pendahuluan - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/68920/10/bab i.pdf · juga menjabarkan tingkat...
TRANSCRIPT
1
PENDAHULUAN
Dinamika organisasi terus berkembang sebagai eksistensi organisasi dalam
mewujudkan visi dan misi organisasi. Pengelolaan SDM dan organisasi menjadi
kunci utama dalam pertumbuhan organisasi. Organisasi memaksimalkan segala
aspek yang dapat mendukung berlangsungnya kegiatan organisasi demi tercapainya
tujuan. Berbagai macam pembaharuan baik secara teknologi maupun ilmu
berkembang dengan pesat sehingga mendorong untuk menjadi lebih kompetitif.
Manusia sebagai asset memiliki potensi untuk berkontribusi dengan melibatkan
aspek koginitif dan juga motorik. Namun demikian individu membutuhkan dukungan
baik berupa keamanan maupun tools yang menunjang dalam menyelesaikan tugas
yang dibebankan. Banyak hal yang mempengaruhi outcome dari kinerja individu
seperti kenyamanan dalam bekerja. Jordan (2014) menyatakan bahwa kepuasan kerja
merupakan hal yang paling penting bagi kebanyakan karyawan. Meskipun demikian
para karyawan memiliki level kepuasan kerja yang berbeda. Penelitian mengenai
kepuasan kerja selalu berkembang menyesuaikan situasi setiap organisasi yang
dinamis.
Ada banyak penelitian mengenai kepuasan kerja yang dikembangkan dan
disesuaikan dengan lingkungan kerja masing – masing dimana hal ini dikembangkan
karena beberapa temuan mengenai banyaknya pemogokan kerja, ketidakdisiplinan
kerja, ketidakpastian dalam pekerjaan ataupun komitmen organisasi (Yorulman &
Yucel, 2016). Namun demikian, kepuasan kerja setiap orang, terlebih dengan jenis
organisasi yang berbeda memiliki perbedaan kepuasan kerja. Kepuasan kerja
seseorang yang bekerja dalam bidang indutri dengan bidang medis berbeda, hal ini
2
dapat dilihat dari perbedaan jenis organisasinya. Berdasarkan beberapa penelitian
menunjukkan kepuasan kerja dapat menjadi stimulus yang mengarah ke kegiatan
yang positif. Banyak manfaat yang didapat dari kepuasan kerja yang dapat
memotivasi individu dan meningkatkan rasa kepercayaan diri dalam penyelesaian
tugas. Motivasi merupakan hal yang penting dalam proses penyelesaian tugas yang
berdampak pada peningkatkan produksi baik dilihat dari kinerja karyawan ataupun
target produksi atau kerja yang diberikan (Smoak, 2008; Park dan Kim, 2009;
Olasupo, 2011; Leisanyane, 2013; Vrgovic dan Pavlovic, 2014)
Kepuasan kerja merupakan sesuatu hal yang berkaitan dengan pikiran dan
perasaan seseorang terhadap pekerjaan yang dibebankan. Hal ini selaras dengan
pengertian dalam penelitian bahwa kepuasan kerja terdiri dari dua unsur yaitu sikap
dan perasaan. Kedua hal tersebut adalah serangkaian hal yang terkait dimana unsur
rasa yang diterima dari beban tugas yang diberikan akan berlanjut terhadap tindakan
dalam proses penyelesaian pekerjaan. Hal yang mendetail mengenai kepuasan kerja
menitikberatkan pada rasa yang didapatkan akan hasil yang diinginkan dengan
kenyataan hasil yang didapatkan. Penelitian lainnya mengklasifikasikan kepuasan
kerja terdiri dari situasional, emosional bahkan kognitif. Hal ini ditunjang dengan
pendapat Exantus yang menggabungkan reaksi dari aspek kognitif, afektif dan
motorik dari setiap individu terhadap pekerjaan mereka (Riggio, 2009; Leisanyane,
2013;Vrgovic dan Pavlovic, 2014; Jordan, 2014).
