pendayagunaan dana zakat infaq dan shadaqah...

129
i PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS) BAGI PENYANDANG DISABILITAS (STUDI KASUS ATAS PENGELOLAAN ZAKAT DI BAZNAS KABUPATEN SEMARANG) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : ARRUM FAIDA NIM 214 14 022 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 13-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

    (ZIS) BAGI PENYANDANG DISABILITAS (STUDI KASUS

    ATAS PENGELOLAAN ZAKAT DI BAZNAS KABUPATEN

    SEMARANG)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

    Gelar Sarjana Hukum

    Oleh :

    ARRUM FAIDA

    NIM 214 14 022

    PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

    FAKULTAS SYARI’AH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2019

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    MOTTO

    Jika saya tidak dapat melakukan hal-hal yang besar, saya akan melakukan hal

    kecil dengan cara yang hebat

    (If I Can’t do great things, I can do small thing in a great way)

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini dipersembahkan untuk:

    1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Supriyanto dan Ibu Suwarmi yang selalu

    mendukung dan mendoakan serta memberikan segalanya untuk saya.

    2. Kakak dan adik yang selalu mendukung, mendoakan, dan membantu saya

    Annisatul Aminah, Zain Nur Raichan, dan Najwa Riska Sabilla

    3. Dosen pembimbing favorit saya Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., yang telah

    rela meluangkan waktunya untuk membimbing saya selama ini.

    4. Sahabat-sahabatku Lia Rahmawati, Fitri Handayani, Ruli, Linda yang selalu

    memberikan semangat, doa, dan dukungannya.

    5. Seluruh keluarga besar saya, keluarga Bani Abu Ilyas dan keluarga Bani

    Salim.

    6. Teman seperjuanganku seluruh mahasiswa Hukum Ekonomi Syari‟ah

    angkatan 2014

  • vii

    Kata Pengantar

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan

    hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi

    ini dengan baik. Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi

    Agung Muhammad SAW yang senantiasa dinanti-nantikan syafa‟atnya kelak di

    yaumul qiyamah.

    Penyusunan skripsi dengan Judul “Pendayagunaan Dana Zakat Infaq dan

    Shadaqah (ZIS) Bagi Penyandang Disabilitas (Studi Kasus Atas Pengelolaan

    Zakat di BAZNAS Kabupaten Semarang)” adalah untuk memenuhi salah satu

    syarat memperoleh gelar akademik Sarjana Hukum di Institut Agama Islam

    Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak

    akan berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

    penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Rektor Institut

    Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

    2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah

    3. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang

    telah memberikan arahan dan bimbingan hingga skripsi ini selesai.

    4. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si., selaku Ketua Jurusan Hukum

    Ekonomi Syariah dan Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan

    arahan dan bimbingan hingga skripsi ini selesai.

  • viii

    5. Bapak Moh. Khusen, MA., M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik

    yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiranya guna memberikan

    bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

    6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah

    memberikan ilmu dan bimbinganya kepada penulis.

    7. Kedua orang tua serta keluarga yang selalu memberikan dukungan moral

    dan material.

    8. Kepada seluruh narasumber yang telah berkenan memberikan informasi

    9. Seluruh sahabat, teman-teman seperjuangan Hukum Ekonomi Syariah

    2104

    10. Dan seluruh pihak yang telah berkontribusi hingga terselesaikannya skripsi

    ini

    Selanjutnya penulis hanya dapat berdo‟a “jazakumullahu khairal jaza‟

    jazaan katsiran”. Penyusun sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

    kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari

    pembaca sangat berharga bagi kesempurnaan skripsi ini. Penulis hanya bisa

    berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

    penyusun pada khususnya.

    Salatiga, 12 September 2019

    Penulis,

    Arrum Faida

    NIM 21414022

  • ix

    ABSTRAK

    Faida, Arrum. 2019. Pendayagunaan Dana Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS) Bagi

    Penyandang Disabilitas (Studi Kasus Atas Pengelolaan Zakat di BAZNAS

    Kbupaten Semarang). Skripsi fakultas syari‟ah program studi Hukum

    Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

    Pembimbing: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag

    Kata Kunci: Pendayagunaan, ZIS, Disabilitas, Efektifitas

    Pendayagunaan dana zakat adalah bentuk pemanfaatan sumber daya (dana

    zakat) secara maksimum sehingga berdayaguna untuk mencapai kemaslahatan

    bagi umat. BAZNAS Kabupaten Semarang memberdayakan dana ZIS untuk

    usaha produktif salahsatunya usaha produktif untuk penyandang disabilitas. Para

    penyandang disabilitas memiliki potensi yang besar tetapi mereka tidak

    mempunyai wadah untuk mengembangkan keahliannya.

    Dari latar belakang tersebut, dilakukan penelitian guna mengkaji rumusan

    masalah, diantaranya yaitu: Bagaimanakah pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan

    Shadaqah (ZIS) bagi penyandang disabilitas di Badan Amil Zakat Nasional

    (BAZNAS) Kabupaten Semarang dan apa kendala yang dihadapi dalam

    pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) bagi penyandang

    disabilitas di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reserch) yaitu peneliti

    terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada objek yang

    dibahas. Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah penekatan

    kualitatif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bukan berupa angka-

    angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,

    dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya

    Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan,

    BAZNAS Kabupaten Semarang mendayagunakan dana ZIS untuk penyandang

    disabilitas, yaitu dengan memberikan modal usaha serta pendampingan kepada

    penyandang disabilitas bertujuan membantu menggali potensi para penyandang

    diabilitas. BAZNAS Kabupaten Semarang juga memberikan edukasi sekaligus

    motivasi kepada para penyandang disabilitas melalui pelatihan membaca Al

    Qur‟an braille serta tausiyah keagamaan yang bekerjasama dengan PERTUNI

    (Persatuan Tunanetra Indonesia) Kabupaten Semarang. Efektifitas pendayagunaan

    dana ZIS untuk para penyandang disabilitas belum efektif karena pendapatan para

    penyandang disabilitas masih rendah dan hanya cukup untuk memenuhi

    kebutuhan sehari-hari, dalam hal ini ada beberapa faktor yang menjadi

    penghambat BAZNAS Kabupaten Semarang yaitu BAZNAS Kabupaten

    Semarang belum memiliki tenaga monitoring serta monitoring yang dilakukan

    tidak menentu. Selain itu kemampuan menejerial para penyandang disabilitas juga

    masih kurang sehingga dibutuhkan pelatihan wirausaha.

  • x

    DAFTAR ISI

    COVER ............................................................................................................... i

    NOTA PEMBIMBING ..................................................................................... ii

    PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... iii

    PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iv

    MOTTO ............................................................................................................. v

    PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

    ABSTRAK ........................................................................................................ ix

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................... 8

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 8

    D. Telaah Pustaka ........................................................................................ 9

    E. Penegasan Istilah ................................................................................... 12

    F. Metode Penelitian.................................................................................. 14

    G. Sistimatika Penulisan ............................................................................ 20

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

  • xi

    A. Tinjauan Umum Pengelolaan Zakat, Infaq, da Shadaqah (ZIS) ........... 22

    1. Pengertian Zakat, Infaq, dan Shadaqah ........................................... 22

    2. Lembaga Pengelolaan Zakat ........................................................... 39

    3. Pengelolaan Zakat Menurut UU No. 23 tahun 2011 ....................... 47

    B. Tinjauan Umum Pendayagunaan Zakat, Infaq, da Shadaqah (ZIS) ...... 51

    1. Pengertian Pendayagunaan ............................................................. 51

    2. Pola Pendayagunaan ....................................................................... 52

    3. Manfaat Pendayagunaa Dana ZIS .................................................. 53

    C. Kepedulian Terhadap Para Penyandang Disabilitas ............................. 55

    1. Pengertian Disabilitas ..................................................................... 55

    2. Kategori Penyandang Disabilitas ................................................... 56

    3. Hak-hak Penyandang Disabilitas ................................................... 59

    4. Kepedulian Terhadap Penyandang Disabilitas ............................... 61

    BAB III HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Tentang BAZNAS Kabupaten Semarang................ 67

    1. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kabupaten Semarang ..................... 67

    2. Visi dan Misi BAZNAS Kbupaten Semarang................................ 69

    3. Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Semarang .................... 70

    4. Dasar Hukum.................................................................................. 71

    5. Tugas dan Fungsi Pokok BAZNAS Kabupaten Semarang ............ 71

    6. Pengumpulan dan Sumber Dana BAZNAS Kabupaten Semarang 71

    7. Penganggaran Dana BAZNAS Kabupaten Semarang ................... 73

    8. Program BAZNAS Kabupaten Semarang ...................................... 74

    9. Pendistribusian Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) ............... 76

    B. Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) Untuk

    Penyandang Disabilitas ......................................................................... 78

    1. Latar Belakang Program Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq,

    dan Shadaqah (ZIS) untuk Penyandang Disabilitas ....................... 79

    2. Prosedur Pengajuan Penerimaan Dana Zakat, Infaq, Shadaqah

  • xii

    (ZIS) untuk Penyandang Disabilitas .............................................. 81

    BAB IV PENDAYAGUNAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS)

    BAGI PENYANDANG DISABILITAS

    A. Pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) Bagi

    Penyandang Disabilitas di BAZNAS Kabupaten Semarang ................. 83

    1. Pelaksanaan pendayagunaan dana ZIS bagi penyandang disabilitas

    Oleh BAZNAS Kabupaten Semarang ............................................ 83

    2. Mustahiq pendayagunaan dana ZIS bagi penyandang disabilitas .. 89

    B. Efektifitas Pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS)

    Bagi Penyandang Disabilitas di BAZNAS Kabupaten Semarang ........ 92

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................................ 97

    B. Saran ..................................................................................................... 98

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 100

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Rekapitulasi Perolehan Zakat, infaq, dan Shadaqah (ZIS)

    BAZNAS Kabupaten Semarang 2018 ........................................................... 73

    Tabel 3.2 Laporan Pentasyarufan BAZNAS Kabupaten Semarang 2018 77

    Tabel 4.1 penerima bantuan modal usaha penyandang disabilitas ........... 91

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembaga BAZNAS Kabupaten Semarang

    Lampiran 2 Narasumber Penyandang Disabilitas

    Lampiran 3 Penunjukkan Pembimbing Skripsi

    Lampiran 4 Permohonan Izin Penelitian

    Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi

    Lampiran 6 Surat Keterangan Keaktifan (SKK)

    Lampiran 7 Teks Wawancara BAZNAS Kabupaten Semarang

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Allah SWT menciptakan kita sebagai manusia yang sempurna. Semua

    manusia di muka bumi ini menginginkan tubuh atau fisik yang sempurna,

    yang dapat melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa mengalami kesulitan.

