pendahuluan a. -...

29
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan dan manusia adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait. Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahkluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lain. Semua kegiatan manusia mempunyai dampak pada lingkungan hidup. Kegiatan hayatinya, seperti pembuangan sisa metabolismenya dalam bentuk air seni dan tinja, berdampak pada lingkungan hidup. Pada waktu jumlah manusia kecil, dampak itu kecil pula. Dengan pertumbuhan jumlah manusia dampak kumulatif kegiatan hayati manusia makin besar. Dampak itu makin besar lagi dengan berkembangnya kegiatan ekonomi dan kemampuan manusia mengembangkan teknologi yang memberikan kemampuan kepadanya untuk melakukan rekayasa dan meningkatkan penggunaan energi. Antara manusia dengan lingkungan hidupnya selalu terjadi interaksi timbal-balik. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Demikian pula manusia membentuk lingkungan

Upload: phungnguyet

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan dan manusia adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan

dan saling terkait. Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang

pengelolaan lingkungan hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahkluk hidup,

termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup

lain. Semua kegiatan manusia mempunyai dampak pada lingkungan hidup.

Kegiatan hayatinya, seperti pembuangan sisa metabolismenya dalam bentuk

air seni dan tinja, berdampak pada lingkungan hidup. Pada waktu jumlah

manusia kecil, dampak itu kecil pula. Dengan pertumbuhan jumlah manusia

dampak kumulatif kegiatan hayati manusia makin besar. Dampak itu makin

besar lagi dengan berkembangnya kegiatan ekonomi dan kemampuan manusia

mengembangkan teknologi yang memberikan kemampuan kepadanya untuk

melakukan rekayasa dan meningkatkan penggunaan energi. Antara manusia

dengan lingkungan hidupnya selalu terjadi interaksi timbal-balik. Manusia

mempengaruhi lingkungan hidupnya dan manusia dipengaruhi oleh

lingkungan hidupnya. Demikian pula manusia membentuk lingkungan

Page 2: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

2

hidupnya dan manusia juga dibentuk oleh lingkungan hidupnya (Soemarwoto:

2001).

Lingkungan juga dapat dibedakan menjadi tiga macam yakni yang

bersifat fisik, sosial, dan budaya. Lingkungan fisik adalah hal-hal di luar diri

manusia yang bersifat kebendaan dank arena itu bersifat empiris. Ini berbeda

dengan lingkungan sosial, yang walaupun bersifat empiris, memiliki karakter

atau sifat dan cirinya sendiri. Secara empiris lingkungan sosial berupa

individu-individu. Lebih tepatnya kategori-kategori individu serta pola-pola

interaksi dan relasi antarindividu tersebut. Dibandingkan dengan lingkungan

fisik, lingkungan sosial ini dapat dikatakan bersifat setengah empiris, artinya

lingkungan sosial ini mewujud hanya sesaat dan setelah itu tidak terulang lagi.

Yang tertinggal kemudian hanyalah kesan-kesan atau persepsi manusia

tentang interaksi-interaksi antarindividu yang telah terjadi. Sedangkan

lingkungan budaya merupakan lingkungan yang paling abstrak. Lingkungan

ini tidak empiris, karena berupa nilai-nilai, norma-norma, pandangan hidup,

aturan-aturan serta makna-makna, yang belum merupakan bagian dari budaya

seorang individu. Lingkungan ini hanya dapat diketahui setelah diwujudkan

lewat bahasa, perilaku atau hasil karya tertentu. Tiga jenis lingkungan ini

selalu dapat ditemui jika seseorang mengunjungi suatu komunitas,

masyarakat, atau suatu kelompok sosial tertentu, sebagaimana halnya ketika

seseorang melakukan kegiatan berwisata ke daerah tertentu (Raharjana: 2005).

Manusia yang hidup di suatu lingkungan, untuk bertahan hidup

memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier juga menghasilkan limbah

Page 3: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

3

dan tidak dapat dipungkiri hal tersebut mengakibatkan lingkungan menjadi

tercemar. Pencemaran lingkungan mengakibatkan kualitas lingkungan tersebut

menurun. Pencemaran lingkungan juga disebabkan karena adanya

pembangunan. Gerak pembangunan sedang menuju ke era industrialisasi

mulai meninggalkan ketergantungan pada sektor agraris. Sebagai akibatnya, di

samping makin bervariasinya jenis barang yang dihasilkan, juga dimunculkan

limbah yang belum sebelumnya tidak dikenal; baik yang berupa limbah padat,

cair, maupun gas. Makin banyaknya limbah baik dalam arti kuantitas maupun

kualitas, mengakibatkan pencemaran lingkungan dan merosotnya kemampuan

sumber daya alam, yang akhirnya melahirkan pemikiran pembangunan

berkelanjutan (Poerwanto: 1999).

Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang tertuang dalam

Undang-Undang No. 4 tahun 1982, pada pasal 3 menyatakan bahwa :

pengelolaan lingkungan hidup berazaskan pelestarian kemampuan

lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang

berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia. Pada pasal 4

dinyatakan bahwa tujuan pengelolaan lingkungan hidup ialah :

1. Tercapainya keselarasan hubungan antar manusia dengan

lingkungan hidup sebagai tujuan pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya;

2. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;

3. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan;

Page 4: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

4

4. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk

kepentingan generasi sekarang dan mendatang;

5. Terlindungnya negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah

negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 4 bahwa pembangunan

berwawasan lingkungan berguna untuk kepentingan generasi sekarang dan

yang akan datang. Dengan kata lain, menjaga kelestarian lingkungan agar

bebas dari pencemaran juga didorong oleh kesadaran atas rasa tanggung jawab

dari diri sendiri. Pembangunan berwawasan lingkungan mendukung juga

kegiatan pariwisata. Pariwisata adalah industri yang menjual lingkungan hidup

fisik dan sosial-budaya, ia telah diidentifikasi sebagi salah satu industri yang

sangat potensial, baik untuk wisatawan domestik maupun asing. Karena

pariwisata menjual lingkungan hidup, ia sangat peka pada kerusakan

lingkungan hidup (Soemarwoto, 2001: 199). Pariwisata juga tidak dapat

dipisahkan dengan unsur lingkungan, karena orang berwisata pasti

mengunjungi suatu daerah atau lingkungan tertentu. Sebagai contoh orang

berwisata ke desa wisata, berarti orang tersebut berwisata ke lingkungan

pedesaan. Disadari atau tidak bila tulang punggung dari aktivitas wisata di

lingkungan pedesaan ditentukan oleh kualitas lingkungan desa itu sendiri. Ini

artinya bahwa lingkungan pedesaan dengan segenap unsurnya merupakan

sumberdaya dan berbagai aktivitas wisata yang tercipta (Marsongko: 1999).

Pariwisata di desa sangat bergantung pada kualitas lingkungan, tidak hanya

lingkungan fisik semata namun juga lingkungan sosial budaya (Burton: 1995).

Page 5: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

5

Selain bergantung pada kualitas lingkungan, pariwisata di desa juga

membutuhkan partisipasi masyarakat, karena partisipasi merupakan kesedian

untuk membantu keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan

setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri (Mubyarto,

1997: 35).

Kegiatan berwisata juga bisa menimbulkan dampak kerusakan

lingkungan. Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu

daerah tertentu, wisatawan tersebut melakukan kegiatan berwisata dan

meningkatkan jumlah timbunan sampah. Jumlah timbunan sampah tersebut

memerlukan pengelolaan yang mempergunakan metode pengelolaan sampah

yang ramah lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap

kesehatan dan akan mengganggu kelestarian fungsi lingkungan. Banyak obyek

wisata juga mengalami kerusakan karena cara pengembangan yang tidak

memperhatikan prinsip keberlanjutan. Misalnya, obyek wisata di Carita, Jawa

barat, adalah pantai dengan pasir putih. Namun pemandangan pantai telah

tertutup oleh hotel. Demikian pula di Kuta, Bali, mulai dari Hotel Holiday Inn

di selatan sampai ke utara pantai tak nampak dari jalan, 1 km yang pantainya

masih terlihat dari jalan, selebihnya pemandangan tertutup oleh hotel, restoran

dan toko (Soemarwoto: 2001).

Kabupaten Sleman juga menawarkan kegiatan untuk berwisata karena

memiliki obyek wisata yang menarik minat wisatawan. Potensi wisata yang

dimiliki Kabupaten Sleman meliputi wisata budaya atau wisata sejarah, wisata

alam, wisata pendidikan, taman hiburan dan sentra industri kerajinan. Selain

Page 6: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

6

itu Kabupaten Sleman juga memiliki beragam desa wisata yang

karakteristiknya berbeda-beda untuk setiap desa wisata. Salah satu desa wisata

di Kabupaten Sleman, yaitu Desa Wisata Sidoakur letaknya di Padukuhan

Jethak II, Kecamatan Sidokarto, Godean, Sleman, Yogyakarta. Sebagian besar

atau mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan mereka

memanfaatkan lahan pertanian yang ada di padukuhan Jethak II. Masyarakat

disekitar Desa Wisata Sidoakur sangat ramah terhadap pengunjung yang

datang sehingga memberikan rasa nyaman kepada wisatawan atau pengunjung

yang datang. Masyarakat Padukuhan Jethak II dan pengelola Desa Wisata

Sidoakur juga telah melakukan pelestarian lingkungan melalui kelompok

sadar wisata yang dimiliki desanya serta peran pemerintah secara bersama-

sama berusaha mengatasai hal timbunan sampah yang ada di desanya demi

kemajuan desa dan kelestarian lingkungan bergotong royong untuk

mewujudkan tujuh unsur yang terkandung dalam Sapta Pesona (Aman, Tertib,

Bersih, Sejuk, Indah, Ramah tamah, Kenangan). Untuk mewujudkan Sapta

Pesona tersebut sebagai salah satu bentuk pelestarian lingkungan agar

lingkungan Desa Wisata Sidoakur terbebas dari kotoran, sampah, dan polusi

didukung juga dengan motivasi yang kuat dari pihak pengelola Desa Wisata

Sidoakur dan warga desa berusaha melakukan peningkatan penghijauan,

pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga, pertanian dan perikanan

