perbedaan lafaz pada matan hadis yang

    semakna adalah karena adanya ziyadah dari periwayat jalur al Bukhori.

    Dalam menanggapi persoalan ziyadah ini, maka menurut ibnu sholah,

    ziyadah ada tiga macam yaitu:

    1. Ziyadah yang berasal dari periwayat yang siqoh yang isinya

    bertentangan dengan yang dikemukakan oleh banyak periwayat yang

    bersifat siqoh juga, ziyadah tersebut ditolak, dan ziyadah seperti ini

    termasuk hadis sadz.

    2.

    Ziyadah yang berasal dari periwayat yang siqoh yang isinya tidak

    bertentangan dengan yang dikemukakan oleh banyak periwayat yang

    bersifat siqoh juga, Ziyadah seperti ini dapat diterima. Pendapat ini

    merupakan kesepakatan ulama.

    3. Ziyadah yang berasal dari periwayat yang siqoh berupa sebuah lafaz

    yang mengandung arti tertentu, sedang para periwayat lainnya yang

    bersifat siqoh tidak mengemukakannya. Ibnu solah tidak

    mengemukakan penjelasan tentang bagaimana kedudukan ziadah

    model ketiga ini.4

    Dengan demikian dapat diketahui bahwa ziyadah dari jalur sanad

    al Bukhori tidak bertentangan dengan periwayat dari jalur Muslim dan al

    Tirmizi, bahkan kata tambahannya berupa takid.

    Dilihat dari kebahasaan, matan hadis Nabi:

    orang yang beriman terhadap orang yang beriman lainnya ibarat

    bangunan bagian yang satu memperkokoh bagian yang lainnya.

    Matan hadis tersebut mengandung ungkapan gaya bahasa tasybihtamsil jika dilihat dari segi wajah syibh-nya. Sebuah ungkapan tasybih

    disebut tasybih tamsil bila manawajah syibh-nya berupa gambaran yang

    dirangkai dsri keadaan beberapa hal. Nabi Muhammad menyerupakan

    gambaran dua orang mukmin dengan sebuah bangunan yang bagian-

    bagiannya saling memperkuat. Jika dicermati, maka wajah syibihnya

    diambil dari beberapa hal, yakni adannya bagian-bagian yang saling

    4Ibid, hlm 61.

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    6/23

    6 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    memperkuat. Musyabah dari hadis diatas adalah gambaran dari orang

    mukmin dengan mukmin lainnya; musyabah bihnya adalah gambaran

    bangunan yang bagian-bagiannya saling memperkokoh; sedang wajah

    syibh-nya adalah gambaran bagian-bagian bangunan yang memperkuat

    dan mempererat sebuah bangunan.

    Tujuan dari tasybih dalam matan hadis tersebut antara lain adalah:

    1. Menjelaskan keadaan musyabbah karena musyabbah tidak dikenal

    sifatnya sebelum dijelaskan melalui tasybih.Dengan demikian,tasybih

    itu memberikan pengertian yang sama dengan sifat tersebut.

    2. Tasykhis (personifikasi) yakni penggambaran benda marti menjadi

    benda hidup.

    B. Pendekatan Historis

    Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahawa hadis muncul dalam

    historis tertentu, oleh karenanya antara haadis dan sejarah memiliki hubungan

    sinergiss yang saling menguatkan satu sama lain . adanya kecocokan antara

    hadis dengan fakta sejarah akan menjadikan hadis memiliki sandaran validitas

    yang kokoh, demikian pula sebaliknya bila terjadi penyimpangan antara hadis

    dengan sejarah, maka diantara salah satu dari keduanya diragukan

    kebenarannya.5

    Pendekatan historis dalam hal ini adalah suatu upaya memahami hadis

    dengan cara mempertimbangkan kondisi historis empiris pada saat hadis itu

    disampaikan Nabi SAW. Dengan kata lain pendekatan historis adalah

    pendekatan yang dilakukan dengan cara mengkaitkan antara idea tau gagasan

    yang terdapat dalam hadis dengan determinasi-deaterminasi social dan situasi

    historis cultural yang mengitarinya.

    6

    Pendekatan model ini sebenarnya sudahdirintis oleh para ulama hadis sejak dulu, yaitu dengan munculnya ilmu

    asbabul wurud, yaitu, suatu ilmu yang menerangkan sebab-sebab mengapa

    Nabi SAW. Menuturkan sabdanya dan waktu menuturkannya7. Ada yang

    5Suryadi, Metode Kotemporer memahami Hadiss Nabi: Persepektif Muhamad Al Ghozali

    dan Yusuf al Qaradhwi, (Yogyakaarta: Teras 2008). Hlm 85.6Abdul Mustaqim dkk.Paradigma Integrasi-Interkoneksi dalam Memahami Hadis Nabi,

    (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga: 2008)Hlm 7.7

    Said Agil Husin Munawwar,Asbabul Wurud (Studi Kritis Hadis Nabi Pendekatan Sosio-Historis-Kontekstual) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2001). Hlm 27.

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    7/23

    7 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    mendefinisikan bahwa asbabul wurud adalah ilmu yang berbicara mengenai

    peristiwa-peristiwa atau pertanyaan-pertanyaan yang terjadi pada saat hadis

    tersebut disampaikan oleh Nabi.

