pendahuluan a. latar belakang masalah oleh karena itu ...eprints.unisnu.ac.id/1469/1/bab i.pdf ·...

25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perpustakaan memiliki peran penting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar dalam sebuah lembaga pendidikan, keberadaan perpustakaan merupakan bukti konkret kepedulian sekolah untuk mewujudkan peserta didik yang mandiri dalam belajar melalui pemanfaatan perpustakaan. 1 Oleh karena itu pemberdayaan perpustakaan perlu dilakukan agar dapat berjalan sebagaimana fungsinya dalam mendukung proses pembelajaran. Salah satu lembaga pendidikan yang ikut perlu memberdayakan adanya perpustakaan sekolah adalah MTs Negeri Bawu. Perpustakaan di MTs Negeri Bawu juga tidak lepas dari persoalan perpustakaan pada umumnya. Keberadaan perpustakaan sekolah hanya sebagai pelengkap, sehingga apabila ada pertanyaan apakah sekolah mempunyai perpustakaan dengan tegas menjawab “adanamun adanya perpustakaan dengan kondisi yang memprihatinkan, kondisi bangunan yang kurang bagus, bahkan ada perpustakaan sekolah yang terbuat dari triplek yang disekat dengan bangunan lain serta perlengkapan perpustakaan sekolah seadanya, buku koleksi sekolah terbatas dan jam pelayanan hanya ada saat jam istirahat sekolah, disamping itu letak bangunan perpustakaan sekolah di belakarng, serta pengelola tidak berlatar belakang pendidikan perpustakaan. 1 Yusuf, Pawit M. Dan Suhendar, Yaya. 2013. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Kencana Prenada Media.114

Upload: dinhdien

Post on 03-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan memiliki peran penting dalam menunjang kegiatan belajar

mengajar dalam sebuah lembaga pendidikan, keberadaan perpustakaan merupakan

bukti konkret kepedulian sekolah untuk mewujudkan peserta didik yang mandiri

dalam belajar melalui pemanfaatan perpustakaan.1 Oleh karena itu pemberdayaan

perpustakaan perlu dilakukan agar dapat berjalan sebagaimana fungsinya dalam

mendukung proses pembelajaran. Salah satu lembaga pendidikan yang ikut perlu

memberdayakan adanya perpustakaan sekolah adalah MTs Negeri Bawu.

Perpustakaan di MTs Negeri Bawu juga tidak lepas dari persoalan

perpustakaan pada umumnya. Keberadaan perpustakaan sekolah hanya sebagai

pelengkap, sehingga apabila ada pertanyaan apakah sekolah mempunyai

perpustakaan dengan tegas menjawab “ada” namun adanya perpustakaan dengan

kondisi yang memprihatinkan, kondisi bangunan yang kurang bagus, bahkan ada

perpustakaan sekolah yang terbuat dari triplek yang disekat dengan bangunan lain

serta perlengkapan perpustakaan sekolah seadanya, buku koleksi sekolah terbatas

dan jam pelayanan hanya ada saat jam istirahat sekolah, disamping itu letak

bangunan perpustakaan sekolah di belakarng, serta pengelola tidak berlatar

belakang pendidikan perpustakaan.

1 Yusuf, Pawit M. Dan Suhendar, Yaya. 2013. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah.Jakarta : Kencana Prenada Media.114

2

Siswa tidak tertarik masuk ke perpustakaan sekolah. Siswa lebih memilih

pergi ke kantin. Siswa ke perpustakaan sekolah karena ada tugas dari guru yang

bahan tugasnya ada di perpustakaan. Mereka tidak kembali lagi ke perpustakaan

sekolah setelah tugas dari guru selesai. Siswa tidak mempunyai kebutuhan lain di

perpustakaan sekolah selain menyelesaikan tugas dari guru.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang

Perpustakaan Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa “perpustakaan adalah institusi

pengelola koreksi karya tulis, karya cetak dan atau karya rekam secara profesional

dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,

pelestarian, informasi dan rekreasi pada pemustaka”. Dalam proses belajar mengajar

perpustakaan sekolah mempunyai peran besar, sehingga kreatifitas dan kualitas

pendidikan bisa ditingkatkan. Kehadiran perpustakaan sekolah sangat menunjang

terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan akan tercapai, salah

satunya apabila siswa dan warga sekolah gemar membaca di perpustakaan. Oleh

karena itu peran kepala sekolah, petugas perpustakaan, guru harus mewujudkan

perpustakaan yang atraktif, inovatif, efektif dan efisien. Perpustakaan sekolah harus

dikelola secara tepat oleh tenaga profesional.

