pendahuluan a.latar belakang -...

18
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pada hakekatnya manusia melakukan praktik konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup manusia antara lain kebutuhan akan sandang (pakaian), pangan (makanan) dan papan (tempat tinggal). Di antara ketiga kebutuhan pokok tersebut masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Kebutuhan sandang (pakaian) merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pertama-tama sebagai pelindung tubuh. Selain itu, secara sosial berfungsi untuk menjaga etika dan norma kesopanan. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang bersifat mutlak karena berkaitan dengan kebutuhan biologis manusia yang harus dipenuhi setiap harinya. Kebutuhan papan, adalah kebutuhan yang berkaitan dengan persoalan bertahan hidup dan perlindungan. Diantara ketiga kebutuhan pokok diatas, kebutuhan akan sandang (pakaian) merupakan salah satu kebutuhan yang memiliki kaitan cukup erat dengan persoalan sosial dan ekonomi di dalam masyarakat khususnya kaum muda. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah yang telah lama dikenal sebagai kota pendidikan. Dengan menyandang predikat tersebut, DIY kerap menjadi tujuan kaum muda mengenyam pendidikan. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pendatang, kegiatan ekonomi dan perdagangan di DIY pun turut mengalami peningkatan. Banyak fasilitas-fasilitas yang bermunculan. Hal ini memberikan alternatif bagi kaum muda untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk mengkonsumsi barang kebutuhan pokok berupa sandang(pakaian).

Upload: hathuan

Post on 09-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada hakekatnya manusia melakukan praktik konsumsi untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup manusia antara lain kebutuhan akan sandang

(pakaian), pangan (makanan) dan papan (tempat tinggal). Di antara ketiga kebutuhan

pokok tersebut masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Kebutuhan sandang

(pakaian) merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pertama-tama sebagai

pelindung tubuh. Selain itu, secara sosial berfungsi untuk menjaga etika dan norma

kesopanan. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang bersifat mutlak karena

berkaitan dengan kebutuhan biologis manusia yang harus dipenuhi setiap harinya.

Kebutuhan papan, adalah kebutuhan yang berkaitan dengan persoalan bertahan hidup

dan perlindungan. Diantara ketiga kebutuhan pokok diatas, kebutuhan akan sandang

(pakaian) merupakan salah satu kebutuhan yang memiliki kaitan cukup erat dengan

persoalan sosial dan ekonomi di dalam masyarakat khususnya kaum muda.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah yang telah lama

dikenal sebagai kota pendidikan. Dengan menyandang predikat tersebut, DIY kerap

menjadi tujuan kaum muda mengenyam pendidikan. Seiring dengan bertambahnya

jumlah penduduk dan pendatang, kegiatan ekonomi dan perdagangan di DIY pun

turut mengalami peningkatan. Banyak fasilitas-fasilitas yang bermunculan. Hal ini

memberikan alternatif bagi kaum muda untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk

mengkonsumsi barang kebutuhan pokok berupa sandang(pakaian).

Page 2: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

2

Dewasa ini setidaknya terdapat empat sarana konsumsi sandang yang terkait

dengan kaum muda di DIY. Tempat-tempat tersebut antara lain: shopping mall, butik,

factory outlet (FO) dan distro. Shopping mall adalah sebuah gedung perbelanjaan

yang di dalamnya terdapat beraneka macam konter perbelanjaan. Selain menyediakan

beragam kebutuhan pokok masyarakat, beberapa shopping mall juga menyediakan

fasilitas tambahan semacam bioskop, game center maupun tempat pijat. Kehadiran

shopping mall selain sebagai tempat belanja juga menjadi sarana rekreasi bagi

masyarakat.

Yang kedua adalah butik. Butik merupakan terjemahan dari bahasa Inggris

boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana, sabuk, tas, sepatu dan

beragam kebutuhan sandang lainnya. Pada umumnya, butik menyediakan pernak-

pernik kebutuhan wanita. Walaupun demikian, pada saat ini juga ditemukan butik

yang menyediakan berbagai kebutuhan sandang bagi pria.

Yang ketiga adalah factory outlet atau kerap disingkat FO. FO merupakan

toko yang khusus menjual pakaian dengan merk-merk asing. Biasanya, barang yang

dijual memiliki merk terkenal dan produksinya pun massal. FO menjual barang-

barang yang biasanya tidak terdapat di shopping mall dan butik. Hampir semua

barang yang ada di FO merupakan barang impor dari Asia timur (China/Hongkong).

