pendahuluanapendisitis

Upload: dini-pw

Post on 15-Jul-2015

137 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendik adalah suatu struktur kecil, berbentuk seperti tabung yang berkait menempel pada bagian awal dari sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Sedangkan apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Sekitar 7 % orang-orang di Negara barat mengalami apendisitis pada suatu waktu ketika mereka hidup dan sekitar 250.000 apendiktomi pada akut apendisitis dilakukan untuk tiap-tiap tahun di Amerika. Insidensinya telah menurun secara stabil selama kurun waktu 25 tahun terakhir, hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya pegunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari. Namun insidensi di negara-negara berkembang yang pada kurun waktu sebelumnya sangat sedikit angka insidensinya tapi sekarang sudah mulai naik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan perubahan gaya hidup manusianya. Insidensi apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu Negara berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. 1.2 Rumusan masalah 1. Apakah pengertian, tanda , gejala, dan etiologi dari Apendisitis? 2. Bagaimana proses patofisiologis dari Apendisitis? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Apendisitis? 4. Bagaimana penatalaksanaan dari Apendisitis?

1

1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengertian, tanda , gejala, dan etiologi dari Apendisitis 2. Mengetahui proses patofisiologis dari Apendisitis 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Apendisitis 4. Mengetahui penatalaksanaan dari Apendisitis

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Appendisitis Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat antara lain: Apendisitis akut adalah peradangan dari apendisitis vermiformis

yeng merupakan penyebab umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk,1982) Apendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan

yang mendadak pada suatu appendiks (Baratajaya, 1990) Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Namun demikian, organ ini sering sekali menimbulkan masalah kesehatan. Usus buntu atau apendiks vermiformis merupakan penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari, berbentuk tabung panjang dan sempit yang terdapat di usus besar (caecum), tepatnya di daerah perbatasan dengan usus ileum kuadran kanan bawah. Panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm) dan berpangkal di sekum. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu penyebab timbulnya appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoal yang merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem imun). Dan immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi

3

sistem imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada apendiks kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna lain Apendisitis dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Namun lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun. Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. Pada orang yang daya tahan tubuhnya kuat, proses penyakit dan peradangannya berjalan perlahan dan menahun. Biasanya, jaringan penggantung usus bereaksi dengan menyelubungi usus buntu yang sakit. Akibatnya, proses peradangan dan pernanahan tidak adapat meluas. Penyumbatan usus buntu terjadi karena pembesaran kelenjar dindingnya. Ini biasa terjadi pada anak-anak. Pada prang dewasa penyumbatan terjadi karena gumpalan tinja yang membatu, atau biji-bijian yang masuk ke dalamnya, cacing bahkan tumor.

2.2 Tanda dan Gejala Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen bawah akan semakin progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Adapun gejala-gejala appendisitis secara umum adalah sebagai berikut : 1. Nyeri tekan lepas (nyeri yang timbul ketika apabila tekanan dilepaskan) dan spasme. 2. Nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu makan menurun

4

3. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney (nyeri tekan local). Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. 4. Rovsing, psoas, dan obturator positif 5. Konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. 6. Demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 derajat celcius.2,3,4 7. Keluhan anoreksia dan malaise. 8. Kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah. 9. Nyeri saat defekasi (karena ujung appendiks dekat dengan rectum) 10. Nyeri saat buang air kecil 11. Kaku pada bagian bawah otot rektus abdominus Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut. 1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal (di belakang

sekum ,terlindung oleh sekum), Tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak

ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada

saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal. 2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis

5

Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum,

akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare). Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada

kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya. Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas. 1. Pada anak-anak

Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah- muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi. 2. Pada orang tua berusia lanjut

Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi. 3. Pada wanita

Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks

6

terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan.

2.3 Etiologi 1. Penyumbatan Penyebab Appendicitis belum sepenuhnya diketahuai. Tapi pada kebanyakan kasus, peradangan dan infeksi usus buntu didahului oleh adanya penyumbatan di dalam appendik. Tumbuhnya jaringan limfe, sisa daging atau makanan lain yang tersangkut di dalam appendik dan membusuk, gumpalan tinja yang membatu, biji-bijian, tumor appendik, dan cacing ascaris dapat menyebabkan penyumbatan appendik. Ruang appendik sangat sempit sehingga bahan-bahan buangan atau benda asing dapat terperangkap di dalam appendik. Hal ini dapat mengakibatkan penyumbatan sehingga menyebabkan radang yang hebat dan menimbulkan infeksi. 2. Infeksi Bakteri Bakteri dapat menginfeksi bagian appendik yang menyebabkan