organik. Dari hal tersebutlah penulis tertarik, maka dari itu penulis memberi

judul “Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan Berbasis Komunitas (Studi

Page 7: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

7

Kasus Desa Wisata Sidoakur, Jethak II, Sidokarto, Godean, Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang diberikan pada latar belakang di atas, maka

dapat digambarkan suatu rumusan masalah dalam penelitian ini. Beberapa

rumusan masalah yang dapat dianalisis sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan masyarakat Desa Wisata Sidoakur

Jethak II Sidokarto Godean Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

melakukakan upaya pelestarian lingkungan?

2. Bagaimana strategi pelestarian lingkungan yang dijalankan oleh Desa

Wisata Sidoakur Jethak II Sidokarto Godean Sleman Daerah Istimewa

Yogyakarta?

3. Apa manfaat yang diperoleh dari pengelolaan dan pelestarian lingkungan

yang dijalankan oleh Desa Wisata Sidoakur Jethak II Sidokarto Godean

Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta?

C. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penulisan tugas akhir ini

bertujuan untuk :

Page 8: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

8

1. Mengetahui faktor-faktor penyebab masyarakat Desa Wisata Sidoakur

Jethak II Sidokarto Godean Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

melakukakan upaya pelestarian lingkungan.

2. Mengetahui strategi pelestarian lingkungan yang dijalankan oleh Desa

Wisata Sidoakur Jethak II Sidokarto Godean Sleman Daerah Istimewa

Yogyakarta.

3. Mengetahui manfaat yang diperoleh dari strategi pelestarian lingkungan

yang dijalankan oleh Desa Wisata Sidoakur Jethak II Sidokarto Godean

Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Manfaat

Penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

semua pihak yang bersangkutan dalam penulisan tugas akhir ini, baik manfaat

secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Beberapa manfaat secara teoritis penulisan tugas akhir ini, yaitu

sebagai berikut :

a. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

b. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan mengenai gambaran

pengetahuan tentang melestarikan lingkungan di Desa Wisata Sidoakur.

Page 9: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

9

2. Manfaat Praktis

Beberapa manfaat secara praktis penulisan tugas akhir ini, yaitu

sebagai berikut :

a. Bagi penulis, penulisan tugas akhir ini sebagai persyaratan guna

memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III Program Studi

Kepariwisataan Sekolah Vokasi UGM dan dapat menambah pengetahuan

dan wawasan mengenai model pengelolaan lingkungan di Desa Wisata

Sidoakur.

b. Bagi Program Studi D III Kepariwisataan Sekolah Vokasi UGM, hasil

penulisan tugas akhir ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

study/kajian kepariwisataan.

c. Bagi masyarakat Padukuhan Jethak II dapat memberikan gambaran

tentang pentingnya meningkatkan motivasi dan kesadaran agar masyarakat

Padukuhan Jethak II lebih berpartisipasi lagi terhadap kemajuan

padukuhan mereka dan Desa Wisata Sidoakur.

Page 10: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

10

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menggunakan beberapa

tinjauan pustaka dari buku, artikel, tesis, jurnal, skripsi, tugas akhir yang

terkait dengan pembahasana tema yang akan dikemukakan. Peninjauan ini

diperlukan sebagai dasar atau konsep penelitian yang komprehensif.