Barang-barang tersebut meliputi baju, tas, topi, sabuk, kaos, sepatu dan berbagai

perlengkapan sandang lainnya.

Page 3: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

3

Tempat belanja selanjutnya dikenal dengan distro. Distro merupakan

kependekan dari distribution store. Dibandingkan dengan tempat lain, distro memiliki

perbedaan. Dilihat dari awal sejarahnya, distro pertama kali muncul di Bandung.

Pertama kali ada, distro merupakan outlet (toko kecil) dan barangnya belum terlalu

dilirik oleh pembeli. Berbeda dengan tempat lain. Setiap distro memiliki produk yang

diproduksi bagi distro itu sendiri, sehingga antara satu distro dengan distro lain sulit

ditemukan produk yang sama. Hal ini berbeda dengan di FO, butik maupun shopping

mall. Pada tempat-tempat tersebut, barang yang ada di FO masih mungkin dijual di

FO lain karena berasal dari produsen yang sama (barang China/Hongkong). Begitu

pula dengan di butik maupun di shopping mall. Dikarenakan produksi yang berskala

besar dan nasional, maka barang-barangnya dapat serupa antara tempat satu dengan

yang lain.

Seiring dengan berlalunya waktu, perkembangan distro kini merambah ke

kota-kota lain di Indonesia. Di Yogyakarta sendiri, saat ini distro menjadi salah satu

komoditas ekonomi dan pariwisata yang cukup menjanjikan. Saat ini dapat diamati

bahwa setiap menjelang akhir pekan, distro banyak dipadati kaum muda yang berjejal

mengunjungi distro dari seluruh penjuru kota Yogyakarta. Distro kini menjadi salah

satu tempat utama kaum muda melakukan praktik konsumsi.

Di dalam dunia sosial kaum muda, berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan

(distro) secara sosiologis patut menjadi perhatian bersama. Pada masa kini

mengunjungi dan berbelanja di distro tidak lagi berkaitan dengan persoalan

Page 4: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

4

pemenuhan kebutuhan pokok semata. Mengunjungi dan berbelanja di distro juga

terkait dengan pergaulan.

Pada masa kini, kaum muda kurang memperhitungkan hal-hal lain selain

kepentingan yang berkaitan dengan pergaulan. Ketika kaum muda terfokus kepada

hal yang berfokus kepada pergaulan, maka esensi sesungguhnya dari praktik

konsumsi itu sendiri akan hilang. Kaum muda melupakan hakekat dari konsumsi

yaitu pemenuhan barang dan jasa. Pemikiran ini menjadi cukup mengkhawatirkan

karena apabila dikaji secara mendalam, habitus yang lebih berorientasi kepada

pergaulan pada akhirnya dapat menimbulkan lahirnya praktik konsumsi yang

melenceng dari hakikat konsumsi itu sendiri, dan bahkan dapat menimbulkan praktik

konsumsi yang berlebih.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, terdapat permasalahan yang dapat dikaji lebih mendalam,

antara lain:

- Aspek-aspek apa yang mempengaruhi kaum muda sehingga timbul praktik

konsumsi pada distro di Yogyakarta?

Page 5: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian

ini yaitu:

- Mendeskripsikan aspek habitus, arena dan modal yang dimiliki kaum

muda yang mempengaruhi timbulnya praktik konsumsi pada distro di

Yogyakarta.

- Memahami tujuan praktek konsumsi kaum muda pelanggan pada distro.

D. Manfaat Penelitian

Dari tujuan di atas, diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk

- Memberikan gambaran kepada kaum muda mengenai proses sosial

berupa praktik konsumsi yang terjadi pada distro.

- Sebagai contoh model penelitian praktik sosial yang berkaitan dengan

modal, habitus dan arena pada suatu wilayah/tempat tertentu.