Dampak yang muncul dari kepuasan kerja yang tinggi memiliki kemungkinan
positif seperti peningkatan hasil produksi, ketepatan waktu dalam bekerja, motivasi
3
bahkan loyalitas. Karyawan dengan kepuasan kerja tinggi menunjukkan tingkat
stress yang rendah sehingga akan menimbulkan tingkat kualitas kerja yang
cenderung lebih baik dan dapat mempertahankan kinerjanya. Namun sebaliknya jika
kepuasan kerja cenderung rendah maka dapat disebabkan karena tingkat stress yang
dirasakan karyawan dalam proses penyelesaian tugas dan berakibat ke penurunan
kinerja dimana individu tidak dapat bekerja dengan maksimal. (Exantus, 2011;
Leisanyane, 2013; Nwankwoala, 2014; Jordan, 2014; Frazier, 2015).
Banyaknya karyawan yang bertahan cukup lama pada organisasi
sebagaimana yang disampaikan oleh Staff Human Resource Department merupakan
usaha dari manajemen dalam pengelolaan organisasi. PT X ini merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bisnis retail yang berdiri sejak tahun. Selama
beberapa tahun ini, perusahaan cenderung memiliki intesitas proses rekrutmen yang
sedikit, dimana mereka masih merasa cukup dengan sumber daya manusia atau man
power yang telah tersedia. Hal ini didukung dengan sedikitnya karyawan yang keluar
setiap periodenya. Lamanya jangka waktu karyawan yang bekerja pada perusahaan
menjadi indikasai bahwa tercukupinya kepuasan kerja dimana loyalitas karyawan
dapat dilihat dari rendahnya tingkat keluar masuk karyawan. Rekatnya hubungan
antara karyawan juga dipaparkan oleh pihak SDM didukung dengan beberapa
observasi yang dilakukan peneliti beberapa kali. Perusahaan memiliki nilai budaya
yang di internalisasi melalui beberapa program seperti briefing dan kajian rohani
yang dilaksanakan dua kali dalam seminggu. Hal ini menjadi suatu wadah bagi
organisasi dalam mentransfer nilai kepada pada karyawannya. Jika dilihat dari
kurangnya pengurangan SDM baik dari pihak manajemen ataupun para karyawan itu
4
sendiri maka dapat menjadi sebuah dugaan bahwa para karyawan pada organisasi
tersebut merasa nyaman untuk dapat bekerja. Adapun karyawan yang berjumlah 153
terbagi menjadi empat divisi yaitu divisi operasional, divisi HRGA, divisi Finance,
divisi Marketing & Development, divisi IT, divisi Trading & Buyer dengan
Supervisor sebanyak 20 dan 8 Manajer. Status karyawan terdiri dari 100 karyawan
tetap dan sekitar 40 karyawan kontrak.
Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu keterikatan
karyawan, kebebasan melakukan sesuatu, memiliki hak pilih, tipe kepimpinan dan
juga budaya organisasi. Kepemimpinan memiliki dampak pada kepuasan kerja
sebagaimana beberapa penelitian yang membuktikan bahwa terdapat hasil yang
signifikan dari beberapa tipe kepimpinan transaksional dan transformasional (Lovas,
2007; Ozmen, 2008; Olasupo, 2011). Hal ini berhubungan dengan kepuasan kerja
dimana kewibawan pemimpin mampu mempengaruhi tingkat kepuasan kerja
karyawan (Akbar, 2011). Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki
individu dalam mengarahkan sekelompok orang dalam upaya mencapai tujuan dan
melibatkan kemampuan yang spesifik yaitu mempengaruhi bagaimana cara
mengarahkan individu mengenai apa dan bagaimana cara menyelesaikan tugas serta
mampu menjadi fasilitator dalam proses setiap anggotadan memotivasinya ( Somaye
Gharibvand, Mazumber, Mohiuddin, an Su, 2013). Kemampuan tersebut merupakan
softskill yang dimiliki oleh setiap individu baik terbentuk secara alami ataupun
terstimulan dari kondisi lingkungannya (Somaye dkk, 2013;Ozmen, 2008; Riggio,
2009)
5
Penelitian yang dilakukan oleh Alonderiene dan Majauskaite (2015) telah
membuktikan adanya hubungan yang signifikan bahkan mendekati 99% terhadap
korelasi kepemimpinan dengan kepuasan kerja. Hasil penelitian Ali dan Tang (2016)
juga menjabarkan tingkat signifikan yang cukup tinggi dimana kepemimpinan
memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja. Temuan lainya juga mengemukakan