peradangan pada daerah tersebut. Mikroorganisme yang ditemukan dariappendik sama dengan apa yang ditemukan di colon. Jenis bakteri yang banyak menginfeksi appdendik appendik adalah bakteri des fragilis dan E. Coly. Steptococcus, faecialis, stestococus aerob lainnya, dan clostibium perfringens. Juga sering ditemukan. Bakteri-bakteri ini dapat menimbulkan sumbatan pada appendik. 3. Makanan Appendicitis bisa disebabkan oleh rendahnya konsumsi selulosa dan tingginya konsumsi daging dan gula. Hal ini dibuktikan oleh seorang peneliti bernama Dennis Burkit yang memberikan sejumlah alasan bahwa menghilangkan selulosa, lignin, dan fiber lainnya dari makanan merupakan penyebab utama dari penyakit appendicitis. 4. Hambatan aliran lendir ke Sekum

7

Appendik menghasilakan lendir 1 -2 ml/hari. Lendir tersebut secara normal dicurahkan ke dalam lubang appendik dan selanjutnya mengalir ke sekum. Terhambatnya aliran lendir dari appendik tersebut akan menyebabkan peradangan dan infeksi pada daerah appendik. 5. Geografis Appendicitis akut dapat ditemukan diseluruh dunia yang paling sering terjadi di EropaUtara, dan Australia dibandingkan di Afrika dan Amerika Se;latan atau negara timur. Biasanya penderita penderita lebih sering dijumpai pada daerah kota dari pada di pedesaan karena pola makan daging yang tinggi dan rendahnya konsumsi selulosa pada orang kaya (orang yang tinggal di kota)

2.4 Patofisiologi Factor yang paling berperan dalam terjadinya apendisitis adalah infeksi dan obstruksi. Dimana hal tersebut dapat disebabkan oleh bakteri, parasit, konstipasi, respon inflamasi yang berupa hiperplasia kelenjar limfoid submukosa dan benda asing. Pada kasus yang disebabkan oleh invasi parasit seperti Amoeba histolytica yang pada mulanya tinggal di kripte glandula intestinal. Selama infasi pada lapisan mukosa, parasit ini menghasilkan enzim yang dapat menyebabkan nekrosis mukosa yang mengakibatkan terjadinya ulkus. Keadaan berikutnya adalah bakteri yang menginvasi dan berkembang pada ulkus, dan memprovokasi proses inflamasi yang dimulai dengan infiltrasi sel radang akut. Dan terjadi pembesaran kelenjar limfoid/proliferasi jaringan limfoid sebagai kompensasi dalam mensekresikan antibody yaitu IgA pada apendiks. Pembesaran ini yang disebut juga dengan hyperplasia kelenjar limfoid submukosa dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi pada apendiks. Selain hyperplasia, konstipasi juga dapat menyebabkan terjadinya obstruksi. Konstipasi yang merupakan akibat dari diet yang rendah serat, dapat meningkatkan waktu feses dalam usus sehingga feses tersebut dapat menjadi lebih padat, lengket, dan mengeras seperti batu yang 8

disebut fekalith. Fekalith inilah yang nantinya dapat mengakibatkan obtruksi. Selain itu semakin lama feses di dalam usus, maka semakin banyak kuman didalam usus sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya kerusakan mukosa & infeksi jika terdapat luka di usus. Konstipasi juga dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intracaecum, sehingga feses yang seharusnya masuk ke dalam caecum dari apendiks mejadi terahan di dalam apendiks/ terhambat, normalnya tekanan di dalam apendiks lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam caecum. Sehingga hal ini dapat mengakibatkan obstruksi secara fungsional dari apendiks. Kemudian obstruksi juga dapat disebabkan oleh benda asing dan cacing. Secara fisiologis apendiks menghasilkan mukus. Jika terjadi obtruksi maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen ependiks yang merupakan akibat dari menumpuknya mukus dan terjadi distensi pada apendiks. Pada kondisi tersebut, terjadi peningkatan jumlah kuman dan translokasinya ke dalam apendiks disertai dengan terganggunya lairan limfe yang disebabkan oleh keadaan distensi tersebut. Kemudian distensi ini mengakibatkan pleksus simpatik meregang dan menstimuli ganglia semilunar sehingga terjadi muntah, mual dan nyeri. Terganngunya aliran limfe ini mengakibatkan terjadinya oedem, keadaan ini mempermudah terjadinya invasi bakteri dari dalam lumen dan menembus mukosa sehingga mengakibatkan ulserasi mukosa apendiks, maka terjadilah keadaan yang disebut apendicitis fokal. Jika masih terjadi obstruksi maka, maka tekanan intraluminer akan semakin meningkat, selanjutnya mengakibatkan terjadinya gangguan vesikuler khususnya vena. Keadaan ini membuat kondisi oedem bertambah berat, selanjutnya terjadi iskemik, dan invasi bakteri semakin berat sehingga terjadi pernanahan pada dinding apendiks, dan terjadilah keadaan yang disebut apendicitis supuratif akut. Pada keadaan yang lebih lanjut tekanan intraluminer akan semakin tinggi, oedem menjadi lebih hebat, dan terjadilah gangguan sirkulasi arterial. Tergangguanya sirkulasi arterial ini mengakibatkan terganggunya suplai oksigen ke dalam dinding apendiks, terutama pada daerah antemesentrial yang relatif miskin vaskularisasi, sehingga terjadi gangrene.