E. Landasan Teori

1.Teori Praktik Sosial

1.1.Habitus

Menggunakan sudut pandang Bourdieu, praktik konsumsi distro pada kaum

muda tidak sekedar tercipta dan ditentukan oleh tindakan rasional semata, namun

Page 6: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

6

dipengaruhi pula oleh kelompok pergaulan dimana mereka berinteraksi. Hal ini

terkait dengan apa yang disebut dengan habitus. Seperti dikatakan oleh Bourdieu

dalam Mahar, Harker dan Wilkes, habitus adalah suatu sistem disposisi yang

berlangsung lama dan berubah-ubah (durable,transposable disposition) yang

berfungsi sebagai basis generatif bagi praktik-praktik yang terstruktur dan terpadu

secara objektif.1

Sistem ini bekerja dalam sistem bawah sadar dan di luar jangkauan

pemeriksaan introspektif yang cermat atau pengendalian kehendak. Habitus berfungsi

ketika kaum muda tidak memikirkan konteks sosial kultur dan keberadaan hal

tersebut dibentuk. Habitus merupakan struktur intern yang selalu dalam proses

restrukturisasi. Jadi praktik-praktik dan representasi agen tidak sepenuhnya

deterministik (pelaku bisa memilih), namun juga tidak sepenuhnya bebas (pilihannya

ditentukan oleh habitus). Agen tidak perlu lagi mencari maknanya atau

menyadarinya, habitus mampu menggerakkan, bertindak dan mengorientasikan sesuai

dengan posisi yang ditempati pelaku dalam lingkup sosial, menurut logika field dan

situasi yang melibatkannya. 2

Menggunakan konsep habitus, Bourdieu lebih leluasa untuk menunjukkan

adanya tindakan-tindakan yang tidak dipandu rasional, melainkan dipandu oleh

1Harker, Richard, Mahar, Chleen, Wilkes, Chris, (Habitus x modal)+ranah=praktik.Pengantar palingkomprehensif kepada pemikiran Pierre Bourdieu, Jalasutra, Yogyakarta : 2009

2Haryatmoko.2003.Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa=Landasan Teoritis Gerakan Sosialmenurut Pierre Bourdieu dalam majalah BASIS no. 11-12, Nov-Des. Yogyakarta: Kanisius

Page 7: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

7

kategori sisa-sisa dari pengalaman masa lalu.3 Di sinilah praktik konsumsi pada kaum

muda bukan semata-mata tindakan rasional berdasarkan common sense semata, akan

tetapi terkait juga dengan ranah/arena dimana kaum muda tersebut bernaung. Seperti

dikatakan Bordieu dalam Damsar, habitus yang mantap hanya terbentuk, hanya

berfungsi dan hanya sah dalam sebuah ranah, dalam hubungannya dengan suatu

ranah. 4

1.2. Arena

Arena, menurut Bourdieu juga merupakan arena kekuatan. Di dalamnya

terdapat usaha perjuangan sumber daya (modal), dan juga upaya memperebutkan

akses terhadap kekuasaan. Perebutan tersebut dalam rangka memperoleh posisi dalam

arena. Posisi agen dalam arena tergantung dari jumlah kepemilikan (volume) modal

yang dia miliki, komposisi modal dan perubahan volume dan komposisinya dalam

waktu.5

Dalam kaitannya dengan praktik konsumsi kaum muda, ranah/arena

merupakan tempat dimana kaum muda memperkuat posisi. Cara kaum muda untuk

memperkuat posisi mereka pada ranah adalah dengan mengumpulkan modal.

Semakin banyak modal yang dimiliki oleh kaum muda, maka posisinya dalam arena

3Takwin, Bagus.2006.Habitus: Perlengkapan dan Kerangka Panduan Gaya Hidup dalam ResistensiGaya Hidup: Teori dan Realitas (Editor Alfathri Adlin). Yogyakarta: Jalasutra

4 Damsar.2009.Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana

5 Mutahir, Arizal.2011. Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu. Yogyakarta : Kreasi Wacana

Page 8: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

8

tersebut akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin sedikit modal yang dimiliki, maka

posisinya pada ranah tersebut menjadi semakin lemah.

1.3. Modal

Dalam lingkungan pergaulan (arena), kaum muda menyesuaikan diri dan

bertahan dengan jalan memiliki modal. Modal inilah yang kemudian menjadi sarana

kaum muda untuk memperkuat posisi dalam kelompok pergaulannya. Modal sendiri

dibedakan menjadi empat, yakni: modal ekonomi, modal sosial, modal budaya dan

modal simbolis.

