pendahuluan balitbangda

70
Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu sendiri dan implikasi permasalannya dapat melibatkan keseluruhan aspek kehidupan manusia; walaupun, seringkali tidak disadari kehadirannya sebagai masalah oleh manusia bersangkutan. Bagi mereka yang tergolong miskin, kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata ada dalam kehidupan mereka sehari-hari; karena mereka itu merasakan dan menjalani sendiri bagaimana hidup dalam kemiskinan. Walaupun demikian belum tentu mereka itu sadar akan kemiskinan yang mereka jalani. Kesadaran akan kemiskinan yang mereka miliki itu; baru terasa pada waktu mereka membandingkan kehidupan yang mereka jalani dengan kehidupan orang lain yang tergolong mempunyai tingkat kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih tinggi. Kemiskinan juga merupakan sesuatu yang nyata Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah 1

Upload: achas

Post on 27-Jun-2015

355 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang sama

tuanya dengan usia kemanusiaan itu sendiri dan implikasi

permasalannya dapat melibatkan keseluruhan aspek

kehidupan manusia; walaupun, seringkali tidak disadari

kehadirannya sebagai masalah oleh manusia bersangkutan.

Bagi mereka yang tergolong miskin, kemiskinan

merupakan sesuatu yang nyata ada dalam kehidupan

mereka sehari-hari; karena mereka itu merasakan dan

menjalani sendiri bagaimana hidup dalam kemiskinan.

Walaupun demikian belum tentu mereka itu sadar akan

kemiskinan yang mereka jalani. Kesadaran akan

kemiskinan yang mereka miliki itu; baru terasa pada waktu

mereka membandingkan kehidupan yang mereka jalani

dengan kehidupan orang lain yang tergolong mempunyai

tingkat kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih tinggi.

Kemiskinan juga merupakan sesuatu yang nyata ada

dalam masyarakat bagi mereka yang tergolong tidak

miskin, yaitu dari hasil pengamatan yang telah mereka

lakukan baik secara sadar maupun tidak sadar, mengenai

berbagai gejala sosial yang terwujud dalam

masyarakatnya. Kesadaran akan adanya kemiskinan bagi

mereka yang tidak miskin biasanya terwujud pada waktu Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan

Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

1

Page 2: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

mereka membandingkan gejala-gejala sosial tersebut di

atas, dengan tingkat kehidupan yang mereka miliki.

Kesadaran akan adanya kemiskinan sebenarnya bukan

hanya berasal dari hasil pengamatan dan pengalaman

mereka saja tetapi juga dari berbagai keterangan yang

telah diperoleh melalui berita-berita yang dibawa oleh

teman atau orang yang dikenalnya dan juga dari berbagai

berita yang ada dalam pasan-pesan yang diterimanya

melalui media komunikasi, dan juga dari ajaran-ajaran

yang ada dalam agama yang dianutnya.

Seringkali pemikiran-pemikiran dan diskusi-diskusi

yang telah diadakan mengenai kemiskinan lebih banyak

menekankan segi-segi emosional dan perasaan yang

diselimuti oleh aspek-aspek moral dan kemanusiaan, atau

juga bersifat partisan karena berkaitan dengan alokasi

sumber daya, sehingga pengertian mengenai hakikat

kemiskinan itu sendiri menjadi kabur. Akibatnya adalah

berbagai usaha penanggulangan masalah kemiskinan

menjadi bersifat sebagian-sebagian atau tidak memenuhi

sasarannya secara tepat.

Tolok-ukur yang lain ialah dinamakan tolok-ukur

kebutuhan relatif per keluarga, yang batasan-batasannya

dibuat berdasarkan kebutuhan minimal yang harus

dipenuhi sebuah keluarga agar dapat melangsungkan

kehidupannya secara sederhana tetapi memadai sebagai

warga masyarakat yang layak. Tercakup dalam tolok-ukur

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

2

Page 3: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

kebutuhan relatif per keluarga ini ialah kebutuhan-

kebutuhan yang berkenaan dengan biaya sewa rumah dan

mengisi rumah dengan peralatan rumah tangga yang

sederhana tetapi memadai, biaya-biaya untuk memelihara

kesehatan dan untuk pengobatan, biaya-biaya untuk

menyekolahkan anak-anak, dan biaya untuk sandang yang

sewajarnya dan pangan yang sederhana tetapi mencukupi

dan memadai.

Tolok-ukur yang telah dibuat dan digunakan di

Indonesia untuk menentukan besarnya jumlah orang

miskin adalah batasan tingkat pendapatan per waktu kerja

(Rp 30.000,- per bulan atau lebih rendah) yang dibuat pada

tahun 1976/1977. Di samping itu juga ada tolok-ukur yang

dibuat berdasarkan batas minimal jumlah kalori yang di

konsumsi per orang yang diambil persamaannya dalam

beras: yang dinyatakan bahwa kebutuhan minimal per

kapita di desa adalah 320 kilogram beras dan di kota 420

kilogram beras per tahunnya (lihat Sajogyo, 1997).

Berkenaan dengan usaha untuk mengetahui jumlah

dan siapa yang tergolong sebagai orang miskin dengan

menggunakan tolok-ukur seperti tersebut di atas, maka

masalah yang terpenting adalah kesempurnaan dari tolok-

ukur itu sendiri. Sebab kalau tolok-ukur itu kurang

sempurna, maka ada orang-orang yang sebenarnya

tergolong miskin menjadi tidak tergolong sebagai orang

miskin setelah diukur dengan menggunakan tolok-ukur

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

3

Page 4: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

tersebut atau sebaliknya, ada orang-orang yang

sebenarnya tidak tergolong miskin ternyata digolongkan

sebagai orang miskin setelah diukur dengan tolok ukur

lain.

Walaupun para ahli ilmu-ilmu sosial sependapat bahwa

sebab utama yang melahirkan kemiskinan adalah sistem

ekonomi yang berlaku dalam masyarakat yang

bersangkutan, tetapi kemiskinan itu sendiri bukanlah

sesuatu gejala yang terwujud semata-mata hanya karena

sistem ekonomi tersebut. Dalam kenyataannya, kemiskinan

merupakan perwujudan dari hasil interaksi yang

melibatkan hampir semua aspek yang dimiliki manusia

dalam kehidupannya. Karena itu kemiskinan dapat dikaji

menurut aspek-aspek yang tampak menyolok, sesuai

dengan bidang ilmu dan luasnya jangkauan pengetahuan

yang dimiliki oleh orang awam atau khalayak ramai. Di

antara satuan-satuan sosial yang tampak batas-batasnya

antara yang satu dengan yang lainnya adalah satuan-

satuan sosial yang terwujud berdasarkan atas perbedaan

kesanggupan untuk memperoleh dan memiliki kekayaan

dan harta benda yang berharga. Sehingga dalam sesuatu

masyarakat terdapat adanya ketidaksamaan kedudukan

sosial di antara sesama warga masyarakat. Ketidaksamaan

tersebut terjalin dalam hampir seluruh kehidupan sosial

warga masyarakat yang bersangkutan yang dapat dilihat

sebagai struktur-struktur yang saling berkaitan secara

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

4

Page 5: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

menyeluruh dan yang menjadi landasan bagi corak

struktur sosial mesyarakat tersebut. Di antara aspek

struktur sosial yang besar peranannya dalam hal

ketidaksamaan kedudukan sosial tersebut adalah sistem

pelapisan sosial dan sistem pendistribuasian kekuatan

sosial yang ada dalam masyarakat; dan batas-batas

perbedaan sosial ini diperkuat oleh perbedaan asal daerah

dan suku bangsa, ras, jenis kelamin, dan usia.

Dalam kehidupan sosial manusia, dalam masyarakat

manapun, terdapat semacam keteraturan sosial dalam

hubungan-hubungan sosial di antara sesama warga yang

berbeda golongan sosial, identitas sosial dan peranan

sosialnya. Keteraturan sosial itu dimungkinkan karena

adanya kebudayaan yang dimiliki secara bersama oleh

warga masyarakat tersebut. Kebudayaan dilihat sebagai

keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia

sebagai makhluk sosial dan isinya adalah model-model

pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk

memahami dan menginterpretasi lingkungan yang

dihadapi, dan untuk mendorong serta menciptakan

tindakan-tindakan yang diperlukan.