Perpustakaan sekolah didirikan bukan untuk sekedar menyimpan buku-

buku, majalah, dokumen, ataupun rekaman saja. Tetapi lebih dari itu perlu diatur

bagaimana menyatukan dan menyelaraskan komponen-komponen yang ada dalam

mengelola perpustakaan sekolah, komponen-komponen tersebut antara lain sumber

daya manusia, material dan keuangan. Komponen sumberdaya manusia antara lain

terdiri dari peran kepala sekolah, pustakawan, siswa dan guru. Komponen lain yang

3

perlu diperhatikan dalam pengelolaan perpustakaan sekolah adalah sumber daya

material, komponen material terdiri diri gedung, mebeler, buku, dll. Sedangkan

komponen penunjang pengelolaan perpustakaan sekolah adalah sumber daya

keuangan. Sumber daya keuangan dalam pengelolaan perpustakaan sekolah berasal

dari pemerintah melalui APBD, masyarakat dan sponsor.2

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen sumber daya manusia yang

ikut andil memiliki otoritas dan wewenang dalam mengsukseskan dan

memperdayakan perpustakaan sekolah, perannya dalam memperdayakan

perpustakaan menentukan maju tidaknya perpustakaan sekolah. Peran kepala

sekolah merupakan perilaku yang dimiliki oleh kepala sekolah yang harus

dijalankan sesuai dengan kedudukan kepala sekolah sebagai pemimpin. Menurut

Nurkolis (2003: 119) Kepala sekolah memiliki peran sebagai educator, manager,

administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator yang disingkat dengan

EMASLIM. 3

Inovator merupakan salah satu peran kepala sekolah yang paling dominan

menentukan keberhasilan pemberdayaan perpustakaan sekolah. Kepala sekolah

hendaknya mampu melakukan berbagai inovasi untuk menimbulkan daya tarik bagi

semua komponen sekolah agar dengan kesadaran diri mau datang ke perpustakaan

sekolah. Peran kepala sekolah sebagai inovator perlu melakukan pembaharuan-

pembaharuan secara tersistem yang dapat memfungsikan perpustakaan sebagai

penunjang pembelajaran, ini artinya bagaimana guru dalam meningkatkan

2 Partowo, Andi. 2012. Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional. Yoggjakarta: Divapress.733 Nurkolis, 2003, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, Jakarta: PT GramediaWidiasarana Indonesia.hlm. 116

4

profesionalismenya dan siswa dalam meningkatkan pemahaman materi kelas

mampu memaksimalkan perpustakaan sebagai pendukung (Yusuf, 2013: 23)

Peran kepala sekolah sebagai motivator perlu melakukan berbagai cara

untuk memotivasi semua warga sekolah agar aktif memanfaatkan perpustakaan.

Motivasi kepala sekolah merupakan daya dorong bagi warga sekolah dalam

pemanfaatan perpustakaan. Motivasi ekstrinsik maupun instrinsik perlu

dikembangkan dan dihidupkan kepala sekolah dilingkungan sekolah. Pemberian

motivasi oleh kepala sekolah secara psikologis akan memberikan pengaruh besar

terhadap perubahan paradigma warga sekolah, perubahan atas pemahaman akan

fungsi perpustakaan yang tidak sekedar sebagai tempat menyimpan buku-buku

bacaan tetapi lebih dari itu perpustakaan adalah sebagai sarana pembelajaran

mandiri bagi siswa dan guru serta seluruh warga sekolah dalam meningkatkan

wawasan dan pengetahuan (Yusuf, 2013: 23).4

Peran kepala sekolah sebagai motivator dan inovator menjadi penting dalam

mempengaruhi maju tidaknya perpustakaan sekolah, peran kepala sekolah sebagai

leader pemimpinan juga menjadi bagian dari salah satu peran kepala sekolah yang

memberikan pengaruh terhadap kemajuan perpustakaan adalah peran sebagai

leader, di dalam perannya sebagai leader kepala sekolah memiliki tugas dan

tanggung jawab dalam mempengaruhi semua komponen agar memaksimalkan

potensi yang ada untuk bersama-sama memaksimalkan penggunaan perpustakaan.

4 Yusuf, Pawit M. Dan Suhendar, Yaya. 2013. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah.Jakarta : Kencana Prenada Media. Hlm.98

5

Perannya sebagai leader yang secara struktur jabatan sebagai top leader akan

dipatuhi oleh semua anggota yang dipimpinanya.