Modal ekonomi dimengerti sebagai alat-alat produksi (mesin,tanah,tenaga

kerja), materi (pendapatan dan benda), dan uang. Modal sosial merupakan hubungan

dan jaringan hubungan yang merupakan sumber daya yang berguna dalam

kedudukan-kedudukan sosial. Modal budaya ialah keseluruhan kualifikasi intelektual

yang diproduksi secara formal maupun warisan keluarga. Sedangkan modal simbolik

(symbolic capital) dimengerti tidak lepas dari kekuasaan simbolis dan dominasi,

yakni kekuasaan yang memungkinkan untuk mendapatkan setara dengan apa yang

diperoleh melalui kekuasaan fisik dan ekonomi, berkat akibat khusus suatu

mobilisasi. Seperti dikatakan Bordieu dalam symbolic capital (kapital simbolik)

bahwa yang termasuk dalam modal simbolik adalah harga diri, martabat dan atensi.

Namun, sebagaimana yang diingatkan oleh Bourdieu kepada kita dengan konsepnya

tentang kapital simbolik (symbolic capital), tanda-tanda kecenderungan dan skema-

skema klasifikasi yang menampakkan asal-usul seseorang serta jalan kehidupannya

Page 9: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

9

juga terwujud dalam bentuk tubuh, ukuran, berat, cara berdiri, berjalan, tingkah laku,

tekanan suara, gaya bicara, rasa senang dan tidak senang terhadap diri seseorang, dan

seterusnya. 6

Di sini, modal kaum muda termasuk dalam pemilihan pakaian, aksesoris

maupun merchandise yang berhubungan dengan distro. Kepemilikan hal-hal seperti

disebutkan sebelumnya menunjukkan posisi yang semakin kuat dalam arena

pergaulan, sedangkan kekurangan / ketiadaan dalam kepemilikan pakaian, aksesoris

maupun merchandise menunjukkan posisi yang semakin lemah di dalam arena.

Dengan menggunakan kacamata Bourdieu, untuk dapat mengetahui terjadinya

praktik konsumsi pada distro, merupakan hasil dari timbulnya habitus,arena dan

kepemilikan modal kaum muda. Hal ini seperti dikatakan oleh Bourdieu dalam

Distinction:

(Habitus x Modal) + arena = Praktik.7

Penggunaan teori Bourdieu dalam penelitian ini memiliki latar belakang

tertentu. Dalam upaya menjelaskan fenomena sosial, penggunaan teori lain, (Marxis

misalnya) tidak memberikan ruang bagi kepentingan simbolik di dalam analisis.

Bentuk simbolik seperti bahasa, pakaian dan postur tubuh merupakan hal penting

dalam menganalisis tentang praktik konsumsi kaum muda pada distro.

6 Featherstone, Mike, Posmodernisme dan Budaya Konsumen, Pustaka Pelajar, Yogyakarta : 2008

7 Bourdieu, 1984, Distinction. A social Critique of the Judgement of Taste, translated Richard Nice,Routledge & Kegan Paul Ltd, UK., hlm. 101.

Page 10: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

10

Teori Bourdieu tidak lepas dari kritik dan kelemahan. Dalam membedah

realita sosial, Bourdieu cenderung menggunakan teori sosial mengenai habitus, modal

dan ranah/arena. Beberapa ahli masih meragukan metode analisis Bourdieu karena

berkonsentrasi kepada tuntutan pemenuhan modal sehingga tidak jarang mengabaikan

struktural-fungsional sistem yang telah ada sebelumnya (bagaimana struktur tersebut

terbentuk, dan lain sebagainya.). Yang menjadi salah satu kritik utama dari teori

Bourdieu adalah ketidakmampuannya dalam meramalkan masa depan.

2.Teori Keterlekatan (embeddeddness)

Dalam arena kaum muda, tindakan ekonomi kaum muda dalam mengunjungi

distro terkait dengan jaringan sosial dimana ia bernaung. Hal ini menolak anggapan

bahwa tindakan kaum muda ke distro merupakan sebuah pilihan rasional. Menurut

Granovetter dalam Damsar, pendekatan pilihan rasional merupakan bentuk ekstrem

dari individualisme metodologis yang mencoba meletakkan suatu superstruktur yang

luas di atas fundamen yang sempit, sebab pendekatan pilihan rasional tidak

memperhatikan secara serius struktur jaringan sosial dan bagaimana struktur ini

mempengaruhi hasil secara keseluruhan. 8

Granovetter beranggapan bahwa tindakan seseorang secara sosial melekat

dalam jaringan personal aktor dan bersifat non individual.