9

Gangrene biasanya di tengah-tengah apendiks dan berbentuk ellipsoid. Keadaan ini disebut apendicitis gangrenosa. Apabila tekanan intraluminer semakin meningkat ditambah lagi adanya ulserasi pada lapisan muskulo dan serosa, akan terjadi perforasi pada daerah gangren tersebut. Maka materi intraluminer yang infeksius tersebut akan tercurah ke dalam rongga peritoneum dan terjadilah peritonitis lokal maupun general yeng tergantung keadaan umum penderita dan fungsi dari omentum. Pada kondisi omentum yang baik, sebelum terjadinya perforasi omentum akan melekat pada apendiks sebagai upaya untuk menahan material infeksius tersebut tidak menyebar secara luas dalam rongga peritoneum sehingga hanya akan terjadi abses periappendikuler. Dan bila fungsi omentum kurang baik akan terjadi peritonitis lokal, selanjutnya apabila keadaan umum tubuh cukup baik, proses tersebut akan terlokalisir. Namun apabila keadaan umum tubuh kurang baik maka akan terjadi peritonitis general. Pada penderita apendicitis yang belum sampai mengalami perforasi dan ditangani dengan segera, terjadi proses penyembuhan yaitu jaringan yang rusak akan diganti oleh jaringan fibrosa seperti pada jaringan submukosa dan muskulo. Sehingga apendiks akan menebal dan elastisitasnya menurun. Kemudian mungkin juga dapat ditemukan adanya infiltrasi mononukclear pada dinding apendiks dan folikel limfoid yang membesar, dimana hal tersebut merupakan sisa dari apendicitis akut. Kondisi seperti ini dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya apendicitis lagi namun terjadi secara lamban sehingga disebut apendicitis kronis.

10

2.5 Faktor - Faktor Yang Berhubungan Komplikasi Yang sering ditemukan adalah infeksi, perforasi, abese intra abdominal / pelvis, sepsisi, shock, dehisensi. Perforasi yang ditemukan baik perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan, sehingga memebentuk masa yang terdiri dari kumpulan apendiks, sekum dan keluk usus. Gastroeneteritis Terjadi mual, muntah, diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan berbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukosit kurang menonjol dibandingkan apendisitis akut. Laboratorium biasanya normal karena hitung normal. Limfedenitis mesentrika Bisanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai dengan sakit perut, terutama bagian kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan, perut samar terutama bagian kanan. Demam dengue Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil positif untuk Rumple leed, trombositopeni, hematokrit yang meningkat. Infeksi panggul Selpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebhi tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urine. Pada gadis dapat dilakukan colok dubur jika perlu untuk diagnosis banding. Rasa nyeri pada colok vaginajika uterus diayunkan.