    Namun keadaan normal tanpa cacat fisik ternyata tidak selamanya dapat

    dinikmati oleh setiap orang. Sering kali dikarenakan keadaan tertentu

    seseorang harus mengalami cacat/disabilitas, baik fisik maupun mental. Hal

    ini oleh orang yang bersangkutan bisa saja dirasakan mengganggu

    kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini, seseorang yang mengalami

    disabilitas perlu pendampingan dan pemberdayaan agar bisa tetap semangat

    menjalani kehidupan dan meningkatkan taraf kehidupanya.

    Islam sebagai agama rahmatan lil „alamin atau agama pembawa

    rahmat bagi semesta alam mempunyai ajaran untuk menolong orang-orang

    yang tidak berdaya, ajaran-ajaran tersebut banyak terdapat dalam ayat-ayat Al

    Qur‟an dan Hadis. Salah satu media Islam dalam menolong orang-orang

    lemah atau orang-orang yang tidak berdaya adalah melalui zakat. Islam

    memberikan perhatian serius terhadap zakat. Dalam Al Qur‟an, Allah SWT

    menurunkan 37 ayat tentang zakat, zakat juga selalu disandingkan dengan

    kewajiban shalat. Dalam perspektif ekonomi Islam, zakat dipandang sebagai

    suatu hal yang sangat penting. Jika dikelola dengan baik dan optimal maka

  • 2

    zakat akan menjadi salah satu solusi dari sasaran akhir perekonomian suatu

    negara.

    Agar menjadi sumber dana yang dapat dimanfaatkan bagi

    kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari

    kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial, perlu adanya pengelolaan

    zakat secara professional dan tanggung jawab yang dilakukan oleh

    masyarakat bersama pemerintah. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban

    memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada muzaki,

    mustahiq dan pengelola zakat tentang pengeloalaan zakat yang berasaskan

    iman dan taqwa. Pemerintah yang sah menurut pandangan Islam yakni

    pemerintah Islami wajib mengelola zakat, melalui badan tertentu yang

    berwenang mengurusinya. Pemerintah wajib membentuk badan itu yang

    dikenal dengan Badan Amil Zakat.

    Dalam upaya dalam optimalisasi pengelolahan zakat, pemerintah telah

    mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan

    zakat. Pengelolaan zakat berasal dari dua kata yaitu kata pengelolaan dan kata

    zakat. Pengelolaan memiliki arti proses yang memberikan pengawasan

    kepada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan

    pencapaian tujuan, proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan

    tenaga orang lain. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2011

    dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pengelolaan zakat adalah kegiatan

    perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan,

    pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

  • 3

    Dalam pasal 1 aya 7 Undang-Undang No. 23 tahun 2011 pengelolaan

    zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional berkedudukan di ibukota

    Negara. Wilayah operasional Badan Amil Zakat adalah pengumpulan zakat

    pada instansi pemerintah tingkat pusat, swasta nasional dan Perwakilan

    Republik Indonesia di luar negeri. Badan Amil Zakat di semua tingkatan

    dapat membentuk Unit Pengumpulan Zakat (UPZ). UPZ tidak bertugas untuk

    menyalurkan dan mendayagunakan zakat, pengumpulan zakat dapat

    dilakukan melalui penyerahan langsung (datang) ke Badan Amil Zakat,

    melalui counter, Unit Pengumpulan Zakat, Pos, Bank, pemotongan gaji dan

    pembayaran zakat yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak.

    Selanjutnya jika dana zakat telah terkumpul maka BAZNAS akan

    mendistribusikannya kepada asnaf yang berhak menerima zakat sesuai

    dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 pasal 21 yang berbunyi zakat

    wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam. Firman

    Allah surah At-Taubah (9) ayat 60:

    ٱۡىمَ ََ ُذ ىِۡيفُقََسٓاِء َدقََٰ قَبةِ ۞إِوََّمب ٱىصَّ فِٓ ٱىسِّ ََ ٱۡىُمَؤىَّفَِخ قُيُُثٍُُۡم ََ ٍَب ٕۡ ِميَِٕه َعيَ ٱۡىَعَٰ ََ ِنِٕه َعَٰ

    ُ َعيٌِٕم َحِنٕٞم ٱَّللَّ ََ ِِۗ َه ٱَّللَّ جِِٕوِۖ فَِسَٔعٗخ مِّ ٱۡثِه ٱىعَّ ََ ِ فِٓ َظجِِٕو ٱَّللَّ ََ ِسِمَٕه ٱۡىَغَٰ ََ٠٦

    Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

    orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk

    hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk

    jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

    ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha

    Bijaksana”.

  • 4

    Dari ayat diatas dapat disimpukan bahwa ada 8 golongan yang berhak

    menerima zakat yaitu orang fakir, orang miskin, pengurus zakat, muallaf,

    memerdekakan budak, orang berhutang, pada jalan Allah (Sabilillah), dan

    orang yang sedang dalam perjalanan.

    Selama ini yang banyak dipraktekkan dalam masyarakat,

    pendistribusian zakat lebih diorientasikan pada pembagian konsumtif

    sehingga begitu zakat dibagi, pihak yang menerima hanya dapat

    memanfaatkannya untuk kepentingan konsumtif sesaat. Jika sasaran utama

    zakat adalah mengentaskan mereka dari kemiskinan atau merubah status

    mereka dari mustahiq menjadi muzakki (pemberi zakat), tujuan pokok

    tersebut sulit tercapai, karena pola dan sistem pembagiannnya yang kurang

    atau tidak pas. Maka pembagian zakat secara konsumtif perlu ditinjau dan

    dipertimbangkan kembali secara proporsional.

    Pendayagunaan dana zakat adalah bentuk pemanfaatan sumber daya

    (dana zakat) secara maksimum sehingga berdayaguna untuk mencapai

    kemaslahatan bagi umat. Pendayagunaan dana zakat diarahkan pada tujuan

    pemberdayaan melalui berbagai program yang berdampak positif (maslahat)

    bagi masyarakat khususnya umat Islam yang kurang beruntung (golongan

    asnaf). Dengan pemberdayaan ini diharapkan akan tercipta pemahaman dan

    kesadaran serta membentuk sikap dan perilaku hidup individu dan kelompok

    menuju kemandirian.1

    1 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm.

    198.

  • 5

    Pendayagunaan zakat harus berdampak positif bagi mustahiq, baik

    secara ekonomi maupun sosial. Dari sisi ekonomi, mustahiq dituntut benar-

    benar dapat mandiri dan hidup secara layak sedangkan dari sisi sosial,

    mustahiq dituntut dapat hidup sejajar dengan masyarakat yang lain. Hal ini

    berarti, zakat tidak hanya didistribusikan untuk hal-hal yang konsumtif saja

    dan hanya bersifat charity tetapi lebih untuk kepentingan yang produktif dan

    bersifat edukatif.2

    Tentang pendayagunaan zakat perlu diingat bahwa zakat mempunyai

    dua fungsi utama. Pertama, adalah untuk membersihkan harta, benda, dan

    jiwa manusia supaya senantiasa berada dalam keadaan fitrah. Seseorang yang

    telah memberikan hartanya untuk disampaikan kepada yang berhak

    menerimanya berarti pula bahwa ia telah menyucikan harta dan jiwanya

    dengan pemberian itu. Dengan tindakan tersebut, ia sekaligus telah

    menunaikan kewajiban agama, melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.

    Kedua, zakat juga berfungsi sebagai dana masyaakat yang dapat

    dimanfaatkan untuk kepentngan sosial guna mengurangi kemiskinan. Dalam

    hal yang kedua ini pemanfaatannya mempunyai arti penting, sebagai salah

    satu upaya untuk mencapai keadilan sosial.3

    Salah satu mustahiq yang perlu mendapat perhatian lebih serius adalah

    masyarakat muslim penyandang disabilitas yang tergolong fakir miskin.

    Mereka harus diberi dana yang cukup, sehingga bisa mencukupi

    2 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (Yogyakarta: UII Press,

    2004), hlm. 216. 3 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI-Press,

    1988), hlm. 61

  • 6

    kebutuhannya. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Al Qur‟an

    Surat At Taubah (9) ayat 60 yang mengatur tentang orang-orang yang berhak

    menerima zakat, para penyandang disabilitas bisa dimasukkan sebagai orang

    yang berhak menerima dana zakat untuk memberdayakan kehidupannya.

    Surat At Taubah tersebut menyatakan, bahwa mustahiq (penerima zakat) ada

    8 golongan, yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah dan

    ibnu sabil.

    Dalam hal ini aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang tidak

    berdaya secara ekonomi, seperti anak yatim, fakir miskin, orang-orang jompo,

    para penyandang disabilitas orang-orang yang menuntut ilmu, pondok

    pesantren, anak-anak terlantar orang-orang yang terlilit utang, pengungsi dan

    korban bencana alam.4 Dengan demikian terlihat jelas, bahwa masyarakat

    muslim yang berstatus penyandang cacat berhak menerima zakat untuk

    memberdayakan kehidupan mereka.