Peran kepala sekolah dalam pengelolaan perpustakaan di MTs Negeri Bawu

sebagaimana hasil study prapenelitian bahwa peran yang dilaksanakan sudah

maksimal beberapa peran yang telah dilakukan, namun dalam pemberdayaan

perpustakaan sekolah lebih dominan kepada tiga peran yaitu peran sebagai leader,

peran sebagai motivator dan peran sebagai innovator. Tiga peran tersebut dalam

studi pendahuluan menjadi peran yang nampak dalam mengelola dan

memberdayakan perpustakaan. Tiga peran kepala sekolah yang dilakukan untuk

memberdayakan perpustakaan sekolah bukan berarti peran yang lain tidak dilakukan

namun ketiga peran kepala sekolah sebagai leader, motivator dan innovator

merupakan peran yang paling sering dilakukan. Kepala sekolah sebagai leader

melakukan komunikasi dan pendekatan sebagai pemimpin kepada semua

stakeholder untuk bersama-sama memanfaatkan perpustakaan sekolah, bersamaan

dengan itu peran yang lain seperti motivator dan innovator juga diimplementasikan

untuk membuat suasana perpustakaan menjadi suatu tempat yang memiliki daya

tarik untuk dikunjungi.

Perpustakaan sekolah di MTs Negeri Bawu Jepara memiliki beberapa

keunikan dibanding dengan perpustakaan di Sekolah Dasar-Sekolah Dasar yang lain

diantaranya 1). Prestasi perpustakaan sekolah di MTs Negeri Bawu Jepara mampu

mengalahkan MI/SD se Kabupaten Jepara yaitu menjadi juara I lomba perpustakaan

tingkat kabupaten tahun 2012, dan juara II tingkat nasional pada tahun

2013, prestasi MTs Negeri Bawu Jepara di bidang perpustakaan juga diraih pada

6

tahun 2014 dengan dipercaya kabupaten Jepara untuk menjadi percontohan

perpustakaan SD Se-Kabupaten Jepara. Prestasi yang diraih di bidang perpustakaan

secara berturut-turut menunjukkan bahwa keunggulan perpustakaan sekolah yang

ada di MTs Negeri Bawu bukan secara kebetulan namun ada faktor-faktor yang

mempengaruhinya yang salah satunya adalah peran kepala sekolah. Kepala sekolah

konsisten dan berkelanjutan mulai masa jabatannya pada tahun 2009 sampai

sekarang mempromosikan fakta keunggulan perpustakaan.

Prestasi yang diraih MTs Negeri Bawu Jepara di mana sekolah tersebut

menjadi juara II tingkat nasional tahun 2013 serta pada tahun 2014 sebagai

perpustakaan percontohan tidak terlepas dari peran kepala sekolah. Kepala sekolah

mampu memperdayakan semua potensi dan sumber daya yang ada dalam mengelola

perpustakaan, guru difungsikan untuk memberi tugas kepada siswa agar mencari

bahan bacaan di perpustakaan. Petugas perpustakaan ditugaskan memberikan

pelayanan serta pendampingan maupun pendataan terhadap siswa yang berkunjung

di perpustakaan, sedangkan siswa oleh kepala sekolah dalam kunjungan kelas selalu

memberikan wawasan akan pentingnya membaca guna menumbuhkan

pengetahuan.

Kemampuan kepala sekolah dalam memfungsikan semua sumber daya

manusia dan potensi yang ada baik itu guru, siswa maupun petugas perpustakaan

serta berbagai upaya-upayanya yang gigih menjadikan perpustakaan sekolah di MTs

Negeri Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara menjadi sekolah juara II tingkat

nasional, yang merupakan kebanggaan di bidang perpustakaan. Berangkat dari

prestasi yang luar biasa itulah kemudian memotivasi penulis untuk melakukan

7

penelitian lebih mendalam agar dapat ditemukan fakta empiris tentang peran kepala

sekolah dalam keberhasilannya memberdayakan perpustakaan di MTs Negeri Bawu

Jepara. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “Peran Kepala Sekolah dalam

Pemberdayaan Perpustakaan di MTs Negeri Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten

Jepara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah

Bagaimana Peran Kepala Sekolah dalam memberdayakan perpustakaan di MTs

Negeri Bawu Jepara. Fokus tersebut dirinci sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran kepala sekolah sebagai leader dalam meningkatkan

kualitas perpustakaan di MTs Negeri Bawu Jepara?

2. Bagaimanakah peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan

kualitas perpustakaan di MTs Negeri Bawu Jepara?

3. Bagaimanakah peran kepala sekolah sebagai inovator dalam meningkatkan

kualitas perpustakaan di MTs Negeri Bawu Jepara?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan peran kepala sekolah sebagai leader dalam

meningkatkan kualitas perpustakaan di MTs Negeri Bawu Jepara.