8Damsar, Prof.Dr. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana

Page 11: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

11

2.1.Keterlekatan Relasional

Keterlekatan relasional merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara

social dan melekat (embedded) dalam jaringan sosial personal yang sedang

berlangsung di antara para aktor. 9

Termasuk di dalam keterlekatan relasional adalah tindakan ekonomi yang

terjadi dalam hubungan antara penjual dengan pembeli. Hubungan dari pembeli

kepada penjual diawali dengan hubungan yang meliputi proses pencarian informasi

oleh pembeli kepada penjual mengenai informasi produk barang maupun jasa.

Seiring dengan intensitas yang semakin rutin, hubungan ini akan

menimbulkan kedekatan yang tidak sekedar berdasarkan hubungan ekonomi semata

akan tetapi meliputi hubungan social yang mengarah kepada hubungan antara

pembeli kepada pelanggan. Sebagai contoh: dalam sebuah hubungan interpersonal

yang dekat antara penjual dan pelanggan, ketika ada pesta/acara di pihak pelanggan,

maka penjual akan memberikan kado spesial.

Begitu pula dalam tindakan sosial ekonomi yang terjadi dalam arena distro.

Hubungan antara pembeli dan penjual dalam ranah distro dipahami sebagai suatu

hubungan yang tidak sekedar berdasarkan atas kebutuhan ekonomi semata akan tetapi

merupakan hubungan yang sifatnya relasional. Dalam hubungan ini terjadi pertukaran

9Ibid,hlm.153.

Page 12: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

12

informasi yang menimbulkan kedekatan secara sosial antara anak muda sebagai

pelanggan dengan penjual (pihak distro).

F. Konseptualisasi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami praktik konsumsi kaum muda pada

distro. Untuk dapat memahami terjadinya praktik konsumsi, perlu menganalisis

terlebih dahulu aspek-aspek yang membentuk praktik itu sendiri yaitu habitus, modal

dan arena. Habitus adalah sebuah kebiasaan kaum muda yang menjadi dasar bagi

terbentuknya praktik. Modal, merupakan basis bagi praktik. Disini modal berperan

sebagai sarana perwujudan habitus. Modal dimiliki oleh kaum muda dan terbagi

menjadi empat, yaitu modal social, ekonomi, budaya dan simbolik. Modal juga

diperebutkan di dalam arena. Hal ini seperti dikatakan Mutahir, seorang praktisi

akademik yang mengulas Bourdieu, arena juga merupakan arena pertarungan,tulis

Bourdieu. Mereka yang menempati posisi tertentu dapat mempertahankannya atau

bahkan mengubah konfigurasi kekuasaan pada tatanan arena.10

Arena pada distro sendiri menjadi wadah dan tempat bagi kaum muda bagi

terciptanya habitus. Arena pada setiap kelompok dapat berbeda, begitu pula modal

dan habitus sangat bergantung kepada para agen yang menduduki posisi tertentu.

10 Arizal Mutahir, OP.cit. hlm 70

Page 13: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

13

Dengan menggunakan acuan teori Bourdieu, praktik konsumsi kaum muda

pada distro merupakan sebuah praktik yang bertujuan untuk bertahan di arena.

Dengan praktik konsumsi, kaum muda mengumpulkan modal untuk dapat

memperkuat posisinya di arena pergaulan distro.Semakin kuat modal tersebut

dimiliki, maka posisi kaum muda akan semakin kuat, sebaliknya semakin lemah

modal yang dimiliki, maka posisinya dalam arena akan semakin lemah.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

dll., secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

Kaum mudapelanggandistro

Habitus kaummuda pelanggandistro

KepemilikanModal padapelanggandistro: social,ekonomi,budaya,simbolik

Praktikkonsumsipada distrountukbertahan diarena

ArenaPelangganDistro

Keterlekatanrelasional

Gambar 1. Kerangka Berpikir Praktik Konsumsi Kaum muda Pada Distro Cottoncrew

Page 14: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

14

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.11

Jenis penelitian kualitatif menggunakan deskriptif analitik, yaitu berupa kata-

kata tertulis atau gambar dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dan

selanjutnya dianalisis dengan teori. Alasan menggunakan metode kualitatif

dikarenakan fenomena yang diteliti bersifat dinamis dan kompleks, sehingga tidak

memungkinkan menggunakan data numerik (angka) untuk menjelaskan fenomena

sosial yang sedang terjadi.