bahwa kepemimpinan mendominasi kepuasan kerja individu. Gaya kepemimpinan
transformasi dan transaksional menjadi model yang paling popular dalam penelitian
dimana gaya kepemimpinan tersebut mampu mengarahkan individu merasakan
kepuasan kerja karyawan, efektifitas kerja serta kinerja (Pritchett, 2006; Ozmen,
2008). Beberapa aspek yang membentuk model kepemimpinan trannformasional Ada
beberapa faktor personal yang mempengaruhi kepemimpinan seperti karakter,
strategi dan juga perilakunya yang melekat pada individu. Sedangkan faktor
externalnya yaitu kegiatan, lingkungan organisasi dan juga tujuan dari misi
organisasinya yang dapat membentuk kepemimpinan individu itu sendiri. Peran
pemimpin yang dianggap mampu mengkomunikasikan dengan baik didalam
organisasi dapat meningkatkan rasa puas pada individu terhadap pekerjaan mereka
karena merasa aman. Hal ini akan mempengaruhi situasi kerja yang dirasakan oleh
karyawan yang berujung pada kepuasan kerja. (Ozmen, 2008; Exantus, 2011;
Vrgovic dan Pavlovic, 2014; Alonderiene dan Majauskaite, 2015)
Selain itu budaya organisasi dipercaya sebagai prediktor untuk mengetahui
level kepuasan kerja yang mana dapat didefinisikan sebagai rangkaian tradisi, norma,
kebijakan, dan keyakinan dimana meliputi ideologi, filosofi, yang di internalisasikan
untuk semua anggota organisasi terhadap apa yang dilakukan dan dipikirkan dalam
6
sebuah organisasi (Okoro,2010; Olasupo,2011; Azanza, 2013). Perbedaan jenis
organisasi pun akan membuat kepuasan kerja yang berbeda . Selanjutnya Lovas
(2007) menyimpulkannya menjadi keseluruhan karakteristik dari sebuah organsiasi
yang didalamnya terdapat manifestasi dalam beragam aspek dan juga area
kegiatannya. Menurut teori Denison membaginya menjadi empat aspek yaitu
Involvement, Consistency, Adaptability, and Mission (Leisanyane, 2013).
Selanjutnya variabel ini dapat terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
keterbukaan, fleksibilitas, kinerja, integrasi, arahan, visi (Lacasse, 2010; Gilboa,
2011).
Beberapa penelitian berhasil menunjukkan hubungan yang positif antara
budaya organisasi dengan kepuasan kerja sebagaimana penelitian Sharma (2017)
yang menjelaskan bahwa nilai – nilai yang terkandung dalam organisasi
menimbulkan dampak positif terhadap kepuasan kerja karyawan. Penelitian Sadasa
(2013) juga menunjukkan hasil yang signifikan akan budaya organisasi dengan
kepuasan kerja. Budaya organisasi yang tinggi dapat mendorong individu ke dalam
pondasi kepercayaan dan perilaku yang mengarah pada keefektifan organisasi.
Merujuk pada penelitian – penelitian sebelumnya terdapat banyak penelitian
berangkat dari permasalahan dalam situasi organisasi masing - masing. Situasi
organisasi satu dengan lainnya memiliki perbedaan dimana banyak hal yang dapat
mempengaruhinya. Penelitian ini ingin menguji perananan gaya kepemimpinan dan
budaya organisasi terhadap kepuasan kerja. Setiap aspek akan dipaparkan secara
mendetail sehingga memunculkan bagian mana yang memiliki kontribusi besar baik
7
dari variabel perspektif gaya kepemimpinan, budaya organsisasi terhadap kepuasan
kerja di PT X.
Adapun tujuan dari penelitian ingin menguji peranan dari perspektif gaya
kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan di
perusahaan retail tersebut. Hal ini dapat memberikan gambaran bagian variabel mana
dan juga aspek mana yang memiliki kontribusi yang besar dalam kepuasan kerja
karyawan dalam organisasi tersebut. Apakah budaya organisasi dan perspektif gaya
kepemimpinan memiliki hubungan dengan kepuasan kerja secara signifikan. Selain
itu, manajemen dapat menggunakan budaya organisasi seperti apa yang mampu
membuat karyawan untuk tetap efektif dan meminimalisirkan tingkat turnover
sehingga manajemen tidak memerlukan banyak usaha dalam hal perekrutan yang
berimbas pada keefektifan waktu dan juga biaya yang muncul dalam sistem keluar
masuk karyawan.