2. Untuk mendeskripsikan peran kepala sekolah sebagai motivator dalam

meningkatkan kualitas perpustakaan di MTs Negeri Bawu Jepara.

8

3. Untuk mendeskripsikan peran kepala sekolah sebagai inovator dalam

meningkatkan kualitas perpustakaan di MTs Negeri Bawu Jepara.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian pendidikan ini tentu ingin di dapat manfaat untuk kontribusi

dibidang pendidikan. Adapun lebih rinci manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memperkaya

ilmu manajemen pendidikan relevansinya dengan peran kepala sekolah

memberdayakan perpustakaan sekolah sehingga ke depannya dapat digunakan

untuk menjadi bahan rujukan bagi pemangku kebijakan maupun praktisi

pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Diantara beberapa manfaat praktis dalam penelitian ini bagi beberapa

komponen pendidikan diantaranya:

a. Bagi Kementrian Agama

Dapat digunakan sebagai referensi dan pertimbangan dalam

pengambilan kebijakan terkait pengembangan perpustakaan di Madrasah

se-Kabupaten Jepara.

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi dan institusi

sekolah dalam mengembangkan lebih maksimal lagi perpustakaan sekolah,

9

serta sebagai bahan identifikasi akan kelemahan, kelebihan dan peluang

yang ada MTs Negeri Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara.

c. Bagi Pustakawan

Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat bagi petugas

perpustakaan dalam mengembangkan lebih inovatif, kreatif dan dinamis

dalam mengelola dan melaksanakan tugas pelayanan di perpustakaan MTs

Negeri Bawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara.

d. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat bagi peneliti untuk

lebih mendalami tentang peran kepala sekolah, sehingga nantinya dapat

diimplementasikan di satuan pendidikan yang dipimpin dalam menangani

masalah pemberdayaan perpustakaan.

E. Kajian Pustaka

Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan tema dengan

penelitian ini diantaranya adalah:

1. Irawati, (2014) Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Pengelolaan

Perpustakaan di Sekolah Dasar, Jurnal Administrasi Pendidikan. Vol. 2

No.1, Juni 2014.

Pengelolaan perpustakaan sekolah dasar belum optimal selama ini,

karena kepala sekolah dan guru kurang memberikan perhatian yang serius

terhadap pengelolaan perpustakaan sekolah tersebut. Kurang optimalnya

pengelolaan perpustakaan sekolah oleh kepala sekolah disebabkan karena:

10

pelayanan perpustakaan sekolah belum memuaskan para pemakai jasa

perpustakaan, belum adanya sistem pengelolaan perpustakaan sekolah dasar

yang memadai, siswa belum memanfaatkan perpustakaan secara maksimal,

belum tertatanya dengan baik dan teratur perpustakaan sekolah yang ada saat

ini, minat baca siswa masih kurang untuk membaca buku di perpustakaan

sekolah, dan kurang adanya pengawasan dari kepala sekolah terhadap

penyelenggaraan perpustakaan sekolah.

Penelitian yang dilakukan Irawati dan penelitian ini sama mengkaji

tentang kepala sekolah, sedangkan penelitian ini meneliti kepala sekolah

dalam konteks pemberdayaan perpustakaan. Dalam konteks pemberdayaan

berarti melakukan berbagai upaya agar perpustakaan dimaksimalkan

pemanfaatannya, sedangkan pada konteks manajemen berarti manajemen

intern dalam organisasi perpustakaan sekolah tersebut.

2. Hafiza (2013) Peranan Perpustakaan Dalam Proses Pendidikan:

Berdasarkan Sudut Pandang Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, Tenaga

Perpustakaan, dan Siswa di SMA Negeri 1 Sungayang Kabupaten Tanah

Datar, Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 2, No. 1,

September 2013, Seri E.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah pertama, pembinaan

koleksi pada SMA Negeri 1 Sungayang belum berjalan secara optimal,

sehingga perpustakaan tersebut belum dapat menjalankan tugas pokok dan

fungsinya dengan benar. Kedua, kunjungan pemustaka yang masih sangat

jarang ke perpustakaan karena PerpustakaaN SMA Negeri 1 Sungayang

11

koleksinya belum dapat memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya,

sarana dan prasarana yang kurang memadai dan ditambah lagi sumberdaya

manusia yang bekerja pada perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang belum

profesional pada bidang perpustakaan yang disebabkan oleh tenaga yang

mengelola perpustakaan tersebut hanya guru yang mengajar pada SMA

Negeri 1 Sungayang, bukan tenaga yang ahli dalam ilmu perpustakaan.