Operasionalisasi dan kebudayaan dalam kehidupan

nyata, yaitu yang terwujud dalam struktur-struktur yang

ada dalam masyarakat, hanya dapat dimungkinkan terjadi

karena adanya pranata-pranata sosial yang dimiliki oleh

masyarakat. Begitu juga sistem ekonomi yang model-model

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

5

Page 6: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

landasannya bersumber pada kebudayaan yang dimiliki

oleh masyarakat yang bersangkutan, dapat menjadi

operasional dalam kehidupan sosial yang nyata karena

adanya pranata-pranata sosial. Pranata sosial adalah

sistem antar hubungan peranan-peranan dan norma-norma

yang terwujud sebagai tradisi untuk usaha-usaha

pemenuhan kebutuhan sosial utama, yang dirasakan perlu

oleh warga masyarakat yang bersangkutan. Dalam

pranata-pranata sosial inilah aspek ekonomi yang

tampaknya seolah-olah berdiri sendiri dalam perwujudan

masalah kemiskinan, sama dengan aspek-aspek lainnya

dan masalah-masalah lainnya, melibatkan berbagai aspek

dan mewujudkan masalah-masalah lainnya.

Pentingnya pengkajian masalah-masalah perkotaan,

dan khususnya masalah kemiskinan di perkotaan, adalah

karena kedudukan kota-kota dalam masyarakat negara

tersusun dalam suatu jaringan yang bertingkat-tingkat dan

merupakan pusat-pusat penguasaan atau pendominasian

bagi pengaturan kesejahteraan, kehidupan warga

masyarakat negara. Bagian yang terbawah dalam sistem

pendominasian yang serupa jaringan yang bertingkat-

tingkat itu adalah pedesaan. Sistem pendominasian yang

berpusat di kota-kota secara bertingkat-tingkat tersebut

bukan hanya melibatkan aspek-aspek ekonomi, sosial dan

komunikasi, dan kebudayaan, karena itu juga, dalam

kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

6

Page 7: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

mana pun di dunia ini, manusia cenderung untuk

berorientasi ke kota, orang desalah yang berorientasi ke

kota dan bukan orang kota yang berorientasi ke desa.

Karena adanya kecenderungan orientasi pada kota,

kota cenderung untuk tumbuh terus dan menjadi semakin

kompleks karena kota mempunyai potensi untuk

menampung pendatang-pendatang baru dari pedesaan

ataupun dari kota-kota dan tempat-tempat lainnya.

Kemampuan kota untuk menampung pendatang-pendatang

baru untuk dapat hidup dalam wilayahnya adalah karena

corak sistem ekonomi di daerah perkotaan yang lebih

menekankan pada pekerjaan-pekerjaan dalam bidang

industri saja dan produksi barang jadi atau setengah jadi.

Pekerjaan dalam bidang-bidang ini dapat menampung

pekerja-pekerja dengan kemampuan keahlian dalam

teknologi tinggi maupun pekerja-pekerja yang hanya

mengandalkan pada keterampilan dan kekuatan tenaga

kasar tubuhnya. Bidang-bidang industri jasa juga

mempunyai hasil sampingan yang terlipat yang dapat

menciptakan atau mewujudkan berbagai bidang pekerjaan

lain yang baru.

Dengan demikian, di daerah perkotaan, kalau

dibandingkan dengan di daerah pedesaan, lebih banyak

terdapat alternatif-alternatif untuk memperoleh pekerjaan

sesuai dengan kemampuan dan keahlian, dari yang paling

”halus” sampai dengan yang paling ”kasar”, dari yang

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

7

Page 8: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

paling ”bersih” sampai dengan yang paling ”kotor”, dan

dari yang paling ”bermoral” sampai dengan yang paling

”tidak bermoral”. Sedangkan di daerah pedesaan, yang

penekanan sistem ekonominya pada penghasilan bahan-

bahan makanan dan bahan-bahan mentah (pertanian,

menangkap ikan, meramu hasil hutan) alternatif-alternatif

yang tersedia atau ada dalam sistem ekonomi tersebut

lebih terbatas daripada yang terdapat di perkotaan.

Sehingga ukuran atau tolok-ukur yang dapat dipakai untuk

menentukan kemiskinan di pedesaan juga dapat dibuat

secara lebih sederhana dan dapat mencakup keseluruhan

daerah pedesaan sesuai dengan pengkategorisasian corak

atau tingkat desa yang dibuat.

1.2. Permasalahan

Bagaimana kondisi; ekonomi, sosiokultural, keamanan,

geografis, berkaitan dengan realitas kemiskinan pada

komunitas wilayah pesisir ?

Bagaimana strategi penanggulangan kemiskinan

didasarkan pada potensi dan masalah yang

berkembang di wilayah pesisir ?

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui kondisi riel kemiskinan masyarakat

yang menjadi sasaran program pemberdayaan.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

8

Page 9: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

Untuk mengetahui bebagai masalah dan hambatan

dalam pelaksanaan program pemberdayaan.

Untuk menggali, mengidentifikasi potensi lokal dan

daerah yang melandasi kerangka analisis strategi

pemberdayaan.

1.4. Hasil yang diharapkan.

Data-data yang bersifat evaluatif, komparatif terhadap

kondisi riel kemiskinan di wilayah kasus

(nelayan/petani).

Pemetaan situasional masyarakat miskin berdasarkan

karakteristik geografis tertentu (wilayah pesisir).

Implikasi penelitian terhadap sebuah Kerangka analaisis

strategi pemberdayaan.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

9

Page 10: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

Untuk menyederhanakan pembahasan penelitian ini

digunakan berbagai acuan terutama ukuran kemiskinan

yang digunakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) sebagai

berikut :

1. Ukuran kemiskinan makro yaitu perhitungannya

dilakukan melalui pendekatan moneter atas

pendekatan pengeluaran konsumsi untuk kebutuhan

dasar, dengan konsep kebutuhan minimal untuk

seseorang (kalori yang dikonsumsi) di konvensikan

dalam satuan rupiah.

Miskin dan sangat miskin : Rupiah setara 1.900 –

2.100 kkal/hari + PNM;

Hampir miskin : Rupiah setara 2.100 – 2.300

kkal/hari + PNM.

2. Ukuran kemiskinan mikro yaitu menggunakan 14

variabel kemiskinan terpilih yang memiliki korelasi

kuat dengan ukuran kemiskinan makro diatas. Uji

kelayakan melalui Discrimannt Analysis dan Logistic

Regression Model, Jumlah variabel kemiskinan yang

diuji sebanyak 56 variabel dari data sensus 1999 s/d

2004 menurut acuan BKKBN dari ukuran sejahtera dan

pra sejahtera I sebagai berikut :

a) Keluarga Pra SejahteraPenelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan

Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

10

Page 11: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

Yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secar

minimal seperti kebutuhan akan spritual, pangan,

sandang, papan, kesehatan dan KB. Pada

keluarga Pra Sejahtera kebutuhan dasar belum

seluruhnya terpenuhi yaitu :

Melaksanakan ibadah menurut agama oleh

masing-masing anggota keluarga.

Pada umumnya seluruh anggota keluarga

makan dua kali sehari atau lebih.

Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian

berbeda di rumah, bekerja, sekolah dan

berpergian.

Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin

ber KB dibawa kesarana kesehatan.

b) Keluarga Sejahtera.

Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal

tetapi belum dapat memnuhi kebutuhan sosial

psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan,

KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan

tempat tinggal dan transportasi.

Anggota keluarga melaksanakan ibadah secar

teratur

Paling kurang sekali seminggu keluarga

menyediakan daging/telur;

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

11

Page 12: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

Seluruh anggota keluarga memperoleh paling

kurang satu stel pakaian pertahun;

Luas lantai rumah paling kurang 8 M persegi

untuk tiap penghuni rumah;

Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan

terakhir dal keadaan sehat;

Paling kurang satu anggota keluarga yang usia

15 tahun keatas berpenghasilan tetap;

Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60

tahun bisa baca tulis huruf latin;

Seluruh anak berumur 5-15 tahun bersekolah

pada saat ini;

Bila anak hidup 2 atau lebih keluarga yang

masih pasangan usia subur memakai

kontrasepsi (kecuali sedang hamil).

Berdasarkan ukuran yang digunakan di Indonesia

pada tahun 1977 untuk menentukan besarnya jumlah

orang miskin adalah batasan tingkat pendapatan perwaktu

kerja (30.000,- perbulan atau lebih rendah) selain itu tolak

ukur yang menggunkan batas jumlah minimal kalori yang

dikonsumsi per orang yang diambil persamaannya dalam

beras yang dinyatakan bahwa kebutuhan minimal

perkapita di Desa adalah 320 kilogram beras dan di kota

420 kilogram beras pertahunnya ( Sajgyo, 1977).