    Dalam pendekatan historis biasanya pertanyaan yang ditekankan

    adalah mengapa Nabi SAW. Bersabda demikian, bagaimana kondisi historis

    sosio kultural masyarakat atau bahkan politik pada saat itu, serta mengamati

    proses terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut.8

    Contoh Aplikasi

    Pemahaman hadis dengan menggunakan pendekatan historis dapat

    dapat dilihat dalam memahami hadis tentang hukum rajam. Penetapan hukum

    rajam hanya diberlakukan bagi pelaku zina muhsan sebagaimana yang

    disebutkan dalam hadis. Pelaku zina muhson itu sendiri dikelompokan

    menjadi dua macam yaitu dari kalangan muslim dan non muslim.

    Contoh hadis yang menetapkan rajam bagi pelaku zina muhsan muslim

    adalah:

    (

    21/101)

    6325-

    9

    Adapun hadis yang menyebutkan rajam bagi pelaku zina muhson non

    muslim adalah:(

    11/465)

    3363-

    8

    M. Alfatih SuryadilagaMetodologi Syarah Hadis................................................Hlm 69.9Al Bukhori, Maktabah Syamilah, Shahih Al-Bukhori Kitaab Al Hudud no 6325

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    8/23

    8 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    10

    Persoalan pemberlakuan hadis tersebut muncul ketika terjadi

    penolakan hukum rajam tersebut dengan mengajukan argumentasi bahwa

    hadis yang menunjukan adanya hukum rajam tersebut terjadi sebelum

    turunnya aal-Quran surat al-Nur ayat 2, sehingga hadis mengnai rajam

    dinaskh oleh al-Quran. Polemik anatara menolak dan menerima hukum

    rajam inipun berlanjut sampai sekarang ini. Problem inilah yang menuntut

    adanya fiqh al-hadis dengan menggunakan pendekatan historis dengan

    melihat peristiwa pelaksanaan hukum rajam dari sisi sejarah atau

    pembongkaran data-data kesejarahan yang berkaitan dengan hadis tersebut.

    Menurut para mufaassir pada periode awal islam, sanksi przinaan

    adalah kurungan bagi wanita yang telah kawin dan bagi gadis di cerca, sedang

    bagi laki-laki dipermalukan dan dicerca di hadapan khalayak ramai.11

    Dengan melihat kenyataan sejarah bahwa pada masa Nabi

    Muhammad SAW, orang-orang islam hidup berdampingan dengan orang-

    orang Yaahudi, yang memiliki kitab suci dan diakui oleh umat islam. Oleh

    sebab itu, ketika orang-orang Yahudi melakukan pelanggaran hukum (zina),

    maka sangat wajar bila Nabi Muhammad mmberlakukan huku rajam bagi

    mereka sesuai dengan ajaran yang terdapat dalam kitab sucinya, kitab taurat.

    Selanjutnya akan muncul pertanyaan: bagaimana pelaksanaaan hukum

    rajam tersebut bagi orang-orang islam? Jawabanya adalah bahwa hukum-

    hukum yang ada dalam kitab suci terdahulu itu memang masih diberlakukan

    kepada umat islam sepanjang tidak di ubah dan tidak diganti dengan

    ketentuan hukum baru, sehingga dalam kasus pelaksanaan hukum rajam,apakah kasus pelaksanaan hukum rajam bagi orang-orang islam dilaksanakan

    sebelum atau sesudah turunnya hukum bagi pezina yang tertuang dalam surat

    al-Nur ayat 2.12

    10Al Bukhori, Maktabah Syamilah, Shahih AL-Bukhori kitab al Maanaqib no 3363.

    11Muhammad al-Razi, al-Tafsir al Kabir (beirut : Dar al-Fikr,1985), juz XII, Hlm. 125.

    12

    Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekatan). (Yogyakarta: CESADYPI Al Rahmah, 2001).hlm 77.

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    9/23

    9 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    Sejauh tinjauan dari aspek kesejarahan dalam kitab-kitab hadis dan

    asbabul wurud, tidak ditemukan secara pasti tentang kapan pelaksanaan

    hukum rajam tersebut, terutama terhadap orang islam. Sedangkan dalam

    riwayat Bukhori sendiri tidak ditemukan kepastian waktu pelaksaan. Bahkan

    hadis tersbut memperkuat ketidaktahuannya waktu pelaksanaanya secara

    pasti. Hadis sesuai dengan laafaz Imam Al Bukhori adalah:

    (

    21/120)

    6335-

    13

    Hadis ini dengan jelas menunjukan bahwa waktu pelaksanaan hukum

    rajam yang diberikan pada zaman Nabi terhadap orang islam tidak diketahui.