    Ide untuk mengembangkan zakat, infaq, dan shadaqah adalah melihat

    kondisi masyarakat muslim penyandang disabilitas yang tergolong fakir

    miskin yang sebenarnya tidak semata-mata lemah dalam bidang ekonomi,

    tetapi ternyata diantara mereka memiliki keterbatasan fisik, tetapi mempunyai

    keahlian atau kelebihan yang bisa dikembangkan. Hanya saja mereka ini tak

    mempunyai wadah untuk mengembangkan keahlian sehingga timbul ide

    untuk memberikan pelatihan serta pendampingan melalui zakat, infaq, dan

    shadaqah pada mereka untuk meningkatkan status ekonominya.

    4 Abdul Ghafur Anshari dkk., Hukum Islam: Dinamika dan Perkembangannya di

    Indonesia (Yogyakarta: Total Media, 2008), hlm. 246.

  • 7

    BAZNAS Kabupaten Semarang lahir sebagai implementasi dari

    Undang-undang nomor 23 tahun 2011 pasal 15 ayat (1) dalam rangka

    pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota

    dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota. Terobosan

    BAZNAS Kabupaten Semarang salah satunya adalah program pemberian

    bantuan modal serta pendampingan kepada penyandang disabilitas bertujuan

    membantu menggali potensi para penyandang diabilitas yang bersumber dari

    dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS).

    BAZNAS Kabupaten Semarang bekerjasama dengan PERTUNI

    (Persatuan Tunanetra Indonesia) Kabupaten Semarang dalam menjalankan

    program ini. Selain memberikan bantuan modal usaha dan pendampingan

    untuk mengasah kemampuan BAZNAS Kabupaten Semarang juga

    memberikan bimbingan keaagama seperti pelatihan membaca Al Qur‟an

    braile serta ceramah agama kepada anggota PERTUNI Kabupaten Semarang.

    Melalui ketiga program tersebut, diharapkan seluruh peserta binaan akan

    menjadi pribadi yang siap hidup mandiri sesuai tantangan zaman.

    Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan melakukan penelitian

    dengan judul “Pendayagunaan Dana Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS) Bagi

    Penyandang Disabilitas (Studi Kasus Atas Pengelolaan Zakat di BAZNAS

    Kabupaten Semarang).”

    B. Rumusan Masalah

  • 8

    1. Bagaimanakah pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS)

    bagi penyandang disabilitas di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

    Kabupaten Semarang ?

    2. Bagaimana efektifitas pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah

    (ZIS) bagi penyandang disabilitas di Badan Amil Zakat Nasional

    (BAZNAS) Kabupaten Semarang ?

    C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mengetahui pelaksanaan pendayagunaan dana Zakat, Infaq,

    dan Shadaqah (ZIS) bagi penyandang disabilitas di Badan Amil

    Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang.

    b. Untuk mengetahui efektifitas pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan

    Shadaqah (ZIS) bagi penyandang disabilitas di Badan Amil Zakat

    Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang.

    2. Kegunaan Penelitian

    a. Secara teoritis dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah

    pengetahuan tentang zakat dan memperkaya khazanah keilmuan

    khususnya dalam pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah

    sebagai bentuk pengalokasian dana ZIS untuk penyandang

    disabilitas, memberikan sumbangan bahan bacaan bagi civitas

    akademika Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga khususnya jurusan

    Hukum Ekonomi Syari‟ah.

  • 9

    b. Secara praktis diharapkan peneitian ini dapat bermanfaat bagi

    masyarakat khususnya dalam pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan

    Shadaqah (ZIS).

    D. Telaah Pustaka

    Untuk mengetahui lebih jelas tentang penelitian ini, penting untuk

    mengkaji terlebih dahulu hasil penelitian terdahulu. Ada beberapa penelitian

    serupa yang juga membahas mengenai pendayagunaan dana ZIS diantaranya:

    1. Skripsi Dita Kusumaningrum yang berjudul “Peran Yayasan Penyandang

    Cacat Mandiri Dalam Meningkatkan Ekonomi Difabel Di Cabean,

    Sewon, Bantul” Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas

    Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

    Yogyakarta 2015. Penelitian tersebut berusaha untuk (1) Memahami

    konsep peran Yayasan Penyandang Cacat Mandiri dalam meningkatkan

    ekonomi difabel (2) Menggali informasi mengenai dampak

    meningkatkan ekonomi difabel di Yayasan Penyandang Cacat Mandiri.

    Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

    dengan tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan bagaimana

    peran Yayasan Penyandang Cacat Mandiri dalam meningkatkan ekonomi

    difabel. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan (1) Peran Yayasan

    Penyandang Cacat Mandiri sebagai pendamping dalam meningkatkan

    ekonomi difabel adalah terdapat tiga peran dalam peningkatan ekonomi

    Pertama peran pendamping sebagai motivator yang memberikan

    semangat kepada difabel yang bekerja di yayasan agar tidak kehilangan

  • 10

    semangat. Kedua, peran pendamping sebagai komunikator yang

    memberikan arahan yang jelas, pengantar inspirasi kepada lembaga lain.

    Ketiga, peran pendamping sebagai fasilitator yang memberikan fasilitas

    untuk kebutuhan yang dibutuhkan difabel dalam berkreasi. (2) Hasil

    peningkatan ekonomi adalah meningkatnya kualitas sumber daya

    manusia, difabel yang lebih produktif, dan partisipasi difabel dalam

    peningkatan lembaga.

    2. Skripsi Muhammad Lutfi Hakim yang berjudul “Implementasi Zakat

    Untuk Beasiswa Pendidikan Di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

    Kabupaten Semarang” Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas

    Syariah Institut Agama Islam Negeri Salatiga 2017. Penelitian tersebut

    berusaha untuk (1) Menggali informasi mengenai latar belakang

    munculnya program pentasyarufan zakat untuk beasiswa pendidikan di

    BAZNAS Kab. Semarang (2) Memahami konsep pengelolaan zakat

    untuk beasiswa pendidikan di BAZNAS Kab. Semarang. Jenis penelitian

    yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan tujuan

    menggambarkan pentasyarufan zakat untuk beasiswa pendidikan di

    BAZNAS Kab. Semarang. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan (1)

    Masih banyaknya anak-anak di Kabupaten Semarang yang tidak bisa

    melanjutkan pendidikan hingga kejenjang sekolah menengah. Oleh

    karenanya pemerintah Kabupaten Semarang melalui BAZNAS dengan

    program Kabupaten Semarang Cerdas memberikan beasiswa. Yang

    mempunyai tujuan untuk membantu meningkatkan sumberdaya manusia

  • 11

    yang rendah dan membantu APBD dalam menyelesaikan permasalahan

    kemiskinan dan pendidikan khususnya siswa-siswi kurang mampu

    dengan memberikan bantuan berupa beasiswa pendidikan. (2) BAZNAS

    Kabupaten Semarang menyalurkan dana zakatnya dengan baik. Hal

    tersebut dapat dibuktikan dengan laporan keuangan yang transparan dan

    merata, serta mendistribusikannya secara terarah dengan ukuran yang

    ditentukan.

    3. Skripsi Wibowo Ari Nugroho berjudul “Efektifitas Pendayagunaan Zakat

    Produktif Terhadap Pendapatan Mustahiq” Jurusan Hukum Ekonomi

    Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Salatiga 2018.

    Penelitian tersebut berusaha untuk (1) Memahami konsep pendayagunaan

    zakat produktif di BAZNAS Kab. Semarang (2) Menggali informasi

    tentang efektifitas pendayagunaan zakat produktif terhadap pendapatan

    mustahiq di BAZNAS Kab. Semarang (3) Menggali informasi tentang

    kendala yang dihadapi dalam pendayagunaan zakat produktif terhadap

    pengaruh pendapatan mustahiq di BAZNAS Kab. Semarang. Pendekatan

    penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik,

    dengan tujuan mendiskripsikan dan menganalisis mekanisme

    pelaksanaan pengelolaan dan pendayagunaan zakat produktif di

    BAZNAS Kab. Semarang. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan (1)

    Sistem pendayagunaan zakat produktif di BAZNAS mulai dari

    pendistribusian dan pengawasan. Pendistribusian ada 2 macam yaitu

    konsumtif 60% dan produktif 40%. (2) Efektifitas pendayagunaan zakat

  • 12

    produktf terhadap pengaruh pendapatan mustahik memiliki potensi untuk

    menanggulangi kemiskinan jika dilakukan sebagai usaha produktif. (3)

    Hambatan yang dihadapi adalah kemampuan menejerial dari mustahiq

    yang masih kurang dan sumber daya manusia dari BAZNAS belum ada.

    Dari beberapa tinjauan di atas, ada kemiripan antara referensi

    dengan penelitian yang penulis lakukan. Akan tetapi penelitian yang

    penulis teliti lebih menitikberatkan pada program pendayagunaan zakat

    yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Semarang untuk penyandang

    disabilitas sebagai salah satu program pendayagunaan ZIS.

    E. Penegasan Istilah

    Agar tidak menimbulkan masalah dalam pemahaman terhadap judul

    skripsi ini maka perlu kiranya penulis menegaskan istilah tersebut :

    1. Pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS)

    Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat.

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indoesia pendayagunaan adalah cara atau

    usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar dan lebih

    baik. Sedangkan pendayagunaan zakat adalah derma yang wajib

    diberikan oleh umat muslim kepada fakir miskin. Harta yang jumlahnya

    sudah ditentukan untuk dikeluarkan umat muslim kepada yang berhak

    menerima.5

    Menurut UU No. 23 tahun 2011 pasal 1 ayat (2), (3), dan (4)

    zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau

    5 Fajri dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Difa Publisher, 2008), hlm. 864.

  • 13

    badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai

    dengan syariat Islam. Dan infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh

    seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.