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

12

Page 13: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

BAB IIIMETODOLOGI

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan

penelitiannya, maka jenis studi ini lebih menekankan pada

penelitian yang lebih bersifat pengungkapan fenomena

(explanative research) yang dilaksanakan dengan

pendekatan metode survei, yakni melakukan pengamatan

faktual program penanggulangan kemiskinan. Pendekatan

ini akan menguraikan secara jelas fenomena yang

ditemukan di lapangan melalui penggunaan teknik-teknik

analisis terapan yang sesuai dengan ketersediaan data,

lingkup dan fokus penelitian, untuk dijadikan sebagai

dasar penilaian dan analisis dalam menetapkan program

penanggulangan kemiskinan berdasarkan berdasarkan

pertimbangan aspek kondisi masyarakat dan daerah.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 4 (empat) desa/kelurahan

pada 2 (dua) Kabupaten/Kota yaitu Kota Palu dan

Kabupaten Donggala, dari dua kabupaten dipilih masing-

masing dua kecamatan yaitu Kecamatan Palu Utara dan

Kecamatan Palu Barat dengan Kelurahan Buluri dan

Kelurahan Mamboro mewakili kelurahan di Kota Palu serta

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

13

Page 14: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

Desa Towale Kecamatan Banawa dan Desa Marana

Kecamatan Sindue mewakili Desa di Kabupaten Donggala.

3.3. Jenis Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan

data primer. Data sekunder telah dikumpulkan dari

berbagai instansi terkait. sedangkan data primer diperoleh

langsung dari keluarga miskin dari 4 (empat)

desa/kelurahan yang mewakili kota dan desa sebagaimana

yang telah ditetapkan di atas.

Alat bantu yang digunakan untuk memperoleh data

primer yaitu dengan menggunakan lembar kuesioner serta

dilakukan wawancara secara mendalam (dept interview)

kepada responden kunci atau keluarga masyarakat miskin

setempat.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi meliputi seluruh nelayan miskin yang berada

di wilayah pesisir kota dan desa. Sampel diambil secara

acak sistematis dari seluruh populasi yang ada agar dapat

memberi gambaran yang jelas dari penanggulangan

kemiskinan.

Besarnya sampel yang akan diambil dari populasi

masyarakat miskin di ke empat desa/kelurahan tersebut

adalah antara 5 – 10 %, sesuai kebutuhan data dan analisis

yang akan dilakukan.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

14

Page 15: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

3.5. Analisis Data

Untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan,

maka data yang diperoleh akan dinalisis dengan beberapa

pendekatan, antara lain :

Analisis Deksriptif;

Analisis SWOT.

Selain alat analisi tersebut, tidak menutup

kemungkinan akan digunakan juga alat analisis lain yang

dianggap relevan dengan permasalahan dan hasil akhir

yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

15

Page 16: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

BAB IVGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. KELURAHAN BULURI

4.1.1. Orientasi Geografis Kawasan

Kelurahan Buluri secara administratif merupakan

salah satu kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan

Palu Barat Kota Palu dengan luas sekitar 1.445 Ha ( 14,45

Km2).

Secara administratif batas wilayah Kelurahan Buluri

dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan

Watusampu;

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tipo;

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Palu; dan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Banawa

Selatan.

Bila dilihat kedudukan wilayah Kelurahan Buluri

dalam konteks batasan administratif wilayah di atas

menjadikan posisi wilayah ini cukuplah strategis untuk

dikembangkan sebagai wilayah penyangga. Hal ini

dikarenakan secara geografis letak wilayah Kelurahan

Buluri berada di jalur transportasi utama Poros Palu –

Donggala dan berbatasan langsung dengan Teluk Palu.

Secara lebih jelasnya, orientasi geografis wilayah

Kelurahan Buluri dapat dilihat pada Gambar Peta 4.1.Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan

Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

16

Page 17: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

4.1.2. Kondisi Fisik Dasar

Secara fisik dapat digambarkan bahwa bentuk

permukaan tanah di Kelurahan Buluri lebih didominasi

bentuk Dataran dengan besaran sekitar 85% dari total luas

wilayahnya, lalu diikuti dengan bentuk Perbukitan sekitar

10% dan bentuk Pegunungan sebesar 5%. Sedangkan rata-

rata ketinggian dari permukaan lautnya adalah 25 meter.

Jenis tanah di daerah Kelurahan Buluri mempunyai

kemiripan dengan jenis tanah yang berada di daerah

Kecamatan Palu Barat pada umumnya yakni tergolong

tanah lempung berpasir.

Curah hujan rata-rata sebesar 3,22 mm dengan

kecepatan angin rata-rata sebesar 4,08 knots serta suhu

udara rata-rata sebesar 24,120C dengan kelembaban udara

75,58%.

4.1.3. Kondisi Sosial Kependudukan

Penduduk di Kelurahan Buluri sampai pada akhir

tahun 2005 tercatat sejumlah 2.636 jiwa, yang terdiri atas

1.332 jiwa laki-laki dan 1.304 perempuan, sehingga

diperoleh seks ratio sebesar 102 (BPS, Kecamatan Palu

Barat Dalam Angka Tahun 2005). Dengan luas wilayah

14,45 Km2, maka kepadatan penduduk di daerah ini

sebesar 182 jiwa/Km2.

Jumlah Rumah Tangga (RT) yang mendiami Kelurahan

Buluri sebesar 615 RT/KK dengan rata-rata penduduk per

rumah tangga sebesar 4,29 jiwa. Dari 615 rumah tangga

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

17

Page 18: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

yang tercatat terdapat 400 rumah tangga yang tergolong

Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagai penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) sesuai data BPS Kota Palu pada

kondisi 31 Mei 2006.

Tingkat kematian dalam kurun waktu 2002 – 2005

relatif tinggi yaitu sebesar 12,33%, dimana jumlah

kelahirannya 73 jiwa (39 jiwa laki-laki dan 34 jiwa

perempuan) dan jumlah kematiannya 9 Jiwa (6 jiwa laki-

laki dan 3 jiwa perempuan).

Selanjutnya dapat pula digambarkan tentang kondisi

penduduk berusia 7 -15 tahun yang masih bersekolah

menurut jenis kelamin di Kelurahan Buluri yaitu 246 jiwa

laki-laki dan 271 jiwa perempuan.

4.1.4. Kondisi Ekonomi

Jenis Bidang mata pencaharian penduduk di

Kelurahan Buluri berdasarkan data BPS Kota Palu Tahun

2005 sangatlah bervariasi sebagaimana diuraikan pada

tabel berikut ini.

Tabel 1. Jenis Mata Pencaharian di Kelurahan Buluri Tahun 2005

No. Jenis Bidang Mata Pencaharian

Jumlah Orang

Prosentase (%)

1. Pertanian 184 6,982. Pertambangan 18 0,683. Industri/Kerajinan 9 0,344. Listrik/Gas 4 0,155. Konstruksi 6 0,236. Perdagangan 28 1,067. Angkutan 67 2,548. Lembaga Keuangan 1 0,049. Jasa 17 0,65

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

18

Page 19: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

10. Lain-lain 238 9,0311. Belum/Tidak Bekerja 2.064 78,30

Jumlah Total 2.636 100,00Sumber : Kecamatan Palu Barat Dalam Angka Tahun 2005

Dari uraian di atas terlihat bahwa total penduduk

yang mempunyai mata pencaharian tetap hanya sebesar

572 jiwa atau 21,70%, sementara penduduk lain yang

belum/tidak memiliki pekerjaan sejumlah 2.064 jiwa atau

78,30%. Hal ini bila dibandingkan dengan data tentang

Rumah Tangga Miskin (RTM) penerima BLT sangat

relevan.