Selanjutnya ketiga, usaha yang dilakukan oleh pustakawan agar pemustaka

berminat untuk mengunjungi Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang

yaitunya (a) menata gedung perpustakaan agar menarik dan nyaman untuk

dikunjungi, (b) menyediakan sumber bacaan yang baru dan sesuai dengan

kebutuhan pemustaka, (c) fasilitas yang memadai, (d) menjadi pustakawan

yang professional dan kopten, serta pustakawan yang bersahabat dengan

pemustakanya.

Relevansinya penelitian di atas dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis adalah sama-sama membahas objek perpustakaan

sekolah, peran perpustakaan sekolah dalam proses pendidikan dalam sudut

pandang kepala sekolah, namun penelitian oleh penulis perpustakaan pada

sudut pandang peran kepala sekolah dalam pemberdayaan.

3. A. Kahar (2009). Pola Strategi Sinergis Pengembangan Perpustakaan

Sekolah. Jurnal Tabularasa PPS Unimed Vol.6 No.2, Desember 2009.

Berdasarkan uraian diatas maka akhir dari tulisan ini dapat

disimpulkan bahwa: 1) Pengembangan Perpustakaan sekolah di Indonesia

dan khususnya di Sumatera Utara kurang mendapat perhatian yang serius

12

dari pemerintah, 2) Data mengungkapkan bahwa baru 32% Sekolah Dasar

yang memiliki perpustakaan sekolah, sedangkan untuk tingkat SLTP

sebanyak 63%, dengan sebaran yang tidak merata untuk tiap-tiap provinsi,

3) Kondisi koleksi buku, sarana dan prasarana, serta tenaga pengelola

profesional masih jauh dari harapan.

Sebagai solusi untuk efektifnya pengembangan perpustakaan

sekolah, ditawarkan satu konsep “Pola strategi sinergis” yang artinya adanya

satu pola dalam pengembangan perpustakaan sekolah yang terdiri dari 3

komponen yaitu : (1) komponen pemerintah (Dinas pendidikan daerah dan

BAPERASDA), (2) komponen Sekolah (pimpinan sekolah), dan (3) dan (3)

komponen masyarakat ( orang tua murid, perusahaan /pelaku bisnis dan

lainya) Ketiga komponen harus berkomitmen dan berkoordinasi serta

bekerja dalam suatu sistem yang memunculkan sinergi sebagai kekuatan

untuk mendorong terwujudnya pengembangan perpustakaan sekolah seperti

yang diharapkan.

Penelitian yang telah dilakukan Irawaty lebih condong kepada Pola

Strategi Sinergis Pengembangan perpustakaan sedangkan penelitian yang

akan dilakukan oleh penulis lebih condong kepada peran kepala sekolah

dalam pemberdayaan. Relevansinya dengan penelitian penulis adalah sama-

sama yang menjadi objek penelitian adalah perpustakaan.

4. Purwanti. (2013) Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam

Meningkatkan Disiplin Kerja Guru dan Pegawai di SMA Bakti Sejahtera

13

Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur, e-Journal Administrasi

Negara, 2013, Vol. 1 (1): 210-224.

Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Bakti Sejahtera

Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur: 1). Kepala sekolah sebagai

pemimpin yaitu kepala sekolah melakukan tanggung jawab melakukan

perbaikan dan pengajaran. Keadaan tersebut dilandasi oleh anggapan bahwa

tujuan utama penyelenggaraan pendidikan melalui sekolah adalah

terciptanya lingkungan yang kondusif, sehingga proses belajar mengajar

dapat tercapai secara efektif. 2).Kepala sekolah sebagai manager dalam

mempengaruhi guru untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Sebagai

manajer kepala sekolah harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh

sumber daya sekolah dalam meningkatkan visi, misi dan mencapai tujuan

sekolah. 3). Kepala sekolah berperan sebagai pendidik mencakup dua hal

pokok yaitu sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai pendidik itu

diarahkan dan bagaimana peran sebagai pendidik itu dilaksanakan. 4).

Kepala sekolah berperan sebagai administrator sangat diperlukan karena

kegiatan di sekolah tidak terlepas dari pengelolaan administrasi yang bersifat

pencatatan dan pendokumentasian seluruh program sekolah. Kepala sekolah

dalam perannya sebagai administrator dalam hal ini juga berkenaan dengan

keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak

terlepas dari faktor biaya. 5). Kepala sekolah berperan sebagai motivator

dengan memberikan motivasi kepada guru dan pegawai, serta mengatur

lingkungan fisik dan suasana kerja. Apabila guru dan pegawai

14

memiliki motivasi yang positif maka guru dan pegawai akan lebih

memperhatikan minat, mempunyai perhatian dan ikut serta dalam suatu

tugas dan pekerjaan. Dengan kata lain guru dan pegawai akan melaksanakan

pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor motivasi dorongan yang tinggi

dari kepala sekolah.