11

Gangguan alat kelamin perempuan Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Ruptur tuba, abortus kehamilan di luar rahim disertai pendarahan maka akan timbul nyeri mendadak difus di pelvis dan bisa terjadi syok hipovolenik. Nyeri dan penonjolan rongga douglas didapatkan pada pemeriksaan vaginal dan didapatkan pada kuldosintesis. Divertikulosis meckel Gambaran klinisnya hampir serupa dengan apendisitis akut. Pembedaan sebelum operasi hanay teoritis dan tidak perlu, sejak diverculosis. Meckel dihubungkan dengan komplikasi yang mirip pada apendisitis akut dan diperlukan pengobatan serta tindakan bedah yang sama. Intussusception Ini harus dibedakan dengan apendisitis akut karena pengobatan berbeda umur pasien sangat penting, apendisitis jarang pada umur di bawah 2 tahun sedangkan hampir seluruh intussuspection idiopatik terjadi di bawah umur 2 tahun. Ulkus peptikum yang perforasi Ini sangat mirip dengan apendisitis jika isi gastroduodenum terbalik mengendap turun ke daerah usus bagian kann (saekum). Batu ureter Jika diperkirakan mengendap dekat apendiks, ini menyerupai apendisitis retrocecal. Nyeri menjalar ke labia, scrotum, atau penis, hematuria dan atau demam atau leukositosis membatu. Pielography biasanya untuk mengkonfirmasi diagnosa. Perforasi Perforasi disebabkan keterlambatan penanganan terhadap pasien apndisitis akut. Perforasi disertai dengan nyeri yang lebih hebat dan demama tinggi (sekitar 38,30 C). Biasanya perforasi tidak terjadi pada 12 jam pertama. Pada 12

apendiktektomi yang dilakukan pada pasien usia kurang dari 10 tahun dan lebih dari 50tahun, ditemukan 50% nya telah mnegalami perforasi. Akibat perforasi ini sangat bervariasi mulai dari peritinitis umum, sampai hanay berupa abses kecil yang tidak akan mempengaruhi menifestasi kliniknya. Peritonitis Peritonitis lokal dapa disebabkan oleh mikroperforasi. Sementara peritonitis umum dikarenakan telah terjadinya perforasi yang nyata. Bertambahnya nyeri dan kekakuan otot, ketegangan abdomen dan adinamic ileus dapat ditemui pada pasien apendisitis dengan perforasi. Apendikan abses (massa apendik) Perforasi yang bersifat lokal dapat terjadi saat infeksi periapendikal diliputi oleh omentum dan viseral yang berdekatan. Manifestasi klliniknya sama dengan apendisitis biasa disertai dengan ditemukannya massa di kwadran kanan bawah. Pemeriksaan USG dan Ct scan bermanfaat untuk menegakkan diagnosis. Pieloflebisitis Pioleflebisitis adalah tromboflebitis yang bersifat supuratif pada sistem vena portal. Demam tinggi, menggigil, ikterus yang samar-samar, dan nantinya dapat ditemukan abses hepar, merupakan pertanda telah terjadinya komplikasi ini. Pemeriksaan untuk menemukan trombosis dan udara di vena portal yang paling baik adalah CT scan. Pada beberapa keadaan apendistis akut agak suli didiagnosa sehingga tidak ditangani pada waktunya dan terjadi komplikasi misalnya: a. Pada anak, biasanya diawali dengan rewel, tidak amu makan, tidak bisa melukiskan nyerinya, segingga dalam beberapa jam kemudian terjadi mutah-munath, lemah dan letargi. Gejala ini tidak khas pada anak sehingga apendisitis dikatahu setelah terjadikomplikasi. b. Pada wanita hamil, biasanya keluhan utamanya adalah nyeri perut, mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut sekum dengan apendiks terdorong ke

13

kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi ke regio lumbal kanan. c. Pada usia lanjut, gejalanya sering samar-samar sehingga sring terjadi terlambat diagnisis. Akibatnya lebih dari separuh penderita yang datang mengalami perforasi

2.6 Penatalaksanaan 1. Appendiktomi Bila diagnosis appendicitis akut telah ditegakkan, maka harus segera dilakukan appendektomi. Hal ini disebabkan perforasi dapat terjadi dalam waktu < 24 jam setelah onset appendicitis. Appendectomi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara terbuka dan laparoscopi. Dengan cara terbuka dilakukan insisi di abdomen kanan bawah kemudian kembali. Tindakan laparoscopi merupakan suatu teknik baru untuk mengangkat appendix dengan menggunakan lapariscop.Tindakan ini dilakukan pada kasuskasus yang meragukan dalam menegakkan diagnosis appendicitis. Pada appendicitis tanpa komplikasi biasanya tidak diperlukan pemberian antibiotik, kecuali pada appendicitis perforate dan appendicitis gangrenosa. Penderita anak perlu cairan intravena untuk mengoreksi dehidrasi ringan. Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung dan untuk mengurangi bahaya muntah pada waktu induksi anestesi. Pada apendisitis akut dengan komplikasi berupa peritonitis karena perforasi menuntut tindakan yang lebih intensif, karena biasanya keadaan anak sudah sakit berat. Timbul dehidrasi yang terjadi karena muntah, sekuestrasi cairan dalam rongga abdomen dan febris. Anak memerlukan perawatan intensif sekurang-kurangnya 4-6 jam sebelum dilakukan pembedahan. Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan 14 ahli bedah mengeksplorasi dan mencari appendix yang meradang.Setelah itu dilakukan pengangkatan appendix, dan abdomen ditutup