4.1.5. Kondisi Perumahan

Berdasarkan data Kecamatan Palu Barat Dalam

Angka Tahun 2005 memperlihatkan pula tentang jumlah

tempat tinggal berdasarkan klsifikasi bangunannya yang

dibagi menjadi tiga kategori yaitu permanen, semi

permanen dan sederhana. Di Kelurahan Buluri terdapat

116 rumah permanen, 209 rumah semi permanen dan 69

rumah sederhana. Bila dijumlahkan hanya diperoleh angka

394 rumah tempat tinggal saja yang ada, sementara jumlah

rumah tangga yang mendiami kelurahan ini sebesar 615

KK, jadi masih terdapat selisih sekitar 221 KK atau rumah

tangga yang belum terdata kondisi tempat tinggalnya.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

19

Page 20: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

4.1.6. Kondisi Prasarana dan Sarana

Kondisi prasarana dan sarana yang dimaksud dalam

pembahasan ini akan menguraikan jenis fasilitas sosial

berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan

pelayanan umum, serta fasilitas umum yang terdiri atas,

fasilitas transportasi, penerangan, telekomunikasi, sanitasi

dan pemipaan, dan fasilitas persampahan.

A. Fasilitas Sosial

1) Fasilitas Pendidikan; jenis fasilitas pendidikan yang

tersedia di Kelurahan Buluri berupa : Sekolah

Dasar sejumlah 3 (tiga) unit dan Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP) sejumlah 1 (satu) unit.

Untuk Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah

Menengah Umum (SMU) menggunakan fasilitas

pendidikan di daerah sekitarnya.

2) Fasilitas Kesehatan; jenis fasilitas kesehatan yang

tersedia di Kelurahan Buluri berupa : 1 (satu) unit

Puskesmas Pembantu (Pustu) dan 1 (satu) unit Pos

Keluarga Berencana (KB). Sementara untuk tenaga

kesehatan yang ada hanya 2 (dua) orang Mantri

Kesehatan dan 6 (enam) orang dukun bayi.

Fasilitas dan tenaga kesehatannya lainnya tersebar

pada skala Kecamatan Palu Barat.

3) Fasilitas Peribadatan; jenis fasilitas kesehatan

yang tersedia di Kelurahan Buluri berupa : 4

(empat) unit Masjid dan 2 (dua) unit Mushallah.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

20

Page 21: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

4) Fasilitas Jasa dan Perdagangan; jenis fasilitas jasa

dan perdagangan yang tersedia berupa : 27 buah

kios/warung, 1 (satu) buah usaha industri sedang,

1 (satu) buah usaha industri kecil, 8 (delapan) buah

usaha kerajinan rumah tangga, 8 (delapan) buah

usaha tukang batu/kayu, dan 5 (lima) buah usaha

menyulam/menganyam, serta terdapat 1 (satu) unit

hotel/losmen dengan kapasitas 21 kamar atau

tempat tidur

5) Fasilitas Pelayanan Umum; jenis fasilitas

pelayanan umum yang tersedia berupa : 1 (satu)

buah kantor kelurahan dan 1 (satu) unit balai

pertemuan.

B. Fasilitas Umum

1) Fasilitas Transportasi, jenis fasilitas transportasi

yang tersedia di Kelurahan Buluri berupa :

jaringan jalan dengan kondisi beraspal maupun

jalan tanah (pengerasan), jembatan sebanyak 2

(dua) buah dengan total panjang 144 meter, serta

rambu-rambu dan marka jalan lainnya.

2) Fasilitas Penerangan, jenis fasilitas penerangan

yang tersedia berupa jaringan listrik (PLN) dengan

jumlah pelanggan 537 RT.

3) Fasilitas Telekominikasi, jenis fasilitas

telekomunikasi yang tersedia berupa : jaringan

telepon sebanyak 3 (tiga) STT serta sarana

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

21

Page 22: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

komunikasi berupa radio dan televisi dengan

jumlah masing-masing 217 buah radio dan 189

buah televisi.

4) Fasilitas Sanitasi dan Pemipaan, jenis fasilitas

sanitasi dan pemipaan yang dimaksud adalah

fasilitas jaringan air bersih, jaringan air kotor cair

dan padat (septictank), serta jaringan drainase. Di

Kelurahan Buluri terdapat jaringan air bersih yang

bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Kota Palu serta jaringan air kotor dan

drainase, namun belum tersedia data secara

tertulis.

5) Faislitas Persampahan, jenis fasilitas persampahan

yang dimaksud berupa bak-bak/kantong sampah,

gerobak sampah, mobil pengangkut sampah,

tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat

pembuangan terakhir (TPA). Seperti halnya

fasilitas sanitasi dan persampahan, di Kelurahan

Buluri untuk beberapa fasilitas persampahan ini

sudah tersedia, namun belum ada data tertulisnya.

4.2. KELURAHAN MAMBORO

4.2.1. Orientasi Geografis Kawasan

Kelurahan Mamboro secara administratif merupakan

salah satu kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

22

Page 23: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

Palu Utara Kota Palu dengan luas sekitar 1.817 Ha ( 18,17

Km2).

Secara administratif batas wilayah Kelurahan

Mamboro dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Taipa;

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Layana

Indah;

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

Parigimoutong; dan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Palu.

Bila dilihat kedudukan wilayah Kelurahan Mamboro

dalam konteks batasan administratif wilayah di atas

menjadikan posisi wilayah ini cukuplah strategis untuk

dikembangkan sebagai wilayah penyangga. Hal ini

dikarenakan secara geografis letak wilayah Kelurahan

Mamboro berada di jalur transportasi utama Poros Palu –

Poso dan berbatasan langsung dengan Teluk Palu.

Secara lebih jelasnya, orientasi geografis wilayah

Kelurahan Mamboro dapat dilihat pada Gambar Peta 4.2.

4.2.2. Kondisi Fisik Dasar

Secara fisik dapat digambarkan bahwa bentuk

permukaan tanah di Kelurahan Mamboro lebih didominasi

bentuk Dataran dengan besaran sekitar 85% dari total luas

wilayahnya, lalu diikuti dengan bentuk Perbukitan sekitar

15%. Sedangkan ketinggiannya dari permukaan laut

adalah 0 - 26,5 meter.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

23

Page 24: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

Jenis tanah di daerah Kelurahan Mamboro

mempunyai kemiripan dengan jenis tanah yang berada di

daerah Kecamatan Palu Utara pada umumnya yakni

tergolong tanah lempung berpasir.

Curah hujan rata-rata sebesar 3,22 mm dengan

kecepatan angin rata-rata sebesar 4,08 knots serta suhu

udara rata-rata sebesar 24,120C dengan kelembaban udara

75,58%.

4.2.3. Kondisi Sosial Kependudukan

Penduduk di Kelurahan Mamboro sampai pada akhir

tahun 2005 tercatat sejumlah 7.764 jiwa, yang terdiri atas

4.059 jiwa laki-laki dan 3.705 perempuan, sehingga

diperoleh seks ratio sebesar 110 (BPS, Kecamatan Palu

Utara Dalam Angka Tahun 2005). Dengan luas wilayah

18,17 Km2, maka kepadatan penduduk di daerah ini

sebesar 427 jiwa/Km2.

Jumlah Rumah Tangga (RT) yang mendiami Kelurahan

Mamboroi sebesar 1.292 RT/KK dengan rata-rata

penduduk per rumah tangga sebesar 6,00 jiwa. Dari 1.292

rumah tangga yang tercatat terdapat 507 rumah tangga

yang tergolong Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagai

penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) sesuai data BPS

Kota Palu pada kondisi 31 Mei 2006.

Tingkat kematian dalam kurun waktu 2002 – 2005

relatif sangat tinggi yaitu sebesar 81,82%, dimana jumlah

kelahirannya 11 jiwa (6 jiwa laki-laki dan 5 jiwa

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

24

Page 25: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

perempuan) dan jumlah kematiannya 9 Jiwa (4 jiwa laki-

laki dan 5 jiwa perempuan).

Selanjutnya dapat pula digambarkan tentang kondisi

penduduk menurut agama yang dianut di Kelurahan

Mamboro yaitu Islam sebesar 7.122 jiwa (91,73%), Kristen

Protestan sebesar 32 jiwa (0,41%), Kristen Khatolik

sebesar 198 jiwa (2,55%), dan Hindu sebesar 110 jiwa

(1,42%). Penganut agama Budha tidak ada di wilayah ini,

sementara sekitar 302 jiwa (3,89%) belum tercatat dalam

pendataan sehingga total yang tercatat hanya 7.462 jiwa

yang jelas agama yang dianutnya.

4.2.4. Kondisi Ekonomi

Jenis Bidang mata pencaharian penduduk di

Kelurahan Mamboro berdasarkan data BPS Kota Palu

Tahun 2005 secara eksplisit tidak tersedia datanya, namun

secara implisit dapat dikemukakan bahwa jenis mata

pencaharian sangatlah bervariasi dan masih lebih

didominasi pada bidang pertanian, perdagangan dan jasa.