Relevansinya penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan

penulis pada aspek kepala sekolah, hanya saja kepala sekolah dalam

penelitian Sri Purwanti lebih terfokus kepada peran kepala sekolah dalam

meningkatkan kedisiplinan terhadap semua tenaga kependidikan sedangkan

oleh penulis peran kepala sekolah difokuskan kepada pemberdayaan

perpustakaan sekolah.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara triangulasi (gabungan), sifat analisis data dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan kepada makna dari pada generalisasi (Sugiyono,

2007: 1)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dengan menggunakan perspektif deskriptif. Dalam penelitian ini

manusia sebagai sumber data utama dan hasil penelitiannya berupa kata-

15

kata atau pernyataan sesuai dengan keadaan sebenarnya (alamiyah). Hal ini

sesuai dengan pendapat Denzin dan Lincoln yang menyatakan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiyah,

dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan

jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Moelong, 2011: 5).

Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mendeskripsikan tentang

peran kepala sekolah dalam memberdayakan perpustakaan sehingga dapat

ditemukan secara kualitatif peran yang dilaksanakan sebagai pemimpin di

MTs Negeri Pecangaan di Bawu

2. Informan Penelitian

Informan penelitian merupakan sumber data yang dimintai

informasinya sesuai dengan masalah penelitian. Adapun yang dimaksud

sumber data dalam penelitian adalah kata-kata atau tindakan (Moleong, 2011:

157). Untuk mendapat data yang tepat maka perlu ditentukan informan yang

memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data. Karena penelitian ini

adalah untuk mencari dan mendeskripsikan temuan tentang peran kepala

sekolah. Oleh karena itu, diperlukan subjek yang memenuhi parameter yang

dapat mengungkap hal di atas sehingga memungkinkan data dapat diperoleh.

1. Kepala Madrasah, kepala Madrasah merupakan subyek yang paling utama

diteliti, karena kepala sekolah sebagai pelaku utama dalam memberdayakan

perpustakaan.

2. Guru, guru dalam penelitian ini merupakan orang yang ikut membantu

kepala sekolah dalam memberdayakan perpustakaan.

16

3. Pustakawan, pustakawan merupakan orang yang ikut andil dalam mengelola

perpustakaan oleh karenanya informasi akan banyak didapat dari subyek

tersebut.

4. Siswa, siswa merupakan pengguna manfaat dari perpustakaan yang ada,

artinya keberhasilan sekolah dalam memberdayakan perpustakaan dapat

diketahui informasinya dari siswa.

3. Lokasi dan Setting Penelitian

Penelitian ini berlokasi di MTs Negeri Pecangaan di Bawu. Peneliti

memilih MTs Negeri Pecangaan di Bawu sebagai tempat penelitian karena

sekolah ini memiliki prestasi dibidang kompetisi perpustkaan dimana pada

tahun 2013 juara II lomba perpustakan tingkat nasional, sedangkan pada tahun

2014 ditunjuk sebagai perpustakaan teladan se-Kabupaten Jepara.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Arikunto (2010: 149) merupakan alat

bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan oleh

peneliti dalam hal ini adalah instrumen pokok dan instrumen penunjang.

Instrumen pokok adalah manusia itu sendiri sedangkan instrumen penunjang

adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara. Adapun instrumen

penelitian yang menjadi alat untuk menggali data dalam penelitian ini

diantaranya

1. Instrumen pokok.

17

Instrumen pokok dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti

sebagai instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan

mampu memahami serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di

lapangan. Menurut Moleong (2011: 168) Kedudukan peneliti dalam

penelitian kualitatif adalah ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana,

pengumpulan data, analisis, penafsir data, pada akhirnya ia menjadi pelapor

hasil penelitiannya.

Untuk membantu peneliti sebagai instrumen pokok, maka peneliti

membuat instrumen penunjang. Dalam penyusunan instrumen penunjang

tersebut metode yang akan digunakan peneliti ditentukan oleh tujuan

penelitian, lokasi, pelaksana, biaya dan waktu, dan data yang ingin

diperoleh. Dari tujuan yang telah dikemukakan tersebut, dalam penelitian ini

menggunakan metode wawancara dan observasi dan dokumentasi. Setelah

ditentukan metode yang digunakan, maka peneliti menyusun instrumen

pengumpul data yang diperlukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan.

2. Instrumen kedua dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Secara

umum, penyusunan instrumen pengumpulan data berupa pedoman

wawancara disusun berdasarkan fokus penelitian. Adapun jenis wawancara

dalam penelitian di MTs N Bawu adalah wawancara mendalam.

