pendahuluan · produksi bibit lada sehat dengan teknologi ... (intensitas sinar 35 persen ......

13
Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB 1 Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU PENDAHULUAN Di Indonesia permasalahan utama agribisnis lada adalah (1) tingkat produktivitas tanaman dan mutu yang rendah, (2) tingginya kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit, (3) usahatani yang belum efisien, (4) masih rendahnya usaha peningkatan mutu dan diversifikasi produk, (5) berkurangnya luasan tanmanan lada dari factor luar ( 6 ) serta lambatnya proses alih teknologi ke tingkat petani. Perkebunan lada di Kalimantan Timur yang tersebar dibeberapa wilayah kabupaten /Kota khususnya di Kabupaten Kutai Kartanegara yang terletak di Di ecamatan Loa janan merupakan perkebunan rakyat, dengan ciri (1) penerapan teknologi rendah, (2) lokasi terpencar, dan (3) terbatasnya modal,terbatasnya pengetahuan dan keterampilan terutama dibidang budidaya tanaman lada sehat dan masih menggunakan pola system pasca panen yang tradisionil . Dari hal tersebut diatas terhadap Penerapan teknologi yang rendah menyebabkan produktivitas rendah, kerusakan tanaman yang tinggi akibat serangan hama penyakit, usia produktif pendek, dan kerusakan lahan yang mengancam usaha perkebunan lada yang berkelanjutan. Lada merupakan komoditi utama yang diusahakan petani di Kecamatan Loa janan , akhir- akhir ini terjadi penurunan luas tanam dan produksi yang sangat signifikan. Salah satu masalah utama dalam budidaya lada adalah gangguan penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Phythoptora capsici. Penyakit ini menyerang seluruh bagian tanaman mulai dari pembibitan sampai dewasa, tetapi yang mematikan jika menyerang pangkal batang. Menurut keterangan petani, serangan penyakit BPB semakin berat sekitar akhir tahun 90- an. Semangun (2001) mengatakan penyakit BPB di Indonesia telah lama ditemukan, Muller melaporkan serangan penyakit busuk pangkal batang pada lada pertama kali terjadi di Lampung pada tahun 1885. Meningkatnya serangan penyakit BPB lada di Kecamatan loa janan diduga karena daya tahan tanaman yang lemah akibat menurunnya kesuburan tanah, pemupukan yang tidak berimbang (lebih mengutamakan pupuk yang mengandung unsur hara N), dan penggunaan pupuk kandang ayam broiler yang belum matang - sehingga lingkungan lebih sesuai untuk perkembangan pathogen. Semangun (2001) menyatakan penyakit tanaman timbul jika pada satu waktu di satu tempat terdapat tumbuhan yang rentan, pathogen yang virulen, dan lingkungan yang sesuai - yang sering disebut “segi tiga penyakit” (disease triangle). Untuk mempertahankan lada sebagai komoditas andalan perlu dilakukan terobosan dalam pengembangan lada diantaranya adalah perbaikan teknik budidaya seperti: (1) penerapan teknologi

Upload: phungthuan

Post on 02-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB

1Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU

PENDAHULUAN

Di Indonesia permasalahan utama agribisnis lada adalah (1) tingkat produktivitas tanaman

dan mutu yang rendah, (2) tingginya kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit, (3)

usahatani yang belum efisien, (4) masih rendahnya usaha peningkatan mutu dan diversifikasi

produk, (5) berkurangnya luasan tanmanan lada dari factor luar ( 6 ) serta lambatnya proses alih

teknologi ke tingkat petani.

Perkebunan lada di Kalimantan Timur yang tersebar dibeberapa wilayah kabupaten /Kota

khususnya di Kabupaten Kutai Kartanegara yang terletak di Di ecamatan Loa janan merupakan

perkebunan rakyat, dengan ciri (1) penerapan teknologi rendah, (2) lokasi terpencar, dan (3)

terbatasnya modal,terbatasnya pengetahuan dan keterampilan terutama dibidang budidaya

tanaman lada sehat dan masih menggunakan pola system pasca panen yang tradisionil .