    Dari kenyataan sejarah ini jelas dapat dipahami mengapa Nabi

    Muhammad melaksanakan hukum yang ada dalam kitab Taurat terhadap

    orang Yahudi dan juga orang Islam. Namun setelah aayat tentang hukum bagi

    pezina telah diturunkan , maka nabi tidak lagi menghukum rajam terhadap

    orang islam. Hal ini dikarenakan bagi mereka yang berzina (baik laki-laki

    atau perempuan, muhsan aatu ghairu muhsan ) hukumannya adalah deraan

    seratus kali.14

    Dengan pemahaman historis yang didukung pemahaman korelasional

    dengan ayat al- Quraan dan hadis-hadis lain dapat diperoleh kesimpulan

    bahwa meskipun hadis rajam sahih dan pelaksaan hukumnya pernah

    diterapkan Nabi, tetapi melalui telaah historis, hadis tersebut telah di mansukh

    oleh al-Quran surah An-nur ayat2, sehingga hadis ini tidahk bisa

    diberlakukan karena termasuk hadisghair mamul bih

    C. Pendekatan Sosiologis

    Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama masyarakat

    dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu.

    Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk

    13

    Al Bukhori, Maktabah Syamilah, Shahih Al-Bukhori14Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekatan)..........................hlm 78.

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    10/23

    10 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula

    kepercayaannya, keyakinan yang member sifat tersendiri kepada cara hidup

    bersama itu dalam setiap persekutuan hidup manusia.

    Dari beberapa peryataan diatas terlihat bahwa sosiologi adalah Ilmu

    yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur,

    lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang paling berkaitan. Dengan

    ilmu ini fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang

    mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan

    yang mendasari terjadinya proses tersebut.

    Selanjutnya, sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan

    dalam memahami agama dan hadis. Hal demikian dapat dimengerti, karena

    banyak bidang kajian agama dan hadis yang baru dapat dipahami secara

    proporsial dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi.

    Pendekatan sosiologis dimaksudkan agar orang yang akan memaknai

    dan memahami hadis itu memperhatikan keadaan masyarakat setempat secara

    umum. Kondisi masyarakat pada saat munculnya hadis boleh jadi sangat

    mempengaruhi munculnya suatu hadis. Jadi keterkaitan antara hadis dengan

    situasi dan kondisi masyarakat pada saat itu tidak dapat dipisahkan. Karena

    itu dalam memahami hadis kondisi masyarakat harus dipertimbangkan agar

    pemaknaan tersebut tidak salah.15

    Pendekatan sosiologis terhadap suatu hadist merupakan usaha untuk

    memahami hadist dari aspek tingkah laku sosial masyarakat pada saat itu. 16

    Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa pendekatan sosiologis terhadap

    hadist adalah mencari uraian dan alasan tentang posisi masyarakat sosial yang

    berhubungan dengan ketentuan-ketentuan dalam hadist. Penguasaan konsep-konsep sosiologi dapat memberikan kemampuan untuk mengadakan analisis

    terhadap efektifitas hadist dalam masyarakat, sebagai sarana untuk merubah

    masyarakat agar mencapai keadaan-keadaan sosial tertentu yang lebih baik.17

    15Agil Husain Al-Munawwar dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud : Studi Kritis Atas

    Hadis Nabi, Pendekatan Sosio, Historis, Kontekstual(Cet.1 ; Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001),

    h.24-25.16

    Abdul Mustaqim,Ilmu Maanil Hadist (Paradigma Interkoneksi). (Yogyakarta: Idea

    Press, 2009), hal. 6217Ibid. Hlm 63

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    11/23

    11 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    Contoh penerapan

    18

    Hadis di atas mempunyai sebab-sebab yang pada saat itu tidak bisa

    dipisahkan dalam memaknainya, apabila memaknai sebuah hadis dan

    meninggalkan sejarah turunnya hadis dapat dipastikan akan berujung pada

    makna yang kurang tepat bahkan keliru. Dalam hal ini metode pendekatan

    sosiologis sangatlah diperlukan, agar dapat di ketahui apa yang di maksud dari

    hadis tersebut, paling tidak mendekati kebenaran. Jika kita lihat kondisi

    historis dan sosiologis masyarakat saat ini, sangatlah mungkin larangan itu di

    latar belakangi terhadap kaum perempuan.

    Kalau kita perhatikan pada hadis di atas kita kan temukan makna yang

    tersirat pada larangan tersebut bahwa Rasullah saw sebenarnya menghendaki

    keamanan pada kaum perempuan pada saat bersafar. Mengingat pada masa itu

    dimana orang yang hendak bepergian ia menggunakan kendaraan seperti onta,

    keledai dll, tentu sangatlah berbeda dengan keadaan sekarang yang mana

    sarana transportasi sungguh lebih modern.

    Namun ada beberapa pendapat yang berkenaan dengan hadis di atas

    sebagaimana yang dijelaskan oleh imam Abu Hanifah dan didukung oleh

    mayoritas ulama hadis adalah wajib hukumnya yang hendak haji, harus

    disertai marom atau suami, namun menurut Imam SyafiI tidak wajib ia hanya

    keamanan saja, keamanan bisa diperolah oleh adanya mahrom atau suami

    perempuan-perempuan lain yang dapat dipercaya.