3. Instrumen ketiga dalam penelitian ini adalah pedoman observasi. Secara

umum, penyusunan instrumen pengumpulan data berupa observasi

18

dilakukan peneliti sebagai pedoman dalam melakukan pengamatan terhadap

perilaku dan tindakan subjek penelitian.

4. Instrumen ketiga adalah dokumentasi, instrumen ini digunakan untuk menjadi

pedoman dalam mencari data-data yang bersifat dokumen.

5. Sumber Data

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah dari informan dan

peristiwa-peristiwa yang diamati dalam penelitian, sedangkan data sekundernya

adalah segala macam bentuk dokumen yang dapat dijadikan bahan penelitian

terkait dengan peran kepala sekolah dalam memperdayakan perpustakaan

sekolah di MTs Negeri Pecangaan di Bawu.

Contohnya peristiwa yang diamati adalah kunjungan kepala sekolah di

perpustakaan, peminjaman buku oleh siswa, rapat koordinasi kepala sekolah

dengan pustakawan, untuk data sekunder seperti beberapa dokumen yang terkait

dengan dokumen perpustakaan sekolah seperti arsip anggota perpustakaan,

kepengurusan, maupun katalog buku perpustakaan.

Informan untuk memperoleh data dalam penelitian ini diantaranya

adalah:

1. Kepala sekolah MTs Negeri Pecangaan di Bawu, kepala sekolah sebagai

sumber informasi untuk menggali relevansinya dengan peran kepala

sekolah.

2. Pengelola perpustakaan; pustakawan atau pengelola perpustakaan

merupakan petugas perpustakaan yang akan digali informasinya berkenaan

dengan pelaksanaan administrasi dan tata kelola perpustakaan sekolah.

19

3. Guru: guru merupakan informan yang digunakan untuk menggali informasi-

informasi tentang peran kepala yang memfungsikan tenaga pengajar dalam

memberdayakan fungsi perpustakaan sekolah.

4. Siswa; sebagai sumber informasi siswa akan digali di dalam aktivitas

perpustakaan.

5. Orang tua, sumber informasi yang terakhir adalah orang tua sebagai wali

murid yang memantau perkembangan anak di rumah.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara mendalam

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu. (Sugiyono, 2007: 317). Wawancara

dimaksud untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan,

perasaan, motivasi dan kepedulian dan lain-lain, wawancara dilakukan

terhadap informan kunci (key informant).

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data

dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi

antara pengumpul data (Pewawancara) dengan sumber data (Responden)

(Adi, 2005; 72). Metode wawancara digunakan untuk mencari informasi

yang berhubungan dengan penelitian hingga informasi yang cukup bisa di

dapat dan dijadikan bahan di dalam penelitian ini. Masing-masing responden

akan diberikan pertanyaan untuk menjawab tiga fokus penelitian yaitu peran

kepala sekolah sebagai leader, motivator dan inovator.

20

b. Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh suatu data yang lengkap

dan rinci melalui pengamatan yang seksama, baik berupa keadaan fisik

maupun perilaku yang terjadi selama berlangsung penelitian. Pengamatan

mempunyai maksud bahwa pengumpulan data yang melibatkan interaksi

sosial adalah peneliti sebagai subyek maupun informan dalam suatu setting

selama pengumpulan data dilakukan secara sistematis tanpa menampakkan

diri sebagai peneliti (Sugiyono, 2007: 316).

Metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari berbagai proses biologi dan psikologis dan dua

diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapi dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen dan

format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku

yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 2010; 272).

Tabel 3. Kegiatan yang Diobservasi

No Fokus Penelitian Kode Kegiatan Observasi

1 1. Peran kepala sekolah

sebagai leader dalam

memberdayakan

perpustakaan.

OB1 Koordinasi kepala sekolah

2 OB2 Motivasi kepala sekolah

kepada siswa di dalam kelas

tentang pentingnya membaca

di perpustakaan.

3 OB3 Aktivitas kepala sekolah

dalam melakukan penilaian

21

4 2. Peran kepala sekolah

sebagai motivator

dalam memberdayakan

perpustakaan.

3. Peran kepala sekolah

sebagai innovator

dalam memberdayakan

perpustakaan.

OB4 Aktivitas belajar siswa di

perpustakaan.

5 OB5 Kunjungan siswa di

perpustakaan

6 OB6 Kunjungan guru di

perpustakaan

7 OB7 Kunjungan Kepala sekolah di

perpustakaan

8 OB8 Bimbingan kepala sekolah

terhadap pustakawan

c. Dokumentasi

Jika data yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian dicari

dalam dokumen atau bahan pustaka, maka kegiatan pengumpulan data itu

disebut sebagai studi dokumen (Adi, 2005; 61). Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data dari dokumen tertulis yang dimiliki oleh lembaga.