Dari hal tersebut diatas terhadap Penerapan teknologi yang rendah menyebabkan

produktivitas rendah, kerusakan tanaman yang tinggi akibat serangan hama penyakit, usia produktif

pendek, dan kerusakan lahan yang mengancam usaha perkebunan lada yang berkelanjutan.

Lada merupakan komoditi utama yang diusahakan petani di Kecamatan Loa janan , akhir-

akhir ini terjadi penurunan luas tanam dan produksi yang sangat signifikan. Salah satu masalah

utama dalam budidaya lada adalah gangguan penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan

oleh jamur Phythoptora capsici. Penyakit ini menyerang seluruh bagian tanaman mulai dari

pembibitan sampai dewasa, tetapi yang mematikan jika menyerang pangkal batang.

Menurut keterangan petani, serangan penyakit BPB semakin berat sekitar akhir tahun 90-

an. Semangun (2001) mengatakan penyakit BPB di Indonesia telah lama ditemukan, Muller

melaporkan serangan penyakit busuk pangkal batang pada lada pertama kali terjadi di Lampung

pada tahun 1885.

Meningkatnya serangan penyakit BPB lada di Kecamatan loa janan diduga karena daya

tahan tanaman yang lemah akibat menurunnya kesuburan tanah, pemupukan yang tidak berimbang

(lebih mengutamakan pupuk yang mengandung unsur hara N), dan penggunaan pupuk kandang

ayam broiler yang belum matang - sehingga lingkungan lebih sesuai untuk perkembangan pathogen.

Semangun (2001) menyatakan penyakit tanaman timbul jika pada satu waktu di satu tempat

terdapat tumbuhan yang rentan, pathogen yang virulen, dan lingkungan yang sesuai - yang sering

disebut “segi tiga penyakit” (disease triangle).

Untuk mempertahankan lada sebagai komoditas andalan perlu dilakukan terobosan dalam

pengembangan lada diantaranya adalah perbaikan teknik budidaya seperti: (1) penerapan teknologi

Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB

2Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU

imunisasi benih untuk mendapatkan tanaman lada yang sehat, produktif, dan ramah lingkungan, (2)

penerapan teknologi berbasis organik untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas tanaman ,

dan (3) penerapan usahatani terpadu untuk meningkatkan efisiensi untuk meningkatkan daya saing

dan persaingan dengan komoditas lainnya sebagai alternatif pilihan agrobisnis.

Penularan pathogen dapat melalui stek yang digunakan sebagai sumber bahan tanaman.

Stek lada yang digunakan petani mempunyai resiko yang tinggi sebagai sumber inokulum penyakit

bagi kebun lada yang baru dibuka. Salah satu cara pencengahan penyakit BPB adalah menggunakan

benih yang bebas patogen P. capsici. Untuk memperoleh benih yang bebas dan imun terhadap

patogen dapat diinduksi dengan mikroorganisme tertentu. Fusarium oxysporum non patogenik

(Fo.NP) merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat menginduksi ketahanan tanaman.

Teknik memperoleh bibit (benih) sehat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain,

kultur jaringan, perlakuan terhadap bibit secara kimiawi, dan perlakuan bibit dengan

mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme yang dapat digunakan berdasarkan hasil penelitian

antara lain Fusarium oxysporum non patogenik (F.o.NP), Bacillus, dan Pseudomonas flourescens. Di

beberapa Negara Maju seperti Jepang, Jerman, Cina, dan AS telah menggunakan Fo.NP untuk

memproduksi bibit sehat dan toleran terhadap pathogen tertentu. Di Indonesia telah digunakan

secara luas untuk memproduksi bibit vanili sehat (vanili Bio-FOB) yang bebas dan toleran terhadap

penyakit busuk batang vanili. Teknik ini telah diobservasi penggunaannya untuk menghasilkan bibit

sehat pada beberapa tanaman seperti lada, tembakau, nilam, cabai, tomat, dan tembakau.

Teknologi yang dikembangkan BALITTRO dapat menghasilkan bibit yang diinduksi dengan

Fo.NP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas Fo.NP lebih baik

dibanding dengan fungisida.

Selain menggunakan bibit lada Bio-FOB, tersedia komponen teknologi lain untuk

mengendalikan BPB yaitu bio-fungisida Bio-TRIBA dan fungisida nabati MITOL. Bio-TRIBA

mengandung agen hayati Bacillus dan Trichoderma yang merupakan musuh alami penyakit BPB.