    19

    D. Pendekatan Sosio-Historis

    Pemahaman hadis dengan pendekatan sosio-historis adalah memahami

    hadis-hadis dengan melihat sejarah sosial dan setting sosial pada saat dan

    18http://173.193.234.99/~daawa/islam/moslim_2/moslim/alhaj.php?alhaj=74

    19Abdul Muttaqin, Pradigma Interkoneksi Dalam Memahami Hadis Nabi: Pendekatan

    Historis, Sosiologis Dan Antropologis, Yogyakarta: Jurnal Study Ilmu-Ilmu Al-Qur;An Dan Al-Hadis, 2008.H 94

    http://173.193.234.99/~daawa/islam/moslim_2/moslim/alhaj.php?alhaj=74http://173.193.234.99/~daawa/islam/moslim_2/moslim/alhaj.php?alhaj=74http://173.193.234.99/~daawa/islam/moslim_2/moslim/alhaj.php?alhaj=74http://173.193.234.99/~daawa/islam/moslim_2/moslim/alhaj.php?alhaj=74
  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    12/23

    12 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    menjelang hadis tersebut diriwayatkan. Pendekatan sosio-historis ini dapat

    diterapkan, misalnya dalam memahami hadis tentang larangan perempuan

    menjadi pemimpin. Bunyi matan hadis tersebut adalah sebagai berikut:

    )

    (

    Jumhur ulama memahami hadis kepemimpinan politik perempuan

    secara tektual. Mereka berpendapat bahwa berdasarkan petunjuk hadis

    tersebut pengangkatan perempuan menjadi kepala negara, hakim pengadilan

    dan berbagai jabatan politik lainnya, dilarang dalam agama. Selanjutnya

    mereka menyatakan bahwa perempuan menurut petunjuk syara hanya diberi

    tanggung jawab untuk menjaga harta suaminya. Demikian pula al-Syaukani

    dalam menafsirkan hadis tersebut berkata bahwa perempuan itu tidak

    termasuk ahli dalam hal kepemimpinan, sehingga tidak boleh menjadi kepala

    negara.

    Dalam memahami hadis tersebut, perlu dicermati terlebih dahulu

    keadaan yang sedang berkembang pada saat hadis itu disabdakanatau harus

    dilihat latar belakang munculnya hadis (aspek historitas), disamping setting

    sosial pada saat itu. Oleh karena itu dalam memahami dan mengkaji hadis ini

    mutlak diperlukan informasi yang memadahi mengenai latar belakang

    kejadiannya (sisi historis).

    Sebenarnya jauh sebelum hadis tersebut muncul, yakni pada masa

    awal dakwah Islamiah dilakukan oleh Nabi ke beberapa daerah dan negeri.

    Pada saat itu nabi pernah mengirim surat kepada pembesar negeri lain dengan

    maksud mengajak mereka untuk memeluk islam. Diantara pembesar yang

    dikirimi surat oleh nabi adalah Kisra Persia. Kisah pengiriman surat tersebut

    dijelaskan sebagai berikut:Rasulullah telah mengutus Abdullah Ibnu Hudaifah al-Syami untuk

    mengirimkan surat tersebut kepada pembesar Bahrain. Setelah tugas

    dilakukan sesuai dengan pesan dan diterima oleh pembesar Bahrain,

    kemudian pembesar Bahrain tersebut memberikan surat kepada Kisra. Setelah

    membaca surat dari nabi Muhammad, Kisra menolak dan bahkan merobek-

    robek surat nabi. Menurut riwayat Ibn al-Musyayyab setelah peristiwa

    tersebut sampai kepada Rasulullah, kemudian rasulullah bersabda: siapa

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    13/23

    13 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    saja yang telah merobek-robek surat saya, akan dirobek-robek (diri dan

    kerajaan) orang itu. Tidak lama kemudian, kerajaan persia dilanda

    kekacauan dan berbagai pembunuhan yang dilakukan oleh keluarga dekat

    raja. Hingga pada akhirnya, diangkatlah seorang perempuan yang bernama

    Buwaran Binti Syairawih bin Kisra (cucu Kisra yangpernah dikirimi surat

    nabi) sebagai ratu (Kisra) di Persia, setelah terjadi pembunuhan-pembunuhan

    dalam rangka suksesi kepemimpinan. Hal tersebut karena ayah Buwaran

    meninggal dunia dan anak laki-lakinya telah mati terbunuh tatkala melakukan

    perebutan kekuasaan, karenanya Buwaran dinobatkan menjadi Ratu.

    Peristiwa tersebut terekam dalam sejarah terjadi pada tahun 9 H.

    Selain itu dari sisi sejarah sosial bangsa tersebut dapat dikuak bahwa

    menurut tradisi masyarakat yang berlangsung di Persia sebelum itu, jabatan

    kepala negara dipegang oleh kaum laki-laki. Sedang yang terjadi pada tahun 9

    hijriyah tersebut menyalahi tradisi itu, sebab yang diangkat sebagai raja

    bukan laki-laki lagi, melainkan perempuan. Pada waktu itu derajat kaum

    perempuan dimata masyarakat berada dibawah derajat kaum laki-laki.