Dokumen dimaksud dapat berbentuk catatan nilai siswa, program kerja

sekolah, gambar (denah, foto dan data statistik) dan buku.

Tabel 4. Rencana Studi Dokumen

NoFokus

PenelitianKode

Studi

Dokumentasi

1 Peran kepala sekolahsebagai leader dalammemberdayakanperpustakaan.

Peran kepala sekolahsebagai motivator dalammemberdayakanperpustakaan.

DO1 Tata tertib perpustakaan

2 DO2 Kartu perpustakaan

3 DO3 Laporan data katalog buku

4 DO4 Notulen rapat

5 DO5 RKH Perpustakaan

6 DO6 RKT Perpustakaan

7 DO7 Anggaran Perpustakaan

22

8 Peran kepala sekolahsebagai innovator dalammemberdayakanperpustakaan

DO8 Prestasi kejuaraan perpustakaan

9 DO9 Kepengurusan perpustakaan

10 DO10 Piagam dan piala kejuaraanlomba perpustakaan

11 DO11 Data kunjungan siswa dan guru

7. Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan salah satu yang sangat penting, setelah peneliti

memperoleh dan mengumpulkan data-data baik secara perilaku, simbol-simbol,

dokumen dan sebagainya. Langkah selanjutnya adalah menganalisa data

tersebut secara teliti dan cermat dengan mencari data dan mengaturnya secara

sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dari pengamatan peran serta

dan bahan-bahan tersebut serta mengkomunikasi apa yang telah ditemukan

dalam penelitian.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:

21) analisis tersebut terdiri tiga komponen analisis yang saling berinteraksi,

yaitu: reduksi data, penyajian data dan verifikasi data atau penarikan

kesimpulan. Apabila dirasa kesimpulan kurang mantap, maka peneliti kembali

ke lapangan untuk mengumpulkan data, dan seterusnya sampai diperoleh data

yang betul-betul mantap untuk dijadikan sebagai laporan penelitian. Untuk lebih

jelasnya analisis data dengan model interaktif tersebut dapat dilihat pada gambar

di bawah ini:

Gambar 1. Teknik Analisis Data Miles dan Huberman

Pengumpulan Data Penyajian Data

23

Reduksi Data Kesimpulan/Varifikasi

Dari hasil pengumpulan data, lalu data dinilai untuk kemudian direduksi

yaitu dirangkum dan dipilah hal yang pokok, difokuskan pada informasi yang

penting dan terkait dengan maksud tujuan penelitian. Reduksi data dilakukan

terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Setelah itu, data disajikan

untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu yang

relevan dan penting. Selanjutnya data menjadi bahan pertimbangan kesimpulan

akhir dari penelitian yang mampu menjawab rumusan masalah secara

menyeluruh.

Dari alur yang digambarkan di atas terlihat proses analisis data mulai

dari pengumpulan data kemudian data tersebut direduksi dan disajikan. Ketiga

proses ini saling terkait dan dapat diklasifikasi untuk memeriksa sampai

seberapa jauh keabsahan suatu data dan bagaimana kekuatan data tersebut

menggambarkan secara kualitatif dan menjawab permasalahan yang telah

dirumuskan.

24

G. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan tesis adalah terdiri dari :

Halaman Depan yang berisi, Halaman Judul, Abstrak, Halaman Pengesahan,

Lembar Pernyataan Keaslian Tesis, Motto, Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi.

Halaman Isi terdiri dari :

BAB I. PENDAHULUAN, berisi : Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, , Kajian Pustaka, Metodologi

Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI, berisi : Kajian Teori yang terdiri Peran Kepala

Sekolah,

BAB III. DATA LAPANGAN TENTANG PERAN KEPALA MADRASAH

DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERPUSTAKAAN DI MTsN

PECANGAAN DI BAWU, Sekilas tentang MTsN Pecangaan di Bawu,

Kondisi Perpustakaan MTsN Pecangaan di Bawu, Peran kepala dalam

memberdayakan Perpustakaan

BAB. IV ANALISIS PERAN KEPALA MADRASAH DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS PERPUSTAKAAN DI MTsN

PECANGAAN DI BAWU, berisi Analisis peran kepala sekolah dalam

meningkatkan kualitas perpustakaan.

BAB. V PENUTUP, berisi Kesimpulan, Saran-saran, Penutup, Halaman

Belakang, berisi Daftar Pustaka, Lampiran.

25