Sedangkan MITOL mengandung eugenol yang diisolasi dari tanaman cengkeh yang dapat membunuh

beberapa pathogen termasuk penyakit BPB. Diharapkan dengan menggunakan tiga komponen

tersebut serangan penyakit BPB dapat dihindari dan petani dapat terhindar dari

penggunaan pestisida sintetis yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu

penggunaan komponen teknologi ramah lingkungan ini dapat meningkatkan mutu

karena menghasilkan produk lada organik yang bebas dari residu pestisida.

Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB

3Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU

Imunisasi atau induksi resistensi atau resistensi buatan adalah suatu proses stimulasi

resistensi tanaman inang terhadap pathogen tanaman tanpa introduksi gen-gen baru. Teknologi

imunisasi atau proteksi silang merupakan salah satu cara pengendalian penyakit tanaman dengan

menstimulasi aktivitas mekanisme resistensi melalui inokulasi mikroorganisme non patogenik atau

pathogen avirulen maupun strain hipovirulen serta perlakuan substan dari mikroorganisme dan

pestisida nabati (Tombe dan Zulhisnain, 2010).

SPESIFIKASI KOMPONEN TEKNOLOGI

Komponen teknologi lada sehat merupakan bagian dari paket teknologi yang terdiri dari

benih lada Bio-FOB, biodekomposer dan biofungisida Bio-TRIBA, dan fungisida nabati MITOL EC

dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Bibit lada Bio-FOB: bibit yang diproduksi dengan menggunakan tiga macam mikroorganisme

yaitu:

a. Fusarium oxysporum non patogenik (Fo.NP), mikroba ini berfungsi untuk menginduksi sistem

ketahan lada terhadap BPB dan merangsang pertumbuhan akar. Mikroorganisme tersebut

diisolasi dari rizosfera dan jaringan tanaman panili sehat. Hasil uji patogenisitas dan analisis

VCG (Vegetatif Compatibelity Group) menunjukkan bahwa isolat tersebut tidak patogenik

terhadap tanaman lada. Fo.NP telah banyak dilaporkan dapat menginduksi sistem ketahanan

tanaman dengan meningkatnya aktivitas beberapa enzim tertentu dalam sistem metabolism

tanaman. Sebanyak 15 isolat Fo.NP telah berhasil diisolasi dan dimurnikan, salah satu isolat

yaitu Fo.NP starin 10-AM secara konsisten menghasilkan efetivitas yang tinggi. Strain

tersebut selanjutnya digunakan dalam memproduksi tiga macam formula Fo.NP.

b. Bacillus pantotkenticus, mikroba ini ditemukan dan diisolasi dari rizosfera pertanaman

jagung. B. pantotkenticus dapat merangsang perakaran, biodekomposer limbah organik

mentah dan menghasilkan antibiotik selama proses dekomposisi bahan organik serta

berfungsi sebagi agens hayati yang akan melindungi sistem perakaran serta bertahan hidup

dalam rizosfera tanaman. Uji in vitro menunjukkan bahwa isolat ini dapat menghambat

pertumbuhan beberapa jenis patogen di dalam tanah. Salah satu spesies Bacillus telah

dilaporkan di Brasil dapat meningkatkan produksi gandum sampai 105 %.

c. Trichoderma lactae, mikroba ini ditemukan dan diisolasi dari rizosfera pertanaman jambu

mente. T. Lactae berfungsi dapat digunakan sebagai biodekomposer limbah organik mentah

dan agens hayati.

2. Bio-TRIBA: Mengandung dua jenis mikroorganisme yaitu B. pantotkenticus

dan T. lactae. Larutan Bio-TRIBA dapat digunakan sebagai biodekomposer limbah

Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB

4Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU

organik dan biofungisida untuk pengendalian pathogen tanaman serta dapat dicampur dengan

pupuk organik dalam aplikasinya.

3. Fungisida Nabati Mitol 20 EC : Mengandung bahan aktif eugenol yang diekstrak dari tanaman

cengkeh. Formula ini toksik terhadap beberapa pathogen tanaman diantaranya penyakit BPB

lada.