4.2.5. Kondisi Perumahan

Jumlah bangunan berdasarkan data hasil sensus

tahun 2005 menurut jenis bangunannya di Kelurahan

Mamboro (BPS, Kecamatan Palu Utara Dalam Angka

Tahun 2005) sebesar 1.744 unit, yang terdiri atas : Rumah

Tempat Tinggal sejumlah 1.589 unit (91,11%), Bukan

Tempat Tinggal sejumlah 128 unit (7,34%) dan Bangunan

Campuran sebesar 27 unit (1,55%). Dari 1.589 unit rumah

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

25

Page 26: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

tempat tinggal terdapat 916 unit (57,65%) rumah lengkap

dan 673 unit (42,35%) rumah tidak lengkap.

4.2.6. Kondisi Prasarana dan Sarana

A. Fasilitas Sosial

1) Fasilitas Pendidikan; jenis fasilitas pendidikan yang

tersedia di Kelurahan Mamboro berupa : Taman

Kanak-Kanak (TK) sejumlah 5 (lima) unit, Sekolah

Dasar sejumlah 5 (lima) unit, Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP) sejumlah 2 (dua) unit dan

Sekolah Menengah Umum (SMU) sejumlah 2 (dua)

unit.

2) Fasilitas Kesehatan; jenis fasilitas kesehatan yang

tersedia di Kelurahan Mamboro berupa : 1 (satu)

unit Puskesmas dan 1 (satu) unit Polindes.

Sementara untuk tenaga kesehatan yang ada

terdiri atas Tenga Dokter sejumlah 2 (dua) orang,

14 orang Mantri Kesehatan dan 8 (delapan) orang

dukun bayi. Fasilitas dan tenaga kesehatannya

lainnya tersebar pada skala Kecamatan Palu Utara.

3) Fasilitas Peribadatan; jenis fasilitas peribadatan

yang tersedia di Kelurahan Mamboro berupa : 10

unit Masjid, 4 (empat) unit Mushallah dan 1 (satu)

unit Gereja.

4) Fasilitas Jasa dan Perdagangan; jenis fasilitas jasa

dan perdagangan yang tersedia berupa : 1 (satu)

unit pasar dengan frekwensi mingguan, 12 buah

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

26

Page 27: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

toko, 48 buah kios dan 10 buah warung. Selain itu,

juga tersedia fasilitas lainnya seperti : 13 buah

bengkel motor, 2 (dua) buah service radio/tape, 51

unit usaha tukang batu/kayu, 6 (enam) unit usaha

tukang jahit, 1 (satu) buah usaha tukang emas, 8

(delapan) unit usaha salon, dan 3 (tiga) unit usaha

menyulam mesin.

5) Fasilitas Pelayanan Umum; jenis fasilitas

pelayanan umum yang tersedia berupa : 1 (satu)

buah kantor kelurahan dan 1 (satu) unit balai

pertemuan. Tidak tersaji data yang lengkap

tentang keberadaan dan kondisi fasilitas pelayanan

umum di Kelurahan Mamboro maupun kelurahan-

kelurahan lain di Kecamatan Palu Utara.

B. Fasilitas Umum

1) Fasilitas Transportasi, jenis fasilitas transportasi

yang tersedia di Kelurahan Mamboro berupa :

jaringan jalan dengan kondisi beraspal maupun

jalan tanah (pengerasan), jembatan sebanyak 6

(enam) buah dengan total panjang 13 meter, serta

rambu-rambu dan marka jalan lainnya.

2) Fasilitas Penerangan, jenis fasilitas penerangan

yang tersedia berupa jaringan listrik (PLN) dengan

jumlah pelanggan 676 RT.

3) Fasilitas Telekominikasi, di Kelurahan Mamboro

terdapat jaringan telepon maupun fasilitas untuk

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

27

Page 28: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

telepon selular, namun belum ada data secara

tertulis yang tercantum dalam Kecamatan Palu

Utara Dalam Angka mengenai keberadaan fasilitas

tekomunikasi ini.

4) Fasilitas Sanitasi dan Pemipaan, jenis fasilitas

sanitasi dan pemipaan yang dimaksud adalah

fasilitas jaringan air bersih, jaringan air kotor cair

dan padat (septictank), serta jaringan drainase. Di

Kelurahan Mamboro terdapat jaringan air bersih

yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Kota Palu serta jaringan air kotor

dan drainase, namun belum tersedia data secara

tertulis.

5) Faislitas Persampahan, jenis fasilitas persampahan

yang dimaksud berupa bak-bak/kantong sampah,

gerobak sampah, mobil pengangkut sampah,

tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat

pembuangan terakhir (TPA). Seperti halnya

fasilitas sanitasi dan persampahan, di Kelurahan

Mamboro untuk beberapa fasilitas persampahan ini

sudah tersedia, namun belum ada data tertulisnya.

4.3. DESA MARANA

4.3.1. Orientasi Geografis Kawasan

Desa Marana secara administratif merupakan salah

satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sindue

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

28

Page 29: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

Kabupaten Donggala dengan luas sekitar 3.680 Ha ( 36,80

Km2).

Secara administratif batas wilayah Desa Marana

dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Enu dan Desa

Saloya;

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Masaingi;

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

Parigimoutong; dan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Secara lebih jelasnya, orientasi geografis wilayah

Desa Marana dapat dilihat pada Gambar Peta 4.3.

4.3.2. Kondisi Fisik Dasar

Secara fisik dapat digambarkan bahwa bentuk

permukaan tanah di Desa Marana terbagi atas tiga bentuk

yang memiliki luas yang saling mendekati, yakni bentuk

dataran dengan besaran mencapai 31%, bentuk perbukitan

dengan besaran 30% dan bentuk pegunungan dengan

besaran 39% dari total luas wilayahnya. Sedangkan rata-

rata ketinggian dari permukaan lautnya adalah 16 meter.

Jenis tanah di daerah Desa Marana mempunyai

kemiripan dengan jenis tanah yang berada di daerah

Kabupaten Donggala pada umumnya yakni tergolong tanah

alluvial dan lempung berpasir. dengan curah hujan rata-

rata sebesar 331 mm sepanjang tahun 2005.

4.3.3. Kondisi Sosial Kependudukan

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

29

Page 30: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

Penduduk di Desa Marana sampai pada akhir tahun

2005 tercatat sejumlah 2.164 jiwa, yang terdiri atas 1.157

jiwa laki-laki dan 1.007 perempuan, sehingga diperoleh

seks ratio sebesar 115 (BPS, Kecamatan Sindue Dalam

Angka Tahun 2005). Dengan luas wilayah 36,80 Km2, maka

kepadatan penduduk di daerah ini sebesar 59 jiwa/Km2.

Jumlah Rumah Tangga (RT) yang mendiami Desa

Maranae sebesar 547 RT/KK dengan rata-rata penduduk

per rumah tangga sebesar 4,00 jiwa. Dari 547 rumah

tangga yang tercatat terdapat 240 rumah tangga yang

tergolong Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagai penerima

Bantuan Langsung Tunai (BLT) sesuai data BPS Kabupaten

Donggala pada kondisi tahun 2006.

4.3.4. Kondisi Ekonomi

Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Marana

berdasarkan data Kecamatan Sindue Dalam Angka Tahun

2005 secara eksplisit tidak tersedia datanya, namun secara

implisit dapat dikemukakan bahwa jenis mata pencaharian

sangatlah bervariasi dan masih lebih didominasi pada

bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.

Hal ini dapat dilihat dari data pendukung lainnya, seperti

data tentang hasil produksi di wilayah ini.

4.3.5. Kondisi Perumahan

Berdasarkan data Kecamatan Sindue Dalam Angka

Tahun 2005 memperlihatkan pula tentang jumlah tempat

tinggal berdasarkan klsifikasi bangunannya yang dibagi

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

30

Page 31: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

menjadi empat kategori yaitu permanen, semi permanen,

kayu, dan rumah panggung. Di Desa Maranae terdapat 30

rumah permanen, 101 rumah semi permanen, 208 rumah

kayu, dan 40 rumah panggung. Bila dijumlahkan hanya

diperoleh angka 379 rumah tempat tinggal saja yang ada,

sementara jumlah rumah tangga yang mendiami kelurahan

ini sebesar 547 KK, jadi masih terdapat selisih sekitar 168

KK atau rumah tangga yang belum terdata kondisi tempat

tinggalnya.