Terjadinya pencemaran lingkungan fisik di Dusun Lopati, Desa

Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul disebabkan karena limbah

usaha di dusun tersebut dibuang di lingkup pekarangan. Sebagai akibatnya,

limbah usaha yang biasanya dibuang di lingkup pekarangan itu makin lama

makin tidak dapat dinetralisasikan oleh tanah pekarangan itu. Dengan

demikian maka tingkat pencemaran lingkungans makin bertambah. Pengaruh

pencemaran itu terhadap kehidupan biologis tidak tampak jelas. Akan tetapi,

dari sudut sosial-budaya, tampaknya dampak negatif dari pencemaran itu

masih dapat ditoleransi oleh warga Dusun Lopati. Dapat dikemukakan

pendapat bahwa ambang batas suatu lingkungan fisik tidak selalu sejajar

dengan ambang batas lingkungan sosial. Bila mutu lingkungan yang baik

membuat orang kerasan hidup dalam lingkungan tersebut, maka dalam kasus

Dusun Lopati yang dimaksud dengan mutu lingkungan lebih ditekankan pada

lingkungan sosial daripada lingkungan fisik. Bagi masyarakat Dusun Lopati

pemahaman akan limbah merupakan hal yang relatif baru. Akibatnya, jika ada

akibat negatif yang muncul dari suatu limbah dan pencemaran lingkungan

yang dirasakan oleh sebagian warga dusun, tidak selalu dianggap sebagai

persoalan bersama yang serius. Menurut mereka, jika tercium suatu bau yang

Page 11: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

11

kurang enak dari limbah yang berasal dari peternakan babi dan pembuatan

tahu, dianggapnya hanya bersifat sementara dan dianggap lama-kelamaan

akan hilang dengan sendirinya (Poerwanto: 1999).

Kondisi lingkungan terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap interaksi masyarakat desa dengan lingkungannya di daerah bahaya

Gunung Merapi. Masyarakat menilai positif kondisi lingkungan fisik,

lingkungan biotik dan lingkungan sosial yang ada. Selain itu terbukti bahwa

ada perbedaan pola interaksi masyarakat desa dengan lingkungan antara

daerah yang pernah mengalami korban dan daerah yang belum pernah

mengalami korban jiwa. Daerah yang belum pernah mengalami korban jiwa

dalam bencana seperti Dusun Pelemsari mempunyai interaksi masyarakat

dengan dengan lingkungan yang cenderung lebih positif dibanding daerah

yang pernah mengalami korban jiwa seperti Dusun Turgo. Berarti keterlibatan

masyarakat Pelemsari dengan daerah asalnya lebih kuat dibanding masyarakat

Turgo (Putranto: 1999).

Pendekatan pengembangan desa wisata terpadu dengan cara

pendekatan perencanaan eko-wisata merupakan pendekatan perencanaan

pariwisata dengan titik tekan pada usaha yang terpadu dan bertanggung jawab

terhadap terpeliharanya sumberdaya lingkungan (alam dan budaya) melalui

pengelolaan yang dinamis dan pendekatan konservasi merupakan proses

memelihara menjaga obyek cagar budaya atau lingkungan binaan bersejarah

untuk mempertahankan makna budaya yang terkandung supaya dapat bertahan

di masa depan, selain itu pendekatan dengan analisis pengembangan desa

Page 12: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

12

wisata dengan menggunakan analisis S.W.O.T (kekuatan, kelemahan, peluang,

dan tantangan/ancaman) mendeskripsikan potensi dan masalah utama, peluang

dan ancaman utama serta permasalahan yang harus dihadapi (Departemen

Pariwisata Telekomunikasi: 1994).

Peran serta masyarakat lokal dalam upaya pengembangan desa wisata.

Tingkat penerimaan/ketersediaan masyarakat terhadap kegiatan

kepariwisataan. Kriteria ini didasarkan atas kenyataan bahwa suatu kegiatan

pengembangan suatu desa dimana terdapat suatu lokasi komunitas, karakter

masyarakat lokal secara fisik dan sosial budaya merupakan sumber daya

utama, sehingga pendekatan pengembangan masyarakat perlu memandang

masyarakat lokal sebagai subjek dan bukan objek. Yang perlu

dipertimbangkan untuk kriteria ini adalah mayoritas penduduk desa yang lebih

terbuka dan siap menerima kehadiran wisatawan, keramahtamahan penduduk

bahwa pariwisata bukan sesuatu yang tabu bagi masyarakat (Firdaus: 2007).

Rahmawati, Dhian (2010) mendeskripsikan partisipasi masyarakat

Magelang yang berada disekitar obyek wisata Gardu Pandang Ketep Pass

yang 90% masyarakatnya ikut serta dalam pengembangan obyek ini sebagai

karyawan dan pedagang.

F. Landasan Teori

Agar tujuan penelitian tercapai landasan teori merupakan teori-teori

yang sesuai dengan penelitian dan berguna untuk penulis dalam melaksanakan

penelitian, maka perlu diuraikan mengenai definisi yang berkaitan dengan

Page 13: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

13

judul penelitian. Berikut pengertian dan istilah-istilah yang berkaitan dengan

penelitian ini :

1. Pelestarian Lingkungan Hidup

Berbagai sumber alam dikembangkan melaui berbagai jalur sektoral

dan regional untuk manfaatkan bagi kesejahteraan rakyat. Dalam pengelolaan

sumber daya alam ini, benang merahnya yang utama adalah mencegah

timbulnya pengaruh negatif terhadap lingkungan dan mengusahakan

kelestarian sumber alam agar bisa digunkan terus-menerus sambung

sinambung untuk generasi di masa depan (Salim, 1987: 37). Lingkungan yang

lestari pada gilirannya akan melestarikan proses pembangunan kita,

melestarikan masyarkat yang menjadi ajang hidup anak-anak dan cucu kita

kelak, martabat manusia dan mutu hidupnya juga tergantung pada lingkungan

yang menjadi tempat hidupnya (Salim, 1987: 130).

Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 pelestarian fungsi

lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan

dan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Berbagai sumber alam dikembangkan melalui berbagai jalur sektoral

dan regional untuk manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Dalam pengelolaan

sumber daya alam ini, benang merahnya yang utama adalah mencegah

timbulnya pengaruh negatif terhadap lingkungan dan mengusahakan

kelestarian sumber alam agar bisa digunakan terus-menerus sambung

sinambung untuk generasi di masa depan. Karenanya kita harus meneruskan

Page 14: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

14

proses pembangunan dan usaha pelestarian secara bersama-sama dan

keduanya merupakan tujuan kembar usaha-usaha nasional kita karena :

1. Lingkungan yang lestari pada gilirannya akan melestarikan proses

pembangunan kita, melestarikan masyarakat yang menjadi ajang hidup

anak-anak dan cucu kita kelak,

2. Martabat manusia dan mutu hidupnya juga tergantung pada lingkungan

yang menjadi tempat hidupnya (Salim: 1987).

2. Prinsip-prinsip Ekowisata

Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab

terhadap kelestarian area yang masih alami (nature area), memberi manfaat

secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat

setempat, yang juga merupakan bentuk pariwisata keutuhan minat khusus

(Fandeli, 2003: 3).

Ada pula yang menyatakan bahwa ekowisata adalah suatu strategi baru

yang menjaga kesimbangan antara pembangunan ekonomi dan yang

mendorong pemeliharaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang sekaligus

bermanfaat bagi masyrakat setempat, Kegiatan pariwisata bila diatur dan

dikendalikan secara baik akan mengarah pada pemanfaatan ekonomi dengan

dampak kerusakan minimum. Selain hal tersebut manajemen yang kuat sangat

diperlukan agar industri ini tidak merusak lingkungan (Goodwin, 1996).

Sedangkan suatu kegiatan wisata, baru dapat dikatakan sebagai

ekowisata apabila memenuhi tiga dimensi (Fandeli, 1995: 26), yaitu :

Page 15: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

15

a. Dimensi Konservasi, yaitu kegiatan wisata tersebut membantu usaha

pelestarian alam setempat dengan dampak negatif yang minim.

b. Dimensi Pendidikan, yaitu wisatawan yang ikut kegiatan tersebut

akan mendapatakan ilmu pengetahuan mengenai ekosistem,

keunikan biologi dan kehidupan sosial di kawasan yang

dikunjungi, sehingga wisatawan tersebut meningkat kesadaranya

untuk ikut melestarikan alam.

c. Dimensi Kerakyatan, yaitu rakyat setempatlah yang menjadi pelaku

utama dalam penyelenggaraan kegiatan wisata tersebut.

Menurut World Conservation Union (WCU), ekowisata adalah

perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli,

dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-upaya

konservasi, tidak menghasilkan dampak negatif, dan memberikan keuntungan

sosial ekonomi serta menghargai partisipasi penduduk lokal. Menurut

deklarasi Quebec (hasil pertemuan dari anggota The International Ecotourism

Society atau TIES di Quebec, Canada tahun 2002), Ekowisata adalah

suistanable tourism yang secara spesifik memuat upaya-upaya :

a. Kontribusi aktif dalam konservasi alam dan budaya.

b. Partisipasi penduduk lokal dalam perencanaa, pembangunan dan

operasional kegiatan wisata serta menikmati kesejahteraan.

c. Transfer pengetahuan tentang warisan budaya dan alam kepada

pengunjung.

d. Bentuk wisata independen atau kelompok wisata berukuran kecil.

Page 16: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

16

Prinsip-prinsip pengembangan ekowisata :

a. Konservasi

1. Pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak merusak sumber

daya alam itu sendiri.

2. Relatif tidak menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan dan kegiatannya bersifat ramah lingkungan.

3. Dapat memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari.

b. Pendidikan

Meningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku

masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya.

c. Ekonomi

1. Dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelolaan

kawasan, penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat.

2. Dapat memacu pembangunan wilayah, baik di tingkat lokal

maupun nasional.

3. Dampak ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh

kabupaten/kota, provinsi bahkan nasional.

d. Peran aktif masyarakat

1. Menyediakan peluang usaha dan kesempatan kerja semaksimal

mungkin bagi masyarakat sekitar kawasan.

2. Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk

pengembangan ekowisata.

Page 17: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

17

3. Keterlibatan masyarakat sekitar kawasan sejak proses

perencanaan hingga tahap pelaksanaan serta monitoring dan

evaluasi.

e. Wisata

1. Menyediakan informasi yang akurat tentang potensi kawasan

bagi pengunjung.