MANFAAT TEKNOLOGI Bio-FOB

Manfaat menggunakan teknologi Bio-FOB pada pembibitan dan pertanaman lada adalah

sebagai berikut:

1. Stek yang diinduksi dengan Fo.NP bebas dan toleran terhadap patogen BPB dan pathogen

lainnya.

2. Pertunasan stek yang dinduksi Fo.NP lebih cepat dibanding dengan cara konvensional.

3. Fo.NP dapat diformulasi dalam bentuk pupuk organik untuk pertanaman di lapangan dan

bertahan hidup dalam waktu relatif lama.

4. Bio-TRIBA mengandung B. pantotkenticus dan T. lactae berfungsi sebagai agens hayati penyakit

BPB, penyakit lain dan meningkatkan kesehatan tanaman.

5. Fungsi lain dari B. pantotkenticus dan T. lactae adalah mendekomposisi limbah untuk

menghasilkan kompos. Kompos sangat penting untuk meningkatkan kesuburan tanah yang

selanjutnya meningkatkan ketahanan tanaman terhadap pathogen BPB, pathogen lainnya dan

sebagai media perkembangbiakan mikroba yang berguna.

6. Ekstrak kompos yang diproses dengan Bio-TRIBA bersifat pestisidal terhadap beberapa patogen

tanaman.

Gb 1. Semaian lada stek satu ruas berdaun satu

Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB

5Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU

Gb 2. Semaian stek lada siap transplantingke polybag

KEUNGGULAN PEMBIBITAN LADA Bio-FOB

Keunggulan pembibitan lada menggunakan teknologi Bio-FOB adalah sebagai berikut:

1. Menghemat materi perbanyakan atau menghasilkan bibit lebih banyak sampai 400 persen,

cukup satu ruas berdaun satu-konvensional 5-7 ruas.

2. Bibit lada Bio-FOB bebas dan toleran terhadap patogen BPB dan pathogen lainnya.

3. Untuk memproduksi Bio-FOB di lapangan telah tersedia tiga macam formula Fo.NP yang telah

dipatenkan (No. Paten. ID.0000404).

4. Teknik produksi sederhana, dapat dipersiapkan dengan cepat dan biaya produksi lebih murah

dibanding teknologi lain.

5. Mikroorganisme yang digunakan asli Indonesia dan tidak patogenik pada tanaman baik di

laboratorium dan lapangan.

6. Fo.NP dapat bertahan hidup dalam perakaran dan jaringan tanaman lada dalam waktu yang

relatif lama.Media tumbuh dalam polybag yang digunakan dalam pembibitan mengandung

dua macam agens hayati yaitu T. lactae dan B. pantotkenticus yang berfungsi

untuk melindungi dan merangsang perakaran.

7. Menghasilkan bibit lada organik bebas residu bahan kimia untuk membangun kebun lada

organik.

Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB

6Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU

PROSEDUR PRODUKSI BIBIT LADA SATU RUAS BERDAUN SATUDENGAN TEKNOLOGI Bio-FOB

Prosedur produksi bibit lada satu ruas berdaun satu menggunakan teknologi Bio-FOB sebagai

berikut:

1. Bahan tanaman diambil dari tanaman yang belum menghasilkan (TBM) dan bebas dari gejala

penyakit. Stek yang diambil dari sulur panjat dan sudah mengayu.

2. Segera setelah tiba dari sumber bibit, stek dipotong menjadi stek satu ruas berdaun satu

menggunakan pisau tajam, kemudian dicelup (dipping) kedalam larutan Bio-FOB EC selama 30

menit dan atau ujung atas dan bawah dioles/ditotol dengan formula Bio-FOB WP. Larutan Bio-

FOB disiapkan 2 jam sebelum digunakan dan dapat digunakan maksimal selama 4 jam.

3. Setelah 30 menit, stek dikeluarkan dari larutan Bio-FOB EC, ujung bawah dioles dengan Bio-FOB

WP kemudian disemai dibedengan dengan media tumbuh pasir sungai yang lembap.

Selanjutnya bedengan persemaian dipasang sungkup plastik di bawah naungan paranet 65

persen (intensitas sinar 35 persen).