4.3.6. Kondisi Prasarana dan Sarana

A. Fasilitas Sosial

1) Fasilitas Pendidikan; jenis fasilitas pendidikan yang

tersedia di Desa Marana berupa : Taman Kanak-

Kanak (TK) sejumlah 2 (dua) unit, Sekolah Dasar

sejumlah 3 (tiga) unit, Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) sejumlah 1 (satu) unit dan tidak

terdapat Sekolah Menengah Umum (SMU)/SMK.

2) Fasilitas Kesehatan; jenis fasilitas kesehatan yang

tersedia di Desa Marana berupa : 1 (satu) unit

Polinde dan 1 (satu) unit Pos Keluarga Berencana

(KB). Sementara untuk tenaga kesehatan yang ada

terdiri atas 1 (satu) orang Mantri Kesehatan dan 2

(dua) orang dukun bayi. Fasilitas dan tenaga

kesehatannya lainnya tersebar pada skala

Kecamatan Sindue.

3) Fasilitas Peribadatan; jenis fasilitas peribadatan

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

31

Page 32: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

yang tersedia di Desa Marana menurut data yang

diperoleh hanya berupa : 4 (empat) unit Masjid.

4) Fasilitas Jasa dan Perdagangan; jenis fasilitas jasa

dan perdagangan yang tersedia berupa : 1 (satu)

unit Toko, dan 29 unit Kios. Selain itu, juga

tersedia fasilitas lainnya seperti : 1 (satu) buah

usaha industri kecil, 1 (satu) buah usaha kerajinan

rumah tangga, 25 unit usaha tukang batu/kayu, 1

(satu) unit usaha tukang jahit, dan 3 (tiga) unit

usaha anyaman tangan.

5) Fasilitas Pelayanan Umum; jenis fasilitas

pelayanan umum yang tersedia berupa : 1 (satu)

buah kantor kelurahan dan 1 (satu) unit balai

pertemuan. Tidak tersaji data yang lengkap

tentang keberadaan dan kondisi fasilitas pelayanan

umum di Desa Marana maupun kelurahan-

kelurahan lain di Kecamatan Sindue.

B. Fasilitas Umum

1) Fasilitas Transportasi, jenis fasilitas transportasi

yang tersedia di Desa Towale berupa : jaringan

jalan dengan kondisi beraspal maupun jalan tanah,

jembatan sebanyak 1 (satu) buah dengan panjang

24 meter, serta rambu-rambu dan marka jalan

lainnya.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

32

Page 33: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

2) Fasilitas Penerangan, jenis fasilitas penerangan

yang tersedia berupa jaringan listrik (PLN) dengan

jumlah pelanggan 232 RT.

3) Fasilitas Telekominikasi, di Desa Marana belum

terdapat jaringan telepon maupun fasilitas untuk

telepon selular. Sarana komunikasi yang

digunakan berupa Handy Talky (HT) serta radio

sejumlah 67 buah dan televisi sejumlah 15 buah.

4) Fasilitas Sanitasi dan Pemipaan, jenis fasilitas

sanitasi dan pemipaan yang dimaksud adalah

fasilitas jaringan air bersih, jaringan air kotor cair

dan padat (septictank), serta jaringan drainase. Di

Desa Marana belum terdapat jaringan air bersih

yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Kabupaten Donggala, selain itu

data tentang jaringan air kotor dan drainase juga

belum tersedia secara tertulis.

5) Faislitas Persampahan, jenis fasilitas persampahan

yang dimaksud berupa bak-bak/kantong sampah,

gerobak sampah, mobil pengangkut sampah,

tempat pembuangan sementara (TPS) dan tempat

pembuangan terakhir (TPA). Seperti halnya

fasilitas sanitasi dan persampahan, di Desa Marana

untuk beberapa fasilitas persampahan ini sudah

tersedia, namun belum ada data tertulisnya.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

33

Page 34: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

4.4. DESA TOWALE

4.4.1. Orientasi Geografis Kawasan

Desa Towale secara administratif merupakan salah

satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Banawa

Kabupaten Donggala dengan luas sekitar 348 Ha ( 3,48

Km2).

Secara administratif batas wilayah Desa Towale dapat

diuraikan sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Limboro dan

Selat Makassar;

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Salubomba;

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Limboro; dan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Secara lebih jelasnya, orientasi geografis wilayah

Desa Towale dapat dilihat pada Gambar Peta 4.4.

4.4.2. Kondisi Fisik Dasar

Secara fisik dapat digambarkan bahwa bentuk

permukaan tanah di Desa Towale lebih didominasi bentuk

Dataran dengan besaran mencapai 100% dari total luas

wilayahnya. Sedangkan rata-rata ketinggian dari

permukaan lautnya adalah 500 meter.

Jenis tanah di daerah Desa Towale mempunyai

kemiripan dengan jenis tanah yang berada di daerah

Kabupaten Donggala pada umumnya yakni tergolong tanah

alluvial dan lempung berpasir dengan curah hujan rata-

rata sebesar 169,08 mm sepanjang tahun 2005.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

34

Page 35: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

4.4.3. Kondisi Sosial Kependudukan

Penduduk di Desa Towale sampai pada akhir tahun

2005 tercatat sejumlah 2.365 jiwa, yang terdiri atas 1.198

jiwa laki-laki dan 1.167 perempuan, sehingga diperoleh

seks ratio sebesar 103 (BPS, Kecamatan Banawa Dalam

Angka Tahun 2005). Dengan luas wilayah 3,48 Km2, maka

kepadatan penduduk di daerah ini sebesar 680 jiwa/Km2.

Jumlah Rumah Tangga (RT) yang mendiami Desa

Towale sebesar 535 RT/KK dengan rata-rata penduduk per

rumah tangga sebesar 4,42 jiwa. Dari 535 rumah tangga

yang tercatat terdapat 203 rumah tangga yang tergolong

Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagai penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT) sesuai data BPS Kabupaten

Donggala pada kondisi tahun 2006.

Tingkat kematian dalam kurun waktu tahun 2005

relatif cukup tinggi yaitu sebesar 11,54%, dimana jumlah

kelahirannya 52 jiwa dan jumlah kematiannya 6 Jiwa.

4.4.4. Kondisi Ekonomi

Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Towale

berdasarkan data BPS Kecamatan Banawa Dalam Angka

Tahun 2005 dapat diuraikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Jenis Mata Pencaharian di Desa Towale Tahun 2005

No. Jenis Mata Pencaharian

Jumlah Orang

Prosentase (%)

1. Tani 30 1,272. Pekebun 67 2,833. Peternak 5 0,214. Nelayan 265 11,21

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

35

Page 36: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

5. Pedagang 18 0,766. Buruh/Lainnya 167 7,067. Belum/Tidak Bekerja 1.813 76,66

Jumlah Total 2.365 100,00Sumber : Kecamatan Banawa Dalam Angka Tahun 2005

Dari uraian di atas terlihat bahwa total penduduk

yang mempunyai mata pencaharian tetap hanya sebesar

552 jiwa atau 23,34%, sementara penduduk lain yang

belum/tidak memiliki pekerjaan sejumlah 1.813 jiwa atau

76,66%. Hal ini bila dibandingkan dengan data tentang

Rumah Tangga Miskin (RTM) penerima BLT sangat

relevan.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

36

Page 37: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

4.4.5. Kondisi Perumahan

Berdasarkan data Kecamatan Banawa Dalam Angka

Tahun 2005 memperlihatkan pula tentang jumlah tempat

tinggal berdasarkan klsifikasi bangunannya yang dibagi

menjadi lima kategori yaitu permanen, semi permanen,

kayu, gubuk dan rumah panggung. Di Desa Towale

terdapat 96 rumah permanen, 185 rumah semi permanen,

184 rumah kayu, 10 rumah gubuk, dan tidak terdapat

rumah panggung. Bila dijumlahkan hanya diperoleh angka

475 rumah tempat tinggal saja yang ada, sementara jumlah

rumah tangga yang mendiami kelurahan ini sebesar 535

KK, jadi masih terdapat selisih sekitar 60 KK yang belum

terdata kondisi tempat tinggalnya.