2. Kesempatan menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang

mempunyai fungsi konservasi.

3. Memahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam

pelestarian lingkungan.

4. Memberi kenyamanan dan keamanan kepada pengunjung.

3. Desa Wisata

Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi,

dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan

masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti,

1993).

Pengertian desa wisata adalah suatu wilayah perdesaan dengan

keseluruhan suasana yang menecerminkan keasliaan “desa”, baik dari struktur

ruang, arsitektur bangunan, maupun pola kehidupan sosial-budaya

masyarakatnya serta mampu menyediakan komponen-komponen kebutuhan

pokok wisatawan seperti akomodasi, makanan dan minuman, cinderemata,

dan atraksi-atraksi wisata (Pitana, 1999).

Page 18: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

18

Desa wisata adalah desa yang hidup mandiri dengan potensi yang

dimilikinya. Dapat dijual sebagai atraksi daya tarik wisata tanpa melibatkan

investor. Potensi desa adalah seluruh kegiatan sehari-hari di rumha, di alam, di

lingkungan dan budayanya (Asyari, 2010: 1-2).

Firdaus (2007) mendeskripsikan bahwa desa wisata mempunyai

potensi untuk dikembangkan/ditingkatkan dan didesain secara berkualitas

dalam berbagai komponen kepariwisataan berdasarkan gambaran budaya

tradisional yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari desa itu sendiri. Kriteria

sebagai dasar penilaian tersebut mampu mengkombinasikan beberapa hal

seoptimal mungkin, oleh karena itu kriteria dasar penilaian itu harus

mencerminkan :

1. Kepentingan yang selaras dengan upaya untuk pelestarian warisan

budaya dan warisan lokal/keaslian yang ada dan lingkungan alam

sekitar.

2. Kepentingan manfaat bagi penduduk/masyarakat pedesaan.

3. Kepentingan manfaat bagi pengunjung baik dari aspek pendidikan,

memperkaya pengalaman dan atau rekreasi.

4. Kepentingan peningkatan jumlah dan kepuasaan pengunjung.

5. Kepentingan pengembangan dan pemanfaatan desa sebagai produk

wisata.

Kriteria desa wisata dalam dua kelompok yaitu kriteria yang berlaku

umum untuk semua karakteristik desa wisata dan kriteria yang bersifat

khusus untuk masing-masing karakteristik desa wisata.

Page 19: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

19

Kriteria berlaku umum :

1. Telah dikunjungi/diminati oleh wisatawan.

2. Kemudahan pencapaian ini akan menyangkut :

a. Kondisi jalan yang menuju lokasi, kenyamanan, fasilitas, dan

amenitas.

b. Ketersediaan sarana transportasi (jumlah, frekuensi).

c. Pencapaian yang berhubungan dengan masalah rute.

Kriteria yang bersifat khusus untuk masing-masing Desa Wisata :

1. Desa dengan lingkungan alam :

a. Keindahan alamnya.

b. Jenis sumber daya alam yang menonjol untuk kegiatan wisata.

c. Keunikan sumber daya alam.

d. keutuhan sumber daya alam.

2. Desa dengan kehidupan ekonomi/mata pencaharian utama :

a. Mata pencaharaian penduduk yang utama dapat dikembangkan

sebagai atraksi wisata.

b. Kurangnya tingkat pengangguran masyarakat.

c. Pemerataan yang berhubungan dengan hasil dari investasi

lokal.

3. Desa dengan kehidupan adat istiadat budaya :

a. Tata cara adat sangat kental mendominasi kehidupan

masyarakat.

Page 20: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

20

b. Pengelolaan kegiatan seni budaya berlangsung di lingkungan

desa dilakukan murni oleh masyarakat.

c. Kehidupan masyarakat sangat unik dan tradisioanl/asli.

4. Desa dengan bangunan tradisional

Bangunan khas dan unik dan arsitektur lokal sangat dominan.

Struktur tata ruang bersifat khas. Pola lengkap serta material yang

digunakan sangat alami menggambarkan unsur kelokalan dan keaslian.

Interior, peralatan makan dan minum menggambarkan unsur kelokalan

dan keaslian, berdasarkan unsur kriteria yang bersifat khusus.