4. Selama dipersemaian jika kelembapan rendah maka dilakukan penyemprotan air bersih (air

minum isi ulang) setiap 3-7 hari, tergantung kelembapan dan sungkup dibuka setiap hari pada

pukul 09.00-10.00. Untuk merangsang perakaran disiram larutan Bio-TRIBA 10 persen setiap 2-3

minggu sekali.

5. Setelah 3-4 minggu dipersemaian, kecambah ditransplanting kedalam polybag ukuran 12 x 18

cm yang berisi media tumbuh: top soil + pasir + kompos Bio-TRIBA BT1 (1:1:1). Bibit disusun rapat

dalam bedengan dengan lebar maksimal 100 cm dan panjang 10-15 m. Bibit dipelihara di bawah

naungan 50-65 persen.

6. Rouging atau sortir pertama dilakukan setelah 1-2 bulan bibit di polybag, bibit yang off-type

disortir dan yang terpilih dikelompokkan menurut kecepatan tumbuh dan dilakukan

penjarangan. Jarak dalam barisan sesuai diameter polybag (± 7,6 cm) dan antar barisan ± 15 cm.

7. Rouging kedua setelah 3-5 bulan, stek yang telah tumbuh menjadi bibit 7-9 buku siap disalurkan

untuk dilakukan penanaman dilapangan.

Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB

7Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU

DIAGRAM ALIRPEMBIBITAN LADA STEK SATU RUAS BERDAUN SATU DENGAN TEKNOLOGI Bio-FOB

PENERIMAAN BAHAN STEK

PEMBUATAN STEK

DIPPING Bio-FOB EC

OLES Bio-FOB WP

PERSEMAIAN

PEMASANGAN SUNGKUP

PEMELIHARAAN PERSEMAIAN

TRANSPLANTING KE POLYBAG

PEMELIHARAAN PEMBIBITAN

ROUGING/SORTIR

PENYALURAN BIBIT

Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB

8Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU

Gb 3. Bibit lada asal pembibitan satu ruas berdaun satuumur 4 bulan

Gb 4. Bibit lada siap salur asal pembibitansatu ruas berdaun satu umur 6 bulan

Gb 5. Performance bibit lada asal pembibitansatu ruas berdaun satu umur 6 bulan

POTENSI PRODUKSI BIBIT

Perkiraan potensi produksi bibit lada asal pembibitan satu ruas berdaun satu berdasarkan

ketersediaan stek dari populasi tanaman belum menghasilkan (TBM) sebagai berikut:

1. Materi perbanyakan dipanen dari TBM kebun produksi milik petani yang berumur kurang dari

dua tahun. Setiap batang TBM dapat menghasilkan stek satu ruas berdaun satu sebanyak 25-40

stek per satu kali pemangkasan. Populasi pertanaman lada TBM di Desa Batuah dan Tani

Harapan diperkirakan ± 30.000 batang. Jadi potensi stek 750.000-1.200.000 stek selama

setahun.

2. Dari potensi 750.000-1.200.000 stek tersebut jika dengan asumsi stek yang dapat diakses

sebesar 50 persen maka tersedia materi perbanyakan 375.000-600.000 stek. Asumsi

keberhasilan pembibitan 50 persen maka diperoleh bibit sebanyak 187.500-300.000 bibit.

Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB

9Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU

3. Jika potensi tersebut dapat dimaksimalkan mencapai 75 persen, maka diperoleh bibit sebanyak

281.250-450.000 batang.

4. Optimalisasi pemanfaatan stek melalui pembibitan satu ruas berdaun satu dengan teknologi

Bio-FOB mengingat kebutuhan bibit lada yang cukup besar tidak hanya melalui APBD tetapi juga

adanya Gernas Lada seluas 100 Ha pada tahun yang sama.

Gb 6. Performance tanaman lada umur 2 bulanasal pembibitan satu ruas berdaun satu

Pengambilan Stek

1. Stek lada diiambil dari tanaman induk yang berumur dua tahun serta sudah dipangkas dua kali (8 - 10 bulan pertama dan 18 - 20 bulan kedua).

