pencegahan pre eklampsia
TRANSCRIPT
2. Konsep Pencegahan Preeklamsi
Menurut Cuningham dkk. (2005), Berbagai strategi telah digunakan
sebagai upaya untuk mencegah preeklamsia. Biasanya strategi-strategi ini
mencakup manipulasi diet dan usaha farmakologis untuk memodifikasi mekanisme
patofisiologis yang diperkirakan berperan dalam terjadinya preeklamsia. Usaha
farmakologis mencakup pemakaian aspirin dosis rendah dan antioksidan.
1 Manipulasi diet
Salah satu usaha paling awal yang ditujukan untuk mencegah preeklamsia
adalah pembatasan asupan garam selama hamil, Knuist dkk. (1998) yang dikutip
oleh Cuningham (2005).
Berdasarkan sebagian besar studi di luar amerika serikat, ditemukan bahwa
wanita dengan diet rendah kalsium secara bermakna beresiko lebih tinggi
mengalami hipertensi akibat kehamilan. Hal ini mendorong dilakukanya paling sedikit
14 uji klinis acak yang menghasilkan metaanalisis yang memperlihatkan bahwa
suplementasi kalsium selama kehamilan menyebabkan penurunan bermakna
tekanan darah serta mencegah preeklamsia. Namun studi yang tampaknya definitif
dilakukan oleh Lavine dkk.,(1997) yang dikutip oleh Cuningham (2005). Studi ini
adalah suatu uji klinis acak yang disponsori oleh the National Institute of Child Health
and Human development. Dalam uji yang menggunakan penyamar-ganda ini,4589
wanita nulipara sehat dibagi secara acak untuk mendapat 2g suplemen kalsium atau
plasebo.
Manipulasi diet lainya untuk mencegah preeklamsia yang telah diteliti adalah
pemberian empat sampai sembilan kapsul yang mengandung minyak ikan setiap
hari. Suplemen harian ini dipilih sebagai upaya untuk memodifikasi keseimbangan
prostaglandin yang diperkirakan berperan dalam patofisiologi preeklamsia.
2 Aspirin dosis rendah
Dengan aspirin 60 mg atau plasebo yang diberikan kepada wanita
primigravida peka-angiotensin pada usia kehamilan 28 minggu. Menurunya insiden
preeklamsi pada kelompok terapi diperkirakan disebabkan oleh supresi selektif
sintesis tromboksan oleh trombosit serta tidak terganggunya produksi prostasiklin.
Berdasarkan laporan ini dan laporan lain dengan hasil serupa, dilakukan uji klinis
acak multisentra pada wanita beresiko rendah dan tinggi di amerika serikat dan
negara lain. Uji-uji klinis ini secara konsisten menperlihatkan aspirin dosis rendah
efektif untuk mencegah preeklamsia. Dalam suatu analisis sekunder terhadap uji
klinis intervensi resiko-tinggi, memperlihatkan bahwa pemberian aspirin dosis rendah
secara bermakna menurunkan kadar tromboksan B2 ibu.
3 Antioksidan
Serum wanita hamil normal memiliki mekanisme antioksidan yang berfungsi
mengendalikan peroksidasi lemak yang diperkirakan berperan dalam disfungsi sel
endotel pada preeklamsia. serum wanita dengan preeklamsia memperlihatkan
penurunan mencolok aktivitas antioksidan. Schirif dkk.,(1996) yang dikutip oleh
Cuningham (2005), menguji hipotesis bahwa penurunan aktifitas antioksidan
berperan dalam preeklamsia dengan mempelajari konsumsi diet serta konsentrasi
vitamin E dalam plasma pada 42 kehamilan dengan 90 kontrol. Mereka menemukan
kadar vitamin E plasma yang tinggi pada wanita dengan preeklamsia, tetapi
konsumsi vitamin E dalam diet tersebut tidak berkaitan dengan preeklamsia. Mereka
berspekulasi bahwa tingginya kadar vitamin E yang diamati disebabkan oleh
respons terhadap stres oksidatif pada preeklamsia.
Penelitian sistematik pertama yang dirancang untuk menguji hipotesis
bahwa terapi antioksidan untuk wanita hamil akan mengubah cedera sel endotel
yang dikaitkan dengan preeklamsia. Sebanyak 283 wanita hamil 18 sampai 22
minggu yang beresiko preeklamsia dibagi secara acak untuk mendapat terapi
antioksidan atau plasebo. Terapi antioksidan secara bermakna menurunkan aktivasi
sel endotel dan mengisyaratkan bahwa terapi semacam ini mungkin bermanfaat
untuk mencegah preeklamsia. Juga terjadi penurunan bermakna insiden
preeklamsia pada mereka yang mendapat vitamin C dan E dibandingkan dengan
kelompok kontrol (17 versus 11 persen,p <0,02).
4 Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal care yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali
tanda-tanda sedini mungkin (preeklamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus selalu waspada terhadap
kemungkinan terjadinya preeklamsia kalau ada faktor-faktor predisposisi,
memberikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein,
juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan (Mochtar,2007).
Terapi paling efektif adalah pencegahan. Pada awal perawatan
prenatal,identifikasi wanita hamil yang beresiko tinggi, pengenalan, dan laporan
gejala-gejala peringatan fisik merupakan komponen inti untuk mengoptimalkan hasil
pada maternal dan perinatal. Kemampuan perawat dalam memeriksa faktor-faktor
dan gejala-gejala preeklamsia pada klien tidak dapat terlalu dihrapkan. Perawat
dapat melakukan banyak hal dalam tugas pendukung. Tindakan harus diambil untuk
menambah pengetahuan dan akses publik pada perawatan antenatal. Konseling,
penyerahan sumberdaya masyarakat, pengerahan sistem pendukung, konseling
nutrisi dan informasi tentang adaptasi normal pada kehamilan merupakan komponen
pencegahan yang esensial pada perawatan (Bobak, Jensen.2000).