5. Desa dengan lingkungan alam sebagai berikut :

a. Keindahan alam

Kriteria ini dimaksudkan bahwa lokasi letak geografis di mana

desa tersebut berada memiliki pemandangan alam yang indah, baik

berupa gunung, perbukitan, pertanian, dan sebagainya.

b. Jenis dan sumber daya alam

Yang dimaksud adalah bahwa disamping memiliki

pemandangan alam yang indah, desa tersebut juga memiliki

sumber daya alam yang dapat menjadi daya tarik wisata seperti

desa yang dikelilingi areal pertanian berbagai jenis holtikultura

(agrowisata).

c. Kenunikan sumber daya alam

Sumber daya alam yang ada sangat asli dan lokal, jarang

bahkan hampir tidak ditemukan di tempat lain, mislanya desa di

Page 21: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

21

pantai yang memiliki keindahan taman laut dengan beraneka ragam

biota laut (karang laut, berjenis-jenis ikan hias), dan sebagaianya.

d. Keutuhan sumber daya alam

Sumber daya alam yang dimiliki maish utuh/asli dan

terpelihara dengan baik tidak terdapat berbagai bangunan fisik

yang terdapat di lingkungan sekitar sumber daya tersebut, atau

sentuhan seni lainnya yang merubah keaslian dan keutuhannya.

6. Desa dengan kehidupan ekonomi/mata pencaharian utama :

Mata pencaharian penduduk dimaksudkan bahwa mayoritas

penduduk hidup dari kegiatan perekonomian yang khas dan unik yang

dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata, misalnya desa-desa

dengan industri kerajinan pembuatan keramik gerabah, cenderamata

lainnya, desa-desa di sekitar areal perkebunan dan sebagainya.

a. Kurangnya tingkat pengangguran

Hampir seluruh penduduk mempunyai aktivitas mata

pencaharian menopang perekonomian mereka yang dilakukan

secara berkesinambungan akan tetap menjadi bagian dari atraksi

wisata yang menarik.

b. Pemerataan yang berhubungan dengan investasi lokal

Dimaksudkan tidak terdapat kegiatan monopoli usaha yang

hanya dimiliki oleh satu atau dua orang penduduk desa.

Masyarakat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari kegiatan

mereka secara merata (dalam pengertian sesuai dengan tingkat

Page 22: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

22

produktifitas mereka). Pembentukan wadah koperasi desa unutk

menampung hasil usaha masyarakat sangat dianjurkan.

7. Desa dengan kehidupan adat/seni budaya :

a. Tata cara adat yang dominan

Yang dimaksudkan adalah suatu desa dimana peranan adat

masih sangat kuat dan mendominasi pola kehidupan dan tata cara

masyarkaatnya. Secara keseharian, ketua adat/sesepuh adat

memiliki peranan yang besar dalam pelaksanaan tatanan kehidupan

dengan masyarakat desa. Kepemilikan tanah sangat dilindungi.

b. Pengelolaan kegiatan seni budaya oleh masyarakat desa

Pengelolaan kegiatan seni budaya berlangsung di dalam

lingkungan dengan upacara perkawinan, upacara sunatan,

pertunjukan tari dan sebagainya, murni dilakukan oleh masyarakat

desa sendiri.

c. Kehidupan masyarakat unik dan tradisional

Pola kehidupan yang berkaitan dengan tata cara adat yang

berbudaya masyarakat sangat unik dan bersifat tradisional dan

bahkan tidak dijumpai di tempat lain.

Masyarakat desa sangat menjaga dan memelihara keunikan dan

ketradisional tersebut sehingga keasliannya tetap utuh.

Termasuk dalam pengertian desa adat ini adalah desa yang

kehidupan adat/seni budayanya memiliki nilai/aspek historis secara

turun-temurun.

Page 23: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

23

8. Desa dengan bangunan tradisional :

a. Bangunan khas dan unik

Dimaksudkan bahwa sebagai desa tradisional, rumah-rumah

tempat tinggal penduduk dan balai adat yang dimiliki mempunyai

bentuk khas dan unik, tidak terdapat di tempat lain, nuansa

arsitekrut lokal sangat menonjol dan mendominasi keseluruhan

bangunan tersebut.

b. Struktur tata ruang bersifat yang khas

Penataan struktur ruang sangat khas, yang menunjukkan

keaslian dan kelokalan, misalnya adanya ruang terbuka yang

berfungsi sebagai ruang bersama, hamparan tanah dan susunan

batu dan sebagaianya.

c. Pola lanskap serta material bersifat alamiah

Pola lanskap serta material yang digunakan dalam bangunan

tradisional menonjolkan ciri khas desa sehingga dapat

mencerminkan keaslian dan kelokalan wilayah/desa setempat.

Page 24: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

24

G. Landasan Berpikir

Gambar 1.1 Landasan Berpikir

MASYARAKAT

(MANUSIA)

MUCUL IDE TINDAKAN

PELESTARIAN

PROSES

PELESTARIAN

LINGKUNGAN

LINGKUNGAN

LESTARI RUSAK

INTERNAL EKSTERNAL

DESA WISATA

DAMPAK

SOSIAL BUDAYA EKONOMI LINGKUNGAN INDIVIDU MASYARAKAT

Page 25: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

25

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, yaitu dengan

menggambarkan fenomena dan situasi yang ada dalam objek penelitian

dan menganalisis dan menyajikan fakta dengan menggunakan panduan

teoritis yang sudah ditetapkan dalam landasan teori untuk mempermudah

pemahaman dan penarikan kesimpulan.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wisata Sidoakur Jethak II

Godean Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan Praktek Kerja

Lapangan ini berlangsung selama tiga bulan terhitung tanggal 19 Februari

2014-19 Mei 2014.