4.4.6. Kondisi Prasarana dan Sarana

A. Fasilitas Sosial

1) Fasilitas Pendidikan; jenis fasilitas

pendidikan yang tersedia di Desa Towale berupa :

Taman Kanak-Kanak (TK) sejumlah 1 (satu) unit,

Sekolah Dasar sejumlah 3 (tiga) unit, Sekolah

Menengah Umum (SMU)/SMK sejumlah 1 (satu)

unit dan tidak terdapat Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP).

2) Fasilitas Kesehatan; jenis fasilitas

kesehatan yang tersedia di Desa Towale berupa : 1

(satu) unit Puskesmas Pembantu/Polinde dan 1

(satu) unit Pos Keluarga Berencana (KB).

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

37

Page 38: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

Sementara untuk tenaga kesehatan yang ada

terdiri atas 1 (satu) orang Mantri Kesehatan dan 3

(tiga) orang dukun bayi. Fasilitas dan tenaga

kesehatannya lainnya tersebar pada skala

Kecamatan Banawa.

3) Fasilitas Peribadatan; jenis fasilitas

peribadatan yang tersedia di Desa Towale berupa :

3 (tiga) unit Masjid, dan 1 (satu) unit Langgar.

4) Fasilitas Jasa dan Perdagangan; jenis

fasilitas jasa dan perdagangan yang tersedia

berupa : 1 (satu) unit pasar dengan frekwensi

mingguan dan tidak terdapat data tentang jumlah

toko, kios dan warung. Selain itu, juga tersedia

fasilitas lainnya seperti : 5 (lima) buah usaha

industri kecil, 5 (lima) buah usaha kerajinan rumah

tangga, 1 (satu) buah usaha bengkel motor, 1

(satu) buah usaha bengkel sepeda, 3 (tiga) unit

usaha tukang batu/kayu, 1 (satu) unit usaha tukang

jahit, 2 (dua) unit usaha sulaman tangan, dan 2

(dua) unit usaha anyaman tangan.

5) Fasilitas Pelayanan Umum; jenis fasilitas

pelayanan umum yang tersedia berupa : 1 (satu)

buah kantor kelurahan dan 1 (satu) unit balai

pertemuan. Tidak tersaji data yang lengkap

tentang keberadaan dan kondisi fasilitas pelayanan

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

38

Page 39: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

umum di Desa Towale maupun kelurahan-

kelurahan lain di Kecamatan Banawa.

B. Fasilitas Umum

1) Fasilitas Transportasi, jenis fasilitas

transportasi yang tersedia di Desa Towale berupa :

jaringan jalan dengan kondisi beraspal maupun

jalan tanah (pengerasan), jembatan sebanyak 2

(dua) buah namun tidak terdata panjangnya, serta

rambu-rambu dan marka jalan lainnya.

2) Fasilitas Penerangan, jenis fasilitas

penerangan yang tersedia berupa jaringan listrik

(PLN) dengan jumlah pelanggan 233 RT.

3) Fasilitas Telekominikasi, di Desa Towale

belum terdapat jaringan telepon maupun fasilitas

untuk telepon selular. Sarana komunikasi yang

digunakan berupa Handy Talky (HT) serta radio

sejumlah 67 buah dan televisi sejumlah 15 buah.

4) Fasilitas Sanitasi dan Pemipaan, jenis

fasilitas sanitasi dan pemipaan yang dimaksud

adalah fasilitas jaringan air bersih, jaringan air

kotor cair dan padat (septictank), serta jaringan

drainase. Di Desa Towale terdapat jaringan air

bersih yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Kabupaten Donggala serta

jaringan air kotor dan drainase, namun belum

tersedia data secara tertulis.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

39

Page 40: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

5) Faislitas Persampahan, jenis fasilitas

persampahan yang dimaksud berupa

bak-bak/kantong sampah, gerobak sampah, mobil

pengangkut sampah, tempat pembuangan

sementara (TPS) dan tempat pembuangan terakhir

(TPA). Seperti halnya fasilitas sanitasi dan

persampahan, di Desa Towale untuk beberapa

fasilitas persampahan ini sudah tersedia, namun

belum ada data tertulisnya.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

40

Page 41: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

BAB VKOMPOSISI DAN RENCANA KERJA TIM

PENELITI

5.1. KOMPOSISI TIM PENELITI

Tim Peneliti yang dibentuk dalam menangani kegiatan

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan

Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi

Masyarakat dan Daerah terdiri atas Tim Tenaga Ahli dan

Tenaga Pendukung lainnya (supporting staff).

Berdasarkan lingkup kegiatan sebagaimana yang

digariskan pada Term of Refetence (TOR) maka dapatlah

diuraikan kebutuhan tenaga ahli yang akan disiapkan

meliputi beberapa bidang, antara lain :

a. Ketua Tim Peneliti (Team Leader)

Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Ekonomi Strata

Satu (S1) Jurusan Ekonomi Pembangunan yang

berpengalaman dalam pelaksanaan penelitian di bidang

Sosial Ekonomi sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.

Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalam memimpin

dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim

peneliti dalam pelaksanaan kegiatan selama 6 (enam)

bulan penuh sampai dengan pekerjaan dinyatakan

selesai..

b. Tenaga Ahli Sosiologi Pedesaan

Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Sosiologi

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

41

Page 42: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

atau Ekonomi Strata Satu (S1) yang berpengalaman

melaksanakan kegiatan dibidang Sosiologi Pedesaan

sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.

c. Tenaga Ahli Pemetaan/Perencanaan Wilayah

Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik

Planologi Strata Dua (S2) yang berpengalaman

melaksanakan kegiatan dibidang Pemetaan dan

Perencanaan Wilayah sekurang-kurangnya 5 (lima)

tahun.

Sementara tenaga pendukung yang turut membantu

pelaksanaan kegiatan penelitian ini antara lain :

Tenaga Anggota Tim Peneliti Balitbangda Propinsi

Sulawesi Tengah, sejumlah 4 (empat) orang;

Tenaga Administrasi, sejumlah 3 (tiga) orang.

5.2. TANGGUNG JAWAB TENAGA AHLI

Adapun Tenaga Ahli dan tanggung jawab dari masing-

masing keahlian yang terlibat dalam kegiatan Penelitian

Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan

Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan

Daerah adalah sebagai berikut :

a. Ketua Tim (Team Leader) Ahli Sosial Ekonomi :

1) Bertanggung jawab atas berjalannya penelitian

secara keseluruhan;

2) Memberi informasi yang kontinyu pada

pengguna jasa mengenai perkembangan dari

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

42

Page 43: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

pelaksanaan penelitian dalam bentuk laporan-

laporan yang diminta secara insidentil;

3) Pengarahan pelaksanaan penelitian,

mempersiapkan program pekerjaan dan kerangka

kerja yang akan dilaksanakan;

4) Koordinasi kerja antara tenaga ahli yang

terlibat;

5) Penyiapan kegiatan penelitian; meliputi

penyiapan materi, metodologi dan tinjauan teoritis

terhadap pendekatan program upaya

penanggulangan kemiskinan (PPK), pengolahan dan

analisis data dibantu oleh tim ahli, serta aspek-

aspek terkait lainnya.

b. Tenaga Ahli Sosiologi :

1) Mengadakan observasi sosial dan ekonomi pada

kawasan penelitian;

2) Mengadakan pendataan dan analisis situasi

pemerintahan, sosial ekonomi dan potensi pada

kawasan penelitian;

3) Memantau dan menyusun Program Penanggulangan

Kemiskinan (PPK) berdasarkan pertimbangan

terhadap aspek-aspek kondisi masyarakat dan

daerah;

4) Merekomendasikan hasil penelitian bersama

Tenaga Ahli lainnya terkait dengan Program

Penanggulangan Kemiskinan (PPK).

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

43

Page 44: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

c. Tenaga Ahli Pemetaan/Perencanaan Wilayah :

1) Penyiapan peta-peta kawasan penelitian sebagai

perangkat dan alat analisis berbasis geografis

kawasan;

2) Mengadakan observasi kondisi fisik kawasan

beserta potensi dan kendala yang ada pada kawasan

penelitian;

3) Bersama-sama dengan tenaga ahli lainnya

melakukan analisis dan pemantauan terhadap

Program Penanggulangan Kemiskinan (PPK);

4) Memantau kondisi sarana dan prasarana lingkungan

dan daya dukungnya terhadap aktivitas masyarakat

pada kawasan penelitian;

5.3. RENCANA KERJA TIM PENELITI

Sejak diterimanya Surat Keputusan (SK) Kepala

Balitbangda Propinsi Sulawesi Tengah Nomor :

070/0202.a./Bid.II. tanggal 24 April 2007 tentang

Penetapan Tim Peneliti Penetapan Program

Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan

Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah Tahun Anggaran

2007, Tim Peneliti segera melaksanakan penyesuaian

jadwal rencana kerja yang telah disusun pada saat

pengajuan proposal teknik.