    Sedangkan sedekah adalah harta atau nonharta yang dikeluarkan oleh

    seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.6

    2. Penyandang Disabilitas

    Disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai perbedaan fisik

    dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan

    hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya.

    Sedangkan menurut UU No. 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas

    pasal 1 ayat (1) memberikan pengertian bahwa penyandang disabilitas

    adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual,

    mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam

    berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan

    untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara

    lainnya berdasarkan kesamaan hak.7 Dalam penelitian ini hanya

    membahas mengenai disabillitas dengan keterbatasan fisik.

    3. Efektifitas

    Efektivitas berasal dari kata efektif yang mempunyai beberapa arti antara

    lain: (1) ada efeknya (akibatnya, pengaruh, dan kesan), (2) manjur atau

    mujarrab, (3) membawa hasil, berhasil guna (usaha tindakan) dan mulai

    berlaku. Dari kata itu muncul pula keefektifan yang diartikan dengan

    6 Pasal 1 ayat (2), (3), dan (4)

    7 Pasal 1 ayat (1)

  • 14

    keadaan, berpengaruh, hal terkesan, kemanjuran dan keberhasilan. Dalam

    bahasa yang sederhana lagi dapat kita artikan bahwa efektivitas adalah

    kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran-sasaran (hasil

    akhir) yang telah ditetapkan secara cepat. Dalam mengukur efektifitas

    pendayagunaan dana ZIS untuk penyandang disabilitas penulis

    menggunakan tolak ukur berupa ketepatan sasaran program, sosialisasi

    program, dan tujuan program.

    F. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reserch) yaitu

    justpeneliti terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian

    pada objek yang dibahas. Penelitian lapangan dilakukan secara langsung

    ke BAZNAS Kabupaten Semarang. Untuk memperoleh data primer yaitu

    dengan wawancara langsung kepada pengurus BAZNAS Kabupaten

    Semarang dan para penyandang disabilitas.

    Kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami

    keadaan atau fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

    dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan

    memanfaatkan dengan berbagai metode ilmiah. Dalam penelitian

    kualitatif metode yang biasa digunakan adalah wawancara, pengamatan,

    dan pemanfaatan dokumen.8

    8 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

    2006), hlm. 112.

  • 15

    2. Pendekatan Penelitian

    Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah penekatan

    kualitatif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bukan berupa

    angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,

    catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi

    lainnya. Sehingga tujuan penelitian kualitatif ini adalah ingin

    menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam,

    rinci, dan tuntas.

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

    deskriptif. Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif sebagai

    penelitian yang bermaksud untukmemahami fenomena tentang apa yang

    dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

    tindakan, secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

    dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan

    memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

    Penggunaan metode penelitian kualitatif ini membantu peneliti

    dalam mengumpulkan berbagai informasi yang terkait metode Badan

    Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dalam mendayagunaan dana Zakat,

    Infaq, dan Shadaqah (ZIS) untuk penyandang disabilitas.

    3. Kehadiran Peneliti

    Peneliti melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk

    mengumpulkan data valid sebagai bahan acuan bagi penulis. Selain itu

    alat yang dijadikan untuk pengumpulan data berupa dokumen-dokumen

  • 16

    yang menunjang keabsahan hasil penelitian ini serta alat-alat bantu lain

    yang dapat mendukung terlaksananya penelitian seperti, kamera dan alat

    perekam.

    4. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian dilaksanakan di kantor Badan Amil Zakat

    Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang di Jl. Slamet Riyadi No.3

    Ungaran, Kabupaten Semarang. Waktu penelitian dilaksanakan mulai

    bulan Maret 2019.

    5. Sumber Data

    Data adalah rekaman atau gambaran atau keterangan suatu hal

    atau fakta. Apabila data tersebut diolah maka ia akan menghasilkan suatu

    informasi.9 Berdasarkan sumbernya, data dalam penelitian ini dapat

    dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

    Adapun penjelasan lebih rinci adalah sebagai berikut:

    a. Sumber Data Primer

    Data primer adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari objek

    yang diteliti. Sumber ini penulis ambil melalui wawancara langsung

    kepada pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang dan para

    penyandang disabilitas.

    b. Sumber Data Sekunder

    Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen,

    publikasi yang sudah dalam bentuk jadi. Data hasil sensus adalah

    9 Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012),

    hlm. 145.

  • 17

    contoh data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh

    melalui bahan kepustakaan.10

    Penelitian ini mengambil data dari

    berbagai sumber, seperti sumber secara langsung, dokumen-dokumen

    maupun karya tulis yang relevan dengan penelitian yaitu berkaitan

    dengan pendayagunaan ZIS bagi penyandang disabilitas di BAZNAS

    Kabupaten Semarang.

    6. Prosedur Pengumpulan Data

    a. Metode Observasi

    Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang

    dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta

    secara sistematis. Teknik ini digunakan untuk pengamatan yang

    dilakukan oleh peneliti secara langsung terhadap sumber data

    tentang Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat Infaq dan

    Ṣadaqah (ZIS) untuk penyandang disabilitas di Badan Amil Zakat

    Nasional Kabupaten Semarang.

    b. Metode Wawancara

    Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

    masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana

    dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan

    kepada pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang dan para

    penyandang disabilitas.

    c. Metode Dokumentasi

    10

    Ibid., hlm. 147.

  • 18

    Dokumentasi, metode ini digunakan untuk memperoleh keterangan

    dengan menelusuri dan mempelajari data dari studi kepustakaan

    yang berupa buku-buku, karya-karya ilmiah dan suber-sumber

    lainnya yang menunjang penelitian.

    7. Analisis Data

    Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

    mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan suatu uraian

    dasar.11

    Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis

    kualitatif deskriptif. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa

    aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

    berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

    jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display,

    dan conclution drawing /verification.

    Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

    memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta

    membuang yang tidak perlu. Setelah data direduksi, maka langkah

    selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif,

    penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

    hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan

    untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks

    yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan

    untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

    11

    Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 95.

  • 19

    berdasarkan apa yang telah difahami. Penarikan kesimpulan dan

    verifikasi dari permulaan pengumpulan data, periset kualitatif mencari

    makna dari setiap gejala yang di peroleh di lapangan, mencatat

    keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur

    akusalitas, dan proposi.

    8. Pengecekan Keabsahan Data

    Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam

    penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan

    pengecekan data yang disebut validitas data. Untuk menjamin validitas

    data akan dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data

    yang memanfaatkan sesuatu yang lain diatur data itu untuk keperluan

    pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.12

    Validitas data

    akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

    ada dilapangan atau tidak. Dengan demikian data yang diperoleh dari

    suatu sumber akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber yang

    berbeda.

    9. Tahap-tahap Penelitian

    Setelah menentukan tema yang akan diteliti, maka penulis

    melakukan penelitian pendahuluan terhadap pelaksanaan pendayagunaan

    dana zakat, infaq, dan shadaqah bagi penyandang disabilitas dengan

    bertanya kepada Pengurus BAZNAS serta mengetahui hambatan-

    hambatan pelaksanaan pendayagunaan dana ZIS untuk penyandang

    12

    Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

    2004), hlm. 330.

  • 20

    disabilitas. Kemudian membuat proposal penelitian dilanjutkan dengan

    melakukan penelitian dan menyusun hasil penelitian tersebut.

    G. Sistimatika Penulisan

    Untuk memudahkan dalam pembahsan dan pemahaman yang lebih

    lanjut dan jelas dalam membaca peulisan ini, maka disusunlah sistematiika

    penulisan penelitian, adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

    Bab I Pendahuluan

    Dalam bab ini penulis menguraikan tentang Latar Belakang Masalah,

    Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Telaah Pustaka,

    Kerangka Teoritik, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

    Bab II Kajian Pustaka

    Bab ini membahas tentang: Tinjauan Umum tentang Pengelolaan

    Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS), Tinjauan Umum Pendayagunaan Zakat,

    Infaq, dan Shadaqah (ZIS), Kepedulian terhadap para Penyandang Disabilitas.

    Bab III Gambaran Objek Penelitian

    Bab ini membahas tentang gambaran umum BAZNAS Kabupaten

    Semarang seperti Sejarah Berdirinya BAZNAS Kabupaten Semarang, Visi

    dan Misi BAZNAS Kabupaten Semarang, Struktur BAZNAS Kabupaten

    Semarang, serta sistem pengelolaan pendayagunaan dana ZIS untuk

    penyandang disabilitas.

    Bab IV Pembahasan

    Bab ini berisi tentang Analisa sistem pendayagunaan dana ZIS bagi

    penyandang disabilitas di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

  • 21

    Semarang dan analisis efektifitas pendayagunaan dana ZIS bagi penyandang

    disabilitas oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

    Semarang.

    Bab V Penutup

    Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-

    saran ataupun rekomendasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan bagi

    mahasiswa ataupun masyarakat.

  • 22

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS)

    1. Pengertian Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS)

    a. Pengertian Zakat

    Zakat adalah ibadah maaliyyah ijtima‟iyyah yang memiliki posisi

    sangat penting, strategis, dan menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran

    Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu

    ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun (rukun ketiga) dari rukun

    Islam yang lima.

    Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar

    (masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sesuatu

    itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti

    orang itu baik.13

    Zakat dari segi istilah fikih berarti sejumlah harta

    tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang

    yang berhak menerimanya.

    Dalam pengertian istilah syara‟, zakat mempunyai banyak

    pemahaman diantaranya:

    a. Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat adalah sejumlah harta tertentu

    yang yang diwajibkan oleh Allah diserahkan kepada orang-orang yang

    berhak.