2. Berasal dari cabang panjat, tumbuh ke atas, serta melekat pada tiang panjat.3. Stek dari pohon induk yang sehat.4. Stek yang akan diambil sudah berkayu, berdaun hijau tua, tidak ada gejala

abnormal.5. pengambilan stek pada pagi hari jam 06.00 - 10.00 atau sore hari jam 17.00

agar tidak layu kepanasan.

Persemaian

1. Media tanam yang baik adalah tanah yang subur, gembur, dan drainase baik(tanah liat berpasir).

2. Lingkungan tumbuh stek 1 ruas harus lembab, tidak becek, dan disiram secarateratur.

Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB

10Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU

3. Stek 1 ruas tidak tahan penyinaran langsung, maka dinaungi dengan atapkemudian disungkup terpal plastik.

4. Stek 1 ruas ditanam miring dimana mata dan daun terletak di atas tanah, jarakantara stek ± 5 cm dalam bentuk larikan. Jarak antar bedengan 0,4 meter.

5. Setelah 3-4 minggu di persemaian, kemudian dipindahkan ke pembibitan.

Pembibitan.

1. Stek 1 ruas apabila sudah banyak akarnya (21-30 Hss) dapat dipindahkan kekantong plastik berukuran 10 x 15 cm berlubang 10 buah yang telah disiapkandengan perbandingan tanah dan pupuk kandang 1 : 1.

2. Kantong plastik disusun rapat, bibit di dalam barisan diberi jarak 10 cm. Jarakantar barisan disesuaikan.

3. Apabila cuaca kering dilakukan penyiraman dan bibit tumbuh kurang baik perludiberikan pupuk daun seperti Gandasil D, Ceruplesal Fluid sekali seminggudengan konsentrasi 0,2 %.

http://lampung.litbang.deptan.go.id

Pembibitan Lada

LAST_UPDATED2 Oleh Tri ksn Minggu, 18 Oktober 2009 06:47

Pembibitan lada varietas unggul Natar 1minimal dilakukan untuk satuan populasi /produksi sebanyak 15.000 bibit. Untukpembibitan sejumlah tersebut di perlukansatuan biaya setiap bibit lada sebesar Rp.2.500,- / bibit. Biaya ini sudah mencakup :Pembelian bahan stek satu ruas lada natar1 dari sulur panjat satu daun a Rp. 400,-/stek , penyiapan media ( pupuk kandang,tanah dan pasir), pembelian polibag,pembelian plastik solarisasi, perlakuansolarisasi media, aplikasi agensia hayati Trichoderma sp dan bakteri non pathogenik, pembuatanpara-para tempat pembibitan dari bambu, naungan dari paranet, pembuatan guludan, pengisianpolibag, menyiapkan subtrat alang-alang, pemeliharaan bibit selama 6 bulan, pembelian bambu danpembuatan stik, pembelian fungisida, insektisida dan pupuk daun. Pembibitan lada selanjutnyaharga satuannya turun menjadi Rp. 2.000,- / bt karena sarana tempat pembibitan sudah tersedia.Tiap kelompok tani lada sudah seharusnya mulai dapat menyiapkan bibit lada unggul yang sehat,karena selama ini petani lada kesulitan memperoleh bibit lada yang baik, saat musim tanam tidaktersedia bibit lada yang baik, sementara petani lada belum dapat mengembangkan bibit lada bibitlada dengan baik. Pembinaan dan pengembangan penangkaran bibit lada di tingkat petani mestinyasudah dimulai, sehingga kelompok tani lada sudah dapat menyiapkan bibit secara mandiri. Bahantanaman lada berupa stek satu ruas berdaun tunggal dari sulur panjat sebaiknya berasal dari kebuninduk milik BPTP atau Balitro untuk menjamin bahan bibit tanaman lada yang baik, agar bibit lada

Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB

11Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU

yang ditangkarkan betul-betul dari bahan yang baik dan sehat, sementara petani menggunakanbahan tanaman asalan dan kualitasnya rendah. Saat ini BPTP Lampung telah mengembangkansumber bahan tanaman lada dengan kapasitas produksi setiap tahun 100 - 200 ribu stek satu ruasuntuk tahap I tahun 2010. Pada tahun 2011 akan ditingkatkan sampai 200 - 500 ribu stek satu ruasberdaun tunggal dari sulur panjat. Permintaan bahan tanaman lada unggul Natar 1 dalam jumlahbesar untuk pembibitan dapat dilakukan melalui pemesanan minimal 8 bulan sebelumnya.Pembinaan dan pengawalan penangkaran bibit lada di petani perlu dilakukan. Kendala dalampemasaran bibit lada adalah petani kurang berminat membeli bibit lada karena merasa petani sudahmempunyai sumber bibit asalan dari sulur gantung atau sulur cacing yang mulai berbuah relatif lamasekitar 5 - 6 tahun sementara dengan menggunakan bahan tanaman lada dari stek satu ruas berdauntunggal dari sulur panjat dapat disiapkan selama 6 bulan dan mulai berproduksi lebih awal yaitupada umur 3 tahun dan dapat diproduksi dalam jumlah besar dalam waktu yang relatif singkatapabila diperlukan bibit lada dalam jumlah besar. BPTP Lampung menerima pesanan permintaanbibit lada siap tanam dengan harga Rp. 4.000/bt. Peneliti lada BPTP siap diminta menjadi konsultanuntuk pembinaan dan pengembangan lada di tingkat propinsi maupun nasional.

http://www.sinartani.com/agroinovasiLADA NATAR 1 Bibit Unggul Spesifik Lampung

Kendala usahatani lada di Lampung adalah besarnya kematian tanaman lada yangmengakibatkan kerugian berkisar 2.370-3.555 ton setiap tahun. Pusat Penelitian danPengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) telah menghasilkan bibit unggul lada spesifikuntuk wilayah Lampung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung mengawalteknologi pengembangan dan penangkaran lada unggul ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kematian tanaman lada di lapang mencapai 32%,tanaman lada tidak berbuah 33,5% dan tanaman lada berbuah 34,5%. Padahal tanaman ladayang mati harus disulam setiap tahun, sedangkan ketersediaan bibit lada yang baik yang dapatdigunakan petani untuk penyulaman sangat terbatas.

Untuk menjamin keberhasilan produksi lada maka tanaman lada yang mati harus disulamsecara teratur setiap tahun dengan menggunakan varietas unggul yang toleran terhadapserangan hama dan penyakit sesuai kondisi di Lampung. Di Propinsi Lampung dengan luasareal tanaman lada pada tahun 2006 sekitar 64.929 ha dengan rata-rata kematian 32% perhektar diperlukan bibit untuk penyulaman lada sebanyak 640 bibit per hektar. Apabilapenyulaman hanya dilakukan sebanyak 10% per ha maka kebutuhan bibit lada untukpenyulaman di Lampung sekitar 1.287.400 bibit per tahun. Untuk itu pengembangan varietaslada unggul spesifik lokasi Lampung secara berkelanjutan harus selalu tersedia.

Lada Natar 1 merupakan varietas lada unggul spesifik lokasi Lampung sebagai sumber bibityang baik bagi petani. Beberapa keunggulan varietas lada natar 1 antara lain mempunyai dayaadaptasi terhadap cekaman air dan kelebihan air sedang, kurang peka terhadap penggerekbatang, nematoda dan busuk pangkal batang, serta mempunyai potensi produksi sedang. Ladavatietas unggul Natar 1 yang diperkaya Bio Triba, fusarium non pathogenik (Fo NP) danTrichoderma dengan sistem perbanyakan menggunakan sulur panjat menunjukkan toleran

Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB

12Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU

terhadap penyakit busuk pangkal batang yang mematikan tanaman lada. Untuk itupengembangan bibit lada natar 1 di Lampung merupakan salah satu terobosan penyediaanbibit lada unggul dalam rangka mengamankan produksi lada Lampung yang telah dikenal dipasaran dunia dengan nama Lampung Black pepper. Sehubungan dengan hal tersebut melaluitulisan ini disampaikan teknologi unggulan pengembangan dan pemasaran lada natar 1 diLampung.

Pengembangan dan PenangkaranPengembangan lada natar 1 sebagai sumber bibit bagi petani lada di Lampung telahdilakukan melalui (1) Membangun kebun induk lada (2) Pengembangan bibit lada, dan (3)Pembinaan petani penangkar bibit lada.