Adalah sangat penting untuk melakukan penjadwalan

rencana kerja tersebut, mengingat pada saat disusun

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

44

Page 45: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

proposal teknik tersebut hanya bersifat umum belum

terkait dengan penetapan awal kegiatan layanan Tim

Peneliti. Dengan demikian, jadwal yang telah disusun ini

sangat menentukan bagi kelancaran kegiatan penelitian

yang akan dilaksanakan.

5.3.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian senantiasa mengikuti

tahap-tahap pekerjaan dalam bentuk rangkaian yang

lengkap dan utuh. Kegiatan secara keseluruhan adalah

mulai dari tahap persiapan baik penyelesaian administrasi

maupun teknis sampai kepada penyusunan laporan akhir

hasil penelitian setelah diseminarkan dan diterima baik

oleh pemerintah setempat. Guna mencapai hasil tersebut,

maka proses kegiatan penelitian harus melampaui urutan

yang terencana dalam bentuk penyiapan materi,

penjadwalan waktu, organisasi personil dan manajemen

kerja secara keseluruhan.

Sebagai hasil pemahaman dari Term of Reference

(TOR), maka rencana pelakasanaan kegiatan penelitian

Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan

Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan

Daerah dapat dijabarkan dalam tahapan-tahapan sebagai

berikut :

A. Tahap Persiapan Penelitian

Dalam tahap persiapan penelitian ini terdapat

beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu :

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

45

Page 46: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

a. Penyiapan Administrasi/Dokumen dan Surat Izin Survey

b. Mobilisasi dan pembuatan peta rencana kerja tim

tenaga ahli (job discription);

c. Survey Pendahuluan (preliminary survey)/Inventarisasi

Data PPK;

d. Inventarisasi materi pertanyaan dan penyusunan daftar

pertanyaan (check list questioner);

e. Penyusunan program kerja dan Konsultasi dengan pihak

pengguna jasa;

f. Penjelasan kepada surveyor tentang survey sosio-

kultural dan ekonomi;

g. Penyusunan laporan pendahuluan (Preliminary Report)

dan Seminar;

B. Tahap Survei dan Observasi

Lapangan/Pengumpulan Data

Survei dan observasi mempunyai sasaran untuk

mendapatkan data dan informasi aspek fisik dan aspek non

fisik kawasan penelitian, beberapa tahap survei yang akan

dilaksanakan antara lain :

a. Survei untuk Pemetaan (Peta Tematik Kawasan)

b. Observasi Lapangan terhadap kondisi masyarakat dan

daerah, social-ekonomi, budaya, hokum, gizi, pangan

dan keamanan;

c. Survei Instansional.

C. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Tahap pengelohan dan analisis data dimaksudkan

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

46

Page 47: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

untuk menyeleksi dan mengolah data sebagai bahan

analisis, yang pada akhirnya digunakan sebagai masukan

penyusunan laporan akhir penelitian.

Pekerjaan pengolahan dan analisis data mencakup

penilaian dan pengukuran faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan kawasan penelitian, menilai

kualitas fisik kawasan penelitian, serta komponen-

komponen lain yang perlu dipertimbangkan.

Proses akhir dari tahap pengolahan dan analisis data

adalah menyusun laporan akhir sementara dalam

menetapkan Program Penanggulangan Kemiskinan (PPK)

Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan

Daerah yang paling representatif untuk dijadikan sebagai

acuan atau model pengembangan PPK, khususnya untuk

masyarakat wilayah pesisir.

Dalam proses pelaksanaan pekerjaan, dilakukan

pembagian tugas kerja sesuai dengan keahlian personalia

yang terlibat. Koordinasi kerja sangat diperlukan dalam

proses analisis ini, baik dalam tukar pikiran maupun

diskusi yang sifatnya rutin.

D. Tahap Pelaporan dan Seminar

Tahapan ini merupakan pokok pekerjaan dari seluruh

proses kegiatan penelitian tentang Penetapan Program

Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan

Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah, yaitu terdiri atas

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

47

Page 48: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

pekerjaan-pekerjaan penyusunan laporan hasil penelitian,

meliputi :

Laporan Pendahuluan;

Laporan Tengahan (Laporan Akhir Sementara);

Laporan Akhir.

Terkait dengan kegiatan tahap pelaporan ini adalah

pelaksanaan seminar dan diskusi terbuka (Public

Discussion) yang dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu

seminar laporan pendahuluan dan seminar laporan akhir

sementara. Tujuan diskusi terbuka ini adalah sebagai

forum partisipatif proses penyusunan hasil penelitian,

disamping merupakan wujud pertanggung jawaban publik

(public accountability).

5.3.2. Jadwal Rencana Kerja Tim Peneliti

Jadwal rencana kerja disusun untuk memberikan arah

bagi tim peneliti dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,

sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara tepat waktu

dengan kualitas yang baik serta efisiensi dalam

pelaksanaan tugas dan pembiayaan.

Secara rinci, jadwal kerja sebagaimana tersebut di

atas dituangkan dalam uraian Tabel 3. berikut ini.

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

48

Page 49: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

49

Page 50: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim.2007. TOR Penelitian P4K Penelitian Penetapan ProgramPenanggulangan Kemiskinan 2007

2. Anonim, 1996, Panduan Pembangunan Keluarga Sejahtera dalam rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Kantor Menteri Negara Kependudukan BKKBN. Jakarta.

3. Parsudi Suparlan, 1993 Kemiskinan di Perkotaan Bacaan Untuk Antropologi Perkotaan, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

4. Dorojatun Koentjoro Jakti, 1986, Kemiskinan di Indonesia, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

5. Sajogyo, 1982. Bungarampai Perekonomian Indonesia, Penerbit Yayasan Obor Indonesia.

6. Sherraden Micheael, 2006, Aset Untuk Orang Miskin, Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

7. Yujiro Hayami dan Masao Kikuchi, 1987, Dilemma Ekonomi desa, Suatu Pendekatan Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

50

Page 51: Pendahuluan Balitbangda

Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Propisnsi Sulawesi Tengah

Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarakat dan Daerah

51

Page 52: Pendahuluan Balitbangda

TABEL 3. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

PENGGUNA JASA : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah PEKERJAAN : Penelitian Penetapan Program Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Pertimbangan Aspek Kondisi Masyarkat dan DaerahLOKASI : Kota Palu dan Kabupaten DonggalaTAHUN ANGGARAN : 2007

NO.

URAIAN PEKERJAAN

Jangka Waktu / Bulan

KETERANGANApril Mei JuniJuli Agustus

September

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4I. PERSIAPAN PENELITIAN

Pekerjaan di mulai pada minggu terakhir Bulan April, sesuai SK yang telah dibuat;

Lokasi kegiatan merupakan kawasan pesisir dengan komunitas nelayan yang terletak di Kota Palu (Kelurahan Buluri Kec. Palu Barat, dan Kelurahan Mamboro Kec. Palu Utara) Serta Kabupaten Donggala (Desa Marana Kec. Sindue dan Desa Towale Kec. Banawa Selatan).

1.Penyiapan Administrasi/Dokumen

2.Mobilisasi & Rencana Kerja Tim

3.Inventarisasi Matrei Penelitian

4. Survey Pendahuluan

5.Penyusunan Laporan Pendahuluan

II.SURVEY & OBSERVASI/ PENGUMPULAN DATA

1. Survei untuk Pemetaan2. Observasi Lapangan3. Survei Instansional

III.PENGOLAHAN/ANALISIS DATA

1.Analisis Data Sosial-Kultur-Ekonomi

2. Analisis Data Hukum

3.Analisis Data Pangan dan Gizi

4. Analisis Kondisi Fisik Kawasan

Page 53: Pendahuluan Balitbangda

5. Analisis Data Keamanan

IV.PENYUSUNAN LAPORAN DAN SEMINAR

1. Laporan Pendahuluan

2.Seminar Laporan Pendahuluan

3. Laporan Akhir Sementara

4.Seminar Laporan Akhir Sementara

5. Laporan Akhir

Page 54: Pendahuluan Balitbangda