    13

    Yusuf Qardhawi, Fiqh Al Zakat (Bogor: Litera Antar Nusa, 1991), hlm. 34.

  • 23

    b. Abdurrahman al-Jaziri berpendapat bahwa zakat adalah penyerahan

    pemilikan tertentu kepada orang yang berhak menerimanya dengan

    syarat-syarat tertentu pula

    c. Muhammad al-Jarjani dalam bukunya al-Ta‟rifat mendifinisikan zakat

    sebagai suatu kewajiban yang telah ditentukan Allah bagi orang-orang

    Islam untuk mengeluarkan sejumlah harta yang dimiliki

    d. Wahbah Zuhaili dalam karyanya al-Fiqh al-Islani wa Adillahu

    mendefinisikan dari sudut empat mazhab, yaitu:

    1) Madzhab Maliki, Zakat adalah mengeluarkan sebagian yang

    tertentu dari harta yang tertentu pula yang sudah mencapai

    nishab (batas jumlah yang mewajibkan zakat) kepada orang

    yang berhak menerimanya, manakala kepemilikan itu penuh dan

    sudah mencapai haul (setahun), selain barang tambang dan

    pertanian.

    2) Madzhab Hanafi, mendefinisikan zakat adalah menjadikan kadar

    tertentu dari harta tertentu pula sebagai hak milik, yang sudah

    ditentukan oleh pembuat syariat semata-mata karena Allah

    SWT.

    3) Menurut Madzhab Syafi‟i, zakat adalah nama untuk kadar yang

    dikeluarkan dari harta atau benda dengan cara-cara tertentu.

    4) Madzhab Hambali, memberikan definisi zakat sebagai hak

    (kadar tertentu) yang diwajibkan untuk dikeluarkan dari harta

  • 24

    tertentu untuk golongan yang tertentu dalam waktu tertentu

    pula.14

    Selain itu, zakat juga telah diatur dalam Undang-Undang

    Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

    pasal 1 ayat (2) yang menerangkan bahwa zakat adalah harta yang wajib

    dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan

    kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam.15

    Dari

    pengertian-pengertian diatas dapat disimpulan secara khusus bahwa:

    a. Zakat merupakan rukun Islam ketiga.

    b. Zakat merupakan sejumlah harta tertentu yang adadalam harta

    kekayaan seseorang.

    c. Kekayaan tersebut dimiliki secara nyata yang dikeluarkan dengan

    tujuan untuk membersihkan harta /kekayaan dan mensucikan jiwa

    pemiliknya.

    d. Kepemilikan harta adalah pribadi umat Islam tanpa memandang

    status pria maupun wanita, anak-anak maupun dewasa.

    e. Harta tersebut diwajibkan untuk memberikan kepada golongan

    orang-orangyang berhak

    f. Harta kekayaan sudah mencapai nishab dan haul.16

    14 Suyitno dkk, Anatomi Fiqh Zakat: Potret Dan Pemahaman Badan Amil Zakat

    Sumatera Selatan, Cet.ke-1 (Yogyaarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 9-10. 15 Pasal 1 ayat (2) 16 Suyitno dkk, Anatomi Fiqh Zakat: Potret Dan Pemahaman Badan Amil Zakat: Potret

    dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatera Selatan, Cet.ke-1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

    2005), hlm. 11.

  • 25

    b. Pengertian Infaq dan Shadaqah

    Kata infaq dapat berarti mendermakan atau memberikan rezeki

    (karunia Allah SWT) atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain

    berdasarkan rasa ikhlas dan karena Allah semata. Infaq digunakan untuk

    dapat mengeluarkan sebagian kecil harta untukkemaslahatan umum dan

    berarti sesuatu kewajiban yang dikeluarkan atas keputusan manusia.

    Abdul Jabbar dan Buspida Chaniago menulis bahwa infaq adalah

    mengeluarkan nafkah wajib untuk kepentingan keluarga secara rutin atau

    untuk kepentingan umum yang bersifat insidentil dan temporal (sewaktu-

    waktu) sesuai dengan kemampuan dan keadaan yang menghendaki.

    Alasan yang menjadikan infaq adalah wajib terletak pada esensi infaq

    yang disebutkan dalam al-Qur‟an secara bersamaan dengan kata shalat

    dan zakat. Perbedaan dengan zakat hanya dinilai dari waktu

    pengeluarannya. Zakat ada batasan dan musiman, sedangkan infaq

    diberikan bisa terus-menerus tanpa batas bergantung dengan keadaan.

    Perbedaan zakat dan infaq adalah zakat ada nishabnya, sedangkan

    infaq tidak ada nishabnya. Infaq dikeluarkan oleh setiap yang beriman,

    baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah di saat ia lapang

    maupun sempit. Jika zakat harus diberikan kepada mustahiq tertentu

    (delapan asnaf), maka infaq boleh diberikan kepada siapa pun juga,

    misalnya untuk kedua orang tua, anak yatim, dan sebagainya.

    Dengan demikian, dapat dipahami bahwa infaq pada dasarnya

    sama dengan zakat yang diwajibkan atas kekayaan umat. Zakat diberikan

  • 26

    dengan ketentuan kadar, jenis dan jumlah yang permanen sampai hari

    akhir, sedangkan infaq tidak ditentukan kadar dan jumlahnya dan dapat

    terus berkembang dan berubah menurut kepentingan maslahah mursalah

    secara demokratis.17

    Sedangkan shadaqah berasal dari kata shadaqa yang berarti

    benar, dan dapat dipahami dengan memberikan atau mendermakan

    sesuatu kepada orang lain. Dalam konsep ini, shadaqahmerupakan wujud

    dari keimanan dan ketaqwaan seseorang, artinya orang yang suka

    bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya Dalam istilah

    syari‟at Islam, ṣadaqah (dalam bahasa Indonesia sedekah) sama dengan

    pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Sisi

    perbedaan hanya terletak pada bendanya. Artinya, infaq (infak) berkaitan

    dengan materi, sedangkan ṣadaqah (sedekah) berkaitan dengan materi

    dan non materi, baik dalam bentuk pemberian benda atau uang, tenaga

    atau jasa, menahan diri untuk tidak berbuat kejahatan, mengucapkan

    takbir, tahmid, tahlil, bahkan yang paling sederhana adalah tersenyum

    kepada orang lain dengan ikhlas.

    Dengan demikian dapat dipahami bahwa shadaqah adalah

    keseluruhan amal kebaikan yang dilakukan setiap muslim untuk

    meciptakan kesejahteraan sesama umat manusia, termasuk untuk

    kelestarian lingkungan hidup dan alam semesta ciptaan ilahi guna

    memperoleh hidayah dan ridha dari Allah SWT.

    17 Suyitno dkk, Anatomi Fiqh Zakat: Potret Dan Pemahaman Badan Amil Zakat: Potret

    dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatera Selatan, Cet.ke-1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

    2005), hlm. 12-15.

  • 27

    c. Dasar Hukum Zakat, Infaq, dan Shadaqah

    Perintah untuk berzakat, infaq, dan shadaqah cukup banyak

    ditemukan di Al-Qur‟an maupun hadist Nabi SAW. Berikut adalah ayat-

    ayat Al Qur‟an dan hadist yang terkait dengan perintah membayar zakat,

    infaq, dan shadaqah:

    a. Dasar Hukum Zakat

    1) Al Qur‟an surah Al Baqarah (2): 43

    ِمِعَٕه ٱۡزَمُعُْا َمَع ٱىسََّٰ ََ حَ َُٰ َم َءارُُْا ٱىصَّ ََ حَ َُٰ يَ أَقُِٕمُْا ٱىصَّ ََ٣٤

    Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah

    beserta orang-orang yang ruku'.” 18

    2) Al Qur‟an surah At-Taubah (9): 103

    رََل َظَنٞه َُٰ ۡمِۖ إِنَّ َصيَ ٍِ ٕۡ َصوِّ َعيَ ََ ٍِم ثٍَِب ٕ رَُصمِّ ََ ٍِۡم َصَدقَٗخ رُطٍَُِّسٌُۡم ىِ ََُٰ ُخۡر ِمۡه أَۡم

    ُ َظِمٌٕع َعيٌِٕم ٱَّللَّ ََ ُۡمِۗ ٣٦٤ىٍَّ

    Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

    zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan

    mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)

    ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi

    Maha Mengetahui.” 19

    3) Al Qur‟an surah Ar-Rum (30): 39

    ِه ٱىىَّبِض فََل ََُٰ ٓٓ أَۡم ْا فِ َُ َۡسثُ ٗثب ىِّٕ ه زِّ زُم مِّ ٕۡ َمبٓ َءارَ ه ََ زُم مِّ ٕۡ َمبٓ َءارَ ََ ِِۖ َٔۡسثُُْا ِعىَد ٱَّللَّ

    18

    Al Baqarah (2): 43 19 At-Taubah (9): 103

  • 28

    ئَِل ٌُُم ٱۡىُمۡعِعفَُُن ٓ ىََٰ َْ ُ ِ فَأ ۡجًَ ٱَّللَّ ََ ٖح رُِسُٔدََن َُٰ ٤٣َشَم

    Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar

    dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak

    menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa

    zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,

    maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat

    gandakan (pahalanya).” 20

    4) Hadist ke-441 dari kitab Bulughul Maram dari Ibnu Abbas

    radhiyallahu „anhuma

    ُهَما: ) َأنَّ اَلنَِّبيَّ صلى اهلل عليه وسلم بَ َعَث َعِن ِاْبِن َعبَّاٍس َرِضَي اَللَُّه َعن ْ

    َفذََكَر اَْلَحِديَث, َوِفيِه: ) َأنَّ اَللََّه َقِد ُمَعاًذا رضي اهلل عنه ِإَلى اَْلَيَمِن (