    Pendekatan sosio-historis diatas didukung juga oleh pencarian

    petunjuk hadis dengan mengaitkan pada kapasitas Nabi saat menyabdakan

    hadis, apakah sebagai seorang rosul, kepada negara, panglima perang, hakim,

    tokoh masyarakat atau seorang pribadi manusia biasa, merupakan suatu yang

    sangat penting sebagaimana yang dikatakan oleh Mahmud Syaltut:

    mengetahui hal-hal yang dilakukan oleh Nabi dengan mengaitkan pada

    fungsi Nabi ketika hal itu dilakukan, sangat besar manfaatnya.20

    Dengan demikian dapat dipahami bahwa melalui pendekatan sosio-

    historis dalam memahami hadis tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwahadis larangan perempuan menjadi pemimpin merupakan pernyataan Nabi

    dalam merespon berita pengangkatan putri Kisra sebagai pemimpin Persia

    tersolut yang tidak terkait dengan wacana persyaratan syari bagi seorang

    pemimpin, namun hanya merupakan informasi mengenai pendapat pribadi

    Nabi yang memberi peluang adanya dua kemungkinan. Pertama, boleh jadi

    sabda Nabi tersebut merupakan doa agar pemimpin negeri Persia itu tidak

    20

    Nizar Ali,Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekata ), )Yogyakarta : CESad YPIAl-Rahmah, 2001), Hlm. 92-96

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    14/23

    14 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    sukses dan jaya. Kedua, boleh jadi hal tersebut merupakan pendapat pribadi

    Nabi yang didasarkan pada fakta realitas histori yang pada saat itu tidak

    memungkinkan bagi seorang perempuan untuk memimpin negara, karena

    tidak memperoleh legitimasi dari masyarakat dan tidak berwibawa jika

    dipercaya menjadi pemimpin mereka. Oleh karena itu tidak ada larangan bagi

    seorang perempuan untuk menjadi pemimpin bila kondisi sosial berbeda

    dengan kondisi pada saat hadis tersebut muncul. Jika keadaan perempuan

    sudah dihormati dan mempunyai kewibawaan serta memiliki kualifikasi,

    maka memaksakan pemahaman hadis secara tekstual merupakan tindakan

    yang kurang bijaksana.21

    E.

    Pendekatan Antropologis

    Pemahaman hadis dengan pendekatan antropologis adalah memahami

    hadis dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan

    berkembang dalam masyarakat, tradisi dan budaya yang berkembang dalam

    masyarakat pada saat hadis tersebut disabdakan. Pengertian Antropologi

    menurut bebrbagai ahli dan fakar didalamnya sendiri sebagai berikut:

    - Wiliam A. Havilan mengatakan Antropologi adalah studi tentang umat

    manusia berusaha menyusun generalisasi yng bermanfaat tentang

    manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang

    lengkap tentang keanekaragaman manusia.

    - David Huter: anropologi adalah imu yang lahir dari keingintahuan yang

    tidak terbatas tentang umat manusia.

    Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi

    yaitu sebuah ilmu mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta

    kebudayaan yang dihasilkan setiap manusia yang satu dengan yang lainnyaberbeda-beda.

    Atropologi adalah salah satu disiplin ilmu dri cabang ilmu

    pengetahuan sosial yang memfokuskan kajiannya kepada manusia. Secara

    umum, objek kajian antropologi dapat dibagi menjadi dua bidang, antropologi

    fisik yang mengkaji makhluk manusia sebagai organisme biologis, dan

    antropologi budaya. Objek dari antropologi adalah manusia didalam

    21Ibid.,Hlm. 102-103

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    15/23

    15 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan perilakunya. Ilmu pengetahuan

    antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam

    bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan kebudayaan untuk membangun

    masyarakat itu sendiri.

    Jika budaya tersebut dikaitkan dengan agama, maka agama yang

    dipelajari adalah agama sebagai sebuah fenomena budaya, bukan ajaran

    agama yang datang dengan perantara seoang Rasul dan sebagainya.

    Antropologi tidak membahas salah benarnya suatu agama, seperti

    kepercayaan, ritual dan kepercayaan kepada yang sacral. Wilayah antropologi

    hanya terbatas pada kajian terhadap enomena yang muncul.22

    Pendekatan antropologis memperhatikan terbentuknya pola-pola

    perilaku itu pada tatanan nilai yang dianut dalam kehidupan masyarakat

    manusia. Kontribusi pendekatan antropologis adalah ingin membuat uraian

    yang meyakinkan tentang apa sesungguhnya yang terjadi dengan manusia

    dalam berbagai situasi hidup dalam kaitan waktu dan ruang. Dengan

    pendekatan tersebut diharapkan seorang pembaca hadis akan memperoleh

    suatu pemahaman kontekstual progresif, dan apresiatif terhadap perubahan

    masyarakat yang merupakan implikasi dari adanya perkembangan dan

    kemajuan sains-teknologi.23

    Pemahaman hadis dengan antropologis bahkan sudah diterapkan Nabi

    SAW. Suatu ketika seorang Arab badui datang mengaku kepada Nabi perihal

    istrinya yang melahirkan anak berkulit berbeda dengan kulitnya. Ia

    mencurigai istrinya tidak jujur karena kulitnya berwarna kuning sedangkan

    kulit anaknya berwarna hitam. Untuk menanggapi orang tersebut memakai

    logika dengan bertanya apakah orang itu memiliki unta. Orang tersebut lalumenjawab bahwa dia mempunyai unta yang berwarna kecoklat-coklatan.