3. Alat Pengumpul Data

Beberapa peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini

diantaranya adalah kamera unutk mendokumentasikan berbagai fenomena

selama penulisan Tugas Akhir ini di tempat Praktek Kerja Lapangan

(PKL). Selain itu, laptop juga digunakan sebagai alat untuk menulis dan

menyimpan Tugas Akhir. Alat tulis dan buku tulis juga mendukung untuk

mencatat data-data yang diperoleh dari hasil wawancara.

Page 26: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

26

4. Jenis Data

Terdapat dua jenis data pada penulisan tugas akhir ini yaitu :

a. Data Primer

Data yang diperoleh dan diteliti di lapangan berkaitan dengan

strategi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Wisata Sidoakur untuk

meningkatkan pelestarian lingkungan, faktor-faktor penyebab masyarakat

melakukan pelestarian lingkungan dengan cara wawancara langsung

dengan informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah secara

mendalam berkaitan dengan struktur pengelola Desa Wisata Sidoakur,

profil Desa Wisata Sidoakur, dan masyarakat padukuhan Jethak II. Dalam

penelitian ini yang menjadi informan adalah ketua Desa Wisata Sidoakur,

Pak dukuh Padukuhan Jethak II, sekretaris Desa Wisata Sidoakur, Seksi

Pengelola bidang lingkungan dan budaya Desa Wisata Sidoakur.

b. Data Sekunder

Data yang dapat diperoleh melalui sumber lain seperti buku-buku

perpustakaan, penelitian terdahulu, dokumen-dokumen resmi, sumber

pustaka dan tulisan yang berhubungan dengan penelitian.

Page 27: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

27

5. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan penulis

menggunakan beberapa cara pengambilan data antara lain :

a. Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan

informasi dari buku-buku yang ada hubungannya dengan objek yang

diteliti untuk memperoleh data sekunder.

b. Wawancara (interview)

Metode ini dilakukan dengan cara mencari informasi kepada

informan secara langsung mengenai obyek yang diteliti, kemudian penulis

melakukan tatap muka langsung dengan pengelola desa wisata Sidoakur

untuk mendapatkan data primer.

c. Observasi Langsung

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati dan datang langsung

ke obyek yang diteliti, yaitu Desa Wisata Sidoakur. Peneliti memperoleh

pengetahuan dan data secara langsung dengan cara melihat dan mengamati

kegiatan masyarakat di obyek serta wisatawan yang bekunjung.

Page 28: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

28

6. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penyelesaian penulisan, maka penulis

melanjutkan sistematika penulisan dengan maksud memperjelas dan

mempermudah tujuan dari bab yang akan dibahas, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang, Perumusan

Masalah, Tujuan, Manfaat, Tinjauan Pusataka, Landasan Teori dan

Metode Penelitian yang merupakan gambaran pokok dari permasalahan

yang ada.

BAB II GAMBARAN UMUM

Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum mengenai

profil umum Kabupaten Sleman, cikal bakal Desa Wisata Sidoakur, profil

umum Desa Wisata Sidoakur, aksesibilitas Desa Wisata Sidoakur, struktur

pengelola Desa Wisata Sidoakur, visi dan misi Desa Wisata Sidoakur,

atraksi dan amenitas Desa Wisata Sidoakur, akun jejaring sosial Desa

Wisata Sidoakur, daftar penghargaan yang diraih oleh Desa Wisata

Sidoakur, dan kunjungan wisatawan.

BAB III PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan tentang faktor-faktor penyebab

masyarakat Desa Wisata Sidoakur Jethak II Sidokarto Godean Sleman

Daerah Istimewa Yogyakarta melakukakan upaya pelestarian lingkungan.

Page 29: PENDAHULUAN A. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73257/potongan/diploma-2014... · Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang ... lingkungan Desa

29

Kemudian membahas strategi pelestarian lingkungan dan manfaat yang

diperoleh dari pelestarian lingkungan yang dijalankan masyarakat Jethak II

dan pengelola Desa Wisata Sidoakur Jethak II Sidokarto Godean Sleman

Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari penulisan

keseluruhan yang berasal dari bab-bab sebelumnya dan saran yang

ditujukan untuk Desa Wisata Sidoakur agar tetap menjadi desa wisata

yang menjunjung tinggi kelestarian lingkungan dan bisa menjadi contoh

bagi desa wisata lainnya di daerah Kabupaten Sleman.