    َرَض َعَلْيِهْم َصَدَقًة ِفي َأْمَواِلِهْم, تُ ْؤَخذُ ت َ ِمْن َأْغِنَياِئِهْم, فَ تُ َردُّ ِف ي ِاف ْ

    َفٌق َعَلْيِه, َواللَّْفُظ ِلْلُبَخاِرّي ِ فُ َقَراِئِهْم ( ُمت َّ

    Artinya: “Dari Ibnu Abbas r. bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi

    wa Sallam mengutus Mu'adz ke negeri Yaman --ia meneruskan

    hadits itu-- dan didalamnya (beliau bersabda): "Sesungguhnya

    Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta mereka yang

    diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dibagikan

    20 Ar-Rum (30): 39

  • 29

    kepada orang-orang fakir di antara mereka." Muttafaq Alaihi

    dan lafadznya menurut Bukhari.” 21

    b. Dasar Hukum Infaq Dan Shadaqah

    1) Al Qur‟an surah Al Baqarah (2): 195

    َ ُِٔحتُّ إِنَّ ٱَّللَّْْۚا ُٓ أَۡحِعىُ ََ يَُنِخ ٍۡ ِدُٔنۡم إِىَّ ٱىزَّ ۡٔ َ ََل رُۡيقُُْا ثِأ ََ ِ أَوِفقُُْا فِٓ َظجِِٕو ٱَّللَّ ََ

    ٣٣١ٱۡىُمۡحِعىَِٕه

    Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah,

    dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

    kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah

    menyukai orang-orang yang berbuat baik.” 22

    2) Al Qur‟an surah Al Baqarah (2): 245

    ُ َٔۡقجُِط ٱَّللَّ ََ ِْۚعفًَُۥ ىًَُۥٓ أَۡظَعبٗفب َمثَِٕسٗح َ قَۡسًظب َحَعٗىب فََُٕعَٰ ه َذا ٱىَِّرْ ُٔۡقِسُض ٱَّللَّ مَّ

    ًِ رُۡسَجُعَُن ٕۡ إِىَ ََ ػُ ُ َٔۡجص ََ٥٣١

    Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,

    pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka

    Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan

    lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan

    melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu

    dikembalikan.”23

    21 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maroom min Adilatil Ahkam, Hadist ke-441, “Kitab

    Zakat”, “Bab I: Tentang Zakat”. Hadist dari Muttafaq Alaih dan Lafadznya menurut Bukhori 22

    Al Baqarah (2): 195 23

    Al Baqarah (2): 245

  • 30

    3) Al Qur‟an surah Ali-Imran (3): 134

    ٱۡىَعبفَِٕه َعِه ٱىىَّبِضِۗ ٱىَِّرَٔه ُٔىفِقَُُن فِٓ ٱىعَّ ََ ظَ ٕۡ ِظِمَٕه ٱۡىَغٱۡىَنَٰ ََ ٓاِء سَّ ٱىعَّ ََ ٓاِء سَّ

    ُ ُِٔحتُّ ٱۡىُمۡحِعىَِٕه ٱَّللَّ ََ٣٤٣

    Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),

    baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang

    menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah

    menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” 24

    4) Al Qur‟an surah Al Baqarah (2): 267

    َه ٱۡۡلَۡزِضِۖ بٓ أَۡخَسۡجىَب ىَُنم مِّ ِممَّ ََ ِذ َمب َمَعۡجزُۡم ْا أَوفِقُُْا ِمه غَِّٕجََٰ ُٓ ٓأٍََُّٔب ٱىَِّرَٔه َءاَمىُ ََٰٔ

    مُ ََل رََٕمَّ ىَۡعزُم ةِ ََ ََ ْا ُْا ٱۡىَخجَِٕث ِمۡىًُ رُىفِقَُُن ُٓ ٱۡعيَُم ََ ًِْۚ ٓ أَن رُۡغِمُعُْا فِٕ ًِ إَِلَّ اِخِرٔ َٔ ٔ

    ٌّٓ َحِمٌٕد َ َغىِ ٥٠٢أَنَّ ٱَّللَّ

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan

    allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian

    dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan

    janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu

    menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau

    mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata

    terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi

    Maha Terpuji.” 25

    5) Al Qur‟an surah Al Baqarah (2): 271

    رُۡؤرٌَُُب ٱىۡ ََ إِن رُۡخفٌَُُب ََ َِۖٓ ٌِ ب ِذ فَىِِعمََّدقََٰ ٞس ىَُّنۡمْۚ إِن رُۡجُدَْا ٱىصَّ ٕۡ َُ َخ فُقََسٓاَء فٍَُ

    24

    Ali-Imran (3): 134 25

    Al Baqarah (2): 267

  • 31

    ِّٓ ه َظ َُٔنفُِّس َعىُنم مِّ ُ ثَِمب رَۡعَميَُُن َخجِٕٞس ََ ٱَّللَّ ََ ارُِنۡمِۗ َٔ ٔ٥٢٣

    Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu

    adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu

    berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu

    lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu

    sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa

    yang kamu kerjakan.” 26

    6) Al Qur‟an surah At-Taghabun (64): 16

    َمه َُُٔق ََ َوفُِعُنۡمِۗ ٗسا ۡلِّ ٕۡ أَوفِقُُْا َخ ََ أَِغُٕعُْا ََ ٱۡظَمُعُْا ََ َ َمب ٱۡظزَطَۡعزُۡم فَٱرَّقُُْا ٱَّللَّ

    ئَِل ٌُُم ٱۡىُمۡفيُِحَُن ٓ ىََٰ َْ ُ ٣٠ُشحَّ وَۡفِعًِۦ فَأ

    Artinya: “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut

    kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah

    nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara

    dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang

    beruntung.” 27

    7) Hadist ke-466 dari kitab Bulughul Maram dari Abu Hurairah

    radliyallahu„anhu

    26

    Al Baqarah (2): 271 27 At-Taghabun (64): 16

  • 32

    َعٌة َعْن َأِبي ُهَريْ َرَة رضي اهلل عنه َعِن اَلنَِّبيِّ صلى اهلل عليه وسلم قَاَل: ) َسب ْ

    ُجٌل َفذََكَر اَْلَحِديَث َوِفيِه: ) َورَ يُِظلُُّهُم اَللَُّه ِفي ِظلِِّه يَ ْوَم ََل ِظلَّ ِإَلَّ ِظلُُّه.... (

    َق ِبَصَدَقٍة َفَأْخَفاَها َحتَّى ََل تَ ْعَلَم ِشَمالُُه َما تُ ْنِفُق َيِميُنُه ( َفٌق َعَلْيهِ َتَصدَّ ُمت َّ

    Artinya: “Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi

    Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tujuh macam orang

    yang akan dilindungi Allah pada hari yang tidak ada lindungan

    kecuali lindungan-Nya - kemudian ia menyebutkan hadits dan

    didalamnya disebutkan - orang yang bersedekah dengan

    sedekah yang ia tutupi sehingga tangannya yang kiri tidak

    mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya."

    Muttafaq Alaihi” 28

    d. Tujuan dan Hikmah Zakat, Infaq, dan Shadaqah

    1) Tujuan Zakat

    Zakat merupakan yang mengandung dua dimensi, ialah hablum

    minallah dan hablum minannas. Ada beberapa tujuan yang

    ingin di capai oleh Islam dibalik kewajiban zakat adalah

    sebagai berikut:

    a) Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar

    dari kesulitan hidup serta penderitaan.

    28

    Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maroom min Adilatil Ahkam, Hadist ke-466, “Kitab Zakat”, “Bab III: Shadaqah Thathawwu (Sunnah)”. Hadist dari Muttafaq Alaih

  • 33

    b) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh

    mustahiq.

    c) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama

    muslim dan manusia pada umumnya.

    d) Menghilangkan sifat kikir atau serakah pada pemilik harta.

    e) Membersihkan sifat iri dan dengki (kecemburuan sosial)

    dari hati orang-orang miskin.

    f) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan

    yang miskin dalam suatumasyarakat.

    g) Mengembangkan rasa tanggungjawab sosial pada diri

    seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta.

    h) Mendidik manusia untuk disiplin menunaikan kewajiban

    dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.29

    2) Tujuan Infaq dan Shadaqah

    a) Memelihara diri jatuh kelembah kikir yang merugikan.

    b) Memindahkan orang yang menerima itu ke derajat yang

    lebih baik yakni dari derajat kekurangan ke derajat

    mencukupi.

    c) Memelihara harta dari hilang percuma, artinya harta yang

    kita berikan dijalan Allah SWT. Itulah modal kita untuk

    memperoleh nikmat diakhirat.

    d) Memperkuat tali persaudaraan, khususnya umat muslim.

    29

    Gustin Djuanda dkk, Pelaporan Zakat Pengurangan Pajak Penghasilan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 15-16.

  • 34

    e) Mengobati penyakit hati dan cinta dunia.

    3) Hikmah Zakat

    Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang kelima,

    dan sekaligus sebagai bagian perintah yang mengikuti perintah

    shalat. Dari dimensi sosial kemasyarakatan baik zakat, infaq,

    maupun shadaqah memberikan hikmah yang besar dalam

    merealisasikan nilai harta umat Islam. Hikmah zakat

    digambarkan di dalam berbagai ayat Al Qur‟an dan hadist.