    Rosulullah bertanya: kira-kira apakah untamu itu mempunyai nenek moyang

    yang warnanya hitam? maka orang itu menjawab: saya kira punya. Maka

    rasulullah menyahut: jangan-jangan nenek moyang anakmu juga ada yang

    22M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis, (yogyakarta: Suka-Press UIN Sunan

    Kalijaga, 2012), Hlm. 87-8923

    Abdul Mustaqim, Paradigma Integrasi-Interkoneksi dalam Memahami Hadis(yogyakarta: Sukses Offset, 2008)

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    16/23

    16 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    kulitnya berwarna hitam, tidak kuning sepertimu. Maka orang itu lalu

    berkata: betul juga ya rasullullah, kalau begitu dia anak saya. Pendekatan

    yang digunakan oleh Nabi dalam kasus ini adalah pendekatan antropologis.

    Hadis tersebut berbunyi:

    .

    .

    (

    )

    Jika rasulullah memberi contoh pemahaman dengan menggunakan

    pendekatan antropologi, maka sudah tentu dalam memahami hadis beliau

    juga diperlukan pendekatan serupa.24Hadis yang lain yang dipahami dengan

    pendekatan antropologis adalah hadis yang berbunyi:

    ..

    )

    (

    Dari jabir berkata: rasulullah SAW bersabda: matikanlah lampu-

    lampu pada waktu malam ketika kamu sekalian hendak tidur, kuncilah pintu-

    pintu, ikatilah tempat-tempat air minum (yang terbuat dari kulit), dan

    tutupilah makanan dan minuman.

    Pada masa Nabi secara anstropologis, alat penerang waktu malam

    adalah lampu minyak. Apabila lampu tidak dimatikan tatkala hendak tidur,

    maka mungkin akan terjadi kebakaran. Penyebabnya mungkin karena lampu

    minyak itu disentuh oleh binatang misalnya tikus atau karena hembusan

    angin. Untuk keamanan bersama dan untuk penghematan, maka penghuni

    rumah perlu mematikan lampu-lampu terdahulu sebelum tidur.

    Pada zaman sekarang, banyak rumah yang menggunakan lampu

    listrik. Dengan demikian, keamanan lebih terjamin walaupun lampudinyalakan tatkala penghuninya sedang tidur. Dengan fasilitas lampu seperti

    ini, maka tidak ada salahya sekiranya lampu tetap menyala walaupun

    penghuni rumah sudah tidur.25

    F. Pendekatan Psikologis

    24Nizar Ali,Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekata ), )Yogyakarta : CESad YPI

    Al-Rahmah, 2001), Hlm. 103-10425Ibid.,Hlm. 106-107

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    17/23

    17 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    Yang dimaksud dalam pendekatan psikologis dalam pemahaman hadis

    adalah memahami hadis dengan memperhatikan kondisi psikologis Nabi

    SAW dan masyarakat yang dihadapi Nabi ketika hadis tersebut disabdakan.

    Hadis-hadis Nabi adakalanya disabdakan sebagai respon terhadap

    pertanyaan dan perilaku sahabat. Oleh karenanya dalam keadaan tertentu

    Nabi memperhatikan faktor psikologi sahabat ketika hendak mengucapkan

    sebuah hadis. Dengan melihat dua kondisi psikologis (Nabi dan Sahabat) ini

    akan mementukan pemahaman yang utuh terhadap hadis tersebut. Salah satu

    contoh adalah hadis tentang amalan yang utama. Ternyata hadis yang

    menyatakan amalan yang utama berjumlah banyak dan sangat variatif. Hadis-

    hadis tersebut adalah:

    (

    )

    mereka (para sahabat Nabi) bertanya: ya Rasulallah amalan islam yang

    manakah yang lebih utama? beliau menjawab (yaitu) orang yang kaum

    muslimin selamat dari gangguan mulutnya dan tangannya

    (

    bahwa Rasulullah SAW ditanya oleh seseorang: amal apakah yang paling

    utama?beliau menjawab beriman kepada Allah dan Rasulnya(Beliau)

    ditanya lagi: kemudian apalagi? beliau menjawab: Jihad dijalan Allah

    (Beliau) ditanya lagi: kemudian apalagi? beliau menjawab: Haji mabrur .

    Hanya satu pertanyaan yang ditanyakan oleh sahabat yang berbeda,

    ternyata jawaban Nabi berbeda - beda atau bermacam-macam: pada suatu saatNabi menyatakan Man salima Al-Muslimun min lisanihi wayadihi dan

    pada saat yang lain Nabi menjawab, As-sholatu ala waqtiha dan pada saat

    yang lain menjawab: Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.

    Perbedaan materi jawaban tersebut sesungguhnya bertolak dari

    kondisi psikologis orang yang bertanya kondisi psikologis Nabi. Jawaban

    yang diberikan Nabi sangat memperhatikan kondisi kejiwaan yang bertanya.

    Oleh karnanya, jawaban itu sebenarnya sesuai dengan kondisi keadaan

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    18/23

    18 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    psikologis sang penanya. Pada saat penanya adalah orang yang sering berbuat

    bohon dan lainnya, maka Nabi dalam kapasitas sebagai Rasul ingin

    membimbing dan menasehatinya agar ia menjada mulut dan tangannya. Pada

    waktu sang penanya adalah orang yang sibuk terus mengurus dunia, ketika

    waktu shalat telah tiba, ia tidak berhenti dari pekerjaan, maka amal yang

    paling utama bagi penanya ini menurut Nabi adalah shalat pada waktunya.

    Dengan demikian, dalam memahami hadis tersebut, jawaban tidaklah

    bersifat substantif. Yang subtantif ada dua kemungkinan yakni:

    a.