2. Unit analisis

Subjek yang diteliti adalah kaum muda dengan jumlah 6 orang. Menurut

Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga, kaum muda (pemuda) adalah warga negara

Indonesia yangmemasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang

berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.12

Subjek penelitian merupakan:

1. Kaum muda berusia antara 20-25 tahun

2. Memiliki latar belakang pendidikan lulusan SMA

11 Moleong, Lexy.j, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung:2005

12http://kepri.kemenag.go.id/file/file/UndangUndang/dktm1390549622.pdf (diakses tanggal 14Desember 2013)

Page 15: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

15

3. Kaum muda yang memiliki ketertarikan dan kepedulian terhadap

penampilan (fashion)

4. Kaum muda yang merupakan pelanggan distro cottoncrew Yogyakarta

(4 orang)

5. Kaum muda yang merupakan pegawai (manajemen) distro cottoncrew

(2 orang)

Metode yang digunakan untuk memperoleh subyek penelitian menggunakan

metode snowball. Metode snowball adalah suatu metode yang berupa cara

pengumpulan subyek berdasarkan hubungan pertemanan/perkenalan. Dari satu orang

subyek kemudian merekomendasikan teman/kenalan yang kemudian menjadi subyek

berikutnya dan demikian seterusnya. Hal ini bertujuan untuk menjaring informasi

sebanyak mungkin dari berbagai macam sumber dan bangunannya.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di distro Cottoncrew Yogyakarta. Hal ini

dikarenakan lokasi distro tersebut merupakan salah satu distro yang ramai

dikunjungi kaum muda.

4.Teknik pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi. Dengan observasi,wawancara dan dokumentasi,

diharapkan diperoleh data kualitatif yang optimal.

Page 16: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

16

4.1. Observasi (pengamatan)

Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan

pencatatan terhadap gejala-gejala atau fenomena yang diteliti, secara sistematis.13

Observasi dilakukan di cottoncrew distro. Hal ini diharapkan membantu peneliti

dalam mendapatkan gambaran distro dan kaum muda secara utuh dan jelas.

4.2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.14 Wawancara dilakukan secara indepth interview (wawancara

mendalam) dengan pedoman pertanyaan (interview guide) yang telah disusun

sebelumnya (terstruktur). Metode indepth interview menggunakan interview guide

dan kemudian menggali secara dalam melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

secara detail dan spesifik. Dengan indepth interview,diharapkan diperoleh data yang

akurat dan optimal.

13 Tohardi,A,MM,Petunjuk Praktis Menulis Skripsi,Mandar Maju, Bandung:2008

14Moleong.OP.cit.hlm 186

Page 17: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

17

4.3. Studi Dokumen

Studi dokumen yaitu mengumpulkan dokumen-dokumen yang ada hubungannya

dengan permasalahan penelitian.15 Dokumen yang dimaksud berasal dari buku,

majalah dan internet.

5. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Seperti

dikatakan Bogdan & Biklen, adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain.16 Analisis data penelitian menggunakan logika induktif, yakni

pengambilan kesimpulan menggunakan data/fakta yang diperoleh di lapangan

(empiris) kemudian ditarik kesimpulan.

Selanjutnya tahap analisis data diuraikan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi data yang diperoleh di lapangan , kemudian melakukan

pencatatan dan pengecekan ulang.

2. Mengelompokkan (kategorisasi) dan mengklasifikasikan data yang

diperoleh di lapangan.

15 Ibid,hlm 26

16 Ibid hlm. 26

Page 18: PENDAHULUAN A.Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68723/potongan/S1-2014... · boutique. Butik merupakan toko yang menjual baju, celana,

18

3. Mencari hubungan, pola, dan ikhtisar kategorisasi data.

4. Menarik kesimpulan umum.

5. Menjelaskan teori hasil penelitian.

Dengan tahap-tahap seperti tersebut diatas penelitian dapat berjalan secara

sistematis dan jelas sehingga pada akhirnya dapat diperoleh kesimpulan dan hasil

penelitian yang valid (berlaku).