    Diantara hikmah-hikmah itu adalah:

    a) Mensyukuri karunia Ilahi, menumbuh suburkan harta dan

    pahala serta membersihkan diri dari sifat-sifat kikir, dengki,

    iri serta dosa.

    b) Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan bangkit

    dari kemelaratan.

    c) Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama

    manusia.

    d) Manifestasi kegotongroyongan dan tolong-menolong dalam

    kebaikan dan taqwa.

    e) Mengurangi kefakir-miskinan yang merupakan masalah

    sosial.

    f) Membina dan mengembangkan stabilitas sosial

  • 35

    g) Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.30

    e. Macam-macam Zakat

    Menurut garis besarnya zakat diagi menjadi dua yaitu:

    1) Zakat nafs, yakni zakat jiwa yang dinamai juga dengan zakatul

    fithri (zakat yang diberikan berkenaan dengan telah selesai

    mengerjakan shiyam (puasa) yang difardhukan. Di Indonesia

    biasanya disebut dengan nama fithrah.31

    Zakat fitrah memiliki

    fungsi diantaranya:

    a) Fungsi ibadah

    b) Fungsi membersihkan orang yang berpuasa dari ucapan dan

    perbuatan yang tidak bermanfaat.

    c) Memberikan kecukupan kepada orang-orang miskin pada

    hari raya fitri.

    Zakat fitrah dibayarkan sesuai dengan kebutuhan pokok di suatu

    masyarakat, dengan ukuran yang juga disesuaikan dengan

    kondisi ukuran atau timbangan yang berlaku, juga dapat diukur

    dengan satuan uang. Di Indonesia, zakat fitrah diukur dengan

    timbangan beras sebanyak 2,5 kilogram.32

    2) Zakat mal (zakat harta), yakni zakat yang dikeluarkan untuk

    menyucikan harta, apabila harta itu telah memenuhi syarat-

    30 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI-Press,

    1988), hlm. 41.

    31

    Hasbi Ash-Shidieqy, Pedoman Zakat, Cet.ke-5 (Jakarta: PT.Bulan Bintang, 1984), hlm.

    30. 32

    Mursyidi, Akutansi Zakat Kontemporer (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 78.

  • 36

    syarat wajib zakat. Dalam Pasal 4 UU No 23 Tahun 2011

    menyatakan bahwa “ Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah,

    zakat mal sendiri meliputi (a) emas, perak, dan logam mulia

    lainnya (b) uang dan surat berharga lainnya (c) perniagaan (d)

    pertanian, perkebunan dan kehutanan (e) peternakan dan

    perikanan (f) pertambangan (g) perindustrian (h) pendapatan dan

    jasa (i) rikaz. Zakat mal yang dimaksud dalam pasal ini

    merupakan harta yang dimiliki oleh muzakki perseorangan atau

    badan usaha. Syarat dan tata cara perhitungan zakat mal dan

    zakat fitrah dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam.”33

    f. Mustahiq

    Mustahiq adalah orang atau golongan yang berhak menerima

    zakat. Golongan yang berhak menerima zakat telah dijelaskan dalam

    Al-Quran Surat At-Taubah (9) ayat 60:

    فِ ََ ٱۡىُمَؤىَّفَِخ قُيُُثٍُُۡم ََ ٍَب ٕۡ ِميَِٕه َعيَ ٱۡىَعَٰ ََ ِنِٕه ٱۡىَمَعَٰ ََ ُذ ىِۡيفُقََسٓاِء َدقََٰ ٓ۞إِوََّمب ٱىصَّ

    ُ َعيِٕمٌ ٱَّللَّ ََ ِِۗ َه ٱَّللَّ جِِٕوِۖ فَِسَٔعٗخ مِّ ٱۡثِه ٱىعَّ ََ ِ فِٓ َظجِِٕو ٱَّللَّ ََ ِسِمَٕه ٱۡىَغَٰ ََ قَبِة ٱىسِّ

    ٠٦َحِنٕٞم

    Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-

    orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para

    mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-

    orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang

    33

    Pasal 4 ayat (1-4)

  • 37

    sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan

    Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” 34

    Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa ada delapan

    golongan penerima zakat yaitu:

    a. Fakir (Al-fuqara‟)

    Yang dimaksud fakir ialah orang yang amat sengsara hidupnya, tidak

    mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.

    b. Miskin (Al-masakin)

    Adalah orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan

    kekurangan. Maksudnya ialah orang yang memiliki pekerjaan tetapi

    penghasilannya tidak dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan

    hidupnya.

    c. Pengurus zakat (Amil)

    Yaitu orang yang ditunjuk oleh pemerintah muslim setempat sebagai

    petugas pengumpul dan penyalur zakat dari para muzakki (pembayar

    zakat). Dalam hal ini, termasuk pula para pencatat, penjaga

    keamanan, dan petugas penyalur kepada para mustahiq. Amil boleh

    mendapatkan bagian dari uang zakat yang terkumpul. Jumlahnya

    adalah maksimal seperdelapan dari jumlah keseluruhan, sekalipun

    mereka termasuk orang-orang yang berkecukupan. Akan tetapi,

    apabila seperdelapan tersebut tidak mencukupi, wajib atas

    pemerintah mencukupinya dari kas negara.

    34 At-Taubah (9) ayat 60

  • 38

    d. Muallaf

    Yaitu orang islam yang masih lemah imannya, baik mereka yang

    baru masuk islam maupun sudah masuk islam tetapi tidak membayar

    zakat. Maksud dari pentasyarufan zakat tersebut mengandung

    harapan lebih memberikan kekuatan iman selain itu zakat juga dapat

    diberikan kepada lembaga dakwah.

    e. Memerdekakan budak (Riqab)

    Walaupun pada zaman sekarang tidak ada perbudakan, namun esensi

    perbudakan tetap ada. Seorang majikan memperbudak pembantunya,

    orang kaya memperbudak orang-orang lemah. Orang-orang yang

    diperbudak tersebut berhak menerima zakat, agar mereka terbebas

    dari perbudakan yang tidak berperikemanusiaan.

    f. Orang berhutang (Gharimin)

    orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat

    dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang

    untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu

    dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

    g. Pada jalan Allah (Sabilillah)

    yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin di antara

    mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup

    juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah,

    rumah sakit dan lain-lain.

  • 39

    h. Orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnu sabil)

    Yaitu orang yang sedang dalam perjalanan untuk melakukan suatu

    hal dan bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam

    perjalanannya.

    2. Lembaga Pengelolaan Zakat

    Pelembagaan pengelolaan ZISWAF melalui Organisasi Pengelola

    Zakat (OPZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ), Badan Amil Zakat (BAZ) dan

    sejenisnya harus sejalan dengan tuntunan Al Qur‟an sebagaimana

    disyaratkan dalam surah At-Taubah (9): 103 yang berbunyi:35

    رََل َظَنٞه َُٰ ۡمِۖ إِنَّ َصيَ ٍِ ٕۡ َصوِّ َعيَ ََ ٍِم ثٍَِب ٕ رَُصمِّ ََ ٍِۡم َصَدقَٗخ رُطٍَُِّسٌُۡم ىِ ََُٰ ُخۡر ِمۡه أَۡم

    ُ َظِمٌٕع َعيٌِٕم ٱَّللَّ ََ ُۡمِۗ ٣٦٤ىٍَّ

    Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

    kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk

    mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi

    mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” 36

    Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa zakat itu diambil

    (dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzakki)

    untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya

    (mustahiq). Imam Al Qurtubi ketika menafsirkan Al Qur‟an surah At-

    Taubah ayat 60 menyatakan bahwa amil adalah orang-orang yang

    ditugaskan (diutus oleh imam/ pemerintah) untuk mengambil,

    35 Mahmudi, Sistem Akuntansi OrganisasiPengelola Zakat (Yogyakarta: P3EI, 2009),

    hlm. 6. 36 At-Taubah (9): 103

  • 40

    menuliskan, menghitungdan mencatat zakat yang diambilnya dari para

    muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya.

    Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat, apalagi yang

    memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan

    diantaranya:

    Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat.

    Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri dari para mustahiq zakat

    apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.

    Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektifitas, serta sasaran yang tepat

    dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada

    suatu tempat. Keempat, untuk memperlihatkan syi‟ar Islam dalam

    semangat penyelenggaraan pemeritah yang Islami. Sebaliknya, jika zakat

    diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahiq meskipun sudah

    secara hukum syari‟ah sah, akan tetapi disamping akan terabailannya hal-

    hal tersebut diatas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama yang

    berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit diwujudkan.37

    Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-

    undang No.23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Lebih spesifik

    adalah penjelasan tentang organisasi pengelola zakat baik BAZNAS dan

    LAZ. Adapun hal-hal yang diatur dalam Undang-Undang No. 23 tahun

    2011 Tentang Pengelolaan Zakat, seabagi berikut:

    a. Ketentuan Pengelolaan Zakat di Indonesia

    37

    Didin Hafidhuddin, Zakat dan Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani, 2008),

    hlm. 216

  • 41

    b. Asas pengelolaan zakat

    c. Tujuan pengelolaan zakat

    d. Jenis-Jenis Zakat

    e. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS Pusat)

    f. Badan Amil Zakat Nasional Provinsi dan Kota/Kabupaten

    g. Lembaga Amil Zakat

    h. Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaa dan Pelaporan Zakat

    i. Pengelolaan Dana Infak, shadakah dan dana keaagamaan lainnya

    (DSKL)

    j. Pembiayaan dalam pengelolaan zakat

    k. Pembinaa dan pengawasan dalam pengelolaan zakat

    l. Peran serta masyaraakat dalam pengelolaan zakat

    m. Sanksi administratif dan larangan dalam pengelolaan zakat

    Sebagai lembaga yang resmi dan diberi kewenangan dalam

    pengelolaan zakat di Indonesia, maka dalam rangka akuntabiliatas

    pengelolaan zakat perlu didasari berbagai regulasi yang memperkuat

    operasionalnya. Organisasi Pengeloa Zakat (OPZ) adalah organisasi yang

    mengelola dana masyarakat yaitu dana zakat. OPZ memiliki peran

    intermediasi zakat yaitu menghimpun dana masayarakat muszaki dan

    disakurkan dan didayagunakan kepada masyarakat mustahik. Untuk

    regulasi terkait dengan pengelolaan zakat menjadi sangat penting.