    Relevansinya antara keadaan yang bertanya dan materi jawaban yang

    diberikan.

    b.

    Relevansi antara keadaan kelompok masyarakat tertentu dengan materi

    jawaban yang diberikan. Kemungkinan yang kedua mempertimbangkan

    bahwa jawaban Nabi itu merupakan petunjuk umum bagi kelompok

    masyarakat yang dalam kesehariannya mereka menunjukkan gejala yang

    perlu diberikan bimbingan dengan menekan perlunya dilaksanakan

    amalan-amalan tertentu. Orang yang bertanya sekedar berfungsi sebagai

    wakil dari keinginan untuk memberikan bimbingan kepada kelompok

    masyarakat tertentu. Orang yang bertanya sekedar berfungsi sebagai

    wakil dari keinginan untuk memberikan bimbingan kepada kelompok

    masyarkat tertentu.

    Oleh sebab itu hadis-hadis tersebut bersifat kondisional dalam

    pengertian sesuai dengan kondisi psikologis seseorang. Jika seseorang

    memiliki kebiasaan yang tidak baik dalam memelihara mulut, maka amal

    baginya adalah menjaga mulut dan tangannya. Namun, bila seseorang

    memiliki kebiasaan menunda-nunda shalat maka yang terbaik baginya adalahshalat pada waktunya atau bahkan mementingkan pekerjaan ketimbang shalat,

    maka yang terbaik baginya adalah shalat pada waktunya. Demikian

    seterusnya.

    Perlu disebutkan bahwa beberapa pendekatan dalam memahami hadis

    tersebut tidak bisa diterapkan dalam seluruh hadis Nabi, tetapi dalam melihat

    aspek-aspek diluar teks hadis seperti As-bab al-Wurud. Kondisi social

    keagamaan yang berkembang pada saat hadis disabdakan tentu akan dapat

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    19/23

    19 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    diketahui pendekatan mana yang lebih tepat untuk dipakai dalam memahami

    hadis tersebut.26

    BAB III

    KESIMPULAN

    A. Pendekatan bahasa

    26Ibid.,Hlm. 108-112

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    20/23

    20 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    Penelitian hadis dengan menggunakan pendekatan bahasa ini dapat

    digunakan untuk meneliti makna hadis, meneliti nilai sebuah hadis apabila

    terdapat perbedaan lafad dalam matan hadis.

    Pendekatan bahasa dalam memahami hadis dilakukan apabila dalam

    sebuah matan hadis terdapat aspek-aspek keindahan bahasa (Balaghoh) yang

    memungkinkan mengandung pengertian majazi (metaforis) sehingga berbeda

    dengan pengertian haqiqi

    Adapun tujuan dari memahami hadis melalui pendekatan bahasa

    adalah:

    1. Peneliti dapat mengetahui dan memahami makna dari lafad-lafad hadis

    yang ghorib dan juga mengetahui illat serta syadz.

    2. Memahami dan mengetahui makna dan tujuan hadis Nabi muhamad

    Saw. contoh

    3.

    Mengkorfirmasi pengertian kata-kata hadis.

    B. Pendekatan Historis

    Pendekatan historis dalam hal ini adalah suatu upaya memahami hadis

    dengan cara mempertimbangkan kondisi historis empiris pada saat hadis itu

    disampaikan Nabi SAW. Dengan kata lain pendekatan historis adalah

    pendekatan yang dilakukan dengan cara mengkaitkan antara idea tau gagasan

    yang terdapat dalam hadis dengan determinasi-deaterminasi social dan situasi

    historis cultural yang mengitarinya. Pendekatan model ini sebenarnya sudah

    dirintis oleh para ulama hadis sejak dulu, yaitu dengan munculnya ilmu

    asbabul wurud, yaitu, suatu ilmu yang menerangkan sebab-sebab mengapa

    Nabi SAW. Menuturkan sabdanya dan waktu menuturkannya. Ada yangmendefinisikan bahwa asbabul wurud adalah ilmu yang berbicara mengenai

    peristiwa-peristiwa atau pertanyaan-pertanyaan yang terjadi pada saat hadis

    tersebut disampaikan oleh Nabi.

    Dalam pendekatan historis biasanya pertanyaan yang ditekankan

    adalah mengapa Nabi SAW. Bersabda demikian, bagaimana kondisi historis

    sosio kultural masyarakat atau bahkan politik pada saat itu, serta mengamati

    proses terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    21/23

    21 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    C. Pendekatan Sosiologis

    Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama masyarakat

    dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu.

    Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk

    dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula

    kepercayaannya, keyakinan yang member sifat tersendiri kepada cara hidup

    bersama itu dalam setiap persekutuan hidup manusia.

    Dari beberapa peryataan diatas terlihat bahwa sosiologi adalah Ilmu

    yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur,

    lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang paling berkaitan. Dengan

    ilmu ini fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang

    mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan

    yang mendasari terjadinya proses tersebut.