(Untuk informasi lebih lengkapnya silahkan berlangganan Tabloid SINAR TANI. SMS ke: 0815 8441 4991)

http://www.sigapbencana-bansos.info

Pangkalpinang, 13/7 (ANTARA) - Harga bibit komoditi lada di Pangkalpinang, ProvinsiBangka Belitung (Babel), naik karena terbatasnya pohon lada berkualitas baik untukpembibitan lada di daerah itu. "Harga bibit lada naik menjadi Rp4.500 per batang dari hargasebelumnya Rp2.500 per batang karena terbatasnya perkebunan lada di sejumlah daerahpenghasil lada," ujar Tarmizi, pedagang bibit lada asal Kampung Bakam Kabupaten BangkaTengah di Pangkalpinang, Selasa. Pembibitan lada dilakukan dengan cara stek pada pohonlada dewasa yang sehat agar menghasilkan bibit unggul dan bisa menghasilkan buah yangbanyak. Ia mengatakan, saat ini, untuk pembibitan lada mulai sulit karena pedagang danpengusaha pembibitan lada terkendala mendapatkan induk lada yang unggul seiringperkebunan lada di Bangka mulai hilang dan induk lada banyak dijangkiti penyakit daunkuning dan akar membusuk. "Saat ini saya hanya mampu menyediakan bibit 1000 hingga2000 batang jika dibandingkan tahun lalu bisa menyediakan 10 ribu batang bibit lada karenaperkebunan lada masih cukup banyak di beberapa daerah seperti Muntok, Bangka Tengah,Bangka Selatan dan daerah lainnya di Pulau Bangka," ujarnya.

Menurutnya, akibat harga bibit lada berdampak langsung terhadap permintaan petani ladasepi karena banyak petani lada yang beralih berkebun karet dan sawit. "Petani banyak beralihberkebun lada karena biaya pengelolaan lada tinggi seperti mengelola tanah, menyediakanpupuk dan kayu junjung lada yang mulai langka," ujarnya. Diprediksikan, perkebunan lada diBangka Belitung akan hilang karena sulitnya dan tingginya biaya perawatan lada, sementaraharga lada di pasaran masih rendah sehingga petani lada rugi. "Sebetulnya harga lada Rp41ribu perkilogram sudah cukup tinggi jika dibandingkan harga lada 2002 harga lada hanyaRp12 ribu perkilogram, namun karena biaya perawatan lada tinggi mengakibatkan petanimasih rugi,"tambahnya.

Produksi Bibit Lada Sehat dengan Teknologi Bio-FOB

13Oleh: Agus Priyono, S.P., Gapoktan Penangkar BORNEO HIJAU

Apalagi saat ini berbagai penyakit mulai menyerang perkebunan lada yang mengakibatkanbiaya pengeluaran petani semakin tinggi," ujarnya.

http://iirc.ipb.ac.id/jspui/handle

Title: Media Penyimpanan Bibit Lada Perdu yang akan Dikirim ke Lokasi Lain Authors: Bintoro,Mochamad HasjimRohendi, EndiFebriyanti, Nur Keywords: IPB (Bogor Agricultural University) Issue Date: 2005 Publisher: IPB (BogorAgricultural University) Abstract: Tujuan penelitian ini adalah mencari metoda pengiriman bibit ladaperdu agar dapat menekan kematian bibit. Perlakuan yang diberikan terhadap bibit lada perdu didalam kotak yang terbuat dari kardus adalah lama simpan (diasumsikan lama pengiriman) yaitu 4,6,8dan 10 hari, volume media terdiri atas 200 dan 100 ml serta berbagai jenis media, yaitu tanah, mossspghnum, kompos, dan campuran tanah dan kompos (1:1). Hasil invensi menunjukkan bahwa bibitlada perdu yang disimpan enam hari masih hidup lebih dari 88% bila ditumbuhkan pada media tanahatau moss dengan volume 200 ml atau pada campuran tanah dan kompos (1:1) dengan volumemedia 100 ml. Penurunan bobot bibit yang disimpan selama 6 hari masih relatif kecil, yaitu hanya2,83 g. URI: http://hdl.handle.net/123456789/4120