    Di bawah ini adalah regulasi yang menjadi dasar pengelolaan

    zakat di Indonesia:

  • 42

    a. Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

    Zakat

    b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 14 Tahun

    2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun

    2011 Tentang Pengelolaan Zakat

    c. Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 3 Tahun 2014

    Tentang Optimalisasi Pengumpulan Zakat di Kementerian/Lembaga,

    Sekretraiat Jenderal Lembaga Negera, Sekretariat Jenderal Komisi

    Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara dan Badan

    Usaha Milik Daerah Melalui Badan Amil zakat Nasional.

    d. Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 01 Tahun 2014

    Tentang Pedoman Tata Cara Pengajuan Pertimbangan

    pengangkatan/Pemberhentian Pimpinan Basan Amil Zakat Nasional

    Provinsi dan Badan Amil Zakat Nasional Kota dan Kabupaten.

    e. Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 02 Tahun 2014

    Tentang Pedoman Tata cara Pemberian Rekomendasi.38

    a. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

    Keberadaan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), secara

    hukum sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor

    14 Tahun 2014. Alasan dibentuknya Badan Amil Zakat Nasional

    (BAZNAS) adalah dalam rangka pengelolaan zakat secara lebih

    berdayaguna dan berhasil guna serta dapat dipertanggungjawabkan.

    38

    Sri Fadilah dkk, “Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ): Deskripsi Pengelolaan Zakat dari Aspek Lembaga Zakat,” Kajian Auntansi, Vol. 18:1 (September 2017), hlm. 62.

  • 43

    Secara struktural Badan Amil Zakat, merupakan organisasi pengelola

    zakat yang dibentuk oleh pemerintah, sehingga kedudukkannya akan

    disesuaikan dengan struktural pemerintah.

    Lebih lanjut dijelaskan tentang BAZNAS dan BAZNAS

    pemrintah provinsi, kota dan kabupaten sesuai dengan Undang-

    Undang 23 tahun 2011, sebagai berikut:

    1) Badan Amil Zakat Nasional

    a) Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah

    membentuk BAZNAS.

    b) Berkedudukan di ibu kota negara. Merupakan lembaga

    pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan

    bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri.

    c) BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan

    tugas pengelolaan zakat secara nasional.

    d) Dalam melaksanakan tugas BAZNAS menyelenggarakan

    fungsi:

    1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

    pendayagunaan zakat;

    2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

    pendayagunaan zakat;

    3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan

    pendayagunaan zakat;

  • 44

    4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan

    pengelolaan zakat.

    e) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS dapat

    bekerja sama dengan pihak terkait sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    f) BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara

    tertulis kepada Presiden melalui Menteri dan kepada Dewan

    Perwakilan Rakyat Republik Indonesia paling sedikit 1

    (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

    g) BAZNAS terdiri atas 11 (sebelas) orang

    anggota.Keanggotaan BAZNAS terdiri atas 8 (delapan)

    orang dari unsur masyarakat dan 3 (tiga) orang dari unsur

    pemerintah.Unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama,

    tenaga profesional, dan tokoh masyarakat Islam.

    h) Unsur pemerintah ditunjuk dari kementerian/instansi yang

    berkaitan dengan pengelolaan zakat.

    i) BAZNAS dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil

    ketua. Masa kerja anggota BAZNAS dijabat selama 5 (lima)

    tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa

    jabatan. Anggota BAZNAS diangkat dan diberhentikan oleh

    Presiden atas usul Menteri.

    j) Anggota BAZNAS dari unsur masyarakat diangkat oleh

    Presiden atas usul Menteri setelah mendapat pertimbangan

  • 45

    Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Ketua dan

    wakil ketua BAZNAS dipilih oleh anggota. BAZNAS paling

    sedikit harus: a) warga negara Indonesia; b). beragama

    Islam; c). bertakwa kepada Allah SWT; d). berakhlak mulia;

    e). berusia minimal 40 (empat puluh) tahun; f). sehat jasmani

    dan rohani; g). tidak menjadi anggota partai politik; h).

    memiliki kompetensi di bidang pengelolaan zakat; i).tidak

    pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan

    yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)

    tahun.

    k) Anggota BAZNAS diberhentikan apabila: (a). meninggal

    dunia; (b). habis masa jabatan; (c). mengundurkan diri; (d).

    tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga), bulan secara

    terus menerus; atau (e) tidak memenuhi syarat lagi sebagai

    anggota.39

    2) Badan Amil Zakat Nasional Provinsi dan Kota/ Kabupaten

    Penjelasan tentang Badan Amil Zakat Nasionkat

    Nasional Provinsi dan Badan Amil Zakat Nasional kota dan

    kabupaten dijelaskan dalam Undang-Undnag Nomor 23 Tahun

    2011 sebagai beriukt:

    39

    Pasal 5 sampai 12

  • 46

    a) Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat

    provinsi dan kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi

    dan BAZNAS kabupaten/kota.

    b) BAZNAS provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul gubernur

    setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.

    c) BAZNAS kabupaten/kota dibentuk oleh Menteri atau

    pejabat yang ditunjuk atas usul bupati/walikota setelah

    mendapat pertimbangan BAZNAS.

    d) Dalam hal gubernur atau bupati/walikota tidak mengusulkan

    pembentukan BAZNAS provinsi atau BAZNAS

    kabupaten/kota, Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat

    membentuk BAZNAS provinsi atau BAZNAS

    kabupaten/kota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.

    e) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS,

    BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota dapat

    membentuk UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha

    milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta,

    dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta dapat

    membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau

    nama lainnya, dan tempat lainnya.

    f) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja

    BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota diatur

    dalam Peraturan Pemerintah.

  • 47

    g) BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota

    melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di provinsi atau

    kabupaten/kota masing-masing.40

    3. Pengelolaan Zakat Menurut UU No. 23 tahun 2011

    a) Pengelolaan Zakat

    Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang

    Pengelolaan Zakat, pada pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa

    Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

    pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan

    pendayagunaan zakat.41

    Dengan tujuan sebagaimana dalam UU 23

    tahun 2011 pasal 3 yaitu:

    1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam

    pengelolaan zakat, dan

    2. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan

    masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.42

    Pengeloaan zakat akan efektif jika dikelola oleh sebuah

    organisasi pengelola zakat yang memiliki otoritas. Dalam hal ini

    UU No. 23 tahun 2011 telah diatur mengenai lembaga pengeloaan

    zakat. Yaitu sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 5 ayat (1),

    (2), dan (3) untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah

    membentuk BAZNAS yang berkedudukan di ibukota negara dan

    berwenang melakukan tugas pengelolaan secara nasional. Dalam

    40

    Pasal 15 sampai 16 41

    Pasal 1 ayat (1) 42

    Pasal 3 ayat (1) dan (2)

  • 48

    melaksanakan pengelolaan zakat BAZNAS memiliki fungsi

    pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.

    b) Pengumpulan Zakat

    Wilayah operasional Badan Amil Zakat adalah pengumpulan

    zakat pada instansi pemerintah tingkat pusat, swasta nasional dan

    Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Badan Amil Zakat di

    semua tingkatan dapat membentuk Unit Pengumpulan Zakat (UPZ).

    UPZ tidak bertugas untuk menyalurkan dan mendayagunakan zakat,

    pengumpulan zakat dapat dilakukan melalui penyerahan langsung

    (datang) ke Badan Amil Zakat, melalui counter, Unit Pengumpulan

    Zakat, Pos, Bank, pemotongan gaji dan pembayaran zakat yang

    dapat mengurangi penghasilan kena pajak. 43

    Sedangkan pengumpulan zakat dalam UU No. 23 tahun 2011

    tentang pegelolaan zakat diatur dalam pasal 21 ayat (1) dan (2)

    yaitu:

    1) Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan

    penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya.

    2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya,

    muzaki dapat meminta bantuan BAZNAS.44

    Selain itu diatur juga didalam pasal 22 dan pasal 23 ayat (1) dan (2)

    yang menyebutkan bahwa zakat yang dibayarkan oleh muzaki

    43 Direktorat Pemberdayaan Zakat Depag RI, Pedoman Pengelolaan Zakat (Jakarta:

    Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam, 2007), hlm. 61 44 Pasal 21 ayat (1-2)

  • 49

    kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena

    pajak.45 Dan pasal 23 :

    1) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat

    kepada setiap muzaki.

    2) Bukti setoran zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.46

    c) Pendistribusian Zakat

    Menurut UU No. 23 tahun 2011 pasal 25 dan 26 zakat wajib

    didistribusikan kpada mustahiq sesuai syariat Islam. Yang dimaksud

    disini adalah asnaf zakat yang terdapat dalam surah At-Taubah (9):

    ayat (60) yaitu yaitu orang fakir, orang miskin, pengurus zakat,

    muallaf, memerdekakan budak, orang berhutang, pada jalan Allah

    (Sabilillah), dan orang yang sedang dalam perjalanan. Di dalam

    aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya

    secara ekonomi, seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat,

    orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar, orang

    yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar dan korban bencana

    alam.

    Ada dua cara untuk mendistribusikan zakat kepada orang

    yang berhak meerima yaitu pendistribusian zakat secara konsumtif

    dan pendistribusian zakat secara produktif. Pendistribusian zakat

    secara konsumtif yaitu zakat yag disalurkan untuk memenuhi

    45

    Pasal 22 46

    Pasal 23 ayat (1-2)

  • 50

    kebutuhan hidupnya. Fungsi ini adalah asal dari fungsi zakat yaitu

    memberikan zakat untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan

    pendistribusian zakat secara produktif adalah zakat yang diberikan