lambung agar mengurangi distensi abdomen dan mencegah muntah. Kalau anak dalam keadaan syok hipovolemik maka diberikan cairan ringer laktat 20 ml/kgBB dalam larutan glukosa 5% secara intravena, kemudian diikuti dengan pemberian plasma atau darah sesuai indikasi. Setelah pemberian cairan intravena sebaiknya dievaluasi kembali kebutuhan dan kekurangan cairan. Sebelum pembedahan, anak harus memiliki urin output sebanyak 1 ml/kgBB/jam. Untuk menurunkan demam diberikan acetaminophen suppositoria (60mg/tahun umur). Jika suhu di atas 380C pada saat masuk rumah sakit, kompres alkohol dan sedasi diindikasikan untuk mengontrol demam. 2. Terapi antibiotik Apabila apendisitis baru diketahui setelah terbentuk massa

periapendikuler, maka tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah pemberian terapi antibiotik kombinasi terhadap penderita. Antibiotik ini merupakan antibiotik yang aktif terhadap bakteri aerob dan anaerob. Setelah gejala membaik, yaitu setelah 6-8 minggu, barulah apendektomi dilakukan. Jika gejala berlanjut, yang ditandai adanya abses maka dianjurkan melakukan drainase dan sekitar 6-8 minggu kemudian dilaukan appendisektomi. Antibiotik , satu dari dua dosis tunggal prophilactically sebelum operasi dan beberapa waktu pasca operasi, untuk menghindari luka infeksi dan kadang abses pelvic. Bakteri anaerob terutama Bacteriodes fragilis dan E.coli, semua bakteri pada apendik, diberikan metronidazole atau aminoglikosida, pada triple kombinasi dengan ampisilin dan clindamisin, antibiotik yang dipilih. Kadang clostridia diidentifikasi.

15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendiks disebut juga umbai cacing. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Tapi pada kebanyakan kasus, peradangan dan infeksi usus buntu didahului oleh adanya penyumbatan di dalam appendik. Bakteri juga dapat menginfeksi bagian appendik yang menyebabkan peradangan pada daerah tersebut. Appendicitis bisa disebabkan oleh rendahnya konsumsi selulosa dan tingginya konsumsi daging dan gula. Bila diagnosis appendicitis akut telah ditegakkan, maka harus segera dilakukan appendektomi. Apabila apendisitis baru diketahui setelah terbentuk massa periapendikuler, maka tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah pemberian terapi antibiotik kombinasi terhadap penderita.

3.2 Saran 1. Bila terdapat tanda tanda seperti rasa tidak enak disekitar pusar

disertai mual, tak ada nafsu makan, kadang-kadang muntah, sembelit, atau diare, rasa nyeri di perut kanan bawah, dan suhu badanpun tinggi maka segera periksakan. Tanda-tanda tersebut merupakan tanda yang khas pada penderita appendicitis. 2. Berikan asuhan keperawatan yang adekuat terhadap penderita

appendicitis.

16

3.

Bila hasil dari diagnosis adalah appendicitis akut maka segera

lakukan apendiktomi.

DAFTAR PUSTAKA

Admin.2008.Apendisitis.http://medlinux.blogspot.com/2008/12/apendisitis.html. Diakses pada tanggal 4 April 2009. Pukul 11.00 wib. Appendicitis.http://medlinux.blogspot.com/2008/12/apendisitis.html.diakses tanggal 5 april 2009 pukul 13.32 Appendisitis akut.http://www.bedahugm.net/Bedah-Digesti/Apendisitisakut.html. tanggal 5 april 2009 pukul 13.46 Anita.2008.Apendicitis.http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/09/29/appendisiti s/ Diakses pada tanggal 4 April 2009. Pukul 11.00 wib. Ijul.2007. Apendicitis. http://ijul-fkua.blog.friendster.com/2007/10/apendisitis/. Diakses pada tanggal 4 April 2009. Pukul 11.00 wib. http://ahmadalfikri.blogspot.com http://theeqush.wordpress.com/2008/03/10apendisitis/ http://ahmadrofiq.com/?cat=5/

17