    Pendekatan sosiologis dimaksudkan agar orang yang akan memaknai

    dan memahami hadis itu memperhatikan keadaan masyarakat setempat secara

    umum. Kondisi masyarakat pada saat munculnya hadis boleh jadi sangat

    mempengaruhi munculnya suatu hadis. Jadi keterkaitan antara hadis dengan

    situasi dan kondisi masyarakat pada saat itu tidak dapat dipisahkan. Karena

    itu dalam memahami hadis kondisi masyarakat harus dipertimbangkan agar

    pemaknaan tersebut tidak salah.

    D. Pendekatan Sosio-Historis

    Pemahaman hadis dengan pendekatan sosio-historis adalah memahami

    hadis-hadis dengan melihat sejarah sosial dan setting sosial pada saat dan

    menjelang hadis tersebut diriwayatkan.

    Dalam memahami hadis tersebut, perlu dicermati terlebih dahulukeadaan yang sedang berkembang pada saat hadis itu disabdakanatau harus

    dilihat latar belakang munculnya hadis (aspek historitas), disamping setting

    sosial pada saat itu. Oleh karena itu dalam memahami dan mengkaji hadis ini

    mutlak diperlukan informasi yang memadahi mengenai latar belakang

    kejadiannya (sisi historis).

    E. Pendekatan Antropologis

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    22/23

    22 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    Pemahaman hadis dengan pendekatan antropologis adalah memahami

    hadis dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan

    berkembang dalam masyarakat, tradisi dan budaya yang berkembang dalam

    masyarakat pada saat hadis tersebut disabdakan.

    Pendekatan antropologis memperhatikan terbentuknya pola-pola

    perilaku itu pada tatanan nilai yang dianut dalam kehidupan masyarakat

    manusia. Kontribusi pendekatan antropologis adalah ingin membuat uraian

    yang meyakinkan tentang apa sesungguhnya yang terjadi dengan manusia

    dalam berbagai situasi hidup dalam kaitan waktu dan ruang

    F. Pendekatan Psikologis

    Yang dimaksud dalam pendekatan psikologis dalam pemahaman hadis

    adalah memahami hadis dengan memperhatikan kondisi psikologis Nabi

    SAW dan masyarakat yang dihadapi Nabi ketika hadis tersebut disabdakan.

    Hadis-hadis Nabi adakalanya disabdakan sebagai respon terhadap

    pertanyaan dan perilaku sahabat. Oleh karenanya dalam keadaan tertentu

    Nabi memperhatikan faktor psikologi sahabat ketika hendak mengucapkan

    sebuah hadis. Dengan melihat dua kondisi psikologis (Nabi dan Sahabat) ini

    akan mementukan pemahaman yang utuh terhadap hadis tersebut.

    DAFTAR PUSTAKA

    Suryadi, 2008, Metode Kotemporer Memahami Hadis Nabi: Persepektif

    Muhamad Al Ghozali dan Yusuf al Qaradhwi,Yogyakarta: Teras

  • 5/19/2018 pendekatan dalam memahami hadis

    23/23

    23 Pendekatan Dalam Memahami Hadis

    Ali Nizar, 2001, Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekatan) Yogyakarta:

    CESAD YPI Al Rahmah.

    Suryadilaga Alfatih, 2012,Metodologi Syarah Hadis, Yogyaakarta: SUKA Pres

    UIN Sunan Kalijaga.

    Abdul Mustaqim dkk.,2008, Paradigma Integrasi-Interkoneksi dalam

    Memahami Hadis Nabi, Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan

    Kalijaga,

    Said Agil Husin Munawwar, 2001, Asbabul Wurud (Studi Kritis Hadis Nabi

    Pendekatan Sosio-Historis-Kontekstual), Yogyakarta: Pustaka Pelajar

    Al Bukhori, Maktabah Syamilah, Shahih Al-Bukhori Kitaab Al Hudud no 6325

    Al Bukhori, Maktabah Syamilah, Shahih AL-Bukhori kitab al Maanaqib no

    3363.

    Muhammad al-Razi,1985, al-Tafsir al Kabirbeirut : Dar al-Fikr, juz XII.

    Al Bukhori, Maktabah Syamilah, Shahih Al-Bukhori

    Agil Husain Al-Munawwar dan Abdul Mustaqim, Asbabul Wurud, 2001, Studi

    Kritis Atas Hadis Nabi, Pendekatan Sosio, Historis, Kontekstual, Cet.1

    Yogyakarta : Pustaka Pelajar

    Abdul Mustaqim, 2009, Ilmu Maanil Hadist (Paradigma Interkoneksi)

    Yogyakarta: Idea Press.

    http://173.193.234.99/~daawa/islam/moslim_2/moslim/alhaj.php?alhaj=74

    Abdul Muttaqin, 2008, Pradigma Interkoneksi Dalam Memahami Hadis Nabi:

    Pendekatan Historis, Sosiologis Dan Antropologis, Yogyakarta: Jurnal

    Study Ilmu-Ilmu Al-Qur;An Dan Al-Hadis.

    M. Alfatih Suryadilaga, 2012, Metodologi Syarah Hadis, yogyakarta: Suka-

    Press UIN Sunan Kalijaga.

    http://173.193.234.99/~daawa/islam/moslim_2/moslim/alhaj.php?alhaj=74http://173.193.234.99/~daawa/islam/moslim_2/moslim/alhaj.php?alhaj=74http://173.193.234.99/~daawa/islam/moslim_2/moslim/alhaj.php?alhaj=74